80
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut definisi World Health Organization (WHO) kematian maternal ialah kematian seorang wanita hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun. Terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan untuk mengakhiri kehamilan. Di negara-negara miskin dan sedang berkembang, kematian maternal berkisar 750-1000 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan di negara-negara maju kematian maternal berkisar antara 5-10 per 100.000 kelahiran hidup (Prawihardjo, 2010). Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih termasuk yang tinggi disbanding Negara-negara. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2010, Angka Kematian Ibu (AKI) tercatat mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup. Masalah ini tentu perlu untuk mendapat perhatian khusus dari 1

Antri Wirana Baru_edit

Embed Size (px)

DESCRIPTION

n

Citation preview

Page 1: Antri Wirana Baru_edit

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut definisi World Health Organization (WHO) kematian maternal

ialah kematian seorang wanita hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya

kehamilan oleh sebab apapun. Terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan

untuk mengakhiri kehamilan. Di negara-negara miskin dan sedang

berkembang, kematian maternal berkisar 750-1000 per 100.000 kelahiran

hidup. Sedangkan di negara-negara maju kematian maternal berkisar antara 5-

10 per 100.000 kelahiran hidup (Prawihardjo, 2010).

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih termasuk yang tinggi

disbanding Negara-negara. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan

Indonesia (SDKI) 2010, Angka Kematian Ibu (AKI) tercatat mencapai 359

per 100.000 kelahiran hidup. Masalah ini tentu perlu untuk mendapat

perhatian khusus dari seluruh pihak baik pemerintah, sector swasta, maupun

masyarakat mengingat bahwa Target Millenium Development Goals

(MDGS)tahun 2015 yaitu AKI menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup

(SDKI, 2012).

AKI di Sumatera Selatan tahun 2012 sebesar 148 per 100.000 kelahiran

hidup sedangkan pada tahun 2011 AKI di Sumatera Selatan sebesar 131 per

100.000 kelahiran hidup (Profil Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinkes

Provinsi Sumatera Selatan, 2012)

1

Page 2: Antri Wirana Baru_edit

2

Sedangkan di Kota Palembang AKI dilaporkan pada tahun 2012 yaitu 13

per 29.451 kelahiran hidup, Berdasarkan data Dinkes Kota Palembang jumlah

kematian ibu tahun 2013 masih dibawah angka nasional untuk RPJMN

(Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) tahun 2014 (118 per

100.000 kelahiran hidup). Ada 13 kasus kematian ibu dari 29. 911 kelahiran

hidup, penyebab kematian terbanyak adalah pre-eklampsi berat (31%) .

diikuti oleh hipertensi dalam kehamilan (23%). Penyebab kematian ibu

lainnya adalah perdarahan (15%), syok hipovolemik (8%) , persalinan lama

(8%) dan lain-lain (15%) (Profil Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinkes

Kota Palembang, 2013)

Sampai saat ini penyebab kasus KPSW belum diketahui secara pasti,

tetapi berbagai penulis menyebutkan beberapa faktor predisposisi,antara lain:

Faktor selaput ketuban. Faktor infeksi. Faktor perubahan tekanan intra uterine

yang mendadak. Faktor yang berhubungan dengan kebidanan dan

ginekologi,seperti: multi gravida. Pernah mengalami KPSW pada persalinan

yang lalu, hamil ganda, hindramnion, perdarahan antepartum, malposisi,

disproporsi, sefalo-pelvik,umur lebih dari 35 tahun, trauma vagina. Faktor

sosial ekonomi yang rendah seperti: defisiensi gizi,vit C. Faktor

antagonismus golongan darah A, B, O. Faktor merokok. dan faktor

keturunan.

Dari Data Rumah Sakit Bhayangkara Palembang, yang mana pada

tahun 2014 dari mulai Januari sampai Oktober terdapat 95 orang yang

Page 3: Antri Wirana Baru_edit

3

menderita KPSW. KPSW adalah masalah yang menduduki pringkat kedua

dari rekapitulasi 10 besar Obstetri di Kebidanan tahun 2014.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengambil

kasus dengan judul Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Ny. ”R” dengan

KPSW di Ruang KEBIDANAN Rumah Sakit Bhayangkara Palembang

Tahun 2014.

1.2. Rumusan masalah

Bagaimana penerapan Asuhan Kebidanan pada ibu Bersalin Ny.“R”

G2P1A0 Dengan Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW) di Ruang

KEBIDANAN Rumah Sakit Bhayangkara Palembang Tahun 2014?

1.3.Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan Umum

Agar mahasiswa mengetahui dan mampu melakukan Asuhan

Kebidanan pada ibu hamil Ny “R” dengan KPSW di Ruang

Kebidanan Rumah Sakit Bhayangkara Palembang Tahun 2014.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Agar mahasiswa dapat mengumpulkan semua data yang di

butuhkan untuk menilai keadaan klien secara

keseluruhan/komprehensif pada ibu hamil Ny. “R” dengan

KPSW.

Page 4: Antri Wirana Baru_edit

4

2. Agar mahasiswa dapat menginterpretasikan data untuk

mengidentifikasi diagnosis masalah pada ibu hamil Ny.”R” dengan

KPSW.

3. Agar mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosis/masalah

potensial dan mengantisipasi penanganannya pada ibu hamil

Ny.”R” dengan KPSW.

4. Agar mahasiswa dapat menetapkan kebutuhan terhadap tindakan

segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta

rujukan berdasarkan kondisi klien ibu hamil Ny. “R” dengan

KPSW.

5. Agar mahasiswa dapat menyusun rencana asuhan secara

menyeluruh dengan tepat,rassional berdasarkan keputusan yang di

buat pada langkah-langkah selanjutnya pada ibu hamil Ny. “R’

dengan KPSW.

6. Agar mahasiswa dapat melaksanakan asuhan yang efisien dan

aman pada ibu hamil Ny. “R’ dengan KPSW.

7. Agar mahasiswa dapat mengevaluasi keefektifan asuhan yang di

berikan dengan mengulang kembali penatalaksanaan proses untuk

aspek-aspek yang tidak efektif pada ibu hamil Ny. “R’ dengan

KPSW.

Page 5: Antri Wirana Baru_edit

5

1.4. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Waktu :

Pengambilan data dan pengkajian data asuhan kebidanan pada ibu

hamil Ny. “R” dengan KPSW di lakukan pada tanggal 14 Desember 2014.

Tempat :

Asuhan Kebidanan pada ibu hamil Ny.”R” dengan KPSW di lakukan di

Ruang Kebidanan Rumah Sakit Bhayangkara Palembang.

1.5. Metode Penulisan

Penulisan pada laporan study kasus ini menggunakan metode narasi

yang menceritakan kejadian sesuai dengan pemantauan perkembangan yang

terjadi pada Ny.”R” selama kehamilan,persalinan,nifas,sampai bayi baru lahir

secara kronologis sesuai dengan keadaan pada laporan study kasus ini juga

penulis menerapkan manajemen Asuhan Kebidanan dengan metode SOAP.

1.6. Hasil yang Diharapkan

1.6.1 Bagi Instansi Rumah sakit

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi

Rumah Sakit untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan

serta mencegah dan mengatasi masalah kejadian KPSW sebagai upaya

untuk menurunkan angka kejadian KPSW di Rumah Sakit

BhayangkaraPalembang.

