Upload
vuonghanh
View
233
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ARTIKEL
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI
UMUM (DAU), DANAALOKASI KHUSUS (DAK), DAN DANA
BAGI HASIL (DBH) TERHADAP ALOKASIBELANJA MODAL
PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT
PERIODE 2013-2015
Oleh:
JOHAN ADI PROYOGO
13.1.02.01.0220
Dibimbing oleh :
1. Badrus Zaman, M.Ak
2. Mar’atus Solikah, M.Ak
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
2017
Simki-Economic Vol. 01 No. 10 Tahun 2017 ISSN : BBBB-BBBB
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Johan Adi Prayogo | 13.1.02.01.0220 Fakultas Ekonomi – Prodi Akuntansi
simki.unpkediri.ac.id || 1||
SURAT PERNYATAAN
ARTIKEL SKRIPSI TAHUN 2017
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama Lengkap : JOHAN ADI PRAYOGO
NPM : 13.1.02.01.0220
Telepun/HP : 085746919801
Alamat Surel (Email) : [email protected]
Judul Artikel : Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum
(DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi
Hasil (DBH) Terhadap Alokasi Belanja Modal Pada
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat Periode 2013-
2015
Fakultas – Program Studi : EKONOMI / AKUNTANSI
Nama Perguruan Tinggi : UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
Alamat Perguruan Tinggi : JL. KH. Ahmad Dahlan No. 76, Mojoroto, Kediri
Dengan ini menyatakan bahwa :
a. artikel yang saya tulis merupakan karya saya pribadi (bersama tim penulis) dan
bebas plagiarisme;
b. artikel telah diteliti dan disetujui untuk diterbitkan oleh Dosen Pembimbing I dan II.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari
ditemukan ketidaksesuaian data dengan pernyataan ini dan atau ada tuntutan dari pihak lain,
saya bersedia bertanggungjawab dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Simki-Economic Vol. 01 No. 10 Tahun 2017 ISSN : BBBB-BBBB
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Johan Adi Prayogo | 13.1.02.01.0220 Fakultas Ekonomi – Prodi Akuntansi
simki.unpkediri.ac.id || 2||
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM
(DAU), DANAALOKASI KHUSUS (DAK), DAN DANA BAGI HASIL
(DBH) TERHADAP ALOKASIBELANJA MODAL PADA
KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT PERIODE 2013-2015
Johan Adi Prayogo
13.1.02.01.0220
Fakultas Ekonomi – Prodi Akuntansi
Email : [email protected]
Dosen Pembimbing 1 Badrus Zaman, M.Ak dan 2 Mar’atus Solikah, M.Ak
UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI
ABSTRAK
Fokus penelitian ini adalah Pengaruh PendapatanAsli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi
Khusus dan Dana Bagi Hasil terhadap Alokasi Belanja Modal. Tujun penelitian adalah menganalisis
pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan Dana Bagi Hasil
secara parsial dan simultan terhadap Alokasi Belanja Modal. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif. Metode yang digunakan data sekunder. Variabel yang digunakan adalah pendapatan asli
daerah, dana alokasi umum, dana alokasi khusus, dana bagi hasil dan belanja modal. Model analisis
yang digunakan adalah regresi linier berganda. Dan uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji
normalitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas.Hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa secara parsial variable PAD berpengaruh signifikan terhadap belanja modal.
Sedangkan DAU, DAK dan DBH tidak berpengaruh signifikan terhadap belanja modal Secara
simultan variabel PAD, DAU, DAK, dan DBH berpengaruh signifikan terhadap belanja modal.
KATA KUNCI : Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus,
Dana Bagi Hasil dan Alokasi Belanja Modal.
Simki-Economic Vol. 01 No. 10 Tahun 2017 ISSN : BBBB-BBBB
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Johan Adi Prayogo | 13.1.02.01.0220 Fakultas Ekonomi – Prodi Akuntansi
simki.unpkediri.ac.id || 3||
I. LATAR BELAKANG
Berdasarkan Undang-Undang
(UU) Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintah Daerah yang kemudian
direvisi dengan UU Nomor 32 Tahun
2004, daerah diberi kewenangan yang
luas untuk mengurus rumah tangganya
sendiri dengan sedikit bantuan dari
pemerintah pusat. Pemerintah Daerah
mempunyai hak dan kewenangan yang
luas untuk menggunakan sumber-
sumber keuangan yang dimilikinya
sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi
masyarakat yang berkembang di daerah
kabupaten maupun kota.
