42
1

askep marasmus + kwashiorkor

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: askep marasmus + kwashiorkor

1

Page 2: askep marasmus + kwashiorkor

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Banyak anak daerah tropis yang tinggal dalam kondisi desa atau perkotaan,

menunjukkan pertumbuhan abnormal. Hal ini dari berat badannya pada tahun-

tahun pertama hidupnya. Enam bulan pertama kehidupannya, pertumbuhannya

baik sekali berkat protein, kalori dan vitamin yang cukup dari aliran ASI yang

baik dan bersih bersama persediaan yang ada pada bayi. Enam bulan

berikutnya pertumbuhan sedang-sedang saja, tetapi ASI tidak mencukupi lagi

untuk memasak protein, kalori, dan zat besi. Kadang perlu penambahan

makanan lain yang biasanya berupa pati dan karbohidrat dengan sedikit

protein.

Tahun kedua dan ketiga, pertumbuhannya buruk atau tidak ada

pertumbuhan, bahkan BB menurun untuk waktu lama karena kurang protein.

Kebiasaan makan karbohidrat (makanan berpati, kadang sedikit ASI, ditambah

sedikit protein seperti susu sapi, daging, ikan, atau polong-polongan) dan

seringnya terkena infeksi misal (campak, diare, malaria, infeksi paru, cacing

usus). Kekurangan protein kalori mungkin terjadi pada setiap saat dari tiga

periode tersebut, tetapi pernah ditemukan pada bayi muda yang mendapat ASI

dengan sangat memuaskan. Bentuk klinik yang paling sering, yaitu

kwashiorkor dan merasmus.

Dengan latar belakang tersebut, penulis menyelesaikan makalah dengan

judul ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KWASHIORKOR

DAN MARASMUS, selain itu guna memenuhi tugas KeperawatAn Anak I

yang diberikan pembimbing di semester IV ini.

1

Page 3: askep marasmus + kwashiorkor

2.1 RUMUSAN MASALAH

Dari uraian sebelumnya dapat diambil beberapa pertanyaan masalah, sebagai

berikut :

1. Apakah pengertian kwashiokor dan merasmus ?

2. Apa sajakah etiologi dari kwashiokor dan marasmus ?

3. Bagaimana pacofisiologi dari kwashiokor dan marasmus ?

4. Apa tanda dan gejala dari kwashiokor dan marasmus ?

5. Sebutkan komplikasi dari kwashiokor dan marasmus

6. Bagimana pemeriksaan diagnostik kwashiokor dan marasmus ?

7. Bagaiman penatalaksanaan kwashiokor dan marasmus ?

1.3 TUJUAN PENULISAN

Penulis mempunyai dua tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu tujuan

umum dan tujuan khusus.

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui lebih lanjut tentan kwashiokor dan marasmus pada

anak, penyebab dan penanganannya.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengertian kwashiokor dan marasmus

2. Mengetahui etiologi Kwashiokor dan marasmus

3. Mengetahui patofisiologi kwashiokor dan marasmus

4. Mengetahui tanda dan gejala kwashiokor dan marasmus

5. Mengetahui komplikasi kwashiokor dan marasmus

6. Mengetahui pemeriksaan diagnostik kwashiokor dan marasmus

7. Mengetahui penatalaksanaan kwashiokor dan marasmus

2

Page 4: askep marasmus + kwashiorkor

1.4 MANFAAT PENULISAN

Manfaat yang diharapkan dari hasil penulisan makalah ini adalah :

1.4.1 Manfaat Bagi Penulis

Dapat meningkatkan pemahaman dan pengetahuan penulis mengenai

Asuhan Keperawatan Anak dengan kwashiokor dan marasmus.

1.4.2 Manfaat Bagi Pelayanan Kesehatan

Dapat digunakan sebagai masukan bagi profesi kesehatan melalui

program peningkatan gizi anak untuk meningkatkan derajat kesehatan

dan kesejahteraan anak.

1.4.3 Manfaat Bagi Institusi

Sebagai pemasukan data dan memberikan sumbangan pikiran

perkembangan ilmu pengetahuan untuk penulisan makalah berikutnya

terutama dibidang keperawatan anak.

3

Page 5: askep marasmus + kwashiorkor

BAB II

ISI

2.1 PENGERTIAN

Kurang Energi Protein (KEP) adalah seseorang yang kurang gizi yang

disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan

sehari-hari dan atau gangguan penyakit-penyakit tertentu (pedoman

Penanggulangan KEP dan Perunjuk Pelaksanaan PMT pada Balita, 1997 : 2).

