Upload
doanxuyen
View
238
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Analisis Pola Distribusi Uap Bertekanan
Berdasarkan Konfigurasi dan Variasi Ukuran Orifice Silinder
Pada Rancangan Jendela Berpenutup Ganda
Disusun Oleh :
MEGA NOVITA SARI
M 0205038
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Sains Fisika
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA September, 2009
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini dibimbing oleh :
Dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 27 Oktober 2009
Anggota Tim Penguji :
1. Ahmad Marzuki S.Si., Ph.D
NIP. 19680508 199702 1 001 ( …………………….. )
2. Drs. Syamsurizal
NIP. 19561212 198803 1 001 ( …………………….. )
Disahkan oleh:
Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pembimbing I
Drs. Iwan Yahya, M.Si NIP. 19670730 199302 1 001
Pembimbing II
Ir. Ari Handono R, M.Sc, PhD NIP. 19610223 198601 1 001
...................................
Dekan F MIPA UNS
Prof. Drs. Sutarno, M.Sc., Ph.D NIP. 19600809 198612 1 001
Ketua Jurusan Fisika
Drs. Harjana, M. Si, PhD NIP. 19590725 198601 1 001
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “ Analisis
Pola Distribusi Uap Bertekanan Berdasarkan Konfigurasi dan Variasi Ukuran
Orifice Silinder Pada Rancangan Jendela Berpenutup Ganda”, belum pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga belum pernah ditulis atau dipublikasikan oleh
orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam
daftar pustaka.
Surakarta, 3 September 2009
Mega Novita Sari
iv
MOTTO
” Bismillahirrohmanirrohim”
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai dari sesuatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
urusan yang lain” (QS. Al Nasyrah: 6-7)
“ Hendaklah kamu menjadi umat yang mengajak pada kebaikan dan
mencegah pada kemungkaran” (QS. Ali ‘Imran : 104)
“Barangsiapa menghendaki kebahagiaan dunia dan akhirat, maka
kebahagiaan itu akan diperoleh dengan ilmu” (H.R. Ibnu Asakir)
Jika engkau berputus asa manakala kecemasan yang menggenggam
jiwa menimpa, Saat paling dekat dengan jalan keluar adalah ketika telah terbentur pada putus asa
(Ali IbnAbi Thalib)
Barangsiapa rajin bekerja maka beruntunglah dia. Dan barangsiapa yang dengan pekerjaannya tidak memberikan pengaruh berarti maka
sekali-kali tidak memberikan pengaruh pula kata-katanya (Hasan Al-Banna)
Optimislah, jangan berputus asa dan menyerah tanpa usaha,
Baiksangkalah kepada Robb, dan tunggulah segala kebaikan dan keindahan dari-Nya
(Laa Tahzan, ‘Aid al-Qarni)
v
PERSEMBAHAN
Dengan sepenuh kasih sayang, karya ini ku persembahkan untuk :
Papah Sarijon dan Ibu Sarinem tercinta
Adikku, Mbah Kung, Bu Lek, dan keluarga yang menyayangiku
Spiritku, dhe’ Henky dan Abang Iyan
Semua orang yang membantu dalam penyelesaian skripsiku
Teman-temanku dan adik-adikku semua
Pembaca yang budiman
vi
Analisis Pola Distribusi Uap Bertekanan Berdasarkan Konfigurasi dan Variasi
Ukuran Orifice Silinder Pada Rancangan Jendela Berpenutup Ganda
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola disribusi uap bertekanan
(steam) melalui orifice silinder dengan berbagai variasi ukuran dan konfigurasinya.
Orifice silinder yang digunakan berdiameter 1,6 mm; 2,02 mm; 2,95 mm; 3,47 mm;
4,76 mm dan 5,71 mm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar ukuran
orifice silinder semakin besar kelajuan alirnya serta semakin cepat waktu yang
digunakan untuk memenuhi permukaan jendela. Penelitian ini dilakukan dengan
rentang kelajuan alir dengan bilangan Reynold antara 5,300x105 sampai 1,288x106.
Uap bertekanan yang keluar melalui orifice silinder membentuk sudut semburan
yang tegak lurus sehingga pola yang dibentuk adalah menutup bagian di atas dari
orifice silinder yang terpasang. Konfigurasi penempatan orifice silinder juga
berpengaruh terhadap pola distribusinya. Laju penutupan permukaan jendela
ditentukan berdasarkan pola distribusi uap bertekanan.
Kata kunci : Pola Distribusi, Uap Bertekanan, Orifice Silinder
vii
Analysis of Steam Distribution Pattern Based On Configuration Form and
Variously Size of Cylindrical Orifice on Double Layer Camber
ABSTRACT
The objective goal of this experiment is to know about the pattern of steam
distribution through the use of cylindrical orifice with variously size and
configuration form. The diameter of cylindrical orifice that the used are 1,6 mm;
2,02 mm; 2,95 mm; 3,47 mm; 4,76mm and 5,71 mm. The results showed that the
larger size of cylindrical orifice become the flow rate is increase and the time used
to full the surface window faster. This research was conducted with a range of flow
rate with Reynolds numbers between 5.300 x 105 to 1.288 x 106. The steam that
came out through a cylindrical orifice made spray angle, and the spray is
perpendicular to that pattern formed on the closed section of cylindrical orifice
installed. Placement cylindrical orifice configuration also affects the pattern of
distribution. The rate of closure of the window is determined based on the
distribution pattern of steam.
Keyword : Distribution pattern, Steam, Cylindrical Orifice
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat
dan karunia-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya dan seluruh umatnya yang
senantiasa istiqomah mengikuti sunahnya hingga akhir zaman.
Merupakan nikmat yang besar bagi penulis, dapat menyelesaikan laporan
skripsi ini yang berjudul “Analisis Pola Distribusi Uap Bertekanan Berdasarkan
Konfigurasi dan Variasi Ukuran Orifice Silinder Pada Rancangan Jendela
Berpenutup Ganda”. Walaupun desain alat dalam penelitian ini sangat sederhana
namun dapat memberikan hasil berupa gambaran pola distribusi uap bertekanan
terhadap penggunaan orifice silinder. Agar hasil penelitian ini lebih bermanfaat bagi
masyarakat maka pada bagian akhir skripsi penulis telah merekomendasikan tentang
bagaimana bentuk pengembangannya ke depan.
Banyak pihak telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Kepadanya karenanya penulis mengucapkan terima kasih. Ucapan terima kasih
secara khusus karena jasa-jasanya yang sangat banyak kepada penulis akan penulis
berikan kepada:
1. Dekan F MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ketua jurusan fisika F MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Drs. Iwan Yahya, M.si., selaku pembimbing I yang dengan sabar
dan penuh kebijaksanaan telah memberikan, motivasi, ide, pengajaran
dan bimbingan kepada penulis.
4. Bapak Ir. Ari Handono R, M.Sc, P.hD selaku pembimbing II atas
segala masukkan dan bimbingannya selama ini.
5. Ibu Viska Inda Variani, M.Si. selaku pembimbing akademik. Terima
kasih atas perhatian dan pengarahan yang telah diberikan kepada
penulis dari awal masuk kuliah sampai lulus.
6. Semua dosen Fisika, terimakasih atas ilmu dan kesabarannya dalam
misinya memberikan yang terbaik kepada anak didiknya.
ix
7. Staff jurusan fisika : Mas David, mbak Dwi dan mbak Ning. Terima
kasih untuk semua hal.
8. Kedua Orang Tua, Bapak Sarijon dan Ibu Sarinem, karena kasih sayang
dan cintanya yang ikhlas mendidikku hingga sekarang.
9. Abang Iyan, dhe’ Henky, terimakasih atas segala motivasi, dukungan
dan bantuan serta do’anya.
10. Teman-teman angkatan 2005 yang telah banyak membantu, khususnya
Asthy Istika Anggarani (Mba Asthy) yang telah menjadi patner
pengerjaan penelitian ini, Mayang, Mutik, Marizka, Siti, Lean, Aris,
Rudi, Rais, terimakasih atas bantuannya.
11. Semua pihak yang telah membantu penulis sehingga laporan penelitian
ini dapat terselesaikan dengan baik.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang lebih baik atas kebaikan dan
bantuan yang telah engkau berikan. Dalam penyusunan laporan penelitian ini,
penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan baik dalam isi maupun
cara penyajian materi. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran guna
perbaikan di masa datang. Semoga laporan penelitian ini dapat memberi manfaat
bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, 3 September 2009
Penulis
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... ii HALAMAN PERNYATAAN................................................................... iii HALAMAN MOTO ............................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................. v HALAMAN ABSTRAK............................................................................ vi HALAMAN ABSTRACT.......................................................................... vii KATA PENGANTAR ............................................................................ ix DAFTAR ISI ......................................................................................... x DAFTAR TABEL .................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ............................................................ 2 1.3. Batasan Masalah ................................................................. 3 1.4. Tujuan Penelitian ............................................................... 3 1.5. Manfaat Penelitian ............................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 4 2.1. Steam ................................................................................ 4
2.1.1. Uap Bertekanan (Steam) .......................................... 4 2.2. Konsep Termodinamika ...................................................... 6
2.2.1. Diagram Fase Zat Murni ........................................... 6 2.2.2. Sistem Termodinamika ............................................. 7
2.3. Fluida ................................................................................ 8 2.3.1. Fluida Statis .............................................................. 8 2.3.2. Fluida Dinamis ......................................................... 9
2.3.2a Persamaan Kontinuitas Dan Bernoulli ................. 9 2.3.2b. Fluida Yang Mengalir Pada Orifice .................... 11
2.4. Kaca Dan Arsitektur .......................................................... 16 2.4.1. Defenisi Kata ............................................................ 16
xi
2.4.2. Aplikasi Kaca Pada Dinding Rumah ......................... 17 2.4.3. Rancangan Jendela Berpenutup Ganda ...................... 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................ 19 3.1. Metode Penelitian .............................................................. 19 3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................ 19 3.3. Alat dan Bahan Yang Digunakan ....................................... 19
3.4. Prosedur Penelitian ........................................................... 21 3.4.1. Diagram Alir Penelitian ............................................ 21
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ......................... 25 4.1. Pengukuran Tekanan Uap .................................................. 25 4.2. Konstruksi Instrumen ......................................................... 27
4.2.1. Pembuatan Saluran Uap ............................................ 27 4.2.2. Pembuatan Kontrol Uap ............................................ 30 4.3.3. Pembuatan Rancangan Jendela Berpenutup Ganda .... 32
4.3. Pengambilan Dan Pengolahan Data ................................... 33 4.3.1. Pengambilan Data ..................................................... 33 4.3.2. Pengolahan Data Gambar .......................................... 35 4.3.3. Pengolahan Data Pengukuran .................................... 38
4.4. Laju Penutupan Permukaan Jendela ................................... 40 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 43
5.1. Kesimpulan ....................................................................... 43 5.2. Saran ................................................................................. 44
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 45 LAMPIRAN – LAMPIRAN .................................................................. 48
xii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 4.1. Tabel Ukuran Orifice silinder Yang Digunakan ...................... 33
Tabel 4.2. Tabel Nilai kelajuan Air Volume Tiap Detik .......................... 35
Tabel 4.3. Tabel Nilai Kecepatan Alir pada pipa dan Orifice Silinder ...... 36
Tabel 4.4. Nilai Reynolds Dan Koofisien Discharge ................................ 37
Tabel A.1. Hasil Pengukuran Tekanan Uap Air ........................................ 48
Tabel C.1. Perhitungan Luas Penampang Orifice ..................................... 59
Tabel C.2. Perhitungan Kelajuan Alir Melalui Orifice Silinder ................. 59
Tabel C.3. Perhitungan Reynolds number Dan Koofisien Discharge ........ 60
Tabel C.4. Perhitungan Kecepatan Alir, Perbedaan Tekanan dan Kelajuan
Alir Massa ............................................................................. 61
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Diagram Fase Perubahan Wujud Zat Cair ....................... 5
Gambar 2.2. Kurva Steam Jenuh ......................................................... 5
Gambar 2.3. Diagram Perubahan Fase Cair-Gas Pada Zat ................... 6
Gambar 2.4. Diagram Perubahan Fase Suatu Zat Murni ...................... 7
Gambar 2.5. Aliran Fluida Melalui Pipa Venturi ................................. 10
Gambar 2.6. Aliran Fluida melaluiSmall Cylindrical Orifice ............... 11
Gambar 2.7. Jenis Aliran Fluida Berdasarkan Besarnya Reynold Number 14
Gambar 2.8. Jenis-jenis Orifice ........................................................... 16
Gambar 2.9. Rancangan Jendela Oleh Carl Bookbinder ...................... 18
Gambar 3.1. Set Up Alat penelitian ..................................................... 20
Gambar 3.2. Diagram Alir Tahap-tahap Penelitian .............................. 21
Gambar 4.1. Grafik Perubahan Tekanan Terhadap Kenaikan Temperatur 26
Gambar 4.2. Skema Set Up Alat Dengan Desain Mendatar.................. 28
Gambar 4.3. Skema Set Up Alat Dengan Desain Membentuk Elevasi . 29
Gambar 4.4. Skema Set Up Alat Dengan Desain Kombinasi ............... 29
Gambar 4.5. Desain Kontrol Uap ........................................................ 31
Gambar 4.6. Desain Double Layer Sampel Kaca Jendela .................... 33
Gambar 4.7. Skema Pengambilan Data dengan Kamera Video ............ 34
Gambar 4.8. Contoh Pola Distribusi Steam Pada Waktu Tertentu ........ 35
Gambar 4.9. Pengolahan Pola Distribusi Steam .................................. 36
Gambar 4.10. Pola Distribusi Steam Dengan Kotak-Kotak Skala ......... 41
Gambar 4.11. Grafik Laju Penutupan Permukaan Jendela .................... 41
Gambar A.1. Grafik Hubungan Tekanan Terhadap Perubahan Temperatur 49
Gambar B.1. Pola Distribusi Steam Pada Tiap-tiap Waktu................... 50
Gambar B.2. Pola Distribusi Steam Secara Utuh ................................. 53
Gambar B.3. Gambar Pola Distribusi Steam Pada Masing-masing Orifice
Silinder ......................................................................... 53
xiv
Gambar B.4a. Pola Distribusi Steam Terhadap Konfigurasi Orifice Silinder
Berada Di Tengah Rancangan Jendela ........................... 54
Gambar B.4b. Pola Distribusi Steam Terhadap Konfigurasi Orifice Silinder
Berada Di Bagian Kanan Rancangan Jendela ................ 54
Gambar D.1. Gambar Alat-alat Penelitian .......................................... 62
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A. Pengukuran Tekanan Uap ................................................... 48
Lampiran B. Gambar Pola Distribusi Uap Bertekanan ........................... 50
Lampiran C. Perhitungan Kelajuan Alir ................................................. 58
Lampiran D. Gambar Alat Penelitian ...................................................... 62
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Air merupakan jenis fluida yang dapat mengalami perahan fase. Bila air
dipanaskan, maka air menjadi mendidih. Pada tekanan atmosfir temperaturnya
mencapai 100°C. Jika temperaturnya terus dinaikan, air mendidih tersebut
menimbulkan steam (uap bertekanan) yang menyerupai asap mengepul. Jika
tekanannya bertambah, maka terjadi penambahan panas dan peningkatan temperatur
tanpa mengalami perahan fase (Spiraxsarco, 2006).
