28
1 Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional 2010-2014 Pembangunan nasional merupakan upaya semua komponen bangsa yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan bernegara sebagaimana diamanatkan oleh Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan berdasarkan Pancasila. Pencapaian Tujuan ini dilaksanakan secara bertahap, mulai dari jangka panjang, jangka menengah, hingga tahunan. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 menggariskan Visi Indonesia tahun 2025 yaitu INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR yang pelaksanaannya dibagi ke dalam 4 (empat) tahap pembangunan jangka menengah. Pembangunan tahun 2014 berada pada tahap jangka menengah yang kedua yang arahnya digariskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 dengan visi INDONESIA YANG SEJAHTERA, DEMOKRATIS, DAN BERKEADILAN. Sebagai penjabaran terakhir dari RPJMN 2010-2014, RKP 2014 memiliki arti yang penting dalam menuntaskan pencapaian sasaran-sasaran pembangunan Kabinet Indonesia Bersatu yang Kedua. Oleh karena itu, kebijakan pembangunan yang dituangkan dalam RKP Tahun 2014 disusun berdasarkan arahan visioner Presiden di berbagai kesempatan, perubahan lingkungan strategis baik internal maupun eksternal, serta program-program pembangunan yang pencapaian sasarannya membutuhkan kerja keras. Sesuai dengan berbagai arahan tersebut dirumuskan tema pembangunan tahun 2014 yang penjabarannya dituangkan dalam berbagai prakarsa untuk menjawab isu strategis pembangunan nasional. Selanjutnya, kebijakan pembangunan yang digariskan dalam RKP 2014 dibagi dalam 3 (tiga) bagian, yaitu pertama, yang diarahkan untuk mencapai sasaran- sasaran prioritas pembangunan nasional, kedua untuk memperkuat pembangunan di berbagai bidang pembangunan, serta ketiga untuk memperkokoh kesatuan wilayah pembangunan seluruh Indonesia. Selanjutnya beberapa rangkaian kegiatan penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2014 Bidang Pemberdayaan Koperasi dan UMKM adalah sebagai berikut : 1. Surat Edaran (SE) Usulan Inisiatif Baru Inisiatif Baru adalah kebijakan baru atau perubahan kebijakan berjalan yang menyebabkan adanya konsekuensi anggaran, baik pada anggaran baseline maupun anggaran ke depan. Inisiatif Baru dapat berupa penambahan Program (Fokus Prioritas)/Outcome/Kegiatan/Output baru, Penambahan Volume Target, atau Percepatan Pencapaian Target.

Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional 2010-2014 · dikeluarkannya surat yang ditandatangani oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas bersama Menteri Keuangan tentang Pagu Indikatif

  • Upload
    buicong

  • View
    219

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional 2010-2014 · dikeluarkannya surat yang ditandatangani oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas bersama Menteri Keuangan tentang Pagu Indikatif

1

Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional 2010-2014

Pembangunan nasional merupakan upaya semua komponen bangsa yang

dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan bernegara sebagaimana diamanatkan

oleh Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan berdasarkan

Pancasila. Pencapaian Tujuan ini dilaksanakan secara bertahap, mulai dari jangka

panjang, jangka menengah, hingga tahunan. Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional 2005-2025 menggariskan Visi Indonesia tahun 2025 yaitu

INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR yang pelaksanaannya dibagi

ke dalam 4 (empat) tahap pembangunan jangka menengah. Pembangunan tahun

2014 berada pada tahap jangka menengah yang kedua yang arahnya digariskan

dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014

dengan visi INDONESIA YANG SEJAHTERA, DEMOKRATIS, DAN BERKEADILAN.

Sebagai penjabaran terakhir dari RPJMN 2010-2014, RKP 2014 memiliki arti

yang penting dalam menuntaskan pencapaian sasaran-sasaran pembangunan

Kabinet Indonesia Bersatu yang Kedua. Oleh karena itu, kebijakan pembangunan

yang dituangkan dalam RKP Tahun 2014 disusun berdasarkan arahan visioner

Presiden di berbagai kesempatan, perubahan lingkungan strategis baik internal

maupun eksternal, serta program-program pembangunan yang pencapaian

sasarannya membutuhkan kerja keras. Sesuai dengan berbagai arahan tersebut

dirumuskan tema pembangunan tahun 2014 yang penjabarannya dituangkan dalam

berbagai prakarsa untuk menjawab isu strategis pembangunan nasional.

Selanjutnya, kebijakan pembangunan yang digariskan dalam RKP 2014 dibagi

dalam 3 (tiga) bagian, yaitu pertama, yang diarahkan untuk mencapai sasaran-

sasaran prioritas pembangunan nasional, kedua untuk memperkuat pembangunan di

berbagai bidang pembangunan, serta ketiga untuk memperkokoh kesatuan wilayah

pembangunan seluruh Indonesia. Selanjutnya beberapa rangkaian kegiatan

penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2014 Bidang Pemberdayaan

Koperasi dan UMKM adalah sebagai berikut :

1. Surat Edaran (SE) Usulan Inisiatif Baru

Inisiatif Baru adalah kebijakan baru atau perubahan kebijakan berjalan yang

menyebabkan adanya konsekuensi anggaran, baik pada anggaran baseline

maupun anggaran ke depan. Inisiatif Baru dapat berupa penambahan

Program (Fokus Prioritas)/Outcome/Kegiatan/Output baru, Penambahan

Volume Target, atau Percepatan Pencapaian Target.

Page 2: Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional 2010-2014 · dikeluarkannya surat yang ditandatangani oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas bersama Menteri Keuangan tentang Pagu Indikatif

2

Berdasarkan Surat Edaran Usulan Inisiatif Baru yang dikeluarkan oleh

Kementerian Perencanaan di awal tahun, yang memuat Arah Kebijakan dan

Prioritas Pembangunan Nasional untuk tahun direncanakan,

Kementerian/Lembaga melakukan pendalaman terhadap Arah Kebijakan dan

Prioritas Pembangunan Nasional tersebut, untuk menentukan apakah

diperlukan adanya kebijakan baru atau perubahan terhadap kebijakan

berjalan.

2. Proposal Kegiatan Inisiatif Baru (New Initiative)

Inisiatif Baru merupakan salah satu mekanisme yang bertujuan untuk

meningkatkan kualitas sistem perencanaan dan penganggaran yang lebih

baik, utamanya dalam penerapan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah.

Setelah Kementerian/Lembaga memutuskan untuk mengajukan proposal

Inisiatif Baru, maka Kementerian/Lembaga kemudian harus mengisi formulir

proposal sesuai yang telah ditetapkan dari Kementerian PPN/Bappenas.

3. Kompilasi dan Evaluasi

Langkah-langkah dalam penetapan proposal pada Pengusulan adalah sebagai

berikut:

a) Proposal yang telah dibuat oleh Kementerian/Lembaga, disampaikan

pada Kementerian PPN/Bappenas dan Kementerian Keuangan, untuk

dikompilasi.

b) Kementerian Perencanaan melakukan evaluasi dan penilaian atas kualitas

proposal sesuai dengan aspek dan ketentuan yang telah ditetapkan.

c) Kementerian Keuangan melakukan evaluasi dan penilaian atas kualitas

proposal denagn mengacu pada aspek dan ketentuan yang ada.

d) Kedua hasil evaluasi dikompilasikan oleh Kementerian PPN/Bappenas.

