25
ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PADA ANAK: AUTISME DAN RETARDASI MENTAL disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Klinik VIII oleh: Ria Rohmawati NIM 112310101015 Dini Dian Flowerenty NIM 102310101022 Melida Puspitasari NIM 112310101025 Reza Riyady Pragita NIM 112310101042

Askep Anak Autisme & Retardasi Mental

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Askep Anak Autisme & Retardasi Mental

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PADA ANAK: AUTISME DAN RETARDASI MENTAL

disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Klinik VIII

oleh:Ria Rohmawati NIM 112310101015Dini Dian Flowerenty NIM 102310101022Melida Puspitasari NIM 112310101025Reza Riyady Pragita NIM 112310101042

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANUNIVERSITAS JEMBER

2014

Page 2: Askep Anak Autisme & Retardasi Mental

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................. ii

BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 1

1.3 Tujuan.............................................................................................. 1

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................

2.1 Pengertian...................................................................................... 3

2.2 Psikopatologi................................................................................. 3

2.3 Diagnosa keperawatan dan Diagnosa medis.............................. 4

2.4 Penatalaksanaan keperawatan dan medis ................................ 5

BAB 3. PENUTUP........................................................................................

3.1 Kesimpulan....................................................................................... 36

3.2 Saran................................................................................................. 36

DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 37

Page 3: Askep Anak Autisme & Retardasi Mental

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap anak yang terlahir di dunia ini rentan mengalami masalah yang berkaitan

dengan proses pertumbuhan, bila gangguan tersebut tidak segera diatasi maka akan

berkelanjutan pada fase perkembangan berikutnya yaitu fase perkembangan anak

sekolah, gangguan tersebut dapat menghambat proses perkembangan anak secara

optimal. Adanya berbagai masalah tersebut maka penting bagi para orang tua dan guru

untuk memahami permasalahan-permasalahan anak agar dapat meminimalkan

kemunculan dan dampak permasalahan tersebut serta mampu memberikan upaya

bantuan yang tepat.

Memiliki anak merupakan anugerah terindah yang dirasakan suami istri dalam

rumah tangga dan harapan orang tua menginginkan kondisi anaknya sempurna atau

normal. Tidak ada satu pun orang tua yang menginginkan anaknya menderita gangguan

seperti autisme dan retardasi mental. Sebagian masyarakat memang masih menganggap

tabu terhadap penderita autisme. Tidak sedikit sekolah yang menolak anak autis berada

di lingkungannya. Jumlah anak pengidap autisme di Indonesia semakin bertambah

setiap tahunnya, sehingga diperlukan semacam sosialisasi edukasi deteksi dini pada

orangtua, supaya bisa memperhatikan perkembangan anaknya dengan lebih baik. Hal

yag sama juga terjadi pada kejadian anak dengan retardasi mental merupakan masalah

dunia dengan implikasi yang besar terutama bagi Negara berkembang. Prevalensi

retardasi mental sekitar 1 % dalam satu populasi. Di indonesia 1-3 persen penduduknya

menderita kelainan ini. Diperkirakan angka kejadian retardasi mental berat sekitar 0,3%

dari seluruh populasi dan hampir 3% mempunyai IQ dibawah 70.

Beberapa fenomena menunjukkan bahwa kejadian anak yang mengalami autisme

dan redartasi mental masih merupakan dilema, sumber kecemasan bagi keluarga dan

masyarakat. Sehubungan dengan latar belakang tersebut maka dalam makalah ini akan

dibahas mengenai masalah autisme dan retardasi mental yang terjadi pada anak.

1.2 Tujuan

Dari beberapa rumusan masalah di atas, penulis dapat merumuskan tujuan

penulisan dari makalah ini, di antaranya:

Page 4: Askep Anak Autisme & Retardasi Mental

1.2.1 untuk mengetahui pengertian autisme;

1.2.2 untuk mengetahui psikopatologi atau psikodinamika autisme;

1.2.3 untuk mengetahui diagnosa medis dan diagnosa keperawatan dari autisme;

1.2.4 untuk mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan dari autisme;

1.2.5 untuk mengetahui pengertian retardasi mental;

1.2.6 untuk mengetahui psikopatologi atau psikodinamika retardasi mental;

1.2.7 untuk mengetahui diagnosa medis dan diagnosa keperawatan dari retardasi

mental;

1.2.8 untuk mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan dari retardasi mental.

