43
ANTIHISTAMIN I. Pendahuluan Antihistamin merupakan salah satu obat yang paling banyak digunakan, karena antihistamin adalah obat yang paling bermanfaat untuk mengatasi penyakit alergi seperti rhinitis, urtikaria, pruritus,dan lain-lain. 7 Walaupun selama ini antihistamin dianggap sebagai obat yang cukup aman, namun efek samping sedasi (rasa mengantuk) menyebabkan penurunan daya tangkap, terutama pada antihistamin generasi pertama, sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Oleh sebab itu, untuk penanganan penyakit alergi gunakan antihistamin yang aman dan efektif. Antihistamin (antagonis histamin) adalah zat yang mampu mencegah penglepasan atau kerja histamin. Istilah antihistamin dapat digunakan untuk menjelaskan antagonis histamin yang mana pun, namun seringkali istilah ini 1

Anti Histamin Referat Kulkel Fixed New

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Anti Histamin Referat Kulkel Fixed New

ANTIHISTAMIN

I. Pendahuluan

Antihistamin merupakan salah satu obat yang paling banyak digunakan, karena

antihistamin adalah obat yang paling bermanfaat untuk mengatasi penyakit alergi

seperti rhinitis, urtikaria, pruritus,dan lain-lain.7 Walaupun selama ini antihistamin

dianggap sebagai obat yang cukup aman, namun efek samping sedasi (rasa

mengantuk) menyebabkan penurunan daya tangkap, terutama pada antihistamin

generasi pertama, sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Oleh sebab itu, untuk

penanganan penyakit alergi gunakan antihistamin yang aman dan efektif.

Antihistamin (antagonis histamin) adalah zat yang mampu mencegah

penglepasan atau kerja histamin. Istilah antihistamin dapat digunakan untuk

menjelaskan antagonis histamin yang mana pun, namun seringkali istilah ini

digunakan untuk merujuk kepada antihistamin klasik yang bekerja pada reseptor

histamin H1.7

Antihistamin ini biasanya digunakan untuk mengobati reaksi alergi, yang

disebabkan oleh tanggapan berlebihan tubuh terhadap alergen (penyebab alergi),

seperti serbuk sari tanaman. Reaksi alergi ini menunjukkan penglepasan histamin

dalam jumlah signifikan di tubuh. Terdapat beberapa jenis antihistamin, yang

dikelompokkan berdasarkan sasaran kerjanya terhadap reseptor histamin.

Antihistaminika adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek

histamin terhadap tubuh dangan jalan memblokir reseptor histamin (penghambatan

saingan).

1

Page 2: Anti Histamin Referat Kulkel Fixed New

Histamin adalah suatu amin nabati yang ditemukan oleh Dr.Paul Ehrlich

(1878) dan merupakan produk normal dan pertukaran zat histidin. Asama amino ini

masuk ke dalam tubuh terutama lewat daging dan di jaringan (juga di usus halus) di

ubah secara enzimatis menjadi histamin (dekarboksilasi).7

Biasanya dengan istilah “antihistaminika” selalu dimaksud H1-blokers. Selain

bersifat antihistamin, obat-obat ini juga memiliki  berbagai khasiat lainnya, yakni

daya antikolinergis, antiemetis, dan daya menekan SSP (sedatif), sedangkan

beberapa di antaranya mempunyai efek antiserotonin dan lokal anestetis (lemah).

II. PENGGOLONGAN ANTI HISTAMIN

Antihistamin digolongkan menjadi 4 :

1. Antagonis reseptor Histamin H1

2. Antagonis reseptor Histamin H2

3. Antagonis reseptor Histamin H3

4. Antagonis reseptor Histamin H4

2

Page 3: Anti Histamin Referat Kulkel Fixed New

A. ANTAGONIS RESEPTOR HISTAMIN H1 (Antihistaminika Klasik)

Golongan ini dibagi lagi berdasarkan rumus bangun kimianya, yaitu:2,7,12,15

a) Senyawa Etanolamin; antara lain Difenhidramin, Dimenhidrinat

Karbinoksamin maleat.

b) Senyawa Etilendiamin; antara lain Antazolin, Pirilamin, dan Tripelenamin.

c) Senyawa Alkilamin; antara lain Fenirarnin, Klorfeniramin, Bromfeniramin,

dan Deksklorfeniramin.

d) Senyawa Siklizin; antara lain Siklizin, Klorsiklizin, dan Homoklorsiklizin.

e) Senyawa Fenotiazin; antara lain Prometazin, Metdilazin, dan Oksomemazin.

f) Senyawa lain-lain; yaitu Dimetinden, Mebhidrolin, dan Astemizol.

