30
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telah lama diketahui bahwa status tiroid pada janin dan neonatus secara bermakna berdampak jangka lama pada tingkah laku, fungsi lokomotor, bicara, pendengaran, dan kognitif. Kelambatan mengembalikan ke fungsi tiroid normal pada janin dan neonatus, dapat menyebabkan kerusakan otak yang menetap, namun bila diberikan pengobatan secepatnya setelah diagnosis dini, dapat mengembalikan perkembangan otak dalam rentang normal. Namun demikian, masih terdapat kelainan yang ringan pada bicara, visual, dan IQ yang lebih rendah di kemudian hari dibandingkan dengan kontrol yang eutiroid. Jadi perkembangan otak sangat peka terhadap hormon tiroid, tidak hanya pada saat janin dan periode neonatal, namun juga setelahnya. Perkembangan area yang berbeda pada susunan syaraf pusat, berhubungan dengan waktu dan lamanya defisiensi hormon tiroid, hal ini mendukung bahwa ada “periode kritis” pada bagian dari otak yang sangat peka terhadap suplai hormon tiroid. Disfungsi tiroid autoimun umumnya menyebabkan hipertiroidisme dan hipotiroidisme pada wanita hamil. Kelainan endokrin ini sering terjadi pada wanita muda dan dapat mempersulit kehamilan, demikian pula sebaliknya. 1

Askep Hipertiroid Dalam Kehamilan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

askep hipertiroid

Citation preview

Page 1: Askep Hipertiroid Dalam Kehamilan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Telah lama diketahui bahwa status tiroid pada janin dan neonatus secara bermakna

berdampak jangka lama pada tingkah laku, fungsi lokomotor, bicara, pendengaran, dan

kognitif. Kelambatan mengembalikan ke fungsi tiroid normal pada janin dan neonatus,

dapat menyebabkan kerusakan otak yang menetap, namun bila diberikan pengobatan

secepatnya setelah diagnosis dini, dapat mengembalikan perkembangan otak dalam

rentang normal. Namun demikian, masih terdapat kelainan yang ringan pada bicara,

visual, dan IQ yang lebih rendah di kemudian hari dibandingkan dengan kontrol yang

eutiroid. Jadi perkembangan otak sangat peka terhadap hormon tiroid, tidak hanya pada

saat janin dan periode neonatal, namun juga setelahnya. Perkembangan area yang

berbeda pada susunan syaraf pusat, berhubungan dengan waktu dan lamanya defisiensi

hormon tiroid, hal ini mendukung bahwa ada “periode kritis” pada bagian dari otak

yang sangat peka terhadap suplai hormon tiroid.

Disfungsi tiroid autoimun umumnya menyebabkan hipertiroidisme dan

hipotiroidisme pada wanita hamil. Kelainan endokrin ini sering terjadi pada wanita

muda dan dapat mempersulit kehamilan, demikian pula sebaliknya. Penyakit

Gravesterjadi sekitar lebih dari 85% dari semua kasus hipertiroid. Prevalensi

hipertiroidisme saat kehamilan bervariasi dari 0,1% - 0,4%. Penyakit Graves merupakan

penyebab terbanyak (85%). Penyebab lain adalah “single toxic adenoma”, goiter toksik

multinoduler, dan sub akut tiroiditis, sedangkan penyebab yang sangat jarang adalah

pemberian hormon tiroid eksogen dan mola hidatidosa.

Kelainan tiroid merupakan kelainan tersering kedua yang ditemukan selama

kehamilan. Berbagai perubahan hormonal dan metabolik terjadi selama kehamilan,

menyebabkan perubahan kompleks pada fungsi tiroid maternal. Hipertiroid adalah

kelainan yang terjadi ketika kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan

dari kebutuhan tubuh.

1

Page 2: Askep Hipertiroid Dalam Kehamilan

Oleh karena itu, penting untuk memeriksa fungsi tiroid pada ibu hamil terutama

pada awal kehamilan bila didapatkan kecurigaan gangguan tiroid.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah definisi dari kehamilan dengan hipertiroid?

2. Apa saja etiologi kehamilan dengan hipertiroid?

3. Bagaimana manifestasi klinis kehamilan dengan hipertiroid?

4. Apa saja pemeriksaan diagnostik pada kehamilan dengan hipertiroid?

5. Bagaimana patifisiologi kehamilan dengan hipertiroid?

6. Bagaimana penatalaksaan pada klien kehamilan dengan hipertiroid?

7. Bagaimanakah prognosis dari kehamilan dengan hipertiroid?

8. Apa saja komplikasi dari penyakit kehamilan dengan hipertiroid?

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat memahami konsep teori kehamilan dengan hipertiroid dan

patofisiologinya.

