26
TUGAS KEPERAWATAN ANAK I ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN MUMPS Disusun Oleh Mersa Resavitha Puspita Sari Veronica Marisa Cristy Yonathan Alberto SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PAMENTAS 1

Askep Mumps

Embed Size (px)

Citation preview

TUGAS KEPERAWATAN ANAK I

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN MUMPS

Disusun Oleh

Mersa Resavitha

Puspita Sari

Veronica Marisa Cristy

Yonathan Alberto

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PAMENTASPROGRAM DIII KEPERAWATAN

Jl. Pertanian Raya No. 1 Lebak Bulus, Jakarta Selatan

2012

1

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan............................................................................ 2

C. Metode Penulisan........................................................................... 2

D. Sistematika Penulisan.................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR MEDIK........................................................... 3

1. Definisi................................................................................... 3

2. Epidemiologi........................................................................... 3

3. Anatomi Fisiologi................................................................... 4

4. Etiologi................................................................................... 6

5. Patogenesis............................................................................. 6

6. Patoflow Diagram................................................................... 7

7. Manifestasi Klinis................................................................... 8

8. Test Diagnostik....................................................................... 8

9. Penatalaksanaan Medik........................................................... 8

10. Komplikasi ............................................................................. 9

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN.......................................... 10

1. Pengkajian ............................................................................... 10

2. Diagnosa Keperawatan............................................................ 10

3. Intervensi ................................................................................ 10

BAB III PENUTUP.............................................................................................. 14

1. Kesimpulan ................................................................................... 14

2. Saran.............................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA

2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat

dan berkatnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan

pada Anak dengan Mumps.”

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan

dari berbagai pihak yang terkait untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Ir. Amir Susanto, SKM, Selaku Ketua STIkes PAMENTAS

2. Th. Ratna Indraswati, MKep, Selaku ketua Program D-III Keperawatan STIkes

PAMENTAS dan Dosen STIKes Pamentas.

3. Dra. Asi Magdalena,SKp, Selaku Pembimbing dan Dosen STIkes PAMENTAS.

4. Kedua Orang Tua kami yang selalu memberikan dukungan baik secara moriil maupun

materiil.

5. Teman – teman angkatan VIII yang telah memberi bantuan dan motivasi untuk

menyelesaikan makalah ini.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca

pada umumnya dan bagi penulis khususnya. Penulis menyadari laporan makalah ini masih

banyak kekurangan, untuk itu demi kesempurnaan makalah ini, kritik dan saran yang bersifat

membangun sangat diharapkan dari berbagai pihak.

Jakarta, Mei 2012

Penulis

3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Parotitis merupakan penyakit infeksi yang pada 30-40 % kasusnya merupakan

infeksi asimptomatik. Infeksi ini disebabkan oleh virus RNA untai tunggal

negative sense berukuran 100-600 nm, dengan panjang 15000 nukleotida termasuk

dalam genus Rubulavirus subfamily Paramyxsovirinae dan family

Paramyxoviridae (Sumarmo,2008). Penyebaran virus terjadi dengan kontak

langsung, percikan ludah, bahan mentah mungkin dengan urin. Sekarang penyakit

ini sering terjadi pada orang dewasa muda sehingga menimbulkan epidemi secara

umum. Pada umumnya parotitis epidemika dianggap kurang menular jika

dibanding dengan morbili atau varicela, karena banyak infeksi parotitis epidemika

cenderung tidak jelas secara klinis (Warta medika,2009).

Dalam perjalanannya parotitis epidemika dapat menimbulkan komplikasi

walaupun jarang terjadi. Komplikasi yang terjadi dapat berupa:

Meningoencepalitis, artritis, pancreatitis, miokarditis, ooporitis, orchitis, mastitis,

dan ketulian.

