25
BAB I HEMAPTOE A. DEFINISI Haemaptoe yang dalam bahasa Inggrisnya cough up blood , adalah istilah medis untuk kejadian batuk yang disertai dengan darah atau singkatnya “batuk darah”. Batuk darah biasanya terjadi karena adanya masalah pada system pernafasan dari mulai paru-paru sampai salurannya. Batuk darah bisa menjadi tanda akan adanya masalah kesehatan seperti infeksi, masalah para paru-paru, masalah pembuluh darah dan kehadiran sebuah kanker; sehingga batuk darah sangat membutuhkan perhatian medis. (Hood Al sagaff dkk:1995;85-86). Hemaptoe adalah batuk darah yang terjadi karena penyumbatan trakea dan saluran nafas sehingga timbul sufokal yang sering fatal. Ini terjadi pada batuk darah masif yaitu 600-1000cc/24 jam. Batuk darah pada penderita TB paru disebabkan oleh terjadinya ekskavasi dan ulserasi dari pembuluh darah pada dinding kapitas.(Hood Al sagaff dkk:1995;85-86). Hemoptisis adalah darah atau dahak berdarah yang dibatukkan berasal dari saluran pernafasan bagian bawah yaitu mulai dari glottis kearah distal, batuk darah akan berhenti sendiri jika asal robekan pembuluh darah tidak luas , sehingga penutupan luka

ASKEP HEMOPTOE

Embed Size (px)

DESCRIPTION

jghdfcb

Citation preview

Page 1: ASKEP HEMOPTOE

BAB I

HEMAPTOE

A. DEFINISI

Haemaptoe yang dalam bahasa Inggrisnya cough up blood, adalah

istilah medis untuk  kejadian batuk yang disertai dengan darah atau singkatnya

“batuk darah”. Batuk darah biasanya terjadi karena adanya masalah pada

system pernafasan dari mulai paru-paru sampai salurannya.  Batuk darah bisa

menjadi tanda akan adanya masalah kesehatan seperti infeksi, masalah para

paru-paru, masalah pembuluh darah dan kehadiran sebuah kanker; sehingga

batuk darah sangat membutuhkan perhatian medis. (Hood Al sagaff

dkk:1995;85-86).

Hemaptoe adalah batuk darah yang terjadi karena penyumbatan trakea

dan saluran nafas sehingga timbul sufokal yang sering fatal. Ini terjadi pada

batuk darah masif yaitu 600-1000cc/24 jam. Batuk darah pada penderita TB

paru disebabkan oleh terjadinya ekskavasi dan ulserasi dari pembuluh darah

pada dinding kapitas.(Hood Al sagaff dkk:1995;85-86).

Hemoptisis adalah darah atau dahak berdarah yang dibatukkan berasal

dari saluran pernafasan bagian bawah yaitu mulai dari glottis kearah distal,

batuk darah akan berhenti sendiri jika asal robekan pembuluh darah tidak luas

, sehingga penutupan luka dengan cepat terjadi . (Hood Alsagaff, 1995, hal

301)

B. ETIOLOGI

Paru-paru menerima darah dari sistim arteri paru-paru dan bronchial. 

Tekanan rendah pada sistem arteri paru-paru akan menyebabkan hemoptysis

dengan volume kecil, sementara perdarahan pada sistem arteri bronchial yang

merupakan manifestasi dari tingginya tekanan sistemik, akan menyebabkan

hemoptysis dengan volume besar dan bersifat masif.  

Berdasarkan sumber perdarahannya, penyebab hemoptysis dapat dibagi

menjadi dua, yaitu yang berasal dari paru-paru dan dari luar paru-paru. 

Berikut adalah penyebab hemoptysis yang berasal dari paru-paru:

Page 2: ASKEP HEMOPTOE

1. Bronkhitis , yang sering terjadi pada perokok aktif dan juga pasif dan

merupakan penyebab hemoptysis tersering

2. Pneumonia (radang paru-paru)

3. Tuberculosis (TBC) paru

4. Tumor dan kanker paru-paru

5. Bronchiectasis

6. Emboli paru

7. Gagal jantung congestive

8. Arteriovenous malformasi (AVM) di paru-paru

9. Penyakit autoimun seperti lupus   dan lainnya

10. Penggunaan obat-obatan antikoagulan yang berlebihan

11. Penyalahgunaan narkoba yang dihirup

12. Kecelakaan dengan trauma pada dada

Sedangkan yang hemoptysis yang berasal dari luar paru-paru dapat

disebabkan oleh:

1. Mimisan

2. Masalah lain pada hidung seperti infeksi dan polyp.

3. Muntah darah (hematemesis) di mana kemudian darah menumpuk di

trakhea lalu kemudian keluar lagi bersamaan dengan batuk.

