Upload
hidnatinmasud
View
55
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
jjj
Citation preview
BAB III
BAB IIITINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN Tn. S DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK DI IRNA C3Lt1 RSUP Dr. KARIADI SEMARANGA. Pengkajian
Pengkajian dilakukan tanggal 15 April 2008 pukul 05.00 WIB di ruang C3Lt1 (penyakit dalam) RSUP Dr. Kariadi Semarang. Data yang diperoleh yaitu dari anamnesa baik dari klien maupun keluarga klien dan melalui catatan medik yang ada.
1. Biodata
a. Identitas Klien
Nama
: Tn. S
Umur
: 61 tahun
Jenis kelamin
: laki-laki
Suku /Bangsa
: Jawa / Indonesia
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Petani
Agama
: Islam
Alamat
: Tambak rowo, Cepu
Tanggal masuk
: 14 April 2008
Diagnosa Medis
: Chronic Kidney DiseaseNo. Resgister
: 57386
b. Penanggung Jawab
Nama
: Tn. S
Umur
: 26 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Petani
Hubungan dengan klien: Anak
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Tidak bisa BAK
b. Riwayat kesehatan sekarang
4 hari sebelum masuk rumah sakit klien mengeluh tidak bisa BAK, 2 hari sebelumnya mengeluh nyeri ketika BAK. Kencing merasa tidak tuntas, urine klien berwarna kuning kemerahan dan saat BAK klien harus mengejan. Klien BAK 5 6 x /hari tetapi hanya keluar sedikit-sedikit. c. Riwayat penyakit dahulu Klien pernah BAK dengan urine keruh, klien juga pernah BAK bercampur darah dan pada saat BAK harus dengan mengejan dan terasa nyeri saat BAK.
4 tahun yang lalu klien pernah di foto rontgent di RSUD Cepu dan ternyata ada batu ginjal dan sudah di operasi di RS Cepu.
d. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga klien yang menderita penyakit Chronic Kidney Disease sebelumnya. Keluarga klien juga tidak memiliki riwayat diabetes mellitus, hipertensi dan jantung.
3. Pengkajian Pola Fungsional a. Pola pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan bahwa kesehatan sangat penting yang patut disyukuri, usaha yang dilakukan agar penyakitnya dapat disembuhkan adalah berobat ke rumah sakit Dr. Kariadi.
Apabila sakit, klien biasa mengkonsumsi obat warung dan jamu-jamuan. Klien merokok 6 batang /hari dan sering minum kopi setiap pagi satu gelas sebelum berangkat ke sawah. Klien percaya bahwa penyakit yang dideritanya dapat sembuh. b. Pola nutrisi dan metabolik
Sebelum sakit klien biasa makan 2 x sehari dengan porsi nasi, lauk, sayur dan buah serta minum air putih 1000 ml/hari serta segelas kopi setiap pagi, serta makanan kecil sebelum berangkat ke sawah, klien tidak biasa sarapan.
Selama sakit klien makan yang disediakan rumah sakit yaitu nasi lembek, sayur, lauk dan buah-buahan 3 x sehari, setara dengan diet uremi 1900 kalori 30 gr protein.
c. Pola eliminasi
1) BAB Sebelum sakit klien BAB 1 2 x sehari, yaitu pagi dengan konsistensi lembek, bau khas, warna kuning.
Selama di rawat di RSDK klien sudah BAB 1 x dengan konsistensi lembek, bau khas, warna kuning ada sedikit lendir. 2) BAK Sebelum sakit klien biasa BAK 5 6 /hari, dengan warna urine kuning jernih, bau khas.
Selama sakit klien BAK 4 5 x/hari, tetapi urine yang keluar sangat sedikit, dengan warna urine kuning kemerahan, saat BAK klien harus mengejan dan terasa nyeri, klien juga merasa tidak tuntas saat BAK.
d. Pola aktivitas Sebelum sakit, kegiatan di rumah adalah sebagai petani yang setiap pagi dan sore pergi kesawah. Selama sakit, klien tidak melakukan kegiatan rutinnya karena harus di rawat di RSDK untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan, klien mengeluh lemas dan sesak nafas apabila miring ataupun kepala klien sejajar dengan kaki. e. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit klien biasa tidur malam antara pukul 22.00 04.30 WB dan jarang tidur siang. Selama sakit klien tidur malam antara pukul 23.00 04.00 WIB dan terasa tidak pulas dan kadang tergganggu oleh sesak nafasnya yang timbul secara tiba-tiba. .
f. Pola persepsi sensori dan kognitif
Selama sakit klien merasa nyeri saat BAK dan sesak nafas. Nyeri hilang timbul, nyeri sekitar kandung kemih dan bawah punggung kiri dan kanan. Klien menahan rasa sakit dengan meringis. Klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan dan pendengaran, kemampuan kognitif klien masih bagus dan bicaranya pun masih jelas. Persepsi terhadap nyeri
P : Nyeri saat mengejan ketika BAK
Q: Nyeri seperti terbakar
R : Nyeri sekitar punggung bagian bawah kanan dan kiri dan sekitar kandung kemih.
S:Skala nyeri 7
T:Nyeri hilang timbul
g. Pola hubungan dengan orang lain
Sebelum klien sakit, hubungan klien dengan keluarga, saudara dan tetangga baik-baik saja, klien biasa bercengkrama di sawah dengan tetangga sesekali saat klien beristirahat dari aktivitas bersawahnya. Selama sakit belum ada tetangga yang menjenguk klien, namun klien senantiasa didampingi oleh istri dan anaknyah. Pola reproduksi dan seksual Sebelum sakit klien sudah tidak lagi berhubungan dengan suami istri, ketika masih muda 2 -3 x dalam 1 minggu mereka berhubungan intim. Klien adalah seorang ayah dari tiga orang anak dan kakek dari dua orang cucu. Pemahaman klien tentang fungsi seksual bahwa seksual hal yang tabu dan hanya pasangan suami istri yang tahu.
i. Pola persepsi dan konsep diri
Klien tidak merasa rendah diri dengan penyakit yang dideritanya saat ini dan berharap agar penyakit yang dideritanya cepat sembuh.
j. Pola mekanisme koping
Dalam mengambil keputusan klien selalu di bantu keluarga, karena apapun masalah harus dimusyawarahkan, upaya yang dilakukan dalam menghadapi penyakitnya sekarang ini adalah berobat dan berdoa.
k. Pola nilai keyakinanSumber kekuatan baginya adalah Allah SWT dan keluarga. Klien mengatakan bahwa pengobatan yang dijalani tidak bertentangan dengan keyakinan yang dianutnya.
