Upload
deden-siswanto
View
264
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
n
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut definisi World Health Organization (WHO) kematian maternal
ialah kematian seorang wanita hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya
kehamilan oleh sebab apapun. Terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan
untuk mengakhiri kehamilan. Di negara-negara miskin dan sedang
berkembang, kematian maternal berkisar 750-1000 per 100.000 kelahiran
hidup. Sedangkan di negara-negara maju kematian maternal berkisar antara 5-
10 per 100.000 kelahiran hidup (Prawihardjo, 2010).
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih termasuk yang tinggi
disbanding Negara-negara. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2010, Angka Kematian Ibu (AKI) tercatat mencapai 359
per 100.000 kelahiran hidup. Masalah ini tentu perlu untuk mendapat
perhatian khusus dari seluruh pihak baik pemerintah, sector swasta, maupun
masyarakat mengingat bahwa Target Millenium Development Goals
(MDGS)tahun 2015 yaitu AKI menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup
(SDKI, 2012).
AKI di Sumatera Selatan tahun 2012 sebesar 148 per 100.000 kelahiran
hidup sedangkan pada tahun 2011 AKI di Sumatera Selatan sebesar 131 per
100.000 kelahiran hidup (Profil Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinkes
Provinsi Sumatera Selatan, 2012)
1
2
Sedangkan di Kota Palembang AKI dilaporkan pada tahun 2012 yaitu 13
per 29.451 kelahiran hidup, Berdasarkan data Dinkes Kota Palembang jumlah
kematian ibu tahun 2013 masih dibawah angka nasional untuk RPJMN
(Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) tahun 2014 (118 per
100.000 kelahiran hidup). Ada 13 kasus kematian ibu dari 29. 911 kelahiran
hidup, penyebab kematian terbanyak adalah pre-eklampsi berat (31%) .
diikuti oleh hipertensi dalam kehamilan (23%). Penyebab kematian ibu
lainnya adalah perdarahan (15%), syok hipovolemik (8%) , persalinan lama
(8%) dan lain-lain (15%) (Profil Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar Dinkes
Kota Palembang, 2013)
Sampai saat ini penyebab kasus KPSW belum diketahui secara pasti,
tetapi berbagai penulis menyebutkan beberapa faktor predisposisi,antara lain:
Faktor selaput ketuban. Faktor infeksi. Faktor perubahan tekanan intra uterine
yang mendadak. Faktor yang berhubungan dengan kebidanan dan
ginekologi,seperti: multi gravida. Pernah mengalami KPSW pada persalinan
yang lalu, hamil ganda, hindramnion, perdarahan antepartum, malposisi,
disproporsi, sefalo-pelvik,umur lebih dari 35 tahun, trauma vagina. Faktor
sosial ekonomi yang rendah seperti: defisiensi gizi,vit C. Faktor
antagonismus golongan darah A, B, O. Faktor merokok. dan faktor
keturunan.
Dari Data Rumah Sakit Bhayangkara Palembang, yang mana pada
tahun 2014 dari mulai Januari sampai Oktober terdapat 95 orang yang
3
menderita KPSW. KPSW adalah masalah yang menduduki pringkat kedua
dari rekapitulasi 10 besar Obstetri di Kebidanan tahun 2014.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengambil
kasus dengan judul Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Ny. ”R” dengan
KPSW di Ruang KEBIDANAN Rumah Sakit Bhayangkara Palembang
Tahun 2014.
1.2. Rumusan masalah
Bagaimana penerapan Asuhan Kebidanan pada ibu Bersalin Ny.“R”
G2P1A0 Dengan Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW) di Ruang
KEBIDANAN Rumah Sakit Bhayangkara Palembang Tahun 2014?
1.3.Tujuan Penulisan
1.3.1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mengetahui dan mampu melakukan Asuhan
Kebidanan pada ibu hamil Ny “R” dengan KPSW di Ruang
Kebidanan Rumah Sakit Bhayangkara Palembang Tahun 2014.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Agar mahasiswa dapat mengumpulkan semua data yang di
butuhkan untuk menilai keadaan klien secara
keseluruhan/komprehensif pada ibu hamil Ny. “R” dengan
KPSW.
4
2. Agar mahasiswa dapat menginterpretasikan data untuk
mengidentifikasi diagnosis masalah pada ibu hamil Ny.”R” dengan
KPSW.
3. Agar mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosis/masalah
potensial dan mengantisipasi penanganannya pada ibu hamil
Ny.”R” dengan KPSW.
4. Agar mahasiswa dapat menetapkan kebutuhan terhadap tindakan
segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta
rujukan berdasarkan kondisi klien ibu hamil Ny. “R” dengan
KPSW.
5. Agar mahasiswa dapat menyusun rencana asuhan secara
menyeluruh dengan tepat,rassional berdasarkan keputusan yang di
buat pada langkah-langkah selanjutnya pada ibu hamil Ny. “R’
dengan KPSW.
6. Agar mahasiswa dapat melaksanakan asuhan yang efisien dan
aman pada ibu hamil Ny. “R’ dengan KPSW.
7. Agar mahasiswa dapat mengevaluasi keefektifan asuhan yang di
berikan dengan mengulang kembali penatalaksanaan proses untuk
aspek-aspek yang tidak efektif pada ibu hamil Ny. “R’ dengan
KPSW.
5
1.4. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu :
Pengambilan data dan pengkajian data asuhan kebidanan pada ibu
hamil Ny. “R” dengan KPSW di lakukan pada tanggal 14 Desember 2014.
Tempat :
Asuhan Kebidanan pada ibu hamil Ny.”R” dengan KPSW di lakukan di
Ruang Kebidanan Rumah Sakit Bhayangkara Palembang.
1.5. Metode Penulisan
Penulisan pada laporan study kasus ini menggunakan metode narasi
yang menceritakan kejadian sesuai dengan pemantauan perkembangan yang
terjadi pada Ny.”R” selama kehamilan,persalinan,nifas,sampai bayi baru lahir
secara kronologis sesuai dengan keadaan pada laporan study kasus ini juga
penulis menerapkan manajemen Asuhan Kebidanan dengan metode SOAP.
1.6. Hasil yang Diharapkan
1.6.1 Bagi Instansi Rumah sakit
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi
Rumah Sakit untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan
serta mencegah dan mengatasi masalah kejadian KPSW sebagai upaya
untuk menurunkan angka kejadian KPSW di Rumah Sakit
BhayangkaraPalembang.
1.6.2 Bagi Institusi Pendidikan
6
Diharapkan dapat menambah keperpustakaaan dan pengetahuan
serta untuk meningkatkan mutu pendidikan bagi mahasiswa programD
III Akademik Kebidanan Budi Mulia Palembang.
