5
Arsitektur Pelengkap Ngaben Sarat Dalam ngaben sarat (besar) yang sering dilakukan pihak puri ataupaun brahmana, selain digunkan bangunan wadah atau bade atau padma, juga diperlukan bangunan lain sebagai pelengkap upacara, seperti petulangan, tragtag, bale gumi, bale lunjuk atau bale selunglung, bale pering, jempana, bale pawedan, sanggah surya, tumpang salu dan pelengkungan wikarman (2002:109-112) 1. Tragtag Tragtag merupakan bangunan berbentuk tangga yag terbuat dari bambu dan pohon pinang sebagai tiangnya, berfungsi untuk manikin dan menurunkan jenazah ke wadah atau bade. Tragtag ini melambangkan menuju sorga. Ukurannya tergantung dari ukuran wadah atau bade. 2. Bale Gumi Yang dimaksud dengan bale gumi adalah teras berundak berlantai tanah yang berada di kuburan yang berfungsi sebagai tempat pembakaran mayat. Ini sering juga sering disebut bale pamuhunan (pembakaran) atau bale pemasmian (peleburan). Sesuai dengan namanya bale ini adalah lambing dari bumi. 3. Bale Lunjuk atau Bale Selunglung Bale Lunjuk atau Bale Selunglung adalah bangunan sementara bertiang empat yang terbuat dari bambu cukup tingg, ditancapkan pada sisi-sisi sudut bale gumi berfungsi sebagai atap bale gumi, atapnya terbuat dari kain atau kertas putih

ARSITEKTUR BUDAYA -Arsitektur Pelengkap Ngaben Sarat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ARSITEKTUR BUDAYA -Arsitektur Pelengkap Ngaben Sarat

Arsitektur Pelengkap Ngaben Sarat

Dalam ngaben sarat (besar) yang sering dilakukan pihak puri ataupaun brahmana, selain

digunkan bangunan wadah atau bade atau padma, juga diperlukan bangunan lain sebagai

pelengkap upacara, seperti petulangan, tragtag, bale gumi, bale lunjuk atau bale selunglung, bale

pering, jempana, bale pawedan, sanggah surya, tumpang salu dan pelengkungan wikarman

(2002:109-112)

1. Tragtag

Tragtag merupakan bangunan berbentuk tangga yag terbuat dari bambu dan pohon

pinang sebagai tiangnya, berfungsi untuk manikin dan menurunkan jenazah ke wadah

atau bade. Tragtag ini melambangkan menuju sorga. Ukurannya tergantung dari ukuran

wadah atau bade.

2. Bale Gumi

Yang dimaksud dengan bale gumi adalah teras berundak berlantai tanah yang berada di

kuburan yang berfungsi sebagai tempat pembakaran mayat. Ini sering juga sering disebut

bale pamuhunan (pembakaran) atau bale pemasmian (peleburan). Sesuai dengan namanya

bale ini adalah lambing dari bumi.

3. Bale Lunjuk atau Bale Selunglung

Bale Lunjuk atau Bale Selunglung adalah bangunan sementara bertiang empat yang

terbuat dari bambu cukup tingg, ditancapkan pada sisi-sisi sudut bale gumi berfungsi

sebagai atap bale gumi, atapnya terbuat dari kain atau kertas putih dihiasi dengan bentuk

ringringan (ukiran/tatahan gantung) dari kertas berwarna-warni. Bale selunglung artinya

bale keindahan atau bale keserasian.

4. Bale Pering

Bale pering adalah bangunan bertiang empat yang terbuat dari bambu kuning, berfungsi

sebagai tempat untuk menghaluskan abu tulang (upacara Asti Widhana), dan tempat

untuk ngajum sekah (upacara mencurahkan kasih sayang kepada leluhur yang

disimbolkan dalam bentuk bunga). Sekah merupakan perwujudan roh yang telah diaben.

5. Jempana

Jempana merupakan tandu menyerupai singgasana yang bentuknya mirip tumpang salu,

berfungsi sebagai wahana untuk menghanyutkan sekah atau abu jenazah. Disamping

Page 2: ARSITEKTUR BUDAYA -Arsitektur Pelengkap Ngaben Sarat

berfungsi sbagai kendaraan juga merpakan tempat ngreka (membentuk kembali tulang

yang telah dilumatkan sebagai wujud manusia), dan sebagai tempat persembahan kepada

roh.