xvi
Steam telah banyak dimanfaatkan dalam proses industri dan hingga kini
merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Steam
merupakan salah satu perahan fase dari air (H2O), sehingga memiliki sifat-sifat
seperti fluida lainnya, misalnya dapat mengalir. Bila steam dialirkan pada sebuah
pipa dan diletakkan saluran pemicu, maka steam yang mengalir akan membentuk
pola distribusi steam yang memancar melalui pemicu tersebut. Pola distribusi ini
dapat diamati antara lain dengan menggunakan sebuah media berupa model jendela
berpenutup ganda.
Dalam bidang arsitektur, penelitian dan inovasi dengan menggunakan
model jendela berpenutup ganda telah dan sedang dikembangkan. Model jendela
berpenutup ganda digunakan untuk menciptakan sebuah bilik yang dapat membuat
kondisi di dalam bilik tetap stabil. Salah satu penelitian dengan model ini adalah US
Patent nomor 4390240 pada tahun 1983 oleh Carl Bookbinder. Dalam hal ini desain
jendela difungsikan sebagai cermin yang dapat digunakan untuk mengumpulkan
energi matahari yang diserap, desain yang dikembangkan yaitu model double layer
chamber (bilik) yang dialiri fluida akibat peningkatan tekanan air raksa pada
reservoir.
Sebuah hasil pengujian pendahuluan dan rancang bangun berbeda untuk
analisis distribusi uap bertekanan disajikan dalam laporan ini. Invensi Carl
Bookbinder mendasari penelitian ini, namun fluida yang dialirkan bukan air raksa
melainkan steam. Penggunaan steam dimanfaatkan karena lebih mudah untuk
didapatkan, lebih ekonomis, dan belum dimanfaatkan secara terintegrasi dalam
bidang arsitektur.
Adapun material kaca sudah tidak asing lagi karena telah banyak
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti sebagai jendela, atap dan pintu
(Hindarto, 2008). Rancangan jendela berpenutup ganda dapat memicu terjadinya
perbedaan temperatur di dalam bilik dan lingkungan di sekitarnya. Akibatnya
apabila steam dialirkan di dalam bilik maka dapat timbul titik-titik embun di
dalamnya, sehingga steam membuat kaca menjadi tampak lebih buram pada salah
satu sisinya. Fenomena inilah yang menjadi prinsip dalam penelitian.
xvii
Untuk kepentingan pengujian digunakan model bilik berbentuk persegi
dengan dinding berupa kaca. Pada celah diantara kedua dinding diletakkan pipa
untuk mengalirkan steam dan pada pipa diletakkan lubang pemicu (orifice),
sehingga steam dapat mengalir dan membentuk pola distribusi dan dapat diamati
pada kaca. Dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat diketahui besarnya
kelajuan alir dan pola distribusi steam dari berbagai konfigurasi dan variasi ukuran
orifice. Orifice yang digunakan berbentuk orifice silinder. Penelitian ini juga
dilakukan untuk menjaga agar steam tidak cepat mengalami kondensasi dan berubah
menjadi air kembali, selama terkungkung di dalam bilik.
1.2 Perumusan Masalah
Dari uraian di atas telah diketahui bahwa air dapat berubah fase jika
temperaturnya dinaikkan. Bila temperatur air dinaikkan hingga mencapai titik didih
maka menghasilkan uap yang disebut steam. Fase steam ini yang digunakan dalam
penelitian. Dari distribusi steam dapat diketahui suatu pola sebaran yang terbentuk
akibat adanya konfigurasi dan variasi ukuran lubang pemicu berbentuk silinder
(cylindrical orifice) yang terdapat pada saluran uap. Untuk mengetahui besarnya
kelajuan dan kecepatan alir perlu dilakukan pengukuran. Selain itu, uap yang
dihasilkan umumnya dalam jumlah yang banyak sehingga perlu adanya suatu alat
yang dapat mengkontrol uap berlebih, apabila uap telah terkontrol dengan baik
selanjutnya diperlukan cara agar uap yang terkungkung di dalam tetap dalam fase
steam dan tidak cepat mengalami perubahan fase.
1.3 Batasan Masalah
Permasalahan pada tugas akhir ini hanya dibatasi pada pengukuran kelajuan
alir, pola distribusi steam terhadap konfigurasi dan variasi ukuran orifice silinder
serta laju penutupan permukaan jendela berpenutup ganda. Pola ini berupa sebaran
uap yang terkungkung di dalam bilik dan menempel pada kaca.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah :
xviii
1. Menganalisa pola distribusi uap secara maksimal terhadap konfigurasi dan
variasi ukuran orifice silinder (lubang pemicu).
2. Menghitung kelajuan alir steam pada saat terjadinya pola sebaran steam
pada model kaca jendela berpenutup ganda.
1.5 Manfaat Penelitian
Dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat memanfaatkan steam
yang dialirkan melalui orifice yang menjadikan kaca tampak lebih buram pada salah
satu sisinya yang dapat digunakan sebagai inovasi arsitektur pada kaca jendela
rumah yang diaplikasikan sebagai pengganti dinding tembok seperti pada umumnya.
Penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut, dengan memanfaatkan energi
alternatif selain energi listrik untuk menghasilkan sejumlah energi yang digunakan
untuk membuat pemanas air yang dapat menghasilkan steam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Steam (Uap Bertekanan)
Sebuah molekul merupakan jumlah terkecil unsur atau senyawa, yang
masih memiliki semua sifat-sifat kimia bahan tersebut. Molekul tersusun dari
partikel yang lebih kecil yang disebut atom. Atom merupakan elemen dasar seperti
hidrogen dan oksigen. Kombinasi spesifik unsur atom tersebut membentuk senyawa.
Salah satu contoh senyawa yaitu H2O (air), senyawa ini memiliki molekul yang
tersusun dari dua atom hidrogen dan satu atom oksigen. Hampir seluruh mineral
dapat berada pada tiga keadaan fisiknya atau fasenya yaitu padat, cair dan uap.
Istilah es, air dan steam digunakan untuk menunjukan ketiga fase masing-masing.
Dalam es, molekul terkunci dan tersusun dalam pola struktur geometris
yang hanya dapat bergetar. Dalam fase padatnya, pergerakan molekul pada pola
geometris merupakan getaran posisi ikatan tengah di mana jarak molekulnya kurang
xix
dari satu diameter molekul. Penambahan panas secara terus menerus menyebabkan
getaran yang dapat mengakibatkan beberapa molekul akan terpisah dari tetangganya,
dan bahan padat mulai meleleh menjadi bentuk cair. Dalam fase cair, molekulnya
bergerak bebas, namun jaraknya masih kecil dari suatu diameter molekul karena
seringnya terjadi tarik-menarik dan tumbukan.
Pemanasan lebih lanjut menyebabkan eksitasi lebih besar dan sejumlah
molekul dengan energi yang cukup untuk meninggalkan fase cairan menjadi
meningkat. Dengan mempertimbangkan struktur molekul cairan dan uap, bahwa
densitas steam lebih kecil daripada air, sebab molekul uap bertekanan terpisah jauh
satu dengan yang lainya (Spiraxsarco,2006)
Analisis perubahan wujud pada es yang dipanaskan hingga menghasilkan
steam dapat dilakukan dengan pendekatan grafik berdasarkan persamaan transfer
panas selama terjadi perubahan fase (Alljabbar,2008), seperti disajikan dalam
Gambar (2.1).
Gambar 2.1. Diagram fase perubahan wujud zat cair
Sumber: (Alljabbar,2008)
Jika tekanannya tetap, penambahan panas tidak mengakibatkan kenaikan
temperatur, namun menyebabkan air membentuk steam jenuh. Temperatur air
mendidih dengan steam jenuh dalam sistem yang sama adalah sama, akan tetapi
energi panas persatuan massanya lebih besar pada steam.
xx
0
100
200
300
400
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Tem
pera
ture
( 0 C
)
Tekanan (Pa)
Steam Saturation curve
Pada tekanan atmosfir temperatur jenuhnya adalah 100°C. Tetapi, jika
tekanannya bertambah, maka akan terdapat penambahan lebih banyak panas yang
mengakibatkan peningkatan temperatur tanpa perubahan fase (Spiraxsarco,2006).
Hubungan antara temperatur jenuh dan tekanan dikenal sebagai kurva uap jenuh
yang disajikan pada Gambar (2.2).
