Upload
rainrainychan
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/18/2019 Anemia Pada Chronic Kidney Disease
1/21
8/18/2019 Anemia Pada Chronic Kidney Disease
2/21
BAB II.
Pembahasan
Etiologi
"nemia pada penyakit ginjal kronik adalah jenis anemia normositik normokrom, yang
khas selalu terjadi pada sindrom uremia. ;isanya hematokrit menurun hingga 2%#-%' sesuai
derajat aabel 2. 1,-
Tabel 2. Komplikasi Penyakit Ginjal Kronik 1
erajat Penjelasan !"G #ml$mnt% Komplikasi
1 4erusakan ginjal dengan 89Fnormal
?&%
2 4erusakan ginjal dengan
penurunan 89F ringan
%#$& >ekanan darah mulai naik
- !enurunan 89F sedang -%#0& Hiperosatemia
Hipokalsemia
Anemia
Hiperparatiroid
Hipertensi Hiperhomosistinemia
= !enurunan 89F berat 10#2& Malnutrisi
"sidosis metabolik
@enderung hiperkalemia
Dislipidemia
0 9agal ginjal 10 9agal jantung
Aremia
!enyebab utama anemia pada pasien dengan penyakit ginjal kronik adalah kurangnya
produksi eritropoietin (B!*+ karena penyakit ginjalnya. Faktor tambahan termasuk kekurangan
8/18/2019 Anemia Pada Chronic Kidney Disease
3/21
hidup eritrosit akibat kondisi uremia. 7elain itu kondisi komorbiditas seperti hemoglobinopati
dapat memperburuk anemia. Antuk lebih lengkapnya, perhatikan >abel -.1,-,=
Tabel &. Etiologi Anemia Pada Penyakit Ginjal Kronik &
Etiologi Penjabaran etiologi
!enyebab utama Deisiensi relati dari eritropoietin
!enyebab tambahan 4ekurangan
8/18/2019 Anemia Pada Chronic Kidney Disease
4/21
merupakan akibat pada gagal ginjal terminal, pasien dialisis terancam inlamasi yang timbul
akibat eek imunosupresi. Deisiensi eritropoetin relati pada penyakit ginjal kronik dapat
berespon terhadap penurunan ungsi glomerulus. 7atu studi mengatakan bah/a untuk
mempertahankan kemampuan untuk meningkatkan kadar eritropoetin dengan cara tinggal pada
daerah yang tinggi. 7elain itu, telah terbukti juga bah/a racun uremik juga dapat menginaktikan
eritopoietin atau menekan respon sumsum tulangterhadap eritropoietin.2,0
Dalam hal pengurangan jumlah eritropoetin, penghambatan respon sel prekursor eritrosit
terhadap eritropoetin dianggap sebagai penyebab dari eritropoesis yang tidak adekuat pada
pasien uremia. >erdapat toksin#toksin uremia yang menekan proses ertropoesis yang dapat dilihat
pada proses hematologi pada pasien dengan gagal ginjal terminal setelah terapi reguler dialisis.
Ht biasanya meningkat dan produksi sel darah merah yang diukur dengan kadar Fe yang
meningkat pada eritrosit, karena penurunan kadar eritropetin serum. 7ubstansi yang menghambat
eritropoesis ini antara lain poliamin, spermin, spermidin, dan !>H. 7permin dan spermidin yang
kadar serumnya meningkat pada gagal ginjal kronik yang tidak hanya memberi eek
penghambatan pada eritropoesis tetapi juga menghambat granulopoesis dan trombopoesis.
4arena ketidakspesiikkan, leukopenia, dan trombositopenia bukan merupakan karakteristik dari
uremia, telah disimpulkan bah/a spermin dan spermidin tidak memiliki ungsi yang signiikan
pada patogenesis dari anemia pada penyakit ginjal kronik. 4adar !>H meningkat pada uremia
karena hiperparatiroidsm sekunder, tetapi hal ini masih kontroversi jika dikatakan bah/a !>H
memberikan eek penghambatan pada eritropoesis. )alaupun menurut penelitian, dilaporkan
paratiroidektomi menyebabkan peningkatan dari kadar Hb pada pasien uremia, peneliti lain
mengatakan tidak ada hubungan antara kadar !>H dengan derajat anemia pada pasien uremia.
)alaupun eek langsung penghambatan !>H pada eritropoesis belum dibuktikan secara inal,
akibat yang lain dari peningkatan !>H seperti ibrosis sumsum tulang dan penurunan masa hidup
eritrosit ikut bertanggung ja/ab dalam hubungan antara hiperparatiroid dan anemia pada gagal
ginjal.
