Upload
nardi-jogja
View
331
Download
5
Embed Size (px)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
OSTEOGENESIS IMPERFECTA
BATASAN
Osteogenesis imperfecta (OI) atau brittle bone disease adalah kelainan pembentukan jaringan ikat yang umumnya ditandai dengan tulang mudah patah, kelainan pada ligamen, kulit, sklera, gigi, ataupun tuli.1,2,5
ETIOLOGI
Hampir 90% bentuk klinis (tipe) OI disebabkan oleh kelainan struktural atau produksi dari prokolagen tipe I (COL1A1 dan COL1A2)1-4,8, komponen protein utama matriks ekstraselular tulang dan kulit.1 Sekitar 10% kasus klinis yang tak jelas, tidak didapat kelainan biokimia dan molekul prokolagen. Tidak diketahui dengan jelas apakah kasus ini dikarenakan deteksi yang terbatas atau karena kelainan genetik yang heterogen.1
EPIDEMIOLOGI
OI diturunkan secara autosomal dominan.1-5 Pada kasus minoritas dapat ditemukan penurunan secara resesif yang disebabkan oleh mosaicism pada orangtua.1 Kejadian OI diperkirakan 1 per 20.000 kelahiran hidup. Tidak ada perbedaan menurut ras dan jenis kelamin. Usia penderita saat gejala muncul, terutama gejala mudah patahnya tulang, sangat bervariasi. Pada bentuk yang ringan, penderita bisa tidak mengalami patah tulang sampai masa dewasa. Sedangkan pada bentuk yang berat patah tulang dapat dialami sejak dalam uterus/ prenatal.2
PATOGENESIS
Prokolagen tipe I adalah struktur protein utama yang menyusun matriks tulang dan jaringan fibrous lainnya, seperti kapsul organ, fasia, kornea, sklera, tendon, selaput otak dan dermis.2,5
Sekitar 30% berat badan manusia terdiri dari prokolagen tipe I.2 Secara struktural, molekul prokolagen tipe I berbentuk triple helix, terdiri dari 2 rantai proα1(I) (disebut COL1A1, dikode pada kromosom 17) dan 1 rantai proα2(I) (disebut COL1A2, dikode pada kromosom 7). Masing-masing rantai triple helix itu dibentuk oleh rangkaian 388 asam amino Gly-X-Y yang berulang. Prolin sering berada di posisi X, sedangkan hidroksiprolin atau hidroksilisin sering berada di posisi Y. Glisin (Gly) merupakan asam amino terkecil yang mempunyai struktur cukup padat dan berperan penting sebagai poros dari helix sehingga bila terjadi mutasi akan sangat mengganggu struktur dan produksi helix.1,5Prokolagen yang abnormal akan membentuk cetakan yang tak normal sehingga matriks pelekat tulang pun tak normal dan tersusun tak beraturan. Beberapa protein bukan kolagen dari matriks tulang juga berkurang.1,6 Hal ini menyebabkan adanya penurunan pembentukan tulang, osteopenia, dan terjadi kerapuhan sehingga meningkatkan angka
kepatahan (fraktur).4Lebih dari 200 mutasi yang berbeda mempengaruhi sintesis atau struktur prokolagen tipe I ditemukan pada penderita OI.5 Jika mutasi tersebut menurunkan produksi/ sintesis prokolagen tipe I, maka terjadi OI fenotip ringan (osteogenesis imperfecta tipe I), namun jika mutasi menyebabkan gangguan struktur prokolagen tipe I maka akan terjadi OI fenotip yang lebih berat (tipe II, III, dan IV).5 Kelainan struktur itu pada dasarnya terbagi menjadi dua macam, yaitu 85% karena point mutation akibat glisin digantikan oleh asam amino lain dan sisanya karena kelainan single exon splicing.1 Gambar 1. Struktur normal prokolagen tipe I. 5Masing-masing rantai kolagen sebagai triple helix prokolagen, disekresikan ke ruang ekstraseluler. Domain amino- dan carboxyl-terminal dipecah di ruang ekstraseluler, mengalami maturitas, kemudian dirangkai, di tulang akan mengalami mineralisasi.5
MANIFESTASI KLINIS
Osteogenesis imperfecta mempunyai ciri khas rapuhnya skletal dalam berbagai derajat. Fraktur dan deformitas tulang terjadi walau dengan trauma ringan.1,2,4-7,10 Sistem klasifikasi yang paling sering dipakai untuk membedakan tipe OI adalah yang dibuat oleh Sillence dkk. Klasifikasi tersebut didasarkan pada gejala klinis, genetik, dan kriteria radiografi.10 Gejala klinisnya sangat bervariasi antarpenderita walaupun dalam tipe yang sama. Tipe-tipe tersebut antara lain :
1. Tipe I (Ringan) 1,2,4,7
- Bentuk OI paling ringan dan paling sering ditemukan, bahkan sering ditemukan dalam suatu pedigree keluarga yang besar.- Diturunkan secara autosomal dominan dan disebabkan oleh menurunnya produksi/ sintesis prokolagen tipe I (functional null alleles).4- Kebanyakan penderita tipe I mempunyai sklera berwarna biru, fraktur berulang pada masa anak-anak tapi tidak sering, dan ketulian (30-60% pada usia 20-30 tahun).1,7 Fraktur terjadi karena trauma ringan – sedang dan menurun setelah pubertas.- Terdapat dua subtipe yaitu subtipe A bila tidak disertai dentinogenesis imperfecta dan subtipe B bila disertai dentinogenesis imperfecta.1,4- Kelainan lainnya yang bisa ditemukan antara lain mudah memar, kelemahan sendi dan otot, kifoskoliosis, dan perawakan pendek ringan dibanding anggota keluarga lainnya.1-
7
1. Tipe II (Sangat berat/ perinatal lethal)1,2,4,7
- Penderita sering lahir mati atau meninggal pada tahun pertama kehidupan dengan berat lahir dan panjang badan kecil untuk masa kehamilan.1 Kematian terutama disebabkan karena distres pernafasan, juga karena malformasi atau perdarahan sistem saraf pusat.2- Terjadi karena mutasi baru yang diturunkan secara autosomal dominan (jarang resesif) akibat penggantian posisi glisin pada triple helix prokolagen tipe I dengan asam amino lain.- Tulang rangka dan jaringan ikat lainnya sangat rapuh.- Terdapat fraktur multipel tulang panjang intrauterin yang terlihat sebagai crumpled appearance pada radiografi. Selain itu juga dapat terjadi pada tulang tengkorak dan atau vertebra. Tulang tengkorak tampak lebih besar dibanding ukuran tubuh dengan pembesaran fontanela anterior dan posterior.1,2 - Fraktur multipel tulang iga membentuk gambaran manik-manik (beaded appearance), thoraks yang sempit ikut berperan dalam terjadinya distres pernafasan.1- Penderita mungkin mempunyai hidung yang kecil dan/ mikrognatia.2- Sklera berwarna biru gelap-keabuan.
1. Tipe III (Berat/Progresif) 1,2,4
- Merupakan tipe dengan manifestasi klinis paling berat namun tidak mematikan yang menghasilkan gangguan fisik signifikan, berupa sendi yang sangat lentur, kelemahan otot, nyeri tulang kronis berulang, dan deformitas tengkorak. - Terjadi karena point mutation atau frame shift mutation pada prokolagen tipe I yang diturunkan secara autosomal dominan atau resesif 4- Berat badan dan panjang lahir sering rendah.- Fraktur sering terjadi dalam uterus- Setelah lahir, fraktur sering terjadi tanpa sebab dan sembuh dengan deformitas- Kebanyakan penderita mengalami perawakan pendek- Bentuk wajah relatif triangular dan makrosefali- Sklera bervariasi dari putih hingga biru.- Sering dijumpai dentinogenesis imperfecta (80% pada anak usia < 10 tahun) 4- Disorganisasi matriks tulang menyebabkan gambaran popcorn pada metafisis, dilihat dari gambaran radiologi.
1. Tipe IV (Tak terdefinisi/ Moderately severe) 1,2,4
- Terjadi karena point mutation atau delesi kecil pada prokolagen tipe I yaitu pada rantai COL1A2, kadang pada COL1A1.4- Merupakan tipe OI yang paling heterogen karena memasukkan temuan-temuan pada penderita yang tidak tergolong dalam 3 tipe sebelumnya.- Fraktur dapat terjadi dalam uterus dengan tulang panjang bawah bengkok yang tampak sejak lahir.- Sering terjadi fraktur berulang, kebanyakan penderita mempunyai tulang yang bengkok walau tidak sering mengalami fraktur.- Frekuensi fraktur berkurang setelah masa pubertas- Penderita tipe ini memerlukan intervensi ortopedik dan rehabilitasi tetapi biasanya mereka dapat melakukan ambulasi sehari-hari.- Penderita mengalami perawakan pendek moderate- Warna sklera biasanya putih- Dapat dijumpai dentinogenesis imperfecta, sehingga beberapa penulis membedakan tipe ini menjadi 2 subtipe yaitu subtipe A bila tidak disertai dentinogenesis imperfecta dan subtipe B bila disertai dentinogenesis imperfecta.1,4- Gambaran radiologi dapat menunjukkan osteoporotik dan kompresi vertebraAdanya penelitian mikroskopik terhadap tulang penderita OI membawa penemuan tipe-tipe baru OI. Para peneliti menemukan beberapa penderita yang secara klinis termasuk tipe IV mempunyai pola yang berbeda pada tulangnya. Mereka menamakan sebagai OI tipe V dan tipe VI. Penyebab mutasi pada kedua tipe ini belum dapat diidentifikasi, namun diketahui penderita kedua tipe ini tidak mengalami mutasi pada gen prokolagen tipe I.7 Pada tahun 2006 ditemukan 2 tipe baru OI yang diturunkan secara resesif. Kedua tipe ini disebabkan oleh kelainan gen yang mempengaruhi pembentukan kolagen tapi bukan mutasi kolagen secara primer.7
DIAGNOSIS
Diagnosis OI ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit yang sama pada keluarga dan atau manifestasi klinis yang berbeda-beda tiap penderita, dari tipe ringan sampai berat, ditambah dengan beberapa pemeriksaan penunjang.8 Manifestasi klinis yang bisa ditemukan antara lain sering fraktur berulang, perawakan pendek, sklera berwarna biru, masalah gigi (dentinogenesis imperfecta), dan gangguan pendengaran yang makin progresif setelah masa pubertas.1-8 Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan :
1. Laboratorium biokimia dan molekular
- Analisa sintesa kolagen didapat melalui kultur fibroblas dari biopsi kulit.1,2,8, terutama untuk mendeteksi osteogenesis imperfecta tipe I,III dan IV. 4- Analisa mutasi DNA prenatal dilakukan pada kehamilan dengan resiko OI, melalui kultur villus korion.1,2,4 Pemeriksaan kombinasi antara analisa DNA dan biopsi kolagen akan mendeteksi hampir 90% dari semua tipe mutasi gen pengkode prokolagen tipe I. 7,9
1. Pencitraan
- Radiografi tulang skeletal setelah lahir (bone survey)• Bentuk ringan (tipe I) tampak korteks tulang panjang yang menipis, tidak tampak deformitas tulang panjang.2 Bisa menunjukkan gambaran Wormian (Wormian bones) pada cranium. 2,4,8 • Bentuk sangat berat (tipe II) tampak gambaran manik-manik (beaded appearance) pada tulang iga, tulang melebar, fraktur multipel dengan deformitas tulang panjang.2• Bentuk sedang dan berat (tipe III dan IV) tampak metafisis kistik atau gambaran popcorn pada kartilago, tulang dapat normal atau melebar pada awalnya kemudian menipis, dapat ditemukan fraktur yang menyebabkan deformitas tulang panjang, sering disertai fraktur vertebra.2 - Densitas mineral tulang (bone densitometry) diukur dengan Dual-Energy X-Ray Absorptiometry (DEXA) yang menghasilkan nilai rendah pada penderita.2 - Ultrasonografi prenatal pada minggu 15-18 kehamilan untuk mendeteksi kelainan panjang tulang anggota badan.1,2 Yang tampak dapat berupa gambaran normal (tipe ringan) sampai dengan gambaran isi intrakranial yang sangat jelas karena berkurangnya mineralisasi tulang kalvaria atau kompresi kalvaria. Selain itu dapat juga ditemukan tulang panjang yang bengkok, panjang tulang berkurang (terutama tulang femur), dan fraktur iga multipel.2 USG prenatal ini terutama untuk mendeteksi OI tipe II.4
DIAGNOSIS BANDING
1. Perlakuan salah dan penelantaran pada anak (child abuse & neglect)
Pada OI tipe ringan paling sulit dibedakan dengan kasus penelantaran anak.2 Usia fraktur tulang yang berbeda-beda pada neonatus dan anak harus dicurigai karena kasus penelantaran anak.10
Selain itu pada penelantaran anak juga terdapat manifestasi klinis non skeletal, misalnya perdarahan retina, hematoma organ visera, perdarahan intrakranial, pankreatitis dan trauma limpa. Tipe fraktur pada penelantaran anak biasanya adalah fraktur sudut metafiseal yang jarang ditemukan pada OI.2 Densitas mineral tulang pada penelantaran anak juga normal, sedangkan pada OI rendah. 10
1. Osteoporosis juvenil idiopati (OJI) 2,10
Keadaan ini ditemukan pada anak yang lebih tua, terutama antara 8 – 11 tahun, yang mengalami fraktur dan tanda osteoporosis tanpa didasari penyakit lainnya. Gejala biasanya nyeri tulang belakang, paha, kaki, dan kesulitan berjalan. Fraktur khasnya berupa fraktur metafiseal, meski dapat juga terjadi pada tulang panjang. Sering terjadi fraktur vertebra yang menyebabkan deformitas dan perawakan pendek ringan. Tulang tengkorak dan wajah normal. OJI akan membaik spontan dalam 3-5 tahun, namun deformitas vertebra dan gangguan fungsi dapat menetap. Jika didapat riwayat keluarga dengan keluhan yang sama maka harus dipikirkan suatu OI tipe ringan.10
1. Achondroplasia 2,11
