27
MAKALAH FARMAKOLOGI “Antiseptik Saluran Kemih” Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi Di susun oleh : Kelompok 10 Heny Krisbianti (P27820112029) Lintang Mareta (P27820112051) Riska Triana Mustofa (P27820112040) Syahrul Akbar Afriansyah (P27820112021) Titis Wahyu Widyawati (P27820112118) 1

Antiseptik Saluran Kemih

Embed Size (px)

DESCRIPTION

FARMAKOLOGI

Citation preview

Page 1: Antiseptik Saluran Kemih

MAKALAH

FARMAKOLOGI

“Antiseptik Saluran Kemih”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi

Di susun oleh :

Kelompok 10

Heny Krisbianti (P27820112029)

Lintang Mareta (P27820112051)

Riska Triana Mustofa (P27820112040)

Syahrul Akbar Afriansyah (P27820112021)

Titis Wahyu Widyawati (P27820112118)

Tingkat 1 / Non Reguler

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA

PRODI D III KEPERAWATAN KAMPUS SOETOMO SURABAYA

2012-2013

1

Page 2: Antiseptik Saluran Kemih

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

karunianya-Nya sehingga dapat terselesaikannya Makalah Farmakologi dengan

judul “Antiseptik Saluran Kemih” sebagai salah satu untuk melaksanakan tugas

Farmakologi.

Dalam menyusun Makalah Farmakologi ini,tidak luput dari kesulitan

dan hambatan. Namun berkat bimbingan pengarahan dan bantuan dari berbagai

pihak maka Makalah ini dapat terselesaikan. Oleh sebab itu kami menyampaikan

terima kasih kepada :

1. Ibu Kionarni, selaku dosen pembimbing mata kuliah Farmakologi.

2. Semua responden yang telah membantu dalam menyelesaikan Makalah ini

sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

3. Kedua orang tuaku dan keluarga besarku atas segala do’a, pengorbanan dan

jerih payahnya dalam mengasuh, mendidik dan memberikan dukungan moril

maupun material yang tiada ternilai.

4. Teman-teman seangkatan yang telah membantu serta memberikan dukungan

dalam menyelesaikan Makalah ini.

5. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam penyusunan Makalah ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal

yang telah diberikan dan semoga Makalah ini berguna bagi diri kami sendiri

maupun pihak lain yang memanfaatkan.

Surabaya, 22 Maret 2013

Penyusun

2

Page 3: Antiseptik Saluran Kemih

DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................................ i

Kata Pengantar............................................................................................................... ii

Daftar Isi.......................................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang..............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................ 1

1.3 Tujuan.......................................................................................................... 2

1.4 Manfaat........................................................................................................ 2

BAB II. PEMBAHASAN................................................................................................3

2.1 Pengertian Antiseptik................................................................................... 3

2.2 Pengertian Antiseptik Saluran Kemih.......................................................... 3

2.3 Macam-macam antiseptik Saluran Kemih................................................... 3

2.4 Interaksi Obat-obat....................................................................................... 12

BAB III. PENUTUP........................................................................................................13

3.1 Kesimpulan...................................................................................................13

3.2 Saran............................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14

3

Page 4: Antiseptik Saluran Kemih

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi saluran kemih sering berupa sistisis dan pielonefritis akut,

terutama pada wanita subur dan manula. Infeksi saluran kemih lebih sering

terjadi pada wanita, salah satu penyebabnya karena uretra wanita lebih

pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah masuk ke kandung kemih.

Faktor lain adalah kecenderungan wanita menahan miksi, serta iritasi kulit

lubang uretra pada waktu berhubungan kelamin. Uterus pada kelamin juga

dapat menghambat aliran urine pada keadaan tertentu. Infeksi inilah yang

sering ditemukan para dokter di puskesmas.

Kuman pathogen yang paling sering menyebabkan infeksi saluran

kemih adalah E. Coli (kira-kira 80% dari infeksi saluran kemih bagian atas

dan bagian bawah tanpa komplikasi), kuman-kuman Staphylococcus,

Klebsiella pneumonia dan Proteus Mirabilis. Infeksi saluran kemih ini dapat

diobati dengan golongan obat yang kadarnya tinggi di saluran kemih, dan

disebut sebagai antiseptik saluran kemih.

Dalam hal ini sebagai seorang perawat harus mengerti, memahami

dan harus tahu tentang infeksi saluran kemih serta segala obat infeksi

saluran kemih. Perawat juga harus memahami kerja obat dan efek samping

yang di timbulkan oleh obat tersebut dengan tepat, memantu respon klien

dan membantu klien menggunakan dengan benar dan berdasarkan

pengatahuan.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apa yang dimaksud dengan Antiseptik saluran kemih?

