Anatomi Kecambah - Gita

  • Upload
    gita91

  • View
    914

  • Download
    10

Embed Size (px)

Citation preview

ANATOMI KECAMBAH (Laporan Praktikum Teknologi Benih)

Oleh NOOR LAILI AZIZA E1A209015 Kelompok V

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2011

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada kondisi yang menguntungkan, suatu biji akan berkecambah. Apabila biji tersebut dikecambahkan pada misalnya medium tanah maka akan terjadi suatu peristiwa dimana bibit muncul di atas permukaan tanah. Peristiwa ini disebut emergence of seedlings, yang selanjutnya diikuti dengan pertumbuhan bibit menjadi tanaman dewasa (Anonim, 2011). Perkecambahan (germination) merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkannya berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah. Tahap perkecambahan merupakan salah satu tahap kritis yang terjadi pada biji, sehingga diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai fase perkecambahan ini.

Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui keadaan anatomi kecambah dari beberapa jenis benih.

TINJAUAN PUSTAKA

Kecambah adalah tumbuhan (sporofit) muda yang baru saja berkembang dari tahap embrionik di dalam biji dan tahap perkembangan ini disebut perkecambahan. Kecambah biasanya dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu radikula (akar embrio), hipokotil, dan kotiledon (daun lembaga). Dua kelas dari tumbuhan berbunga dibedakan dari cacah daun lembaganya yaitu monokotil dan dikotil. Tumbuhan berbiji terbuka lebih bervariasi dalam cacah lembaganya. Kecambah pinus misalnya dapat memiliki hingga delapan daun lembaga. Beberapa jenis tumbuhan berbunga tidak memiliki kotiledon, dan disebut akotiledon (Kartasapoetra, 2003). Umumnya, struktur yang pertama kali ke luar (protrudes) dari kulit biji pada proses perkecambahan adalah radicle (calon akar), biasanya melalui zona mikrofil, kemudian diikuti oleh keluarnya plumule. Tetapi pada beberapa spesies atau dalam keadaan tertentu untuk spesies yang sama, plumule ke luar lebih dahulu daripada radikel. Pada beberapa jenis biji, daerah mikrofil ini masih terlihat dengan nyata sewaktu biji telah masak, umpamanya kedelai. Pada tahap pertumbuhan selanjutnya, radikel bertumbuh menjadi akar primer dari mana keluar akar sekunder. Pada beberapa tanaman, seperti jagung, dalam waktu relatif bersamaan, juga keluar akar seminal yang berasal dari daerah inisiasi akar seminal yang terletak dalam jaringan embrionik. Pada monokotil (seperti pada jagung) kemudian dibentuk akar adventif yang ke luar dari zona mesokotil, berasal dari perisikel. Akar adventif yang kemudian disebut akar serabut inilah yang mempertahankan kehidupan dan meneruskan pertumbuhan selanjutnya daripada bibit atau tanaman jagung (Soendjot, 2008).

Bersamaan dengan kotiledon, pada dikotil, plumule tumbuh membesar dan memanjang muncul ke permukaan tanah mencapai cahaya matahari. Sedangkan pada monokotil, plumule terlebih dahulu menembus koleotil sebelum melanjutkan pertumbuhannya. Pertumbuhan akar adalah sangat penting, kian cepat kian baik untuk pertumbuhan bibit atau tanaman tersebut. Setelah bibit muncul ke permukaan tanah, akar ini akan berfungsi untuk menambat bibit kepada tanah, untuk menyerap air (makanan) dari tanah, menggantikan zat makanan cadangan yang diserap dari endosperm dan koleoptil. Pada dikotil (famili legume), dapat dibedakan dengan tegas dua struktur pokok pada bibit, yaitu hipokotil, bagian batang antara kotiledon dan radikel dari embrio atau bibit muda dan epikotil yaitu bagian batang antara kotiledon dan daun pertama dari embrio atau bibit muda. Berdasarkan kepada letak kotiledon atau scutellum terhadap permukaan tanah, maka dapat dibedakan dua tipe bibit yaitu bibit epigeal dan bibit hipogeal. Menurut Sutopo (2002) dalam Ependi (2009) tipe perkecambahan epigeal adalah dimana munculnya radikel diikuti dengan memanjangnya hipokotil secara keseluruhan dan membawa serta kotiledon dan plumula ke atas permukaan tanah. Sedangkan tipe hipogeal dimana munculnya radikel diikuti dengan pemanjangan plumula, hipokotil tidak memanjang ke atas permukaan tanah sedangkan kotiledon tetap berada di dalam kulit biji di bawah permukaan tanah. Proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisologi, dan biokimia. Tahap pertama suatu perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air oleh benih,

