79
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION YANG DIBANTU DENGAN MEDIA CHARTA PADA SUB KONSEP SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IX D SMPN I Sukahening Kabupaten Tasikmalaya) A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan media yang sangat berperan untuk menciptakan manusia yang berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya, melalui pendidikan akan terjadi proses pendewasaan diri sehingga di dalam proses pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang dihadapi selalu disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar. Mengingat peran pendidikan tersebut maka sudah seyogyanya aspek ini menjadi perhatian pemerintah dalam rangka meningkatkan sumber daya masyarakat Indonesia yang berkualitas. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai salah satu mata pelajaran di Sekolah Menengah Pertama dinilai cukup memegang peranan penting dalam 1

Asep Usman

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Asep Usman

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUIPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIFTIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION YANG

DIBANTU DENGAN MEDIA CHARTA PADASUB KONSEP SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IX D SMPN I SukaheningKabupaten Tasikmalaya)

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan media yang sangat berperan untuk menciptakan

manusia yang berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya,

melalui pendidikan akan terjadi proses pendewasaan diri sehingga di dalam

proses pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang dihadapi selalu

disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar.

Mengingat peran pendidikan tersebut maka sudah seyogyanya aspek ini

menjadi perhatian pemerintah dalam rangka meningkatkan sumber daya

masyarakat Indonesia yang berkualitas. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai salah

satu mata pelajaran di Sekolah Menengah Pertama dinilai cukup memegang

peranan penting dalam membentuk siswa menjadi berkualitas, karena Ilmu

Pengetahuan Alam merupakan suatu sarana berpikir untuk mengkaji sesuatu

secara logis, ilmiah, dan sistematis. Karena itu, maka perlu adanya peningkatan

mutu pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam.

Dalam pembelajaran di sekolah, Ilmu Pengetahuan Alam merupakan

salah satu mata pelajaran yang masih dianggap sulit dipahami oleh siswa. Oleh

karena itu dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam diperlukan

suatu model pembelajaran yang bervariasi. Artinya dalam penggunaan model

1

Page 2: Asep Usman

2

pembelajara tidak harus sama untuk mencapai semua standar kompetensi,

sebab dapat terjadi bahwa suatu model pembelajaran tertentu cocok untuk

mencapai satu standar kompetensi tetapi tidak untuk standar kompetensi

yang lain.

Kenyataan yang terjadi adalah penguasaan siswa terhadap materi Ilmu

Pengetahuan Alam masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan mata

pelajaran lain. Kondisi seperti ini terjadi pula pada SMP Negeri 1 Sukahening

Kabupaten Tasikmalaya. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama

menjadi guru Ilmu Pengetahuan Alam yang megajar di kelas IX bahwa

pengusaan konsep Ilmu Pengetahuan Alam khususnya biologi oleh siswa

masih tergolong rendah. Salah satu konsep biologi yang penguasaan siswanya

rendah adalah pada sub konsep Sistem Ekskresi pada Manusia, di mana

pada sub konsep tersebut banyak siswa yang belum bisa memahami

proses metabolisme dalam tubuh yang berkaitan dengan fungsi sistem

ekskresi. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar biologi siswa pada

pada sub konsep Sistem Ekskresi pada Manusia di tahun ajaran 2009/2010

hanya 61,00 sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal yang harus dicapai

adalah 65,00.

Rendahnya hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa dipengaruhi

oleh berbagai faktor, diantaranya adalah model pembelajaran yang

digunakan oleh guru. Hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti

pada SMP Negeri 1 Sukahening menunjukkan bahwa pembelajaran Ilmu

Page 3: Asep Usman

3

Pengetahuan Alam di sekolah tersebut masih menggunakan model

pembelajaran konvesional yakni suatu model pembelajaran yang banyak

didominasi oleh guru, sementara siswa duduk secara pasif menerima

informasi pengetahuan dan keterampilan. Hal ini diduga merupakan salah satu

penyebab terhambatnya kreativitas dan kemandirian siswa sehingga

menumbuhkan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa.

Melihat fenomena tersebut, maka perlu diterapkan suatu

sistem pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif dalam

kegiatan belajar mengajar, guna meningkatkan prestasi belajar Ilmu

Pengetahuan Alam disetiap jenjang pendidikan. Salah satu model

pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif adalah model

pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif sangat cocok

diterapkan pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam karena dalam

mempelajari Ihnu Pengetahuan Alam tidak cukup hanya mengetahui

dan menghafal konsep tetapi juga dibutuhkan suatu pemahaman serta

kemampuan menyelesaikan persoalan matematika dengan baik dan benar.

Melalui model pembelajaran ini siswa dapat mengemukakan

pemikirannya, saling bertukar pendapat, saling bekerja sama jika

ada teman dalam kelompoknya yang mengalami kesulitan. Hal ini dapat

meningkatkan motivasi siswa untuk mengkaji dan menguasai materi pelajaran

Ilmu Pengetahuan Alam sehingga nantinya akan meningkatkan prestasi

belajar matematika siswa. Banyak tipe dalam model pembelajaran

Page 4: Asep Usman

4

kooperatif diantaranya student team achievement division, jigsaw, Investigasi

Kelompok, think pair share dan numbered head together. Melihat penguasaan

siswa terhadap materi Ilmu Pengetahuan Alam khususnya sub konsep

Sistem Ekskresi pada Manusia, maka dalam penelitian ini model

pembelajaran yang dipilih adalah model pembelajaran kooperatif tipe student

team achievement division, karena pada model ini siswa menempati posisi

sangat dominan dalam proses pembelajaran dan terjadinya kerja sama dalam

kelompok.

Selain pemilihan model pembelajaran yang tepat, guru juga dituntut

untuk menggunakan media pembelajaran yang dapat membantu mempercepat

pemahaman siswa pada konsep yang dipelajari. Banyak media pembelajaran

yang dapat digunakan seperti torso, charta, biocard dan audio visual. Karena

sub konsep Sistem Ekskresi pada Manusia banyak gambar alat-alat ekskresi

maka media pembelajaran yang dianggap cocok adalah cahrta. Dengan

pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe student teams achievement

division yang dibantu oleh charta, diharapkan pembelajaran yang terjadi dapat

lebih bermakna dan memberi kesan yang kuat kepada siswa.

Berdasarkan hal tersebut, penulis mengidentifikasi beberapa masalah

sebagai berikut :

1. mengapa hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam khususnya konsep-konsep

biologi di SMP Negeri 1 Sukahening Kabupaten Tasikmalaya kurang

memuaskan?;

Page 5: Asep Usman

5

2. bagaiman bagaimana minat belajar siswa terhadap kegiatan belajar

mengajar khususnya pada sub konsep Sistem Ekskresi pada Manusia ?;

3. apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe student team

achievement division dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada sub

konsep Sistem Ekskresi pada Manusia?;

4. apakah penggunaan media charta dapat meningkatkan hasil belajar siswa

pada sub konsep Sistem Ekskresi pada Manusia?; dan

5. apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe student team

achievement division yang dibantu media charta dapat meningkatkan hasil

belajar siswa pada sub konsep Sistem Ekskresi pada Manusia?

Karena keterbatasan yang dimiliki penulis, maka penulis membatasi

masalah sebagai berikut:

1. model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division;

2. media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah media

charta;

3. materi pembelajaran yang akan dijadikan penelitian dalam kegiatan belajar

mengajar adalah sub konsep Sistem Ekskresi pada Manusia; dan

4. penelitian ini akan dilaksanakan di kelas IX D SMP Negeri I Sukahening

Kabupaten Tasikmalaya.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka penulis

merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul "Upaya

Page 6: Asep Usman

6

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division yang

Dibantu Dengan Media Charta Pada Sub Konsep Sistem Ekskresi Pada Manusia

(penelitian Tindakan Kelas di kelas IX D SMP Negeri 1 Sukahening

Kabupaten Tasikmalaya)".

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan pada latar belakang

masalah, maka masalah yang dikaji adalah "Apakah terjadi peningkatan hasil

belajar siswa kelas IX D SMP Negeri I Sukahening Kabupaten Tasikmalaya

melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe student team

achievement division yang dibantu dengan media charta pada sub konsep

Sistem Ekskresi pada Manusia?"

C. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam mengartikan isi penelitian ini,

penulis akan menjelaskan istilah yang terdapat penelitian ini.

1. Hasil belajar adalah skor yang diperoleh siswa setelah proses belajar

mengajar tentang sub konsep Sistem Ekskresi pada Manusia yang diukur

hanya dari domain kognitif saja yang dibatasi pada aspek ingatan (C1),

pemahaman (C2) dan penerapan (C3); dan

2. Model pembelajaran kooperatif tipe student team achivement division

merupakan tipe dari model pembelajaran kooperatif yang mengaktifkan

siswa dengan cara siswa mendiskusikan mata pelajaran yang ada dalam

Page 7: Asep Usman

7

Lembar Kerja Siswa dan tiap kelompok mendiskusikan topik yang sama.

Model pembelajaran ini memiliki enam tahap dalam proses pembelajaran

yaitu :

a. guru memberikan persepsi untuk memotivasi siswa berupa pertanyaan;

b. guru menyampaikan materi dengan memberitahukan tujuan

pembelajaran;

c. teknik penyajian materi pelajaran dilakukan secara diskusi;

d. siswa dikelompokkan dan diberi lembar tugas kelompok sebagai bahan

yang akan dipelajari;

e. tes individual untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar yang

telah dipelajari;

f. perhitungan skor pertumbuhan individu yang dihitung berdasarkan

skor awal; dan

g. pemberian penghargaan kelompok yang dilakukan dengan cara

menjumlahkan masing-masing perkembangan skor individu, hasilnya

dibagi sesuai dengan jumlah anggota.

3. Charta merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan

oleh siswa dalam proses belajar mengajar, sebagai bahan belajar siswa

yang berisi materi pembelajaran berupa gambar/tabel atau uraian yang

disusun oleh peneliti yang diberikan kepada siswa berupa lembaran besar

yang ditempel di papan tulis.

Page 8: Asep Usman

8

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil

belajar siswa kelas IX D SMP Negeri 1 Sukahening Kabupaten Tasikmalaya

melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe student team

achievement division yang dibantu dengan media charta pada sub konsep

Sistem Ekskresi pada Manusia.

E. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk pengembangan

ilmu pengetahuan khususnya dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi Guru

Memberi informasi bahwa salah satu model pembelajaran untuk

dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division yang

dibantu dengan media charta pada sub konsep Sistem Ekskresi pada

Manusia.

b. Bagi Siswa

Model pembelajaran kooperatif tipe student team achievement

division menumbuhkan sikap kerja sama antar siswa, dalam upaya

meningkatkan hasil belajar siswa.

Page 9: Asep Usman

9

c. Bagi Sekolah

1) Membantu sekolah dalam menemukan model pembelajaran yang

dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

2) Memberikan masukan kepada Kepala Sekolah untuk mencoba

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe student team

achievement division yang dibantu dengan media charta.

F. Kajian Teoretis

1. Hasil Belajar

a. Pengertian Belajar

Slameto (2003:8) mengemukakan bahwa "Belajar adalah

suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan".

Morgan dalam Purwanto, Ngalim (2003:83) mengemukakan

bahwa "Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam

tingkah laku yang terjadi dari suatu latihan atau pengetahuan”.

Sedangkan Syah, Muhibbin (2005:68) berpendapat bahwa "

Belajar adalah setiap perubahan seluruh tingkah laku individu yang

relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan

lingkungan yang melibatkan proses kognitif."

Winkel (1995:59) mengemukakan bahwa " Belajar adalah

suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif

Page 10: Asep Usman

10

dengan lingkungan yang menghasilkan sejumlah perubahan

pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap. Perubahan ini bersifat

secara relatif konstan dan berbekas".

Sudjana, Nana (2008:28) mengemukakan bahwa "Belajar

adalah suatu proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat

melalui berbagai pengalaman".

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2002:11)

menyatakan "Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku berkat

pengalaman dan latihan".

Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk

memperoleh perubahan tingkah laku, pengetahuan, pemahaman, sikap,

keterampilan, untuk menuju taraf yang lebih tinggi dari semula.

Perubahan tersebut bisa terjadi dengan disadari, karena adanya usaha

dari orang yang belajar, sehingga memperoleh kemampuan baru yang

diharapkan.

b. Pengertian Hasil Belajar

Seperti yang telah dikemukakan di atas pada pengertian

belajar, bahwa dalam belajar diharapkan siswa mengalami

berbagai perubahan. Perubahan yang terjadi pada diri siswa

merupakan basil belajar. Perubahan hasil belajar dapat

diimplementasikan dalam berbagai bentuk, seperti berubah

Page 11: Asep Usman

11

pengetahuan, keterampilan, kecakapan, tingkah laku, sikap dan

daya kreasinya, beserta aspek-aspek lain pada diri individu.

Beberapa pendapat tentang hasil belajar yang dikutip oleh

Sudjana, Nana (2008:45) adalah sebagai berikut :

Menurut Kingsley hasil belajar dibagi menjadi tiga yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne membagi menjai lima kategori hasil belajar yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan keterampilan motoris. Lindgren juga mengungkapkan hasil belajar dibagi menjadi empat yaitu keterampilan mental, informasi, pengertian, dan sikap. Sedangkan menurut Bloom dan kawan-kawan hasil belajar tercermin dalam perubahan tingkah laku yang meliputi tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.

Dalam sistem pendidikan nasional, rumusan tujuan pendidikan

baik kurikulum maupun instruksional menggunakan klasifikasi hasil

belajar menurut Benyamin S. Bloom yang telah direvisi, dimana dalam

hasil revisi ranah kognitif dibedakan menjadi proses kognitif dimensi

pengetahuan. Di sini tujuan instruksional diklasifikasikan menjadi tiga

kelompok atau kawasan yang dipecah lagi menjadi beberapa tingkat yang

lebih khusus sebagaimana dalam Yamin, Martinis (2008 : 33 – 37)) :

1) kawasan kognitif (pemahaman) terdiri dari enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda, keenam tingkatan tersebut adalah :a) mengingat : tujuan instruksional pada level ini menuntut siswa

untuk mengingat (recall) informasi yang telah diterima sebelumnya. Seperti : fakta, terminologi, rumus, strategi pemecahan masalah dan sebagainya;

b) mengerti : kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Dalam hal ini siswa diharapkan menyebutkan kembali yang telah didengar dengan

Page 12: Asep Usman

12

kata-kata sendiri;c) memakai : penerapan merupakan kemampuan untuk

menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari dalam situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari;

d) menganalisis : analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memecahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesis atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada tidaknya kontradiksi. Dalam hal ini siswa diharapkan menunjukkan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari;

e) menilai : kemampuan ini mengharapkan siswa mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu, jadi evaluasi di sini lebih condong ke bentuk penilaian biasa daripada sistem evaluasi; dan

f) mencipta : diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengkaitkan dan menyatukan berbagai elemen atau unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.

2) kawasan afektif (sikap perilaku) merupakan tujuan yang berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap hati (attitude) terdiri dari :

a) tingkat penerimaan (receiving) : diartikan sebagai proses pembentukan sikap dan perilaku dengan cara membangkitkan kesadaran tentang adanya stimulus tertentu yang mengandung estetika;

b) tingkat menanggapi (responding) : memiliki beberapa pengertian, di antaranya : (1) tanggapan dilihat dari segi pendidikan diartikan sebagai perilaku baru dari sasaran didik (siswa) sebagai manisfestasi dari pendapatnya yang timbul karena adanya perangsang pada saat belajar, (2) tanggapan dilihat dari segi psikologi perilaku (behavior psychology) adalah perubahan perilaku organisme yang terjadi atau timbul karna adanya perangsang dan perubahan tersebut dapat di amati.(3) tanggapan dilihat dari segi adanay kemauan dan kemampuan atau bereaksi terhadap suatu kejadian (stimulasi) dengan cara berpatisipasi dalam berbagai bentuk;

c) tingkat menghargai: dapat diartikan (1) pengakuan secara objektif (jujur) bahwa siswa itu objek, sistem atau benda tertentu mempunyai kadar manfaat, (2) kemampuan untuk menerima suatu objek atau kenyataan setelah seseorang itu

Page 13: Asep Usman

13

sadar bahwa objek tersebut mempunyai mempunyai nilai, dengan cara menyatakan dalam bentuk sikap positif atau negatif;

d) tingkat mengorganisasikan (organization) : dapat diartikan sebagai (1) proses konseptualisasi nilai-nilai dan menyusun hubungan antar nilai-nilai tersebut, kemudian memilih nilai-nilai yang terbaik untuk diterapkan, (2) kemungkinan untuk mengorganisasikan nilai-nilai menentukan hubungan antar nilai dan menerima bahwa satu nilai itu lebih dominan dibanding nilai yang apabila kepadanaya diberikan berbagai nilai; dan

e) tingkat menghayati (characterization) : karakterisasi adalah sikap dan perbuatan yang secara konsisten dilakukan oleh seseorang selaras dengan nilai-nilai yang dapat diterimanya, sehingga sikap dan perbuatan itu seolah-olah telah menjadi cirri-ciri perilakunya.

