Upload
others
View
32
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN KAFE TERHADAP
PEMBELIAN MINUMAN COKELAT
DI KABUPATEN JEMBER
SKRIPSI
Oleh
Muhammad Bayu Alfiansyah
NIM 151510601159
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
i
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN KAFE TERHADAP
PEMBELIAN MINUMAN COKELAT
DI KABUPATEN JEMBER
SKRIPSI
diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Studi Agribisnis (S1)
dan mencapai gelar Sarjana Pertanian
Oleh
Muhammad Bayu Alfiansyah
NIM 151510601159
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
ii
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur, skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Ayahanda Kristiyadi dan Ibunda Setiawandari, terima kasih atas kasih sayang,
motivasi dan doa yang diberikan kepada saya untuk sekolah hingga ke
Perguruan Tinggi dan bisa meraih gelar sarjana.
2. Prof. Dr. Ir. Yuli Hariyati, M.S. selaku dosen pembimbing saya yang telah
sabar dan banyak membantu dalam kesempurnaan skripsi mulai dari awal
hingga akhir.
3. Bapak/Ibu Guru dari Taman Kanak-Kanak sampai dengan Perguruan Tinggi
yang telah banyak memberikan ilmu, pengetahuan dan motivasi.
4. Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2015.
5. Almamater yang saya banggakan, Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Jember.
iii
MOTTO
“Semuanya akan baik-baik saja di akhir.
Jika tidak baik-baik saja, maka itu bukan akhir.”
~John Lennon~
“Tidak ada yang tidak bisa Anda selesaikan.”
~John Lennon~
iv
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Muhammad Bayu Alfiansyah
NIM : 151510601159
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah yang berjudul “Analisis
Perilaku Konsumen Kafe terhadap Pembelian Minuman Cokelat di
Kabupaten Jember” adalah benar-benar hasil karya sendiri, kecuali kutipan yang
sudah saya sebutkan sumbernya, belum pernah diajukan pada institusi mana pun,
dan buka karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran
isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat sebenarnya, tanpa ada tekanan dan
paksaan dari pihak mana pun serta bersedia mendapat sanski akademik jika
ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.
Jember, 28 Oktober 2019
Yang menyatakan,
Muhammad Bayu Alfiansyah
NIM. 151510601069
v
SKRIPSI
ANALISIS PERILAKU KONSUMEN KAFE TERHADAP
PEMBELIAN MINUMAN COKELAT
DI KABUPATEN JEMBER
Oleh
Muhamad Bayu Alfiansyah
NIM. 151510601069
Pembimbing
Dosen Pembimbing Skripsi : Prof. Dr. Ir. Yuli Hariyati, MS.
NIP. 196107151985032002
vi
vii
RINGKASAN
Analisis Perilaku Konsumen Kafe Terhadap Pembelian Minuman Cokelat di
Kabupaten Jember; Muhammad Bayu Alfiansyah; 151510601159; Program
Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jember.
Cokelat merupakan salah satu produk olahan kakao yang banyak digemari
masyarakat karena mempunyai citarasa yang khas. Kompleksitas citarasa cokelat
terdiri dai ratusan komponen yang yang sangat spesifik dan tidak bisa digantikan
oleh sumber lain. Rasa khas cokelat tidak lain adalah suatu kombinasi yang
seimbang dari rasa dasar pahit, asam, dan manis yang tersusun dari komponen-
komponen unik dalam cokelat. Rendahnya konsumsi cokelat di Indonesia
disebabkan karena masih adanya pemahaman yang keliru dari sebagian
masyarakat. Kehidupan modern ini pada masyarakat perkotaan khususnya di
Kabupaten Jember menuntut untuk bergaya hidup konsumsi yang serba cepat dan
instan. Saat ini bisnis kafe berkembang dengan pesat untuk menanggapi
kebutuhan masyarakat akan nilai dari makanan atau minuman dan pentingnya
untuk berkumpul. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui: 1) karakteristik konsumen minuman cokelat di Kabupaten Jember, 2)
mengetahui pola konsumsi oleh konsumen minuman cokelat di Kabupaten Jember
dan 3) faktor-faktor yang memengaruhi pembelian minuman cokelat di Kabupaten
Jember.
Pemilihan lokasi pada penelitian ini dilakukan dengan sengaja (purposive
method), yaitu di Kabupaten Jember, khususnya pada 5 kafe, yaitu: (a) Warkop
Brewok, (b) MOX Cafe, (c) Cafe Tipis-tipis, (d) Cak Wang dan (e) Akasia.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif. Metode
pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode accidental sampling.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer (dokumen) dan
data sekunder (observasi dan angket). Metode analisis data yang digunakan adalah
dengan analisis deskriptif dan analisis faktor.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (a) Berdasarkan karakteristik
konsumen: Konsumen yang mendominasi merupakan konsumen yang berasal dari
viii
luar Kabupaten Jember (85%). Perempuan mendominasi dalam mengonsumsi
minuman cokelat di Kabupaten Jember (64%). Rentang umur konsumen yang
terbanyak adalah 20-25 tahun (85%). Konsumen yang berstatus sebagai
mahasiswa merupakan konsumen terbanyak (96%). Pendidikan terakhir
konsumen yang mendominasi adalah pada jenjang SMA (96%). Pendapatan
konsumen mayoritas berkisar antara Rp 500.000 – Rp 1.000.000 (54%). (b)
Berdasarkan pola konsumsi: Konsumen mayoritas mengonsumsi minuman
cokelat dengan frekuensi kadang-kadang (57%). Jenis minuman cokelat yang
paling disukai konsumen adalah cokelat dingin (81%). Konsumen kebanyakan
telah mengetahui manfaat cokelat (61%). (c) Faktor-faktor yang memengaruhi
pembelian minuman cokelat di Kabupaten Jember terbentuk menjad 5 faktor,
yaitu (a) faktor sosial, (b) faktor psikologis, (c) faktor pribadi, (d) faktor produk,
dan (e) faktor harga dan budaya.
ix
SUMMARY
Analysis of Cafes Consumer Behavior Towards Purchase Chocolate Drinks
at Jember Regency; Muhammad Bayu Alfiansyah; 151510601159; Agribusiness
Study Program Faculty of Agriculture University of Jember.
Chocolate is one of the cocoa processed products that are widely favored
by the community because it has a distinctive flavor. The complexity of chocolate
flavor consists of hundreds of components that are very specific and can not be
replaced by other sources. The distinctive flavor of chocolate is nothing but a
balanced combination of bitter, sour, and sweet base that is composed of unique
components in chocolate. The low consumption of chocolate in Indonesia is due
to the existence of erroneous understanding of some communities. This modern
life on urban communities, especially in Jember district, demands to lifestyle a
fast-paced and instant consumption. Nowadays the café business is growing
rapidly to respond to the community's needs for the value of food or drink and the
importance of gathering. Based on this research aims to know: (a) The
characteristics of consumer chocolate drink in Jember District, (b) know the
consumption pattern by consumer chocolate drink in Jember District and (c)
factors affecting the purchase Chocolate Drink in Jember district.
The selection of locations in this research is done intentionally (purposive
method), namely in Jember district, especially in 5 cafes, namely: (a) Warkop
Brewok, (b) MOX Cafe, (c) Cafe Tipis-tipis, (d) Cak Wang and (e) Akasia. The
research method used is a quantitative descriptive method. Sampling methods are
performed using the accidental sampling method. Data collection is done using
primary data (documents) and secondary data (observation and poll). The data
analysis methods used are with descriptive analysis and factor analysis.
The results showed that: (a) based on consumer characteristics: the
dominant consumer is a consumer originating from outside Jember district (85%).
Woman dominates in consuming chocolate drink in Jember district (64%). The
most consumer age range is 20-25 years (85%). The consumer status college
students is the most consumer (96%). The last education that dominates
x
consumers is at high school (96%). The majority of consumer revenues range
from Rp 500.000 – Rp 1.000.000 (54%). (b) based on consumption patterns:
Consumers mostly consume chocolate drinks at occasional frequencies (57%).
The most preferred type of chocolate drink the consumer is cold chocolate (81%).
Consumers have mostly been aware of the benefits of chocolate (61%). (c)
Factors affecting the purchase of chocolate drink in Jember District are formed to
generate 5 factors, namely social factors, psychological factors, personal factors,
product factors, and price factors and Culture.
xi
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Perilaku
Konsumen Kafe Terhadap Pembelian Minuman Cokelat di Kabupaten
Jember”. Skripsi ini diajukan guna memenuhi salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan program sarjana (S1) pada Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Jember.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Ir. Sigit Soeparjono, MS., Ph.D selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Jember.
2. M. Rondhi, SP., M.Agr., Ph.D selaku Ketua Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Jember.
3. Prof. Dr. Ir. Yuli Hariyati, MS., selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu, pikiran, dan perhatian dalam memberikan bimbingan
hingga karya ilmiah tertulis ini dapat terselesaikan.
4. Dr. Ir. Joni Murti Mulyo Aji, M.Rur.M., selaku Dosen Penguji I yang telah
memberikan banyak masukan demi kesempurnaan skripsi ini.
5. Agus Supriono, SP., M.Si., selaku Dosen Pembimbng Akademik dan Dosen
Penguji II yang telah memberikan bimbingan, nasihat, dan motivasi dari awal
perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi ini.
6. Ayahanda Kristiyadi dan Ibu Setiawandari, terimakasih atas kasih sayang,
kesabaran, motivasi, tenaga, doa dan materi yang selalu diberikan dengan
ikhlas dalam setiap usaha saya.
7. Teman-teman satu bimbingan: Yasinta, Widia, Hilma, Ihda, Maya, Nelly,
yang selalu memberikan dukungan dalam berbagai ilmu, pengalaman,
kebersamaan, semangat dan doa dalam menyelesaikan skripsi.
8. Sahabat-sahabat ngopi: Shandi, Agung, Agus, Ali, Andre, Ilyas, Iqbal, Liki,
yang memberkan ide, gagasan, motivasi dan bantuan selama proses
penyelesaian skripsi.
xii
9. Perempuan yang selalu saya sebut dalam doa, yang telah memberikan
motivasi secara tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
10. Teman-teman Agribisnis angkatan 2015 yang telah memberikan banyak
masukan dan evaluasi pada skripsi saya.
11. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan persatu-satu
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah tertulis ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu diharapkan adanya segala kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis
berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang ingin
mengembangkannya.
Jember, 28 Oktober 2019
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... ii
HALAMAN MOTTO .......................................................................................... iii
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... v
RINGKASAN ....................................................................................................... vi
SUMMARY .......................................................................................................... ix
PRAKATA ............................................................................................................ xi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 8
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................. 9
1.3.1 Tujuan Penelitian ................................................................................... 9
1.3.2 Manfaat Penelitian ................................................................................. 9
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 10
2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................................ 10
2.2 Landasan Teori ......................................................................................... 14
2.2.1 Komoditas Kakao ................................................................................. 14
2.2.2 Teori Konsumsi .................................................................................... 16
2.2.3 Keputusan Pembelian ........................................................................... 18
2.2.4 Perilaku Konsumen .............................................................................. 21
2.2.4 Karakteristik Konsumen....................................................................... 25
2.3 Kerangka Pemikiran ................................................................................. 27
2.4 Hipotesis ..................................................................................................... 33
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 34
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ..................................................... 34
xiv
3.2 Metode Penelitian ...................................................................................... 34
3.3 Metode Pengambilan Contoh ................................................................... 35
3.4 Metode Pengumpulan Data dan Jenis Data ........................................... 36
3.5 Metode Analisis Data ................................................................................ 37
3.5.1 Analisis Deskriptif ............................................................................... 37
3.5.1 Analisis Faktor ..................................................................................... 38
3.6 Definisi Operasional .................................................................................. 41
BAB 4. GAMBARAN UMUM ........................................................................... 45
4.1 Kabupaten Jember .................................................................................... 45
4.1.1 Geografis .............................................................................................. 45
4.1.2 Kependudukan dan Ketenagakerjaan ................................................... 46
4.2 Kafe di Kabupaten Jember ...................................................................... 50
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 54
5.1 Keterkaitan Karakteristik Konsumen dengan Pola Konsumsi ............ 54
5.1.1 Karakteristik Konsumen Minuman Cokelat di Kabupaten Jember...... 54
5.1.2 Pola Konsumsi oleh Konsumen Minuman Cokelat di Kabupaten
Jember ................................................................................................... 62
5.1.3 Hubungan Karakteristik Konsumen dengan Pola Konsumsi ............... 67
5.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pembelian Minuman Cokelat di
Kabupaten Jember .................................................................................... 70
5.3.1 Uji KMO dan Bartlett’s Test ................................................................ 71
5.3.2 Uji Measure of Sampling Adequacy (MSA) ........................................ 72
5.3.3 Analisis Faktor ..................................................................................... 73
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 81
6.1 Kesimpulan ................................................................................................ 81
6.2 Saran .......................................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 83
DOKUMENTASI ................................................................................................ 87
ANGKET ............................................................................................................. 90
LAMPIRAN ......................................................................................................... 94
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
1.1 Sentra Produksi Kakao Dunia Rata-rata pada Tahun
2010-2014 ......................................................................... 1
1.2 Negara-negara dengan Konsumsi Cokelat Terbesar di
Dunia Tahun 2017 ............................................................ 3
1.3 Perkembangan Konsumsi Cokelat di Indonesia Tahun
2011-2015 ......................................................................... 4
1.4 Perkembangan Konsumsi Kakao dalam Bentuk Cokelat
Instan dan Cokelat Bubuk di Indonesia Tahun 2011-
2015 .................................................................................. 5
2.1 Karakteristik Konsumen di Indonesia .............................. 26
3.1 Nama-nama Kafe di Kabupaten Jember ........................... 34
4.1 Jumlah Penduduk di Kabupaten Jember Hasil SP2010,
Proyeksi Penduduk Tahun 2016 dan 2017 ....................... 46
4.2 Jumlah Proyeksi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di
Kabupaten Jember Tahun 2017 ........................................ 47
4.3 Persentase Penduduk di Kabupaten Jember Menurut
Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, Hasil Survei Sosial
Ekonomi Nasional 2017 ................................................... 47
4.4 Penduduk Umur >15 Tahun di Kabupaten Jember
Menurut Jenis Kegiatan dan Jenis Kelamin, Hasil Survei
Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) Bulan Agustus
Tahun 2017 ....................................................................... 48
4.5 Penduduk Umur >15 Tahun di Kabupaten Jember yang
Termasuk Angkatan Kerja Menurut Pendidikan
Tertinggi dan Jenis Kelamin, Hasil Survei Angkatan
Kerja Nasional (SAKERNAS) Bulan Agustus Tahun
2017 .................................................................................. 49
4.6 Responden Konsumen Minuman Cokelat di Warkop
Brewok ............................................................................. 51
4.7 Responden Konsumen Minuman Cokelat di MOX Cafe . 51
4.8 Responden Konsumen Minuman Cokelat di Cafe Tipis-
tipis ................................................................................... 52
4.9 Responden Konsumen Minuman Cokelat di Cak Wang .. 52
4.10 Responden Konsumen Minuman Cokelat di Akasia ........ 53
xvi
5.1 Variansi Kota Asal Konsumen Minuman Cokelat di
Kabupaten Jember ............................................................ 54
5.2 Variansi Kota Asal Konsumen Minuman Cokelat yang
Berasal dari Luar Jember .................................................. 55
5.3 Variansi Jenis Kelamin Konsumen Minuman Cokelat di
Kabupaten Jember ............................................................ 56
5.4 Variansi Umur Konsumen Minuman Cokelat di
Kabuaten Jember .............................................................. 57
5.5 Variansi Status Pekerjaan Konsumen Minuman Cokelat
di Kabupaten Jember ........................................................ 58
5.6 Variansi Pendidikan Terakhir Konsumen Minuman
Cokelat di Kabupaten Jember ........................................... 59
5.7 Variansi Pendapatan Konsumen Minuman Cokelat di
Kabupaten Jember ............................................................ 61
5.8 Variansi Frekuensi Konsumen Mengonsumsi Minuman
Cokelat di Kabupaten Jember ........................................... 62
5.9 Variansi Frekuensi Konsumen Mengonsumsi Miuman
Cokelat Berdasarkan Hanya Kebutuhan Khusus di
Kabupaten Jember ............................................................ 63
5.10 Variansi Jenis Minuman Cokelat yang Disukai
Konsumen di Kabupaten Jember ...................................... 64
5.11 Variansi Pengetahuan Konsumen Minuman Cokelat di
Kabupaten Jember tentang Manfaat Cokelat .................... 65
5.12 Variansi Pendapat Konsumen Minuman Cokelat di
Kabupaten Jember Mengenai Manfaat Cokelat ............... 66
5.13 Hubungan Karakteristik Konsumen dengan Pola
Konsumsi .......................................................................... 67
5.14 Hasil Uji KMO dan Bartlett’s Test ................................... 71
5.15 Hasil Uji Nilai MSA ......................................................... 72
5.16 Hasil Analisis Total Varince Explained ........................... 73
5.17 Hasil Rotasi Komponen Utama ........................................ 74
5.18 Pengelompokan Variabel pada Faktor 1, 2, 3, 4 dan 5 ..... 75
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
2.1 Proses Pengambilan Keputusan ................................... 18
2.2 Skema Kerangka Pemikiran ......................................... 32
4.1 Peta Kabupaten Jember ................................................ 45
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor perkebunan Indonesia merupakan salah satu yang berperan penting
bagi perekonomian nasional. Salah satu komoditas utama yang menjadi unggulan
dari sektor perkebunan adalah kakao. Indonesia merupakan produsen biji kakao
terbesar ketiga dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Menurut data
International Cocoa Organization (ICCO) pada tahun 2011-2012 produksi biji
kakao Indonesia sebesar 440 ribu ton sementara Pantai Gading sebesar 1.486 ribu
ton dan Ghana sebesar 879 ribu ton (Nauly et al., 2014). Tabel 1.1
menginformasikan tentang sentra produksi kakao dunia rata-rata pada tahun 2010-
2014.
Tabel 1.1 Sentra Produksi Kakao Dunia Rata-rata pada Tahun 2010-2014
No. Negara Rata-rata Produksi
(ton)
Share
(%)
Rata-rata
Pertumbuhan
(%)
1 Pantai Gading 1.436.311 31,92 2,22
2 Ghana 781.118 17,36 5,03
3 Indonesia 749.325 16,65 -2,10
4 Nigeria 357.640 7,95 0,70
5 Kameroon 263.584 5,86 0,20
6 Brazil 253.421 5,63 1,61
7 Lainnya 658.454 14,63 1,57
Total 4.499.852 100,00 9,00
Sumber: Outlook Kakao 2017
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui terdapat 6 negara dengan rata-
rata produksi kakao terbesar di dunia, dimana negara dengan rata-rata produksi
kakao teresar di dunia adalah Negara Pantai Gading dengan share produksi
sebesar 31,92%. Adapun Negara Indonesia menduduki posisi ketiga rata-rata
produksi kakao terbesar di dunia, dengan share produksi sebesar 16,65%. Namun
jika dilihat berdasarkan tingkat pertumbuhannya, produksi kakao di Indonesia
pada tahun 2010-2014 tersebut cenderung mengalami penurunan dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar -2,10% di setiap tahunnya. Rata-rata produksi kakao
terbesar di dunia posisi kedua adalah Negara Ghana (share 17,36%), kemudian
disusul Negara Nigeria (share 7,95%), Kameroon (share 5,86%) dan Brazil
(share 5,63%).
2
Tanaman kakao, menurut Sari et al. (2015), merupakan tanaman yang
dimanfaatkan biji buahnya, dimana biji buah tersebut merupakan bahan utama
dalam pembuatan makanan atau minuman yang berbasis cokelat. Biji kakao
diproses menjadi berbagai macam produk olahan yang diperdagangkan baik di
pasar domestik maupun internasional. Produk komoditas kakao bukan hanya biji,
namun berbagai produk olahannya telah banyak dibuat seperti dalam bentuk
makanan dan minuman ringan dengan bahan baku cokelat sudah cukup familiar di
masyarakat, antara lain: (a) permen cokelat (cocoa candy), (b) bubuk cokelat
(cocoa powder) dan (c) lemak cokelat (cocoa butter).
Produk cokelat, menurut Ramlah (2016), merupakan salah satu produk
olahan kakao yang banyak digemari masyarakat karena mempunyai citarasa yang
khas. Produk cokelat memiliki tiga sifat utama, yaitu: (a) kekhasan citarasa, (b)
tekstur dan (c) warnanya. Padatan cokelat berperan sebagai pemberi citarasa dan
warna, sedangkan lemak dalam cokelat berperan dalam mengendalikan tekstur
produk.
Kompleksitas citarasa cokelat, lanjut Ramlah (2016), terdiri dari ratusan
komponen yang yang sangat spesifik dan tidak bisa digantikan oleh sumber lain.
Rasa khas cokelat tidak lain adalah suatu kombinasi yang seimbang dari rasa
dasar pahit, asam, dan manis yang tersusun dari komponen-komponen unik dalam
cokelat. Kekhasan rasa cokelat yang tidak bisa digantikan oleh sumber lain
menyebabkan tingginya konsumsi cokelat pada masyarakat di berbagai belahan
dunia.
Tabel 1.2 menginformasikan tentang 25 negara dengan konsumsi cokelat
terbesar di dunia tahun 2017. Negara dengan konsumsi cokelat terbesar di dunia
adalah Negara Swiss dengan konsumsi sebesar 8.800 gr/kapita. Posisi kedua
dengan konsumsi cokelat terbesar di dunia adalah Negara Austria, dengan
konsumsi sebesar 8.100 gr/kapita. Negara dengan konsumsi cokelat terbesar di
dunia selanjutnya adalah Negara Jerman (7.900 gr/kapita), Irlandia (7.900
gr/kapita), Britania Raya (7.600 gr/kapita), Swedia (6.600 gr/kapita), Estonia
(6.500 gr/kapita), Norwegia (5.800 gr/kapita), Polandia (5.700 gr/kapita) dan
Belgia (5.600 gr/kapita). Adapun Indonesia merupakan negara dengan konsumsi
3
cokelat yang paling kecil di antara negara-negara lainnya, dengan konsumsi
sebesar 67,90 gr/kapita. Padahal Indonesia merupakan negara yang termasuk ke
dalam negara penghasil kakao terbesar di dunia.
Tabel 1.2 Negara-negara dengan Konsumsi Cokelat Terbesar di Dunia Tahun 2017
No. Negara Konsumsi (gr/kapita)
1 Swiss 8.800
2 Austria 8.100
3 Jerman 7.900
4 Irlandia 7.900
5 Britania Raya 7.600
6 Swedia 6.600
7 Estonia 6.500
8 Norwegia 5.800
9 Polandia 5.700
10 Belgia 5.600
11 Finlandia 5.400
12 Slovakia 5.200
13 Belanda 5.100
14 New Zealand 5.000
15 Denmark 4.900
16 Australia 4.900
17 Republik Ceko 4.900
18 Russia 4.800
19 United States 4.400
20 Perancis 4.300
21 Brazil 1.200
22 Jepang 1.200
23 Afrika Selatan 900
24 China 100
25 Indonesia 67,90
Sumber: Statista, 2019
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui negara dengan konsumsi
cokelat terbesar di dunia adalah Negara Swiss, sedangkan Negara Indonesia
menempati urutan ke-25 atau memiliki konsumsi terkecil di dunia dengan
konsumsi sebesar 67,90 gr/kapita. Apabila lebih dicermati, ternyata dari 15 negara
dengan konsumsi cokelat terbesar di dunia itu adalah Negara-negara Eropa yang
ternyata bukan negara penghasil kakao. Sedangkan Indonesia yang merupakan
salah satu negara penghasil kakao terbesar di dunia memiliki tingkat konsumsi
cokelat yang rendah, termasuk di dalamnya terdapat Negara Brazil yang juga
memiliki tingkat konsumsi cokelat yang rendah.
4
Rendahnya konsumsi cokelat di Indonesia menurut Mulyono (2016),
disebabkan karena masih adanya pemahaman yang keliru dari sebagian
masyarakat. Pemahaman yang keliru oleh masyarkat mengenai cokelat, antara
lain: (a) cokelat merupakan image sebagai produk makanan yang mahal, sehingga
cokelat merupakan makanan bagi masyarakat golongan ekonomi menengah ke
atas saja, (b) cokelat menyebabkan caries pada gigi, (c) cokelat merupakan
penyebab badan menjadi gemuk.
Penyebab caries gigi dan kegemukan bukan diebabkan oleh cokelat, lanjut
Mulyono (2016), namun disebabkan oleh kandungan gula di dalamnya, dan (d)
cokelat dapat menyebabkan kecanduan, tetapi secara ilmiah dinyatakan bahwa
cokelat tidak menimbulkan kecanduan. Hanya saja bagi sebagian orang rasa
cokelat yang enak mungkin menyebabkan keinginan untuk mengonsumsinya
kembali atau kerinduan dimana hal ini disebut sebagai chocolate craving.
Kerinduan akan cokelat bisa terjadi karena aroma, tekstur, maupun kombinasi rasa
manis-pahitnya. Tabel 1.3 menginformasikan tentang perkembangan konsumsi
cokelat di Indonesia pada tahun 2011-2015.
Tabel 1.3 Perkembangan Konsumsi Cokelat di Indonesia Tahun 2011-2015
Tahun Konsumsi Pertumbuhan
(gr/kapita) (%)
2011 39,00
2012 138,20 254,36
2013 54,60 -60,49
2014 49,40 -9,52
2015 67,90 37,45
Rata-rata 69,82 55,45
Sumber: Outlook Kakao 2017
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa dari tahun 2011-2015
rata-rata konsumsi cokelat di Indonesia sebesar 69,82 gr/kapita/tahun. Namun jika
dilihat dari rata-rata pertumbuhannya ternyata memiliki nilai yang positif dan
memiliki peningkatan yang cukup tinggi, yaitu sebesar 55,45%. Artinya bahwa
terdapat kecenderungan peningkatan peningkatan konsumsi cokelat di Indonesia.
Konsumsi cokelat di Indonesia terbagi menjadi 2 macam, yaitu: (a) cokelat
instan, dan (b) cokelat bubuk. Cokelat instan umumnya berbentuk bubuk yang
mudah larut dalam air, dimana di dalam setiap kemasan cokelat instan terdapat
5
tambahan bahan seperti gula dan susu, sehingg memiliki kalori yang tinggi.
Sedangkan cokelat bubuk terbuat dari balok cokelat pahit dengan menghilangkan
sebagian besar lemakna hingga 18-23%. Cokelat jenis ini berbentuk tebung,
mengandung sedikit lemak dan rasanya pahit. Tabel 1.4 menginformasikan
perkembangan konsumsi cokelat instan dan cokelat bubuk di Indonesia pada
tahun 2011-2015.
Tabel 1.4 Perkembangan Konsumsi Cokelat Instan dan Cokelat Bubuk di Indonesia
Tahun 2011-2015
Tahun
Cokelat instan Cokelat bubuk
Konsumsi Perumbuhan Konsumsi Pertumbuhan
(gr/kapita) (%) (gr/kapita) (%)
2011 23,40
15,60
2012 54,60 133,33 83,60 435,90
2013 39,00 -28,57 15,60 -81,34
2014 39,00 0,00 10,40 -33,33
2015 39,00 0,00 28,90 177,88
Rata-rata 39,00 26,19 30,82 124,78
Sumber: Outlook Kakao 2017
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa rata-rata konsumsi
cokelat instan di Indonesia sebesar 39,00 gr/kapita/tahun. Perkembangan
konsumsi cokelat instan di Indonesia memiliki rata-rata pertumbuhan yang positif
atau cenderung mengalami peningkatan. Rata-rata pertumbuhan konsumsi cokelat
instan di Indonesia adalah sebesar 29,16%. Sedangkan pada cokelat bubuk, rata-
rata konsumsinya sebesar 30,82%. Perkembangan cokelat bubuk di Indonesia
memiliki rata-rata pertumbuhan yang positif atau cenderung mengalami
peningkatan. Rata-rata petumbuhan konsumsi cokelat bubuk di Indonesia adalah
sebesar 124,78%.
Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan tingkat konsumsi, cokelat instan
lebih diminati oleh konsumen di Indonesia. Berdasarkan tingkat pertumbuhan,
cokelat bubuk memiliki pertumbuhan yang lebih pesat dibandingkan dengan
cokelat instan, sehingga dapat dimungkinkan bahwa di tahun yang akan datang
minat konsumen terhadap cokelat bubuk akan lebih tinggi dibandingkan dengan
cokelat instan.
