42
ASUHAN KEPERAWATAN PADA By.Ny. “T” DENGAN DIAGNOSA MEDIS BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH) DENGAN ASFIKSIA SEDANG DAN KELAINAN KONGENITAL LABIO GENETO PALATO SCHIZIS DI BANGSAL PERINATOLOGI RSUD WATES Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak Disusun Oleh: Aprilika Tyantaka NIM. P07120112007 Arista Putri wardani NIM. P07120112008 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

Askep Kel Perina Bblr Revisi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kes

Citation preview

Page 1: Askep Kel Perina Bblr Revisi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA By.Ny. “T” DENGAN DIAGNOSA MEDIS BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH)

DENGAN ASFIKSIA SEDANG DAN KELAINAN KONGENITAL LABIO GENETO PALATO SCHIZIS

DI BANGSAL PERINATOLOGIRSUD WATES

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak

Disusun Oleh:

Aprilika Tyantaka NIM. P07120112007

Arista Putri wardani NIM. P07120112008

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

JURUSAN KEPERAWATAN2014

Page 2: Askep Kel Perina Bblr Revisi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA By.Ny. “T” DENGAN DIAGNOSA MEDIS BBLR (BAYI BERAT LAHIR RENDAH)

DENGAN ASFIKSIA SEDANG DAN KELAINAN KONGENITAL LABIO GENETO PALATO SCHIZIS

DI BANGSAL PERINATOLOGIRSUD WATES

Diajukan untuk disetujui pada :

Hari :

Tanggal :

Tempat :

Pembimbing Lapangan

…………………………………

Pembimbing Pendidikan

Dra Ni Ketut Mendri, S.Kep,Ns,M.Sc.HL

Page 3: Askep Kel Perina Bblr Revisi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Masalah berat lahir rendah (kurang dari 2500 gram) sampai saat ini masih

merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal. Berat lahir

rendah (BLR) dapat dibedakan atas bayi yang dilahirkan preterm, dan bayi

yang mengalami pertumbuhan intrauterin terhambat. Di negara-negara maju,

sekitar duapertiga bayi berat lahir rendah disebabkan oleh prematuritas,

sedangkan di Negara-negara sedang berkembang sebagian besar bayi BLR

di sebabkan oleh pertumbuhan intrauterin terhambat. Bayi lahir dengan berat

lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang sering dialami

pada sebahagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari

2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya

pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan

dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah perekonomian keluarga

sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan pun kurang. Namun

kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena aspek perekonomian,

dimana kejadian BBLR dapat saja tejadi pada mereka dengan status

perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan paritas, jarak

kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan antenatal. BBLR

termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan

diabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang

terhadap kehidupannya di masa depan. BBLR yang tidak ditangani dengan

baik dapat mengakibatkan timbulnya masalah pada semua sistem organ

tubuh meliputi gangguan pada pernafasan (aspirasi mekonium, asfiksia

neonatorum), gangguan pada sistem pencernaan (lambung kecil), gangguan

sistem perkemihan (ginjal belum sempurna), gangguan sistem persyarafan

(respon rangsangan lambat). Selain itu bayi berat lahir rendah dapat

mengalami gangguan mental dan fisik serta tumbuh kembang. BBLR

berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat

Page 4: Askep Kel Perina Bblr Revisi

berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan

memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta berpengaruh

pada penurunan kecerdasan (Depkes RI, 2005). Bayi yang lahir dengan

berat lahir rendah (BBLR) memerlukan perawatan yang tepat agar tidak

terjadi hal-hal yang membahayakan bayi seperti yang telah disebutkan

diatas. Bidan dan perawat adalah bagian dari pemberi pelayanan yang ikut

berperan penting dalam memberikan perawatan pada bayi dengan berat lahir

rendah (BBLR). Perkembangan bayi dengan BBLR yang dirawat di RS ini

sangat tergantung pada ketepatan tindakan yang dilakukan oleh tenaga

kesehatan.Oleh karena itu penulis tertarik membahas tentang kasus BBLR

pada bayi “P.R” yang akan penulis bahas pada BAB berikutnya.

B. Tujuan

1. Tujuan umum

Mengetahui teori mengenai BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah) beserta

sub teori yang meliputinya

2. Tujuan khusus

Mampu menjelaskan teori berupa pengertian samapai dengan

komplikasi penyakit yang muncul dari BBLR (Bayi Berat Lahir

Rendah)

Page 5: Askep Kel Perina Bblr Revisi

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang BB < 2.500

gram (sampai dengan 2.499 gram). BBLR dapt dibagi menjadi 2 golongan :

1. Prematur murni

Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan BB sesuai dengan berat

badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang

bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB- SMK).