1.6.2 Bagi Institusi Pendidikan

Page 6: Antri Wirana Baru_edit

6

Diharapkan dapat menambah keperpustakaaan dan pengetahuan

serta untuk meningkatkan mutu pendidikan bagi mahasiswa programD

III Akademik Kebidanan Budi Mulia Palembang.

1.6.3 Bagi Mahasiswa

Diharapkan untuk terus-menerus mengasah keterampilan dalam

Asuhan Kebidanan pada Ibu hamil dengan KPSW selama proses

pembelajaran di Kampus maupun di lahan praktek, dengan

pendokumentasian untuk Asuhan Kebidanan pada ibu hamil dengan

KPSW.

Page 7: Antri Wirana Baru_edit

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gambaran Umum Rumah Sakit

2.1.1. Lokasi RS Bhayangkara Palembang

Rumah Sakit Bhayangkara Palembang adalah Rumah Sakit

yang diklasifikasikan sebagai Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat III,

yang sekurang-kurangnya mampu memberikan pelayanan kesehatan 11

(sebelas) Spesialis Dasar,antara lain :Spesialis Penyakit

Dalam,Spesialis Bedah Umum, Spesialis Kesehatan Anak,Spesialis

Anesthesi,Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan,Spesialis Gigi

dan Mulut,Spesialis Kesehatan Jiwa,Spesialis Syaraf, Spesialis THT,

Spesialis Mata, Spesialis Kulit dan Kelamin.

2.1.2. Visi, Misi dan Motto

VISI

Terwujudnya Pelayanan Prima Yang Terstandarisasi Dan Sebagai Pusat

Pelayanan Terpadu Kecelakaan Lalu Lintas Terbaik Di Sumatera

Selatan.

MISI

1. Meningkatkan taraf kesehatan anggota polri, pns dan keluarga serta

masyarakat pada umumnya.

2. Memberikan pelayanan kesehatan yang profesional dan prima.

3. Memberikan pelayanan terpadu kecelakaan lalu lintas paripurna.

4. Penerapan manajemen “bebas biaya” secara bertahap bagi anggota

dan pns polri beserta keluarga.

Page 8: Antri Wirana Baru_edit

8

5. Mendukung tugas operasional kepolisian di polda sumsel secara

proaktif.

6. Meningkatkan mutu sumber daya manusia.

MOTTO

1. Kami Memberikan pelayanan yang terbaik dengan hati nurani

2. Senyum

3. Salam

4. Sapa

5. Sopan, dan

6. Santun

2.1.3. Fasilitas dan pelayanan Rumah Sakit Bhayangkara Palembang

a.Fasilitas

1. Instalasi Gawat Darurat (IGD) 24 jam

2. Farmasiatau Apotek 24 jam

3. Rawat Jalan atau Poliklinik spesialis

4. Bedah

5 HCU

7. RekamMedik

8. Radiologi

9. Laboraturium

13. Medical Check Up

14. ECG dan EEG

15. USG

18. CT-Scan

Page 9: Antri Wirana Baru_edit

9

b. Pelayanan

Pelayanan Rawat Jalan (Spesialis) :

1. Poliklinik Spesialis Bedah

2. Poliklinik Spesialis Dalam

3. Poliklinik Spesialis Kebidanan dan Kandungan

4. Poliklinik Spesialis Anak

5. Poliklinik Spesialis Mata

6. Poliklinik Spesialis THT

7. Poliklinik Spesialis Kulit dan Kelamin

8. Poliklinik Spesialis Saraf

9. Poliklinik Spesialis Jantung

10. Poliklinik Gigi

Pelayanan Rawat Inap

1. Perawatan VVIP dan VIP

2. Perawatan Kelas I,II,II

3. Perawatan Anak pipit 1 dan 2

4. Perawatan HCU

5. Perawatan Kebidanan

6. Perawatan Neonatus

Pelayanan Penunjang

1. Instalasi Laboratorium

2. Instalasi Radiologi

3. Instalasi Bedah

Page 10: Antri Wirana Baru_edit

10

4. Instalasi Farmasi (Apotek)

5. Instalasi Gizi

6. Instalasi Laundry

7. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPS RS)

8. Instalasi Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan

9. Kasir

10. Rekam Medik

2.2. Tinjauan Teori

2.2.1. Definisi Kehamilan

Persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan plasenta)

yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui

jalan lahir atau melalui jalan lain,dengan bantuan atau tanpa bantuan

( kekuatan sendiri). Proses ini di mulai dengan adanya kontraksi

persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara

progresif dan di akhiri dengan kelahiran plasenta (Sulistyawati, 2013).

Persalinan adalah proses pengeluaran asil konsepsi (janin dan

plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan

melalui jalan lair atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa

bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini dimulai dengan adanya

kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan perubaan seriks seara

progresif dan diakiri dengan kelairan plasenta (Sulistyawati, 2013).

Page 11: Antri Wirana Baru_edit

11

2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengarui Persalinan

a. Jalan lintas (passage) adalah ukuran dan tipe

panggul,kemampuan serviks untuk membuka,kemampuan

kanalis vaginalis dan introitus vagina untuk memanjang.

b. Tenaga atau kekuatan (power) adalah adanya his (kontraksi

uterus), kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma

pelvis, ketegangan, kontraksi ligamentum rotundum,

efektivitas kekuatan mendorong dan lama persalinan.

c. Janin (passanger) adalah letak janin, posisi janin, presentasi

janin dan letak plasenta ( Sulistyawati, 2013 ).

2.2.3 Tanda dan Gejala Persalinan

1. Lightening atau settling atau dropping, yaitu kepala turun

memasuki pintu atas panggul. pada primigravida terjadi

menjelang minggu ke-36. Lightenig di sebabkan oleh :

a. Kontraksi braxton hicks;

b. Ketegangan dinding perut;

c. Ketegangan ligamentum rotumdum;

d. Gaya berat janin.

Masuknya kepala ke dalam panggul dapat dirasakan oleh wanita

hamil dengan tanda-tanda sebagai berikut :

a. Terasa ringan dibagian atas dan rasa sesak berkurang

b. Dibagian bawah terasa penuh dan mangganjal

c. Kesulitan berjalan

Page 12: Antri Wirana Baru_edit

12

d. Sering berkemih

2. Terjadinya his permulaan

His permulaan ini sering di istilahkan sebagai his palsu dengan

ciri-ciri sebagai berikut

a. Rasa nyeri ringan dibagian bawah

b. Datang tidak teratur

c. Tidak ada perubahan pada serviks atau tidak ada tanda-

tanda kemajuan Persalinan

d. Durasi pendek

e. Tiada bertambah bila beraktivitas (Sulistiyawati, 2013).

2.2.4 Sebab Mulanya Persalinan

Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti,

sehingga menimbulkan beberapa teori yang berlaku berkaitan

dengan mulainya terjadi kekuatan his. Ada dua hormon yang

dominan mempengaruhi  kehamilan, yaitu :

a. Estrogen

Berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot rahim serta

memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti

rangsangan oksitosin, prostaglandin, dan mekanis.

b. Progesteron

Berfungsi untuk menurunkan sensitivitas otot rahim,

menghambat rangsangan oksitosin, prostaglandin, dan mekanis,

serta menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.

Page 13: Antri Wirana Baru_edit

13

2.2.5 Beberapa teori yang menyatakan kemungkinan proses

persalinan :

1. Teori keregangan

a. otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas

tertentu.

b. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga

persalinan dapat dinilai.

c. Contohnya pada hamil ganda sering terjadi kontraksi setelah

keregangan tertentu sehingga menimbulkan proses

persalinan.

