131
TERJEMAHAN TAFSIR AL-QURAN AL-KARȊ M KARYA MAHMUD YUNUS: KALIMAT MAJEMUK SUBORDINATIF HUBUNGAN KOMPLEMENTASI DALAM SURAT AL-BAQARAH Skripsi Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana (S.S) Oleh: ANISA ALBASIROH 1111024000008 JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/ 2015 M

ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

  • Upload
    lamcong

  • View
    281

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

TERJEMAHAN TAFSIR AL-QURAN AL-KARȊ M KARYA MAHMUD

YUNUS:

KALIMAT MAJEMUK SUBORDINATIF HUBUNGAN

KOMPLEMENTASI DALAM SURAT AL-BAQARAH

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora

untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana (S.S)

Oleh:

ANISA ALBASIROH

1111024000008

JURUSAN TARJAMAH

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/ 2015 M

Page 2: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf
Page 3: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf
Page 4: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

i

ABSTRAK

ANISA ALBASIROH

“Terjemahan Al-quran Karya Mahmud Yunus: Kalimat Majemuk Subordinatif

Hubungan Komplementasi dalam surat al-Baqarah” di bawah bimbingan Dr.

Abdullah, M. Ag.

Pokok permasalahan penelitian kali ini yaitu, bahwa tidak jarang kita menemui

sejumlah kesalahan dalam menyepadankan antara konjungsi dalam bahasa Indonesia

ke dalam bahasa Arab termasuk dalam masalah konjungsi kalimat majemuk

subordinatif dalam terjemahan Tafsir Al-quran karya Mahmud Yunus.

Untuk menjawab pertanyaan ini, Peneliti menggunakan metode analisis deskriptif

kualitatif dengan mengumpulkan data-data yang terkait dengan masalah yang akan

diteliti, yaitu berupa teks-teks atau kata-kata, bukan angka-angka. Data didapat oleh

Penulis dari sumber hasil terjemahan surat al-Baqarah. Dalam penelitian ini yang

pertama kali dilakukan oleh Penulis adalah mencari kalimat majemuk subordinatif

yang terdapat dalam terjemahan surat al-Baqarah.

Dalam penelitian ini, Peneliti menemukan 202 data yang meliputi kalimat majemuk

subordinatif hubungan komplementasi dengan tiga kategori yaitu, inna, anna, dan

qâla. Data yang diperoleh dalam kategori inna terdapat 32,7 %, kategori anna

terdapat 12,4%, dan kategori qâla terdapat 55%.

Dalam menafsirkan ayat-ayat Al-quran Mahmud Yunus bersifat ringkas dan

sederhana. Hal ini terlihat dalam penyajian tafsirnya, penafsiran dilakukan pertama

kali dengan memberi arti dari ayat-ayat Al-quran, kemudian harus memberikan

penafsiran global, tanpa mengawali dengan penjelasan arti kata. Dengan tidak

menambahkan catatan-catatan dalam tafsirnya seolah-olah Mahmud Yunus ingin

mengajak pembaca untuk konsentrasi berdialog dengan Tuhan. Tafsir Al-quran in

sistematika penafsirannya sama seperti isi Al-quran dan terjemahan disamping kanan

ayat (setiap ayat) kemudian terjemahannya dibawahnya terdapat penafsiran.

Page 5: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, Sang pencipta langit dan

bumi serta segala isinya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta kasih sayang-

Nya kepada Peneliti sehingga Peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan

salam Peneliti panjatkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, dan para

sahabatnya semoga kita mendapatkan curahan syafa‟atnya di hari akhir kelak.

Dalam Penelitian skripsi ini Peneliti banyak diberi bantuan serta bimbingan

oleh berbagai pihak. Terima kasih Peneliti ucapkan kepada civitas academica

Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Sukron

Kamil, M.Ag., Dekan Fakultas Adab dan Humaniora; Moch. Syarif Hidayatullah,

M.Hum., Ketua Jurusan Tarjamah serta Sekretaris Jurusan Tarjamah Rizki

Handayani, MA. Serta jajaran dosen yang telah banyak memberikan ilmu dan

pengalaman. Semoga ilmu dan pengalaman yang Peneliti terima bermanfaat di

kemudian hari.

Ucapan terima kasih dan doa Peneliti tujukan kepada Dr. Abdullah, M.Ag.

yang telah meluangkan waktunya untuk membaca, mengoreksi, dan member saran

yang berguna selama proses penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT selalu

memberikan kebaikan serta keberkahan kepada Bapak dan keluarga. Amin. Kepada

Dr. Akhmad Saehudin, M.ag. dan Drs. Ikhwan Azizi, M.A., selaku dosen penguji

terima kasih telah menilai, mengoreksi, dan membimbing, sehingga penulisan skripsi

ini dapat diselesaikan.

Page 6: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

iii

Kepada orangtua, Mamah dan Bapak, terima kasih atas cinta, kasih, serta doa

yang tidak pernah bosan diberikan kepada Peneliti selama ini. Kepada adik-adik

Faisal Albasyir, Nadia Albasyiroh, Fachrial Albasyir dan Alfiatussyifa Albasyiroh

terima kasih atas senyum, pelukan serta keceriaan dan motivasi kepada Peneliti.

Kepada kak Yayan, terima kasih atas bantuan serta dorongan selama proses

penyusunan skripsi ini kepada Peneliti. Kepada Syawaliyah Faisal dan Darti

Nurmaesaroh terima kasih atas bantuan, motivasi, serta keceriaan dan tidak pernah

bosan mendengarkan isi curahan Peneliti. Kepada kawan-kawan Tarjamah 2011 dan

Sahabat KKN Chanvas 2014 terima kasih atas dorongan dan doa kalian kepada

Peneliti.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, sehingga Peneliti

membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun dan dapat bermanfaat untuk

kita semua khususnya bagi yang berkecimpung dalam dunia penerjemahan.

Jakarta, 30 September 2015

Anisa Albasiroh

Page 7: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

iv

A. 15

Page 8: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

v

PEDOMAN TRANSLITERASI1

Page 9: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

vi

Konsonan

No. HURUF

ARAB HURUF

LATIN

No. HURUF

ARAB

HURUF

LATIN

ا .1Tidak

dilambangkan 16.

طth

zh ظ .b 17 ب .2

.t 18 ت .3 ع

g غ .ts 19 ث .4

f ف .j 20 ج .5

q ق .h 21 ح .6

k ك .kh 22 خ .7

l ل .d 23 د 8

m م .dz 24 ذ .9

n ى .r 25 ز .10

w و .z 26 ش .11

h هـ .s 27 س .12

` ء .sy 28 ش .13

y ي .sh 29 ص .14

dl ض .15

1 Pedoman Transliterasi ini merujuk pada Pengurus Besar Nahdlatu al-Ulamâ

Page 10: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

vii

Vokal

1. Vokal Tunggal

No. TANDA HURUF

LATIN

No. TANDA

HURUF

LATIN

1.

a 3. u

2. i

Contoh:

وزةسب kataba : كتة : sabbuurah

yadzhabu : يرهة mimsahah : هوسحة

2. Vokal Rangkap

NO. TANDA DAN

HURUF NAMA

GABUNGAN

HURUF NAMA

ي .1 fathah dan yâ`

sukun

ai a dan i

و .2 fathah dan wâu

sukun

au a dan u

Contoh:

haula : هول kaifa : كيف

Maddah (Vokal Panjang)

Page 11: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

viii

No.

HURUF

DAN

HARAKAT

TANDA No

.

HURUF DAN

HARAKAT TANDA

1. ا

â 3. و û

2. ي

î

Contoh:

jâlasa : جالس

rahîm : زحين

yaqûlu : يقول

Tâ` Marbûthah

Transliterasi untuk tâ` marbûthah adalah:

1. Tâ` )ة( marbûthah yang hidup atau mendapat harakat fathah, kasrah atau

dammah, transliterasinya adalah “t”.

wihdat al-wujûd = وحدة الوجود

2. Tâ` marbûthah yang mati atau sukun, transliterasinya adalah “h”.

tarîqah = طسيقة

3. Kata yang akhirnya ta marbutah diikuti oleh kata yang menggunakan kata

sandang al (ال ), sedangkan penulisan kedua kata itu dipisah, maka

tâ`marbûthah tersebut ditrasliterasikan dengan “h”, seperti pada kata:

Page 12: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

ix

al-Madînah al-Munawwarah الودينة الونوزة=

Kata Sandang

Kata sandang (ال ), ditransliterasikan berdasarkan kata yang diikuti oleh kata

sandang tersebut. Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyah ditrasliterasikan

sesuai dengan bunyinya, yakni huruf “l” diganti dengan huruf yang sama dengan

huruf yang langsung mengikuti kata sandang tersebut, ditulis terpisah dan

dihubungkan tanda sambung. Contoh:

at- Ta‟lîm = التعلين

an- Niŝa = النسآء

Kata sandang yang diikuti oleh huruf qamariyah, kata sandang ditulis tetap sebagai

“al”, terpisah dari kata yang mengikuti dan dihubungkan dengan tanda sambung.

Contoh:

al-Badî‟u = البديع

al-Ma‟nâ = الوعنى

Page 13: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa terdiri dari dua lapisan, yaitu lapisan bentuk dan lapisan arti yang

dinyatakan oleh bentuk itu. Bentuk bahasa terdiri dari satuan-satuan, yang di sini

disebut satuan gramatik. Satuan-satuan itu ialah wacana, kalimat, klausa, frase,

kata dan morfem.1

Kalimat merupakan satuan yang langsung digunakan dalam berbahasa,

maka para tata bahasawan tradisional biasanya membuat definisi kalimat dengan

mengaitkan peranan kalimat itu sebagai alat interaksi dan kelengkapan pesan atau

isi yang akan disampaikan. Oleh karena itu, definisi seperti “Kalimat adalah

susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap” merupakan

definisi umum yang biasa kita jumpai. Malah dalam pelajaran bahasa Arab,

definisi kalimat yang berbunyi “Kalimat adalah lafal yang tersusun dari dua buah

kata atau lebih yang mengandung arti, dan disengaja serta berbahasa Arab.2

Yang akan Peneliti bahas dalam penelitian ini yaitu kalimat majemuk.

Kalimat majemuk termasuk bahan sintaksis, di sebut kalimat majemuk karena

terdiri atas lebih dari satu konstituen yang berupa kalimat sendiri.3 Kalau klausa di

dalam sebuah kalimat terdapat lebih dari satu, maka kalimat itu disebut kalimat

majemuk. dalam hal ini berkenaan dengan sifat hubungan klausa-klausa di dalam

1 M. Ramlan. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis, (Yogyakarta: CV Karyono, 1983), h. 1

2 Abdul Chaer. Linguistik Umum, (Jakarta, Rineka Cipta, 2003), h. 240

3 J.W.M. Verhaar. Pengantar Linguistik, (Gadjah Mada University Press, 1981), h. 102

Page 14: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

2

kalimat itu dibedakan adanya kalimat majemuk koordinatif (kalimat majemuk

setara) dan kalimat majemuk subordinatif (kalimat majemuk bertingkat).4

Kalimat majemuk setara adalah kalimat majemuk yang dibangun atas dua

kalimat tunggal. Kedua kalimat tersebut memiliki predikat yang kedudukannya

sejajar (setara) di dalam kalimat. Biasanya kalimat majemuk setara menggunakan

kata hubung: dan, tetapi, atau.5

Contoh:

a. Ani belajar dan Budi membaca Koran.

b. Dia tidak belajar tetapi mengobrol di kelas.

Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang dibangun atas

dua kalimat tunggal. Kedua kalimat tunggal tersebut memiliki kedudukan yang

berbeda. Biasanya dibangun atas dua, yaitu anak kalimat dan induk kalimat.

Letak anak kalimat dapat berada setelah induk kalimat atau boleh juga

mendahului induk kalimat.6

Contoh:

1. Anak kalimat berada setelah induk kalimat

a. Ia sudah duduk di rumah ketika saya kembali dari kampus.

2. Anak kalimat mendahului induk kalimat

b. Ketika saya kembali dari kampus, Ali sudah menunggu di depan

rumah saya.

4 Moch. Syarif Hidayatullah. Cakrawala Linguistik Arab, (Tangerang Selatan: Alkitabah,

2012), h. 98

5 Suhardi. Dasar-Dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media,

2013), h. 74-75 6 Suhardi. Dasar-Dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media,

2013), h. 75

Page 15: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

3

Kalimat majemuk setara atau sering disebut kalimat luas setara adalah

kalimat yang terdiri atas dua atau lebih klausa bebas. Dalam bahasa Arab, kalimat

ini disebut sebagai kalam murakkab.7

Contoh:

هره دزاجت كبيسة و تلك دزاجت صغيسة

Contoh tersebut merupakan klausa bebas, klausa berdiri sendiri dan tidak

menjadi bagian dari klausa lainnya. Klausa pada kalimat tersebut dihubungkan

oleh penghubung setara, yaitu و.

Kalimat majemuk bersusun sering disebut juga kalimat majemuk

bertingkat atau kalimat luas tidak setara. Kalimat majemuk bersusun adalah

kalimat yang minimal terdiri atas satu klausa bebas atau klausa terikat. Dalam

bahasa Arab, jenis kalimat ini bisa disebut dengan istilah kalam tarkibiy.8

Contoh:

عندما أسمع آذان الجمعت أذهب إلى المسجد

Kalimat di atas terdiri atas dua klausa yang tidak setara, karena salah

satunya berupa klausa terikat. Dengan kata lain kedua klausa pada kalimat itu

bertingkat. Kalimat terdiri atas klausa bebas هب إلى المسجدأذ dan klausa terikat

ان الجمعتآذعندما أسمع .

Dalam penelitian ini, Peneliti akan mengkaji salah satu hubungan semantis

dalam kalimat majemuk subordinatif. Salah satu diantaranya adalah hubungan

semantis komplementasi. Dalam hubungan komplementasi, klausa subordinatif

melengkapi apa yang dinyatakan oleh verba klausa utama oleh nomina subjek,

7 Imam Asrori. Sintaksis Bahasa Arab, (Malang, Misykat, 2004), h. 103

8 Imam Asrori. Sintaksis Bahasa Arab, (Malang, Misykat, 2004), h. 103

Page 16: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

4

baik dinyatakan maupun tidak. Jenis kalimat majemuk subordinatif hubungan

kompelementasi ini dihubungkan dengan konjungsi „bahwa‟. Contoh:

Peneliti perlu menekankan di sini bahwa isi bukunya belumlah sempurna.

Adapun dalam bahasa Arab, kalimat majemuk subordinatif hubungan

komplementasi biasa dihubungkan dengan partikel inna/ atau/ إ أ /anna/.

) اىجقشح: ۷۷ ( ؼي ب ب غش ؼي اهلل أ ؼي ال أ

Tidakkah mereka itu tahu, bahwa Allah mengetahui apa-apa yang mereka

rahasiakan dan apa-apa yang mereka lahirkan

Namun, tidak semua partikel bisa menempati sebagai konjungsi إ

hubungan komplementasi. Ia baru bisa dijadikan sebagai konjungsi

komplementasi selama ia mengapit dua klausa yang terdapat dalam kalimat

majemuk. Kalau tidak, maka partikel tidak bisa dikategorikan sebagai إ

konjungsi hubungan komplementasi dalam kalimat majemuk subordinatif.

Beranjak dari masalah di atas, Peneliti merasa perlu mengangkat kajian

kalimat majemuk subordinatif sebagai analisis dalam penelitian kali ini. Alasan

Peneliti menggunakan terjemahan Tafsir Al-quran al-Karim karya Mahmud

Yunus, karena di dalam Tafsir tersebut ayat-ayat yang mengandung kalimat

majemuk subordinatif hubungan subordinatif sangat bervariatif untuk diteliti.

Oleh karena, dalam penelitian ini, Peneliti akan memberi judul: “Terjemahan

Tafsir Al-quran al-Karîm Karya Mahmud Yunus: Kalimat Majemuk Subordinatif

Hubungan Komplementasi dalam Surat al-Baqarah.”

Page 17: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

5

B. Pembatasan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, Peneliti memfokuskan diri pada

kalimat majemuk subordinatif dalam surat al-Baqarah terjemahan Tafsir Al-quran

al-Karim karya Mahmud Yunus. Oleh karena itu, rumusan masalah penelitian ini

adalah:

1. Konjungsi apa saja yang digunakan dalam kalimat majemuk subordinatif

hubungan komplementasi dalam Tafsir Al-quran al-Karim karya Mahmud

Yunus?

2. Bagaimana kualitas penerjemahan kalimat majemuk subordinatif

hubungan komlemantasi dalam Tafsir Al-quran al-Karim karya Mahmud

Yunus?

C. Tinjauan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui konjungsi kalimat majemuk subordinatif dalam bahasa

Indonesia dan bahasa Arab dalam Tafsir Al-quran al-Karim karya

Mahmud Yunus;

2. Mengetahui kualitas penerjemahan kalimat majemuk subordinatif

hubungan komplementasi dalam Tafsir Al-quran al-Karim karya Mahmud

Yunus.

D. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini menganalisis tentang kalimat majemuk subordinatif dengan

mengambil korpus dalam surat al-Baqarah terjemahan Tafsir Al-quran al-Karim

karya Mahmud Yunus.

Page 18: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

6

Sejauh yang peneliti temukan dalam menyusun proposal skripsi ini di

Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah peneliti tidak menemukan

penelitian kalimat majemuk subordinatif terhadap terjemahan surat al-Baqarah.

Yang peneliti temukan adalah penelitian dengan judul skripsi “Kalimat Majemuk

Subordinatif Hubungan Kompelementasi Dalam Surat Al-Anfal” yang diteliti oleh

Ahmad Anis pada tahun 2006.

Penelitian terdahulu pada umumnya menganalisis jenis kalimat majemuk

subordinatif yang berbeda dengan peneliti dan menjadikan penerjemahan surat al-

Anfal sebagai korpus penelitian sedangkan peneliti menjadikan surat al-Baqarah

sebagai korpus. Perbedaan penelitian ini dengan peneliti sebelumnya yaitu peneliti

menggunakan terjemahan Al-quran karya Mahmud Yunus sedangkan penelitian

terdahulu menggunakan terjemahan Al-quran Departemen Agama.

E. Metodologi Penelitian

1. Sumber Data

Dalam penelitian ini, Peneliti merujuk pada sumber-sumber primer dan

sekunder. Sumber primer dalam penelitian ini yaitu pada terjemahan Tafsir Al-

quran al-Karim karya Mahmud Yunus. Sedangkan sumber sekunder pada

penelitian ini berupa buku sintaksis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab.

Dalam penelitian ini yang pertama kali dilakukan oleh Peneliti adalah mencari

kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi yang terdapat dalam

terjemahan surat al-Baqarah pada tafsir Al-quran al-Karim karya Mahmud

Yunus.

Page 19: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

7

2. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, Peneliti menggunakan metode analisis deskriptif

kualitatif dengan mengumpulkan data-data yang terkait dengan masalah yang

akan diteliti, yaitu berupa teks-teks atau kata-kata, bukan angka-angka.9 Dengan

teks terjemahan sebagai objek, yaitu terjemahan Tafsir Al-quran pada surat al-

Baqarah karya Mahmud Yunus.

Adapun dalam Penelitian skripsi ini, Peneliti mengacu pada buku

“Pedoman Penelitian Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang

diterbitkan oleh Center for Quality Development and Assurance (UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Press 2007).

