62
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI BANGSAL MELATIRSUD WONOSARI Disusun untuk memenuhi tugas kelompok praktik klinik keperawatan mata kuliah Keperawatan Anak II Disusun oleh : Berlin Devina Sriyadi P07120112048 Dodik Firmansah P07120112053 Palupi Fitri Kusumaningtiyas P07120112069

ASKEP PERINA KELOMPOK

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ASKEP PERINA KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN

BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

DI BANGSAL MELATIRSUD WONOSARI

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok praktik klinik keperawatan mata kuliah

Keperawatan Anak II

Disusun oleh :

Berlin Devina Sriyadi P07120112048

Dodik Firmansah P07120112053

Palupi Fitri KusumaningtiyasP07120112069

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA

JURUSAN KEPERAWATAN

2014

Page 2: ASKEP PERINA KELOMPOK

LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN

BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

DI BANGSAL MELATI

RSUD WONOSARI

Disusun untuk memenuhi tugas individu praktik lab klinik keperawatan mata

kuliah Keperawatan Anak II

Telah diterima dan disahkan pada :

Hari :

Tanggal :

Mengetahui

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lapangan

Page 3: ASKEP PERINA KELOMPOK

(Eko Suryani, SPd. S.Kep. MA) (Puji Astuti, SST)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Masalah berat lahir rendah (kurang dari 2500 gram) sampai saat

ini masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal.

Berat lahir rendah (BLR) dapat dibedakan atas bayi yang dilahirkan

preterm, dan bayi yang mengalami pertumbuhan intrauterin terhambat.

Di negara-negara maju, sekitar duapertiga bayi berat lahir rendah

disebabkan oleh prematuritas, sedangkan di Negara-negara sedang

berkembang sebagian besar bayi BLR di sebabkan oleh pertumbuhan

intrauterin terhambat.Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR)

merupakan masalah kesehatan yang sering dialami pada sebagian

masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari 2500 gram.

Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya

pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan

dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah perekonomian

keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan pun

kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena

aspek perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja tejadi pada

mereka dengan status perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan

dengan paritas, jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan

pelayanan antenatal.

BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas,

morbiditas dan diabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan

dampak jangka panjang terhadap kehidupannya di masa depan. BBLR

yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya

masalah pada semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada

pernafasan (aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum), gangguan pada

sistem pencernaan (lambung kecil), gangguan sistem perkemihan (ginjal

belum sempurna), gangguan sistem persyarafan (respon rangsangan

lambat). Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan

mental dan fisik serta tumbuh kembang. BBLR berkaitan dengan

Page 4: ASKEP PERINA KELOMPOK

tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius

pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat

pertumbuhan dan perkembangan anak, serta berpengaruh pada

penurunan kecerdasan (Depkes RI, 2005).

Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) memerlukan

perawatan yang tepat agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan bayi

seperti yang telah disebutkan diatas. Bidan dan perawat adalah bagian

dari pemberi pelayanan yang ikut berperan penting dalam memberikan

perawatan pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Perkembangan

bayi dengan BBLR yang dirawat di RS ini sangat tergantung pada

ketepatan tindakan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Mampu memberikan asuhan keperawatan pada bayi dengan

BBLR

2. Tujuan khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada bayi BBLR

b. Merumuskan diagnosa pada bayi BBLR

c. Merencanakan tindakan keperawatan pada bayi BBLR

d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada bayi BBLR

e. Melaksanakan evaluasi keperawatan

Page 5: ASKEP PERINA KELOMPOK

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat

badan pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr atau lebih rendah (WHO,

2003).Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang

dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada

bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine

growth restriction)(Pudjiadi, dkk., 2010)

Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat

badan lahir rendah  di bedakan:

1. Bayi berat lahir rendah , berat lahir 1500 – 2500  gram

2. Bayi berat lahir sangat rendah, berat lahir kurang dari 1500 gram

3. Bayi berat lahir eksterm, Berat lahir kurang dari 1000 gram

B. Klasifikasi (Kuncara, 2002)

Bayi berat lahir rendah mungkin prematur ( kurang bulan ) mungkin

juga cukup bulan (dismatur ).

1. Prematur Murni

Prematuritas Murni adalah bayi dengan usia kehamilan < 37

minggu dan mempunyai berat badan sesuai masa gestasi/usia

kehamilan atau disebut juga Neonatus Kurang Bulan-Sesuai Masa

Kehamilan (NKB-SMK)

Karakteristik yang dapat ditemukan pada prematur murni adalah :

a. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45

cm, lingkar  kepala kurang dari 33 cm lingkar dada kurang dari 30

cm

b. Gerakan kurang aktif otot masih hipotonis

c. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu

d. Kepala lebih besar  dari badan rambut tipis dan halus 

e. Tulang tulang  tengkorak lunak, fontanela besar dan sutura besar

f. Telinga sedikit tulang rawannya dan berbentuk sederhana

g. Jaringan payudara tidak ada dan puting susu kecil

h. Pernapasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnu

Page 6: ASKEP PERINA KELOMPOK

i. Kulit tipis dan transparan, lanugo (bulu halus) banyak terutama

pada dahi dan pelipis dahi dan lengan

j. Lemak subkutan kurang

k. Genetalia belum sempurna , pada wanita labia minora belum

tertutup oleh labia mayora

l. Reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk masih lemah

m. Bayi prematur mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan

tubuh masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan

pembentukan antibodi belum sempurna . Oleh karena itu tindakan

prefentif sudah dilakukan sejak antenatal sehingga tidak terjadi

persalinan dengan prematuritas (BBLR)

2. Retardasi PertumbuhanJanin Intra Uterin (IUGR) / Dismaturitas

IUGR adalah bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan

tidak sesuai dengan usia kehamilan, serta menunjukkan bayi mengalami

retardasi. Dismatur dapat terjadi preterm, term, dan post term.

Dismatur Preterm disebut juga Neonatus Kurang Bulan-Kecil untuk

Masa Kehamilan (NKB-KMK), Dismatur Term disebut juga Neonatus

Cukup Bulan-Sesuai Masa Kehamilan (NCB-SMK), Dismatur Posterm

disebut juga Neonatus Kurang Bulan-Sesuai Masa Kehamilan (NKB-

SMK).

