92
tewart (1976: 959), menganjurkan beberapa teknik relaksasi antara lain sebagai berikut : Klien menarik nafas dalam dan menahannya di dalam paru Secara perlahan-lahan keluarkan udara dan rasakan tubuh menjadi kendor dan rasakan betapa nyaman hal tersebut Klien bernafas dengan irama normal dalam beberapa waktu Klien mengambil nafas dalam kembali dan keluarkan secara perlahan - lahan, pada saat ini biarkan telapak kaki relaks. Perawat minta kepada klien untuk mengkonsentrasikan pikiran pada kakinya yang terasa ringan dan hangat. Ulangi langkah diatas dan konsentrasikan pikiran pada lengan, perut, punggung dan kelompok otot-otot yang lain. Setelah klien merasa relaks, klien dianjurkan bernafas secara perlahan. Bila nyeri menjadi hebat klien dapat bernafas secara dangkal dan cepat. ASKEP PENYAKIT JANTUNG REMATIK PENYAKIT JANTUNG REMATIK I. DEFINISI Demam Reumatik / penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut atau kronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A yang mekanisme perjalanannya belum diketahui, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis migrans akut, Karditis, Korea minor, Nodul subkutan dan Eritema marginatum. II. ETIOLOGI Demam reumatik, seperti halnya dengan penyakit lain merupakan akibat interaksi individu, penyebab penyakit dan faktor lingkungan. Penyakit ini berhubungan erat dengan infeksi

Askep Penyakit Jantung Rematik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jantung

Citation preview

Page 1: Askep Penyakit Jantung Rematik

tewart (1976: 959), menganjurkan beberapa teknik relaksasi antara lain sebagai berikut :

Klien menarik nafas dalam dan menahannya di dalam paru Secara perlahan-lahan keluarkan udara dan rasakan tubuh menjadi kendor dan rasakan

betapa nyaman hal tersebut Klien bernafas dengan irama normal dalam beberapa waktu Klien mengambil nafas dalam kembali dan keluarkan secara perlahan - lahan, pada

saat ini biarkan telapak kaki relaks. Perawat minta kepada klien untuk mengkonsentrasikan pikiran pada kakinya yang terasa ringan dan hangat.

Ulangi langkah diatas dan konsentrasikan pikiran pada lengan, perut, punggung dan kelompok otot-otot yang lain.

Setelah klien merasa relaks, klien dianjurkan bernafas secara perlahan. Bila nyeri menjadi hebat klien dapat bernafas secara dangkal dan cepat.

ASKEP PENYAKIT JANTUNG REMATIK

PENYAKIT JANTUNG REMATIK

I.       DEFINISI

Demam Reumatik / penyakit jantung reumatik adalah penyakit

peradangan sistemik akut atau kronik yang merupakan suatu reaksi

autoimun oleh infeksi Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A yang

mekanisme perjalanannya belum diketahui, dengan satu atau lebih gejala

mayor yaitu Poliarthritis migrans akut, Karditis, Korea minor, Nodul

subkutan dan Eritema marginatum.

II.    ETIOLOGI

Demam reumatik, seperti halnya dengan penyakit lain merupakan akibat

interaksi individu, penyebab penyakit dan faktor lingkungan. Penyakit ini

berhubungan erat dengan infeksi saluran nafas bagian atas oleh Beta

Streptococcus Hemolyticus Grup A berbeda dengan glomerulonefritis yang

berhubungan dengan infeksi streptococcus dikulit maupun disaluran

nafas, demam reumatik agaknya tidak berhubungan dengan infeksi

streptococcus dikulit.

Faktor-faktor predisposisi yang berpengaruh pada timbulnya demam

reumatik dan penyakit jantung reumatik terdapat pada individunya sendiri

serta pada keadaan lingkungan.

Page 2: Askep Penyakit Jantung Rematik

Faktor-faktor pada individu :

1.                             Faktor genetik

Adanya antigen limfosit manusia ( HLA ) yang tinggi. HLA terhadap

demam rematik menunjkan hubungan dengan aloantigen sel B spesifik

dikenal dengan antibodi monoklonal dengan status reumatikus

2.                             Jenis kelamin

Demam reumatik sering didapatkan pada anak wanita dibandingkan

dengan anak laki-laki. Tetapi data yang lebih besar menunjukkan tidak

ada perbedaan jenis kelamin, meskipun manifestasi tertentu mungkin

lebih sering ditemukan pada satu jenis kelamin.

3.                             Golongan etnik dan ras

Data di Amerika Utara menunjukkan bahwa serangan pertama maupun

ulang demam reumatik lebih sering didapatkan pada orang kulit hitam

dibanding dengan orang kulit putih. Tetapi data ini harus dinilai hati-hati,

sebab mungkin berbagai faktor lingkungan yang berbeda pada kedua

golongan tersebut ikut berperan atau bahkan merupakan sebab yang

sebenarnya.

4.                             Umur

Umur agaknya merupakan faktor predisposisi terpenting pada timbulnya

demam reumatik / penyakit jantung reumatik. Penyakit ini paling sering

mengenai anak umur antara 5-15 tahun dengan puncak sekitar umur 8

tahun. Tidak biasa ditemukan pada anak antara umur 3-5 tahun dan

sangat jarang sebelum anak berumur 3 tahun atau setelah 20 tahun.

Distribusi umur ini dikatakan sesuai dengan insidens infeksi streptococcus

pada anak usia sekolah. Tetapi Markowitz menemukan bahwa penderita

infeksi streptococcus adalah mereka yang berumur 2-6 tahun.

5.                             Keadaan gizi dan lain-lain

Keadaan gizi serta adanya penyakit-penyakit lain belum dapat ditentukan

apakah merupakan faktor predisposisi untuk timbulnya demam reumatik.

6.                             Reaksi autoimun

Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian

dinding sel streptokokus beta hemolitikus group A dengan glikoprotein

Page 3: Askep Penyakit Jantung Rematik

dalam katub mungkin ini mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis

pada reumatik fever

Faktor-faktor lingkungan :

1.       Keadaan sosial ekonomi yang buruk

Mungkin ini merupakan faktor lingkungan yang terpenting sebagai

predisposisi untuk terjadinya demam reumatik. Insidens demam reumatik

di negara-negara yang sudah maju, jelas menurun sebelum era antibiotik

termasuk dalam keadaan sosial ekonomi yang buruk sanitasi lingkungan

yang buruk, rumah-rumah dengan penghuni padat, rendahnya pendidikan

sehingga pengertian untuk segera mengobati anak yang menderita sakit

sangat kurang; pendapatan yang rendah sehingga biaya untuk perawatan

kesehatan kurang dan lain-lain. Semua hal ini merupakan faktor-faktor

yang memudahkan timbulnya demam reumatik.

2.       Iklim dan geografi

Demam reumatik merupakan penyakit kosmopolit. Penyakit

terbanyak didapatkan didaerah yang beriklim sedang, tetapi data akhir-

akhir ini menunjukkan bahwa daerah tropis pun mempunyai insidens yang

tinggi, lebih tinggi dari yang diduga semula. Didaerah yang letaknya agak

tinggi agaknya insidens demam reumatik lebih tinggi daripada didataran

rendah.

3.       Cuaca

Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens

infeksi saluran nafas bagian atas meningkat, sehingga insidens demam

reumatik juga meningkat.

III. PATOGENESIS

Demam reumatik adalah penyakit radang yang timbul setelah infeksi

streptococcus golongan beta hemolitik A. Penyakit ini menyebabkan lesi

patologik jantung, pembuluh darah, sendi dan jaringan sub kutan. Gejala

demam reumatik bermanifestasi kira-kira 1 – 5 minggu setelah terkena

infeksi. Gejala awal, seperti juga beratnya penyakit sangat bervariasi.

Gejala awal yang paling sering dijumpai (75 %) adalah arthritis. Bentuk

Page 4: Askep Penyakit Jantung Rematik

poliarthritis yang bermigrasi. Gejala dapat digolongkan sebagai kardiak

dan non kardiak dan dapat berkembang secara bertahap.

Demam reumatik dapat menyerang semua bagian jantung. Meskipun

pengetahuan tentang penyakit ini serta penelitian terhadap kuman Beta

Streptococcus Hemolyticus Grup A sudah berkembang pesat, namun

mekanisme terjadinya demam reumatik yang pasti belum diketahui. Pada

umumnya para ahli sependapat bahwa demam remautik termasuk dalam

penyakit autoimun.

Streptococcus diketahui dapat menghasilkan tidak kurang dari 20 produk

ekstrasel yang terpenting diantaranya ialah streptolisin O, streptolisin S,

hialuronidase, streptokinase, difosforidin nukleotidase, dioksiribonuklease

serta streptococcal erytrogenic toxin. Produk-produk tersebut merangsang

timbulnya antibodi.

Pada penderita yang sembuh dari infeksi streptococcus, terdapat kira-kira

20 sistem antigen-antibodi; beberapa diantaranya menetap lebih lama

daripada yang lain. Anti DNA-ase misalnya dapat menetap beberapa

bulan dan berguna untuk penelitian terhadap penderita yang

menunjukkan gejala korea sebagai manifestasi tunggal demam reumatik,

saat kadar antibodi lainnya sudah normal kembali.

ASTO ( anti-streptolisin O) merupakan antibodi yang paling dikenal dan

paling sering digunakan untuk indikator terdapatnya infeksi

streptococcus. Lebih kurang 80 % penderita demam reumatik / penyakit

jantung reumatik akut menunjukkan kenaikkan titer ASTO ini; bila

dilakukan pemeriksaan atas 3 antibodi terhadap streptococcus, maka

pada 95 % kasus demam reumatik / penyakit jantung reumatik

didapatkan peninggian atau lebih antibodi terhadap streptococcus.

Patologi anatomis

Dasar kelainan patologi demam reumatik ialah reaksi inflamasi eksudatif

dan proliferasi jaringan mesenkim. Kelainan yang menetap hanya terjadi

pada jantung; organ lain seperti sendi, kulit, paru, pembuluh darah,

jaringan otak dan lain-lain dapat terkena tetapi selalu reversibel.

Diagnosis dibuat berdasarkan kriteria jones yang dimodifikasi dari

American Heart Association. Dua kriteria mayor dan satu mayor dan dua

Page 5: Askep Penyakit Jantung Rematik

kriteria minor menunjukkan kemungkinan besar demam reumatik.

Prognosis tergantung pada beratnya keterlibatan jantung.

IV. MANIFESTASI KLINIK

Perjalanan klinis penyakit demam reumatik / penyakit jantung reumatik

dapat dibagi dalam 4 stadium.

Stadium I

Berupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman Beta Streptococcus

Hemolyticus Grup A.

Keluhan :

              Demam

              Batuk

              Rasa sakit waktu menelan

              Muntah

              Diare

              Peradangan pada tonsil yang disertai eksudat.

Stadium II

Stadium ini disebut juga periode laten, ialah masa antara infeksi

streptococcus dengan permulaan gejala demam reumatik; biasanya

periode ini berlangsung 1 - 3 minggu, kecuali korea yang dapat timbul 6

minggu atau bahkan berbulan-bulan kemudian.

Stadium III

Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut demam reumatik,

saat ini timbulnya berbagai manifestasi klinis demam reumatik /penyakit

jantung reumatik. Manifestasi klinis tersebut dapat digolongkan dalam

gejala peradangan umum dan menifesrasi spesifik demam reumatik

/penyakit jantung reumatik.

Gejala peradangan umum :

  Demam yang tinggi

  lesu

  Anoreksia

  Lekas tersinggung

  Berat badan menurun

  Kelihatan pucat

Page 6: Askep Penyakit Jantung Rematik

  Epistaksis

  Athralgia

  Rasa sakit disekitar sendi

  Sakit perut

Stadium IV

Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita demam reumatik

tanpa kelainan jantung / penderita penyakit jantung reumatik tanpa gejala

sisa katup tidak menunjukkan gejala apa-apa.

Pada penderita penyakit jantung reumatik dengan gejala sisa kelainan

katup jantung, gejala yang timbul sesuai dengan jenis serta beratnya

kelainan. Pasa fase ini baik penderita demam reumatik maupun penyakit

jantung reumatik sewaktu-waktu dapat mengalami reaktivasi

penyakitnya.

IV.                                                PEMERIKSAAN DIAGNOSIS

  Pemeriksaan laboratorium darah

  Foto rontgen menunjukkan pembesaran jantung

  Elektrokardiogram menunjukkan aritmia E

  Echokardiogram menunjukkan pembesaran jantung dan lesi

V.                 DIAGNOSIS PENUNJANG

Untuk menegakkan diagnosa demam reumatik dapat digunakan Kriteria

Jones yaitu :

Kriteria mayor :

                 Poliarthritis

Pasien dengan keluhan sakit pada sendi yang berpindah-pindah, radang

sendi-sendi besar; lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan , siku

(poliarthritis migrans).

                 Karditis

Peradangan pada jantung (miokarditis, endokarditis).

                 Eritema marginatum

Tanda kemerahan pada batang tubuh dan telapak tangan yang tidak

gatal.

                 Noduli subkutan

Page 7: Askep Penyakit Jantung Rematik

Terletak pada ekstensor sendi terutama siku, ruas jari, lutut, persendian

kaki; tidak nyeri dan dapat bebas digerakkan.

                 Korea sydenham

Gerakkan yang tidak disengaja /gerakkan yang abnormal, sebagai

manifestasi peradangan pada sistem syaraf pusat.

Kriteria Minor :

  Mempunyai riwayat menderita demam reumatik /penyakit jantung

reumatik

  Athralgia atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi;

pasien kadang-kadang sulit menggerakkan tungkainya

  Demam tidak lebih dari 39 derajad celcius

  Leukositosis

  Peningkatan Laju Endap Darah (LED)

  C-Reaktif Protein (CRF) positif

  P-R interval memanjang

  Peningkatan pulse denyut jantung saat tidur (sleeping pulse)

  Peningkatan Anti Streptolisin O (ASTO)

Diagnosa ditegakkan bila ada dua kriteria mayor dan satu kriteria minor,

atau dua kriteria minor dan satu kriteria mayor.

