11
AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 42 Analisis Pola Palmar dan Sudut ATD Pada Telapak Tangan Sebagai Alternatif Identifikasi Individu Siti Farha [email protected] Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Airlangga, Surabaya Abstrak Setiap individu memiliki keunikan masing-masing sehingga dapat terpisahkan dari individu lainnya. Salah satu keunikan dari setiap individu terdapat pada pola yang ada di telapak tangan. Pola tersebut terbentuk dengan bantuan poligen dan tidak dapat berubah paska kelahiran. Karya tulis ini bertujuan mengaplikasikan pengetahuan antropologi forensik dalam proses identifikasi dengan harapan dapat mengungkap ciri spesifik individu. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan antropologi forensik (dermatoglifi) dengan analisis kuantitatif. Sampel yang diambil yaitu cetakan telapak tangan bagian kanan. Penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel accidental dengan kuota 100 orang mahasiswa Universitas Airlangga Surabaya. Selanjutnya 100 cetakan tangan kanan tersebut akan dilakukan analisis dan pemberian kode pada setiap polanya. Kode palmar ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi. Analisis selanjutnya yakni mengkombinasikan pola palmar dan sudut ATD. Kombinasi analisis dari kode pola palmar dan sudut ATD hanya dilakukan pada sampel yang memiliki kode pola palmar yang sama. Hasil analisis menunjukan tidak ada persamaan kode palmar pada setiap anggota sampel, sehingga dapat disimpulkan bahwa akurasinya sebesar 100%. Kesimpulan akhir dari penelitian ini adalah analisis pola palmar dan sudut ATD dapat digunakan sebagai alternatif identifikasi karena keunikan individu juga tertuang dalam cetakan palmar. Kata kunci: Pola palmar, sudut ATD, identifikasi, sidik jari Abstract Each individual had their uniqueness that could be separated from other individuals. One of the uniqueness that was possessed by individuals could be found in their palm of the hand. The pattern was formed with the assistance of polygene and it could not be changed after the birth. The purpose of this research was to apply the knowledge of forensic anthropology that was expected to be able to reveal the specific characteristics of an individual. The approach which was applied was forensic anthropology approach (dermatoglifi) with quantitative analysis. The samples that were taken were the printing of right palm of the hand. This research used accidental sample method with 100 (a hundred) students of Airlangga University Surabaya. Furthermore, those 100 (a hundred) prints of the right hand would be analyzed and encoded for every pattern. The palmar code would be presented in the form of distribution table. The next analysis was to combine the palmar pattern and the ATD angle. The analysis of palmar pattern code and ATD angle would only be conducted to the samples that had the same palmar pattern code. The analysis demonstrated that there were not any similarities of the palmar code for each member of samples. As a result, it could be concluded that the accuracy rate was 100%. The final conclusion of this research was the analysis of palmar code and ATD angle was able to be applied as an alternative for identification due to the individual uniqueness was also contained in the palmar printing. Keywords: Palmar pattern, ATD angle, identification, fingerprint.

Analisis Pola Palmar dan Sudut ATD Pada Telapak Tangan ...journal.unair.ac.id/download-fullpapers-aun7b6b08b246full.pdf · Pada identifikasi dengan ... mutilasi biasanya memisahkan

  • Upload
    vodan

  • View
    229

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Analisis Pola Palmar dan Sudut ATD Pada Telapak Tangan ...journal.unair.ac.id/download-fullpapers-aun7b6b08b246full.pdf · Pada identifikasi dengan ... mutilasi biasanya memisahkan

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 42

Analisis Pola Palmar dan Sudut ATD Pada Telapak Tangan Sebagai

Alternatif Identifikasi Individu

Siti Farha

[email protected]

Departemen Antropologi, FISIP, Universitas Airlangga, Surabaya

Abstrak

Setiap individu memiliki keunikan masing-masing sehingga dapat terpisahkan dari individu

lainnya. Salah satu keunikan dari setiap individu terdapat pada pola yang ada di telapak tangan.

Pola tersebut terbentuk dengan bantuan poligen dan tidak dapat berubah paska kelahiran. Karya

tulis ini bertujuan mengaplikasikan pengetahuan antropologi forensik dalam proses identifikasi

dengan harapan dapat mengungkap ciri spesifik individu. Pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan antropologi forensik (dermatoglifi) dengan analisis kuantitatif. Sampel yang diambil

yaitu cetakan telapak tangan bagian kanan. Penelitian ini menggunakan metode pengambilan

sampel accidental dengan kuota 100 orang mahasiswa Universitas Airlangga Surabaya.

