Upload
yuli-rakhmayani-aryuanda
View
109
Download
13
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Asuhan Keperawatan Gadar dengan DM
LAPORAN PRESENTASI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S
DENGAN ( DM ) DIABETES MILITUS (31 OKTOBER - 02 NOVEMBER)
DI RUANG ICU
RSUD dr. LOEKMONOHADI KABUPATEN KUDUS
Disusun untuk memenuhi tugas Program Pendidikan Profesi Ners
Stase Keperawatan Gawat Darurat Di Ruang ICU RSUD dr. Loekmonohadi
Kabupaten Kudus
Disusun Oleh :
Marissa Aprilia
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS
2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan
makalah ini dengan Judul Asuhan Keperawatan Pada Ny. S dengan Diabetes
Militus ( DM ) di Ruang ICU RSUD Kabupaten Kudus. Tidak lupa saya ucapkan
terima kasih kepada Pembimbing Klinik Ruangan, Dosen Akademik dan teman-
teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun. Dan semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan teman-teman. Amin………
Kudus, 03 November 2015
Penyusun
LEMBAR PERSETUJUAN
Lembar persetujuan ini berisi pernyataan Penyelesaian tugas individu
Program Pendidikan Profesi Ners Stase Keperawatan KGD di Ruang ICU
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUDUS. Lembar Persetujuan ini disetujui
dan disahkan dihadapan pembimbing Klinik Ruang ICU RSUD KUDUS, dengan
rincian sebagai berikut :
Nama Mahasiswa : Marissa Aprilia
Program Pendidikan : Profesi Ners
Institusi : STIKES MUHAMMADIYAH KUDUS
Tanggal Praktek : 26 Oktober-11 November 2015
Ruang : ICU
NO Rincian Tugas Tanggal
Penyelesaian / ACC
1.
Mengetahui,
Pembimbing Klinik Ruang ICU RSUD Kudus
( )
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas seminar individu dalam
Praktik Klinik Program Pendidikan Profesi Ners di Ruang ICU RSUD Kudus,
telah diterima, disetujui dan disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Judul :
Mengetahui,
Pembimbing KlinikRuang ICU RSUD Kudus
Pembimbing AkademikSTIKES Muhammadiyah
Kudus
( ) ( )
Koordinator PraktikInstalasi Diklat RSUD Kabupaten Kudus
( )
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Semakin bertambah usia manusia maka semakin tambah kemungkinan
terkena penyakit. Semakin bertambah usia maka sel-sel manusia bertambah
tua dan berkurang fungsi serta anatominya. Dengan demikian akan semakin
dekat dan mudah terkena penyakit. Penyakit yang mungkin muncul adalah
salah satunya diabetes melitus.
Diabetes Melitus penyakit yang tidak dapat disembuhkan namun bisa
dikendalikan. Untuk mengendalikan penyakit Diabetes Melitus diperlukan
pengetahuan dan kemauan dari pasien. Untuk itu pasien memerlukan bantuan
dalam menghadapi penyakit Diabetes Melitus dengan asuhan keperawatan
yang komprehensif.
Diabetes Mellitus merupakan suatu keadaan hiperglikemia yang
ditandai oleh keadaan absolute insulin yang bersifat kronik yang dapat
mempengaruhi metabolisme karbohidrat. Protein dan lemak yang disebabkan
oleh sebuah ketidak seimbangan atau ketidakadanya persediaan insulin atau
tak sempurnanya respon seluler terhadap insulin ditandai dengan tidak
teraturnya metabolisme.
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Federasi Diabetes
International (IDF) 177 juta penduduk dunia yang menderita diabetes mellitus,
sekitar 80% diantaranya berada di negara berkembang, diperkirakan pada
tahun 2025 jika tidak dilakukan upaya untuk memperlambat epidemik
penderita diabetes mellitus di dunia akan melonjak menjadi 300 juta. Pada
tahun 2003 penduduk Amerika Serikat yang menderita diabetes Mellitus
sebanyak 13,8 juta orang. Di Australia prevalensi diabetes mellitus pada
penduduk kulit putih kurang dari 5%, sementara pada tahun 2001 dari 20
penduduk Aborigin satu diantaranya dilaporkan menderita diabetes mellitus.
Di Asia, prevalensi penduduk Cina daratan yang mengalami diabetes mellitus
sebanyak 2,5%, di Taiwan 11% dan untuk Cina Singapura sebanyak 10%
penduduk yang mengalami dabetes mellitus. Pada tahun 2000 penderita
diabetes mellitus di Indonesia mencapai 5,6 juta dan diperkirakan pada tahun
2020 8,2 juta dari 178 juta penduduk diatas 20 tahun menderita diabetes
mellitus. Prevalensi kejadian diabetes mellitus ini tersebar diberbagai kota di
Indonesia. Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
Di Jawa Tengah prevalensi diabetes mellitus pada tahun 2005
diperkirakan mencapai 2,3%. Menurut data rekam medis RSUP Dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten tahun 2010 penyakit diabetes mellitus menduduki
peringkat 4 teratas diantara penyakit lainnya.
Didalam perawatan penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit
yang memerlukan perawatan dan penanganan seumur hidup. Maka banyak
klien yang keluar masuk rumah sakit. Oleh karena itu peran perawat sangat
diharapkan tidak hanya terhadap keadaan fisik klien tetapi juga psikologis
klien juga perawat diharapkan dapat memberikan motivasi dan edukasi kepada
klien tentang tentang pentingnya kepatuhan klien terhadap klien dan perawat
dengan tidak mengesampingkan aspek asuhan keperawatan yang lain.
Penyakit diabetes mellitus yang mengalami hiperglikemia memerlukan
perhatian yang khusus dalam melalukan perawatan, sehingga dapat
mengontrol gula dan dapat menurunkan gula darah sewaktu klien, dari
masalah yang muncul di atas maka penulis tertarik untuk mengambil kasus
dengan judul kasus Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diabetes
Melitus di ruang ICU RSUD dr.Loekmonohadi Kabupaten Kudus.
B. TUJUAN PENULISAN
a. Tujuan umum.
Mampu mendokumentasikan dan membuat Asuhan Keperawatan
secara komprehensif pada klien dengan masalah Diabetes Militus.
b. Tujuan khusus.
1) Mampu mendokumentasi dan menganalisa data yang diperoleh
pada klien dengan Diabetes Militus.
2) Mampu mendokumetasikan masalah keperawatan dan
menentukan prioritas dari diagnosa yang sudah ditentukan.
3) Mampu mendokumentasikan rencana tindakan keperawatan dan
dilakukan implementasi keperawatan sesuai dengan diagnosa
keperawatan pada klien dengan diabetes militus.
4) Mampu melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada klien
dengan diabetes militus.
BAB II
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik disertai berbagai
kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai lesi
pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskopik electron
(Brunner & Suddarth, 2002).
Diabetes mellitus adalah keadaan dimana tubuh tidak menghasilkan
atau memakai insulin sebagaimana mestinya. Insulin adalah hormon yang
membawa glukosa darah ke dlaam sel-sel dan menyimpannya sebagai
glikogen (Tambayong, Jan, 2000).
Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa darah dari pada
rentang kadar puasa normal 80-90 mg/dl darah, atau non puasa sekitar 140-160
mg/100ml darah (Price, 2000)
Pendapat darp Smeltzer, S.C dan Bare (2001) Diabetes Mellitus adalah
gangguan metabolisme dengan karakteristik intoleransi glukoda atau penyakit
yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara persediaan insulin dengan
kebutuhan.
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)
Anatomi Fisiologi :
Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira – kira
15 cm, lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan beratnya rata –
rata 60 – 90 gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1 dan 2 di belakang
lambung.