4. Trauma pada hidung, trakhea, saluran pernafasan atas lainnya.

C. PATOGENESIS

Setiap yang terjadi pada paru akan mengakibatkan hipervakularisasi dari

cabang-cabang arteri bronkialis yang berperan untuk memberikan nutrisi pada

jaringan paru bila terjadi kegagalan arteri pulmonalis dalam melaksanakan

fungsinya untuk pertukaran gas. Terdapatnya aneurisma ramussen pada

kaverna tuberculosis yang merupakan asal dari perdarahan pada hemoptoe

masih diragukan. Teori terjadinya perdarahan akibat pecahnya aneurisma dari

ramussen ini telah lama dianut, akan tetapi beberapa laporan autopsy

membuktikan bahwa terdapatnya hipervaskularisasi bronkus yang merupakan

percabangan dari arteri bronkialis lebih banyak merupakan asal dari

perdarahan oada hemoptoe.

Page 3: ASKEP HEMOPTOE

Mekanisme terjadinya batuk darah adalah sebagai berikut :

1. Radang mukosa

Pada trakeobronkitis akut atau kronis mukosa yang kaya pembuluh darah

menjadi rapuh, sehingga trauma yang ringan sekalipun sudah cukup untuk

menimbulkan batuk darah.

2. Infark paru

Biasanya disebabkan oleh emboli paru atau invasi mikroorganisme pada

pembuluh darah, seperti infeksi coccus, virus dan infeksi oleh jamur.

3. Pecahnya pembuluh darah vena atau kapiler

Distendi pembuluh darah akibat kenaikan tekanan darah intraluminar

seperti pada dekompensasi cordis kiri akut dan mitral stenosis.

4. Kelainan membrane alveolokapiler

Akibat adanya reaksi antibody terhadap membrane, seperti pada

goodpasture’s syndrome

5. Perdarahan kapitas tuberkulosa

Pecahnya pembuluh darah dinding kavitas tuberculosis yang dikenal

dengan aneurisma Rasmussen, pemekaran pembuluh darah ini berasal dari

pembuluh darah bronchial. Perdarahan pada bronkialis disebabkan

pemekaran pembuluh darah cabang bronchial. Diduga hal ini terjadi

disebabkan adanya anastomosis pembuluh darah bronchial dan pulmonal.

Pecahnya pembuluh darah pulmonal dapat menimbulkan hemoptisis massif.

6. Invasi tumor ganas

7. Cedera dada

Akibat benturan dinding dada, maka jaringan paru akan mengalami

transudasi ke dalam alveoli dan keadaan ini akan memacu terjadinya batuk

darah.

Page 4: ASKEP HEMOPTOE

D. GEJALA KLINIS

Tanda dan gejala hemoptysis dibagi untuk menentukan penyebab dari

hemoptysis-nya.  

1. Infeksi. 

Bronkhitis, pneumonia, dan TBC paru merupakan penyebab tersering

hemoptysis. Cirinya hemoptysis akan didapati bercampur bersama sputum,

dan tanda infeksi lainnya seperti demam dan batuk-batuk.  Bila infeksi

sembuh, biasanya hemoptysis juga akan hilang dengan sendirinya.  Infeksi-

infeksi ini biasa disebabkan oleh bakteri seperti staphylococcus aureus dan

pseudomonas aeruginosa, disebabkan oleh jamur seperti spesies aspergillus,

dan oleh virus seperti influenza dan HIV.  Yang disebabkan oleh virus akan

menimbulkan gejala hemoptysis yang lebih masif 

2.  Kanker   Paru .

Merupakan kejadian kanker paling banyak pada perokok baik aktif mau

pun pasif, yang biasanya terjadi setelah usia di atas 50 tahun dan

kemungkinannya menjadi hampir 100% bila usia mereka sudah lebih dari 75

tahun. Hanya sedikit kasus kanker paru terjadi pada orang yang tidak

terpapar asap rokok. Pada stadium awal kanker paru, gejala didapati hanya

jumlah kecil darah yang terdapat pada sputum, namun seiring dengan

meningkatnya stadium, jumlah darah pun bertambah

3.Bronchiectasis.