Selanjutnya 100 cetakan tangan kanan tersebut akan dilakukan analisis dan pemberian kode pada

setiap polanya. Kode palmar ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi. Analisis selanjutnya

yakni mengkombinasikan pola palmar dan sudut ATD. Kombinasi analisis dari kode pola palmar

dan sudut ATD hanya dilakukan pada sampel yang memiliki kode pola palmar yang sama. Hasil

analisis menunjukan tidak ada persamaan kode palmar pada setiap anggota sampel, sehingga

dapat disimpulkan bahwa akurasinya sebesar 100%. Kesimpulan akhir dari penelitian ini adalah

analisis pola palmar dan sudut ATD dapat digunakan sebagai alternatif identifikasi karena

keunikan individu juga tertuang dalam cetakan palmar.

Kata kunci: Pola palmar, sudut ATD, identifikasi, sidik jari

Abstract

Each individual had their uniqueness that could be separated from other individuals. One of the

uniqueness that was possessed by individuals could be found in their palm of the hand. The

pattern was formed with the assistance of polygene and it could not be changed after the birth.

The purpose of this research was to apply the knowledge of forensic anthropology that was

expected to be able to reveal the specific characteristics of an individual. The approach which

was applied was forensic anthropology approach (dermatoglifi) with quantitative analysis. The

samples that were taken were the printing of right palm of the hand. This research used

accidental sample method with 100 (a hundred) students of Airlangga University Surabaya.

Furthermore, those 100 (a hundred) prints of the right hand would be analyzed and encoded for

every pattern. The palmar code would be presented in the form of distribution table. The next

analysis was to combine the palmar pattern and the ATD angle. The analysis of palmar pattern

code and ATD angle would only be conducted to the samples that had the same palmar pattern

code. The analysis demonstrated that there were not any similarities of the palmar code for each

member of samples. As a result, it could be concluded that the accuracy rate was 100%. The final

conclusion of this research was the analysis of palmar code and ATD angle was able to be

applied as an alternative for identification due to the individual uniqueness was also contained in

the palmar printing.

Keywords: Palmar pattern, ATD angle, identification, fingerprint.

Page 2: Analisis Pola Palmar dan Sudut ATD Pada Telapak Tangan ...journal.unair.ac.id/download-fullpapers-aun7b6b08b246full.pdf · Pada identifikasi dengan ... mutilasi biasanya memisahkan

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 43

Pendahuluan

Forensik adalah ilmu pembuktian

ilmiah terhadap bukti-bukti yang

ditemukan di TKP sesuai dengan disiplin

ilmu masing-masing (Abdussalam &

Desasfuryanto, 2014). Beberapa istilah

terkait ilmu forensik antara lain kedokteran

forensik, fisika forensik, potografi

forensik, metallurgy ballistic of forensic,

antropologi forensik, dst. Pada penulisan

karya tulis ini penulis menjadikan konsep

antropologi forensik sebagai bahan acuan.

Antropologi forensik adalah salah satu

bidang forensik yang mengaplikasikan

konsep sains berdasarkan antropologi fisik

untuk mengidentifikasi sisa-sisa jasad

tubuh manusia (Purwanti, 2014) dengan

tujuan dapat mengungkapkan penyebab

kematian ataupun identitas dari individu

tersebut. Antropologi forensik fokus

terhadap karakteristik biologis populasi,

khusus untuk mengungkapkan keunikan

yang membuat seorang individu terpisah

dari individu lainnya. Antropologi forensik

menyangkut analisis rekonstruksi,

identifikasi dan perbandingan antara

postmortem dan antemortem.

Setiap individu memiliki

keunikan masing-masing sehingga dapat

terpisahkan dari individu lainnya.

Keunikan yang paling terlihat secara fisik

adalah pola yang ada pada area tangan,

baik pada bagian distal ataupun proksimal.

Lapisan kulit yang melapisi telapak tangan

dan telapak kaki memiliki pola yang

disebut dengan dermatoglifi (Iriane, et al.,

2003). Sidik jari adalah lekukan yang

ditimbulkan oleh garis-garis parallel yang

membentuk pola pada phalanx distal dan

palmar (Abdussalam & Desasfuryanto,

2014). Pola tersebut terbentuk pada saat

bayi masih berada di dalam kandungan.

