10
PROSIDING SNIPS 2018 123 9 10 Juli 2018 Aplikasi Remote Sensing Untuk Analisis Kesesuaian Iklim Dan Lahan Pada Tanaman Nanas (Studi Kasus di wilayah Kab.Subang, Jawa Barat) Plato Martuani Siregar 1,a) , Musa A.M 1,b) , Ni Putu N.D.R. 1,c) dan Sujeki R. 1,d) 1 Program Studi Meteorologi, Kelompok Sains Atmosfer, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha no. 10 Bandung, Indonesia, 40132 a) [email protected] b) [email protected] c) [email protected] d) [email protected] Abstrak Kecamatan Jalancagak merupakan sentra utama pengembangan nanas di Kab.Subang dengan luas areal 2608 Ha atau sekitar 80 % dari total pengembangan seluas 3.253 Ha. Sebagai tanaman rakyat,budidaya nanas masih bersifat sampingan yang dilakukan secara sederhana,terpencar di sekitar pekarangan rumah dan tegalan dengan produktivitas pada umumnya masih berkisar antara 2035 ton/ha. Buah nanas mengandung enzim bromelain(enzim protease yang dapat menghidrolisa protein),sehingga dapat digunakan melunakkan daging,sebagai obat penyembuh penyakit sembelit,gangguan saluran kencing,mual-mual,flu,wasir dan kurang darah. Hal paling utama yang bernilai ekonomi penting dari nanas adalah buahnya, meskipun serat daunnya telah digunakan sebagai bahan baku tekstil serta usaha agroindustri skala kecil mengolahnya menjadi produk olahan seperti dodol,manisan,kripik dan jus.Pengetahuan para petani tentang dampak perubahan cuaca mempengaruhi intensifikasi budidaya dan produksi menurun. Keterbatasan data hujan observasi diperoleh melalui teknik remote sensing dan hasilnya data curah hujan sekunder lebih seragam tersebar,lalu iklim di Kab.Subang dihitung menggunakan metoda Schmidt-Fergutson hasilnya adalah iklim dominan dipengaruhi oleh Monsunal dengan tipe B dan C. Evaluasi lahan dilakukan untuk mengidentifikasi kesesuaian lahan pada setiap satuan lahan dan mempertimbangkan input yang diberikan berdasarkan faktor pembatas yang ada pada setiap lahan.Untuk menghitung indek iklim dan lahan dapat dilakukan dengan metode Storie dan Square Root yang dipadukan dengan metode perubahan penggunaan lahan menggunakan Geographic Information System(GIS),sehingga diperoleh faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan penggunaan lahan dan upaya pencegahannya. Kata kunci:nanas,indek iklim,intensifikasi,kesesuaian lahan,monsun PENDAHULUAN Hal paling utama yang bernilai ekonomi penting dari tanaman nanas adalah buahnya, meskipun akhir- akhir ini serat daunnyauga digunakan sebagai bahan baku tekstil. Manfaat nanas selain dikonsumsi segar juga diolah menjadi berbagai macam makanan dan minuman (seperti selai,buah dalam sirop dan lain-lain). Rasa buah nanas manis sampai agak masam segar,sehingga disukai masyarakat secara luas. Disamping itu, buah tersebut mengandung gizi cukup tinggi & lengkap,juga mengandung enzim bromelain, (enzim protease yang dapat menghidrolisa protein, protease atau peptide), sehingga dapat digunakan untuk melunakkan daging. Enzim ini sering dimanfaatkan sebagai alat kontrasepsi KB(Keluarga Berencana) ISBN: 978-602-61045-4-0

Aplikasi Remote Sensing Untuk Analisis Kesesuaian Iklim ......kencing, mual-mual, flu,wasir & kurang darah dan penyakit kulit (gatal-gatal, eksim & kudis) dapat diobati dengan diolesi

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Aplikasi Remote Sensing Untuk Analisis Kesesuaian Iklim ......kencing, mual-mual, flu,wasir & kurang darah dan penyakit kulit (gatal-gatal, eksim & kudis) dapat diobati dengan diolesi

PROSIDING SNIPS 2018

123 9 – 10 Juli 2018

Aplikasi Remote Sensing Untuk Analisis Kesesuaian Iklim Dan Lahan Pada Tanaman Nanas

(Studi Kasus di wilayah Kab.Subang, Jawa Barat)

Plato Martuani Siregar1,a), Musa A.M1,b), Ni Putu N.D.R.1,c) dan Sujeki R.1,d)

1Program Studi Meteorologi, Kelompok Sains Atmosfer,

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha no. 10 Bandung, Indonesia, 40132

a)[email protected] b)[email protected]

c)[email protected] d)[email protected]

