1
SENIN, 24 FEBRUARI 2020 HUMANIORA 13 RAK-RAK buku berjajar rapi di perpustakaan yang sunyi. Seorang pengunjung menelusuri jajaran rak sambil meraba barisan buku-buku dengan judul yang dibuat timbul. Tangannya berhenti pada satu buku. “Ini adalah buku Dilan. Saya suka ceritanya, romantis,” tutur pengunjung tunanetra yang enggan disebut namanya. Ia mengeluarkan buku dari barisan buku di rak. “Buku satu-satunya cara saya belajar dan mengetahui banyak hal,” ujarnya. “Di sini saya bisa belajar banyak. Ada banyak buku yang bisa saya baca, bukan hanya buku pe- lajaran, melainkan juga novel,” lanjutnya. Ia tidak dapat melihat sejak kecil dan menjadi salah satu tunanetra dampingan Yayasan Mitra Netra. Yayasan Mitra Netra yang beranggotakan 800 orang didirikan pada 1991 untuk men- dampingi para tunanetra agar terus belajar dan mandiri. “Kita dampingi mereka se- hingga para tunanetra bisa mandiri, cerdas, dan bermanfaat di masyarakat inklusif. Di perpustakaan ini, mereka bebas mengakses buku-buku,” jelas Ketua Yayasan Mitra Netra, Bambang Basuki. Perpustakaan di Yayasan Tuna Netra mem- punyai koleksi buku berjumlah lebih dari 3.100 judul. Buku-buku itu didesain khusus untuk tunanetra karena tulisan yang timbul (Braille). “Jadi, buku-buku yang ada sesuai dengan permintaan rekan yang tunanetra. Setiap ada permintaan, kita buatkan bukunya. Proses pembuatan kurang lebih satu bulan,” imbuh Bambang. “Kita juga punya audio book, kita desain sedemikian rupa supaya teman-teman kita yang tunanetra bisa belajar seperti teman- teman yang lain,” tambah koordinator pro- duksi, Indah Luta. Buku yang didesain Yayasan Mitra Netra terdiri atas buku-buku pelajaran SD, SMP, SMA, pengetahuan umum, dan buku ksi seperti novel. Buku pelajaran atau referensi kuliah dapat dipinjam selama satu semester, semen- tara buku pengetahuan umum bisa dipinjam selama satu bulan. Jika diperlukan, peminjam dapat mengajukan perpanjangan. Yayasan Mitra Netra juga menyumbangkan buku-buku Braille ke Perpustakaan Nasional dan perpustakaan lain di seluruh Indonesia. Kendati demikian, Indah menuturkan, ketersediaan buku-buku seri Braille masih sangat terbatas, tidak seperti buku biasa yang mudah dijumpai di perpustakaan atau di toko buku. “Koleksi kita cukup banyak, tapi buku kita tidak sebanyak buku biasanya,” ujarnya. Ke depan, Yayasan Mintra Netra akan terus memproduksi buku-buku yang memenuhi keperluan para tunanetra yang ada di In- donesia, khususnya di Yayasan Mitra Netra. (*/H-3) Membuka Netra Dunia dengan Membaca ATALYA PUSPA [email protected] P ERINGATAN Organi- sasi Kesehatan Du- nia (World Health Organization/WHO) bahwa dunia dihadapkan pada ancaman kenaikan ka- sus kanker yang diprediksi- kan tujuh kali lipat pada 2030 patut mendapat perhatian se- rius. Selain masyarakat perlu meningkatkan kesadaran hidup sehat, pemerintah dan industri perlu melakukan ker- ja sama yang kuat dalam hal penyediaan obat-obatan dan alat medis terkait onkologi. Data Riset Kesehatan Da- sar (Riskesdas) 2018 men- catat prevalensi kanker di Indonesia meningkat dari 1.4 per 1.000 penduduk di 2013 menjadi 1,79 per 1.000 penduduk pada 2018. Global Cancer Observatory (Globo- can) menyebutkan