116
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI LEBIH PADA ANAK PRA SEKOLAH DI TK SALMAN ITB CIPUTAT TAHUN 2013 Skripsi Diajukan kepada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Oleh Anis Karomah NIM: 109101000078 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H./2013 M.

Anis Karomah-fkik.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

    STATUS GIZI LEBIH PADA ANAK PRA SEKOLAH

    DI TK SALMAN ITB CIPUTAT

    TAHUN 2013

    Skripsi

    Diajukan kepada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

    Oleh

    Anis Karomah

    NIM: 109101000078

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1435 H./2013 M.

  • i

  • ii

    NIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

    PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

    PEMINATAN GIZI MASYARAKAT

    Skripsi, November 2013

    Anis Karomah, NIM. 109101000078

    Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Lebih pada Anak Pra

    Sekolah di TK Salman ITB Ciputat Tahun 2013

    xviii + (77) halaman, (17) tabel, (2) bagan, (2) gambar, (4) lampiran

    ABSTRAK

    Latar Belakang. Status gizi lebih menjadi salah satu masalah kesehatan yang umum

    pada anak. Karakteristik anak, orang tua dan lingkungan mempunyai andil yang

    cukup besar pada kejadian gizi lebih anak pra sekolah. Ditemukan 21,4% anak pra

    sekolah di TK Salman ITB yang mengalami gizi lebih. Jumlah ini melebihi batasan

    minimal masalah kesehatan masyarakat tentang gizi lebih yaitu 15%.

    Metode. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain

    cross sectional study. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara

    dengan alat bantu kuesioner dan pengukuran secara langsung terhadap responden dan

    Ibu responden. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa selain play group di TK

    Salman ITB Ciputat tahun ajaran 2013/2014. Sampel penelitian ini berjumlah 56

    responden. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis univariat dan

    bivariat.

    Hasil. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa anak pra sekolah yang

    mengalami gizi lebih di TK Salman sebesar 16,1%. Hasil penelitian menunjukkan

    bahwa hanya 1 variabel yang memiliki hubungan yang bermakna dengan status gizi

    lebih yaitu variabel persen asupan lemak. Sedangkan variabel lain seperti jenis

    kelamin, lama menonton televisi, status gizi lebih orang tua, dan riwayat penyakit

    jantung orang tua tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan status gizi lebih

    anak pra sekolah.

    Saran. TK Salman ITB Ciputat perlu mengadakan permainan, cerita, maupun cara

    edukatif lainnya yang berhubungan dengan pola makan yang baik agar secara tidak

    langsung anak-anak mengenal dan mulai terbiasa dengan pola makan yang baik

    terutama sayur dan buah guna membantu metabolisme lemak dan energi dalam tubuh

  • iii

    mengingat konsumsi anak di TK Salman adalah tinggi lemak, tinggi energi dan

    rendah serat. Hendaknya sekolah memberikan program olahraga bagi siswanya secara

    rutin satu minggu sekali minimal 30 menit agar energi dalam tubuh dapat digunakan

    dan tidak tersimpan sebagai lemak. Perlu juga mengadakan kerjasama dengan instansi

    kesehatan misalnya Puskesmas untuk membantu mengecek status gizi anak dan

    melakukan usaha preventif dan promotif tentang pentingnya menerapkan pola makan

    yang baik khususnya edukasi mengenai perlunya asupan sayur buah dan sayur di

    setiap harinya.

    Kata Kunci : pra sekolah, status gizi lebih, persen asupan lemak.

    Daftar Bacaan : 38 (1997 2013)

  • iv

    SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA

    FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE

    STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH

    CONCENTRATION HEALTH PUBLIC NUTRITION

    Undergraduated Thesis, November 2013

    Anis Karomah, NIM. 109101000078

    The Factors in which Related with Overweight Status of Pre School Children at

    TK Salman ITB Ciputat in 2013.

    xviii + 77 pages, 17 table, 2 bagan, 2 drawing, 4 attachment

    ABSTRAK

    Background. The overweight status is one of common health problems in children.

    Characteristic of children , parents, and environment have great contribute in forming

    overweight of pre school children. it was found amount 21,4% of pre school children

    at TK Salman ITB who get overweight. This amount exceeds the minimum limit

    public health problem in the overweight, it is about 15%.

    Methode. This research is quantitative research methode using cross sectional study

    design. In collecting data used interview methode by questioner and measuring

    directly toward respondence and mother's respondence. The study population was all

    students besides play group at TK Salman ITB Ciputat in school year 2013/2014.

    Sample of this research is 56 respondence. data analysis is using univariat and

    bivariat analysis.

    Result. Based on the result, known that pre school children who gets the overweight

    at TK Salman amount 16,1 %. the result shown that only 1 variable which has related

    significant with the overweight status , it is variable percent fat intake. Where as the

    other variable such sex, spent time to watching tv, the better parental nutritional

    status, and parental history of heart disease do not have significant relation with

    overweight status of pre school children.

    Suggestion. TK Salman ITB Ciputat needs hold game playing, telling story, or the

    another education way in which related with good consumption so that inditectly

    children know and getting usual with good consumption especially vegetables and

    fruits to help fat metabolism and energy in the body remembering consumption of

    children at TK salman are high fat, high energy and low fiber. The schools should

  • v

    provide sports programs for their students on a regular basis once a week for at least

    30 minutes so that the energy in the body can be used and it is not stored as fat. The

    schools also need hold cooperation with health instance such community health

    center to help in checking nutritional status of children and doing preventing and

    promoting about the importance of applying good consumption especially education

    in demanding of vegetables and fruits everyday.

    Keywords : pre school, overweight status, percent fat intake.

    List References: 38 (1997 2013)

  • vi

  • vii

  • viii

    RIWAYAT HIDUP

    IDENTITAS PRIBADI

    Nama Lengkap : Anis Karomah

    TTL :Magelang, 10 Oktober 1990

    Jenis Kelamin :Perempuan

    Alamat :Pluberan, Sucen , Salam, Magelang, 56484

    Agama :Islam

    Kebangsaan :Indonesia

    Telp/Hp :085780845059

    Email : [email protected]

    RIWAYAT PENDIDIKAN

    1997-2003 : Sekolah Dasar (SD) Salam

    2003-2006 : Madrasah Tsanawiyah (MTs) Yajri Payaman Magelang

    2006-2009 : Madrasah Aliyah (MA) Yajri Payaman Magelang

    2003-2009 : Pondok pesantren Sirojul Mukhlasin II Payaman

    2009-sekarang : Mahasiswi Peminatan Gizi Program Studi Kesehatan

    Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidyatullah Jakarta

    RIWAYAT ORGANISASI

    2007-2009 : Koordinator bag kemahasiswaan Badan Eksekutif Siswa dan

    Santri (BESS) MA Yajri Payaman Magelang

    2009- 2010 : Anggota Muda Pecinta Alam ARKADIA UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta,

    2010-2011 : Staff Kesenian dan Olahraga Pergerakan Mahasiswa Indonesia

    (PMII),

    2011-sekarang : Staff Kesenian dan Olahraga Badan Eksekutif Mahasiswa

    (BEM) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif

    Hidayatullah, Solois Paduan Suara LAMYUZARD, dan aktif

    dalam kegiatan marawis KESMAS.

    mailto:[email protected]
  • ix

    KATA PENGANTAR

    segala puji bagi Allah Subhanahu Wataala yang telah melimpahkan ,

    Rahmat dan Kuasa-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

    tepat waktu. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah atas baginda Nabi

    Muhammad SAW berkat kasih sayangnya, membawa kita dari jaman kegelapan dan

    kebodohan menuju jaman yang terang benderang dan kaya akan ilmu pengetahuan.

    Skripsi yang berjudul Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi

    Lebih pada Anak Pra Sekolah di TK Salman ITB Ciputat Tahun 2013 telah diuji

    pada tanggal 12 November 2013 ini merupakan tugas akhir untuk mendapatkan gelar

    Sarjana Kesehatan Masyarakat di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Penulis menyadari bahwa Skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa

    bantuan, dukungan, motivasi dan inspirasi dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini

    penulis ingin menyampaiakan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Allah SWT yang senantiasa memberikan kekuatan, kesabaran serta

    petunjuk di kala penulis mengalami berbagai kesulitan.

    2. Keluarga tercinta, ayahanda Parjiman dan ibunda Ginem Lestari serta

    adikku tersayang Anif Khusnan Hanafi yang telah memberikan motivasi

    dan dukungan penuh baik secara moril maupun materil serta doa yang

    tiada pernah putus-putusnya. Terimakasih atas kasih sayang kalian. I

    Love U so much.

  • x

    3. Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tajudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    4. Ibu Febrianti, Msi, selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    5. Bapak Drs. M. Farid Hamzeins, Msi dan bapak dr Yuli Prapanca Satar,

    MARS selaku pembimbing fakultas yang telah memberikan pengarahan,

    masukan dan inspirasi serta terimakasih atas ilmu yang telah diberikan.

    6. Ibu Narila Mutia Nasir Ph.D, ibu Yuli Amran, MKM, dan ibu dr

    Andarini yang telah memberikan banyak masukan dan arahan dalam

    perbaikan skripsi ini.

    7. Departemen Agama Republik Indonesia yang telah memberikan

    beasiswa dan kesempatan pada penulis untuk dapat menimba ilmu di

    UIN Syarif Hidayatullah sampai saat ini.

    8. Kepala TK Salman ITB Ciputat yang telah memberikan izin kepada

    penulis untuk melaksanakan penelitian di TK Salman ITB Ciputat.

    9. Seluruh guru-guru di TK Salman yang telah mendukung dan membantu

    proses pengambilan data.

    10. Seluruh orang tua dan siswa TK Salman ITB Ciputat yang telah

    bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

    11. Ka Nia Pratiwi 2007, ka Ami 2007 dan ka Septi, terimakasih atas

    bantuannya dan semangatnya agar penulis bisa menyelesaikan skripsi

    ini.

  • xi

    12. Teman-teman gidza holic, terimakasih atas kebersamaan yang telah kita

    jalani hingga tahun ini. Semoga persahabatan ini akan kekal selamanya.

    Sukses bareng ya semuanya ,,^_^.

    13. Temen-temen CSS MORA 2009, terimakasih atas dukungan dan doanya

    selama ini. Tetep eksis, narsis, dan berprestasi ya kawan.

    14. Temen-temen Kesmas Angkatan 2009, yang telah memberikan inspirasi

    melalui semangat kalian.

    15. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

    Penulis mengharapkan semoga segala yang diberikan kepada penulis

    mendapatkan balasan kebaikan dari Allah SWT. Dan atas semua kekhilafam dan

    kekurangan yang penulis lakukan, dengan segenap hati penulis memohon maaf yang

    sebesar-besarnya kepada semua pihak.

    Tiada gading yang tak retak. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan

    kritik dan saran semua pihak atas skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

    bagi kita semua, khususnya penulis. Amin.

