80
ANALISIS TERHADAP PUTUSAN HAKIM DALAM KASUS CERAI GUGAT DITINGGAL SUAMI (Studi Kasus di Pengadilan Agama Wonogiri Jawa Tengah 2014) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh: WEELY SEPTIA ANGGER HANDAYANI NIM. 1111044200006 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ( A H W A L S Y A K H S H I Y Y A H ) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A 1438 H/2016 M

ANALISIS TERHADAP PUTUSAN HAKIM DALAM KASUS CERAI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41313/1/WEELY … · ANALISIS TERHADAP PUTUSAN HAKIM DALAM KASUS CERAI GUGAT

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • ANALISIS TERHADAP PUTUSAN HAKIM DALAM KASUS

    CERAI GUGAT DITINGGAL SUAMI

    (Studi Kasus di Pengadilan Agama Wonogiri Jawa Tengah 2014)

    Skripsi

    Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

    Oleh:

    WEELY SEPTIA ANGGER HANDAYANI

    NIM. 1111044200006

    PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

    ( A H W A L S Y A K H S H I Y Y A H )

    FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HIDAYATULLAH

    J A K A R T A

    1438 H/2016 M

  • ABSTRAK

    Weely Septia Angger Handayani. NIM 1111044200006.ANALISIS TERHADAP PUTUSAN HAKIM DALAM KASUS CERAIGUGAT DITINGGAL SUAMI (Studi kasus di Pengadilan AgarnaWonogiri Jawa Tengah 2014). Program Studi Hukum Keluarga,Konsentrasi Ahwal Syakhsiyyah, Fakultas Syari'ah dan Hukum,Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,1437/ 2016. 56halaman.

    Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui penyebab banyaknya istriyang mencerai gugat suami di Pengadilan Agama Wonogiri Jawa Tengah,alasan hakim dalam memutuskan perkara cerai gugat yang diakibatkansuami meninggalkan istri namun belum genap 2 tahun.

    Skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif lebihkhususnya dengan menggunakan penelitian deskriptif. Sumber datasekunder berupa dokumen dalam website putusan Pengadilan AgamaWonogiri selama tahun 2014. Menggunakan metode deskriftif analisis. Danteknik penulisannya berdasarkan pedoman penulisan skripsi FakultasSyariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    Kesimpulan bahwa penyebab banyaknya istri mencerai gugatsuami dikarenakan selama suami meninggalkan istri , istri tidak pernahdiberi nafkah lahir maupun batin dan tidak adanya kabar ketika suamimeninggalkan istri oleh sebab itu istri mengalami penderitaan selamaditinggalkan oleh suami.

    Kata kunci

    Pembimbing

    Daftar pustaka

    Cerai Gugat, Putusan Pengadilan Agama

    Sri Hidayati, M.Ag.

    Tahun 1986 s.d Tahun 2014

    ii

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Bismillahirahmaanirrahim

    Segala Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas

    limpahan rahmat dan karunia-Nya telah memberikan kekuatan lahir batin kepada

    penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga

    tetap tercurahkan untuk Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan yang baik

    bagi seluruh umat manusia di muka bumi ini.

    Skripsi ini merupakan syarat memperoleh gelar strata satu (S1), dalam

    menyelesaikan skripsi ini, tidaklah luput dati berbagai rintangan yang harus

    dihadapi, namun penulis telah berusaha seoptimal mungkin untuk memberikan

    hasil yang baik, sehingga penulis berfikir bahwa untuk mencapai sesuatu yang

    diinginkan tidaklah mudah.

    Selanjutnya penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan karena

    mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu sebagai ungkapan

    rasa hormat yang dalam, penulis menyampaikan terimakasih kepada Bapak/Ibu,

    terutama :

    1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Dr. Abdul Halim, M.Ag. Ketua Program Studi Hukum Keluarga, dan Arip

    Purkon, M.A. Sekertaris Program Studi Hukum Keluarga, yang telah

    memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan

    skripsi ini.

  • iv

    3. Sri Hidayati, M.Ag. Dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan

    waktu, tenaga, pikiran untuk membimbing penulis menyelesaikan skripsi

    ini.

    4. Dr. Ahmad Tholabi Karlie, M.A. Dosen pembimbing akademik dan

    seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatuklah

    Jakarta. Tidak lupa juga kepada staf perpustakaan karyawan.

    5. Teristimewa untuk kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda Satimo dan

    Ibunda Harsi, Tak hentinya saya ucapkan terimakasih dan rasa syukur

    kepada Allah SWT yang telah memberikan kedua orang tua yang hebat

    seperti mereka, yang telah memotivasi serta arahan yang tak pernah henti

    mendoakan penulis dalam menempuh pendidikan. Dengan penuh rasa

    hormat, kasih dan sayang, saya ucapkan terimakasih yang tak terhingga.

    6. Keluarga besar Kakung Tarmorejo Satar, Simbah Ginem, simbah Painem,

    bibi Darti, bibi Harti, pakdhe Surat, budhe Yanti, pak Nasikun, bu Suti,

    pakdhe Sarjo, budhe Yatmi serta keluarga besar lainnya terimakasih

    banyak atas kasih sayang dan memotivasi besar yang kalian berikan demi

    kelancaran dan kesuksesan dalam menyelesaikan skripsi ini.

    7. Saudara-saudari tercinta : Indra Maulana, Agung prasetyo, Thalita Jihan,

    Ing wulan Maruti. Terimakasih atas dukungan dan Motivasinya.

    8. Sahabat-sahabatku yang tercinta Rizky Wahyudi, Juni setiawan, Khusnul

    khotimah, Teteh cicih, Husnul Khotimah, yang telah memberikan

    masukan, saran, motivasi dan menghibur penulis.

  • v

    9. Keluarga besar KKN “SMITH”, terimakasih dukungan dan motivasinya.

    10. Teman-teman program studi Administrasi Keperdataan Islam 2011 telah

    memberikan saran dan motivasi kepada penulis.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempunaan dan banyak

    yang perlu diperbaiki lebih dalam. Oleh karena itu, saran dan kritik

    penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi

    ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan setiap pembaca tanpa

    terkecuali. Semoga setiap bantuan do’a, motivasi yang telah diberikan

    kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT.

    Ciputat, 07 November 2016

    Penulis

  • vi

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... i

    ABSTRAK .................................................................................................... ii

    KATA PENGANTAR ................................................................................. iii

    DAFTAR ISI ................................................................................................ vi

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................... 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 6 D. Review Studi Terdahulu .......................................................... 7 E. Metode Penulisan .................................................................... 8 F. Sistematika Penulisan .............................................................. 11

    BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERCERAIAN

    A. Pengertian Perceraian ............................................................. 13 B. Alasan Perceraian ................................................................... 16 C. Sebab-sebabTerjadinya Perceraian ......................................... 21 D. Pengertian Cerai Talak dan Cerai Gugat ................................ 27 E. Hak dan Kewajiban Suami Istri .............................................. 30 F. Prosedur Perceraian ................................................................ 31 G. Akibat Perceraian (cerai Gugat) ............................................. 34

    BAB III SEKILAS TENTANG PENGADILAN AGAMA WONOGIRI

    A. Teknis Yustisial ....................................................................... 36 B. Peta Yurisdiksi Pengadilan Agama Wonogiri Kelas 1 B ........ 41 C. Potret Kantor Pengadilan Agama Wonogiri............................ 42

    BAB IV ANALISIS DATA TENTANG CERAI GUGAT AKIBAT

    DITINGGAL SUAMI TAHUN 2014

    A. Data Perceraian Tahun 2014 .................................................. 43 B. Data Cerai Gugat Tahun 2014 dan Alasan hakim ................... 53 C. Analisis Penulis ....................................................................... 59

  • vii

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan.............................................................................. 65 B. Saran ........................................................................................ 66

    DAFTAR PUSTAKA

  • DAFTAR PUSTAKA

    Ali, Zainuddin, 2006,Hukum Islam di Indonesia, cet ke I, Jakarta :

    Sinar Grafika.

    Arifin, Imron. 1994. Penelitian Kualitatif dalam bidang ilmu-ilmu

    social dan keagamaan,Malang : Kalimasahada, press.

    Arikunto, Suharsimi. 1992.Prosedur penelitian, Jakarta : PT. Rineka

    Cipta.

    Ashshofa, Burhan.2004. metodologi penelitian hokum, Jakarta : PT.

    Asdi Mahasatya

    Ghazaly, Abdul Rahman 2003. Fiqh Munakahat, Bogor :Kencana.

    Hakim, Rahmat. 2000. Hokum Perkawinan Islam, Bandung : Pustaka

    Setia.

    Ismail Sidik Suherdi, 1999.Ketentraman Suami Istri, Surabaya:Dunia

    ilmu.

    Lubis Sulaikin, 2008. Hukum Acara PerdataPeradilan Agama di

    Indonesia, Jakart: Kencana

    Manan, Abdul, 2008, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di

    Indonesia, Jakarta:kencana.

    Mukhtar, kamal. 1993, Asas-asas hokum islam tentang perkawinan,

    Jakarta : Bulan Bintang.

    Nasution, Bahder Johan dan Sri, Wirjiyanti, 1997, Hukum Perdata

    Islam, Bandung : Mandar Maju.

    Nurdin, Amir dan Tarigan, Azhari Akmal,Hukum Perdata Islam di

    Indonesia, (Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dan

  • fikih, Undang-undang no,1/1974 sampai KHI), Jakarta :

    Kencana.

    Rofiq, Ahmad.2013, Hukum Perdata Islam di Indoneisa. Jakarta :

    Rajawali Pers.

    Sayyid, Sabiq. 1996. Fikih sunnah 8, terjemahan oleh Moh Thalib,

    Bandung : PT. Al-Ma’arif.

    Sastroatmojo, 1981. Hukum Perkawinan di Indonesia,Jakarta:Bulan

    Bintang.

    Soeroso R, 2004. Praktik Hukum Acara Perdata,Jakarta : Sinar

    Grafika.

    Soekanto, Soerjono.1986. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : UI

    Press

    Syarifuddin, Amir, 2003. Garis-Garis Besar Fiqh, Bogor : kencana.

    Syaifuddin, Muhammad, 2014,Hukum Perceraian. Cet ke-2, Jakarta :

    Sinar Grafika.

    Waluyo, Bambang. 2008. penelitian hokum dalam praktik, sinar

    grafika Jakarta.

    Yanggo,T, chuzaemah dan Z,A, Anshary, Hafidz,A.

    2002.Problematika Hokum Islam Kontemporer, Jakarta :

    Pustaka Firdaus

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Didalam sebuah pernikahan terdapat dimensi ibadah untuk itu

    perkawinan harus dipelihara dengan baik sehingga abadi dan apa yang

    menjadi tujuan perkawinan dalam Islam yakni terwujudnya keluarga

    sejahtera(mawaddah wa rahmah) dapat terwujud.

    Tujuan perkawinan dalam Islam adalah untuk memenuhi petunjuk

    Allah dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan

    bahagia.Harmonis dalam menjalankan hak dan kewajiban anggota

    keluarga.Sejahtera artinya menciptakan ketenangan lahir dan bathin

    disebabkan terpenuhinya kebutuhan hidup lahir dan bathinnnya, sehingga

    timbullah kebahagiaan, kasih sayang antara anggota keluarga. Rasa cinta

    dan kasih sayang dalam keluarga ini akan dirasakan pula dalam masyarakat

    atau ummat, sehingga terbentuklah ummat yang diliputi cinta dan kasih

    sayang.1

    Namun sering kali apa yang menjadi tujuan perkawinan kandas di

    perjalanan. Perkawinan harus putus ditengah jalan, sebenarnya putusnya

    perkawinan merupakan hal yang wajar saja, karena makna dasar sebuah

    1 Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan,(Jakarta : Bulan Bintang

    1993), cet. Ke-3, h.14

  • 2

    akad nikah adalah ikatan atau dapat juga dikatakan perkawinan pada

    dasarnya adalah kontrak. Konsekuensinya ia dapat lepas yang kemudian

    dapat disebut dengan talak. Makna dasar dari talak itu sendiri adalah

    melepaskan perjanjian.

