22
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS/ BAYI BARU LAHIR DENGAN RESIKO TINGGI RESPIRASY DISSTRESS SYNDROME Di Susun Oleh 1. Rendtya Anggana 2. Luthfi Al-Habsyi 3. Lailiatul Fitria PRODI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHTAN

Askep RDS Repro

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Askep RDS Repro

Citation preview

Page 1: Askep RDS Repro

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NEONATUS/ BAYI BARU LAHIR

DENGAN RESIKO TINGGI RESPIRASY DISSTRESS

SYNDROME

Di Susun Oleh

1. Rendtya Anggana

2. Luthfi Al-Habsyi

3. Lailiatul Fitria

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHTAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG

2001

Page 2: Askep RDS Repro

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.1 Latar belakang

Penyakit saluran pernapasan merupakan salah satu penyebab kesakitan dan

kematian yang paling sering dan penting pada anak, terutama pada bayi, karena saluran

pernafasannya masih sempit dan daya tahan tubuhnya masih rendah. Disamping faktor

organ pernafasan , keadaan pernafasan bayi dan anak juga dipengaruhi oleh beberapa hal

lain, seperti suhu tubuh yang tinggi, terdapatnya sakit perut, atau lambung yang penuh.

Penilaian keadaan pernafasan dapat dilaksanakan dengan mengamati gerakan dada dan

atau perut.

Neonatus normal biasanya mempunyai pola pernafasan abdominal. Bila anak

sudah dapat berjalan pernafasannya menjadi thorakoabdominal.

Pola pernafasan normal adalah teratur dengan waktu ekspirasi lebih panjang

daripada waktu inspirasi, karena pada inspirasi otot pernafasan bekerja aktif, sedangkan

pada waktu ekspirasi otot pernapasan bekerja secara pasif.

Ganguan pernafasan pada bayi dan anak dapat disebabkan oleh berbagai kelainan

organic, trauma, alergi, insfeksi dan lain-lain. Gangguan dapat terjadi sejak bayi baru lahir.

Gangguan pernapasan yang sering ditemukan pada bayi baru lahir (BBL) termasuk

respiratory distress syndrome (RDS) atau idiopatic respiratory distress syndrome (IRDS)

yang terdapat pada bayi premature.

RDS terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan, karena produksi surfaktan, yang

dimulai sejak kehamilan minggu ke 22, makin muda usia kehamilan, makin besar pula

kemungkinan terjadi RDS dan kelainan ini merupakan penyebab utama kematian bayi

prematur.

1.1.2 Tujuan

1. Mengetahui pengertian Respirasi Disstress syndrome

2. Mengetahui etiologi dari Respirasi Disstress syndrome pada Neonatus/ bayi

baru lahir

3. Mengetahui patofisologi dari Respirasi Disstress syndrome pada Neonatus/

bayi baru lahir

Page 3: Askep RDS Repro

4. Mengetahui manifestasi dari Respirasi Disstress syndrome pada Neonatus/

bayi baru lahir

5. Mengetahui komplikasi dari Respirasi Disstress syndrome pada Neonatus/ bayi

baru lahir

6. Mengetahui Penatalaksanaa dari Respirasi Disstress syndrome pada Neonatus/

bayi baru lahir

7. Mengetahui pemberikan asuhan keperawatan yang tepat pada Neonatus/ bayi

baru lahir dengan resiko tinggi Respirasi Disstress syndrome

1.1.3 Manfaat

Teoristis:

Berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama dalam mempelajari

tentang asuhan keperawatan pada neonatus/bayi baru lahir dengan resiko tinggi

Respirasi Disstres Syndrome.

Praktis :

a. Manfaat Bagi institusi

Agar dapat dijadikan bahan referensi untuk menambah pengetahuan bagi

mahasiswa

b. Manfaaat bagi mahasiswa

Mahasiswa dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang Respirasi

Disstress Syndrom.

c. Bagi petugas kesehatan

Sebagai bahan informasi tim petugas kesehatan lain sebagai penyuluhan

tentang Respirasi Disstress Syndrom.

Page 4: Askep RDS Repro

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP TEORI

2.1.1 Definisi

RDS ( Respiratory Distress Syndrome ) adalah perkembangan yang imatur pada

sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan

sebagai Hyaline Membrane Disesae (Suryadi, 2001).