melunaknya kulit benih, dan hidrasi dari protoplasma. Tahap kedua dimulai dengan kegiatan-kegiatan sel dan enzim-enzim serta naiknya tingkat respirasi benih tahap ketiga merupakan tahap dimana terjadi penguraian bahan-bahan seperti karbohidrat, lemak, dan protein menjadi bentuk-bentuk yang melarut dan ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh. Tahap keempat adalah asimililasi dari bahan-bahan yang telah diuraikan tadi di daerah meristematik untuk menghasilkan energi baru. Kegiatan pembentukan komponen dan pertumbuhan sel baru. Tahap kelima adalah pertumbuhan dari kecambah melalui proses pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuh. Sementara penyerapan air oleh benih terjadi pada tahap pertama biasanya berlangsung sampai jaringan mempunyai kandungan air 40 60 % (atau 67 150 % atas dasar berat kering). Dan akan meningkat lagi pada saat munculnya radikula sampai jaringan penyimpanan dan kecambah yang sedang tumbuh mempunyai kandunga air 70 90 %. Metabolisme sel-sel mulai setelah menyerap air yang meliputi reaksi-reaksi perombakan yang biasa disebut katabolisme dan sintesa komponen-komponen untuk pertumbuhan disebut anabolisme. Proses metabolisme ini akan berlangsung terus dan merupakan pendukung dari pertumbuhan kecambah sampai tanaman dewasa. Pada proses perkecambahan ada beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam meliputi tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi, dan penghambat perkecambahan. Sedangkan faktor luar meliputi air, temperatur, oksigen, cahaya, dan medium.

Tingkat kemasakan benih. Biji yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai, tidak mempunyai viabilitas tinggi, bahkan pada beberapa jenis tanaman benih demikian tidak akan dapat berkecambah. Diduga pada tingkatan tersebut benih belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan juga pembentukan embrio terjadi sempurna. Ukuran benih. Di dalam jaringan penyimpannya benih memiliki karbohidrat, protein, lemak, dan mineral. Di mana bahan-bahan ini diperlukan sebagai bahan baku dan energi pada saat perkecambahan. Diduga bahwa benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan lebih banyak dibandingkan yang kecil, mungkin pula embrionya lebih besar. Ukuran benih menunjukkan korelasi positif terhadap kandungan protein pada benih sorgum, makin besar atau berat ukuran benih maka kandungan proteinnya makin meningkat pula. Dormansi. Suatu benih dikatakan dorman apabila benih itu sebenarnya viable (hidup) tetapi tidak mau berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan lingkungan yang memenuhi syarat bagi perkecambahannya. Periode dormansi ini dapat berlangsung musiman atau dapat juga selama beberapa tahun, tergantung pada jenis benih dan tipe dormansinya. Dormansi dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain impermiabilitas kulit biji baik terhadap gas ataupun karena resistensi kulit biji terhadap pengaruh mekanis, embrio yang rudiameter, dormansi sekunder, dan bahan-bahan penghambat perkecambahan. Tetapi dengan perlakuan khusus maka benih yang dorman dapat dirangsang untuk berkecambah, misalnya perlakuan stratifikasi, direndam dalam larutan sulfat, dan lain-lain.

