Upload
ivhen-anin-wilbione
View
296
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Metode DPPH
Citation preview
URAIAN UMUM
1. Judul
Uji Aktivitas Antioksidan Tepung Talas Ungu (Colocasia esculenta)
Dengan Metode 1,1-Difenil-2-Pikrihidrazil (DPPH) Tahun 2013.
2. Tim Peneliti
Yuniven Merina Anin
Mahasiswa Jurusan Farmasi Poltekkes Kemenkes Kupang
3. Bidang Ilmu
Bidang tekhnologi produksi, tekhnologi pangan dan gizi masyarakat
1
ABSTRAK
Talas ungu (Colocasia esculenta) dapat diolah menjadi tepung yang kaya vitamin dan antosianin juga betakaroten yang mempunyai khasiat antioksidan. Tujuan dari penelitian ini adalah Membuat tepung dari talas ungu melalui proses pengeringan dengan sinar matahari dan mendapatkan data ilmiah tentang aktivitas antioksidan talas ungu. Aktivitas antioksidan ditentukan menggunakan metode DPPH dengan vitamin C sebagai baku pembanding. Daya aktivitas antioksidan peredaman radikal bebas DPPH (% peredaman) ekstrak serta vitamin C dianalisis dan masing-masing dihitung harga IC50 nya melalui analisis probit. Talas ungu (Colocasia esculenta) diolah menjadi tepung kemudian diuji aktivitas antioksidannya.
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kekayaan alam Indonesia merupakan sumber daya alam yang sangat
berharga, iklim tropis yang dimiliki negara ini membuatnya menjadi negara
yanag agraris yang banyak mengandalkan sektor agraria dalam menunjang
pembangunan dan kebutuhan masyarakatnya. Pangan merupakan kebutuhan
dasar manusia untuk melanjutkan kehidupan. Kebutuhan pangan manusia
berasal dari tumbuh-tumbuhan (pertanian primer) serta ternak dan ikan
(pertanian sekunder), pangan yang dibutuhkan harus sehat dalam arti
memiliki nilai gizi yang optimal seperti : vitamin, mineral, karbohidrat, lemak
dan lainnya ().
Bahan baku sebagian besar pangan olahan berasal dari tepung terigu
(Triticum aestivum L. (Club wheat) dimana produksi tepung terigu di
Indonesia masih bergantung pada gandum import. Selain itu, tepung terigu
tidak mengandung vitamin A. Tepung tersebut difortifikasi untuk
meningkatkan nilai gizi. Kedua faktor tersebut berdampak pada harga tepung
terigu. Upaya-upaya dalam memanfaatkan bahan baku lokal sebagai subtitusi
tepung terigu terus dilakukan.
Talas ungu (Colocasia esculenta) sebagai salah satu sumber pangan
lokal mempunyai potensi sebagai subtitusi tepung terigu. Kandungan vitamin
dan mineral yang terkandung dalam talas ungu dapat mencukupi kebutuhan
3
gizi dalam makanan sehingga tidak perlu difortifikasi. Penelitian menunjukan
banyaknya kandungan antioksidan yang berasal dari antosianin, vitamin C,
vitamin E dan betakaroten yaitu pada ubi jalar ungu, dimana kandungan
antosianin pada ubi jalar ungu yaitu 110-210 mg/100 g. Kandungan
betakaroten sebesar 1.208 mg dan vitamin C sebesar 10,5 mg (Nintami,
2012). Antosianin dan betakaroten merupakan antioksidan alamiah yang
dapat menghambat reaksi oksidasi oleh radikal bebas yang dapat memicu
munculnya berbagai penyakit karena kerusakan sel. (Winarsi, 2007)
Peningkatan nilai ekonomis dari talas ungu sebagai pangan lokal dapat
dilakukan dengan mengolah menjadi bentuk setengah jadi, seperti tepung
talas ungu yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan subtitusi tepung
terigu pada produk roti, kue dan mi basah, yang cukup potensial sebagai
pengganti sumber karbohidrat. Penepungan dapat menjadi alternatif
optimalisasi konsumsi pangan karena lebih fleksibel dan praktis dalam
pengolahan produk makanan.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan penelitian
mengenai UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN TEPUNG TALAS UNGU
(Colocasia esculenta) DENGAN METODE 1,1-difenil-2-pikrihidrazil
(DPPH) TAHUN 2013.
