Askep Tetanus ~ AmRiE ~

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/6/2019 Askep Tetanus ~ AmRiE ~

    1/21

    BAB 1. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Tetanus merupakan penyakit yang sering ditemukan, dimana masih terjadi

    di masyarakat terutama masyarakat kelas menengah ke bawah. Penyakit ini

    tersebar di seluruh dunia, terutama pada daerah resiko tinggi dengan cakupan

    imunisasi DPT yang rendah.

    Penyakit tetanus adalah penyakit infeksi yang diakibatkan toksin kuman

    Clostridium tetani yang dimanisfestasikan dengan kejang otot secara proksimal

    dan diikuti kekakuan otot seluruh badan. Kekakuan tonus otot massater dan otot-

    otot rangka.

    Tetanus ini biasanya akut dan menimbulkan paralitik spastik yang

    disebabkan tetanospasmin. Tetanospamin merupakan neurotoksin yang

    diproduksi oleh Clostridium tetani. Tetanus disebut juga dengan "Seven day

    Disease ". Dan pada tahun 1890, diketemukan toksin seperti strichnine,

    kemudian dikenal dengan tetanospasmin, yang diisolasi dari tanah anaerobyang mengandung bakteri. lmunisasi dengan mengaktivasi derivat tersebut

    menghasilkan pencegahan dari tetanus (Nicalaier 1884, Behring dan Kitasato

    1890 ).

    Reservoir utama kuman ini adalah tanah yang mengandung kotoran ternak

    sehingga resiko penyakit ini di daerah peternakan sangat tinggi. Spora kuman

    Clostridium tetani yang tahan kering dapat bertebaran di mana-mana.

    1.2 Tujuan

    a. Tujuan umum

    Setelah menyusun makalah ini diharapkan mahasiswa mengetahui

    gambaran umum tentang tetanus dan proses asuhan keperawatannya.

    b. Tujuan khusus

    Setelah menyusun makalah ini diharapkan :

    1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian tetanus

    1

  • 8/6/2019 Askep Tetanus ~ AmRiE ~

    2/21

    2. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi tetanus

    3. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala tetanus

    4. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisologi tetanus

    5. Mahasiswa mampu menjelaskan pengobatan tetanus

    6. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi pada tetanus

    7. Mahasiswa mampu menjelaskan prognosis pasien dengan tetanus

    8. Mahasiswa mampu menjelaskan pencegahan pasien dengan tetanus

    9. Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien

    tetanus

    2

  • 8/6/2019 Askep Tetanus ~ AmRiE ~

    3/21

    BAB 2. KONSEP TEORI

    2.1 Pengertian

    Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa

    diserta gangguan kesadaran. Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan

    oleh neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani ditandai dengan spasme

    otot yang periodik dan berat.

    Tetanus ini biasanya akut dan menimbulkan paralitik spastik yang

    disebabkan tetanospasmin. Tetanospamin merupakan neurotoksin yang

    diproduksi oleh Clostridium tetani. Tetanus disebut juga dengan "Seven day

    Disease ". Dan pada tahun 1890, diketemukan toksin seperti strichnine, kemudian

    dikenal dengan tetanospasmin, yang diisolasi dari tanah anaerob yang

    mengandung bakteri. lmunisasi dengan mengaktivasi derivat tersebut

    menghasilkan pencegahan dari tetanus (Nicalaier 1884, Behring dan Kitasato

    1890 ).

    Spora Clostridium tetani biasanya masuk kedalam tubuh melalui luka pada

    kulit oleh karena terpotong , tertusuk ataupun luka bakar serta pada infeksi tali

    pusat (Tetanus Neonatorum) (Behrman.E.Richard,1996). Port of entry tak selalu

    dapat diketahui dengan pasti, namun dapat diduga melalui :

    a. Luka tusuk, gigitan binatang, luka bakar

    b. Luka operasi yang tidak dirawat dan dibersihkan dengan baik

    c. OMP, caries gigi

    d. Pemotongan tali pusat yang tidak steril.

    e. Penjahitan luka robek yang tidak steril.

