Askep Tinea Pedis Dan Skabies

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    1/63

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    System integumen adalah suatu sistem yang vital bagi kehidupan seluruh

    manusia yang terletak pada organ tubuh terluar, melindungi bagian dalam

    tubuh, luas 1,5-2 m2, berat 15 % BB, yang merupakan cermin kehidupan, dapat

    dilihat, diraba, dan hidup, sebagai penampilan & kepribadian. Tapi bagaimana,

    apabila kulit kita mengalami gangguan, tentu saja ini akan mempengaruhi dari

    sistem kerja lapisan kulit lainnya dan membuat penampilan yang terkesan jelek.

    Dan salah satu dari penyakit yang menyerang sistem integumen yang disebabkan

    oleh infeksi mikotik.

    Jamur merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit pada

    manusia. Penyakit yang disebabkan jamur pada manusia disebut mikosis, yaitu

    mikosis superficial dan mikosis systemic. Mikosis superficial merupakan mikosisyang menyerang kulit, kuku, dan rambut terutama disebabkan oleh 3 genera

    jamur, yaitu Trichophyton, Microsporum, dan Epidermophyton. Sedangkan

    mikosis sistemik merupakan mikosis yang menyerang alat-alat dalam, seperti

    jaringan sub-cutan, paru-paru, ginjal, jantung, mukosa mulut, usus, dan vagina.

    Contoh jamur yang sering menyerang manusia adalah dermatofit. Jamur ini dapat

    menyebabkan kelainan sistemik.

    Parasit adalah organisme yang hidup dari makhluk hidup lainnya. Manusia

    adalah tuan rumah bagi banyak parasit, yang dapat hidup di dalam tubuh atau

    pada kulit. Parasit ini menggunakan tubuh manusia untuk mendapatkan makanan

    dan untuk mereproduksi, dan dalam tawar-menawar menyebabkan masalah

    kesehatan manusia yang terinfeksi. Parasit terdapat di seluruh dunia dan banyak

    orang menderita infeksi parasit kulit. Sebagai contoh, sekitar 6 untuk 12 juta

    orang di seluruh dunia mendapatkan kutu setiap tahun dan di Amerika Serikat.

    Banyak penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit contohnya yaitu scabies.

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    2/63

    2

    Skabies adalah penyakit pada kulit yang disebabkan oleh kuman Sarcotes

    scabie yaitu seperti tungau yang memparasitkan diri pada kulit manusia yang

    mengakibatkan rasa gatal pada kulit dan menimbulkan papul, vesikel bahkan

    menyebabkan ulkus dan erosi pada kulit. Insidensnya di Indonesia masih cukup

    tinggi, terendah di Sulawesi Utara dan tertinggi di Jawa Barat. Amiruddin dkk.,

    dalam penelitian skabies di Rumah Sakir Dr. Soetomo Surabaya, menunjukkan

    insidens penderita skabies selama 2008-2010 adalah 2,7%. Abu A dalam

    penelitiannya di RSU Dadi Ujung Pandang mendapatkan insidens skabies

    0,6% pada tahun 1995-1998.

    Perawat merupakan bagian dari tim kesehatan yang memiliki lebih banyak

    kesempatan untuk melakukan intervensi kepada pasien, sehingga fungsi dan peran

    perawat dapat dimaksimalkan dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap

    penderita seperti memenuhi kebutuhan dasar dan meningkatkan kesehatan fisik,

    perawat juga dapat melakukan pendekatan spiritual, psikologis dan

    mengaplikasikan fungsi edukatornya dengan memberikan penyuluhan kesehatan

    terhadap penderita sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan

    penderita dan keluarga yang nantinya diharapkan dapat meminimalisir resiko

    maupun komplikasi yang mungkin muncul dari skabies tersebut.

    Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengangkat materi Tinea pedis dan

    Skabies dalam penulisan makalah ilmiah.

    B. Tujuan

    a) Tujuan Umum

    Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan tinea dan skabies

    b) Tujuan Khusus

    1. Mahasiswa mampu Menjelaskan pengertian tinea pedis dan skabies

    2. Mahasiswa mampu mendiskripsikan macam-macam tinea

    3. Menjelaskan etiologi tinea pedis dan skabies.

    4. Menjelaskan manifestasi klinis tinea pedis dan skabies.

    5. Menjelaskan patofisiologi tinea pedis dan skabies.

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    3/63

    3

    6. Menjelaskan penatalaksanaan medis dan keperawatan tinea pedis dan

    scabies

    7. Menjelaskan Pemeriksaan penunjang pada tinea pedis dan skabies

    8. Menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dengan tinea pedis dan

    skabies.

    C. Manfaat Penulisan

    Agar mahasiswa dapat membuat asuhan keperawatan pada klien dengan

    tinea pedis dan scabies.

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    4/63

    4

    BAB II

    TINJAUAN TEORI

    A. Tinea

    Pedis

    1. Definisi

    Dermatofitosis adalah adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat

    tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang

    disebabkan golongan jamur dermatofita.(Adhi Djuanda, Ilmu Penyakit Kulit

    dan Kelamin, 2000:90)

    Tinea adalah salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur.Jamur

    yang berperan dalam penyakit tinea adalah dermatofita. Dermatopita

    merupakan sekelompok jamur miselium yang menginfeksi keratin stratum

    korneum, rambut, dan kuku. (chadrasoma,2006).

    Tinea pedis merupakan infeksi dermatofita pada kaki terutama mengenai

    sela jari dan telapak kaki sedangkan yang terdapat pada bagian dorsal pedis

    dianggap sebagai tinea korporis. Keadaan lembab dan hangat pada sela jari

    kaki karena bersepatu dan berkaos kaki disertai daerah tropis yang lembab

    mengakibatkan pertumbuhan jamur makin subur. Efek ini lebih nyata pada

    sela jari kaki keempat dan kelima, dan lokasi ini paling sering terkena.

    Kenyataaannya, tinea pedis jarang ditemukan pada populasi yang tidak

    menggunakan sepatu. Sinonim dari tinea pedis adalah foot ringworm, athlete

    foot, footmycosis.

    2.

    Klasifikasi Tinea

    a) Tinea Kapitis

    Tinea Kapitis adalah kelainan kulit pada daerah kepala berambut

    yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita.

    Tinea Kapitis adalah .kelainan pada kulit dan rambut kepala, alis,

    dan bulu mata.

    b) Tinea korporis

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    5/63

    5

    Merupakan dermatofitosis pada kulit tubuh tidak berambut

    (glabrous skin) di daerah muka, badan, lengan , dan glutea.

    c) Tinea Favosa

    Tinea Favosa adalah infeksi jamur kronis, terutama oleh

    T.schoenleini, T.violaceum, dan M.gypseum. Penyakit ini merupakan

    bentuk lain dari tinea kapitis, yang ditandai oleh skutula berwarna

    kekuningan dan bau seperti tikus pada kulit kepala. Biasanya, lesinya

    menjadi sikatrik alopesia permanen. Kadang, kulit halus dan kuku dapat

    terkena.

    d) Tinea Imbrikata

    Tinea Imbrikata adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi

    jamur dermatofita yang memberikan gambaran khas berupa kulit bersisik

    dengan sisik yang melingkar-lingkar dan terasa gatal.

    e) Tinea Kruris

    Tinea kruris adalah penyakit infeksi jamur dermatofita di daerah

    liptan paha, genitalia, dan sekitar anus, yang dapat meluas ke bokong dan

    perut bagian bawah.

    Tinea kruris adalah dermatofitosis pada lipatan paha, daerah

    perineum, dan sekitar anus.

    f) Tinea Pedis

    Tinea pedis adalah infeksi deformitas pada kaki, terutama di sela

    jari dan telapak kaki terutama yang memakai kaus dan sepatu yang tetutup.

    Keadaan lembab dan panas merangsang pertumbuhan jamur. Tinea

    manum adalah dermatofitosit. Semua bentuk di kaki dapat terjadi pada

    tangan.

    g) Tinea Unguinum

    Tinea Unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh infeksi

    jamur dermatofita.

    Tinea Unguium adalah kelainan lempeng kuku yang disebabkan

    oleh invasi/ infeksi jamur dermatofit.

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    6/63

    6

    3. Etiologi

    Jamur penyebab tinea pedis yang paling umum ialah Trichophyton rubrum

    (paling sering), T. interdigitale, T. tonsurans (sering pada anak) dan

    Epidermophyton floccosum. T. rubrum lazimnya menyebabkan lesi yang

    hiperkeratotik, kering menyerupai bentuk sepatu sandal (mocassinlike) pada

    kaki; T.mentagrophyteseringkali menimbulkan lesi yang vesikular dan lebih

    meradang sedangkan E. floccosumbisa menyebabkan salah satu diantara dua

    pola lesi diatas.

    4.

    Manifestasi klinis

    Gambaran klinis dari tinea pedis dapat dibedakan berdasarkan tipe:

    a) Interdigitalis

    Bentuk ini adalah yang tersering terjadi pada pasien tinea pedis. Di antara

    jari IV dan V terlihat fisura yang dilingkari sisik halus dan tipis. Kelainan

    ini dapat meluas ke bawah jari (subdigital) dan juga ke sela jari yang lain.

    Oleh karena daerah ini lembab, maka sering terdapat maserasi. Aspek

    klinis maserasi berupa kulit putih dan rapuh. Bila bagian kulit yang mati

    ini dibersihkan, maka akan terlihat kulit baru, yang pada umumnya juga

    telah diserang oleh jamur. Jika perspirasi berlebihan (memakai sepatu

    karet/boot, mobil yang terlalu panas) maka inflamasi akut akan terjadi

    sehingga pasien terasa sangat gatal. Bentuk klinis ini dapat berlangsung

    bertahun-tahun dengan menimbulkan sedikit keluhan sama sekali.

    Kelainan ini dapat disertai infeksi sekunder oleh bakteri sehingga terjadi

    selulitis, limfangitis dan limfadenitis

    b)

    Moccasin foot(plantar)

    Tinea pedis tipe moccasinatau Squamous-Hyperkeratotic Type umumnya

    bersifat hiperkeratosis yang bersisik dan biasanya asimetris yang disebut

    foci. Seluruh kaki, dari telapak, tepi sampai punggung kaki terlihat kulit

    menebal dan bersisik; eritema biasanya ringan dan terutama terlihat pada

    bagian tepi lesi. Di bagian tepi lesi dapat pula dilihat papul dan kadang-

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    7/63

    7

    kadang vesikel.Tipe ini adalah bentuk kronik tinea yang biasanya resisten

    terhadap pengobatan.

    c) Lesi Vesikobulosa

    Bentuk ini adalah subakut yang terlihat vesikel, vesiko-pustul dan kadang-

    kadang bula yang terisi cairan jernih. Kelainan ini dapat mulai pada daerah

    sela jari, kemudian meluas ke punggung kaki atau telapak kaki. Setelah

    pecah, vesikel tersebut meninggalkan sisik yang berbentuk lingkaran yang

    disebut koleret. Keadaan tersebut menimbulkan gatal yang sangat hebat.

    Infeksi sekunder dapat terjadi juga pada bentuk selulitis, limfangitis dan

    kadang-kadang menyerupai erisipelas. Jamur juga didapati pada atap

    vesikel.

    d) Tipe Ulseratif

    Tipe ini merupakan penyebaran dari tipe interdigiti yang meluas ke dermis

    akibat maserasi dan infeksi sekunder (bakteri); ulkus dan erosi pada sela-

    sela jari; dapat dilihat pada pasien yang imunokompromais dan pasien

    diabetes

    5.