B. Rumusan Masalah
Apakah tepung talas ungu memiliki aktivitas antioksidan?
4
C. Tujuan Penelitian
1. Membuat tepung dari talas ungu melalui proses pengeringan dengan sinar
matahari.
2. Mendapatkan data ilmiah tentang aktivitas antioksidan talas ungu.
D. Manfaat Penelitian
1. Dapat memperkaya pengetahuan masyarakat tentang manfaat yang
terkandung dalam talas ungu
2. Dapat memberikan informasi kepada masyarakat secara umum bagaimana
mengolah talas ungu menjadi tepung
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Profil Tanaman Talas
1. Taksonomi tanaman talas
Taksonomi tumbuhan talas secara lengkap adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Arales
Famili : Araceae
Genus : Colocasia
Species : Colocasia esculenta
2. Kandungan gizi tanaman talas
Umbi talas merupakan bahan pangan yang memiliki nilai gizi
yang cukup baik. Komponen makronutrien dan mikronutrien yang
terkandung di dalam umbi talas meliputi protein, karbohidrat, lemak,
serat kasar, fosfor, kalsium, besi, tiamin, riboflavin, niasin, dan
vitamin C (Catherwood et al., 2007; Huang et al., 2007; Sefa-Dedeh
dan Agyr-Sackey, 2004; Perez et al., 2007). Komposisi kimia tersebut
bervariasi tergantung pada beberapa faktor, seperti jenis varietas, usia,
dan tingkat kematangan dari umbi. Muchtadi dan Sugiyono (1992)
6
menambahkan bahwa faktor iklim dan kesuburan tanah juga turut
berperan terhadap perbedaan komposisi kimia dari umbi talas. Nilai
lebih dari umbi talas adalah kemudahan patinya untuk dicerna. Hal ini
disebabkan oleh ukuran granula patinya yang cukup kecil dan patinya
mengandung amilosa dalam jumlah yang cukup banyak (20-25%).
B. Oksidan radikal bebas
Reaksi oksidasi terjadi setiap saat. Ketika kita bernapas pun terjadi
reaksi oksidasi. Reaksi ini mencetukan terbetuknya radikal bebas yang
sangat aktif, yang dapat merusak stuktur serta fungsi sel. Namun
reaktivitas radikal bebas itu dapat dihambat oleh sistem antioksidan yang
melengkapi sistem kekebalan tubuh. (Winarsi, 2007).
Proses oksidasi yang terjadi nonstop di dalam tubuh menghasilkan
molekul-molekul yang memiliki elektron berpasangan dan tidak
berpasangan. Molekul dengan elektron berpasangan akan membut kerja
sesel tubuh tabil. Tetapi kerik tak berpasangan, elektronnya akan menjadi
radikal bebas untuk mencari pasangannya. Ketika radikal bebs tersebut
menempel pada molekul yan berpasangan yang dilakukannya hanyalah
merusak DNA sel-sel molekul tersebut. Tetapi ketika dua radikal bebas
yang mncari pasangan bertemu, mereka akan menciptakan hubungan yang
stabil. Hal ini disebut rantai perusakan sudah dipatahkan oleh keterikatan
antara dua radikal bebas.
Namun tak semua radikal bebas beruntung menemukan pasangan
elektronnya. Untuk itulah tubuh secara alamiah mengeluarkan enzim
7
antioksidan agar tetap melindungi sel-sel tubuh dari niat merusak radikal
bebas (Siagian, 2011)
Radikal bebas juga muncul di dalam proses fungsi normal dalam sel.
