39
ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA MENJELANG AJAL (TERMINAL) Tugas ini disusun dalam memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik Pengampu Dwi Novitasari,Skep.,Ns.,M.Sc Suwanti,Skep.,Ns Oleh kelompok 1 LALU SAIDINA USMAN 010109a071 NENY NOFRI ANDRIYANI 010109a093 PIANIKE WIDIAWATI 010109a105 SETAP ADIATMA 010109a116 TITIK PURWANTI 010109a129 YULIANTIKA 010109a129 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

askep jelang ajal

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: askep jelang ajal

ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA MENJELANG AJAL

(TERMINAL)

Tugas ini disusun dalam memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik

Pengampu

Dwi Novitasari,Skep.,Ns.,M.Sc

Suwanti,Skep.,Ns

Oleh kelompok 1

LALU SAIDINA USMAN 010109a071

NENY NOFRI ANDRIYANI 010109a093

PIANIKE WIDIAWATI 010109a105

SETAP ADIATMA 010109a116

TITIK PURWANTI 010109a129

YULIANTIKA 010109a129

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

NGUDI WALUYO UNGARAN

2012/2013

Page 2: askep jelang ajal

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi maha

penyayang.Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang atas nikmatnya

maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan ASUHAN KEPERAWATAN PADA

LANSIA DENGAN MENJELANG AJAL/TERMINAL.Penulisan makalah ini

merupakan salah satu tugas mata kuliah keperawatan gerontik.Dalam penyusunan

makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan- kekurangan baik pada teknis

penulisan maupun materi ,mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis . Untuk

itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan

pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih

yang tak terhingga kepada semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan

makalah ini.

Ungaran , 3 April 2012

Page 3: askep jelang ajal

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam merawat lanjut usia yang tidak ada harapan untuk sembuh,seorang

perawat professional harus mempunyai keterampilan yang multikompleks. Sesuai

dengan peran yang dimiliki , perawat harus mampu memberi pelayanan keperawatan

dalam memenuhi kebutuhan fisik,mental,social,dan spiritual. Perawat juga dituntut

untuk membantu anggota keluarganya dalam memenuhi kebutuhan klien lanjut usia

dan harus menyelami perasaan hidup dan mati.

Pemberian asuhan keperawatan pada usia lanjut yang sedang menghadapi

sakaratul maut tidak selamanya mudah. Klien lanjut usia akan memberi reaksi yang

berbeda-beda,bergantung pada kepribadian dan cara klien lanjut usia menghadapi

hidup. Bagaimanapun keadaanya,perawat harus dapat menguasai situasi,terutama

terhadap keluarga klien lanjut usia. Biasanya,anggota keluarga yang dalam keadaan

krisis ini memerlukan perhatian perawat karena kematian seseorang dapat terjadi

secara tiba-tiba dan dapat pula berlangsung berhari-hari. Kadang-kadang sebelum

ajal tiba,klien lanjut usia kehilangan kesadarannya terlebih dahulu.

Meninggal adalah suatu pengalaman yang tak ada duanya dalam hidup, ada di mana

– mana tapi jarang di teliti.

Penelitian di masa lalu menghasilkan beberapa model kesiapan pasien. Salah

satu ialah model Kubler-Ross, dengan tahapan menolak, marah, menawar, murung,

menerima, mengharap. Atas dasar ini dokter dapat membantu pasien yang

menghadapi akhir hayat, berupaya ke arah menerima dan berharap, bidang yang sulit

ini terus menerus di teliti.

Kemajuan teknologi medik seperti pernapasan buatan dan dialisis ginjal telah

berhasil memperpanjang umur pasien, yang dahulu dapat di pastikan meninggal.

Meskipun banyak pasien dapat memanfaatkan kemajuan ini dan proses penyakit

dapat di hentikan atau di balik, mulai di pertanyakan apakah tindakan

memperpanjang umur benar sesuai dengan kepentingan pasien.

Page 4: askep jelang ajal

Pelayanan kesehatan sejak dulu di arahkan untuk menyembuhkan penyakit

dan mencegah kematian, tetapi baru sekarang para dokter berhadapan dengan

keadaan menjelang ajal yang tidak dapat di elakkan.

Banyak para ahli membahas segi hukum, etik, medik dan klinik tentang

keputusan di akhir hayat pasien yang tidak sepenuhnya mampu dan menghadapi

kematian segera. Salah satu pasal adalah hak pasien untuk menolak pengobatan.

Untuk indonesia hal ini belum lazim perlu di bahas dari segi etik dan hukum.

(Noorkasiani and S.tamher.2009)

B. Tujuan penulisan

1. Tujuan Umum

Kemampuan berfikir kritis dalam memberikan asuhan keperawatan pada

lansia dengan menjelang ajal/terminal.

