Upload
gianbudiana
View
2.582
Download
7
Embed Size (px)
ANATOMI FISIOLOGI DAN PENGKAJIAN UMUM SISTEM ENDOKRIN
A. Anatomi dan Fisiologi
1. Perbedaan Endokrin dan Eksokrin
a. Endokrin
Berkenaan dengan proses sekelompok sel yang menyekresi ke dalam sirkulasi darah
atau limfe suatu zat (misalnya : hormone) yang mempunyai efek spesifik pada
jaringan dalam bagian tubuh lainnya.
(Kamus Saku Mosby).
Kelenjar buntu : kelenjar yang mengirimkan hasil sekresinya langsung ke dalam darah
yang beredar dalam jaringan. Kelenjar tanpa melewati duktus atau saluran dan hasil
sekresinya yang di sebut hormone.
(Syaifuddin , 2006).
b. Eksokrin
Berkenaan dengan proses menyekresi ke luar melalui duktus ke permukaan suatu
organ atau jaringan atau ke pembuluh darah.
(Kamus Saku Mosby).
2. Pengertian dan Fungsi Hormon
Kata hormon berasal dari bahasa Yunani “hormon” , yang artinya membuat gerakan
atau membangkitkan. Hormon mengatur berbagai proses yang mengatur kehidupan, Hormon
merupakan bahan kimia yang di sekresikan ke dalam cairan tubuh oleh satu sel atau
selelomok sel dan dapat mempengaruhi pengaturan fisiologi sel-sel tubuh lain.
Adapun fungsi hormon antara lain:
Membedakan system saraf pusat dan system reproduktif pada janin yang sedang
berkembang.
Menstimulasi urutan perkembangan
Mengkoordinasi dan memelihara system reproduktif
Memelihara lingkungan internal optimal
Melakukan respon korektif dan adaptif ketika terjadi situasi darurat
Menghasilkan hormon yang dialirkan ke dalam darah yang diperlukan oleh jaringan
dalam tubuh tertentu.
1
Mengontrol dan merangsang aktivitas kelenjar tubuh
Merangsang pertumbuhan jaringan
Mengatur metabolism, oksidasi, meningkatkan absorpsi glukosa pada usus
Mempengaruhi metabolism lemak, protein, hidrat arang , vitamin , mineral, dan air
3. Mekanisme Kerja Hormon
Ada dua mekaniame umum yang sangat penting yang menyebabkan timbulnya
sebagian besar fumgsi hormon :
Dengan mengaktifkan system siklik AMP(3’,5’. Adenosine monofosfat) dalamsel
ang selajutnya akan mengaktifkan banyak fungsi intraselular lain,
Dengan mengaktifkan gen di dalam sel, yang menyebabkan timbulnya
pembentukkan protein intraseluler yang selanjutnya akan memicu timbulnya
fungsi sel yang spesifik.
Kedua mekanisme ini dapat di perjelas sebagai berikut:
MEKANISME SIKLIK AMP UNTUK PENGATURAN FUNGSI SEL –
“KURIR KEDUA” UNTUK PERANTARAAN HORMON
Sebagian besar hormon memberikan efeknya pada sel, pertama-tama dengan
cara membentuk bahan siklik.3’, 5’ – adenosine monofosfat (siklik AMP). Begitu
bentuk, bahan siklik AMP akan menyebabkan hormone itu dapat bekerja di dalam
sel. Jadi, siklik AMP merupakan bahwa siklik AMP bahan perantara hormone
intraseluler.Bahan ini juga seringkali disebut sebagai kurir kedua bagi penengah
hrmon tersebut – “kurir pertama”aadalah hormone perangsang yang
pertama.mekanisme siklik AMP dapat di tunjukkan dengan cara yang dipakai oleh
hormone-hormon berikut:
1. Adrenokortikotrotein
2. Hormone perangsang tiroid
3. Hormone pelutein
4. Hormone perangsang folikel
5. Vasopressin
2
6. Hormone paratiroid
7. Glucagon
8. Katekolamin
9. Sekretin
10. Hormone pelepas hipotalamus
Mula-mula hormone perangsang berkaitan dulu dengan reseptor yang”spesifik”
untuk hormon itu, reseptor ini terletak pada permukaan membrane sel target. Sifat
khusu dari reseptor ini menentukan hormone mana yang mempengaruhi sel
target.sesudah berkaitan dengan reseptor membrane, gabungan hormone dan reseptor
ini lalu mengaktifkan enzim protein adenil siklase. Enzim ini juga terdapat dalam
membran dan berikatan secara langsung dengan reseptor protein atau yang sangat erat
hubungannya dengan reseptor protein itu. Namun, sebagian besar enzim adenil
siklase ini menonjol ke permukaan dalam membran masuk sampai disitoplasma dan,
bila enzim diaktifkan, maka akan segera menyebabkan perubahan sebagian besar
ATP sitoplasma menjadi siklik AMP.
Begitu terbentuk siklik AMP ini didalam sel maka siklik AMP ini akan
mengaktifkan enzim yang lain.ternyata, siklik AMP ini biasanya akan mengaktifkan
serangkaian enzim. Jadi, dalam hal ini ada enzim yang pertama diaktifkan, dan enzim
ini selanjutnya akan mengaktifkan enzim yang lainnya, yang nantinya akan
mengaktifkan enzim yang lainnya, yang nantinya akan mengaktifkan enzim yang
ketiga, dan begitu selanjutnya.makna dari mekanisme ini adalah dengan hanya sedit
molekul adenil siklase dalam membrane sel yang sudah diaktifkan dapat
mengaktifkan lebih banyak lagi molekul enzim yang lain, dan keadaan ini masih
dapat mengaktifkan beberapa kali lagi sebagian besar molekul enzim ketiga, dan
begitu selanjutnya. Dengan cara inilah, walaupun hormone yang bekerja pada
permukaan sel itu hanya sedikit saja namun ternyata hormone itu sudah dapat
memulai terjadinya serangkaian tenaga pengaktif yang sangat akut diseluruh sel.
