Upload
riska-miyu-miyu
View
166
Download
28
Embed Size (px)
DESCRIPTION
FARMAKOLOGI
Citation preview
MAKALAH
FARMAKOLOGI
“Antiseptik Saluran Kemih”
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi
Di susun oleh :
Kelompok 10
Heny Krisbianti (P27820112029)
Lintang Mareta (P27820112051)
Riska Triana Mustofa (P27820112040)
Syahrul Akbar Afriansyah (P27820112021)
Titis Wahyu Widyawati (P27820112118)
Tingkat 1 / Non Reguler
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
PRODI D III KEPERAWATAN KAMPUS SOETOMO SURABAYA
2012-2013
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunianya-Nya sehingga dapat terselesaikannya Makalah Farmakologi dengan
judul “Antiseptik Saluran Kemih” sebagai salah satu untuk melaksanakan tugas
Farmakologi.
Dalam menyusun Makalah Farmakologi ini,tidak luput dari kesulitan
dan hambatan. Namun berkat bimbingan pengarahan dan bantuan dari berbagai
pihak maka Makalah ini dapat terselesaikan. Oleh sebab itu kami menyampaikan
terima kasih kepada :
1. Ibu Kionarni, selaku dosen pembimbing mata kuliah Farmakologi.
2. Semua responden yang telah membantu dalam menyelesaikan Makalah ini
sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
3. Kedua orang tuaku dan keluarga besarku atas segala do’a, pengorbanan dan
jerih payahnya dalam mengasuh, mendidik dan memberikan dukungan moril
maupun material yang tiada ternilai.
4. Teman-teman seangkatan yang telah membantu serta memberikan dukungan
dalam menyelesaikan Makalah ini.
5. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan Makalah ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal
yang telah diberikan dan semoga Makalah ini berguna bagi diri kami sendiri
maupun pihak lain yang memanfaatkan.
Surabaya, 22 Maret 2013
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................................ i
Kata Pengantar............................................................................................................... ii
Daftar Isi.......................................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ 1
1.3 Tujuan.......................................................................................................... 2
1.4 Manfaat........................................................................................................ 2
BAB II. PEMBAHASAN................................................................................................3
2.1 Pengertian Antiseptik................................................................................... 3
2.2 Pengertian Antiseptik Saluran Kemih.......................................................... 3
2.3 Macam-macam antiseptik Saluran Kemih................................................... 3
2.4 Interaksi Obat-obat....................................................................................... 12
BAB III. PENUTUP........................................................................................................13
3.1 Kesimpulan...................................................................................................13
3.2 Saran............................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi saluran kemih sering berupa sistisis dan pielonefritis akut,
terutama pada wanita subur dan manula. Infeksi saluran kemih lebih sering
terjadi pada wanita, salah satu penyebabnya karena uretra wanita lebih
pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah masuk ke kandung kemih.
Faktor lain adalah kecenderungan wanita menahan miksi, serta iritasi kulit
lubang uretra pada waktu berhubungan kelamin. Uterus pada kelamin juga
dapat menghambat aliran urine pada keadaan tertentu. Infeksi inilah yang
sering ditemukan para dokter di puskesmas.
Kuman pathogen yang paling sering menyebabkan infeksi saluran
kemih adalah E. Coli (kira-kira 80% dari infeksi saluran kemih bagian atas
dan bagian bawah tanpa komplikasi), kuman-kuman Staphylococcus,
Klebsiella pneumonia dan Proteus Mirabilis. Infeksi saluran kemih ini dapat
diobati dengan golongan obat yang kadarnya tinggi di saluran kemih, dan
disebut sebagai antiseptik saluran kemih.
Dalam hal ini sebagai seorang perawat harus mengerti, memahami
dan harus tahu tentang infeksi saluran kemih serta segala obat infeksi
saluran kemih. Perawat juga harus memahami kerja obat dan efek samping
yang di timbulkan oleh obat tersebut dengan tepat, memantu respon klien
dan membantu klien menggunakan dengan benar dan berdasarkan
pengatahuan.
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan Antiseptik saluran kemih?
2) Apa saja yang termasuk macam-macam obat Antiseptik saluran kemih?
