31
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG System endokrin seperti halnya system saraf, menyesuaikan dan mengatur berbagai aktivitas system tubuh, sehingga system tubuh tersebut dapat menjawab kebutuhan lingkungan eksternal dan internal yang selalu berubah. Integrasi endokrin dilaksanakan oleh sinyal kimiawin yang isekresikan oleh kelenjar buntu dan dihantarkan melalui sirkulasi darah ke sel sasaran. B. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana anatomi organ-organ system perkemihan? 2. Bagaimana fisiologi system perkemihan? 3. Bagaimana proses pembentukan dan komposisi urin? 4. Bagaimana proses penyimpanan dan eliminasi urin? 5. Bagaimana proses pemekatan urine, mekanisme counter current? C. TUJUAN 1. Mengetahui anatomi organ-organ system perkemihan. 2. Mengetahui fisiologi system perkemihan. 3. Mengetahui proses pembentukan dan komposisi urin. 4. Mengetahui proses penyimpanan dan eliminasi urin. 1

Anatomi Fisiologi Sistem Urinaria

Embed Size (px)

DESCRIPTION

campus task

Citation preview

Page 1: Anatomi Fisiologi Sistem Urinaria

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

System endokrin seperti halnya system saraf, menyesuaikan dan

mengatur berbagai aktivitas system tubuh, sehingga system tubuh tersebut

dapat menjawab kebutuhan lingkungan eksternal dan internal yang selalu

berubah. Integrasi endokrin dilaksanakan oleh sinyal kimiawin yang

isekresikan oleh kelenjar buntu dan dihantarkan melalui sirkulasi darah ke

sel sasaran.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana anatomi organ-organ system perkemihan?

2. Bagaimana fisiologi system perkemihan?

3. Bagaimana proses pembentukan dan komposisi urin?

4. Bagaimana proses penyimpanan dan eliminasi urin?

5. Bagaimana proses pemekatan urine, mekanisme counter current?

C. TUJUAN

1. Mengetahui anatomi organ-organ system perkemihan.

2. Mengetahui fisiologi system perkemihan.

3. Mengetahui proses pembentukan dan komposisi urin.

4. Mengetahui proses penyimpanan dan eliminasi urin.

5. Mengetahui proses pemekatan urine, mekanisme counter current.

1

Page 2: Anatomi Fisiologi Sistem Urinaria

BAB II

PEMBAHASAN

A. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM URINARIUS

Ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra membentuk system urinarius.

Fungsi utama ginjal adalah mengatur cairan serta elektrolit dan komposisi

asam – basa cairan tubuh, mengeluarkan produk akhir metabolik dari dalam

darah dan mengatur tekanan darah. Urin yang terbentuk sebagai hasil dari

proses ini diangkut dari ginjal melelui ureter ke dalam kandung kemih tempat

urin tersebut disimpan untuk sementara waktu. Pada saat urinasi, kandung

kemih berkontraksi dan urin akan diekskresikan dari tubuh lawat uretra.

1. GINJAL

Adalah organ berbentuk seperti kacang, berwarna merah tua,

panjangnya sekitar 12,5 cm, tebal 2,5 cm. Setiap ginjal memiliki berat

antara 125 – 175 gram pada laki – laki dan 115 – 155 gram pada

perempuan. Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, posisi ginjal

kanan lebih rendah dari ginjal kiri karena diatas ginjal kanan terdapat hati.

Setiap ginjal diselubungi oleh 3 lapisan jaringan ikat yaitu :

a. Facial renal adalah pembungkus terluar yang mempertahankan posisi

organ

b. Lemak perineal adlah jaringan adipose yang terbungkus facial ginjal.

Jaringan ini membantali ginjal dan membantu organ tetap pada

posisinya

c. Kapsul fibrosa adalah membrane halus transparan yang langsung

membungkus ginjal dan dapat dengan mudah dilepas.

Struktur nefron. Satu ginjal mengandung 1 – 4 juta nefron yang

merupakan unit pembentuk urin. Nefron adalah unit structural dan

fungsional dari ginjal, setiap nefron memiliki satu komponen vaskuler

( kapiler ) dan satu komponen turbular.