2. Tujuan khusus

a. Dapat memahami dan mengetahui tentang konsep dasar lanjut usia

(lansia).

b. Dapat memahami dan mengetahui tentang konsep dasar menjelang

ajal/masa terminal.

c. Dapat memahami dan mengetahui tentang manifestasi klinis

menjelang ajal/terminal.

d. Dapat memahami dan mengetahui tentang tahap-tahap menjelang ajal.

e. Dapat memahami dan mengetahui tentang hak – hak asasi pasien

menjelang ajal/terminal.

f. Dapat memahami dan mengetahui tentang perilaku-perilaku

menjelang ajal/terminal.

g. Dapat memahami dan mengetahui tentang tanda-tanda kematian.

h. Dapat memahami dan mengetahui tentang pemenuhan kebutuhan

pasien menjelang ajal/terminal.

i. Dapat memahami dan mengetahui tentang asuhan keperawatan pada

pasien menjelang ajal / terminal meliputi :

Pengkajian,diagnosa,intervensi,implementasi dan evaluasi.

Page 5: askep jelang ajal

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR

1. PENGERTIAN

1.1 Lanjut usia ( lansia ).

a) Definisi

Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia diatas 60 tahun. (UU

nomor 13 tahun 1998).

Lanjut usia didefinisikan berdasarkan karakteristik social masyarakat yang

menganggap bahwa orang telah tua jika menunjukkan cirri fisik seperti

rambut beruban,hilangnya gigi,kulit keriput. (Reimer;1999,Stanley and

beare ;2007 ).

WHO menggolongkan lansia berdasarkan kronologi / biologis menjadi 4

kelompok yaitu usia pertengahan (Middle age ) usia antara 45-59

tahun.lanjut usia (elderly) antara 60-74 tahun,lanjut usia tua (old) berusia

75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) lebih dari 90 tahun.

b) Tugas perkembangan lansia (Burnside,1979) (Duvall, 1977)

(Havighurst ,1953) dikutip oleh Potter dan perry,2005).

1) Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan

Lansia harus menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring

terjadinya penuaan sistem tubuh,perubahan penam[pilan dan

fungsi.Hal ini tidak dikaitkan dengan penyakit,tetapi hal ini adalah

normal.

2) Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan

Lansia umumnya pensiun mempunyai ketergantungan sosial,

financial,selain itu kehilangan prestige,kewibawaan,peranan

sosial,dan sebagainya hal itu yang menyebabkan strees tersendir

bagi lansia.

Page 6: askep jelang ajal

3) Menyesuaikan terhadap kematian pasangan

Kehilangan ini sulit untuk diselesaikan,apalagi bagi lansia yang

menggantungkan hidupnya dari seseorang yang meninggalkannya

dan sangat berarti untuk dirinya.melalui proses berdukalah lansia

sedikit terbantu menyesuaikan kehilangan ini.

4) Menerima diri sendiri sebagai individu lansia

Beberapa lansia menemukan kesulitan untuk menerima diri sendiri

selama penuaan. Mereka dapat memperlihatkan

ketidakmampuannya sebagai koping dengan menyangkal

penurunan fungsi, meminta cucu - cucunya memanggil “nenek /

kakek” atau menolak bantuan dalam tugas yang menempatkan

keamanan mereka pada resiko yang benar.

5) Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup

Lansia dapat mengubah rencana khidupannya.

6) Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa

Lansia sering memerlukan penetapan hubungan kembali dengan

anak-anaknya yang telah dewasa.masalah keterlibatan peran,

ketergantungn, konflik, perasaan bersalah, dan kehilangan

memerlukan pengenalan dan resolusi.

7) Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup

Lansia harus belajar menerima aktivitas dan minat baru untuk

mempertahankan kualitas hidupnya. Seseorang yang sebelumnya

aktif dalam sosial sepanjang hidupnya mungkin merasa relatif

mudah untuk bertemu orang baru dan mendapat minat baru.

c) Tipe-tipe kepribadian lanjut usia( menurut Kunjtoro 2002)

1) Tipe kepribadian Konstruktif (Construction personality)

Orang ini memiliki intregritas baik, menikmati hidupnya, toleransi

tinggi dan fleksibel. Biasanya tipe ini tidak mengalami gejolak, tenang

dan mantap sampai sangat tua.siap menghadapi pensiun dengan

bijaksana dan menghadapi kematian dengan penuh kesiapan mental

dan fisik.

Page 7: askep jelang ajal

2) Tipe kepribadian mandiri (Independent Personality)

Pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome,

apalagi jika pada lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat

memberikan otonomi.

3) Tipe kepribadian tergantung (Dependent Personality)

Tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila

kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak

bergejolak,tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang

ditinggalkan akan menjadi sedih yang mendalam. Tipe ini saat

mengalami pensiun, tidak inisiatif, pasif tetapi masih tahu diri dan

masih dapat diterima oleh masyarakat.

4) Tipe kepribadian bermusuhan (Hostile personality)

Pada tipe ini lansia tetap merasa tidak puas dengan

kehidupannya,banyak keinginan yang tidak diperhitungkan sehingga

menyebabkan kondisi ekonominya menurun.mereka menganggap

orang lain yang menyebabkan kegagalan, selalu mengeluh curiga.

Menjadi tua tidak ada yang dianggap baik, takut mati dan iri hati

dengan yang muda.

5) Tipe kepribadian Defensive

Tipe ini selalu menolak bantuan, emosinya tidak terkontrol, bersifat

kompulsif aktif. Mereka takut menjadi tua dan tidak menyenangi masa

pensiun.