Kerja spesifik yang terjadi sebagai suatu respon terhadap siklik AMP yang
terjadi didalam sel target tergantung pada sifat struktur intraselular, beberapa sel yang
mempunyai serangkaian enzim dan sel ini juga mempunyai enzim yang lain. Oleh
3
karena itu, berbagai fungsi terjadi dalam berbagai sel target- beberapa fungsi tersebut
antaralain:
1). Memulai sintesis bahan kimia intraselular yang spesifik
2). Menyebabkan konntraksi atau relaksasi otot
3). Memulai terjadinya sekresi oleh sel
4). Mengubah permeabilitas sel
5). Dan banyak lagi efek yang mungkin terjadi
Jadi, sel tiroid yang dirangsang oleh siklik AMP akan membenntuk hormon metabolic
tiroksin dari triiodotironin, sedangkan bahan siklik AMP yang sama dalam sel adrenokortikal
akan menyebabkan timbulnya sekresi hormon steroid adrenokortika;l. sebaliknya, bahan siklik
AMP ini mempengaruhi sel-sel epitel tubulus renal dengan cara meningkatan permeabilitas
tubulus terhadap air.
Peran ion kalsium dan “kalmodulin” sebagai system kurir kedu. Ada sitem kurir kedua
lain yang juga bekerja sebagai suatu respon terhadap masukknya ion kalsium kedalam
sel.masukknya kalsium mungkin dimulai oleh adanya fenomena elektrik yang membuka
saluran-saluran kalsium pada membran atau dengan cara interaksi reseptor pada membrane
ysng juga membuka saluran kalsium.
Sewaktu memaasuki sel, ion kalsium berkaitan dengan suatu protein yang disebut
kalmodulin.protein ini mempunyai empat sisi kalsium yang terpisah; dan bila tiga atau empat
sisi ini telah berikatan dengan kalsium, maka timbul perubahan yang mengaktifkan
kalmodulin, menimbulkan pengaruh multiple didalam sel dengan cara yang sama dengan
fungsi siklik AMP. Contohnya, ikatan tersebut akan mengaktifkan banyak enzim lainnya yang
merupakan bantuan bagi enzim-enzim yang sudah diaktifkan oleh siklik AMP
sebelumnya,jadi merupakan factor tambahan untuk reaksi metabolisme intraselular.salah satu
fungsi spesifik dari kalmodulin adalah mengaktifkan miosin kinase yang selanjutnya akan
langsung bekerja pada miosin yang terdapat dalam otot polos yang akhirnya menyebabkan
timbulnya kontraksi otot polos.
Konsentras normal ion kalsium diseluruh sel tubuh kira-kira 10 -7sampai 10-8 milimol
perliter, dan jumlah ini sebenarnya tidak cukup untuk mengaktifkan sistem kalmodulin.
4
Namun, bila konsentrasi ion kalsium bertambah sampai setinggi 10-6sampai 10-5 milimol
perliter, maka sudah cukup untuk menimbulkan ikatan sehingga kalmodulin dapat bekerja
didalam sel. Jumlah ini hampir sama dengan perubahan jumlah ion kalsium yang dibutuhkan
oleh otot rangka yang dipakai untuk mengaktifkan troponin C, yang selanjutnya menyebabkan
timbulnya kontraksi otot rangka. Dalam hal ini yang menarik adalah fungsi dan struktur
protein dalam troponin C sangat mirip dengan fungsi dan struktur protei dari kalmodulin.
lain(atau “kurir kedua”) yang terdapat didalam sel. Dua dari bahan perantara ini adalah :
1). Siklik gianosin monofosfat, yang merupakan nukleotida fungsinya sangat mirip dengan
fungsi siklik AMP, hanya saja bahan ini lebih banyak mengandung bahan dasar guanin
daripada adenin dan bahan ini dapat mengaktifkan berbagai susunan enzim.
2). Inositol trifosfat, yang terbentuknya juga sebagai suatu respon terhadap pengikatan
hormone dengan reseptor yang spesifik yang terdapat pada membrane sel, dan bahan ini juga
masih tetap dapat mengaktifkan enzim-enzim yang lain.
Akhirnya, mungkin banyak, prostaglandin juga berfungsi sebagai bahan kurir
kedua.bahan ini merupakan rangkaian ikata lipid yang sangat erat berkaitan satu sama lain dan
banyak ditemukan diseluruh sel tubuh. Ada ratusan fungsi pengatur sel yang berbeda oleh
prostaglandin yang telah dipostulasikan, walaupun sebagian besar fungsi ini masih menunggu
adanya penelitian yang definitive.
Makna dari sistem kurir kedua multipel didalam sel adalah bahwa asetiap kurir ini
dapat mengatur fungsi sel yang saling terpisah, sehingga memungkinkan berbagai cara kerja
seel.
KERJA HORMON STEROID PADA GEN DALAM MENIMBULKAN SINNTESIS
PROTEIN
Makna penting kedua dari kerja hormon-khususnya hormone steroid yang
disekresikan oleh korteks adrenal,ovarium,dan testis adalah menyebabkan timbulnya sintesis
protein pada sel target ; dan selanjutnya protein ini berfungsi sebagai enzim atau sebagai
protein pengangkut yang sifatnya mengaktifkan fungsi sel yang lain.
Rangkaian peristiwa dari fungsi steroid itu adalah:
1). Hormone steroid memasuki sitoplasma sel, dan didalam sitoplasma hormone berikatan
dengan reseptor protein spesifik.
5
2). Ikatan reseptor protein/hormone selanjutnya berdifusi kedalam atau diangkat kedalam inti.
3). Ikatan ini selanjutnya mengaktifkan proses transkripsi dari gen-gen yang spesifik untuk
membentuk RNA kurir.
4). RNA kurir berdifusi kedalam sitoplasma untuk kemudian meningkatkan proses transkripsi
yang terjadi didalam ribosom untuk membentuk protei baru.
Sebagai contoh, aldosteron, yang merupakan salah satu hormon yang disekresikan
oleh korteks adrenal, memasuki sitoplasma sel-sel tubulus ginjal, yang mengandung reaeptor
protein yang spesifik. Oleh karena itu, didalam sel ini akan terjadi rentetan peristiwa diatas.
Sesudah kira-kira 45 menit kemudian, didalam akan meningkatkan reabsorbsi natriumdari
tubulus dan sekresi kalium kedalam tubulus. Jadi, ada perlambatan waktu mulainya kerja
hormone steroid yakni 45 menit dan perlambatan ini dapat sampai beberapa jam atau bahkan
dapat sampai beberapa hari dan kemudian baru akan tercapai kerja yang penuh, dimana hal ini
merupakan gejala yang berbeda dengan kerja yang sangat cepat dari hormone-hormon derivat
peptida dan asam amino, misalnya vasopresin dan norepinefrin.