Masyarakat pada era milenial ini semakin sadar akan manfaat
mengonsumsi cokelat. Hal ini merupakan sesuatu yang menggembirakan terhadap
6
makanan dan minuman berbasis cokelat (Mufidah 2012). Produk cokelat,
khususnya minuman cokelat sekarang telah banyak tersedia di toko, minimarket,
supermarket, sampai dengan di kafe-kafe. Namun yang paling menarik adalah
model minuman cokelat yang disediakan oleh kafe-kafe dikarenakan: (a)
disediakan secara langsung (siap minum), (b) banyak menu variannya dan (c)
mencerminkan suatu gaya hidup yang milenial dan mengikuti perkembangan
zaman. Jenis minuman cokelat yang ada di kafe umumnya, yaitu: (a) cokleat
dingin (cold chocolate), (b) cokelat panas (hot chocolate) dan (c) milkshake
cokelat. Kafe-kafe yang demikian ini semakin berkembang terutama di wilayah
perkotaan, hal ini salah satunya disebabkan karena di wilayah perkotaan
merupakan tempat dimana terdapat banyak konsumen milenial yang memiliki
tujuan untuk mengonsumsi minuman cokelat.
Termasuk di Kabupaten Jember, memang kafe sudah berkembang di
seluruh wilayah Kabupaten Jember, namun yang paling banyak terdapat di
wilayah perkotaan. Salah satu karakteristk wilayah yang mencerminkan perkotaan
adalah di sekitaran kampus, dimana disana telah banyak berkembang kafe-kafe, di
antaranya: (a) Kafe Kolong, (b) Akasia, (c) Grand Cafe, (d) Warkop Brewok, (e)
Cak Wang, (f) Cafe Tipis-tipis, (g) Cangkir Klasik, (h) Hihi Cafe, (i) Rumpi-
rumpi Kafe dan (j) Ctrl+A Cafe. Berkembangnya kafe di sekitaran kampus
disebabkan karena: (a) terdapat banyak mahasiswa yang mencerminkan kaum
milenial dan (b) banyak dari mahasiswa yang selain untuk menikmati minuman
cokelat, juga mereka memanfaatkan fasilitas kafe yang ada untuk menyelesaikan
pekerjaan dan tugas mereka. Varian minuman cokelat yang disediakan di kafe
sekitaran kampus tersebut pada umumnya adalah: (a) cokleat dingin (cold
chocolate), (b) cokelat panas (hot chocolate) dan (c) milkshake cokelat. Namun
demikian, tidak hanya para mahasiswa yang mengunjungi kafe tersebut, tetapi
juga terdapat masyarakat lain, dimana masyarakat tersebut memiliki umur yang
mencerminkan kaum milenial, yaitu yang berumur antara 20-25 tahun.
Masyarakat tersebut datang dari berbagai wilayah, baik dari dalam Kabupaten
Jember maupun dari luar Kabupaten Jember.
7
Nurhadi et al. (2019), menambahkan bahwa kegemaran mengonsumsi
makanan dan minuman ringan berbasis cokelat pada era milenium tidak lagi
didominasi oleh kalangan tertentu, tetapi sudah menjadi hal yang umum
dikonsumsi oleh segala lapisan masyarakat. Terdapat juga masyarakat yang
mengonsumsi minuman cokelat bukan dari golongan milenial, hal ini disebabkan
karena semakin sadarnya msyarakat akan manfaat cokelat. Hal ini menunjukkan
adanya perkembangan yang menggembirakan terhadap prospek pasar makanan
dan minuman ringan berbasis cokelat.
Trend mengonsumsi minuman cokelat di kafe telah banyak diadopsi, juga
disebabkan karena mulai sadarnya konsumen akan manfaat dari mengonsumsi
minuman cokelat yang baik untuk kesehatan. Manfaat cokelat menurut hasil
penelitian dari Claresta dan Purwoko (2017), bahwa cokelat mengandung
alkaloid, seperti theobromin dan feniletilamin yang secara psikologis memberikan
efek pada tubuh. Cokelat juga mengandung asam amino triptofan yang berkaitan
dengan kadar serotonin pada otak. Triptofan merupakan prekursor
neurotransmiter serotonin yang mempengaruhi mood dan suasana hati. Konsumsi
dalam bentuk minuman kakao atau dalam sejumlah kecil cokelat gelap atau dark
chocolate dapat memperbaiki sistem aliran dilatasi darah (pengukuran terhadap
kemampuan pembuluh arteri menjadi rileks dan mempercepat akomodasi aliran
darah). Konsumsi cokelat gelap yang kaya flavonol bisa menurunkan tekanan
darah, baik terhadap subjek hipertensif atau pada subjek normotensif.
Karakteristik konsumen merupakan sifat atau ciri khas yang dimiliki oleh
masing-masing konsumen kafe minuman cokelat di kabupaten Jember.
Karakteristik konsumen dapat dilihat dalam beberapa dimensi, antara lain: (a)
kota asal, (b) jenis kelamin, (c) usia, (d) pekerjaan, (e) pendidikan dan (f)
pendapatan. Karakteristik konsumen kafe minuman cokelat di Kabupaten Jember
tidak sama antara konsumen satu dengan konsumen lainnya. Karkteritstik
konsumen dapat memengaruhi pembelian minuman cokelat di kafe Kabupaten
Jember.
Pola konsumsi merupakan suatu bentuk pengeluaran konsumen untuk
membeli minuman cokelat yang berulang-ulang sehingga membentuk pola
8
tertentu. Pola konsumsi pada penelitian ini terbagi menjadi 3 dimensi, yaitu: (a)
frekuensi mengonsumsi, (b) jenis minuman cokelat yang disukai dan (c)
pengetahuan tentang manfaat cokelat. Setiap konsumen memilik pola konsumsi
yang berbeda-beda, dimana hal tersebut dapat dipengaruhi oleh pengalaman dan
kebiasaan membeli minuman cokelat di kafe Kabupaten Jember.
Pembelian minuman cokelat di kafe Kabupaten Jember dapat dipengruhi
oleh berbeagai faktor. Faktor-faktor yang memengaruhi pembelian minuman
cokelat pada penelitian ini dapat dipengaruhi oleh variabel: (a) harga, (b) rasa, (c)
peranan kebudayaan, (d) kelas sosial, (e) kelompok referensi, (f) keluarga, (g)
peranan dan status, (h) usia dan siklus hidup, (i) pekerjaan, (j) kondisi ekonomi,
(k) gaya hidup, (l) kepribadian dan konsep diri, (m) persepsi, (n) belajar, (o)
kepercayaan dan sikap, dan (q) motivasi. Konsumen dalam hal membeli minuman
cokelat di kafe Kabupaten Jember memiliki alasan yang berbeda-beda dan dapat
dipengaruhi oleh variable yang berbeda-beda pula.
Berdasarkan fenomena tersebut peneliti ingin melakukan penelitian
mengenai perilaku konsumen kafe terhadap pembelian minuman cokelat di
Kabupaten Jember, khsusunya di kafe sekitaran kampus. Oleh karena itu
penelitian yang dilakukan yaitu terkait dengan karakteristik konsumen, pola
konsumsi oleh konsumen dan faktor-faktor yang memengaruhi pembelian
minuman cokelat di Kabupaten Jember. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi kepada pengusaha kafe di Kabupaten Jember agar dapat
memenuhi permintaan konsumen terhadap minuman cokelat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik konsumen kafe minuman cokelat di Kabupaten
Jember?
2. Bagaimana pola konsumsi oleh konsumen kafe minuman cokelat di Kabupaten
Jember?
3. Bagaimana faktor-faktor yang memengaruhi konsumen kafe dalam pembelian
minuman cokelat di Kabupaten Jember?
9
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui karakteristik konsumen minuman cokelat di Kabupaten
Jember.
2. Untuk mengetahui pola konsumsi oleh konsumen minuman cokelat di
Kabupaten Jember.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi konsumen dalam
pembelian minuman cokelat di Kabupaten Jember.
1.3.2 Manfaat Penelitian
1. Bagi pengusaha, dapat digunakan sebagai bahan masukan atau informasi dan
evaluasi bagi pengusaha.
2. Bagi peneliti dan pembaca lain, dapat digunakan sebagai refrensi pada
penelitian selanjutnya.
3. Bagi pemerintah, dapat digunakan sebagai informasi untuk mengambil
kebijakan mengenai pengembangan konsumsi cokelat.
10
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Shih et al. (2015), melakukan penelitian dengan judul “The Study of
Consumer’s Buying Behaviour and Consumer Satisfiction in Beverages Industry
in Tainan, Taiwan”. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
karakteristik konsumen dalam pembelian minuman yang berbeda di Kota Tainan,
Taiwan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif
dengan mensurvei 150 pelanggan dan data dikumpulkan melalui kuisioner yang
diberikan. Metode analisis data yang digunakan adalah dengan cara staistik
deskriptif dan koefisien pearson. Karakteristik konsumen minuman yang berbeda
meliputi dimensi: (a) jenis kelamin, (b) umur, (c) pekerjaan, (d) pengeluaran
bulanan dan (e) frekuensi konsumsi mingguan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (a) minuman buatan tangan lebih
disukai oleh wanita yang lebih muda, (b) sedangkan untuk minuman yang
disiapkan sendiri lebih disukai wanita yang lebih tua, dan (c) minuman botol lebih
disukai oleh pria yang lebih muda. Hasil lain juga menunjukkan bahwa: (a)
frekuensi konsumsi minuman buatan tangan adalah 3 sampai 4 kali seminggu dan
(b) untuk frekuensi minuman yang disiapkan sendiri memiliki frekuensi konsumsi
yang lebih rendah.
Saran pada penelitian ini ditujukan kepada industri minuman, yaitu agar
industri minuman memproduksi minuman buatan tangan. Minuman buatan tangan
lebih disukai oleh konsumen, sehingga dengan semakin tinggi produksi minuman
buata tangan, maka diharapkan konsumen juga akan semakin banyak membeli
produk minuman buatan tangan.
Rasmikayati et al. (2017), melakukan penelitian dengan judul “Kajian
Sikap dan Perilaku Konsumen dalam Pembelian Kopi serta Pendapatnya terhadap
Varian Produk dan Potensi Kedainya”. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui karakteristik konsumen dalam pembelian kopi di Armor Kopi
Garden, Bandung. Metode analisis data yang digunakan adalah theory of reasoned
action dari Fishbein. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 95
11
orang. Krakteristik konsumen dalam pembelian kopi yang dilihat meliputi
dimensi: (a) jenis kelamin, (b) umur, (c) pekerjaan, (d) pendidikan, (e) pendapatan
per bulan dan (f) domisili.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (a) terdapat banyak konsumen laki-
laki dibandingkan perempuan, (b) konsumen yang berkunjung ke Armor Kopi
Garden didominasi oleh konsumen yang berumur 20-30 tahun, (c) konsumen yang
datang sebagian besar berstatus sebagai pelajar/ mahasiswa/i, (d) mayoritas
responden yang datang memiliki pendapatan dengan tipe kelas menengah (Rp
1.000.000 – Rp 2.000.000) dan tipe kelas atas (> Rp 2.000.000) dan (e) domisili
konsumen yang datang ke Armor Kopi Garden mayoritas berasal dari dalam kota.
Terdapat hasil penelitian lain yang menunjukkan bahwa rata-rata konsumen
adalah laki-laki yang berstatus sebagai mahasiswa, mereka memiliki alasan
daatang ke kedai kopi karena: (a) suasana yang nyaman (44%), (b) kemudian
keinginan untuk sekedar mencoba (22%), (c) karena faktor rasanya yang khas
(10%) dan (d) berbagai alasan lainnya (22%).
Saran pada penelitian ini ditujukan kepada Armor Kopi Garden, yaitu agar
lebih memaksimalkan potensi kedai yang ada. Potensi yang ada pada kedainya,
antara lain: (a) fasilitas yang lengkap dan nyaman, (b) kelengkapan alat yang
beragam, dan (c) sumber daya manusia yang dilatih. Dengan semakin
ditingkatkannya potensi kedainya, diharapkan untuk selanjutnya lebih banyak
konsumen yang datang ke Armor Kopi Garden.
Kozelova et al. (2014), melakukan penelitian dengan judul “Analysis of
Consumer Behavior at Chocolate Purchase”. Salah satu tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pola konsumsi terhadap frekuensi dalam pembelian
cokelat. Metode analisis data yang digunakan adalah dengan cara uji Chi-Square.
Jumlah responden yang digunakan sebanyak 277 responden dan sebesar 86%
mengkonsumsi cokelat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas konsumen cokelat
memiliki penghasilan per bulan yang berkisar antara € 801 - € 1.001 Konsumen
lebih menyukai cokelat susu diikuti dengan warna gelap dan putih di bagian akhir.
Berdasarkan jenis klamin, wanita lebih suka dalam mengonsumsi cokelat dengan
12
frekuensi 1 sampai 3 kali per minggu. Konsumen cokelat yang mendominasi
adalah berstatus sebagai siswa dan karyawan. Pengeluaran yang sering
dikeluarkan untuk membeli cokelat adalah dari € 1 - € 3 per minggu oleh orang
muda (18-23 tahun) dan generasi tengah usia orang (46-55 tahun). Faktor-faktor
yang mempengaruhi responden saat pembelian adalah: (a) kenalan (32%), (b)
merek cokelat (24%), (c) harga (16%), (d) pengalaman pribadi (12%), (e)
pembatasan kesehatan dan alergi (11%). Faktor yang kurang penting saat memilih
cokelat adalah: (a) rasa (4%), (b) kualitas gizi (3%), (c) negara asal (2%) dan (d)
kemasan cokelat (1%).
Naveed et al. (2015), melakukan penelitian dengan judul “Chocolate
Consumption in Children Adults”. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui pola konsumsi cokelat pada anak-anak dan orang dewasa
(profesional dan non-profesional). Penelitian ini menggunakan grafik untuk
representasi data. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 100 orang
dewasa (50 profesional dan 50 non-profesional) dan 200 anak-anak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (a) pada konsumen anak-anak,
sebesar 7,5% tidak mengambil cokelat atau makanan yang mengandung cokelat,
sementara 92,5% setiap hari mengonsumsi cokelat atau makanan yang
mengandung cokelat. (b) pada orang dewasa, sebesar 10% tidak mengonsumsi
cokleat, sementara 90% mengonsumsi cokelat pada frekuensi harian atau
mingguan. (c) pada orang dewasa non-profesional, semua sampel memakan
cokelat atau makanan yang mengandung cokelat di setiap minggu atau setiap
harinya.
Ozgen (2016), melakukan penelitian dengan judul “A Study on Chocolate
Consumption in Prospective Teachers”. Salah satu tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui pola konsumsi terhadap pengetahuan mengonsumsi
cokelat pada mahasiswa di Fakultas Pendidikan Gazi University Ankara. Metode
analisis data yang digunakan adalah dengan menggunakan uji Cji-Square dan uji t
sampel independen. Sampel terdiri dari 251 calon guru dipilih dengan sampling
acak sederhana.
13
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (a) 91,1% dari calon guru
perempuan dan 75,3% dari calon guru laki-laki setuju dengan pernyataan
konsumsi cokelat baik untuk penyakit kardiovaskular, dan sisanya tidak setuju. (b)
77,1% dari calon guru perempuan dan 27,2% dari calon guru laki-laki setuju
dengan pernyataan konsumsi cokelat harian menurunkan tekanan darah, dan
sisanya tidak setuju. (c) 59,4% dari calon guru perempuan dan 37,0% dari calon
guru laki-laki setuju dengan pernyataan makan cokelat mengurangi depresi, dan
sisanya tidak setuju. Kesimpulannya, para calon guru perempuan lebih sadar akan
manfaat mengkonsumsi cokelat daripada calon guru laki-laki. Saran pada
penelitian ini ditujukan kepada calon guru dan industri makanan, yaitu agar: (a)
calon guru dapat diberitahu tentang konsumsi cokelat setiap hari dan dampaknya
terhadap kesehatan untuk meningkatkan kesadaran mereka dan (b) industri
makanan dapat mempromosikan konsumsi cokelat hitam melalui pengemasan dan
iklan yang berwarna-warni atau menarik.
Shekhar dan Raveendran (2013), melakukan penelitian dengan judul
“Role of Packing Cues on Consumer Buying Behaviour”. Salah satu tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi
pembelian cokelat oleh konsumen muda di Distrik Kannur, Negara Bagian Kerala,
India. Metode analisis data yang dilakukan adalah dengan tes Kolmogorov-
Smirnov, uji Shapiro-Wilk, uji Kruskal Wallis dan tes Mann-Whitney U. Jumlah
sampel yang digunakan dalam penelitin ini berjumlah 240 siswa. Terdapat 13
variabel yang mempengaruhi keputusan pembelian cokelat, yaitu: (a) rasa, (b)
kualitas, (c) bentuk, (d) warna, (e) gambar, (f) ukuran, (g) nama merek, (h) bahan,
(i) harga, (j) tanggal kadaluwarsa, (k) informasi gizi, (l) komposisi dan (m) alamat
unit manufaktur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemasan cokelat memiliki pengaruh
yang signifikan dalam pola pembelian siswa. Pria dan wanita tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel bahan dan alamat unit pabrikan. Kualitas, material,
bahan dan alamat unit pabrikan berpengaruh signifikan di beberapa kelompok usia
tertentu dari responden. Nama merek, materi dan bahan tidak berpengaruh secara
14
signifikan di seluruh variabel. Namun, dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel
tersebut berpengaruh secara positif terhadap keputusan pembelian.
Huang dan Dang (2014), melakukan penelitian dengan judul “An
Empirical Analysis on Purchase Intention on Coffee Beverages in Taiwan”. Salah
satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
memengaruhi niat pembelian minuman kopi dan pemahaman tentang budaya kopi
di Taiwan. Metode analisis data yang digunakan adalah dengan cara analisis
faktor ekplorasi dan analisis regresi. Jumlah responden yang digunakan dalam
penelitian ini berjumlah 260 responden. Terdapat 11 variabel yang diduga
berpengaruh terhadap pembelian minuman kopi, yatu: (a) gambar produk, (b)
harga, (c) citra produk, (d) merek, (e) suasana dan lingkungan, (f) rasa, (g)
manfaat kesehatan, (h) motivasi, (i) promosi dan iklan, (j) kenyamanan dan (k)
niat pembelian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel: (a) merek, (b) harga, (c)
citra produk, (d) promosi dan iklan, (e) motivasi, (f) suasana dan lingkungan, dan
(e) rasa adalah faktor penting yang berdampak pada niat pembelian peminum
kopi. Variabel yang berpengaruh tidak signifikan, yaitu: (a) gambar produk, (b)
manfaat kesehatan, (c) motivasi, (d) kenyamanan dan (e) niat pembelian. Promosi
dan periklanan memainkan peran utama untuk menarik pelanggan. Oleh karena
itu, untuk menciptakan keunggulan kompetitif dalam industri minuman kopi,
tindakan promosi dan iklan harus kuat oleh pemasok kopi. Saran pada peneliti ini
ditujukan kepada pemasok kopi, yaitu agar: (a) untuk menciptakan menciptakan
keunggulan kompetitif dalam industri minuman kopi, tindakan promosi dan iklan
harus dilakukan oleh pemasok kopi, dan (b) cara memproduksi minuman kopi
berkualitas tinggi dan mempertahankan citarasa juga harus dipertimbangkan.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Produk Olahan Komoditas Kakao
Tanaman kakao termasuk marga Theobroma, suku dari Sterculiaceae yang
banyak diusahakan oleh para pekebun, perkebunan swasta dan perkebunan negara
(Susanto, 1994). Kakao dimanfaatkan bijinya dan umumnya dijadikan bahan
15
untuk pembuatan makanan atau minuman yang berbasis cokelat. Sistematik
tanaman kakao menurut Tjitro Soepomo adalah sebagai berikut:
(a) Divisi : Spermatophyta
(b) Anak divisi : Angiospermae
(c) Kelas : Dicotyledoneae
(d) Anak kelas : Dialypetalae
(e) Bangsa : Malvales
(f) Suku : Sterculiaceae
(g) Jenis : Theobroma cacao
Pada awal abad ke-19 ditemukan cara memisahkan dan mengambil
kandungan lemak dari biji kakao, sehingga diperoleh cocoa butter, bahan cocoa
powder, dan hasil pengolahan biji-biji kakao. Kemudian disusul dengan
pembuatan manisan dari kakao yaitu kembang gula. Konon, pembuatan milk
chocolate baru dimulai pada tahun 1876 di Negara Swiss. Produk cokelat cukup
beraneka ragam, misalnya ada cokelat susu yang merupakan adonan cokelat
manis, cocoa butter, gula, dan susu. Selain itu ada pula cokelat pahit (dark
chocolate) yang merupakan cokelat alami dan mengandung sekitar 43 % padatan
cokelat. Cokelat jenis ini bisa ditemukan pada beberapa produk cokelat batangan
(Sutrisno et al., 2018).
Beberapa macam produk dapat dihasilkan dari kakao, baik yang berasal
dari kulit, pulp maupun dari biji. Kulit kakao dapat dijadikan kompos, pakan
ternak, substrat budidaya jamur, ekstraksi theobromin, dan bahan bakar. Pulp
dapat digunakan sebagai bahan nata kakao, minuman segar, alkohol, asam asetat
dan asam laktat. Secara garis besar, biji kakao dapat diolah menjadi tiga olahan
akhir, yaitu lemak kakao, bubuk kakao dan permen atau makanan cokelat yang
dalam pengolahannaya saling tergantung satu dengan yang lainnya (Wahyudi et
al., 2008).
Cara untuk menghasilkan bubuk kakao, lanjut Wahyudi (2008), diperlukan
pengurangan kadar lemak biji sebelum penepungan, sehingga proses ini
menghasilkan lemak kakao. Hasil samping dari produk lemak kakao adalah
bungkil kakao yang kemudian dimanfaatkan untuk memproduksi bubuk kakao.
16
Selain itu, lemak kakao sangat dibutuhkan untuk pembuatan permen cokelat.
Lemak kakao yang rendah bisa membuat permen cokelat sulit untuk dicetak.
Saling ketergantungan antara hasil olahan akhir biji kakao menyebabkan suatu
pabrikan idealnya memproduksi ketiga olahan akhir tersebut. Ada beberapa
macam olahan akhir bubuk kakao yang beredar di pasaran, diantaranya yaitu:
a. Bubuk kakao minuman (drinking cocoa)
Bubuk kakao ini biasa digunakan untuk bahan tambahan minum susu dan
untuk pembuatan kue. Beberapa aroma tambahan digunakan pada produk ini,
antara laini vanili atau kayu manis.
b. Bubuk kakao instan (cocoa instant)
Bubuk kakao ini menggunakan bahan tambahan pengemulsi, terutama
lecitin antara 1,5-3,0%, sehingga mudah terdispersi di dalam air. Bubuk ini dapat
digunakan sebagai pemberi aroma susu dan kue.
c. Cokelat minuman (drinking chocolate)
Cokelat minuman dibuat dengan cara mendispersikan bubuk kakao ke
dalam sirup gula. Campuran tersebut diaduk hingga rata dan dikeringkan dengan
spray dryer. Untuk memperoleh butiran cokelat minuman yang seragam, hasil
pengerinan ini diayak. Cokelat minuman biasanya terdiri dari 70% gula dan bubuk
kakao 30% serta beberapa aroma tambahan, tetapi dapat pula dibuat dengan
campuran susu sehingga diperoleh cokelat susu minuman. Untuk memperbaiki
cita rasa dan aroma cokelat minuman, perlu penambahan aroma lain seperti
vanilli, cinamon atau jeruk.
2.2.2 Teori Konsumsi
Gilarso (1993), menyatakan bahwa terdapat dua model atau pendekatan
dalam teori yang menjelaskan perilaku konsumen, yaitu dikenal dengan nama
marginal utility dan ndiferens. Keduanya pada dasarnya mencoba menjelaskan
hukum permintaan, dengan cara menelusuri apa yang ada di balik kurva
permintaan itu.
17
a. Teori Utility
Berpangkal dari hasil yang diperoleh konsumen ila ia membelanjakan
uangnya untuk membeli barang dan jasa, yaitu terpenuhinya kebutuhan karena
utility atau manfaat barang yang dikonsumsikan. Menurut teori ini seorang
konsumen yang bertindak secara rasional akan membagi-bagikan pengeluarannya
atas bermacam-macam barang sedemikian rupa sehingga tambahan kepuasan akan
diperoleh per rupiah yang dibelanjakan itu sebesar mungkin (Gilarso, 1993).
b. Teori Indiferensi
Merupakan penyempurnaan dari teori utility tetapi mendekati pokok
persoalan yang sama dengan cara yang berbeda. Menurut teori ini seorang
konsumen akan membag-bagi pengeluarannya atau berbagai macam barang
sedemikian rupa sehingga ia mencapai taraf pemenuhan kebutuhan yang terbaik
(maksimal atau optimal) yang mungkin dicapainya sesuai dengan penghasilan
yang tersedia dan harga-harga yang berlaku. Situasi yang paling cocok
(equilibrium) tercapai kalau penilaian subyektif konsumen terhadap barang itu
sesuai dengan harga obyektif yang berlaku dalam masyarakat (Gilarso, 1993).
Dalam menganalisis perilaku konsumen, lanjut Gilarso (1993), para ahli
ekonomi biasanya mengandaikan hal-hal berikut:
(a) Bahwa para konsumen sudah mengetahui sendiri apa yang dibutuhkan dan
apa yang mau dibelinya,
(b) Bahwa konsumen dapat megatu (membanding-bandingkan dan mengurutkan)
kebutuhan-kebutuhan menurut penting atau mendesaknya,
(c) Bahwa para konsumen berusaha mencapai taraf pemenuhan kebutuhan yang
sebaik mungkin (optimal) atau setinggi-tingginya (maksimal),
(d) Bahwa barang yang satu, sampai batas tertentu, dapat menggantikan barang
lain (subtitusi).
18
2.2.3 Keputusan Pembelian
2.2.3.1. Definisi Keputsan Pembelian
Schiffman dan Kanuk dalam Harahap (2015), menyatakan bahwa
keputusan pembelian adalah pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan
keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang dapat membuat keputusan, harus
tersedia beberapa alternatif pilihan. Keputusan untuk membeli dapat mengarah
pada bagaimana proses dalam pengambilan keputusan tersebut itu dilakukan.
Menurut Assauri dalam Harahap (2015), keputusan pembelian merupakan
suatu proses pengambilan keputusan akan pembelian yang mencakup penentuan
apa yang akan dibeli atau tidak melakukan pembelian dan keputusan itu diperoleh
dari kegiatankegiatan sebelumnya.
Kotler dalam Harahap (2015), berpendapat bahwa keputusan pembelian
adalah suatu proses penyelesaian masalah yang terdiri dari menganalisa
kebutuhan dan keinginan, pencarian informasi, penilaian sumber-sumber seleksi
terhadap alternatif pembelian, keputusan pembelian, dan perilaku setelah
pembelian.
2.2.3.2. Proses Keputusan Pembelian
Dalam mempelajari keputusan pembelian konsumen, seorang pemasar
harus melihat hal-hal yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian dan
membuat suatu ketetapan konsumen membuat keputusan pembeliannya. Kotler
dalam Sangadji dan Sopiah (2013), menyatakan bahwa proses pembelian tersebut
melalui lima tahapan. Tahapan pembelian konsumen tersebut antara lain adalah:
Gambar 2.1. Proses Pengambilan Keputusan
Sumber: Sangadji dan Sopiah, 2013
1. Pengenalan masalah (problem recognition)
Pengenalan masalah merupakan tahap pertama dari proses pengambilan
keputusan pembeli dimana konsumen mengenali suatu masalah atau kebutuhan.
Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan nyata dengan keadaan yang
Pengenalan
masalah
Pencarian
informasi
Evaluasi
alternatif
Keputusan
pembelian
Perilaku pasca
pembelian
19
diinginkan. Pada tahap ini pemasar harus meneliti konsumen untuk menemukan
jenis kebutuhan atau masalah apa yang akan muncul, apa yang memunculkan
mereka dan bagaimana, dengan adanya masalah tersebut maka konsumen
termotivasi untukk memilih produk tertentu (Kotler dalam Sangadji dan Sopiah,
2013).
2. Pencarian informasi (information search)
Kotler dalam Sangadji dan Sopiah (2013), menyatakan bahwa konsumen
yang tertarik mungkin akan mencari lebih banyak informasi. Apabila dorongan
konsumen begitu kuat dan produk yang memuaskan berada dalam jangkauan,
konsumen kemungkinan besar akan membelinya. Namun jika produk yang
diinginkan berada jauh dari jangkauan, walaupun konsmen mempunyai dorongan
yang kuat, konsumen mungkin akan menyimpan kebutuhannya dalam ingatan
atau melakukan pencarian informasi. Pencarian informasi merupakan tahap dalam
proses pengambilan keputusan pembelian dimana konsumen telah tertarik untuk
mencari lebih banyak informasi. Dalam hal ini, konsumen hanya akan
meningkatkan perhatian atau aktif mencari informasi. Konsumen dapat
memperoleh informasi dari sumber manapun, misalnya:
(a) Sumber pribadi: keluarga, teman, tetangga, kenalan.
(b) Sumber komersial: iklan, wiraniaga, dealer, kemasan, pajangan.
(c) Sumber publik: media massa, organisasi penilai pelanggan.
(d) Sumber pengalaman: menangani, memeriksa dan menggunakan produk.
