Upload
pianike-widiawati
View
308
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
ASUHAN KEPERAWATAN LANJUT USIA MENJELANG AJAL
(TERMINAL)
Tugas ini disusun dalam memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik
Pengampu
Dwi Novitasari,Skep.,Ns.,M.Sc
Suwanti,Skep.,Ns
Oleh kelompok 1
LALU SAIDINA USMAN 010109a071
NENY NOFRI ANDRIYANI 010109a093
PIANIKE WIDIAWATI 010109a105
SETAP ADIATMA 010109a116
TITIK PURWANTI 010109a129
YULIANTIKA 010109a129
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NGUDI WALUYO UNGARAN
2012/2013
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi maha
penyayang.Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang atas nikmatnya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan ASUHAN KEPERAWATAN PADA
LANSIA DENGAN MENJELANG AJAL/TERMINAL.Penulisan makalah ini
merupakan salah satu tugas mata kuliah keperawatan gerontik.Dalam penyusunan
makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan- kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi ,mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis . Untuk
itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang tak terhingga kepada semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.
Ungaran , 3 April 2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam merawat lanjut usia yang tidak ada harapan untuk sembuh,seorang
perawat professional harus mempunyai keterampilan yang multikompleks. Sesuai
dengan peran yang dimiliki , perawat harus mampu memberi pelayanan keperawatan
dalam memenuhi kebutuhan fisik,mental,social,dan spiritual. Perawat juga dituntut
untuk membantu anggota keluarganya dalam memenuhi kebutuhan klien lanjut usia
dan harus menyelami perasaan hidup dan mati.
Pemberian asuhan keperawatan pada usia lanjut yang sedang menghadapi
sakaratul maut tidak selamanya mudah. Klien lanjut usia akan memberi reaksi yang
berbeda-beda,bergantung pada kepribadian dan cara klien lanjut usia menghadapi
hidup. Bagaimanapun keadaanya,perawat harus dapat menguasai situasi,terutama
terhadap keluarga klien lanjut usia. Biasanya,anggota keluarga yang dalam keadaan
krisis ini memerlukan perhatian perawat karena kematian seseorang dapat terjadi
secara tiba-tiba dan dapat pula berlangsung berhari-hari. Kadang-kadang sebelum
ajal tiba,klien lanjut usia kehilangan kesadarannya terlebih dahulu.
Meninggal adalah suatu pengalaman yang tak ada duanya dalam hidup, ada di mana
– mana tapi jarang di teliti.
Penelitian di masa lalu menghasilkan beberapa model kesiapan pasien. Salah
satu ialah model Kubler-Ross, dengan tahapan menolak, marah, menawar, murung,
menerima, mengharap. Atas dasar ini dokter dapat membantu pasien yang
menghadapi akhir hayat, berupaya ke arah menerima dan berharap, bidang yang sulit
ini terus menerus di teliti.
Kemajuan teknologi medik seperti pernapasan buatan dan dialisis ginjal telah
berhasil memperpanjang umur pasien, yang dahulu dapat di pastikan meninggal.
Meskipun banyak pasien dapat memanfaatkan kemajuan ini dan proses penyakit
dapat di hentikan atau di balik, mulai di pertanyakan apakah tindakan
memperpanjang umur benar sesuai dengan kepentingan pasien.
Pelayanan kesehatan sejak dulu di arahkan untuk menyembuhkan penyakit
dan mencegah kematian, tetapi baru sekarang para dokter berhadapan dengan
keadaan menjelang ajal yang tidak dapat di elakkan.
Banyak para ahli membahas segi hukum, etik, medik dan klinik tentang
keputusan di akhir hayat pasien yang tidak sepenuhnya mampu dan menghadapi
kematian segera. Salah satu pasal adalah hak pasien untuk menolak pengobatan.
Untuk indonesia hal ini belum lazim perlu di bahas dari segi etik dan hukum.
(Noorkasiani and S.tamher.2009)
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Kemampuan berfikir kritis dalam memberikan asuhan keperawatan pada
lansia dengan menjelang ajal/terminal.
2. Tujuan khusus
a. Dapat memahami dan mengetahui tentang konsep dasar lanjut usia
(lansia).
b. Dapat memahami dan mengetahui tentang konsep dasar menjelang
ajal/masa terminal.
c. Dapat memahami dan mengetahui tentang manifestasi klinis
menjelang ajal/terminal.
d. Dapat memahami dan mengetahui tentang tahap-tahap menjelang ajal.
e. Dapat memahami dan mengetahui tentang hak – hak asasi pasien
menjelang ajal/terminal.
f. Dapat memahami dan mengetahui tentang perilaku-perilaku
menjelang ajal/terminal.
g. Dapat memahami dan mengetahui tentang tanda-tanda kematian.
h. Dapat memahami dan mengetahui tentang pemenuhan kebutuhan
pasien menjelang ajal/terminal.
i. Dapat memahami dan mengetahui tentang asuhan keperawatan pada
pasien menjelang ajal / terminal meliputi :
Pengkajian,diagnosa,intervensi,implementasi dan evaluasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR
1. PENGERTIAN
1.1 Lanjut usia ( lansia ).
a) Definisi
Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia diatas 60 tahun. (UU
nomor 13 tahun 1998).