F. Sistematika Penelitian

Agar Penelitian lebih terarah dan sistematis, maka langkah yang Peneliti

lakukan adalah sebagai berikut:

BAB I pendahuluan. Bagian pendahuluan ini berisi satu bab tersendiri

yang terdiri dari beberapa sub-sub, antara lain: Latar Belakang Masalah,

kemudian selanjutnya berisi tentang Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan

dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, dan Sistematika Penelitian.

BAB II kerangka teori. Bagian kerangka teori ini akan menguraikan jenis-

jenis kalimat menurut (a) subjek dan predikat (jumlah klausa), (b) fungsi

sintaksisnya, dan (c) susunan fungsi sintaksisnya; kalimat majemuk koordinatif

dan subordinatif ciri-ciri serta jenis masing-masing ditinjau dari antarklausa;

mengulas kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi ditinjau dari

9 Mahsun, Metode Penelitian Bahasa Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya, (Jakarta:

Raja Grafindo Persada, 2013) , h. 72

Page 20: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

8

sudut bahasa Indonesia dan bahasa Arab; serta penegasan terhadap teori yang

digunakan dalam skripsi.

BAB III Tafsir Al-quran karya Mahmud Yunus. Dalam bab ini akan berisi

mengenai sekilas biografi Prof. Dr. H. Mahmud Yunus serta deskripsi Tafsir Al-

quran terjemahan.

BAB IV merupakan pokok penelitian yang akan menganalisis dengan

didahului temuan serta diikuti analisis kalimat majemuk subordinatif hubungan

komplementasi dalam terjemahan Tafsir Al-quran al-Karim pada surat al-

Baqarah.

BAB V penutup. Pada bagian ini, ada hal yang perlu dikemukakan yaitu

kesimpulan.

Page 21: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

9

BAB II

KERANGKA TEORI

A. JENIS-JENIS KALIMAT DAN PENGERTIANNYA

Berdasarkan fungsi sintaksis, kalimat dapat diklasifikasikan ke dalam

beberapa jenis, yaitu (1) berdasarkan jumlah subjek dan predikatnya (jumlah

klausanya), kalimat diklasifikasikan menjadi kalimat tunggal dan kalimat

majemuk; (2) berdasarkan kelengkapan fungsi sintaksisnya, kalimat

diklasifikasikan menjadi kalimat lengkap dan kalimat tidak lengkap; (3)

berdasarkan susunan fungsi sintaksisnya, kalimat diklasifikasikan menjadi kalimat

biasa, kalimat inverse dan kalimat permutasi.10

1. Jenis Kalimat Berdasarkan Jumlah Subjek (Jumlah Klausanya)

Kalimat diklasifikasikan menjadi kalimat tunggal dan kalimat

majemuk.

a) Kalimat tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa,

kalimat ini hanya mempunyai satu subjek dan satu predikat.Perhatikan

contoh berikut dan bandingkan kalimat (1) dan (2).

(1) Separuh pesisir Pulau Bangka rusak karena aktivitas kapal pasir timah.

S P K

(2) Pabrik Es Saripetejo bisa menjadi industri bersejarah karena

S P Pel

10

Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan. Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif

Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 164-165

Page 22: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

10

bangunannya menjadi penanda kawasan industridi Solo pada awal abad

S P Pel (Ket)

ke-20.

Kalimat (1) merupakan kalimat tunggal hanya karena memiliki

satu subjek dan satu redikat(satu klausa), sedangkan kalimat (2)

merupakan kalimat majemuk karena memiliki dua subjek dan dua predikat

(dua klausa).

2. Jenis Kalimat Berdasarkan Kelengkapan Fungsi Sintaksisnya

Kalimat diklasifikasikan menjadi kalimat lengkap dan kalimat tidak

lengkap.:

a) Kalimat lengkap adalah kalimat yang mengandung klausa lengkap, terdiri

atas unsur S dan P, bahkan unsur O, Pel dan K jika predikat menghendaki

kehadirannya. Kalimat ini disebut kalimat mayor atau kalimat berklausa.

b) Kalimat tak lengkap adalah kalimat yang terdiri atas klausa tak lengkap,

yaitu terdiri dari S saja, P saja, O saja, atau Ket saja. Yang termasuk ke

dalam jenis kalimat tak lengkap adalah kalimat elips, kalimat sampingan,

kalimat urutan, dan kalimat minor.

Kalimat elips adalah kalimat tak lengkap yang terjadi karena pelesapan

beberapa bagian dari klausa dan diturunkan dari kalimat tunggal.11

Contoh:

(3) Menonton hewan di layar kaca

Kalimat sampingan adalah kalimat tak lengkap yang terjadi dari

klausatak lengkap dan diturunkan dari kalimat majemuk bertingkat.

Contoh:

11

Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif

Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 167

Page 23: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

11

(4) Karena sangat sepi

Kalimat urutan adalah kalimat berklausa lengkap, namun

mengandung konjungsi yang menunjukkan bahwa kalimat itu merupakan

bagian dari kalimat. Contoh:

(5) Setelah itu, tak ada lagi berita tentang demonstrasi.

Kalimat minor adalah kalimat tak lengkap yang memiliki intonasi

final.Jenis kalimat ini ada yang berstruktur klausa dan ada yang tidak.

Yang termasuk kalimat minor panggilan, salam, ucapan, seruan, judul,

moto, inskripsi, dan ungkapan khusus (larangan, peringatan, permintaan,

anjuran, harapan, perintah, dan pernyataan).

3. Jenis Kalimat yang Berdasarkan Susunan Fungsi Sintaksisnya

Kalimat diklasifikasikan menjadi kalimat biasa, kalimat inverse dan

kalimat permutasi.

1) Kalimat biasa adalah kalimat yang tersusun sesuai dengan pola dasar

kalimat bahasa Indonesia, yaitu S-P-(O)- (Pel)-(K) atau S mendahului P.

2) Kalimat inversi adalah kalimat yang mengharuskan predikat mendahului

subjek (berpola P-S). kalimat ini mensyaratkan subjek tak definit

(contoh1).12

Jika S pada kalimat tersebut diubah menjadi S definit, kalimat itu menjadi

tidak berterima (contoh 2). Contoh:

(6) Ada masalah dalam tubuh partai.

P S

(7) Ada masalah tersebut dalam tubuh partai.

P S definit

12

Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif

Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 169

Page 24: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

12

Biasanya, pola S-P menjadi berterima jika subjeknya diubah menjadi

definit, tetapi maknanya tentu sudah berbeda. Contoh:

(8) Masalah tersebut ada dalam tubuh partai.

S P

3) Kalimat permutasi adalah kalimat yang berpola terbalik, yaitu P-S, atau P-

O-S. Berbeda dengan inverse, permutasi tidak mengharuskan urutan P-S,

tetapi hanyalah merupakan salah satu gaya yang dapat dipilih dari urutan

yang baku. Biasanya, permutasi dilakukan karena ada unsur kalimat yang

ingin difokuskan maknanya.13

Contoh:

(9) Tak perlu datang dia → Dia tak perlu datang

P S S P

B. KALIMAT MAJEMUK KOORDINATIF DAN SUBORDINATIF SERTA

JENISNYA MASING-MASING

1. Kalimat Majemuk Koordinatif

Kalimat majemuk koordinatif (setara) adalah kalimat majemuk

yang dibangun atas dua kalimat tunggal.14

Bila hubungan antara kedua

pola kalimat itu sederajat maka terdapatlah kalimat majemuk yang

setara.15

Kalimat majemuk koordinatif adalah kalimat majemuk yang

klausa-klausanya memiliki status yang sama, yang setara, atau yang

sederajat. Klausa-klausa dalam kalimat majemuk koodinatif secara

eksplisit dihubungkan dengan konjungsi koordinatif, seperti dan, atau,

tetapi, dan lalu: namun, tak jarang hubungan itu hanya secara implisit,

13

Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif

Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 170 14

Suhardi. Dasar-Dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media,

2013), h. 74 15

Gorys Keraf. Tatabahasa Indonesia, (Jakarta: Nusa Indah, 1984), h. 168

Page 25: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

13

artinya tanpa menggunakan konjungsi.16

Berikut ini beberapa contoh

kalimat majemuk koordinatif:

(10) Nenek melirik, kakek tersenyum, dan adik tertawa-tawa.

(11) Dia membuka pintu, lalu menyilakan kami masuk.

(12) Beliau membuka pintu itu, tetapi membiarkan kami berdiri di luar.

(13) Dia datang dan duduk di sebelah saya.

Apabila ada unsur klausa yang sama, maka biasanya unsur yang

sama itu disenyawakan atau dirapatkan. Misalnya, pada kalimat (13),

unsur subjek pada klausa kedua tidak ditampilkan lagi karena sama

dengan subjek pada klausa pertama. Dalam buku tata bahasa tradisional

konstruksi kalimat seperti (13) itu disebut kalimat majemuk rapatan.17

2. Kalimat Majemuk Subordinatif

Kalimat majemuk bertingkat (subordinatif) adalah kalimat

majemuk yang dibangun atas dua kalimat tunggal. Kedua kalimat

tunggal tersebut memiliki kedudukan yan berbeda. Biasanya dibangun

atas dua, yaitu anak kalimat dan induk kalimat.18

Kalimat majemuk

subordinatif adalah kalimat majemuk yang hubungan antara klausa-

klausanya tidak setara atau sederajat. Klausa yang satu merupakan

klausa atasan, dan klausa yang lain merupakan klausa bawahan.19

(14) Nenek membaca komik ketika kakek tidak ada di rumah.

Klausa utama Klausa bawahan

16

Abdul Chaer. Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 244 17

Abdul Chaer. Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 244 18

Suhardi. Dasar-Dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia, (Jogjakarta: Ar-ruzz Media,

2013), h. 75 19

Abdul Chaer. Linguistik Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 244-245

Page 26: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

14

Sedangkan, sebuah unsur dari kalimat sumber (kalimat tunggal)

dibentuk menjadi sebuah kalimat, dan kalau kalimat bentukan ini

digabungkan dengan sisa kalimat sumbernya, maka akan terbentuklah

kalimat majemuk bertingkat.20

C) CIRI–CIRI SINTAKSIS DAN SEMANTIS HUBUNGAN

KOORDINASI DAN SUBORDINASI

1. Ciri-Ciri Sintaksis Hubungan Koordinasi dan Subordinasi

Koordinasi menghubungkan dua klausa atau lebih yang setara, sedangkan

subordinasi menghubungkan dua klausa yang salah satu diantaranya

merupakan bagian dari klausa yang lain. Bagian kalimat yang dihubungkan

oleh konjungsi (baik koordinatif maupun subordinatif) itu sendiri dapat

berbentuk kalimat majemuk. Contoh:

(15) Ada wanita yang menumbuk padi, tetapi ada juga wanita yang membuat

tepung dan suami mereka membicarakan sepak bola.

(16) Ketua partai itu tetap menyatakan kebanggaannya karena ternyata

partainya masih dapat meraih hamper empat belas juta suara pemilih

setelah suara itu dihitung ulang.

(17) Dia pindah ke Jakarta setelah ayahnya meninggal dan ibunya kawin

lagi.

20 Ida Bagus Putrayasa. Analisis Kalimat (Fungsi, Kategori, dan Peran), (Bandung: PT

Refika Aditama, 2007), h. 59

Page 27: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

15

Pada umumnya posisi klausa yang diawali oleh koordinator dan, atau, dan tetapi

tidak dapat diubah tanpa menghasilkan kalimat yang tidak berterima. Sebaliknya,

posisi klausa yang diawali subordinator dapat berubah.21

Contoh:

(18) Dalam pengungsian itu saya sering melihat orang ditembak musuh

dan mayatnyadibuang begitu saja.

(19) Saudara harus meminjam uang dari bank atau menjual rumah

Saudara.

Klausa yang diawali oleh koordinator dan, tetapi, dan atau akan menghasilkan

kalimat yang tidak berterima jika klausa itu ditempatkan pada awal kalimat.

Contoh:

(20) Atau menjual rumah untuk memperoleh uang tunai, Saudara harus

meminjam uang dari bank.

(21) Dan mayatnya begitu saja, dalam pengungsian itu saya sering melihat

orang ditembak musuh.

Lain halnya dengan klausa yang diawali oleh subordinator seperti selama,

walaupun, dan sebelum.Pemindahan klausa subordinatif itu pada awal kalimat

menghasilkan kalimat yang baik. Contoh:

(22) Selama hayat dikandung badan, para pejuang itu pantang menyerah.

(23) Walaupun perusahaannya mengalami kerugian, pengusaha itu harus

membayar pajak.

(24) Sebelum atasan kita mengambil putusan, kita jangan bertindak.

Urutan yang tetap yang telah dibicarakan di atas berhubungan erat dengan

pronominalisasi. Acuan kataforis (pronomina yang mendahului nomina yang

21

Hasan Alwi, dkk. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai, 1988), h. 311-

313

Page 28: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

16

diacunya) tidak diperolehkan dalam hubungan subordinasi, tetapi tidak

diperbolehkan dalam hubungan koordinasi. Perhatikan contoh yang berikut

(dengan pronominal dia yang mendahului Hasan).

(25) Dia suka lagu keroncong, tetapi Hasan tidak mau membeli kaset itu.

Dalam kalimat tersebut, kedua kata itu tidak mengacu kepada orang

yang sama.

(26) Walaupun dia menyukai lagu keroncong, Hasan tidak mau membeli

kaset. Dalam kalimat ini kedua kata dapat, walaupun tidak harus,

mengacu kepada orang yang sama.

Sebuah koordinator tidak dapat didahului oleh koordinator lain, tetapi dapat

diikuti oleh kata yang memerincikan jenis hubungan antara kedua klausa yang

dihubungkan itu.

(27) Sidang mempertimbangkan usul salah seorang peserta dan kemudian

menerimanya dengan surat bulat.

(28) Terdakwa itu tidak menunjukkan penyesalannya dan malah

mengancam hakim yang memimpin sidang.

Penggunaan kemudian pada kalimat (24) adalah untuk lebih memperjelas

gabungan klausa yang menunjukkan urutan waktu, dan penggunaan malah dalam

kalimat (25) adalah untuk lebih menekankan gabungan klausa yang menunjukkan

penguatan atau penegasan.22

22

Hasan Alwi, dkk. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai, 1988), h. 314

Page 29: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

17

2. Ciri-Ciri Semantis Hubungan Koordinasi dan Subordinasi

Dalam hubungan subordinasi, klausa yang mengikuti subordinator memuat

informasi atau pernyataan yang dianggap sekunder oleh pemakai bahasa,

sedangkan klausa yang lain memuat pesan utama kalimat tersebut. Klausa yang

dihubungkan oleh koordinator tidak menyatakan perbedaan tingkat pesan yang

dikandung oleh kedua klausa tersebut.Perbedaan semantis itu sejajar dengan

perbedaan sintaksis.23

(29) Orang tua itu putus asa dan bunuh diri.

(30) Pemuda iu bekerja keras dan berhasil.

(31) Orang tua itu bunuh diri karena dia putus asa.

(32) Pemuda itu berhasil karena dia bekerja keras.

Kalimat (26) dan (27) terdiri atas dua klausa yang dihubungkan oleh

koordinator, sedangkan kalimat (28) dan (29) terdiri atas dua klausa yang

dihubungkan oleh subordinator. Kedua kalimat itu mempunyai pesan yang kurang

lebih sama, yaitu hubungan sebab akibat. Perbedaannya terdapat pada

pengutamaan pesan yang dikandung oleh setiap klausa.

Ciri semantis kedua adalah bahwa kalimat sematan yang dihubungkan oleh

subordinator umunya dapat diganti dengan kata atau frasa tertentu sesuai dengan

makna kalimat sematan itu.Jika kalimat sematan itu menyatakan waktu, maka kata

atau frasa yang mengacu ke waktu dapat dipakai sebagai pengganti.24

(33) Kami harus pergi sebelum sebelum dia datang.

(34) Kami harus pergi pukul lima.

23

Hasan Alwi, dkk. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai, 1988), h. 314-

315 24

Hasan Alwi, dkk. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai, 1988), h.315

Page 30: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

18

D. HUBUNGAN SEMANTIK ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT

MAJEMUK KOORDINATIF

1. Penjumlahan

Yang dimaksud hubungan penjumlahan adalah hubungan yang

menyatakan penjumlahan atau gabungan kegiatan, keadaan, peristiwa,

atau proses.Hubungan ini ditandai oleh konjungsi dan, serta, baik…

maupun, lalu, kemudian, padahal, sedangkan.Kadang-kadang konjungsi

bersifat manasuka, yakni boleh dipakai atau tidak. Hubungan

penjumlahan dapat menyatakan (a) sebab-akibat, (b) urutan waktu, (c)

pertentangan, dan (d) perluasan.25

a. Penjumlahan yang Menyatakan Sebab Akibat

Terjadi apabila klausa kedua merupakan akibat dari klausa pertama.

(35) Tsunami telah melanda Jepang dan semua fasilitas publik

rusak berantakan.

(36) Sudah sebulan kami mengarungi laut dan kami amat

merindukan daratan yang sejuk serta kehidupan normal.

b. Penjumlahan yang Menyatakan Urutan Waktu

Terjadi apabila klausa kedua merupakan urutan dari peristiwa

yang terjadi pada klausa pertama. Koordinator yang dipakai antara

laindan, kemudian, dan lalu.

(37) Dia mengambil uang receh dan memberikannya pada

pengemis itu.

25

Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif

Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 208

Page 31: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

19

(38) Yusuf Kalla meresmikan masjid itu lalu berdialog bersama

masyarakat sekitar.

c. Penjumlahan yang Menyatakan Pertentangan

Terjadi apabila klausa kedua menyatakan sesuatu yang

bertentangan dengan apayang dinyatakan dalam klausa pertama.

(39) Kedua anak itu asyik bercanda, sedangkan gurunya sedang

menerangkan pelajaran serius.

(40) Para undangan seminar mulai berdatangan, padahal kami

belum siap.26

d. Penjumlahan yang Menyatakan Perluasan

Terjadi apabila klausa kedua memberikan informasi atau

penjelasan tambahan untuk melengkapi pernyataan pada klausa

pertama.Konjungsi yang digunakan adalah dan, serta, dan baik…

maupun.

(41) Dia tetap dermawan baik saat sempit maupun saat lapang.

(42) Singapura menjadi destinasi utama bagi warga Indonesia,

baik yang ingin berelaksasi maupun sekadar mencari

penyegaran.

2. Keadaan Simultantif

Hubungan ini terdapat dalam kalimat majemuk setara yang

masing-masing klausanya menunjukkan suatu keadaan yang tidak saling

berhubungan secara temporer.

26

Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif

Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 209

Page 32: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

20

Kim terkena cacar dan pada saat yang sama Leslie terkena

campak.

3. Perlawanan

Yang dimaksud dengan hubungan perlawanan adalah hubungan

yang menyatakan bahwa apa yang dinyatakan dalam klausa pertama

berlawanan, atau tidak sama dengan apa yang dinyatakan dalam klausa

kedua. Hubungan itu ditandai dengan koordinator tetapi, melainkan, dan

namun.Hubungan perlawan itu dapat dibedakan atas hubungan yang

menyatakan (a) penguatan, (b) implikasi, dan (c) perluasan.27

a. Hubungan Penguatan

Terjadi apabila klausa kedua memuat informasi yang

menguatkan dan menandaskan informasi yang dinyatakan dalam

klausa pertama.Dalam klausa pertama biasanya terdapat tidak/bukan

saja ataupun tidak/bukan hanya, tidak/bukan sekadar dan pada

klausa kedua terdapat tetapi/ melainkan juga.