1. Diphenhydramine

Chemical name: 2-Benzhydryloxy-NN-dimethylethylamine

Molecular formula: C17H21NO =255.4

2. Chlorpeniramine

Chemical name: N-(4-Chlorobenzyl)-N´N´-dimethyl-N-(2

pyridyl) ethylenediamine hydrochloride

Molecular formula: C16H20ClN3,HCl =326.3

3

Page 4: Anti Histamin Referat Kulkel Fixed New

3. Chlorcyclizine

Chemical name: 1-(4-Chlorobenzhydryl)-4-methylpiperazine

hydrochloride

Molecular formula: C18H21ClN2,HCl =337.3

4. Promethazine

Chemical name: Dimethyl (1-methyl-2-phenothiazin-10-

ylethyl)amine

Molecular formula: C17H20N2S =284.4

5. Terfenadine

Chemical name: 1-(4-tert-Butylphenyl)-4-[4-(α

hydroxybenzhydryl) piperidino] butan-1-ol

Molecular formula: C32H41NO2 =471.7

4

Page 5: Anti Histamin Referat Kulkel Fixed New

Mekanisme kerja : 2,7,15

Menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus dan

bermacam-macam otot polos. Selain itu AH1 bermanfaat untuk mengobati

reaksi hipersensitivitas atau keadaan lain yang disertai pengelepasan

histamin endogen berlebihan.

Farmakokinetik : 2,7,15

Setelah pemberian oral atau parenteral, AH1 diabsorpsi secara baik.

Efeknya timbul 15-30 menit dan minimal 1-2 jam. Lama kerja AH1 setelah

pemberian dosis tunggal kira-kira 4-6jam. Untuk gol. klorsiklizir 8-12 jam,

Difenhidramin yang diberikan secara oral akan mencapai kadar maksimal

dalam darah setelah kira-kira 2jam berikutnya. Kadar tertinggi terdapat pada

paru-paru. Tempat utama biotransformasi AH1 adalah hati, tetapi dapat juga

pada paru-paru dan ginjal. AH1 diekskresi melalui urin setelah 24jam,

terutama dalam bentuk metabolitnya.

Farmakodinamik : 2,7,15

yang memblock reseptor H1,dengan efek terhadap penciutan bronchi,

usus, dan rahim, terhadap ujung saraf (vasodilatasi, naiknya permeabilitas).

Interaksi : 2,7,15

Diphenhydramine menghalangi CYTOCHROME P450 ISOENZYME

CYP2D6 yang bertanggung jawab untuk metabolisme beberapa beta blockers

termasuk metoprolol dan antidepressant venlafaxine.

5

Page 6: Anti Histamin Referat Kulkel Fixed New

Efek toksik : 2,7,15

Keracunan akut AH1 terjadi karena obat golongan ini sering terdapat

sebagai obat persediaan rumah tangga. Pada anak, keracunan terjadi karena

kecelakaan, sedangkan pada orang dewasa akibat usaha bunuh diri. Dosis

20-30 tablet AH1 sudah bersifat letal bagi anak.

Efek sentral AH1 merupakan efek yang berbahaya. Pada anak kecil efek

yang dominan ialah perangsangan dengan manifestasi halusinasi, eksitasi,

ataksia, inkoordinasi, atetosis dan kejang. Kejang ini kadang-kadang disertai

tremor dan pergerakan atetoid yang bersifat tonik-klonik yang sukar

dikontrol. Gejala lain mirip gejala keracunan atropin misalnya midriasis,

kemerahan dimuka dan sering timbul demam. Akhirnya terjadi koma dalam

dengan kolaps kardiorespiratoar yang disusul kematian dalam 2-18 jam.

Pada orang dewasa, manifestasi keracunan biasanya berupa depresi pada

pemulaan, kemudian eksitasi dan akhirnya depresi SSP lebih lanjut. 

6

Page 7: Anti Histamin Referat Kulkel Fixed New

Tabel . Penggolongan anthistamin (AH1), dengan masa kerja, bentuk sediaan dan

dosisnya.

7

Page 8: Anti Histamin Referat Kulkel Fixed New

B. ANTAGONIS RESEPTOR HISTAMIN H2 (Penghambat Asam) 2,7,15

Reseptor histamin H2 berperan dalam efek histamin terhadap sekresi cairan

lambung, perangsangan jantung serta relaksasi uterus tikus dan bronkus domba.

Beberapa jaringan seperti otot polos, pembuluh darah mempuntai kedua reseptor

yaitu H1 dan H2.

Sejak tahun 1978 di Amerika Serikat telah diteliti peran potensial H2

cemitidine untuk penyakit kulit. Pada tahun 1983, ranitidine ditemukan pula

sebagai antihistamin H2. Baik simetidine dan ratidine diberikan dalam bentuk

oral untuk mengobati penyakit kulit

-Struktur 

Antihistamin H2 secara struktur hampir mirip dengan histamin. Simetidin

mengandung komponen imidazole, dan ranitidin mengandung komponen

aminomethylfuran moiety.

Farmakodinamik2,7,15

Simetidine dan ranitidine menghambat reseptor H2 secara selektif dan

reversibel. Perangsangan reseptor H2 akan merangsang sekresi cairan lambung,

sehingga pada pemberian simetidin atau ranitidin sekresi cairan lambung

dihambat.