3) kawasan psikomotor (psychomotor domain) adalah kawasan yang berorientasi kepada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh yang memerlukan koordinasi antara saraf dan otot, dikelompokkan menjadi : a) gerakan seluruh badan (gross body movement) : adalah

perilaku seseorang dalam suatu kegiatan yang memerlukan gerakan fisik yang menyeluruh;

b) gerakan yang terkoordinasi (coordination movement) : dari perpaduan antara gerakan yang dihasilkan fungsi salah satu atau lebih indera manusia dengan salah satu anggota badan; dan

c) kebolehan dalam berbicara (speech behavior) : merupakan hal-hal yang berhubungan dengan koordinasi gerakan tangan atau anggota badan lainnya dengan ekspresi muka dan kemampuan berbicara.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2002:120)

menyatakan bahwa :

Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil apabila sesuai dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:1) daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan

mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok; dan

Page 14: Asep Usman

14

2) perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran instruksional khusus telah dicapai oleh siswa, baik secara individual maupun kelompok.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki

siswa setelah menempuh pengalaman belajar dan

berinteraksi dengan l ingkungannya yang ditandai dengan

suatu perubahan yang diukur melalui suatu tes prestasi .

Hasil belajar ini dapat dil ihat dalam bentuk t ingkah laku

siswa, intelektual, sikap, nilai , keterampilan ( skil l) , dan

kemampuan dalam diri individu yang belajar.

c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Sudjana, Nana (2002 : 39) mengemukakan bahwa

"Beberapa faktor lain yang memperngaruhi hasil belajar seperti

motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar,

ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis". Sehingga

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1) Faktor Internala) Faktor fisiologis jasmaniah individu baik yang bersifat

bawaan maupun bukan bawaan, misalkan : penglihatan, pandangan, struktur tubuh serta cacat tubuh;

b) Faktor psikologis terdiri atas faktor intelektual dan non intelektual.

c) Faktor intelektual terdiri atas faktor potensial, yaitu intelegensi atau bakat, dan faktor aktual / kecakapan nyata yaitu hasil.

d) Faktor non intelektual, yaituu komponen-komponen kepribadian tertentu seperti sikap, minat, kebiasaan, kebutuhan, motivasi, emosi, konsep diri, serta kecemasan.

Page 15: Asep Usman

15

Salah satu faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah kecerdasan emosional.

2) Faktor Ekternal / Lingkungana) Faktor lingkungan fisik diantaranya kondisi tempat

belajar, sarana dan perlengkapan belajar, materi pelajaran, dan kondisi lingkungan belajar;

b) Faktor lingkungan sosial yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya dukungan sosial, faktor ini meliputi lingkungan sekolah, sosial, dan keluarga.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division

Model pembelajaran adalah suatu bentuk kegiatan belajar mengajar

yang dilandasi oleh pendekatan, strategi, dan metode tertentu yang

dilaksanakan berdasarkan langkah yang berurutan dari satu fase ke fase

berikutnya. Menurut Karli, Hilda dan Oditha Hutabarat (2007:20) model

pembelajaran adalah :

Gabungan dari pendekatan atau strategi serta metode dan yang digunakan untuk menyampai suatu pembelajaran mata pelajaran pada siswa agar penyampaian dapat diterima oleh siswa dengan enjoy tetapi melibatkan aspek kognitif, apektif, dan psikomotor yang dibutuhkan oleh siswa untuk mengembangkan potensinya.

Pengertian model pembelajaran kooperatif dikemukakan oleh

Herawan, Dedi (2006 : 17) yaitu "Model pembelajaran kooperatif

merupakan suatu kondisi proses belajar mengajar Baling mendukung dan

didukung antara setiap individu dengan individu lainnya dalam mencapai

tujuan pembelajaran". Pembelajaran kooperatif ini dapat menghantarkan

seluruh siswa pada keberhasilan bersama, dalam pembelajaran kooperatif

siswa merupakan bagian dari suatu sistem kedasama dalam mencapai hasil

yang optimal.

Page 16: Asep Usman

16

Karakteristik pendekatan pembelajaran kooperatif menurut Karli,

Hilda dan Margaretha Sri Yuliariatiningsih (2002 : 71) adalah :

a. Individual Accountability, yaitu bahwa setiap individu di dalam kelompok mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan pemasalahan yang dihadapi oleh kelompok, sehingga keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh tanggung jawab setiap anggota.

b. Social Skill, meliputi seluruh hidup sosial, kepekaan sosial dan mendidik siswa untuk menumbuhkan pengekangan diri dan pengerahan diri demi kepentingan kelompok, keterampilan inimengajarkan siswa untuk belajar memberi dan menerima, mengambil dan menerima tanggung jawab, menghormati orang lain dan membentuk kesadaran sosial.

c. Positive Interpenden, adalah sifat yang menunjukkan saling ketergantungan satu terhadap yang lain di dalam kelompok secara positif. Keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh peran Berta. sikap enggota kelompok, karena tiap anggota dianggap memiliki kontribusi, jadi siswa berkolaborasi bukan berkompetisi.

d. Group Processing, proses perolehan jawaban permasalahan dikerjakan oleh kelompok secara bersama-sama.

Menurut Lie, Anita (2002:25) untuk mencapai hasil. maksimal,

ada lima prinsip dasar yang harus diterapkan dalam pembelajaran

kooperatif, yaitu:

a. Kesalingtergantungan positifUntuk menciptakan rasa kesaling tergantungan positif pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.

b. Tanggung Jawab PerseoranganWalaupun bekeda dalam kelompok, namun tanggung jawab tetap dibebankan pada individual

c. Tatap MukaSetiap kelompok diberi kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan ini akan menciptakan sinergi yang menguntungkan semua anggota

Page 17: Asep Usman

17

d. Komunikasi antar anggotaProses komunikasi melatih siswa kapan harus bertindak sebagai pembicara yang baik dan kapan harus bertindak sebagai pendengar yang baik,

e. Evaluasi proses kelompokEvaluasi tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga

tujuan pembelajaran yang penting yakni prestasi akademik, penerimaan

akan penghargaan, dan pengembangan keterampilan sosial. Mengenai

prosedur pembelajaran kooperatif Sanjaya, Wina (2006: 246) berpendapat

bahwa pada prinsipnya prosedur pembelajaran kooperatif terdiri atas

empat tahap yaitu :

a. Penjelasan MateriTahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang hares dikuasai yang selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok (tim).

b. Belajar dalam KelompokSetelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar dalam kelompok masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya.

c. PenilaianPenilaian dilakukan dengan tes atau kuis yang dilakukan baik secara individual maupun secara kelompok.

d. Pengakuan TimPengakuan tim adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuan dan pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi dan juga membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih mampu meningkatkan prestasi mereka.

Page 18: Asep Usman

18

Keberhasilan belajar dalam model pembelajaran kooperatif bukan

hanya ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan

perolehan itu akan baik bila dilakukan secara bersama-sama dalam

keompok kecil yang terstruktur secara baik. Sedangkan keistemawaan

dalam pembelajaran kooperatif yaitu adanya penghargaan kelompok

yang diberikan berdasarkan hasil usaha dan belajar individu.