1.6.3 Bagi Mahasiswa
Diharapkan untuk terus-menerus mengasah keterampilan dalam
Asuhan Kebidanan pada Ibu hamil dengan KPSW selama proses
pembelajaran di Kampus maupun di lahan praktek, dengan
pendokumentasian untuk Asuhan Kebidanan pada ibu hamil dengan
KPSW.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gambaran Umum Rumah Sakit
2.1.1. Lokasi RS Bhayangkara Palembang
Rumah Sakit Bhayangkara Palembang adalah Rumah Sakit
yang diklasifikasikan sebagai Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat III,
yang sekurang-kurangnya mampu memberikan pelayanan kesehatan 11
(sebelas) Spesialis Dasar,antara lain :Spesialis Penyakit
Dalam,Spesialis Bedah Umum, Spesialis Kesehatan Anak,Spesialis
Anesthesi,Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan,Spesialis Gigi
dan Mulut,Spesialis Kesehatan Jiwa,Spesialis Syaraf, Spesialis THT,
Spesialis Mata, Spesialis Kulit dan Kelamin.
2.1.2. Visi, Misi dan Motto
VISI
Terwujudnya Pelayanan Prima Yang Terstandarisasi Dan Sebagai Pusat
Pelayanan Terpadu Kecelakaan Lalu Lintas Terbaik Di Sumatera
Selatan.
MISI
1. Meningkatkan taraf kesehatan anggota polri, pns dan keluarga serta
masyarakat pada umumnya.
2. Memberikan pelayanan kesehatan yang profesional dan prima.
3. Memberikan pelayanan terpadu kecelakaan lalu lintas paripurna.
4. Penerapan manajemen “bebas biaya” secara bertahap bagi anggota
dan pns polri beserta keluarga.
8
5. Mendukung tugas operasional kepolisian di polda sumsel secara
proaktif.
6. Meningkatkan mutu sumber daya manusia.
MOTTO
1. Kami Memberikan pelayanan yang terbaik dengan hati nurani
2. Senyum
3. Salam
4. Sapa
5. Sopan, dan
6. Santun
2.1.3. Fasilitas dan pelayanan Rumah Sakit Bhayangkara Palembang
a.Fasilitas
1. Instalasi Gawat Darurat (IGD) 24 jam
2. Farmasiatau Apotek 24 jam
3. Rawat Jalan atau Poliklinik spesialis
4. Bedah
5 HCU
7. RekamMedik
8. Radiologi
9. Laboraturium
13. Medical Check Up
14. ECG dan EEG
15. USG
18. CT-Scan
9
b. Pelayanan
Pelayanan Rawat Jalan (Spesialis) :
1. Poliklinik Spesialis Bedah
2. Poliklinik Spesialis Dalam
3. Poliklinik Spesialis Kebidanan dan Kandungan
4. Poliklinik Spesialis Anak
5. Poliklinik Spesialis Mata
6. Poliklinik Spesialis THT
7. Poliklinik Spesialis Kulit dan Kelamin
8. Poliklinik Spesialis Saraf
9. Poliklinik Spesialis Jantung
10. Poliklinik Gigi
Pelayanan Rawat Inap
1. Perawatan VVIP dan VIP
2. Perawatan Kelas I,II,II
3. Perawatan Anak pipit 1 dan 2
4. Perawatan HCU
5. Perawatan Kebidanan
6. Perawatan Neonatus
Pelayanan Penunjang
1. Instalasi Laboratorium
2. Instalasi Radiologi
3. Instalasi Bedah
10
4. Instalasi Farmasi (Apotek)
5. Instalasi Gizi
6. Instalasi Laundry
7. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (IPS RS)
8. Instalasi Pemeliharaan Kesehatan Lingkungan
9. Kasir
10. Rekam Medik
2.2. Tinjauan Teori
2.2.1. Definisi Kehamilan
Persalinan adalah pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan plasenta)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui
jalan lahir atau melalui jalan lain,dengan bantuan atau tanpa bantuan
( kekuatan sendiri). Proses ini di mulai dengan adanya kontraksi
persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks secara
progresif dan di akhiri dengan kelahiran plasenta (Sulistyawati, 2013).
Persalinan adalah proses pengeluaran asil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan
melalui jalan lair atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa
bantuan (kekuatan sendiri). Proses ini dimulai dengan adanya
kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan perubaan seriks seara
progresif dan diakiri dengan kelairan plasenta (Sulistyawati, 2013).
11
2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengarui Persalinan
a. Jalan lintas (passage) adalah ukuran dan tipe
panggul,kemampuan serviks untuk membuka,kemampuan
kanalis vaginalis dan introitus vagina untuk memanjang.
b. Tenaga atau kekuatan (power) adalah adanya his (kontraksi
uterus), kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma
pelvis, ketegangan, kontraksi ligamentum rotundum,
efektivitas kekuatan mendorong dan lama persalinan.
c. Janin (passanger) adalah letak janin, posisi janin, presentasi
janin dan letak plasenta ( Sulistyawati, 2013 ).
2.2.3 Tanda dan Gejala Persalinan
1. Lightening atau settling atau dropping, yaitu kepala turun
memasuki pintu atas panggul. pada primigravida terjadi
menjelang minggu ke-36. Lightenig di sebabkan oleh :
a. Kontraksi braxton hicks;
b. Ketegangan dinding perut;
c. Ketegangan ligamentum rotumdum;
d. Gaya berat janin.
Masuknya kepala ke dalam panggul dapat dirasakan oleh wanita
hamil dengan tanda-tanda sebagai berikut :
a. Terasa ringan dibagian atas dan rasa sesak berkurang
b. Dibagian bawah terasa penuh dan mangganjal
c. Kesulitan berjalan
12
d. Sering berkemih
2. Terjadinya his permulaan
His permulaan ini sering di istilahkan sebagai his palsu dengan
ciri-ciri sebagai berikut
a. Rasa nyeri ringan dibagian bawah
b. Datang tidak teratur
c. Tidak ada perubahan pada serviks atau tidak ada tanda-
tanda kemajuan Persalinan
d. Durasi pendek
e. Tiada bertambah bila beraktivitas (Sulistiyawati, 2013).
2.2.4 Sebab Mulanya Persalinan
Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti,
sehingga menimbulkan beberapa teori yang berlaku berkaitan
dengan mulainya terjadi kekuatan his. Ada dua hormon yang
dominan mempengaruhi kehamilan, yaitu :
a. Estrogen
Berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot rahim serta
memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti
rangsangan oksitosin, prostaglandin, dan mekanis.
b. Progesteron
Berfungsi untuk menurunkan sensitivitas otot rahim,
menghambat rangsangan oksitosin, prostaglandin, dan mekanis,
serta menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.
13
2.2.5 Beberapa teori yang menyatakan kemungkinan proses
persalinan :
1. Teori keregangan
a. otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas
tertentu.
b. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga
persalinan dapat dinilai.
c. Contohnya pada hamil ganda sering terjadi kontraksi setelah
keregangan tertentu sehingga menimbulkan proses
persalinan.
2. Teori penurunan progesteron
a. proses penurunan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28
minggi, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh
darah mengalami penyempitan..
b. Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot
rahim lebih sensitif terhadap oksitosin.
c. Akibatnya otot rahim mulai kontraksi setelah tercapai
tingkat penurunan progesteron tertentu..