2

Page 3: Anatomi Fisiologi Sistem Urinaria

a. Glomerulus adalah gulungan kapilar yang dikelilingi kapsul epitel

berdinding ganda disebut kapsul bowman. Glomerulus dan kapsul

bowman bersama-sama membentuk sebuah korpuskel ginjal.

b. Tubulus kontortus proksimal panjangnya mencapai 15 mm dan sangat

berliku. Pada permukaan yang menghadap lumen tubulus ini terdapat

sel-sel epitel kuboid yang kaya akan mikrovilus (brush border) dan

memperluas area permukaan lumen.

c. Ansa henle. Tubulus kontortus proksimal mengarah ke tungkai

desenden ansa henle yang masuk kedalam medulla membentuk

lengkungan jepit yang tajam dan membalik keatas membentuk tungkai

asenden ansa henle.

d. Tubulus kontortus distal juga sangat berlku, panjannya sekitar 5mm

dan membentuk segmen terakhir nefron.

e. Tubulus dan duktus pengumpul. Karena setiap tubulus pengumpul

berdesenden di korteks, maka tubulus tersebut akan mengalir ke

sejumlah tubulus kontortus distal. Tubuluh pengumpul duktuk

pengumpu besar yang lurus. Duktus penumpul membentuk tuba yang

lebih besar yang mengalirkan urine kedalam kaliks mayor. Dari pelvis

ginjal, urine dikeluarkan dialirkan ke ureter yang mengarah ke kandung

kemih.

3

Page 4: Anatomi Fisiologi Sistem Urinaria

4

Page 5: Anatomi Fisiologi Sistem Urinaria

Suplai Darah

1. Arteri ranalis adalah percabangan aorta abdomen yang mensuplai

masing–masing ginjal dan masuk ke hilus malalui cabang arterior

dan posterior.

2. Cabang anterior dan posterior arteri renalis membentuk arteri –

arteri interlobaris yang mengalir diantara piramida – piramida ginjal.

3. Arteri arkuata berasal dari arteri interlobaris pada area pertemuan

korteks dan medulla.

4. Arteri interlobularis merupakan percabangan arteri arteari arkuata

di sudut kanan dan melewati korteks.

5. Arteriol aferen berasal dari arteri interlobularis. Suatu arteriol aferen

membentuk sekitar 50 kapilar yang membentuk glomerulus.

Fungsi Ginjal

Fungsi ginjal terdiri dari :

1. Pengeluaran zat sisa organik.

Ginjal mengekskresi urea, asam urat, kreatinin, dan produk

penguraian hemoglobin dan hormon.

2. Pengaturan Keseimbangan Asam - Basa Tubuh.

Ginjal mengendalikan ekskresi ion hydrogen ( H+), bikarbonat

( HCO3- ), dan ammonium ( NH4

- ) serta memproduksi urin asam

atau basa, bergantung pada kebutuhan tubuh

Asam ( H+ ) disekresikan oleh sel – sel tubulus ginjal ke dalam

filtrate, dan disini dilakukan pendaparan terutama oleh ion – ion

fosfat serta ammonia ( ketika didapar dengan asam, ammonia akan

berubah menjadi ammonium ). Fosfat terdapat dalam filtrate

glomerulus dan ammonia dihasilkan oleh sel – sel tubulus ginjal

serta dikresikan ke dalam cairan tubuler. Melalui proses

pendaparan, ginjal dapat mengekskresikan sejumlah besar asam

dalam bentuk yang terikat tanpa menurunkan lebih lanjut nilai pH

urin.

5

Page 6: Anatomi Fisiologi Sistem Urinaria

3. Pengaturan Konsentrasi ion – ion penting

Ginjal mengekskresi ion natrium, kalium, kalsium, sulfat dan fosfat.

Ekskresi ion – ion ini seimbang dengan asupan dan ekskresinya

melalui rute lain, seperti saluran gastrointestinal atau kulit.

4. Pengaturan Produksi Sel Darah Merah

Ginjal melepas eritropoitin, yang mengatur produksi sel darah

merah dalam sumsum tulang.

5. Pengaturan Tekanan Darah

Suatu hormone yang dinamakan rennin disekresikan oleh sel – sel

vtjukstaglomerular ketika tekanan darah menurun. Suatu enzim

akan mengubah rennin menjadi angiotensin I yang akan diubah

menjadi angiotensin II, yaitu senyawa vasokonstriktor paling kuat.

Vasokonstriksi menyebabkan peningkatan tekanan darah.

Aldosteron disekresikan oleh korteks adrenal sebagai reaksi

terhadap stimulasi oleh kelenjar hipofisis dan pelepasan ACTH

sebagai reaksi terhadap perfusi yangjelek atau peningkatan

osmolalitas serum. Akibatnya adalah peningkatan tekanan darah.