Model pembelajaran kooperatif memiliki kelebihan, diantaranya

sebagai berikut :

a. dapat meningkatkan kemandirian belajar;

b. dapat meningkatkan motivasi berpikir; dan

c. dapat meningkatkan kreativitas dan kemampuan untuk bekeda secara

kelompok.

Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran kooperatif juga

memiliki kelemahan yaitu :

a. anak banyak belajar dari teman sebayanya, tidak langsung dari guru;

b. membutuhkan waktu banyak yang harus dipersiapkan oleh anak; dan

c. gagasan dipengaruhi oleh kawan-kawan sekelompoknya

Slavin, Robert E. (2009 : 143) berpendapat bahwa "Student team

achievement division merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif

yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk

permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan

kooperatif”. Sedangkan menurut Isjoni (2009:74) "Model pembelajaran

Page 19: Asep Usman

19

kooperatif tipe student team achievement division merupakan salah satu

tipe koperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi di

antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam

menguasai materi pelajaran guns mencapai potensi yang maksimal".

Menurut Sanjaya, Wina (2006:108) model pembelajaran kooperatif

tipe student team achievement division mempunyai lima tahap dalam

proses pembelajarannya yaitu:

a. Tahap penyajian materiLangkah pertama, guru memulai dengan menyampaikan tujuan pembelajaran umum, tujuan pemebelajaran khusus, dan memberikan motivasi kepada siswa mengenai topik atau materi yang akan dipelajari. Dilanjutkan dengan memberikan persepsi yang bertujuan mengingatkan siswa terhadap materi prasyarat yang telah dipelajari, agar siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan pengetahuan yang dimiliki. Tekhnik penyajian materi pelajaran dapat dilakukan secara klasikal ataupun menghubungkan materi yang akan diberikan secara diskusi. Mengenai lamanya presentasi dan beberapa kali. harus dipresentasikan tergantung kepada kekompakan siswa dalam memahami materi yang akan dibahas. Materi pelajaran dapat dikembangkan sesuai dengan spa yang akan dipelajari siswa dalam, kelompok. Belajar adalah memahami makna bukan hapalan, memberikan umpan batik sesering mungkin untuk mengontrol pemahaman siswa, memberikan penjelasan terhadap jawaban pertanyaan yang benar atau salah dan beralih kepada mated selanjutnya setelah siswa memahami permasalahan yang ada.

b. Tahap kerja kelompokSiswa bekerja dalam kelompok kecil yang heterogen (4-6 orang), kemudian guru membagikan lembar keda pada setiap siswa dan menjelaskan langkah-langkah pembelajarannya. Dalam kerja kelompok ini siswa saling berbagi tugas dan saling membantu menyelesaikan soal agar semua anggota kelompok dapat menahani materi yang dibahas. Setelah seluruh soal diselesaikan, didiskusikan sampai seluruh siswa dalam kelompok memahami dan mengerti materi tersebut. Kemudian satu lembar kerja dikumpulkan sebgai hasil keda kelompok. Pada langkah ini,

Page 20: Asep Usman

20

guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator kegiatan tiap, kelompok.

c. Tahap tes individuUntuk mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah dicapai, diadakan tes secara individu mengenai materi yang telah dibahas. Tes individu biasanya dilakukan setiap selesai pembelajaran setiap kali pertemuan, agar siswa dapat menunjukkan apa yang telah dipelajari selama bekeda dalam kelompok. Skor perolehan individu ini dikumpulkan dan diarsipkan untuk digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok.

d. Tahap perhitungan skor perkembangan individuSkor perkembangan individu dihitung berdasarkan pengetahuan yang dimiliki masing-masing siswa dari tiap kelompok. Berdasarkan skor ini setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi k.elompoknya berdasarkan skor tes yang telah diperolehnya. Perhitungan skor perkembangan individu ini dimaksudkan agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya.

e. Tahap penghargaan kelompokPerhitungan skor kelompok dilakukan dengan cars menjumlahkan masing-masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai jumlah anggota kelompok. Nilai kelompok tiga terbesar diberi penghargaan menjadi kelompok baik, kelompok hebat, dan kelompok super.

Beberapa kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe student

team achievement division menurut Isjoni (2009:76) adalah "Dapat

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang; melatih siswa

dalam melakukan interaksi sosial dan berkomunikasi; dan melatih

keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat".

Beberapa kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe student

team achievement division menurut Isjoni (2009:76) adalah

"Memerlukan biaya yang cukup besar dan membutuhkan persiapan yang

matang".

Page 21: Asep Usman

21

3. Media Charta

Dalam pelaksanaan proses pembelajaran, penggunaan media

pembelajaran mempunyai peran yang cukup penting, karena media dan

alat-alat bantu pembelajaran merupakan komponen yang tidak dapat

dipisahkan dari keseluruhan sistem belajar mengajar. Sesuai dengan

pendapat Arsyad, Azhar (2007:2) "Media adalah bagian yang tidak

dapat terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan

pendidikan pada umumnya dan tujuan di sekolah pada khususnya".

Gagne (Sadiman, Arief, 2006:6) menyatakan bahwa "Media adalah

berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat

merangsangnya untuk belajar".

Menurut Sanjaya, Wina (2006:160) "Dengan menggunakan media

komunikasi bukan saja dapat mempermudah dan mengefektifkan proses

pembelajaran, akan tetapi juga bisa membuat proses pembelajaran lebih

menarik". Selain itu, Pollock dan Reigeluth (Arsyad, Azhar, 2007:36)

mengklasifikasikan media ke dalam lima kelompok, yaitu:

a. media berbasis manusia (guru, instruktur, tutor, main peran, kegiatan kelompok, field-trip);

b. media berbasis cetakan (buku penuntun, buku latihan (work book), alat bantu keda dan lembar lepas);

c. media berbasis visual (buku, alat bantu keda, bagan, grafik, peta, gambar, transparsnsi, slide);

d. media berbasis audio-visual (video, film, program slide,tape, televisi); dan

e. media berbasis komputer (pengajar dengan bantuan komputer, interaktif, video, hipertext).

Page 22: Asep Usman

22

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan

bahwa media pembelajaran adalah komponen sumber belajar yang sangat

berperan penting dalam proses belajar mengajar baik berupa alat, bahan,

ataupun hal lain yang dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa

untuk belajar, serta dapat meningkatkan hasil dan mutu pembelajaran.

Kata charta berasal dari bahasa Inggris chart yang artinya gambar

atau peta. Di dalam bahasa. Indonesia, charta berarti tiruan gambar atau

tumbuhan atau angka dan tulisan. Charta tergolong ke dalam media grafis

atau media visual, yaitu media yang memiliki dua dimensi. Seperti

halnya media yang lain, charta berfungsi untuk menyalurkan pesan dari

sumber ke penerima pesan, yang dalam hal ini penerima pesan tersebut

adalah siswa.

Sadiman, Arief S. (2003:35) mengemukakan "Charta haruslah 1)

dapat dimengerti anak; 2) sederhana dan lugas, tidak rumit atau berbelit-

belit; dan diganti pada waktu-waktu tertentu agar selain tetap termasa (up

to date) juga tidak kehilangan daya tarik”.

Ada beberapa jenis charta namun secara garis besar dapat

digolongkan dapat digolongkan menjadi dua yaitu charta yang

menyajikan pesan bertahap dan charta yang menyajikan pesan sekaligus.

Sadiman, Arief S. (2003:36) membagi charta yang membagikan pesan

bertahap menjadi beberapa jenis, yaitu "1) Charta tertutup (hidden chart)

disebut juga strop chart. Pesan akan dikomunikasikan dituangkan ke

Page 23: Asep Usman

23

dalam sebuah charta yang ditutup dengan menggunakan kertas yang

mudah dibuka; dan 2) Charta balikan (flip chart) berbeda dengan charta

tertutup, charta balikan dapat menggunakan lembar baliknya".

Charta yang menyajikan pecan sekaligus, menurut Sadiman, Arief

S. (2003:37) adalah:

a. Bagan atau charta pohon (tree chart), ibarat sebuah pohon yang terdiri dari batang, cabang-cabang dan ranting-ranting;

b. Bagan atau charta arus (flow chart) menggambarkan arus suatu produksi atau dapat pula menelusuri tanggung jawab atau hubungan kerja antar bagian atau seksi suatu organisasi; dan

c. Stream chart merupakan kebalikan dari began pohon selain sederhana dan mudah pembuatannya, maka charta, termasuk media yang relatif murah ditinjau dari segi biaya.