Penghambat perkecambahan. Banyak zat-zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan benih yaitu larutan dengan tingkat osmotik tinggi, misal larutan manitol, larutan NaCl, bahan-bahan yang mengganggu lintasan metabolisme, herbisida, auksin, coumarin dan bahan-bahan yang terkandung dalam buah (Hatta, 2005). Air. Air merupakan salah satu syarat penting bagi berlangsungnya proses perkecambahan. Dua faktor yang mempengaruhi penyerapan air oleh benih adalah sifat dari benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan junlah air yang tersedia pada medium di sekitarnya. Banyaknya air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis benih. Tetapi umumnya tidak melampaui dua atau tiga kali dari berat keringnya. Tingkat pengambilan air juga dipengaruhi oleh temperatur, temperatur yang tinggi menyebabkan meningkatnya kebutuhan air. Temperatur. Temperatur merupakan syarat penting kedua bagi

perkecambahan benih. Temperatur optimum adalah temperatur yang paling menguntungkan bagi berlangsungnya perkecambahan. Pada kisaran temperatur ini terdapat persentase perkecambahan yang tertinggi. Temperatur optimum bagi kebanyakan benih tanaman benih antara 26,5-35oC. Di bawah itu pada temperatur minimum terendah 0-5oC kebanyakan jenis benih akan gagal untuk berkecambah atau terjadi kerusakan yang mengakibatkan terbentuknya kecambah abnormal. Oksigen. Pada proses respirasi akan berlangsung selama benih masih hidup. Pada saat perkecambahan berlangsung proses respirasi akan meningkat disertai pula dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan karbondioksida, air, dan energi yang berupa panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan mengakibatkan terhambatnya proses perkecambahan benih.

Cahaya. Hubungan antara pengaruh cahaya dan perkecambahan benih dikontrol oleh suatu sistem pigmen yang dikenal sebagai phytochrome yang tersusun dari chromophore dan protein. Chromophore adalah bagian yang peka pada cahaya. Benih yang dikecambahkan dalam kedaan gelap dapat menghasilkan kecambah yang mengalami etiolasi yaitu terjadinya pemanjangan yang tidak normal pada hipokotil atau epikotilnya, kecambah berwarna pucat serta lemah. Medium. Medium yang baik untuk perkecambahan haruslah mempunyai sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyimpan air dan bebas dari organisme penyebab penyakit utama cendawan damping off. Tanah dengan tekstur lempung berpasir dan dilengkapi dengan bahan-bahan organik merupakan medium yang baik untuk kecambah yang ditransplantingkan ke lapangan. Pasir dapat digunakan sebagai medium dipersemaian. Kondisi fisik dari tanah sangat penting bagi berlangsungnya kehidupan berkecambah menjadi tanaman dewasa. Benih akan terhambat perkecambahannya pada tanah yang padat, karena benih berusaha keras untuk menembus ke permukaan tanah. Selain medium, tingkat kedalaman penanaman benih juga dapat mempengaruhi perkecambahan benih. Hal ini juga mempunyai hubungan erat dengan kondisi fisik tanah. Pada tanah gembur benih yang ditanam sedikit dalam tidak akan banyak mempengaruhi perkecambahan. Berbeda dengan tanah yang lebih padat dimana sebaiknya benih ditanam tidak terlalu dalam untuk memudahkan kecambah muncul ke permukaan tanaman. Tatapi harus diingat jangan sampai menanam benih terlalu dangkal.

Sewaktu perkecambahan, pada biji famili graminae, umpamanya pada padi, gandum, jagung, kotiledon (satu buah) yang di sini disebut scutellum, tetap tinggal di dalam tanah. Scutellum berfungsi sebagai organ penyerap makanan dari endosperm dan mengantarkannya kepada jaringan embrionik yang sedang tumbuh. Sewaktu perkecambahan ini yang pertama kali keluar adalah radikel. Segera kemudian, pada radikel ini keluar akar-akar cabang (akar lateral), bersamasama dengan kar primer membentuk sistem akar primer. Sistem akar primer ini biasanya hanya berfungsi untuk sementara, dan kemudian mati. Akan tetapi, pada beberapa tanaman serealia, ia tetap hidup dan berfungsi aktif untuk beberapa bulan. Fungsi sistem akar primer ini kemudian digantikan oleh akar-akar adventif yang keluar dari nodus batang yang pertama dan beberapa nodus di atasnya. Sistem akar adventif atau akar serabut inilah yang menjamin kehidupan tanaman tersebut selanjutnya dalam hal penyerapan air dan bahan makanan dari tanah dan sebagai alat penambat pada tanah (Sutopo, 2002).