1.3.2. Tujuan Khusus

Menjelaskan konsep dasar dari kehamilan dengan hipertiroid, antara lain:

1. Menjelaskan definisi dari kehamilan dengan hipertiroid

2. Menjelaskan etiologi dari kehamilan dengan hipertiroid

3. Menjelaskan manifestasi klinis dari kehamilan dengan hipertiroid

4. Menyebutkan pemeriksaan diagnostik dari kehamilan dengan hipertiroid

5. Menjelaskan patofisiologi kehamilan dengan hipertiroid

6. Menjelaskan penatalaksanaan dari kehamilan dengan hipertiroid

7. Menyebutkan komplikasi dari kehamilan dengan hipertiroid.

1.4. Manfaat

1. Mendapatkan pengetahuan tentang kehamilan dengan hipertiroid

2. Memahami dan memenuhi kebutuhan penderita kehamilan dengan hipertiroid

2

Page 3: Askep Hipertiroid Dalam Kehamilan

3. Meningkatkan soft skill sebagai perawat profesional untuk memenuhi kebutuhan

dasar penderita kehamilan dengan hipertiroid dalam proses penyembuhan.

3

Page 4: Askep Hipertiroid Dalam Kehamilan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi

Menurut Martin A. Walter, hipertiroid adalah kondisi umum yang berkaitan

dengan meningkatnya morbiditas dan mortalitas, khususnya yang disebabkan oleh

komplikasi kardiovaskuler. Sebagian besar disebabkan oleh penyakit graves, dengan

nodul toksik soliter dan goiter multinodular toksik menjadi bagian pentingnya

walaupun dengan frekuensi yang sedikit.

2.2. Etiologi

Penyakit Graves merupakan kelainan autoimun kompleks dengan tanda

tirotoksikosis, oftalmopati (lid lag, lid retraction, dan eksoftalmus), dan dermopati

(miksedema pretibial). Hal ini dimediasi oleh immunoglobulin yang merangsang tiroid.

Telah diamati pada pasien dengan riwayat penyakit Graves di mana cenderung terjadi

remisi pada kehamilan dan relaps kembali setelah bersalin. Etiologi neonatal

hipertiroidisme karena penyakit Graves disebabkan karena perlintasan antibody reseptor

tirotropin (TSH)/TSHR-Abs transplasenta, yang menyerupai kerja TSH dalam

menstimulasi fungsi dan pertumbuhan tiroid.

Selain penyakit Graves, hipertiroid dalam kehamilan juga dapat disebabkan

oleh hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum ditandai dengan ditemukannya

gejala muntah berlebihan pada awal kehamilan yang menyebabkan ketidakseimbangan

elektrolit dan dehidrasi. Pemeriksaan biokimia pada pasien ini menunjukkan

hipertiroksinemia, dengan peningkatan konsentrasi T4 serum dan penurunan konsentrasi

TSH serum yang ditemukan pada sebagian besar wanita hamil. Pemeriksaan TSH serum

membantu untuk membedakan hiperemesis yang berhubungan dengan hipotiroksinemia

dan kemungkinan penyebab lainnya. Hipertiroksinemia ringan biasanya bersifat

sementara, menurun pada kehamilan minggu ke-18 tanpa terapi antitiroid. Namun,

hipertiroksinemia yang signifikan disertai dengan peningkatan T4 bebas dan TSH yang

rendah, dan penemuan klinik hipertiroid, memerlukan terapi obat antitiroid.

4

Page 5: Askep Hipertiroid Dalam Kehamilan

2.3. Manifestasi Klinis

Pasien dengan penyakit Grave neonatal sering lahir prematur. Bila ibu

mendapat obat antitiroid, yang dapat mudah melintas plasenta, bayi tersebut dapat

asimtomatik selama beberapa hari pertama kehidupan sampai obat tersebut hilang dari

sirkulasi bayi. Dengan demikian, semua bayi yang lahir dari ibu dengan penyakit

Graves harus diamati secara ketat terhadap tanda-tanda tirotoksikosis paling sedikit

minggu pertama kehidupan postnatal. Goiter atau exopthalmus merupakan gambaran

yang jarang pada tirotoksikosis neonatal, meskipun demikian goiter yang besar dapat

menyebabkan gangguan napas terjadi akibat sekunder dari dosis PTU yang berlebihan

pada ibu. Yang lebih sering terjadi, pasien mengalami takikardi dan distress

pernapasan. Gejala hipermetabolik dapat mengakibatkan gagal jantung. Gejala lain

adalah hiperkinesis, gelisah, diare, dan penambahan berat badan yang buruk meskipun

asupan kalori meningkat. Maturasi tulang dipercepat dan dapat menimbulkan

kraniosinostosis prematur. Gambaran umum pada pasien tersebut meliputi ikterus,

pitting edema, hepatosplenomegali, trombositopenia, pembesaran sistem

retikuloendotelial, sindrom hiperviskositas, dan ventrikular ekstrasistol.