3. Evaluasi alternatif (alternative evaluation)
Kotler dalam Sangadji dan Sopiah (2013), menjelaskan lebih lanjut bahwa
pemasar perlu mengetahui evaluasi berbagai alternatif, yaitu suatu tahap dalam
proses pengambilan keputusan pembelian dimana konsumen menggunakan
informasi untuk mengevaluasi merek-merek alternatif dalam satu susunan pilihan.
Konsumen mengevaluasi alternatif pembelian tergantung pada konsumen individu
dan situasi pembelian tertentu. Pemaar harus mempelajari pembeli untuk
mengetahui bagaimana mereka mengevaluasi alternatif merek, jika mereka tahu
bahwa proses evaluasi sedang berjalan, pemasar dapat mengambil langkah-
langkah untuk memengaruhi keputusan pembelian.
20
4. Keputusan pembelian (purchase decision)
Keputusan pembelian menurut Kotler dalam Sangadji dan Sopiah (2013),
merupakan tahap dalam proses pengambilan keputusan pembelian sampai
konsumen benar-benar membeli produk. Biasanya keputusan pembelian
konsumen adalah pembelian merek yang paling disukai, namun demikian, ada dua
faktor yang bisa muncul di antara niat untuk membeli dan keputusan pembelian
yang mungkin mengubah niat tersebut. Faktor pertama adalah sikap orang lain,
faktor kedua adalah situasi yang tidak diharapkan. Jadi, pilihan dan niat untuk
membeli tidak selalu menghasilkan pilihan pembelian yang aktual.
5. Perilaku pasca pembelian (post purchase behavior)
Tugas pemasar tidak berakhir ketika produknya sudah dibeli konsumen.
Setelah membeli produk, konsumen bisa puas atau tidak puas, dan akan terlibat
dalam perilaku pasca pembelian yang tetap menarik bagi pemasar. Perilaku pasca
pembelian merupakan tahap dalam proses pengambilan keputusan pembelian
dimana konsumen mengambil tindakan lebih lanjut setelah membeli berdasarkan
kepuasan atau ketidakpuasan yang mereka rasakan. Hubungan antara harapan
konsumen dengan kinerja yang dirasakan dari produk merupakan faktor yang
menentukan apakah pembeli puas atau tidak puas. Jika produk gagal memenuhi
harapan maka konsumen akan kecewa, jika harapan terpenuhi maka konsumen
akan puas, jika harapan terlampaui maka konsumen akan sangat puas (Kotler
dalam Sangadji dan Sopiah, 2013).
Dalam pengambilan keputusan membeli, konsumen seringkali dipengaruhi
oleh dua pihak atau lebih yang terlibat dalam proses pertukaran dan
pembeliannya. Kotler dan Amstrong menyatakan bahwa umumnya ada lima
macam peranan yang dapat dilakukan seseorang, dimana kelima peranan ini
dipegang oleh satu orang, namun seringkali pula peran tersebut dilakukan oleh
beberapa orang (Poluan et al., 2016). Kelima peran tersebut meliputi:
(a) Pemrakarsa (initiator), yaitu orang yang pertama kali menyadari adanya
keinginan atau kebutuhan yang belum terpenuhi dan mengusulkan ide untuk
membeli suatu barang atau jasa tertentu.
21
(b) Pemberi pengaruh (influenser), yaitu orang yang pandangan, nasehat atau
pendapatnya mempengaruhi keputusan pembelian.
(c) Pengambil keputusan (desider), yaitu orang yang menentukan keputusan
pembelian, misalnya apakah jadi membeli, apa yang dibeli, bagaimana cara
membeli, atau mana membelinya.
(d) Pembeli (buyer), yaitu orang yang melakukan pembelian aktual.
(e) Pemakai (user), yaitu orang yang mengkonsumsi atau menggunakan barang
atau jasa yang dibeli.
2.2.4 Perilaku Konsumen
2.2.4.1 Definisi Perilaku Konsumen
Kotler dalam Sari (2013), menyatakan bahwa bidang ilmu perilaku
konsumen mempelajari bagaimana individu, kelompok, dan organisasi memilih,
membeli, memakai, serta memanfaatkan barang, jasa, gagasan, atau pengalaman
dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat mereka.
Sumarwan dalam Sari (2013), menyimpulkan bahwa perilaku konsumen
adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong
tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan,
menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan
mengevaluasi.
Engel et al. dalam Sari (2013), mendefinisikan perilaku konsumen sebagai
tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan
menghabiskan produk dan jasa, termasuk keputusan yang mendahului dan
menyusuli tindakan ini.
Menurut Mowen dan Minor dalam Sari (2013), perilaku Konsumen
(consumer behaviour) didefinisikan sebagai studi tentang unit pembelian (buying
units) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan
pembuangan barang, jasa, pengalaman, serta ide-ide.
Menurut Schiffman dan Kranuk dalam Sari (2013), bahwa perilaku
konsumen merupakan studi yang mengkaji bagaimana individu membuat
22
keputusan membelanjakan sumberdaya yang tersedia dan dimiliki (waktu, uang
dan usaha) untuk mendapatkan barang atau jasa yang nantinya akan dikonsumsi.
Pengertian-pengertian perilaku konsumen di atas, lanjut Sari (2013), dapat
disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah: (a) disiplin ilmu yang mempelajari
perilaku individu, kelompok atau organisasi dan proses-proses yang digunakan
untuk menyeleksi, menggunakan produk, pelayanan, pengalaman untuk
memuaskan kebutuhan dan keinginan kosumen, dan dampak dari proses-proses
tersebut pada konsumen dan masyarakat, (b) tindakan yang dilakukan oleh
konsumen guna mencapai dan memenuhi kebutuhannya baik dalam penggunaan,
pengonsumsian, maupun penghabisan barang dan jasa, termasuk proses keputusan
yang mendahului dan yang menyusul, (c) tindakan atau perilaku yang dilakukan
konsumen yang dimulai dengan merasakan adanya kebutuhan dan keinginan,
kemudian berusaha mendapatkan produk yang diinginkan, mengonsumsi produk
tersebut, dan berakhir dengan tindakan-tindakan pasca pembelian, yaitu perasaan
puas dan tidak puas.
2.2.4.2 Tujuan Menganalisis Periku Konsumen
Sangadji dan Sopiah (2013), menyatakan bahwa tujuan mempelajari dan
mnganalisis perilaku konsumen adalah sebagai berikut:
(a) Untuk mengimplementasikan konsep pemasaran sebagai rencana untuk
memengaruhi calon konsumen.
(b) Untuk memamahami pengaruh yang kompleks ketika konsumen menonsumsi
produk yang dibeli.
(c) Untuk meningkatkan kepercayaan diri manajer (pemasaran) dalam
memprediksi respon konsumen setelah strategi pemasaran ditetapkan dan
dilaksanakan.
(d) Untuk menghindari kriteria rujuk-diri. Setiap konsumen memiliki tingkat
pemahaman yang berbeda-beda tentang produk yang dibelinya. Ada yang
tingkat pemahamannya tinggi dan ada juga yang rendah.
23
2.2.4.3 Faktor-faktor Perilaku Konsumen
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu
faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologis (Sulistyowati,
2013).
1. Faktor budaya, meliputi:
a. Peranan kebudayaan
Basu Swastha dalam Sulistyowati (2013), menyatakan bahwa kebudayaan
adalah simbul dan fakta yang komplek, yang diciptakan oleh manusia, diturunkan
dari generasi ke generasi sebagai pengatur dan penentu tingkah laku manusia
dalam masyarakat yang ada. Berdasarkan pengertian tersebut, maka segala
kegiatan perusahaan harus mengarah kepada bagaimana produk bisa diterima oleh
masyarakat.
b. Kelas sosial
Menurut Philip Kotler dalam Sulistyowati (2013), kelas sosial adalah suatu
kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat,
yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang, dan para anggota dalam setiap jenjang
itu memiliki nilai, minat dan tingkat laku yang sama. Kelas sosial mempunyai
beberapa ciri sebagai berikut:
(a) Orang yang berada dalam setiap kelas sosial cenderung lebih berperilaku
serupa dari pada orang yang berasal dari kedua kelas sosial yang berbeda.
(b) Seseorang dipandang mempunyai pekerjaan yang rendah atau tinggi sesuai
dengan kelas sosialnya.
(c) Kelas sosial seseorang dinyatakan dengan beberapa variabel seperti jabatan,
pendidikan, kekayaan dan orientasi terhadap nilai, dari pada hanya
berdasarkan sebuah variabel.
(d) Seseorang mampu berpindah dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya
dalam masa hidupnya.
2. Faktor sosial
Perilaku sesorang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, seperti
kelompok referensi, keluarga, status dan peranan sosial.
24
a. Kelompok referensi
Sebuah kelompok referensi bagi seseorang adalah keelompok-kelompok
yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan
perilaku seseorang. Dalam sebuah kelompok referensi ada seorang pelopor opini
(opinion leader) yang dapat mempengaruhi anggotanya dalam membeli sesuatu.
Oleh sebab itu manajer pemasaran harus mengetahui siapa yang menjadi pelopor
opini dari suatu kelompok.
b. Keluarga
Peran dalam keluarga dalam pengambilan keputusan pembelian berbeda-
beda menurut barang tertentu yang akan dibeli. Oleh sebab itu manajer pemasaran
perlu mengetahui siapa anggota keluarga yang mempunyai inisiatif menentukan
pembelian, siapa yang membeli dan siapa yang akan menggunakan produk yang
akan dibeli.
c. Peranan dan status
Kedudukan seseorang dalam suatu kelompok dapat dijelaskan dengan
pengertian dan status sebuah peranan, terdiri dari aktifitas yang diperkirakan
dilakukan oleh seseorang sesuai dengan orang orang yang ada di sekitarnya.
Setiap peranan akan membawa status yang akan mencerminkan penghargaan
umum yang diberikan sesuai dengan status di masyarakat.
3. Faktor pribadi
Faktor pribadi dari setiap konsumen akan mempengaruhi juga keputusan
pembelian produk oleh konsumen tersebut. Faktor pribadi meliputi: (a) usia dan
siklus hidup, (b) pekerjaan, (c) kondisi ekonomi, (d) gaya hidup serta (e)
kepribadian dan konsep diri.
4. Faktor psikologis
Ada empat faktor dalam faktor psikologis yang mempengaruhi konsumen
dalam pengambilan keputusan pembelian akan sebuah produk, yaitu:
a. Persepsi
Saparinah Sadli menyatakan bahwa persepsi adalah suatu proses yang
aktif dimana yang memegang peranan bukan hanya stimulus yang mengenainya,
25
tetapi ia juga dipengaruhi sebagai keseluruhan dengan pengalaman-pengalaman,
motivasi dan sikap yang relevan terhadap stimulus tersebut.
b. Belajar
Proses pembelian oleh konsumen sebenarnya juga merupakan suatu proses
belajar. Konsumen akan mengambil hikmah dari pengambilan keputusan dalam
mengkonsumsi suatu produk. Jika ternyata produk yang dikonsumsi itu
mengecewakan, maka hal tersebut tidak akan diulanginya lagi.
c. Kepercayaan dan sikap
Kepercayaan yang muncul dari konsumen terhadap sebuah produk, akan
membentuk suatu citra terhadap merk dan produk tersebut. Sedangkan sikap
biasanya memberikan penilaian menerima atau menolak terhadap produk atau jasa
yang sedang dihadapinya. Jadi sikap merupakan tanggapan yang diberikan
terhadap suatu obyek yang diorganisisr oleh suatu pengalaman, serta
mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung pada perilaku.
d. Motivasi
Ada 3 teori motivasi yang dominan dalam mempengaruhi pembentukan
perilaku konsumen dalam keputusan pembelian suatu produk. Ketiga teori
tersebut adalah tori yang dikemukakan oleh: (a) Abraham Maslow, (b) Sigmud
Freud dan (c) Frederick Herzberg. Abraham Maslow dalam Sulistyowati (2013),
mengemukakan bahwa pada dasarnya setiap manusia dalam bertindak selalu
didorong oleh kebutuhan manusia yang tersusun dalam sebuah jenjang (hirarki)
dari tingkatan kebutuhan yang paling mendesak hingga tingkatan yang kurang
mendesak. Tingkatan kebutuhan tersebut adalah kebutuhan fisiologis, kebutuhan
akan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan
aktualisasi diri.
2.2.4 Karakteristik Konsumen
Budaya menggambarkan nilai-nilai, kepercayaan, ide, sikap dan tindakan
dari suatu bangsa. Budaya juga dicerminkan oleh berbagai produk yang dihasilkan
ole suatu masyarakat, bahkan budaya juga dicerminkan oleh berbagai hasil karya
seni dan segala macam benda (rumah, bangunan, jalan dan sebagainya) yang ada
26
di dalam suatu masyarakat. Budaya yang ada di dalam suatu masyarakat bisa
dibagi lagi ke dalam beberapa bagian yang lebih kecil, inilah yang disebut dengan
sub budaya (subculture). Sub budaya bisa tumbuh dari adanya kelompok-
kelompok di dalam suatu masyarakat. Pengelompokan masyarakat biasanya
berdasarkan usia, jenis kelamin, lokasi tinggal, pekerjaan dan sebagainya
(Sumarwan, 2015).
Suatu budaya akan terdiri atas beberapa kelompok kecil lainnya, yang
dicirikan oleh adanya perbedaan perilaku antar kelompok kecil tersebut. Erbedaan
kelompok tersebut berdasarkan kepada perbedaan karakteritik sosial, ekonomi dan
demografi konsumen. Konsep sub budaya sangat terkait dengan demografi.
Demografi aka menggambarkan karakteristik suatu penduduk, misalnya suku
adalah variabel demografi. Di dalam variabel demografi tersebut bisa didaptkan
sub budaya yang berbeda, seperti Suku Sunda, Suku Jawa, Suku Batak, Suku
Melayu dan lainnya. Tabel 2.1 menggambarkan karakteristik konsumen di
Indonesia.
Tabel 2.1 Karakteristik Konsumen di Indonesia
No. Karakteristik
Konsumen Contoh Sub Budaya
1. Usia Anak-anak, Remaja, Dewasa awal, Dewasa lanjut, Lansia.
2. Agama Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Budha, dll.
3. Suku Bangsa Sunda, Jawa, Bali, Batak, Melayu, Dayak, Minahasa,
Bugis, dll.
4. Warga Indonesia
Keturunan Pribumi, Tionghoa, India, Arab, dll.
5. Pendapatan Miskin, Menengah, Kaya.
6. Jenis Kelamin Laki-laki, Wanita.
7. Status pernikahan Lajang, Menikah, Janda, Duda.
8. Jenis keluarga Orang tua tunggal, Orang tua lengkap, Keluarga dengan
satu anak, dua anak, dll.
9. Pekerjaan Dosen, Guru, Buruh, Karyawan, Dokter, Akuntan, Montir,
Pengacara, dll.
10. Lokasi geografi Jawa, Luar Jawa, Kota, Desa.
11. Jenis rumah tangga Rumah tangga keluarga, Bukan rumah tangga keluarga
(tinggal sendiri, tinggal bersama teman, di asrama).
12. Kelas sosial Kelas atas, Kelas menengah, Kelas bawah.
Sumber: Sumarwan, 2015
Berdasarkan Tabel 2.1 tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang
konsumen bisa menjadi anggota dari beberapa sub budaya. Seorang konsumen
yang berusia remaja, maka ini merupakan gambaran karateristik usia dari
27
demografi dan sub budayanya remaja. Jika konsumen tersebut berstatus Suku
Sunda, maka ini merupakan gambaran karakteristik suku bangsa dari demografi
sub budayanya Suku Sunda.
2.3 Kerangka Pemikiran
Di era milenial ini, varian-varian minuman cokelat banyak disediakan di
kafe-kafe khsusunya di wilayah perkotaan, termasuk di dalamnya di wilayah
perkotaan Kabupaten Jember, yang salah satunya direpresentatifkan oleh kafe-
kafe yang ada di sekitaran kampus Universitas Jember. Jenis menu minuman
cokelat yang disediakan secara umum, yaitu: (a) cokelat dingin (cold chocolate),
(b) cokelat panas (hot chocolate) dan (c) milkshake cokelat. Kafe-kafe di sekitaran
kampus Universitas Jember yang menyediakan menu minuman cokelat, antara
lain: (a) Warkop Brewok, (b) MOX Cafe, (c) Cafe Tipis-tipis, (d) Cak Wang dan
(e) Akasia. Konsumen yang datang di kafe-kafe adalah kebanyakan para
mahasiswa, hal ini dikarenakan: (a) terdapat banyak mahasiswa yang
mencerminkan kaum milenial dan (b) banyak dari mahasiswa yang selain untuk
menikmati minuman cokelat, juga mereka memanfaatkan fasilitas kafe yang ada
untuk menyelesaikan pekerjaan dan tugas mereka. Oleh karena itu perlu dipelajari
tentang: (a) karakteristik konsumen, (b) pola konsumsi oleh konsumen dan (c)
faktor-faktor yang memengaruhi konsumen kafe dalam pembelian minuman
cokelat di Kabupaten Jember.
Berdasarkan penelitian terdahulu mengenai karakteristik konsumen yang
dilakukan oleh Shih et al. (2015), dengan judul “The Study of Consumer’s
Behaviour and Consumer Satisfiction in Beverages Industry in Tainan, Taiwan”,
memiliki salah satu tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui karakteristik
konsumen dalam pembelian minuman yang berbeda di Kota Tainan, Taiwan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (a) minuman buatan tangan lebih disukai
oleh wanita yang lebih muda, (b) sedangkan untuk minuman yang disiapkan
sendiri lebih disukai wanita yang lebih tua, dan (c) minuman botol lebih disukai
oleh pria yang lebih muda.
28
Penelitian terdahulu mengenai karakteristik konsumen juga pernah
dilakukan oleh Rasmikayati et al. (2017), yang berjudul “Kajian Sikap dan
Perilaku Konsumen dalam Pembelian Kopi serta Pendapatnya terhadap Varian
Produk dan Potensi Kedainya”, memiliki salah satu tujuan penelitian, yaitu untuk
mengetahui karakteristik konsumen dalam pembelian kopi di Armor Kopi Garden,
Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (a) terdapat banyak konsumen
laki-laki dibandingkan perempuan, (b) konsumen yang berkunjung ke Armor
Kopi Garden didominasi oleh konsumen yang berumur 20-30 tahun, (c)
konsumen yang datang sebagian besar berstatus sebagai pelajar/ mahasiswa/i, (d)
mayoritas responden yang datang memiliki pendapatan dengan tipe kelas
menengah (Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000) dan tipe kelas atas (> Rp 2.000.000)
dan (e) domisili konsumen yang datang ke Armor Kopi Garden mayoritas berasal
dari dalam kota.
Dalam melihat karakteristik konsumen, penelitian-penelitian terdahulu
tersebut mencermatinya dari dimensi: (a) domisili/ kota asal, (b) jenis kelamin, (c)
usia, (d) pekerjaan, (e) pendidikan, (f) pendapatan, (g) pengeluaran dan (h)
frekuensi konsumsi. Adapun di dalam penelitian ini, dimensi karakteristik
konsumen yang dilihat adalah juga berdasarkan penelitian terdahulu, yaitu
dimensi yang digunakan adalah: (a) domisili/ kota asal, (b) jenis kelamin, (c) usia,
(d) pekerjaan, (e) pendidikan, (f) pendapatan. Dimensi pengeluaran dan frekuensi
konsumsi tidak digunakan dalam melihat karakteristik konsumen pada penelitian
ini, hal ini dikarenakan: (a) dimensi pengeluaran tidak cocok digunakan karena
mayoritas konsumen kafe minuman cokelat adalah berstatus sebagai mahasiswa,
sehingga mereka memiliki pengeluaran yang tidak pasti di setiap bulannya dan (b)
dimensi frekuensi konsumsi tidak digunakan untuk melihat karakteristik
konsumen, karena pada penelitian ini dimensi frekuensi digunakan untuk melihat
pola konsumsi oleh konsumen.
Berdasarkan penelitian terdahulu mengenai pola konsumsi yang dilakukan
oleh Kozelova et al. (2014), dengan judul “Analysis of Consumer Behaviour at
Chocolate Purchase”, memiliki salah satu tujuan penelitian, yaitu untuk
mengetahui pola konsumsi terhadap frekuensi dalam pembelian cokelat. Hasil
29
penelitian menunjukkan bahwa: (a) berdasarkan jenis kelamin, wanita lebih suka
dalam mengonsumsi cokelat dengan frekuensi 1-3 kali per minggu dan (b)
pengeluaran yang sering digunakan untukmembeli cokelat adalah sebesar € 1 - € 3
per minggi oleh orang muda (18-23 tahun) dan generasi tengah usia (46-55
tahun).
Penelitian terdahulu mengenai pola konsumsi juga pernah dilakukan oleh
Naveed et al. (2015), dengan judul “Chocolate Consumption in Children Adults”,
memiliki salah satu tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui pola konsumsi
cokelat pada anak-anak dan orang dewasa (profesional dan non-profesional).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (a) pada konsumen anak-anak, sebesar
7,5% tidak mengambil cokelat atau makanan yang mengandung cokelat,
sementara 92,5% setiap hari mengonsumsi cokelat atau makanan yang
mengandung cokelat. (b) pada orang dewasa, sebesar 10% tidak mengonsumsi
cokleat, sementara 90% mengonsumsi cokelat pada frekuensi harian atau
mingguan. (c) pada orang dewasa non-profesional, semua sampel memakan
cokelat atau makanan yang mengandung cokelat di setiap minggu atau setiap
harinya.
Ozgen (2016), juga melakukan penelitian tentang pola konsumsi, dengan
penelitiannya yang berjudul “A Study on Chocolate Consumption in Prospective
Teachers”, memiliki salah satu tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui pola
konsumsi terhadap pengetahuan mengonsumsi cokelat pada mahasiswa di
Fakultas Pendidikan Gizi Universitas Ankara. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: (a) 91,1% dari calon guru perempuan dan 75,3% dari calon guru laki-laki
setuju dengan pernyataan konsumsi cokelat baik untuk penyakit kardiovaskular,
dan sisanya tidak setuju. (b) 77,1% dari calon guru perempuan dan 27,2% dari
calon guru laki-laki setuju dengan pernyataan konsumsi cokelat harian
menurunkan tekanan darah, dan sisanya tidak setuju. (c) 59,4% dari calon guru
perempuan dan 37,0% dari calon guru laki-laki setuju dengan pernyataan makan
cokelat mengurangi depresi, dan sisanya tidak setuju.
Dalam melihat pola konsumsi oleh konsumen, penelitian-penelitian
terdahulu tersebut mencermatinya dari dimensi: (a) frekuensi mengonsumsi, (b)
30
jenis minuman cokelat yang disukai dan (c) pengetahuan tentang manfaat cokelat.
Adapun di dalam penelitian ini juga menggunakan dimensi-dimensi tersebut
dalam melihat pola konsumsi. Dimensi frekuensi mengonsumsi pada penelitian ini
terdiri dari: (a) kadang-kadang (tidak pasti), (b) rutin (pasti mengonsumsi di setiap
minggunya) dan (c) hanya kebutuhan khusus (bisnis, bertemu teman, sekedar
santai, berdiskusi dan lainnya). Dimensi jenis minuman cokelat yang disukai pada
penelitian ini, yaitu meliputi: (a) minuman cokelat dingin dan (b) minuman
cokelat panas. Dimensi pengetahuan konsumen tentang manfaat cokelat pada
penelitian ini, yaitu: (a) mengetahui dan (b) tidak mengetahui. Penelitian ini
menggunakan dimensi-dimensi tersebut agar dapat melihat lebih jelas mengenai
pola konsumsi oleh konsumen kafe minuman cokelat di Kabupaten Jember.
Berdasarkan penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang
memengaruhi pembelian yang dilakukan oleh Shekhar dan Raveendran (2013),
dengan judul “Role of Packing Cues on Consumer Buying Behaviour”, memiliki
tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi
pembelian cokelat oleh konsumen muda di Distrik Kannur, Negara Bagian Kerala,
India. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (a) variabel yang berpengaruh
signifikan terhadap pembelian cokelat adalah harga dan rasa dan (b) variabel yang
berpengaruh tidak signifikan adalah gambar, warna, nama merek, alamt unit
manufaktur dan ukuran.
Penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor yang memengaruhi pembelian
juga pernah dilakukan oleh Huang dan Dang (2014), dalam penelitiannya yang
berjudul “An Empirical Analysis on Purchase Intention on Coffee Beverages in
Taiwan”, memiliki tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang
memengaruhi niat pembelian minuman kopi dan pemahaman tentang budaya kopi
di Taiwan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: (a) variabel yang berpengaruh signifikan terhadap pembelian minuman
kopi adalah harga dan rasa dan (b) variabel yang berpengaruh tidak signifikan
adalah gambar produk, merek dan manfaat kesehatan.
Sulistyowati (2013), di dalam penelitiannya juga memiliki teori mengenai
faktor-faktor yang memengaruhi pembelian, di antaranya: (a) peranan
31
kebudayaan, (b) kelas sosial, (c) kelompok referensi, (d) keluarga, (e) peranan dan
status, (f) usia dan siklus hidup, (g) pekerjaan, (h) kondisi ekonomi, (i) gaya
hidup, (j) kepribadian dan konsep diri, (k) persepsi, (l) belajar, (m) kepercayaan
dan sikap serta (n) motivasi. Variabel-variabel tersebut dapat berpengaruh
signifikan maupun tidak signifikan terhadap suatu pembelian.
Dalam melihat faktor-faktor yang memengaruhi pembelian minuman
cokelat pada penelitian ini menggunakan variabel yang diambil dari penelitian
terdahulu dan teori yang ada, yaitu: (a) harga, (b) rasa, (c) peranan kebudayaan,
(d) kelas sosial, (e) kelompok referensi, (f) keluarga, (g) peranan dan status, (h)
usia dan siklus hidup, (i) pekerjaan, (j) kondisi ekonomi, (k) gaya hidup, (l)
kepribadian dan konsep diri, (n) persepsi, (o) belajar, (p) kepercayaan dan sikap
dan (q) motivasi. Penambahan variabel harga dan rasa pada penelitian ini
disebabkan karena berdasarkan dari hasil penelitian terdahulu menyatakan bahwa
variabel harga dan rasa berpengaruh signifikan terhadap pembelian. Selain itu,
penambahan variabel harga dan rasa dilakukan agar mendapatkan alasan yang
lebih jelas mengenai pembelian minuman cokelat di kafe, khsusunya mengenai
produk minuman cokelat tersebut.
Penelitian ini menggunakan dua alat analisis, yaitu: (a) analisis deskriptif
dan (b) analisis faktor. Analisis deskriptif digunakan untuk menjawab
permasalahan pada rumusan masalah 1 dan 2, yaitu tentang karakteristik
konsumen dan pola konsumsi, sedangkan analisis faktor digunakan untuk
menjawab permasalahan pada rumusan masalah 3, yaitu tentang faktor-faktor
yang memengaruhi konsumen kafe dalam pembelian minuman cokelat di
Kabupaten Jember. Kedua analisis tersebut digunakan peneliti untuk mendapatkan
tujuan akhir, yaitu identifikasi perilaku konsumen minuman cokelat pada kafe di
Kabupaten Jember. Gambar 2.2 menyajikan skema kerangka pikir.
32
Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran
Mulai tumbuh kafe di perkotaan
Banyak bermunculan kafe di Kabupaten
Jember yang menyediakan menu
minuman cokelat
Kafe di Kabupaten Jember:
a. Warkop Brewok
b. MOX Cafe
c. Cafe Tipis-tipis
d. Cak Wang
e. Akasia
Menu minuman cokelat:
a. Cokelat dingin
b. Cokelat panas
c. Milkshake cokelat
Faktor-faktor yang memengaruhi
konsumen dalam mengonsumsi
minuman cokelat
Pola Konsumsi Karakteristik Konsumen
Faktor-faktor meurut teori dari
Sulistyowati (2013): (a) peranan kebudayaan, (b) kelas
sosial, (c) kelompok referensi, (d)
keluarga, (e) peranan dan status, (f)
usia dan siklus hidup, (g) pekerjaan,
(h) kondisi ekonomi, (i) gaya hidup,
(j) kepribadian dan konsep diri, (k)
persepsi, (l) belajar, (m) kepercayaan
dan sikap serta (n) motivasi.
Dimensi pola konsumsi:
(Kozelova et al., 2014;
Naveed et al., 2017;
Ozgen, 2016)
a. Frekuensi konsumsi
b. Jenis minuman cokelat
c. Pengetahuan terhadap
manfaat cokelat
Dimensi karakteristik
konsumen: (Shih, et al.,
2015; Rasmikayati et al.,
2017)
a. Domisili/ Kota asal
b. Jeni kelamin
c. Usia
d. Pekerjaan
e. Pendidikan
f. Pendapatan
g. Pengeluaran
h. Frekuensi konsumsi
Dalam penelitian ini:
a. Domisili/ Kota asal
b. Jeni kelamin
c. Usia
d. Pekerjaan
e. Pendidikan
f. Pendapatan
Dalam penelitian ini:
a. Frekuensi konsumsi
b. Jenis minuman cokelat
c. Pengetahuan terhadap
manfaat cokelat
Faktor-faktor tambahan: (Shekhar
dan Raveendran, 2013; Huang dan
Dang, 2014)
(a) harga dan (b) rasa.