Pola pada tangan atau sidik jari terbentuk

secara sempurna pada minggu ke-17 masa

kehamilan dan tidak akan berubah selama

hidup.

Penelitian terhadap palmar di

Indonesia merupakan hal yang baru,

padahal di luar Negara Indonesia

penelitian ini telah mulai dilakukan

puluhan tahun yang lalu. Penelitian yang

telah dilakukan pada palmar di Indonesia

kebanyakan hanya fokus pada besaran

sudut ATD. Penelitian Siburian (2011)

menyatakan bahwa tidak ada perbedaan

yang signifikan pada sudut ATD pasien

penderita diabetes dengan individu normal.

Penelitian lainnya terkait palmar dilakukan

terkait penderita sindrom down dan bibir

sumbing. Hingga saat ini penelitian

terhadap pola palmar di Indonesia belum

ditemukan. Pada karya tulis ini peneliti

melakukan penelitian terhadap pola palmar

dan besaran sudut ATD pada telapak

tangan sebagai alternatif bahan

identifikasi.

Pola palmar dapat menentukan

identitas secara pasti oleh karena sifat

Page 3: Analisis Pola Palmar dan Sudut ATD Pada Telapak Tangan ...journal.unair.ac.id/download-fullpapers-aun7b6b08b246full.pdf · Pada identifikasi dengan ... mutilasi biasanya memisahkan

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 44

kekhususannya yakni pada setiap orang

akan berbeda walaupun pada kasus kembar

satu telur (Idries & Tjiptomarnoto, 2013).

Sidik jari hanya akan rusak dikarenakan

trauma berat (Triwani, 2003) sehingga

pola tidak dapat terbentuk kembali.

Kelainan genetik juga dapat menyebabkan

pola sidik jari tidak pernah terbentuk pada

individu (Triwani, 2003). Hingga saat ini

analisis dermatoglifi masih menjadi

primary identificationyang digunakan oleh

DVI. Jika ditemukan barang bukti berupa

pola tangan yang dapat terbaca di TKP

maka barang bukti ini melebihi barang

bukti lainnya. Tujuan dari indentifikasi

pada palmar yakni agar tim identifikasi

tidak dapat memastikan identitas baik pada

korban maupun pelaku tidak pidana (Idries

& Tjiptomarnoto, 2013). Pada kasus lain

juga disebutkan bahwa pembunuh dengan

sengaja merusak phalanx distal agar

korban tidak dapat teridentifikasi, padahal

bagian palmar juga menyimpan keunikan

yang lebih besar dari pada phalanx distal

(Putri, et al., 2008).

Keterbatasan dari tangan adalah

cepat rusak atau membusuknya tubuh

manusia. Pola yang tercetak pada benda

mudah hilang. Pada identifikasi dengan

menggunakan pola palmar juga

dimungkinkan terjadi bias data, sehingga

data tidak akan terbaca. Keuntungan dari

palmar adalah kebanyakan pelaku ataupun

korban tidak menyadari bahwa pola

palmar akan tercetak dengan sendirinya

pada benda-benda yang tersentuh.

Identifikasi pada palmar dapat dilakukan

bila kondisi palmar tidak mengalami

kecacatan yang disebabkan oleh

pembusukan atau trauma. Palmar dapat

digunakan sebagai bahan identifikasi untuk

menentukan identitas korban ataupun

pelaku jika telah dilakukan perekaman

pada palmar sebelumnya.

Pembunuhan dengan disertai

mutilasi biasanya memisahkan bagian

tangan agar korban tidak mudah untuk

dikenali. Beberapa pelaku bahkan merusak

wilayah distal pada tangan. Orang-orang

tidak banyak mengetahui bahwa pola pada

palmar memiliki tingkat akurasi yang lebih

tinggi dibandingkan dengan phalanx distal

yang biasanya dipakai pada identifikasi.

Padahal rekam data terhadap narapidana

selama ini hanya dilakukan dengan metode

foto, rekam sidik jari, rekam kornea dan

data pribadi.