2. Dismaturitas

Bayi lahir dengan BB kurang dari BB seharusnya untuk masa gestasi

itu, berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan

merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (KMK).

B. Etiologi

1. Faktor Ibu

a. Penyakit, penyakit yang berhubungan langsung dengan

pasien misalnya perdarahan antepartum, trauma fisik dan

psikologis, DM, toksemia gravidarum, dan nefritis akut.

b. Usia ibu, angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia

< 20 tahun, dan multi gravida yang jarak kelahiran terlalu

dekat. Kejadian terendah ialah pada usia antara 26-35 tahun.

c. Keadaan sosial ekonomi, keadaan ini sangat berperan

terhadap timbulnya prematuritas. Kejadian tertinggi teradapat

pada golongan social ekonomi rendah. Hal ini disebabkan

oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan

antenatal yang kurang. Demikian pula kejadian prematuritas

pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah, ternyata

Page 6: Askep Kel Perina Bblr Revisi

lebih tinggi bila dibandingakan dengan bayi yang lahir

perkawinan yang sah.

d. Sebab lain, karena ibu merokok, ibu peminum alkohol dan

pecandu obat narkotik.

2. Faktor Janin

Faktor janin diantaranya hidramnion, kehamilan ganda dan kelainan

kromosom.

3. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan di antaranya tempat tinggal di dataran tinggi radiasi

dan zat-zat tertentu.

C. Klasifikasi

1. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR): bayi yang lahir dengan BB

kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi.

2. Berat badan lahir sangat rendah sekali atau bayi berat badan lahir

ekstrem rendah: bayi yang lahir dengan BB kurang dari 1000 gram.

3. Berat badan lahir sangat rendah: bayi yang lahir dengan berat badan

kurang dari 1500 gram.

4. Berat badan lahir rendah sedang: bayi yang lahir dengan BB antara

1501 – 2500 gram.

5. Bayi kecil untuk kelahiran atau kecil untuk usia gestasi: bayi yang

lahir dengan BB berada di bawah persentil 10 pada kurva

pertumbuhan intrauterin.

6. Retardasi pertumbuhan intrauterine (Intrauterine Growth

Retardation/IUGR): ditemukan pada bayi yang pertumbuhan

intrauterinenya mengalami retardasi (terkadang digunakan sebagai

istilah yang lebih deskriptif untuk bayi kecil untuk masa gestasi).

7. Bayi besar untuk usia gestasi: bayi yang BB-nya berada di atas

presentil ke-90 pada kurva perumbuhan intrauterine.

Page 7: Askep Kel Perina Bblr Revisi

D. Patofisiologi

Semakin kecil dan semakin prematur bayi, maka akan semakin tinggi risiko

gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizi :

1. Menurunnya simpanan zat gizi, cadangan makanan di dalam tubuh

sedikit. Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral seperti zat besi,

kalsium, fosfor, dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir

kehamilan.

2. Meningkatnya kebutuhan energi dan nutrien untuk pretumbuhan

dibandingkan BBLC.

3. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan.

Koordinasi antara reflek hisap dan menelan, dengan penutupan

epiglotis untuk mencegah aspirasi pneoumonia belum berkembang

denan baik sampai kehamilan 32 – 34 minggu. Penundaan

pengosongan lambung atau buruknya motilitas usus sering terjadi

pada bayi preterm.

4. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan, pada bayi

preterm mempunyia lebih sedikit simpanan garam empedu, yang

diperlukan untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak dibandingkan

dengan bayi aterm. Produksi amilase pankreas dan lipase, yaitu

enzim yang terlibat dalam pencernaan lemak dan karbohidrat juga

menurun. Begitu pula kadar laktose (enzim yang diperlukan untuk

mencerna susu) juga sampai sekitar kehamilan 34 minggu.

5. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja nafas dan

kebutuhan kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan

mengganggu makanan secara oral. Potensial untuk kehilangn panas

akibat permukaan tubuh dibanding dengan BB dan sedikitnya

jaringan lemak di bawah kulit. Kehilangan panas ini akan

meningkatkan kebutuhan akan kalori.