Page 5: Askep Anak Autisme & Retardasi Mental

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

2.2.1 Autisme

Secara harfiah autisme berasal dari kata autos (diri) sedangkan isme (paham atau

aliran). Autisme secara etimologi adalah anak yang memiliki gangguan perkembangan

dalam dunianya sendiri. Beberapa pengertian autis menurut para ahli adalah sebagai

berikut.

1. Autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan kehilangan kontak dengan

realitas atau orang lain namun pada bayi tidak terlihat tanda dan gejalanya.(Sacharin,

R. M., 1996).

2. Autisme Infantil adalah Gangguan kualitatif pada komunikasi verbal dan non verbal,

aktifitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik yang terjadi sebelum usia 30

bulan.(Behrman, 1999).

3. Autisme menurut Rutter dalam Sacharin (1996) adalah gangguan yang melibatkan

kegagalan untuk mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30 bulan),

hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena ritualistik dan

konvulsif.

4. Autisme adalah suatu keadaan dimana seorang anak berbuat semaunya sendiri baik

cara berpikir maupun berperilaku. Keadaan ini mulai terjadi sejak usia muda,

biasanya sekitar usia 2-3 tahun ( Yatim, Faisal., 2002).

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa autisme adalah suatu

kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita sekitar usia 2-3 tahun

yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang

normal.

2.2.2 Retardasi mental

Istilah retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi kognitif dan

adaptif. Retardasi mental merupakan kelemahan mental yang tidak mencukupi sejak

masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Adapun definisi retardasi

mental dari beberapa sumber antara lain.

Page 6: Askep Anak Autisme & Retardasi Mental

1. Retardasi mental adalah kelainan atau kelemahan jiwa dengan inteligensi yang

kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak).

Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi

gejala yang utama ialah inteligensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga

oligofrenia (oligo: kurang atau sedikit dan fren: jiwa) atau tuna mental (W.F.

Maramis, 2005 dalam Kuntjojo, 2009).

2. Retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah

yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi

terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal (Carter CH,

Toback C. dalam Soetjiningsih, 1995).

3. Retardasi mental adalah apabila jelas terdapat fungsi intelegensi yang rendah, yang

disertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku dan gejalanya timbul pada

masa perkembangan (Crocker AC, 1983 dalam Soetjiningsih, 1995).

4. Retardasi mental adalah suatu keadaan yang ditandai dengan fungsi Intelektual

berada dibawah normal, timbul pada masa perkembangan /dibawah usia 18 tahun,

berakibat lemahnya proses belajar dan adaptasi sosial (Muttaqin, 2008).

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa retardasi mental

adalah suatu keadaan kelemahan mental dengan inteligensi yang kurang (subnormal)

yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap

tuntutan masyarakat karena adanya kendala dalam penyesuaian perilaku dan timbul

pada masa perkembangan /dibawah usia 18 tahun.

2.2 Psikopatologi

2.2.1 Autisme

Etiologi autisme adalah virus, zat beracun, kelainan imunonologi, abnormalitas

SSP, cedera otak, kerusakan otak, faktor genetik. Autisme dapat disebabkan oleh

beberapa faktor, di bawah ini adalah faktor predisposisi terjadinya autis menurut

Kurniasih (2002) diantaranya yaitu:

1. Faktor Genetik

Faktor pada anak autis, dimungkinkan penyebabnya adanya kelainan kromosom

yang disebutkan syndrome fragile – x (ditemukan pada 5-20% penyandang

autis).

Page 7: Askep Anak Autisme & Retardasi Mental

2. Faktor Cacat (kelainan pada bayi)

Disini penyebab autis dapat dikarenakan adanya kelainan pada otak anak, yang

berhubungan dengan jumlah sel syaraf, baik itu selama kehamilan ataupun

setelah persalinan, kemudian juga disebabkan adanya Kongenital Rubella,

Herpes Simplex Enchepalitis, dan Cytomegalovirus Infection.

3. Faktor Kelahiran dan Persalinan

Proses kehamilan ibu juga salah satu faktor yang cukup berperan dalam

timbulnya gangguan autis, seperti komplikasi saat kehamilan dan persalinan.