3. Teori oksitosin internal
a. Perubahan keseimbangan produksi estrogen dan
progesteron dapat mangubah sensitifitas otot rahim
sehingga terjadi kontraksi Broxton hicks.
14
b. Menurunya konsentrasi progesteron akibat tuanya
kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktifitas
sehingga persalinan dapat dimulai.
4. Teori prostaglandin
a. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan
kontraksi otot rahim sehingga hasil konspsi dikeluarkan.
b. Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya
persalinan..
c. Prostagladi yang dihasilkan oleh desidua disangka sebagai
salah satu penyebab permulaan persalinan.
2.2.6 Mekanisme Persalinan
His adalah salah satu kekuatan pada ibu yang menyebabkan serviks
membuka dan mendorong janin ke bawah. Pada persentasi kepala,
bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun dan mulai masuk ke
dalam rongga panggul..
Mekanisme jalan lahir menurut (Sulistyawati, 2013) di antaranya
adalah:
1. Penurunan (Kepala masuk PAP)
masuk melintasi pintu atas panggul (promontorium),
sayap sacrum, linea inominata, ramus superiorost pubis dan
pinggir atas simpisis) dengan sutura sagitalis melintang, dalam
15
sinklitismus arah sumbuh kepala janin tegak lurus dengan bidang
pintu atas panggul.dapat juga terjadi keadaan :
a. Asinklitismus anterior adalah arah sumbu kepala membuat
sudut lancip kepan dengan pintu atas panggul.
b. Asinklitismus posterior adalah arah sumbuh kepala membuat
studut lancip kebelakang dengan pintu atas panggul.
2. Fleksi
Fleksi yaitu posisi dagu bayi menempel dada dan ubun-
ubun kecil rendah dari ubun-ubun besar.kepala memasuki ruang
panggul dengan ukuran paling kecil (diameter
suboksipitobregmatika = 9,5 ) dan di dasar panggul kepala
berada dalam fleksi maksimal.
3. Putar paksi dalam
Kepala yang turun menemui diapragma pelvis yang
berjalan dari belakang atas ke bawah depan.kombinasi elastisitas
dipragma pelvis dan tekanan intrauterin oleh his yang berulang-
ulang mengadakan rotasi ubun-ubun kecil berputar kearah depan
di bawah simpisis.
4. Defleksi
Setelah kepala berada di dasar panggul dengan ubun-
ubun kecil di bawah simpisis (sebagai hipomoklion), kepala
mengadakan defleksi berturut-turut lahir bregma, dahi, muka
dan akhirnya dagu.
16
5. Putar paksi luar
Gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi,
untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak..
6. Ekspulsi
Putaran paksi luar bahu melintasi pintu atas panggul
dalam keadaan miring dan menyesuikan dengan bentuk
panggul, sehingga di dasar panggul, apabila kepala telah lahir
bahu berada dalam posisi depan belakang dan bahu depan lahir
dahulu, baru kemudian bahu belakang. mekanisme persalinan
fisiologis penting di pahami, bila ada penyimpangan koreksi
manual dapat di lakukan sehingga tindakan operatif tidak dapat
dilakukan.
7. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam persalinan
a. Power
Yaitu kekuatan pendorong yang terdiri dari kekuatan
his dan daya mengejan.Kekuatan terdiri dari kemampuan
ibu melakukan kontaksi involunter dan volenter secara
bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari
eterus. Kontraksi involunter disebut juga kekuatan primer,
menandai dilmulainya persalinan. Apabila serviks
berdilitasi, usaha volenter dimulai untuk mendorong yang
disebut kekuatan skunder, dimana kekuatan ini
memperbesar kekuatan kontraksi invonlenter.
17
Kekuatan His, His adekuat pada fase laten bila :
1. Frekwensi minimal 2 kali dalam 10 menit.
2. Intensitas kuat.
3. Lama >20 detik.
His adekuat pada fase aktif bila :
1. His teratur, frekwensi minimal 2 kali dalam 10 menit.
2. Intensitas kuat, uterus mengeras pada waktu kontraksi,
sehingga tidak didapatkan cekungan bila dilakukan
penekanan dengan jari.
3. Lama >40 detik.
Daya mengejan, Kekuatan mengejan ditentukan oleh :
1. Ada tidaknya reflek mengejan.
2. Otot abdomen dan diafragma.
3. Sisten cardiorespirasi.
b. Passage (Jalan lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian
tulang padat, dasar panggul, vagina dan entriotus (Lubang
Luar Vagina). Meskipun jaringan lunak khususnya lapisan-
lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi,
tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses
persalinan.Janin harus menyesuaikan dirinya terhadapap
jalan yang relative kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk
panggul harus di tentukan sebelum persalinan dimulai.
18
c. Passanger
Passenger atau jalan bergerak sepanjang jalan
lahir merupakan akibat interkasi beberapa factor, yakni
ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi
janin karena plasenta juga harus melewati jalan lahir,
maka dia juga dianggap sebagai bagian dari passenger
yang menyertai janin, namun plasenta jarang menghambat
proses persalinan pada kehamilan normal.
d. Psikis Ibu
1. Faktor psikologis ketakutan dan kecemasan sering
menjadi penyebab lamanya persalinan, his menjadi
mkurang baik, pembukaan menjadi kurang lancer.
2. Menurut Pritchard, dkk perasaan takut dan cemas
merupakan faktor utama yang menyebabkan rasa sakit
dalam persalinan dan berpengaruh terhadap kontraksi
rahim dan dilatasi serviks sehingga persalinan menjadi
lama.
e. Penolong
Memilih Penolong persalinan yang berkompeten, seperti:
bidan, dokter, perawat atau tenaga kesehatan yang
terlatih (Sulistyawati, 2013).
19
2.2.3 Definisi Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW)
1. Ketuban pecah sebelum waktunya didefinisikan sebagai pecahnya
ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada
akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan.
KPSW preterm adalah KPSW sebelum usia kehamilan 37 minggu.
KPSW yang memanjang adalah KPSW yang terjadi lebih dari 12
jam sebelum waktunya melahirkan (Rukiyah, 2010).
2. Ketuban pecah sebelum waktunya adalah pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan/ sebelum inpartu,pada pembukaan
<4 cm (fase laten). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan
maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPSW preterm adalah
KPSW sebelum usia kehamilan 37 minggu.KPSW yang
memanjang adalah KPSW yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum
waktunya melahirkan (Nugroho, 2012).
3. Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW) adalah didefinisikan
sebagai pecahnya ketuban sebelum melahirkan. Hal ini dapat
terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum wakunya
melahirkan. KPSW yang memanjang adalah yang terjadi lebih dari
12 jam sebelum waktunya melahirkan. KPSW adalah pecahnya
selaput ketuban sebelum ada tanda-tanda persalinan.(Norma,
2013).
20
4. Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW) adalah suatu keadaan
pecahnya selaput ketuban baik dalam kehamilan maupun dalam
persalinan sebelum pembukaan 3cm (sebelum fase aktif, masih
dalam fase laten).