2. Teori penurunan progesteron

a. proses penurunan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28

minggi, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh

darah mengalami penyempitan..

b. Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot

rahim lebih sensitif terhadap oksitosin.

c. Akibatnya otot rahim mulai kontraksi setelah tercapai

tingkat penurunan progesteron tertentu..

3. Teori oksitosin internal

a. Perubahan keseimbangan produksi estrogen dan

progesteron dapat mangubah sensitifitas otot rahim

sehingga terjadi kontraksi Broxton hicks.

Page 14: Antri Wirana Baru_edit

14

b. Menurunya konsentrasi progesteron akibat tuanya

kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktifitas

sehingga persalinan dapat dimulai.

4. Teori prostaglandin

a. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan

kontraksi otot rahim sehingga hasil konspsi dikeluarkan.

b. Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya

persalinan..

c. Prostagladi yang dihasilkan oleh desidua disangka sebagai

salah satu penyebab permulaan persalinan.

2.2.6 Mekanisme Persalinan

His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks

membuka dan mendorong janin ke bawah. Pada persentasi kepala,

bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun dan mulai masuk ke

dalam rongga panggul..

Mekanisme jalan lahir menurut (Sulistyawati, 2013) di antaranya

adalah:

1. Penurunan (Kepala masuk PAP)

masuk melintasi pintu atas panggul (promontorium),

sayap sacrum, linea inominata, ramus superiorost pubis dan

pinggir atas simpisis) dengan sutura sagitalis melintang, dalam

Page 15: Antri Wirana Baru_edit

15

sinklitismus arah sumbuh kepala janin tegak lurus dengan bidang

pintu atas panggul.dapat juga terjadi keadaan :

a. Asinklitismus anterior adalah arah sumbu kepala membuat

sudut lancip kepan dengan pintu atas panggul.

b. Asinklitismus posterior adalah arah sumbuh kepala membuat

studut lancip kebelakang dengan pintu atas panggul.

2. Fleksi

Fleksi yaitu posisi dagu bayi menempel dada dan ubun-

ubun kecil rendah dari ubun-ubun besar.kepala memasuki ruang

panggul dengan ukuran paling kecil (diameter

suboksipitobregmatika = 9,5 ) dan di dasar panggul kepala

berada dalam fleksi maksimal.

3. Putar paksi dalam

Kepala yang turun menemui diapragma pelvis yang

berjalan dari belakang atas ke bawah depan.kombinasi elastisitas

dipragma pelvis dan tekanan intrauterin oleh his yang berulang-

ulang mengadakan rotasi ubun-ubun kecil berputar kearah depan

di bawah simpisis.

4. Defleksi

Setelah kepala berada di dasar panggul dengan ubun-

ubun kecil di bawah simpisis (sebagai hipomoklion), kepala

mengadakan defleksi berturut-turut lahir bregma, dahi, muka

dan akhirnya dagu.

Page 16: Antri Wirana Baru_edit

16

5. Putar paksi luar

Gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi,

untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak..

6. Ekspulsi

Putaran paksi luar bahu melintasi pintu atas panggul

dalam keadaan miring dan menyesuikan dengan bentuk

panggul, sehingga di dasar panggul, apabila kepala telah lahir

bahu berada dalam posisi depan belakang dan bahu depan lahir

dahulu, baru kemudian bahu belakang. mekanisme persalinan

fisiologis penting di pahami, bila ada penyimpangan koreksi

manual dapat di lakukan sehingga tindakan operatif tidak dapat

dilakukan.

7. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam persalinan

a. Power

Yaitu kekuatan pendorong yang terdiri dari kekuatan

his dan daya mengejan.Kekuatan terdiri dari kemampuan

ibu melakukan kontaksi  involunter dan volenter secara

bersamaan  untuk mengeluarkan janin dan  plasenta dari

eterus. Kontraksi involunter disebut juga kekuatan primer,

menandai dilmulainya persalinan. Apabila serviks

berdilitasi, usaha volenter dimulai untuk mendorong yang

disebut kekuatan skunder, dimana kekuatan ini

memperbesar kekuatan kontraksi invonlenter.

Page 17: Antri Wirana Baru_edit

17

Kekuatan His, His adekuat pada fase laten  bila :

1. Frekwensi minimal 2 kali dalam 10 menit.

2. Intensitas kuat.

3. Lama  >20 detik.

His adekuat pada fase aktif  bila :

1. His teratur, frekwensi minimal 2 kali dalam 10 menit.

2. Intensitas kuat, uterus mengeras pada waktu kontraksi,

sehingga tidak didapatkan cekungan bila dilakukan

penekanan dengan jari.

3. Lama  >40 detik.

Daya mengejan, Kekuatan mengejan ditentukan oleh :

1. Ada tidaknya reflek mengejan.

2. Otot abdomen dan diafragma.

3. Sisten cardiorespirasi.

b. Passage (Jalan lahir)

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian

tulang padat, dasar panggul, vagina dan entriotus (Lubang

Luar Vagina). Meskipun jaringan lunak khususnya lapisan-

lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi,

tetapi  panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses

persalinan.Janin harus menyesuaikan dirinya terhadapap

jalan  yang relative kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk

panggul harus di tentukan sebelum persalinan dimulai.

Page 18: Antri Wirana Baru_edit

18

c. Passanger

Passenger atau jalan bergerak sepanjang jalan

lahir merupakan akibat interkasi beberapa factor, yakni

ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi

janin karena plasenta juga harus melewati jalan lahir,

maka dia juga dianggap sebagai bagian dari passenger

yang menyertai janin, namun plasenta jarang menghambat

proses persalinan  pada kehamilan normal.

d. Psikis Ibu

1. Faktor psikologis ketakutan dan kecemasan sering

menjadi penyebab lamanya persalinan, his menjadi

mkurang baik, pembukaan menjadi kurang lancer.

2. Menurut Pritchard, dkk perasaan takut dan cemas

merupakan faktor utama yang menyebabkan rasa sakit

dalam persalinan dan berpengaruh terhadap kontraksi

rahim dan dilatasi serviks sehingga persalinan menjadi

lama.

e. Penolong

Memilih Penolong persalinan yang berkompeten, seperti:

bidan, dokter, perawat atau tenaga kesehatan yang

terlatih (Sulistyawati, 2013).

Page 19: Antri Wirana Baru_edit

19

2.2.3 Definisi Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW)

1. Ketuban pecah sebelum waktunya didefinisikan sebagai pecahnya

ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada

akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan.

KPSW preterm adalah KPSW sebelum usia kehamilan 37 minggu.

KPSW yang memanjang adalah KPSW yang terjadi lebih dari 12

jam sebelum waktunya melahirkan (Rukiyah, 2010).

2. Ketuban pecah sebelum waktunya adalah pecahnya ketuban

sebelum waktunya melahirkan/ sebelum inpartu,pada pembukaan

<4 cm (fase laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan

maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPSW preterm adalah

KPSW sebelum usia kehamilan 37 minggu.KPSW yang

memanjang adalah KPSW yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum

waktunya melahirkan (Nugroho, 2012).

3. Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW) adalah didefinisikan

sebagai pecahnya ketuban sebelum melahirkan. Hal ini dapat

terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum wakunya

melahirkan. KPSW yang memanjang adalah yang terjadi lebih dari

12 jam sebelum waktunya melahirkan. KPSW adalah pecahnya

selaput ketuban sebelum ada tanda-tanda persalinan.(Norma,

2013).