    Islam sebagai agama yang toleran memberi jalan keluar, ketika

    suami isteri yang tidak dapat lagi meneruskan perkawinan, dalam arti

    adanya ketidak cocokan pandangan hidup dan percekcokan rumah tangga

    yang tidak bisa didamaikan lagi, maka Islam memberikan jalan keluar

    yang dalam istilah fiqih disebut dengan thalaq (perceraian). Agama Islam

    membolehkan suami isteri bercerai tentunya dengan alasan-alasan tertentu,

    kendati perceraian itu (sangat) dibenci Allah SWT.2

    Dalam Peraturan Pemerintahan Nomor 9 Tahun 1975 Tentang

    pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yaitu Tentang

    perkawinan, tepatnya dalam pasal 19 disebutkan perceraian dapat terjadi

    karena alasan-alasan sebagai berikut: Pertama, salah satu pihak berbuat zina

    atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain sebagainnya yang sulit

    disembuhkan. Kedua, salah satu pihak meninggalkan pihak lainnya selama

    2 tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau

    karena hal lain diluar kemampuannya. Ketiga, salah satu pihak mendapat

    hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat tanpa izin

    pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar

    kemampuannya. Keempat, salah satu pihak melakukan kekejaman atau

    2 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 8, terjemahan oleh Moh Thalib, (Bandung : PT. Al-Ma‟arif,

    1996), cet. Ke-1,h. 92

  • 3

    penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain. Kelima, salah satu

    pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat

    menjalankan kewajiban suami isteri. Keenam, antara suami isteri terus

    menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan untuk

    rukun lagi dalam rumah tangga.3

    Cerai gugat merupakan fenomena yang banyak terjadi belakangan

    ini mulai dari kalangan artis hingga masyarakat umum. Kasus isteri yang

    menggugat cerai bukanlah hal tabu lagi, sebagian besar perceraian

    didominasi oleh perempuan yang menuntut cerai. Penyebabnya sangat

    umum, mulai dari factor ekonomi, sang suami tidak bertanggung jawab,

    sampai masalah perselingkuhan.

    Maksud cerai gugat adalah permintaan isteri kepada suaminya untuk

    menceraikan (melepaskan) dirinya dari ikatan perkawinan dengan disertai

    iwadh berupa uang atau barang kepada suami dari pihak isteri sebagai

    imbalan penjatuhan talak cerai gugat pemberian hak yang sama bagi wanita

    untuk melepaskan diri dari ikatan perkawinan yang dianggap sudah tidak

    ada kemaslahatan sebagai imbalan hak talaknya, dan menyadarkan bahwa

    isteri pun mempunyai hak yang sama untuk mengakhiri perkawinan.

    Artinya dalam situasi tertentu isteri yang sangat tersiksa akibat ulah suami

    mempunyai hak menuntut cerai dengan imbalan sesuatu.4

    3Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang No.1 Tahun

    1974 Pasal 16 4 Rahmat Hakim, Hukum Perkawinan Islam, (Bandung : Pustaka Setia 2000). Cet ke-1,

    h.172

  • 4

    Kehidupan rumah tangga adalah untuk hidup rukun bahagia dan

    tentram.Namun, sebuah perjalanan hidup tidak selamanya berjalan mulus

    sesuai yang diharapkan kadang terdapat perbedaan pandangan dalam

    memahami kehidupan dan kecekcokan suami isteri tidak terhindarkan,

    mereka merasa tidak nyaman dan tidak mesra tidak tentram lagi dalam

    perkawinan mereka.Karena pada kenyataannya membina hubungan rumah

    tangga tidaklah mudah bahkan sering kehidupan perkawinan kandas

    ditengah jalan.5

    Di dalam pasal 19 PP No. 9 Tahun 1975 jo pasal 116 point (b)

    Kompilasi Hukum Islam dikatakan bahwa salah satu pihak meninggalkan

    pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut baru bisa gugatan tersebut

    diajukan ke Pengadilan Agama setelah lampau 2 (dua) tahun akan tetapi

    pada kenyataannya telah terjadi salah satunya di Pengadilan Agama

    Wonogiri Jawa Tengah telah memutus perkara cerai gugat yang pokok

    permasalahannya isteri ditinggal suami namun belum genap 2 (dua) tahun.

    Dalam beberapa perkara gugat cerai dalam putusan perkara

    No.0695/Pdt.G/2014/PA.WNG,No.0652/Pdt.G/2014/PA.WNG,No.1054/Pd

    t.G/2014/PA.WNG,No.0083/Pdt.G/2014/PA.WNGd,No.1439/Pdt.G/2014/P

    A.WNG.

    Putusan di atas memutus bahwa antara penggugat dengan tergugat

    telah terjadi cekcok perselisihan yang tidak dapat dirukunkan kembali

    disamping itu pula penggugat telah mengalami penderitaan secara lahir

    5Chuzaemah T Yanggo dan A. Hafidz Anshary. A. Z, Problematika Hukum Islam

    Kontemporer, (Jakarta : Pustaka Firdaus,2002), cat.3 h.73

  • 5

    maupun bathin dari itulah majelis hakim memutuskan perkara tersebut

    dalam pasal 116 (f) Kompilasi Hukum Islam, padahal pada poin

    selanjutnya ada sebab suami meninggalkan pihak lain 2(dua) tahun

    berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena

    hal lain diluar kemampuannya yang lebih tegasnya dijelaskan pasal 116 (b)

    tersebut dipasal 133 Kompilasi Hukum Islam yang berbunyi “Gugatan

    perceraian karena hal tersebut dalam pasal 116 (b) dapat diajukan setelah

    lampau 2 (dua) tahun terhitung sejak tergugat meninggalkan rumah”.

    Dalam menyikapi hal tersebut di atas, maka dipandang perlu

    adanya ketegasan baik yang bersifat hukum ataupun yang bersifat

    fenomena, dalam hal ini menjadi sorotan utama, sehingga penulis merasa

    perlu adanya gambaran hukum tentang gugatan yang diajukan isteri karena

    ditinggal suaminya yang dijadikan suatu alasan perceraian.

    Ketidak sesuaian antara Kompilasi Hukum Islam dan PP No. 9

    tahun 1975 dengan kenyataan yang terjadi, sehingga berlatar belakang dari

    persoalan itu penulis tertarik untuk mengangkat judul skripsi tentang

    “Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Kasus Cerai Gugat

    Ditinggal Suami (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Wongiri Jawa

    Tengah)”

    B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

    1. Pembatasan Masalah

  • 6

    Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terfokus,tidak terlalu

    luas dan lebih terarah pada kasus. disamping juga untuk mempermudah

    pelaksanaan penelitian. maka penulis membatasi permasalahan pada

    pertimbangan hakim atas fenomena cerai gugat akibat ditinggal suami studi

    kasus di Pengadilan Agama Wonogiri Jawa Tengah yang terjadi tahun 2014.

    2. Rumusan Masalah

    Di dalam PP No. 9 Tahun 1975 Jo Kompilasi Hukum Islam

    pasal 116 (b) dinyatakan bahwa apabila salah satu pihak meninggalkan

    pihak lain selama 2 tahun berturut-turut tanpa alasan yang sah,pihak yang

    ditinggalkan dapat menggugat ke Pengadilan Agama. Akan tetapi pada

    kenyataannya banyak kasus di Pengadilan Agama Wonogiri yang suami

    pergi meninggalkan isteri belum genap 2 tahun, dan isteri telah mengajukan

    gugatan cerai ke Pengadilan Agama, dan Pengadilan Agama

    mengabulkannya.

    Berdasarkan masalah tersebut, maka penulis merumuskan

    masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

    1. Kenapa banyak isteri mengajukan gugat cerai kepada Pengadilan Agama

    Wonogiri ?

    2. Apa yang menjadi pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara cerai

    gugat akibat ditinggal suami sebelum 2 tahun ?

  • 7

    C . Tujuan dan Manfaat Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap realitas hokum

    yang ada di lingkungan Pengadilan Agama, khususnya tentang fenomena

    perceraian akibat di tinggal suami di Pengadilan Agama Wonogiri Jawa

    Tengah, yaitu :

    Adapun manfaat secara teoristis dan penelitian ini adalah :

    1. Untuk mengetahui alasan banyaknya isteri yang mencerai gugat

    suami.

    2. Untuk mengetahui alasan hakim memutuskan perkara cerai gugat

    sebelum 2 tahun suami meninggalkan isterinya.

    D. Review Kajian Terdahulu

    NO Identitas Substantif Perbedaan

    1 Nurhayani “cerai

    gugat karena suami

    tidak mampu

    memberi nafkah”.

    Fakultas syariah dan

    hukum, 2010

    Pada skripsi

    Nurhayani ini yang

    di kaji adalah

    pendapat hakim di

    Pengadilan Agama

    Bandung dalam

    perkara cerai gugat

    akibat suami tidak

    mampu menafkahi.

    Sedangkan

    penulis

    membahas

    tentang fenomena

    cerai gugat akibat

    di tinggal suami

    yang ditangani di

    Pengadilan

    Agama Wonogiri.

  • 8

    Lebih membahas

    tentang

    perekonomian

    rumah tangga.

    2 Muhammad zulfikar

    “gugat cerai karena

    ditinggal suami”

    (analisis putusan

    perkara nomor 298

    pdt.G/2009/PAJT).

    Fakultas syariah

    hokum, 2012.

    Pada skripsi

    Muhammad

    zulfikar membahas

    tentang putusan

    hakim dalam

    perkara isteri yang

    ditinggalkan suami

    di pengadilan

    agama Jakarta

    timur.

    Sedangkan

    penulis

    membahas

    tentang fenomena

    cerai gugat akibat

    di tinggal suami

    sebelum 2 tahun

    di gugat isteri

    pada Pengadilan

    Agama Wonogiri

    Jawa Tengah

    tahun 2014.

  • 9

    E. Metode Penelitian

    Untuk memperoleh data yang dibutuhkan untuk menyusun skripsi

    ini, maka penulis menggunakan metode :

    1. Jenis Penelitian

    Adapun jenis penelitian setelah penulis melihat data yang

    dibutuhkan dalam judul skripsi ini, maka termasuk dalam kategori

    penelitian kualitatif lebih khususnya dengan menggunakan penelitian

    dekskriptif yaitu suatu penelitian yang memberikan data seteliti mungkin

    tentang manusia, keadaan atau gejala-gejalanya.Adapun dari penelitian

    deskriptif ini adalah untuk menggambarkan suatu objek secara sistematis.6

    2. Sumber Data

    Dalam penelitian ini akan digunakan data premier dan data

    sekunder. Di bawah ini akan diperinci satu persatu apa saja yang termasuk

    ke dalam data premier dan sekunder.

    a. Data Primer

    Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari objek

    yang diteliti, yaitu bahan hukum yang mengikat. Dalam hal ini berupa

    beberapa kasus gugat cerai akibat ditinggal suami yang didapatkan dari

    Pengadilan Agama Wonogiri Jawa Tengah selama tahun 2014, kemudian

    data tersebut dianalisis dengan cara menguraikan dan menghubungkan

    dengan masalah yang dikaji.