Dalam penelitian ini:
(a) harga, (b) rasa, (c) peranan
kebudayaan, (d) kelas sosial, (e)
kelompok referensi, (f) keluarga, (g)
peranan dan status, (h) usia dan
siklus hidup, (i) pekerjaan, (j) kondisi
ekonomi, (k) gaya hidup, (l)
kepribadian dan konsep diri, (n)
persepsi, (o) belajar, (p) kepercayaan
dan sikap dan (q) motivasi.
Analisis Faktor Analisis Deskriptif Analisis Deskriptif
Identifikasi perilaku konsumen minuman cokelat di Kabupaten Jember
33
2.4 Hipotesis
1. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh nyata terhadap pembelian minuman
cokelat di Kabupaten Jember, khususnya di wilayah perkotaan dan
dicerminkan di sekitaran kampus adalah variabel: (a) harga, (b) rasa, (c)
peranan kebudayaan, (d) kelas sosial, (e) kelompok referensi, (f) keluarga, (g)
peranan dan status, (h) usia dan siklus hidup, (i) pekerjaan, (j) kondisi
ekonomi, (k) gaya hidup, (l) kepribadian dan konsep diri, (n) persepsi, (o)
belajar, (p) kepercayaan dan sikap dan (q) motivasi.
34
BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Metode purposive yaitu suatu metode penentuan daerah penelitian secara
sengaja atas pertimbangan-pertimbangan tertentu (Widyantari et al., 2018).
Daerah penelitian yang dipilih adalah Kabupaten Jember. Kabupaten Jember
dipilih karena memiliki berbagai macam masyarakat, mulai dari pelajar,
mahasiswa, pekerja, tidak bekerja dan lain-lain. Selain itu, Kabupaten Jember
dipilih karena terdapat banyak kafe, khususnya di wilayah perkotaan. Kafe yang
dipilih untuk lokasi penelitian yaitu: (a) Warkop Brewok, (b) MOX Cafe, (c) Cafe
Tipis-tipis, (d) Cak Wang dan (e) Akasia.
Alasan dipilihnya kafe tersebut dikarenakan, (a) mudah dijangkau oleh
peneliti, (b) terdapat menu minuman cokelat, (c) letaknya yang strategis dan (d)
harganya relatif terjangkau. Pemilihan lokasi penelitian pada kafe dikarenakan
peneliti dapat lebih mudah untuk mengetahui konsumen yang mengonsumsi
minuman cokelat.
Tabel 3.1. Nama-nama kafe di Kabupaten Jember
No Nama Kafe Alamat
1. Warkop Brewok Jl. Karimata
2. MOX Cafe Jl. Tidar
3. Cafe Tipis-tipis Jl. Danau Toba
4. Cak Wang Jl. Mastrip
5. Akasia Jl. Riau
Sumber: Obeservasi Lapang, 2018
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif
kuantitatif. Metode penelitian deskriptif (descriptive research) adalah suatu
metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena
yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau. Penelitian
deskriptif bisa mendeskripsikan sesuatu keadaan saja, tetapi bisa juga
mendeskripsikan keadaan dalam tahapan-tahapan perkembangannya. Tujuan
penelitin deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat atau hubungan antar
35
fenomena yang diselidiki. Metode penelitian kuantitatif adalah penelitian yang
menekankan fenomena-fenomena objektif dan dikaji secara kuantitatif (Hamdi
dan Bahruddin, 2014). Oleh karena itu, penelitian deskriptif kuantitatif adalah
usaha sadar dan sistematis untuk memberikan jawaban terhadap suatu masalah
dan/atau mendapatkan informasi lebih mendalam dan luas terhadap suatu
fenomena dengan menggunakan tahap-tahap penelitian dengan pendekatan
kuantitatif (Yusuf, 2014).
Pada penelitian ini, metode deskriptif digunakan untuk menjelaskan
fenomena atau permasalahan terkait dengan karakteristik konsumen dan pola
konsumsi oleh konsumen minuman cokelat di kafe Kabupaten Jember. Metode
kuantitatif digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi
pembelian minuman cokelat di kafe Kabupaten Jember.
3.3 Metode Pengambilan Contoh
Metode pengambilan contoh yang digunakan adalah dengan non
probability sampling dengan metode accidental sampling. Accidental sampling
atau sampling kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan (accidental)
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel (Wulan dan Susanto,
2014). Pengambilan data dilakukan pada saat pelanggan membeli minuman
cokelat di kafe Kabupaten Jember yang telah ditentukan. Peneliti melakukan
pengambila data menggunakan angket, dimana data yang dibutuhkan peneliti
adalah mengenai: (a) karakteristik konsumen, (b) pola konsumsi oleh konsumen
dan (c) faktor-faktor yang memengaruhi pembelian minuman cokelat di kafe
Kabupaten Jember. Pengambilan dilakukan pada tanggal 10 April s.d 20 Juni
2019.
Hair dalam Zuhri et al. (2016), menyatakan bahwa model pengukuran
sebaiknya menggunakan tiga item yang diukur sebagai indikator dengan sampel
5-10 jumlah kali indikator dan berjumlah 50-100 responden. Indikator yang
digunakan dalam penelitian ini ada sebanyak 16 indikator. Indikator-indikator
tersebut, yaitu: harga (X1), rasa (X2), peranan kebudayaan (X3), kelas sosial
(X4), kelompok referensi (X5), keluarga (X6), peranan dan status (X7), usia dan
36
siklus hidup (X8), pekerjaan (X9), kondisi ekonomi (X10), gaya hidup (X11),
kepribadian dan konsep diri (X12), persepsi (X13), belajar (X14), kepercayaan
dan sikap (X15) dan motivasi (X16). Pengambilan sampel dalam penelitian ini
yaitu dengan total indikator dikalikan lima, dengan rumus sebagai berikut.
n = total indikator x 5
= 16 x 5
= 80 responden
3.4 Metode Pengumpulan Data dan Jenis Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mencari data primer dan data
sekunder. Data primer adalah yang langsung diperoleh dari sumber data pertama
di lokasi penelitian atau objek penelitian. Data dan sumber data sekunder adalah
data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang
dibutuhkan (Bungin, 2005). Sumber data sekunder salah satunya adalah dokumen.
Dokumen merupakan catatan atau karya seseorang tentang sesuatu yang sudah
berlalu. Dokumen tentang orang atau sekelompok orang, peristiwa, atau kejadian
dalam situasi sosial yang sesuai dan terkait dengan fokus penelitian adalah sumber
informasi yang sangat berguna. Dokumen itu dapat berbentuk teks tertulis,
artefacts, gambar, maupun foto. Dokumen tertulis dapat pula berupa sejarah
kehidupan (life histories), biografi, karya tulis, dan cerita. Yusuf (2014),
menyatakan bahwa terdapat teknik-teknik yang digunakan untuk memeroleh data
primer, yaitu dengan cara:
1. Observasi
Observasi terdiri dari 2 jenis yaitu participant observer dan non-
participation observer. Observasi yang dilakukan peneliti pada penelitian ini
adalah menggunakan cara participant observer. Participant observer adalah suatu
bentuk observasi di mana pengamat (observer) secara teratur berpartisipasi dan
terlibat dalam kegiatan yang diamati. Dalam observasi yang dilakukan, peneliti
juga turut serta menjadi konsumen pada kafe yang telah ditentukan dan juga
mencari konsumen yang membeli minuman cokelat.
37
2. Angket
Angket merupakan pertanyaan disusun dalam kalimat pertanyaan dengan
opsi jawaban yang tersedia. Pengumpulan data dengan menggunakan angket,
hubungan antara peneliti dengan responden dilakukan melalui media, yaitu berupa
daftar pertanyaan yang dikirim kepada responden. Angket yang disusun peneliti
meiputi 3 sub pertanyaan, yaitu tentang: (a) karakteristik konsumen, (b) pola
konsumsi oleh konsumen dan (c) faktor-faktor yang memengaruhi pembelian
minuman cokelat di kafe Kabupaten Jember.
3.5 Metode Analisis Data
3.5.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis pada rumusan masalah 1
dan 2, yaitu mengenai karakteristik konsumen dan pola konsumsi oleh konsumen
minuman cokelat. Rumusan masalah pertama atau tentang karkteristik konsumen
minuman cokelat pada penelitian ini terbagi menjadi 6 dimensi, yaitu: (a) kota
asal, (b) jenis kelamin, (c) usia, (d) pekerjaan, (e) pendidikan dan (f) pendapatan.
Dimensi kota asal pada penelitian ini meliputi: (a) Jember dan (b) luar Jember.
Dimensi jenis kelamin pada penelitian ini terbagi menjadi: (a) laki-laki dan (b)
perempuan. Dimensi usia pada penelitian ini terdiri dari: (a) <20 tahun, (b) 20-25
tahun, (c) 26-30 tahun dan (d) >30 tahun. Dimensi pekerjaan pada penelitian ini
meliputi: (a) pelajar, (b) mahasiswa, (c) bekerja dan (d) tidak bekerja. Dimensi
pendidikan terakhir pada penelitian ini terbagi menjadi: (a) SD, (b) SMP, (c)
SMA, (d) S1/D4dan (e) lainnya. Dimensi pendapatan pada penelitian ini terdiri
dari: (a) < Rp 500.000, (b) Rp 500.000 – Rp 1.000.000, (c) Rp 1.000.000 – Rp
2.000.000 dan (d) > Rp 2.000.000.
Rumusan masalah kedua atau tentang pola konsumsi oleh konsumen
minuman cokelat pada penelitin ini terbagi menjadi 3 dimensi, yaitu: (a) frekuensi
mengonsumsi, (b) jenis minuman cokelat yang disukai dan (c) pengetahuan
tentang manfaat cokelat. Dimensi frekuensi pada penelitian ini meliputi: (a)
kadang kadang (tidak pasti), (b) rutin (pasti mengonsumsi di setiap minggu) dan
(c) hanya kebutuhan khusus (bisnis, bertemu teman, sekedar santai, berdiskusi dan
38
lainnya). Dimensi jenis minuman cokelat yang disukai pada penelitian ini terbagi
menjadi: (a) cokelat dingin (cold chocolate) dan (b) cokelat panas (hot chocolate).
Dimensi pengetahuan tentang manfaat cokelat pada penelitian ini terdiri dari: (a)
mengetahui dan (b) tidak mengetahui.
Penggunaan metode analis deskriptif bertujuan untuk mendapatkan
gambaran yang lebih jelas dan terperinci mengenai suatu keadaan berdasarkan
data atau informasi yang telah didapatkan. Kemudian dikumpulkan,
diklasifikasikan dan diinterpretasikan sehingga mendapat informasi yang
diperlukan untuk menganalisa masalah yang ada. Salah satu bentuk analis adalah
kegiatan menyimpulkan data mentah dalam jumlah yang besar sehingga hasilnya
dapat ditafsirkan. Mengelompokkan, atau memisahkan komponen atau bagian
yang relevan dari keseluruhan data juga merupakan salah satu bentuk analisis
untuk menjadikan data mudah dikelolah. Pengaturan pengurutan, atau manupulasi
data bisa memberikan informasi deskriptif yang akan menjawab pertanyaan-
pertanyaan dalam definisi masalah (Poluan dan Pengemanan, 2015).
3.5.1 Analisis Faktor
Penelitian ini menggunakan analisis faktor yang digunakan untuk
menganalisis rumusan masalah 3, yaitu mengetahui perilaku konsumen minuman
cokelat dengan identifikasi sebanyak 16 variabel, yaitu: harga (X1), rasa (X2),
peranan kebudayaan (X3), kelas sosial (X4), kelompok referensi (X5), keluarga
(X6), peranan dan status (X7), usia dan siklus hidup (X8), pekerjaan (X9), kondisi
ekonomi (X10), gaya hidup (X11), kepribadian dan konsep diri (X12), persepsi
(X13), belajar (X14), kepercayaan dan sikap (X15) dan motivasi (X16). Variabel-
variabel tersebut kemudian akan direduksi ketika tidak memenuhi asumsi analisis
faktor. Kemudian setelah itu akan dikelompokkan ke dalam faktor-faktor yang
terbentuk.
Variabel yang digunakan pada penelitian ini akan diberikan nilai dengan
skala likert. Setiap variabel akan diberikan nilai 1 (sangat tidak berpengaruh)
sampai 5 (sangat berpengaruh). Berikut merupakan skala tingkatan poin (itemized
rating scale) dalam bentuk skala likert.
39
1 = sangat tidak berpengaruh (STB)
2 = tidak berpengaruh (TB)
3 = netral (N)
4 = berpengaruh (B)
5 = sangat berpengaruh (SB)
Daely et al. (2013), menyatakan bahwa pada analisis faktor (factor
analysis) dapat dibagi dua macam yaitu analisis komponen utama (principal
component analysis = PCA) dan analisis faktor konfirmatori (confirmatory factor
analysis = CFA). Analisis faktor yang digunakan pada penelitian ini yang
menggunakan analisis faktor PCA. Secara umum, analisis faktor PCA bertujuan
untuk mereduksi data dan menginterpretasikannya sebagai suatu variabel baru
yang berupa variabel bentukan. Pada dasarnya analisis faktor PCA mendekatkan
data pada suatu pengelompokan atau pembentukan suatu variabel baru yang
berdasarkan adanya keeratan hubungan antar-dimensi pembentuk faktor. Sebelum
dilakukan analisis faktor terdapat uji-uji yang harus dilakukan. Adapun uji-uji
yang dilakukan sebelum melakukan analisis faktor adalah sebagai berikut:
1. Kaiser-Meyer-Olkin (KMO)
Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) merupakan suatu indeks yang dipergunakan
untuk meneliti ketepatan analisis faktor. Analisis faktor dikatakan tepat apabila
nilai KMO berkisar antara 0,5 sampai 1,0 dan sebaliknya jika nilai KMO kurang
dari 0,5 berarti analisis faktor tidak tepat.
Hipotesis:
H0 = variabel belum memadai untuk dianalisis lebih lanjut
H1 = variabel sudah memadai untuk dianalisis lebih lanjut
Pengambilan keputusan:
a. Jika nilai KMO < 0,5; maka H0 diterima
b. Jika nilai KMO > 0,5; maka H1 diterima
2. Bartletts test of sphericity
Bartletts test of sphericity yaitu suatu uji statistik yang dipergunakan untuk
menguji hipotesis bahwa variabel tidak saling berkorelasi (uncorrelated) dalam
40
populasi. Dengan perkataan lain matriks korelasi populasi merupakan matriks
identitas (identity matrix).
3. Measure of Sampling Adequacy (MSA)
Measure of Sampling Adequacy (MSA) yaitu suatu indeks perbandingan
antara koefisien korelasi parsial untuk setiap variabel. MSA digunakan untuk
mengukur kecukupan sampel.
Hipotesis:
H0 = variabel belum memadai untuk dianalisis lebih lanjut
H1 = variabel sudah memadai untuk dianalisis lebih lanjut
Pengambilan keputusan:
a. Jika nilai MSA atau diagonal Anti Image Correlation < 0,5; maka H0 diterima.
b. Jika nilai MSA atau diagonal Anti Image Correlation > 0,5; maka H1 diterima.
Kriteria:
a. MSA = 1; maka variabel dapat diprediksi tanpa kesalahan oleh variabel lain.
b. MSA ≥ 0,5; maka variabel masih bisa diprediksi dan dapat dianalisis lebih
lanjut.
c. MSA < 0,5; maka variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih
lanjut atau harus dikeluarkan.
Faktor unik berkorelasi satu dengan yang lain dan dengan common factor.
Common factor dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari variabel yang
diteliti, dengan persamaaan:
Fi = Wi1X1 + Wi2X2 + Wi3X3 + Wi4X4 + Wi5X5 + Wi6X6 + Wi7X7 + Wi8X8 +
Wi9X9 + Wi10X10 + Wi11X11 + Wi12X12 + Wi13X13 + Wi14X14 + Wi15X15 +
Wi16X16
Keterangan:
Fi = faktor ke-i yang diestimasi
Wi = bobot atau koefisien skor faktor
X1-16 = variabel yang diamati.
Tahapan yang dilakukan dalam analisis faktor meliputi perumusan
masalah, membuat matriks korelasi, menentukan jumlah faktor, rotasi faktor,
interpretasi faktor. Analisis faktor dapat dilakukan dengan persyaratan utama yang
41
harus dipenuhi adalah angka Measure of Sampling Adequeacy (MSA) pada uji
KMO and Bartlett’s Test harus diatas 0,5 karena jika nilai MSA ≥ 0,5 maka
variabel dapat diprediksi dan dapat dilakukan analisis lebih lanjut, apabila nilai
MSA < 0,5 maka variabel tersebut tidak dapat diprediksi dan tidak dapat
dilakukan analisis lebih lanjut (Ikasari dkk, 2016).
3.6 Definisi Operasional
1. Konsumen merupakan pembeli minuman cokelat di kafe Kabupaten Jember.
2. Kafe merupakan tempat untuk menikmati makanan atau minuman cepat saji,
khsusnya minuman cokelat, dan menyuguhkan suasana santai atau tidak
resmi di Kabupaten Jember.
3. Minuman cokelat merupakan salah satu menu olahan cokelat yang disajikan
di kafe Kabupaten Jember, yang terdiri dari varian minuman: (a) cokelat
dingin (cold chocolate), (b) cokelat panas (hot chocolate) dan (c) milkshake
cokelat.
4. Minuman cokelat dingin merupakan minuman yang terbuat dari olahan biji
kakao yang biasanya terdiri dari 70% gula dan 30% bubuk kakao, dan sajikan
dalam bentuk minuman dingin.
5. Minuman cokelat panas merupakan minuman yang terbuat dari olahan biji
kakao yang biasanya terdiri dari 70% gula dan 30% bubuk kakao, dan sajikan
dalam bentuk minuman panas.
6. Milkshake cokelat merupakan minuman yang terbuat dari olahan biji kakao
yang biasanya terdiri dari 70% gula, 30% bubuk kakao dan tambahan susu,
dan sajikan dalam bentuk minuman dingin.
7. Sampel penelitian merupakan beberapa orang bagian dari populasi pada
konsumen minuman cokelat di kafe Kabupaten Jember.
8. Karakteristik merupakan sifat atau ciri-ciri khas yang dimiliki konsumen
minuman cokelat di kafe Kabupaten Jember
9. Kota asal merupakan asal-usul tempat tinggal konsumen minuman cokelat di
kafe Kabupaten Jember.
42
10. Jenis kelamin merupakan perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan
pada konsumen minuman cokelat di kafe Kabupaten Jember.
11. Umur merupakan lamanya hidup konsumen minuman cokelat di kafe
Kabupaten Jember mulai dari lahir hingga sekarang, dan dapat diukur dengan
satuan tahun.
12. Status pekerjaan merupakan suatu kegiatan utama atau sebuah mata
pencaharian yang dilakukan konsumen minuman cokelat di kafe Kabupaten
Jember pada setiap harinya.
13. Pendidikan terakhir merupakan suatu jenjang pencapaian terakhir konsumen
minuman cokelat di kafe Kabupaten Jember dalam hal untuk memperoleh
keilmuan dan pengetahuan, dan dapat diukur dengan satuan tahun.
14. Pendapatan merupakan penghasilan yang diterima oleh konsumen minuman
cokelat di kafe Kabupaten Jember pada setiap bulannya untuk memenuhi
kebutuhan, yang dinyatakan dalam bentuk rupiah.
15. Pola konsumsi merupakan suatu bentuk pengeluaran konsumen minuman
cokelat di kafe Kabupaten Jember untuk memenuhi kebutuhannya.
16. Frekuensi merupakan sesuatu yang biasa dilakukan dalam pembelian
minuman cokelat di kafe Kabupaten Jember.
17. Jenis minuman cokelat merupakan menu minuman cokelat yang disajikan
dalam bentuk minuman dingin atau minuman panas pada di kafe Kabupaten
Jember.
18. Pengetahuan merupakan suatu informasi yang diketahui atau disadari oleh
konsumen minuman cokelat di kafe Kabupaten Jember terhadap manfaat
cokelat.
19. Harga merupakan nilai minuman cokelat di kafe Kabupaten Jember yang
ditentukan atau dirupakan dengan uang dan dengan satuan rupiah, yang
diukur dengan skala likert dengan skala 1 - 5 (sangat tidak berpengaruh –
sangat berpengaruh).
20. Rasa merupakan suatu sifat minuman cokelat di kafe Kabupaten Jember yang
didapatkan oleh lidah, yang diukur dengan skala likert dengan skala 1 - 5
(sangat tidak berpengaruh – sangat berpengaruh).
43
21. Peranan kebudayaan merupakan sifat yang diturunkan secara turun-temurun
yang mempengaruhi konsumen dalam pembelian minuman cokelat di kafe
Kabupaten Jember, yang diukur dengan skala likert dengan skala 1 - 5 (sangat
tidak berpengaruh – sangat berpengaruh).
22. Kelas sosial merupakan perbedaan stratifikasi dalam masyarakat yang
mempengaruhi konsumen dalam pembelian minuman cokelat di kafe
Kabupaten Jember, yang diukur dengan skala likert dengan skala 1 - 5 (sangat
tidak berpengaruh – sangat berpengaruh).
23. Kelompok referensi merupakan kelompok-kelompok yang mempengaruhi
konsumen dalam pembelian minuman cokelat di kafe Kabupaten Jember,
yang diukur dengan skala likert dengan skala 1 - 5 (sangat tidak berpengaruh
– sangat berpengaruh).
24. Keluarga merupakan ayah, ibu atau saudara yang mempengaruhi konsumen
dalam pembelian minuman cokelat di kafe Kabupaten Jember, yang diukur
dengan skala likert dengan skala 1 - 5 (sangat tidak berpengaruh – sangat
berpengaruh).
25. Peranan dan status merupakan kedudukan seseorang dalam suatu kelompok
yang mempengaruhi konsumen dalam pembelian minuman cokelat di kafe
Kabupaten Jember, yang diukur dengan skala likert dengan skala 1 - 5 (sangat
tidak berpengaruh – sangat berpengaruh).
26. Usia dan siklus hidup merupakan umur dan kebiasaan sehari-hari yang
mempengaruhi konsumen dalam pembelian minuman cokelat di kafe
Kabupaten Jember, yang diukur dengan skala likert dengan skala 1 - 5 (sangat
tidak berpengaruh – sangat berpengaruh).
27. Pekerjaan merupakan jenis kedudukan wajib yang dilakukan setiap hari yang
mempengaruhi konsumen dalam pembelian minuman cokelat di kafe
Kabupaten Jember, yang diukur dengan skala likert dengan skala 1 - 5 (sangat
tidak berpengaruh – sangat berpengaruh).
28. Kondisi ekonomi merupakan keadaan baik buruknya ekonomi seseorang yang
mempengaruhi konsumen dalam pembelian minuman cokelat di kafe
44
Kabupaten Jember, yang diukur dengan skala likert dengan skala 1 - 5 (sangat
tidak berpengaruh – sangat berpengaruh).
29. Gaya hidup merupakan sebuah keinginan yang dipengaruhi oleh
perkembangan zaman, yang mempengaruhi konsumen dalam pembelian
minuman cokelat di kafe Kabupaten Jember, yang diukur dengan skala likert
dengan skala 1 - 5 (sangat tidak berpengaruh – sangat berpengaruh).
30. Kepribadian dan konsep diri merupakan sebuah prinsip yang dimiliki dalam
diri konsumen yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian
minuman cokelat di kafe Kabupaten Jember, yang diukur dengan skala likert
dengan skala 1 - 5 (sangat tidak berpengaruh – sangat berpengaruh).
31. Persepsi merupakan pendapat seseorang terhadap sebuah produk yang
mempengaruhi konsumen dalam pembelian minuman cokelat di kafe
Kabupaten Jember, yang diukur dengan skala likert dengan skala 1 - 5 (sangat
tidak berpengaruh – sangat berpengaruh).
32. Belajar merupakan pengambilan hikmah dari pembelian produk sebelumnya
yang mempengaruhi konsumen dalam pembelian minuman cokelat di kafe
Kabupaten Jember, yang diukur dengan skala likert dengan skala 1 - 5 (sangat
tidak berpengaruh – sangat berpengaruh).
33. Kepercayaan dan sikap merupakan citra terhadap produk yang mempengaruhi
konsumen dalam pembelian minuman cokelat, sedangkan sikap merupakan
menerima atau menolaknya seseorang terhadap suatu produk yang
mempengaruhi konsumen dalam pembelian minuman cokelat di kafe
Kabupaten Jember, yang diukur dengan skala likert dengan skala 1 - 5 (sangat
tidak berpengaruh – sangat berpengaruh).
34. Motivasi merupakan sebuah dorongan ingin membeli yang mempengaruhi
konsumen dalam pembelian minuman cokelat di kafe Kabupaten Jember,
yang diukur dengan skala likert dengan skala 1 - 5 (sangat tidak berpengaruh
– sangat berpengaruh).
45
BAB 4. GAMBARAN UMUM
4.1 Kabupaten Jember
4.1.1 Geografis
Kabupaten Jember merupakan bagian dari Provinsi Jawa Timur, terletak ±
200 km ke arah timur dari Surabaya. Secara geografis terletak pada posisi
113⁰15’47’’ sampai 114⁰02’35’’ Bujur Timur dan 7⁰58’06’’ sampai 8⁰33’44’’
lintang selatan. Luas wilayah Kabupaten Jember berupa daratan seluas 3.293,34
km2. Kabupaten Jember memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut.
Sebelah Utara : Kabupaten Bondowoso
Sebelah Selatan : Samudera Hindia
Sebelah Timur : Kabupaten Banyuwangi
Sebelah Barat : Kabupaten Lumajang
Gambar 4.1 Peta Kabupaten Jember
Pada akhir tahun 2017, wilayah administrasi Kabupaten Jember terdiri dari
31 wilayah Kecamatan dan 248 desa/kelurahan. Dari 31 wilayah kecamatan,
Tempurejo merupakan wilayah yang memiliki daratan terluas sebesar 524,46 km2
46
yang sebagian besarnya masih berupa hutan. Selain itu Jember juga memiliki
sekitar 67 pulau-pulau kecil, 16 pulau sudah memiliki nama dan 51 pulau lainnya
belum memiliki nama.
4.1.2 Kependudukan dan Ketenagakerjaan
Kependudukan merupakan hal yang berkaitan dengan jumlah penduduk,
jenis kelamin, umur dan lain-lain, yang menggambarkan suatu daerah tertentu.
Catatan kependudukan berbeda-beda pada setiap daerah, hal ini bisa disebabkan
karena perpindahan penduduk dan menetap untuk tujuan tertentu (migrasi).
Tujuan suatu penduduk berpindah tempat memiliki berbagai alasan, salah satunya
adalah soal pekerjaan. Ketenagakerjaan merupakan segala hal yang berhubungan
dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja. Catatan
kependudukan berdasarkan jumlah penduduk di Kabupaten Jember disajikan pada
Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk di Kabupaten Jember Hasil SP2010, Proyeksi Penduduk
Tahun 2016 dan 2017
Tahun Jumlah Penduduk Pertumbuhan (%)
2016 2.419.000
2017 2.430.185 0,46
Sumber: Jember Dalam Angka, 2018
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui proyeksi jumlah penduduk pada
tahun 2016 dan 2017 di Kabupaten Jember, hasil dari sensus penduduk 2010
(SP2010). Jumlah penduduk pada tahun 2016 ke tahun 2017 mengalami
pertumbuhan sebesar 0,46% atau peningkatan sebanyak 11.185 orang.
Pertambahan penduduk di Kabupaten Jember mengakibatkan kepadatan
penduduk. Kepadatan penduduk di Kabupaten Jember tidak tersebar rata pada
setiap kecamatan. Kepadatan penduduk di Kabupaten Jember tahun 2017
mencapai 737 jiwa/km2. Kepadatan Penduduk di 31 kecamatan cukup beragam
dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di Kecamatan Kaliwates dengan
kepadatan sebesar 4.672 jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Tempurejo sebesar
140 jiwa/km2. Penduduk di Kabupaten Jember terdiri atas jenis kelamin laki-laki
dan perempuan. Jumlah dari penduduk di Kabupaten Jember berdasarkan jenis
kelamin disajikan pada Tabel 4.2.