Pankreas merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di dalam
tubuh baik hewan maupun manusia. Bagian depan ( kepala ) kelenjar pankreas
terletak pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum dan bagian pilorus dari
lambung. Bagian badan yang merupakan bagian utama dari organ ini
merentang ke arah limpa dengan bagian ekornya menyentuh atau terletak pada
alat ini. Dari segi perkembangan embriologis, kelenjar pankreas terbentuk
dari epitel yang berasal dari lapisan epitel yang membentuk usus.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama, yaitu :
1) Asini sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum.
2) Pulau Langerhans yang tidak tidak mengeluarkan sekretnya
keluar, tetapi menyekresi insulin dan glukagon langsung ke
darah.
Pulau – pulau Langerhans yang menjadi sistem endokrinologis dari
pamkreas tersebar di seluruh pankreas dengan berat hanya 1 – 3 % dari berat
total pankreas. Pulau langerhans berbentuk ovoid dengan besar masing-
masing pulau berbeda. Besar pulau langerhans yang terkecil adalah 50 ,
sedangkan yang terbesar 300 , terbanyak adalah yang besarnya 100 – 225 .
Jumlah semua pulau langerhans di pankreas diperkirakan antara 1 – 2 juta.
Pulau langerhans manusia, mengandung tiga jenis sel utama, yaitu :
1) Sel – sel A ( alpha ), jumlahnya sekitar 20 – 40 % ;
memproduksi glikagon yang manjadi faktor hiperglikemik,
suatu hormon yang mempunyai “ anti insulin like activity “.
2) Sel – sel B ( betha ), jumlahnya sekitar 60 – 80 % , membuat
insulin.
3) Sel – sel D ( delta ), jumlahnya sekitar 5 – 15 %, membuat
somatostatin.
Masing – masing sel tersebut, dapat dibedakan berdasarkan struktur
dan sifat pewarnaan. Di bawah mikroskop pulau-pulau langerhans ini nampak
berwarna pucat dan banyak mengandung pembuluh darah kapiler. Pada
penderita DM, sel beha sering ada tetapi berbeda dengan sel beta yang normal
dimana sel beta tidak menunjukkan reaksi pewarnaan untuk insulin sehingga
dianggap tidak berfungsi.
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 untuk
insulin manusia. Molekul insulin terdiri dari dua rantai polipeptida yang tidak
sama, yaitu rantai A dan B. Kedua rantai ini dihubungkan oleh dua jembatan (
perangkai ), yang terdiri dari disulfida. Rantai A terdiri dari 21 asam amino
dan rantai B terdiri dari 30 asam amino. Insulin dapat larut pada pH 4 – 7
dengan titik isoelektrik pada 5,3. Sebelum insulin dapat berfungsi, ia harus
berikatan dengan protein reseptor yang besar di dalam membrana sel.
Insulin di sintesis sel beta pankreas dari proinsulin dan di simpan
dalam butiran berselaput yang berasal dari kompleks Golgi. Pengaturan
sekresi insulin dipengaruhi efek umpan balik kadar glukosa darah pada
pankreas. Bila kadar glukosa darah meningkat diatas 100 mg/100ml darah,
sekresi insulin meningkat cepat. Bila kadar glukosa normal atau rendah,
produksi insulin akan menurun.
Selain kadar glukosa darah, faktor lain seperti asam amino, asam
lemak, dan hormon gastrointestina merangsang sekresi insulin dalam derajat
berbeda-beda. Fungsi metabolisme utama insulin untuk meningkatkan
kecepatan transport glukosa melalui membran sel ke jaringan terutama sel –
sel otot, fibroblas dan sel lemak.
B. ETIOLOGI / PREDISPOSISI
Menurut Smeltzer, S.C dan Bare (2001) penyebab diabetes mellitus
dikelompokkan menjadi 2 :
1. DM tipe I disebabkan oleh
a. Faktor genetic
Penderita DM tidak mewarisi DM tipe itu sendiri tapi mewarisi
suatu kecenderungan genetik ke arah terjadinya diabetes ini ditemukan
pada penderita HLA (Human Leucocyto Antigen).
b. Faktor lingkungan
Karena destruksi sel beta, contoh : hasil penyelidikan yang
mengatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
auto imun yang menimbulkan destruksi sel beta.
2. DM tipe II
Disebabkan oleh usia (retensi insulin cenderung meningkat pada
usia di atas 65 tahun) obesitas, riwayat keluarga, kelompok etnik (di
Amerika Serikat, golongan hisponik serta penduduk asli Amerika tertentu
memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya DM). Terjadinya
DM tipe II dibandingkan dengan golongan non Amerika.
C. PATOFISIOLOGI
Defisiensi insulin terjadi sebagai akibat dari kerusakan sel beta
langerhans, defisiensi insulin tersebut akan menyebabkan peningkatan
pembentukan glikogen sehingga glikogen akan mengalami suatu penurunan
yang mengakibatkan hiperglikemi, peningkaan kadar glukosa hepar dan
peningkatan lipolisis.
Hiperglikemi akan mengakibatkan seseorang mengalami glukosuria,
yang menyebabkan osmotik diuresis. Osmotik diuresis akan menimbulkan
sesuatu keadaan di mana ginjal tidak dapat meningkatkan glukosa yang
difiltrasi. Ginjal tidak mengikat glukosa yang difiltrasi akan mengakibatkan
cairan diikat oleh glukosa, sehingga cairan dalam tubuh akan berlebihan yang
akan dimanifestasikan dengan banyak mengeluarkan urin (poliuri).
Poliuri akan menyebabkan banyak kehilangan elektrolit dan dalam
tubuh dan akibatnya akan menimbulkan masalah kurang volume cairan,
dehidrasi akan membuat seseorang banyak minum (polidipsi).
Apabila tubuh kehilangan kalori, akan menyebabkan seseorang dalam
keadaan lemah, sehingga akan muncul permasalahan intoleransi aktifitas
sedangkan keadaan polifagia akan mengakibatkan munculnya masalah
perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan (Price, S.A. dan Wilson, L.M., 1995).
Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar gula/glukosa darah yang
tinggi daripada rentang kadar puasa normal 80-90 mg/100 ml darah atau
rentang non puasa sekitar 140-160 mg/100ml darah. Hiploglikemia biasanya
disebakan oleh defisieansi insulin, seperti dijumpai pada diabetes tipe I atau
karena penurunan responsivitas sel terhadap insulin seperti dijumpai pada
diabetes tipe II. Hiperkortisolemia yang terjadi pada sindrom cashing dan
sebagai respon terhadap stres kronik dapat menyebabkan hiperglikemia
melalui melalui perangsangan glukoneogenesis hati. Keadaan akut kelebihan
hormon tiroid, prolaksin dan hormon pertumbuhan dapat menyebabkan
peningkatan glukosa darah. Peningkatan kadar hormon-hormon tersebut dalam
jangka panjang terutama hormon pertumbuhan dianggap diabetogenik
( menimbulkan diabetes ). Hormon-hormon tersebut merangsang pengeluaran
insulin secara berlebihan oleh sel-sel beta puloulangerhans pankreas sehingga
akhirnyaterjadi penurunan respons sel terhadap insulin.
