78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Oleh: HENDRIK MULYO. W H 1306011 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

ANALISIS PERMINTAAN BERAS

DI KABUPATEN KLATEN

SKRIPSI

Oleh:

HENDRIK MULYO. W

H 1306011

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

HALAMAN PENGESAHAN

ANALISIS PERMINTAAN BERAS

DI KABUPATEN KLATEN

Yang dipersiapkan dan disusun oleh:

Hendrik MulyoWidakda

H 1306011

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Pada tanggal: 2011

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat.

Susunan Dewan Penguji

Ketua

Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS NIP. 19570104 198003 2 001

Anggota I

Ir. Suprapto NIP. 19500612 198001 1 001

Anggota II

Dr. Ir. Sri Marwanti, MS NIP. 19590709 198303 2 001

Surakarta, 2011

Mengetahui,

Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian

Dekan

Prof. Dr. Ir. H.Suntoro, MS. NIP. 19551217 198203 1 003

Page 3: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, karunia, hidayah, serta kemudahan-Nya sehingga Penulis

dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan

lancar.

Skripsi yang berjudul Analisis Permintaan Beras Di Kabupaten Klaten ini

disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana

Pertanian di Fakultas Pertanian Univesitas Sebelas Maret Surakarta. Pelaksanaan

penelitian serta penyusunan skripsi ini dapat terlaksana dengan lancar berkat

dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS. selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Ir. Agustono, MSi selaku Ketua Jurusan Program Studi Sosial Ekonomi

Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

dan selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan ilmu, saran

dan masukan selama penyusunan skripsi ini dan selama masa perkuliahan

yang berharga bagi Penulis.

3. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP selaku Ketua Komisi Sarjana

Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Ibu Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS selaku Dosen Pembimbing Utama

yang selalu memberikan bimbingan, pengarahan, nasehat dan petunjuk selama

penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Ir. Suprapto selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang dengan sabar

selalu memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan dalam penyusunan

skripsi sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.

Page 4: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

7. Bapeda Kabupaten Klaten, Dinas Pertanian Kabupaten Klaten, Dinas

Ketahanan Pangan Kabupaten Klaten, Dinas Perindustrian dan Perdagangan

Kabupaten Klaten dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten.

8. Orangtuaku Bapak Mulyono SPd.Fis Ibu Sri Kamisih dan Adikku Devi

Marganingtyas terima kasih atas segala dukungan, semangat, nasehat dan doa

yang tiada pernah putus, serta cinta dan kasih sayang yang diberikan, sehingga

Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Semua teman-teman terimakasih atas support, saran dan kritik serta semua

bantuan yang telah diberikan pada Penulis. Semoga persahabatan ini terjaga

utuh selamanya, serta untuk Yeriana Sarasdewi Pramandya.SP terimakasih

karena selalu memberikan doa, semangat, dukungan, masukan dan kritikan

kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

10. Seluruh keluarga besar Agrobisnis angkatan 2006 yang tidak dapat penulis

sebutkan satu persatu. Terima kasih atas support dan kebersamaan yang telah

kita lalui selama kuliah dan dalam penyusunan skripsi ini merupakan

kenangan terindah dan tidak akan pernah terlupakan.

11. Semua pihak yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas

semua bantuannya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih

banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini

sangat diharapkan. Akhirnya, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Januari 2011

Penulis

Page 5: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii KATA PENGANTAR .................................................................................... iii DAFTAR ISI ................................................................................................... v DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... x RINGKASAN ................................................................................................... xi SUMMARY ....................................................................................................... xii I. PENDAHULUAN ………………………………………………………. 1

A. Latar Belakang ………………………………………………………. 1 B. Perumusan Masalah ………………………………………………… 4 C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………. 5 D. Kegunaan Penelitian ……………………………………………........ 5

II. LANDASAN TEORI………………………………………………......... 6

A. Penelitian Terdahulu ...........………………………………………….. 6 B. Tinjauan Pustaka …………………………………………………...... 7

1. Beras............................................................……………………… . 7 2. Pembudidayaan Padi..................................…………………… ….. 9 3. Harga……… ……………………………………………………… 10 4. Permintaan………………………………………………………… 11 5. Elastisitas………………………………………………………….. 14

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah………………………………… 18 1. Estimasi Fungsi Permintaan……………………………………….. 18 2. Elastisitas……………………………………………….................. 19

D. Hipotesis…………………………………………………………….. . 21 E. PembatasanMasalah…………………………………….…...……… .. 21 F. Asumsi…..……………………….……………………..…………….. 21 G. Definisi Operasional Variabel ………………..………………………. 21

III. METODE PENELITIAN ……………………………………………… 24

A. Metode Dasar Penelitian …………………………………………...... 24 B. Lokasi Penelitian……………………….…………………………….. 24 C. Jenis dan Sumber data………………………………………………… 24 D. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………… 25 E. Metode AnalisisData……………………………………………...….. 25

Page 6: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN .................................... 30 A. Keadaan Alam ..................................................................................... 30 B. Keadaan Penduduk .............................................................................. 34 C. Keadaan Sarana Perekonomian ........................................................... 37 D. Keadaan Umum Pertanian ................................................................... 38

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 42 A. Hasil Penelitian .................................................................................... 42

1. Permintaan Beras ........................................................................... 42 2. Harga Beras .................................................................................... 43 3. Harga Jagung............. ..................................................................... 45 4. Harga Telur .................................................................................... 46 5. Pendapatan Penduduk..................................................................... 48 6. Jumlah Penduduk ........................................................................... 50

B. Analisis Permintaan Beras Kabupaten Klaten ............................... 52 1. Estimasi Fungsi Permintaan ........................................................... 52 2. Pengujian Model ............................................................................ 52 3. Pengujian Asumsi Klasik ............................................................... 57 4. Elastisitas Permintaan .................................................................... 58

C. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................. 60 1. Harga Beras .................................................................................... 61 2. Harga Jagung............. ..................................................................... 62 3. Harga Telur .................................................................................... 62 4. Pendapatan Penduduk .................................................................... 63 5. Jumlah Penduduk............................................................................ 64

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 65 A. Kesimpulan .......................................................................................... 65 B. Saran..................................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 7: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di Kabupaten

Klaten tahun 2004-2008 ..........................................................

3

Tabel 2. Jumlah Produksi, Ketersediaan, Konsumsi dan Kelebihan

Beras di Kabupaten Klaten, 2004-2008 ..................................

3

Tabel 3. Interpretasi Elastisitas Pendapatan........................................... 17

Tabel 4. Interpretasi Elastisitas Silang .................................................. 17

Tabel 5. Jumlah Keseluruhan Konsumen untuk Pangan ……………... 24

Tabel.6

Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Klaten Tahun 2005-

2008…………………………………………………………..

33

Tabel 7. Perkembangan Penduduk Kabupaten Klaten Tahun 2004 –

2008………………………………………..............................

35

Tabel 8. Jumlah Penduduk di Kabupaten Klaten Menurut Umur dan

Jenis Kelamin pada Tahun 2008……………………………...

36

Tabel 9. Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten

Klaten Tahun 2003-2007………………………......................

37

Tabel 10. Banyaknya Pasar Menurut Jenis di Kabupaten Klaten Tahun

2008…………………………………………..........................

38

Tabel 11. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Pangan di

Kabupaten Klaten Tahun 2008……………………………….

39

Tabel 12. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi Sawah Tiap

Kecamatan di Kabupaten Klaten Tahun

2008…………………………………………………………..

40

Page 8: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

Tabel 13. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di Kabupaten

Klaten 2004-2008 ……………………………………………

41

Tabel 14. Perkembangan Permintaan Beras Di Kabupaten Klaten

Tahun 1993 – 2008…………………………………………... 42

Tabel 15.

Perkembnagan Harga Beras Di Kabupaten Klaten Tahun

1993 – 2008………………………………………….............

44

Tabel 16. Perkembnagan Harga Jagung Di Kabupaten Klaten Tahun

1993 – 2008………………………………..............................

45

Tabel 17. Perkembangan Harga Telur Di Kabupaten Klaten Tahun

1993-2008…………………………………………………….

47

Tabel 18. Perkembangan Pendapatan Perkapita Di Kabupaten Klaten

Tahun 1993-2008……………………….................................

49

Tabel 19. Perkembangan Jumlah Penduduk Di Kabupaten Klaten

Tahun 1993-2008…………………………………………….

50

Tabel 20. Banyaknya Penduduk yang Data dan Pindah di Kabupaten

Klaten tahun 2004-2008 …………………………………..

51

Tabel 21. Hasil Analisis Varian Variabel-Variabel Yang Berpengaruh

Terhadap Permintaan Beras Di Kabupaten

Klaten………………………………………………………...

53

Tabel 22. Hasil Analisis Uji-t Masing-Masing Variable

Bebas…………………………………………………………

54

Tabel 23. Nilai Standar Koefisien Regresi Variable-variabel yang

Berpengaruh Terhadap Permintaan Beras Di Kabupaten

Klaten………………………………………………………...

55

Table 24. Nilai Elastisitas Permintaan Beras Di Kabupaten

Klaten………………………………………………………...

59

Page 9: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1. Penentuan Harga Keseimbangan……….………….. 10

Gambar 2. Kurva Permintaan ………………………..……….. 13

Gambar 3. Pergeseran Kurva Permintaan …………………...... 13

Gambar 4. Efek permintaan ………….………….……………. 14

Gambar 5. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Permintaan

Beras di Kabupaten Klaten…………......................

20

Gambar 6. Grafik perkembangan harga beras di kabupaten

klaten tahun 1993-2008………………....................

43

Gambar 7. Grafik perkembangan harga beras di kabupaten

klaten tahun 1993-2008………………...................

45

Gambar 8. Grafik perkembangan harga jagung di kabupaten

klaten tahun 1993-2008………………....................

46

Gambar 9. Grafik perkembangan harga telur di kabupaten

klaten tahun 1993-2008………………....................

48

Gambar 10. Grafik perkembangan pendapatan penduduk

kabupaten klaten tahun 1993-2008………………...

50

Gambar 11. Grafik perkembangan jumlah penduduk di

kabupaten klaten 1993-2008……………………….

52

Page 10: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Data Penelitian .................................................................... 67

2. Analisis Regresi Permintaan Beras di Kabupaten Klaten ... 71

3. Peta Kabupaten Klaten ....................................................... 76

4. Surat Ijin Penelitian ............................................................ 77

Page 11: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

RINGKASAN

Hendrik Mulyo Widakda. H 1306011. 2010. “ Analisis Permintaan Beras Di Kabupaten Klaten”. Skripsi dengan bimbingan Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu MS dan Ir. Suprapto. Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tujuan penelitian untuk menganalisis dan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan beras dan tingkat kepekaan (elastisitas) permintaan beras di Kabupaten Klaten.

Metode dasar yang digunakan deskriptif analitis. Pengambilan lokasi penelitian secara purposive di Kabupaten Klaten. Data yang dianalisis merupakan data sekunder (time series) selama 16 tahun (1993-2008). Analisis data menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) dengan fungsi logaritma berganda, untuk memperoleh elastisitas permintaan. Hasil analisis data menggunakan metode regresi non linier berganda dengan model analisis statis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model analisis statis nilai R2 adjusted sebesar 0,999 yang berarti proporsi sumbangan variabel independent terhadap variabel dependent sebesar 99,9%, sedangkan sisanya sebesar 0,1% dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian seperti selera, cita rasa dan preferensi konsumen. Berdasarkan uji F variabel harga beras, harga jagung, harga telur, pendapatan penduduk, dan jumlah penduduk secara bersama berpengaruh nyata terhadap permintaan beras. Berdasarkan uji t variabel harga beras, harga jagung dan jumlah penduduk berpengaruh signifikan terhadap permintaan beras pada tingkat kepercayaan 99%, sedangkan harga telur berpengaruh signifikan terhadap permintaan beras pada tingkat kepercayaan 90%. Variabel yang dispesifikasi dalam model dan tidak berpengaruh terhadap permintaan beras di Kabupaten Klaten adalah pendapatan penduduk. Elastisitas permintaan untuk model statis berdasarkan elastisitas harga, harga beras bersifat inelastis. Berdasarkan elastisitas silang, harga jagung dan harga telur bersifat inelastis. Berdasarkan elastisitas pendapatan, pendapatan penduduk bersifat inelastis.

Page 12: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

SUMMARY

Hendrik Mulyo Widakda. H 1306011. 2010. “The Analysis of The Demand of in Klaten Regency”. Thesis. The Advisors: Prof. Dr. Ir. Endang Siti Rahayu MS dan Ir. Suprapto. Agriculture Faculty, Sebelas Maret University.

This research is aimed at analyzing and identifying some factors which influence the demand of rice and elasticity level of it in Klaten regency.

The basic method used in this research is analytical description. The location is taken purposively in Klaten regency. The data which analyzed is secondary data (time series) during 16 years (1993-2008). The data is analyzed by OLS (Ordinary Least Square) by using the function of double logarithm in order to know the elasticity of demand. The result of data analysis uses double non linier regression method by statistical analysis model.

The result of this research shows that this statistical analysis model by the total of R2 adjusted is 0,999. It means that the contribution of independent variable towards dependent variable is 99.9%, while the rest of it, 0.1%, is showed by other variables such as taste and customers’ preferences. Based on F test, the variables of rice price, corn price, egg price, the income, and the total of inhabitants actually influence to the demand of rice. Based on t test, the variables of rice price, corn price and the total of inhabitants actually influence towards the demand of rice by the amount of 99%, while the egg price actually influences the demand of rice by the amount of 90%. The specified variables in a model and giving no influence to the demand of rice in Klaten regency is the income of inhabitants. Demand elasticity of statistical model based on price elasticity, the price of rice is inelastic. Based on the intersecting elasticity, the price of corn and the egg of corn is inelastic. Based on the income of inhabitants is inelastic.

Page 13: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertanian tanaman pangan dalam pembangunan pertanian

mempunyai peran yang strategis, salah satu indikatornya adalah sebagai

penghasil makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Peran ini

tidak dapat digantikan secara sempurna oleh sub sektor pertanian

lainnya. Ketahanan pangan merupakan prasyarat utama bagi ketahanan

politik dan ketahanan ekonomi, apalagi dihubungkan dengan kondisi

perekonomian global maupun nasional yang tidak stabil. Ketahanan

pangan yang paling mantap dapat dicapai melalui pencapaian

swasembada pangan dimana langkah yang paling tepat adalah dengan

meningkatkan produksi pangan nasional.

Peranan sektor pertanian yang tangguh seperti yang diharapkan

dalam proses pembangunan, sedikitnya mencakup empat aspek:

Pertama, kemampuannya dalam menyediakan pangan bagi rakyat.

Kedua, memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat. Ketiga,

menghemat dan menghimpun devisa dan yang keempat, sebagai dasar

yang memberikan dukungan terhadap sektor yang lain (Laksono, 2002).

Salah satu komoditas tanaman pangan yang memiliki posisi

paling penting dalam pembangunan pertanian adalah beras. Beras adalah

bahan makanan pokok yang dikonsumsi oleh hampir 90% penduduk

Indonesia. Beras mengandung nilai gizi lebih baik dibandingkan dengan

makanan pokok lainnya. Setiap 100 gr beras giling mengandung energi

360 KKal dan menghasilkan 6 gr protein. Hal ini bisa dibandingkan

dengan bahan makanan lain seperti jagung kuning yang mengandung

307 KKal dan 7,9 gr protein ataupun singkong yang mengandung 146

KKal dan 1,2 gr protein. Oleh karena itu, komoditas beras dapat

dipergunakan untuk memperbaiki gizi masyarakat yang umumnya masih

kekurangan energi dan protein (Amang, 2002).

1

Page 14: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Selama 30 tahun terakhir, Indonesia selalu menjadi negara net

importir beras, yaitu negara yang mencukupi kekurangan kebutuhan

akan beras dengan cara mengimpor dari negara lain. Pertumbuhan

konsumsi beras terutama disebabkan karena pertumbuhan penduduk dan

pertumbuhan konsumsi per kapita (Siswanto, 2002).