    Jakarta, November 2013

    Penulis

  • xii

    DAFTAR ISI

    DAFTAR ISI

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang 1

    1.2 Rumusan Masalah 5

    1.3 Pertanyaan Penelitian 5

    1.4 Tujuan Penelitian 6

    1.4.1 Tujuan Umum 6

    1.4.2 Tujuan Khusus 6

    1.5 Manfaat Penelitian 8

    1.5.1 Bagi Peneliti 8

    1.5.2 Bagi Pengelola Yayasan 8

    1.5.3 Bagi Prodi Kesehatan Masyarakat 8

    1.5.4 Bagi Peneliti Lain 8

    1.6 Ruang Lingkup Penelitian 8

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Status Gizi 10

    2.1.1 Pengertian 10

    2.1.2 Penilaian Status Gizi 10

    2.1.2.1 Indeks Antropometri 11

    2.1.2.2 Figure Rating Scale 18

    2.1.4 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi 20

    2.2 Gizi Lebih pada Anak Pra Sekolah 22

    2.2.1 Anak Pra Sekolah 22

    2.2.2 Kecukupan Gizi Anak Pra Sekolah 23

    2.2.3 Batasan Normal Konsumsi Lemak 23

    2.2.4 Gizi Lebih pada Anak Pra Sekolah 24

    2.3 Patofisiologi dan Dampak Gizi Lebih 24

    2.3.1 Patofisiologi Gizi Lebih pada Anak Pra Sekolah 24

    2.3.2 Dampak Gizi Lebih pada Anak Pra Sekolah 26

    2.4 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Gizi lebih 28

    2.4.1 Karakteristik Anak 28

    2.4.1.1 Umur 28

    2.4.1.2 Jenis Kelamin 29

    2.4.2 Ketidak Seimbangan Energi 30

    2.4.3 Asupan Makanan 31

    2.4.3.1 Persen Asupan Lemak 31

    2.4.4 Kerentanan Terhadap Kenaikan Berat Badan 32

    2.4.5 Perilaku Menetap 34

    2.4.6 Aktivitas Fisik 35

    2.4.6.1 Kebiasaan Olahraga 35

    2.4.7 Gaya Pengasuhan dan karakteristik Keluarga 35

    2.4.8 Karakteristik Masyarakat, Demografi dan Sosial 36

  • xiii

    2.5 Kerangka teori 38

    BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

    3.1 Kerangka Konsep 39

    3.2 Definisi Operasional 42

    3.3 Hipotesis 44

    BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

    4.1 Desain Penelitian 45

    4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 45

    4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 45

    4.3.1 Populasi Penelitian 45

    4.3.2 Sampel Penelitian 45

    4.3.3 Penentuan Jumlah Sampel 46

    4.4 Instrumen Penelitian 46

    4.5 Pengumpulan Data 47

    4.6 Pengolahan Data 47

    4.7 Analisis Data 48

    4.7.1 Univariat 48

    4.7.2 Bivariat 49

    BAB V HASIL PENELITIAN

    5.1 Gambaran Umum TK Salman ITB Ciputat 50

    5.2 Analisis Univariat 51

    5.2.1 Gambaran Responden berdasarkan Status Gizi Lebih 51

    5.2.2 Gambaran Responden berdasarkan Jenis Kelamin 52

    5.2.3 Gambaran Responden berdasarkan Persen Asupan Lemak 53

    5.2.4 Gambaran Responden berdasarkan Perilaku Menetap (Menonton Televisi)

    53

    5.2.5 Gambaran Responden berdasarkan Kerentanan Familial terhadap Kenaikan

    Berat Badan (Status Gizi Lebih Orang Tua dan Riwayat Penyakit Jantung)

    54

    5.3 Analisis Bivariat 55

    5.3.1 Hubungan antara Jenis Kelamin degan Status Gizi Lebih 55

    5.3.2 Hubungan antara Persen Asupan Lemak dengan Status Gizi Lebih 56

    5.3.3 Hubungan antara Perilaku Menetap (Menonton Televisi) dengan Status

    Gizi Lebih 57

    5.3.4 Hubungan antara Kerentanan Familial terhadap Kenaikan Berat Badan

    dengan Status Gizi Lebih 58

    5.3.4.1 Hubungan antara Status Gizi Lebih Orang Tua dengan Status Gizi

    Lebih 58

    5.3.4.2 Hubungan antara Riwayat Penyakit Jantung Orang Tua dengan

    Status Gizi Lebih 58

    BAB VI PEMBAHASAN

    6.1 Keterbatasan Penelitian 60

    6.2 Gambaran Status Gizi Lebih pada Anak Pra Sekolah di TK Salman ITB Tahun

    2013 60

    6.3 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Lebih 62

  • xiv

    6.3.1 Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Status Gizi Lebih 62

    6.3.2 Hubungan antara Persen Asupan Lemak dengan Status Gizi Lebih 64

    6.3.3 Hubungan Antara Perilaku Menetap (Menonton Televisi) dengan Status

    Gizi Lebih 68

    6.3.4 Hubungan Antara Keterntanan Familial terhadap Kenaikan Berat Badan

    dengan Status Gizi Lebih 70

    6.3.4.1 Hubungan Antara Status Gizi Orang Tua dengan Status Gizi Lebih

    70

    6.3.4.2 Hubungan Antara Riwayat Penyakit Jantung Orang Tua dengan

    Status Gizi Lebih 72

    BAB VII PENUTUP

    7.1 Simpulan 75

    7.2 Saran 76

    7.2.1 Bagi TK Salman ITB 76

    7.2.2 Bagi Peneliti Lain 77

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Nama Tabel Halaman

    Tabel 2.1 Kategori Ambang Batas IMT (Depkes,1994) 15

    Tabel 2.2 Kategori Ambang Batas Status Gizi Anak Menurut Indeks IMT/U 16

    Tabel 2.3 Angka Kecukupan Gizi Anak 23

    Tabel 2.4 Klasifikasi status gizi orang dewasa menurut IMT 33

    Tabel 3.1 Definisi Operasional 42

    Tabel 5.1 Jumlah Siswa di TK Salman ITB Ciputat Tahun Ajaran 2013/2014.50

    Tabel 5.2 Distribusi Responden berdasarkan Status Gizi pada Anak Pra Sekolah

    di TK Salman ITB Ciputat Tahun 2013 52

    Tabel 5.3 Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin pada Anak Pra

    Sekolah di TK Salman ITB Ciputat Tahun 2013 52

    Tabel 5.4 Distribusi Responden berdasarkan Persen Asupan Lemak pada Anak

    Pra Sekolah di TK Salman ITB Tahun 2013 53

    Tabel 5.5 Distribusi Responden berdasarkan lama Menonton Televisi pada Anak

    Pra Sekolah di TK Salman ITB Tahun 2013 54

    Tabel 5.6 Distribusi Responden berdasarkan Status Gizi Orang Tua pada Anak

    Pra Sekolah di TK Salman ITB Tahun 2013 54

    Tabel 5.7 Distribusi Responden berdasarkan Riwayat Penyakit Jantung Orang

    Tua pada Anak Pra Sekolah di TK Salman ITB Tahun 2013 55

    Tabel 5.8 Distribusi Status Gizi Lebih menurut Jenis Kelamin pada Anak Pra

    Sekolah di TK Salman ITB Tahun 2013 56

    Tabel 5.9 Distribusi Status Gizi Lebih menurut Persen Asupan Lemak pada

    Anak Pra Sekolah di TK Salman ITB Tahun 2013 56

    Tabel 5.10 Distribusi Status Gizi Lebih menurut Lama Menonton Televisi pada

    Anak Pra Sekolah di TK Salman ITB Tahun 2013 57

    Tabel 5.11 Distribusi Status Gizi Lebih menurut Status Gizi Lebih Orang Tua

    pada Anak Pra Sekolah di TK Salman ITB Tahun 2013 58

    Tabel 5.12 Distribusi Status Gizi Lebih menurut Riwayat Penyakit Jantung Orang

    Tua pada Anak Pra Sekolah di TK Salman ITB Tahun 2013 59

  • xvi

    DAFTAR GAMBAR

    Nama Gambar Halaman

    Gambar 2.1 Instrumen Figure Rating Scale untuk Perempuan 19

    Gambar 2.2 instrumen Figure Rating Scale untuk Laki-laki 19

  • xvii

    DAFTAR BAGAN

    Nama Bagan Halaman

    Bagan 2.1 Kerangka Teori 38

    Bagan 3.1 Kerangka Konsep 41

  • xviii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Nama Lampiran

    Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian

    Lampiran 2 Lembar Pengukuran Antropometri

    Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

    Lampiran 4 Output Analisis Univariat dan Bivariat

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Masa balita hingga masa pra sekolah merupakan masa yang penting bagi

    anak. Pada masa ini, terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang cepat sehingga

    membutuhkan dukungan dari segi kesehatan, pendidikan serta lingkungan anak.

    Salah satu sisi kesehatan yang perlu dilihat adalah kecukupan gizi anak.

    Usia anak pra sekolah berkisar antara antara 3-6 tahun

    (Biechler dan Snowman (1993) dalam Patmonodewo (2000)). Pada usia ini dengan

    anak bergerak aktif bermain bersama teman-temannya, tertarik mempelajari hal

    baru, terus menerus mempraktekkan hal yang baru didapat, diperlukan perhatian

    lebih agar kesehatan anak tetap optimal salah satunya dengan memperhatikan pola

    makan anak. Tingkat aktifitas yang cukup tinggi, maka diperlukan asupan yang

    tinggi juga agar tercapai keseimbangan antara jumlah asupan dengan kalori yang

    dikeluarkan. Hal ini dapat dicapai dengan pemenuhan nutrisi sesuai umur anak

    dalam kehidupan sehari-hari.

    Realitanya, beberapa masalah pola makan dan gizi yang kerap terjadi di

    rentang 3-5 tahun antara lain adalah tidak suka sayuran, pilih-pilih makanan, dan

    cenderung menyukai junk food (Kurniasih dkk, 2010). Menurut Badjeber, dkk

    (2009) melalui penelitiannya menunjukkan bahwa anak yang sering

    mengkonsumsi fast food minimal 3 kali per minggu mempunyai risiko 3,28 kali

    menjadi gizi lebih. Apalagi anak usia pra sekolah merupakan usia yang rentan

  • 2

    terhadap segala macam penyakit. Oleh karena itu perlu diusahakan untuk

    meningkatkan dan mempertahankan status gizi anak agar tetap berada pada status

    gizi yang baik.

    Status gizi adalah keadaan fisiologis tubuh yang merupakan akibat dari

    konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi dalam tubuh. Status gizi dapat

    dibedakan menjadi status gizi buruk, kurang, baik dan lebih (Almatsier, 2009).

    Sedangkan untuk pengukuran status gizi khususnya untuk anak dan remaja

    menggunakan pengukuran antropometri berdasarkan BB/U, TB/U dan BB/TB atau

    IMT/U. Masing-masing mempunyai kekurangan dan kelebihan dalam

    pengukurannya. Pengukuran antropometri yang digunakan untuk melihat status

    gizi akut (sekarang) adalah dengan menggunakan IMT/U.

    Dewasa ini, sebagai negara yang berkembang Indonesia memiliki masalah

    status gizi ganda antara lain gizi kurang dan gizi lebih. Masalah gizi ini tidak

    mengenal tingkat ekonomi maupun tingkat pendidikan seseorang, artinya dapat

    dialami oleh siapa saja. Banyak faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang

    antara lain kemiskinan, persediaan pangan, tingkat pendidikan, kurangnya

    pengetahuan tentang gizi dan lingkungan (Almatsier, 2009). Di samping masalah

    gizi kurang pada anak yang sampai saat ini belum tuntas dapat diatasi, muncul

    masalah gizi lebih pada anak yang harus diwaspadai.

    Gizi lebih akan menimbulkan berbagai penyakit seperti obesitas, darah

    tinggi, diabetes, jantung dan stroke dalam jangka waktu pendek maupun panjang.

    Fisiologis anak yang mengalami gizi lebih, hal ini akan menyebabkan depresi pada

  • 3

    anak karena bentuk tubuh yang tidak ideal, merusak liver (hati), penyakit jantung

    koroner, diabetes, stroke dan osteoartritis (Devi, 2012).

    Menurut Dunne (2002), overweight (gizi lebih) adalah kondisi seseorang

    dengan berat badan melebihi 20% dari berat badan ideal. Pada tahun 2010

    prevalensi kegemukan secara nasional di Indonesia mencapai 14,0% (Riskesdas,

    2010). Angka ini lebih rendah dibandingkan hasil dari WNPG tahun 2004 yang

    menemukan kasus gizi lebih pada orang dewasa sudah mencapai 21% bahkan

    11,1% diantaranya sudah masuk ke dalam kategori obesitas.

