Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS TERHADAP PUTUSAN HAKIM DALAM KASUS
CERAI GUGAT DITINGGAL SUAMI
(Studi Kasus di Pengadilan Agama Wonogiri Jawa Tengah 2014)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)
Oleh:
WEELY SEPTIA ANGGER HANDAYANI
NIM. 1111044200006
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA
( A H W A L S Y A K H S H I Y Y A H )
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1438 H/2016 M
ABSTRAK
Weely Septia Angger Handayani. NIM 1111044200006.ANALISIS TERHADAP PUTUSAN HAKIM DALAM KASUS CERAIGUGAT DITINGGAL SUAMI (Studi kasus di Pengadilan AgarnaWonogiri Jawa Tengah 2014). Program Studi Hukum Keluarga,Konsentrasi Ahwal Syakhsiyyah, Fakultas Syari'ah dan Hukum,Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,1437/ 2016. 56halaman.
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui penyebab banyaknya istriyang mencerai gugat suami di Pengadilan Agama Wonogiri Jawa Tengah,alasan hakim dalam memutuskan perkara cerai gugat yang diakibatkansuami meninggalkan istri namun belum genap 2 tahun.
Skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif lebihkhususnya dengan menggunakan penelitian deskriptif. Sumber datasekunder berupa dokumen dalam website putusan Pengadilan AgamaWonogiri selama tahun 2014. Menggunakan metode deskriftif analisis. Danteknik penulisannya berdasarkan pedoman penulisan skripsi FakultasSyariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kesimpulan bahwa penyebab banyaknya istri mencerai gugatsuami dikarenakan selama suami meninggalkan istri , istri tidak pernahdiberi nafkah lahir maupun batin dan tidak adanya kabar ketika suamimeninggalkan istri oleh sebab itu istri mengalami penderitaan selamaditinggalkan oleh suami.
Kata kunci
Pembimbing
Daftar pustaka
Cerai Gugat, Putusan Pengadilan Agama
Sri Hidayati, M.Ag.
Tahun 1986 s.d Tahun 2014
ii
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmaanirrahim
Segala Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya telah memberikan kekuatan lahir batin kepada
penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga
tetap tercurahkan untuk Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan yang baik
bagi seluruh umat manusia di muka bumi ini.
Skripsi ini merupakan syarat memperoleh gelar strata satu (S1), dalam
menyelesaikan skripsi ini, tidaklah luput dati berbagai rintangan yang harus
dihadapi, namun penulis telah berusaha seoptimal mungkin untuk memberikan
hasil yang baik, sehingga penulis berfikir bahwa untuk mencapai sesuatu yang
diinginkan tidaklah mudah.
Selanjutnya penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan karena
mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu sebagai ungkapan
rasa hormat yang dalam, penulis menyampaikan terimakasih kepada Bapak/Ibu,
terutama :
1. Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Abdul Halim, M.Ag. Ketua Program Studi Hukum Keluarga, dan Arip
Purkon, M.A. Sekertaris Program Studi Hukum Keluarga, yang telah
memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
iv
3. Sri Hidayati, M.Ag. Dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan
waktu, tenaga, pikiran untuk membimbing penulis menyelesaikan skripsi
ini.
4. Dr. Ahmad Tholabi Karlie, M.A. Dosen pembimbing akademik dan
seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatuklah
Jakarta. Tidak lupa juga kepada staf perpustakaan karyawan.
5. Teristimewa untuk kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda Satimo dan
Ibunda Harsi, Tak hentinya saya ucapkan terimakasih dan rasa syukur
kepada Allah SWT yang telah memberikan kedua orang tua yang hebat
seperti mereka, yang telah memotivasi serta arahan yang tak pernah henti
mendoakan penulis dalam menempuh pendidikan. Dengan penuh rasa
hormat, kasih dan sayang, saya ucapkan terimakasih yang tak terhingga.
6. Keluarga besar Kakung Tarmorejo Satar, Simbah Ginem, simbah Painem,
bibi Darti, bibi Harti, pakdhe Surat, budhe Yanti, pak Nasikun, bu Suti,
pakdhe Sarjo, budhe Yatmi serta keluarga besar lainnya terimakasih
banyak atas kasih sayang dan memotivasi besar yang kalian berikan demi
kelancaran dan kesuksesan dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Saudara-saudari tercinta : Indra Maulana, Agung prasetyo, Thalita Jihan,
Ing wulan Maruti. Terimakasih atas dukungan dan Motivasinya.
8. Sahabat-sahabatku yang tercinta Rizky Wahyudi, Juni setiawan, Khusnul
khotimah, Teteh cicih, Husnul Khotimah, yang telah memberikan
masukan, saran, motivasi dan menghibur penulis.
v
9. Keluarga besar KKN “SMITH”, terimakasih dukungan dan motivasinya.
10. Teman-teman program studi Administrasi Keperdataan Islam 2011 telah
memberikan saran dan motivasi kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempunaan dan banyak
yang perlu diperbaiki lebih dalam. Oleh karena itu, saran dan kritik
penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi
ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan setiap pembaca tanpa
terkecuali. Semoga setiap bantuan do’a, motivasi yang telah diberikan
kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT.
Ciputat, 07 November 2016
Penulis
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN .......................................................................... i
ABSTRAK .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................... 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 6 D. Review Studi Terdahulu .......................................................... 7 E. Metode Penulisan .................................................................... 8 F. Sistematika Penulisan .............................................................. 11
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERCERAIAN
A. Pengertian Perceraian ............................................................. 13 B. Alasan Perceraian ................................................................... 16 C. Sebab-sebabTerjadinya Perceraian ......................................... 21 D. Pengertian Cerai Talak dan Cerai Gugat ................................ 27 E. Hak dan Kewajiban Suami Istri .............................................. 30 F. Prosedur Perceraian ................................................................ 31 G. Akibat Perceraian (cerai Gugat) ............................................. 34
BAB III SEKILAS TENTANG PENGADILAN AGAMA WONOGIRI
A. Teknis Yustisial ....................................................................... 36 B. Peta Yurisdiksi Pengadilan Agama Wonogiri Kelas 1 B ........ 41 C. Potret Kantor Pengadilan Agama Wonogiri............................ 42
BAB IV ANALISIS DATA TENTANG CERAI GUGAT AKIBAT
DITINGGAL SUAMI TAHUN 2014
A. Data Perceraian Tahun 2014 .................................................. 43 B. Data Cerai Gugat Tahun 2014 dan Alasan hakim ................... 53 C. Analisis Penulis ....................................................................... 59
vii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................. 65 B. Saran ........................................................................................ 66
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zainuddin, 2006,Hukum Islam di Indonesia, cet ke I, Jakarta :
Sinar Grafika.
Arifin, Imron. 1994. Penelitian Kualitatif dalam bidang ilmu-ilmu
social dan keagamaan,Malang : Kalimasahada, press.
Arikunto, Suharsimi. 1992.Prosedur penelitian, Jakarta : PT. Rineka
Cipta.
Ashshofa, Burhan.2004. metodologi penelitian hokum, Jakarta : PT.
Asdi Mahasatya
Ghazaly, Abdul Rahman 2003. Fiqh Munakahat, Bogor :Kencana.
Hakim, Rahmat. 2000. Hokum Perkawinan Islam, Bandung : Pustaka
Setia.
Ismail Sidik Suherdi, 1999.Ketentraman Suami Istri, Surabaya:Dunia
ilmu.
Lubis Sulaikin, 2008. Hukum Acara PerdataPeradilan Agama di
Indonesia, Jakart: Kencana
Manan, Abdul, 2008, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di
Indonesia, Jakarta:kencana.
Mukhtar, kamal. 1993, Asas-asas hokum islam tentang perkawinan,
Jakarta : Bulan Bintang.
Nasution, Bahder Johan dan Sri, Wirjiyanti, 1997, Hukum Perdata
Islam, Bandung : Mandar Maju.
Nurdin, Amir dan Tarigan, Azhari Akmal,Hukum Perdata Islam di
Indonesia, (Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dan
fikih, Undang-undang no,1/1974 sampai KHI), Jakarta :
Kencana.
Rofiq, Ahmad.2013, Hukum Perdata Islam di Indoneisa. Jakarta :
Rajawali Pers.
Sayyid, Sabiq. 1996. Fikih sunnah 8, terjemahan oleh Moh Thalib,
Bandung : PT. Al-Ma’arif.
Sastroatmojo, 1981. Hukum Perkawinan di Indonesia,Jakarta:Bulan
Bintang.
Soeroso R, 2004. Praktik Hukum Acara Perdata,Jakarta : Sinar
Grafika.
Soekanto, Soerjono.1986. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : UI
Press
Syarifuddin, Amir, 2003. Garis-Garis Besar Fiqh, Bogor : kencana.
Syaifuddin, Muhammad, 2014,Hukum Perceraian. Cet ke-2, Jakarta :
Sinar Grafika.
Waluyo, Bambang. 2008. penelitian hokum dalam praktik, sinar
grafika Jakarta.
Yanggo,T, chuzaemah dan Z,A, Anshary, Hafidz,A.
2002.Problematika Hokum Islam Kontemporer, Jakarta :
Pustaka Firdaus
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Didalam sebuah pernikahan terdapat dimensi ibadah untuk itu
perkawinan harus dipelihara dengan baik sehingga abadi dan apa yang
menjadi tujuan perkawinan dalam Islam yakni terwujudnya keluarga
sejahtera(mawaddah wa rahmah) dapat terwujud.
Tujuan perkawinan dalam Islam adalah untuk memenuhi petunjuk
Allah dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis, sejahtera dan
bahagia.Harmonis dalam menjalankan hak dan kewajiban anggota
keluarga.Sejahtera artinya menciptakan ketenangan lahir dan bathin
disebabkan terpenuhinya kebutuhan hidup lahir dan bathinnnya, sehingga
timbullah kebahagiaan, kasih sayang antara anggota keluarga. Rasa cinta
dan kasih sayang dalam keluarga ini akan dirasakan pula dalam masyarakat
atau ummat, sehingga terbentuklah ummat yang diliputi cinta dan kasih
sayang.1
Namun sering kali apa yang menjadi tujuan perkawinan kandas di
perjalanan. Perkawinan harus putus ditengah jalan, sebenarnya putusnya
perkawinan merupakan hal yang wajar saja, karena makna dasar sebuah
1 Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan,(Jakarta : Bulan Bintang
1993), cet. Ke-3, h.14
2
akad nikah adalah ikatan atau dapat juga dikatakan perkawinan pada
dasarnya adalah kontrak. Konsekuensinya ia dapat lepas yang kemudian
dapat disebut dengan talak. Makna dasar dari talak itu sendiri adalah
melepaskan perjanjian.