Latern print pada kasus

pembunuhan dapat ditemukan pada senjata

yang digunakan pelaku ataupun barang-

barang yang disentuh pelaku di TKP

(Abdussalam, 2014), oleh sebab itu

siapapun yang terlibat di TKP harus

meminimalkan menyentuh barang-barang

yang berada di TKP. Latern print adalah

cetakan pola yang tertinggal pada barang-

barang yang tersentuh di TKP. Latern

print yang ditemukan di tempat kejadian

Page 4: Analisis Pola Palmar dan Sudut ATD Pada Telapak Tangan ...journal.unair.ac.id/download-fullpapers-aun7b6b08b246full.pdf · Pada identifikasi dengan ... mutilasi biasanya memisahkan

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 45

perkara (TKP) dapat dicocokkan dengan

data palmar yang ada. Latern print yang

diambil dan dapat dicocokan dengan bank

data yang ada. Hal tersebut juga menjadi

landasan dasar pentingnya penelitian ini.

Metode Penelitian

Sampel yang diambil dalam

penelitian ini berjumlah 100 orang. Sampel

diambil dari mahasiswa aktif Universitas

Airlangga tahun 2013 dengan teknik

pengambilan sampel accidental. Cetakan

tangan yang diambil adalah telapak tangan

bagian kanan. Pada sebagian besar orang

tangan bagian kanan sering digunakan dari

pada tangan bagian kiri, oleh sebab itu

telapak tangan kanan lebih sering

digunakan menempel pada benda-benda.

Pada gambar 1 pola palmar

terbagi menjadi 13 area yang disimbolkan

dengan nomor 1-13. Field 1 terletak di

area thenar. Field 2 terletak di triradius

utama. Field 3, 4, 5 terletak pada area

hypothenar.Field 3 dimulai dari

perpanjangan triradius utama. Field 5

terletak pada three finger crease. Field 5’’

berada di bagian distal dari field 5. Field 5’

terletak di proximal field 5. Field 4

dimulai dari perpanjangan five finger

crease. Field 6, 8, 10, dan 12 berada di

bagian proksimal jari (dasar digital

arcalen). Field 7, 9, dan 11 berada

interdigitum IV, III, dan II. Field 13

berada pada alur terakhir pada dasar ibu

jari (distal dari thenar crease).

Interdigitum dilambangkan dengan angka

I-IV. Simbol tt merupakan satu-satunya

sudut triradius aksila yang berada di area

thenar. Sudut ini terletak tidak jauh dari

field 2.

Gambar 1 Analisis kode palmar

Sampel F

Page 5: Analisis Pola Palmar dan Sudut ATD Pada Telapak Tangan ...journal.unair.ac.id/download-fullpapers-aun7b6b08b246full.pdf · Pada identifikasi dengan ... mutilasi biasanya memisahkan

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 46

Triradius ulnaris juga tidak jauh

dari field 2, namun berada di wilayah

ulnar, dilambangkan dengan tu. Titik t’’’

berada dibagian proksimal three finger

crease. Titik t’ terletak pada bagiaan distal

dari area field 4. Titik t’’ terletak diantara

t’ dan t’’’. field 2 merupakan area triradius

utama yang dilambangkan dengan t2.

Garis khayal yang terbentuk dari

perpanjangan titik t2 merupakan garis

pemisah antara wilayah thenar dan

hypothenar. Metode yang digunakan

untuk menarik simpulan data adalah

metode kuantatif. Langkah pertama adalah

melakukan koding terhadap cetakan

palmar yang ada, selanjutnya akan

dilakukan analisis. Penulis melakukan

koding terhadap pola palmar. Kode palmar

yang memiliki kuantitas lebih dari satu

sampel, selanjutnya dilakukan

penghitungan terhadap besaran sudut

triradiusnya.

Proses pertama yakni

memberikan kode pada setiap pola palmar

dengan format kode pola palmar x.x.x.x.t.

Proses ini dilakukan terhadap format

gambar grayscale. Gambar 1 menunjukan

pola palmar yang telah dipertegas dengan

bantuan garis khayal dan titik-titik sudut

ATD. Semua sampel palmar akan

diberikan kode dengan aturan yang sama

dengan pemberian kode palmar pada

sampel Fxx. Tabel distribusi menampilkan

kode pola palmar hasil koding dari 100

cetakan palmar.

Kode pola palmar yang memiliki

kuantitas lebih dari satu orang selanjutnya

dilakukan pengukuran terhadap besaran

sudut triradius aksila. Format baru kode

palmar untuk pengukuran sudut triradius

aksila yakni kode pola palmar ditambah

dengan besaran sudut triradius aksila.