    2.2 Etiologi

    Tetanus disebabkan oleh bakteri gram positif; Cloastridium tetani Bakteri

    ini berspora, dijumpai pada tinja binatang terutama kuda, juga bisa pada manusia

    dan juga pada tanah yang terkontaminasi dengan tinja binatang tersebut. Spora ini

    bisa tahan beberapa bulan bahkan beberapa tahun, jika ia menginfeksi luka

    seseorang atau bersamaan dengan benda daging atau bakteri lain, ia akan3

  • 8/6/2019 Askep Tetanus ~ AmRiE ~

    4/21

  • 8/6/2019 Askep Tetanus ~ AmRiE ~

    5/21

    ringan, bisa bertahan dalam beberapa bulan tanpa progressif dan biasanya

    menghilang secara bertahap.

    Lokal tetanus ini bisa berlanjut menjadi generalized tetanus, tetapi dalam

    bentuk yang ringan dan jarang menimbulkan kematian. Bisa juga lokal

    tetanus ini dijumpai sebagai prodromal dari klasik tetanus atau dijumpai

    secara terpisah. Hal ini terutama dijumpai sesudah pemberian profilaksis

    antitoksin.

    2) Cephalic tetanus

    Cephalic tetanus adalah bentuk yang jarang dari tetanus. Masa inkubasi

    berkisar 12 hari, yang berasal dari otitis media kronik (seperti dilaporkan

    di India), luka pada daerah muka dan kepala, termasuk adanya benda asing

    dalam rongga hidung.

    3) Generalized Tetanus

    Bentuk ini yang paling banyak dikenal. Sering menyebabkan komplikasi

    yang tidak dikenal beberapa tetanus lokal oleh karena gejala timbul secara

    diam-diam. Trismus merupakan gejala utama yang sering dijumpai (50 %),

    yang disebabkan oleh kekakuan otot-otot masseter, bersamaan dengan

    kekakuan otot leher yang menyebabkan terjadinya kaku kuduk dan

    kesulitan menelan. Gejala lain berupa Risus Sardonicus (Sardonic grin)

    yakni spasme otot-otot muka, opistotonus (kekakuan otot punggung),

    kejang dinding perut. Spasme dari laring dan otot-otot pernafasan bisa

    menimbulkan sumbatan saluran nafas, sianose asfiksia. Bisa terjadi disuria

    dan retensi urine,kompressi frak tur dan pendarahan didalam otot. Kenaikan

    temperatur biasanya hanya sedikit, tetapi begitupun bisa mencapai 40 C.

    Bila dijumpai hipertermi ataupun hipotermi, tekanan darah tidak stabil dan

    dijumpai takhikardia, penderita biasanya meninggal. Diagnosa ditegakkan

    hanya berdasarkan gejala klinis.

    4) Neotal tetanus

    Biasanya disebabkan infeksi C. tetani, yang masuk melalui tali pusat

    sewaktu proses pertolongan persalinan. Spora yang masuk disebabkan

    oleh proses pertolongan persalinan yang tidak steril, baik oleh penggunaan5

  • 8/6/2019 Askep Tetanus ~ AmRiE ~

    6/21

    alat yang telah terkontaminasi spora C.tetani, maupun penggunaan obat-

    obatan Wltuk tali pusat yang telah terkontaminasi. Kebiasaan menggunakan

    alat pertolongan persalinan dan obat tradisional yang tidak steril,merupakan

    faktor yang utama dalam terjadinya neonatal tetanus (Lubis,1993).

    2.4 Patofisiologi

    Tetanospasmin adalah toksin yang menyebabkan spasme, bekerja pada

    beberapa level dari susunan syaraf pusat, dengan cara :

    a. Tobin menghalangi neuromuscular transmission dengan cara menghambat

    pelepasan acethyl-choline dari terminal nerve di otot.

    b. Kharekteristik spasme dari tetanus (seperti strichmine) terjadi karena toksin

    mengganggu fungsi dari refleks synaptik di spinal cord.

    c. Kejang pada tetanus, mungkin disebabkan pengikatan dari toksin oleh

    cerebral ganglioside.

    d. Beberapa penderita mengalami gangguan dari Autonomik Nervous System

    (ANS) dengan gejala: berkeringat, hipertensi yang fluktuasi, periodisiti

    takikhardia, aritmia jantung, peninggian cathecholamine dalam urine.

    e. Kerja dari tetanospamin analog dengan strychninee, dimana ia

    mengintervensi fungsi dari arcus refleks yaitu dengan cara menekan neuron

    spinal dan menginhibisi terhadap batang otak. Timbulnya kegagalan

    mekanisme inhibisi yang normal, yang menyebabkan meningkatnya

    aktifitas dari neuron Yang mensarafi otot masetter sehingga terjadi trismus.