4. Negative Feedback Mechanism (Mekanisme Umpan Balik Negative)
Merupakan suatu proses di mana hormon mempunyai pengaturan sendiri sehingga
kadarnya selalu dalam keadaan optimum untuk menjaga keseimbangan dalam organ yang
berada di bawah pengaruhnya.manakala kadar hormon telah mencukupi untuk menghasilkan
efek yang dimaksudkan. Kenaikan kadar hormon lebih jauh dicegah oleh umpan balik
negative. Peningkatan kadar hormon mengurangi perubahan awal yang memcu pelepasan
hormon. Misalnya, peningkatan ACTH dari kelenjar pituitary anterior merangsang
peningkatan pelepasan kortisol dari korteks adrenal , menyebabkan penurunan pelepasan
ACTH lebih banyak. Kadar substansi dalam darah selain hormon juga memicu pelepasan
hormone dan dikonrol melalui system umpan balik. Pelepasan insulin dari Pulau Langerhans
di pancreas didorong oleh kadar glukosa dalam darah.
5. Hormon – hormon yang Dihasilkan oleh Kelenjar Endokrin dan Fungsinya
a) Hipotalamus
Sebagai pusat tertinggi system kelenjar endokrin yang menjalankan fungsinya melalui
humoral ( hormonal ) dan saraf. Hormone yang dihasilkan sering disebut factor R dan
I mengontrol sintesa dan sekresi hormone hipotalamus anterior sedangkan control
6
terhadap hipofisis posterior berlangsung melalui kerja saraf. Hormon-hormon
hipotalamus:
1. ACRH : Adenocortico Releasing Hormon
ACIH : Adenocortico Inhibiting Hormon
2. TRH : Tyroid Releasing Hormon
TIH : Tyroid Inhibiting Hormon
3. GnRH : Gonadotropin Releasing Hormon
GnIH : Gonadotropin Inhibiting Hormon
4. PTRH : Paratyroid Releasing Hormon
PTIH : Paratyroid Inhibiting Hormon
5. PRH : Prolaktin Releasing Hormon
PIH : Prolaktin Inhibiting Hormon
6. GRH : Growth Releasing Hormon
GIH : Growth Inhibiting Hormon
7. MRH : Melanosit Releasing Hormon
MIH : Melanosit Inhibiting Hormon
7
Kelenjar Hipofisis ( Master of Gland )
1. Hipofisis Anterior
Hormon Pertumbuhan ( GH ): menyebabkan pertumbuhan hampir seluruh
sel dan jaringan tubuh.
Adenokortikotropin ( ACTH ): menyebabkan korteks adrenal mensekresi
hormon-hormon adrenokortikal
hormon Perangsang Titoid ( TSH ): menyebabkan kelenjar tiroid
mensekresi tiroksin dan triidotironin.
Hormon Perangsang Folikel ( FSH ): menyebabkan pertumbuhan folikel
dalam ovarium sebelum ovulasi, , meningkatkan pembentukan sperma di
dalam testis.
Hormon pelutein : berperan penting dalam proses ovulasi , juga
menimbulkan sekresi hormon kelamin wanita oleh ovarium dan
testosteron.
2. Hipofisis Posterior
Hormon Antidiuretik ( ADH ) / vasopresin : menyebabkan ginjal menahan
air sehingga meningkatkan jumlah air dalam tubuh ; juga pada konsentrasi
yang tinggi, akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah di seluruh
tubuh dan menaikan TD.
Oksitosin : membuat uterus berkontraksi selama proses persalinan , juga
mungkin membantu pengeluaran bayi ; juga membuat sel-sel mioepitelial
dalam payudara berkontraksi , sehingga mengeluarkan air susu dari
payudara sewaktu bayi menghisap.
8
b) Korteks Adrenal
Kortisol ( Glukokortikoid )
Kortisol mempunyai efek pada tubuh antara lain dalam metabolisme
glukosa ( glukosaneogenesis ) yang meningkatkan kadar glukosa darah,
metabolisme protein , keseimbangan cairan dan elektrolit, inflamasi dan
imunitas , dan terhadap stressor.
Aldosteron ( mineralokortikoid )
Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit dengan meningkatkan retensi
natrium dan ekskresi kalium. Selanjutnya membantu dalam
mempertahankan tekanan darah normal dan curah jantung. Defisiensi
mineralokortikoid ( penyakit Adison’s ) mengarah pada hipotensi,
hiperkalemia, penurunan curah jantung, dan dalam kasus akut, syok.
Kelebihan mineralokortiktoid mengakibatkan hipertensi dan hipokalemia.
9
c) Kelenjar Tiroid
Tiroksin dan triiodotironin : meningkatkan kecepatan reaksi kimia dalam
hamper semua sel tubuh , jadi meningkatkan tingkat metabolisme tubuh umum.
Kalsitonin : memacu pengendapan kalsium di dalam tulang sehingga
menurunkan konsentrasi tingkat metabolisme tubuh umum.
Fungsi Hormon-hormon tiroid yang lain:
Memegang peranan penting dalam peetumbuhan fetus khususnya pertumbuhan
saraf dan tulang
Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin
Efek kronotropik dan inotropik terhadap jantung yaitu menambah kekuatan
kontraksi otot dan menambah irama jantung
Merangsang pembentukan sel darah merah
Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernafasan sebagai kompensasi tubuh
terhadap kebutuhan oksigen akibat metabolism.
Bereaksi sebagai antagonis kalsium.
d) Pulau Langerhans Kelenjar Pankreas
o Insulin : memacu masuknya glukosa ke dalam seluruh sel tubuh , dimana cara
ini mengatur kecepatan metabolism dari hamper semua karbohidrat.
Efek anabolik insulin:
Pada hepar
10
o Meningkatkan sintesa dan opemyimpanan glukosa
o Menghambat glikogeolisis, glukoneogenesis, dan ketogenesis
o Meningkatkan sintesa trigliserida dari asam lemak bebas di hepar
Pada otot
o Meningkatkan sintesa protein
o Meningkatkan transportasi asam amino
o Meningkatkan glikogenesis
Pada jaringan lemak
o Meningkatkan sintesa trigliserida dari asam lemak bebas
o Meningkatkan penyimpanan trigliserida
o Menurunkan lipolisis
o glukagon : meningkatkan pelepasan glukosa dari hati masuk ke sirkulasi cairan
tubuh. Glukagon meningkatkan glikogenolisis ( pemecahan glikogen menjadi
glukosa ) dan meningkatkan glukoneogenesis. Dalam metabolisme lemak ,
glikagon meningkatkan lipolisis.