pada 2018 terdapat 18,1 juta kasus baru kanker dengan angka kema- tian sebesar 9,6 juta jiwa di dunia. Di Indonesia, angka kejadian penyakit kanker me- nempati urutan kedelapan di Asia Tenggara dan urutan ke- 23 di Asia. Prevalensi kanker tertinggi di Yogyakarta, yaitu 4,86 kasus per 1.000 pendu- duk, disusul Sumatra Barat 2,47 kasus dan Gorontalo 2,44 kasus per mil. Salah satu upaya yang bisa dilakukan masyarakat un- tuk menekan kasus kanker, menurut Menko Bidang Pem- bangunan Manusia dan Ke- budayaan Muhadjir Effendy, ialah menjaga pola hidup sehat. Beberapa yang bisa dilakukan masyarakat ialah olahraga teratur, banyak mi- num air putih, tidak merokok, dan mengurangi konsumsi makanan berlemak. “Hal terpenting lain yang bisa dilakukan adalah menjaga pikiran agar tidak stres dan terus berpikir positif.” Muha- djir juga mengajak masyarakat untuk berempati dengan mem- berikan dukungan kepada para pasien, keluarga pasien, dan penyintas kanker. Direktur Utama PT Ferron Par Pharmaceuticals Krestijan- to Pandji menambahkan per- lunya kerja sama pemerintah dan dunia industri untuk me- nangani pasien kanker. “Perlu kesinambungan, kerja sama pemerintah dan industri. Se- lain itu, setiap ada pasien ter- papar kanker, pihak industri dan pemerintah ada obatnya,” ujarnya di acara Jalan Sehat Karnaval Penyintas Kanker bersama Cancer Information and Support Center (CISC) di area car free day, Jl MH Tham- rin, Jakarta, kemarin. Menurut Krestijanto, obat kanker buatan dalam negeri sebetulnya sudah memenuhi 80% kebutuhan dalam negeri. Dia pun berharap obat buatan dalam negeri bisa mengganti- kan obat kanker impor karena kualitasnya sudah setara. Deteksi dini Sebagai antisipasi dan pe- ngendalian penyakit kanker, anggota Komisi IX Fraksi Partai Golkar Dewi Asmara menambahkan, kepedulian masyarakat untuk melakukan deteksi dini menjadi salah satu kuncinya. “Masih sedikit perempuan di Indonesia me- lakukan tes IVA karena me- reka takut. Ini perlu edukasi,” katanya, kemarin. Sementara itu, Kemente- rian Kesehatan menyatakan akan meningkatkan partisi- pasi pemerintah daerah da- lam melakukan deteksi dini pada penyakit kanker. “Dari sekian penderita kanker, be- lum semua nya dapat akses pelayanan dan dapat kita kover. Makanya peran pemda dan masyarakat sangat utama untuk mengatasi kanker di Indonesia,” kata Staf Ahli Kemenkes Bidang Ekonomi Kesehatan M Subuh di Ja- karta. (H-1) Perlu Kolaborasi untuk Atasi Ancaman Kanker Upaya pencegahan dan pengobatan kanker menjadi lebih efektif jika pemerintah, industri kesehatan, dan masyarakat punya inisiatif positif bersama untuk melawan penyakit itu. PROGRAM LITERASI KELUARGA: Sejumlah anak didampingi orangtua membaca buku dari Perpustakaan Dauzan pada hari bebas kendaraan bermotor atau car free day (CFD) di Surakarta, Jawa Tengah, kemarin. Pemerintah tengah menggalakkan program Budaya Literasi Keluarga untuk mengenalkan anak usia dini dengan dunia literasi guna meningkatkan perilaku literasi di masyarakat. ANTARA/MAULANA SURYA Anjuran Pernikahan si Kaya dengan si Miskin tak Perlu Fatwa MAJELIS Ulama Indonesia (MUI) mengapresiasi apabila terjadi pernikahan antara si kaya dan si miskin. Hal itu juga