(43) Singapura bukan hanya menjadi tempat berbelanja, tetapi

juga tempat berinvestasi.

(44) Indonesia tidak hanya mampu menjadi penonton pada piala

dunia, tetapi juga mampu belaga di arena bergengsi tersebut.

b. Perlawanan Implikasi

Terajdi apabila klausa kedua menyatakan sesuatu yang

merupakan perlawanan terhadap implikasi klausa pertama.Konjungsi

yang umum digunakan adalah tetapi.

27

Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif

Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 209

Page 33: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

21

(45) Indonesia merupakan Negara agraris, tetapi kita masih saja

mengimpor beras.

c. Perlawanan Perluasan

Terjadi apabila klausa kedua merupakan informasi tambahan

untuk melengkapi apa yang dinyatakan klausa, dan kadang-kadang

justru memperlemahnya.28

(46) Ujian Nasional tetap diadakan, tetapi ujian sekolah juga harus

dipertimbangkan sebagai syarat kelulusan.

4. Pemilihan

Yang dimaksud dengan hubungan pemilihan ialah hubungan

yang mengandung pilihan di antara dua kemungkinan atau lebih yang

dinyatakan oleh klausa-klausa yang dihubungkan.Konjungsi yang

dipakai untuk menyatakan hubungan pemilihan adalah atau.

(47) Demonstrasi mahasiswa saat ini menentramkan rakyat atau

meresahkan rakyat?

5. Hubungan Fase (Tahapan Kegiatan)

Hubungan ini bersifat penahapan, yakni menggambarkan suatu

peristiwa, dimulai dari permulaan, keberlanjutan, dan keberakhirannya.

Biasanya, hubungan ini menghadirkan minimal tiga klausa: klausa

pertama menggambarka permulaan, klausa kedua keberlanjutan, dan

klausa ketiga keberakhiran. Artinya, dapat menggunakan konjungsi

setara (dan, lalu, kemudian) atau konjungsi waktu berurutan (setelah,

sebelum, dan sebagainya).

28

Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif

Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 210

Page 34: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

22

(48) Sebelum berjalan, bayi itu tengkurap dan merangkak terlebih

dahulu.29

E. HUBUANGAN SEMANTIK ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT

MAJEMUK SUBORDINATIF

1. Hubungan Kausatif

Kausatif adalah suatu tindakan yang menyebabkan terjadinya

suatu peristiwa yang lain. Hubungan ini terdapat dalam kalimat

majemuk yang klausa bawahan menyatakan hasil atau akibat dari

tidakan yang terdapat dalam klausa utama.Hubungan ini biasanya

dinyatakan dengan sehingga, sampai-(sampai), dan maka.

(49) Dia menjamu kami dengan baik maka kami pun berterima

kasih padanya.

2. Hubungan Alasan

Hubungan alas an terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa

bawahannya menyatakan sebab atau alas an terjadinya apa yang

dinyatakan dalam klausa utama. Konjungsi yang biasa digunakan adalah

sebab, karena, akibat, oleh karena.

(50) Anak itu menangis karena lapar.

3. Hubungan Syarat

Hubungan syarat terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa

bawahannya menyatakan syarat terlaksananya apa yang disebut dalam

29

Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif

Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 212

Page 35: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

23

klausa utama.30

Hubungan ini juga berkaitan dengan konsekuensi yang

harus diambil dari kondisi-kondisi tertentu. Biasanya konjungsi yang

digunakan adalah jika(lau), kalau, asal(kan), apabila, bilamana.

(51) Jika hujan turun, kita tidak jadi berpergian.

4. Hubungan Pengandaian

Hubungan pengandaian terdapat dalam kalimat majemuk yang

klausa bawahannya menyatakan andaian terlaksananya apa yang

dinyatakan dalam klausa utama.

(52) Seandainya aku Gayus Tambunan, tentu aku sudah kaya raya.

5. Hubungan Konsesif

Hubungan konsesif terjadi dalam kalimat majemuk yang klausa

bawahannya mengandung pernyataan yang tidak mengubah apa yang

dinyatakan dalam klausa utama. Konjungsi yang digunakan adalah

walau(pun), sekali(pun), kendati(pun), bagaimanapun, betapapun, ke

mana pun, dan apapun.

(53) Bill tetap bekerja walaupun hujan salju semakin lebat.

6. Hubungan Cara

Hubungan cara terjadi dalam kalimat majemuk yang klausa

bawahannya menyatakan cara pelaksanaan tindakan dalam klausa

utama.Konjungsi yang digunakan dalam hubungan ini adalah dengan,

tanpa.

(54) Bill memasuki ruangan dengan melompat.

30

Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif

Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h.197-198

Page 36: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

24

7. Hubungan Gerakan

Hubungan gerakan terjadi dalam kalimat majemuk yang klausa

bawahannya menyatakan suatu gerakan yang menyertai klausa

utama.Konjungsi yang digunakan dalam hubungan ini adalah sambil,

seraya, sembari.

(55) Sambil berbicara, ia naik ke atas panggung.

8. Hubungan Posisi

Hubungan posisi terjadi dalam kalimat majemuk yang klausa

bawahannya menyatakan suatu cara bersikap saat melakukan tindakan

yang terdapat dalam klausa utama. Biasanya, hubungan ini dinyatakan

dengan dalam keadaan.

(56) Dana membaca korandalam keadaan berdiri.

9. Hubungan Alat

Hubungan alat terjadi dalam kalimat majemuk yang klausa

bawahannya menyatakan alat yang digunakan untuk melakukan

tindakan pada klausa utama.Konjungsi yang digunakan adalah dengan,

tanpa.

(57) Sam memotong kue dengan menggunakan pisau roti.

10. Hubungan Tindakan Psikis (Psych-action)

Hubungan tindakan psikis ini terjadi dalam kalimat majemuk

yang klausa bawahannya terjadi akibat aktivitas psikis mental yang

terdapat pada klausa utama.31

(58) Sally lupa membuka jendela.

31

Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif

Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 200-201

Page 37: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

25

11. Hubungan Tujuan

Hubungan tujuan terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa

bawahannya menyatakan suatu tujuan atau harapan dari apa yang

disebut dalam klausa utama. Konjungsi yang digunakan adalah agar,

supaya, untuk, biar, demi.

(59) Dari dulu hingga sekarang, mahasiswa bergerak demi

membela kepentingan rakyat.

12. Jussive: Hubungan Ekspresi Perintah, Permintaan, dan Tuntutan

Hubungan yang berupa ekspresi perintah, permintaan, atau

tuntutan terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa bawahannya

merupakan suatu perintah atau suruhan sebagaimana yang disebutkan

dalam klausa utama.Biasanya, verba pada klausa utama menggunakan

kata-kata yang mengacu pada perintah, seperti meminta, menyuruh, dan

sebagainya.Verba ini bisa diikuti oleh konjungsi untuk, bisa juga tidak.

(60) DPR meminta pemerintah melakukan terobosan perbaikan

pengelolaan BBM bersubsidi.

13. Persepsi Langsung

Hubungan persepsi langsung terdapat dalam kalimat majemuk

yang klausa utamanya merupakan tindakan pengindraan langsung yang

dialami oleh subjek, tanpa diperantarai oleh tindakan lain.32

Tentu saja

verba yang terdapat dalam hubungan ini adalah verba yang berhubungan

dengan indra, seperti melihat, mendengar , dan sebagainya.

(61) Saya mendengar harga BBM bulan ini akan naik.

32

Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif

Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 200-201

Page 38: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

26

14. Persepsi Tak Langsung

Hubungan persepsi tak langsung merupakan kebalikan dari

persepsi langsung.Hubungan persepsi tak langsung ini terdapat dalam

kalimat majemuk yang klausa utamanya merupakan tindakan

pengindraan yang dialami langsung oleh subjek, tetapi diperantarai oleh

tindakan lain, biasanya, pola kalimat ini dihubungkan dengan konjungsi

bahwa, kalau.

(62) Saya mendengar bahwa harga BBM bulan ini akan naik.

Kalimat ini mengandung interpretasi bahwa berita tentang naiknya

BBM tidak didengar langsung dari sumber primer, melainkan

didengar dari orang lain.

15. Penyikapan Awal

Hubungan penyikapan awal terdapat dalam kalimat majemuk

yang klausa bawahannya merupakan hasil ekspresi subjek (pada klausa

utama) dalam menyikapi suatu keputusan atau pendapat tentang suatu

peristiwa tersebut.33

(63) Saya yakin mereka mampu menyelesaikan masalah itu

dengan baik.

16. Kognitif: Ekspresi Pengetahuan dan Aktivitas Mental

Hubungan ini terdapat dalam kalimat majemuk yang klausa

bawahannya menggambarkan suatu ekspresi kognitif atau ekspresi

pengetahuan yang ada dalam klausa utama. Biasanya, verba dalam

klausa utama merupakan tindakan yang berhubungan dengan kognisi

33

Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif

Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 204 33

Page 39: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

27

manusia, seperti mengetahui, berpikir, dan sebagainya.Hubungan ini

bisa diikuti oleh bahwa atau kalau, dan bisa juga tidak.

(64) George berpikir Madelein mungkin menol/ak untuk pergi

bersamanya.

17. Dikursus Langsung

Hubungan diskursus langsung terdapat dalam kalimat majemuk

yang klausa bawahannya merupakan kutipan langsung dari suatu

kejadian, ucapan, pernyataan.Biasanya, hubungan ini ditandai oleh

penggunaan tanda petik (“).

(65) “Harga BBM harus naik pada tahun 2012”, ujar Gubernur

Bank Indonesia, Darmin Nasution.

18. Diskursus Tidak Langsung

Hubungan diskursus tidak langsung terdapat dalam kalimat

majemuk yang klausa bawahannya merupakan suatu pernyataan yang

direkam atau yang dilaporkan.Biasanya, hubungan ini menggunakan

konjungsi bahwa.

(66) Frank berkata bahwa temannya adalah seorang koruptor.

19. Pembandingan

Hubungan pembandingan terdapat dalam kalimat majemuk yang

klausa bawahannya menyatakan pembandingan, kemiripan, atau

preferensi antara apa yang dinyatakan pada klausa utama dengan yang

dinyatakan pada klausa bawahan itu.34

Konjungsi yang biasa digunakan

34

Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif

Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 201-202

Page 40: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

28

adalah seperti, bagaikan, laksana, ibarat, sebagaimana, dari pada, dan

alih-alih.

(67) Sayangilah saudaramu sebagaimana kamu menyayangi

dirimi sendiri.

20. Perbandingan

Hubungan pembandingan adalah hubungan yang menunjukkan

bahwa apa yang dinyatakano oleh klausa utama melebihi atau sama

tarafnya dengan apa yang dinyatakan oleh klausa bawahan. Hubungan

perbandingan yang klausa intinya melebihi dengan apa yang dinyatakan

oleh klausa bawahan disebut hubungan komparatif. Hubungan ini

menggunakan konjungsi lebih/kurang… dari(pada).

(68) Daripada engkau menghamburkan harta, lebih baik kau

sumbangkan saja ke panti asuhan.

Hubungan perbandingan yang bertaraf sama disebut hubungan

ekuatif, biasanya menggunakan konjungsi sama…dengan atau bentuk

se-.

(69) Perilaku anak itu sama persis dengan perilaku orangtuanya.

21. Komplementasi

Hubungan komplementasia adalah hubungan yang melengkapi

verba atau nomina yang terdapat pada klausa utama. Biasanya hubungan

ini ditandai oleh konjungsi bahwa, kalau, alangkah.35

(70) Berita bahwa Nazarudin telah ditangkap oleh KPK sudah

tersebar kemana-mana.

35

Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif

Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 204

Page 41: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

29

22. Optatif (Harapan)

Klausa utama kalimat majemuk yang berisikan hubungan optatif

menyatakan harapan agar apa yangada pada klausa bawahan dapat

terjadi. Konjungsi yang digunakan adalah agar, semoga, moga-moga,

mudah-mudahan.

(71) Kita berharap semoga pelaksanaan UN tahun 2012 nanti

tidak diwarnai lagi oleh berbagai bentuk kecurangan.

23. Atribut

Hubungan atribut ditandai oleh konjungsi yang pada klausa

bawahan.Konjungsi ini ada bersifat atribut restriktif jika mewatasi

makna nomina yang diterangkannya (contoh kalimat 1), dan bersifat

atribut tak ter restriktif jika tidak mewatasi nomina sebelumnya, tetapi

hanya sekadar merupakan tambahan informasi bagi nomina tersebut

(contoh kalimat 2).

(72) Anaknya yang tinggal di Jakarta meninggal kemarin.

(73) Anaknya, yang tinggal di Jakarta, meninggal kemarin.

24. Perkecualian

Hubungan perkecualian terjadi apabila klausa bawahan

menyatakan suatu perkecualian, maksudnya menyatakan sesuatuyang

dikecualikan dari apa yang dinyatakan dalam klausa utama. Konjungsi

yang digunakan untuk menandai hubungan makna ini adalah kecuali,

selain.36

(74) Dilarang masuk selain yang berkepentingan.

36

Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif

Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 204

Page 42: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

30

25. Keadaan Ruang

Hubungan ini terdapat pada kalimat yang klausa bawahannya

menggambarkan keadaan ruang klausa utama.

(75) Dia tidur di dalam ruangan ber-AC.

26. Waktu

Hubungan waktu ditunjukkan oleh klausa bawahan yang

menyatakan waktu terjadinya suatu peristiwa atau keadaan yang

disebutkan oleh klausa utama.Hubungan waktu terbagi menjadi waktu

permulaan, waktu bersamaan, waktu berurutan, waktu batas akhir

terjadinya peristiwa atau keadaan.37

a. Waktu batas permulaan ditandai oleh konjungsi sejak atau sedari.

Contoh:

(76) Peternak sapi lokal bangkit kembali sejak harga sapi impor

melonjak turun.

b. Waktu bersamaan ditandai oleh konjungsi ketika, pada waktu,

(se)waktu, seraya, sambil, sementara, selagi, selama, dan tatkala.

Contoh:

(77) Demonstran itu membubarkan diri tatkala polisi tiba di

tempat kejadian.

c. Waktu berurutan ditandai oleh konjungsi sebelum, sehabis, setelah,

sesudah, seusai, begitu. Contoh:

(78) Berat badannya turun 10 kg setelah mengonsumsi obat

pelangsing itu.

37

Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif

Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 206

Page 43: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

31

d. Waktu batas akhir ditandai oleh konjungsi sampai dan hingga.

Waktu ini digunakan untuk menyatakan akhir atau ujung suatu

proses.38

Contoh:

(79) Gula darah saya naik hingga mencapai 405.

F. KALIMAT MAJEMUK SUBORDINATIF HUBUNGAN

KOMPLEMENTASI DALAM BAHASA INDONESIA

Konjungsi adalah kategori yang menghubungkan kata dengan kata, klausa

dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat; bisa juga antara paragraf dengan

paragraf. Ditinjau dari kedudukan konstituen yang dihubungkan dibedakan adanya

konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif. Konjungsi koordinatif adalah

konjungsi yang menghubungkan dua buah konstituen yang kedudukannya

sederajat, sedangkan konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang

menghubungkan dua buah konstituen yang kedudukannya tidak sederajat.39

Hubungan komplementasi adalah hubungan yang klausa subordinatifnya

melengkapi apa yang dinyatakan oleh verba klausa utama atau oleh nomina

subjek, baik dinyatakan maupun tidak.40

Sebagimana telah dijelaskan dalam hubungan semantis antarklausa dalam

kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi itu melengkapi apa yang

dinyatakan oleh verba klausa bawahan atau oleh nomina subjek, baik dinyatakan

maupun tidak. Dalam kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi,

38

Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan.Sintaksis (Memahami Satuan Kalimat Perspektif

Fungsi), (Jakarta: Bumi Aksra, 2014), h. 208 39

Abdul Chaer. Sintaksis Bahasa Indonesia. (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), h. 81-82 40

Hasan Alwi, dkk. Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai, 1998), h. 400

Page 44: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

32

berdasarkan fungsi sintaksisnya klausa anak berkonjungsi bahwa dapat menjadi

pengisi fungsi subjek, objek, keterangan atau pelengkap.41

Berikut beberapa

contoh kalimat yang di dalamnya terdapat klausa bawahan jenis ini.

(80) Bahwa lulusan APDN mendapat pangkat golongan IIa dalam

jajaran PNS Rudini mengungkapkan.

(81) Sudah dapat diperkirakan sebelumnya bahwa pihak Libya

akan memberikan reaksi keras.

(82) Bahwa DPP Ikadin tidak mampu melaksanakan Munas, saya

mendukung pernyataan Menkeh.

(83) Bahwa kejadian ini hanya mimpi buruk, Ibu berkata.

Pada kalimat (1) sebagai pengisi fungsi subjek (O), pada (2) sebagai

pengisi fungsi keterangan (Ket), pada kalimat (4) sebagai pengisi fungsi

pelengkap (Pel), dan pada (3) sebagai pengisi fungsi subjek (S).

Kehadiran konjungsi bahwa ada yang bersifat wajib dan ada pula yang

bersifat tidak wajib manasuka. Konjungsi yang bersifat wajib, kehadirannya tidak

dapat dilesapkan. Jika konjungsi itu dilesapkan kalimat itu tidak gramatikal

seperti pada contoh (2) dan (3). Adapun konjungsi yang bersifat manasuka,

kehadirannya tidak wajib, seperti pada contoh (1) dan(4) berikut ini.42

(84) Rudini mengungkapkan lulusan APDN mendapat pangkat

golongan IIb dalam jajaran PNS.

41

Sri Nardianti. Konjungsi Subordinatif dalam Bahasa Indonesia. (Jakarta: Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1996), h. 20 42 Sri Nardianti. Konjungsi Subordinatif Dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1996), h. 20

Page 45: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

33

(85) Pihak Libya akan memberikan reaksi keras, sudah dapat

diperkirakan sebelumnya.

(86) Saya mendukung pernyataan Menkeh DPP Ikadin tidak

mampu melaksanakan Munas.

(87) Ibu berkata kejadian ini hanya mimpi.

Perilaku lain konjungsi bahwa menuntut hadirnya S pada klausa anak

sebab S klausa anak itu memiliki referen yang lain dengan S klausa induknya.

Apabila S pada klausa anak itu dilesapkan, kalimatnya tidak berterima seperti

berikut.43

(88) Rudini mengungkapkan bahwa mendapat pangkat golongan

II b dalam jajaran PNS.

(89) Bahwa akan memberikan reaksi keras sudah diperkirakan

sebelumnya.

(90) Saya mendukung pernyataan Menkeh bahwa tidak mampu

melaksanakan Munas.

(91) Ibu berkata bahwa hanya mimpi buruk.

Berdasarkan hubungan makna yang dinyatakannya, klausa anak

berkonjungsi bahwa menyatakan hubungan makna „isi‟ karena klausa anak

menjadi isi klausa induknya.

