34
ASKEP PADA PASIEN GASTROENTERITIS SEPTEMBER 17, 2013 | KENNY MARINDA Keperawatan Dewasa II ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GASTROENTERITIS OLEH KENNY MARINDA 1110323040 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS 2013

Askep Pada Pasien Gastroentritis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

askep gastroentritis

Citation preview

Page 1: Askep Pada Pasien Gastroentritis

ASKEP PADA PASIEN GASTROENTERITISSEPTEMBER 17, 2013 | KENNY MARINDA

Keperawatan Dewasa II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GASTROENTERITIS

  

 

OLEH

KENNY MARINDA

1110323040

 

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2013

Page 2: Askep Pada Pasien Gastroentritis

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar …………………………………………………………………………….

i

Daftar Isi

……………………………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang …………………………………………………………….

………….. 1

1.2  Rumusan Masalah …………………………………………….…………………….

… 1

1.3  Tujuan ……………………………………………………………………………….…

1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Anatomi & Fisiologi Sistem Pencernaan ……………………..……………….

……. 3

2.2  Landasan Teoritis Penyakit

Gastroenteritis……………………………………….… 7

2.2.1          Defenisi Gastroenteritis ………………….

……………………………….…. 7

Page 3: Askep Pada Pasien Gastroentritis

2.2.2          Klasifikasi …………………………………………………………………….

8

2.2.3          Etiologi ………………………………..………………………………………

9

2.2.4          Patofisiologi …………….………………………………………………..…

10

2.2.5          Manifestasi Klinis ……………..……………………………..………….

…. 10

2.2.6          Pemeriksaan Fisik ……………………………………………………….

….. 11

2.2.7          Pemeriksaan Penunjang & Diagnostik ………………….….………..

…… 11

2.2.8          Penatalaksanaan Medis & Keperawatan

……………………………….… 12

2.2.10      WOC …….………………….……………………………….………………….

13

2.3  Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan Pada Klien Gastroenteritis

……………14

2.3.1        Pengkajian ………………………………………………….…………………

14

2.3.2        Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon

…………………………………..…. 14

Page 4: Askep Pada Pasien Gastroentritis

2.3.3        Perumusan NANDA, NOC, dan NIC …………………………………….

16

2.3.4        Evaluasi …………………………………………………………………… 19

BAB III PENUTUP

3.1  Kesimpulan …………………………………………………………………….. 20

3.2  Saran …………………………………………………………………………..… 20

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Gastroenteritis biasa disebut diare adalah salah satu penyakit yang

banyak terjadi di Indonesia. Gastroenteritis dapat menyerang pada semua

kelompok usia. Tidak jarang penyakit ini menyebabkan kematian pada si

penderita. Hal ini dikarenakan oleh ketidakmampan si penderita

menoleransi kehilangan elektrolit dan cairan dari tubuhnya.

Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus

yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa dehidrasi disertai

muntah. Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak

normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi yang lebih banyak

dari biasa (Sowdent, 2005).

Angka kejadian diare, di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini

masih tinggi. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004

Page 5: Askep Pada Pasien Gastroentritis

angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu penduduk. Selama tahun

2006 sebanyak 41 kabupaten di 16 provinsi melaporkan KLB diare di

wilayahnya. Jumlah kasus diare yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan

277 diantaranya menyebabkan kematian. Hal tersebut, utamanya

disebabkan rendahnya ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan

perilaku hidup tidak sehat (Tadda, asri. 2010).

Sebenarnya banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya

diare, seperti masyarakat harus menyadari bahwa kesehatan itu lebih

dari segalanya. Berdasarkan hal di atas penulis menyusun makalah

dengan judul “ Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gastroenteritis” .

1.2  Rumusan Masalah

1.2.1   Bagaimana anatomi fisiologi sistem percenaan?

1.2.2   Bagaimana landasan teoritis penyakit gastroenteritis?

1.2.3   Bagaimana landasan teoritis asuhan keperawatan pada klien

gastroenteritis?

1.3  Tujuan

1.3.1   Untuk mengetahui dan memahami anatomi dan fisiologi dari

sistem pencernaan.

1.3.2   Untuk mengetahui dan mengerti tentang landasan teoritis

penyakit gastroenteritis.