Dismatur (IUGR) adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat

badan seharusnya untuk masa kehamilan dikarenakan mengalami

gangguan pertumbuhan dalam kandungan .Menurut Renfield (1975)

IUGR dibedakan menjadi dua yaitu

a. Proportionate IUGR

Janin yang menderita distres yang lama dimana gangguan

pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan bulan

sebelum bayi lahir sehingga berat,panjang dada lingkaran kepala

dalam proporsi yang seimbang akan tetapi keseluruhannya masih

dibawah masa gestasi yang sebenarnya. Bayi ini tidak menunjukkan

adanya Wasted oleh karena retardasi pada janin terjadi sebelum

terbentuknya adipose tissue

Page 7: ASKEP PERINA KELOMPOK

b. Disporpotionate IUGR

Terjadi karena distres subakut gangguan terjadi beberapa minggu

sampai beberapa hari sampai janin lahir. Pada keadaan ini panjang

dan lingkar kepala normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan

masa gestasi. Bayi tampak Wasted dengan tanda tanda sedikitnya

jaringan lemak di bawah kulit , kulit kering keriput dan mudah

diangkat bayi kelihatan kurus dan lebih panjang

C. Etiologi (Nurarif, 2013)

1. Prematur

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Persalinan Prematur atau

BBLR adalah :

a. Faktor Ibu

1) Riwayat kelahiran prematur sebelumnya

2) Gizi saat hamil kurang

3) Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun

4) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat

5) Penyakit menahun ibu  : hipertensi, jantung, gangguan

pembuluh darah (perokok)

6) Perdarahan antepartum, kelainan uterus, Hidramnion

7) Faktor pekerja terlalu berat

8) Primigravida

9) Ibu muda (<20 tahun)

b. Faktor kehamilan

Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum,

komplikasi hamil seprti preeklamsia, eklamsi, ketuban pecah dini

c. Faktor janin

Cacat bawaan, infeksi dalam rahim dan kehamilan ganda., anomali

kongenital, kelainan kromosom, infeksi intrauteri

d. Faktor kebiasaan : Pekerjaan yang melelahkan, merokok

e. Faktor Lingkungan

1) Terpapar zat racun

2) Terpapar Radiasi

f. Faktor Ekonomi

Sering terjadi pada golongan ekonomi rendah.

Page 8: ASKEP PERINA KELOMPOK

g. Faktor yang masih belum diketahui.

2. Dismatur

a. Faktor ibu :  Hipertensi dan penyakit ginjal kronik, perokok, pendrita

penyakit diabetes militus yang berat, toksemia, hipoksia ibu, (tinggal

didaerah pegunungan , hemoglobinopati, penyakit paru kronik ) gizi

buruk, Drugabbuse, peminum alkohol

b. Faktor utery dan plasenta :  Kelainan pembuluh darah,

(hemangioma) insersi tali pusat yang tidak normal, uterus bicornis,

infak plasenta, tranfusi dari kembar yang satu kekembar yang lain,

sebagian plasenta lepas

c. Faktor janin : Gemelli, kelainan kromosom, cacat bawaan, infeksi

dalam kandungan,  (toxoplasmosis, rubella, sitomegalo virus,

herpez, sifillis)

d. Penyebab lain :Keadaan sosial ekonomi  yang rendah, tidak

diketahui

D. Patofisiologi (Kuncara, 2002)

Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan semakin

tinggi resiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah

gizi :

1. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di dalam

tubuh sedikit, hamper semua lemak, glikogen dan mineral seperti zat

besi, kalsium, fosfor dan seng di deposit selama 8 minggu terakhir

kehamilan. Dengan demikian bayi preterm mempunyai potensi

terhadap peningkatan hipoglikemia, anemia dll. Hipoglikemia

menyebabkan bayi kejang terutama pada bayi BBLR Prematur.

2. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm

mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan

untuk mencerna dan mengabsorpsi lemak dibandingkan dengan bayi

aterm.

3. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan,

koordinasi antara refleks hisap dan menelan belum berkembang

dengan baik sampai kehamilan 32-34 minggu, padahal bayi BBLR

kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena target pencapaian BB nya

Page 9: ASKEP PERINA KELOMPOK

lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya

motilitas usus terjadi pada bayi preterm.

4. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan

kebutuhan kalori yang meningkat.

5. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh tidak

sebanding dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di bawah

kulit. Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan kalori.

Pathway BBLR

E. Penatalaksanaan (donna, 2004)

Penanganan dan perawatan pada bayi dengan berat badan.Lahir rendah

dapat dilakukan tindakan sebagai berikut:

1. Mempertahankan suhu tubuh bayi

Page 10: ASKEP PERINA KELOMPOK

Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi

hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi

dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif

luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam inkubator

sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila belum memiliki

inkubator, bayi prematuritas dapat dibungkus dengan kain dan

disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas atau menggunakan

metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir seperti bayi kanguru

dalam kantung ibunya. Caranya: Bayi diletakkan dalam dekapan ibu

dengan kulit menyentuh kulit, posisi bayi tegak, kepala miring ke kiri

atau ke kanan. Cara – cara diatas dilakukan agar panas badan bayi

dapat dipertahankan.

2. Pengawasan Nutrisi atau ASI

Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung kecil,

enzim pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein 3

sampai 5 gr/ kg BB (Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB, sehingga

pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam

setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Reflek

menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit

demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang lebih sering.

ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga ASIlah yang

paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya kurang maka ASI

dapat diperas dan diminumkan dengan sendok perlahan-lahan atau

dengan memasang sonde menuju lambung.

3. Pencegahan Infeksi

Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan

tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan

pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya

preventif dapat dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak

terjadi persalinan prematuritas / BBLR. Dengan demikian perawatan dan

pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan

baik.

Page 11: ASKEP PERINA KELOMPOK

4. Penimbangan Ketat

Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan

erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan

berat badan harus dilakukan dengan ketat.

5. Ikterus

Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya

belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara

efisien sampai 4-5 hari  berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh

polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena hperbiliirubinemia

dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus sering dicatat

dan bilirubin diperiksa  bila ikterus muncul dini atau lebih cepat

bertambah coklat

6. Pernapasan

Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada

penyakit ini tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam  bayi

harus dirawat terlentang atau tengkurap dalam inkubator  dada

abdomen harus dipaparkan untuk mengobserfasi usaha pernapasan

7. Hipoglikemi

Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat

badan lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan

pemeriksaan gula darah secara teratur

F. Prognosa (Kuncara, 2002)

Prognosis bayi berat lahir rendah ini tergantung dari berat ringannya

masalah perinatal misalnya masa gestasi ( makin muda masa gestasi /

makin rendah berat bayi , makin tinggi  angka kematian ) , asfiksia/iskemia

otak , sindroma gangguan pernapasan , perdarahan interafentrikuler ,

displasia bronkopulmonal, retrolental fibroplasia, infeksi, gangguan metabolik

(asidosis, hipoglikemi, hiperbilirubinemia). Prognosis ini juga tergantung dari

keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada saat

kehamilan persalinan dan pos natal (pengaturan suhun lingkungan,

resusitasi, nutrisi, mencegah infeksi, mengatasi gangguan pernapasan,

asfiksia hiperbilirubinemia, hipoglikemia dan lain – lain )

Page 12: ASKEP PERINA KELOMPOK

G. Komplikasi

1. Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres

respirasi, penyakit membran hialin

2. Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu

3. Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak

4. Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuan

darah

5. Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC)

6. Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal

H. Asuhan keperawatan (Nurarif, 2013)

1. Pengkajian

a. Anamnesa riwayat kehamilan

Usia kehamilan < 37 minggu, ANC, riwayat hamil resiko tinggi.

b. Anamnesa riwayat persalinan

Melahirkan BBLR/gemeli sebelumnya, cara melahirkan, lama nifas,

komplikasi nifas.

c. Anamnesa riwayat keluarga

Riwayat kelahiran dengan BBLR/gemeli, ststua sosial-ekonomi.

d. Tanda-tanda vital.

e. Pengkajian fisik.

