40
apa saja sih Potensi Kecerdasan Pada Setiap Manusia itu ? yang namanya kecerdasan itu tidak bisa digambarkan dalam deretan angka IQ saja, tapi Kecerdasan itu diibaratkan sekumpulan program kemampuan yang ada di beragam bagian otak kita. potensi kecerdasan pada setiap manusia saling berhubungan, dan juga bisa berkembang sesuai kapasitas yang ada. dapat di artikan dalam lingkungan yang kondusif, orang bisa menjadi semakin cerdas dan potensi kecerdasanya semakin meningkat. Ada beberapa potensi kecerdasan pada setiap manusia, antar lain sebagai berikut: 1. Body Smart alias Cerdas Tubuh. Body Smart bisa ditunjukkan dalam kemampuan olahraga, membuat kerajinan tangan (crafting), kecintaan Anda akan dunia akting, dan sebagainya. 2. Self Smart alias Cerdas Diri. yaitu menunjukkan kemampuan dalam memahami dirinya, pribadinya, impian dan cita-citanya. manusia yang cerdas diri biasanya sering dimintai nasihat atau menjadi tempat curhat teman-temannya. 3. Logic Smart alias Cerdas Logika. yaitu kemampuan berhitung dan logika seorang Logic Smart sangat bisa diandalkan. Bagi Anda yang unggul dalam Logic Smart Anda tidak pernah kehabisan ide dalam menghadapi suatu persoalan. 4. Word Smart alias Cerdas Bahasa. yaitu kecerdasan yang menunjukkan kepandaian dalam menulis dan membaca. Anda yang unggul dalam Word Smart sangat menikmati kegiatan yang berhubungan dengan pengolahan kata, seperti teka-teki silang, bercerita, scrabble, dan menulis. 5. Picture Smart alias Cerdas Gambar. yaitu kecerdasan yang di aplikasikan kepada senang menggambar atau punya selera yang bagus dalam fesyen. belajar dengan cara membuat gambar atau lewat materi visual. kecerdasan ini memicu aktivitas sperti jago bermain puzzle, membaca peta, atau menggambarkan rute jalan. sebenarnya masih ada beberapa Potensi Kecerdasan Pada Setiap Manusia, namun mungkin bisa saya berian di lain waktu. semoga artikel yang sya berikan ini bisa menambah wawasan buat kita semua dan bisa menjadikan motivasi buat kita sebagai manusia untuk terus belajar mengembangkan kecerdasan kita.

artikel follow up

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: artikel follow up

apa saja sih Potensi Kecerdasan Pada Setiap Manusia itu? yang namanya kecerdasan itu tidak bisa digambarkan dalam deretan angka IQ saja, tapi Kecerdasan itu diibaratkan sekumpulan program kemampuan yang ada di beragam bagian otak kita. potensi kecerdasan pada setiap manusia saling berhubungan, dan juga bisa berkembang sesuai kapasitas yang ada. dapat di artikan dalam lingkungan yang kondusif, orang bisa menjadi semakin cerdas dan potensi kecerdasanya semakin meningkat.

Ada beberapa potensi kecerdasan pada setiap manusia, antar lain sebagai berikut:1. Body Smart alias Cerdas Tubuh. Body Smart bisa ditunjukkan dalam kemampuan olahraga, membuat kerajinan tangan (crafting), kecintaan Anda akan dunia akting, dan sebagainya.

2. Self Smart alias Cerdas Diri. yaitu menunjukkan kemampuan dalam memahami dirinya, pribadinya, impian dan cita-citanya. manusia yang cerdas diri biasanya sering dimintai nasihat atau menjadi tempat curhat teman-temannya.

3. Logic Smart alias Cerdas Logika. yaitu kemampuan berhitung dan logika seorang Logic Smart sangat bisa diandalkan. Bagi Anda yang unggul dalam Logic Smart Anda tidak pernah kehabisan ide dalam menghadapi suatu persoalan.

4. Word Smart alias Cerdas Bahasa. yaitu kecerdasan yang menunjukkan kepandaian dalam menulis dan membaca. Anda yang unggul dalam Word Smart sangat menikmati kegiatan yang berhubungan dengan pengolahan kata, seperti teka-teki silang, bercerita, scrabble, dan menulis.

5. Picture Smart alias Cerdas Gambar. yaitu kecerdasan yang di aplikasikan kepada senang menggambar atau punya selera yang bagus dalam fesyen. belajar dengan cara membuat gambar atau lewat materi visual. kecerdasan ini memicu aktivitas sperti jago bermain puzzle, membaca peta, atau menggambarkan rute jalan.

sebenarnya masih ada beberapa Potensi Kecerdasan Pada Setiap Manusia, namun mungkin bisa saya berian di lain waktu. semoga artikel yang sya berikan ini bisa menambah wawasan buat kita semua dan bisa menjadikan motivasi buat kita sebagai manusia untuk terus belajar mengembangkan kecerdasan kita.

IQ, EQ dan SQ; dari Kecerdasan Tunggal ke Kecerdasan Majemuk

12 Januari 2008 AKHMAD SUDRAJAT Tinggalkan komentar Go to comments

Oleh : AKHMAD SUDRAJAT

Kecerdasan merupakan salah satu anugerah besar dari Allah SWT kepada manusia dan menjadikannya sebagai salah satu kelebihan manusia dibandingkan dengan

Page 2: artikel follow up

makhluk lainnya. Dengan kecerdasannya, manusia dapat terus menerus mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks, melalui proses berfikir dan belajar secara terus menerus.Dalam pandangan psikologi, sesungguhnya hewan pun diberikan kecerdasan namun dalam kapasitas yang sangat terbatas. Oleh karena itu untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya lebih banyak dilakukan secara instingtif (naluriah). Berdasarkan temuan dalam bidang antropologi, kita mengetahui bahwa jutaan tahun yang lalu di muka bumi ini pernah hidup makhluk yang dinamakan Dinosaurus yaitu sejenis hewan yang secara fisik jauh lebih besar dan kuat dibandingkan dengan manusia. Namun saat ini mereka telah punah dan kita hanya dapat mengenali mereka dari fosil-fosilnya yang disimpan di musium-musium tertentu. Boleh jadi, secara langsung maupun tidak langsung, kepunahan mereka salah satunya disebabkan oleh faktor keterbatasan kecerdasan yang dimilikinya. Dalam hal ini, sudah sepantasnya manusia bersyukur, meski secara fisik tidak begitu besar dan kuat, namun berkat kecerdasan yang dimilikinya hingga saat ini manusia ternyata masih dapat mempertahankan kelangsungan dan peradaban hidupnya.Lantas, apa sesungguhnya kecerdasan itu ? Sebenarnya hingga saat ini para ahli pun tampaknya masih mengalami kesulitan untuk mencari rumusan yang komprehensif tentang kecerdasan. Dalam hal ini, C.P. Chaplin (1975) memberikan pengertian kecerdasan sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif. Sementara itu, Anita E. Woolfolk (1975) mengemukan bahwa menurut teori lama, kecerdasan meliputi tiga pengertian, yaitu : (1) kemampuan untuk belajar; (2) keseluruhan pengetahuan yang diperoleh; dan (3) kemampuan untuk beradaptasi dengan dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya.Memang, semula kajian tentang kecerdasan hanya sebatas kemampuan individu yang bertautan dengan aspek kognitif atau biasa disebut Kecerdasan Intelektual yang bersifat tunggal, sebagaimana yang dikembangkan oleh Charles Spearman (1904) dengan teori “Two Factor”-nya, atau Thurstone (1938) dengan teori “Primary Mental Abilities”-nya. Dari kajian ini, menghasilkan pengelompokkan kecerdasan manusia yang dinyatakan dalam bentuk Inteligent Quotient (IQ), yang dihitung berdasarkan perbandingan antara tingkat kemampuan mental (mental age) dengan tingkat usia (chronological age), merentang mulai dari kemampuan dengan kategori Ideot sampai dengan Genius (Weschler dalam Nana Syaodih, 2005). Istilah IQ mula-mula diperkenalkan oleh Alfred Binet, ahli psikologi dari Perancis pada awal abad ke-20. Kemudian, Lewis Terman dari Universitas Stanford berusaha membakukan tes IQ yang dikembangkan oleh Binet dengan mempertimbangkan norma-norma populasi sehingga selanjutnya dikenal sebagai tes Stanford-Binet.Selama bertahun-tahun IQ telah diyakini menjadi ukuran standar kecerdasan, namun sejalan dengan tantangan dan suasana kehidupan modern yang serba kompleks, ukuran standar IQ ini memicu perdebatan sengit dan sekaligus menggairahkan di kalangan akademisi, pendidik, praktisi bisnis dan bahkan publik awam, terutama apabila dihubungkan dengan tingkat kesuksesan atau prestasi hidup seseorang.Adalah Daniel Goleman (1999), salah seorang yang mempopulerkan jenis kecerdasan manusia lainnya yang dianggap sebagai faktor penting yang dapat mempengaruhi terhadap prestasi seseorang, yakni Kecerdasan Emosional, yang kemudian kita mengenalnya dengan sebutan Emotional Quotient (EQ). Goleman mengemukakan bahwa kecerdasan emosi merujuk pada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.Menurut hemat penulis sesungguhnya penggunaan istilah EQ ini tidaklah sepenuhnya tepat dan terkesan sterotype (latah) mengikuti popularitas IQ yang lebih dulu dikenal orang. Penggunaan konsep Quotient dalam EQ belum begitu jelas perumusannya. Berbeda dengan

Page 3: artikel follow up

IQ, pengertian Quotient disana sangat jelas menunjuk kepada hasil bagi antara usia mental (mental age) yang dihasilkan melalui pengukuran psikologis yang ketat dengan usia kalender (chronological age).Terlepas dari “kesalahkaprahan” penggunaan istilah tersebut, ada satu hal yang perlu digarisbawahi dari para “penggagas beserta pengikut kelompok kecerdasan emosional”, bahwasanya potensi individu dalam aspek-aspek “non-intelektual” yang berkaitan dengan sikap, motivasi, sosiabilitas, serta aspek – aspek emosional lainnya, merupakan faktor-faktor yang amat penting bagi pencapaian kesuksesan seseorang.Berbeda dengan kecerdasan intelektual (IQ) yang cenderung bersifat permanen, kecakapan emosional (EQ) justru lebih mungkin untuk dipelajari dan dimodifikasi kapan saja dan oleh siapa saja yang berkeinginan untuk meraih sukses atau prestasi hidup.Pekembangan berikutnya dalam usaha untuk menguak rahasia kecerdasan manusia adalah berkaitan dengan fitrah manusia sebagai makhluk Tuhan. Kecerdasan intelelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ) dipandang masih berdimensi horisontal-materialistik belaka (manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial) dan belum menyentuh persoalan inti kehidupan yang menyangkut fitrah manusia sebagai makhluk Tuhan (dimensi vertikal-spiritual). Berangkat dari pandangan bahwa sehebat apapun manusia dengan kecerdasan intelektual maupun kecerdasan emosionalnya. pada saat-saat tertentu, melalui pertimbangan fungsi afektif, kognitif, dan konatifnya manusia akan meyakini dan menerima tanpa keraguan bahwa di luar dirinya ada sesuatu kekuatan yang maha Agung yang melebihi apa pun, termasuk dirinya. Penghayatan seperti itu menurut Zakiah Darajat (1970) disebut sebagai pengalaman keagamaan (religious experience).Brightman (1956) menjelaskan bahwa penghayatan keagamaan tidak hanya sampai kepada pengakuan atas kebaradaan-Nya, namun juga mengakui-Nya sebagai sumber nilai-nilai luhur yang abadi yang mengatur tata kehidupan alam semesta raya ini. Oleh karena itu, manusia akan tunduk dan berupaya untuk mematuhinya dengan penuh kesadaran dan disertai penyerahan diri dalam bentuk ritual tertentu, baik secara individual maupun kolektif, secara simbolik maupun dalam bentuk nyata kehidupan sehari-hari (Abin Syamsuddin Makmun, 2003).Temuan ilmiah yang digagas oleh Danah Zohar dan Ian Marshall, dan riset yang dilakukan oleh Michael Persinger pada tahun 1990-an, serta riset yang dikembangkan oleh V.S. Ramachandran pada tahun 1997 menemukan adanya God Spot dalam otak manusia, yang sudah secara built-in merupakan pusat spiritual (spiritual centre), yang terletak diantara jaringan syaraf dan otak. Begitu juga hasil riset yang dilakukan oleh Wolf Singer menunjukkan adanya proses syaraf dalam otak manusia yang terkonsentrasi pada usaha yang mempersatukan dan memberi makna dalam pengalaman hidup kita. Suatu jaringan yang secara literal mengikat pengalaman kita secara bersama untuk hidup lebih bermakna. Pada God Spot inilah sebenarnya terdapat fitrah manusia yang terdalam (Ari Ginanjar, 2001). Kajian tentang God Spot inilah pada gilirannya melahirkan konsep Kecerdasan Spiritual, yakni suatu kemampuan manusia yang berkenaan dengan usaha memberikan penghayatan bagaimana agar hidup ini lebih bermakna. Dengan istilah yang salah kaprahnya disebut Spiritual Quotient (SQ)Jauh sebelum istilah Kecerdasan Spiritual atau SQ dipopulerkan, pada tahun 1938 Frankl telah mengembangkan pemikiran tentang upaya pemaknaan hidup. Dikemukakannya, bahwa makna atau logo hidup harus dicari oleh manusia, yang di dalamnya terkandung nilai-nilai : (1) nilai kreatif; (2) nilai pengalaman dan (3) nilai sikap. Makna hidup yang diperoleh manusia akan menjadikan dirinya menjadi seorang yang memiliki kebebasan rohani yakni suatu kebebasan manusia dari godaan nafsu, keserakahan, dan lingkungan yang penuh persaingan dan konflik. Untuk menunjang kebebasan rohani itu dituntut tanggung jawab