bertujuan meminimalisasi ketimpangan sosial yang tajam seperti terjadi di masyarakat saat ini. Namun, menurut Sekjen MUI Anwar Abbas, majelis tidak akan mengelu- arkan fatwa terhadap ajakan yang dilontarkan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Ma- nusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Eendy tersebut, belum lama ini. “Kalau ada orang kaya mau dan ingin menika- hi orang miskin dengan niat untuk mengangkat dan mengeluarkannya dari kemiskinan, itu bagus,” kata Anwar, kemarin. Meski proses itu dinilai baik, dia mengatakan tidak sependapat bila usulan tersebut harus difatwakan. “Tapi untuk melakukan itu saya rasa tidak perlu ada fatwa. Laksanakan saja bila ada yang ingin melakukannya. Kan itu tidak dilarang oleh agama,” pungkasnya. Di sisi lain, adanya fenomena di daerah-daerah bahwa anak (perempuan) keluarga miskin sering dijadikan sasaran kawin kontrak oleh warga asing tidak dapat dimungkiri. Fakta lainnya ialah sema- kin banyak pernikahan yang setara makin terbe- lah masyarakat juga bisa dirasakan saat ini. Senior Research Fellow The SMERU Research Institute, Asep Suryahadi, menilai tidak ada masalah dengan anjuran Menko PMK tersebut. “Karena sifatnya hanya anjuran. Pada akhirnya yang menentukan siapa menikah dengan siapa adalah tiap-tiap calon pengantin atau keluarga mereka,” kata Asep. Yang tak kalah pentingnya, program bimbingan pranikah sebaiknya tidak hanya fokus pada kewajiban hak pasangan, tapi juga dilengkapi pemahaman pengelolaan ekonomi rumah tangga. (Fer/H-1) SEKILAS Bahasa Daerah dari Indonesia Timur Paling Rentan Punah BAHASA daerah di wilayah Indonesia bagian ti- mur tercatat sebagai bahasa yang paling rentan punah. Bahkan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud, mendata setidaknya dari 11 bahasa yang punah, seluruh- nya berasal dari Indonesia bagian timur. “Lama-lama penuturnya sedikit bila tidak terjaga, terlestarikan, lama-lama meninggal dan tidak terwariskan, itulah yang membikin rentan,” kata Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud, Dadang Sunendar, di Jakarta. Menurutnya, jumlah pen- duduk di Indonesia bagian timur yang sedikit juga berpengaruh. Akhirnya, untuk mencari penerus semakin sulit. “Yang menjadi penerus sedikit dan tidak diwariskan. Ini yang menjadi rentan.” Berbeda dengan di Indonesia bagian barat atau- pun tengah yang menggunakan bahasa daerah terbilang banyak dan penuturnya juga banyak. “Dan upaya yang dilakukan juga sangat baik, maka itu menjadi tidak rentan,” jelas Dadang. Beberapa bahasa yang diteliti sejak 1991 ber- hasil ditemukan 718 bahasa daerah. Adapun di antaranya yang sudah punah ialah bahasa Tandia dari Papua Barat dan bahasa Mawes dari Papua. Untuk daerah Maluku, yang sudah punah di antaranya bahasa Kajeli, Piru, Mok- sela, Palumata, Hukumina, Hoti, Serua, Nila, dan bahasa Ternateno dari Maluku Utara. Dadang menambahkan, di sisi lain bahasa Indonesia telah memenuhi syarat menjadi bahasa pengantar ASEAN atau bahasa interna- sional. “Yang pertama penutur bahasa Indone- sia banyak, lebih dari 300 juta penutur. Bukan hanya di Indonesia, melainkan juga di negara lain dengan dialek berbeda.” (Aiw/H-1) JENDELA DUNIA