Lanjut usia didefinisikan berdasarkan karakteristik social masyarakat yang
menganggap bahwa orang telah tua jika menunjukkan cirri fisik seperti
rambut beruban,hilangnya gigi,kulit keriput. (Reimer;1999,Stanley and
beare ;2007 ).
WHO menggolongkan lansia berdasarkan kronologi / biologis menjadi 4
kelompok yaitu usia pertengahan (Middle age ) usia antara 45-59
tahun.lanjut usia (elderly) antara 60-74 tahun,lanjut usia tua (old) berusia
75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) lebih dari 90 tahun.
b) Tugas perkembangan lansia (Burnside,1979) (Duvall, 1977)
(Havighurst ,1953) dikutip oleh Potter dan perry,2005).
1) Menyesuaikan terhadap penurunan kekuatan fisik dan kesehatan
Lansia harus menyesuaikan dengan perubahan fisik seiring
terjadinya penuaan sistem tubuh,perubahan penam[pilan dan
fungsi.Hal ini tidak dikaitkan dengan penyakit,tetapi hal ini adalah
normal.
2) Menyesuaikan terhadap masa pensiun dan penurunan pendapatan
Lansia umumnya pensiun mempunyai ketergantungan sosial,
financial,selain itu kehilangan prestige,kewibawaan,peranan
sosial,dan sebagainya hal itu yang menyebabkan strees tersendir
bagi lansia.
3) Menyesuaikan terhadap kematian pasangan
Kehilangan ini sulit untuk diselesaikan,apalagi bagi lansia yang
menggantungkan hidupnya dari seseorang yang meninggalkannya
dan sangat berarti untuk dirinya.melalui proses berdukalah lansia
sedikit terbantu menyesuaikan kehilangan ini.
4) Menerima diri sendiri sebagai individu lansia
Beberapa lansia menemukan kesulitan untuk menerima diri sendiri
selama penuaan. Mereka dapat memperlihatkan
ketidakmampuannya sebagai koping dengan menyangkal
penurunan fungsi, meminta cucu - cucunya memanggil “nenek /
kakek” atau menolak bantuan dalam tugas yang menempatkan
keamanan mereka pada resiko yang benar.
5) Mempertahankan kepuasan pengaturan hidup
Lansia dapat mengubah rencana khidupannya.
6) Mendefinisikan ulang hubungan dengan anak yang dewasa
Lansia sering memerlukan penetapan hubungan kembali dengan
anak-anaknya yang telah dewasa.masalah keterlibatan peran,
ketergantungn, konflik, perasaan bersalah, dan kehilangan
memerlukan pengenalan dan resolusi.
7) Menentukan cara untuk mempertahankan kualitas hidup
Lansia harus belajar menerima aktivitas dan minat baru untuk
mempertahankan kualitas hidupnya. Seseorang yang sebelumnya
aktif dalam sosial sepanjang hidupnya mungkin merasa relatif
mudah untuk bertemu orang baru dan mendapat minat baru.
c) Tipe-tipe kepribadian lanjut usia( menurut Kunjtoro 2002)
1) Tipe kepribadian Konstruktif (Construction personality)
Orang ini memiliki intregritas baik, menikmati hidupnya, toleransi
tinggi dan fleksibel. Biasanya tipe ini tidak mengalami gejolak, tenang
dan mantap sampai sangat tua.siap menghadapi pensiun dengan
bijaksana dan menghadapi kematian dengan penuh kesiapan mental
dan fisik.
2) Tipe kepribadian mandiri (Independent Personality)
Pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome,
apalagi jika pada lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat
memberikan otonomi.
3) Tipe kepribadian tergantung (Dependent Personality)
Tipe ini biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila
kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak
bergejolak,tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang
ditinggalkan akan menjadi sedih yang mendalam. Tipe ini saat
mengalami pensiun, tidak inisiatif, pasif tetapi masih tahu diri dan
masih dapat diterima oleh masyarakat.
4) Tipe kepribadian bermusuhan (Hostile personality)
Pada tipe ini lansia tetap merasa tidak puas dengan
kehidupannya,banyak keinginan yang tidak diperhitungkan sehingga
menyebabkan kondisi ekonominya menurun.mereka menganggap
orang lain yang menyebabkan kegagalan, selalu mengeluh curiga.
Menjadi tua tidak ada yang dianggap baik, takut mati dan iri hati
dengan yang muda.
5) Tipe kepribadian Defensive
Tipe ini selalu menolak bantuan, emosinya tidak terkontrol, bersifat
kompulsif aktif. Mereka takut menjadi tua dan tidak menyenangi masa
pensiun.
6) Tipe kepribadian kritik diri (Self hate personality)
Pada lansia ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakuknya sendiri
sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya. Selalu
menyalahkan diri, tidak memiliki ambisi dan merasa korban dari
keadaan.