    Patofisiologi

    Jamur superfisial harus menghadapi beberapa kendala saat menginvasi

    jaringan keratin. Jamur harus tahan terhadap efek sinar ultraviolet, variasi

    suhu dan kelembaban, persaingan dengan flora normal, asam lemak

    fungistatik dan sphingosines yang diproduksi oleh keratinosit. Setelah proses

    adheren, spora harus tumbuh dan menembus stratum korneum dengan

    kecepatan lebih cepat daripada proses proses deskuamasi. Proses penetrasi ini

    dilakukan melalui sekresi proteinase, lipase, dan enzim musinolitik, yang juga

    memberikan nutrisi. Trauma dan maserasi juga membantu terjadinya

    penetrasi. Mekanisme pertahanan baru muncul setelah lapisan epidermis yang

    lebih dalam telah dicapai, termasuk kompetisi dengan zat besi oleh transferin

    tidak tersaturasi dan juga penghambatan pertumbuhan jamur oleh progesteron.

    Di tingkat ini, derajat peradangan sangat tergantung pada aktivasi sistem

    kekebalan tubuh.

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    8/63

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    9/63

    9

    digunakan berupa ampisillin, golongan beta laktam ataupun golongan

    kuinolon.

    b) Tinea Ungium

    Tinea ungium merupakan infeksi jamur yang menyerang kuku dan

    biasanya dihubungkan dengan tinea pedis. Seperti infeksi pada tinea pedis,

    T. rubrum merupakan jamur penyebab tinea ungium. Kuku biasanya

    tampak menebal, pecah-pecah, dan tidak berwarna yang merupakan

    dampak dari infeksi jamur tersebut.

    c) Dermatofid

    Dermatofid juga dikenal sebagai reaksi id, merupakan suatu penyakit

    imunologik sekunder tinea pedis dan juga penyakit tinea lainnya. Hal ini

    dapat menyebabkan vesikel atau erupsi pustular di daerah infeksi sekitar

    palmaris dan jari-jari tangan. Reaksi dermatofid bisa saja timbul

    asimptomatis dari infeksi tinea pedis. Reaksi ini akan berkurang setelah

    penggunaan terapi antifungal. Komplikasi ini biasanya terkena pada pasien

    dengan edema kronik, imunosupresi, hemiplegia dan paraplegia, dan juga

    diabetes. Tanpa perawatan profilaksis penyakit ini dapat kambuh kembali.

    7. Diagnosis banding

    a) Dermatitiskontak

    Tinea pedis harus dibedakan dengan dermatitis, yang biasanya batasnya

    tidak jelas, bagian tepi tidak lebih aktif daripada bagian tengah.

    Predileksinya pada bagian yang kontak dengan dengan sepatu, kaos kaki,

    bedak kaki dan sebagainya. Adanya riwayat pengunaan sepatu baru. Tidak

    ditemukan jamur pada kultur tetapi hanya tanda-tanda peradangan.

    Dermatitis kontak akan memberikan tes tempel positif, sedangkan pada

    tinea pedis hasilnya negative.

    b) Pomfolix

    Pomfolix umumnya terjadi pada dorsum jari-jari kaki pada anak-anak,

    agak kronik, sering pada musim dingin, sangat gatal dan ada riwayat

    keluarga yang atopi. Kulit di dorsum pedis tidak ditemukan jamur.

    http://www.medicinenet.com/fungal_nails/article.htmhttp://www.medicinenet.com/fungal_nails/article.htmhttp://www.aafp.org/afp/2003/0101/p101.htmlhttp://www.aafp.org/afp/2003/0101/p101.htmlhttp://emedicine.medscape.com/article/1049216-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/1049216-overviewhttp://www.aafp.org/afp/2003/0101/p101.htmlhttp://www.medicinenet.com/fungal_nails/article.htm
  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    10/63

    10

    c) Psoriasis

    Mengenai telapak kaki; jarang terdapat pustul, menebal, lesi yang batas

    jelas; psoriasis dapat ditemukan pada bagian tubuh yang lain dan pada

    psoriasis terdapat fenomena tetesan lilin, Auspitz dan Kobner. Tidak

    didapatkan jamur pada pemeriksaan kulit

    d) Hiperhidrosis pada kaki

    Lesi dapat memburuk dan berwarna putih, erosi disertai maserasi pada

    telapak kaki dan bau yang sangat busuk.

    8. Penatalaksanaan

    a) Secara umum penatalaksanaan tinea pedis didasarkan atas klasifikasi dan

    tipenya

    Tabel 1. Klasifikasi jenis Tinea Pedis dan pengobatannya (3,4)

    Tipe Organisme

    Penyebab

    Gejala Klinis Pengobatan

    Moccasin Trichophyton

    rubrum

    Epidermophyton

    floccosum

    Scytalidium

    hyalinum

    S. dimidiatum

    Hiperkeratosis yang

    difus, eritema dan

    retakan pada

    permukaan telapak

    kaki; pada

    umumnya sifatnya

    kronik dan sulit

    disembuhkan;

    berhubungan

    dengan defisiensi

    Cell Mediated

    Immunity(CMI)

    Antifungal

    topikal disertai

    dengan obat-

    obatan keratolitik

    asam salisilat,

    urea dan asam

    laktat untuk

    mengurangi

    hiperkeratosis;

    dapat juga

    ditambahkan

    dengan obat-

    obatan oral

    Interdigital T.

    mentagrophytes

    Tipe yang paling

    sering; eritema,

    krusta dan maserasi

    Obat-obatan

    topikal; bisa juga

    menggunakan

    http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/psoriasis.htmlhttp://medicastore.com/penyakit/812/Keringat_Berlebihan_Hiperhidrosis_.htmlhttp://medicastore.com/penyakit/812/Keringat_Berlebihan_Hiperhidrosis_.htmlhttp://medicastore.com/penyakit/812/Keringat_Berlebihan_Hiperhidrosis_.htmlhttp://www.nlm.nih.gov/medlineplus/psoriasis.html
  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    11/63

    11

    (var. interdigitale)

    T. rubrum

    E. floccosum

    S. hyalinum

    S. dimidiatum

    Candida spp.

    yang terjadi pada

    sela-sela jari kaki,

    obat-obatan oral

    dan pemberian

    antibiotik jika

    terdapat infeksi

    bakteri; kronik :

    ammonium

    klorida

    hexahidrate 20 %

    Inflamasi /

    VesikobulosaT.mentagrophytes

    (var.

    mentagrophytes)

    Vesikel dan bula

    pada pertengahan

    kaki; berhubungan

    dengan reaksi

    dermatofit

    Obat-obatan

    topikal biasanya

    cukup pada fase

    akut, namun

    apabila dalam

    keadaan berat

    maka indikasi

    pemberian

    glukokortikoid

    Ulseratif T. rubrum

    T.

    mentagrophytes

    E. floccosum

    Eksaserbasi pada

    daerah interdigital;

    Ulserasi dan erosi;

    biasanya terdapat

    infeksi sekunder

    oleh bakteri;

    biasanya terdapat

    pada pasien

    imunokompromais

    dan pasien diabetes

    Obat-obatan

    topikal; antibiotik

    digunakan

    apabila terdapat

    infeksi sekunder

    b) Antifungal Topikal

    Obat topikal digunakan untuk mengobati penyakit jamur yang terlokalisir.

    Efek samping dari obat-obatan ini sangat minimal, biasanya terjadi

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    12/63

    12

    dermatitis kontak alergi, yang biasanya terbuat dari alkohol atau

    komponen yang lain.

    1. Imidazol Topikal. Efektif untuk semua jenis tinea pedis tetapi lebih

    cocok pada pengobatan tinea pedis interdigitalis karena efektif pada

    dermatofit dan kandida.

    a) Klotrimazole 1 %. Antifungal yang berspektrum luas dengan

    menghambat pertumbuhan bentukyeastjamur. Obat dioleskan dua

    kali sehari dan diberikan sampai waktu 2-4 minggu. Efek samping

    obat ini dapat terjadi rasa terbakar, eritema, edema dan gatal.

    b) Ketokonazole 2 % krim merupakan antifungal berspektrum luas

    golongan Imidazol; menghambat sintesis ergosterol, menyebabkan

    komponen sel yang mengecil hingga menyebabkan kematian sel

    jamur. Obat diberikan selama 2-4 minggu.

    c) Mikonazol krim, bekerja merusak membran sel jamur dengan

    menghambat biosintesis ergosterol sehingga permeabilitas sel

    meningkat yang menyebabkan keluarnya zat nutrisi jamur hingga

    berakibat pada kematian sel jamur. Lotion 2 % bekerja pada

    daerah-daerah intertriginosa. Pengobatan umumnya dalam jangka

    waktu 2-6 minggu.

    2. Tolnaftat 1% merupakan suatu tiokarbamat yang efektif untuk

    sebagian besar dermatofitosis tapi tidak efektif terhadap kandida.

    Digunakan secara lokal 2-3 kali sehari. Rasa gatal akan hilang dalam

    24-72 jam. Lesi interdigital oleh jamur yang rentan dapat sembuh

    antara 7-21 hari. Pada lesi dengan hiperkeratosis, tolnaftat sebaiknya

    diberikan bergantian dengan salep asam salisilat 10 %.

    3. Piridones Topikal merupakan antifungal yang bersifat spektrum luas

    dengan antidermatofit, antibakteri dan antijamur sehingga dapat

    digunakan dalam berbagai jenis jamur.

    a) Sikolopiroksolamin. Pengunaan kliniknya untuk dermatofitosis,

    kandidiasis dan tinea versikolor. Sikolopiroksolamin tersedia

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    13/63

    13

    dalam bentuk krim 1 % yang dioleskan pada lesi 2 kali sehari.

    Reaksi iritatif dapat terjadi walaupun jarang terjadi.

    4. Alilamin Topikal. Efektif terhadap berbagai jenis jamur. Obat ini juga

    berguna pada tinea pedis yang sifatnya berulang (seperi hiperkeratotik

    kronik).

    a) Terbinafine (Lamisil), menurunkan sintesis ergosterol, yang

    mengakibatkan kematian sel jamur. Jangka waktu pengobatan 1

    sampai 4 minggu. Berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa

    terbinafine 1% memiliki keefektifan yang sama dengan terbinafine

    10% dalam mengobati tine pedis namun dalam dosis yang lebih

    kecil dan lebih aman.

    5. Antijamur Topikal Lainnya

    a) Asam benzoat dan asam salisilat. Kombinasi asam benzoat dan

    asam salisilat dalam perbandingan 2 : 1 (biasanya 6 % dan 3 %) ini

    dikenal sebagai salep Whitfield. Asam benzoat memberikan efek

    fungistatik sedangkan asam salisilat memberikan efek keratolitik.

    Asam benzoat hanya bersifat fungistatik maka penyembuhan baru

    tercapai setelah lapisan tanduk yang menderita infeksi terkelupas

    seluruhnya. Dapat terjadi iritasi ringan pada tempat pemakaian,

    juga ada keluhan yang kurang menyenangkan dari para

    pemakainya karena salep ini berlemak.

    b) Asam Undesilenat. Dosis dari asam ini hanya menimbulkan efek

    fungistatik tetapi dalam dosis tinggi dan pemakaian yang lama

    dapat memberikan efek fungisidal. Obat ini tersedia dalam bentuk

    salep campuran yang mengangung 5 % undesilenat dan 20% seng

    undesilenat.

    c) Haloprogin. Haloprogin merupakan suatu antijamur sintetik,

    berbentuk kristal kekuningan, sukar larut dalam air tetapi larut

    dalam alkohol. Haloprogin tersedia dalam bentuk krim dan larutan

    dengan kadar 1 %.

