Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
“Jamin Awak” Jamu Instan Temu lawak: Sebagai Inovasi Ragam
Penggunaan Jamu Tradisional guna Perawatan Kesehatan untuk
Indonesia Sehat
Ana Ulfatun Khoeriyah
Program Studi Sastra Daerah untuk Sastra Jawa Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sebelas Maret
Abstrak
Jamu termasuk dalam jenis ramuan minuman yang terbuat dari akar-akaran, daun-
daunan, dan sebagainya. Salah satu jenis akar yang dapat dibuat menjadi jamu adalah
temu lawak. Temu lawak (Curcuma xanthorrhiza roxb) termasuk jenis tanaman
rempah yang memiliki manfaat untuk meningkatkan nafsu makan, dan sebagai
antikolesterol, antiinflamasi, antianemia, antioksidan, dan antimikroba. Penelitian ini
bertujuan mengetahui ragam manfaat penggunaan jamu instan temu lawak untuk
kesehatan. Pengolahan temu lawak menjadi jamu instan melalui tahap pengeringan
dan penghancuran menggunakan alat sederhana. Temu lawak dalam bentuk jamu
instan mempunyai masa simpan lebih panjang daripada bentuk segar. Penggunaan
jamu instan temu lawak dalam perawatan kesehatan mempunyai efektivitas yang
tinggi, beberapa ragam penggunaan jamu instan temu lawak antara lain sebagai
seduhan untuk ganguan pencernaan, perawatan untuk kehamilan dan persalinan, serta
perawatan wajah sebagai antijerawat.
Kata kunci: efektif, jamu instan, manfaat, temu lawak
mailto:[email protected]
“Jamin Awak” Jamu Instan Temu lawak: As an Innovation in
Variety of Uses of Traditional Herb for Medical Treatment for
Healty Indonesia
Abstrack
Herbal medicine is a type of herb drink made from roots, leaves and so on. One type
of root that can be made into herbal medicine is Curcuma. Temu lawak or curcuma
(Curcuma xanthorrhiza roxb) is a rhizome herb that has medical benefits for
increasing appetite and as an anticholesterol, anti-inflammatory, antianemia,
antioxidant and antimicrobe. This study aimed to find out the various benefit of using
temu lawak instant herbal medicine for helath. Processing curcuma into instant
herbal medicine through the stages of drying and grinding using simple tools. Temu
lawak in from of instant herbal medicine has a longer shelf life compared to fresh
temu lawak. The use of instant temu lawak herbal medicine in health care has a high
effectiveness, some of the various uses of temu lawak instant herbal medicine include
medicine for digestion problem, care for pregnancy and childbirth, and facial care as
an anti-acne.
Keywords: effective, instant herbal medicine, benefit, Temu lawak,
Pendahuluan
Istilah “jamu” berasal dari bahasa Jawa Kuno “jampi” dan “usodo” yang berarti
penyembuhan dan pengobatan menggunakan ajian-ajian. Pada pertengahan abad (15-
16 M), istilah usodo jarang digunakan sedangkan istilah jampi semakin popular
dikalangan keraton. Kemudian sebutan “jamu” mulai diperkenalakan pada publik
oleh “dukun” atau tabib pengobatan tradisional. (Djojoseputro dalam Mudjijono dkk.,
2014).
Masyarakat Indonesia merupakan bagian dari keunggulan sumberdaya yang
ada. Hal ini salah satunya dapat dilihat dari kecerdasan dan keterampilannya
memanfaatkan hasil alam (tanaman) untuk kebutuhan hidup dan kesehatan.
Pembuatan dan penjualan jamu merupakan contoh nyata yang bersifat turun-temurun.
Hal ini sesuai dengan penjelasan bahwa masyarakat Indonesia secara turun-temurun
mengenal obat dari alam dan dibuat ramuan dalam bentuk jamu (Harmanto dalam
Abdullah, 2008).
Bagi masyarakat Indonesia, jamu tentu bukan hal yang asing dalam kehidupan
sehari-hari. Sebagian besar masyarakat mengkonsumsi jamu untuk keperluan tertentu,
misalnya mengobati penyakit, menjaga stamina tubuh, merawat kecantikan bahkan
untuk melangsingkan tubuh (Mudjijono dkk., 2014). Jamu merupakan bagian dari
budaya bangsa yang diwariskan oleh leluhur. Beberapa sumber menyebutkan
pemanfaatan tanaman tradisional pada zaman dahulu, hal ini dapat ditelusuri pada
relief Candi, Serat Centhini dan Serat Kawruh Bab Jampi-Jampi Jawi. (Aditama, T.,
2014).