Farmakokinetik2,7,15

Bioavaibilitas oral simetidin sekitar 70%, sama dengan setelah pemberian IV

atau IM. Absorpsi simetidin diperlambat oleh makanan. Absorpsi terjadi pada

menit ke 60-90. Masa paruh eliminasi sekitar 2jam. Bioavaibilitas ranitidin yang

diberikan secara oral sekitar 50% dan meningkat pada pasien penyakit hati. Pada

8

Page 9: Anti Histamin Referat Kulkel Fixed New

pasien penyakit hati masa paruh ranitidin juga memanjang meskipun tidak

sebesar pada gagal ginjal. Kadar puncak plasma dicapai dalam 1-3 jam setelah

pengguanaan 150 mg ranitidin secara oral, dan yang terikat protein plasma hanya

15%.Sekitar 70% dari ranitidin yang diberikan IV dan 30% dari yang diberikan

secara oral diekskresi dalam urin. 

Mekanisme aksi2,7,15

Walaupun simetidin dan ranitidin berfungsi sama yaitu menghambat reseptor

H2, namun ranitidin lebih poten. Simetidin juga menghambat histamin N-methyl 

transferase, suatu enzim yang berperan dalam degrasi histamin. Tidak seperti

ranitidin, simetidin menunjukkan aktivitas antiandrogen, suatu efek yang

diketahui tidak berhubungan dengan kemampuan menghambat raseptor H2.

Simetidin tampak meningkatkan sistem imun dengan menghambat aktivitas sel T

supresor. Hal ini disebabkan oleh blokade resptor H2 yang dapat dilihat dari

supresor limfosit T. Imunitas humoral dan sel dapat dipengaruhi.

Penggunaan klinis

Indikasi : 2,7,15

Simetidin dan ranitidin diindikasikan untuk tukak peptik. Antihistamin H2

sama efektif dengan pengobatan itensif dengan antasid  untuk penyembuhan awal

tukak lambung dan duodenum. Antihistamin H2 juga bermanfaat untuk

hipersekresi asam lambung pada sindrom Zollinger-Ellison.

Penggunaan antihistamin H2 dalam bidang dermatologi seringkali digunakan

ranitidin atau simetidin untuk pengobatan gejala dari mastocytosis sistematik,

9

Page 10: Anti Histamin Referat Kulkel Fixed New

sperti urtikaria dan pruritus. Pada beberapa pasien pengobatan digunakan dosis

tinggi.

Efek samping2,7,15

Insiden efek samping kedua obat ini rendah dan umumnya berhubungan

dengan pemhambatan terhadap reseptor H2, beberapa efek samping lain tidak

berhubungan dengan penghambatan reseptor. Efek samping ini antara lain :

Nyeri kepala, Pusing, Malaise, Mialgia, Mual, Diare, Konstipasi, Ruam kulit,

Pruritus, Kehilangan libido, Impoten

1. Simetidin Dan Ranitidin

Farmakodinamik 2,7,15

Simetidin dan ranitidin menghambat reseptor H2 secara selektif dan

reversibel. Perangsangan H2 akan merangsang sekresi cairan lambung,

sehingga pada pemberian simetidin atau ranitidin sekresi cairan lambung

dihambat. Pengaruh fisiologi simetidin dan ranitidin terhadap reseptor H2

lainnya, tidak begitu penting. Walau tidak lengkap simetidin dan renitidin

dapat menghambat sekresi cairan lambung akibat perangsangan obat

muskarinik atau gastrin. Semitisin dan ranitidin mengurangi volume dan

kadar ion hidrogen cairan lambung. Penurunan sekresi asam lambung

mengakibatkan perubahan pepsinogen menjadi pepsin juga menurun.

Farmakokinetik 2,7,15

     Biovailabilitas oral simetidin sekitar 70%. Ikatan protein plasmanya

hanya 20%. Absorpsi simetidin diberikan bersama atau segera setelah makan

10

Page 11: Anti Histamin Referat Kulkel Fixed New

dengan maksud untuk memperpanjang efek pada periode pasca makan.

Absorpsi simetidin terutama terjadi pada menit ke 60-90. Simetidin masuk

kedalam SSP dan kadarnya dalam cairan spinal 10-20% dari kadar serum.

Sekitar 50-80% dari dosis IV dan 40% dari dosis oral simetidin diekskresi

dalam bentuk asal dalam urin. Masa paruh eliminasi sekitar 2jam.

      Biovailabilitas ranitidin yang diberikan secara oral sekitar 50% dan

meningkat pada pasien penyakit hati.Masa paruhnya kira-kira 1,7-3 jam pada

orang dewasa dan memanjang pada orang tua dan pada pasien gagal ginjal.