ANTARA/MAULANA SURYA PROGRAM LITERASI ......sar (Riskesdas) 2018 men-catat prevalensi kanker di Indonesia meningkat dari 1.4 per 1.000 penduduk di 2013 menjadi 1,79 per 1.000 penduduk

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANTARA/MAULANA SURYA PROGRAM LITERASI ......sar (Riskesdas) 2018 men-catat prevalensi kanker di Indonesia meningkat dari 1.4 per 1.000 penduduk di 2013 menjadi 1,79 per 1.000 penduduk

SENIN, 24 FEBRUARI 2020HUMANIORA 13

RAK-RAK buku berjajar rapi di perpustakaan yang sunyi. Seorang pengunjung menelusuri jajaran rak sambil meraba barisan buku-buku dengan judul yang dibuat timbul. Tangannya berhenti pada satu buku.

“Ini adalah buku Dilan. Saya suka ceritanya, romantis,” tutur pengunjung tunanetra yang enggan disebut namanya. Ia mengeluarkan buku dari barisan buku di rak.

“Buku satu-satunya cara saya belajar dan mengetahui banyak hal,” ujarnya. “Di sini saya bisa belajar banyak. Ada banyak buku yang bisa saya baca, bukan hanya buku pe-lajaran, melainkan juga novel,” lanjutnya. Ia tidak dapat melihat sejak kecil dan menjadi salah satu tunanetra dampingan Yayasan Mitra Netra.

Yayasan Mitra Netra yang beranggotakan 800 orang didirikan pada 1991 untuk men-dampingi para tunanetra agar terus belajar dan mandiri. “Kita dampingi mereka se-hingga para tunanetra bisa mandiri, cerdas, dan bermanfaat di masyarakat inklusif. Di perpustakaan ini, mereka bebas mengakses buku-buku,” jelas Ketua Yayasan Mitra Netra, Bambang Basuki.

Perpustakaan di Yayasan Tuna Netra mem-punyai koleksi buku berjumlah lebih dari 3.100 judul. Buku-buku itu didesain khusus untuk tunanetra karena tulisan yang timbul (Braille). “Jadi, buku-buku yang ada sesuai

dengan permintaan rekan yang tunanetra. Setiap ada permintaan, kita buatkan bukunya. Proses pembuatan kurang lebih satu bulan,” imbuh Bambang.

“Kita juga punya audio book, kita desain sedemikian rupa supaya teman-teman kita yang tunanetra bisa belajar seperti teman-teman yang lain,” tambah koordinator pro-duksi, Indah Lutfi a.

Buku yang didesain Yayasan Mitra Netra terdiri atas buku-buku pelajaran SD, SMP, SMA, pengetahuan umum, dan buku fi ksi seperti novel. Buku pelajaran atau referensi kuliah dapat dipinjam selama satu semester, semen-tara buku pengetahuan umum bisa dipinjam selama satu bulan. Jika diperlukan, peminjam dapat mengajukan perpanjangan.

Yayasan Mitra Netra juga menyumbangkan buku-buku Braille ke Perpustakaan Nasional dan perpustakaan lain di seluruh Indonesia.

Kendati demikian, Indah menuturkan, ketersediaan buku-buku seri Braille masih sangat terbatas, tidak seperti buku biasa yang mudah dijumpai di perpustakaan atau di toko buku. “Koleksi kita cukup banyak, tapi buku kita tidak sebanyak buku biasanya,” ujarnya.

Ke depan, Yayasan Mintra Netra akan terus memproduksi buku-buku yang memenuhi keperluan para tunanetra yang ada di In-donesia, khususnya di Yayasan Mitra Netra. (*/H-3)

Membuka Netra Dunia dengan Membaca

ATALYA PUSPA [email protected]

PERINGATAN Organi-sasi Kesehatan Du-nia (World Health Organization/WHO)

bahwa dunia dihadapkan pada ancaman kenaikan ka-sus kanker yang diprediksi-kan tujuh kali lipat pada 2030 patut mendapat perhatian se-rius. Selain masyarakat perlu meningkatkan kesadaran hidup sehat, pemerintah dan industri perlu melakukan ker-ja sama yang kuat dalam hal penyediaan oba t-obatan dan alat medis terkait onkologi.