(GUICK (OBGYN) Dr.Jasran Asga Dafartemen obstetri dan
gynehologi Dr.Mohammad Hoesin FK UNSRI PLG)
5. Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW) atau Ketuban Pecah
Dini (KPD) atau Ketuban Pecah Prematur (KPP) adalah keluarnya
cairan dari jalan lahir/vagina sebelum proses persalinan.(Fadlun,
2013).
6. Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW) adalah pecahnya
selaput ketuban baik dalam kehamilan maupun dalam persalinan
sebelum pembukaan 3 cm (sebelum fase aktif, masih dalam fase
laten).
7. Ketuban Pecah Sebelum Waktunya (KPSW) adalah suatu keadaan
pecahnya selaput ketuban dalam kehamilan maupun dalam
persalinan sebelum pembukaan 3 cm. Sebelum fase aktif atau
masih fase laten. KPSW atau “Early premature of the membrate”
adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan
pada primi kurang dari 3 cm dan pada multi gravida kurang dari 5
cm.
2.2.4.Etiologi
21
Menjelang usia kehamilan cukup bulan kelemahan fokal
terjadi pada selaput janin di atas serviks internal yang memicu
robekan dilokasi ini.Beberapa proses patologis (termasuk perdarahan
dan infeksi) dapat menyebabkan terjadinya KPSW (Rukiyah, 2010).
Penyebab KPSW masih belum di ketahui dan tidak dapat di
tentukan secara pasti.Beberapa laporan menyebutkan factor-faktor
yang berhubungan erat dengan KPSW, namun faktor-faktor mana
yang lebih berperan sulit di ketahui.
Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya adalah :
a. Infeksi Servikovaginal : Infeksi akibat bakteri patogenik merupakan
salah satu faktor terjadinysa KPSW, bakteri tersebut dapat
menghasilkan enzim yang dapat merusak jaringan kolagen selaput
membrane, bakteri yang paling sering menimbulkan infeksi adalah
streptokokus dan klamidia. Infeksi yang terjadi secara langsung
pada selaput ketuban maupun asenderen dari vagina atau infeksi
pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPSW.
b.Gizi dan pola makan : Kelainan pada selaput ketuban dapat timbul
secara skunder pada status gizi yang rendah atau masuknya bahan
yang toksis. Adanya hubungan dan rendahnyakadar asam askorbat
dengan status sosial ekonomi pada penderita KPSW. Rendahnya
asam askobat hanya merupakan tanda adanya defisiensi gizi secara
umum dimana asam askobat dibutuhkan untuk produksi dan
22
memelihara jaringan kolagen.Defisiensi gizi dari tembaga atau
asam askorbat.
c. Kebiasaan merokok : ibu yang merokok akan merusak metabolisme
protein dan menurunkan kadar asam amino, vitamin B 12 dan asam
askobat sehingga akan memperburuk status gizi.
d. Servik yang inkompetensia,kanalis servikalis yang selalu terbuka
oleh karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan,
curettage).
e. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara
berlebihan (overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion,
gamelli.
f. Trauma yang dapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan
dalam, maupun amniosintesis menyebabkan terjadinya KPSW
karena biasanya disertai infeksi.
g. Kelainan letak,misalnya sungsang,sehingga tidak ada bagian
terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat
menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah.
h. Keadaan sosial ekonomi.
i. Faktor lain :
1.Faktor golongan darah,akibat golongan darah ibu dan anak yang
tidak sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk
kelemahan jaringan kulit ketuban.
2. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu.
23
Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum.
Defisiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (vitamin C).
Beberapa faktor resiko dari KPSW :
1.Inkompetensi serviks (leher rahim)
2.Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
3.Riwayat KPSW sebelumnya
4.Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
5.Kehamilan kembar
6.Trauma
7. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia
kehamilan 23 minggu.
8.Infeksi pada kehamilan seperti bacterial vaginosis
( Nugroho, 2012 )
2.2.5 Tanda dan Gejala
a.Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes
melalui vagina.
b.Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak,
mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes,dengan ciri
pucat dan bergaris warna darah.
c.Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus di produksi
sampai kelahiran.Tetapi bila Anda duduk atau berdiri,kepala janin
yang sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau
“menyumbat” kebocoran untuk sementara.
24
d.Demam,bercak vagina yang banyak,nyeri perut,denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.
(Nugroho, 2012).
2.2.6 Diagnosa
Menegakkan diagnosa KPSW secara tepat sangat penting karena
diagnosa yang positif palsu berarti melakukan intervensi seperti
melahirkan bayi terlalu awal atau melakukan seksio yang sebetulnya
tidak ada indikasinya. Sebaliknya diagnosa yang negatif palsu berarti
akan membiarkan ibu dan janin mempunyai resiko infeksi yang akan
mengancam kehidupan janin,ibu atau keduanya.Oleh karena itu
diperlukan diagnosa yang cepat dan tepat.
Diagnosa KPSW di tegakkan dengan cara :
1.Anamnesa
Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan
yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir.Cairan berbau khas,dan
perlu juga diperhatikan warna,keluarnya cairan tersebut,his belum
teratur atau belum ada,dan belum ada pengeluaran lendir darah.
2. Inspeksi
Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan
dari vagina,bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih
banyak, pemeriksaan ini akan lebih jelas.
3. Pemeriksaan dengan speculum
25
Pemeriksaan dengan speculum pada KPSW akan tampak keluar
cairan dari orifisium uteri ekternum (OUE), kalau belum juga tampak
keluar,fundus uteri ditekan,penderita diminta batuk,mengejan atau
mengadakan manuvover valsava,atau bagian terendah digoyangkan,
akan tampak keluar cairan dari ostinum uteri dan terkumpul pada
fornik anterior.
4.Pemeriksaan dalam didapat cairan di dalam vagina dan selaput ketuban
sudah tidak ada lagi.Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan
tocher perlu di pertimbangkan,pada kehamilan yang kurang bulan
yang belum dalam persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan
dalam. Karena pada waktu pemeriksaan dalam,jari pemeriksa akan
mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina yang
normal.Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen.
Pemeriksaan dalam vagina hanya di lakukan kalau KPSW yang sudah
dalam persalinan atau yang di lakukan induksi persalinan dan dibatasi
sedikit mungkin ( Norma, 2013)
2.2.7 Komplikasi
Komplikasi paling sering terjadi pada KPSW sebelum usia
kehamilan 37 minggu adalah sindrom distress pernapasan,yang terjadi
pada 10-40% bayi baru lahir.Resiko infeksi meningkat pada kejadian
KPSW.Semua ibu hamil dengan KPSW prematur sebaiknya
dievaluasi untuk kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang
26
pada korion dan amnion).Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya
tali pusat dapat terjadi pada KPSW.
Resiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPSW
preterm.Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada
KPSW preterm.Kejadiannya mencapai hamper 100% apabila KPSW
preterm ini terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
a. Infeksi intra uterine
b. Tali pusat menumbung
c. Prematuritas
d. Distosia
2.2.8 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna,
konsentrasi, bau, dan pH nya.Cairan yang keluar dari vagina ini
kecuali air ketuban mungkin juga urine atau sekret vagina.Sekret
vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas nitrazin tidak berubah
warna,tetap kuning.