Insidensi parototis epidemika dengan ketulian adalah 1 : 15.000. Meningitis

yang terjadi berupa Meningitis aseptik. Insidensi atau komplikasi dari parotitis

Meningoencephalitis sekitar 250/100.000 kasus. Sekitar 10% dari kasus ini

penderitanya berumur kurang dari 20 tahun. Angka rata-tata kematian akibat

parotitis Meningoencephalitis adalah 2%. Kelainan pada mata akibat komplikasi

parotitis dapat berupa neutitis opticus, dacryoadenitis, uveokeratitis, scleritis dan

trombosis vena central retina. Gangguan pendengaran akibat parotitis epidemika

biasanya unilateral, namun dapat pula bilateral. Gangguan ini seringkali bersifat

permanen.

Parotitis yang tidak ditangani dengan tepat dan segera dapat menimbulkan

berbagai komplikasi serius yang akan menambah resiko terjadinya kematian. Maka

disebabkan hal tersebut, melalui makalah ini kami memberikan solusi dapat

memberikan pengetahuan dan tata cara pencegahan dari penyakit parotitis sehingga

skala kejadian penyakit tersebut dapat menurun dan bermanfaat pula bagi perawat

yakni mampu melaksanakan asuhan keperawatan atas pasien dengan Parotitis

dengan tepat dan benar.

1

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umumMemperoleh informasi / gambaran pelaksanaan asuhan keperawatan mumps.

2. Tujuan khusus

Agar penulis mampu :

a. Melakukan pengkajian dan mengenal masalah dengan mumps

b. Menganalisa data yang diperoleh saat pengkajianc. Menentukan masalah keperawatan dengan mumps

d. Membuat rencana asuhan keperawatan mumps

e. Melaksanakan asuhan keperawatan mumps

C. Metode Penulisan

Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode teoritis dan metode kepustakaan dengan membaca literatur, dan internet serta mempelajari sumber-sumber lain yang berhubungan dengan permasalahan ini.

D. Sistematika Penulisan

Secara sistematika untuk mempermudah penyusunan makalah ini dibagi dalam 2 BAB yaitu :BAB I : Pada pendahuluan yang terdiri dari : latar belakang, tujuan

penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.BAB II : Tinjauan teoritis yang terdiri dari : definisi, klasifikasi, anatomi

fisiologi, etiologi, patofisiologi, patoflowdiagram, manifestasi klinis, etiologi, tes diagnostik, penatalaksanaan, komplikasi dan konsep asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan dan rencana tindakan.

BAB III : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

2

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR MEDIK

1. Definisi

Parotitis epidemika adalah penyakit virus menyeluruh, akut, yang kelenjar

ludahnya membesar nyeri, terutama kelenjar parotitis, merupakan tanda –

tanda yang biasa ada.

Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit

menular dimana sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang

menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang

sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi

bagian bawah.

Gondongan (Mumps, parotitis epidemika) adalah suatu infeksi virus

menular yang menyebabkan pembengkakan unilateral atau bilateral pada

kelenjar liur yang disertai nyeri.

2. Epidemiologi

Parotitis adalah endemik pada kebanyakan populasi perkotaan (urban);

virus tersebar dari reservoir manusia dengan kontak langsung, tetes – tetes

yang dibawa udara, benda – benda yang terkontaminasi dengan ludah, dan

kemungkinan dengan urin. Virus tersebar ke seluruh dunia dan mengenai

kedua jenis kelamin secara sama; 85% infeksi terjadi pada anak yang lebih

muda dari umur 15 tahun sebelum penyebaran imunisasi. Sekarang penyakit

sering terjadi pada orang dewasa muda, menimbulkan epidemi di perguruan

tinggi atau di tempat bekerja. Epidemi tampaknya terutama terkait dengan

tidak adanya imunisasi bukannya pada menyusutnya imunitas. Epidemi terjadi

3

pada semua musim tetapi sedikit lebih sering pada musim dingin akhir dan

musim semi. Sumber infeksi mungkin sukar dilacak karena 30% – 40% infeksi

adalah subklinis. Ada penurunan insiden sejak pengenalan vaksin parotitis

epidemika pada tahun 1968.