43

Sri Nardianti. Konjungsi Subordinatif Dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1996), h. 21

Page 46: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

34

G. KALIMAT MAJEMUK SUBORDINATIF HUBUNGAN

KOMPLEMENTASI DALAM BAHASA ARAB

Kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi yang

berkonjungsi bahwa biasa dikaitkan dengan partikel ./anna/ أ44

Namun, dalam

kasus-kasus tertentu partikel inna/ dapat menjadi konjungsi untuk hubungan/ إ

ini. أ /anna/ = „Sesungguhnya‟. Dengan demikian pengertiannya sama dengan إ

/inna/. Perbedaanya adalah, bahwa bila terletak di awal kata itu dibaca , /inna/ إ

dan bila terletak ditengah dibaca ./anna/ أ45

Partikel .inna/ harus berada antara dua klausa yang tak sederajat/ إ

Selama partikel tersebut tidak mengapit atau menghubungkan dua buah klausa

yang tak sederajat, maka ia bukan termasuk dalam kategori hubungan

komplementasi. Biasanya, partikel inna/ bisa menjadi konjungsi jenis/ إ

hubungan ini jika diawali dengan verba قبه /qâla/.

ذ ل ف رؼت شذ أ أػي

Saya tahu bahwa kamu sangat letih.

بػججب ب قشءا ؼ ب ع ا إ فقبى

Lalu mereka (sekumpulan jin) mengatakan bahwa kami telah mendengarkan

Al-quran yang menakjubkan.

Pada contoh (1) di atas, klausa utamanya yaitu sedangkan klausa أػي

bawahannya adalah ذ ل ف رؼت شذ Pada contoh tersebut, klausa utama dan أ

klausa bawahan dihubungkan dengan konjungi أ /anna/. Adapun pada contoh (2)

44

Imam Ansori. Sintaksis Bahasa Arab, (Malang: Misykat, 2004), h. 102 45

Salman Harun. Pintar Bahasa Arab Al-Quran, (Jakarta: Lentera Hati, 2009). Hlmn.

123

Page 47: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

35

di atas, klausa utamanya yaitu ا ب sedangkan klausa bawahannya adalah فقبى إ

بػججب ب قشءا ؼ .ع

Seandainya partikel bahwa dalam kalimat majemuk bahasa Indonesia bisa

dihilangkan, maka dalam bahasa Arab pun demikian, yakni inna/ bisa/ إ

dihilangkan khususnya pada saat verba قبه /qâla/.

اد و اهلل ا عج قزو ف ا ى ى آء الرق )اىجقشح ثو اح ال رشؼش ىن

:)

Janganlah kamu katakan (bahwa) mati, orang-orang yang terbunuh pada

sabilillah, bahkan mereka itu hidup, tetapi kamu tiada sadar.

Dalam kasus tertentu dalam kalimat majemuk subordinatif hubungan

komplemetasi, meskipun partikel inna/ berfungsi sebagai objek selain/ إ

didahului oleh verba قبه /qâla/ ia kemudian tidak menjadi anna sebagai lazimnya.

( ض اىشح اىؼض سثل ى (٩: اىشؼشاءإ

Sesungguhnya Tuhanmu Maha Perkasa lagi Penyayang.

Hal itu karena khabar inna-nya diawali dengan lam ibtidâ. Karena itu,

untuk mengetahui lebih jelas mengenai inna/ atau/ إ anna/, maka Peneliti akan/أ

merincinya di bawah ini.

a. Partikel inna/ atau/ إ /anna/أ

Partikel inna/ dan/ إ anna/ keduanya digunakan untuk menekankan arti/أ

predikat namun inna digunakan hanya pada awal kalimat, sedangkan anna

menunjukkan pernyataan. Partikel tersebut disebut Huruf-huruf yang Menyerupai

Page 48: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

36

Verba. Beberapa huruf yang memiliki fungsi yang sama inna/ dan/ إ /anna/أ

yaitu /kaana/ مؤ ذ /lakinna/ ىن ./la‟alla/ ىؼو /laita/ ى46

قل قبد صذ قيذ ىل أ

Aku mengatakan kepadamu bahwa temanmu akan datang.

Bahwa kata sesudah -/inna/ إ - /kaana/ مؤ ذ - /lakinna/ ىن laita/ dan/ ى

la‟alla/ berbentuk nashab dan kalau kata itu berupa isim mufrad munsharif ia/ ىؼو

berbaris fathah. Dengan demikian kata-kata itu sama fungsinya dengan ./inna/ إ47

Memang demikian, bahwa kata-kata itu adalah kawan-kawan ,/inna/ إ

artinya mempunyai fungsi yang sama, yaitu membuat subjek (mubtada‟)

berbentuk nashab (fathah, alif, kasrah, ya, dan hadzfu nun).48

Dalam penggunaannya, partikel inna tidak bisa berubah menjadi anna

dengan sendirinya. Ia bisa berubah menjadi anna seandainya berada dalam kasus-

kasus tertentu. Hal yang sama juga berlaku pada anna. Namun, pada kondisi

tertentu, kedua-duanya bisa digunakan tanpa ada kekhususan. Artinya kita bisa

menggunakan inna maupun anna dalam kondisi yang dimaksud. Berikut tempat-

tempat berlakunya inna atau anna akan dijelaskan.49

1) Tempat-tempat Berlakunya /inna/ إ

Partikel inna/ harus diterapkan jika konstituen setelahnya tidak bisa/ إ

diubah menjadi mashdar, yaitu pada:

a. Terletak di awal kalimat

يخ اىقذس )اىقذس : ف ى ب ضى آ أ (إ

46

Abdullah Abbas Nadwi. Belajar Mudah Bahasa Al-quran, (Bandung: Mizan, 1996), h.

294 47

Salman Harun. Pintar Bahasa Arab Al-Quran, (Jakarta: Lentera Hati, 2009), h. 123 48

Salman Harun. Pintar Bahasa Arab Al-Quran, (Jakarta: Lentera Hati, 2009), h. 123 49

Mustafa Al-Ghalayaini. Jami‟ addurus al-Arabiyah, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,

2002), h. 225-226

Page 49: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

37

b. Terletak setelah partikel حث /haitsu/

اىؼي جد اجيظ حث إ

c. Terletak setelah partikel إر /idz/

اىشظ رطيغ جئزل إر إ

d. Terletak setelah shilah maushul (pronomina relatif)

ذ جز إ جبءاىز

e. Terletak sebagai jawaban dari qasam (sumpah)

س اىؼي اهلل, إ

f. Terletak sebagai isi ucapan dari verba قبه /qâla/

ػجذ (اهلل )ش : قبه إ

g. Terletak sebagai fungsi hâl

ظ رغشة اىش إ جئذ

h. Terletak sebagai klausa relatif

فبضو جبء سجو إ

i. Terletak sebagai jumlah isti‟nâf (permulaan)

إ فال ضػ أعؤد إى

j. Terletak ketika khabar (predikat) inna-nya ada lâm ibtidâ‟

ذ ذػي جز ل ى إ

k. Terletak sebagai ism „ain

مش و إ خي

2) Tempat-tempat Berlakunya /anna/أ50

Partikel anna/ harus diterapkan jika konstituen setelahnya harus/أ

ditakwilkan menjadi mashdar, baik mashdar marfû‟, mashdar manshûb maupun

mashdar majrûr. Semuanya terletak pada:51

a. Terletak sebagai fungsi fâ‟il

ذ جز ل أ ثيغ

50

Mustafa Al-Ghalayaini. Jami‟ addurus al-Arabiyah, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,

2002), h. 227-228 51

Antoine Dahdah, A Dictionary of Arabic Grammar, (Beirut: Maktabah Lubnan, 1981),

h. 168

Page 50: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

38

Terletak setelah partikel ى

شا ىل خ ل اجزذد ىنب أ ى

Terletak setelah partikel ب

ه ل مغ ب أ الأميل

b. Terletak sebagai fungsi naibul fa‟il

ل صشف أ ػي

c. Terletak sebagai fungsi mubtada

ذ جز ل أ حغ

d. Terletak sebagai fungsi khabar dari ism ma‟anna

ل مش حغجل أ

e. Terletak sebagai fungsi taabi‟ lil marfu‟ (na‟at, „athaf, badal, dan

taukid)

إ بدثيغ اىخيق جز ل حغ أ ك

ذ جز ذ أ عؼ ؼجج

Nasab:

1) Terletak sebagai fungsi maf‟ul bih

ذ جز ل ذ أ ػي2) Terletak sebagai khabar kaana atau salah satu dari teman kaana dengan

syarat isim kaana dengan isim ma‟anna

, ق , أ ػي ل رزجغ اىحقمب أ

3) Terletak sebagai fungsi ma‟thuf ilaih dan badal minhu.

ل صشف أ ئل ج ذ ػطف: ػي

حغ اىخيق ذ خبىذا أ ثذه: احـزش Jarr:

1) Terletak setelah huruf jarr

Page 51: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

39

و ل أ ػججذ 2) Terletak sebagai fungsi mudhaf ilaih

ظ رطيغ اىش جئذ قجو أ3) Terletak sebagai fungsi „athaf dan badal

ػبقو أ و أدة خي ػطف: عشسد

و أ ثذه: ػججذ

3) Tempat-tempat Dibolehkannya Inna/ atau/ إ /Anna/ أ

Dalam beberapa kasus, partikel .boleh dibaca inna dan anna إ52

Hukum

itu berlaku karena konstituen setelahnya bisa diubah menjadi mashdar maupun

tidak. Kasus-kasus tersebut terjadi dalam empat hal, yaitu:

a. Terletak setelah partikel إرا /idzâ/ yang bermakna „tiba-tiba‟

ذا عؼ خشجذ فئرا إ

b. Terletak setelah fa‟ al-jawâb

ل رنش ذ فئ رجز إ

c. Terletak sebagai penjelasan terhadap klausa sebelumnya

غزحق اإلمشا , أ أمش

d. Terletak setelah frasa ال جش /lâ jarama/

ل ػي حق أ الجش

4) Inna/ atau/ إ Anna/ yang Dirampingkan/أ

Pertikel inna/ atau/ إ إ anna/ bisa dirampingkan menjadi/أ /in/ atau أ

/an/.53

Dalam suatu kalimat apabila inna dirampingkan, maka ia bisa “beramal”

(me-nashab-kan isim dan me-rafa‟-kan khabar) dan juga tidak. Namun, ia sama

52

Mustafa Al-Ghalayaini. Jami‟ addurus al-Arabiyah, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,

2002), h. 229-230 53

Mustafa Al-Ghalayaini. Jami‟ addurus al-Arabiyah, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,

2002), h. 230-232

Page 52: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

40

sekali tidak beramal, maka dalam khabarnya (predikat) mesti diawali dengan

huruf ه /lam/.

ذ اهلل شح إال ػي اىز ذ ىنج مب إ ()اىجقشح: مب:

)اىصبفبد: مذد ىزشد (مبد: قبه رباهلل إ

ظ إ )اىشؼشاء: ظ: اىنبرث (٨ل ى

Dalam penerjemahannya, partikel in perampingan dari inna bisa diartikan

dengan „sungguh‟, „sesungguhnya‟, atau „benar-benar‟.54

Adapun partikel anna jika dirampingkan menjadi an, maka ia tetap

beramal sebagai anna. Ketika itu isim (subjek) an-nya berupa dhamir sya‟n yang

dilesapkan, sedangkan khabarnya (predikat) harus berupa konstituen jumlah, baik

jumlah ismiyah maupun fi‟liyah.55

Apabila jumlah setelahnya berupa ismiyah atau

fi‟liyah yang berupa fi‟il jâmid ada du‟â, maka ia tidak memerlukan partikel

pemisah antara jumlah tersebut dengan an.

An dapat dirampingkan dengan syarat, wajib isim anna berupa dhamir atau

kata ganti dan dibuang dan wajib khabar anna berupa jumlah baik ismiyah

maupun fi‟liyah.56

ذهلل سة اىؼبى أ اىح ا ءاخش دػ

Apabila jumlah setelahnya berupa fi‟liyah, maka ia memerlukan partikel

pemisah antara jumlah tersebut dengan an. Partikel pemisah itu terbagi menjadi

54

Rofi‟i. Bimbingan Tarjamah Arab-Indonesia, (Jakarta: Persada Kemala, 2002), h. 55 55

Ahmad Al-Hasyimi. al-Qawa‟id al-Asasiyah al-Lughah al-„Arabiyah, (Beirut: Al-

Maktabah Al- Ashriyah, 2003), h. 163 56

Syekh Abdullah Ibn Ahmad al-Fakihiy, Mutammimah al-Ajurumiyah, (Surabaya,

Harisma), h. 56-57

Page 53: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

41

lima yaitu berupa قذ /qad/, ط /sin/, عف /saufa/, huruf nafi, atau adaat asy-syart

dan rubba.57

ب )اىبئذح : قذ صذقز أ ؼي (قذ :

شض حشف اىزفظ )اىغ ن ن ع أ ()اىضو : عف( : ػي

Dalam penerjemahannya, partikel أ /an/ perampingan dari anna dapat

diartikan dengan „bahwa‟. Penerjemahan ini memang sesuai dengan fungsinya

sebagai konjungsi komplementasi dalam kalimat majemuk subordinatif.

H. PENEGASAN TERHADAP TEORI YANG DIGUNAKAN DALAM

SKRIPSI

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa Peneliti akan membahas serta

meneliti kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi dalam

terjemahan surat al-Baqarah. Pada skripsi ini Peneliti akan fokus pada hubungan

komplementasi, yaitu melengkapi apa yang dinyatakan oleh verba klausa bawahan

atau oleh nomina subjek, baik dinyatakan maupun tidak.

Hemat Peneliti, istilah hubungan komplementasi hanya digunakan oleh

Miftahul Khairah dan Sakura Ridwan (2014) dan Hasan Alwi (1998). Sementara

itu, Abdul Chaer menggunakan istilah makna penjelasan (2002) dan masih

banyak yang menggunakan teori lain namun semua teori itu mengacu pada

kalimat majemuk subordinatif dalam jenis yang sama, yaitu yang menggunakan

konjungsi bahwa.

Dalam bahasa Indonesia, bahwa konjungsi komplementasi hanya ada satu

macam, yaitu bahwa. Dalam bahasa Arab, konjungsi tersebut terdapat dua macam

57

Mustafa Al-Ghalayaini. Jami‟ addurus al-Arabiyah, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,

2002), h. 234-235

Page 54: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

42

( dan إ yang memiliki aturan masing-masing. Dalam kalimat majemuk (أ

subordinatif hubungan komplementasi, konjungsi bahwa dapat menjadi subjek,

objek, keterangan atau pelengkap.

Page 55: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

43

BAB III

BIOGRAFI

A. LATAR BELAKANG KEHIDUPAN PROF. DR. MAHMUD YUNUS

Prof. Dr. H. Mahmud Yunus. Dilahirkan di Batusangkar, Sumatera-Barat,

pada tanggal 30 Ramadhan 1316 H, bertepatan dengan 10 Pebruari 1899 M. Pada

umur ± 7 tahun belajar mengaji di surau kakeknya sendiri M. Thahir bin M. Ali

gelar Engku Gadang, lalu memasuki Sekolah Dasar, tetapi hanya sampai kelas

tiga saja; sesudah itu memasuki madrasah yang dipimpin oleh Syekh H. M. Thaib

Umar sampai tahun 1916. Pada tahun 1917 beliau berhenti mengajar karena sakit.

Dia menggantikan gurunya sebagai pemimpin madrasah tersebut. Sebelum itu

hanya sebagai guru bantu saja.58

Pada tahun 1924-1925 melanjutkan pendidikan di Universitas Al-Azhar,

Kairo, dan berhasil memperoleh Shahadah Alimiyah. Kemudian pada tahun 1926-

1930 belajar di Madrasah Darul Ulum Ulya, yang sesudah bersusah payah

berusaha, memasukinya sebagai orang Indonesia pertama belajar di sini. Di

Madrasah ini ia mengambil takhassus (spesialisasi) tadris sampai memperoleh

ijazah Tadris (diploma guru).

Profesinya sebagai guru sudah mulai sejak masih belajar di Batusangkar

yaitu sebagai guru bantu di pesantren. Selanjutnya, 1931-1932: direktur/guru Al-

Jamiah Islamiyah, Batusangkar; 1931-1938, 1942-1946: direktur/guru Normal

Islam (Kuliah Mu‟allimin Islamiyah), Padang; 1948-1949: Dosen Agama pada

Akademi Pamongpraja di Bukittinggi; 1957-1960: Dekan/Dosen pada Akademi

58

Mahmud Yunus. Tafsir Quran Alkarim, (Jakarta: Hidakarya Agung, 2002)

Page 56: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

44

Dinas Ilmu Agama (ADIA) di Jakarta; 1960-1963: Dekan/Guru Besar pada

Fakultas Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta; 1966-1971: Rektor IAIN

Imam Bonjol, Padang.59

Beliau dikenal pula sebagai pendiri perkumpulan Sumatera Thawalib dan

penerbit majalah Islam Al-Banyir (1920); turut mendirikan Persatuan Guru-guru

Agama Islam (1920); anggota Minangkabau Raad (1938-1942); anggota Cu Sangi

Kai (1943-1945), dalam mana beliau berhasil memasukkan pendidikan Agama

Islam di sekolah-sekolah pemerintah; anggota Komite Nasional Sumatera-Barat

(1945-1946); Pemeriksa Agama pada Jawatan Pengajaran Agama Sumatera-Barat

(1945-1946); Kepala Bagian Islam pada Jawatan Agama Propinsi Sumatera di

Pematang Siantar (1946-1949); turut serta mendirikan Majlis Islam Tinggi

Minangkabau, yang kemudian menjadi MIT Sumatera (1946); Inspektur Agama

pada Jawatan PP & K Propinsi Sumatera, Bukittinggi (1947); Sekretaris Menteri

Agama PDRI (1949).

Sesudah pengakuan kedaulatan, beliau memangku beberapa jabatan di

Kementrian (departemen) agama RI, berturut-turut sebagai Pegawai Tinggi

diperbantukan pada Kementrian Agama di Yogyakarta (1950); kepala

Penghubung Pendidikan Agama pada Kementrian Agama di Jakarta (1951); dan

Kepala Lembaga Pendidikan Agama pada Jawatan Pendidikan Agama (1952-

1956).

59

Mahmud Yunus. Tafsir Quran Alkarim, (Jakarta: Hidakarya Agung, 2002)

Page 57: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

45

Beliau sering pula berkunjung ke luar negeri, baik sebagai tugas yang

diberikan pemerintah kepada beliau maupun atas undangan untuk menghadiri

berbagai muktamar, sebagai berikut:60

Ke Singapura sebagai salah seorang utusan MIT untuk menghadiri

Muktamar Alim Ulama (1943); ke sembilan negara Islam: Mesir, Arab

Saudi, Suriah, Libanon, Yordan, Irak, Turki, Tunisia, dan Maroko dalam

rangka mempelajari pendidikan agama (1961); ke Arab Saudi untuk

menghadiri Sidang Majlis A‟la Istisyari Al-Jami‟ah Al-Islamiyah di

Medinah Munawarah (1962 dan 1969); ke Mesir, memenuhi undangan

Majma‟ Buhutsul Islamiyah Universitas Al-Azhar untuk menghadiri

muktamarnya yang kesatu (1964); yang kedua (1965); yang ketiga (1966);

dan yang keempat (1979), di mana beliau mengucapkan pidatonya yang

berjudul Al-Israiliyat fit Tafsir Wal-Hadits.

Prof. H. Mahmud Yunus juga banyak menulis buku, terutama buku

pelajaran agama Islam untuk anak-anak, termasuk pula tafsir dan terjemah Al-

Qur‟an.61

Karya tulis Prof. Dr. H. Mahmus Yunus

Dalam Bahasa Indonesia

1. Tafsir Al-Qur‟an tamat 30 juz, tahun 1938.

2. Terjemahan Al-Qur‟an tanpa tafsir, untuk memudahkan membaca Al-

Qur‟an.