Hasil akhir proposal terdiri dari 3 (tiga) kemungkinan, yaitu:

(1) Layak;

(2) Dipertimbangkan; atau

(3) Tidak layak.

4. Daftar Usulan Inisiatif Baru

Proposal yang Layak akan dimasukkan dalam Daftar Usulan Inisiatif Baru,

yang kemudian akan menjadi bagian dari Pagu Indikatif. Proposal yang

Page 3: Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional 2010-2014 · dikeluarkannya surat yang ditandatangani oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas bersama Menteri Keuangan tentang Pagu Indikatif

3

Dipertimbangkan, akan digabungkan dengan proposal pada Pengusulan II

untuk ditentukan mana yang akan didanai. Sedangkan proposal yang Tidak

Layak, tidak akan diikutkan lagi dalam mekanisme penentuan Inisiatif Baru.

5. Pertemuan Trilateral

Trilateral meeting dalam rangka penyusunan rencana kerja pemerintah (RKP)

bidang pemberdyaan koperasi dan UKM tahun 2014 yang telah dilaksanakan

tanggal 15 April 2013. Program kegiatannya diarahkan pada terpenuhi

pencapaian program nasional, program bidang, dan program K/L,

kesemuanya harus mengacu pada sasaran target ouptput/outcome dalam

dokumen perencanaan yang ada (RPJMN dan/atau RENSTRA). Penyusunan

RKP tahun 2014 sangat strategis, karena merupakan tahun terakhir dari

RPJMN/Renstra tahun 2010 - 2014, sehingga tentunya harus optimal dalam

pencapaiannya, mengingat RPJMN 2010 - 2014 diterbitkan dengan Perpres,

dan Renstra yang telah diterbitkan dengan Permen Koperasi dan UKM.

6. Rapat Koordinasi Teknis Perencanaan

Sebagai upaya memberikan salah satu alternatif solusi dan sekaligus

meningkatkan akselerasi pembangunan guna mendorong tumbuh dan

berkembangnya Koperasi dan UMKM, maka dipandang perlu melaksanakan

Rapat Koordinasi Teknis Perencanaan (Rakortekcan) guna membangun

integrasi perencanaan antara pusat dan daerah secara gradual, integral dan

komprehensif.

Hal tersebut merupakan implementasi dan pelaksanakan rangkaian proses

penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2014 di bidang Koperasi

dan UMKM, maka Kementerian Koperasi dan UKM akan menyelenggarakan

Rapat Koordinasi Teknis Perencanaan (Rakortekcan) Tahun 2013 bersama

SKPD/Dinas yang membidangi Koperasi dan UKM dan Bappeda Provinsi/D.I

seluruh Indonesia. Rapat Koordinasi Teknis Perencanaan dimaksud, terutama

dalam rangka sinergi dan memperoleh masukan terhadap tencana program

dan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan di daerah. Rakortekcan

dihadiri oleh Kepala Dinas yang membidangi Koperasi dan UKM beserta Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi/D.I. setempat.

7. Renja K/L

Renja K/L merupakan dokumen perencanaan yang berisi program dan

kegiatan suatu Kementerian/Lembaga sebagai penjabaran dari Rencana

Strategis K/L (Renstra K/L) yang bersangkutan dalam satu tahun anggaran.

Penyusunan Renja K/L oleh Kementerian/Lembaga dilaksanakan setelah

Page 4: Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional 2010-2014 · dikeluarkannya surat yang ditandatangani oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas bersama Menteri Keuangan tentang Pagu Indikatif

4

dikeluarkannya surat yang ditandatangani oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas

bersama Menteri Keuangan tentang Pagu Indikatif Kementerian/Lembaga

yang merupakan pagu anggaran yang didasarkan atas kebijakan umum serta

tema dan prioritas pembangunan nasional.

8. Pra-Musrenbangnas

Pra-Musrenbangnas merupakan agenda awal dari rangkaian Musrenbangnas

yang membahas secara teknis, mensinergikan kebutuhan pembangunan

daerah dengan rencana pembangunan pusat di daerah maupun kebijakan

pembangunan nasional dalam implementasinya di daerah. Untuk

menyelaraskan kebutuhan pusat dan daerah dengan menyandingkan Usulan

Kegiatan dan Pendanaan Pemerintah Daerah (UKPPD) dan Rancangan Kerja

(Renja) K/L dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP), Ada tiga aspek yang

dibahas atau didiskusikan dalam Pra-Musrenbangnas ini agar terdapat

sinkronisasi. Aspek yang pertama yakni isu strategis provinsi dan isu strategis

nasional dan Direktif Presiden. Kedua, lokasi, target dan anggaran untuk

tugas pembantuan serta ketiga, kegiatan pendukung dan partisipasi APBD

provinsi terhadap program yang disinergikan dan penyelarasan pusat dan

daerah bisa diwujudkan dengan meyandingkan Usulan Kegiatan dan

Pendanaan Pemerintah Daerah (UKPPD) dan Rancangan Kerja K/L dalam RKP

tahun 2014.

9. Musrenbangnas

Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional mengamanat kan penyelenggaraan Musrenbang

dalam penyusunan RKP Musrenbang adalah wahana untuk mempertemukan

hasil perencanaan teknokratis-partisipatif yang dilakukan K/L dengan

pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan lainnya dalam rangka

menyerasikan perencanaan nasional dan daerah.

Upaya-upaya penyempurnaan dari setiap penyelenggaraan musrenbang telah

dilakukan. Hasil penyempurnaan dalam penyelenggaraan Musrenbang , yaitu:

(1) Mempertajam tujuan dan sasaran yang akan dicapai.Rencana yang baik

dimulai dengan tujuan yang jelas (spesifik), sasaran yang terukur dan dapat

dicapai dalam tenggat waktu tertentu; (2) Memperjelas kriteria penetapan

prioritas program dan kegiatan K/L yang akan dilaksanakan di setiap provinsi;

(3) Memperjelas arahan kebijakan nasional oleh Pemerintah Pusat. Dalam

rangka penguatan sinergi nasional, arahan dari Pemerintah Pusat khususnya

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, Kementerian

Keuangan, dan Kementerian Dalam Negeri kepada Pemerintah Provinsi dan

Page 5: Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional 2010-2014 · dikeluarkannya surat yang ditandatangani oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas bersama Menteri Keuangan tentang Pagu Indikatif

5

Pemerintah Kabupaten/Kota diharapkan dapat lebih konsisten, memiliki

kepastian, dan tidak lagi bersifat normatif (4) Mengevaluasi dan

pendampingan lanjut sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja K/L dan RKA

K/L sebagai tindaklanjut hasil pelaksanaan Musrenbang

10. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2014

RKP merupakan penjabaran dari RPJM Nasional yang memuat prioritas

pembangunan, rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup

gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal,

serta program Kementerian/Lembaga, lintas Kementerian/Lembaga,

kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang

bersifat indikatif. RKP kemudian dijabarkan lebih lanjut ke dalam Rencana

Kerja Kementerian/Lembaga (Renja K/L).