Page 4: artikel follow up

terhadap Tuhan, diri dan manusia lainnya. Menjadi manusia adalah kesadaran dan tanggung jawab (Sofyan S. Willis, 2005).Di Indonesia, penulis mencatat ada dua orang yang berjasa besar dalam mengembangkan dan mempopulerkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yaitu K.H. Abdullah Gymnastiar atau dikenal AA Gym, da’i kondang dari Pesantren Daarut Tauhiid – Bandung dengan Manajemen Qalbu-nya dan Ary Ginanjar, pengusaha muda yang banyak bergerak dalam bidang pengembangan Sumber Daya Manusia dengan Emotional Spritual Quotient (ESQ)-nya.Dari pemikiran Ary Ginanjar Agustian melahirkan satu model pelatihan ESQ yang telah memiliki hak patent tersendiri. Konsep pelatihan ESQ ala Ary Ginanjar Agustian menekankan tentang : (1) Zero Mind Process; yakni suatu usaha untuk menjernihkan kembali pemikiran menuju God Spot (fitrah), kembali kepada hati dan fikiran yang bersifat merdeka dan bebas dari belenggu; (2) Mental Building; yaitu usaha untuk menciptakan format berfikir dan emosi berdasarkan kesadaran diri (self awareness), serta sesuai dengan hati nurani dengan merujuk pada Rukun Iman; (3) Mission Statement, Character Building, dan Self Controlling; yaitu usaha untuk menghasilkan ketangguhan pribadi (personal strength) dengan merujuk pada Rukun Islam; (4) Strategic Collaboration; usaha untuk melakukan aliansi atau sinergi dengan orang lain atau dengan lingkungan sosialnya untuk mewujudkan tanggung jawab sosial individu; dan (5) Total Action; yaitu suatu usaha untuk membangun ketangguhan sosial (Ari Ginanjar, 2001).Berkembangnya pemikiran tentang kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) menjadikan rumusan dan makna tentang kecerdasan semakin lebih luas. Kecerdasan tidak lagi ditafsirkan secara tunggal dalam batasan intelektual saja. Menurut Gardner bahwa “salah besar bila kita mengasumsikan bahwa IQ adalah suatu entitas tunggal yang tetap, yang bisa diukur dengan tes menggunakan pensil dan kertas”. Hasil pemikiran cerdasnya dituangkan dalam buku Frames of Mind.. Dalam buku tersebut secara meyakinkan menawarkan penglihatan dan cara pandang alternatif terhadap kecerdasan manusia, yang kemudian dikenal dengan istilah Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence) (Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl, 2002) .Berkat kecerdasan intelektualnya, memang manusia telah mampu menjelajah ke Bulan dan luar angkasa lainnya, menciptakan teknologi informasi dan transportasi yang menjadikan dunia terasa lebih dekat dan semakin transparan, menciptakan bom nuklir, serta menciptakan alat-alat teknologi lainnya yang super canggih. Namun bersamaan itu pula kerusakan yang menuju kehancuran total sudah mulai nampak. Lingkungan alam merasa terusik dan tidak bersahabat lagi. Lapisan ozon yang semakin menipis telah menyebabkan terjadinya pemanasan global, banjir dan kekeringan pun terjadi di mana-mana Gunung-gunung menggeliat dan memuntahkan awan dan lahar panasnya. Penyakit-penyakit ragawi yang sebelumnya tidak dikenal, mulai bermunculan, seperti Flu Burung (Avian Influenza), AIDs serta jenis-jenis penyakit mematikan lainnya. Bahkan, tatanan sosial-ekonomi menjadi kacau balau karena sikap dan perilaku manusia yang mengabaikan kejujuran dan amanah (perilaku koruptif dan perilaku manipulatif).Manusia telah berhasil menciptakan “raksasa-raksasa teknologi” yang dapat memberikan manfaat bagi kepentingan hidup manusia itu sendiri. Namun dibalik itu, “raksasa-raksasa teknologi” tersebut telah bersiap-siap untuk menerkam dan menghabisi manusia itu sendiri. Kecerdasan intelektual yang tidak diiringi dengan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritualnya, tampaknya hanya akan menghasilkan kerusakan dan kehancuran bagi kehidupan dirinya maupun umat manusia. Dengan demikian, apakah memang pada akhirnya kita pun harus bernasib sama seperti Dinosaurus ?Dengan tidak bermaksud mempertentangkan mana yang paling penting, apakah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional atau kecerdasan spiritual, ada baiknya kita mengambil

Page 5: artikel follow up

pilihan eklektik dari ketiga pilihan tersebut. Dengan meminjam filosofi klasik masyarakat Jawa Barat, yaitu cageur, bageur, bener tur pinter, maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa dengan kecerdasan intelektualnya (IQ) orang menjadi cageur dan pinter, dengan kecerdasan emosional (EQ) orang menjadi bageur, dan dengan kecerdasan spiritualnya (SQ) orang menjadi bener. Itulah agaknya pilihan yang bijak bagi kita sebagai pribadi maupun sebagai pendidik (calon pendidik)!Sebagai pribadi, salah satu tugas besar kita dalam hidup ini adalah berusaha mengembangkan segenap potensi (fitrah) kemanusian yang kita miliki, melalui upaya belajar (learning to do, learning to know (IQ), learning to be (SQ), dan learning to live together (EQ), serta berusaha untuk memperbaiki kualitas diri-pribadi secara terus-menerus, hingga pada akhirnya dapat diperoleh aktualisasi diri dan prestasi hidup yang sesungguhnya (real achievement).Sebagai pendidik (calon pendidik), dalam mewujudkan diri sebagai pendidik yang profesional dan bermakna, tugas kemanusiaan kita adalah berusaha membelajarkan para peserta didik untuk dapat mengembangkan segenap potensi (fitrah) kemanusian yang dimilikinya, melalui pendekatan dan proses pembelajaran yang bermakna (Meaningful Learning) (SQ), menyenangkan (Joyful Learning) (EQ) dan menantang atau problematis (problematical Learning) (IQ), sehingga pada gilirannya dapat dihasilkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang cageur, bageur, bener, tur pinter

Sebagai penutup tulisan ini, mari kita renungkan ungkapan dari Howard Gardner bahwa : “BUKAN SEBERAPA CERDAS ANDA TETAPI BAGAIMANA ANDA MENJADI CERDAS ! ”

Otak dan kecerdasan

Salah satu pembicara diskusi, Ketua Pusat Intelegensia Departemen Kesehatan Adre Mayza mengungkapkan, intelegensia hanyalah satu kemampuan kapasitas otak. Fungsi dasar otak antara lain melihat, merasa, meraba, bergerak, keseimbangan, mendengar, dan pengaturan fungsi organ tubuh. Adapun fungsi luhur otak adalah seputar intelektual kognitif, ingatan, perilaku, dan emosi.Otak memiliki sekitar 100 miliar sel dengan kecepatan berkembang neuron atau sel otak 50.000-100.000 per detik. Sebagiannya akan mati. Sel-sel mengatur diri menjadi kluster. Kluster yang rapat disebut modul, sedangkan kluster yang menjalin hubungan komunikasi dengan modul-modul lain disebut sirkuit.

Pembentukan intelegensia terjadi ketika sirkuit-sirkuit membentuk hubungan-hubungan spesifik guna memproses informasi yang masuk ke otak, membentuk sistem. Setiap sistem berhubungan dengan sistem lain membentuk daerah spesifik di korteks yang membentuk sistem pembelajaran otak.

Begitu mengagumkan sekaligus misteriusnya otak. Tak mengherankan, berbagai mitos seputar otak dan kecerdasan bermunculan. Satu per satu, berbagai penelitian mematahkan mitos-mitos itu.

Mitos 1, otak berhenti berkembang pada usia tertentu

Berbagai penelitian membuktikan, otak menumbuhkan sel-sel baru. Sel-sel otak tidak tetap seperti ketika lahir, tetapi bertumbuh. Usia dini merupakan golden age guna mengoptimalkan potensi kecerdasan sebagai persiapan pembelajaran tingkat selanjutnya. Adre Mayza

Page 6: artikel follow up

mengungkapkan, perkembangan kognitif anak usia 17 tahun merupakan akumulasi perkembangan anak usia 4 tahun sebesar 50 persen, 4-8 tahun sebesar 30 persen, dan 9-17 tahun sebesar 20 persen. Sel baru tetap tumbuh di otak manusia dewasa.

Mitos 2, kecerdasan sepenuhnya keturunan

Menurut Adre Mayza, kecerdasan yang dibawa sejak lahir hanya merupakan potensi atau sebagai bahan bangunan otak. Lingkungan pada akhirnya lebih menentukan. ”Sel baru lahir dan cabang dendrit beranak pinak. Kecerdasan manusia terletak pada hubungan di antara sel-sel otak,” ujar Adre.

Mitos 3, makin tua, otak rusak

Penuaan mengakibatkan penurunan fungsi, termasuk otak. Kadar cairan otak berkurang, kelenturan berkurang, dan kecepatan reaksi otak pun melambat. Sel sukar membelah diri lagi. Hanya saja, yang menentukan kecerdasan bukan jumlah sel neuron, melainkan kekuatan koneksi dan arus informasi di antara mereka. Percabangannya tetap tumbuh pada usia lanjut. ”Pembelajaran pada usia tua untuk merangsang tumbuhnya percabangan antara sel otak,” ujar Adre.

Mitos 4, hanya 10 persen

Banyak orang berpendapat, otak digunakan hanya sekitar 10 persen. Pada kenyataannya, manusia menggunakan seluruh fungsi otaknya, tergantung dari cara memelihara, mengembangkan, dan mengoptimalkannya.

Pelihara baik-baik

Pemeliharaan kesehatan secara keseluruhan, mulai dari suplai oksigen dan darah yang cukup dengan berolahraga, nutrisi seimbang, hingga pencegahan penyakit penyebab gangguan otak, menjadi syarat agar otak tetap sehat. Pemeliharaan struktur otak saja tidak cukup. Fungsi dasar dan luhur otak perlu dikembangkan.

”Banyak membaca dan mempelajari hal-hal baru, misalnya, akan membentuk cabang-cabang baru. Peningkatan kemampuan yang spesifik, seperti kemampuan bahasa, perhatian, menggambar, dan mendongeng, pelatihan emosi, serta pendalaman spiritual, sangat baik untuk orang lanjut usia,” ujarnya.

Pembicara lain, cendekiawan Islam, Jalaluddin Rachmat mengatakan, penggunaan otak dengan mencoba mengingat sesuatu setiap hari, belajar memvisualkan, dan mengobservasi lingkungan sekitar sangat berguna,”ujarnya.

Jangan biarkan sel-sel otak anda menganggur....