Format kode palmar tersebut adalah

x.x.x.x.t.tu.t

t.t’.t’’.t’’’. Pengukuran sudut

triradius aksila hanya dilakukan pada kode

palmar yang memiliki kuantitas lebih dari

satu sampel.

Hasil dan Pembahasan

Analisis yang pertama dilakukan adalah

analisis terhadap gambar dengan format

grayscale. Format gambar ini dipilih

karena dengan menggunakan format

gambar ini pola palmar terlihat lebih jelas.

Pada gambar ini dilakukan analisis

terhadap pola palmar, selanjutnya

dilakukan pemberian kode pada setiap

polanya dengan aturan yang telah

dijelaskan. Berdasarkan data yang telah

ada, berikut ini merupakan distribusi kode

pola palmar dari 100 orang sampel.

Page 6: Analisis Pola Palmar dan Sudut ATD Pada Telapak Tangan ...journal.unair.ac.id/download-fullpapers-aun7b6b08b246full.pdf · Pada identifikasi dengan ... mutilasi biasanya memisahkan

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 47

Tabel 1 Distribusi kode palmar

No. Kode Palmar Kode Sampel Kuantitas

1. 7.5.8.10.t CHxx 1

2. 7.5''.5''.8.t Hxx 1

3. 7.8.5.10.t CJxx 1

4. 7.10.8.9.t Sxx 1

5. 8.5''-7.5.10.t BCxy 1

6. 8.5''.7.5''.t CVxx, CBxy 2

7. 8.5''.7.6.t CKxy 1

8. 8.5''.7.7.t AIxy, Xxy 2

9. 8-5''.7.5'.10.t BRxx 1

10. 8.6(7).5''.10.t AMxy 1

11. 8.7.5''.5''.t Ixx 1

12. 8.7.5''.10.t Vxx, Jxy, BAxy, Cxy 4

13. 8.7.5'.10.t BNxy 1

14. 8.7.5.10.t BMxx, AZxx 2

15. 9.5''.7.8.t CGxy 1

16. 9.5''.8.7.t BJxy 1

17. 9.6.7.8.t Uxy 1

18. 9.6.8.7.t Gxx 1

19. 9.7.7.5.t Rxx 1

20. 9.7.8.9.t Yxy 1

21. 9-7.7.8.10.t CRxx 1

22. 9-7.8.5.10.t Dxy, Axy 2

23. 9-7.8.5''.5''.t BLxy 1

24. 9-7.8.5''.10.t AHxy 1

25. 9.7.10.8.t Pxy 1

26. 9.8.5''.7.t BZxx 1

27. 9.8-7.5''.5''.t AOxy 1

28. 10.5''.7.8.t BSxy 1

29. 10.5''.7(8).9.t BHxx 1

30. 10.5''.8.6.t CExy, BExx 2

31. 10.5''.8.7.t Zxx 1

32. 10.5''.8(9).7.t BPxy 1

33. 10.5''.9-6.8.t CTxx 1

34. 10.5''.9-7.8.t Oxy, Txy, APxy, BFxy, BOxx, ADxx 6

35. 10.6.7.8.t CAxy, Exx 2

36. 10.6.8.9.t BXxx 1

37. 10.6.9-7.8.t BBxx, BKxx 2

38. 10.7.8.9.t AExy 1

39. 10.8.5'.12.t Mxy 1

Page 7: Analisis Pola Palmar dan Sudut ATD Pada Telapak Tangan ...journal.unair.ac.id/download-fullpapers-aun7b6b08b246full.pdf · Pada identifikasi dengan ... mutilasi biasanya memisahkan