PROSES PENYUSUNAN RKP

BIDANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM TAHUN 2014

Page 6: Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional 2010-2014 · dikeluarkannya surat yang ditandatangani oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas bersama Menteri Keuangan tentang Pagu Indikatif

6

RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP)

BIDANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM

TAHUN 2014

I. PRIORITAS PEMBANGUNAN

DAN KERANGKA EKONOMI MAKRO

Page 7: Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional 2010-2014 · dikeluarkannya surat yang ditandatangani oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas bersama Menteri Keuangan tentang Pagu Indikatif

7

I. Kondisi Umum Koperasi dan UMKM

Tinjauan paruh waktu RPJMN untuk kegiatan prioritas lainnya di bidang

perekonomian mencakup industri pengolahan, kerjasama ekonomi

internasional khususnya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), tenaga kerja

Indonesia, serta koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Secara

garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan kerja keras untuk dapat mencapai

sasaran RPJMN.

Pemantapan perekonomian nasional melalui pengembangan koperasi dan

UMKM telah berkontribusi pada peningkatan pelaku ekonomi di kelompok akar

rumput sehingga lebih merata dan berkeadilan. Di bidang koperasi kemajuan

yang dicapai ditunjukkan oleh peningkatan jumlah koperasi sebesar 3,3 persen

sehingga secara akumulatif menjadi 194.295 unit pada tahun 2012. Jumlah

anggota koperasi juga meningkat sebesar 9,8 persen yaitu dari 28,1 juta orang

pada tahun 2011 menjadi 30,8 juta orang pada tahun 2012. Perbaikan kinerja

koperasi juga ditunjukkan dari peningkatan proporsi koperasi aktif dari 71,0

persen pada tahun 2011 menjadi 71,7 persen pada tahun 2012. Proporsi

koperasi aktif yang menjalankan rapat anggota tahunan (RAT) sebagai

bentuk akuntabilitas koperasi juga meningkat dari 43,4 persen pada tahun 2011

menjadi 47,4 persen pada tahun 2012. Perkembangan positif pada tahun 2012

juga ditunjukkan dari pertumbuhan volume usaha menjadi Rp.119,2 triliun (25,4

persen) dan peningkatan selisih hasil usaha (SHU) menjadi Rp.6,7 triliun (5,1

persen). Penyerapan tenaga kerja oleh koperasi juga meningkat 13,9 persen

sehingga jumlah tenaga kerja di koperasi sampai November 2012 tercatat

sebanyak 429.678 orang.

Sementara itu perkembangan UMKM ditunjukkan oleh peningkatan jumlah UMKM

sebesar 2,4 persen sehingga mencapai 56,5 juta unit usaha pada tahun 2012

dan jumlah tenaga kerja UMKM juga meningkat sebesar 5,8 persen menjadi

sekitar 107,7 juta orang. Peningkatan jumlah unit usaha dan tenaga kerja

terbesar tercatat pada kelompok usaha menengah, yaitu masing-masing 10,7

persen dan 14,7 persen. Sementara itu, pertumbuhan unit usaha dan tenaga kerja

usaha kecil juga terus meningkat. Pengembangan kinerja usaha mikro masih

membutuhkan kerja keras, hal ini penting karena pertumbuhan unit usaha

dan tenaga kerja yang rendah. Padahal usaha mikro masih dominan yaitu 98,8

persen unit usaha dengan menampung 92,8 persen tenaga kerja.

Page 8: Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional 2010-2014 · dikeluarkannya surat yang ditandatangani oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas bersama Menteri Keuangan tentang Pagu Indikatif

8

II. Penanggulangan Kemiskinan

Program-program untuk memfasilitasi koperasi dan UMKM untuk mengakses

permodalan, serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masuk pada

Klaster 3. Hasil pelaksanaan pada tahun 2012 yaitu penyaluran Kredit Usaha

Rakyat (KUR) sebesar Rp.34,2 triliun untuk lebih dari 1,9 juta debitur, dengan rata-

rata kredit/pembiayaan sebesar Rp.17,5 juta. Volume penyaluran KUR tersebut

telah melampaui target tahun 2012 sebesar Rp.30 triliun. Tingkat non-performing

loan (NPL) KUR pada tahun 2012 cukup rendah yaitu 3,6 persen. Sebagian besar

KUR disalurkan ke sektor perdagangan (37,5 persen), sektor pertanian dan

perikanan (17,1 persen), dan sektor perdagangan terintegrasi dengan sektor hulu

(14,2 persen).

Hasil pelaksanaan kegiatan di Klaster 3 lainnya pada tahun 2012 mencakup:

1. pendampingan bagi 27.520 calon debitur KUR dan sosialisasi KUR di 33

provinsi;

2. penyediaan 425 penyuluh perkoperasian bagi masyarakat dan diklat

perkoperasian bagi 600 orang;

3. pemasyarakatan dan pelatihan kewirausahaan bagi 2.100 orang;

4. peningkatan kapasitas 360 KSP/KJKS dan 360 orang pengelola KSP/KJKS;

5. fasilitasi transformasi 100 LKM menjadi KSP/KJKS;

6. fasilitasi bagi 500 koperasi untuk membangun kerja sama pembiayaan melalui

linkage;

7. fasilitasi pembentukan lembaga penjaminan kredit daerah;

8. peningkatan kapasitas 150 konsultan keuangan mitra bank (KKMB) untuk

memberikan layanan bagi koperasi dan usaha mikro dan kecil, serta fasilitasi

50 koperasi untuk memanfaatkan layanan KKMB; dan

9. revitalisasi tiga unit pasar tradisional yang dikelola koperasi di daerah

tertinggal/perbatasan.

III. Bidang Perekonomian Lainnya

Permasalahan utama yang dihadapi dalam pengembangan koperasi dan UMKM

yaitu daya saing koperasi dan usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang rendah.

Saat ini, koperasi belum berperan secara optimal dalam meningkatkan efisiensi

usaha dan posisi tawar UMKM yang menjadi anggotanya. Hal tersebut tercermin

dari skema bisnis yang masih terbatas, posisi tawar koperasi produksi yang masih

rendah, kapasitas SDM yang rendah, serta kerja sama usaha yang masih terbatas.

Page 9: Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional 2010-2014 · dikeluarkannya surat yang ditandatangani oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas bersama Menteri Keuangan tentang Pagu Indikatif

9

Sementara itu daya saing UMKM yang rendah ditunjukkan oleh produktivitas UMKM

(Rp.86,1 juta/unit) yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan produktivitas

usaha besar (Rp.678,8 miliar/unit). Pada tahun 2012 kesenjangan juga tampak

pada sektor manufaktur, dimana produktivitas industri skala mikro, kecil dan

menengah (Rp.153,1 miliar/unit) yang lebih rendah dibandingkan dengan

produktivitas industri skala besar (Rp.553,6 miliar/unit). Kontribusi UMKM terhadap

nilai ekspor non migas masih berfluktuasi antara 14-18 persen pada periode 2005-

2011, meskipun terdapat peningkatan dalam satu tahun terakhir. Tantangan yang

dihadapi dalam peningkatan daya saing koperasi dan UMKM yaitu perlunya

keterpaduan program dan kegiatan mulai dari hulu sampai hilir.