4
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Adapun penulis menyusun makalah ini bertujuan untuk
memperoleh pengetahuan tentang implikasi proses keperawatan
dalam pemberian obat sistem perkemihan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengetahui berbagai jenis obat yang digunakan dalam sistem
perkemihan.
2) Mengetahui jenis klasifikasi obat-obat sistem perkemihan.
3) Mengetahui dosis yang benar dalam pemberian obat sistem
perkemihan.
4) Mengetahui efek samping pemberian obat sistem perkemihan.
5) Mengetahui implementasi keperawatan dalam penggunaan
obat pada sistem perkemihan.
1.4 Manfaat
Diharapkan mendatangkan manfaat berupa penambahan
pengetahuan serta wawasan kepada pembaca tentang antiseptic saluran
kemih, dan dapat di gunakan sebagai penunjang proses belajar mengajar
khususnya untuk mahasiswa jurusan keperawatan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Antiseptik
Antiseptik merupakan agen kimia yang mencegah, memperlambat
atau menghentikan pertumbuhan mikro-organisme (kuman) pada
permukaan luar tubuh dan membantu mencegah infeksi. Beberapa antiseptik
mampu membunuh kuman (bakteriosida), sedangkan yang lain hanya
mencegah atau menghambat pertumbuhan mereka (bakteriostatik).
2.2 Pengertian Antiseptik Saluran Kemih
Antiseptik saluran kemih adalah obat antimikroba dengan sifat
mempunyai kadar yang cukup tinggi pada saluran kemih saja sehingga
bekerja secara lokal.
Antiseptik saluran kemih bekerja pada tubulus ginjal dan kandung
kemih, sehingga efektif dalam mengurangi pertumbuhan bakteri.
Untuk infeksi akut saluran kemih yang disertai tanda-tanda
sistemik seperti demam, menggigil, hipotensi dan lain-lain, obat antispetik
saluran kemih tidak dapat digunakan karena pada keadaan tersebut
diperlukan obat dengan kadar efektif dalam plasma.
Antiseptik saluran kemih terbatas hanya untuk pengobatan
infeksi saluran kemih. Obat bekerja pada tubulus ginjal dan kandung
kemih, sehingga efektif dalam mengurangi pertumbuhan bakteri. Urinalis
dan pembiakan serta tes sensitifitas biasanya dilakukan sebelum
dimulainya terapi obat.
2.3 Macam-macam Antiseptik Saluran Kemih
Kelompok antiseptik saluran kemih adalah nitrofurantoin,
metenamin, quinolon, dan trimetoprim.
6
2.3.1 Nitrofurantoin
Nitrofurantoin (Furadantin, Macrodantin) pertama kali
diresepkan untuk ISK pada tahun 1953. Nitrofurantoin
merupakan bakteriostatik atau bakterisida, tergantung dari dosis
obat, dan efektif untuk melawan banyak organisme gram
positif dan gram negatif, terutama terhadap E. coli. Obat
ini dipakai untuk pengobatan ISK akut dan kronik. Pada fungsi
ginjal yang normal, obat akan cepat dieliminasi karena waktu
paruhnya yang singkat yaitu 20 menit; tetapi obat ini dapat
menumpuk pada serum jika terjadi gangguan saluran
kemih. Pseudomonas aeruginosa resisten terhadap nitrofurantoin,
tetapi pada populasi mutan resisten yang peka terhadap
nitrofurantoin jarang ada. Resistensi klinis muncul secara
lambat. Tidak ada restisten silang di antara nitrofurantoin dan obat
antimikroba lain.
Mekanisme kerja nitrofurantoin tidak diketahui, diduga
obat ini menghamabat sistem enzim bakteria termasuk siklus
asam trikarboksilat. Aktivitas nitrofurantoin sangat diperkuat pada
pH 5,5 atau kurang.
2.3.1.1 Farmakokinetik
Nitrofurantoin diabsorbsi dengan baik setelah ditelan
tetapi dengan cepat dimetabolisme dan diekskresikan
dengan cepat sehingga tidak memungkinkan kerja
antibakteri sistemik. Di dalam ginjal, obat ini di
ekskresikan ke dalam urin baik dengan filtrasi
glomerulus maupun dengan sekresi tubulus. Dengan
dosis harian rata-rata, konsentrasi µ/mL dicapai di
dalam urin. Pada gagal ginjal, kadar di dalam urin
tidak cukup untuk kerja antibakteri, tetapi kadar dalam
darah yang tinggi dapat menyebabkan keracunan.