Pada pasien penyakit hati masa paruh ranitidin juga memanjang meskipun

tidak sebesar pada gagal ginjal. Kadar puncak plasma dicapai dalam 1-3 jam

setelah penggunaan 150 mg ranitidin secara oral dan yang terikat protein

plasma hanya 15%. Ranitidin dan metabolitnya diekskresi terutama melalui

ginjal sisanya melalui tinja. Sekitar 70% dari ranitidin yang diberikan IV dan

30% dari yang diberikan secara oral diekskresi dalam urin dalam bentuk

asal.

Efek Samping 2,7,15

     Insidens efek samping kedua obat ini rendah dan umumnya berhubungan

dengan penghambatan terhadap reseptor H2. Beberapa efek samping lain

tidak berhubungan dengan penghambatan reseptor. Efek samping ini antara

lain : nyeri kepala, pusing, malaise, mialgia, mula, diare, konstipasi, ruam

kulit, pruritus, kehilangan libido dan impoten.

     Simetidin mengikat reseptor androgen dengan akibat disfungsi seksual

dan ginekomastia. Ranitidin tidak berefek antiandrogenik sehingga

11

Page 12: Anti Histamin Referat Kulkel Fixed New

penggantian terapi dengan ranitidin mungkin akan menghilangkan impotensi

dan ginekomastia akibat simetidin. Simetidin IV akan merangsang sekresi

prolaktin, tetapi hal ini pernah pula dilaporkan setelah pemberian simetidin

kronik secara oral. Pengaruh ranitidin terhadap peninggian prolaktin ini

kecil.

Interaksi Obat 2,7,15

      Antasid dan metoklopramid mengurangi biovailabilitas oral simetidin

sebanyak 20-30%. Ketakonazol harus diberikan 2jam sebelum pemberian

simetidin karena absorpsi ketakonazol berkurang sekitar 50% bila diberikan

bersama simetidin. Selain itu ketakonazol membutuhkan pH lebih tinggi

yang terjadi pada pasien yang juga mendapat AH2. Simetidin terikat

sitokrom P-450 sehingga menurunkan aktivitas enzim mikrosom hati, jadi

obat lain akan terakumulasi bila diberikan bersama simetidin. Obat yang

metabolismenya dipengaruhi simetidin adalah arfarin, karbamazepin,

diazepam, propranolol, metaprolol dan imipramin.

     Ranitidin jarang berinteraksi dengan obat lain dibandingkan dengan

simetidin akan tetapi makin banyak obat dilaporkan berinteaksi dengan

ranitidin yaitu nifedifin warfarin, teofilin, dan metaprolol. Ranitidin dapat

menghambat absorbsi diazepam dan dapat mengurangi kadar plasmanya

sejumlah 25%. Obat-obat ini diberikan dengan selang waktu minimal 1 jam

sama dengan penggunaan ranitidin  bersama antasid atau antikolinergik.

     Simetidin dan ranitidin cenderung menurunkan aliran darah hati sehingga

akan memperlambat bersihan obat lain. Simetidin dapat menghambat

12

Page 13: Anti Histamin Referat Kulkel Fixed New

alkohol dehidrigenase dalam mukosa lambung dan menyebabkan

peningkatan kadar alkohol serum. Simetidin juga mengganggu disposisi dan

meningkatkan kadar lidokoin serta meningkatkan antagonis kalsium dalam

serum. Simetidin dapat menyebabkan berbagai gangguan SSP terutama pada

pasien usia lanjut atau dengan penyakit hati atau ginjal. Gejala gangguan

slurredspeech, somnolen, letargi, gelisah, bingung, disorentasi, agitasi,

halusinasi, dan kejang. Gejala seperti demensia dapat timbul pada

penggunaan simetidin bersama obat psikotropik atau sebagai efek samping

simetidin. Ranitidin menyebabkan gangguan SSP ringan karena sukarnya

melewati sawar darah otak.

     Efek samping simetidin yang jarang terjadi adalah trombositopenia,

granulositopenia, toksisitas terhadap ginajal atau hati. Pemberian simetidin

dan ranitidin IV sesekali menyebabkan bradikardi dan efek kardiotoksik lain.

Indikasi 2,7,15

     Simetidin dan ranitidin diindikasikan untuk tukak peptik. Penghambatan

50% sekresi asam lambung dicapai bila kadar simetidin plasma 800ng/ml

atau kadar renitidin plasma 100 ng/ml. Tetapi yang lebih penting adalah efek

penghambatannya selama 24jam. Simetidin ranitidin atau antagonis reseptor

H2 mempercepat penyembuhan tungkak duodenum. Pada sebagian besar

pasien pemberian obat-obatan tersebut sebelum tidur dapat mencegah

kekambuhan tukak duodeni bila obat diberikan sebagai terapi pemeliharaan.

     AH2 sama efektif dengan pengobatan intensif dengan antasid untuk

penyembuhan awal tukak lambung dan duodenum. Untuk refluks esofagitis

13

Page 14: Anti Histamin Referat Kulkel Fixed New

seperti halnya dengan antasid antagonis reseptor H2 menghilangkan

gejalanya tetapi tidak menyembuhkan lesi.