Page 8: Askep Kel Perina Bblr Revisi

E. Pathway

Page 9: Askep Kel Perina Bblr Revisi

F. Manifestasi klinik

1. Bayi Premature

a. BB < 2500 gr

b. PB < 45 cm

c. LD < 30 cm

d. LK < 33 cm

e. Kepala > badan

f. Kulit tipis transparan, lanugo banyak

g. Ubun-ubun dan sutura lebar

h. Genetalia immature

i. Rambut halus, tipis, teranyam

j. Elastisitas daun telinga kurang

k. Tangis lemah

l. Tonus otot leher lemah

2. Bayi KMK, dibagi dalam stadium :

a. I       =  Kurus relatif lebih panjang, kulit tipis & kering

b. II      =  I + warna kehijauan pada kulit, plasenta, umbilicus

c. III     =  I + warna kuning pada kulit, kuku dan tali pusat

3. Manifestasi klinik bayi premature :

a. Reflek moro (memeluk) (+), reflek menghisap, menelan, batuk

belum sempurna

b. Bila lapar, menangis, gelisah, aktifitas bertambah, bila dalam 3

hari hal ini tidak tampak bayi menderita infeksi / perdarahan

intrakarnial

c. Nafas belum teratur

d. Pembuluh darah kulit diperut terlihat banyak

e. Jaringan mamae belum sempurna, putting susu belum

terbentuk dengan baik

Page 10: Askep Kel Perina Bblr Revisi

G. Penatalaksanaan bayi bblr

1. Pengaturan Suhu

a. Pertahankan dalam suhu 36,5 – 37 ºC

b. Luas permukaan tubuh > BB Ô Peningkatan kehilangan cairan

& panas tubuh melalui kulit

c. Tipisnya lemak coklat (Brown Fat) Ôke-2 scapula

d. Lemak subcutan tipis

e. Letakkan pada tempat yang hangat (lampu), kering, dalam

incubator, menunda memandikan bayi & gunakan metode

kanguru.

2. Nutrisi

a. Reflek menghisap dan menelan negatif

b. Kapasitas lambung sedikit & enzim pencernaan (lipase)

kurang

c. Berikan ASI/PASI dengan dot/sendok sedikit demi sedikit : 60

cc / Kg BB/ hari pada hari I, dinaikkan setiap hari sampai 200

cc / Kg BB sehari pada minggu ke II

d. Cadangan glikogen dalam hati sangat sedikit : Hipoglikemia

e. Perhatikan cara memberikan ASI/PASI dengan benar

f. Lakukan pijat bayi

3. Bayi BBLR mudah terkena infeksi. Oleh sebab itu :

a. Pisahkan bayi BBLR dengan bayi yang terinfeksi

b. Cuci tangan sebelum & sesudah memegang bayi

c. Jangan merawat bayi bila sedang menderita infeksi saluran

nafas (gunakan masker)

4. Bayi BBLR bila terjadi kesulitan bernafas :

a. Cegah terjadi kedinginan dan infeksi

b. Beri ASI/PASI sedikit demi sedikit & sesering mungkin

c. Bila terjadi sesak lakukan :

Page 11: Askep Kel Perina Bblr Revisi

1) Bersihkan jalan nafas

2) Jaga suhu tubuh bayi

3) Berikan oksigen jika tampak tanda-tanda cyanosis

H. Masalah yang mungkin muncul

Masalah yang sering dihadapi bayi BBLR adalah imaturitas organ-organ

tubuh karena lahir kurang bulan.Beberapa gangguan akibat belum

matangnya organ-organ tersebut :

1. Sistem pengaturan tubuh yang belum matur, menyebabkan BBLR

membutuhkan perawatan khusus dalam inkubator.

2. Sistem imunologi yang belum berkembang dengan baik

menyebabkan bayi sangat rentan terhadap infeksi.

3. Imaturitas sistem syataf pusat menyebabkan mudahnya terjadinya

perdarahan peribentruker.

4. Imaturitas paru memudahkan terjadinya penyakit membran hialin.

5. Imaturitas metabolisme bilirubin mempermudah terjadinya

hiperbiliribinemia.