PULAU LANGERHAN
KELENJAR PANKREAS
11
e) Kelenjar Gonad
o Ovarium
o Estrogen : merangsang perkembangan organ kelamin wanita, payudara, dan
berbagi sifat kelamin sekunder.
o Progesteron : merangsang sekresi cairan uterus oleh kelenjar endometrium
uterus, juga membantu meningkatkan perkembangan aparatus sekretorik
payudara, mempersiapkan tubuh untuk menerima kehamilan dan
merupakan syarat mutlak untuk konsepsi dan implantasi.
o Testis
o Testosteron : merangsang pertumbuhan organ kelamin pria, juga
meningkatkan perkembangan sifat-sifat kelamin sekunder pria.
12
f) Kelenjar Paratiroid
parathormon
Mengatur konsentrasi ion kasium dalam cairan ekstraseluler dengan cara
mengatur :
o absorpsi kalsium dari usus
o ekskresi kalsium oleh ginjal
o pelepasan kalsium dari tulang
o menstimulasi dan mentranspor kalsium dan fosfat melalui membran sel
13
g) Plasenta
gonadotropin korion manusia (HCG) : meningkatkan pertumbuhan korpus
luteum dan sekresi estrogen dan progesteron oleh korpus luteum.
estrogen : meningkatkan pertumbuhan organ kelamin ibu dan beberapa
jaringan janin.
progesteron : mungkin meningkatkan perkembangan beberapa jaringan dan
organ janin , membantu meningkatkan perkembangan aparatus sekretorik
dari payudara ibu.
somatotropin manusia : mungkin meningkatkan pertumbuhan beberapa
jaringan janin serta membantu perkembangan payudara ibu.
14
B. Pengkajian Umum Sistem Endokrin
1) Data Demografi
Usia dan jenis kelamin merupakan data dasar yang penting. Beberapa gangguan endokrin
baru jelas dirasakan pada usia tertentu merupakan proses patologis sudah berlangsung
sejak lama. Kelainan-kelainan somatik harus selalu dibandingkan dengan usia dan gender ,
misalnya berat badan dan tinggi badan. Tenpat tinggal juga merupakan data yang perlu di
kaji, khususnya tempat tinggal pada masa bayi dan kanak-kanak dan juga tempat tinggal
klien sekarang.
2) Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan seperti yang di
alami klien atau gangguan tertentu yang berhubungan secara langsumg dengan gangguan
hormonal seperti:
Obesitas
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
Kelainan pada kelenjar tiroid
Diabetes melitus
Infertilitas
15
Dalam mengidentivikasi informasi ini tentunya perawat harus dapat menerjemahkan informasi
yang ingin diketahui dengan bahasa yang sederhana dan di mengerti oleh klien atau keluarga.
3) Riwayat Kesehatan dan Keperawatan Klien
Perawat mengkaji kondisi yan pernah dialami oleh klien di luar gangguan yang dirasakan
sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama bila di hubungkan
dengan usia dan kemungkinan penyebabnya namun karena tidak mengganggu aktivitas klien,
kondisi ini tidak di keluhkan.
Tanda-tanda seks sekunder yang tidak berkembang, misalnya amenore, bulu rambut
tidak tumbuh, buah dada tidak berkembang dan lain-lain.
Berat badan yang tidak sesuai dengan usia, misalnya selalu kurus meskipun banyak
makan dan lain-lain.
Gangguan psikologia seperti mudah marah, sensiif, sulit bergaul dan tidak mampu
berkonsentrasi, dan lain-lain.
Hospitalisasi, perlu dikaji alasan hospitalisasi dan kapan kejadiannya. Bila klien
dirawat beberapa kali, urutkan sesuai dengan waktu kejadiannya.
Juga perlu memperoleh informasi tentang penggunaan obat-obatan di saat sekarang dan masa
lalu. Penggunaan obat-obatan ini mencakup obat yang di peroleh dari dokter atau petugas
kesehatan maupun obat-obatan yang di peroleh secara bebas.jenis obat-obatan yang
mengandung hormon atau yang dapat merangsang aktivitas hormonal seperti
hidrokortison;levothyroxine; kontrasepsi oral; dan obat-obatan anti hipertensif.
4) Riwayat Diit
Perubahan status nutrisi atau gangguan pada saluran pencernaan dapat saja mencerminkan
gangguan endokrin tertentu atau pola dan kebiasaan makan yang salah dapat menjadi
faktor penyebab, pleh karena itu kondisi berikut ini perlu di kaji:
Adanya nausea, muntah dan nyeri abdomen
Penurunan atau penambahan berat badan yang drastis
Selera makan yang menurun atau bahkan berlebihan
Pola makan dan minum sehari-hari
16
Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dapat mengganggu fungsi endokrin
seperti makanan yang bersifat goitrogenik terhadap kelenjar tiroid
5) Status Sosial Ekonomi
Karena status sosial ekonomi nerupakan aspek yang sangat peka bagi banyak orang maka
hendaknya dalam mengidentifikasi kondisi ini perawat melakukannya bersama-sama
dengan klien. Menghindarkan pertanyaan yang mengarah pada jumlah atau nilai
pendapatan melainkan lebih di fokuskan pada kualitas pengelolaan suatu nilai tertentu.