6) Tipe kepribadian kritik diri (Self hate personality)

Pada lansia ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakuknya sendiri

sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya. Selalu

menyalahkan diri, tidak memiliki ambisi dan merasa korban dari

keadaan.

Page 8: askep jelang ajal

1.2 Dying

Perawat berkewajiban untuk memberikan pandangan yang jelas mengenai

makna kematian bagi individu, keluarga sehingga perawatan pada klien

menjelang ajal harus nyaman dan terhormat. (Hockey,1989 ; Hurtig &

Steven ,1990).

Dying / menjelang ajal adalah bagian dari kehidupan yang merupakan

proses menuju akhir (kematian).

Kematian adalah apabila seseorang tidak lagi teraba denyut nadinya, tidak

bernafas selama beberapa menit, dan tidak menunjukan segala reflex, serta

tidak ada kegiatan otak.

2. MANIFESTASI KLINIS DYING

a. Gerakan dan pengindraan menghilang secara berangsur-angsur,

biasanya dimulai pada anggota badan, khususnya kaki dan ujung kaki.

b. Gerakan peristaltic usus menurun.

c. Tubuh klien lanjut usia tampak menggembung.

d. Badan dingin dan lembab, terutama pada kaki, tangan, dan ujung

hidungnya.

e. Kulit tampak pucat, warna kebiruan/kelabu.

f. Denyut nadi mulai tidak teratur.

g. Nafas mendengkur berbunyi keras (stridor) yang disebabkan oleh

adanya lender pada saluran pernafasan yang tidak dapat dikeluarkan

oleh klien lanjut usia.

h. Tekanan darah menurun.

i. Terjadi gangguan kesadaran (ingatan menjadi kabur) tubuh klien

lanjut usia tampak menggembung.

Page 9: askep jelang ajal

3. TAHAP MENJELANG AJAL

(Menurut Elizabeth Kubler Ross)

Tahap-tahap ini tidak selamanya beruntutan secara tetap, tetapi dapat saling

tindih. Kadang - kadang seorang klien lanjut usia melalui satu tahap tertentu untuk

kemudian kembali ketahap itu. Lama setiap tahap dapat bervariasi, mulai dari

beberapa jan sampai beberapa bulan. Apabila tahap tertentu berlangsung sangat

singkat, bias timbul kesan seolah - olah klien lanjut usia melompati usia tahap,

kecuali jika perawat memerhatikan secara seksama dan cermat.

a. Tahap pertama (penolakan/Denial and isolation)

Tahap ini adalah tahap kejutan dan penolakan. Biasanya, sikap itu ditandai

dengan komentar,”Saya?Tidak,itu tidak mungkin,”selama tahap ini,klien lanjut usia

sesungguhnya mengatakan bahwa maut menimpa semua orang,kecuali dirinya. Klien

lanjut usia biasanya terpengaruh oleh sikap penolakanya sehingga ia tidak

memerhatikan fakta yang mungkin sedang dijelaskan kepadanya oleh perawat. Ia

bahkan menekan apa yang telah ia dengar atau mungkin akan meminta pertolongan

dari berbagai macam sumber professional dan non professional dalam upaya

melarikan diri dari kenyataan bahwa maut sudah berada diambang pintu.

b. Tahap kedua (marah/anger)

Tahap ini ditandai oleh rasa marah dan emosi yang tidak terkendali. Klien

Lanjut usia itu berkata,”Mengapa saya?”sering kali klien lanjut usia akan selalu

mencela setiap orang dalam segala hal. Ia mudah marah terhadap perawat dan

petugas kesehatan lainya tentang apa yang mereka lakukan. Pada tahap ini,klien

lanjut usia lebih mengamggap hal ini merupakan hikmah, daripada kutukan.

Kemarahan disini merupakan mekanisme pertahanan diri klien lanjut usia. Akan

tetapi, kemarahan yang sesungguhnya tertuju kepada kesehatan dan kehidupan. Pada

saat ini, perawat kesehatan harus hati - hati dalam member penilaian sebagai reaksi

yang normal terhadap kematian yang perlu diungkapkan.

c. Tahap ketiga (tawar-menawar/ bergaining)

Pada tahap ini, klien lanjut usia pada hakikatnya berkata,”Ya,benar

aku,tetapi…”Kemarahan biasanya mereka dan klien lanjut usia dapat menimbulkan

kesan sudah dapat menerima apa yang sedang terjadi dengan dirinya. Akan tetapi,

Page 10: askep jelang ajal

pada tahap tawar - menawar ini banyak orang cenderung untuk menyelesaikan

urusan rumah tangga mereka sebelum maut tiba, dan akan menyiapkan beberapa hal,

misalnya membuat surat dan mempersiapkan jaminan hidup bagi orang tercinta yang

ditinggalkan.