    Oleh karena otot masetter adalah otot yang paling sensitif terhadap toksin

    tetanus tersebut. Stimuli terhadap afferen tidak hanya menimbulkan

    kontraksi yang kuat, tetapi juga dihilangkannya kontraksi agonis dan

    antagonis sehingga timbul spasme otot yang khas.

    Ada dua hipotesis tentang cara bekerjanya toksin, yaitu:

    1) Toksin diabsorbsi pada ujung syaraf motorik dari melalui sumbu

    silindrik dibawa kekornu anterior susunan syaraf pusat

    2) Toksin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk kedalam sirkulasi

    darah arteri kemudian masuk kedalam susunan syaraf pusat. Toksin6

  • 8/6/2019 Askep Tetanus ~ AmRiE ~

    7/21

    tetanospamin menyebar dari saraf perifer secara ascending bermigrasi

    secara sentripetal atau secara retrogard mcncapai CNS. Penjalaran

    terjadi didalam axis silinder dari sarung parineural. Teori terbaru

    berpendapat bahwa toksin juga menyebar secara luas melalui darah

    (hematogen) dan jaringan/sistem lymphatic (Adams,1997).

    2.5 Pengobatan

    a. Antibiotika

    Diberikan parenteral Peniciline 1,2juta unit / hari selama 10 hari, IM.

    Sedangkan tetanus pada anak dapat diberikan Peniciline dosis 50.000 Unit /

    KgBB/ 12 jam secara IM diberikan selama 7-10 hari. Bila sensitif terhadap

    peniciline, obat dapat diganti dengan preparat lain seperti tetrasiklin dosis

    30-40 mg/kgBB/ 24 jam, tetapi dosis tidak melebihi 2 gram dan diberikan

    dalam dosis terbagi ( 4 dosis ). Bila tersedia Peniciline intravena, dapat

    digunakan dengan dosis 200.000 unit /kgBB/ 24 jam, dibagi 6 dosis

    selama 10 hari. Antibiotika ini hanya bertujuan membunuh bentuk

    vegetatif dari C.tetani, bukan untuk toksin yang dihasilkannya. Bila

    dijumpai adanya komplikasi pemberian antibiotika broad spektrum dapat

    dilakukan (Adams,1997).

    b. Antitoksin

    Antitoksin dapat digunakan Human Tetanus Immunoglobulin ( TIG)

    dengan dosis 3000-6000 U, satu kali pemberian saja, secara IM tidak boleh

    diberikan secara intravena karena TIG mengandung "anti complementary

    aggregates of globulin ", yang mana ini dapat mencetuskan reaksi allergi

    yang serius. Bila TIG tidak ada, dianjurkan untuk menggunakan tetanus

    antitoksin, yang berawal dari hewan, dengan dosis 40.000 U, dengan cara

    pemberiannya adalah : 20.000 U dari antitoksin dimasukkan kedalam 200

    cc cairan NaC1 fisiologis dan diberikan secara intravena, pemberian harus

    sudah diselesaikan dalam waktu 30-45 menit. Setengah dosis yang tersisa

    (20.000 U) diberikan secara IM pada daerahpada sebelah luar (Adams,1997)

    7

  • 8/6/2019 Askep Tetanus ~ AmRiE ~

    8/21

    c. Tetanus Toksoid

    Pemberian Tetanus Toksoid (TT) yang pertama,dilakukan bersamaan

    dengan pemberian antitoksin tetapi pada sisi yang berbeda dengan alat

    suntik yang berbeda. Pemberian dilakukan secara I.M. Pemberian TT harus

    dilanjutkan sampai imunisasi dasar terhadap tetanus selesai.

    Berikut ini, tabel 1. Memperlihatkan petunjuk pencegahan terhadap tetanus

    pada keadaan luka

    Tabel 1. : Petunjuk Pencegahan Terhadap Tetanus pada Keadaan Luka .