UU No. 33 Tahun 2004 pasal
157 menyatakan bahwa salah satu
pendapatan daerah adalah Dana
Perimbangan yang terdiri dari Dana
Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi
Khusus (DAK), Dana Bagi Hasil
(DBH). DBH dibagi menjadi 2 yaitu
DBH pajak dan bukan pajak/sumber
daya. Kebijakan tersebut bisa dilihat
dari dua sudut pandang. Sudut pandang
yang pertama adalah tantangan, yang
kedua adalah peluang bagi Pemerintah
Daerah (Pemda). Hal tersebut
dikarenakan, dalam UU tersebut
diamanatkan suatu kewenangan
otonomi yaitu agar daerah
melaksanakan pembangunan disegala
bidang, terutama untuk pembangunan
sarana dan prasarana publik (public
service).
Berdasarkan UU No. 32 Tahun
2004, salah satu sumber pendapatan
daerah adalah PAD yang terdiri dari
hasil pajak daerah, hasil retribusi
daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan dan lain-lain
PAD yang sah. Peningkatan PAD
diharapkan meningkatkan investasi
belanja modal pemerintah daerah
sehingga kualitas pelayanan publik
semakin baik tetapi yang terjadi adalah
peningkatan pendapatan asli daerah
tidak diikuti dengan kenaikan anggaran
belanja modal yang signifikan hal ini
disebabkan karena pendapatan asli
daerah tersebut banyak tersedot untuk
membiayai belanja lainnya.
Setiap daerah mempunyai
kemampuan keuangan yang tidak sama
dalam mendanai kegiatan-kegiatannya,
hal ini menimbulkan ketimpangan
fiskal antara satu daerah dengan daerah
lainnya. Oleh karena itu, untuk
mengatasi ketimpangan fiskal ini
Pemerintah mengalokasikan dana yang
bersumber dari APBN untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam pelaksanaan
desentralisasi. Salah satu dana
perimbangan dari pemerintah ini
adalah DAU yang pengalokasiannya
menekankan aspek pemerataan dan
Simki-Economic Vol. 01 No. 10 Tahun 2017 ISSN : BBBB-BBBB
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Johan Adi Prayogo | 13.1.02.01.0220 Fakultas Ekonomi – Prodi Akuntansi
simki.unpkediri.ac.id || 4||
keadilan yang selaras dengan
penyelengaraan urusan pemerintahan
(UU No. 32 Tahun 2004). Adanya
transfer dari pusat ini di harapkan
pemerintah daerah bisa lebih
mengalokasikan PAD yang didapatnya
untuk membiayai belanja modal di
daerahnya.
Berdasarkan permasalahan
diatas maka peneliti tertarik untuk
mengkaji ulang dengan melakukan
penelitian yang berjudul “Pengaruh
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi
Khusus (DAK), dan Dana Bagi Hasil
(DBH) terhadap Alokasi Belanja
Modal” (Studi Empiris pada
Pemerintah Jawa Barat periode 2013-
2015.
II. METODE
A. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan asli daerah
adalah total realisasi penerimaan
daerah yang bersumber dari pajak
daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan dan lain-lain
penerimaan PAD yang sah.
Nugraeni, (2011: 106)
Pendapatan Asli Daerah
(PAD) adalah pendapatan yang
diperoleh daerah yang dpungut
berdasarkan peraturan daerah
sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, guna
keperluan daerah yang
bersangkutan dalam pembiayaan
kegiatannya (BPS, 2015:15)
Berdasarkan pengertian
diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa Pendapatan asli daerah
(PAD) adalah semua penerimaan
daerah yang berasal dari sumber
ekonomi asli daerah dan lain-lain
penerimaan PAD yang
sah.Pendapatan Asli Daerah
dipisahkan menjadi empat jenis
pendapatan, yaitu pajak daerah,
retribusi daerah, hasil perusahaan
milik daerah dan hasil pengelolaan
kekayaan milik daerah yang
dipisahkan, lain-lain Pendapatan
Asli Dearah yang sah.
B. Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Umum
adalah transfer dana yang bersifat
“back grant”, sehingga pemerintah
daerah mempunyai keleluasaan di
dalam penggunaan DAU sesuai
dengan kebutuhan dan aspirasi
masing-masing daerah. Halim
(2014: 124)
Dana Alokasi Umum
adalah dana yang berasal dari
APBN yang dialokasikan dengan
tujuan pemerataan keuangan antar
Simki-Economic Vol. 01 No. 10 Tahun 2017 ISSN : BBBB-BBBB
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Johan Adi Prayogo | 13.1.02.01.0220 Fakultas Ekonomi – Prodi Akuntansi
simki.unpkediri.ac.id || 5||
daerah untuk membiayai kebutuhan
pengeluaran daerah masing-masing
dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi (PP No.55/2005).
Dari beberapa definisi
diatas dapat disimpulkan bahwa
Dana Alokasi Umum yaitu dana
yang berasal dari APBN yang
dialokasikan untuk memenuhi
kebutuhan suatu daerah tersebut.
C. Dana Alokasi Khusus
Dana alokasi khusus
adalah Dana yang bersumber dari
APBN yang dialokasikan kepada
daerah tertentu dengan tujuan untuk
membantu mendanai kegiatan
khusus yang merupakan urusan
daerah dan sesuai dengan prioritas
nasional. Halim (2014: 138)
Menurut Undang-Undang
23 Tahun 2014, Dana Alokasi
Khusus yang selanjutnya disingkat
DAK adalah dana yang bersumber
dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada Daerah
tertentu dengan tujuan untuk
membantu mendanai kegiatan
khusus yang merupakan Urusan
Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah.
Menurut Undang-Undang
No 32 Tahun 2004 Pasal 162
menyatakan bahwa, DAK
merupakan dana yang dialokasikan
dalam APBN untuk daerah tertentu
dalam rangka pendanaan
desentralisasi untuk membiayai
kegiatan khusus yang ditentukan
Pemerintah Pusat atas dasar
prioritas nasional dan membiayai
kegiatan khusus yang diusulkan
daerah tertentu.
Dapat disimpulkan bawa
Dana Alokasi Khusus yaitu Dana
yang bersumber dari APBN untuk
mendanai kegiatan khusus.
D. Dana Bagi Hasil
Menurut Mahmudi (2010:
27) Dana Bagi Hasil (DBH)
merupakan jenis dana perimbangan
yang dapat dikendalikan oleh
pemerintah daerah dalam arti dapat
mempengaruhi jumlah
penerimaannya.
Undang-undang 23 tahun
2016 menyatakan bahwa : Dana
Bagi Hasil yang selanjutnya
disingkat DBH adalah dana yang
bersumber dari pendapatan tertentu
APBN yang dialokasikan kepada
Daerah penghasil berdasarkan
angka persentase tertentu dengan
tujuan mengurangi ketimpangan
kemampuan keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.
Simki-Economic Vol. 01 No. 10 Tahun 2017 ISSN : BBBB-BBBB
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Johan Adi Prayogo | 13.1.02.01.0220 Fakultas Ekonomi – Prodi Akuntansi
simki.unpkediri.ac.id || 6||
Sedangkan Menurut Pipin
Syarifin dan Dedah Jubaedah
(2005:108) “Dana bagi hasil adalah
dana yang bersumber dari APBN
yang dialokasikan kepada daerah
berdasarkan angka presentase
untuk mendanai kebutuhan daerah
dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi”.
Dapat Disimpulka bahwa
DBH yaitu Dana yang berasal dari
APBN yang dialokasikan kepada
daerah tertentu.
E. Belanja Modal
Belanja modal merupakan
pengeluaran pemerintah daerah
yang manfaatnya melebihi satu
tahun anggaran dan akan
menambah aset atau kekayaan
daerah dan selanjutnya akan
menambah belanja yang bersifat
rutin seperti biaya pemeliharaan
pada kelompok belanja
administrasi (Halim, 2004)
Sesuai Pemendagri
Nomor 13 Tahun 2006, belanja
modal merupakan bagian dari
kelompok belanja daerah, yang
memiliki pengertian berupa
pengeluaran yang dilakukan dalam
rangka pembelian/ penggadaan atau
pembangunan aset tetap berwujud
yang mempunyai nilai manfaat
lebih dari duabelas bulan untuk
digunakan dalam kegiatan
pemerintahan, seperti dalam bentuk
tanah, peralatan dan mesin, gedung
dan bangunan, jalan, irigasi dan
jaringan, dan aset tetap lainnya.