2) Apa saja yang termasuk macam-macam obat Antiseptik saluran kemih?

4

Page 5: Antiseptik Saluran Kemih

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Adapun penulis menyusun makalah ini bertujuan untuk

memperoleh pengetahuan tentang implikasi proses keperawatan

dalam pemberian obat sistem perkemihan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1) Mengetahui berbagai jenis obat yang digunakan dalam sistem

perkemihan.

2) Mengetahui jenis klasifikasi obat-obat sistem perkemihan.

3) Mengetahui dosis yang benar dalam pemberian obat sistem

perkemihan.

4) Mengetahui efek samping pemberian obat sistem perkemihan.

5) Mengetahui implementasi keperawatan dalam penggunaan

obat pada sistem perkemihan.

1.4 Manfaat

Diharapkan mendatangkan manfaat berupa penambahan

pengetahuan serta wawasan kepada pembaca tentang antiseptic saluran

kemih, dan dapat di gunakan sebagai penunjang proses belajar mengajar

khususnya untuk mahasiswa jurusan keperawatan.

5

Page 6: Antiseptik Saluran Kemih

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Antiseptik

Antiseptik merupakan agen kimia yang mencegah, memperlambat

atau menghentikan pertumbuhan mikro-organisme (kuman) pada

permukaan luar tubuh dan membantu mencegah infeksi. Beberapa antiseptik

mampu membunuh kuman (bakteriosida), sedangkan yang lain hanya

mencegah atau menghambat pertumbuhan mereka (bakteriostatik).

2.2 Pengertian Antiseptik Saluran Kemih

Antiseptik saluran kemih adalah obat antimikroba dengan sifat

mempunyai kadar yang cukup tinggi pada saluran kemih saja sehingga

bekerja secara lokal.

Antiseptik saluran kemih bekerja pada tubulus ginjal dan kandung

kemih, sehingga efektif dalam mengurangi pertumbuhan bakteri.

Untuk infeksi akut saluran kemih yang disertai tanda-tanda

sistemik seperti demam, menggigil, hipotensi dan lain-lain, obat antispetik

saluran kemih tidak dapat digunakan karena pada keadaan tersebut

diperlukan obat dengan kadar efektif dalam plasma.

Antiseptik saluran kemih terbatas hanya untuk pengobatan

infeksi saluran kemih. Obat bekerja pada tubulus ginjal dan kandung

kemih, sehingga efektif dalam mengurangi pertumbuhan bakteri. Urinalis

dan pembiakan serta tes sensitifitas biasanya dilakukan sebelum

dimulainya terapi obat.

2.3 Macam-macam Antiseptik Saluran Kemih

Kelompok antiseptik saluran kemih adalah nitrofurantoin,

metenamin, quinolon, dan trimetoprim.

6

Page 7: Antiseptik Saluran Kemih

2.3.1 Nitrofurantoin

Nitrofurantoin (Furadantin, Macrodantin) pertama kali

diresepkan untuk ISK pada tahun 1953. Nitrofurantoin

merupakan bakteriostatik atau bakterisida, tergantung dari dosis

obat, dan efektif untuk melawan banyak organisme gram

positif dan gram negatif, terutama terhadap E. coli. Obat

ini dipakai untuk pengobatan ISK akut dan kronik. Pada fungsi

ginjal yang normal, obat akan cepat dieliminasi karena waktu

paruhnya yang singkat yaitu 20 menit; tetapi obat ini dapat

menumpuk pada serum jika terjadi gangguan saluran

kemih. Pseudomonas aeruginosa resisten terhadap nitrofurantoin,

tetapi pada populasi mutan resisten yang peka terhadap

nitrofurantoin jarang ada. Resistensi klinis muncul secara

lambat. Tidak ada restisten silang di antara nitrofurantoin dan obat

antimikroba lain.

Mekanisme kerja nitrofurantoin tidak diketahui, diduga

obat ini menghamabat sistem enzim bakteria termasuk siklus

asam trikarboksilat. Aktivitas nitrofurantoin sangat diperkuat pada

pH 5,5 atau kurang.