Tekanan darah menurun

Ginjal renin ( disekresikan oleh sel – sel jukstaglomerular)

Hati Angiotensin I

Kelenjar hipofisis Angiotensin II (vasokonstriktor kuat)

ACTH Aldosteron (dilepas oleh kelenjar adrenal)

Kelenjar adrenal Retensi air dan natrium

Volume cairan ekstrasel meningkat

6

Meningkatkan tekanan darah

Page 7: Anatomi Fisiologi Sistem Urinaria

6. Pengendalian terbatas terhadap konsentrasi glukosa darah dan

asam amino darah.

Ginjal melalui eksresi glikosa dan asam amino berlebih,

bertanggung jawab atas konsentrasi nutrient dalam darah.

7. Pengeluaran zat beracun.

Ginjal mengeluarakan polutan, zat tambahan makanan, obat –

obatan, atau zat kimia asing lain dari tubuh.

2. URETER

Ureter adalah perpanjangan tubular berpasangan dan berotot dari

pelvis ginjal yang merentang sampai kandung kemih. Setiap ureter

panjangnya antara 25–30 cm dan berdiameter 4-6 mm.

Saluran ini menyempit di 3 tempat :

a. Di titik asal ureter pada pelvis ginjal

b. Di titik saat melewati pinggiran pelvis

c. Di titik pertemuannya dengan kandung kemih

Dinding ureter terdiri dari 3 lapisan jaringan : lapisan terluar adalah lapisan

fibrosa, ditengah adalah muskularis longtudinal ke arah dalam dan otot

polos sirkular ke arah dalam dan otot polos sirkular ke arah luar dan

lapisan terdalam adalah epitelium mukosa yang mensekresi selaput

mukus pelindung.

3. KANDUNG KEMIH ( VESIKA URINARIA )

Adalah organ muscular berongga yang berfungsi sebagai tempat

penyimpanan urin, pada laki – laki, kandung kemih terletak tepat di

belakang simfisis pubis dan di depan rectum. Pada perempuan, organ ini

terletak agak di bawah uterus di depan vagina. Ukurannya sebesar

kacang kenari dan terletak di pelvis saat kosong, organ berbentuk seperti

buah pir dan dapat mencapai umbilicus dalam rongga abdominopelvis jika

penuh berisi urin.

7

Page 8: Anatomi Fisiologi Sistem Urinaria

Kandung kemih ditopang dalam rongga pelvis dengan lipatan –

lipatan peritoneum dan kondensasi fasia.

a. Dinding kandung kemih terdiri dari 4 lapisan :

1) Serosa, adalah lapisan terluar, lapisan perpanjangan lapisan

peritoneal rongga abdomenopelvis dan hanya ada di bagian atas

pelvis.

2) Otot destrusor adalah lapisan tengah. Lapisan ini tersusun dari

berkas – berkas otot polos yang satu sama lain saling membentuk

sudut. Ini untuk memastikan bahwa selama urinasi, kandung kemih

akan berkontraksi dengan serempak ke segala arah

3) Sub mukosa adalah lapisan yang terletak dibawah mukosa dan

menghubungkannya dengan muskularis.

4) Mukosa adalah lapisan terdalam. Lapisan ini merupakan lapisan

epitel yang tersusun dari epithelium transisional.

b. Trigonum, adlah area halus, triangular, dan relative tidak dapat

berkembang yang terletak secara internal di bagian dasar kandung

kemih.

4. URETRA

Mengalirkan urin dari kandung kemih ke bagian eksterior tubuh.

Uretra laki – laki panjangnya mencapai 20 cm dan melalui kelenjar

prostate dan penis.

a. Uretra prostatic dikelilingi oleh kelenjar prostat. Uretra ini

menerima dua duktus ejaculator yang masing-masing terbentuk dari

penyatuan duktus deferen dan duktus kelenjar vesikel seminal, serta

menjadi tempat bermuaranya sejumlah duktus dari kelenjar prostat.

b. Uretra membranosa adalah bagian terpendek. Bagian ini

berdinding tipis dan dikelilingi otot rangka sfingter uretra eksternal.

c. Uretra karvenous merupakan bagian yang terpanjang.

Bagian ini menerima duktus kelenjar bulbouretra dan merentang

sampai orifisium uretra eksternal pada ujung penis.

8

Page 9: Anatomi Fisiologi Sistem Urinaria

Uretra pada perempuan, berukuran pendek ( 3,75 cm ). Saluran ini

membuka keluar tubuh melalui orifisium uretra eksternal yang terletak

dalam vestibulum antara klitoris dan mulut vagina. Panjangnya uretra laki

– laki cenderung menghambat invasi bakteri ke kandung kemih (sistitis)

yang lebih sering terjadi pada perempuan.