!asien#pasien dengan penyakit ginjal kronis memiliki risiko kehilangan darah oleh karena
terjadinya disungsi platelet. !enyebab utama kehilangan darah pada pasien#pasien ini adalah
dari hemodialisis. !ada suatu penelitian, dibuktikan pasien#pasien hemodialisis dapat kehilangan
darah rata#rata =, 8tahun. 4ehilangan darah melalui saluran cerna, sering diambil untuk
pemeriksaan laboratorium dan deisiensi asam olat juga dapat menyebabkan anemia.
8/18/2019 Anemia Pada Chronic Kidney Disease
5/21
4ekurangan asam olat bisa bersamaan dengan uremia, dan bila pasien mendapatkan terapi
hemodialisis, maka vitamin yang larut dalam air akan hilang melalui membran dialisis.
4ecendrungan terjadi perdarahan pada uremia agaknya disebabkan oleh gangguan kualitati
trombosit dan dengan demikian menyebabkan gangguan adhesi.0,
4ekurangan
8/18/2019 Anemia Pada Chronic Kidney Disease
6/21
osmotik dari 7DM manusia secara in vitro, kemungkinan oleh karena peningkatan kerapuhan
seluler. Hyperparatiroidism dapat menekan produksi sel darah merah melalui 2 mekanisme.yang
pertama, eek langsung penekanan sumsum tulang akibat peningkatan kadar !>H, telah banyak
dibuktikan melalui percobaan pada he/an. Eang kedua, eek langsung pada osteitis ibrosa, yang
mengurangi respon sumsum tulang terhadap eritropoetin asing. >erdapat laporan penelitian yang
menyatakan adanya peningkatan Hb setelah dilakukan paratiroidektomi pada pasien dengan
uremia.2,
Mekanisme lainnya yang menyebabkan peningkatan rigiditas eritrosit yang mengakibatkan
hemolisis pada gagal ginjal adalah penurunan osat intraseluler (hipoosatemia+ akibat
pengobatan yang berlebihan dengan pengikat osat oral, dengan penurunan intracellular
adenine nucleotides dan $%&' diphosphoglycerate(D!9+. Hemolisis dapat timbul akibat
kompliksai dari prosedur dialisis atau dari interinsik imunologi dan kelainan eritrosit. 4emurnian
air yang digunakan untuk menyiapkan dialisat dan kesalahan teknik selama proses rekonstitusi
dapat menurunkan jumlah sel darah merah yang hidup, bahkan terjadi hemolisis. Filter karbon
bebas kloramin yang tidak adekuat akibat saturasi ilter dan ukuran ilter yang tidak mencukupi,
dapat mengakibatkan denaturasi hemoglobin, penghambatan heose monophosphate shunt, dan
hemolisis kronik. 8isisnya sel juga dapat disebabkan tercemarnya dialisat oleh copper, nitrat,
atau ormaldehide. "utoimun dan kelainan biokomia dapat menyebabkan pemendekan /aktu
hidup eritrosit. Hipersplenisme merupakan gejala sisa akibat transusi, yang distimulasi oleh
pembentukan antibodi, ibrosis sumsum tulang, penyakit reumatologi, penyakit hati kronis dapat
mengurangi sel darah merah yang hidup sebanyak 0' pada pasien dengan gagal ginjal terminal.
"da beberapa mekanisme lainnya yang jarang , yang dapat menyebabkan hemolisis seperti
kelebihan besi pada darah, Gn, dan ormaldehid, atau karena pemanasan berlebih. !erburukan
hemolisis pada gagal ginjal juga dapat disebabkan karena proses patologik lainnya seperti
splenomegali atau mikroangiopati yang berhubungan dengan periarteritis nodosa, 78B, dan
hipertensi maligna.2,
!enyebab lain yang mempengaruhi eritropoiesis pada pasien dengan gagal ginjal terminal
dengan reguler hemodialisis adalah intoksikasi aluminium akibat terpapar oleh konsentrasi tinggi
dialisat alumunium dan atau asupan pengikat osat yang mengandung aluminium. "luminium
menyebabkan anemia mikrositik yang kadar eritin serumnya meningkat atau normal pada pasien
hemodialisis, menandakan anemia pada pasien tersebut kemungkinan diperparah oleh intoksikasi
8/18/2019 Anemia Pada Chronic Kidney Disease
7/21
alumnium. !atogenesisnya belum sepenuhnya dimengerti tetapi terdapat bukti yang kuat yang
menyatakan bah/a eek toksik aluminium pada eritropoesis menyebabkan hambatan sintesis dan
errochelation hemoglobine. "kumulasi aluminium dapat mempengaruhi eritropoesis melalui
penghambatan metabolisme besi normal dengan mengikat transerin, melalui terganggunya
sintesis poririn, melalui terganggunya sirkulasi besi antara prekursor sel darah merah pada
sumsum tulang.2,
In'lamasi
"nemia pada inlamasi juga ditandai dengan kadar besi serum yang rendah, saturasi transerin
yang rendah dan gangguan pengeluaran cadangan besi yang bermaniestasi dengan tingginya
serum eritin. !eningkatan jumlah sitokin#sitokin inlamasi di sirkulasi seperti interleukin
berhubungan dengan respon yang buruk terhadap pemberian eritropoetin pada pasien#pasien
gagal ginjal terminal.