Islam sebagai agama yang toleran memberi jalan keluar, ketika
suami isteri yang tidak dapat lagi meneruskan perkawinan, dalam arti
adanya ketidak cocokan pandangan hidup dan percekcokan rumah tangga
yang tidak bisa didamaikan lagi, maka Islam memberikan jalan keluar
yang dalam istilah fiqih disebut dengan thalaq (perceraian). Agama Islam
membolehkan suami isteri bercerai tentunya dengan alasan-alasan tertentu,
kendati perceraian itu (sangat) dibenci Allah SWT.2
Dalam Peraturan Pemerintahan Nomor 9 Tahun 1975 Tentang
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 yaitu Tentang
perkawinan, tepatnya dalam pasal 19 disebutkan perceraian dapat terjadi
karena alasan-alasan sebagai berikut: Pertama, salah satu pihak berbuat zina
atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain sebagainnya yang sulit
disembuhkan. Kedua, salah satu pihak meninggalkan pihak lainnya selama
2 tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau
karena hal lain diluar kemampuannya. Ketiga, salah satu pihak mendapat
hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat tanpa izin
pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar
kemampuannya. Keempat, salah satu pihak melakukan kekejaman atau
2 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 8, terjemahan oleh Moh Thalib, (Bandung : PT. Al-Ma‟arif,
1996), cet. Ke-1,h. 92
3
penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain. Kelima, salah satu
pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat
menjalankan kewajiban suami isteri. Keenam, antara suami isteri terus
menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan untuk
rukun lagi dalam rumah tangga.3
Cerai gugat merupakan fenomena yang banyak terjadi belakangan
ini mulai dari kalangan artis hingga masyarakat umum. Kasus isteri yang
menggugat cerai bukanlah hal tabu lagi, sebagian besar perceraian
didominasi oleh perempuan yang menuntut cerai. Penyebabnya sangat
umum, mulai dari factor ekonomi, sang suami tidak bertanggung jawab,
sampai masalah perselingkuhan.
Maksud cerai gugat adalah permintaan isteri kepada suaminya untuk
menceraikan (melepaskan) dirinya dari ikatan perkawinan dengan disertai
iwadh berupa uang atau barang kepada suami dari pihak isteri sebagai
imbalan penjatuhan talak cerai gugat pemberian hak yang sama bagi wanita
untuk melepaskan diri dari ikatan perkawinan yang dianggap sudah tidak
ada kemaslahatan sebagai imbalan hak talaknya, dan menyadarkan bahwa
isteri pun mempunyai hak yang sama untuk mengakhiri perkawinan.
Artinya dalam situasi tertentu isteri yang sangat tersiksa akibat ulah suami
mempunyai hak menuntut cerai dengan imbalan sesuatu.4
3Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-undang No.1 Tahun
1974 Pasal 16 4 Rahmat Hakim, Hukum Perkawinan Islam, (Bandung : Pustaka Setia 2000). Cet ke-1,
h.172
4
Kehidupan rumah tangga adalah untuk hidup rukun bahagia dan
tentram.Namun, sebuah perjalanan hidup tidak selamanya berjalan mulus
sesuai yang diharapkan kadang terdapat perbedaan pandangan dalam
memahami kehidupan dan kecekcokan suami isteri tidak terhindarkan,
mereka merasa tidak nyaman dan tidak mesra tidak tentram lagi dalam
perkawinan mereka.Karena pada kenyataannya membina hubungan rumah
tangga tidaklah mudah bahkan sering kehidupan perkawinan kandas
ditengah jalan.5
Di dalam pasal 19 PP No. 9 Tahun 1975 jo pasal 116 point (b)
Kompilasi Hukum Islam dikatakan bahwa salah satu pihak meninggalkan
pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut baru bisa gugatan tersebut
diajukan ke Pengadilan Agama setelah lampau 2 (dua) tahun akan tetapi
pada kenyataannya telah terjadi salah satunya di Pengadilan Agama
Wonogiri Jawa Tengah telah memutus perkara cerai gugat yang pokok
permasalahannya isteri ditinggal suami namun belum genap 2 (dua) tahun.
Dalam beberapa perkara gugat cerai dalam putusan perkara
No.0695/Pdt.G/2014/PA.WNG,No.0652/Pdt.G/2014/PA.WNG,No.1054/Pd
t.G/2014/PA.WNG,No.0083/Pdt.G/2014/PA.WNGd,No.1439/Pdt.G/2014/P
A.WNG.
Putusan di atas memutus bahwa antara penggugat dengan tergugat
telah terjadi cekcok perselisihan yang tidak dapat dirukunkan kembali
disamping itu pula penggugat telah mengalami penderitaan secara lahir
5Chuzaemah T Yanggo dan A. Hafidz Anshary. A. Z, Problematika Hukum Islam
Kontemporer, (Jakarta : Pustaka Firdaus,2002), cat.3 h.73
5
maupun bathin dari itulah majelis hakim memutuskan perkara tersebut
dalam pasal 116 (f) Kompilasi Hukum Islam, padahal pada poin
selanjutnya ada sebab suami meninggalkan pihak lain 2(dua) tahun
berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena
hal lain diluar kemampuannya yang lebih tegasnya dijelaskan pasal 116 (b)
tersebut dipasal 133 Kompilasi Hukum Islam yang berbunyi “Gugatan
perceraian karena hal tersebut dalam pasal 116 (b) dapat diajukan setelah
lampau 2 (dua) tahun terhitung sejak tergugat meninggalkan rumah”.
Dalam menyikapi hal tersebut di atas, maka dipandang perlu
adanya ketegasan baik yang bersifat hukum ataupun yang bersifat
fenomena, dalam hal ini menjadi sorotan utama, sehingga penulis merasa
perlu adanya gambaran hukum tentang gugatan yang diajukan isteri karena
ditinggal suaminya yang dijadikan suatu alasan perceraian.
Ketidak sesuaian antara Kompilasi Hukum Islam dan PP No. 9
tahun 1975 dengan kenyataan yang terjadi, sehingga berlatar belakang dari
persoalan itu penulis tertarik untuk mengangkat judul skripsi tentang
“Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Kasus Cerai Gugat
Ditinggal Suami (Studi Kasus Di Pengadilan Agama Wongiri Jawa
Tengah)”
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
6
Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terfokus,tidak terlalu
luas dan lebih terarah pada kasus. disamping juga untuk mempermudah
pelaksanaan penelitian. maka penulis membatasi permasalahan pada
pertimbangan hakim atas fenomena cerai gugat akibat ditinggal suami studi
kasus di Pengadilan Agama Wonogiri Jawa Tengah yang terjadi tahun 2014.
2. Rumusan Masalah
Di dalam PP No. 9 Tahun 1975 Jo Kompilasi Hukum Islam
pasal 116 (b) dinyatakan bahwa apabila salah satu pihak meninggalkan
pihak lain selama 2 tahun berturut-turut tanpa alasan yang sah,pihak yang
ditinggalkan dapat menggugat ke Pengadilan Agama. Akan tetapi pada
kenyataannya banyak kasus di Pengadilan Agama Wonogiri yang suami
pergi meninggalkan isteri belum genap 2 tahun, dan isteri telah mengajukan
gugatan cerai ke Pengadilan Agama, dan Pengadilan Agama
mengabulkannya.
Berdasarkan masalah tersebut, maka penulis merumuskan
masalah dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Kenapa banyak isteri mengajukan gugat cerai kepada Pengadilan Agama
Wonogiri ?
2. Apa yang menjadi pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara cerai
gugat akibat ditinggal suami sebelum 2 tahun ?
7
C . Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap realitas hokum
yang ada di lingkungan Pengadilan Agama, khususnya tentang fenomena
perceraian akibat di tinggal suami di Pengadilan Agama Wonogiri Jawa
Tengah, yaitu :
Adapun manfaat secara teoristis dan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui alasan banyaknya isteri yang mencerai gugat
suami.
2. Untuk mengetahui alasan hakim memutuskan perkara cerai gugat
sebelum 2 tahun suami meninggalkan isterinya.
D. Review Kajian Terdahulu
NO Identitas Substantif Perbedaan
1 Nurhayani “cerai
gugat karena suami
tidak mampu
memberi nafkah”.
Fakultas syariah dan
hukum, 2010
Pada skripsi
Nurhayani ini yang
di kaji adalah
pendapat hakim di
Pengadilan Agama
Bandung dalam
perkara cerai gugat
akibat suami tidak
mampu menafkahi.
Sedangkan
penulis
membahas
tentang fenomena
cerai gugat akibat
di tinggal suami
yang ditangani di
Pengadilan
Agama Wonogiri.
8
Lebih membahas
tentang
perekonomian
rumah tangga.
2 Muhammad zulfikar
“gugat cerai karena
ditinggal suami”
(analisis putusan
perkara nomor 298
pdt.G/2009/PAJT).
Fakultas syariah
hokum, 2012.
Pada skripsi
Muhammad
zulfikar membahas
tentang putusan
hakim dalam
perkara isteri yang
ditinggalkan suami
di pengadilan
agama Jakarta
timur.
Sedangkan
penulis
membahas
tentang fenomena
cerai gugat akibat
di tinggal suami
sebelum 2 tahun
di gugat isteri
pada Pengadilan
Agama Wonogiri
Jawa Tengah
tahun 2014.
9
E. Metode Penelitian
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan untuk menyusun skripsi
ini, maka penulis menggunakan metode :
1. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian setelah penulis melihat data yang
dibutuhkan dalam judul skripsi ini, maka termasuk dalam kategori
penelitian kualitatif lebih khususnya dengan menggunakan penelitian
dekskriptif yaitu suatu penelitian yang memberikan data seteliti mungkin
tentang manusia, keadaan atau gejala-gejalanya.Adapun dari penelitian
deskriptif ini adalah untuk menggambarkan suatu objek secara sistematis.6
2. Sumber Data
Dalam penelitian ini akan digunakan data premier dan data
sekunder. Di bawah ini akan diperinci satu persatu apa saja yang termasuk
ke dalam data premier dan sekunder.
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari objek
yang diteliti, yaitu bahan hukum yang mengikat. Dalam hal ini berupa
beberapa kasus gugat cerai akibat ditinggal suami yang didapatkan dari
Pengadilan Agama Wonogiri Jawa Tengah selama tahun 2014, kemudian
data tersebut dianalisis dengan cara menguraikan dan menghubungkan
dengan masalah yang dikaji.
6 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI Press, 1986) h. 43
10
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan jalan mengadakan
studi kepustakaan atas dokumen-dokumen yang berhubungan dengan
masalah yang diajukan, yang memberikan penjelasan mengenai bahan
hukum primer. Dokumen-dokumen yang dimaksud Al-Qur‟an, Hadist,
buku-buku ilmiah, jurnal-jurnal, dan Undang-undang No.1 Tahun 1974
tentang perkawinan, Kompilasi Hukum Islam (KHI), serta peraturan
lainnya yang dapat mendukung skripsi ini.
3. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data dalam penelitian ini penulis menggunakan
teknik pengumpulan data yaitu melalui penelitian kepustakaan (Library
Research) .7
Penelitian kepustakaan (Library Research)IalahPenelitian
kepustakaan yaitu dimana peneliti melakukan penelusuran liberatur
dengan meneliti putusan-putusan Pengadilan Agama Wonogiri selain itu
dengan mengkaji buku rujukan yang relevan dengan pembahasan skripsi
ini.
Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Observasi, untuk mendapatkan data tentang beberapa perkara di
Pengadilan Agama Wonogiri Jawa Tengah.
7 Burhan Ashshofa, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : PT. Asdi Mahasatya,2004),
h.61.
11
b. Kajian kepustakaan, untuk memahami teori-teori dan konsep yang
berkenaan dengan metode ijtihad hakim melalui berbagai buku dan
literature yang dipandang mewakili (Representatif) dan berkaitan
dengan objek penelitian.
4. Analisis Data
Analisis data adalah sebuah proses percakapan dan pengaturan
secara sistematis , cacatan laporan, dan bahan-bahan yang lain
dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan-bahan
tersebut, agar dapat dipresentasikan temuannya kepada orang lain.8Studi
yang merupakan penelitian kepustakaan ini lebih bersifat deksriftif
analisis.9Sehingga di dapatkan suatu kesimpulan yang objektif, logis,
sistematis, konsisten sesuai dengan tujuan yang dilakukan penulis.
Sementara teknik penulisan ini penulis berpedoman pada buku “
pedoman penulisan skripsi Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN
SyarifHidayatullah Jakarta tahun 2015”
8 Imron Arifin, Penelitian Kualitatif dalam Bidang Ilmu-ilmu Sosial dan
Keagamaan,(Malang:Kalimasahada, press, 1994) h.77
9 Bambang waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktik,Sinarh. (Jakarta:Sinar Grafika, 2008),
h 6
12
F. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran jelas mengenai materi yang menjadi
pokok penulisan skripsi ini dan agar memudahkan para pembaca dalam
mempelajari tata urutan penulisan ini, maka penulis menyusun sistematika
penulisan ini sebagai berikut :
Bab I, yaitu bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakangmasalah,
pembatasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, dan metode penelitian,
kerangka teori, review studi terdahulu dan sistematika penulisan.
Bab II, tentang tinjauan istilah perceraian, didalamnya membahas
tentang perceraian, pengertian cerai gugat menurut kompilasi hukum islam
(KHI), dasar hukum perceraian, sebab terjadinya perceraian, perbedaan cerai
gugat, dan prosedur perceraian.
Bab III, bab ini membahas gambaran perkara di Pengadilan Agama
Wonogiri,sejarah singkat tentang Pengadilan Agama Wonogiri serta terdapat
data perceraian tahun 2014
Bab IV, merupakan bab yang membahas tentang analisis putusan
pengadilan agama wonogiri jawa tengah tentang cerai gugat akibat ditinggal
suami serta terdapat data perceraian tahun 2014.
Bab V, merupakan bab pentingnya yang berisi kesimpulan dan saran,
tidak lupa penulis mencantumkan lampiran yang diperlukan.
13
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG PERCERAIAN
A. Pengertian Perceraian
1. Pengertian Perceraian menurut bahasa dan istilah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kata “cerai” merupakan
kata kerja yang berarti, 1. Pisah; 2.Putus hubungan sebagai suami isteri;
talak. Kemudian, kata “cerai” juga merupakan kata benda yang berarti , 1.
Perpisahan; 2.Perihal bercerai (antara suami isteri); perpecahan. Adapun
kata “bercerai” berarti:v (kata kerja), 1. Tidak bercampur (hubungan,
bersatu, dsb.) lagi;2. Berhenti berlaki-bini (suami isteri).10
Sedangkan menurut Istilah “perceraian” terdapat dalam pasal 38
UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974 yang memuat ketentuan fakultatif
bahwa “Perkawinan dapat putus karena kematian, perceraian, dan atas
putusan Pengadilan”.
Jadi, istilah “perceraian” secara yuridis berarti putusnya
perkawinan, yang mengakibatkan putusnya hubungan sebagai suami isteri
atau berhenti berlaki-bini (suami isteri) sebagaimana diartikan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia diatas.
10
Kamus besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa edisi keempat, h.261
13
14
Istilah perceraian menurut UU No. 1 Tahun 1974 sebagai aturan
hukum positif tentang perceraian menunjukkan adanya:
a. Tindakan hukum yang dapat dilakukan oleh suami atau isteri untuk
memutus hubungan perkawinan diantara mereka;
b. Peristiwa hukum yang memutuskan hubungan suami isteri, yaitu
kematian suami atau isteri yang bersangkutan,yang merupakan
ketentuan yang pasti dan langsung ditetapkan oleh Tuhan yang Maha
Kuasa;
c. Putusan hukum yang dinyatakan oleh Pengadilan yang berakibat
hukum putusnya hubungan perkawinan antara suami dan isteri.11
2. Pengertian Perceraian Menurut Undang-Undang.
Perceraian menurut Pasal 38 No. 1 Tahun 1974 adalah “putusnya
perkawinan”. Adapun yang dimaksud dengan perkawinan adalah menurut
pasal 1 UU No. 1 Tahun 1974 adalah “ikatan lahir batin antara seorang
laki-laki dengan seorang perempuan sebagai suami isteri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanaan Yang Maha Esa”. Jadi, perceraian adalah putusnya ikatan
lahir batin antara suami dan isteri yang mengakibatkan berakhirnya
hubungan keluarga (rumah tangga) antara suami dan isteri tersebut.
Pengertian perceraian dapat dijelaskan dari beberapa persfektif hukum
berikut:
11
Muhammad Syaifuddin, Hukum Perceraian,(Jakarta :sinar grafika 2014),cet ke-2 h.15
15
a. Perceraian menurut hukum Islam yang telah dipositifkan dalam pasal 38
dan Pasal 39 UU No. 1 Tahun 1974 yang telah dijabarkan dalam PP No. 9
Tahun 1975, mencakup antara lain sebagai berikut.
1. Perceraian dalam pengertian cerai talak, yaitu perceraian yang diajukan
permohonan cerainya oleh dan atas inisiatif suami kepada Pengadilan
Agama, yang dianggap terjadi dan berlaku beserta segala akibat
hukumnya sejak saat perceraian itu dinyatakan (diikrarkan) di depan
sidang Pengadilan Agama (vide Pasal 14 sampai dengan Pasal 18 PP
No. 9 Tahun 1975).
2. Perceraian dalam pengertian cerai gugat, yaitu perceraian yang
diajukan gugatan cerainya oleh dan atas inisiatif isteri kepada
Pengadilan Agama, yang dianggap terjadi dan berlaku beserta segala
akibat hukumnya sejak jatuhnya putusan Pengadilan Agama yang telah
mempunyai kekuatan hukum yang tetap (vide Pasal 20 sampai dengan
pasal 36).
b. Perceraian menurut hukum agama selain hukum Islam, yang telah pula
dipositifkan dalam UU No. 1 tahun 1974 dan diijabarkan dalam PP No. 9
Tahun 1975, yaitu perceraian yang gugatan cerainya diajukan oleh dan
atas inisiatif suami atau isteri kepada Pengadilan Negeri, yang dianggap
terjadi beserta segala akibat hukumnya terhitung sejak saat pendaftarannya
16
pada daftar pencatatan oleh Pegawai Pencatatan di Kantor Catatan Sipil
(vide Pasal 20 dan Pasal 34 ayat (2) PP No. 9 Tahun 1975).12
C. Alasan-alasan Perceraian
a. Cerai gugat dengan alasan suami berbuat zina, atau menjadi pemabuk,
pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.
1) PP. No. 9 point (a) Tahun 1975.
Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat,
penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.
2) UU. No. 7 Pasal 87 Tahun 1989.
apabila permohonan atau gugatan cerai diajukan atas alasan salah
satu pihak melakukan zina, sedangkan pemohon atau penggugat
tidak dapat melengkapi bukti-bukti dan termohon atau tergugat
menyanggah alasan tersebut, dan hakim berpendapat bahwa
permohonan atau gugatan itu bukan tiada pembuktian sama sekali
serta upaya peneguhan alat bukti tidak mungkin lagi diperoleh baik
dari pemohon atau penggugat maupun dari termohon atau tergugat,
maka hakim karena jabatannya dapat mengurus pemohon atau
penggugat untuk bersumpah. (pihak termohon atau tergugat diberi
kesempatan pula untuk menegaskan sanggahannya dengan cara
yang sama).
12
Muhammad Syaifuddin, Hukum Perceraian,(Jakarta :sinar grafika 2014),cet ke-2 h.19-
20
17
b. cerai gugat dengan alasan suami meninggalkan isteri selama 2 (dua) tahun.
1) PP. No.9 Pasal 19 (b) Tahun 1975
Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun
berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah karena
hal lain di luar kemampuannya.
2) Kompilasi Hukum Islam
Pasal 116 (b).
Salah sayu pihak meninggalkan pihak lain selama (dua) tahun
berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau
karena hal lain di luar kemampuannya.
Pasal 133.
(1) gugatan perceraian karena alasan tersebut dalam pasal 116 huruf
(b) dapat diajukan setelah lampau 2 (dua)tahun terhitung sejak
tergugat meninggalkan rumah.
(2) gugatan dapat diterima apabila tergugat menyatakan atau
mengajukan sikap tidak mau kembali lagi ke rumah kediaman
bersama.
c. Cerai gugat dengan alasan suami mendapat hukuman penjara 5 (lima)
Tahun .
PP. No. 9 Pasal 19 (c) tahun 1975
Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman
yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.
18
d. Cerai gugat dengan alasan suami melakukan kekejaman atau
penganiayaan.
1) PP. No. 9 pasal 19 (a) tahun 1975
Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang
membahayakan pihak lain.
2) Kompilasi Hukum Islam Pasal 116 (a)
Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang
membahayakan pihak lain.
e. Cerai gugat dengan alasan suami mendapat cacat badan atau penyakit.
1) PP. No. 9 pasal 19 (c) tahun 1975.
Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit akibat tidak dapat
menjalankan kewajiban sebagai suami/ isteri.
2) Kompilasi Hukum Islam pasal 116 (c).
Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit akibat tidak dapat
menjalankan kewajiban sebagai suami/ isteri.
f. Cerai gugat dengan alasan antara suami isteri terjadi perselisihan terus
menerus.
1) PP. No. 9 Pasal 19 (f) Tahun 1975
Antara suami isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran
dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
2) Kompilasi Hukum Islam Pasal 116 (f).