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    14/63

    14

    c) Antifungal Sistemik

    Pemberian antifungal oral dilakukan setelah pengobatan topikal gagal

    dilakukan. Secara umum, dermatofitosis pada umumnya dapat diatasi

    dengan pemberian beberapa obat antifungal di bawah ini antara lain :

    1.

    Griseofulvin merupakan obat yang bersifat fungistatik. Griseofulvin

    dalam bentuk partikel utuh dapat diberikan dengan dosis 0,5 1 g

    untuk orang dewasa dan 0,25 - 0,5 g untuk anak-anak sehari atau 10-25

    mg/kg BB. Lama pengobatan bergantung pada lokasi penyakit,

    penyebab penyakit, dan imunitas penderita. Setelah sembuh klinis

    dilanjutkan 2 minggu agar tidak residif. Dosis harian yang dianjurkan

    dibagi menjadi 4 kali sehari. Di dalam klinik cara pemberian dengan

    dosis tunggal harian memberi hasil yang cukup baik pada sebagian

    besar penderita. Griseofulvin diteruskan selama 2 minggu setelah

    penyembuhan klinis. Efek samping dari griseofulvin jarang dijumpai,

    yang merupakan keluhan utama ialah sefalgia yang didapati pada 15 %

    penderita. Efek samping yang lain dapat berupa gangguan traktus

    digestivus yaitu nausea, vomitus dan diare. Obat tersebut juga dapat

    bersifat fotosensitif dan dapat mengganggu fungsi hepar.

    2. Ketokonazole. Obat per oral, yang juga efektif untuk dermatofitosis

    yaitu ketokonazole yang bersifat fungistatik. Kasus-kasus yang resisten

    terhadap griseofulvin dapat diberikan obat tersebut sebanyak 200 mg

    per hari selama 10 hari 2 minggu pada pagi hari setelah makan.

    Ketokonazole merupakan kontraindikasi untuk penderita kelainan

    hepar.

    3. Itrakonazole. Itrakonazole merupakan suatu antifungal yangdapat

    digunakan sebagai pengganti ketokonazole yang bersifat hepatotoksik

    terutama bila diberikan lebih dari sepuluh hari. Itrakonazole berfungsi

    dalam menghambat pertumbuhan jamur dengan mengahambat

    sitokorm P-45 yang dibutuhkan dalam sintesis ergosterol yang

    merupakan komponen penting dalam sela membran jamur. Pemberian

    obat tersebut untuk penyakit kulit dan selaput lendir oleh penyakit

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    15/63

    15

    jamur biasanya cukup 2 x 100-200 mg sehari dalam selaput kapsul

    selama 3 hari. Interaksi dengan obat lain seperti antasida (dapat

    memperlambat reabsorpsi di usus), amilodipin, nifedipin (dapat

    menimbulkan terjadinya edema), sulfonilurea (dapat meningkatkan

    resiko hipoglikemia). Itrakonazole diindikasikan pada tinea pedis tipe

    moccasion.

    4. Terbinafin. Terbinafin berfungsi sebagai fungisidal juga dapat

    diberikan sebagai pengganti griseofulvin selama 2-3 minggu, dosisnya

    62,5 mg250 mg sehari bergantung berat badan. Mekanisme sebagai

    antifungal yaitu menghambat epoksidase sehingga sintesis ergosterol

    menurun. Efek samping terbinafin ditemukan pada kira-kira 10 %

    penderita, yang tersering gangguan gastrointestinal di antaranya

    nausea, vomitus, nyeri lambung, diare dan konstipasi yang umumnya

    ringan. Efek samping lainnya dapat berupa gangguan pengecapan

    dengan presentasinya yang kecil. Rasa pengecapan hilang sebagian

    atau seluruhnya setelah beberapa minggu makan obat dan bersifat

    sementara. Sefalgia ringan dapat pula terjadi. Gangguan fungsi hepar

    dilaporkan pada 3,3 % - 7 % kasus.(1)Terbinafin baik digunakan pada

    pasien tinea pedis tipe moccasion yang sifatnya kronik. Pada suatu

    penelitian ternyata ditemukan bahwa pengobatan tinea pedis dengan

    terbinafine lebih efektif dibandingkan dengan pengobatan griseofulvin.

    Penatalaksanaan Keperawatan

    a.

    Menganjurkan untuk menjaga kebersihan kaki.

    b. Melakukan perawatan luka steril.

    c. Menjaga suasana kaki tetap lembab.

    d. Kolaborasi dalam pemberian obat-obatan antifungi.

    e. Menganjurkan agar tidak menggaruk kaki.

    f. Menganjurkan untuk memotong kuku.

    g. Menganjurkan agar tidak menggunakan saleb kulit sembarangan

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    16/63

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    17/63

    17

    kecuali pada tinea kapitis yang disebabkan oleh Microsporum sp.

    Pemeriksaan ini dilakukan sebelum kulit di daerah tersebut dikerok untuk

    mengetahui lebih jelas daerah yang terinfeksi.

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    18/63

    18

    11.Pathway

    Pemakaian sepatu tertutup yang lama

    Suhu kaki menjadi panas, basah, & lembab

    Media yang baik untuk perkembangan jamur

    Infeksi jamur(Trikhophiton)

    Tinea pedis

    Kurangnya informasi Pengeluaran Kreatinase

    Tentang penyakit & pengobatan

    Kurang Pengetahuan Merusak keratin pada lapisan

    Stratum Korneum

    Reaksi antigen antibody Menimbulkan skuamaRuam-ruam kulit

    Pengeluaran mediator kimia

    Merangsang ujung-ujung saraf Sensasi gatal

    Dipersepsikan ke otak Gangguan Rasa Nyaman Adanya garukan

    Rasa terbakar&Nyeri Lesi pada kulit

    Nyeri Akut Rusaknya barrier pertahanan tubuh Primer

    Resiko Infeksi

    Kerusakan integritas kulit

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    19/63

    19

    B. Skabies

    1. Definisi

    Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan

    sensitisasi (kepekaan) terhadap Sarcoptes scabiei var. Humini.s (Adhi

    Djuanda. 2007).

    Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang

    mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau

    sebaliknya. Penyebabnya scabies adalah Sarcoptes scabiei (Isa Marufi,

    Soedjajadi K, Hari B N, 2005).

    Scabies adalah penyakit zoonosisyang menyerang kulit, mudah menular

    dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat

    mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia yang disebabkan oleh

    tungau (kutu atau mite)Sarcoptes scabiei(Buchart, 1997).

    Jadi menurut kelompok scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan

    oleh infeksi kuman parasitik (Sarcoptes scabiei) yang mudah menular manusia

    ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat mengenai semua

    ras dan golongan yang ada dimuka bumi ini. Skabies adalah penyakit kulit

    yang disebabkan oleh infestisasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei

    varian hominis dan produknya. Sinonim dari penyakit ini adalah kudis, the

    itch, gudig, budukan, dan gatal agogo. Penyakit scabies ini merupakan

    penyakit menular oleh kutu tuma gatal Sarcoptes scabeitersebut, kutu tersebut

    memasuki kulit stratum korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan

    lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter.

    2. Etiologi

    Scabies disebabkan oleh kutu atau kuman sarcoptes scabei. Secara

    morfologik sarcoptes scabei merupakan tungau kecil berbentuk oval

    punggungnya cembung dan bagian perutnya rata berwarna putih kotor dan

    tidak memiliki mata. Sarcoptes betina yang berada di lapisan kulit stratum

    corneum dan lucidummembuat terowongan ke dalam lapisan kulit. Di dalam

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    20/63

    20

    terowongan inilah Sarcoptes betina bertelur dan dalam waktu singkat telur

    tersebut menetas menjadi hypopi yakn i sarcoptes muda. Akibat terowongan

    yang digali Sarcoptes betina dan hypopi yang memakan sel-sel di lapisan kulit

    itu, penderita mengalami rasa gatal.(Keperawatan Medikal Bedah, 2002).

    Sarcoptes scabiei termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, super famili

    Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scbiei var. hominis. Kecuali itu

    terdapat S. Scabieiyang lain, misalnya kambing dan babi.

    Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya

    cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna puith

    kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330-450

    mikron x 250-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200-240

    mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2

    pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat, dan 2 pasang kaki kedua

    pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada jantan pasangan kaki

    ketiga berakhir dengan rambut dan keempat berakhir dengan alat perekat.

    Siklus hidup tungau ini sebagai berikut. Setelah kopulasi (perkawinan) yang

    terjadi diatas kulit, yang jantan akan mati, kadang-kadang masih dapat hidup

    beberapa hari dalam terowongan yang digali oleh betina. Tungau betina yang

    telah dibuahi menggali terowongan dalam stratum korneum, dengan kecepatan

    2-3 mm sehari dan sambil meletakkan telurnya 2 atau 4 butir sehari sampai

    mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang dibuahi ini dapat hidup

    sebulan lamanya. Telur akan menetas, biasanya dalam waktu 3-5 hari, dan

    menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam

    terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari larva akan menjadi

    nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki.

    Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan

    waktu antara 8-12 hari.

    Faktor resiko dari skabies ini adalah :

    1. Skabies pada bayi dan anak

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    21/63

    21

    Lesi skabies pada anak dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk

    seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering terjadi

    infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga terowongan jarang

    ditemukan. Pada bayi, lesi terdapat di muka.

    2.

    Skabies yang ditularkan oleh hewan

    Sarcoptes scabiei varian canis dapat menyerang manusia yang

    pekerjaanya berhubungan erat dengan hewan tersebut. Misalnya peternak

    dan gembala. Gejalanya ringan, rasa gatal kurang, tidak timbul

    terowongan, lesi terutama terdapat pada tempat-tempat kontak. Dan akan

    sembuh sendiri bila menjauhi hewan tersebut dan mandi bersih-bersih.

    3. Skabies incognito

    Obat steroid topikal atau sistemik dapat menyamarkan gejala dan

    tanda skabies, sementara infestasi tetap ada. Sebaliknya, pengobatan

    dengan steroid toikal yang lama dapat menyebabkan lesi bertambah hebat.

    Hal ini mungkin disebabkan oleh karena penurunan respon imun seluler.

    4. Skabies terbaring di tempat tidur (bed ridden)

    Penderita penyakit kronis dan orang tua yang terpaksa harus tinggal di

    tempat tidur dapat menderita skabies yang lesinya terbatas.

    Cara penularan (transmisi) :

    1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan,

    tidur bersama dan hubungan seksual.

    2. Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei,

    bantal, dan lain-lain.

    Penularannya biasanya oleh Sarcoptes scabieibetina yang sudah dibuahi

    atai kadang-kadang oleh bentuk larva. Dikenal pula Sarcoptes scabiei var.

    animalisyang kadang-kadang dapat menulari manusia, terutama pada mereka

    yang banyak memelihara binatang peliharaan misalnya anjing.

    3. Manifestasi Klinis

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    22/63

    22

    1. Pruritus (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada

    suhu yang lebih lembab dan panas.

    2. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam

    sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu

    pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian

    besar tetangga yang berdekatan akan diserang tungau tersebut.