Merupakan penyakit yang diturunkan secara autosomal dominan akibat mutasi pada gen FGFR3. Gen ini bertanggung jawab pada pembentukan protein yang berperan dalam pertumbuhan, perkembangan dan pemeliharaan tulang (osifikasi) dan jaringan otak. Klinis didapat sejak lahir berupa perawakan pendek, termasuk tulang belakang, lengan dan tungkai terutama lengan dan tungkai atas, pergerakan siku terbatas, makrosefali dengan dahi yang menonjol. Kejadian fraktur berulang tak pernah terjadi. 11
1. Riketsia 10,12
Merupakan gangguan kalsifikasi dari osteoid akibat defisiensi metabolit vitamin D. Walau jarang terjadi, riketsia juga bisa karena kekurangan kalsium dan fosfor dalam diet. Klinis yang ditemukan antara lain hipotoni otot, penebalan tulang tengkorak yang menyebabkan dahi menonjol, knobby deformity pada metafisis dan dada (rachitic rosary), bisa terjadi fraktur terutama tipe greenstick fracture. Hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan kadar 25-hidroksi-vitamin D serum, kalsium dan fosfor yang rendah, serta alkalin fosfatase meningkat. Beberapa penyakit malabsorpsi intestinal berat, penyakit hati atau ginjal menimbulkan gambaran klinis dan biokimia sekunder riketsia nutrisional.12 Pada OI kalsium serum dan alkalin fosfatase normal. Kadar 25-hidroksi-vitamin D serum penderita OI sering rendah menunjukkan defisiensi vitamin D sekunder akibat kurangnya paparan terhadap sinar matahari yang sering dialami penderita OI. 10
TATALAKSANA
Penderita dengan OI memerlukan penanganan tim medis multidisiplin ilmu.10 Pada beberapa kasus, penanganan perlu dimulai sejak lahir. Namun karena penyakit ini didasari oleh kelainan genetik maka tidak didapatkan pengobatan yang efektif .2,3 1. MedikasiTujuan utama pengobatan OI adalah mengurangi angka kejadian fraktur, mencegah deformitas tulang panjang dan skoliosis serta meningkatkan luaran fungsional.10 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bisfosfonat intravena (pamidronat) memberikan perbaikan bagi anak dengan OI.13 Bisfosfonat adalah analog sintetis dari pirofosfat, penghambat alami resorpsi tulang osteoklastik sehingga meningkatkan mineralisasi tulang dan memperkuat tulang.1,3,13 Mekanisme kerjanya adalah dengan menekan aktivitas dan juga memperpendek usia hidup osteoklas. Salah satu penelitian oleh Glorieux dkk14
pada 30 anak OI tipe III dan IV, berusia 3-16 tahun yang diterapi dengan pamidronat dosis 1,5-3 mg/kg berat badan/hari selama 3 hari berturut-turut, diulang tiap 4-6 bulan selama 1,5 tahun. Penelitian ini melaporkan pemakaian pamidronat menyebabkan densitas mineral tulang dan penebalan korteks metakarpal meningkat, penurunan insiden fraktur yang dikonfirmasi dengan pemeriksaan radiologis, mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan kualitas hidup.14,15 Penggunaan bisfosfonat oral (alendronat) pada anak OI masih terus diteliti.2,10,13 Laporan kasus di Turki setelah pemakaian alendronat 5 mg tiap hari selama 36 bulan pada anak laki-laki berusia 8 tahun menunjukkan peningkatan densitas mineral tulang dan menurunkan insiden fraktur secara signifikan.13 Penelitian yang membandingkan pemakaian bisfosfonat intravena dan oral oleh Dimeglio dkk16 menunjukkan bahwa keduanya sama-sama meningkatkan densitas mineral tulang, menurunkan petanda biokimia dari pertumbuhan (turnover) tulang, dan mempercepat pertumbuhan linear.16 Mereka juga menyimpulkan bahwa pemakaian bisfosfonat intravena dan
oral pada anak OI sama efektifnya terutama pada tipe OI ringan. Selain itu pemakaian secara oral lebih diterima oleh anak-anak dan praktis dibandingkan dengan pemakaian intravena.17 Penderita OI yang rentan terhadap trauma dan memerlukan imobilisasi jangka lama akibat frakturnya sering menyebabkan defisiensi vitamin D dan kalsium pada anak. Karena itu diperlukan suplementasi vitamin D 400-800 IU dan kalsium 500-1000 mg sebagai profilaktik walau tidak memperbaiki penyakit OI sendiri.1,10 Terapi potensial lain yang sampai saat ini masih dalam taraf penelitian adalah terapi sel dan gen. Ada dua alternatif pendekatan yang sedang diteliti, pertama mengganti gen mutan dengan sel normal melalui transplantasi sumsum tulang, dan kedua memasukkan ribozym ke dalam sel untuk memecah gen mutan.3,10,15 2.Bedah ortopediTatalaksana ortopedi ditujukan untuk perawatan fraktur dan koreksi deformitas. Fraktur harus dipasang splint atau cast. Pada OI fraktur akan sembuh dengan baik, sedangkan cast diperlukan untuk meminimalkan osteoporosis akibat imobilisasi jangka lama. Koreksi pada deformitas tulang panjang memerlukan prosedur osteotomi dan pemasangan intramedullary rod.1 3. Rehabilitasi medikRehabilitasi fisik dimulai pada usia awal penderita sehingga penderita dapat mencapai tingkat fungsional yang lebih tinggi, antara lain berupa penguatan otot isotonik, stabilisasi sendi, dan latihan aerobik.3 Penderita tipe I dan beberapa kasus tipe IV dapat mobilisasi spontan.1 Penderita tipe III kebanyakan memerlukan kursi roda namun tetap tak mencegah terjadinya fraktur berulang. Kebanyakan penderita tipe IV dan beberapa tipe III dapat mobilisasi/ berjalan dengan kombinasi terapi fisik penguatan otot sendi panggul, peningkatan stamina, pemakaian bracing, dan koreksi ortopedi.3 4. Konseling genetikPenderita dan keluarga sebaiknya dijelaskan mengenai kemungkinan diturunkannya penyakit ini pada keturunannya. Osteogenesis imperfecta adalah penyakit autosomal dominan, sehingga penderita mempunyai resiko 50% untuk menurunkan pada turunannya.1 Selain itu juga perlu didiskusikan mengenai kemungkinan adanya mutasi baru seperti somatik asimtomatik dan germline mosaicsm.10
PROGNOSIS
Osteogenesis imperfecta merupakan kondisi kronis yang membatasi tingkat fungsional dan lama hidup penderita.1 Prognosis penderita OI bervariasi tergantung klinis dan keparahan yang dideritanya. Penyebab kematian tersering adalah gagal nafas.7 Bayi dengan OI tipe II biasanya meninggal dalam usia bulanan - 1 tahun kehidupan. Sangat jarang seorang anak dengan gambaran radiografi tipe II dan defisiensi pertumbuhan berat dapat hidup sampai usia remaja. Penderita OI tipe III biasanya meninggal karena penyebab pulmonal pada masa anak-anak dini, remaja atau usia 40 tahun-an sedangkan penderita tipe I dan IV dapat hidup dengan usia yang lebih panjang/ lama hidup penuh.1
Penderita OI tipe III biasanya sangat tergantung dengan kursi roda. Dengan rehabilitasi medis yang agresif mereka dapat memiliki ketrampilan transfer dan melakukan ambulasi sehari-hari di rumah. Penderita OI tipe IV biasanya dapat memiliki ketrampilan ambulasi di masyarakat juga tak tergantung dengan sekitarnya.1
DAFTAR PUSTAKA
1. Marini JC. Osteogenesis imperfecta. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB,eds. Nelson textbook of pediatrics, edisi ke-17. Philadelphia: Saunders, 2004, 2336-8
2. Plotkin H, Pattekar MA. Osteogenesis imperfecta. Didapat dari: www.emedicine.com3. Marini JC. Osteogenesis imperfecta-managing brittle bones. N Engl J Med 1998; 339:
986-74. Root AW, Diamond Jr FB. Disorders of calcium metabolism in the child and adolescent.
Dalam: Sperling MA, eds. Pediatric endocrinology, edisi ke-2. Philadelphia: Saunders, 2002, 657-85.
5. Nussbaum RL, McInnes RR, Willard HF. The molecular and biochemical basis of genetic disease. Dalam: Thompson and thompson genetic in medicine, edisi ke-6. Philadelphia: Saunders, 2004, 229-346.
6. Anonymous. Understanding the structure of bones. Didapat dari: www.oif.org7. 7. Anonymous. Fast facts on osteogenesis imperfecta. Didapat dari: www.oif.org8. 8. Anonymous. Learning about osteogenesis imperfecta. Didapat dari: www.genome.org9. 9. Anonymous. Osteogenesis imperfecta diagnosis. Didapat dari:
www.bones.emedtv.com10. 10. Chevrel G. Osteogenesis imperfecta. Didapat dari: www.orpha.net/data/patho/GB/uk-
OI.pdf11. Anonymous. Achondroplasia. Didapat dari: www.ghr.nlm.nih.gov12. Finberg L. Rickets. Didapat dari: www.emedicine.com13. Unal E, Abaci A, Bober E, Buyukgebis A. Oral alendronat in osteogenesis imperfecta.
Indian Ped 2005;42:1158-6014. 14. Glorieux FH, Bishop NJ, Plotkin H, Chabot G, Lanoue G, Travers R. Cyclic
administration of pamidronate in children with severe osteogenesis imperfecta. N Engl J Med 1998;339:947-5215.
15. Smith R. Severe osteogenesis imperfecta: new therapeutic options? BMJ 2001;322:63-4. 16.
16. Dimeglio LA, Ford L, McClintock C, Peacock M. A comparison of oral and intravenous biphosphonates therapy for children with osteogenesis imperfecta. J Pediatr Endocrinol Metab 2005;18(1):43-5317.
17. Dimeglio LA, Peacock M. Two-year clinical trial of oral alendronate versus intravenous pamidronate in children with osteogenesis imperfecta. J Bone Miner Res 2006;21(1):132-40
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KASUS OSTEOGENESIS IMPERFECT TIPE III
DISUSUNOLEH KELOMPOK E
ARI WAHYU SETAIWAN, SKepSUKARDI, Skep
SUKO BASUKI, SkepR. HERI RISWANTO, SKep
MISGIYANTO, SKepHYANG KINANTHI RAJASA, SKep
NUR LAILI FITRIANA , SKep
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG 2012
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Osteogenesis imperfecta merupakan kondisi kronis yang membatasi tingkat fungsional dan
lama hidup penderita. Prognosis penderita OI bervariasi tergantung klinis dan keparahan yang
dideritanya. Penyebab kematian tersering adalah gagal nafas. Bayi dengan OI tipe II biasanya
meninggal dalam usia bulanan - 1 tahun kehidupan. Sangat jarang seorang anak dengan
gambaran radiografi tipe II dan defisiensi pertumbuhan berat dapat hidup sampai usia remaja.
Penderita OI tipe III biasanya meninggal karena penyebab pulmonal pada masa anak-anak dini,
remaja atau usia 40 tahun-an sedangkan penderita tipe I dan IV dapat hidup dengan usia yang
lebih panjang/ lama hidup penuh. Penderita OI tipe III biasanya sangat tergantung dengan kursi
roda. Dengan rehabilitasi medis yang agresif mereka dapat memiliki ketrampilan transfer dan
melakukan ambulasi sehari-hari di rumah. Penderita OI tipe IV biasanya dapat memiliki
ketrampilan ambulasi di masyarakat juga tak tergantung dengan sekitarnya. (Nusbaum,2004
dikutip dari blog dokter anak unsri)
OI diturunkan secara autosomal dominan. Pada kasus minoritas dapat ditemukan
penurunan secara resesif yang disebabkan oleh mosaicism pada orangtua. Kejadian OI
diperkirakan 1 per 20.000 kelahiran hidup. Tidak ada perbedaan menurut ras dan jenis kelamin.
Usia penderita saat gejala muncul, terutama gejala mudah patahnya tulang, sangat bervariasi.
Pada bentuk yang ringan, penderita bisa tidak mengalami patah tulang sampai masa dewasa.
Sedangkan pada bentuk yang berat patah tulang dapat dialami sejak dalam uterus/ prenatal
(Marini,JC, 1998 dikutip dari blog dokter anak unsri)
2Dalam perawatan osteogenesis perawat berperan dalam pemenuhan kebutuhan dasar seperti pemenuhan nutrisi, eliminasi maunpun kebersihan diri karena anak yang mengalami osteogensis tidak mandiri artinya setaiap kegiatan harus dibantu oleh orang lain seperti orang tua yang bekerjasama dengan perawat, perawat bisa memberikan pendidikan kesehatan pada anak yang mengalami osteogenesis. Selain itu perawat harus memperhatikan resiko-resiko yang akan terjadi seperti resiko fraktur akibat kerapuhan tulang. Perawat juga harus memperhatikan terapi dab diet yang diberikan pada klien untuk kesembuhan klien.
Angkakejadian penyakit ini diperkirakan terjadi pada satu dari 20 ribu kelahiran.
Sedangkan di Indonesia, prevalensi kasus belum diketahui persis sedangkan Di RSUP Dr. M
Djamil Padang kejadian osteogenesis tinggi dimana dalam tiga bulan terakhir ini terdapat kasus
yang mengalami osteogenesi sebanyak 3 anak. Jadi kelompok tertarik untuk menagambil topik
osteogenesis untuk diseminarkan
2. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Osteogenesis
b. Tujuan Khusus
1) Mengetahui dan Memahami Konsep teoritis dari Osteogenesis
a. Mengetahui dan memahami pengertian dari Osteogenesis
b. Mengetahui dan memahami penyebab dari Osteogenesis
c. Mengetahui dan memahami tanda dan gejala dari Osteogenesis
d. Mengetahui dan memahami komplikaogensi dari Osteogenesis
2) Agar mahasiswa mampu melakukan menyesuaikan Asuhan keperawatan pada anak
yang mengalami osteogenesis dari segi teori maupun kasus dilapanganyang mencakup:
a. Pengkajian pada anak osteogenesis
b. Menganalisa data dan merumuskan diagnosa keperawatan osteogenesis
c. Membuat perencanaan pada anak yang mengalami osteogenesis
d. Memperhatiakn catatan perkembangan anakosteogenesis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.
