13
MKM Vol. 03 No. 02 Dese mber 2008 1 Staf Pen gajar Fak ultas Kedokteran Undana 2 Alumni Fakul tas Keseh atan Masy araka t Undan a HUBUNGAN ANTARA PEMBUANGAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA PENDUDUK DI KELURAHAN OESAPA KECAMATAN KELAPA LIMA KOTA KUPANG Marylin Junias 1 , Eliaser Balelay 2 Abstract: The research aim to know the relation between exile of garbage with occurrence diarrhoea at resident in sub-district of oesapa of kelapa lima kupang town. This research type is analytic obeservational with designed cross sectional study. Big of sample early which is spesified counted 96 people, but to avoid risk deflect and droup out of sample henc e collected by sampl e as a whole counted 106 people. Methode intake of sample the used is the non random sampling technicsly purposive sampling. This variabel’s will be analysed to use test o f Chi Square with degree of reability level 90% ( = 0,1). Result of analysi s which hav e indicated tha t, three from seven accurate variable namely the condition of usage of TPSS, habit of eat something and density of fly in house there is link with occurrence of diarrhoea. For a while variable namely type/ design TPSS, located TPSS to settlement and SAB of resident, habit clean hand and habit of save dish there no link with occurence of diarrhoea at resident in sub district of Oesapa. Keywords: Occurrence of diarrhoea, Exile Of garbage PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam rangka peningkatan status kesehatan masyaraka t, ada berbagai upaya yang bisa dilakukan di mana salah satunya adalah sanitasi lingkungan atau kesehatan lingkungan. Hal ini sesuai dengan konsep H.L.Blum yang menyatakan bahwa faktor yang paling besar memberikan kontribusi bagi status kesehatan masyarakat adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan ini terdiri dari unsur fisik, kimia, biologi dan radioaktif. Faktor inipun sangat bergantung atau selalu berinteraksi dengan faktor perilaku, keturunan dan pelayanan kesehatan. Banyak upaya kesehatan lingkungan yang dilakukan antara lain program / kegiatan penyediaan air minum, pengelolaan dan pembuangan limbah cair, gas dan padat, mencegah kebisingan, mencegah kecelakaan, mencegah penyebaran penyakit bawaan air, udara, makanan, pemukiman dan bahan berbahaya (Soemirat, 1994). Upaya kebersihan suatu kota sangat ditunjang oleh upaya pengawasan pembuangan dan penampungan sampah yang melibatkan berbagai sektor (Dinkes Prop.NTT, 1995). Sampah mempunyai pengaruh terhadap kondisi lingkungan dan status kese hata n masy ara kat. Pola ak tifita s dan kehidupan masyarakat juga berpengaruh terhadap volume, komposisi dan produksi sampah. Sampah yang dibuang begitu saj akan mudah mencemari lingkungan dan membahayakan masyarakat. Salah satu penyakit akibat sampah adalah diare. Diare merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara berkembang, termasuk Indonesia. Di Indonesia ditemukan sekitar 60 juta kejadian diare setiap tahunnya dan merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian (Depkes RI, 2003). Di Propinsi NTT, diare menduduki urutan ke tiga tertinggi dari seluruh penderita rawat jalan di saran kesehatan masyarakat (Dinkes Prop.NTT, 2003) dan selalu meningkat pada awal musim hujan dan kemarau. Dari data pada Puskesmas Pasir panjang, jumlah kasus diare

Artikel Puskes Diare

Embed Size (px)

Citation preview

  • MKM Vol. 03 No. 02 Desember 2008

    1Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Undana2Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat Undana

    HUBUNGAN ANTARA PEMBUANGAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIAREPADA PENDUDUK DI KELURAHAN OESAPA KECAMATAN KELAPA LIMA

    KOTA KUPANGMarylin Junias1, Eliaser Balelay2

    Abstract: The research aim to know the relation between exile of garbage withoccurrence diarrhoea at resident in sub-district of oesapa of kelapa lima kupangtown. This research type is analytic obeservational with designed cross sectionalstudy. Big of sample early which is spesified counted 96 people, but to avoid riskdeflect and droup out of sample hence collected by sample as a whole counted 106people. Methode intake of sample the used is the non random sampling technicslypurposive sampling. This variabels will be analysed to use test of Chi Square withdegree of reability level 90% ( = 0,1). Result of analysis which have indicated that,three from seven accurate variable namely the condition of usage of TPSS, habit ofeat something and density of fly in house there is link with occurrence of diarrhoea.For a while variable namely type/ design TPSS, located TPSS to settlement andSAB of resident, habit clean hand and habit of save dish there no link withoccurence of diarrhoea at resident in sub district of Oesapa.Keywords: Occurrence of diarrhoea, Exile Of garbagePENDAHULUANLatar Belakang

    Dalam rangka peningkatanstatus kesehatan masyarakat, adaberbagai upaya yang bisa dilakukan dimana salah satunya adalah sanitasilingkungan atau kesehatanlingkungan. Hal ini sesuai dengankonsep H.L.Blum yang menyatakanbahwa faktor yang paling besarmemberikan kontribusi bagi statuskesehatan masyarakat adalah faktorlingkungan. Faktor lingkungan initerdiri dari unsur fisik, kimia, biologidan radioaktif. Faktor inipun sangatbergantung atau selalu berinteraksidengan faktor perilaku, keturunan danpelayanan kesehatan.

    Banyak upaya kesehatanlingkungan yang dilakukan antara lainprogram / kegiatan penyediaan airminum, pengelolaan dan pembuanganlimbah cair, gas dan padat, mencegahkebisingan, mencegah kecelakaan,mencegah penyebaran penyakitbawaan air, udara, makanan,pemukiman dan bahan berbahaya(Soemirat, 1994).

    Upaya kebersihan suatu kotasangat ditunjang oleh upayapengawasan pembuangan dan

    penampungan sampah yangmelibatkan berbagai sektor (DinkesProp.NTT, 1995). Sampahmempunyai pengaruh terhadapkondisi lingkungan dan statuskesehatan masyarakat. Pola aktifitasdan kehidupan masyarakat jugaberpengaruh terhadap volume,komposisi dan produksi sampah.Sampah yang dibuang begitu saj akanmudah mencemari lingkungan danmembahayakan masyarakat. Salahsatu penyakit akibat sampah adalahdiare.