4. Pengkajian fisik a. Keadaan umum : pasien lemah
b. Tingkat kesadaran: composmentis
c. Tanda-tanda vital
TD: 100/60 mmHg
N : 78
RR: 30 x /menit
S : 36,40C d. Antropometri BB : 50 kg
TB : 160 cm
e. Kepala : bentuk mesochepal, tidak ada lesi
Rambut :hitam, lurus, tebal bersih
Mata :kemampuan penglihatan baik, reaksi terhadap cahaya, pupil mengecil, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik.
Hidung :bersih, tidak ada septum deviasi, tidak ada epistaksis, tidak ada polip, nafas cuping hidung menggunakan alat Bantu pernafasan.
Telinga :pendengaran baik, bersih tidak ada pembengkakan, tidak menggunakan alat bantu pendengaran.
Mulut :mukosa lembab, merah tua, tidak bau mulut
f. Leher & tengkorak :trakea simetris, tidak ada benjolan vena, juga tidak ada nyeri waktu menelan. Tidak menggunakan trakeostomi.g. Dada :menggunakan otot bantu pernafasan
h. Paru paru I : simetris
Pa : SF kanan dan kiri sama
Pe : sonor seluruh lapang paru
A :suara Ronkhi basah halus dikiri bawah paru-paru.
i. Jantung I : ictus cordis tidak tampak
Pa : ictus cordis teraba pada intercosta V 2 cm media linia media clavicula sinistra.
Pe:pekak konfigurasi jantung dalam batas normal
A:bunyi jantung I II murni, gallop tidak terdengar.
j. Abdomen I : datar, supel
A: bunyi peristaltic usus 17 x /menit
Pe : tympani
Pa : tidak ada nyeri tekank. Genetalia : terpasang kateter, bersih, tidak ada tanda-tanda terjadinya infeksi pada area pemasangan kateter.
l. Ekstremita : CRT < 2 detik, klien tidak kuat duduk terlalu lama, gerak ekstremitas superior dan inferior lemah.m. Kulit : tepasang infus pada tangan kiri, tidak ada edema, warna kulit sawo matang, turgor baik.
5. Status pengkajian lain a. Tanda-tanda vital TTV15 4 0816 4 0817 4 08
05.0021.0005.0021.0005.00
TD (mmHg)
N (x/menit)
RR x/menit
Suhu (0C) 100/60
78
30
36,4110/70
76
24
36,8120 /60
92
20
38150/50
100
24
37,5100/60
80
24
37,6
b. Status nutrisi BB : 50 kg
TB : 160
IMT : indeks masa tubuh IMT :
:
: 19,5 (underweight)
< 20 : underweight
20 25 : normal
25 30 : overweight
> 30 : obesitas
Berat badan relatif
BBR :
:
: 83,3 % underweight
< 90 % (underweight)
9 110 % : normal
110 120 % : overweight
> 120 % : obesitas
c. Status cairan selama 10 jam IWL :
: 15 x 50 x 10 = 312,5 cc24
Masukan infus D5% 12 tetes permenit
Infus=
= 480 cc
Status cairan selama 7 jam
IWL =
=
Masukan infus D5 % 12 tetes /menit
Infus =
= 336 cc
TglIntakeOutput
15/4/08
21.00 06.00Minum : 200 cc
Makan : 50 cc
Infus : 480 ccUrine : 100 cc
BAB : 75 cc
IWL : 36, 5 cc
Jumlah 730
Balance +242,5 ccJumlah : 487, 5
16/4/08
20.00 06.00Minum : 100 cc
Makan : 100 cc
Infus : 480 cc Urine : 150 cc
BAB : 100 cc
IWL : 312, 5 cc cc
Jumlah : 730 cc
Balance : + 167, 5Jumlah : 562,5
17/4/08
0600 13.00Minum : 75 cc
Makan : 50 cc
Infus : 480 ccUrine : 150 cc
BAB : 100 cc
IWL : 218 cc
Jumlah : 605
Balance : + 137Jumlah : 468
6. Pemeriksaan penunjang Hematologi tgl 14/5/08 Hb
Ht
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
MCH
MCV
MCHC
RDW7,58
23,3
3,72
12,1
35,7
20,4
62,7
32,5
23,413 16
40 54
4,5 6,5
4 11
150 400
27 32
76 96
29 36
11,6 14,8 gr%
%
Juta/mmk
Ribu/mmk
Ribu/mmk
PgFl
g/dl
%
Elektrolit
Natrium
Kalium
ChloridaMagnisum
Protein total
Albumin
Kimia klinik
Ureumcreatinin
125
3,9
102
2,03
6,22,1
108
10,3136 145
3,5 5,1
98 107
2,12 2,52
6,2 8,23,4 5,0
15 39
0,60- 1,30mmol /L
mmol /L
mmol /L
mmol /L
mmol /L
gr/dlmg/dl
mg/dl
ImunoserologiHbSAg
negatif
negatif
Therapy
Infus D5% 12 Tpm
Ceftriaxone 1 x 2 gr
Furosemide 3 x 2 ampul
CaCO3 3 x 1 tablet
Diit :
Uremi 1900 kkal 30 gr protein
Transfusi tgl 17/4/08
PRP B 300 cc
PRC 400 cc
B. Pengelompokan
No Waktu Data
1.15-4-2008
06.30 DS :
Klien mengatakan air kencing yang keluar sangat sedikit.
Klien mengatakan saat kencing harus mengejan dan terasa nyeri
Klien mengatakan saat kencing mengatakan tidak tuntas
Klien mengeluh sesak nafasnya apabila untuk duduk maupun kepalanya sejajar dengan kaki saat tiduran.
Klien mengeluh badannya terasa lemas
Klien mengatakan tidak kuat duduk terlalu lama
Klien mengatakan tidak kuat berjalan tanpa bantuan orang lain
DO :
Haluaran urine dalam 10 jam 100 cc
Balance cairan dalam 10 jam berlebihan 242,5 cc
Terdengar suara ronkhi basah halus di paru-paru bawah sebelah kiri
TD : 100/60 mmHg S: 36,4 0C
N : 78 x / menit RR : 20 x / menit
Klien terlihat lemas
Klien terlihat hanya beraktifitas diatas tempat tidur
Wajah klien terlihat pucat dan menahan rasa sakit
Persepsi terhadap nyeri :
P : Nyeri saat mengejan ketika BAK
Q : Nyeri seperti terbakar
R : Nyeri sekitar punggung bagian bawah dan sekitar kandung kemih.