Page 20: Antri Wirana Baru_edit

20

4. Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW) adalah suatu keadaan

pecahnya selaput ketuban baik dalam kehamilan maupun dalam

persalinan sebelum pembukaan 3cm (sebelum fase aktif, masih

dalam fase laten).

(GUICK (OBGYN) Dr.Jasran Asga Dafartemen obstetri dan

gynehologi Dr.Mohammad Hoesin FK UNSRI PLG)

5. Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW) atau Ketuban Pecah

Dini (KPD) atau Ketuban Pecah Prematur (KPP) adalah keluarnya

cairan dari jalan lahir/vagina sebelum proses persalinan.(Fadlun,

2013).

6. Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW) adalah pecahnya

selaput ketuban baik dalam kehamilan maupun dalam persalinan

sebelum pembukaan 3 cm (sebelum fase aktif, masih dalam fase

laten).

7. Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW) adalah suatu keadaan

pecahnya selaput ketuban dalam kehamilan maupun dalam

persalinan sebelum pembukaan 3 cm. Sebelum fase aktif atau

masih fase laten. KPSW atau “Early premature of the membrate”

adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan

pada primi kurang dari 3 cm dan pada multi gravida kurang dari 5

cm.

2.2.4.Etiologi

Page 21: Antri Wirana Baru_edit

21

Menjelang usia kehamilan cukup bulan kelemahan fokal

terjadi pada selaput janin di atas serviks internal yang memicu

robekan dilokasi ini.Beberapa proses patologis (termasuk perdarahan

dan infeksi) dapat menyebabkan terjadinya KPSW (Rukiyah, 2010).

Penyebab KPSW masih belum di ketahui dan tidak dapat di

tentukan secara pasti.Beberapa laporan menyebutkan factor-faktor

yang berhubungan erat dengan KPSW, namun faktor-faktor mana

yang lebih berperan sulit di ketahui.

Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya adalah :

a. Infeksi Servikovaginal : Infeksi akibat bakteri patogenik merupakan

salah satu faktor terjadinysa KPSW, bakteri tersebut dapat

menghasilkan enzim yang dapat merusak jaringan kolagen selaput

membrane, bakteri yang paling sering menimbulkan infeksi adalah

streptokokus dan klamidia. Infeksi yang terjadi secara langsung

pada selaput ketuban maupun asenderen dari vagina atau infeksi

pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPSW.

b.Gizi dan pola makan : Kelainan pada selaput ketuban dapat timbul

secara skunder pada status gizi yang rendah atau masuknya bahan

yang toksis. Adanya hubungan dan rendahnyakadar asam askorbat

dengan status sosial ekonomi pada penderita KPSW. Rendahnya

asam askobat hanya merupakan tanda adanya defisiensi gizi secara

umum dimana asam askobat dibutuhkan untuk produksi dan

Page 22: Antri Wirana Baru_edit

22

memelihara jaringan kolagen.Defisiensi gizi dari tembaga atau

asam askorbat.

c. Kebiasaan merokok : ibu yang merokok akan merusak metabolisme

protein dan menurunkan kadar asam amino, vitamin B 12 dan asam

askobat sehingga akan memperburuk status gizi.

d. Servik yang inkompetensia,kanalis servikalis yang selalu terbuka

oleh karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan,

curettage).

e. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara

berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion,

gamelli.

f. Trauma yang dapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan

dalam, maupun amniosintesis menyebabkan terjadinya KPSW

karena biasanya disertai infeksi.

g. Kelainan letak,misalnya sungsang,sehingga tidak ada bagian

terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat

menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.

h. Keadaan sosial ekonomi.

i. Faktor lain :

1.Faktor golongan darah,akibat golongan darah ibu dan anak yang

tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk

kelemahan jaringan kulit ketuban.

2. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.

Page 23: Antri Wirana Baru_edit

23

Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum.

Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (vitamin C).

Beberapa faktor resiko dari KPSW :

1.Inkompetensi serviks (leher rahim)

2.Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)

3.Riwayat KPSW sebelumnya

4.Kelainan atau kerusakan selaput ketuban

5.Kehamilan kembar

6.Trauma

7. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia

kehamilan 23 minggu.

8.Infeksi pada kehamilan seperti bacterial vaginosis

( Nugroho, 2012 )

2.2.5 Tanda dan Gejala

a.Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes

melalui vagina.

b.Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak,

mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes,dengan ciri

pucat dan bergaris warna darah.

c.Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus di produksi

sampai kelahiran.Tetapi bila Anda duduk atau berdiri,kepala janin

yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau

“menyumbat” kebocoran untuk sementara.

Page 24: Antri Wirana Baru_edit

24

d.Demam,bercak vagina yang banyak,nyeri perut,denyut jantung janin

bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.

(Nugroho, 2012).

2.2.6 Diagnosa

Menegakkan diagnosa KPSW secara tepat sangat penting karena

diagnosa yang positif palsu berarti melakukan intervensi seperti

melahirkan bayi terlalu awal atau melakukan seksio yang sebetulnya

tidak ada indikasinya. Sebaliknya diagnosa yang negatif palsu berarti

akan membiarkan ibu dan janin mempunyai resiko infeksi yang akan

mengancam kehidupan janin,ibu atau keduanya.Oleh karena itu

diperlukan diagnosa yang cepat dan tepat.

Diagnosa KPSW di tegakkan dengan cara :

1.Anamnesa

Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan

yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir.Cairan berbau khas,dan

perlu juga diperhatikan warna,keluarnya cairan tersebut,his belum

teratur atau belum ada,dan belum ada pengeluaran lendir darah.

2. Inspeksi

Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan

dari vagina,bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih

banyak, pemeriksaan ini akan lebih jelas.

3. Pemeriksaan dengan speculum

Page 25: Antri Wirana Baru_edit

25

Pemeriksaan dengan speculum pada KPSW akan tampak keluar

cairan dari orifisium uteri ekternum (OUE), kalau belum juga tampak

keluar,fundus uteri ditekan,penderita diminta batuk,mengejan atau

mengadakan manuvover valsava,atau bagian terendah digoyangkan,

akan tampak keluar cairan dari ostinum uteri dan terkumpul pada

fornik anterior.

4.Pemeriksaan dalam didapat cairan di dalam vagina dan selaput ketuban

sudah tidak ada lagi.Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan

tocher perlu di pertimbangkan,pada kehamilan yang kurang bulan

yang belum dalam persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan

dalam. Karena pada waktu pemeriksaan dalam,jari pemeriksa akan

mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina yang

normal.Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen.

Pemeriksaan dalam vagina hanya di lakukan kalau KPSW yang sudah

dalam persalinan atau yang di lakukan induksi persalinan dan dibatasi

sedikit mungkin ( Norma, 2013)

2.2.7 Komplikasi

Komplikasi paling sering terjadi pada KPSW sebelum usia

kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan,yang terjadi

pada 10-40% bayi baru lahir.Resiko infeksi meningkat pada kejadian

KPSW.Semua ibu hamil dengan KPSW prematur sebaiknya

dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang

Page 26: Antri Wirana Baru_edit

26

pada korion dan amnion).Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya

tali pusat dapat terjadi pada KPSW.

Resiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPSW

preterm.Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada

KPSW preterm.Kejadiannya mencapai hamper 100% apabila KPSW

preterm ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.

a. Infeksi intra uterine

b. Tali pusat menumbung

c. Prematuritas

d. Distosia

2.2.8 Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium

Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna,

konsentrasi, bau, dan pH nya.Cairan yang keluar dari vagina ini

kecuali air ketuban mungkin juga urine atau sekret vagina.Sekret

vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah

warna,tetap kuning.

2. Tes lakmus (tes Nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah

menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air

ketuban 7-7,5 darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes

darah yang positif palsu.

Page 27: Antri Wirana Baru_edit

27

3. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas

objek dan di biarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik

menunjukkan gambaran daun pakis.

4. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan ini di maksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban

dalam kavum uteri.Pada kasus KPSW terlihat jumlah cairan

ketuban yang sedikit.Namun sering terjadi kesalahan pada

penderita oligohidramnion. Walaupun penndekatan diagnosis

KPSW cukup banyak macam dan caranya, namun pada umumnya

KPSW sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan

sederhana.

2.2.9 Penatalaksanaan

1. Konservatif

a. Rawat di rumah sakit

b. Beri antibiotika : bila ketuban pecah > 6 jam berupa :

Ampisilin 4 x 500 mg atau Gentamycin 1 x 80 mg.

c. Umur kehamilan < 32-34 minggu : dirawat selama air ketuban

masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.

d. Bila usia kehamilan 32-34 minggu, masih keluar air ketuban,

maka usia kehamilan 35 minggu di pertimbangkan untuk

terminasi kehamilan ( hal sangat tergantung pada kemampuan

perawatan bayi premature).

Page 28: Antri Wirana Baru_edit

28

e. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi

intrauterine).

f. Pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan steroid selama

untuk mamacu kematangan paru-paru janin.

1. Bila tak didapatkan komplikasi.

Komplikasi: - Suhu > 38 C

- Leukosit > 15.000/mm3

- Air ketuban berbau, kental dan hijau kuning.

2. Usia gestasi > 28 - < 37 minggu diberikan obat-obatan :

a. Tokolitik

b. Kortikosterid (pematangan paru)

c. Vitamin C dosis tinggi

d. Antibiotika (kontoversi)

Bila air ketuban tidak keluar, pulang dengan nasehat :

a.Tak bersetubuh

b.Tak irigasi vagina

2. Aktif :

a. Kehamilan > 35 minggu : induksi oksitosin,bila gagal di lakukan

seksio sesaria.

b. Cara induksin : 1 ampul syntocinon dalam Dektrose 5%, di

mulai 4 tetes/menit, tiap ¼ jam di naikkan 4 tetes sampai

maksimum 40 tetes/ menit.

c. Pada keadaan CPD, letak lintang di lakukan Seksio sesaria.

Page 29: Antri Wirana Baru_edit

Tindakan Aktif

Letak memanjangNilai pelvik >5Tidak ada disproporsi

Letak memanjangNilai pelvik <5CPDKegagalan induksiProlapsus tali pusat

Letak memanjangCPDLetak lintang

Letak memanjangTidak CPD

Kehamilan > 36 minggu

29

d. Bila ada tanda infeksi : beri antiobitika dosis tinggi dan

persalinan di akhiri.

Harus dilahirkan bila terdapat komplikasi :

a. Indikasi penatalaksanaan aktif bila:

1. Didapatkan komplikasi

2. Usia gestasi > minggu / < 28 minggu (bayi prematur)

3. Janin mati

4. Indeks tokolitik > 8

b. Berikan antibitika

c. Terminasi.

1. Perabdominam bila :

a. Kontra indikasi tetes pitosin

b. Letak lintang

c. Presentasi lain yg tidak mungkin pervaginam

2. Pervaginam bila : - usia gestasi < 28 minggu

-Janin mati

(GUICK (OBGYN) Dr.Jasran Asga Dafartemen obstetrgynehologi

Dr.Mohammad Hoesin FK UNSRI PLG

Page 30: Antri Wirana Baru_edit

30

(Saifuddn, 1996)

Page 31: Antri Wirana Baru_edit

31

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA

IBU HAMIL PATOLOGI DENGAN KPSW ± 12 JAM

Tanggal pengkajian: 14-12- 2014 Jam: 01.00 Wib No.Rekam Medik: 1202

A.DATA SUBJEKTIF

I. Identitas

Nama  Ibu :  Ny.”R” Nama  Suami :  Tn.”A”

Umur :  35 thn                  Umu :  38 thn

Agama :   Islam                 Agama :  Islam

Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia     Suka/Bangsa : Jawa/Indonesia

Pendidikan :  SMA Pendidikan :  SMA

Pekerjaan :   IRT Pekerjaan :  Wiraswasta

Hp/ Telp : 0823 XXXX Hp/ Telp :0823 XXXX

Alamat : Jl.H.Sanusi Lorong,Bilal No.32

II. Keluhan Utama

Ibu datang pukul 01.00 Wib ke Ruang KEBIDANAN RS Bhayangkara

Palembang.Mengaku hamil anak kedua.Ibu mengeluh keluar air-air dari

kemaluannya yang terus merembes sejak pukul 13.00 WIB dan nyeri di daerah

Page 32: Antri Wirana Baru_edit

32

perut yang menjalar kepinggang di sertai dengan keluar lendir bercampur

darah, gerakan anak masih di rasakan.

III. Data Kebidanan

a. Riwayat Haid

Menarche Umur :: 12 Tahun

Haid : Teratur : ya

Siklus : 28 hari

Disminorhoe : Tidak

Warna Haid : Merah kehitaman

Bentuk Perdarahan / Haid : Cair

Bau Haid : Anyir

Flour Albus : Ya

Kapan : Sebelum dan sesudah haid

Lama : 5 hari

Warna : Putih

Banyak : Normal

b. Riwayat perkawinan

Status perkawinan : Kawin : Ya

Jika Kawin : Berapa kali : 1x, lamanya : ±7 tahun

Usia : 28 Tahun

Page 33: Antri Wirana Baru_edit

33

c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

N

o

Tanggal

partus

Tempat

Partus

Umur

Kehamilan

Jenis

Persalinan

Penolong Penyulit Keadaan ket

Nifas Anak

1 2009 BPS Aterm Spontan Bidan Tdk ada Baik Baik JK:LK

3000

48

2 Ini

d. Riwayat Kehamilan Sekarang

GPA : G2P1A0

HPHT : 10-3-2014

TP : 17-12-2014

ANC : 4 x di Bidan

- TM I : 2 x di Bidan

- TM II : 1 x di Bidan

-TM III : 1 x di Bidan

Imunisasi TT : 1 x di Bidan

Keluhan umum

- TM I : Mual dan pusing

- TM II : Tidak ada

Page 34: Antri Wirana Baru_edit

34

- TM III : Sering kencing

e. Riwayat KB

Pernah mendengar tentang KB : Pernah

Pernah menjadi akseptor KB : Pernah

Alat Kontrasepsi yang pernah di pakai : KB suntik 3 bulan

Alasan berhenti menjadi akseptor : ingin mempunyai anak lagi

IV. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan keluarga

Keturunan Kembar : Tidak ada

Penyakit menular/ keturunan : Tidak ada

-Lain- lain, Jelaskan : Tidak ada

b. Riwayat kesehatan yang lalu : Tidak ada

V. Riwayat kebiasaan sehari-hari

1. Nutrisi

Makan : 3x sehari

Porsi/ Jumlah : Sedang ( 1 piring nasi, ayam, sayur buah dan susu )