1.3.3   Untuk mengetahui dan mengerti tentang landasan teoritis askep

pada klien gastroenteritis.

Page 6: Askep Pada Pasien Gastroentritis

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Anatomi dan Fisiologi Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut

sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk

menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi,

menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian

makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut

dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),

kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.

Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran

pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

1. Mulut

       Mulut adalah suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan

air pada hewan dan manusia. Mulut biasanya terletak di kepala dan

umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang

berakhir di anus. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan.

Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan

dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah.

Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit.

Sedangkan penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan

teriri dari berbagai macam bau.

Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh

gigi belakang (molar, geraham) menjadi bagian-bagian kecil yang lebih

mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-

bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan

mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim

Page 7: Askep Pada Pasien Gastroentritis

(misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara

langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara

otomatis.

B.   Tenggorokan ( Faring)

Tenggorokan adalah penghubung antara rongga mulut dan

kerongkongan. Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Didalam

lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang

banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan

terhadap infeksi, disini terletak persimpangan antara jalan nafas dan jalan

makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan

ruas tulang belakang. Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga

hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak

berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang

disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari; Bagian superior = bagian yang

sangat tinggi dengan hidung, bagian media = bagian yang sama tinggi

dengan mulut dan bagian inferior = bagian yang sama tinggi dengan

laring.

Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang

menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga, Bagian media

disebut orofaring, bagian ini berbatas kedepan sampai diakar lidah.

Bagian inferior disebut laring gofaring yang menghubungkan orofaring

dengan laring

C.   Kerongkongan (Esofagus)

Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui

sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung.

Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses

peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: οiσω, oeso –

Page 8: Askep Pada Pasien Gastroentritis

“membawa”, dan έφαγον, phagus – “memakan”). Esofagus bertemu

dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.

Menurut histology Esofagus dibagi menjadi tiga bagian: bagian superior

(sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah (campuran otot

rangka dan otot halus), serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot

halus).

D.   Lambung

Lambung adalah organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti

kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu Kardia, Fundus, Antrum.

Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot

berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam

keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke

dalam kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang

berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-

enzim.

Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :

1)      Lendir

Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.

Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan

yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung

2)      Asam klorida (HCl)

Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan

oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga

Page 9: Askep Pada Pasien Gastroentritis

berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh

berbagai bakteri.

3)      Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

1. Usus halus (usus kecil)

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang

terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan

pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui

vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan

air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang

dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang

mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus ; lapisan mukosa

( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot

memanjang (M Longitidinal) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar ).

Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum),

usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).

1.  Usus dua belas jari (Duodenum)

Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang

terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong

(jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari

usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum

Treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak

terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari

yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari

terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.

Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang

berarti dua belas jari. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua

belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.

Page 10: Askep Pada Pasien Gastroentritis

Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam

jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan

megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan

makanan.

2. Usus Kosong (jejenum)

Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah

bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum)

dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh

usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus

kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan

mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus

dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.

Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni

berkurangnya kelenjar Brunner.

Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni

sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan

usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis. Jejunum

diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti “lapar” dalam bahasa

Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang

berarti “kosong”.

3. Usus Penyerapan (illeum)

Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada

sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan

terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu.

Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi

menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.

Page 11: Askep Pada Pasien Gastroentritis

F.   Usus Besar (Kolon)

      Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus

buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari

feses.  Usus besar terdiri dari : Kolon asendens (kanan), Kolon

transversum, Kolon desendens (kiri), Kolon sigmoid (berhubungan dengan

rektum).

Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi

mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.

Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting,

seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.

Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada

bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa

menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.

G.  Usus Buntu (sekum)

      Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam  istilah

anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan

serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada

mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora

memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki

sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai

cacing.

H.  Umbai Cacing (Appendix)

       Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus

buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai

cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan

membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi

Page 12: Askep Pada Pasien Gastroentritis

rongga abdomen). Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam

bahasa Inggris, vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah hujung

buntu tabung yang menyambung dengan caecum. Umbai cacing

terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai

cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20

cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing

bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas

tetap terletak di peritoneum. Banyak orang percaya umbai cacing tidak

berguna dan organ vestigial (sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa

apendiks mempunyai fungsi dalam sistem limfatik. Operasi membuang

umbai cacing dikenal sebagai appendektomi.