Antara suami isteri terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran
dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
19
g. Cerai gugat dengan alasan suami melakukan pelanggaran sighat taklik
talak.
Kompilasi Hukum Islam pasal 116 (g)
Perceraian dapat terjadi karena alasan atau alasan-alasan melanggar sighat
taklik talak.
“sewaktu-waktu saya :
1. Meninggalkan isteri saya tersebut dua tahun berturut-turut.
2. Atau saya tidak memberi nafkah wajib kepadanya tiga bulan
lamanya.
3. Atau saya menyakiti badan/jasmani isteri saya itu.
4. Atau saya membiarkan (tidak memperdulikan) isteri saya itu Enam
bulan lamanya.
Kemudian isteri saya tidak ridha dan mengajukan halnya kepada
Pengadilan Agama, dan pengaduannya dibenarkan serta diterima
oleh Pengadilan, dan isteri saya itu membayar uang sebesar Rp.
1000 (seribu rupiah) sebagai iwadl (pengganti) kepada saya, maka
jatuhlah talak satu kepadanya.
Kepada Pengadilan saya kuasakan untuk menerima uang iwadl
(pengganti) itu dan kemudian menyerahkan kepada Badan
Kesejahteraan Masjid (BKM) pusat untuk keperluan ibadah
20
h. Cerai gugat dengan alasan suami murtad.
Kompilasi Hukum Islam
Pasal 116 (h)
Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidak
rukunan dalam rumah tangga.
i. Cerai gugat dengan alasan suami melalaikan kewajibannya.
1) UU. No. 1 Pasal 34 ayat (1) Tahun 1974
Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu
keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.
2) Kompilasi Hukum Islam pasal 77 ayat (1)
Suami isteri memikul kewajiban yang luhur untuk menggerakkan
rumah tangga yang sakinah, mawaddah warahmah yang menjadi sendi
dasar dari susunan masyarakat.
j. Cerai gugat dengan alasan syiqaq
UU. No. 7 Tahun 1989
Pasal 76
1) Apabila gugatan perceraian didasarkan atas alasan syiqaq, maka untuk
mendapatkan putusan perceraian harus didengar keterangan saksi-saksi
yang berasal dari keluarga suami isteri.
2) Pengadilan setelah mendengar keterangan saksi tentang sifat
persengketaan antara suami isteri dapat mengangkat seseorang atau
lebih dari keluarga masing-masing pihak ataupun orang lain untuk
menjadi hakim.
21
D. Sebab-sebab terjadinya perceraian.
Suatu perkawinan menjadi putus antara lain karena perceraian
dalam hukum Islamperceraian terjadi karena khulu’, zhihar, ila, dan li’an
berikut ini penjelasan masing-masingnya :
1. Khulu‟
Bila seorang isteri melihat pada suaminya sesuatu yang tidak
diridhai Allah untuk melanjutkan hubungan perkawinan, sedangkan si
suami tidak merasa perlu untuk menceraikannya, maka si isteri dapat
meminta perceraian dari suaminya dengan kompensasi ganti rugi yang
diberikannya dengannya kepada suaminya.Bila suami menerima dan
menceraikan isterinya atas dasar uang ganti itu, maka putuslah perkawinan
antara keduanya. Putusnya perkawinan dengan cara ini disebut khulu’.
Khulu’ itu perceraian dengan kehendak isteri.Hukumnya boleh atau
mubah. Dasar dari kebolehan Al-Quran adalah firman Allah dalam surat
Al-Baqarah ayat 229 :
Artinya: Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat
menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya
tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. (Al-
Baqarah ayat:229)
Di dalam Khulu‟ itu terdapat beberapa unsur yang merupakan
karakteristik dari khulu‟ itu dan di dalam setiap unsur terdapat beberapa
syarat:
22
a. Suami yang menceraikan adalah seorang yang ucapannya telah dapat
diperhitungkan secara syara‟, yaitu akil, baligh, dan berbuat atas
kehendaknya sendiri dan dengan kesengajaan.
b. Isteri yang dikhulu‟ adalah seorang yang berbeda dalam wilayah si suami
dalam arti isterinya atauorang yang telah diceraikan, namun masih berada
dalam masa iddah raj‟iy.
c. Adanya uang ganti dalam bentuk suatu yang berharga dan dapat dinilai,
yang nilainya sebanding dengan mahar yang diterimanya waktu akad
nikah. Ganti rugi ini diberikan oleh isteri sendiri atau oleh pihak ketiga
atas persetujuan suami isteri.
d. Shigat atau ucapan cerai y0ang disampaikan oleh suami yang dalam
ungkapan tersebut dinyatakan “uang ganti” atau „iwadh. Tanpa
menyebutkan ganti ini ia menjadi talak biasa, seperti ucapan suami; “saya
ceraikan kamu dengan tebusan sebuah sepeda motor”.13
2. Zhihar
Menurut bahasa arab, kata zhihar terambil dari kata zahrunyang
bermakna punggung. Dalam kaitannya dengan hubungan suami isteri,
zhihar adalah ucapan suami kepada isterinya yang berisi menyerupakan
punggung isteri dengan punggung ibu suami, seperti ucapan suami kepada
isterinya: “Engkau bagiku adalah seperti punggung ibuku”.
13
Amir Syarifuddin,Garis-garis besar Fiqh, (Bogor :kencana 2003)., cet ke-1.,h. 131-132
23
Ucapan zhihar di masa Jahiliyah dipergunakan oleh suami yang
bermaksud mengharamkan menyetubuhi isteri dan berakibat menjadi
haramnya isteri itu bagi suami dan laki-laki selainnya, untuk selama-
lamanya.
Syari‟at Islam datang untuk memperbaiki masyarakat, mendidiknya
dan mensterilkannya menuju kemaslahatan hidup.Hukum Islam
menjadikan ucapan zhihar itu berakibat hukum yang bersifat duniawi dan
ukhrawi. Akibat hukum zhihar yang bersifat duniawi ialah menjadi
haramnya suami menggauli isterinya yang di zhihar sampai suami
melaksanakan kaffarah zhihar sebangai pendidikan baginya agar tidak
mengulang perkataan dan sikapnya yang buruk itu.sedangkan yang bersifat
ukhrawi ialah bahwa zhihar itu perbuatan dosa; orang yang
mengucapkannya berarti berbuat dosa, dan membersihkannya wajib
bertaubat dan memohon ampunan Allah. 14
Sebagai dasar hukum adanya pengaturan zhihar ialah firman Allah dalam
surat Al-Ahzab ayat 4 menyatakan:
14
Drs. H. Abd Rahman Ghazaly, MA, Fiqh Munakahat, ( Bogor : Kencana 2003)., h.. 228
24
Artinya :Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati
dalam rongganya; dan Dia tidak menjadikan istri-istrimu yang kamu
zhihar itu sebagai ibumu, dan Dia tidak menjadikan anak-anak angkatmu
sebagai anak kandungmu (sendiri). yang demikian itu hanyalah
perkataanmu dimulutmu saja. dan Allah mengatakan yang sebenarnya
dan Dia menunjukkan jalan (yang benar).(Al- Ahzab ayat:4)
3. Ila‟
Kata “ila‟” menurut bahasa merupakan masdar dari kata “ala-ykli-
laan” sewazan dengan a’tha yu’thi itha’an, yang artinya sumpah.
Menurut istilah
hukum Islam, ila‟ ialah “sumpah suami dengan menyebut nama
Allah atau sifat-Nya yang tertuju kepada isterinya untuk tidak mendekati
isterinya itu, baik secara mutlak maupun dibatasi dengan ucapan
selamanya, atau dibatasi empat bulan atau lebih”.
Beberapa contoh ila‟ adalah ucapan suami kepada isteri sebagai berikut:
a. Demi Allah, saya tidak akan menggauli isteriku
b. Demi kekuasaan Allah, saya tidak akan mencampuri isteriku selama
lima bulan
c. Demi Allah, saya tidak akan mendekati isteriku selamanya.
25
Dasar hukum pengaturan ila‟ ialah firman Allah surat Al-Baqarah ayat
226-227 :
Artinya: Kepada orang-orang yang meng-ilaa' isterinya diberi tangguh
empat bulan (lamanya). kemudian jika mereka kembali (kepada isterinya),
Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. dan
jika mereka ber'azam (bertetap hati untuk) talak, Maka Sesungguhnya
Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.(Al-Baqarah ayat:226-
227)
Allah SWT menentukan batas waktu empat bulan bagi suami yang meng-
ila‟ isterinya mengandung hikmah pengajaran bagi suami maupun bagi
isteri. Suami menyatakan ila’ kepada isterinya pastilah karena sesuatu
kebencian yang timbul antara keduanya.
4. Li‟an
Secara harfian li’an berarti saling melaknat. Secara terminologis
berarti: “sumpah suami yang menuduh isterinya berbuat zina, sedangkan
dia tidak mampu mendatangkan empat orang saksi,setelah terlebih dahulu
memberikan kesaksian empat kali bahwa ia benar dalam tuduhannya”.
Pada dasarnya bila seseorang menuduh perempuan baik-baik
berbuat zina dan tidak dapat mendatangkan empat orang saksi, mesti
dikenai had qazaf yaitu tuduhan zina tanpa saksi. Had qazaf itu adalah 80
kali dera.
26
Hal ini dijelaskan Allah dalam surat al-Nur ayat 4:
Artinya: Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik
(berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka
deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan
janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan
mereka Itulah orang-orang yang fasik.(Al-Nur ayat:4)
Bila yang melakukan penuduhan itu adalah suami terhadap
isterinya dan tidak dapat mendatangkan empat orang saksi kecuali hanya
dirinya saja, maka ia harus menyampaikan kesaksian sebanyak empat kali
yang menyatakan bahwa ia benar atas tuduhannya. Kali yang kelima ia
menyatakan bahwa laknat Allah atasnya bila ia berdusta dengan
tuduhannya itu.
B. Pengertian Cerai Talak Dengan Cerai Gugat.
Perceraian dalam ikatan perkawinan adalah sesuatu yang
dibolehkan oleh ajaran Islam. Apabila sudah ditempuh berbagai cara untuk
mewujudkan kerukunan, kedamaian, dan kebahagiaan, namun harapan
dalam tujuan perkawinan tidak akan terwujud atau tercapai sehingga yang
terjadi adalah perceraian. Perceraian diatur dalam Undang-Undang Nomor
7 tahun 1989 jo UU No. 3 Tahun 2006 Jo UU No. 50 Tahun 2009
Peradilan Agama(selanjutnya disebut UUPA)dan pasal 115 KHI.