Abstrak

Kecamatan Jalancagak merupakan sentra utama pengembangan nanas di Kab.Subang dengan luas areal 2608 Ha atau sekitar 80 % dari total pengembangan seluas 3.253 Ha. Sebagai tanaman rakyat,budidaya nanas masih bersifat sampingan yang dilakukan secara sederhana,terpencar di sekitar pekarangan rumah dan tegalan dengan produktivitas pada umumnya masih berkisar antara 20–35 ton/ha. Buah nanas mengandung enzim bromelain(enzim protease yang dapat menghidrolisa protein),sehingga dapat digunakan melunakkan daging,sebagai obat penyembuh penyakit sembelit,gangguan saluran kencing,mual-mual,flu,wasir dan kurang darah. Hal paling utama yang bernilai ekonomi penting dari nanas adalah buahnya, meskipun serat daunnya telah digunakan sebagai bahan baku tekstil serta usaha agroindustri skala kecil mengolahnya menjadi produk olahan seperti dodol,manisan,kripik dan jus.Pengetahuan para petani tentang dampak perubahan cuaca mempengaruhi intensifikasi budidaya dan produksi menurun. Keterbatasan data hujan observasi diperoleh melalui teknik remote sensing dan hasilnya data curah hujan sekunder lebih seragam tersebar,lalu iklim di Kab.Subang dihitung menggunakan metoda Schmidt-Fergutson hasilnya adalah iklim dominan dipengaruhi oleh Monsunal dengan tipe B dan C. Evaluasi lahan dilakukan untuk mengidentifikasi kesesuaian lahan pada setiap satuan lahan dan mempertimbangkan input yang diberikan berdasarkan faktor pembatas yang ada pada setiap lahan.Untuk menghitung indek iklim dan lahan dapat dilakukan dengan metode Storie dan Square Root yang dipadukan dengan metode perubahan penggunaan lahan menggunakan Geographic Information System(GIS),sehingga diperoleh faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan penggunaan lahan dan upaya pencegahannya.

Kata kunci:nanas,indek iklim,intensifikasi,kesesuaian lahan,monsun

PENDAHULUAN

Hal paling utama yang bernilai ekonomi penting dari tanaman nanas adalah buahnya, meskipun akhir-

akhir ini serat daunnyauga digunakan sebagai bahan baku tekstil. Manfaat nanas selain dikonsumsi segar juga diolah menjadi berbagai macam makanan dan minuman (seperti selai,buah dalam sirop dan lain-lain). Rasa buah nanas manis sampai agak masam segar,sehingga disukai masyarakat secara luas. Disamping itu, buah tersebut mengandung gizi cukup tinggi & lengkap,juga mengandung enzim bromelain, (enzim protease yang dapat menghidrolisa protein, protease atau peptide), sehingga dapat digunakan untuk melunakkan daging. Enzim ini sering dimanfaatkan sebagai alat kontrasepsi KB(Keluarga Berencana)

ISBN: 978-602-61045-4-0

Page 2: Aplikasi Remote Sensing Untuk Analisis Kesesuaian Iklim ......kencing, mual-mual, flu,wasir & kurang darah dan penyakit kulit (gatal-gatal, eksim & kudis) dapat diobati dengan diolesi

PROSIDING SNIPS 2018

124 9 – 10 Juli 2018

dan bermanfaat bagi kesehatan tubuh, sebagai obat penyembuh penyakit sembelit, gangguan saluran kencing, mual-mual, flu,wasir & kurang darah dan penyakit kulit (gatal-gatal, eksim & kudis) dapat diobati dengan diolesi sari buah nanas[4]. Dari tabel 1 dibawah ini memperlihatkan Kec.Jalancagak merupakan sentra utama pengembangan nanas di Kabupaten Subang dengan luas areal 2608 Ha atau sekitar 80 % dari total pengembangan seluas 3.253 Ha.

Tabel 1. Keragaan Sentra Produksi Nenas di Kabupaten Subang Tahun 2003 Kecamatan Luas Areal (Ha) Produksi (Ton)

Jalancagak 2.608 98.880,0 Sagalaherang 12 450,0 Cijambe 133 4.987,5 Cisalak 500 18.750,0 Jumlah 3.253 123.067,5

Sumber : Dinas Pertanian Daerah Kabupaten Subang, 2004

Sedangkan desa lainnya dibawah 200 ha. Sebagai tanaman rakyat, budidaya nanas di Kabupaten Subang dilakukan secara sederhana di sekitar pekarangan rumah dan tegalan, dengan input teknologi yang terbatas. Bentuk kebun rata-rata belum sehamparan dan letaknya terpencar. Rendahnya produktivitas nanas juga disebabkan karena tanaman yang diusahakan sebagian besar berumur diatas 10 tahun. Agar tanaman dapat berproduksi tinggi dengan kualitas yang terjamin, perlu dilakukan pembongkaran tanaman dan menggantikannya dengan pertanaman baru yang berasal dari bibit baru. Sebagian petani yang bermodal telah melakukan budidaya secara intensif dan mereka umumnya juga mempunyai posisi kuat dalam pemasaran. Sentra utama pengembangan nanas di Kabupaten Subang, tersebar di lima Kecamatan, yaitu Kecamatan Sagalaherang, Jalancagak, Cisalak, Tanjungsiang dan Cijambe.