Proses Pembentukan Urin

Glomerulus berfungsi sebagai ultra filtrasi, pada simpai bowmen

berfungsi sebagai/ untuk menampung hasil filtrasi dari glomerulus. Pada

tubulus ginjal akan terjadi penyerapan kembali dari zat – zat yamg sudah

disaring pada glomerulus, sisa cairan akan diteruskan ke piala ginjal terus

berlanjut ke ureter.

Urin berasal dari darah yang dibawa arteri renalis masuk ke dalam

ginjal, darah ini terdiri dari bagian yang padat yaitu sel darah dan bagian

plasma darah.

Tahap tahap pembentukan urin :

a. Penyaringan ( Filtrasi )

Filtrasi darah terjadi di glomerulus, dimana jaringan kapiler dengan

struktur spesifik dibuat untuk menahan komponen selular dan medium-

molekular-protein besar kedalam vascular system, menekan cairan

yang identik dengan plasma di elektrolitnya dan komposisi air. Cairan

ini disebut filtrate glomerular. Tumpukan glomerulus tersusun dari

jaringan kapiler. Di mamalia, arteri renal terkirim dari arteriol afferent

dan melanjut sebagai arteriol eferen yang meninggalkan glomrerulus.

Tumpukan glomerulus dibungkus didalam lapisan sel epithelium yang

disebut kapsula bowman. Area antara glomerulus dan kapsula

bowman disebut bowman space dan merupakan bagian yang

mengumpulkan filtrate glomerular, yang menyalurkan ke segmen

pertama dari tubulus proksimal. Struktur kapiler glomerular terdiri atas

3 lapisan yaitu : endothelium capiler, membrane dasar, epiutelium

visceral. Endothelium kapiler terdiri satu lapisan sel yang

9

Page 10: Anatomi Fisiologi Sistem Urinaria

perpanjangan sitoplasmik yang ditembus oleh jendela atau fenestrate

(Guyton.1996).

Dinding kapiler glomerular membuat rintangan untuk pergerakan air

dan solute menyebrangi kapiler glomerular. Tekanan hidrostatik darah

didalam kapiler dan tekanan oncotik dari cairan di dalam bowman

space merupakan kekuatan untuk proses filtrasi. Normalnya tekanan

oncotik di bowman space tidak ada karena molekul protein yang

medium-besar tidak tersaring. Rintangan untuk filtrasi ( filtration barrier

) bersifat selektiv permeable. Normalnya komponen seluler dan protein

plasmatetap didalam darah, sedangkan air dan larutan akan bebas

tersaring (Guyton.1996).

Pada umunya molekul dengan raidus 4nm atau lebih tidak tersaring,

sebaliknya molekul 2 nm atau kurang akan tersaring tanpa batasan.

Bagaimanapun karakteristik juga mempengaruhi kemampuan dari

komponen darah untuk menyebrangi filtrasi. Selain itu beban listirk

(electric charged ) dari setiap molekul juga mempengaruhi filtrasi.

Kation ( positive ) lebih mudah tersaring dari pada anion. Bahan-bahan

kecil yang dapat terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino,

natrium, kalium, klorida, bikarbonat, garam lain, dan urea melewati

saringan dan menjadi bagian dari endapan. Hasil penyaringan di

glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin primer) yang komposisinya

serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein (Guyton.1996).

b. Penyerapan ( Absorsorbsi)

Tubulus proksimal bertanggung jawab terhadap reabsorbsi bagian

terbesar dari filtered solute. Kecepatan dan kemampuan reabsorbsi

dan sekresi dari tubulus renal tidak sama. Pada umumnya pada

tubulus proksimal bertanggung jawab untuk mereabsorbsi ultrafiltrate

lebih luas dari tubulus yang lain. Paling tidak 60% kandungan yang

tersaring di reabsorbsi sebelum cairan meninggalkan tubulus

proksimal. Tubulus proksimal tersusun dan mempunyai hubungan

10

Page 11: Anatomi Fisiologi Sistem Urinaria

dengan kapiler peritubular yang memfasilitasi pergerakan dari

komponen cairan tubulus melalui 2 jalur : jalur transeluler dan jalur

paraseluler. Jalur transeluler, kandungan ( substance ) dibawa oleh

sel dari cairn tubulus melewati epical membrane plasma dan

dilepaskan ke cairan interstisial dibagian darah dari sel, melewati

basolateral membrane plasma (Sherwood, 2001).