"eritin pada Penyakit ginjal kronik
• )truktur dan "ungsi "eritin
Feritin merupakan protein cadangan besi utama yang dijumpai pada jaringan tubuh
manusia. Feritin terdiri dari 2= subunit dengan 2 tipe yaitu di hati (8+ dan jantung (H+,
dengan berat molekul 1& dan 21 kDa. 7ubunit H memiliki peranan yang penting dalam
mendetoksiikasi besi secara cepat oleh karena aktivitas eroksidasenya, dimana oksidasi besi
menjadi bentuk Fe(666+. 7edangkan subunit 8 memasilitasi nukleasi besi, mineralisasi dancadangan besi jangka panjang.
Feritin merupakan tempat penyimpanan
8/18/2019 Anemia Pada Chronic Kidney Disease
8/21
• "erritin pada keadaan in'lamasi
4adar (')eacti#e Protein (@!+ akan meningkat cepat pada ineksi, disebut respon
ase akut. !eningkatan @! berhubungan dengan peningkatan konsentrasi interleukin# (68#
+ di dalam plasma yang sebagian besar diproduksi oleh makroag. Makroag merupakan sel
imun yang berperan langsung dengan kadar besi dalam tubuh manusia. Makroag
membutuhkan
8/18/2019 Anemia Pada Chronic Kidney Disease
9/21
merupakan penanda adanya malignansi, seperti pada neuroblastoma, renal cell
carcinoa dan limoma Hodgkin. Hipereritinemia juga berhubungan dengan disungsi hati.
6nlamasi kronik sering terjadi pada pasien#pasien dengan penyakit ginjal kronik dan lebih
dari =%#%' pasien dengan penyakit ginjal kronik dapat mengalami peningkatan kadar @!.
7ehingga, inlamasi kemungkinan keadaan yang sering terjadi pada hipereritinemia pada
penyakit ginjal kronik.&,1%
• In'lamasi an Anemia Pada Penyakit ginjal kronik
6nlamasi dan respon ase akut berkaitan dengan sistem hematopoetik. 7elama
periode a/al respon ase akut, konsentrasi hemoglobin selalu menurun secara drastis. Hal ini
disebabkan oleh pengrusakan eritrosit yang meningkat oleh makroag retikuloendotelial
inlamasi yang teraktivasi yang membersihkan sirkulasi dari eritrosit yang dilapisi dengan
imunoglobulin atau kompleks imun. !ada pasien#pasien dengan ungsi ginjal yang normal,
penurunan hemoglobin yang tiba#tiba merangsang sekresi eritropoetin selama =#1% hari.
>ernyata, sekresi eritropoetin yang meningkat ini dihambat oleh sitokin#sitokin proinlamasi
pada pasien#pasien yang mengalami respon ase akut.1%
Faktor pertumbuhan seperti eritropoetin dan beberapa sitokin penting untuk
pertumbuhan dan dierensiasi progenitor eritrosit pada sumsum tulang. !ada konsentrasi
rendah, sitokin#sitokin proinlamasi >F#I dan 68#1 menstimulasi pertumbuhan a/al
progenitor. Bek inlamasi yang mensupresi eritropoesis terutama disebabkan oleh peningkatan aktivitas sitokin#sitokin proinlamasi pada sel#sel prekursor pada berbagai
tingkatan eritropoesis. Dikatakan bah/a eek inhibisi pada prekursor eritroid ini terutama
disebabkan oleh perubahan sensitivitas terhadap eritropoetin. Bek inhibisi >F#I dan 68#1
pada eritropoesis dapat diatasi dengan pemberian dosis tinggi B7". !ada pasien#pasien
dengan gagal ginjal terminal, resistensi B7" berhubungan dengan respon inlamasi seperti
pada pasien dengan peningkatan @! atau ibrinogen kurang respon terhadap B7". 9unell
dkk melaporkan bah/a albumin serum yang rendah dan kadar @!yang meningkat juga
memprediksi resistensi terhadap B7" pada pasien#pasien hemodialisis dan peritoneal dialisis,
yang mendukung konsep bah/a respon inlamasi menyebabkan hipoalbuminemia dan
anemia pada pasien#pasien gagal ginjal terminal.1%
+ani'estasi Klinis dan Temuan "isik
8/18/2019 Anemia Pada Chronic Kidney Disease
10/21
Maniestasi klinis yang biasa ditemukan:11
4elemahan umummalaise, mudah lelah
yeri seluruh tubuhmialgia
9ejala ortostatik ( misalnya pusing, dll +
7inkop atau hampir sincope !enurunan toleransi latihan
Dada terasa tidak nyaman
!alpitasi
6ntoleransi dingin
9angguan tidur
4etidakmampuan untuk berkonsentrasi
4ehilangan nasu makan
>emuan isik:11
4ulit (pucat+ eurovaskular (penurunan kemampuan kogniti+
Mata (konjungtiva pucat+
4ardiovaskular (hipotensi ortostatik, takiaritmia+
!ulmonary (takipnea+
"bdomen (asites, hepatosplenomegali+
iagnosis