a. Pasien hipertiroidisme biasanya mengeluh hilangnya konsentrasi, cemas, dan

emosi yang labil

b. Tremor, intoleransi panas, keringat berlebih, palpitasi, dan defekasi berlebihan

c. Dapat juga merasa kesulitan naik tangga, yang merupakan tanda lemahnya otot

bagian proksimal

d. Beberapa pasien mengeluh lehernya menjadi lebih besar daripada sebelumnya.

Perubahan ini disebabkan oleh membesarnya kelenjar tiroid.

2.4. Pemeriksaan Diagnostik

Bilamana dicurigai titer antibodi tinggi, maka harus dilakukan pemeriksaan

USG pada janin.

Bila dicurigai hipertiroidisme neonatal, harus diperiksa sedini mungkin kadar

tiroksin bebas (T4 bebas), T3 RIA dan TSH, pada pasien hipertiroidisme neonatal

terjadi peningkatan menyolok kadar T3 RIA dan T4, pada keadaan yang jarang, terjadi

5

Page 6: Askep Hipertiroid Dalam Kehamilan

peningkatan T3 sedangkan kadar T4 hanya meningkat sedikit atau normal. Pemeriksaan

radiologik maturasi tulang sering memperlihatkan penambahan usia tulang janin.

Pasien dengan penyakit Graves hampir selalu memiliki hasil pemeriksaan TSIs

yang positif. Pemeriksaan TSI ini sebaiknya diukur pada trimester ketiga. Nilai TSI

yang tinggi sering dihubungkan dengan tirotoksikosis fetus. Antibodi antimikrosomal

jika memungkinkan perlu juga diperiksa karena wanita yang memiliki hasil positif

pada kehamilan atau sesaat setelah persalinan memiliki resiko berlanjut ke penyakit

tiroidistis postpartum.

Hipertiroid Gestasional

Penyebab Gejala Tanda Laboratorium Keterangan

Penyakit

Graves

- Intoleran

pada panas

- berat badan

- Palpitasi

- keringat

- Takikardi >

100

- curah

jantung

- tekanan

nadi

- Bising

sistolik

- Oftalmopati

– dermopati

- T4, FT4

- TSH

(ditekan)

- (+)

antitiroid

antibodi

- Remisi

selama

kehamilan

- Postpartum

flare

Hipereme-sis

gravidarum

- Mual/muntah

yang dalam

- berat badan

- Keadaan

eutiroid

- Dehidrasi

- T4, FT4

normal

atau sedikit

- Tidak jelas

peningka-

tan T4

kecuali

hCG >

50.000

IU/L

- TSH

Sembuh dalam

18 minggu

tanpa terapi

6

Page 7: Askep Hipertiroid Dalam Kehamilan

minimal

- bhCG

- Ketonuria,

elektrolit

tidak

seimbang,

kelainan

hati, dan

ginjal

Kehamilan

mola

- Mual/muntah

- Perdarahan

trimester

pertama

- Toksemia

- Tidak ada

perkemba-

ngan bayi

- T4, FT4

- TSH

(ditekan)

- bhCG

- Evakuasi

- Hipertiroid

menghilang

sejalan

dengan

normalnya

bhCG

Tabel 1. Diagnosis Banding Hipertiroid dalam Kehamilan

2.5. Patofisiologi

a. Human Chorionic Gonadotropin (hCG)

Human chorionic gonadotropin (hCG) merupakan hormon peptid yang

bertanggung jawab untuk produksi progesteron dalam konsentrasi yang adekuat pada

awal kehamilan, sampai produksi progesteron diambil alih oleh plasenta yang sedang

berkembang. Konsentrasi hCG meningkat secara dramatis selama trimester pertama

kehamilan dan menurun secara bertahap setelahnya. Secara struktural, peptide hCG

terdiri atas dua rantai, sebuah rantai α dan rantai β, dimana rantai α dari hCG identik

dengan struktur yang membentuk TSH. Struktur yang homolog ini menjadikan hCG

mampu merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid, namun tidak

sekuat TSH.