Dalam buku Kapita Selekta, jilid 2, Kurang Energi Protein (KEP) adalah

keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein

dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Kebutuhan Gizi (AKG)

(KPS, 2000 : 512).

a. Klasifikasi dan istilah KEP

TahunJenis

KEPIstilah & Klasifikasi Dasar Diagnosa

<th 50-

an

th 50-

an

th 60-

an

Berat

Ringan

- berat

Ringan-

berat

Kwasioskor, marasmus,

amofi, cachexia, dsb.

Malnutrition :

- (overmalnutriotion)

- (undermalnutriotion)

- ringan/sedang

- berat (K-M-MK)

protein Calorie

Malnutriotion ( PCM) :

- ringan/sedang

- berat (K-M-MK)

- Klinik

- Lab (albumin)

Antropometrik

= Gomez, 1956

Klinik/lab/antropomets

= scoring system

MC laren, 1967 =

jeliffe,1966

4

Page 6: askep marasmus + kwashiorkor

th 70-

an

Ringan

- berat

Protein Energy

Malnutriotion (PEM) :

- ringan/sedang

- berat (K-M-MK)

Klinik/lab/antropomet

= Wellcome Trust Pai

1970

= Nomogsam Mc

Larei 1975

Dikutip dari Ilmu Gizi Klinis (Pudjiani.S)

b. Klasifikasi KEP menurut Gomez, 1956

Derajat Malnutriotion BB % terhadap st. BB/U

Derajat I 90-75

Derajat II 75-60

Derajat III < 60

Dikutip dari Ilmu Gizi Klinis (Pudjiani S)

c. Klasifikasi KEP menurut Waterlow, 1973

Derajat Maltrunition BB % terhadap st. BB/CB

Derajat I 80-90

Derajat II 70-80

Derajat III < 70

Dikutip dari Ilmu Gizi Klinis (Pudjiani S)

d. Klasifikasi KEP menurut The Wellcome Trust Party, 1970

Derajat Maltrunition BB % terhadap st.BB/U

80 - 60 < 60

Ederma (-) Undernutriotion Marasmus

Ederma (+) Kwashiokor Marasmus-kwashiorkor

Dikutip dari Ilmu Gizi Klinis (Pudjiani S)

5

Page 7: askep marasmus + kwashiorkor

Di Indonesia, klasifikasi dan istilah yang digunakan SSI dengan hasil

lokakarya Antro pomerti Gizi, 29-31 Mei 1975

1. KEP ringan bila berat badan menurut umur (BB/U) = 80-70 % baku

median WHO. NCHS dan atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB)

= 90-80% baku median WHO-NCHS

2. KEP sedang bila berat badan menurut umur (BB/U)= 70-60 % baku

median WHO-NCHS dan atu berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) =

80-70 % baku median WHO-NCHS

3. KEP berat bila berat badan menurut umur (BB/U) = < 60 % baku median

WHO-NCHS dan atau berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) = <70 %

baku median WHO-NCHS

Scoring System menurut Mc Laren, 1967

Gejala Klinik Skor

Edema 3

Dermatosis 2

Edema + dermatosis 6

Hair chance 1

Hepatomegali 1

Serum albumin / total protein < 1,00/<3,25 7

1,00 – 1,49 / 3,25 – 3,99 6

1,5 – 1,99 / 4,00 – 4,74 5

4,75 – 2,49 / 4,75 – 5,49 4

2,50 – 2,99 / 5,50 – 6,24 3

3,00 – 3,49 / 6,25 – 6,99 2

3,50 – 3,99 / 7,00 – 7,74 1

> 4,00 / > 7.75 0

6

Page 8: askep marasmus + kwashiorkor

Penilaian :

Skor 0-3 marasmus

Skor 4-8 marasmus-kwashiorkor

Skor 9-15 kwashiokor

Dikutip dari Ilmu Gizi Klinis (Pudjiani S)

KEP berat secara klinis tap 3 tipe yaitu kwashiorkor, marasmus dan marasmik-

kwashiorkor.

2.2 KWASHIORKOR

I. PENGERTIAN

Kwashiorkor adalah keadaan dimana protein rendah sekali, kalori normal

atau meningkat (Ilmu Kesehatan Anak, 1992:334). Dalam sumber lain

disebutkan bahwa kwashiorkor merupakan bentuk kekurangan protein

kalori yang berat, yang amat sering terjadi pada anak kecil antara umur

satu dan tiga tahun (Kesehatan Anak Dr Daerah tropis, 1994 , 50). Menurut

buku Asyhan Keperawatan Anak Dalam Kontek Keluarga, 1993 : V,

kwashiorkor mempunyai definisi satu keadaan dimana anak menderita

hidroprotein. Dengan demikian kwashiorkor jelas menjadi suatu masalah

kesehatan yang harus mendapat prioritas penanganan.