Artikel

 18 Sep 2009 10:29 WIBTEORI-TEORI TENTANG KECERDASAN

Page 7: artikel follow up

Kebutuhan untuk mengetahui arti dan pentingnya ukuran kecerdasan manusia dapat dikatakan berawal di Paris tahun 1900, ketika Menteri Pendidikan Perancis dan para pemimpin kota Paris berbicara dengan seorang ahli psikologi bernama Alfred Binet tentang sebuah permintaan yang tidak biasa yaitu apakah dia dapat merancang semacam ukuran yang dapat memperkirakan anak muda mana yang sukses dan mana yang akan gagal di sekolah dasar di Paris. Binet berhasil dan lahirlah IQ Test. Sejak saat itu dimulailah perkembangan teori-teori kecerdasan dari ahli-ahli psikologi di dunia. Beberapa teori kecerdasan yang populer Kecerdasan Intelektual / Intelektual Quotient (IQ) Penemu : Alfred Binet (1857-1911) Konsep : •Kecerdasan dilihat hanya dari sisi kekuatan verbal dan logika seseorang. •Kecerdasan akhirnya dapat dinilai dengan angka konstan •Menganut konsep eugenic artinya pengendalian sistematis dari keturunan. •Perkembangannya diteruskan oleh Carl Brigham dengan merancang tes IQ yang diperbaharui dengan nama Scholastic Aptitute Test (SAT). Kecerdasan Umum / General Intelegence (G) Penemu : Charles Spearman (1863-1945) Konsep : •Manusia mempunyai kemampuan mental umum (G) yang mendasari semua kemampuannya untuk menangani kesulitan kognitif. •Faktor G ini meliputi kemampuan memecahkan masalah, pemikiran abstrak, dan keahlian dalam pembelajaran. Kecerdasan Cair dan Kecerdasan Kristal / Fluid and Crystaled Intelligence Penemu : Raymond Cattel dan John Horn Konsep : •Manusia mempunyai 2 macam kecerdasan umum, yaitu kecerdasan cair dan kecerdasan kristal. •Kecerdasan cair adalah kecerdasan yang berbasis pada kecerdasan biologis. Kecerdasan ini meningkat sesuai dengan perkembangan usia, mencapai puncak saat dewasa dan menurun pada saat tua karena proses biologis tubuh. •Kecerdasan kristal adalah kecerdasan yang diperoleh dari proses pembelajaran dan pengalaman hidup. Kecerdasan ini dapat terus meningkat tidak ada batas maksimal selama manusia mau dan bisa belajar. Kecerdasan yang Dapat Dimodifikasi / Modifiable Intelligence Penemu : Reuven Feurstein Konsep : •Kecerdasan dapat diukur dari kemampuan berpikir seseorang yang mana kemampuan berpikir manusia tersebut mempunyai tahap-tahap perkembangan. Kecerdasan Proksimal / Proximal Intelligence Penemu : Leo Vygotsky Konsep : • Kecerdasan kognitif seseorang dapat diuji dengan memperhatikan kronologis usia mental orang tersebut dan memperhatikan kapasitas orang tersebut. •Maksud kapasitas seseorang adalah perbandingan kemampuan seseorang menyelesaikan suatu masalah seseorang diri dengan apabila mendapat bantuan orang lain dalam menyelesaikan masalah yang serupa. Kecerdasan yang Dapat Dipelajari / Learnable Intelligence Penemu : David Perkins dari Harvard University Konsep : •Kecerdasan dipengaruhi dan diopersaikan oleh beberapa faktor dalam kehidupan yaitu sistem orak, pengalaman hidup, dan kapasitas untuk pengaturan diri. Kecerdasan Perilaku / Behaviour Intelligence Penemu : Arthur Costa dari Institute of Intelligence di Berkeley Konsep : •Kecerdasan diartikan sebagai suatu kumpulan dari kecenderungan perilaku. •Perilaku tersebut antara lain keuletan, kemampuan mengatur perilaku impulsif, empati, fleksibilitas berpikir, metakognisi, akurasi, kemampuan bertanya, bahasa, kepekaan panca indera, kebijaksaan, rasa ingin tahu, dan kemampuan mengalihkan perasaan. Kecerdasan Tri Tunggal / Triarchic Intelligence Penemu : Robert J. Sternberg Konsep : •Kecerdasan manusia dapat diukur dari keseimbangan tiga kecerdasan yaitu kecerdasan kreatif, analisis, dan praktis. •Kecerdasan kreatif meliputi kemampuan menemukan dan merumuskan ide serta solusi dari masalah.

Page 8: artikel follow up

•Kecerdasan analisis digunakan saat secara sadar mengenali dan memecahkan masalah, merumuskan strategi, menyusun dan menyampaikan informasi. •Kecerdasan praktis digunakan untuk bertahan dalam hidup seperti keberhasilan mengatasi perubahan. Kecerdasan Moral / Moral Intelligence Penemu : Robert Coles Konsep : •Kecerdasan yang menitikberatkan pada prinsip dan nilai-nilai hidup. Kecerdasan Emosional / Emotional Intelligence Penemu : Daniel Goleman (1995) Konsep : •Kecerdasan dapat terdiri dari kombinasi 5 komponen, yaitu kesadaran diri, manajemen emosi, motivasi, empati, dan mengatur hubungan / relasi. Kecerdasan Memecahkan Kesulitan / Adversity Intelligence Penemu : Paul Scholz Konsep : •Kecerdasan seseorang dapat diukur dari kemampuan orang tersebut mengatasi masalah yang dialami dalam hidup. •Kecerdasan seseorang dapat diklasifikasikan menjadi berbagai ciri dan sifat yaitu : Quitter, Camper, dan Climber. Kecerdasan Majemuk / Multiple Intelligence Penemu : Howard Gardner dari Harvard University Konsep : •Setiap orang mempunyai lebih dari satu kecerdasan, minimal memiliki delapan kecerdasan yaitu linguistik, logika-matematika, intrapersonal, musikal, naturalis, visual-spasial, dan kinestestis •Setiap orang memiliki delapan kecerdasan ini dengan kadar perkembangan yang berbeda-beda. MULTIPLE INTELLIGENCE LATAR BELAKANG MULTIPLE INTELLIGENCE : Tahun 1904 Alfred Binet dkk menciptakan tes IQ pertama kali dan memberikan opini kepada masyarakat bahwa kecerdasan itu dapat diukur secara obyektif dan dinyatakan dalam satu angka yaitu nilai IQ. Pada tahun 1983, Howard Gardner seorang psikolog dari Harvard University mempersoalkan tentang makna ”kecerdasan” dan kevalidan tes IQ. Kritik Gardner tentang tes IQ adalah sebagai berikut : •Potensi kecerdasan manusia yang dinilai melalui tes IQ terlalu sempit, test IQ tidak mampu untuk menafsirkan kecerdasan sesuai dengan perkembangan kebudayaan. •Kecerdasan bukan didapat dari keturunan (euginics), atau keunggulan budaya atau ras. •Kecerdasan tersebut dapat berkembang, tidak bersifat tetap dalam bentuk nilai konstan. •Test IQ merupakan sebuah test achievement, yang cenderung untuk mengetahui ketidakmampuan seorang anak. Padahal kecerdasan anak adalah sesuatu yang dapat diketahui dengan penglihatan anak tersebut. •Test IQ, test SAT (Scholatic Aptitude Test), test WRAT (Wide Range Achievement Test) dan test Achievement lainnya merupakan jenis test tertutup, test tradisional dan masih belum mampu melihat kecerdasan seseorang. •Kecerdasan seseorang tidak dapat dinilai dari test, yaitu sebagai tindakan yang sebelumnya tidak pernah dilakukan atau tidak akan pernah dilakukan lagi. •Kecerdasan lebih berkaitan dengan kebiasaan yang mempunyai kemampuan terhadap dua hal, yaitu (1) memecahkan masalah dan (2) menciptakan produk-produk baru bernilai budaya. POIN-POIN KUNCI MULTIPLE INTELLIGENCE 1.Setiap orang mempunyai 8 kecerdasan atau lebih. 2.Pada umumnya orang dapat mengembangkan setiap kecerdasan sampai pada tingkat penguasaan yang memadai. 3.Kecerdasan-kecerdasan umumnya bekerja bersamaan dengan cara yang kompleks, tidak berdiri sendiri-sendiri. 4.Ada banyak cara untuk menjadi cerdas dalam setiap kategori. DELAPAN KECERDASAN MENURUT HOWARD GARDNER 1. Kecerdasan linguistik •Komponen inti : kepekaan terhadap bunyi, struktur, makna, fungsi kata dan bahasa. •Berkaitan dengan kemampuan membaca, menulis, berdiskusi, berargumentasi, dan berdebat. •Kondisi akhir terbaik menjadi seorang penulis, wartawan, orator, ahli politik, penyiar radio, presenter, guru, dan pengacara. 2.

Page 9: artikel follow up

Kecerdasan Matematis-logis •Komponen inti : kepekaan pada memahami pola-pola logis atau numeris, dan kemampuan mengolah alur pemikiran yang panjang. •Berkaitan dengan kemampuan berhitung, menalar, dan berfikir logis, memecahkan masalah. •Kondisi akhir menjadi ilmuwan, ahli matematika, ahli fisika, pengacara, psikiater, psikolog, akuntan, dan programmer. 3. Kecerdasan Visual-Spasial •Komponen inti : kepekaan merasakan dan membayangkan dunia gambar dan ruang secara akurat •Berkaitan dengan kemampuan menggambar, memotret, membuat patung, dan mendesain. •Kondisi akhir terbaik menjadi seniman, arsitek, ahli, strategi, pecatur, desainer, sutradara, fotografer, montir profesional. 4. Kecerdasan musikal •Komponen inti : kepekaan dan kemampuan menciptakan dan mengapresiasikan irama, pola titik nada dan warna nada serta apresiasi untuk bentuk ekspresi emosi musikal. •Berkaitan dengan kemampuan menciptakan lagu, mendengar nada dari sumber bunyi atau alat-alat musik. •Kondisi akhir menjadi komposer, penyanyi, pemain musik, pencipta lagu. 5. Kecerdasan kinestetis •Komponen inti : kemampuan mengontrol gerak tubuh dan kemahiran mengolah objek, respon dan reflek. •Berkaitan dengan kemampuan gerak motorik keseimbangan. •Kondisi akhir terbaik menjadi olahragawan, penari, pematung, aktor, dokter bedah. 6. Kecerdasan Interpersonal : •Komponen inti : kepekaan mencerna dan merespon secara tepat suasana hati, temperamen, motivasi, dan keinginan orang lain. •Berkaitan dengan kemampuan bergaul dengan orang lain, memimpin, kepekaan sosial yang tinggi negosiasi,bekerja sama, mempunyai empati yang tinggi. •Kondisi akhir terbaik menjadi konselor, politikus, pemimpin, inovator. 7. Kecerdasan intrapersonal •Komponen inti : memahami perasaan sendiri dan kemampuan membedakan emosi, pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri. •Berkaitan dengan kemampuan mengenali diri sendiri secara mendalam, kemampuan intuitif dan motivasi diri, penyendiri, sensitif terhadap nilai diri dan tujuan hidup. •Kondisi akhir terbaik menjadi psikoterapis, pemimpin agama, penasehat, filosof. 8. Kecerdasan naturalis •Komponen inti : keahlian membedakan anggota-anggota spesies, mengenali eksistensi spesies lain, dan memetakan hubungan antara beberapa spesies baik secara formal maupun non formal. •Berkaitan dengan kemampuan meneliti gejala-gejala alam, mengklasifikasi, identisifikasi. •Kondisi akhir terbaik : peneliti alam, ahli biologi, dokter hewan, aktivis binatang dan lingkungan.

Dalam berbagai kesempatan, saya sering menyampaikan pendapat saya bahwa saya tidak setuju dengan sistem ranking di kelas untuk SD sampai SMU. Makanya anak saya sekolah sekarang di SD yang tidak mengenal sistem ranking. Banyak yang bertanya-tanya dengan sikap atau pandangan saya ini. Entahlah, apakah saya bertentangan dengan mainstream pemikiran yang ada, atau bagaimana, tetapi tentunya saya bersikap demikian bukan tanpa argumen.