1) Pengkajian umum

a) Berat badan lahir 2500 gram, panjang badan 45 Cm,

lingkar dada 30 Cm, lingkar kepala 33 Cm.

b) Penampakan fisik sangat tergantung dari maturitas atau

lamanya gestasi; kepala relatif lebih besar dari badan.

2) Pernafasan

a) Pernafasan belum teratur dan sering terjadi apnea.

b) Refleks batuk belum sempurna.

c) Tangisan lemah.

3) Kardiovaskuler

a) Pengisian kapiler (< 2 sampai 3 detik), perfusi perifer.

b) Bayi dapat tampak pucat/sianosis.

c) Dapat ditemui adanya bising jantung atau murmur pada bayi

dengan kelainan jantung/penyakit jantung bawaan.

Page 13: ASKEP PERINA KELOMPOK

4) Gastrointestinal

a) Refleks menghisap dan menelan belum sempurna sehingga

masih lemah.

b) Gambaran belum maturnya fungsi hepar berupa ikterik dan

fungsi pankreas berupa hipoglikemia.

c) Gambarkan jumlah, warna, konsistensi dan bau dari adanya

muntah.

5) Genitourinaria

a) Genetalia immatur.

6) Neurologis-Muskoloskeletal

a) Otot masih hipotonik sehingga tungkai abduksi, sendi lutut dan

kaki fleksi, dan kepala menghadap satu jurusan.

b) Lebih banyak tidur daripada bangun.

c) Refleks menghisap, menelan, dan batuk belum sempurna

(lemah).

d) Osifikasi tengkorak sedikit, ubun-ubun dan sutura lebar.

7) Suhu

a) Pusat pengaturan suhu tubuh (hipothalamus) belum matur

dimanifestasikan dengan adanya hipotermi atau hipertermi.

8) Kulit

a) Kulit tipis, transparan, banyak lanugo, lemak sub kutan sedikit.

b) Tekstur dan turgor kulit; kering dan pecah terkelupas, turgor

kulit dalam rentang baik s/d jelek.

2. Perencanaan

a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas organ

pernafasan.

Ditandai dengan:

DO :

Retraksi dada.

Dispneu.

RR < 30 atau > 60 x/menit.

Tujuan:

Page 14: ASKEP PERINA KELOMPOK

Pola nafas efektif setelah dilakuan tindakan keperawatan selama 30

menit.

Kriteria hasil:

Tidak ada retraksi.

Tidak ada sesak nafas/dispneu.

RR normal 30 – 60 x/menit.

Tidak tampak pernafasan cuping hidung.

Rencana Keperawatan:

1). Kaji frekuensi pernafasan dan pola nafas.

2). Pertahankan pola nafas efektif dengan:

a). Berikan posisi sedikit ekstensi (150).

b). Pertahankan suhu optimal.

c). Berikan rangsang taktil.

3). Berikan oksigen sesuai indikasi.

4). Observasi irama, kedalaman dan frekuensi pernafasan.

5). Hisap jalan nafas sesuai dengan kebutuhan kolaborasi

pemeriksaan AGD.

6). Lakukan perkusi, vibrasi, dan drainase postural sesuai ketentuan

untuk memudahkan drainase sekret.

7). Pertahankan suhu lingkungan yang netral untuk menghemat

penggunaan energi.

b. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi

jalan nafas.

Ditandai dengan:

DO:

Dispnea.

Lendir (+).

reflek batuk (-).

Sianosis.

Suara nafas ronkhi.

Perubahan RR dan irama nafas.

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 5 menit pernafasan

menjadi efektif.

Page 15: ASKEP PERINA KELOMPOK

Kriteria hasil:

RR 30 –60 x/menit.

Nafas spontan dan teratur.

Suara nafas vesikuler.

Kulit merah.

Bayi menangis.

Rencana Keperawatan:

1). Suction jalan nafas sesuai kebutuhan.

2). Fisioterapi dada.

3). Monitor respirasi (irama/suara nafas, kedalaman).

4). Monitor vital sign.

5). Ekstensikan kepala.

c. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan

suplai oksigen, perubahan aliran darah pulmonal, perubahan

membran alveolar-kapiler.

Ditandai dengan:

DO:

Dispnea.

Fase ekspirasi lama dari normal.

Pengosongan lambung lama.

Penurunan saturasi O2, peningkatan PCO2.

Sianosis.

Tujuan:

Bayi menunjukkan perbaikan kapasitas ventilator dan pertukaran gas

selama dalam perawatan.

Kriteria hasil:

Tidak ada dispnea.

Lama ekspirasi normal.

Saturasi O2 normal (85-90%), PCO2 dalam batas normal (27-40

mmHg).

Tidak terjadi sianosis.

Rencana Keperawatan:

1). Tinggikan kepala jika tidak ada kontraindikasi.

2). Monitor posisi bayi terhadap penekanan diafragma.

Page 16: ASKEP PERINA KELOMPOK

3). Pertahankan kesejajaran tubuh yang tepat.

4). Pertahankan jalan nafas agar tetap terbuka.

5). Hisap lendir dengan teknik yang tepat bila perlu.

6). Berikan supplemen oksigen.

7). Monitor gas darah (AGD) dan oksimeter.

8). Antisipasi kemungkinan kebutuhan intubasi, trakeostomi, dan

ventilasi mekanik.

9). Pertahankan agar anak tidak makan per oral untuk menghindari

aspirasi.

d. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan berat badan

rendah, usia kehamilan yang kurang, paparan lingkungan

dingin/panas.

Ditandai dengan:

DO:

Suhu tubuh < 36,5 0C atau > 37,5 oC (aksila).

Akral teraba dingin.

Suhu ruangan panas/dingin (< atau > 34-35 0C).

Tujuan:

Tidak terjadi perubahan suhu tubuh selama dalam perawatan.

Kriteria hasil:

Suhu tubuh 36,5-37,5 0C (aksila).

Suhu lingkungan bayi netral (34-35 0C).

Rencana Keperawatan:

1). Pasien dengan hipertermi.

a). Lepaskan selimut.

b). Lepaskan tutup kepala, jika dipakai.

c). Monitor suhu lingkungan.

d). Monitor vital sign.

e). Monitor pemenuhan kebutuhan cairan (setiap peningkatan

suhu 1 C kebutuhan cairan ditambah 20 cc/KgBB).

2). Pasien dengan hipotermi.

a). Manajemen lingkungan.

a.1). Tempatkan bayi pada penghangat.

a.2). Berikan selimut hangat, ganti pakaian bila basah.