!ada penyakit ginjal kronik, keadaan anemia yang terjadi tidak sepenuhnya berkaitan
dengan penyakit ginjalnya. "nemia pada penyakit ginjal kronik dapat dijadikan diagnosis setelah
mengeksklusikan adanya deisiensi besi dan kelainan eritrosit lainnya. Bvaluasi terhadap anemia
dimulai saat kadar hemoglobin 1%' atau hematokrit -%'. 1,2,-,12
;eberapa poin harus diperiksa dahulu sebelum dilakukan pemberian terapi penambah
eritrosit, yaitu : 1,2,-,12
• Darah lengkap
• !emeriksaan darah tepi
• Hitung retikulosit
• !emeriksaan besi (serum iron, total iron +inding capacity, saturasi transerin, serum eritin+• !emeriksaan darah tersamar pada tinja
• 4adar vitamin ;12
• Hormon paratiroid
"namnesis pada anemia dengan gagal ginjal ditanyakan tentang ri/ayat penyakit terdahulu,
pemeriksaan isik, evaluasi pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan apus darah perier.
8/18/2019 Anemia Pada Chronic Kidney Disease
11/21
4ebanyakan pasien yang tidak memiliki komplikasi, anemia ini bersiat hipoprolierati normositik
normokrom, apus darah tepi menunjukkan +urr cell . !erubahan morologi sel darah merah
menampilkan proses hemolitik primer, mikroangiopati atau hemoglobinopati. Jumlah total
retikulosit secara umum menurun. ,ean corpuscular #olue meningkat pada deisiensi asam olat,
deisiensi ; 12 dan pasien dengan kelebihan besi. ,ean corpuscular #olue menurun pada pasien
dengan thalasemia, deisiensi besi yang berat, dan intosikasi aluminium yang berat. -,12
!ada era penggunaan rekombinant human eritropoetin (rHuB!*+, penilaian terhadap
simpanan besi melalui perhitungan eritin serum, transerin, dan besi sangat diperlukan. !ada
keadaan dimana tidak ada aktor yang memperberat seperti penyakit inlamasi , penyakit hati, atau
respons yang buruk dari rHuB!*, eritin serum merupakan indikator yang tepat dari simpanan besi
tubuh. Jika simpanan menurun, nilai eritin serum menurun sebelum saturasi transerin. )alaupun
penyakit kronik dapat menurunkan besi dan transerin, pasien dengan saturasi transerin kurang dari2%' dan eritin kurang dari 0% ng mm dapat dianggap terjadi deisiensi besi. Di sisi lain pasien
memiliki saturasi lebih dari 2%' yang gagal berespons terhadap replacement besi harus
diperkirakan mengalami intoksikasi aluminium atau hemoglobinopati. )alaupun serologi dapat
mengidentiikasi deisiensi besi dengan spesiisitas, untuk memastikan penyebabnya membutuhkan
berbagai jalur kehilangan besi pada pasien tersebut termasuk saluran gastro intestinal (=#0 ml blood
loss hari atau 0 ml kehilangan besi hari+, prosedur dialisis (=#0% ml terapi dimana mungkin
disebabkan karena antikoagulan yang inadeKuat dan teknik penggunaan kembali dialister yang
buruk+, lebotomi yang rutin untuk kimia darah dan konsumsi besi pada terapi rHuB!*.12
Penatalaksanaan
!enatalaksanaan anemia ditujukan untuk pencapaian kadar Hb 3 1% gd8 dan Ht 3 -%',
baik dengan pengelolaan konservati maupun dengan B!*. ;ila dengan terapi konservati, target
Hb dan Ht belum tercapai dilanjutkan dengan terapi B!*. Dampak anemia pada gagal ginjal
terhadap kemampuan isik dan mental dianggap dan menggambarkan halangan yang besar
terhadap rehabilitasi pasien dengan gagal ginjal. )alaupun demikian eek anemia pada
oksigenasi jaringan mungkin seimbang pada pasien uremia dengan penurunan ainitas oksigen
dan peningkatan cardiac output saat hematokrit diba/ah 20 '. )alaupun demikian banyak
pasien uremia memiliki hipertensi dan miokardiopati. 4arena tubuh memiliki kemampuan untuk
mengkompensasi turunnya kadar hemoglobine dengan meningkatnya cardiac output. 7elain itu
banyak pasien memiliki penyakit jantung koroner yang berat dan /alaupun anemia dalam derajat
8/18/2019 Anemia Pada Chronic Kidney Disease
12/21
sedang dapat disertai dengan miokardial iskemik dan angina. >erapi anemia pada gagal ginjal
bervariasi dari pengobatan simptomatik melalui transusi sel darah merah sampai ke
penyembuhan dengan transplantasi ginjal. >ransusi darah hanya memberikan keuntungan
sementara dan beresiko terhadap ineksi (virus hepatitis dan H6C+ dan hemokromatosis sekunder.