I.  Rektum dan anus

Rektum (Bahasa Latin: regere, “meluruskan, mengatur”) adalah sebuah

ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan

berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan

sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di

tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon

desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul

keinginan untuk buang air besar (BAB).

Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam

rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk

melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan

dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali

dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi

dan pengerasan feses akan terjadi.

Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan

limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh

(kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus

Page 13: Askep Pada Pasien Gastroentritis

diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses

defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.

2.2    Landasan Teoritis Penyakit

2.2.1   Defenisi Gastroentritis

     Gastroentritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung

dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai

muntah (Sowden,et all.1996).

     Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal

atau bentuk tinja yang encer dengan frekwensi yang lebih banyak dari

biasanya (FKUI,1965).

     Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal

yang disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit yang patogen (Whaley &

Wong’s,1995).

Dari ketiga defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa Gastroentritis (GE)

adalah terjadinya peradangan pada lambung dan usus yang disebabkan

oleh bakteri, virus dan parasit yang pathogen dimana gejala yang umum

terjadi adalah diare (bentuk tinja yang encer) dalam frekuensi yang lebih

banyak dari biasanya.

2.2.2   Klasifikasi

Gastroenteritis (diare) dapat di klasifikasi berdasarkan beberapa faktor :

1). Berdasarkan lama waktu :

a. Akut : berlangsung < 5 hari

Page 14: Askep Pada Pasien Gastroentritis

b. Persisten : berlangsung 15-30 hari

c. Kronik : berlangsung > 30 hari

2). Berdasarkan mekanisme patofisiologik

a. Osmotik, peningkatan osmolaritas intraluminer

b. Sekretorik, peningkatan sekresi cairan dan elektrolit

3). Berdasarkan derajatnya

a. Diare tanpa dehidrasi

b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang

c. Diare dengan dehidrasi berat

4). Berdasarkan penyebab infeksi atau tidak

a. Infektif

b. Non infeksif

5). Berdasarkan penyebab organik atau tidak

a.  Organik adalah bila ditemukan penyebab anatomik, bakteriologik,

hormonal, atau toksikologik.

b.  Fungsional merupakan bila tidak ditemukan penyebab organik.

Klasifikasi dehidrasi

dehidrasi dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa parameter, yaitu :

Page 15: Askep Pada Pasien Gastroentritis

1. Berdasarkan jumlah cairan tubuh yang hilang dan keadaan klinis

pasien, dehidrasi dapat diklasifikasikan kedalam 3 kelompok yaitu :

a. Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5 % bb)

Gambaran kliniks : torgor kulit sudah mulai berkurang,suara serak, belum

jatuh dalam persyok.

b. Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8 %bb)

Gambaran klinis : togor buruk, suara serak, pasien jatuh dalam presyok

atau syok,nadi cepat, napas cepat dan dalam.

c. Dehidrasi berat (hilang cairan 8-10% bb)

Gambaran klinis : kelanjutan dari tanda dehidrasi sedang, kesadaran

menurun, otot-otot kaku., dan sianosis.

2. Berdasarkan bj (berat jenis) plasma

a. Dehidrasi ringan, (bj plasma 1,032 -1,040)

b. Dehidrasi sedang (bj plasma 1,028 -1,032)

c. Dehidrasi berat (bj plasma 1,025 -1,028)

2.2.3   Etiologi

1. Faktor infeksi

a.  Infeksi enteral : Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan

penyebab utama diare pada anak meliputi infeksi enteral sebagai

berikut :

Page 16: Askep Pada Pasien Gastroentritis

1)   Infeksi bakteri      : Vibrio, ecoli, salomonela, shigela, complylobacter,

virginia, aeromonas, dll.

2)   Infeksi virus         : enterovirus (virus echo, loksicicihie, plyomielitis)

adenovirus, rotavirus,                   aslecovirus, dll.