47
Tabel 4.2 Jumlah Proyeksi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Jember
Tahun 2017
Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
Laki-laki 1.194.496 49,15
Perempuan 1.235.689 50,85
Total 2.430.185 100,00
Sumber: Jember Dalam Angka, 2018
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui jumlah proyeksi penduduk pada
tahun 2017 menurut jenis kelamin di Kabupaten Jember. Jenis kelamin yang
mendominasi di Kabupaten Jember adalah pada jenis kelamin perempuan dengan
persentase sebesar 50,85% atau sebesar 1.235.689 orang. Jenis kelamin laki-laki
di Kabupaten Jember memiliki persentase sebesar 49,15% atau sebanyak
1.194.496 orang. Penduduk di Kabupaten Jember terdiri dari rentang umur yang
berbeda-beda. Persentase penduduk di Kabupaten Jember menurut kelompok
umur dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Persentase Penduduk di Kabupaten Jember Menurut Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin, Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2017
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan
Rata-rata
(Tahun) (Laki-laki dan Perempuan)
00-04 7,68 7,20 7,44
05-09 8,27 7,65 7,96
10-14 8,22 7,84 8,03
15-19 8,08 7,74 7,91
20-24 7,73 7,57 7,65
25-29 6,87 6,88 6,88
30-34 6,66 6,89 6,78
35-39 7,32 7,59 7,46
40-44 7,31 7,35 7,33
45-49 7,19 7,21 7,20
50-54 6,56 6,80 6,68
55-59 5,82 5,83 5,83
60-64 5,14 4,76 4,95
>65 7,16 8,62 7,89
Total 100,00 100,00 100,00
Sumber: Jember Dalam Angka, 2018
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui persentase penduduk di Kabupaten
Jember menurut kelompok umur dan jenis kelamin pada tahun 2017. Kelompok
umur pada jenis kelamin laki-laki yang mendominasi adalah pada umur 5-9 tahun
dengan persentase sebesar 8,27% atau sebanyak 200.976 orang. Kelompok umur
pada jenis kelamin laki-laki yang paling sedikit adalah pada umur 60-64 tahun
48
dengan persentase sebesar 5,14% atau sebanyak 124.911 orang. Kelompok umur
pada jenis kelamin perempuan yang mendominasi adalah pada umur >65 tahun
dengan persentase sebesar 8,62% atau sebanyak 209.481 orang. Kelompok umur
pada jenis kelamin perempuan yang paling sedikit adalah pada umur 5-59 tahun
dengan persentase sebesar 5,83% atau sebanyak 141.679 orang. Rentang umur
masyarakat di Kabupaten Jember dapat berpengaruh pada kegiatan-kegiatan yang
dilakukannya. Kegiatan yang dilakukan oleh penduduk di Kabupaten Jember pada
masing-masing jenis kelamin disajkan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Penduduk Umur >15 Tahun di Kabupaten Jember Menurut Jenis Kegiatan dan
Jenis Kelamin, Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) Bulan
Agustus Tahun 2017
No. Kegiatan
Laki-laki Perempuan
Jumlah Persentase
(%) Jumlah
Persentase
(%)
I. Angkatan kerja:
1. Bekerja 746.016 82,14 469.114 49,01
2. Pengangguran terbuka:
a. Pernah bekerja 14.679 1,62 12.639 1,32
b. Tidak pernah bekerja 19.331 2,13 19.463 2,03
II. Bukan angkatan kerja:
1. Sekolah 58.172 6,41 47.998 5,01
2. Mengurus rumah tangga 22.963 2,53 376.953 39,38
3. Lainnya 47.042 5,18 31.083 3,25
Total 908.203 100,00 957.250 100,00
Sumber: Jember Dalam Angka, 2018
Berdasaran Tabel 4.4 dapat diketahui kegiatan penduduk di Kabupaten
Jember yang berumur di atas 15 tahun. Kegiatan yang paling banyak dilakukan
pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan adalah bekerja dengan prsentase laki-
laki sebesar 82% atau sebanyak 746.016 orang, sedangan pada perempuan
memiliki persentase sebesar 49,01% atau sebanyak 469.114 orang. Kegiatan laki-
laki dan perempuan yang paling sedikit adalah pada pengangguran terbuka yang
pernah bekerja dengan persentase laki-laki sebesar 1,62% atau sebanyak 14.679
orang, sedangkan pada perempuan memiliki persentase sebesar 1,32% atau
sebesar 12.639 orang. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat di
Kabupaten Jember bervariasi dan berkemungkinan dapat dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan pada masing-masing orang. Pendidikan tertinggi yang dimiliki oleh
49
penduduk di Kabupaten Jember pada masing-masing jenis kelamin disajikan pada
Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Penduduk Umur >15 Tahun di Kabupaten Jember yang Termasuk Angkatan
Kerja Menurut Pendidikan Tertinggi dan Jenis Kelamin, Hasil Survei
Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) Bulan Agustus Tahun 2017
Pendidikan Tertinggi
Laki-laki Perempuan
Jumlah Persentase
(%) Jumlah
Persentase
(%)
Tidak/belum pernah sekolah 38.565 4,94 54.110 10,80
Tidak/belum tamat SD 168.519 21,60 139.379 27,81
SD 264.699 33,93 133.070 26,55
SMP 126.562 16,23 65.640 13,10
SMA 89.025 11,41 31.854 6,36
SMK 50.202 6,44 33.263 6,64
Diploma I/II/III/ Akademi 3.820 0,49 10.134 2,02
Universitas 38.634 4,95 33.766 6,74
Total 780.026 100,00 501.216 100,00
Sumber: Jember Dalam Angka, 2018
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui penduduk di Kabupaten Jember
yang berumu di atas 15 tahun yang termasuk angkatan kerja menurut pendidikan
tertinggi dan jenis kelmin. Pendidikan tertinggi pada jenis kelamin laki-laki yang
termasuk angkatan kerja didominasi oleh tamatan SD dengan persentase sebesar
33,93% atau sebanyak 264.699 orang. Pendidikan tertinggi pada jenis kelamin
laki-laki yang termasuk angkatan kerja yang paling sedikit, yaitu pada tamatan
diploma I/II/III/akademi dengan persentase sebesar 0,49% atau sebanyak 3.820
orang. Pendidikan tertinggi pada jenis kelamin perempuan yang termasuk
angkatan kerja didomiasi oleh tidak/belum tamat SD dengan persentase sebesar
27,81% atau sebanyak 139.379 orang. Pendidikan tertinggi pada jenis kelamin
perempuan yang termasuk angkatan kerja yang paling sedikit, yaitu pada diploma
I/II/III/akademi dengan persentase sebesar 2,02% atau sebanyak 10.134 orang.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa masih banyak masyarakat Jember yang belum
menyelesaikan program wajib belajar 12 tahun, sehingga Kabupaten Jember
masih memiliki sumber daya manusia (SDM) yang rendah.
50
4.2 Kafe di Kabupaten Jember
Cafe adalah suatu usaha dibidang makanan dan minuman yang dikelola
secara komersial yang menawarkan pada para tamu makanan atau makanan kecil
dengan pelayanan dengan suasana tidak formal tanpa diikuti suatu aturan atau
pelayanan yang baku (sebagaimana sebuah exlusive dinning room). Jenis-jenis
makanan atau harganya lebih murah karena biasanya beroperasi selama 24 jam.
Oleh karena itu dapat dipastikan sebuah cafe akan tetap buka ketika restoran-
restoran lainnya sudah tutup.
Cafe menurut Marsum adalah tempat untuk makan dan minum sajian cepat
saji dan menyuguhkan suasana santai atau tidak resmi, selain itu juga merupakan
suatu tipe dari restoran yang biasanya menyediakan tempat duduk didalam dan
diluar restoran. Kebanyakan cafe tidak menyajikan makanan berat namun lebih
berfokus pada menu makanan ringan seperti kue, roti, sup, dan minuman.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Cafe adalah tempat minum kopi
yang pengunjungnya dihibur dengan musik dengan tempat makan dengan
berkonsep sederhana, biasanya yang disajikan berupa minuman dan makanan
ringan. Dapat disimpulkan bahwa cafe adalah tempat yang menyediakan minuman
dan makanan ringan dengan suasana santai dilengkapi dengan hiburan musik,
sehingga pengunjung cafe merasa nyaman untuk datang dan duduk berlama-lama
(Sopiah et al., 2018). Berikut merupakan beberapa kafe yang ada di Kabupaten
Jember:
1. Warkop Brewok
Warkop Brewok merupakan warkop yang terkenal dengan kue pancong
dan kopi birnya (kopi kapiten). Warkop Brewok pada awalnya merupakan warkop
yang berdiri di Malang dan sekarang telah membuka cabang di Jember yang
terletak di Jalan Karimata 34. Warkop Brewok beroperasi sejak pukul 10.00
sampai pukul 01.00 yang memiliki suasana ramai namun tetap nyaman. Hal ini
terbukti dengan setiap meja yang dipenuhi oleh konsumen yang sedang
mengerjakan tugas atau sekedar ngobrol santai. Harga menu yang dipatok
terbilang cukup murah, yaitu berkisar antara Rp 5.000 sampai Rp 15.000 (Lisa,
2019). Selain menu kopi dan kue pancong yang terkenal, terdapat juga menu
51
minuman cokelat di Warkop Brewok. Responden yang didapatkan di Warkop
Brewok berjumlah 16 responden dengan laki-laki berjumlah 6 orang dan
perempuan berjumlah 10 orang yang disajikan pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Responden Konsumen Minuman Cokelat di Warkop Brewok
Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
Laki-laki 6 37,50
Perempuan 10 62,50
Total 16 100,00
Sumber: Data Primer Diolah, 2019
2. MOX Cafe
MOX Cafe merupakan kafe yang cukup modern, dimana biasanya
menampilkan live music. MOX Cafe teletak di Jalan Tidar, yang meskipun
terletak agak jauh dari kawasan kampus, namum kafe ini juga memiliki banyak
pengunjung. MOX Cafe mulai beroperasi pada pukul 13.00 hingga pukul 00.00
yang buka pada Hari Senin sampai Minuggu. MOX Cafe menyediakan berbagai
menu makanan dan minuman, mulai dari kentang goreng, tahu krispi, kopi,
minuman cokelat dan lain-lain (Anonim, 2019). Responden minuman cokelat
yang didapatkan di MOX Cafe berjumlah 16 responden dengan laki-laki
berjumlah 5 orang dan perempuan berjumlah 11 orang, yang disajikan pada Tabel
4.7 berikut.
Tabel 4.7 Responden Konsumen Minuman Cokelat di MOX Cafe
Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
Laki-laki 5 31,25
Perempuan 11 68,75
Total 16 100,00
Sumber: Data Primer Diolah, 2019
3. Cafe Tipis-tips
Cafe Tipis-tipis merupakan kafe yang awal berdirinya ada di Banyuwangi
dan kemudian membuka cabang di Jember yang terletak di Jalan Danau Toba 8.
Cafe Tipis-tipis beroperasi mulai pukul 10.00 sampai pukul 01.00. Cafe Tipis-
tipis menyediakan berbagai menu makanan, mulai dari makanan berat dan ringan
dan minuman (Ibrahim, 2019). Cafe Tipis-tipis juga menyediakan menu minuman
cokelat. Konsumen minuman cokelat yang didapatkan di Cafe Tipis-tipis
52
berjumlah 16 responden dengan laki-laki berjumlah 4 responden dan perempuan
berjumlah 12 responden, yang disajikan pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8 Responden Konsumen Minuman Cokelat di Cafe Tipis-tipis
Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
Laki-laki 4 25,00
Perempuan 12 75,00
Total 16 100,00
Sumber: Data Primer Diolah, 2019
4. Cak Wang
Warkop Cak Wang merupakan salah satu kedai kopi yang cukup terkenal
dan menjadi favorit para mahasiswa, pelajar serta khalayak mudah di Kabupaten
Jember. Warkop Cak Wang beroperasi selama 24 jam dan buka setiap hari.
Warkop Cak Wang awal berdiri pada tahun 2010 terletak di Jalan Kalimantan 37,
tepatnya di kawasan Universitas Jember Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP)
oleh Mas Rakhmat Hidayatullah. Dasar berdirinya Warkop Cak Wang adalah
untuk lebih memperkenalkan jenis-jenis kopi kepada masyarkat. Warkop Cak
Wang sekarang berada di Jalan Mastrip dengan menu andalannya adalah kopi
(Nugroho, 2015). Selain kopi, juga terdapat menu lain di Warkop Cak Wang ini
yang salah satunya adalah minuman cokelat. Terdapat responden yang
mengonsumsi minuman cokelat di Warkop Cak Wang ini, yaitu berjumlah 16
responden dengan laki-laki berjumlah 7 responden dan perempuan berjumlah 9
responden, yang disajikan pada Tabel 4.9 berikut.
Tabel 4.9 Responden Konsumen Minuman Cokelat di Cak Wang
Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
Laki-laki 7 43,75
Perempuan 9 56,25
Total 16 100,00
Sumber: Data Primer Diolah, 2019
5. Akasia Cafe
Akasia Cafe merupakan salah satu kafe yang berada di belakang
Universitas Jember, yang tepatnya berada di Jalan Riau 17A. Akasia Cafe dihiasi
oleh ornamen kayu yang unik, sehingga membuat konsumen nyaman untuk
mengonsumsi makanan atau minuman di kafe ini. Waktu operasional Akasia Cafe
53
adalah pada pukul 07.00-00.00 yang buka pada Hari Senin-Minggu atau setiap
hari. Rata-rata harga yang ditawarkan untuk makanan atau minuman disini yaitu
sebesar Rp 15.000 (Brahm, 2018). Responden yang mengonsumsi minuman
cokelat di Akasia Cafe berjumlah 16 responden, dimana terdapat 7 laki-laki dan 9
perempuan seperti yang disajikan pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Responden Konsumen Minuman Cokelat di Akasia
Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
Laki-laki 7 43,75
Perempuan 9 56,25
Total 16 100,00
Sumber: Data Primer Diolah, 2019
54
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Keterkaitan Karakteristik Konsumen dengan Pola Konsumsi
5.1.1 Karakteristik Konsumen Minuman Cokelat di Kabupaten Jember
Karakteristik konsumen adalah sifat atau ciri khas yang dimiliki oleh
masing-masing konsumen, dimana sifat atau ciri khas tersebut berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Karakteristik konsumen dapat memengaruhi konsumen
dalam menentukan keputusan pembelian. Karakteristik konsumen minuman
cokelat dalam penelitian ini dapat dilihat dari: (a) kota asal, (b) jenis kelamin, (c)
umur, (d) pendidikan terakhir, (e) status pekerjaan dan (f) pendapatan atau uang
saku per bulan.
1. Kota Asal Konsumen Minuman Cokelat
Kota asal merupakan asal-usul tempat tinggal konsumen minuman cokelat
yang ada di Kabupaten Jember. Peneliti membagi kota asal konsumen minuman
cokelat menjadi 2, yaitu: yang berasal dari (a) Kabupaten Jember dan (b) luar
Kabupaten Jember. Kota asal konsumen dapat berpengaruh pada pembelian
minuman cokelat, hal ini dikarenakan trend dan gaya hidup yang berkembang
pada masing-masing kota. Variansi kota asal minuman cokelat disajikan pada
Tabel 5.1.
Tabel 5.1 Variansi Kota Asal Konsumen Minuman Cokelat di Kafe Kabupaten Jember
Kota asal Jumlah Persentase (%)
Jember 12 15,00
Luar Jember 68 85,00
Total 80 100,00
Sumber: Data Primer Diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui variansi kota asal konsumen
minuman cokelat di Kabupaten Jember dengan 80 responden. Konsumen miuman
cokelat di Kabupaten Jember didominasi oleh konsumen yang berasal dari luar
Kabupaten Jember, yaitu sebesar 85% atau sebanyak 68 responden. Selain itu,
juga terdapat konsumen yang berasal dari Kabupaten Jember sendiri, yaitu sebesar
15% atau sebanyak 12 responden. Respoden minuman cokelat yang berasal dari
Luar Jember tersebar ke 22 kota yang berbeda, yaitu: (a) Kediri, (b) Jombang, (c)
55
Banyuwangi, (d) Situbondo, (e) Lumajang, (f) Probolinggo, (g) Madiun, (h)
Ngawi, (i) Magetan, (j) Mojokerto, (k) Pasuruan, (l) Nganjuk, (m) Ponorogo, (n)
Gresik, (o) Lamongan, (p) Bekasi, (q) Bondowoso, (r) Sidoarjo, (s) Blitar, (t)
Tuban, (u) Surabaya dan (v) Medan, yang dapat dijelaskan pada Tabel 5.2 berikut.
Tabel 5.2 Variansi Kota Asal Konsumen Minuman Cokelat yang Berasal dari Luar
Jember
No. Kota Luar Jember Jumlah Persentase (%)
1. Kediri 4 5,88
2. Jombang 3 4,41
3. Banyuwangi 19 27,94
4. Situbondo 3 4,41
5. Lumajang 4 5,88
6. Probolinggo 5 7,35
7. Madiun 7 10,29
8. Ngawi 1 1,47
9. Magetan 2 2,94
10. Mojokerto 5 7,35
11. Pasuruan 1 1,47
12. Nganjuk 1 1,47
13. Ponorogo 2 2,94
14. Gresik 1 1,47
15. Lamongan 1 1,47
16. Bekasi 1 1,47
17. Bondowoso 2 2,94
18. Sidoarjo 2 2,94
19. Blitar 1 1,47
20. Tuban 1 1,47
21. Surabaya 1 1,47
22. Medan 1 1,47
Total 68 100,00
Sumber: Data Primer Diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui variansi kota asal konsumen
minuman cokelat yang berasal dari luar Kabupaten Jember, dimana terdapat 68
responden. Konsumen minuman cokelat yang berasal dari luar Kabupaten Jember
yang terbanyak berasal dari Banyuwangi dengan persentase sebesar 27,94% atau
sebanyak 19 responden. Konsumen minuman cokelat di Kabupaten Jember yang
paling sedikit berasal dari berbagai kota, yaitu Ngawi, Pasuruan, Nganjuk, Gresik,
Lamongan, Bekasi, Blitar, Tuban, Surabaya dan Medan, dengan persentase
sebesar 1,47% atau sebanyak 1 responden. Konsumen minuman cokelat yang
berdomisili di Kabupaten Jember terdiri dari berbagi kota, dimana mereka juga
memiliki berbagai tujuan yang berbeda.
56
Konsumen minuman cokelat di Kabupaten Jember memang didominasi
oleh pendatang dari luar Kabupaten Jember, namun mereka tetap berdomisili di
Kabupaten Jember. Konsumen yang berdomisili di Kabupaten Jember tersebut
bertempat tinggal sementara di kost ataupun mengontrak suatu rumah untuk
jangka waktu tertentu. Pernyataan tersebut didukung dengan hasil penelitian dari
Afriyanti dan Rasmikayati (2018), yang menyatakan bahwa konsumen dalam
Jatinangor memang lebih sering mengunjungi kedua coffee shop itu sendiri
dibandingkan dengan responden dari luar kota, karena lokasi yang berdekatan
dengan lingkungan dimana mayoritas mahasiswa tinggal.
2. Jenis Kelamin Konusmen Minuman Cokelat
Jenis kelamin merupakan perbedaan biologis antara laki-laki dengan
perempuan, dimana biasanya perbedaan jenis kelamin juga akan berpengaruh
terhadap kebiasaan dalam mengonsumsi suatu makanan atau minuman. Peneliti
membagi jenis kelamin konsumen minuman cokelat di Kabupaten Jember
menjadi 2, yaitu: (a) laki-laki dan (b) perempuan. Variansi jenis kelamin
responden yang mengkonsumsi minuman cokelat disajikan pada Tabel 5.3
Tabel 5.3 Variansi Jenis Kelamin Konsumen Minuman Cokelat di Kafe Kabupaten
Jember
Jenis kelamin Jumlah Persentase (%)
Laki-laki 29 36,25
Perempuan 51 63,75
Total 80 100,00
Sumber: Data Primer Diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 5.3 dapat diketahui variansi jenis kelamin koumen
minuman cokelat di Kabupaten Jember dengan responden berjumlah 80
responden. Konsumen minuman cokelat di Kabupaten Jember didominasi oleh
jenis kelamin perempuan dengan persentase sebesar 64% atau sebanyak 51
responden. Konsumen minuman cokelat di Kabupaten Jember dengan jenis
kelamin laki-laki memiliki persentase sebesar 36% atau sebanyak 29 responden.
Responden pada jenis kelamin perempuan lebih menyukai miuman cokelat
juga disebabkan oleh kebiasaan dan selera yang berbeda antara laki-laki dan
perempuan. Berdasarkan observasi di lapang, juga ditemukan bahwa laki-laki
57
lebih suka memilih menu minuman kopi dibandingkan dengan minuman cokelat.
Qomariyah et al. (2015), dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa perbedaan
tingkat konsumsi antara laki-laki dan perempuan disebabkan karena berbagai hal,
di antaranya adalah laki-laki peminum kopi lebih banyak daripada perempuan
peminum kopi. Selain itu, faktor konsumsi rokok ikut berpengaruh, dimana dalam
pergaulannya laki-laki memiliki kebiasaan merokok yang diserai dengan minum
kopi, sehingga frekuensi mengkonsumsi kopi lebih sering daripada perempuan.
3. Umur Konsumen Minuman Cokelat
Umur merupakan lamanya hidup seseorang mulai dari lahir hingga
sekarang, dimana dapat diukur menggunakan satuan tahun. Perbedaan umur dapat
memengaruhi konsumen dalam pemilihan suatu makanan atau minuman. Penliti
membagi umur konsumen mnuman cokelat di Kabupaten Jember menjadi 4,
yaitu: (a) <20 tahun, (b) 20-25 tahun, (c) 26-30 tahun dan (d) >30 tahun. Variansi
umur konsumen minuman cokelat di Kabupaten Jember disajikan pada Tabel 5.4
sebagai berikut.
Tabel 5.4 Variansi Umur Konsumen Minuman Cokelat di Kafe Kabuaten Jember
Umur (tahun) Jumlah Persentase (%)
<20 12 15,00
20-25 68 85,00
26-30 0 0,00
>30 0 0,00
Total 80 100,00
Sumber: Data Primer Diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui variansi umur konsumen minuman
cokelat di Kabupaten Jember dengan jumlah responden sebesar 80 responden.
Umur konsumen minuman cokelat di Kabupaten Jember yang mendominasi
adalah pada umur 20-25 tahun dengan persentase sebesar 85% atau sebanyak 68
responden. Umur <20 tahun berada di posisi ke-2 dengan persentase sebesar 15%
atau sebanyak 12 responden. Umur 26-30 tahun dan >30 tahun memiliki
persentase sebesar 0% atau tidak terdapat responden.
Responden minuman cokelat di Kabupaten Jember yang kebanyakan
dilakukan oleh responden yang miliki umur 20-25 tahun disebabkan karena
perubahan selera konsumsi mereka. Responden yang memiliki umur 20-25 tahun
58
kebanyakan telah mengatahui akan manfaat cokelat, sehingga banyak konsumen
yang berumur 20-25 tahun untuk berubah selera konsumsi ke minuman cokelat.
Yulianti dan Deliana (2018), dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa selera
seseorang dalam makanan, pakaian, perabot dan rekreasi sering berhubungan
dengan usia mereka. Khasan (2018), yang menyatakan bahwa faktor lain yang
mempengaruhi pengambilan keputusan dalam pembelian White Coffe adalah usia,
yaitu sebesar 35%. Konsumen dalam membeli suatu produk akan bermacam-
macam sepanjang umurnya. Hal ini dikarenakan tahapan siklus hidup, keadaan
ekonomi, pekerjaan dan faktor kesehatan konsumen itu sendiri.
4. Status Pekerjaan Konsumen Minuman Cokelat
Status pekerjaan merupakan suatu kegiatan utama atau sebuah mata
pencaharian yang dilakukan seseorang pada setiap harinya. Status pekerjaan yang
berbeda-beda juga akan berpengaruh terhadap makanan atau minuman yang
dikonsumsi. Peneliti membagi status pekerjaan konsumen minuman cokelat di
Kabupaten Jember menjadi 4, yaitu: (a) pelajar, (b) mahasiswa, (c) bekerja dan (d)
tidak bekerja. Variansi status pekerjaan konsumen minuman cokelat disajikan
pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5 Variansi Status Pekerjaan Konsumen Minuman Cokelat di Kafe Kabupaten
Jember
Status pekerjaan Jumlah Persentase (%)
Pelajar 2 2,50
Mahasiswa 77 96,25
Bekerja 1 1,25
Tidak Bekerja 0 0,00
Total 80 100,00
Sumber: Data Primer Diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 5.5 dapat diketahui variansi status pekerjaan konsumen
minuman cokelat di Kabupaten Jember dengan 80 responden. Konsumen
minuman cokelat di Kabupaten Jember didominasi oleh mahasiswa dengan
persentase sebesar 96% atau sebanyak 77 responden. Responden yang memiliki
status pekerjaan sebagai pelajar memiliki persentase sebesar 3% atau sebanyak 2
responden, dimana responden yang berstatus pelajar ini adalah responden yang
telah lulus SMA yang akan memasuki dunia perguruan tinggi. Responden yang
59
berstatus bekerja memiliki persentase sebesar 1% atau sebanyak 1 responden,
dimana responden ini bekerja sebagai pegawai bank.
Responden yang kebanyakan berstatus sebagai mahasiswa memiliki tujuan
lain dalam mengonsumsi minuman cokelat di kafe, yaitu mereka memanfaatan
fasilitas yang tersedia di kafe untuk keperluan tertentu, misalnya untuk
mengerjakan tugas kuliah. Selain untuk menikmati suasana kafe, biasanya mereka
memanfaatkan wifi untuk mengerjakan tugas kuliahnya. Triratnawati (2017), juga
menyatakan bahwa interior kafe susu pada umumnya bergaya stylish dengan
nuansa yang menarik, dengan kursi berbentuk bangku, kursi taman maupun kursi
bulat yang agak tinggi. Setiap meja yang selalu tersedia dan tertera papan nama
kecil bertuliskan nomor meja serta password jaringan internet. Wifi merupakan
fasilitas yang ada di semua kafe susu sehingga internet gratis ini dapat
dimanfaatkan pengunjung untuk berbagai keperluan. Sambil menikmati hidangan
susu segar, pengunjung dapat memanfaatkan internet sepuasnya.
5. Pendidikan Terakhir Konsumen Minuman Cokelat
Pendidikan terakhir merupakan suatu jenjang pencapaian terakhir
seseorang dalam hal untuk memperoleh keilmuan dan pengetahuan. Pendidikan
konsumen minuman cokelat di Kabupaten Jember dapat memengaruhi pola pikir
seseorang, sehingga dapat juga berpengaruh terhadap perilaku konsumen. Peneliti
membagi pendidikan terakhir konsumen minuman cokelat di Kabupaten Jember
menjadi 5, yaitu: (a) SD, (b) SMP, (c) SMA, (d) S1/D4 dan (e) lainnya. Variansi
pendidikan terakhir konsumen minuman cokelat disajikan pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6 Variansi Pendidikan Terakhir Konsumen Minuman Cokelat di Kafe
Kabupaten Jember
Pendidikan terakhir Jumlah Persentase (%)
SD 0 0,00
SMP 0 0,00
SMA 77 96,25
S1/D4 1 1,25
Lainnya 2 2,50
Total 80 100,00
Sumber: Data Primer Diolah, 2019
60
Berdasarkan Tabel 5.6 dapat diketahui variansi pendidikan terakhir
konsumen minuman cokelat di Kabupaten Jember dengan responden sebanyak 80
responden. Konsumen minuman cokelat di Kabupaten Jember yang mendominasi
adalah pada pendidikan terakhir tingkat SMA dengan persentase sebesar 96% atau
sebanyak 77 responden. Responden dengan pendidikan terakhir lainnya memiliki
persentase sebesar 3% atau sebanyak 2 responden, dimana 2 responden tersebut
masing-masing memiliki pendidikan terakhir D3 dan S2. Responden dengan
pendidikan terakhir S1/D4 memiliki persentase sebesar 1% atau sebanyak 1
responden, dimana responden ini adalah mahasiswa yang sedang melanjutkan
kuliah ke jenjang S2.
Responden minuman cokelat di Kabupaten Jember kebanyakan memiliki
pendidikan terakhir pada tingkat SMA dan sedang menjalai studi untuk jenjang
S1. Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki maka akan semakin luas
pengetahuannya, dimana pengetahuan akan memengaruhi konsumen dalam
melakukan keputusan pembelian minuman cokelat. Khasan (2018), dalam
penelitiannya juga menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
konsumen maka semakin tinggi pula keputusan konsumen dalam menentukan
White Coffee. Hasil penelitiannya juga menyatakan tingkat pendidikan
berpengaruh terhadap keputusan pembelian White Coffe sebesar 28%. Tingkat
pendidikan berkorelasi positif dan signifikan pada α = 5%. Hal ini ditunjukkan
bahwa pendidikan mempunyai pengaruh keputusan konsumen sebesar 1,983.
6. Pendapatan Konsumen Minuman Cokelat
Pendapatan merupakan penghasilan yang diterima oleh seseorang pada
setiap bulannya untuk memenuhi kebutuhan yang dinyatakan dalam bentuk
rupiah. Pendapatan memengaruhi konsumen dalam pembelian makanan maupun
minuman. Pendapatan konsumen minuman cokelat di Kabupaten Jember dapat
dibagi menjadi 4, yaitu: (a) < Rp 500.000, (b) Rp 500.000 – Rp 1.000.000, (c) Rp
1.000.000 – Rp 2.000.000 dan (d) > Rp 2.000.000. Variansi pendapatan konsumen
minuman cokelat disajikan pada Tabel 5.7.