Adapun kelebihan dan kekurangan dari media charta

dikemukakan oleh Sadiman, Arief S. (2003:29) :

Kelebihan media charta adalah :a. sifatnya nyata, lebih realitis menunjukkan pokok masalah

dibandingkan dengan media verbal;b. dapat mengatasi masalah ruang dan waktu;c. dapat mengatasi keterbatasan pengamatan siswa;d. dapat mempedelas suatu masalah, dalam bidang spa saja dan

untuk usia berapa saja, sehingga mencegah kesalahfahaman; dane. murah harganya dan mudah didapat Berta digunakan tanpa

memerlukan alai khusus.Kekurangan media charta adalaha. hanya menekankan pada persepsi indera matae;b. gambar yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan

belajar mengajar; danc. ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar

Page 24: Asep Usman

24

4. Deskripsi Materi Sistem Ekskresi

Pada tubuh manusia terdapat zat sisa hasil metabolisme tubuh, zat

sisa metabolisme dalam tubuh manusia yang tidak diperlukan oleh tubuh

akan dikeluarkan melalui alat ekskresi. Alat ekskresi pada manusia

meliputi ginjal, paru-paru, hati dan kulit. Ekskresi adalah proses

pengeluaran zat sisa metabolisme tubuh seperti CO2, H20, NH3, zat warna

empedu, dan asam urat. Zat sisa itu perlu dikeluarkan apabila tidak

di keluarkan akan mengganggu jaringan tubuh.

a. Ginjal

Ginjal merupakan organ yang melakukan proses ekskresi pada

sistem ekskresi pada manusia. Ginjal pada manusia jumlahnya

sepasang dan terletak di kanan kiri tulang belakang daerah pinggang.

Page 25: Asep Usman

25

Ginjal mengeluarkan hasil metabolisme dalam bentuk air, urea, dan

garam mineral. Adapun struktur ginjal adalah sebagai berikut:

1) Struktur Ginjal

Ginjal diselubungi oleh suatu kapsul yang terbentuk oleh jaringan

serabut. Ada tiga bagian utama dalam ginjal, yaitu korteks ( bagian

luar), medula (bagian dalam ginjal di sebut sum-sum ginjal) dan pelvis

renalis (rongga ginjal). Bagian luar dan sum-sum ginjal mengandung

sekitar 1 juts nefron. Nefron adalah satuan struktural dan fungsional

terkecil pada ginjal atau sering disebut alat penyaring pada ginjal.

Setiap nefron terdiri dari badan Malphigi dan saluran panjang berbelit

yang disebut saluran nefron. Pada, badan Malpighi terdapat kapsula

Bowman yang bentuknya seperti mangkuk. Kapsula Bowman tersebut

membungkus-glomerulus yang merupakan jalinan pembuluh kapiler.

Dari kapsula Bowman keluar saluran panjang yang berbelit. Saluran

panjang tersebut dibedakan atas tiga segmen yaitu pembuluh (tubulus)

proksimal, lengkung Henle, dan pembuluh (tubulus) distal. Pembuluh

distal berbelit dekat kapsula bowman. Tubulus proksimal menuju ke

segmen panjang berdinding tipis yaitu lengkung Henle. Selanjutnya

tubulus ini berkelok-kelok lagi disebut kelokan kedua atau di sebut

tubulus distal yang bersambung dengan pembuluh penampung yang

melintasi korteks dan medula untuk bermuara pada, rongga ginjal

(pelvis renalis). dari rongga ginjal keluar saluran ureter yang

Page 26: Asep Usman

26

bermuara pada kantung kemih (vesica urinaria) fungsi kantung kemih

adalah tempat sebagai penampung sementara urin sebelum keluar

tubuh. Dari kantung kemih menuju luar tubuh, urin melewati

saluran yang disebut uretra. Selanjutnya urin keluar melalui lubang

urin.

2) Proses Pembentukan Urin

Di dalam ginjal terjadi pembentukan urin. Urin yang dikeluarkan

oleh ginjal sebenarnya sangat di pengaruhi oleh faktor dalam dan

luar dari individu yang bersangkutan. Faktor-faktor tersebut

meliputi kerja hormon antideuretik dikendalikan oleh konsentrasi

air dalam darah, dan jumlah air yang diminumPembentukan

urin terjadi pada serangkaian proses filtrasi (penyaringan)

zat-zat sisa yang beracun, reabsorpsi adalah proses penyerapan

kembali zat yang berguna, dan augumentasi adalah proses

pengeluaran zat yang tidak berguna dan tidak dapat disimpan

dalam tubuh. Berikut adalah penjelasan proses pembentukan urin.

(a) Filtrasi (penyaringan)

Filtrasi merupakan proses penyaringan darah tedadi

di glomerulus. Glomerulus yaitu kapiler darah yang

bergulunggulung di dalam kapsula Bowman, darah dari

glomerulus akan melintasi sel-sel dari kapsula Bowman yang

berfungsi sebagai penyaring, hasil penyaringan di sini berupa

Page 27: Asep Usman

27

filtrat glomerulus (urine primer). Urin primer mengandung

glukosa, garam-garam, natrium, dan asam amino.

(b) Reabsorpsi (penyerapan kembali)

Reabsorpsi merupakan proses penyerapan kembali zat-zat yang

masih berguna, bagi tubuh. Proses ini berlangsung di

dalam tubulus kontortus proksimal. Di dalam pembuluh ini

terjadi proses penyerapan kembali zat-zat yang masih berguna

antara lain glukosa, asam amino dan ion-ion anorganik. yang

menghasilkan filtrat tubulus atau urin sekunder dengan

komposisi mengandung air, garam, urea, dan pigmen empedu

yang memiliki fungsi untuk warna dan bau pada urin.

(c) Augmentasi

Augmentasi adalah proses penambahan zat-zat yang

tidak diperlukan oleh tubuh ke dalam tubulus kontortus distal.

Proses ini disebut juga sekresi tubular. Sel-sel tubulus

mengeluarkan zat-zat tertentu yang mengandung ion hidrogen

dan ion kalium kemudian menyatu dengan urin sekunder. Urin

yang terbentuk akan disimpan sementara dalam kantung kemih

untuk selanjutnya dibuang melalui uretra (Aryulina, Diah, et al.

2007:217)

Page 28: Asep Usman

28

Gambar 1Sistem Urinaria

Sumber: Goenarso, Darmadi. Tersedia: Email: [email protected].

Gambar 2Struktur Ginjal

Sumber: Goenarso, Darmadi. Tersedia: Email: [email protected]

b. Paru-paru

Paru-paru merupakan alat ekskresi yang mengeluarkan

sisa metabolisme dalam bentuk uap air dan karbondioksida.

Page 29: Asep Usman

29

Karbondioksida dan uap air yang merupakan hasil proses metabolisme

di jaringan yang diangkut melalui darah akhirnya dibawa ke paru-

paru untuk dibuang dengan cara difusi di alveolus. Proses ini

dapat berjalan dengan baik karena pada alveolus banyak bermuara

pembuluh kapiler. Sebagian besar (75%) CO2 yang diangkut dalam

plasma darah berbentuk senyawa HCO3 (asam, bikarbonat), dan

sisanya (25%) akan diikat oleh Hb membentuk senyawa HbCO2

(karboksi hemoglobin) namun akhimya CO2 dan air yang dikeluarkan

melalui udara yang dihembuskan (Syamsuri, Istamar, dkk. 2004:44).

Gambar 2.3 Struktur Paru-paru

Sumber : Aryulina, Diah, et al. (2007:222)

Menurut Pratiwi, et al ( 2002:143) pada prinsipnya CO2

diangkut dengan dua cara, yaitu melalui plasma darah (± 15% CO2

larut dalam plasma darah) dan diangkut dalam bentuk ion HCO3 (±

30%) melalui proses berantai yang disebut pertukaran klorida.