2.3.1.1 Farmakokinetik

Nitrofurantoin diabsorbsi dengan baik setelah ditelan

tetapi dengan cepat dimetabolisme dan diekskresikan

dengan cepat sehingga tidak memungkinkan kerja

antibakteri sistemik. Di dalam ginjal, obat ini di

ekskresikan ke dalam urin baik dengan filtrasi

glomerulus maupun dengan sekresi tubulus. Dengan

dosis harian rata-rata, konsentrasi µ/mL dicapai di

dalam urin. Pada gagal ginjal, kadar di dalam urin

tidak cukup untuk kerja antibakteri, tetapi kadar dalam

darah yang tinggi dapat menyebabkan keracunan.

Nitrofurantoin memberikan warna coklat pada urin.7

Page 8: Antiseptik Saluran Kemih

2.3.1.2 Indikasi Klinik

Obat ini adalah salah satu alternatif untuk pengobatan

infeksi saluran kemih bawah tanpa komplikasi dan

pencegahan rekurens infeksi saluran kemih bawah.

2.3.1.3 Penggunaan Klinik

Dosis harian rata-rata untuk infeksi saluran

kemih pada orang dewasa ialah 100 mg per oral 4 kali

sehari yang dimakan bersama makanan atau susu.

Nitrofurantoin tidak boleh diberikan kepada pasien

infusiensi ginjal yang berat. Nitrofurantoin dapat

diberikan berbulan-bulan untuk menekan infeksi

kronis saluran kemih. Lebih disukai untuk

mempertahankan pH urin di bawah 5,5. Dosis tunggal

harian nitrofurantoin, 100 mg, dapat mencegah

kekambuhan infeksi saluran kemih pada wanita.

Nitrofuran lain, furazolidon 400 mg/hari per

oral (5-8 mg/kg/hari) pada anak-anak dapat mengurangi

diare karena kolera dan mungkin memperpendek

ekskresi vibrio. Obat ini biasanya tidak berhasil untuk

shigelosis.

2.3.1.4 Efek Samping

1) Toksisitas Langsung : Anoreksia, mual dan

muntah merupakan efek samping utama (dan

sering) nitrofurantoin. Neuropati dan anemia

hemolitik terjadi pada individu dengan defisiensi

glukosa-6-fosfat dehidrogenase. Nitrofurantoin

mengantagonis efek asam nalidiksat.

2) Reaksi Alergi : Berbagai rash pada kulit, infiltrasi

ke paru-paru, dan reaksi hipersensitif lain.

2.3.1.5 Interaksi Obat

Nitrofurantoin berinteraksi pada antasida terutama

8

Page 9: Antiseptik Saluran Kemih

yang mengandung Mg trisilikat dapat menurunkan

absorbsi obat ini. Obat ini mengantagonis asam

nalidiksat dan oksolinat. Kadar serum fenitoin menurun

bila diberikan bersamaan dengan obat ini.

2.3.1.6 Sediaan dan Dosis

Nitrofurantoin tersedia dalam bentuk tablet dan kapsul

50 mg, 100 mg, serta suspensi.

Dosis dewasa : 3-4x sehari 50 mg/hari.

Anak-anak : 5-7 mg/kg/BB/hari dibagi 4 dosis.

2.3.2 Metenamin

Metenamin (Mandelamine, Hiprex) menimbulkan efek

bakterisida jika pH urin kurang d 5,5. Obat ini tersedia dalam

bentuk garam mandelat (masa kerja singkat) dan sebagai

garam hipurant. Metenamin efektif dalam melawan organisme

gram positif dan gram negatif, terutama E Coli dan

Pseudomonas aeruginosa. Obat ini dipakai untuk infeksi

saluran kemih kronik. Obat ini cepat diabsorpsi melalui saluran

gastrointestinal, dan sekitar 90% dari obat ini diekskresi tanpa

mengalami perubahan. Metenamin membentuk amonia dan

formaldehida dalam urin yang asam; oleh karena itu, urin perlu

diasamkan untuk menghasilkan efek bakterisida. Sari buah

cranberry (beberapa gelas ukuran delapan ounce perhari), asam

askorbat, dan amonium klorida dapat diapakai untuk

menurunkan pH urin.

2.3.2.1 Farmakokinetik

Metenamin dan garamnya diabsorbsi secara tepat

disaluran cerna setelah pemberian secara oral, dan 10-

30% dari dosis yang diberikan dihidrolisis oleh asam

lambung sehingga obat ini sebaiknya diberikan dalam

bentuk salut enterik. Meskipun obat ini didistribusikan

ke seluruh cairan tubuh termasuk sel darah merah, 9

Page 10: Antiseptik Saluran Kemih

cairan serebrospinalis dan sinovial, serta pleura, tetapi

obat ini tidak menunjukkan aktivitas antibakteri

karena formaldehid tidak terbentuk pada pH

fisiologis. Lebih dari 90% obat ini diekskresikan

kedalam urin dan lebih dari 20% nya dihirdolisis

menjadi formaldehid bebas.