Hipoglikemia adalah glukosa darah yang kurang dari 80 mg/100 ml
darah. Hipoglikemia dapat disebabkan oleh puasa khususnya yang disertai
oleh raga karena olah raga meningaktkan pemakaian glukosa oleh sel-sel otot
rangka. Namun hipoglikemia lebih sering disebabkan oleh kelebihan dosis
insulin pada pengidap diabetes dependen insulin karena otak memerlukan
glukosa darah sebagai sumber energi utamanya maka hipoglikemia
menyebabkan timbulnya berbagai gejala gangguan fungsi susunan syaraf
pusat berupa konfusi iritabilitas, kejang dan koma. Hipoglikemia dapat
menyebabkan nyeri kepala akibat perubahan aliran darah otak dan perubahan
keseimbangan air secara sistematis, hipoglikemia menyebabkan pengaktifan
sistem syaraf simpatik yang merangsang rasa lapar, kegelisahan, berkeringat
dan takikardia ( Eizabeth.J.arvin, 2001; 441)
D. PATHWAY KEPERAWATAN
E. MANIFESTASI KLINIK
Pendapat Smeltzer, S.C dan Bare (2000) manifestasi klinik dari
Diabetes Mellitus antara lain :
1. Glukosuria : adanya kadar glukosa dalam urin.
2. Poliuri : sering kencing dan diuresis osmotik.
3. Polidipsi : banyak minum akibat dari pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebih.
4. Polifagi : banyak makan akibat menurunnya simpanan kalori.
5. Penurunan berat badan secara drastis karena defisiensi insulin juga
mengganggu metabolisme protein dan lemak.
Berdasarkan Tjokroprawiro (2008) menyebutkan tanda dan gejala
diabetes mellitus antara lain :
1. Trias DM antara lain banyak minum, banyak kencing dan banyak makan.
2. Kadar glukosa darah pada > 120 mg/dl.
3. Kadar glukosa 2 jam sesudah makan > 200 mg/dl.
4. Glukosuria (adanya glukosa dalam urin)
5. Mudah lelah, kesemutan, kulit terasa panas.
6. Rasa tebal di kulit, kram, mudah mengantuk.
7. Mata kabur, gigi mudah goyah, dan mudah lepas.
8. Kemampuan sexual menurun, impoten.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik pada DM menurut Dongoes dkk (2001) antara
lain :
1. Glukosa darah : meningkat 100-200 mg/dl atau lebih.
2. Aseton plasma (keton) : positif secara metabolik.
3. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
4. Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mosm/lt
5. Elektrolit
a. Natrium : mungkin normal, meningkat atau menurun.
b. Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler
selanjutnya akan menurut).
6. Haemoglobin glikosilat : kadarnya melipat 2-4 dari dari normal.
7. Gas darah arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HCO3 (asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
8. Trombosit darah, hematokrit mungkin meningkat atau (dehidrasi /
leukositosis, hema konsentrasi, merupakan respon terhadap stres atau infeksi).
9. Ureum atau kreatinin : mungkin meningkat atau normal (dehidrasi atau
penurunan fungsi ginjal).
10. Amilase darah : mungkin meningkat yang mengidentifikasikan adanya
pankreatitis akut sebagai penyebab dari DKA (Diabetik Keto Asidosis).
11. Insulin darah mungkin menurun bahkan sampai tidak ada (tipe I) atau
normal sampai tinggi (tipe II) yang mengidentifikasikan infusiensi insulin
atau gangguan dalam penggunaannya (endogen atau eksogen).
12. Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
13. Urin : gula dan aseton positif berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
14. Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,
infeksi pernafasan dan infeksi pada luka.
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena- Darah kapiler
Kadar glukosa darah puasa
- Plasma vena- Darah kapiler
< 100
<80
<110
<90
100-200
80-200
110-120
90-110
>200
>200
>126
>110
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali
pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200
mg/dl
G. PENATALAKSANAAN
Menurut Smeltzer, S.C dan Bare (2001) ada 5 komponen dalam
penatalaksanaan DM yaitu :
1. Diit
2. Latihan jasmani
3. Pemantauan
4. Terapi (jika diperlukan)
5. Pendidikan
Berdasarkan Engram, B (2008) penatalaksanaan DM yaitu :
1. Untuk DM tipe I
Insulin (karena tidak ada insulin endogen yang dihasilkan).
2. Untuk DM tipe II
Modifikasi diit, latihan dan agen hipoglikemia.
Menurut Long B.C (2006) pencegahan DM yaitu :
1. Pencegahan primer
a. Menghindari obesitas (jika perlu)
b. Pengurangan BB dengan supervisi medik merupakan fokus utama
dalam pencegahan DM tidak tergantung insulin.
2. Pencegahan sekunder yaitu dengan deteksi DM.
IDDM :
1. Preporat insulin kerja cepat kerja intermediet biasanya dosis terpisah.
2. Diet biasanya pengganti ADA (biasanya 3 makanan seimbang dan
kudapan)
3. Program latihan teratur.
4. Pemantauan glukosa darah sendiri.
5. Pengobatan komplikasi yang terjadi
NIDDM :
1. Diet biasanya pengganti ADA dengan pengurangan kalori ( biasanya 3
x makanan seimbang dan 1 x kudapan )
2. Hipoglikemik oral dan insulin mungkin juga diberikan
3. Program latihan teratur
4. Pemantauan glukosa darah sendiri
5. Pengobatan komplikasi yang terjadi.
( Tucker, 2008; 403 )
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. S
DENGAN DIABETES MILITUS (DM) DI RUANG ICU
RSUD KABUPATEN KUDUS
A. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 31 Oktober 2015 Jam : 16.00 WIBOleh : Marissa Aprilia1. Biodata
Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Registrasi : 719705
Umur : 58 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku/Agama : Jawa/Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SD
Bahasa yang dikuasai : Indonesia
Alamat : Kudus
Tanggal Masuk RS : 28/10/2015
Diagnosa Medis : DM dengan Hiperglikemi
Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. P
Umur : 38 Tahun
Hubungan : Anak
Pendidikan : SMA
1. Pengkajian Primer
1) Airway ( Jalan Nafas ): Jalan nafas tidak ada sumbatan, tidak ada
suara nafas seperti gurling, snorling, stridor.
2) Breathing ( Status Pernafasan/ bantu nafas ): RR : 24 x/mnt, nafas
regular, tidak ada sianosis, tidak ada suara nafas ronchi maupun
wheezing, tidak ada nafas cuping hidung, dan tidak ada tarikan
dinding dada.
3) Circulation ( Status Sirkulasi/ bantuan sirkulasi ): Tekanan Darah
160/67, Nadi 114 x/mnt, Suhu, 38 0C, capiraly refill normal kurang
dari 2 detik, akral hangat, urine output 300 cc.
4) Disability ( Fungsi Pernafasan ): Kesadaran pasien composmentis,
nilai GCS E4V4M5 total GCS :13, pupil normal, reaksi pupil terhadap
cahaya positif.
5) Eksposure: Suhu pasien 38 0C, terdapat odeam di kaki.
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan mual dan muntah saat makan.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat DM sejak 3 tahun yang lalu.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan sudah memiliki riwayat DM sejak 3 tahun yang lalu. Pasien minum obat DM tetapi tidak tahu nama obat tersebut. Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan tidak bisa berdiri dan berjalan. Gula darah saat itu 618 mg/dL. Pada tanggal 28 oktober 2015. Kemudian di rawat di RSUD di ICU. Saat di kaji pasien mengeluh mual dan muntah.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga tidak ada yang memiliki penyakit seperti hipertensi, DM.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Composmentis, GCS: 13 E4V4M5.
b. Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah : 160/67 mmHgNadi : 114 X/menitPernapasan : 24 X/menitSuhu : 38 0C
c. Head to Toe
1) Kepala : Bersih, rambut beruban, tidak ada luka
2) Mata : Tidak Ikterik, konjungtiva anemis, tidak ada nyeri tekan
3) Mulut : Tidak ada stomatitis, mukosa bibir kering
4) Hidung : Bersih, tidak ada pembesaran polip
5) Leher : Tidak ada pembesaran tyroid
6) Dada :
a) Jantung
I : Iktus cordis tidak tampakPa : Iktus cordis teraba di 2 cm line midclavikula sinistraPer : PekakAu : Bunyi jantung I dan II, tidak ada suara tambahan
b) Paru
I : Simetris dan dinamisPa : Taktil fremitus kanan = kiriPer : Sonor di seluruh lapang paruAu : Vesikuler, tidak ada suara tambahan
7) Abdomen
I : SimetrisAu : Bising usus 4X/menitPer : HipertimpaniPa : Nyeri tekan di kuadran kanan atas
8) Ekstremitas : terpasang infus di tangan kanan NaCl 0.9 %, terdapat luka di
jari kedua tangan kanan, teraba panas, terasa nyeri, warna luka kekuning-
kuningan,warna dasar kemerahan.