Keluhan : Tidak ada

Pantangan : Tidak ada

2. Eliminasi

a. BAK

Frekuensi :± 6 x sehari

Sifat : Cair

Page 35: Antri Wirana Baru_edit

35

Jumlah : Normal

Warna : Kuning jernih

Bau : Khas

b. BAB

Frekuensi :± 1 x sehari

Sifat : Lembek

Jumlah : Normal

Warna : Kuning Kecoklatan

Bau : Khas

3. Aktifitas

a. Istirahat

Tidur siang : ±2 jam (kadang-kadang)

Tidur malam : ±7 jam/hari

b.Olahraga yang sering di lakukan : jalan kaki

c. Seksualitas : 2 x seminggu

4. Personal Hygiene

Mandi : 2x sehari

Sikat gigi : 2x sehari dan sehabis makan

Ganti pakaian dalam : 3x sehari dan bila terasa lembab

VI. Data Psikososial Spiritual

1. Komunikasi : Lancar

2. Keadaan Emosional : Kooperatif

3. Hubungan dengan keluarga : Akrab

Page 36: Antri Wirana Baru_edit

36

4. Hubungan dengan orang lain : Baik

5. Proses berfikir : Terarah

6. Ibadah/ Spiritual : Patuh

7. Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan : Sangat senang dan

di harapkan

8. Dukungan yang diberikan suami/ keluarga : Moril, material dan

spiritual

9. Pengambilan keputusan dalam keluarga : Suami

10. Beban kerja dan kegiatan sehari-hari : Pekerjaan rumah

tangga

11. Tempat dan petugas yang di inginkan untuk bersalin : RS / Dokter

B. DATA OBJEKTIF

a. pemeriksaan fisik

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. Tanda Vital

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 84 x/m

Temperatur : 36,20C

Pernapasan : 20 x/m

4.Berat badan sebelum hamil : 51 kg

5. Berat badan saat hamil : 63 kg

Page 37: Antri Wirana Baru_edit

37

6. Tinggi badan : 161 cm

7. Lingkar lengan atas : 25 cm

b. Pemeriksaan Obstetri

1. Inspeksi

a. Kepala

Rambut : Bersih tidak ada ketombe

Wajah : Bersih tidak ada cloasma gravidarum

Cloasma Gravidarum : Tidak ada

Konjungtiva : Merah muda

Sklera : Putih

Mulut dan gigi : Bersih tidak bau, tidak ada caries dan

stomatitis

Lidah : Bersih

Telinga : Bersih, tidak ada kelainan

b. Leher :Tidak ada pembesaran kelenjar

tiroid,kelenjar limfe dan vena jugularis

c. Dada

Tarikan : Tidak ada retraksi

Bentuk : Simetris

Mammae : Tidak ada benjolan

Puting susu : Menonjol

Aerola mammae : Hiperpigmentasi aerola mammae

Colostrum : Sudah keluar

Page 38: Antri Wirana Baru_edit

38

Pembesaran mammae : Simetris

d. Abdomen

Pembesaran perut : Simetris

Linea : Nigra

Striae : Albican

Bekas luka operasi : Tidak ada

e. Genetalia eksterna

Labia mayora/ minora : Simetris

Pembengkakan kelenjar bartholini : Tidak ada

Pengeluaran vagina

-Jenis secret : Air-air + Lendir bercampur darah

-Bau : Anyir

-Jumlah : Normal

f. Ekstremitas : Simetris

2. Palpasi

TFU : 32 cm

Leopold I : 3 jari di bawah px, UK : 36 minggu, teraba bokong di fundus

Leopold II : Bagian terbesar janin di sebelah kanan perut ibu, bagian

terkecil janin di sebelah kiri perut ibu

Leopold III : Presentasi kepala

Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP

TBJ : TFU – Bidang Hodge x 155 ( 32 – 11 x 155 = 3255 gr)

Page 39: Antri Wirana Baru_edit

39

3. AuskultasiS

DJJ : Positif

Lokasi DJJ : 3 jari di bawah pusat sebelah kanan ibu

Frekuensi DJJ : 144 x/m

Bising usus : Positif

4. Perkusi

Refleks patella : ka (+) / ki (+)

c. Pemeriksaan Ginekologi

Pemeriksaan dalam : pukul 01.00 Wib / 14 Desember 2014

Portio : Lunak

Pengeluaran cairan : Lendir darah + air- air

Pembukaan servix : 4 cm

Pendataran : 50 %

Ketuban : Negatif

Presentasi : Kepala

Penurunan : Hodge II-III

Penunjuk : UUK kanan depan

d. Pemeriksaan panggul

Distansia spinarum : Tidak di lakukan

Distansia kristarum : Tidak di lakukan

Conjugata eksterna : Tidak di lakukan

Lingkar panggul : Tidak di lakukan

Page 40: Antri Wirana Baru_edit

40

e. Pemeriksaan laboratorium

1. Darah

Hemoglobin ( Hb) : 11 gr%

Golongan darah : B

2. Urine

Protein : (-)

Glukosa : (-)

C. ASSESMENT

Diagnosa kebidanan :G2P1A0 36 minggu inpartu kala 1 fase laten JTH preskep

dengan KPSW ± 12 jam

Masalah : Ibu merasa cemas dengan keadaan nya

Kebutuhan : 1. Informasi tentang keadaan ibu dan janin

2. Konsultasi dengan Dr. SPOG untuk therapi yang

akan di berikan

3. Informasi tentang observasi kemajuan persalinan

4. Informasi tentang persiapan persalinan

5. Informasi tentang pemindahan ruangan

Diagnosa potensial :

Ibu - Infeksi puerpuralis

- Partus macet

- Perdarahan post partum

- Atonia uteri

Janin - IUFD

Page 41: Antri Wirana Baru_edit

41

- Asfiksia

- Infeksi

Tindakan segera : Sectio Secaria (SC)

Kolaborasi dengan Dr.SPOG

D. PLANNING

( Perencanaan dan Pelaksanaan )

NO PLANNING

1.

2.

3.

4.

Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan KU :baik, TD : 120/80 mmHg,

N : 80 x/m, T : 36,2oC, RR : 20 x/m, Pembukaan 4 cm, Ketuban (-) ± 12

jam, pen : Hodge II, DJJ : 144x/m

Ev: Ibu mengerti dan memahami penjelasan bidan.

Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang therapi atau pengobatan

yang akan di berikan sesuai dengan instruksi dokter SPOG yaitu

- Pemasangan infus RL dengan gtt 20 x/m, terpasang

- Injeksi antibiotik Cefotaxime 5 ml (IV) secara pelan-pelan, telah

diberikan

Ev :Ibu dan keluarga menyetujui dengan therapi yang akan di berikan.

Menjelaskan pada ibu dan keluarga setelah diobservasi selama 4 jam

pembukaannya masih 4 cm, ketuban (-), Pen: Hodge II, DJJ : tidak teratur,

Pasang O2 Sebanyak 2 liter dan kolaborasi dengan Dokter untuk tindakan

SC.

Ev: Ibu dan keluarga menyetujui tindakan yang akan dilakukan.

Menjelaskan pada ibu untuk persiapan persalinan secara SC yaitu

Page 42: Antri Wirana Baru_edit

42

melakukan Cuklis, pasang DC(Dower Chateter) dan perlengkapan

persalinan.(baju ibu dan bayi).

Ev: Ibu dan keluarga menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan

Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu akan dipindahkan ke

ruangan operasi untuk dilakukan tindakan SC

Ev : Ibu dan keluarga mengerti penjelasan bidan.