Bukti-bukti infeksi streptococcus :

         Kultur positif

         Ruam skarlatina

         Peningkatan antibodi streptococcus yang meningkat

VI.              PENATALAKSANAAN MEDIS

Tujuan penatalaksanaan medis adalah :

  Memberantas infeksi streptococcus

  Mencegah komplikasi karditis

  Mengurangi rasa sakit; demam

Pemberantasan infeksi streptococcus :

Pemberian penisilin benzatin intramuskuler dengan dosis :

  Berat badan lebih dari 30 kg à 1,2 juta unit

  Berat badan kurang dari 30 kg à 600.000 - 900.000 unit

Page 8: Askep Penyakit Jantung Rematik

  Untuk pasien yang alergi terhadap penisilin diberikan eritromisin dengan

dosis 50 mg/kg BB/hari dibagi dalam 4 dosis pemberian selama kurang

lebih 10 hari.

Pencegahan komplikasi karditis :

  Pemberian penisilin benzatin setiap satu kali sebulan untuk pencegahan

sekunder menurut The American Asosiation

  Tirah baring bertujuan untuk mengurangi komplikasi karditis dan

mengurangi beban kerja jantung pada saat serangan akut demam

reumatik

  Bila pasien ada tanda-tanda gagal jantung maka diberikan terapi

digitalis 0,04 – 0,06 mg/kg BB.

Mengurangi rasa sakit dan anti radang :

  Pasien diberi analgetik untuk mengurangi rasa sakit yang dideritanya.

Salisilat diberikan untuk anti radang dengan dosis 100 mg/kg BB/hari

selama kurang lebih dan 25 mg/kg BB/hari selama satu bulan.

  Prednison diberikan selama kurang lebih dua minggu dan tapering off

(dikurangi bertahap) Dosis awal prednison 2 mg/kg BB/hari.

Diagnosis dibuat berdasarkan kriteria jones yang dimodifikasi dari American Heart

Association. Dua kriteria mayor dan satu mayor dan dua kriteria minor menunjukkan

kemungkinan besar demam reumatik. Prognosis tergantung pada beratnya keterlibatan

jantung.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

PENYAKIT JANTUNG REUMATIK

A.     PENGKAJIAN

Tujuan pengkajian adalah mengumpulkan data tentang :

                Fungsi jantung

  Toleransi terhadap aktivitas dan sikap klien terhadap pembatasan

aktivitas

                Status nutrisi

                Tingkat ketidaknyamanan

                Gangguan tidur

Page 9: Askep Penyakit Jantung Rematik

                Kemampuan klien mengatasi masalah

                Hal-hal yang dapat membantu klien

  Pengetahuan orang tua dan pasien (sesuai usia pasien) tentang

pemahaman pasien

Pengkajian

  Riwayat penyakit

  Monitor komplikasi jantung

  Auskultasi jantung; bunyi jantung melemah dengan irama derap diastole

  Tanda-tanda vital

  Kaji adanya nyeri

  Kaji adanya peradangan sendi

  Kaji adanya lesi pada kulit

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.          Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan stenosis katub

Tujuan : COP meningkat

Kriteria :

-         Klien menunjukan penurunan dyspnea

-         Ikut berpartisipasi dalam aktivitas serta mendemonstrasikan

peningkatan toleransi

Intervensi :

a.      Pantau tekanan darah, nadi apikal dan nadi perifer

b.     Pantau irama dan frekuensi jantungc.        Tirah baring posisi semifowler 450

d.     dorong klien melakukan tehnik managemen stress ( lingkungan

tenang, meditasi )

e.      bantu aktivitas klien sesuai indikasi bila klien mampu

f.       kolaborasi O2 serta terapi

2.          Intoleransi aktivitas b.d penurunan cardiac output,

ketidakseimbangan suplai O2 dan kebutuhan

Tujuan : Klien dapat bertoleransi secara optimal terhadap aktivitas

Kriteria :

-         Respon verbal kelelahan berkurang

Page 10: Askep Penyakit Jantung Rematik

-         Melakukan aktivitas sesuai batas kemampuannya ( denyut nadi

aktivitas tidak boleh lebih dari 90X/menit, tidak nyeri dada )

Intervensi :

a.       Hemat energi klien selama masa akut

b.      Pertahankan tirah baring sampai hasil laborat dan status klinis

membaik

c.       Sejalan dengan semakin baiknya keadaan, pantau peningkatan

bertahap pada tingkat aktivitas

d.      Buat jadwal aktivitas dan istirahat

e.       Ajarkan untuk berpartisipasi dalam aktivitas kebutuhan sehai-hari

f.        Ajarkan pada anak /orang tua bahwa pergerakkan yang tidak disadari

adalah dihubungkan dengan korea dan temporer.

g.      Bila terjadi chorea, lindungi dari kecelakaan, bedrest dan berikan

sedasi sesuai program

3.          Nyeri b.d respon inflamasi pada sendi (poliarthritis).

Tujuan : tidak terjadi rasa nyeri pada klien

Kriteria :

-       Nyeri klien berkurang

-       Klien tampak rileks

-       Ekspresi wajah tidak tegang

-       Klien dapat merasakan nyaman, tidur dengan tenang dan tidak merasa

sakit

Intervensi :

a.      Kaji tingkat nyeri dengan menggunakan skala

b.     Berikan tindakan kenyamanan ( perubahan posisi sering lingkungan

tenang, pijatan pungung dan tehnik manajemen stress)

c.      Minimalkan pergerakkan untuk mengurangi rasa sakit

d.     Berikan terapi hangat dan dingin pada sendi yang sakit

e.      Lakukan distraksi misalnya : tehnik relaksasi dan hayalan

f.       Pemberian analgetik, anti peradangan dan antipiretik sesuai program.

g.     Rujuk ke terapi fisik sesuai persetujun medik

Page 11: Askep Penyakit Jantung Rematik

4.          Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d

anoreksia, mual, muntah, rasa sakit waktu menelan dan peradangan pada

tonsil disertai eksudat.

Tujuan : tidak terjadi penurunan nutrisi pada klien

Kriteria :

-       Nafsu makan klien bertambah

-       Klien tidak merasa mual, muntah

-       Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

Intervensi :

a.       Beri makan sedikit tapi sering (termasuk cairan)

b.      Masukkan makanan kesukaan anak dalam diet

c.       Anjurkan untuk makan sendiri, bila mungkin (kelemahan otot dapat

membuat keterbatasan)

d.      Memilih makanan dari daftar menu

e.       Atur makanan secara menarik diatas nampan

f.        Atur jadwal pemberian makanan

g.      Berikan makanan yang bergizi tinggi dan berkualitas.

5.          kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya filtrasi

glomerulus, retensi natrium dan air, meningkatnya tekanan hidrostatik

Tujuan : volume cairan seimbang

Kriteria :

-         Volume cairan stabil, dengan keseimbangan masukan dan pengeluarn

-         Tidak terdapat odema

Intervensi :

-         Pantau haluaran urine, catat jumlah dan warna

-         Pantau keseimbanagn masukan dan pengeluaran selama 24 jam

-         Berikan makanan yang mudah dicerna porsi kecil, sering

-         Ukur lingkar abdomen sesuai indikasi

-         Kolaborasi pemberian diuretik

6.          Pola pernafasan tak efektif berhubungan dengan penurunan

ekspansi paru

Tujuan : pola nafas efektif

Kriteria Hasil :

Page 12: Askep Penyakit Jantung Rematik

-         Frekuensi nafas dan kedalaman dalam rentang normal

Intervensi :

-         Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada, catat

pernafasan/upaya pernafasan

-         Auskultasi bunyi nafas dan catat bunyi nafas

-         Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi

-         Kolaborasi terapi O2

-          

7.          Kurangnya pengetahuan orang tua / anak b.d pengobatan,

pembatasan aktivitas, resiko komplikasi jantung.

Tujuan : pengetahuan orang tua /anak bertambah

Kriteria :

-       Orang tua mengetahui tentang proses penyakit dan efek dari penyakit

-       Orang tua mau berpartisipasi dalam program pengobatan

-       Orang tua mengetahui pentingnya pembatasan aktifitas pada anak

Intervensi :

a.       Auskultasi bunyi jantung untuk mengetahui adanya perubahan irama

b.      Pemberian antibiotik sesuai program

c.       Pembatasan aktivitas sampai manifestasi klinis demam reumatik tidak

ada dan berikan periode istirahat

d.      Berikan terapi bermain yang sesuai dan tidak membuat lelah.

8.          Perubahan proses keluarga b.d kondisi penyakit anak.

Tujuan :

-         Mempersiapkan keluarga untuk dapat merawat anak dengan penyakit

demam reumatik / jantung reumatik

-         Keluarga dapat beradaptasi dengan penyakitnya

Kriteria :

Keluarga dapat mengatasi masalah yang timbul dari adanya tanda dan

gejala yang muncul dan memberikan atau menyediakan lingkungan yang

sesuai dengan anak.

Intervensi :

a.       Berikan dukungan emosional pada keluarga dan anak

b.      Anjurkan orang tua untuk mengekspresikan perasaannya

Page 13: Askep Penyakit Jantung Rematik

c.       Anjurkan anak untuk berbagi rasa tidak berdaya, malu, ketakutan

yang berkaitan dengan manifestasi penyakit (misal: korea, karditis dan

kelemahan otot)

d.      Bertindak sebagai pembela dan penghubung anak dan keluarga

dengan anggota tim perawatan kesehatan lainnya

e.       Anjurkan anak untuk berhubungan dengan teman sebaya

f.        Dorong keterlibatan anak dalam aktivitas rekreasi dan aktivitas

pengalih yang sesuai dengan usia.

Page 14: Askep Penyakit Jantung Rematik

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT JANTUNG REUMATIK (PJR)/ Rheumatic Heart Disease (RHD)

A.      PENGERTIAN

Penyakit jantung reumatik adalah penyakit yang di tandai dengan kerusakan pada katup

jantung akibat serangan karditis reumatik akut yang berulang kali. (kapita selekta, edisi 3,

2000)

Demam Reumatik / penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut atau kronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A yang mekanisme perjalanannya belum diketahui, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis migrans akut, Karditis, Korea minor, Nodul subkutan dan Eritema marginatum.

B.       ETIOLOGI

                Penyebab terjadinya penyakit jantung reumatik diperkirakan adalah reaksi

autoimun (kekebalan tubuh) yang disebabkan oleh demam reumatik. Infeksi streptococcus β

hemolitikus grup A pada tenggorok selalu mendahului terjadinya demam reumatik baik

demam reumatik serangan pertama maupun demam reumatik serangan ulang.

            Faktor-faktor predisposisi terjadinya penyakit jantung rematik / Rheumatic Heart

Desease terdapat pada diri individu itu sendiri dan juga faktor lingkungan.

Faktor dari Individu diantaranya yaitu :

1. Faktor genetik

Adanya antigen limfosit manusia ( HLA ) yang tinggi. HLA terhadap demam rematik

menunjukan hubungan dengan aloantigen sel B spesifik dikenal dengan antibodi monoklonal

dengan status reumatikus.

2. Umur

Page 15: Askep Penyakit Jantung Rematik

Umur agaknya merupakan faktor predisposisi terpenting pada timbulnya demam reumatik /

penyakit jantung reumatik. Penyakit ini paling sering mengenai anak umur antara 5-15 tahun

dengan puncak sekitar umur 8 tahun. Tidak biasa ditemukan pada anak antara umur 3-5 tahun

dan sangat jarang sebelum anak berumur 3 tahun atau setelah 20 tahun. Distribusi umur ini

dikatakan sesuai dengan insidens infeksi streptococcus pada anak usia sekolah. Tetapi

Markowitz menemukan bahwa penderita infeksi streptococcus adalah mereka yang berumur

2-6 tahun.

3. Keadaan gizi dan lain-lain

Keadaan gizi serta adanya penyakit-penyakit lain belum dapat ditentukan apakah merupakan

faktor predisposisi untuk timbulnya demam reumatik.

4. Golongan etnik dan ras

Data di Amerika Utara menunjukkan bahwa serangan pertama maupun ulang demam

reumatik lebih sering didapatkan pada orang kulit hitam dibanding dengan orang kulit putih.

Tetapi data ini harus dinilai hati-hati, sebab mungkin berbagai faktor lingkungan yang

berbeda pada kedua golongan tersebut ikut berperan atau bahkan merupakan sebab yang

sebenarnya.

5. Jenis kelamin

Demam reumatik sering didapatkan pada anak wanita dibandingkan dengan anak laki-laki.

Tetapi data yang lebih besar menunjukkan tidak ada perbedaan jenis kelamin, meskipun

manifestasi tertentu mungkin lebih sering ditemukan pada satu jenis kelamin.

6. Reaksi autoimun

Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian dinding sel

streptokokus beta hemolitikus group A dengan glikoprotein dalam katub mungkin ini

mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatik fever.

Faktor-faktor dari lingkungan itu sendiri :

1. Keadaan sosial ekonomi yang buruk

Mungkin ini merupakan faktor lingkungan yang terpenting sebagai predisposisi untuk

terjadinya demam rematik. Insidens demam reumatik di negara-negara yang sudah maju,

Page 16: Askep Penyakit Jantung Rematik

jelas menurun sebelum era antibiotik termasuk dalam keadaan sosial ekonomi yang buruk

sanitasi lingkungan yang buruk, rumah-rumah dengan penghuni padat, rendahnya pendidikan

sehingga pengertian untuk segera mengobati anak yang menderita sakit sangat kurang;

pendapatan yang rendah sehingga biaya untuk perawatan kesehatan kurang dan lain-lain.

Semua hal ini merupakan faktor-faktor yang memudahkan timbulnya demam reumatik.

2. Cuaca

Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi saluran nafas bagian

atas meningkat, sehingga insidens demam reumatik juga meningkat.

3. Iklim dan geografi

Demam reumatik merupakan penyakit kosmopolit. Penyakit terbanyak didapatkan didaerah

yang beriklim sedang, tetapi data akhir-akhir ini menunjukkan bahwa daerah tropis pun

mempunyai insidens yang tinggi, lebih tinggi dari yang diduga semula. Didaerah yang

letaknya agak tinggi agaknya angka kejadian demam rematik lebih tinggi daripada didataran

rendah.