BAHAN DAN METODE

Bahan dan Alat

Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah: Biji padi, berfungsi sebagai bahan percobaan yang akan diamati. Biji jagung, berfungsi sebagai bahan percobaan yang akan diamati. Biji kacang kedelai, berfungsi sebagai bahan percobaan yang akan diamati. Biji kacang nagara, berfungsi sebagai bahan percobaan yang akan diamati.

Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah: Plastik gula, digunakan untuk media perkecambahan. Kertas gambar, digunakan untuk menggambar anatomi benih. Pensil warna, digunakan untuk mewarnai gambar benih.

Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru, pada hari Selasa, tanggal 18 Oktober 2011 pukul 08.00-10.00 Wita.

Prosedur Kerja

1. 2. 3. 4. 5.

Mempersiapkan alat dan bahan. Mengambil masing-masing 10 benih direndam selama 24 jam. Menyiapkan tanah dan benih ditanam pada media perkecambahan. Menjaga kelembaban tanah dan memelihara selama 6 hari. Mengamati dan menggambar bagian-bagian kecambah dari masingmasih benih.

6.

Membereskan alat dan bahan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pengamatan yang dilakukan memperoleh hasil sebagai berikut :

Gambar 1. Anatomi Kecambah Padi KETERANGAN 1 1. Plumule 2 2. Koleoptil 4 3 5 3. Endosperm 4. Akar primer 5. Akar seminal

Gambar 2. Anatomi Kecambah Jagung KETERANGAN 1 2 1. Plumule 2. Koleoptil 4 3 5 4. Akar primer 5. Akar seminal 3. Endosperm

Gambar 3. Anatomi Kecambah Kacang Kedelai 6 KETERANGAN

1

1. Daun 2. Epikotil 3 3. Kotiledon 5 4. Hipokotil 2 5. Akar primer 4 6. Akar sekunder

Gambar 4. Anatomi Kecambah Kacang Nagara 2 1 3 1. Daun 2. Epikotil 3. Kotiledon 4 6 4. Hipokotil 5. Akar primer 6. Akar sekunder 5 KETERANGAN

Pembahasan

Dari hasil praktikum anatomi kecambah dikotil dan monokotil diperoleh bahwa kecambah tanaman dikotil dan monokotil mempunyai bagian-bagian kecambah yaitu plumule, radikula, koleoptil, endosperm, akar primer, akar seminal, daun hipokotil dan kotiledon. 1. Plumula Plumula merupakan bakal calon batang yang tumbuh selama masa perkecambahan. Fungsinya adalah sebagai bagian tanaman yang akan mengalami perkembangan ke atas untuk membentuk batang dan daun. 2. Radikula Radikula merupakan bakal calon akar yang tumbuhn selama masa perkecambahan. Fungsinya adalah sebagai bagian tanaman yang akan berkembang menjadi akar tanaman yang akan menyokong dan menyuplai bahan bahan makanan untuk diproses pada bagian tanaman lainnya. 3. Endosperm Endosperm adalah jaringan cadangan makanan bagi embryo, mempunyai chromosone 3n (triploid) pada angiospermae dan n (haploid) pada gymnospermae. Endosperm pada angiospermae berasal dari penyatuan salah satu sperm cell yang haploid dengan dua pollar nuclei (triple fusion) sehingga terbentuk jaringan yang triploid. Tiga tipe pembentukan endosperm adalah tipe nuclear, tipe cellular dan tipe helobial.