    __________________________________________________________________ _ RIWAYAT IMUNISASI Luka bersih, Kecil Luka Lainnya

    (dosis) Tet. Toksoid (TT) Antitoksin Tet.Toksoid (TT)Antitoksin

    __________________________________________________________________ _ Tidak diketahui ya tidak ya ya

    0 1 ya tidak ya ya2 ya tidak ya tidak*

    3 atau lebih tidak** tidak tidak** tidak __________________________________________________________________ _ * : Kecuali luka > 24 jam

    ** : Kecuali bila imunisasi terakhir > 5 tahun

    *** : Kecuali bila imunisasi terakhir >5 tahun

    Sedangkan pengobatan menurut Gilroy:

    a) Kasus ringan :

    Penderita tanpa cyanose: 90 - 180 begitu juga promazine 6 jam dan

    barbiturat secukupnyanya untuk mengurangi spasme.

    b) Kasus berat :

    1. Semua penderita dirawat di ICU (satu team)

    2. Dilakukan tracheostomi segera. Endotracheal tube minimal harus dibersihkan

    setiap satu jam dan setiap 3 hari ETT harus diganti dengan yang baru.

    3. Curare diberi secukupnya mencegah spasme sampai 2 jam.

    4. Pernafasan dijaga dengan respirator oleh tenaga yang berpengalaman8

  • 8/6/2019 Askep Tetanus ~ AmRiE ~

    9/21

    5. Penderita rubah posisi/ miringkan setiap 2 jam. Mata dibersihkan tiap 2 jam

    mencegah conjuntivitis

    6. Pasang NGT, diet tinggi, cairan cukup tinggi, jika perlu 6 1./hari

    7. Urine pasang kateter, beri antibiotika.

    8. Kontrol serum elektrolit, ureum

    9. Rontgen foto thorax

    10. Jika KU membaik, NGT dihentikan.

    11. Tracheostomy dipertahankan beberapa hari, kemudian dicabut/dibuka dan bekas

    luka dirawat dengan baik.

    2.6 Komplikasi

    Komplikasi pada tetanus yang sering dijumpai: laringospasm, kekakuan

    otot-otot pematasan atau terjadinya akumulasi sekresi berupa pneumonia dan

    atelektase serta kompresi fraktur vertebra dan laserasi lidah akibat kejang. Selain

    itu bisa terjadi renal failure.

    2.7 Prognosis

    Prognosis tetanus diklasifikasikan dari tingkat keganasannya, dimana :

    a. Ringan: bila tidak adanya kejang umum ( generalized spasme )

    b. Sedang; bila sekali muncul kejang umum

    c. Berat ; bila kejang umum yang berat sering terjadi.

    Masa inkubasi neonatal tetanus berkisar antara 3 -14 hari, tetapi bisa lebih

    pendek atau pun lebih panjang. Berat ringannya penyakit juga tergantung pada

    lamanya masa inkubasi, makin pendek masa inkubasi biasanya prognosa makin

    jelek. Prognosa tetanus neonatal jelek bila:

    a. Umur bayi kurang dari 7 hari

    b. Masa inkubasi 7 hari atau kurang

    c. Periode timbulnya gejala kurang dari 18 ,jam

    d. Dijumpai muscular spasm. (1,6,8,10,12,13)

    Case Fatality Rate (CFR) tetanus berkisar 44-55%, sedangkan tetanus

    neonatorum > 60%. (1,2)9

  • 8/6/2019 Askep Tetanus ~ AmRiE ~

    10/21

    2.8 Pencegahan

    Seorang penderita yang terkena tetanus tidak berbeda imunnya terhadap

    serangan ulangan artinya dia mempunyai kesempatan yang sama untuk mendapat

    tetanus bila terjadi luka sama seperti orang lainnya yang tidak pernah di

    imunisasi. Tidak terbentuknya kekebalan pada penderita setelah sembuh

    dikarenakan toksin yang masuk kedalam tubuh tidak sanggup untuk merangsang

    pembentukkan antitoksin ( karena tetanospamin sangat poten dan toksisitasnya

    bisa sangat cepat, walaupun dalam konsentrasi yang minimal, yang mana hal ini

    tidak dalam konsentrasi yang adekuat untuk merangsang pembentukan

    kekebalan).

    Ada beberapa kejadian dimana dijumpai natural imunitas. Hal ini diketahui

    sejak C. tetani dapat diisolasi dari tinja manusia. Mungkin organisme yang berada

    didalam lumen usus melepaskan imunogenic quantity dari toksin. Ini diketahui

    dari toksin dijumpai anti toksin pada serum seseorang dalam riwayatnya belum

    pernah di imunisasi, dan dijumpai/adanya peninggian titer antibodi dalam serum

    yang karakteristik merupakan reaksi secondary imune response pada beberapa

    orang yang diberikan imunisasi dengan tetanus toksoid untuk pertama kali.