C.       PATOFISIOLOGI

            Terjadinya jantung rematik disebabkan langsung oleh demam rematik, suatu penyakit

sistemik yang disebabkan oleh infeksi streptokokus grup A. demam rematik mempengaruhi

semua persendian, menyebabkan poliartritis. Jantung merupakan organ sasaran dan

merupakan bagian yang kerusakannya paling serius.

            Kerusakan jantung dan lesi sendi bukan akibat infeksi, artinya jaringan tersebut tidak

mengalami infeksi atau secara langsung dirusak oleh organism tersebut, namun hal ini

merupakan fenomena sensitivitas atau reaksi, yang terjadi sebagai respon terhadap 

streptokokus hemolitikus. Leukosit darah akan tertimbun pada jaringan yang terkena dan

membentuk nodul, yang kemudian akan diganti dengan jaringan parut. Miokardium tentu saja

terlibat dalam proses inflamasi ini; artinya, berkembanglah miokarditis rematik, yang

sementara melemahkan tenaga kontraksi jantung. Demikian pula pericardium juga terlibat;

artinya, juga terjadi pericarditis  rematik selama perjalanan akut penyakit. Komplikasi

miokardial dan pericardial biasanya tanpa meninggalkan gejala sisa yang serius. Namun

sebaliknya endokarditis rematik mengakibatkan efek samping kecacatan permanen.

Page 17: Askep Penyakit Jantung Rematik

            Endokarditis rematik secara anatomis dimanifestasikan dengan adanya tumbuhan

kecil yang transparan, yang menyerupai manik dengan ukuran sebesar kepala jarum pentul,

tersusun dalam deretan sepanjang tepi bilah katup. Manic-manik kecil itu tidak tampak

berbahaya dan dapat menghilang tanpa merusak bilah katup, namun yang lebih sering mereka

menimbulkan efek serius. Mereka menjadi awal terjadinya suatu proses yang secara bertahap

menebalkan bilah-bilah katup, menyebabkan menjadi memendek dan menebal disbanding

yang normal, sehingga tidak dapat menutup dengan sempurna. Terjadilah kebocoran, suatu

keadaan yang disebut regurgitasi katup. Tempat yang palinh sering mengalami regurgitasi

katup adalah katup mitral.

Page 18: Askep Penyakit Jantung Rematik

Penyimpangan KDM

DEMAM REMATIK

streptococcus beta-hemolyticus grup A.

reaksi imonolgy ( anti body )

sarcolemma myocardial

                                                                    

                                          toxin                       myocard rusak

                                   stretolysin titer o                                                      

                                                 

                Bersifat toxik

                      terhadap jaringan myocard

Page 19: Askep Penyakit Jantung Rematik

D.      MANIFESTASI KLINIS

                Gejala jantung yang muncul tergantung pada bagian jantung yang terkena. Katup

mitral adalah yang sering terkena, menimbulkan gejala gagal jantung kiri: sesak napas

dengan krekels dan wheezing pada paru. Beratnya gejala tergantung pada ukuran dan lokasi

lesi.

Gejala sistemik yang terjadi akan sesuai dengan virulensi organisme yang menyerang. Bila

ditemukan murmur pada seseorang yang menderita infeksi sistemik, maka harus dicurigai

adanya infeksi endokarditis.

E.       KOMPLIKASI

            Gagal jantung dapat terjadi pada beberapa kasus. Komplikasi lainnya termasuk

aritmia jantung, pankarditis dengan efusi yang luas, pneumonitis reumatik, emboli paru,

infark, dan kelainan katup jantung.

F.        PEMERIKSAAN PENUNJANG

            Pasien demam rematik 80% mempunyai ASTO positif. Ukuran proses inflamasi dapat

dilakukan dengan pengukuran LED dan protein C-reaktif.

G.      PENATALAKSANAAN

            Tata laksana demam rematik aktif atau reaktivitas adalah sebagai berikut:

1.    Tirah baring dan mobilisasi bertahap sesuai keadaan jantung.

2.    Eradikasi terhadap kuman streptokokus dengan pemberian penisilin benzatin 1,2 juta unit IM

bila berat badan > 30 kg dan 600.000-900.000 unit bila berat badan < 30 kg, atau penisilin

2x500.000 unit/hari selama 10 hari. Jika alergi penisilin, diberikan eritromisin 2x20 mg/kg

BB/hari untuk 10 hari. Untuk profilaksis diberikan penisilin benzatin tiap 3 atau 4 minggu

sekali. Bila alergi penisilin, diberikan sulfadiazin 0,5 g/hari untuk berat badan < 30 kg atau 1

g untuk yang lebih besar. Jangan lupa menghitung sel darah putih pada minggu-minggu

pertama, jika leukosit < 4.000 dan neutrofil < 35% sebaiknya obat dihentikan. Diberikan

sampai 5-10 tahun pertama terutama bila ada kelainan jantung dan rekurensi.

3.    Antiinflamasi

Salisilat biasanya dipakai pada demam rematik tanpa karditis, dan ditambah kortikosteroid

jika ada kelainan jantung. Pemberian salisilat dosis tinggi dapat menyebabkan intoksikasi

dengan gejala tinitus dan hiperpnea. Untuk pasien dengan artralgia saja cukup diberikan

Page 20: Askep Penyakit Jantung Rematik

analgesik.

Pada artritis sedang atau berat tanpa karditis atau tanpa kardiomegali, salisilat diberikan 100

mg/kg BB/hari dengan maksimal 6 g/hari, dibagi dalam 3 dosis selama 2 minggu, kemudian

dilanjutkan 75 mg/kg BB/hari selama 4-6 minggu kemudian.

Kortikosteroid diberikan pada pasien dengan karditis dan kardiomegali. Obat terpilih adalah

prednison dengan dosis awal 2 mg/kg BB/hari terbagi dalam 3 dosis dan dosis maksimal 80

mg/hari. Bila gawat, diberikan metilprednisolon IV 10-40 mg diikuti prednison oral. Sesudah

2-3 minggu secara berkala pengobatan prednison dikurangi 5 mg setiap 2-3 hari. Secara

bersamaan, salisilat dimulai dengan 75 mg/kg BB/hari dan dilanjutkan selama 6 minggu

sesudah prednison dihentikan. Tujuannya untuk menghindari efek rebound atau infeksi

streptokokus baru.

H.      PENCEGAHAN

            Dapat dicegah melalui penatalaksanaan awal dan adekuat terhadap infeksi

streptokokus pada semua orang.

            Langkah pertama dalam mencegah serangan awal adalah mendeteksi adanya infeksi

streptokokus untuk penatalaksanaan yang adekuat, dan pemantauan epidemi dalam

komunitas. Setiap perawat harus mengenal dengan baik tanda dan gejala faringitis

streptokokus; panas tinggi (38,9 sampai 40C atau 101 sampai 104F), menggigil, sakit

tenggorokan, kemerahan pada tenggorokan disertai aksudat, nyeri abdomen, dan infeksi

hidung akut.

Kultur tenggorok merupakan satu-satunya metode untuk menegakkan diagnosa secara akurat.

Pasien yang rentan memerlukan terapi antibiotika oral jangka panjang atau perlu menelan

antibiotika profilaksis sebelum menjalani prosedur yang dapat menimbulkan invasi oleh

mikroorganisme ini. Pemberian penisilin sebelum pemeriksaan gigi merupakan contoh yang

baik. Pasien juga harus diingatkan untuk menggunakan antibiotika profilaksis pada prosedur

yang lebih jarang dilakukan seperti sitoskopi.

Page 21: Askep Penyakit Jantung Rematik

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PENYAKIT JANTUNG REUMATIK

A.      PENGKAJIAN

a.    Aktivitas/istrahat

Gejala      :  Kelelahan, kelemahan.

Tanda       :  Takikardia, penurunan TD, dispnea dengan aktivitas.

b.    Sirkulasi

Gejala      :  Riwayat penyakit jantung kongenital, IM, bedah jantung. Palpitasi, jatuh pingsan.

Tanda       :  Takikardia, disritmia, perpindahan TIM kiri dan inferior, Friction rub, murmur,  edema,

petekie, hemoragi splinter.

c.    Eliminasi

Gejala      :  Riwayat penyakit ginjal, penurunan frekuensi/jumlah urine.

Tanda       :  Urine pekat gelap.

d.   Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala      :  Nyeri pada dada anterior yang diperberat oleh inspirasi, batuk, gerakan menelan, berbaring;

nyeri dada/punggung/ sendi.

Tanda       :  Perilaku distraksi, mis: gelisah.

e.    Pernapasan

Gejala      :  dispnea, batuk menetap atau nokturnal (sputum mungkin/tidak produktif).

Tanda       :  takipnea, bunyi nafas adventisius (krekels dan mengi), sputum banyak dan berbercak darah

(edema pulmonal).

f.     Keamanan

Gejala      :  Riwayat infeksi virus, bakteri, jamur, penurunan sistem imun.

Tanda       :  Demam.

Page 22: Askep Penyakit Jantung Rematik

B.       DIAGNOSA KEPERAWATAN

a.    Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi.

b.    Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan

kebutuhan.

c.    Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan dalam preload/peningkatan tekanan

atrium dan kongesti vena.

d.   Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan filtrasi glomerulus.

e.    Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

C.       INTERVENSI

a.    Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi.

Tujuan        : nyeri hilang/ terkontrol.

Intervensi   :

1.    Selidiki laporan nyeri dada dan bandingkan dengan episode sebelumnya. Gunakan skala

nyeri (0-10) untuk rentang intensitas. Catat ekspresi verbal/non verbal nyeri, respons otomatis

terhadap nyeri (berkeringat, TD dan nadi berubah, peningkatan atau penurunan frekuensi

pernapasan).

R/    : Perbedaan gejala perlu untuk mengidentifikasi penyebab nyeri. Perilaku dan perubahan tanda

vital membantu menentukan derajat/ adanya ketidaknyamanan pasien khususnya bila pasien

menolak adanya nyeri.

2.    Berikan lingkungan istirahat dan batasi aktivitas sesuai kebutuhan.

R/    : aktivitas yang meningkatkan kebutuhan oksigen miokardia (contoh; kerja tiba-tiba, stress,

makan banyak, terpajan dingin) dapat mencetuskan nyeri dada.

3.    Berikan aktivitas hiburan yang tepat.

R/    : Mengarahkan kembali perhatian, memberikan distraksi dalam tingkat aktivitas individu.

4.    Dorong menggunakan teknik relaksasi. Berikan aktivitas senggang.

R/    : Membantu pasien untuk istirahat lebih efektif dan memfokuskan kembali perhatian sehingga

menurunkan nyeri dan ketidaknyamanan.

5.    Kolaborasi pemberian obat nonsteroid dan antipiretik sesuai indikasi.

R/    : Dapat menghilangkan nyeri, menurunkan respons inflamasi dan meningkatkan kenyamanan.

Page 23: Askep Penyakit Jantung Rematik

b.    Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan

kebutuhan.

Tujuan        : Menunjukkan peningkatan yang dapat diukur dalam toleransi aktivitas.

Intervensi   :

1.    Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas menggunakan parameter berikut: frekuensi nadi

20/menit diatas frekuensi istirahat; catat peningkatan TD, dispnea atau nyeri dada; kelelahan

berat dan kelemahan; berkeringat; pusing; atau pingsan.

R/    : Parameter menunjukkan respons fisiologis pasien terhadap stres aktivitas dan indikator

derajat pengaruh kelebihan kerja/jantung.

2.    Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh penurunan kelemahan/kelelahan, TD

stabil/frekuensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri.

R/    : Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual.

3.    Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri.

R/    : Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen

yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.

4.    Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat

gigi/rambut dengan duduk dan sebagainya.

R/    : Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi sehingga membantu

keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.

5.    Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam memilih periode aktivitas.

R/    : Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah

kelemahan.

c.    Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan dalam preload/peningkatan tekanan

atrium dan kongesti vena.

Tujuan          :  menunjukan penurunan episode dispnea, nyeri dada, dan ditritmia.

Intervensi     : 

1.    Pantau TD, nadi apikal, nadi perifer.

R/    : Indikator klinis dari keadekuatan curah jantung. Pemantauan memungkinkan deteksi

dini/tindakan terhadap dekompensasi.

Page 24: Askep Penyakit Jantung Rematik

2.    Tingkatkan/dorong tirah baring dengan kepala tempat tidur ditinggikan 45 derajat.

R/    : Menurunkan volume darah yang kembali ke jantung (preload), yang memungkinkan

oksigenasi, menurunkan dispnea dan regangan jantung.

3.    Bantu dengan aktivitas sesuai indikasi (mis: berjalan) bila pasien mampu turun dari tempat

tidur.

R/    : Melakukan kembali aktivitas secara bertahap mencegah pemaksaan terhadap cadangan

jantung.

4.    Berikan oksigen suplemen sesuai indikasi. Pantau DGA/nadi oksimetri.

R/    : Memberikan oksigen untuk ambilan miokard dalam upaya untuk mengkompensasi

peningkatan kebutuhan oksigen.

5.    Berikan obat-obatan sesuai indikasi. Mis: antidisritmia, obat inotropik, vasodilator, diuretik.

R/    : pengobatan distritmia atrial dan ventrikuler khusnya mendasari kondisi dan

simtomatologi tetapi ditujukan pada berlangsungnya/meningkatnya efisiensi/curah jantung.

Vasodilator digunakan untuk menurunkan hipertensi dengan menurunkan tahanan vaskuler

sistemik (afterload). Penurunan ini mengembalikan dan menghilangkan tahanan. Diuretic

menurunkan volume sirkulasi (preload), yang menurunkan TD lewat katup yang tak

berfungsi, meskipun memperbaiki fungsi jantung dan menurunkan kongesti vena.

d.   Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan filtrasi glomerulus.

Tujuan        : Menunjukkan keseimbangan masukan dan haluaran, berat badan stabil, tanda vital dalam

rentang normal, dan tak ada edema.