Selama tawar - menawar, permohonan yang dikemukakan hendaknya dapat

dipenuhi karena merupakan urusan yang belum selesai dan harus diselesaikan

sebelum mati. Misalnya, klien lanjut usia mempunyai permintaan terakhir untuk

melihat pertandingan olahraga,mengunjungi kerabat, melihat cucu terkecil, atau

makan direstoran. Perawat dianjurkan memenuhi permohonan itu karena membantu

klien lanjut usia memasuki tahap berikutnya.

d. Tahap keempat (sedih/depresi)

Pada tahap ini,klien pada lanjut usia pada hakikatnya berkata, “Ya,benar

aku”. Hal ini biasanya merupakan saat yang menyedihkan karena klien lanjut usia

sedang dalam suasana berkabung. Dimasa lampau, ia sudah kehilangan orang yang

dicintai dan sekarang ia akan kehilangan nyawanya sendiri. Bersamaan dengan itu,ia

harus meninggalkan semua hal yang menyenangkan yang telah dinikmatinya. Selama

tahap ini, klien lanjut usia cenderung tidak banyak bicara dan sering menangis.

Saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang disampimg klien lanjut usia yang

sedang melalui masa sedihnya sebelum meninggal.

e. Tahap kelima (menerima/acceptance)

Tahap ini ditandai oleh sikap menerima kematian. Menjelang saat ini,klien

lanjut usia telah membereskan segala urusan yang belum selesai dan mungkin tidak

ingin bicara lagi karena sudah menyatakan segala sesuatunya. Tawar menawar sudah

lewat dan tibalah saat kedamaian dan ketenangan. Seseorang mungkin saja lama ada

dalam tahap menerima,tetapi bukan tahap pasrah yang berarti kekalahan. Dengan

kata lain, pasrah pada maut tidak berarti menerima maut.

Page 11: askep jelang ajal

4. HAK ASASI PASIEN MENJELANG AJAL

Lanjut usia berhak untuk diperlakukan sebagai manusia yang hidup sampai

ia mati. Adapun hak – hak pasien yang mengalami sakaratul maut :

a. Berhak tetap untuk merasa mempunyai harapan, meskipun fokusnya

dapat saja berubah.

b. Berhak dirawat oleh mereka yang dapat menghidupkan terus

harapan,walaupun dapat berubah.

c. Berhak untuk merasakan perasaan dan emosi mengenai kematian yang

sudah mendekat dengan caranya sendiri.

d. Berhak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan mengenai

perawatanya.

e. Berhak untuk mengharapkan terus mendapat perhatian medis dan

perawatan, walaupun tujuan penyembuhan harus diubah menjadi tujuan

member rasa nyaman.

f. Berhak untuk tidak mati dalam kesepian.

g. Berhak untuk bebas dalam rasa nyeri.

h. Berhak untuk memperoleh jawaban yang jujur atas pertanyaan.

i. Berhak untuk tidak ditipu.

j. Berhak untuk mendapat bantuan dari dan untuk keluarganya dalam

menerima kematian.

k. Berhak untuk mati dengan tenang dan terhormat.

l. Berhak untuk mempertahankan individualitas dan tidak dihakimi atas

keputusan yang mungkijn saja bertentangan dengan orang lain.

m. Membicarakan dan memperluas pengalaman keagamaan dan kerohanian.

n. Berhak untuk mengharapkan bahwa kesucian tubuh manusia akan

dihormati sesudah mati.

Page 12: askep jelang ajal

5. PERILAKU MENJELANG AJAL

Seseorang yang menjelang ajal, ada 4 pola perjalanan klinis yang ditunjukkan

oleh perilaku klien menurut Marthoccio pattern of living – dying seperti :

a. Pola puncak dan lembah

Pola ini memiliki karakteristik periodic sehat yang tinggi (puncak)

dan periode krisis (lemah). Pada kondisi puncak, klien mempunyai

harapan yang tinggi. Pada kondisi lembah sebagai kondisi yang

menakutkan dan bisa menimbulkan penurunan depresi. Pada pola ini

walaupun pada kondisi puncak, tetapi terjadi penurunan terus menerus

sampai kematian.

b. Pola dataran yang turun

Karakteristk dari pola ini adalah adanya sejumlah kemunduran yang

terus bertambah dan tidak terduga dalam periode yang tidak dapat

dipastikan. Klien hamper tidak kembali pada kesehatan semula sebelum

krisis Secara emosional pernyataan sia - sia dan kemarahan klien serta

keluarga.

c. Pola tebing yang menurun

Penurunan kondisi yang menetap atau stabil yang menggambarkan

semakin buruknya keadaan klien. Kondisi penurunan dapat diperkirakan

baik dalam ukuran jam atau hari. Klien biasanya jatuh dalam kondisi tidak

sadar dan sedikit waktu untuk berpamitan dengan keluarga, banyak

ditemui di ICU .

d. Pola landai turun sedikit – sedikit

Karakteristik dari pola ini kehidupan yang mulai surut, berlahan dan

hampir tidak teramati sampai akhirnya menghebat menuju kematian.

Terkadang masih terpasang alat bantuan hidup.

Page 13: askep jelang ajal

6. TANDA- TANDA KEMATIAN

a. Pernafasan terhenti, penilaian > 10 menit (inspeksi, palpasi, auskultasi)

b. Terhentinya sirkulasi, penilaian 15 menit, nadi karotis tidak teraba.

c. Kulit pucat, dapat juga terjadi pada spasme agonal

d. Pembuluh darah retina bersegmentasi, beberapa menit pasca kematian.