Merupakan kejadian melebarnya saluran udara di dalam paru-paru, yang

menjadi rentan terhadap infeksi. Cirinya hemoptysis akan disertai oleh

sputum yang banyak.  Kejadiannya hemoptysis-nya hilang timbul. 

Bronchiectasis juga sering terjadi pada perokok baik aktif mau pun pasif

4.Emboli paru

Suatu kejadian yang mengancam jiwa karena tersumbatnya pembuluh

darah di paru-paru yang biasanya disebabkan oleh penyakit jantung. 

Gejalanya hemoptysis akan disertai dengan nyeri pada dada, dan kesulitan

bernafas.

5.Masalah pada jantung dan pembuluh darah

Page 5: ASKEP HEMOPTOE

Gagal jantung dapat menyebabkan tumpukan cairan paru-paru.

Terutama yang disebabkan olehkegagalan katup mitral di jantung. Gejalanya

hemoptysis akan disertai dengan sesak nafas atau kesulitan bernafas

6.Hipertensi pada vena paru-paru

Disebabkan oleh penyakit pada jantung seperti kasus gagal jantung

sistolik ventrikel kiri, yang menyebabkan tekanan tinggi pada pembuluh

darah yang keluar dari paru-paru sebelum masuk ke jantung.  Tekanan tinggi

ini dapat mencetus bocoran di paru-paru. Gejalanya akan mirip dengan

nomor 4 dan 5 di atas

7.Karena trauma dan Kecelakaan

Tanda hemoptysis-nya akan jelas karena didahului oleh adanya trauma

pada dada atau karena suatu benturan akibat kejadian kecelakaan

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium:

- Hb

- Faal homeostasis dll menurut dugaan

2. Radiologi :

- tergantung etiologi : X-photo thorak, PA Late, CT- scan

3. Pemeriksaan lain khusus :

- anamnesa : memastikan asal darah, berulang, jumlah, warna,

menahun dll

- pemeriksaan fisik : kemungkinan penyebab

- X-photo thorak : PA/Lateral, brokografi dll

- Pemeriksaan sputum bakteriologi, sitologi

- Bronkoskopi

F. KOMPLIKASI

1. Bahaya utama batuk darah adalah terjadi penyumbatan trakea dan saluran

nafas, sehingga timbul sufokasi yang sering fatal. Penderita tidak nampak

anemis tetapi sianosis, hal ini sering terjadi pada batuk darah masif (600-

1000 cc/24 jam)

2. Pneumonia aspirasi merupakan salah satu penyulit yang terjadi karena

Page 6: ASKEP HEMOPTOE

darah terhisap kebagian paru yang sehat

3. Karena saluran nafas tersumbat, maka paru bagiandistal akan kolaps dan

terjadi atelektasis

4. Bila perdarahan banyak, terjadi dalam waktu lama.

G. PENATALAKSANAAN

Tujuan Umum :

1. membebaskan jalan nafas

2. mencegah aspirasi

3. menghentikan perdarahan dan pengobatan penyakit dasar.

Konservative

1. Hemoptoe sedikit (<200ml/24jam} dapat berhenti

- Obat: codein, doveri, penyakit dasar,

- Diminta tenang, istirahat total, kalau perlu obat penenang

2. Tidur setengah duduk:

- 13-31% hemopthoe berhenti sendiri MRS 1-4 hari,

- 87 % berhenti sendiri setelah 4hari MRS

3. Infus atau transfusi

Batuk darah masif:

1. tidur trendelenburg ke arah sisi yang sakit (agar tidak aspirasi ke paru

yang sehat}

2. infuse, penghisapan darah , pengambilan bekuan

3. kolaps terapi: pnumoperitonium, pneumothoraks artifisial, operasi N.