Argumennya begini, jika di dalam kelas tersebut ada 4 orang anak, yang satu jago matematika dan fisika sehingga mewakili sekolahnya untuk lomba matematika dan fisika, yang satu jago bikin puisi atau prosa sehingga karyanya banyak dimuat di majalah atau media lainnya, sementara yang satu lagi jago main musik sehingga sudah manggung berkali-kali dalam festival band antar sekolah dan bahkan sudah rekaman walaupun underground, dan yang terakhir jago olah raga, katakanlah bulutangkis, sehingga sudah mewakili sekolah dalam berbagai turnamen dan masuk seleksi atlet berbakat.

Page 10: artikel follow up

Nah, siapakah yang pantas jadi juara kelas dari ke-4 anak di atas ? Bingung kan ?

Keempat anak di atas pantas jadi juara, di bidang masing-masing. Kita tidak bisa membandingkan mana yang lebih hebat diantara mereka. Mereka tidak bisa dibandingkan, karena bukan apple to apple. Masing-masing mereka memiliki keunggulan kecerdasan.

Jika kita mendalami teori multiple intelligence yang diungkapkan oleh Howard Gardner, maka kita akan memahami bahwa ada beberapa potensi kecerdasan yang terdapat di dalam diri seseorang. yaitu : Bodily-Kinesthetic, Interpersonal, Verbal-Linguistic, Logical-Mathematical, Naturalistic, Intrapersonal, Visual-Spatial, serta Musical. Perkembangan terakhir dari riset Howard Gardner menunjukkan ada kecerdasan lainnya, yaitu : existential, serta moral intelligence.

Pada prinsipnya setiap manusia memiliki kecerdasan yang berkembang, yang pasti tidak sama kadarnya. Bisa jadi ada satu yang sangat dominan, bisa jadi ada beberapa yang dominan, tetapi dalam kadar yang lebih rendah. Jika ternyata kecerdasan yang berkembang dominan pada si anak adalah kecerdasan verbal, dan dia agak kurang di logika-matematika, lalu anda paksakan dia belajar IPA supaya masuk fakultas teknik, padahal si anak ingin masuk fakultas sastra atau ilmu budaya, maka tentu akan terjadi "tabrakan kepentingan" di sini. Anda bisa sewot sama si anak, dan si anak bisa stress. Artinya, pendidikan yang ideal sifatnya harus personal, mengeksploitasi kecerdasan si anak dengan sebaik-baiknya, memfasilitasinya dengan terarah, mengarahkannya, dan tentu saja memberikan dia skill untuk kehidupan.

Jika memang dia lemah dalam belajar matematika, maka bimbinglah dengan perlahan-lahan, jangan sekali-kali membandingkan dia dengan temannya, karena bisa jadi, dia sebenarnya kuat dalam kecerdasan visual, bukan matematika. Bukan berarti kalau dia kuat di kecerdasan visual lalu tidak perlu belajar matematika, bukan begitu. Tetapi kita harus lebih sabar dan telaten dalam membimbingnya dalam matematika, tetapi bisa jadi dia hanya butuh bimbingan yang minimal untuk kecerdasan visual, seperti seni rupa, melukis, atau bahkan desain.

Juga bukan berarti anak yang kuat kecerdasan logika-matematika tidak perlu belajar bahasa. Tetap perlu, tetapi sekali lagi, tentu kita membimbingnya lebih telaten dan sabar dibanding anak yang memang lebih cerdas verbal. Sistem pendidikan yang berlaku saat ini secara umum (tidak berarti semua lho), menempatkan kecerdasan logika-matematika sebagai acuan utama untuk menilai "seseorang itu cerdas".

Dengan demikian, sahabat saya, seorang sutradara film terkenal dan salah satu film-nya mendapatkan pujian luar biasa, tidak termasuk ke dalam kategori "cerdas" di SMA dulu. Sistem yang ada membuat dia tidak termasuk ke dalam kategori "cerdas". Dia memang tidak jago matematika, tetapi dia memiliki kecerdasan tersendiri, yang tidak diakomodasi sebagai suatu kecerdasan oleh sistem yang berlaku saat itu.

Saya yakin, banyak anak-anak yang sebenarnya cerdas (di bidangnya tentunya) tetapi tidak muncul atau tidak terfasilitasi dengan baik, karena sistem yang ada tidak membuat dia masuk kategori cerdas. Bukankah Tuhan itu menciptakan semua manusia itu cerdas ? (kecuali yang memiliki kelainan sejak lahir). Menurut saya, yang paling gawat adalah, karena kita tidak memahami makna kecerdasan ini, maka akhirnya kita tidak mamfasilitasi suatu potensi kecerdasan seorang anak, dan akibatnya hanya tetap tersimpan sebagai potensi, tidak terasah.

Page 11: artikel follow up

Jika kondisi ini terjadi, maka alangkah "berdosanya" kita sebagai guru atau orang tua, karena justru "mematikan" suatu potensi kecerdasan yang dahsyat .... Buat saya, karena anak itu memiliki kecerdasan tersebdiri, maka tugas kita sebagai orang tua adalah mengarahkan dan memfasilitasi semampunya, dan jangan sekali-kali memaksakan sesuatu.

Kita harus memahami kelebihan dan kekurangannya, dan menyesuaikan strategi kita dalam membimbingnya ... itulah tugas kita sebagai orang tua .... mulai dari memahami si anak itu sendiri ... :) ... well, sekali lagi, this is my humble opinion lho ...

Gelar Prestasi dan Bela Negara Dorong Generasi Muda Cinta Tanah Air dan Bangsa

Kamis, 29 Oktober 2009

Jakarta, DMC –  Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan Departemen Pertahanan menyelenggarakan Gelar Prestasi dan Bela Negara (GPBN) Siswa SMK Nasional 2009.  Kegiatan ini dalam rangka mendorong generasi muda untuk mengenal dan memahami potensi serta permasalahan daerahnya masing – masing. Dari pemahaman ini, diharapkan muncul kecintaan kepada tanah air dan bangsa.

“ Ini agak berbeda dari penyelenggaraan sebelumnya yang belum memerhatikan pemahaman anak akan lingkungannya sendiri”, kata Susilo Nugroho, pembimbing Bela Negara GPBN siswa SMK Nasional 2009 untuk kontingen DI Yogyakarta (DIY) seusai acara pembukaan di Sleman, DIY, Senin (26/10).

Kegiatan GPBN siswa SMK Nasional 2009 tersebut berlangsung selama lima hari dimulai tanggal 26 sampai dengan 30 Oktober 2009 di Yogyakarta dan  diikuti 456 pelajar SMK dan 177 pendamping dari 33 provinsi di Indonesia di Indonesia.

Kegiatan GPBN siswa SMK Nasional 2009 tersebut meliputi lomba bahasa, KIS, Kewirausahaan, Kegiatan Kepemimpinan Bela Negara, Outbound Napak Tilas, Temu Pejuang, penyuluhan anti narkoba BNN, Brain Power Training, Malam Inagurasi dan  Wisata Sejarah.  Selain melalui Kemah Kepemimpinan Bela Negara, pemahaman para peserta mengenai daerahnya juga akan diadu dalam pameran foto. (BDI/ RTN)

Prof. Nelson Tansu PhD: Sebagai Bangsa Besar Indonesia Harus MengutamakanPendidikan Pendidikan Edy Zaqeus

Prestasi anak muda kelahiran Medan, 20 Oktober 1977 ini memang mengagumkan. Pada usia 25 tahun ia telah berhasil meraih gelar PhD di University of Wisconsin, Madison, dan kemudian menjadi profesor di universitas ternama Amerika, Lehigh University, Pensilvania. Bidang yang ditekuninya pun terbilang "berat" bagi telinga awam; semiconductor optoelectronics and semiconductor nanostructure devices. Sebuah bidang riset yang sangat diminati oleh negara-negara maju dan sangat bermanfaat bagi pengembangan teknologi komunikasi optik, sensor biokimia, sistem deteksi senjata, dll.

Page 12: artikel follow up

Kiprah Tansu di bidang ini bukan main seriusnya. Untuk bidang yang digeluti itu, ilmuwan muda ini sudah menerima 11 penghargaan, memiliki tiga hak paten atas penemuan risetnya, dan tak kurang dari 84 hasil riset maupun karya tulisnya dipublikasikan di berbagai konferensi dan jurnal ilmiah. Puluhan surat pujian dan penghargaan dia terima dari berbagai universitas ternama dari segala penjuru dunia. Ini bukti eksistensinya sebagai ilmuwan sejati, yang sangat berdidikasi pada riset dan pengajaran di bidang yang ditekuninya.

Nelson mengaku memilih universitas luar negeri sebagai wadah kiprah ilmiahnya karena semata-mata iklim keilmuan di sana sangat kondusif. Peran dan keberadaan para ilmuwan sangat dihargai dan dihormati di sana. Selain itu, fasilitas riset yang sangat dia butuhkan juga menunjang komitmennya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat bagi negara dan dunia.

Di tengah-tengah kesibukannya mengajar dan melakukan penelitian-penelitian, Tansu masih bersedia menyempatkan diri diwawancarai oleh Edy Zaqeus dari Pembelajar.com. Dalam jawaban-jawabannya melalui email, Tansu menegaskan bahwa salah satu agenda terpenting yang harus diperhatikan bangsa Indonesia sekarang adalah membenahi dunia pendidikan. Jika ingin menjadi bangsa yang besar dan menjadi terang bagi dunia, maka pendidikan terbaik bagi generasi muda adalah kunci jawaban satu-satunya. Berikut petikan wawancara yang dilakukan pada 29 Desember 2004 lalu:

Bagaimana rasanya menjadi profesor di saat usia muda dan di universitas ternama lagi?

Saya merasa berterima kasih atas kesempatan untuk dapat menjadi profesor di Lehigh University di USA. Tentu saja saya sendiri tidak akan dapat mencapai segala ini tanpa dukungan dari keluarga di Indonesia, dan di Amerika juga. Dan juga bimbingan dari guru-guru, para profesor dari pendidikan dasar dan menengah di Indonesia sampai universitas di Amerika. Saya rasa saya masih harus banyak bekerja dan belajar segiat mungkin untuk bisa terus. Pertama, menghasilkan kontribusi ilmiah penting dalam bidang fisika dan engineering. Kedua, berinovasi untuk menghasilkan science and engineering yang memiliki applikasi dalam bidang teknologi. Ketiga, mampu untuk memberikan pengajaran (lecture) yang paling efektif kepada mahasiswa-mahasiswa saya. Dan keempat, mampu mendidik dan menghasilkan ilmuwan dan profesor-profesor masa depan juga.

Jadi seperti yang saya katakan, masih banyak hal-hal yang saya harus lakukan dan semua ini cuma bisa dicapai dengan kerja keras. Kalau soal filosofi sebagai professor di universitas: saya sangat mementingkan excellence in both research and teaching. Saya sendiri berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk para mahasiswa dan juga universitas, dan hopefully juga negara.

Dalam bahasa awam, sebenarnya apa manfaat dari ilmu dan riset yang Anda geluti saat ini?

Bidang research yang saya dalami adalah semiconductor optoelectronics and semiconductor nanostructure devices, di mana saya melakukan riset baik dalam bidang experimental dan theoretically juga. Teknologi yang saya kembangkan di sini mencakup semiconductor lasers, quantum well dan quantum dot lasers, quantum intersubband lasers, InGaAsN quantum well dan quantum dots, type-II quantum well lasers, dan GaN/AlGaN/InGaN semiconductor nanostructure optoelectronic devices. Dengan menggunakan metalorganic chemical vapor deposition untuk mengontrol atom-atom di semiconductor, kita dapat melakukan bandgap engineering dari semiconductor tersebut. Penggunaan teknologi yang kita lakukan mencakup aplikasi di bidang optical communication, biochemical sensors, system deteksi untuk senjata, dan lainnya.

Ada pandangan bahwa mutu sekolah di tanah air berantakan. Anda sendiri produk dari pendidikan dasar di tanah air, tetapi toh bisa berprestasi seperti sekarang. Pendapat anda?