II. ETIOLOGI

a. Mengkonsumsi makanan yang sangat sedikit mengandung protein

(terutama protein hewan)

b. Kebiasaan memakan makanan berpati terus menerus, kebiasaan

memakan sayuran yang mengandung karbohidrat.

c. Gangguan penyerapan protein misalnya pada anak diare kronis

d. Kehilangan protein secara tidak normal (misal anak dengan proteinuria)

e. Infeksi

f. Perdarahan hebat

7

Page 9: askep marasmus + kwashiorkor

Sebab lain :

- Miskin (protein hewani merupakan makanan mahal)

- Kurang pengetahuan, bahwa anak membutuhkan makana berprotein

tinggi

- Pendapat yang salah tentang makanan tertentu, misal tidak mau

memberi anak susu, polong dan sebagainya dengan alasan anak bisa

cacingan

- Kurangnya ASI (Ibu meninggal/anak disapih terlalu muda)

- Tiba-tiba menghentikan ASI (kebiasaan mengirim anak

keneneknya).

III.PATOFISIOLOGI

Kekurangan protein dalam makanan

Asam amino

Produksi albumin oleh hati

Vitamin A mineral (Fe, Ca, Zn) Depigmentasi Hiproteinemia

Daya tahan tubuh Defisiensi zat besi Kulit sensitif Edema

Gangguan penglihatan

Anemia Mudah gatal Cairan berpindah dari

Pandangan menjadi sayu intravaskuler ke rongga

Interstisiel

IV. TANDA DAN GEJALA

A. Selalu ada

8

Page 10: askep marasmus + kwashiorkor

Gejala berikut selalu ada dan seluruhnya membutuhkan diagnosa pada

anak umur 1 – 3 tahun karena kemungkinan telah mendapat makanan

mengandung banyak karbohidrat.

- Kegagalan pertumbuhan, terlihat adanya BB rendah kecuali bila

oedem muncul.

- Oedema

- Otot menyusul tetapi lemak di bawah kulit disimpan

- Kesengsaraan, sukar diukur dengan gejala awal anak menjadi rewel

diikuti dengan perhatian yang kurang.

- Letarghi

- Anorexia

B. Biasanya ada

Satu atau lebih dari tanda-tanda berikut biasanya muncul, tetapi tidak

satupun yang betul-betul memerlukan diagnosis :

- Perubahan rambut, warnanya lebih muda (cokelat, kemerahan,

mendekati putih, dsb) lurus, jarang, halus, mudah lepas bila ditarik.

- Warna kulit lebih muda

- Tinja yang encer, mungkin disebabkan gangguan penyerapan

makanan, terutama gula.

- Anemia yang tidak berat, biasanya ada kemungkinan infeksi cacing

atau malaria.

C. Kadang-kadang ada

Satu atau lebih gejala-gejala berikut kadang-kadang muncul, tetapi

tidak ada satupun yang memerlukan diagnosis.

- Ruam, bercak-bercak bersepih. Yakni noda warna gelap pada kulit,

yang bila terkelupas meninggalkan warna kulit yang sangat muda

atau bahkan ulkus dibawahnya. Dapat terjadi pada seluruh bagian

tubuh, tapi sering terlihat di belakang tungkai atau panggul.

9

Page 11: askep marasmus + kwashiorkor

- Ulkus dan retakan. Tukak yang kecil seringkali muncul terutama di

daerah yang banyak mendapat tekanan, terutama di belakang

telinga.

- Tanda-tanda vitamin, misal luka di sudut mulut, lidah berwarna

merah terang, karena kekurangan riboflavin.

- Pembesaran hati, tepi dari hati 4 inci di bawah batas lidah.

Pembesaran ini disebabkan perlemahan hati.

V. KOMPLIKASI

Diare infeksi, anemia, gangguan tumbuh kembang, hipokalemi dan

hiponatremi.

VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Hampir semua kasus Kwarsiorkor, memperlihatkan penurunan kadar

albumin, kolesterol dan glukosa dalam serum. Kadar globulin dapat normal

atau meningkat sehingga perbandingan albumin dan globulin serum dapat

terbalik yaitu < 1. kadar asam amino esensial dalam plasma relatif rendah

daripada asam amino non esensial. Umumnya kadar imunoglobulin serum

normal, bahkan dapat meningkat. Meskipun kadar IgA serum normal,

namun kadar IgA sekretori menurun.