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 48

40. 10.8.5''.7.t Kxy, CMxy, BGxx, ASxy,AWxx, AUxx 6

41. 10.8.7.5''.t BCxx 1

42. 10.8.7.6.t CCxx 1

43. 10.9.7.8.t ARxx 1

44. 10.9-6.8.9.t ACxy 1

45. 10.9-7.7.8.t CPxx, ATxx, CFxx, Wxx 4

46. 10.9-7.8.9.t Nxx 1

47. 11.5''-7.9(10).8.t Fxx 1

48. 11.6.11-7.10.t COxx 1

49. 11-7.7.8.10.t ANxy 1

50. 11-7.7.10.8.t AKxx 1

51. 11-7.8.9.10.t AXxx 1

52. 11-7.8.10.7.t BYxy 1

53. 11-7.8.10.9.t CLxy 1

54. 11-7.10.7.8.t BIxx, CQxy, CNxy, BDxy 4

55. 11-7.10.8.7.t CIxy, AGxx, AVxy 3

56. 11-7.10.8.10.t CSxx 1

57. 11-7.10.9.7(8).t BVxx 1

58. 11-7.10.9.8.t Bxy, Qxx, BQxy, AJxx, ALxx, ABxy, CDxx,

CUxx, AAxx, BWxy, Lxx, BUxx, AQxx 13

59. 11.10-7.8.9.t BTxy, AYxx 2

60. 12.11-7.8.10.t AFxy 1

Modus dari data pada tabel 1

adalah 11-7.10.9.8.t. Kode pola palmar

tersebut merupakan kode dengan kuantitas

terbesar yang dapat ditemukan pada 13

orang sampel yakni dengan kode sampel

Bxy, Qxx, BQxy, AJxx, ALxx, ABxy, CDxx,

CUxx, AAxx, BWxy, Lxx, BUxx, dan AQxx.

Prosentase sampel yang memiliki kode

pola palmar dengan kuantitas satu orang

sebesar 44%, sedangkan 56% sampel

lainnya memiliki kode palmar yang sama

antara satu sampel dengan sampel lainnya.

Tabel 1 menjelaskan bahwa

terdapat 15 kode pola palmar yang

memiliki kuantitas lebih dari satu sampel.

Analisis besaran sudut triradius hanya

dilakukan pada 15 kode palmar yang

memiliki kuattitas lebih dari satu sampel.

15 kode pola palmar tersebut memiliki

kuantitas 56 orang sampel. Jadi, peneliti

melakukan analisis besaran sudut triradius

hanya pada 56 sampel dari total

keseluruhan 100 orang sampel.

Page 8: Analisis Pola Palmar dan Sudut ATD Pada Telapak Tangan ...journal.unair.ac.id/download-fullpapers-aun7b6b08b246full.pdf · Pada identifikasi dengan ... mutilasi biasanya memisahkan