     Terhadap tukak peptikem yang diinduksi oleh obat AINS, AH2 dapat

mempercepat penyembuhan tetapi tidak dapat mencegah terbentuknya tukak.

Pada pasien yang sedang mendapat AINS antagonis reseptor H2 dapat

mencegah kekambuhan tukak duodenum tetapi tidak bermanfaat untuk tukak

lambung.

      Simetidin dan ranitidin talah digunakan dalam penelitian untuk stress

ulcer dan perdarahan, dan ternyata obat-obat tersebut lebih bermanfaat untuk

profilaksis daripada untuk pengobatan. AH2 juga bermanfaat untuk

hipersekresi asam lambung pada sindrom Zollinger-Ellison . Dalam hal in i

mungkin lebih baik digunakan ranitidin untuk mengurangi kemungkinan

timbulnya efek samping obat akibat besarnya dosis simetidin yang

diperlukan. Ranitidin juga lebih baik dari simetidin untuk pasien yang

mendapat banyak obat, pasien yang refrakter terhadap simetidin, pasien yang

tidak tahan efek samping simetidin dan pada pasien usia lanjut.

2. Famotidin

Farmakodinamik 2,7,15

Famotidin merupakan AH2 sehingga dapat menghambat sekresi asam

lambung pada keadaan basal, malam dan akiabt distimulasi oleh

pentagastrin. Famotidin tiga kali lebih poten daripada ranitidin dan 20 kali

lebih poten daripada simetidin.

14

Page 15: Anti Histamin Referat Kulkel Fixed New

Indikasi 2,7,15

Efektivitas obat ini untuk tukak duodenum dan tukak lambung setelah 8

minggu pengobatan sebanding dengan ranitidin dan simetidin. Pada

penelitian selama 6 bula famotidin juga mengurangi kekambuhan tukak

duodenum yang secara klinis bermakna. Famotidin kira-kira sama efektif

dengan AH2 lainnya pada pasien sindrom Zollinger-Ellison meskipun untuk

keadaan ini omeprazol merupakan obat terpilih. Efektivitas famotidin untuk

profilaksis tukak lambung, refluks esofagitis dan pencegahan tukak stres

pada saat ini sedang diteliti.

Efek Samping 2,7,15

Efek samping biasanya ringan dan jarng terjadi misalnya sakit kepala,

pusing, konstipasi, dan diare. Seperti halnya dengan ranitidin, famotidin

nampaknya lebih baik daripada simetidin karena belum pernah dilaporkan

terjadinya efek antiandrogenik. Famotidin harus digunakan hati-hati pada ibu

menyusui karena obat ini belum diketahui apakah obat ini diekskresi

kedalam air susu ibu.

Interaksi Obat 2,7,15

Sampai saat ini interaksi yang bermakna dengan obat lain belum belum

dilaporkan meskipun baru diteliti terhadap sejumlah kecil obat. Famotidin

tidak mengganggu oksidasi diazepam feofilin, warfarin atau fenitoin di hati.

Ketokonazol membutuhkan pH asam untuk bekerja sehingga kurang efektif

bial diberikan bersama AH2.

15

Page 16: Anti Histamin Referat Kulkel Fixed New

Farmakokinetik 2,7,15

Famotidin mencapai kadar puncak diplasma kira-kira dalam 2jam

setelah penggunaan secara oral. masa paruh eliminasi 3-8jam dan

biovaibilitas 40-50%, Metabolit utama adalah famotidin-S-oksida. Setelah

dosis oral tunggal sekitar 25% dari dosis ditemukan dalam bentuk asal di

urin. Pada pasien gagal ginjal berat masa paruh eliminasi dapat melebihi 20

jam.

Intravena 

Pada pasien hipersekresi asam lambung tertentu atau pada pasien yang

tidak dapat diberikan sediaan oral, faotidin diberikan intravena 20 mg tiap 12

jam. Dosis obat untuk pasien harus ditritasi berdasarkan jumlah asam

lambung yang disekresi. 

3. Nizatidin

Farmakodinamik 2,7,15

Potensi nitazidin dalam menghambat sekresi asam lambung kurang

lebih sama dengan ranitidin.

Indikasi 2,7,15

Efektvitas untuk pengobatan gangguan asam lambung sebanding dengan

ranitidin dan simetidin. Dengan pemberian satu atau dua kali sehari biasanya

dapat menyembuhkan tukak duodeni dalam 8 minggu dan dengan pemberian

satu kali sehari nizatidin mencegah kekambuhan. Pada refluks esofagitis,

sindrom Zollinger-Ellison dan gangguan asam lambung lainnyan nizatidin

16

Page 17: Anti Histamin Referat Kulkel Fixed New

siperkirakan sama efektif dengan ranitidin meskipun masih diperlukan

pembuktian lanjut.

Efek Samping 2,7,15

Nizatidin umumnya jarang menimbulkan efek smaping. Efek samping

ringan saluran cerna dapat terjadi. Peningkatan kadar asam urat dan

transaminase serum ditemukan pada beberapa pasien dan nampaknya tidak

menimbulkan gejala klinik yang bermakna. Pada tikus nizatidin dosis besar

berefek antiandrogrnik, tetapi efek tersebut belum terlihat pada uji klinik.