Uji toleransi glukosa menunjukkan gambaran diabetik, begitu pula terdapat

penurunan kadar berbagai enzim serum, seperti amilase, esterase,

transaminase dan fosfotase alkali, aktivitas enzim pankreas dan xanti

oksidase berkurang. Pada biopsi hati ditemukan perlamakan ringan sampai

berat, fibrosis, nekrosis dan infiltrasi mononuklear. Pada perlemakan berat

hampir semua sel hati mengandung vakuol lemak yang besar.

VII.PENATALAKSANAAN TERAPEUTIK

- Diet tinggi kalori dan protein

- Pemberian terapi cairan dan elektrolit

10

Page 12: askep marasmus + kwashiorkor

- Penanganan masalah yang akut, seperti diare yang parah, kegagalan

ginjal dan syock.

- Pemberian vitamin terutama vitamin A, kalium dan magnesium, besi

dan asam folat biasanya dapat memperbaiki anemia yang terjadi

- Infeksi harus diobati bersamaan dengan pengobatan makanan,

sedangkan pengobatan infeksi parasit, kalau tidak parah dapat ditunda

sampai kesembuhan mulai berjalan. Bila malaria muncul, berikan

pengobatan tiga hari dengan klorokuin per oral (75 mg atau ½ tablet

sehari), dia daerah yang sering ditemui infeksi cacing tambnag diobati

dengan piperazin.

VIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL

1. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpaparnya informasi

tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi.

2. Resiko infeksi sehubungan dnegan adanya pemasangan selang

pemberian makanan.

3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan

perubahan pola makan.

2.3 MARASMUS

I. PENGERTIAN

Marasmus timbul akibat kekurangan energi (kalori) sedangkan kebuthan

protein relatif cukup (Ngastiyah, 183). Marasmus adalah suatu bentuk

kekurangan kalori dan protein dalam taraf berat, yang biasanya terjadi pada

tiga tahun pertama kehidupan (Kesehatan Anak di Daerah Tropis, 1994 :

58). Dalam Ilmu Kesehatan Anak, 1992 : 334. marasmus adalah keadaan

dimana kalori rendah sekali, protein rendah semua zat kurang. Dalam

Kapita Selekta Pediatri, 1991 : 106, marasmus adalah suatu bentuk mal gizi

protein energi karena kelaparan.

11

Page 13: askep marasmus + kwashiorkor

II. ETIOLOGI

Pemasukan kalori yang tidak mencukupi, sebagai akibat kekurangan

dalam susunan makanan, kebiasaan-kebiasaan makan yang tidak layak,

seperti terdapat pada hubungan orang tua – anak yang terganggu atau

sebagai akibat kelainan metabolisme atau informasi bawaan

Kegagalan memberikan makanan tambahan, dapat terjadi pada anak

yang hanya mendapat ASI secara berkepanjangan. Setelah 6 bulan

dibutuhkan makananlain sebagai tambahan ASI.

Penyakit infeksi misalnya pada sel pencernaan (misal, cacingan)

Kegagalan menyusui, karena ibu meninggal, pembuangan, pengasingan.

Kegagaln menyusui yang sebenarnya (tidak mampu membeli susu dan

tidak tahu cara membuat makanan sesuai dosisnya)

Kelaparan karena pengobatan, dapat terjadi karena masa puasa yang

terlalu lama pada anak yang menderita diare.

III.PATOFISIOLOGI

Masukan kurang

Cadangan protein menjadi energi

Penghancuran jaringan Pengambilan lemak berlebih

Protein - Berat badan menurun

- Atropi otot - Badan tampak kurus

- Diare

- Konstipasi

IV. TANDA DAN GEJALA

a. Selalu ada

12

Page 14: askep marasmus + kwashiorkor

Gangguan perkembangan, yang ditunjukkan dengan berat badan

yang sangat rendah bila dibandingkan anak seusianya.

Hilangnya lemak di otot dan bawah kulit, karena makanan kurang

mengandung kalori dan protein. Pada kasus yang berat, maka akan

menjadi “seperti orang tua”.

Anak cengeng, rewel dan tidak bergairah

Vena superficialis mencolok

Mata besar dan dalam

Akral dingin

Suhu badan dibawah normal

Danyut nadi lambat

Perut cekung

b. Kadang-kadang ada

Mencret, seringkali karena menderita diare yang infektif

Perubahan rambut seperti pada kwashiorkor, hanya saja biasanya

kurang jelas.

Dehidrasi karena diare yang infektif

V. KOMPLIKASI

Penyakit yang sering dijumpai adalah enteristis, infestasi cacing

tuberkulosis, defisiensi vitamin A.

VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Penghancuran jaringan pada defisiensi kalori tidak saja membantu

memenuhi kebutuhan energi, tetapi juga memungkinkan sintesis glukosa

dan metabolit esensial lainnya, seperti berbagai asam amino yang normal,

sehingga hati masih dapat membentuk cukup albumin.