Seperti adanya pendarahan yang disertai terhisapnya cairan ketuban yang

bercampur feces, dan obat-obatan ke dalam janin, ditambah dengan adanya

keracunan seperti logam berat timah, arsen, ataupun merkuri yang bisa saja

berasal dari polusi udara, air bahkan makanan.

Ahli lainnya berpendapat bahwa autisme disebabkan oleh karena kombinasi

makanan yang salah atau lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun yang

mengakibatkan kerusakan pada usus besar yang mengakibatkan masalah dalam

tingkah laku dan fisik termasuk autis.

Penyebab pasti dari autisme belum diketahui. Yang pasti diketahui adalah

bahwa penyebab dari autisme bukanlah salah asuh dari orang tua,  beberapa penelitian

membuktikan bahwa beberapa penyebab autisme adalah ketidakseimbangan biokimia,

faktor genetic dan gangguan imunitas tubuh. Beberapa kasus yang tidak biasa

disebabkan oleh infeksi virus (TORCH), penyakit- penyakit lainnya seperti

fenilketonuria (penyakit kekurangan enzim), dan sindrom X (kelainan kromosom).

Menurut Lumbantobing (2000), penyebab autisme dipengaruhi oleh beberapa

faktor yaitu

1. Faktor keluarga dan psikologi

Respon anak-anak terhadap stressor dari keluarga dan lingkungan.

2. Kelainan organ-organ biologi dan neurologi (saraf)

Berhubungan dengan kerusakan organ dan saraf yang menyebabkan gangguan

fungsi-fungsinya, sehingga menimbulkan keadaan autisme pada penderita

3. Faktor genetik

Pada hasil penelitian ditemukan bahwa 2 -  4% dari saudara kandung juga

menderita penyakit yang sama.

Page 8: Askep Anak Autisme & Retardasi Mental

4. Faktor kekebalan tubuh

Pada pemeriksaan darah bayi-bayi yang baru lahir, diketahui pertumbuhan

abnormal pada penderita autis dipicu oleh berlebihnya neurotropin dan neuropeptida

otak (brain-derived neurotrophic factor, neurotrophin-4, vasoactive intestinal peptide,

calcitonin-related gene peptide) yang merupakan zat kimia otak yang bertanggung

jawab untuk mengatur penambahan sel saraf, migrasi, diferensiasi, pertumbuhan, dan

perkembangan jalinan sel saraf. Brain growth factors ini penting bagi pertumbuhan otak

(Betz and Sowden, 2002).

Peningkatan neurokimia otak secara abnormal menyebabkan pertumbuhan

abnormal pada daerah tertentu. Pada gangguan autistik terjadi kondisi growth without

guidance, di mana bagian-bagian otak tumbuh dan mati secara tak beraturan.

Pertumbuhan abnormal bagian otak tertentu menekan pertumbuhan sel saraf lain.

Hampir semua peneliti melaporkan berkurangnya sel Purkinye (sel saraf tempat keluar

hasil pemrosesan indera dan impuls saraf) di otak kecil pada autisme. Berkurangnya sel

Purkinye diduga merangsang pertumbuhan akson, glia (jaringan penunjang pada sistem

saraf pusat), dan mielin sehingga terjadi pertumbuhan otak secara abnormal atau

sebaliknya, pertumbuhan akson secara abnormal mematikan sel Purkinye. Yang jelas,

peningkatan brain derived neurotrophic factor dan neurotrophin-4 menyebabkan

kematian sel Purkinye.

Gangguan pada sel Purkinye dapat terjadi secara primer atau sekunder. Bila

autisme disebabkan faktor genetik, gangguan sel Purkinye merupakan gangguan primer

yang terjadi sejak awal masa kehamilan. Degenerasi sekunder terjadi bila sel Purkinye

sudah berkembang, kemudian terjadi gangguan yang menyebabkan kerusakan sel

Purkinye. Kerusakan terjadi jika dalam masa kehamilan ibu minum alkohol berlebihan

atau obat seperti thalidomide.

Penelitian dengan MRI menunjukkan, otak kecil anak normal mengalami aktivasi

selama melakukan gerakan motorik, belajar sensori-motor, atensi, proses mengingat,

serta kegiatan bahasa. Gangguan pada otak kecil menyebabkan reaksi atensi lebih

lambat, kesulitan memproses persepsi atau membedakan target, overselektivitas, dan

kegagalan mengeksplorasi lingkungan (Hamid, 2008).