phrenicus

Tindakan-tindakan lebih agresif

1. Rigid bronkoskopi,jalan nafas terbuka dan penghisapan darah lebih mudah

2. FOB untuk suction darah dan mencari lokasi perdarahan + dengan

endotrakeal tube. Agar FOB masuk lebih mudah

- Pasang endotrakeal tamponade (balon kateter tamponade)

- Reseksi paru dan Embolisasi bronkialis

H. PROGNOSIS

1. Hemopthoe <200ml/24jamsupportifve baik

Page 7: ASKEP HEMOPTOE

2. Profuse massive >600cc/24jamprognose jelek 85% meninggal

- Dengan bilateral far advance

- Faal paru kurang baik

- Terdapat kelainan jantung

BAB II

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. DATA DASAR PENGKAJIAN

1. Identitas

Meliputi : Nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, pendidikan, no.

registrasi, diagnosa medis, dan tanggal masuk rumah sakit

2. Keluhan utam

Biasanya pasien hemaptoe ditandai dengan sesak nafas, batuk dan berat

badan menurun

3. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Pada umumnya pasien hemaptoe sering panas lebih dari 2

minggu,sering batuk yang disertai dengan darah, anoreksia, lemah dan

berkeringat banyak pada malam hari.

b. Riwayat kesehatan lalu

Pasien mempunyai riwayat tertentu seperti penyakit jantung, TBC, dan

lain-lain

c. Riwayat kesehatan keluarga

Biasanya keluarga mempunyai riwayat penyakit menular atau tidak

menular.

d. Riwayat psikososial

Riwayat psikososial sangat berpengaruh dalam psikologis pasien dengan

timbul gejala-gejala yang dialami dalam proses penerimaan terhadap

penyakitnya, meliputi : perumahan yang padat, lingkungan yang kumuh

dan kotor, dan keluarga yang belum mengerti tentang kesehatan

4. Pola fungsi kesehatan

Page 8: ASKEP HEMOPTOE

a. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat

Biasanya klien mempunyai kebiasaan merokok, pengguna alcohol, dan

kebiasaan olah raga.

b. Pola nutrisi dan metabolism

Meliputi : nafsu makan menurun, diit khusus/suplemen, fluktuasi berat

badan dan anoreksia

c. Pola eliminasi

Biasanya klien tidak mengalami gangguan eliminasi

d. Pola istirahat dan tidur

Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur/ istirahat

e. Pola sensori dan kognitif

Biasanya klien tidak mengalami gangguan pada indera

f. Pola hubungan peran

Meliputi : hubungan pasien dengan keluarga dan masyarakat sekitar

g. Pola penanggulangan stress

Meliputi : penyebab stres, koping terhadap stres, dan pemecahan

masalah.

5. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

Keadaan penyakit, kesadaran, suhu meningkat, ndan BB menurun

b. Thorax : bentuk thorax pasien hemaptoe biasanya tidak normal(barrel

chest)

c. Paru : Bentuk dada tidak simetris, pergerakan paru tertinggal, adanya

wheezing atau ronkhi

d. Jantung : Didapatkan suara 1 dan suara 2 tambahan

e. Abdomen : biasanya terdapat pembesaran limpha dan hati

6. Pemeriksaan penunjang

a. X-foto :

- Didapatkan pembesaran kelenjar para tracheal dengan atau tanpa

adanya infiltrate

- Gambaran milier atau bercak kalsifikasi.

Page 9: ASKEP HEMOPTOE

b. Pemeriksaan sputum/bakteriologis

- Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB

- Pemeriksaan sputum dilakukan dengan cara SPS (sewaktu pagi

sewaktu)

c. Pemeriksaan mantoox test : Sebagai standar dipakai PPO SIU atau OT

0,1 mg

B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

1. Hemoragic syock berhubungan dengan batuk darah

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental

atau darah

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan keletihan, anoreksia, dispnea,