13

Page 15: askep marasmus + kwashiorkor

VII.PENATALAKSANAAN

- Jika anak menyusu, teruskan pemberian ASI dan berikan setengah jam

sekali

- Lakukan rehidrasi IV (infus) dengan cairan RL /glukosa 5 % dan NaCl,

dengan perbandingan 1 : 1 Kolaborasi

- Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit

- Lakukan penanggulangan kekurangan zat gizi mikro. Berikan

tambahan multivitamin, vitamin B Complex dan asam folat 1 mg/hari

( 5 mg pada hari pertama). Bila BB mulai naik berikan zat besi dan

vitamin A

- Berikan makanan yang banyak mengandung energi dan nutrisi

Penatalaksanaan

Jangka panjang

Berhubungan dengan berbagai kegiatan luas, seperti :

1. Perbaikan penyadiaan makanan di suatu negara (khususnya makanan

protein hewani : susu, ikan, daging dan tumbuhan yang kaya protein

seperti kacang-kacangan).

2. Memperbaiki keadaan ekonomi negara

3. Perbikan tingkat pendidikan, sehingga para orang tua (khususnya ibu)

mengerti pentingnya makanan bergizi bagi anaknya

4. Perbaikan sarana pelayanan kesehatan

Jangka menengah

a. Pendidikan kesehatan. Dengan mendidik seluruh lapisan masyarakat,

khususnya orang tua untuk menggunakan sebaik-baiknya bahan

makanan yang tersedia. Untuk memanfaatkan fasilitas klinik

kesejahteraan anak yang ada, dan untuk menanam tanaman yang

banyak mengandung protein

14

Page 16: askep marasmus + kwashiorkor

b. Pemberian makanan tambahan untuk bayi. Untuk ini dapat digunakan

protein hewani (misalnya DPS, tepung ikan, tepung daging, atau

berbagai makanan setempat yang mengandung protein)

PENANGGULANGAN KEPERAWATAN SECARA UMUM

a. Kegiatan langsung

Yang dimaksud dengan kegiatan langsung adalah kegiatan mengatasi

KEP pada balita (anak) dalam jangka pendek yang ditujukan untuk

mengatasi penyebab langsung terjadinya KEP :

1. Program makanan tambahan (PMT) balita

- PMT balita adalah program intervensi bagi balita yang

menderita KEP, yang ditujukan untuk mencukupi kebuthan zat

gizi balita agar meningkat status gizinya sampai mencapai gizi

baik (pita hijau pada KMS balita)

- PMT balita untuk KEP ringan dapat dilaksanakan oleh ibu

balita di rumah, pengasuh balita di rumah ibu asuh, oleh kader

terlatih (PKK) di rumah kader /POSYANDU. PMT sedang dan

berat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan di tempat rujukan

(PUSKESMAS, RSUD)

2. Pemeriksaan dan Pengobatan Penyakit

- Pemeriksaan dan pengobatan dimaksudkan untuk mengetahui

kemungkinan adanya penyakit penyerta guna diobati, sehingga

keperawatan tidak menjadi bertambah parah.

- Pemeriksaan dan pengobatan dilakukan oleh petugas kesehatan

di PUSKESMAS atau bidan desa.

- Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui gejala penyakit yang

biasa diderita oleh penderita KEP

15

Page 17: askep marasmus + kwashiorkor

3. Asuhan keperawatan

- Askep dimaksudkan unutk memberikan bimbingan kepada

keluarga balita KEP agar mampu merawat balita KEP sehingga

dapat mencapai status gizi baik.

- Askep dilakukan melalui kunjungan rumah, oleh petugas

PUSKESMAS / bidan desa

- Dalam kunjungan rumah disertakan penyuluhan kesehatan

tentang KEP, gizi anak, cara mengolah makanan dan perawatan

anak dengan KEP.

4. Paket Pertolongan Gizi

- Pemberian zat besi

Dosis pencegahan :

Usia 6 – 12 bln : ½ sendok takar (2,5 ml)/hari ; selama 60 hari.

Usia 12 – 60 bln : 1 sendok takar (5 ml)/hari, selama 60 hari

Dosis pengobatan :

Usia 6 – 12 bln : 3x½ sendok takar (2,5 ml)/hari, selama 60 hari

Usia 12 – 60 bln : 3 x 1 sendok takar (5 ml)/hri, selama 60 hari

Satu sendok takar (5 ml) sirup besi mengandung 30 gr zat besi.