Nizatidin dapat menghambat alkohol dehidrogenase pada mukosa lambung

dan menyebabkan kadar alkohol yang lebih tinggi dalam serum. Dalam dosis

ekuivalen simetidin, nizatidin tidak menghambat enzim mikrosom hati yang

metabolisme obat. Pada sukarelawan sehat tidak dilaporkan terjadinya

interaksi obat bila nitazidin diberikan bersama feofilin, lidokain, warfarin,

klordiazepoksid, diazepam atau lorezepam. Ketakonazol yang membutuhkan

pH asam menjadi kurang efektiftif bila pH lambung lebih tinggi pada pasien

yang mendapat AH2.

Farmakokinetik 2,7,15

Biovailabilitas oral nizatidin lebih dari 90% dan tidak dipengaruhi oleh

makanan atau antikolinergik. Bersihan menurun pada pasien uremik dan usia

lanjut. Kadar puncak dalam serum setelah pemberian oral dicapai dalam

1jam, masa paruh plasma sekitar 2 1/2 jam dan lama kerja sampai dengan 10

jam. Nizatidin diekskresi terutama melalui ginjal 90% dari dosisi yang

digunakann ditemukan di urin dalam 16 jam.

17

Page 18: Anti Histamin Referat Kulkel Fixed New

4. Terfenadin merupakan antihistamin pertama yang tidak mempunyai efek

sedasi, namun telah ditarik dari pasaran karena dapat memperpanjang interval

QT.

5. Astemizol (Hismanal) merupakan antihistamin kedua yang tidak

menyebabkan sedasi. Namun pemakaiannya diberi tanda peringatan dalam

kotak hitam karena efek samping aritmia jantung dan kematian mendadak.

6. Loratadin (Claritin) adalah trisiklik piperidin long acting yang mempunyai

aktivitas yang selektif dengan efek sedatif dan antikolinergik yang minimal

pada dosis yang direkomendasikan, merupakan antihistamin yang mempunyai

masa kerja yang lama. Metabolik utamanya, deskarboetoksi-loratadin, adalah

biologikal aktifnya.

Loratadin cepat diabsorbsi setelah pemberian dosis 10 mg, sekali sehari dan

cepat diabsorbsi setelah pemberian dosis 10 mg. Eliminasi waktu paruhnya

sekitar 8-11 jam, diekskresikan melalui urine 40%, feses 42% dan air susu

0,029%. Loratadin diindikasikan untuk rinitis alergi dan urtikaria kronik

idiopatik pada pasien diatas 6 tahun. Loratadin mempunyai efek terhadap

fungsi dari miocardial potassium channel tetapi tidak menyebabkan disritmia

jantung. Loratadin merupakan antihistamin long acting dengan lama kerja 24

jam. Dosis yang direkomendasikan 10 mg dosis oral, pada anak-anak (< 30

kg) adalah 0,5 mg/kg BB dosis tunggal. Meskipun loratadin tidak mempunyai

kontraindikasi pada penderita hati dan ginjal kronis, disarankan untuk

mengurangi dosis yang diberikan.

Sediaan:

- Loratadin sirup (1 mg/ml): 480 ml

- Loratadin tablet 10 mg

- Loratadin reditabs 10 mg

7. Cetirizin (Ryzen) merupakan metabolit karboksil asid dari hidroksisin. Obat

ini pada manusia hanya mempunyai transformasi metabolik yang minimal

menjadi bentuk metabolit aktif dan obat ini terutama diekskresi lewat urin.

18

Page 19: Anti Histamin Referat Kulkel Fixed New

Karena setirisin cepat diabsorbsi dan sedikit yang dimetabolisme, dan juga

diekskresi lewat urin, maka dosis obat ini harus dikurangi pada pasien dengan

gangguan ginjal.

Kadar puncak plasma dicapai dalam 1 jam dan waktu paruh plasma sekitar 7

jam, diekskresikan dalam urine sebanyak 60% dan feses 10%. Setirisin dapat

menghambat eosinofil, netrofil dan basofil dan menghambat IgE serta

menurunkan prostaglandin D2. Setirisin diindikasikan untuk terapi urtikaria

kronik di Amerika Serikat. Beberapa studi kemudian mendukung khasiat

cetirizin untuk kondisi ini dan juga ditemukan khasiatnya untuk terapi cold

urticaria.

Dosis yang direkomendasikan untuk dewasa 10 mg/hari (maksimal 20 mg)

dosis tunggal, pada anak-anak adalah 0,3 mg/kgBB sedangkan pada pasien

dengan gangguan ginjal kronik dan hepar dosis yang diberikan adalah 5

mg/hari. Lama kerja dari setirisin adalah 12-24 jam.

Sediaan:

- Setirisin tablet 5 mg, 10 mg.