27
Tata cara perceraian bila dilihat dari aspek subjek hukum atau
pelaku yang mengawali terjadinya perceraian dapat dibagi dalam dua
aspek, yaitu sebagai berikut :
1. Cerai talak
Apabila suami yang mengajukan permohonan ke pengadilan untuk
menceraikan isterinya, kemudian sang isteri menyetujuinya disebut cerai
talak hal ini diatur dalam pasal 66 UUPA dan KHI Pasal 66 ayat (1).15
Menurut istilah, seperti yang dituliskan al-Jaziri, talak adalah
melepaskan ikatan (hall al-qaid) atau biasa juga disebut mengurangi
pelepasan ikatan dengan menggunakan kata-kata yang telah
ditentukan.Talak merupakan sebuah institusi yang digunakan untuk
melepaskan sebuah ikatan perkawinan. Dengan demikian ikatan
perkawinan sebenarnya dapat putus dan tata cara telah diatur baik dalam
Fikih, Undang-Undang Perkawinan maupun KHI (Kompilasi Hukum
Islam). Kendatipun perkawinan tersebut sebuah ikatan suci namun tidak
boleh dipandang mutlak atau tidak boleh dianggap tidak dapat
diputuskan.Perkawinan Islam tidak boleh dipandang sebagai sebuah
sakramen seperti yang terdapat di dalam agama Hindu dan Kristen,
sehingga tidak dapat diputuskan.Perkawinan harus dipandang sebagai
sesuatu yang alamiah, bisa bertahan dengan bahagia sampai ajal menjelang
dan juga putus ditengah jalan.
15
Zainuddin Ali, Hukum Islam di Indonesia,(Jakarta:Sinar Grafika 2006),cet. Ke-1, h. 80
28
Talak itu hukumnya dibolehkan ketika berada dalam keadaan
darurat, baik atas inisiatif suami (talak) atau inisiatif isteri (Khulu).
2. Cerai gugat
Gugatan perceraian diajukan oleh isteri atau kuasanya kepada
pengadilan Agama yang daerah hukumnya mewilayahi tempat tinggal
penggugat kecuali isteri meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa
izin suami.Jika isteri meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa izin
suami, gugatan harus ditujukan kepada pengadilan yang daerah hukumnya
mewilayahi tempat kediaman suaminya.Hak untuk memohon memutuskan
ikatan perkawinan ini dalam hokum Islam disebut khulu’, yaitu perceraian
atas keinginan pihak isteri, sedang suami tidak menghendaki.16
Khulu’ hanya dibolehkan kalau ada alasan yang tepat seperti suami
meninggalkan isterinya selama 2 tahun berturut-turut tanpa izin isterinya
serta alasan yang sah, atau suami seorang yang murtad dan tidak
memenuhi kewajiban terhadap isterinya, sedangkan isteri khawatir akan
melanggar hukum Allah SWT. Dalam kondisi seperti ini isteri tidak wajib
menggauli suami dengan baik dan ia berhak untuk khulu’. Alasan-alasan
yang dapat dijadikan oleh seorang isteri untuk mengajukan gugatan dalam
perceraian sama dengan alasan yang digunakan dalam perceraian karena
talak.
16
Bahder Johan Nasution dan Sri Warjiyati, Hukum Perdata Islam, (Bandung: Mandar
Maju,1997), h.33.
29
Beberapa kesimpulan dari rumusan perundang-undangan diatas
adalah:
1. Perceraian dengan talak atau gugat cerai mungkin terjadi harus dengan
alasan atau alasan-alasan, bahwa suami isteri tidak akan dapat hidup rukun
sebagai suami isteri dalam satu rumah tangga. Dengan demikian,
perceraian dipandang sebagai jalan terbaik bagi para pasangan. Pihak yang
menentukan talak sebagai jalan terbaik atau tidaknya adalah pihak ketiga,
yaitu pengadilan.
2. Dari sekian banyak sebab terjadinya perceraian, semua mempunyai prinsip
proses penyelesaian yang sama yaitu (1) pihak yang memutuskan
perceraian adalah pengadilan, (2) langkah-langkah yang harus ditempuh
adalah, (a) mengajukan permohonan atau gugatan dari salah satu pihak, (b)
pemanggilan untuk diperiksa oleh pengadilan, dan (c) putusan oleh
pengadilan.
3. Terjadinya perceraian baik dengan talak atau gugat cerai, terhitung sejak
putusan pengadilan Agama, putusan perkawinan hanya dapat dibuktikan
dengan surat cerai.17
Jika terjadi perceraian antara suami istri, baik karena cerai gugat
maupun cerai talak, biasanya akan timbul masalah sekitar penguasaan
anak, nafkah anak, nafkah istri selama ditinggal, nafkah iddah, dan harta
bersama. Gugatan tersebut dapat diajukan bersama-sama dan sekaligus
17
Amir Nuruddin & Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia (studi kritis
perkembangan hokum Islam dari fikih, UU No. 1/1974 sampai KHI), (Jakarta :kencana 2004)Cet.
Ke-1
30
dengan gugatan perceraian, dapat juga diajukan secara terpisah sesudah
perceraian dilaksanakan dan putusan perceraian itu telah mempunyai
kekuatan hukum tetap.Apabila salah satu pihak meninggal dunia,
sedangkan perkara gugatan yang diajukan ke pengadilan belum
mendapatkan putusan, maka gugatan tersebut gugur.18
Akibat putusannya
perkawinan karena perceraian adalah :
a. Baik ibu ataupun bapak berkewajiban memelihara, melindungi dan
mendidik anak-anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan
anak, bilamana ada perselisihan mengenai penguasaan anak,
pengadilan memberikan masalahnya.
b. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan
pendidikan yang diperlukan anak, bila bapak dalam kenyataannya
tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut, pengadilan dapat
menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut.
c. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk
memberikan biaya hidup untuk bekas istri.19
C. Hak dan kewajiban suami dan istri
Dalam pasal 30-34 Undang- undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
perkawinan tersebut dikemukakan bahwa suami istri memikul kewajiban
yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang sakinah, mawadah, dan
18
Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia,(Jakarta:kencana,2008)
h.21
19Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta : Rajawali Pers 2013) h. 223.
31
warahmahyang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat. Suami istri
wajib saling ccinta mencintai, hormat menghormati, setia dan memberikan
bantuan batin yang satu dengan yang lain. Suami istri juga harus memikul
kewajiban untuk mengasuh dan memelihara anak-anak mereka.Suami istri
harus mempunyai tempat yang ditentukan bersama.Dalam rumah tangga itu
kedudukan suami adalah kepala keluarga dan istri ibu rumah tangga.hak dan
kedudukan istri adalah seimbang dengan hak kedudukan suami dalam
kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup dalam masyarakat. Kewajiban
suami dalam rumah tangga adalah :
1. Membimbing istri dan rumah tangganya
2. Melindungi istri dan memberikan segala keperluan rumah tangga
sesuai dengan kemampuannya
3. Memberikan pendidikan agama kepada istrinya agama, nusa, dan
bangsa
4. Sesuai penghasilannya, suami menangguang nafkah, pakaian dan
tempat kediaman bagi istri, biaya rumah tangga, biaya perawatan dan
biaya pengobatan bagi istri dan anak serta membiayai pendidikan
anak.20
20 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Indonesia,(Jakarta:Kencana
,2008) h.33-34
32
D. Prosedur Perceraian
Surat gugatan/permohonan diserahkan kepada petugas Meja I
sebanyak jumlah pihak, ditambah 3 (tiga) rangkap untuk majelis
hakim.Selanjutnya, petugas Meja I menerima dan memeriksa kelengkapan
berkas dengan menggunakan daftar periksa (check list).Dalam menaksir
panjar biaya perkara, petugas Meja I berpedoman pada Surat Keputusan
Ketua Pengadilan. Dalam menentukan panjar biaya perkara, Ketua
Pengadilan harus merujuk Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2008
tentang Penerimaan Bukan Pajak (PNPB), Peraturan Mahkamah Agung RI
Nomor 2 Tahun 2009 tentang Biaya Proses Penyelesaian Perkara dan
Pengelolaannya pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada
dibawahnya serta peraturan terkait lainnya.21
Selanjutnya, Petugas Meja I mengembalikan berkas kepada
Penggugat/pemohon untuk diteruskan kepada kasir.Penggugat/pemohon
membayar uang panjar biaya perkara tercantum dalam Surat Kuasa Untuk
Membayar (SKUM) ke bank yang ditunjuk.Pemegang kas menerima bukti
setor ke bank dari penggugat/pemohon dan membukukannya dalam Buku
Jurnal Keuangan Perkara.Pemegang kas memberi nomor, membubuhkan
tandatangan dan cap tanda lunas pada SKUM. Pemegang kas
menyerahkan satu rangkap surat gugatan/ permohonan yang telah diberi
nomor perkara berikut SKUM kepada penggugat /pemohon agar
didaftarkan di Meja II.
21
Muhammad Syaifuddin, Hukum Perceraian,(Jakarta :sinar grafika 2014),cet ke-2 h.225
33
Kemudian, Petugas Meja II mencatat perkara tersebut dalam
Buku Register Induk Gugatan/permohonan sesuai dengan nomor perkara
yang tercantum pada SKUM. Petugas Meja II menyerahkan satu rangkap
surat gugatan/permohonan yang telah terdaftar berikut SKUM rangkap
pertama kepada penggugat/pemohon. Petugas Meja II memasukkan surat
gugatan/permohonan tersebut dalam map berkas perkara yang telah
dilengkapi dengan formulir; Penetapan Majelis Hakim (PMH), penunjukan
panitera pengganti, penunjukan jurusita, Penentuan Hari Sidang (PHS) dan
instrumen. Petugas Meja II menyerahkan berkas kepada panitera melalui
wakil panitera melalui wakil panitera untuk disampaikan kepada Ketua
Pengadilan.Dalam waktu paling lambat 2 (dua) hari kerja berkas perkara
diatas, harus sudah diterima oleh Pengadilan Agama.22
F. AKIBAT PERCERAIAN (CERAI GUGAT)
Akibat perceraian karena cerai gugat diatur dalam Pasal 156
Kompilasi :
a. Anak yang belum mummayiz berhak mendapatkan hadlanah dari
ibunya, kecuali bila ibunya meninggal dunia, maka kedudukannya
digantikan oleh :
1) Wanita- wanita dalam garis lurus ke atas dari ibu.
2) Ayah.
22
Muhammad Syaifuddin, Hukum Perceraian,(Jakarta :sinar grafika 2014),cet ke-2
h.226-227
34
3) Wanita-wanita dalam garis lurus ke atas dari ayah.
4) Saudara perempuan dari anak yang bersangkutan.
5) Wanita-wanita kerabat sedarah menurut garis samping dari ibu.