Khusus terkait dengan koperasi, program dan kegiatan perlu diarahkan untuk

menjadikan koperasi sebagai badan usaha yang mandiri, dan mampu memfasilitasi

usaha anggotanya, serta berkontribusi dalam pengurangan angka kemiskinan,

pembangunan ekonomi lokal dan penguatan pasar domestik. Akselerasi

peningkatan kapasitas UMKM juga perlu dilakukan untuk meningkatkan

kemampuannya dalam memanfaatkan peluang usaha yang diciptakan dari

pertumbuhan ekonomi, perdagangan yang semakin terbuka, dan peningkatan

investasi. Kedua upaya tersebut sangat penting bagi koperasi dan UMKM terutama

dalam menghadapi persaingan usaha yang semakin tinggi, termasuk terkait

rencana penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN pada tahun 2015.

IV. Sasaran dan Arah Kebijakan Koperasi dan UMKM

SASARAN

1. Meningkatnya daya saing UMKM yang ditunjukkan antara lain oleh:

a. Peningkatan produktivitas UMKM;

b. Peningkatan penyerapan tenaga kerja;

c. Peningkatan sumbangan UMKM pada pembentukan PDB;

d. Peningkatan nilai ekspor produk UMKM; dan

e. Peningkatan nilai investasi UMKM.

2. Meningkatnya kapasitas dan daya saing koperasi yang ditunjukkan antara lain

oleh:

a. Peningkatan jumlah koperasi aktif dari total koperasi;

b. Peningkatan jumlah koperasi yang melaksanakan rapat anggota tahunan;

dan

c. Peningkatan volume usaha koperasi.

Page 10: Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional 2010-2014 · dikeluarkannya surat yang ditandatangani oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas bersama Menteri Keuangan tentang Pagu Indikatif

10

ARAH KEBIJAKAN

1. Penguatan badan hukum dan pengawasan koperasi;

2. Peningkatan kapasitas usaha bagi koperasi di sektor-sektor produktif;

3. Penguatan akses keuangan bagi UMKM dan penguatan KSP/KJKS;

4. Peningkatan akses dan jaringan/kemitraan usaha dan pemasaran bagi KUMKM;

5. Peningkatan jangkauan diklat KUMKM; dan

6. Pengembangan Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) KUMKM di tingkat

nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.

Page 11: Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional 2010-2014 · dikeluarkannya surat yang ditandatangani oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas bersama Menteri Keuangan tentang Pagu Indikatif

11

LAMPIRAN 1

MATRIK PRIORITAS PEMBANGUNAN DAN KERANGKA EKONOMI MAKRO

PRIORITAS 4 PROGRAM AKSI BIDANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Tema Prioritas

Meningkatkan kualitas program -program penangulangan kemiskinan dan memperluas

program pro-rakyat untuk masyarakat berpenghasilan rendah dan termajinalkan demi

peningkatan dan perluasan kesejahteraanrakyat dalam rangka mencapai target sasaran pada

tahun 2014 menjadi 8,0-10,0 persen

Penanggungjawab Wakil Presiden

Bekerjasama dengan

Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat; Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian; Menteri Sosial;Kepala Badan Pertanahan Nasional; Menteri Tenaga Kerja dan

Transmigrasi; Menteri Dalam Negeri; Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal; Menteri

Perumahan Rakyat; Menteri Energi dan SDM; Menteri Kelautan dan Perikanan; Menteri

Keuangan; Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas

Page 12: Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional 2010-2014 · dikeluarkannya surat yang ditandatangani oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas bersama Menteri Keuangan tentang Pagu Indikatif

12

NO. SUBSTANSI INTI/

KEGIATAN PRIORITAS

SASARAN INDIKATOR TARGET

TAHUN 2014

PAGU TAHUN 2014

(RP.MILYAR)

INSTANSI PELAKSANA

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

I. KREDIT USAHA RAKYAT (KUR)

Pelaksanaan penyempurnaan mekanisme penyaluran KUR mulai 2010 dan perluasan cakupan KUR mulai 2011

1. Dukungan Penjaminan Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Tersedianya anggaran penjaminan Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Persentase tersedianya anggaran penjaminan KUR

100 2.000, Kemenkeu

2. Koordinasi Kebijakan Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Meningkatnya koordinasi kebijakan Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Persentase rekomendasi hasil koordinasi kebijakan KUR yang terimplementasikan

75 1,5 Menko Perekonomian

3. Pengembangan keanggotaan koperasi melalui peningkatan kerjasama koperasi dan penyuluhan dalam rangka gerakan masyarakatsadar koperasi (GEMASKOP)

Menyebarluaskan dan meningkatkan pemahaman masyarakat umum mengenai koperasi dan praktek berkoperasi yang benar sesuai prinsip dan jati diri koperasi

1. Jumlah pelaksanaan sosialisasi program Gemaskop kepada tokoh masyarakat/kelompok strategis kelompok ekonomi produktif, dan gerakan koperasi

4 Event/ Provinsi

3,3 Kemen KUKM

2. Jumlah petugas lapangan koperasi yang direkrut, dilatih, dan melaksanakan tugas penyuluhan perkoperasian bagi masyarakat

690 Orang 22,8 Kemen KUKM

4. Pengembangan dan pemantapan program pendanaan bagi koperasi dan UMKM

Meningkatnya kapasitas pembiayaan KSP/KJKS bagi UMKM

1. Jumlah lembaga keuangan bukan bank yang ditingkatkan kapasitas dan

100 KSP/KJKS 0,8 Kemen KUKM

Page 13: Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional 2010-2014 · dikeluarkannya surat yang ditandatangani oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas bersama Menteri Keuangan tentang Pagu Indikatif

13

NO. SUBSTANSI INTI/

KEGIATAN PRIORITAS

SASARAN INDIKATOR TARGET

TAHUN 2014

PAGU TAHUN 2014

(RP.MILYAR)

INSTANSI PELAKSANA

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

jangkauan layanannya untuk menyediakan pembiayaan usaha

2. Fasilitas pendayagunaan skim pendanaan bagi usaha mikro dan kecil

1 Skim 0,5 Kemen KUKM

5. Pengembangan, pengendalian dan pengawasan KSP/USP-Koperasi, KJKS/UJKS-Koperasi dan LKM

Meningkatnya kualitas kelembagaan KSP/USP-Koperasi, KJSK/UJKS-Koperasi dan LKM

Jumlah LKM yang terdaftar dan berbadan hukum koperasi

100 LKM 0,5 Kemen KUKM

6. Peningkatan dan perluasan akses permodalan bagi koperasi, usaha mikro, kecil dan menengah

Meningkatnya kapasitas dan jangkauan penyediaan modal/pembiayaan bagi koperasi dan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah

1. Jumlah koperasidan UMKM yang dapat mengakses kredit/pembiayaan bank melalui linkage

500 UMKM 0,4 Kemen KUKM

2. Jumlah koperasi perkotaan dan perdesaan yang menerima bantuan dana

1.100 Koperasi 55,0 Kemen KUKM

3. Jumlah KKMB yang ditingkatkan kapasitasnya

150 KKMB 0,4 Kemen KUKM

Page 14: Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional 2010-2014 · dikeluarkannya surat yang ditandatangani oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas bersama Menteri Keuangan tentang Pagu Indikatif

14

NO. SUBSTANSI INTI/

KEGIATAN PRIORITAS

SASARAN INDIKATOR TARGET

TAHUN 2014

PAGU TAHUN 2014

(RP.MILYAR)

INSTANSI PELAKSANA

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

4. Jumlah koperasi dan UMK yang memanfaatkan jasa pendampingan

50 Koperasi 0,4 Kemen KUKM

5. Jumlah wirausaha pemula yang mendapatkan start up capital

1.651 Wirausaha

Pemula 41,3 Kemen KUKM

7. Pengembangan asuransi, jasa keuangan dan perpajakan bagi koperasi dan UMKM

Meningkatnya kapasitas koperasi dan UMKM dalam pemanfaatan asuransi dan jasa keuangan, serta administrasi perpajakan

Jumlah lembaga keuangan mikro (bank, LKBB, dan LKM) yang memberikan kredit/ pembiayaan bagi Koperasi dan UMKM

100 LKM 0,6 Kemen KUKM

8. Pengembangan pembiayaan, penjaminan kredit dan pengembangan

Meningkatnya kapasitas penjaminan kredit dan pengembangan sektor strategis bagi

1. Jumlah Provinsi yang difasilitasi untuk proses pembentukan PPKD

2 Provinsi 0,3 Kemen KUKM

2. Jumlah Provinsi yang difasilitasi untuk proses pembentukan PPKD untuk mengembangkan co-guarantee dengan Lembaga Penjaminan Kredit Nasional

2 Provinsi, 2 PPKD

0,3 Kemen KUKM

Page 15: Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional 2010-2014 · dikeluarkannya surat yang ditandatangani oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas bersama Menteri Keuangan tentang Pagu Indikatif

15

NO. SUBSTANSI INTI/

KEGIATAN PRIORITAS

SASARAN INDIKATOR TARGET

TAHUN 2014

PAGU TAHUN 2014

(RP.MILYAR)

INSTANSI PELAKSANA

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

9. Pengembangan sarana usaha pemasaran KUMKM

Berkembangnya sarana usaha pemasaran KUMKM

Jumlah dukungan revitalisasi sarana pemasaran di daerah tertinggal/perbatasan melalui koperasi

25 Unit 25,0 Kemen KUKM

10. Pemasyarakatan dan pengembangan kewirausahaan

Meningkatnya motivasi dan budaya berwirausaha serta berkembangnya kewirausahaan

1. Jumlah peserta pemasyarakatan kewirausahaan

3.000 Orang 3,3 Kemen KUKM

2. Jumlah peserta diklat kewirausahaan - 0,0 Kemen KUKM

11. Revitalisasi sistem pendidikan, pelatihan dan penyuluhan perkoperasian

Tersusunnya sistem pendidikan, pelatihan dan penyuluhan perkoperasian

Jumlah peserta peningkatan pemahaman perkoperasian

1.200 Orang 2,0 Kemen KUKM

12. Peningkatan kapasitas dan kompetensi SDM pengelola LKM/KSP/USP

Meningkatnya kapasitas dan kompetensi SDM pengelola LKM/KSP/USP

Diklat pengelola LKM

250 Orang 0,8 Kemen KUKM

13. Perluasan KUR Meningkatnya penyaluran KUR

1. Jumlah provinsi yang mendapat sosialisasi program KUR

33 Provinsi 3,0 Kemen KUKM

2. Jumlah KUMKM yang didampingi untuk mengakses KUR

27.520 UMKM 14,3 Kemen KUKM

14. Peningkatan produktivitas dan mutu KUMKM

Meningkatnya produktivitas dan mutu KUMKM

Jumlah KUMKM yang memahami dan menerapkan inovasi dan

350 KUMKM 2,6 Kemen KUKM

Page 16: Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional 2010-2014 · dikeluarkannya surat yang ditandatangani oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas bersama Menteri Keuangan tentang Pagu Indikatif

16

NO. SUBSTANSI INTI/

KEGIATAN PRIORITAS

SASARAN INDIKATOR TARGET

TAHUN 2014

PAGU TAHUN 2014

(RP.MILYAR)

INSTANSI PELAKSANA

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

teknologi tepat guna

15. Revitalisasi dan pengembangan lembaga pendidikan dan pelatihan KUMKM

Tersedianya sistem dan lembaga penyelenggaraan diklat KUMKM yang berkualitas

Jumlah SDM koperasi dan UMKM yang mengikuti diklat 21.500 Orang 140,5 Kemen KUKM

Page 17: Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional 2010-2014 · dikeluarkannya surat yang ditandatangani oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas bersama Menteri Keuangan tentang Pagu Indikatif

17

LAMPIRAN 1

MATRIKS PRIORITAS PEMBANGUNAN DAN KERANGKA EKONOMI MAKRO

PRIORITAS 10 DAERAH TERTINGGAL, TERDEPAN, TERLUAR, DAN PASCA-KONFLIK

Tema Prioritas Pengutamaan dan penjaminan pertumbuhan di daerah tertinggal, terdepan, terluar serta

keberlangsungan kehidupan damai di wilayah pasca-Konflik

Penanggungjawab Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan

Bekerjasama dengan

Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal; Menteri Pendidikan Nasional; Menteri Kesehatan;

Menteri Pekerjaan Umum; Menteri Perhubungan; Menteri Negara Komunikasi dan Informatika; Menteri

Pertahanan; Menteri Kelautan dan Perikanan; Menteri Luar Negeri; Menteri Sosial; Menteri Dalam

Negeri; Menteri Pertahanan; Kepala Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional; Badan Nasional

Pengelola Perbatasan.

Page 18: Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional 2010-2014 · dikeluarkannya surat yang ditandatangani oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas bersama Menteri Keuangan tentang Pagu Indikatif

18

NO. SUBSTANSI INTI/

KEGIATAN PRIORITAS

SASARAN INDIKATOR TARGET

TAHUN 2014

PAGU TAHUN 2014

(RP.MILYAR)

INSTANSI PELAKSANA

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

I. PROGRAM PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

1. Pemberdayaan Usaha koperasi dan UMKM di Bidang Ketenagalistrikan dan Aneka Usaha

Meningkatnya jumlah koperasi dalam pengembangan energi dan tersusunnya konsep pemberian insentif bidang ketenagalistrikan dan aneka usaha

Jumlah koperasi yang mendapat dukungan pengembangan usaha melalui pemanfaatan energi baru terbarukan

9 15,0 Kemen KUKM

II. PEMBERDAYAAN KOPERASI, UMKM, DAN IKM

1. Pemberdayaan Usaha KUKM di Bidang Kehutanan dan Perkebunan

Meningkatnya jumlah dan kualitas sarana produksi KUKM dan tersusunnya konsep pemberian insentif bidang kehutanan dan perkebunan