Intervensi :

1.    Pantau pemasukan dan pengeluaran, catat keseimbangan cairan (positif atau negatif),

timbang berat badan tiap hari.

R/    : Penting pada pengkajian jantung dan fungsi ginjal dan keefektifan terapi diuretik.

Keseimbangan cairan positif berlanjut (pemasukan lebih besar dari pengeluaran) dan berat

badan meningkat menunjukkan makin buruknya gagal jantung.

2.    Berikan diuretik contoh furosemid (Lazix), asam etakrinik (Edecrin) sesuai indikasi.

R/    : Menghambat reabsorpsi natrium/klorida, yang meningkatkan ekskresi cairan, dan

menurunkan kelebihan cairan total tubuh dan edema paru.

3.    Pantau elektrolit serum, khususnya kalium. Berikan kalium pada diet dan kalium tambahan

bila diindikasikan.

R/    : Nilai elektrolit berubah sebagai respons diuresis dan gangguan oksigenasi dan metabolisme.

Hipokalemia mencetus pasien pada gangguan irama jantung.

Page 25: Askep Penyakit Jantung Rematik
Page 26: Askep Penyakit Jantung Rematik

4.    Berikan cairan IV melalui alat pengontrol.

R/    : Pompa IV mencegah kelebihan pemberian cairan.

5.    Batasi cairan sesuai indikasi (oral dan IV).

Diperlukan untuk menurunkan volume cairan ekstrasel/ edema.

6.    Berikan batasan diet natrium sesuai indikasi.

R/    : Menurunkan retensi cairan.

e.    Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Tujuan        : menunjukan perilaku untuk menangani stress.

Intervensi   :

1.    Pantau respons fisik, contoh palpitasi, takikardi, gerakan berulang, gelisah.

R/    : Membantu menentukan derajat cemas sesuai status jantung. Penggunaan evaluasi seirama

dengan respons verbal dan non verbal.

2.    Berikan tindakan kenyamanan (contoh mandi, gosokan punggung, perubahan posisi).

R/    : Membantu perhatian mengarahkan kembali dan meningkatkan relaksasi, meningkatkan

kemampuan koping.

3.    Dorong ventilasi perasaan tentang penyakit-efeknya terhadap pola hidup dan status kesehatan

akan datang. Kaji keefektifan koping dengan stressor.

R/    : Mekanisme adaptif perlu untuk mengkoping dengan penyakit katup jantung kronis dan

secara tepat mengganggu pola hidup seseorang, sehubungan dengan terapi pada aktivitas

sehari-hari.

4.    Libatkan pasien/orang terdekat dalam rencana perawatan dan dorong partisipasi maksimum

pada rencana pengobatan.

R/    : Keterlibatan akan membantu memfokuskan perhatian pasien dalam arti positif dan

memberikan rasa kontrol.

5.      Anjurkan pasien melakukan teknik relaksasi, contoh napas dalam, bimbingan imajinasi,

relaksasi progresif.

R/  : Memberikan arti penghilangan respons ansietas, menurunkan perhatian, meningkatkan

relaksasi dan meningkatkan kemampuan koping.

Page 27: Askep Penyakit Jantung Rematik

D.      EVALUASI

a.    Melaporkan nyeri hilang/terkontrol.

b.    Menunjukan peningkatan yang dapat diukur dalam toleransi aktivitas.

c.    Melaporkan/menunjukan penurunan episode dispnea, nyeri dada, dan disritmia.

d.   Menunjukkan keseimbangan masukan dan haluaran, berat badan stabil, tanda vital dalam

rentang normal, dan tak ada edema.

e.    Menunjukan perilaku untuk menganani stress.

Page 28: Askep Penyakit Jantung Rematik

DAFTAR PUSTAKA

  Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 2. Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Jakarta.

  Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta.

  Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan

Pendokumentasian Perawatan Pasien Ed.3.EGC. Jakarta.

  Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Ed. 3 Jilid 1. Media Aesculapius.

Jakarta.

  Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit Ed. 6 Vol 1.

EGC. Jakarta.

  Slamet suyono, dkk. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Ed.3. Balai Penerbit FKUI.

Jakarta.

Page 29: Askep Penyakit Jantung Rematik

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Demam rematik dan penyakit jantung rematik telah lama dikenal.Penyakit jantung rematik

adalah penyakit yang diakibatkan oleh komplikasi daridemam rematik yang ditandai dengan

adanya cacat pada katup jantung.

Demam rematik akut adalah suatu penyakit yang diakibatkan oleh adanyasuatu reaksi

imunologi terhadap infeksi oleh bakteri Streptokokus Group A.Demam rematik akut

menyebabkan infeksi generalisata dan menginfeksi padabagian tubuh tertentu, seperti

jantung, persendian, otak dan kulit. Individu denganDemam Rematik Akut sering

menyebabkan penyakit yang berat dan memerlukanperawatan di Rumah Sakit.

B. Rumusan Masalah

1.

1. Apakah pengertian Penyakit Jantung Rematik?

2. Apa penyebab Penyakit Jantung Rematik?

3. Apa tanda dan gejala dari Penyakit Jantung Rematik?

4. Bagaimana penatalaksanaan dari Penyakit Jantung Rematik?

5. Apa komplikasi yang dapat terjadi pada Penyakit Jantung Rematik?

C. Tujuan Penulisan

1. Mampu memahami pengertian Penyakit Jantung Rematik

2. Mampu memahami penyebab Penyakit Jantung Rematik

3. Mampu memahami tanda dan gejala dari Penyakit Jantung Rematik

4. Mampu memahami komplikasi yang dapat terjadi pada Penyakit Jantung Rematik

BAB II

PEMBAHASAN

A.    DEFENISI

Page 30: Askep Penyakit Jantung Rematik

Penyakit jantung rematik (PJR) atau dalam bahasa medisnya rheumatic heart disease (RHD)

adalah suatu kondisi dimana terjadi kerusakan pada katup jantung yang bisa berupa

penyempitan atau kebocoran, terutama katup mitral sebagai akibat adanya gejala sisa dari

demam rematik.

Reumatoid heart disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai jaringan-

jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh organisme

streptococcus hemolitic-b grup A (Pusdiknakes, 1993).

Demam rematik merupakan suatu penyakit sistemik yang dapat bersifat akut, subakut, kronik,

atau fulminan, dan dapat terjadi setelah infeksi Streptococcus beta hemolyticus group A pada

saluran pernafasan bagian atas. Demam reumatik akut ditandai oleh demam berkepanjangan,

jantung berdebar keras, kadang cepat lelah. Puncak insiden demam rematik terdapat pada

kelompok usia 5-15 tahun, penyakit ini jarang dijumpai pada anak dibawah usia 4 tahun dan

penduduk di atas 50 tahun.

Rheumatic fever adalah suatu penyakit inflamasi akut yang diakibatkan oleh infeksi

streptococcus β hemolytic group A pada tenggorokan (faringitis), tetapi tanpa disertai infeksi

lain atau tidak ada infeksi streptococcus di tempat lain seperti di kulit. Karakteristik

rheumatic fever cenderung berulang (recurrence) (Udjianti, 2010).

Rheumatic fever terdiri atas beberapa manifestasi klinis 1) arthritis (paling sering) 2) carditis

(paling serius) 3) chorea (paling jarang dan tidak berkaitan) 4) subcutaneous nodule 5)

erythema marginatum (Udjianti, 2010).

Seseorang yang mengalami demam rematik apabila tidak ditangani secara adekuat, Maka

sangat mungkin sekali mengalami serangan penyakit jantung rematik. Infeksi oleh kuman

Streptococcus Beta Hemolyticus group A yang menyebabkan seseorang mengalami demam

rematik dimana diawali terjadinya peradangan pada saluran tenggorokan, dikarenakan

penatalaksanaan dan pengobatannya yang kurang terarah menyebabkan racun/toxin dari

kuman ini menyebar melalui sirkulasi darah dan mengakibatkan peradangan katup jantung.

Akibatnya daun-daun katup mengalami perlengketan sehingga menyempit, atau menebal dan

mengkerut sehingga kalau menutup tidak sempurna lagi dan terjadi kebocoran.

B.     ETIOLOGI

Page 31: Askep Penyakit Jantung Rematik

Penyebab terjadinya penyakit jantung reumatik diperkirakan adalah reaksi autoimun

(kekebalan tubuh) yang disebabkan oleh demam reumatik. Infeksi streptococcus β

hemolitikus grup A pada tenggorok selalu mendahului terjadinya demam reumatik baik

demam reumatik serangan pertama maupun demam reumatik serangan ulang.

Infeksi Streptococcus beta-hemolyticus grup A pada tenggorok selalu mendahului terjadinya

demam rematik, baik pada serangan pertama maupun serangan ulang.

Telah diketahui bahwa dalam hal terjadi demam rematik terdapat beberapa predisposisi

antara lain :

Faktor-faktor pada individu :

1. Faktor genetik

Adanya antigen limfosit manusia ( HLA ) yang tinggi. HLA terhadap demam rematik

menunjkan hubungan dengan aloantigen sel B spesifik dikenal dengan antibodi monoklonal

dengan status reumatikus.

2. Jenis kelamin

Demam reumatik sering didapatkan pada anak wanita dibandingkan dengan anak laki-laki.

Tetapi data yang lebih besar menunjukkan tidak ada perbedaan jenis kelamin, meskipun

manifestasi tertentu mungkin lebih sering ditemukan pada satu jenis kelamin.

3. Golongan etnik dan ras

Data di Amerika Utara menunjukkan bahwa serangan pertama maupun ulang demam

reumatik lebih sering didapatkan pada orang kulit hitam dibanding dengan orang kulit putih.

Tetapi data ini harus dinilai hati-hati, sebab mungkin berbagai faktor lingkungan yang

berbeda pada kedua golongan tersebut ikut berperan atau bahkan merupakan sebab yang

sebenarnya.

4. Umur

Umur agaknya merupakan faktor predisposisi terpenting pada timbulnya demam reumatik /

penyakit jantung reumatik. Penyakit ini paling sering mengenai anak umur antara 5-15 tahun

dengan puncak sekitar umur 8 tahun. Tidak biasa ditemukan pada anak antara umur 3-5 tahun

Page 32: Askep Penyakit Jantung Rematik

dan sangat jarang sebelum anak berumur 3 tahun atau setelah 20 tahun. Distribusi umur ini

dikatakan sesuai dengan insidens infeksi streptococcus pada anak usia sekolah. Tetapi

Markowitz menemukan bahwa penderita infeksi streptococcus adalah mereka yang berumur

2-6 tahun.

5. Keadaan gizi dan lain-lain

Keadaan gizi serta adanya penyakit-penyakit lain belum dapat ditentukan apakah merupakan

faktor predisposisi untuk timbulnya demam reumatik.

6. Reaksi autoimun

Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian dinding sel

streptokokus beta hemolitikus group A dengan glikoprotein dalam katub mungkin ini

mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatik fever.

7. Serangan demam rematik sebelumnya.

Serangan ulang demam rematik sesudah adanya reinfeksi dengan Streptococcus beta-

hemolyticus grup A adalah sering pada anak yang sebelumnya pernah mendapat demam

rematik.

Faktor-faktor lingkungan :

1. Keadaan sosial ekonomi yang buruk

Mungkin ini merupakan faktor lingkungan yang terpenting sebagai predisposisi untuk

terjadinya demam reumatik. Insidens demam reumatik di negara-negara yang sudah maju,

jelas menurun sebelum era antibiotik termasuk dalam keadaan sosial ekonomi yang buruk

sanitasi lingkungan yang buruk, rumah-rumah dengan penghuni padat, rendahnya pendidikan

sehingga pengertian untuk segera mengobati anak yang menderita sakit sangat kurang;

pendapatan yang rendah sehingga biaya untuk perawatan kesehatan kurang dan lain-lain.

Semua hal ini merupakan faktor-faktor yang memudahkan timbulnya demam reumatik.

2. Iklim dan geografi

Page 33: Askep Penyakit Jantung Rematik

Demam reumatik merupakan penyakit kosmopolit. Penyakit terbanyak didapatkan didaerah

yang beriklim sedang, tetapi data akhir-akhir ini menunjukkan bahwa daerah tropis pun

mempunyai insidens yang tinggi, lebih tinggi dari yang diduga semula. Didaerah yang

letaknya agak tinggi agaknya insidens demam reumatik lebih tinggi daripada didataran

rendah.

3. Cuaca

Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi saluran nafas bagian

atas meningkat, sehingga insidens demam reumatik juga meningkat.

C.    PATOFISIOLOGI

Menurut hipotesa Kaplan dkk (1960) dan Zabriskie (1966), demam rematik terjadi karena

terdapatnya proses autoimun atau antigenic similarity antara jaringan tubuh manusia dan

antigen somatic streptococcus. Apabila tubuh terinfeksi oleh Streptococcus beta-hemolyticus

grup A maka terhadap antigen asing ini segera terbentuk reaksi imunologik yaitu antibody.

Karena sifat antigen ini sama maka antibody tersebut akan menyerang juga komponen

jaringan tubuh dalam hal ini sarcolemma myocardial dengan akibat terdapatnya antibody

terhadap jaringan jantung dalam serum penderia demam rematik dan jaringan myocard yang

rusak. Salah satu toxin yang mungkin berperanan dalam kejadian demam rematik ialah

stretolysin titer 0, suatu produk extraseluler Streptococcus beta-hemolyticus grup A yang

dikenal bersifat toxik terhadap jaringan myocard. Beberapa di antara berbagai antigen

somatic streptococcal menetap untuk waktu singkat dan yang lain lagi untuk waktu yang

cukup lama. Serum imunologlobulin akan meningkat pada penderita sesudah mendapat

radang streptococcal terutama Ig G dan A.

D.   PATHWAY

E.  MANIFESTASI KLINIS

Demam reumatik merupakan kumpulan sejumlah gejala dan tanda klinik. Demam reumatik

merupakan penyakit pada banyak sistem, mengenai terutama jantung, sendi, otak dan

jaringan kulit. Tanda dan gejala akut demam reumatik bervariasi tergantung organ yang

terlibat dan derajat keterlibatannya. Biasanya gejala-gejala ini berlangsung satu sampai enam

minggu setelah infeksi oleh Streptococcus.