- Setirisin sirup 5mg/ml: 120 ml.

C. ANTAGONIS RESEPTOR HISTAMIN H3 2,7,15

Antagonis H3 memiliki khasiat sebagai stimulan dan memperkuat

kemampuan kognitif. Penggunaannya sedang diteliti untuk mengobati penyakit

Alzheimer's, dan schizophrenia.

Yang termasuk antihistamin generasi ketiga yaitu feksofenadin,

norastemizole dan deskarboetoksi loratadin (DCL), ketiganya adalah merupakan

metabolit antihistamin generasi kedua. Tujuan mengembangkan antihistamin

generasi ketiga adalah untuk menyederhanakan farmakokinetik dan

19

Page 20: Anti Histamin Referat Kulkel Fixed New

metabolismenya, serta menghindari efek samping yang berkaitan dengan obat

sebelumnya.

1. Feksofenadin (Telfast ®). Di Indonesia dipasarkan dengan nama dagang

Telfast ( di Amerika : Allegra ®) Feksofenadin, metabolit aktif utama dari

terfenadin, merupakan reseptor kompetitif antagonis H-1 yang selektif dengan

sedikit atau tanpa efek samping antikolinergik dan non sedatif, serta bersifat

non kardiotoksik. Feksofenadin diabsorbsi cepat setelah pemberian dosis

tunggal atau dua kapsul 60 mg dengan waktu rata-rata mencapai konsentrasi

plasma maksimum 1-3 jam setelah pemberian per oral. Feksofenadin terikat

pada protein plasma sekitar 60-70%, terutama pada albumin dan 1-acid

gylcoprotein. Waktu paruh feksofenadin adalah 11-15 jam, diekskresikan

sebanyak 80% pada urin dan 12% pada feses. Feksofenadin diindikasikan

pada penderita rinitis alergi dan urtikaria idiopatik kronis. Pemberian

feksofenadin bersama antibiotik golongan makrolid dan obat anti jamur

golongan imidazol tidak menunjukkan adanya interaksi obat sehingga tidak

terdapat pemanjangan interval QT. Sediaan :

- Feksofenadin kapsul 30 dan 60 mg

- Feksofenadin tablet 60 mg, 120 mg dan 180 mg.

2. Norastemizole dibanding dengan astemizole dapat menghambat reseptor H1

13 sampai 16 kali lebih kuat. Mulai kerja norastemizole lebih cepat dibanding

astemizole. Norastemizole tidak mengalami metabolisme, diekskresi dalam

urin dalam bentuk tidak berubah, waktu paruh plasma sekitar satu minggu,

jadi setengah dari pada waktu paruh astemizole. Terhadap jantung,

pengaruhnya relatif lebih aman meskipun dalam kombinasi dengan obat

lainnya, tidak meningkatkan interval QT setelah pemberian per os dengan

dosis tunggal 100 mg.(15) Obat ini belum dipasarkan di Indonesia.

3. DCL (diproduksi oleh Schering Plough) lebih kuat dari pada loratadin

terhadap reseptor H1. Juga diketahui bahwa obat ini menghambat reseptor

muskarinik M1 dan M3 sehingga meningkatkan efek dalam pengobatan asma

20

Page 21: Anti Histamin Referat Kulkel Fixed New

bronkiale. DCL mula kerjanya sedikit lebih lambat dan mempunyai waktu

paruh dalam plasma lebih panjang dibandingkan dengan loratadine.

D. ANTAGONIS RESEPTOR HISTAMIN H4 2,7,15

Memiliki khasiat imunomodulator, sedang diteliti khasiatnya sebagai

antiinflamasi dan analgesik. Contohnya adalah tioperamida. Beberapa obat

lainnya juga memiliki khasiat antihistamin. Contohnya adalah obat antidepresan

trisiklik dan antipsikotik. Prometazina adalah obat yang awalnya ditujukan

sebagai antipsikotik, namun kini digunakan sebagai antihistamin. Senyawa-

senyawa lain seperti cromoglicate dan nedocromil, mampu mencegah

penglepasan histamin dengan cara menstabilkan sel mast, sehingga mencegah

degranulasinya.

« Antihistamin yang aman digunakan: 2,7,910,14,15

Pada wanita hamil dan menyusui:

Antihistamin yang teraman untuk wanita hamil dan meyusui adalah golongan

klorfeniramin maleat, meskipun AH non sedatif sangat sedikit menembus

plasenta, namun penggunaannya sebaiknya dihindari karena masih kurangnya

penelitian AH non sedatif pada wanita hamil dan menyusui.

Pada anak-anak:

Bromfeniramin maleat, klorfeniramin maleat, difenhidramin HCL, loratadin,

desloratadin, feksofenadin, setirisin.

21

Page 22: Anti Histamin Referat Kulkel Fixed New

Pada bayi:

Penggunaan antihistamin pada bayi sebaiknya dihindari, karena efek samping

antikolinergik dari obat-obatan AH yang dapat membahayakan. Pada satu

penelitian mengatakan AH yang aman digunakan adalah desloratadin

(clarinex®), dapat digunakan pada bayi berumur 6 bulan dengan gejala alergi

dan urtikaria.