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 49

Tabel 2 Distribusi kode pola palmar dan sudut ATD

No Kode Sampel Kode Palmar

1. CVxx 8.5’’.7.5’’.t.150.tt.120.80.85

2. CBxy 8.5’’.7.5’’.t.130.tt.130.85.90

3. AIxy 8.5’’.7.7.t.80.tt.70.120.90

4. Xxy 8.5’’.7.7.t.16.tt.100.95.130

5. Vxx 8.7.5’’.10.t.180.130.140.140.140

6. Jxy 8.7.5’’.10.t.85.120.80.90.80

7. BAxy 8.7.5’’.10.t.125.115.150.160.70

8. Cxy 8.7.5’’.10.t.130.140.130.110.80

9. BMxx 8.7.5.10.t.95.tt.80130.110

10. AZxx 8.7.5.10.t.115.150.130.135.115

11. Dxy 9-7.8.5.10.t.110.130.130.140.110

12. Axy 9-7.8.5.10.t.130.120.100.110.130

13. CExy 10.5’’.8.6.t.140.140.140.150.110

14. BExx 10.5’’.8.6.t.70.130.90.160.100

15. Oxy 10.5’’.9-7.8.t.80.150.120.140.85

16. Txy 10.5’’.9-7.8.t.110.tt.130.120.120

17. APxy 10.5’’.9-7.8.t.100.tt.120.140.120

18. BFxy 10.5’’.9-7.8.t.90.tt.110.80.110

19. BOxx 10.5’’.9-7.8.t.90.140.100.90.95

20. ADxx 10.5’’.9-7.8.t.105.150.130.100.90

21. CAxy 10.6.7.8.t.70.130.140.90.130

22. Exx 10.6.7.8.t.110.tt. 90.140.95

23. BBxx 10.6.9-7.8.t.110.tt.90.110.110

24. BKxx 10.6.9-7.8.t.90.tt.100.130.130

25. Kxy 10.8.5’’.7.t.90.140.70.50.50

26. CMxy 10.8.5’’.7.t.110.150.40.40.40

27. BGxx 10.8.5’’.7.t.80.150.50.85.60

28. ASxy 10.8.5’’.7.t.160.170.30.145.30

29. AWxx 10.8.5’’.7.t.150.tt.70.115.130.90

30. AUxx 10.8.5’’.7.t.120.tt.90.90.90.90

31. CPxx 10.9-7.7.8.t.90.tt.70.140.90

32. ATxx 10.9-7.7.8.t.75.145.90.80.100

33. CFxx 10.9-7.7.8.t.80.130.90.110.90

34. Wxx 10.9-7.7.8.t.80.140.80.70.70

35. BIxx 11-7.10.7.8.t.140.tt.175.100.130

36. CQxy 11-7.10.7.8.t.120.140.90.130.100

37. CNxy 11-7.10.7.8.t.100.tt.160.90.160

Page 9: Analisis Pola Palmar dan Sudut ATD Pada Telapak Tangan ...journal.unair.ac.id/download-fullpapers-aun7b6b08b246full.pdf · Pada identifikasi dengan ... mutilasi biasanya memisahkan

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 50

38. BDxy 11-7.10.7.8.t.95.130.90.140.170

39. CIxy 11-7.10.8.7.t.180.130.95.100.150

40. AGxx 11-7.10.8.7.t.160.tt.140.140.90

41. AVxy 11-7.10.8.7.t.130.150.100.120.180

42. Bxy 11-7.10.8.9.t.60.120.160.60.100

43. Qxx 11-7.10.9.8.t.130.140.120.130.100

44. BQxy 11-7.10.9.8.t.85.150.140.120.90

45. AJxx 11-7.10.9.8.t.150.150.160.105.95

46. ALxx 11-7.10.9.8.t.140.130.130.150.140

47. ABxy 11-7.10.9.8.t.130.150.100.90.90

48. CDxx 11-7.10.9.8.t.140.tt.150.130.140

49. CUxx 11-7.10.9.8.t.150.tt.150.60.110

50. AAxx 11-7.10.9.8.t.30.120.110.60.95

51. BWxy 11-7.10.9.8.t.85.120.110.120.110

52. Lxx 11-7.10.9.8.t.120.150.130.120.90

53. BUxx 11-7.10.9.8.t.110.120.90.120.120

54. AQxx 11-7.10.9.8.t.120.120.110.120.120

55. BTxy 11.10-7.8.9.t.60.tt.90.110.120

56. AYxx 11.10-7.8.9.t.80.tt.90.90.95

Tabel 2 merupakan tabel

distribusi dari kombinasi kode pola palmar

dan besaran sudut triradius. Tabel 2

menjelaskan bahwa tidak kode palmar

yang memiliki kuantitas lebih dari satu

sampel. Pada pemaparan sebelumnya

dijelaskan bahwa 15 kode palmar memiliki

kuantitas lebih dari satu sampel, maka

tabel 2 menjawab bahwa kode tersebut

tidak memiliki kesamaan setelah kode pola

palmar dikombinasikan dengan besaran

sudut triradius. Modus data dengan

anggota sampel Bxy, Qxx, BQxy, AJxx, ALxx,

ABxy, CDxx, CUxx, AAxx, BWxy, Lxx, BUxx,

dan AQxx juga terbukti memiliki kode

palmar yang berbeda. Besaran sudut

triradius menjadi pembeda antara kode

pola palmar yang sama.

Pada tabel 2 juga ditemukan kode

palmar yang hampir sama yakni kode

palmar pada sampel BUxx dan AQxx. BUxx

memiliki kode palmar 11-

7.10.9.8.t.110.120.90.120.120 sedangkan

AQxx memiliki kode palmar 11-

7.10.9.8.t.120.120.110.120.120. Kode

palmar tersebut hanya memiliki dua

perbedaan yakni pada titik tu (triradius

ulnaris) dan t’. besaran sudut triradius

ulnaris pada sampel BUxx adalah 110 dan

AQxx sebesar 120. Besaran sudut triradius

ulnaris mereka hanya berbeda 10. Pada

titik t’ besaran sudut kedua sampel ini

Page 10: Analisis Pola Palmar dan Sudut ATD Pada Telapak Tangan ...journal.unair.ac.id/download-fullpapers-aun7b6b08b246full.pdf · Pada identifikasi dengan ... mutilasi biasanya memisahkan

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 51

hanya memiliki selisih 30. Kedua sampel

ini juga memiliki kode pola palmar yang

sama.