2. Tes lakmus (tes Nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah
menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air
ketuban 7-7,5 darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes
darah yang positif palsu.
27
3. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas
objek dan di biarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik
menunjukkan gambaran daun pakis.
4. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini di maksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban
dalam kavum uteri.Pada kasus KPSW terlihat jumlah cairan
ketuban yang sedikit.Namun sering terjadi kesalahan pada
penderita oligohidramnion. Walaupun penndekatan diagnosis
KPSW cukup banyak macam dan caranya, namun pada umumnya
KPSW sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan
sederhana.
2.2.9 Penatalaksanaan
1. Konservatif
a. Rawat di rumah sakit
b. Beri antibiotika : bila ketuban pecah > 6 jam berupa :
Ampisilin 4 x 500 mg atau Gentamycin 1 x 80 mg.
c. Umur kehamilan < 32-34 minggu : dirawat selama air ketuban
masih keluar atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
d. Bila usia kehamilan 32-34 minggu, masih keluar air ketuban,
maka usia kehamilan 35 minggu di pertimbangkan untuk
terminasi kehamilan ( hal sangat tergantung pada kemampuan
perawatan bayi premature).
28
e. Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, lekosit, tanda-tanda infeksi
intrauterine).
f. Pada usia kehamilan 32-34 minggu, berikan steroid selama
untuk mamacu kematangan paru-paru janin.
1. Bila tak didapatkan komplikasi.
Komplikasi: - Suhu > 38 C
- Leukosit > 15.000/mm3
- Air ketuban berbau, kental dan hijau kuning.
2. Usia gestasi > 28 - < 37 minggu diberikan obat-obatan :
a. Tokolitik
b. Kortikosterid (pematangan paru)
c. Vitamin C dosis tinggi
d. Antibiotika (kontoversi)
Bila air ketuban tidak keluar, pulang dengan nasehat :
a.Tak bersetubuh
b.Tak irigasi vagina
2. Aktif :
a. Kehamilan > 35 minggu : induksi oksitosin,bila gagal di lakukan
seksio sesaria.
b. Cara induksin : 1 ampul syntocinon dalam Dektrose 5%, di
mulai 4 tetes/menit, tiap ¼ jam di naikkan 4 tetes sampai
maksimum 40 tetes/ menit.
c. Pada keadaan CPD, letak lintang di lakukan Seksio sesaria.
Tindakan Aktif
Letak memanjangNilai pelvik >5Tidak ada disproporsi
Letak memanjangNilai pelvik <5CPDKegagalan induksiProlapsus tali pusat
Letak memanjangCPDLetak lintang
Letak memanjangTidak CPD
Kehamilan > 36 minggu
29
d. Bila ada tanda infeksi : beri antiobitika dosis tinggi dan
persalinan di akhiri.
Harus dilahirkan bila terdapat komplikasi :
a. Indikasi penatalaksanaan aktif bila:
1. Didapatkan komplikasi
2. Usia gestasi > minggu / < 28 minggu (bayi prematur)
3. Janin mati
4. Indeks tokolitik > 8
b. Berikan antibitika
c. Terminasi.
1. Perabdominam bila :
a. Kontra indikasi tetes pitosin
b. Letak lintang
c. Presentasi lain yg tidak mungkin pervaginam
2. Pervaginam bila : - usia gestasi < 28 minggu
-Janin mati
(GUICK (OBGYN) Dr.Jasran Asga Dafartemen obstetrgynehologi
Dr.Mohammad Hoesin FK UNSRI PLG
30
(Saifuddn, 1996)
31
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA
IBU HAMIL PATOLOGI DENGAN KPSW ± 12 JAM
Tanggal pengkajian: 14-12- 2014 Jam: 01.00 Wib No.Rekam Medik: 1202
A.DATA SUBJEKTIF
I. Identitas
Nama Ibu : Ny.”R” Nama Suami : Tn.”A”
Umur : 35 thn Umu : 38 thn
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suka/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Hp/ Telp : 0823 XXXX Hp/ Telp :0823 XXXX
Alamat : Jl.H.Sanusi Lorong,Bilal No.32
II. Keluhan Utama
Ibu datang pukul 01.00 Wib ke Ruang KEBIDANAN RS Bhayangkara
Palembang.Mengaku hamil anak kedua.Ibu mengeluh keluar air-air dari
kemaluannya yang terus merembes sejak pukul 13.00 WIB dan nyeri di daerah
32
perut yang menjalar kepinggang di sertai dengan keluar lendir bercampur
darah, gerakan anak masih di rasakan.
III. Data Kebidanan
a. Riwayat Haid
Menarche Umur :: 12 Tahun
Haid : Teratur : ya
Siklus : 28 hari
Disminorhoe : Tidak
Warna Haid : Merah kehitaman
Bentuk Perdarahan / Haid : Cair
Bau Haid : Anyir
Flour Albus : Ya
Kapan : Sebelum dan sesudah haid
Lama : 5 hari
Warna : Putih
Banyak : Normal
b. Riwayat perkawinan
Status perkawinan : Kawin : Ya
Jika Kawin : Berapa kali : 1x, lamanya : ±7 tahun
Usia : 28 Tahun
33
c. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu
N
o
Tanggal
partus
Tempat
Partus
Umur
Kehamilan
Jenis
Persalinan
Penolong Penyulit Keadaan ket
Nifas Anak
1 2009 BPS Aterm Spontan Bidan Tdk ada Baik Baik JK:LK
3000
48
2 Ini
d. Riwayat Kehamilan Sekarang
GPA : G2P1A0
HPHT : 10-3-2014
TP : 17-12-2014
ANC : 4 x di Bidan
- TM I : 2 x di Bidan
- TM II : 1 x di Bidan
-TM III : 1 x di Bidan
Imunisasi TT : 1 x di Bidan
Keluhan umum
- TM I : Mual dan pusing
- TM II : Tidak ada
34
- TM III : Sering kencing
e. Riwayat KB
Pernah mendengar tentang KB : Pernah
Pernah menjadi akseptor KB : Pernah
Alat Kontrasepsi yang pernah di pakai : KB suntik 3 bulan
Alasan berhenti menjadi akseptor : ingin mempunyai anak lagi
IV. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan keluarga
Keturunan Kembar : Tidak ada
Penyakit menular/ keturunan : Tidak ada
-Lain- lain, Jelaskan : Tidak ada
b. Riwayat kesehatan yang lalu : Tidak ada
V. Riwayat kebiasaan sehari-hari
1. Nutrisi
Makan : 3x sehari
Porsi/ Jumlah : Sedang ( 1 piring nasi, ayam, sayur buah dan susu )
Keluhan : Tidak ada
Pantangan : Tidak ada
2. Eliminasi
a. BAK
Frekuensi :± 6 x sehari
Sifat : Cair