Makanan cadangan dalam biji antara lain adalah Karbohidrat ; Karbohidrat merupakan bagian yang terbesar pada kebanyakan biji. Terdapat sebagai zat tepung (starch) dalam bentuk disaccharides dan polysaccharides, dijumpai dalam embryo maupun endosperm. Lemak (fats) ; Lemak dan minyak umumnya terdapat di dalam tumbuhan baik pada organ vegetatif maupun pada organ reproduktif, tetapi lebih banyak dalam biji sebagai makanan cadangan. Protein ; Kadar protein pada biji legumes umumnya lebih tinggi dibandingkan dengan biji tanaman family lainnya. 4. Akar Meristem apikal selalu membelah diri menghasilkan sel-sel baru. sel-sel baru terbentuk pada bagian tudung akar atau bagian dalam meristem apikal. Pembelahan meristem apikal membentuk daerah pemanjangan atau Zona perpanjangan sel. Di belakangnya terdapat Zona differensiasi sel dan zona pendewasaan sel. Pada zona differensiasi sel, sel-sel akar berkembangmenjaadi beberapa sel permanen, misalnya beberapa sel terdifferensiasi menjadi xilem, floem, parenkim, dan sklerenkim. Akar berfungsi antara lain untuk melekatkan tumbuhan pada media (tanah) karena akar memiliki kemampuan untuk menerobos lapisan tanah, menyerap garam, mineral, dan air, melalui bulu-bulu akar, air masuk ke dalam tubuh tumbuhan, Pada beberapa tanaman, akar digunakan sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan, contohnya pada ubi, kentang, wortel, dan lain-lain, ada tanaman tertentu, seperti bakau berperan untuk pernafasan.

Akar adalah bagian tumbuhan yang berfungsi menyerap air dan mineral dari tanah. Pada umumnya, akar memiliki ciri-ciri sebagai berikut : Tidak berbuku-buku sehingga tidak beruas-ruas dan tidak mendukung daun, sisik atau bagian lainnya. 1. Warna tidak hijau, biasanya keputih-putihan atau kekuning-kuningan. 2. Tumbuh terus pada ujungnya. 3. Bentuk sering kali meruncing sehingga lebih mudah untuk menembus tanah. 4. Tumbuh dengan arah ke pusat bumi (geotrop) atau menuju ke air (hidrotrop), meninggalkan arah datangnya cahaya. Macam-macam akar : di dalam biji sebenarnya sudah terdapat calon akar yang disebut akar lembaga (radikula). pada perkembangan selanjutnya kalaubiji mulai berkecambah sampai menjadi tumbuhan dewasa, akar lembaga

dapatmemperlihatkan perkembangan yang berbeda sehingga pada tumbuhan dibedakan dua macam sistem perakaran, yaitu akar tunggang dan akar serabut. Akar tunggang umumnya ditemukan pada tenaman dikotil akar tunggang adalah akar primer atau akar lembaga yang terus tumbuh membesar dan memanjang. Akar tersebut menjadi akar pokok yang menopang tegaknya tubuh tumbuhan dan dalam perkembangannya membentuk cabang-cabang akar yang lebih kecil. Pada beberapa tanaman dikotil, akarnya ada yang membesar untuk menyimpan air dan cadangan makanan, seperti wortel, singkong, dan lobak. Akar serabut umumnya ditemukan pada tanaman monokotil akar serabut adalah akar yang timbul dari pangkal batang sebagai akar primer atau akar lembaga yang mati. akar tersebut bentuknya seperti serabut. baik sistem akar tunggang maupun akar serabut, masing-masing akan dapat bercabang-cabang