Tanda –tanda kepastian kematian :

a. Rigor Mortis

Kekakuan tubuh setelah 2-4 jam mati karena kekurangan ATP

(Adenoside triposphate) yang tidak dapat disentesa akibat

berkurangnya glikogen dalam tubuh. Proses rigor mortis dimulai

dari organ involunter, kepala, leher, tubuh, dan ekstremitas. Maka

dari itu mayat harus diletakkan telentang, mulut dan kelopak

tertutup sebelum rigor mortis terjadi dan akan berakhir 96 jam

kematian.

b. Algor mortis

Penurunan suhu tubuh berlahan - lahan setelah sirkulasi dan

hypothalamus tidak berfungsi. kulit kehilangan elastisitannya dan

mudah terbuka.

c. Post mortem decomposition

Setelah system sirkulasi hilang, kulit menjadi biru kehitaman

karena sel-sel sudah rusak dan terjadi pelepasan Hb. Untuk

memperlambat dengan ditaruh diruang suhu rendah atau dibalsam

(diawetkan)

7. PEMENUHAN KEBUTUHAN KLIEN MENJELANG KEMATIAN

a. Kebutuhan jasmaniah. Kemampuan toleransi terhadap rasa sakit berbeda

pada setiap orang. Tinadakan yang memungkinkan rasa nyaman bagi klien

lanjut usia (misalnya: sering mengubah posisi tidur,perawatan fisik)

b. Kebutuhan emosi. Untuk menggambarkan ungkapan sikap dan perasaan

klien lanjut usia dalam menghadapi kematian

Page 14: askep jelang ajal

1. Mungkin klien lanjut usia mengalami ketakutan yang hebat (ketakutan

yang timbul akibat menyadari bahwa dirinya tidak mampu mencegah

kematian)

2. Mengkaji hal yang diinginkan penderita selama

mendampinginya.Misalnya,lanjut usia ingin memperbincangkan

tentang kehidupan dimasa lalu dan kemudian hari. Bila pembicaraan

tersebut berkenan,luangkan waktu sejenak. Ingat,tidak semua orang

senang membicarakan kematian.

c. Mengkaji pengaruh kebudayaan atau agama terhadap klien.

Page 15: askep jelang ajal

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

Pengkajian keadaan,kebutuhan,dan masalah kesehatan/keperawatan pasien

khususnya. Sikap pasien terhadap penyakitnya,antara lain apakah pasien tabah

terhadap penyakitnya,apakah pasien menyadari tentang keadaanya ?

1. Perasaan takut.

Kebanyakan pasien merasa takut terhadap rasa nyeri yang tidak

terkendalikan yang begitu sering diasosiasikan dengan keadaan sakit

terminal,terutama apabila keadaan itu disebabkan oleh penyakit yang ganas.

Perawat harus menggunakan pertimbangan yang sehat apabila sedang

merawat orang sakit terminal. Perawat harus mengendalikan rasa nyeri pasien

dengan cara yang tepat.

Perasaan takut yang muncul mungkin takut terhadap rasa

nyeri,walaupun secara teori,nyeri tersebut dapat diatasi dengan obat

penghilang nyeri,seperti aspirin,dehidrokodein,dan dektromoramid. Apabila

orang berbicara tentang perasaan takut mereka terhadap maut,respons mereka

secara tipikal mencakup perasaan takut tentang hal yang tidak jelas,takut

meninggalkan orang yang dicintai,kehilangan martabat,urusan yang belum

selesai.

Kematian merupakan berhentinya kehidupan. Semua orang akan

mengalami kematian tersebut. Dalam menghadapi kematian ini,pada

umumnya orang merasa takut dan cemas. Ketakutan dan kecemasan terhadap

kematian ini dapat membuat pasien tegang dan stress

2. Emosi.

Emosi pasien yang muncul pada tahap menjelang kematian,antara

lainmencela dan mudah marah

3. Tanda vital.

Perubahan fungsi tubuh sering kali tercermin pada suhu badan,denyut

nadi,pernafasan dan tekanan darah. Mekanisme fisiologis yang mengaturnya

Page 16: askep jelang ajal

berkaitan satu sama lain. Setiap perubahan yang berlainan dengan keadaan

yang normal dianggap sebagai indikasi yang penting untuk mengenali

keadaaan kesehatn seseorang

4. Kesadaran .

kesadaran yang sehat dan adekuat dikenal sebagai awas waspada,yang

merupakan ekspresi tentang apa yang dilihat,didengar,dialami,dan perasan

keseimbangan,nyeri,suhu,raba,getar,gerak,gerak tekan dan sikap,bersifat

adekuat,yaitu tepat dan sesuai.Berikut tingkatan kesadaran pasien :

a. Komposmentis :sadar penuh

b. Apatis :tidak ada perasaan/kesadaran,menurun (masa bodoh)

c. Somnolen : (kelelahan (mengantuk berat)

d. Soporus : tidur lelap patologis (tidur pulas)

e. Subkoma : (keadaan tidak sadar/hampir koma

f. Koma : keadaan pingsan lama disertai dengan penurunan daya reaksi

(keadaan tidak sadar walaupun dirangsang dengan apapun/tidak dapat

disadarkan)

5. Fungsi tubuh.

Tubuh terbentuk atas banyak jaringan dan organ. Setiap organ

mempunyai fungsi khusus.