61
Tabel 5.7 Variansi Pendapatan Konsumen Minuman Cokelat di Kafe Kabupaten Jember
Pendapatan atau uang saku Jumlah
Persentase
(rupiah/bulan) (%)
<500 ribu 15 18,75
500 ribu - 1 juta 43 53,75
1 juta - 2 juta 19 23,75
>2 juta 3 3,75
Total 80 100,00
Sumber: Data Primer Diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 5.7 dapat diketahui variansi pendapatan konsumen
minuman cokelat di Kabupaten Jember dengan responden berjumlah 80
responden. Konsumen minuman cokelat di Kabupaten Jember yang mendominasi
adalah pada responden yang memiliki pendapatan atau uang saku sebesar Rp
500.000 – Rp 1.000.000 per bulan dengan persentase sebesar 54% atau sebanyak
43 responden. Responden terbanyak ke-2 adalah pada responden yang memiliki
pendapatan aatau uang saku sebesar Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000 per bulan
dengan persentase sebesar 24% atau sebanyak 19 responden. Responden pada
urutan ke-3 adalah responden yang memiliki pendapatan atau uang saku sebesar <
Rp 500.000 per bulan dengan persentase sebesar 18% atau sebanyak 15
responden. Responden yang memiliki persentase terkecil adalah responden yang
memiliki pendapatan sebesar > Rp 2.000.000 per bulan dengan persentase sebesar
4% atau sebanyak 3 responden.
Kemampuan konsumen dalam melakukan pembelian minuman cokelat di
Kabupaten Jember disebabkan oleh pendapatan konsumen dan harga minuman
cokelat tersebut. Minuman cokelat di Kabupaten Jember rata-rata memiliki harga
Rp 10.000 untuk satu gelasnya. Harga tersebut tidak terlalu mahal dibandingkan
dengan pendapatan yang diperoleh mayotirtas responden, yaitu berkisar antara Rp
500.000 – Rp 1.000.000. Yulianti dan Deliana (2018), dalam penelitiannya juga
menyatakan bahwa pendapatan merupakan indikator yang kuat mengenai
kemampuan atau ketidakmampuan seseorang untuk membayar suatu produk atau
model produk yang khusus. Konsumen dengan tingkat penghasilan yang berbda-
beda cenderung menganut nilai, perilaku dan gaya hidup yang berbeda-beda pula.
62
5.1.2 Pola Konsumsi oleh Konsumen Minuman Cokelat di Kabupaten Jember
Pola konsumsi merupakan suatu bentuk pengeluaran seseorang untuk
memenuhi kebutuhan, baik berupa konsumsi barang atau jasa. Seseorang
memiliki pola konsumsi yang berbeda-beda. Pola konsumsi yang dilakukan pada
konsumen minuman cokelat di Kabupaten Jember yang memiliki pendapatan
tinggi akan berbeda dengan konsumen yang memiliki pendapatan yang rendah.
Pola konsumsi pada penelitian ini dapat dilihat menjadi 3, yaitu: (a) frekuensi
mengonsumsi, (b) jenis minuman cokelat yang disukai dan (c) pengetahuan
konsumen mengenai manfaat cokelat.
1. Frekuensi Konsumen Mengonsumsi Minuman Cokelat
Frekuensi konsumsi merupakan seberapa banyaknya konsumen dalam
mengonsumsi minuman cokelat. Frekuensi mengonsumsi minuman cokelat pada
penelitian ini dapat dibagi menjadi 4, yaitu: (a) kadang-kadang, (b) rutin dan (c)
hanya kebutuhan khusus. Frekuensi mengonsumsi cokelat berbeda-beda pada
setiap individu yang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti kebiasaan dan
kegemaran mengonsumsi minuman cokelat. Variansi frekuensi konsumen
mengonsumsi minuman cokelat disajikan pada Tabel 5.8
Tabel 5.8 Variansi Frekuensi Konsumen Mengonsumsi Minuman Cokelat di Kabupaten
Jember
Frekuensi Jumlah Persentase (%)
Kadang-kadang 46 57,50
Rutin 12 15,00
Hanya kebutuhan khusus 22 27,50
Total 80 100,00
Sumber: Data Primer Diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 5.8 dapat diketahui variansi frekuensi konsumen
mengonsumsi minuman cokelat di Kabupaten Jember dengan responden
berjumlah 80 responden. Konsumen minuman cokelat di Kabpaten Jember yang
mendominasi adalah responden dengan frekuensi mengonsumsi kadang-kadang
(tidak pasti), dengan persentase sebesar 57% atau sebanyak 46 responden.
Responden terbanyak ke-2 adalah responden dengan frekuensi mengonsumsi
hanya kebutuhan khusus, dimana memiliki persentase sebesar 28% atau 22
63
responden. Responden dengan frekuensi mengonsumsi rutin (pasti mengonsumsi
di setiap hari, setiap minggu atau setiap bulan) memiliki persentase sebesar 15%
atau sebanyak 12 responden. Variansi frekuensi konsumen mengonsumsi
minuman cokelat dengan hanya kebutuhan khusus memiliki beberapa alasan yang
dapat dilihat pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9 Variansi Frekuensi Konsumen Mengonsumsi Miuman Cokelat Berdasarkan
Hanya Kebutuhan Khusus di Kabupaten Jember
Hanya kebutuhan khusus Jumlah Persentase (%)
Bisnis 0 0,00
Bertemu teman 4 18,18
Sekedar santai 16 72,73
Berdiskusi 2 9,09
Lainnya 0 0,00
Total 22 100,00
Sumber: Data Primer Diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 5.9 dapat diketahui sebanyak 22 responden yang
memilih frekuensi mengonsumsi minuman cokelat dengan frekuensi hanya
kebutuhan khusus. Konsumen yang mengonsumsi minuman cokelat dengan
alasan bisnis tidak terdapat responden atau memiliki persentase sebesar 0%.
Alasan bertemu teman dalam mengonsumsi minuman cokelat memiliki persentase
sebesar 18,18% atau sebanyak 4 responden. Konsumen yang mendominasi adalah
konsumen yang mengonsumsi minuman cokelat dengan alasan sekedar santai,
dengan persentase sebesar 72,73% atau sebanyak 16 responden. Konsumen yang
mengonsumsi minuman cokelat alasan berdiskusi memiliki persentasi sebesar
9,09% atau sebanyak 2 responden. Alasan lainnya dalam mengonsumsi minuman
cokelat tidak terdapat responden atau memiliki persentase sebesar 0%. Hal ini
dapat disimpulakan bahwa mayoritas konsumen minuman cokelat dengan hanya
kebutuhan khusus beralasan bahwa mengonsumsi minuman cokelat untuk sekedar
santai.
Frekuensi mengonsumsi minuman cokelat di Kabupaten Jember
dipengaruhi oleh kebiasaan dan sebuah pembelajaran pada masing-masing
konsumen. Konsumen yang merasa puas atau tidak puas terhadap minuman
cokelat, maka akan membentuk pola konsumsi tertentu dengan frekuensi
mengonsumsi yang berbeda-beda. Pernyataan tersebut juga didukung oleh hasil
64
penelitian dari Prasodjo (2016), yang menyatakan bahwa kebiasaan konsumen
minum kopi atau jenis minuman lainnya di rumah dipengaruhi oleh keluarga,
teman atau orang lain pada gilirannya menjadi kebiasaan dan gaya hidup
konsumen warung kopi. Tindakan yang dilakukan konsumen secara berulang juga
sebagai akibat pengalaman minum kopi di rumah yang memuaskan dan pada
akhirnya dilakukan secara berulang di warng sebagai motif untuk mencari
manfaat lainnya. Rahmaddiansyah et al. (2015), dalam penelitiannya juga
menyatakan bahwa pada dasarnya kepuasan dan ketidakpuasan konsumen atas
produk minuman kopi robusta akan berpengaruh pada pola perilaku selanjutnya.
Apabila konsumen merasa puas, maka dia akan menunjukkan besarnya
kemungkinan untuk membeli kembali minuman kopi robusta.
2. Jenis Minuman Cokelat yang Disukai Konsumen
Jenis minuman cokelat di Kabupaten Jember dapat dibagi menjadi 2,
yaitu: (a) cokelat dingin dan (b) cokelat panas. Setiap konsumen memiliki
kegemaran tersendiri dalam hal pemilihan jenis minuman cokelat. Pemilihan jenis
minuman cokelat dapat dipengaruhi oleh suhu. Konsumen biasanya akan lebih
tertarik pada jenis minuman cokelat dingin jika kondisi suhu sedang panas, dan
sebaliknya. Konsumen akan memilih jenis minuman cokelat panas jika kondisi
suhu sedang dingin. Variansi jenis minuman cokelat yang disukai konsumen
disajikan pada Tabel 5.10.
Tabel 5.10 Variansi Jenis Minuman Cokelat yang Disukai Konsumen di Kafe Kabupaten
Jember
Jenis minuman cokelat Jumlah Persentase (%)
Cokelat dingin 65 81,25
Cokelat panas 15 18,75
Total 80 100,00
Sumber: Data Primer Diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 5.10 dapat diketahui jenis minuman cokelat yang
disukai konsumen di Kabupaten Jember dengan responden berjumlah 80
responden. Mayoritas konsumen minuman cokelat di Kabupaten Jember lebih
menyukai minuman cokelat dingin daripada cokelat panas. Responden yang
menyukai minuman cokelat dingin memiliki persentase sebesar 81% atau
65
sebanyak 65 responden. Responden yang menyukai cokelat panas memiliki
persentase sebesar 19% atau sebanyak 15 responden.
Pemilihan jenis minuman cokelat dapat dipengaruhi oleh selera pada
masing-masing konsumen. Selera pada masing-masing konsumen akan berbeda
antar satu dengan lainnya. Pernyataan ini juga didukung oleh hasil penelitian dari
Sudiyarto et al. (2012), yang menyatakan bahwa setiap konsumen memiliki selera
yang berbeda-beda dalam menikmati kopi, untuk itu setiap konsumen sangat
memperhatikan rasa yang dimiliki pada setiap jenis kopi. Rasa pada setiap jenis
biji kopi memiliki perbedaan, misalnya pada biji kopi arabika memiliki rasa yang
asam dan sedikit pahit bila dibandingkan dengan biji kopi robusta yang terasa
lebih pahit.
3. Pengetahuan Konsumen Minuman Cokelat Tentang Manfaat Cokelat
Pengetahuan merupakan suatu informasi yang diketahui atau disadari oleh
seseorang. Pengetahuan biasanya didapatkan oleh seseorang melalui beberapa
sumber, di antaranya pengalaman, media dan kebiasaan kebudayaan. Pengetahuan
konsumen tentang manfaat cokelat pada penelitian ini terbagi menjadi 2, yaitu: (a)
mengetahui dan (b) tidak mengetahui. Konsumen minuman cokelat di Kabupaten
Jember tidak semuanya mengetahui akan manfaat cokelat, namun sebagian besar
sudah mengetahui akan manfaat cokelat. Variansi pengetahuan konsumen
minuman cokelat tentang manfaat cokelat disajikan pada Tabel 5.11.
Tabel 5.11 Variansi Pengetahuan Konsumen Minuman Cokelat di Kafe Kabupaten
Jember tentang Manfaat Cokelat
Manfaat cokelat Jumlah Persentase (%)
Mengetahui 49 61,25
Tidak mengetahui 31 38,75
Total 80 100,00
Sumber: Data Primer Diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 5.11 dapat diketahui variansi pengetahuan konsumen
minuman cokelat di Kabupaten Jember tentang manfaat cokelat dengan responden
berjumlah 80 responden. Konsumen minuman cokelat di Kabupaten Jember
sebagian besar mengetahui akan manfaat cokelat. Responden yang mengetahui
manfaat cokelat memiliki persentase sebesar 61% atau sebanyak 49 responden.
66
Responden yang tidak mengetahui manfaat cokelat memiliki persentase sebesar
39% atau sebanyak 31 responden. Responden yang mengetahui manfaat cokelat
memiliki berbagai pendapat mengenai manfaat tersebut. Variansi pendapat
konsumen minuman cokelat mengenai manfaat cokelat dapat dilihat pada Tabel
5.12.
Tabel 5.12 Variansi Pendapat Konsumen Minuman Cokelat di Kabupaten Jember
Mengenai Manfaat Cokelat
Manfaat cokelat Jumlah Persentase (%)
Memperbaiki mood/ suasana hati 28 57,14
Sebagai antioksidan 5 10,20
Membuat rilex 4 8,16
Bagus untuk kesehatan jantung 4 8,16
Mengenyangkan 4 8,16
Mecegah kantuk 2 4,08
Mengurangi kadar kolesterol 2 4,08
Total 49 100,00
Sumber: Data Primer Diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 5.12 dapat diketahui varansi pendapat konsumen
minuman cokelat di Kabupaten Jember mengenai manfaat cokelat yang berjumlah
49 responden. Responden paling banyak berpendapat bahwa cokelat dapat
memperbaiki mood atau suasana hati dengan persentase sebesar 57,14% atau
sebanyak 28 responden. Responden lain juga berpendaoat bahwa cokelat dapat
digunakan sebagai antoksidan, dengan persentase sebesar 10,20% atau sebanyak 5
responden. Manfaat cokelat yang dapat membuat rilex, bagus untuk kesehatan
jantung dan mengenyangkan, secara berturut-turut memiliki persentase yang
sama, yaitu sebesar 8,16% atau sebanyak 4 responden. Responden yang
berpendapat bahwa cokelat dapat mencegah kantuk dan mengurangi kadar
kolesterol secara berturut-turut memiliki persentase yang sama, yaitu sebesar
4,08% atau sebesar 2 responden.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ramlah (2016), yang
menyatakan bahwa kakao merupakan sumber polifenol yang bermanfaat bagi
kesehatan manusia. Beberapa manfaat polifenol yang telah diteliti adalah
berfungsi sebagai antioksidan dalam menangkal radikal bebas, anti inflamasi yaitu
membantu mengurangi dampak samping reaksi peradangan, dan antiproliferasi
khususnya terhadap sel kanker yang menunjukkan kemampuan polifenol dalam
67
menekan proliferasi (perbanyakan) sel kanker. Cocoa dan cokelat bukan hanya
terdiri dari lemak tetapi juga mengandung karbohidrat dan protein, serta mineral-
mineral seperti: zat besi, fosfor, kalium, krom, magnesium, mangan, dan lain-lain.
Cokelat juga mengandung teobromin dan kafein, merupakan senyawa-senyawa
yang bekerja di pusat saraf yang dalam jumlah tertentu dapat mengangkat mood.
Pasta cokelat mengandung alkaloid yaitu teobromin 1-2% dan kafein <1%.
Teobromin merupakan diuretic ringan, stimulant jantung, dan dapat digunakan
untuk mengobati tekanan darah. Adanya antioksidan membuat cokelat menjadi
salah satu minuman atau makanan kesehatan. Fenol sebagai antioksidan mampu
mengurangi kolesterol pada darah sehingga dapat mengurangi resiko terkena
serangan jantung, juga berguna untuk mencegah timbulnya kanker dalam tubuh,
mencegah terjadinya stroke dan darah tinggi. Selain itu kandungan lemak pada
cokelat memiliki kualitas tinggi, terbukti bebas kolesterol dan tidak menyumbat
pembuluh darah.
5.1.3 Hubungan Karakteristik Konsumen dengan Pola Konsumsi
Terdapat hubungan karakteristik konsumen dengan pola konsumsi
minuman cokelat di Kabupaten Jember. Hubungan karakteristik dengan pola
konsumsi disajikan pada Tabel 5.13.
Tabel 5.13 Hubungan Pola Konsumsi dengan Karakteristik Konsumen
Karakteristik
Pola Konsumsi (%)
Frekuensi Mengonsumsi Jenis Minuman
Cokelat
Pengetahuan Manfaat
Cokelat
Kadang-
kadang Rutin
Hanya
kebutuhan
khusus
Cokelat
dingin
Cokelat
panas Mengetahui
Tidak
Mengetahui
Kota asal:
Jember 13,75 0,00 1,25 12,50 2,50 6,25 8,75
Luar Jember 43,75 15,00 26,25 68,75 16,25 55,00 30,00
Jenis kelamin:
Laki-laki 18,75 7,50 10,00 25,00 11,25 15,00 21,25
Perempuan 38,75 7,50 17,50 56,25 7,50 46,25 17,50
Umur:
<20 6,25 0,00 8,75 8,75 6,25 11,25 3,75
20-25 51,25 15,00 18,75 72,50 12,50 50,00 35,00
68
Lanjutan Tabel 5.13.
Karakteristik
Pola Konsumsi (%)
Frekuensi Mengonsumsi Jenis Minuman
Cokelat
Pengetahuan Manfaat
Cokelat
Kadang-
kadang Rutin
Hanya
kebutuhan
khusus
Cokelat
dingin
Cokelat
panas Mengetahui
Tidak
Mengetahui
Status
pekerjaan:
Pelajar 1,25 0,00 1,25 1,25 1,25 2,50 0,00
Mahasiswa 55,00 15,00 26,25 78,75 17,50 57,50 38,75
Bekerja 1,25 0,00 0,00 1,25 0,00 1,25 0,00
Pendidikan
terakhir:
SMA 55,00 15,00 27,50 76,25 20,00 58,75 37,50
S1/D4 1,25 0,00 0,00 1,25 0,00 0,00 1,25
Lainnya 1,25 0,00 0,00 2,50 0,00 2,50 0,00
Pendapatan:
<500 ribu 10,00 2,50 6,25 15,00 3,75 10,00 8,75
500 ribu - 1 juta 33,75 7,50 12,50 38,75 15,00 32,50 21,25
1 juta - 2 juta 11,25 3,75 8,75 23,75 0,00 17,50 6,25
>2 juta 2,50 1,25 0,00 3,75 0,00 1,25 2,50
Sumber: Data Primer Diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 5.13 dapat diketahui hubungan karakteristik konsumen
pola konsumsi minuman cokelat di Kabupaten Jember. Frekuensi mengonsumsi
minuman cokelat dengan frekuensi kadang-kadang memiliki konsumen terbanyak,
yang berasal dari luar Kabupaten Jember (43,75% atau 35 responden), yang
berjenis kelamin perempuan (38,75% atau 31 responden), dengan umur 20-25
tahun (51,25% atu 41 responden), memiliki status pekerjaan sebagai mahasiswa
(55,00% atau 44 responden), yang memiliki pendidikan terakhir SMA (55,00%
atau 44 responden), dan pendapatan sebesar Rp 500.000 – Rp 1.000.000 (33,75%
atau 27 responden). Frekuensi mengonsumsi minuman cokelat dengan frekuensi
rutin memiliki konsumen yang berasal dari luar Kabupaten Jember (15,00% atau
12 responden), yang berjenis kelamin laki-laki (7,50% atau 6 responden) dan
perempuan (7,50% atau 6 responden), dengan umur 20-25 tahun (15,00% atau 12
responden), memiliki status pekerjaan sebagai mahasiswa (15,00% atau 12
responden), yang memiliki pendidikan terakhir SMA (15,00% atau 12 responden),
dan pendapatan sebesar Rp 500.000 – Rp 1.000.000 (7,50% atau 6 responden).
Frekuensi mengonsumsi minuman cokelat dengan frekuensi hanya kebutuhan
khusus memiliki konsumen yang berasal dari luar Kabupaten Jember (26,25%
69
atau 21 responden), yang berjenis kelamin perempuan (17,50% atau 14
responden), dengan umur 20-25 tahun (18,75% atu 15 responden), memiliki status
pekerjaan sebagai mahasiswa (26,25% atau 21 responden), yang memiliki
pendidikan terakhir SMA (27,50% atau 22 responden), dan pendapatan sebesar
Rp 500.000 – Rp 1.000.000 (12,50% atau 10 responden). Dapat disimpulkan
bahwa konsumen minuman cokelat dengan frekuensi mengonsumsi kadang-
kadang merupakan konsumen yang terbanyak, yang berasal dari luar Kabupaten
Jember, yang berjenis kelamin perempuan, dengan umur 20-25 tahun, memiliki
status pekerjaan sebagai mahasiwa dan pendidikan terakhir SMA, yang memiliki
pendapatan sebesar Rp 500.000 – Rp 1.000.000.
Jenis minuman cokelat di Kabupaten Jember yang paling disukai
konsumen adalah minuman cokelat dingin, dengan konsumen yang berasal dari
luar Kabupaten Jember (68,75% atau 55 responden), dengan jenis kelamin
perempuan (56,25% atau 45 responden), yang memiliki umur 20-25 tahun
(72,50% atau 58 responden), berstatus pekerjaan sebagai mahasiswa (78,75% atau
63 responden), memiliki pendidikan terakhir SMA (76,25% atau sebanyak 61
responden), dan memiliki pendapatan sebesar Rp 500.000 – Rp 1.000.000
(38,75% atau 31 responden). Konsumen yang menyukai jenis minuman cokelat
panas memiliki konsumen terbanyak beasal dari luar Kabupaten Jember (16,25%
atau 13 responden), dengan jenis kelamin laki-laki (11,25% atau 9 responden),
memiliki umur 20-25 tahun (12,50% atau 10 responden), yang berstatus sebagai
mahasiswa (17,50% atau 14 responden), dengan pendidkan terakhir SMA
(20,00% atau 16 responden), yang memiliki pendapatan Rp 500.000 – Rp
1.000.000 (15,00% atau 12 responden). Dapat disimpulkan bahwa konsumen yang
menyukai jenis minuman cokelat dingin lebih disukai oleh konsumen dengan jenis
kelamin perempuan, yang berasal dari luar Kabupaten Jember, memiliki umur 20-
25 tahun, yang berstatus sebagai mahasiswa, dengan pendidikan terakhir SMA,
dan memiliki pendapatan Rp 500.000 – Rp 1.000.000. Jenis minuman cokelat
panas lebih disukai oleh konsumen dengan jenis kelamin laki-laki, yang berasal
dari luar Kabupaten Jember, yang memiliki umur 20-25 tahun, dengan status
70
sebagai mahasiswa, memiliki pendidikan terakhir SMA, dan pendapatan sebesar
Rp 500.000 – Rp 1.000.000.
Konsumen kebanyakan telah mengetahui tentang manfaat cokelat,
konsumen tersebut berasal dari luar Kabupaten Jember (55,00% atau 44
responden), dengan jenis kelamin perempuan (46,25% atau 37 responden),
memiliki umur 20-25 tahun (50,00% atau 40 responden), berstatus sebagai
mahasiswa (57,50% atau 46 responden), dengan pendidikan terakhir SMA
(58,75% atau 47 responden), dan memiliki pendapatan Rp 500.000 – Rp
1.000.000 (32,50% atau 26 responden). Konsumen yang tidak mengetahui
manfaat cokelat kebanyakan berasal dari luar Kabupaten Jember (30,00% atau 24
responden), dengan jenis kelamin laki-laki (21,25% atau 17 responden), memiliki
umur 20-25 tahun (35,00% atau 28 responden), yang berstatus sebagai mahasiswa
(38,75% atau 31 responden), memiliki pendidikan terakhir SMA (37,50% atau 30
responden), dan pendapatan sebesar Rp 500.000 – Rp 1.000.000 (21,25% atau 17
responden). Dapat disimpulkan bahwa konsumen yang mengetahui manfaat
cokelat kebanyakan memiliki jenis kelamin perempuan, yang berasal dari luar
Kabupaten Jember, dengan umur 20-25 tahun, berstatus sebagai mahasiswa,
dengan pendidikan terakhir SMA, dan pendapatan sebesar Rp 500.000 – Rp
1.000.000. Konsumen yang tidak mengetahui manfaat cokelat kebanyakan
memiliki jenis kelamin laki-laki, yang berasal dari luar Kabupaten Jember,
memiliki umur 20-25 tahun, bertatus sebagai mahasiwa, dengan pendidikan
terakhir SMA, dan pendapatan sebesar Rp 500.000 – Rp 1.000.000.
5.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Pembelian Minuman Cokelat di
Kabupaten Jember
Perilaku konsumen minuman cokelat di Kabupaten Jember dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang memengaruhi dalam pembelian minuman
cokelat. Faktor-faktor yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 16 variabel,
yang diperoleh menggunakan angket dengan responden berjumlah 80 responden.
Penelitian ini dianalisis menggunakan analisis faktor dengan bantuan software
SPSS 2.0, dimana analisis faktor digunakan untuk meringkas dan mendapatkan
71
faktor-faktor yang lebih sedikit dan spesifik. Variabel-variabel yang digunakan
merupakan variabel yang sering dipertimbangkan pada saat pembelian minuman
cokelat di Kabupaten Jember, dimana variabel-variabel ini didapatkan dari
sumber-sumber yang ada dan relevansi pada saat di lapang.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 16 variabel, yaitu
harga (X1), rasa (X2), peranan kebudayaan (X3), kelas sosial (X4), kelompok
referensi (X5), keluarga (X6), peranan dan status (X7), usia dan siklus hidup (X8),
pekerjaan (X9), kondisi ekonomi (X10), gaya hidup (X11), kepribadian dan
konsep diri (X12), persepsi (X13), belajar (X14), kepercayaan dan sikap (X15)
dan motivasi (X16). Variabel-variabel tersebut akan dilakukan tahap pengujian
sebelum dilakukan analisis faktor. Variabel yang memiliki korelasi lemah dan
tidak memenuhi asumsi analisis faktor, maka tidak dapat mengelompok sehingga
harus dikeluarkan. Tahapan pengujian analisis faktor perilaku konsumen
minuman cokelat di Kabupaten Jember, yaitu uji Kaiser-Meyer-Olkin (KMO),
Barletts’s Test dan Measure of Sampling Adequacy. Variabel yang sesuai kriteria
pada pengujian tersebut kemudian dapat dilakukan analisis faktor.
5.3.1 Uji KMO dan Bartlett’s Test
Berdasarkan perhitungan analisis faktor menggunakan software SPSS 2.0,
dapat diketahui hasil uji KMO dan Bartlett’s Test sebagai berikut.
Tabel 5.14 Hasil Uji KMO dan Bartlett’s Test
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. ,725
Bartlett's Test of Sphericity Approx, Chi-Square 423,119
Df 120
Sig, ,000
Sumber: Data Primer Diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 5.14 dapat diketahui nilai KMO dan Bartlett’s Test,
dimana nilai tersebut menunjukan bahwa variabel layak atau tidak layak untuk
dianalisis lebih lanjut. Hasil nilai Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling
Adequacy adalah sebesar 0,725, dimana nilai tersbut lebih dari 0,5, artinya bahwa
nilai Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy memenuhi asumsi uji
KMO dan dapat dilakukan pengujian selanjutnya. Nilai 0,725 berarti sebesar
72
72,5% dapat dijelaskan oleh model variabel dan sisanya sebesar 27,5% dapat
dijelaskan di luar model variabel. Hasil nilai signifikansi Bartlett's Test of
Sphericity adalah sebesar 0,000, dimana nilai tersebut signifikan karena kurang
dari 0,05. Hal ini dapat disimpulkan bahwa dari kedua uji tersebut memiliki nilai
yang memenuhi, sehingga dapat dilakukan tes lebih lanjut.
5.3.2 Uji Measure of Sampling Adequacy (MSA)
Tahapan selanjutnya adalah dengan melihat dari nilai MSA. Nilai MSA
didapatkan dari hasil anti-image correlation, dimana terdapat angka yang
memiliki tanda “a” dan angka tersebut memiliki letak yang diagonal. Tahapan ini
digunakan untuk mengetahui variabel-variabel yang dapat dianalisis lebih lanjut
dan yang tidak dapat dianalisis lebih lanjut. Variabel yang tidak dapat dianalisis
lebih lanjut memiliki nilai MSA kurang dari 0,5, dimana jika terdapat variabel
yang memililiki nilai MSA kurang dari 0,5 maka akan dikeluarkan. Hasil nilai
MSA pada masing-masing variabel disajikan pada Tabel 5.15.
Tabel 5.15 Hasil Uji Nilai MSA
Variabel Nilai MSA
X1 (Harga) 0,659
X2 (Rasa) 0,656
X3 (Peranan kebudayaan) 0,732
X4 (Kelas sosial) 0,719
X5 (Kelompok referensi) 0,756
X6 (Keluarga) 0,745
X7 (Peranan dan status) 0,748
X8 (Usia dan siklus hidup) 0,677
X9 (Pekerjaan) 0,682
X10 (Kondisi ekonomi) 0,699
X11 (Gaya hidup) 0,795
X12 (Kepribadian dan konsep diri) 0,577
X13 (Persepsi) 0,666
X14 (Belajar) 0,786
X15 (Kepercayaan dan sikap) 0,809
X16 (Motivasi) 0,753
Sumber: Data Primer Diolah, 2019
Berdasarkan Tabel 5.12 dapat diketahui nilai MSA yang didapatkan dari
hasil nilai anti-image correlation yang memiliki tanda “a”. Nilai MSA dari semua
variabel memiliki nilai lebih dari 0,5, artinya semua variabel layak untuk
dilakukan analisis faktor. Semua variabel memenuhi kriteria dan tidak ada
73
variabel yang dikeluarkan, sehingga untuk selanjutnya dapat dilakukan analisis
faktor. Variabel kepribadian dan konsep diri (X12) memiliki nilai MSA yang
paling kecil, yaitu sebesar 0,577. Variabel kepercayaan dan sikap (X15) memiliki
nilai MSA yang paling besar, yaitu sebesar 0,809.