    Kasus gizi lebih tidak hanya terjadi pada orang dewasa (> 18 tahun) saja

    tetapi juga terjadi pada remaja hingga anak-anak. Prevalensi gizi lebih pada balita

    diperkirakan sekitar 5,3% di kota dan 4,27% di perdesaan (WNPG, 2004).

    Penelitian untuk mendapatkan gambaran status gizi lebih dan mencari faktor-

    faktor yang berhubungan pernah dilakukan oleh Wati (2006) di TK Al Azhar

    Kemang yang menghasilkan prevalensi gizi lebih sebesar 31,3%.

    Status gizi anak dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain lingkungan,

    sosial ekonomi, gaya hidup, kognitif, perilaku, biologis dan kesehatan (Brown

    (2005) dan Shills (2004) dalam Mardayanti (2009)). Sedangkan menurut Jellieffe

    dalam Mardayanti (2009), faktor-faktor yang secara langsung mempengaruhi

    status gizi antara lain pola konsumsi makanan sehari-hari, aktifitas fisik, keadaan

    kesehatan, pendapatan, pendidikan orangtua dan kebiasaan makan.

    Seorang anak dikatakan gemuk atau obesitas apabila Indeks Masa Tubuh

    (IMT) per umur di atas normal. Anak akan kelebihan berat badan jika asupan

    energi yang masuk tidak seimbang dengan energi yang dibutuhkan untuk aktivitas

  • 4

    dan pertumbuhan. Faktor lainnya adalah keturunan, metabolisme dan lingkungan.

    Anak yang orang tuanya gemuk cenderung untuk mengalami kegemukan (Devi,

    2012).

    TK Salman merupakan salah satu TK yang bisa disebut favorit yang terletak

    di daerah Ciputat Tangerang Selatan. Banyak orang tua dari berbagai tempat

    membawa anaknya untuk disekolahkan di sini. Sekitar 60% dari siswa yang berada

    di TK Salman adalah orang-orang dengan tingkat ekonomi menengah ke atas.

    Kasus gizi lebih dan obesitas banyak terjadi pada keluarga yang mempunyai

    tingkat ekonomi menengah ke atas. Di samping itu, anak-anak di TK Salman

    banyak meraih prestasi baik di bidang akademik maupun di perlombaan-

    perlombaan yang diadakan antar TK. Oleh karena itu tidak heran kalau TK ini

    menjadi salah satu TK yang banyak diminati orang tua untuk mendaftarkan

    anaknya agar bisa sekolah di TK Salman ini.

    Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 14 anak di TK Salman dengan

    melakukan pengukuran antropometri Indeks Masa Tubuh per Umur (IMT/U),

    ditemukan sebanyak 28,57% anak mempunyai masalah gizi berupa gizi kurang

    sebesar 7,1%, dan gizi lebih 21,4%. Masalah gizi lebih di TK Salman sebesar

    21,4%, menunjukkan bahwa masalah ini sudah termasuk ke dalam masalah

    kesehatan yaitu minimal 15% (WHO, 2000).

    Gizi lebih merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi faktor

    risiko terjadinya berbagai penyakit seperti penyakit jantung koroner, stroke,

    tekanan darah tinggi, diabetes dan penyakit lainnya bila tidak segera diatasi.

    Beberapa faktor yang diduga menyebabkan gizi lebih antara lain umur, jenis

  • 5

    kelamin, asupan makanan, aktivitas fisik, perilaku menetap dan kerentanan

    terhadap kenaikan berat badan ) (Davidson dan Birch, 2001).

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di TK Salman dengan

    melakukan pengukuran antropometri (IMT/U), ditemukan sebanyak 28,57% anak

    mempunyai masalah gizi berupa gizi kurang sebesar 7,1%, dan gizi lebih 21,4%.

    Dengan adanya masalah gizi lebih sebesar 21,4%, maka masalah gizi lebih sudah

    termasuk ke dalam masalah kesehatan yaitu minimal 15% (WHO, 2000).

    Dengan adanya masalah gizi lebih yang mempunyai persentasi lebih dari

    15% pada anak pra sekolah di TK Salman, peneliti tertarik untuk meneliti

    hubungan faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi lebih pada anak pra

    sekolah di TK Salman tahun 2013.

    1.3 Pertanyaan penelitian

    1. Bagaimana gambaran status gizi lebih pada anak pra sekolah di TK Salman

    ITB Ciputat tahun 2013?

    2. Bagaimana gambaran distribusi jenis kelamin pada anak pra sekolah di TK

    Salman ITB Ciputat tahun 2013?

    3. Bagaimana gambaran persen asupan lemak pada anak pra sekolah di TK

    Salman ITB Ciputat tahun 2013?

    4. Bagaimana gambaran perilaku menetap (menonton televisi) pada anak pra

    sekolah di TK Salman ITB Ciputat tahun 2013?

  • 6

    5. Bagaimana gambaran kerentanan familial terhadap kenaikan berat badan

    (status gizi orang tua, dan riwayat penyakit jantung) dengan status gizi lebih

    pada anak pra sekolah di TK Salman ITB Ciputat tahun 2013?

    6. Apakah ada hubungan antara faktor jenis kelamin dengan status gizi lebih

    pada anak pra sekolah di TK Salman ITB Ciputat tahun 2013?

    7. Apakah ada hubungan antara faktor persen asupan lemak dengan status gizi

    lebih pada anak pra sekolah di TK Salman ITB Ciputat tahun 2013?

    8. Apakah ada hubungan antara faktor perilaku menetap (menonton televisi)

    dengan status gizi lebih pada anak pra sekolah di TK Salman ITB Ciputat

    tahun 2013?

    9. Apakah ada hubungan antara faktor kerentanan familial terhadap kenaikan

    berat badan (status gizi orang tua, dan riwayat penyakit jantung) dengan

    status gizi lebih pada anak pra sekolah di TK Salman ITB Ciputat tahun

    2013?

    1.4 Tujuan penelitian 1.4.1 Tujuan umum

    Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi lebih

    pada anak pra sekolah di TK Salman ITB Ciputat tahun 2013.

    1.4.2 Tujuan khusus

    1. Diketahuinya gambaran status gizi lebih pada anak pra sekolah di TK

    Salman ITB Ciputat tahun 2013

    2. Diketahuinya gambaran distribusi jenis kelamin pada anak pra sekolah

    di TK Salman ITB Ciputat tahun 2013

  • 7

    3. Diketahuinya gambaran persen asupan lemak pada anak pra sekolah di

    TK Salman ITB Ciputat tahun 2013

    4. Diketahuinya gambaran perilaku menetap (menonton televisi) pada anak

    pra sekolah di TK Salman ITB Ciputat tahun 2013

    5. Diketahuinya gambaran kerentanan familial terhadap kenaikan berat

    badan (status gizi orang tua, dan riwayat penyakit jantung) dengan status

    gizi lebih pada anak pra sekolah di TK Salman ITB Ciputat tahun 2013

    6. Diketahuinya hubungan antara faktor jenis kelamin dengan status gizi

    lebih pada anak pra sekolah di TK Salman ITB Ciputat tahun 2013?

    7. Diketahuinya hubungan antara faktor persen asupan lemak dengan

    status gizi lebih pada anak pra sekolah di TK Salman ITB Ciputat tahun

    2013?

    8. Diketahuinya hubungan antara faktor perilaku menetap (menonton

    televisi) dengan status gizi lebih pada anak pra sekolah di TK Salman

    ITB Ciputat tahun 2013?

    9. Diketahuinya hubungan antara faktor kerentanan familial terhadap

    kenaikan berat badan (status gizi orang tua, dan riwayat penyakit

    jantung) dengan status gizi lebih pada anak pra sekolah di TK Salman

    ITB Ciputat tahun 2013?

  • 8

    1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi peneliti

    Agar menjadi wadah bagi penambahan wawasan dan pengembangan

    skill mahasiswa serta mengaplikasikan keilmuan yang telah didapat dalam

    bidang penelitian

    1.5.2 Bagi Pengelola Yayasan

    Sebagai salah satu sumber informasi mengenai status gizi anak

    didiknya sehingga dapat dipantau status gizi secara lebih teratur lagi demi

    mempertahankan meningkatkan derajat kesehatan setinggi-tingginya.

    1.5.3 Bagi Prodi Kesehatan Masyarakat

    Agar menjadi bahan referensi keilmuan khususnya dalam bidang gizi.

    Sebagai informasi dan dokumentasi yang dapat digunakan untuk data dalam

    penelitian serupa di masa mendatang.

    1.5.4 Bagi Peneliti Lain

    Agar menjadi bahan referensi, informasi dan pertimbangan untuk

    melakukan penelitian lebih lanjut mengenai status gizi lebih pada anak pra

    sekolah.

    1.6 Ruang lingkup penelitian

    Penelitian ini dilakukan oleh peneliti yang berstatus mahasiswi kesehatan

    masyarakat peminatan gizi UIN Jakarta, dilakukan di TK Salman ITB Ciputat,

    pada bulan Juni-Oktober 2013 dengan menggunakan penelitian kuantitatif dengan

    desain penelitian cross sectional yang menggunakan data primer berupa data yang

    dilakukan dengan pengukuran antropometri menggunakan timbangan dan

  • 9

    microtoise dan melakukan wawancara dengan menggunakan alat bantu kuesioner

    yang telah disiapkan.

  • 10

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Status Gizi 2.1.1 Pengertian

    Status gizi adalah keadaan fisiologis tubuh yang merupakan akibat dari

    konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi dalam tubuh. Status gizi dapat

    dibedakan menjadi status gizi buruk, kurang, baik, dan lebih (Almatsier,

    2009). Gibson (2005) juga menyatakan bahwa status gizi merupakan

    keadaan kesehatan tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan

    (absorbsi) dan penggunaan (utilization) zat gizi makanan.

    2.1.2 Penilaian Status Gizi

    Untuk mengetahui status gizi seseorang, diperlukan pengukuran

    tertentu baik secara langsung maupun tidak. Pengukuran status gizi secara

    langsung dibagi ke dalam empat penilaian yaitu antropometri, klinis,

    biokimia dan biofisik. Sedangkan penilaian secara tidak langsungnya dibagi

    dalam tiga cara penilaian yaitu dengan survei konsumsi makanan, statistik

    vital dan faktor ekologi (Supariasa dkk, 2001).

    Status gizi bisa didapatkan dengan melakukan pengukuran pada

    dimensi tubuh. Pengukuran dilakukan menggunakan parameter umur, berat

    badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar

    pinggul dan tebal lemak di bawah kulit (Anggraeni, 2012). Menurut standar

  • 11

    antropometri WHO 2005 dalam Kepmenkes 2010, umur dihitung dalam

    bulan penuh. Contoh : umur 2 bulan 29 hari dihitung sebagai umur 2 bulan.

    Berat badan merupakan parameter terpenting dalam antropometri.

    Berat badan digunakan untuk menggambarkan jumlah protein, lemak, air

    dan mineral pada tulang. Parameter tinggi badan penting untuk mengetahui

    gizi masa lalu dan sekarang jika umur tidak diketahui secara tepat. Lingkar

    lengan atas dapat digunakan sebagai salah satu pilihan untuk menilai status

    gizi. Namun, parameter ini tidak bisa menjadi pilihan tunggal untuk menilai

    status gizi karena tidak dapat mewakili perubahan status gizi seseorang

    dalam jangka pendek (Supariasa dkk, 2001).

    Dalam kondisi normal, pengukuran berat badan, tinggi badan dan

    parameter lain berbeda pelaksanaannya pada bayi, balita, remaja hingga

    dewasa. Pengukuran pada berat badan pada anak, remaja ataupun dewasa

    disesuaikan dengan alat dan cara masing-masing. Berat badan bayi diukur

    menggunakan timbangan bayi, balita menggunakan timbangan dacin, remaja

    hingga dewasa menggunakan timbangan injak. Pengukuran tinggi badan dan

    parameter lain juga menyesuaikan dengan kondisi yang ada (Anggraeni,

    2012).