Mendiskusikan bersama-sama bagaiman klien dan keluarganya memperoleh makanan
yang sehat dan bergizi, upaya mendapatkan pengobatan bila klien dan keluarganya sakit
dan upaya mempertahankan kesehatan klien dan keluarga tetap optimal dapat
mengungkapkan keadaan sosial ekonomi klien dan menyimpulkan bersama-sama
merupakan upaya untuk mengurangi kesalahan penafsiran
6) Masalah Kesehatan Sekarang
Atau disebut juga keluhan utama. Perawat memfokuskan pertanyaan pada hal-hal yang
menyebabkan klien meminta bantuan pelayanan seperti :
Apa yang di rasakan klien
Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba atau poerlahan
dan sejak kapan dirasakan
Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari
Bagaimana pola eliminasi baik fekal maupun urine
Bagaiman fungsi seksual dan reproduksi
Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sanat menggangu klien
Halhal yang berhubungan dengan fungsi hormonal secara umum :
Tingkat energi
Perubahan kekuatan fisik di hubungkan dengan sejumlah gangguan hormonal
khususnya disfungsi kelenjar tiroid dan adrenal.perawat mengakaji bagaimana
kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari, apakah dapat di
lakukan sendiri tanpa bantuan, dengan bantuan atau sama sekali klien tidak
berdaya melakukannya atau bahkan klien tidur sepanjang hari merupakan
17
informasi yang sangat penting. Kaji juga bagaimana asupan makanan klien
apkah berlebih atau kurang.
Pola eliminasi dan keseimbangan cairan
Pola eliminasi khususnya urine dipengaruhi oleh fungsi endokri. Secara
langsung oleh ADH,Aldosteron, dan kortisol.perawat menanyakan tentang
pola berkemih dan jumlah volume urine. Dan apakah klien sering terbangun
malam hari untuk berkemih. Nyatakan volume urine dalam gelas untuk
memudahkan persepsi klien. Eliminasi urine tentu sangat berhubungan erat
dengan keseimbangan air dan elektrolit tubuh. Bila dari hasil anamnesa ada
hal yang mengindikasikan voume urine berlebih, pertanyaan kita di arahkan
lebih jauh ke kemungkinan klien kekurangan cairan, kaj apakah klien
mengalami gejala kurang cairan dan bagaimana klien mengatasinya. Tanyakan
seberapa besar volume cairan yang dikonsumsi setiap hari. Kaji pola sebelum
sakit untuk membandingkan pola sebelum sakit untuk membandingan pola
yang ada sekarang.
Pertumbuhan dan perkembangan
Secara langsung pertumbuhan dan perkembangan ada di bawah pengaruh GH,
kelenjar tiroid dan kelenjar gonad. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
dapat saja terjadi semenjak di dalam kandungan bila hormon yang
mempengaruhi tumbang fetus kurang seperti hipotiroid pada ibu. Kondisi ini
dapat pula terjadi setelah bayi lahir artinya selama proses tumbang terjadi
disfungsi GH atau mungkin Gonad dan kelenjar tiroid. Perlu mengkaji
gangguan ini apakah terjadi semenjak bayi di lahirkan dengan tubuh yang
kerdil, atau terjadi selama proses pertumbuhsn dan bahkan tidak dapat di
identifikasi jelas kapan mulai tampak gejala tersebut. Mengkajisecara lengkap
pertambahan ukuran tubuh dan fungsinya misalnya bagaimaa tingkat
intelegensia, kemampuan berkomunikasi, inisiatif dan rasa tanggung jawab.
Kaji pula apakah perubahan fisik tersebut mempengaruhi kejiwaan klien.
Seks dan Reproduksi
Fungsi seksual dan reproduksi sama penting untuk di kaji baik klien wanita
maupun pria. Pada klien wanita, kaji siklus menstruasinya mencakup lama,
volume, frekuensi dan perubahan fisik termasuk sensasi nyeri atau kramp
18
abdomen sebelum selama dan sesudah haid. Untuk volume gunakan satuan
jumlah pembalut yang di gunakan, kaji pula pada umur berapa klien pertama
kali menstruasi.
Bila klien bersuami, kaji apakah pernah hamil, abortus, dan melahirkan.
Jumlah anak yang pernah di lahirkan dan apakah klien menggunakan cara
tertentuuntuk membatasi kelahiran atau cara untuk mendapatkan keturunan.
Pada klien pria, kaji apakah klien mampu ereksi dan orgasme dan bagaimana
perasaan klien setelah melakukannya, adakah perasaan puas dan
menyenangkan. Tanyakan pula adakah perubahan bentuk dan ukuran alat
genitalnya.
Mengkaji hal-hal yang berhubungan dengan seks masih seringkali
menjadi hal yang tabu untuk di perbincangkan padahal seharusnya itu tidak
perlu terjadi. Jika perbincagan tentang seks ii di lakukan dalam konteks
therapi maka tidak perlu malu. Perawat perlu mawas diri dengan perasaannya,
bersikap dewasa, dan berwibawa sehingga perasaan segan dan malu dapat
diminimalkan bahkan dihilangkan.
Pemeriksaan fisik
Melalui pemeriksaan fisik ad dua aspek utama yang dapat di gambarkan yaitu:
1. Kondisi kelenjar endokrin
2. Kondisi jaringan atau organ sebagai dampak dari kondisi endokrin
Pemeriksaan fisik terhadap kondisi kelenjar hanya dapat dilakukan terhadap
kelenjar tiroid dan kelenjar gomad pria (testes).Secara umum,tekhenik
pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dalam memperoleh berbagai
penyimpangan fungsi adalah :
Inspeksi
Disfungsi sistem endokrin akan menyebabkan perubahan fisik sebagai
dampaknya terhadap pertumbuhan dan perkembangan, kesembangan cairan
dan elektrolit , seks dan reproduksi, metabolisme dan energi.Berbagai
pperubahan fisik dapat berhubungan dengan satu atau lebih gangguan endokri,
oleh karena itu dalam melakukan pemeriksaan fisik, perawat tetap
berpedoman pada pengkajian yang komprehensif dengan penekanan pada
19
gangguan hormonal tertentu dan dampaknya terhadap jaringan sasaran dan
tubuh secara keseluruhan. Jadi menggunakan pendekatan head-to-toe saja atau
menggabungkannya dengan pendekatan sistem, kedua-duanya dapat
digunakan
Pertama-tama, amatilah penampilan umum klien apakah tampak
kelemahan berat, sedang dan ringan dan sekaligus amati bentuk dan proporsi
tubuh. Pada pemeriksaan wajah, fokuskan pada abnormalitas struktur, bentuk
dan ekspresi wajah seperti bentuk dahi, rahang dan bibir.pada mata amati
adannya edema periorbita dan exopthalmus serta apakah ekspresi wajah datar
atau tumpul. Amati lidah klien terhadap kelainan bebtuk dan penebalan, ada
tidaknya tremor pada saat diam atau bila digerakkan. Kondisi ini biasanya
terjadi pada gangguan tiroid.