Atas Atas Keterangan :5 5 0 : Tidak ada respon
Bawah Bawah 1 : Ada tegangan Otot3 4 2 : Bergeser` 3 : Gravitasi
4 : Tahanan sedang
5 : Tahanan kuat
9) Integumen : edema di kaki kanan dan kiri, cappillary refill < 2 detik
10) Genetalia : terpasang DC
4. Pemeriksaan Diagnostik
Imunitas ( 28 Oktober 2015 )
Tabel 3.1 pemeriksaan diagnostik imunitas
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Keterangan
Feritin > 1200 mg/ dL 70 - 435 H
Kimia Klinik (28 Oktober 2015)
Tabel 3.2 pemeriksaan diagnostik kimia klinik
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Keterangan
Asam urat 4,50 mg/dL 2,60 - 7,20
Cholesterol 139 mg/dL 50 - 200
Trigliserida 252 mg/dL 30 - 150 H
HDL Cholesterol
4 mg/dL 35 - 60 L
LDL Cholesterol
74 mg/dL 62 - 130
Hbs1C 102 % 6,0 - 8 H
Kimia Klinik (30 Oktober 2015)
Tabel 3.3 pemeriksaan diagnostik kimia klinik
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Keterangan
Ureum 57 mg/dL 15 - 39 H
Kreatinin 1,13 mg/dL 0,6 - 1,3
Hematologi (30 Oktober 2015 )
Tabel 3.4 pemeriksaan diagnostik hematologi
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal Keterangan
Hemoglobin 5,68 gr % 12,00 - 15,00 L
Hematokrit 20,3 Gr 35,00 - 47,00 L
Eritrosit 2,93 juta/mmk 3,90 - 5,60 L
Leukosit 22,70 ribu/mmk 4,0 - 11,0 H
Trombosit 443,0 ribu/mmk 150 - 400,0 H
Gula Darah (28 Oktober 2015 ) : 618 mg/dL
Program Terapi ( 31 Oktober 2015 )
NaCl 0,9 % 30 tpm
Parasetamol 3 X 500 mg via oral
Sotatic 3x½ amp
Furosemid 1x1 amp
Asam Traneksamat 3x1 gr
Diit lunak DM 1700 kkal
5. Pola Fungsional Gordon
a. Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat
Pasien sudah mengerti bahwa dirinya menderita DM. Pasien juga sudah tahu
pengertian DM, tanda dan gejala, serta diit DM.
b. Pola Nutrisi dan metabolik
Sebelum sakit, Pasien makan 3X1 dengan variasi menu: nasi, sayur, lauk dan
kadang buah. Pasien tidak memiliki alergi makanan. Pasien minum ± 2 L
perhari.
Selama sakit, pasien makan 3X1. Pasien hanya menghabiskan 5 sendok makan
saja. Pasien mengatakan mual disertai muntah jika makan, pasien tidak
mengeluh stomatitis. Pasien minum ± 1,5 liter perhari selama di rumah sakit.
BB : 58 kg
TB : 160 cm
IMT : BB ( kg )
TB (m2)
= 58
(1,6) 2
= 22,48 ( normal )
Keterangan:
< 20 : Underweight
20-25 : normal
25-30 : Overweight
30 : Obesitas
c. Pola Eliminasi
Sebelum sakit, pasien BAB 1 x sehari dengan konsistensi feses lembek, warna
kuning, bau khas. Pasien BAK 8-10 X sehari dengan warna kuning, bau khas.
Selama sakit, pasien belum BAB selama 3 hari, pasien BAK ± 1,5 liter dengan
warna kuning, bau khas.
d. Pola tidur dan Istirahat
Sebelum sakit pasien tidur ± 8 jam, pasien tidak pernah minum obat tidur.
Selama sakit pasien tidur selama 5 jam saja. Pasien mengeluh mengami
gangguan tidur pada saat malam hari, pasien sering terbangun karena
ketidaknyamanannya.
e. Pola hubungan dan peran
Pasien adalah seorang ibu yang bekerja sebagai pedagang. Selama sakit,
pasien tidak dapat mengerjakan kewajibannya sebagaimana mestinya.
f. Pola Aktivitas dan latihan
Tabel 3.5 pola aktivitas dan latihan
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi √
Berpakaian √
BAB √
BAK √
Mobilitas √
Makan/minum √
Keterangan:0 : Mandiri1 : Dibantu alat2 : Di bantu orang lain3 : Dibantu orang lain dan alat4 : Ketergantungan
g. Pola sensori dan kognitif
Pasien tidak mengalami gangguan dalam fungsi panca indra. Pasien hanya
merasakan kemeng-kemeng pada tangan yang terdapat luka.
h. Pola persepsi dan konsep diri
Pasien mengatakan sabar dan ikhlas atas keadaanya sekarang. Pasien masih
mampu berinteraksi dengan keluarganya maupun perawat serta pasien lainnya.
i. Pola seksual dan reproduksi
Pasien menikah pada usia 25 tahun, berjenis kelamin perempuan, dan pasien
tidak mengalami gangguan pola seksual.
j. Pola koping
Pasien meminta di dampingi anaknya pada saat di kaji oleh perawat. Jika
pasien ada masalah, maka pasien akan bercerita dan meminta saran kepada
anaknya.
k. Pola nilai dan kepercayaan
Pasien beragama islam, selama sakit pasien tidak melakukan sholat 5 waktu.