    2.1.2.1 Indeks Antropometri 1. BB/U

    Berat badan merupakan salah satu parameter yang

    menggambarkan massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif

    terhadap perubahan-perubahan kecil. Oleh karena itu parameter

  • 12

    ini sangat labil dan hanya bisa akurat jika tubuh dalam keadaan

    normal. Saat kondisi normal, berat badan berkembang selaras

    dengan umur. Sedangkan saat kondisi abnormal, berat badan

    mungkin lebih lambat maupun lebih cepat dari yang seharusnya

    (Anggraeni, 2012)

    Indeks BB/U lebih mudah dimengerti oleh masyarakat.

    Indeks ini dapat digunakan untuk menilai status gizi akut atau

    kronis, sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil dan

    dapat mendeteksi kegemukan (overweight) (Supariasa dkk,

    2001).

    Disamping mempunyai kelebihan, beberapa kekurangan

    indeks ini antara lain menimbulkan imterpretasi status gizi yang

    salah jika ternyata yang diukur mengalami asites/edema, umur

    tidak dapat ditaksir dengan tepat di daerah pedesaan karena

    pencatatan yang kurang baik, sedangkan untuk mengetahui status

    gizi pada balita memerlukan data umur yang akurat, selain itu

    sering terjadi kesalahan dalam pengukuran seperti gerakan anak

    saat penimbangan, yang terakhir adalah pada pengukuran ini

    sering mengalami hambatan dengan sosial dan budaya

    masyarakat setempat yang merasa anaknya dijadikan sebagai

    barang dagangan (Supariasa dkk, 2001).

  • 13

    2. TB/U

    Tinggi badan adalah parameter yang dapat melihat status

    gizi sekarang dan keadaan yang telah lalu. Pertumbuhan tinggi /

    panjang badan tidak secepat dan sesignifikan berat badan, serta

    relatif kurang sensitif untuk menilai masalah kekurangan gizi

    dalam waktu singkat. Status kekurangan gizi baru terlihat dalam

    waktu yang relatif lama (Anggraeni, 2012).

    Beberapa kelebihan dalam indeks TB/U ini antara lain baik

    untuk menilai gizi masa lampau, dan untuk ukuran panjang dapat

    dibuat sendiri dan murah. Sedangkan untuk kelemahan indeks ini

    antara lain tinggi badan tidak cepat naik dan turun, diperlukan

    dua orang untuk melakukan pengukuran pada anak agar anak

    bisa berdiri tegak, serta ketepatan umur yang sulit didapat

    (Supariasa dkk, 2001).

    3. BB/TB

    Berat badan mempunyai hubungan yang linear dengan

    tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan

    akan searah dengan tinggi badan dengan kecepatan tertentu.

    Indeks ini merupakan indeks yang baik untuk menilai status gizi

    saat ini. Indeks BB/TB merupakan indeks yang independen

    terhadap umur (Anggraeni, 2012).

    Indeks BB/TB tidak memerlukan data umur dan dapat

    digunakan untuk membedakan proporsi badan (gemuk, normal

  • 14

    dan kurus). Di sisi lain, indeks ini ternyata tidak dapat

    memberikan gambaran apakah anak tersebut pendek, cukup

    tinggi badan atau kelebihan tinggi badan menurut umurnya

    karena indeks ini tidak mempertimbangkan faktor umur.

    Terdapat kesulitan juga dalam melakukan pengukuran karena

    memerlukan dua alat ukur, waktu yang lama, kesulitan dalam

    mengukur anak balita serta sering terjadi kesalahan terutama jika

    dilakukan oleh tenaga non-profesional (Supariasa dkk, 2001).

    4. LLA/U

    Lingkar Lengan Atas (LLA) dapat memberikan gambaran

    tentang keadaan jaringan otot dan lapisan kulit. LLA biasanya

    digunakan untuk menngidentifikasi adanya malturisi pada anak-

    anak. Pada ibu hamil, LLA digunakan untuk memprediksi

    kemungkinan bayi yang dilahirkannya (Anggraeni, 2012).

    Parameter ini biasanya digunakan bersama parameter umur yang

    disebut dengan indeks LLA/U.

    Indeks LLA/U mempunyai beberapa keuntungan karena

    indeks ini merupakan indikator yang baik untuk menilai KEP

    berat, alat yang digunakan pun murah, sangat ringan dan dapat

    dibuat sendiri. Indeks LLA/U hanya dapat digunakan untuk

    mendeteksi KEP berat saja, sulit menentukan ambang batas,

    serta sulit digunakan untuk melihat pertumbuhan anak umur 2

  • 15

    tahun yang pertumbuhannya tidak nampak nyata (Supariasa dkk,

    2001).

    5. IMT

    FAO/WHO/UNU tahun 1985 menyatakan bahwa batasan

    berat badan normal orang dewasa ditemukan berdasarkan nilai

    body mass indeks (BMI). Di Indonesia BMI biasa disebut dengan

    Indeks Massa Tubuh (IMT) (Anggraeni, 2012). IMT digunakan

    untuk memantau status gizi orang dewasa. Rumus perhitungan

    IMT adalah sebagai berikut:

    Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia menurut

    RISKESDAS 2007 yang mengacu pada Depkes 1994 dapat

    dilihat pada tabel di bawah ini.

    Tabel 2.1

    Kategori Ambang Batas IMT

    Kategori IMT

    Kurus Kekurangan BB tingkat berat 25,0-27,0

    Kelebihan BB tingkat berat >27,0 Sumber:Depkes 1994

    IMT tidak dapat digunakan untuk mengukur status gizi

    anak dan remaja. Oleh karena itu untuk mengukur status gizi

    anak dan remaja saat kini (sekarang) menggunakan IMT/U.

  • 16

    Indeks ini merujuk pada standar antropometri penilaian status

    gizi anak menurut WHO 2005 yang dikeluarkan oleh

    Kepmenkes pada tahun 2010. Indeks IMT/U menggunakan

    ambang batas standar deviasi. Standar deviasi disebut juga

    dengan Z-skor. WHO menyarankan menggunakan cara ini untuk

    meneliti dan memantau pertumbuhan. Standar deviasi dapat juga

    dipakai dalam indeks BB/U, TB/U dan BB/TB.

    Pada Keputusan Menteri Kesehatan tahun 2010

    memutuskan bahwa klasifikasi status gizi Anak Bawah Lima

    Tahun (Balita) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Kategori

    ambang batas status gizi anak berdasarkan indeks IMT/U pada

    Kepmenkes 2010 adalah sebagai berikut:

    Tabel 2.2

    Kategori Ambang Batas Status Gizi Anak menurut Indeks

    IMT/U

    Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas

    (Z-Score)

    Indeks Massa Tubuh

    menurut Umur

    (IMT/U) Anak Umur

    0-60 Bulan

    Sangat kurus

  • 17

    6. Tebal Lemak Bawah Kulit Menurut Umur

    Tebal lemak di bawah kulit merupakan salah satu

    parameter yang digunakan dalam pengukuran status indeks

    antropometri untuk mengukur status gizi. Parameter ini

    digunakan untuk memperkirakan jumlah lemak di dalam tubuh.

    Jumlah tubuh seseorang tergantung dari berat badan, jenis

    kelamin, umur dan aktivitas. Pengukuran tebal lemak di bawah

    kulit disebut dengan skonfold (Anggraeni, 2012).

    Pengukuran tebal lemak dibawah kulit (skinfold) dilakukan

    pada beberapa bagian tubuh, misal pada bagian lengan atas,

    lengan bawah, tulang belikat, di tengah garis ketiak, sisi dada,

    perut, suprailiaka, paha, tempurung lutut dan pertengahan

    tungkai bawah. Hasilnya dinyatakan dalam persen terhadap

    tubuh total. Secara umum jumlah lemak tubuh untuk pria 3,1 kg

    dan pada wanita 5,1 kg (Supariasa dkk, 2001).

    7. Rasio Lingkar Pinggang dengan Pinggul

    Rasio lingkar pinggang dan pinggul adalah cara penilaian

    obesitas terbaik untuk mengukur risisko serangan jantung.

    Tujuan dari pengukuran ini adalah untuk mengetahui seberapa

    besar risiko seseorang terhadap berbagai penyakit seperti

    diabetes tipe II, kolesterol yang tidak terkontrol, tekanan darah

    tinggi, dan penyakit jantung (Anggraeni, 2012).

  • 18

    Rasio lingkar pinggang dan pinggul untuk perempuan

    adalah 0,77 dan 0,90 untuk laki-laki. Penyakit yang berhubungan

    dengan rasio lingkar pinggang dan pinggul ini adalah penyakit

    kardiovaskuler. Rata-rata rasio orang yang terkena penyakit

    kardiovaskuler dengan orang sehat adalah 0,938 dan 0,925

    (Supariasa dkk, 2001).

    2.1.2.2 Figure Rating Scale

    Figure Rating Scale (FRS) atau a novel pictorial method

    merupakan salah satu cara pengukuran yang dapat digunakan untuk

    menilai status gizi berdasarkan BMI seseorang meggunakan gambar

    ukuran tubuh manusia, laki-laki dan perempuan sehingga bisa

    didapatkan status gizi seseorang melalui persepsi yang didapatkan

    dari gambar pada instrumen (Harris et.al, 2008).

    Cara ini telah diuji validitas dan rebilitasnya sehingga dapat

    menjadi salah satu instrumen untuk menilai status gizi seseorang

    tanpa melakukan pengukuran secara langsung. FRS menentukan

    status gizi berdasarkan size seseorang dalam gambar seperti terlihat

    dalam gambar 2.1 dan 2.2.

  • 19

    Gambar 2.1

    Instrumen Figure Rating Scale untuk Perempuan

    Gambar 2.2

    Instrumen Figure Rating Scale untuk laki-laki

  • 20

    Instrumen ini sudah diuji validitas dan reabilitasnya sehingga dapat

    digunakan sebagai salah satu intrumen untuk menentukan status gizi tanpa

    melakukan pengukuran secara langsung.

    2.1.3 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi

    Supariasa (2001) mengatakan bahwa status gizi ditentukan oleh dua

    faktor yaitu faktor secara langsung dan tidak langsung. Faktor yang

    mempengaruhi secara langsung antara lain faktor kesehatan dan konsumsi

    makanan. Sedangkan untuk faktor tidak langsung yang mempengaruhi status

    gizi adalah:

    1. Daya beli keluarga

    Kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga untuk

    membeli bahan pangan dipengaruhi oleh besar kecilnya pendapat

    keluarga, harga bahan makanan dan tingkat pengelolaan sumber daya

    lahan dan pekarangan.

    2. Kebiasaan makan

    Pola makan yang benar dengan memperhatikan frekuensi makanan

    utama dan makanan selingan serta memperhatikan porsi yang pas akan

    menjadi salah satu cara seseorang mencapai status gizi yang optimal.

    Karena dengan hal tersebut, metabolisme akan lancar dan badan akan

    terasa lebih sehat.

    3. Sosial budaya

    Penduduk yang tinggal di daerah perkotaan dan mempunyai

    pendapatan yang cukup tinggi, akan lebih memilih makanan kaleng

  • 21

    dan olahan pabrik dikarenakan adanya gengsi. Sedangkan penduduk

    yang tinggal di daerah pedesaan menganggap bahwa ayah mempunyai

    kedudukan yang tinggi sehingga ayah mendapatkan bagian yang paling

    besar.

    4. Zat gizi dalam makanan

    Makanan yang baik adalah yang mengandung zat-zat gizi bagi tubuh.

    Terdiri dari makronutrien dan mikronutrien. Dengan asupan makanan

    yang bergizi diharapkan kesehatan akan terjaga dan status gizi baik.