Ini disebut ‘metabolisme’ dan tentu saja sangatlah penting. Proses
metabolisme memerlukan banyak reaksi kimiayang melibatkan aksi
radikal bebas. Penggabungan rantai-rantai asam amino (polimerisasi)
untuk membentuk protein, atau polimerisasi dari glukosa menjadi
polisakarida, glikogen, misa, prosesnya dikendalikan selnya melibatkan
aksi radikal bebas. Pada sebagian besar keadaan, prosesnya dikendalikan
seara otomatis dan jumlah radikal bebas tidak menjadi terlalu tinggi
sehingga berbahaya. (Youngson, 2005)
C. Antioksidan
1. Pengertian Antioksidan
Dalam pengertian kimia, senyawa antioksidan adalah senyawa
pemberi elektron (Electro donors). Secara biologis, pengertian
antioksidan adalah senyawa yang mampu menangkal atau meredam
dampak negatif oksidan dalam tubuh. Antioksidan bekerja dengan
cara mendonorkan satu elektronn kepada senyawa yang bersifat
oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut bisa dihambat.
(Winarsi, 2007)
2. Klasifikasi Antioksidan
Secara umum, antioksidan dikelompokkan menjadi 2, yaitu
antioksidan enzimatis dan non-enzimatis. Antioksidan enzimatis
8
misalnya enzim superoksida dismutase (SOD), katalase, dan glutation
peroksida. Antioksidan non-enzimatis masih dibagi dalam 2 kelompok
lagi, yaitu Antioksidan larut lemak, seperti tokoferol, karotenoid,
flavonoid, quinon dan bilirubin. Sedangkan antioksidan larut air,
seperti asam askorbat, asam urat, protein pengikat logam, dan protein
pengikat heme.
Berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan digolongkan
menjadi 3 kelompok, yaitu antioksidan primer, sekunder, dan tersier.
a) Antioksidan primer
Suatu senyawa dikatakan antioksidan primer apabila dapat
memberikan atom hidogen secara cepat kepada senyawa radikal,
kemudian senyawa radikal yang terbentu egera berubah menjadi
senyawa yang lebih stabil (Winarsi, 2007). Bellville-Nabet (1996)
menyebutkan bahwa antioksidan primer bekerja dengan cara
mencegah pembentukan senyawa radikal bebas baru, atau
mengubah radikal bebas yang telah terbentuk menjadi molekul
yang kurang reaktif. Antioksidan primer meliputi enzim
Superoksida dismutase (SOD), katalase, dan glutation peroksidase.
b) Antioksidan sekunder
Antioksidan sekunder disebut juga antioksidan eksogenus
atau non-enzimatis. Antioksidan dalam kelompok ini disebut sistem
pertahanan preventif. Kerja sistem antioksidan non-enzimatis yaitu
dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas
9
tau denan cara menangkapnya. Akibatnya radikal bebas tidak akn
bereaksi dengan komponen seluler (Lampe, 1999). Antioksidan
sekunder meliputi vitamin E, vitamin C, -karoten, flavonoid,
bilirubin, dan albumin (Winarsi, 2007)
c) Antioksidan tersier
Kelompok antioksidan tersier meliputi sistem enzim DNA-
repair dan metionin sulfoksida reduktase. Enzim-enzim ini
berfungsi dalam perbaikan biomolekuler yang rusak akibat
reaktivitas radikal bebas. (Winarsi, 2007)
D. Metode pengujian aktivitas antioksidan
1. Metode DPPH
Salah satu metode yang digunakan untuk pengujian aktivitas
antioksidan adalah metode DPPH. Metode DPPH didasarkan pada
kemampuan antioksidan untuk menghambat radikal bebas dengan
mendonorkan atom hidrogen. Perubahan warna ungu DPPH menjadi
ungu kemerahan dimanfaatkan untuk mengetahui aktivitas senyawa
antioksidan. Metode ini menggunakan kontrol positif sebagai
pembanding untuk mengetahui aktivitas antioksidan sampel. Kontrol
positif ini berupa tokoferol, BTH, dan vitamin C. Uji aktivitas
antioksidan dengan DPPH menggunakan 1,1-difenil-2-pikrihidrazil
sebagai radikal bebas. Prinsipnya adalah reaksi penangkapan hidrogen
oleh DPPH dari senyawa antioksidan misalnya troloks yang
mengubahnya menjadi 1,1-difenil-2-pikrihidrazil.