6. Imaturitas saluran pencernaan mempermudah terjadinya sindrom

malabsorbsi

I. Diagnosa yang muncul

1. Risiko infeksi berhubungan dengan prematuritas (pecah ketuban dini)

2. Hipotermi berhubungan dengan jaringan lemak subkutan yang relatif

lebih tipis dan penurunan suhu tubuh yang relatif lebih luas

3. Risiko gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan reflek menelan yang belum sempurna

4. Pola nafas tidal efektif berhubungan dengan pertumbuhan dinding

dada yang belum sempurna

Page 12: Askep Kel Perina Bblr Revisi

J. Faktor risiko BBLR

1. Ibu berusia kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun

2. Anemia

3. Malnutrisi

4. Anak kembar

K. Komplikasi prematuritas

1. Sindroma aspirasi mekonium (kesulitan bernafas)

2. Hipoglikemi simtomatik

3. Asfiksis neonatorum

4. Penyakit membran hialin

5. Hiperbilirubinemia

L. Definisi Labio Geneto Palato Schizis

Labio atau Schizis adalah merupakan kongenital anomali yang berupa

adanya kelainan bentuk pada strukter wajah. Sedangkan Palatoskchizis

adalah adanya celah pada garis tengah palate yang disebabkan oleh

kegagalan penyatuan susunan palate pada masa kehamilan 7-12 minggu.

M. Etiologi

1. Factor Genetik atau keturunan

Dimana terjadi karena adaya adanya mutasi gen ataupun kelainan

kromosom. Pada setiap sel yang normal mempunyai 46 kromosom

yang terdiri dari 22 pasang kromosom non-sex ( kromosom 1 s/d 22 )

dan 1 pasang kromosom sex ( kromosom X dan Y ) yang

menentukan jenis kelamin. Pada penderita bibir sumbing terjadi

Trisomi 13 atau Sindroma Patau dimana ada 3 untai kromosom 13

pada setiap sel penderita, sehingga jumlah total kromosom pada tiap

selnya adalah 47. Jika terjadi hal seperti ini selain menyebabkan bibir

Page 13: Askep Kel Perina Bblr Revisi

sumbing akan menyebabkan gangguan berat pada perkembangan

otak, jantung, dan ginjal. Namun kelainan ini sangat jarang terjadi

dengan frekuensi 1 dari 8000-10000 bayi yang lahir.

2. Kurang Nutrisi contohnya defisiensi Zn dan B6, vitamin C pada waktu

hamil, kekurangan asam folat.

3. Radiasi

4. Terjadi trauma pada kehamilan trimester pertama.

5. Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin contohnya seperti

infeksi Rubella dan Sifilis, toxoplasmosis dan klamidia

6. Pengaruh obat teratogenik, termasuk jamu dan kontrasepsi

hormonal, akibat toksisitas selama kehamilan, misalnya kecanduan

alkohol, terapi penitonin

7. Multifaktoral dan mutasi genetic

8. Diplasia ektodermal yaitu dipakai untuk sekelompok kelainan yang

secara anatomis maupun fisiologis mengalami kerusakan berbagai

struktur, yaitu gigi, kulit beserta apendiksnya, termasuk rambut, kuku,

kelenjar ekrin dan kelenjar sebasea

N. Patofisiologi

Kelainan sumbing selain mengenai bibir juga bisa mengenai langit-langit.

Berbeda pada kelainan bibir yg terlihat jelas secara estetik, kelainan sumbing

langit2 lebih berefek kepada fungsi mulut seperti menelan, makan, minum,

dan bicara. Pada kondisi normal, langit2 menutup rongga antara mulut dan

hidung. Pada bayi yang langit2nya sumbing barrier ini tidak ada sehingga

pada saat menelan bayi bisa tersedak.Kemampuan menghisap bayi juga

lemah, sehingga bayi mudah capek pada saat menghisap, keadaan ini

menyebabkan intake minum/makanan yg masuk menjadi kurang dan jelas

berefek terhadap pertumbuhan dan perkembangannya selain juga mudah

terkena infeksi saluran nafas atas karena terbukanya palatum tidak ada

batas antara hidung dan mulut, bahkan infeksi bisa menyebar sampai ke

telinga

Page 14: Askep Kel Perina Bblr Revisi

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Tanggal pengkajian : Senin, 17 Juni 2014

Jam : 11.00 WIB

Oleh : Aprilika Tyantaka

Ariesta Putri Wardani

Tempat : Kamar E Ruang NICU RSUD Wates

Sumber Data : Pasien, Keluarga Pasien dan Status Pasien

Metode :Observasi, Pemeriksaan Fisik, Anamnesa, dan

Studi Dokumen

A. Identitas Data

Nama : By. Ny. Tri Maryani

Jenis kelamin : Laki-laki

Tempat/tanggal lahir : Kulon Progo , 26 Maret 2014

Nama ayah/ibu : Ny. Tri Maryani

Pekerjaan ibu : Ibu Rumah Tangga (IRT)