b.  Ekskresi Iodin Selama Kehamilan

Konsentrasi iodine plasma mengalami penurunan selama kehamilan, akibat

peningkatan filtrasi glomerulus (GFR). Peningkatan GFR menyebabkan meningkatnya

7

Page 8: Askep Hipertiroid Dalam Kehamilan

pengeluaran iodine lewat ginjal yang berlangsung pada awal kehamilan. Ini

merupakan faktor penyebab turunnya konsentrasi iodine dalam plasma selama

kehamilan. Kompensasi dari kelenjar tiroid dengan pembesaran dan peningkatan

klirens iodin plasma menghasilkan hormon tiroid yang cukup untuk mempertahankan

keadaan eutioroid. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa pembesaran kelenjar

tiroid adalah hal yang fisiologis, merupakan kompensasi adaptasi terhadap

peningkatan kebutuhan iodin yang berhubungan dengan kehamilan.

c. Thyroxine Binding Globulin

Peningkatan TBG menyebabkan peningkatan ikatan tiroksin, yang merupakan

faktor ketiga yang mempengaruhi fungsi tiroid selama kehamilan. Hormon tiroid

dalam serum diangkut oleh tiga protein, yaitu thyroxine binding globulin (TBG),

albumin, dan thyroxine binding prealbumin (TBPA) atau transtiretin. Dari ketiga

protein tersebut, TBG memiliki afinitas yang lebih tinggi terhadap tiroksin. Pada

pasien tidak hamil, sekitar 2/3 dari hormon tiroksin diikat oleh TBG. Pada kehamilan

normal, terjadi peningkatan dari konsentrasi TBG sekitar dua kali lipat dari normal

selama kehamilan sampai 6-12 bulan setelah bersalin. Hal ini menggambarkan

peningkatan kadar hormon tiroksin total (TT4) pada semua wanita hamil, namun kadar

tiroksin bebas (FT4) dan indeks tiroksin total (FTI) normal. Untuk menjamin

kestabilan kadar hormon bebas, mekanisme umpan balik merangsang pelepasan TSH

yang bekerja untuk meningkatkan pengeluaran hormon dan menjaga kestabilan

hemostasis kadar hormon bebas. Peningkatan konsentrasi TBG merupakan efek

langsung dari meningkatnya kadar estrogen selama kehamilan.

Estrogen merangsang peningkatan sintesis TBG, memperpanjang waktu paruh

dalam sirkulasi, dan menyebabkan peningkatan konsentrasi TBG serum. Estrogen juga

merangsang hati untuk mensintesis TBG dan menyebabkan penurunan kapasitas

TBPA. Pada akhirnya, proporsi hormon tiroksin dalam  sirkulasi yang berikatan

dengan TBG meningkat selama kehamilan, dan dapat mencapai 75%. Kadangkala

perubahan hormonal ini dapat membuat pemeriksaan  fungsi tiroid selama kehamilan

sulit diinterpretasikan.

2.6. Penatalaksanaan

1. PTU (Prophylthiouracyl)

8

Page 9: Askep Hipertiroid Dalam Kehamilan

Suatu rencana penatalaksanaan yang logis adalah memulai terapi dengan PTU, yang

merupakan agen gitrogenik, dalam dosis yang cukup tinggi untuk meningkatkan kadar

FT4 dalam rentang hipertiroid ringan dan kemudian menurunkan dosis secara bertahap.

Dosis 50-100 mg/ hari dengan waktu paruh obat 3 jam. Dosis 100 mg/ hari digunakan

jika kadar T3 dan T4 lebih dari 10 kali lipat dari normal. Jika dosis melebihi 300 mg/

hari, maka tiroidektomi parsial perlu dipertimbangkan dengan serius. Kontraindikasi

PTU untuk kehamilan terutama pada trimester ketiga dapat menyebabkan kematian

bayi.

Ketika ibu mengonsumsi obat ini, harus dilakukan pemeriksaan kadar FT4 (Free

Tiroksin) dan TSHs setiap 2 minggu. Bila FT4 sudah normal, obat harus segera

dihentikan. Jika kadar FT4 normal, pengecekan kadar FT4 dilakukan sebulan sekali

sampai ibu melahirkan.

Pemberian tiroksin bersama dengan PTU tidak efektif karena tiroksin tidak dapat

melewati plasenta sedangkan PTU dapat melewati plasenta secara bebas. Hal ini akan

mengakibatkan hipotiroidisme pada janin dan malah akan meningkatkan dosis PTU.

2. B-complex

Digunakan untuk mengatasi hipermetabolisme.