Mekanisme pertukaran klorida adalah sebagai berikut :

Page 30: Asep Usman

30

1) Darah pada alveolus paru-paru mengikat O2 dan mengangkutnya ke

sel-sel jaringan.

2) Dalam jaringan, darah mengikat CO2 untuk dikeluarkan bersama H20

yang dikeluarkan dalam bentuk uap air.

c. Hati

Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh yang terletak di

bagian kanan atas rongga perut. Hati merupakan alat ekskresi sebagai

penghasil empedu, hati juga merupakan tempat penyimpanan gula

dalam bentuk glikogen, pembentukan dan pembongkaran protein,

pembentukan dan perombakan sel darah merah dan tempat penetralan

racun. Zat warna empedu merupakan sisa hasil perombakan sel darah

merah yang akan diuraikan menjadi hemin (kristal), Fe (zat besi), dan

globin. Zat besi dan globin akan disimpan dalam hati kemudian

dikirimkan ke sum-sum tulang merah untuk pembentukan antibodi.

Sedangkan hemin akan dirombak menjadi bilirubin dan biliverdin

yang merupakan zat warna bagi empedu dan mengandung zat warna

hijau biru. Zat warna tersebut di dalam usus akan mengalami oksidasi

menjadi urobilin barn sehingga warna feces dan urin menjadi

kekuningan. Empedu berfungsi untuk mencerna lemak, mengaktifkan

lipase, berperan pada absorpsi lemak pada usus halus, mengubah zat

yang tidak larut dalam air menjadi zat yang larut dalam air, dan

pembentukan urea. (Aryulina, Diah, et. al. 2007:222)

Page 31: Asep Usman

31

Fungsi dari hati diantaranya :

1) Tempat berlangsungnya pembentukan protein tertentu maupun

perombakannya, contoh memproduksi protein plasma (albumin,

fibrinogen, protombin).

2) Merupakan gudang penyimpanan berbagai zat seperti mineral, (Cu,

Fe), vitamin A, D, E,K, dan vitamin B12.

3) Menetralkan racun-racun yang ads dan ikut dalam perombakan sel

darah merah.

Gambar 2.4 Struktur Hati

Sumber : Aryulina, Diah, et al. (2007:226)

d. Kulit

Kulit atau integumen mengekskresikan keringat.

Banyaknya keringat yang dihasilkan atau dikeluarkan seseorang

Page 32: Asep Usman

32

dipengaruhi antara lain oleh aktivitas tubuh, suhu lingkungan,

makanan, kondisi kesehatan, dan keadaan emosi. Keringat

manusia terdiri dari air, garam-garam, terutama garam dapur

(NaCL), urea, serta asam. Kulit berfungsi sebagai alat pelindung

tubuh terhadap segala bentuk rangsangan. Berdasarkan strukturnya,

kulit terdiri dari dua lapisan yaitu epidermis (lapisan luar) dan

dermis (lapisan dalam).

a. Epidermis (Lapisan luar)

Epidermis terdiri dari stratum korneum (lapisan tanduk), stratum

lusidum, stratum granulosum, basale. Stratum korneum merupakan

lapisan tanduk yang terdiri atas sel-sel mati. Lapisan ini selalu

mengelupas dan diganti oleh sel-sel yang baru. Stratum lusidum

merupakan lapisan di bawah lapisan stratum korneum dan

berwarna bening. Stratum granulosum merupakan lapisan

kulit yang mengandung pigmen, sedangkan stratum basale

merupakan daerah tempat terjadinya proliferasi (perbanyakan) sel

dan awal terjadinya pembentukan zat tanduk.

b. Dermis (Lapisan dalam)

Dermis merupakan lapisan pada jaringan penyambung yang

sebagian besar terdiri dari serat kolagen, retikuler dan elastin, Pada

dermis terdapat rambut, pembuluh darah, kelenjar minyak, kelenjar

keringat dan saraf. Kelenjar keringat tersebar luas pada sebagian

Page 33: Asep Usman

33

besar permukaan tubuh. Pengeluaran keringat di bawah pusat

pengatur suhu, yaitu di hipotalamus. Aktivitas kelenjar keringat

juga dipengaruhi oleh perubahan suhu di dalam pembuluh

darah. Ketika suhu lingkungan meningkat (panas), kelenjar

keringat menjadi aktif dan pembuluh darah melebar sehingga aliran

darah lebih banyak, hal tersebut menyebabkan penyaringan air dan

sisa metabolisme oleh kelenjar keringat meningkat. Meningkatnya

aktivitas kelenjar keringat menyebabkan keluarnya keringat dari

kulit dengan cara penguapan. Penguapan pada permukaan kulit

akan menurunkan suhu sehingga akan mengurangi rasa panas pada

tubuh (Aryulina, Diah, et al. 2007:223).

Gambar 5Struktur Kulit

Sumber: Goenarso, Darmadi. Tersedia: Email: [email protected].

d. Gangguan pada Sistem Ekskresi

Gangguan pada sistem ekskresi adalah kegagalan fungsi

ginjal. Jika hal ini terjadi dapat menyebabkan timbulnya nefritis

Page 34: Asep Usman

34

(peradangan ginjal). Berikut beberapa gangguan lain pada sistem

ekskresi ( Pratiwi, et al. 2006:171)

1) Diabetes mellitus atau kencing manis, yaitu suatu penyakit yang

disebabkan kurangnya hormon insulin yang ditandai

meningkatnya kadar glukosa dalam urin.

2) Batu ginjal, suatu penyakit akibat mengendapnya kristal

kalsium fosfat menjadi batu ginjal yang dapat menghambat

pengeluaran urin. Batu ginjal terbentuk karena pengendapan

garam kalsium di dalam rongga ginjal, atau kantong kemih. Batu

ginjal ini berbentuk Kristal yang tidak dapat larut. kandungan batu

ginjal adalah kalsium oksalat, asam urat, dan kristal kalsium fosfat.

Endapan garam ini terbentuk jika seseorang banyak mengkonsumsi

garam mineral dan terlalu sedikit mengkonsumsi air.

3) Penyakit kuning, Suatu penyakit jika pembuluh empedu tersumbat,

misalnya oleh kolesterol yang mengendap dan membentuk batu

empedu, maka warna feces akan menjadi cokelat abu-abu,

sedangkan darah akan berwarna kuning (disebut penyakit kuning).

G. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan yang dilakukan oleh

penulis, Marlins (2008:69) menyimpulkan bahwa penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division dapat

meningkatkan hasil belajar pada sub konsep pencemaran udara. Sedangkan

Page 35: Asep Usman

35

penelitian Lisnawati, Lina (2009:72) menyimpulkan bahwa pembelajaran

Ilmu Pengetahuan Alam pada sub konsep Keseimbangan Ekosistem dengan

model pembelajaran kooperatif tipe time token dengan dibantu charta di kelas VI

SD Negeri Karsamenak 2 Kota Tasikmalaya dapat meningkatkan hasil belajar

siswa.

Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah

memadukan model pembelajaran kooperatif tipe student team achievement

division dengan dibatu media charta pada sub konsep Sistem Ekskresi pada

Manusia.

H. Kerangka Pemikiran

Proses pembelajaran di dalam kelas saat ini masih didominasi oleh

guru, sehingga proses pembelajaran dirasakan oleh siswa sebagai sesuatu yang

menjenuhkan, karena keaktifannya dalam kegiatan belajar mengajar kurang,

tidak menarik, dan siswa tidak tertantang untuk berpikir kritis, mengemukakan

ide-ide, akibatnya dapat berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang

memuaskan. Model pembelajaran yang dianggap tepat untuk mengaktifkan

siswa dalam belajar dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengemukakan pendapatnya dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa

adalah model pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division

karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dan

mengemukakan apa yang mereka ketahui tentang sesuatu masalah dan

membuat mereka memiliki strategi sendiri untuk menyelesaikan masalahnya.

Page 36: Asep Usman

36

Dalam pembelajaran materi sistem ekskresi pada manusia siswa diharapkan

dapat menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta

kelainan / penyakit yang dapat terjadi pada sistem ekskresi pada manusia,

sehingga dalam pembelajrannya guru perlu memperlihatkan gambar struktur

alat ekskresi pada manusia. Maka untuk itu guru memerlukan media charta

berisi gambar-gambar alat-alat ekskresi yang membantu siswa untuk

memahami konsep Sistem Ekskresi pada Manusia.