Nanas di Desa Panribuan merupakan varietas lokal yang terkenal dengan rasa manis dan kandungan air yang tinggi tidak sama seperti nanas pada umumnya walaupun varietas yang digunakan tergolong sama. Nanas di Desa Panribuan telah dibudidayakan secara turun-temurun dari para pendahulu didesa ini. Bertani nanas menjadi pilihan bagi kebanyakan penduduk di desa Panribuan dikarenakan pemeliharan nanas tergolong sederhana. Pemeliharan yang dilakukan hanya dengan membersihkan gulma dengan cara mengolah tanah di sela-sela tanaman nanas, namun untuk hama lain dan penyakit petani tidak perlu untuk melakukan penyemprotan pestisida karena sampai saat ini belum ada hama dan penyakit tanaman yang serius hingga menurunkan produksi nanas. Menurut penduduk setempat tanaman ini juga menjadi solusi kebutuhan ekonomi karena bisa dipanen secara rutin sekali dalam dua minggu sehingga ini bisa dijadikan pendapatan rutin. Pembersihan lahan nanas juga menjadi salah satu faktor penentu produksi nanas selain pemupukan [3].

Disamping itu adanya dampak perubahan iklim juga memungkinkan perubahan peta lokasi dan distribusi kesesuaian iklim untuk tanaman nanas. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pH, TSS, total vitamin C dan kandungan gula dari nanas (pineapple juice) dihasilkan dari bahaya buah secara fisis tidak terlalu berbeda dari buah yang tak berbahaya. Penyimpanan 9 hari berkontribusi pada perubahan dalam komposisi gula dari nanas dan tentu memberikan rasa yang berubah rasa manisnya. Efek ini membutuhkan penelitian lebih jauh untuk memahami latarbelakang fisiologi dan dampakanya pada kualitas. Oleh karena itu, nanas yang rusak ini dapat digunakan untuk produksi jus nanas pasteurisasi. Pasteurisasi adalah faktor penting lain yang mempengaruhi kualitas nutrisi dan sensoris jus nanas. Parameternya (waktu dan suhu) perlu dipelajari secara lebih rinci untuk memungkinkan optimalisasi bagian dari rantai produksi jus nanas ini [2].

Sejak tahun 1988, pemerintah Indonesia melalui Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional) telah membakukan metode survey dan klasifikasi tanah untuk prasyarat tumbuh nanas varietas madu dan lokal [6].

PENENTUAN KARAKTERISTIK IKLIM DAN KELAS KESESUAIAN LAHAN

Schmidt–Ferguson mengklasifikasikan iklim berdasarkan jumlah rata-rata bulan kering dan jumlah rata-rata bulan basah. Suatu bulan disebut bulan kering, jika dalam satu bulan terjadi curah hujan kurang dari 60 mm. Disebut bulan basah, jika dalam satu bulan curah hujannya lebih dari 100 mm. Nilai Q merupakan perbandingan jumlah rata-rata bulan kering dengan jumlah rata-rata bulan basah.

Tabel 2. Kategori Iklim Schmidt-Ferguson (1951) Tipe Iklim Nilai Q (%) Keadaan Iklim dan Vegetasi

A < 14,3 Daerah sangat basah, hutan hujan tropika

ISBN: 978-602-61045-4-0

Page 3: Aplikasi Remote Sensing Untuk Analisis Kesesuaian Iklim ......kencing, mual-mual, flu,wasir & kurang darah dan penyakit kulit (gatal-gatal, eksim & kudis) dapat diobati dengan diolesi

PROSIDING SNIPS 2018

125 9 – 10 Juli 2018

B 14,3 – 33,3 Daerah basah, hutan hujan tropika

C 33,3 – 60,0 Daerah agak basah, hutan rimba, daun gugur pada musim kemarau D 60,0–100,0 Daerah sedang, hutan musim E 100,0–67,0 Daerah agak kering, hutan sabana F 167,0–00,0 Daerah kering, hutan sabana G 300,0–00,0 Daerah sangat kering, padang ilalang H > 700,0 Daerah ekstrim kering, padang ilalang

Iklim Schmidt-Ferguson sering disebut dengan Q model karena didasarkan atas nilai indeks, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 2. Adapun tahapan menghitung Q adalah sebagai berikut :