3. Propanolol

Merupakan jenis beta adrenergic blocker. Digunakan untuk meringankan gejala

kardiovaskuler pada ibu namun dapat berakibat:

a. Bradikardia janin/ neonatal

b. Keterlambatan/ gangguan pertumbuhan janin

c. Persalinan prematur/ keguguran pada awal kehamilan

d. Depresi pernapasan neonatus

e. Hipoglikemia

4. Tiroidektomi parsial/total

9

Page 10: Askep Hipertiroid Dalam Kehamilan

Dilakukan khususnya pada trimester kedua. Merupakan suatu prosedur yang relatif

aman di luar risiko persalinan prematur.

5. Karbimasol

Obat ini sebagian besar berikatan dengan protein dan sedikit disekresikan melalui ASI,

maka penggunaanya relatif lebih disukai.

6. Yodium radioaktif

Sangat dikontraindikasikan karena dapat menyebabkan goiter yang sangat besar pada

janin. Terapi ini merupakan kontraindikasi kecuali sebagai terapi akut untuk mencegah

badai tiroid sebelum pembedahan.

2.7 Prognosis

Hipertiroidisme tanpa pengobatan yang adequat akan mengakibatkan abortus,

bayi lahir prematur (11,25%), bayi lahir dengan berat badan rendah, toksemia dan

krisis tiroid pada saat persalinan. Penyakit tiroid ditemukan pada 2-5 % wanita dan 1-2

% dari seluruh wanita yang berada dalam kelompok usia reproduktif. Masalah tiroid

tidak jarang ditemukan menjadi masalah dalam kehamilan. Penyakit Grave’s timbul

0,2 % dalam kehamilan dan kejadian neonatal yang dilahirkan dengan hipertiroid

hanya 1 % dari ibu yang menderita hipertiroid.

2.8 Komplikasi

Risiko komplikasi pada janin dan anak berhubungan dengan lama penyakit dan

kontrol hipertiroidisme pada ibu. Insiden yang tinggi terjadi pada ibu dengan kontrol

yang jelek dan insiden yang rendah terjadi pada ibu dengan pengobatan yang adekuat.

1. Prematur

a. Prematur 88%, pada ibu yang tidak mendapatkan pengobatan

b. Prematur 25%, pada ibu dengan pengobatan yang tidak adekuat

c. Prematur 8%, pada ibu yang mendapat pengobatan adekuat

2. Lahir mati

a. Lahir mati 50%, pada ibu yang tidak mendapatkan pengobatan

b. Lahir mati 16%, pada ibu dengan pengobatan yang tidak adekuat

c. Lahir mati 0%, pada ibu yang mendapat pengobatan adekuat

10

Page 11: Askep Hipertiroid Dalam Kehamilan

3. Abortus dini

4. Bila ibu secara klinis biokimia eutiroid, tetapi dia masih mempunyai TSHR-Ab

yang dapat melalui plasenta, maka hal itu akan berpengatih pada bayi. Pengaruhnya

yaitu:

a. Retardasi pertumbuhan janin

b. Lahir mati

c. Penyakit Graves' pada janin (Graves neotarum)

d. BBLR

5. Cacat/ kelainan bawaan

a. 3% pada ibu yang mendapatkan pengobatan dengan PTU

b. 2,7% pada ibu yang mendapatkan pengobatan dengan karbimasol

6. Hipertiroidisme pada janin/ bayi baru lahir, terjadi pada 1% kehamilan karena

komplikasi penyakit Graves aktif atau penyakit Graves yang sebelumnya dilakukan

ablasi. Pada keduanya hipertiroidisme akibat dari TSHR-Ab ibu melalui plasenta

merangsang kelenjar tiroid janin/ bayi. Masuknya imunoglobulin dan potensi untuk

terjadinya hipertiroidisme pada janin, secara klinis bermakna pada akhir trimester

kedua.

7. Tirotoksikosis neonatal, terjadi jika ibu menderita penyakit Graves.

8. Preeklamsia yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi dan masalah dengan organ

tubuh lain termasuk ginjal.

9. Peningkatan detak jantung abnormal pada janin.

11

Page 12: Askep Hipertiroid Dalam Kehamilan

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 CONTOH KASUS

Ny. S berusia 35 tahun terdiagnosa hipertiroid empat bulan setelah kelahiran anak

keduanya. Klien menerima perawatan dengan obat antitiroid selama enam bulan. Pada

kehamilannya yang ketiga klien mengeluh sering berdebar-debar pada usia kehamilan 16

minggu. Meskipun klien mengalami gejala-gejala pada kehamilan sebelumnya, tapi gejala

saat ini jauh lebih buruk. Klien

Klien ditemukan sangat hipertiroid, dengan peningkatan konsentrasi dari serum

tiroksin bebas (51,7 pmol/l) dan triiodothyronine bebas (19,9 pmol/l) dan dengan

penekanan konsentrasi thyrotropin (TSH) (< 0,02 mU/l).