!eran dari transusi sebagai pengobatan anemi primer pada pasien gagal ginjal terminal telah
berubah saat dialisis dan penelitian serologic telah menjadi lebih canggih. >ransplantasi ginjal
pada banyak kasus, harus menunggu dalam /aktu yang tidak tertentu dan tidak setiap pasien
dialisis memenuhi syarat.2,-,12#1=
Cariasi terapi anemia pada penyakit ginjal kronik adalah sebagai berukut :
• 7uplementasi eritropoetin
• !embuangan eritropoesis inhibitor endogen dan toksin hemolitik endogen dengan
terapi transplantasi ginjal ekstra korporeal atau peritoneal dialisis.• !embuangan kelebihan alumunium dengan deeroamine
• Mengkoreksi hiperparatiroid
• >erapi "ndrogen
• Mengurangi iatrogenic blood loss
• 7uplementasi besi
• 7uplementasi asam olat
• >ransuse darah
1% )uplementasi eritropoetin>erapi yang sangat eekti dan menjanjikan telah tersedia menggunakan recombinant
human eritropoetin yang telah diproduksi untuk aplikasi terapi. 7eperti yang telah di
demonstrasikan dengan plasma kambing uremia yang kaya eritropoetin, human recombinant
eritropoetin diberikan intravena kepada pasien hemodialisa,telah dibuktikan menyebabkan
peningkatan eritropoetin yang drastis. Hal ini memungkinkan untuk mempertahankan kadar Hb
normal setelah transusi darah berakhir pada pasien bilateral nerektomi yang membutuhkan
transusi reguler. !enelitian membuktikan bah/a, saat sejumlah erotropoetin diberikan 6C -
seminggu setelah setiap dialisa, pasien reguler hemodialisis merespon dengan peningkatan Ht
dengan dosis tertentu dalam beberapa minggu. !ercobaan menunjukkan bah/a "; yang
mela/an materi rekombinan dan menghambat terhadap penggunaan eritropoetin tidak terjadi.
Bek samping utamanya adalah meningkatkan tekanan darah dan memerlukan dosis Heparin
8/18/2019 Anemia Pada Chronic Kidney Disease
13/21
yang tinggi untuk mencegah pembekuan pada sirkulasi ekstra korporial selama dialisis. !ada
beberapa pasien, trombosis pada pembuluh darah dapat terlihat. 2,-,12#1=
!eningkatan tekanan darah bukan hanya akibat peningkatan viskositas darah tetapi juga
peningkatan tonus vaskular perier. 4omplikasi trombosis juga berkaitan dengan tingginya
viskositas darah bagaimanapun sedikitnya satu kelompok investigator terlihat peningkatan
trombosit. !enelitian in vitro menunjukkan eek stimulasi human recombinant eritropoetin pada
dierensiasi murine megakariosit. 8alu trombositosis mungkin mempengaruhi hiperkoagubilitas.
4onsentrasi serum predialisis ureum kreatinin yang meningkat dan hiperkalemia dapat
mengakibatkan berkurangnya eisiensi diali
8/18/2019 Anemia Pada Chronic Kidney Disease
14/21
# "nemia deisiensi besi ungsional: Feritin serum 3 1%% mcg8
# 7aturasi >ranserin 2% '
1.1 Terapi Eritropoietin "ase koreksi2,1-
>erapi ini bertujuan untuk mengoreksi anemia renal sampai target HbHt tercapai. !ada
umumnya mulai dengan 2%%%#=%%% 6A subkutan, 2#- seminggu selama = minggu. >arget respon
yang diharapkan Hb naik 1#2 gd8 dalam = minggu atau Ht naik 2#= ' dalam 2#= minggu.