1.2 Dying
Perawat berkewajiban untuk memberikan pandangan yang jelas mengenai
makna kematian bagi individu, keluarga sehingga perawatan pada klien
menjelang ajal harus nyaman dan terhormat. (Hockey,1989 ; Hurtig &
Steven ,1990).
Dying / menjelang ajal adalah bagian dari kehidupan yang merupakan
proses menuju akhir (kematian).
Kematian adalah apabila seseorang tidak lagi teraba denyut nadinya, tidak
bernafas selama beberapa menit, dan tidak menunjukan segala reflex, serta
tidak ada kegiatan otak.
2. MANIFESTASI KLINIS DYING
a. Gerakan dan pengindraan menghilang secara berangsur-angsur,
biasanya dimulai pada anggota badan, khususnya kaki dan ujung kaki.
b. Gerakan peristaltic usus menurun.
c. Tubuh klien lanjut usia tampak menggembung.
d. Badan dingin dan lembab, terutama pada kaki, tangan, dan ujung
hidungnya.
e. Kulit tampak pucat, warna kebiruan/kelabu.
f. Denyut nadi mulai tidak teratur.
g. Nafas mendengkur berbunyi keras (stridor) yang disebabkan oleh
adanya lender pada saluran pernafasan yang tidak dapat dikeluarkan
oleh klien lanjut usia.
h. Tekanan darah menurun.
i. Terjadi gangguan kesadaran (ingatan menjadi kabur) tubuh klien
lanjut usia tampak menggembung.
3. TAHAP MENJELANG AJAL
(Menurut Elizabeth Kubler Ross)
Tahap-tahap ini tidak selamanya beruntutan secara tetap, tetapi dapat saling
tindih. Kadang - kadang seorang klien lanjut usia melalui satu tahap tertentu untuk
kemudian kembali ketahap itu. Lama setiap tahap dapat bervariasi, mulai dari
beberapa jan sampai beberapa bulan. Apabila tahap tertentu berlangsung sangat
singkat, bias timbul kesan seolah - olah klien lanjut usia melompati usia tahap,
kecuali jika perawat memerhatikan secara seksama dan cermat.
a. Tahap pertama (penolakan/Denial and isolation)
Tahap ini adalah tahap kejutan dan penolakan. Biasanya, sikap itu ditandai
dengan komentar,”Saya?Tidak,itu tidak mungkin,”selama tahap ini,klien lanjut usia
sesungguhnya mengatakan bahwa maut menimpa semua orang,kecuali dirinya. Klien
lanjut usia biasanya terpengaruh oleh sikap penolakanya sehingga ia tidak
memerhatikan fakta yang mungkin sedang dijelaskan kepadanya oleh perawat. Ia
bahkan menekan apa yang telah ia dengar atau mungkin akan meminta pertolongan
dari berbagai macam sumber professional dan non professional dalam upaya
melarikan diri dari kenyataan bahwa maut sudah berada diambang pintu.
b. Tahap kedua (marah/anger)
Tahap ini ditandai oleh rasa marah dan emosi yang tidak terkendali. Klien
Lanjut usia itu berkata,”Mengapa saya?”sering kali klien lanjut usia akan selalu
mencela setiap orang dalam segala hal. Ia mudah marah terhadap perawat dan
petugas kesehatan lainya tentang apa yang mereka lakukan. Pada tahap ini,klien
lanjut usia lebih mengamggap hal ini merupakan hikmah, daripada kutukan.
Kemarahan disini merupakan mekanisme pertahanan diri klien lanjut usia. Akan
tetapi, kemarahan yang sesungguhnya tertuju kepada kesehatan dan kehidupan. Pada
saat ini, perawat kesehatan harus hati - hati dalam member penilaian sebagai reaksi
yang normal terhadap kematian yang perlu diungkapkan.
c. Tahap ketiga (tawar-menawar/ bergaining)
Pada tahap ini, klien lanjut usia pada hakikatnya berkata,”Ya,benar
aku,tetapi…”Kemarahan biasanya mereka dan klien lanjut usia dapat menimbulkan
kesan sudah dapat menerima apa yang sedang terjadi dengan dirinya. Akan tetapi,
pada tahap tawar - menawar ini banyak orang cenderung untuk menyelesaikan
urusan rumah tangga mereka sebelum maut tiba, dan akan menyiapkan beberapa hal,
misalnya membuat surat dan mempersiapkan jaminan hidup bagi orang tercinta yang
ditinggalkan.
Selama tawar - menawar, permohonan yang dikemukakan hendaknya dapat
dipenuhi karena merupakan urusan yang belum selesai dan harus diselesaikan
sebelum mati. Misalnya, klien lanjut usia mempunyai permintaan terakhir untuk
melihat pertandingan olahraga,mengunjungi kerabat, melihat cucu terkecil, atau
makan direstoran. Perawat dianjurkan memenuhi permohonan itu karena membantu
klien lanjut usia memasuki tahap berikutnya.
d. Tahap keempat (sedih/depresi)
Pada tahap ini,klien pada lanjut usia pada hakikatnya berkata, “Ya,benar
aku”. Hal ini biasanya merupakan saat yang menyedihkan karena klien lanjut usia
sedang dalam suasana berkabung. Dimasa lampau, ia sudah kehilangan orang yang
dicintai dan sekarang ia akan kehilangan nyawanya sendiri. Bersamaan dengan itu,ia
harus meninggalkan semua hal yang menyenangkan yang telah dinikmatinya. Selama
tahap ini, klien lanjut usia cenderung tidak banyak bicara dan sering menangis.
Saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang disampimg klien lanjut usia yang
sedang melalui masa sedihnya sebelum meninggal.
e. Tahap kelima (menerima/acceptance)
Tahap ini ditandai oleh sikap menerima kematian. Menjelang saat ini,klien
lanjut usia telah membereskan segala urusan yang belum selesai dan mungkin tidak
ingin bicara lagi karena sudah menyatakan segala sesuatunya. Tawar menawar sudah
lewat dan tibalah saat kedamaian dan ketenangan. Seseorang mungkin saja lama ada
dalam tahap menerima,tetapi bukan tahap pasrah yang berarti kekalahan. Dengan
kata lain, pasrah pada maut tidak berarti menerima maut.
4. HAK ASASI PASIEN MENJELANG AJAL
Lanjut usia berhak untuk diperlakukan sebagai manusia yang hidup sampai
ia mati. Adapun hak – hak pasien yang mengalami sakaratul maut :
a. Berhak tetap untuk merasa mempunyai harapan, meskipun fokusnya
dapat saja berubah.
b. Berhak dirawat oleh mereka yang dapat menghidupkan terus
harapan,walaupun dapat berubah.
c. Berhak untuk merasakan perasaan dan emosi mengenai kematian yang
sudah mendekat dengan caranya sendiri.
d. Berhak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan mengenai
perawatanya.
e. Berhak untuk mengharapkan terus mendapat perhatian medis dan
perawatan, walaupun tujuan penyembuhan harus diubah menjadi tujuan
member rasa nyaman.
f. Berhak untuk tidak mati dalam kesepian.
g. Berhak untuk bebas dalam rasa nyeri.
h. Berhak untuk memperoleh jawaban yang jujur atas pertanyaan.
i. Berhak untuk tidak ditipu.
j. Berhak untuk mendapat bantuan dari dan untuk keluarganya dalam
menerima kematian.
k. Berhak untuk mati dengan tenang dan terhormat.
l. Berhak untuk mempertahankan individualitas dan tidak dihakimi atas
keputusan yang mungkijn saja bertentangan dengan orang lain.
m. Membicarakan dan memperluas pengalaman keagamaan dan kerohanian.
n. Berhak untuk mengharapkan bahwa kesucian tubuh manusia akan
dihormati sesudah mati.
5. PERILAKU MENJELANG AJAL
Seseorang yang menjelang ajal, ada 4 pola perjalanan klinis yang ditunjukkan
oleh perilaku klien menurut Marthoccio pattern of living – dying seperti :
a. Pola puncak dan lembah
Pola ini memiliki karakteristik periodic sehat yang tinggi (puncak)
dan periode krisis (lemah). Pada kondisi puncak, klien mempunyai
harapan yang tinggi. Pada kondisi lembah sebagai kondisi yang
menakutkan dan bisa menimbulkan penurunan depresi. Pada pola ini
walaupun pada kondisi puncak, tetapi terjadi penurunan terus menerus
sampai kematian.
b. Pola dataran yang turun
Karakteristk dari pola ini adalah adanya sejumlah kemunduran yang
terus bertambah dan tidak terduga dalam periode yang tidak dapat
dipastikan. Klien hamper tidak kembali pada kesehatan semula sebelum
krisis Secara emosional pernyataan sia - sia dan kemarahan klien serta
keluarga.
c. Pola tebing yang menurun
Penurunan kondisi yang menetap atau stabil yang menggambarkan
semakin buruknya keadaan klien. Kondisi penurunan dapat diperkirakan
baik dalam ukuran jam atau hari. Klien biasanya jatuh dalam kondisi tidak
sadar dan sedikit waktu untuk berpamitan dengan keluarga, banyak
ditemui di ICU .
d. Pola landai turun sedikit – sedikit
Karakteristik dari pola ini kehidupan yang mulai surut, berlahan dan
hampir tidak teramati sampai akhirnya menghebat menuju kematian.
Terkadang masih terpasang alat bantuan hidup.
6. TANDA- TANDA KEMATIAN
a. Pernafasan terhenti, penilaian > 10 menit (inspeksi, palpasi, auskultasi)
b. Terhentinya sirkulasi, penilaian 15 menit, nadi karotis tidak teraba.
c. Kulit pucat, dapat juga terjadi pada spasme agonal
d. Pembuluh darah retina bersegmentasi, beberapa menit pasca kematian.