Saat dilakukan pengukuran TTV didapatkan data: Suhu = 40° C, Nadi = 80

x/menit, TD = 130/80 mmHg.

3.2 ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas

Nama Ibu: Ny. S Nama Suami: Tn. F ke: 1

Umur: 35 tahun Umur: 40 tahun

Agama: Islam Agama: Islam

Pendidikan: SMA Pendidikan: SMA

Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga Pekerjaan: swasta

Suku/Bangsa: Jawa/Indonesia Suku: Jawa

Alamat: Jl. Melati no.10 Surabaya Alamat: Jl. Melati no.10 Surabaya

Riwayat obstetric: G III P 2-2

b. Keluhan utama

Klien mengeluh sering berdebar-debar .

c. Riwayat penyakit saat ini

Klien pernah terdiagnosa hipertiroid pada empat bulan setelah kelahiran anak

keduanya dan hanya mendapatkan obat antitiroid selama enam bulan. Pada 12

Page 13: Askep Hipertiroid Dalam Kehamilan

kehamilannya yang ketiga klien mengeluh palpitasi, keringat berlebihan dan

intoleransi panas pada usia kehamilan 16 minggu. Meskipun klien mengalami

gejala-gejala tersebut pada kehamilan sebelumnya, tetapi gejala saat ini jauh lebih

buruk.

d. Riwayat penyakit dahulu

Klien pernah terdiagnosa hipertiroid pada empat bulan setelah kelahiran anak keduanya dan hanya mendapatkan obat antitiroid selama enam bulan.

e. Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada yang sakit seperti klien

f. Riwayat menstruasi

Menarche usia: 13 tahun siklus: 30 hari

Banyaknya: 2-3 pembalut per hari lamanya: 7 hari

HPHT: 9 / 7 / 2010

g. Riwayat KB

Klien menggunakan KB suntik 3 bulan sejak anak kedua lahir selama 1 tahun.

h. Pemeriksaan fisik

B1: Hiperventilasi

B2: Palpitasi, akral panas, basah dan merah

B3: Iritabilitas

B4: -

B5: BB menurun, anoreksia, diare, mual dan muntah

B6: Intoleransi panas, keringat berlebih

i. Analisis data

Data Etiologi Masalah Keperawatan

DS : klien

mengeluh berat

badan tidak

kunjung meningkat

DO : Berat badan

turun, turgor kulit

buruk.

Peningkatan BMR

peristaltik meningkat

diare perubahan

nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

Perubahan nutrisi

kurang dari kebutuhan

tubuh.

13

Page 14: Askep Hipertiroid Dalam Kehamilan

DS : ibu mengeluh

badan panas dan

banyak berkeringat

DO : Suhu = 40° C,

Nadi = 80 x/menit

TD = 130/80

mmHg

Hipermetabolisme

intoleransi panas

keringat berkebih

hipertermi

Hipertermi

DS : klien merasa

kelelahan

DO : klien terlihat

lemah terbaring di

tempat tidur,

mobilisasi minimal

Peningkatan kecepatan

metabolisme

ketidakseimbangan

suplai oksigen

intoleransi aktivitas

Intoleransi aktivitas

DS : -

DO : emosi klien

tidak stabil

Kadar hormon tiroid meningkat rangsangan sistem syaraf simpatis meningkat perubahan proses pikir

Perubahan proses pikir

2. Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d diare, mual, nyeri abdomen dan

peningkatan BMR ditandai dengan BB turun, diaphoresis.

2. Hipetermia b.d status hipermetabolik ditandai dengan panas

3. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan

karena peningkatan kecepatan metabolisme dan intoleransi terhadap panas ditandai

dengan kelemahan

4. Perubahan proses pikir b.d peningkatan rangsangan sistem saraf simpatis oleh

tingginya kadar hormon tiroid ditandai dengan labil, peka terhadap rangsang,

gugup.

3. Intervensi Keperawatan

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d diare, mual, nyeri abdomen dan

peningkatan BMR ditandai dengan BB turun, diaphoresis.