6) Wanita-wanita kerabat sedarah menurut garis samping dari ayah.
b. Anak yang sudah mummayiz berhak memilih untuk mendapatkan
hadlanah dari ayah atau ibunya.
c. Apabila pemegang hadanah ternyata tidak dapat menjamin keselamatan
jasmani dan rohani anak, meskipun biaya nafkah dan hadlanah telah
dicukupi, maka atas permintaan kerabat yang bersangkutan pengadilan
berhak memindahkan hak hadlanah kepada kerabat lain yang mempunyai
hak hadlanah pula.
d. Semua biaya hadlanah dan nafkah anak menjadi tanggungan ayah
menurut kemampuannya, sekurang-kurangnya sampai anak tersebut
dewasa dan dapat mengurus diri sendiri (21 tahun).
e. Bilamana terjadi perselisihan mengenai hadlanah dan nafkah anak,
Pengadilan Agama memberikan putusannya berdasarkan huruf (a), (b),
(c), dan (d).
f. Pengadilan dapat pula dengan mengingat kemampuan ayahnya
menetapkan jumlah biaya untuk pemeliharaan dan pendidikan anak-anak
yang tidak turut padanya.23
23
Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam di Indonesia,(Jakarta : Rajawali Press, 2013) h.
226-227
35
BAB III
SEKILAS TENTANG PENGADILAN AGAMA WONOGIRI
Keadaan Perkara
A. TEKNIK YUSTISIAL
a. Keadaan Perkara
Pengadilan Agama Wonogiri telah melaksanakan proses peradilan
dengan cepat, sederhana, tertib, dan dengan biaya yang terjangkau. Juga
telah membuat keputusan tentang panjar biaya perkara dengan segala
lampirannya. Setiap perkara dapat diselesaikan dalam waktu kurang dari
enam bulan kecuali perkara yang para pihaknya Pegawai Negeri Sipil
yang belum mendapat surat izin atasannya.24
1. Perkara yang diterima dan diputus pada tahun 2013 adalah terdiri dari :
Sisa perkara tahun 2012 = 554 perkara
Perkara yang diterima tahun 2013 =1.894
perkara
Jumlah seluruhnya = 2.438 perkara
Perkara yang diputus/diselesaikan tahun 2013 =1.932
perkara
Sisa perkara tahun 2013 =506 perkara
24
Sumber berasal dari arsip data profil dan sejarah singkat Pengadilan Agama Wonogiri.
35
36
b. Penerimaan Perkara
Dari 1.894 perkara yang diterima tahun 2013 tersebut, dapat dirinci
menurut jenis perkaranya sebagai berikut :
1. Cerai Gugat = 1.169 perkara
2. Cerai Talak = 563 perkara
3. Ijin Poligami = 10 perkara
4. Isbat Nikah = 41 perkara
5. Dispensasi Nikah = 78 perkara
6. Wali Adhol = - perkara
7. Waris = 3 perkara
8. Pembatalan Nikah = 2 perkara
9. Harta Bersama = 1 perkara
10. Pengesahan Anak = 2 perkara
11. Lain-lain = 25 perkara
c. Penyelesaian Perkara
Perkara yang diselesaikan oleh Pengadilan Agama Wonogiri
selama tahun 2013 dengan rincian sebagai berikut :
Sisa perkara tahun 2013 = 544 perkara
Perkara yang diterima tahun 2013 = 1.894 perkara
Jumlah seluruhnya = 2.438 perkara
37
Perkara yang diputus/diselesaikan tahun 2012= 1.932 perkara
Sisa perkara tahun 2013 = 506 perkara
Adapun dari 1.932 perkara yang diputus atau diselesaikan pada
tahun 2013 dapat dirinci menurut jenis perkaranya sebagai berikut :
1. Cerai Gugat = 1.130 perkara
2. Cerai Talak = 516
perkara
3. Ijin Poligami = 8
perkara
4. Isbat Nikah = 34
perkara
5. Dispensasi kawin = 77
perkara
6. Wali Adhol = 2
perkara
7. Waris = -
perkara
8. Harta Bersama = 1 perkara
9. Pembatalan Nikah = 1 perkara
10.Pengesahan Anak = 1 perkara
11.Lain-lain = 23 perkara
13.Dicabut = 63 perkara
38
14.Selebihnya ditolak, tidak diterima, gugur dan dicoret dari
Register sebanyak
= 76 perkara
d. Faktor-faktor terjadinya perceraian
Dari 1.737 perkara yang diputus, faktor penyebab yang dominan
adalah sebagai berikut :
1. Krisis Akhlak = 18 perkara
2. Cemburu = 1 perkara
3. Moral = 25 perkara
4. Tidak bertanggung jawab = 110
perkara
5. Gangguan pihak ketiga = 51 perkara
6. Tidak ada keharmonisan = 565
perkara
7. Lain-lain = 27 perkara
e. Perkara khusus yang menyangkut Peraturan Peraturan
Pemerintahan Nomor 10 Tahun 1989 Jo. Peraturan Pemerintahan
Nomor 45 Tahun 1990
39
Bagi Pegawai Negeri Sipil yang hendak melakukan perceraian
dan ijin poligami harus melalui prosedur khusus sesuai dengan
ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 Jo.
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1990 yaitu memperoleh
surat ijin/keterangan dari pejabat yang berwenang. Pada tahun
2013 ini perkara yang salah satu pihaknya atau kedua-duanya
Pegawai Negeri Sipil sebanyak 13 perkara dapat dirinci sebagai
berikut :
1. Cerai Talak = 8
perkara
2. Cerai Gugat = 5
perkara
3. Ijin Poligami = -
perkara
Dari 13 Perkara tersebut, terdiri dari :
1. Masih dalam proses =11 perkara
2. Selesai = 2 perkara
3. Dicabut =perkara
40
B. PETA YURISDIKSI PENGADILAN AGAMA WONOGIRI KELAS 1B
C. POTRET KANTOR PENGADILAN AGAMA WONOGIRI
41
42
BAB IV
ANALISIS DATA TENTANG CERAI GUGAT AKIBAT DITINGGAL
SUAMI TAHUN 2014
A. DATA PERCERAIAN TAHUN 2014
Berdasarkan data perceraian di Pengadilan Agama Wonogiri dapat diuraikan
faktor-faktor penyebab perceraian pada tahun 2014, sebagai berikut 25
:
1. Pada bulan Januari terdapat 132 kasus, antara lain faktor penyebabnya :
a. Poligami tidak sehat = -
b. Krisis akhlak = -
c. Cemburu = -
d. Kawin paksa = -
e. Ekonomi = 5
f. Tidak ada tanggung jawab = 78
g. Kawin dibawah umur = -
h. Kekerasan jasmani = 1
i. Kekerasan mental = -
j. Dihukum = -
k. Cacat biologis = -
l. Politis = -
m. Gangguan pihak ke tiga = 2
n. Tidak ada keharmonisan = 40
25
Sumber berasal dari arsip data tahunan bulan Januari-Desember 2014/ Pengadilan
Agama Wonogiri.
42
43
o. Lain-lain = 6
Jumlah = 132
Dari data pada bulan Januari 2014 terdapat 132 faktor penyebab
terjadinya cerai gugat yang terdiri dari 3,80 persen dikarenakan cemburu,
59,05 persen akibat tidak adanya tanggung jawab, 0,75 persen dikarenakan
terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, 1,51 persen terjadi karena
gangguan pihak ketiga, 30,30 persen dikarenakan tidak adanya
keharmonisan, dan 4,25 persen terjadi karena adanya faktor lain.
2. Pada bulan Februari terdapat 135 kasus, antara lain faktor penyebabnya :
a. Poligami tidak sehat = 1
b. Krisis akhlak = 1
c. Cemburu = -
d. Kawin paksa = -
e. Ekonomi = 5
f. Tidak ada tanggung jawab = 76
g. Kawin dibawah umur = -
h. Kekerasan jasmani = -
i. Kekerasan mental = -
j. Dihukum = -
k. Cacat biologis = 1
l. Politis = -
m. Gangguan pihak ke tiga = 4
44
n. Tidak ada keharmonisan = 41
o. Lain-lain = 6
Jumlah = 135
Pada bulan februari jumlah faktor penyebab cerai gugat
sebanyak, 0,75 persen disebabkan karena poligami, 0,71 persen disebabkan
karna krisis akhlak, 3,70 dikarenakan faktor ekonomi, 56,29 persen
dikarenakan tidak ada tanggung jawab,0,74 persen karena cacat biologis
2,96 persen karena adanya pihak ketiga, 30,37 tidak adanya keharmonisa, dan
karena faktor lainnya 4,44 persen.
3. Pada bulan Maret terdapat 146 kasus, antara lain faktor penyebabnya :
a. Poligami tidak sehat = -
b. Krisis akhlak = 1
c. Cemburu = 2
d. Kawin paksa = 1
e. Ekonomi = 1
f. Tidak ada tanggung jawab = 91
g. Kawin dibawah umur = -
h. Kekerasan jasmani = 1
i. Kekerasan mental = -
j. Dihukum = -
k. Cacat biologis = 1
l. Politis = -
45
m. Gangguan pihak ke tiga = 3
n. Tidak ada keharmonisan = 37
o. Lain-lain = 6
Jumlah = 146
Dari data diatas faktor penyebab terjadinya cerai gugat pada bulan
maret sebanyak, 0,68 persen yang disebabkan karena krisis akhlak, 1,36
persen cemburu,0,68 persen kawin paksa, 0,68 persen ekonomi, 62,32
persen tidak ada tanggung jawab, 0,68 karena adanya kekerasan dalam
rumah tangga, 0,68 karena cacat biologis, 2,05 karena adanya pihak ketiga,
dan faktor lainnya sebanyak 4,10 persen.
4. Pada bulan April 163 kasus, anatara lain faktor penyebabnya :
a. Poligami tidak sehat = -
b. Krisis akhlak = 2
c. Cemburu = -
d. Kawin paksa = -
e. Ekonomi = -
f. Tidak ada tanggung jawab = 83
g. Kawin dibawah umur = -
h. Kekerasan jasmani = -
i. Kekerasan mental = -
j. Dihukum = -
k. Cacat biologis = -
46
l. Politis = -
m. Gangguan pihak ke tiga = 5
n. Tidak ada keharmonisan = 60
o. Lain-lain = 13
Jumlah = 163
Faktor penyebab terjadinya cerai gugat pada bulan april terdiri dari,
1,22 persen disebabkan karena krisis akhlak, 50,92 persen tidak ada tanggung
jawab, 3,06 persen adanya pihak ketiga, 36,80 persen tidak adanya tanggung
jawab dan 8 persen dengan faktor lainnya.