Page 34: Askep Penyakit Jantung Rematik

Perjalanan klinis penyakit demam reumatik / penyakit jantung reumatik dapat dibagi dalam 4

stadium.

Stadium I

Berupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A.

Keluhan :

1. Demam

2. Batuk

3. Rasa sakit waktu menelan

4. Muntah

5. Diare

6. Peradangan pada tonsil yang disertai eksudat.

Stadium II

Stadium ini disebut juga periode laten, ialah masa antara infeksi streptococcus dengan

permulaan gejala demam reumatik, biasanya periode ini berlangsung 1 – 3 minggu, kecuali

korea yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan berbulan-bulan kemudian.

Stadium III

Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut demam reumatik, saat ini timbulnya

berbagai manifestasi klinis demam reumatik /penyakit jantung reumatik. Manifestasi klinis

tersebut dapat digolongkan dalam gejala peradangan umum dan menifesrasi spesifik demam

reumatik /penyakit jantung reumatik.

Gejala peradangan umum :

1. Demam yang tinggi

2. Lesu

3. Anoreksia

4. Berat badan menurun

5. Kelihatan pucat

6. Epistaksis

7. Athralgia

Page 35: Askep Penyakit Jantung Rematik

8. Rasa sakit disekitar sendi

9. Sakit perut

10. Stadium IV

Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita demam reumatik tanpa kelainan

jantung / penderita penyakit jantung reumatik tanpa gejala sisa katup tidak menunjukkan

gejala apa-apa.

Pada penderita penyakit jantung reumatik dengan gejala sisa kelainan katup jantung, gejala

yang timbul sesuai dengan jenis serta beratnya kelainan. Pasa fase ini baik penderita demam

reumatik maupun penyakit jantung reumatik sewaktu-waktu dapat mengalami reaktivasi

penyakitnya.

Manifestasi Klinik menurut Jones (1982)

Kriteria mayor :

1. arditis

Yaitu terjadi peradangan pada jantung ( miokarditis dan atau endokarditis ) yang

menyebabkan terjadinya gangguan pada katup mitral dan aorta dengan manifestasi terjadi

penurunan curah jantung ( seperti hipotensi, pucat, sianosis, berdebar-debar dan heart rate

meningkat ), bunyi jantung melemah, dan terdengar suara bising katup pada auskultasi akibat

stenosis dari katup terutama mitral ( bising sistolik ), Friction rub.

1. Polyarthritis

Klien yang menderita RHD biasanya datang dengan keluhan nyeri pada sendi yang

berpindah-pindah, radang sendi-sendi besar, lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan, siku

( polyarthritis migrans ), gangguan fungsi sendi.

1. Khorea Syndenham

Merupakan gerakan yang tidak disengaja / gerakan abnormal , bilateral,tanpa tujuan dan

involunter, serta sering kali disertai dengan kelemahan otot ,sebagai manifestasi peradangan

pada sistem saraf pusat.

Page 36: Askep Penyakit Jantung Rematik

1. Eritema Marginatum

Eritema marginatum merupakan manifestasi RHD pada kulit, berupa bercak-bercak merah

dengan bagian tengah berwarna pucat sedangkan tepinya berbatas tegas , berbentuk bulat dan

bergelombang tanpa indurasi dan tidak gatal. Biasanya terjadi pada batang tubuh dan telapak

tangan.

1. Nodul Subcutan

Nodul subcutan ini terlihat sebagai tonjolan-tonjolan keras dibawah kulit tanpa adanya

perubahan warna atau rasa nyeri. Biasanya timbul pada minggu pertama serangan dan

menghilang setelah 1-2 minggu. Ini jarang ditemukan pada orang dewasa.Nodul ini terutama

muncul pada permukaan ekstensor sendi terutama siku,ruas jari,lutut,persendian kaki. Nodul

ini lunak dan bergerak bebas.

Kriteria Minor :

1. Mempunyai riwayat menderita demam reumatik /penyakit jantung reumatik

2. Athralgia atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi; pasien kadang-

kadang sulit menggerakkan tungkainya

3. Demam tidak lebih dari 39 derajad celcius

4. Leukositosis

5. Peningkatan Laju Endap Darah (LED)

6. C-Reaktif Protein (CRF) positif

7. P-R interval memanjang

8. Peningkatan pulse denyut jantung saat tidur (sleeping pulse)

9. Peningkatan Anti Streptolisin O (ASTO)

Selain kriteria mayor dan minor tersebut, terjadi juga gejala-gejala  umum seperti , akral

dingin, lesu,terlihat pucat dan anemia akibat gangguan eritropoesis.gejala lain yang dapat

muncul juga  gangguan pada GI tract dengan manifestasi peningkatan HCL dengan gejala

mual dan anoreksia

Diagnosa ditegakkan bila ada dua kriteria mayor dan satu kriteria minor, atau dua kriteria

minor dan satu kriteria mayor.

Page 37: Askep Penyakit Jantung Rematik

F.     PENCEGAHAN

Jika kita lihat diatas bahwa penyakit jantung rematik sangat mungkin terjadi dengan adanya

kejadian awal yaitu demam rematik (DR). Pencegahan yang terbaik adalah bagaimana upaya

kita jangan sampai mengalami demam rematik (DR) (terserang infeksi kuman Streptococcus

beta hemolyticus).

Ada beberapa faktor yang dapat mendukung seseorang terserang kuman tersebut, diantaranya

faktor lingkungan seperti kondisi kehidupan yang jelek, kondisi tinggal yang berdesakan dan

akses kesehatan yang kurang merupakan determinan yang signifikan dalam distribusi

penyakit ini. Variasi cuaca juga mempunyai peran yang besar dalam terjadinya infeksi

streptokokkus untuk terjadi DR.

Seseorang yang terinfeksi kuman Streptococcus beta hemolyticus dan mengalami demam

rematik, harus diberikan therapy yang maksimal dengan antibiotiknya. Hal ini untuk

menghindarkan kemungkinan serangan kedua kalinya atau bahkan menyebabkan Penyakit

Jantung Rematik.

G.     PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan demam reumatik aktif atau reaktivasi kembali diantaranya adalah :

1. Tirah baring dan mobilisasi (kembali keaktivitas normal) secara bertahap

2. Pemberantasan terhadap kuman streptokokkus dengan pemberian antibiotic penisilin

atau eritromisin. Untuk profilaksis atau pencegahan dapat diberikan antibiotic

penisilin benzatin atau sulfadiazine

3. Antiinflamasi (antiperadangan). Antiperadangan seperti salisilat dapat dipakai pada

demam reumatik tanpa karditis (peradangan pada jantung)

Karena demam rematik berhubungan erat dengan radang Streptococcus beta-hemolyticus

grup A, maka pemberantasan dan pencegahan ditujukan pada radang tersebut. Ini dapat

berupa :

1. Eradikasi kuman Streptococcus beta-hemolyticus grup A

Page 38: Askep Penyakit Jantung Rematik

Pengobatan adekuat harus dimulai secepatnya pada DR dan dilanjutkan dengan pencegahan.

Erythromycin diberikan kepada mereka yang alergi terhadap penicillin.

1. Obat anti rematik

Baik cortocisteroid maupun salisilat diketahui sebagai obat yang berguna untuk

mengurangi/menghilangkan gejala-gejala radang akut pada DR

1. Diet

Makanan yang cukup kalori, protein dan vitamin.

1. Istirahat

Istirahat dianjurkan sampai tanda-tanda inflamasi hilang dan bentuk jantung mengecil pada

kasus-kasus kardiomegali. Biasanya 7-14 hari pada kasus DR minus carditis. Pada kasus plus

carditis, lama istirahat rata-rata 3 minggu – 3 bulan tergantung pada berat ringannya kelainan

yang ada serta kemajuan perjalanan penyakit.

1. Obat-obat Lain

Diberikan sesuai dengan kebutuhan. Pada kasus dengan dekompensasi kordis diberikan

digitalis, diuretika dan sedative. Bila ada chorea diberikan largactil dan lain-lain.

H.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG

1. Pemeriksaan darah

a)      LED tinggi sekali

b)      Lekositosis

c)      Nilai hemoglobin dapat rendah

1. Pemeriksaan bakteriologi

a)      Biakan hapus tenggorokan untuk membuktikan adanya streptococcus.

b)      Pemeriksaan serologi. Diukur titer ASTO, astistreptokinase, anti hyaluronidase.

Page 39: Askep Penyakit Jantung Rematik

1. Radiologi

Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran pada jantung.

1. Pemeriksaan Echokardiogram

Menunjukan pembesaran pada jantung dan terdapat lesi

1. Pemeriksaan Elektrokardiogram

Menunjukan interval P-R memanjang.

Bukti-bukti infeksi streptococcus :

1. Kultur positif

2. Ruam skarlatina

3. Peningkatan antibodi streptococcus yang meningkat

I.    KOMPLIKASI                          

Komplikasi yang sering terjadi pada Penyakit Jantung Reumatik (PJR) diantaranya adalah

gagal jantung, pankarditis (infeksi dan peradangan di seluruh bagian jantung), pneumonitis

reumatik (infeksi paru), emboli atau sumbatan pada paru, kelainan katup jantung, dan infark

(kematian sel jantung).

1. Dekompensasi Cordis

Peristiwa dekompensasi cordis pada bayi dan anak menggambarkan terdapatnya sindroma

klinik akibat myocardium tidak mampu memenuhi keperluan metabolic termasuk

pertumbuhan. Keadaan ini timbul karena kerja otot jantung yang berlebihan, biasanya karena

kelainan struktur jantung, kelainan otot jantung sendiri seperti proses inflamasi atau

gabungan kedua faktor tersebut.

Pada umumnya payah jantung pada anak diobati secara klasik yaitu dengan digitalis dan

obat-obat diuretika. Tujuan pengobatan ialah menghilangkan gejala (simptomatik) dan yang

paling penting mengobati penyakit primer.

1. Pericarditis

Page 40: Askep Penyakit Jantung Rematik

Peradangan pada pericard visceralis dan parietalis yang bervariasi dari reaksi radang yang

ringan sampai tertimbunnnya cairan dalam cavum pericard.

 

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Setelah di lakukan asuhan keperawatan pada klien dengan PENYAKIT JANTUNG 

REMATIK, maka dapat di simpulkan:

1. Demam Reumatik/penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik

akut atau kronik yang merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta

Streptococcus Hemolyticus Grup A yang mekanisme perjalanannya belum diketahui,

dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis migrans akut, Karditis, Korea

minor, Nodul subkutan dan Eritema marginatum.

2. Penyebab penyakit jantung rematik adalah akibat dari interaksi individu, dan faktor

lingkungan.

3. Gejala klinis yang dapat di temukan dalam penyakit demam reumatik/penyakit

jantung reumatik yaitu: Berupa infeksi saluran nafas oleh kuman Beta Streptococcus

Hemolyticus Grup A, fase akut bisa digolongkan dalam gejala peradangan umum, dan

tanpa kelainan dan tidak menunjukkan gejala apa-apa.B.     Saran

Kami dari kelompok mengharapkan saran dari pembaca agar dapat member kritik dan saran

untuk kesempurnaan makalah Asuhan Keperawatan pada klien dengan Penyakit Jantung

Rematik.

Kami dari kelompok juga menyarankan kepada para pembaca hendaknya tidak hanya

mengambil satu referensi dari makalah ini saja dikarenakan kami dari penulis menyadari

bahwa makalah ini hanya mengambil reperensi dari beberapa sumber saja

 

Daftar Pustaka

Page 41: Askep Penyakit Jantung Rematik

Doenges, Marilynn E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakart : EGC.

Lili ismudiarti rilantono,dkk.(2001) Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Fakultas Kedokteran UI.

Poestika S, Sarodja RM (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Balai Penerbit

FKUI.

Udjianti, Wajan Juni. 2010. Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika

Page 42: Askep Penyakit Jantung Rematik

Analisa Case Study

Berdasarkan kasus di atas, Anak F menderita PENYAKIT JANTUNG REMATIK (REUMATHIC HEART

DESEASE)

A. Pengertian Penyakit Jantung Rematik

Reumatoid heart disease (RHD) adalah suatu proses peradangan yang mengenai jaringan-

jaringan penyokong tubuh, terutama persendian, jantung dan pembuluh darah oleh organisme

streptococcus hemolitic-b grup A (Pusdiknakes, 1993).

Penyakit jantung reumatik adalah penyakit peradangan sistemik akut atau kronik yang

merupakan suatu reaksi autoimun oleh infeksi Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A yang

mekanisme perjalanannya belum diketahui, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu Poliarthritis

migrans akut, Karditis, Korea minor, Nodul subkutan dan Eritema marginatum.

B. Etiologi

Penyebab secara pasti dari RHD belum diketahui, namun penyakit ini sangat berhubungan

erat dengan infeksi saluran napas bagian atas yang disebabkan oleh streptococcus hemolitik-b grup

A yang pengobatanya tidak tuntas atau bahkan tidak terobati. Pada penelitian menunjukan bahwa

RHD terjadi akibat adanya reaksi imunologis antigen-antibody dari tubuh.Antibody yang melawan

streptococcus bersifat sebagai antigen sehingga terjadi reaksi autoimun.

Terdapat faktor-faktor predisposisi yang berpengaruh pada reaksi timbulnya RHD yaitu :

a. Faktor-faktor pada individu

Faktor Genetik

Meskipun pengetahuan tentang faktor genetik pada RHD ini tidak lengkap namun pada umumnya

ada pengaruh faktor keturunan pada proses terjadinya RHD, walaupun cara penurunanya belum

dapat dipastikan.

Jenis Kelamin

Dulu sering dinyatakan bahwa RHD lebih sering terjadi pada anak wanita daripada anak laki-laki.