2.3.2.2 Indikasi

Obat ini digunakan untuk profilaksis infeksi saluran

kemih rekurens. Obat ini sangat bermanfaat pada

prostatitis dan neurogenik bladder, dan terbentuk

residu urine karena waktunya cukup untuk membentuk

formaldehid.

2.3.2.3 Efek Samping

Metenamin dan garamnya cukup aman serta relatif

ditoleransi dengan baik. Efek samping yang biasanya

terjadi adalah gangguan saluran cerna yang meliputi

mual, muntah, dan diare terutama bila dosis obat

diberikan lebih dari 4x500 mg/hari, meskipun

diberikan dalam bentuk salut enterik. Dengan dosis

besar juga, mungkin dapat menimbulkan iritasi

saluran kemih yang ditandai dengan disuria dan

hematuria. Bila keluaran urin menurun, metenamin

dapat menimbulkan kristaluria. Selain itu juga terdapat

beberapa reaksi alergi terhadap zat warna pada Hiprex.

2.3.2.4 Interaksi Obat

Obat-obat yang meningkatkan pH urin (seperti

asetazolamid dan natrium bikarbonat) mencegah

hidrolisis metamin menjadi formaldehid. Metenamin

tidak boleh diberikan bersamaan dengan golongan sulfa

karena akan meningkatkan terjadinya kristaluria.

10

Page 11: Antiseptik Saluran Kemih

2.3.2.5 Sediaan dan Dosis

Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 500 mg dan 1 g

serta suspensi.

Metenamin Mandelat Metenamin HipuratDewasa : 4x1 gr/hari setelah makan

Anak 6-12 tahun : 4x500 mg/hariAnak < 6 tahun : 18,3 mg/kg BB/hari dibagi dalam 4 dosis

Dewasa dan anak > 12 tahun : 2x1gr/hari

Anak 6-12 tahun : 2x500 mg/hari atau25-50 mg/kg BB/hari dibagi dalam 2 dosis

2.3.3 Quinolon

Quinolon merupakan salah satu dan kelompok

antiseptik saluran kemih terbaru dan efektif dalam melawan

ISK bagian bawah. Asam nalidiksat (NegGram) dikembangkan

pada tahun 1964, dan sinoksasin (Cinobac), norfloksasin

(Noroxin), dan siprofloksasin hidroklorida (Cipro) dipasarkan

pada tahun 1980an. Quinolon terbaru (sinoksasin, norfioksasin,

dan siprofloksasin) efektif dalam melawan banyak macam ISK.

Dosis obat harus diturunkan jika terdapat disfungsi ginjal. Waktu

paruh dari obat-obat iniadalah 2-4 jam tetapi menjadi lebih

lama jika terdapat disfungsi ginjal.

2.3.3.1 Farmakokinetik

Sinoksasin diabsorpsi dengan baik dan saluran

gastrointestinal, dan 35% dari norfloksasin diabsorpsi

dari saluran gastrointestinal. Sinoksasin tinggi

berikatan dengan protein, tetapi norfloksasin hanya

10-15% yang berikatan dengan protein. Waktu paruh

dari ke dua obat ini adalah singkat; obat-obat ini

11

Page 12: Antiseptik Saluran Kemih

biasanya diberikan dua kali sehari. Baik sinoksasin

maupun norfloksasin diekskresi sebagai metabolit

tanpa mengalami perubahan ke dalam urin. Selain itu

sebagian dari metabolit norfloksasin diekskresikan ke

dalam feses.

2.3.3.2 Farmakodinamik

Sinoksasin dan norfloksasin menghambat

sintesis DNA bakteri. Norfloksasin merupakan obat

antibakterial saluran kemih yang kuat dan efektif untuk

melawan mikroorganisme gram positif dan gram

negatif, termasuk Pseudomonas aeruginosa.

Sinoksasin juga efektif dalam melawan banyak

organisme yang sama.