Page 17: ASKEP PERINA KELOMPOK

a.3). Pertahankan kepala tertutup topi.

a.3). Pertahankan kelembaban relative 50% - 80%.

a.4). Pantau suhu inkubator.

a.5). Monitor sumber-sumber lingkungan yang dapat

menyebabkan kehilangan panas.

b). Hangatkan seluruh barang-barang untuk perawatan

(stetoskop, timbangan, tangan pemberi perawatan, baju,sprei).

c). Tempatkan ayunan bayi atau tempat tidur jauh dari tembok (di

luar) atau jendela jika memungkinkan.

d). Mandikan bayi dengan seka.

e). Monitor keseimbangan cairan.

f). Monitor vital sign.

e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan ingesti, digesti,

absorbsi.

Ditandai dengan:

DO:

Kelemahan menghisap, menelan.

Mudah kembung.

Tujuan:

Kebutuhan nutrisi terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3 x 24 jam.

Kriteria hasil:

Intake nutrisi sesuai dengan kebutuhan.

BB tidak turun > 10%.

Rencana Keperawatan:

a. Timbang berat badan bayi setiap hari pada waktu yang sama.

b. Berikan enteral tube feeding dengan porsi kecil tapi sering (8-10

kali/hari).

c. Berikan ASI/PASI peroral jika reflek hisap baik.

d. Jika oral dan enteral kurang berikan parenteral nutrisi sesuai

program.

e. Pantau adanya tanda-tanda intoleransi terhadap terapi parenteral

total terutama protein dan glukosa.

Page 18: ASKEP PERINA KELOMPOK

f. Berikan vitamin dan mineral sesuai dengan indikasi.

f. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan prematuritas.

Ditandai dengan:

DO:

Reflek hisap lemah.

Reflek telan lemah.

Tujuan:

Pola minum bayi efektif setelah diberi tindakan keperawatan 3 x 24

jam.

Kriteria hasil:

Reflek hisap meningkat.

Intake oral meningkat.

Rencana Keperawatan:

a. Latih bayi untuk menetek kepada ibu.

b. Lakukan perawatan bayi lekat (Kangaroo mother Care) sesuai

kondisi bayi/jika bayi memungkinkan..

c. Kolaborasi; oral fisioterapi.

d. Berikan NGT sesuai kebutuhan.

e. Cek residu sebelum pemberian nutrisi enteral.

g. Risiko infeksi

Faktor risiko:

Ketidakadekuatan sistem kekebalan tubuh.

Prosedur invasif.

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama perawatan tidak

menunjukan tanda-tanda infeksi.

Kriteria hasil:

Tidak ditemukan tanda-tanda infeksi.

Vital sign dalam batas normal.

Nadi 100-140x/menit suhu 36,5 – 37,5 0C.

Rencana Keperawatan:

a. Observasi tanda-tanda infeksi lokal atau sistemik.

b. Observasi KU dan vital sign.

Page 19: ASKEP PERINA KELOMPOK

c. Jaga kebersihan bayi dan lingkungan (memandikan, bersihkan

perianal jika kotor).

d. Cuci tangan, gunakan sarung tangan selama kontak dengan bayi.

e. Lakukan perawatan tali pusat.

f. Berikan ASI bila tersedia.

g. Tempatkan bayi dengan 1 boks untuk 1 bayi.

h. Pantau pemeriksaan laboratorium; darah, sputum dan lain-lain.

i. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai program dan kultur.

h. PK: Hiperbilirubinemia

Tujuan:

Perawat mampu meminimalkan terjadinya komplikasi

hiperbilirubinemia selama perawatan.

Kriteria hasil:

Bilirubin dalam batas normal (total 0-1 hari 8,0 mg/dl, 1-2 hari 12,0

mg/dl, 2-5 hari 16,0 mg/dl, kemudian 2,0 mg/dl) (direk/terkonjugasi

0,0-0,2 mg/dl).

Tanda dan gejala hiperbilirubinemia tidak tampak (ikterik, pucat,

hepatosplenomegali, hipoksia, hipotermi/hipertermi).

Rencana Keperawatan:

a. Observasi bayi, perhatikan sklera dan mukosa oral, kulit

menguning terutama pada bagian tertentu.

b. Pantau pemeriksaan laboratorium, sesuai indikasi; bilirubin direk

dan indirek, Hb/Ht.

c. Berikan obat-obatan sesuai indikasi.

d. Lakukan foto terapi sesuai indikasi.

i. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan

dengan kelahiran preterm, lingkungan RS tidak alami, perpisahan

dari orang tua.

Ditandai dengan:

DO:

Ketidakmampuan/kesulitan melakukan perilaku atau keterampilan

sesuai usia.

BBLR (< 1500 gram).

Lebih banyak tidur.

Page 20: ASKEP PERINA KELOMPOK

Refleks fisiologis lemah.

Tujuan:

Selama perawatan bayi memperlihatkan peningkatan dalam

perilaku personal, sosial, bahasa, kognisi, atau aktivitas motor

yang sesuai dengan kelompok usia.

Kriteria hasil:

Bayi menunjukkan penambahan berat badan.

Bayi hanya terpapar stimulus yang tepat.

Rencana Keperawatan:

a. Berikan nutrisi optimal untuk menjamin penambahan berat badan

yang mantap dan pertumbuhan otak.

b. Berikan periode istirahat yang teratur tanpa gangguan untuk

menurunkan penggunaan kalori dan O2 yang tidak perlu.

c. Berikan intervensi perkembangan sesuai usia.

d. Kenali adanya tanda-tanda stimulasi berlebihan (flaksiditas,

menguap, membelalak, memalingkan wajah dengan aktif, peka

rangsang, menangis) sehingga bayi dibiarkan untuk istirahat.

e. Tingkatkan interaksi orangtua-bayi.

BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

Page 21: ASKEP PERINA KELOMPOK

BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

DI BANGSAL MELATIRSUD WONOSARI

Nama mahasiswa/NIM : Berlin Devina Sriyadi P07120112048

Dodik Firmansah P07120112053

Palupi Fitri Kusumaningtiyas P07120112069

Tempat praktek : Bangsal Melati

Hari, Tanggal : Senin, 15 September 2014

A. IDENTITAS DATA

Nama : By. Ny. D

Tempat/ tanggal lahir : Gunung Kidul, 5 September 2014

Nama ayah : Tn. S

Nama ibu : Ny. D

Pekerjaan ayah : Buruh

Pendidikan ayah : SLTA

Pekerjaan ibu : buruh

Pendidikan ibu : SLTA

Agama : Islam

B. KELUHAN UTAMA

Bayi mempunyai berat badan yang sangat rendah dengan keadaan lemah

C. RIWAYAT KELAHIRAN DAN KELAHIRAN

1. Prenatal

Jumlah kunjungan saat hamil : kunjungan 15 x

TM I : 3 x

TM II : 8 x

TM III : 4 x

Riwayat kehamilan : G1P0A0

2. Natal

Cara melahirkan : Spontan

Page 22: ASKEP PERINA KELOMPOK

Tempat melahirkan : Rumah sakit

Umur kehamilan : 33 minggu

Waktu persalinan : 19.00 WIB

Komplikasi persalinan : -

3. Postnatal

Usaha napas : Spontan

Dengan bantuan : -

Skor Apgar : menit 1 = 5 ; Menit 5 = 7

Obat-obatan yang diberikan : Vitamin K dan Hb 0

Interaksi orang tua dan bayi : ada

Trauma lahir : -

Keluarnya urin/BAB : sudah

Respon fisiologis atau perilaku yang bermakna :menangis dan gerak aktif.