- Pemberian kapsul minyak beryodium

a. Pemberian minyak kapsul beryodium dengan dosis tinggi

(200 mg yaodium) untuk menanggulangi GAKS, yang bisa

mengganggu tumbang anak.

b. Dosis yang diberikan :

Bayi 0 – 1 tahun : 100 mg (1/2 kapsul)

Anak balita 1 – 5 tahun : 200 mg (1 kapsul)

b. Kegiatan tidak langsung

Kegiatan tidak langsung adalah kegiatan yang ditujuakn kepada

penyebab tidak langsung atau mendasar, dengan tujuan menunjang

kegiatan langsung. Kegiatan ini merupakan kegiatan jangka panjang

yang diharapkan dapat mengatasi masalah KEP lebih tuntas dan lestari.

16

Page 18: askep marasmus + kwashiorkor

1. Penyuluhan gizi

2. Usaha peningkatan pendapatan keluarga sejahtera (UPPKS)

UPPKS merupakan suatu upaya pembangunan keluarga sejahtera

dalam rangka penanggulangan kemiskinan berupa pemberdayaan

keluarag untuk mengentaskan diri dari keterbelakangan sosial dan

ekonominya

3. Pemanfaatan pekarangan

17

Page 19: askep marasmus + kwashiorkor

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN KEP

(MARASMUS DAN KWASHIORKOR)

1. PENGKAJIAN

- Biodata

Sering menyerang anak usia 1-3 tahun, bisa laki-laki / perempuan, yang

kebanyakan tinggal di daerah miskin

- Keluhan Utama

Anak rewel, cengeng, anorexia, anak kurus tinggal tulang, suhu badan di

bawah normal, disertai diare kronik

- Riwayat Penyakit Sekarang

Badan lesu, pandangan mata sayu, tidak bersemangat, tidak mau makan

- Riwayat Penyakit Dahulu

Pernah mengalami diare kronik

- Riwayat Kesehatan Keluarga

- Pola Fungsi Kesehatan

Status nutrisi : berat badan menurun, anak tampak kurus atau odem,

sulit makan.

Kebutuhan tidur dan istirahat : anak terganggu, cengeng, rewel.

Pola eliminasi BAK : volume urine menurun

BAB : sering konstipasi, dan diare

Koping keluarga rendah

- Pemeriksaan Fisik

TTV :

Suhu : di bawah normal

Nadi : bradikardia

RR : berkurang

TD : berkurang

18

Page 20: askep marasmus + kwashiorkor

Kepala dan rambut : Ubun-ubun cekung pada bayi, warna rambut

pirang, tipis dan mudah rontok, muka membulat dan sembab, tulang

pipi dan dagu menonjol, mata tampak besar dan dalam, mulut kering

dan kotor, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

Ekstremitas : Ujung kaki dan tangan terasa dingin, tampak sianosis,

otot atrofi, jaringan subkutis tipis dan lembut.

- Rasa Aman dan Nyaman

Anak merasa lemah dan tidak bergairah

- Interaksi sosial

Anak tidak tertarik untuk bermain dengan teman-temannya

- Nutrisi

Nutirsi anak sangat kurang ditandai anak tampak kurus kering, cengeng,

rewel, perut cekung, sering diare.

2. PEMERIKSAAN FISIK

a. Inspeksi

Anak tampak kurus kering, rewel, perut cekung, wajah seperti orang tua,

kulit keriput, tidak odem.

b. Palpasi

Denyut nadi dan pernafasan lambat, turgor kulit jelek

c. Auskultasi

Denyut jantung berkurang, tidak ada pembesaran jantung S1 : S2.

Suara nafas tambahan tak ada, terdapat bising usus.

d. Perkusi

Reflek patela kurang

- Dada dan Abdomen : adanya pembesaran hati, perut membuncit atau

cekung. Dengan gambaran usus yang jelas, peristaltik meningkat

- Integumen : Turgor kulit jelek, kulit keriput dan bersisik ada bercak merah

yang meluas dan berubah hitam terkelupas

- Genetalia : dalam batas normal.

19

Page 21: askep marasmus + kwashiorkor

3. INTERVENSI

1. Dx : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan

perubahan pola makan

Hasil yang diharapkan :

- BB bertambah

- Bebas dari tanda malnutrisi

- BB mencapai normal

INTERVENSI RASIONAL

Umum

1. Kaji status nutrisi secara

kontinu. Perhatikan tingkat

energi; kondisi kulit, kuku,

rambut, rongga mulut,

keinginan untuk makan atau

anoreksia

2. Timbang berat badan setiap

hari dan bandingkan dengan

berat badan saat

penerimaan

3. Dukumentasikan masukan

oral selama 24 jam, riwayat

makanan, jumlah kalori

dengan tepat

4. Jamin penampungan akurat

dan spesimen untuk

pemeriksaan keseimbangan

nitrogen

5. Jadwalkan aktivitas dengan

istirahat. Tingkatkan teknik

Memberikan kesempatan untuk

mengobservasi penyimpangan dari

normal/dasar pasien dan mempengaruhi

pilihan intervensi

Membuat data dasar membantu dalam

memantau keefektifan aturan terapeutik

dan menyadarkan perawat terhadap

ketidaktepatan kecenderungan dalam

penurunan/penambahan berat badan

Mengidentifikasi ketidakseimbangan

antara perkiraan kebutuhan nutrisi dan

masukan aktual

Ketidakakuratan keseimbangan dapat

mengubah hasil tes, menimbulkan

ketidaktepatan interprestasi status dan

kebutuhan pasien saat ini.