untuk memperluas bidang penyerapan dan untuk memperkuat berdirinya batang tumbuhan. Jaringan penyusun akar mulai dari luar hingga ke dalam : Jaringan epidermis adalah jaringan paling luar penyusun akar yang bersifat semipermeable, sebagai jalan masuknya air dan garam-garam mineral ke dalam tumbuha. 1. Korteks adalah jaringan yang berfungsi sebagai penyimpan cadangan makanan. 2. Endodermis adalah jaringan yang berfungsi mengatur pengangkutan garam mineral dan air dari korteks ke dalam silinder pusat. 3. Silinder pusat, di dalamnya terdapat xilem (jaringan pengangkut garam mineral danair menuju daun) dan floem (jaringan pengangkut hasil fotosintesis dari daun menuju seluruh tubuh tumbuhan). 5. Kotiledon Kotiledon (disebut juga kotil atau daun lembaga) adalah bakal daun yang terbentuk pada embrio. Kotiledon merupakan organ cadangan makanan pada biji sekelompok tumbuhan, sekaligus organ fotosintetik pertama yang dimiliki oleh tumbuhan yang baru saja berkecambah. Walaupun bagi kecambah ia berfungsi seperti daun, kotiledon tidak memiliki anatomi yang lengkap seperti daun sejati. Biji yang menyimpan cadangan makanan di kotiledon bagi kecambah disebut sebagai biji kotiledonik. Pada tumbuhan dengan biji kotiledonik, kotiledon telah terbentuk pada saat tumbuhan masih di dalam biji (embrio atau lembaga). Yang tergolong tumbuhan semacam ini misalnya dari suku polong-polongan (Fabaceae) dan suku kubis-kubisan (Brassicaceae).

Klasifikasi tumbuhan klasik membedakan dua kelompok besar tumbuhan berbunga (Angiospermae) berdasarkan cacah kotiledonnya: Dicotyledoneae (berkotil dua) dan Monocotyledoneae (berkotil tunggal). Walaupun jarang dikemukakan, tumbuhan berbiji terbuka juga memiliki kotiledon, namun banyaknya untuk setiap spesies berbeda-beda sehingga tidak dapat digunakan sebagai penciri. Tumbuhan disebut hipogeal ("hypogeal") apabila dalam

perkecambahannya kotiledon tidak muncul ke permukaan (misalnya jagung), dan disebut epigeal apabila dalam perkecambahannya kotiledon muncul di atas permukaan tanah/media tumbuh(misalnya kacang tanah). Pada kecambah epigeal, tangkai di bagian bawah kotiledon disebut hipokotil dan tangkai di bagian atas kotiledon disebut epikotil.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Kecambah adalah tumbuhan (sporofit) muda yang baru saja berkembang dari tahap embrionik di dalam biji dan tahap perkembangan ini disebut perkecambahan. Kecambah biasanya dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu radikula (akar embrio), hipokotil, dan kotiledon (daun lembaga). 2. Struktur yang pertama kali ke luar (protrudes) dari kulit biji pada proses perkecambahan adalah radicle (calon akar), biasanya melalui zona mikrofil, kemudian diikuti oleh keluarnya plumule. Tetapi pada beberapa spesies atau dalam keadaan tertentu untuk spesies yang sama, plumule ke luar lebih dahulu daripada radikel. 3. Plumula merupakan bakal calon batang yang tumbuh selama masa perkecambahan. Fungsinya adalah sebagai bagian tanaman yang akan mengalami perkembangan ke atas untuk membentuk batang dan daun. 4. Radikula merupakan bakal calon akar yang tumbuh selama masa perkecambahan. Fungsinya adalah sebagai bagian tanaman yang akan berkembang menjadi akar tanaman yang akan menyokong dan menyuplai bahan bahan makanan untuk diproses pada bagian tanaman lainnya.

Saran

Sebaiknya kepada seluruh praktikan agar lebih teliti lagi sehingga dapat memahami dan mengetahui bagian-bagian dari anatomi kecambah.

DAFTAR PUSTAKA Anonim 1. 2011. Anatomi Kecambah. http://ramadhan.20m.com/whats_new.html. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2011. Hatta, 2005. Penelitian Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura. Bahan Ajar Online untuk mata kuliah: (1) Perbanyakan Tanaman Lanjut, (2) Kultur Jaringan, dan (3) Pemuliaan Tanaman. Fakultas Pertanian Unsri & Program Pascasarjana Unsri. Kartasapoetra, Ance G. 2003. Teknologi Benih. Jakarta : Rineka Cipta. Soendjot, 2008. Prosiding Ekspose Hasil Penelitian dan Uji Coba Balai Teknologi Benih Banjar Baru. Upaya Peningkatan Mutu dan Produktifitas Pangan Menuju Pengelolaan Pangan Lestari. BTR Banjarbaru. Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Malang: Fakultas Pertanian UNBRAW.