    Diare merupakan salah satumasalah kesehatan utama di negaraberkembang, termasuk Indonesia. DiIndonesia ditemukan sekitar 60 jutakejadian diare setiap tahunnya danmerupakan penyebab utamakesakitan dan kematian (Depkes RI,2003).

    Di Propinsi NTT, diaremenduduki urutan ke tiga tertinggi dariseluruh penderita rawat jalan di sarankesehatan masyarakat (DinkesProp.NTT, 2003) dan selalumeningkat pada awal musim hujandan kemarau.

    Dari data pada PuskesmasPasir panjang, jumlah kasus diare

  • HUBUNGAN ANTARA PEMBUANGAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA PENDUDUK

    93

    pada tahun 2004 sebanyak 1099kasus dan meningkat di tahun 2005dengan 2731 kasus (Puskesmas PasirPanjang, 2003, 2004, 2005).

    Dengan melihat kondisi sanitasipemukiman penduduk yang buruk dantempat penampungan sampahsementara (TPSS) yang hanya 5 buahdi Kelurahan Oesapa dengan kondisiyang kurang baik serta tidakdimanfaatkan maka penulis tertarikuntuk membuat penelitian ini.

    Rumusan masalah dalampenelitian ini adalah : Apakah adahubungan antara pembuangansampah dengan kejadian diare padapenduduk di Kelurahan OesapaKecamatan Kelapa lima KotaKupang?

    Tujuan umum penelitian iniadalah untuk mengetahui hubunganantara pembuangan sampah dengankejadian diare di pada penduduk diKelurahan Oesapa Kecamatan Kelapalima Kota Kupang. Sedangkan tujuankhususnya adalah (a.) untukmengetahui hubungan antara jenisTPSS dengan kejadian diare, (b.)mengetahui hubungan antara jarakTPSS terhadap pemukiman pendudukdan SAB dengan kejadian diare, (c. )mengetahui hubungan penggunaanTPSS dengan kejadian diare, (d. )untuk mengetahui hubungankebiasaan jajan dengan kejadiandiare, ( e.) untuk mengetahuihubungan kebiasaan mencuci tangandengan kejadian diare, (f.) untukmengetahui hubungan kebiasaanmenyimpan hidangan dengankejadian diare, (g.) untuk mengetahuihubungan antara kepadatan lalatdengan kejadian diare.

    Dalam penelitian ini, manfaatyang bisa didapat antara lain adalah(a.) Sebagai salah satu sumberinformasi dan bahan masukan bagipeneliti selanjutnya , (b.) Sebagaibahan masukan bagi pihakPemerintah Daerah serta instansiterkait lainnya dalam menetapkanprogram pemeliharaan kesehatanlingkungan pemukiman, khususnya

    pembuangan dan penampungansampahDIAREDefinisi

    Menurut WHO 1980, diareadalah buang air besar encer ataucair lebih dari 3 kali sehari (Mansjoer,1999).

    Secara definisi, diare adalahdefekasi (Buang Air Besar) lebih dari3 kali sehari, dengan atau tanpa darahatau lendir dalam tinja atauberubahnya konsistensi tinja menjadilembek atau encer dengan frekwensilebih dari 3 kali dalam 24 jam (Sarbini,2005)

    Secara operasional, diareadalah buang air besar lembek/cairbahkan dapat berupa air saja yangfrekwensinya lebih sering daribiasanya (3 kali atau lebih dalamsehari) dan berlangsung kurang dari14 hari (Depkes RI, 2003).Patogenesis dan penyebab

    Secara klinis penyebab diaredapat dikelompokkan dalam 6golongan yaitu : (1.) Infeksi (virus,bakteri dan protozoa), (2.) alergi, (3.)keracunan, (4.) Imunodefisiensi, (5.)Malabsorpsi dan (6.) sebab-sebab lain(Depker RI, 2003)Penyebaran

    Diare ditularkan secara fecaloral, melalui masukan makanan/minuman yang terkontaminasi,ditambah ekskresi yang buruk,makanan yang tidak matang atauyang disajikan tanpa dimasak.Penularannya adalah transmisi orangke orang melalui aerosolisasi(Norwalk Rota Virus), tangan yangterkontaminasi (Clostridium Defficile)atau melalui aktifitas seksual(Mansjoer, 1999).

    Kontaminasi dapat terjadikarena : (1.) makanan/minuman yangdimasak kurang matang atau sengajadimakan mentah, (2.) makanan ataualat-alat makan yang dihinggapi lalatsehingga dapat memindahkan bibit

  • MKM Vol. 03 No. 02 Desember 2008

    94

    penyakit dari sampah ke makanan,(3.) tidak mencuci tangan sebelummakan, dan (4.) Makanan atau alat-alat makan yang disiapkan/disediakanoleh orang yang mengandung bibitpenyakit/ carrier.

    Selain itu penyebaran penyakitdiare erat hubungannya denganpenyediaan air bersih dalam rumahtangga dan cara pembuangan kotoranyang tidak baik (Entjang, 2000).Disamping itu faktor social ekonomidan adanya keseimbanganpersediaan makanan merupakanfaktor penting dalam pencegahanpenyakit diare (Shulman, 1999).Karenanya sering pula dikatakanbahwa diare dapat berujung padamalnutrisi atau kematian. Bahkan bilasuatu ketika sumber penyediaan airyang digunakan oleh keluarga danMasyarakat tersebut tercemar olehvirus penyebab diare dan atauterdapat E. colii maka bukan tidakmungkin diare tersebut menjadi suatuwabah yang menjangkiti banyak orangpada suatu daerah tertentu.FAKTOR LINGKUNGANSampah

    Sampah adalah bahan ataubenda padat yang terjadi akibataktifitas manusia yang tidak terpakailagi, tidak disenangi dan dibuangdengan cara saniter, kecuali yangberasal dari tubuh manusia(Kusnoputranto, 1985). Dan menurutApriadji (1992) sampah/waste adalahzat atau benda yang sudah tidakterpakai lagi baik dari bahan buanganrumah tangga maupun dari pabriksebagai sisa proses industri.

    Definisi Sampah dalam DinasKebersihan Kota Kupang, 2005adalah limbah yang bersifat padatatau setengah padat yang terdiri darizat organik, berasal dari kegiatanmanusia yang tidak berguna lagi danharus dikelola agar tidakmembahayakan lingkungan.