B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

DATA

1. Status system pernafasan :

a. Sesak nafas

b. Batuk

c. Sekret

Diagnose keperawatan : Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen yang

berhubungan dengan adanya penyumbatan sekret yang ditandai dengan sesak

nafas.

Page 17: askep jelang ajal

2. System pembuluh darah

a. Tekanan darah

b. Denyut tubuh

c. Suhu tubuh

Diagnose keperawatan : Gangguan kenyamanan yang berhubungan dengan

batuk,panas tinggi yang ditandai pasien gelisah.

3. Pernafasan

Warna wajah

Kesadaran

Diagnosa keperawatan : Gangguan kesadaran yang berhubungan dengan

dampak patologis dengan manifestasi apatis/koma

4. Sistem pencernaan

a. Susah menelan

b. Mual,muntah

c. Perih,tidak nafsu makan

d. Diare/obstipasi

e. Kembung,melena

f. Mules

Diagnose keperawatan :

1. Gangguan nutrisi sebagai dampak patologis dengan menampakan

makanan yang disajikan sring tidak habis

2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang berhubungan dengan

muntah dan diare yang ditandai dengan turgor jelek,mata cekung,suhu

naik.

3. Gangguan eleminasi alvi yang berhubungan dengan obstipasi yang

ditandai beberapa hari pasien tidak defekasi.

5. Sistem perkemihan

a. Bagaimana produksi urinnya?

b. Berapa jumlahnya?

Diagnosa keperawatan : Gangguan elminasi urine yang berhubungan dengan

produksi urinenya,yang ditandai dengan jumlah urine berapa cc.

Page 18: askep jelang ajal

6. Persendian dan otot (pergerakan)

Kekakuan sendi dan otot

Diagnose keperawatan : Keterbatasan pergerakan yang berhubungan dengan

tirah baring lama yang ditandai dengan kaku sendi/otot

7. Kegiatan sehari-hari

a. Mandi,gosok gigi

b. Ganti pakaian

c. Defekasi dan berkemih mandiri atau bergantung penuh kepada orang lain

Diagnose keperawatan : Perubahan dalam merawat diri sendiri sebagai

dampak patologis

8. Pola tidur dan istirahat

a. Bagaimana istirahatnya?

b. Tidur malam?

c. Hal-hal yang dirasa menggangu tidur?

Gangguan keperawatan : Gangguan psikologis yang berhubungan dengan

perubahan pola seksualitas yang ditandai susah tidur,pucat,murung

9. Cemas memikirkan penyakit dan keluarga yang ada dirumah

Diagnose keperawatan :Gangguan yang berhubungan dengan memikirkan

penyakitnya dan keluarga.

Page 19: askep jelang ajal

C. RENCANA KEPERAWATAN

No DK TUJUAN RENCANA INTERVENSI EVALUASI1 Gangguan

kebutuhan oksigen

Kebutuhan oksigen terpenuhi

a) Menciptakan lingkungan yang sehat

b) Mengamati dan mengkaji keadaan pernapasan pasien

c) Membersihkan sekretd) Melatih pasien untuk

pernapasan

Kebutuhan oksigen dapat terpenuhi

2 Perubahan nutrisi

Kebutuhan nutrisi terpenuhi

Mempertahankan pemasukan makanan yang cukup

Kebutuhan nutrisi terpenuhi

3 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

Keseimbangan cairan dan elektrolit terpenuhi

Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

Kebutuhan cairan dan elektrolit dapat terpenuhi

4 Gangguan eliminasi alvi

Kebutuhan eleminasi (defekasi) terpenuhi

Mempertahankan kelancaran defekasi

Kebutuhan eleminasi (defekasi) dapat terpenuhi

5 Gangguan eliminasi urine

Kebutuhan eliminasi (berkemih) terpenuhi

Mempertahankan kelancaran berkemih

Kebutuhan eliminasi (berkemih) dapat terpenuhi

6 Keterbatasan gerak

Kebutuhan pergerakan (sendi dan otot) terpenuhi

Memenuhi kebutuhan gerak (mobilisasi)

Kebutuhan pergerakan dapat terpenuhi

7 Perubahan perawatan diri

Kebutuhan merawat diri terpenuhi

Membantu memenuhi kebutuhan merawat diri

Perawatan diri dapat terpenuhi

8 Gangguan pola tidur

Kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi

Ciptakan interaksi yang terapeutik, dengan memberi penjelasan kepada pasien tetang pentingnya istirahat terhadap tubuh

a) Kebutuhan istirahat tidur terpenuhi

b) Tak ada keluhan, dapat tidurc) Ekspresi bangun tidur ceria,

segar bugar

9 Kecemasan Rasa cemas hilang / berkurang

Menciptakan lingkungan yang terapeutik

Rasa cemas dapat hilang atau berkurang

Page 20: askep jelang ajal

D. PERAWATAN PALIATIF PADA LANJUT USIA MENJELANG AJAL

Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada usia lanjut,yang menjadi

objek adalah :