35
Jumlah : Normal
Warna : Kuning jernih
Bau : Khas
b. BAB
Frekuensi :± 1 x sehari
Sifat : Lembek
Jumlah : Normal
Warna : Kuning Kecoklatan
Bau : Khas
3. Aktifitas
a. Istirahat
Tidur siang : ±2 jam (kadang-kadang)
Tidur malam : ±7 jam/hari
b.Olahraga yang sering di lakukan : jalan kaki
c. Seksualitas : 2 x seminggu
4. Personal Hygiene
Mandi : 2x sehari
Sikat gigi : 2x sehari dan sehabis makan
Ganti pakaian dalam : 3x sehari dan bila terasa lembab
VI. Data Psikososial Spiritual
1. Komunikasi : Lancar
2. Keadaan Emosional : Kooperatif
3. Hubungan dengan keluarga : Akrab
36
4. Hubungan dengan orang lain : Baik
5. Proses berfikir : Terarah
6. Ibadah/ Spiritual : Patuh
7. Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan : Sangat senang dan
di harapkan
8. Dukungan yang diberikan suami/ keluarga : Moril, material dan
spiritual
9. Pengambilan keputusan dalam keluarga : Suami
10. Beban kerja dan kegiatan sehari-hari : Pekerjaan rumah
tangga
11. Tempat dan petugas yang di inginkan untuk bersalin : RS / Dokter
B. DATA OBJEKTIF
a. pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda Vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/m
Temperatur : 36,20C
Pernapasan : 20 x/m
4.Berat badan sebelum hamil : 51 kg
5. Berat badan saat hamil : 63 kg
37
6. Tinggi badan : 161 cm
7. Lingkar lengan atas : 25 cm
b. Pemeriksaan Obstetri
1. Inspeksi
a. Kepala
Rambut : Bersih tidak ada ketombe
Wajah : Bersih tidak ada cloasma gravidarum
Cloasma Gravidarum : Tidak ada
Konjungtiva : Merah muda
Sklera : Putih
Mulut dan gigi : Bersih tidak bau, tidak ada caries dan
stomatitis
Lidah : Bersih
Telinga : Bersih, tidak ada kelainan
b. Leher :Tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid,kelenjar limfe dan vena jugularis
c. Dada
Tarikan : Tidak ada retraksi
Bentuk : Simetris
Mammae : Tidak ada benjolan
Puting susu : Menonjol
Aerola mammae : Hiperpigmentasi aerola mammae
Colostrum : Sudah keluar
38
Pembesaran mammae : Simetris
d. Abdomen
Pembesaran perut : Simetris
Linea : Nigra
Striae : Albican
Bekas luka operasi : Tidak ada
e. Genetalia eksterna
Labia mayora/ minora : Simetris
Pembengkakan kelenjar bartholini : Tidak ada
Pengeluaran vagina
-Jenis secret : Air-air + Lendir bercampur darah
-Bau : Anyir
-Jumlah : Normal
f. Ekstremitas : Simetris
2. Palpasi
TFU : 32 cm
Leopold I : 3 jari di bawah px, UK : 36 minggu, teraba bokong di fundus
Leopold II : Bagian terbesar janin di sebelah kanan perut ibu, bagian
terkecil janin di sebelah kiri perut ibu
Leopold III : Presentasi kepala
Leopold IV : Kepala sudah masuk PAP
TBJ : TFU – Bidang Hodge x 155 ( 32 – 11 x 155 = 3255 gr)
39
3. AuskultasiS
DJJ : Positif
Lokasi DJJ : 3 jari di bawah pusat sebelah kanan ibu
Frekuensi DJJ : 144 x/m
Bising usus : Positif
4. Perkusi
Refleks patella : ka (+) / ki (+)
c. Pemeriksaan Ginekologi
Pemeriksaan dalam : pukul 01.00 Wib / 14 Desember 2014
Portio : Lunak
Pengeluaran cairan : Lendir darah + air- air
Pembukaan servix : 4 cm
Pendataran : 50 %
Ketuban : Negatif
Presentasi : Kepala
Penurunan : Hodge II-III
Penunjuk : UUK kanan depan
d. Pemeriksaan panggul
Distansia spinarum : Tidak di lakukan
Distansia kristarum : Tidak di lakukan
Conjugata eksterna : Tidak di lakukan
Lingkar panggul : Tidak di lakukan
40
e. Pemeriksaan laboratorium
1. Darah
Hemoglobin ( Hb) : 11 gr%
Golongan darah : B
2. Urine
Protein : (-)
Glukosa : (-)
C. ASSESMENT
Diagnosa kebidanan :G2P1A0 36 minggu inpartu kala 1 fase laten JTH preskep
dengan KPSW ± 12 jam
Masalah : Ibu merasa cemas dengan keadaan nya
Kebutuhan : 1. Informasi tentang keadaan ibu dan janin
2. Konsultasi dengan Dr. SPOG untuk therapi yang
akan di berikan
3. Informasi tentang observasi kemajuan persalinan
4. Informasi tentang persiapan persalinan
5. Informasi tentang pemindahan ruangan
Diagnosa potensial :
Ibu - Infeksi puerpuralis
- Partus macet
- Perdarahan post partum
- Atonia uteri
Janin - IUFD
41
- Asfiksia
- Infeksi
Tindakan segera : Sectio Secaria (SC)
Kolaborasi dengan Dr.SPOG
D. PLANNING
( Perencanaan dan Pelaksanaan )
NO PLANNING
1.
2.
3.
4.
Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan KU :baik, TD : 120/80 mmHg,
N : 80 x/m, T : 36,2oC, RR : 20 x/m, Pembukaan 4 cm, Ketuban (-) ± 12
jam, pen : Hodge II, DJJ : 144x/m
Ev: Ibu mengerti dan memahami penjelasan bidan.
Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang therapi atau pengobatan
yang akan di berikan sesuai dengan instruksi dokter SPOG yaitu
- Pemasangan infus RL dengan gtt 20 x/m, terpasang
- Injeksi antibiotik Cefotaxime 5 ml (IV) secara pelan-pelan, telah
diberikan
Ev :Ibu dan keluarga menyetujui dengan therapi yang akan di berikan.
Menjelaskan pada ibu dan keluarga setelah diobservasi selama 4 jam
pembukaannya masih 4 cm, ketuban (-), Pen: Hodge II, DJJ : tidak teratur,
Pasang O2 Sebanyak 2 liter dan kolaborasi dengan Dokter untuk tindakan
SC.
Ev: Ibu dan keluarga menyetujui tindakan yang akan dilakukan.
Menjelaskan pada ibu untuk persiapan persalinan secara SC yaitu
42
melakukan Cuklis, pasang DC(Dower Chateter) dan perlengkapan
persalinan.(baju ibu dan bayi).
Ev: Ibu dan keluarga menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan
Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu akan dipindahkan ke
ruangan operasi untuk dilakukan tindakan SC
Ev : Ibu dan keluarga mengerti penjelasan bidan.
Setelah 1 jam selesai SC, Ibu dipindahkan ke Ruang Perawatan.
Ev : ibu merasa senang karena ibu dan bayi baik-baik saja.