Virus telah diisolasi dari ludah selama 6 hari sebelum dan 9 hari

sesudah munculnya pembengkakan kelenjar ludah. Penularan agaknya tidak

terjadi lebih lama daripada 24 jam sebelum munculnya pembengkakan atau

lebih lambat dari 3 hari sesudah menyembuh. Virus telah diisolasi dari urin

dari hari pertama sampai ke 14 sesudah mulainya pembengkakan kelenjar

ludah.

Imunitas seumur hidup biasanya menyertai infeksi klinis atau

subklinis, walaupun infeksi kedua telah terdokumentasi. Antibodi tranplasenta

agaknya efektif dalam memproteksi bayi selama 6 – 8 bulan pertama. Bayi

yang dilahirkan dari ibu yang menderita parotitis dalam minggu sebelum

persalinan mungkin menderita parotitis yang tampak secara klinis pada saat

lahir atau saat mengalami sakit pada masa neonatus. Kisaran dari keparahan

dari parotitis ringan sampai pankreatitis berat. Uji neutralisasi serum adalah

metode yang paling dapat dipercaya untuk penentuan imunitas tetapi tidak

praktis dan mahal. Uji antibodi pemfiksasi – komplemen tersedia (lihat

diagnosis). Adanya antibodi V saja memberi kesan infeksi parotitis

sebelumnya.

3. Anatomi Fisiologi

Kelenjar Parotis

Lokalisasi kelenjar ini adalah pada ramus mandibulae, processus mastoideus, dan processus styloideus. Kelenjar ini memiliki lapisan yang disebut parotid sheath, serta memiliki tiga facies, yaitu facies superficialis,

4

facies anteromedial, dan facies postero medial. Facies superficialis (sisi luar) berbentuk segitiga, mencapai arcus zygomaticus (sudut pipi), meatus acusticus externus (lubang telinga luar), m. sternocleidomastoideus, dan facies superficialis m. masseter. Facies anteromedial (sisi depan-dalam) berbentuk huruf U, berbatasan dengan facies post ramus mandibulae, m. masseter, dan m. pterygoideus medialis. Facies posteromedial (sisi belakang-dalam) mencapai processus mastoideus, m. sternocleidomastoideus, dan venter posterior m. digastricus. Ductus excretorius parotideus bermuara di vestibulum oris dekat molar III atas.

Kelenjar parotis adalah kelenjar-liur yang terbesar. Ia dikelilingi oleh ramus mandibula dan menyekresikan air liur melalui Duktus Stensen menuju kavum oral untuk membantu mengunyah dan menelan.

Kelenjar Submandibula

Kelenjar Submandibula adalah sepasang kelenjar yang terletak di rahang bawah, di atas otot digatrik. Produksi sekresinya adalah campuran serous dan mukous dan masuk ke mulut melalui duktus Wharton. Walaupun lebih kecil daripada kelenjar parotis, sekitar 70% saliva di kavum oral diproduksi oleh kelenjar ini.

Kelenjar Sublingual

Kelenjar Sublingual adalah sepasang kelenjar yang terletak di bawah lidah di dekat kelenjar submandibula. Sekitar 5% air liur yang masuk ke kavum oral keluar dari kelenjar ini.

Kelenjar Liur Minor

Terdapat lebih dari 600 kelenjar liur minor yang terletak di kacum oral di dalam lamina propria mukosa oral. Diameternya 1-2mm. Kelenjar ini biasanya merupakan sejumlah asinus yang terhubung dalam lobulus kecil. Kelenjar liur minor mungkin mempunyai saluran ekskresi bersama dengan kelenjar minor yang lain, atau mungkin juga mempunyai saluran sendiri. Secara alami, sekresi utamanya adalah mukous (kecuali Kelenjar Von Ebner) dan mempunyai banyak fungsi, seperti membasahi kavum oral dengan saliva. Masalah gigi biasanya berhubungan dengan kelenjar liur minor.

Kelenjar Von Ebner terletak di papilla sirkumvalata lidah. Kelenjar ini mensekresikan cairan serous yang memulai hidrolisis lipid. Kelenjar ini adalah komponen esensial indra perasa.