!antau Hb dan Ht tiap = minggu, bila target respon tercapai pertahankan dosis B!* sampai target
Hb tercapai (3 1% gd8+. ;ila terget respon belum tercapai naikkan dosis 0%'. ;ila Hb naik 32,0
gd8 atau Ht naik 3 $' dalam = minggu, turunkan dosis 20'. 7elama terapi Britropoietin,
pantau status besi, berikan suplemen sesuai dengan panduan terapi besi.
1.2 Terapi EP 'ase pemeliharaan2,1-
Dilakukan bila target Hb sudah tercapai (312 gd8+. Dosis 2 atau 1 kali 2%%% 6Aminggu.
!antau Hb dan Ht setiap bulan, serta periksa status besi setiap - bulan. ;ila dengan terapi
pemeliharaan Hb mencapai 3 12 gd8 (dan status besi cukup+ maka dosis B!* diturunkan 20'
!emberian eritropoetin ternyata dapat menimbulkan eek samping diantaranya:
a. Hipertensi:
# >ekanan darah harus dipantau ketat terutama selama terapi eritropoetin ase
koreksi
# !asien mungkin membutuhkan terapi antihipertensi atau peningkatan dosis obat
antihipertensi
# !eningkatan tekanan darah pada pasien dengan terapi eritropoietin tidak
berhubungan dengan kadar Hb.
b. 4ejang:
# >erutama terjadi pada masa terapi B!* ase koreksi
# ;erhubungan dengan kenaikan HbHt yang cepat dan tekanan darah yang tidak
terkontrol.
>erkadang pemberian B!* menghasilkan respon yang tidak adekuat. espon B!* tidak
adekuat bila pasien gagal mencapai kenaikan HbHt yang dikehendaki setelah pemberian B!*
selama =#$ minggu. >erdapat beberapa penyebab respon B!* yang tidak adekuat yaitu:
a. Deisiensi besi absolut dan ungsional (merupakan penyebab tersering+
8/18/2019 Anemia Pada Chronic Kidney Disease
15/21
b. 6neksiinlamasi (ineksi akses,inlamasi, >;@, 78B, "6D7+
c. 4ehilangan darah kronik
d. Malnutrisi
e. Dialisis tidak adek/at
. *bat#obatan (dosis tinggi "@B inhibitor, "> 1 reseptor antagonis+
g. 8ain#lain (hiperparatiroidismeosteitis ibrosa, intoksikasi alumunium, hemoglobinopati
seperti talasemia beta dan sickle cell anemia, deisiensi asam olat dan vitamin ;12, multiple
mioloma, dan mieloibrosis, hemolisis, keganasan+.
"gar pemberian terapi Britropoietin optimal, perlu diberikan terapi penunjang yang berupa
pemberian1=:
"sam olat : 0 mghari
vitamin ;: 1%%#10% mg
Citamin ;12 : %,20 mgbulan
Citamin @ : -%% mg 6C pasca HD, pada anemia deisiensi besi ungsional yang
mendapat terapi B!*
Citamin D: mempunyai eek langsung terhadap prekursor eritroid
Citamin B: 12%% 6A L mencegah eek induksi stres oksidati yang diakibatkan terapi
besi intravena
!reparat androgen (2#- minggu+
# Dapat mengurangi kebutuhan B!*
# *bat ini bersiat hepatotoksik, hati#hati pada pasien dengan gangguan ungsi hati
# >idak dianjurkan pada /anita
2% Terapi transplantasi ginjal ekstra korporeal atau peritoneal dialisis
7eluruh terapi pengganti ginjal ekstra korporeal dan peritoneal dialisis pada dasarnya
dapat juga mempengaruhi patogenesis anemia pada gagal ginjal, sejak prosedur ini dapat
membuang toksin yang menyebabkan hemolisis dan menghambat eritropoesis. 7elain itu,
pengalaman klinis membuktikan bah/a perkembangannya lebih cepat daripada menggunakan
terapi eritropoetin. 4etidakeektivan pada terapi pengganti ginjal merupakan akibat keterbatasan
pengetahuan tentang toksin dan cara terbaik untuk menghilangkannya. !endekatan sederhana
untuk meningkatkan terapi detoksiikasi pada uremia dengan meningkatkan batas atas ukuran
molekular yang dibuang dengan diusi dan atau transportasi konvekti tidak menghasilkan hasil
yang memuaskan. Misalnya, tidak ada data yang membuktikan bah/a hemoiltrasi yang
8/18/2019 Anemia Pada Chronic Kidney Disease
16/21
mencakup pembuangan jangkauan molekuler yang lebih besar dibanding hemodialisis dengan
membaran selulosa yang kecil, merupakan dua terapi utama dalam mengkoreksi anemia pada
gagal ginjal. 7elain itu continious ambulatory peritoneal dialysis (@"!D+, juga merupakan terapi
dengan pembuangan jangkauan molekuler yang besar, ini lebih baik dibandingkan dengan
hemodialisis standar dengan membaran selulosa yang kecil. Hal ini masih tidak jelas jika
keuntungan @"!D ini hanya karena pembuangan yang lebih baik dari inhibitor eritropoesis.