    6 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI Press, 1986) h. 43

  • 10

    b. Data Sekunder

    Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan jalan mengadakan

    studi kepustakaan atas dokumen-dokumen yang berhubungan dengan

    masalah yang diajukan, yang memberikan penjelasan mengenai bahan

    hukum primer. Dokumen-dokumen yang dimaksud Al-Qur‟an, Hadist,

    buku-buku ilmiah, jurnal-jurnal, dan Undang-undang No.1 Tahun 1974

    tentang perkawinan, Kompilasi Hukum Islam (KHI), serta peraturan

    lainnya yang dapat mendukung skripsi ini.

    3. Teknik pengumpulan data

    Pengumpulan data dalam penelitian ini penulis menggunakan

    teknik pengumpulan data yaitu melalui penelitian kepustakaan (Library

    Research) .7

    Penelitian kepustakaan (Library Research)IalahPenelitian

    kepustakaan yaitu dimana peneliti melakukan penelusuran liberatur

    dengan meneliti putusan-putusan Pengadilan Agama Wonogiri selain itu

    dengan mengkaji buku rujukan yang relevan dengan pembahasan skripsi

    ini.

    Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian ini adalah

    sebagai berikut :

    a. Observasi, untuk mendapatkan data tentang beberapa perkara di

    Pengadilan Agama Wonogiri Jawa Tengah.

    7 Burhan Ashshofa, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : PT. Asdi Mahasatya,2004),

    h.61.

  • 11

    b. Kajian kepustakaan, untuk memahami teori-teori dan konsep yang

    berkenaan dengan metode ijtihad hakim melalui berbagai buku dan

    literature yang dipandang mewakili (Representatif) dan berkaitan

    dengan objek penelitian.

    4. Analisis Data

    Analisis data adalah sebuah proses percakapan dan pengaturan

    secara sistematis , cacatan laporan, dan bahan-bahan yang lain

    dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan-bahan

    tersebut, agar dapat dipresentasikan temuannya kepada orang lain.8Studi

    yang merupakan penelitian kepustakaan ini lebih bersifat deksriftif

    analisis.9Sehingga di dapatkan suatu kesimpulan yang objektif, logis,

    sistematis, konsisten sesuai dengan tujuan yang dilakukan penulis.

    Sementara teknik penulisan ini penulis berpedoman pada buku “

    pedoman penulisan skripsi Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN

    SyarifHidayatullah Jakarta tahun 2015”

    8 Imron Arifin, Penelitian Kualitatif dalam Bidang Ilmu-ilmu Sosial dan

    Keagamaan,(Malang:Kalimasahada, press, 1994) h.77

    9 Bambang waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktik,Sinarh. (Jakarta:Sinar Grafika, 2008),

    h 6

  • 12

    F. Sistematika Penulisan

    Untuk mendapatkan gambaran jelas mengenai materi yang menjadi

    pokok penulisan skripsi ini dan agar memudahkan para pembaca dalam

    mempelajari tata urutan penulisan ini, maka penulis menyusun sistematika

    penulisan ini sebagai berikut :

    Bab I, yaitu bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakangmasalah,

    pembatasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan metode penelitian,

    kerangka teori, review studi terdahulu dan sistematika penulisan.

    Bab II, tentang tinjauan istilah perceraian, didalamnya membahas

    tentang perceraian, pengertian cerai gugat menurut kompilasi hukum islam

    (KHI), dasar hukum perceraian, sebab terjadinya perceraian, perbedaan cerai

    gugat, dan prosedur perceraian.

    Bab III, bab ini membahas gambaran perkara di Pengadilan Agama

    Wonogiri,sejarah singkat tentang Pengadilan Agama Wonogiri serta terdapat

    data perceraian tahun 2014

    Bab IV, merupakan bab yang membahas tentang analisis putusan

    pengadilan agama wonogiri jawa tengah tentang cerai gugat akibat ditinggal

    suami serta terdapat data perceraian tahun 2014.

    Bab V, merupakan bab pentingnya yang berisi kesimpulan dan saran,

    tidak lupa penulis mencantumkan lampiran yang diperlukan.

  • 13

    BAB II

    TINJAUAN UMUM TENTANG PERCERAIAN

    A. Pengertian Perceraian

    1. Pengertian Perceraian menurut bahasa dan istilah

    Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kata “cerai” merupakan

    kata kerja yang berarti, 1. Pisah; 2.Putus hubungan sebagai suami isteri;

    talak. Kemudian, kata “cerai” juga merupakan kata benda yang berarti , 1.

    Perpisahan; 2.Perihal bercerai (antara suami isteri); perpecahan. Adapun

    kata “bercerai” berarti:v (kata kerja), 1. Tidak bercampur (hubungan,

    bersatu, dsb.) lagi;2. Berhenti berlaki-bini (suami isteri).10

    Sedangkan menurut Istilah “perceraian” terdapat dalam pasal 38

    UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974 yang memuat ketentuan fakultatif

    bahwa “Perkawinan dapat putus karena kematian, perceraian, dan atas

    putusan Pengadilan”.

    Jadi, istilah “perceraian” secara yuridis berarti putusnya

    perkawinan, yang mengakibatkan putusnya hubungan sebagai suami isteri

    atau berhenti berlaki-bini (suami isteri) sebagaimana diartikan dalam

    Kamus Besar Bahasa Indonesia diatas.

    10

    Kamus besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa edisi keempat, h.261

    13

  • 14

    Istilah perceraian menurut UU No. 1 Tahun 1974 sebagai aturan

    hukum positif tentang perceraian menunjukkan adanya:

    a. Tindakan hukum yang dapat dilakukan oleh suami atau isteri untuk

    memutus hubungan perkawinan diantara mereka;

    b. Peristiwa hukum yang memutuskan hubungan suami isteri, yaitu

    kematian suami atau isteri yang bersangkutan,yang merupakan

    ketentuan yang pasti dan langsung ditetapkan oleh Tuhan yang Maha

    Kuasa;

    c. Putusan hukum yang dinyatakan oleh Pengadilan yang berakibat

    hukum putusnya hubungan perkawinan antara suami dan isteri.11

    2. Pengertian Perceraian Menurut Undang-Undang.

    Perceraian menurut Pasal 38 No. 1 Tahun 1974 adalah “putusnya

    perkawinan”. Adapun yang dimaksud dengan perkawinan adalah menurut

    pasal 1 UU No. 1 Tahun 1974 adalah “ikatan lahir batin antara seorang

    laki-laki dengan seorang perempuan sebagai suami isteri dengan tujuan

    membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan

    Ketuhanaan Yang Maha Esa”. Jadi, perceraian adalah putusnya ikatan

    lahir batin antara suami dan isteri yang mengakibatkan berakhirnya

    hubungan keluarga (rumah tangga) antara suami dan isteri tersebut.

    Pengertian perceraian dapat dijelaskan dari beberapa persfektif hukum

    berikut:

    11

    Muhammad Syaifuddin, Hukum Perceraian,(Jakarta :sinar grafika 2014),cet ke-2 h.15

  • 15

    a. Perceraian menurut hukum Islam yang telah dipositifkan dalam pasal 38

    dan Pasal 39 UU No. 1 Tahun 1974 yang telah dijabarkan dalam PP No. 9

    Tahun 1975, mencakup antara lain sebagai berikut.

    1. Perceraian dalam pengertian cerai talak, yaitu perceraian yang diajukan

    permohonan cerainya oleh dan atas inisiatif suami kepada Pengadilan

    Agama, yang dianggap terjadi dan berlaku beserta segala akibat

    hukumnya sejak saat perceraian itu dinyatakan (diikrarkan) di depan

    sidang Pengadilan Agama (vide Pasal 14 sampai dengan Pasal 18 PP

    No. 9 Tahun 1975).

    2. Perceraian dalam pengertian cerai gugat, yaitu perceraian yang

    diajukan gugatan cerainya oleh dan atas inisiatif isteri kepada

    Pengadilan Agama, yang dianggap terjadi dan berlaku beserta segala

    akibat hukumnya sejak jatuhnya putusan Pengadilan Agama yang telah

    mempunyai kekuatan hukum yang tetap (vide Pasal 20 sampai dengan

    pasal 36).

    b. Perceraian menurut hukum agama selain hukum Islam, yang telah pula

    dipositifkan dalam UU No. 1 tahun 1974 dan diijabarkan dalam PP No. 9

    Tahun 1975, yaitu perceraian yang gugatan cerainya diajukan oleh dan

    atas inisiatif suami atau isteri kepada Pengadilan Negeri, yang dianggap

    terjadi beserta segala akibat hukumnya terhitung sejak saat pendaftarannya

  • 16

    pada daftar pencatatan oleh Pegawai Pencatatan di Kantor Catatan Sipil

    (vide Pasal 20 dan Pasal 34 ayat (2) PP No. 9 Tahun 1975).12

    C. Alasan-alasan Perceraian

    a. Cerai gugat dengan alasan suami berbuat zina, atau menjadi pemabuk,

    pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.

    1) PP. No. 9 point (a) Tahun 1975.

    Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat,

    penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.

    2) UU. No. 7 Pasal 87 Tahun 1989.

    apabila permohonan atau gugatan cerai diajukan atas alasan salah

    satu pihak melakukan zina, sedangkan pemohon atau penggugat

    tidak dapat melengkapi bukti-bukti dan termohon atau tergugat

    menyanggah alasan tersebut, dan hakim berpendapat bahwa

    permohonan atau gugatan itu bukan tiada pembuktian sama sekali

    serta upaya peneguhan alat bukti tidak mungkin lagi diperoleh baik

    dari pemohon atau penggugat maupun dari termohon atau tergugat,

    maka hakim karena jabatannya dapat mengurus pemohon atau

    penggugat untuk bersumpah. (pihak termohon atau tergugat diberi

    kesempatan pula untuk menegaskan sanggahannya dengan cara

    yang sama).

    12

    Muhammad Syaifuddin, Hukum Perceraian,(Jakarta :sinar grafika 2014),cet ke-2 h.19-

    20

  • 17

    b. cerai gugat dengan alasan suami meninggalkan isteri selama 2 (dua) tahun.

    1) PP. No.9 Pasal 19 (b) Tahun 1975

    Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun

    berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah karena

    hal lain di luar kemampuannya.

    2) Kompilasi Hukum Islam

    Pasal 116 (b).

    Salah sayu pihak meninggalkan pihak lain selama (dua) tahun

    berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau

    karena hal lain di luar kemampuannya.

    Pasal 133.

    (1) gugatan perceraian karena alasan tersebut dalam pasal 116 huruf

    (b) dapat diajukan setelah lampau 2 (dua)tahun terhitung sejak

    tergugat meninggalkan rumah.

    (2) gugatan dapat diterima apabila tergugat menyatakan atau

    mengajukan sikap tidak mau kembali lagi ke rumah kediaman

    bersama.

    c. Cerai gugat dengan alasan suami mendapat hukuman penjara 5 (lima)

    Tahun .

    PP. No. 9 Pasal 19 (c) tahun 1975

    Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman

    yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.

  • 18

    d. Cerai gugat dengan alasan suami melakukan kekejaman atau

    penganiayaan.

    1) PP. No. 9 pasal 19 (a) tahun 1975

    Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang

    membahayakan pihak lain.