Gambar 2.2 Kurva Uap Jenuh
Sumber: (Spiraxsarco,2006)
Air dan uap bertekanan dapat berada secara bersamaan pada berbagai
tekanan pada kurva ini, keduanya akan berada pada temperatur jenuh. Uap
bertekanan pada kondisi di atas kurva jenuh dikenal dengan superheated steam/ uap
bertekanan lewat jenuh.
2.2 KONSEP TERMODINAMIKA
2.2.1 Diagram Fase Zat Murni
Zat murni misalkan air dapat berwujud fase padat, cair, atau gas. Air
berubah fase menjadi gas pada temperatur sekitar 100 oC apabila tekanannya 1 atm.
Gambar (2.3) dibawah menunjukkan diagram perubahan fase padat-cair-gas pada
suatu zat, dengan koordinat tekanan dan temperatur (Halliday et.al,1993).
Dari sifat tersebut di atas dapat digambarkan diagram perubahan fase dari
suatu zat murni secara lengkap, yaitu pada semua lingkup keadaan zat murni
tersebut. Contoh diagram perubahan fase lengkap diperlihatkan pada Gambar (2.4a)
dengan koordinat P-v dan Gambar (2.4b) untuk koordinat T-v. Garis fase berbentuk
lengkungan tajam pada bagian atasnya, garis di sebelah kiri adalah garis liquid jenuh
xxi
dan garis di sebelah kanan adalah garis uap jenuh. Titik puncaknya merupakan titik
kritis, dimana di atas titik tersebut kondisi fase liquid dan gas bersamaan. Keadaan
titik kritis untuk zat murni air terjadi pada tekanan Pcr = 22,09 MPa, dan temperatur
Tcr = 374,14oC. Daerah di antara garis liquid jenuh dengan garis uap jenuh adalah
daerah terjadinya campuran antara fase cair dan fase gas.
Gambar 2.3 Diagram perubahan fasa cair – gas pada zat
(a) Koordinat P-v (b) Koordinat T-v
Gambar 2.4. Diagram perubahan fasa suatu zat murni Sumber: (Sujito,dkk., 2004)
Garis putus-putus pada Gambar (2.4a) menunjukkan lintasan proses
penguapan zat murni pada tekanan konstan P1 dan P2 (dengan P2 > P1). Garis a-b
menunjukkan pemanasan pada fase liquid sampai mencapai titik cair jenuh di b.
Sedang pada garis b-c terjadi proses penguapan yang terjadi pada temperatur
konstan dan tekanan konstan, dengan fasa diantara titik b dan titik c adalah kondisi
campuran antara liquid dan gas. Pada titik b adalah 100% liquid, sedang pada titik d
xxii
adalah 100% fase gas. Selanjutnya garis c-d menunjukkan pemanasan lanjutan dari
uap, sehingga kondisi uapnya disebut uap panas lanjut (superheated steam). Panas
yang dibutuhkan untuk pemanasan air pada garis a-b dan pemanasan uap pada garis
c-d disebut panas sensibel, sedang panas yang diperlukan untuk proses penguapan
pada garis b-c disebut panas laten. Terlihat pada Gambar (2.4) bahwa semakin tinggi
tekanan fluida (juga temperaturnya), semakin pendek garis penguapan (garis b-c
untuk tekanan P1) sehingga semakin kecil panas laten yang dibutuhkan. Garis putus-
putus pada Gambar (2.4b) adalah garis isothermis diagram penguapan dengan
koordinat T-v (Sudjito,dkk., 2004).
2.2.2 Sistem Thermodinamika
Terdapat dua jenis sistem termodinamika, yaitu sistem tertutup dan sistem
terbuka. Pada sistem tertutup yang melewati garis batas (boundary layer) hanyalah
aliran kalor dan kerja saja, sedangkan pada sistem terbuka, fluida kerja melintasi
batas dari sistem. Dalam analisis termodinamika pada sistem tertutup biasanya
digunakan massa atur (control mass) dan pada sistem terbuka digunakan volume
atur (control volume). Perubahan keadaan pada substansi kerja menunjukan proses
termodinamika. Pada sistem tertutup proses termodinamika disebut proses tanpa
aliran (non-flow processes), untuk proses sistem terbuka disebut proses dengan
aliran (Mitrakusuma,2004).
Energi dapat melintasi batas dari suatu sistem tertutup dalam dua bentuk
yang berbeda : panas (heat) dan kerja (work). Panas didefinisikan sebagai bentuk
energi yang dapat berpindah antara dua sistem (atau dari sistem ke lingkungan)
dengan sifat perbedaan temperatur. Dalam termodinamika panas diistilahkan dengan
transfer panas (heat transfer) (Sudjito,dkk.,2004). Kerja adalah suatu bentuk
interaksi antara sistem dan lingkungan. Kerja didefinisikan sebagai energi transfer
yang berhubungan dengan gaya yang menempuh sebuah jarak.
2. 3. FLUIDA
xxiii
Fluida didefinisikan sebagai zat yang dapat mengalir yaitu zat cair dan zat
gas (termasuk gas yang terionisasi atau plasma). Secara umum fluida dibedakan
menjadi 2 bagian yaitu fludia statis dan fluida dinamis.
2.3.1 Fluida Statis
Fluida statis salah satunya adalah membahas mengenai tekanan. Tekanan
didefinisikan sebagai gaya tekan suatu fluida pada satu satuan unit luas area. Secara
matematik tekanan P dirumuskan :
PdAdF (2.1)
dengan
dF : gaya yang dialami oleh elemen luas (N)
dA : elemen luas dari permukaan fluida (m2)
P : tekanan fluida (N/m2)
Secara mikroskopik gaya ini merupakan pertambahan momentum per
satuan waktu yang disebabkan oleh tumbukan molekul-molekul fluida di permukaan
tersebut. Satuan tekanan adalah Pa (Pascal), yang didefinisikan sebagai, 1 Pa = 1
N/m2. Dalam analisis termodinamika satuan tekanan umumnya digunakan kilopascal
(1 kPa = 103 Pa), atau megapascal (1 MPa = 106 Pa). Satuan tekanan yang cukup
dikenal adalah satuan bar (barometric), atau atm (standard atmosphere), sebagai
berikut : 1 bar = 105 Pa = 100kPa, 1 atm = 101. 325 Pa = 101,325 kPa = 1, 01325
bar (Sudjito, dkk.,2004).
2.3.2 Fluida Dinamis
Fluida dinamis adalah mempelajari fluida dalam keadaan bergerak. Fluida
dinamis membahas mengenai persamaan kontinuitas dan Bernoulli.
2.3.2.a Persamaan Kontinuitas dan Bernoulli
xxiv
Pada fluida dalam keadaan bergerak persamaan kontinuitas menyatakan
hubungan antara kecepatan fluida yang masuk pada suatu pipa terhadap kecepatan
fluida yang keluar. Hubungan tersebut dinyatakan (Halliday et.al,1993):
QAVAV 2211 (2.2)
dalam hal ini
Q : debit air yaitu jumlah volume cairan per satuan waktu (m3/s)
V1 : kecepatan fluida pada ujung 1 (m/s)
V2 : kecepatan fluida pada ujung 2 (m/s)
A1 : luas permukaan pada ujung 1 (m2)
A2 : luas permukaan pada ujung 2 (m2)
Persamaan kontinuitas tidak mempertimbangkan tekanan dan ketinggian
dari ujung-ujung pipa maka persamaan kontinuitas diperluas menjadi persamaan
Bernoulli (Tippler,1991).
22
2212
11 ..21..
21 hgVPhgVP (2.3)
dengan
P1 : tekanan pada ujung 1 (N/m2)
P2 : tekanan pada ujung 2 (N/m2)
V1 : kecepatan fluida pada ujung 1 (m/s)
V2 : kecepatan fluida pada ujung 2 (m/s)
h1 : tinggi ujung 1 (m)
h2 : tinggi ujung 2 (m)
: densitas atau massa jenis (kg/m3)
g : percepatan gravitasi (m/s2)
Sedangkan fluida yang mengalir pada pipa mendatar (h1=h2) sehingga
persamaan (2.3) dapat dituliskan menjadi :
xxv
)(21 2
12
221 VVPP (2.4)
atau Persamaan (2.4) dapat dituliskan dalam bentuk yang lain :
2
2
12
2 12 V
VVP (2.5)
Fluida yang mengalir pada pipa yang mengalami penyempitan penampang
atau dikenal dengan pipa Venturi seperti Gambar (2.5), kelajuan alirnya dihitung
dengan persamaan Bernoulli. Kelajuan alir ini dipengaruhi besarnya tekanan dan
luas penampang (Serway et. al.,2004)
.
Gambar 2.5. Aliran Fluida Melalui Pipa Venturi
Sumber: (Serway et. al.,2004)
2.3.2.b Fluida Yang Mengalir Melalui Orifice
Apabila fluida yang mengalir pada sebuah pipa mendatar yang telah diberi
lubang pemicu (orifice) seperti pada Gambar (2.6) pada prinsipnya adalah sama
degan fluida yang mengalir pada pipa Venturi. Orifice ini berpengaruh terhadap
penurunan tekanan akibat adanya perbedaan luas penampang.
Gambar 2.6. Aliran Fluida Melalui Small Cylindrical Orifice
Sumber : (LMNO Engineering,2002)
xxvi
2
1
2
212
1
)(2
AA
PPV
Maka laju aliran melalui orifice yang kecil seperti pada Gambar (2.6) di
atas adalah dengan cara mengukur tekanan differensial (P1–P2) yang melintasi
lempeng orifice. Kecepatan alir fluida melalui orifice dapat dihitung dengan
persamaan (LMNO Engineering,2002) :
(2.6)
Adapun jumlah massa yang mengalir melintasi sebuah orifice per satuan
waktu disebut mass flow rate (laju aliran massa) dan dinotasikan dengan Qm . Jika
fluida mengalir masuk dan keluar melalui pipa, massa yang masuk adalah
proporsional terhadap luas permukaan (A) dari pipa, densitas dan kecepatan dari
fluida. Laju aliran massa dapat dihitung dengan persamaan (2.7) (Allen,2006)
VAQm (2.7)
Untuk menghitung laju aliran massa melalui orifice silinder, kecepatan alir
yang digunakan adalah V2 (kecepatan alir pada orifice) dan luas penampang orifice
lebih kecil dari luas penampang pipa (A2 < A1), sehingga dengan substitusi
persamaan (2.6) pada persamaan (2.7) diperoleh persamaan kelajuan alir massa ideal
yang dapat dirumuskan (Allen,2006; Efunda,2009) :
2
1
2
2
1
2
AA
APQmideal (2.8)
dengan
Qmideal : laju aliran massa per satuan waktu (kg/s)
xxvii
P : perbedaan tekanan (N/m2)
: densitas atau massa jenis (kg/m3)
A1 : luas permukaan pipa (m2)
A2 : luas permukaan orifice (m2)
Persamaan (2.8) ini merupakan persamaan laju aliran massa fluida
taktermampatkan tanpa adaya nilai viskositas yang hilang (Allen,2006). Persamaan
ini juga disebut persamaan laju aliran secara teoritis yang menyatakan hubungan
antara laju aliran massa dengan penurunan tekanan pada alat ukur secara tidak
langsung. Dengan kondisi penampang yang berbeda, maka karakteristik aliran juga
berbeda sehingga dibutuhkan faktor koreksi untuk angka Reynold dan perbandingan
diameter dari alat ukur, yakni koefisien discharge (Cd) (Mahandari,2009), sehingga
persamaan (2.8) dapat dimodifikasi menjadi :
2
1
2
2
1
2
AA
APCdQmactual (2.9)
Untuk mempermudah dalam pernyataan persamaan yang digunakan,
terdapat parameter yang menyatakan perbandingan besarnya diameter orifice (D2)
dengan diameter pipa (D1), rasio diameter dinotasikan denan β dan dituliskan:
1
2
DD
, sehingga 2
1
24
AA
(2.10)
Parameter lain yang digunakan untuk mempermudah pernyataan persamaan laju
aliran yaitu faktor pendekatan kelajuan alir (K) dapat dinyatakan :
41
CdK (2.11)
xxviii
Dengan substitusi persamaan (2.11) pada persamaan laju aliran ideal (2.9)
maka diperoleh persamaan :
PKAQm ctuala 21 (2.12)
Faktor pendekatan kelajuan alir (K), koefisien discharge (Cd) dan
perbandingan diameter () merupakan parameter yang tidak berdimensi yang
digunakan untuk mempermudah pernyataan mengenai laju aliran (Efunda,2009).