Jalur paraseluler, kandungan yang tereabsorbsi melewati jalur

paraseluler bergerak dari cairan tubulus menuju zonula ocludens

yang merupakan struktur permeable yang mendempet sel tubulus

proksimal satu daln lainnya. Paraselluler transport terjadi dari difusi

pasif. Di tubulus proksimal terjadi transport Na melalui Na, K pump. Di

kondisi optimal, Na, K, ATPase pump manekan tiga ion Na kedalam

cairan interstisial dan mengeluarkan 2 ion K ke sel, sehingga

konsentrasi Na di sel berkurang dan konsentrasi K di sel bertambah.

Selanjutnya disebelah luar difusi K melalui canal K membuat sel

polar. Jadi interior sel bersifat negative . pergerakan Na melewati sel

apical difasilitasi spesifik transporters yang berada di membrane.

Pergerakan Na melewati transporter ini berpasangan dengan larutan

lainnya dalam satu pimpinan sebagai Na ( contransport ) atau

berlawanan pimpinan ( countertransport ) (Sherwood, 2001).

Substansi diangkut dari tubulus proksimal ke sel melalui mekanisme

ini ( secondary active transport ) termasuk gluukosa, asam amino,

fosfat, sulfat, dan organic anion. Pengambilan active substansi ini

menambah konsentrasi intraseluler dan membuat substansi melewati

membrane plasma basolateral dan kedarah melalui pasif atau difusi

terfasilitasi. Reabsorbsi dari bikarbonat oleh tubulus proksimal juga di

pengaruhi gradient Na (Sherwood, 2001)

c. Penyerapan Kembali ( Reabsorbsi )

Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu,

99% filtrat glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus

11

Page 12: Anatomi Fisiologi Sistem Urinaria

kontortus proksimal dan terjadi penambahan zat-zat sisa serta urea

pada tubulus kontortus distal. Substansi yang masih berguna seperti

glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa sampah

kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrate dikeluarkan dalam urin.

Tiap hari tabung ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1200 g

garam, dan 150 g glukosa. Sebagian besar dari zat-zat ini direabsorbsi

beberapa kali (Sherwood.2001).

Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin

sekunder yang komposisinya sangat berbeda dengan urin primer.

Pada urin sekunder, zat-zat yang masih diperlukan tidak akan

ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang

bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari 0,03′, dalam urin primer

dapat mencapai 2% dalam urin sekunder. Meresapnya zat pada

tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam mino meresap melalui

peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osn osis. Reabsorbsi

air terjadi pada tubulus proksimal dan tubulus distal (Sherwood.2001).

d. Augmentasi

Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai

terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan

lewat ureter adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa

substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi

warna dan bau pada urin. Zat sisa metabolisme adalah hasil

pembongkaran zat makanan yang bermolekul kompleks. Zat sisa ini

sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme antara lain,

CO2, H20, NHS, zat warna empedu, dan asam urat (Cuningham,

2002).

Karbon dioksida dan air merupakan sisa oksidasi atau sisa

pembakaran zat makanan yang berasal dari karbohidrat, lemak dan

protein. Kedua senyawa tersebut tidak berbahaya bila kadarnya tidak

berlebihan. Walaupun CO2 berupa zat sisa namun sebagian masih

12

Page 13: Anatomi Fisiologi Sistem Urinaria

dapat dipakai sebagai dapar (penjaga kestabilan PH) dalam darah.

Demikian juga H2O dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan,

misalnya sebagai pelarut (Sherwood.2001).

Amonia (NH3), hasil pembongkaran/pemecahan protein, merupakan

zat yang beracun bagi sel. Oleh karena itu, zat ini harus dikeluarkan

dari tubuh. Namun demikian, jika untuk sementara disimpan dalam

tubuh zat tersebut akan dirombak menjadi zat yang kurang beracun,

yaitu dalam bentuk urea. Zat warna empedu adalah sisa hasil

perombakan sel darah merah yang dilaksanakan oleh hati dan

disimpan pada kantong empedu. Zat inilah yang akan dioksidasi jadi

urobilinogen yang berguna memberi warna pada tinja dan urin. Asam

urat merupakan sisa metabolisme yang mengandung nitrogen (sama

dengan amonia) dan mempunyai daya racun lebih rendah

dibandingkan amonia, karena daya larutnya di dalam air rendah

(Sherwood.2001).

Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Urine

Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Urine adalah :

1. Hormon

ADH

Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga

dapat mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk

oleh hipotalamus yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH

dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan cairan ekstrasel

( Frandson,2003 )

Aldosteron

Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar

adrenal di tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh

adanya perubahan konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin

rennin ( Frandson, 2003)

13

Page 14: Anatomi Fisiologi Sistem Urinaria

Prostaglandin

Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berlungsi

merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan

pengaturan pergerakan gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan

dalam mengatur sirkulasi ginjal ( Frandson, 2003)

Gukokortikoid

Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang

menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium

( Frandson, 2003)

Renin

Selain itu ginjal menghasilkan Renin; yang dihasilkan oleh sel-sel apparatus

jukstaglomerularis pada :

a. Konstriksi arteria renalis ( iskhemia ginjal )

b. Terdapat perdarahan ( iskhemia ginjal )

c. Uncapsulated ren (ginjal dibungkus dengan karet atau sutra )

d. Innervasi ginjal dihilangkan

e. Transplantasi ginjal ( iskhemia ginjal )

Sel aparatus juxtaglomerularis merupakan regangan yang apabila

regangannya turun akan mengeluarkan renin. Renin mengakibatkan

hipertensi ginjal, sebab renin mengakibatkan aktifnya angiotensinogen

menjadi angiotensin I, yg oleh enzim lain diubah menjadi angiotensin II; dan

ini efeknya menaikkan tekanan darah (sherwood, 2001).

2. Zat - zat diuretic

Banyak terdapat pada kopi, teh, alkohol. Akibatnya jika banyak

mengkonsumsi zat diuretik ini maka akan menghambat proses reabsorpsi,

sehingga volume urin bertambah.

14

Page 15: Anatomi Fisiologi Sistem Urinaria

3. Suhu internal atau eksternal

Jika suhu naik di atas normal, maka kecepatan respirasi meningkat dan

mengurangi volume urin.

4. Konsentrasi Darah

Jika kita tidak minum air seharian, maka konsentrasi air dalam darah

rendah.Reabsorpsi air di ginjal mengingkat, volume urin menurun.

5. Emosi

Emosi tertentu dapat merangsang peningkatan dan penurunan volume urin.

Mekanisme Miksturisi

Mekanisme proses Miksi ( Mikturisi ) Miksi ( proses berkemih ) ialah

proses di mana kandung kencing akan mengosongkan dirinya waktu sudah

penuh dgn urine. Mikturisi ialah proses pengeluaran urine sebagai gerak refleks

yang dapat dikendalikan (dirangsang/dihambat) oleh sistim persarafan dimana

gerakannya dilakukan oleh kontraksi otot perut yg menambah tekanan intra

abdominalis, dan organ organ lain yang menekan kandung kencing sehigga

membantu mengosongkan urine ( Virgiawan, 2008 ).

Pada dasarnya, proses miksi/mikturisi merupakan suatu refleks spinal yg

dikendalikan oleh suatu pusat di otak dan korteks cerebri. Proses miksturisi

dapat digambarkan dalam skema di bawah ini :

Pertambahan vol urine → tek intra vesicalis ↑ → keregangan dinding

vesicalis (m.detrusor) → sinyal-sinyal miksi ke pusat saraf lebih tinggi (pusat

kencing) → untuk diteruskan kembali ke saraf saraf spinal → timbul refleks spinal

→ melalui n. Pelvicus → timbul perasaan tegang pada vesica urinaria shg

akibatnya menimbulkan permulaan perasaan ingin berkemih ( Virgiawan, 2008 ).

15

Page 16: Anatomi Fisiologi Sistem Urinaria

Karakteristik Urin

1. Komposisi

Urin terdiri dari 95% air dan mengandung zat terlarut berikut :

a. Zat buangan meliputi urea dari deaminasi protein,

asam urat dari katabolisma asam nukleat, dan kreatinin dari proses

penguraian kreatinin fosfat dalam jaringan otot.

b. Asam hipurat adalah produk sampingan

pencernaan sayuran dan buah.

c. Badan keton yang dihasilkan dalam metabolisme

lemak adalah konstituen normal dalam jumlah kecil.

d. Elektrolit meliputi ion natrium, klor, kalium,

ammonium, sulfat, fosfat, kalsium, dan magnesium.

e. Hormon atau katabolit hormone ada secara

normal dalam urin.

f. Berbagai jenis toksin atau zat kimia asing, pigmen,

vitamin, atau enzim secara normal ditemukan dalam jumlah kecil.

g. Konstituen abnormal meliputi albumin, glukosa,

sel darah merah, sejumlah besar badan keton, zat kapur ( terbentuk

saat zat mengeras dalam tubulus dan dikeluarkan ), dan batu ginjal

atau kalkuli.