    2) Kompilasi Hukum Islam Pasal 116 (a)

    Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang

    membahayakan pihak lain.

    e. Cerai gugat dengan alasan suami mendapat cacat badan atau penyakit.

    1) PP. No. 9 pasal 19 (c) tahun 1975.

    Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit akibat tidak dapat

    menjalankan kewajiban sebagai suami/ isteri.

    2) Kompilasi Hukum Islam pasal 116 (c).

    Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit akibat tidak dapat

    menjalankan kewajiban sebagai suami/ isteri.

    f. Cerai gugat dengan alasan antara suami isteri terjadi perselisihan terus

    menerus.

    1) PP. No. 9 Pasal 19 (f) Tahun 1975

    Antara suami isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran

    dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

    2) Kompilasi Hukum Islam Pasal 116 (f).

    Antara suami isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran

    dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

  • 19

    g. Cerai gugat dengan alasan suami melakukan pelanggaran sighat taklik

    talak.

    Kompilasi Hukum Islam pasal 116 (g)

    Perceraian dapat terjadi karena alasan atau alasan-alasan melanggar sighat

    taklik talak.

    “sewaktu-waktu saya :

    1. Meninggalkan isteri saya tersebut dua tahun berturut-turut.

    2. Atau saya tidak memberi nafkah wajib kepadanya tiga bulan

    lamanya.

    3. Atau saya menyakiti badan/jasmani isteri saya itu.

    4. Atau saya membiarkan (tidak memperdulikan) isteri saya itu Enam

    bulan lamanya.

    Kemudian isteri saya tidak ridha dan mengajukan halnya kepada

    Pengadilan Agama, dan pengaduannya dibenarkan serta diterima

    oleh Pengadilan, dan isteri saya itu membayar uang sebesar Rp.

    1000 (seribu rupiah) sebagai iwadl (pengganti) kepada saya, maka

    jatuhlah talak satu kepadanya.

    Kepada Pengadilan saya kuasakan untuk menerima uang iwadl

    (pengganti) itu dan kemudian menyerahkan kepada Badan

    Kesejahteraan Masjid (BKM) pusat untuk keperluan ibadah

  • 20

    h. Cerai gugat dengan alasan suami murtad.

    Kompilasi Hukum Islam

    Pasal 116 (h)

    Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak

    rukunan dalam rumah tangga.

    i. Cerai gugat dengan alasan suami melalaikan kewajibannya.

    1) UU. No. 1 Pasal 34 ayat (1) Tahun 1974

    Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu

    keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.

    2) Kompilasi Hukum Islam pasal 77 ayat (1)

    Suami isteri memikul kewajiban yang luhur untuk menggerakkan

    rumah tangga yang sakinah, mawaddah warahmah yang menjadi sendi

    dasar dari susunan masyarakat.

    j. Cerai gugat dengan alasan syiqaq

    UU. No. 7 Tahun 1989

    Pasal 76

    1) Apabila gugatan perceraian didasarkan atas alasan syiqaq, maka untuk

    mendapatkan putusan perceraian harus didengar keterangan saksi-saksi

    yang berasal dari keluarga suami isteri.

    2) Pengadilan setelah mendengar keterangan saksi tentang sifat

    persengketaan antara suami isteri dapat mengangkat seseorang atau

    lebih dari keluarga masing-masing pihak ataupun orang lain untuk

    menjadi hakim.

  • 21

    D. Sebab-sebab terjadinya perceraian.

    Suatu perkawinan menjadi putus antara lain karena perceraian

    dalam hukum Islamperceraian terjadi karena khulu’, zhihar, ila, dan li’an

    berikut ini penjelasan masing-masingnya :

    1. Khulu‟

    Bila seorang isteri melihat pada suaminya sesuatu yang tidak

    diridhai Allah untuk melanjutkan hubungan perkawinan, sedangkan si

    suami tidak merasa perlu untuk menceraikannya, maka si isteri dapat

    meminta perceraian dari suaminya dengan kompensasi ganti rugi yang

    diberikannya dengannya kepada suaminya.Bila suami menerima dan

    menceraikan isterinya atas dasar uang ganti itu, maka putuslah perkawinan

    antara keduanya. Putusnya perkawinan dengan cara ini disebut khulu’.

    Khulu’ itu perceraian dengan kehendak isteri.Hukumnya boleh atau

    mubah. Dasar dari kebolehan Al-Quran adalah firman Allah dalam surat

    Al-Baqarah ayat 229 :

    Artinya: Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat

    menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya

    tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. (Al-

    Baqarah ayat:229)

    Di dalam Khulu‟ itu terdapat beberapa unsur yang merupakan

    karakteristik dari khulu‟ itu dan di dalam setiap unsur terdapat beberapa

    syarat:

  • 22

    a. Suami yang menceraikan adalah seorang yang ucapannya telah dapat

    diperhitungkan secara syara‟, yaitu akil, baligh, dan berbuat atas

    kehendaknya sendiri dan dengan kesengajaan.

    b. Isteri yang dikhulu‟ adalah seorang yang berbeda dalam wilayah si suami

    dalam arti isterinya atauorang yang telah diceraikan, namun masih berada

    dalam masa iddah raj‟iy.

    c. Adanya uang ganti dalam bentuk suatu yang berharga dan dapat dinilai,

    yang nilainya sebanding dengan mahar yang diterimanya waktu akad

    nikah. Ganti rugi ini diberikan oleh isteri sendiri atau oleh pihak ketiga

    atas persetujuan suami isteri.

    d. Shigat atau ucapan cerai y0ang disampaikan oleh suami yang dalam

    ungkapan tersebut dinyatakan “uang ganti” atau „iwadh. Tanpa

    menyebutkan ganti ini ia menjadi talak biasa, seperti ucapan suami; “saya

    ceraikan kamu dengan tebusan sebuah sepeda motor”.13

    2. Zhihar

    Menurut bahasa arab, kata zhihar terambil dari kata zahrunyang

    bermakna punggung. Dalam kaitannya dengan hubungan suami isteri,

    zhihar adalah ucapan suami kepada isterinya yang berisi menyerupakan

    punggung isteri dengan punggung ibu suami, seperti ucapan suami kepada

    isterinya: “Engkau bagiku adalah seperti punggung ibuku”.

    13

    Amir Syarifuddin,Garis-garis besar Fiqh, (Bogor :kencana 2003)., cet ke-1.,h. 131-132

  • 23

    Ucapan zhihar di masa Jahiliyah dipergunakan oleh suami yang

    bermaksud mengharamkan menyetubuhi isteri dan berakibat menjadi

    haramnya isteri itu bagi suami dan laki-laki selainnya, untuk selama-

    lamanya.

    Syari‟at Islam datang untuk memperbaiki masyarakat, mendidiknya

    dan mensterilkannya menuju kemaslahatan hidup.Hukum Islam

    menjadikan ucapan zhihar itu berakibat hukum yang bersifat duniawi dan

    ukhrawi. Akibat hukum zhihar yang bersifat duniawi ialah menjadi

    haramnya suami menggauli isterinya yang di zhihar sampai suami

    melaksanakan kaffarah zhihar sebangai pendidikan baginya agar tidak

    mengulang perkataan dan sikapnya yang buruk itu.sedangkan yang bersifat

    ukhrawi ialah bahwa zhihar itu perbuatan dosa; orang yang

    mengucapkannya berarti berbuat dosa, dan membersihkannya wajib

    bertaubat dan memohon ampunan Allah. 14

    Sebagai dasar hukum adanya pengaturan zhihar ialah firman Allah dalam

    surat Al-Ahzab ayat 4 menyatakan:

    14

    Drs. H. Abd Rahman Ghazaly, MA, Fiqh Munakahat, ( Bogor : Kencana 2003)., h.. 228

  • 24

    Artinya :Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati

    dalam rongganya; dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu

    zhihar itu sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu

    sebagai anak kandungmu (sendiri). yang demikian itu hanyalah

    perkataanmu dimulutmu saja. dan Allah mengatakan yang sebenarnya

    dan Dia menunjukkan jalan (yang benar).(Al- Ahzab ayat:4)

    3. Ila‟

    Kata “ila‟” menurut bahasa merupakan masdar dari kata “ala-ykli-

    laan” sewazan dengan a’tha yu’thi itha’an, yang artinya sumpah.

    Menurut istilah

    hukum Islam, ila‟ ialah “sumpah suami dengan menyebut nama

    Allah atau sifat-Nya yang tertuju kepada isterinya untuk tidak mendekati

    isterinya itu, baik secara mutlak maupun dibatasi dengan ucapan

    selamanya, atau dibatasi empat bulan atau lebih”.

    Beberapa contoh ila‟ adalah ucapan suami kepada isteri sebagai berikut:

    a. Demi Allah, saya tidak akan menggauli isteriku

    b. Demi kekuasaan Allah, saya tidak akan mencampuri isteriku selama

    lima bulan

    c. Demi Allah, saya tidak akan mendekati isteriku selamanya.

  • 25

    Dasar hukum pengaturan ila‟ ialah firman Allah surat Al-Baqarah ayat

    226-227 :

    Artinya: Kepada orang-orang yang meng-ilaa' isterinya diberi tangguh

    empat bulan (lamanya). kemudian jika mereka kembali (kepada isterinya),

    Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. dan

    jika mereka ber'azam (bertetap hati untuk) talak, Maka Sesungguhnya

    Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.(Al-Baqarah ayat:226-

    227)

    Allah SWT menentukan batas waktu empat bulan bagi suami yang meng-

    ila‟ isterinya mengandung hikmah pengajaran bagi suami maupun bagi

    isteri. Suami menyatakan ila’ kepada isterinya pastilah karena sesuatu

    kebencian yang timbul antara keduanya.

    4. Li‟an

    Secara harfian li’an berarti saling melaknat. Secara terminologis

    berarti: “sumpah suami yang menuduh isterinya berbuat zina, sedangkan

    dia tidak mampu mendatangkan empat orang saksi,setelah terlebih dahulu

    memberikan kesaksian empat kali bahwa ia benar dalam tuduhannya”.

    Pada dasarnya bila seseorang menuduh perempuan baik-baik

    berbuat zina dan tidak dapat mendatangkan empat orang saksi, mesti

    dikenai had qazaf yaitu tuduhan zina tanpa saksi. Had qazaf itu adalah 80

    kali dera.

  • 26

    Hal ini dijelaskan Allah dalam surat al-Nur ayat 4:

    Artinya: Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik

    (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka

    deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan

    janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan

    mereka Itulah orang-orang yang fasik.(Al-Nur ayat:4)

    Bila yang melakukan penuduhan itu adalah suami terhadap

    isterinya dan tidak dapat mendatangkan empat orang saksi kecuali hanya

    dirinya saja, maka ia harus menyampaikan kesaksian sebanyak empat kali

    yang menyatakan bahwa ia benar atas tuduhannya. Kali yang kelima ia

    menyatakan bahwa laknat Allah atasnya bila ia berdusta dengan

    tuduhannya itu.

    B. Pengertian Cerai Talak Dengan Cerai Gugat.

    Perceraian dalam ikatan perkawinan adalah sesuatu yang

    dibolehkan oleh ajaran Islam. Apabila sudah ditempuh berbagai cara untuk

    mewujudkan kerukunan, kedamaian, dan kebahagiaan, namun harapan

    dalam tujuan perkawinan tidak akan terwujud atau tercapai sehingga yang

    terjadi adalah perceraian. Perceraian diatur dalam Undang-Undang Nomor

    7 tahun 1989 jo UU No. 3 Tahun 2006 Jo UU No. 50 Tahun 2009

    Peradilan Agama(selanjutnya disebut UUPA)dan pasal 115 KHI.