Bahan utama dalam pengolahan jamu memanfaatkan dedaunan, batang, akar,
biji, dan buah atau tumbuhan obat termasuk rempah-rempah hasil bumi Indonesia.
Salah satu jenis tumbuhan obat yang bisa digunakan sebagai bahan utama pembuatan
jamu adalah temu lawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb).
Temu lawak merupakan salah satu jenis tanaman obat dari famili
Zingiberanceae, tanaman obat ini merupakan salah satu dari sembilan jenis tanaman
unggulan dari Ditjen POM yang memiliki banyak manfaat sebagai bahan obat.
Gambar 1: Tanaman Temu lawak. (Koleksi pribadi 2019)
Tinggi tanaman bisa mencapai 2 m. Rimpang terdiri atas rimpang induk
(emmpu) yang berbentuk jorong (gelendong) berwarna kuning tua atau cokelat
kemerahan (bagian dalam berwarna jingga cokelat) dan rimpang cabang yang keluar
dari rimpang induk, ukurannya lebih kecil dan tumbuh menyamping (warnanya lebih
muda) (Dalimartha 2000).
Pada era seperti sekarang ini, tuntutan kebutuhan manusia terhadap kehidupan
semakin banyak. Sebagai pemenuhan kebutuhan manusia yang banyak tersebut, maka
produk instan sangat efektif dan efisien. Contoh tingginya budaya konsumtif
masyarakat Indonesia terhadap budaya instan, bisa dilihat dari konsumsi mie instan
yang tertinggi kedua di dunia. “Mengacu pada laporan World Instant Noodles
Asosiation (WINA) konsumsi mie instan di seluruh dunia pada 2017 mencapai 100
miliar bungkus (porsi). Adapun konsumsi mie instan Indonesia mencapai 12,63 miliar
bungkus, menduduki urutan terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok” (Databoks,
2018). Hal tersebut menandakan peluang besar juga bagi jamu instan untuk
mengambil bagian dalam budaya instan tersebut.
Rimpang temu lawak biasanya diproses menjadi simplisia. Simplisia adalah
bahan baku alami yang biasa digunakan untuk membuat obat tradisional yang belum
mengalami pengolahan apapun kecuali pengeringan. Pengolahan rimpang temu lawak
menjadi simplisia relatif mudah, yakni rimpang-rimpang temu lawak dicuci bersih,
dikupas, dipanaskan, dan diiris melintang dengan tebal sekitar 0,6 cm, kemudian
irisan dikeringkan menggunakan sinar matahari ataupun menggunakan alat.
Rimpang temu lawak juga bisa dibuat menjadi jamu instan temu lawak.
Proses memproduksi jamu instan ini hanya menggunakan peralatan yang masih
sederhana yaitu blender untuk menghancurka bahan baku temu lawak, wajan untuk
mengkristalkan dan kompor untuk pemanasnya. Pembuatan jamu instan juga bisa
dilakukan dengan cara menggiling dan menghalusakan simplisia rimpang temu lawak
menggunakan alat. Temu lawak dalam bentuk jamu instan mempunyai masa simpan
lebih panjang daripada bentuk segar.
Tianjauan Teoritis
a. Jamu
Jamu adalah obat tradisional yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan, hewan dan
mineral dan atau sediaan galeniknya atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang
belum dibekukan dan dipergunakan dalam upaya pengobatan berdasarkan
pengalaman. Bentuk sediaan berwujud sebagai serbuk seduhan, rajangan untuk
seduhan dan sebagainya. Istilah penggunaannya masih memakai pengertian
tradisional seperti galian singset, sekalor, pegel linu, tolak angin dan sebagainya,
sedangkan fitofarmaka adalah sedian obat yang telah dibuktikan keamanannya dan
khasiatnya, bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan ganelik yang telah
memenuhi persyaratan yang berlaku (Sumarny, 2002).