5

4. Etiologi

Virus ini adalah anggota kelompok paramiksovirus, yang juga

mencakup parainfluenza, campak dan virus penyakit Newcastle. Hanya

diketahui ada satu serotipe. Biakan manusia atau sel ginjal kera terutama

digunakan untuk isolasi virus. Pengaruh sitopatik kadang – kadang ditemukan,

tetapi hemadsorpsi merupakan indikator infeksi yang paling sensitif. Virus

telah diisolasi dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan

terinfeksi lain.

5. Patogenesis

Sesudah masuk dan mulai pembelahan dalam sel saluran pernafasan,

virus dibawa darah ke banyak jaringan, diantaranya ke kelenjar ludah dan

kelenjar lain yang paling rentan.

6

6. Patoflow Diagram

7

paramyxovirus

Masuk saluran pernapasan

Membelah diri

Virus menyebar ke organ sekitar melalui aliran darah

Terjadi proses infeksi di kelenjar parotis

Pembengkakan kelenjar parotissumbatan pada sal. telinga

Demam

Teraba masa di lehernyeri leher dan telinganafsu makan menurun

MK:

- Nyeri telinga

- Perubahan nutrisi

- Resiko penularan infeksi

MK. Hipertermi

7. Manifestasi Klinis

Masa inkubasi berkisar dari 14 – 24 hari, dengan puncak pada 17 – 18

hari. Gejalanya :

Demam (suhu 38 – 400C)

Nyeri otot (terutama pada leher)

Nyeri kepala

Nafsu makan menurun

Malaise

Daerah pembengkakan lunak dan nyeri, nyeri diperoleh terutama oleh

cairan rasa asam seperti jus lemon atau cuka

Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang

(submandibula) dan kelenjar di bawah lidah (sublingual).

Pada pria akil balik adalah terjadi pembengkakan buah zakar (testis) karena

penyebaran melalui aliran darah.

8. Test Diagnostik

Jika penderita tidak menampakkan pembengkakan kelenjar dibawah telinga, namun tanda dan gejala lainnya mengarah ke penyakit gondongan sehingga meragukan diagnosa. Dokter akan memberikan order untuk dilakukannya pemeriksaan lebih lanjut seperti serum darah. Sekurang-kurang ada 3 uji serum (serologic) untuk membuktikan spesifik mumps antibodies: Complement fixation antibodies (CF), Hemagglutination inhibitor antibodies (HI), Virus neutralizing antibodies (NT).

9. Penatalaksanaan Medik

Tirah baring sesuai kebutuhan penderita

Diet disesuaikan dengan kemampuan penderita untuk mengunyah

Dapat diberikan obat antianalgetik dan antipiretik (misal parasetamol)

Pemberian profilaksis:

- Profilaksis passif. Gamma globulin parotitis hiperimun tidak efektif

dalam mencegah parotitis atau mengurangi komplikasi

- Profilaksis aktif. Anak yang divaksinasi biasanya tidak mengalami

demam atau reaksi klinis lain yang dapat dideteksi, tidak mengekresi

virus, dan tidak menular terhadap kontak yang rentan. Jarang parotitis

dapat berkembang 7 – 10 hari sesudah vaksinasi. Vaksin gondongan

8

biasanya terdapat dalam bentuk kombinasi dengan campak dan rubella

(MMR) pada usia anak 15 bulan, yang disuntik melalui otot paha atau

lengan atas.

- Imunisasi MMR dapat juga diberikan kepada remaja dan orang dewasa

yang belum menderita Gondong. Pemberian imunisasi ini tidak

menimbulkan efek apanas atau gejala lainnya. Cukup mengkonsumsi

makanan yang mengandung kadar Iodium, dapat mengurangi resiko

terkena serangan penyakit gondongan.