Respiratory Distress Syndrome atau RDS adalah suatu keadaan dimana bayi

mengalami kegawatan pernafasan yang diakibatkan kurang atau tidak adanya surfaktan

dalam paru-paru (Nelson, 2000)

RDS adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature dengan

tanda-tanda takipnea (>60 x/menit), retraksi dada, sianosis pada udara kamar, yang

menetap atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik.

(Stark, 1986)

Sindrom gawat nafas pada neonatus (SGNN) atau respiratory distress syndrome

(RDS), merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari dispnea atau hiperapnea.

2.1.2 Etiologi

RDS terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan karena berbagai sebab yaitu:

1. kurangnya produksi surfaktan.

suatu zat aktif pada alveoli yang mencegah kolaps paru. Produksi surfaktan ini

dimulai sejak kehamilan minggu ke-22, makin muda usia kehamilan, makin besar pula

kemungkinan terjadi RDS. Unsur utama surfaktan adalah dipalmitilfosfatidilkolin (lesitin),

fosfatidilgliserol,apoprotein (protein surfaktan = ps A, B, C, D) dan kholesterol.

2. Kelainan bawaan/kongenital jantung atau paru-paru.

Bila bayi mengalami sesak napas begitu lahir atau 1-2 hari kemudian, biasanya

disebabkan adanya kelainan jantung atau paru-paru. Hal ini bisa terjadi pada bayi dengan

Page 5: Askep RDS Repro

riwayat kelahiran normal atau bermasalah, semisal karena ketuban pecah dini atau lahir

prematur. Pada bayi prematur, sesak napas bisa terjadi karena adanya kekurangmatangan

dari organ paru-paru. Paru-paru harusnya berfungsi saat bayi pertama kali menangis, sebab

saat ia menangis, saat itu pulalah bayi mulai bernapas. Tapi pada bayi lahir prematur,

karena saat itu organnya tidak siap, misalnya gelembung paru-paru tak bisa mekar atau

membuka, sehingga udara tidak masuk. Itu sebabnya ia tak bisa menangis. Ini yang

namanya penyakit respiratory distress syndrome (RDS). Tidak membukanya gelembung

paru-paru tersebut karena ada suatu zat, surfactan, yang tak cukup sehingga gelembung

paru-paru atau unit paru-paru yang terkecil yang seperti balon tidak membuka. Ibaratnya,

seperti balon kempis.

3. Kelainan pada jalan napas/trakea.

Kelainan bawaan/kongenital ini pun paling banyak ditemui pada bayi. Gejalanya,

napas sesak dan napas berbunyi “grok-grok”. Kelainan ini terjadi karena adanya hubungan

antara jalan napas dengan jalan makanan/esophagus. Kelainan ini dinamakan dengan

trackeo esophageal fistula. Akibat kelainan itu,ada cairan lambung yang bisa masuk ke

paru-paru. Tentunya ini berbahaya sekali. Sehingga pada usia berapa pun diketahuinya,

harus segera dilakukan tindakan operasi. Tak mungkin bisa menunggu lama karena banyak

cairan lambung bisa masuk ke paru-paru. Sebelum operasi pun dilakukan tindakan yang

bisa menolong jiwanya, misal dengan dimasukkan selang ke jalan napas sehingga cairan

dari lambung tak bisa masuk. Biasanya sesak napasnya tampak begitu waktu berjalan 1-3

jam setelah bayi lahir. Nah, bila ada sesak napas seperti ini, prosedur yang harus dilakukan

adalah dilakukan foto rontgen segera untuk menganalisanya.

4. Tersedak air ketuban.

Ada juga penyakit-penyakit kelainan perinatologi yang didapat saat kelahiran.

Karena suatu hal, misalnya stres pada janin, ketuban jadi keruh dan air ketuban ini masuk

ke paru-paru bayi. Hal ini akan mengakibatkan kala lahir ia langsung tersedak. Bayi

tersedak air ketuban akan ketahuan dari foto rontgen, yaitu ada bayangan “kotor”.

Biasanya ini diketahui pada bayi baru lahir yang ada riwayat tersedak, batuk, kemudian

sesak napasnya makin lama makin berat. Itulah mengapa, pada bayi baru lahir kita harus

intensif sekali menyedot lendir dari mulut, hidung atau tenggorokannya. Bahkan jika

tersedak air ketubannya banyak atau massive, harus disedot dari paru-paru atau paru-

parunya dicuci dengan alat bronchowash. Lain halnya kalau air ketubannya jernih dan tak

banyak, tak jadi masalah. Namun kalau air ketubannya hijau dan berbau, harus disedot dan

“dicuci” paru-parunya. Sebab, karena tersedak ini, ada sebagian paru-parunya yang tak

Page 6: Askep RDS Repro

bisa diisi udara/atelektasis atau tersumbat, sehingga menyebabkan udara tak bisa masuk.