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, suatu penelitian kesehatan
berskala nasional yang diselenggarakan Badan Penelitian dan Pegembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan, menunjukan bahwa 30,4% rumah tangga di
Indonesia memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional, diantaranya 77,8% rumah
tangga memanfaatkan jenis pelayanan kesehatan tradisional keterampilan tanpa alat,
dan 49,0% rumah tangga memanfaatkan ramuan. Sementara itu, Riskesdas 2010
menujukan 60% penududuk Indonesia diatas usia 15 tahun menyatakan pernah
minum jamu, dan 90% diantaranya menyatakan adanya manfaat minum jamu
(Aditama, T., 2014).
b. Kekayaan Budaya Nusantara
Jamu dan tanaman obat merupakan salah satu kekayaan budaya nusantara yang
penting. Kekayaan bangsa ini diselaraskan dengan Strategi global dalam
pengembangan pelayanan kesehatan tradisional tertuang dalam WHO Traditional
Medicine Strategy 2014-2023 yang menekankan pada:
1. Pegembangan kebijakan nasional berbasis pengetahuan dalam mengelola
“T and CM”, yaitu sebagai T (Traditional Medicine) and CM
(Complementary Medicine);
2. Memperkuat pelaksanaan regulasi pada produk, praktik dan pelakunya
untuk menjamin khasiat, kualitas, dan keamanan;
3. Mendorong implementasi universal health coverage dengan
mengintegrasikan T and CM ke dalam pelayanan kesehatan dan asuhan
kesehatan mandiri. (Aditama, T., 2014).
c. Rimpang Temu Lawak
Akar rimpang temu lawak terbentuk dengan sempurna dan bercabang kuat,
berwarna hijau gelap. Rimpang induk dapat memiliki 3-4 buah rimpang. Warna kulit
rimpang cokelat kemerahan atau kuning tua, sedangkan warna daging rimpang oranye
tua atau kuning. Rimpang temulawak terbentuk di dalam tanah pada kedalaman
sekitar 16 cm. tiap rumpun umumnya memiliki 6 buah rimpang tua dan 5 buah
rimpang muda. Rimpang temu lawak sangat berkhasiat untuk antiradang, anti
keracunan empedu, penurunan kadar kolesterol, diuretic (peluruh kencing), penambah
ASI, tonikum, dan penghilang nyeri sendi (Parahita, 2007)
Rimpang temu lawak digunakan sebagai obat kejang, jerawat, malaria, diare,
kurang nafsu makan, kurang darah, cacar air, radang lambung, getah empedu
terganggu, cacingan, mengatasi air susu yang kurang, eksema, sembelit, kencing
darah,radang ginjal, demam kuning, pelepas gas dalam perut, dan anti-HIV. Rimpang
temu lawak megandung mintak asiri, kurkuminoid, lemak, resin, dan serat (Hermani
dan Syukur et all, 2001)
Tabel 1. Komposisi gizi temulawak.
Kandungan Nilai (%)
Air 13,98
Minyak astiri 3,81
Pati 41,45
Serat 12,62
Abu 4,62
Abu tak larut asam 0,56
Sari dalam alkohol 9,48
Sari salam air 10,90
Kurkumin 2,29
Sumber: Said 2007.
d. Jamu Instan
Instan adalah sediaan jamu yang siap dikonsumsi dengan penambahan air
matang atau air mendidih. Jamu instan adalah jamu dalam bentuk instan yang siap
diminum dengan menambahkan air matang sesuai dengan aturannya. Jamu instan
merupakan jenis jamu yang dimaksudkan untuk digunakan dalam mengurangi,
menghilangkan dan menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit (Anonim, 1985).
Metode Penelitian
Materi yang ditulis ringkas, bahan yang diteliti, metode penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik pengolahan data.
Rimpang temu lawak yang akan diolah menjadi jamu instan serbaguna
melalui beberapa tahapan antara lain pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi
kering, penggilingan, pengayakan, ekstraksi, dan pengemasan. Bahan utama yang
digunakan dalam penelitian ini adalah rimpang temu lawak.
Teknik pengumpulan data digunakan dalam penelitian ini antara lain :
Studi pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh dan mengumpulkan data baik berupa
material, manfaat bahan, dan proses pengolahan yang ada di perpustakaan, seperti
buku-buku, majalah, jurnal, dokumen, dan lain sebagainya. Kegiatan studi pustaka
yang dilakukan sebelum penelitian berfungsi untuk memperoleh data dan informasi
guna menunjang penelitian.