D. GENOGRAM

E. RIWAYAT SOSIAL DAN KOGNITIF

1. Sistem pendukung yang dapat dihubungi : orang tua

KETERANGAN :

: Perempuan

: Laki-laki

: Meninggal

: Menikah

: Tinggal serumah

: Klien

: Kembar

Page 23: ASKEP PERINA KELOMPOK

2. Hubungan orang tua dengan bayi :

Ibu selalu menunggui bayi terkadang bergantian dengan ayah

3. Anak yang lain :

Klien mempunyai saudara kembar

4. Lingkungan Rumah : baik

5. Kognitif

Ibu pasien mengatakan ini anak pertama, dan belum banyak mengetahui

tentang perawatan bayinya, saat di Tanya mengenai penyakit anaknya ibu

pasienhanya mengetahui bahwa anaknya kuang berat badan, ibu pasien

kembali bertanya tentang perawatan bayinya

F. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI

1. Diagnosa Medis : BBLR

2. Tindakan Operasi : -

3. Status nutrisi : berat badang kurang dengan berat 1380 g

4. Status cairan : pemberianASI 7 cc/ 3 jam melalui OGT

5. Terapi obat :

a) Infus D5 8-10 tpm

b) Aminofilin 3 x 5 mg

c) Ampicilin 2 x 80 mg

d) Gentamicin

e) Maintenence luminal 2 x 4 mg

f) Pemasangan OGT

g) Pemasangan oksigen 5 – 6 liter/ menit mengunakan headbox

h) Asam fusidat

6. Tindakan Keperawatan yang telah dilakukan :ditempatkan di box dan

pemberian ASI melalui OGT, monitor keadaan, perawatan kebersihan diri.

G. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum : lemah

Page 24: ASKEP PERINA KELOMPOK

2. Kesadaran : Apatis

3. Tanda vital : Nadi : 112 x/menit

RR : 38 x/menit

Suhu : 35,5oC

4. Antropometri :

Pemeriksaan Saat Lahir Sekarang

BB 1570 1380

PB 39 39

LK 10 10

LD 8 8

Lla 7 7

5. Reflek

Moro

Menggenggam

Menghisap : lemah

6. Tonus / aktivitas : aktif, menangis lemah.

7. Kepala / Leher

a. Fontanel anterior : datar

b. Sutura Sagitalis : tepat

c. Gambaran wajah : simetris

8. Mata : bersih

9. THT

a. Telinga : normal

b. Hidung : tipe pernapasan perut, tidak ada cuping

hidung

c. Palatum : normal :

10. Toraks

a. Paru-paru :

suara nafas : vesikuler pada paru-paru kanan dan kiri

bunyi nafas : terdengar di semua lapang paru

respirasi : spontan

b. Jantung : bunyi jantung normal, nadi kuat.

Page 25: ASKEP PERINA KELOMPOK

11. Abdomen

Perut terlihat datar, tidak ada pembesaran hepar, bising usus ada 5x per

menit.

12. Umbilikus

Tali pusat sudah lepas tetapi masih ada sedikit sisa, tidak ada

perdarahan di umbilikus, tidak ada tanda - tanda infeksi (rubor, kalor,

dolor, tumor dan fungsio laesa) pada tali pusat.

13. Ekstremitas

Ekstermitas lengkap, gerakan ekstremitas aktif. Terdapat plebitis di kaki

kiri di bagian punggung dan tumit, berbentuk lingkaran diameter ± 1-2

cm.

14. Genital dan Anus : normal, tidak ada atresia ani

15. Kulit : tidak ada lesi, akral teraba dingin.

Warna : sawo matang

H. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN / REFLEK PRIMITIF

Kemandirian dan bergaul : bayi lebih banyak tidur dan jarang menangis

Motorik halus : pasien mampu berkedip dan membuka mata

Kognitif dan bahasa : pasien berkomunikasi dengan menangis

Motorik kasar : gerakan pasien aktif

I. RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN

Pasien lahir tanggal 5 September 2014 dengan umur kandungan 33 minggu

secara pervaginam dengan berat badan neonatus 1570 gram. Karena

mengalami BBLR bayi Ny. S dirawat diruang Melati. Karena reflek

menghisap lemah di pasang OGT untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi. Diet

ASI7 cc/ 3 jam melalui OGT. Pemasangan headbox untuk pemenuhan

kebutuhan oksigen.

Page 26: ASKEP PERINA KELOMPOK

ANALISA DATA

DATA MASALAH PENYEBAB

DS:Ibu bayi mengatakan anaknya belum

bisa menetek .

DO:

- KU : Lemah

- Klien mendapat terapi ASI 7 cc/3 jam

- Bayi terpasang OGT

- Reflek hisap lemah

- Berat badan turun dari 1570 gram

menjadi 1380 gram

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Intake nutrisi

kurang

DS : -

DO :

1. Akral dingin

2. Suhu : 35,5oC

3. Usia 10 hari

4. BB 1380 g

5. Bayi di tempatkan di box hangat

Ketidakefektifan

termoregulasi

Usia yang ekstrim

DS :

DO :

Terdapat plebitis di kaki kiri di bagian

punggung dan tumit, berbentuk lingkaran

diameter 1 cm, warna luka hitam

Kerusakan integritas kulit Kondisi gangguan

metabolik

DS : Ibu pasien mengatakan ini

merupakan anak pertamanya dan belum

banyak mengetahui tentang perawatan

bayi

DO : Ibu pasien menanyakan pada

perawat tentang kondisi bayinya

Kurang pengetahuan Kurang terpapar

informasi

Page 27: ASKEP PERINA KELOMPOK

Prioritas masalah:

1. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan usia yang ekstrim

ditandai dengan suhu : 35,5oC, akral dingin, usia 10 hari, BB 1380 g

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan Intake nutrisi kurang ditandai dengan Ibu bayi mengatakan: Pasien

makan dan minum ASI sedikit, Berat badan turun dari 1570 gram menjadi

1380 gram, KU : Lemah, Sehari bayi minum ASI 7 cc, Bayi terpasang OGT,

Hemoglobin: 18,2 (14,00 – 24,00)