Akibatnya, jadi sesak napas. Biasanya kalau di-rontgen,bayangannya akan terlihat putih.

Selain itu, karena tersumbat dan begitu hebat sesak napasnya,ada bagian paru-paru yang

pecah/kempes/pneumotoraks.

5. Pneumothoraks/pneumomediastinum

6. Aspirasi

2.1.3 Manifestasi Klinis

Menurut Martin, 1999 manifestasi klinis antara lain :

1. Kesulitan dalam memulai respirasi normal

2. Dengkingan (grunting) pada saat ekspirasi, diamati pada saat bayi tidak dalam keadaan

menangis (disebabkan oleh penutupan glotis) merupakan tanda/indikasi awal penyakit,

berkurangnya dengkingan mungkin merupakan tanda pertama perbaikan.

3. Refraksi sternum dan interkosta

4. Nafas cuping hidung

5. Sianosis pada udara kamar

6. Respiarasi cepat atau kadang lambat jika sakit parah

7. Auskultasi; udara yang masuk berkurang

8. Edema ekstremitas

9. Pada foto rontgen ditemukan retikulogranular, gambaran bulat-bulat kecil dengan corakan

bronkogram udara.

Kelainan-kelainan fisiologis:

Daya kembang paru-paru berkurang hingga mencapai seperlima sampai sepersepuluh

nilai normal.

Daerah paru-paru yang tidak mengalami perfusi luas mencapai 50-60%

Aliran darah kapiler pulmonal kurang

Ventilasi alveolus berkurang dan usaha nafas meningkat

Volume paru-paru berkurang

Perubahan-perubahan ini menyebabkan hipoksemia, seringkali hiperkarbia dan jika

mengalami hipoksemia berat menimbulakan asidosis.

Page 7: Askep RDS Repro

2.1.4 Woc

Kehamilan mggu ke 22

Belum matangNya organ janin

KPD/ prematur

Tersedak air ketuban

Ketuban keruh dan masuk paru- paru janin

Cairan lambung masuk ke paru paru

Trackeo Esophageal Fistula

Stress pada janin

Kelainan kongenital jalan nafas

Respiration distress syndrome

Kelainan kongenital paru

Produksi surfaktan kurang

Penutupan glotis

Bayi tidak menangis saat lahir

Nafas Cuping hidung

takipnea

Retraksi sternum dan interkosta

Kesulitan memulai respirasi normal

Pola nafas tidak efektif

Dengkingan saat ekspirasi

Kerusakan pertukaran gas

Resiko Infeksi Suhu tbuh bayi turun

Hipotermi

sianosis

Page 8: Askep RDS Repro

2.1.5 Komplikasi

Menurut Nelson, 2000 komplikasi yang dapat terjadi adalah :

1. Acidosis, baik respiratorik atau metabolik

2. Displasia bronchopulmonal

3. Apnoe

4. Merupakan penyabab kematian utama BBL dengan angka 30 % dari semua kematian

neonatus oleh RDS atau komplikasinya.

5. Ruptur alveoli Bila dicurigai terjadi kebocoran udara ( pneumothorak,

pneumomediastinum, pneumopericardium, emfisema intersisiel ), pada bayi dengan

RDS yang tiba2 memburuk dengan gejala klinis hipotensi, apnea, atau bradikardi.

2.1.6 Penatalaksanaan

Perawatan suportif awal bayi terutama penanganan hipoksia, hipotermia, sangat

mengurangi tingkat keparahan RDS :

1. Bayi ditempatkan didalam inkubator dengan suhu didalamnya dipertahankan 35-36 C.

2. Pemberian antibiotic. bayi dengan PMH perlu mendapat antibiotic untuk mencegah

infeksi sekunder. dapat diberikan penisilin dengan dosis 50.000-100.000 U/kgBB/hari

atau ampisilin 100 mg/kgBB/hari, dengan atau tanpa gentamisin 3-5 mg/kgBB/hari.