    Dengan dijumpai natural imunitas ini, hal ini mungkin dapat menjelaskan

    mengapa insiden tetanus tidak tinggi, seperti yang semestinya terjadi pada

    beberapa negara dimana pemberian imunisasi tidak lengkap/ tidak terlaksana

    dengan baik. Sampai pada saat ini pemberian imunisasi dengan tetanus toksoid

    merupakan satu-satunya cara dalam pencegahan terjadinya tetanus. Pencegahan

    dengan pemberian imunisasi telah dapat dimulai sejak anak berusia 2 bulan,

    dengan cara pemberian imunisasi aktif ( DPT atau DT) (Lubis,1993).

    Pencegahan yang dapat dilakukan:

    a. Perawatan luka harus dicegah timbulnya jaringan anaerob pada pasien

    termasuk adanya jaringan mati dan nanah.

    b. Pemberian ATS profilaksis.

    c. Imunisasi aktif.

    10

  • 8/6/2019 Askep Tetanus ~ AmRiE ~

    11/21

  • 8/6/2019 Askep Tetanus ~ AmRiE ~

    12/21

    BAB 3. KERANGKA KONSEPTUAL

    3.1 Web of Caution (Hubungan Sebab Akibat)

    Tonus otot Menempel pada Cerebral Mengenai Saraf Simpatis

    Gangliosides

    Menjadi kaku Kekakuan dan kejang khas -Keringat berlebihan

    pada tetanus -Hipertermi-Hipotermi-Aritmia-Takikardi

    Hipoksia berat

    O2 di otak

    Kesadaran

    -Ggn. Eliminasi -Ketidakefektifan jalan -PK. Hipoksemia-Ggn. Nutrisi (< dr. kebut) jalan nafas -Ggn. Perfusi Jaringan

    -Gangguan Komunikasi -Ggn. Pertukaran GasVerbal -Kurangnya

    pengetahuanOrtu

    -Dx,Prognosa,Perawatan

    12

    Terpapar kuman Clostridium

    Eksotoksin

    Pengangkutan toksin melewati saraf motorik

    Ganglion SumsumTulan Belakan Otak Saraf Otonom

    Hilan n a keseimban an tonus otot

    Kekakuan otot

    Sistem Pencernaan Sistem Pernafasan

  • 8/6/2019 Askep Tetanus ~ AmRiE ~

    13/21

    BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN

    4.1 Pengkajian Keperawatan

    a. Riwayat kehamilan prenatal: ditanyakan apakah ibu sudah diimunisasi TT.

    b. Riwayat natal ditanyakan: Siapa penolong persalinan karena data ini akan

    membantu membedakan persalinan yang bersih/higienis atau tidak. Alat

    pemotong tali pusat, tempat persalinan.

    c. Riwayat postnatal: ditanyakan cara perawatan tali pusat, mulai kapan bayi

    tidak dapat menetek ( incubation period ). Berapa lama selang waktu antara

    gejala tidak dapat menetek dengan gejala kejang yang pertama ( period of

    onset ).

    d. Riwayat imunisasi pada tetanus anak. Ditanyakan apakah sudah pernah

    imunisasi DPT/DT atau TT dan kapan terakhir

    e. Riwayat psiko sosial.

    1. Kebiasaan anak bermain di mana

    2. Hygiene sanitasi

    f. Pemeriksaan fisik.

    1. Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan gejala dari

    tetanus, bayi normal dan bisa menetek dalam 3 hari pertama. Hari

    berikutnya bayi sukar menetek, mulut mecucu seperti mulut ikan.

    Risus sardonikus dan kekakuan otot ekstrimitas. Tanda-tanda infeksi

    tali pusat kotor. Hipoksia dan sianosis.

    2. Pada anak keluhan dimulai dengan kaku otot lokal disusul dengan

    kesukaran untuk membuka mulut (trismus).

    3. Pada wajah : Risus Sardonikus ekspresi muka yang khas akibat

    kekakuan otot-otot mimik, dahi mengkerut, alis terangkat, mata agak

    menyipit, sudut mulut keluar dan ke bawah.

    4. Opisthotonus tubuh yang kaku akibat kekakuan otot leher, otot

    punggung, otot pinggang, semua trunk muscle .

    13

  • 8/6/2019 Askep Tetanus ~ AmRiE ~

    14/21

    5. Pada perut : otot dinding perut seperti papan. Kejang umum, mula-

    mula terjadi setelah dirangsang lambat laun anak jatuh dalam status

    konvulsius.