  • 27

    Tata cara perceraian bila dilihat dari aspek subjek hukum atau

    pelaku yang mengawali terjadinya perceraian dapat dibagi dalam dua

    aspek, yaitu sebagai berikut :

    1. Cerai talak

    Apabila suami yang mengajukan permohonan ke pengadilan untuk

    menceraikan isterinya, kemudian sang isteri menyetujuinya disebut cerai

    talak hal ini diatur dalam pasal 66 UUPA dan KHI Pasal 66 ayat (1).15

    Menurut istilah, seperti yang dituliskan al-Jaziri, talak adalah

    melepaskan ikatan (hall al-qaid) atau biasa juga disebut mengurangi

    pelepasan ikatan dengan menggunakan kata-kata yang telah

    ditentukan.Talak merupakan sebuah institusi yang digunakan untuk

    melepaskan sebuah ikatan perkawinan. Dengan demikian ikatan

    perkawinan sebenarnya dapat putus dan tata cara telah diatur baik dalam

    Fikih, Undang-Undang Perkawinan maupun KHI (Kompilasi Hukum

    Islam). Kendatipun perkawinan tersebut sebuah ikatan suci namun tidak

    boleh dipandang mutlak atau tidak boleh dianggap tidak dapat

    diputuskan.Perkawinan Islam tidak boleh dipandang sebagai sebuah

    sakramen seperti yang terdapat di dalam agama Hindu dan Kristen,

    sehingga tidak dapat diputuskan.Perkawinan harus dipandang sebagai

    sesuatu yang alamiah, bisa bertahan dengan bahagia sampai ajal menjelang

    dan juga putus ditengah jalan.

    15

    Zainuddin Ali, Hukum Islam di Indonesia,(Jakarta:Sinar Grafika 2006),cet. Ke-1, h. 80

  • 28

    Talak itu hukumnya dibolehkan ketika berada dalam keadaan

    darurat, baik atas inisiatif suami (talak) atau inisiatif isteri (Khulu).

    2. Cerai gugat

    Gugatan perceraian diajukan oleh isteri atau kuasanya kepada

    pengadilan Agama yang daerah hukumnya mewilayahi tempat tinggal

    penggugat kecuali isteri meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa

    izin suami.Jika isteri meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa izin

    suami, gugatan harus ditujukan kepada pengadilan yang daerah hukumnya

    mewilayahi tempat kediaman suaminya.Hak untuk memohon memutuskan

    ikatan perkawinan ini dalam hokum Islam disebut khulu’, yaitu perceraian

    atas keinginan pihak isteri, sedang suami tidak menghendaki.16

    Khulu’ hanya dibolehkan kalau ada alasan yang tepat seperti suami

    meninggalkan isterinya selama 2 tahun berturut-turut tanpa izin isterinya

    serta alasan yang sah, atau suami seorang yang murtad dan tidak

    memenuhi kewajiban terhadap isterinya, sedangkan isteri khawatir akan

    melanggar hukum Allah SWT. Dalam kondisi seperti ini isteri tidak wajib

    menggauli suami dengan baik dan ia berhak untuk khulu’. Alasan-alasan

    yang dapat dijadikan oleh seorang isteri untuk mengajukan gugatan dalam

    perceraian sama dengan alasan yang digunakan dalam perceraian karena

    talak.

    16

    Bahder Johan Nasution dan Sri Warjiyati, Hukum Perdata Islam, (Bandung: Mandar

    Maju,1997), h.33.

  • 29

    Beberapa kesimpulan dari rumusan perundang-undangan diatas

    adalah:

    1. Perceraian dengan talak atau gugat cerai mungkin terjadi harus dengan

    alasan atau alasan-alasan, bahwa suami isteri tidak akan dapat hidup rukun

    sebagai suami isteri dalam satu rumah tangga. Dengan demikian,

    perceraian dipandang sebagai jalan terbaik bagi para pasangan. Pihak yang

    menentukan talak sebagai jalan terbaik atau tidaknya adalah pihak ketiga,

    yaitu pengadilan.

    2. Dari sekian banyak sebab terjadinya perceraian, semua mempunyai prinsip

    proses penyelesaian yang sama yaitu (1) pihak yang memutuskan

    perceraian adalah pengadilan, (2) langkah-langkah yang harus ditempuh

    adalah, (a) mengajukan permohonan atau gugatan dari salah satu pihak, (b)

    pemanggilan untuk diperiksa oleh pengadilan, dan (c) putusan oleh

    pengadilan.

    3. Terjadinya perceraian baik dengan talak atau gugat cerai, terhitung sejak

    putusan pengadilan Agama, putusan perkawinan hanya dapat dibuktikan

    dengan surat cerai.17

    Jika terjadi perceraian antara suami istri, baik karena cerai gugat

    maupun cerai talak, biasanya akan timbul masalah sekitar penguasaan

    anak, nafkah anak, nafkah istri selama ditinggal, nafkah iddah, dan harta

    bersama. Gugatan tersebut dapat diajukan bersama-sama dan sekaligus

    17

    Amir Nuruddin & Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia (studi kritis

    perkembangan hokum Islam dari fikih, UU No. 1/1974 sampai KHI), (Jakarta :kencana 2004)Cet.

    Ke-1

  • 30

    dengan gugatan perceraian, dapat juga diajukan secara terpisah sesudah

    perceraian dilaksanakan dan putusan perceraian itu telah mempunyai

    kekuatan hukum tetap.Apabila salah satu pihak meninggal dunia,

    sedangkan perkara gugatan yang diajukan ke pengadilan belum

    mendapatkan putusan, maka gugatan tersebut gugur.18

    Akibat putusannya

    perkawinan karena perceraian adalah :

    a. Baik ibu ataupun bapak berkewajiban memelihara, melindungi dan

    mendidik anak-anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan

    anak, bilamana ada perselisihan mengenai penguasaan anak,

    pengadilan memberikan masalahnya.

    b. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan

    pendidikan yang diperlukan anak, bila bapak dalam kenyataannya

    tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut, pengadilan dapat

    menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut.

    c. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk

    memberikan biaya hidup untuk bekas istri.19

    C. Hak dan kewajiban suami dan istri

    Dalam pasal 30-34 Undang- undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

    perkawinan tersebut dikemukakan bahwa suami istri memikul kewajiban

    yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang sakinah, mawadah, dan

    18

    Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia,(Jakarta:kencana,2008)

    h.21

    19Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta : Rajawali Pers 2013) h. 223.

  • 31

    warahmahyang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat. Suami istri

    wajib saling ccinta mencintai, hormat menghormati, setia dan memberikan

    bantuan batin yang satu dengan yang lain. Suami istri juga harus memikul

    kewajiban untuk mengasuh dan memelihara anak-anak mereka.Suami istri

    harus mempunyai tempat yang ditentukan bersama.Dalam rumah tangga itu

    kedudukan suami adalah kepala keluarga dan istri ibu rumah tangga.hak dan

    kedudukan istri adalah seimbang dengan hak kedudukan suami dalam

    kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup dalam masyarakat. Kewajiban

    suami dalam rumah tangga adalah :

    1. Membimbing istri dan rumah tangganya

    2. Melindungi istri dan memberikan segala keperluan rumah tangga

    sesuai dengan kemampuannya

    3. Memberikan pendidikan agama kepada istrinya agama, nusa, dan

    bangsa

    4. Sesuai penghasilannya, suami menangguang nafkah, pakaian dan

    tempat kediaman bagi istri, biaya rumah tangga, biaya perawatan dan

    biaya pengobatan bagi istri dan anak serta membiayai pendidikan

    anak.20

    20 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Indonesia,(Jakarta:Kencana

    ,2008) h.33-34

  • 32

    D. Prosedur Perceraian

    Surat gugatan/permohonan diserahkan kepada petugas Meja I

    sebanyak jumlah pihak, ditambah 3 (tiga) rangkap untuk majelis

    hakim.Selanjutnya, petugas Meja I menerima dan memeriksa kelengkapan

    berkas dengan menggunakan daftar periksa (check list).Dalam menaksir

    panjar biaya perkara, petugas Meja I berpedoman pada Surat Keputusan

    Ketua Pengadilan. Dalam menentukan panjar biaya perkara, Ketua

    Pengadilan harus merujuk Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2008

    tentang Penerimaan Bukan Pajak (PNPB), Peraturan Mahkamah Agung RI

    Nomor 2 Tahun 2009 tentang Biaya Proses Penyelesaian Perkara dan

    Pengelolaannya pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada

    dibawahnya serta peraturan terkait lainnya.21

    Selanjutnya, Petugas Meja I mengembalikan berkas kepada

    Penggugat/pemohon untuk diteruskan kepada kasir.Penggugat/pemohon

    membayar uang panjar biaya perkara tercantum dalam Surat Kuasa Untuk

    Membayar (SKUM) ke bank yang ditunjuk.Pemegang kas menerima bukti

    setor ke bank dari penggugat/pemohon dan membukukannya dalam Buku

    Jurnal Keuangan Perkara.Pemegang kas memberi nomor, membubuhkan

    tandatangan dan cap tanda lunas pada SKUM. Pemegang kas

    menyerahkan satu rangkap surat gugatan/ permohonan yang telah diberi

    nomor perkara berikut SKUM kepada penggugat /pemohon agar

    didaftarkan di Meja II.

    21

    Muhammad Syaifuddin, Hukum Perceraian,(Jakarta :sinar grafika 2014),cet ke-2 h.225

  • 33

    Kemudian, Petugas Meja II mencatat perkara tersebut dalam

    Buku Register Induk Gugatan/permohonan sesuai dengan nomor perkara

    yang tercantum pada SKUM. Petugas Meja II menyerahkan satu rangkap

    surat gugatan/permohonan yang telah terdaftar berikut SKUM rangkap

    pertama kepada penggugat/pemohon. Petugas Meja II memasukkan surat

    gugatan/permohonan tersebut dalam map berkas perkara yang telah

    dilengkapi dengan formulir; Penetapan Majelis Hakim (PMH), penunjukan

    panitera pengganti, penunjukan jurusita, Penentuan Hari Sidang (PHS) dan

    instrumen. Petugas Meja II menyerahkan berkas kepada panitera melalui

    wakil panitera melalui wakil panitera untuk disampaikan kepada Ketua

    Pengadilan.Dalam waktu paling lambat 2 (dua) hari kerja berkas perkara

    diatas, harus sudah diterima oleh Pengadilan Agama.22

    F. AKIBAT PERCERAIAN (CERAI GUGAT)

    Akibat perceraian karena cerai gugat diatur dalam Pasal 156

    Kompilasi :

    a. Anak yang belum mummayiz berhak mendapatkan hadlanah dari

    ibunya, kecuali bila ibunya meninggal dunia, maka kedudukannya

    digantikan oleh :

    1) Wanita- wanita dalam garis lurus ke atas dari ibu.

    2) Ayah.

    22

    Muhammad Syaifuddin, Hukum Perceraian,(Jakarta :sinar grafika 2014),cet ke-2

    h.226-227

  • 34

    3) Wanita-wanita dalam garis lurus ke atas dari ayah.

    4) Saudara perempuan dari anak yang bersangkutan.

    5) Wanita-wanita kerabat sedarah menurut garis samping dari ibu.