6. Bale Pawedan

Bale pawedan adalah bangunan pemujaan berbentuk panggung persegi empat cukup

tinggi, terbuat dari bambu tau kayu dan beratapkan daun kelapa. Difungsikan sebagai

tempat pendeta untuk memimpin upacara. Langit-langit bale ini dihiasi dengan selembar

kain putih yang disebut leluhur symbol dari akasa atau alam atas.

7. Sanggah Surya

Sanggah surya adalah bangunan yang tiangnya terbuat dari bambu atau kayu dengan

balai-balai yang terbuat dari anyaman bambu berbentuk bujur sangkar. Pada ngaben

sarat, tiangnya terbuat dari pohon pinang yang cukup tinggi, berfungsi sebagai tempat

sesaji dalam persembahan untuk Dewa Surya sebagai saksi upacara. Bangunan ini

lengkapi dengan sarana seperti byu lalung (pohon pisang yang berbuah dan masih ada

kuncup bunganya) dan byu udu peji (bunga sejenis tanaman palem atau pinang). Byu

lalung symbol dari keikhlasan Sang Yajamana (yang melakukan upacara) bahwa dalam

beryadnya tidak membutuhkan buahnya atau hasilnya. Sanggar surya juga berfungsi

sebagai pusat orientasi didalam persembahyangan.

8. Tumpang Salu

Tumpang salu dibuat dari bambun kuning diumpamakan sebagai tempat tidur jenazah,

berkaki enam. Jenazah ditempatkan di atas tumpang salu sebagai symbol bahwa orang

yang meninggal tidak lagi berada di bumi, melainkan berada di angkasa agar rohnya

dapat menemukan kesucian.

9. Pelengkungan

Penutup tumpang salu diberi nama pelengkungan yang dibuat dari bilah-bilah bambu

yang dianyam dan dihiasi belalimbingan (hiasan bintang). Ukurannya dibuat sedemikian

rupa sehingga dapat menutup tumpang salu.

Berbagai Bentuk Petulangan

Petulangan merupakan peti mayat yang dibuat berwujud patung binatang

berukuran besar yang diambil dari mitos Hindu atau legenda yang diyakini dan diwarisi

Page 3: ARSITEKTUR BUDAYA -Arsitektur Pelengkap Ngaben Sarat

turun-temurun dalam masyarakat atau klan orang bersangkutan. Fungsinya dalah sebagai

tempat membakar mayat di kuburan. Ini merupakan perlambangan mistik yang disebut

nyasa/kasuksman, merupaka suatu usaha pemusatan pikiran manusia melalui visualisasi

untuk menghubungkan diri dengan tuhan (Purwita, 1992:63).

Bentuk yang diambil adalah salah satu manifestasi Tuhan (awatara) sepanjang

masa misalnya Lembu, Singa Nagakaang (lain dari Naga Banda), Gajahmina dan

Wekatinarasinga (Kaler, 1993:86). Ini merupakan warisan tradisi sekte-sekte Hindu yang

dulu berkembang di Bali. Maknanya adalah bahwa roh yang diaben menghadap para

dewa yang diyakininya. Bentuk petulangan yang paling sederhana berbentuk tungku

kotak segi empat panjang disebut Bawisiati dapat digunakan semua sekte atau paksa atau

bersifat netral.

Bentuk-bentuk petulangan memiliki makna simboliknya masing-masing, seperti :

1. Petulangan berwujud Lembu dipergunakan oleh penganut sekte Shiwa. Dalam

mitologi Hindu, Lembu merupakan Wahana Dewa Siwa yang disebut Lembu Nandini

dilukiskan berwarna putih. Lembu putih hanya dipaka sebagai petulangan orang

suci/pendeta,mengandung makna bahwa beliau yag wafat menghadap Dewa Siwa.

Bagi mereka yang bukan orang suci memakai petulangan Lembu hitam atau warna

lain.

2. Wujud Singa, Macan, Beruang (Gadarba) atau binatang buas lain adalah pengaruh

sekte Brahmanisme. Singa adalah raja binatang (Margapati), penguasa segala

binatang di ala mini (Pasupati). Dari simbolik pasupati ini idealisme mengacu pada

Sang Hyang Pasupati sebagai manifestasi Tuhan penguasa segala mahluk hidup.