S : Skala nyeri 7
T : Nyeri hilang timbul
Hasil lab : Eritrocit 3,72 juta / mmkTrombocit 35,7 ribu / mmkHb 7,58 gr %Ht 23,3 %Leukosit 12,1 ribu / mmkNatrium 125 mmol / L Ureum 108 mg/dlCreatinin 10,3 mg/dl
C. Analisis Data
No WaktuData Fokus Masalah Etiologi
1.
15-4-08
06.30
DS :
Klien mengatakan air kencing yang keluar sangat sedikit
Klien mengatakan saat kencing harus dengan mengejan terasa nyeri
Klein mengatakan saat kencing mengatakan tidak tuntas
DO :
Haluaran urine dalam 10 jam 100 cc
Balance cairan dalam 10 jam berlebihan 242,5Kelebihan volume cairan
Penurunan haluaran urine, retensi cairan dan natrium
2.
15-4-08
06.30
DS :
Klien mengeluh sesak nafas apabila untuk duduk dan apabila tidur kepala sejajar dengan kaki
DO :
Terdengar suara ronkhi basah halus diparu-paru bawah sebelah kiri
TD : 100 / 60 mmHg
N : 78 x / menit
S : 36,4 0C
RR : 30 x / menitPola nafas tidak efektif
Hiperventilasi sekunder, kompensasi adanya asidosis metabolik.
3.
15-0408
06.30
DS : Klien mengeluh badannya terasa lemas
Klien mengatakan tidak kuat duduk terlalu lama
Klien mengatakan tidak kuat berjalan tanpa bantuan orang lain
DO :
Klein terlihat lemas
Klien terlihat hanya beraktifitas diatas tempat tidur
Hasil laboratorium Eritrocit 3,72 juta / mmk
Trombosit 35,7 ribu / mmk
Hb 7,58 gr
Ht 23,3 %
Leukocit 12,1 ribu / mmk
Natrium 125 mmol / LIntoleransi aktifitas
Penurunan haemoglobin, keletihan kelemahan fisik
Ureum 108 mg/dl
Creatinin 10,3 mg/dl
4.15-04-08
06.30DS :
klien mengatakan saat kencing harus mengejan dan terasa nyeri.DO :
Klien terlihat menahan rasa sakit
Persepsi terhadap nyeri
P : nyeri saat mengejan ketika BAK
Q : nyeri seperti terbakar
R : nyeri sekitar punggung bagian bawah dan sekitar kandung kemih
S : skala nyeri 7
T : nyeri hilang timbul
TD : 100/60 mmHg
N : 72 x / menit
S : 36,4 0C
RR : 20 x / menit Gangguan rasa nyaman : nyeri
Peningkatan kontraksi uretra.
D. Diagnosa Keperawatan
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, retensi cairan dan natrium.
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Hiperventilasi sekunder, kompensasi adanya asidosis metabolik3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan haemoglobin, keletihan dan kelemahan fisik.
4. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan peningkatan kontraksi uretra.E. Intervensi
No. dx.WaktuTujuan & KHIntervensiRasional
115/4/08Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam klien menunjukkan status balance cairan seimbang dengan KH
Haluaran urine normal 05-1 cc /kgBB/jam
Natrium dalam batas normal (136-145 mmol) - Kaji keadaan umum
- Kagi tanda-tanda vital klien
- Kaji balance cairan
Auskultasi bunyi paru
Anjurkan kepada keluarga agar
membatasi masukan cairan
Kolaborasi pemberian obat diuretic furosemid sesuai indikasi Mengetahui status /keadaan umum klien
Mengetahui status vital klien
Mengetahui status keseimbangan cairan
Mengetahui ada tidaknya cairan dalam paru-paru
Agar cairan tidak berlebihan dalam tubuh,mengetahui balance cairan
Mengurangi jumlah cairan tubuh dan melancarkan status BAK klien
215/4/08 Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam klien pola nafas menjadi efektif dengan ktiteria hasil tidak sesak nafas
tidak mengalami aspirasi
menunjukkan batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran udara dalam paru.
Kaji frekuensi, kedalaman, pernafasan & ekspansi dada.
Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot Bantu /pelebaran nasal
Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas abnormal
Tinggikan kepala dan Bantu mengubah posisi
Observasi pola batuk dan karakter secret
Dorong /Bantu pasien dalam nafas dalam & latihan batuk
Kolaborasi pemberian oksigen tambahan. Kecepatan biasanya meningkat. Dispnea & terjadi peningkatan kerja nafas.
Ekspansi dada terbatas yang berhubungan dengan kelebihan cairan.
Bunyi nafas menurun /tidak ada jalan nafas obstruksi.
Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru-paru memudahkan pernafasan
Kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering
Menurunkan ketidak nyamanan dalam bernafas
Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.
315/4/08Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat beraktivitas tanpa di bantu orang lain dengan KH ;
klien dapat beraktivitas diluar tempat tidur
klien dapat menjaga kebersihan dirinya.