Secara genetik setiap individu

terbukti memiliki perbedaan. Sidik jari

terbentuk dengan bantuan poligen,

sehingga pada kode palmar ini juga

terbukti setiap individu memiliki kode

palmarnya sendiri. Kombinasi dari kode

pola palmar dan besaran sudut triradius

pada telapak tangan dapat membuktikan

bahwa setiap individu itu berbeda.

Analisis ini memberikan simpulan

bahwa format kode palmar

x.x.x.x.t.tu.t

t.t’.t’’.t’’’ dapat dijadikan

alternatif bahan identifikasi. Analisis sidik

jari yang sampai saat ini menjadi bahan

identifikasi primer adalah ridge count pada

phalanx distal (Purwanti, 2014). Setiap

individu terbukti memiliki ridge count

yang berbeda. Oleh sebab itu analisis pola

palmar dan sudut ATD merupakan

alternatif identifikasi jika phalanx distal

tidak terbaca.

Simpulan

Penelitian ini menyimpulkan

bahwa analisis pola palmar dan sudut ATD

pada telapak tangan dapat dijadikan

alternatif identifikasi individu. Pada

penelitian ini terbukti bahwa kombinasi

kode palmar yang terdiri dari kode pola

palmar dan besaran sudut ATD memiliki

perbedaan pada setiap anggota sampel.

Perbedaan ini dapat menjadikan setiap

individu terpisah dari individu lainnya.

Saran

Penelitian mengenai pola palmar masih

jarang dilakukan. Penelitian ini dapat

dijadikan bahan rujukan dan informasi

tambahan bagi penelitian selanjutnya.

Penelitian pada area palmar ini belum

sempurna. Perlu adanya penelitian lebih

lanjut terkait pola palmar. Penelitian

selanjutnya dapat mengkombinasikan

antara pola palmar dan besaran sudut ATD

dengan ruang populasi yang lebih besar.

Penelitian selanjutnya dapat menjawab

kemungkinan peluang munculnya kode

palmar yang sama pada suatu populasi.

Daftar Pustaka

Abdussalam, (2014). Misteri kasus Ryan

pembunuhan berantai (pembahasan

dalam disiplin Sosiologi,

Criminology. Ilmu Hukum, Sosial

Ekonomi, Antropology, Psychology,

dan Ilmu Kepolisian). Jakarta: PTIK.

Abdussalam & Desasfuryanto, A., (2014).

Buku pintar forensik (pembuktian

ilmiah). Jakarta: PTIK Press.

Idries, A. M. & Tjiptomarnoto, A. L.,

(2013). Penerapan kedokteran

forensik dalam proses penyidikan.

Jakarta: Sagung seto.

Iriane, V. M., Sanjoto, P. & Loekito, R.

M., (2003). Perbedaan bentuk

lukisan sidik jari, ridge count, pola

Page 11: Analisis Pola Palmar dan Sudut ATD Pada Telapak Tangan ...journal.unair.ac.id/download-fullpapers-aun7b6b08b246full.pdf · Pada identifikasi dengan ... mutilasi biasanya memisahkan

AntroUnairdotNet, Vol.IV/No.1/Pebruari 2015, hal 52

palmar dan sudut A-T-D antara

orang tua anak sumbing dengan

orang tua anak normal di Timor

Tengah selatan, Nusa Tenggara

Timur. Majalah kedokteran

UNIBRAW, Volume xix, pp. 1-4.

Knussman, R., (1998). Anthropologie.

Handbuch der vergleichende des

menschen. Fischer Verlag: Stuttgart.

Purwanti, S. H., (2014). Ilmu kedokteran

forensik untuk kepentingan

penyidikan. Jakarta: Rayyana

Komunikasindo.

Putri, C. E., Hidayat, B. & Susatio, E.,

(2008). Identifikasi biometric sidik

jari dengan metode fractal. Jurnal

teknologi informasi DINAMIK,

Volume xiii, pp. 68-72.

Siburian, J., Anggraieni, E. & Hayati,

(2011). Analisis pola sidik jari

tangan dan jumlah sulur serta sudut

ATD penderita diabetes mellitus di

Rumah Sakit Umum Daerah Jambi..

Jurnal FKIP Universitas Jambi, pp.

12-17.

Triwani, (2003). Pemeriksaan dermatoglifi

sebagai alat identifikasi dan

diagnosis. Jurnal Fakultas

Kedokteran Universitas Sriwijaya,

pp.1-8.