1. Pasien lanjut usia (core)

2. Disusul dengan aspek pengobatan medis (cure)

3. Perawatan dalam arti yang luas (care)

Ketiga aspek tersebut saling berkaitan dan berpengaruh. Kapan ajal

menjemput,semua orang harus siap. Namun ternyata,semua orang,termasuk lanjut

usia,akan merasa syok berat saat dokter memvonis bahwa penyakit yang dideritanya

tidak bias disembuhkan atau tidak ada harapan untuk sembuh. Pada kondisi ketika

usia lanjut usia menderita sakit yang telah berada pada stadium lanjut dan “cure”

sudah tidak menjadi bagian yang dominan,”care” menjadi bagian yang paling

berperan. Salah satu alternative adalah perawatan paliatif

Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif yang meringankan beban

penderita,terutama yang tidak mungkin disembuhkan. Yang dimaksud dengan

tindakan paliatif antara lain mengurangi/menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain

serta memperbaiki aspek psikologis,social,dan spiritual

E. TUJUAN PERAWATAN PALIATIF

Tujuan perawatan paliatif adalah mencapai kwalitas hidup maksimal bagi si

sakit (lanjut usia)dan keluarganya. Perawatan paliatif hanya diberikan kepada lanjut

usia yang menjelang akhir hayatnya.tetapi juga diberikan segera setelah didiagnosis

oleh dokter bahwa lanjut usia tersebut menderita penyakit yang tidak harapan untuk

sembuh (misalnya : menderita kanker). Sebagian besar pasien lanjut usia,pada suatu

waktu akan menghadapi keadaan yang disebut “stadium paliatif”,yaitu kondisi ketika

pengobatan sudah tidak dapat menghasilkan kesembuhan. Biasanya dokter

memvonis pasien lanjut usia byang menderita penyakit yang mematikan (misalnya :

kanker,stroke,AIDS)juga mengalami penderitaan fisik,psikologis,social,cultural,dan

spiritual.

Page 21: askep jelang ajal

Dalam memberikan perawatan paliatif,tim tersebut harus berpijak pada pola

dasar yang digariskan oleh WHO, yaitu :

1. Meningkatkan kwalitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang

normal

2. Tidak mempercepat dan menunda kematian lanjut usia

3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu

4. Menjaga keseimbangan psikologis dn spiritual

5. Berusaha agar lanjut usia yang sakit tetap aktif sampai akhir hayatnya

6. Berusaha membantu mengatasi suasana duka cita keluarga klien lanjut usia

Pola dasar tersebut harus diterapkan langkah demi langkah dengan

mengikutsertkan keluarga pasien,pemuka agama (sesuai agama

klien),relawan,pekerja social,dokter,psikolog,ahli gizi,ahli fisioterapi,ahli terapi

okupasi,dan perawat. Prinsip pemberian perawatan paliatif adalah memberikan

perawatan paripurna kepada klien lanjut usia dengan pengawasan dari tim

professional.

F. KEKHUSUSAN TIM PALIATIF

1. Profesi setiap anggota tim telah dikenal cakupan dan lingkup kerjanya

2. Para professional ini bergabung dalam satu kelompok kerja

3. Secara bersama,mereka menyusun dan merancang tujuan akhir

perawatan,melakukan langkah tujuan pendek

4. Bil;a perlu,kepemimpinan dapat terbagi diantara anggota tim,bergantung pada

kondisi yang paling diperlukan oleh pasien lanjut usia

5. Tim adalah motor penggerak semjua kegiatan pasien

6. Proses interaksi adalah kunci keberhasilan.

Pasien lanjut usia dengan penyakit berat,akan mengalami kesulitan

menyesuaikan kondisinya. Masalah berpangkal dari psikodinamis pasien dan

gangguan kapasitas dalam bentuk ekspresi kejiwaanya. Beberapa kekhususan pasien

lanjut usia dalam stdium paliatif :

Page 22: askep jelang ajal

1. Lanjut usia mengadahapi kondisi yang penyakitnya tidak dapat disembuhkan.

Artinya terapi yang diberikan hanya bersifat simtomatis atau paliatif (bukan

kuratif)

2. Lanjut usia cenderung mengalami kelemahan dan kerapuhan,baik fisik

maupun mental

3. Dengan demikian,kemungkinan pasein lanjut usia tidak mampu menghadapi

stress fisik dan mental yang timbul dari l;uar atau dari lingkunganya

4. Lanjut usia berada diambang kematian,yang terutama akan menimbulkan

ketakuatan dan kegelisahan,yang sudah tertentuperlu mendapat simpati dan

dukungan mental atau spiritual

5. Bila proses kematian berlangsung lama, (memakan waktu panjang),factor

etika dapat menjadi masalah yang harus diatasi

Dari uraian tersebut,factor non medisyang menjadi masalah terbesar.

Petugas/perawat,keluarga,dan kerabat terdekatyang diharapkan dapat meringankan

beban penderitaan lanjut usia. Untuk mewujudkannya,tempat yang paling tepat

adalah bila lanjut usia berada dilingkungan keluarga dirumah

Tugas tim perawatan paliatif sebagai penyeimbang dintara keduanya.