Eritrosit dalam batas normal (4,5 6,5 juta/mmk)
Trombosit normal (150-400 ribu /mmk)
Leukosit normal (13-16 rb/mmk)
Ht normal (40-54%) Kaji factor yang menyebabkan keletihan
Kaji factor yang menyebabkan ketidakseimbangan cairan
Tingkatkan kemandirian dalam perawatan diri
Anjurkan aktivitas ringan sambil istirahat
Anjurkan kepada keluarga untuk memandikan pasien
Kolaborasi pemberian therapy antibiotic sesuai indikasi
Periksa laboratorium darah sesuai indikasi Mengetahui status yang menyebabkan keletuhan
Mengetahui intake & output klien
Meningkatkan dalam perawatan diri
Meningkatkan aktivitas secara bertahap
Meningkatkan perawatan diri
Antibiotik mengurangi resiko infeksi
Mengetahui status /data penunjang laboratorium
415/4/08Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam nyeri berkurang dengan KH :
TTV dalam batas normal
Skala nyeri 1 3
Klien terlihat rileks
Klien toleran terhadap nyeri Kaji karakteristik nyeri dengan metode PQRS
Monitor TTV
Tinggikan posisi klien semi fowler
Ajarkan teknik pengurangan nyeri dengan metode nafas dalam dan distraksi imaginasi
Kolaborasi pemberian analgetik Mengetahui status /karakteristik nyeri
Nadi dapat meningkat oleh karena adanya nyeri
Mengurangi nyeri Meningkatkan kenyamanan
Mengurangi nyeri
F. Implementasi Keperawatan
NoDxWaktuTindakanRespon PasienTTD
115 4 08
05.00- Mengkaji keadaan umum klienS : Klien mengatakan baik
O : Klien kooperatif
Klien terlihat lemah
1,205.15- Mengkaji tanda-tanda vital klienS : Klien mengatakan silakan
O : TD : 100/60 mmHg
N : 78 x / menit
RR : 30 x/menit
S : 36,4oC
106.00- Mengkaji balance cairanS : Klien mengatakan kencingnya sedikit
O : Balance cairan + 242,5 CC
205.30- Mengauskultasi bunyi paru klienS : -
O : Suara paru vesikuler, suara tambahan ronki basah halus.
106.15- Menganjurkan kepada keluarga agar membatasi masukan cairanS : Keluarga klien mengatakan akan mematuhinya
O : Klien terlihat tersenyum keluarga mengangguk
114 4 08
20.00- Berkolaborasi dengan ahli medis untuk pemberian obat diuretic/ furosemid 2 ampulS : -
O : Klien tidak alergi obat furosemid 2 ampul masuk
215 4 08
05.35- Mengkaji frekuensi pernafasan & ekspansi dadaS : -
O : RR : 30x/ menit
205.45- Mencatat adanya penggunaan otot Bantu nafasS : Klien mengatakan sesak
O : Terlihat otot Bantu pernafasan
2,406.30- Meninggikan kepala dan membantu mengubah posisiS : Klien mengatakan ya
O : Klien terlihat rileks/ nafas lebih lancar dengan semi fowler
205.40- Mengobservasi pola batuk klienS : -
O : Klien tidak batuk
206.45- Berkolaborasi pemberian oksigen tambahanS : -
O : Oksigen 3 L masuk
307.00- Mengkaji faktor yang menyebabkan keletihanS : Klien mengatakan masih lemah
O : Klien keletihan
307.10- Menganjurkan klien melakukan aktivitas ringanS : Klien mengatakan setuju dengan nasehat yang dianjurkan
O : Klien terlihat mencoba untuk duduk
307.15- Menganjurkan keluarga klien untuk memandikan klienS : Keluarga klien mau memandikan klien
O : Klien terlihat lebih bersih setelah dimandikan
307.30- Melakukan pemeriksaan laboratoriumS : -
O : Na : 125 mmol/ L
Eritrocit : 3,72 juta/ mmk
Trombosit : 35,7 ribu/ mmk
Hb : 7,589%
Ht : 23,3%
Leukosit : 12,1 ribu/mmk
406.20 - Mengkaji karakteristik nyeri dengan metode PQRSTS : -
O : P : Nyeri saat mengejan ketika BAK
Q : Nyeri seperti terbakar
R : Nyeri sekitar punggung bagian bawah kanan kiri & sekitar kandung kemih
S : Skala nyeri 7
T : Nyeri hilang timbul
406.25- Mengajarkan teknik pengurangan nyeri dengan metode nafas dalam & distraksi imaginasiS : Klien mengatakan akan mencoba
O : Klien mengangguk
115 4 08
21.00- Mengkaji keadaan umumS : Klien mengatakan baik
O : Klien terlihat lemah
1,221.20- Mengkaji tanda-tanda vital klienS : -
O : TTV : TD : 110/70 mmHg
N : 76 x/menit
S : 36,8oC
RR : 24
116 4 08
06.00- Mengkaji balance cairanS : Klien mengatakan kencingnya masih sedikit
O : Balance + 167,5 cc
115 4 08
21.30- Menganjurkan kepada keluarga agar membatasi masukan cairanS : Keluarga mengatakan akan membatasi minum
O : Klien mengangguk
122.00- Memberikan obat diuretic furosemid 2 ampulS : -
O : obat furosemid 2 ampul masuk
216 4 08
05.15- Mengkaji frekuensi pernafasanS : -
O : RR : 24 x/ menit
2,422.15- Meninggikan kepala semi fowlerS : -
O : Posisi kepala klien semi fowler
216 4 08
05.30- Berkolaborasi pemberian oksigen tambahanS : -
O : Oksigen 3 L masuk
306.30- Menganjurkan klien melakukan aktivitas ringanS : Klien mengatakan tubuhnya masih lemah
O : Klien terlihat masih tiduran
306.35- Menganjurkan klien untuk selalu bergerak walau Cuma sedikitS : Klien Mengatakan Ya
O : Klien terlihat miring kekanan
307.00- Menganjurkan keluarga untuk memandikan klienS : Keluarga klien mau memandikan klien
O : Klien terlihat lebih bersih setelah mandi
406.40- Mengajarkan teknik pengurangan nyeriS : -
O : Klien mengangguk
117 4 08
07.30- Mengobservasi keadaan umumS : Klien mengatakan baik
O : Klien terlihat lemah
1,210.00- Mengkaji tanda-tanda vital klienS :
O : TTV : TD : 130/ 60
N : 80 x/menit
S : 37,6
RR : 24 x/ menit
113.00- Mengkaji balance cairanS : Klien mengatakan kencingnya lebih banyak dari kemarin
O : Balance cairan + 137 cc
208.00- Mengauskultasi bunyi paruS : -
O : Bunyi vesikuler suara tambahan ronki basah halus
107.45- Memberikan diet lunak uremi 1900 kalori 30 gr proteinS : Klien mengatakan suka dengan makanan yang diberikan
O : Klien terlihat menghabiskan separuh porsi.