Wawancara
Metode wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan
pertanyaan umum mengenai objek penelitian. Wawancara dilakukan pada setiap
pedagang yang menjual simplisia dan temu lawak di pasar.
Teknik pengolahan data yang dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
menganalisis data secara deskriptif dan didukung dengan penyajian data dalam
bentuk tabel dan bagan.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
A. Pengolahan Rimpang Temu Lawak Menjadi Jamu Instan
Teknik pengolahan rimpang temu lawak terdiri dari proses sortasi, pencucian,
penjemuran/penirisan, pengirisan/perajangan, dan pengolahan lebih lanjut menjadi
berbagai produk/diversifikasi produk (Anonim, 2009).
1. Pencucian
Pencucian bertujuan menghilangkan kotoran-kotoran dan mengurangi
mikroba-mikroba yang melekat pada bahan. Pencucian harus segera dilakukan
setelah panen karena mempengaruhi mutu bahan. Pencucian menggunakan air
bersih seperti air dan mata air, sumur atau PAM. Penggunaan air kotor
menyebabkan jumlah mikroba pada bahan tidak akan berkurang bahkan akan
bertambah. Perlu diperhatikan bahwa pencucian harus dilakukan dalam waktu
yang sesingkat mungkin untuk menghindari laut dan terbuangnya zat yang
terkandung dalam bahan.
Gambar 2: Pencucian Rimpang Temu lawak (Koleksi pribadi 2019)
2. Perajangan
Perajangan dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan,
pengemasan dan penyimpanan. (Sembiring, 2007) Ukuran perajangan sangat
berpengaruh pada kualitas bahan simplisia. Perajangan dapat dilakukan
dengan alat pemotong manual dengan ketebalan 2-3 mm. Jika perajangan
terlalu tipis dapat menambah kemungkinan berkurangnya zat yang terkandung
dalam simplisia. Sebaliknya, jika terlalu tebal maka kandungan air dalam
simplisia akan sulit dihilangkan. Apabila simplisia sulit dikeringkan
atauhanya kesring di bagian permukaan maka akan mudah busuk atau rusak.
Gambar 3: Perajangan Rimpang Temu lawak (Koleksi pribadi 2019)
3. Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan untuk mendapatkan simplisa yang tidak
mudah rusak sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dalam
peoses ini, kadar air dan reaksi-reaksi zat dalam simplisia akan berkurang
sehingga dapat menghindari penurunan atau kerusakan kualiras simplisa.
Untuk mengetahui kadar air simplisia tersebut secara manual dapat dilihat dari
warna yang mulai berubah menjadi kuning, jingga atau cokelat yang mudah
dipatahkan. Waktu pengeringan simplisia bervariasi tergantung ketebalan
simplisia. Metode pengeringan simplisia dapat dilakukan dengan bantuan
sinar matahari atau dengan alat pengering atau oven.
1) Pengeringan dengan bantuan sinar matahari
Metode pengeringan ini merupakan cara yang paling mudah dan
murah. Caranya adalah dengan membiarkan bahan simplisia terhahampar
secara merata di udara terbuka di atas alas yang tersedia seperti plastik,
tikar atau tampah.
2) Pengeringan dengan bantuan alat pengering
Dengan alat pengering dapat diperoleh simplisia dengan mutu yang
lebih baik karena pengeringan akan lebih merata dan stabil serta waktu
pengeringan akan lebih cepat.
Gambar 4: Pengeringan Rimpang Temu lawak (Koleksi pribadi 2019)
4. Sortasi
Sortasi dilakukan guna memisahkan benda-benda asing seperti bagian
tanaman yang tidak diinginkan dan pengotor lain yang masih ada dan
tertinggal pada simplisia. Kreteria penyortiran simplisa temu lawak
berdasarkan warna yaitu merah bata, apabila dipatahkan berwarna orange
cerah dengan aroma segar.
5. Penggilingan
Penggilingan dalam bentuk sederhana bisa dilakukan menggunakan
blender. Penggilingan lain menggunakan mesin, penggunaan mesin dilakukan
sesuai dengan tipe produk yang akan dibuat.
6. Pengayakan
Pengayakan atau penyaringan adalah proses penyaringan simplisia
yang sudah digiling untuk memperoleh ukuran yang seragam.
7. Ekstraksi
Penyaringan (ekstraksi) adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larue
dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Pemilihan cairan
didasarkan pada zat aktif yang terkandung pada bahan tersebut (Anonim,
1986).