Berdasarkan uraian di atas, penulis menduga bahwa model pembelajaran

kooperatif tipe student team achievement division yang dibantu dengan charta

dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya dalam sub konsep

Sistem Ekskresi pada Manusia.

I. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division yang dibantu

dengan charta untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas di kelas

IX.D SMP Negeri 1 Sukahening Kabupaten Tasikmalaya pada sub konsep

Sistem Ekskresi pada Manusia".

J. Prosedur Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode Penelitian Tindakan

Kelas (Classroom Action Reseach) yang ditujukan untuk memperdalam

Page 37: Asep Usman

37

penalaran terhadap tindakan yang dilakukan selama proses pembelajaran,

serta untuk memperbaiki berbagai kelemahan dalam proses pembelajaran.

Tytker dan Angwin dalam Surahman, Endang (2005 : 2)

menyatakan bahwa “Penelitian Tindakan Kelas merupakan penelitian dasar

yang mengkonsentrasikan pada komunitas sekolah atau kelas dengan

melibatkan guru dan akademis pada semua tahapan penelitian guna

memperbaiki praktek kurikulum dan kebijakan".

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas, peneliti dibantu

oleh guru Ilmu Pengetahuan Alam yang lain sehingga selama proses

pembelajaran berlangsung, guru dapat menganalisis permasalahan yang

terjadi selama kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division yang

dibantu dengan charta.

2. Variabel Penelitian

a. Variabel terikatnya (Y) adalah hasil belajar siswa.

b. Variabel bebas (X) penelitian ini adalah model pembelajaran

kooperatif tipe student team achievement division yang dibantu dengan

charta

Page 38: Asep Usman

38

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

a. Tes Hasil Belajar

Dalam penelitian ini, tes yang diberikan kepada siswa adalah tes

tertulis dalam bentuk pilihan ganda yang terdiri dari:

1) Pre-test

Dilaksanakan pada setiap siklus sebelum proses pembelajaran dimulai.

2) Post-test

Post-test dilaksanakan di setiap akhir siklus. Post-test dilakukan untuk

melihat hasil belajar, serta pemahaman siswa setelah pembelajaran

berlangsung.

Melalui tes dari tiap siklus dapat dilihat peningkatan hasil

belajar dalam pembelajaran Sistem Ekskresi pada Manusia,

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe student

team achievement division yang dibantu dengan charta.

b. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana

kegiatan belajar siswa dan kegiatan mengajar guru selama proses

belajar berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran

koopemtif tipe student team achievement division yang dibantu

dengan charta, lembar observasi diserahkan kepada peneliti setelah

selesai proses pembelajaran.

Page 39: Asep Usman

39

c. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh tanggapan dari siswa

tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe student team

achievement division yang dibantu dengan charta. Wawancara ini

dilakukan setelah pembelajaran siklus III.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian hanya dilakukan pada satu kelas dimana

instrumen yang digunakan dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

adalah :

a. Tes Hasil Belajar

Tes yang diberikan pada penelitian ini adalah tes tertulis dalam

bentuk pilihan ganda pada sub konsep Sistem Ekskresi pada Manusia.

Tes hasil belajar ini digunakan untuk mengetahui penalaran yang dimiliki

siswa, tes ini diadakan di setiap awal dan akhir siklus. Test untuk setiap

siklus sebanyak 10 soal. Hasil yang akan diukur adalah ranah kognitif

yang di batasi pada jenjang mengingat (C1), memahami (C2), dan

mengaplikasikan (C3), penyusunan butir soal dilakukan oleh peneliti

dengan kisi-kisi soal sebagai berikut:

Page 40: Asep Usman

40

Tabel 1Kisi-kisi Soal Pre-test dan Post-test

Hasil Belajar (Siklus I)

No.Pokok

Bahasan

Aspek kognitif yang diukur

Jumlah soal

C1 C2 C3

1Sistem ekskresi pada ginjal

1 6,9 3,7 5

2Sistem ekskresi pada paru-paru

4 5,8 2,10 5

Jumlah 3 3 4 10

Tabel 2Kisi-kisi Soal Pre-test dan Post-test

Hasil Belajar (Siklus II)

No.Pokok

Bahasan

Aspek kognitif yang diukur

Jumlah soal

C1 C2 C3

1Sistem ekskresi pada hati

2 1,4,8 3 5

2Sistem ekskresi pada kulit

5 6,9 7,10 5

Jumlah 2 5 3 10

Tabel 3Kisi-kisi Soal Pre-test dan Post-test

Hasil Belajar (Siklus III)

No.Pokok

Bahasan

Aspek kognitif yang diukur

Jumlah soal

C1 C2 C3

1

Gangguan penyakit pada sistem ekskresi manusia

1,52,4,6, 8,10

3,7,9 10

Jumlah 2 5 3 10

Page 41: Asep Usman

41

b. Lembar Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan siswa dan guru

selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Lembar

observasi dibuat oleh peneliti dengan tujuan melalui observasi ini,

observator memberikan komentar terhadap pembelajaran dengan

model pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division

yang dibantu dengan charta.

Tabel 4Indikator Observasi Terhadap Guru

No Indikator1. Menyiapkan ruang , alat bantu, dan sumber belajar2. Memulai pembelajaran

3.Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan tujuan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division yang dibantu dengan charta

4. Memelihara ketertiban siswa5. Menangani pertanyaan dan respon siswa6. Memantapkan penguasaan materi pembelajaran7. Memberikan latihan penguasaan materi8. Menutup pembelajaran

Tabel 5Indikator Observasi Terhadap Siswa

No Indikator1. Kehadiran di kelas2. Aktivitas di kelas3. Kekompakan kedasama dalam kelompok4. Ketepatan membuat ringkasan materi5 Ketepatan menjawab pertanyaan

Page 42: Asep Usman

42

c. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh tanggapan dari siswa

mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe student team

achievement division yang dibantu dengan charta.

Tabel 6Indikator Wawancara Terhadap Siswa

No Indikator1. Konsepsi pada sub,konsep sistem ekskersi pada manusia

2.Daya tangkap mengenai sub konsep sistem ekskersi pada manusia menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division yang dibantu dengan charta

3. Tanggapan mengenai model pembelajaran kooperatif tipe, student teams achievement division yang dibantu dengan charta

4. Kendala menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division yang dibantu dengan charta

5.Kekurangan menggunakan model pembelejaran kooperatif tipe student team achievement division yang dibantu dengan charta dalam kegiatan pembelajaran

6. Kelebihan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division yang dibantu dengan charta

7. Saran tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division yang dibantu dengan charta

Page 43: Asep Usman

43

5. Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas IX D SMP

Negeri 1 Sukahening Kabupaten Tasikmalaya tahun ajaran 2010/2011

sebanyak 30 orang karena kelas IX D mempunyai rata-rata nilai Biologi

yang cukup rendah.

6. Desain Penelitian

Dalam pelaksanaan, penelitian tindakan kelas ini terdiri dari tiga

siklus. Tiap siklus akan dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin

dicapai, seperti yang telah di desain dalam faktor yang diselidiki. Penelitian

tindakan kelas ini menggunakan model spiral yang terdiri dari empat fase.

Keempat fase tersebut adalah perencanaan,. pelaksanaan, pengamatan,

refleksi. Prosedur penelitian dalam sebuah Penelitian Tindakan Kelas

keempat fase dari suatu siklusnya biasa digambarkan dengan sebuah spiral

Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut:

Page 44: Asep Usman

44

Adapun tahapan yang akan dilakukan secara rinci adalah sebagai

berikut:

a. Orientasi dan Identifikasi Masalah di Lapangan

1) Observasi Tatar belakang sekolah, guru dan siswa kelas IX D SNP

Negeri 1 Sukahening Kabupaten Tasikmalaya.

Page 45: Asep Usman

45

2) Observasi terhadap kegiatan pembelajaran biologi untuk memperoleh

gambaran pelaksanaan pembelajaran biologi yang sudah berlangsung.

3) Mengidentifikasi permasalahan.

b. Tahap Perencanaan

1) Diskusi dengan pembimbing dan guru dalam menentukan jumlah

siklus.