Agama : Islam

Alamat : Plumbon 08/04, Temon

B. Keluhan utama

Bayi datang dari BPS dengan BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) lahir spontan

tanggal 26 Maret 2014, sianosis, akral dingin, nafas cuping hidung

C. Riwayat kelahiran dan kelahiran

1. Prenatal

Jumlah kunjungan : 3

2. Natal

Awal persalinan : G3P3A0

Page 15: Askep Kel Perina Bblr Revisi

Lama persalinan : 34 minggu lebih 3 hari

Komplikasi persalinan : -

Terapi yang diberikan : Multivitamin penambah darah

Cara persalinan : ( √ ) Pervagina ( ) Caesar

( ) Lain-lain, sebutkan

Tempat melahirkan :

( ) Rumah bersalin ( ) Rumah ( √ ) Rumah sakit

3. Postnatal

Usaha nafas ( ) dengan bantuan ( √ ) tanpa bantuan

Kebutuhan resusitasi

Skor APGAR : 6/7

Obat-obatan yang diberikan pada neonatus :

1. Injeksi vitamin K

2. Salep mata Kloramfenikol

Interaksi orangtua dan bayi ( √ ) ada ( ) tidak ada

Trauma lahir : -

Keluarnya urin/BAB ( √ ) ada ( ) tidak ada

Respon perilaku yang bermakna : Pasif

D. Riwayat keluarga

Ibu bayi mengaku tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti

hipertensi,diabetes militus, penyakit ginjal, penyakit jantung maupun kelainan

Labio Geneto Palato schizis seperti kondisi bayinya yang sekarang. Baik dari

keluarga dan orangtua dari ibu bayi maupun ayah bayi itu sendiri

Page 16: Askep Kel Perina Bblr Revisi

E. Genogram

By.Ny. TKeterangan:

: Laki-laki : Perempuan

A atau : Keluarga yang meninggal

: Pasien(bayi) yang mengalami BBLR

F. Riwayat sosial

1. System pendukung yang dapat dihubungi : Kerabat/keluarga

2. Hubungan orangtua dengan bayi : Baik

3. Anak yang lain :

Jenis Kelamin Anak Riwayat Persalinan Riwayat Imunisasi

1. Laki-laki

2. Laki-laki

3. Perempuan

Normal (pervagina)

Normal (pervagina)

Normal (pervagina)

Lengkap

Lengkap

Baru Hbo

4. Lingkungan rumah : Bersih

5. Problem social yang penting : -

Page 17: Askep Kel Perina Bblr Revisi

G. Keadaan kesehatan saat ini

1. Diagnosa medis : BBLR dengan Asfiksia sedang dan kelainan

bawaan Labio Geneto Palato Schizis

2. Tindakan operasi : -

3. Status nutrisi

BB bayi saat ini : 2750 gram

Bayi minum : Melalui selang OGT

Muntah : -

4. Status cairan : Total keseluruhan intake ASI selama 7 jam

sejumlah 53cc

5. Obat-obatan :

a. Injeksi Vitamin K (segera setelah lahir)

b. Salep mata k;oramfenikol (segera setelah lahir)

c. Amphicilin 2x60mg (pernah diberikan)

d. Gentamicin 1x4gr (pernah diberikan)

e. Spironolacton (masih dikonsumsi)

6. Aktivitas : Gerakan cukup aktif

7. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan

Perawatan kebersihan diri :

a. Memandikan di tempat tidur

8. Hasil laboratorium

Laboratorium darah rutin tgl 12 Juni 2014

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal

Neu% 28,1 % 40,0 – 74, 0

Lym% 65,3 % 20,0 – 48,0

Mon% 4,9 % 3,0- 12,0

Eos% 1,3 % 0,5 – 5,0

Bas% 0,4 % 0,0 – 1,0

Neu# 1,80 x 103/µL 2,00 – 7.00

Page 18: Askep Kel Perina Bblr Revisi

Lym# 4,17 x 103/µL 0,80 – 4,00

Mon# 0,31 x 103/µL 0,12 – 1,20

Eos# 0,08 x 103/µL 0,02 – 0,50

Bas# 0,02 x 103/µL 0,00 – 0,10

RBC 4,99 x 106/µL 4,20 – 5,40

HGB 18,2 g/dL 12,0 – 18,0

HCT 52,4 % 37,0 – 47,0

MCV 105 fL 80,0 – 100,0

MCH 36,5 Pg 27,0 – 34,0

MCHC 34,7 g/dL 33,0 – 37,0

PLT 160 x 103/µL 150 – 450

MPV 9,6 fL 7,2 – 11,1

PDW 17,3 fL 9,0 – 17,0

PCT 0,2 % 0,108 – 0,282

Lab Kimia dan Elektrolit 12 Juni 2014

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal

Kalsium 2,0 mMol 1,5 – 5,4

Albumin 4,4 g/dl 3,5 – 5,5

Natrium 134,8 mMol/I 135 – 145

Kalium 5,9 mMol/I 3,4 – 5,4

Clorida 103,6 mMol/I 95 – 100

9. Pemeriksaan penunjang

a. Darah rutin

b. GDS (Gula Darah Sementara)

c. Radiologi

10. Hasil pemeriksaan radiologi

Corak paru normal

Cor membesar (Kardiomegali)