Golongan Etnik dan Ras

Data di Amerika menunjukan bahwa serangan awal maupun serangan ulangan lebih sering terjadi

pada orang berkulit hitam dibandingkan orang berkulit putih

Umur

Page 43: Askep Penyakit Jantung Rematik

RHD paling sering terjadi pada anak-anak berumur antara 6- 15 tahun ( usa sekolah ) dengan puncak

sekitar umur 8 tahun. Tidak biasanya ditemukan pada anak sebelum berumur 3 tahun atau setelah

20 tahun

b. Faktor-faktor lingkungan

Keadaan sosial ekonomi yang buruk

Keadaan sosial ekonomi yang buruk adalah sanitasi lingkungan yang buruk, rumah dengan penghuni

yang padat, rendahnya pendidikan sehingga pemahaman untuk segera mencari pengobatan anak

yang menderita infeksi tenggorokan sangat kurang ditambah pendapatan yang rendah sehingga

biaya perawatan kesehatan kurang

Iklim dan geografis

RHD adalah penyakit kosmopolit. Penyakit ini terbanyak didapatkan pada daerah beriklim

sedang,tetapi data akhir-akhir ini menunjukan bahwa daerah tropispun mempunyai insiden yang

tinggi. Didaerah yang letaknya tinggi, insiden RHD lebih tinggi daripada dataran rendah

Cuaca

Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insiden infeksi saluran napas atas

meningkat, sehingga mengakibatkan kejadian RHD juga dapat meningkat

C. Patofisiologi

Hubungan yang pasti antara infeksi streptokokus dan demam rematik akut tidak diketahui.

Cedera jantung bukan merupakan akibat langsung infeksi, seperti yang ditunjukkan oleh hasil kultur

streptokokus yang negative pada bagian jantung yang terkena. Fakta berikut ini menunjukkan bahwa

hubungan tersebut terjadi akibat hipersensitifitas imunologi yang belum terbukti terhadap antigen-

antigen streptokokus :

1. Demam rematik akut terjadi 2-3 minggu setelah faringitis streptokokus, sering setelah pasien

sembuh dari faringitis.

2. Kadar antibody anti streptokokus tinggi (antistreptolisin o, anti –DNase, anti hialoronidase ) terdapat

pada pasien demam rematik akut.

3. Pengobatan dini faringitis streptokokus dengan penisilin menurunkan resiko demam rematik akut.

4. Immunoglobulin dan komplemen terdapat pada permukaan membrane sel-sel miokardium yang

terkena.

Page 44: Askep Penyakit Jantung Rematik

Hipersensitifitas kemungkinan bersifat imunologik, tetapi mekanisme demam rematik akut

masih belum diketahui. Adanya antibody-antibodi yang memiliki aktifitas terhadap antigen

streptokokus dan sel-sel miokardium menunjukkan kemungkinan adanya hipersensitifitas tipe II yang

diperantarai oleh antibody reaksi silang. Adanya antibody-antibodi tersebut di dalam serum

beberapa pasien yang kompleks imunnya terbentuk untuk melawan antigen-antigen streptokokus

menunjukkan hipersensitifitas tipe III. Pathway terlampir.

Page 45: Askep Penyakit Jantung Rematik
Page 46: Askep Penyakit Jantung Rematik

Untuk menegakkan diagnosis RHD dengan melihat tanda dan gejala maka digunakan kriteria

Jones yang terdiri dari kriteria mayor dan kriteria minor.

a. Kriteria Mayor

1. Carditis

Yaitu terjadi peradangan pada jantung ( miokarditis dan atau endokarditis ) yang menyebabkan

terjadinya gangguan pada katup mitral dan aorta dengan manifestasi terjadi penurunan curah

jantung ( seperti hipotensi, pucat, sianosis, berdebar-debar dan heart rate meningkat ), bunyi

jantung melemah, dan terdengar suara bising katup pada auskultasi akibat stenosis dari katup

terutama mitral ( bising sistolik ), Friction rub.

2. Polyarthritis

Klien yang menderita RHD biasanya datang dengan keluhan nyeri pada sendi yang berpindah-pindah,

radang sendi-sendi besar, lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan, siku ( polyarthritis migrans ),

gangguan fungsi sendi.

3. Khorea Syndenham

Page 47: Askep Penyakit Jantung Rematik

Merupakan gerakan yang tidak disengaja / gerakan abnormal , bilateral,tanpa tujuan dan involunter,

serta sering kali disertai dengan kelemahan otot ,sebagai manifestasi peradangan pada sistem saraf

pusat.

4. Eritema Marginatum

Eritema marginatum merupakan manifestasi RHD pada kulit, berupa bercak-bercak merah dengan

bagian tengah berwarna pucat sedangkan tepinya berbatas tegas , berbentuk bulat dan

bergelombang tanpa indurasi dan tidak gatal. Biasanya terjadi pada batang tubuh dan telapak

tangan.

5. Nodul Subcutan

Nodul subcutan ini terlihat sebagai tonjolan-tonjolan keras dibawah kulit tanpa adanya perubahan

warna atau rasa nyeri. Biasanya timbul pada minggu pertama serangan dan menghilang setelah 1-2

minggu. Ini jarang ditemukan pada orang dewasa.Nodul ini terutama muncul pada permukaan

ekstensor sendi terutama siku,ruas jari,lutut,persendian kaki. Nodul ini lunak dan bergerak bebas.

b. Kriteria Minor

1. Memang mempunyai riwayat RHD

2. Artralgia atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi, klien kadang-kadang sulit

menggerakkan tungkainya

3. Demam namun tidak lebih dari 39 derajat celcius dan pola tidak tentu

4. Leukositosis

5. Peningkatan laju endap darah ( LED )

6. C- reaktif Protein ( CRP ) positif

7. P-R interval memanjang

8. Peningkatan pulse/denyut jantung saat tidur ( sleeping pulse )

9. Peningkatan Anti Streptolisin O ( ASTO )

Selain kriteria mayor dan minor tersebut, terjadi juga gejala-gejala umum seperti, akral

dingin, lesu, terlihat pucat dan anemia akibat gangguan eritropoesis.gejala lain yang dapat muncul

juga gangguan pada GI tract dengan manifestasi peningkatan HCL dengan gejala mual dan

anoreksia.

Diagnosis RHD ditegakkan apabila ada dua kriteria mayor dan satu kriteria minor, atau dua

kriteria minor dan satu kriteria mayor.

Page 48: Askep Penyakit Jantung Rematik

Perjalanan klinis penyakit demam reumatik / penyakit jantung reumatik dapat dibagi dalam

4 stadium :

Stadium I

Berupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A.

Keluhan : Demam, Batuk, Rasa sakit waktu menelan, Muntah, Diare, Peradangan pada tonsil yang

disertai eksudat.

Stadium II

Stadium ini disebut juga periode laten, ialah masa antara infeksi streptococcus dengan

permulaan gejala demam reumatik; biasanya periode ini berlangsung 1 - 3 minggu, kecuali korea

yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan berbulan-bulan kemudian.

Stadium III

Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut demam reumatik, saat ini timbulnya

berbagai manifestasi klinis demam reumatik /penyakit jantung reumatik. Manifestasi klinis tersebut

dapat digolongkan dalam gejala peradangan umum dan menifesrasi spesifik demam reumatik

/penyakit jantung reumatik.

Gejala peradangan umum : Demam yang tinggi, lesu, Anoreksia, Lekas tersinggung, Berat

badan menurun, Kelihatan pucat, Epistaksis, Athralgia, Rasa sakit disekitar sendi, Sakit perut

Stadium IV

Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita demam reumatik tanpa kelainan

jantung / penderita penyakit jantung reumatik tanpa gejala sisa katup tidak menunjukkan gejala apa-

apa.

Page 49: Askep Penyakit Jantung Rematik

Pada penderita penyakit jantung reumatik dengan gejala sisa kelainan katup jantung, gejala

yang timbul sesuai dengan jenis serta beratnya kelainan. Pasa fase ini baik penderita demam

reumatik maupun penyakit jantung reumatik sewaktu-waktu dapat mengalami reaktivasi

penyakitnya.

E. Pemeriksaan Diagnostik

a) Pemeriksaan fisik

Inspeksi

- Pharynx heperemis

- Kelenjar getah bening membesar

- Pembengkakan sendi

- Tonjolan di bawah kulit daerah kapsul sendi

- Ada gerakan yang tidak terkoordinasi

Palpasi

- Nyeri tekan persendian

- Tonjolan keras tidak terasa nyeri dan mudah digerakkan

Auskultasi

- Murmur sistolik injection dan friction rub

b) Pemeriksaan Penunjang

ECG : Perpanjangan interval P-R

Radiologi :

- Thorax Foto : cardiomegali

- Foto sendi : tidak spesifik

Laboratorium

- Hemoglobin : Kurang dari normal

- LED : Meningkat

- C-Rp : Positif

- ASO : Positif

- Swab tenggorokan : Streptococcus positif

F. Penatalaksanaan

Page 50: Askep Penyakit Jantung Rematik

A. Penatalaksanaan Medis

Karena penyakit jantung rematik berhubungan erat dengan radang Streptococcus

betahemolyticus grup A, maka pemberantasan dan pencegahan ditujukan pada radang tersebut. Ini

dapat berupa :

a) Eradikasi kuman Streptococcus beta-hemolyticus grup A

Pengobatan adekuat harus dimulai secepatnya pada DR dan dilanjutkan dengan pencegahan.

Erythromycin diberikan kepada mereka yang alergi terhadap penicillin.

b) Obat anti rematik

Baik cortocisteroid maupun salisilat diketahui sebagai obat yang berguna untuk

mengurangi/menghilangkan gejala-gejala radang akut pada DR.

c) Diet

Makanan yang cukup kalori, protein dan vitamin.

d) Istirahat

Istirahat dianjurkan sampai tanda-tanda inflamasi hilang dan bentuk jantung mengecil pada kasus-

kasus kardiomegali. Biasanya 7-14 hari pada kasus Demam Reumatik minus carditis. Pada kasus plus

carditis, lama istirahat rata-rata 3 minggu – 3 bulan tergantung pada berat ringannya kelainan yang

ada serta kemajuan perjalanan penyakit.

Kelompok

Klinis

Tirah baring

( minggu )

Mobilisasi bertahap

( minggu)

- Karditis ( - )

- Artritis ( + ) 2 2

- Karditis ( + )

- Kardiomegali (-) 4 4

- Karditis ( + )

- Kardiomegali(+) 6 6

- karditis ( + )

- Gagal jantung (+ ) > 6 > 12

e) Obat-obat Lain

Page 51: Askep Penyakit Jantung Rematik

Diberikan sesuai dengan kebutuhan. Pada kasus dengan dekompensasi kordis diberikan digitalis,

diuretika dan sedative. Bila ada chorea diberikan largactil dan lain-lain.

B. Manajemen Diet

Tujuan diet pada penyakit jantung reumatik adalah memberikan makanan secukupnya tanpa

memberatkan kerja jantung, mencegah atau menghilangkan penimbunan garam atau air. Syarat-

syarat diet pada penyakit jantung reumatik antara lain:

1. Energi yang cukup untuk mencapai atau mempertahankan berat badan yang normal.

2. Protein yang cukup yaitu 0,8 gram/KgBB

3. Lemak sedang yaitu 25-30 % dari kebutuhan energi total (10 % dari lemak jenuh dan 15 % dari lemak

tidak jenuh).

4. Vitamin dan mineral yang cukup.

5. Diet rendah garam (2-3 gram/hari).

6. Makanan mudah dicerna dan tidak menimbulkan gas.

7. Serat yang cukup untuk menghindari konstipasi.

8. Cairan cukup 2 liter/hari

Bila kebutuhan gizi dapat dipenuhi melalui makanan maka dapat diberikan berupa makanan

enteral, parenteral atau suplemen gizi.

C. Pencegahan

a. Profilaksis primer

- Pengobatan adekuat

b. Profilaksis sekunder

Setelah diagnose ditegakkan pada hari ke-11, tergantung ada tidaknya kelainan jantung:

- Bila tidak ada kelainan jantung profilaksis diberikan sampai 5 tahun terus menerus, minimal usia 18

tahun.

- Bila ada kelainan jantung sampai usia 25 tahun.

Jika kita lihat di atas bahwa penyakit jantung paru sangat mungkin terjadi dengan adanya

kejadian awal yaitu demam rematik (DR). tentu saja pencegahan yang terbaik adlah bagaimana

upaya kita jangan sampai mengalami demam rematik (terserang infeksi kuman streptokokus beta

hemolyticus ). Ada beberapa factor yang dapat mendukung seseorang terserang kuman tersebut,

diantaranya factor lingkungan seperti kondisi kehidupan yang jelek, kondisi tinggal yang berdesakan

dan akses kesehatan yang kurang merupakan determinan yang signifikan dalam distribusi penyakit

Page 52: Askep Penyakit Jantung Rematik

ini. Variasi cuaca juga mempunyai peranan yang besar dalam terjadinya infeksi streptokokus untuk

terjadi DR.

Seseorang yang terinfeksi kuman streptokokus beta hemolyticus dan mengalami demam

rematik harus diberikan terapi yang maksimal dengan antibiotiknya. Hal ini menghindarkan

kemungkinan serangan kedua kalinya atau bahkan menyebabkan penyakit jantung rematik.