10. Komplikasi

Bisa terjadi infeksi luas, seperti:

Meningoensefalitis

Orkitis

Oofaritis

Pankreatitis

Nefritis

Tiroiditis

Miokarditis

Mastitis

Ketulian

9

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Riwayat imunisasi

b. Riwayat kesehatan masa lalu

c. Riwayat kesehatan sekarang

d. Pengkajian fisik klien

2. Diagnosa Keperawatan

a. Hipertemi b/d proses infeksi

b. Nyeri telinga b/d adanya sumbatan pada saluran telinga

c. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d

kehilangan nafsu makan

d. Resiko tinggi penularan infeksi b/d penurunan pertahanan/penekanan

proses inflamasi

3. Intervensi

a. Hipertemi b/d proses infeksi

Tujuan: suhu tubuh klien dalam batas normal setelah dilakukan asuhan

keperawatan 3 x 24 jam

KH:

- TTV dalam batas normal

TD 120/80 mmHg

N 60 – 100 x/menit

RR 12 – 20 x/menit

S 36 – 37,50C

- Leukosit dalam batas normal 4000 – 11000

Intervensi:

1. Observasi suhu anak.

R/ suhu meningkat kemungkinan menunjukkan penyebaran pathogen

secara hematogen.

2. Berikan mandi air hangat.

R/ mandi air hangat untuk mencegah menggigil yang akan

meningkatkan laju metabolisme tubuh.

3. Hindari menggigil.

R/ tubuh menggigil meningkatkan metabolisme laju tubuh.

4. Kenakan anak pakaian yang tipis dan menyerap keringat.

10

R/ mengurangi laju metabolisme tubuh dan membantu menurunkan

suhu tubuh.

Kolaborasi

5. Berikan obat antipiretik sesuai anjuran dokter.

R/ membantu menurunkan suhu tubuh anak.

b. Nyeri telinga b/d adanya sumbatan pada saluran telinga

Tujuan: nyeri berkurang/hilang setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x

24 jam

KH:

- Skala nyeri dalam rentang normal (0 – 3)

- TTV normal

TD 120/80 mmHg

N 60 – 100 x/menit

RR 12 – 20 x/menit

S 36 – 37,50C

- Klien mengatakan tak adanya nyeri

Intervensi:

1. Kaji skala nyeri, karakteristik dan lokasi nyeri.

R/ membantu menentukan pilihan intervensi dan memberikan dasar

untuk perbandingan dan evaluasi terhadap terapi.

2. Bentuk hubungan saling percaya dengan anak dan keluarga.

R/ hubungan saling percaya antara anak, keluarga dan perawat akan

membantu dalam proses penyembuhan anak.

3. Ajarkan anak untuk menggunakan strategi nonfarmakologis untuk

membantu anak mengatasi nyeri (teknik napas dalam)

R/ teknik relaksasi akan membantu mengatasi nyeri.

Kolaborasi

4. Berikan obat antianalgetik sesuai indikasi.

R/ untuk mengurangi nyeri.

11

c. Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d

kehilangan nafsu makan

Tujuan: intake nutrisi adekuat setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x

24 jam

KH:

- Nafsu makan meningkat

- Makan yang disediakan habis

Intervensi:

1. Anjurkan orang tua atau anggota keluarga lain untuk menyuapi anak

atau ada pada saat makan.

R/ untuk membantu meningkatkan nafsu makan anak.

2. Gunakan alat makan yang dikenalnya, seperti piring kesukaan, cangkir

atau botol untuk anak kecil.

R/ dengan menggunakan alat makan anak sendiri maka anak akan mau

makan.

3. Buat waktu makan menjadi menyenangkan; hindari prosedur lain tepat

sebelum atau sesudah makan; yakinkan bahwa anak cukup istirahat dan

bebas nyeri.

R/ suasana yang menyenangkan akan meningkatkan hubungan yang

terapeutik.

4. Perawat harus ada saat makan untuk memberikan bantuan, mencegah

gangguan, dan memuji anak untuk makan mereka.

R/ membantu meningkatkan hubungan saling percaya antara anak dan

perawat.

5. Sajikan makanan sedikit tapi sering daripada tiga kali makan dengan

porsi besar, atau sajikan tiga kali makan dan nutrisi di antara kudapan.

R/ meningkatkan intake nutrisi.

6. Buat makanan yang menarik dan berbeda.

R/ dengan membuat bentuk makanan yang menarik dan berbeda akan

meningkatkan intake nutrisi anak.