1. Menghitung jumlah bulan kering dan bulan basah tiap tahun. 2. Menjumlahkan hasil no.1 dalam suatu periode (misal 30 tahun). 3. Menghitung nilai Q = Jumlah rata-rata bulan kering / Jumlah rata-rata bulan basah x 100%

SYARAT TUMBUH TANAMAN NANAS (PINEAPPLE)

Iklim yang cocok untuk Budidaya nanas adalah pada keadaan iklim basah maupun kering, baik tipe iklim A, B, C maupun D, E, F. Tipe iklim A terdapat di daerah yang amat basah, B (daerah basah), C (daerah agak basah), D (daerah sedang), E (daerah agak kering) dan F (daerah kering). Pada umumnya tanaman nanas ini toleran terhadap kekeringan serta memiliki kisaran curah hujan yang luas sekitar 1000-1500 mm/tahun. Akan tetapi tanaman nanas tidak toleran terhadap hujan salju karena rendahnya suhu. Tanaman nanas dapat tumbuh dengan baik dengan cahaya matahari rata-rata 33-71% dari kelangsungan maksimumnya, dengan angka tahunan rata-rata 2000 jam. Suhu yang sesuai untuk budidaya tanaman nanas adalah 23-32 °C, tetapi juga dapat hidup di lahan bersuhu rendah sampai 10 ° C [1]. Media tanamnya pada umumnya hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian cocok untuk tanaman nanas. Meskipun demikian, lebih cocok pada jenis tanah yang mengandung pasir,subur,gembur dan banyak mengandung bahan organik serta kandungan kapur rendah. Derajat keasaman yang cocok adalah dengan pH 4,5-6,5. Tanah yang banyak mengandung kapur (pH lebih dari 6,5) menyebabkan tanaman menjadi kerdil & klorosis. Sedangkan tanah yang asam (pH 4,5 atau lebih rendah) mengakibatkan penurunan unsur Fosfor, Kalium, Belerang, Kalsium, Magnesium dan Molibdinum dengan cepat. Air sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan untuk penyerapan unsur-unsur hara yang dapat larut di dalamnya. Akan tetapi kandungan air dalam tanah jangan terlalu banyak, tidak becek (menggenang). Hal yang harus diperhatian adalah aerasi & drainasenya harus baik, sebab tanaman yang terendam akan sangat mudah terserang busuk akat. Kelerengan tanah tidak banyak berpengaruh dalam penanaman nanas,namun sangat suka jika ditanam di tempat yang agak miring, sehingga begitu ada air yang melimpah, begitu cepat pula tanah tersebut menjadi kering. Ketinggian tempat untuk Budidaya nanas pada 800-1200 m dpl dan pertumbuhan optimumnya antara 100-700 m dpl [5].

PENENTUAN KELAS KESESUAIAN IKLIM DENGAN METODE PENGHARKATAN (SCORING)

Klasifikasi kesesuaian lahan nanas hanya akan dibahas dari tingkat ordo dan kelas saja. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian no. 79/Permentan/Ot.140/8/2013, kelas yang dianjurkan oleh FAO dalam kesesuaian lahan dan iklim sebanyak tiga kelas dalam ordo S, yaitu S1, S2, S3 dan dua kelas dalam ordo N, yaitu N1, dan N2. Metode pengharkatan (scoring) merupakan metode pemberian skor/harkat terhadap masing-masing nilai parameter lahan dan iklim untuk menentukan tingkat kemampuan lahannya.Teknik pemberian skor yang dilakukan adalah dengan menggunakan perkalian. Untuk menghitung indek iklim dan lahan dapat dilakukan dengan metode Storie dan Square Root:

𝑴𝒆𝒕𝒐𝒅𝒂 𝑺𝒕𝒐𝒓𝒊𝒆 𝑰 = 𝑨 × 𝑩𝟏𝟎𝟎

× 𝑪𝟏𝟎𝟎

× … (𝑨, 𝑩, 𝑪, … . : 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒏𝒈) (1)

𝑴𝒆𝒕𝒐𝒅𝒂 𝑺𝒒𝒖𝒂𝒓𝒆 𝑹𝒐𝒐𝒕 𝑰 = 𝑹𝒎𝒊𝒏 × √ 𝑨𝟏𝟎𝟎

× 𝑩𝟏𝟎𝟎

× 𝑪𝟏𝟎𝟎

× … (2) Dimana I: indeks, Rmin adalah minimum rating dan A,B,C,… adalah rating atau nilai disamping nilai minimum. Dari perhitungan “rating indek” diatas maka didapatkanlah nilai indek untuk masing-masing karakteristik/kualitas lahan.