    5. Pemeliharaan kesehatan

    Seseorang yang sadar akan kesehatannya akan berusaha menjaga

    tubuhnya agar tetap dalam kondisi yang prima. Dengan pemeriksaan

    kesehatan secara rutin, maka secara tidak langsung akan berdampak

    baik bagi kesehatannya. Disamping itu individu perlu melakukan

    kegiatan-kegiatan preventive agar tidak mudah terserang penyakit.

    6. Kebersihan lingkungan

    Penyakit infeksi berhubungan dengan kebersihan lingkungan. Bila

    penyakit infeksi ini menyerang pada individu maka akan menyebabkan

    terganggunya status gizi. Lingkungan yang sehat akan membuat

    makanan yang dikonsumsi terbebas dari kuman penyebab penyakit

    infeksi sehingga gizi baik dapat dicapai.

  • 22

    2.2 Gizi Lebih pada Anak Pra Sekolah 2.2.1 Anak Pra Sekolah

    Taman kanak-kanak merupakan salah satu ruang lingkup pendidikan

    anak dini. Anak-anak yang berada di taman kanak-kanak disebut dengan

    anak pra sekolah.

    Menurut Biechler dan Snowman (1993) yang dimaksud dengan anak

    usia pra sekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun. Sedangkan

    Solehuddin (1997) batasan tentang masa anak/anak usia pra sekolah

    tergantung kepada dasar pembatasan yang digunakan dan atau teori yang

    dirujukinya. Dalam pandangan mutakhir yang lazim dianut di negara-negara

    maju, istilah anak usia dini (early childhood) adalah anak yang berumur

    antara 0-8 tahun.

    Anak dalam usia pra sekolah sudah berani untuk menolak ataupun

    menerima ajakan. Anak kadang memprotes setiap ajakan, hal ini disebut

    dengan negativistik. Oleh karena itu orang tua hendaknya lebih sabar

    terhadap anak dan tidak memaksakan jika anak memang sedang tidak ingin

    makan. Karena dengan cara memaksa, anak malah tidak akan menyukai

    makanan tersebut seumur hidupnya (Uripi, 2004).

    2.2.2 Kecukupan Gizi Anak Pra Sekolah

    Gizi yang seimbang perlu menjadi perhatian bagi setiap orang tua

    karena jika gizi yang masuk dalam tubuh anak tidak seimbang akan

    menyebabkan berbagai masalah kesehatan di kemudian hari. Anak

  • 23

    membutuhkan segala macam zat gizi mulai dari gizi makro yaitu

    karbohidrat, lemak dan protein dan gizi mikro.

    Kecukupan energi bagi anak umur 1-3 tahun adalah 1000 Kkal energi

    dan 25 gram protein. Sedangkan untuk anak umur 4-6 tahun kebutuhan

    energinya sebesar 1550 kkal dan 39 gram protein (AKG, 2004 dalam

    Depkes, 2004). Kecukupan gizi anak umur 1-3 dan 4-6 tahun menurut AKG

    disajikan dalam Tabel 2.3.

    Tabel 2.3

    Angka Kecukupan Gizi Anak

    Umur BB

    (kg)

    TB

    (cm)

    Energi

    (kkal)

    Protein

    (g)

    1-3

    tahun 12 90 1000 25

    4-6

    tahun 17 110 1550 39

    Sumber: AKG 2004

    2.2.3 Batasan Normal Konsumsi Lemak

    Lemak merupakan salah satu makronutrien yang dibutuhkan untuk

    menunjang fungsi utama tubuh seperti membantu pencernaan dan

    penyerapan nutrisi. Kalori dalam molekul lemak (9 kalori per gram)

    menyediakan lebih dari dua kali energi yang dimiliki oleh karbohidrat dan

    protein (4 kalori per gram), sehingga pada saat sumber energi kita menipis

    (glikogen dalam level rendah), tubuh akan mengambil energi dari lemak.

    Lemak dalam makanan mengangkut vitamin larut lemak menuju usus. Hal

    ini yang memudahkan penyerapan nutrisi penting seperti vitamin A, D, E

  • 24

    dan K. Jika kekurangan lemak, maka kita akan berisiko kekurangan vitamin-

    vitamin tersebut (Denny, 2013).

    Menurut Harsono (2006) kebutuhan lemak kita adalah 20% hingga

    30% dari kebutuhan total energi dengan proporsi lemak tak jenuh lebih lebih

    dominan daripada lemak jenuh. Untuk asupan lemak tak jenuh, dapat

    dipenuhi dengan mengkonsumsi kacang-kacangan, biji-bijian, buah-buahan

    seperti alpukat, zaitun, ikan laut dalam seperti salmon dan makarel.

    2.2.4 Gizi lebih pada Anak Pra Sekolah

    Kegemukan /obesitas pada anak anak membuat pertumbuhan anak

    menjadi tidak seoptimal anak-anak seusianya. Kegemukan akan menjadikan

    anak akan cepat terengah-engah, ngos-ngosan atau sesak nafas ketika

    berjalan ataupun berlari. Anak menjadi tidak kuat dalam menjalankan

    aktifitas dalam jangka waktu yang lama. Hal ini akan berpengaruh terhadap

    daya tahan tubuh anak dalam melakukan suatu pekerjaan. Dengan begitu,

    anak menjadi lebih lamban dalam mengerjakan sesuatu (Devi, 2002).

    Batasan gizi lebih sehingga bisa disebut dengan masalah gizi adalah

    minimal 15%, obesitas sebesar 5% (WHO,2000). Anak yang mengalami gizi

    lebih memiliki struktur otot dan rangka yang besar (Uripi, 2004).

    2.3 Patofisiologi dan Dampak Gizi Lebih 2.3.1 Patofisiologi Gizi Lebih pada Anak Pra Sekolah

    Davidson dan Birch (2001) mengatakan bahwa konsep perubahan

    berat badan disebabkan oleh asupan energi yang tinggi dan penggunaan

    energi yang rendah.

  • 25

    Hal serupa juga dikatakan oleh Supariasa (2001), gizi lebih disebabkan

    oleh dua hal yaitu :

    1. Pemasukan kalori yang tinggi pada tubuh. Kalori yang tinggi dalam tubuh

    akan menyebabkan:

    a. Penyimpanan glikogen yang tinggi. Keadaan ini akan

    menyebabkan pertukaran glukosa juga tinggi. Dengan glukosa

    yang tinggi di dalam darah, maka insulin akan ikut naik yang

    disertai dengan meningkatnya trigliserida. Peningkatan insulin

    menyebabkan tingginya reabsorbsi natrium yang akan

    berpengaruh pada tekanan darah seseorang.

    b. Penyimpanan protein yang tinggi menyebabkan simpanan asam

    amino yang tinggi juga di dalam tubuh.

    2. Pemakaian energi yang rendah. Pemakaian energi lebih rendah dari

    asupan kalori, akan menyebabkan penimbunan lemak dalam tubuh.

    Penimbunan dapat terjadi pada beberapa tempat yaitu:

    a. Sel lemak pada gluteal, sehingga lipolisis basal akan tinggi. Hal in

    berakibat pada penurunan kadar HDL dan peningkatan risiko

    terhadap penyakit jantung koroner.

    b. Sel lemak pada abdominal, sehingga asam lemak portal

    meningkat. Dengan demikian akan terjadi pertukaran kolesterol

    yang tinggi yang berpengaruh pada tingginya ekskresi kolesterol

    serta meningkatnya risiko terkena batu empedu.

  • 26

    2.3.2 Dampak Gizi Lebih pada Anak Pra Sekolah

    Anak dengan overweight (gizi lebih) mampunyai risiko yang cukup

    besar terhadap berbagai penyakit. Gizi lebih dalam jangka waktu yang lama

    akan menyebabkan obesitas. Obesitas merupakan gangguan status kesehatan

    berupa timbunan lemak akibat dari kelebihan asupan yang tidak seimbang

    dengan kebutuhan tubuh (Uripi,2004).

    Orang tua merasa bahwa anak dengan kondisi gemuk malah merasa

    senang karena anggapan bahwa anak gemuk adalah lucu. Padahal,

    kegemukan merupakan faktor pencetus terjadinya penyakit yang

    menurunkan usia harapan hidup. Menurut Devi (2012), jika anak mengalami

    gizi lebih, maka akan menyebabkan gangguan kesehatan seperti:

    1. Memicu depresi

    Anak akan depresi dengan bentuk badannya yang tidak ideal, apalagi

    jika anak mendapatkan ejekan dari teman-temannya, susah berteman,

    dan tidak diikutsertakan dalam kegaiatan olahraga karena dianggap

    lamban.

    2. Merusak liver (hati)

    Lemak pada tubuh yang semakin lama semakin menumpuk akan

    mengganggu metabolisme liver dan menyebabkan peradangan dan luka

    pada liver. Hal berikut akan mengundang penyakit hati lainnya mudah

    menyerang lever.

  • 27

    3. Penyakit Jantung koroner

    Penyakit jantung terjadi karena adanya plak yang disebabkan oleh

    adanya kolesterol dan trigliserida di dalam darah. Oleh karena itu

    kelebihan berat badan harus segera diatasi agar tidak terjadi masalah

    gizi yang tidak diharapkan.

    4. Diabetes

    Terjadinya diabetes adalah karena tingginya kadar gula dalam darah.

    Tingginya kadar glukosa dalam darah jangka waktu yang lama akan

    menyebabkan diabetes

    5. Stroke

    Stroke diawali dengan tingginya kolesterol dan trigliserida di dalam

    darah. Menurut WHO, stroke adalah gejala defisit fungsi susunan saraf

    yang diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak.

    6. Osteoartritis

    Kegemukan dapat menyebabkan adanya gangguan di bagian sendi

    terutama sendi lutut karena sendi ini terbebani oleh berat badan yang

    lebih, dengan begini tulang rawan akan semakin menipis dan menjadi

    aus. Akibatnya, dengan gerak sendi yang terbatas, dapat menyebabkan

    nyeri dan bisa menyebabkan peradangan. Gejala ini disebut dengan

    osteoartritis.

  • 28

    2.4 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Gizi Lebih 2.4.1 Karakteristik Anak Pra Sekolah

    Menurut Dunne (2002), overweight (gizi lebih) adalah kondisi

    seseorang dengan berat badan melebihi 20% dari berat badan ideal. Pada

    tahun 2010 prevalensi kegemukan secara nasional di Indonesia mencapai

    14,0% (Riskesdas, 2010).

    Karakteristik anak seperti umur dan jenis kelamin mempunyai

    partisipasi dalam aktivitas fisik termasuk olahraga dan mempengaruhi

    manfaat yang berbeda pada pemeliharaan status berat badan yang sehat.

    Penelitian mengatakan, anak laki-laki lebih aktif dan lebih sehat daripada

    anak perempuan (Davidson dan Birch, 2001).

    Masa pra sekolah adalah masa bagi anak mempunyai keasyikan

    tersendiri dalam bermain sebagai cara untuk mengenal dunia sekitar dan

    mengembangkan seluruh potensinya. Jika orang tua tidak memperhatikan

    jadwal makan anak, bisa jadi setelah anak kelelahan karena bermain seharian

    baru minta makan. Padahal masa- masa balita cukup rawan karena

    pertumbuhan dan perkembangannya akan menentukan perkembangan fisik

    dan mental anak di usia remaja dan ketika dewasa (Kurniasih dkk, 2010).

    2.4.1.1 Umur

    Berdasarkan hasil penelitian oleh Nelson (2001) pada anak

    sekolah bahwa anak yang berumur 3-4 tahun memiliki prevalensi

    gizi lebih besar (44%) dibandingkan dengan anak yang berusia dua

    tahun yaitu 31%.

  • 29

    Davidson dan Birch (2001) mengatakan bahwa semakin

    bertambahnya usia, maka penurunan aktivitas fisik semakin terlihat.