Perkembangan konsumsi beras per kapita di Indonesia tahun 2001-

2009 berfluktuasi tetapi cenderung meningkat. Tahun 2002 rata-rata

konsumsi beras 115,5 kg/kapita/tahun. Tahun 2003 turun menjadi 109,7

kg/kapita/tahun. Penurunan ini terjadi karena masyarakat mulai

mengkonsumsi pangan hasil diversifikasi pangan. Namun tahun 2004,

konsumsi beras naik drastis menjadi 138,81 kg/kapita/tahun, dan pada

2005-2007 sebesar 139,15 kg/kapita/tahun. Tahun 2007 konsumsi beras

nasional sekitar 139 kg/kapita/tahun dan jumlah ini berlangsung sampai

tahun 2009 (Sukri, 2009).

Konsumsi beras nasional sebesar 139 kg/kapita/tahun dinilai

sangat tinggi bila dibandingkan negara lainnya di Asia seperti Jepang

hanya 60 kg dan Malaysia 80 kg per kapita per tahun. Hal ini

mengakibatkan permintaan beras di dalam negeri tinggi dan tidak

seimbang dengan ketersediaan sehingga untuk menutupi kekurangnya

dilakukan impor. Pertumbuhan produksi beras tahun 2001-2006 sebesar

0.9% tetapi kenaikan ini tidak mampu mengimbangi kenaikan konsumsi

beras yaitu sebesar 2% per tahun yang mengakibatkan Indonesia harus

impor beras rata-rata 2 juta ton per tahun (Anonim, 2007).

Beras merupakan komoditas pertanian andalan di Kabupaten

Klaten. Sebagian besar lahan sawah yang ada di Kabupaten Klaten

digunakan sebagai lahan tanaman padi, dimana luasan tanamannya

mencapai 61.543 Ha. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan

Produksi Padi di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Tabel 1

Page 15: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Tabel 1. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di Kabupaten Klaten, 2004-2008

Tahun Luas Panen Produktivitas Produksi Padi

Ha Kw/Ha Ton

2004 54.803 56,79 311.224

2005 55.770 56,27 313.817

2006 58.562 59,87 350.613

2007 58.107 59,47 345.561

2008 57.912 62,06 359.389

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten.

Berdasarkan Tabel 1 luas panen, produktivitas dan produksi padi

di Kabupaten Klaten selama lima tahun terakhir berfluktuatif. Produksi

padi terbesar terjadi pada tahun 2008 sebesar 359.389 ton dari luas

panen 57.912 Ha. Selanjutnya produksi padi Pada tahun 2007 produksi

padi mengalami penurunan, yaitu hanya sebesar 345.561 ton. Hal ini

karena adanya alih fungsi lahan pertanian.

Rata-rata jumlah konsumsi beras masyarakat di Kabupaten Klaten

sebesar 92,87 kg/orang/tahun. Jumlah Produksi, Ketersediaan,

Konsumsi dan Kelebihan Beras di Kabupaten klaten tahun 2004-2008

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Produksi, Ketersediaan, Konsumsi dan Kelebihan Beras di Kabupaten Klaten, 2004-2008.

Tahun Produksi Padi

(ton)

Ketersediaan

Beras (ton)

Konsumsi

(ton)

Surplus

2004 311.224 196.693 168.222 28.471

2005 313.817 198.332 168.782 29.550

2006 350.613 221.587 120.103 101.484

2007 345.561 218.395 120.451 97.944

2008 359.402 223.907 120.723 103.184

Sumber : Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Klaten

Page 16: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Berdasarkan Tabel 2, ketersediaan beras di Kabupaten Klaten

berfluktuatif dan cenderung mengalami peningkatan. Disisi lain

permintaan beras di Kabupaten Klaten meningkat setiap tahunnya,

walaupun pada tahun 2006 mengalami penurunan dikarenakan adanya

bencana alam gempa bumi dan gunung meletus, setelah mengalami

penurunan pada tahun berikutnya permintan beras di kabupaten Klaten

cenderung mengalami peningkatan. Semakin meningkatnya permintaan

beras di Kabupaten Klaten ini mendorong peneliti untuk menganalisis

faktor-faktor apa yang menyebabkan tingginya tingkat permintaan beras

di Kabupaten Klaten.

B. Perumusan Masalah

Permintaan suatu komoditi pertanian adalah banyaknya komoditi

pertanian yang dibutuhkan dan dibeli oleh konsumen. Karena itu besar

kecilnya komoditi pertanian umumnya dipengaruhi oleh harga barang

itu sendiri, harga barang substitusi, harga barang komplementer, selera

dan keinginan, jumlah konsumen yang bersangkutan. Karena jumlah

penduduk dan penyebaran pendapatan berpengaruh terhadap

permintaan barang di pasaran, maka fungsi permintaan terhadap barang

juga dipengaruhi oleh variabel ini (Soekartawi, 1993).

Pangan terutama beras merupakan kebutuhan mendasar bagi

manusia untuk dapat mempertahankan hidup. Oleh karena itu masalah

pangan terutama beras yang terkait dengan penyediaan, distribusi,

harga, konsumsi, permintaan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya

merupakan topik yang menarik untuk dikaji.

Selama lima tahun terakhir produksi dan permintaan beras di

Kabupaten Klaten berfluktuatif. Permintaan konsumen terhadap beras

dipengaruhi oleh banyak hal, seperti harga beras itu sendiri, harga

barang substitusi dan komplementer, pendapatan konsumen serta jumlah

penduduk. Permintaan beras tersebut harus diimbangi dengan produksi

Page 17: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

beras agar kebutuhan masyarakat akan beras dapat terpenuhi. Dari

uraian diatas maka permasalahan yang perlu dibahas berkaitan dengan

permintaan beras di Kabupaten Klaten antara lain :

1. Apakah faktor-faktor harga beras, harga jagung, harga telur, jumlah

penduduk dan pendapatan penduduk mempengaruhi permintaan

beras di Kabupaten Klaten?

2. Bagaimanakah elastisitas permintaan beras di Kabupaten Klaten?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan beras di

Kabupaten Klaten.

2. Mengetahui elastisitas permintaan beras di Kabupaten Klaten.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Pemerintah Daerah

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

dalam pengambilan kebijakan pangan terutama yang berkaitan

dengan permintaan beras di Kabupaten Klaten.

2. Bagi Pihak Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan

informasi, wawasan dan pengetahuan serta sebagai pertimbangan

untuk penelitian berikutnya.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan ilmu

pengetahuan serta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Page 18: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian Endang Wiwin (2006) mengenai Analisis Permintaan Beras

Di Kabupaten Pati. Dengan data yang diperoleh dianalisis dengan

menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) dengan fungsi logaritma

berganda. Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa harga

beras, harga tepung gandum, harga telur ayam ras, pendapatan perkapita dan

jumlah penduduk secara bersama-sama berpengaruh nyata pada permintaan

beras di Kabupaten Pati. Berdasarkan analisis uji-t diketahui bahwa variabel

harga tepung gandum dan jumlah penduduk berpengaruh nyata pada

permintaan beras di Kabupaten Pati pada tingkat kepercayaan 99%. Variabel

harga beras dan pendapatan perkapita berpengaruh nyata terhadap permintaan

beras pada tingkat kepercayaan 95%. Sedangkan harga telur ayam ras tidak

berpengaruh nyata pada permintaan beras di Kabupaten Pati. Variabel yang

memberikan pengaruh paling besar terhadap permintaan beras di Kabupaten

Pati adalah jumlah penduduk yang mempunyai nilai koefisien regresi terbesar

yaitu 0,86710. Berdasarkan elastisitas harga, harga beras bersifat inelastis

yang menunjukkan bahwa jumlah beras yang diminta berubah dengan

persentase yang lebih kecil daripada perubahan harga. Harga tepung gandum

memiliki nilai elastisitas silang positif dan merupakan barang subtitusi bagi

beras. Sedangkan harga telur ayam memliki elastisitas negatif dan merupakan

barang komplementer.

Penelitian Hendriani (2005) mengenai Analisis Permintaan Beras Di

Kabupaten Karawang menggunakan data sekunder yang berupa data time

series (runtun waktu) selama 15 tahun (1989 – 2003). Sedangkan data yang

diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least

Square) dengan fungsi logaritma berganda. Dari hasil penelitiannya dapat

disimpulkan bahwa tingkat permintaan beras di Kabupaten Karawang

dipengaruhi oleh harga beras, harga jagung, jumlah penduduk dan pendapatan

per kapita. Dari perhitungan diperoleh besarnya angka elastisitas harga beras

6

Page 19: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

adalah sebesar –0,024 yang berarti bahwa harga beras bersifat inelastis. Pada

penelitian ini elastisitas harga silang harga jagung adalah sebesar 0,008 %,

artinya jika harga jagung naik 1 %, maka jumlah permintaan beras akan naik

sebesar 0,008 %. Nilai elastisitas harga silang yang positif ini menandakan

bahwa jagung merupakan barang subtitusi untuk beras. Pada penelitian ini

nilai elastisitas pendapatan adalah sebesar 0,227 %, artinya jika pendapatan

per kapita naik 1 %, maka jumlah permintaan beras akan naik

sebesar 0,227 %.

Berdasarkan kedua penelitian di atas dapat diketahui bahwa faktor-

faktor bebas yang berpengaruh antara lain harga jagung sebagai harga barang

substitusi, harga telur sebagai harga komplementer dan pendapatan perkapita.

Berdasarkan analisis tersebut dapat diketahui bahwa melalui uji F, variabel-

variabel bebasnya mempengaruhi secara bersama-sama variabel tak bebasnya.

Sedangkan melalui uji t, diketahui bahwa variabel yang paling berpengaruh

adalah pendapatan perkapita. Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa

faktor-faktor yang diteliti telah tepat sebagai variabel prediktor dalam

memprediksi permintaan beras, sehingga menjadi acuan bagi penelitian

permintaan beras dalam menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh dan

faktor yang memberikan pengaruh terbesar serta elastisitas permintaan beras

di Kabupaten Klaten.

B. Tinjauan Pustaka

1. Beras

Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam sendi

kehidupan sosial ekonomi masyarakat Indonesia. Posisi komoditas beras

bagi sebagian besar penduduk Indonesia adalah sebagai makanan pokok

karena hampir seluruh penduduk Indonesia membutuhkan beras sebagai

bahan makanan utamanya disamping merupakan sumber nutrisi penting

dalam struktur pangan, sehingga aspek penyediaan menjadi hal yang

sangat penting mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar.

Pengenalan komoditi beras kepada masyarakat bukan pengkonsumsi nasi

telah mengakibatkan permintaan beras mengalami peningkatan sepanjang

Page 20: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

tahun. Masyarakat Papua yang sebelumnya adalah pengkonsumsi sagu

sebagai makanan utama, saat ini telah terbiasa dengan konsumsi nasi

dalam keseharian mereka, begitu juga dengan masyarakat Maluku,

Sulawesi Utara, Madura dan sebagainya (Anonimb, 2010).

Beras adalah makanan pokok berpati yang banyak dikonsumsi oleh

penduduk Indonesia. Lebih dari 50 persen jumlah kalori dan hampir 50

persen jumlah konsumsi protein berasal dari beras. Dengan meningkatnya

pendapatan dapat diperkirakan bahwa peranan beras sebagai sumber energi

bagi tubuh manusia dimasa mendatang akan semakin besar, oleh karena itu

sejak REPELITA III pemerintah memberikan prioritas pada kebijakan

pangan yang mengutamakan makanan pokok berpati lainnya untuk

mengisi kekurangan beras. Mengingat pentingnya beras untuk rata-rata

orang Indonesia akan mengakibatkan ketidakseimbangan penawaran dan

permintaan, jika hal itu terjadi akan menimbulkan pengaruh yang tidak

stabil pada harga-harga serta dapat menimbulkan reaksi politik dan sosial

yang tidak dikehendaki yang cenderung menghambat kegiatan

pembanguan ekonomi secara keseluruhan (Mears,1982).

Elastisitas harga terhadap permintaan beras menunjukkan persentase

perubahan banyaknya beras yang akan dibeli oleh para konsumen sebagai

responnya terhadap perubahan harga relatif beras terhadap barang-barang

subtitusinya. Elastisitas harga terhadap permintaan mencakup subtitusi dan

pendapatan yang sulit dibedakan. Hal ini harus selalu diingat dalam

menginterpretasikan setiap angka elastisitas harga. Pengaruh dari yang

pertama, menerangkan penurunan konsumsi apabila harga beras naik, akan

terjadi pensubtitusian untuk mempertahankan tingkat konsumsi kalori

tertentu, misalnya ke beras yang harganya lebih murah atau ke bahan

makanan lain yang lebih murah. Pengaruh dari yang kedua berbeda antara

produsen beras dengan konsumennya. Bagi para produsen beras, kenaikan

pendapatan mereka berasal dari kenaikan harga beras. Apabila harga

barang-barang lain tidak naik, akan memungkinkan mereka untuk membeli

kebutuhan non beras dengan menjual beras yang lebih sedikit daripada

Page 21: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

sebelumnya, sehingga lebih banyak beras yang disisihkan untuk konsumsi

keluarga mereka. Bagi golongan non produsen, jika pendapatannya tidak

mengalami kenaikan, penurunan pendapatan riil karena kenaikan harga

beras menyebabkan mereka mengurangi konsumsi berasnya untuk

membatasi pengurangan kebutuhan non beras (Mubyarto, 1975).

2. Pembudidayaan Padi

Pembudidayaan padi dapat dilakukan dengan cara penanaman,

pemanenan, perontokan dan pengeringan gabah. Di Jawa dan Bali

pemanenan dilakukan dengan memotong malai padi satu persatu dengan

ani-ani. Dengan cara ini dapat dipilih padi yang masak dan meninggalkan

padi yang belum masak untuk dipanen kemudian. Waktu panen yang jatuh

pada akhir musim hujan memungkinkan butir-butir padi menjadi agak

kering (dengan kadar air 20 sampai 21 persen) sebelum dipanen, sehingga

kemungkinan tercecernya sedikit karena tidak mudah rontok. Karena

tangkai malai ini dipotong panjang, maka ia dapat diikat dan dibawa

pulang atau diangkut ke penggilingan untuk dikeringkan dalam keadaan

masih terikat. Sirkulasi udara yang dimungkinkan oleh longgarnya

tumpukan ikatan dapat memperkecil kemungkinan tumbuhnya jamur atau

pemanasan akibat fermentasi. Hal ini juga dibutuhkan untuk mempercepat

pengeringan (Mears, 1982).

Pengolahan utama dari beras terdiri dari pemisahan sekam dari butir-

butirnya dan menyosoh butir-butir tersebut untuk melepaskan sebagian

atau seluruh lapisan kulit ari. Proses ini dapat dikerjakan menumbuk

dengan tangan atau mesin yang digerakkan listrik. Tahapan dalam

penggilingan terdiri dari pembersihan, pemecahan kulit atau pemisahan

sekam, penyosohan atau pemisahan kulit ari, pemolesan dan grading yang

memisahkan beras kepala dan butir-butir patah. Tujuan penggilingan beras

adalah menjaga supaya sebanyak mungkin butir tetap utuh sebagai beras

kepala. Penumbukan dengan tangan mengunakan lesung dan alu

merupakan bentuk penggilingan beras tertua di Indonesia (Mears, 1982).

Page 22: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

3. Harga

Harga adalah jumlah uang yang ditukarkan konsumen dengan

manfaat dari memiliki atau menggunakan produk dan jasa. Harga berperan

sebagai penentu utama pilihan pembeli. Harga merupakan satu-satunya

elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, elemen-elemen

lain menimbulkan biaya (Kotler, 1998).

Harga suatu barang dan jumlah barang yang diperjualbelikan

ditentukan oleh permintaan dan penawaran dari barang tersebut. Oleh

karena itu, untuk menganalisis mekanisme penentuan harga dan jumlah

barang yang diperjualbelikan maka perlu dilakukan analisis permintaan

dan penawaran atas suatu barang tertentu yang terdapat di pasar. Keadaan

suatu pasar dikatakan seimbang apabila jumlah yang ditawarkan penjual

pada suatu harga tertentu adalah sama dengan jumlah yang diminta para

pembeli pada harga tersebut. Harga suatu barang dan jumlah barang yang

diperjualbelikan adalah ditentukan dengan melihat keadaan ekuilibrium

dalam suatu pasar. Keadaan ekuilibrium tersebut dapat ditunjukkan sebagai

berikut : (Sukirno, 2005 ).