309.00- Mengkaji keletihan klienS : Klien mengatakan masih merasa lemah
O : Klien terlihat lemas, kurang bersemangat
311.00- Menganjurkan klien untuk latihan alih baringS : -
O : Klien terlihat merubah posisinya
311.15- Menganjurkan klien untuk banyak beraktivitas ringanS : Klien mengatakan sudah kuat untuk duduk
O : Klien terlihat bisa duduk lama
412.00- Mengajak klien bercengkerama/ teknik pengurangan nyeri metode distraksiS : Klien mengatakan senang bisa bercerita dengan perawat
O : Klien terlihat tersenyum
Klien Kooperatif
G. EvaluasiNoWaktuCatatan PerkembanganTTD
1.17 4 08
13.25S : Klien mengatakan kencing yang dikeluarkan masih sedikit tapi lebih banyak dari kemarin
O : TD : 130/ 60 mmHg S : 37,6oC Balance + 137N : 80 x/ menit RR : 24x/menit A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Kaji/ Monitor Balance cairan
- Jelaskan pada pasien & Keluarga tentang pembatasan pemasukan cairan
- Kolaborasi pemberian obat diuretic
217 4 08
13.30S : Klien mengatakan nafasnya masih sesak, namun sudah latihan untuk tidak tergantung pada bantuan oksigenasi
O : Terdengar suara ronkhi basah halus di paru sebelah kiri bawah, Balance + 137A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Kaji Frekuensi, kedalaman & ekspansi dada
- Tinggikan kepala & Bantu mengubah posisi
- Kolaborasi pemberian oksigen tambahan
317 4 08
13.45S : Klien mengatakan masih merasa lelah/ lemas
O : Klien terlihat kurang bersemangat
Klien belum bisa BAK & mandi tanpa bantuan
Klien mampu untuk duduk dalam waktu lama
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Kaji faktor yang menyebabkan keletihan
- Kaji faktor yang menyebabkan ketidakseimbangan cairan
- Anjurkan aktivitas ringan sambil istirahat
- Periksa laboratorium darah sesuai indikasi
417 4 08
13.50S : Klien mengatakan ketika kencing masih terasa nyeri dan harus mengejan.
O : Klien masih terlihat menahan rasa sakit
TTV : N : 80x/ menit S : 37,6oCTD : 130/60 mmHg RR : 24 x/menit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Monitor TTV
- Ajarkan teknik pengurangan nyeri dengan metode relaksasi nafas dalam & distraksi
- Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada Bab ini Penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan Dengan Gagal Ginjal Kronik pada Tn. S di ruang IRNA C3Lt1 (Penyakit dalam) RSUP Dr. Kariadi Semarang pada tanggal 15 17 April 2008.
Dengan Pendekatan Proses Keperawatan yang meliputi Pengkajian Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi Keperawatan.
A. Pengkajian
Pada Literatur yang penulis kemukakan pada BAB II Manifestasi Klinis Pasien dengan Gagal Ginjal Kronik adalah anoreksia, meningkatnya kadar ureum, cegukan, gastritis, warna kulit pucat, gatal-gatal pada kulit, anemia, adanya gangguan fungsi lekosit, gangguan pada syaraf, hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas, gangguan irama jantung, oedema, gangguan sistem endokrin, gangguan muskuloscletal, gangguan metabolisme dan gangguan elektrolit tubuh. Dan pada pengkajian kasus seperti yang terungkap pada BAB III data yang diperoleh sebagian besar sudah sesuai dengan Manifestasi Klinik pada literatur, hal ini kemungkinan disebabkan karena kondisi Tn. S atau kegagalan ginjal pada Tn. S tergolong pada kategori berat.
Adapun data yang didapat pada Tn. S diantaranya adalah data subyektif yaitu klien mengatakan air kencing yang keluar sangat sedikit, klien mengatakan kencing harus mengejan dan terasa nyeri, klien mengatakan saat kencing merasa tidak tuntas, klien mengeluh sesak nafasnya apabila untuk duduk maupun kepala nya sejajar dengan kaki saat tiduran, klien mengeluh badannya terasa lemas, klien mengatakan tidak kuat duduk terlalu lama, klien mengatakan tidak kuat berjalan tanpa bantuan orang lain. sedangkan untuk data obyektifnya yaitu haluaran urin dalam 10 jam 100 cc, balance cairan dalam 10 jam berlebihan 242,5 cc, terdengar suara ronkhi basah halus di paru-paru bawah sebelah kiri, TD 100/60 mmHg, nadi 78 x/menit, suhu 36,4 c, RR 20 x/menit, klien terlihat lemas, klien terlihat hanya beraktivitas di tempat tidur, wajah klien terlihat pucat dan menahan rasa sakit. Hasil laboratorium yaitu eritrosit 3,72 jt/mmk, trombosit 35,7 ribu/mmk, Hb 7,58 gr %, Ht 23,3 %, leukosit 12,1 ribu/mmk, natrium 3,9 mmol/L, elektrolit 125 mmol/ L, ureum 108 mg/dl, creatinin 10,3 mg/dl.
B. Diagnosa Keperawatan
Pada konsep dasar teori yang tercantum dalam BAB II akan muncul lima diagnosa keperawatan yaitu kelebihan volume cairan, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, resiko infeksi, pola nafas tidak efektif, intoleransi aktivitas. (Doenges : 2000)Diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn. S pada pengkajian yang dilakukan tanggal 15 April 2008 tersusun Diagnosa Keperawatan sebagai berikut :
1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, retensi cairan dan natrium.