Kurkumin merupakan senyawa aktif dari Curcuma xantharrhiza Roxb
yang termasuk kedalam golongan senyawa fenol adalah dengan pemekatan
ekstrak tumbuhan dalam etanol-air (Harborne, 1987).
8. Jamu Instan Temu lawak
Hasil dari pengolahan rimpang temu lawak mulai dari pencucian
hingga ekstraksi menghasilkan jamu serbuk instan temu lawak yang bisa
khasiatnya bisa menyembuhkan berbagai penyakit.
Rimpang Temu lawak
Pencucian
Perajangan
Pengeringan
Sortasi
Gambar 5. Tahap pembuatan jamu instan temu lawak.
B. Ragam Penggunaan Jamu Instan Temu lawak
Jamu merupakan obat yang diolah dari akar-akaran dan daun-daunan, segala
jenis olahan yang terbuat dari akar dan daun tumbuhan bisa disebut jamu jika
digunakan sebagai pengobatan. Berikut beberpa ragam penggunaan yang bisa
diterapakan menggunakan jamu instan temu lawak.
1. Seduhan Jamu Instan Temu lawak
Produk jamu instan temu lawak bisa dikonsumsi dengan cara diseduh,
bubuk ini mudah larut dalam air dingin maupun air panas.
Cara membuat seduhan jamu ini yaitu dengan menuangkan satu
sendok makan jamu instan ke dalam gelas, larutkan menggunakan air
sebanyak 200ml, aduk hingga merata, supaya tidak pekat dan pahit bisa
menggunakan madu, gula jawa dan jeruk nipis.
Khasiat yang ditimbulkan dari meminum seduhan jamu ini antara lain
menyembuhkan gangguan penderita perut kembung, ganguan pencernaan,
dan nafsu makan yang rendah. Selain bisa mengatasi bermacam ganguan
pada perut, seduhan temu lawak ini bisa dikonsumsi saat hamil, dengan
mengkonsumsi seduhan ini bisa membantu merawat kehamilan baik ibu
maupun janin dalam kandungan sehingga tetap sehat dan bisa
memudahkan persalinan.
Penggilingan
pengayakan
ekstraksi
Jamu Instan
2. Jamu Instan untuk Jamu Bersalin (dioleskan)
a. Pilis
Banyaknya darah yang keluar saat persalinan membuat wanita kerap
pusing dan mata berkunang. Ramuan pilis menyerupai bentuk parem,
dan dalam pemakaiannya ditempelkan dikening, tepatnya diatas alis
kiri dan alis kanan. Bahan campuran membuat pilis salah satunya
temu lawak yang dicampur dengan kencur, kunir dan sedikit madu.
Pilis ini baik digunakan sehabis mandi sore. Manfaat pilis untuk
melancarkan peredaran darah di bagian kepala dan menajamkan indera
penglihatan dan menghilangkan pusing.
b. Parem Atas dan Bawah
Perawatan usai persalinan salah satunya menggunakan parem temu
lawak. Cara penggunaannya dengan mencampurkan serbuk jamu
instan temu lawak diletakan didalam cawan dan direndam dengan air
hangat kuku, selanjutnya diusapkan/digosokan ke bagian yang
dibutuhkan. Khasiat dan manfaat parem atas dan bawah adalah untuk
menghilangkan letih, mengencangkan perut dan otot-otot.
Melancarkan peredaran darah karena 9 bulan membengkak, mencegah
timbulnya warises, dan menghilangkan nyeri dan pegel-pegel.
c. Cebokan
Ramuan ini digunakan untuk mengatasi gatal-gatal yang disertai
keputihan, membersihkan vagina dan mengatasi bau yang tidak sedap.
Ramuan ini dibuat dengan rebusan serbuk jamu instan temu lawak
dicampur menggunakan daun sirih, kemudian ditunggu hingga dingin
selanjutnya disaring kemudian bisa untuk digunakan.