Mengubah energi/ menurunkan

20

Page 22: askep marasmus + kwashiorkor

relaksasi

Parenteral

6. Observasi ketepatan waktu

“penggantungan” dari

larutan perenteral per

protokol

7. Pantau gula/aseton urine

atau glukosa tusuk jari

perprotokol

Enteral

8. Pertahankan potensi selang

pemberian makanan enteral

dengan membilas dengan

air hangat, sesuai indikasi

Transisional

9. Tekankan pentingnya

transisi pada pemberian

makan oral dengan tepat

10. Kaji reflek gag,

kemampuan unutk

mengunyah/menelan, dan

ketrampilan motor bila pada

pemberian makan transisi

Kolaborasi

11. Rujuk pada tim nutrisi/ahli

diet

kebutuhan kalori

Keefektifan dari vitamin IV menurun

setelah 24 jam.

Kandungan glukosa tinggi dari larutan

dapat menimbulkan kelelahan pankreas,

memerlukan penggunaan suplemen

insulin untuk mencegah HHNC

Formula enteral mengandung protein

yang menghambat selang pemberian

makan yang memerlukan

pembuangan/penggantian selang

Meskipun pasien memiliki minat atau

hasrat yang sedikit untuk makan,

transisi pemberian makan oral lebih

disukai mengingat efek samping

potensial dari terapi dukungan nutrisi

Memerlukan intervensi tambahan misal

latihan oleh ahli disfagia (terapi wicara)

dukungan nutrisi jangka panjang

Membantu dalam identifikasi defisit

nutrien dan kebutuhan terhadap

21

Page 23: askep marasmus + kwashiorkor

12. Tinjau ulang hasil tes

korimetri tidak langsung

bila ada

13. Hitung kebutuhan energi

basal dengan menggunakan

formula berdasarkan jenis

kelamin, tinggi, berat

badan, usia dan perkiraan

kebutuhan energi

14. Berikan obat-obatan sesuai

indikasi misal preparat

multivitamin.

intervensi nutrisi perenteral/enteral

Mengukur konsumsi O2 pada laju basal

atau metabolik istirahat untuk

membantu memperkirakan kebutuhan

kalori /protein

Memberikan perkiraan kebutuhan kalori

dan protein

Vitamin larut air ditambahkan pada

larutan parenteral – vitamin lain

diberikan untuk defisiensi yang

teridentifikasi

2. Dx : Resiko tinggi terhadap infeksi sehubungan dengan adanya

pemasangan selang untuk pemberian makan

Hasil yang diharapkan :

- Tidak mengalami demam atau menggigil

- Bebas dari drainase dan eritema/edema

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri

Parenteral

1. Mempertahankan

lingkungan aseptik optimal

selama pemasangan dan

kateter vena sentral di

tempat tidur dan selama

Sepsis kateter dapat diakibatkan dari

entri mikroorganisme patogen melalui

saluran pemasangan kulit atau dari

kontaminasi sentuhan selama

22

Page 24: askep marasmus + kwashiorkor

penggantian botol NPT dan

pemberian selang

2. Amankan bagian eksternal

dari kateter/pemberian

selang pada balutan dengan

plester. Perhatikan

keutuhan jahitan kulit

3. pantau suhu dan glukosa

Enteral

4. Pertahankan menipulasi

sistem pemberian makan

enteral minimum dan cuci

tangan sebelum membuka

sistem

5. Ganti lubang hidung untuk

pemasangan selang pada

pemberian makan NGT

jangka panjang

6. Berikan perhatian setiap

hari pada pemasangan

selang makan per abdomen

Kolaborasi

7. Secara aseptik siapkan

larutan parenteral/formula

enteral untuk pemberian

manipulasi NPT

Transpulasi kateter masuk/keluar sisi

pemasangan dapat mengakibatkan

trauma jaringan (lubang) dan potensial

enteri organisme kecil ke dalam jalur

kateter.

Peningkatan suhu dan kehilangan

toleransi glukosa (glikosuria,

hiperglikemia) adalah indikasi diri dari

kemungkinan sepsis akibat kateter.