Kecepatan alir volume (kapasitas) tiap detik dari suatu fluida juga dapat
dihitung dengan mengembangkan persamaan laju aliran massa terhadap jenis fluida.
Sehingga yang mempengaruhi kecepatan alir volume tiap detik adalah densitas dari
fluida yang mengalir. Kecepatan alir volume tiap detiknya dapat dituliskan dengan
persamaan (2.13) :
2
1
2
2
1
2
AA
APCdQa (2.13)
dalam hal ini
Qa : kecepatan alir volume tiap detik (m3/s)
Cd : koefisien discharge
: densitas atau massa jenis (kg/m3)
Untuk mengetahui sifat aliran fluida yang mengalir umumnya dinyatakan
dengan suatu parameter yang disebut Reynold number (angka Reynold). Reynolds
number (Re) ini merupakan parameter yang tidak berdimensi yang digunakan untuk
mengklasifikasikan jenis aliran fluida, Re dirumuskan (Allen,2006) :
DVRe (2.14)
xxix
Di mana merupakan nilai viskositas mutlak dari suatu fluida. Bila nilai Re
< 2000, maka aliran tersebut berupa aliran laminer, dan bila Re > 3000 aliran ini
bersifat turbulen, dan bila 2000 < Re < 3000 maka aliran ini bersifat transisi atau
tidak stabil (Djuhana,2006). Fluida bergerak melalui dengan laju aliran yang
meningkat mengakibatkan partikel bergerak dengan gerakan acak dan kompleks,
kecepatan gerakkan acak ini disebut kecepatan kritis. Gambar (2.7) di bawah ini
memperlihatkan jenis-jenis aliran fluida berdasarkan nilai Re.
(a) Aliran Laminer (b) Aliran Turbulen
Gambar 2.7. Jenis Aliran Fluida Berdasarkan Besarnya Reynolds Number
Sumber : (Djuhana,2006)
Aliran laminer terjadi apabila partikel-partikel fluida bergerak teratur
dengan membentuk garis lintasan kontinu dan tidak saling berpotongan, terjadi
apabila kecepatan aliran rendah, ukuran saluran sangat kecil dan mempunyai
kekentalan besar. Pada aliran turbulen, partikel-partikel bergerak tidak teratur dan
garis lintasannya saling berpotongan, terjadi apabila kecepatan aliran besar, saluran
besar dan zat cair mempunyai kekentalan kecil. Aliran transisi merupakan aliran
peralihan dari aliran laminer ke aliran turbulen (Ridwan,2008).
Nilai perbandingan diameter orifice terhadap diameter pipa (), dan angka
Reynold juga mempengaruhi besarnya koefisien discharge (Cd). Untuk menghitung
koefisien discharge (Cd) pada orifice pada posisi corner taps :
75.0
5.281.2
Re71.91184.00312.05959.0 Cd (2.15)
xxx
Dimana besarnya Cd menentukan besarnya laju aliran pada tiap-tiap bentuk
orifice. Cd juga merupakan ukuran bukaan (jet) suatu bentuk orifice. Koefisien
discharge ini juga merupakan rasio antara laju aliran aktual terhadap laju aliran ideal
(Septiadi, 2008).
Apabila sebuah aliran fluida yang telah diberi orifice, maka aliran tersebut
dapat menghasilkan sebuah pola tertentu, di mana pola ini dipengaruhi oleh jenis
atau bentuk serta ukurannya. Terdapat 3 jenis orifice yang umumnya digunakan
yaitu cylindrical orifice, cone orifice, dan juga streamline orifice. Pada orifice
sehingga pemasangan ini akan menimbulkan efek tertentu pada pola alirannya
(Begenir, et. al, 2003).
(a) (b) (c) (d)
Gambar 2.8. Jenis – jenis Orifice (a) Cone Up Orifice (b) Cone Down Orifice
(c) Cylindrical Orifice (d) Streamline Orifice
Sumber : (Wang, et. al,2007; Begenir, et. al,2003)
Dari berbagai macam jenis orifice yang digunakan seperti pada Gambar
(2.8) di atas maka akan dapat diketahui jenis aliran fluida yang mengalir padanya.
Untuk mengetahui termasuk dalam jenis aliran laminer, turbulen, atau transisi maka
dapat dihitung besarnya Re (Wang, et. al,2007).
Dari berbagai macam orifice yang telah dijelaskan sebelumnya maka
masing-masing orifice bila dilalui fluida dapat menghasilkan sudut semburan (spray
angle) yang berbeda-beda. Perbedaan spray angle ini dipengaruhi oleh besarnya luas
penampang dan juga jenis orifice. Dengan luas penampang orifice yang semakin
besar maka nilai Re juga semakin besar maka aliran fluida yang melaui orifice
menjadi bersifat turbulen. Sifat aliran ini mempengaruhi besarnya spray angle yang
dihasilkan dari orifice maupun nozzle (Tafreshi et. al,2003).
xxxi
2.4. KACA DAN ARSITEKTUR
Kaca merupakan material bangunan yang memungkinkan untuk melihat
objek yang berada dibaliknya, sehingga mata dapat melihat lebih jauh, meskipun
secara ruang terbatasi oleh kaca. Kaca dapat mengakomodir kebutuhan fungsional
seperti memasukkan cahaya, fungsi estetis, ekspresi bangunan dan lain-lain sehingga
penggunaannya menjadi sangat lazim dalam struktur bangunan modern
(Hindarto,2008).
2.4.1 Definisi Kaca
Dalam perspektif kajian material, kaca bersifat amorf, thermoplastic dan
dapat dibentuk pada temperatur di atas 2300 oF (1216 oC). Dalam keadaan cair, kaca
merupakan persenyawaan kimia, tetapi jika dibiarkan lama dalam keadaan cair,
maka beragam senyawa tersebut menghambur. Keadaan menghambur ini, disebut
dengan istilah membeku. Untuk mencegahnya, kaca harus melewati temperatur
kristalisasi secepat mungkin sehingga menjadi amorf, benda solid yang keras,
transparan, dan lembam kimiawi (Gusriharjo,1999).
Beberapa sifat-sifat kaca secara umum (Ladelta,2007)
a. Padatan amorf (short range order).
b. Tidak memiliki titik lebur yang pasti (ada range tertentu)
c. Mempunyai viskositas cukup tinggi (lebih besar dari 1012 Pa.s)
d. Transparan, tahan terhadap serangan kimia, kecuali hidrogen fluorida. Karena
itulah kaca banyak dipakai untuk peralatan laboratorium.
e. Efektif sebagai isolator.
f. Mampu menahan vakum tetapi rapuh terhadap benturan.
2.4.2 Aplikasi Kaca Pada Dinding Rumah
Karena sifatnya yang unik penggunaan kaca bervariasi antara lain sebagai
atap, dinding, lantai, jendela dan pintu serta anak tangga. Kaca memiliki berbagai
spesifikasi yang bervariasi sehingga mempermudah dalam penggunaannya untuk
berbagai keperluan.
xxxii
Penggunaan kaca untuk dinding misalnya, dapat memberikan keleluasaan
pandangan baik dari dalam ke luar maupun sebaliknya. Pada desain yang tepat guna,
keleluasaan pandangan ini dinilai sangat bermanfaat, misalnya antara ruang keluarga
dan taman, sehingga taman dapat dinikmati secara penuh dari dalam rumah
(Hindarto,2008)
Dinding kaca memberikan efek serupa cermin. Fungsinya bukan untuk
memantulkan bayangan ruang, namun lebih pada "meniadakan" batas antar ruang.
Kaca-kaca transparan berukuran besar dapat membawa suasana alami ke dalam
ruang. Dengan dinding transparan, batas antara ruang luar dan dalam seolah hilang
(Anissa,2009).
2.4.3. Rancangan Jendela Berpenutup Ganda
Dalam bidang arsitektur, penelitian dengan menggunakan rancangan
jendela berpenutup ganda telah dan sedang dikembangkan. Rancangan ini
menggunakan dua buah kaca yang diatur jaraknya sehingga terdapat celah antara
dua kaca yang disatukan tersebut atau rancangan ini sering disebut dengan double
layer chamber. Salah satu penelitian yang dilakukan dengan rancangan ini adalah
penelitian oleh Carl Bookbinder. Adapun desain dari invensi Carl Bookbinder
(1983) adalah seperti terlihat pada Gambar (2.9)
Gambar 2.9. Rancangan Jendela oleh Carl Bookbinder
Sumber: (US Patent No. 4390240,1983)
xxxiii
Invensi oleh Carl Bookbinder telah dipatenkan dan dipublikasikan dalam
paten Amerika nomor 4390240 pada tahun 1983. Penelitiannya menggunakan
desain jendela yang difungsikan sebagai cermin, yaitu dengan menggunakan dua
kaca yang didesain dengan model double layer chamber yang dialiri fluida yang
dihasilkan dari peningkatan air raksa pada reservoir sehingga air raksa dapat
membuat kaca berfungsi menjadi cermin, invensinya ini juga untuk menghasilkan
jendela yang mampu merefleksikan dan menyerap energi matahari secara maksimal.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
eksperimental. Adapun kegiatan dalam penelitian meliputi pengukuran tekanan
uap, konstruksi instrumen, pengambilan data, pengolahan data hasil pengamatan
dan pengukuran, pembuatan pola distribusi steam yang terbentuk.
Pengukuran tekanan uap dilakukan untuk mengetahui perbedaan
tekanan antara steam dengan tekanan air. Konstruksi instrumen meliputi
pembuatan saluran uap, pembuatan kontrol uap dan pembuatan rancangan
jendela berpenutup ganda. Pengukuran laju aliran uap melalui orifice silinder
dilakukan dengan penghitungan secara eksprimental dan perhitungan
menggunakan persamaan sesuai pada literatur yang terdapat pada pembahasan
sebelumnya.
xxxiv
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software GOM Player
yang digunakan untuk memotong (capture) hasil rekaman video pola distribusi
steam pada tiap-tiap waktu. Pembuatan pola distribusi steam dilakukan dengan
menggabungkan beberapa gambar hasil pengolahan data pada tiap-tiap waktu
yang telah didapatkan sebelumnya dengan menggunakan software Adobe
Photoshop CS3 Portable.
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bengkel Jurusan Fisika Fakultas
MIPA dan di Laboratorium Pusat MIPA Universitas Sebelas Maret mulai dari bulan
Maret 2009 sampai dengan bulan Juni 2009.
3.3 Alat dan Bahan Yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian antara lain: pemanas air
(heater) untuk menghasilkan steam, sampel kaca jendela sebagai media untuk
mengetahui pola distribusi steam, pipa aluminium untuk mengalirkan steam,
sponge (busa) dengan dua permukaan (halus dan kasar) untuk media penyaring
uap, kasa strimin untuk penyangga busa, kaleng bekas untuk menampung air
pada kontrol uap, karet polypropylene (PP) sebagai petutup heater dan kontrol
uap, kamera video SONY Cyber-shot tipe DSC – S730 dengan resolusi 7.2
megapixel untuk merekam video distribusi steam, perangkat komputer dengan
software GOM player dan Adobe Photoshop CS3 Portable, stopwatch, jangka
sorong, gelas ukur, pressure gauge dengan manometer untuk mengukur tekanan
xxxv
Mulai
Penyiapan alat dan bahan
Pengukuran tekanan uap
uap, thermometer, kayu tripleks untuk menyangga saluran uap, acrylic untuk
menyangga sampel kaca, klem paku, serta alat tulis
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain : air,
polimer untuk lem acrylic, bahan perekat, sillikon gel untuk merekatkan orifice
silinder pada pipa saluran uap, tissue untuk mebersihkan sisa uap yang terdapat pada
kaca jendela.