B. Analisa Data
Nama Pasien : Ny. SRegister : 719705
No Tanggal/ jam
Data fokus Masalah Etiologi Ttd
1 31 Oktober 2015,16.00 WIB
DS :Pasien mengatakan tangan yang
luka terasa panas
DO :Terlihat luka DM di tangan kanan
Sekitar luka terkadang nyeri
Teraba panas
Warna dasar kemerahan
Warna luka kekuning-kuningan
Gangguan integritas kulit dan jaringan
terputusnya kontinuitas jaringan sekunder terhadap sirkulasi yang tidak adekuat
2 31 Oktober 2015,16.00 WIB
DS :Pasien mengatakan lemas
Pasien mengatakan tidak bisa
berdiri dan duduk
DO :ADL di bantu oleh alat dan orang
lain
Immoblitas Kelemahan fisik ditandai dengan bedrest
Kekuatan otot
5 5
0 4
3 31 Oktober 2015,16.00 WIB
DS :Pasien mengatakan mual dan
muntah saat makan
DO :A : TB : 160 cm BB : 58 kg IMT : 22,48 ( normal)B : Hb : 5,68 gr%C : -Conjungtiva anemis -Mukosa bibir keringD : Habis hanya 5 sendok
makan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Intake makanan yang tidak adekuat
C. Prioritas Diagnosa
1. Gangguan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan sekunder terhadap sirkulasi yang tidak adekuat
2. Immoblitas berhubungan dengan Kelemahan fisik ditandai dengan bedrest
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan Intake makanan yang tidak adekuat
D. Intervensi Keperawatan
Nama Pasien : Ny. SRegister : 719705
No. Dx kep
Tanggal /jam
Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Ttd
1 31 Oktober 2015,16.00 WIB
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam diharapkan integritas kulit dan jaringan kembali normal dengan kriteria hasil :1. Tidak kemerahan
2. Tidak ada nyeri ditangan
3. Tidak ada bengkak
1. Kaji karakteristik luka
2. Kaji adanya nyeri pada luka
3. Lakukan perawatan luka
2 31 Oktober
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam
1. Kaji kekuatan otot setiap
2015,16.00 WIB
diharapkan pasien akan memiliki mobilitas fisik yang maksimal dengan kriteria hasil :1. Tidak ada kontraktur otot
2. Tidak ada ankilosis pada sendi
3. Pasien dapat beraktifitas secara
mandiri seperti makan, minum
hari
2. Latih ROM aktif dan pasif
3. Bantu aktifitas dan libatkan
keluarga
4. Anjurkan untuk beraktifitas
secara perlahan
3 31 Oktober 2005,16.00 WIB
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam diharapkan nutrisi pasien dapat tercukupi dengan kriteria hasil :1. Nafsu makan meningkat
2. BB seimbang dan terkontrol
( IMT 20 – 25)
3. Pasien tidak mengeluh mual
dan muntah
4. Conjungtiva tidak anemis
5. Mukosa bibir lembab
6. Hb : 12 -15 gr%
1. Kaji status nutrisi pasien
2. Monitor adanya mual dan
muntah
3. Berikan posisi yang nyaman
saat makan
4. Bantu pasien saat makan
dan libatkan keluarga dalam
pemberian makanan
5. Lakukan oral higiene
sebelum makan
6. Motivasi pasien untuk
banyak makan
7. Jelaskan pentingnya nutrisi
bagi pasien
8. Kolaborasi pemberian diit
untuk pasien
E. Implementasi Keperawatan
Nama Pasien : Ny. SRegister : 719705
No. Dx kep
Tanggal /jam
Implementasi keperawatan
Respon Ttd
1 31 Oktober 2015 16.00 WIB
1. Mengkaji adanya nyeri
pada luka
Ds : Pasien mengatakan kakinya
kadang nyeri
Do : Saat di pegang lukanya, pasien
tidak meringis kesakitan
1 31 Oktober 2015
2. Mengkaji karakteristik
luka
Ds : Sebelum dirawat pasien
mengatakan lukanya kotor
16.10 WIB
Do : Terlihat luka DM di jari kedua
tangan kanan
Teraba panas
Warna dasar kemerahan
1 31 Oktober 201516.15 WIB
3. Melakukan perawatan
luka
Ds: Setelah dirawat Pasien
mengatakan lebih nyaman
Do : Luka terlihat bersih
2 01 Oktober 201508.25 WIB
4. Mengkaji ulang
kekuatan otot
Ds : Pasien mengatakan tidak dapat
menggerakkan kaki sebelah
kirinya
Do :5 5
0 4
2 01 Oktober 201508.35WIB
5. Melatih ROM aktif dan
pasif
Ds : Pasien mengatakan sulit untuk
bergerak
Do : Kaki terlihat kaku
2 01 Oktober 201508.40 WIB
6. Membantu aktifitas
pasien dan libat
keluarga
Ds: Keluarga pasien mengatakan jika
makan dan minum selalu dibantu
oleh anaknya
Do : Terlihat keluarga membantu
memberi inum pasien
2 01 Oktober 201508.45 WIB
7. Menganjurkan untuk
beraktifitas secara
perlahan
DS : Pasien mengatakan akan
beraktifitas secara perlahan
Do: Pasien terlihat lemah
3 02 November 201508.05 WIB
8. Mengkaji status nutrisi
pasien
Ds : Pasien mangatakan hanya makan
5 sendok saja
Pasien mengatakan saat makan
selalu mual disertai muntah
Do : Terlihat sisa makanan
3 01 November 201508.10 WIB
9. Mengkaji adanya mual
dan muntah
DS : Pasien mengatakan saat makan
selalu mual disertai muntah
Do : Pasien terlihat mual
3 01 November201508.15 WIB
10. Memotivasi pasien
untuk banyak makan
Ds : Pasien mengatakan akan lebih
banyak makan lagi
Do : Terlihat mengangguk
3 02 November 201508.18 WIB
11. Menjelaskan
pentingnya nutrisi bagi
pasien
Ds : Pasien mengatakan akan makan
banyak biar cepat sembuh
Do: Terlihat mengangguk
3 02 November 201508.20 WIB
12. Berkolaborasi
pemberian diit untuk
pasien
Ds : Keluarga pasien mengatakan akan
selalu membantu makan pasien
Do : Diit yang di berikan Diit Dm
1700 kkal
3 02 Oktober 201508.30 WIB
13. Mengambil sample
darah vena untuk
pengecekan albumin
Ds : Pasien mengatakan tidak
merasakan sakit
Do : Terlihat darah di ambil
F. Evaluasi Keperawatan
Nama Pasien : Ny. SRegister : 719705
Tanggal /jam
No. Dx. kep
Catatan prkembangan Ttd
31 Oktober 2015,17.30 WIB
1 S : Pasien mengatakan tangan yang luka sudah tidak panas lagiO : Terlihat luka di jari kedua tangan kanan, tidak berbau warna
dasar kemerahan .A : masalah gangguan integritas kulit dan jaringan belum teratasiP : perahankan intervensi
1. Kaji karakteristik luka
Zee
2. Kaji adanya nyeri pada luka
3. Lakukan perawatan luka
01 November 2015,08.35 WIB
2 S : Pasien mengatakan lemasO :
Kegiatan seperti makan, minum, BAB di bantu oleh
anaknya
A : Masalah immobilitas belum teratasiP :
Pertahankan intervensi1. Kaji kekuatan otot setiap hari
2. Latih ROM aktif dan pasif
3. Bantu aktifitas dan libatkan keluarga
Zee
02 November 2015,09.40 WIB
3 S : Pasien mengatakan masih mual saat makan namun pasien dapat menghabiskan setengah porsi
O : conjungtiva anemis
mukosa ibir kering
A : Masalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh masing mengancam
P : Pertahankan intervensi
1. Pantau status nutrisi pasien
2. Monitor adanya mual dan muntah
3. Berika posisi yang nyaman saat makan
4. Bantu pasien saat makan dan libatkan keluarga dalam
pemberian makanan
5. Lakukan oral higiene sebelum makan
6. Motivasi pasien untuk banyak makan
7. Jelaskan pentingnya nutrisi bagi pasien
8. Kolaborasi pemberian diit untuk pasien
9. Kolabarasi dengan laboratorium untuk pengecekan
albumin
Zee
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini, penulis akan menguraikan dan membandingkan antara
teori yang ada dengan tinjauan kasus yang ditemukan di lapangan yakni DM pada Ny. S,
sesuai langkah-langkah proses keperawatan yaitu mulai dari pengambilan data dasar,
diagnosa keperawatan yang muncul, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan
dan evaluasi keperawatan.
A. Pengumpulan Data Dasar
Pada tahapan ini, penulis akan menguraikan tentang pembahasan asuhan
keperawatan pada Ny. S dengan DM di ruang ICU RSUD Dr. Loekmono Hadi
Kudus. Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 31 Oktober 2015 dengan melakukan
wawancara pada Ny. S dan kemudian dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan
fisik .
Pada pengkajian didapatkan bahwa Ny. S mengeluh mual dan muntah hal ini
dikarenakan hiperglikemi menyebabkan peningkatan glukagon sehingga
metabolisme dalam tubuh menjadi turun, hal tersebut juga berdampak pada produksi
keton menurun yang menyebabkan DKA ( Brunner & Suddarth 2002)
Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik tingkat kesadaran pasien
menurun/somnolen. Menurut Brunner & Suddarth tahun 2002, komplikasi dari
penyakit DM adalah terjadi gangguan pada semua pembuluh darah diseluruh bagian
tubuh (Angiopati Diabetik), hal ini menyebabkan gangguan perfusi jaringan
sehingga suplai O2 ke otak menurun.