Tanda –tanda kepastian kematian :
a. Rigor Mortis
Kekakuan tubuh setelah 2-4 jam mati karena kekurangan ATP
(Adenoside triposphate) yang tidak dapat disentesa akibat
berkurangnya glikogen dalam tubuh. Proses rigor mortis dimulai
dari organ involunter, kepala, leher, tubuh, dan ekstremitas. Maka
dari itu mayat harus diletakkan telentang, mulut dan kelopak
tertutup sebelum rigor mortis terjadi dan akan berakhir 96 jam
kematian.
b. Algor mortis
Penurunan suhu tubuh berlahan - lahan setelah sirkulasi dan
hypothalamus tidak berfungsi. kulit kehilangan elastisitannya dan
mudah terbuka.
c. Post mortem decomposition
Setelah system sirkulasi hilang, kulit menjadi biru kehitaman
karena sel-sel sudah rusak dan terjadi pelepasan Hb. Untuk
memperlambat dengan ditaruh diruang suhu rendah atau dibalsam
(diawetkan)
7. PEMENUHAN KEBUTUHAN KLIEN MENJELANG KEMATIAN
a. Kebutuhan jasmaniah. Kemampuan toleransi terhadap rasa sakit berbeda
pada setiap orang. Tinadakan yang memungkinkan rasa nyaman bagi klien
lanjut usia (misalnya: sering mengubah posisi tidur,perawatan fisik)
b. Kebutuhan emosi. Untuk menggambarkan ungkapan sikap dan perasaan
klien lanjut usia dalam menghadapi kematian
1. Mungkin klien lanjut usia mengalami ketakutan yang hebat (ketakutan
yang timbul akibat menyadari bahwa dirinya tidak mampu mencegah
kematian)
2. Mengkaji hal yang diinginkan penderita selama
mendampinginya.Misalnya,lanjut usia ingin memperbincangkan
tentang kehidupan dimasa lalu dan kemudian hari. Bila pembicaraan
tersebut berkenan,luangkan waktu sejenak. Ingat,tidak semua orang
senang membicarakan kematian.
c. Mengkaji pengaruh kebudayaan atau agama terhadap klien.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pengkajian keadaan,kebutuhan,dan masalah kesehatan/keperawatan pasien
khususnya. Sikap pasien terhadap penyakitnya,antara lain apakah pasien tabah
terhadap penyakitnya,apakah pasien menyadari tentang keadaanya ?
1. Perasaan takut.
Kebanyakan pasien merasa takut terhadap rasa nyeri yang tidak
terkendalikan yang begitu sering diasosiasikan dengan keadaan sakit
terminal,terutama apabila keadaan itu disebabkan oleh penyakit yang ganas.
Perawat harus menggunakan pertimbangan yang sehat apabila sedang
merawat orang sakit terminal. Perawat harus mengendalikan rasa nyeri pasien
dengan cara yang tepat.
Perasaan takut yang muncul mungkin takut terhadap rasa
nyeri,walaupun secara teori,nyeri tersebut dapat diatasi dengan obat
penghilang nyeri,seperti aspirin,dehidrokodein,dan dektromoramid. Apabila
orang berbicara tentang perasaan takut mereka terhadap maut,respons mereka
secara tipikal mencakup perasaan takut tentang hal yang tidak jelas,takut
meninggalkan orang yang dicintai,kehilangan martabat,urusan yang belum
selesai.
Kematian merupakan berhentinya kehidupan. Semua orang akan
mengalami kematian tersebut. Dalam menghadapi kematian ini,pada
umumnya orang merasa takut dan cemas. Ketakutan dan kecemasan terhadap
kematian ini dapat membuat pasien tegang dan stress
2. Emosi.
Emosi pasien yang muncul pada tahap menjelang kematian,antara
lainmencela dan mudah marah
3. Tanda vital.
Perubahan fungsi tubuh sering kali tercermin pada suhu badan,denyut
nadi,pernafasan dan tekanan darah. Mekanisme fisiologis yang mengaturnya
berkaitan satu sama lain. Setiap perubahan yang berlainan dengan keadaan
yang normal dianggap sebagai indikasi yang penting untuk mengenali
keadaaan kesehatn seseorang
4. Kesadaran .
kesadaran yang sehat dan adekuat dikenal sebagai awas waspada,yang
merupakan ekspresi tentang apa yang dilihat,didengar,dialami,dan perasan
keseimbangan,nyeri,suhu,raba,getar,gerak,gerak tekan dan sikap,bersifat
adekuat,yaitu tepat dan sesuai.Berikut tingkatan kesadaran pasien :
a. Komposmentis :sadar penuh
b. Apatis :tidak ada perasaan/kesadaran,menurun (masa bodoh)
c. Somnolen : (kelelahan (mengantuk berat)
d. Soporus : tidur lelap patologis (tidur pulas)
e. Subkoma : (keadaan tidak sadar/hampir koma
f. Koma : keadaan pingsan lama disertai dengan penurunan daya reaksi
(keadaan tidak sadar walaupun dirangsang dengan apapun/tidak dapat
disadarkan)
5. Fungsi tubuh.
Tubuh terbentuk atas banyak jaringan dan organ. Setiap organ
mempunyai fungsi khusus.