Didaerah leher, apakah leher tampak membesar, simetris atau tidak.
Pembesaran leher dapat disebabkan pembesaran kelenjar tiroid dan untuk
meyakinkannya perlu dilakukan palpasi.Distensi atau bendungan pada vena
jugularis dapat mengidemtifikasikan kelebihan cairan atau kegagalan jantung.
Amati warna kulit(hiperpigmentasi atau hipopigmentasi) pada lehe, apakah
merata dan cacat lokasinya dengan jelas. Bila dijumpai kelainan kulit leher,
lanjutkan dengan memeriksa lokasi yang lain di tubuh selakigus. Infeksi
jamur, penembuhan luka yang lama, bersisik dan petechiae lebih sering
dijumpai pada klien dengan hiperfungsi adrenokortikal. Hiperpigmentasi pada
jari, siku dan lutut dijumpai pada klien hipofungsi kelenjar adrenal.Vitiligo
atau hipopigmentasi pada kulit tampak pada hipofungsi kelenjar adrenal
sebagai akibat destruksi melanosit dikulit oleh proses autoimun.
Hipopigmentasi biasa terjadi di wajah, leher, dan ekstremitas. Penumpukan
masa otot yang berlebihan pada leher bagian belakang yang biasa disebut
Bufflow neck atau leher/punuk kerbau dan terus sampai daerah clavikula
sehingga klien tampak seperti bungkuk, terjadi pada klien hiperfungsi
adrenokortikal. Amati bentuk dan ukuran dada, pergerakan dan simetris
tidaknya.
Ketidakseimbangan hormonal khususnya hormon seks akan
menyebabkan perubahan tanda seks sekunder, oleh sebab itu amati keadaan
20
rambut axila dan dada. Pertumbuhan rambut yang berlebihan pada dada dan
wajah wanita disebut hirsutisme. Pada buah dada amati bentuk dan ukuran,
simetris tidaknya, pigmentasi dan adanya pengeluaran cairan. Striae pada buah
dada atau abdomen sering dijumpai pada hiperfungsi adrenokortikal.Bentuk
abdomen cembung akibat penumpukan lemak centripetal dijumopai pada
hiperfungsi adrenokortikal.Pada pemeriksaan genetalia, amati kondisi skrotum
dan penis juga klitoris dan labia terhadap kelainan bentuk.
Palpasi
Kelenjar tiroid dan testes, dua kelenjar yang dapat diperiksa melalui rabaan.
Pada kondisi normal, kelenjar tiroid tidak teraba namun isthmus dapat diraba
dengan menengadahkan kepala klien. Lakukan palpasi kelenjar tiroid perlobus
dan kaji ukuran, nodul tinggal atau multipel, apakah ada rasa nyeri pada saat
di palpasi. Pada saat melakukan pemeriksaan, klien duduk atau berdiri sama
saja namun untuk menghindari kelelahan klien sebaiknya posisi duduk.Untuk
hasil yang lebih baik, dalam melakukan palpasi pemeriksa berada dibelakang
klien dengan posisi kedua ibu jari perawat dibagian belakang leher dan
keempat jari-jari lain ada diatas kelenjar tiroid.
Palpasi testes di lakukan dengan posisi tidur dan tangan perawat harus
dalam keadaan hangat. Perawat memegang lembut began ibu jari dan dua jari
lain, bandingkan yang satu dengan yang lainnya terhadap ukuran/besarnya,
simetris tidaknya nodul. Normalnya testes teraba lembut, peka terhadap sinaar
dan sinyal seperti karret.
Auskultasi
Mendengarkan bunyin tertentu dengan bantuan stetoskop dapat
menggambarkan berbagai perubahan dalam tubuh.Auskultasi pada daerah
leher, diatas kelenjar tiroid dapat mengidentifikasi“ bruit“. Bruit adalah bunyi
yang dihasilkan oleh karena turbulensi pada pembuluh darah tiroidea. Dalam
keadaan normal, bunyi ini tidak terdengar. Dapat diidentifikasi bila terjadi
21
peningkatan sirkulasi darah ke kelenjar tiroid sebagai dampak peningkatan
aktivitas kelenjar tiroid.
Auskultasi dapat pula dilakukan untuk mengidentifikasi perubahan
pada pembuluh darah dan jantung seperti tekanan darah, ritme dan rate
jantung yang dapat menggambarkan gangguan keseimbangan cairan,
perangsangan katekolamin dan perubahan metabilisme tubuh.
7) Pengkajian Psikososial
Perawat mengkaji keterampilan koping, dukungan keluarga, teman , dan handai taulan
serta bagaimana keyakinan klien tentang sehat sakit. Sejaumlah ganguan endokrin yang
serius mempengaruhi persepsi klien terhadap dirinya sendiri oleh karena perubahan-
perubahan yang dialami menyangkut perubahan fisik, fungsi seksual dan reproduksi dan
lain-lain yang akan mempengaruhi konsep dirinya. Kemampuan klien dan keluarga dalam
memberi perawatan di rumah termasuk penggunaan obat-obatan yang biasanya dapat
berlangsung lama perlu dikaji.
Pengkajian Diagnostik Sistem Endokrin
A. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Hipofise
Foto Tengkorak (kranium)
Dilakukan untuk melihat sella tursika. Dapat terjadi tumor atau juga atropi. Tidak
dibutuhkan persiapan fisik secara khusus, namun pendidikan kesehatan tentang tujuan
dan prosedur sangatlah penting.
Foto tulang (osteo)
Dilakukan untuk melihat kondisi tulang. Pada klien dengan gigantisme akan dijumpai
ukuran maupun panjangnya. Pada akromegali akan dijumpai tulang-tulang perifer
yang bertambah ukurannnya ke samping. Persiapan fisik secara khusus tidak ada,
pendidikan kesehatan diperlukan.
22
CT scan Otak
Dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofise atu hipotalamus
melalui komputerisasi. Tidak ada persiapan fisik secara khusus, namun diperlukan
penjelasan agar klien dapat diam bergerak selama prosedur.
Pemeriksaan darah dan urin
KADAR GROWTH HORMON
Nilai normal 10µg/ml pada anak dan orang dewasa. Pada bayi di bulan-bulan pertama
kelahiran nilai ini meningkat kadarnya. Spesimen adalah darah venalebih kurang 5 cc.