Dengan adanya belanja modal
tersebut diharapkan adanya
multiplier effect, secara makro dan
mikro bagi perekonomian nasional
Indonesia, dan khususnya bagi
daerah.
Menurut Perdirjen
Perbendaharaan, suatu belanja
dikategorikan sebagai belanja
modal apabila :
a. pengeluaran tersebut
mengakibatkan adanya
perolehan aset tetap atau aset
lainnya yang menambah masa
umur, manfaat dan kapasitas;
b. pengeluaran tersebut melebihi
batasan minimum kapitalisasi
aset tetap atau aset lainnya yang
telah ditetapkan pemerintah;
c. perolehan aset tetap tersebut
diniatkan bukan untuk dijual.
Maryadi (2012: 04)
III. HASIL DAN KESIMPULAN
1. Pengaruh PAD terhadap Belanja
Modal
Berdasarkan pengujian
statistik untuk Pendapatan Asli
Simki-Economic Vol. 01 No. 10 Tahun 2017 ISSN : BBBB-BBBB
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Johan Adi Prayogo | 13.1.02.01.0220 Fakultas Ekonomi – Prodi Akuntansi
simki.unpkediri.ac.id || 7||
Daerah diperoleh nilai signifikansi
sebesar 0,000. Nilai signifikansi
lebih kecil dari 0,05, sehingga ada
pengaruh yang signifikan antara
Pendapatan Asli Daerah terhadap
Belanja Modal. Hal ini
menunjukkan bahwa hipotesis
pertama yang menyatakan
“Pendapatan Asli Daerah
berpengaruh signifikan terhadap
belanja Modal” terbukti
kebenaranya.
Penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Wandira (2013)
memberikan hasil penelitian yang
sama dengan penelitian ini yaitu
PAD tidak berpengaruh signifikan
terhadap belanja modal. Wandira
(2013) mengatakan bahwa Daerah
dengan PAD rendah kemungkinan
dikarenakan kurangnya penggalian
sumber-sumber penerimaan baru
(ekstensifikasi), seharusnya setiap
daerah meningkatkan PAD melalui
upaya ekstensifikasi yaitu dengan
meningkatkan kegiatan ekonomi
masyarakat, upaya ini harus
diarahkan dengan mempertahankan
dan menggali potensi daerah agar
dapat dimanfaatkan secara
berkelanjutan.
Sedangkan menurut
Maryadi (2014) Pendapatan Asli
Daerah berpengaruh signifikan
terhadap Belanja Modal pada
Kabupaten dan Kota di Indonesia
Tahun 2012 namun dengan arah
negatif. Ini berarti semakin besar
Pendapatan Asli Daerah maka
Belanja Modal pada Kabupaten dan
Kota di Indonesia Tahun 2012
semakin rendah.
2. Pengaruh DAU terhadap Belanja
Modal
Berdasarkan pengujian
statistik untuk Dana Alokasi Umum
diperoleh nilai signifikansi sebesar
0,130. Nilai signifikansi lebih besar
dari 0,05, sehingga tidak ada
pengaruh yang signifikan antara
Dana Alokasi Umum terhadap
Belanja Modal. Hal ini
menunjukkan bahwa hipotesis
pertama yang menyatakan “Dana
Alokasi Umum tidak berpengaruh
signifikan terhadap belanja Modal”
terbukti kebenaranya.
Hal ini berbeda dengan
penelitian-penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Wandira
(2013), Yovita (2011), Maryadi
(2014) dalam penelitianya DAU
berpengaruh signifikan terhadap
belanja modal. Tetapi, jika kita
mencermati besaran nilai PAD
Simki-Economic Vol. 01 No. 10 Tahun 2017 ISSN : BBBB-BBBB
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Johan Adi Prayogo | 13.1.02.01.0220 Fakultas Ekonomi – Prodi Akuntansi
simki.unpkediri.ac.id || 8||
daerah kabupaten se- Jawa Barat
mengalami suatu peningkatan.