;eberapa penelitian mengindikasikan @"!D meningkatkan produksi eritropoetin, mungkin juga
diluar ginjal dan karena oleh itu meningkatkan eritropoesis. )alaupun mekanismenya belum
diketahui.1-,1=
&% Pembuangan kelebihan aluminium dengan de'ero/amine
7ejak inhibitor eritropoesis diketahui, pada kasus intoksikasi aluminium, terapi dapat
selekti dan eekti eek aluminium yang memperberat pada anemia dengan gagal ginjal selalu
harus diasumsikan ketika terjadi anemia mikrositik dengan normal atau peningkatan eritin
serum pada pasien reguler hemodialisis. Diagnosis ditegakkan dengan peningkatan nilai
aluminium serum, ri/ayat terpapar aluminium baik oral maupun dialisat, gejala intoksikasi
aluminium seperti ensealopati, penyakit tulang aluminium, dan keberhasilan percobaan terapi.
>erapi utama adalah pemberian chelator deeroamin (DF*+ 6C selama satu sampai dua jam
terakhir saat hemodialisa atau hemoiltrasi atau @"!D. ange dosis %,0 2,% gr, - kali
seminggu. DF* memobilisasi aluminium sebagai larutan yang kompleks, dimana kemudian
dibuang dengan terapi dialisis atau prosedur iltrasi. Bek samping utama adalah hipotensi ,
toksisitas okular, komplikasi neurologi seperti kejang dan mudah terkena ineksi jamur. Bek
samping ini berespons terhadap pemberhentian terapi sementara /aktu, pengurangan dosis atau
pemberhentian terapi. Bek DF* pada anemia dapat berakibat drastis menyebabkan perubahan
nilai hemoglobine, eritin serum, dan konsentrasi aluminium, M@C, M@H pada pasien dengan
ostemalasia yang berhubungan dengan aluminium. !ada permulaan terapi pasien mengalami
anemia mikrositik peningkatan nilai aluminium serum dan eritin. 7etelah beberapa bulan terapi
dengan DF*, M@C dan M@H pada nilai diatas normal, hemoglobine meningkat secara
signiikan dan eritin serum dan aluminium menurun.1%,1=
-% +engkoreksi hiperparatiroidisme
8/18/2019 Anemia Pada Chronic Kidney Disease
17/21
7ekunder hiperparatiroid pada anemia dengan gagal ginjal, paratiroidektomi bukan
merupakan indikasi untuk terapi anemia. !engobatan supresi aktivitas kelenjar paratiroid dengan
1,20# dihidroksi vitamin D- biasanya berhubungan dengan peningkatan anemia.1%,1=
0% Terapi Androgen
7ejak tahun 1&% an androgen telah digunakan untuk terapi gagal ginjal. Bek yang
positi yaitu meningkatkan produksi eritropoetin, meningkatkan sensitivitas polirasi eritropoetin
yang sensiti terhadap populasi stem cell. >estosteron ester (testosteron propionat, enanthane,
cypionate+, derivat 1#metil androstanes (luoymesterone, oymetholone, methyltestosterone+,
dan komponen 1& norterstosteron (nandrolone dekanoat, nandrolone phenpropionate+ telah
sukses digunakan pada terapi anemia dengan gagal ginjal. esponnya lambat dan eek dari obat
ini dapat terbukti dalam = minggu terapi. androlone dekanoat cukup diberikan dengan dosis
1%%#2%% mg, 1 seminggu. >estosteron ester tidak mahal tetapi harus dibatasi karena eek
sterilitas yang besar. 4omponen 1nortestosteron memiliki ratio anabolik: androgenik yang
paling tinggi dan yang paling sedikit menyebabkan hirsutisme serta paling aman untuk pasien
/anita. Fluoksimesterone dapat menyebabkan priapismus pada pasien pria. !enyakit
Hepatoseluler kolestatik dapat menyebabkan komplikasi pada penggunaan erapi dengan androgen dapat menimbulkan gejala prostatisme atau pertumbuhan yang
cepat dari @a prostat. ash kulit, perubahan suara seperti laki#laki, dan perubahan isik adalah
eek samping lainnya pada terapi ini.2,-,1%,1=
% +engurangi iatrogenic blood loss
7udah tentu penatalaksanaan anemia pada penyakit ginjal terminal juga termasuk
pencegahan dan koreksi terhadap aktor iatrogenik yang memperberat. 4ehilangan darah ke
sirkulasi darah ekstrakorporeal dan dari pengambilan yang berlebihan haruslah dalam kadar yang
sekecil mungkin.1%,1=
% )uplementasi besi
8/18/2019 Anemia Pada Chronic Kidney Disease
18/21
8/18/2019 Anemia Pada Chronic Kidney Disease
19/21
N ;ila pemeriksaan setelah - bulan eritin serum 0%% mcg8 dan saturasi
transerun =%', suplementasi besi dapat dilanjutkan dengan dosis 1-#12
sebelumnya.