    Menurut Notoadmodjo (1997),sampah terdiri dari beberapa jenis,yakni : (1.) berdasarkan zat kimia

    yang terkandung, (2.) berdasarkandapat tidaknya terbakar, (3.)berdasarkan karakteristik sampah.

    Berdasarkan zat kimia yangterkandung, sampah dibedakan lagimenjadi : (a. ) sampah anorganik yangadalah sampah yang umumnya tidakdapat membusuk, seperti logam,besi,plastik, dll, (b.) sampah organikyang adalah sampah yang mudahmembusuk, seperti sisa makanan dandaun-daun.

    Untuk sampah yangberdasarkan dapat tidaknya terbakar,dibagi menjadi (a.) sampah yangmudah terbakar seperti kertas, plastik,dll, (b.) sampah yang tidak dapatterbakar seperti logam, kaca,kaleng,dll

    Sedangkan pembagiansampah berdasarkan karakteristiksampahnya sendiri dibedakan atas :(a.) garbage yaitu sampah hasilpengolahan makanan yang umumnyamudah membusuk dan berasal darirumah tangga, restoran, hotel,dansebagainya, (b.) Rubbish yaitusampah yang berasal dariperkantoran, perdagngan, baik yangmudah terbakar atau tidak mudahterbakar, seperti kertas, kaleng,kaca,dan sebagainya, (c.) Ashes/ abuyaitu sisa pembakaran bahan yangmudah terbakar seperti abu rokok, (d.)Street sweeping/ sampah jalananyaitu sampah yang berasal daripembersihan jalan yang terdiri darisampah daun, kertas, dansebagainya, (e.) Sampah industri yaitusampah yang berasal dari industriatau pabrik-pabrik, (f.) SampahBangkai binatang yaitu bangkaibinatang yang mati karena alam,ditabrak kendaraan atau dibuang olehmanusia, (g.) Sampah bangkaikendaraan seperti bangkai mobil,sepeda, dan lain-lain, (h.) Sampahpembangunan yaitu sampah dariproses permbangunan gedung, rumahdan sebaginya yang berupa puing-puing/ potongan kayu, besi, bambudan sebagainya.

  • HUBUNGAN ANTARA PEMBUANGAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA PENDUDUK

    95

    Masih menurut Notoadmodjo(1997), sumber-sumber sampahberasal dari : (1.) sampah yangberasal dari pemukiman, seperti sisamakanan, kertas, pakaian bekas dansebagainya, (2.) sampah yang berasaldari tempat-tempat umum, sepertipasar, tempat hiburan, terminal,stasiun dan lain-lain yang berupakertas, plastik, botol, dan sebagainya,(3.) sampah yang berasal dariperkantoran seperti kertas, karton, (4.)sampah yang berasal dari jalan raya,seperti daun, plastik, logam dansebagainya, (5.) sampah daripertanian/perkebunan, seperti jerami,sayur-mayur, ranting, batang padi dansebagainya, (6.) sampah daripeternakan / perikanan sepertikotoran ternak, sisa makanan ternak,bangkai binatang dan sebagainya,serta (7.) sampah yang berasal dariipertambangan seperti batu-batuan,tanah dan sebagainya.Tempat Pembuangan SampahSementara (TPSS)

    Pengumpulan danpenampungan sampah merupakanrangkaian kegiatan yang termasukdalam suatu proses pengelolaan danpengolahan sampah. Pengumpulandan penampungan sampah ini adalahmerupakan tanggung jawab darimasing-masing rumah tangga,institusi dan atau tempat yangmenghasilkan/ memproduksisampah. . Untuk itu diperlukan suatutemapt yang dapat menampungsampah yang dikumpulkan sebelumdiangkut ke tempat pembuangansampah akhir (TPA).

    Direktorat Bina TehnikDepartemen PU (1999)mengemukakan bahwa pewadahan/penampungan sampah adalah suatucara penampungan sampah sebelumdikumpulkan, dipindahkan, diangkutdan dibuang ke TPA dengan tujuan :(1.) untuk menghindari terjadinyasampah yang berserakan sehinggamengganggu lingkungan dankesehatan dan estetika dan (2.)

    memudahkan proses pengumpulansampah dan tidak membahayakanpetugas pengumpul sampah baikpetugas kota maupun pengumpulsetempat.

    Jenis TPSS yang baik adalahyang kedap air dan tertutup. TetapiTPSS ini tidak harus berupa bakkhusus dari batu bata dan semen,karena tidak setiap pemukiman dapatmenyediakannya (Apriadji, 1992).

    Menurut Dinkes Prop.NTT,1995, letak TPPS yang baik sehinggadapat mengurangi risiko pencemaranadalah TPSS yang sedapat mungkinharus dihindarkan atau jauh darisaluran air dan tidak terletak padatempat yang mudah terkena luapanair.

    Sedangkan Apriadji (1994)mengemukakan bahwa tempatpenampungan sampah sementara(TPSS) yang baik dan memenuhisyarat kesehatan haruslah : (1.)mudah dibersihkan, (2.) tidak mudahrusak, (3.) sebaiknya TPSS tidakberupa lokasi terbuka/ tumpukansampah yang dibuang atau dibiarkanbeguitu saja diatas permukaan tanah,(4.) sebaiknya TPSS mempunyaitutup yang rapat untuk menghindarikumpulan lalat dan (5.) kalau bisaTPSS ditempatkan di luar atau jauhdari rumah dengan tujuan agarkebersihan rumah terjaga, menjagakesejukan hawa/udara sekitar rumahdan mudah diangkut oleh petugassampah/truk sampah. Diharapkandengan terpenuhinya 5 syarat TPSSdiatas maka kebersihan lingkungandapat terjaga sehingga mengurangiresiko pencemaran dan penyebaranvektor penyakit akibat sampah-sampah yang ada.FAKTOR MANUSIA

    Dalam melihat factor manusiasebagai penyebab kejadian diaredalam Masyarakat, maka perludipertimbangkan pula latar belakangkehidupan Masyarakat yangbersangkutan.