4DEFENISI
Osteogenesis imperfecta (OI) atau brittle bone disease adalah kelainan pembentukan jaringan
ikat yang umumnya ditandai dengan tulang mudah patah, kelainan pada ligamen, kulit, sklera,
gigi, ataupun tuli (Marini,JC, 1998 dikutip dari blog dokter anak unsri)
Osteogenesis Imperfecta (OI) juga dikenal sebagai penyakit tulang rapuh. OI merupakan
kelainan genetik (warisan) yang ditandai dengan tulang-tulang yang mudah patah tanpa sebab
tertentu. (Wong,2002)
Osteogenesis imperfect (OI), atau “penyakit tulang rapuh”, adalah sekelompok penyakit
herediter yang tipe I. kolagen tipe I terdapat diberbagai jaringan, termasuk kulit, sendi, dan mata
dan merupakan komponen utama pada osteoid normal , (Nelson, 2000)
2. ETIOLOGI
Hampir 90% bentuk klinis (tipe) OI disebabkan oleh kelainan struktural atau produksi dari
prokolagen tipe I (COL1A1 dan COL1A2) , komponen protein utama matriks ekstraselular
tulang dan kulit.1 Sekitar 10% kasus klinis yang tak jelas, tidak didapat kelainan biokimia dan
molekul prokolagen. Tidak diketahui dengan jelas apakah kasus ini dikarenakan deteksi yang
terbatas atau karena kelainan genetik yang heterogen. (Plotkin H,2003 dikutip dari blog dokter
anak unsri)
3. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Tulang adalah bentuk khusus jaringan ikat dengan kerangka kolagen yang mengandung
garam Ca2+ dan PO43-, terutama hidroksiapatit. Sistem skelet (tulang) dibentuk oleh sebuah
matriks dari serabut-serabut dan protein yang diperkeras dengan kalsium, magnesium fosfat, dan
karbonat. Bahan-bahan tersebut berasal dari embrio hyalin tulang rawan melalui osteogenesis
kemudian menjadi tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut osteoblast. Terdapat 206
tulang di tubuh yang diklasifikasikan menurut panjang, pendek, datar, dan tak beraturan, sesuai
dengan bentuknya. Secara umum tulang mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Tulang berperan dalam homoestasis Ca2+ dan PO43- secara keseluruhan.
b. Tulang berfungsi untuk melindungi organ vital.
c. Menahan jaringan tubuh dan memberi bentuk kepada kerangka tubuh
d. Melindungi organ ±organ tubuh (contoh tengkorak melindungi otak).
e. Untuk pergerakan (otak melekat kepada tulang untuk berkontraksi dan bergerak)
f. Untuk pergerakan (otak melekat kepada tulang untuk berkontraksi dan bergerak).
g. Merupakan tempat penyimpanan mineral, seperti kalsium.
h. Hematopoiesis (tempat pembuatan sel darah merah dalam sum-sum tulang)
1. Struktur Tulang
Gambar 1 : struktur tulang
a. Periosteum
Periosteum merupakan lapisan pertama dan selaput terluar tulang yang tipis. Periosteum
mengandung osteoblas (sel pembentuk jaringan tulang), jaringan ikat dan pembuluh darah.
Periosteum merupakan tempat melekatnya otot-otot rangka (skelet) ke tulang dan berperan
dalam memberikan nutrisi, pertumbuhan dan reparasi tulang rusak.
b. Tulang kompak (korteks)
Tulang kompak merupakan lapisan kedua pada tulang yang memiliki tekstur halus dan
sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit rongga dan lebih banyak mengandung kapur
(Calsium Phosfat dan Calsium Carbonat) sehingga tulang menjadi padat.
Tulang kompak paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulang tangan. Delapan
puluh persen tulang di tubuh dibentuk oleh tulang kompak. Sel tulang kompak berada di lakuna
dan menerima nutrisi dari kanalikulus yang bercabang di seluruh tulang kompak dan disalurkan
melalui kanal havers yang mengandung pembuluh darah
Di sekeliling tiap kanal havers, kolagen tersusun dalam lapisan konsentris dan
membentuk silinder yang disebut osteon (sistemHavers) atau disebut juga tulang keras.
Setiap sistem Havers terdiri dari saluran Havers, yaitu suatu saluran yang sejajar dengan
sumbu tulang. Disekeliling sistem havers terdapat lamella-lamella yang konsentris dan berlapis-
lapis. Pada lamella terdapat rongga-rongga yang disebut lakuna. Di dalam lakuna terdapat
osteosit
Dari lakuna keluar saluran-saluran kecil yang menuju ke segala arah disebut kanalikuli
yang berhubungan dengan lakuna lain. Di antara sistem havers terdapat lamella interestial yang
lamella-lamellanya tidak berkaitan dengan sistem havers. Pembuluh darah dari periosteum
menembus tulang kompak melalui saluran volkman yang berhubungan dengan pembuluh darah
saluran havers. Kedua saluran ini arahnya saling tegak lurus.
c. Tulang Spongiosa
Pada lapisan ketiga disebut dengan tulang spongiosa, berada di dalam korteks dan
membentuk sisa 20% tulang di tubuh. Sesuai dengan namanya tulang spongiosa memiliki banyak
rongga. Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah.
Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula. Trabekula terdiri dari
spikulum / lempeng, dan sel-sel terletak di permukaan lempeng. Nutrien berdifusi dari cairan
ekstrasel tulang ke dalam trabekula. Lebih dari 90 % protein dalam matriks tulang tersusun atas
kolagen tipe I.
d. Sumsum Tulang (Bone Marrow)
Lapisan terakhir tulang yang paling dalam adalah sumsum tulang. Sumsum tulang
wujudnya seperti jelly yang kental, dilindungi oleh tulang spongiosa seperti yang telah dijelaskan
dibagian tulang spongiosa. Sumsum tulang berperan penting dalam tubuh kita karena berfungsi
memproduksi sel-sel darah yang ada dalam tubuh.
2. Proses osifikasi
Proses pengerasan tulang disebut penulangan atau osifikasi. Osifikasi pertama kali terjadi di
diafisis, yaitu pusat osifikasi primer, pada akhir masa embrionik. Pada waktu lahir, sebagian
besar diafisis telah mengalami osifikasi, sedang epifisis masih berupa kartilago. Osifikasi
sekunder baru berlangsung pada tahun-tahun pertama usia bayi. Karena osifikasi dari dua arah,
dari epifisis dan diafisis, hanya daerah di tengah-tengah kedua daerah itulah (lempeng epifisis)
yang masih berupa kartilago. Kartilago ini akan terus berproliferasi yang dibarengi dengan
osifikasi. Saat seluruh lempeng epifisis telang mengalami osifikasi, berarti masa pertumbuhan
tulang telah berhenti. Pembentukan tulang dimulai dari perkembangan jaringan penyambung
seperti tulang rawan yang berkembang menjadi tulang keras. Jaringan yang berkembang akan
disisipi dengan pembuluh darah. Pembuluh darah ini akan membawa mineral seperti kalsium dan
menyimpannya pada jaringan tersebut. Osifikasi atau yang disebut dengan proses pembentukan
tulang telah bermula sejak umur embrio 6-7 minggu dan berlangsung sampai dewasa. Osifikasi
dimulai dari sel-sel mesenkim memasuki daerah osifikasi, bila daerah tersebut banyak
mengandung pembuluh darah akan membentuk osteoblas, bila tidak mengandung pembuluh
darah akan membentuk kondroblas. Pembentukan tulang rawan terjadi segera setelah terbentuk
tulang rawan (kartilago).
Mula-mula pembuluh darah menembus perichondrium di bagian tengah batang tulang
rawan, merangsang sel-sel perichondrium berubah menjadi osteoblas. Osteoblas ini akan
membentuk suatu lapisan tulang kompakta, perichondrium berubah menjadi periosteum.
Bersamaan dengan proses ini pada bagian dalam tulang rawan di daerah diafisis yang disebut
juga pusat osifikasi primer, sel-sel tulang rawan membesar kemudian pecah sehingga terjadi
kenaikan pH (menjadi basa) akibatnya zat kapur didepositkan, dengan demikian terganggulah
nutrisi semua sel-sel tulang rawan dan menyebabkan kematian pada sel-sel tulang rawan ini.
Kemudian akan terjadi degenerasi (kemunduran bentuk dan fungsi) dan pelarutan dari zat-
zat interseluler (termasuk zat kapur) bersamaan dengan masuknya pembuluh darah ke daerah ini,
sehingga terbentuklah rongga untuk sumsum tulang.
Pada tahap selanjutnya pembuluh darah akan memasuki daerah epiphise sehingga terjadi
pusat osifikasi sekunder, terbentuklah tulang spongiosa. Dengan demikian masih tersisa tulang
rawan dikedua ujung epifise yang berperan penting dalam pergerakan sendi dan satu tulang
rawan di antara epifise dan diafise yang disebut dengan cakram epifise.
Selama pertumbuhan, sel-sel tulang rawan pada cakram epifise terus-menerus membelah
kemudian hancur dan tulang rawan diganti dengan tulang di daerah diafise, dengan demikian
tebal cakram epifise tetap sedangkan tulang akan tumbuh memanjang. Pada pertumbuhan
diameter (lebar) tulang, tulang didaerah rongga sumsum dihancurkan oleh osteoklas sehingga
rongga sumsum membesar, dan pada saat yang bersamaan osteoblas di periosteum membentuk
lapisan-lapisan tulang baru di daerah permukaan.
Osifikasi ini biasanya terjadi pada tulang-tulang pipih. Osifikasi ini terjadi pada sel-sel
mesenkim dan berlangsung dalam suatu membran yang dibentuk oleh sel-sel mesenkim itu
sendiri. Sel-sel mesenkim yang telah berkondensasi berdiferensiasi menjadi osteoblast dan mulai
mensekresikan matriks dan substansi interselular. Osteoblast yang dikelilingi oleh matriks
menjadi osteocyte. ( Osifikasi intra membran )
Pada diafisis, sel-sel kartilago mengalami tiga hal, yaitu hipertropi, kalsifikasi matriks serta
kematian sel-selnya. Selain itu, perichondrium akan mengalami vaskularisasi sehingga sel-sel
kartilago akan berubah menjadi osteoblast. Perichondrium pun sekarang disebut periosteum.
( Osifikasi endokondral )
3. Faktor faktor pembentukan tulang
Faktor faktor yang berpengaru pada pembentukan tulang adalah:
Vitamin B6: menurunkan hemosisten. Vitamin B6 berfungsi untuk mencegah osteoporosis.
Vitamin C: mengukat kolagen. Vitamin C berfungsi untuk mengaktifkan enzim.
Vitamin K: untuk pembentukan tulang.
Kalsitonin: berfungsi untuk reasorbsi tulang dan pembentukan osteoklas.
4. PATOFISIOLOGI
Prokolagen tipe I adalah struktur protein utama yang menyusun matriks tulang dan jaringan
fibrous lainnya, seperti kapsul organ, fasia, kornea, sklera, tendon, selaput otak dan dermis.
Sekitar 30% berat badan manusia terdiri dari prokolagen tipe I. Secara struktural, molekul
prokolagen tipe I berbentuk triple helix, terdiri dari rantai proα1(I) (disebut COL1A1, dikode
pada kromosom 17) dan 1 rantai proα(I) (disebut COL1A, dikode pada kromosom 7). Masing-
masing rantai triple helix itu dibentuk oleh rangkaian 388 asam amino Gly-X-Y yang berulang.
Prolin sering berada di posisi X, sedangkan hidroksiprolin atau hidroksilisin sering berada di
posisi Y. Glisin (Gly) merupakan asam amino terkecil yang mempunyai struktur cukup padat dan
berperan penting sebagai poros dari helix sehingga bila terjadi mutasi akan sangat mengganggu
struktur dan produksi helix. Prokolagen yang abnormal akan membentuk cetakan yang tak
normal sehingga matriks pelekat tulang pun tak normal dan tersusun tak beraturan. Beberapa
protein bukan kolagen dari matriks tulang juga berkurang (Nelson,2000).
Hal ini menyebabkan adanya penurunan pembentukan tulang, osteopenia, dan terjadi
kerapuhan sehingga meningkatkan angka kepatahan (fraktur).4Lebih dari 00 mutasi yang berbeda
mempengaruhi sintesis atau struktur prokolagen tipe I ditemukan pada penderita OI. Jika mutasi
tersebut menurunkan produksi/ sintesis prokolagen tipe I, maka terjadi OI fenotip ringan
(osteogenesis imperfecta tipe I), namun jika mutasi menyebabkan gangguan struktur prokolagen
tipe I maka akan terjadi OI fenotip yang lebih berat (tipe II, III, dan IV). Kelainan struktur itu
pada dasarnya terbagi menjadi dua macam, yaitu 85% karena point mutation akibat glisin
digantikan oleh asam amino lain dan sisanya karena kelainan single exon splicing. Struktur
normal prokolagen tipe I. Masing-masing rantai kolagen sebagai triple helix prokolagen,
disekresikan ke ruang ekstraseluler. Domain amino- dan carboxyl-terminal dipecah di ruang
ekstraseluler, mengalami maturitas, kemudian dirangkai, di tulang akan mengalami mineralisasi
(Nelson 2000).
5. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Plotkin, (2003) yang dikutip dari blog kedokteran anak Unsri gejala klinis, genetik,
dan kriteria radiografi. Gejala klinisnya sangat bervariasi antarpenderita walaupun dalam tipe
yang sama. Tipe-tipe tersebut antara lain :
gambar bentuk tulang osteogenesis yang didapat dari
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMicm062996
a. Tipe I (Ringan)
Bentuk OI paling ringan dan paling sering ditemukan, bahkan sering ditemukan dalam suatu
pedigree keluarga yang besar.Diturunkan secara autosomal dominan dan disebabkan oleh
menurunnya produksi/ sintesis prokolagen tipe I (functional null alleles). Kebanyakan penderita
tipe I mempunyai sklera berwarna biru, fraktur berulang pada masa anak-anak tapi tidak sering,
dan ketulian (30-60% pada usia 0-30 tahun). Fraktur terjadi karena trauma ringan – sedang dan
menurun setelah pubertas.Terdapat dua subtipe yaitu subtipe A bila tidak disertai dentinogenesis
imperfecta dan subtipe B bila disertai dentinogenesis imperfecta. Kelainan lainnya yang bisa
ditemukan antara lain mudah memar, kelemahan sendi dan otot, kifoskoliosis, dan perawakan
pendek ringan dibanding anggota keluarga lainnya.
b. Tipe II (Sangat berat/ perinatal lethal)
Penderita sering lahir mati atau meninggal pada tahun pertama kehidupan dengan berat
lahir dan panjang badan kecil untuk masa kehamilan. Kematian terutama disebabkan karena
distres pernafasan, juga karena malformasi atau perdarahan sistem saraf pusat.Terjadi karena
mutasi baru yang diturunkan secara autosomal dominan (jarang resesif) akibat penggantian
posisi glisin pada triple helix prokolagen tipe I dengan asam amino lain.Tulang rangka dan
jaringan ikat lainnya sangat rapuh.Terdapat fraktur multipel tulang panjang intrauterin yang
terlihat sebagai crumpled appearance pada radiografi. Selain itu juga dapat terjadi pada tulang
tengkorak dan atau vertebra. Tulang tengkorak tampak lebih besar dibanding ukuran tubuh
dengan pembesaran fontanela anterior dan posterior., Fraktur multipel tulang iga membentuk
gambaran manik-manik (beaded appearance), thoraks yang sempit ikut berperan dalam
terjadinya distres pernafasan. Penderita mungkin mempunyai hidung yang kecil dan/
mikrognatia.Sklera berwarna biru gelap-keabuan.
c. Tipe III (Berat/Progresif)
Merupakan tipe dengan manifestasi klinis paling berat namun tidak mematikan yang
menghasilkan gangguan fisik signifikan, berupa sendi yang sangat lentur, kelemahan otot, nyeri
tulang kronis berulang, dan deformitas tengkorak. Terjadi karena point mutation atau frame shift
mutation pada prokolagen tipe I yang diturunkan secara autosomal dominan atau resesif Berat
badan dan panjang lahir sering rendah.Fraktur sering terjadi dalam uterusSetelah lahir, fraktur
sering terjadi tanpa sebab dan sembuh dengan deformitasKebanyakan penderita mengalami
perawakan pendekBentuk wajah relatif triangular dan makrosefaliSklera bervariasi dari putih
hingga biru.Sering dijumpai dentinogenesis imperfecta (80% pada anak usia < 10 tahun)
Disorganisasi matriks tulang menyebabkan gambaran popcorn pada metafisis, dilihat dari
gambaran radiologi.
d. Tipe IV (Tak terdefinisi/ Moderately severe)
Terjadi karena point mutation atau delesi kecil pada prokolagen tipe I yaitu pada rantai
COL1A, kadang pada COL1A1. Merupakan tipe OI yang paling heterogen karena memasukkan
temuan-temuan pada penderita yang tidak tergolong dalam 3 tipe sebelumnya.Fraktur dapat
terjadi dalam uterus dengan tulang panjang bawah bengkok yang tampak sejak lahir.Sering
terjadi fraktur berulang, kebanyakan penderita mempunyai tulang yang bengkok walau tidak
sering mengalami fraktur.Frekuensi fraktur berkurang setelah masa pubertasPenderita tipe ini
memerlukan intervensi ortopedik dan rehabilitasi tetapi biasanya mereka dapat melakukan
ambulasi sehari-hari.Penderita mengalami perawakan pendek moderateWarna sklera biasanya
putihDapat dijumpai dentinogenesis imperfecta, sehingga beberapa penulis membedakan tipe ini
menjadi subtipe yaitu subtipe A bila tidak disertai dentinogenesis imperfecta dan subtipe B bila
disertai dentinogenesis imperfecta.
Gambaran radiologi dapat menunjukkan osteoporotik dan kompresi vertebra Adanya
penelitian mikroskopik terhadap tulang penderita OI membawa penemuan tipe-tipe baru OI. Para
peneliti menemukan beberapa penderita yang secara klinis termasuk tipe IV mempunyai pola
yang berbeda pada tulangnya. Mereka menamakan sebagai OI tipe V dan tipe VI. Penyebab
mutasi pada kedua tipe ini belum dapat diidentifikasi, namun diketahui penderita kedua tipe ini
tidak mengalami mutasi pada gen prokolagen tipe I.7 Pada tahun 006 ditemukan tipe baru OI
yang diturunkan secara resesif. Kedua tipe ini disebabkan oleh kelainan gen yang mempengaruhi
pembentukan kolagen tapi bukan mutasi kolagen secara primer.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Root,(2000) yang dikutip dari kedokteran anak unsri Diagnosis OI ditegakkan
berdasarkan riwayat penyakit yang sama pada keluarga dan atau manifestasi klinis yang berbeda-
beda tiap penderita, dari tipe ringan sampai berat, ditambah dengan beberapa pemeriksaan
penunjang. Manifestasi klinis yang bisa ditemukan antara lain sering fraktur berulang, perawakan
pendek, sklera berwarna biru, masalah gigi (dentinogenesis imperfecta), dan gangguan
pendengaran yang makin progresif setelah masa pubertas. Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan :
a. Laboratorium biokimia dan molecular
Analisa sintesa kolagen didapat melalui kultur fibroblas dari biopsi kulit. terutama untuk
mendeteksi osteogenesis imperfecta tipe I,III dan IV. Analisa mutasi DNA prenatal dilakukan
pada kehamilan dengan resiko OI, melalui kultur villus korion. Pemeriksaan kombinasi antara
analisa DNA dan biopsi kolagen akan mendeteksi hampir 90% dari semua tipe mutasi gen
pengkode prokolagen tipe I.
b. Pencitraan
Radiografi tulang skeletal setelah lahir (bone survey)• Bentuk ringan (tipe I) tampak korteks
tulang panjang yang menipis, tidak tampak deformitas tulang panjang. Bisa menunjukkan
gambaran Wormian (Wormian bones) pada cranium. • Bentuk sangat berat (tipe II) tampak
gambaran manik-manik (beaded appearance) pada tulang iga, tulang melebar, fraktur multipel
dengan deformitas tulang panjang.• Bentuk sedang dan berat (tipe III dan IV) tampak metafisis
kistik atau gambaran popcorn pada kartilago, tulang dapat normal atau melebar pada awalnya
kemudian menipis, dapat ditemukan fraktur yang menyebabkan deformitas tulang panjang,
sering disertai fraktur vertebra. Densitas mineral tulang (bone densitometry) diukur dengan
Dual-Energy X-Ray Absorptiometry (DEXA) yang menghasilkan nilai rendah pada penderita.
Ultrasonografi prenatal pada minggu 15-18 kehamilan untuk mendeteksi kelainan panjang tulang
anggota badan., Yang tampak dapat berupa gambaran normal (tipe ringan) sampai dengan
gambaran isi intrakranial yang sangat jelas karena berkurangnya mineralisasi tulang kalvaria atau
kompresi kalvaria. Selain itu dapat juga ditemukan tulang panjang yang bengkok, panjang tulang
berkurang (terutama tulang femur), dan fraktur iga multipel. USG prenatal ini terutama untuk
mendeteksi OI tipe II.
7. DIAGNOSIS BANDING
Menurut Marini,JC, (1998) dikutip dari blog kedokteran anak unsri diagnosis banding dari OI
ini adalah:
a. Perlakuan salah dan penelantaran pada anak (child abuse & neglect)
Pada OI tipe ringan paling sulit dibedakan dengan kasus penelantaran anak. Usia fraktur tulang
yang berbeda-beda pada neonatus dan anak harus dicurigai karena kasus penelantaran anak.
Selain itu pada penelantaran anak juga terdapat manifestasi klinis non skeletal, misalnya
perdarahan retina, hematoma organ visera, perdarahan intrakranial, pankreatitis dan trauma
limpa. Tipe fraktur pada penelantaran anak biasanya adalah fraktur sudut metafiseal yang jarang
ditemukan pada OI. Densitas mineral tulang pada penelantaran anak juga normal, sedangkan
pada OI rendah.
b. Osteoporosis juvenil idiopati (OJI)
Keadaan ini ditemukan pada anak yang lebih tua, terutama antara 8 – 11 tahun, yang mengalami
fraktur dan tanda osteoporosis tanpa didasari penyakit lainnya. Gejala biasanya nyeri tulang
belakang, paha, kaki, dan kesulitan berjalan. Fraktur khasnya berupa fraktur metafiseal, meski
dapat juga terjadi pada tulang panjang. Sering terjadi fraktur vertebra yang menyebabkan
deformitas dan perawakan pendek ringan. Tulang tengkorak dan wajah normal. OJI akan
membaik spontan dalam 3-5 tahun, namun deformitas vertebra dan gangguan fungsi dapat
menetap. Jika didapat riwayat keluarga dengan keluhan yang sama maka harus dipikirkan suatu
OI tipe ringan
c. Achondroplasia
Merupakan penyakit yang diturunkan secara autosomal dominan akibat mutasi pada gen FGFR3.
Gen ini bertanggung jawab pada pembentukan protein yang berperan dalam pertumbuhan,
perkembangan dan pemeliharaan tulang (osifikasi) dan jaringan otak. Klinis didapat sejak lahir
berupa perawakan pendek, termasuk tulang belakang, lengan dan tungkai terutama lengan dan
tungkai atas, pergerakan siku terbatas, makrosefali dengan dahi yang menonjol. Kejadian fraktur
berulang tak pernah terjadi.
d. Riketsia
Merupakan gangguan kalsifikasi dari osteoid akibat defisiensi metabolit vitamin D. Walau jarang
terjadi, riketsia juga bisa karena kekurangan kalsium dan fosfor dalam diet. Klinis yang
ditemukan antara lain hipotoni otot, penebalan tulang tengkorak yang menyebabkan dahi
menonjol, knobby deformity pada metafisis dan dada (rachitic rosary), bisa terjadi fraktur
terutama tipe greenstick fracture. Hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan kadar 5-hidroksi-
vitamin D serum, kalsium dan fosfor yang rendah, serta alkalin fosfatase meningkat. Beberapa
penyakit malabsorpsi intestinal berat, penyakit hati atau ginjal menimbulkan gambaran klinis dan
biokimia sekunder riketsia nutrisional.Pada OI kalsium serum dan alkalin fosfatase normal.
Kadar 5-hidroksi-vitamin D serum penderita OI sering rendah menunjukkan defisiensi vitamin D
sekunder akibat kurangnya paparan terhadap sinar matahari yang sering dialami penderita OI.
8. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penderita dengan OI memerlukan penanganan tim medis multidisiplin ilmu. Pada beberapa
kasus, penanganan perlu dimulai sejak lahir. Namun karena penyakit ini didasari oleh kelainan
genetik maka tidak didapatkan pengobatan yang efektif .
1. Permidonatre therapy (Marini,JC, (1998)
Tujuan utama pengobatan OI adalah mengurangi angka kejadian fraktur, mencegah
deformitas tulang panjang dan skoliosis serta meningkatkan luaran fungsional. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa bisfosfonat intravena (pamidronat) memberikan perbaikan bagi
anak dengan OI. Bisfosfonat adalah analog sintetis dari pirofosfat, penghambat alami resorpsi
tulang osteoklastik sehingga meningkatkan mineralisasi tulang dan memperkuat tulang.
Mekanisme kerjanya adalah dengan menekan aktivitas dan juga memperpendek usia hidup
osteoklas.
Salah satu penelitian oleh Glorieux dkk pada 30 anak OI tipe III dan IV, berusia 3-16
tahun yang diterapi dengan pamidronat dosis 1,5-3 mg/kg berat badan/hari selama 3 hari
berturut-turut, diulang tiap 4-6 bulan selama 1,5 tahun. Penelitian ini melaporkan pemakaian
pamidronat menyebabkan densitas mineral tulang dan penebalan korteks metakarpal meningkat,
penurunan insiden fraktur yang dikonfirmasi dengan pemeriksaan radiologis, mengurangi rasa
nyeri dan meningkatkan kualitas hidup. Penggunaan bisfosfonat oral (alendronat) pada anak OI
masih terus diteliti. Laporan kasus di Turki setelah pemakaian alendronat 5 mg tiap hari selama
36 bulan pada anak laki-laki berusia 8 tahun menunjukkan peningkatan densitas mineral tulang
dan menurunkan insiden fraktur secara signifikan.
Penelitian yang membandingkan pemakaian bisfosfonat intravena dan oral oleh Dimeglio
dkk menunjukkan bahwa keduanya sama-sama meningkatkan densitas mineral tulang,
menurunkan petanda biokimia dari pertumbuhan (turnover) tulang, dan mempercepat
pertumbuhan linear. Mereka juga menyimpulkan bahwa pemakaian bisfosfonat intravena dan
oral pada anak OI sama efektifnya terutama pada tipe OI ringan. Selain itu pemakaian secara oral
lebih diterima oleh anak-anak dan praktis dibandingkan dengan pemakaian intravena. Penderita
OI yang rentan terhadap trauma dan memerlukan imobilisasi jangka lama akibat frakturnya
sering menyebabkan defisiensi vitamin D dan kalsium pada anak. Karena itu diperlukan
suplementasi vitamin D 400-800 IU dan kalsium 500-1000 mg sebagai profilaktik walau tidak
memperbaiki penyakit OI sendiri.