Keluarga pasien (lanjut usiayang menderita kanker) adalah subjek suasana tegang

dan stress,baik fisik maupun secara psikologis,disertai ketakutan dan kekhawatiran

kehilangan orang yang dicintainya. Dari pengalaman yang dilakukan,diperoleh hasil

bahwa sikap/kebutuhan keluarga adalah :

1. Ingin membantu lanjut usia sepenuhnya

2. Ingin mendapat informasi tentang kenatian

3. Ingin selalu bersama lanjut usia

4. Ingin mendapat kepastian bahwa pasien tetap nyaman

5. Ingin mendapat informasi tentang perkembangan lanjut usia

6. Ingin melepaskan/mencurahkan isi hati

7. Ingin mendapat dukungan dan pendampingan anggota keluarga/kerabat lain

8. Ingin diterima,mendapat bimbingan,dan dukungan dari para petugas

medis/perawat

Page 23: askep jelang ajal

Kelelahan fisik dan psikis pada anggota keluarga sering mengakibatkan

penurunan kwalitas pelayanan perawatan dirumah. Bila hal ini terjadi,sebaiknya

untuk sementara waktu lanjut usia “dititipkan” dirumah sakit,member kesempatan

kepada keluarga untuk beristirahat. Dukungan pada keluarga saat masih sulit sangat

penting,yaitu :

1. Pada saat perawatan

2. Pada saat mendekati kematian

3. Pada saat kematian

4. Pada saat masa berduka

Beban kesulitan dirasa berat bila lanjut usia dirawat. Namun,hal tersebut akan

menimbulkan keseimbangan bila lanjut usia telah meninggal dan adanya rasa puas

karena keluarga telah member sesuatu yang paling berharga bagi lanjut

usia,termasuk,kehangatan keluarga. Kedekatan dengan lanjut usia akan tetap

berkesan bagi keluarga yang ditinggalkan

Hal yang terakhir ini terungkap pada saat kunjungan masa duka oleh anggota

tim perawatan paliatif. Silaturahmi dapat berlanjutdalam bentuk kesediaan keluarga

lanjut usia sebagai relawan. Dapat disimpulkan bahwa perawatan tim paliatif

merupakan suatu proses perawatan yang cukup kompleks. Pendekatan holistic

(menyeluruh) terhadap lanjut usia dengan mengikutsertakan keluarga lanjut usia akan

menyentuh factor fisik,psikis,social,spiritual,dan budaya pasien.

Page 24: askep jelang ajal

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Asuhan keperawatan gerontik merupakan salah satu bagian dari asuhan

keperawatan yang diberikan kepada individu lansia atau sekleompok keluarga lansia

dalam konteks peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan yang diberikan

secara profesional.

Dalam konteks keperawatan gerontik yang dilaksanakan diSTIKES Ngudi

Waluyo Ungaran dari tanggal 16 April 2012, mahasiswa diberikan tanggung jawab

untuk membina satu orang klien lansia yang memiliki masalah kesehatan terminal

yaitu asuhan keperawatan dengan lansia menjelang ajal (terminal) dengan

menggunakan pendekatan proses keperawatan dimulai dari tahap pengkajian sampai

pada tahap evaluasi guna mengetahui perkembangan kesehatan klien lansia secara

komprehensif.

WHO menggolongkan lansia berdasarkan kronologi / biologis menjadi 4

kelompok yaitu usia pertengahan (Middle age ) usia antara 45-59 tahun.lanjut usia

(elderly) antara 60-74 tahun,lanjut usia tua (old) berusia 75-90 tahun dan usia sangat

tua (very old) lebih dari 90 tahun.

Dying / menjelang ajal adalah bagian dari kehidupan yang merupakan proses

menuju akhir (kematian).

B. SARAN

1) Sebagai mahasiswa keperawatan diupayakan agar seoptimal mungkin

menerapkan konsep asuhan keperawatan secara komprehensif dalam

melaksanakan pasien lansia dengan keadaan terminal,guna meningkatkan

fungsi dan peran lansia dalam menghadapi tahap-tahap kematian dengan

keadaan terhormat dan damai.

Page 25: askep jelang ajal

2) Bagi mahasiswa sendiri

Untuk lebih meningkatkan pemahaman dan pengetahuan guna

mnegembangkan konsep asuhan keperawatan gerontik dalam

pengaplikasiaannya kepada klien sebagai target.

3) Bagi pembimbing Akademik

Agar seoptimal mungkin mengupayakan kehadiran serta bimbingannya

guna membantu mahasiswa menjalani proses praktek keperawatan

gerontik dengan lebih baik sesuai target pencapaian yang ingin diraih.

4) Kritik dan saran dari pembimbing,dan pembaca kami selaku penulis

membuka selebar-lebarnya guna penyempurnaan makalah kami.

Page 26: askep jelang ajal

DAFTAR PUSTAKA

Aru W sudoyo,dkk.2006.Ilmu penyakit dalam,Ed IV.Jakarta : Fakultas kedokteran

Universitas Indonesia

Azizah ma’riatul Lilik.2001.Keperawatan lanjut usia. Surabaya : Graha ilmu

Maryam,dkk.2008.Mengenal usia lanjut dan perawatannya.Jakarta : Salemba

medika.

Tamher,dkk.2009.Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan asuhan

keperawatan.jakarta : Salemba medika.

Nugroho.2006.Gerontik dan geriatrik,Edisi 3. Jakarta : EGC