Gejala yang paling sering dirasakan oleh penderita DM adalah banyak
berkemih (poliuri), timbul rasa haus (polidipsi), timbul rasa lapar yang tinggi
(polifagi). Pada Ny. S, gejala yang di laporkan oleh keluarga adalah sering
merasakan haus yaitu minum sampai 1,5 L, serta hasil pencatatan urine bag
menunjukkan jumlah urin yang dikeluarkan sebanyak 1,5 L dalam satu hari.
Menurut (Price, 2002), Jika dalam pembuluh darah terdapat banyak glukosa maka
konsentrasi darah akan meningkat, selanjutnya pada aliran darah melalui ginjal
terutama pada daerah tubulus, akan terjadi penurunan reabsorbsi air ke dalam tubuh
sehingga cairan yang dikeluarkan atau urin yang terbentuk menjadi lebih banyak.
Proses inilah yang mendasari terjadinya poliuri. Akibat banyak urin yang keluar,
kebutuhan air akan semakin meningkat sehingga klien merasa kehausan dan
memerlukan banyak minum (polidipsi).
Didapatkan data bahwa Ny. S sudah memiliki riwayat DM sejak 3 tahun yang
lalu. Pasien mengatakan tidak tahu cara merawat luka serta jarang kontrol ke
pelayanan kesehatan. Menurut ( Brunner & Suddarth 2002), 50% hingga 75%
amputasi ekstremitas bawah dilakukan pada pasien-pasien yang menderita DM.
Sebanyak 50% dari kasus-kasus amputasi ini diperkirakan dapat di cegah bila pasien
diajarkan tindakan preventif untuk merawat kaki dan mempratekkannya setiap hari.
B. Diagnosa Keperawatan
Setelah melakukan pengumpulan data pada Ny. S dengan DM yang dilakukan
selama 3 hari pada tanggal 31 Januari-02 November 2015, akhirnya penulis
menemukan empat diagnosa keperawatan utama yang ada pada Ny. S.
Awal mulanya, penulis menggunakan referensi diagnosa keperawatan dari
Doenges, namun sesuai dengan ketentuan institusi yang mewajibkan penggunaan
NANDA, sebagai pedoman pembuatan diagnosa keperawatan, kemudian penulis
beralih menggunakan (NANDA, 2005) sebagai panduan pembuatan diagnosa
keperawatan.
Menurut tinjauan teori yang penulis jadikan sebagai acuan pembuatan laporan
ini, penulis mencantumkan sepuluh diagnosa keperawatan utama yang ada pada
klien dengan DM. Namun dalam kenyataannya, hanya tiga diagnosa keperawatan
yang sesuai dengan kondisi Ny. S ketika dilakukan pengkajian, yakni penulis
mengambil gangguan integritas kulit dan jaringan, ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh serta Potensial komplikasi sepsis. Selain diagnosa tersebut,
ternyata pada Ny. S tidak ditemukan masalah keperawatan yang sesuai dengan
sepuluh diagnosa keperawatan yang lain misalnya immobilitas.
Pada diagnosa keperawatan yang pertama, penulis mengambil diagnosa
gangguan integritas kulit dan jaringan. yang mana merupakan perubahan epidermis
dan atau dermis (NANDA, 2005).
Adapun batasan karakteristik yang mendukung diagnosa tersebut menurut
(NANDA, 2005) antara lain : rusaknya lapisan kulit dan rusaknya permukaan kulit.
Adapun faktor yang terkait antara lain substansi kimia, faktor mekanik,
ketidakmampuan bergerak secara fisik, kegagalan sirkulasi, dan radiasi.
Penulis mengambil diagnosa keperawatan gangguan integritas kulit dan
jaringan karena, selain keluhan dari pasien yang mengungkapkan adanya luka yang
terasa panas di tangannya, juga di dukung dengan adanya data seperti rusaknya
lapisan kulit dan jaringan di tandai dengan adanya luka di tangan kanan, teraba
panas, warna dasar luka kemerah – merahan.
Sehingga penulis dapatkan rumusan diagnosa keperawatan pertama yakni
gangguan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan terputusnya kontinuitas
jaringan sekunder terhadap sirkulasi yang tidak adekuat.
Diagnosa keperawatan yang kedua, penulis mengambil masalah keperawatan
immobilitas. Adapun pengertian dari immobilitas adalah energi yang tidak cukup
baik dari segi fisik maupun psikis dan tidak dapat menahan atau memenuhi
kebutuhan serta keinginan dalam aktivitas sehari-hari (NANDA, 2005)
Dari pengertian diatas, menurut (NANDA, 2005), terdapat beberapa batasan
karakteristik untuk menunjang pengambilan diagnosa immobilitas, antara lain
keletihan, pusing, dispnea, ketidaknormalan dari tekanan darah dalam merespon
aktivitas dan ketidaknormalan denyut jantung dalam merespon aktivitas.
Adapun faktor yang berhubungan diantaranya adalah istirahat, kelelahan yang
menyeluruh, immobilitas, dan gaya hidup yang tidak berubah.
Penulis mengambil diagnosa konstipasi karena menurut data yang penulis
ambil, selain klien mengeluh dirinya lemas dan tidak dapat berdiri ataupun duduk,
juga didukung dengan data lain yakni kekuatan otot menurun, ADL dibantu oleh alat
dan orang lain, Serta bedret total. Sehingga penulis dapatkan rumusan diagnosa
keperawatan kedua yakni immobilitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai
dengan bedrest.
Masalah keperawatan ketiga yang muncul pada Ny. S menurut penulis adalah
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Adapun pengertian dari
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh menurut (NANDA, 2005)
adalah asupan nutrisi yang tidak mencukupi kebutuhan metabolisme tubuh.
Menurut (NANDA, 2005), terdapat beberapa batasan karakteristik untuk
menegakkan diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, antara lain kejang perut, nyeri perut, enggan untuk makan, berat
badan 20% lebih dibawah ideal, lemahnya pembuluh darah kapiler, diare, rontoknya
rambut yang hiperaktif, kurang makan, kurangnya informasi, kurangnya ketertarikan
terhadap makanan, kehilangan berat badan dengan asupan makan yang tidak
memadahi, kesalah konsep, membran mukosa pucat, lamahnya ketegangan otot,
keluhan perubahan sensasi rasa, laporan kurangnya asupan makanan dari pada RDA
( rekomendasi harian yang di ijinkan), mual dan muntah, lemah otot untuk menelan
dan mengunyah.
Dari batasan karakteristik diatas, yang sesuai dengan kondisi Ny. S antara lain
keenggangan untuk makan, jika makan pasien mual diserta muntah, pasien hanya
mengkabiskan 3 sendok makan saja, mukosa bibir kering, IMT dalam batas normal
dan HB rendah.
Sehingga dapat penulis rumuskan diagnosa keperawatan ketiga yakni
ketidakseimbang nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
makan yang tidak adekuat.
C. Rencana Keperawatan
1. Gangguan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan sekunder terhadap sirkulasi yang tidak adekuat
a. Tujuan: Setelah dilalukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan integritas kulit dan jaringan kembali normal
b. Kiteria Hasil:
1) Tidak kemerahan
2) Tidak ada nyeri ditangan
3) Tidak ada bengkak
c. Intervensi dan Rasional :
Tabel. 4.1 Intervensi dan Rasional Diagonosa 1
Intervensi Rasional
1) Kaji karakteristik luka
2) Kaji adanya nyeri pada luka
3) Lakukan perawatan luka
1) Mengetahui lebih dalam tentang karakteristik luka.