60

Mahmud Yunus. Tafsir Quran Alkarim, (Jakarta: Hidakarya Agung, 2002) 61

Mahmud Yunus. Tafsir Quran Alkarim, (Jakarta: Hidakarya Agung, 2002)

Page 58: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

46

3. Marilah Sembahyang, pelajaran shalat, untuk anak-anak SD, 4 jilid.

4. Puasa dan Zakat, untuk anak-anak SD.

5. Haji ke Mekkah, cara mengerjakan haji, untuk anak-anak SD.

6. Keimanan dan Akhlak, untuk anak-anak SD, 4 jilid.

7. Beberapa kisah pendek, untuk anak-anak SD.

8. Riwayat Rasul dua pulu lima, bersama Rasyidin Zubir Usman.

9. Lagu-lagu Baru/Not angka-angka, bersama Kasim St. M. Syah.

10. Beriman dan Berbudi Pekerti, untuk anak-anak SD.

11. Pemimpin Pelajaran Agama, 3 jilid, untuk murid-murid SMP.

12. Hukum Warisan dalam Islam, untuk tingkat „Aliyah.

13. Perbandingan Agama, untuk tingkat „Aliyah.

14. Kumpulan Do‟a, untuk tingkat „Aliyah.

15. Do‟a-do‟a Rasulullah, untuk tingkat Tsanawiyah.

16. Marilah ke Al-Qur‟an, untuk tingkat Tsanawiyah/PGA, bersama H.

Ilyas M. Ali.

17. Moral Pembangunan dalam Islam, untuk tingkat „Aliyah.

18. Akhlak (bahasa Indonesia), untuk tingkat „Aliyah.

19. Pelajaran Sembahyang (Shalat), untuk „Aliyah, mahasiswa/umum.

20. Hukum Perkawinan dalam Islam, 4 mazhab.

21. Soal Jawab Hukum Islam, dalam 4 mazhab.

22. Ilmu Mustalah Hadis, bersama H. Mahmud Azis.

23. Sejarah Islam di Minangkabau, dalam penyelidikan baru.

24. Kesimpulan isi Al-Qur‟an, untuk mubalig-mubalig/umum.

25. Allah dan MakhlukNya, Ilmu Tauhid menurut Al-Qura‟an.

Page 59: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

47

26. Pengetahuan Umum Ilmu Mendidik, bersama St. M. Sa‟id.

27. Pokok-pokok Pendidikan/Pengajaran, Fak. Tarbiyah/PGAA.

28. Metodik Khusus Pendidikan Agama, Fak. Tarbiyah/PGAA.

29. Metodik Khusus Bahasa Arab, Fak. Tarbiyah/PGAA.

30. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia.

31. Sejarah Pendidikan Islam (Umum).

32. Pendidikan Modern di Negara-negara Islam/Pendidikan Barat.

33. Ilmu Jiwa Kanak-kanak, Kuliah untuk kursus-kursus.

34. Pedoman Da‟wah Islamiyah, Kuliah untuk Da‟wah.

35. Dasar-dasar Negara Islam.

36. Menasih Haji, untuk orang dewasa.

37. Juz Amma dan terjemahannya.

Dan 27 judul buku lainnya dalam Bahasa Arab.

Sebagian besar buku-buku karya Mahmud Yunus dipergunakan bagi para pelajar

dari sekolah dasar (ibtidaiyah) hingga ke perguruan tinggi. Karya beliau yang

mempunyai pengaruh banyak diluar madrasah dan pondok pesantren adalah

terjemahan Quran Karim yang diterbitkan pada tahun 1983 dan sudah mengalami

cetak ulang berkali-kali. Adapun daftar buku-buku karya Prof. Dr. H. Mahmud

Yunus sebagai berikut:

a) Bidang Pendidikan ada 6 karya

1. Pengetahuan Umum dan Ilmu Mendidik.

2. Metodik Khusus Pendidikan Agama.

3. Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia.

Page 60: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

48

4. Pokok-Pokok Pendidikan dan Pengajaran.

5. At-Tarbiyah wa at-Ta‟lim (Bahasa Arab).

6. Pendidikan di Negara-Negara Islam dan Intisari Pendidikan Barat.

b) Bidang Bahasa Arab ada 16 karya

1. Pelajaran Bahasa Arab I (Bahasa Arab).

2. Pelajaran Bahasa Arab II (Bahasa Arab).

3. Pelajaran Bahasa Arab III (Bahasa Arab).

4. Pelajaran Bahasa Arab IV (Bahasa Arab).

5. Durusu al-Lughah al-Arabiyah ala Thariqati al Haditsah I (Bahasa

Arab).

6. Durusu al-Lughah al-Arabiyah ala Thariqati al Haditsah II (Bahasa

Arab).

7. Metodik Khusus Bahasa Arab.

8. Kamus Arab Indonesia.

9. Penterjemah atau Pentafsir Al-quran.

10. Contoh Tulisan Arab (Bahasa Arab).

11. Muthala‟ah wa al-Mahfuzhaat (Bahasa Arab).

12. Durusu al-Lughah al-Arabiyah I (Bahasa Arab).

13. Durusu al-Lughah al-Arabiyah II (Bahasa Arab).

14. Durusu al-Lughah al-Arabiyah III (Bahasa Arab).

15. Muhadatsah al-Arabiyah (Bahasa Arab).

16. Al-Mukhtaraat li al-Muthala‟ah wa al-Mahfuzhaat (Bahasa Arab).

Page 61: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

49

B. PRIBADI MAHMUD YUNUS

Sejak kecil, Mahmud Yunus dikenal dengan anak yang cerdas. Bila

dimalam hari diceritakan hikayat atau cerita yang menjadi salah satu

kesanyangannya, siangnya ia sudah bisa menceritakan kembali dengan sempurna.

Situasi sosial yang melatarbelakangi kehidupannya telah membentuk karakternya

menjadi sosok yang ikut mengisi perjalanan sejarah. Ia telah berfikir dan berbuat

untuk menjawab problema sosial, bangsa dan agamanya dengan memilih jalur

pendidikan sebagai sisi yang ia anggap paling strategis pada waktu itu.

Kecermelangan Mahmud Yunus dalam menerima pelajaran diakui oleh para

Ustadz yang mengajarnya. Ketika usianya baru 16 tahun yaitu tahun 1917,

Mahmud sudah mampu mengajar beberapa kitab, antar lain al-Mahally, al-Fiyah

ibn Aqil dan Jam‟al Jawami. Pengalaman ini menjadi bekal yang sangat berharga

bagi beliau ketika melanjutkan pendidikannya terutama ketika belajar di al-Azhar,

Kairo.62

C. PERJALANAN MAHMUD YUNUS MENUNTUT ILMU

Sejak kecil, Mahmud Yunus didik dalam lingkungan agama dan tidak

pernah masuk ke sekolah umum. Belajar mengaji di surau adalah jalur pendidikan

awal yang ditempuh oleh beliau. Ia belajar dengan kakeknya sendiri, Muhammad

Thahir bin Muhammad. Mahmud mulai mengaji di surau kakeknya ketika berusia

7 tahun dan dalam waktu kurang dari satu tahun ia dapat menamatkan Al-quran.

Mahmud pun dipercaya oleh kakeknya menjadi Guru Bantu untuk mengajari

62

Herry Muhammad, dkk (2006), Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh

Abad 20, Jakarta: Gema Insani Press, Cet I, hal. 85-86

Page 62: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

50

anak-anak yang menjadi pelajar pemula sambil ia mempelajari dasar-dasar tata

bahasa Arab dengan kakeknya.

Mahmud sempat masuk sekolah rakyat walaupun hanya betah sampai

kelas tiga. Tahun 1908 M, ia memutuskan keluar karena pelajaran terlalu sering

diulang dan menjemukkan baginya. Pada saat yang bersamaan, H.M. Thaib Umar

mendirikan Madrasah School di Surau Tanjung Pauh. Tahun 1908, Mahmud pun

dimasukkan oleh Ayahnya ke madrasah school tersebut. Di madrasah ini, ia

belajar nahwu, sharaf, bahasa Arab dan matematika.63

Sejarah mencatat bahwa H.M Thaib Umar amat berpengaruh terhadap

pembentukan keilmuan Mahmud Yunus. Melalui karya-karya gurunya itu,

Mahmud dapat menyerap semangat pembaruan demi peningkatan kesejahteraan

umat dan perkembangan Islam.64 Kedekatan Yunus secara pribadi dengan Thaib

Umar membawanya ke forum rapat akbar Ulama Minangkabau pada tahun 1919

M di Padang Panjang. Ia datang menghadiri perkumpulan tersebut sebagai

perwakilan H.M Thaib Umar. Setelah itu, ia membentuk perkumpuulan pelajar

Islam di Sunggayang bernama Sumatera Thawalib pada tahun 1920 M. Kegiatan

perkumpulan ini beragam, dainataranya menerbitkan Majalah al-Basyir. Di media

ini, Yunus didaulat sebagai pemimpin Redaksi.65

63 Saiful Amin Ghofur, (2008), Profil Para Mufassir Al-quran,

Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, hal. 198

64 Sulaiman Ibrahim (2011), Pendidikan dan Tafsir “Kiprah Mahmud

Yunus dalam Pembaruan Islam”, Jakarta: LEKAS, hal. 5 65

Saiful Amin Ghofur, (2008), Profil Para Mufassir Al-quran,

Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, hal. 198

Page 63: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

51

D. KARIR MAHMUD YUNUS DALAM PENDIDIKAN

Diantara karir kependidikan Mahmud Yunus ialah sebagai berikut:66

Memimpin al-Jami‟ah al-Islamiyyah di Sunggayang

Mahmud Yunus sekembalinya dari Mesir, ia kemudian mendirikan dua

pendidikan Islam pada tahun 1931 yang salah satunya adalah al-Jami‟ah al-

Islamiyyah di Sunggayang. Namun sanagat disayangkan al-Jami‟ah al-Islamiyyah

gulung tikar pada tahun 1933 karena kekurangan tenaga pengajar.

Memimpin Normal Islam di Padang

Normal Islam (Kulliyyatul Mu‟allimin al_Islamiyyah) didirikan di Padang oleh

Mahmud Yunus bersama kerabatnya yang bergabung Persatuan Guru-Guru

Agama Islam (PGAI) pada bulan April 1931. Madrasah ini dimaksudkan untuk

mendidik calon guru.

Memimpin Sekolah Islam Tinggi (SIT) di Padang

Mendirikan Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA) dan sekaligus menjadi

dekannya (1957-1960)

Pada tahun 1960, ADIA dilebur dengan Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAIN)

dan namanya berubah menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) yang kini

menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Yogyakarta.

66 Herry Muhammad, dkk (2006), Tokoh-tokoh Islam yang berpengaruh

Abad 20, Jakarta: Gema Insani Press, Cet I, hal. 87-91

Page 64: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

52

Mendirikan dan Memimpin Sekolah Menengah Islam (SMI) di

Bukittinggi

Tahun 1960, diangkat sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

Memimpin IAIN Imam Bonjol di Padang

Pada 20 nevember 1966, IAIN Imam Bonjol berdiri di Padang, Sumater Barat dan

Mahmud Yunus diangkat menjadi Rektor sampai pension pada tahun 1970.

E. SEJARAH MAHMUD YUNUS DALAM MENERJEMAHKAN AL-

QURAN

Tafsir Alquran al-Karim karangan Mahmud Yunus ini awalnya di

terjemahkan pada tahun 1992 kemudian di terbitkan tiga juz dengan huruf Arab-

Melayu. Pada masa itu umumnya Ulama mengatakan haram untuk

menerjemahkan Alquran namun, bantahan dari Ulama tersebut tidak beliau

perdulikan dan beliaupun tetap menerjemahkan Al-quran al-Karim tersebut.67

Kemudian beliau berhenti menerjemahkan Al-quran, karena beliau lebih

memilih untuk melanjutkan ilmu pengetahuannya di Mesir (Th 1924) di berbagai

tempat hingga akhirnya di Darul Ulum. Beliau menerima pelajaran dari Syekh

Darul Ulum, bahwa menerjemahkan Al-quran itu hukumnya mubah, bahkan

dianjurkan atau hukumnya fardu kifayah, untuk menyampaikan dakwah Islamiyah

kepada bangsa asing yang tidak mengetahui bahasa Arab.

67

Mahmud Yunus. Tafsir al-Qur‟an al-Karim, (Jakarta: Hidakarya Agung,1969), hal. III

Pendahuluan

Page 65: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

53

Dengan berbagai ilmu yang telah diserap oleh akal pikirannya, pada bulan

Ramadan tahun 1354 H (Desember 1935) beliau mulai kembali menerjemahkan

Al-quran serta tafsir ayat-ayatnya yang penting yang kemudian beliau beri nama :

Tafsir Al-quranul Karim. Dengan susah payah di terbitkan tafsir tersebut berjuz 2

tiap 2 bulan. Sedang menerjemahkan juz 7 sampai dengan 18 dibantu oleh

almarhum H.M. Bakry. Pada bulan April 1938 tamatlah 30 juz dengan

pertolongan Alah swt. dan disiarkan di seluruh Indonesia.

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1950, dengan petunjuk menteri Agama

Almarhum Wahid Hasyim, salah seorang penerbit Indonesia Tafsir Alquran

Karim itu dengan mendapatkan fasilitas kertas dari Menteri Agama dan di cetak

sebanyak 200.000 aksemplar. Lalu di tunjuk percetakan bangsa Indonesia untuk

mencetaknya.

Kabarnya ada bantuan dari Ulama Yogyakarta, supaya di stop mencetak

Tafsir Quran Karim itu. Bantahan itu dikirimnya kepada Maeteri Agama RI tetapi

saya tidak menerima bantuan. Boleh jadi karena bantahan itu karena sebab-sebab

yang lain, yang empunya percetakan tidak mau meneruskan mencetak tafsir Quran

Karim itu, padahal telah dimulainya mencetak beberapa halaman banyaknya.

Akhirnya diambil alih oleh M. Baharata Direktur percetakan Al-Ma‟arif Bandung.

Lalu ia dicetak dan di terbitkan sebanyak 200.000 aksemplar dan dijualnya

dengan harga Rp. 21 per eksemplar.

Pada tahun 1953 seorang Ulama dari Jatinegara membantah pula, bantahan

itu dikirinya kepada Presiden RI dan Menteri Agama. Salinannya disampaikan

kepada Mahmud Yunus oleh Menteri Agama, lalu Mahmud Yunus balas suratnya

Page 66: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

54

itu dengan lebar panjang. Tembusannya M. Yunus kirimkan kepada Presiden RI

dan Menteri Agama. Akhirnya beliau tidak berkutik lagi, hanya diam.

Kemudian setelah habis cetakan itu, Mahmud yunus bersama istri Darisah binti

Ibrahim meneruskan menerbitkan tafsir Quran Karim itu. Lalu mereka terbitkan

beberapa kali tanpa ada perubahan yang besar. Hanya ada perubahan sedikit demi

sedikit.

Page 67: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

55

BAB IV

ANALISIS DATA

A. TEMUAN

Dalam pembahasan bab IV ini, Peneliti berupaya menganalisis kalimat

majemuk subordinatif hubungan komplementasi dalam surat al-Baqarah pada

terjemahan Tafsir Al-quran al-Karim karya Mahmud Yunus yang biasa

dihubungkan dengan konjungsi إن /inna/ atau أن//anna/ dan verba qâla. Sebelum

melakukan analisis, Peneliti akan memaparkan hasil dari ayat yang mengandung

kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi pada surat al-Baqarah

terjemahan Tafsir Al-quran al-Karim karya Mahmud Yunus. Dalam penelitian ini,

Peneliti menemukan 202 data dari 286 ayat dalam surat al-Baqarah yang meliputi

kalimat majemuk subordinatif hubungan komplementasi dengan tiga kategori

yaitu إن /inna/ , أن /anna/, dan qâla. Data yang diperoleh dalam kategori إن /inna/

terdapat 32,7%, kategori أن /anna/ terdapat 12,4%, dan kategori qâla terdapat

55%. Berikut ayat-ayat yang termasuk menjadi kategori kalimat majemuk

subordinatif hubungan komplementasi:

B. ANALISIS

1. Ayat 8:

Diantara manusia ada yang berkata: Kami telah beriman kepada Allah dan hari

yang kemudian, padahal meraka itu bukan orang-orang beriman.

Dalam ayat di atas (al-Baqarah: 8) terdapat satu kalimat majemuk

subordinatif hubungan komplementasi, karena mengandung verba qâla. Setiap

Page 68: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

56

jumlah setelah verba tersebut maka ia akan menjadi hubungan komplementasi,

baik partikel إن /inna/ itu dinyatakan maupun tidak, dan dalam ayat ini partikel إن

/inna/ kebetulan tidak ada. Jumlah Merupakan klausa utama, sedangkan

jumlah sampai merupakan klausa

bawahan. Dalam klausa bawahannya tidak diwajibkan konjungsi إن /inna/ karena

verba klausa utamanya ialah derivasi dari qâla. Adapun penerjemahannya sudah

tepat, karena hubungan komplementasi dianggap sebagai kalimat langsung.

2. Ayat 11

Apabila dikatakan kepada mereka; janganlah kamu berbuat bencana dimuka

bumi, maka jawab mereka: Hanya kami yang berbuat kebaikan.

Dalam ayat di atas (al-Baqarah: 11) terdapat dua kalimat majemuk

subordinatif hubungan komplementasi, yaitu pada kalimat yang digaris bawahi.

Pertama, jumlah merupakan klausa utama, sedangkan

jumlah merupakan klausa bawahan. Kedua, jumlah

merupakan klausa utama, sedangkan jumlah merupakan

klausa bawahan. Adapun terkait dengan penerjemahan hubungan komplementasi

ayat di atas, untuk bagian pertama sudahlah cukup begitu pula pada bagian kedua

Page 69: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

57

sudahlah cukup. Menurut hemat Peneliti pada bagian kedua, klausa bawahan

dianggap sebagai kalimat langsung karena konjungsi إن /inna/ tidak diartikan.

3. Ayat 14:

Apabila mereka menemui orang-orang yang beriman, mereka berkata: Kami

telah beriman. Tetapi bila mereka bersembunyi dengan ketua-ketuanya, mereka

berkata pula: Sesungguhnya kami beserta kamu juga, hanya kami

memperolok-olokan (orang-orang beriman).

Dalam ayat di atas (al-Baqarah: 14) terdapat dua kalimat majemuk

subordinatif hubungan komplementasi, yaitu pada kalimat yang digaris bawahi

yaitu, dan … . Pertama, jumlah merupakan klausa

utama, sedangkan jumlah merupakan klausa bawahan. Kedua, jumlah

merupakan klausa utama sedangkan jumlah sampai

merupakan klausa bawahan. Adapun dalam penerjemahannya bagian pertama

sudahlah cukup karena termasuk kalimat langsung. Sedangkan pada bagian kedua,

klausa bawahan yang merupakan hubungan komplementasi memang lebih tepat

Page 70: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

58

jika dijadikan sebagai kalimat langsung. Namun, hemat Peneliti, konjungsi

komplementasi tidak perlu dihadirkan.68

Selain ayat ayat 8, ayat 11, dan ayat 14 yang termasuk kalimat majemuk

subordinatif hubungan komplementasi yang terdapat pada terjemahan Tafsir Al-

quran al-Karim karya Mahmud Yunus, ayat yang berkategori qâla yaitu:

Ayat 13

Apabila dikatakan kepada mereka: Berimanlah kamu, sebagaimana manusia

telah beriman, mereka berkata: Adakah kami akan beriman sebagaimana

orang-orang bodoh telah beriman ?...