Persiapan khusus secara fisik tidak ada.
KADAR TIROID STIMULATING HORMON (TSH)
Nilai normal 6-10 µg/ml. Dilakukan untuk menentukan apakah gangguan tiroid
bersifat primer atau sekunder. Dibutuhkan darah lebih kurang 5 cc. Tanpa persiapan
secara khusus.
KADAR ADENOKARTIKO TROPIK (ACTH)
Pengukuran dilakukan dnegan test supresi deksametason. Spesimen yang diperlukan
adalah darah vena lebih kurang 5 cc dan urin 24 jam.
Persiapan
1. Tidak ada pembatasan makan dan minum
2. Bila klien menggunakan obat-obatan seperti kortisol dan antagonisnya,
dihentikan lbih dahulu 24 jam sebelumnya.
3. Bila obat-obatan harus diberikan, lamirkan jenis obat dan dosisnya pada lembar
pengiriman spesimen
4. Cegah stress fisik dan psikologis
Pelaksanaan
1. Klien diberi deksametason 4 × 0.5 ml/hari selama-lamanya dua hari
2. Besok paginya darah vena diambil sekitar 5 cc
3. Urine ditampung selama 24 jam
4. Kirim spesimen ( darah dan urin ) ke laborator
Hasil
Normal bila ;
ACTH menurun kadarnya dalam darah. Kortisol darah kurang dari 5 ml/dl
23
17-Hydroxi-Cortico-Steroid (17-OHCS ) dalam urin 24 jam kurang dari 2.5
mg.
Cara sederhana dapat juga dilakukan dengan pemberian deksametason 1 mg per oral
tengah malam , baru darah vena diambil lebih kurang 5 cc pada pagi hari dan urin
ditampung selama 5 jam. Spesimen dikirim ke laboratorium. Nilai normal bila kadar
kortisol darah kurang atau sama dengan 3 mg/dl dan ekskresi OHCS dalam urin 24 jam
kurang dari 2.5 mg.
B. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Tiroid
Up take Radioaktif ( RAI )
Tujuan pemeriksaan adalah untuk mengukur kemampuan kelenjar tiroid dalam
menangkap iodida.
Persiapan
1. Klien puasa 6-8 jam
2. Jelaskan tujuan dan prosedur
Pelaksanaan
1. Klien diberi Radioaktif Jodium (I131) per oral sebanyak 50 microcuri. Dengan
alat pengukur yang ditaruh di atas kelenjar tiroid diukur radioaktif yang
tertahan.
2. Juga dapat diukur clearence I131 melalui ginjal dengan mengumpulkan urin
selama 24 jam dan diukur kadar radioaktif jodiumnya.
Banyaknya I131 yang ditahan oleh kelenjar tiroid dihitung dalam persentase sebagai
berikut:
1. Normal : 10-35%
2. Kurang dari : 10% disebut menurun , dapat terjadi pada hipotiroidisme.
3. Lebih dari : 35 % disebut meninggi, dapat terjadi pada tirotoxikosis atau pada
defisiensi jodium yang sudah lama dan pada pengobatan lama hipertiroidisme.
T3 dan T4 Serum
Persiapan fisik secara khusu tidak ada. Spesimen yang dibutuhkan adalah darah vena
sebanyak 5-10 cc.
24
1. Nilai normal pada orang dewasa:
Jodium bebas : 0.1-0.6 mg/dl
T3 : 0.2-0.3 mg/dl
T4 : 6-12 mg/dl
2. Nilai normal pada bayi/anak:
T3 : 180-240 mg/dl
Up take T3 Resin
Bertujuan untuk mengukur jumlah hormon tiroid ( T3 ) atau tiroid binding globulin
(TBG) tak jenuh. Bila TBG naik berarti hormon tiroid bebas meningkat. Peningkatan
TBG terjadi pada hipertiroidisme. Dibutuhkan spesimen darah vena sebanyak 5 cc.
Klien puasa selama 6-8 jam.
Nilai normal pada :
- Dewasa : 25-35 % uptake oleh resin
- Anak : pada umumya tidak ada
Protein Bound Iodine (PBI)
Bertujuan mengukur jodium yang terikat dengan protein plasma. Nilai normal 4-8 mg
% dalam 100 ml darah. Spesimen yang dibutuhkan darah vena sebanyak 5-10 cc.
Klien dipuaskan sebelum pemeriksaan sebelum pemeriksaan 6-8 jam.
Laju Metabolisme Basal (BMR)
Bertujuan untuk mengukur secara tidak langsung jumlah oksigen yang dibutuhkan
tubuh di bawah kondisi basal selama beberapa waktu.
Persiapan:
-klien puasa sekitar 12 jam
-hindari kondisi yang menimbulkan kecemasan dan stress
-klien harus tidur paling tidak 8 jam
-tidak mengkonsumsi obat-obat analgesik dan sedatif
-jelaskan pada klien tujuan pemeriksaan dan prosedurnya
-tidak boleh bangun dari tempat tidur sampai pemeriksaan dilakukan
Pelaksanaan :
25
-segera setelah bangun, dilakukan pengukuran tekanan darah dan nadi
-dihitung dengan rumus BMR (0.75 × pulse ) + ( 0.74 × Tek Nadi ) -72
-nilai normal BMR : -10 s/d 15 %
Scanning Tyroid
Dapat digunakan dengan beberapa tehnik antara lain :
- Radio Iodine Scanning. Digunakan untuk menentukan apakah nodul tiroid tunggal
atau majemuk dan apakah panas atau dingin ( berfungsi atau tidak berfungsi ).
Nodul panas menyebabkan hipersekresi jarang bersifat ganas.
- Up take Iodine. Digunakan untuk menentukan pengambilan jodium dari plasma.
Nilai normal 10 s/d 30 % dalam 24 jam.
C. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Paratiroid
Percobaan Sulkowitch
Dilakukan untuk memeriksa perubahan jumlah kalsium dalam urine, sehingga
dapat diketahui aktivitas kelenjar paratiroid. Percobaan dilakukan dengan
menggunakan Reagens Sulkowitch. Bila pada percobaan tidak terdapat endapan
maka kadar kalsium plasma diperkirakan antara 5 mg/dl. Endapan sedikit (fine
white cloud) Menunjukkan kadar kalsiun darah normal (6 ml/dl). Bila endapan
banyak, kadar kalsium tinggi.