    6. Pada daerah ekstrimitas apakah ada luka tusuk, luka dengan nanah,

    atau gigitan binatang.

    g. Pengetahuan anak dan keluarga.

    1. Pemahaman tentang diagnosis

    2. Pengetahuan/penerimaan terhadap prognosa

    3. Rencana perawatan ke depan.

    4.2 Diagnosa

    Setelah pengumpulan data, menganalisa data, dan menentukan diagnosa

    keperawatan yang tepat sesuai dengan data yang ditemukan, kemudian

    direncanakan membuat prioritas diagnosa keperawatan, membuat kriteria hasil,

    dan intervensi keperawatan.

    a. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sputum pada

    trakea dan spame otot pernafasan, ditandai dengan ronchi, sianosis,

    dyspneu, disertai dengan sputum dan atau lendir, hasil pemeriksaan lab,

    Analisa Gas Darah abnormal (Asidosis Respiratorik)

    b. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan efeks toksin

    (bakterimia) yang dditandai dengan suhu tubuh 38-40 oC, hiperhidrasi, sel

    darah putih lebih dari 10.000 /mm3

    c. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kekakuan

    otot pengunyah yang ditandai dengan intake kurang, makan dan minuman

    yang masuk lewat mulut kembali lagi dapat melalui hidung dan berat badan

    menurun ddiserta hasil pemeriksaan protein atau albumin kurang dari 3,5

    mg%.

    d. Koping keluarga tidak efektif b.d. kurang pengetahuan keluarga tentang

    diagnosis/prognosis penyakit anak

    e. Gangguan komunikasi verbal b.d. sukar untuk membuka mulut (kekakuan

    otot-otot masseter)14

  • 8/6/2019 Askep Tetanus ~ AmRiE ~

    15/21

    f. Risti injuri b.d. kejang spontan yang terus-menerus (kurang suplai oksigen

    karena adanya oedem laring).

    4.3 Perencanaan

    a. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sputum pada

    trakea dan spame otot pernafasan, ditandai dengan ronchi, sianosis,

    dyspneu, disertai dengan sputum dan atau lendir, hasil pemeriksaan lab,

    Analisa Gas Darah abnormal (Asidosis Respiratorik)

    Tujuan : Jalan nafas efektif

    Kriteria:

    1) Klien tidak sesak, lendir tidak ada

    2) Pernafasan 16-18 kali/menit

    3) Tidak ada pernafasan cuping hidung

    4) Tidak ada tambahan otot pernafasan

    5) Hasil pemeriksaan laboratorium darah Analisa Gas Darah dalam batas

    normal (pH= 7,35-7,45 ; PCO2 = 35-45 mmHg, PO2 = 80-100 mmHg)

    Intervensi Rasional1. Bebaskan jalan nafas dengan

    mengatur posisi kepala ekstensi

    2. Pemeriksaan fisik dengan caraauskultasi mendengarkan suara

    nafas (adakah ronchi) tiap 2-4 jam sekali

    3. Bersihkan mulut dan salurannafas dari sekret dan lendir dengan melakukan suction.

    4. Oksigenasi

    1. Secara anatomi posisi kepalaekstensi merupakan cara untuk meluruskan rongga pernafasansehingga proses respiransi tetap

    berjalan lancar denganmenyingkirkan pembuntuan jalannafas.

    2. Ronchi menunjukkan adanyagangguan pernafasan akibat atas

    cairan atau sekret yang menutupisebagian dari saluran pernafasansehingga perlu dikeluarkan untuk mengoptimalkan jalan nafas.

    3. Suction merupakan tindakan bantuan untuk mengeluarkansekret, sehingga mempermudah

    proses respirasi.

    4. Pemberian oksigen secara

    adequat dapat mensuplai dan15

  • 8/6/2019 Askep Tetanus ~ AmRiE ~

    16/21

    5. Observasi tanda-tanda vital tiap2 jam

    6. Observasi timbulnya gagalnafas.

    7. Kolaborasi dalam pemberianobat pengencer sekresi(mukolitik)

    memberikan cadangan oksigen,sehingga mencegah terjadinya

    hipoksia.5. Dyspneu, sianosis merupakan

    tanda terjadinya gangguan nafasdisertai dengan kerja jantungyang menurun timbul takikardiadan capilary refill time yangmemanjang/lama.