Harga (Rp) D S

500

400

300

200

100

Q (Jumlah barang)

400 600 800 1000

Gambar 1. Penentuan Harga Keseimbangan

Dalam grafik yang sangat sederhana dapatlah digambarkan

terjadinya harga keseimbangan sebagai akibat dari perpotongan antara

kurva permintaan dan penawaran. Apabila harga berada di atas harga

keseimbangan maka jumlah barang yang ditawarkan lebih besar dari pada

jumlah yang diminta, barang-barang tidak laku dan menumpuk sehingga

Page 23: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

terpaksa harga diturunkan. Sebaliknya kalau harga berada dibawah harga

keseimbangan maka jumlah barang yang ditawarkan lebih sedikit daripada

jumlah barang yang diminta sehingga pembeli saling berebut, persediaan

barang segera menipis dan harga akan naik lagi (Mubyarto, 1989).

Harga yang terjadi di pasar merupakan perpotongan antara kurva

permintaan dan kurva penawaran. Tetapi dalam kenyataan terdapat harga

pada tingkat petani dan konsumen disamping harga pedagang.

Pembentukan harga yang murni terjadi pada tingkat harga pedagang besar

karena hanya pada tingkat ini terdapat persaingan yang agak sempurna dan

pada umumnya penjual dan pembeli memiliki pengetahuan yang baik

tentang situasi pasar pada suatu waktu tertentu. Harga eceran dan harga

pada tingkat petani biasanya tinggal memperhitungkan dari harga

perdagangan besar yaitu dengan menambah dan mengurangi dengan apa

yang disebut margin pemasaran (Mubyarto, 1989).

4. Permintaan

Inti teori permintaan adalah terjadinya harga keseimbangan sebagai

akibat permainan bersama gaya-gaya permintaan dan penawaran. Jika

harga berada di atas harga keseimbangan maka jumlah yang ditawarkan

lebih besar daripada jumlah yang diminta. Jika harga berada di bawah

harga keseimbangan, maka jumlah yang diminta lebih besar dari jumlah

yang ditawarkan (Boediono, 2005).

Menurut Sukirno (2005) permintaan seseorang atau suatu

masyarakat atas suatu barang ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya

yang terpenting adalah:

a. Harga barang itu sendiri

Semakin rendah harga suatu komoditi, semakin banyak jumlah yang

akan diminta, apabila faktor lain dianggap tetap. Dan sebaliknya

naiknya harga suatu komoditi menyebabkan permintaan terhadap

komoditi tersebut turun.

Page 24: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

b. Harga barang lain yang mempunyai kaitan erat dengan barang tersebut

Hubungan antara sesuatu barang dengan berbagai jenis barang lainnya

dapat dibedakan dalam tiga golongan, yaitu : barang pengganti

(substitusi), barang penggenap atau pelengkap (komplementer), dan

barang yang tidak mempunyai kaitan sama sekali (barang netral).

1) Barang pengganti

Sesuatu barang dinamakan barang pengganti apabila dapat

menggantikan fungsi dari barang lain secara sempurna. Contohnya

adalah minuman kopi dapat digantikan dengan minuman teh.

Apabila harga barang pengganti murah maka permintaan terhadap

barang yang digantikannya akan turun.

2) Barang pelengkap

Sesuatu barang dinamakan barang pelengkap apabila barang

tersebut selalu digunakan bersama-sama dengan barang-barang

yang lain. Contohnya adalah gula sebagai pelengkap dari minuman

kopi atau teh. Apabila harga barang pelengkap tinggi maka

permintaan terhadap suatu komoditas akan turun.

3) Barang Netral

Sesuatu barang dikatakan barang netral apabila barang tersebut

tidak mempunyai keterkaitan yang erat dengan barang lain.

Contohnya adalah permintaan akan beras tidak berkaitan dengan

permintaan akan buku.

Dalam menganalisis permintaan perlu dibedakan antara dua istilah

berikut: permintaan dan jumlah barang yang diminta. Di dalam analisis

ekonomi, permintaan mengambarkan keseluruhan daripada hubungan

antara harga dan permintaan. Sedangkan jumlah barang yang diminta

berarti jumlah barang yang diminta pada suatu tingkat harga tertentu

(Sukirno, 2005).

Menurut Sukirno (2005) Kurva permintaan adalah kurva yang

menggambarkan hubungan antara jumlah barang yang diminta pada

berbagai tingkat harga. Kurva permintaan pada umumnya menurun dari

Page 25: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

kiri atas ke kanan bawah. Hal ini karena adanya hubungan terbalik antara

harga dengan jumlah yang diminta.

P (Harga)

P1

P2

Q

Q1 Q2

Gambar 2. Kurva Permintaan

Kurva permintaan akan bergeser ke kanan atau ke kiri, yaitu seperti

yang ditunjukkan dalam Gambar 2, jika terdapat perubahan-perubahan

terhadap permintaan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor bukan harga.

Sekiranya harga barang lain, pendapatan para pembeli dan berbagai faktor

bukan harga lainnya mengalami perubahan, maka perubahan ini akan

menyebabkan kurva permintaan pindah ke kanan atau ke kiri.

Harga

P D2 D D1

A2 A A1

0 Q2 Q Q1 Kuantitas

Gambar 3. Pergeseran Kurva Permintaan

Menurut Samuelson (2003) hubungan antara harga dan kuantitas

yang diminta adalah berbanding terbalik (negatif). Jika harga naik,

Page 26: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

kuantitas yang diminta turun, hubungan yang demikian disebut “Hukum

Permintaan”. Kuantitas yang diminta cenderung turun apabila harga naik

dapat dijelaskan oleh dua alasan : Pertama adalah efek substitusi, apabila

harga sebuah barang naik, pembeli akan menggantinya dengan barang

serupa lainnya dengan harga yang lebih murah. Kedua adalah efek

pendapatan, apabila harga naik dan pendapatan tetap maka permintaan

turun.

Gambar 4. Efek permintaan

5. Elastisitas

Salah satu ukuran derajad kepekaan yang sering digunakan dalam

analisis permintaan adalah elastisitas, yang didefinisikan sebagai

persentase perubahan kuantitas yang diminta sebagai akibat dari perubahan

nilai salah satu variabel yang menentukan permintaan sebesar satu persen.

Persamaan untuk menghitung elastisitas adalah sebagai berikut:

Elastisitas = Xperubahan PersentaseQperubahan Persentase

= X/XQ/Q

DD

= XQDD

x QX

Dimana Q adalah jumlah barang yang diminta, X adalah variabel

dalam fungsi permintaan, dan delta jumlah perubaan variabel tersebut.

Page 27: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Oleh karena itu, setiap variabel independen dalam fungsi permintaan

memiliki satu elastisitas (Arsyad, 2002).

Faktor yang mempengaruhi elastisitas permintaan yang

menyebabkan terjadinya perbedaan nilai elastisitasnya yaitu sebagai

berikut:

a. Adanya barang substitusi. Bila suatu barang memiliki substitusi, maka

permintaannya cenderung elastis (ED>1)

b. Persentase pendapatan yang digunakan/ jenis barang. Semakin besar

pendapatan yang digunakan untuk mendapatkan barang kebutuhan

pokok, maka permintaan semakin elastis.

c. Jangka waktu analisis/ perkiraan atau pengetahuan konsumen. Dalam

jangka pendek permintaan cenderung tidak elastis karena perubaan

yang terjadi di pasar belum diketahui konsumen.

d. Tersedianya sarana kredit. Bila terdapat fasilitas kredit, maka

permintaan cenderung inelastis atau elastis sempurna.

(Putong, 2002).

Menurut Arsyad (1995) dalam ilmu ekonomi dikenal tiga elastisitas

permintaan, yaitu:

a. Elastisitas harga

b. Elastisitas pendapatan

c. Elastisitas silang

Dari ketiga jenis elastisitas tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Elastisitas Harga (Ep)

Elastisitas harga menunjukkan derajad kepekaan jumlah produk

yang diminta terhadap perubahan harga, cateris paribus. Elastisitas

harga dapat diperoleh dengan cara:

Ep = hargaperubahan Persentase

diminta yang barangjumlah perubahan persentase

= PQDD

x QP

Page 28: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

1) Bila Ep > 1, permintaan elastis. Apabila harga naik 1 %, maka

jumlah permintaan akan turun lebih dari 1%, begitu juga

sebaliknya.

2) Bila Ep < 1, permintaan inelastis. Apabila harga naik 1 %, maka

jumlah permintaan akan turun kurang dari 1%, begitu juga

sebaliknya.

3) Bila Ep = 1, elastisitas tunggal (unitary elasticity). Permintaan

suatu barang tidak terpengaruh oleh perubahan harga.

4) Bila Ep = 0, permintaan inelastis sempurna. Berapapun kenaikan

harga suatu barang mengakibatkan jumlah barang yang diminta

tetap.

5) Bila Ep = ~, permintaan elastis sempurna. Kenaikan harga sedikit

saja akan menjatuhkan permintaan barang menjadi 0, dimana

kurvanya berbentuk horizontal .

b. Elastisitas Pendapatan (EI)

Elastisitas pendapatan adalah persentase perubahan kuantitas

suatu barang yang diminta disebabkan oleh perubahan pendapatan

(Income) sebesar 1 persen.

EI= pendapatanperubahan Persentase

diminta yang barangjumlah perubahan persentase

EI = QI

XIQ

IIQQ

DD

=DD

)/()/(

Suatu produk normal yang memiliki koefisien elastisitas

pendapatan bernilai tinggi (biasanya lebih besar dari 1), maka

dianggap sebagai produk normal atau sekunder sedangkan produk

normal koefisien elastisitas pendapatan di bawah satu (0<EI<1)

dianggap sebagai barang primer atau kebutuhan pokok. Interpretasi

nilai elastisitas pendapatan dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 29: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Tabel 3. Interpretasi Elastisitas Pendapatan

Elastisitas Golongan barang

Interpretasi

Positif EI > 1 0 < EI < 1 Negatif

Barang Normal Barang Elastis Barang Inelastis Inferior

Persentase jumlah yang diminta meningkat begitu pendapatan naik Persentase jumlah yang diminta lebih besar dari proporsi kenaikan pendapatan Persentase jumlah yang diminta lebih kecil dari prosentase proporsi kenaikan pendapatan Persentase jumlah barang yang diminta menurun begitu pendapatan naik.

Sumber : Lipsey, 1990 dan Gilarso, 2003

c. Elastisitas silang (Ec)

Elastisitas silang adalah koefisien yang menunjukkan

persentase perubahan permintaan terhadap suatu barang apabila terjadi

perubahan terhadap harga barang lain. Apabila perubahan harga

barang Y menyebabkan permintaan barang X berubah, maka besarnya

elastisitas silang dapat dihitung dengan rumus:

Ec = Y barang hargaperubahan Persentase

diminta yang X barangjumlah perubahan persentase

Nilai elastisitas silang bisa positif, nol atau negatif. Tanda

tersebut penting untuk menginterpretasikan nilai elastisitas tersebut.

Hal ini seperti yang terdapat pada Tabel 4.

Tabel 4. Interpretasi Elastisitas Silang

Elastisitas Golongan barang

Interpretasi

Positif Negatif

Substitusi Komplementer

Kenaikan harga barang substitusi berakibat meningkatnya jumlah yang diminta untuk barang ini (dan untuk barang substitusinya berkurang) Kenaikan harga barang komplementer berakibat turunnya jumlah yang diminta untuk barang ini (juga untuk barang komplemennya)

Sumber : Lipsey, 1990

Page 30: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa barang substitusi

mempunyai nilai positif > 0, sehingga dalam penggunaannya dapat

mengganti suatu produk dengan fungsi yang sama. Sedangkan

elastisitas < 0 atau negatif menunjukkan barang tersebut adalah barang

komplementer sehingga dalam penggunaannya secara bersama-sama

dengan produk lain.

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

1. Estimasi Fungsi Permintaan

Permintaan seseorang atau sesuatu masyarakat kepada suatu barang

ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang dianggap dapat

mempengaruhi permintaan seseorang antara lain :

1. Harga barang itu sendiri

2. Harga barang lain

3. Pendapatan konsumen

4. Jumlah penduduk

Untuk mengetahui elastisitas permintaan beras terhadap harga beras,

harga jagung, harga telur, pendapatan perkapita, jumlah penduduk, dan

konsumsi beras, maka di gunakan model analisis yaitu model analisis

statis.

a. Model Analisis

Sudarsono (1991), menyatakan bahwa dalam banyak study

empiris atau penelitian tentang permintaan biasanya dipergunakan

bentuk fungsi permintaan yang mempunyai elastisitas konstan. Metode

ini mendasarkan atas anggapan bahwa elastisitas permintaan terhadap

perubahan variabel yang menjadi determinannya selalu tetap. Bentuk

fungsinya adalah fungsi kepangkatan dengan menggunakan beberapa

variabel sebagai determinannya, yang dirumuskan sebagai berikut :

Qd = bo. Hxb1 . Hkb2 . Hsb3. Hsb4. Yb5. JPb5. e

Dimana :

Qd = Jumlah permintaan

bo = Konstanta

Page 31: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Hk = Harga barang komplementer

Hs = Harga barang substitusi

Y = Pendapatan riil

JP = Jumlah Penduduk

b1-b5 = koefisien regresi

e = error

Dalam penelitian ini variabel yang dianggap dispesifikasi

permintaan beras di Kabupaten Klaten adalah harga beras, harga

jagung, harga telur, pendapatan penduduk dan jumlah penduduk.

Sehingga fungsi permintaan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Qd = bo. X1b1 . X2

b2 . X3b3. X4

b4 .X5b5.e

Fungsi tersebut kemudian ditransformasikan ke dalam bentuk

logaritma natural sebagai berikut :

Ln Qd = Ln bo + b1 Ln X1+ b2 Ln X2 + b3 Ln X3 + b4 Ln X4

+ b5 Ln X5 + e

Dimana :

Qd = Jumlah Permintaan Beras

bo = Konstanta

X1 = Harga beras tahun t (Rp/kg)

X2 = Harga jagung tahun t (Rp/kg)

X3 = Harga telur tahun t (Rp/kg)

X4 = Pendapatan penduduk klaten pada tahun t (Rp)

X5 = Jumlah penduduk klaten dalam tahun t (jiwa)

b1 – b5 = Koefisien regresi

e = error

2. Elastisitas

Elastisitas permintaan menggambarkan derajat kepekaan fungsi

permintaan terhadap perubahan yang terjadi pada variabel-variabel yang

mempengaruhinya. Oleh karena pada dasarnya ada tiga variabel yang

mempengaruhi maka dikenal tiga elastisitas permintaan, yaitu elastisitas

harga (barang sendiri), elastisitas silang (terhadap perubahan harga barang

Page 32: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

lain), elastisitas pendapatan (terhadap perubahan pendapatan atau

anggaran belanja).

Kerangka berpikir Analisis Permintaan beras di Kabupaten Klaten

dapat dilihat pada gambar 4 berikut :

Permintaan Beras di Kabupaten Klaten

Faktor-faktor Permintaan Beras

Variabel: Harga Beras

Variabel Harga Jagung

Faktor Harga Barang Lain

Faktor Penduduk

Variabel: Pendapatan Penduduk

Analisis Permintaan

Estimasi Fungsi Permintaan Beras

Elastisitas Permintaan Beras

Gambar 5. Skema Kerangka Pemikiran Analisis Permintaan Beras di Kabupaten Klaten

Harga Barang Komplementer

Harga Barang Subtitusi

Faktor Jumlah Penduduk

Variabel Jumlah Penduduk Kab

Klaten

Variabel Harga Telur

Page 33: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

D. Hipotesis

1. Diduga bahwa harga beras, harga jagung, harga telur, jumlah penduduk

dan pendapatan penduduk berpengaruh terhadap permintaan beras di

Kabupaten Klaten.

2. Diduga bahwa beras bersifat inelastis, telur merupakan barang

komplementer beras jagung merupakan barang substitusi beras dan beras

merupakan barang normal.

E. Pembatasan Masalah

1. Data yang digunakan adalah data time series mulai dari tahun 1993 sampai

tahun 2008.