    Menurunnya aktivitas fisik ini dimungkinkan dapat dijelaskan

    dengan adanya masa pubertas pada remaja, perubahan emosional

    dan sosial. Hal ini lah yang pada akhirnya mendukung terjadinya

    peningkatan kasus gizi lebih pada anak-anak dan remaja.

    2.4.1.2 Jenis Kelamin

    Anggraini (2008) hasil penelitiannya di Kota Bogor

    mengenai obesitas pada anak TK menunjukkan bahwa obesitas

    cenderung terjadi pada anak laki-laki (58.7%) dibandingkan pada

    anak perempuan (38.9%). Penelitian lainnya juga menunjukkan

    bahwa obesitas cenderung terjadi pada laki-laki (Partiwi, 2011).

    Nelson (2001) mengatakan ada hubungan antara jenis kelamin

    dengan status gizi. Sedangkan menurut Australian Institute of

    Helath and Welfare (AIHW) (2003) dalam News South Wales

    (NSW) Centre (2005) laki-laki lebih berpotensi untuk mengalami

    gizi lebih dibandingkan perempuan.

    Sedangkan menurut Davidson dan Birch (2001), perempuan

    lebih berisiko untuk mengalami obesitas dibandingkan dengan anak

    laki-laki terutama pada anak yang salah satu atau lebih orangtuanya

    mengalami obesitas sehingga kerentanan untuk naiknya berat badan

    lebih besar.

  • 30

    Menurut WHO (2000), perempuan cenderung mengalami

    peningkatan penyimpanan lemak. Hasil penelitian menunjukkan

    bahwa perempuan cenderung mengonsumsi sumber karbohidrat

    yang lebih kuat sebelum masa pubertas, sementara laki-laki lebih

    cenderung mengonsumsi makanan yang kaya protein. Tetapi

    penelitian yang dilakukan oleh Proper, Cerin, Brown, dan Owen

    (2006) menyatakan bahwa laki-laki secara signifikan lebih

    berkemungkinan untuk menjadi overweight atau obesitas daripada

    wanita, karena laki-laki cenderung untuk menghabiskan lebih

    banyak waktu untuk santai pada saat akhir minggu atau waktu

    senggang.

    2.4.2 Ketidakseimbangan Energi

    Keseimbangan energi dalam tubuh ditentukan oleh asupan kalori dari

    makanan dan pengeluaran energi melalui aktivitas fisik. Jika energi melebihi

    kebutuhan tubuh, maka energi akan diubah menjadi lemak tubuh sehingga

    tubuh akan mengalami kegemukan atau berlebih. Kegemukan bisa terjadi

    karena kebanyakan makan makanan yang mengandung karbohidrat, protein,

    lemak dan kurang bergerak/ beraktivitas (Almatsier, 2009).

    Hal selaras juga dikatakan oleh NSW Centre (2005) bahwa

    peningkatan berat badan dan obesitas berkembang dari akumulasi

    ketidakseimbangan energi, dimana asupan energi melebihi keluaran energi.

  • 31

    Tercapainya keseimbangan energi hingga dapat dicegahnya obesitas

    menyatakan pentingnya peran orang tua dalam membentuk pola makan

    anak-anak, aktivitas dan perilaku menetap (Davidson dan Birch, 2001).

    2.4.3 Asupan Makanan 2.4.3.1 Persen Asupan Lemak

    Pola diet anak-anak sangat penting dalam mempertahankan

    berat badan anak. Pemasukan kalori yang berlebih, relatif sedikit

    pada penggunaan energi akan menghasilkan lemak pada

    penyimpanan energinya. Selain itu, lemak lebih mudah disimpan

    sebagai lemak juga dibandingkan dengan makronutrien lainnya

    seperti karbohidrat dan protein (Davidson dan Birch, 2001).

    Harsono (2013) menyebutkan maksimal kebutuhan lemak kita

    adalah 30% dan didominasi oleh lemak tidak jenuh. Asupan persen

    lemak yang lebih tinggi telah dikaitkan dengan peningkatan yang

    lebih besar pada ketebalam lipatan kulit anak-anak dan peningkatan

    BMI pada anak lebih dari 2 tahun.

    Sedangkan Almatsier (2009) menyebutkan bahwa asupan

    lemak dibagi ke dalam 3 kategori kurang (persen lemak dari asupan

    total kita kurang dari 10%), cukup (10-25%) dan lebih ( > 25%).

    Anak yang mempunyai konsumsi lemak berlebih memiliki

    risiko sebesar 4.257 kali dibandingkan dengan anak yang tidak

    mengkonsumsi lemak berlebih. Konsumsi lemak mempunyai

  • 32

    hubungan yang signifikan terhadap obesitas dengan didapatkannya

    p value sebesar 0,027 (Anggraini, 2008).

    Penelitian di Amerika dan Finlandia menunjukkan bahwa

    kelompok dengan asupan tinggi lemak mempunyai risiko

    peningkatan berat badan 1.7 kali dibanding kelompok dengan

    asupan rendah lemak (OR 1.7). Penelitian lain menunjukkan

    peningkatan konsumsi daging akan meningkatkan risiko obesitas

    sebesar 1.46 kali. Keadaan ini disebabkan karena makanan

    berlemak mempunyai kandungan energi lebih besar dan

    mempunyai efek pembakaran dalam tubuh yang lebih kecil

    dibandingkan makanan yang banyak mengandung protein dan

    karbohidrat (Hidayati et.al, 2006).

    2.4.4 Kerentanan Terhadap Kenaikan Berat Badan

    Anak yang salah satu atau lebih orang tuanya mengalami obesitas,

    akan mempunyai kerentanan untuk mengalami obesitas juga. Seorang anak

    dari orang tua yang memiliki penyakit jantung memungkinkan untuk

    mempunyai kebiasaan dalam menghindari makanan yang berlemak karena

    mengikuti pola diet orang tua mereka yang mulai mengurangi konsumsi

    makanan yang mengandung banyak lipid. Pada dasarnya, anak dari salah

    satu atau lebih orang tua obesitas akan lebih rentan bertambah berat

    badannya saat mengkonsumsi lemak dibandingkan anak yang salah satu atau

    lebih orang tuanya tidak obesitas (Davidson dan Birch, 2001).

  • 33

    WHO (2000) mengatakan bahwa orang tua yang salah satu / keduanya

    mengalami obesitas, maka anaknya akan mengalami obesitas juga sebesar

    50-60%.

    Menurut klasifikasi WHO, orang dewasa dikatakan overweight jika

    IMT nya > 25, dan jika IMT nya >30, maka disebut dengan obesitas. Berikut

    klasifikasi Status gizi orang dewasa menurut WHO (CDC,2006).

    Tabel 2.4

    Klasifikasi Status Gizi Orang Dewasa menurut IMT

    IMT STATUS

    30 Obese Sumber: Supariasa, 2001

    Penelitian dari Permatasari, et.al (2013) yang menghasilkan p value =

    0,05 yang berarti adanya hubungan yang signifikan antara status gizi orang

    tua terhadap kasus obesitas pada anak dengan risiko masing-masing OR=1,1

    untuk ayah dan OR=2,5 untuk ibu.

    Walau demikian menurut penelitian yang dilakukan Internasional

    Obesity Task Force (IOTF) yaitu bagian dari WHO yang mengurusi masalah

    kegemukan pada anak, faktor genetik hanya berpengaruh 1 % dari kejadian

    obes pada anak sedangkan 99 % disebabkan faktor lingkungan (Anggraini,

    2008).

  • 34

    2.4.5 Perilaku Menetap

    Menurut Kurniasih dkk (2010), aktivitas fisik yang baik dilakukan

    anak adalah aktivitas yang mengeluarkan banyak tenaga sehingga anak

    bergerak aktif. Ini bermanfaat untuk menghasilkan tenaga dari asupan kalori

    yang didapat agar tidak tertimbun menjadi lemak.

    Aktivitas fisik dapat mengurangi risiko penambahan berat badan pada

    anak, tapi tidak untuk perilaku menetap seperti menonton televisi atau video.

    Beberapa kemungkinan alasan tingginya anak-anak yang menonton televisi

    meliputi aksesbilitas, banyak program yang disukai anak-anak, kurangnya

    pengawasan orang tua, kurangnya area bermain outdoor, lingkungan aman

    dan penggunaan televisi sebagai baby sitter bagi anak-anak (Davidson dan

    Birch, 2001).

    Study of Parents and Children yang meneliti anak sejak dalam

    kandungan hingga usia 7 tahun, menemukan kaitan antara menonton televisi

    dengan kejadian obesitas. Anak yang menonton televisi 4 sampai 8 jam per

    minggu diusia 3 tahun, mempunyai kemungkinan sebesar 1,37 kali untuk

    menjadi obes (odds ratio) pada usia 7 tahun. Secara keseluruhan anak yang

    menonton televisi lebih dari delapan jam seminggu memiliki kemungkinan

    menjadi obes 1,55 kali lebih besar dibandingkan anak yang menonton

    televisi kurang dari delapan jam perminggu (Reilly et.al, 2005).

    Menonton televisi akan menyebabkan adanya permintaan anak untuk

    dibelikan makanan yang akhirnya akan berpegaruh pada pola diet anak-anak.

    Selain itu, menonton televisi lebih dari satu jam per hari telah terkait dengan

  • 35

    tingginya konsumsi makanan cepat saji, permen, keripik, dan pizza serta

    sedikitnya konsumsi buah dan sayur (Davidson dan Birch, 2001).

    2.4.6 Aktivitas Fisik

    Aktivitas yang tinggi dapat mengimbangi asupan energi yang berlebih

    sehingga tubuh akan tetap sehat. Survey terbaru menemukan bahwa hanya

    36% dari anak-anak yang mempunyai aktivitas lebih berat sehingga peluang

    anak-anak untuk kelebihan berat badan masih sangat tinggi (Davidson dan

    Birch, 2001).

    2.4.6.1 Kebiasaan olahraga

    Fungsi olahraga antara lain untuk merangsang pertumbuhan

    anak. Olahraga seperti lari pagi dengan kaki berjinjit, bola basket,

    lompat dengan skipping atau berenang bisa menambah tinggi badan

    apalagi jika dilakukan pada pukul 6-7 pagi. Ada baiknya mencoba

    olahraga rutin yaitu olahraga di atas 30-60 menit dan dilakukan 3-5

    kali seminggu (Devi, 2012).

    Aktivitas olahraga yang diadakan oleh pihak sekolah

    seminggu sekali akan menambah aktivitas anak-anak sehingga

    dapat menyeimbangkan asupan energi dan dapat mempertahankan

    berat badan (Davidson dan Birch, 2001).

    2.4.7 Gaya Pengasuhan dan Karakteristik Keluarga

    Perilaku anak-anak tidak terlepas dari konteks keluarga. Secara tidak

    sadar, orang tua adalah sosial model bagi anaknya. Partisipasi orang tua

    dalam pola diet dan aktivitas akan sangat berpengaruh pada perilaku anak.

  • 36

    Orang tua yang aktif lebih mungkin untuk menikmati aktivitas dan percaya

    dalam kesehatan dan mendapatkan manfaat positif secara emosional. Orang

    tua seperti ini akan menciptakan lingkungan yang mempromosikan kegiatan

    yang mendorong anak-anak untuk lebih aktif dengan mendaftarkan anak-

    anak mereka pada acara olahraga ataupun kegiatan lainnya (Davidson dan

    Birch, 2001).

    Orang tua khususnya ibu memiliki peran yang cukup besar bagi anak.

    Latar belakang pendidikan ibu, yang akhirnya tergambar pada keterampilan

    ibu dalam menyiapkan makanan dan pemenuhan gizi bagi anak-anaknya

    menyumbang besar terhadap status gizi keluarga. Dalam pengasuhan,

    perilaku ibu dalam pemenuham nutrisi sangat berkaitan dengan indeks masa

    tubuh atau status gizi anak (Prakoso et.al, 2012).