14

Page 15: Askep Hipertiroid Dalam Kehamilan

Tujuan: Nutrisi adekuat

Kriteria hasil:

a. BB meningkat sampai batas yang nomal bagi pasien

b. Kadar albumin 3,5 – 5 mg/dl

c. Tidak yang dianjurkan tanpa menunjukkan ketidaknyamanan abdomen

d. Tidak mengalami diare

e. Makan diet yang dianjurkan tanpa menunjukkan ketidaknyamanan abdomen

f. Makan 3x sehari habis

g. Masukan dan haluaran seimbang.

Intervensi Rasional

a. Pantau masukan diet tinggi

kalori, tinggi protein, tinggi

karbohidrat, tinggi vitamin B

b. Tawarkan makanan dalam

jumlah kecil tapi sering dan

tambahan diantara waktu makan

c. Hindari stimulan: kopi, teh,

cola, atau makanan yang lain

yang mengandung kafein atau

teobromin yang meningkatkan

perasaan kenyang dan peristaltik

d. Pantau masukan makanan setiap

hari dan timbang BB setiap hari

serta laporkan adanya

penurunan

a. Mungkin memerlukan bantuan

untuk menjamin pemasukan zat-

zat makanan yang adekuat dan

mengidentifikasikan makanan

pengganti yang paling sesuai

b. Membantu menjaga pemasukan

kalori cukup tinggi untuk

menambahkan kalori tetap tinggi

pada penggunaan kalori yang

disebabkan oleh adanya

hipermetabolik

c. Peningkatan mortilitas saluran

cerna dapat mengakibatkan diare

dan gangguan absorbsi nutrisi

yang diperlukan

d. Penurunan BB terus menerus

dalam keadaan masukan kalori

yang cukup merupakan indikasi

kegagalan terhadap terapi

antitiroid

15

Page 16: Askep Hipertiroid Dalam Kehamilan

2. Hipetermia b.d status hipermetabolik ditandai dengan panas

Tujuan: Suhu normal 36,5oC – 37,5oC

Kriteria hasil:

a. Pasien sadar dan responsif

b. TTV dan haluaran urin normal

Intervensi Rasional

a. Berikan kompres hangat sesuai

kebutuhan

b. Gunakan pakaian dan linen

tempat tidur yang tipis

c. Pantau suhu lingkungan, batasi/

tambahkan linen tempat tidur

sesuai indikasi

a. Dapat membantu mengurangi

demam, Penggunaan air es/

alkohol dapat menyebabkan

kedinginan, peningkatan suhu

secara manual.

b. Pakaian dan linen yang tipis

dapat membantu menurunkan

demam dengan cara

mengeluarkan uap panas dari

dalam tubuh

c. Suhu ruangan/ jumlah selimut

harus diubah untuk

mempertahankan suhu mendekati

normal

3. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan

karena peningkatan kecepatan metabolisme dan intoleransi terhadap panas ditandai

dengan kelemahan

Tujuan: Aktifitas dapat dilakukan sesuai toleransi

Kriteria hasil:

a. Menyelesaikan aktifitas yang direncanakan tanpa bukti-bukti intoleran

b. Meminta bantuan hanya ketika membutuhkan

Intervensi Rasional

a. Kaji tanda vital dasar dan

tingkat aktifitas sebelumnya

a. Nadi secara luas meningkat dan

bahkan saat istirahat, takikardia

mungkin akan ditemukan

16

Page 17: Askep Hipertiroid Dalam Kehamilan

b. Dorong pasien untuk

berpartisipasi dalam memilih

periode aktifitas

c. Berikan bantuan dalam aktifitas

perawatan diri sesuai indikasi.

Selingi periode aktifitas dengan

periode istirahat

d. Hentikan aktifitas pada awal

timbulnya gejala intoleran:

dispnea, takipnea, takikardia dan

keletihan

b. Seperti jadwal meningkatkan

toleransi terhadap kemajuan

aktivitas dan mencegah kelemahan

c. Pemenuhan kebutuhan perawatan

diri pasien tanpa mempengaruhi

kebutuhan oksigen berlebih

d. Meminimalkan kelelahan dan

membantu keseimbangan suplai

dan kebutuhan oksigen

4. Perubahan proses pikir b.d peningkatan rangsangan sistem saraf simpatis oleh

tingginya kadar hormon tiroid ditandai dengan labil, peka terhadap rangsang,

gugup.

Tujuan: Tidak terjadi perubahan proses pikir

Kriteria hasil:

a. Pasien berorientasi

b. Berespon sesuai terhadap situasi dan orang

c. Menggunakan teknik reduksi stress.