dan peningkatan metabolisme tubuh

4. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan

5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan proses penyakit

C. INTERVENSI

1. Diagnosis 1

Hemoragic syock berhubungan dengan batuk darah

a. Tujuan : pasien tidak batuk darah

b. Kreteria Hasilan : tidak terjadi hemoragik syock dan pasien tidak batuk

darah

c. Intervensi

INTERVENSI RASIONAL

1. Lakukan pendekatan pada

pasien dan keluarganya

dengan komunikasi yang baik

2. Auskultasi paru sebelum dan

sesudah batuk

3. Beri posisi setengah duduk

1. diharapkan pasien dan keluarga

kooperatif terhadap tindakan

yang akan dilakukan

2. membantu mengevaluasi

keevektifan batuk klien

3. Memungkinkan ekspansi paru

Page 10: ASKEP HEMOPTOE

4. Berikan terapi transpusi darah

5. Observasi batuk klien

6. Kolaborasi dengantim dokter

dalam pemberian terapi

lebih luas

4. untuk memenuhi kebutuhan

darah pasien

5. untuk mengetahui

perkembangan batuk pasien

6. untuk mengetahui

perkembangan batuk pasien

2. Diagnosis 2

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental

atau darah

a. Tujuan : pola napas kembali efektif.

b. Kriteria hasil :

1. Pasien mampu melakukan batuk efektif.

2. Irama, frekuensi, dan kedalaman pernapasan berada pada batasan

normal. Pada pemeriksaan rontgen dada, tidak ditemukan adanya

akumlasi cairan, dan bunyi napas terdengar jelas.

c. Intervensi

INTERVENSI RASIONAL

1. Jelaskan pada pasien dan

keluarga tentang kegunaan

batuk efektif dan terdapat

penumpukan secret di saluran

pernafasan.

2. Ajarkan pasien tentang

metode yang tepat

pengontrolan batuk

3. Anjurkan klien nafas dalam

dan perlahan saat duduk

1. pengetahuan diharapkan akan

membantu mengembangkan

kepatuhan klien terhadsp

rencana terapeutik

2. agar batuk terkontol dan tidak

menimbulkan kelelahan

3. memungkinkan ekspansi paru

lebih luas

4. memungkinkan ekspansi paru

Page 11: ASKEP HEMOPTOE

setegak mungkin

4. Anjurkan klien nafas dalam

dan perlahan saat duduk

setegak mungkin

5. Auskultasi paru sebelum dan

sesudah pasien batuk.

6. Rasionalisasi : Kolaborasi

dengan tim dokter dalam

pemberian terapi

lebih luas

5. membantu mengevaluasi

keefektifan upaya batuk klien

6. Menentukan pemberian terapi

yang tepat pada klien

3. Diagnosis 3

Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, berhubungan dengan keletihan,

anoreksia, dispnea, dan peningkatan metabolisme tubuh.

a. Tujuan : asupan (intake)nutrisi pasien terpenuhi.

b. Kriteria Hasil :

1. Pasien dapat mempertahankan status gizinya yang semula kurang

menjadi memadai.

2. Pernyataan motivasi kita untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya.

c. Intervensi

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji status nutrisi pasien,

turgor kulit, berat badan,

derajat penurunan berat

badan, integrasi mukosa

oral, kemampuan menelan,

riwayat mual atau muntah,

dan diare.

2. Anjurkan pada pasian

makan sedikit tapi sering

1. memvalidasi dan

menetapkan derajat masalah

untuk menetapkan pilihan

intervensi yang tepat.

2. Untuk meningkatkan nafsu

makan klien

3. untuk mengetahui

perkembangan status gizi

Page 12: ASKEP HEMOPTOE

3. Pantauan dan output

makanan dan timbangan

berat badan secara priodik

(sekali seminggu)

4. Lakukan dan ajarkan

perawatan mulut sebelum

dan sesudah makan, seta

sebelum dan sesudah

intervensi atau pemeriksaan

per oral.

5. Kolaborasi dengan ahli

gizi untuk menetapkan

komposisi dan jenis diet

yang tepat.

pasien

4. menurunkan rasa tak enak

karena sisa makanan, sisa

spuntum, atau obat pada

pengobatan sistem

pernapasan yang dapat

merangsang pusat muntah.

5. merencanakan  diet dengan

kandungan gizi yang cukup

untuk memenuhi

peningkatan kebutuhan

energi dan kalori,

sehubungan dengan status

hipermetabolik pasien

4. Diagnosis 4

Kecemasan yang berhubungan dengan adanya ancaman yang dibayangkan

(ketidak mampuan untuk bernapas) dan prognosi penyakit yang belum

jelas.

a. Tujuan : pasien mampu memahami dan menerima keadaannya,

sehingga tidak muncul kecemasan yang berlebihan.

b. Kreteria Hasil : Pasien terlihat mampu bernapa secara normal dan

mampu beradaptasi dengan keadannya.Respon non verbal pasien

tampak lebih rileks dan santai.

c. Intervensi

INTERVENSI RASIONAL

1. Bantu dalam 1. pemanfaatan sumber coping

Page 13: ASKEP HEMOPTOE

mengidentifikasi sumber

coping yang ada.