Saya sendiri orangnya sangat optimis. Jadi saya rasa sebenarnya bukan sistem yang menjadi masalah bagi bangsa kita untuk maju dalam bidang pendidikan. Sebenarnya banyak ilmuwan-ilmuwan Indonesia yang sukses di tingkat dunia, di Amerika Serikat dan negara maju lainnya, yang sangat dapat dibanggakan, yang dulunya juga memperoleh pendidikan dasar (dari SD sampai SMA) di Indonesia yang kita cintai ini. Kesuksesan mereka tersebar dalam bidang-bidang pendidikan, teknologi, riset, penemuan, engineering, science, dan lainnya. Beberapa contoh adalah sebagai

Page 13: artikel follow up

berikut: Prof. Yohanes Surya, Prof. Ken Soetanto (professor di Waseda University, Jepang), Prof. B. J. Habibie, dan lain sebagainya. Mereka semua dulunya juga memperoleh pendidikan dasar di Indonesia.

Sebenarnya, menurut pendapat saya, saya kira sistem pendidikan dasar di Indonesia (dari SD sampai SMA) sewaktu saya masih sekolah di Indonesia sudah cukup bagus. Tetapi mungkin dalam pelaksanaan di sekolah-sekolahnya yang kurang. Siswa-siswa yang memperoleh pendidikan mereka di sekolah-sekolah top di Indonesia akan dengan mudah mendapatkan pendidikan dasar terbaik yang sebanding atau dan tidak kalah dari pendidikan di sekolah-sekolah top di Singapura, Jepang, USA, dan negara maju lainnya. Jadi ibaratnya, sistem pendidikan dasar sebenarnya tidak kalah dari negara maju lainnya. Tetapi pelaksanaan di lapangannya mungkin masih sangat sulit untuk bisa optimal. Hal ini mungkin disebabkan oleh sulitnya menyediakan guru-guru berbobot untuk mengajar di daerah-daerah. Dan juga soal dana yang terbatas. Salah satu hal yang penting untuk di-emphasize dalam kultur bangsa Indonesia adalah kita sebagai bangsa besar dengan populasi no.4 di dunia, harusnya berani menjadi bangsa yang mengutamakan pendidikan untuk generasi mendatang.

Masyarakat kita sering merasa rendah diri dengan kualitas pendidikan di negeri sendiri. Bagaimana pandangan anda?

Saya rasa bangsa Indonesia tidak perlu merasa 'rendah diri' mengenai pendidikan dasar dalam negeri. Seperti saya katakan tadi, pendidikan yang diberikan oleh sekolah-sekolah (SMA) top Indonesia sama sekali tidak kalah dengan sekolah top di negara maju. Menurut pandangan saya, saya sendiri sangat berterima kasih atas pendidikan dasar yang saya peroleh dari SD-SMA Sutomo 1 Medan, yang mana bukan hanya memberikan fondasi kuat dalam hal pengetahuan, tetapi juga soal etika hidup. Bangsa kita harus menyadari bahwa yang paling penting adalah bagaimana mengimplementasikan pendidikan dengan benar. Bukan hanya memiliki sistem yang bagus tetapi tidak dilaksanakan.

Mungkin untuk level universitas, harus diakui universitas-universitas di Indonesia masih perlu bekerja keras untuk mengejar ketertinggalan mereka dibandingkan dengan universitas-universitas top di Asia, Eropa, dan Amerika Serikat.

Menurut Anda, mana yang lebih berperan dalam suksesnya pendidikan, keuletan dan kreatifitas anak didiknya atau kurikulum dan kemampuan guru-gurunya? Saya rasa kultur dan motivasi dari pendidik atau guru dan anak-anak didik kita (siswa dan mahasiswa) yang jauh lebih penting daripada sistem pendidikan. Tentu saja kemampuan guru di Indonesia masih jauh di bawah harapan, kalau dibandingkan dengan negara maju. Sebenarnya kurikulum Indonesia tidaklah kalah dari kurikulum di negara maju, tetapi seperti saya katakan tadi, mungkin pelaksanaannya yang masih jauh dari optimal.

Mengenai kultur dan motivasi dari murid-murid Indonesia, saya rasa masih dapat dikembangkan lebih jauh. Bangsa Indonesia haruslah meyakini bahwa bagi kita, untuk menjadi bangsa besar di dunia ini, maka pendidikan adalah cara untuk mencapainya. Yang harus anak-anak muda kita idolakan janganlah melulu bintang film, penyanyi-penyanyi, atau olahragawan saja. Tetapi idolakan juga orang-orang yang sukses di bidang pendidikan dan science-teknologi.

Anda bisa ceritakan, bagaimana proses pembentukan kultur belajar di negara-negara yang maju pendidikannya?

Di kalangan masyarakat negara maju, pendidik, guru atau profesor, sangatlah dihormati. Mungkin hal ini disebabkan karena rasa sadar diri yang tinggi dari masyarakat negara maju mengenai betapa pentingnya pendidik dalam membentuk generasi mendatang. Jangan lupa juga, hampir semua penemuan penting yang menempatkan negara maju (seperti Amerika Serikat) berasal dari riset yang dilakukan oleh mahasiswa dan profesor-profesor di universitas.

Jadi di negara maju, pemerintah dan masyarakat sangat mendukung keberadaan universitas-universitas. Oleh karena itu, universitas-universitas top di Amerika Serikat selalu mendapatkan banyak sumbangan finansial dari alumni-alumni yang totalnya bisa mencapai lebih dari beberapa milyar dollar AS. Contohnya: Sumbangan alumni di Lehigh University jumlahnya lebih dari 1 milyar

Page 14: artikel follow up

dollar AS! Dan semua investasi sumbangan dari alumni untuk universitas di Amerika Serikat ini akan disalurkan kembali untuk mengembangkan dan memajukan kualitas universitas bersangkutan. Misalnya dengan cara merekrut dan meng-hire profesor-profesor berkualitas tinggi, membangun fasilitas-fasilitas muktakhir untuk riset dan teaching, memberikan scholarships untuk mahasiswa-mahasiswa terbaik, dan tentunya untuk berkompetisi dengan universitas lainnya.

Kalau pembentukan kultur belajar di Indonesia?

Mungkin bukan kultur belajar siswa-siswa Indonesia yang menyebabkan problematika pendidikan di Indonesia, tetapi kultur dari masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Masyarakat Indonesia harus menyadari bahwa investasi yang dilakukan oleh bangsa Indonesia dalam bidang pendidikan akan menunjukkan hasil di kemudian hari, yaitu generasi mendatang yang bakal membangun negara Indonesia menjadi yang lebih baik.

Saat ini, dunia pendidikan di Indonesia dipandang dalam lingkup lingkaran setan. Yang selalu dipermasalahkan adalah gonta-gantinya kebijakan pemerintah, kurikulum bongkar pasang, kualitas pendidik dianggap rendah, gaji dan kesejahteraan guru sangat jelek, minimnya fasilitas riset, dll. Pandangan Anda?

Saya setuju sekali dengan pernyataan Anda mengenai beberapa hal yang menyulitkan Indonesia dalam mengembangkan dunia pendidikan. Sangat disayangkan bahwa dunia pendidikan Indonesia terlalu tergantung pada kondisi politiknya. Saya ingat sewaktu saya masih mengenyam pendidikan dasar di SMA Sutomo 1 Medan atau sewaktu SD sampai SMA, saya rasa pendidikan dasar yang saya peroleh tersebut sangatlah berkualitas dan tidaklah kalah dengan pendidikan dasar di negara maju lainnya. Tetapi sekarang sistem pendidikan di Indonesia telah berubah terus, sampai beberapa versi sejak saya tamat SMA tahun 1995 lalu. Saya rasa kurikulum-kurikulum tersebut, baik sewaktu zaman saya, atau sekarang semuanya baik. Tetapi pelaksanaanya yang perlu dilakukan dengan seoptimal mungkin.

Jadi sebenarnya kita jangan terus menerus ganti kurikulum hanya karena adanya pemerintah baru. Sistem evalusi seperti Ebtanas yang diganti dengan UAN menjadikan tambahan confusion (kerancuan) dalam perbandingan antar siswa dari generasi yang berbeda. Jadi sistem dan kurikulum jangan diubah-ubah terlalu drastis, tetapi tentu saja boleh diperbaiki secara perlahan-lahan, dan yang penting pelaksanaannya yang harus dimaksimalkan.

Tentu saja kualitas pendidik yang rendah, terutama di daerah terpencil, jauh dari kota besar menyebabkan sulitnya mencapai pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan secara menyeluruh di Tanah Air. Saya kira pendidikan yang diperoleh di kota-kota besar sudah cukup baik, tetapi hal ini sulit dicapai oleh daerah-daerah terpencil.

Kualitas fasilitas riset yang masih jauh dari optimal dan kesulitan mendapatkan profesor terbaik untuk datang mengajar di universitas-universitas Indonesia juga menghambat perkembangan Indonesia untuk memiliki universitas terkenal di tingkat Asia dan dunia. Kita misalnya harus melihat komposisi profesor-profesor yang dimiliki National University of Singapore, yang merupakan salah satu universitas berkualitas tinggi di tingkat Asia, di mana profesor-profesornya berasal dari manca negara. Jadi kita harus merefleksikan diri, bagaimana kita bisa meng-attract 'foreign talent' untuk berkontribus bagi pengembangan generasi muda kita. Sekarang ini, sangatlah susah untuk menarik profesor-profesor terbaik di Amerika Serikat untuk menjadi profesor di Indonesia.

Hal prinsip apa saja yang mesti dilakukan untuk membenahi pendidikan di Indonesia?

Bangsa Indonesia harus mampu memiliki universitas-universitas berkualitas terbaik (top 10 or top 5) di tingkat Asia. Hal ini merupakan tujuan yang tidak dapat dihindari jika Indonesia ingin menjadi salah satu macan pendidikan di tingkat Asia. Dengan adanya universitas-universitas top 5 dan top 10 di tingkat Asia, maka sumber daya manusia (SDM) terbaik Indonesia dapat berkarya di dalam negeri dan juga SDM terbaik dari luar negeri dapat ditarik untuk berkontribusi dalam meningkatkan kualitas generasi muda mendatang.

Page 15: artikel follow up

Saya kira Indonesia harus berkonsentrasi untuk mengembangkan tiga universitas top-nya, misalnya UI, ITB, dan UGM, dengan berkonsentrasi bagaimana supaya tiga universitas tersebut dapat menjadi universitas terbaik di tingkat Asia. Salah satunya adalah menunjuk administrator universitas (rektor, dekan, dan ketua departemen) yang bermotivasi dan mampu membawa universitas tersebut ke tingkat Asia. Mungkin yang terbaik adalah mendapatkan administrator ini dari kalangan profesor-profesor dari universitas luar negeri yang telah memiliki banyak pengalaman dalam hal operasi universitas-universitas berkualitas tinggi. Dengan adanya rektor dan dekan yang berkualitas tinggi, maka secara otomatis kultur positif bakal ditularkan kepada seluruh komponen di universitas.

Hanya sebagian kecil dari masyarakat kita yang masih yakin bahwa Indonesia memiliki potensi human capital yang luar biasa. Menurut Anda? Oh tentu saja, Indonesia mempunyai potensi SDM yang besar. Ingat, negara kita ini adalah negara no.4 terbesar dalam hal populasi. Bayangkan jika kita mampu mendidik manusia-manusia muda Indonesia dalam beberapa generasi mendatang dengan sebaik-baiknya, maka bangsa Indonesia akan mempunyai potensi untuk menjadi salah satu negara maju di dunia. Saya kira manusia Indonesia tidaklah kalah dalam hal otak dibandingkan dengan manusia-manusia dari bangsa lainnya. Tetapi karena fasilitas yang kurang di Indonesia, maka seluruh komponen bangsa kita haruslah bekerja lebih keras dan serius untuk mengejar ketertinggalan ini.

Sekarang soal mahasiswa. Sebagian besar mahasiswa kita masih larut dalam eforia reformasi. Tiada hari tanpa demonstrasi. Adakah hal yang menurut Anda lebih strategis untuk mereka kerjakan?

Saya sendiri adalah seseorang yang berkecimpung dalam bidang pendidikan tinggi, science, dan teknologi, jadi saya bukanlah ahli dalam bidang politik. Tetapi saya memiliki opini sendiri mengenai peranan siswa dan mahasiswa dalam hal politik. Di masa chaos di negara mana pun, mahasiswa selalu terlibat dalam hal politik, yaitu dengan berdemonstrasi, sama seperti di Amerika Serikat tahun 1960-an. Sebenarnya hal ini adalah sangat disayangkan (karena disebabkan kondisi yang chaos). Sebab, mahasiswa sebenarnya haruslah berkonsentrasi dalam meningkatkan pengetahuan, mengembangkan kreafitas mereka, dan juga berusaha untuk menyumbangkan pengetahuan mereka dalam bidang expertise mereka. Tetapi sekali lagi, mungkin kondisi politik yang kurang mendukunglah yang mendorong mereka untuk berdemonstrasi.