2. Permintaan yang ingin dijelaskan adalah permintaan beras yang

dikonsumsi masyarakat di Kabupaten Klaten.

3. Variabel yang berpengaruh terhadap permintaan beras di Kabupaten

Klaten yang di teliti terbatas pada harga beras pada tahun t, harga rata-rata

jagung pada tahun t, harga telur pada tahun t, jumlah penduduk pada tahun

t, dan pendapatan perkapita penduduk pada tahun t.

4. Harga beras yang diteliti adalah jenis beras IR 64.

5. Harga telur yang diteliti adalah jenis telur ayam ras.

6. Harga jagung yang diteliti adalah jenis jagung hibrida

7. Elastisitas permintaan beras di Kabupaten Klaten yang dimaksud adalah

elastisitas harga, elastisitas pendapatan, serta elastisitas silang permintaan.

F. Asumsi-asumsi

1. Variabel-variabel lain yang tidak diamati dianggap tetap.

2. Selera dan preferensi konsumen dianggap tetap selama periode penelitian.

G. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Permintaan beras adalah jumlah beras yang dikonsumsi oleh masyarakat di

Kabupaten Klaten, dinyatakan dalam satuan kg/tahun. Permintaan beras

dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut:

Permintaan Beras = Jumlah Penduduk ´ Jumlah Konsumsi Beras

2. Jumlah penduduk adalah semua penduduk yang tinggal di Kabupaten

Klaten per tahunnya, dinyatakan dalam satuan jiwa.

Page 34: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

3. Harga beras adalah harga rata-rata beras pada setiap tahunnya yang

berlaku di Kabupaten Klaten, dinyatakan dalam satuan rupiah/kg.

3. Harga jagung adalah harga rata-rata jagung pada setiap tahunnya yang

berlaku di Kabupaten Klaten, dinyatakan dalam satuan rupiah/kg.

4. Indeks harga konsumen adalah angka yang menunjukkan besarnya

perubahan rata-rata dari harga-harga kelompok atau sekumpulan barang

dari satu waktu ke waktu lainnya.

5. Harga sebelum terdeflasi adalah besarnya harga pada tahun yang

bersangkutan.

6. Harga terdeflasi adalah besarnya perubahan harga-harga yang berlaku jika

dibandingkan dengan tahun dasar.

Untuk menghilangkan pengaruh inflasi pada harga, harga dideflasi dengan

Indeks Harga Konsumen (IHK) tahun dasar (2002 = 100). Harga terdeflasi

dapat dicari dengan rumus berikut ini :

Hx = HtIHKtIHKd

´

Keterangan :

Hx = Harga yang terdeflasi

IHKd = Indeks Harga Konsumen tahun dasar

IHKt = Indeks Harga Konsumen tahun t

Ht = Harga sebelum terdeflasi

Tahun dasar yang digunakan pada penelitian ini adalah tahun 2002, dengan

pertimbangan pada tahun tersebut kondisi perekonomian Indonesia dalam

keadaan relatif stabil.

7. Pendapatan perkapita yang dimaksud adalah rata-rata pendapatan riil

perkapita penduduk Kabupaten Klaten per tahun yang dinyatakan dalam

rupiah. Pendapatan riil perkapita didapatkan dengan melakukan

pendeflasian terhadap PDRB perkapita tahun yang bersangkutan dengan

indeks implisit tahun dasar (2002 = 100). Tahun dasar yang digunakan

pada penelitian ini adalah tahun 2002, dengan pertimbangan pada tahun

tersebut kondisi perekonomian Indonesia dalam keadaan relatif stabil.

Pendapatan riil penduduk dihitung dengan rumus :

Page 35: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Yt = abtYIHtIRd

´

Keterangan :

Yt = pendapatan penduduk tahun t

IRd = Indeks Implisit PDRB tahun dasar

IHt = Indeks Implisit PDRB tahun t

Yabt = PDRB perkapita sebelum terdeflasi

Page 36: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif analitis. Menurut Surakhmad (1998), metode deskriptif

adalah metode yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang

aktual sedangkan analitis adalah data yang dikumpulkan mula-mula disusun,

dijelaskan dan kemudian dianalisis. Data yang digunakan adalah data time

series dari tahun 1993 sampai tahun 2008 meliputi data permintaan beras,

harga beras, harga jagung, harga telur, pendapatan penduduk dan jumlah

penduduk di kabupaten Klaten.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian diambil secara sengaja atau purposive. Lokasi

penelitian yang dipilih adalah Kabupaten Klaten dengan pertimbangan bahwa

Kabupaten Klaten memiliki tingkat konsumsi beras yang selalu bertambah

tiap tahunnya (lihat tabel 2). Adapun tingkat konsumsi padi-padian di

Kabupaten Klaten tahun 2003-2007 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 5. Proporsi Penegeluaran Konsumsi padi-padian dan jumlah keseluruhan pengeluaran konsumsi untuk pangan.

No Tahun Proporsi Pengeluaran Konsumsi

Padi-Padian (%)

Jumlah Keseluruhan Pengeluaran Konsumsi

untuk Pangan (Rupiah/kap/tahun)

1. 2003 19,11 107.074 2. 2004 16,11 112.781 3. 2005 14,37 139.708 4. 2006 19,06 145.234 5. 2007 18,99 163.453

Sumber: BPS Kabupaten Klaten, 2008

Berdasarkan Tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa jumlah konsumsi

padi-padian untuk Kabupaten Klaten paling tinggi terjadi pada tahun 2003

yaitu sebesar 19,11%; sedangkan untuk konsumsi yang paling rendah adalah

sebesar 14,37% pada tahun 2005.

24

Page 37: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

C. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu

data yang diperoleh dari instansi atau lembaga yang berhubungan dengan

penelitian ini. Dalam penelitian ini, data diperoleh dari Badan Pusat Statistik,

Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Klaten dan Dinas Pertanian Kabupaten

Klaten. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini dari tahun 1993

sampai tahun 2008 meliputi data permintaan beras, harga beras, harga jagung,

harga telur, jumlah penduduk, data pendapatan per kapita penduduk serta data

pendukung lainnya .

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Teknik ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung

terhadap obyek yang akan diteliti, sehingga didapatkan gambaran yang

jelas mengenai daerah yang diteliti. Observasi dilakukan dengan

mengadakan pengamatan langsung pada lembaga-lembaga pemerintahan

Kabupaten Klaten

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan mengadakan tanya jawab dengan

petugas instansi atau lembaga pemerintahan yang terkait dengan penelitian

yaitu wawancara dengan petugas dari Dinas Pertanian Kabupaten Klaten,

Dinas Ketahanan Kabupaten Klaten dan BPS Kabupaten Klaten.

3. Pencatatan

Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data sekunder, yaitu

dilakukan dengan pencatatan data yang ada pada instansi atau lembaga

pemerintahan yang terkait dengan penelitian.

E. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode kuadrat terkecil atau OLS yaitu proses matematis untuk menentukan

intersep dan slope garis yang paling tepat yang menghasilkan jumlah kuadrat

deviasi atau simpangan yang minimum. Dengan metode ini akan dihasilkan

pemerkira yang terbaik, linear, dan memiliki varians yang minimum dalam

Page 38: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

kelas sebuah pemerkira tanpa bias (Best Linear Unbiased Estimator/BLUE)

(Arsyad, 2008).

1. Estimasi Fungsi Permintaan

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Hubungan antara permintaan beras dengan faktor-faktor yang

mempengaruhinya dianalisis dengan analisis regresi linier berganda

dengan model perpangkatan atau eksponensial. Secara matematis model

yang digunakan adalah sebagai berikut:

Ln Qd = Ln bo + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln X3 + b4 Ln X4 +

b5 Ln X5 + e

Dimana :

Qd = Jumlah Permintaan beras

bo = Konstanta

X1 = Harga beras tahun t (Rp/kg)

X2 = Harga jagung tahun t (Rp/kg)

X3 = Harga telur tahun t (Rp/kg)

X4 = Pendapatan perkapita penduduk klaten pada tahun t (Rp)

X5 = Jumlah penduduk klaten dalam tahun t (jiwa)

b1 – b5 = Koefisien regresi

e = error

2. Pengujian Model

Untuk menguji hasil perhitungan agar tidak menghasilkan

persamaan yang bias, maka dilakukan uji statistik dan uji asumsi klasik.

Uji statistik meliputi uji 2, uji F dan uji t. Sedangkan uji asumsi klasik

meliputi uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas dan uji autokorelasi.

a. Uji R2 adjusted ( R 2)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui besarnya proporsi pengaruh

variabel-variabel bebas terhadap permintaan beras di Kabupaten Klaten.

Nilai R 2 ini mempunyai range antara 0 sampai 1 (0 < R 2 ≤ 1).

Semakin besar R 2 (mendekati 1) semakin baik hasil regresi tersebut

Page 39: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

(semakin besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas),

dan semakin mendekati 0 maka variabel bebas secara keseluruhan

semakin kurang bisa menjelaskan variabel tidak bebas.

b. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel bebas

secara bersama-sama berpengaruh terhadap jumlah permintaan beras

pada tingkat kesalahan (a) = 1%, 5%, atau 10%.

Hipotesis:

Ho : b1 = b2 ... = b5 = 0

Ha : b1 ≠ b2 ... b5 ≠ 0 (minimal ada satu yang ≠ 0)

Kriteria pengambilan keputusan :

1) Nilai signifikansi ≥ a maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti

bahwa F hitung ≥ F tabel.

2) Nilai signifikansi < a maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti

bahwa F hitung < F tabel.

c. Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing

variabel bebas terhadap variabel tak bebas pada tingkat signifikansi

(a) = 1%, 5%, atau 10%.

Hipotesis :

Ho : bi = 0

Ha : b1 ≠ 0

Kriteria pengambilan keputusan :

1) Nilai signifikansi ≥ a maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti bahwa

F hitung ≥ F tabel.

2) Nilai signifikansi < a maka Ho diterima dan Ha ditolak, berarti bahwa

F hitung < F tabel

Page 40: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap

permintaan beras, digunakan standard koefisien regresi partial, yang dapat

diperoleh dengan rumus :

bi = b x id

d y

Keterangan :

bi = Standar koefisien regresi variabel bebas ke-i

b = Koefisien regresi variabel bebas ke-i

dy = Standar deviasi variabel tak bebas

di = Standar deviasi variabel bebas ke-i

Nilai koefisien regresi partial yang terbesar merupakan variabel yang

paling berpengaruh terhadap permintaan beras di Kabupaten Klaten.

3. Uji Asumsi Klasik

Agar hasil koefisien-koefisien regresi yang diperoleh dengan metode

OLS (Ordinary Least Square) bersifat BLUE (Best Linier Unbiassed

Estimation), maka beberapa asumsi persamaan regresi linier klasik harus

dipenuhi oleh model.

a. Multikolinieritas (terjadi hubungan di antara variabel bebas)

Untuk menguji ada atau tidaknya multikolinearitas dapat

digunakan pendekatan matriks korelasi, dengan melihat nilai matriks

Pearson Correlation (PC). Apabila nilai PC < 0,8 berarti antar variabel

bebas tidak terjadi multikolinieritas. Bila terjadi angka korelasi lebih

dari 0,8 maka variabel-variabel tersebut perlu dipertimbangkan apakah

digunakan atau tidak dalam model (Soekartawi, 1993).

b. Heteroskedatisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain. Dalam penelitian ini Uji

heteroskedastisitas dilakukan dengan Metode Park dan diagram

scatterplot. Apabila dari grafik terlihat titik-titik menyebar secara acak

dan tidak membentuk pola yang teratur maka hal tersebut menunjukkan

Page 41: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

bahwa kesalahan pengganggu memiliki varian yang sama

(homoskedastisitas) dan dapat disimpulkan dari model yang diestimasi

tidak terjadi heteroskedastisitas (Gujarati, 1997).

c. Autokorelasi

Autokorelasi merupakan korelasi antar anggota seri observasi yang

disusun menurut urutan tempat, atau autokorelasi pada dirinya sendiri.

Untuk mengujinya dilakukan dengan uji statistik Durbin Watson.

Adapun hipotesis yang digunakan adalah: Ho: tidak ada serial

autokorelasi baik positif ataupun negatif

Adapun kriteria adanya autokorelasi adalah sebagai berikut :

1. 1,65 < DW < 2,35 artinya tidak terjadi autokorelasi.

2. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW <2,79 artinya tidak dapat

disimpulkan.

3. DW < 1,21 atau DW > 2,79 artinya terjadi autokorelasi.

(Sulaiman, 2002).

Page 42: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Alam

1. Lokasi Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah.

Kabupaten Klaten merupakan salah satu dari 35 daerah kabupaten/kota di

Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis Kabupaten Klaten berada antara

7o32’19”LS sampai 7o48’33”LS dan antara 110o26’14”BT sampai

110o47’51”BT yang berjarak + 113 km dari kota Semarang.

Secara administratif, Kabupaten Klaten memiliki batas-batas wilayah

sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali

Sebelah Timur : Kabupaten Sukoharjo

Sebelah Selatan : Kabupaten Gunung Kidul (DIY)

Sebelah Barat : Kabupaten Sleman (DIY)

Secara administratif Kabupaten Klaten dibagi menjadi 26 Kecamatan

dan 391 desa. Kecamatan dengan jumlah desa terbanyak adalah Kecamatan

Cawas sebanyak 20 desa, sedangkan yang paling sedikit adalah Kecamatan

Kalikotes dan Kecamatan Kebonarum masing-masing tujuh desa. Luas

wilayah Kabupaten Klaten keseluruhan seluas 65.556 ha (655,56 km2) atau

seluas 2,104% dari luas Provinsi Jawa Tengah yang luasnya 3.254.412 ha.

2. Topografi

Wilayah Kabupaten Klaten diapit oleh Gunung Merapi dan

Pegunungan Seribu dengan ketinggian antara 76-160 m dpl (diatas

permukaan laut) yang terbagi menjadi 3 (tiga) dataran:

a. Dataran Lereng Gunung Merapi membentang di sebelah utara, meliputi

sebagian kecil sebelah utara wilayah Kecamatan Kemalang,

Karangnongko, Jatinom, dan Tulung.

b. Dataran Rendah membujur di tengah, meliputi seluruh wilayah

kecamatan di Kabupaten Klaten, kecuali sebagian kecil wilayah

merupakan dataran lereng Gunung Merapi dan Gunung Kapur. Wilayah

30

Page 43: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

datar ini meliputi wilayah kecamatan Manisrenggo, Klaten Tengah,

Kalikotes, Klaten Utara, Klaten Selatan, Ngawen, Kebonarum, Wedi,

Jogonalan, Prambanan, Gantiwarno, Delanggu, Wonosari, Juwiring,

Ceper, Pedan, Karangdowo, Trucuk, Cawas, Karanganom, Polanharjo.

c. Dataran Gunung Kapur yang membujur di sebelah selatan, meliputi

sebagian kecil sebelah selatan Kecamatan Bayat dan Cawas dan

Gantiwarno.

Melihat keadaan alamnya yang sebagian besar adalah daratan rendah,

maka daerah kabupaten klaten merupakan daerah pertanian yang berpotensi,

di samping penghasil kapur, batu kali, dan pasir merapi yang bersumber dari

sungai yang berasal dari lereng gunung merapi. Ketinggian daerah di

Kabupaten Klaten, sekitar 3,72% terletak diantara ketinggian 0-100 meter di

atas permukaan laut. Terbanyak 83,52% terletak diantara ketinggian 100-

500 meter diatas permukaan laut, dan sisanya 12,76% terletak diantara

ketinggian 500-2500 meter di atas permukaan laut.

3. Jenis Tanah

Jenis tanah di Kabupaten Klaten terdiri dari 5 (lima) macam, meliputi:

a. Litosol, merupakan bahan induk dari kristalin dan batu tulis, ada di

daerah Kecamatan Bayat. Tanah litosol merupakan tanah yang beraneka

sifat dan warnanya, produktivitasnya rendah dan biasanya merupakan

tanah pertanian yang kurang baik atau padang rumput.

b. Regosol Kelabu, merupakan tanah yang bersifat netral sampai asam

dengan warna putih coklat kekuning-kuningan, coklat atau kelabu.