Persiapan :
-urine 24 jam ditampung ditampung.
-makanan rendah kalsium 2 hari berturut-turut.
Pelaksanaan :
-masukkan urin 3 ml ke dalam 2 tabung.
-ke dalam tabung pertama dimasukkan reagens sulkowitch 3 ml, tabung kedua
hanya sebagai kontrol.
Pembacaan hasil secara kuantitatif :
Negatif (-) : tidak terjadi kekeruhan
26
Positif (+) : terjadi kekeruhan yang halus
Positif (++) : kekeruhan sedang
Positif (+++) : kekeruhan banyak timbul dalam waktu kurang dari 20 detik
Positif (++++) : kekeruhan hebat, terjadi seketika
Percobaan Ellwort – Howard
Percobaan didasarkan pada diuresis pospor yang dipengaruhi oleh parathormon.
Cara pemeriksaan: klien disuntik dengan parathormon melalui intravena kemudian
urin ditampung dan diukur kadar pospornya.pada hipoparatiroid, diuresis pospor
bisa mencapai 5-6 kali nilai normal. Pada hiperparatiroid, diuresis pospornya tidak
banyak berubah.
Percobaan Kalsium Intravena
Percobaan ini berdasarkan pada anggapan bahwa bertambahnya kadar serum
kalsium akan menekan pembentukkan parathormon. Normal bila pospor serum
meningkat dan pospor diuresis berkurang. Pada hiper paratiroid, pospor serum dan
pospor diuresis tidak banyak berubah. Pada hipoparatiroid, pospor serum hampir
tidak mengalami perubahan tetapi pospor diuresis meningkat.
Pemeriksaan radiologi
Persiapan khusus tidak ada. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat kemungkinan
adanya kalsifikasi tulang, penipisan dan osteoporosis. Pada hipotiroid, dapat
dijumpai kalsifikasi bilateral pada dasar tengkorak. Densitas tulang bisa normal
atau meningkat. Pada hipertiroid, tulang menipis, terbentuk kista dalam tulang
serta tuberculae pada tulang.
Pemeriksaan Elektrokardiogran ( EKG )
Persiapan khusus tidak ada. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi
kelainan gambaran ekg akibat perubahan kadar kalsium serum terhadap otot
jantung. Pada hiperparatiroid, akan dijumpai gelombang Q – T yang memanjang
sedangkan pada hiperparatiroid interval Q – T mungkin normal
.
Pemeriksaan Elektromiogram ( EMG )
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan kontraksi otot akibat
perubahan kadar kalsium serum. Persiapan khusus tidak ada.
27
D. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Pankreas
Jenis pemeriksaannya adalah gula darah puasa. Bertujuan untuk menilai kadar gula
darah setelah puasa selama 8-10 jam.
Nilai normal :
Dewasa : 70-110 md/dl
Bayi : 50-80 mg/d
Anak-anak :60-100 mg/dl
Persiapan
Klien dipuasakan sebelum pemeriksaan dilakukan
Jelaskan tujuan prosedur pemeriksaan
Pelaksanaan
Spesimen adalah darah vena lebih kurang 5 s/d 10cc.
Gunakan anti koagulasi bila pemeriksaan tidak dapat dilakukan segera.
Bila klien mendapatkan pengobatan insulin atau oral hipoglikemik
untuk sementara tidak diberikan.
Setelah pengambilan darah, klien diberi makan dan minum serta obat-
obatan sesuai program.
Gula darah 2 jam setelah makan. Sering disingkat dengan gula darah 2 jam PP (post
prandial). Bertujuan untuk menilai kadar gula darah dua jam setelah makan. Dapat
dilakukan secara bersamaan dengan pemeriksaan gula darah puasa artinya setelah
pengambilan darah puasa,kemudian klien disuruh makan menghabiskan porsi yang
biasa lalu setelah dua jam kemudian dilakukan pengukuran kadar gula darahnya. Atau
bisa juga dilakukan secara terpisah tergantung paad kondisi klien.
Prinsip persiapan dan pelaksanaan sama saja namun perlu di ingat waktu yang
tepat untuk pengambilan spesimen karena hal ini dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan. Bagi klien yang mendapat obat-obatan senentara dihentikan sampai
pengambilan spesimen dilakukan.
E. Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Adrenal
Pemeriksaan Hemokonsentrasi darah
Nilai normal pada :
28
Dewasa wanita :37-47 %
Pria : 45-54%
Anak-anak :30-40%
Neonatal :44-62%
Tidak ada persiapan secara khusus. Spesimen darah dapat diperoleh dari perifer seperti
ujung jari atau melalui pungsi intravena. Bubuhi antikoagulan ke dalam darah untuk
mencegah pembekuan.
Pemeriksaan Elektrolit Serum ( Na, K, Cl ), dengan nilai normal :
Natrium : 310 – 335 mg ( 13.6 – 14 meq / liter )
Kalium : 14 -20 mg% ( 3.5 – 5.0 meq/liter )
Chlorida : 350-375 mg% (100-106 meq /liter)
Pada hipofungsi adrenal akan terjadi hipernatremi dan hipokalemi, dan sebaliknya
terjadi pada hiperfungsi adrenal yaitu hiponatremia dan hiperkalemia. Tidak
diperlukan persiapan fisik secara khusus.
Percobaan Vanil Mandelic Acid (VMA)
Bertujuan untuk mengukur katekolamin dalam urine. Dibutuhkan urine 24 jam. Nilai
normal 1-5 mg. Tidak ada persiapan khusus.
Stimulasi test
Daimaksudkan untuk mengevaluasi dan mendeteksi hipofungsi adrenal. Dapat
dilakukan terhadap kortisol dengan pemberian ACTH. Stimulasi terhadap aldosteron
dengan pemberian sodium.
29
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, arthur C.1996.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran,cet.4,ed.7.Jakarta:EGC
Hartanto, Huriawati. 2005. Kamus Saku Mosby: Kedokteran, Keperawatan,
Kesehatan. Jakarta : EGC
http://www.harunyahya.com/indo/buku/hormon/images_hormon/80.jpg
Rumahorbo,Hotma. 2005. Asuhan Keperwatan Klien dengan Gangguan Sistem
Endokrin. Jakarta : EGC
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Perawat. Jakarta : EGC
30
\
31