Adapun set up alat penelitian disajikan pada Gambar (3.1).
Gambar 3.1 Set up Alat Penelitian
Keterangan :
A : rancangan jendela berpenutup ganda (model bilik)
B : kayu tripleks penyangga saluran uap
C : kontrol uap
D : saluran uap dari pipa aluminium
E : heater (pemanas air)
3.4. Prosedur Penelitian
3.4.1. Diagram Alir penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap seperti disajikan dalam
diagram alir pada Gambar (3.2).
A
B
C
D
E
xxxvi
Gambar 3.2. Diagram alir tahap-tahap penelitian
Keterangan dari diagram alir tahap-tahap penelitian adalah sebagai berikut:
3.4.1a Penyiapan Alat
Penyiapan alat dalam penelitian meliputi pencarian serta pengumpulan alat
dan bahan yang akan digunakan dalam pembuatan alat penelitian. Alat yang
xxxvii
digunakan adalah pemanas air sebagai penghasil steam, pipa aluminium sebagai
saluran uap, kaca sebagai media untuk melihat pola distribusi steam, orifice silinder
berbagai ukuran, kamera video sebagai penangkap pola distribusi steam dan
beberapa alat dan bahan penunjang yang lain.
3.4.1b Pengukuran Tekanan Uap
Pengukuran tekanan uap dilakukan untuk mengetahui berapa besar tekanan
steam yang digunakan dalam penelitian ini. Alat yang digunakan untuk mengukur
tekanan steam ini adalah pressure gauge. Pengukuran tekanan steam digunakan
untuk mengetahui besarnya tekanan steam bila dibandingkan dengan tekanan air.
Pengukuran tekanan uap dilakukan pada saat air mulai mendidih pada pemanas air
hingga temperaturnya maksimum.
3.4.1c Konstruksi Instrumen
Konstruksi instrumen pada penelitian ini adalah pembuatan saluran uap,
pembuatan kontrol uap yang digunakan untuk mengkontrol jumlah uap berlebih dan
pembuatan rancangan jendela berpenutup ganda. Set up alat didesain sedemikian
sehingga steam yang mengalir tidak mengandung titik-titik air, karena dapat
berpengaruh terhadap pola distribusi steam yang dihasilkan menjadi tidak
maksimum. Pada rancangan jendela berpenutup ganda, bilik antara dua kaca
difungsikan untuk meletakkan pipa saluran uap, di mana pada pipa ini diletakkan
suatu orifice silinder untuk memicu pola distribusi steam.
3.4.1d Pengambilan Data Rekaman Video Pola Distribusi Steam
Pengambilan data berupa rekaman video pola distribusi steam yang melalui
orifice silinder. Pengambilan video ini dilakukan dengan menggunakan kamera
video SONY Cyber-shot tipe DSC – S730. Rekaman video ini digunakan untuk
mempermudah dalam mengetahui pola yang dibentuk. Waktu pengambilan rekaman
video adalah saat steam mulai mengalir pada orifice silinder hingga permukaan kaca
menjadi buram karena tertutup oleh steam.
xxxviii
3.4.1e Pengukuran Laju Secara Eksperimen
Pengukuran laju aliran secara eksperimen dilakukan dengan mengukur debit
air, yaitu dengan pengukuran perbedaan volume air sebelum dan sesudah dipanaskan
terhadap waktu yang digunakan steam pada saat memancar dari orifice silinder
hingga steam memenuhi bilik pada rancangan jendela berpenutup ganda secara
maksaimal.
3.4.1f Pengolahan Hasil Rekaman Video Dengan Software GOM Player
Pada kegiatan sebelumnya didapatkan hasil rekaman video distribusi steam,
untuk mempermudah melihat pola distribusi yang dibentuk pada waktu yang
dikehendaki digunakan software GOM Player. Software ini digunakan karena dapat
memutar video dan dapat memotong atau mengambil gambar pada waktu yang
dikehendaki, sehingga format video semula (AVI) berubah menjadi format gambar
(JPG). Gambar yang diperoleh dari pemotongan video adalah gambar pada waktu
yang dikehendaki.
3.4.1g Penghitungan Laju Aliran Secara Teoritis
Laju aliran steam yang melalui orifice silinder dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan matematis yang telah dibahas pada pembahasan
sebelumnya. Laju aliran ini disebut laju aliran secara teori, dan laju secara
eksperimen didapatkan dari pengukuran sebelumnya.
3.4.1h Pengolahan Data Gambar dengan Software Photoshop CS3 Portable
Setelah diperoleh gambar distribusi steam pada interval waktu tertentu,
selanjutnya gambar tersebut diolah dengan software Adobe Photoshop CS3 Portable
untuk memberikan warna pada pola distribusi steam pada waktu tertentu.
Pemberian warna pada gambar distribusi steam adalah untuk mempermudah dalam
mengetahui dan membedakan bentuk pola distribusi steam yang terjadi pada waktu
tertentu.
3.4.1i Pola Distribusi Steam Melalui Orifice Silinder
xxxix
Pola distribusi steam melalui orifice silinder merupakan gabungan dari
beberapa pola distribusi pada interval waktu tertentu. Adapun cara penggabungan
gambar pola distribusi adalah dengan cara menumpang-tindihkan semua gambar
pola distribusi steam yang terjadi menjadi satu kesatuan pola distribusi steam secara
utuh. Sehingga hasil akhir dari penggabungan gambar adalah sebuah pola distribusi
dari awal steam mulai memancar dari orifice silinder hingga steam memenuhi bilik
pada rancangan jendela berpenutup ganda.
3.4.1j Laju Penutupan Permukaan Jendela Maksimal
Laju penutupan permukaan jendela secara maksimal dapat diketahui dengan
cara menghitung luasan area distribusi steam pada tiap-tiap waktu. Luasan area
distribusi diketahui dengan cara menambahkan skala (grid) pada pola distribusi yang
terjadi. Dengan diketahui besarnya laju penutupan jendela secara maksimal maka
dapat diketahui ukuran orifice silinder dan konfigurasi yang tepat digunakan untuk
menghasilkan pola distribusi steam secara maksimal.
BAB IV
HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan untuk dapat mengetahui dan menganalisa pola
distribusi steam berdasarkan konfigurasi dan variasi ukuran orifice silinder pada
rancangan jendela berpenutup ganda. Orifice silinder digunakan untuk mengetahui
pola geomerti yang dibentuk dari sebaran steam yang melaluinya. Kegiatan dalam
penelitian meliputi pengukuran tekanan steam, konstruksi instrumen, pengambilan
data, pengolahan data hasil pengamatan dan pengukuran, pembuatan pola distribusi
steam serta laju penutupan permukaan jendela berpenutup ganda.
Orifice silinder yang digunakan terdiri dari berbagai ukuran. Pada penelitian
ini konfigurasi orifice silinder juga divariasikan untuk menghasilkan suatu pola
xl
distribusi steam yang berbeda. Adanya perbedaan ukuran ini dapat digunakan untuk
mengetahui perbedaan bentuk geometri dari distribusi steam, sedangkan
konfigurasinya digunakan untuk mengetahui perubahan efek geometris dari
distribusi steam tersebut.
Hasil penelitian ini berupa pola geometris dari distribusi steam yang melalui
sebuah orifice silinder. Distribusi steam ditentukan dari besarnya kelajuan alirannya
dan distribusi ini dapat mempengaruhi besarnya laju penutupan permukaan jendela
berpenutup ganda. Dengan pola geometris yang terbentuk dapat diketahui ukuran
dan konfigurasi orifice silinder yang tepat digunakan untuk menghasilkan pola
distribusi secara maksimal.
4.1 Pengukuran Tekanan Uap Bertekanan (Steam)
Dalam penelitian dilakukan pengukuran tekanan air pada temperatur ruang
dan tekanan steam. Alat yang digunakan yaitu pressure gauge. Pengukuran tekanan
dilakukan dengan memanaskan air sebanyak 8,00 x 10-4 m3 pada cawan pemanas
dengan kondisi cawan pemanas terbuka, karena pressure gauge yang digunakan
pada bagian tabung harus tercelup ke dalam air agar skala tekanan pada manometer
dapat terbaca. Pengukuran tekanan dilakukan pada temperatur ruang yaitu 28 0C
hingga mencapai temperatur 98 0C. Hasil pengukuran disajikan dalam Gambar (4.1).
1.000
1.025
1.050
1.075
1.100
1.125
1.150
1.175
1.200
1.225
1.250
20 30 40 50 60 70 80 90 100 110
P (T
ekan
an) d
alam
Kgf
/ cm
2
T (Temperatur) dalam 0C
xli
Dari grafik di atas tampak bahwa tekanan pada temperatur ruang atau 280C
adalah sebesar 1,040 Kgf/cm2. Setelah itu air dipanaskan hingga mencapai titik
didihnya pada temperatur 98 0C. Pada keadaan ini dihasilkan uap maksimal dan
tekanan yang terukur adalah 1,220 Kgf/cm2. Hasil pengukuran tekanan secara
lengkap disajikan dalam Lampiran 1.
Berdasarkan tren grafik di atas diketahui bahwa peningkatan tekanan
sebanding dengan kenaikkan temperatur. Bila temperaturnya dinaikkan maka
tekanan yang terbaca pada manometer juga bertambah. Namun bila temperatur air
telah mencapai titik didihnya, peningkatan temperatur dan tekanan tidak
mengakibatkan perubahan fase. Uap yang dihasilkan merupakan jenis steam.
Steam yang dihasilkan dari pemanas air digunakan dalam penelitian, dengan
mengalirkannya melalui saluran uap hingga mencapai kontrol uap dan air yang
mengalir bersama steam sebagian terjebak di dalam kontrol uap dan sebagian steam
mengalir kembali menuju segmen saluran uap berikutnnya hingga menuju rancangan
jendela berpenutup ganda, kemudian tersembur melalui orifice silinder. Semburan
tersebut akan memenuhi bilik dan membuat kaca tampak lebih buram. Semburan ini
membentuk pola geometris tertentu yang dihasilkan dari distribusi tersebut.
Tekanan uap terukur adalah tekanan uap dalam cawan yang masuk menuju
saluran berbentuk pipa. Sementara tekanan steam yang keluar dari semburan oleh
orifice silinder pada penelitian ini tidak dilakukan, karena dibutuhkan alat khusus
yang difungsikan untuk mengukur tekanan pada orifice dengan ukuran kecil. Namun
pada penelitian ini perbedaan tekanan steam pada pipa dan orifice silinder dapat
ditentukan dari pengukuran laju aliran dengan menggunakan persamaan Bernoulli
dan kontinuitas yang telah dijelaskan pada literatur. Selain itu pengukuran tekanan
uap juga digunakan untuk menentukan besarnya Reynold number guna mengetahui
jenis aliran yang dihasilkan.
4.2 Konstruksi Instrumen
Dalam penelitian ini telah berhasil dibuat sebuah alat yang dapat
digunakan untuk melihat pola distribusi steam yang melalui sebuah orifice
Gambar 4.1. Grafik Perubahan Tekanan Terhadap Kenaikan Temperatur
xlii
D
C
3 1
2
A
4 5
B
silinder. Pembuatan alat ini meliputi pembuatan saluran uap, pembuatan kontrol
uap, dan pembuatan rancangan jendela berpenutup ganda.