Kelebihan volume cairan adalah suatu keadaan dimana cairan extra celluler berlebihan sehingga terjadi penumpukan cairan terutama di daerah yang jauh dari kedudukan jantung yang menyebabkan peningkatan volume secara keseluruhan dari volume cairan tubuh yang dapat dibuktikan dengan adanya oedema (Carpenito 2001 : 142)Diagnosa ini bisa ditegakkan bila ditemukan data menurut teori yaitu oedema jaringan umum, oliguri, peningkatan berat badan, hipernatremi, hiperkalemia. Sedangkan data yang ditemukan pada Tn. S adalah klien mengatakan air kencing yang keluar sangat sedikit, klien mengatakan saat kencing harus dengan mengejan dan terasa nyeri, klien mengatakan saat kencing merasa tidak tuntas, pada tanggal 15 april 2008 balance cairan dalam 10 jam berlebih 242,5 cc. Jadi diagnosa keperawatan ini penulis jadikan prioritas pertama karena bersifat aktual, dengan ketidak berfungsinya ginjal yang dibuktikan dengan produksi urine dalam 10 jam 242,5 cc, adanya oedema pada jaringan dan dengan adanya kelebihan cairan yang terjadi mengakibatkan beban jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh akan berdampak negatif pada kerja jantung.Untuk mempertahankan keseimbangan cairan, maka direncanakan suatu intervensi keperawatan berupa tindakan dengan rasionalnya karena masalah ini harus dilakukan secara efektif dan tepat. Yaitu memonitor tanda vital (denyut jantung) yaitu untuk mengetahui peruhahan tekanan darah dan nadi, catat intake dan output untuk mengetahui keseimbangan cairan, monitor adanya oedema karena oedema menunjukkan tanda perpindahan cairan yang berlebihan.Tujuan keperawatannya yaitu keseimbangan cairan meningkat, tujuan ini ditetapkan karena jika keseimbangan cairan terjaga akan meminimalkan terjadinya peningkatan volume cairan yang diharapkan dapat teratasi dalam waktu 3 x 24 jam sesuai dengan kondisi klien dan batasan waktu yang telah diberikan pada penulis. Kriteria hasil yang diharapkan yaitu tanda vital dalam batas normal, tidak terdapat oedema, pengeluaran urine meningkat, penetapan kriteria hasil tersebut sebenarnya kurang tepat karena dalam waktu 3 hari pada klien gagal ginjal kronik tidak mungkin mencapai kriteria hasil yang ditetapkan jadi kriteria hasil yang tepat yaitu klien tidak oedema, tanda vital turun, intake dan output seimbang.Implementasi yang sudah dilakuakan yaitu mengkaji balance cairan, menganjurkan keluarga agar membatasi masukan cairan, memberi diet lunak uremi 1900 kalori 30 gr protein, memberikan obat diuretik / furosemid 3x2 ampul setiap hari.Setelah dilakukan perawatan selama 3 hari, maka dilakukan evaluasi basil berdasarkan respon perkembangan klien yang meliputi respon suhyektif klien mengatakan kencing yang keluar masih sedikit, akral tangan dan kaki dingin urine tampung (Balance cairan) 24 jam + 137 cc. Kriteria hasil yang ditetapkan meliputi tidak oedema, tanda vital turun intake dan output seimbang. Dengan membandingkan respon perkembangan klien dan kriteria hasil dapat disimpulkan bahwa masalah belum teratasi karena respon perkembangan klien tidak memenuhi kriteria hasil yang ditetapkan, rencana selanjutnya yaitu melaksanakan intervensi efektif meliputi ukur balance cairan selama 24 jam, monitor tanda vital kolaborasi medis dalam pemeriksaan laboratorium (ureum dan creatinin).
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Hiperventilasi sekunder, kompensasi adanya asidosis metabolik.
Pola nafas tidak efektif adalah keadaan dimana seorang individu mengalami kehilangan ventilasi yang aktual atau potensial yang berhubungan dengan perubahan pola pernafasan (Carpenito, 2001: 325)
Diagnosa ini di tegakkan bila di temukan data yaitu adanya penurunan fungsi ginjal pada klien dengan gagal ginjal kronik, akan menyebabkan glomerulo filtrasi rate menurun yang merangsang sistem renin sehingga terjadi peningkatan cairan ekstraseluler dan pada sistem pulmonal akan terjadi peningkatan cairan pada cavum pleura sehingga pengembangan alveoli menjadi tidak adekuat dan akan menimbulkan pola nafas tidak efektif. Sedangkan data subyektif yang ditemukan pada Tn. S adalah klien mengeluh sesak nafas apabila untuk duduk dan apabila tidur kepala sejajar dengan kaki. Data obyektifnya terdengar suara ronkhi basah halus di paru-paru bawah sebelah kiri, TD 130/60 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu 37,6 c, RR 24 x/menit. Jadi diagnosa keperawatan ini penulis jadikan prioritas kedua karena bersifat aktual.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam tujuan yang diharapkan yaitu pola nafas menjadi efektif dengan kriteria hasil yang diharapkan tidak sesak nafas, tidak mengalami aspirasi, menunjukkan batuk yang eafektif dan peningkatan pertukaran udara dalam paru. Perencanaan yang ditetapkan yaitu kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada yaitu kecepatan biasanya meningkat. Dispnea dan terjadi peningkatan kerja nafas, catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot bantu / pelebaran nasal yaitu ekspansi dada terbatas yang berhubungan dengan kelebihan cairan, auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas abnormal yaitu untuk mengetahui adanya bunyi nafas menurun / tidak ada bila jalan nafas menurun, tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi yaitu untuk memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan, dorong / bantu pasien dalam nafas dalam dan latihan batuk yaitu untuk menurunkan ketidak nyamanan dalam bernafas, kolaborasi pemberian oksigen tambahan yaitu untuk memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.
Implementasi yang sudah dilakukan yaitu mengauskultasi bunyi paru untuk mengetahui suara paru vesikuler, suara tambahan ronkhi basah halus, mengkaji frekuensi pernafasan dan ekspansi paru yaitu RR 30 x / menit, mencatat adanya penggunaan otot bantu nafas yaitu terlihat adanya otot bantu pernafasan, mengkaji tanda-tanda vital, berkolaborasi pemberian oksigen tambahan yaitu oksigen 3 liter masuk.
Setelah dilakukan perawatan selama 3 hari, maka dilakukan evaluasi hasil berdasarkan respon perkembangan klien yang meliputi respon subyektif klien mengatakan nafasnya masih sesak, namun sudah latihan untuk tidak tergantung pada bantuan oksigen, respon obyektif terdengar suara ronkhi basah halus diparu sebelah kiri bawah. Kriteria hasil yang di tetapkan tidak sesak nafas, tidak mengalami aspirasi, menunjukkan batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran udara dalam paru. Dengan membandingkan respon perkembangan klien dan kriteria hasil dapat di simpulkan bahwa masalah belum teratasi karena respon perkembangan klien tidak memenuhi kriteria hasil yang ditetapkan, rencana selanjutnya yaitu melaksanakan intervensi meliputi kaji frekuensi kedalaman dan ekspansi dada, tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi, berikan oksigen tambahan.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan haemoglobin : keletihan dan kelemahan fisik.