Setelah 1 jam selesai SC, Ibu dipindahkan ke Ruang Perawatan.

Ev : ibu merasa senang karena ibu dan bayi baik-baik saja.

Page 43: Antri Wirana Baru_edit

43

1.1. Perkembangan Kasus

No Tanggal Catatan perkembangan

14/12/2014 S :Ibu mengatakan keluar air-air dari kemaluannya yang terus merembes sejak pukul 07.00 wib dan nyeri di daerah perut yang menjalar kepinggang di sertai dengan keluar lendir bercampur darah.O :- keadaan umum baik - vital sign :TD : 110/ 70 mmHgT : 36,70CN : 80 x/mRR : 22 x/mDJJ : 150x/mPD : 3 cm Ket : (-)-gelisah-Ketuban yang terus merembes dan keluarnya lendir bercampur darah -TFU 3 jari bawah px.A : G1P0A0 inpartu fase laten dengan KPSW

P: Pukul 12.01 wib1. Memantau keadaan umum ibu.- KU ibu baik, ibu merasa senang

2. menganjurkan ibu untuk istirahat tirah baring untuk mencegah agar air ketuban tidak terus merembes.

- Ibu mengerti dengan anjuran bidan3. Informed Consent- Telah di setujui ibu dan keluarga

4. Melakukan Kolaborasi dengan Dokter SP.oG- Kolaborasi telah dilakukan

5. Pemberian terapi sesuai anjuran dokter antara lain

- Pemasangan infus RL dengan gtt 20 x/m,terpasang

- Pemasangan DC, terpasang- Injeksi Cefotaxime 5 ml (IV), telah diberikan

Pukul 12.35 wib

Pemindahan Ruangan dari OK ke Kebidanan

Page 44: Antri Wirana Baru_edit

44

Page 45: Antri Wirana Baru_edit

45

Page 46: Antri Wirana Baru_edit

46

15/12/2014 S : Ibu post SC3jam yang lalu atas indikasi Ketuban Pecah Sebelum Waktunya

O :- keadaan umum baik - vital sign :TD : 110/ 80 mmHgT : 36,50CN : 82 x/mRR : 23 x/m-TFU 3 jari bawah pusat.A : P1A0 3 jam yang lau

P: Memantau keadaan umum ibu dan bayi.

- KU ibu baik, ibu merasa senang- menganjurkan ibu untuk istirahat tirah Ibu

mengerti dengan anjuran bidan- KU bayi baik denagn temp : 36,8 RR: 40 x/m.- Memberitahu ibu untuk istirahat yang cukup,

jangan melakukan aktifitas yang berat karena

ibu habis operasi.

- Memberitahu ibu tidak boleh makan yang

keras-keraspasca operasi.

- Memeberikan therapy pasca operasi seperti

obat oral cifrofloxasim 2x1, ketopropeny 3x1,

B.com.

- Memberitahu ibu untuk tidak intervensi apapun

terhadap luka bekas operasi dan menhgajarkan

ibu untuk mobilisasi setelah 6jam untuk miring

ke kanan atau kekiri bertahap untuk duduk.

Page 47: Antri Wirana Baru_edit

47

16/12/2014

S : Ibu mengeluh mersa nyeri pada luka operasi.

O :- keadaan umum baik - vital sign :TD : 110/ 70 mmHgT : 36,30CN : 80 x/mRR : 20 x/mA : P1A0 1 hari yang lalu

P: 6. Memantau keadaan umum ibu dan bayi.- KU ibu baik, ibu merasa senang- menganjurkan ibu untuk istirahat tirah Ibu

mengerti dengan anjuran bidan- KU bayi baik denagn temp : 36,8 RR: 40 x/m.- Memeberikan therapy pasca operasi seperti

obat oral cifrofloxasim 2x1, ketopropeny 3x1,

B.com.

- Memberitahu ibu untuk tidak intervensi apapun

terhadap luka bekas operasi dan mengajarkan

ibu untuk mobilisasi sebulum diganti perban.

- Menganjurkan ibu untuk membersihkan

dirinya.

- Memeberitahu ibu untuk melepaskan selang

saluran kencing karena sudah 24jam pasca

operasi.

S : Ibu mengeluh rasa nyeri agak berkurang.

O :

Page 48: Antri Wirana Baru_edit

48

17/12/2014

18/12/2014

- keadaan umum baik - vital sign :TD : 110/ 70 mmHgT : 36,70CN : 80 x/mRR : 22 x/m-TFU 3 jari bawah pusat.A : P1A0 2hari yang lalu

P: 7. Memantau keadaan umum ibu dan bayi.- KU ibu baik, ibu merasa senang- menganjurkan ibu untuk istirahat tirah Ibu

mengerti dengan anjuran bidan- KU bayi baik denagn temp : 36,8 RR: 40 x/m.- Memeberikan therapy pasca operasi seperti

obat oral cifrofloxasim 2x1, ketopropeny 3x1,

B.com.

- Memberitahu ibu untuk mengganti perban

bekas luka operasi.

- Menganjurkan ibu untuk membersihkan

dirinya.

S : ibu sudah merasa tidak nyeri lagi pada luka operasi.

O :- keadaan umum baik - vital sign :TD : 120/ 70 mmHgT : 36,40CN : 80 x/mRR : 22 x/mA : P1A0

P: P1A0 post SC 3hari yang lalu

Page 49: Antri Wirana Baru_edit

49

8. Memantau keadaan umum ibu dan bayi.- KU ibu baik, ibu merasa senang- menganjurkan ibu untuk istirahat tirah Ibu

mengerti dengan anjuran bidan- KU bayi baik denagn temp : 36,8 RR: 40 x/m.

Memeberikan therapy pasca

operasi seperti obat oral

cifrofloxasim 2x1, ketopropeny

3x1, B.com.

- Memberitahu ibu untuk menggati perban yang

tahan air.

- Menganjurkan ibu untuk membersihkan

dirinya.

- Memebritahu ibu untuk melakukan pelepasan

infus (up infus) karena ibu akan pulang.

- Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang

1minggu kedepan dan apa bila ada keluhan.

BAB IV

PEMBAHASAN

Page 50: Antri Wirana Baru_edit

50

Ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) di definisikan sebagai

pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan.Hal ini dapat terjadi pada akhir

kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPSW preterm adalah

KPSW sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPSW yang memanjang adalah

KPSW yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan (Rukiyah,

2010).

Ketuban pecah sebelum waktunya adalah pecahnya ketuban sebelum

waktunya melahirkan/ sebelum inpartu, pada pembukaan <4 cm (fase laten). Hal

ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya

melahirkan. KPSW preterm adalah KPSW sebelum usia kehamilan 37 minggu.

KPSW yang memanjang adalah KPSW yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum

waktunya melahirkan (Nugroho, 2012).

Secara klinik diagnosa KPSW tidak sukar untuk ditegakkan, anamnesa

pada klien dengan keluarnya air seperti kencing dengan tanda-tanda yang khas

sudah dapat menilai jika itu mengarah ke KPSW.Untuk menentukan betul

tidaknya diagnosa KPSW tersebut bisa dilakukan dengan cara: adanya cairan yang

berisi mekonium (kotoran janin), verniks kaseosa (lemak putih) rambut lanugo

atau bulu-bulu halus, dan berbau bila telah terinfeksi, pemeriksaan inspekulo yaitu

untuk melihat dan memperhatikan apakah memang air ketuban keluar dari kanalis

servikalis pada bagian yang sudah pecah,atau terdapat cairan ketuban pada forniks

posterior, USG dilakukan untuk menegataui volume cairan amnion berkurang/

oligohidramnion.