Nitrofurantoin memberikan warna coklat pada urin.7
2.3.1.2 Indikasi Klinik
Obat ini adalah salah satu alternatif untuk pengobatan
infeksi saluran kemih bawah tanpa komplikasi dan
pencegahan rekurens infeksi saluran kemih bawah.
2.3.1.3 Penggunaan Klinik
Dosis harian rata-rata untuk infeksi saluran
kemih pada orang dewasa ialah 100 mg per oral 4 kali
sehari yang dimakan bersama makanan atau susu.
Nitrofurantoin tidak boleh diberikan kepada pasien
infusiensi ginjal yang berat. Nitrofurantoin dapat
diberikan berbulan-bulan untuk menekan infeksi
kronis saluran kemih. Lebih disukai untuk
mempertahankan pH urin di bawah 5,5. Dosis tunggal
harian nitrofurantoin, 100 mg, dapat mencegah
kekambuhan infeksi saluran kemih pada wanita.
Nitrofuran lain, furazolidon 400 mg/hari per
oral (5-8 mg/kg/hari) pada anak-anak dapat mengurangi
diare karena kolera dan mungkin memperpendek
ekskresi vibrio. Obat ini biasanya tidak berhasil untuk
shigelosis.
2.3.1.4 Efek Samping
1) Toksisitas Langsung : Anoreksia, mual dan
muntah merupakan efek samping utama (dan
sering) nitrofurantoin. Neuropati dan anemia
hemolitik terjadi pada individu dengan defisiensi
glukosa-6-fosfat dehidrogenase. Nitrofurantoin
mengantagonis efek asam nalidiksat.
2) Reaksi Alergi : Berbagai rash pada kulit, infiltrasi
ke paru-paru, dan reaksi hipersensitif lain.
2.3.1.5 Interaksi Obat
Nitrofurantoin berinteraksi pada antasida terutama
8
yang mengandung Mg trisilikat dapat menurunkan
absorbsi obat ini. Obat ini mengantagonis asam
nalidiksat dan oksolinat. Kadar serum fenitoin menurun
bila diberikan bersamaan dengan obat ini.
2.3.1.6 Sediaan dan Dosis
Nitrofurantoin tersedia dalam bentuk tablet dan kapsul
50 mg, 100 mg, serta suspensi.
Dosis dewasa : 3-4x sehari 50 mg/hari.
Anak-anak : 5-7 mg/kg/BB/hari dibagi 4 dosis.
2.3.2 Metenamin
Metenamin (Mandelamine, Hiprex) menimbulkan efek
bakterisida jika pH urin kurang d 5,5. Obat ini tersedia dalam
bentuk garam mandelat (masa kerja singkat) dan sebagai
garam hipurant. Metenamin efektif dalam melawan organisme
gram positif dan gram negatif, terutama E Coli dan
Pseudomonas aeruginosa. Obat ini dipakai untuk infeksi
saluran kemih kronik. Obat ini cepat diabsorpsi melalui saluran
gastrointestinal, dan sekitar 90% dari obat ini diekskresi tanpa
mengalami perubahan. Metenamin membentuk amonia dan
formaldehida dalam urin yang asam; oleh karena itu, urin perlu
diasamkan untuk menghasilkan efek bakterisida. Sari buah
cranberry (beberapa gelas ukuran delapan ounce perhari), asam
askorbat, dan amonium klorida dapat diapakai untuk
menurunkan pH urin.
2.3.2.1 Farmakokinetik
Metenamin dan garamnya diabsorbsi secara tepat
disaluran cerna setelah pemberian secara oral, dan 10-
30% dari dosis yang diberikan dihidrolisis oleh asam
lambung sehingga obat ini sebaiknya diberikan dalam
bentuk salut enterik. Meskipun obat ini didistribusikan
ke seluruh cairan tubuh termasuk sel darah merah, 9
cairan serebrospinalis dan sinovial, serta pleura, tetapi
obat ini tidak menunjukkan aktivitas antibakteri
karena formaldehid tidak terbentuk pada pH
fisiologis. Lebih dari 90% obat ini diekskresikan
kedalam urin dan lebih dari 20% nya dihirdolisis
menjadi formaldehid bebas.