    6) Wanita-wanita kerabat sedarah menurut garis samping dari ayah.

    b. Anak yang sudah mummayiz berhak memilih untuk mendapatkan

    hadlanah dari ayah atau ibunya.

    c. Apabila pemegang hadanah ternyata tidak dapat menjamin keselamatan

    jasmani dan rohani anak, meskipun biaya nafkah dan hadlanah telah

    dicukupi, maka atas permintaan kerabat yang bersangkutan pengadilan

    berhak memindahkan hak hadlanah kepada kerabat lain yang mempunyai

    hak hadlanah pula.

    d. Semua biaya hadlanah dan nafkah anak menjadi tanggungan ayah

    menurut kemampuannya, sekurang-kurangnya sampai anak tersebut

    dewasa dan dapat mengurus diri sendiri (21 tahun).

    e. Bilamana terjadi perselisihan mengenai hadlanah dan nafkah anak,

    Pengadilan Agama memberikan putusannya berdasarkan huruf (a), (b),

    (c), dan (d).

    f. Pengadilan dapat pula dengan mengingat kemampuan ayahnya

    menetapkan jumlah biaya untuk pemeliharaan dan pendidikan anak-anak

    yang tidak turut padanya.23

    23

    Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam di Indonesia,(Jakarta : Rajawali Press, 2013) h.

    226-227

  • 35

    BAB III

    SEKILAS TENTANG PENGADILAN AGAMA WONOGIRI

    Keadaan Perkara

    A. TEKNIK YUSTISIAL

    a. Keadaan Perkara

    Pengadilan Agama Wonogiri telah melaksanakan proses peradilan

    dengan cepat, sederhana, tertib, dan dengan biaya yang terjangkau. Juga

    telah membuat keputusan tentang panjar biaya perkara dengan segala

    lampirannya. Setiap perkara dapat diselesaikan dalam waktu kurang dari

    enam bulan kecuali perkara yang para pihaknya Pegawai Negeri Sipil

    yang belum mendapat surat izin atasannya.24

    1. Perkara yang diterima dan diputus pada tahun 2013 adalah terdiri dari :

    Sisa perkara tahun 2012 = 554 perkara

    Perkara yang diterima tahun 2013 =1.894

    perkara

    Jumlah seluruhnya = 2.438 perkara

    Perkara yang diputus/diselesaikan tahun 2013 =1.932

    perkara

    Sisa perkara tahun 2013 =506 perkara

    24

    Sumber berasal dari arsip data profil dan sejarah singkat Pengadilan Agama Wonogiri.

    35

  • 36

    b. Penerimaan Perkara

    Dari 1.894 perkara yang diterima tahun 2013 tersebut, dapat dirinci

    menurut jenis perkaranya sebagai berikut :

    1. Cerai Gugat = 1.169 perkara

    2. Cerai Talak = 563 perkara

    3. Ijin Poligami = 10 perkara

    4. Isbat Nikah = 41 perkara

    5. Dispensasi Nikah = 78 perkara

    6. Wali Adhol = - perkara

    7. Waris = 3 perkara

    8. Pembatalan Nikah = 2 perkara

    9. Harta Bersama = 1 perkara

    10. Pengesahan Anak = 2 perkara

    11. Lain-lain = 25 perkara

    c. Penyelesaian Perkara

    Perkara yang diselesaikan oleh Pengadilan Agama Wonogiri

    selama tahun 2013 dengan rincian sebagai berikut :

    Sisa perkara tahun 2013 = 544 perkara

    Perkara yang diterima tahun 2013 = 1.894 perkara

    Jumlah seluruhnya = 2.438 perkara

  • 37

    Perkara yang diputus/diselesaikan tahun 2012= 1.932 perkara

    Sisa perkara tahun 2013 = 506 perkara

    Adapun dari 1.932 perkara yang diputus atau diselesaikan pada

    tahun 2013 dapat dirinci menurut jenis perkaranya sebagai berikut :

    1. Cerai Gugat = 1.130 perkara

    2. Cerai Talak = 516

    perkara

    3. Ijin Poligami = 8

    perkara

    4. Isbat Nikah = 34

    perkara

    5. Dispensasi kawin = 77

    perkara

    6. Wali Adhol = 2

    perkara

    7. Waris = -

    perkara

    8. Harta Bersama = 1 perkara

    9. Pembatalan Nikah = 1 perkara

    10.Pengesahan Anak = 1 perkara

    11.Lain-lain = 23 perkara

    13.Dicabut = 63 perkara

  • 38

    14.Selebihnya ditolak, tidak diterima, gugur dan dicoret dari

    Register sebanyak

    = 76 perkara

    d. Faktor-faktor terjadinya perceraian

    Dari 1.737 perkara yang diputus, faktor penyebab yang dominan

    adalah sebagai berikut :

    1. Krisis Akhlak = 18 perkara

    2. Cemburu = 1 perkara

    3. Moral = 25 perkara

    4. Tidak bertanggung jawab = 110

    perkara

    5. Gangguan pihak ketiga = 51 perkara

    6. Tidak ada keharmonisan = 565

    perkara

    7. Lain-lain = 27 perkara

    e. Perkara khusus yang menyangkut Peraturan Peraturan

    Pemerintahan Nomor 10 Tahun 1989 Jo. Peraturan Pemerintahan

    Nomor 45 Tahun 1990

  • 39

    Bagi Pegawai Negeri Sipil yang hendak melakukan perceraian

    dan ijin poligami harus melalui prosedur khusus sesuai dengan

    ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 Jo.

    Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 yaitu memperoleh

    surat ijin/keterangan dari pejabat yang berwenang. Pada tahun

    2013 ini perkara yang salah satu pihaknya atau kedua-duanya

    Pegawai Negeri Sipil sebanyak 13 perkara dapat dirinci sebagai

    berikut :

    1. Cerai Talak = 8

    perkara

    2. Cerai Gugat = 5

    perkara

    3. Ijin Poligami = -

    perkara

    Dari 13 Perkara tersebut, terdiri dari :

    1. Masih dalam proses =11 perkara

    2. Selesai = 2 perkara

    3. Dicabut =perkara

  • 40

    B. PETA YURISDIKSI PENGADILAN AGAMA WONOGIRI KELAS 1B

    C. POTRET KANTOR PENGADILAN AGAMA WONOGIRI

  • 41

  • 42

    BAB IV

    ANALISIS DATA TENTANG CERAI GUGAT AKIBAT DITINGGAL

    SUAMI TAHUN 2014

    A. DATA PERCERAIAN TAHUN 2014

    Berdasarkan data perceraian di Pengadilan Agama Wonogiri dapat diuraikan

    faktor-faktor penyebab perceraian pada tahun 2014, sebagai berikut 25

    :

    1. Pada bulan Januari terdapat 132 kasus, antara lain faktor penyebabnya :

    a. Poligami tidak sehat = -

    b. Krisis akhlak = -

    c. Cemburu = -

    d. Kawin paksa = -

    e. Ekonomi = 5

    f. Tidak ada tanggung jawab = 78

    g. Kawin dibawah umur = -

    h. Kekerasan jasmani = 1

    i. Kekerasan mental = -

    j. Dihukum = -

    k. Cacat biologis = -

    l. Politis = -

    m. Gangguan pihak ke tiga = 2

    n. Tidak ada keharmonisan = 40

    25

    Sumber berasal dari arsip data tahunan bulan Januari-Desember 2014/ Pengadilan

    Agama Wonogiri.

    42

  • 43

    o. Lain-lain = 6

    Jumlah = 132

    Dari data pada bulan Januari 2014 terdapat 132 faktor penyebab

    terjadinya cerai gugat yang terdiri dari 3,80 persen dikarenakan cemburu,

    59,05 persen akibat tidak adanya tanggung jawab, 0,75 persen dikarenakan

    terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, 1,51 persen terjadi karena

    gangguan pihak ketiga, 30,30 persen dikarenakan tidak adanya

    keharmonisan, dan 4,25 persen terjadi karena adanya faktor lain.

    2. Pada bulan Februari terdapat 135 kasus, antara lain faktor penyebabnya :

    a. Poligami tidak sehat = 1

    b. Krisis akhlak = 1

    c. Cemburu = -

    d. Kawin paksa = -

    e. Ekonomi = 5

    f. Tidak ada tanggung jawab = 76

    g. Kawin dibawah umur = -

    h. Kekerasan jasmani = -

    i. Kekerasan mental = -

    j. Dihukum = -

    k. Cacat biologis = 1

    l. Politis = -

    m. Gangguan pihak ke tiga = 4

  • 44

    n. Tidak ada keharmonisan = 41

    o. Lain-lain = 6

    Jumlah = 135

    Pada bulan februari jumlah faktor penyebab cerai gugat

    sebanyak, 0,75 persen disebabkan karena poligami, 0,71 persen disebabkan

    karna krisis akhlak, 3,70 dikarenakan faktor ekonomi, 56,29 persen

    dikarenakan tidak ada tanggung jawab,0,74 persen karena cacat biologis

    2,96 persen karena adanya pihak ketiga, 30,37 tidak adanya keharmonisa, dan

    karena faktor lainnya 4,44 persen.

    3. Pada bulan Maret terdapat 146 kasus, antara lain faktor penyebabnya :

    a. Poligami tidak sehat = -

    b. Krisis akhlak = 1

    c. Cemburu = 2

    d. Kawin paksa = 1

    e. Ekonomi = 1

    f. Tidak ada tanggung jawab = 91

    g. Kawin dibawah umur = -

    h. Kekerasan jasmani = 1

    i. Kekerasan mental = -

    j. Dihukum = -

    k. Cacat biologis = 1

    l. Politis = -

  • 45

    m. Gangguan pihak ke tiga = 3

    n. Tidak ada keharmonisan = 37

    o. Lain-lain = 6

    Jumlah = 146

    Dari data diatas faktor penyebab terjadinya cerai gugat pada bulan

    maret sebanyak, 0,68 persen yang disebabkan karena krisis akhlak, 1,36

    persen cemburu,0,68 persen kawin paksa, 0,68 persen ekonomi, 62,32

    persen tidak ada tanggung jawab, 0,68 karena adanya kekerasan dalam

    rumah tangga, 0,68 karena cacat biologis, 2,05 karena adanya pihak ketiga,

    dan faktor lainnya sebanyak 4,10 persen.

    4. Pada bulan April 163 kasus, anatara lain faktor penyebabnya :

    a. Poligami tidak sehat = -

    b. Krisis akhlak = 2

    c. Cemburu = -

    d. Kawin paksa = -

    e. Ekonomi = -

    f. Tidak ada tanggung jawab = 83

    g. Kawin dibawah umur = -

    h. Kekerasan jasmani = -

    i. Kekerasan mental = -

    j. Dihukum = -

    k. Cacat biologis = -

  • 46

    l. Politis = -

    m. Gangguan pihak ke tiga = 5

    n. Tidak ada keharmonisan = 60

    o. Lain-lain = 13

    Jumlah = 163

    Faktor penyebab terjadinya cerai gugat pada bulan april terdiri dari,

    1,22 persen disebabkan karena krisis akhlak, 50,92 persen tidak ada tanggung

    jawab, 3,06 persen adanya pihak ketiga, 36,80 persen tidak adanya tanggung

    jawab dan 8 persen dengan faktor lainnya.