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kondisi gangguan metabolic

ditandai dengan terdapat plebitis di kaki kiri di bagian punggung dan tumit,

berbentuk lingkaran diameter 1 cm

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

ditandai dengan ibu pasien belum banyak mengetahui tentang perawatan

anaknya

Page 28: ASKEP PERINA KELOMPOK

Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1. Ketidakefektifan

termoregulas

iberhubungan dengan usia

yang ekstrim

Setelah dilakukan

asuhan keperawatan

selama 1-2 jam,

trmoregulasi

efektifdengan kriteria

hasil :

1. Suhu dalam

kisaran 36,5oC –

37,5oC

2. Suhu stabil dan

tidak fluktuatif

3. Tidak terjadi

tanda-tanda

hipotermi atau

hipertermi

4. Akral hangat

Kelompok 5

Senin, 15 September 2014

Pukul 10.00 WIB

1. Monitor suhu setiap 2 jam

2. Monitor tanda hipotermi /

hipertermi

3. Pasang mummy restrain /

bedong / tambah selimut/

pakaikan sarung tangan dan

kaki

4. Tempatkan di box hangat

5. Cegah kondisi yang

menyebabkan kehilangan

panas tubuh

6. Hangatkan bayi dengan minyak

telon

7. Pantau suhu lingkungan

8. Edukasi tentang pentingnya

Senin, 15 September 2014

Pukul 10.00 WIB

1. Perubahan suhu tubuh bayi yang

fluktuatif

2. Mengetahui derajat hipotermi

3. Pemasangan bedong dapat

mengurangi evoporasi

4. Menjaga kehangatan tubuh

5. Mencegah kehilangan panas tubuh

yang terus menerus

6. Menjaga kestabilan suhu tubuh

bayi

7. Menjaga suhu lingkungan tetap

konstan

8. Pencegahan dini hipotermi

Kelompok 5

Page 29: ASKEP PERINA KELOMPOK

pengaturan suhu dan efek yang

terjadi

Kelompok 5

2 Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan

dengan Intake nutrisi

kurang

Senin, 15 September

2014

Pukul 10.00 WIB

Setelah dilakukan

asuhan keperawatan

selama 3x24 jam,

nutrisi bayi terpenuhi

dengan kriteria hasil:

- Berat badan

meningkat 10%

- bayi dapat

minum ASI

dengan baik

- ibu mampu

mengidentifikasi

kebutuhan nutrisi

Senin, 15 September 2014

Pukul 10.00 WIB

1. Kaji masukan nutrisi bayi

2. Timbang berat badan setiap

hari

3. Kelola pemberian asi lewat

OGT

4. Jelaskan pada ibu pentingnya

nutrisi dan kebutuhan nutrisi

perhari pada bayi

5. Kelola hasil kolaborasi untuk

pemberian cairan parenteral

6. Kelola kolaborasi untuk

pemasangan OGT

Kelompok 5

Senin, 15 September 2014

Pukul 10.00 WIB

1. mengetahui masukan nutrisi

yang baik untuk bayi

2. mengetahui perubahan berat

badan yang berarti

3. OGT sebagai sarana

pemenuhan nutrisi (ASI) pada

bayi agar dapat terpenuhi

secara optimal

4. menambah pengetahuan ibu

tentang bayinya

5. cairan parenteral mencegah

bayi dehidrasi dan mal nutrisi

6. OGT membantu bayi untuk

mendapatkan nutrisi yang

Page 30: ASKEP PERINA KELOMPOK

bayi

Kelompok 5

cukup

Kelompok 5

3 Kerusakan integritas kulit

berhubungan dengan

kondisi gangguan

metabolik

Setelah dilakukan

asuhan keperawatan

selama 3x24 jam,

integritas kulit teratasi

dengan kriteria hasil :

1. Tidak terjadi

perluasan luka

2. Tidak terjadi

infeksi

3. Kulit bersih

Kelompok 5

Senin, 15 September 2014

Pukul 10.00 WIB

1. Kaji keadaan luka

2. Monitor tanda dan gejala infeksi

3. Jaga kebersihan kulit agar tetap

bersih dan kering

4. Cegah kontaminasi fases dan

urine

5. Kelola hasil kolaborasi

pemberian salep kulit :

gentamicin

Kelompok 5

Senin, 15 September 2014

Pukul 10.00 WIB

1. Mengetahui kondisi dan keadaan

luka

2. Deteksi dini infeksi untuk

mencegah infeksi lanjutan

3. Mencegah infeksi pada daerah luka

4. Mencegahterkontaminasi

mikroorganisme dan bakteri dalam

fases dan urine

5. Mecegah infeksi mikroorganime

secara efektif

Kelompok 5

4 Kurang pengetahuan

berhubungan dengan

Setelah dilakukan

asuhan keperawatan

Senin, 15 September 2014

Pukul 10.00 WIB

Senin, 15 September 2014

Pukul 10.00 WIB

Page 31: ASKEP PERINA KELOMPOK

kurang terpapar informasi selama 15 menit

pengetahuan orangtua

pasien bertambah

dengan kriteria hasil :

1. Orangtua

memahami

keadaan pasien

2. Orangtua

mengetahui

tentang BBLR

3. Orangtua

memahami

perawatan bayi

Kelompok 5

1. Kaji pengetahuan tentang bayi

BBLR

2. Berikan penjelasan keadaan

bayi

3. Beri penjelasan tentang BBLR

4. Beri penjelasan tentang

perawatan bayi dengan BBLR

5. Libatkan orang tua dalam

perawatan bayi

6. Evaluasi pemahaman

orangtua bayi

Kelompok 5

1. Mengetahui wawasan orangtua

tentang BBLR

2. Membuat orang tua lebih mengerti

tentang keadaan bayi

3. Meningkatkan pengetahuan /

wawasan orang tua

4. Orangtua lebih mengerti tentang

perawatan anaknya

5. Orang tua terbiasa dengan dengan

keadaan bayinya

6. Mengetahui apakah orangtua

mengerti dan memahami apa yang

telah di sampaikan

Kelompok 5

Page 32: ASKEP PERINA KELOMPOK

Implementasi dan Evaluasi

Diagnosa Implementasi Evaluasi

Hipotermi

berhubungan

dengan usia yang

ekstrime

Senin, 15 September 2014

Pukul 10.00 WIB

1. Mengobservasi suhu dan

nadi

Pukul 11.00 WIB

2. Menempatkan di box hangat

3. Mencegah kondisi yang

menyebabkan kehilangan

panas tubuh

4. Memantau suhu lingkungan

5. Tindakan untuk

mempertahankan

kehangatan / suhu tubuh

bayi

6. Memberikan penkes kepada

ibu tentang cara

mempertahankan suhu tubuh

bayi.