G. Masalah Keperawatan

a. Analisa Data

No Symptom Problem Etiologi

1 DS :

DO :

- takikardia

-   Takipnea

- bising jantung grade 3

- Lab : Peningkatan Sel

Retikuloendotelial, sel plasma dan

limfosit (leukositosis), Peningkatan

laju endap darah ( LED ), C- reaktif

Protein ( CRP ) positif,

EKG: P-R interval memanjang

Penurunan curah

jantung

gangguan pada

penutupan pada

katup mitral

(stenosis katup)

2. DS:

Klien mengeluh sesak nafas

Klien mengeluh nyeri

DO:

-   JVP (Jugular Venous Pressure)

5+2 cm H2O

Perfusi jaringan

perifer tidak efektif

Penurunan

metabolisme

terutama perifer

akibat

vasokonstriksi

pembuluh darah

Page 53: Askep Penyakit Jantung Rematik

-   Takipnea

Eritema Marginatum

3 DS: Klien mengeluh nyeri sendi

berpindah-pindah

DO:

- Polyarthritis (Nyeri sendi berpindah-

pindah)

- Takipnea

- Takikardi

Nyeri akut Peradangan pada

membran sinovial

4 DS: Klien mengeluh nyeri sendi berpindah-

pindah

DO:

Suhu 39◦c

Polyarthritis (Nyeri sendi berpindah-

pindah)

Takikardi

Lab : Peningkatan Sel Retikuloendotelial,

sel plasma dan limfosit (leukositosis),

Peningkatan laju endap darah ( LED ),

C- reaktif Protein ( CRP ) positif,

EKG: P-R interval memanjang

Hipertermia Peradangan pada

membran sinovial

dan peradangan

katup jantung

5 DS: Klien mengeluh nyeri sendi

berpindah-pindah

DO:

Polytarthritis (Nyeri sendi berpindah-

pindah)

Syndrome kurang

perawatan diri

Gangguan

muskuloskeletal

6 DS:

DO:

Kerusakan integritas

kulit

Peradangan pada

kulit dan jaringan

subcutan

Page 54: Askep Penyakit Jantung Rematik

Eritema Marginatum

Nodul Subcutan

7 DS : Klien mengeluh sesak nafas

DO :

Sesak nafas bertambah bila melakukan

aktivitas

Takipnea

Takikardi

Resiko kerusakan

pertukaran gas

penumpukan

darah diparu

akibat pengisian

atrium yang

meningkat

b. Diagnosis Keperawatan yang mungkin muncul

1. Penurunan curah jantung b/d adanya gangguan pada penutupan pada katup mitral (stenosis katup)

2. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan metabolisme terutama perifer

akibat vasokonstriksi pembuluh darah

3. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada membran sinovial

4. Hipertermia berhubungan dengan Peradangan pada membran sinovial dan peradangan katup

jantung

5. Syndrome kurang perawatan diri berhubungan Gangguan muskuloskeletal ; Poltarthritis/arthalgia

dan therapi bed rest .

6. Kerusakan integritas kulit behubungan dengan peradangan pada kulit dan jaringan subcutan.

7. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan darah diparu akibat pengisian

atrium yang meningkat

c. Rencana Tindakan Keperawatan

1. Penurunan curah jantung b/d adanya gangguan pada penutupan katup mitral ( stenosis katup )

Tujuan:

Setelah diberikan asuhan keperawatan,penurunan curah jantung dapat diminimalkan.

Kriteria hasil:

Menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau hilang)

dan bebas gejala gagal jantung (mis : parameter hemodinamik dalam batas normal, haluaran urine

Page 55: Askep Penyakit Jantung Rematik

adekuat). Melaporkan penurunan episode dispnea,angina. Ikut serta dalam akyivitas yang

mengurangi beban kerja jantung.

Intervensi dan rasional:

IntervensiRasional

1. Kaji frekuensi nadi, RR, TD secara teratur

setiap 4 jam

2. Kaji perubahan warna kulit terhadap

sianosis dan pucat.

3. Batasi aktifitas secara adekuat.

4. Berikan kondisi psikologis lingkungan

yang tenang.

5. Kolaborasi untuk pemberian oksigen

6. Kolaborasi untuk pemberian digitalis

1. Memonitor adanya perubahan sirkulasi

jantung sedini mungkin dan terjadinya

takikardia-disritmia sebagai kompensasi

meningkatkan curah jantung

2. Pucat menunjukkan adanya penurunan perfusi

perifer terhadap tidak adekuatnya curah

jantung. Sianosis terjadi sebagai akibat adanya

obstruksi aliran darah pada ventrikel.

3. Istirahat memadai diperlukan untuk

memperbaiki efisiensi kontraksi jantung dan

menurunkan komsumsi O2 dan kerja

berlebihan.

4. Stres emosi menghasilkan vasokontriksi yang

meningkatkan TD dan meningkatkan kerja

jantung.

5. Meningkatkan sediaan oksigen untuk fungsi

miokard dan mencegah hipoksia.

6. Diberikan untuk meningkatkan kontraktilitas miokard dan menurunkan beban kerja jantung.

2. Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan perubahan metabolism terutama perifer

akibat vasokonstriksi pembuluh darah

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan , perfusi jaringan perifer efektif

Kriteria hasil :

Klien tidak pucat, Tidak ada sianosis, Tidak ada edema

Intervensi dan rasional :

Intervensi Rasional

Page 56: Askep Penyakit Jantung Rematik

1. Selidiki perubahan tiba-tiba atau gangguan

mental kontinyu, contoh: cemas, bingung,

letargi, pingsan.

2. Lihat pucat, sianosis, belang, kulit dingin atau

lembab. Catat kekuatan nadi perifer.

3. Kaji tanda edema.

4. Pantau pernapasan, catat kerja pernapasan.

5. Pantau data laboratorium, contoh: GDA,

BUN, creatinin, dan elektrolit.

1. Perfusi serebral secara langsung

sehubungan dengan curah jantung dan

juga dipengaruhi oleh elektrolit atau variasi

asam basa, hipoksia, atau emboli sistemik.

2. Vasokontriksi sistemik diakibatkan oleh

penurunan curah jantung mungkin

dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit

dan penurunan nadi.

3. Indikator trombosis vena dalam.

4. Pompa jantung gagal dapat mencetuskan

distress pernapasan. Namun dispnea tiba-

tiba atau berlanjut menunjukkkan

komplikasi tromboemboli paru.

5. Indikator perfusi atau fungsi organ

3. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada membran sinovial

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, masalah nyeri teratasi.

Kriteria hasil :

Skala nyeri 0-1, tanda-tanda vital dalam batas normal, klien tidak mengeluh nyeri, tidak ada nyeri

tekan dan klien tidak membatasi gerakanya.Klien tampak rileks

Intervensi dan rasional:

Intervensi Rasional

Page 57: Askep Penyakit Jantung Rematik

1. Kaji keluhan nyeri. Perhatikan intensitas

( skala 1-10 )

2. Pantau tanda-tanda vital (TD, Nadi, RR ,

suhu)

3. Pertahankan posisi daerah sendi yang nyeri

dan beri posisi yang nyaman

4. Kompres dengan air hangat jika

diindikasikan

5. Ajarkan teknik relaksasi progresif ( napas

dalam, Guid imageri,visualisasi )

6. Kolaborasi untuk pemberian analgetik

1. Memberikan informasi sebagai dasar dan

pengawasan intervensi

2. Mengetahui keadaan umum dan

memberikan informasi sebagai dasar dan

pengawasan intervensi

3. Menurunkan spasme/ tegangan sendi dan

jaringan sekitar

4. Menghambat kerja reseptor nyeri

5. Membantu menurunkan spasme sendi-

sendi, meningkatkan rasa kontrol dan

mampu mengalihkan nyeri.

6. Menghilangkan nyeri

4. Hipertermia berhubungan dengan Peradangan pada membran sinovial dan peradangan katup

jantung.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah hiperteemia teratasi

Kriteria hasil :

Suhu normal ( 26-37 derajat celcius ), nadi normal,leukosit normal (4.300-11.400 per mm³ darah),

tidak ditemukan steptococcus hemolitikus b grup A pada hapusan tenggorokan.

Intervensi dan rasional :

Intervensi Rasional

Page 58: Askep Penyakit Jantung Rematik

1. Kaji suhu tubuh klien dan ukur tanda-tanda

vital lain seperti nadi, TD dan respirasi

2. Berikan klien kompres hangat pada lipatan

tubuh dan terdapat banyak pembuluh darah

besar seperti aksilla, perut )

3. Anjurkan klien untuk minum 2 liter/hari jika

memungkinkan

4. Anjurkan klien untuk tirah baring ( bed

rest )

5. Kolaborasi untuk pemberian antipiretik dan

antiradang seperti salisilat/ prednison serta

pemberian Benzatin penicillin

1. Mengetahui data dasar terhadap

perencanaan tindakan yang tepat

2. Membantu meberikan evek vasodilatasi

pembuluh darah sehungga pengeluaran

panas terjadi secara evaporasi

3. Peningkatan suhu juga dapat

meyebabkan kehilangan cairan akibat

evaporasi

4. Mencegah terjadinya peningkatan

reaksi peradangan dan

hipermetabolisme.

5. Mengurangi proses peradangan

sehingga peningkatan suhu tidak terjadi

serta streptococus hemolitikus b grup A

akan mampu dimatikan

5. Syndrome kurang perawatan diri berhubungan Gangguan muskuloskeletal ; Polyarthritis /

Arthralgia dan therapi bed rest.

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah pemenuhan ADL klien teratasi.

Kriteria hasil :

Klien mengatakan perawatan diri / ADL terpenuhi, Klien dapat melakukan perawatan diri dalam

batas toleransi

Intervensi dan Rasional :

Intervensi Rasional

Page 59: Askep Penyakit Jantung Rematik

1. Bantu pemenuhan ADL klien

2. Libatkan keluarga untuk membantu memenuhi

kebutuhan klien

3. Beri penjelasan kepada klien bahwa klien harus

tirah baring sesuai dengan waktu yang

diindikasikan

1. Memenuhi kebutuhan klien sehingga

klien tetap bed rest dan tenang

2. Kebutuhan klien akan lebih terpenuhi

sehingga klien merasa tetap

diperhatikan

3. Mencegah adanya komplikasi

peradangan sampai ketingkat gagal

jantung.

6. Kerusakan integritas kulit behubungan dengan peradangan pada kulit dan jaringan subcutan

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan,kerusakan integritas kulit teratasi.

Kriteria hasil :

Eritema hilang pada tangan dan tubuh klien, mempertahanakan integritas kulit. Mendemonstrasikan

perilaku / teknik mencegah kerusakan kulit

Intervensi dan Rasional :

Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat kerusakan kulit

2. Berikan perawatan kulit sering, minimalkan

dengan kelembaban/ ekskresi

3. Ubah posisi sering di tempat tidur / kursi,

bantu latihan rentang gerak pasif/aktif

4. Berikan bantalan yang lembut pada badan

5. Kolaborasi untik pemberian obat

antiradang ( prednison )

1. Memberikan pedoman untuk memberikan

intervensi yang tepat

2. Terlalu kering adan lembab merusak kulit

dan mempercepat kerusakan.

3. Memperbaiki sirkulasi/ menurunkan waktu

satu area yang mengganggu aliran darah

4. Mencegah penekanan pada eritema

Page 60: Askep Penyakit Jantung Rematik

sehingga tidak meluas

5. Mengurangi reaksi peradangan sehingga

eritema hilang.

7. Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan darah diparu akibat pengisian

atrium yang meningkat

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah resiko kerusakan pertukaran gas tidak terjadi

Kriteria hasil :

Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenasi adekuat pada jaringan ditunjukkan oleh GDA/ oksimetri

dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan. Berpartisipasi dalam program

pengobatan dalam batas kemampuan/situasi

Intervensi dan rasional:

IntervensiRasional

1. auskultasi bunyi nafas, catat krekels,

mengii.

2. Anjurkan pasien batuk efektif, nafas dalam.

3. Pertahankan posisi semifowler, sokong

tangan dengan bantal Jika memungkinkan

4. Kolaborasi dalam pemberian oksigen

tambahan sesuai indikasi.

5. Kolaborasi untuk pemeriksaan AGD

6. Kolaborasi untuk pemberian obat diuretik.

1. Menyatakan adanay kongesti

paru/pengumpulan sekret menunjukkan

kebutuhan untuk intervensi lanjut.

2. Membersihkan jalan nafas dan

memudahkan aliran oksigen.

3. Menurunkan komsumsi

oksigen/kebutuhan dan meningkatkan

ekspansi paru maksimal.

4. Meningkatkan konsentrasi oksigen

alveolar, yang dapat

memperbaiki/menurunkan hipoksemia

jaringan.

5. Hipoksemia dapat menjadi berat selama

edema paru

6. Menurunkan kongesti alveolar,

Page 61: Askep Penyakit Jantung Rematik

7. Kolaborasi untuk pemberian obat

bronkodilator

meningkatkan pertukaran gas.

7. Meningkatkan aliran oksigen dengan

mendilatasibjalan nafas kecil dan

mengeluarkan efek diuretic ringan untuk

menurunkan kongesti paru

Discharge Planning

1. Jelaskan penyebab,tanda, gejala,perjalanan penyakit dan prognosis Penyakit Jantung Rematik

2. Jelaskan Tindakan Farmakologi yang dilakukan. Jelaskan tentang kegunaan obat-obatan yg

digunakan,serta berikan jadwal pemberian obat

3. Diskusikan pentingnya pencegahan

4. Bantu pasien mengidentifikasi kebutuhan fisiologis

5. Anjurkan untuk kontrol secara teratur walaupun tanpa gejala

6. Homecare

Page 62: Askep Penyakit Jantung Rematik

Penyakit jantung rematik merupakan gejala sisa dari Demam Rematik (DR) akut yang juga merupakan penyakit peradangan akut yang dapat menyertai faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-hemolyticus grup A. Penyakit ini cenderung berulang dan dipandang sebagai penyebab penyakit jantung didapat pada anak dan dewasa muda di seluruh dunia.

EtiologiInfeksi Streptococcus beta-hemolyticus grup A pada tenggorok selalu mendahului terjadinya demam rematik, baik pada serangan pertama maupun serangan ulang.Telah diketahui bahwa dalam hal terjadi demam rematik terdapat beberapa predisposisi antara lain :1. Terdapat riwayat demam rematik dalam keluarga2. UmurDR sering terjadi antara umur 5 – 15 tahun dan jarang pada umur kurang dari 2 tahun.3. Kedaan socialSering terjadi pada keluarga dengan keadaan sosial ekonomi kurang, perumahan buruk dengan penghuni yang padat serta udara yang lembab, dan gizi serta kesehatan yang kurang baik.4. MusimDi Negara-negara dengan 4 musim, terdapat insiden yang tinggi pada akhir musim dingin dan permulaan semi (Maret-Mei) sedangkan insiden paling rendah pada bulan Agustus – September.5. Dsitribusi daerah6. Serangan demam rematik sebelumnya.Serangan ulang DR sesudah adanya reinfeksi dgn Streptococcus beta hemolyticus grup A adalah sering pada anak yang sebelumnya pernah mendapat DR.