3. Jamu Instan Temu lawak untuk Kecantikan
Temu lawak (Curcuma xanthorriza Roxb) merupakan salah satu tanaman
obat yang memiliki banyak kegunaan antara lain sebagai antibakteri,
senyawa aktif yang berperan sebagai anti bakteri adalah xantorizol. Temu
lawak mengandung kurkumin yang memiliki aktivitas antioksidan tinggi
tetapi aktivitas antibakterinya rendah, antioksidan menunjukan bahwa
temu lawak memiliki potensi mencegah radikal bebas, sedangkan
antibakteri menunjukan bahwa temu lawak bisa menghambat bahkan
membunuh bakteri penyebab jerawat. Temu lawak juga aman bagiu kulit
karena tidak menyebabkan iritasi (Tilaar et al. 2008)
Gambar 6: Pembuatan Ramuan Masker Tepung Beras, Temu lawak, air
dan aloevera (Koleksi pribadi 2019)
Pembuatan masker temu lawak dengan mencampurkan tepung beras,
sedikit bubuk jamu instan temu lawak dengan madu, atau menggunakan
ekstrak lidah buaya (aloevera gel). Madu memiliki kandungan antiseptik
dan antiradang yang berguna untuk mencegah jerawat dan menyamarkan
bekas jerawat. Ekstak lidah buaya memberikan kelembutan dan
melembabkan wajah.
Kesimpulan
Temu lawak berpeluang digununakan sebagai bahan utama dalam pembuatan jamu
instan, mengingat khasiatnya yang amat banyak maka pengubahan pengolahan jamu
temu lawak dari tradisional menjadi instan sangat diperlukan guna efisiensi dalam
pengobatan.
Jamu instan temu lawak ini bisa digunakan sebagai inovasi ragam penggunaan
jamu tradisional seperti seduhan untuk mengatasi perut kembung dan gangguan
pencernaan, jamu perawatan hamil dan melahirkan hingga diolah menjadi ramuan
perawatan kecantikan.
Saran
Perlu dilakakukan pengembangan dalam pengolahan temu lawak menjadi jamu instan
baik dari segi peralatan yang lebih canggih dan higenis untuk menghasilkan produk
yang terhindar dari bakteri.
Daftar Pustaka
Aditama T. 2014. Jamu dan Kesehatan. Badan Litbang Kesehatan Kementrian
Kesehatan RI
Anonim. 2009. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza roxb).
http://www.aagos.ristek.go.id/pertanian.temulawak.pdf. Diakses pada
30/03/2019
http://www.aagos.ristek.go.id/pertanian.temulawak.pdf
Dalimartha, S. 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Cetakan 1. Jilid 2. Trubus
Agriwidya, Jakarta. 214 hlm.
Djojoseputro dalam Mudjijono dkk. 2014. Kearifan Lokal Orang Madura Tentang
Jamu untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai
Budaya.
Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia. Edisi Ke-2. Padmawinata K, Soedira L,
penerjemah; Bandung: Penerbit ITB. Terjemahan dari: Phytochemical
Method.
Mudjijono dkk. 2014. Kearifan Lokal Orang Madura Tentang Jamu untuk Kesehatan
Ibu dan Anak. Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya.
Parahita LM 2007. Curcuma xanthorrhiza (Temulawak) Morfologi, Anatomi dan
Fisiologi http://touisa.multiply.com/journal/item/240/curcuma_xanthorriza
_temulawak_-_Morfologi_Anatomi_dan_Fisiologi.htm. Diakses pada
27/3/2019
Sembiring. 2007. Teknologi Penyiapan Simplisia Terstandar Tanaman Obat.
http://ejurnal.litbang.pertanian .go.id/index.php/article/view/. Diakses pada
30/3/2019
Sumarny, R.2002. Paradigma Pengobatan Kanker.
http://www.rudyct.tripod.com/sem2_012/ros.sumarny.htm. 30/3/2019
Syukur, C. dan Hermani, 2001. Budidaya Tanaman Obat Komersial.
Bogor:PT.Penebar Swadaya
Tilaar M, dkk,. 2008. [Prosiding Simposium Internasional Pertama Temulawak].
Bogor: IPB International Convention Center (IICC). Dikutip 27 Maret 2019
dari http://repository.ipb.ac.id
http://touisa.multiply.com/journal/item/240/curcuma_xanthorriza%20_temulawak_-_Morfologi_Anatomi_dan_Fisiologi.htmhttp://touisa.multiply.com/journal/item/240/curcuma_xanthorriza%20_temulawak_-_Morfologi_Anatomi_dan_Fisiologi.htmhttp://www.rudyct.tripod.com/sem2_012/ros.sumarny.htmhttp://repository.ipb.ac.id/