ISBN: 978-602-61045-4-0

Page 4: Aplikasi Remote Sensing Untuk Analisis Kesesuaian Iklim ......kencing, mual-mual, flu,wasir & kurang darah dan penyakit kulit (gatal-gatal, eksim & kudis) dapat diobati dengan diolesi

PROSIDING SNIPS 2018

126 9 – 10 Juli 2018

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lokasi Penelitian yang diarsil pada gambar 1. Kab. Subang,Jawa Barat terletak pada posisi geografis 107º31' 107º54' Bujur Timur dan 6º11'-6º49' Lintang Selatan. Berdasarkan topografinya, wilayah Kabupaten Subang mempunyai daerah pegunungan di bagian selatan dengan ketinggian antara 500 – 1.500 meter di atas permukaan laut (dpl), daerah berbukit dan dataran di bagian tengah dengan ketinggian 50-500 meter dpl, dan daerah dataran rendah di bagian utara 0-50 meter dpl (BPS Subang, 2014). Sebagian besar wilayah (80%) Kabupaten Subang memiliki tingkat kemiringan lereng 0° - 17°, 11% wilayah memiliki tingkat kemiringan 18° - 45°, dan 9% wilayahnya memiliki kemiringan lebih dari 45°.Secara umum wilayah Kabupaten Subang beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata per tahun 2.352 mm dengan jumlah hari hujan 100 hari (BPS Subang 2014). Sumber daya air dipenuhi dari 4 DAS (Daerah Aliran Sungai) yaitu: (1) DAS Cipunagara, (2) DAS Cilamaya,DAS Ciasem, dan DAS Cigadung (Bappeda Subang,2009).

Gambar 1. Lokasi penelitian Kabupaten Subang

Sumber data yang digunakan yaitu data reanalisis ECMWF-ERA INTERIM pada rentang waktu tahun 2008-2015 untuk suhu udara permukaan. Data ketinggian geopotensial dan angin dari reanalisis ECMWF-ERA INTERIM ketinggian 500 mb untuk rentang waktu tahun 2008-2015. Data curah hujan dari Climate Hazards Group InfraRed Precipitation (CHIRPS) untuk rentang waktu tahun 2008-2015. Data tata guna lahan Kabupaten Subang dari SPOT-6 untuk tahun 2015. Data tipe tanah berupa data tipe tanah Kabupaten Subang sumber dari Badan Pertanahan Nasioanal.

Gambar 2. Grid data yang digunakan dalam penelitian

Dengan pengelompokan data curah hujan CHIRPS grid untuk wilayah Kab.Subang hanya diperoleh empat lokasi yang memiliki perbedaan bentuk dan pola distribusi hujan tahunan,sedangkan lokasi lainya mendekati pada pola 1 sampai 4 di gambar 2. Oleh karena itu,telah terlihat bahwa lokasi 1-4 sama-sama memiliki pola hujan monsunal bentuk V dengan hujan minimum terjadi pada JJA (Juni,Juli,Agustus) dan hujan maksimum terjadi pada DJF (Desember,Januari,Februari). Untuk lokasi 1 dan 2 dekat dengan pantai umumnya puncak hujan tertinggi pada bulan Januari hal ini disebabkan oleh monsun pengaruh lautan sangat kuat,sedangkan lokasi 4 puncak hujan terjadi pada bulan maret hal ini karena lokasinya sekitar pegunungan vulkanik dengan hutan tropis yang masih dapat menyimpan cadangan air hingga pada bulan maret dan lokasi

SUBANG

CIANJUR

KARAWANG

BANDUNG

BEKASI

SUMEDANG

GARUT

INDRAMAYU

BANDUNG BARAT

PURWAKARTA

BOGOR

BANDUNG

MAJALENGKA

TASIKMALAYA

CIMAHI

WADUK CIRA

MAJALENGKACIAMIS

107.154336

107.154336

107.377909

107.377909

107.601482

107.601482

107.825055

107.825055

108.048628

108.048628

-7.1

7947

4

-7.1

7947

4

-6.8

7605

3

-6.8

7605

3

-6.5

7263

2

-6.5

7263

2

-6.2

6921

1

-6.2

6921

1

-5.9

6579

0

-5.9

6579

0

ISBN: 978-602-61045-4-0

Page 5: Aplikasi Remote Sensing Untuk Analisis Kesesuaian Iklim ......kencing, mual-mual, flu,wasir & kurang darah dan penyakit kulit (gatal-gatal, eksim & kudis) dapat diobati dengan diolesi

PROSIDING SNIPS 2018

127 9 – 10 Juli 2018

3 meskipun dekat pegunungan tapi wilayah ini telah dipenuhi banyak pemukiman sehingga pengaruh hutan tropis semakin tidak terlihat.