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
DATA
1. Status system pernafasan :
a. Sesak nafas
b. Batuk
c. Sekret
Diagnose keperawatan : Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen yang
berhubungan dengan adanya penyumbatan sekret yang ditandai dengan sesak
nafas.
2. System pembuluh darah
a. Tekanan darah
b. Denyut tubuh
c. Suhu tubuh
Diagnose keperawatan : Gangguan kenyamanan yang berhubungan dengan
batuk,panas tinggi yang ditandai pasien gelisah.
3. Pernafasan
Warna wajah
Kesadaran
Diagnosa keperawatan : Gangguan kesadaran yang berhubungan dengan
dampak patologis dengan manifestasi apatis/koma
4. Sistem pencernaan
a. Susah menelan
b. Mual,muntah
c. Perih,tidak nafsu makan
d. Diare/obstipasi
e. Kembung,melena
f. Mules
Diagnose keperawatan :
1. Gangguan nutrisi sebagai dampak patologis dengan menampakan
makanan yang disajikan sring tidak habis
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang berhubungan dengan
muntah dan diare yang ditandai dengan turgor jelek,mata cekung,suhu
naik.
3. Gangguan eleminasi alvi yang berhubungan dengan obstipasi yang
ditandai beberapa hari pasien tidak defekasi.
5. Sistem perkemihan
a. Bagaimana produksi urinnya?
b. Berapa jumlahnya?
Diagnosa keperawatan : Gangguan elminasi urine yang berhubungan dengan
produksi urinenya,yang ditandai dengan jumlah urine berapa cc.
6. Persendian dan otot (pergerakan)
Kekakuan sendi dan otot
Diagnose keperawatan : Keterbatasan pergerakan yang berhubungan dengan
tirah baring lama yang ditandai dengan kaku sendi/otot
7. Kegiatan sehari-hari
a. Mandi,gosok gigi
b. Ganti pakaian
c. Defekasi dan berkemih mandiri atau bergantung penuh kepada orang lain
Diagnose keperawatan : Perubahan dalam merawat diri sendiri sebagai
dampak patologis
8. Pola tidur dan istirahat
a. Bagaimana istirahatnya?
b. Tidur malam?
c. Hal-hal yang dirasa menggangu tidur?
Gangguan keperawatan : Gangguan psikologis yang berhubungan dengan
perubahan pola seksualitas yang ditandai susah tidur,pucat,murung
9. Cemas memikirkan penyakit dan keluarga yang ada dirumah
Diagnose keperawatan :Gangguan yang berhubungan dengan memikirkan
penyakitnya dan keluarga.
C. RENCANA KEPERAWATAN
No DK TUJUAN RENCANA INTERVENSI EVALUASI1 Gangguan
kebutuhan oksigen
Kebutuhan oksigen terpenuhi
a) Menciptakan lingkungan yang sehat
b) Mengamati dan mengkaji keadaan pernapasan pasien
c) Membersihkan sekretd) Melatih pasien untuk
pernapasan
Kebutuhan oksigen dapat terpenuhi
2 Perubahan nutrisi
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Mempertahankan pemasukan makanan yang cukup
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
3 Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Keseimbangan cairan dan elektrolit terpenuhi
Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Kebutuhan cairan dan elektrolit dapat terpenuhi
4 Gangguan eliminasi alvi
Kebutuhan eleminasi (defekasi) terpenuhi
Mempertahankan kelancaran defekasi
Kebutuhan eleminasi (defekasi) dapat terpenuhi
5 Gangguan eliminasi urine
Kebutuhan eliminasi (berkemih) terpenuhi
Mempertahankan kelancaran berkemih
Kebutuhan eliminasi (berkemih) dapat terpenuhi
6 Keterbatasan gerak
Kebutuhan pergerakan (sendi dan otot) terpenuhi
Memenuhi kebutuhan gerak (mobilisasi)
Kebutuhan pergerakan dapat terpenuhi
7 Perubahan perawatan diri
Kebutuhan merawat diri terpenuhi
Membantu memenuhi kebutuhan merawat diri
Perawatan diri dapat terpenuhi
8 Gangguan pola tidur
Kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi
Ciptakan interaksi yang terapeutik, dengan memberi penjelasan kepada pasien tetang pentingnya istirahat terhadap tubuh
a) Kebutuhan istirahat tidur terpenuhi
b) Tak ada keluhan, dapat tidurc) Ekspresi bangun tidur ceria,
segar bugar
9 Kecemasan Rasa cemas hilang / berkurang
Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Rasa cemas dapat hilang atau berkurang
D. PERAWATAN PALIATIF PADA LANJUT USIA MENJELANG AJAL
Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada usia lanjut,yang menjadi
objek adalah :
1. Pasien lanjut usia (core)
2. Disusul dengan aspek pengobatan medis (cure)
3. Perawatan dalam arti yang luas (care)
Ketiga aspek tersebut saling berkaitan dan berpengaruh. Kapan ajal