Intoleransi aktivitas adalah penurunan dalam kapasitas fisiologis seseorang untuk melakukan aktivitas sampai tingkat yang diinginkan atau yang dibutuhkan. (Carpenito, 2001 : 2)Pada klien dengan gagal ginjal kronik yang disebabkan oleh beberapa faktor penyakit atau bakteri akan menyebabkan kerusakan pada nefron sehingga fungsinya akan terganggu dan fungsi ginjal akan mengalami penurunan, salah satunya dalam memproduksi eritropoetin, dimana metabolisme dan eritropoetin akan terganggu dan sistem retikula endotelial akan terganggu sehingga menekankan sum-sum tulang dalam memproduksi eritrosit dan timbulah penurunan kadar haemoglobin karena haemoglobin turun kemampuan oksigen akan mengalami penurunan dan suplay oksigen ke jaringan akan menurun dengan munculnya gejala seperti sianosis dan kadar Hb dibawah normal ( 7,6 gr (N) ), dimana gangguan suplay oksigen akan merangsang penurunan aktivitas otot sehingga timbul kelemahan dan malaise yang menyebabkan munculnya masalah intoleransi aktivitas yang ditandai adanya data dari hasil pengkajian yaitu klien merasa lemas, tidak kuat duduk dan klien tidak kuat berjalan tanpa bantuan orang lain dan klien tampak lemah. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Brunner 2001 : 1449) bahwa eritropoetin merupakan substansi normal yang diproduksi oleh ginjal dimana pada klien dengan gagal ginjal kronik akan mengalami penurunan eritropoetin dan menstimulasi sum-sum tulang untuk menurunkan produksi sel darah merah sehingga kadar haemoglobin turun dan fungsi haemoglobin untuk mengikat oksigen akan turun hal tersebut menyebabkan suplay oksigen kejaringan kurang dan kemampuan otot untuk melakukan aktivitas mengalami kelamahan sehingga timbulah intoleransi aktivitas. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Carpenito (2001: 2) bahwa penetapan diagnosa intoleransi aktivitas apabila memenuhi adanya batasan karakteristik mayor meliputi kelemahan untuk aktivitas dan keletihan, batasan karakteristik minor meliputi vertigo, pucat atau sianosis. Pada klien telah memenuhi adanya batasan karakteristik mayor yang ditandai adanya data berupa pernyataan tentang kelemahan/klien lemas terasa tidak berdaya dan karakteristik minor adanya sianosis/akral dingin pada ekstremitas.Diagnosa ini di tegakkan karena sesuai dengan teori, data hasil pengkajian mendukung yaitu data subyektif klien mengeluh badanya terasa lemas, klien mengatakan tidak kuat duduk terlalu lama, klien mengatakan tidak kuat berjalan tanpa bantuan orang lain, data obyektifnya klien terlihat lemas, klien terlihat hanya beraktifitas diatas tempat tidur.
Tujuan perawatannya adalah klien dapat beraktifitas tanpa bantuan orang lain dengan kriteria hasil klien dapat beraktifitas diluar tempat tidur, klien dapat menjaga kebersihan dirinya,eritrosit dalam batas normal (4,5-6,5 jt/mmk), trombosit normal (150-400 ribu/mmk), leukosit normal (4-11 ribu/mmk), Hb normal (13-16 gr%), Ht normal ( 40-54%). Untuk itu perencanaan yang ditetapkan yaitu kaji faktor yang menyebabkan keletihan untuk mengetahui status yang menyebabkan keletihan, tingkatkan kemandirian dalam perawatan diri untuk meningkatkan dalam perawatan diri, anjurkan aktivitas ringan sambil istirahat untuk meningkatkan aktivitas secara bertahap, anjurkan kepada keluarga untuk memandikan pasien untuk meningkatkan perawatan diri pasien, periksa laboratorium darah sesuai indikasi untuk mengetahui status / data penunjang laboratorium.
Implementasi disesuiakan dengan intervensi yaitu mengkaji faktor yang menyebabkan keletihan, menganjurkan klien melakukan aktivitas ringan, menganjurka keluarga klien untuk memandikan klien agar klien terlihat lebih bersih, melakukan pemeriksaan laboratorium yaitu natrium 125 mmol/L, eritrosit 3,72 juta/mmk, trombosit 35,7 ribu/mmk, Hb 7,58 g%, Ht 23,3%, leukosit 12,1 ribu/mmk, ureum 108 mg/dl, creatinin 10,03 mg/dl, menganjurkan klien untuk selalu bergerak walau cuman sedikit, klien terlihat memiring ke kanan, menganujrkan klien untuk latihan alih baring, klien terlihat merubah posisinya. Pelaksanaan implementasi ini di dukung dengan peran aktif keluarga dalam perawatan klien.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama tiga hari, maka dilakukan evaluasi hasil berdasarkan perkembangan klien yang meliputi respon subyektif klien mengatakan masih merasa lelah/lemas, respon obyektif klien kurang bersemangat klien mampu duduk dalam waktu lama, kriteria hasil meliputi klien dapat beraktifitas diluar tempat tidur, klien dapat menjaga kebersihan dirinya,eritrosit dalam batas normal (4,5-6,5 jt/mmk), trombosit normal (150-400 ribu/mmk), leukosit normal (4-11 ribu/mmk), Hb normal (13-16 gr%), Ht normal ( 40-54%). Dengan membandingkan respon perkembangan klien dan kriteria hasil, dapat di simpulkan bahwa masalah belum teratasikarena tidak memenuhi kriteria hasil yang di tetapkan. Rencana selanjutnya adalah kaji yang menyebabkan keletihan, anjurkan aktivitas ringan sambil istirahat, periksa laboratorium sesuai indikasi.
4. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan peningkatan kontraksi uretra.
Gangguan rasa nyaman nyeri adalah keadaan di mana seorang individu mengalami nyeri yang menetap atau inetermiten dan berlangsung lebih dari enam bulan. (Carpenito, 2001 : 51)Diagnosa ini ditegakkan karena sesuai dengan teori, data hasil pengkajian mendukung yaitu data subyektif klien mengatakan saat kencing harus mengejan dan terasa nyeri, data obyektifnya klien terlihat menahan rasa sakit, persepsi terhadap nyeri :
P : nyeri saat mengejan ketika BAK
Q : nyeri seperti terbakar
R : nyeri sekitar punggung bagian bawah dan sekitar kandung kemih
S : skala nyeri 7
T : nyeri hilang timbul
TD 100/60 mmHg, nadi 72 x/menit, suhu 36,4 C, RR 20x/menit.