43
1.1. Perkembangan Kasus
No Tanggal Catatan perkembangan
14/12/2014 S :Ibu mengatakan keluar air-air dari kemaluannya yang terus merembes sejak pukul 07.00 wib dan nyeri di daerah perut yang menjalar kepinggang di sertai dengan keluar lendir bercampur darah.O :- keadaan umum baik - vital sign :TD : 110/ 70 mmHgT : 36,70CN : 80 x/mRR : 22 x/mDJJ : 150x/mPD : 3 cm Ket : (-)-gelisah-Ketuban yang terus merembes dan keluarnya lendir bercampur darah -TFU 3 jari bawah px.A : G1P0A0 inpartu fase laten dengan KPSW
P: Pukul 12.01 wib1. Memantau keadaan umum ibu.- KU ibu baik, ibu merasa senang
2. menganjurkan ibu untuk istirahat tirah baring untuk mencegah agar air ketuban tidak terus merembes.
- Ibu mengerti dengan anjuran bidan3. Informed Consent- Telah di setujui ibu dan keluarga
4. Melakukan Kolaborasi dengan Dokter SP.oG- Kolaborasi telah dilakukan
5. Pemberian terapi sesuai anjuran dokter antara lain
- Pemasangan infus RL dengan gtt 20 x/m,terpasang
- Pemasangan DC, terpasang- Injeksi Cefotaxime 5 ml (IV), telah diberikan
Pukul 12.35 wib
Pemindahan Ruangan dari OK ke Kebidanan
44
45
46
15/12/2014 S : Ibu post SC3jam yang lalu atas indikasi Ketuban Pecah Sebelum Waktunya
O :- keadaan umum baik - vital sign :TD : 110/ 80 mmHgT : 36,50CN : 82 x/mRR : 23 x/m-TFU 3 jari bawah pusat.A : P1A0 3 jam yang lau
P: Memantau keadaan umum ibu dan bayi.
- KU ibu baik, ibu merasa senang- menganjurkan ibu untuk istirahat tirah Ibu
mengerti dengan anjuran bidan- KU bayi baik denagn temp : 36,8 RR: 40 x/m.- Memberitahu ibu untuk istirahat yang cukup,
jangan melakukan aktifitas yang berat karena
ibu habis operasi.
- Memberitahu ibu tidak boleh makan yang
keras-keraspasca operasi.
- Memeberikan therapy pasca operasi seperti
obat oral cifrofloxasim 2x1, ketopropeny 3x1,
B.com.
- Memberitahu ibu untuk tidak intervensi apapun
terhadap luka bekas operasi dan menhgajarkan
ibu untuk mobilisasi setelah 6jam untuk miring
ke kanan atau kekiri bertahap untuk duduk.
47
16/12/2014
S : Ibu mengeluh mersa nyeri pada luka operasi.
O :- keadaan umum baik - vital sign :TD : 110/ 70 mmHgT : 36,30CN : 80 x/mRR : 20 x/mA : P1A0 1 hari yang lalu
P: 6. Memantau keadaan umum ibu dan bayi.- KU ibu baik, ibu merasa senang- menganjurkan ibu untuk istirahat tirah Ibu
mengerti dengan anjuran bidan- KU bayi baik denagn temp : 36,8 RR: 40 x/m.- Memeberikan therapy pasca operasi seperti
obat oral cifrofloxasim 2x1, ketopropeny 3x1,
B.com.
- Memberitahu ibu untuk tidak intervensi apapun
terhadap luka bekas operasi dan mengajarkan
ibu untuk mobilisasi sebulum diganti perban.
- Menganjurkan ibu untuk membersihkan
dirinya.
- Memeberitahu ibu untuk melepaskan selang
saluran kencing karena sudah 24jam pasca
operasi.
S : Ibu mengeluh rasa nyeri agak berkurang.
O :
48
17/12/2014
18/12/2014
- keadaan umum baik - vital sign :TD : 110/ 70 mmHgT : 36,70CN : 80 x/mRR : 22 x/m-TFU 3 jari bawah pusat.A : P1A0 2hari yang lalu
P: 7. Memantau keadaan umum ibu dan bayi.- KU ibu baik, ibu merasa senang- menganjurkan ibu untuk istirahat tirah Ibu
mengerti dengan anjuran bidan- KU bayi baik denagn temp : 36,8 RR: 40 x/m.- Memeberikan therapy pasca operasi seperti
obat oral cifrofloxasim 2x1, ketopropeny 3x1,
B.com.
- Memberitahu ibu untuk mengganti perban
bekas luka operasi.
- Menganjurkan ibu untuk membersihkan
dirinya.
S : ibu sudah merasa tidak nyeri lagi pada luka operasi.
O :- keadaan umum baik - vital sign :TD : 120/ 70 mmHgT : 36,40CN : 80 x/mRR : 22 x/mA : P1A0
P: P1A0 post SC 3hari yang lalu
49
8. Memantau keadaan umum ibu dan bayi.- KU ibu baik, ibu merasa senang- menganjurkan ibu untuk istirahat tirah Ibu
mengerti dengan anjuran bidan- KU bayi baik denagn temp : 36,8 RR: 40 x/m.
Memeberikan therapy pasca
operasi seperti obat oral
cifrofloxasim 2x1, ketopropeny
3x1, B.com.
- Memberitahu ibu untuk menggati perban yang
tahan air.
- Menganjurkan ibu untuk membersihkan
dirinya.
- Memebritahu ibu untuk melakukan pelepasan
infus (up infus) karena ibu akan pulang.
- Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang
1minggu kedepan dan apa bila ada keluhan.
BAB IV
PEMBAHASAN
50
Ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW) di definisikan sebagai
pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan.Hal ini dapat terjadi pada akhir
kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPSW preterm adalah
KPSW sebelum usia kehamilan 37 minggu. KPSW yang memanjang adalah
KPSW yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan (Rukiyah,
2010).
Ketuban pecah sebelum waktunya adalah pecahnya ketuban sebelum
waktunya melahirkan/ sebelum inpartu, pada pembukaan <4 cm (fase laten). Hal
ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan. KPSW preterm adalah KPSW sebelum usia kehamilan 37 minggu.
KPSW yang memanjang adalah KPSW yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum
waktunya melahirkan (Nugroho, 2012).
Secara klinik diagnosa KPSW tidak sukar untuk ditegakkan, anamnesa
pada klien dengan keluarnya air seperti kencing dengan tanda-tanda yang khas
sudah dapat menilai jika itu mengarah ke KPSW.Untuk menentukan betul
tidaknya diagnosa KPSW tersebut bisa dilakukan dengan cara: adanya cairan yang
berisi mekonium (kotoran janin), verniks kaseosa (lemak putih) rambut lanugo
atau bulu-bulu halus, dan berbau bila telah terinfeksi, pemeriksaan inspekulo yaitu
untuk melihat dan memperhatikan apakah memang air ketuban keluar dari kanalis
servikalis pada bagian yang sudah pecah,atau terdapat cairan ketuban pada forniks
posterior, USG dilakukan untuk menegataui volume cairan amnion berkurang/
oligohidramnion.