Ayat 25

Berilah kabar gembira orang-orang yang beriman dan beramal salih, bahwa

sesungguhnya untuk mereka itu surga yang mengalir air sungai dibawahnya.

68 Apabila mereka menemui orang-orang yang beriman, mereka

berkata: Kami telah beriman. Tetapi bila mereka bersembunyi dengan ketua-

ketuanya, mereka berkata pula: Kami beserta kamu juga, hanya kami

memperolok-olokan (orang-orang beriman).

Page 71: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

59

Tiap-tiap mereka mendapat rezeki dari pada buah-buahannya, mereka berkata:

Ini seperti rezeki yang diberikan kepada kita dahulu…

Ayat 30

(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: Sesungguhnya Aku

akan menjadikan seorang khalifah diatas bumi (Adam). Maka jawab mereka

itu: Adakah patut Engkau jadikan diatas bumi orang yang akan berbuat

bencana dan menumpahkan darah,…

…Allah berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa-apa yang tiada kamu

ketahui.

Ayat 31

…lalu Allah berfirman: Kabarkanlah kepadaKu nama barang ini, jika kamu

yang benar.

Ayat 32

Jawab mereka: Mahasuci Engkau, tak adalah pengetahuan kami, melainkan

apa-apa yang Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkau Maha

mengetahui lagi Mahabijaksana.

Page 72: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

60

Ayat 33

Berfirman Allah: Hai Adam, kabarkanlah kepada malaikat itu nama-nama

barang ini! Tatkala Adam menerangkan nama-nama barang itu, Allah

berfirman: Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, bahwa Aku mengetahui

yang gaib dilangit dan dibumi, serta Kuketahui apa-apa yang kamu lahirkan

dan apa-apa yang kamu sembunyikan.

Ayat 34

(Ingatlah) ketika Kami berkata kepada malaikat: Tunduklah kamu kepada

Adam! Lalu mereka itu tunduk, kecuali iblis, ia enggan, dan tekebur, dan ia

termasuk orang-orang kafir.

Ayat 35

Berkata Kami: Hai Adam, tinggallah engkau bersama isteri engkau dalam

surga, dan makanlah buah-buahannya dengan senang menurut kehendakmu;

dan janganlah kamu dekati pohon kayu ini, nanti kamu termasuk orang-orang

aniaya.

Page 73: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

61

Ayat 36

…Berkata kami: Turunlah kamu, sebagian kamu dengan yang lain bermusuh-

musuhan; dan untukmu tempat kediaman diatas bumi dan kesenangan, hingga

seketika (sampai ajalnya).

Ayat 38

Berkata Kami: Turunlah kamu sekalian dari surga. Jika datang petunjukKu

kepadamu, maka barang siapa mengikut petunjukKu itu, niscaya tak ada

ketakutan atas mereka dan tiada mereka berduka-cita.

Ayat 54

Ketika berkata Musa kepada kaumnya: Hai kaumku, sesungguhnya kamu

telah menganiaya dirimu sendiri, karena kamu mengambil anak sapi (menjadi

Tuhan), sebab itu taubatlah kamu kepada Yang Menjadikan kamu, dan

bunuhlah dirimu!

Page 74: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

62

Ayat 55

Ketika kamu berkata: Ya Musa, kami tak akan percaya kepada engkau,

sehingga kami melihat Allah berterang-terang, lalu halilintar menyiksa kamu,

sedang kamu melihatnya.

Ayat 58

Ketika kami berkata: Masuklah kamu kedalam negeri ini (Baitu’l Mukaddas)

dan makanlah didalamnya dengan bersenang-senang sebagaimana kamu

kehendaki dan masuklah kepintunya dengan tunduk,…

Ayat 59

…(perkataan) yang tiada dikatakan kepadanya, lalu Kami turunkan kepada

orang-orang yang aniaya itu siksaan dari langit, karena mereka itu pasik.

Page 75: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

63

Ayat 60

(Ingatlah) ketika Musa minta air untuk kaumnya, lalu Kami berkata: Pukullah

batu itu dengan tongkatmu! Lalu terpancarlah dua belas mata air daripadanya.

Sesungguhnya tiap-tiap orang telah mengetahui tempat minumnya masing-

masing: Makanlah dan minumlah dari rezeki Allah dan janganlah kamu

berbuat bencana dimuka bumi sebagai orang-orang jahat.

Ayat 61

(ingatlah) ketika kamu berkata: Ya Musa, kami tiada sabar, jika makanan itu

semacam saja, sebab itu mintakanlah untuk kami kepada Tuhanmu, supaya

ditumbuhkanNya untuk kami dari apa-apa yang ditumbuhkan bumi (yaitu)

sayur-sayuran, mentimun, bawah putih (gandum),’adas dan bawang merah.

Berkata Musa: Maukah kamu menukar barang yang baik dengan yang

buruk?...

Page 76: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

64

Ayat 67

(Ingatlah) ketika berkata Musa kepada kaumnya: Sesungguhnya Allah

menyuruh kamu menyembelih sapi betina. Jawab mereka itu: Adakah engkau

memperolok-olokan kami? Berkata Musa: Aku berlindung pada Allah, bahwa

aku termasuk orang-orang yang jahil (tiada berilmu).

Ayat 68

Berkata mereka itu: Mintakanlah untuk kami kepada Tuhanmu, supaya

diterangkanNya kepada kami, sapi apakah itu? Berkata Musa: Sesungguhnya

Allah berkata, bahwa sapi itu tiada tua dan tiada pula terlalu muda,

pertengahan antara itu, maka perbuatlah apa yang disuruh itu.

Ayat 69

Berkata mereka itu: Mintakanlah untuk kami kepada Tuhanmu, supaya

diterangkanNya kepada kami, apakah warnanya? Jawab Musa: Sesungguhnya

Allah berkata: Sapi itu kuning tua warnanya, menggirangkan hati orang-orang

yang melihatnya.

Page 77: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

65

Ayat 70

Berkata mereka itu: Mintakanlah untuk kami kepada Tuhanmu, supaya

diterangkanNya kepada kami, sapi apakah itu? Sungguh sapi itu telah

meragukan kami. Insya Allah kami mendapat petunjuk (mencari sapi itu).

Ayat 71

Berkata Musa: Allah berfirman: Sesungguhnya sapi itu bukan yang telah

patuh untuk membajak bumi dan bukan pula menyirami ladang, lagi sejahtera,

tidak belang warnanya sedikitpun. Berkata mereka itu: Sekarang telah engkau

terangkan dengan sebenarnya. Lalu mereka sembelih sapi itu, hampir mereka

tiada dapat memperbuatnya.

Ayat 73

Lalu Kami berkata: Pukullah orang yang mati itu dengan sebagian anggota

sapi itu…

Page 78: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

66

Ayat 76

…mereka berkata: Kami telah beriman, mereka berkata: Kami telah

beriman… …mereka berkata: Mengapa kamu beritakan kepada orang-orang

beriman (karunia) yang dibukakan Allah kepadamu?...

Ayat 79

…mereka berkata: Ini dari sisi Allah, supaya dapat mereka menjualnya dengan

uang yang sedikit…

Ayat 80

Berkata mereka: Kita tiada akan disentuh api neraka, melainkan beberapa hari

saja. Katakanlah: Adakah kamu telah berjanjji dengan Allah, tentu Allah tiada

akan memungkiri janjiNya,…

Ayat 88

Berkata mereka itu: Hati kami tertutup, (tidak mau menerima), tetapi Allah

mengutuki mereka sebab kekapirannya, maka sedikitlah yang beriman diantara

mereka.

Page 79: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

67

Ayat 91

Apabila dikatakan kepada mereka: Berimanlah kamu kepada (kitab) yang

diturunkan Allah, berkata mereka: Kami beriman kepada (kitab) yang

diturunkan kepada kami, sedang mereka ingkar akan (kitab) yang diturunkan

kemudiannya, pada hal kitab itu sebenarnya (dari Allah) serta membenarkan

(kitab) yang ada pada mereka. Katakanlah: Mengapakah kamu bunuh nabi-

nabi Allah masa dahulu, jika kamu sebenarnya beriman?

Ayat 93

…Mereka berkata: Kami dengarkan dan kami durhakai…

…Katakanlah, amat jahat apa yang diperintahkan oleh keimananmu, jika

kamu sebenarnya orang beriman.

Ayat 94

Page 80: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

68

Katakanlah: Jika kampung akhirat khusus untukmu disisi Allah tanpa

manusia yang lain, maka hendaklah kamu cita-cita mati, jika kamu orang yang

benar.

Ayat 97

Katakanlah: Barang siapa menjadi musuh bagi Jibril, maka sesungguhnya

Jibril itu menurunkan Qur’an kedalam hati engkau (ya Muhammad) dengan

izin Allah, serta membenarkan (kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk

dan kabar gembira bagi orang-orang beriman.

Ayat 102

…melainkan lebih dahulu berkata: Kami ini hanya mendatangkan cobaan,

sebab itu janganlah engkau kafir…

Page 81: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

69

Ayat 104

…Janganlah kamu sebut: Ra’inna (Jagalah kami) dan sebutlah: Pandanglah

kami, dan dengarkanlah olehmu!...

Ayat 111

Berkata mereka itu: Tiadalah yang akan masuk surga, melainkan orang-orang

Yahudi atau orang-orang Nasrani. Demikianlah angan-angan mereka.

Katakanlah: Unjukkanlah dalil (alasanmu), jika kamu orang benar.

Ayat 113

Berkata orang-orang Yahudi: Orang-orang Nasrani itu bukanlah atas suatu

(kebenaran). Berkata pula orang-orang Nasrani: Orang-orang Yahudi

bukanlah atas sesuatau (kebenaran), sedang mereka itu sama-sama membaca

Kitab…

Ayat 117

…Dia berkata: Jadilah engkau. Lalu jadilah ia.

Page 82: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

70

Ayat 120

…Katakanlah, sesungguhnya petunjuk Allah ialah sebenarnya petunjuk…

Ayat 124

…Berkata Allah: Sesungguhnya Aku angkat engkau (ya Ibrahim) menjadi

imam (orang ikutan) bagi manusia. Berkata Ibrahim: (Begitu pula hendaknya)

dari anak cucuku. Berkata Allah: Tetapi orang-orang yang aniaya tiada

mendapat perjanjianKu ini.

Ayat 126

(Ingatlah) ketika berkata Ibrahim: Ya, Tuhanku jadikanlah ini sebuah negeri

yang aman, dan berilah rezeki penduduknya dengan bermacam buah-buahan,

(yaitu) orang yang beriman kepada Allah dan hari yang kemudian. Berfirman

Allah: Barang siapa yang kafir, maka Kuberi kesenangan sedikit, kemudian

Kumasukkan dia kedalam azab neraka; dan disitulah tempat tinggal yang se-

jahat-jahatnya.

Page 83: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

71

Ayat 131

(Ingatlah) ketika Tuhan berfirman kepada Ibrahim: Islmalah engkau!

Jawabnya: Saya telah Islam (patuh mengikut) Tuhan semesta alam.

Ayat 133

…ketika ia berkata kepada anak-anaknya; Apakah yang kamu sembah,

kemudian matiku? Sahut mereka: Kami sembah Tuhanmu dan Tuhan bapa-

bapamu, (yaitu) Ibrahim, Isma’il dan Ishaq, sedang Dia Tuhan yang Esa; dan

kami patuh kepadaNya.

Ayat 135

Berkata mereka itu: Beragama, Yahudilah kamu, atau beragama Nasrani,

supaya kamu mendapat petunjuk. Katakanlah: Bahkan agama Ibrahim yang

lurus (kami ikut), dan bukanlah dia termasuk orang-orang musyrik.

Ayat 139

Katakanlah: Adakah kamu membantah kami tentang Allah?...

Page 84: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

72

Ayat 140

Adakah kamu katakan, bahwa Ibrahim, Isma’il, Ishaq, Ya’qub dan anak-

anaknya, semuanya beragama Yahudi atau Nasrani? Katakanlah: Adakah

kamu yang lebih tahu atau Allah?...

Ayat 167

Berkata orang-orang yang mengikuti: Kalau sekiranya kami kembali (keatas

dunia), maka berlepas diri pula kami dari mereka, sebagaimana mereka

berlepas diri dari kami…

Ayat 170

Apabila dikatakan kepada mereka: Ikutlah apa-apa yang diturunkan Allah!

Maka jawab mereka: Tetapi kami mengikut apa-apa yang kami peroleh dari

bapa-bapa kami…

Page 85: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

73

Ayat 200

…Maka diantara manusia ada yang berkata: Ya Tuhan kami, berilah kami

(kebaikan) didunia. Maka tak adalah untuknya dagian diakhirat.

Ayat 206

Apabila dikatakan kepadanya: Takutlah kepada Allah, kesombongannya

mendorongnya berbuat dosa…

Ayat 217

…Katakanlah: Berperang pada bulan itu besar (dosanya),…

Page 86: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

74

Ayat 219

… Katakanlah: Sekadar berlebih dari hajatmu…

Ayat 220

…Katakanlah: Berbuat kebaikan untuk mereka lebih baik, dan jika kamu

bergaul dengan mereka, maka mereka itu saudaramu…

Ayat 222

…Katakanlah: Ia suatu kotoran, sebab itu hindarkanlah perempuan-

perempuan ketika mereka dalam haidl,…

…Apabila mereka bersuci (mandi) bersetubuhlah kamu dengan mereka

sebagaimana Allah tetap menyuruhmu. Sesungguhnya Allah mengasihi orang-

orang yang taubat dan mengasihi orang-orang bersuci.

Page 87: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

75

Ayat 246

…mereka berkata kepada Nabi mereka: Utuslah seorang raja untuk kami,

supaya kami berperang pada jalan Allah. Berkata Nabi itu: Barangkali kamu

tiada mau berperang, jika diperlukan peperangan itu atas kamu. Jawab mereka

itu: Mengapakah kami tiada mau berperang pada jalan Allah,…

Ayat 247

Berkata Nabi mereka kepada mereka: Sesungguhnya Allah telah mengutus

Thalut menjadi raja untukmu. Berkata mereka itu: Bagaimanakah ia akan

menjadi raja atas kami, sedang kami lebih patut menjadi raja dari padanya, dan

dia tiada mempunyai harta yang banyak? Berkata Nabi: Sesungguhnya Allah

telah memilih dia diantara kamu, serta menambahinya dengan ‘ilmu yang luas

dan tubuh yang kuat;…

Page 88: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

76

Ayat 248

Berkata Nabi mereka kepada mereka: Sesungguhnya tanda kerjaannya ialah

bahwa datang kepadamu sebuah peti, yang membawa ketenangan hati dari

Tuhanmu dan peninggalan yang ditinggalkan keluarga Musa dan keluarga

Harun, sedang peti itu dibawa oleh malaikat. Sesungguhnya pada demikian itu

menjadi tanda bagimu, jika kamu orang beriman.

Ayat 249

Maka tatkala keluar Thalut bersama tentaranya berkatalah ia: Sesungguhnya

Allah mencobai kamu dengan suatu sungai…

…berkata mereka itu: Tak ada kekuasaan bagi kami pada hari ini memerangi

Jalut serta tentaranya.

Berkata orang-orang yang mengetahui, bahwa mereka akan menemui Allah:…

Page 89: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

77

Ayat 250

…berkata mereka: Ya Tuhan kami, tumpahkanlah kesabaran kedalam hati

kami dan tetapkanlah telapak kaki kami (kuatkanlah kami) dan tolonglah kami

melawan kaum yang kafir itu.

Ayat 258

…berkata Ibrahim: Tuhan sayalah yang menhidupkan (orang) dan

mematikannya. Berkata Ibrahim: Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari

dari timur, maka cobalah engkau terbitkan dari barat…

Ayat 259

Page 90: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

78

…ia berkata: Bagaimanakah Allah memakmurkan negeri ini kembali sesudah

musnah? Lalu dia dimatikan Allah seratus tahun lamanya, kemudian

dihidupkanNya kembali. Allah berkata: Berapa lamanya engkau tinggal disini?

Ia menjawab: Saya tinggal disini sehari atau setengah hari. Berkata Allah:

Bahkan engkau tinggal disini seratus tahun, maka lihatlah makanan dan

minuman engkau, tiada ia berubah; dan lihat pula keledai (himar) engkau; dan

supaya Kami jadikan engkau suatu tanda (akan berbangkit) untuk manusia dan

perhatikanlah tulang-tulang itu, bagaimana Kami menyusunnya, kemudian Kami

bungkus dengan daging. Setelah nyata yang demikian baginya, ia berkata: Saya

mengetahui, bahwa Allah Mahakuasa atas tiap-tiap sesuatu.

Ayat 260

(Ingatlah) ketika Ibrahim berkata: Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku

bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati. Allah berkata: Tidakkah

engkau beriman (percaya)? Sahutnya: Ya (saya percaya), tetapi untuk

mententramkan hatiku. Allah berkata: Ambillah empat ekor burung dan

hampirkan kepada engkau (potong-potonglah semuanya),…

Ayat 285

…Mereka berkata: Kami dengar dan kami ikut, kami minta ampunan Engkau,

ya Tuhan kami dan kepada Engkau tempat kembali.

Page 91: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

79

4. Ayat 12:

Ingatlah, sesungguhnya mereka itu berbuat bencana, tetapi mereka tiada sadar.

Dalam ayat di atas (al-Baqarah: 12) terdapat satu kalimat majemuk

subordinatif hubungan komplementasi, yaitu pada kalimat yang digaris bawahi.

Jumlah لآ merupakan klausa utama, sedangkan jumlah

sampai merupakan klausa bawahan yang berfungsi sebagai

objek. Adapun mengenai penerjemahannya, sebaiknya kata „sesungguhnya‟ dapat

diganti dengan partikel penghubung komplementasi „bahwa‟ tanpa harus diawali

dengan tanda koma (,) dan termasuk kalimat tidak langsung.69

5. Ayat 20:

Hampir kilat menyambar pemandangan mereka, tiap-tiap kali kilat itu bercahaya,

mereka berjalan, tetapi apabila gelap, mereka berhenti. Kalau dikehendaki

69 Ingatlah, bahwa mereka itu berbuat bencana, tetapi mereka tiada

sadar.

Page 92: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

80

Allah, niscaya dihilangkanNya pendengaran dan pemandangan mereka.

Sesungguhnya Allah Maha kuasa atas tiap-tiap sesuatu.

Dalam ayat di atas (al-Baqarah: 20) terdapat satu kalimat majemuk

subordinatif hubungan komplementasi, yaitu pada kalimat yang digaris bawahi.

Jumlah merupakan klausa utama,

sedangkan jumlah ر merupakan klausa bawahan yang

berfungsi sebagai objek. Adapun penerjemahannya sudahlah cukup, seandainya ia

dijadikan kalimat langsung, menurut hemat Penulis, kata „sesungguhnya‟

sebaiknya dihilangkan.

6. Ayat 32:

Jawab mereka: Mahasuci Engkau, tak adalah pengetahuan kami, melainkan

apa-apa yang Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkau Maha

mengetahui lagi Mahabijaksana.

Dalam ayat di atas (al-Baqarah: 32) terdapat satu kalimat majemuk

subordinatif hubungan komplementasi, yaitu pada kalimat yang digaris bawahi.