Pembesaran otak secara abnormal juga terjadi pada otak besar bagian depan yang

dikenal sebagai lobus frontalis. Kemper dan Bauman menemukan berkurangnya ukuran

Page 9: Askep Anak Autisme & Retardasi Mental

sel neuron di hipokampus (bagian depan otak besar yang berperan dalam fungsi luhur

dan proses memori) dan amigdala (bagian samping depan otak besar yang berperan

dalam proses memori).

2.2.2 Retardasi mental

Etiologi dari retardasi mental adalah infeksi pada kandungan, gangguan

metabolisme pada anak usia kurang dari 6 tahun, bayi prematur, depresi berat, penyakit

otak, keracunan/intoksikasi saat ibu hamil, kelainan kromosom, genetik, dan trauma

otak.

Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari.

Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul

pada masa kanak-kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai dengan fungsi

kecerdasan di bawah normal (IQ 70 sampai 75 atau kurang) dan disertai keterbatasan-

keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaftif: berbicara dan berbahasa,

kemampuan/ketrampilan merawat diri, kerumahtanggaan, ketrampilan sosial,

penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan keamanan,

akademik fungsional, bersantai dan bekerja. Penyebab retardasi mental bisa

digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan pasca natal. Diagnosis retardasi mental

ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak (Lusmilasari, 2002).

2.3 Diagnosa keperawatan dan Diagnosa medis

2.3.1 Autisme

A. Diagnosa medis

Diagnosa medis yang dapat ditegakkan yaitu autisme. Autisme sebaiknya

didiagnosa oleh tim ahli dari berbagai disiplin ilmu. Tim bisa terdiri dari Ahli

perkembangan anak, Dokter, Ahli wicara, dan Psikolog. Biasanya anak dengan autisme

dibawa ke ahli medis terlebih dulu, lalu dokter akan membawa kasus temuannya untuk

didiskusikan dengan berbagai ahli klinis kesehatan anak. Idealnya semua ahli harus

sepakat untuk menentukan suatu diagnosa (Hands-out Workshop on Autism, August

2013).

Perlu dipahami bahwa gejala autisme tidak sama dengan keterlambatan

perkembangan. Karena secara khas gangguan komunikasi, interaksi sosial, perilaku

Page 10: Askep Anak Autisme & Retardasi Mental

serta keunikan kognitif dan sensoris akan muncul pada anak yang mengalami autisme.

Sedangkan pada keterlambatan perkembangan akan lebih spesifik pada hambatan

perkembangan kemampuan tertentu pada anak. Lebih lanjut, gejala autisme juga harus

ditunjukkan secara kontinyu selama masa perkembangan anak; atau bukan sekedar

respon atas suatu stimulus atau kondisi medis sementara (misalkan gejala hanya muncul

karena sakit dan setelah minum obat) (Hands-out Workshop on Autism, August 2013).

Tidak ada satu cara atau satu tes untuk menentukan Autisme. Diagnosa juga perlu

mempertimbangkan hasil pembicaraan dengan orang tua, untuk mengetahui riwayat

anak, dan mengobservasi bagaimana perilaku dan gejala anak. Ketika anak sudah

mendapatkan diagnosa, maka anak dapat memulai treatmentnya secara intensif untuk

mengoptimalisasi perkembangannya (Hands-out Workshop on Autism, August 2013).

B. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien autisme diantaranya adalah

a. Hambatan komunikasi

b. Hambatan interaksi sosial

c. Isolasi sosial (Carpenito-Moyet, 2006).