    3. Kunikulus (adanya terowongan) pada tempat-tempat predileksi yang

    berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok,

    rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau

    vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam kulit menjadi polimorfi

    (pustula, ekskoriasi, dll). Tempat predileksi biasanya daerah dengan

    stratum korneum tipis, yaitu sela-sela jari tangan, peregelangan tangan

    bagian volar, siku bagian luar, lipatan ketiak bagian depan, areola

    mammae (wanita) dan lipatan glutea, umbilikus, bokong, genitalia

    eksterna (pria), dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang

    telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan kulit. Pada

    remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.

    4.

    Terdapat agen parasitik satu atau lebih stadium hidup agen parasitik ini,

    merupakan hal yang paling diagnostik.

    5. Pada pasien yang menjaga hygiene, lesi yang timbul hanya sedikit

    sehingga diagnosis kadangkala sangat sulit ditegakkan.

    4. Patofisiologi

    Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya dari tungau scabies, akan

    tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau

    bergandengan sehingga terjadi kontak kulit yang kuat,menyebabkan lesi

    timbul pada pergelangan tangan. Gatal yang terjadi disebabkan leh sensitisasi

    terhadap secret dan ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan

    setelah infestasi. Pada saat it kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan

    ditemuannya papul, vesikel, dan urtika. Dengan garukan dapat timbul erosi,

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    23/63

    23

    ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi

    dapat lebih luas dari lokasi tungau.

    5. Diagnosis Banding

    Ada pendapat mengatakan penyakti skabies ini merupakan the great

    immator karena dapat menyerupai penyakit kulit dengan keluhan gatal.

    Sebagai diagnosis banding ialah : pitriaris rosea, tinea versikolor, pedikulosis

    korporis, prurigo, dermatitis, liken planus dan berbagai penyakit kulit lainnya

    dengan keluhan gatal.

    6. Komplikasi

    Bila skabies tidak di obati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul

    a) Dermatitis akibat garukan

    b) Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, selulitis, limfangitis, folikulitis,

    dan furunkel.

    c) Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang skabies dapat

    menimbul komplikasi pada ginjal, yaitu glomerulonefritis.

    d)

    Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat antiskabies

    yang berlebihan, baik pada terapi awal atau dari pemakaian yang terlalu

    sering.

    7. Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan

    Penatalaksanaan Medis

    Jenis obat topikal:

    1. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20 %dalam bentuk salep atau

    krim. Pada bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak

    sangat aman efektif. Kekurangannya ialah pemakaian tidak boleh kurang

    dari tiga hari karena tidak efektif terhadap stadium telur, berbau,

    mengotori pakaian, dan dapat menimbulkan iritasi.

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    24/63

    24

    2. Emulsi benzil-benzoat 20-25 % efektif terhadap semua stadium,

    diberikan setiap malam selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh, sering

    memberi iritasi, dan kadang-kadang semakin gatal setelah dipakai.

    3. Gama benzena heksaklorida (gameksan=gammexane) 1 % dalam

    bentuk krim atau losio tidak berbau dan tidak berwarna, termasuk obat

    pilihan karena efektif terhadap semua stdium, mudah digunakan, dan

    jarang memberi iritasi. Pemberiannya hanya cukupt sekali setiap 8 jam.

    Jika masih ada gejala ulangi seminggu kemudian. Pengguanaan yang

    berlebihan dapat menimbulkan efek pada sistem saraf pusat. Pada bayi dan

    anak-anak jika digunakan berlebihan , dapat menimbulkan neurotoksisitas.

    Obat ini tidak aman digunaka untuk ibu menyusui dan wanita hamil.

    4. Benzilbenzoat (krotamiton) Tersedia 10 % dan 25% dalam krim atau

    losio mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal. Harus

    dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim (eurax) hanya efektif pada

    50-60 % pasien. Digunakan selama 2 malam beruturut-turut dan

    dibersihkan setelah 24 jam pemakaian terakhir, kemudian digunakan lagi 1

    minggu kemudian. Obat ini disapukan ke badan dari leher ke bawah.

    Penggunaan berlebihan dapat menyebabkan iritasi. Bila digunakan untuk

    bayi dan anak-anak harus di tambahkan air 2-3 bagian.

    5. Permethrin. Dalam bentuk krim 5 % sebagai dosis tunggal.

    Pengguanaanya selama 8-12 jam dan kemudian dicuci bersih-bersih.

    Merupakan obat yang paling efektif dan aman karena sangat mematikan

    untuk parasit S. Scabiei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia.

    Pengobatan pada skabies krustosa sama dengan skabies klasik, hanya perlu

    ditambahkan salep keratolitik. Skabies subungual susah diobati. Bila

    didapatkan infeksi sekunder perlu diberikan antibiotik sistemik.

    Penatalaksanaan Keperawatan

    a) Mencuci bersih, bahkan sebagian ahli menganjurkan dengan cara direbus,

    handuk, seprai maupun baju penderita skabies, kemudian menjemurnya

    hingga kering.

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    25/63

    25

    b) Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-sama.

    c)

    Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang terinfeksi

    untuk memutuskan rantai penularan.

    d) Mandi dengan air hangat dan sabun untuk menghilangkan sisa-sisa kulit

    yang mengelupas dan kemudian kulit dibiarkan kering.

    e) Gunakan pakaian dan sprei yang bersih, semua perangkat tidur, handuk

    dan pakaian yang habis dipakai harus dicuci dengan air yang sangat panas

    kalau perlu direbus dan dikeringkan dengan alat pengering panas.

    f) Cegah datangnya lagi skabies dengan menjaga lingkungan agar tetap

    bersih dan sehat, ruangan jangan terlalu lembab dan harus terkena sinar

    matahari serta menjaga kebersihan diri anggota keluarga dengan baik.

    Jika pencegahan tidak dilakukan dengan baik dan efektif, maka dapat

    dilakukan penatalakasanaan medis.

    Syarat obat yang ideal ialah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak

    menimbulkan iritasi dan tidak toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak

    atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan murah. Cara pengobatannya

    ialah seluruh anggota keluarga harus diobati (termasuk penderita yang

    hiposesitisasi).

    8. Pencegahan

    Yang paling utama adalah menjaga kebersihan badan dengan mandi secara

    teratur, menjemur kasur, bantal dan sprei secara teratur serta menjaga

    lingkungan di dalam rumah agar tetap mendapat sinar matahari yang cukup,

    tidak lembab, dan selalu dalam keadaan bersih.

    Tindakan yang sangat penting untuk pengobatan penyakit scabies ini

    adalah memutus mata rantai penularan. Sehingga pengobatan penyakit

    scabies biasanya dilakukan secara masal agar mata rantai penularan dapat

    dibasmi secara cepat dan tuntas.

    9.

    Pemeriksaan penunjang

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    26/63

    26

    Diagnosa skabies dilakukan dengan membuat kerokan kulit pada daerah

    yang berwarna kemerahan dan terasa gatal. Kerokan yang dilakukan

    sebaiknya dilakukan agak dalam hingga kulit mengeluarkan darah karena

    sarcoptes betina bermukim agak dalam di kulit dengan membuat terowongan.

    Untuk melarutkan kerak digunakan larutan KOH 10 persen selanjutnya hasil

    kerokan tersebut diamati dengan mikroskop dengan perbesaran 10-40 kali.

    Cara lain adalah dengan meneteskan minyak immersi pada lesi, dan epidermis

    diatasnya dikerok secara perlahan-lahan.

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    27/63

    27

    10.Pathway

    Kontak langsung & Lingkungan Yang Padat Kebersihan diri kurang

    Tidak langsung

    Penyebaran telur sarcoptes Sanitasi Buruk

    Pada orang sehat

    Keadaan Lembab & Panas

    Resevoir sarcoptes

    Terbentuknya terowongan Timbul Vesikel

    Menimbulkan Rasa gatal

    TIdak Nyaman Istrahat

    Gangguan Pola tidur Respon tubuh Menggaruk

    Ulcus, Erosi

    Gangguan Citra Tubuh Barrier Kulit Rusak Kerusakan

    Integritas Kulit

    Memudahkan Invasi Patogen

    Resiko Infeksi

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    28/63

    28

    BAB III

    ASUHAN KEPERAWATAN

    A. TINEA PEDIS

    1. Pengkajian

    a. Identitas pasien

    Nama : Tn. M

    Umur : 34 tahun

    Agama : Islam

    Jenis kelamin : Laki-laki

    Pendidikan : SD

    Alamat : Bilalang

    Suku/bangsa : mongondow

    Perkerjaan : Sopir

    Tanggal MRS : 7 feb 2013 Jam 07.00

    Ruang/ Kamar : Interna Pria

    Tanggal dan jam pengkajian : 7 Februari 2014Jam 08.00

    Diagnose medis : Tinea Pedis

    Penanggung Jawab

    Nama : Ny. K

    Umur : 32 thn

    Agama : Islam

    Jenis kelamin : Perempuan

    Pekerjaan : IRT

    Hubungan dgn pasien : Istri

    b. Riwayat kesehatan

    1. Keluhan utama: Klien mengatakan gatal pada sela-sela jari kaki kanan dan

    kiri

    Keluhan tambahan : luka pada sela jari dan terasa nyeri apabila digaruk

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    29/63

    29

    2. Riwayat kesehatan sekarang

    Klien datang ke RSDB dengan keluhan gatal padasela-sela jari kaki kanan

    dan kiri. Keluhan dirasakan sejak 1 minggu SMRS. Menurut klien gatal-

    gatal ini muncul setelah tempat tinggalnya mengalami banjir, kemudian

    setelah itu klien mengeluh gatal pada sela-sela jari kaki kanan dan kiri.

    Karena setiap hari terasa semakin gatal, klien sering menggaruk-garuk sela

    jari sampai akhirnya timbul luka. Selain itu menurut pasien setiap bekerja

    pasien selalu menggunakan sepatu yang tertutup tanpa menggunakan kaos

    kaki sehingga keluhan dirasakan semakin bertambah parah.

    3. Riwayat penyakit dahulu

    Klien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya, keluhan

    Asma dan DM disangkal. Klien memiliki riwayat penyakit HT sejak 3

    tahun lalu dan klien mengkonsumsi captopril untuk mengontrol tekanan

    darah

    4. Riwayat penyakit keluarga

    Tidak ada anggota keluarga klien dalam satu rumah yang mengalami

    keluhan serupa

    5.

    Riwayat Sosial Ekonomi

    Klien adalah seorang karyawan swasta yang bekerja sebagai pengemudi

    Taksi. Setiap bekerja klien menggunakan sepatu tanpa menggunakan kaos

    kaki dan tempat tinggal klien merupakan tempat tinggal yang sering

    mengalami banjir.

    6. Riwayat Alergi

    Menurut klien, klien memiliki alergi terhadap ikan dan telur. Klien tidak

    memiliki riwayat alergi terhadap obat maupun cuaca.

    7. Riwayat Pengobatan

    Menurut klien sebelum klien MRS klien sempat berobat di klinik

    perusahan tempat pasien bekerja dan diberikan salep tetapi belum ada

    perubahan

    c. Pemeriksaan fisik

    a.