2. Terapi sel dan gen.
Ada dua alternatif pendekatan yang sedang diteliti, pertama mengganti gen mutan
dengan sel normal melalui transplantasi sumsum tulang, dan kedua memasukkan ribozym ke
dalam sel untuk memecah gen mutan. .Bedah ortopediTatalaksana ortopedi ditujukan untuk
perawatan fraktur dan koreksi deformitas. Fraktur harus dipasang splint atau cast. Pada OI
fraktur akan sembuh dengan baik, sedangkan cast diperlukan untuk meminimalkan osteoporosis
akibat imobilisasi jangka lama. Koreksi pada deformitas tulang panjang memerlukan prosedur
osteotomi dan pemasangan intramedullary rod.
3. Rehabilitasi medic
Rehabilitasi fisik dimulai pada usia awal penderita sehingga penderita dapat mencapai
tingkat fungsional yang lebih tinggi, antara lain berupa penguatan otot isotonik, stabilisasi sendi,
dan latihan aerobik. Penderita tipe I dan beberapa kasus tipe IV dapat mobilisasi spontan.
Penderita tipe III kebanyakan memerlukan kursi roda namun tetap tak mencegah terjadinya
fraktur berulang. Kebanyakan penderita tipe IV dan beberapa tipe III dapat mobilisasi/ berjalan
dengan kombinasi terapi fisik penguatan otot sendi panggul, peningkatan stamina, pemakaian
bracing, dan koreksi ortopedi.
4. Konseling genetic
Penderita dan keluarga sebaiknya dijelaskan mengenai kemungkinan diturunkannya
penyakit ini pada keturunannya. Osteogenesis imperfecta adalah penyakit autosomal dominan,
sehingga penderita mempunyai resiko 50% untuk menurunkan pada turunannya. Selain itu juga
perlu didiskusikan mengenai kemungkinan adanya mutasi baru seperti somatik asimtomatik dan
germline mosaicsm.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
I. PENGKAJIAN
A. Identitas klien
Nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, juimlah saudara, TB, BB, alamat, identitas
ayah dan ibu
B. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah klien pernah mengalami trauma dan fraktur sebelumnya
b. Riwayat kesehatan sekarang
biasanya pasien tidak bisa berjalan, duduk atau penurunan aktifitas karena tulang rapuh, merasa
nyeri jika ada anggota badan yang bergerak
c. Riwayat kesehatan keluarga
apakah ada anggota keluarga / keturunan yang mengalami penyakit yang sama,
C. Riwayat Kehamilan
1. Pre Natal
Adanya riwayat terpapar sinar radioaktif, nutrisi ibu yang kurang terhadap protein sebagai
pembentuk kolagen. Pengkonsumsian adanya riwayat mengkonsumsi obat-obatan / zat kimia
yang berbahaya bagi janin
2. IntraNatal
Saat proses melahirkan mungkin anak dilahirkan secara operasi ceaseria karena resiko cedera
pada janin yang mengalami osteogensis
3. Post Natal
19Bayi terlihat rewel karena nyeri, dan terjadi krstipitasi
D. Riwayat Perkembangan
Anak yang menaglami osteogenesis apabila tidak cepat ditangani akan mengalmi keterlambatan
dalam pertumbuhan dan perkembangan akibat kelainan tulang
E. Riwayat Imunisasi
Tidak ada permasalahan Imunisasi dengan osteogenesis
F. Pemeriksaan fisik
1. keadaan umum
- Biaasanaya anak yang menagalami osteogenesis tingkat kesadaranya normal atau compos
mentis,
- Perubahan dan peningkatan Tanda-tanda vital bisa terjadi akibat, kelaian pada iga yang
mengakibatkan distress pernafasan, akibat nyeri, perubahan bentuk tubuh sesuai dengan kondisi
anak
2. Kepala
Wajah mengalami kelainan bentuk akibat kelainan pembentukan tulang. Tulang tengkorak
tampak lebih besar dibanding ukuran tubuh dengan pembesaran fontanela anterior dan posterior
3. Mata
Konjung tiva anemis/tidak,simetris atau tidak, reaksi terhadap cahaya, mulut dan bibir,
gangguan pertumbuhan gigi. Pada penderita OI sclera berwarna kebiru-biruan.Penderita
mungkin mempunyai hidung yang kecil dan/ mikrognatia
4. Telinga
Biasanya ditemukan gangguan pendengaran, seperti ketulian akibat kekurang prokolagen
5. Leher
Kelaiana yang mungkin pada leher adalah pemendekan tulang servikal, nyeri pada sendi di
tulang leher jika ada pergerakan
6. Paru
Fraktur multipel tulang iga membentuk gambaran manik-manik (beaded appearance), thoraks
yang sempit Biasanya nafas pendek, gangguan pernafasan, dan distress pernafasan
7. Jantung
Pada pasien OI ini tidak ditemukan kelainan jantung
8. Abdomen
Nyeri perut apabila di palpasi
9. Integumen
Pada bed ress total bisa berakibat gangguan integument kulit
10. Ekstremita
Kekuatan dan tonus otot berkurang ,mengalami gangguan perkembangan, dan gangguan bentuk
tubuh, adanya fraktur, deformitas, kyposcolisis, berupa sendi yang sangat lentur, , nyeri tulang
kronis berulang
G. Pemeriksaan penunjang
Sinar-X bisa memperlihatkan stuktur tulang yang tidak normal yang diduga osteogenesis
imperfecta. Biopsi tulang digunakan untuk mengobati diagnosa tersebut. Pemeriksaan yang
disebut audionetry dilakukan seringkali sepanjang masa kanak-kanak untuk memantau
pendengaran
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri berhubungan dengan fraktur multiple
2. Resiko cedera (injury) berhubungan dengan kerapuhan tulang
3. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Nyeri apabila ada gerakan pada anggota gerak
4. Resiko Kekurang kebutuhan Nutrisi berhubungan dengan gangguan pada gigi
5. Ansietas berhubungan dengan ketidak tahuan keluarga terhadap penyakit
III. INTERVENSI KEPEARAWATAN
No Dx
keperawatan
Tujuan/KH Intervensi Rasional
1 Nyeri b/d
kerapuhan
tulang
Tujuan : nyeri hilang/tidak
dirasakan lagi
KH:
menunjukan kemampuan
berpartisipasi dalam
aktifitas
tidur dan istirahan yang
cukup
Pertahankan imobilisasi
bagioan yang sakit dengan tirah
baring
Hindari penggunaan ganjal dari
bahan yang keras dibawah
ekstremitas
Dorong penggunaan teknik
manajemen relaksasi latihan
nafas dalam
Identifikasi aktifitas terapeutik
yang tepat untuk usia pasien/
kemampuan fisik
Kaji derajat imobilitas yang
dihasilkan oleh cidera
Kalaborasi dalam pemberian
Menghilangkan nyeri dan
mencegah kesalahan posisi tulang/
tegangan jari yang cidera
Untuk menngurangi resiku cidera
dan memberikan kenyamanan
Memfokuskan perhatian/
meningkatkan rasa control dan
dapat meningkatkan kemampuan
koping dalam manajemen nyeri
Mencegah kebosanan,
menurunkan ketegangan dan dapat
meningkatkan kekuatan otot
Klien mungkin dibatasi, oleh
pandangaan diri keterbatasan fisik
memerlikan intervensi untuk
meningkatkan kemajuan kesehatan
Analgetik untuk mengurangi nyeri
dan dapat menguatkan tulang
analgetik bifosfonat, vit D dan
kalsium
Gangguan
mobilitas fisik
b/d kelemahan
otot dan
kerusakan
tulang yang
pembentukan
tidak
sempurna
Tujuan : meningkatkan/
mempertahankan mobilitas
pada tingkat yang tinggi
KH :
Mempertahanklan posisi
fungsional
Meningkatkan kemampuan
melakukan aktifitas
Bantu perawatan diri/
kebersihan/ contoh mandi
Berikan bantuan dalam
mobilisassi dengan kursi roda,
instruksikan keamanan dalam
menggunakan alat mobilitas
Motivasi klien berpartisipasi
pada aktifitas terapeutik,
pertahankan rangsangan
lingkungan, contoh TV, radio ,
kunjungan keluarga
Meningkatkan kekuatan otot dan
sirkulasi daan meningkatkan
kesehatan diri klien
Mobilisasi dini menurunkan
komplikasi tirah baring
Memberikan kesempatan
mengeluarkan energy,
memfokuskan perhatian dan
membantu menurunkan isolasi
sosial
3 Resiko tinggi
trauma
tambahan
berhubungan
dengan
hilangnya
integritas
skeletal
(fraktur)
Tujuan :
Tidak terjadi trauma
tambahan
Kriteria Hasil :
- Kelurusan dan stabilisasi
fraktur dapat
dipertahankan.
- Menunjukkan pergerakan
tubuh yang mendukung
stabilitas sisi fraktur.
- Terbentuknya kallus/
penyatuan awal pada sisi
a. Pertahankan ekstremitas tetap
istirahat. Berikan sokongan pada
sendi diatas dan dibawah sisi
fraktur bila melakukan
pergerakan.
b. Letakkan papan tempat tidur di
bawah kasur atau letakkan klien
di tempat tidur ortopedik.
c. Sokong sisi fraktur dengan
bantal/ gulungan selimut.
Pertahankan posisi netral pada
sisi yang rusak dengan kantong
- Memberikan stabilitas, mengurangi
kemungkinan gangguan kelurusan
atau penyembuhan.
- Kasur yang lunak dapat
menyebabkan gips basah atau
mempengaruhi tarikan traksi.
- Mencegah gerakan yang tidak
diperlukan dan gangguan
kelurusan. Penempatan bantal yang
benar juga dapat mencegah
fraktur sesuai kondisi pasir, trokhanter roll atau papan
kaki.
perubahan bentuk pada gips yang
sedang mengeras.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & suddarth, 2004. Keperawatan Medical Bedah. Jakarta : EGC
Doenges M.E.2006. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasikan dan pendokumentasian perawatan pasien.Jakarta : EGC
Nelson WE, ed. Ilmu kesehatan anak. 15th ed. Alih bahasa. Samik Wahab. Jakarta: EGC, 2000 : (1): 561-3.
Wong,dona.2002. buku ajar keperawatan medical pediatric. Jakarta : EGC.Marini JC. Osteogenesis imperfecta. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB,eds. Nelson
textbook of pediatrics, edisi ke-17. Philadelphia: Saunders, 004, 336-8
Plotkin H, Pattekar MA. Osteogenesis imperfecta. Didapat dari: http://dokteranakunsri.blogdetik.com/2008/10/23/osteogenesis-imperfecta/
Marini JC. Osteogenesis imperfecta-managing brittle bones. N Engl J Med 1998; 339: 986-7 Didapat dari: http://dokteranakunsri.blogdetik.com/2008/10/23/osteogenesis-imperfecta/
Root AW, Diamond Jr FB. Disorders of calcium metabolism in the child and adolescent. Dalam: Sperling MA, eds. Pediatric endocrinology, edisi ke-. Philadelphia: Saunders, 00, 657-85. Didapat dari: http://dokteranakunsri.blogdetik.com/2008/10/23/osteogenesis-imperfecta/
Nussbaum RL, McInnes RR, Willard HF. The molecular and biochemical basis of genetic disease. Dalam: Thompson and thompson genetic in medicine, edisi ke-6. Philadelphia: Saunders, 004, 9-346. Didapat dari: http://dokteranakunsri.blogdetik.com/2008/10/23/osteogenesis-imperfecta/
BAB IV
LAPORAN KASUS
PENGKAJIAN
I. IDENTITAS KLIEN
A. Identitas klien
1. Nama /nama panggilan : An.
2. Tempat tgl lahir/usia : Lubuk along, 05-03-000
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : Tidak Sekolah
6. Alamat : Ganting sitabu, lubuk alung
7. Tgl masuk : 08-1-011
8. No MR : 7656
9. Diagnose medik : Osteogenesis
B. Identitas orang tua
1). Ayah
a. nama : Tn. S
b. usia : 40 thn
c. pendidikan : SMA
d. pekerjaan : Tani
e. agama : Islam
f. alamat : Ganting sitabu, lubuk alung
2). Ibu
a. nama : Ny. N
b. usia : 40 thn
c. pendidikan : SMA
d. pekerjaan : IRT
e. agama : Islam
28f. alamat : Ganting sitabu, lubuk alung
C. Identitas saudara kandung
No Nama Usia Hubungan Status kesehatan
1 An.T 4 Saudara Kandung Tidak ada mengalami masalah kesehatan yang serius
II. KELUHAN UTAMA / ALASAN MASUK RUMAH SAKIT
Ibu dari An. I mengatakan ada gangguan tulang semenjak kecil dimana tulang rapuh dan mudah
patah yang mengakibatkan An.I menghabiskan waktunya diatas tempat tidur . An.I sudah dibawa
berobat kedokter tulang dan akupuntur , namun tidak diketahui penyebabnya, namun saat ada
kasus serupa yang dialami An.A di RSUP Dr.M. Djamil maka orang tua atas saran dari dokter
membawa An.I ke RSUP Dr.M.Djamil. Masuk melalui IGD lalu menggunakan brangkar menuju
ke ruangan anak (kronik) yaitu pada tanggal 08-1-011
III. RIWAYAT KESEHATAN
A. RIWATAY KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
1. Pre natal
Pemeriksaan kehamilan : bulan sekali Keluhan selama hamil : perdarahan tidak ada, PHS tidak
ada, infeksi tidak ada, ngidam muntah-muntah , demam , perawatan selama hamil, ibu tidak
pernah terkena sinar radiasidan terapi obat tidak ada
2. Intra Natal
An.I dilahirkan di rumah Sakit, Dengan cara Operasi Sesar, Penolong persalinan :dokter, diberi
analgesi dan tidak ada komplikasi nifas
3. Post natal
a. Kondisi bayi : BB = 3300 gram PB = 49 cm
b. Anak tidak ada mengalami kelainan setelah lahir seperti : penyakit kuning tidak ada, kebiruan
tidak ada, kemerahan tidak ada, problem memyusui tidak ada, BB stabil , infeksi tali pusat tidak
ada
B. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Klien pernah operasi usus dempet saat usia 5.5 bulan, dirawat di Dr. M. Djamil Padang dan saat
berumur 1,5 tahun tangan An.I fraktur kemudian menyusul bagian-bagian tubuh dan anggota
gerak lainya, hingga bagian tubuh lainya
C. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Saat dilakukuan pengkajian pada tanggal 12 Desember 2011 An.I tampak berbaring diatas
tempat tidur khusus, dengan keadaan tangan dan kaki bengkok dada membusung, dan merasakan
nyeri bahkan menangis jika tulangnya bergerak, selain itu Anak batuk berdahak sejak 1 bulan
yang lalu sampai sekarang namun tidak mengeluh sesak nafas.
D. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti pasien ( ostegenesis ). Namun Anak pertama
dari orang tua An.I meninggal saat dalam kandungan
IV. RIWAYAT IMUNISASI
NO Jenis imunisasi Waktu pemberian Reaksi setelah pemberian
1. BCG 1 bulan -
2 DPT (I.II.II) , 4, 6 bulan -
3. Polio (I.II.III.IV) , 4, 6 bulan -
4. Campak 9 bulan -
5. Hepatitis , 4, 6 bulan -
Kesimpulan : Tidak ada maslah dalam riwayat Imunisasi
V. RIWAYAT TUMBUH KEMBANG
A. Pertumbuhan fisik
1. Berat badan : ± 15 kg
2. Tinggi badan : 96 cm
3. Waktu tumbuh gigi : 6 bln
4. Lingkar Kepala : 52 cm
B. Perkembangan tiap tahap
1. Berguling : 4 bln
2. Duduk : 9 bln
3. Merangkak : 7 bln
4. Berdidri : 4 bln
5. Berjalan : -
6. Senyum pada orang lain pertama kali : 8 bulan
7. Bicara pertama kali : 1 thn 6 bln
8. Perpakaian tanpa bantuan : -
Kesimpulan : terjadi keterlambatan perkembangan diamana anak tidak bisa berjalan akibat
kelainan tulang
VI. RIWAYAT NURTISI
A. Pemberian ASI
1. Pertama kali disusui : dari lahir
2. Cara pemberian : langsung dari ibu
3. Lama pemberian : 2thn
B. Pemberian susu formula
1. Alasan pemberian : Untuk menambah nutrisi anak
2. Waktu pemberian : 1 thn - sekarang
3. Cara pemberian : dengan dot ( √ ), sendok ( √ )
C. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutrisi saat ini
n
o
usia Jenis nutrisi Lama pemberian
1.
2
1 thn
3 thn
Energen
Nasi tim
Sekarang
sekarang
VII. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
anak tinggal di rumah sendiri, Lingkungan berada di area setengah kota, rumah berdekatan
dengan sekolah, Hubungan antar keluarga : harmonis orang tua selalu mengajarkan kepada
anakanya tentang pembelajaran-pembelajaran hingga An.I bisa membaca, anak dibesarkan olleh
orang tua sendiri
VIII. RIWAYAT SPIRITUAL
Support system dalam keluarga : saling mendukung antar yang lain
Kegiatan keagamaan : sholat berjamaah dan mengaji
IX. REAKSI HOSPITALISASI
a. Pengalaman keluarga tentang sakit dan di rawat inap
Alasan ibu membawa anaknya ke RS karena sebelumnya juga ada kasus yang serupa di RSUP
M.Djamil dan bisa diatasi,
Perasaan orang tua saat in khawatir
Orang tua selalu berkunjung
yang akan tinggal dengan anak : ayah, ibu dan saudara dari An.I
b. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
Orang tua An.B mengatakan kalau An.I tidak begitu takurt masuk rumah sakit, karena beliau
telah menjelaskan alasan dibawah ke rumah sakit. Saat di Tanya perasaan An.I menjawab ia
merasa senang dan sehat
X. AKTIVITAS SEHARI-HARI
A. Nutrisi
kondisi Sebelum sakit Saat sakit1. Selera makan2. Menu makan3. Frekuensi makan4. Makanan pantangan5. Cara makan6. Ritual saat makan
BaikNasi tim
3 X sehariYang keras
Di suapBerdoa
MenurunSusu
X sehariYang keras
Di suapBerdoa
B. Cairan
Kondisi Sebelum sakit Setelah sakit
1. Jenis minuman
2. Frekuensi minum
3. Cara pemenuhan
Air putih & susu
± 8 gelas
Di bantu keluarga
Air putih & susu
± 7 gelas
Di bantu keluarga
C. Eliminasi
Kondisi Sebelum sakit Setelah sakit1. Tempat pembuangan2. Frekuensi3. Konsistensi4. Kesulitan5. Obat pencahar
WC± 3 x sehari
BiasaTidak adaTidak ada
Pispot± x sehari
BiasaTidak adaTidak ada
D. Istirahat tidur
Kondisi Sebelum sakit Setelah sakit1. Jam tidur
Siang malam
2. Pola tidur3. Kebiasaan sblm tidur4. Kesulitan tidur
± - 3 jam± 9 – 10 jam
--
ada
± 1 – jam± 7 – 8 jam
--
ada
E. Olah raga
Kondisi Sebelum sakit Setelah sakit1. Program olah raga2. Jenis frekuensi3. Kondisi setelah olah raga
---
---
F. Personal hygiene
Kondisi Sebelum sakit Setelah sakit1. Mandi
Cara Frekuensi Alat mandi
2. Cuci rambut Frekuensi cara
3. Gunting kuku Frekuensi cara
4. Gosok gigi Frekuensi Cara
Diguyur & di lap3 hari sekaliAir, sabun, shampoo,dll
3 hari sekaliDi guyur
seminggu sekali
1x sehariDi bantu
Diguyur & di lap3 hari sekaliAir, sabun, shampoo dll
3 hari sekaliDi guyur
seminggu sekali
1 x sehariDi bantu
G. Aktifitas / mobilitas fisik
Kondisi Sebelum sakit Setelah sakit1. Kegiatan sehari-hari2. Pengaturan jadwal ujian3. Penggunaan alat bantu aktifitas4. Kesulitan pergerakan tubuh
---
Badan tdk bsa di gerakkan
---
Badan tidak bisa di gerakn
H. Rekreasi
Kondisi Sebelum sakit Setelah sakit1. Perasaan saat sekolah2. Waktu luang3. Perasaan setelah rekreasi4. Waktu senggang
keluarga5. Kegiatan hari libur
-
Nonton TVSenang
Berkumpul
Nonton TV
-
Nonton TVSenang
Berkumpul
Nonton TVXI. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum klien : lemah
B. Tanda – tanda vital
Suhu : 36, 5 ºC
Nadi :90 x/i
Pernafasan : 34 x/i
C. Antropometri
Tinggi badan : 96 cm
Berat badan : ± 15 kg
Lingkar kepala : 52 cm
Lingkar perut : -
D. Kepala
Bentuk kepeala normal dan tidak ada kelainan
Mata : Kelopak mata, bulu mata dan alis tidak ada kelainan, Konjungtiva tidak anemis, sclera agak
membiru, pupil isokor mm = mm, reflek cahaya norma +/+
Hidung : simetris, pernafasan cuping hidung, secret tidak ada, polip tidak ada
Mulut : bibir pecah – pecah normal, bersih, gigi berantakan bahkan tidak ada, kemampuan
menelan baik
Telinga : pendengaran kurang, keadaan daun telinga normal, serumen ada
E. Leher
leher, tidak ada pembebesaran kelenjar
F. Dada :
I : dada pendek, barrel chest, tampak pergerakan dinding dada
P : fremitus ki = ka, fraktur pada caste
P : sukar di nilai
A : vesikuler rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
G. Jantung :
I : ictus tidak terlihat
P : ictus teraba
P : batas jantung
A : irama teratur, bising usus tidak ada
H. Abdomen
I : distensi tidak ada, tampak membuncit
P : lien tidak teraba, hepar tidak teraba
P : tympani
A : bising usus (+)
Anus : lecet tidak ada, hemaroid tidak ada,
I. Ekstremitas
I: Anggota gerak tidak bisa digerakan, kaki tampak membengkok, kuku tampak bersih
P : Akral teraba hangat,CRP < 3 detik
J. Ekstremitas
Tidak ada kelainan seperti ikterik, pucat, sianosis, Turgor kulit bagus, kebersihan kulit tampak
bersih
K. Genitalia
Skrotum kecil , tidak berkembang.
XII. PEMERIKSAAN LABOR
1. Pemeriksaan Radiologi : Menunjukan fraktur komlek dibagian anggota gerak, dan keretakan di
tulang iga
2. Pemeriksaan Sputum: Tuberkulin 1 = Negatif
Tuberkulin 2 = Negatif
Tuberkulin 3 = Negatif
3. Pemeriksaan Hematologi : Tidak ada kelainan:
XIII. PENGOBATAN
Pengobatan yang direncanakan adalah premidonat yang masih dalam pesanan
ANALISA DATA
NO DATA PENUNJANG PATOFISIOLOGI DIAGNOSA KEPERAWATAN
Keluarga / klien menagatakan merasakan sakit apabila badan klien digerakkan
Klien / keluarga mengatakan tidak dapat menggerakkan badannya kekri atau kekanan karena sakit pada tulang-tulang sehingga klien hanya tidur telentang saja
DO : Klien tampak hanaya berbaring
ditempat tidur saja Klien tampak meringis kesakitan
apabila badannya digerakkan kekiri atau kekanan
An.I tampak meringis jikaia batuk
Keluarga mengatakan klien hanya berbaring ditempat tidur saja
Keluarga mengatakan klien tidak dapat menggerakkan badannya kekiri dan kekanan sehingga klien hanya dengan posisi telentang saja
DO : Klien tampak hanya berbaring
ditempat tidur saja Klien tampak tidak bisa
menggerakkan badannya kekiri dan kekanan sehingga klien hanya dengan posisi telentang saja dan datar dengan tempat tidur yang khusus dibuat oleh keluarga sendiri
Aktivitas sehari tampak hanya dilakukan dan dibantu oleh keluarga / perawat seperti mandi , makan , berpakaian.
DS :
Kelaianan struktur prokolagen
Kelainan pembentukanTulang
Kerapuhan Tulang
Fraktur
Nyeri
Kelaianan struktur prokolagen
Kelainan pembentukanTulang
Kerapuhan Tulang
Fraktur
Nyeri
kerusakan mobilisasi
Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri b/d putusnya inkontuinitas jaringan tulang
Gangguan Imobilisasi b/d nyeri
Ibu An.I mengatakan kalau An.I mengalami kelaianan tulang semenjak kecil yaitu rapuh dan mudah patah
An.I mengatakan kalau ia mersa nyeri jika ada anggota tubuh bergerakDO:
Hasil rontgen menunjukan ada kelainan tulaanggot atubuhng dan fraktur di berbagai
Klien tampajk meringis bahkan menangis jika ada anggota badanya bergerak
DS Ibu mengatakan kalau anaknya tidak
pernah sekolah Ibunya mengatakan kalau anaknya
suka menonton TV Ibunya mengatakan kalau anaknya
suka membaca dan wawasanya luas An.I menagatkan kalau ia ingin
punya laptop dan ingin menguasai internet
DO An.I Kooperatif dalam setiap menjawab pertanyaan An.I tampak memiliki keterbatasn fisik tapi wawasan anaknya tinggi / bijak
Kelaianan struktur prokolagen
Kelainan pembentukanTulang
Kerapuhan Tulang
Tulang Mudah fraktur
Resiko Cedrea
Keterbatasan Fisik
Respon Positif dari Sikap Orang Tua / Perilaku adaptif
Orang tua memenuhi kebutuhan untuk
perkembangan Anak
Potensial Perkemabnagn dari
wawasan An.I
Resiko Cedrea b/d kelainan (keropos)
tulang
Potensial peningkatan Koping keluarga b/d tingginya kesadaran keluarga terhadap peningkatan derajat kesehatan anak
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
NAMA : An.I
RUANGAN : KELAS II A RUANGAN KRONIK IRNA ANAK RSUP DR
M.DJAMIL PADANG
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
TGL DITEGAKAN
PARAF
TGL TERATAS
I
PARAF
1 Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri b/d Kelaianan Tulang ditandai dengan :
Meringis hingga menangis jika anggota geraknya tergerakan
Nyeri jika mengalami batuk
Senin / 1 Des
2011
2 Gangguan Imobilisasi b/d putusnya inkontuinitas jarinagn ditandai dengan
Nyeri jika bergerak Tidak mandiri penuh dalam
pemenuhan kebutuhan Tidak mampu bergerak
maupun beraktifitas
Senin / 1 Des
2011
3 Resiko Cedera (Injury) berhubungan dengan kelainan (kerapuhan) Tulang ditandai dengan :
Tulang Rapuh Fraktur kompleks pada
bagaian tubuh
Senin / 1 Des
2011
4 Potensial peningkatan Koping keluarga b/d tingginya kesadaran keluarga terhadap peningkatan derajat kesehatan anak
Respon keluarga adptif Anak mampu menerima
keadaan dan bijak
Rabu / Des
011
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Diagnosa 1 : Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d kerapuhan tulang – tulang
a. Tujuan : Skala nyeri berkurang
b. Hasil yang diharapkan :
Menunjukkan kemampuan dalam bergerak/ beraktivitas
Istrirahat / tidur klien sesuai dengan waktu
INTERVENSI RASIONAL Pertahankan imobolisasi bagian
yang sakit
Hindari penggunaan bantal pada
kepala klien dan bahan yang kasar
dan keras pada tempat tidur uashan
tempat tidur datar.