Tujuan keperawatannya yaitu nyeri ber kurang dengan kriteria hasil TTV dalam batas normal, skala nyeri 1-3, klien terlihat rileks, klien toleran terhadap nyeri. Untuk itu perencanaan yang ditetapkan yaitu kaji karakteristik nyeri dengan PQRST untuk mengetahui status / karakteristik nyeri, monitor TTV untuk itu nadi dapat meningkat karena adanya nyeri, tingikan posisi klien semi fowler untuk mengurangi nyeri, ajarkan tehnik pengurangan nyeri dengan metode nafas dalam dan distraksi imaginasi untuk meningkatkan kenyamanan, kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri.
Implementasi disesuaikan dengan rencana intervensi yaitu mengkaji karakteristik nyeri dengan metode PQRST dengan persepsi nyeri:
P : nyeri saat mengejan ketika BAK
Q : nyeri seperti terbakar
R : nyeri sekitar punggung bagian bawah dan sekitar kandung kemih
S : skala nyeri 7
T : nyeri hilang timbul
Meninggikan kepala semi fowler dan membantu mengubah posisi yaitu klien terlihat rileks / nafas lebih lancar dengan semi fowler, memonitot TTV yaitu TD 100/60 mmHg, nadi 72 x/menit, suhu 36,4 C, RR 20x/menit, mengajarkan tehnik pengurangan nyeri dengan metode nafas dalam dan distraksi imaginasi untuk itu klien terlihat mengangguk. Peran tersebut juga didukung oleh keluarga untuk memotivasi klien.
Setelah dilakukan perawatan selama dua hari, maka dilakukan evaluasi hasil berdasarkan respon perkembangan klien yaitu meliputi respon subyektif klien mengatakan ketika kencing masih terasa nyeri dan harus mengejan, respon obyektif klien masih terlihat menahan rasa sakit dengan TTV yaitu TD 130/60 mmHg, nadi 80 x/menit, S 37,6 C, RR 24 x/menit . Kriteria hasil meliputi TTV dalam batas normal, skala nyeri 1-3, klien terlihat rileks, klien toleran terhadap nyeri. Dengan membandingkan respon perkembangan dan kriteria hasil dapat disimpulkan bahwa masalah belum teratasi karena respon perkembangan klien tidak memenuhi kriteria hasil yang ditetapkan, rencana selanjutnya yaitu melaksanakan intervensi efektif meliputi monitor TTV, ajarkan tehnik pengurangan nyeri dengan metode relaksasi nafas dalam dan distraksi, kolaborasi pemberian analgetik sesuai dengan indikasi.
Diagnosa keperawatan yang tidak muncul dalam kasus tetapi ada dalam konsep dasar yaitu :a. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan uremia
Resiko terhadap infeksi adalah keadaan dimana seorang individu berisiko terserang oleh agens patogenik atau oportunistik (virus, jamur, bakteri, protozoa, atau parasit lain) dari sumber-sumber eksternal, sumber-sumber endogen atau eksogen. Carpenito (2001: 204)Diagnosa ini tidak muncul pada kasus karena tanda dan gejala seperti kulit kemerahan, kerusakan jaringan, tidak ada pada klien, maka dari itu dignosa tersebut tidak di munculkan. Tetapi didalam teori diagnosa tersebut muncul karena sistem imun yang menurun bisa menyebabkan penurunan fngsi ginjal sehingga akan terjadi resiko terhadap infeksi.BAB V
PENUTUPPada Bab ini Penulis akan menyimpulkan dan menyampaikan saran-saran guna memberikan peningkatan mutu pelayanan pasien dengan kasus Gagal Ginjal Kronik yang dirawat di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang. Adapun kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut:A. Kesimpulan
1. Pelaksanaan asuhan keperawatan pasien Gagal Ginjal Kronik dilakasanakan melalui pendekatan proses keperawatan yang melibatkan berbagai disiplin ilmu kesehatan dan diperlukan kerjasama yang baik diantara mereka.
2. Dalam memberikan asuhan keperawatan Gagal Ginjal Kronis lebih diutamakan monitoring keseimbangan cairan antara intake dan output dengan tujuan untuk meminimalkan komplikasi terutama terjadinya Hipervolemia.B. Saran
1. Hendaknya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pasien Gagal Ginjal Kronik lebih ditingkatkan lagi dalam menambah ilmu dan pengetahuannya tcntang penyakit Gagal Ginjal Kronik agar dalam menangani pasien tersebut dapat dilakukan secara optimal.2. Hendaknya penanganan pasien Gagal Ginjal Kronik lebih ditingkatkan lagi kerjasama antara petugas pelayanan kesehatan dalam hal diit makanan untuk pasien gagal ginjal kronik dan memonitor intake dan output serta tindakan perawatannya selalu menjaga prinsip aseptik agar tidak terjadi infeksi sekunder.
Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis sampaikan. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini banyak sekali kekurangan. Karenanya, saran dan kritik yang membangun diharapkan untuk penyempurnaan laporan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2000). Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa; Tasmin Asih, editor, Monika Estar. Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth. (2001).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Alih Bahasa,Agung Waluyo.Editor : Monika Estar.Edisi 8.Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall. (2001). Handbook of nursing diagnosis, (8th edition). (buku saku diagnosa keperawatan) (edisi delapan). Terjemahan oleh Monica Ester. Jakarta: EGC.
Cormin.E.J.(2000).Buku Suku Patofisiologi.Alih Bahasa.Brahma U Pardit.Editor : Endah P.Jakarta : EGC.
Doengoes, ME. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa : Kariasa, Sumarwati. Edisi 3. jakarta : EGC.
Lorg,B.C.(1996).Perawatan Medikal Bedah.Alih Bahasa,P.Karnean,et.al.Editor,Hotma R.et.al.Bandung : C.V. Mosby Company St. Louis.USA.
Price,SA.A Wilson,L.M.(1991).Patofisiologi Konsep Klinik Proses. Proses Penyakit.Alih Bahasa.Adji Dharma Edisi 2.Jakarta : EGC.
Syaifuddin.(1997). Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat.Editor, Niluh Gede,et.al.Edisi 2.Jakarta : EGC.
Syaifuddin.(2001). Fungsi Sistem Tubuh Manusia.Jakarta : Widya Medika.
Nita, 2008. Gagal Ginjal Kronik. (http://www.medicastore.com/artikel_kesehatan diakses tanggal 19 Juni 2008 )
PAGE 81
_1276318423.unknown
_1277021201.unknown
_1277139034.unknown
_1276318531.unknown
_1276318640.unknown
_1276318508.unknown
_1276318105.unknown
_1276318357.unknown
_1276317882.unknown