Dalam klausa bawahannya tidak diwajibkan konjungsi إن /inna/ karena verba

klausa utamanya ialah derivasi dari qâla. Jumlah sampai jumlah

Page 93: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

81

… merupakan klausa utama, sedangkan jumlah

merupakan klausa bawahan. Adapun dalam penerjemahannya, kata

„sesungguhnya‟ sebaiknya dihilangkan, jika tidak dihilangkan, cukuplah klausa

utama saja sebagai kalimat langsung.70

Selain ayat 12, ayat 20, dan ayat 32 yang termasuk kalimat majemuk

subordinatif hubungan komplementasi yang terdapat pada terjemahan Tafsir Al-

quran al-Karim karya Mahmud Yunus, ayat yang berkategori إن /inna/ yaitu:

Ayat 33

…Allah berfirman: Bukankah sudah Kukatakan kepadamu, bahwa Aku

mengetahui yang gaib dilangit dan dibumi, serta Kuketahui apa-apa yang kamu

lahirkan dan apa-apa yang kamu sembunyikan.

Ayat 37

Kemudian Adam memperoleh beberapa kalimat dari Tuhannya (ia minta

ampun), lalu Allah menerima taubatnya, sesungguhnya Dia Penerima taubat

lagi Penyayang.

70Jawab mereka: Mahasuci Engkau, tak adalah pengetahuan kami,

melainkan apa-apa yang Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkau

Maha mengetahui lagi Mahabijaksana.

Page 94: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

82

Ayat 45

Minta tolonglah kamu (kepada Tuhan) dengan kesabaran dan (mengerjakan)

sembahyang; dan sesungguhnya sembahyang itu amat berat, kecuali bagi

orang-orang yang tunduk (kepada Allah);

Ayat 54

Ketika berkata Musa kepada kaumnya: Hai kaumku, sesungguhnya kamu

telah menganiaya dirimu sendiri, karena kamu mengambil anak sapi (menjadi

Tuhan), sebab itu taubatlah kamu kepada Yang Menjadikan kamu, dan

bunuhlah dirimu!...

Ayat 61

Page 95: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

83

…Berangkatlah kamu kekota, disana kamu mendapat apa-apa yang kamu

minta. Lalu mereka itu ditimpa kehinaan dan kemiskinan dan mereka kembali

mendapat kemarahan dari Allah...

Ayat 67

(Ingatlah) ketika berkata Musa kepada kaumnya: Sesungguhnya Allah

menyuruh kamu menyembelih sapi betina. Jawab mereka itu: Adakah engkau

memperolok-olokan kami? Berkata Musa: Aku berlindung pada Allah, bahwa

aku termasuk orang-orang yang jahil (tiada berilmu).

Ayat 70

Berkata mereka itu: Mintakanlah untuk kami kepada Tuhanmu, supaya

diterangkanNya kepada kami, sapi apakah itu? Sungguh sapi itu telah

meragukan kami. Insya Allah kami mendapat petunjuk (mencari sapi itu).

Ayat 74

Kemudian hatimu menjadi keras sesudah itu, lalu ia seperti batu atau lebih

keras. Sesungguhnya dari sebagian batu, terpancar air sungai dari padanya,

dan diantara batu ada yang belah, lalu keluar air dari padanya, dan

Page 96: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

84

setengahnya pula jatuh, karena takut kepada Allah. Allah tiada lalai dari apa-

apa yang kamu kerjakan.

Ayat 97

Katakanlah: Barang siapa menjadi musuh bagi Jibril, maka sesungguhnya

Jibril itu menurunkan Qur’an kedalam hati engkau (ya Muhammad) dengan

izin Allah…

Ayat 98

Barang siapa menjadi musuh bagi Allah, malaikatNya, rasulNya, Jibril dan

Mikail, maka sesungguhnya Allah musuh bagi orang-orang kafir.

Ayat 109

…Maka ma’afkanlah mereka dan bebaskanlah, sehingga Allah mendatangkan

perintahNya. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas tiap-tiap sesuatu.

Page 97: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

85

Ayat 110

Dirikanlah sembahyang dan bayarkanlah zakat; dan apa-apa yang kamu

usahakan diantara kebaikan untuk dirimu, niscaya kamu peroleh pahalanya

disisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.

Ayat 115

Kepunyaan Allah timurdan barat, kemana kamu menghadap, maka disanalah

kiblat (yang disukai) Allah. Sesungguhnya Allah Luas (karuniaNya) lagi

Mahamengetahui.

Ayat 127

(Ingatlah) ketika Ibrahim mempertinggi asas Bait (ka’bah) bersama Isma’il,

(kemudian berkata): Ya Tuhan kami, terimalah amalan kami, sesungguhnya

Engkau Mahamendengar lagi Mahamengetahui,

Ayat 128

Ya Tuhan kami, jadikanlah kami dua orang muslim, (patuh mengikutmu) dan

dari anak cucu kami menjadi umat muslim bagi Engkau, dan perlihatkanlah

Page 98: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

86

kepada kami ‘amalan haji, dan terimalah taubat kami; sesungguhnya Engkau

Penerima taubat, lagi Penyayang.

Ayat 129

Ya Tuhan kami, utuslah kepada mereka seorang rasul diantara mereka, yang

akan membacakan ajat-ajatMu kepada mereka dan akan mengajarkan Kitab

dan hikmah kepada mereka serta akan membersihkan mereka (dari kelakuan-

kelakuan yang keji), sesungguhnya Engkau Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.

Ayat 132

…Hai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama (Islam)

untukmu, maka janganlah kamu mati, melainkan dalam keadaan muslim.

Ayat 143

…Allah tiada menyia-nyiakan keimanan kamu. Sungguh Allah Pengasih lagi

Penyayang kepada manusia.

Page 99: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

87

Ayat 144

…Dimana-mana kamu berada, maka hadapkanlah mukamu kearahnya.

Sesungguhnya ahli kitab (Yahudi, Nasrani) mengetahui, bahwa yang demikian

itu suatu kebenaran dari Tuhannya. Allah tiada lalai dari apa-apa yang mereka

kerjakan.

Ayat 145

…Demi, jika engkau turut kemauan mereka, setelah datang kepada engkau

ilmu pengetahuan, niscaya engkau ketika itu termasuk orang-orang aniaya.

Ayat 146

Orang-orang yang Kami datangkan Kitab kepadanya, mereka kenal akan dia,

sebagaimana mereka kenal akan anak-anaknya sendiri. Sesungguhnya

segolongan mereka menyembunyikan kebenaran, sedang mereka

mengetahuinya.

Page 100: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

88

Ayat 148

…Dimana saja kamu berada, Allah akan menghimpunkan kamu sekalian (pada

hari kiamat). Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas tiap-tiap sesuatu.

Ayat 149

Kemana saja engkau keluar (berjalan), maka hadapkanlah mukamu kearah

mesjidil haram (Ka’bah). Sesungguhhnya yang demikian itu suatu kebenaran

dari Tuhanmu…

Ayat 153

…mereka berkata: Inna lillahi wainna ilaihi radji’un. (Bahwa sesungguhnya

kita kepunyaan Allah dan kita akan kembali kepadaNya).

Ayat 158

…Barang siapa mengerjakan kabaikan (memperbuat sunnat), maka

sesungguhnya Allah Syukur (Membalas) lagi Mahamengetahui.

Page 101: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

89

Ayat 168

…dan janganlah kamu ikut langkah-langkah syetan. Sungguh syetan itu

musuh yang nyata bagimu.

Ayat 173

…Tetapi barang siapa yang terpaksa (memakannya), sedang ia tiada aniaya

dan tiada pula melampaui batas, maka tak ada dosa terhadapnya. Sungguh

Allah Pengampun, lagi Penyayang.

Ayat 176

Demikian itu, karena Allah telah menurunkan Kitab dengan sebenarnya.

Sesungguhnya orang-orang yang bersalah-salahan tentang Kitab itu adalah

dalam perselisihan yang jauh.

Ayat 181

…maka hanya dosanya atas orang-orang yang mengubah itu. Sesungguhnya

Allah Mahamendengar, lagi Mahamengetahui.

Page 102: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

90

Ayat 182

Barang siapa takut (mengetahui) orang yang berwasiat dengan tidak adil atau

berdosa, lalu diperdamaikannya antara mereka itu, maka tak ada dosa

terhadapnya. Sesungguhnya Allah Pengampun lagi Penyayang.

Ayat 186

Apabila hambaKu bertanya kepada engkau tentang halKu, maka sesungguhnya

Aku hampir…

Ayat 190

Perangilah olehmu pada jalan Allah akan orang-orang yang memerangi kamu

dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tiada mengasihi

orang-orang yang melampaui batas.

Ayat 192

Jika mereka itu berhenti, maka sungguh Allah Pengampun lagi Penyayang.

Page 103: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

91

Ayat 195

Belanjakanlah (hartamu) pada jalan Allah dan janganlah kamu jatuhkan

dirimu kedalam kebinasaan dan berbuat baiklah. Sesungguhnya Allah

mengasihi orang-orang berbuat baik.

Ayat 197

…Berbekallah kamu dan sesungguhnya sebaik-baik perbekalan, ialah taqwa

(memelihara diri dari meminta-minta)…

Ayat 208

…dan janganlah kamu turut langkah-langkah syetan. Sungguh syetan itu

musuhmu yang nyata.

Ayat 211

Page 104: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

92

…Barang siapa menukarkan nikmat Allah, setelah datang kepadanya, maka

sesungguhnya Allah amat keras siksaanNya.

Ayat 214

…Apabilakah tibanya, pertolongan Allah? Ingatlah, bahwasannya pertolongan

Allah hampir akan tiba.

Ayat 215

…Apa-apa yang kamu perbuat diantara kebaikan, maka sesungguhnya Allah

Mahamengetahuinya.

Ayat 220

…Jika Allah menghendaki niscaya disempitkanNya kamu. Sungguh Allah

Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.

Page 105: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

93

Ayat 222

…Apabila mereka bersuci (mandi) bersetubuhlah kamu dengan mereka

sebagaimana Allah tetap menyuruhmu. Sesungguhnya Allah mengasihi orang-

orang yang taubat dan mengasihi orang-orang bersuci.

Ayat 226

Orang-orang yang bersumpah dengan perempuan-perempuan (tiada akan

bersetubuh) diberi janji empat bulan lamanya, maka jika mereka kembali,

sesungguhnya Allah Pengampun lagi Penyayang.

Ayat 227

Jika mereka bercita-cita hendak menceraikannya, maka sesungguhnya Allah

Mahamendengar lagi Mahamengetahui.

Ayat 237

…Janganlah kamu lupakan karunia (pemberian) sesama kamu. Sesungguhnya

Allah Mahamelihat apa-apa yang kamu kerjakan.

Page 106: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

94

Ayat 243

…(Maka matilah semuanya), kemudian dihidupkanNya mereka kembali.

Sesungguhnya Allah Mempunyai karunia untuk manusia, tetapi kebanyakan

manusia tiada berterima kasih.

Ayat 247

Berkata Nabi mereka kepada mereka: Sesungguhnya Allah telah mengutus

Thalut menjadi raja untukmu. Berkata mereka itu: Bagaimanakah ia akan

menjadi raja atas kami, sedang kami lebih patut menjadi raja dari padanya, dan

dia tiada mempunyai harta yang banyak? Berkata Nabi: Sesungguhnya Allah

telah memilih dia diantara kamu, serta menambahinya dengan ‘ilmu yang luas

dan tubuh yang kuat;…

Page 107: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

95

Ayat 248

Berkata Nabi mereka kepada mereka: Sesungguhnya tanda kerjaannya ialah

bahwa datang kepadamu sebuah peti, yang membawa ketenangan hati dari

Tuhanmu dan peninggalan yang ditinggalkan keluarga Musa dan keluarga

Harun, sedang peti itu dibawa oleh malaikat. Sesungguhnya pada demikian itu

menjadi tanda bagimu, jika kamu orang beriman.

Ayat 249

Maka tatkala keluar Thalut bersama tentaranya berkatalah ia: Sesungguhnya

Allah mencobai kamu dengan suatu sungai...

…Berkata orang-orang yang mengetahui, bahwa mereka akan menemui

Allah:…

Ayat 252

Page 108: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

96

Demikian itulah ayat-ayat Allah, Kami bacakan kepada engkau (ya

Muhammad) dengan sebenarnya, dan sesungguhnya engkau salah seorang

diantara Rasul-rasul.

Ayat 258

…Berkata Ibrahim: Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur,

maka cobalah engkau terbitkan dari barat…

Ayat 270

Apa-apa yang kamu nafkahkan sesuatu nafkah atau kamu nazarkan sesuatu

nazar, sesungguhnya Allah mengetahuinya; dan tak ada penolong untuk

orang-orang aniaya.

Ayat 273

Page 109: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

97

…dan apa-apa yang kamu nafkahkan dari harta, sungguh Allah

Mahamengetahuinya.

Ayat 275

…Demikian itu karena mereka berkata: Jual beli itu hanya seperti riba..

7. Ayat 46:

(Yaitu) orang-orang yang yakin, bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan

mereka akan kembali kepadanNya (1).

Dalam ayat di atas (al-Baqarah: 46) terdapat satu kalimat majemuk

subordinatif hubungan komplementasi, yaitu pada kalimat yang digaris bawahi.

Jumlah merupakan klausa utama, sedangkan jumlah

sampai merupakan klausa bawahan. Adapun

penerjemahannya sudah tepat, karena hubungan komplementasi dianggap sebagai

kalimat tidak langsung.

Page 110: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

98

8. Ayat 106:

Apa-apa ayat (mu’jizat) yang Kami ubah atau Kami lupakan (kepadamu), Kami

datangkan (gantinya) dengan yang lebih baik dari padanya atau yang

seumpamanya. Tidakkah engkau tahu, bahwa Allah Mahakuasa atas tiap-tiap

sesuatu?

Dalam ayat di atas (al-Baqarah: 106) terdapat satu kalimat majemuk

subordinatif hubungan komplementasi, yaitu pada kalimat yang digaris bawahi.

Jumlah merupakan klausa utama, sedangkan jumlah

merupakan klausa bawahan. Adapun penerjemahannya sudah tepat,

karena hubungan komplementasi dianggap sebagai kalimat langsung.

9. Ayat 107:

Tidakkah engkau tahu, bahwa bagi Allah kerajaan langit dan bumi; dan tak

ada wali dan penolong untukmu, selain dari Allah.

Page 111: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

99

Dalam ayat di atas (al-Baqarah: 107) terdapat satu kalimat majemuk

subordinatif hubungan komplementasi, yaitu pada kalimat yang digaris bawahi.

Jumlah merupakan klausa utama, sedangkan jumlah

merupakan klausa bawahan. Adapun penerjemahannya

sudah tepat, karena hubungan komplementasi dianggap sebagai kalimat tidak

langsung.

Selain ayat 46, ayat 106, dan ayat 107 yang termasuk kalimat majemuk

subordinatif hubungan komplementasi yang terdapat pada terjemahan Tafsir Al-

quran al-Karim karya Mahmud Yunus, ayat yang berkategori anna yaitu:

Ayat 47

Hai Bani Israil, ingtalah akan nikmatKu yang telah Kuanugerahkan kepadamu

dan sesungguhnya Aku telah memuliakan kamu dan seisi ‘alam.

Ayat 61

Page 112: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

100

…Demikian itu karena mereka itu menyangkal ayat-ayat Allah dan membunuh

NabiNabi tanpa kebenaran…

Ayat 77

Tiadakah mereka itu tahu, bahwa Allah mengetahui apa-apa yang mereka

rahasiakan dan apa-apa yang mereka lahirkan.

Ayat 122

Hai Bani Israil! Ingatlah akan nikmatKu, yang telah Kuberikan kepadamu dan

sesungguhnya Aku telah melebihkan kamu dari seisi alam.

Ayat 144

…Dimana-mana kamu berada, maka hadapkanlah mukamu kearahnya.

Sesungguhnya ahli kitab (Yahudi, Nasrani) mengetahui, bahwa yang demikian

itu suatu kebenaran dari Tuhannya. Allah tiada lalai dari apa-apa yang mereka

kerjakan.

Page 113: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

101

Ayat 165

…Jika orang-orang aniaya mengetahui, ketika mereka melihat siksaan,

(niscaya…). Sesungguhnya kekuasaan bagi Allah semuanya dan sungguh

Allah sangat keras siksaanNya.

Ayat 167

Berkata orang-orang yang mengikuti: Kalau sekiranya kami kembali (keatas

dunia), maka berlepas diri pula kami dari mereka, sebagaimana mereka

berlepas diri dari kami….

Ayat 187

Page 114: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

102

…Allah mengetahui, bahwa kamu telah berkhianat kepada dirimu sendiri,

maka diterimaNya taubatmu dan dima’afkanNya kesalahanmu…

Ayat 194

…dan takutlah kepada Allah dan ketahuilah, bahwasannya Allah beserta

orang-orang taqwa.

Ayat 203

…Takutlah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa kamu akan dihimpunkan

kepadaNya.

Ayat 209

Jika kamu tergelincir (terperdaya) sesudah datang kepadamu beberapa

keterangan, maka ketahuilah, bahwa Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.

Ayat 223

…Takutlah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa kamu akan menghadapNya…

Page 115: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

103

Ayat 231

…Takutlah kepada Allah dan ketahuilah, bahwasannya Allah

Mahamengetahui tiap-tiap sesuatu.

Ayat 235

…Ketauilah, bahwasannya Allah mengetahui apa-apa yang ada dalam hatimu,

maka takutlah kamu kepadaNya dan ketahuilah, bahwasannya Allah

Pengampun, lagi Penyantun.

Ayat 244

Berperanglah kamu pada jalan Allah dan ketahuilah, bahwasannya Allah

Mahamendengar lagi Mahamengetahui.

Page 116: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

104

Ayat 260

…dan ketahuilah, sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.

Ayat 267

…dan ketahuilah, bahwa sesungguhnya Allah Mahakaya, lagi Mahaterpuji.

Page 117: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

105

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah membahas dan menelaah kalimat majemuk subordinatif hubungan

komplementasi dan penerjemahannya dalam bahasa Indonesia, maka dapat

diambil kesimpulannya.

Dalam bahasa Indonesia, konjungsi komplementasi hanya ada satu

macam, yaitu bahwa. Sementara itu dalam bahasa Arab, konjungsi tersebut

terdapat dua macam (inna dan anna) yang memiliki aturan masing-masing. Dalam

bahasa Indonesia, konjungsi komplementasi bisa diubah menjadi kalau meskipun

dalam ragam yang tidak resmi. Namun, dalam bahasa Arab, pergantian ini

tidaklah berlaku. Konjungsi komplementasi dalam bahasa Arab yang berupa inna

dan anna hanya bisa dirampingkan menjadi an atau in.

Penerjemahan konjungsi komplementasi dalam surat al-Baqarah pada

terjemahan Tafsir Al-quran al-Karim karya Mahmud Yunus cukup bervariatif,

apalagi „jika‟ ditinjau dari kalimat langsung dan tidak langsung. Hal ini biasanya

„jika‟ terkait dengan klausa utama yang berpredikat verba qâla. Apabila klausa

bawahan setelah verba tersebut dianggap kalimat langsung, maka konjungsi

bahwa tidak perlu ada. Sebaliknya, jika klausa bawahan setelah verba tersebut

dianggap sebagai kalimat tidak langsung, maka konjungsi bahwa perlu

dihadirkan.