Produktivitasnya sedang sampai tinggi dan biasanya digunakan untuk

pertanian dan perkebunan. Tanah regosol kelabu berupa bahan induk abu

dan pasir vulkanis intermediant, terdapat di Kecamatan Klaten Tengah,

Klaten Utara, Klaten Selatan, Ngawen, Kalikotes, Kebonarum, Trucuk,

Cawas, Pedan, Karangdowo, Ceper, Juwiring Wonosari, Delanggu,

Polanharjo, Tulung, Jatinom, Karanganom, dan Kemalang dan

Jogonalan.

Page 44: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

c. Grumusol Kelabu Tua, merupakan tanah yang agak netral berwarna

kelabu sampai hitam, produktivitasnya rendah sampai sedang dan

biasanya untuk pertanian atau perkebunan. Bahan induk tanah grumusol

kelabu tua berupa abu dan pasir vulkan intermediant, terdapat di daerah

Kecamatan Bayat dan Cawas sebelah Selatan.

d. Kompleks Regosol Kelabu dan Kelabu Tua, yaitu bahan induk berupa

batu kapur, terdapat di daerah Kecamatan Klaten Selatan dan

Kebonarum.

e. Regosol Coklat Kelabu, bahan induk berupa abu dan pasir vulkan

intermediant, terdapat di daerah Kecamatan Kemalang, Menisrenggo,

Prambanan, Jogonalan, Wedi, Kebonarum dan Karangnongko.

Berbagai jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Klaten akan

berpengaruh terhadap keragaman komoditi pertanian yang diusahakan

masyarakat Kabupaten Klaten. Suatu komoditi pertanian tertentu hanya

dapat tumbuh dengan baik pada kondisi dan jenis tanah tertentu pula.

Sebagian besar wilayah di Kabupaten Klaten memiliki jenis tanah regosol

kelabu yang merupakan tanah yang bersifat netral sampai asam, dimana

tanah ini memiliki potensi untuk produktivitas yang sedang sampai tinggi

dan biasanya digunakan untuk lahan pertanian dan perkebunan.

Keadaan tanah di Kabupaten Klaten tersebut cocok untuk tanaman

padi karena padi menghendaki tanah sawah atau lumpur yang subur dengan

kandungan fraksi pasir, debu, dan lempung tertentu dan cukup air, ketebalan

lapisan atas tanah 18-22 cm dan pH tanah 4 – 7. Padi dapat tumbuh pada

ketinggian 0-1500 m dpl dengan temperatur 19-270C.

4. Keadaan Iklim

Iklim adalah keadaan rata-rata cuaca pada suatu tempat tertentu dan

dalam waktu tertentu. Secara langsung dan tidak langsung iklim di suatu

daerah akan mempengaruhi kegiatan di daerah tersebut khususnya kegiatan

di bidang pertanian yang masih sangat tergantung dengan kondisi alam.

Wilayah Kabupaten Klaten memiliki iklim tropis dengan musim hujan

dan musim kemarau silih berganti sepanjang tahun, dengan temperatur

Page 45: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

antara 28-30oC dan kecepatan angin rata-rata berkisar 20-25 km/jam.

Kabupaten Klaten mempunyai hari hujan dalam satu tahun dengan rata-rata

di bawah 125 hari dengan curah hujan rata-rata di bawah 2.635 mm per

tahun. Jadi secara umum wilayah di Kabupaten Klaten merupakan wilayah

yang memiliki banyak ketersediaan air yang digunakan untuk sarana irigasi

lahan-lahan pertanian, sehingga akan mendukung untuk usaha dalam bidang

pertanian. Iklim yang kondusif menyebabkan usaha pertanian tanaman

pangan khususnya padi berkembang dengan baik sehingga mampu

menghasilkan beras yang mampu mencukupi kebutuhan pasar.

5. Keadaan Lahan dan Tata Guna Lahan

Kabupaten Klaten yang memiliki luas lahan total 65.556 ha. Secara

umum penggunaan lahan yang ada di Kabupaten Klaten dibagi menjadi dua

yaitu penggunaan untuk lahan sawah dan lahan kering. Penggunaan lahan di

Kabupaten Klaten yang relatif beragam disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Klaten Tahun 2005-2008

Penggunaan Lahan Luas (ha)

2005 2006 2007 2008 Lahan Sawah Irigasi Teknis Irigasi ½ Teknis Irigasi Sederhana Tadah Hujan

33.494 19.173 10.455 2.386 1.480

33.467 19.170 10.450 2.633 1.214

33.435 19.670 10.086 2.567 1.112

33.423 19.915 9.778 2.267 1.463

Lahan Kering Pekarangan Tegalan Kolam/Rawa Hutan Negara Lain-lain

32.062 19.920 6.312

201 1.450 4.179

32.089 19.938

6312 201

1.450 4.188

32.121 19.995 6.287

202 1.450 4.187

32.133 20.022 6.272

202 1.450 4.187

Jumlah 65.556

Sumber: BPS Kabupaten Klaten, 2008

Tabel 6 menyatakan bahwa pada tahun 2008 lahan yang digunakan

untuk lahan sawah seluas 33.423 ha, yang terdiri dari sawah dengan irigasi

teknis seluas 19.915 ha, irigasi ½ teknis seluas 9.778 ha, irigasi sederhana

seluas 2.267 ha dan sawah tadah hujan seluas 1.463 ha. Luasnya lahan

untuk lahan sawah teririgasi menunjukkan bahwa tanah pertanian di Klaten

Page 46: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

subur dan banyak mengembangkan budidaya tanaman bahan makanan yang

berupa padi.

Penggunaan lahan kering di Kabupaten Klaten terdiri dari lahan

pekarangan, lahan tegalan, kolam/rawa, hutan negara dan lainnya.

Berdasarkan jumlah lahan kering yang ada, penggunaan untuk lahan

pekarangan memiliki adalah yang paling luas dan terlihat adanya

kecenderungan meningkat dari tahun 2004-2008, hal ini terjadi akibat

semakin meningkatnya kebutuhan tempat tinggal seiring dengan semakin

meningkatnya jumlah penduduk di Kabupaten Klaten. Sedangkan lahan

kering yang digunakan untuk kegiatan pertanian dilakukan pada lahan

tegalan. Berbagai komoditi tanaman pangan seperti padi gogo, kedelai,

jagung, ubi kayu dan kacang tanah cocok untuk lahan tegalan diusahakan

oleh sebagian besar petani di Kabupaten Klaten. Pengembangan budidaya

tanaman pangan tersebut diusahakan terutama untuk memenuhi kebutuhan

pangan masyarakat di daerah Kabupaten Klaten dan apabila ada kelebihan

produksi juga digunakan untuk memenuhi permintaan masyarakat di luar

daerah Kabupaten Klaten.

B. Keadaan Penduduk

1. Pertumbuhan Penduduk

Jumlah penduduk maupun pertumbuhan penduduk perlu untuk

diketahui karena dapat digunakan untuk mengetahui dan memperkirakan

kebutuhan-kebutuhan masyarakat baik berupa kebutuhan akan pangan,

kesehatan, pendidikan, dan lain-lain. Berdasarkan data BPS tahun 2008

kepadatan penduduk di Kabupaten Klaten sebesar 671 jiwa/km2. Laju

pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh jumlah kelahiran, jumlah

kematian, dan migrasi yang terjadi di daerah tersebut. Pertumbuhan

penduduk Kabupaten Klaten selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada

Tabel 7.

Page 47: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Tabel 7. Perkembangan Penduduk Kabupaten Klaten Tahun 2004 – 2008

Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)

Pertumbuhan penduduk (jiwa)

Persentase Pertumbuhan (%)

2004 2005 2006 2007 2008

1.281.786 1.286.058 1.293.242 1.296.987 1.300.494

4.489 4.272 7.184 3.745 3.507

0,35 0,33 0,56 0,29 0,27

Rata-rata 1.291.713 4.639 0,36

Sumber : BPS Kabupaten Klaten

Tabel 7 menyatakan bahwa rata-rata jumlah penduduk Kabupaten

Klaten tahun 2004 – 2008 adalah sebesar 1.300.494 jiwa. Sedangkan rata-

rata laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Klaten dari tahun 2004 sampai

tahun 2008 menunjukkan peningkatan sebesar 0,36%. Peningkatan

penduduk tersebut juga akan berpengaruh terhadap peningkatan kebutuhan-

kebutuhan hidup, khususnya kebutuhan pangan.

2. Keadaan Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

Komposisi penduduk menurut kelompok umur merupakan suatu

bentuk penggolongan penduduk berdasarkan umur sehingga dapat diketahui

jumlah penduduk usia belum produktif, jumlah penduduk usia produktif,

dan jumlah penduduk usia tidak produktif. Berdasarkan umur penduduk

dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu usia belum produktif (0-14

tahun), usia produktif (15-64 tahun), dan usia tidak produktif (> 65 tahun).

Jumlah penduduk di Kabupaten Klaten pada tahun 2008 adalah sebesar

1.300.494 jiwa yang terdiri dari laki-laki 635.528 jiwa dan perempuan

664.966 jiwa. Jumlah penduduk di Kabupaten Klaten berdasarkan umur dan

jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 8.

Page 48: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Tabel 8. Jumlah Penduduk di Kabupaten Klaten Menurut Umur dan Jenis Kelamin pada Tahun 2008

Kelompok Umur (th)

Jenis Kelamin Jumlah

Prosentase (%) Laki-laki Perempuan

0-14 161.744 154.343 316.087 24,30 15-64 422.827 447.570 870.397 66,93 > 65 50.957 63.053 114.010 8,77 Jumlah 635.528 664.966 1.300.494 100,00

Sumber : BPS Kabupaten Klaten

Tabel 8 menyatakan bahwa prosentase penduduk usia produktif adalah

66,93% lebih banyak daripada prosentase penduduk usia belum produktif

dan usia tidak produktif yaitu sebesar 33,07%. Berdasarkan jumlah

penduduk usia produktif dan jumlah penduduk usia tidak produktif dapat

diketahui Angka Beban Tanggungan (Burden Dependency Ratio). Angka

Beban Tanggungan merupakan angka yang menunjukkan banyaknya

penduduk usia tidak produktif yang harus ditanggung oleh tiap penduduk

usia produktif.

Keadaan penduduk di Kabupaten Klaten yang sebagian besar

merupakan penduduk usia produktif dapat memberikan gambaran akan

kebutuhan pangan yang tinggi karena pada usia-usia produktif umumnya

banyak melakukan kegiatan-kegiatan sehingga diperlukan adanya tenaga

untuk menunjang aktivitas yang dapat diperoleh dari berbagai bahan

pangan. Oleh karena itu, dengan banyaknya penduduk usia produktif makan

akan berpengaruh terhadap peningkatan kebutuhan akan pangan.

Page 49: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

3. Penduduk menurut Tingkat Pendidikan

Tabel 9. Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Klaten Tahun 2003-2007

Tahun SD SLTP SMU / SMK Sarjana Muda Sarjana (S1)

2003 2004 2005 2006 2007

6 3

12 1

17

348 116 66

130 147

9.677 10.178 14.357 11.685 10.921

1.522 2.492 2.252 1.482 1.456

3.363 8.331 4.156 2.464 2.969

Sumber : BPS Kabupaten Klaten, 2007

Tabel 9 menyatakan bahwa jumlah penduduk pencari kerja menurut

tingkat pendidikan di Kabupaten Klaten dari tahun 2003-2007 sebagian

besar merupakan penduduk dengan tingkat pendidikan SMU/SMK, Sarjana

dan Sarjana Muda. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk sudah sadar akan

pentingnya pendidikan untuk masa depan. Penduduk dengan sumberdaya

manusia yang berkualitas ini sangat diperlukan dalam menunjang

pembangunan daerah di Kabupaten Klaten.

C. Keadaan Sarana Perekonomian

Perkembangan perekonomian di suatu wilayah dapat dilihat dari

ketersediaan sarana perekonomian yang terdapat di wilayah tersebut apakah

sudah memadai atau belum. Sarana-sarana perekonomian tersebut dapat berupa

lembaga-lembaga perekonomian baik yang disediakan pemerintah atau pihak

swasta serta dari swadaya masyarakat setempat. Salah satu sarana yang dapat

menunjang jalannya perekonomian di suatu daerah adalah pasar, sebab di pasar

inilah terjadi transaksi jual beli barang dan atau jasa. Banyaknya pasar di

Kabupaten Klaten disajikan pada Tabel 10 :

Page 50: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Tabel 10. Banyaknya Pasar Menurut Jenis di Kabupaten Klaten Tahun 2008

No. Jenis Pasar Jumlah (unit) 1. 2. 3. 4.

Departement Store Pasar Swalayan Pusat Perbelanjaan Pasar Tradisional a. Umum b. Hewan c. Buah d. Sepeda e. Ikan f. Lain-lain /burung

1 5 1

55 12 1 7 0

12 Jumlah 94

Sumber: BPS Kabupaten Klaten

Tabel 10 menunjukkan bahwa sarana perekonomian yang ada di

Kabupaten Klaten sangat memadai. Berbagai jenis pasar ada di Kabupaten

Klaten mulai dari departement store sampai pasar tradisional yang menjual

berbagai jenis barang. Banyaknya jumlah pasar yang tersedia dapat

berpengaruh terhadap pemasaran beras karena akan memudahkan produsen

untuk menjual hasil produksinya. Selain itu pada umumnya harga barang-

barang di pasar umum lebih murah dibandingkan di pasar swalayan atau pusat-

pusat perbelanjaan. Oleh karena itu, masyarakat untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan khususnya bahan pangan lebih memilih untuk membeli di pasar

umum. Dengan semakin mudahnya konsumen untuk mendapatkan kebutuhan

bahan pangan dengan harga yang terjangkau, maka dapat meningkatkan

permintaan beras di Kabupaten Klaten.

D. Keadaan Umum Pertanian

Pertanian adalah kegiatan usaha yang meliputi budidaya tanaman pangan,

perkebunan, perikanan, kehutanan dan peternakan. Komoditas tanaman pangan

yang diusahakan di Kabupaten Klaten diantaranya adalah padi sawah, padi

ladang, jagung, kedelai, ubi kayu, kacang tanah, dan kacang hijau. Produksi

komoditas pertanian tanaman pangan di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada

Tabel 11.

Page 51: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Tabel 11. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Klaten Tahun 2008

Komoditas Luas Panen (Ha)

Produktivitas (Kw/Ha)

Produksi (ton)

Padi sawah 57.912 62.06 359.389Padi ladang 341 31,45 1.072Jagung 9.839 80,82 79.518Kedelai 4.128 16,47 6.797Ubi kayu 1.873 276,47 51.783Kacang tanah 2.520 9,76 2.460Kacang hijau 194 11,58 225

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Klaten, 2008

Tabel 11, menyatakan bahwa padi sawah memiliki produksi terbesar di

ikuti dengan jagung, kedelai, kacang tanah, padi ladang dan yang terakhir

adalah kacang hijau. Oleh karena itu Kabupaten Klaten memiliki produksi

beras yang cukup besar untuk mencukupi kebutuhan penduduk. Produksi

kacang hijau paling rendah karena tidak semua wilayah di Kabupaten Klaten

menghasilkan kacang hijau, dari 26 Kecamatan di Kabupaten Klaten hanya 4

Kecamatan yang menghasilkan kacang hijau, hal ini di karenakan permintaan

akan kacang hijau di Kabupaten Klaten relatif sedikit. Produksi tanaman

pangan terbesar kedua adalah jagung. Sedangkan tanaman pangan diamati

dalam penelitian ini adalah beras. Produksi beras di Kabupaten Klaten relatif

mencukupi kebutuhan penduduk Kabupaten sendiri, hal ini dikarenakan padi

ditanam secara rutin setiap tahunnya, karena padi sawah sesuai jika di tanam di

iklim tropis. Sehingga lebih jelasnya Luas panen, produktivitas, dan produksi

padi sawah tiap kecamatan di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Tabel 16.