Mula kerja dari kedua obat ini tidah

diketahui. Waktu untuk mencapai konsentrasi puncak

dari kedua obat ini adalah sama, 1-2 jam. Lama

kerja sinoksasin adalah 10-12 jam tetapi untuk

norfloksasin tidak diketahui. Antasid mengurangi

absorpsi obat- obat ini. Probenesid memperpanjang kerja

sinoksasin dan norfloksasin. Obat-Obat ini

mempengaruhi hasil dari beberapa pemeriksaan

Iaboratorium, mungkin menyebabkan peningkatan

BUN, kreatinin serum, alkali fosfatase serum, SGOT

dan SGPT serum.

2.3.3.3 Efek Samping

Pemakaian asam nalidiksat dapat menimbulkan efek

samping berikut: sakit kepala, pusing, sinkope

(pingsan), neuritis penifer, gangguan penglihatan, dan

ruam kulit. Mual, muntah, diare, sakit kepala, dan

gangguan penglihatan dapat terjadi pada pemakaian

sinoksasin dan norfloksasin.

12

Page 13: Antiseptik Saluran Kemih

2.3.4 Trimetoprim

Trimetoprim (Proloprim, Trimpex) dapat dipakai tersendiri untuk

pengobatan ISK atau dalam kombinasi dengan sulfonamid,

sulfametoksazol (preparat kombinasi mi secara generik

dikenal sebagai ko-trimoksazol), untuk mencegah terjadinya

organisme yang resisten terhadap trimetoprim. Obat ini

menghasilkan efek bakterisidal dengan masa kerja lambat untuk

melawan hampir semua organisme gram positif dan gram

negatif. Trimetoprim dipakai untuk pengobatan dan pencegahan

ISK akut dan kronik. Jumlah trimetropim dalam cairan prostat

adalah kira-kira dua sampai tiga kali lebih besar dari jumlahnya

dalam cairan vaskular. Dalam keadaan normal waktu paruh dari

trimetoprim adalah 9-11 jam; waktu paruhrya akan lebih panjang

jika terdapat disfungsi ginjal.

2.3.4.1 Farmakokinetik

Absorbsi melalui saluran cerna cepat dan lengkap,

kadar puncak plasma dicapai dalam waktu 2 jam dan

waktu paruh 11 jam. Distribusi cepat ke seluruh

jaringan termasuk SSP, saliva dan empedu yang

kadarnya cukup tinggi.

2.3.4.2 Efek Samping

Efek sampingnya terutama gejala-gejala

gastrointestinal, yaitu mual dan muntah; dan

masalah kulit, seperti ruam kulit dan pruritus.

Untuk menghindari resistensi lebih lanjut yang

semakin sering terjadi, sebaiknya jangan digunakan

sebagai obat pencegah. Resistensi dari kuman

uropatogen terhadap trimetoprim sudah meningkat.

2.3.4.3 Dosis

Dosis, setiap malam 300 mg selama 3-7 hari atau 2 dd

13

Page 14: Antiseptik Saluran Kemih

200 mg. Untuk anak-anak 5-12 tahun: 2 dd 3 mg/kg BB.

Tabel. Memuat d a ft a r ant i s e pt i k salu ra n k e m i h, dosis, pem a k a ian, d a n p e rtimb a n g a n

p e mak a ian n y a .

OBAT DOSISPEMAKAIAN DAN PERTIMBANGAN

Nitrofurantoin(Furadantin, Macrodantin)

D: PO: 50-100 mg. q.i.d (4 kali sehari)., p.c (setelah makan)

Untuk ISK akut dan kronik. Klirens kreatinin yang normal menjamin efektifitas obat. Neuropati perifer merupakan efek yang merugikan. Dapat menimbulkan iritasi gastrointestinal. Dipakai bersama makanan dapat mengurangi rasa tidak enak pada gastrointestinal.

Metenamin(Mandelamine)

D: PO: 1 g, setiap 12 jamuntuk garam hipurat, atau q.i.d. untuk garam mandelat.

Untuk ISK kronik. pH urin harus asam (<5,5). Tidak boleh dipakai bersama sulfonamid. Dapat menyebabkan kristaluria, sehingga perlu banyak minum. Dapat menimbulkan iritasi gastrointestinal, sehingga obat perlu dipakai bersama makanan.

Trimetropim(Protoprim,Trimpex)

D: PO: 100 mg, setiap 12jam.

Untuk pencegahan dan pengobatan ISK akut dan kronik baik pada pria maupun pada wanita. Dosis tinggi dapat menimbulkan rasa tidak enak pada gastrointestinal. Obat dapat dikombinasi dengan sulfametoksazol (Bactrim).