3. Oksigen yang hangat dan dilembabkan dengan kadar yang cukup

4. Bayi dengan RDS yang berat dan apnoe memerlukan bantuan ventilasi mekanis (pH

arteri <7,20; pCO2 60 mmHg atau lebih; pO2 darah arteri 50 mmHg atau kurang pada

kadar O2 70-100 %)

5. Pemasukan surfaktan eksogen kedalam endotrakea bayi dan ventilasi mekanis untuk

pengobatan (rescue terapi) dapat memperbaiki ketahanan hidup dan mengurangi incidens

kebocoran udara paru (Survanta adalah surfaktan eksogen yang dpersiapkan dari paru

sapi yang dicincang halus dengan ekstra lipid ditambahkan fosfatidilkolin, asam palmitat

dan trigliserida; sedangkan eksosurf adalah surfaktan sintesis yang mengandung

dipalmitiodilfosfatidilkolin, heksadekanol dan tiloksapol)

Page 9: Askep RDS Repro

Pemeriksaan diagnostic

1. Pemeriksaan AGD didapat adanya hipoksemia kemudian hiperkapni dengan asidosis

respiratorik.

2. Pemeriksaan radiologis, mula-mula tidak ada kelainan jelas pada foto dada, setelah 12-24

jam akan tampak infiltrate alveolar tanpa batas yang tegas diseluruh paru

3. Biopsi paru, terdapat adanya pengumpulan granulosit secara abnormal dalam parenkim

paru

2.2 KONSEP ASKEP

2.2.1 Pengkajian

1) Identitas : lengkap, termasuk orang tua bayi

2) Riwayat kesehatan :

a. Keluahan utama, terutama sistem pernafasan : cyanosis, grunting , RR, cuping

hidung

b. Riwayat kesehatan : terutama umur kehamilan dan proses persalinan

2.2.2 Pengkajian Fisik

1. Refleks

a. Refleks moro

Refleks moro adalah reflek memeluk pada saat bayi dikejutkan dengan tangan. Pada

By. C reflek moro (+) ditandai dengan ketika dikejutkan oleh bunyi yang keras dan

tiba – tiba bayi beraksi dengan mengulurkan tangan dan tungkainya serta

memanjangkan lehernya.

b. Refleks menggenggam

Reflek menggenggam pada By. C (+) tapi lemah, ditandai dengan membelai telapak

tangan,bayimenggenggam tangan gerakan tangan lemah.

Page 10: Askep RDS Repro

c. Refleks menghisap

Reflek menghisap (+) ditandai dengan meletakan tangan pada mulut bayi, bayi

menghisap jari, hisapan lemah.

d. Refleks rooting

Reflek rooting (-) ditandai dengan bayi tidak menoleh saat tangan ditempelkan di pipi

bayi.

e. Refleks babynsky

Reflek babynsky (+) ditandai dengan menggerakan ujung hammer pada bilateral

telapak kaki.

2. Tonus otot

Gerakan bayi sangat lemah tetapi pergerakan bayi aktif ditandai dengan bayi sering

menggerek-gerakan tangan dan kakinya.

3. Keadaan umum dan TTV

Keadaan umum : Lemah

Kesadaran : Letargi

Lingkar kepala : 33 Cm

Lingkar dada : 30 Cm

Panjang badan : 45 Cm

Berat badan : 2400 Gram

Suhu : 37,1 oC

Respiratory : 78 x/menit

Nadi : 154 x/menit

4. Kepala

Bentuk kepala Normochepal, lingkar kepala 33 cm, pertumbuhan rambut merata, tidak ada

lesi, tidak ada benjolan, fontanel anterior masih lunak, sutura sagital datar dan teraba,

gambaran wajah simetris terdapat larugo disekitar wajah dan badan.

5. Mata

Mata simetris, tidak ada pembengkakan pada kelopak mata, mata bersih tidak terdapat

Page 11: Askep RDS Repro

sekret, mata bisa mengedip, bulu mata tumbuh, reflek kornea (+) reflek terhadap sentuhan,

reflek pupil (+) respon terhadap cahaya, replek kedip (+)

6. Telinga

Letak telinga kanan dan kiri simetris, lubang telinga bersih, tidak terdapat serumen, tidak

ada lesi, bentuk telinga baik, lunak dan mudah membalik, ( Cartilago car ) baik, terdapat

rambut larugo.

7. Hidung

Hidung bentuk simetris, terpasang O2 binasal 2 liter/menit, keadaan hidung bersih tidak

terdapat peradangan atau pembengkakan hidung, pernafasan cuping hidung (PCH) (+).

8. Mulut

Bentuk bibir simetris, bibir terdapat bercak putih pada membran mukosa, Stomatitis (-),

refleks hisap (+),reflek rooting (-).