Page 19: Askep Kel Perina Bblr Revisi

H. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : Sedang

Kesadaran : Composmentis

Tanda vital :

Nadi : 135x/menit Suhu : 35,6oC

RR : 60x/menit TD : Tidak terkaji

Saat lahir Saat ini

1. Berat badan (gram) 1900 gram 2750 gram

2. Panjang badan 43 cm 45 cm

3. Lingkar kepala 30 cm 31 cm

1. Reflek

( √ ) Moro ( √ ) Menggenggam ( √ ) Menghisap

2. Tonus/aktivitas

a. ( ) Aktif ( √ ) Tenang ( ) Latergi ( ) Kejang

b. ( )Menangis keras ( √ )Lemah ( )Melengking ( )Sulit menangis

3. Kepala/leher

a. Fontanel anterior

( √ ) Lunak ( ) Tegas ( ) Datar ( ) Menonjol ( ) Cekung

b. Sutura sagitalis

( √ ) Tepat ( ) Terpisah ( ) Menjauh

c. Gambaran wajah

( √ ) Simetris ( ) Asimetris

d. Molding

( ) Caput succudaneum ( ) Chepalohematome

4. Mata

( √ ) Bersih ( ) Sekresi

5. THT

a. Telinga

Page 20: Askep Kel Perina Bblr Revisi

( √ ) Normal ( ) Abnormal

b. Hidung

( ) Bilateral ( ) Obstruksi ( √ ) Cuping hidung

c. Palatum

( ) Normal ( √ ) Abnormal

6. Abdomen

a. ( √ ) Lunak ( ) Tegas ( ) Datar ( ) Kembung

b. Lingkar perut : 28 cm

c. Liver : ( √ ) Kurang dari 2 cm ( ) Lebih dari 2 cm

7. Toraks

a. ( √ ) Simetris ( ) Asimetris

b. Retraksi : ( ) Derajat I ( √ ) Derajat II ( ) Derajat III

c. Klavikula : ( √ ) Normal ( ) Abnormal

8. Paru-paru

a. Suara nafas : ( √ ) Sama kanan-kiri ( ) Tidak sama kanan-kiri

( ) Bersih ( √ ) Ronkhii ( ) Rales ( ) Sekret

b. Bunyi nafas

( √ ) Terdengar di semua lapang paru ( ) Tidak terdengar

( ) Menurun

c. Respirasi

( ) Spontan Jumlah :

( √ ) Sungkup/boxhead Jumlah : 5 Lt/menit

( ) Ventilasi assisted CPAP

9. Jantung

( ) Bunyi Normal Sinus Rhytm (NSR) :

( √ ) Murmur ( ) Lain-lain, sebutkan

10. Ekstremitas

a. Semua ekstremitas gerak :

( √ ) ROM terbatas ( ) Tidak dapat dikaji

b. Ekstremitas atas dan bawah :