4.2.1 Pembuatan Saluran Uap
Saluran uap dalam penelitian ini meliputi segmen penghubung cawan
pemanas dengan kontrol uap dan segmen kontrol uap menuju bilik serta segmen
untuk pembuangan titik-titik air berlebih. Ketiga segmen saluran tersebut terbuat
dari bahan pipa aluminium berdiameter 9,246 x 10-3 m. Pipa aluminium digunakan
karena sifatnya yang tidak cepat mengalami korosi (pengkaratan) karena pipa ini
digunakan secara terus-menerus dan di dalamnya dialirkan steam, apabila pipa
berkarat maka dapat mempengaruhi laju aliran steam tersebut. Khusus pada pipa
aluminium yang terletak pada bilik terdapat lubang di permukaannya untuk
meletakan orifice silinder. Rancang bangun saluran uap sangat penting untuk
diperhatikan guna memastikan tidak terdapat titik air berlebih di dalam saluran uap
maupun bilik.
Desain pembuatan saluran ini mengalami beberapa kali perubahan. Pada
awalnya set up alat didesain mendatar seperti pada Gambar (4.2).
Gambar 4.2 Skema Set Up Alat dengan Desain Mendatar
xliii
Dari bentuk desain mendatar seperti pada Gambar (4.2) di atas, steam
dan uap air yang dihasilkan lebih cepat naik dan menuju ke saluran uap menjadi
tidak tertampung oleh pengontrol uap karena jumlahnya yang berlebih. Hal ini
mengakibatkan air dalam kontrol uap kembali mengalir pada segmen saluran uap
yang menuju ke dalam bilik, sehingga orifice silinder tidak hanya memancarkan
steam tetapi juga mengalirkan titik-titik air yang terbawa bersamanya. Oleh
karena itu di dalam bilik terdapat titik-titik air yang lebih banyak dan menempel
di permukaan kaca pada rancangan jendela. Karena itu desain mendatar ini perlu
Keterangan :
1. Pemanas air
2. Saluran uap
3. Kontrol uap
4. Kayu tripleks penyangga saluran uap
5. Rancangan Jendela berpenutup ganda
A. Saluran inlet kontrol uap
B. Saluran outlet kontrol uap
C. Orifice Silinder
D. Saluran pembuangan uap berlebih
xliv
D
C A
3 3 1
2 4 5
B
diubah dengan desain saluran uap yang membentuk elivasi sebagaimana
ditunjukkan dalam Gambar (4.3).
Gambar 4.3 Skema Set Up Alat dengan Desain Membentuk Elivasi.
Rancang bangun yang telah diperbaiki dapat mengalirkan uap dengan
fraksi titik-titik air yang lebih sedikit dari pada rancangan semula. Namun
demikian menyertakan dampak waktu untuk mencapai bilik menjadi lebih lama.
Hal ini dikarenakan, uap membutuhkan gaya dan tekanan yang lebih besar untuk
dapat mengalir dan naik melalui saluran ini. Adanya titik-titik air di dalam bilik
menyebabkan pola distribusi steam menjadi tidak maksimal. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut maka telah dikembangkan rancang bangun versi ketiga
xlv
D
B
A
2 4
3
1 5
C
sebagaimana tampak pada Gambar (4.4). Rancangan ini diberi nama rancangan
kombinasi.
Gambar 4.4 Skema Set Up Alat dengan Desain Kombinasi.
Rancang bangun kombinasi ini mampu mengurangi jumlah titik air
yang terbawa dan mengalir bersama steam. Kontrol uap juga dapat berfungsi
maksimal dalam mengkontrol steam yang mengalir. Sehingga rancang bangun
kombinasi digunakan dalam penelitian karena mampu membuat steam dan titik-
titik air yang memiliki tekanan dan gaya cukup yang mampu membuatnya naik
ke atas menuju saluran uap, kemudian gaya tersebut dilepaskan untuk masuk ke
dalam kontrol uap dan titik-titik air menjadi mudah turun dan masuk ke dalam
kontol uap. Di dalam kontrol uap, titik-titik air yang kembali naik terlebih dahulu
diserap oleh busa yang terdapat dalam konrtol uap dan sebagian titik air tersebut
dapat terkungkung di dasar kontrol uap sehingga hanya steam dengan tekanan
xlvi
2h h
2h
cukup yang mampu mengalir kembali pada saluran uap berikutnya. Oleh karena
itu rancang bangun versi ketiga ini mampu mendistribusikan steam secara
maksimal, dan pada permukaan kaca fraksi titik-titik air menjadi lebih sedikit
dibandingkan dengan kedua rancang bangun sebelumnya.
4.2.2. Pembuatan Kontrol Uap
Kontrol uap berfungsi sebagai tempat pengontrol jumlah uap berlebih yang
dihasilkan dari pemanas air, selain itu kontrol uap merupakan tempat yang
digunakan untuk menampung uap dan air yang mengalir dari segmen saluran uap
dari cawan pemanas dan mengalirkannya kembali menuju ke saluran uap berikutnya.
Kontrol uap terbuat dari kaleng bekas dan berdiameter 0,151 m yang telah dirancang
sedemikian sehingga mampu menampung air dan mengalirkan sebagian steam untuk
diteruskan menuju segmen saluran berikutnya. Pada kontrol uap ini terdiri dari dua
segmen saluran yaitu saluran masukkan (inlet) dan saluran keluaran (outlet). Salutan
inlet merupakan saluran yang menghubungkan cawan pemanas air menuju kontrol
uap, sedangkan saluran outlet menghubungkan kontrol uap dengan saluran uap yang
menuju bilik pada rancangan jendela berpenutup ganda.
Adapun rancang bangun kontrol uap mempengaruhi banyaknya air dan
steam yang mampu ditampung di dalamnya. Pada penelitian ini rancang bangun
kontrol uap mengalami beberapa perkembangan untuk mendapatkan kontrol uap
yang berfungsi secara maksimal. Rancang bangun kontrol uap tersebut dapat
disajikan seperti tampak pada Gambar (4.5).
xlvii
(a) (b) (c)
Gambar 4.5 Rancang Bangun Kontrol Uap
(a) Model Awal; (b) Model Kedua; (c) Model Akhir
Rancang bangun kontrol uap model awal seperti tampak pada Gambar
(4.5a), kontrol uap tersebut terbuat dari kaleng bekas yang mempunyai ukuran
ketinggian 0,10 m dan berdiameter 0,151 m dan pada bagian atas kaleng ditutup
menggunakan karet polypropylene yang berfungsi sebagai penutup kontrol uap
agar temperatur di sekitarnya tidak dapat mempengaruhi temperatur steam yang
berada di dalamnya. Pada kontrol uap terdapat dua saluran uap yang berfungsi
mengalirkan steam, posisi pipa inlet dan pipa outlet mempunyai kedalaman yang
sama di dalam kontrol uap. Di dalam kontrol uap terdapat kasa filter akuarium
yang dibuat berlapis, digunakan untuk menyerap air dan steam yang masuk ke
dalam kontrol uap. Model ini belum mampu menampung titik air dalam jumlah
banyak dan kasa filter tidak dapat menyerap titik air secara maksimal. Oleh
karena itu, model ini diganti dengan model kedua seperti terlihat pada Gambar
(4.5b).
Model kedua dari rancang bangun kontrol uap juga terbuat dari kaleng
bekas berdiameter 0,151 m dan tinggi kaleng yang digunakan tersebut dua kali
tinggi kaleng yang digunakan pada kontrol uap sebelumnya, sehingga ketinggian
kaleng bekas pada kontrol uap model kedua menjadi 0,20 m. Kotrol uap ini juga
xlviii
ditutup menggunakan karet polypropylene, di dalamnya tidak lagi menggunakan
kasa filter akuarium karena ketidakmampuannya menyerap air secara maksimal,
maka penggunaanya diganti dengan menggunakan busa (sponge) dengan
ketebalan 0,05 m. Busa ini terdiri dari dua lapisan permukaan yaitu lapisan
permukaan yang halus dan lapisan permukaan yang kasar. Fungsi busa adalah
untuk menyerap dan menyaring uap dan air yang masuk dan keluar. Agar
terdapat jarak antara busa dengan dasar kontrol uap digunakan penyangga berupa
kasa strimin. Jarak ini berfungsi sebagai tempat menampung air yang masuk.
Model ini juga belum berfungsi secara efektif dalam mengurangi jumlah air yang
keluar dari kontrol uap, hal ini disebabkan karena posisi saluran inlet dan outlet
mempunyai kedalaman yang sama.
Pengembangan dari model kedua dengan posisi saluran inlet dan outlet
yang berbeda ketinggiannya disajikan pada Gambar (4.5c), model ini dinamakan
model ketiga. Posisinya inlet dibuat lebih dalam dari pada posisi outlet-nya, hal
ini berfungsi untuk mengalirkan steam dan air secara langsung menuju bagian
dasar kontrol uap tanpa melalui dan terserap terlebih dahulu oleh sponge
penghalang. Sedangkan saluran outlet dibuat lebih dangkal dari bagian penutup
kontrol uap, agar air dari dasar kontrol uap tidak secara langsung naik akan tetapi
tersaring dan diserap oleh pori-pori pada busa tersebut, untuk kemudian dapat
mengalir menuju segmen saluran berikutnya. Hal ini terbukti bahwa jumlah air
setelah melalui kontrol uap model ketiga menjadi lebih sedikit, sehingga model
ini menjadi lebih efisien dibandingkan rancangan sebelumnya. Oleh karena itu
xlix
d
b
a
c
e
model ketiga dari rancang bangun kontrol uap yang digunakan dalam penelitian
ini.
4.2.3. Pembuatan Rancangan Jendela Berpenutup Ganda
Rancangan jendela berpenutup ganda sering disebut sebagai double layer
chamber, karena diantara dua kaca terdapat jarak yang merupakan bilik (chamber).
Kaca yang digunakan merupakan jenis kaca yang lazim digunakan sebagai kaca
jendela, kaca yang digunakan berbentuk persegi dengan ukuran sisi-sisinya yaitu
0,20 m x 0, 20 m dan ketebalan 5 x 10-3 m. Bilik yang terdapat pada rancangan ini
dihasilkan dari dua kaca yang direkatkan dengan menggunakan karet
polyprophyline. Bilik ini mampu membuat uap tidak dapat keluar dari rancangan
jendela, yang berakibat uap yang mengalir terkungkung di dalamnya.
Pada bagian bawah rancangan jendela diletakkan pipa saluran uap dengan
orifice silinder. Untuk menyangga rancangan jendela agar sampel kaca tetap tegak
digunakan acrylic di bagian depan, belakang dan bawah dari rancangan jendela
berpenutup ganda. Gambar (4.6) merupakan rancangan jendela berpenutup ganda.
Keterangan :
a : Kaca Transparan
b : Acrylic
c : Pipa Saluran Uap
d : Bilik
e : Orifice silinder
l
Gambar 4.6 Desain Double layer Sampel Kaca Jendela
4.3 Pengambilan dan Pengolahan Data
Pengambilan data penelitian meliputi dua jenis kegiatan antara lain
pengambilan data distribusi steam dan pengukuran kelajuan alirnya secara
eksperimen. Pengolahan data distribusi steam digunakan software GOM Player
dan diolah kembali menggunakan software Adobe Photoshop CS3 Portable
untuk menghasilkan suatu gambaran pola distribusi steam. Sedangkan data hasil
pengukuran yang diperoleh, dibandingkan dengan perhitungan sesuai dengan
literatur pada pembahasan sebelumnya.
4.3.1 Pengambilan Data
Data distribusi steam diperoleh dari rekaman video. Untuk mendapatkan
rekaman video distribusi steam digunakan kamera video SONY Cyber-shot tipe
DSC-S730. Penggunaan kamera video hanya untuk mempermudah melihat efek
dari pola distribusi steam yang dihasilkan setelah melalui orifice silinder.
Kamera ini diletakkan tepat di depan rancangan jendela berpenutup ganda untuk
dapat mengamati secara langsunng pola yang dibentuk dari distribusi steam.