Tentu saja ini opini pribadi saya. Mahasiswa haruslah berkonsentrasi di kampus sebagai mahasiswa yang serius dengan kegiatan akademik dan kegiatan lainnya yang mendukung pendidikan mereka (seperti riset, pendidikan tinggi, dan lainnya). Sama sekali bukan dengan aktivitas politik. Mungkin dengan kondisi politik yang sekarang yang jauh lebih baik di Indonesia, mahasiswa Indonesia dapat memberikan perhatian penuh dalam kelas lagi.

Anda percaya, nasib Indonesia ke depan ada di tangan anak-anak muda ini? Tentu saja, nasib bangsa Indonesia di masa depan berada di tangan anak-anak muda sekarang. Kalau tidak, memangnya bangsa kita harus tergantung dengan siapa? Tentu saja, anak-anak muda sekarang ini haruslah diberikan contoh-contoh, cara-cara, dan kesempatan-kesempatan untuk mampu menjadi maju dan berhasil. Jawabannya sebenarnya tentu cuma satu, yaitu pendidikan yang terbaik untuk generasi sekarang dan mendatang!

Anda bangga menjadi manusia Indonesia?

Tentu saja, saya sangat bangga menjadi manusia Indonesia. Saya sendiri lahir, besar, dan mendapatkan pendidikan dasar di Indonesia. Saya sendiri sangat kecewa dengan orang-orang Indonesia yang telah sukses di negara lain, dan lupa kepada bangsa aslinya. Setiap negara tentu saja memiliki kekurangan-kekurangan tertentu, termasuk Indonesia. Dan kita-kita ini sebagai manusia Indonesia haruslah berusaha untuk memperbaiki Indonesia dengan cara yang benar dan konstruktif, bukan hanya dengan menjelek-jelekkan, tetapi kita harus mampu memberikan ide untuk maju dan memperbaiki.

Tolong gambarkan? dalam visi Anda, seperti apakah Indonesia 20 tahun mendatang?

Page 16: artikel follow up

Generasi muda dari Indonesia mendatang diharapkan bisa mempunyai keinginan untuk menjadi manusia yang berguna bagi bangsa dan negara Indonesia, dan juga semua manusia di dunia. Di kemudian hari, bangsa Indonesia haruslah memikirkan bagaimana bisa menjadi terang bagai lilin bagi seluruh bangsa-bangsa di dunia, bukan hanya negara sendiri. Pikirkan bagaimana supaya generasi muda Indonesia bisa menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang bisa dibanggakan oleh seluruh bangsa di dunia.

Pesan dan harapan Anda terhadap dunia pendidikan Indonesia maupun pada kalangan muda kita?

Salah satu hal yang saya harapkan dari artikel wawancara ini. Ini bukanlah tentang saya, melainkan tentang harapan supaya bangsa Indonesia tahu bahwa kita adalah bangsa yang besar. Kita merupakan bangsa yang mampu bersaing dengan bangsa-bangsa besar lainnya, jika bangsa kita mau bekerja keras. Putra-putri Indonesia haruslah sadar, hanya dengan kerja keras dan komitmen yang tinggi saja, kita sebagai bangsa Indonesia bisa maju dan bersaing di tingkat dunia.

Satu hal yang paling penting untuk seluruh bangsa Indonesia. Pendidikan tinggi di Indonesia haruslah diperbaiki sehingga kualitas universitas-universitas Indonesia bisa menjadi yang salah satu yang terbaik di tingkat Asia, hopefully top 5-10 Asia. Di sejumlah daerah atau kota-kota besar, pendidikan pra universitas di Indonesia sudah cukup bagus. Walau begitu, tetap harus ditingkatkan kualitasnya dengan pemerataan dan pengembangan pendidikan di luar kota-kota besar. We, as Indonesian, have to have the highest standard with respect to our attitudes and views on education and nurturing the future of our nation. It is time that we treat education and the future generation as the most important priorities of our country.

Saya selalu merasa, yang terpenting adalah kita harus menaruh ambisi, tujuan atau cita-cita kita yang setinggi-tingginya dan bekerja keras. Tentu saja dengan tidak melupakan akhlak dan kejujuran untuk mencapainya. Mereka yang berhasil adalah yang bekerja dan belajar keras, sangat fokus dengan tujuan, gigih, kreatif, self motivated, etis, jujur, bersikap positif, aktif dalam bertanya dan mencari jawaban. Dan yang terpenting, selalu mencintai dan menikmati apa yang dilakukannya. Manusia pintar yang tidak jujur dan tidak beretika bukanlah tujuan dari pendidikan.

Saya juga ingin menyaksikan semakin banyak orang Indonesia yang bisa datang ke AS untuk memperoleh PhD mereka, sehingga mereka bisa ikut andil dalam mengembangkan Indonesia di kemudian hari, baik dari luar maupun dari dalam negeri. Sebab, untuk membantu perkembangan di Indonesia, tidak perlu semua orang berada di Indonesia. Bisa juga dari luar negeri. Indonesia juga harus bisa melihat contoh dari berbagai negara lainnya yang jauh lebih kecil tetapi sukses seperti Taiwan dan Singapura, di mana sangat banyak yang menjadi professor dan ilmuwan sukses di AS. Untuk menjadi bangsa yang maju sekali, bngsa kita harus bisa bersaing dengan yang terbaik di dunia, bukan hanya di Indonesia.

Saya berharap Indonesia sebagai negara nomor 4 terbesar di dunia haruslah mempunyai universitas yang bagus, yang semoga akan menjadi salah satu universitas top di Asia (top 5 or 10). It is time for us to make education in Indonesia as the very first priority in every children's goal! *

Nama : Hendrawan

Page 17: artikel follow up

Tempat/Tgl Lahir : Malang, 27 Juni 1972Agama : KristenAlamat : PB PBSI, CipayungTinggi/Berat badan : 170 cm/65 kgNama Isteri:Sylvia AnggraeniAnak:Josephine SevillaNama Ayah : SugiantoNama Ibu : SusilowatiAnak ke : 3 dari 4 bersaudaraPendidikan : SMAMulai main Bulu tangkis : usia 10 tahunMasuk pelatnas : 1993Prestasi : 1994 - Perempat finalis Singapura Terbuka - Pereempat finalis Malaysia Terbuka 1995 - Semifinalis Korea Terbuka - Runner up Swiss Terbuka - Runner up Denmark Terbuka’ - Juara Rusia Terbuka - Babak III All England 1996 - Perempatfinalis Swedia Terbuka - 16 besar All England - Perempat finalis Denmark Terbuka - 16 besar Jerman Terbuka 1997 - 16 besar Taiwan Terbuka - 16 besar India Terbuka - 16 besar Indonesia Terbuka - 16 besar Singapura terbuka - Runner up Kejuaran Asia - Semifinalis Kejuaran Nasional - Babak III Cina Terbuka - Juara Thailand Terbuka 1998 Runner up Asian Games, Bangkok Juara Singapura Terbuka

Page 18: artikel follow up

Anggota Tim Piala Thomas (Indonesia Juara) 2000 -anggota Tim Piala Thomas (Indonesia Juara) - Medali perak Olimpiade Sidney 2000 - Runner up Jepang Terbuka 2001 - Juara Kejuaraan Dunia Piala Sudirman 2002-anggota Tim Piala Thomas (Indonesia Juara)

Berprestasi untuk Bangsa

Berprestasi dan menjunjung tinggi nama bangsa dan negara, tetapi tetap sulit menjadi WNI. Sampai akhirnya dia mengeluh soal itu, sehingga Presiden Megawati turun tangan, barulah nasib kewarganegaraannya diperoleh.

Berita-berita olahraga kerap tenggelam oleh riuh rendahnya pertikaian politik dan krisis ekonomi. Untunglah di tengah kegalauan menghadapi berbagai persoalan muncul sosok Hendrawan dan Tim Piala Thomas Indonesia. Mereka memboyong Piala Thomas untuk ke-13 kalinya ke Indonesia. Sekaligus mengukir rekor lima kali berturut-turut merebut piala grup bulutangkis bergengsi itu.Satu tahun lalu, Juni 2001, saat Indonesia cukup lama paceklik prestasi dunia di cabang olahraga bulu tangkis, pria kelahiran Malang, Jawa Timur, ini juga membawa kabar gembira dengan memenangi juara tunggal putra dalam ajang Piala Sudirman, di Sevilla, Spanyol. Hendrawan mengalahkan pemain nomor satu dunia, Peter Gade Christensen dari Denmark. Sangat wajar bila saat itu prestasi Hendrawan ini membuat banyak pihak bersyukur dan bangga. Sebab prestasi itu pastilah mengharumkan nama bangsa dan negera.Tapi, prestasi ini tidak membuat Hendrawan besar kepala. Dia atlet yang rendah hati. Yang paling membuat kita sebagai bangsa pantas malu, ternyata masalah status kewarganegaraan Hendrawan masih belum jelas. Padahal, dia lahir di Indonesia, bahkan ayahnya juga lahir di Indonesia. Namun, masalah kewarganegaraan ini tidak membuat Hendrawan patah hati. Dia bahkan makin giat berlatih untuk bisa meraih prestasi demi kebesaran bangsa dan negara Indonesia.Cermin buat Kita Hendrawan, sekali lagi membuktikan bahwa dia tulus dalam tekad memberikan sesuatu demi kebanggaan bangsa dan negaranya, Indonesia!Para pemirsa Indonesia, ketika menyaksikan siaran langsung final Piala Thomas melalui Trans TV, hari Minggu (19/5/2002), pasti merasa bangga melihat penampilan Hendrawan yang menentukan kemenangan Indonesia.Ketika itu, khalayak Indonesia sudah sport jantung. Posisi 1-2 untuk keunggulan tim Malaysia. Dua poin terakhir adalah partai keempat ganda kedua dan partai kelima yang mempertandingkan tunggal ketiga. Untunglah peluang kemenangan itu kemudian dibuka oleh pasangan "gado-gado" Halim Haryanto yang murni pemain ganda putra dengan Trikus Harjanto yang spesialis ganda campuran. Posisi menjadi 2-2.