9. Dada dan Paru-paru

Dada simetris ( Sama antara kiri dan kanan ), bentuk dada menonjol, PX terlihat jelas,

bentuk dada burung ( pektus karinatum) pergerakan dada sama antara dada kiri dan kanan,

retraksi dinding dada (+), retraksi dinding epigastrium (+), frekuensi nafas 78 x/menit,

mamae bentuk datar, suara nafas rales (+)

10. Jantung

Nadi apikal 154 x/menit, bunyi jantung reguler BT1 + BT2, palapasi nadi brakhialis (+)

lemah, radialis (+) lemah, femoralis lemah dan nadi karotis (+)

11. Abdoment

Bentuk abdomen dan cekung pada bagian px, bising usus dapat terdengar 4x/menit, tali

pusay belum putus, keadaan kering, tidak terdapat kemerahan, tidak terdapat haluaran

nanah, perut diraba lunak, lingkar perut 38 cm tidak ada pembengkakan hepar.

12. Genitalia

Lubang penis terdapat di gland penis, kedua testis dapat teraba pada scrorum.

Page 12: Askep RDS Repro

13. Anus

Anus paten, ditandai dengan bayi sudah BAB, mekonium sudah keluar berwarna hitam

dan lembek

14. Punggung

Terdapat banyak rambut larugo, bentuk simetris, tidak terdapat ruam kemerahan atau rush.

15. Ekstrimitas

Ekstrimitas dapat bergerak bebas, ujung jari merah muda/tidak sianosis, CRT dalam waktu

2 detik, jumlah jari komplit, kaki sama panjang, lipatan paha kanan dan kiri simetris,

pergerakan aktif

16. Kulit

Warna kulit merah seluruh tubuh, sianosis (-), tidak terdapat tanda lahir, Skin Rush (-),

Ikterik (-), turgor kulit jelek, kulit longgar disebabkan karena lemak subkutan berkurang,

terdapat larugo.

17. Eliminasi

Eliminasi BAK 6-8 x/hari, BAB 2-4 x/hari

18. Suhu

Suhu tubuh 37,1 oC, Setting Inkubator 32 oC

2.2.3 Diagnosa

1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis (defisiensi surfaktan

dan ketidakstabilan alveolar.

2) Hipotermia berhubungan dengan berada di lingkungan yang dingin

3) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler-alveolar

4) Resiko infeksi

3

2.2.4 Rencana Keperawatan

No Diagnose

Keperawatan

Tujuan Intervensi

1 Kerusakan pertukaran gas b.d perubahan mem-bran kapiler-alveoli

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5x 24 jam, pertukaran gas pasien menjadi efektif, dengan kriteria :

Monitor Respirasi (3350) :1.       Monitor rata-rata irama, kedalaman dan usaha untuk

bernafas.2.       Catat gerakan dada, lihat kesimetrisan, penggunaan

otot bantu dan retraksi dinding dada.

Page 13: Askep RDS Repro

Batasan karakteristik :

-      Takikardia    Hiperkapnea    Iritabilitas    Dispnea    Sianosis    Hipoksemia    Hiperkarbia-      Abnormal frek,

irama, kedalaman nafas

    Nafas cuping hidung

Status Respirasi : Ventilasi (0403) :

        Pasien menunjukkan peningkatan ventilasai dan oksigenasi adequat berdasarkan nilai AGD sesuai parameter normel pasien

        Menunjukkan fungsi paru yang normal dan bebas dari tanda-tanda distres pernafasan

3.       Monitor suara nafas, saturasi oksigen, sianosis 4.       Monitor kelemahan otot diafragma5.       Catat onset, karakteristik dan durasi batuk6.       Catat hasil foto rontgen

Terapi Oksigen (3320) :1.       Kelola humidifikasi oksigen sesuai peralatan2.       Siapkan peralatan oksigenasi3.       Kelola O2 sesuai indikasi4.       Monitor terapi O2 dan observasi tanda keracunan

O2

Manajemen Jalan Nafas (3140) :1.       Bersihkan saluran nafas dan pastikan airway paten2.       Monitor perilaku dan status mental pasien,

kelemahan , agitasi dan konfusi3.       Posisikan klien dgn elevasi tempat tidur4.       Bila klien mengalami unilateral penyakit paru,

berikan posisi semi fowlers dengan posisi lateral 10-15 derajat / sesuai tole-ransi