  • MKM Vol. 03 No. 02 Desember 2008

    96

    Kebiasaan JajanPerilaku dan gaya hidup

    sangat berpengaruh terhadapkejadian dan kegawatan penyakitdiare, terutama yang berhubungandengan kebiasaan/ budaya polamakan dan minum tiap individu dalammasyarakat.

    Menurut Sarbini (2005), adabeberapa hal yang perlu dilihatmenyangkut persepsi dari masyarakatmengenai perilaku makan/minumyaitu : (a.) kebiasaan makan, (b.) jenismakanan yang sering di konsumsi,(c.) tempat memperoleh makanan/minuman (warung, kaki lima, restoran,masak sendiri, dll), (d.) kesukaanmakan-minum (pedas, gorengan,dingin, dll), (e.) kondisi sosial fisiktempat penjualan makan/minuman,(f.) keamanan makanan yang dijual,(g.) tingkat hygiene sanitasi makananyang dijual atau dimakan.Kebiasaan mencuci tangan

    Sebagian besar kumaninfeksius penyebab diare ditularkanmelalui jalur fecal oral. Penularannyadengan memasukkan ke dalam mulut,cairan atau benda tercemar (terutamakotoran/tinja), misalnya air minum,jari-jari tangan, makanan yangdisiapkan dalam panci yang dicucidengan air tercemar.

    Kebiasaan perorangan yangberhubungan dengan penularankuman penyebab diare adalahkebiasaan mencuci tangan, terutamasaat selesai buang air besar, sesudahmembuang kotoran/sampah sebelummenyiapkan makanan, seblummenyuapi anak atau sebelum makan(Depkes RI, 2003)Kebiasaan dan cara menyimpanhidangan

    Makanan yang kotor akanberbahaya bagi anggota keluargakarena dapat menyebabkan kejadiandiare. Karena itu agar keamananmakanan terjaga, usahakan agarmenyimpan makanan pad temaptyang dingin dan tertutup, seperti pada

    lemari makan atau meja yang ditutupdengan tutupan saji (Heru, 1995 citToyo, 2005)

    Menurut Widyati (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuhdan berkembangnya bakteri dalammakanan adalah : (a.) temperaturtempat penyimpanan makanan, (b.)merebus atau memanaskan makanansampai mendidih tetapi kurangmaksimal dengan suhu tertinggi120oC, (c.) suhu terlalu rendah saatmenyimpan hidangan, minimal 7oC,(d.) kandungan cairan atau air dalambahan makanan yang tinggi dan (e.)jangka waktu penyimpanan makananyang lama (5-6 jam).FAKTOR AGENT (VEKTOR LALAT)

    Pada dasarnya setiap mahlukdi dunia ini mempunyai hubungandengan lingkungannya, baik secaralangsung maupun tidak langsung.Lalat adalah salah satu mahluk yangberperan dalam penyebaran kejadiandiare, bertindak sebagai agent danatau vektor mekanis yang hanyabertindak sebagai alat pemindah pasifdengan pengertian bahwa kuman-kuman ptogen tidak mengalamiperubahan apapun (Widyati, 2002)

    Perkembangbiakan seekorlalat dimulai pada saat seekor lalatbetina yang bertelur. Biasanya sekalibertelur akan menghasilkan 75-150butir, setiap 30 hari. Setelah 10-24jam dalam keadaan baik telur-telurtersebut akan menetas menjadi larvadan kepompong dalam waktu 4 hari.Setelah itu menjadi imago dan terakhirmenjadi lalat dewasa. Setelahberumur 3 hari, lalat tersebut sudahmampu untuk bertelur kembali. Siklushidup lalat, mulai dari telur hingga lalatdewasa memerlukan waktu 14 hari.

    Kebiasaan lalat untukmenempatkan telurnya pada tempatyang banyak mengandung zat-zatorganik, seperti temapat sampah,membuat kesulitan dalampemberantasannya. Lalat lebihmenyukai makanan yang bersuhulebih tinggi dari suhu udara sekitarnya

  • HUBUNGAN ANTARA PEMBUANGAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA PENDUDUK

    97

    dan sangat membutuhkan air. Tanpaair lalat tidak dapat hidup lebih dari 46jam (Widyati, 2002)Hipotesis Penelitian

    Hipotesis dalam penelitianadalah (1.) ada hubungan antara jenisTPSS dengan kejadian diare, (2.) adahubungan antara jarak TPSSterhadap pemukiman penduduk danSAB dengan kejadian diare, (3.) adahubungan penggunaan TPSS dengankejadian diare, (4.) ada hubungankebiasaan jajan dengan kejadiandiare, (5.) ada hubungan kebiasaanmencuci tangan dengan kejadiandiare, (6.) ada hubungan kebiasaanmenyimpan hidangan dengankejadian diare, dan (7.) ada hubunganantara kepadatan lalat dengankejadian diare.METODE PENELITIANJenis Penelitian

    Jenis penelitian yang digunakanadalah penelitian observasionalanalitik, dengan desain crosssectional study (Supryanto, 2003),dimana dilakukan pengamatanterhadap obyek yang diamati,wawancara dan pengisian pertanyaanterstruktur (kuesioner) terhadapresponden dalam waktu yangbersamaan/ tertentu.Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilakukan dikelurahan Oesapa, kecamatan Kelapalima, Kota Kupang tahun 2006.Populasi Dan Sampel

    Populasi dalam penelitian iniadalah : Seluruh penduduk kelurahanOesapa sejumlah 16.096 jiwa.Sedangkan Sampel dalam penelitianini diambil secara porpusive sampling,dimana tehnik dicirikan olehpemakaian keputusan dan upayayang disengaja untuk memperolehsampel representatif denganmemasukkan area-area ataukelompok orang yang bersifat tipikal(Aswin, 1997). Besar sampel

    menggunakan rumus cohcran(Supriyanto, 2003) sebesar 96, tetapiuntuk menghindari drop out makajumlah sampel dibulatkan denganmenambah 10% dari 96 sehinggamenjadi 106 orang.Data Dan Instrumen YangDigunakan

    Data dalam penelitian ini adadua data yaitu data primer dan datasekunder. Data Primer adalah Datayang diperoleh melalui hasil observasilangsung dengan pengisian formpemantauan dan wawancara.Sedangkan Data Sekunder adalahData-data yang diperoleh daribeberapa instansi seperti instansikesehatan dan Kelurahan sertaliteratur yang berhubungan dengantujuan penelitian. Kemudian instrumenyang digunakan dalam pengumpulandata penelitian berupa Kuisioner,Form Observasi TPSS dan kepadatanlalat, Meter roll dan untuk mengukurwaktu digunakan Arloji/jam tangan.Teknik Pengolahan Dan AnalisaData

    Data hasil pemeriksaan sampeldi klasifikasi, dikode, ditabulasikemudian dihitung dengan analisisstatistik menggunakan komputer dankalkulator.