3)   Infeksi parasit      : cacing (oscaris, trichuris, dxyuris, strongloides)

protozoa (eutamoebo hystolitica, glardia lambia, trichomonashominis)

jamur (candida albicaus).

1. Infeksi parenteral : Infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti:

otitis media akut, tonsilitis,  broncop, pneumonia, ensetalitis, dll.

Keadaan ini terutama pada bayi dan anak berumur dibawah 2 th.

2. Faktor malabsorbsi

Malabsorbsi karohidrat : disakarida (intoleransi ketosa, maltosa dan

sukrosa) monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan laktosa).

1. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

2. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi

pada anak yang lebih besar).(Abdul Latief, 2007)

2.2.4   Patofisiologi

Penyebab gastroenteritis terdiri dari faktor infeksi, faktor malabsorbsi,

faktor makanan, dan faktor psikologis. Pertama, faktor infeksi akan

mengalami reaksi inflamasi sehingga terjadi peningkatan sekresi cairan

dan elektrolit yang menyebabkan isi rongga usus meningkat. Kedua,

faktor malabsorbsi makanan di usus menyebabkan tekanan osmotik

meningkat dan terjadi pergeseran cairan & elektrolit ke usus, sehingga

juga meneybabkan isi rongga usus meningkat. Ketiga faktor makanan,

dimana faktor makanan disini adlah makanan yang beracun, basi maupun

alergi terhadap makanan dimana hal ini akan menyebabkan gangguan

motilitas usus. Keempat, faktor  psikologis (cemas atau rasa takut yag

Page 17: Askep Pada Pasien Gastroentritis

berlebih) yang menyebabkan adanya rangsangan simpatis dan juga

terjadi gangguan motilitas usus. Gangguan motilitas usus terbagi menjadi

2, yaitu hipermotilitas dan hipomotilitas. Hipermotilitas akan

menyebabkan terjadinya peningkatan sekresi air & elektrolit, sedangkan

hipomotilitas akan menyebabkan adanya pertumbuhan bakteri.

Terjadinya peningkatan di isi rongga usus, sekresi air dan elektrolit, serta

adanya pertumbuhan bakteri menyebabkan terjadi penyakit

gastroenteritis.

Gastroenteritis memiliki gejala dehidrasi yaitu kehilangan cairan &

elektrolit tubuh dimana pada saat itu terjadi penurunan volume cairan

ekstra sel dan juga terjadi penurunan cairan interstesial yang

menyebabkan turgor kulit menurun, maka dalam hal ini timbul masalah

yaitunya kekurangan volume cairan dan cemas pada kliennya. Gejala

yang kedua yaitu kerusakan mukosa usus yang menyebabkan si

penderita merasakan nyeri. Gejala yang ketiga adalah sering terjadinya

defekasi yang menyebabkan terjadi resiko kerusakan integritas kulit.

Gejala selanjutnya adalah terjadinya peningkatan eksresi sedangakan

asupan nutrisi tidak terpenuhi, pada hal terjadi ketidakseimbangan

nutrisi.

2.2.5   Manifestasi Klinis

1. Nyeri perut ( abdominal discomfort )

2. Rasa perih di ulu hati

3. Mual, kadang-kadang sampai muntah

4. Nafsu makan berkurang

5. Rasa lekas kenyang

6. Perut kembung

7. Rasa panas di dada dan perut

8. Regurgitasi ( keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba )

9. Diare

Page 18: Askep Pada Pasien Gastroentritis

10. Demam

11. Membran mukosa mulut dan bibir kering

12. Lemah

2.2.6   Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik berguna untuk mengetahui data subjektif dari klien.

Pada pemeriksaan fisik abdomen sistem yang sering digunakan adalah

inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi (IAPP) . Tempatkan klien pada

posisi supine. Kontur dan simetrisitas dari abdomen diinspeksi dengan

mengidentifikasi penonjolan lokal, distensi, atau gelombang peristaltik.

Auskultasi dilakukan sebelum perkusi dan palpasi (yang dapat

meningkatkan motilitas usus dan dengan demikian merubah bising usus).

Karakter, lokasi dan frekuensi bising usus dicatat. Palpasi digunakan

untuk mengidentifikasi massa abdomen atau area nyeri tekan.