5.       Monitor efek sedasi dan analgetik pada pola nafas klien

Manajemen Asam Basa (1910) :1.       Kelola pemeriksaan laboratorium2.       Monitor nilai AGD dan saturasi oksigen dalam

batas normal

2 Pola nafas tidak efektif b.d imaturitas (defisiensi surfaktan dan ketidak-stabilan alveolar).

Batasan karakteristik :

        Bernafas mengguna-kan otot pernafasan tambahan

        Dispnea        Nafas pendek        Pernafasan rata-rata

< 25 atau > 60 kali permenit

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …..x 24 jam diharapkan pola nafas efektif denga kriteria hasil :

Status Respirasi :

Ventilasi (0403) :

        Pernapasan pasien 30-

60X/menit.

        Pengembangan dada

simetris.

        Irama pernapasan

teratur

        Tidak ada retraksi dada

saat bernapas

        Inspirasi dalam tidak

ditemukan

        Saat bernapas tidak

memakai otot napas

tambahan

        Bernapas mudah

Manajemen Jalan Nafas (3140) :1.       Bebaskan jalan nafas dengan posisi leher ektensi

jika memungkinkan.2.       Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi dan

mengurangi dispnea3.       Auskultasi suara nafas4.       Monitor respirasi dan status oksigen

Monitor Respirasi (3350) :1.       Monitoring kecepatan, irama, kedalaman dan upaya

nafas.2.       Monitor pergerakan, kesimetrisan dada, retraksi

dada dan alat bantu pernafasan3.       Monitor adanya cuping hidung4.       Monitor pola nafas : bradipnea, takipnea,

hiperventilasi, respirasi kusmaul, apnea5.       Monitor adanya lelemahan otot diafragma6.       Auskultasi suara nafas, catat area penurunan dan

ketidak adanya ventilasi dan bunyi nafas

Page 14: Askep RDS Repro

        Tidak ada suara napas

tambahan

3 Hipotermia b.d berada di lingkungan yang dingin

Batasan karakteristik :

        Penurunan suhu tu-buh di bawah ren-tang normal

        Pucat        Menggigil        Kulit dingin        Dasar kuku sianosis        Ppengisian kapiler

lambat

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …..x 24 jam hipotermia tidak terjadi dengan kriteria :

Termoregulasi

Neonatus (0801) :

       Suhu axila 36-37˚ C

       RR : 30-60 X/menit

       Warna kulit merah

muda

       Tidak ada distress

respirasi

       Tidak menggigil

       Bayi tidak gelisah

        Bayi tidak letargi

Pengobatan Hipotermi (3800) :1.       Pindahkan bayi dari lingkungan yang dingin ke

dalam lingkungan / tempat yang hangat (didalam inkubator atau lampu sorot)

2.       Segera ganti pakaian bayi yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat dan kering, berikan selimut.

3.       Monitor gejala dari hopotermia : fatigue, lemah, apatis, perubahan warna kulit

4.       Monitor status pernafasan5.       Monitor intake dan output

1.

BAB III

PENUTUP

3.1.1 Kesimpulan

Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga Hyaline Membrane Disease

(HMD), merupakan sindrom gawat napas yang disebabkan defisiensi surfaktan

terutama pada bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang. (Malloy & Freeman 2000).

RDS adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature

dengan tanda-tanda takipnue (>60 x/mnt), retraksi dada, sianosis pada udara kamar,

yang menetap atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang

spesifik (Stark,1986).

RDS adalah perkembangan yang imatur pada sistem pernafasan atau tidak

adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan sebagai Hyaline Membrane

Disesae (Suryadi, 2001).

3.1.2 Saran

Page 15: Askep RDS Repro

1) Bagi para pembaca, diharapkan dapat memetik pemahaman dari uraian yang

dipaparkan diatas, dan dapat mengaplikasikannya dalam lingkungan masyarkat

sehingga dapat mencegah terjadinya RDS

2) Bagi mahasiswa, diharapkan agar terus menambah wawasan khususnya dalam

bidang keperawatan.

3) Bagi dosen pembimbing, diharapkan dapat memberi masukan, baik dalam proses

penyusunan maupun dalam pemenuhan referensi untuk membantu kelancaran

dan kesempurnaan pembuatan makalah kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3 . Jakarta :

EGC

Mansjoer Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. FKUI : Jakarta.

Betz, Cecily lyn, dan linda A. sowden 2009. Keperawatan pediatric, edisi 5.

Jakarta :EGC

http// Respirasi Distress Syndrom.com

www.google.com