Tabel 3. Perhitungan Kategori iklim menurut untuk curah lokasi 1 J F M A M J J A S O S D JBB JBK JBL

2008 348 426 393 277 94 51 11 49 41 122 411 303 7 4 1 2009 342 331 253 194 233 85 24 0 13 108 335 220 8 3 1 2010 355 255 370 199 242 186 129 148 271 286 278 224 12 0 0 2011 157 119 220 294 147 115 47 5 5 117 278 230 9 3 0 2012 280 219 225 250 93 40 17 5 29 79 280 420 6 4 2 2013 433 256 444 322 246 137 245 48 6 98 152 423 9 2 1 2014 765 487 336 349 148 132 167 73 0 23 281 341 9 2 1 2015 330 370 258 220 104 21 6 14 3 10 314 295 7 5 0

Mean 376 308 312 263 163 96 81 43 46 105 291 307 8.375 2.875 0.75 Jumlah bulan Q= 34.33 C 67 23 6

Kriteria Kering Lembab Basah

Tabel 4. Perhitungan Kategori iklim menurut untuk curah lokasi 2 J F M A M J J A S O S D JBB JBK JBL

2008 428 471 410 284 74 42 11 35 30 102 370 388 7 4 1 2009 340 343 251 168 216 80 23 0 9 94 284 196 7 3 2 2010 319 250 376 229 236 194 142 139 272 229 269 242 12 0 0 2011 167 131 260 330 144 94 41 4 6 95 294 257 7 3 2 2012 326 207 231 235 90 40 13 6 23 65 286 428 7 4 1 2013 430 260 333 284 254 162 226 40 10 70 138 422 9 2 1 2014 799 446 333 311 176 118 159 62 1 18 246 350 9 2 1 2015 308 360 254 224 78 17 6 12 2 9 241 287 7 5 0

Mean 390 308 306 258 158 93 78 37 44 85 266 321 8.125 2.875 1 Jumlah bulan Q= 35.38 C 65 23 8

Kriteria Kering Lembab Basah

Tabel 5. Perhitungan Kategori iklim menurut untuk curah lokasi 3 J F M A M J J A S O S D JBB JBK JBL

2008 365 313 535 358 114 54 16 58 46 150 567 388 8 4 0 2009 304 320 360 210 252 100 36 1 29 184 368 233 9 3 0 2010 313 355 519 254 359 182 145 246 322 375 358 248 12 0 0 2011 123 150 279 433 201 150 51 8 16 165 365 298 9 3 0 2012 311 249 247 306 98 42 21 8 33 135 366 439 8 4 0 2013 434 345 515 418 320 154 247 55 21 145 191 488 10 2 0 2014 684 416 467 431 175 140 182 78 18 77 373 433 9 1 2 2015 362 391 424 290 148 29 9 19 3 28 426 362 7 5 0

Mean 362 317 418 338 208 106 88 59 61 157 377 361 9 2.75 0.25 Jumlah bulan Q= 30.56 B 72 22 2

Kriteria Kering Lembab Basah

Tabel 6. Perhitungan Kategori iklim menurut untuk curah lokasi 4 J F M A M J J A S O S D JBB JBK JBL

2008 509 314 532 331 102 44 15 42 36 126 514 526 8 4 0 2009 301 365 343 219 251 108 32 0 18 158 349 258 9 3 0 2010 342 331 530 283 355 192 154 169 297 306 321 247 12 0 0 2011 140 164 349 475 183 108 49 6 11 121 353 358 9 3 0 2012 321 241 276 309 93 45 16 8 27 90 358 456 6 4 2 2013 446 336 481 378 278 240 229 42 16 107 183 457 10 2 0 2014 709 444 414 394 189 118 174 64 1 35 336 437 9 2 1 2015 355 420 392 295 121 19 9 15 3 20 319 375 7 5 0

Mean 390 327 415 336 197 109 85 43 51 120 342 389 8.75 2.875 0.375 Jumlah bulan Q= 32.86 B 70 23 3

Kriteria Kering Lembab Basah

Dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa posisi 1 dan 2 bertipe C dekat dengan laut jawa,sedangkan 3 dan 4 bertipe B dekat dengan gunung tangkuban Parahu.