22

Page 23: Anti Histamin Referat Kulkel Fixed New

III. Penutup

Antihistamin merupakan salah satu obat yang paling banyak digunakan,

karena antihistamin adalah obat yang paling bermanfaat untuk mengatasi penyakit

alergi seperti rhinitis, urtikaria, pruritus,dan lain-lain.7

Antihistamin (antagonis histamin) adalah zat yang mampu mencegah

penglepasan atau kerja histamin. Istilah antihistamin dapat digunakan untuk

menjelaskan antagonis histamin yang mana pun, namun seringkali istilah ini

digunakan untuk merujuk kepada antihistamin klasik yang bekerja pada reseptor

histamin H1.7

Biasanya dengan istilah “antihistaminika” selalu dimaksud H1-blokers. Selain

bersifat antihistamin, obat-obat ini juga memiliki  berbagai khasiat lainnya, yakni

daya antikolinergis, antiemetis, dan daya menekan SSP (sedatif), sedangkan

beberapa di antaranya mempunyai efek antiserotonin dan lokal anestetis (lemah).

Antihistamin digolongkan menjadi 4 :

1. Antagonis reseptor Histamin H1

2. Antagonis reseptor Histamin H2

3. Antagonis reseptor Histamin H3

4. Antagonis reseptor Histamin H4

« Antihistamin yang aman digunakan:

Pada wanita hamil dan menyusui:

Antihistamin yang teraman untuk wanita hamil dan meyusui adalah golongan

klorfeniramin maleat, meskipun AH non sedatif sangat sedikit menembus

plasenta, namun penggunaannya sebaiknya dihindari karena masih kurangnya

penelitian AH non sedatif pada wanita hamil dan menyusui.

23

Page 24: Anti Histamin Referat Kulkel Fixed New

Pada anak-anak:

Bromfeniramin maleat, klorfeniramin maleat, difenhidramin HCL, loratadin,

desloratadin, feksofenadin, setirisin.

Pada bayi:

Penggunaan antihistamin pada bayi sebaiknya dihindari, karena efek samping

antikolinergik dari obat-obatan AH yang dapat membahayakan. Pada satu

penelitian mengatakan AH yang aman digunakan adalah desloratadin

(clarinex®), dapat digunakan pada bayi berumur 6 bulan dengan gejala alergi

dan urtikaria.

24

Page 25: Anti Histamin Referat Kulkel Fixed New

DAFTAR PUSTAKA

1. Baroody FM, Naclerio RM: Antiallergic effects of H1-receptor antagonists.

Allergy 55(Suppl 64):17, 2007

2. Ganiswarna. S. A. 2005.  Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Bagian

Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Hal.332

3. Geha RS, Meltzer EO: Desloratadine: A new, nonsedating, oral antihistamine.

An Allergy Clinnical Immunol-dermathology. 107:751, 2006

4. Goodman & Gilman. The Pharmacological Basic of Therapeutics 12th Edition

5. Hindmarch I, Shamsi Z: Antihistamines: Models to assess sedative properties,

assessment of sedation, safety and other side-effects. Clinnical Exp. Allergy

29(Suppl 3):133, 2006

6. Katzung & Trevor’s. Pharmacology Examination & Board Review 9th Edition

7. Katzung, Bertram. 2007. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 8. Salemba

Medika:Jakarta

8. Klein PA, Clark RAF: An evidence-based review of the efficacy of

antihistamines in relieving pruritus in atopic dermatitis. Arch Dermatology.

135:1522, 208

9. Leynadier F et al: Comparative therapeutic effect and safety of mizolastine and

loratadine in chronic idiopathic urticaria: URTILOR study group. Europe

Journal of Dermatology. 10:205, 2009

10. Mann RD et al: Sedation with “non-sedating” antihistamines: Four prescription-

event monitoring studies in general practice. BMJ 320:1187, 2007

25

Page 26: Anti Histamin Referat Kulkel Fixed New

11. Moss AJ, Morganroth J: Cardiac effects of ebastine and other antihistamines in

humans. Drug Saf 21(Suppl 1):69, 2009

12. Nicholas Soter.Antihistamines: In Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest

BA, Paller AS,Leffel Dj, Editors Fizpatricks Dermatology in General Medicine.

6th ed. New York. Mc Graw Hill; Chap. 258. 2008

13. Richard A. Harvey. Lippincott’s Illustrated Reviews Pharmacology 5th Edition

14. Ring J et al: Once-daily desloratadine improves the signs and symptoms of

chronic idiopathic urticaria: A randomized, double-blind, placebo-controlled

study. Int J Dermatol 40:1, 2008

15. Setiawati A. Adrenergik. Dalam : Ganiswarna SG. Farmakologi Dan Terapi.

Edisi 4. Jakarta; Bagian Farmakologi FKUI, 1995: 57-76

26