    Untuk analisis data, dianalisissecara statistik dengan menggunakankomputer kemudian disajikan secaradeskriptif dalam bentuk narasi dantabel.HASIL PENELITIAN DANPEMBAHASANHasil PenelitianKarakteristik Responden menurutkelompok umur

    Dari 106 sampel dalam penelitianini, kelompok umur bervariasi dari 16->60 tahun. Lebih jelas dapat dilihatpada Tabel 1. berikut.

  • MKM Vol. 03 No. 02 Desember 2008

    98

    Tabel. 1 Distribusi responden menurutkelompok umur

    Kelompokumur (tahun)

    N (orang) %16-20 9 821-25 11 1026-30 22 2131-35 24 2336-40 12 1141-45 8 746-50 7 751-55 3 356-60 7 7>60 3 3

    Jumlah 106 100

    Berdasarkan tabel 1 makaresponden terbanyak berumur antara31-35 tahun yaitu 24 orang (23%) danpaling sedikit pada kelompok umur>60 tahun sebanyak 3 orang (3%).Karakteristik responden menurutjenis kelamin

    Dari 106 sampel dalampenelitian ini, jumlah laki-laki danperempuan hampir sebanding. Lebihjelas dapat dilihat pada Tabel 2.Tabel. 2 Distribusi responden menurut jenis

    kelaminKelompok umur

    (tahun)N (orang) %

    Laki-laki 50 47Perempuan 56 53Jumlah 106 100

    Berdasarkan tabel 2 makarespomden terbanyak adalahperempuan sejumlah 56 orang(53%)dan laki-laki sebanyak 50 orang(47%).Karakteristik responden menuruttingkat pendidikanTabel. 3 Distribusi responden menurut

    tingkat pendidikanTingkat

    pendidikanN

    (orang)%

    SD 21 20SLTP 47 44SLTA 31 29

    Perguruan Tinggi(PT)

    31 7Jumlah 106 100

    Dari 106 sampel dalampenelitian ini, tingkat pendidikanresponden bervariasi. Lebih jelasdapat dilihat pada tabel 3.

    Berdasarkan tabel 3 makaresponden terbanyak adalahberpendidikan SLTP sejumlah 47orang(44%) dan paling sedikitperpendidikan PT sebanyak 7 orang(7%).Karakteristik responden menurutjenis pekerjaan/profesi

    Dari 106 sampel dalampenelitian ini, jenis profesi respondendapat dilihat pada tabel 4.Tabel. 4 Distribusi responden menurut jenis

    kelaminJenis pekerjaan/

    profesiN

    (orang)%

    Pengusaha/wiraswasta

    25 23.6Nelayan 26 24.5Ibu RT 50 47.2

    Mahasiswa/ pelajar 5 4.7Jumlah 106 100

    Berdasarkan tabel 2 makarespomden terbanyak adalahberprofesi sebagai ibu RT sejumlah50 orang(47,2%) dan paling kecilberprofesi sebagai mahasiswa ataupeljar sebanyak 5 orang (4,7%).Hubungan antara jenis TPSSdengan kejadian diare

    Hubungan antara jenis TPSSdengan kejadian diare padaresponden dapat dilihat tabel 5.Tabel. 5 Hubungan jenis TPSS dengan

    kejadian diareJenisTPSS

    (desain/konstruks

    i)

    kejadian diare JumlahTidakdiare

    Diaren % n % n %

    Baik 5 4.7 5 4.7 10 9.4Sedang 1

    09.4 1

    211.3

    22 20.8

    Buruk 29

    27.4

    45

    42.5

    74 69.8

    Jumlah 44

    41.5

    62

    58.5

    106

    100

  • HUBUNGAN ANTARA PEMBUANGAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA PENDUDUK

    99

    Berdasarkan analisis statistikterhadap tabel 5 menunjukkan nilai = 0,74 yang berarti bahwa Ho ditolakmaka tidak ada hubungan antara jenisTPSS dengan kejadian diare.Hubungan antara letak TPSSdengan kejadian diare

    Hubungan antara letak TPSSterhadap pemukiman dan SABdengan kejadian diare padaresponden dapat dilihat tabel 6.Tabel. 6 Hubungan letak TPSS dengan

    kejadian diareLetakTPSS

    kejadian diare JumlahTidak diare Diaren % n % n %

    Baik 7 6.6 10 9.4 17 16Sedang 25 23.6 33 31.1 58 54.8Buruk 12 11.3 19 17.9 31 29.2Jumlah 44 41.5 62 58.5 106 100

    Berdasarkan analisis statistikterhadap tabel 6 menunjukkan nilai = 0,92 yang berarti bahwa Ho ditolakmaka tidak ada hubungan antara letakTPSS dengan kejadian diare.Hubungan antara kondisipenggunaan TPSS dengan kejadiandiare

    Hubungan antara kondisipenggunaan TPSS dengan kejadiandiare pada responden dapat dilihattabel 7.Tabel. 7 Hubungan kondisi penggunaan

    TPSS dengan kejadian diareJenis TPSS(desain/

    konstruksi)kejadian diare Jumlah

    Tidakdiare

    Diaren % n % n %

    Baik 7 6.6 10 9.4 17 16Sedang 25 23.6 33 61.1 58 54.8Buruk 12 11.3 19 17.9 31 29.2Jumlah 44 41.5 62 58.5 106 100

    Berdasarkan analisis statistikterhadap tabel 7 menunjukkan nilai = 0,03 yang berarti bahwa Ho diterimasehingga ada hubungan antarakondisi penggunaan TPSS dengankejadian diare.Hubungan antara kebiasaan jajandengan kejadian diare