ISBN: 978-602-61045-4-0

Page 6: Aplikasi Remote Sensing Untuk Analisis Kesesuaian Iklim ......kencing, mual-mual, flu,wasir & kurang darah dan penyakit kulit (gatal-gatal, eksim & kudis) dapat diobati dengan diolesi

PROSIDING SNIPS 2018

128 9 – 10 Juli 2018

Gambar 3. Distribusi hujan musiman sepanjang tahun 2008-2015

a) b) c) d)

Gambar 4. Distribusi hujan musiman sepanjang tahun 2008-2015 yakni a)DJF, b)MAM, c)JJA dan d)SON

Warna balok biru pada gambar 3 merupakan curah hujan musiman DJF berkaitan dengan Gambar 4.a

yakni angin berhembus dari Asia menuju Australia dan suhu rendah di Asia( warna biru/tekanan Tinggi) dengan uap air yang banyak sehingga perioda ini disebut sebagai musim hujan. Warna oranye pada balok gambar 3 terkait dengan gambar 4.b yakni angin menjadi tak menentu arahnya wilayah subang diapit oleh suhu udara rendah di Asia dan Austalia dimana periode ini dikenal dengan perlaihan pertama dengan ciri curah hujan mulai menurun perbulan berikutnya dan warna balok merah pada gambar 3 berkaitan dengan gambar 4.c dimana angin berasal dari benua Australia yang kering sehingga terjadi rentang waktu musim kemarau. Kemudian balok kuning gambar 3 berkaitan dengan gambar 4.d yakni musim peralihan kedua dengan curah hujan mulai meningkat perbulan berikutnya.

a) b)

Gambar 5. Trend curah hujan rentang waktu tahun 2008-2015 Pada gambar 5 adalah plot curah hujan untuk 5a lokasi 1 mewakili dekat pantai dan 5b lokasi 3 mewakili

dekat dengan pegunungan telah memperlihatkan penurunan curah hujan dalam jangka perioda 2008-2015,dengan demikian ini jelas memperlihatkan efek perubahan iklim regional seperti MJO dan global

0

100

200

300

400

J F M A M J J A S O S D

Cura

h hu

jan(

mm

/bul

an)

Distribusi curah hujan bulanan lokasi 1

y = -0.1632x + 207.22

0

500

1000

2008

2008

2009

2009

2010

2010

2011

2012

2012

2013

2013

2014

2015

2015

Cura

h hu

jan(

mm

/bul

an)

Tahun

Curah hujan Pada Lokasi 1

y = -0.3497x + 250.59

0

500

1000

2008

2008

2009

2009

2010

2010

2011

2012

2012

2013

2013

2014

2015

2015

cura

h hu

jan(

mm

/bul

an)

Tahun

Curah hujan Pada Lokasi 3

ISBN: 978-602-61045-4-0

Page 7: Aplikasi Remote Sensing Untuk Analisis Kesesuaian Iklim ......kencing, mual-mual, flu,wasir & kurang darah dan penyakit kulit (gatal-gatal, eksim & kudis) dapat diobati dengan diolesi

PROSIDING SNIPS 2018

129 9 – 10 Juli 2018

(ENSO atau pemanasan global) sehingga akibat perubahan ini syarat tumbuh nanas pada satuan lahan di Kab.Subang menjadi bergeser.

Data Meteorologi dan Iklim-Curah hujan-Suhu udara

Data Peta tanah-Lereng-Karakteristik tanah

Peta Topografi-Relief-Elevasi

Karakteristik Lahan

Pencocokan(MATCHING)

Kesesuaian Lahan Nanas

ARAHANPENGGUNAAN

LAHAN

Penggunaan Lahan Aktual

Syarat Tumbuh Tanaman Nanas

Peta Tataguna Lahan

Gambar 6. Diagram alir metoda analisis kesesuaian pedo-agroklimat

Gambar 6 merupakan urutan pekerjaan penelitian yang diawali survey data dan peta iklim,peta tanah

dan peta topografi dari instansi pemerintah. Pengkategorian untuk media tanam dan iklim dilakukan dengan metoda pengharkatan,hasil ini di overlay dengan peta satuan lahan sehingga menghasilkan kesesuaian pedoklimat untuk komoditas nanas di Kab.Subang,lalu di overlay kembali dengan kondisi lahan actual sehingga diperoleh arahan penggunaan lahan kedepan. Satuan lahan merupakan hasil dari tumpang tindih (Overlay) beberapa peta, yaitu peta bentuk lahan, peta penggunaan lahan, peta jenis tanah dan peta kemiringan lereng,hasilnya terlihat pada gambar 7 yang dipakai untuk keperluan memperoleh peta kesesuaian lahan dan iklim untuk tanaman nanas [6].