5. Pada bulan Mei terdapat 119 kasus, antara lain faktor penyebabnya :
a. Poligami tidak sehat = -
b. Krisis akhlak = -
c. Cemburu = -
d. Kawin paksa = 1
e. Ekonomi = 3
f. Tidak ada tanggung jawab = 67
g. Kawin dibawah umur = -
h. Kekerasan jasmani = -
i. Kekerasan mental = -
j. Dihukum = -
k. Cacat biologis = -
l. Politis = -
47
m. Gangguan pihak ke tiga = 1
n. Tidak ada keharmonisan = 38
o. Lain-lain = 9
Jumlah = 119
Pada bulan mei terdapat 119 kasus dengan rician 0,82 persen
karena kawin paksa, 5,25 persen faktor ekonomi, 56,30 persen tidak adanya
tanggung jawab, 0,84 dengan faktor pihak ketiga, 32 persen tidak adanya
keharmonisan dan, 7,56 dengan faktor lainnya.
6. Pada bulan Juni terdapat 105 kasus, antara lain faktor penyebabnya :
a. Poligami tidak sehat = -
b. Krisis akhlak = -
c. Cemburu = -
d. Kawin paksa = -
e. Ekonomi = 4
f. Tidak ada tanggung jawab = 47
g. Kawin dibawah umur = -
h. Kekerasan jasmani = -
i. Kekerasan mental = -
j. Dihukum = -
k. Cacat biologis = -
l. Politis = -
m. Gangguan pihak ke tiga = 4
48
n. Tidak ada keharmonisan = 46
o. Lain-lain = 4
Jumlah = 105
Faktor penyebab cerai gugat pada bulan juni sebanyak, 3,80 persen
dikarenakan faktor ekonomi, 44,76 persen terjadi karena tidak adanya
tanggung jawab, 3,80 persen adanya gangguan pihak ketiga, 43,80 persen
terjadi disebabkan tidak adanya keharmonisan, 3,80 adanya faktor lain.
7. pada bulan juli terdapat 144 kasus, antara lain faktor penyebabnya :
a. Poligami tidak sehat = -
b. Krisis akhlak = 1
c. Cemburu = 1
d. Kawin paksa = -
e. Ekonomi = 2
f. Tidak ada tanggung jawab = 80
g. Kawin dibawah umur = -
h. Kekerasan jasmani = -
i. Kekerasan mental = -
j. Dihukum = -
k. Cacat biologis = -
l. Politis = -
m. Gangguan pihak ke tiga = 3
n. Tidak ada keharmonisan = 39
49
o. Lain-lain = 17
Jumlah = 144
Pada bulan juli sebanyak, 0,69 persen disebabkan karena krisis
akhlak, 0,69 persen terjadi karena cemburu, 1,36 persen karena faktor
ekonomi, 55,55 persen karena tidak adanya tanggung jawab, 0,2 persen
adanya gangguan pihak ketiga, 27 persen tidak adanya keharmonisan dan
11,80 dikarenakan adanya faktor lain.
8. Pada bulan Agustus terdapat 92 kasus, antara lain faktor penyebabnya :
a. Poligami tidak sehat = -
b. Krisis akhlak = -
c. Cemburu = -
d. Kawin paksa = -
e. Ekonomi = 2
f. Tidak ada tanggung jawab = 56
g. Kawin dibawah umur = -
h. Kekerasan jasmani = 1
i. Kekerasan mental = -
j. Dihukum = -
k. Cacat biologis = -
l. Politis = -
m. Gangguan pihak ke tiga = 3
n. Tidak ada keharmonisan = 28
50
o. Lain-lain = 3
Jumlah = 92
Dari data pada bulan agustus faktor penyebab terjadinya cerai
gugat yang disebabkan karena, 2, 17 persen disebabkan adanya faktor
ekonomi, 60,86 tidak adanya tanggung jawab, 1,08 adanya kekerasan
jasmani,3,26 adanya gangguan pihak ketiga, 30,43 karena tidak ada
keharmonisan, 3,26 terjadi karena adanya faktor lain.
9. Pada bulan september terdapat 126 kasus, antara lain faktor penyebabnya :
a. Poligami tidak sehat = -
b. Krisis akhlak = 2
c. Cemburu = -
d. Kawin paksa = -
e. Ekonomi = 1
f. Tidak ada tanggung jawab = 63
g. Kawin dibawah umur = -
h. Kekerasan jasmani = -
i. Kekerasan mental = -
j. Dihukum = -
k. Cacat biologis = -
l. Politis = -
m. Gangguan pihak ke tiga = -
n. Tidak ada keharmonisan = 51
51
o. Lain-lain = 4
Jumlah = 126
Pada bulan September terdapat 126 kasus, dengan faktor penyebab
sebagai berikut, 1,58 persen cerai gugat akibat krisis akhlak, 0,79 persen
dengan faktor ekonomi, 50 persen tidak adanya tanggung jawab, 40,47
persen tidak adanya keharmonisan, 3,17 karena faktor lainnya.
10. Pada bulan Oktober terdapat 135 kasus, antara lain faktor penyebabnya :
a. Poligami tidak sehat = -
b. Krisis akhlak = -
c. Cemburu = -
d. Kawin paksa = -
e. Ekonomi = 2
f. Tidak ada tanggung jawab = 67
g. Kawin dibawah umur = -
h. Kekerasan jasmani = -
i. Kekerasan mental = -
j. Dihukum = -
k. Cacat biologis = -
l. Politis = -
m. Gangguan pihak ke tiga = 8
n. Tidak ada keharmonisan = 45
o. Lain-lain = 15
52
Jumlah = 135
Faktor penyebab cerai gugat berdasarkan data diatas sebanyak, 1,48
persen dikarenakan faktor ekonomi, 49,62 persen tidak adanya tanggung
jawab, 5,92 persen terjadi karena gangguan pihak ketiga, 33,33 persen tidak
adanya keharmonisan, 11,11 persen akibat faktor lainnya.
12. Pada bulan Desember terdapat 225 kasus, antara lain faktor penyebab :
a. Poligami tidak sehat = -
b. Krisis akhlak = -
c. Cemburu = -
d. Kawin paksa = -
e. Ekonomi = 4
f. Tidak ada tanggung jawab = 76
g. Kawin dibawah umur = -
h. Kekerasan jasmani = -
i. Kekerasan mental = -
j. Dihukum = -
k. Cacat biologis = -
l. Politis = -
m. Gangguan pihak ke tiga = 10
n. Tidak ada keharmonisan = 98
o. Lain-lain = 37
Jumlah = 22
53
Pada bulan terakhir tahun 2014 sesuai data diatas faktor penyebab
cerai gugat sebanyak, 1,77 persen akibat ekonomi, 33,62 persen akibat tidak
adanya tanggung jawab, 4,42 persen akibat gangguan pihak ketiga, 43,36
tidak adanya keharmonisan, 16,37 dengan faktor lainnya.
Jumlah keseluruhan kasus di Pengadilan Agama Wonogiri pada
tahun 2014 sebanyak 1.606, faktor penyebab terbanyak terjadinya perceraian
ialah meninggalkan kewajiban untuk istri yang berjumlah 811 kasus. 26
Dari keterangan data diatas faktor penyebab banyaknya cerai gugat
di Pengadilan Agama Wonogiri disebabkan oleh faktor suami yang
melalaikan kewajibannya sebagai kepala rumah tangga sebanyak 50,49
persen.
26
Sumber berasal dari arsip tahunan bulan januari-desember 2014/ Pengadilan Agama
Wonogiri Jawa Tengah.
54
B. DATA CERAI GUGAT TAHUN 2014 DAN ALASAN HAKIM
NO NOMOR PERKARA
ALASAN CERAI
GUGAT
ALASAN HAKIM
MEMUTUSKAN
1 0120/pdt.G/2014/PA.WNG
Penggugat ditinggal
merantau ke
Kalimantan selama 1
tahun tidak diberi
nafkah lahir maupun
batin, oleh sebab itu
penggugat menderita
lahir maupun batin
selama 1 tahun.
Tergugat telah
mengucap sighat
taklik talak
2 0652/pdt.G/2014/PA.WNG
Penggugat telah
berpisah dengan
tergugat selama 5
bulan karena tidak
memberi nafkah
sehingga keluarga
tidak harmonis, serta
sering terjadi
percekcokan yang
mengakibatkan
penggugat menderita
lahir maupun batin
55
tergugat
meninggalkan
penggugat dan tidak
memberikan izin.
3 1054/pdt.G/2014/PA.WNG
Sejak bulan Juli 2013
telah pergi
meninggalkan
penggugat tanpa izin
dan tidak diketahui
keberadaannya di
wilayah Republik
Indonesia tidak
pernah pulang serta
tidak memberikan
nafkah lahir batin
selama 1 tahun
Tergugat telah
melanggar sighat
taklik talak
4 0663/pdt.G/2014/PA.WNG
Tergugat pergi
meninggalkan
penggugat tanpa izin
dan tidak diketahui
keberadaannya, dan
tidak pernah pulang
dan tidak
Tergugat telah
melanggar kompilasi
hokum Islam pasal
116 point b
56
memberikan nafkah
lahir batin selama 1
tahun 4 bulan, oleh
karena itu tergugat
menyerahkan kasus
tersebut ke
Pengadilan Agama
Wonogiri karena
penggugat menderita
lahir dan batin.
5 0695/pdt.G/2014/PA.WNG
Tergugat selama
merantau sering
pulang namun sering
terjadi kekerasan
rumah tangga, ketika
meratau tergugat
tidak memberi nafkah
lahir sehingga
penggugat menderita
lahir batin selama 1
tahun.
Tergugat melanggar
sighat taklik talak
6 1439/pdt.G/2014/PA.WNG
Sejak mei 2013
tergugat dengan
Tergugat melanggar
sighat taklik talak
57
penggugat telah
hidup terpisah sampai
sekarang selama 1
tahun 3 bulan tidak
pernah kumpul
disebabkan sering
bertengkar karena
tergugat tidak bekerja
mencari nafkah,
penggugat tidak kuat
dengan percekcokan
dan perlakuan
tergugat karena jika
pergi tak pernah
memberi kabar.
7 0938/Pdt.G/2014/PA.WNG
Tergugat dan
pengguat menikah
pada mei 2012 lalu
pada januari 2013
sering terjadi
perselisihan karena
tergugat pergi dan
tanpa kabar dan tanpa
Melanggar sighat
taklik talak
58
nafkah lahir batin,
sehingga tergugat
mengalami
penderitaan lahir
maupun batin.
8 757/Pdt.G/2014/PA.WNG
Tergugat pergi
meninggalkan
penggugat tanpa izin
dan tidak diketahui
keberadaannya
diwilayah Republik
Indonesia dan tidak
menafkahi lahir
maupun batin .
Penggugat menderita
lahir batin, dan
melanggar sighat
taklik talak.