7. Berikan pilihan cairan yang merupakan favorit anak seperti teh manis,

es krim, susu, pudding, sesuai indikasi.

R/ meningkatkan intake cairan pada anak.

12

e. Resiko tinggi penularan infeksi b/d penurunan pertahanan/penekanan

proses inflamasi

Tujuan: tidak terjadi penularan infeksi setelah dilakukan asuhan

keperawatan 3 x 24 jam

KH:

- TTV dalam batas normal

TD 120/80 mmHg

N 60 – 100 x/menit

RR 12 – 20 x/menit

S 36 – 37,50C

- Tak ada tanda – tanda infeksi (kemerahan, bengkak, suhu tubuh

meningkat)

- Leukosit dalam batas normal 4000 - 11000

Intervensi:

1. Kaji tanda – tanda infeksi.

R/ melihat adanya tanda – tanda infeksi (kalor, rubor, tumor, dolor).

2. Observasi suhu klien/anak.

R/ peningkatan suhu mungkin menunjukkan penyebaran infeksi secara

hematogen.

3. Berikan nutrisi yang adekuat untuk mendukung pertahanan tubuh

alami.

R/ nutrisi yang cukup membantu proses kekebalan tubuh.

4. Ajarkan anak yang sakit suatu metode perlindungan untuk mencegah

penyebaran infeksi (mencuci tangan sebelum dan sesudah

beraktivitas).

R/ menurunkan penyebaran infeksi.

Kolaborasi

5. Berikan obat antibiotik bila diresepkan untuk mengatasi atau mencegah

infeksi.

R/ memberikan imunitas.

13

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan pembahasan diatas antara

lain:

Parotitis (Mumps) ialah adanya pembesaran pada kelenjar ludah yang

disebabkan oleh paramyxovirus.

Insiden paling tinggi terjadi pada usia 2 – 12 tahun, akan tetapi tidak

menutup kemungkinan terjadi pada orang dewasa.

Parotitis ini biasanya diawali dengan bereflikasinya paramyxovirus

melalui saluran pernafasan kemudian menyebar melalui aliran darah.

Tanda dan gejala yang antara lain suhu badan meningkat (demam 38 –

400C), pembengkakan kelenjar parotis unilateral ataupun bilateral, nyeri

pada saat menelan makanan atau minuman yang asam, kemerahan pada

daerah yang bengkak.

Komplikasi dapat berupa meningoensefalitis, orkitis, oofaritis,

pankreatitis, nefritis, tiroiditis, miokarditis, mastitis, dan ketulian.

Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi MMR pada usia

15 bulan.

Pengobatan dapat diberikan obat antianalgetik dan antipiretik.

2. Saran

Bagi Pendidikan

Demi meningkatkan kualitas dan menghasilkan tenaga keperawatan yang handal serta profesional perlu diperhatikan untuk :- Menambah tenaga pengajar yang berpengalaman

- Melengkapi literatur pustaka yang lengkap

- Melengkapi alat – alat laboratorium untuk mengasah keterampilan mahasiswa

Bagi Masyarakat

- Dapat menjaga kesehatan pribadi.

14

- Berpartisipasi dan berperan aktif dalam pemberian imunisasi bagi keluarga terutama anak.

- Mengetahui tanda dan gejala penyakit parotitis.

Bagi Mahasiswa

- Lebih terampil dalam menggunakan fasilitas/alat kesehatan dan memberikan rencana asuhan keperawatan.

- Lebih mengerti dan memahami konsep penyakit mumps (parotitis).

- Dapat memberikan penyuluhan kesehatan tentang parotitis pada keluarga.

15

DAFTAR PUSTAKA

Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15 Volume 2. Jakarta: EGC

http://www.klikdokter.com/medisaz/read/2010/07/05/2/parotitis--gondongan-

http://keperawatankita.wordpress.com/2009/06/29/penyakit-gondongan-mumps-atau-parotitis/

Donna L. Wong. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta: EGC

http://healthcarefitfresh.blogspot.com/2011/11/all-about-gondongan-mumps-or-parotitis.html

http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35600-Kep%20Pencernaan-Askep%20Parotitis.html

16