Page 118: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

DAFTAR PUSTAKA

al-Ghulayaini, Mustafa. 2002. Jami‟ ad-Durus al-Arabiyah. Beirut: dar al-Kutub

al-Ilmiyyah.

al-Hasyimi, Ahmad. 2003. al-Qawaid al-Asasiyah al-Lughoh al-Arabiyah. Beirut:

al-Maktabah al-Ashriyah.

Alwi, Hasan dkk. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Anis, Ahmad. 2006. “Analisis Kalimat Majemuk Subordinatif Hubungan

Komplementasi Dalam Surat Al-Anfal.” Skripsi S1 Fakultas Adab dan

Humaniora, Universitas Islam Negeri Jakarta.

Asrori, Imam. 2004. Sintaksis Bahasa Arab. Malang: Misykat.

Putrayasa, Ida Bagus. 2007. Analisis Kalimat (Fungsi, Kategori, dan Peran).

Bandung: Refika Aditama.

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka

Cipta.

Ghofur, Saiful Amin. 2008. Profil Para Mufassir al-Quran, Yogyakarta: Pustaka

Insan Madani

Herry Muhammad, dkk. 2006. Tokoh-tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20.

Jakarta: Gema Insani Press.

Hidayatullah, Moch. Syarif. 2010. Tarjim Al-an (Cara Mudah Menerjemahkan

Arab-Indonesia). Tangerang Selatan: Dikara.

Page 119: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

Hidayatullah, Moch. Syarif. 2012. Cakrawala Linguistik Arab. Tangerang

Selatan: Alkitabah.

Hilman, Muhamad. 2010. “Analisis Semantik Terhadap Terjemahan Al-quran

(Surat adh-Dhuha dan al-Insyirah) Studi Komparatif antara Terjemahan

Mahmud Yunus dengan T.M. Hasbi ash Shiddieqy.” Skripsi S1 Fakultas

Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Jakarta.

Ibrahim, Sulaiman. 2011. Pendidikan dan Tafsir “Kiprah Mahmud Yunus dalam

Pembaruan Islam”, Jakarta: LEKAS, Cet. I

Keraf, Gorys.1984. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah.

Khairah, Miftahul dan Sakura Ridwan. 2014. Sintaksis (Memahami Satuan

Kalimat Perspektif Fungsi). Jakarta: Bumi Aksara.

Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama.

Mahsun. 2013. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan

Tekniknya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Muhammad. 2011. Metode Penelitian Bahasa. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Muslich, Masnur. 2008. Tata Bentuk Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Bumi Askara.

Nadwi, Abdullah Abbas. 1996. Belajar Mudah Bahasa Al-quran. Bandung:

Mizan.

Nardianti, Sri. 1996. Konjungsi Subordinatif dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Parera, J.D. 2009. Dasar-Dasar Analisis Sintaksis. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Ramlan, M. 1983. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono.

Rofi‟i. 2002. Bimbingan Tarjamah Arab-Indonesia. Jakarta: Persada Kemala.

Page 120: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

Shihabuddin. 2005. Penerjemahan Arab-Indonesia, Teori dan Praktek. Bandung:

Humaniora.

Suhadi. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Sintaksis Bahasa Indonesia. Jogjakarta: Ar-Ruzz

Media.

Tadjuddin, Moch. 2013. Bahasa Indonesia Bentuk dan Makna. Bandung: Alumni.

Verhaar, J.W.M. 1981. Pengantar Linguistik. Universitas Indonesia: Gadjah Mada

University Press.

Yunus, Mahmud. 2002. Tafsir Quran al-Karim. Jakarta: Hidakarya Agung.

Page 121: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

LAMPIRAN

No. AYAT NASH KONSTRUKSI KATEGORI ب ... 8 .1 ه ا ق /Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو

2. 11 ... و ى جبسجشس+ قبه إرا ق Verba قبه /Qâla/

3. ... ح ب اإ قبى

قبه + إ

Sebagai Isi Ucapan

Dari Verba قبه /Qâla/

4. 12 ... + ضش ا إ إ /inna/ إ

5. 13 ... و ى جبسجشسقبه + إرا ق Verba قبه /Qâla/

6. ... ؤ اا /Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو قبى

ب ... 14 .7 اا /Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو قبى

8. ... ؼن ب اإ قبى Sebagai Isi Ucapan قبه + إ

Dari Verba قبه /Qâla/

اهلل ... 20 .9 +إع إ إ /inna/ إ

10. 25 ... ازااىز /Qâla/ قبه Verba قبه + إشبسح قبى

إر قبه سثل ... 30 .11 /Qâla/ قبه Verba قبه + إع

ب .. .12 ا ارجؼو ف /Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو قبى

13. ... اػي قبه إ Sebagai Isi Ucapan قبه + إ

Dari Verba قبه /Qâla/

...فقبه 31 .14 جئ ا /Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو أش

ذ ... 32 .15 ل ا + ضش إ إ /inna/ إ

ل ... .16 ا عجحب /Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو رؼجت قبى

Page 122: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

17. 33 ... أػي + ضش إ إ /inna/ إ

18. ... باد + حشف ذاء قبه قبه Verba قبه /Qâla/

اقو ... .19 /Qâla/ قبه Verba قبه + إعزفب قبه اى

يبئنخ ... 34 .20 ب ىي إر قي /Qâla/ قبه Verba قبه + ضش

21. 35 ... باد ب قي /Qâla/ قبه Verba قبه + ضش

ا ... 36 .22 جط با قي /Qâla/ قبه Verba قبه + ضش

23. 37 ... + ضش إ إ /inna/ إ

ا ... 38 .24 جط با /Qâla/ قبه Verba قبه + ضش قي

شح ... 45 .25 ب ىنج إ + ضش inna sebagai jumlah إ

isti’naf (permulaan)

ا ... 46 .26 يب ق + ضش أ أ /anna/أ

27. ... إى أ + ضش أ /anna/أ

28. 47 ... فضيزن أ + ضش أ /anna/أ

29. 54 ... ز طي ن + ضش إ إ /inna/ إ

30. ... إ + ضش إ /inna/ إ

ع ... .31 إر قبه /Qâla/ قبه Verba قبه + إع

32. 55 ... إر قيز /Qâla/ قبه Verba قبه + ضش

ب ... 58 .33 إر قي /Qâla/ قبه Verba قبه + ضش

احطخ ... .34 ى ق /Qâla/ قبه Verba قبه + ضش

35. 59 ... شاىز ال غ /Qâla/ قبه Verba قبه + إعزثبء ق

باضشة ... 60 .36 /Qâla/ قبه Verba قبه + ضش فقي

37. 61 ... + ضش رىل ثؤ أ /anna/أ

Page 123: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

38. ... ىن + خجش قذ فئ إ /inna/ yang terletak

ketika khabar (P)

inna-nya ada lam

ibtida’

39. ... إر قيز /Qâla/ قبه Verba قبه + ضش

40. ... /Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو قبه ارغزجذى

41. 65 ... ب ى /Qâla/ قبه Verba قبه + ضش فقي

42. 67 اهلل ...إ +إع إ /inna/ إ

ع ... .43 إر قبه /Qâla/ قبه Verba قبه + إع

ب ... .44 ا ارزخز /Qâla/ قبه Verba قبه + إعزفب قبى

ر ... .45 /Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو بض قبه اػ

ب ... 68 .46 ا ادع ى /Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو أش قبى

ه ... .47 ق قبه إ Sebagai Isi Ucapan قبه + إ

Dari Verba قبه /Qâla/

ب ... 69 .48 ا ادع ى /Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو أش قبى

ه ... .49 ق قبه إ Sebagai Isi Ucapan قبه + إ

Dari Verba قبه /Qâla/

اىجقش ... 70 .50 +إع إ إ /inna/ إ

شبءاهلل ... .51 ب إ إ + ضش إ /inna/ إ

ب ... .52 ا ادع ى /Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو أش قبى

ه ... 71 .53 ق قبه إ Sebagai Isi Ucapan قبه + إ

Dari Verba قبه /Qâla/

Page 124: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

54. ... ا اىب /Qâla/ قبه Verba قبه + إع ص قبى

55. 73 ... باضشث /Qâla/ قبه Verba قبه + ضش فقي

اىحجبسح ... 74 .56 إ + خجش قذ إ /inna/ إ

شقق .57 ب ب ى إ

...

+ خجش قذ إ /inna/ إ

حجط ... .58 ب ب ى إ + خجش قذ إ /inna/ إ

ب ... 76 .59 ا ا /Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو قبى

60. ... ا ارحذث /Qâla/ قبه Verba قبه + إعزفب قبى

اهلل ... 77 .61 + إع أ أ /anna/أ

زا ... 79 .62 ى ق /Qâla/ قبه Verba قبه + إشبسح ث

63. 80 ... ا ى /Qâla/ قبه Verba قبه + حشف اصت قبى

64. ... /Qâla/ قبه Verba قبه + إعزقفب قو ارخزر

ػي... .65 ى رق جبسجشسقبه + ا Verba قبه /Qâla/

ب ... 88 .66 ث اقي قبى /Qâla/ قبه Verba قبه + إع

67. 91 ... و ى إراق جبسجشسقبه + Verba قبه /Qâla/

68. ... ؤ ا /Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو قبى

69. ... /Qâla/ قبه Verba قبه + فبءجاة قو في

ب ... 93 .70 ؼ ا ع /Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو قبى

ب ... .71 /Qâla/ قبه Verba قبه + إع قو ثئغ

ذ ... 94 .72 مب قو إ Sebagai Isi Ucapan قبه + إ

Dari Verba قبه /Qâla/

73. 97 ... ضى + ضش فئ إ /inna/ إ

Page 125: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

74. ... مب /Qâla/ قبه Verba قبه + إعزفب قو

اهلل ... 98 .75 +إع فئ إ /inna/ إ

ب ... 102 .76 ال إ ق Sebagai Isi Ucapan قبه + إ

Dari Verba قبه /Qâla/

ب ... 104 .77 اساػ ى /Qâla/ قبه Verba قبه + إع الرق

ب ... .78 طش ا ا ى ق /Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو

اهلل ... 106 .79 + إع أ أ /anna/أ

اهلل ... 107 .80 + إع أ أ /anna/أ

اهلل ... 109 .81 +إع إ إ /inna/ إ

اهلل ... 110 .82 +إع إ إ /inna/ إ

83. 111 ... ا ى قبى /Qâla/ قبه Verba قبه + حشف اصت

ا ... .84 بر /Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو قو

د ... 113 .85 قبىذ اى /Qâla/ قبه Verba قبه + إع

قبىذ اىصش ... .86 /Qâla/ قبه Verba قبه + إع

87. ... /Qâla/ قبه Verba قبه + صه قبه اىز

اهلل ... 115 .88 +إع إ إ /inna/ إ

/Qâla/ قبه Verba قبه + جش جشس قه ى ... 117 .89

ذ اهلل ... 120 .90 قو إ Sebagai Isi Ucapan قبه + إ

Dari Verba قبه /Qâla/

91. 122 ... فضيزن أ + ضش أ /anna/أ

جبػيل ... 124 .92 قبه إ Sebagai Isi Ucapan قبه + إ

Dari Verba قبه /Qâla/

Page 126: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

إثشا ...قبه 126 .93 /Qâla/ قبه Verba قبه + إع

/Qâla/ قبه Verba قبه + إع قبه مفش ... .94

ذ ... 127 .95 ل ا + ضش إ إ /inna/ إ

ذ ... 128 .96 ل ا + ضش إ إ /inna/ إ

ذ ... 129 .97 ل ا + ضش إ إ /inna/ إ

/Qâla/ قبه Verba قبه + جش جشس قبه ى ... 131 .98

/Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو قبه أعيذ ... .99

اهلل ... 132 .100 +إع إ إ /inna/ إ

/Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو قبىاما ... 135 .101

/Qâla/ قبه Verba قبه + ػطف قو ثو يخ ... .102

ب ... 137 .103 +إع فئ إ /inna/ إ

/Qâla/ قبه Verba قبه + إعزفب قو أرحبجب ... 139 .104

105. 140 ... إ ى رق أ Sebagai Isi Ucapan قبه + إ

Dari Verba قبه /Qâla/

اهلل ... 143 .106 +إع إ إ /inna/ إ

107. 144 ...إ اىز + صه إ /inna/ إ

اىحق ... .108 + ضش أ أ /anna/أ

ل إرا ... 145 .109 + ضش إ إ /inna/ إ

110. 146 ... قب فش إ +إع إ /inna/ إ

اهلل ... 148 .111 +إع إ إ /inna/ إ

ىيحق ... 149 .112 + ضش إ إ

inna/ yang/ إ

terletak ketika

khabar (P) inna-nya

Page 127: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

ada lam ibtida’

اهلل ... 153 .113 +إع إ إ /inna/ إ

114. 156 ... بىي ا إ قبى Sebagai Isi Ucapan قبه + إ

Dari Verba قبه /Qâla/

ح ... 158 .115 ش اى اىصفب +إع إ إ /inna/ إ

اهلل ... 165 .116 + إع أ أ /anna/أ

ح ... .117 اىق + إع أ أ /anna/أ

ب ... 167 .118 ى أ + خجش قذ ى أ /anna/أ

119. ... قبه اىز /Qâla/ قبه Verba قبه + صه

120. 168 ... ىن + ضش إ إ /inna/ yang terletak

ketika khabar (P)

inna-nya ada lam

ibtida’

121. 170 ... و ى إرا ق جبسجشسقبه + Verba قبه /Qâla/

ا ثو ... .122 /Qâla/ قبه Verba قبه + ػطف قبى

123. 173 ... ب حش +إع إ إ /inna/ إ

اهلل ... .124 +إع إ إ /inna/ إ

125. 176 ... اىز + صه إ إ /inna/ إ

126. 181 ... ب اث +إع فئ إ /inna/ إ

اهلل ... .127 +إع إ إ /inna/ إ

اهلل ... 182 .128 +إع إ إ /inna/ إ

ت ... 186 .129 قش + ضش فئ إ /inna/ إ

130. 187 ... ز م ن + ضش أ أ /anna/أ

Page 128: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

اهلل ... 190 .131 +إع إ إ /inna/ إ

اهلل ... 192 .132 +إع فئ إ /inna/ إ

اهلل ... 194 .133 + إع أ أ /anna/أ

اهلل ... 195 .134 +إع إ إ /inna/ إ

ش ... 197 .135 خ +إع فئ إ /inna/ إ

ب ... 200 .136 ه سث ق /Qâla/ قبه Verba قبه + إع

137. 203 ... إى ن + ضش أ أ /anna/أ

138. 206 ... و ى إرا ق جبسجشسقبه + Verba قبه /Qâla/

139. 208 ... ىن + ضش إ إ /inna/ إ

اهلل ... 209 .140 + إع أ أ /anna/أ

اهلل ... 211 .141 +إع فئ إ /inna/ إ

صش 214 .142 ... اإ +إع إ /inna/ إ

ه ... .143 ه اىشع ق /Qâla/ قبه Verba قبه + إع حز

اهلل ... 215 .144 +إع فئ إ /inna/ إ

145. ... فقز با /Qâla/ قبه Verba قبه + إعزفب قو

/Qâla/ قبه Verba قبه + إع قو قزبه ... 217 .146

ب ... 219 .147 جبسجشسقبه + قو ف Verba قبه /Qâla/

148. ... /Qâla/ قبه Verba قبه + إع قو اىؼف

اهلل ... 220 .149 +إع إ إ /inna/ إ

/Qâla/ قبه Verba قبه + إع قو إصالح ... .150

اهلل ... 222 .151 +إع إ إ /inna/ إ

ار ... .152 /Qâla/ قبه Verba قبه + ضش قو

153. 223 ... شئز + ضش أ أ /anna/أ

Page 129: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

154. ... يب ق ن + ضش أ أ /anna/أ

اهلل ... 226 .155 +إع فئ إ /inna/ إ

اهلل ... 227 .156 +إع فئ إ /inna/ إ

اهلل ... 231 .157 + إع أ أ /anna/أ

158. 235 ... عززمش ن + ضش أ أ /anna/أ

اهلل ... .159 + إع أ أ /anna/أ

اهلل ... .160 + إع أ أ /anna/أ

ال ... .161 ه ق رق /Qâla/ قبه Verba قبه + صذس أ

اهلل ... 237 .162 +إع إ إ /inna/ إ

اهلل ... 243 .163 +إع إ إ /inna/ إ

164. ... /Qâla/ قبه Verba قبه + جش جشس فقبه ى

اهلل ... 244 .165 + إع أ أ /anna/أ

166. 246 ... ج ا ى /Qâla/ قبه Verba قبه + جش جشس إرقبى

167. ... ز و ػغ /Qâla/ قبه Verba قبه + إعزفب قبه

ب ... .168 بى ا /Qâla/ قبه Verba قبه + ػطف قبى

اهلل ... 247 .169 +إع إ إ /inna/ إ

اهلل ... .170 +إع إ إ /inna/ إ

171. ... قبه ى جشس جشقبه + Verba قبه /Qâla/

172. ... ا أ قبى Sebagai Isi Ucapan قبه + أ

Dari Verba قبه /Qâla/

اهلل ... .173 قبه إ Sebagai Isi Ucapan قبه + إ

Dari Verba قبه /Qâla/

رىل ... 248 .174 ف + خجش قذ إ إ /inna/ إ

Page 130: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

خ ... .175 ا +إع إ إ /inna/ إ

176. ... قبه ى /Qâla/ قبه Verba قبه + جش جشس

اهلل ... 249 .177 +إع إ إ /inna/ إ

178. ... + ضش فئ إ /inna/ إ

اهلل ... .179 قبه إ Sebagai Isi Ucapan قبه + إ

Dari Verba قبه /Qâla/

ا الطبقخ ... .180 /Qâla/ قبه Verba قبه + حشف جاص قبى

181. .. قبه اىز /Qâla/ قبه Verba قبه + صه

ب ... 250 .182 ا سث /Qâla/ قبه Verba قبه + إع قبى

183. 252 شعي اى ل ى إ

...

+ ضش إ /inna/ yang terletak

ketika khabar (P)

inna-nya ada lam

ibtida’

اهلل ... 258 .184 + إع فئ إ /inna/ إ

185. ... /Qâla/ قبه Verba قبه + إع إر قبه إثشا

186. ... /Qâla/ قبه Verba قبه + إع قبه إثشا

187. 259 ... ح قبه ا Sebagai Isi Ucapan قبه + أ

Dari Verba قبه /Qâla/

ىجثذ ... .188 /Qâla/ قبه Verba قبه + إعزفب قبه م

/Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو قبه ىجثذ ... .189

/Qâla/ قبه Verba قبه + حشف ػطف قبه ثو ىجثذ ... .190

191. ... /Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو قبه اػي

Page 131: ANISA ALBASIROH-FAH.pdf

اهلل ... 260 .192 + إع أ أ /anna/أ

193. ... إر قبه إثشا /Qâla/ قبه Verba قبه + إع

194. ... رؤ ى /Qâla/ قبه Verba قبه + إعزفب قبه ا

195. ... ىن /Qâla/ قبه Verba قبه + إع قبه ثي

جاةقبه + فبء قبه فخز اسثؼخ ... .196 Verba قبه /Qâla/

اهلل ... 267 .197 + إع أ أ /anna/أ

اهلل ... 270 .198 + إع فئ إ /inna/ إ

اهلل ... 273 .199 + إع فئ إ /inna/ إ

غ ... 275 .200 ب اىج + إع إ إ /inna/ إ

ب ... .201 ا ا /Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو قبى

ب ... 285 .202 ؼ ا ع /Qâla/ قبه Verba قبه + فؼو قبى