Tujuan awal DAU adalah untuk
pemerataan keuangan antar daerah
yang dimaksudkan untuk
mengurangi ketimpangan
kemampuan keuangan antar daerah.
Suatu daerah yang potensi
fiskalnya rendah, maka DAU yang
diperolehnya tinggi, dan sebaliknya
jika potensi fiskalnya tinggi, maka
DAU yang diperoleh daerah
bersangkutan akan rendah. Hal ini
menunjukkan kemandirian daerah
kabupaten/kota di Provinsi Jawa
Barat kuat, sehingga tidak
tergantung DAU dari Pemerintah
Pusat untuk membiayai alokasi
belanja modal daerah.
3. Pengaruh DAK terhadap Belanja
Modal
Berdasarkan hasil penelitian
pengaruh Dana Alokasi Khusus
(X3) pada Belanja Daerah (Y)
diperoleh p-value sebesar 0,343
lebih besar dari α = 0,05 sebesar.
Hal ini berarti bahwa Dana Alokasi
Khusus tidak berpengaruh
signifikan pada Belanja Daerah,
artinya Dana Alokasi Khusus tidak
mampu meningkatkan Belanja
Daerah. Nilai koefisien regresi
Dana Alokasi Khusus (X3) sebesar
0,048 menunjukkan adanya
pengaruh positif Dana Alokasi
Khusus terhadap Belanja Daerah.
Hal ini berbeda dengan penelitian-
penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Nugraeni (2011),
Wandira (2013), Maryadi (2014)
dalam penelitian yang dilakukan
DAK berpengaruh signifikan
terhadap belanja modal.
DAK memiliki peran
penting dalam dinamika
pembangunan sarana dan prasarana
pelayanan dasar di daerah karena
sesuai dengan prinsip desentralisasi
tanggung jawab dan akuntabilitas
bagi penyediaan pelayanan dasar
masyarakat telah dialihkan kepada
pemerintah daerah. Tujuan DAK
untuk mengurangi beban biaya
kegiatan khusus yang harus
ditanggung oleh pemerintah daerah.
Pemanfaatan DAK diarahkan pada
kegiatan investasi pembangunan,
pengadaan, peningkatan, dan
perbaikan sarana dan prasarana
fisik dengan umur ekonomis yang
panjang, termasuk pengadaan
sarana fisik penunjang, dengan
adanya pengalokasian DAK
diharapkan dapat mempengaruhi
pengalokasian anggaran belanja
modal, karena DAK cenderung
Simki-Economic Vol. 01 No. 10 Tahun 2017 ISSN : BBBB-BBBB
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Johan Adi Prayogo | 13.1.02.01.0220 Fakultas Ekonomi – Prodi Akuntansi
simki.unpkediri.ac.id || 9||
akan menambah aset tetap yang
dimiliki pemerintah guna
meningkatkan pelayanan publik.
Jadi dapat disimpulkan jika
anggaran DAK meningkat maka
alokasi belanja modal pun
meningkat sedangkan jika anggaran
DAK menurun maka alokasi
belanja modal pun menurun. Dan
itu adalah tugas pemerintah daerah
agar bisa mengoptimalkan
anggaran DAK.
4. Pengaruh DBH terhadap Belanja
Modal
Berdasarkan hasil penelitian
diperoleh bahwa DBH tidak
berpengaruh signifikan terhadap
belanja modal, dengan nilai
signifikan 0,682 lebih besar dari
0,05. Pada penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Sianipar
(2011) memberikan hasil penelitian
yang sama dengan penelitian ini,
yaitu DBH tidak berpengaruh
signifikan terhadap belanja modal.
Berbeda dengan penelitian Maryadi
(2014), Wandira (2013) dalam
penelitiannya DBH berpengaruh
signifikan terhadap belanja modal.
Hal ini dapat dikarenakan
penggunaan sampel dan periode
waktu yang berbeda.