Page 21: Askep Kel Perina Bblr Revisi

( √ ) Simetris ( ) Asimetris

11. Umbilikus : Normal dan terlihat garis umbilicus, tali pusat sudah kering

12. Genital : Normal tidak ada kelainan seperti skrotum yang belum turun

13. Anus : Paten, normal, tidak ada kelainan seperti Atresia Ani

14. Spina : Normal dan tidak terlihat kelainan seperti skoliosis

15. Kulit

Warna : Sawo matang

16. Suhu :

a. Lingkungan : 25,2C

b. Suhu kulit : 36,00C

I. Pemeriksaan tingkat perkembangan/reflek primitive

1. Kemandirian dan bergaul : Jarang menunjukkan ekspresi tersenyum

2. Motorik halus : Tidak dapat bergeser posisi dengan baik

3. Kognitif dan bahasa : Bereaksi saat ada suara (tersentak)

4. Motorik kasar : Dapat mengangkat kepala dengan lemah

Page 22: Askep Kel Perina Bblr Revisi

J. Ringkasan riwayat keperawatan

1. Identitas Pasien

Nama : By. Ny. Tri Maryani

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Plumbon 08/04, Temon

No. MR : 577881

Umur : 62 hari

Tanggal masuk : 26 Maret 2014

Tanggal keluar: -

2. Masalah keperawatan

a. Pola nafas tidak efektif

b. Risiko hipotermi

c. Risiko gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh

d. Ketidakefektifan pola nafas bayi berhubungan dengan Labio

Geneto Palato Schizis

e. Risiko infeksi

3. Tindakan keperawatan

a. Mengontrol tanda-tanda vital

b. Memasang dan memantau boxhead

c. Mengatur thermoregulasi

d. Melakukan pemberian antibiotik

e. Memonitor keadaan umum

f. Mengatur pemberian nutrisi

Page 23: Askep Kel Perina Bblr Revisi

K. Analisa data

Data Masalah Penyebab

DO :

Bayi lahir dengan BBLR,

yaitu: 1900 gram, PB: 43

cm, LK : 30 cm, LD : 28

cm, LP : 26 cm, dan LLA :

9 cm

DS :

Ibu bayi mengatakan

bahwa bayi dilahirkan pada

usia 8 bulan lebih 5 hari

karena ketuban pecah dini

Risiko infeksi Prematuritas

(pecah ketuban dini)

DO :

Bayi terpasang OGT

Terlihat kesulitan menelan

Daya hisap bayi sulit ketika

minum ASI secara

langsung

DS :

Perawat di ruangan

mengatakan bahwa bayi

tersebut belum bisa

diberikan ASI secara

Ketidakefektifan

pola makan bayi

Abnormalitas anatomik

(Labio Geneto Palato

Schizis)

Page 24: Askep Kel Perina Bblr Revisi

langsung karena reflek

menghisap dan menelan

bayi tidak adekuat

DO :

Bayi terpasang kanul

nasale dengan terapi

pemberian O2 sejumlah 1

Lt/menit

Nadi : 135x/menit , RR :

60x/menit , Suhu : 35,60C

DS :

-

Pola nafas tidak

efektif

Imaturitas (pertumbuhan

dinding dada belum

sempurna)

Prioritas masalah :

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas (pertumbuhan

dinding dada yang belum sempurna)

2. Ketidakefektifan pola makan bayi berhubungan dengan abnormalitas

anatomik (Labio Geneto Palato Schizis)

3. Risiko infeksi berhubungan dengan prematuritas (ketuban pecah dini)

Page 25: Askep Kel Perina Bblr Revisi

L. Perencanaan

No

Diagnosa

Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1. Pola nafas tidak

efektif

berhubungan

dengan

imaturitas

(pertumbuhan

dinding dada

yang belum

sempurna)

Setelah

dilakukan

asuhan

keperawatan

selama 3x24

jam, pola nafas

meningkat

dengan kriteria :

Tidak ada

sianosis,

cuping

hidung,

maupun

retraksi dada

Tanda-tanda

vital dalam

batas normal

(Nadi :

12ox/menit,

RR :

60x/menit,

Suhu :

36,50C-

37,00C)

Tidak ada

suara

1. Kaji keadaan

umum bayi

2. Observasi tanda-

tanda vital bayi

3. Atur posisi aman

dan nyaman pada

bayi

4. Penkes ibu bayi

mengenai

kesiapan ibu

dalam merawat

bayinya yang

BBLR

5. Kolaborasi

dengan dokter

dalam

pemenuhan

oksigenasi dan

pemberian obat

bronkodilator

pada bayi

1. Mengetahui

keadaan umum bayi

dapat memberikan

gambaran untuk

melakukan

intervensi

selanjutnya

2. Mengetahui batas

abnormalitas kondisi

tubuh bayi sebagai

indikator

dilakukannya

tindakan selanjutnya

3. Posisi aman dan

nyaman pada bayi

mengurangi risiko

terjadinya cidera

4. Megetahui tingkat

pengetahuan ibu

dan membantu ibu

bayi merawat

bayinya secara tepat

Page 26: Askep Kel Perina Bblr Revisi

abnormal

pada lapang

paru seperti

Ronchi,

wheezing, dsb

5. Mengurangi atau

bahkan

menghilangkan pola

nafas yang tidak

efektif pada bayi

2. Ketidakefektifan

pola makan

bayi

berhubungan

dengan

abnormalitas

anatomik

Setelah

dilakukan

asuhan

keperawatan

3x24 jam, risiko

gangguan

pemenuhan

nutrisi kurang

dari kebutuhan

tubuh hilang

dengan kriteria :