2. Ajarkan teknik relaksasi

3. Pertahankan hubungan

saling percaya antara

perawat dengan pasien.

4. Kaji faktor yang

menyebabkan timbulnya

rasa cemas.

5. Bantu pasien mengenali dan

mengakui rasa cemasnya.

yang ada secara konstruktif,

sangat bermanfaat dalam

mengatasi stres.

2. mengurangi ketegangan otot

dan kecemasan

3. hubungan saling ercaya

membantu memperlancar

proses terapiotik.

4. tindakan secara tepat

diperlukan dalam mengatasi

masalah yang sedang

dihadapi  pasien dan

membangun kepercayaan

dalam mengurangi

kecemasan.

5. rasa cemas merupakan efek

dari emosi, sehingga apabila

sudah teridentifikasi dengan

baik, perasaan yag

mengganggu dapat diketahu.

5. Diagnosis 5

Gangguan pola tidur berhubungan dengan proses penyakit

a. Tujuan : Klien dapat tidur malam dengan optimal

b. Kriteria Hasil :

- Melaporkan tidur malam yang optimal

- Tidak menunjukkan perilaku yang gelisah

- Wajah tidak Nampak pucat

- Membentuk pola tidur yang memberikan energy yang cukup

untuk menjalani aktifitas

c. Intervensi

Page 14: ASKEP HEMOPTOE

INTERVENSI RASIONAL

1. Pantau keadaan umum

klien dan tanda-tanda yital

2. Kaji pola tidur

3. Kaji factor yang

menyebabkan gangguan

tidur

4. Ciptakan lingkungan yang

nyaman, kurangi/hilangkan

distraksi lingkungan dan

gangguan tidur

5. Batasi pengunjung selama

periode istirahat yang

optimal

6. Minta pasien untuk

mengurangi asupan cairan

pada malam hari dan

anjurkan berkemih

sebelum tidur

7. Anjurkan/berikan

perawatan pada petang hari

(hygiene personal,linen,

dan baju tidur yang bersih )

8. Gunakan alat bantu tidur

(mis : air hangat untuk

kompres relaksasi otot,

bahan bacaan, pijat

dipunggung, music yang

lambat dll)

1. Mengetahui kesadaran

dan kondisi tubuh

normal/tidak

2. Untuk mengetahui

kemudahan dalam tidur

3. Untuk mengidentifikasi

penyebab actual dari

gangguan tidur

4. Untuk membantu

relaksasi pada saat tidur

5. Tidur akan sulit

dilakukan tanpa relaksasi

6. Frekuensi berkemih

sering di malam hari akan

mengganggu tidur

7. Meningkatkan

kenyamanan dalam tubuh

klien terkait kebersihan

diri dan

8. Membantu memudahkan

dalam me pakaiandapatkan

Page 15: ASKEP HEMOPTOE

9. Kolaborasi dengan dokter

untuk pemberian obat

tiduryang optimal

9. Pemberian obat sesuai

jadwal

DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff Hood, Abdul Mukty, (1995). Dasar – Dasar Ilmu Penyakit Paru.

Airlangga University Press. Surabaya.

Page 16: ASKEP HEMOPTOE

Amin muhammad, Hood Alsagaff. (1989). Pengantar Ilmu Penyakit Paru.

Airlangga University Press. Surabaya.

Blac,MJ Jacob. (1993). l.uckman & Sorensen’s Medical surgical Nursing A

Phsycopsicologyc Approach. W.B. Saunders Company. Philapidelpia.

Barbara Engram. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Vol. 1.

Penerbit EGC. Jakarta.

Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran

UI : Media Aescullapius Jakarta.

Sylvia Anderson Price, Lorraine McCarty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep

Klinis Proses - Proses Penyakit. EGC. Jakarta.

Yunus Faisal. (1992). Pulmonologi Klinik. Bagian Pulmonologi FKUI. Jakarta.