51
Berdasarkanhasil pengkajian pada Ny. “R” di Ruang KEBIDANAN
Rumah Sakit Bhayangkara Palembang pada tanggal 14 Desember 2014 pukul
01.00 Wib,maka didapatkan data subjektif yaitu ibu sakit perut mau melahirkan
anak kedua,usia kehamilan 9 bulan,gerakan anak masih dirasakan,ketuban sudah
pecah sejak pukul 18.00 Wib dan terus merembes saat sampai di Ruang
KEBIDANAN Rumah Sakit Bhayangkara Palembang pukul 01.00 Wib.
Sedangkan data objektif yaitu Ny. “R” G2P1A0 hamil 36 minggu janin
tunggal hidup presentasi kepala dengan KPSW.Data diatas diperoleh dari hasil
pemeriksaan palpasi menurut Leopold yaitu janin tunggal dan presentasi kepala,
sedangkan hasil auskultasi DJJ 144x/menit yang menandakan bahwa janin hidup.
Dilakukan juga pemeriksaan dalam pada Ny. “R” dan didapatkan hasil yaitu
portio lunak,pengeluaran cairan lendir,darah dan cairan ketuban,ketuban negatif
(-), pembukaan serviks 4 cm, pendataran 50%, presentasi kepala dan penunjuk
UUK kiri depan.
Penulis telah melakukan anamnesa kepada Ny. “R” mengenai tanda dan
gejala dari pecahnya ketuban, kemudian telah dilakukan pemeriksaan dalam dan
terdapat tanda dari pecahnya selaput ketuban,terlihat cairan jernih mengalir di
kanalis servikalis.
Penulis menemukan adanya kesenjangan antara prosedur kerja teori dengan
praktik klinik yang dilakukan.Dalam melakukan pemeriksaan pada Ny.”R” tidak
dilakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui volume cairan ketuban karena ibu
sudah terdapat tanda-tanda inpartu.
52
Dengan adanya data subjektif dan data objektif diatas,maka diagnosa yang
ditegakkan adalah Ny.”R” G2P1A0 hamil 36 minggu janin tunggal hidup presentasi
kepala dengan KPSW.
Pada pentalaksanaan Ny. “R”, dilakukan kolaborasi dengan Dokter Sp OG
untuk penanganannya dan berdasarkan instruksi dokter, Ny. “R” di pasangkan
IVRL gtt 20x/menit, kemudian diberikan antibiotik cefotaxim 3x1 untuk
mencegah infeksi, dan ibu diharuskan berbaring selama kala I untuk mencegah air
ketuban keluar lebih banyak.Dilakukan juga pemantauan kala I yaitu
mendengarkan DJJ setiap 30 menit, his setiap 30 menit, nadi setiap 30 menit, suhu
setiap 2 jam, pembukaan seviks, penurunan dan tekanan darah setiap 4 jam.
53
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Data subjektif yang dikaji pada Ny. “R” yaitu ibu mengaku sakit perut
mau melahirkan anak kelima, usia kehamilan 9 bulan,gerakan anak masih
dirasakan, ketuban sudah pecah sejak pukul 18.00 Wib dan terus
merembes saat sampai di ruang KEBIDANAN Rumah Sakit Bhayangkara
Palembang pukul 01.00 Wib.
2. Data objektif dari hasil pemeriksaan, yaitu RR: 18 x /menit, TD 130/90
mmHg, Temp 36,2oC, Pols 84x/ menit, palpasi Leopold I: TFU 3 jari di
bawah PX (Mc. Donald = 32cm), di fundus terababokong, palpasi Leopold
II: punggungjaninteraba di sebelahkananperutibu, palpasi Leopold III:
bagianterbawahterabakepalajanin, kepalajanin sudah masuk PAP, palpasi
Leopold IV: sejajar, DJJ: 140x/menit. Dilakukan juga pemeriksaan dalam
pada Ny. “R” dan didapatkan hasil yaitu portio lunak, pengeluaran cairan
yaitu lendir dan darah dan cairan ketuban, ketuban negatif (-), pembukaan
serviks 4 cm, pendataran 50%, presentasi kepala dan penunjuk UUK kiri
depan.
3. Dengan adanya pengumpulan data secara subjektif dan objektif diatas,
kami dapat menyimpulkan bahwa Ny. “R” G2P1A0hamil 36 minggu janin
tunggal hidup presentasi kepala dengan KPSW.
4. Penatalaksanaan pada Ny.”R” yaitu IVRL gtt 20x/menit, kemudian
diberikan antibiotik cefotaxim 3x1 untuk mencegah infeksi, dan ibu
54
diharuskan berbaring selama kala I untuk mencegah air ketuban keluar
lebih banyak.Memberikan asuhan sayang ibu dengan cara pemberian
nutrisi,BAK apabila kandung kemih terasa penuh,dan memberikan
konseling bahwa rasa sakit perut yang dirasakan adalah normal dan
menjelaskan kepada ibu untuk tidak meneran karena pembukaan serviks
masih 3 cm. Dilakukan juga pemantauan kala I yaitu mendengarkan DJJ
setiap 30 menit, His setiap 30 menit, Nadi setiap 30 menit, Suhu setiap 2
jam, pembukaan seviks, penurunan dan tekanan darah setiap 4 jam.
1. Setelah menetapkan kebutuhan tindakan dan pelaksanaan kemudian
melakukan asuhan antara lainmenjelaskan kepada ibu bahwa ketuban telah
pecah dan meminta ibu untuk berbaring selama pembukaan belum
lengkap. Ibu mengerti dan paham mengenai penjelasan yang diberikan.Ibu
mau berbaring saja menunggu pembukaan lengkap.Memberikan asuhan
sayang ibu berupa asupan nutrisi,BAK apabila kandung kemih terasa
penuh dan menggosok punggung ibu.
Menganjurkan kepada keluarga untuk memberikan dukungan kepada ibu.
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Rumah Sakit
Diharapkan pihak Rumah Sakit agar tetap mempertahankan kualitas
pelayanannya dan juga lebih meningkatkan penatalaksanaan asuhan
kebidanan pada ibu hamil dengan kasus - kasusterutama KPSW sesuai
teori maupun praktek.
55
5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
1.Diharapkan makalah ini dapat menjadi sumber pembelajaran bagi
mahasiswa Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang dalam
melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil normal dan patologi
sesuai teori maupun praktek.
2.Diharapkan dapat meningkatkan kualitas prosedur teori dan
praktek mahasiswa Akademi Kebidanan Budi Mulia Palembang
dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan pada ibu hamil normal dan
patologi.
5.2.3 Bagi Mahasiswa
1.Diharapkan mahasiswi mampu melakukan Asuhan Kebidanan
pada ibu hamil inpartu kala I fase laten dan fase aktif sesuai prosedur
teori dan metode yang telah ditentukan.
2.Diharapkan mahasiswi dapat meningkatkan pengetahuan
keterampilan dalam laks asuhan kebidanan pada ibu hamil inpartu
kala I fase laten dan fase aktif dengan KPSW.