Data rekaman video disesuaikan dengan waktu yang digunakan steam untuk
memenuhi bilik rancangan jendela penutup ganda ini. Dengan waktu rekaman
video ini dapat diamati pola distribusi yang terbentuk. Adapaun skema
pengambilan data rekaman video seperti yang tampak pada Gambar (4.7).
li
B A
Gambar 4.7 Skema Pengambilan Data dengan Kamera Video
Pengambilan data secara eksperimen dilakukan untuk mengetahui laju
alir volume tiap detiknya. Laju alir volume tiap detik ditentukan dengan cara
mengukur jumlah volume air sebelum dan sesudah dialirkan terhadap waktu
yang dibutuhkan steam untuk mengalir hingga memenuhi bilik.
Pada penelitian digunakan jenis orifice silinder yang bervariasi ukuran,
agar diketahui perbedaan kelajuan alir masing-masing orifice yang digunakan.
Orifice silinder yang digunakan terbuat dari bahan yang mudah didapatkan di
pasaran dan terbuat dari bahan plastik berbentuk pipa silinder. Ukuran orifice
silinder disajikan dalam Tabel (4.1).
Tabel 4.1 Tabel Ukuran Orifice Silinder yang Digunakan
Jenis Orifice Diameter Orifice (m)
Keterangan : A : Rancangan
jendela berpenutup ganda
B : Kamera video
lii
Orifice Silinder 1 1,60 x 10-3
Orifice Silinder 2 2,02 x 10-3
Orifice Silinder 3 2,95 x 10-3
Orifice Silinder 4 3,47 x 10-3
Orifice Silinder 5 4,76 x 10-3
Orifice Silinder 6 5,71 x 10-3
4.3.2 Pengolahan Data Gambar
Data hasil penelitian berupa rekaman video distribusi dan pengukuran
parameter-parameter yang digunakan untuk menghitung kelajuan alir steam.
Rekaman video merupakan rekaman distribusi steam dari keadaan mulai
mengalir hingga mencapai bilik dan steam dapat memenuhi permukaan kaca.
Untuk mengetahui pola distribusi steam, hasil rekaman video diolah dan diubah
dalam format penyajiannya, yaitu dari bentuk format video (AVI) menjadi
format gambar (JPG). Pengubahan format dari video ke gambar digunakan
software GOM Player. Dengan software ini distribusi steam tiap waktu dapat
disajikan dengan cara memotong dan mengambil (capture) video saat
ditampilkan, pengambilan gambar pada waktu tertentu sesuai yang dikehendaki.
Video tersebut dapat menghasilkan beberapa gambar yang menyajikan pola
distribusi steam pada masing-masing waktu tergantung banyaknya gambar yang
dipotong dan diambil sesuai dari banyaknya video saat capture.
Gambar yang diperoleh dari hasil capture merupakan pola distribusi
pada waktu capture yang telah dikehendaki. Pada penelitian ini waktu capture
liii
adalah setiap 5 detik pada saat steam mulai memancar hingga steam memenuhi
bilik dan menjadikan buram pada permukaan kaca. Contoh gambar distribusi
steam yang diperoleh dari proses capture disajikan seperti Gambar (4.8a).
Kemudian gambar steam yang memancar dari orifice silinder diberikan warna
untuk membedakan pola distribusi steam pada tiap-tiap waktu seperti terlihat
pada Gambar (4.8b).
(a) Pola distribusi hasil proses capture (b) Pola distribusi dengan warna
Gambar 4.8. Contoh pola distribusi steam pada waktu tertentu
Setelah semua gambar yang diperoleh diberikan warna untuk pola
distribusi, selanjutnya gambar-gambar tersebut digabungkan menjadi satu
gambar, dengan cara menumpang tindih antara gambar pola distribusi satu
dengan yang lainnya seperti pada Gambar (4.9a) hingga semua gambar distribusi
steam menjadi satu kesatuan gambar distribusi steam yang utuh. Proses
liv
penumpukan gambar ini dilakukan untuk lebih mudah dalam mengetahui bentuk
pola distribusi steam melalui orifice silinder. Penggabungan gambar diolah
dengan menggunakan software Adobe Photoshop CS3 Portable. Software ini
juga digunakan untuk mengubah warna semburan uap sehingga untuk
membedakan pola yang dibentuk tiap waktunya digunakan indeks warna. Pola
distribusi steam melalui orifice silinder secara utuh disajikan dalam Gambar
(4.9b).
(a) Penggabungan pola distribusi (b) Pola distribusi steam lengkap
Gambar 4.9. Pengolahan pola distribusi steam
Pola distribusi steam yang dibentuk masing-masing orifice silinder
dapat disajikan dalam gambar yang terdapat pada lampiran 2a. Dari gambar
lv
diketahui bahwa pola distribusi steam dipengaruhi oleh besarnya diameter orifice
silinder. Semakin besar diameter orifice maka pola yang dibentuk akan semakin
luas, dan waktu yang digunakan untuk memenuhi bilik menjadi semakin cepat.
Misalkan gambar pola distribusi untuk orifice silinder yang berdiameter 1,60 x
10-3 m, pola yang dibentuk tiap waktunya lebih rapat bila dibandingkan dengan
pola distribusi yang dibentuk dari orifice silinder dengan diameter 5,71 x 10-3 m,
sehingga dengan orifice silinder yang berdiameter 5,71 x 10-3 m permukaan
jendela yang tertutup steam membutuhkan waktu yang lebih sedikit bila
dibandingkan dengan yang lainnya.
Dengan menggunakan orifice silinder, sudut semburan yang dibentuk
(spray angle) adalah tegak lurus (900), karena steam yang memancar keluar
melalui orifice terdistribusi dan menutup daerah yang berada di atasnya.
Kemudian steam bergerak menjauhi arah semburan dan memenuhi bagian atas
dari bilik selanjutnya bergerak turun untuk memenuhi bagian di tepi dari
rancangan jendela ini. Daerah yang berada di sisi orifice silinder merupakan
daerah yang sulit dijangkau oleh distribusi steam, karena tertutup oleh
permukaan orifice silinder yang terpasang, sehingga pada penelitian ini hasil
yang didapatkan dari proses distribusi tidak mampu menghasilkan 100 % area
permukaan kaca terpenuhi oleh steam.
Adapun konfigurasi orifice silinder berpengaruh terhadap pola distribusi
steam yang terbentuk. Pola distribusi dengan adanya konfigurasi dapat disajikan
pada gambar yang terdapat pada lampiran 2b. Pada gambar yang disajikan, saat
orifice silinder pada konfigurasi di tengah saluran uap semburan yang dibentuk
lvi
steam bergerak lurus ke atas, kemudian setelah penuh steam didistibusikan ke
arah kanan dan kiri dengan sudut semburan (spray angle) yang tegak lurus,
namun saat orifice silinder diletakkan pada konfigurasi pada bilik bagian kanan
dari rancangan jendela berpenutup ganda diperoleh pola distribusi yang berbeda.
Sudut semburan yang keluar dari orifice silinder menjadi lebih besar, karena
steam yang terdistribusi menjangkau bagian bilik sebelah kiri. Dari pola
distribusi yang dihasilkan membuktikan bahwa konfigurasi orifice silinder
berpengaruh terhadap pendistribusian steam. Selain itu konfigurasi orifice juga
berpengaruh terhadap kecepatan distribusi steam, semakin dekat letak orifice
silinder dengan sisi kaca maka waktu yang digunakan juga semakin cepat.
Dengan adanya konfigurasi orifice silinder ini dapat diprediksikan bentuk pola
distribusi steam yang akan dihasilkan, sehingga konfigurasi ini sangat
bermanfaat untuk menentukan penempatan orifice untuk menghasilkan pola
distribusi sesuai dengan pola yang dikehendaki.
4.3.3 Pengolahan Data Pengukuran
Data hasil penelitian diperoleh antara lain : besarnya tekanan yang
masuk ke dalam pipa saluran uap, diameter orifice silinder dan pipa saluran,
volume air sebelum dan sesudah dipanaskan dan waktu yang dibutuhkan steam
untuk mengalir dari cawan pemanas hingga memenuhi bilik.
Besarnya volume dan waktu digunakan untuk menghitung nilai
kelajuan alir secara eksperimen yang digunakan untuk mengetahui perbedaan
tekanan uap. Secara matematis bila nilai perbedaan tekanan diperoleh, maka
kelajuan alir massa tiap detik dapat dihitung menggunakan persamaan yang telah
lvii
dijelaskan pada pembahasan sebelumnya. Besarnya kelajuan alir juga
dipengaruhi oleh besarnya diameter orifice silinder seperti disajikan dalam Tabel
(4.2).
Tabel 4.2 Tabel Nilai Kelajuan Alir Volume Tiap Detik
Diameter Orifice
(m)
Kelajuan Alir Volume
(Qv)
(m3/s)
1,60 x 10-3 1,869 x 10-07
2,02 x 10-3 2,614 x 10-07
2,95 x 10-3 4,598 x 10-07
3,47 x 10-3 6,579 x 10-07
4,76 x 10-3 1,250 x 10-06
5,71 x 10-3 1,622 x 10-06
Dari tabel di atas diketahui bahwa besarnya diameter adalah sebanding
dengan nilai kelajuan alir volume tiap detik. Dengan kata lain, steam yang keluar
dari orifice silinder berdiameter besar, lebih cepat memenuhi permukaan jendela.
Secara lengkap perhitungan kelajuan alir dapat dilihat dalam Tabel yang
terdapat pada lampiran 3.
lviii
Nilai kelajuan alir yang disajikan diatas, digunakan untuk mengetahui
besarnya kecepatan alir baik pada pipa maupun kecepatan alir yang melalui
orifice silinder. Besarnya kecepatan alir pada masing-masing orifice silinder
tampak pada Tabel (4.3).
Tabel 4.3 Tabel Nilai Kecepatan Alir pada Pipa dan Orifice Silinder
Diameter Orifice
(m)
Kecepatan Alir
pada Pipa (V1)
(m/s)
Kecepatan Alir pada
Orifice Silinder (V2)
(m/s)
1,60 x 10-3 2,785 x 10-3 9,30115 x 10-2
2,02 x 10-3 3,896 x 10-3 8,16199 x 10-2
2,95 x 10-3 6,850 x 10-3 6,73019 x 10-2
3,47 x 10-3 9,803 x 10-3 6,96030 x 10-2
4,76 x 10-3 1,863 x 10-2 7,0279 x 10-2
5,71 x 10-3 2,416 x 10-2 6,33589 x 10-2
Tabel di atas menunjukkan bahwa orifice silinder dapat mengakibatkan
kecepatan alir steam menjadi semakin cepat, oleh karena itu orifice silinder
berfungsi sebagai pemicu untuk menaikkan kecepatan alir. Semakin kecil ukuran
diameter orifice silinder yang digunakan maka semakin cepat orifice tersebut
lix
memicu steam yang mengalir melaluinya, karena tekanan yang dihasilkan dari
orifice silinder semakin besar.
Dari data yang diperoleh dapat dihitung nilai dari Reynold number (Re)
dan koefisien discharge (Cd). Kedua parameter berpengaruh terhadap distribusi
steam. Besarnya nilai Reynold number (Re) dan juga besarnya koefisien
discharge (Cd) disajikan pada Tabel (4.4). Nilai Reynold Number (Re) dan
koefisien discharge (Cd) merupakan suatu parameter yang tidak berdimensi,
namun besarnya nilainya berpengaruh terhadap distribus dan kelajuan alir steam.
Nilai Cd dipengaruhi oleh besarnya nilai Re. Sedangkan Re menunjukkan sifat
dari aliran distribusi steam. Dari tabel yang disajikan, dapat disimpulkan bahwa
jenis aliran steam pada penelitian ini termasuk jenis aliran turbulen, karena nilai
Re > 3000, atau aliran yang diakibatkan partikel-partikel yang bergerak bebas.