2.3.2.2 Indikasi
Obat ini digunakan untuk profilaksis infeksi saluran
kemih rekurens. Obat ini sangat bermanfaat pada
prostatitis dan neurogenik bladder, dan terbentuk
residu urine karena waktunya cukup untuk membentuk
formaldehid.
2.3.2.3 Efek Samping
Metenamin dan garamnya cukup aman serta relatif
ditoleransi dengan baik. Efek samping yang biasanya
terjadi adalah gangguan saluran cerna yang meliputi
mual, muntah, dan diare terutama bila dosis obat
diberikan lebih dari 4x500 mg/hari, meskipun
diberikan dalam bentuk salut enterik. Dengan dosis
besar juga, mungkin dapat menimbulkan iritasi
saluran kemih yang ditandai dengan disuria dan
hematuria. Bila keluaran urin menurun, metenamin
dapat menimbulkan kristaluria. Selain itu juga terdapat
beberapa reaksi alergi terhadap zat warna pada Hiprex.
2.3.2.4 Interaksi Obat
Obat-obat yang meningkatkan pH urin (seperti
asetazolamid dan natrium bikarbonat) mencegah
hidrolisis metamin menjadi formaldehid. Metenamin
tidak boleh diberikan bersamaan dengan golongan sulfa
karena akan meningkatkan terjadinya kristaluria.
10
2.3.2.5 Sediaan dan Dosis
Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 500 mg dan 1 g
serta suspensi.
Metenamin Mandelat Metenamin HipuratDewasa : 4x1 gr/hari setelah makan
Anak 6-12 tahun : 4x500 mg/hariAnak < 6 tahun : 18,3 mg/kg BB/hari dibagi dalam 4 dosis
Dewasa dan anak > 12 tahun : 2x1gr/hari
Anak 6-12 tahun : 2x500 mg/hari atau25-50 mg/kg BB/hari dibagi dalam 2 dosis
2.3.3 Quinolon
Quinolon merupakan salah satu dan kelompok
antiseptik saluran kemih terbaru dan efektif dalam melawan
ISK bagian bawah. Asam nalidiksat (NegGram) dikembangkan
pada tahun 1964, dan sinoksasin (Cinobac), norfloksasin
(Noroxin), dan siprofloksasin hidroklorida (Cipro) dipasarkan
pada tahun 1980an. Quinolon terbaru (sinoksasin, norfioksasin,
dan siprofloksasin) efektif dalam melawan banyak macam ISK.
Dosis obat harus diturunkan jika terdapat disfungsi ginjal. Waktu
paruh dari obat-obat iniadalah 2-4 jam tetapi menjadi lebih
lama jika terdapat disfungsi ginjal.
2.3.3.1 Farmakokinetik
Sinoksasin diabsorpsi dengan baik dan saluran
gastrointestinal, dan 35% dari norfloksasin diabsorpsi
dari saluran gastrointestinal. Sinoksasin tinggi
berikatan dengan protein, tetapi norfloksasin hanya
10-15% yang berikatan dengan protein. Waktu paruh
dari ke dua obat ini adalah singkat; obat-obat ini
11
biasanya diberikan dua kali sehari. Baik sinoksasin
maupun norfloksasin diekskresi sebagai metabolit
tanpa mengalami perubahan ke dalam urin. Selain itu
sebagian dari metabolit norfloksasin diekskresikan ke
dalam feses.
2.3.3.2 Farmakodinamik
Sinoksasin dan norfloksasin menghambat
sintesis DNA bakteri. Norfloksasin merupakan obat
antibakterial saluran kemih yang kuat dan efektif untuk
melawan mikroorganisme gram positif dan gram
negatif, termasuk Pseudomonas aeruginosa.
Sinoksasin juga efektif dalam melawan banyak
organisme yang sama.
Mula kerja dari kedua obat ini tidah
diketahui. Waktu untuk mencapai konsentrasi puncak
dari kedua obat ini adalah sama, 1-2 jam. Lama
kerja sinoksasin adalah 10-12 jam tetapi untuk
norfloksasin tidak diketahui. Antasid mengurangi
absorpsi obat- obat ini. Probenesid memperpanjang kerja
sinoksasin dan norfloksasin. Obat-Obat ini
mempengaruhi hasil dari beberapa pemeriksaan
Iaboratorium, mungkin menyebabkan peningkatan
BUN, kreatinin serum, alkali fosfatase serum, SGOT
dan SGPT serum.