Intervensi Rasional

a. Kaji proses pikir pasien, seperti

memori, rentang perhatian,

orientasi terhadap tempat,

waktu atau orang

b. Catat adanya perubahan

tingkah laku

a. Menentukan adanya kelainan pada

proses sensori

b. Kemungkinan terlalu waspada,

tidak dapat beristirahat, sensitifitas

meningkat, atau menangis, atau

mungkin mungkin berkembang

menjadi psikotik yang

sesungguhnya

17

Page 18: Askep Hipertiroid Dalam Kehamilan

c. Ciptakan lingkungan yang

tenang, turunkan stimulasi,

ruangan yang sejuk, cahaya

yang sedang. Batasi tindakan

atau pengunjung

d. Orientasikan pasien pada

tempat, orang, dan waktu

e. Berikan jam, kalender, ruangan

dengan jendela, mengatur

tingkat cahaya untuk

menstimulasi siang/ malam

f. Memberikan tindakan yang

aman seperti bantalan pada

penghalang tempat tidur,

pengikatan yang lembut,

supervisi yang ketat

c. Penurunan stimulasi eksternal

dapat menurunkan

hipersensitivitas/ reflek, peka

rangsang saraf, halusinasi

pendengaran/penglihatan

d. Membantu untuk mengembangkan

dan mempertahankan kesadaran

pada realita/ lingkungan

e. Meningkatkan petunjuk orientasi

yang kontinu untuk membantu

pasien dalam mempertahankan

perasaan yang normal

f. Mencegah trauma pada pasien yang

mengalami halusinasi/ disorientasi

18

Page 19: Askep Hipertiroid Dalam Kehamilan

BAB IV

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kehamilan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap regulasi fungsi tiroid

pada wanita sehat dan pada pasien dengan kelainan tiroid. Pengaruh ini perlu dikenali

dengan seksama, didiagnosis dengan jelas, dan diterapi dengan tepat. Kelainan fungsi

tiroid terjadi dalam 2 – 3% kehamilan, namun kelainan fungsi tiroid subklinik baik itu

hipertiroid munkin lebih banyak yang tidak terdiagnosis jika tidak diskrining lebih awal.

Kehamilan meningkatkan kecepatan metabolisme, aliran darah, denyut jantung,

curah jantung, dan beberapa gejala subyektif seperti kelelahan, dan intoleran terhadap

panas yang dapat menunjukkan kemungkinan adanya tirotoksikosis. Perubahan metabolik

lain yang juga berefek pada hipotalamus-hipofisis-tiroid adalah rangsangan langsung hCG

terhadap tiroid ibu yang kemudian berakibat peningkatan metabolisme tiroksin.

Penyebab utama tirotoksikosis dalam kehamilan di antaranya penyakit Graves dan

hipertiroid gestasional non-autoimun. Perjalanan penyakit Graves selama kehamilan

berubah-ubah, dengan kecenderungan membaik pada trimester kedua dan ketiga, dan

mengalami eksaserbasi selama masa postpartum. Perubahan ini merupakan akibat dari

supresi sistem imun selama kehamilan. Dampak buruk akibat hipertiroid dalam kehamilan

seperti resiko preeklamsia yang tinggi dan gagal jantung kongestif adalah beberapa

komplikasi yang mungkin terjadi pada pasien dengan pengendalian kondisi yang rendah.

Wanita hamil dengan hasil TSI positif atau yang sedang menggunakan obat antitiroid

sebaiknya diperiksa juga kemungkinan terjadinya kelainan fungsi tiroid pada fetus. Perlu

diingat dalam mengobati pasien hipertiroid bahwa semua obat antitiroid dapat melewati

plasenta dan dapat berefek terhadap fungsi tiroid fetus.

1.2 SARAN

Penting untuk memeriksa fungsi tiroid pada ibu hamil terutama pada awal

kehamilan bila didapatkan kecurigaan gangguan tiroid.

19

Page 20: Askep Hipertiroid Dalam Kehamilan

DAFTAR PUSTAKA

http://hidayat2.wordpress.com//askep-ibu-hamil-dengan-hypertiroid/diakses pada 31 oktober 2010 pukul 17.03

http://pediatrics-undip.com/journal/Outcome%20bayi%20dari%20ibu%20hipo%20atau%20hipertiroidisme.pdf

diakses pada 25 November 2010 pukul 21.49

http://lifestyle.okezone.com/read/2010/04/16/27/323504/bumil-awas-gangguan-tiroid

diakses tanggal 24 November 2010 pukul 20.56

http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/05/endokrinologi_kehamilan.pdf

diakses tanggal 24 November 2010 pukul 21.22

Sudoyo, Aru W. dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI

Noer, Sjaifoellah. 2002. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FK UI

20