2.3.2 Retardasi mental

A. Diagnosa medis

Diagnosa medis yang dapat ditegakkan adalah retardasi mental. Diagnosa medis

ditegakkan dengan melakukan skrining secara rutin misalnya dengan menggunankan

DDST (Denver Developmental Screening Test), maka diagnosis dini dapat segera

dibuat. Demikian pula anamnesis yang baik dari orang tuanya, pengasuh atau gurunya,

sangat membantu dalam diagnosis kelainan ini. Setelah anak berumur 6 tahun dapat

dilakukan test IQ. Sering kali hasil evaluasi medis tidak khas dan tidak dapat diambl

kesimpulan. Pada kasus seperti ini, apabila tidak ada kelainan pada sistem susunan saraf

pusat, perlu, anamnesis yang teliti apakah ada keluarga yang cacat, mencari masalah

lingkungan/factor nonorganic lainnya dimana diperkirakan mempengaruhi kelainan

pada otak anak. Biasanya Fungsi intelektual yang secara signifikan berada dibawah rata-

rata. IQ kira-kira 70 atau kurang (untuk bayi penilaian klinis dari fungsi fungsi

intelektual dibawah rata-rata). Terjadi Kekurangan atau kerusakan fungsi adaptif yang 

Page 11: Askep Anak Autisme & Retardasi Mental

terjadi bersamaan misalnya efektifitas seseorang dalam memenuhi harapan kelompok

budayanya terhadap orang seusianya dalam sedikitnya dua area yaitu komunikasi,

perawatan diri, ketrampilan sosial dan interpersonal, penggunaan sarana-sarana

masyarakat pengarahan diri, ketrampilan akademik fungsional, bekerja, bersantai,

kesehatan dan keamanan. Awitan terjadinya sebelum usia 18 tahun (Mansjoer, 2000).

B. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien retardasi mental diantaranya

adalah:

a. Hambatan komunikasi verbal

b. Hambatan interaksi sosial

c. Isolasi sosial

d. Defisit perawatan diri

e. Resiko cedera (Carpenito-Moyet, 2006).

2.4 Penatalaksanaan keperawatan dan medis

2.4.1 Penatalaksanaan medis

Menurut (Ginanjar, 2006), penatalaksanaan klien autisme secara medikamentosa

diberikan karena adanya abnormalitas anatomi dan kimia otak pada penyandang

autisme. Terapi obat ditujukan untuk mengurangi hiperaktifitas, stimulasi diri, menarik

diri, agresifitas, gangguan tidur. Pemberian antipsikotik dalam dosis rendah dapat

membantu.

Menurut Sularyo dan Kadim (2000), obat-obat yang sering digunakan dalam

pengobatan retardasi mental adalah terutama untuk menekan gejala-gejala hiperkinetik.

Metilfenidat (ritalin) dapat memperbaiki keseimbangan emosi dan fungsi kognitif.

Imipramin, dekstroamfetamin, klorpromazin, flufenazin, fluoksetin kadang-kadang

dipergunakan oleh psikiatri anak. Untuk menaikkan kemampuan belajar pada umumnya

diberikan tioridazin (melleril), metilfenidat, amfetamin, asam glutamat, gamma

aminobutyric acid (GABA).

2.4.2 Penatalaksanaan keperawatan

Gangguan Spectrum Autisme adalah suatu gangguan proses perkembangan,

sehingga terapi jenis apapun yang dilakukan akan memerlukan waktu yang lama. Terapi

Page 12: Askep Anak Autisme & Retardasi Mental

harus dilakukan secara terpadu dan setiap anak membutuhkan jenis terapi yang berbeda

(Wahyudi, 2006).

1. Applied Behavioral Analysis (ABA)

ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai, telah dilakukan penelitian dan

didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang dipakai adalah memberi

pelatihan khusus pada anak dengan memberikan possitive reinforcement (hadia atau

pujian). Jenis terapi ini bisa diukur kemajuannya. Saat ini terapi inilah yang paling

banyak dipakai di Indonesia.

2. Terapi Wicara

Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan

berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu austic

yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang. Terapi wicara sangat

menolong karena klien dengan autis kurang mampu berinteraksi dengan orang lain.

3. Terapi Okupasi

Terapi okupasi untuk melatih mempergunakan otot-otot halus klien dengan benar.

4. Terapi Fisik

Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat menolong untuk menguatkan

otot-otot dan memperbaiki keseimbangan tubuh.