    Hubungan antara kebiasaanjajan responden dengan kejadiandiare dapat dilihat tabel 8Tabel. 8 Hubungan kebiasaan jajan dengankejadian diareKebiasaan jajan

    kejadian diare JumlahTidakdiare

    Diaren % n % n %

    Ya 25

    23.6

    48

    45.3

    73 68.9

    Tidak 19

    17.9

    14

    13.2

    33 31.1

    Jumlah 44

    41.5

    62

    58.5

    106

    100

    Berdasarkan analisis statistikterhadap tabel 8 menunjukkan nilai = 0,04 yang berarti bahwa Ho diterimasehingga ada hubungan antarakebiasaan jajan responden dengankejadian diare.Hubungan antara kebiasaanmencuci tangan dengan kejadiandiare

    Hubungan antara kebiasaanmencuci tangan responden dengankejadian diare dapat dilihat tabel 9.Tabel 9 Hubungan kebiasaan mencuci

    tangan dengan kejadian diareKebiasaanmencucitangan

    kejadian diare JumlahTidakdiare

    Diaren % n % n %

    Ya 10 9.4 20 18.9 30 28.3Tidak 34 32.1 42 39.6 76 71.7Jumlah 44 41.5 62 58.5 106 100

    Berdasarkan analisis statistikterhadap tabel 9 menunjukkan nilai = 0,39 yang berarti bahwa Ho ditolaksehingga tidak ada hubungan antarakebiasaan mencuci tangan respondendengan kejadian diare.Hubungan antara kebiasaanmenyimpan hidangan dengankejadian diare

    Hubungan antara kebiasaanmenyimpan hidangan respondendengan kejadian diare dapat dilihattabel 10.

  • MKM Vol. 03 No. 02 Desember 2008

    100

    Tabel. 10 Hubungan kebiasaan menyimpanhidangan dengan kejadian diare

    Kebiasaan /cara

    menyimpanhidangan

    kejadian diare JumlahTidakdiare

    Diaren % n % n %

    Ya 13 12.3 15 14.2 28 26.4Tidak 31 29.2 47 44.3 78 73.6Jumlah 44 41.5 62 58.5 106 100

    Berdasarkan analisis statistikterhadap tabel 10 menunjukkan nilai = 0,69 yang berarti bahwa Ho ditolaksehingga tidak ada hubungan antarakebiasaan ataui cara menyimpanhiodangan responden dengankejadian diare.Hubungan antara kepadatan lalatdengan kejadian diare

    Hubungan antara kebiasaankepadatan lalat dengan kejadian diaredapat dilihat tabel 11.Tabel. 11 Hubungan kepadatan lalat dengan

    kejadian diareKebiasaan

    jajankejadian diare Jumlah

    Tidakdiare

    Diaren % n % n %

    Rendah 24 22.6 8 7.5 13 12.3Sedang 5 4.7 18 17 42 39.6Tinggi 15 14.2 36 34 51 48.1Jumlah 44 41.5 62 58.5 106 100

    Berdasarkan analisis statistikterhadap tabel 11 menunjukkan nilai = 0,02 yang berarti bahwa Ho diterimasehingga ada hubungan antarakepadatan lalat di rumah respondendengan kejadian diare.PembahasanJenis TPSS

    TPSS tidak selalu berupa bakkhusus yang terbuat dari batu batadan semen, karena tidak semuapemukiman dapat menyediakannya(Apriadji, 1992). TPSS dapatdisediakan dalam bentuk bin /tongsampah atau dibuat sendiri olehmasyarakat berupa lubang galiandengan desain/konstruksi sederhana.Yang terpenting diupayakan adalah

    agar lokasi TPSS agak jauh darilokasi rumah dan tertutup sehinggatidak menjadi sarang perindukanvektor penyakit, seperti lalat, tikus, dllserta menimbulkan aroma yang tidaksedap. Juga pemandangan yangterjadi menjadi buruk dan tidak estetis.

    Hasil penelitian di kelurahanOesapa menunjukkan bahwa kejadiandiare banyak terjadi pada respondenyang menggunakan jenis TPSS yangburuk yaitu sebanyak 45 responden(42,5%). Tetapi berdasarkan hasilanalisis menunjukkan tidak adahubungan antara kejadian diaredengan jenis TPSS yang digunakan.Hal ini disebabkan walaupun jenisTPSS yang ada buruk tetapiresponden biasanya lebih seringuntuk langsung membakarkotoran/sampah yang tertumpuk ataumembuangnya ke laut sehinggalingkungan tetap terjagakebersihannya.Letak TPSS

    Letak /jarak TPSS terhadappemukiman dan Sarana Air Bersih(SAB) turut mendukung resikopencemaran lingkungan terutamapencemaran air permukaan. TPSSdengan lokasi /titik pengumpulan yangterbuka dan dibiarkan begitu sajaakan lebih memperbesar resikotersebut. Apabila air pada SABtersebut hanya diambil oleh satukeluarga, maka kemungkinan akanmendapatkan penyakit hanyakeluarga tersebut. Tetapi bila yangmenggunakan air dari SAB tersebutlebih banyak keluarga lagi/ sebagianbesar Masyarakat sekitarnya, makabukan tidak mungkin kejadian diaretersebut akan menjadi wabah atauepidemi. Akan menjadi lebih berat,bila ditambah dengan Sanitasi danhygiene Masyarakat yang tidak sehat,kondisi geografis yang tropis panasdan musim kemarau dengan anginkencang. Kejadian diare ini bisamenjadi pandemic (Soemirat, 2005).

    Dari hasil penelitianmenunjukkan bahwa responden yang

  • HUBUNGAN ANTARA PEMBUANGAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA PENDUDUK