2) Mengetahui apakah ada tanda- tanda infeksi
3) Mempercepat kesembuhan luka dan pertumbuhan jaringan
Intervensi yang penulis pilih sudah disesuaikan dengan kondisi pasien
dan kemungkinan kemajuan yang akan terjadi jika dilakukan tindakan sesuai
dengan intervensi yang sudah direncanakan. Dari intervensi diatas, penulis
lebih suka memilih tindakan mandiri dari pada kolaboratif ditujukan untuk
meningkatkan kemampuan penulis juga untuk mendapatkan hasil sesuai tujuan
yang diharapkan penulis.
2. Immoblitas berhubungan dengan Kelemahan fisik ditandai dengan bedrest
a. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam
diharapkan pasien akan memiliki mobilitas fisik yang maksimal
b. Kiteria Hasil:
1) Tidak ada kontraktur otot
2) Tidak ada ankilosis pada sendi
3) Pasien dapat beraktifitas secara mandiri seperti makan, minum
c. Intervensi dan Rasional :
Tabel. 4.2 Intervensi dan Rasional Diagonosa 2
Intervensi Rasional
1) Kaji kekuatan otot setiap hari
2) Latih ROM aktif dan pasif
3) Bantu aktifitas dan libatkan keluarga
4) Anjurkan untuk beraktifitas secara perlahan
1) Mengetahui tiap kekuatan otot di masing-masing ekstermitas pasien
2) Mencegah kontraktur otot dan kekakuan sendi
3) Memenuhi kebutuhan pasien
4) Memotivasi serta memperemudah aktifitas pasien
Intervensi yang penulis pilih sudah disesuaikan dengan kondisi pasien
dan kemungkinan kemajuan yang akan terjadi jika dilakukan tindakan sesuai
dengan intervensi yang sudah direncanakan. Dari intervensi diatas, penulis
lebih suka memilih tindakan mandiri dari pada kolaboratif ditujukan untuk
meningkatkan kemampuan penulis juga untuk mendapatkan hasil sesuai tujuan
yang diharapkan penulis.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
Intake makanan yang tidak adekuat
a. Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam
diharapkan nutrisi pasien dapat tercukupi
b. Kiteria Hasil:
1) Nafsu makan meningkat
2) BB seimbang dan terkontrol ( IMT 20 – 25)
3) Pasien tidak mengeluh mual dan muntah
4) Conjungtiva tidak anemis
5) Mukosa bibir lembab
6) Hb : 12 -15 gr%
c. Intervensi dan Rasional :
Tabel. 4.3 Intervensi dan Rasional Diagonosa 3
Intervensi Rasional
1) Kaji status nutrisi pasien
2) Monitor adanya mual dan muntah
3) Berika posisi yang nyaman saat makan4) Bantu pasien saat makan dan libatkan
keluarga dalam pemberian makanan5) Lakukan oral higiene sebelum makan6) Motivasi pasien untuk banyak makan
7) Jelaskan pentingnya nutrisi bagi pasien
8) Kolaborasi pemberian diit untuk pasien9) Kolabarasi dengan laboratorium untuk
pengecekan albumin10) Kolaborasi pemberian metocolpramid 3
X 2 ml via IV
1) Mengetahui tingkat nafsu makan pasien
2) Mengetahui kualitas dan kuantitas mual dan muntah
3) Menambah tingkat nafsu makan pasien
4) Memandirikan keluarga dalam memberikan makan pasien
5) Meningkatkan nafsu makan pasien
6) Mengembalikan status nutrisi pasien secara optimal
7) Memberikan informasi yang tepat tentang nutrisi yang di butuhkan pasien
8) Memberikan diit yang tepat untuk pasien
9) Memantau abnormal hasil albumin
10) metoklopramid untuk anti emetic
Intervensi yang penulis pilih sudah disesuaikan dengan kondisi pasien
dan kemungkinan kemajuan yang akan terjadi jika dilakukan tindakan sesuai
dengan intervensi yang sudah direncanakan. Dari intervensi diatas, penulis
lebih suka memilih tindakan mandiri dari pada kolaboratif ditujukan untuk
meningkatkan kemampuan penulis juga untuk mendapatkan hasil sesuai tujuan
yang diharapkan penulis.
D. Implementasi Keperawatan
Di dalam implementasi keperawatan, penulis lebih banyak melakukan
tindakan mandiri dan hanya sebagian kecil penulis melakukan tindakan kolaboratif.
Tindakan yang penulis lakukan, berpedoman pada rencana keperawatan yang sudah
penulis buat sebelumnya dengan memperhatikan aspek-aspek berikut : observasi,
tindakan mandiri, pendidikan kesehatan, tindakan kolaborasi.
Untuk mengatasi masalah keperawatan pada diagnosa pertama, penulis mulai
dengan mengkaji karakteristik luka serta mengkaji adanya nyeri pada daerah luka hal
ini untuk mengetahui lebih dalam tentang karakteristik luka dan mengetahui apakah
ada tanda- tanda infeksi. Tindakan selanjutnya adalah melakukan perawatan luka
untuk mempercepat kesembuhan luka dan pertumbuhan jaringan.
Untuk mengatasi masalah keperawatan pada diagnosa kedua, penulis mulai
dengan mengkaji kekuatan otot setiap hari yang bertujuan untuk mengetahui tiap
kekuatan otot di masing-masing ekstermitas pasien. Selanjutnya penulis melatih
ROM aktif dan pasif dan melibatkan keluarga untuk Mencegah kontraktur otot dan
kekakuan sendi. Tindakan selanjutnya adalah membantu aktifitas dan melibatkan
keluarga untuk memenuhi kebutuhan pasien. Kemudian penulis menganjurkan untuk
berkifitas secara perlahan untuk memotivasi serta memperemudah aktifitas pasien.
Untuk mengatasi masalah keperawatan pada diagnosa ketiga, penulis memulai
dengan mengkaji status nutrisi pasien dan memonitor adanya mual dan muntah untuk
mengetahui tingkat nafsu makan pasien serta mengetahui kualitas dan kuantitas mual
dan muntah. Selanjutnya penulis memotivasi pasien untuk banyak makan serta
menjelaskan pentingya nutrisi bagi pasien hal ini bertujuan untuk meningkatkan
nafsu makan pasien. Penulis juga berkolaborasi dalam pemberian diit untuk
memberikan diit yang tepat untuk pasien serta berkolaborasi dengan laboratoium
untuk pengecekan albumin yang bertujuan untuk memantau keabnormalan hasil
albumin. Penulis tidak lupa memberikan injeksi Sotatic yang bertujuan agar pasien
tidak merasakan mual. Dalam mengatasi masalah keperawatan pada diagnose ketiga
ini, ada tiga rencana keperawatan yang belum terlaksana. Penulis tidak sempat
memberikan posisi yang nyaman untuk pasien pada saat makan dan membantu
memberikan makan serta melakukan oral hygiene sebelum makan di karenakan hal
tersebut sudah di lakukan oleh keluarga secara mandiri.
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan langkah akhir dalam proses keperawatan. Evaluasi adalah
kegiatan yang di sengaja dan terus-menerus dengan melibatkan klien, perawat, dan
anggota tim kesehatan lainnya. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan tentang
kesehatan, patofisiologi, dan strategi evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk menilai
apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak dan untuk melakukan
pengkajian ulang.