Page 19: artikel follow up

Situasi benar-benar genting. Partai terakhir akan menghadapkan Hendrawan (30) dengan Roslin Hashim. Keduanya pemain reli. Roslin dikenal up and down permainannya, sementara Hendrawan dikenal agak "enggan" dengan sistem skor 5x7-yang diartikan oleh banyak pemain sebagai permainan yang "menyerang"-sama sekali bukan "tipe Hendrawan". Set pertama partai penentu itu benar-benar menggedor jantung. Karena Hendrawan yang unggul 4-1 akhirnya malah tertinggal 4-6. Begitu menyaksikan permainan Hendrawan di set kedua, dan melihat permainan Roslin, pencinta bulu tangkis melihat seorang Hendrawan yang bertanding bak macan luka. Permainannya taktis, cerdas, dan menyengat. Ibaratnya, "Siapa pun akan kalah kalau Hendrawan bermain seperti itu." Seperti diungkapkan beberapa pelaku bulu tangkis sambil berdecak kagum. Belum lagi keringatnya kering, Hendrawan seakan terlahir kembali menjadi "pahlawan", istilah yang buru-buru ditolaknya. "Saya bukan hero, I'm not a hero. Jangan lupa ini even beregu dan kemenangan bukan ditentukan saya seorang," tuturnya saat diwawancara secara langsung oleh jaringan China Central Television. "Saya berada di sini berkat suport dan dukungan rekan-rekan saya yang lain dan para pengurus, Ketua PB PBSI," ujarnya sambil tersenyum. Bapak satu anak, Josephine Sevilla, dari istrinya Sylvia Anggraini ini, tampil cool meskipun sebelum berangkat dia mendapat masalah dalam pengurusan Surat Bukti Kewarganegaraan Republik Indonesia (SBKRI)-nya. Karena dia adalah warga keturunan Tionghoa. Masalah ini terselesaikan setelah Presiden Megawati Soekarnoputri membacanya di media massa. "Persoalan ini tidak akan mengganggu penampilan saya nanti di Guangzhou," janjinya saat itu. Jika diurut kronologis perkembangan prestasi Hendrawan, harus diakui dia telah berkata sejujurnya. Dia tidak mengklaim sukses itu sebagai miliknya sendiri, karena, putaran final Piala Thomas tahun ini sangat berbeda dengan empat tahun lalu ketika dia membuka peluang kemenangan tim Indonesia di Hongkong dengan merebut poin kedua bagi Indonesia-mengalahkan Yong Hock Kin dari Malaysia. Prestasi Indonesia saat itu membawa kembali kehormatan bangsa ini-yang terkoyak akibat kerusuhan Mei yang membawa banyak korban terutama kaum keturunan Cina. (Komentar Indra Gunawan, pelatihnya ketika itu, "Terima kasih Hendrawan telah memecahkan teka-teki dari mana satu angka dari tunggal itu dihasilkan"-karena dua ganda Indonesia ketika itu adalah ganda-ganda terkuat dunia). Juga berbeda dengan dua tahun lalu ketika dia menjadi ujung tombak tim. Tahun ini pertandingan dilakukan dengan sistem skor 5x7 yang "menjadi momok" bagi Hendrawan. Bahkan, dia meminta tambahan waktu untuk mempertimbangkan apakah akan ikut turun di Piala Thomas atau tidak. Dia merasa tidak yakin dengan kemampuannya bermain dengan sistem baru itu. Apalagi, dia gagal berangkat ke Korea Terbuka, yang semula akan dijadikan ajang mengukur diri bagi Hendrawan, apakah dia "mampu" menyesuaikan diri dengan sistem baru tersebut atau tidak. Yang pasti, Hendrawan membekali dirinya dengan tekad bulat, dengan kesiapan untuk mengubah diri, mengubah style, mengubah sistem latihannya, untuk lahir sebagai "Hendrawan baru"-yang lebih attacking. Pada dasarnya, Hendrawan adalah pemain yang "berbahaya" dan "ditakuti" lawan-lawannya. Tahun 1996, ketika Hendrawan masih "bukan siapa-siapa", juara All England 1995, Poul-Erik Hoyer Larsen-yang kemudian menjadi juara Olimpiade 1996-menyatakan, "Saya mendapat drawing sulit karena ada Hendrawan". Hendrawan? Siapa dia? "Dia pemain berbahaya, dia pemain bagus. Saya pernah kalah di Rusia Terbuka 1994. Dia bisa menjadi pemain besar suatu kali nanti. Dia berbahaya," ujar Hoyer-Larsen. Keberhasilan Hendrawan mencapai kualitas permainan seperti sekarang merupakan hasil

Page 20: artikel follow up

kerja keras bertahun-tahun karena dia menyadari dirinya tidak terlalu berbakat. "Dia mengakui bukan seperti Hariyanto Arbi atau Taufik Hidayat yang punya pukulan yang luar biasa," tutur Indrawati Sugianto, kakak kandung Hendrawan. Kepada Indrawati, Hendrawan sering mengadu bahwa dirinya harus bisa menguras otak, mental, dan fisiknya untuk mengatasi segala kekurangan yang dimiliki. Sejak mulai bermain bulu tangkis di usia 10 tahun, disiplin menjadi modal Hendrawan untuk bertahan di bulu tangkis. Pulang sekolah, Hendrawan tidak langsung ke rumah tetapi berlatih lari mengelilingi stadion Malang. Hendrawan juga bukan manusia setengah dewa yang sempurna. Saat dikirim ke klub Jarum Kudus karena ayahnya, Sugianto sadar anaknya tidak akan bisa berkembang di Malang, Hendrawan malah jadi seperti kuda lepas dari kekang kendali. Tidak jarang Sugianto memperoleh laporan tentang kenakalan Hendrawan. Misalnya, pada saat tidur siang, dia lebih suka main layang-layang di atas atap asrama. "Tidak heran prestasinya melorot. Prestasinya jadi tidak ada yang menonjol," tambah Indrawati. Keprihatinan Sugianto atas kemerosotan prestasi Hendrawan, terutama ketahanan fisiknya membuat wiraswastawan itu menyempatkan diri terus mengontrol anaknya. Setiap Sabtu sore, dia pergi ke Kudus menumpang bus malam agar bertemu Hendrawan pagi harinya di Stadion Kudus. Di sana Sugianto mendampingi Hendrawan untuk menambah latihan fisik. Usai latihan, Sugianto kembali ke Malang dengan menumpang bus. "Kenangan atas Papa yang membuat Wawan (nama panggilan Hendrawan-Red) tidak tega mengundurkan diri dari bulu tangkis saat masa-masa sulit di pelatnas di mana dia tak kunjung berhasil meningkatkan prestasi di arena internasional," kenang Indrawati. ***Kisah sukses ini seperti kata Hendrawan, bukan miliknya seorang. Kerja keras juga bukan hanya miliknya. Ironisnya, kerja keras pemain bulu tangkis yang hari Minggu (19/5) lalu itu berhasil mencetak rekor dengan lima kali berturut-turut dan membawa Sang Saka Merah Putih berkibar di Tianhe Gymnasium itu tidak diimbangi dengan sebuah pengakuan bahwa dia adalah seorang warga negara Indonesia, karena dia keturunan Tionghoa. Sebuah "ketidakadilan" negara terhadap warganya terjadi dengan korban Hendrawan dan harus diselesaikan langsung melalui tangan Presiden. Sebelumnya, hanya dari bulu tangkis saja ada sederetan nama seperti Tan Joe Hock, Ivana Lie, Tong Sin Fu-pelatih yang berjasa melahirkan ganda-ganda putri dan pemain tunggal putra, dan pemain-pemain generasi muda sekarang seperti Halim, Candra, dan yang lain. Lagi-lagi karena mereka keturunan Tionghoa. Padahal, generasi orang tua mereka telah lahir di Indonesia. Apa yang ditawarkan oleh negara ini kepada mereka-mereka yang telah "berjasa"? Melihat pada kasus Hendrawan, ternyata: nyaris tidak ada. Belum lagi jika kita bicara tentang mereka-mereka yang lain, keturunan Tionghoa lainnya yang dikatakan "tidak berjasa"-mereka yang "orang-orang biasa". Hendrawan, penentu kemenangan yang sederhana itu menjadi cermin betapa "tidak pastinya hukum di negeri ini". (Tokoh Indonesia, dari Kompas dan berbagai sumber)

Puluhan Pemuda Terima Penghargaan29 Oktober 2009 - 08.24 WIB

37 klik  PERAWANG -- Puluhan anak muda yang dinilai telah mampu mengukir prestasi di usianya yang masih belia diberikan penghargaan oleh pihak SMAN 04 Siak. Penghargaan tersebut diberikan bersempena peringatan Hari Sumpah Pemuda mulai kepada anak muda yang berprestasi dibidang akademik, non akademik dan olahraga serta seni.

Page 21: artikel follow up

Penyerahan penghargaan diberikan Camat Tualang Romy Lesmana Dermawan, disaksikan ribuan pasang mata siswa/i dan para majelis guru serta tokoh masyarakat yang diberlangsungkan saat acara pembukaan Lomba Seni dan Olahraga dalam rangka Hari Sumpah Pemuda 2009 di SMAN 04 Siak Perawang, Rabu (28/10).

Pada peringatan Hari Sumpah Pemuda kali ini memakai tema "Kita tingkatkan semangat persatuan dan kesatuan generasi muda menuju indonesia yang adil, makmur, sejahtera dan masyarakat madani".

Diantara anak-anak muda yang berprestasi tersebut. Bidang akademis, Denis R ikuti olimpiade sain nasional bidang biology, Sepi Muliyadi, ikuti OSN tingkat nasional bidang Kebumian. Untuk tingkat provinsi, Novia Damayanti, juara 3 olimpiade B Inggris, Khairul Umam juara 1 MIPA UNRI, Rati Widiastuti, juara umum1. Di bidang Non akademik, agama, Rati Widiastu, olahraga Rian apandi karate nasional, Nova Erlina Karate, tk Riau, badminton Rudi Kurniawan, Elnawati DBL Riau Pos, Yola Rosalina, Sonia Gadiska, Riska mardatillah, Betalia, Kunci Utamai.

Bidang seni dan budaya: sering wakili Siak baik daerah maupun nasional era tiana, dwi novyanti, Andri N, Wahyu Kuncoro yang sering ikuti Pelatihan, UKS, Titi Alviani. Kepramukaan, Jalma L, bela diri silat, Wulan Ayu Lestari.

Untuk siswa teladan pilihan jatuh kepada : M Arif Gusti (ketua Osis 2009-2010) Vivil Piani yang aktif di PMI ketika dimitai komentarnya mengatakan rasa tersanjung dirinya dengan adanya pemberian penghargaan ini. Diakuinya dirinya baru pertama ini mendapat penghormatan dan penghargaan atas dedikasi yang ditunjukannya sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya.

"Ini akan saya jadikan sebagai pelecut untuk terus berkaraya dan kreatif. Meskipun saya kuran mantap di bidang akademik namun tampaknya hal tersebut juga jadi perhatian pihak sekolah. Dan ini sungguhlah bagus untuk memberikan motivasi kepada kami sebagai siswa untuk terus berkarya sesuai kemampuan yang ada pada diri masing-masing," ujarnya sambil berlalu.

Kepala SMAN 04 Siak, Drs Lahadi suatu kesempatan menyampaikan bahwa dirinya bersama majelis guru lainnya akan mencoba menimbulkan rasa kompetisi aktif di tengah-tengah siswa/i dan para mejelis guru. Hal itu tidak hanya dalam satu bidang namun juga bidang lainnya.

Langkah lain yang dilakukan sekolah untuk menghargai prestasi anak-anak adalah dengan menampung anak-anak SMP yang memliki prestasi di bidang apapun di SMAN 04 Siak. Itu telah dilakukan oleh pihak SMAN o4 Siak. (rel)

Pemuda Indonesia dan Prestasi Wednesday, October 28, 2009 at 1:54amMenteri Negara Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng memberikan penghargaan kepada tujuh pemuda dalam Peringatan Hari Sumpah Pemuda di Serang, Banten. Mereka mendapat penghargaan atas prestasi yang diraih di berbagai bidang.

Penghargaan Pemuda Andalan Nusantara (Pandu) tahun 2009 diberikan kepada Rianto Purnomo yang berprestasi di bidang seni. Rianto dianggap giat mempertahankan dan

Page 22: artikel follow up

memperjuangkan kelestarian seni tradisi Bagelan yang merupakan budaya warisan leluhur.

Penghargaan Pemuda Pelopor Tingkat Nasional tahun 2009 diberikan kepada lima bidang. Untuk Bidang Kebaharian diberikan kepada Muhaemin Primawan dari Brebes yang dianggap berhasil mengembangkan usaha rajungan hingga Jakarta.

Penghargaan Bidang Kewirausahaan diberikan kepada Euis Rohaini asal Cirebon. Euis dianggap berhasil membangkitkan kembali warisan budaya batik hingga mempunyai nilai ekonomi. Euis juga membentuk pengrajin batik Rajasamas yang memasarkan batik ke tingkat internasional.

Yul Ardhianto mendapat penghargaan di bidang Seni Budaya dan Pariwisata. Dalang asal Malang yang juga dikenal dengan nama Ki Ardhi Poerbo Antono yang membentuk Sanggar Seni Sapu Jagad ini dianggap memberikan inspirasi untuk pengembangan kreativitas tradisional.

Penghargaan Bidang Teknologi Tepat Guna diberikan kepada Halili. Pemuda asal Situbondo ini dianggap membuat suatu terobosan pemanfaatan teknologi di bidang pertanian. Halili juga membuat pelatihan keterampilan perekayasaan kepada pemuda di Jawa Timur untuk dapat memperbaiki alat pertanian secara mandiri.

Penghargaan Bidang Pendidikan diberikan kepada Meilya Novita asal Payakumbuh. Meilyana mendirikan Smart Education and Training Center dan melakukan pembenahan sistem dan pola belajar observatif.