Tabel 4.4 Tabel Nilai Reynold Number (Re) dan Koefisien Discharge (Cd)
Diameter Orifice Reynold Number
(Re)
Koefisien Discharge
(Cd)
1,60 x 10-3 meter 5,300 x 105 5,96742 x 10-1
2,02 x 10-3 meter 5,872 x 105 5,97275 x 10-1
2,95 x 10-3 meter 7,071 x 105 5,98934 x 10-1
3,47 x 10-3 meter 8,601 x 105 6,00109 x 10-1
4,76 x 10-3 meter 1,191 x 106 6,03431 x 10-1
lx
5,71 x 10-3 meter 1,288 x 106 6,04996 x 10-1
4.4 Laju Penutupan Permukaan Jendela
Setelah diketahui gambar pola distribusi steam, maka dapat dihitung
besarnya laju penutupan permukaan jendela yaitu dengan cara menghitung
luasan daerah (area) bilik yang dipenuhi steam pada waktu tertentu. Untuk
menghitung luasan daerah digunakan bantuan skala (grid) untuk mempermudah
dalam menentukan berapa persen (%) steam yang terdistribusi. Grid atau skala
yang digunakan mempunyai ukuran 10 kolom x 10 baris sehingga total kotak
yang digunakan berjunlah 100, hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam
pernyataan luasan area yang dibentuk. Sehingga bila pola distribusi steam yang
memenuhi kotak berjumlah 10, maka area yang dibentuk dari pola tersebut
adalah 10 %. Penghitungan luas daerah yang terdistribusi dilakukaan secara
sederhana, dengan menghitung jumlah luasan warna pola distribusi yang
menempati daerah pada kotak–kotak skala dan dihitung secara manual. Bila
warna pola distribusi yang menempati satu kotak tersebut mencapai setengah
bagian atau lebih maka area tersebut dihitung memenuhi satu kotak, sedangkan
bila kurang dari itu warna yang mengisi kotak tersebut dianggap tidak ada.
Sehingga pernyataan luasan area dinyatakan dalam persen. Gambar (4.10)
memperlihatkan bentuk pola distribusi steam yang telah diberikan kotak-kotak
skala untuk mempermudah pernyataan luas area yang dipenuhi oleh pola
distribusi.
lxi
Grafik Laju Penutupan Permukaan Jendela
5101520253035404550556065707580859095
100
Luas
Per
muk
aan
Jend
ela
(%)
d=1,60mm
d=2,02mm
d=2,95mm
d=3,47mm
d=4,76mm
d=5,71mm
Gambar 4.10. Pola distribusi steam dengan kotak-kotak skala
Adapun laju penutupan permukaan jendela untuk masing-masing orifice silinder
dapat disajikan pada Gambar (4.11).
lxii
Gambar 4.11 Grafik Laju Penutupan Permukaan Jendela
Grafik di atas menunjukkan bahwa semakin besar diameter orifice
silinder maka pada waktu yang sama memiliki laju penutupan yang lebih besar.
Sehingga semakin cepat lajun penutupannya maka waktu yang dibutuhkan steam
untuk memenuhi bilik menjadi semakin cepat.
Dari pengamatan mengenai laju penutupan dan pola distribusi dapat
diketahui jenis orifice yang tepat untuk digunakan secara efisien dalam
menghasilkan pola distribusi yang maksimal. Selain faktor kelajuan, juga harus
diperhitungkan faktor kualitas steam, tidak hanya kuantitas dari penyebarannya.
Kualitas yang dimaksud adalah kualitas steam yang tidak mengandung titik air
yang mengakibatkan distribusi steam menjadi tidak maksimal. Semakin besar
lxiii
diameter orifice silinder titik air yang keluar bersama steam menjadi lebih
mudah. Apabila air yang keluar dari orifice cukup banyak maka pada jendela
terdapat titik air yang menyebabkan kaca tidak menjadi buram.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pola distribusi steam
dipengaruhi oleh bentuk, ukuran dan konfigurasi dari orifice yang digunakan.
Apabila steam dialirkan terus menerus ke dalam bilik, steam jumlahnya menjadi
berlebih yang berakibat steam mudah mengalami perubahan fase menjadi fase
cair, sehingga perubahan fase ini mengakibatkan di dalam bilik dipenuhi titik-
titik air dan dapat berpengaruh terhadap pola distribusi steam menjadi tidak
maksimal.
lxiv
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai distribusi uap bertekanan yang
dialirkan pada rancangan jendela berpenutup ganda dengan melalui sebuah
penghalang berupa orifice silinder dapat disimpulkan beberapa hal, antara lain :
1. Pola distribusi uap bertekanan bergantung pada bentuk, ukuran, serta
konfigurasi penempatan orifice silinder yang digunakan. Semakin besar
ukuran orifice yang digunakan, uap bertekanan yang keluar melaluinya juga
semakin banyak yang menyebabkan waktu yang digunakan untuk memenuhi
permukaan juga semakin cepat.
2. Besarnya nilai kelajuan alir volume (Qv) dan kecepatan alir pada orifice
silinder dipengaruhi ukuran serta konfigurasi dari orifice silinder. Semakin
besar dimeter orifice maka kelajuan alir volumenya juga semakin besar.
Karena semakin besar ukuran diameter, volume yang mengalir tiap detik
menjadi semakin banyak.
3. Koefisien discharge (Cd) dan Reynold number (Re) merupakan koefisien
tidak berdimensi. Nilai koefisien discharge (Cd) berpengaruh terhadap laju
aliran dan besarnya Reynold number dapat menentukan jenis aliran dari
fluida yang mengalir.
4. Pada penelitian diperoleh nilai koefisien discharge yaitu sebesar < 1. Cd
merupakan faktor koreksi untuk Reynold number perbandingan diameter dari
alat ukur, dan menyatakaan ukuran bukaan (jet) dari suatu orifice.
5. Reynold number dari aliran uap bertekanan adalah > 1 x 105. Dari nilai
tersebut dapat disimpulkan bahwa jenis aliran dari uap bertekanan melalui
orifice silinder tersebut adalah bersifat turbulen.
6. Laju penutupan permukanan jendela ditentukan dengan cara menghitung
luasan daerah (area) yang dipenuhi oleh uap bertekanan pada waktu tertentu.
Semakin besar diameter orifice silinder yang digunakan maka laju penutupan
permukaan jendela juga semakin cepat.
lxv
5.2 Saran
Untuk penelitian lebih lanjut mengenai pola distribusi uap bertekanan,
penulis menyarankan beberapa saran terkait penelitian ini :
1. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai bentuk konfigurasi yang tepat agar
tercipta distribusi uap bertekanan yang maksimum, misalnya dengan
mengkombinasikan jenis orifice silinder dengan jenis orifice yang lain dan
mengkonfigurasikannya.
2. Untuk mengetahui pengaruh adanya orifice terhadap distribusi tekanan pada
saluran uap, maka perlu adanya sensor tekanan yang diletakkan pada saluran
uap sebelum dan sesudah masuk ke dalam kontrol uap serta sensor tekanan
pada orifice yang digunakan.
3. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk mengukur kelajuan alir dari steam
dengan suatu alat yaitu orifice flowmeter, untuk mendapatkan hasil
pengukuran kelajuan lebih akurat.
Daftar Pustaka
Allen, J.S., 2006, Determining the mass flow rate of steam through an orifice, Diakses 14 Mei 2009, dari http://www.me.mtu.edu/~jstallen/courses/ MEEM3210 orifice_plate.pdf
Alljabbar, 2008, Kalor, Dunia Fisika wordpress.com, Diakses 18 Februari 2009, dari http://alljabbarwordpress.com/2008/03/23/kalor.htm
lxvi
Annisa, 2009, Aplikasi Kaca Pada Dinding Rumah, Kompas edisi 14 Januari 2009, Diakses pada 4 Februari 2009 dari http://www.kompas.com/ read/xml/2009/01/14/14284272/aplikasi.kaca.pada.dinding.rumah
Begenir, A., Tafreshi, H.V. and Pourdeyhimi, B. 2003. Effect of Nozzle Geometry on Hydroentangling Water Jets: Experimental Observations, Textile Research Journal, 74: 178–184
Bookbinder,Carl. 1983. Window Mirror. Philadelphia : United State Patent No. 4390240. Di akses dari http://www.freepatentsonline.com/window tanggal 11 Sepetember 2008
Caihua Wang, Xiangyu Jin and Shanyuan Wang. 2007. Effect of Nozzle Geometry on the Flow Dynamics of Hydroentangling Jet: Journal of Industrial Textiles 2007, 37: 79–89
Coki Prapti Mahandari, 2009, Pengukuran Aliran, Universitas Gunadarma, Diakses 10 Februari 2009, dari http://www.coki.staff.gunadarma.ac.id/ download/files/1223/Mekflu4.doc
Dede Djuhana, 2006, Fluida Statistik dan Dinamik, Kuliah Fisika Dasar Universitas Indonesia, Universitas Indonesia, Diakses 20 Mei 2009 dari http://elisa.ugm.ac.id/file/Ijoel_mipa/q9P7IhDj/kuliah-fluida.pdf
Efuda.2009. Orifice Flowmeter Calculator. Engineering Fundamental. Diakses dari http://www.efunda.com/formulae/fluids/orifice_floemeter.cfm pada tanggal 2 Februari 2009
Halliday,D., Resnick,R., Walker,J. 1993, Fundamental of Physics, John Wiley & Sons, Inc.
LMNO Engineering. 2002. Small Diameter Orifice Flow Meter Calculation for Liquid Flow. LMNO Engineering. Diakses pada 2 Februari 2009 dari http://www.lmnoeng.com/small_orifice.htm
Probo Hindarto, 2008, Penggunaan Kaca Untuk Rumah. Astudio.id Diakses tanggal 1 Februari 2009. http://www.astudio.id.or.id/artikel67-kaca-rumah-house-glass.htm
lxvii
Rahmat Gusriharjo, 1999, Kaca dan Arsitektur, Tinjauan Bangunan Masa Gothik dan Modern, Makalah AR – 406 Bahan Arsitektur, Jurusan Teknik Arsitektur, Institut Teknologi Bandung
Ridwan, 2008, Karakteristik Aliran Fluida, Kuliah Mekanika Fluida, Diakses 20 April 2009 dari http://www.ridwan.staff.gunadarma.ac.id/download/ file/karakteristik.aliran.doc
Searway, R.A., Jewett, J.W., 2004, Physics for Scientists and Engineers 6th Edition, Thomson Brooks Cole
Spiraxsarco, 2006, Chapter - Steam Distribution and Utilization ( Terjemahan), United Nations Environment Programme (UNEP), Diakses 11 September 2008, http://www.spiraxsarco.com/steam_distribution/steam.pdf
Sudjito, Saefudin Baedoewie, dan Agung Sugeng, 2003, Property Zat Murni Dan Karakteristik Gas Ideal, Jurusan Teknik Mesin Universitas Brawijaya, Diakses 22 Maret 2009, dari http://www.mesin.brawijaya.ac.id/ diktat_ajar/data/02_c_bab1n2_termo1.pdf
Tafreshi, H.V., Pourdeyhimi, B., Holmes, R. and Shiffler, D, 2003, Simulating and Characterizing Water Flows Inside Hydroentangling Orifices, Textile Research Journal, 73(3): 256–262
Tipler, A. Paul, 1999, Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid 1 Edisi ketiga (Terjemahan), Penerbit Erlangga, Jakarta
Viko Ladelta, 2007, Beberapa Fakta Seputar Kaca, Disadur dari Chemistry.org, Diakses 3 April 2009 dari http://www.ChemIsTry.Org/Situs_Kimia/ beberapa.fakta.seputar.kaca.htm
Wayan Nata Septiadi, 2008, Studi Eksperimental Orifice Flowmeter Dengan Variasi Tebal dan Posisi Pengukuran Beda Tekanan Aliran Melintasi Orifice Plate, Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CAKRAM, Vol.2 No.1, Juni 2008 : 01-08
lxviii
Windi Hermawan Mitrakusuma, 2004, Dasar Thermodinamika dan Perpindahan Panas, Diakses 21 Maret 2009, dari http://www.geocities.com/windyhm/ kuliah/Dasar Refrigerasi/B2 termodinamika_dan_perpindahan_panas.pdf