    Keadaan umum: tampak luka pada kedua sela-sela jari kaki klien

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    30/63

    30

    b. Kesadaran : Compos mentis

    E (eyes) Membuka mata dengan spontan (4)

    V ( Verbal) Orientasi Baik (5)

    M (Motorik) Gerakan sesuai perintah (6)

    GCS : 15

    c. Tanda-tanda Vital

    TD=130/80 mmHg

    SB=36,70c

    R=22x/mnt ,

    N=90x/mnt ,

    d. Kulit

    Warna kulit putih, tidak ada gannguan pada kulit, turgor kulit

    cukup, tidak ada lesi, tidak ada edema, suhu badan 36,70C

    e. Kepala

    Bentuk kepala mesochepal, ukuran normal, tidak ada alopesia,

    tidak ada lesi, kulit kepala bersih tidak berketombe, warna rambut hitam,

    kuantitas rambut tidak mudah rontok tidak da nyeri tekan dan edema pada

    kepala

    f. Wajah

    Wajah simetris, klien tampak lemah, tidak ada edema, tidak ada

    yeri tekan.

    g. Mata

    Alis mata simetris kiri dan kanan, bulu mata terdistribusi normal

    sepanjang kelopak mata, tidak ada pembengkakan pada palpebra,

    konjungtiva merah mudah, sclera tidak ikterik,pupil bulat dan sama

    ukurannya, saat disinari cahaya pupil mengecil, visus mata tidak dikaji

    h. Telinga

    Bentuk telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi, tidak ada sumbatan

    serumen, membrane timpani normal warna putih keabu-abuan seperti

    mutiara saat disinari cahaya, klien dapat mendengar dengan baik.

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    31/63

    31

    i. Hidung

    Bentuk hidung simetris, nasal septum tegak lurus berada ditengah,

    muosa kering, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan,perdarahan, tidak

    ada sumbatan, tidak ada polip dan tidak ada nyeri tekan.

    j.

    Mulut

    Kondisi bibir kering, tidak ada lesi, mukosa pucat, tidak ada lesi,

    gusi normal merah mudah, tidak ada edema, tidak ada perdarahan, jumlah

    gigi lengkap, tidak ada karies, tidak ada gigi berlubang.

    k. Leher

    Tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid, integritas kulit baik, nadi

    karotis kiri dan kanan teraba, tidak ada nyeri saat menelan.

    l. Dada Paru

    Bentuk dada normal chest, ekspansi dada simetris kiri dan kanan,

    nafas teratur, suara nafas vesikuler

    m. Dada Jantung

    Tekanan darah 130/80 mmHg, CRT

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    32/63

    32

    bahwa kesehatan merupakan suatu keadaan dimana dia dapat melakukan

    aktifitas tanpa disertai gangguan pada tubuh dan persaannya (rohani).

    b. Pola latihan dan aktivitas

    Aktivitas latihan selama sakit

    Aktivitas 0 1 2 3 4

    Makan

    Mandi

    Berpakaian

    Eliminasi

    Mobilisasi di tempat tidur

    Keterangan

    0 : Mandiri

    1 : Dengan menggunakan alat bantu

    2 : Dengan menggunakan bantuan dari orang lain

    3 : Dengan bantuan orang lain dan alat bantu

    4 : Tergantung total, tidak berpartisipasi dalam beraktivitas

    c.

    Pola Personal Hygiene

    Sebelum Sakit : Klien mandi 2x sehari, diwaktu pagi dan sore hari dengan

    menggunakan sabun mandi dan shampho untuk mencuci rambut,

    serta menggosok gigi setelah makan.

    Saat Dikaji : Klien mandi menggunakan sabun 1x sehari dan gosok gigi

    pada pagi hari dan sore hari.

    d.

    Pola nutrisi dan metabolic

    Nutrisi

    Sebelum sakit : Klien mengatkan bahwa sebelum sakit pasien makan 3x

    sehari dengan porsi 1 piring yang isinya nasi, sayur, tempe, tidak,

    makanan pantangan klien alergi telur dan ikan.

    Saat Sakit : Klien makan nasi dan sayur 3xsehari, Porsi makan Porsi

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    33/63

    33

    Cairan

    Sebelum Sakit : Klien minum setiap kali merasa haus, jenis minuman air

    putih kurang lebih 6-8 gelas/ hari

    Saat sakit : Klien mengatakan minum kurang lebih 3-4 gelas/ hari

    jenis minuman air putih hangat.

    e. Pola eliminasi

    Sebelum sakit : BAB 2x sehari dengan konsisten warna kuning

    kecoklatan, Bau khas feses, lembek. BAK 4-5x sehari

    Saat dikaji : BAB 1x sehari warna agak kecoklatan, lembek, BAK 2-3x

    sehari warna dan bau dipengaruhi oleh obat-obatan.

    f. Pola istrahat dan tidur

    Sebelum Sakit : Klien mengatakan istrahat pada siang hari kurang lebih

    2jam pada pukul 13.00-15.00, dan pada malam hari 8 jam

    pada pukul 22.00-06.00, dalam sehari klien istrahat 10 jam

    Saat dikaji : klien mengatakan tidak dapat istrahat pada siang dan

    malam hari karena sakit yang dideritanya.

    g.

    Pola kognitif dan perceptual

    Sebelum Sakit : Klien sadar, bicara tidak ada kelainan dan bahasa yang

    diginakan adalah bahasa daerah.

    Saat dikaji : Klien terlihat tegang, cemas, gelisah

    h. Konsep diri

    Sebelm sakit : Klien selalu menganggap dirinya baik-baik saja

    Saat dikaji :Klien menyadari bahwa kondisi dirinya tidak dalam

    keadaan stabil.

    i. Pola Koping

    Sebelum Sakit : Klien mengatakan dapat menyelesaikan setiap masalah

    yang dihadapi, pandangan klien optimis, pengambil

    keputusan klien adalah suami klien sendiri.

    Saat dikaji : Klien Nampak Gelisah dan bertanya-tanya tentang

    penyakitnya

    10. Pola seksual dan reproduksi selama masuk rumah sakit: -

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    34/63

    34

    11. Pola peran dan berhubungan

    Sebelum Sakit : Klien mengatakan hubungan dengan tetangga maupun

    dengan orang lain baik

    Saat dikaji : Hubungan klien dengan tetangga maupun keluarga

    Nampak baik, hubungan klien dengan perawat baik

    12. Pola nilai dan kepercayaan

    Sebelum sakit : Klien beragama islam dan melakukan sholat berjamaah

    setiap magrib dan isyah

    Saat dikaji : Klien hanya terbaring dan berdoa untuk kesembuhan

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    35/63

    35

    2. Analisa Data

    No Data fokus Etiologi Problem

    1 Ds: - Klien mengatakan tidak bias

    tidur akibat rasa gatal pada

    kakinya

    - Klien mengatakan gatal pada

    sela-sela jari kaki kanan dan kiri

    Do:

    - Tampak luka pada sela-sela jari

    kaki

    Pruritus Gangguan Pola tidur

    2 Ds: Klien mengatakan nyeri pada sela-

    sela jari kaki apabila digaruk dengan

    berlebihan

    Do: P: Luka pada sela-sela jari kaki

    Q: Nyeri seperti terbakar

    R: Sela-sela jari kaki kanan dan kiri

    S: nyeri skala 5

    T: Nyeri apabila digaruk berlebihan

    TD=130/80 mmHg

    SB=37,9oC

    R=16x/mnt ,

    N=80x/mnt ,

    Lesi pada kulit Nyeri akut

    3 Ds: - Klien mengatakan sering

    menggaruk sela sela jari kaki

    akibat gatal

    Do: - Tampak luka pada sela sela jari

    kaki klien

    TD=130/80 mmHg

    SB=36,7oC

    Rusaknya barrier

    pertahanan tubuh

    primer

    Resiko infeksi

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    36/63

    36

    R=22x/mnt ,

    N=90x/mnt

    Ds: - Klien mengatakan Luka pada

    sela-sela jari kaki kanan dan kiri

    akibat garuk

    Do: Tampak luka pada sela-sela jari

    kaki klien

    Lesi akibat efek dari

    garuk

    Kerusakan integritas

    kulit

    4 Ds: Klien mengatakan tidak megerti

    dengan penyakit dan cara

    pengobatan penyakitnya

    Do: Klien tampak cemas

    -

    Klien sering bertanya tentang

    penyakitnya

    Kurangnya informasi

    tentang penyakit dan

    pengobatan

    Kurang pengetahuan

    3. Diagnosa Keperawatan

    1.

    Gagguan pola tidur b/d Pruritus & nyeri

    2.

    Nyeri akut b/d adanya lesi

    3. Resiko infeksi b/d adanya lesi

    4. Kerusakan integritas kulit b/d lesi akibat efek dari garuk

    5.

    Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi tentang penyalit dan

    pengobatan

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    37/63

    37

    4. Intervensi

    No Hari/tgl Diagnosa keperawatan Tujuan/KH Intervensi Rasional

    1 Rabu

    7 Feb 2014

    Gangguan pola tidur b/d

    pruritus/nyeri ditandai dengan

    Ds: - Klien mengatakan gatal

    pada sela-sela jari kaki

    kanan dan kiri

    - Klien mengatakan tidak

    bias tidur akibat rasa gatal

    pada kakinya

    Do: - Tampak luka pada sela-sela

    jari kaki

    Setelah dilakukan tindakan

    keperawatan selama 1x24 jam

    diharapkan klien dapat istrahat,

    klien dapat menjelaskan dan

    mampu menerapkan tehnik

    untuk mempermudah tidur

    denganKH:

    - Klien mengatakan rasa gatal

    berkurang

    - Klien bias istrahat

    1. Identifikasi faktor-faktor

    penyebab tidak bisa

    tidur

    2.

    Beri penjelasan pada

    klien dan keluarga

    penyebab gangguan pola

    tidur

    3.

    Anjurkan klien mandi air

    hangat sebelum tidur dan

    mengoleskan obat salep

    (sesuai terapi) pada

    daerah lesi

    4.

    Kolaborasikan dengan

    tim medis dalam

    pemberian

    antihistamin/antigatal

    1. Untuk mengetahui

    penyebab klien

    tidak bisa tidur.

    2.

    Agar klien mengerti

    dengan pola tidur

    klien

    3.

    Agar perkembangan

    jamur terhenti

    4.

    Untuk membantu

    proses

    penyembuhan.

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    38/63

    38

    2 Rabu

    7 Feb 2014

    Nyeri akut b/d lesi pada kulit

    ditandai dengan:

    Ds: Klien mengatakan nyeri pada

    sela-sela jari kaki apabila digaruk

    dengan berlebihan

    Do: P: Luka pada sela-sela jari

    kaki

    Q: Nyeri seperti terbakar

    R: Sela-sela jari kaki kanan

    dan kiri

    S: nyeri skala 5

    T: Nyeri apabila digaruk

    berlebihan

    TD=130/80 mmHg

    SB=36,70c

    R=22x/mnt ,

    N=90x/mnt ,

    Setelah dilakukan tindakan

    keperawatan selama 1x24 jam

    diharapkan nyeri berkurang

    dengan KH

    - Klien mengatakan nyeri

    berkurang

    -

    Skala nyeri 1-3

    - TTV dalam batas

    normal

    1.

    Kaji Tanda tanda vital

    2.

    Kaji intensitas nyeri

    3.

    Anjurkan teknik relaksasi

    dan distraksi

    4.

    Jelaskan penyebab nyeri

    1.

    Untuk menentukan

    asuhan keperawatan

    dan terapi

    kolaborasi yang

    sesuai

    2.

    Untuk mengetahui

    sejauh mana nyeri

    yang dirasakan

    klien

    3.

    Untuk mengurangi

    nyeri

    4.

    Pengetahuan pasien

    terhadap nyeri

    dapat membuat

    pasien lebih patuh

    pada pengobatan

    5.