Kontaminasi sentuhan pemberi

perawatan selama pemberian formula

enteral terbukti menyebabkan

kontaminasi formula.

Menurunkan resiko trauma/infeksi

jaringan paranasal, khususnya penting

pada trauma/luka bakar wajah.

Sekresi GI yang bocor disekitar selang

gastrotomi/jejunostomi dapat

menyebabkan kerusakan kulit cukup

berat yang memerlukan pelepasan

selang makan.

Larutan NPT harus disiapkan dibawah

sinar lampu di bagian farmasi – formula

23

Page 25: askep marasmus + kwashiorkor

8. Beritahu dokter bila terjadi

infeksi. Ikuti protokol untuk

mendapatkan spesimen

kultur yang tepat, misal

darah larutan, ganti

botol/selang sesuai indikasi

9. Berikan antibiotik sesuai

indikasi

enteral harus dicampur di tempat yang

bersih di departemen diet atau farmsi,

meski dengan pertambahan formula

kaleng/modular

Untuk mengidentifikasi sumber infeksi

dan terapi yang tepat perlu pembuangan

jalur NPT dan kultur ujung kateter.

Dapat diberikan dengan profilaktik atau

untuk organisme yang teridentifikasi

secara khusus.

3. Dx : Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpaparnya

informasi tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi

Hasil yang diharapkan :

- Klien mengerti tentang kondisi atau prognosis penyakit

- Klien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi

INTERVENSI RASIONAL

Mandiri

1. Kaji pengetahuan

klien/orang terdekat tentang

status nutrisi. Tinjau ulang

siatusi individu,

tanda/gejala malnutrisi

harapan masa datang,

kebutuhan transisi

pemberian makan

2. Diskusikan penggunaan

Memberikan informasi dimana

pasien/orang dapat memilih

berdasarkan informasi-pengetahuan

tentang interaksi antara malnutrisi dan

penyakit membantu untuk memenuhi

kebutuhan terhadap terapi khusus.

Dapat mengalami ansietas mengenai

24

Page 26: askep marasmus + kwashiorkor

dukungan nutrisi

parenteral/enteral

3. Diskusikan penanganan,

penyimpangan, persiapan

yang tepat dari larutan

nutrisi atau makanan yang

diblender. Juga diskusikan

teknik aseptik untuk

perawatan sisi pemasangan

dan penggunaan balutan

4. Tinjau ulang

perawatan/penggunaan alat

pendukung nutrisi

5. Tinjau kewaspadaan khusus

tentang tipe pemberian

makan misal pemeriksaan

penempatan selang duduk

tegak untuk pemberian

makan enteral,

pemeliharaan, potensi

selang.

6. Demonstrasikan

pemasangan ulang selang

makan gastrik bila tepat

7. Instruksikan klien/orang

terdekat untuk pemantauan

glukosa bila diindikasikan

ketidakmampuan untuk makan dan

tidak memehami nilai nutrisi dari NPT

yang diberikan/pemberian makan

perselang

Menurunkan resiko komplikasi

metabolik dan infeksi

Pemahaman pasien dan kerjasama

adalah kunci untuk pemasangan aman

dan pemeliharaan alat akses dukungan

nutrisi serta pencegahan komplikasi.

Meningkatkan keamanan perawatan diri

dan menurunkan resiko komplikasi.

Selang dapat diganti dengan rutin atau

hanya dipasang selama makan.

Pemberian makan intermiten

meningkatkan mobilitas pasien dan

membantu dalam tarnsisi pada pola

25

Page 27: askep marasmus + kwashiorkor

8. Anjurkan latihan/aktivitas

setiap hari terhadap

toleransi. Jadwal periode

istirahat adekuat

9. Berikan pendidikan

kesehatan,

a. Bahwa penyakit

anaknya disebabkan

karena anak kurang

mendapat makanan

yang cukup gizi, bukan

asal diberi makan saja

b. Jelaskan susunan zat

makanan yang

diperlukan dan gunanya

untuk tumbuh kembang

anak

c. Berikan contoh bahan

makanan yang bergizi

dan bagaimana cara

memilih serta

memasaknya

pemberian makan reguler.

Pengenalan terhadap perubahan tepat

waktu dalam kadar gula darah

menurunkan resiko reaksi hipoglikemi

pasien dengan hiperalimentasi

Meningkatkan mobilitas gaster untuk

pemberian makan enteral/transisi,

meningkatkan perasaan sejahtera umum

dan mencegah kelelahan yang tidak

perlu.

Meningkatkan pengetahuan keluarga

dan membantu penyembuhan lewat

nutrisi.

26