menjemput,semua orang harus siap. Namun ternyata,semua orang,termasuk lanjut
usia,akan merasa syok berat saat dokter memvonis bahwa penyakit yang dideritanya
tidak bias disembuhkan atau tidak ada harapan untuk sembuh. Pada kondisi ketika
usia lanjut usia menderita sakit yang telah berada pada stadium lanjut dan “cure”
sudah tidak menjadi bagian yang dominan,”care” menjadi bagian yang paling
berperan. Salah satu alternative adalah perawatan paliatif
Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif yang meringankan beban
penderita,terutama yang tidak mungkin disembuhkan. Yang dimaksud dengan
tindakan paliatif antara lain mengurangi/menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain
serta memperbaiki aspek psikologis,social,dan spiritual
E. TUJUAN PERAWATAN PALIATIF
Tujuan perawatan paliatif adalah mencapai kwalitas hidup maksimal bagi si
sakit (lanjut usia)dan keluarganya. Perawatan paliatif hanya diberikan kepada lanjut
usia yang menjelang akhir hayatnya.tetapi juga diberikan segera setelah didiagnosis
oleh dokter bahwa lanjut usia tersebut menderita penyakit yang tidak harapan untuk
sembuh (misalnya : menderita kanker). Sebagian besar pasien lanjut usia,pada suatu
waktu akan menghadapi keadaan yang disebut “stadium paliatif”,yaitu kondisi ketika
pengobatan sudah tidak dapat menghasilkan kesembuhan. Biasanya dokter
memvonis pasien lanjut usia byang menderita penyakit yang mematikan (misalnya :
kanker,stroke,AIDS)juga mengalami penderitaan fisik,psikologis,social,cultural,dan
spiritual.
Dalam memberikan perawatan paliatif,tim tersebut harus berpijak pada pola
dasar yang digariskan oleh WHO, yaitu :
1. Meningkatkan kwalitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses yang
normal
2. Tidak mempercepat dan menunda kematian lanjut usia
3. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu
4. Menjaga keseimbangan psikologis dn spiritual
5. Berusaha agar lanjut usia yang sakit tetap aktif sampai akhir hayatnya
6. Berusaha membantu mengatasi suasana duka cita keluarga klien lanjut usia
Pola dasar tersebut harus diterapkan langkah demi langkah dengan
mengikutsertkan keluarga pasien,pemuka agama (sesuai agama
klien),relawan,pekerja social,dokter,psikolog,ahli gizi,ahli fisioterapi,ahli terapi
okupasi,dan perawat. Prinsip pemberian perawatan paliatif adalah memberikan
perawatan paripurna kepada klien lanjut usia dengan pengawasan dari tim
professional.
F. KEKHUSUSAN TIM PALIATIF
1. Profesi setiap anggota tim telah dikenal cakupan dan lingkup kerjanya
2. Para professional ini bergabung dalam satu kelompok kerja
3. Secara bersama,mereka menyusun dan merancang tujuan akhir
perawatan,melakukan langkah tujuan pendek
4. Bil;a perlu,kepemimpinan dapat terbagi diantara anggota tim,bergantung pada
kondisi yang paling diperlukan oleh pasien lanjut usia
5. Tim adalah motor penggerak semjua kegiatan pasien
6. Proses interaksi adalah kunci keberhasilan.
Pasien lanjut usia dengan penyakit berat,akan mengalami kesulitan
menyesuaikan kondisinya. Masalah berpangkal dari psikodinamis pasien dan
gangguan kapasitas dalam bentuk ekspresi kejiwaanya. Beberapa kekhususan pasien
lanjut usia dalam stdium paliatif :
1. Lanjut usia mengadahapi kondisi yang penyakitnya tidak dapat disembuhkan.
Artinya terapi yang diberikan hanya bersifat simtomatis atau paliatif (bukan
kuratif)
2. Lanjut usia cenderung mengalami kelemahan dan kerapuhan,baik fisik
maupun mental
3. Dengan demikian,kemungkinan pasein lanjut usia tidak mampu menghadapi
stress fisik dan mental yang timbul dari l;uar atau dari lingkunganya
4. Lanjut usia berada diambang kematian,yang terutama akan menimbulkan
ketakuatan dan kegelisahan,yang sudah tertentuperlu mendapat simpati dan
dukungan mental atau spiritual
5. Bila proses kematian berlangsung lama, (memakan waktu panjang),factor
etika dapat menjadi masalah yang harus diatasi
Dari uraian tersebut,factor non medisyang menjadi masalah terbesar.
Petugas/perawat,keluarga,dan kerabat terdekatyang diharapkan dapat meringankan
beban penderitaan lanjut usia. Untuk mewujudkannya,tempat yang paling tepat
adalah bila lanjut usia berada dilingkungan keluarga dirumah
Tugas tim perawatan paliatif sebagai penyeimbang dintara keduanya.