    Dapat meredahkan

    nyeri

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    39/63

    39

    3 Rabu

    7 Feb 2014

    Resiko infeksi b/d proses

    inflamasi ditandai dengan

    Ds: - Klien mengatakan sering

    menggaruk sela sela jari

    kaki akibat gatal

    Do: - Tampak luka pada sela sela

    jari kaki klien

    TD=130/80 mmHg

    SB=36,7oC

    R=22x/mnt ,

    N=90x/mnt

    Setelah dilakukan tindakan

    keperawatan selama 3x24 jam

    dengan diharapkan tidak terjadi

    infeksi dengan kreteria hasil:

    - Tidak terdapat tanda-tanda

    infeksi

    -

    Klien dapat

    mempertahankan Suhu

    tubuh

    5.

    Kolaborasi dengan tim

    medis dalam pemberian

    terapi analgetik

    1.

    Kaji tanda-tanda vital

    2.

    Observasi tanda-tanda

    infeksi dan peradangan

    3. Lakukan Perawatan luka

    dengan teknik aseptic

    4. Kolaborasi pemberian

    antibiotik

    1.

    Untuk mengetahui

    keadaan umum

    klien

    2.

    Demam dapat

    terjadi karena

    adanya infeksi

    3.

    Untuk mempercepat

    proses

    penyembuhan

    4.

    Pencegahan

    terjadinya infeksi

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    40/63

    40

    4 Rabu

    7 Feb 2014

    Kerusakan integritas kulit b/d lesi

    akibat efek dari garuk ditandai

    dengan

    Ds: - Klien mengatakan Luka

    pada sela-sela jari kaki

    kanan dan kiri akibat garuk

    Do: Tampak luka lembab pada

    sela-sela jari kaki

    Setelah dilakukakan tindakan

    keperawatan selama 3x24 jam

    diharapkan kondisi klien

    menunjukkan kemajuan dalam

    perbaikan integritas kulit

    dengan

    Kriteria hasil : Area terbebas

    dari infeksi lanjut dan kulit

    bersih, kering, dan tidak lembab

    1.

    Kaji keadaan kulit

    2.

    Pertahankan agar area

    luka tetap bersih dan

    kering

    3.

    Anjurkan klien untuk

    memakai pakaian ( baju,

    celana, dalam, kaus kaki)

    yang mudah menyerap

    keringat

    4.

    Kolaborasi dengan dokter

    dalam pemberian terapi

    1.

    Untuk mengetahui

    kondisi dan keadan

    umum klien

    2.

    Untuk mencegah

    terjadinya infeksi

    3.

    Untuk memodifikasi

    lingkungan untuk

    mempercepat proses

    penyembuhan klien

    4.

    Agar terapi dan

    pengobatan dapat

    memberi perubahan

    pada kondisi yang

    dialami klien

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    41/63

    41

    5 Rabu

    7 Feb 2014

    Kurang pengetahuan b/d

    kurangnya informasi tentang

    penyalit dan pengobatan

    Ds: Klien mengatakan tidak

    megerti dengan penyakit dan cara

    pengobatan penyakitnya

    Do: Klien tampak cemas

    Klien sering bertanya tentang

    penyakitnya

    Setelah dilakukan tindakan

    keperawatan 1x24 jam klien

    dan atau keluarga bertambah

    (mengerti dan memahami

    tentang penyakit, program

    perawatan dan pengobatan)

    dengan KH

    S : klien dan atau keluarga tidak

    sering bertanya lagi

    O : - Ekspresi wajah tidak

    bingung

    -

    Klien dan keluarga dapat

    mengungkapkan kembali

    apa yang telah dijelaskan

    -

    Klien kooperatif dalam

    pengobatan.

    1.

    Kaji tingkat pengetahuan

    klien dan keluarga

    tentang penyakit klien

    2.

    Berikan informasi yang

    tepat dengan keadaan

    individu

    3.

    Berikan informasi tanda

    dan gejala penyakit yang

    diderita klien

    4.

    Jelaskan tentang

    pentingnya pembatasan

    kunjungan klien dan

    pentingnya nutrisi bagi

    pertahanan tubuh klien

    5.

    Jelaskan kepada klien

    setiap

    pemeriksaan/tindakan

    yang akan dilakukan.

    1.

    Untuk mengetahui

    pengetahuan klien

    tentang penyakit

    2.

    Untuk mengurangi

    kecemasan klien

    3.

    Agar klien

    mengerti tentang

    penyakitnya

    4. Dengan membatasi

    pengunjung dan

    meningkatkan

    nutrisi bagi klien

    dapat

    mempermudah

    proses

    penyembuhan

    5.

    Klien mengerti dan

    mengetahui

    tentang tindakan

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    42/63

    42

    5.

    Anjurkan klien untuk

    mengungkapkan kembali

    apa yang telah dijelaskan

    serta anjurkan untuk

    bertanya bila ada yang

    tidak jelas

    keperawatan dan

    pemeriksaan yang

    akan dilakukan.

    5.

    Dengan

    mengungkapkan

    kembali apa yang

    telah dijelaskan

    maka klien mengerti

    tentang apa yang

    telah disampaikan

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    43/63

    43

    5. Evaluasi

    No Hari/tgl Dx Kep Implementasi Evaluasi

    1 Rabu

    7 feb

    2014

    J 10.00

    I 1. Mengidentifikasi faktor-faktor

    penyebab tidak bisa tidur dan

    penunjang keberhasilan tidur dengan

    hasil faktor penyebab klien tidak bisa

    tidur akibat rasa gatal pada luka

    2. Memberi penjelasan pada klien dan

    keluarga penyebab gangguan pola

    tidur dengan hasil klien dan keluarga

    mengerti dengan penjelasan perawat

    3. Menganjurkan klien mandi air hangat

    sebelum tidur dan mengoleskan obat

    salep (sesuai terapi) pada daerah lesi

    dengan hasil klien mengikuti anjuran

    perawat

    4.

    Mengkolaborasi dengan tim medis

    dalam pemberian

    antihistamin/antigatal

    S: Klien mengatakan rasa gatal

    berkurang

    - Klien mengatakan bias

    istrahat

    O: - Masih tampak luka pd

    sela-sela jari kaki klien

    A: Masalah teratasi sebagian

    P: Lanjutkan intervensi

    2 Rabu

    7 feb

    2014

    J 10.15

    II 1. Mengkaji Tanda tanda vital dengan

    hasil

    TD=130/80 mmHg

    SB=36,7oC

    R=22x/mnt

    N=90x/mnt

    . Mengkaji intensitas nyeri dengan hasil

    P: Luka pada sela-sela jari kaki

    Q: Nyeri seperti terbakar

    R: Sela-sela jari kaki kanan dan kiri

    S: nyeri skala 5

    S: Klien mengatakan nyeri

    berkutang

    O: Nyeri skala 3

    TTV

    TD : 120/80mmhg

    SB :370C

    N: 80x/mnt

    R: 20x/Mnt

    A: Masalah Teratasi sebagian

    P: lanjutkan Intervnsi

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    44/63

    44

    T: Nyeri apabila digaruk berlebihan

    3. Menganjurkan teknik relaksasi dan

    distraksi dengan hasil klien mengikuti

    anjuran perawat

    4. Menjelaskan penyebab nyeri dengan

    hasil klien mendengarkan dan

    memahami penjelasan perawat

    5. Mengkolaborasi dengan tim medis

    dalam pemberian terapi analgetik

    3 Rabu

    7 feb

    2014

    J 10.30

    III 1. Mengkaji tanda-tanda vital dengan

    hasil

    TD=130/80 mmHg

    SB=37,9oC

    R=16x/mnt ,

    N=80x/mnt

    2.

    Mengobservasi tanda-tanda infeksidan peradangan

    3. Melakukan Perawatan luka dengan

    teknik aseptic

    4. Mengkolaborasi dengan tim medis

    dalam pemberian antibiotik

    S:

    O: Tampak luka mulai

    mongering

    - Tidak ada tanda-tanda

    peradangan

    -

    TTVTD=120/80 mmHg

    SB=37oC

    R=16x/mnt ,

    N=80x/mnt

    A: Masalah teratasi sebagian

    P: Lanjutkan intervensi

    4 Rabu7 feb

    2014

    J 10.45

    IV 1.

    Mengkaji keadaan kulit dengan hasiltampak lesi pada sela jari-jari kaki

    kanan dan kiri klien

    .

    Memperertahankan agar area luka

    tetap bersih dan kering

    . Menganjurkan klien untuk memakai

    pakaian ( baju, celana, dalam, kaus

    kaki) yang mudah menyerap keringat

    S: Klien mengatakan luka

    pada sela-sela jari kaki

    kanan dan kiri

    O: Tampak luka bersih, dan

    sedikit lembab

    A: Masalah teratasi sebagian

    P: Lanjutkan Intervensi

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    45/63

    45

    dengan hasil klien mengikuti anjuran

    perawat

    .

    Mengkolaborasi dengan dokter dalam

    pemberian terapi

    5 Rabu

    7 feb

    2014

    J 11.00

    V 1. Mengkaji tingkat pengetahuan klien

    tentang penyakit denganhasil klien

    tidak mengerti tentang penyakitnya

    2. Memberikan informasi yang tepat

    dengan keadaan individu dengan

    hasil klien mengerti tentang

    penjelasan perawat

    3. Memberikan informasi tanda dan

    gejala penyakit yang diderita klien

    dengan hasil klien mendengarkan

    penjelasan perawat

    5. Menjelaskan tentang pentingnya

    pembatasan kunjungan klien dan

    pentingnya nutrisi bagi pertahanan

    tubuh klien dengan hasil klien

    mengerti dengan penjelasan perawat

    6. Menjelaskan kepada klien setiap

    pemeriksaan/tindakan yang akan

    dilakukan

    7.

    Menganjurkan klien untuk

    mengungkapkan kembali apa yang

    telah dijelaskan serta anjurkan untuk

    bertanya bila ada yang tidak jelas

    dengan hasil klien dapat

    mengungkapkan sebagian dari

    penjelasan perawat

    S: .- Klien tidak sering

    bertanya lagi

    - Klien mengerti tentang

    penyakit

    O : - Ekspresi wajah tidak

    bingung

    - Klien dapt

    mengungkapkan

    kembali sebagian apa

    yang telah dijelaskan

    - Klien kooperatif dalam

    pengobatan

    A.Masalah teratasi

    P. Intervensi dihentikan

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    46/63

    46

    B. Skabies

    1. Pengkajian

    a.

    Identitas pasien

    Nama : Tn. M

    Umur : 34 tahun

    Agama : Islam

    Jenis kelamin : Laki-laki

    Pendidikan : SD

    Alamat : Bilalang

    Suku/bangsa : mongondow

    Perkerjaan : Sopir

    Tanggal MRS : 7 feb 2013 Jam 07.00

    Ruang/ Kamar : Interna Pria

    Tanggal dan jam pengkajian : 7 Februari 2013 Jam 08.00

    Diagnose medis : Skabies

    Penanggung Jawab

    Nama : Ny. K

    Umur : 32 thn

    Agama : Islam

    Jenis kelamin : Perempuan

    Pekerjaan : IRT

    Hubungan dgn pasien : Istri

    b.

    Riwayat kesehatan

    1. Keluhan utama: Terdapat lesi dikulit bagian punggung dan merasakan

    gatal terutama pada malam hari.

    2.

    Riwayat kesehatan sekarang

    Klien mulai merasakan gatal yang memanas dan kemudian menjadi edema

    karena garukan akibat rasa gatal yang sangat hebat

    3.