2) Merancang instrumen pembelajaran yang akan digunakan yang

sebelumnya didiskusikan dengan pembimbing dan dosen

bersangkutan;

3) Menyusun skenario pembelajaran.

c. Tahap Pelaksanaan

1) Pelaksanaan tindakan siklus I untuk materi sistem ekskresi pada ginjal

dan paru-paru :

a) perencanaan tindakan siklus I;

b) pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division

yang dibantu dengan media charta;

c) observasi pada proses belajar mengajar dilaksanakan; dan

d) refleksi siklus I, peneliti mengidentifikasi permasalahan yang

terjadi selama pembelajaran di siklus I dan mencari solusi dari

kesalahan untuk memperbaiki kekurangan pada pembelajaran

Page 46: Asep Usman

46

siklus I. Hasil refleksi siklus I menjadi acuan dalam perencanaan

dan pelaksanaan siklus II.

2) Pelaksanaan tindakan siklus II untuk materi sistem ekskresi pada hati

dan kulit

a) perencanaan tindakan siklus II;

b) pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division

yang dibantu dengan media charta;

c) observasi siklus II; dan

d) refleksi siklus II

3) Pelaksanaan tindakan siklus H untuk materi gangguan pada sistem

ekskresi manusia

a) perencanaan tindakan siklus III;

b) pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar dengan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division

yang dibantu dengan media charta;

c) observasi siklus III;

d) wawancara; dan

e) refleksi siklus III

d. Analisis keseluruhan tindakan

Analisis keseluruhan tindakan terhadap model pembelajaran

kooperatif tipe student team achievement division yang dibantu dengan

Page 47: Asep Usman

47

media charta dimulai dari siklus I sampai dengan siklus III. Pada kegiatan

ini peneliti dapat menentukan tingkat keberhasilan dan pencapaian tujuan

tindakan.

7. Teknik Pengolahan Data

Analisis data dilakukan terhadap data-data yang terkumpul melalui

tes bentuk pilihan ganda, lembar observasi dan wawancara terbuka kepada

siswa.

a. Analisis Tes Hasil Belajar

Analisis mengenai data hasil hasil tes siswa akan menggunakan

teknik deskriptif dengan persentase rata-rata dan untuk mengetahui

perbedaan antara hasil belajar pada siklus I, siklus II, dan siklus III.

b. Analisis Hasil Observasi

Analisis observasi dilakukan dengan melihat komentar-

komentar dari observer tentang pembelajaran biologi dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif student team

achievement division yang dibantu dengan media charta. Komentar dari

observer menjadi masukan pada proses pembelajaran untuk siklus

berikutnya.

c. Analisis Wawancara

Analisis hasil wawancara dilakukan dengan mengumpulkan

pernyataan siswa, jawaban dari setiap pertanyaan yang diajukan,

dianalisis, kemudian diambil kesimpulan mengenai tanggapan siswa

Page 48: Asep Usman

48

pada pembelajaran biologi dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe student team achievement division yang dibantu

dengan media charta.

8. Langkah-langkah Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tiga tahap kegiatan, yaitu tahap

persiapan, pelaksanaan, dan pengolahan data.

a. Tahap Persiapan

1) Studi literatur dan perumusan masalah;

2) Mengajukan judul atau permasalahan yang akan diteliti ke Dewan

Pembimbing Skripsi, serta konsultasi dengan pembimbing I dan II,

Kemudian ditandatangani oleh Dewan Pembimbing Skripsi;

3) Memperoleh Surat Keputusan Dekan FKIP Universitas Siliwangi

tentang bimbingan penulisan Skripsi sesuai ketentuan yang berlaku;

4) Menyusun proposal penelitian, kemudian dikonsultasikan kepada

pembimbing I dan II untuk diseminarkan;

5) Mengajukan permohonan pelaksanaan seminar proposal

kepada Dewan Bimbingan Skripsi;

6) Melaksanakan seminar proposal penelitian sehingga mendapatkan

tanggapan, saran, koreksi atau perbaikan proposal yang diajukan;

7) Melakukan revisi proposal penelitian berdasarkan hasil seminar

serta arahan dari pembimbing I dan H;

8) Mengurus perizinan untuk pelaksanaan penelitian; dan

Page 49: Asep Usman

49

9) Konsultasi dengan pembimbing I dan II tentang pelaksanaan di

lapangan.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Melakukan konsultasi dengan kepala sekolah SMP Negeri 1

Sukahening Kabupaten Tasikmalaya mengenai penelitian yang akan

dilaksanakan;

2) Melakukan observasi mengenai tempat penelitian dan kondisi

lingkungan sekolah;

3) Mengadakan konsultasi dengan observer yaitu salah seorang rekan

guru;

4) Melaksanakan tes awal;

5) Melaksanakan tindakan pembelajaran; dan

6) Melaksanakan tes akhir setelah proses pembelajaran berakhir pada

setiap siklus.

c. Tahap Pengolahan Data

Pada tahap ini penulis melakukan langkah-langkah sebagai

berikut :

1) Analisis data untuk menjawab pertanyaan penelitian

dengan menghitung rata-rata setiap nilai tes baik pre test maupun

post test.

2) Membuat kesimpulan.

Page 50: Asep Usman

50

9. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di Kelas IX D SMP Negeri 1

Sukahening Kabupaten Tasikmalaya semester II (ke-dua) tahun ajaran

2010/2011. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan, yaitu dimulai

bulan Desember 2010 sampai bulan April 2011. Dengan perincian

jadwal kegiatan sebagai berikut:

Page 51: Asep Usman

51

DAFTAR PUSTAKA

Aryulina, Diah, et al. 2007. Biologi 2 untuk SMA dan MA untuk Kelas XI. Jakarta : Esis.

Arsyad, Azhar. 2007, Media Pembelajaran. Jakarta : Rajagrafindo Persada.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Goenarso, Darmadi. Tersedia: Email: [email protected].

Herawan, Dedi. 2006. Bahan Ajar Strategi Belajar Mengajar Biologi. Tasikmalaya : FKIP Biologi UNSIL.

Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi antar Peserta Didik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Karli, Hilda dan Margaretha Sri Yuliariatiningsih. 2002. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Model-model Pembelajaran. Bandung : PT. Bina Media Informasi.

Karli, Hilda dan Oditha Hutabarat. 2007. Pengerdan Model Pembelajaran. Bandung : PT Media Informasi.

Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learningdi Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Lisnawati, Lina. 2009. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa yang Proses Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token pada Sub Konsep Keseimbangan Ekosistem yang Dibantu dengan Media Charts (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VI SD Negeri Karsamenak 2 Tasikmalaya). Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Siliwangi. (Tidak dipublikasikan).

Marlins. 2008. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Acievement Division (STAD) Dibantu Media Hand Out Pada Sub Konsep Sistem Ekskresi Pada Manusia (Penelitian Tindakan Kelas di kelas W L4 I SMA Negeri 1 Manonjaya Tasikmalaya). Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Siliwangi. (Tidak dipublikasikan).

Page 52: Asep Usman

52

Pratiwi, et. al. 2006. Biologi untuk SMA Kelas Xi. Jakarta : Erlangga.

Purwanto, Ngalim. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sadiman, Arief S. 2003. Media Pendidikan. Jakarta : Rajagrafdindo Persada.

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Penada, Media.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta Bina Aksara

Slavin, Robert E. 2009. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik (Terjemahan oleh Nurulita). Bandung : Nusa Media.

Sucipto, Ardi. 2010. Mengembangkan Strategi Berflikir Berbasis TIK. Online tersedia di http://gurupembaharu.com/tik/taksonom i-b foom - i- nengembangkati-strategi-berfikir-berbasis-tik

Sudjana, Nana. 2002. Penelitian Basil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sudjana, Nana. 2008. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algesindo.

Surahman, Endang. 2005. Classroom Action Research. Diktat Kuliah Penelitian Pendidikan 11. Tasikmalaya : Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Siliwangi.

Syah, Muhibbin. 2005. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada.

Syarnsuri, Istamar, et.aL. 2004. IPA Biologi Untuk SMP Kelas IX. Jakarta Erlangga.

Winkel. 1995. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Raja Grapindo Persada.