2.3.3.3 Efek Samping
Pemakaian asam nalidiksat dapat menimbulkan efek
samping berikut: sakit kepala, pusing, sinkope
(pingsan), neuritis penifer, gangguan penglihatan, dan
ruam kulit. Mual, muntah, diare, sakit kepala, dan
gangguan penglihatan dapat terjadi pada pemakaian
sinoksasin dan norfloksasin.
12
2.3.4 Trimetoprim
Trimetoprim (Proloprim, Trimpex) dapat dipakai tersendiri untuk
pengobatan ISK atau dalam kombinasi dengan sulfonamid,
sulfametoksazol (preparat kombinasi mi secara generik
dikenal sebagai ko-trimoksazol), untuk mencegah terjadinya
organisme yang resisten terhadap trimetoprim. Obat ini
menghasilkan efek bakterisidal dengan masa kerja lambat untuk
melawan hampir semua organisme gram positif dan gram
negatif. Trimetoprim dipakai untuk pengobatan dan pencegahan
ISK akut dan kronik. Jumlah trimetropim dalam cairan prostat
adalah kira-kira dua sampai tiga kali lebih besar dari jumlahnya
dalam cairan vaskular. Dalam keadaan normal waktu paruh dari
trimetoprim adalah 9-11 jam; waktu paruhrya akan lebih panjang
jika terdapat disfungsi ginjal.
2.3.4.1 Farmakokinetik
Absorbsi melalui saluran cerna cepat dan lengkap,
kadar puncak plasma dicapai dalam waktu 2 jam dan
waktu paruh 11 jam. Distribusi cepat ke seluruh
jaringan termasuk SSP, saliva dan empedu yang
kadarnya cukup tinggi.
2.3.4.2 Efek Samping
Efek sampingnya terutama gejala-gejala
gastrointestinal, yaitu mual dan muntah; dan
masalah kulit, seperti ruam kulit dan pruritus.
Untuk menghindari resistensi lebih lanjut yang
semakin sering terjadi, sebaiknya jangan digunakan
sebagai obat pencegah. Resistensi dari kuman
uropatogen terhadap trimetoprim sudah meningkat.
2.3.4.3 Dosis
Dosis, setiap malam 300 mg selama 3-7 hari atau 2 dd
13
200 mg. Untuk anak-anak 5-12 tahun: 2 dd 3 mg/kg BB.
Tabel. Memuat d a ft a r ant i s e pt i k salu ra n k e m i h, dosis, pem a k a ian, d a n p e rtimb a n g a n
p e mak a ian n y a .
OBAT DOSISPEMAKAIAN DAN PERTIMBANGAN
Nitrofurantoin(Furadantin, Macrodantin)
D: PO: 50-100 mg. q.i.d (4 kali sehari)., p.c (setelah makan)
Untuk ISK akut dan kronik. Klirens kreatinin yang normal menjamin efektifitas obat. Neuropati perifer merupakan efek yang merugikan. Dapat menimbulkan iritasi gastrointestinal. Dipakai bersama makanan dapat mengurangi rasa tidak enak pada gastrointestinal.
Metenamin(Mandelamine)
D: PO: 1 g, setiap 12 jamuntuk garam hipurat, atau q.i.d. untuk garam mandelat.
Untuk ISK kronik. pH urin harus asam (<5,5). Tidak boleh dipakai bersama sulfonamid. Dapat menyebabkan kristaluria, sehingga perlu banyak minum. Dapat menimbulkan iritasi gastrointestinal, sehingga obat perlu dipakai bersama makanan.
Trimetropim(Protoprim,Trimpex)
D: PO: 100 mg, setiap 12jam.
Untuk pencegahan dan pengobatan ISK akut dan kronik baik pada pria maupun pada wanita. Dosis tinggi dapat menimbulkan rasa tidak enak pada gastrointestinal. Obat dapat dikombinasi dengan sulfametoksazol (Bactrim).