    6. Ketidakmampuan tubuh dalam proses respirasi diperlukanintervensi yang kritis denganmenggunakan alat bantu

    pernafasan (mekanicalventilation).

    7. Obat mukolitik dapatmengencerkan sekret yang kentalsehingga mempermudah

    pengeluaran dan memcegahkekentalan.

    b. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan efeks toksin

    (bakterimia) yang dditandai dengan suhu tubuh 38-40 oC, hiperhidrasi, sel

    darah putih lebih dari 10.000 /mm3

    Tujuan Suhu tubuh normal

    Kriteria : 36-37oC, hasil lab sel darah putih (leukosit) antara 5.000-

    10.000/mm3

    Intervensi Rasional1. Atur suhu lingkungan yang

    nyaman.

    2. Pantau suhu tubuh tiap 2 jam

    3. Berikan hidrasi atau minumysng cukup adequat.

    4. Lakukan tindakan teknik aseptik dan antiseptik pada

    perawatan luka.

    1. Iklim lingkungan dapatmempengaruhi kondisi dan suhutubuh individu sebagai suatu

    proses adaptasi melalui prosesevaporasi dan konveksi.

    2. Identifikasi perkembangangejala-gejala ke arah syok exhaution.

    3. Cairan-cairan membantumenyegarkan badan danmerupakan kompresi badan daridalam.

    4. Perawatan lukan mengeleminasi16

  • 8/6/2019 Askep Tetanus ~ AmRiE ~

    17/21

    5. Berikan kompres dingin bilatidak terjadi ekternal

    rangsangan kejang.

    6. Laksanakan program pengobatan antibiotik danantipieretik.

    7. Kolaboratif dalam pemeriksaanlab leukosit.

    kemungkinan toksin yang masih berada disekitar luka.

    5. Kompres dingin merupakan salahsatu cara untuk menurunkan suhutubuh dengan cara proseskonduksi.

    6. Hasil pemeriksaan leukosit yangmeningkat lebih dari 10.000/mm3 mengindikasikan adanyainfeksi dan atau untuk mengikuti

    perkembangan pengobatan yangdiprogramkan.

    7. Obat-obat antibakterial dapatmempunyai spektrum lluas untuk mengobati bakteeerria gram

    positif atau bakteria gram negatif.Antipieretik bekerja sebagai

    proses termoregulasi untuk mengantisipasi panas.

    c. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kekakuan

    otot pengunyah yang ditandai dengan intake kurang, makan dan minuman

    yang masuk lewat mulut kembali lagi dapat melalui hidung dan berat badan

    menurun ddiserta hasil pemeriksaan protein atau albumin kurang dari 3,5

    mg%.

    Tujuan kebutuhan nutrisi terpenuhi.

    Kriteria :

    1) BB optimal

    2) Intake adekuat

    3) Hasil pemeriksaan albumin 3,5-5 mg %

    Intervensi Rasional1. Jelaskan faktor yang

    mempengaruhi kesulitan dalammakan dan pentingnya makanan

    bagi tubuh.

    1. Dampak dari tetanus adalahadanya kekakuan dari otot

    pengunyah sehingga klienmengalami kesulitan menelandan kadang timbul refflek balik atau kesedak. Dengan tingkat

    pengetahuan yang adequat

    diharapkan klien dapat17

  • 8/6/2019 Askep Tetanus ~ AmRiE ~

    18/21

    2. Kolaborasikan pemberian diitTKTP cair, lunak atau bubur kasar.

    3. Pemasangan NGT bila perlu.

    4. Pemberian carian per IV line.

    berpartsipatif dan kooperatif dalam program diit.

    2. Diit yang diberikan sesuaidengan keadaan klien dari tingkatmembuka mulut dan prosesmengunyah.

    3. Pemberian cairan perinfusdiberikan pada klien denganketidakmampuan mengunyak atau tidak bisa makan lewatmulut sehingga kebutuhan nutrisiterpenuhi.