    5. Pada bulan Mei terdapat 119 kasus, antara lain faktor penyebabnya :

    a. Poligami tidak sehat = -

    b. Krisis akhlak = -

    c. Cemburu = -

    d. Kawin paksa = 1

    e. Ekonomi = 3

    f. Tidak ada tanggung jawab = 67

    g. Kawin dibawah umur = -

    h. Kekerasan jasmani = -

    i. Kekerasan mental = -

    j. Dihukum = -

    k. Cacat biologis = -

    l. Politis = -

  • 47

    m. Gangguan pihak ke tiga = 1

    n. Tidak ada keharmonisan = 38

    o. Lain-lain = 9

    Jumlah = 119

    Pada bulan mei terdapat 119 kasus dengan rician 0,82 persen

    karena kawin paksa, 5,25 persen faktor ekonomi, 56,30 persen tidak adanya

    tanggung jawab, 0,84 dengan faktor pihak ketiga, 32 persen tidak adanya

    keharmonisan dan, 7,56 dengan faktor lainnya.

    6. Pada bulan Juni terdapat 105 kasus, antara lain faktor penyebabnya :

    a. Poligami tidak sehat = -

    b. Krisis akhlak = -

    c. Cemburu = -

    d. Kawin paksa = -

    e. Ekonomi = 4

    f. Tidak ada tanggung jawab = 47

    g. Kawin dibawah umur = -

    h. Kekerasan jasmani = -

    i. Kekerasan mental = -

    j. Dihukum = -

    k. Cacat biologis = -

    l. Politis = -

    m. Gangguan pihak ke tiga = 4

  • 48

    n. Tidak ada keharmonisan = 46

    o. Lain-lain = 4

    Jumlah = 105

    Faktor penyebab cerai gugat pada bulan juni sebanyak, 3,80 persen

    dikarenakan faktor ekonomi, 44,76 persen terjadi karena tidak adanya

    tanggung jawab, 3,80 persen adanya gangguan pihak ketiga, 43,80 persen

    terjadi disebabkan tidak adanya keharmonisan, 3,80 adanya faktor lain.

    7. pada bulan juli terdapat 144 kasus, antara lain faktor penyebabnya :

    a. Poligami tidak sehat = -

    b. Krisis akhlak = 1

    c. Cemburu = 1

    d. Kawin paksa = -

    e. Ekonomi = 2

    f. Tidak ada tanggung jawab = 80

    g. Kawin dibawah umur = -

    h. Kekerasan jasmani = -

    i. Kekerasan mental = -

    j. Dihukum = -

    k. Cacat biologis = -

    l. Politis = -

    m. Gangguan pihak ke tiga = 3

    n. Tidak ada keharmonisan = 39

  • 49

    o. Lain-lain = 17

    Jumlah = 144

    Pada bulan juli sebanyak, 0,69 persen disebabkan karena krisis

    akhlak, 0,69 persen terjadi karena cemburu, 1,36 persen karena faktor

    ekonomi, 55,55 persen karena tidak adanya tanggung jawab, 0,2 persen

    adanya gangguan pihak ketiga, 27 persen tidak adanya keharmonisan dan

    11,80 dikarenakan adanya faktor lain.

    8. Pada bulan Agustus terdapat 92 kasus, antara lain faktor penyebabnya :

    a. Poligami tidak sehat = -

    b. Krisis akhlak = -

    c. Cemburu = -

    d. Kawin paksa = -

    e. Ekonomi = 2

    f. Tidak ada tanggung jawab = 56

    g. Kawin dibawah umur = -

    h. Kekerasan jasmani = 1

    i. Kekerasan mental = -

    j. Dihukum = -

    k. Cacat biologis = -

    l. Politis = -

    m. Gangguan pihak ke tiga = 3

    n. Tidak ada keharmonisan = 28

  • 50

    o. Lain-lain = 3

    Jumlah = 92

    Dari data pada bulan agustus faktor penyebab terjadinya cerai

    gugat yang disebabkan karena, 2, 17 persen disebabkan adanya faktor

    ekonomi, 60,86 tidak adanya tanggung jawab, 1,08 adanya kekerasan

    jasmani,3,26 adanya gangguan pihak ketiga, 30,43 karena tidak ada

    keharmonisan, 3,26 terjadi karena adanya faktor lain.

    9. Pada bulan september terdapat 126 kasus, antara lain faktor penyebabnya :

    a. Poligami tidak sehat = -

    b. Krisis akhlak = 2

    c. Cemburu = -

    d. Kawin paksa = -

    e. Ekonomi = 1

    f. Tidak ada tanggung jawab = 63

    g. Kawin dibawah umur = -

    h. Kekerasan jasmani = -

    i. Kekerasan mental = -

    j. Dihukum = -

    k. Cacat biologis = -

    l. Politis = -

    m. Gangguan pihak ke tiga = -

    n. Tidak ada keharmonisan = 51

  • 51

    o. Lain-lain = 4

    Jumlah = 126

    Pada bulan September terdapat 126 kasus, dengan faktor penyebab

    sebagai berikut, 1,58 persen cerai gugat akibat krisis akhlak, 0,79 persen

    dengan faktor ekonomi, 50 persen tidak adanya tanggung jawab, 40,47

    persen tidak adanya keharmonisan, 3,17 karena faktor lainnya.

    10. Pada bulan Oktober terdapat 135 kasus, antara lain faktor penyebabnya :

    a. Poligami tidak sehat = -

    b. Krisis akhlak = -

    c. Cemburu = -

    d. Kawin paksa = -

    e. Ekonomi = 2

    f. Tidak ada tanggung jawab = 67

    g. Kawin dibawah umur = -

    h. Kekerasan jasmani = -

    i. Kekerasan mental = -

    j. Dihukum = -

    k. Cacat biologis = -

    l. Politis = -

    m. Gangguan pihak ke tiga = 8

    n. Tidak ada keharmonisan = 45

    o. Lain-lain = 15

  • 52

    Jumlah = 135

    Faktor penyebab cerai gugat berdasarkan data diatas sebanyak, 1,48

    persen dikarenakan faktor ekonomi, 49,62 persen tidak adanya tanggung

    jawab, 5,92 persen terjadi karena gangguan pihak ketiga, 33,33 persen tidak

    adanya keharmonisan, 11,11 persen akibat faktor lainnya.

    12. Pada bulan Desember terdapat 225 kasus, antara lain faktor penyebab :

    a. Poligami tidak sehat = -

    b. Krisis akhlak = -

    c. Cemburu = -

    d. Kawin paksa = -

    e. Ekonomi = 4

    f. Tidak ada tanggung jawab = 76

    g. Kawin dibawah umur = -

    h. Kekerasan jasmani = -

    i. Kekerasan mental = -

    j. Dihukum = -

    k. Cacat biologis = -

    l. Politis = -

    m. Gangguan pihak ke tiga = 10

    n. Tidak ada keharmonisan = 98

    o. Lain-lain = 37

    Jumlah = 22

  • 53

    Pada bulan terakhir tahun 2014 sesuai data diatas faktor penyebab

    cerai gugat sebanyak, 1,77 persen akibat ekonomi, 33,62 persen akibat tidak

    adanya tanggung jawab, 4,42 persen akibat gangguan pihak ketiga, 43,36

    tidak adanya keharmonisan, 16,37 dengan faktor lainnya.

    Jumlah keseluruhan kasus di Pengadilan Agama Wonogiri pada

    tahun 2014 sebanyak 1.606, faktor penyebab terbanyak terjadinya perceraian

    ialah meninggalkan kewajiban untuk istri yang berjumlah 811 kasus. 26

    Dari keterangan data diatas faktor penyebab banyaknya cerai gugat

    di Pengadilan Agama Wonogiri disebabkan oleh faktor suami yang

    melalaikan kewajibannya sebagai kepala rumah tangga sebanyak 50,49

    persen.

    26

    Sumber berasal dari arsip tahunan bulan januari-desember 2014/ Pengadilan Agama

    Wonogiri Jawa Tengah.

  • 54

    B. DATA CERAI GUGAT TAHUN 2014 DAN ALASAN HAKIM

    NO NOMOR PERKARA

    ALASAN CERAI

    GUGAT

    ALASAN HAKIM

    MEMUTUSKAN

    1 0120/pdt.G/2014/PA.WNG

    Penggugat ditinggal

    merantau ke

    Kalimantan selama 1

    tahun tidak diberi

    nafkah lahir maupun

    batin, oleh sebab itu

    penggugat menderita

    lahir maupun batin

    selama 1 tahun.

    Tergugat telah

    mengucap sighat

    taklik talak

    2 0652/pdt.G/2014/PA.WNG

    Penggugat telah

    berpisah dengan

    tergugat selama 5

    bulan karena tidak

    memberi nafkah

    sehingga keluarga

    tidak harmonis, serta

    sering terjadi

    percekcokan yang

    mengakibatkan

    penggugat menderita

    lahir maupun batin

  • 55

    tergugat

    meninggalkan

    penggugat dan tidak

    memberikan izin.

    3 1054/pdt.G/2014/PA.WNG

    Sejak bulan Juli 2013

    telah pergi

    meninggalkan

    penggugat tanpa izin

    dan tidak diketahui

    keberadaannya di

    wilayah Republik

    Indonesia tidak

    pernah pulang serta

    tidak memberikan

    nafkah lahir batin

    selama 1 tahun

    Tergugat telah

    melanggar sighat

    taklik talak

    4 0663/pdt.G/2014/PA.WNG

    Tergugat pergi

    meninggalkan

    penggugat tanpa izin

    dan tidak diketahui

    keberadaannya, dan

    tidak pernah pulang

    dan tidak

    Tergugat telah

    melanggar kompilasi

    hokum Islam pasal

    116 point b

  • 56

    memberikan nafkah

    lahir batin selama 1

    tahun 4 bulan, oleh

    karena itu tergugat

    menyerahkan kasus

    tersebut ke

    Pengadilan Agama

    Wonogiri karena

    penggugat menderita

    lahir dan batin.

    5 0695/pdt.G/2014/PA.WNG

    Tergugat selama

    merantau sering

    pulang namun sering

    terjadi kekerasan

    rumah tangga, ketika

    meratau tergugat

    tidak memberi nafkah

    lahir sehingga

    penggugat menderita

    lahir batin selama 1

    tahun.

    Tergugat melanggar

    sighat taklik talak

    6 1439/pdt.G/2014/PA.WNG

    Sejak mei 2013

    tergugat dengan

    Tergugat melanggar

    sighat taklik talak

  • 57

    penggugat telah

    hidup terpisah sampai

    sekarang selama 1

    tahun 3 bulan tidak

    pernah kumpul

    disebabkan sering

    bertengkar karena

    tergugat tidak bekerja

    mencari nafkah,

    penggugat tidak kuat

    dengan percekcokan

    dan perlakuan

    tergugat karena jika

    pergi tak pernah

    memberi kabar.

    7 0938/Pdt.G/2014/PA.WNG

    Tergugat dan

    pengguat menikah

    pada mei 2012 lalu

    pada januari 2013

    sering terjadi

    perselisihan karena

    tergugat pergi dan

    tanpa kabar dan tanpa

    Melanggar sighat

    taklik talak

  • 58

    nafkah lahir batin,

    sehingga tergugat

    mengalami

    penderitaan lahir

    maupun batin.

    8 757/Pdt.G/2014/PA.WNG

    Tergugat pergi

    meninggalkan

    penggugat tanpa izin

    dan tidak diketahui

    keberadaannya

    diwilayah Republik

    Indonesia dan tidak

    menafkahi lahir

    maupun batin .

    Penggugat menderita

    lahir batin, dan

    melanggar sighat

    taklik talak.