2. Sifat Fisik

a. Warna

Urin encer berwarna kuning pucat, dan kuning pekat jika kental. Urin

segar biasanya jernih dan menjadi keruh jika didiamkan.

b. Bau

Urin memiliki bau yang khas dan cenderung berbau ammonia jika

didiamkan. Bau ini dapat bervariasi sesuai dengan diet, misalnya

setelah makan asparagus. Pada diabetes yang tidak terkontrol, aseton

menghasilkan bau manis pada urin.

c. Asiditas atau alkalinitas

16

Page 17: Anatomi Fisiologi Sistem Urinaria

pH urin bervariasi antara 4,8 sampai 7,5 dan biasanya sekitar 6,0,

tetapi juga bergantung pada diet. Ingesti makanan yang berprotein

tinggi akan meningkatkan asiditas, sementara diet sayuran

meningkatkan alkalinitas.

d. Berat jenis urin berkisar antara 1,001 sampai 1,035, bergantung pada

konsentrasi urin.

Filtrasi, Reabsorpsi dan ekskresi bahan tertentu dari Plasma yang Normal

Disaring 24 jam Direabsorpsi 24

jam

Diekskresikan 24

jam

Natrium 540,0 g 537,0 g 3,3 g

Klorida 630,o g 625,0 g 5,3 g

Bikarbonat 300,0 g 300,0 g 0,3 g

Kalium 28,0 g 24,0 g 3,9 g

Glukosa 140,0 g 140,0 g 0,0 g

Ureum 53,0 g 28,0 g 25,0 g

Kreatinin 1,4 g 0,0 g 1,4 g

Asam urat 85 g 7,7 g 0,8 g

Pemekatan urine

Ginjal memiliki kemampuan yang besar untuk membentuk berbagaoi

proporsi zat terlarut dan air dalam urine sebagai respon terhadap berbagai

perubahan. Bila terdapat kelebihan air dalam tubuh dan osmolaritas cairan tubuh

menurun, ginjal akan mengeluarkan urine dengan osmolaritas sebesar

50mOsm/L, yaitu suatu konsentrasi ayng hanya sekitar seperenam dari

osmolaritas cairan ekstrasel normal. Sebaliknya jika terjadi kekurangan air dan

osmolaritas cairan ekstrasel tinggi, ginjal dapat mengeluarkan urine dengan

osmolaritas 1200 – 1400 mOsm/L. ginajl juga dapat mengeluarkan sejumlah

17

Page 18: Anatomi Fisiologi Sistem Urinaria

besar urine encer atau sejumlah kecil urine pekat tanpa perubahan besar dalam

kecepatan ekskresi zat terlarut seperti natrium dan kalium.

Hormone antidiuretik mengatur konsentrasi urine

Bila osmolaritas cairan tubuh meningkat diatas normal, kelenjar hipofisis

posterior akan menyekresi lebih banyak ADH (vasopressin) yang meningkatkan

permeabilitas tubulus distal dan duktus koligentes terhadap air. Keadaan ini

memungkinkan terjadi reabsorbsi air dalam jumlah besar dan penurunan volume

urin tetapi tidak mengubah kecepatan ekskresi zat terlarut oleh ginjal secara

nyata.

Bila terjadi kelebihan air di dalam tubuh dan osmolaritas cairan ekstrasel

menurun, sekresi ADH oleh hipofisis posterior akan menurun. Oleh sebab itu,

permeabilitas tubulus distal dan duktus koligentes terhadap air akan menurun,

yang menghasilkan sejumlah besar urine encer. Jadi kecepatan sekresi ADH

sangat menentukan encer atau pekatnya urine yang akan dikeluarka oleh ginjal.

Kebutuhan untuk mengekskresikan urin pekat-kadarr ADH yang tinggi dan

hiperosmotik medulla ginjal.

Kebutuhan dasar untukmpembentuka urin pekat adalah :

1. Kadar ADH yang tinggi , yang

meningkatkan permeabilitas tubulus distal dan duktus koligentes

terhadap air sehingga membuat segmen-segmen tubulus ini

mereabsorbsi air cukup banyak.

2. Osmolaritas yang tinggi dari

cairan interstinal medulla ginjal , yang membentuk gradient osmotic yang

diperlukan untuk terjadinya reabsorbsi air dengan kadar ADH yang

sangat tinggi.

Mekanisme pemekatan urine dan perubahan osmolaritas di berbagai segmen

tubulus.