Evaluasi keperawatan ini penulis lakukan selama tiga hari yakni tanggal 31
Januari-02 November 2015. Dalam penulisan evaluasi ini, penulis melakukannya
dalam dua tahap, yakni evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif
penulis lakukan setiap tindakan selesai dilakukan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan tindakan yang telah dilakukan. Evaluasi ini penulis lakukan setiap hari
pada pukul 17.30 WIB. Adapun evaluasi sumatif yang penulis lakukan pada tanggal
31 Januari 2012, diperoleh hasil sebagai berikut :
Evaluasi diagnosa keperawatan pertama diperoleh hasil : Pasien mengatakan
kaki yang luka sudah tidak panas lagi, terlihat luka di jari tangan kanan yang masih
terdapat, tidak berbau warna dasar kemerahan. Setelah penulis menganalisis dari
masalah dan hasil evaluasi yang ada, penulis simpulkan bahwa masalah belum
teratasi, karena melihat DM yang masih terinfeksi. Untuk itu, perlu dilanjutkan
kembali intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah tersebut, anatara lain :
1. Kaji karakteristik luka
2. Kaji adanya nyeri pada luka
3. Lakukan perawatan luka
Evaluasi diagnosa keperawatan kedua diperoleh hasil : Pasien mengatakan
lemas, Kegiatan seperti makan, minum, BAB di bantu oleh anaknya. Tangannya
agak kaku untuk digerakkan. Dari hasil evaluasi yang diperoleh, dapat penulis
simpulkan bahwa masalah keperawatan pada diagnosa kedua belum teratasi. Untuk
itu, perlu dilanjutkan kembali intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah
tersebut, anatara lain :
1. Kaji kekuatan otot setiap hari
2. Latih ROM aktif dan pasif
3. Bantu aktifitas dan libatkan keluarga
4. Anjurkan untuk beraktifitas secara perlahan
Evaluasi diagnosa keperawatan ketiga diperoleh hasil : Pasien mengatakan
masih mual saat makan namun pasien dapat menghabiskan setengah porsi,
conjungtiva anemis, mukosa bibir kering. Dari hasil evaluasi yang diperoleh dan
telah disesuaikan dengan kriteria hasil dalam rencana keperawatan, dapat penulis
simpulkan bahwa masalah keperawatan pada diagnosa ketiga belum teratasi dan
masalah masih mengancam. Untuk itu, penulis merasa perlu melanjutkan rencana
keperawatan yang ada untuk mengurangi masalah pada diagnose ketiga, yakni :
1. Kaji status nutrisi pasien
2. Pantau adanya mual dan muntah
3. Berika posisi yang nyaman saat makan
4. Bantu pasien saat makan dan libatkan keluargadalam pemberian makanan
5. Lakukan oral higiene sebelum makan
6. Motivasi pasien untuk banyak makan
7. Jelaskan pentingnya nutrisi bagi pasien
8. Kolaborasi pemberian diit untuk pasien
9. Kolaborasi dengan laboratorium untuk pengecekan albumin
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
DM adalah keadaan dimana kadar gula dalam darah tinggi melebihi kadar
gula normal. Penyakit ini disertai dengan berbagai kelainan metabolisme akibat
gangguan hormonal dalam tubuh. (Kristanti, 2009)
Dari pembahasan yang telah penulis uraikan pada Bab IV, penulis merasa
masih ada kekurangan terutama dalam melakukan pengkajian kepada pasien.
Pengkajian yang penulis lakukan hanya memfokuskan pada kasus yang ada,
sehingga penulis perlu kontrak lagi dengan pasien untuk melakukan pengkajian
ulang guna menambah data-data yang belum penulis temukan pada pengkajian awal.
Penulis menemukan beberapa kesenjangan dalam penentuan diagnosa
keperawatan dalam tinjauan teori. Dari sepuluh diagnosa keperawatan dalam
tinjauan teori, hanya tiga diagnosa keperawatan saja yang sesuai dengan kenyataan
dilapangan. Penulis menemukan diagnosa-diagnosa keperawatan baru yang mungkin
bisa dijadikan sebagai acuan untuk perkembangan ilmu pengetahuan khususnya
dalam bidang keperawatan pada pasien dengan DM (NANDA, 2005), antara lain:
1. Gangguan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan sekunder terhadap sirkulasi yang tidak adekuat
2. Immoblitas berhubungan dengan Kelemahan fisik ditandai dengan bedrest
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan Intake makanan yang tidak adekuat
Selain kesenjangan dalam hal penentuan diagnosa keperawatan, penulis juga
menyadari kurangnya pengetahuan penulis dalam pembuatan rencana keperawatan,
sehingga dalam pelaksanaan tindakan keperawatan masih ada beberapa intervensi
yang tidak terlaksana baik karena waktu yang tidak mencukupi maupun
ketidaktepatan dalam penggunaan rencana keperawatan tersebut bagi pasien dengan
DM.
Selain itu, skill penulis dalam pemberian tindakan keperawatan pada pasien,
masih perlu dilatih lagi sehingga rencana keperawatan dapat diberikan secara efektif
dan efisien dengan melihat keamanan pasien, keamanan penulis dan keamanan
lingkungan pasien.
Dalam pembuatan evaluasi keperawatan, penulis melakukan evaluasi dalam
dua tahap, yakni evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif penulis
buat setelah tindakan selesai penulis lakukan. Sedangkan evaluasi sumatif, penulis
buat setelah semua tindakan selesai dilakukan dan pada waktu yang telah ditentukan.
B. Saran
Pemberian asuhan keperawatan kepada pasien, memang tidak semuanya
sesuai dengan kasus yang kita pelajari selama di bangku pendidikan. Setiap tindakan
merupakan aplikasi dari masalah yang pasien keluhkan selama proses perawatan.
Namun demikian, tidak menutup kemungkinan apa yang kita telah pelajari dibangku
pendidikan, sesuai dengan kondisi atau masalah pasien yang ada di lapangan. Untuk
itu, penulis berharap kepada pembaca yang budiman dan khususnya kepada calon
perawat untuk lebih memahami proses asuhan keperawatan khususnya pada pasien
dengan masalah DM.
Penulis berharap, pembaca dan khususnya calon perawat mampu
meningkatkan kemampuannya dalam melakukan pengkajian terutama dalam
pengkajian penyaktit dalam terutama penyakit DM, mempelajari kembali diagnosa
keperawatan yang sesuai dengan penyakit dalam terutama penyakit DM, beserta
batasan karakteristiknya dengan berpedoman pada NANDA, mempelajari kembali
rencana keperawatan yang sesuai untuk pasien dengan masalah penyakit dalam
terutama penyakit DM, meningkatkan skill dalam melakukan tindakan keperawatan
pada pasien dengan masalah penyakit dalam terutama penyakit DM, dan
mempelajari batasan karakteristik untuk pembuatan evalauasi keperawatan sehingga
pasien mendapatkan asuhan keperawatan yang benar-benar holistik dan menunjang
perkembangan kesehatan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J. (2000). Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik.
Terjemahan Tim PSIK Unpad. Jakarta: EGC.
Brunner and Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 vol
3 EGC. Jakarta.
Doengoes, Marilyn E, 2010. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. EGC :
Jakarta.
Hudak, Gallo. 2007. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik, Edisi 6. Volume 3.
EGC. Jakarta.
Juniar, Riski.2008, Pengkajian dan Pemeriksaan Fisik Pada Klien dengan
Gangguan sistem persyarafan. Bandung.
Long, Barbara C. Perawatan Medikal Bedah, Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan. Pajajaran Bandung. 2006.
Mansjoer, Arief, dkk, 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III jilid II, FKUI
Jakarta.
Sylvia, Anderson Price, 2002. Patofisiologi. EGC : Jakarta.
Santoso, Budi, 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan. Nanda Prima Medika :
Jakarta.
http ://www.google.com. Diakses tanggal 15-01-2015, jam 18.00
http://www.kalbe.co.id/files/cidera_kepala. Diakses tanggal 16-01-2015, jam
14.00