    4. NGT dapat berfungsi sebagaimasuknya makanan juga untuk memberikan obat.

    4.4 Penatalaksanaan

    a. Umum

    Tujuan terapi ini berupa mengeliminasi kuman tetani, menetralisirkan

    peredaran toksin, mencegah spasme otot dan memberikan bantuan

    pemafasan sampai pulih. Dan tujuan tersebut dapat diperinci sebagai berikut:

    1) Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya, berupa:

    membersihkan luka, irigasi luka, debridement luka (eksisi jaringan

    nekrotik),membuang benda asing dalam luka serta kompres dengan

    H202 ,dalam hal ini penata laksanaan, terhadap luka tersebut dilakukan

    1 -2 jam setelah ATS dan pemberian Antibiotika. Sekitar luka disuntik

    ATS.2) Diet cukup kalori dan protein, bentuk makanan tergantung

    kemampuan membuka mulut dan menelan. Bila ada trismus, makanan

    dapat diberikan personde atau parenteral. Pemberian cairan secara i.v.,

    sekalian untuk memberikan obat-obatan secara syringe pump (valium

    pump ).

    3) Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan

    terhadap penderita.

    18

  • 8/6/2019 Askep Tetanus ~ AmRiE ~

    19/21

    4) Menjaga saluran nafas tetap bebas, pada kasus yang berat perlu

    tracheostomy . Memeriksa tambahan oksigen secara nasal atau sungkup

    5) Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.

    6) Kejang harus segera dihentikan dengan pemberian valium/diazepam

    bolus i.v. 5 mg untuk neonatus, bolus i.v. atau perectal 10 mg untuk

    anak-anak (maksimum 0.7 mg/kg BB).

    b. Khusus

    1) Antibiotika PP 50.000-100.000 IU/kg BB.

    2) Sera anti. Dapat diberikan ATS 5000 IU i.m. atau TIGH ( Tetanus

    Immune Globulin Human ) 500-3.000 IU. Pemberian sera anti harus

    disertai dengan imunisasi aktif dengan toksoid (DPT/DT/TT)

    3) Perawatan luka sangat penting dan harus secara steril dan perawatan

    terbuka ( debridement )

    19

  • 8/6/2019 Askep Tetanus ~ AmRiE ~

    20/21

    BAB 5. PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot (spasme) tanpa

    diserta gangguan kesadaran. Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan

    oleh neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani ditandai dengan spasme

    otot yang periodik dan berat.

    Karakteristik dari tetanus:

    a. Kejang bertambah berat selama 3 hari pertama, dan menetap selama 5 -7

    hari.

    b. Setelah 10 hari kejang mulai berkurang frekwensinya

    c. Setelah 2 minggu kejang mulai hilang.

    d. Biasanya didahului dengan ketegangaan otot terutama pada rahang dari

    leher. Kemudian timbul kesukaran membuka mulut (trismus, lockjaw)

    karena spasme otot masetter.

    e. Kejang otot berlanjut ke kaku kuduk (opistotonus, nuchal rigidity)

    f. Risus sardonicus karena spasme otot muka dengan gambaran alis tertarik

    keatas, sudut mulut tertarik keluar dan ke bawah, bibir tertekan kuat .

    g. Gambaran Umum yang khas berupa badan kaku dengan opistotonus,

    tungkai dengan: Eksistensi, lengan kaku dengan mengepal, biasanya

    kesadaran tetap baik. Karena kontraksi otot yang sangat kuat, dapat terjadi

    asfiksia dan sianosis, retensi urin, bahkan dapat terjadi fraktur collumna

    vertebralis (pada anak).

    Pencegahan yang dapat dilakukan:

    a. Perawatan luka harus dicegah timbulnya jaringan anaerob pada pasien

    termasuk adanya jaringan mati dan nanah.

    b. Pemberian ATS profilaksis.

    c. Imunisasi aktif.

    d. Khusus untuk mencegah tetanus neonatorum perlu diperhatikan kebersihan

    pada waktu persalinan terutama alas tempat tidur, alat pemotong tali pusat,

    dan cara perawatan tali pusat.20

  • 8/6/2019 Askep Tetanus ~ AmRiE ~

    21/21

    e. Pendidikan atau penjelasan kepada orang tua mengenai kebersihan individu

    dan lingkungan serta cara pemeriksaan dan perawatan di RS dan perlunya

    pemeriksaan lanjutan.

    5.2 Saran

    Pada penyusunan makalah ini penulis ingin menyampaikan saran, kepada

    mahasiswa PSIK Universitas Jember hendaknya mengetahui konsep dari tetanus

    sehingga dapat dijadikan sebagi pedoman dalam menjalankan asuhan

    keperawatan.

    Kemudian kepada perawat hendaknya mampu memberikan asuhan

    keperawatan yang benar pada klien yang menderita tetanus agar proses

    penyembuhan klien dapat berlangsung dengan efektif.

    21