Keadaan

umum bayi

baik

Berat badan

bayi

meningkat

dari 2750

gram gram

menjadi 3000

gram

1. Kaji keadaan

umum bayi

2. Observasi tanda-

tanda vital bayi

3. Lakukan

pemberian ASI

melalui OGT

4. Penkes ibu bayi

cara pemberian

nutrisi melalui

OGT selama di

Rumah Sakit dan

pentingnya

pemberian ASI

pada bayi

5. Kolaborasi

dengan dokter

mengenai jadwal

pemberian ASI

melalui OGT

1. Mengetahui

keadaan umum bayi

dapat memberikan

gambaran untuk

melakukan

intervensi

selanjutnya

2. Mengetahui batas

abnormalitas kondisi

tubuh bayi sebagai

indikator

dilakukannya

tindakan selanjutnya

3. OGT sebagai sarana

pemenuhan nutrisi

(ASI) pada bayi agar

dapat terpenuhi

secara optimal

4. Membantu ibu

berperan aktif dalam

monitoring

pemberian nutrisi

Page 27: Askep Kel Perina Bblr Revisi

(ASI) melalui OGT

pada bayi selama di

Rumah Sakit dan

memotivasi ibu

untuk selalu rutin

memberikan ASI

pada bayinya sesuai

batas usia

5. Membantu

monitoring

pemenuhan nutrisi

pada bayi secara

optimal

3. Risiko infeksi

berhubungan

dengan

prematuritas

(ketuban pecah

dini)

Setelah

dilakukan

asuhan

keperawatan

selama 3x24

jam, risiko

infeksi hilang

dengan kriteria :

Tidak ada

tanda-tanda

infeksi

seperti rubor,

kalor, dolor,

tumor,

maupun

fungsio laesa

1. Kaji keadaan

umum bayi

2. Observasi tanda-

tanda vital bayi

3. Lakukan

perawatan BBLR

dengan prinsip

aseptik

4. Penkes ibu bayi

mengenai

perawatan tali

pusat

1. Mengetahui

keadaan umum bayi

dapat memberikan

gambaran untuk

melakukan

intervensi

selanjutnya

2. Mengetahui batas

abnormalitas kondisi

tubuh bayi sebagai

indikator

dilakukannya

tindakan selanjutnya

Page 28: Askep Kel Perina Bblr Revisi

5. Kolaborasi

dengan dokter

dalam pemberian

obat antibiotik

dan imunisasi

yang lengkap

pada bayi

3. Mencegah maupun

mengurangi

terjadinya infeksi

yang dimulai karena

tindakan yang tidak

aseptik

4. Membantu ibu bayi

dapat melakukan

perawatan tali pusat

secara mandiri

5. Mencegah bahkan

menghilangkan

risiko bayi tertular

ataupun terinfeksi

virus

Page 29: Askep Kel Perina Bblr Revisi

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah membandingkan antara teori dengan fakta yang terjadi di lapangan,

dapat disimpulkan bahwa dari 4 diagnosa yang muncul di teori, terdapat 3

diagnosa yang muncul di lapangan berdasarkan dari data objektif dan data

subbjektif yang diamati oleh penyusun. Satu diagnose tidak muncul di

lapangan karena kurangnya data objektif maupun subjektif yang memperkuat

ditegakkannya diagnose tersebut.

B. Saran

Dalam laporan asuhan keperawatan ini penyusun mengharapkan bahwa

diagnose yang sering muncul dalam hubungannya dengan kasus BBLR

dapat lebih bervariasi lagi.

Page 30: Askep Kel Perina Bblr Revisi

DAFTAR PUSTAKA

Doenges M.E. at al., 1992,  Nursing Care Plans,  F.A. Davis Company, Philadelphia

Donna L. Wong, 2004, Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4, Penerbit

Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Hudak C.M., 1994,  Critical Care Nursing, Lippincort Company, Philadelphia.

Kuncara, H.Y, dkk, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &

Suddarth, EGC, Jakarta

Joane C. Mc. Closkey, Gloria M. Bulechek, 1996, Nursing Interventions

Classification (NIC), Mosby Year-Book,St. Louis

Marion Johnson, dkk, 2000, Nursing Outcome Classifications (NOC), Mosby Year-

Book, St. Louis

Marjory Gordon, dkk, 2001, Nursing Diagnoses: Definition & Classification 2001-

2002,  NANDA