Hasil ini menjelaskan
bahwa provinsi yang mendapatkan
DBH yang besar akan cenderung
memiliki belanja modal yang besar
pula. Hasil ini memberikan adanya
indikasi yang kuat bahwa perilaku
belanja modal akan sangat
dipengaruhi dari sumber
penerimaan DBH. DBH merupakan
sumber pendapatan daerah yang
cukup potensial dan merupakan
salah satu modal dasar pemerintah
daerah dalam mendapatkan dana
pembangunan dan memenuhi
belanja daerah yang bukan berasal
dari PAD selain DAU dan DAK.
Pola bagi hasil penerimaan tersebut
dilakukan dengan prosentase
tertentu yang didasarkan atas
daerah penghasil. Jadi dapat
disimpulkan jika anggaran DBH
meningkat maka alokasi belanja
modal pun meningkat sedangkan
jika DBH menurun maka alokasi
belanja modal pun menurun.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis data dan
pembahasan yang telah dilakukan,
sehingga dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pendapatan Asli Daerah
berpengaruh signifikan terhadap
Simki-Economic Vol. 01 No. 10 Tahun 2017 ISSN : BBBB-BBBB
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Johan Adi Prayogo | 13.1.02.01.0220 Fakultas Ekonomi – Prodi Akuntansi
simki.unpkediri.ac.id || 10||
Alokasi Belanja Modal Pemerintah
Provinsi Jawa Barat periode 2013-
2015. Hasil tersebut dibuktikan
dengan hasil signifikansi t sebesar
0,000 < 0,05.
2. Dana Alokasi Umum tidak
berpengaruh signifikan terhadap
Alokasi Belanja Modal Pemerintah
Provinsi Jawa Barat periode 2013-
2015. Hasil tersebut dibuktikan
dengan hasil signifikan t sebesar
0,130 > 0,05.
3. Dana Alokasi Khusus tidak
berpengaruh signifikan terhadap
Alokasi Belanja Modal Pemerintah
ProvinsiJawa Barat periode 2013-
2015. Hasil tersebut dibuktikan
dengan hasil signifikan t sebesar
0,343 > 0,05.
4. Dana Bagi Hasil tidak berpengaruh
signifikan terhadap Alokasi Belanja
Modal Pemerintah Provinsi Jawa
Barat periode 2013-2015. Hasil
tersebut dibuktikan dengan hasil
signifikan t sebesar 0,682 > 0,05.
5. Hasil analisis dengan menggunakan
uji F dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa Pendapatan
Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,
Dana Alokasi Khusus dan Dana
Bagi Hasil secara simultan
berpengaruh terhadap Alokasi
Belanja Modal pada Pemerintah
Provinsi Jawa Barat periode 2013-
2015. Hasil tersebut dibuktikan
dengan hasil signifikan t sebesar
0,000 < 0,05.
Adanya berbagai keterbatasan
dalam penelitian ini, maka penulis
memberikan saran sebagai berikut:
1. Penelitian selanjutnya disarankan
dapat mengambil sampel tidak
hanya terbatas pada satu provinsi
tetapi diharapkan ada beberapaa
provinsi, hal tersebut dimaksudkan
agar dapat membandingkan
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah,
Dana Alokasi Umum, Dana
Alokasi Khusus dan Dana Bagi
Hasil terhadap Alokasi Belanja
Modal.
2. Variabel yang digunakan dalam
penelitian selanjutnya diharapkan
lebih lengkap dan bervariasi atau
Simki-Economic Vol. 01 No. 10 Tahun 2017 ISSN : BBBB-BBBB
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Johan Adi Prayogo | 13.1.02.01.0220 Fakultas Ekonomi – Prodi Akuntansi
simki.unpkediri.ac.id || 11||
dengan menambah variabel
independen lainnya.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan
menggunakan variabel yang lebih
bervariasi, dengan menambah
variabel independen lain baik
ukuran-ukuran atau jenis-jenis
penerimaan pemerintah daerah
lainnya seperti penerimaan
pembiayaan pada APBD atas
SILPA tahun anggaran
sebelumnya, maupun variabel non
keuangan seperti pertumbuhan
ekonomi. Dan menambah periode
tahun yang lebih maksimal.