3% )uplementasi asam 'olat
"sam olat hilang masuk ke dialisat dari darah. *leh karena itu, deisiensi asam olat dan
anemia makrositik dapat terjadi pada pasien dengan asupan protein yang rendah sejak diet dari
pasien dialisis reguler yaitu bebas dan biasanya mengandung asam olat yang cukup, deisiensi
asam olat dan kebutuhan untuk suplementasi asam olat oral tidak diperlukan. "khirnya, dokter
harus lebih hati#hati dalam terapi darah ekstrakorporeal yang memba/a resiko potensial yang
didominasi oleh darah yang terkontaminasi dan kompartemen dialisat seperti logam dan kimia,
yang dapat menyebabkan kerusakkan sel darah merah dan hemolisis.-,1%,1=
4% Trans'usi arah
>ransusi darah dapat diberikan pada keadaan khusus. 6ndikasi transusi darah adalah:
# !erdarahan akut dengan gejala gangguan hemodinamik
# >idak memungkinkan penggunaan B!* dan Hb g d8
# Hb $ gd8 dengan gangguan hemodinamik
# !asien dengan deisiensi besi yang akan diprogram terapi B!* ataupun yang telah mendapat
B!* tetapi respon belum adekuat, sementara preparat besi 6C6M belum tersedia, dapat diberikan
transusi darah dengan hati#hati.
>arget pencapaian Hb dengan transusi darah adalah: #& gd8 (tidak sama dengan target
Hb pada terapi B!*+. >ransusi diberikan secara bertahap untuk menghindari bahaya overhidrasi,
hiperkatabolik (asidosis+, dan hiperkalemia. ;ukti klinis menunjukkan bah/a pemberian
transusi darah sampai kadar Hb 1%#12 gd8 berhubungan dengan peningkatan mortalitas dan
tidak terbukti bermanaat, /alaupun pada pasien dengan penyakut jantung. !ada kelompok
pasien yang direncakan untuk transplantasi ginjal, pemberian transusi darah sedapat mungkin
dihindari. >ransusi darah memiliki resiko penularan Hepatitis virus ; dan @, ineksi H6C serta
potensi terjadinya reaksi transusi.1%,1=
8/18/2019 Anemia Pada Chronic Kidney Disease
20/21
A"TA5 P()TAKA
1.7u/itra 4. !enyakit ginjal kronik. 6n: 7udoyo "), 7etiyohadi ;, "l/i 6, 4 7M, 7etiati 7,
editors: ;uku ajar ilmu penyakit dalam. 0nd ed. Jakarta: 6nterna !ublishingL 2%%&.p.1%-0#=%.
2.ational 4idney Foundation. 4D*56 @linical !ractice 9uidelines or @hronic 4idney Disease:
Bvaluation, classiication and stratiication. "m J 4idney Dis -&: suppl 1, 2%%2.
-.8ongo D8, 4asper D8, Jameson J8, Fauci "7, Hauser "8, 8oscal
8/18/2019 Anemia Pada Chronic Kidney Disease
21/21
&.ational 4idney Foundation. 4D*56 clinical practice guidelines and clinical practice
recommendations or anemia in chronic kidney disease. "merican Journal o 4idney Disease
May 2%%L = (0+: 7A!!8 -.
1%. 6nternational 7ociety o ephrology. 4indey disease improving global outcome: @linical
practice guideline or anemia in chronic kidney disease. 4idney 6nternational 7upplements
2%12L 2: 2$-#--0.
11. 8erma BC. "nemia o chronic disease and renal ailure Pseria onlineQ 2%1- *ct 2$ Pcited 2%1=
Jan 2$QL P11 screensQ. "vailable rom: A8:http:emedicine.medscape.comarticle1-$&$0=#
overvie/Rsho/all
12. Mac9inley J, )alker 9. 6nternational treatment guidelines or anaemia in chronic kidney
disease: /hat has changedS. MJ" 22 July 2%1-L vol 1&& (2+.
1-. 8ocatelli F, @ovic ", Bckardt 4A, )iecek ", Canholder . "nemia management in patients
/ith chronic kidney disease: a potion statement by the anemia /orking group o Buropeanrenal best practice (B;!+. ephrol Dial >ransplant 2%%&L 2=: -=$#-0=.
1=. 7ingh "4, 7