Senin, 15 September 2014

Pukul 13.00 WIB

S :-

O :

- Suhu : 35,5oC

- Nadi : 128 x/menit

- Bayi di tempatkan dalam

box hangat

A : Hipotermi berhubungan dengan

usia yang ekstrime belum teratasi

P :

- Observasi suhu

- Monitor tanda hipotermi

- Cegah kondisi yang

menyebabkan

kehilangan panas tubuh

- Edukasi tentang

pentingnya pengaturan

suhu dan efek yang

terjadi

Senin, 15 September 2014

Pukul 15.00 WIB

1. Mengobservasi suhu dan

nadi

Pukul 16.00 WIB

2. Pasang mummy restrain /

bedong / tambah selimut

3. Pantau suhu lingkungan

Pukul 17.00 WIB

Senin, 15 September 2014

Pukul 19.00 WIB

S : Ibu mengatakan paham

penjelasan perawat

O :

- Suhu : 36,50 C

- Nadi : 112 x/menit

- Pasien di tempatkan di

box hangat

- Bayi di selimuti

Page 33: ASKEP PERINA KELOMPOK

4. Edukasi tentang pentingnya

pengaturan suhu dan efek

yang terjadi

- Akral hangat

A : Hipotermi berhubungan dengan

usia yang ekstrime belum teratasi

P :

- Observasi suhu dan nadi

- Cegah kondisi yang

menyebabkan

kehilangan panas tubuh

Senin, 15 September 2014 -

Selasa, 16 September 2014

Pukul 05.00 WIB

1. Mengobservasi suhu dan

nadi

2. Memantau suhu lingkungan

3. Cegah kondisi yang

menyebabkan kehilangan

panas tubuh

Senin, 15 September 2014 -

Selasa, 16 September 2014

Pukul 06.00 WIB

S : Ibu mengatakan anaknya

sudah diselimuti dan diberi sarung

tangan dan sarung kaki.

O :

- Suhu : 37,20 C

- Nadi : 140 x/menit

- Bayi di tempatkan di box

hangat

- Pakaian di ganti tiap

basah

A : Hipotermi berhubungan dengan

usia yang ekstrime teratasi

P :

- Obsevasi suhu dan nadi

- Pantau suhu lingkungan

- Cegah kondisi yang

menyebabkan

kehilangan panas tubuh

Selasa, 16 September 2014

Pukul 10.00 WIB

Selasa, 16 September 2014

Pukul 13.00 WIB

Page 34: ASKEP PERINA KELOMPOK

1. Mengobservasi suhu dan

nadi

2. Memantau suhu lingkungan

3. Cegah kondisi yang

menyebabkan kehilangan

panas tubuh

S : Ibu mengatakan suhu anaknya

sudah tidak rendah waktu diukur

sebelumnya

O :

- Suhu : 37,30 C

- Nadi :136 x/menit

- Bayi di tempatkan di box

hangat

A : Hipotermi berhubungan dengan

usia yang ekstrime teratasi

P :

- Observasi suhu dan nadi

- Cegah kondisi yang

menyebabkan

kehilangan panas tubuh

Selasa, 16 September 2014

Pukul 15.00 WIB

1. Mengobservasi suhu dan

nadi

2. Mencegah kondisi yang

menyebabkan kehilangan

panas tubuh

3. Memantau suhu lingkungan

Selasa, 16 September 2014

Pukul 19.00 WIB

S : Ibu mengatakan anaknya

suhunya sudah normal daripada

sebelumnya

O :

- Suhu : 36,20 C

- Nadi : 140 x/menit

- Bayi di tempatkan di box

hangat

A : Hipotermi berhubungan dengan

usia yang ekstrime teratasi

P :

- Observasi suhu dan nadi

- Cegah kondisi yang

menyebabkan

Page 35: ASKEP PERINA KELOMPOK

kehilangan panas tubuh

Rabu, 17 September 2014

Pukul 10.00 WIB

1. Mengobservasi suhu dan

nadi

2. Cegah kondisi yang

menyebabkan kehilangan

panas tubuh

Rabu, 17 September 2014

Pukul 13.00 WIB

S : -

O :

- Suhu : 370 C

- Nadi : 128 x/menit

A : Hipotermi berhubungan dengan

usia yang ekstrime teratasi

P : Observasi KU dan VS.

Ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

berhubungan

dengan Intake

nutrisi kurang

Senin, 15 September 2014

Pukul 09.00 WIB

1. Mengkaji intake nutrisi

2. Mengelola kolaborasi untuk

pemasangan OGT

3. Mengelola pemberian ASI

lewat OGT

Pukul 12.00 WIB

4. mengelola pemberian ASI

lewat OGT

Senin, 15 September 2014

Pukul 10.00 WIB

S : -

O :

- Terpasang OGT

- Diit ASI 7 cc melalui OGT

- Residu 2 cc

- Reflek hisap lemah

- BB : 1380 gram

A : Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan Intake nutrisi

kurang belum teratasi

P :

- Kelola pemberian ASI

lewat OGT

- Timbang BB setiap hari

- Jelaskan pada ibu

pentingnya nutrisi dan

kebutuhan nutrisi perhari

Page 36: ASKEP PERINA KELOMPOK

pada bayi

- Kelola hasil kolaborasi

untuk pemberian cairan

parenteral

Senin, 15 September 2014

Pukul 15.00 WIB

1. Memonitor intake nutrisi

2. Mengelola pemberian ASI

lewat OGT

3. Menjelaskan pada ibu

pentingnya nutrisi

Pukul 18.00 WIB

4. mengelola pemberian ASI

lewat OGT

Senin, 15 September 2014

Pukul 19.00 WIB

S : Ibu mengatakan sudah

mengerti tentang penjelasan

perawat

O :

- BB 1380 gram

- Terpasang OGT

- Diit ASI 7 cc / 3 jam

- Residu pukul 15.00 WIB :

2 cc

- residu pukul 18.00 WIB :

-

A : Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan Intake nutrisi

kurang belum teratasi

P :

- Kelola pemberian ASI lewat

OGT sesuai program.

- Timbang BB setiap hari

- Jelaskan pada ibu

pentingnya nutrisi dan

kebutuhan nutrisi perhari

pada bayi

- Kelola hasil kolaborasi

untuk pemberian cairan

Page 37: ASKEP PERINA KELOMPOK

parenteral

Senin, 15 September 2014 –

Selasa, 16 September 2014

Pukul 21.00 WIB

1. Memonitor intake nutrisi

2. Mengelola pemberian ASI

melalui OGT

3. Menimbang berat badan

Pukul 24.00 WIB

4. Mengelola pemberian ASI

lewat OGT

Pukul 03.00 WIB

5. Mengelola pemberian ASI

lewat OGT

Senin, 15 September 2014 –

Selasa, 16 September 2014

Pukul 06.00 WIB

S :

O :

- Diit asi 7 cc/ 3 jam

- Residu : -

- BB : 1430 gram

A : Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan Intake nutrisi

kurang belum teratasi

P :

- Monitor intake

- Kelola pemberian ASI

Selasa, 16 September 2014

Pukul 09.00 WIB

1. Memonitor intake

2. Mengelola pemberian ASI

3. Mengelola pemberian ASI

lewat OGT

Pukul 12.00 WIB

4. Mengelola pemberian ASI

lewat OGT

Selasa, 16 September 2014

Pukul 13.00 WIB

S :