    101

    terkena kejadian diare mempunyaiterbanyak adalah responden denganletak TPSS sedang terhadappemukiman dan SAB. Tetapi setelahdianalisis tidak menunjukkan adahubungan antara kejadian diaredengan letak/jarak TPSS yangdigunakan. Hal ini disebabkanwalaupun jarak TPSS yang sedangbahkan bisa dikatakan dekat denganpemukiman dan SAB tetapiresponden biasanya lebih seringmenggunakan air yang dibeli untukkebutuhan sehari-hari. Untuk kondisisekarang, biasanya air yangdigunakan untuk minum adalah airyang dibeli di depot air minum isiulang (DAMIU). Sementara untukkebutuhan Sanitasi dan hygienekeluarga menggunakan air tangki. Haltersebut sejalan dengan penelitianyang dilakukan oleh Ina Lopi, 2006,yang mengatakan bahwa walaupunhampir semua kepala keluargamemiliki sumur gali, tetapi tidaksemua sumber air tersebut digunakanuntuk minum. Dari 89 sampel, 6responden (6,7%) membeli air darisumber air lainnya karena alasanapabila diminum terasa tidak enak,biarpun kebiasaan penduduk yangmerebus air tersebut sampai mendidihsebelum digunakan sebagai airminum. Dan diantaranya 1(satu)responden (1,1%) menderita diare.Menurut Heru (1995) dalam Toyo(2005) pemakaian air yang tidakbersih menjadi penyebab utamakejadian diare. Hal ini sejalan denganThaha (1995) dan Ahmad dalamAstyani (2005) bahwa episodekejadian diare lebih mengacu padakesehatan lingkungan, jika sarana airbersih kurang dan tidak memenuhisyarat sehingga resiko diare selaluada. Sehingga kejadian diare yangtinggi terjadi dimungkingkan karenahygiene keluarga yang buruk ataufaktor intrinsik lain dari responden itusendiri, seperti malnutrisi danimmunodefisiensi.

    Selain itu, penyakit diare dapatdisebabkan oleh banyak faktor,

    seperti misalnya ketidakmampuanmencerna zat gula/susu sapi dalamdiet (Addy,1993) dan juga perilakumenyimpan hidangan yang tidak baiksehingga terkontaminasi bibit penyakityang dibawa oleh vektor/lalat. Hal inisejalan dengan hasil penelitian Toyo(2005), bahwa risiko terjadinya diarepada balita yang keluarganyamenyimpan hidangan/makanansecara terbuka mempunyai risikoterjadi diare 3,35 kali lebih besardaripada balita yang keluarganyamenyimpan makanan/hidangansecara tertutup. Selain itu, pendidikanibu juga mempengruhi risiko kejadiandiare.Kondisi penggunaan TPSS

    Menurut Apriadji (1992), TPSSyang baik adalah yang mudahdibersihkan, kuat dan awet, tertutupdan ditempatkan jauh daripenmukiman. Karena kondisi TPSSyang buruk akan mendukungpenyebaran penyakit lewat vektorpenyakit.

    Hasil penelitian menunjukkanTPSS dengan Kondisi sedang banyakterjadi kejadian diare. Hal ini terbuktidengan hasil analisis yangmenunjukkan hubungan antarakondisi TPSS dengan kejadian diare.Faktor musim kemarau pada saatpenelitian juga menjadi salah satupendukung karena tekanan udarayang tidak menentu dengan anginkencang membuat sampah-sampahyang sudah dikumpulkan kembalibeterbangan. Bahkan sebagaianberserakan karena dikoyak-koyakoleh binatang peliharaan sepertianjing. Hal inilah yang menjadi pemicuterjadinya kejadian diare padaresponden.Kebiasaan jajan

    Faktor perilaku manusia, gayahidup dan aktivitas jugamempenagruhi jumlah sampah yangada. Dan bila volume sampah yangbanyak ini tidak dikelola dengan baik

  • MKM Vol. 03 No. 02 Desember 2008

    102

    akan mempengaruhi derajatkesehatan masyarakat.Demikian juga dengan perilaku dangaya hidup individu terkait kebiasaanmakan-minum yang sembarangandan tidak memenuhi syaratkebersihan dan keamanan makanan,juga memberikan kontribusi kejadiandiare dan kegawatannya (Sarbini,2005).

    Hasil penelitian menunjukkanbahwa kejadian diare terbanyakterjadi pada responden dengankebiasaan jajan di luar yang sangatsering. Dan hasil analisis jugamendukung kenyataan tersebutdengan menunjukkan adanyahubungan antara kebiasaan jajanyang sering dengan kejadian diare.Makanan yang terkontaminasi dapatmenyebabkan penyakit (food bornedisease), salah satunya adalah diare.Hal ini disebabkan karena keamanandan kebnersihan makanan yang tidakterjaga serta tempat penjualanmakanan/minum yang jauh dari kesansehat. Sejalan dengan itu juga hasilpenelitian Sarbini menunujukakanbahwa anak atau orang dewasabiasanya terkena diare karena makandan minum makanan yangterkontaminasi oleh bakteri, virus danparasit yang ada dalam makanan(Dinkes Prop. NTT, 2005)

    Selain itu kejadian diare padadaerah penelitian bisa kemungkinandisebabkan oleh kebiasaanmasyarakat/penduduk dalam prosespengolahan makanan yang kurangsempurna. Menurut Mukono (2000),pemasakan yang tidak sempurnapada daging, telur dan susu akanmenyebabkan makanan tersebut pekadan memudahkan organisme untukberkembang didalamnya.Kebiasaan mencuci tangan

    Selain itu, kebiasaan mencucitangan sebelum makan, sesudahbekerja atau mengangkat kotoran dansebelum menyiapkan makanan jugaberpengaruh terhadap terjadinyadiare. Seperti yang diteliti oleh Toyo,

    2005, salah satu kebiasaan yang eratkaitannya dengan penularan kumandiare adalah mencuci tangan. Halsenada juga ditunjukkan dalam hasilpenelitian Weraman dan Evi Sahrul(2004) (Dinkes. Prop. NTT, 2004).

    Dalam Hasil penelitian ini,menunjukkan bahwa kejadian diarebanyak terjadi pada responden yangtidak biasa mencuci tangan sebelummakan, sesudah bekerja dan sebelummenyiapkan makanan. Tetapi hasilanalisis tidak menunjukkan hubunganyang berarti. Mungkin hal inidisebabkan karena walaupun tidakmempunyai kebiasaan mencucitangan tetapi responden mempunyaikekebalan tubuh yang baik. Pendapatini sejalan dengan hasil penelitianAstyani (2005) tentang hubunganantara sanitasi makanan danlingkungan dengan kejadian diarepada anak balita di Wilayah KerjaPuskesmas Lepo-lepo KecamatanBaruga Kota Kendari tahun 2005,yang menunjukkan bahwa tidak adahubungan antara pengolahanmakanan dengan kejadian diare padabalita. Dikatakan bahwa adakemungkinan balita mempunyaiimmunitas/kekebalan tubuh yang baiksehingga tidak terjadi penyakit diare.Kebiasaan cara menyimpanhidangan

    Makanan yang disajikan tanpaditutup atau dibiarkan terbuka akanmengundang lalat untuk datangberkumpul dan menebarkan bibitpenyakit (Heru cit Toyo, 2005). Salahsatu kebiasaan lalat adalah suka padaaroma yang harum dan menyengat.