9 0634/Pdt.G/2014/PA.WNG
Tergugat telah
membiarkan/ sudah
tidak pernah
memperdulikan
maupun memberi
nafkah lahir batin
kepada penggugat
Melanggar sighat
taklik takak
10 0876/Pdt.G/PA.WNG
Sejak 2013 tergugat
meninggalkan
Melanggar Kompilasi
Hukum Islam(KHI)
59
penggugat selama 1
tahun 5 bulan tanpa
memberi nafkah lahir
dan batin, penggugat
telah berusaha un tuk
mencari kabar namun
tak ada yang tahu atas
keberadaan tergugat
di wilayah Republik
Indonesia, sehingga
penggugat menderita
lahir dan batin.
Pasal 116 point (b)
Dari alasan cerai gugat diatas penggugat telah menjelaskan inti dari
faktor penyebab penggugat melayangkan surat gugatannya ke Pengadilan
Agama Wonogiri dikarenakan masalah tidak adanya tanggung jawab
tergugat kepada penggugat, sering ada pertengkaran terus menerus dan tidak
dapat dirukunkan kembali , dan meninggalkan istri tanpa sepengetahuan
penggugat selama kurang lebih 1 tahun. Karena si tergugat meninggalkan
penggugat maka terlantarlah kewajiban tergugat terhadap penggugat yakni
memberikan nafkah kepadanya oleh sebab ia meninggalkan penggugat.
60
Dalam putusan majelis hakim memutuskan perkara tersebut sudah tepat
karena terdapat alasan-alasan yang menyebabkan putusnya perkawinan.
Mengenai penetapan putusan pengadilan dalam perkara perdata ini
khususnya pada perkara certain gugat maupun cerai talak, pada umumnya
mengandung amar putusan tunggal, yaitu penetapan putusan yang berupa
pengabulan atau penolakan penggugat untuk melakukan perbuatan hukum
sebagaimana yang dimohonkan seperti:
1. Mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya.
2. Menjatuhkan talak satu kepada tergugat.
3. Menetapkan biaya perkara ini sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
4. Menjatuhkan putusan ini dengan seadil-adilnya.
Perkara cerai gugat dan cerai talak proses penyelesaiannya sama
hanya alasan dan pembuktiannya yang berbeda, lain halnya dengan tergugat
atau termohon tidak hadir ke persidangan setelah dipanggil secara resmi oleh
pengadilan maka putusannya bersifat verstek. Putusan verstek dapat
dijatuhkan apabilatelah terpenuhi syarat-syarat, yaitu:
1. Tergugat telah dipanggil secara resmi dan patut.
2. Tergugat tidak hadir dalam sidang dan tidak diwakilkan kepada
orang lain serta tidak ternyata pula bahwa kehadirannya itu karena
suatu alasan yang sah.
61
3. Tergugat tidak mengajukan tangkisan/eksepsi mengenai
kewenangan.
4. Penggugat hadir di persidangan.
5. Penggugat mohon putusan.
Putusan verstekhanya menilai secara materil kebenaran dalil-dalil
gugat. Terhadap putusan verstek ini, maka tergugat dapat
mengajukan perlawanan (verzet). Verzet ini berkedudukan sebagai
jawaban tergugat. Apabila tergugat mengajukan verzet, maka
putusan verstek menjadi mentah, dan pemeriksaan dilanjutkan ke
tahap berikutnya. Terhadap putusan verstek, maka penggugat dapat
mengajukan banding. Apabila penggugat mengajukan banding,
maka tergugat tidak boleh mengajukan verzet, melainkan ia berhak
pula mengajukan banding (Pasal 8 UU No. 20/1947). Putusan
verstek yang diajukan verzet dan tidak pula dimintakan banding,
dengan sendirinya menjadi putusan akhir yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap.27
27
Sulaikin Lubis, Hukum Acara Perdata Peradilan Agama di Indonesia, Jakarta: Kencana,2008, cet.3 h.160-161.
62
C. Analisis Penulis
Perceraian menurut sejarah Islam diakui sebagai solusi terakhir
dalam menghadapi kemelut rumah tangga.Dengan konsekuensi logis, bila
perceraian dilakukan maka sebuah rumah tangga seolah-olah neraka bagi
kedua belah pihak atau bagi salah satunya. Hal ini tentu sangat bertentangan
dengan syari‟at yang lebih mengedepankan aspek kemaslahatan dalam hal
apapun, termasuk masalah pernikahan, dan perceraian baru dapat dilakukan
bila tidak ada jalan lain lagi. Oleh karena itu menurut hemat penulis cara
yang paling ideal dalam menghadapi kemelut rumah tangga adalah dengan
jalan musyawarah dan sikap saling mengalah antara satu sama lain. 28
Pada dasarnya putusan dituntut untuk menciptakan suatu keadilan,
dan untuk itu hakim melakukan penilaian dan pemeriksaan terhadap
peristiwa dan fakta-fakta. Hal ini dapat dilakukan lewat pembuktian,
mengklarifikasikan antara yang penting dan tidak, dan menayakan kembali
pada pihak lawan mengenai keterangan saksi dan fakta-fakta yang ada.Maka
dalam putusan hakim yang perlu diperhatikan adalah pertimbangan
hukumnya, sehingga dapat dinilai apakah putusan yang dijatuhkan cukup
memenuhi alasan objekktif atau tidak.29
Dengan diperolehnya suatu fakta yang berkaitan dengan duduk
perkara antara penggugat dengan tergugat telah terjadi perselisihan yang
28
Suherdi Sidik Ismail,Ketentraman Suami Istri,(Surabaya;Dunia Ilmu,1999) cet.1, h.29
29
R. Soeroso, Praktik Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Sinar Grafik,2004) cet.6,h.79
63
tidak mungkin dirukunkan.30
dalam halaman sebelumnya penyebab
perceraian yang dominan dalam kasus cerai gugat pada tahun 2014 ialah
cerai gugat akibat di tinggal suami dalam jangka waktu kurang dari 2 (dua)
tahun si istri telah memutuskan atau penyerahkan masalah ke Pengadilan
Agama Wonogiri Jawa Tengah. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9
Tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974
yaitu tentang perkawinan tepatnya dalam pasal 19 point 2 yaitu :
“salah satu pihak meninggalkan pihak lainnya selama 2 tahun berturut-
turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain
diluar kemampuannya.”
Sudah kita ketahui diatas bahwa gugatan penggugat dikabulkan
oleh majelis hakim maka kita dapat tafsirkan mengenai pertimbangan alasan
majelis hakim menjatuhkan talak dari tergugat kepenggugat adalah sesuai
dengan ketentuan Hukum Islam maka telah jelas jatuhlah talak bain sugra
yakni talak yang tidak boleh dirujuk tapi boleh akad nikah baru dengan
mantan suaminya meski dalam Iddah, sebagaimana tersebut dalam pasal 119
ayat (1) dan (2) hurtuf (b) Kompilasi Hukum Islam, dengan terbukti tergugat
melanggar Sighat Taklik Talak, dengan berdasarkan pasal 89 ayat (1)
Undang-undang No.7 Tahun 1989 Jo. Undang-undang.No.3 tahun 2006
Biaya perkara dalam bidang perkawinan dibebankan kepada penggugat.
30
Arso Sastroatmojo, Hukum Perkawinan di Indonesia, (Jakarta:Bulan Bintang, 1981),h.60
64
Menurut analisis penulis bahwa cerai gugat akibat ditinggal suami
tanpa ada izin dari pihak lain dan tanpa ada informasi dari pihak lain,
akibatnya istri mengalami penderitaan lahir dan batin seperti yang sudah
dijelaskan dalam hak dan kewajiban suami terhadap istri, suami harus
memenuhi kebutuhan istri baik lahir maupun batin, penulispun sangat
setuju apa yang sudah menjadi ketetapan pertimbangan dari majelis hakim
Pengadilan Agama Wonogiri karena alasan-alasan yang sudah didalilkan
oleh penggugat, maka majelis hakimpun dapat menentukan putusan yang
sudah mempertimbangkan karena melanggar sighat taklik talak yang ke 4
(empat) dan ketentuan pasal 33 dan 34 ayat (1) Undang- undang Nomor 1
tahun 1974 yakni dengan mengabulkan gugatan penggugat.
65
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah menguraikan mengenai pokok-pokok permasalahan mengenai
Analisis terhadap putusan hakim dalam kasus cerai gugat akibat ditinggal
suami (studi kasus di pengadilan agama wonogiri 2014).
Penulis mendapatkan beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada dasarnya rumah tangga yang diinginkan pasangan suami isteri
dapat berjalan langgeng, harmonis, dan bahagia namun sering kali apa
yang telah diharapkan harus berujung dengan perceraian yang
disebabkan suami meninggalkan isteri, dalam perkawinan suami yang
berpegang teguh untuk mencari nafkah terkadang disalah gunakan
dalam perkara tersebut tergugat meninggalkan penggugat dengan
alasan merantau mencari pekerjaan namun selama satu tahun tergugat
tidak memberi kabar keberadaannya dan tidak memberi nafkah kepada
penggugat, oleh sebab itu banyak para isteri yang menderita karna
tidak adanya nafkah lahir maupun batin.
2. Dalam putusan perkara percerian yang disebabkan suami
meninggalkan isteri sebelum 2 tahun hakim memutuskan bahwa
penggugat dengan tergugat sudah tidak dapat disatukan kembali
dengan alasan perselisihan antara penggugat dengan tergugat dan
penggugat menderita karena tidak ada nafkah selama ditinggal dalam
65
66
rumah tangga yang sulit untuk dirukunkan lagi, bahwa dengan adanya
fakta-fakta tersebut telah merupakan bukti bahwa rumah tangga telah
rapuh dan sulit untuk di tegakkan kembali, yang dapat dinyatakan
bahwa rumah tangga penggugat dengan tergugat telah terdapat alasan
untuk bercerai sebagaimana dimaksud pasal 116 huruf (b). memang
pasal tersebut tidak menyebutkan secara jelas bahwa suami
meninggalkan rumah dapat dijadikan sebagai alasan perceraian, akan
tetapi akibat dari suami meninggalkan rumah yaitu tidak memberikan
nafkah kepada isteri tersebut menyebabkan perselisihan yang terus
menerus (syiqoq) serta di dalam masalah ini suami mengucapkan
sighat taklik talak inilah yang menjadi penekanan majelis hakim dalam
memutuskan perkara tersebut.
B. SARAN
1. Perlunya sosialisasi dari para ulama tentang perkawinan kepada
anak remaja, bapak-bapak dan ibu-ibu dengan cara tausiyyahnya,
kultum ataupun metode ceramah yang diadakan di majelis taklim dan
tempat walimah dengan tujuan agar terbentuk keluarga yang sakinan
mawadah warahmah.
2. Sebaiknya pemerintah lebih gencar lagi dalam mensosialisasikan
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan kepada
warga negaranya melalui media massa dan mengadakan seminar-
seminar dilembaga-lembaga dan dilingkungan masyarakat, agar
67
masyarakat umum mengetahui betapa