    9 0634/Pdt.G/2014/PA.WNG

    Tergugat telah

    membiarkan/ sudah

    tidak pernah

    memperdulikan

    maupun memberi

    nafkah lahir batin

    kepada penggugat

    Melanggar sighat

    taklik takak

    10 0876/Pdt.G/PA.WNG

    Sejak 2013 tergugat

    meninggalkan

    Melanggar Kompilasi

    Hukum Islam(KHI)

  • 59

    penggugat selama 1

    tahun 5 bulan tanpa

    memberi nafkah lahir

    dan batin, penggugat

    telah berusaha un tuk

    mencari kabar namun

    tak ada yang tahu atas

    keberadaan tergugat

    di wilayah Republik

    Indonesia, sehingga

    penggugat menderita

    lahir dan batin.

    Pasal 116 point (b)

    Dari alasan cerai gugat diatas penggugat telah menjelaskan inti dari

    faktor penyebab penggugat melayangkan surat gugatannya ke Pengadilan

    Agama Wonogiri dikarenakan masalah tidak adanya tanggung jawab

    tergugat kepada penggugat, sering ada pertengkaran terus menerus dan tidak

    dapat dirukunkan kembali , dan meninggalkan istri tanpa sepengetahuan

    penggugat selama kurang lebih 1 tahun. Karena si tergugat meninggalkan

    penggugat maka terlantarlah kewajiban tergugat terhadap penggugat yakni

    memberikan nafkah kepadanya oleh sebab ia meninggalkan penggugat.

  • 60

    Dalam putusan majelis hakim memutuskan perkara tersebut sudah tepat

    karena terdapat alasan-alasan yang menyebabkan putusnya perkawinan.

    Mengenai penetapan putusan pengadilan dalam perkara perdata ini

    khususnya pada perkara certain gugat maupun cerai talak, pada umumnya

    mengandung amar putusan tunggal, yaitu penetapan putusan yang berupa

    pengabulan atau penolakan penggugat untuk melakukan perbuatan hukum

    sebagaimana yang dimohonkan seperti:

    1. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya.

    2. Menjatuhkan talak satu kepada tergugat.

    3. Menetapkan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan perundang-

    undangan yang berlaku.

    4. Menjatuhkan putusan ini dengan seadil-adilnya.

    Perkara cerai gugat dan cerai talak proses penyelesaiannya sama

    hanya alasan dan pembuktiannya yang berbeda, lain halnya dengan tergugat

    atau termohon tidak hadir ke persidangan setelah dipanggil secara resmi oleh

    pengadilan maka putusannya bersifat verstek. Putusan verstek dapat

    dijatuhkan apabilatelah terpenuhi syarat-syarat, yaitu:

    1. Tergugat telah dipanggil secara resmi dan patut.

    2. Tergugat tidak hadir dalam sidang dan tidak diwakilkan kepada

    orang lain serta tidak ternyata pula bahwa kehadirannya itu karena

    suatu alasan yang sah.

  • 61

    3. Tergugat tidak mengajukan tangkisan/eksepsi mengenai

    kewenangan.

    4. Penggugat hadir di persidangan.

    5. Penggugat mohon putusan.

    Putusan verstekhanya menilai secara materil kebenaran dalil-dalil

    gugat. Terhadap putusan verstek ini, maka tergugat dapat

    mengajukan perlawanan (verzet). Verzet ini berkedudukan sebagai

    jawaban tergugat. Apabila tergugat mengajukan verzet, maka

    putusan verstek menjadi mentah, dan pemeriksaan dilanjutkan ke

    tahap berikutnya. Terhadap putusan verstek, maka penggugat dapat

    mengajukan banding. Apabila penggugat mengajukan banding,

    maka tergugat tidak boleh mengajukan verzet, melainkan ia berhak

    pula mengajukan banding (Pasal 8 UU No. 20/1947). Putusan

    verstek yang diajukan verzet dan tidak pula dimintakan banding,

    dengan sendirinya menjadi putusan akhir yang telah memperoleh

    kekuatan hukum tetap.27

    27

    Sulaikin Lubis, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama di Indonesia, Jakarta: Kencana,2008, cet.3 h.160-161.

  • 62

    C. Analisis Penulis

    Perceraian menurut sejarah Islam diakui sebagai solusi terakhir

    dalam menghadapi kemelut rumah tangga.Dengan konsekuensi logis, bila

    perceraian dilakukan maka sebuah rumah tangga seolah-olah neraka bagi

    kedua belah pihak atau bagi salah satunya. Hal ini tentu sangat bertentangan

    dengan syari‟at yang lebih mengedepankan aspek kemaslahatan dalam hal

    apapun, termasuk masalah pernikahan, dan perceraian baru dapat dilakukan

    bila tidak ada jalan lain lagi. Oleh karena itu menurut hemat penulis cara

    yang paling ideal dalam menghadapi kemelut rumah tangga adalah dengan

    jalan musyawarah dan sikap saling mengalah antara satu sama lain. 28

    Pada dasarnya putusan dituntut untuk menciptakan suatu keadilan,

    dan untuk itu hakim melakukan penilaian dan pemeriksaan terhadap

    peristiwa dan fakta-fakta. Hal ini dapat dilakukan lewat pembuktian,

    mengklarifikasikan antara yang penting dan tidak, dan menayakan kembali

    pada pihak lawan mengenai keterangan saksi dan fakta-fakta yang ada.Maka

    dalam putusan hakim yang perlu diperhatikan adalah pertimbangan

    hukumnya, sehingga dapat dinilai apakah putusan yang dijatuhkan cukup

    memenuhi alasan objekktif atau tidak.29

    Dengan diperolehnya suatu fakta yang berkaitan dengan duduk

    perkara antara penggugat dengan tergugat telah terjadi perselisihan yang

    28

    Suherdi Sidik Ismail,Ketentraman Suami Istri,(Surabaya;Dunia Ilmu,1999) cet.1, h.29

    29

    R. Soeroso, Praktik Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Sinar Grafik,2004) cet.6,h.79

  • 63

    tidak mungkin dirukunkan.30

    dalam halaman sebelumnya penyebab

    perceraian yang dominan dalam kasus cerai gugat pada tahun 2014 ialah

    cerai gugat akibat di tinggal suami dalam jangka waktu kurang dari 2 (dua)

    tahun si istri telah memutuskan atau penyerahkan masalah ke Pengadilan

    Agama Wonogiri Jawa Tengah. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9

    Tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

    yaitu tentang perkawinan tepatnya dalam pasal 19 point 2 yaitu :

    “salah satu pihak meninggalkan pihak lainnya selama 2 tahun berturut-

    turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain

    diluar kemampuannya.”

    Sudah kita ketahui diatas bahwa gugatan penggugat dikabulkan

    oleh majelis hakim maka kita dapat tafsirkan mengenai pertimbangan alasan

    majelis hakim menjatuhkan talak dari tergugat kepenggugat adalah sesuai

    dengan ketentuan Hukum Islam maka telah jelas jatuhlah talak bain sugra

    yakni talak yang tidak boleh dirujuk tapi boleh akad nikah baru dengan

    mantan suaminya meski dalam Iddah, sebagaimana tersebut dalam pasal 119

    ayat (1) dan (2) hurtuf (b) Kompilasi Hukum Islam, dengan terbukti tergugat

    melanggar Sighat Taklik Talak, dengan berdasarkan pasal 89 ayat (1)

    Undang-undang No.7 Tahun 1989 Jo. Undang-undang.No.3 tahun 2006

    Biaya perkara dalam bidang perkawinan dibebankan kepada penggugat.

    30

    Arso Sastroatmojo, Hukum Perkawinan di Indonesia, (Jakarta:Bulan Bintang, 1981),h.60

  • 64

    Menurut analisis penulis bahwa cerai gugat akibat ditinggal suami

    tanpa ada izin dari pihak lain dan tanpa ada informasi dari pihak lain,

    akibatnya istri mengalami penderitaan lahir dan batin seperti yang sudah

    dijelaskan dalam hak dan kewajiban suami terhadap istri, suami harus

    memenuhi kebutuhan istri baik lahir maupun batin, penulispun sangat

    setuju apa yang sudah menjadi ketetapan pertimbangan dari majelis hakim

    Pengadilan Agama Wonogiri karena alasan-alasan yang sudah didalilkan

    oleh penggugat, maka majelis hakimpun dapat menentukan putusan yang

    sudah mempertimbangkan karena melanggar sighat taklik talak yang ke 4

    (empat) dan ketentuan pasal 33 dan 34 ayat (1) Undang- undang Nomor 1

    tahun 1974 yakni dengan mengabulkan gugatan penggugat.

  • 65

    BAB V

    PENUTUP

    A. KESIMPULAN

    Setelah menguraikan mengenai pokok-pokok permasalahan mengenai

    Analisis terhadap putusan hakim dalam kasus cerai gugat akibat ditinggal

    suami (studi kasus di pengadilan agama wonogiri 2014).

    Penulis mendapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut :

    1. Pada dasarnya rumah tangga yang diinginkan pasangan suami isteri

    dapat berjalan langgeng, harmonis, dan bahagia namun sering kali apa

    yang telah diharapkan harus berujung dengan perceraian yang

    disebabkan suami meninggalkan isteri, dalam perkawinan suami yang

    berpegang teguh untuk mencari nafkah terkadang disalah gunakan

    dalam perkara tersebut tergugat meninggalkan penggugat dengan

    alasan merantau mencari pekerjaan namun selama satu tahun tergugat

    tidak memberi kabar keberadaannya dan tidak memberi nafkah kepada

    penggugat, oleh sebab itu banyak para isteri yang menderita karna

    tidak adanya nafkah lahir maupun batin.

    2. Dalam putusan perkara percerian yang disebabkan suami

    meninggalkan isteri sebelum 2 tahun hakim memutuskan bahwa

    penggugat dengan tergugat sudah tidak dapat disatukan kembali

    dengan alasan perselisihan antara penggugat dengan tergugat dan

    penggugat menderita karena tidak ada nafkah selama ditinggal dalam

    65

  • 66

    rumah tangga yang sulit untuk dirukunkan lagi, bahwa dengan adanya

    fakta-fakta tersebut telah merupakan bukti bahwa rumah tangga telah

    rapuh dan sulit untuk di tegakkan kembali, yang dapat dinyatakan

    bahwa rumah tangga penggugat dengan tergugat telah terdapat alasan

    untuk bercerai sebagaimana dimaksud pasal 116 huruf (b). memang

    pasal tersebut tidak menyebutkan secara jelas bahwa suami

    meninggalkan rumah dapat dijadikan sebagai alasan perceraian, akan

    tetapi akibat dari suami meninggalkan rumah yaitu tidak memberikan

    nafkah kepada isteri tersebut menyebabkan perselisihan yang terus

    menerus (syiqoq) serta di dalam masalah ini suami mengucapkan

    sighat taklik talak inilah yang menjadi penekanan majelis hakim dalam

    memutuskan perkara tersebut.

    B. SARAN

    1. Perlunya sosialisasi dari para ulama tentang perkawinan kepada

    anak remaja, bapak-bapak dan ibu-ibu dengan cara tausiyyahnya,

    kultum ataupun metode ceramah yang diadakan di majelis taklim dan

    tempat walimah dengan tujuan agar terbentuk keluarga yang sakinan

    mawadah warahmah.

    2. Sebaiknya pemerintah lebih gencar lagi dalam mensosialisasikan

    Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan kepada

    warga negaranya melalui media massa dan mengadakan seminar-

    seminar dilembaga-lembaga dan dilingkungan masyarakat, agar

  • 67

    masyarakat umum mengetahui betapa