Sedangkan Penghargaan Sarjana Penggerak Pembangunan Pedesaan Berprestasi diberikan kepada Fitria Karesipina asal Maluku. Fitria dianggap berhasil memberdayakan masyarakat dengan membentuk Kelompok Pemuda, Usaha Mandiri Tepung Sagu, Usaha Bengkel Pemuda, Kelompok Perempuan Tani, Pengolahan Sagu, dan Pengolahan Aneka Makanan dan Minuman Bernutrisi.

(diambil dari Vivanews.com)

Kemenegpora Tetapkan Enam Pemuda Berkarya Luar Biasa

Rabu, 15 Juli 2009

Ditulis oleh: fadli

JAKARTA--MI: Kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenegpora) menetapkan enam Pemuda Andalan Nusantara (Pandu), yakni mereka yang menunjukkan karya luar biasa di bidangnya dan konsisten menjalankan karyanya selama dua tahun.

Atas prestasi mereka, Menpora Adhyaksa Dault memberikan penghargaan, piagam dan

Page 23: artikel follow up

berdialog di Jakarta, Selasa (14/7) malam, dalam acara Malam Mutiara Bangsa.

Keenam pemuda itu adalah Akhmad Zainuri (lahir 20 Januari 1984), lulusan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya yang menemukan alat-alat yang dapat bermanfaat bagi masyarakat luas seperti Brailevoice yaitu keyboard (papan ketik) komputer dengan huruf braile yang dapat bersuara jika ditekan.

Ia juga membuat Muhaji Finder, sebuah alat pelacak jika seorang calon haji tersesat serta membuat alat otomatis penurun kadar air dalam madu yang dapat meningkatkan kualitas madu.

Sementara Tri Wahyuni melakukan kegiatan-kegiatan agar pemuda tidak terjerumus narkoba. Ia aktif di divisi Terapi dan Rehabilitasi di Satgas Narkotka Karang Taruna Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, dan menggandeng lembaga-lembaga kepemudaan yang mempunyai visi dan misi dalam pengembangan iptek dan moral bangsa.

Joko Istiyanto melakukan penelitian tentang pengaruh medan magnetis dan panas terhadap kinerja mesin. Berbagai percobaan dan penelitian ia lakukan untuk menghasilkan sebuah alat yang mampu menekan pemakaian bahan bakar tetapi tidak mengurangi tenaga atau kemampuan mesin.

Sedangkan Syammahfuz Chazali melakukan penelitian yang membuktikan bahwa kompos dari limbah peternakan sapi sangat baik dijadikan bahan campuran pembuatan gerabah, sehingga gerabah lebih ringan, lebih halus, lebih kuat dan sangat mudah pewarnaannya.

Rianto Purnomo giat mempertahankan dan memperjuangkan kelestarian seni dan budaya warisan para leluhurnya di Purworejo, Jawa Tengah, yaitu seni tradisi Bagelan. Melalui sanggarnya, ia juga mencetak prestasi di ajang festival tari tingkat nasional dan internasional.

Terakhir, Irma Suryati dari Kebumen, Jawa Tengah, membuat usaha konveksi dan kerajinan tangan yang mempekerjakan orang yang memiliki cacat tubuh. (Ant/OL-01)

PRESTASI MAHASISWA TINGKAT INTERNASIONAL TAHUN 2008 – 2009

<!– BODY,DIV,TABLE,THEAD,TBODY,TFOOT,TR,TH,TD,P { font-family:”Arial”; font-size:x-small } –>

BIDANG AKADEMIK

*Asean Youth Camp 2008, 19-25/2/08 di Yogyakarta Internasional5 wakil Indonesia semua dari UGM

Tim (Fak: Isipol (3) & Sastra (2): Aryasatyani Dhyani Karunita (05/SP/210015-Kom); Gading Narendra Paksi (07/SP/22234-Kom); Meilisa Putri (05/SA/13249-Ing); Yuni Krisnaningrum

Page 24: artikel follow up

Alberta (05/SA/13227-Ing); Devita Harya (07/EK/16822-Mnjm)

*Kunjungan Studi Ke Korea: Bea Siswa dr NIIED , 2008-2013diselenggarakan oleh National Instutute for International Education Development, Kyungmam UniversityPenerima Bea Siswa dr NIIED :Vini Desyana Rahmawati & Dwi Hestiningsih, Fak, Ilmu Budaya

*Kunjungan Studi Ke Korea: East Asian University Student Fellowship Program, 9-19/6/08KB Rep Korea, NIIED & KOICAWakil UGM dari 4 peserta se Indonesia:Nawasari ( 06/DSA/04122 ), Fak, Ilmu Budaya

*Kunjungan Studi Ke Korea: Youth Camp for Asia’s Future, 19/7-18/8/08Kementrian Pemuda & OR – Kementrian LN KoreaWakil UGM beserta dari negara lain :Yutsa Zukhrufil Ula & Ulvia Zahro, Fak, Ilmu Budaya

*Kunjungan Studi Ke Korea: Program Global Hanma, Agt 08 di Kyungmam University

Santi Agustina dan Andika febiyana, Fak, Ilmu Budaya

*Int’l Scientific Olympiad on Mathematics (ISOM), 15 – 18 Juli 2008, di Teheran, IranMedali PerungguNugroho Seto Saputro (07/11391/PA- Komp ) & Andy Hermawan (05/10546/PA – Mtk ), Fak. MIPA

*15 th International Mathematics Competition for University Students (IMC) , 25 – 31 Juli 2008, Blagoevgard, Bulgaria Third Prize (perunggu)Albert Gunawan (06/10884/PA – Mtk), Fak. MIPA

Page 25: artikel follow up

*Pertukaran Mahasiswa IELSP, 5/1-6/3/08 , Oregon USdiselenggarakan oleh: IIE, New YorkPenerima Dampener Beasiswa:Noor Alifa Ardianingrum; Rizqima Nur Aini Dewi, Fak Psikologi

*Program Belajar 1 th, 2008-2009, di Ferris Women University JepangPenerima beasiswa JASSO:Yamnti Nurhasanah, Fak. Ilmu Budaya

* Kompetisi Game Strategi Bisnis Internasional ‘Trust by Danone’, 2-4/4/09, Parisdiselenggarakan oleh: DanoneJuara ITim Kalingga ( Desytha Rahma; Arif Kelana Putra, M.Syarif, Hanief Al Iklash & Bayu Edmiralda)

*National Essay Writing Competition, 22/7/08, Jakarta diselenggarakan oleh: Australian EmbassyJuara I (Tour ke Australia)Sirajudin Hasbi (07/250473/SP/21969), Fak. ISIPOL

*International Science Olympiad (ISOM & ISOC), 15-17/7/09, Irandiselenggarakan oleh: The national Organization of Educational Testing IranMedali perunggu (peringkat Ricky Aditya, Fak. MIPAPeringkat 14Hadrian AndradiPeringkat 10M. Idham D.M.

BIDANG OLAH RAGA

*Perisai Diri International Championship V, 8 Juli 2007, Bandung2 emas ( Juara Umum ke 4 )

Page 26: artikel follow up

Perorangan: Sulkhan D.; Beregu: M.Arie W.; M. Fathoni; Irfan Efendi

*Kejuaraan Karate Inkai Internasional, Juni 2007, BaliPeserta

*Kejuaraan Dayung antar universitas se ASEAN, ‘13/10/ 2008, Malaysia TimJuara II

Aku cinta Indonesia, mungkin itulah salah satu ungkapan yang sering diucapkan para pemuda Indonesia yang berprestasi, selain Indonesia ada sisi buruknya tapi Indonesia tidak kalah bagusnya dengan diwarnai putra bangsa yang berprestasi. Hal ini dibuktikan dengan prestasi yang diraih oleh saudara-saudara kita, saya tahu informasi ini dari sumber yang menceritakan tentang mereka. Mau tahu siapa mereka

Yang pertama adalah Adrienne T Sulistyo dan Vici R Tedja :Kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan, telah membuat Adrienne T Sulistyo dan Vici R Tedja, meraih medali perak Olimpiade Proyek Lingkungan di Azerbaijan pada 1-6 April 2008 lalu. 2 siswi kelas 3 IPA SMU Santa Laurensia, Alam Sutra, Tangerang ini berhasil menemukan solusi sederhana dan murah meriah untuk mengatasi limbah styrofoam yang tak terdaur ulang atau terurai. Tanpa teknologi yang rumit, mereka membuktikan bahwa ekstrak kulit jeruk mampu mengolah limbah berbahan styrofoam sehingga bisa diurai oleh alam.

Yang kedua adalah pasangan Terrenz Kelly Tjong dan Lynn Kaat Kurniawan : Siswi kelas 2 dan 3 SMU Santa Laurensia Tangerang ini telah mengharumkan nama Indonesia sebagai pasangan ilmuwan muda di ajang The 15th International Conference of Young Scientists, di Chernivtsi, Ukraina, 18-23 April 2008 lalu. Keprihatinan pada masalah ledakan jumlah penduduk di Indonesia, mengantarkan mereka untuk merebut medali perak pada konferensi ilmuwan muda tingkat dunia itu. Keduanya berhasil membuktikan lewat serangkaian penelitian, bahwa ekstrak kulit buah manggis, berpotensi untuk menjadi alat kontrasepsi atau KB bagi pria yang efektif.

Yang ketiga adalah trio jagoan fisika Kevin Winata, Thomas A Nugraha Budi dan Tyas Kokasih dan matematika Nanang Susyanto :Sementara jika fisika dan matematika adalah 2 mata pelajaran yang ditakuti oleh kebanyakan siswa sekolah, hal itu tidak berlaku bagi trio jagoan fisika dan matematika ini. Mereka yang semuanya tidak suka pelajaran menghapal ini, sukses menorehkan prestasi membanggakan di dunia fisika internasional. Mereka bertiga keluar sebagai peraih medali emas, perak dan perunggu pada ajang Olimpiade Fisika Internasional di Mongolia pada 20-28 April lalu. Sedangkan Nanang adalah jagoan matematika yang berasal dari keluarga buruh tani di kawasan Temanggung, Jawa Tengah. Nanang yang nyaris putus sekolah setamat SD itu, beberapa kali mengikuti olimpiade matematika tingkat internasional. Prestasi tertingginya antara lain finalis olimpiade matematika di Yunani pada 2004 dan peraih perunggu di olimpiade matematika Bulgaria tahun 2005. Kini lulusan MIPA UGM itu memilih mengabdi sebagai pendamping dan pembimbing tim olimpiade matematika Indonesia, sembari menunggu kerja sebagai dosen di UGM.

Page 27: artikel follow up

Yang keempat adalah Zefrizal Nanda Mardani :Bagi dia tak terbayangkan bahwa akhirnya dia menyukai dan menggeluti dunia perbintangan. Anak pasangan guru di Trenggalek Jawa Timur ini, menjadi peraih penghargaan tertinggi Olimpiade Astronomi Internasional di Ukraina pada Oktober 2007 lalu. Zef yang sebenarnya mendaftar untuk olimpiade sains itu, terdampar sebagai peserta olimpiade astronomi, bidang yang sama sekali tak pernah dikenalnya sebelumnya. Namun berkat kecemerlangan otak Zef, dengan waktu pelatihan dan bimbingan yang singkat, mampu mengantarkannya sebagai peraih medali emas pada ajang itu.

Yang kelima Farid Firmansyah dan Masruri Rahmat :Mereka menjadi juara 1 kelompok usia 15 tahun dan juara 3 kelompok usia 11 tahun di Kejuaraan Dunia Catur Pelajar ke-3 di Yunani pada 28 April-5 Mei 2007. Farid, mengasah bakat caturnya sembari menunggui gerobak rokok bapaknya, yang mangkal di depan Sekolah Catur Utut Adianto. Sementara Masruri diajari catur oleh bapaknya yang sopir bajaj, sebagai aktivitas harian sepulang sekolah, supaya tidak melakukan kegiatan yang tipikal dilakukan oleh anak sebayanya di lingkungan permukiman kumuh sekitarnya. Dan kini, kedua pelajar SD dan SMP ini telah menjadi Master Catur Dunia!

Mereka hebat-hebat bukan. Mungki masih banyak lagi prestasi dari saudara kita yang lainnya dan tidak bisa aku sebutkan disini. Dengan adanya mereka nama Indonesia bisa menjadi harum dan dikenal dimana-mana. Apakah kalian berikutnya?yang pasti jadilah yang terbaik buat agama dan bangsa kita.