    Riwayat penyakit dahulu: Klien pernah masuk Rs karena alergi

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    47/63

    47

    4. Riwayat penyakit keluarga

    Dalam keluarga klien ada yang menderita penyakit seperti yang klien

    alami yaitu kurap, kudis

    5. Riwayat Alergi

    Menurut klien, klien memiliki alergi terhadap ikan dan telur. Klien tidak

    memiliki riwayat alergi terhadap obat maupun cuaca.

    8. Riwayat Pengobatan

    Menurut klien sebelum klien MRS klien sempat berobat di Puskesmas

    terdekat dan diberikan salep tetapi belum ada perubahan

    e. Pemeriksaan fisik

    a. Keadaan umum: Tampak luka lesi akibat garukan pada punggung klien

    b.

    Kesadaran : Compos mentis

    E (eyes) Membuka mata dengan spontan (4)

    V ( Verbal) Orientasi Baik (5)

    M (Motorik) Gerakan sesuai perintah (6)

    GCS : 15

    c.

    Tanda-tanda Vital

    TD=130/80 mmHg

    SB=36,5oC

    R=16x/mnt ,

    N=80x/mnt ,

    d. Kulit

    Warna kulit putih, turgor kulit cukup, terdapat lesi akibat garukan

    pada punggung klien, teapatr edema, suhu badan 36,50C

    e. Kepala

    Bentuk kepala mesochepal, ukuran normal, tidak ada alopesia,

    tidak ada lesi, kulit kepala bersih tidak berketombe, warna rambut hitam,

    kuantitas rambut tidak mudah rontok tidak da nyeri tekan dan edema pada

    kepala

    f.

    Wajah

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    48/63

    48

    Wajah simetris, klien tampak lemah, tidak ada edema, tidak ada

    yeri tekan.

    g.

    Mata

    Alis mata simetris kiri dan kanan, bulu mata terdistribusi normal

    sepanjang kelopak mata, tidak ada pembengkakan pada palpebra,

    konjungtiva merah mudah, sclera tidak ikterik,pupil bulat dan sama

    ukurannya, saat disinari cahaya pupil mengecil, visus mata tidak dikaji

    h. Telinga

    Bentuk telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi, tidak ada sumbatan

    serumen, membrane timpani normal warna putih keabu-abuan seperti

    mutiara saat disinari cahaya, klien dapat mendengar dengan baik.

    i.

    Hidung

    Bentuk hidung simetris, nasal septum tegak lurus berada ditengah,

    muosa kering, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan,perdarahan, tidak

    ada sumbatan, tidak ada polip dan tidak ada nyeri tekan.

    j. Mulut

    Kondisi bibir kering, tidak ada lesi, mukosa pucat, tidak ada lesi,

    gusi normal merah mudah, tidak ada edema, tidak ada perdarahan, jumlah

    gigi lengkap, tidak ada karies, tidak ada gigi berlubang.

    k. Leher

    Tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid, integritas kulit baik, nadi

    karotis kiri dan kanan teraba, tidak ada nyeri saat menelan.

    l. Dada Paru

    Bentuk dada normal chest, ekspansi dada simetris kiri dan kanan,

    nafas teratur, suara nafas vesikuler

    m. Dada Jantung

    Tekanan darah 130/80 mmHg, CRT

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    49/63

    49

    Bentuk abdomen simetris, Peristaltik usus 6-12x/mnt, tidak ada lesi

    tidak ada nyeri tekan pada hepar, lien dan ginjal, bunyi tympani.

    o.

    Pemeriksaan genitalia dan anus

    Tidak ada kelainan, dan tidak ada hemoroid

    p. Ekstremitas atas: Tidak ada edema dan fraktur

    Ekstremitas Bawah: tidak ada edema dan fraktur

    f. Pola fungsi kesehatan

    a.

    Pola persepsi - pemeliharaan kesehatan

    Klien mengatakan bahwa sakit adalah suatu rasa tidak enak pada

    badan yang membuat kita menjadi tidak nyaman dan pasien mengatakan

    bahwa kesehatan merupakan suatu keadaan dimana dia dapat melakukan

    aktifitas tanpa disertai gangguan pada tubuh dan persaannya (rohani).

    b. Pola latihan dan aktivitas

    Aktivitas latihan selama sakit

    Aktivitas 0 1 2 3 4

    Makan

    Mandi

    Berpakaian

    Eliminasi

    Mobilisasi di tempat tidur

    Keterangan

    0 : Mandiri

    1 : Dengan menggunakan alat bantu

    2 : Dengan menggunakan bantuan dari orang lain

    3 : Dengan bantuan orang lain dan alat bantu

    4 : Tergantung total, tidak berpartisipasi dalam beraktivitas

    c. Pola Personal Hygiene

    Sebelum Sakit : Klien mandi 2x sehari, diwaktu pagi dan sore hari dengan

    menggunakan sabun mandi dan shampho untuk mencuci rambut,

    serta menggosok gigi setelah makan.

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    50/63

    50

    Saat Dikaji : Klien mandi menggunakan sabun 1x sehari dan gosok gigi

    pada pagi hari dan sore hari.

    d.

    Pola nutrisi dan metabolic

    Nutrisi

    Sebelum sakit : Klien mengatkan bahwa sebelum sakit pasien makan 3x

    sehari dengan porsi 1 piring yang isinya nasi, sayur, tempe, tidak,

    makanan pantangan klien alergi telur dan ikan.

    Saat Sakit : Klien makan nasi dan sayur 3xsehari, Porsi makan Porsi

    Cairan

    Sebelum Sakit : Klien minum setiap kali merasa haus, jenis minuman air

    putih kurang lebih 6-8 gelas/ hari

    Saat sakit : Klien mengatakan minum kurang lebih 3-4 gelas/ hari

    jenis minuman air putih hangat.

    e.

    Pola eliminasi

    Sebelum sakit : BAB 2x sehari dengan konsisten warna kuning

    kecoklatan, Bau khas feses, lembek. BAK 4-5x sehari

    Saat dikaji : BAB 1x sehari warna agak kecoklatan, lembek, BAK 2-3x

    sehari warna dan bau dipengaruhi oleh obat-obatan.

    f. Pola istrahat dan tidur

    Sebelum Sakit : Klien mengatakan istrahat pada siang hari kurang lebih

    2jam pada pukul 13.00-15.00, dan pada malam hari 8 jam

    pada pukul 22.00-06.00, dalam sehari klien istrahat 10 jam

    Saat dikaji : klien mengatakan tidak dapat istrahat pada siang dan

    malam hari karena rasa gatal akibat penyakit yang dideritanya.

    g. Pola kognitif dan perceptual

    Sebelum Sakit : Klien sadar, bicara tidak ada kelainan dan bahasa yang

    diginakan adalah bahasa daerah.

    Saat dikaji : Klien terlihat tegang, cemas, gelisah

    h. Konsep diri

    Sebelm sakit : Klien selalu menganggap dirinya baik-baik saja

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    51/63

    51

    Saat dikaji :Klien menyadari bahwa kondisi dirinya tidak dalam

    keadaan stabil.

    i.

    Pola Koping

    Sebelum Sakit : Klien mengatakan dapat menyelesaikan setiap masalah

    yang dihadapi, pandangan klien optimis, pengambil

    keputusan klien adalah suami klien sendiri.

    Saat dikaji : Klien Nampak Gelisah dan bertanya-tanya tentang

    penyakitnya

    10. Pola seksual dan reproduksi selama masuk rumah sakit: -

    11. Pola peran dan berhubungan

    Sebelum Sakit : Klien mengatakan hubungan dengan tetangga maupun

    dengan orang lain baik

    Saat dikaji : Hubungan klien dengan tetangga maupun keluarga

    Nampak baik, hubungan klien dengan perawat baik

    12. Pola nilai dan kepercayaan

    Sebelum sakit : Klien beragama islam dan melakukan sholat berjamaah

    setiap magrib dan isyah

    Saat dikaji : Klien hanya terbaring dan berdoa untuk kesembuhan

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    52/63

    52

    2. Analisa data

    No Data Focus Etiologi Problem

    1 Ds: Klien mengatakan tidak

    bias tidur akibat rasa gatal

    yang diderita

    - Klien mengatakan

    nyeri apabila digaruk

    dengan berlebihan

    Do: - Mata klien tampak

    bengkak akibat kurang

    tidur

    -

    Terdapat lesi pada

    punggung Klien

    Pruritus/nyeri Gangguan Pola tidur

    2 Ds: Klien mulai merasakan

    gatal yang memanas karena

    garukan akibat rasa gatal

    yang sangat hebat

    Do: Tampak erosi akibat

    garukan klien

    - Tampak edema pada

    luka

    Adanya erosi Kerusakan integritas

    kulit

    3 Ds: -Klien mengatakan sering

    menggaruk luka di punggung

    akibat rasa gatal yang

    berlebihan

    Do: Terdapat luka lesi pada

    punggung klien

    TTV:

    Erosi/lesi pada kulit Resiko Infeksi

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    53/63

    53

    TD=130/80 mmHg

    SB=36,5oC

    R=16x/mnt ,

    N=80x/mnt ,

    4 Ds: Klien mengatakan malu

    terhadap orang lain akibat

    penyakitnya

    -

    Klien mengatakan tidak

    bias menerima

    penyakitnya

    Do: Ekspresi klien tampak

    cemas

    Perubahan struktur kulit Gangguan citra tubuh

    3. Diagnosa Keperawatan

    1. Gangguan pola tidur b/d Pruritus/nyeri

    2.

    Kerusakan integritas kulit b/d adanya erosi

    3.

    Resiko infeksi b/d erosi/lesi pada kulit

    4. Gangguan citra tubuh b/d perubahan struktur kulit

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    54/63

    54

    4. Intervensi

    No Hari/tgl Dx Keperawatan Tujuan/KH Intervensi Rasional

    1 Gangguan pola tidur b/d

    pruritus/nyeri ditandai dengan

    Ds: Klien mengatakan tidak

    bias tidur akibat rasa gatal

    yang diderita

    - Klien mengatakan nyeri

    apabila digaruk dengan

    berlebihan

    Do: - Mata klien tampak

    bengkak akibat kurang

    tidur

    -

    Terdapat lesi pada

    punggung Klien

    Setelah dilakukan tindakan

    2x24 jam diharapkan

    Kebutuhan istirahati tidur

    klien dapat terpenuhi dengan

    kreteria hasil:

    - Klien mencapai tidur

    yang nyenyak

    Rasa gatal berkurang

    b. Lakukan pengkajian masalah

    gangguan tidur klien,

    krakteristik, penyebab

    gangguan tidur

    c.

    Beri penjelasan pada klien

    dan keluarga penyebab

    gangguan pola tidur

    d. Siapkan tempat tidur, batal

    dan selimut yang nyaman dan

    bersih

    e. Hindari minuman yang

    mengandung kafein

    menjelang tidur

    f.

    Kolaborasi pemberian obat

    antihistamin

    g. Memberikan informasi

    dasar dalam

    menentukan intervensi

    keperawatan

    h.

    Agar klien mengerti

    dengan pola tidur klien

    i. Meningkatkan

    kenyamanan saat tidur

    j. Kafein menghilangkan

    rasa ngantuk

    k.

    Mengurangi rasa gatal

    2 Kerusakan integritas kulit b/d Setelah dilakukan tindakan 1.

    Anjurkan kepada klien untuk 1.