Jumlah koperasi di bidang produksi pala di Papua dan Papua Barat yang diperkuat 5 Koperasi 5,0 Kemen KUKM

Page 19: Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional 2010-2014 · dikeluarkannya surat yang ditandatangani oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas bersama Menteri Keuangan tentang Pagu Indikatif

19

LAMPIRAN 1

MATRIKS PRIORITAS PEMBANGUNAN DAN KERANGKA EKONOMI MAKRO

PRIORITAS LAINNYA BIDANG PEREKONOMIAN

Tema Prioritas -

Penanggungjawab Menteri Koordinator Bidang Perekonomian

Bekerjasama dengan

Kemenperin, Kemenakertrans, Kem KUKM, KemESDM, KemenPU, Kemkominfo, BNP2TKI,

Kemensos, Kemenlu

Page 20: Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional 2010-2014 · dikeluarkannya surat yang ditandatangani oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas bersama Menteri Keuangan tentang Pagu Indikatif

20

NO. SUBSTANSI INTI/

KEGIATAN PRIORITAS

SASARAN INDIKATOR TARGET

TAHUN 2014

PAGU TAHUN 2014

(RP.MILYAR)

INSTANSI PELAKSANA

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

I. PENGEMBANGAN KOPERASI DAN USAHA KECIL, MIKRO DAN MENENGAH (UMKM)

Penataan peraturan perundang-undangan, peningkatan iklim usaha yang kondusif, pengembangan produk dan pemasaran, peningkatan daya saing SDM, penguatan kelembagaan dan revitalisasi koperasi, serta peningkatan akses ke pembiayaan yang mendukung peningkatan daya saing koperasi dan UMKM

1. Penataan Peraturan Perundang-undangan di bidang Koperasi dan UMKM

Tersedianya peraturan perundangan yang mendukung iklim usaha yang kondusif bagi pengembangan koperasi dan UMKM

1. Jumlah Rancangan Undang-undang tentang Perkoperasian

- -

Kemen KUKM

2. Jumlah rancanga peraturan pelaksanaan UU tentang Koperasi

4 RPP 4,0

Kemen KUKM

2. Pengembangan Sarana Usaha Koperasi dan UMKM

Berkembangnya sarana usaha pemasaran KUMKM

Jumlah dukungan sarana usaha pemasaran revitalisasi pasar tradisional melalui koperasi

40 unit pasar tradisional

yang dikelola koperasi

40,0

Kemen KUKM

3. Pengembangan Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT)-KUMKM

Berkembangnya pusat layan usaha terpadu (PLUT)-KUMKM

Jumlah pusat layanan usaha terpadu (PLUT) KUMKM

15 unit PLUT-KUMKM

75,0

Kemen KUKM

4. Pengembangan dan Perluasan Pasar Ekspor Koperasi dan UKM

Berkembangnya pasar ekspor Koperasi dan UMKM

Konsep sistem informasi konsolidasi kargo UMKM ekspor, dan jumlah ujicoba di pelabuhan laut utama

Ujicoba di 2 pelabuhan

2,0

Kemen KUKM

Page 21: Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional 2010-2014 · dikeluarkannya surat yang ditandatangani oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas bersama Menteri Keuangan tentang Pagu Indikatif

21

NO. SUBSTANSI INTI/

KEGIATAN PRIORITAS

SASARAN INDIKATOR TARGET

TAHUN 2014

PAGU TAHUN 2014

(RP.MILYAR)

INSTANSI PELAKSANA

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

5. Pengembangan Data dan Informasi Koperasi dan UMKM

Tersedianya data dan informasi KUMKM sebagai landasan peraturan dan kebijakan

Peningkatan ketersediaan data dan informasi UMKM

- 0,0 Kemen KUKM

6. Pengembangan Kemitraan Koperasi dan UMKM

Berkembangnya kemitraan koperasi dan UMKM

Jumlah koperasi dan UMKM yang difasilitasi menjadi mitra investasi

200 KUMKM 6,0 Kemen KUKM

7. Peningkatan Produktivitas dan Mutu KUMKM

Meningkatnya produktivitas dan mutu KUMKM

Jumlah KUKM yang mendapatkan sosialisasi dan menerapkan standardisasi ISO/SNI/HACCP, HKI dan kehalalan produk

1.000 KUKM 8,5 Kemen KUKM

8. Peningkatan Kualitas Ketatalaksanaan Koperasi dan UMKM

Meningkatnya kinerjakelembagaan di bidang pengendalian dan akuntabilitas koperasi berkoperasi yang benar sesuai prinsip dan jati diri koperasi

Jumlah koperasi yang direvitalisasi

300 Koperasi 8,0 Kemen KUKM

Page 22: Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional 2010-2014 · dikeluarkannya surat yang ditandatangani oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas bersama Menteri Keuangan tentang Pagu Indikatif

22

RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP)

BIDANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM

TAHUN 2014

II. PRIORITAS PEMBANGUNAN BIDANG

Page 23: Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional 2010-2014 · dikeluarkannya surat yang ditandatangani oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas bersama Menteri Keuangan tentang Pagu Indikatif

23

I. Pelaksanan Program Tahun 2012 dan Rencana Pelaksanaan Tahun 2013

Penurunan tingkat kemiskinan sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi

dan sosial yang meliputi pertumbuhan ekonomi, inflasi, penyerapan tenaga

kerja, dampak bencana dan iklim, serta ketersediaan pangan dan energi.

Pertumbuhan ekonomi 2012 sekitar 6,23 persen dengan laju pertumbuhan di

sektor pertanian sebesar 3,97 persen, yang dinilai relatif stabil mengingat

kondisi ekonomi global yang tidak menentu Hal ini memberikan dampak positif

terhadap penurunan tingkat kemiskinan pada tahun 2012. Pertumbuhan di

sektor pertanian berperan dalam mempertahankan mata pencaharian petani

dan menjaga pendapatan petani agar tidak jatuh ke kemiskinan.Tingginya

inflasi pada tahun 2012, yaitu mencapai 4,30 persen, dibandingkan tahun

sebelumnya yang hanya sebesar 3,79 persen dinilai menjadi salah satu

penyebab perlambatan penurunan kemiskinan pada tahun 2012. Hal ini terjadi

terutama pada kelompok masyarakat hampir miskin/rentan miskin yang sangat

mudah menjadi kembali miskin akibat fluktuasi harga yang berpengaruh

terhadap penurunan dayabeli mereka. Untuk itu, kestabilan kondisi

perekonomian terutama harga-harga bahan makanan perlu dijaga, mengingat

proporsi Garis Kemiskinan Makanan (GKM) terhadap Garis Kemiskinan (GK) pada

tahun 2012 ini masih 73,5 persen.

Penyerapan tenaga kerja yang merupakan salah satu faktor utama dalam

mengurangi jumlah pengangguran dan tingkat kemiskinan juga terus ditingkatkan.