    2.4.8 Karakteristik Masyarakat, Demografi dan Sosial

    Etnis dan pengaruh sosial ekonomi juga merupakan faktor risiko yang

    walaupun secara tidak langsung ikut mempengaruhi terjadinya kasus

    kelebihan berat badan. Orang dengan sosial ekonomi tinggi mempunyai

    aktivitas yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan orang dengan sosial

    ekonomi rendah. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang

    manfaat olahraga bagi kesehatan, dan kurangnya waktu luang (Davidson dan

    Birch, 2001).

    Masyarakat dengan ekonomi yang rendah cenderung memiliki

    lingkungan dengan sanitasi yang kurang baik. Kebiasaan dan pola hidup

    yang tidak sehat ini akan berdampak pada kesehatan masyarakat. Gaya hidup

  • 37

    yang tidak sehat, pola asuh yang tidak baik bisa muncul dari lingkungan

    masyarakat seperti ini. Di dalam keluarga, Ibu cenderung memberikan

    nutrisi yang menurutnya umum di masyarakatnya tanpa mengetahui

    pentingnya nutrisi yang terkandung di dalam makanan yang disediakannya.

    Ini didukung pula oleh rendahnya pengetahuan dan pendidikan yang ada di

    lingkungan sekitar (Masithah et.al, 2005).

    Lingkungan yang akrab dengan anak-anak adalah lingkungan sekolah.

    Anak-anak menghabiskan waktu seharian di sekolah. Oleh karena itu,

    sekolah sebenarnya mempunyai banyak peluang untuk mengekspos anak-

    anak dengan berbagai kegiatan aktivitas fisik. Sayangnya pendidikan

    jasmani menerima prioritas yang rendah dalam anggaran sekolah. Akibatnya

    banyak sekolah yang tidak menyediakan pendidikan jasmani selama hari

    sekolah (Davidson dan Birch, 2001).

  • 38

    2.5 Kerangka Teori

    Berdasarkan penjelasan dari bab sebelumnya maka kerangka teori yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    Bagan 2.5

    Kerangka Teori

    Sumber: Davidson and Birch (2001)

  • 39

    BAB III

    KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

    3.1 Kerangka Konsep

    Status gizi lebih dipengaruhi oleh karakteristik anak dan faktor risiko

    anak, karakteristik orang tua dan gaya hidup orang tua, dan karakteristik

    lingkungan, demografi dan sosial. Karakteristik anak dan faktor risiko anak

    saling berinteraksi meningkatkan berat badan anak secara langsung terhadap

    kenaikan berat badan anak. Sedangkan karakteristik orang tua dan

    demografi sosial mempengaruhi secara tidak langsung terhadap karakteristik

    dan faktor risiko anak.

    Berdasarkan kerangka teori, peneliti bermaksud untuk meneliti faktor

    yang berhubungan terhadap obesitas yaitu semua variabel yang ada di

    karakteristik anak dan faktor risiko anak kecuali variabel umur dan aktifitas

    fisik.

    Variabel umur tidak diteliti karena sampelnya berupa anak pra sekolah

    adalah yang usianya antara 3-6 tahun. Pada umur sekian, mereka

    mempunyai karakteristik yang tidak terlalu berbeda dari pertumbuhan dan

    perkembangannya pada setiap tingkatan umurnya walaupun untuk

    penentuan status gizinya dibedakan menurut tingkatan umurnya karena

    memang berat badan dan tinggi badan tumbuh searah dengan bertambahnya

    umur seseorang. Oleh karena itu peneliti menganggap bahwa variabel umur

    adalah homogen.

  • 40

    Aktifitas fisik tidak diteliti karena adanya beberapa penelitian yang

    telah dilakukan, tidak terdapat hubungan yang signifikan pada aktifitas fisik

    dengan obesitas. Hasil yang didapat dari penelitian Sallis dan kawan-kawan

    dalam Davidson dan Birch (2001) mengemukakan bahwa ada hubungan

    yang tidak tentu antara aktivitas fisik dengan status gizi lebih pada anak.

    Akhirnya faktor aktivitas fisik dianggap tidak penting dalam usaha

    menurunkan kelebihan berat badan pada anak. Aktivitas fisik anak terbentuk

    dengan adanya kombinasi dari pola aktivitas orang tua, aktivitas dengan

    teman sebaya dan karakteristik dari anak. Oleh karena itulah peneliti tidak

    meneliti aktivitas fisik.

    Adapun kerangka konsep pada penelitian ini dapat dilihat pada bagan

    3.1 yaitu:

  • 41

    Bagan 3.1

    Kerangka konsep

    Variabel independen Variabel dependen

    Jenis Kelamin

    Kerentanan familial

    terhadap kenaikan

    berat badan :

    Status gizi

    lebih orang tua

    Riwayat

    penyakit

    jantung orang

    tua

    Persen Asupan Lemak

    Perilaku menetap:

    Waktu menonton

    Televisi / video

    GIZI LEBIH

    PADA ANAK

    PRA SEKOLAH

  • 42

    3.2 Definisi Operasional

    No Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala Referensi

    Variabel dependen

    1 Gizi lebih Suatu keadaan

    kelebihan berat badan

    yang diukur berat

    badan dan tinggi

    badannya serta

    diketahui umurnya

    menggunakan indeks

    IMT/U menurut

    Kepmenkes 2010

    Pengukuran

    antropometri

    Timbangan,

    microtoise

    Indeks IMT/U

    1. Gizi lebih: >2SD (u/ umur 3-5

    tahun) dan >1 SD

    sampai 2 SD (u/

    umur >5 tahun)

    2. Gizi tidak lebih: 2 SD (u/ umur

    3-5 tahun), 1

    SD dan > 2 SD

    (u/ umur >5

    tahun)

    Ordinal Kepmenkes, 2010

    Variabel independen

    2 Jenis Kelamin Golongan tipe individu

    yang dibedakan

    menurut kondisi

    biologis yang ada

    Wawancara Kuesioner 1. Perempuan 2. Laki-laki

    Ordinal Davidson dan

    Birch (2001)

    3 Persen

    Asupan

    Lemak

    Jumlah asupan lemak

    dalam persen dari total

    asupan energi

    Wawancara Food

    Recall 2

    kali 24

    jam

    1. Lebih : > 25% asupan energi

    total

    2. Cukup: 10-25% asupan energi

    total

    3. Kurang:

  • 43

    asupan energi

    total

    4 Lama

    menonton tv /

    video

    Waktu yang dihabiskan

    untuk melakukan

    kegiatan santai seperti

    menonton televisi /

    video

    Wawancara Kuesioner 1. Lebih (>1 jam/hari)

    2. Cukup (1 jam sehari)

    Ordinal Davidson dan

    Birch (2001)

    5 Status gizi

    lebih orang

    tua

    Suatu kelebihan berat

    badan yang merupakan

    hasil dari berat badan

    dibagi dengan tinggi

    badan dikuadratkan

    (dalam meter)

    Pengukuran antropomet

    ri (Ibu)

    Figure Rating

    Score

    (Ayah)

    Timbangan dan

    microtoise

    Instrumen FRS

    1. Ayah dan / ibu overweight: IMT

    antara 25-29,9 / >

    gambar C

    2. Ayah dan / ibu tidak overweight:

    IMT tidak di

    antara 25-29,9 /

    gambar C

    Ordinal Depkes (1994),

    Harris et al

    (2008)

    6 Riwayat

    penyakit

    jantung orang

    tua

    Adanya salah satu

    orang tua responden

    yang memiliki riwayat

    penyakit jantung

    Wawancara Kuesioner 1. Tidak 2. Ya

    Ordinal Davidson dan

    Birch (2001)

  • 44

    3.3 Hipotesis

    1. Ada hubungan antara faktor jenis kelamin dengan status gizi lebih

    pada anak pra sekolah di TK Salman ITB Ciputat tahun 2013

    2. Ada hubungan antara faktor persen asupan lemak dengan status gizi

    lebih pada anak pra sekolah di TK Salman ITB Ciputat tahun 2013

    3. Ada hubungan antara faktor perilaku menetap (lama menonton

    televisi) dengan status gizi lebih pada anak pra sekolah di TK

    Salman ITB Ciputat tahun 2013

    4. Ada hubungan antara faktor status gizi lebih orang tua dengan status

    gizi lebih pada anak pra sekolah di TK Salman ITB Ciputat tahun

    2013

    5. Ada hubungan antara faktor riwayat penyakit jantung orang tua

    dengan status gizi lebih pada anak pra sekolah di TK Salman ITB

    Ciputat tahun 2013

  • 45

    BAB IV

    METODE PENELITIAN

    4.1 Desain Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain

    cross sectional yaitu penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk faktor

    risiko dan variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang

    sama (Amran, 2012).

    4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di TK Salman ITB Ciputat dan dilaksanakan pada

    bulan Juni-Oktober 2013.

    4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi Penelitian

    Populasi penelitian ini adalah anak usia pra sekolah baik TK A

    maupun TK B dan terdaftar sebagai murid TK Salman tahun ajaran

    2013/2014.

    4.3.2 Sampel Penelitian

    Sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode simple random

    sampling. Kriteria yang bisa masuk ke dalam sampel penelitian harus

    memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut:

    Kriteria inklusi:

    Berumur 3-6 tahun di bulan Juni 2013.

    Sedang tidak sakit/ masuk saat penimbangan dilakukan.

  • 46

    Mau menjadi responden

    Diijinkan oleh orang tua untuk mengikuti penelitian

    4.3.3 Penentuan Jumlah Sampel

    Penentuan jumlah sampel ini menggunakan rumus uji hipotesis beda

    dua proporsi (Lemeshow, 1997), dengan rumus perhitungan sebagai berikut:

    n = {Z1-/2 + Z1- }2

    (P1-P2)2

    Keterangan :

    n : Jumlah sampel

    Z1-/2 : Tingkat kemaknaan pada = 5% (Z1-/2 = 1,96)

    Z1- : Kekuatan uji pada 1- = 80% (Z1- = 0,84)

    P1 :Proporsi persen asupan lemak >25% anak gizi lebih pada

    penelitian sebelumnya yaitu 16,7% (Wati, 2006)

    P2 :Proporsi persen asupan lemak 25% anak gizi lebih pada

    penelitian sebelumnya yaitu 41,9% (Wati, 2006)

    P : P1+P2 /2 (0,293)

    Dari hasil perhitungan dengan rumus besar sampel di atas maka

    didapat jumlah sampel minimal sebesar 50 dan diputuskan untuk mengambil

    sebanyak 56 sampel.

    4.4 Instrumen Penelitian

    Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

    1. Kuesioner.

  • 47

    2. Timbangan digital Secca dengan kapasitas 150 kg dan ketelitian 0,1 kg

    3. Alat pengukur tinggi badan yaitu microtoise yang memiliki ketelitian 0,1

    cm

    4. Form pengukuran berat badan dan tinggi badan anak pra sekolah TK

    Salman ITB tahun 2013

    4.5 Pengumpulan Data

    Data yang dikumpulkan antara lain data profil TK Salman ITB Ciputat, data

    antropometri anak, data karakteristik sampel dan orang tua sampel. Data profil TK

    Salman diambil melalui data sekunder, data antropometri anak dan orang tua

    didapatkan melalui pengukuran tinggi badan dan berat badan. Data karakteristik

    sampel, orangtua sampel dan variabel lainnya diperoleh dengan cara wawancara

    kepada ibu menggunakan alat bantu kuesioner. Data Asupan makanan ditanyakan

    kepada yang mengurusi dan mengatur makan anak, baik ibu maupun pengasuh

    anak.

    4.6 Pengolahan Data

    Data diolah dengan menggunakan program nutri survey, dan program

    komputer. Pengolahan data dilakukan dengan perlakuan sebagai berikut:

    1. Data Coding

    Kegiatan untuk memberi kode pada masing-masing kelas dan

    mengklasifikannya dengan tujuan untuk mengumpulkan data.