18

Page 19: Anatomi Fisiologi Sistem Urinaria

Tubulus proksimal

Membrane tubulus sangat permeable terhadap air sehingga setiap kali zat

terlarut direabsorbsi , air juga berdifusi melalui membrane tubulus secara

osmosis. Oleh sebab itu osmolaritas cairan yang tersisa kurang lebih sama

dengan filtrasi glomerulus yaitu 300mOsm/L.

Segmen desenden ansa henle.

Lengan desenden sangat permeable terhadap air tetapi kurang permeable

terhadap natrium klorida dan ureum. Oleh karena itu , osmolaritas cairan yang

mengalir melalui segmen desenden akan meningkat secara bertahap hingga

sama dengan cairan interstinal disekitarnya , yaitu sekitar 1200mOsm/L saat

konsentrasi ADH darah tinggi.

Segmen tubulus distal

Pengenceran lebih lanjut dari cairan tubulus terjadi sewaktu zat terlarut

diabsorbsi sememntara air tetap tinggal di tubulus.

Segmen tubulus dan tubulus koligentes

Dengan kadar ADH yang tinggi , tubulus ini sangat permeable terhadap

air dan sejumlah air akan diabsorbsi. Akan tetapi ureum tidak begitu permeable

di bagian nefron ini sehingga menyebabkan peningkatan konsentrasi ureum

yang dikirim ke tubulus distal dan tubulus koligentes masuk ke bagian duktus

koligentes di bagian medulla dan dari tempat inilah ureum akhirnya direabsorbsi

atau diekskresikan dalam urin.

Duktus koligentes di bagian dalam medulla

Dengan adanya ADH dalam jumlah besar , duktus-duktus ini sangat

permeable terhadap air dan air berdifusi dari tubulus ke dalam interstisium

hingga tercapai keseimbangan osmotic , dengan konsentrasi cairan tubulus yang

kurang lebih sama dengan interstisium medulla ginjal (1200-1400 mOsm/L). jadi,

saat kadar ADH tinggi , dihasilkan urin yang sangat pekat tetapi berjumlah

sedikit. Karena reabsorbsi air meningkatkan konsentrasi ureum dalam cairan

19

Page 20: Anatomi Fisiologi Sistem Urinaria

tubulus dank arena duktus koligentes di bagian dalam medulla memiliki

pengangkut ureum yang spesifik yang sangat membantu terjadinya difusi,

banyak ureum dengan kepekatan tinggi berdifusi keluar dari lumen tubulus

masuk ke dalam intestisium medulla. Absorbsi ureum ini ke dalam medulla ginjal

turut membantu membentuk osmolaritas interstium medulla yang tinggi dan

kemampuan pemekatan ginjal yang tinggi.

Mekanisme arus balik

Mekanisme Arus Balik( Counter current) mekanisme pemekatan urin

bergantung pada adanya kestabilan gradient peningkatan osmolalitas sepanjang

pyramid medulla. Adanya gradient ini di mungkinkan oleh kerja hansa henle

sebagai counter current multypleyer dan di pertahankan oleh kerja vasa rekta

sebagai counter current exchanger. Sistem arus balik adalah suatu system

dengan aliran masuk yang berjalan sejajar, berlawanan arah, dan berdekatan

dengan aliran keluar untuk jarak tertentu.

Kerja tiap hansa henle bergantung pada transfor aktif na + dan cl- yang

keluar dari lumen bagian tebal pars asenden, permiabilitas yang tinggi terhadap

air dibagian tipis pars desenden dan aliran masuk cairan tubulus dari tubulus

proksimal dan keluar ke tubulus distal.

20

Page 21: Anatomi Fisiologi Sistem Urinaria

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Anatomi perkemihan terdiri dari ginjal yaitu mengekskresi urea, asam urat,

kreatinin, dan produk penguraian hemoglobin dan hormon. Ureter

merupakanperpanjangan tubular berpasangan dan berotot dari pelvis ginjal

yang merentang sampai kandung kemih, kandung kemih, adalah organ

muscular berongga yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan urin dan

uretra yaitu mengalirkan urin dari kandung kemih ke bagian eksterior tubuh.

Fungsi utama ginjal adalah mengatur cairan serta elektrolit dan komposisi

asam – basa cairan tubuh, mengeluarkan produk akhir metabolik dari dalam

darah dan mengatur tekanan darah.

21

Page 22: Anatomi Fisiologi Sistem Urinaria

DAFTAR PUSTAKA

Guyton, Arthur.2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.jakarta :EGC

Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah Brunner &

Suddarh Vol 3. Jakarta: EGC.

William, Ganong. 2008. Buku Ajar Fisiologi kedokteran. Jakarta :EGC

22