Selama bulan Agustus 2011 sampai dengan Agustus 2012 telah dapat diciptakan

1,1 juta kesempatan kerja. Sejalan dengan berbagai upaya perbaikan kondisi

ekonomi makro, meliputi stabilisasi ekonomi termasuk penciptaan lapangan kerja,

penanggulangan kemiskinan telah dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan yang

bersifat pemihakan (affirmative) kepada masyarakat miskin melalui 4 (empat)

klaster program penanggulangan kemiskinan, yaitu: klaster 1 adalah program

perlindungan sosial berbasis keluarga, klaster 2 adalah program yang berbasis

pada pemberdayaan masyarakat, klaster 3 adalah program berbasis

pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta klaster 4 adalah program pro-rakyat

yang ditujukan untuk meningkatkan serta memperluas cakupan program-program

penanggulangan kemiskinan lainnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan

Page 24: Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional 2010-2014 · dikeluarkannya surat yang ditandatangani oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas bersama Menteri Keuangan tentang Pagu Indikatif

24

termarjinalkan. Secara umum, pelaksanaan berbagai kegiatan di dalam keempat

klaster tersebut berjalan dengan baik.

Klaster 3

Dilaksanakan untuk memfasilitasi rakyat yang sudah dapat memenuhi kebutuhan

dasar, namun masih membutuhkan bantuan untuk meningkatkan akses

permodalan dan mengembangkan usaha melalui pemberdayaan koperasi, dan

usaha mikro dan kecil. Hasil-hasil pelaksanaan pada tahun 2012 mencakup

penyaluran KUR dan bantuan permodalan lainnya, pendidikan dan pelatihan

kewirausahaan, penguatan lembaga pembiayaan dan sarana usaha, serta

penyuluhan perkoperasian. Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) pada tahun

2012 mencapai sebesar Rp.34,23 triliun untuk lebih dari 1,96 juta debitur, dengan

rata-rata kredit/pembiayaan sebesar Rp.17,45 juta. Volume penyaluran KUR

tersebut telah melampaui target tahun 2012 sebesar Rp.30 triliun. Tingkat Non-

Performing Loan (NPL) KUR pada tahun 2012 cukup rendah yaitu 3,60 persen.

Sebagian besar KUR disalurkan ke sektor perdagangan (37,49 persen), sektor

pertanian dan perikanan (17,08 persen), dan sektor perdagangan terintegrasi

dengan sektor hulu (14,16 persen). Hasil pelaksanaan kegiatan di Klaster 3 lainnya

pada tahun 2012 mencakup:

1. pendampingan bagi 27.520 calon debitur KUR dan sosialisasi KUR di 33

provinsi;

2. penyediaan 425 penyuluh perkoperasian bagi masyarakat dan diklat

perkoperasian bagi 600 orang;

3. pemasyarakatan dan pelatihan kewirausahaan bagi 2.100 orang;

4. peningkatan kapasitas 360 Koperasi Simpan Pinjam/Koperasi Jasa keuangan

Syariah (KSP/KJKS) dan 360 orang pengelola KSP/KJKS;

5. fasilitasi transformasi 100 LKM menjadi KSP/KJKS;

6. fasilitasi bagi 500 koperasi untuk membangun Ckerja sama pembiayaan

melalui linkage;

7. fasilitasi pembentukan lembaga penjaminan kredit daerah;

8. peningkatan kapasitas 150 konsultan keuangan mitra bank (KKMB) untuk

memberikan layanan bagi koperasi dan usaha mikro dan kecil, serta fasilitasi

50 koperasi untuk memanfaatkan layanan KKMB; dan

9. revitalisasi tiga unit pasar tradisional yang dikelola koperasi di daerah

tertinggal/perbatasan. Pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin di Klaster 3

akan terus dilanjutkan pada tahun 2013 melalui penajaman sasaran dan

Page 25: Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional 2010-2014 · dikeluarkannya surat yang ditandatangani oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas bersama Menteri Keuangan tentang Pagu Indikatif

25

target, serta perluasan kegiatan yang tidak saja ditujukan untuk meningkatkan

akses usaha mikro dan kecil ke sumber permodalan, namun juga untuk

meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM), akses pemasaran,

kualitas produksi, dan kelembagaan koperasi dan usaha mikro dan kecil.

Beberapa target yang ditetapkan untuk tahun 2013 di antaranya:

a. dukungan penjaminan Pemerintah untuk penyaluran KUR sebesar Rp 36

triliun;

b. pendampingan bagi 27.520 usaha mikro dan kecil untuk mengakses KUR;

c. penguatan permodalan bagi 1.320 koperasi di perkotaan dan perdesaan;

d. penguatan kapasitas KSP/KJKS untuk memberikan pembiayaan bagi usaha

mikro dan kecil;

e. revitalisasi 25 unit sarana pemasaran di daerah tertinggal/perbatasan; dan

f. peningkatan kapasitaskewirausahaan bagi 4.600 orang dan diklat

perkoperasian bagi 600 orang.

II. Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Upaya-upaya pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah

(UMKM) diharapkan dapat mendukung pembangunan ekonomi yang

berkeadilan dan berdaya saing. Hal ini diwujudkan melalui peningkatan

kontribusi koperasi dan UMKM dalam mendorong perkembangan usaha-usaha

produktif, penciptaan lapangan kerja dan perbaikan pendapatan masyarakat.

Peran dan kontribusi koperasi pada tahun 2012 dapat dilihat dari perbaikan

usaha dan kelembagaannya.

Volume usaha koperasi meningkat sebesar 25,37 persen sehingga mencapai

Rp.119,18 triliun pada tahun 2012. Pada tahun yang sama, selisih hasil usaha

(SHU) yang merupakan indikator kemanfaatan koperasi bagi anggota koperasi

juga meningkat sebesar 5,14 persen. Perkembangan koperasi tersebut

didukung oleh peningkatan jumlah koperasi sebesar 3,25 persen, dan jumlah

anggota koperasi sebesar 9,79 persen. Sampai akhir tahun 2012, jumlah unit

koperasi mencapai 194.295 unit, dengan jumlah anggota koperasi mencapai

30,8 juta orang. Perbaikan kelembagaan juga ditunjukkan oleh penurunan

jumlah koperasi tidak aktif, dan peningkatan proprosi koperasi aktif yang

menjalankan Rapat Anggota Tahunan (RAT) dari 43,4 persen pada tahun 2011

menjadi 47,36 persen pada tahun 2012. Penyerapan tenaga kerja oleh

koperasi juga meningkat sehingga secara akumulatif sampai akhir 2012

mencapai 429.678 orang.

Page 26: Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional 2010-2014 · dikeluarkannya surat yang ditandatangani oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas bersama Menteri Keuangan tentang Pagu Indikatif

26

Peran UMKM pada tahun 2012 juga terus meningkat. Jumlah UMKM pada

tahun 2012 diperkirakan mencapai 56,53 juta unit usaha, dengan jumlah

tenaga kerja 107,66 juta orang. Perkembangan tersebut menunjukkan

peningkatan jumlah unit usaha dan tenaga kerja masing-masing sebesar 2,41

persen, dan 5,83 persen dibandingkan posisi pada tahun 2011. Sumbangan

UMKM terhadap pembentukan PDB nasional pada tahun 2012 (harga berlaku)

tercatat sebesar 59,08 persen, sehingga produktivitas UMKM pada tahun 2012

tercatat sebesar Rp 86,13 juta/unit. Usaha mikro masih mendominasi struktur

UMKM baik dari sisi populasi unit usaha (98,80 persen), jumlah tenaga kerja

(92,75 persen), dan sumbangan pada PDB UMKM (60,60 persen).