Page 51: Antri Wirana Baru_edit

51

Berdasarkanhasil pengkajian pada Ny. “R” di Ruang KEBIDANAN

Rumah Sakit Bhayangkara Palembang pada tanggal 14 Desember 2014 pukul

01.00 Wib,maka didapatkan data subjektif yaitu ibu sakit perut mau melahirkan

anak kedua,usia kehamilan 9 bulan,gerakan anak masih dirasakan,ketuban sudah

pecah sejak pukul 18.00 Wib dan terus merembes saat sampai di Ruang

KEBIDANAN Rumah Sakit Bhayangkara Palembang pukul 01.00 Wib.

Sedangkan data objektif yaitu Ny. “R” G2P1A0 hamil 36 minggu janin

tunggal hidup presentasi kepala dengan KPSW.Data diatas diperoleh dari hasil

pemeriksaan palpasi menurut Leopold yaitu janin tunggal dan presentasi kepala,

sedangkan hasil auskultasi DJJ 144x/menit yang menandakan bahwa janin hidup.

Dilakukan juga pemeriksaan dalam pada Ny. “R” dan didapatkan hasil yaitu

portio lunak,pengeluaran cairan lendir,darah dan cairan ketuban,ketuban negatif

(-), pembukaan serviks 4 cm, pendataran 50%, presentasi kepala dan penunjuk

UUK kiri depan.

Penulis telah melakukan anamnesa kepada Ny. “R” mengenai tanda dan

gejala dari pecahnya ketuban, kemudian telah dilakukan pemeriksaan dalam dan

terdapat tanda dari pecahnya selaput ketuban,terlihat cairan jernih mengalir di

kanalis servikalis.

Penulis menemukan adanya kesenjangan antara prosedur kerja teori dengan

praktik klinik yang dilakukan.Dalam melakukan pemeriksaan pada Ny.”R” tidak

dilakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui volume cairan ketuban karena ibu

sudah terdapat tanda-tanda inpartu.

Page 52: Antri Wirana Baru_edit

52

Dengan adanya data subjektif dan data objektif diatas,maka diagnosa yang

ditegakkan adalah Ny.”R” G2P1A0 hamil 36 minggu janin tunggal hidup presentasi

kepala dengan KPSW.

Pada pentalaksanaan Ny. “R”, dilakukan kolaborasi dengan Dokter Sp OG

untuk penanganannya dan berdasarkan instruksi dokter, Ny. “R” di pasangkan

IVRL gtt 20x/menit, kemudian diberikan antibiotik cefotaxim 3x1 untuk

mencegah infeksi, dan ibu diharuskan berbaring selama kala I untuk mencegah air

ketuban keluar lebih banyak.Dilakukan juga pemantauan kala I yaitu

mendengarkan DJJ setiap 30 menit, his setiap 30 menit, nadi setiap 30 menit, suhu

setiap 2 jam, pembukaan seviks, penurunan dan tekanan darah setiap 4 jam.

Page 53: Antri Wirana Baru_edit

53

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Data subjektif yang dikaji pada Ny. “R” yaitu ibu mengaku sakit perut

mau melahirkan anak kelima, usia kehamilan 9 bulan,gerakan anak masih

dirasakan, ketuban sudah pecah sejak pukul 18.00 Wib dan terus

merembes saat sampai di ruang KEBIDANAN Rumah Sakit Bhayangkara

Palembang pukul 01.00 Wib.

2. Data objektif dari hasil pemeriksaan, yaitu RR: 18 x /menit, TD 130/90

mmHg, Temp 36,2oC, Pols 84x/ menit, palpasi Leopold I: TFU 3 jari di

bawah PX (Mc. Donald = 32cm), di fundus terababokong, palpasi Leopold

II: punggungjaninteraba di sebelahkananperutibu, palpasi Leopold III:

bagianterbawahterabakepalajanin, kepalajanin sudah masuk PAP, palpasi

Leopold IV: sejajar, DJJ: 140x/menit. Dilakukan juga pemeriksaan dalam

pada Ny. “R” dan didapatkan hasil yaitu portio lunak, pengeluaran cairan

yaitu lendir dan darah dan cairan ketuban, ketuban negatif (-), pembukaan

serviks 4 cm, pendataran 50%, presentasi kepala dan penunjuk UUK kiri

depan.

3. Dengan adanya pengumpulan data secara subjektif dan objektif diatas,

kami dapat menyimpulkan bahwa Ny. “R” G2P1A0hamil 36 minggu janin

tunggal hidup presentasi kepala dengan KPSW.

4. Penatalaksanaan pada Ny.”R” yaitu IVRL gtt 20x/menit, kemudian

diberikan antibiotik cefotaxim 3x1 untuk mencegah infeksi, dan ibu

Page 54: Antri Wirana Baru_edit

54

diharuskan berbaring selama kala I untuk mencegah air ketuban keluar

lebih banyak.Memberikan asuhan sayang ibu dengan cara pemberian

nutrisi,BAK apabila kandung kemih terasa penuh,dan memberikan

konseling bahwa rasa sakit perut yang dirasakan adalah normal dan

menjelaskan kepada ibu untuk tidak meneran karena pembukaan serviks

masih 3 cm. Dilakukan juga pemantauan kala I yaitu mendengarkan DJJ

setiap 30 menit, His setiap 30 menit, Nadi setiap 30 menit, Suhu setiap 2

jam, pembukaan seviks, penurunan dan tekanan darah setiap 4 jam.

1. Setelah menetapkan kebutuhan tindakan dan pelaksanaan kemudian

melakukan asuhan antara lainmenjelaskan kepada ibu bahwa ketuban telah

pecah dan meminta ibu untuk berbaring selama pembukaan belum

lengkap. Ibu mengerti dan paham mengenai penjelasan yang diberikan.Ibu

mau berbaring saja menunggu pembukaan lengkap.Memberikan asuhan

sayang ibu berupa asupan nutrisi,BAK apabila kandung kemih terasa

penuh dan menggosok punggung ibu.

Menganjurkan kepada keluarga untuk memberikan dukungan kepada ibu.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Rumah Sakit

Diharapkan pihak Rumah Sakit agar tetap mempertahankan kualitas

pelayanannya dan juga lebih meningkatkan penatalaksanaan asuhan

kebidanan pada ibu hamil dengan kasus - kasusterutama KPSW sesuai

teori maupun praktek.

Page 55: Antri Wirana Baru_edit

55

5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

1.Diharapkan makalah ini dapat menjadi sumber pembelajaran bagi

mahasiswa Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang dalam

melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil normal dan patologi

sesuai teori maupun praktek.

2.Diharapkan dapat meningkatkan kualitas prosedur teori dan

praktek mahasiswa Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang

dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan pada ibu hamil normal dan

patologi.

5.2.3 Bagi Mahasiswa

1.Diharapkan mahasiswi mampu melakukan Asuhan Kebidanan

pada ibu hamil inpartu kala I fase laten dan fase aktif sesuai prosedur

teori dan metode yang telah ditentukan.

2.Diharapkan mahasiswi dapat meningkatkan pengetahuan

keterampilan dalam laks asuhan kebidanan pada ibu hamil inpartu

kala I fase laten dan fase aktif dengan KPSW.