Page 52: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

Tabel 12. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi Sawah Tiap Kecamatan di Kabupaten Klaten Tahun 2008

Kecamatan Luas Panen (Ha) Produktivitas (Kw/Ha)

Produksi (ton)

Prambanan 1.974 62.23 12.284 Gantiwarno 2.945 62.06 15.484 Wedi 1.171 56.67 6.636 Bayat 1.271 61.99 7.879 Cawas 4.546 62.24 28.294 Trucuk 3.883 61.99 24.071 Kalikotes 1.432 62.02 8.881 Kebonarum 1.740 61.38 10.680 Jogonalan 2.115 61.08 12.918 Manisrenggo 2.659 62.29 16.563 Karang nongko 1.435 62.61 8.984 Ngawen 1.875 62.33 11.687 Ceper 2.016 62.69 12.638 Pedan 1.337 62.04 8.295 Karang dowo 4.375 62.39 29.542 Juwiring 3.996 62.47 24.776 Wonosari 4.342 62.38 27.085 Delanggu 3.472 61.79 21.453 Polanharjo 4.003 62.30 24.939 karanganom 2.216 62.29 13.803 Tulung 1.557 63.13 9.829 Jatinom 995 62.63 6.232 Kemalang -116 52.87 613 Klaten selatan 1.422 63.09 8.971 Klaten tengah 588 60.30 3.549 Klaten utara 551 59.94 3.303 Total 57.912 62,06 359.389

Sumber: BPS Kabupaten Klaten, 2008

Berdasarkan Tabel 12 wilayah yang menghasilkan produksi beras

terbesar adalah Kecamatan Karangdowo. Hal ini karena Kecamatan

Karangdowo merupakan daerah dengan jenis tanah regosol kelabu, merupakan

tanah yang bersifat netral sampai asam dengan warna putih coklat kekuning-

kuningan, coklat atau kelabu. Oleh karena itu kecamatan Karangdowo baik

untuk budidaya tanaman pertanian seperti Padi sawah. Selain itu di daerah

tersebut juga terdapat sumber air yang bermanfaat untuk mengairi lahan

pertanian. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di

Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Tabel 13.

Page 53: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Tabel 13. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di Kabupaten Klaten,

2004-2008

Tahun Luas Panen Produktivitas Produksi Padi

Ha Kw/Ha Ton

2004 54.803 56,79 311.224

2005 55.770 56,27 313.817

2006 58.562 59,87 350.613

2007 58.107 59,47 345.561

2008 57.912 62,06 359.389

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Klaten.

Berdasarkan Tabel 13 produksi padi di Kabupaten Klaten selama lima

tahun terakhir berfluktuatif. Produksi padi terbesar terjadi pada tahun 2008

sebesar 359.389 ton dari luas panen 57.912 Ha. Selanjutnya produksi padi

Pada tahun 2007 produksi padi mengalami penurunan, yaitu hanya sebesar

345.561 ton. Hal ini karena adanya alih fungsi lahan pertanian.

Page 54: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Data dan hasil analisis dari masing-masing dari variabel yang di teliti

dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Permintaan Beras di Kabupaten Klaten

Tingkat permintaan beras di Kabupaten Klaten yang dimaksud adalah

jumlah beras yang diminta untuk dikonsumsi oleh masyarakat

di Kabupaten Klaten, dinyatakan dalam satuan kg/tahun. Besarnya

permintaan beras di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Perkembangan Permintaan Beras di Kabupaten Klaten Tahun 1993 – 2008

Tahun Jumlah Penduduk

Permintaan Konsumsi

Perkembangan (%)

1993 1,196,501 111,119,047.90 - 1994 1,202,742 111,698,649.54 0.52 1995 1,216,009 112,930,755.83 1.10 1996 1,223,439 113,620,779.93 0.61 1997 1,228,640 114,103,796.80 0.43 1998 1,234,113 114,612,074.31 0.45 1999 1,242,711 115,410,570.57 0.70 2000 1,257,682 116,800,927.34 1.20 2001 1,265,295 117,507,946.65 0.61 2002 1,271,530 118,086,991.10 0.49 2003 1,277,297 118,622,572.39 0.45 2004 1,281,786 119,039,465.82 0.35 2005 1,286,058 119,436,206.46 0.33 2006 1,293,242 120,103,384.54 0.56 2007 1,296,987 120,451,182.69 0.29 2008 1,300,494 120,776,877.78 0.27

Rata-rata 1,254,886 116,541,257.36 0.56

Sumber : Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Klaten

Tabel 14 menyatakan bahwa permintaan beras di Kabupaten Klaten

dari tahun 1993-2008 rata-rata adalah 116.541.257,36 kg/tahun. Sedangkan

untuk rata-rata perkembangan permintaan beras di Kabupaten Klaten

mengalami peningkatan sebesar 643.885,33 kg/tahun atau 0,56%. Pada

tahun 2000 terjadi peningkatan permintaan beras yang cukup besar yaitu

Page 55: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

1,20 atau sebesar 1.390.356,77 kg/tahun. Hal ini dikarenakan pada tahun

2000 kondisi perekonomian Indonesia dalam kondisi yang cukup baik.

Pada tahun ini merupakan abad dimulainya masa milenium yang

menyebabkan meningkatnya psikologis masyarakat untuk menjalani hidup

baru yang lebih baik, semangat yang ada dalam diri masyarakat berdampak

pada tingkat banyaknya energi yang dikeluarkan oleh masyarakat. Selain

itu perubahan kehidupan yang lebih baik membutuhkan barang-barang

konsumsi yang baru, sehingga menyebabkan permintaan akan beras dalam

negeri mengalami peningkatan.

Namun seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan kesadaran

masyarakat tentang pentingnya kesehatan dan gizi mempengaruhi

peningkatan permintaan beras di Kabupaten Klaten. Hal ini di karenakan

beras merupakan sumber protein nabati yang bagus untuk pemenuhan

kebutuhan gizi masyarakat dan olahan beras seperti tempe, tahu, susu beras

dan sebagainya, merupakan makanan yang akrab dan harganya juga

terjangkau bagi semua kalangan masyarakat. Perkembangan permintaan

beras di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Gambar 6.

100000000.00

110000000.00

120000000.00

130000000.00

140000000.00

150000000.00

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

Tahun

Kg

Permintaan Beras

Gambar 6. Grafik Perkembangan Permintaan Beras di Kabupaten Klaten Tahun 1993-2008

2. Harga Beras

Harga beras dalam penelitian ini adalah jumlah uang yang dibayarkan

oleh penduduk untuk mendapatkan satu kilogram beras. Harga beras yang

diteliti dalam penelitian adalah beras varietas IR 64. Data mengenai

Page 56: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

perkembangan harga beras sebelum dan setelah dideflasi dapat dilihat pada

Tabel 15.

Tabel 15. Perkembangan Harga Beras di Kabupaten Klaten Tahun 1993-2008

Tahun Harga Sebelum Terdeflasi (Rp/kg)

Indeks Harga Konsumen

(2002 = 100)

Harga Setelah Terdeflasi (Rp/kg)

Perkembangan Harga Setelah Terdeflasi (%)

1993 564.75 26 2,172.12 1994 789.73 29 2,680.32 23.40 1995 875.00 33 2,628.57 -1.93 1996 872.37 36 2,423.12 -7.82 1997 985.25 39 2,520.40 4.01 1998 1,400.00 77 1,810.19 -28.18 1999 2,667.00 93 2,878.98 59.04 2000 1,104.00 84 1,320.27 -54.14 2001 2,560.00 91 2,803.67 112.35 2002 2,908.00 100 2,908.00 3.72 2003 2,544.00 103 2,458.49 -15.46 2004 2,473.00 106 2,335.13 -5.02 2005 3,129.00 117 2,676.49 14.62 2006 4,125.00 138 2,981.35 11.39 2007 4,475.00 147 3,039.26 1.94 2008 4,875.00 164 2,972.78 -2.19

Rata-rata 2,271.69 86.54 2,538.07 7.72

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Klaten

Harga beras yang dianalisis dalam penelitian ini adalah harga setelah

terdeflasi. Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa harga beras setelah

terdeflasi selama tahun 1993-2008 mengalami perkembangan yang

meningkat dengan peningkatan rata-rata sebesar 7,72% per tahun,

sedangkan rata-rata harga Rp 2.538,07 per kg.

Harga beras mangalami kenaikan tertinggi tarjadi pada tahun 2001

yaitu meningkat sebesar 112,35%. Hal ini disebabkan pada tahun 2001

produksi beras di Indonesia tidak mampu memenuhi kebutuhan dalam

negeri, karena permintaan akan beras meningkat sedangkan ketersediaan

beras berkurang maka terjadi kenaikan harga. Langkah-langkah yang di

tempuh pemerintah saat itu dengan melakukan impor beras dan

menggalakkan intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian untuk mencapai

swasembada beras. Perkembangan harga beras di Kabupaten Klaten di

sajikan dalam Gambar 7.

Page 57: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

0500

100015002000250030003500400045005000

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

Tahun

Rp

/Kg

Harga Sebelum Terdeflasi Harga Setelah Terdeflasi

Gambar 7. Grafik Perkembangan Harga Beras di Kabupaten Klaten Tahun

1993-2008

3. Harga Jagung

Harga jagung dalam penelitian ini adalah jumlah uang yang

dibayarkan untuk mendapatkan satu kilogram jagung. Data mengenai

perkembangan harga jagung dari tahun 1993-2008 sebelum dan setelah

dideflasi dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Perkembangan Harga Jagung di Kabupaten Klaten Tahun 1993-2008

Tahun Harga Sebelum Terdeflasi (Rp/kg)

Indeks Harga Konsumen

(2002 = 100)

Harga Setelah Terdeflasi (Rp/kg)

Perkembangan Harga Setelah Terdeflasi (%)

1993 304.17 26 1,169.88 - 1994 304.17 29 1,070.52 -8.49 1995 315.42 33 1,039.54 -2.89 1996 346.04 36 1,009.24 -2.92 1997 363.33 39 1,166.47 15.58 1998 455.98 77 637.04 -45.39 1999 490.52 93 1,216.67 90.99 2000 1,127.08 84 1,252.71 2.96 2001 1,047.50 91 1,168.19 -6.75 2002 1,066.67 100 1,376.67 17.85 2003 1,376.67 103 1,267.58 -7.92 2004 1,311.67 106 1,126.61 -11.12 2005 1,193.13 117 1,276.83 13.33 2006 1,492.71 138 1,091.51 -14.51 2007 1,510.21 147 1,323.24 21.23 2008 1,948.33 164 1,316.15 -0.54

Rata-rata 1,031.73 86.52 1,156.80 4.09

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Klaten

Page 58: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Harga jagung yang dianalisis dalam penelitian ini adalah harga setelah

terdeflasi. Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa harga jagung

setelah terdeflasi selama tahun 1993-2008 mengalami perkembangan yang

menunjukkan kenaikan dengan rata-rata sebesar 4,99% per tahun,

sedangkan rata-rata harga Rp 1.156,80 per kg.

Selain itu harga jagung yang berfluktuatif naik turun ini disebabkan

karena perubahan permintaan, perubahan produksi dan pasokan jagung dari

daerah lain di luar kabupaten Klaten, serta terjadinya perubahan harga di

tingkat distributor. Perkembangan harga jagung di Kabupaten Klaten dapat

dilihat pada Gambar 8.

0500

10001500200025003000

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

Tahun

Rp

/Kg

Harga Sebelum Terdeflasi Harga Setelah Terdeflasi

Gambar 8. Grafik Perkembangan Harga Jagung di Kabupaten Klaten Tahun 1993-2008

4. Harga Telur

Harga telur dalam penelitian ini adalah jumlah uang yang dibayarkan

oleh penduduk untuk mendapatkan satu kilogram telur. Data mengenai

perkembangan harga telur dari tahun 1994-2008 sebelum dan setelah

dideflasi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Page 59: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Tabel 17. Perkembangan Harga Telur di Kabupaten Klaten Tahun 1993-2008

Tahun Harga Sebelum Terdeflasi (Rp/kg)

Indeks Harga Konsumen

(2002 = 100)

Harga Setelah Terdeflasi (Rp/kg)

Perkembangan Harga Setelah Terdeflasi (%)

1993 910.91 26 3,446.11 - 1994 2,015.00 35 5,757.14 67.06 1995 2,019.00 33 6,118.18 6.27 1996 2,022.00 36 5,616.67 -8.20 1997 2,040.00 39 5,230.77 -6.87 1998 5,710.00 77 7,824.68 49.59 1999 6,025.00 93 6,139.78 -21.53 2000 7,642.00 84 9,097.62 48.17 2001 6,515.00 91 7,159.34 -21.31 2002 6,151.00 100 6,151.00 -14.08 2003 6,935.00 103 6,701.91 8.96 2004 6,540.00 106 6,169.81 -7.94 2005 6,865.00 117 5,867.52 -4.90 2006 7,530.00 138 5,442.32 -7.25 2007 8,260.00 147 5,609.89 3.08 2008 9,233.00 164 5,629.88 0.36

Rata-rata 5,400.81 86.91 6,122.66 6.09

Sumber : BPS Kabupaten Klaten, 1993-2008

Harga telur yang dianalisis dalam penelitian ini adalah harga setelah

terdeflasi. Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui bahwa harga telur setelah

terdeflasi selama tahun 1993-2008 mengalami perkembangan yang

meningkat dengan peningkatan rata-rata sebesar 6,09% per tahun, sedangkan

rata-rata harga Rp 6.122,66 per kg.

Harga telur yang mangalami kenaikan tertinggi tarjadi pada tahun

1998 yaitu meningkat sebesar 49,59%. Hal ini disebabkan pada tahun 1998

terjadi krisis moneter yang melanda negara Indonesia sehingga

menyebabkan harga barang maupun jasa mengalami peningkatan.

Sedangkan harga terendah dari telur terjadi pada tahun 1999 dengan

penurunan sebesar -21,31%. Hal ini dikarenakan perekonomian sudah mulai

membaik dan harga-harga mulai stabil sehingga harga telur menurun.

Harga Telur yang berfluktuatif naik turun ini disebabkan karena

perubahan produksi dan pasokan telur dari daerah lain di luar kabupaten

Klaten, serta terjadinya perubahan harga ditingkat distributor. Perkembangan

harga telur di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Gambar 9.

Page 60: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

0100020003000400050006000700080009000

10000

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

Tahun

Rp

/Kg

Harga Sebelum Terdeflasi Harga Setelah Terdeflasi

Gambar 9. Grafik Perkembangan Harga Telur di Kabupaten Klaten Tahun 1994-2008

5. Pendapatan Penduduk Kabupaten Klaten

Pendapatan penduduk klaten yang dimaksud adalah rata-rata

pendapatan riil perkapita masyarakat di Kabupaten Klaten per tahun.

Pendapatan riil perkapita didapatkan dengan melakukan pendeflasian

terhadap PDRB perkapita tahun yang bersangkutan dengan indeks implisit

tahun dasar (2002 = 100). Data mengenai perkembangan pendapatan

penduduk sebelum dan setelah dideflasi dapat dilihat pada Tabel 18.

Page 61: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Tabel 18. Perkembangan Pendapatan Perkapita di Kabupaten Klaten, 1994-2008

Tahun Pendapatan Sebelum

Terdeflasi (Rp)

Indeks Implisit PDRB

(2002 = 100)

Pendapatan Setelah Terdeflasi

(Rp/kg)

Perkembangan Pendapatan Setelah

Terdeflasi (%) 1993 857,572.43 31.24 2,745,461.74 - 1994 895,719.31 36.00 2,488,247.43 -9.37 1995 972,613.60 37.20 2,614,412.13 5.07 1996 1,032,930.64 38.73 2,666,935.12 2.01 1997 1,055,812.71 43.55 2,424,480.37 -9.09 1998 932,344.06 69.39 1,343,648.22 -44.58 1999 933,040.23 77.59 1,202,588.39 -10.50 2000 956,415.71 81.55 1,172,854.23 -2.47 2001 2,755,295.68 89.12 3,091,669.30 163.60 2002 2,848,384.33 100.00 2,848,384.33 -7.87 2003 1,053,576.56 105.96 994,334.13 -65.09 2004 3,107,333.54 111.72 2,781,457.93 179.73 2005 3,240,821.00 117.01 2,769,695.75 -0.42 2006 3,290,470.00 102.25 3,218,063.57 16.19 2007 3,392,004.66 91.35 3,713,196.12 15.39 2008 3,516,704.93 82.34 4,270,955.71 15.02

Rata-rata 1,927,564.96 78.92 2,521,649.03 16.51

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten

Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa pendapatan perkapita di

Kabupaten Klaten mengalami peningkatan sebesar 16,51% atau

Rp 2.521.649,03 per tahun. Peningkatan pendapatan disebabkan oleh

semakin meningkatnya pembangunan yang menyebabkan peningkatan laju

pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan

kesempatan kerja yang berdampak pada peningkatan pendapatan penduduk.