Selain itu, terapi lain yang dapat dilakukan kepada klien dengan klien autisme antara

lain:

1. Terapi Sosial

2. Terapi Bermain

3. Terapi Perilaku

4. Terapi Perkembangan

5. Terapi Visual

Page 13: Askep Anak Autisme & Retardasi Mental

Bagan Psikopatologi/Psikodinamika autisme

Page 14: Askep Anak Autisme & Retardasi Mental

Bagan Psikopatologi/Psikodinamika Retardasi Mental Riwayat Infeksi

pada kandungan (pada ibu saat hamil)

Gangguan metabolisme pada anak usia <6 tahun

bayi prematur

Intoksikasi/ keracunan pada saat ibu hamil

Genetik Kelainan

kromosom

Penyakit otak Trauma

otak

Depresi berat

RETARDASI MENTAL

Ketidakmampuan kognitif (IQ <70-75)

↓ atau kelainan fungsi kognitif dalam berbicara dan berbahasa

Hambatan komunikasi

verbal

Tidak dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar

Hambatan interaksi sosial

Isolasi sosial

Tidak mampu merawat diri sendiri

Defisit perawatan diri

Mobilitas fisik tidak seimbang

Perilaku hiperaktif

Resiko cedera

Virus, zat beracun

Kelainan imunologi

ibu

Perilaku orang tua (emosional, kaku,

obsesif)

Abnormalitas SSP, cedera otak, kerusakan

otak

Faktor genetik

Hambatan komunikasi

Tidak dapat berkomunikasi secara verbal maupun non verbal (terlambat bicara/tidak dapat berbicara, mimik muka datar)

Hambatan interaksi sosial

Menolak/menghindar untuk bertatap muka, bila didekati menjauh, enggan berinteraksi dengan orang lain

Autisme

Isolasi sosialTidak dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar

Page 15: Askep Anak Autisme & Retardasi Mental

BAB 3. PENUTUP

3.1 KesimpulanAutisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat

masa balita sekitar usia 2-3 tahun yang membuat dirinya tidak dapat

membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Sedangkan retardasi

mental suatu keadaan kelemahan mental dengan inteligensi yang kurang

(subnormal) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan

beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat karena adanya kendala dalam

penyesuaian perilaku dan timbul pada masa perkembangan /dibawah usia 18

tahun. Penatalksanaan yang dapat dilakukan yaitu penatalasanaan medis dan

keperawatan. Salah satu penatalaksanaan medis pada anaka dengan autisme

yaitu terapi obat ditujukan untuk mengurangi hiperaktifitas, stimulasi diri dan

pada anak dengan retardasi mental yaitu salah satunya dengan pemeberian obat

retardasi mental seperti Metilfenidat (ritalin) dapat memperbaiki keseimbangan

emosi dan fungsi kognitif. Sedangkan penatalaksanaan keperawatan pada anak

dengan autisme yaitu dengan pemberian terapi seperti terapi bermain, terapi

kognitif, terapi wicara, dan penatalaksanaan keperawatan pada anak dengan

retardasi mental yaitu dengan psikoterapi.

3.2 SaranUntuk perawat diharapkan dapat meningkatkan

kualitas asuhan keperawatan pada klien dengan autisme dan

retardasi mental . Untuk klien dan keluarga diharapkan dapat

melakukan pengobatan secara optimal untuk meminimalkan

gejala yang ditimbulkan akibat autisme dan retardasi mental.

Untuk mahasiswa agar lebih memahami tentang autisme dan

retardasi mental agar dapat melakukan asuhan keperawatan

pada klien dengan autisme dan retardasi mental secara

optimal.

Page 16: Askep Anak Autisme & Retardasi Mental

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, K. A. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15. Jakarta: EGC.

Betz and Sowden. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC. Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

Hamid A.Y. 2008. Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Hands-out Workshop on Autism. August 2013. Autism Association of Western Australia.

Kuntjojo. 2009. Psikologi Abnormal. Program Studi Bimbingan Dan Konseling Universitas Nusantara PGRI Kediri. [Serial online] http://www. psikoterapis .com/ files/download- ebook-psikologi-abnormal-gratis.pdf. Diambil tanggal 13 februari 2014.

Lusmilasari L. 2002. Asuhan Keperawatan Klien dengan Retardasi Mental. materi kuliah tidak di publikasikan. PSIK FK UGM Jogjakarta.

Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: EGC.Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Persyarafan.

Jakarta: Salemba Medika.Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.Sacharin, R.M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta: EGC.

Yatim, Faisal. 2002. Autisme Suatu Gangguan Jiwa Pada Anak-Anak. Jakarta: Pustaka Populer Obor.