Memberikan posisi yang nyaman
pada klien
Menghilangkan nyeri dan
mencegah keparahan terhadap
kerapuhan tu;lang yang dialami
klien
Menghindari / menurunkan insiden
komplikasi pada klien
Menurunkan ketegangan dan
memberikan kenyaman pada klien
2. Diagnosa : Gangguan mobilitas fisik b/d kelemahan otot- otot
a. Tujuan : Gangguan mobilitas fisik dapat teratasi
b. Hasil yang diharapkan :
Dapat meningkatkan mobilitas yang memungkinkan dilakukan klien
Meningkatkan kekuatan otot
Menunjukkan adanya aktivitas dapat dilakukan klien
INTERVENSI RASIONAL
Kaji imobilitas yang dihasilkan cidera
dan perhatikan persepsi klien terhadap
imobilitas
Tempatkan klien pada tempat tidur
yang datar dengan posisi telentang
Menbantu /mendorong klien dalam
melakukan perawatan diri dan
pemenuhan kebutuhan klien seperti
mandi dan makan
Memonitor TTV seperti Nadi, sushu,
dan pernafasan klien
Untuk meningkatkan kemajuan
kesehatan dan persepsi diri klien
terhadap keterbatasan fisik yang
dialami
Menurunkan resiko kontraktur fleksi
panggul
Menguatkan kekuatan otot dan
sirkulasi serta pemenuhan nutrisi pada
klien
Menghindari klien dari terjadinya
hipotensi postural yang menyertai dari
tirah baring klien.
3. Diagnosa 3 : Resiko Cedera (Injury) berhubungan dengan kelainan (kerapuhan) Tulang
a. Tujuan : Cedera dapat dicegah
b. Kriteria Hasil :
Fraktur tidak bertambah
Rasa Nyaman terpenuhi
INTERVENSI RASIONAL
Pertahankan tirah baring/ekstremitas Meningkatkan stabilitas,menurunkan
sesuai indikasi.berikansokongan sendi
diatas dan dibawah fraktur bila
bergerak/membalik
Batasii tindakan yang berakibata
gerakan pada anggota tubuh.
Letakan papan dibawah tempat
tidur/tempatkan pasien pada tempat
tidur ortopedik.
Sokong fraktur dengan
bantal,pertahankan posisi netral pada
bagian yang sakitdengan bantal
pasir,pembebat.
Kaji ulang foto rontgen
kemungkinangangguan
posisi/penyembuhan
Mengurangi cidera dan nyeri
Tempat tidur lembut dapat
mengakibatkan deformasi gips yang
masih basah,mematahkan gips yang
sudah kering,atau mepengaruhi
penarikan traksi.
Mencegah gerakan yang tak perlu dan
perubahan,posisi. Posisi yang tepat dari
bantal juga dapat mencegah tekanan
deformitas yang kering.
Memberikan bukti visual mulainya
pembentukan kalus/proses
penyembuhan untuk menentukan
tingkat aktivitas dan kebutuhan
perubahan/tambahan terapi.
4. Potensial peningkatan Koping keluarga b/d tingginya kesadaran keluarga terhadap peningkatan derajat kesehatan anak
a. Tujuan : Pertutmbuhan dan perkembangan (kecerdasan) An.I bisa ditingkatkan
b. Kriteria Hasil yang diharapkan :
Wawasan Anak bertambah luas
Kecerdasan meningkat
Kreativitas anak meningkat
INTERVENSI RASIONAL
Penuhi Kebutuhan sehari-hari dari
Anak
Pertumbuhan dan perkembangan
memnrlukan kebuthan nutrisi yang
adekuat
Kaji hal yang disuskai dari Anak
Motivasi keluarga untuk selalu
mempertahan perilaku adaptif
Motivasi anak dalam hal pembelajarah
Berikan reinforcement terhadap
kooperatif anak dan keluarga
Untuk mengetahui keahlian yang
dimiliki oleh anak
Menghilangkan kejenuhan dari
keluarga dan meningkatkan rasa
percaya diri
Meningkatkan Rasa percaya diri anak
Meningkatkan rasa percaya diri anak
CATATAN PERKEMBANGAN (IMPLEMENTASI DAN EVALUASI)
NAMA : An.INO MR : RUANGAN : KELAS II A RUANGAN KRONIK IRNA ANAK RSUP DR M.DJAMIL PADANG
NO
DX
HARI/
TANGGALIMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
1 Senin / 1 Des 2011
a. Memamntau Tanda-tanda Vitalb. Mempertahankan imobilitas
bagian yang sakit dengan tirah baring
c. Menghindari penggunaan bantal dan bahan yang keras dibawah ekstremitas
d. Mengajrkan teknik relaksasi latihan nafas dalam
e. Mengkaji derajat imobilisasi yang dihasilkan oleh cidera
f. Memberi Terapi sesuai order
S:- Ibu mengatakan kalau
badan anaknya masih nyeri bila disenggolO :
- Klien tampak meringis bila ada pergerakan / tersenggol
- S : 36,50C, N : 9 x /menit, P : 34 x / menitA:
- Masalah belum teratasiP:
- Intervensi Dilanjutkan
2 Senin / 1 Des 2011
a. Memamntau Tanda-tanda Vitalb. Bantu perawatan diri /
kebersihan seperti mandic. Beri posisi senyaman mungkin d. Memotivasi klien untuk
berartisipasi pada aktivitas terapeutik pertahankan rangsangan lingkungan contoh : TV, Radio, Kunjungan Keluarga
S:- Ibu mengatakan kalau
badan anak tidak bisa diangkat (digerakan)
- Ibu mengatakan kalau badan anak lemahO :
- Anak tapak diam saja- S : 36,50C, N : 9 x
/menit, P : 34 x / menitA:
- Masalah belum teratasiP:
- Intervensi Dilanjutkan
3 Senin / 1 Des a. Mempertahankan tirah S:
2011 baring/ekstremitas sesuai indikasi.berikansokongan sendi diatas dan dibawah fraktur bila bergerak/membalik
b. Membatasi tindakan yang berakibata gerakan pada anggota tubuh. Seperti memndikan klien
c. Meletakan papan dibawah tempat tidur/tempatkan pasien pada tempat tidur ortopedik.
d. Menyokong fraktur dengan bantal,pertahankan posisi netral pada bagian yang sakitdengan bantal pasir,pembebat.
Ibu klien mengatakan kalau klien masih merasa nyeri jika anggota badan bergerak
An.I menngatakan kalau nyeri jika ada anggota badan yang bergerak
O An.I selalu
memperingati jika ada perawat ingin melakukan tindakan untuk selalu hati-hati
An.I tampak merinngis dan tidak bisa melakukan apaun
Belum ada obat yang diberikan untuk masalah An.I
A Masalah belum
teratasiP
Intervensi dilanjutkan dengan memperhatikan hasil rontgen
4 Senin / 1 Des 2011
a) Memenuhi Kebutuhan sehari-hari dari Anak
b) Mengkaji hal yang disuskai dari Anak
c) Memotivasi keluarga untuk selalu mempertahan perilaku adaptif
d) Memotivasi anak dalam hal pembelajarah
e) Memberikan reinforcement terhadap kooperatif anak dan keluarga
S:- Ibu mengatakan kalau
An.I anak yang cerdas- Ibu mengatakan kalau
An.I memilik wawasan yang tinggi
- An.I menagtakan kalau ia ingin menjadi pilot
- An.I mengatakan suka menontok acara berbau wawasan dan pendidikanO :
- Ibu tampak
memberikan semua kebutuhan dengan kasih saying
- Tidak tampak wajah terpaksa dalam raut wajh ibu
A:- Masalah teratsi
sebahagianP:Intervensi DilanjutkanDengan mebawakan buku-buku bacaan bertema pendidikan dan maupaun buku cerita lainya
1 Selasa/13 Des 2011
a. Memamntau Tanda-tanda VitalS : 36,7, N : 99 P : 34 x/menit
b. Mempertahankan imobilitas bagian yang sakit dengan tirah baring
c. Menghindari penggunaan bantal dan bahan yang keras dibawah ekstremitas menggunakan kasur khusus
d. Memberi posisi yang nyaman dengan alas yang lembut dan datar
e. Mengkaji tingkat nyeri : Wajah klien meringis bahkan menagis jika bergerak
f. Memberi Terapi sesuai order : Diet khusus
S:- Ibu mengatakan kalau
badan anaknya masih nyeri bila digerakanO :
- Klien tampak meringis bila ada pergerakan / tersenggol
- S : 36,60C, N : 97 x /menit, P : 3 x / menitA:
- Masalah belum teratasiP:
- Intervensi Dilanjutkan
2 Selasa/13 Des 2011
a. Memamntau Tanda-tanda VitalS : 36,7, N : 99 P : 34 x/menit
b. Bantu perawatan diri / kebersihan seperti mandi
c. Beri posisi senyaman mungkin d. Memberi Terapi sesuai order
S:- Ibu mengatakan kalau
badan anak lemahO :
- Anak tapak diam saja- S : 36,60C, N : 97 x
/menit, P : 3 3x / menitA:
- Masalah belum teratasiP:Intervensi Dilanjutkan
3 Selasa/13 Des 2011
a. Mempertahankan tirah baring/ekstremitas sesuai indikasi.berikansokongan sendi diatas dan dibawah fraktur bila bergerak/membalik
b. Membatasi tindakan yang berakibata gerakan pada anggota tubuh. Seperti memndikan klien
c. Meletakan papan dibawah tempat tidur/tempatkan pasien pada tempat tidur ortopedik.
d. Menyokong fraktur dengan bantal,pertahankan posisi netral pada bagian yang sakitdengan bantal pasir,pembebat.
S: Ibu klien mengatakan
kalau klien masih merasa nyeri jika anggota badan bergerak
An.I menngatakan kalau nyeri jika ada anggota badan yang bergerak
O An.I selalu
memperingati jika ada perawat ingin melakukan tindakan untuk selalu hati-hati
An.I tampak merinngis dan tidak bisa melakukan apaun
Belum ada obat yang diberikan untuk masalah An.I
A Masalah belum
teratasiP
Intervensi dilanjutkan dengan memperhatikan hasil rontgen
4 Selasa/13 Des 2011
a) Memenuhi Kebutuhan sehari-hari dari Anak
b) Menanykan perasaan anakc) Memotivasi keluarga untuk
selalu mempertahan perilaku adaptif
d) Memotivasi anak dalam hal pembelajarah
e) Memberikan reinforcement terhadap kooperatif anak dan keluarga
S:- An.I mengatakan
perasaanyai baik-baik saja
- An.I mengatakan kalau ia sayangsama ibunyaO :
- Ibu tampak memberikan semua kebutuhan dengan kasih saying
- Ibu tampak senan atas sikap An.I
A:- Masalh dapat diatasi
dengan baikP:Intervensi Dihentikan
1 Rabu / 14 Des 2011
a. Memamntau Tanda-tanda Vitalb. Mempertahankan imobilitas
bagian yang sakit dengan tirah baring
c. Menghindari penggunaan bantal dan bahan yang keras dibawah ekstremitas
d. Memberi posisi yang nyaman e. Mengkaji tingkat nyerif. Memberi Terapi sesuai order
S:- Ibu mengatakan kalau
badan anaknya masih nyeri bila digerakan
- Ibu mengatakan anak tersa nyeri jika batukO :
- Klien tampak meringis bila ada pergerakan / tersenggol
- S : 36,0C, N : 95 x /menit, P : 33 x / menitA:
- Masalah belum teratasiP:
- Intervensi Dilanjutkan
2 Rabu / 14 Des 2011
a. Memamntau Tanda-tanda Vitalb. Bantu perawatan diri /
kebersihan seperti mandic. Beri posisi senyaman mungkin d. Memberi Terapi sesuai order
S:- Ibu mengatakan kalau
badan anak lemahO :
- Anak tapak diam saja- S : 36,0C, N : 95 x
/menit, P : 33 x / menitA:
- Masalah belum teratasiP:Intervensi Dilanjutkan
3 Rabu / 14 Des 2011
a. Mempertahankan tirah baring/ekstremitas sesuai indikasi.berikansokongan sendi diatas dan dibawah fraktur bila bergerak/membalik
b. Membatasi tindakan yang berakibata gerakan pada anggota tubuh. Seperti memndikan klien
S: Ibu klien mengatakan
kalau klien masih merasa nyeri jika anggota badan bergerak
An.I menngatakan kalau nyeri jika ada
c. Meletakan papan dibawah tempat tidur/tempatkan pasien pada tempat tidur ortopedik.
d. Menyokong fraktur dengan bantal,pertahankan posisi netral pada bagian yang sakitdengan bantal pasir,pembebat.
anggota badan yang bergerak
O An.I selalu
memperingati jika ada perawat ingin melakukan tindakan untuk selalu hati-hati
An.I tampak merinngis dan tidak bisa melakukan apaun
Belum ada obat yang diberikan untuk masalah An.I
A Masalah belum
teratasiP
Intervensi dilanjutkan dengan memperhatikan hasil rontgen
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini kelompok akan membahas tentang kesenjangan kasus antara teori dan kasus
yang dikelola oelh kelompok yaitu Kasus Osteogenesis Imperfectayang diderita oleh An.I
A. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dari tahapan proses keperawatan.Dalam
pengkajian ,harus memperhatikan data dasar pasien,informasi yang di dapat dari klien adalah
data primer dan data yang didapat dari orang lain adalah dat sekunder ,catatan kesehatan
klien,informasi atau laporan laboratorium,te diagnostic,keluarga dan orang yang terdekat atau
anggotatim kesehatan merupakan pengkajian data dasar,(Hidayat,2001).
Pada saat dilakukan pengkajian pada An.I, dapat kelompok ambil kesimpulan kala An.I
mengalami Osteogenesi Imperfacta tipe III karena data yang didapatkan adalah
1. Data Subjektif
Ibu dari An.I mengatakan kalau An.I diketahui mulai fraktur pada umur 1,5 tahun, tetapi
saat berumur kurang dari 1 tahun An.I tamapk sering rewel dan terkejut-kejut seperti oaring
menahan sakit. An.I bisa merangkak, duduk bahkan berdiri, walaupun berjalana jika
dibimbing. Saatfrakturorang tua An,I membawa anaknya ke Akupuntur. Sampai berumur 3
thun, setelah berhenti kondi An.I turun drastis, An.I mulai mengalami fraktur pada bagian
yang lain. Dan terjadi deformitas pada bagian fraktur. Sampai keadaan An.I seperti saat
sekarang ini menghabiskan waktu ditempat tidur .