O :

- Diit ASI 10 cc/3 jam

- Residu : 1 cc

A : Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan Intake nutrisi

kurang belum teratasi

P :

- Monitor intake

- Kelola pemberian ASI

Kerusakan

integritas kulit

Senin, 15 September 2014

Pukul 16.00 WIB

Senin, 15 September 2014

Pukul 19.00 WIB

Page 38: ASKEP PERINA KELOMPOK

berhubungan

dengan kondisi

gangguan

metabolik

1. Mengkaji keadaan luka

2. Megelola hasil kolaborasi

pemberian salep gentamicin

S :

O :

- Luka di kaki kiri

- Diameter 1-2 cm

- Luka kering

A : Kerusakan integritas kulit

berhubungan dengan kondisi

gangguan metabolic belum teratasi

P :

- Kaji keadaan luka

- Jaga kebersihan kulit

- Kelola pemberian salep kulit

- Cegah kontaminaso fases

dan urine

Senin, 15 September 2014

Pukul 20.00 WIB

1. Mengkaji keadaan luka

2. Mencegah kontaminasi

fases dan urine

Senin, 15 September 2014

Pukul 07.00 WIB

S :

O :

- Luka kaki kiri

- Diameter 1-2 cm

- Luka kering

A : Kerusakan integritas kulit

berhubungan dengan kondisi

gangguan metabolic belum teratasi

P :

- Monitor keadaan luka

- Jaga kebersihan kulit

- Kelola pemberian salep

kulit

Selasa, 16 september 2014

Pukul 09.30 WIB

1. Mengkaji keadaan luka

Selasa, 16 september 2014

Pukul 13.00 WIB

S :

Page 39: ASKEP PERINA KELOMPOK

2. Memonitor tanda dan gejala

infeksi

3. Menjaga kebersihan kulit

4. Mengelola pemberian salep

kulit

O :

- Luka kering, diameter 1

cm

- Tidak terdapat tanda

infeksi

- Bayi telah di mandikan

A : Kerusakan integritas kulit

berhubungan dengan kondisi

gangguan metabolic belum teratasi

P :

- Monitor keadaan luka

- Jaga kebersihan kulit

- Kelola pemberian

gentamicin

Selasa, 16 September 2014

Pukul 16.00 WIB

1. Memonitor keadaan luka

2. Menjaga kebersihan kulit

3. Mengelola pemberian salep

kulit

Selasa, 16 September 2014

Pukul 19.00 WIB

S : Ibu mengatakan luka pada

anaknya agak terkelupas

O :

- Luka kering, diameter 1

cm

- Tidak terdapat tanda

infeksi

A : Kerusakan integritas kulit

berhubungan dengan kondisi

gangguan metabolic belum teratasi

P :

- Kelola pemberian

gentamicin sampai

mengelupas lukanya

Kurang

pengetahuan

Senin, 15 September 2014

Pukul 11.00 WIB

Senin, 15 September 2014

Pukul 13.00 WIB

Page 40: ASKEP PERINA KELOMPOK

berhubungan

dengan kurang

terpapar informasi

1. Mengkaji pengetahuan

tentang bayi BBLR

2. Memberikan penjelasan

keadaan bayi

3. Memberi penjelasan

tentang BBLR dan

perawatannya

4. Evaluasi pemahaman

orang tua bayi

S :

- Orang tua pasien

mengatakan sudah

memahami tentang

penyakit anaknya

- Orang tua pasien

mengatakan akan mengikuti

prosedur tindakan untuk

kesembuhan anaknya

O :

- Orang tua pasien mampu

memahami dan

menjelaskan kembali

informasi yang di berikan

oleh perawat

- Orang tua pasien

mengangguk tanda

mengerti

- Orang tua pasien terlihat

serius saat di beri informasi

A : Tujuan menambah

pengetahuan klien tercapai

P :

Dorong orang tua pasien bertanya

tentang hal – hal yang belum di

ketahui

Page 41: ASKEP PERINA KELOMPOK

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan

pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr atau lebih rendah (WHO,

2003).Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat badan

lahir rendah  di bedakan :

1. Bayi berat lahir rendah (BBLR) : berat lahir 1500 – 2500  gram

Page 42: ASKEP PERINA KELOMPOK

2. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) : berat lahir kurang dari 1500 gram

3. Bayi berat lahir eksterm rendah (BBLER) : Berat lahir kurang dari 1000

gram

Pada pasien kami dengan berat badan 1380 gram termasuk dalam BBLSR

dengan beberapa masalah yang kami temukan. Diagnosa yang muncul pada

pasien kami ada 4 diagnosa :

1. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan usia yang ekstrim

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan Intake nutrisi kurang

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kondisi gangguan

metabolik

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

Setelah dilakukan tindakan medis dan keperawatan selama 3 hari sesuai di

perencanaan kemudian kami evaluasi tingkat ketercapaian tujuan mengatasi

masalah adalah sebagai berikut :

1. Ketidakefektifan termoregulasi berhubungan dengan usia yang

ekstrimtercapai sebagian ditandai suhu pasien stabil namun bila

ditempatkan di box hangat tercapai ditandai dengan suhu tubuh bayi dalam

rentan normal yaitu 370 C (rentan normal 36,00 – 37,50 C).

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan Intake nutrisi kurang tercapai sebagian ditandai intake nutrisi

pasien meningkat, BB pasien meningkat belum tercapai karena BB anak

masih berada dalam rentan BB rendah.

3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kondisi gangguan

metabolik tercapai sebagian ditandai tidak terjadi perluasan luka, tidak

terdapat infeksi belum teratasi karena masih terdapat luka namun sudah

mengering dan mulai mengelupas.

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

tercapai ditandai orangtua pasien lebih mengerti tentang perawatan

bayinya teratasi.

A.

Page 43: ASKEP PERINA KELOMPOK

DAFTAR PUSTAKA

Donna L. Wong. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi

4.Penerbit Buku Kedokteran EGC:Jakarta

Herdman, T. Heather, alih bahasa made sumarwati. 2012.diagnosis

keperawatan : definisi dan klasifikasi 2012-2014.EGC:Jakarta

Joane et all. 2004. Nursing intervention classification (NIC). USA : Mosby

Joane et all. 2004. Nursing outcome classification (NOC). USA : Mosby

Kuncara, H.Y, dkk.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner

& Suddarth. EGC: Jakarta

Nurarif Amin huda, kusuma hardhi.2013.Aplikasi Nanda &NIC-

NOC.mediaaction. Yogyakarta

Rahajoe .N, supriyanto bambang, dkk. 2012.Buku ajar respirologi

anak.IDAI: Jakarta

Saifudin Bari Abdul, Adriansz George, dkk.2009.Buku Acuan Nasional

Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. YBP-SP. Jakarta

Taylor,C. 2010. Diagnosis Keperawatan dengan Rencana Keperawatan.

Jakarta: EGC