Sementara itu pangsa nilai ekspor non migas UMKM meningkat dari

15,81persen pada tahun 2010 menjadi 16,44 persen pada tahun 2011.

Peningkatan juga tercatat pada pangsa investasi UMKM dari 48,34 persen pada

tahun 2010 menjadi 49,11 persen pada tahun 2011. Perbaikan kinerja UMKM

ini didorong oleh pertumbuhan usaha menengah selama tahun 2012 yang

tercatat paling tinggi yaitu kenaikan 10,65 persen untuk jumlah unit, dan

14,67 persen untuk tenaga kerja.

Sektor lain yang penting perananya dalam perekonomian dan menunjang

perkembangan sektorsektor lainnya adalah sektor keuangan.

III. Pemberdayaan Koperasi dan UMKM

Pemberdayaan koperasi dan UMKM pada tahun 2014 diarahkan untuk

mendorong peningkatan produktivitas usaha mikro dalam rangka memperkuat

usaha-usaha masyarakat, dan untuk meningkatkan kapasitas koperasi dan

UKM untuk menjadi usaha yang berdaya saing tinggi. Upaya-upaya tersebut

diharapkan dapat meningkatkan peran peran koperasi dan UMKM dalam

pemerataan pembangunan, penanggulangan kemiskinan, dan penguatan daya

saing perekonomian nasional.

Arah kebijakan pembangunan pemberdayaan koperasi dan UMKM pada tahun

2014 merupakan rangkaian arahkebijakan yang berkelanjutan sesuai RPJMN

2010-2014 dan dilengkapi dengan beberapa arah kebijakan untuk menjawab

kebutuhan terkini dan dinamika perubahan pasar sebagai berikut:

1. Meningkatkan iklim usaha yang kondusif bagi koperasi dan UMKM, yang

mencakup penataan peraturan perundang-undangan di bidang koperasi

dan UMKM, serta pengembangan, pengendalian dan pengawasan koperasi;

Page 27: Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional 2010-2014 · dikeluarkannya surat yang ditandatangani oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas bersama Menteri Keuangan tentang Pagu Indikatif

27

2. Mengembangkan produk dan pemasaran bagi koperasi dan UMKM, yang

mencakup penyediaan dukungan pemasaran, produksi, kemitraan,

investasi dan pengembangan produk unggulan;

3. Meningkatkan daya saing sumber daya manusia (SDM) koperasi dan

UMKM, yang mencakup pemasyarakatan dan pengembangan

kewirausahaan, kapasitas dan kompetensi SDM, penyediaan layanan

pengembangan bisnis, revitalisasi pendidikan dan pelatihan koperasi dan

UMKM, serta peningkatan peran serta masyarakat dalam pengembangan

SDM koperasi dan UMKM;

4. Meningkatkan akses usaha mikro dan kecil kepada sumberdaya produktif,

yang meliputi peningkatan askes permodalan, pengembangan dan

pengendalian koperasi simpan pinjam yang disertai dengan peningkatan

kapasitas dan kompetensi pengelolanya, pengembangan jasa keuangan

bagi koperasi dan UMKM, perluasan KUR; dan

5. Memperkuat kelembagaan koperasi, yang mencakup peningkatan kualitas

organisasi dan badan hukum koperasi, ketatalaksanaan koperasi, dan

keanggotaaan koperasi, serta penguatan kapasitas koperasi sesuai dengan

amanat Undang-undang No. 17 tahun 2012 tentang perkoperasian.

IV. Desentralisasi Hubungan Pusat Daerah dan Antardaerah

Dalam pelaksanaan pembagian urusan, sudah dilakukan inventarisasi

perundang-undangan sektoral yang belum sejalan dengan peraturan

perundang-undangan otonomi daerah di pusat dan di daerah. Hingga tahun

2012 terdapat 10 bidang yang telah dilakukan inventarisasi yaitu Bidang

Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera; Bidang Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak; Bidang Kehutanan; Bidang Koperasi UKM;

Bidang Perindustrian; Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil; Bidang

Perhubungan; Bidang Kesbangpol; Bidang Kepegawaian; Bidang Arsip dan

Perpustakaan. Selain inventarisasi, dilakukan juga harmonisasi peraturan

perundang-undangan sektoral dengan peraturan perundang-undangan

desentralisasi dan otonomi daerah.

Page 28: Arah Kebijakan dan Prioritas Pembangunan Nasional 2010-2014 · dikeluarkannya surat yang ditandatangani oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas bersama Menteri Keuangan tentang Pagu Indikatif

Halaman : 1

2 3 4 5 6 7 8

044 KEMENTERIAN KOPERASI DAN PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH 56.432.318 37.900.842 952.050.267 15.736.658 109.950.211 263.320.000 1.435.390.296

044.01 KEMENTERIAN KOPERASI DAN PENGUSAHA KECIL DAN MENENGAH 56.432.318 37.900.842 952.050.267 15.736.658 109.950.211 263.320.000 1.435.390.296

044.01.01 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya 56.432.318 0 177.447.437 0 4.291.560 0 238.171.315

Kementerian Koperasi dan UKM

044.01.02 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kementerian Negara 0 37.900.842 0 15.736.658 0 0 53.637.500

Koperasi dan UKM

044.01.06 Program Pemberdayaan Koperasi dan UMKM 0 0 774.602.830 0 105.658.651 263.320.000 1.143.581.481

RUPIAH MURNI 56.432.318 37.900.842 828.512.717 15.736.658 105.446.943 263.320.000 1.307.349.478

PINJAMAN LUAR NEGERI 0 0 0 0 0 0 0

RUPIAH MURNI PENDAMPING 0 0 0 0 0 0 0

PNBP 0 0 0 0 0 0 0

PINJAMAN DALAM NEGERI 0 0 0 0 0 0 0

BADAN LAYANAN UMUM 0 0 123.537.550 0 4.503.268 0 128.040.818

STIMULUS 0 0 0 0 0 0 0

HIBAH DALAM NEGERI 0 0 0 0 0 0 0

HIBAH LUAR NEGERI 0 0 0 0 0 0 0

HIBAH LANGSUNG DALAM NEGERI 0 0 0 0 0 0 0

HIBAH LANGSUNG LUAR NEGERI 0 0 0 0 0 0 0

PINJAMAN DALAM NEGERI 0 0 0 0 0 0 0

SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA 0 0 0 0 0 0 0

TOTAL 56.432.318 37.900.842 952.050.267 15.736.658 109.950.211 263.320.000 1.435.390.296

Operasional Non Ops

1

LAPORAN REKAPITULASI ANGGARAN T.A 2014(DALAM RIBUAN RUPIAH)

KODE/NAMA UNIT

BELANJA

PEGAWAI

(Operasional

)

BELANJA BARANG BELANJA MODAL BANTUAN

SOSIAL JUMLAH

Operasional Non Ops