    2. Data Editing

    Kegiatan dalam pengeditan atau penyuntingan data sebelum data

    dimasukkan. Penting untuk mengecek data saat di lapangan sebelum akhirnya

  • 48

    proses memasukkan data agar kesalahan masih dapat diperbaiki dan

    ditanyakan kembali kepada responden yang bersangkutan.

    3. Data Structur

    Penentuan atau penetapan masing-masing variabel; nama, skala ukur

    variabel, dan jumlah digit. Data structure ini tergantung pada perkembangan

    masing-masing perangkat yang digunakan untuk menganalisis data.

    4. Data Entry

    Proses pengisian data/ memasukkan data ke dalam perangkat lunak yang

    telah terisi program dan fasilitas analisis data.

    5. Data Cleaning

    Setelah data dientri, maka tiba saatnya pembersihan data. Caranya

    adalah dengan menilai kelogisan variabel-variabel melalui distribusi

    frekuensinya.

    (Amran,2012).

    4.7 Analisis Data 4.7.1 Univariat

    Analisa univariat digunakan untuk menganalisis data kategorik, maka

    nilai yang dapat diinformasikan dengan metode ini adalah ukuran tengah dan

    ukuran variasi yang digambarkan dengan presentasi atau proporsi (Amran,

    2012).

  • 49

    4.7.2 Bivariat

    Analisa bivariat yang dilakukan untuk melihat hubungan antara

    variabel independen dan dependen adalah menggunakan uji Chi-Square

    dengan menggunakan derajat kemaknaan = 0,05 (derajat kepercayaan

    95%). Jika diperoleh P value 0.05, maka uji statistik bermakna, artinya

    ada hubungan antara variabel independen dan variabel dependen. Dan jika

    hasil uji menunjukkan P value sebesar >0,05, maka uji tidak bermakna

    artinya tidak ada hubungan antara variabel independen dan variabel

    dependen.

  • 50

    BAB V

    HASIL PENELITIAN

    5.1 Gambaran Umum TK Salman ITB Ciputat

    TK Salman ITB merupakan salah satu sekolah favorit yang terletak di

    Kelurahan Pisangan, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten. TK ini berada di

    bawah Yayasan Pembina Pendidikan Keluarga Sakinah Salman ITB dan telah

    didirikan sejak 28 April 1987.

    Taman kanak-kanak Salman berperan sebagai suatu lembaga pendidikan

    pra sekolah yang memberikan ruzang bagi siswa untuk mendapatkan hak nya

    bermain dan mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Anak-anak dapat

    dilibatkan dalam berbagai kegiatan untuk mengembangkan diri dalam proses

    pembentukan kepribadian yang mantap, bertanggung jawab dan cinta pada diri

    sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan agama tentunya.

    TK Salman menganut beberapa konsep dalam menerapkan proses belajar

    mengajar yaitu konsep pendidikan yang berbasis kepedulian, partisipatif, kreatif

    serta islami. Metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar adalah

    belajar dengan bermain (learning by playing) dan belajar melalui pembiasaan

    (habit forming).

    TK Salman ITB membuka pendidikan bagi anak yang berumur 2,5 tahun

    sampai maksimal 5,5 tahun untuk dapat masuk ke dalam 7 kelas yang telah

    dibagi sesuai umur anak. Namun karena peneliti hanya meneliti anak pra

    sekolah yaitu anak yang berumur 3 sampai 6 tahun, maka yang menjadi

  • 51

    populasi penelitian ini adalah semua kelas selain kelas play group. Jumlah

    siswa TK Salman selain play group tahun ajaran 2013/2014 dapat dilihat pada

    tabel 5.1.

    Tabel 5.1

    Jumlah Siswa di TK Salman ITB Ciputat

    Tahun Ajaran 2013/2014

    No Kelas Jumlah Siswa

    1 A1 19

    2 A2 16

    3 A3 16

    4 B1 20

    5 B2 21

    6 B3 24

    Total 116 Sumber: Data TK Salman ITB Tahun Ajaran 2013/2014

    5.2 Analisis Univariat

    Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran distribusi variabel

    dependen yaitu status gizi lebih anak pra sekolah dan variabel independen

    antara lain jenis kelamin, persen asupan lemak, menonton televisi, status gizi

    dan riwayat penyakit jantung orang tua.

    5.2.1 Gambaran Responden berdasarkan Status Gizi Lebih

    Berdasarkan hasil pengumpulan data dan analisis diperoleh

    gambaran status gizi lebih responden dengan menggunakan Indeks Massa

    Tubuh menurut umur (IMT/U) berdasarkan Kepmenkes RI NO.

    1995/MENKES/SK/XII/2010. Menurut Kepmenkes 2010, anak dikatakan

    mengalami status gizi lebih apabila IMT/U anak pada umur 3-5 tahun

    menunjukkan nilai z-score >2 SD dan >1 SD sampai 2 SD untuk anak

  • 52

    umur >5 tahun. Distribusi responden berdasarkan status gizi dapat dilihat

    pada tabel 5.2.

    Tabel 5.2

    Distribusi Responden berdasarkan Status Gizi pada

    Anak Pra Sekolah di TK Salman ITB Tahun 2013

    Status Gizi Frekuensi (n) Persentase (%)

    Obesity 1 1,8

    Overweight 9 16,1

    Normal 45 80,3

    Underweight 1 1,8

    Jumlah 56 100

    Dari tabel di atas diperoleh bahwa walaupun status gizi normal

    paling banyak (80,3%), namun ditemukan masalah gizi lebih sebesar

    16,1%.

    5.2.2 Gambaran Responden berdasarkan Jenis Kelamin

    Jenis kelamin yang terdiri dari laki-laki dan perempuan menjadi

    salah satu variabel yang akan diteliti oleh peneliti. Distribusi jenis

    kelamin responden dapat dilihat pada tabel 5.3.

    Tabel 5.3

    Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin pada Anak Pra

    Sekolah di TK Salman ITB Tahun 2013

    Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

    Perempuan 30 53,6

    Laki-laki 26 46,4

    Jumlah 56 100

    Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada tabel 5.3 diperoleh

    bahwa anak pra sekolah yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak

    dibandingkan anak pra sekolah berjenis kelamin laki-laki.

  • 53

    5.2.3 Gambaran Responden berdasarkan Persen Asupan Lemak

    Persen asupan lemak menurut Almatsier (2006) dikategorikan

    menjadi 3: kurang jika kurang dari 10%, cukup jika antara 10-25% dan

    lebih jika lebih dari 25%. Distribusi persen asupan lemak responden dapat

    dilihat pada tabel 5.4.

    Tabel 5.4

    Distribusi Responden berdasarkan Persen Asupan Lemak pada

    Anak Pra Sekolah di TK Salman ITB Tahun 2013

    Persen Asupan

    Lemak Frekuensi (n) Persentase (%)

    Lebih 48 85,7

    Cukup 7 12,5

    Kurang 1 1,8

    Jumlah 56 100

    Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada tabel 5.4 diperoleh

    bahwa 85,7% responden mempunyai persen asupan lemak yang berlebih

    dibandingkan responden dengan persen asupan lemak cukup dan kurang.

    5.2.4 Gambaran Responden berdasarkan Perilaku Menetap (Menonton Televisi)

    Perilaku menetap yang digambarkan dengan lamanya menonton

    televisi pada responden dibagi ke dalam 2 kategori yaitu lebih dari satu

    jam dan kurang dari satu jam (Davidson dan Birch, 2001). Distribusi

    lamanya menonton televisi responden dapat dilihat pada tabel 5.5.

  • 54

    Tabel 5.5

    Distribusi Responden berdasarkan Lama Menonton Televisi pada

    Anak Pra Sekolah di TK Salman ITB Tahun 2013

    Lama Menonton Televisi Frekuensi (n) Persentase (%)

    >1 jam 42 75

    1 jam 14 25

    Jumlah 56 100

    Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada tabel diperoleh hasil

    bahwa responden yang menonton televisi lebih dari satu jam lebih banyak

    daripada responden yang menonton kurang dari satu jam.

    5.2.5 Gambaran Responden berdasarkan Kerentanan Familial terhadap Kenaikan Berat Badan (Status Gizi Lebih Orang Tua dan Riwayat

    Penyakit Jantung)

    Status gizi orang tua diperoleh dengan melakukan pengukuran

    antropometri sehingga diperoleh nilai hasil perhitungan indeks massa

    tubuh atau BB/TB2 pada salah satu atau kedua orang tua responden antara

    25-29,9 atau lebih dari gambar C menurut pengukuran FRS. Distribusi

    responden berdasarkan status gizi lebih orang tua dapat dilihat di tabel

    5.6.

    Tabel 5.6

    Distribusi Responden berdasarkan Status Gizi Lebih Orang Tua

    pada Anak Pra Sekolah di TK Salman ITB Tahun 2013

    Status Gizi Lebih Orang

    Tua Frekuensi (n) Persentase (%)

    Ya 20 35,7

    Tidak 36 64,3

    Jumlah 56 100

    Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada tabel diperoleh

    bahwa salah satu dan atau kedua orang tua dari responden yang

  • 55

    mengalami gizi lebih mempunyai persentase lebih kecil daripada yang

    tidak mengalami gizi lebih.

    Selain status gizi lebih orang tua, variabel yang termasuk

    kerentanan familial yaitu riwayat penyakit jantung. Variabel ini diperoleh

    dari hasil wawancara menggunakan kuesioner. Distribusi responden

    berdasarkan riwayat penyakit jantung salah satu dan atau kedua orang tua

    dapat dilihat pada tabel 5.7.

    Tabel 5.7

    Distribusi Responden berdasarkan Riwayat Penyakit Jantung Orang

    Tua pada Anak Pra Sekolah di TK Salman ITB Tahun 2013

    Riwayat Penyakit Jantung salah

    satu dan atau kedua orang tua Frekuensi (n) Persentase (%)

    Tidak 53 94,6

    Ya 3 5,4

    Jumlah 56 100

    Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat pada tabel diperoleh

    bahwa orang tua responden yang salah satu dan atau keduanya

    mempunyai riwayat penyakit jantung sangat sedikit dibandingkan yang

    tidak mempunyai penyakit jantung

    5.3 Analisis Bivariat 5.3.1 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Status Gizi Lebih

    Hasil analisis bivariat antara jenis kelamin dengan status gizi lebih

    pada anak pra sekolah di TK Salman ITB Ciputat tahun 2013 dapat dilihat

    pada tabel 5.8.

  • 56

    Tabel 5.8

    Distribusi Status Gizi Lebih menurut Jenis Kelamin pada Anak Pra

    Sekolah di TK Salman ITB Tahun 2013

    Jenis

    Kelamin

    Status Gizi Lebih

    Total P

    value Gizi Lebih Tidak Gizi

    Lebih

    N % N % N %

    0,481 Perempuan 6 20,0 24 24 30 100

    Laki-laki 3 11,5 23 88,5 26 100

    Total 9 16,1 47 83,9 56 100

    Berdasarkan hasil uji statistik dengan = 5%, diperoleh p value =

    0,481 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang

    signifikan antara jenis kelamin dengan status gizi lebih pada anak pra

    sekolah.

    5.3.2 Hubungan antara Persen Asupan Lemak dengan Status Gizi Lebih

    Hasil analisis bivariat antara persen asupan lemak dengan status gizi

    lebih pada anak pra sekolah di TK Salman ITB Ciputat tahun 2013 dapat

    dilihat pada tabel 5.9.

    Tabel 5.9

    Distribusi Status Gizi Lebih menurut Persen Asupan Lemak pada

    Anak Pra Sekolah di TK Salman ITB Tahun 2013

    Persen

    Asupan

    Lemak

    Status Gizi Lebih

    Total P

    value Gizi Lebih Tidak Gizi

    Lebih

    N % N % N %

    0,037

    >25% (lebih) 8 16,7 40 83,3 48 100

    10-25%

    (cukup)