PatofisiologiMenurut hipotesa Kaplan dkk (1960) dan Zabriskie (1966), DR terjadi karena terdapatnya proses autoimun atau antigenic similarity antara jaringan tubuh manusia dan antigen somatic streptococcus. Apabila tubuh terinfeksi oleh Streptococcus beta-hemolyticus grup A maka terhadap antigen asing ini segera terbentuk reaksi imunologik yaitu antibody. Karena sifat antigen ini sama maka antibody tersebut akan menyerang juga komponen jaringan tubuh dalam hal ini sarcolemma myocardial dengan akibat terdapatnya antibody terhadap jaringan jantung dalam serum penderiat DR dan jaringan myocard yang rusak. Salah satu toxin yang mungkin berperanan dalam kejadian DR ialah stretolysin titer 0, suatu produk extraseluler Streptococcus beta-hemolyticus grup A yang dikenal bersifat toxik terhadap jaringan myocard.Beberapa di antara berbagai antigen somatic streptococcal menetap untuk waktu singkat dan yang lain lagi untuk waktu yang cukup lama. Serum imunologlobulin akan meningkat pada penderita sesudah mendapat radang streptococcal terutama Ig G dan A.

Manifestasi KlinikDihubungkan dengan diagnosis, manifestasi klinik pada DR akut dibedakan atas manifestasi mayor dan minor.a. Manifestasi Mayor Karditis. Karditis reumatik merupakan proses peradangan aktif yang mengenai endokardium, miokardium, dan pericardium. Gejala awal adalah rasa lelah, pucat, dan anoreksia. Tanda klinis karditis meliputi takikardi, disritmia, bising patologis, adanya kardiomegali secara radiology yang makin lama makin membesar, adanya gagal jantung, dan tanda perikarditis.

Page 63: Askep Penyakit Jantung Rematik

Artritis. Arthritis terjadi pada sekitar 70% pasien dengan demam reumatik, berupa gerakan tidak disengaja dan tidak bertujuan atau inkoordinasi muskuler, biasanya pada otot wajah dan ektremitas. Eritema marginatum. Eritema marginatum ditemukan pada lebih kurang 5% pasien. Tidak gatal, macular, dengan tepi eritema yang menjalar mengelilingi kulit yang tampak normal.tersering pada batang tubuh dan tungkai proksimal, serta tidak melibatkan wajah. Nodulus subkutan. Ditemukan pada sekitar 5-10% pasien. Nodul berukuran antara 0,5 – 2 cm, tidak nyeri, dan dapat bebas digerakkan. Umumnya terdapat di permukaan ekstendor sendi, terutama siku, ruas jari, lutut, dan persendian kaki.b. Manifestasi MinorManifestasi minor pada demam reumatik akut dapat berupa demam bersifat remiten, antralgia, nyeri abdomen, anoreksia, nausea, dan muntah.

Pemeriksaan Diagnostik/peninjanga. Pemeriksaan darah LED tinggi sekali Lekositosis Nilai hemoglobin dapat rendahb. Pemeriksaan bakteriologi Biakan hapus tenggorokan untuk membuktikan adanya streptococcus. Pemeriksaan serologi. Diukur titer ASTO, astistreptokinase, anti hyaluronidase.c. Pemeriksaan radiologiElektrokardoigrafi dan ekokardiografi untuk menilai adanya kelainan jantung.

DiagnosisDiagnosis demam reumatik akut ditegakkan berdasarkan kriteria Jones yang telah direvisi. Karena patologis bergantung pada manifestasi klinis maka pada diagnosis harus disebut manifestasi kliniknya, misalnya demam rematik dengan poliatritis saja. Adanya dua kriteria mayor, atau satu mayor dan dua kriteria minor menunjukkan kemungkinan besar demam rematik akut, jika didukung oleh bukti adanya infeksi sterptokokus grup A sebelumnya.Komplikasia. Dekompensasi CordisPeristiwa dekompensasi cordis pada bayi dan anak menggambarkan terdapatnya sindroma klinik akibat myocardium tidak mampu memenuhi keperluan metabolic termasuk pertumbuhan. Keadaan ini timbul karena kerja otot jantung yang berlebihan, biasanya karena kelainan struktur jantung, kelainan otot jantung sendiri seperti proses inflamasi atau gabungan kedua faktor tersebut.Pada umumnya payah jantung pada anak diobati secara klasik yaitu dengan digitalis dan obat-obat diuretika. Tujuan pengobatan ialah menghilangkan gejala (simptomatik) dan yang paling penting mengobati penyakit primer.b. PericarditisPeradangan pada pericard visceralis dan parietalis yang bervariasi dari reaksi radang yang ringan sampai tertimbunnnya cairan dalam cavum pericard.

Pengobatan/penatalaksanaanKarena demam rematik berhubungan erat dengan radang Streptococcus beta-hemolyticus grup A, maka pemberantasan dan pencegahan ditujukan pada radang tersebut. Ini dapat berupa :a. Eradikasi kuman Streptococcus beta-hemolyticus grup APengobatan adekuat harus dimulai secepatnya pada DR dan dilanjutkan dengan pencegahan.

Page 64: Askep Penyakit Jantung Rematik

Erythromycin diberikan kepada mereka yang alergi terhadap penicillin.b. Obat anti rematikBaik cortocisteroid maupun salisilat diketahui sebagai obat yang berguna untuk mengurangi/menghilangkan gejala-gejala radang akut pada DR.c. DietMakanan yang cukup kalori, protein dan vitamin.d. IstirahatIstirahat dianjurkan sampai tanda-tanda inflamasi hilang dan bentuk jantung mengecil pada kasus-kasus kardiomegali. Biasanya 7-14 hari pada kasus DR minus carditis. Pada kasus plus carditis, lama istirahat rata-rata 3 minggu – 3 bulan tergantung pada berat ringannya kelainan yang ada serta kemajuan perjalanan penyakit.e. Obat-obat LainDiberikan sesuai dengan kebutuhan. Pada kasus dengan dekompensasi kordis diberikan digitalis, diuretika dan sedative. Bila ada chorea diberikan largactil dan lain-lain.

KONSEP KEPERAWATANPengkajian Lakukan pengkajian fisik rutin Dapatkan riwayat kesehatan, khususnya mengenai bukti-bukti infeksi streptokokus antesenden. Observasi adanya manifestasi demam rematik.

Diagnosa Keperawatan1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan disfungsi myocardium2. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan proses infeksi penyakit.3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.4. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.

Rencana Keperawatan1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan disfungsi myocardiumTujuan : Pasien dapat menunjukkan perbaikan curah jantung.Intervensi & Rasional Beri digoksin sesuai instruksi, dengan menggunakan kewaspadaan yang sudah ditentukan untuk mencegah toksisitas. Kaji tanda- tanda toksisitas digoksin (mual, muntah, anoreksia, bradikardia, disritmia) Seringkali diambil strip irama EKG Jamin masukan kalium yang adekuat Observasi adanya tanda-tanda hipokalemia Beri obat-obatan untuk menurunkan afterload sesuai instruksi dapat meningkatkan curah jantung Untuk mencegah terjadinya toksisitas Mengkaji status jantung Penurunan kadar kalium serum akan meningkatkan toksisitas digoksin

2. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan proses infeksi penyakit.Tujuan : Suhu tubuh normal (36 – 37’ C)Intervensi & Rasional Kaji saat timbulnya demam Observasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, TD, pernafasan setiap 3 jam Berikan penjelasan tentang penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh

Page 65: Askep Penyakit Jantung Rematik

Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang hal-hal yang dilakukan Jelaskan pentingnya tirah baring bagi klien dan akibatnya jika hal tersebut tidak dilakukan Anjurkan klien untuk banyak minum kurang lebih 2,5 – 3 liter/hari dan jelaskan manfaatnya Berikan kompres hangat dan anjurkan memakai pakaian tipis Berikan antipiretik sesuai dengan instruksi Dapat diidentifikasi pola/tingkat demam Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadan umum klien Penjelasan tentang kondisi yang dilami klien dapat membantu mengurangi kecemasan klien dan keluarga Untuk mengatasi demam dan menganjurkan klien dan keluarga untuk lebih kooperatif Keterlibatan keluarga sangat berarti dalam proses penyembuhan klien di RS Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan cairan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak Kompres akan dapat membantu menurunkan suhu tubuh, pakaian tipis akan dapat membantu meningkatkan penguapan panas tubuh Antipiretika yang mempunyai reseptor di hypothalamus dapat meregulasi suhu tubuh sehingga suhu tubuh diupayakan mendekati suhu normal

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.Tujuan :Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, klien mampu menghabiskan makanan yang telah disediakan.Intervensi Rasional Kaji faktor-faktor penyebab Jelaskan pentingnya nutrisi yang cukup Anjurkan klien untuk makan dalam porsi kecil dan sering, jika tidak muntah teruskan Lakukan perawatan mulut yang baik setelah muntah Ukur BB setiap hari Catat jumlah porsi yang dihabiskan klien Penentuan factor penyebab, akan menentukan intervensi/ tindakan selanjutnya Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga sehingga klien termotivasi untuk mengkonsumsi makanan Menghindari mual dan muntah dan distensi perut yang berlebihan Bau yang tidak enak pada mulut meningkatkan kemungkinan muntah BB merupakan indikator terpenuhi tidaknya kebutuhan nutrisi Mengetahui jumlah asupan / pemenuhan nutrisi klien

4. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.Tujuan : Nyeri berkurang atau hilangIntervensi Rasional Kaji tingkat nyeri yang dialami klien dengan memberi rentang nyeri (1-10), tetapkan tipe nyeri dan respon pasien terhadap nyeri yang dialami Kaji factor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap nyeri Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang Berikan suasana gembira bagi pasien, alihkan perhatian pasian dari rasa nyeri (libatkan keluarga) Berikan kesempatan pada klien untuk berkomunikasi dengan teman/ orang terdekat Berikan obat-obat analgetik sesuai instruksi Untuk mengetahui berapa tingkat nyeri yang dialami Reaksi pasien terhadap nyeri dapat dipengaruhi oleh berbagai factor begitupun juga respon

Page 66: Askep Penyakit Jantung Rematik

individu terhadap nyeri berbeda dab bervariasi Mengurangi rangsang nyeri akibat stimulus eksternal Dengan melakukan aktifitas lain, klien dapat sedikit melupakan perhatiannya terhadap nyeri yang dialami Tetap berhubungan dengan orang-orang terdekat/teman membuat pasien gembira / bahagia dan dapaty mengalihkan perhatiannya terhadap nyeri Mengurangi nyeri dengan efek farmakologik

DAFTAR PUSTAKAArief Mansjoer,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Ed. 3. Penerbit MediaAesculapius FKUI. Jakarta.Smeltzer Bare, dkk. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta.

Pada pemeriksaan fisik, didapati kesadaran compos mentis, tekanan darah 110/60mmHg, denyut jantung 84 kali per menit, pernafaasan 28 kali per menit, suhu tubuh 37oC. Konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik. Tekanan vena jugularis meningkat yaitu 5+4 cmH20. Jantung S1 (N) S2 (N), murmur pansistolik gr 4/6 pada apex menjalar sampai axilla dijumpai, murmur middiastolik gr ¾ di apex, gallop tidak dijumpai. Paru: suara pernafasan vesikuler, suara tambahan ronkhi basah basal dijumpai, wheezing tidak dijumpai. Abdomen: soepel, hepar dan limpa tidak teraba, bising usus (N). Ekstremitas: akral hangat, edema pretibia tidak dijumpai.Dari pemeriksaan elektrokardiografi menunjukkan irama AF, QRS rate 90 kali permenit, QRS axis normal, durasi QRS 0,06”, LVH voltase (+), VES (-). Kesan: Atrial fibrilasi normo ventricular respon + LVH.Dari pemeriksaan foto toraks didapatkan CTR 75%, segmen aorta normal, segmen pulmonal menonjol, pinggang jantung mendatar, apex downward, kongesti dijumpai, infiltrat tidak dijumpai. Kesan: kardiomegali + kongesti.Dari pemeriksaan laboratorium: Hb 12,9 g/dl; Ht 40,1%; WBC 6800/mm3; PLT 284000/mm3; Ur 23 g/dl; Cr 1,0 g/dl; SGOT 24 U/L; SGPT 20 U/L; Na 141 mEq/L; Kalium 4,0 mEq/L; Chlorida 109 mEq/L; KGD ad random 114 mg/dl; CRP (+); ASTO 300.Dari pemeriksaan ekokardiografi: Katup mitral mengalami regurgitasi dengan velocity 4,68 m/s dan pressure gradient 89,00 mmHg. Stenosis mitral secara planimetri 3,42 cm2. Katup aorta mengalami regurgitasi dengan velocity 3,97 m/s dan pressure gradient 63,17 mmHg dan PHT 554. Katup trikuspid mengalami regurgitasi dengan velocity 2,97 m/s dan pressure gradient 35,40 mmHg. Katup pulmonal baik. Dimensi ruang jantung atrium kiri dilatasi dengan EDD 76,7 mm. Wall motion normokinetik. Fungsi sistolik ventrikel kiri menurun dengan ejection fraction 45,5%. Kesan: MR severe + MS moderate + AR moderate + TR moderate dengan ejection fraction 45,5%.

Page 67: Askep Penyakit Jantung Rematik

Penderita didiagnosa dengan CHF Fc II-III ec. MVHD (MR severe + MS moderate + AR moderate + TR moderate) ec penyakit jantung rematik dan diberikan penatalaksanaan tirah baring, oksigen nasal 2-4 l/i, furosemid 1x40mg, digoxin 1x0,125mg, simarc 1x2mg, captopril 3x12,5mg dan injeksi Procain Penicillin 1.200.000 IU/hari selama 10 hari.

Page 68: Askep Penyakit Jantung Rematik
Page 69: Askep Penyakit Jantung Rematik

Gambar 1. EKG pada saat masuk 15 Maret 2010 (kiri) dan setelah 10 hari rawatan 25 Maret 2010 (kanan)