Kenaikan pendapatan penduduk yang paling mencolok adalah pada tahun

2001 yaitu sebesar 163,60 %. Peningkatan pendapatan penduduk ini

disebabkan karena kegiatan perekonomian di Kabupaten Klaten

menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari adanya

perbaikan maupun penambahan jumlah sarana dan prasarana yang telah

dibangun oleh pemerintah untuk memperlancar kegiatan perekonomian

misalnya, perbaikan jalan raya, transportasi dan komunikasi, pembangunan

pusat pertokoan dan perbelanjaan. Dengan peningkatan sarana dan prasarana

tersebut maka akan memperlancar kegiatan-kegiatan perekonomian sehingga

dapat mendorong masyarakat untuk membuka usaha maupun pengusaha

untuk memperbesar usahanya sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan

Page 62: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

baru bagi masyarakat. Perkembangan pendapatan masyarakat di Kabupaten

Klaten dapat dilihat pada Gambar 10.

500000

1000000

1500000

2000000

2500000

3000000

3500000

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

Tahun

Rp

/Kg

Harga Sebelum Terdeflasi Harga Setelah Terdeflasi

Gambar 10. Grafik Perkembangan Pendapatan penduduk Kabupaten Klaten Tahun 1994-2008

6. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah

penduduk yang menetap di Kabupaten Klaten. Data mengenai

perkembangan jumlah penduduk dari tahun 1993 sampai dengan tahun

2008 dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten Klaten Tahun 1993-2008

Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Perkembangan (%)1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

1.196.501 1.202.742 1.216.009 1.223.439 1.228.640 1.234.113 1.242.711 1.257.682 1.265.295 1.271.530 1.277.297 1.281.786 1.286.053 1.293.242 1.296.987 1.300.494

-0,521,100,610,430,450,701,200,610,490,450,350,330,560,290,27

Rata-rata 1.254.658 0,56

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten

Page 63: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Tabel 19 menyatakan bahwa perkembangan jumlah penduduk di

Kabupaten Klaten menunjukkan peningkatan sebesar 0,52%, sedangkan

rata-rata jumlah penduduk Kabupaten Klaten adalah 1.258.534,67 jiwa.

Jumlah penduduk di Kabupaten Klaten selalu mengalami peningkatan.

Peningkatan jumlah penduduk ini disebabkan oleh berbagai hal seperti

adanya kelahiran, peningkatan kesehatan masyarakat sehingga menurunkan

angka kematian, adanya perbaikan keadaan perekonomian di Kabupaten

Klaten dengan tujuan mencari pekerjaan. Selain itu penyeban terjadinya

peningkatan dan penurunan jumlah penduduk disebabkan adanya jumlah

penduduk yang pindah (Out-Migran) dan penduduk yang datang (In-

Migran.

Tabel 20. Banyaknya Penduduk yang Datang dan Pindah di Kabupaten Klaten tahun 2004-2008

Tahun Datang (In-Migran) Pindah (Out-Migran)

2004 4.649 5.891 2005 4.016 5.549 2006 4.160 5.936 2007 6.347 8.024 2008 5.864 8.302

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Klaten

Selain itu, penyebab lainnya adalah adanya kesalahan dalam

pencatatan, seperti pada saat registrasi banyak penduduk yang tidak tercatat

atau melaporkan kejadian demografi yang dialaminya seperti kematian,

kelahiran, maupun kepindahan (Out Migran).

Page 64: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Perkembangan jumlah penduduk di Kabupaten Klaten dapat dilihat

pada Gambar 11.

11800001200000122000012400001260000128000013000001320000

1993

1994

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

Tahun

Kg

Jumlah Penduduk

Gambar 11. Grafik Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten Klaten

Tahun 1994-2008

B. Analisis Permintaan Beras di Kabupaten Klaten

1. Estimasi Fungsi Permintaan

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh model fungsi permintaan

beras di Kabupaten Klaten adalah sebagai berikut:

Ln Ù

Qd = 4,785 + 0,010 Ln X1 + 0,008 Ln X2 + 0,003 Ln X3 - 0,000 LnX4

+ 0,981 Ln X5

Keterangan : Ù

Qd : Permintaan beras (Kg/Tahun)

X1 : Harga beras (Rp/Kg)

X2 : Harga jagung (Rp/Kg)

X3 : Harga Telur (Rp/Kg)

X4 : Pendapatan penduduk (Rp/Tahun)

X5 : Jumlah penduduk (Jiwa)

2. Pengujian Model

Untuk menganalisis hubungan antara permintaan beras di Kabupaten

Klaten dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya digunakan model

regresi linier berganda dalam bentuk fungsi logaritma natural. Agar dapat

Page 65: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

memperoleh hasil regresi yang terbaik maka harus memenuhi kriteria

statistik sebagai berikut :

a. Uji R2 Adjusted

Nilai koefisien determinasi menunjukkan seberapa besar

sumbangan variable-variabel bebas secara bersama-sama terhadap

variabel tidak bebasnya. Berdasarkan hasil dari analisis diperoleh nilai

adjusted R2 sebesar 0,999. Hal ini menunjukkan bahwa 99,9%

permintaan beras di Kabupaten Klaten dapat dijelaskan oleh variabel

bebas yang digunakan dalam model yaitu harga beras, harga jagung,

harga telur, pendapatan penduduk, dan jumlah penduduk. Sedangkan

sisanya sebesar 0,1% dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

misalnya: selera konsumen, cita rasa, preferensi konsumen dll.

b. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas yang

diteliti secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan

beras di Kabupaten Klaten. Hasil analisis uji F dapat dilihat pada Tabel

21.

Tabel 21. Hasil Analisis Varian Variable-Variabel yang Berpengaruh Terhadap Permintaan Beras di Kabupaten Klaten.

Model Sum of Squares df

Mean Square F Sig.

Regression 0,012 5 0,002 2529,788*** 0,000a Residual 0,000 10 0,000 Total 0,012 15

Sumber : Diadopsi dari Lampiran 2 *** : signifikasi pada tingkat kepercayaan 99%

Berdasarkan analisis uji F yang dilakukan dapat diketahui bahwa

nilai signifikasi sebesar 0.000 dan lebih kecil dari α = 0,01. Hal ini

menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas yang diamati yaitu harga

beras, harga jagung, harga telur, pendapatan penduduk, dan jumlah

Page 66: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

penduduk secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan

beras di Kabupaten Klaten.

c. Uji-t

Uji-t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yang

diteliti secara individual terhadap permintaan beras di Kabupaten

Klaten. Hasil analisis uji - t dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Hasil Analisis Uji-t Masing-Masing Variabel Bebas

Variabel Koefisien regresi t hitung Signifikasi Harga beras (X1) -0,010 -6,547 0,000 *** Harga jagung (X2) 0,008 4,739 0,001 *** Harga Telur (X3) 0,003 1,888 0,088 * Pendapatan penduduk (X4) 0,000 0,373 0,274 ns Jumlah penduduk (X5) 0,981 46,298 0,000***

Sumber : Diadopsi dari Lampiran 2

Keterangan : *** : signifikasi pada tingkat kepercayaan 99% ** : signifikasi pada tingkat kepercayaan 95% * : signifikasi pada tingkat kepercayaan 90% ns : tidak signifikan

Tabel 22 menyatakan bahwa variabel harga telur berpengaruh

nyata terhadap permintaan beras di Kabupaten Klaten pada tingkat

kepercayaan 90%. Hal ini ditunjukkan oleh probabilitas atau nilai

signifikansi dari masing-masing variabel tersebut yang lebih kecil dari

nilai α = 0,10 (P < 0,10). Variabel harga beras, harga jagung dan jumlah

berpengaruh nyata terhadap permintaan beras di Kabupaten Klaten pada

tingkat kepercayaan 99%. Hal ini ditunjukkan oleh probabilitas atau

nilai signifikansi dari masing-masing variabel tersebut yang lebih kecil

dari nilai α = 0,01 (P < 0,01). Variabel pendapatan penduduk tidak

berpengaruh nyata pada permintaan beras di Kabupaten Klaten, hal ini

ditunjukkan oleh nilai signifikansinya yang lebih besar dari nilai α =

1%, 5%, dan 10%.

Page 67: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

d. Variabel Bebas yang Paling Berpengaruh

Untuk mengetahui variabel bebas yang paling berpengaruh dapat

diketahui dari nilai standar koefisien regresi. Semakin besar nilai standar

koefisien regresi maka semakin besar pengaruh variabel bebas tersebut

terhadap permintaan beras. Nilai standar koefisien regresi dapat dilihat

pada Tabel 23

Tabel 23. Nilai Standar Koefisien Regresi Variabel-Variabel yang Berpengaruh Terhadap Permintaan beras di Kabupaten Klaten

Variabel Standar Koefisien Regresi Peringkat Jumlah penduduk (X5) 0,97819 1 Harga Beras (X1) 0,00128 2 Harga jagung (X2) 0,00125 3 Harga telur (X3) 0,00040 4

Sumber : Diadopsi dari Lampiran 4

Tabel 23 menyatakan bahwa variabel jumlah penduduk (X5)

memiliki nilai standar koefisien regresi yang terbesar. Hal ini

menunjukkan jumlah penduduk mempunyai pengaruh yang terbesar

terhadap permintaan beras di Kabupaten Klaten. Sedangkan variabel

yang mempunyai pengaruh paling kecil adalah harga beras. Penjelasan

mengenai pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap

permintaan beras di Kabupaten Klaten dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk menggambarkan potensi banyaknya

konsumen yang membeli suatu barang. Oleh karena itu, dengan

semakin meningkatnya jumlah penduduk maka kebutuhan juga akan

meningkat khususnya kebutuhan akan pangan karena setiap orang

membutuhkan pangan untuk pertumbuhan dan pemenuhan gizi yang

dibutuhkan oleh tubuh. Beras merupakan makanan pokok

masyarakat Indonesia. Berdasarkan nilai standar koefisien regresi,

jumlah penduduk mempunyai pengaruh terbesar dalam beras di

Kabupaten Klaten.

Page 68: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Hal ini dikarenakan dengan semakin meningkatnya jumlah

penduduk, maka kebutuhan pangan maupun bahan makanan akan

meningkat. Oleh karena itu, jumlah penduduk sangat berpengaruh

terhadap permintaan beras. Peningkatan jumlah penduduk berarti

menyebabkan perubahan struktur umur. Pada permintaan beras juga

mengalami perubahan karena konsumsi beras antara orang dewasa

dengan anak-anak maupun remaja berbeda-beda.

2. Harga Beras

Berdasarkan nilai standar koefisien regresi, harga beras berada

pada urutan kedua dalam mempengaruhi permintaan beras. Pada saat

harga beras naik, maka konsumsi terhadap beras akan mengalami

penurunan. Karena beras merupakan makanan pokok bangsa

Indonesia, meskipun terjadi peningkatan harga beras tidak

menyurutkan keinginan masyarakat untuk mengkonsumsi beras.

3. Harga Jagung

Berdasarkan nilai standar koefisien regresi, harga jagung berada

pada urutan ketiga dalam mempengaruhi permintaan beras. Pada saat

pendapatan masyarakat terbatas biasanya sebagai alternatif

digunakan dahulu untuk memenuhi kebutuhan pangan pokok yaitu

jagung. Oleh karena itu apabila harga beras meningkat salah satu

pilihan yang mudah dan murah oleh masyarakat adalah dengan

membeli jagung, maka harga jagung berpengaruh terhadap

peningkatan harga beras.

4. Harga Telur

Harga merupakan salah satu faktor utama yang sangat

diperhatikan oleh konsumen untuk mengambil keputusan dalam

pembelian suatu barang. Oleh karena itu, apabila di dalam suatu

pasar menjual sejenis barang yang mempunyai manfaat atau

kegunaan yang sama, maka konsumen akan lebih memilih untuk

membeli barang yang harganya lebih murah. Berdasarkan Tabel 23

dapat diketahui bahwa nilai dari standar koefisien regresi variabel

Page 69: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

harga telur mempunyai urutan keempat dalam mempengaruhi

permintaan beras di Kabupaten Klaten.

3. Pengujian Asumsi Klasik

Agar koefisien-koefisien regresi yang dihasilkan dengan metode OLS

(Ordinary Least Square) bersifat BLUE (Best Linier Unbiassed Estimated),

maka asumsi-asumsi persamaan regresi linier klasik harus dipenuhi oleh

model. Uji penyimpangan terhadap asumsi klasik yang dilakukan meliputi

uji deteksi multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Berikut

ini adalah hasil pengujian model fungsi permintaan beras di Kabupaten

Klaten terhadap asumsi klasik:

a. Multikolinieritas

Multikolinieritas merupakan keadaan adanya korelasi antar

variabel bebas dalam model regresi. Sedangkan untuk model regresi

yang baik seharusnya tidak ada korelasi antar variabel bebas. Oleh

karena itu, untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas dapat

dilihat dari nilai matrik Pearson Correlation (PC<0,8). Hasil dari

analisis diperoleh nilai matrik Pearson Correlation ada yang lebih besar

dari 0,8 (nilai matrik Pearson Correlation yang terbesar adalah 0,854).

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa terjadi multikolinieritas di

antara variabel-variabel bebas. Namun berdasarkan teori yang

dikemukakan oleh Ghozali (2005) terjadinya multikonelearitas apabila

nilai matrik Pearson Correlation lebih besar dari 0,9 (PC>0,9).

b. Autokorelasi

Autokorelasi merupakan suatu keadaan dimana dalam suatu

persamaan regresi terdapat hubungan atau korelasi antara kesalahan

penggangu. Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi dapat

diketahui dengan melihat nilai Durbin Watson (D-W). Sedangkan

kriteria pengujian yang digunakan adalah :

1. 1,65 < DW < 2,35 artinya tidak terjadi autokorelasi.

2. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW <2,79 artinya tidak dapat

disimpulkan.

Page 70: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

3. DW < 1,21 atau DW > 2,79 artinya terjadi autokorelasi.

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui nilai Durbin Watson

yaitu sebesar 2,186 sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model

yang digunakan tidak terjadi autokorelasi karena nilai tersebut berada di

antara 1,65 < DW < 2,35.

c. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan

ke pengamatan lain. Dalam penelitian ini Uji heteroskedastisitas

dilakukan dengan Uji Park dan diagram scatterplot, dari hasil analisis

dengan menggunakan Uji Park menunjukkan bahwa hasil uji-t tidak

signifikan. Ini berarti bahwa kesalahan pengganggu mempunyai varians

yang sama atau terjadi homoskedastisitas. Oleh karena itu dapat

disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas dalam model yang

digunakan. Dari diagram scatterplot dapat diketahui bahwa titik-titik yang

ada dalam diagram menyebar dan tidak membentuk suatu pola tertentu,

ini berarti bahwa tidak terjadi heterokedastisitas.

4. Elastisitas Permintaan Beras di Kabupaten Klaten

Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif jumlah unit barang

yang dibeli akibat adanya perubahan salah satu faktor yang

mempengaruhinya. Untuk mengetahui nilai elastisitas dari masing-masing

variabel yang mempengaruhi permintaan beras di Kabupaten Klaten dapat

diketahui dari nilai koefisien regresi masing-masing variabel penduganya

karena salah satu ciri menarik dari model logaritma berganda adalah nilai

koefisien regresi bi menunjukkan nilai elastisitasnya. Hasil analisis

elastisitas permintaan beras di Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Tabel

24.