Data Riset Kesehatan Da-sar (Riskesdas) 2018 men-catat prevalensi kanker di Indonesia meningkat dari 1.4 per 1.000 penduduk di 2013 menjadi 1,79 per 1.000

penduduk pada 2018. GlobalCancer Observatory (Globo-can) menyebut kan pada 2018terdapat 18,1 juta kasus barukanker dengan angka kema-tian sebesar 9,6 juta jiwa didunia. Di Indonesia, angkakejadian penyakit kanker me-nempati urutan kedelapan diAsia Tenggara dan urutan ke-23 di Asia. Prevalensi kankertertinggi di Yogyakarta, yaitu4,86 kasus per 1.000 pendu-duk, disusul Sumatra Barat2,47 kasus dan Gorontalo 2,44kasus per mil.

Salah satu upaya yang bisadilakukan masyarakat un-tuk menekan kasus kanker,menurut Menko Bidang Pem-bangunan Manusia dan Ke-budayaan Muhadjir Effendy,ialah menjaga pola hidupsehat. Beberapa yang bisadilakukan masyarakat ialah

olahraga teratur, banyak mi-num air putih, tidak merokok, dan mengurangi konsumsi makanan berlemak.

“Hal terpenting lain yang bisa dilakukan adalah menjaga pikiran agar tidak stres dan terus berpikir positif.” Muha-djir juga mengajak masyarakat untuk berempati dengan mem-berikan dukungan kepada para pasien, keluarga pasien, dan penyintas kanke r.

Direktur Utama PT Ferron Par Pharmaceuticals Krestijan-to Pandji menambahkan per-lunya kerja sama pemerintah dan dunia industri untuk me-nangani pasien kanker. “Perlu kesinambungan, kerja sama pemerintah dan industri. Se-lain itu, setiap ada pasien ter-papar kanker, pihak industri dan pemerintah ada obatnya,” ujarnya di acara Jalan Sehat Karnaval Penyintas Kanker bersama Cancer Information and Support Center (CISC) di area car free day, Jl MH Tham-rin, Jakarta, kemarin.

Menurut Krestijanto, obat kanker buatan dalam negeri sebetulnya sudah memenuhi 80% kebutuhan dalam negeri.

Dia pun berharap obat buatandalam negeri bisa mengganti-kan obat kanker impor karenakualitasnya sudah setara.

Deteksi diniSebagai antisipasi dan pe-

ngendalian penyakit kan ker,anggota Komisi IX FraksiPartai Golkar Dewi Asmaramenambahkan, kepedulianmasyarakat untuk melakukandeteksi dini menjadi salahsatu kuncinya. “Masih sedikitperempuan di Indonesia me-lakukan tes IVA karena me-reka takut. Ini perlu edukasi,”katanya, kemarin.

Sementara itu, Kemente-rian Kesehatan menyatakanakan meningkatkan partisi-pasi pemerintah daerah da-lam melakukan deteksi dinipada penyakit kanker. “Darisekian pende rita kanker, be-lum semua nya dapat aksespelayanan dan dapat kitakover. Makanya peran pemdadan masyarakat sangat utamauntuk mengatasi kanker diIndonesia,” kata Staf AhliKemenkes Bidang EkonomiKesehatan M Subuh di Ja-karta. (H-1)

Perlu Kolaborasi untuk Atasi Ancaman Kanker Upaya pencegahan dan pengobatan kanker menjadi lebih efektif jika pemerintah, industri kesehatan, dan masyarakat punya inisiatif positif bersama untuk melawan penyakit itu.

PROGRAM LITERASI KELUARGA: Sejumlah anak didampingi orangtua membaca buku dari Perpustakaan Dauzan pada hari bebas kendaraan bermotor atau car free day (CFD) di Surakarta, Jawa Tengah, kemarin. Pemerintah tengah menggalakkan program Budaya Literasi Keluarga untuk mengenalkan anak usia dini dengan dunia literasi guna meningkatkan perilaku literasi di masyarakat.