ISBN: 978-602-61045-4-0

Page 8: Aplikasi Remote Sensing Untuk Analisis Kesesuaian Iklim ......kencing, mual-mual, flu,wasir & kurang darah dan penyakit kulit (gatal-gatal, eksim & kudis) dapat diobati dengan diolesi

PROSIDING SNIPS 2018

130 9 – 10 Juli 2018

Gambar 7. Satuan lahan untuk Kabupaten Subang

ISBN: 978-602-61045-4-0

Page 9: Aplikasi Remote Sensing Untuk Analisis Kesesuaian Iklim ......kencing, mual-mual, flu,wasir & kurang darah dan penyakit kulit (gatal-gatal, eksim & kudis) dapat diobati dengan diolesi

PROSIDING SNIPS 2018

131 9 – 10 Juli 2018

Gambar 8. Peta dari (a) Soil Organic Carbon, (b) Total Nitrogen,(c) pH,(d) Exchangeable (K, Ca, Mg, Na), (e) CEC;

(f) Base Saturation,(g) P2O5 dan (h) K2O sumber [6]

Gambar 9. Peta kesesuaian iklim dan lahan untuk tanaman nanas di Kabupaten Subang

Hasil pengharkatan satuan lahan,kesesuaian agroklimat dan peta media tanaman akan menghasilkan peta

kesesuaian lahan untuk tanaman nanas di Kab.Subang yang terlihat pada gambar 9 yakni bagian Selatan Kab Subang dengan dominan S1 warna hijau artinya sesuai untuk perkebuan nanas,di bagian utara Kab Subang S2 warna hijau muda memiliki faktor pembatas iklim agar nanas dapat tumbuh dan di bagian tengah didominasi oleh S3 warna oranye dan N warna putih memiliki faktor pembatas iklim dan tanah pada gambar 8 untuk peta media tanah (soil organic carbon, total Nitrogen,pH,Exchangeable (K, Ca, Mg, Na),CEC,Base Saturation,P2O5 dan K2O.

KESIMPULAN

Pengembangan dan kerentanan kebun nanas di Kabupaten Subang sangat tergantung pada perubahan iklim khususnya faktor MJO,ENSO dan pemanasan global dimana hasil perhitungan kecondongan regresi

ISBN: 978-602-61045-4-0

Page 10: Aplikasi Remote Sensing Untuk Analisis Kesesuaian Iklim ......kencing, mual-mual, flu,wasir & kurang darah dan penyakit kulit (gatal-gatal, eksim & kudis) dapat diobati dengan diolesi

PROSIDING SNIPS 2018

132 9 – 10 Juli 2018

curah hujan terhadap tahun untuk rentang waktu tahun 2008-2015 telah memperlihatkan penurunan curah hujan tahunan dengan gradien -0.16 untuk lokasi di Utara yang berdekatan laut Jawa dan -0.35 untuk lokasi di Selatan berdekatan dengan G.Tangkuban parahu. Distribusi curah hujan tahunan sangat dipengaruhi oleh sistem sirkulasi monsun Asia tenggara(musim hujan) dan Australia (musim kemarau),dengan demikian jika kehadiran monsun terlambat atau lebih cepat akan mempengaruhi produksi nanas di Kabupaten Subang.

Pada peta kesesuaian iklim untuk nanas di bagian Selatan Kab Subang memperlihatkan luas area S1 lebih dominan yang sesuai untuk perkebuan nanas sedangkan bagian Utara Kab Subang didominasi oleh kelas S2 memiliki faktor pembatas iklim agar nanas dapat tumbuh dan di bagian tengah didominasi S3 atau N yang memiliki kedua faktor pembatas iklim serta media tanaman (tanah).

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini. Makalah ini didanai oleh P3MI,Institut Teknologi Bandung 2018. REFERENSI 1. Elodie Dorey, Patrick Fournier, Mathieu Lechaudel and Philippe Tixier, Validity of the pineapple crop

model SIMPINA across the climatic gradient in Réunion Island, European Journal of Agronomy (2015) 2. Menouwesso h. Hounhouigan, anita r. Linnemann1,4, paul t.m. Ingenbleek, mohamed m. Soumanou,

hans c.m. Van trijp and martinus a.j.s. Van boekel, Effect of physical damage and storage of pineapple fruits on their suitability for juice production, Journal of Food Quality (2014)

3. Muhammad Afwan Hadi, Razali, dan Fauzi, Pemetaan status unsur hara fosfor dan kalium di perkebunan nanas (ananas comosus l. merr) rakyat desa panribuan kecamatan dolok silau kabupaten simalungun, Jurnal Online Agroekoteknologi (2014)

4. Soedarya. P., Budidaya Usaha Pengolahan Agribisnis Nanas. Pustaka Grafika. Bandung (2009) 5. Sutanto. R., Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Konsep dan Kenyataan. Kanisius. Yogyakarta (2005) 6. Widiatmaka, Wiwin Ambarwulan,Paulus B.K.Santoso,Supiandi Sabiham, Machfud, Muhammad

Hikmat, Remote sensing and land suitability analysis to establish local specific inputs for paddy fields in Subang, West Java, The 2nd International Symposium on LAPAN-IPB Satellite for Food Security and Environmental Monitoring 2015, LISAT-FSEM, Procedia Environmental Sciences (2015)

ISBN: 978-602-61045-4-0