Page 71: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Tabel 24. Nilai Elastisitas Permintaan beras di Kabupaten Klaten

Variabel Nilai elastisitas Harga Silang Pendapatan Harga Beras (X1) -0,010 Harga Jagung (X2) 0,008 Harga Telur (X3) 0,003 Pendapatan penduduk (X4) 0,0003

Sumber: Diadopsi dari Lampiran 3

Nilai elastisitas permintaan tersebut dapat dijelaskan berikut ini :

a. Elastisitas Harga (Ep)

Berdasarkan analisis diketahui besarnya elastisitas harga beras

sebesar -0,010. Nilai elastisitas bertanda negatif menunjukkan bahwa

variabel harga beras memiliki hubungan yang terbalik dengan

permintaan beras, artinya jika harga beras naik 1% maka permintaan

beras akan turun sebesar 0,010%, begitu juga sebaliknya. Permintaan

beras bersifat inelastis karena nilai koefisien elastisitasnya 0<Ep<1,

yang artinya jumlah beras yang diminta berubah dengan persentase

yang lebih kecil daripada perubahan harga beras.

b. Elastisitas Silang (Ec)

Berdasarkan analisis diketahui bahwa besarnya elastisitas silang

dari harga jagung adalah 0,008; artinya, jika harga jagung naik 1%

maka permintaan beras akan naik sebesar 0,008%; begitu juga

sebaliknya. Tanda positif pada nilai elastisitas harga jagung

menunjukkan bahwa jagung merupakan barang substitusi dari beras.

Sedangkan untuk elastisitas silang dari harga telur adalah 0,003.

Berarti jika harga telur naik sebesar 1% maka permintaan beras akan

meningkat sebesar 0,003% dan sebaliknya. Nilai elastisitas harga silang

yang bertanda positf pada harga telur menunjukkan bahwa telur

merupakan barang subtitusi dari beras, hal ini bertentangan dengan

teori yang seharusnya barang komplementer bertanda negatif.

c. Elastisitas Pendapatan

Berdasarkan analisis diketahui besarnya elastisitas pendapatan

adalah 0,0003 yang berarti jika terjadi kenaikan pendapatan sebesar 1%

Page 72: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

maka akan mengakibatkan bertambahnya permintaan beras sebesar

0 %, begitu juga sebaliknya. Angka elastisitas pendapatan penduduk

yang lebih kecil dari satu bertanda positif, menunjukkan bahwa

elastisitas pendapatan tidak signifikan yang Artinya presentase

perubahan permintaan lebih kecil daripada perubahan pendapatan

(inelastis), dengan kata lain adanya peningkatan atau penurunan

pendapatan belum tentu akan menyebabkan perubahan jumlah beras

yang diminta.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu

daerah tertentu dengan tingkat harga tertentu dan dalam periode tertentu.

Hukum permintaan mengatakan bahwa untuk barang normal ada hubungan

terbalik antara harga dan kuantitas, yaitu apabila harga naik maka kuantitas

yang ingin dibeli konsumen akan berkurang. Hukum permintaan hanya berlaku

bila kondisi cateris paribus atau diasumsikan faktor-faktor lain tidak mengalami

perubahan.

Produksi beras di Kabupaten Klaten cenderung mengalami peningkatan,

walaupun pada tahun 2006 mengalami penurunan dikarenakan adanya bencana

alam pada tahun tersebut. Untuk Kabupaten Klaten, konsumsi beras mengalami

peningkatan setiap tahunnya. Tingginya tingkat permintaan beras tiap tahun di

Kabupaten Klaten ini mendorong peneliti untuk mengkaji faktor-faktor apa

yang menyebabkan tingginya tingkat permintaan beras di Kabupaten Klaten.

Berdasarkan uji F, faktor-faktor yang digunakan sebagai penduga yang

akan mempengaruhi tingkat permintaan beras di Kabupaten Klaten untuk

analisis permintaan statis meliputi: harga beras, harga jagung, harga telur,

pendapatan penduduk, jumlah penduduk, dan permintaan beras tahun

sebelunya secara bersama-sama berpengaruh sangat nyata terhadap permintaan

beras di Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 99%. Hal ini ditunjukkan

oleh nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai α = 0,01 (P < 0,01).

Berdasarkan hasil uji-t, menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh

signifikan pada tingkat kepercayaan 99% adalah harga beras, harga jagung dan

Page 73: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

jumlah penduduk, sedangkan untuk tingkat kepercayaan 90% variabel yang

berpengaruh signifikan adalah harga telur. Berdasarkan hasil analisis penelitian

untuk mengetahui penjelasan lebih lanjut dari masing-masing variabel bebas

yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan analisis regresi dapat

dijelaskan keterangan berikut:

1. Harga Beras (X1)

Analisis harga beras menghasilkan koefisien regresi yang bertanda

sama yaitu negatif. Hal ini menunjukkan bahwa bila harga beras naik maka

jumlah beras yang diminta akan turun. Hasil penelitian menunjukkan

kenaikan jumlah beras yang diminta ini disebabkan oleh kenaikan harga

beras karena secara statistik variabel ini memberikan pengaruh signifikan

terhadap permintaan beras. Berarti peningkatan maupun penurunan jumlah

beras yang diminta dipengaruhi oleh naik turunnya harga beras. Dengan

demikian maka pemilihan harga beras sebagai faktor yang mempengaruhi

permintaan beras sudah cukup tepat.

Harga komoditi pertanian, seperti harga beras relatif berfluktuasi. Hal

ini dapat dipengaruhi oleh musim, dimana saat musim panen produk beras

melimpah sehingga harga rendah maka permintaan konsumen terhadap

beras meningkat. Sedangkan pada musim paceklik, produk beras menurun

sehingga harga melambung tinggi yang mengakibatkan menurunnya

permintaan konsumen terhadap komoditi ini. Hal tersebut sesuai dengan

hokum permintaan yang menyatakan bahwa semakin rendah harga suatu

komoditi maka jumlah yang akan diminta untuk komoditi tersebut akan

semakin besar dan sebaliknya. Jadi, apabila harga beras itu sendiri naik

maka permintaan beras akan menurun. Sehingga konsumen akan

mengurangi konsumsi terhadap beras dan beralih atau memilih membeli

barang pengganti yang harganya lebih murah dengan manfaat yang hampir

sama.

Berpengaruhnya harga beras terhadap permintaan beras sedikit

banyak disebabkan karena harga beras yang terjadi masih di pengaruhi oleh

campur tangan pemerintah dengan adanya operasi pasar oleh BULOG

sehingga harga beras yang berlaku bukanlah harga yang sebenarnya.

Page 74: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

2. Harga Jagung (X2)

Suatu barang dikatakan sebagai barang substitusi jika barang tersebut

penggunaanya dapat menggantikan barang lain. Pada penelitian ini jagung

diasumsikan sebagai barang substitusi bagi beras.

Pada model analisis permintaan di peroleh koefisien regresi bertanda

positif. Sehingga bisa di artikan bila harga jagung meningkat maka jumlah

beras yang diminta akan naik. Hal ini dapat dikaitkan dengan fungsi jagung

sebagai bahan makanan tambahan dapat juga di gunakan sebagai bahan

makanan pokok. Apabila harga jagung naik maka permintaan beras akan

meningkat dalam rangka sebagai pemenuhan makanan pokok selain beras.

Seperti halnya harga jagung, disini secara statistik berdasarkan uji t,

variabel harga jagung memberikan pengaruh signifikan terhadap

permintaan beras di Kabupaten Klaten. Keadaan ini dapat diterima karena

jagung hampir seperti beras yang digunakan sebagai makanan pokok

pengganti beras, sehingga peningkatan harga jagung akan diikuti dengan

permintaan beras.

Jagung bukan merupakan makanan pokok bangsa Indonesia,

sehingga para petani menanam jagung pada waktu-waktu tertentu ketika

musim sudah tidak sesuai lagi ditanami padi. Hal ini menjadikan jagung

sebagai barang substitusi dari beras. Sehingga pada musim-musim di mana

beras sudah mulai berkurang sebagai alternatif utama konsumsi masyarakat

adalah jagung, hal itu mampu direspon oleh pasar dengan meningkatkan

harga jagung. Karena sesuai dengan hukum permintaan, semakin tinggi

permintaan dan jumlah produk menurun maka harga komoditi akan

mengalami peningkatan, artinya meningkatnya harga jagung itu disebabkan

permintaan yang tinggi pada jagung akibat menurunnya produksi beras dan

meningkatnya permintaan terhadap beras.

3. Harga Telur (X3)

Pada model analisis harga telur di peroleh koefisien regresi bertanda

positif. Sehingga bisa di artikan bila harga telur naik maka jumlah beras

Page 75: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

yang diminta akan naik. Hal ini dapat dikaitkan dengan fungsi beras dan

telur sebagai bahan makanan tambahan sumber protein. Apabila harga telur

naik maka permintaan beras akan meningkat dalam rangka sebagai

pemenuhan makanan tambahan sebagai lauk pauk untuk konsumsi. Seperti

halnya harga jagung, disini secara statistik berdasarkan uji t, variabel harga

telur memberikan pengaruh signifikan terhadap permintaan beras di

Kabupaten Klaten. Keadaan ini dapat diterima karena harga telur yang lebih

tinggi dibandingkan beras.

Telur merupakan bahan makan sumber protein dan sebagai

pemenuhan makanan pelengkap sebagai lauk pauk untuk konsumsi. Akan

tetapi dari hasil analisis regresi, telur bertanda positif sehingga telur tidak

dapat dijelaskan sebagai barang pelengkap melainkan barang pelengkap

yang digunakan digantikan oleh barang pelengkap selain telur seperti tahu,

tempe maupun daging yang tidak termasuk dalam variabel penelitian.

4. Pendapatan Penduduk (X4)

Pendapatan merupakan faktor yang penting dalam menentukan

variasi permintaan terhadap berbagai jenis barang karena besar kecilnya

pendapatan dapat menggambarkan daya beli konsumen. Bila terjadi

perubahan dalam pendapatan maka akan menimbulkan perubahan dalam

mengkonsumsi berbagai jenis barang.

Berdasarkan hasil analisis uji-t diketahui bahwa variabel pendapatan

penduduk tidak berpengaruh signifikan terhadap permintaan beras. Nilai

elastisitas yang positif menunjukkan bahwa pendapatan penduduk

berbanding terbalik dengan jumlah permintaan beras di Kabupaten Klaten.

Hal ini dapat diterima karena semakin tinggi pendapatan penduduk di

Kabupaten Klaten yang notabenya masyarakat perkotaan lebih cenderung

mementingkan prestice, artinya dengan pendapatan yang tinggi masyarakat

akan berusaha menunjukkan bahwa makanannya tidak hanya beras,

melainkan roti maupun daging.

Selain itu, pada kondisi yang terbatas, sebagian besar penduduk di

Kabupaten Klaten tetap mengkonsumsi beras, karena Klaten merupakan

salah satu lumbung padi di Jawa Tengah yang menghasilkan produksi beras

Page 76: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

yang cukup melimpah, sehingga kebutuhan masyarakat terhadap

permintaan beras sudah dapat tercukupi. Sehingga adanya peningkatan

maupun penurunan pendapatan penduduk biasanya akan berpengaruh

terhadap makanan pendamping beras sebagai bahan tambahan protein

maupun vitamin seperti sayur-sayuran dan buah-buahan.

5. Jumlah Penduduk (X5)

Berdasarkan hasil analisis jumlah penduduk menghasilkan koefisien

regresi yang bertanda positif. Hal ini menunjukkan bahwa bila jumlah

penduduk naik maka jumlah beras yang diminta akan ikut mengalami

peningkatan. Berdasarkan hasil uji-t diketahui bahwa variabel jumlah

penduduk berpengaruh signifikan dan positif terhadap permintaan beras.

Hal ini berarti jumlah penduduk berbanding lurus dengan jumlah

permintaan beras di Kabupaten Klaten. Berdasarkan nilai koefisien regresi

parsial variabel jumlah penduduk mempunyai nilai koefisien regresi yang

paling besar, sehingga variabel jumlah penduduk merupakan variabel yang

paling berpengaruh terhadap permintaan beras. Hasil analisis ini dapat

dimengerti karena terdapat keterkaitan yang erat antara jumlah penduduk

dengan konsumsi beras. Gambaran jumlah penduduk di Kabupaten Klaten

menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Adanya peningkatan jumlah

penduduk akan mengakibatkan meningkatnya permintaan beras.

Peningkatan jumlah penduduk saat ini memang agak sulit untuk

dikendalikan. Hal ini disebabkan program Kelurga Berencana di

masyarakat sudah kurang digalakkan. Adanya program Keluarga Berencana

sedikit banyak akan mengendalikan pertambahan penduduk, sehingga

konsumsi atau permintaan terhadap beras akan dapat ditekan. Sebaliknya

dengan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap pentingnya Kelurga

Berencana makan akan semakin meningkatkan jumlah penduduk, yang

akibatnya akan meningkatkan jumlah konsumsi beras dalam masyarakat.

Page 77: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Penelitian mengenai permintaan beras di Kabupaten Klaten ini

menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :

1. a. Harga beras, harga jagung, harga telur, pendapatan penduduk, jumlah

penduduk dan permintaan beras tahun sebelumnya secara bersama-

sama berpengaruh nyata pada permintaan beras di Kabupaten Klaten.

b. Pada analisis diketahui bahwa variabel harga beras, harga jagung dan

jumlah penduduk berpengaruh signifikan pada permintaan beras di

Kabupaten Klaten pada tingkat kepercayaan 99%. Variabel harga telur

berpengaruh signifikan terhadap permintaan beras pada tingkat

kepercayaan 90%. Sedangkan pendapatan penduduk tidak berpengaruh

signifikan pada permintaan beras di Kabupaten Klaten.

2. Elastisitas

a. Elastisitas Harga

Berdasarkan analisis diketahui besarnya elastisitas harga beras

sebesar -0,010. Nilai elastisitas bertanda negatif menunjukkan bahwa

variabel harga beras memiliki hubungan yang terbalik dengan

permintaan beras, artinya jika harga beras naik 1% maka permintaan

beras akan turun sebesar 0,010%, begitu juga sebaliknya. Permintaan

beras bersifat inelastis karena nilai koefisien elastisitasnya 0<Ep<1,

yang artinya jumlah beras yang diminta berubah dengan persentase

yang lebih kecil daripada perubahan harga beras, jadi dapat dijelaskan

di Kabupaten Klaten beras merupakan barang normal.

b. Elastisitas Silang

Berdasarkan analisis diketahui bahwa besarnya elastisitas silang

dari harga jagung adalah 0,008; artinya, jika harga jagung naik 1%

maka permintaan beras akan naik sebesar 0,008%; begitu juga

sebaliknya. Tanda positif pada nilai elastisitas harga jagung

menunjukkan bahwa jagung merupakan barang substitusi dari beras.

Page 78: ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI fileperpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user ii HALAMAN PENGESAHAN ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Sedangkan untuk elastisitas silang dari harga telur adalah 0,003.

Berarti jika harga telur naik sebesar 1% maka permintaan beras akan

meningkat sebesar 0,003% dan sebaliknya. Nilai elastisitas harga

silang yang bertanda positf pada harga telur menunjukkan bahwa telur

merupakan barang substitusi dari beras.

c. Elastisitas Pendapatan

Berdasarkan analisis diketahui besarnya elastisitas pendapatan

adalah 0,0003 yang berarti jika terjadi kenaikan pendapatan sebesar

1% maka akan mengakibatkan bertambahnya permintaan beras

sebesar 0,0003%, begitu juga sebaliknya. Angka elastisitas pendapatan

penduduk yang lebih kecil dari satu bertanda positif, menunjukkan

bahwa beras termasuk barang normal (inelastis). Artinya presentase

perubahan permintaan lebih kecil daripada perubahan pendapatan,

dengan kata lain adanya peningkatan atau penurunan pendapatan

belum tentu akan menyebabkan perubahan jumlah beras yang diminta.

B. Saran

Mengingat beras merupakan bahan makanan pokok permintaan beras

tiap tahunnya meningkat. Untuk itu perlu adanya upaya untuk menjaga

ketersediaan beras agar kebutuhan akan beras dapat selalu terpenuhi. Dalam

upaya menjaga dan memenuhi kebutuhan beras perlu diperhatikan adalah

menjaga proses distribusi beras agar permintaan beras di Kabupaten Klaten

terpenuhi, selain distribusi upaya menjaga dan memenuhi perlu diperhatikan

bahwa beras dipengaruhi oleh harga beras, harga jagung, harga telur dan

jumlah penduduk. Sedangkan pengaruh yang paling besar mempengaruhi

permintaan beras adalah harga beras diikuti oleh harga jagung dan jumlah

penduduk masyarakat Kabupaten Klaten.