ANTARA/MAULANA SURYA

Anjuran Pernikahan si Kaya dengan si Miskin tak Perlu FatwaMAJELIS Ulama Indonesia (MUI) mengapresiasi apabila terjadi pernikahan antara si kaya dan si miskin. Hal itu juga bertujuan meminimalisasi ketimpangan sosial yang tajam seperti terjadi di masyarakat saat ini. Namun, menurut Sekjen MUI Anwar Abbas, majelis tidak akan mengelu-arkan fatwa terhadap ajakan yang dilontarkan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Ma-nusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Eff endy tersebut, belum lama ini.

“Kalau ada orang kaya mau dan ingin menika-hi orang miskin dengan niat untuk mengangkat dan mengeluarkannya dari kemiskinan, itu bagus,” kata Anwar, kemarin. Meski proses itu dinilai baik, dia mengatakan tidak sependapat bila usulan tersebut harus difatwakan. “Tapi untuk melakukan itu saya rasa tidak perlu ada fatwa. Laksanakan saja bila ada yang ingin melakukannya. Kan itu tidak dilarang oleh agama,” pungkasnya.

Di sisi lain, adanya fenomena di daerah-daerah bahwa anak (perempuan) keluarga miskin sering dijadikan sasaran kawin kontrak oleh warga asing tidak dapat dimungkiri. Fakta lainnya ialah sema-kin banyak pernikahan yang setara makin terbe-lah masyarakat juga bisa dirasakan saat ini.

Senior Research Fellow The SMERU Research Institute, Asep Suryahadi, menilai tidak ada masalah dengan anjuran Menko PMK tersebut. “Karena sifatnya hanya anjuran. Pada akhirnya yang menentukan siapa menikah dengan siapa adalah tiap-tiap calon pengantin atau keluarga mereka,” kata Asep. Yang tak kalah pentingnya, program bimbingan pranikah sebaiknya tidak hanya fokus pada kewajiban hak pasangan, tapi juga dilengkapi pemahaman pengelolaan ekonomi rumah tangga. (Fer/H-1)

S E K I L A S

Bahasa Daerah dari Indonesia Timur Paling Rentan PunahBAHASA daerah di wilayah Indonesia bagian ti-mur tercatat sebagai bahasa yang paling rentan punah. Bahkan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud, mendata setidaknya dari 11 bahasa yang punah, seluruh-nya berasal dari Indonesia bagian timur.

“Lama-lama penuturnya sedikit bila tidak terjaga, terlestarikan, lama-lama meninggal dan tidak terwariskan, itulah yang membikin rentan,” kata Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud, Dadang Sunendar, di Jakarta. Menurutnya, jumlah pen-duduk di Indonesia bagian timur yang sedikit juga berpengaruh. Akhirnya, untuk mencari penerus semakin sulit. “Yang menjadi penerus sedikit dan tidak diwariskan. Ini yang menjadi rentan.”

Berbeda dengan di Indonesia bagian barat atau-pun tengah yang menggunakan bahasa daerah terbilang banyak dan penuturnya juga banyak. “Dan upaya yang dilakukan juga sangat baik, maka itu menjadi tidak rentan,” jelas Dadang.

Beberapa bahasa yang diteliti sejak 1991 ber-hasil ditemukan 718 bahasa daerah. Adapun di antaranya yang sudah punah ialah bahasa Tandia dari Papua Barat dan bahasa Mawes dari Papua. Untuk daerah Maluku, yang sudah punah di antaranya bahasa Kajeli, Piru, Mok-sela, Palumata, Hukumina, Hoti, Serua, Nila, dan bahasa Ternateno dari Maluku Utara.

Dadang menambahkan, di sisi lain bahasa Indonesia telah memenuhi syarat menjadi bahasa pengantar ASEAN atau bahasa interna-sional. “Yang pertama penutur bahasa Indone-sia banyak, lebih dari 300 juta penutur. Bukan hanya di Indonesia, melainkan juga di negara lain dengan dialek berbeda.” (Aiw/H-1)

J E N D E L A D U N I A