5.3.3 Analisis Faktor
Hasil dari uji KMO dan MSA menyatakan bahwa tidak terdapat variabel
yang dikeluarkan. Tahap selanjutnya setelah melakukan uji KMO dan MSA
adalah melakukan analisis faktor. Analisis faktor yang pertama dilakukan adalah
dengan melihat hasil total variance explained. Total variance explained dapat
menunjukkan nilai dari masing-masing variabel yang dianalisis, dimana variabel
yang digunakan sebanyak 16 variabel. Pada tabel total variance explained dapat
diketahui nilai initial eigenvalues dan extraction sums of squared loadings,
dimana nilai initial eigenvalues menunjukkan faktor yang terbentuk, sedangkan
nilai extraction sums of squared loadings menunjukkan jumlah banyaknya faktor
yang terbentuk. Hasil analisis total variance explained disajikan pada Tabel 5.16
sebagai berikut.
Tabel 5.16 Hasil Analisis Total Varince Explained Total Variance Explained
Component
Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared
Loadings
Total % of
Variance
Cumulative
% Total
% of
Variance
Cumulative
%
1 5,038 31,488 31,488 5,038 31,488 31,488
2 1,564 9,776 41,264 1,564 9,776 41,264
3 1,407 8,791 50,055 1,407 8,791 50,055
4 1,139 7,118 57,173 1,139 7,118 57,173
5 1,075 6,720 63,893 1,075 6,720 63,893
6 ,942 5,891 69,783
7 ,807 5,044 74,828
8 ,716 4,478 79,306
9 ,682 4,260 83,566
10 ,588 3,676 87,241
11 ,534 3,339 90,580
12 ,434 2,712 93,293
13 ,349 2,184 95,477
14 ,334 2,085 97,562
15 ,220 1,375 98,937
16 ,170 1,063 100,000
Sumber: Data Primer Diolah, 2019
74
Berdasarkan Tabel 5.16 dapat diketahui komponen yang terbentuk setelah
dilakukan analisis dengan menggunakan 16 variabel. Syarat terbentuknya faktor
adalah dimana nilai eigenvalues lebih besar dari (>1). Nilai eigenvalues yang
lebih besar dari 1 berjumlah 5, sehingga dari analisis ini didapatkan 5 component.
Component 1 dengan melihat nilai eigenvalues memiliki nilai sebesar 5,038 > 1.
Component 2 dengan melihat nilai eigenvalues memiliki nilai sebesar 1,564 > 1.
Component 3 dengan melihat nilai eigenvalues memiliki nilai sebesar 1,407 > 1.
Component 4 dengan melihat nilai eigenvalues memiliki nilai sebesar 1,139 > 1.
Component 5 dengan melihat nilai eigenvalues memiliki nilai sebesar 1,075 > 1.
Pengaruh faktor-faktor tersebut dapat dilihat pada nilai cummulative %, yaitu
memiliki nilai sebesar 63,893%. Nilai cummulative % sebesar 63,893% berarti
faktor-faktor yang memengaruhi pembelian minuman cokelat di Kabupaten
Jember dapat dijelaskan oleh faktor sebesar 63,893%, dan sisanya dipengaruhi
oleh faktor yang belum dimasukkan ke dalam model sebesar 36,107%. Variabel-
variabel yang dapat memengaruhi model disajikan pada Tabel 5.17.
Tabel 5.17 Hasil Rotasi Komponen Utama
Rotated Component Matrixa
Variabel Nilai Loading Komponen Utama
1 2 3 4 5
X1 (Harga) ,151 ,158 ,006 ,178 ,747
X2 (Rasa) ,083 -,059 ,035 ,755 ,207
X3 (Peranan kebudayaan) ,420 ,346 -,067 ,006 -,501
X4 (Kelas sosial) ,746 ,141 -,010 ,118 -,004
X5 (Kelompok referensi) ,330 -,052 ,604 ,390 -,191
X6 (Keluarga) ,570 ,273 ,001 ,524 -,223
X7 (Peranan dan status) ,777 -,022 ,226 ,208 -,063
X8 (Usia dan siklus hidup) ,214 ,764 ,088 -,036 ,023
X9 (Pekerjaan) ,470 ,175 ,618 -,075 ,090
X10 (Kondisi ekonomi) ,768 ,172 ,183 -,058 ,260
X11 (Gaya hidup) ,527 ,358 ,462 ,088 ,104
X12 (Kepribadian dan konsep diri) -,039 ,133 ,836 ,105 ,071
X13 (Persepsi) -,056 ,694 ,203 ,155 -,138
X14 (Belajar) ,263 ,714 -,047 ,056 ,205
X15 (Kepercayaan dan sikap) ,061 ,464 ,271 ,590 -,005
X16 (Motivasi) ,113 ,431 ,200 ,431 ,295
Eigenvalues 5,038 1,564 1,407 1,139 1,075
Varians % 31,4888 9,776 8,791 7,118 6,720
Cummulative % 31,4888 41,264 50,055 51,173 63,893
Sumber: Data Primer Diolah, 2019
75
Berdasarkan Tabel 5.17 dapat diketahui variabel yang telah didistribusikan
dan diekstrak ke dalam lima faktor. Tingkat korelasi suatu variabel terhadap
faktor-faktor yang terbentuk dapat dilihat pada nilai factor loading. Variabel
dikelompokkan ke dalam faktor-faktor berdasarkan nilai yang terbesar dari nilai
factor loading pada masing-masing variabel. Pengelompokan variabel ke dalam
faktor-faktor didasarkan pada nilai factor loading pada masing-masing variabel
yang paling besar. Pengelompokan variabel pada faktor 1, 2, 3, 4 dan 5 disajikan
pada Tabel 5.18.
Tabel 5.18 Pengelompokan Variabel pada Faktor 1, 2, 3, 4 dan 5
Faktor Variabel
Faktor 1: Faktor Sosial Kelas sosial (X4), Keluarga (X6), Peranan dan status
(X7), Kondisi ekonomi (X10) dan Gaya hidup (X11)
Faktor 2: Faktor Psikologis Usia dan siklus hidup (X8), Persepsi (X13), Belajar
(X14) dan Motivasi (X16)
Faktor 3: Faktor Pribadi Kelompok referensi (X5), Pekerjaan (X9) dan
Kepribadian dan konsep diri (X12)
Faktor 4: Faktor Produk Rasa (X2) dan Kepercayaan dan sikap (X15)
Faktor 5: Faktor Harga dan
Budaya Harga (X1) dan Peranan kebudayaan (X3)
Sumber: Data Primer Diolah, 2019
a. Faktor 1: Faktor Sosial
Faktor 1 dapat dikategorikan sebagai faktor sosial yang memiliki nilai
eigenvalues sebesar 5,038 dan nilai varians sebesar 31,488%. Faktor sosial terdiri
dari variabel kelas sosial (X4) dengan nilai loading sebesar 0,746, keluarga (X6)
dengan nilai loading sebesar 0,570, peranan dan status (X7) dengan nilai loading
sebesar 0,777, kondisi ekonomi (X10) dengan nilai loading sebesar 0,768 dan
gaya hidup (X11) dengan nilai loading sebesar 0,527.
Variabel penciri pertama adalah kelas sosial, dimana kelas sosial
merupakan perbedaan stratifikasi dalam masyarakat pada konsumen minuman
cokelat di kafe sekitaran kampus Universitas Jember. Kelas sosial atau stratifikasi
sosial dapat memengaruhi konsumen minuman cokelat yang lain. Jika konsumen
minuman cokelat adalah masyarakat yang terpandang, maka akan dapat mudah
memengaruhi konsume yang lain untuk mengonsumsi minuman cokelat.
Variabel penciri kedua adalah keluarga, dimana keluarga merupakan ayah,
ibu atau saudara konsumen minuman cokelat di kafe sekitaran kampus Universitas
76
Jember. Keluarga akan memberi pengaruh kepada konsumen dalam membeli
minuman cokelat. Keluarga yang mengerti manfaat cokelat akan memengaruhi
anggota keluarga lainnya untuk mengonsumsi minuman cokelat. Selain itu,
budaya di keluarga dalam hal mengonsumsi cokelat akan memengaruhi anggota
keluarga lainnya untuk mengonsumsi minuman cokelat.
Variabel penciri ketiga adalah peranan dan status, dimana peranan dan
status merupakan kedudukan seseorang dalam suatu kelompok pada konsumen
minuman cokelat di kafe sekitaran kampus Universitas Jember. Peranan dan status
konsumen minuman cokelat dapat memengaruhi konsumen yang lain. Konsumen
yang juga memiliki peranan untuk mempromosikan minuman cokelat dapat
dimungkinkan untuk memengaruhi konsumen lain untuk mengonsumsi minuman
cokelat.
Variabel penciri keempat adalah kondisi ekonomi, dimana kondisi
ekonomi merupakan keadaan baik buruknya ekonomi konsumen minuman cokelat
di kafe sekitaran kampus Universitas Jember. Kondisi ekonomi dapat
memengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian minuman cokelat.
Konsumen ketika memiliki kondisi ekonomi yang baik, maka akan dapat
melakukan pembelian minuman cokelat. Sebaliknya, ketika konsumen memiliki
kondisi ekonomi yang buruk, maka pembelian minuman cokelat akan terhambat.
Variabel penciri kelima adalah gaya hidup, diman gaya hidup merupakan
sebuah keinginan yang dipengaruhi oleh perkembangan zaman pada konsumen
minuman cokelat di kafe sekitaran kampus Universitas Jember. Gaya hidup atau
keinginan konsumen akan berbeda-beda pada masing-masing individu. Konsumen
yang mengikuti gaya hidup juga akan selalu mengikuti perkembangan zaman
yang ada, termasuk gaya hidup dalam mengonsumsi minuman cokelat. Gaya
hidup dapat memengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian minuman
cokelat.
b. Faktor 2: Faktor Psikologis
Faktor 2 dapat dikategorikan sebagai faktor psikologis yang memiliki nilai
eigenvalues sebesar 1,564 dan nilai varians sebesar 9,776%. Faktor psikologis
77
terdiri dari variabel usia dan siklus hidup (X8) dengan nilai loading sebesar 0,764,
persepsi (X13) dengan nilai loading sebesar 0,694, belajar (X14) dengan nilai
loading sebesar 0,714 dan motivasi (X16) dengan nilai loading sebesar 0,431.
Variabel penciri pertama adalah usia dan siklus hidup, dimana usia dan
siklus hidup merupakan umur dan kebiasaan sehari-hari yang dilakukan oleh
konsumen minuman cokelat di kafe sekitaran kampus Universitas Jember. Usia
dan siklus hidup konsumen dapat berpengaruh terhadap pembelian minuman
cokelat. Usia berkaitan dengan selera konsumen, seiap usia tertentu akan memiliki
selera konsumsi yang berbeda-beda. Siklus hidup berkaitan dengan kebiasaan
yang dilakukan konsumen sehari-hari. Konsumen yang memiliki siklus hidup
untuk mengonsumsi minuman cokelat, maka dimungkinkan konsumen tersebut
akan membeli minuman cokelat pada frekuensi tertentu.
Variabel penciri kedua adalah persepsi, dimana persepsi merupakan
pendapat seeorang terhadap produk minuman cokelat di kafe sekitaran kampus
Universitas Jember. Persepsi atau pendapat konsumen mengenai sebuah produk
minuman cokelat akan berpengaruh terhadap niat beli konsumen. Konsumen yang
memilik persepsi baik mengenai produk minuman cokelat, maka konsumen
tersebut akan membeli minuman cokelat, dan sebaliknya. Jika konsumen memiliki
persepsi buruk mengenai produk minuman cokelat, maka konsumen tersebut tidak
akan membeli minuman cokelat.
Variabel penciri ketiga adalah belajar, dimana belajar merupakan
pengambilan hikmah dari pembelian minuman cokelat sebelumnya yang
berpengaruh terhadap pembelian kembali minuman cokelat. Kegiatan
pembelajaran terhadap pembelian produk sebelumnya sangat penting dilakukan.
Hal ini dikarenakan jika konsumen mendapat pembelajaran yang baik mengenai
pembelian minuman cokelat sebelumnya, maka kemungkinan membeli kembali
minuman cokelat juga akan semakin besar.
Variabel penciri keempat adalah motivasi, dimana motivasi merupakan
sebuah dorongan ingin membeli minuman cokelat di kafe sekitaran kampus
Universitas Jember. Konsumen memiliki motivasi tersendiri dalam membeli
minuman cokelat. Konsumen yang memiliki motivasi pembelian yang kuat tidak
78
akan terpengaruh oleh hal-hal buruk mengenai minuman cokelat tersebut dan akan
tetap membelinya.
c. Faktor 3: Faktor Pribadi
Faktor 3 dapat dikategorikan sebagai faktor pribadi yang memiliki nilai
eigenvalues sebesar 1,407 dan nilai varians sebesar 8,791%. Faktor pribadi
teridiri dari variabel kelompok referensi (X5) dengan nilai loading sebesar 0,604,
pekerjaan (X9) dengan nilai loading sebesar 0,618 dan kepribadian dan konsep
diri (X12) dengan nilai loading sebesar 0,836.
Variabel penciri pertama adalah kelompok referensi, dimana kelompok
referensi merupakan kelompok-kelompok yang memengaruhi konsumen dalam
melakukan pembelian minuman cokelat di kafe sekitara kampus Universitas
Jember. Kelompok referensi akan memberi informasi mengenai produk minuman
cokelat. Kelompok referensi yang memberikan pendapat baik mengenai produk
minuman cokelat akan memengaruhi konsumen untuk membeli minuman cokelat,
jika kelompok referensi memberikan pendapat buruk mengenai produk minuman
cokelat, maka akan memengaruhi konsumen untuk tidak membeli produk
minuman cokelat tersebut.
Vaiabel penciri kedua adalah pekerjaan, dimana pekerjaan merupakan
kesibukan sehari-hari yang dilakukan konsumen minuman cokelat di kafe sekitran
kampus Universitas Jember. Pekerjaan konsumen berkaitan dengan pendapatan
yang dimilikinya. Pendapatan akan berpengaruh terhadap pembelian minuman
cokelat. Konsumen akan membeli minuman cokelat jika memiliki pendapatan
yang cukup digunakan untuk membeli minuman cokelat dan berbagai kebutuhan
yang lain.
Variabel penciri ketiga adalah kepribadian dan konsep diri, dimana
kepribadian dan konsep diri merupakan sebuah prinsip yang dimiliki dan
diterapkan oleh konsumen minuman cokelat di kafe sekitaran kampus Universitas
Jember. Prinsip dalam diri seorang konsumen akan berpengaruh terhadap
pembelian minuman cokelat. Konsumen yang memiliki prinsip yang kuat tidak
79
akan terpengaruh oleh pendapat-pendapat yang disampaikan orang lain terhadap
produk minuman cokelat tersebut.
d. Faktor 4: Faktor Produk
Faktor 4 dapat dikategorikan sebagai faktor produk yang memiliki nilai
eigenvalues sebesar 1,139 dan nilai varians sebesar 7,118. Faktor produk terdiri
dari variabel rasa (X2) dengan nilai loading sebesar 0,755 dan kepercayaan dan
sikap (X15) dengan nilai loading sebesar 0,590.
Variabel penciri pertama adalah rasa, dimana rasa merupakan suatu sifat
yang dimiliki oleh minuman cokelat yang dapat dirasakan menggunakan indera
perasa. Rasa merupakan hal yang penting dalam memengaruhi konsumen dalam
pembelian minuman cokelat. Variabel penciri kedua adalah kepercayaan dan
sikap, dimana kepercayaan merupakan citra terhadap produk yang memengaruhi
konsumen dalam pembelian minuman cokelat, sedangkan sikap merupakan
menerima atau menolaknya konsumen terhadap produk minuman cokelat.
Variabel rasa (X2) dan kepercayaan dan sikap (X15) memiliki hubungan yang
kuat dalam mempresentasikan produk minuman cokelat.
e. Faktor 5: Faktor Harga dan Budaya
Faktor 5 dapat dikategorikan sebagai faktor harga dan budaya yang
memiliki nilai eigenvalues sebesar 1,075 dan nilai varians sebesar 6,720. Faktor
harga dan budaya terdiri dari variabel harga (X1) dengan nilai loading sebesar
0,747 dan Peranan kebudayaan (X3) dengan nilai loading sebesar -0,501.
Variabel penciri pertama adalah harga, dimana harga merupakan nilai
terhadap minuman cokelat yang telah ditentukan dengan menggunakan uang
denga satuan Rupiah. Variabel penciri kedua adalah peranan kebudayaan, dimana
peranan kebudayaan merupakan simbol dan fakta yang komlek, yang diciptakan
oleh manusia, diturunkan dari generasi ke generasi sebagai pengatur dan penentu
tingkah laku manusia dalam masyarakat yang ada. Variabel harga (X1) dan
peranan kebudayaan (X3) memiliki hubungan dalam memengaruhi konsumen
dalam melakukan pembelian minuman cokelat di kafe sekitaran kampus
80
Universitas Jember. Harga minuman cokelat dapat memengaruhi konsumen dalam
melakukan pembelian minuman cokelat di kafe sekitaran kampus Universitas
Jember, dimana hal tersebut berkaitan dengan daya beli konsumen. Konsumen
minuman cokelat yang memiliki budaya untuk meminum cokelat pasti
mengetahui harga dari minuman cokelat, sehingga konsumen yang memiliki
budaya minum cokelat tidak mempermasalahkan harga yang telah ditetapkan
terhadap minuman cokelat tersebut.
81
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Karakteristik konsumen:
a. Berdasarkan kota asal, konsumen yang mendominasi adalah konsumen yang
berasal dari luar Kabupaten Jember dengan persentase sebesar 85%.
b. Berdasarkan jenis kelamin, konsumen yang mendominasi adalah konsumen
yang memiliki jenis kelamin perempuan dengan persentase sebesar 64%.
c. Berdasarkan umur, konsumen yang mendominasi adalah konsumen yang
memiliki umur 20-25 tahun dengan persentase sebesar 85%.
d. Berdasarkan status pekerjaan, konsumen yang mendominasi adalah
konsumen yang memiliki status pekerjaan sebagai mahasiswa dengan
persentase sebesar 96%.
e. Berdasarkan pendidikan terakhir, konsumen yang mendominasi adalah
konsumen yang memiliki pendidikan terakhir SMA dengan persentase
sebesar 96%.
f. Berdasarkan pendapatan atau uang saku, konsumen yang mendominasi
adalah konsumen yang memiliki pendapatan atau uang saku sebesar Rp
500.000 – Rp 1.000.000 dengan persentase sebesar 54%.
2. Pola konsumsi:
a. Berdasarkan frekuensi mengonsumsi minuman cokelat, konsumen yang
mendominasi adalah konsumen dengan frekuensi kadang-kadang dengan
persentase sebesar 57%.
b. Berdasarkan jenis minuman cokelat yang disukai, konsumen yang
mendominasi adalah konsumen yang menyukai jenis minuman cokelat
dingin dengan persentase sebesar 81%.
c. Berdasarkan pengetahuan tentang manfaat cokelat, konsumen yang
mendominasi adalah konsumen yang mengetahui manfaat cokelat dengan
persentase sebesar 61%.
82
3. Faktor-faktor yang memengaruhi pembelian minuman cokelat di Kabupaten
Jember terdiri dari 16 variabel, yaitu harga (X1), rasa (X2), peranan
kebudayaan (X3), kelas sosial (X4), kelompok referensi (X5), keluarga (X6),
peranan dan status (X7), usia dan siklus hidup (X8), pekerjaan (X9), kondisi
ekonomi (X10), gaya hidup (X11), kepribadian dan konsep diri (X12), persepsi
(X13), belajar (X14), kepercayaan dan sikap (X15) dan motivasi (X16),
dimana terbagi kedalam 5 faktor, yaitu: (a) faktor sosial, (b) faktor psikologis,
(c) faktor pribadi, (d) faktor produk dan (e) faktor harga dan budaya.
6.2 Saran
1. Berdasarkan hasil penelitian tentang karakteristik konsumen, yang menyatakan
bahwa mayoritas konsumen minuman cokelat di kafe Kabupaten Jember
adalah perempuan yang berumur 20-25 tahun dan memiliki pendapatan sebesar
Rp 500.000 – Rp 1.000.000, maka peneliti memberi saran agar pengusaha kafe
sebaiknya membuat suasana kafe dan produk minuman cokelat yang ditujukan
kepada mayoritas konsumen tersebut.
2. Berdasarkan hasil penelitian tentang pola konsumsi, yang menyatakan bahwa
mayoritas konsumen lebih menyukai jenis minuman cokelat dingin daripada
minuman cokelat panas, maka peneliti memberi saran agar pengusaha kafe
menambah inovasi varian mengenai minuman cokelat dingin dan lebih
menigkatkan variabel kepercayaan dan sikap terhadap produk minuman
cokelat.
83
DAFTAR PUSTAKA
Afriyanti, S. dan E. Rasmikayati. 2018. Studi Strategi Pemasaran Terbaik
Berdasarkan Perilaku Konsumen dalam Menghadapi Persaingan Antar dai
Kopi di Jatinangor. Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH, 4(3):
856-872.
Anonim. 2019. 30+ Cafe di Jember Kota, Bisa Buat Nugas, Tentunya Murah
Lho!. https://www.topijelajah.com/cafe-di-jember.html#13_MOX_Cafe
[Diakses pada 1 November 2019]
Badan Pusat Statistika. 2018. Jember Dalam Angka 2018. Jember: BPS
Kabupaten Jember.
Brahm. 2018. 6 Kafe Kekinian di Jember yang Cocok Buat Nongkrong para
Mahasiswa. https://www.idntimes.com/food/dining-guide/brahm-1/kafe-di-
jember-c1c2/full [Diakses pada 1 November 2019]
Bungin, M. B. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi,dan
Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.
Claresta, L. J. dan Y. Purwoko. 2017. Pengaruh Konsumsi Cokelat Terhadap
Tingkat Kecemasan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Praujian. Jurnal
Kedokteran Diponegoro, 6(2): 737-747.
Daely, K., U. Sinulingga dan A. Manurung. 2013. Analisis statistik faktor-faktor
yang mempengaruhi indeks prestasi mahasiswa. Saintia Matematika, 1(5):
483-494.
Gilarso, T. 1993. Pengantar Ilmu Ekonomi Bagian Mikro. Yogyakarta: Kanisius.
Hamdi, A. E. dan Bahruddin, E. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi
dalam Pendidikan. Yogyakarta: Deepublish.
Harahap, D. A. 2015. Analisis faktor-faktor yang mempegaruhi keputusan
pembelian konsumen di Pajak Usu (Pajus) Medan. Jurnal Keuangan dan
Bisnis, 7(3): 227-242.
Hidayah, N. dan A. L. Anjarwati. 2018. Pengaruh Perceived Quality terhadap
Niat Beli Ulang dengan Kepuasan sebagai Variabel Intervening (Studi pada
Pelanggan Teh Botol Sosro di Surabaya Timur). Jurnal Ilmu Manajemen,
6(1): 1-9.
Huang, Y. F dan H. S. Dang. 2014. An Empirical Analysis on Purchase Intention
on Coffee Beverage in Taiwan. European Journal of Business and
Management, 6(36): 182-196.
84
Ibrahim. 2019. 10 Cafe di Jember ini ternyata Paling Populer Bagi Kalangan
Milenials Lho!. https://www.jejakpiknik.com/cafe-di-jember/ [Diakses pada
1 November2019]
Khasan, U. 2018. Analisis Faktor-faktor Mempengaruhi Perilaku Konsumen
dalam Pengambilan Keputusan Pembelian White Coffe. Cakrawala, 12(2):
157-161.
Kozelova, D., E. Matejkova, M. Fikselova and J. Dekanyova. 2014. Analysis of
consumer behavior at chocolate purchase. Potravinarstvo, 8(1): 62-66.
Kurniawan, A. dan M. R. Ridlo. 2017. Perilaku Konsumtif Remaja Penikmat
Warung Kopi. Jurnal Sosiologi DILEMA, 32(1): 9-22
Lisa. 2019. Warkop Brewok di Kota Malang Tempat Isntagramable dengan Harga
Pelajar. https://olisa99.blogspot.com/2019/05/warkop-brewok-di-kota-
malang-tempat.html [Diakses pada 1 November 2019]
Mufidah, N. L. 2012. Pola Konsumsi Masyarakat Perkotaan: Studi Deskriptif
Pemanfaatan Foodcourt oleh Keluarga. BioKultur, 1(2): 157-178.
Mulyono, D. 2016. Harmonisasi Kebijakan Hulu-Hilir dalam Pengembangan
Budidaya dan Industri Pengolahan Kakao Nasional, Jurnal Ekonomi &
Kebijakan Publik, 7(2): 185-200.
Nauly, D., E. Daris dan I. A. Nuhung. 2014. Daya Saing Ekspor Kakao Olahan
Indonesia. Jurnal Agribisnis, 8(1): 15-28.
Naveed, S., A. Hameed, N. Sharif, S. Ghafoor and F. Qamar. 2015. Chocolate
consumption in children and adults. Archives of Medicine, 7(1): 1-6.
Nugroho, I. A. 2015. Warung Kopi Cak Wang Kabupaten Jember.
http://ilhamagung1283.web.unej.ac.id/2015/05/03/7/ [Diakses pada 1
November 2019]
Nurhadi, E. S. I. Hidayat, P. N. Indah, S. Widayanti dan G. I. Harya. 2019.
Keberlanjutan Komoditas Kakao sebagai Produk Unggulan Aroindustri
dalam Meningkatkan Kesejahteraan Petani. Agriekonomika, 8(1): 51-61.
Octavia, S. A. 2015. Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Perilaku
Konsumsi Susu pada Remaja. Majority, 4(8): 89-92.
Outlook Kakao. 2017. Komoditas Pertanian Sub Sektor Perkebunan. Jakarta:
Kementrian Pertanian.
85
Ozgen, L. 2016. A study on chocolate consumption in prospective teachers.
Journal of Education and Training Studies, 4(12): 189-196.
Poluan, C. dan S. S. Pengemanan. 2015. Analisis penerapan metode direct costing
terhadap penentuan harga pokok produksi pada PT. Bangun Wenang
Beverage Company. Jurnal EMBA, 3(1): 34-42.
Prasodjo, A. 2016. Gaya Hidup Konsumen Warung Kopi di Wilyah Perkotaan
Kabupaten Jember. Prosiding Sminar Nasional.
Purnomo, A. K. 2017. Pengaruh Cafe Atmosphere terhadap Keputusan Pemblian
Gen Y pada Old Bens Cafe. Jurnal Manajemen Maranatha, 16(2): 133-144.
Qomariyah, N., I. Santoso dan M. Effendi. 2015. Analisis Sikap Konsumen dan
Kinerja Atribut Kopi Bubuk Sido Luhur (Studi Kasus di UKM Kopi Bubuk
Sido Luhur, Kota Malang). Jurnal Industria, 3(1): 53-61.
Rahmaddiansyah, Fajri dan C. V. Utami. 2015. Analisis Loyalitas Konsumen
terhadap Minuman Kopi di Kota Banda Aceh. Agrisep, 16(2): 77-85.
Ramlah, S. 2016. Karakteristik Mutu dan Citarasa Cokelat Kaya Polifenol. Jurnal
Industri Hasil Perkebunan, 11(1): 23-32.
Rasmikayati, E. P. Pardian, H. Hapsari, Risyad, Ikhsan dan B. R. Saefudin. 2017.
Kajian Sikap dan Perilaku Konsumen dalam Pembelian Kopi Serta
Pendapatnya Terhadap Varian Produk. Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah
Berwawasan Agribisnis. 3(2): 117-133
Sangadji, M. dan Sopiah. 2013. Perilaku Konsumen: Pendekatan Praktis
Disertasi Himpunan Jurnal Penelitian. Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Sari, A. I. 2013. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam
keputusan pembelian ponsel Blackberry pada Mahasiswa STIE Harapan
Medan. Jurnal e-maksi Harapan, 1(1): 35-50.
Sari, P., E. Utari, Y. Praptiningsih dan Maryanto. 2015. Karakteristik kimia-
sensori dan stabilitas polifenol minuman cokelat rempah. Jurnal
Agroteknologi, 9(1): 54-66.
Shekhar, S. K. and P. T. Raveendran. 2013. Role of packing cues on consumer
buying behaviour. International Journal of Engineering and Management
Sciences, 4(1): 61-69.
Shih, S. P., S. Yu and H. C. Tseng. 2015. The study of consumer’s buying
behavior and consumer satisfaction in beverages industry in Tainan,
Taiwan. Journal of Economics, Business and Management, 3(3): 391-394.
86
Sudiyarto, S. Widayanti dan D. M. Kresna. 2012. Perilaku Konsumen Penikmat
Kopi Tubruk dan Kopi Instan. JSEP, 6(3): 1-11.