2. Data Objektif
Dari pegkajian yang dilakuakn An.Ibentuk tubuh An.I tidak normal sebagai aank berumur 11
tahu seperti perwaatakan pendek, kaki dan tangan mengalami deformitas ( membengkok) gigi
tidak tumbuh , dada
53membusung, merasa nyeri dengan mimic yang jelas bahkan menangis jka ada anggota badan yang bergerak, sclera tamapak agak kebiru-biruan, An.I menagalmi batuk dan tidak megeluh sesak nafaswalaupun nafas An.I berkisar antara 30-40 kali permenit, ini terjadi karena kompensasai tubuh An.I. An.I Total tidak manidri akibat tidak mampu menggerakan anggota gerak akibat fraktur kompleks dianggota badan. Pemeriksaan penunjuang menunjukan kalau Tulang dari An.I menagalami frakatur (komplit
maupun inkomplit) diberbagai tubuh seperti di humerus , femor, iga, tibia, ulnar dan
sebagainya). Keadaan An.I stabil dengan suhu 36,50C , RR 34x /menit, Nadi 98x/menit.
Pemeriksaan Fisik yang lain metoda palpasi dan perkusi tidak bisa dilakukan secara
langsung Karena kelompok menghindari resiko cedera sperti pemeriksaan dada, jantung, tes
neurologi dan lain sebagainya
Ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Plotkin, (2003) yang dikutip dari blog
kedokteran anak Unsri bahwa Osteogenesis terdiri dari 4 level / dan kasusu diatas menurut
kelompok OI tipe III (Berat/Progresif) Merupakan tipe dengan manifestasi klinis paling berat
namun tidak mematikan yang menghasilkan gangguan fisik signifikan, berupa sendi yang
sangat lentur, kelemahan otot, nyeri tulang kronis berulang, dan deformitas tengkorak. Berat
badan dan panjang lahir sering rendah.Fraktur sering terjadi dalam uterusSetelah lahir, fraktur
sering terjadi tanpa sebab dan sembuh dengan deformitas Kebanyakan penderita mengalami
perawakan pendekBentuk wajah relatif triangular dan makrosefali Sklera bervariasi dari putih
hingga biru.Sering dijumpai dentinogenesis imperfecta (80% pada anak usia < 10 tahun)
Disorganisasi matriks tulang menyebabkan gambaran popcorn pada metafisis, dilihat dari
gambaran radiologi.
Data yang tidak sesuai antara teori dengan kasus adalah : An.I mengalami Batuk berdahak
setelah di uji tes tuberculin hasilnya negative. Ini menunjukan kalau anak mengalami batuk
berdahak biasa. Ini diakibatkan oleh pengaruh dari penurunan daya than tubuh ditambah
dengan masuknya MO peyebab batuk ke dalam makanan maupun penyebaran lewat udara
dari lingkungan sekitar
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan diambil ng dialami oberdasarkan dari tandad an gejala dari
osteogenesi sehingga bisa dirumuskan
1. Gangguan Rasa Nyaman: Nyeri berhubungan dengan fraktur multiple
2. Resiko cedera (injury) berhubungan dengan kerapuhan tulang
3. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Nyeri apabila ada gerakan pada anggota
gerak
4. Resiko Kekurang kebutuhan Nutrisi berhubungan dengan gangguan pada gigi
5. Ansietas berhubungan dengan ketidak tahuan keluarga terhadap penyakit
Namun dari hasil pengkajian yang dilakukan diagnosa yang tegak adalah
1. Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri b/d Kelaianan Tulang ditandai dengan
- Meringis hingga menangis jika anggota geraknya tergerakan
- Nyeri jika mengalami batuk
2. Gangguan Imobilisasi b/d putusnya inkontuinitas jarinagn ditandai dengan
- Nyeri jika bergerak
- Tidak mandiri penuh dalam pemenuhan kebutuhanifny
- Tidak mampu bergerak maupun beraktifitas
3. Resiko Cedera (Injury) berhubungan dengan kelainan (kerapuhan) Tulang ditandai dengan :
- Tulang Rapuh
- Fraktur kompleks pada bagaian tubuh
4. Potensial peningkatan Koping keluarga b/d tingginya kesadaran keluarga terhadap
peningkatan derajat kesehatan anak
- Respon keluarga adptif
- Anak mampu menerima keadaan dan bijak
Perbedaan diagnosa keperawatan yang muncul antara kasus dengan teori adalah
Potensial peningkatan koping keluarga, diagnosa ini muncul karena akeluarga sudah merawat
An.I dengan keadaan seperti ini semenjak berumur 4 tahun ini menunjukan kalau keluarga
sudah menerima keadaan anak, dan keluarga sadar kalau anak perlu dikembangkan
kognitifnya, ini bisa dibuktikan dari An.I tidak sekolah tapi An.I anak yang bijak, kooperatif ,
wawasan tinggi, dan pandai membaca walaupun tidak sekolah
C. Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi
1. Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri berhubungan dengan kelainan pada tulang
Diagnosa ini tegak karena : Keluarga / klien menagatakan merasakan sakit apabila
badan klien digerakkan, Klien / keluarga mengatakan tidak dapat menggerakkan badannya
kekri atau kekanan karena sakit pada tulang-tulang sehingga klien hanya tidur telentang saja,
Klien tampak hanaya berbaring ditempat tidur saja, Klien tampak meringis kesakitan apabila
badannya digerakkan kekiri atau kekanan, An.I tampak meringis jikaia batuk.
Intervensi yang dilakukan oleh kelompok adalah,Memamntau Tanda-tanda Vital,
Mempertahankan imobilitas bagian yang sakit dengan tirah baring, Menghindari penggunaan
bantal dan bahan yang keras dibawah ekstremitas,Mengajrkan teknik relaksasi latihan nafas
dalam, Mengkaji derajat imobilisasi yang dihasilkan oleh cidera,Memberi Terapi sesuai order
Masalah ini tidak bisa diatasi karena kondisi klien yang tidak memungkinkan dan waktu
dinas perawat yang terbatas ditambah dengan obat untuk tualng tersebut yang langka yang
harus dipesan yaitu promina
2. Gangguan Imobilsasi (ketidak mandirian) berhubungan dengan inkontuinitas jarinagn
tulang di berbagai bagian tubuh
Diagnosa ini tegak karena Keluarga mengatakan klien hanya berbaring ditempat tidur
saja, Keluarga mengatakan klien tidak dapat menggerakkan badannya kekiri dan kekanan
sehingga klien hanya dengan posisi telentang saja,Klien tampak hanya berbaring ditempat
tidur saja ,Klien tampak tidak bisa menggerakkan badannya kekiri dan kekanan sehingga
klien hanya dengan posisi telentang saja dan datar dengan tempat tidur yang khusus dibuat
oleh keluarga sendiri, Aktivitas sehari tampak hanya dilakukan dan dibantu oleh keluarga /
perawat seperti mandi , makan , berpakaian.
Intervensi yang dilakukan kelompok adalahMemamntau Tanda-tanda Vital, Bantu
perawatan diri / kebersihan seperti mandi, Beri posisi senyaman mungkin , Memotivasi klien
untuk berartisipasi pada aktivitas terapeutik pertahankan rangsangan lingkungan contoh : TV,
Radio, Kunjungan Keluarga
Masalah ini tidak bisa diatasi karena kondisi klien yang tidak memungkinkan dan waktu
dinas perawat yang terbatas ditambah dengan obat untuk tualng tersebut yang langka yang
harus dipesan yaitu promina
3. Resiko Cedera (Injury) berhubungan dengan kelainan (kerapuhan) Tulang
Diagnosa keperawatan ini tegak karena Ibu An.I mengatakan kalau An.I mengalami
kelaianan tulang semenjak kecil yaitu rapuh dan mudah pata An.I mengatakan kalau ia mersa
nyeri jika ada anggota tubuh bergerak hasil rontgen menunjukan ada kelainan tulaanggot
atubuhng dan fraktur di berbagai, klien tampajk meringis bahkan menangis jika ada anggota
badanya bergerak.
Intervensi yang dilakukan kelompok adalah Pertahankan tirah baring/ekstremitas sesuai
indikasi. memberikan sokongan sendi diatas dan dibawah fraktur bila bergerak/membalik,
membatasi tindakan yang berakibata gerakan pada anggota tubuh. meletakan papan dibawah
tempat tidur/tempatkan pasien pada tempat tidur ortopedik, menyokong fraktur dengan
bantal,pertahankan posisi netral pada bagian yang sakitdengan bantal pasir,pembebat.,
mengkaji ulang foto rontgen
Masalah ini tidak bisa diatasi karena kondisi klien yang tidak memungkinkan dan waktu
dinas perawat yang terbatas ditambah dengan obat untuk tualng tersebut yang langka yang
harus dipesan yaitu promina
4. Perilaku adaptif dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkemabnagan b/d respon
positif keluarga dalam menghadapi masalah
Ini tegak karena Ibu mengatakan kalau anaknya tidak pernah sekolah, Ibunya
mengatakan kalau anaknya suka menonton TV, Ibunya mengatakan kalau anaknya suka
membaca dan wawasanya luas, An.I menagatkan kalau ia ingin punya laptop dan ingin
menguasai internet, An.I Kooperatif dalam setiap menjawab pertanyaan, An.I tampak
memiliki keterbatasn fisik tapi wawasan anaknya tinggi / bijak, Penuhi Kebutuhan sehari-hari
dari Anak
Intervensi yang dilakukan kelompok mengkaji hal yang disuskai dari Anak,memotivasi
keluarga untuk selalu mempertahan perilaku adaptif, memotivasi anak dalam hal
pembelajarah, memberikan reinforcement terhadap kooperatif anak dan keluarga
Masalah ini bisa dipertahankan oleh keluarga karena tampak keluraga selalu
mengjarkan anaknya hal-hal positif, ditambah dengan orang tua memenuhi kebutuhan untuk
perkembangan sianak seperti membelikan buku-buku pelajaran dan TVPhone
BAB V
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Osteogenesis imperfecta adalah kelompok gangguan pada pembentukan tulang yang
membuat tulang mudah patah secara tidak normal. Kasus osteogenesis merpakan kasus
langka dan mengakibatkan masalh yang komplek bagi penderita nya terutama anak-anak.
Karena anak-anak merupaka masa emas untuk masa depan, tapi karena masalah yang
ditemukan adalah nyeri dan ganggauan imobilisasi maka anak tidak bisa beraktifitas dengan
baik, hari-hari akan dihabiskan di tempat tidur akibat fraktur disekujur tubuh, tapi dengan
pengobatan yang rutin masalh osteogenesis bisa diatasi walaupun tidak bisa mengembalikan
dalam keadaan normal.
Yang harus diperhatikan pada anak yang mengalami osteogenesis ini adalah kebtuhan
untuk pertumbuhan dan perkembangan. Kebutuhan untuk pertumbuhanya seperti nutrisi,
asupan nutrisi yang diberikan harus adekuat dan komposisinya juag tinggi kalori dan protein
begitujuga mineral untuk tulang (kalsium) makanan yang diberikan berkonsistensi lunak
seperti bubur karena pertumbuhan gigi sianak juga akan mengalami permasalahan Untuk
memenuhi perkembangan anak juga harus diperhatikan seperti mengasah kemampuan sianak,
meningkatkan kreatifitas,karena Kisah seorang yang menagalami osteogenesis yang sukses
ada diluar negri, karena selau dilatih dan diberi pembelajaran maka bisa berhasil, Untuk itu
orangtua dan petugas kesehatan harus menagasah kemampuan anak untuk meningkatkan
kreatifitas si anak, bangkitkan semngat orang tua nya dan sianak
2. SARAN
a. Petugas Kesehatan harus memberikan motivasi kepada orang tua supaya keprcayaan iri
orang tua meningkat dalam mengasuh anaknya
b.
58Petugas Kesehatan harus memnuhi kebutuhan dari anak yang mengalmi osteogenesis karena penderita ini tidak mandiri penuh
c. Petugas Kesehatan harus memperhatikan keadaan perkembangan klien osteogenesis sebagai
anak-anak yaitu dunia bermain
d. Petugas kesehatan memberikan motivasi pada anak untuk meningkatkan kreatifitas anak dan
wawasan anak
Diposkan oleh Ns.anakamak_07.SKep di 07:30 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Label: asuhan keperawatan Reaksi:
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Link ke posting ini
Buat sebuah Link
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Mengenai Saya
Ns.anakamak_07.SKep basmallah assalamualaikum, wr,wb awak urang minang asal saruaso kab. tanah datar, kini kulia di STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang jurusan s-1 keperawatan, duu pernak sekolah di TK al,amin limakaum, SD N 25 Saruaso timur, SLTPN 1 Tanjung emas dan SMA N 2 Batusangkar, awak hobi cari info baru dan keahlian baru tapi paya bono koa, salain itu wak sua main bola kaki , nonton dan searching. yang paliang penting awak muslim
Lihat profil lengkapku
Pages
Beranda asuhan keperawatan
video
Pages
Beranda asuhan keperawatan
Daftar Blog Saya
Entri Populer
Intervensi Keperawatan Komunitas
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Para ahli mendefenisikan komunitas atau masyarakat dari berbagai sudut pandang, WHO (1974) mendefenisi...
asuhan keperawatan perioperatif
BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hapir semua pasien. Berbagai kem...
asuhan keperawatan keluaraga masa pertengahan dengan masalah hipertensi
BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG Keluarga adalah Sekumpulan manusia yang hidup bersama karena adanya ikatan (hubungan darah, perkawinan...
Amazon MP3 Clips
Pengikut
Arsip Blog
▼ 2012 (2) o ▼ Juli (2)
ini cerita ku.... cerita kalian mana???? Askep osteogenesis imperfecta
► 2011 (11)
► 2010 (16)
► 2009 (1)
Lencana Facebook
Septia Rahmad M
Buat Lencana Anda
YM
Cari Blog Ini
breadcrumbTemplate Awesome Inc.. Diberdayakan oleh Blogger.