Pada pemeriksaan pada klien gastroenteritis umumnya terdapat:

-      Turgor kulit menurun, Mata mulai cekung

-      Asites (+) BB menurun, Bising Usus Meningkat.

-      Membran mukosa mulut tampak kering

-      BAK 3-5x/hari, ± 75 – 100 cc tiap BAK, warna kuning agak pekat

-      BAB encer 2-3 kali atau lebih dalam sehari.

-      Hb 10,6 gr%  (N : 11-14 gr%)

-      Konjungtiva subanemis

-      Mukosa bibir pucat, agak kering

Page 19: Askep Pada Pasien Gastroentritis

-      Klien terlihat letih/ lemah dan pucat

2.2.7   Pemeriksaan Penunjang dan Diagnostik

Pemeriksaan laboratorium yang meliputi :

1. Pemeriksaan Tinja

Makroskopis dan mikroskopis.

pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet

dinistest, bila diduga terdapat intoleransi gula.

Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.

1. Pemeriksaan Darah

pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit ( Natrium, Kalium, Kalsium,

dan Fosfor ) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama

basa.

Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.

1. Intubasi Duodenum ( Doudenal Intubation )

Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan

kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

2.2.8   Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

1. Medis

a. Pemberian cairan, jenis, cara dan jumlah pemberian cairan

b. Dietetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada

penderita dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan

adapun hal yang perlu diperhatikan :

1)      Memberikan asi.

2)      Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein,

vitamin, mineral, dan makanan yang bersih.

Page 20: Askep Pada Pasien Gastroentritis

1. Obat-obatan: berikan antibiotic, anti sekresi, dan anti spasmolitik

2. Keperawatan

Penyakit diare walaupun semua tidak menular (misal diare karena faktor

malabsorbsi), tetapi perlu perawatan di kamar yang terpisah dengan

perlengkapan cuci tangan untuk mencegah infeksi (selalu tersedia

disinfektan dan air bersih) serta tempat pakaian kotor sendiri. Ini

bertujuan untuk mempercepat penyembuhan.

2.2.9   Komplikasi

1. Dehidrasi

2. Renjatan hipovolemik

3. Kejang

4. Bakterimia

5. Mal nutrisi

6. Hipoglikemia

7. Intoleransi sekunder  akibat kerusakan mukosa usus.

2.2.10    WOC

Page 21: Askep Pada Pasien Gastroentritis
Page 22: Askep Pada Pasien Gastroentritis

2.3    Landasan Teori Asuhan Keperawatan

2.3.1 Pengkajian

A. Identitas Klien

      Nama                           : ……………………………

      Umur                           : ……………………………

      Jenis Kelamin              : ……………………………

      Alamat                                    : ……………………………

      Agama                         : ……………………………

Page 23: Askep Pada Pasien Gastroentritis

      Pekerjaan                     : ……………………………

      Pendidikan                  : ……………………………

      No. RM                       : ……………………………

      Tanggal masuk            : ……………………………

      Diagnosa medis           : ……………………………

1. Keluhan Utama

Biasanya klien sering mengeluhkan Feces semakin cair, muntah,

terjadinya dehidrasi, dan berat badan menurun.

1. Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya klien masuk rumah sakit dengan keluhan berat badan menurun

dari biasanya, nafas cepat, mudah letih dan sakit kepala. Klien juga tidak

mau makan, nyeri dada, cepat kenyang, nyeri abdomen, mual dan

muntah, serta feses yang encer.

1. Riwayat Kesehatan Terdahulu

Biasanaya klien mengatakan pernah mengkonsumsi alkohol dan obat –

obatan seperti OAINS/NSAID, Kortikosteroid, Aspirin. Sering jajan

disembarang tempat sehingga kebersihannya tidak terjaga.

1. Riwayat Kesehatan Keluarga

Ada keluarga klien yang menderita penyakit yang sama.

2.3.2   Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon

1. Pola Persepsi – Manajemen Kesehatan

Page 24: Askep Pada Pasien Gastroentritis

Biasanya klien tidak mengetahui penyebab penyakitnya, Kebersihan klien

sehari-sehari kurang baik.