    Hasil penelitian menunjukkanbahwa kejadian diare banyak terjadipada responden yang tidak biasamenutup hidangannya, baik sebelummaupun sesudah makan. Tetapiberdasarkan analisis tidakmenunjukkan adanya hubunganantara kebiasaan ini dengan kejadiandiare. Ada kemungkinan hal ini terjadikarena kebiasaan responden yang

  • HUBUNGAN ANTARA PEMBUANGAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA PENDUDUK

    103

    menerapkan sistem santap langsungdan sekali masak untuk sekali makan.

    Hal demikian jugadiungkapkan dalam penelitian InaLopi, 2006, yang menerangkan bahwatidak ada hubungan antarapengolahan makanan dengankejadian diare pada balita.Kepadatan lalat

    Salah satu indikatorkebersihan temapt adalah tingkatkepadatan lalat. Lalat biasanyamenyukai tempat yang lembab danhinggap pada zat-zat organik yangberbau tajam sebagai tempatperindukkannya.

    Dari hasil penelitianmenunjukkan bahwa kejadian diareterjadi paling banyak pada respondendengan tingkat kepadatan lalat dalamrumah yang tinggi. Hasil ini sebandingdengan hasil analisis yangmenunjukkan adanya hubunganantara kepadatan lalat dengankejadian diare.

    Hal ini juga sejalan denganpendapat Widyati (2002) yangmenyatakan bahwa lalat merupakanagen/vektor mekanis pasif yang palingberperan dalam transmisi penyebaranpenyakit diare.Simpulan

    Dari hasil penelitian dapat diterikkesimpulan bahwa (1)Tidak adahubungan antara jenis TPSS dengankejadian diare yang ditunjukkandengan nilai = 0,74; (2) Tidak adahubungan antara letak/jarak TPSSdengan kejadian diare yangditunjukkan dengan nilai = 0,92; (3)Ada hubungan antara Kondisipenggunaan TPSS dengan kejadiandiare yang ditunjukkan dengan nilai= 0,03; (4) ada hubungan antarakebiasaan jajan dengan kejadian diareyang ditunjukkan dengan nilai =0,04; (5) Tidak ada hubungan antarakebiasaan mencuci tangan dengankejadian diare yang ditunjukkandengan nilai = 0,39; (4) Tidak ada

    hubungan antara kebiasaan/caramenyimpan hidangan dengankejadian diare yang ditunjukkandengan nilai = 0,69; (5) adahubungan antara kepadatan lalatdengan kejadian diare yangditunjukkan dengan nilai = 0,02.Saran

    Berdasarkan hasil penelitiandiharapkan perlu adanya sosialisasidan penyuluhan yang intensif tentangperilaku hidup bersih (PHBS) danpentingnya kesehatan lingkungankepada masyarakat. Demikian jugaperlu kerjasama lintas sektor baikpemerintah dan swasta dalammenciptakan lingkungan hidup yangbersih, terutama untuk masalahsampah mulai dari pengumpulan,pengangkutan dan pengelolaanakhirnya.DAFTAR PUSTAKAApriadji.WH, 1992, MemprosesSampah, Jakarta, Penebar SwadayaAswin.S, 1997, Metodologi PenelitianKedokteran, Yogyakarta, FK UGMAzwar.A, 1989, Pengantar IlmuKesehatan Lingkungan, Jakarta,Mutiara Widya,Depkes RI, 2000, Prinsip Hygienendan Sanitasi Umum dan Perkotaan,Jakarta, GrasindoDep PU, 1999, Pengelolaan SampahPerkotaan, Jakarta, Direktorat BinaTehnikDepkes RI, 2003, PedomanPemberantasan Penyakit Diare,Jakarta, DitJend PPMDinkes Prop. NTT, 2003, LaporanTahunan Seksi Upaya KesehatanDasar Prop. NTTDinas Kebersihan Kota Kupang, 2005,Manajemen Persampahan Kora

  • MKM Vol. 03 No. 02 Desember 2008

    104

    Kupang, Kupang, Dinas KebnersihanKota KupangKusnoputranto. H, 1985, Ke4sehatanLingkungan, Jakarta, FKM UIIna Lopi. A, 2006, Hubungan AntaraSanitasi Makanan Dan LingkunganDengan Kejadian Diare Balita DiKelurahan Oesapa Kecamatan KelapaLima Kupang Tahun 2006, Skripsi,Kupang, FKM UndanaMansjoer.A, 1999, Kapita SelektaKedokteran jilid I, Jakarta, FK UI(Media Asculapius)Notoatmodjo, Soekidjo, 1997, IlmuKesehatan Masyarakat, Jakarta : PT.Rineka CiptaPurdom, P. W., 1980, EnvironmentalHealth (2th Ed), Academic Press, Inc.Sydney

    Puskesmas Pasir Panjang,2004,2005, Laporan Tahunan PKLSarbini, 2005, Diare, Jakrta, MERCSlamet, Juli Soemirat, 1994,Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta :Gadjah Mada University PressSoemirat, Juli, 2005, EpidemiologiLingkungan, Gajah Mada UniversityPress, YogyakartaSupriyanto, 2003, Metodologi Risat,Surabaya, FKM UnairToyo.MT, 2005, Faktor-faktor yangberhubungan dengan kejadian diarepada Balita di Puskesmas OesaoKabupaten Kupang, Skripsi, Kupang,FKM UnadanaWeraman, Sharul.E, 2004, Faktor-faktor yang mempengaruhi KejadianDiare di Kota Kupang, Thesis,Kupang, Dinkes Prop, NTT

    Hipotesis PenelitianKarakteristik Responden menurut kelompok umurMenurut Apriadji (1992), TPSS yang baik adalah yang mudah dibersihkan, kuat dan awet, tertutup dan ditempatkan jauh dari penmukiman. Karena kondisi TPSS yang buruk akan mendukung penyebaran penyakit lewat vektor penyakit.

    DAFTAR PUSTAKA