Simki-Economic Vol. 01 No. 10 Tahun 2017 ISSN : BBBB-BBBB
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Johan Adi Prayogo | 13.1.02.01.0220 Fakultas Ekonomi – Prodi Akuntansi
simki.unpkediri.ac.id || 12||
DAFTAR PUSTAKA
Halim, Abdul. 2014. Manajemen
Keuangan Sektor publik. Jakarta:
SalembaEmpat
Halim, Abdul. 2007. Akuntansi Sektor
Publik Akuntansi Keuangan
Daerah. Jakarta: Salemba Empat.
Hidayah dan Setiyawati. 2014. “Pengaruh
Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi
Khusus Dan Pendapatan Asli
Daerah Terhadap Belanja
Langsung Di Propinsi Jawa
Tengah”. Jurnal Akuntansi/ Volume
XVIII, Universitas Mercu Buana
Jakarta Email:
Maryadi 2014. “Pengaruh Pendapatan
Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana
Bagi Hasil, Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran Dan Luas Wilayah
Terhadap Belanja Modal Pada
Kabupaten Dan Kota Di Indonesia
Tahun 2012” Universitas Maritim
Raja Ali Haji Tanjung pinang.
Diakses pada tanggal 23 Oktober
2016 pukul 18.08 wib.
Nugraeni. 2011. Analisis Pengaruh Dana
Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi
Khusus (DAK) Dan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) Terhadap
Prediksi
Belanja Daerah Studi Pada
Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota DiIndonesia.
Akmenika UPY. Vol 8.Diakses
pada tanggal 31 mei 2017 pukul
12.54 wib.
PeraturanPemerintahNomor 55 Tahun
2005 Tentang Dana Perimbangan.
Sianipar, Eva Septriani. 2011. “Analisis
Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Dan Dana Perimbangan Terhadap
Pengalokasian Belanja Modal
Pada Kabupaten/Kota Di Sumatera
Utara”. Skripsi. Universitas
Sumatera Utara.
Setiawan, Asrul Wisnu. 2015. “Pengaruh
Pertumbuhan Ekonomi,
Pendapatan Asli Daerah, Dana
Alokasi Umum, Dana Alokasi
Khusus Dan Dana Bagi Hasil
Terhadap Pengalokasian Anggaran
Belanja Modal Di Kabupaten/Kota
Di Yogyakarta Periode Tahun
2007-2013”. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Setiawan, Bowo. 2013.
“PengaruhPendapatanAsli Daerah
(Pad) Dan Dana Alokasi Umum
(Dau) Terhadap Alokasi Belanja
Modal” (Study Empiris
Kabupaten/Kota Jawa Tengah).
Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia No.
33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Daerah.
Undang-undang No. 36 Tahun 2008
tentang Pajak Penghasilan.
Waluyo. 2011. “Perpajakan Indonesia”
.Jakarata Salemba Empat.
Wandira, Arbie Gugus. 2013. “Pengaruh
Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi
Umum, Dan Dana Alokasi Khusus
Terhadap Pengalokasian Anggaran
Belanja Modal (Studi Empiris pada
Pemerintah Provinsi se Indonesia
tahun 2012)”. Skripsi. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
Diakses pada tanggal 23 Oktober
2016 pukul 19.00 wib.
http://www.anggaran.depkeu.go.id Diakses
pada 25 April 2017.Pukul 15.00 wib.
http://www.djpk.kemenkeu.go.id. Diakses
pada 01 Mei 2017.Pukul 14.00 wib.
Simki-Economic Vol. 01 No. 10 Tahun 2017 ISSN : BBBB-BBBB
Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Johan Adi Prayogo | 13.1.02.01.0220 Fakultas Ekonomi – Prodi Akuntansi
simki.unpkediri.ac.id || 13||
http://www.kemendagri.go.id Diakses pada
05 Mei 2017.Pukul 16.00 wib
Yovita, Farah Marta. 2011. “Pengaruh
Pertumbuhan Ekonomi,
Pendapatan Asli Daerah dan Dana
Alokasi Umum Terhadap
Pengalokasian Anggaran Belanja
Modal (Studi Empiris pada
Pemerintah Provinsi Se Indonesia
Periode 2008 – 2010)”. Diponegoro
Jurnal Of Accounting. Semarang:
UNDIP.
Simki-Economic Vol. 01 No. 10 Tahun 2017 ISSN : BBBB-BBBB