1. Pola Nutrisi Metabolik

Biasanya klien tidak mau makan, dan klien mengalami penurunan berat

badan.

1. Pola Eliminasi

Biasanya klien BAB lebih dari 4 kali sehari, dan BAK jarang.

1. Pola Latihan dan Aktivitas

Biasanya klien mengalami gangguan aktivitas karena kondisi tubuh yang

lemah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen, aktivitas klien dibantu

keluarga/ orang lain.

1. Pola Istirahat dan Tidur

Biasanya klien mengalami gangguan istirahat dan tidur karena adanya

distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.

1. Pola Persepsi dan Kognitif

Biasanya klien masih dapat menerima informasi namun kurang

berkonsentrasi karena nyeri pada abdomennya.

1. Pola Persepsi dan Konsep Diri

Biasanya klien mengalami gangguan konsep diri karena kebutuhan

fisiologisnya terganggu sehingga aktualisasi diri tidak tercapai pada fase

sakit.

1. Pola Peran dan Hubungan

Biasanya klien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan peran

klien pada kehidupan sehari-hari mengalami gangguan (ex: tidak dapat

menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga).

Page 25: Askep Pada Pasien Gastroentritis

1. Pola Seksual – Reproduksi

Biasanya klien mengalami gangguan seksual- reproduksi (ex: tidak

teraturnya siklus menstruasi).

1. Pola Koping – Toleransi Stress

Biasanya klien mengalami kecemasan yang berangsur-angsur dapat

menjadi pencetus stress.

1. Pola Nilai & Kepercayaan

Biasanya klien tidak dapat melaksanakan sholat seperti biasanya Karena

posisi klien dalam keadaan tirah baring.

2.3.3   Perumusan Diagnosa (NANDA), Perumusan Kriteria Hasil (NOC),

dan Perumusan Intervensi Keperawatan (NIC)

NANDA NOC NIC

1 Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif.Defenisi: keadaan individu yang mengalami penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan / atau cairan intrasel. Diagnosis ini merujuk ke dehidrasi yang merupakan kehilangan cairan saja tanpa perubahan dalam

Keseimbangan cairanIndicator

-          Fungsi eliminasi normal

-          Keseimbangan intake dan output cairan

-          TTV normal

Hidrasi

Indicator

-          Tidak ada tanda-tanda

Manajemen cairanAktivitas

-          Monitor keseimbangan cairan

-          Mencegah komplikasi akibat kadar cairan yang abnormal

-          Monitor TTV

Terapi Intravena

-          Periksa

Page 26: Askep Pada Pasien Gastroentritis

natrium. dehidrasi

-          Keseimbangan intake dan ouput cairan

-          TTV normal

order untuk terapi intravena

-          Jelaskan prosedur kepada pasien

-          Pilih dan siapkan intravena infusion pump sesuai indikasi

-          Monitor TTV

2 Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi makanan.Defenisi: asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolic.

Status nutrisi:  asupan makanan dan cairanIndicator:

-          Mampu makan secara normal (oral)

-          Mampu minum secara normal

-          Tidak terjadi penurunan badan yang berarti

-          TTV normal

Monitoring cairanAktivitas:

-          Monitor intake dan output cairan

-          Monitor berat badan

-          Kaji tentang riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan pola eliminasi

-          Monitor TTV

3 Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri.

Control nyeriIndicator:

-          Mengenali factor penyebab

Manajemen nyeriAktivitas:

-          Lakukan

Page 27: Askep Pada Pasien Gastroentritis

Defenisi: pengalaman emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang muncul dari kerusakan jaringan secara aktual dan potensial atau menunjukkan kerusakan. Serangan mendadak atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat yang diantisipasi atau diprediksi, durasi nyeri kurang dari 6 bulan.

-          Adanya perubahan nyeri

Level nyeri

Indicator:

-          Nyeri berkurang

-          Pola istirahat cukup adekuat

-          Ekspresi wajah saat nyeri normal

pengkajian nyeri secara komperhensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan factor presipitasi

-          Tingkatkan istirahat

-          Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

-          Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

Analgesic administarton

Aktivitas:

-          Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat

-          Cek orderan tentang jens obat, dosis, dan frekuensi

-          Cek riwayat alergi

Page 28: Askep Pada Pasien Gastroentritis

-          Monitor TTV sebelum dan sesudah pemebrian analgesic

4 Resiko kerusakan integritas kulit berhubugan dengan eksresi.Defenisi: perubahan yang beresiko untuk kulit menjadi buruk.