10
Gambar 1. Reaksi antara DPPH dengan antioksidan
Tabel 1. Tingkat kekuatan antioksidan dengan metode DPPH
Intensitas Nilai IC50
Sangat kuat < 50 ppmKuat 51 – 100 ppmSedang 101 – 150 ppmLemah > 150 ppm
(Sumber: Edhisambada, 2011)
2. Uraian spektrofotometri
a) Pengertian Spektrofotometri
Spektrofotometri UV-VIS merupakan metode yang
digunakan untuk analisa kualitatif dan kuantitatif bahan kimia.
Metode spektroskopi ini didasarkan pada interaksi antara zat kimia
dan energi, energi dan energi yang dimaksudkan adalah cahaya.
Dua daerah pengukuran pada spektrofotometri UV-VIS
yaitu daerah radiasi lembayung (ultraviolet) pada panjang
gelombang 200-380 nm dan daerah radiasi sinar tampak (visibel)
pada panjang gelombang 380-780 nm (Anonim, 1979). Spektrum
11
N-N(C6H5)2 N-N(C6H5)2O2N O2NNO2
NO2
NO2NO2
H
+ AH + A●
antioksidan
UV-VIS disebut juga spektrum elektronik karena terjadi sebagai
hasil interaksi radiasi elektron. Interaksi itu terjadi karena adanya
gugus berikatan rangkap atau terkonjugasi yang mengabsorbsi
radiasi elektromagnetik di daerah UV-VIS.
Apabila radiasi elektromagnetik dikenakan pada suatu
molekul atom yang terjadi adalah sebagian dari radiasi
elektromagnetik tersebut diserap oleh molekul atau atom tersebut
sesuai dengan strukturnya. Penyerapan radiasi oleh adanya
senyawa pada daerah UV-VIS diakibatkan oleh adanya perubahan
tingkat energi elektron dalam molekul.
Apabila cahaya monokromatis dilewatkan pada suatu media
yang homogen dengan intensitas cahaya datang (Io) maka sebagian
besar cahaya tersebut dipantulkan (Ir), sebagian diabsorbsi (Ia) dan
sebagian diteruskan (It). Dirumuskan : Io = Ir + Ia + It
Hukum yang menggambarkan jumlah cahaya yang
diteruskan oleh suatu larutan dengan konsentrasi suatu konstituen
yang mengabsorbsi cahaya tersebut dikenal dengan hukum
lambert-beer yakni :
Dimana : Io = intensitas radiasi mula-mula
It = absorbtivitas
a = serapan
12
= a.b.cIt
Log Io
b = ketebalan
c = konsentrasi
Secara mendasar, metode-metode spektroskopi pada interaksi
antara cahaya dan materi. Absorbansi larutan bertambah dengan
pengurangan kekuatan sinar. Bila kekuatan benda atau konsentrasi
materi yang dilewati cahaya bertambah maka cahaya akan lebih
banyak diserap. Jadi absorbansi berbanding lurus dengan ketebalan
dan konsentrasi.
b) Instrumen spektrofotometri UV Vis
Spektrofotmetri pada dasarnya terdiri atas sumber sinar
monokromator, tempat untuk zat yang diperiksa, detektor, penguat
arus, dan alat ukur atau pencatat.