QuinolonAsam nalidiksat(NegGram)

D: PO: 1 g, q.i.d., selama 1-2 minggu, 1 g, b.i.d (2 kali sehari), untuk pemakaian jangka panjang. A: PO: 55 mg/kg/hari dalam dosis terbagi 4 selama 1-2 minggu; 33 mg/kg/hari untuk pemakaian jangka panjang.

Untuk ISK akut dan kronik. Resistensi obat dapat terjadi. Tinggi berikatan dengan protein. Tidak didistribusikan ke dalam cairan prostat.

14

Page 15: Antiseptik Saluran Kemih

Sinoksasin(Cinobac)

D: PO: 1 g/hari, dalam dosisterbagi 2-4 selama 1-2 minggu.

Untuk ISK akut dan kronik. Lebih efektif daripada asam nalidiksat. Diabsorbsi ke dalam jaringan prostat.

Norfloksasin(Noroxin)

D: PO: 400 mg, b.i.d., selama1-2 minggu.

Untuk ISK akut dan kronik. Merupakan obatyang paling kuat dari kelompok quinolon. Makanan dapat menghambat absorbsi obat.

Siprodoksasin(Cipro)

D: PO: 250-500 mg, setiap 12jam, infeksi berat; 500-750 mg, setiap 12 jam.

Mempunyai efek antibakterial spektrum luas.Untuk ISK, infeksi kulit dan jaringan lunak, serta infeksi tulang dan sendi. Antasid menghambat absorbsi obat.

2.4 Interaksi Obat-Obat

Interaksi obat-obat berikut ini dapat terjadi :

1) Asam nalidiksat meningkatkan efek warfarin (Coumadin).

Warfarin (Coumadin) merupakan pengencer darah yang mencegah

pembentukan gumpalan-gumpalan darah.

2) Antasid mengurangi absorbsi nitrofurantoin.

3) Kebanyakan dari antiseptic saluran kemih menyebabkan hasil positif

palsu pada pemeriksaan Clinitest (pemeriksaan kadar gula dalam

tinja).

4) Natrium bikarbonat menghambat kerja metenamin.

5) Metenamin yang dipakai bersama sulfonamida meningkatkan risiko

terbentuknya kristaluria (keadaan dimana urine mengandung Kristal-

kristal).

15

Page 16: Antiseptik Saluran Kemih

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penggunaan obat tidak bisa dilakukan sembarangan. Harus ada

serangkaian pemeriksaan sebelum memutuskan memberikan obat kepada

pasien. Juga harus ada pengecekan berulang kali sebelum memberikan

obat kepada pasien sehingga dapat meminimalisir kemungkinan

terburuk yang akan terjadi apabila ceroboh dalam pemberian obat.

Kepatuhan dalam pemberian obat terjadi apabila aturan pakai

obat diresepkan serta pemberiannya di rumah sakit diikuti dengan benar.

Sehingga sangat bijaksana jika perawat mau mengecek obat yang akan

diberikan demi kesembuhan pasien.

Cara pemberian obat pada klien yang menderita gangguan

pada sistem perkemihan pun harus diperhatikan para perawat

sebagaimana kita ketahui bahwa peran dari saluran perkemihan sangat

penting dalam proses pengeluaran zat-at yang tidak digunakan oleh

tubuh dan zat-zat yang mengandung toxic.

3.2 Saran

Adapun saran dalam makalah yang telah kami susun ini ialah :

1) Sebaiknya tidak sembarangan atau mengira-ngira dalam

memberikan dosis obat kepada pasien.

2) Kaji penyakit pasien sebelum memberikan obat, dan berikan obat

sesuai dengan tujuan pemberian.

16

Page 17: Antiseptik Saluran Kemih

DAFTAR PUSTAKA

Obat Atiseptik Saluran Kemih, (online), (http://books.google.co.id/books?

id=MVw2VCMXrEgC&pg=PA176&lpg=PA176&dq=antiseptik+saluran+ke

mih&source=bl&ots=N5_ku2CJks&sig=ZSy4FtKVJ7y4eW-74wf-

QZ9jyTo&hl=en&sa=X&ei=3HtMUaH_D9GJrAfyj4C4DQ&redir_esc=y#v=

onepage&q=antiseptik%20saluran%20kemih&f=false), diakses 22 Maret

2013

Idris, Amril. Obat Saluran Perkemihan, (online),

(http://amrilaril.blogspot.com/2011/01/obat-saluran-perkemihan.html),

diakses 22 Maret 2013

Katzung, Bertram G.1997. Farmakologi Dasar dan Klinik (Edisi VI). Jakarta :

EGC.

17