Integritas jaringan: membrane kulit dan mukosaIndicator:

-          Tidak ada lesi

-          Tidak ada tanda dan gejala infeksi

Monitoring elektrolitAktivitas:

-          Monitor keseimbangan asam basa

-          Monitor kehilangan cairan/elektrolit

-          Sediakan diet yang sesuia dengan ketidakseimbangan cairan

-          Monitor TTV

Manajemen elektrolit

Aktivitas:

-          Timbang BB tiap hari

-          Pertahankan intake yang akurat

Page 29: Askep Pada Pasien Gastroentritis

-          Berikan terapi IV

-          Pantau TTV

5 Cemas berhubungan dengan stressDefenisi: perasaan gelisah yang tak jelas dari ketidaknyamanan atau kegiatan yang disertai respon autonom (sumber tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu), perasaan keperihatinan disebabkan dari antisipasi terhadap bahaya.

Control cemasIndicator:

-          Tidak ada tanda kecemasan

-          Melaporkan tidak adanya gangguan persepsi sensori

-          Tidak ada manifestasi perilaku kecemasan

-          TTV normal

Koping

-          Menunjukkan fleksibilitas peran

-          Melibatkan keluarga dalam membuat keputusan

-          Peduli terhadap kebutuhan keluarga

 

Penurunan kecemasanAktivitas:

-          Tenangkan klien

-          Berusaha memahami keadaan klien

-          Sediakan aktivitas untuk menurunkan ketegangan

-          Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat

-          Monitor TTV

Peningkatan koping

Aktivitas:

-          Hargai pemahaman pasien tentang

Page 30: Askep Pada Pasien Gastroentritis

proses penyakit

-          Tentukan kemampuan klien untuk mengambil keputusan.

2.3.4 Evaluasi

1. Volume cairan dan elektrolit kembali normal sesuai kebutuhan.

2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh.

3. Integritas kulit kembali normal.

4. Nyeri tidak lagi dirasakan.

BAB III

PENUTUP

3.1    Kesimpulan

Gastroenteritis (biasa disebut diare) adalah peradangan pada lambung

dan usus yang disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit yang pathogen

dimana gejala yang umum terjadi adalah diare (bentuk tinja yang encer)

dalam frekuensi yang lebih banyak dari biasanya. Gastroenteritis dapat

menyerang semua usia. Masalah keperawatan yang sering terjadi pada

penderita gastroenteritis adalah kekurangan volume cairan, nyeri akut,

resiko kerusakana integritas kulit, san ketidakseimbangan nutrisi:

kurangan dari kebutuhan tubuh.

3.2    Saran

Page 31: Askep Pada Pasien Gastroentritis

Dengan adanya makalah ini penulis berharap agar masalah kesehatan

khususnya gastroenteritis teratasi dengan baik, pola hidup sehat bisa

lebih diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan semoga makalah ini

bermanfaat, dapat menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca dan

khususnya penulis sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Butcher, Howard. dkk. 2008. Nursing Intervention Classification (NIC):

Fifth Edition. Miscourt: Mosby Elsevier.

Heardman, Heather. 2009. Nuring Diagnosis: Definition & Classification.

United Kingdom: Markono Print Media.

http://nursingbegin.com/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-

gastroenteritis/…, diakses pada tanggal 18 januari 2013.

http://seputarsehat.com/asuhan-keperawatan-gastroenteritis…, diakses

pada tanggal 18 januari 2013.

Muttaqin, Arif. 2010. Pengkajian Keperawatan (Aplikasi Pada Praktek

Klinis). Jakarta: Salemba Medika.

Swanson, Elizabeth. dkk. 2008. Nursing Outcome Classification (NOC).

Fourth Edition. Missouri: Mosby Elsevier.

Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Edisi

3. Jakarta: EGC.

Williams & Wilkins. 2008. Nursing: Memahami Berbagai Macam Penyakit.

Jakarta Barat: Indeks.