13
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah Eksperimen Semu.
B. Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Farmakognosi dan
Laboratorium Instrumen Jurusan Farmasi pada bulan Juni – Juli 2013.
C. Variabel
1) Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi ekstrak
talas ungu () yang digunakan untuk meredamkan radikal bebas 1,1-
diphenyl-2-picrilhidrazil (DPPH).
2) Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah aktivitas antioksidan
ekstrak talas ungu () terhadap 1,1-diphenyl-2-picrilhidrazil (DPPH).
14
D.Populasi Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah talas ungu yang ada di
Kabupaten Kupang.
E.Sampel dan Teknik Sampling
1. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak
talas ungu () yang dibuat dalam konsentrasi beberapa konsentrasi.
2. Teknik sampling
Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Purposive
Sampling.
F.Definisi Operasional1) Talas ungu merupakan tanaman talas dengan warna daging ungu
2) Soxhletasi adalah metode ekstraksi yang digunakan untuk
mengekstrak senyawa betakaroten dari tepung talas ungu,
menggunakan pelarut aseton.
3) Ekstrak aseton adalah ekstrak kental yang diperoleh dengan cara
soxhletasi dan dibuat dalam konsentrasi 5.000, 10.000, 15.000 dan
20.000 ppm yang digunakan dalam uji aktivitas antioksidan dalam
meredam radikal bebas 1,1-diphenyl-2-picrilhidrazil (DPPH).
4) Aktivitas antioksidan adalah kemampuan ekstrak aseton tepung talas
ungu dalam meredam radikal bebas 1,1-diphenyl-2-picrilhidrazil
(DPPH).
15
G. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Alat soxhlet (Eyela)
b. Rotavapor (Eyela)
c. Beaker gelas (pyrex)
d. Erlenmeyer 250 mL (pyrex)
e. Spektrofotometer UV-VIS (Shimadsu tipe W-1700)
f. Neraca analitik Kern, type EW 220-3NM
g. Labu ukur (pyrex)
h. Pipet ukur
i. Buret 25 mL (Dien)
2. Bahan
a. Umbi talas ungu
b. Aseton
c. Etanol
d. DPPH pro sintesis
e. FeCl3 pro analis
f. Vitamin C
H. Prosedur Penelitian
1. Pengambilan sampel
a. Pembuatan tepung
1) Umbi talas direndam dalam larutan garam 3% selama 5 menit
2) Umbi talas yang telah bersih dirajang tipis-tipis
16
3) Selanjutnya direndam dalam larutan kapur tohor 1,5% (b/v)
selama 4 jam
4) Dicuci untuk proses penetralan
5) Hasil rajangan yang telah direndam dikeringkan menggunakan
cahaya matahari
6) Setelah kering rajangan digiling dan diayak untuk mendapatkan
tepung talas.
b. Pembuatan ekstrak aseton umbi talas ungu
Tepung talas ungu ditimbang sebanyak 100 gram dimasukkan
dalam kantong dari kertas saring dan diikat dengan tali lalu
dimasukkan dalam labu alas bulat ditambahkan pelarut aseton
sebanyak 330 ml menggunakan metode soxhletasi diatur pada suhu
65 oC. Soxhletasi dihentikan sampai diperoleh larutan penyari yang
jernih. Ekstrak yang diperoleh dipekatkan dengan evaporator
dengan suhu 60 oC hingga pekat, selanjutnya disebut ekstrak
aseton. Ekstrak aseton kemudian dibuat berbagai konsentrasi
5.000, 10.000, 15.000 dan 20.000 ppm.
2. Identifikasi kualitatif kandungan sampel
Identifikasi senyawa polifenol dilakukan dengan menambahkan larutan
besi (III) klorida 1% dalam air atau etanol kepada larutan cuplikan
yang menimbulkan warna hijau, merah, ungu, biru, atau warna hitam
yang kuat (Harborne, 1987).