Keluarga pasien (lanjut usiayang menderita kanker) adalah subjek suasana tegang
dan stress,baik fisik maupun secara psikologis,disertai ketakutan dan kekhawatiran
kehilangan orang yang dicintainya. Dari pengalaman yang dilakukan,diperoleh hasil
bahwa sikap/kebutuhan keluarga adalah :
1. Ingin membantu lanjut usia sepenuhnya
2. Ingin mendapat informasi tentang kenatian
3. Ingin selalu bersama lanjut usia
4. Ingin mendapat kepastian bahwa pasien tetap nyaman
5. Ingin mendapat informasi tentang perkembangan lanjut usia
6. Ingin melepaskan/mencurahkan isi hati
7. Ingin mendapat dukungan dan pendampingan anggota keluarga/kerabat lain
8. Ingin diterima,mendapat bimbingan,dan dukungan dari para petugas
medis/perawat
Kelelahan fisik dan psikis pada anggota keluarga sering mengakibatkan
penurunan kwalitas pelayanan perawatan dirumah. Bila hal ini terjadi,sebaiknya
untuk sementara waktu lanjut usia “dititipkan” dirumah sakit,member kesempatan
kepada keluarga untuk beristirahat. Dukungan pada keluarga saat masih sulit sangat
penting,yaitu :
1. Pada saat perawatan
2. Pada saat mendekati kematian
3. Pada saat kematian
4. Pada saat masa berduka
Beban kesulitan dirasa berat bila lanjut usia dirawat. Namun,hal tersebut akan
menimbulkan keseimbangan bila lanjut usia telah meninggal dan adanya rasa puas
karena keluarga telah member sesuatu yang paling berharga bagi lanjut
usia,termasuk,kehangatan keluarga. Kedekatan dengan lanjut usia akan tetap
berkesan bagi keluarga yang ditinggalkan
Hal yang terakhir ini terungkap pada saat kunjungan masa duka oleh anggota
tim perawatan paliatif. Silaturahmi dapat berlanjutdalam bentuk kesediaan keluarga
lanjut usia sebagai relawan. Dapat disimpulkan bahwa perawatan tim paliatif
merupakan suatu proses perawatan yang cukup kompleks. Pendekatan holistic
(menyeluruh) terhadap lanjut usia dengan mengikutsertakan keluarga lanjut usia akan
menyentuh factor fisik,psikis,social,spiritual,dan budaya pasien.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Asuhan keperawatan gerontik merupakan salah satu bagian dari asuhan
keperawatan yang diberikan kepada individu lansia atau sekleompok keluarga lansia
dalam konteks peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan yang diberikan
secara profesional.
Dalam konteks keperawatan gerontik yang dilaksanakan diSTIKES Ngudi
Waluyo Ungaran dari tanggal 16 April 2012, mahasiswa diberikan tanggung jawab
untuk membina satu orang klien lansia yang memiliki masalah kesehatan terminal
yaitu asuhan keperawatan dengan lansia menjelang ajal (terminal) dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan dimulai dari tahap pengkajian sampai
pada tahap evaluasi guna mengetahui perkembangan kesehatan klien lansia secara
komprehensif.
WHO menggolongkan lansia berdasarkan kronologi / biologis menjadi 4
kelompok yaitu usia pertengahan (Middle age ) usia antara 45-59 tahun.lanjut usia
(elderly) antara 60-74 tahun,lanjut usia tua (old) berusia 75-90 tahun dan usia sangat
tua (very old) lebih dari 90 tahun.
Dying / menjelang ajal adalah bagian dari kehidupan yang merupakan proses
menuju akhir (kematian).
B. SARAN
1) Sebagai mahasiswa keperawatan diupayakan agar seoptimal mungkin
menerapkan konsep asuhan keperawatan secara komprehensif dalam
melaksanakan pasien lansia dengan keadaan terminal,guna meningkatkan
fungsi dan peran lansia dalam menghadapi tahap-tahap kematian dengan
keadaan terhormat dan damai.
2) Bagi mahasiswa sendiri
Untuk lebih meningkatkan pemahaman dan pengetahuan guna
mnegembangkan konsep asuhan keperawatan gerontik dalam
pengaplikasiaannya kepada klien sebagai target.
3) Bagi pembimbing Akademik
Agar seoptimal mungkin mengupayakan kehadiran serta bimbingannya
guna membantu mahasiswa menjalani proses praktek keperawatan
gerontik dengan lebih baik sesuai target pencapaian yang ingin diraih.
4) Kritik dan saran dari pembimbing,dan pembaca kami selaku penulis
membuka selebar-lebarnya guna penyempurnaan makalah kami.
DAFTAR PUSTAKA
Aru W sudoyo,dkk.2006.Ilmu penyakit dalam,Ed IV.Jakarta : Fakultas kedokteran
Universitas Indonesia
Azizah ma’riatul Lilik.2001.Keperawatan lanjut usia. Surabaya : Graha ilmu
Maryam,dkk.2008.Mengenal usia lanjut dan perawatannya.Jakarta : Salemba
medika.
Tamher,dkk.2009.Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan asuhan
keperawatan.jakarta : Salemba medika.
Nugroho.2006.Gerontik dan geriatrik,Edisi 3. Jakarta : EGC