QuinolonAsam nalidiksat(NegGram)
D: PO: 1 g, q.i.d., selama 1-2 minggu, 1 g, b.i.d (2 kali sehari), untuk pemakaian jangka panjang. A: PO: 55 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 4 selama 1-2 minggu; 33 mg/kg/hari untuk pemakaian jangka panjang.
Untuk ISK akut dan kronik. Resistensi obat dapat terjadi. Tinggi berikatan dengan protein. Tidak didistribusikan ke dalam cairan prostat.
14
Sinoksasin(Cinobac)
D: PO: 1 g/hari, dalam dosisterbagi 2-4 selama 1-2 minggu.
Untuk ISK akut dan kronik. Lebih efektif daripada asam nalidiksat. Diabsorbsi ke dalam jaringan prostat.
Norfloksasin(Noroxin)
D: PO: 400 mg, b.i.d., selama1-2 minggu.
Untuk ISK akut dan kronik. Merupakan obatyang paling kuat dari kelompok quinolon. Makanan dapat menghambat absorbsi obat.
Siprodoksasin(Cipro)
D: PO: 250-500 mg, setiap 12jam, infeksi berat; 500-750 mg, setiap 12 jam.
Mempunyai efek antibakterial spektrum luas.Untuk ISK, infeksi kulit dan jaringan lunak, serta infeksi tulang dan sendi. Antasid menghambat absorbsi obat.
2.4 Interaksi Obat-Obat
Interaksi obat-obat berikut ini dapat terjadi :
1) Asam nalidiksat meningkatkan efek warfarin (Coumadin).
Warfarin (Coumadin) merupakan pengencer darah yang mencegah
pembentukan gumpalan-gumpalan darah.
2) Antasid mengurangi absorbsi nitrofurantoin.
3) Kebanyakan dari antiseptic saluran kemih menyebabkan hasil positif
palsu pada pemeriksaan Clinitest (pemeriksaan kadar gula dalam
tinja).
4) Natrium bikarbonat menghambat kerja metenamin.
5) Metenamin yang dipakai bersama sulfonamida meningkatkan risiko
terbentuknya kristaluria (keadaan dimana urine mengandung Kristal-
kristal).
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penggunaan obat tidak bisa dilakukan sembarangan. Harus ada
serangkaian pemeriksaan sebelum memutuskan memberikan obat kepada
pasien. Juga harus ada pengecekan berulang kali sebelum memberikan
obat kepada pasien sehingga dapat meminimalisir kemungkinan
terburuk yang akan terjadi apabila ceroboh dalam pemberian obat.
Kepatuhan dalam pemberian obat terjadi apabila aturan pakai
obat diresepkan serta pemberiannya di rumah sakit diikuti dengan benar.
Sehingga sangat bijaksana jika perawat mau mengecek obat yang akan
diberikan demi kesembuhan pasien.
Cara pemberian obat pada klien yang menderita gangguan
pada sistem perkemihan pun harus diperhatikan para perawat
sebagaimana kita ketahui bahwa peran dari saluran perkemihan sangat
penting dalam proses pengeluaran zat-at yang tidak digunakan oleh
tubuh dan zat-zat yang mengandung toxic.
3.2 Saran
Adapun saran dalam makalah yang telah kami susun ini ialah :
1) Sebaiknya tidak sembarangan atau mengira-ngira dalam
memberikan dosis obat kepada pasien.
2) Kaji penyakit pasien sebelum memberikan obat, dan berikan obat
sesuai dengan tujuan pemberian.
16
DAFTAR PUSTAKA
Obat Atiseptik Saluran Kemih, (online), (http://books.google.co.id/books?
id=MVw2VCMXrEgC&pg=PA176&lpg=PA176&dq=antiseptik+saluran+ke
mih&source=bl&ots=N5_ku2CJks&sig=ZSy4FtKVJ7y4eW-74wf-
QZ9jyTo&hl=en&sa=X&ei=3HtMUaH_D9GJrAfyj4C4DQ&redir_esc=y#v=
onepage&q=antiseptik%20saluran%20kemih&f=false), diakses 22 Maret
2013
Idris, Amril. Obat Saluran Perkemihan, (online),
(http://amrilaril.blogspot.com/2011/01/obat-saluran-perkemihan.html),
diakses 22 Maret 2013
Katzung, Bertram G.1997. Farmakologi Dasar dan Klinik (Edisi VI). Jakarta :
EGC.
17