Sulistyowati, E. 2013. Motivasi dan perilaku konsumen dalam keputusan
pembelian produk industri kerajinan kulit di Yogyakarta. Jurnal
MAKSIPRENEUR, 2(2): 17-26.
Sumarwan, U. 2015. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia.
Susanto, F. X. 1994. Tanaman Kakao: Budidaya dan Pengolahan Hasil.
Yogyakarta: Kanisius.
Sutrisno, A. D., Y. Ikrawan dan N. Permatasari. 2018. Karakteristik Cokelat
Filling Kacang Mete yang Dipengaruhi Jenis dan Jumlah Lemak Nabati.
Pasundan Food Technology Journal, 5(5): 91-101.
Triratnawati, A. 2017. Makna Susu Bagi Konsumen Mahasiswa di Kafe Susu
Yogyakarta: Antara Gizi dan Gengsi. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, 14(1):
27-35.
Wahyudi, T., T. R.Panggabean dan Pujiyanto. 2008. Panduan Lengkap Kakao:
Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Jakarta: Penebar Swadaya.
Widyantari, N. W. L., I. K. Suamba dan I. A. L. Dewi. 2018. Penetapan harga
pokok produksi kacang koro pedang pada UD Laksmi Devi. E-Jurnal
Agribisnis dan Agrowisata, 7(1): 31-40.
Wulan, S. dan F. Susanto. 2014. Hubungan persepsi konsumen tentang lokasi
usaha dengan keputusan pembelian pada UD Sinar Fajar cabang Antasari
Bandar Lampung. Jurnal Manajemen dan Bisnis, 5(1): 21-37.
Yulianti, Y. dan Y. Deliana. 2018. Gaya Hidup Kaitannya dengan Keputusan
Konsumen dalam Membeli Minuman Kopi. AGRISEP, 17(1): 39-50.
Yusuf, A. M. 2014. Metodologi Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan. Jakarta: Kencana.
Zuhri, S., Andriansyah, D. Asmadi dan S. Khajar. 2016. Analisis loyalitas
pelanggan industri jasa pengiriman menggunakan structural equation
modeling. Jurnal Ilmiah Teknik Industri, 15(2): 101-108.
87
DOKUMENTASI
Gambar 1. Suasana di Akasia Kafe
Gambar 2. Pengisian Angket Oleh Konsumen Minuman Cokelat di Akasia Cafe
88
Gambar 3. Suasana di Warkop Brewok
Gambar 4. Pengisian Angket Oleh Konsumen Minuman Cokelat di Warkop Brewok
89
Gambar 5. Suasana di Tipis-tipis Cafe
Gambar 6. Suasana di Cak Wang
90
UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
ANGKET
Judul : Analisis Perilaku Konsumen Terhadap Pembelian Minuman Cokelat di
Kabupaten Jember
Lokasi : Kabupaten Jember
Identitas Responden
Nama :
Jenis Kelamin :
Kota Asal :
Umur :
Pendidikan Terakhir :
Pekerjaan :
Pewawancara
Nama : Muhammad Bayu Alfiansyah
NIM : 151510601159
Hari/ tanggal :
Responden
(.....................................................)
91
a. Karakteristik konsumen minuman cokelat
Berilah tanda silang (x) pada salah satu jawaban di bawah ini.
Nama: ..........................................................................................................................................
1. Kota asal:
a. Jember b. Luar Jember. Sebutkan: ..............................................
2. Jenis kelamin:
a. Laki-laki b. Perempuan
3. Umur:
a. <20 tahun b. 20-25 tahun c. 26-30 tahun d. >30 tahun
4. Status pekerjaan:
a. Pelajar c. Bekerja. Sebutkan: ..................................
b. Mahasiswa d. Tidak bekerja
5. Lama pendidikan (pendidikan terakhir):
a. SD (6 tahun) c. SMA (12 tahun) e. Lainnya: ...................... tahun
b. SMP (9 tahun) d. S1/D4 (16 tahun)
6. Pendapatan atau uang saku per bulan (Rupiah):
a. < 500 ribu c. 1 juta - 2 juta
b. 500 ribu - 1 juta d. > 2 juta
b. Pola konsumsi oleh konsumen minuman cokelat
Berilah tanda silang (x) pada salah satu jawaban di bawah ini.
1. Seberapa sering Anda dalam mengkonsumsi minuman cokelat?
a. Setiap hari
b. Kadang-kadang (tidak pasti)
c. Rutin (pasti mengkonsumsi di setiap minggu atau di setiap bulan)
d. Hanya kebutuhan khusus (bisnis/ bertemu teman/ sekedar santai/ berdiskusi/ lainnya:
...................................)*
*Lingkari 1 yang dipilih
2. Apa jenis minuman cokelat yang Anda sukai?
a. Cokelat dingin
b. Cokelat panas
92
3. Apa Anda mengetahui manfaat cokelat?
a. Ya. Sebutkan: ......................................................................................................................
b. Tidak
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam pembelian minuman
cokelat
Berilah tanda centang () pada salah satu jawaban di bawah ini.
Keterangan:
1 = Sangat tidak berpengaruh (STB) 4 = Berpengaruh (B)
2 = Tidak berpengaruh (TB) 5 = Sangat berpengaruh (SB)
3 = Netral (N)
STB TB N B SB
1. Apa Anda setuju jika harga memengaruhi dalam
pembelian minuman cokelat?
2. Apa Anda setuju jika rasa memengaruhi dalam
pembelian minuman cokelat?
3. Apa Anda setuju jika peranan kebudayaan
memengaruhi dalam pembelian minuman cokelat?
4. Apa Anda setuju jika kelas sosial (strata dalam
masyarakat) memengaruhi dalam pembelian minuman
cokelat?
5. Apa Anda setuju jika kelompok referensi (kelompok-
kelompok tertentu) memengaruhi dalam pembelian
minuman cokelat?
6. Apa Anda setuju jika keluarga (ayah, ibu atau saudara)
memengaruhi dalam pembelian minuman cokelat?
7. Apa Anda setuju jika peranan dan status (sebuah
kedudukan/ status) memengaruhi dalam pembelian
minuman cokelat?
8. Apa Anda setuju jika usia dan siklus hidup (umur/
kebiasaan sehari-hari) memengaruhi dalam pembelian
minuman cokelat?
9. Apa Anda setuju jika pekerjaan memengaruhi dalam
93
pembelian minuman cokelat?
10. Apa Anda setuju jika kondisi ekonomi (baik-buruknya
keadaan ekonomi) memengaruhi dalam pembelian
minuman cokelat?
11. Apa Anda setuju jika gaya hidup (keinginan diri/
tuntutan hidup) memengaruhi dalam pembelian minuman
cokelat?
12. Apa Anda setuju jika kepribadian dan konsep diri
(prinsip dari dalam diri) memengaruhi dalam pembelian
minuman cokelat?
13. Apa Anda setuju jika persepsi (pendapat mengenai
sebuah produk) memengaruhi dalam pembelian minuman
cokelat?
14. Apa Anda setuju jika belajar (pembelajaran dari
pembelian produk sebelumnya) memengaruhi dalam
pembelian minuman cokelat?
15. Apa Anda setuju jika kepercayaan dan sikap (citra
terhadap produk) memengaruhi dalam pembelian minuman
cokelat?
16. Apa Anda setuju jika motivasi (dorongan dari dalam
diri) memengaruhi dalam pembelian minuman cokelat?
94
LAMPIRAN
1. Karakteristik Konsumen Minuman Cokelat di Kabupaten Jember
No Nama Kota asal Jenis kelamin Umur
Status pekerjaan Lama pendidikan
Pendapatan atau uang
saku per bulan
(Tahun) (Pendidikan terakhir) (Rupiah)
1 Pangestika Luar Jember (Kediri) Perempuan <20 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
2 Sindu Luar Jember (Jombang) Perempuan 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) >2 juta
3 Erny Luar Jember (Banyuwangi) Perempuan 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 1 juta - 2 juta
4 Rahma Luar Jember (Kediri) Perempuan <20 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
5 Intan Luar Jember (Banyuwangi) Perempuan 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
6 Yolla Luar Jember (Banyuwangi) Perempuan 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
7 Adelia Luar Jember (Banyuwangi) Perempuan <20 Pelajar SMA (12 tahun) <500 ribu
8 Ike Luar Jember (Banyuwangi) Perempuan 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
9 Hilda Luar Jember (Banyuwangi) Perempuan 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 1 juta - 2 juta
10 Virda Jember Perempuan 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
11 Shofi Luar Jember (Situbondo) Perempuan 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) <500 ribu
12 Pungky Jember Perempuan 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
13 Bela Luar Jember (Lumajang) Perempuan 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 1 juta - 2 juta
14 Tiara Luar Jember (Banyuwangi) Perempuan 20-25 Bekerja (pegawai bank) Lainnya (18 tahun) 1 juta - 2 juta
15 Elfira Luar Jember (Banyuwangi) Perempuan 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 1 juta - 2 juta
16 Exsanty Luar Jember (Jombang) Perempuan 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 1 juta - 2 juta
17 Anik Jember Perempuan 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
18 Tania Luar Jember (Banyuwangi) Perempuan 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) <500 ribu
19 Sriwulan Luar Jember (Probolinggo) Perempuan 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) <500 ribu
20 Dahniar Jember Perempuan 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
21 Rizkiyani Luar Jember (Situbondo) Perempuan 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) <500 ribu
22 Khairiyah Luar Jember (Banyuwangi) Perempuan 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
23 Nila Luar Jember (Banyuwangi) Perempuan 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
24 Dwi Luar Jember (Madiun) Perempuan 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
25 Desy Luar Jember (Ngawi) Perempuan <20 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
26 Yasminda Luar Jember (Magetan) Perempuan <20 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
27 Agnes Luar Jember (Madiun) Perempuan <20 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
95
28 Rela Luar Jember (Banyuwangi) Perempuan 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
29 Fenty Luar Jember (Probolinggo) Perempuan 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
30 Khusnul Luar Jember (Probolinggo) Perempuan 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
31 Inggar Jember Perempuan 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
32 Leny Luar Jember (Madiun) Perempuan 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
33 Artha Luar Jember (Madiun) Perempuan 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
34 Yunna Jember Perempuan 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
35 Nuke Luar Jember (Mojokerto) Perempuan 20-25 Mahasiswa Lainnya (15 tahun) 1 juta - 2 juta
36 Ovilia Luar Jember (Mojokerto) Perempuan 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 1 juta - 2 juta
37 Wilda Luar Jember (Pasuruan) Perempuan 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
38 Mahdiatul Luar Jember (Nganjuk) Perempuan 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) <500 ribu
39 Jean Jember Perempuan 20-25 Mahasiswa S1/D4 (16 tahun) 500 ribu - 1 juta
40 Faidatul Luar Jember (Ponorogo) Perempuan 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
41 Annisauz Luar Jember (Gresik) Perempuan 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 1 juta - 2 juta
42 Unah Luar Jember (Lumajang) Perempuan 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
43 Ineke Luar Jember (Ponorogo) Perempuan 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 1 juta - 2 juta
44 Dini Luar Jember (Kediri) Perempuan 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 1 juta - 2 juta
45 Ima Luar Jember (Kediri) Perempuan 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 1 juta - 2 juta
46 Siti Luar Jember (Banyuwangi) Perempuan 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
47 Murti Luar Jember (Probolinggo) Perempuan <20 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
48 Alifiya Luar Jember (Madiun) Perempuan <20 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
49 Rizky Luar Jember (Magetan) Perempuan 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 1 juta - 2 juta
50 Nada Luar Jember (Mojokerto) Perempuan <20 Mahasiswa SMA (12 tahun) <500 ribu
51 Amalia Luar Jember (Mojokerto) Perempuan 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
52 Fery Luar Jember (Lumajang) Laki-laki 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
53 Pudya Luar Jember (Lamongan) Laki-laki 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 1 juta - 2 juta
54 Yunior Luar Jember (Jombang) Laki-laki 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 1 juta - 2 juta
55 Agive Luar Jember (Bekasi) Laki-laki <20 Mahasiswa SMA (12 tahun) 1 juta - 2 juta
56 Dimas Luar Jember (Banyuwangi) Laki-laki 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 1 juta - 2 juta
57 Afrian Luar Jember (Bondowoso) Laki-laki 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
58 Ardi Luar Jember (Banyuwangi) Laki-laki <20 Pelajar SMA (12 tahun) <500 ribu
59 Fawaid Jember Laki-laki <20 Mahasiswa SMA (12 tahun) <500 ribu
60 Wahyudi Jember Laki-laki 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
61 Iqbal Jember Laki-laki 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
62 Andre Luar Jember (Mojokerto) Laki-laki 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
96
63 Agung Jember Laki-laki 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) <500 ribu
64 Agus Luar Jember (Banyuwangi) Laki-laki 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
65 Asmi Jember Laki-laki 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) <500 ribu
66 Lukman Luar Jember (Banyuwangi) Laki-laki 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 1 juta - 2 juta
67 Berril Luar Jember (Sidoarjo) Laki-laki 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) <500 ribu
68 Yudhistira Luar Jember (Blitar) Laki-laki 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
69 Muhlis Luar Jember (Madiun) Laki-laki 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
70 Rico Luar Jember (Bondowoso) Laki-laki 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) >2 juta
71 Wildan Luar Jember (Banyuwangi) Laki-laki 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
72 Illa Luar Jember (Tuban) Laki-laki 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) <500 ribu
73 Leon Luar Jember (Madiun) Laki-laki 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
74 Nugrahardi Luar Jember (Sampang) Laki-laki 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
75 Angga Luar Jember (Probolinggo) Laki-laki 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) <500 ribu
76 Husen Luar Jember (Sidoarjo) Laki-laki 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) >2 juta
77 Ilham Luar Jember (Situbondo) Laki-laki 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 1 juta - 2 juta
78 Danang Luar Jember (Lumajang) Laki-laki 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
79 Ardiawan Luar Jember (Surabaya) Laki-laki 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) <500 ribu
80 Trio Luar Jember (Medan) Laki-laki 20-25 Mahasiswa SMA (12 tahun) 500 ribu - 1 juta
2. Pola Konsumsi Oleh Konsumen Minuman Cokelat di Kabupaten Jember
No Nama Frekuensi Jenis minuman cokelat yang
disukai Mengetahui manfaat cokelat
1 Pangestika Kadang-kadang Cokelat dingin Ya (menaikkan mood)
2 Sindu Rutin (3≤ seminggu) Cokelat dingin Ya (bikin seneng aja)
3 Erny Kadang-kadang Cokelat dingin Ya (menutrisi kulit, menambah mood)
4 Rahma Kadang-kadang Cokelat panas Ya (antioksidan, rlaksasi)
5 Intan Kadang-kadang Cokelat dingin Ya (menambah mood baik)
6 Yolla Kadang-kadang Cokelat dingin Ya (menambah mood)
7 Adelia Hanya kebutuhan khusus (sekedar santai) Cokelat dingin Ya (rilex, enjoy)
8 Ike Kadang-kadang Cokelat panas Ya (membuat rilex)
9 Hilda Hanya kebutuhan khusus (sekedar santai) Cokelat dingin Ya (menghilangkan stress)
10 Virda Kadang-kadang Cokelat dingin Ya (bikin gendut)
11 Shofi Kadang-kadang Cokelat dingin Tidak
97
12 Pungky Kadang-kadang Cokelat dingin Tidak
13 Bela Rutin (2x seminggu) Cokelat dingin Tidak
14 Tiara Kadang-kadang Cokelat dingin Ya (baik untuk jantung dan mood)
15 Elfira Kadang-kadang Cokelat dingin Tidak
16 Exsanty Kadang-kadang Cokelat dingin Tidak
17 Anik Kadang-kadang Cokelat dingin Ya (menghilangkan stress)
18 Tania Kadang-kadang Cokelat dingin Ya (sebagai moodboster)
19 Sriwulan Kadang-kadang Cokelat dingin Ya (membuat kenyang perut)
20 Dahniar Kadang-kadang Cokelat dingin Tidak
21 Rizkiyani Kadang-kadang Cokelat dingin Ya (sebagai moodboster)
22 Khairiyah Kadang-kadang Cokelat dingin Tidak
23 Nila Hanya kebutuhan khusus (bertemu teman) Cokelat dingin Tidak
24 Dwi Rutin (2x seminggu) Cokelat dingin Ya (meningkatkan mood)
25 Desy Kadang-kadang Cokelat panas Ya (dapat memperbaiki mood)
26 Yasminda Kadang-kadang Cokelat dingin Tidak
27 Agnes Hanya kebutuhan khusus (sekedar santai) Cokelat panas Ya (manis, mengandung gula jadi dapat untuk menambah
tenaga, membuat tenang, santai)
28 Rela Rutin (2x seminggu) Cokelat dingin Ya (antioksidan, membuat rileks)
29 Fenty Hanya kebutuhan khusus (sekedar santai) Cokelat dingin Ya (buat memperbaiki mood)
30 Khusnul Kadang-kadang Cokelat dingin Tidak
31 Inggar Kadang-kadang Cokelat dingin Ya (menghilangkan stress)
32 Leny Kadang-kadang Cokelat dingin Ya (mengobati anti stress)
33 Artha Hanya kebutuhan khusus (sekedar santai) Cokelat dingin Ya (bikin good mood, penghilang stress)
34 Yunna Kadang-kadang Cokelat dingin Tidak
35 Nuke Hanya kebutuhan khusus (sekedar santai) Cokelat dingin Ya (dapat mengembalikan mood)
36 Ovilia Kadang-kadang Cokelat dingin Ya (menghilangkan rasa penat)
37 Wilda Hanya kebutuhan khusus (bertemu teman) Cokelat dingin Tidak
38 Mahdiatul Hanya kebutuhan khusus (sekedar santai) Cokelat dingin Ya (memberikan sensasi rilex)
39 Jean Kadang-kadang Cokelat dingin Tidak
40 Faidatul Kadang-kadang Cokelat dingin Ya (memberi rasa bahagia)
41 Annisauz Rutin (2x seminggu) Cokelat dingin Ya (mencegah penyakit jantung, menurunkan kolesterol,
menurunkan depresi)
42 Unah Rutin (2x seminggu) Cokelat panas Ya (meningkatkan/ memperbaiki mood)
43 Ineke Hanya kebutuhan khusus (bertemu teman) Cokelat dingin Ya (bikin mood good)
98
44 Dini Kadang-kadang Cokelat dingin Ya (antioksidan)
45 Ima Kadang-kadang Cokelat dingin Ya (memiliki antioksidan tinggi)
46 Siti Kadang-kadang Cokelat dingin Ya (bisa membuat hati menjadi bahagia dan segar setelah
meminumnya)
47 Murti Hanya kebutuhan khusus (sekedar santai) Cokelat panas Ya (rileks)
48 Alifiya Hanya kebutuhan khusus (bertemu teman) Cokelat dingin Ya (membuat bahagia)
49 Rizky Kadang-kadang Cokelat dingin Ya (membuat happy & good mood)
50 Nada Hanya kebutuhan khusus (sekedar santai) Cokelat dingin Tidak
51 Amalia Hanya kebutuhan khusus (sekedar santai) Cokelat dingin Ya (meningkatkan mood/ anti depresan)
52 Fery Kadang-kadang Cokelat dingin Tidak
53 Pudya Hanya kebutuhan khusus (sekedar santai) Cokelat dingin Tidak
54 Yunior Hanya kebutuhan khusus (berdiskusi) Cokelat dingin Ya (memperbaiki suasana hati)
55 Agive Hanya kebutuhan khusus (sekedar santai) Cokelat dingin Ya (menangkal kantuk)
56 Dimas Hanya kebutuhan khusus (sekedar santai) Cokelat dingin Ya (meredakan stress)
57 Afrian Kadang-kadang Cokelat panas Ya (meningkatkan mood & kesehatan jantung)
58 Ardi Kadang-kadang Cokelat panas Ya (antioksidan bisa juga penghilang stress)
59 Fawaid Hanya kebutuhan khusus (sekedar santai) Cokelat dingin Tidak
60 Wahyudi Kadang-kadang Cokelat dingin Tidak
61 Iqbal Kadang-kadang Cokelat panas Ya (mencegah kolesterol)
62 Andre Kadang-kadang Cokelat panas Ya (anti kantuk)
63 Agung Kadang-kadang Cokelat dingin Ya (mengurangi stress)
64 Agus Hanya kebutuhan khusus (sekedar santai) Cokelat dingin Tidak
65 Asmi Kadang-kadang Cokelat panas Tidak
66 Lukman Kadang-kadang Cokelat dingin Ya (menurunkan stress)
67 Berril Rutin (3≤ seminggu) Cokelat panas Ya (bikin kenyang)
68 Yudhistira Hanya kebutuhan khusus (sekedar santai) Cokelat panas Tidak
69 Muhlis Kadang-kadang Cokelat dingin Tidak
70 Rico Kadang-kadang Cokelat dingin Tidak
71 Wildan Kadang-kadang Cokelat dingin Ya (lebih mengurangi kadar kolesterol)
72 Illa Hanya kebutuhan khusus (berdiskusi) Cokelat dingin Tidak
73 Leon Kadang-kadang Cokelat dingin Tidak
74 Nugrahardi Rutin (1x seminggu) Cokelat panas Ya (membuat bahagia)
75 Angga Kadang-kadang Cokelat dingin Tidak
76 Husen Kadang-kadang Cokelat dingin Tidak
99
77 Ilham Rutin (1x seminggu) Cokelat dingin Tidak
78 Danang Rutin (1x seminggu) Cokelat panas Tidak
79 Ardiawan Rutin (2x seminggu) Cokelat dingin Tidak
80 Trio Rutin (1x seminggu) Cokelat dingin Tidak
3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Pembelian Minuman Cokelat di Kabupaten Jember
No Nama X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 X16
1 Pangestika 4 5 2 3 5 2 2 3 4 3 4 1 2 4 3 3
2 Sindu 2 5 3 4 4 3 3 4 4 5 5 4 5 5 3 4
3 Erny 5 3 3 4 3 2 2 3 3 4 3 3 2 4 4 3
4 Rahma 4 5 3 4 4 4 2 5 2 4 4 4 5 5 5 4
5 Intan 4 4 2 4 4 4 5 4 2 4 4 4 4 3 4 5
6 Yolla 4 5 4 4 5 5 5 4 3 4 4 4 4 3 4 5
7 Adelia 5 5 4 5 1 5 5 5 1 5 5 1 5 5 1 5
8 Ike 4 5 1 1 5 5 2 1 3 5 5 5 5 1 5 5
9 Hilda 3 5 3 3 4 4 3 2 3 3 5 5 4 3 3 3
10 Virda 4 4 2 2 2 3 2 3 2 3 4 3 4 4 3 3
11 Shofi 4 5 2 3 3 2 2 4 3 3 4 3 3 2 2 3
12 Pungky 3 3 4 2 3 4 3 3 4 4 4 4 5 3 3 2
13 Bela 4 4 2 4 4 2 4 2 4 4 4 4 2 3 2 3
14 Tiara 5 5 2 3 3 4 5 4 4 4 5 5 4 4 5 5
15 Elfira 4 5 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 2 3
16 Exsanty 4 4 1 1 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4
17 Anik 4 4 3 3 3 4 2 4 4 3 3 4 4 4 3 3
18 Tania 4 1 4 1 1 1 2 4 4 4 4 4 5 4 2 4
19 Sriwulan 4 5 1 1 1 1 2 4 4 4 3 1 2 4 3 5
20 Dahniar 5 4 2 3 5 3 2 3 4 5 5 4 5 4 4 4
21 Rizkiyani 4 5 2 1 1 1 1 3 2 4 3 4 2 4 3 5
22 Khairiyah 2 4 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 2 3
23 Nila 2 5 3 1 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
24 Dwi 4 5 2 4 4 1 5 1 5 5 5 5 1 2 2 2
25 Desy 5 4 3 4 3 5 3 5 2 3 4 2 4 5 5 5
26 Yasminda 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4
100
27 Agnes 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
28 Rela 4 5 1 1 1 1 1 1 1 1 4 5 2 4 2 2
29 Fenty 4 4 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2
30 Khusnul 4 5 2 2 3 3 3 2 4 5 4 3 4 2 3 3
31 Inggar 2 4 4 4 3 2 3 2 2 3 4 2 4 4 3 1
32 Leny 3 4 2 2 2 2 1 4 2 4 4 2 4 2 4 2
33 Artha 4 5 4 4 2 4 4 4 5 5 4 3 4 4 5 3
34 Yunna 4 4 2 2 4 4 4 5 4 3 3 3 4 4 4 3
35 Nuke 4 4 2 3 2 2 3 4 3 4 5 3 4 5 5 2
36 Ovilia 4 4 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3
37 Wilda 4 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 5 5 5 4 4
38 Mahdiatul 5 5 2 1 1 1 1 1 1 1 1 3 3 1 3 3
39 Jean 4 4 3 4 3 2 2 4 4 4 5 4 4 4 4 3
40 Faidatul 4 5 5 4 4 4 5 2 4 5 5 4 3 3 3 2
41 Annisauz 4 4 4 4 3 2 1 4 1 4 3 3 3 2 1 1
42 Unah 5 5 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 4 4 4 3
43 Ineke 4 5 3 2 2 4 1 4 2 4 3 2 5 4 5 5
44 Dini 4 3 2 5 5 2 3 4 5 4 5 5 4 2 3 5
45 Ima 4 3 3 4 3 2 2 4 2 3 3 4 4 4 3 4
46 Siti 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4
47 Murti 4 5 3 2 2 3 3 3 4 2 3 4 4 4 3 3
48 Alifiya 4 4 2 3 4 2 2 4 1 3 4 3 4 4 4 4
49 Rizky 4 5 3 2 2 3 2 2 4 4 4 3 4 4 2 2
50 Nada 4 5 4 2 3 2 2 1 2 2 2 3 5 3 3 4
51 Amalia 4 4 4 5 2 4 2 4 2 4 4 2 4 4 5 4
52 Fery 4 5 3 5 4 4 4 2 3 4 5 5 5 5 5 4
53 Pudya 5 5 1 3 3 1 1 4 3 3 4 5 5 5 5 5
54 Yunior 4 5 3 4 4 3 3 3 4 4 5 4 4 4 5 4
55 Agive 4 5 4 3 2 4 4 4 3 5 4 4 3 5 2 5
56 Dimas 4 5 2 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3
57 Afrian 4 4 3 4 3 4 4 2 2 3 4 3 2 3 4 3
58 Ardi 4 5 3 4 4 2 1 3 2 3 4 2 4 4 4 4
59 Fawaid 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
60 Wahyudi 4 5 2 4 3 3 2 4 4 4 4 2 3 4 3 3
61 Iqbal 5 4 2 1 3 2 2 2 2 4 3 2 4 3 3 3
101
62 Andre 4 5 3 3 4 5 4 3 4 5 4 3 3 4 5 3
63 Agung 5 4 4 2 4 2 2 4 4 4 5 4 2 4 4 4
64 Agus 2 2 3 1 4 2 3 3 3 2 2 3 3 4 3 4
65 Asmi 4 5 2 1 4 3 1 3 1 2 4 5 4 2 5 1
66 Lukman 5 5 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
67 Berril 5 5 3 3 3 2 3 5 5 5 5 5 5 3 3 3
68 Yudhistira 5 5 1 1 3 1 1 1 1 1 1 5 3 1 1 4
69 Muhlis 2 4 1 4 4 2 4 2 4 5 1 3 4 2 5 5
70 Rico 4 4 2 3 2 4 3 4 5 5 4 3 3 3 4 4
71 Wildan 2 4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2
72 Illa 2 5 2 4 4 2 2 4 2 2 4 2 4 2 4 4
73 Leon 4 3 1 4 1 1 1 1 1 5 2 2 5 5 1 1
74 Nugrahardi 4 5 5 1 4 3 1 4 5 2 4 4 3 5 5 4
75 Angga 4 4 1 1 1 1 1 5 1 1 3 3 5 1 2 1
76 Husen 2 3 4 1 2 1 1 3 1 2 3 3 4 1 1 1
77 Ilham 2 5 2 2 2 2 2 5 5 2 4 5 5 5 5 5
78 Danang 3 4 2 1 3 2 2 2 2 2 2 3 4 4 3 3
79 Ardiawan 4 5 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4
80 Trio 4 5 4 1 3 2 2 4 3 2 4 4 5 4 5 4
Keterangan: Skala liekert:
X1 : Harga X9 : Pekerjaan 1 : Sangat tidak berpengaruh (STB)
X2 : Rasa X10 : Kondisi ekonomi 2 : Tidak berpengaruh (TB)
X3 : Peranan kebudayaan X11 : Gaya hidup 3 : Netral (N)
X4 : Kelas sosial X12 : Kepribadian dan konsep diri 4 : Berpengaruh (B)
X5 : Kelompok referensi X13 : Persepsi 5 : Sangat berpengaruh (SB)
X6 : Keluarga X14 : Belajar
X7 : Peranan dan status X15 : Kepercayaan dan sikap
X8 : Usia dan siklus hidup X16 : Motivasi
102
4. Analisis Data
103
104
105
106
107