    Menggaruk bisa

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    55/63

    55

    adanya erosi/luka

    Ds: Klien mulai merasakan

    gatal yang memanas karena

    garukan akibat rasa gatal

    yang sangat hebat

    Do: Tampak erosi akibat

    garukan klien

    - Tampak edema pada

    luka

    keperawatan selama 3x24

    jam diharapkan

    Klien dapat mempertahankan

    Integritas kulit dengan

    criteria hasil:

    -

    kulit membaik

    -

    Tidak tampak terjadinya

    erosi

    - Luka tampak kering

    berhenti menggaruk

    . Anjurkan klien agar kuku

    selalu dipotong

    .

    Anjurkan klien menjaga

    kebersihan kulit agar tetap

    bersih dan kering

    .

    Kolaborasi pemberian obat

    topical

    menyebabkan erosi

    pada kulit

    2. Pemotongan kuku

    akan mengurangi

    kerusakan kulit karena

    garukan

    3.

    Untuk mempercepat

    proses penyembuhan

    4. Menghilangkan erosi

    pada kulit

    3 Resiko infeksi b/d erosi/lesi

    pada kulit ditandai dengan

    Ds:

    Do: Terdapat luka lesi pada

    punggung klien

    TTV:

    TD=130/80 mmHg

    SB=36,5oC

    Setelah dilakukan tindakan

    keperawatan selama 3x24

    jam dengan diharapkan tidak

    terjadi infeksi dengan

    kreteria hasil:

    Tidak terjadi infeksi dengan

    tidak adanya tanda-tanda

    infeksi

    . Kaji tanda-tanda vital

    .

    Observasi tanda-tanda infeksi

    dan peradangan

    .

    Lakukan pemakaian kompres

    basah seperti yang

    diprogramkan untuk

    5. Untuk mengetahui

    keadaan umum klien

    6.

    Demam dapat terjadi

    karena adanya infeksi

    7.

    Kompres basah akan

    menghasilkan

    pendinginan lewat

    pengisapan yang

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    56/63

    56

    R=16x/mnt ,

    N=80x/mnt ,

    mengurangi intensitas

    inflamasi

    . Kolaborasi pemberian

    antibiotik

    menimbulka

    vasokonstriksi

    pembuluh darah kulit

    dengan demikian akan

    mengurangi eritema

    8.

    Pencegahan terjadinya

    infeksi

    4 Gangguan citra tubuh b/d

    perubahan struktur kulit

    Ds: Klien mengatakan malu

    terhadap orang lain akibat

    penyakitnya

    - Klien mengatakan tidak

    bias menerima

    penyakitnya

    Do: Ekspresi klien tampak

    cemas

    Setelah dilakukan tindakan

    keperawatan selama 3x24

    diharapkan Tidak terjadi

    gangguan citra tubuh dengan

    kreteria hasil:

    - klien dapat menerima

    keadaan dirinya

    -

    klien tidak malu

    bersosialisasi dengan

    orang lain

    1. Kaji psikososial

    perkembangan klien

    2. Berikan kesempatan kepada

    klien untuk mengungkapkan

    tentang perubahan citra tubuh

    1. Terdapat hubungan

    antara psikososial

    perkembangan, citra

    diri, reaksi, serta

    pemahaman klien

    terhadap kondisi

    kulitnya

    2.

    Pasien memerlukan

    pengalaman

    didengarkan dan

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    57/63

    57

    -

    Ekspresi wajah rileks

    3.

    dukung upaya klien untuk

    memperbaiki citra diri

    4.

    Beri nasehat kepada klien

    mengenai cara-cara

    perawatan kosmetik untuk

    menyembuyikan kondisi

    kulit yang abnormal,

    mendorong sosialisai dengan

    orang lain, dan bantu pasien

    kearah penerimaan diri

    dipahami

    3.

    Meningkatkan

    penerimaan klien

    terhadap dirinya

    4. Pendekatan dan

    sasaran yang positif

    sering kali membantu

    klien dalam

    peningkatan

    penerimaan diri dan

    sosialisasi

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    58/63

    58

    5. Evaluasi

    No Hari/tgl Dx. Kep Implementasi Evaluasi

    1 I 1. Mengkaji masalah gangguan tidur

    klien, krakteristik, penyebab

    gangguan tidur dengan hasil klien

    tidak bias tidur nyenyak akibat rasa

    gatal

    2.

    Memberi penjelasan pada klien dan

    keluarga penyebab gangguan pola

    tidur dengan hasil klien mengerti

    dan mendengarkan penjelasan

    perawat

    3. Menyiapkan tempat tidur, batal dan

    selimut yang nyaman dan bersih

    agar klien bias istrahat

    4. Menganjurkan klien agar

    menghindari minuman yang

    mengandung kafein menjelang

    tidur dengan hasil klien mengikuti

    anjuran perawat

    5. Mengkolaborasi pemberian obat

    antihistamin

    S: - Klien mengatakan bias

    istrahat dengan nyenyak

    -

    Klien mengatakan

    rasa gatal bekurang

    O: - Mata klien tidak bengkak

    A: Masalah teratasi sebagian

    P: Lanjutkan Intervensi

    2 II 1. Menganjurkan kepada klien untuk

    berhenti menggaruk dengan hasil

    klien mengikuti anjuran perawat

    2.

    Menganjurkan klien agar kuku

    selalu dipotong dengan hasil klien

    mengikuti anjuran perawat

    3.

    Menganjurkan klien menjaga

    kebersihan kulit agar tetap bersih

    S: klien mengatakan rasa

    gatal berkurang

    O: Tampak luka lesi mulai

    mengering

    A: Masalah teratasi sebagian

    P: Lanjutkan Intervensi

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    59/63

    59

    dan kering dengan hasil klien

    mengikuti anjuran perawat

    4. Mengkolaborasi pemberian obat

    topical

    3 1.

    Mengkaji tanda-tanda vital dengan

    hasil

    TD=130/80 mmHg

    SB=36,5oC

    R=16x/mnt ,

    N=80x/mnt

    2. Mengobservasi tanda-tanda infeksi

    dan peradangan dengan hasil

    belum terdapat tanda-tanda infeksi

    3. Melakukan pemakaian kompres

    basah seperti yang diprogramkan

    untuk mengurangi intensitas

    inflamasi

    4.

    Mengkolaborasi dalam pemberian

    antibiotik

    S:

    O: Belum terdapat tanda-

    tanda infeksi

    A: Masalah teratasi

    P: lanjutkan Intervensi

    4 IV 1. Mengkaji psikososial

    perkembangan klien

    2. Memberikan kesempatan kepada

    klien untuk mengungkapkan

    tentang perubahan citra tubuh

    3.

    Memberikan dukungan upaya klien

    untuk memperbaiki citra diri

    4. Memberi nasehat kepada klien

    mengenai cara-cara perawatan

    kosmetik untuk menyembuyikan

    kondisi kulit yang abnormal,

    S: - klien menerima keadaan

    dirinya

    - klien mengatakan tidak

    malu bersosialisasi

    dengan orang lain

    O: Ekspresi wajah rileks

    A: Masalah teratasi

    P:-

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    60/63

    60

    mendorong sosialisai dengan orang

    lain, dan bantu pasien kearah

    penerimaan diri

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    61/63

    61

    BAB IV

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Tinea pedis merupakan infeksi dermatofita pada kaki terutama mengenai sela

    jari dan telapak kaki. Penyakit ini lebih sering dijumpai pada laki-laki usia dewasa

    dan jarang pada perempuan dan anak-anak. Keadaan lembab dan hangat pada sela

    jari kaki karena bersepatu dan berkaos kaki disertai berada di daerah tropis yang

    lembab mengakibatkan pertumbuhan jamur makin subur. Jamur penyebab tinea

    pedis yang paling umum ialah Trichophyton rubrum (paling sering), T.

    interdigitale, T. tonsurans(sering pada anak)danEpidermophyton floccosum.

    Gambaran klinis dapat dibedakan berdasarkan tipe interdigitalis, moccasion

    foot, lesi vesikobulosa, dan tipe ulseratif. Pemeriksaan penunjang yang dapat

    dilakukan adalah pemeriksaan KOH dan pemeriksaan lampu Wood dan

    ditemukan adanya hifa double counture, dikotomi dan bersepta. Diagnosis

    banding dapat berupa dermatitis kontak, pemfolix, psoriasis, dan hiperhidrosis

    pada kaki. Penatalaksanaan disesuaikan berdasarkan tipe tinea pedis. Pengobatan

    dapat berupa antifungal topikal maupun oral dan apabila ditemukan infeksi

    sekunder maka indikasi penggunaan antibiotik. Salah satu pencegahan terhadap

    reinfeksi tinea pedis yaitu menjaga agar kaki tetap dalam keadaan kering dan

    bersih, hindari lingkungan yang lembab dan pemakaian sepatu yang terlalu lama

    Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal

    sarcoptes scabei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum,

    membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai

    1,2 centimeter.

    Akibatnya, penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang panas dan edema yang

    disebabkan oleh garukan. Kutu betina dan jantan berbeda. Kutu betina panjangnya

    0,3 sampai 0,4 milimeter dengan empat pasang kaki, dua pasang di depan dengan

    ujung alat penghisap dan sisanya di belakang berupa alat tajam. Sedangkan, untuk

    kutu jantan, memiliki ukuran setengah dari betinanya. Dia akan mati setelah

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    62/63

    62

    kawin. Bila kutu itu membuat terowongan dalam kulit, tak pernah membuat jalur

    yang bercabang.

    B. Saran

    a) Untuk Perawat

    Perawat harus bisa memahami bagaimana cara menangani klien dengan

    penyakit Tinea pedis dan skabies dan melakukan pengkajian.

    b) Untuk instansi

    Untuk pencapaian kualitas keperawatan secara optimal sebaiknya proses

    keperawatan selalu dilaksanakan secara berkesinambungan.

    c) Untuk klien dan keluarga

    Perawatan tidak kalah pentingnya dibanding dengan pengobatan, sebab

    bagaimanapun teraturnya pengobatan yang diberikan tanpa perawatan yang

    sempurna maka penyembuhan yang diharapkan tidak akan tercapai. oleh

    sebab itu perlu adanya penjelasan baik pada klien maupun keluarganya

    mengenai manfaat serta pentingnya kesehatan.

    d) Untuk Mahasiswa.

    Mahasiswa harus bisa mengetahui konsep dasar penyakit tinea pedis dan

    skabies dan asuhan keperawatan untuk menangani dan mencegah.

    e)

    Masyarakat

    Agar masyarakat bisa memahami gejala dan pencegahan pada penyakit tinea

    pedis dan skabies

  • 8/10/2019 Askep Tinea Pedis Dan Skabies

    63/63

    DAFTAR PUSTAKA

    Djuanda A. 1993. IlmuPenyakitKulit Dan KelaminEdisi 2. Jakarta

    :FakultasKedokteranUI.S

    Harahap, Marwali. 2000. Ilmu penyakit Kulit, Cet. 1.Jakarta : Hipokrates.

    Hartanto, Hurawati.2009.Kamus Saku Mosby.Jakarta. EGC

    Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Ed. III. Jil. 2. Jakarta : MediaAesculapius.

    Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses Proses Penyakit II.

    Ed. 6, Cet. 1 : Jil. IIJakarta: EGC.

    Rahariyani, Loetfia Dwi. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem

    Integumen. Jakarta: EGC

    Smeltzer, Suzanne C. 2002. Bukur Ajar Keperawatan Medikal Bedah III, ed. 8,

    Cet 2, jil. III. Jakarta : EGC.