17
3. Pengujian aktivitas antioksidan
a) Penyiapan larutan DPPH 0,5 mM
Larutan pereaksi adalah 0,5 mM dalam pelarut etanol. Larutan ini
dibuat dengan cara menimbang 20 mg serbuk DPPH dan
dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml ditambah etanol sebagian
kemudian dikocok untuk melarutkan serbuk DPPH dan
ditambahkan etanol sampai tanda batas.
b) Penentuan panjang gelombang maksimum
Penentuan panjang gelombang maksimum larutan DPPH dilakukan
sebagai berikut : 1 ml larutan DPPH 0,5 mM ditambah 4 ml etanol,
dikocok homogen dan diukur serapannya yang diperoleh pada
rentang λ 510-520 nm dengan blanko etanol.
c) Penyiapan larutan uji
Ekstrak etanol dilarutkan dalam etanol yang dibuat konsentrasi
20.000 ppm sehingga dalam 100 ml pelarut mengandung 2.000 mg
ekstrak yang disebut larutan induk.
d) Pengukuran absorbansi peredaman radikal bebas DPPH
Larutan uji dengan berbagai konsentrasi 5.000, 10.000, 15.000, dan
20.000 ppm sebanyak 4 ml ditambahkan 1 ml larutan pereaksi
DPPH dimasukkan dalam vial dikocok. Didiamkan selama 30
menit, kemudian dibaca serapan aktivitasnya pada panjang
gelombang maksimum. Blanko yang digunakan adalah etanol dan
vitamin C sebagai kontrol positif.
18
b. Analisis hasil
Hasil pengukuran absorbansi dengan menggunakan
spektrofotometer UV-VIS digunakan untuk menghitung presentase
peredaman radikal bebas DPPH. Aktifitas peredaman radikal bebas DPPH
dihitung dengan menggunakan rumus :
Daya aktifitas antioksidan peredaman radikal bebas DPPH (%
peredaman) ekstrak etanol serta vitamin C dianalisis dan masing-masing
dihitung harga IC50 nya melalui analisis probit.
19
x 100%Abs blangko
(Abs blangko – Abs sampelDaya antioksidan =
JADWAL PELAKSANAAN
No KegiatanWaktu pelaksanaan
(Minggu ke-)1 2 3 4 5 6 7 8
1
Pengumpulan bahan baku, sortasi basah, sortasi kering
2 Penepungan
3 Pembuatan ekstrak aseton talas ungu
4Identifikasi kualitatif kandungan sampel
5 Pengujian aktivitas antioksidan
6 Analisis hasil
20
RINCIAN ANGGARAN
A. Bahan
No Nama Bahan JumlahHarga Satuan
(Rp)
Total(Rp)
1 Aseton 500 ml 900/ml 450.0002 Baku Vitamin C 100 mg 1500/g 1503 DPPH pro sintesis 100 mg 2700/mg 270.0004 Etanol Pro Analisis 1000 ml 182/ml 182.000
Jumlah 902.150
B. Reagen
No Nama BahanJumlah Harga
Satuan(Rp)
Total(Rp)
1 FeCl3 Pro Analisis 1%
100 mg 5000/g 500
Jumlah 500
C. Total Anggaran
Bahan Rp902.150,-
Reagen Rp500,-
Total Rp902.650,-
21
DAFTAR PUSTAKA
Entjang, Indan, 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: Citra Aditya Bakti
Harborne, J. 1987. Metode Fitokimia. Bandung : ITB Bandung. Hal 49Siagian, Priska. 2011. Keajaiban Antioksidan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Underwood, A.L, dan R.A. Day,Jr. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga
Winarsi, Hery. 2007. Antioksidan Alami & Radikal Bebas. Yogyakarta: Kasinus
Youngson, Robert. 2005. Antioksidan Manfaat Vitamin C & E Bagi Kesehatan. Jakarta: Arcan
22