92
ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA AKAD MURABAHAH DENGAN FATWA DSN MUI (Studi Kasus Bank Tabungan Negara Cabang Syariah Serang) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Ekonomi Syariah (S.H) Oleh Melika Lulu Oktaviani 11140460000123 PROGAM STUDI MUAMALAT (HUKUM EKONOMI SYARIAH) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M/1440 H

ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

  • Upload
    ngodang

  • View
    226

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH

PADA AKAD MURABAHAH DENGAN

FATWA DSN MUI

(Studi Kasus Bank Tabungan Negara Cabang Syariah Serang)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Salah Satu

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Ekonomi Syariah (S.H)

Oleh

Melika Lulu Oktaviani

11140460000123

PROGAM STUDI MUAMALAT (HUKUM EKONOMI SYARIAH)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M/1440 H

Page 2: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA
Page 3: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA
Page 4: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA
Page 5: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

ABSTRAK

Melika Lulu Oktaviani. NIM 11140460000123. ANALISIS

PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA AKAD

MURABAHAH DENGAN FATWA DSN-MUI (Studi Kasus pada Bank

Tabungan Negara Syariah Cabang Serang). Skripsi. Progam Studi Muamalat

(Hukum Ekonomi Syariah), Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1440 H/2018 M.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep apa saja yang digunakan

oleh BTN Syariah Cabang Serang dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah

pada akad Murabahah. Serta bagaimana pengimplementasiannya dari awal

terjadinya pembiayaan bermasalah sampai tahapan akhir penyelesaian apakah

sudah sesuai dengan Fatwa DSN-MUI.

Metode yang gunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yaitu

dengan melakukan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan

dokumentasi. Pengelolahan data menggunakan cara deskriptif analisis, sedangkan

untuk jenis data yang dibutuhkan ialah data sekunder dan primer.

Dari hasil penelitian ini penulis menyimpulkan bahwa dalam pemberian

pembiayaan BTN Syariah mempunyai penilaian khusus untuk para calon nasabah

yaitu dengan menggunakan prinsip 6c yaitu character, capacity, capital,

collateral, contion, and constrain. Sedangkan yang menjadi faktor penyebab

pembiayaan bermasalah di BTN Syariah ada 2 faktor yaitu faktor internal seperti

kesalahan pada bank itu sendiri dalam menganalisis data nasabah serta ketidak

cakapan pegawai bank, sedangkan faktor eksternal terjadi pada nasabah itu sendiri

seperti perubahan kondisi ekonomi, bencana alam, serta perceraian. Kemudian

dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah pada akad murabahah di BTN

Syariah Cabang Serang, menggunakan beberapa tahapan penyelesaian yaitu

Panggilan Intensif, pemberian surat peringatan, rescheduling, pengahapus bukuan

(write off), eksekusi jaminan. Dan implementasiannya masih ada yang tidak sesuai

syariah karena di dalam pengeksekusian jaminan masih ada yang tidak sesuai

dengan Fatwa DSN-MUI.

Kata kunci : penyelesaian, pembiayaan murabahah, pembiayaan murabahah.

Pembimbing : Drs. Hamid Farihi, M. A.

Daftar pustaka : 1998 s.d 2018

Page 6: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq, dan

hidayah-Nya serta meberikan berkah, kasih sayang dan karunianya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Penyelesaian

Pembiayaan Bermasalah pada Akad Murabahah dengan Fatwa DSN-MUI

(Studi Kasus Bank Tabungan Negara Syariah Cabang Serang). Sholawat

serta salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menghantarkan umatnya

dari kegelapan dunia ke zaman perdaban ilmu pengetahuan.

Penulis sangat bahagia serta bersyukur karena dapat menyelesaikan tugas

akhir dalam jenjang Pendidikan Starta Satu (S1) yang penulis tempuh telah

selesai. Serta penulis tidak lupa meminta maaf apabila didalam penulisan skripsi

ini ada yang kurang berkenan dihati para pembaca karena penulis menyadari

penulis masih jauh dari kata sempurna.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini tidak akan

terseleisaikan tanpa adanya dukungan, bimbingan, dorongan dan arahan dari

berbagai pihak yang tentunya tidak dapat dinilai harganya. Oleh sebab itu, pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimaksih kepada :

1. Dr.H. Asep Saepudin Jahar. Phd. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. A.M. Hasan Ali, M.A dan Abdurauf, M.A Ketua dan Sekretaris Prodi Hukum

Ekonomi Syariah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Pembimbing akademik dan seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum.

4. Drs. Hamid Farihi, M.A. sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. BTN Syariah Cabang Serang yang telah mengizinkan penulis untuk

melakukan penelitian.

Page 7: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

viii

6. Terkhusus kepada kedua orang tua yang sangat saya cintai dan sayangi,

ayahanda tercinta Udin S.H dan Ibunda tercinta Kholisoh terimakasih atas

perhatiannya, serta rasa cinta dan kasih sayang yang tidak pernah habis.

Terima kasih atas jasa yang tidak akan mungkin bisa terbayar sampi

kapanpun.

7. Teruntuk kakak-kakak dan adikku Syaugi Pratama, Nadia Kholisdiani dan

Muhammad Mujahid Biagi Usama yang turut memberikan doa serta

semangat dan motivasinya.

8. Teruntuk teman-teman seperjuangan dari maba hingga saat ini khususnya

Trisuci Puspito Nagri, Ayu Fauziah, dan Rita Nurjannah. Tanpa kalian ini

tidak berarti apa-apa.

Semoga amal baik mereka semua dibalas berlipat ganda oleh Allah SWT.

Sesungguhnya hanya Allah SWT yang membalas kebaiakan mereka dengan

kebaikan berlipat ganda.

Jakarta, 17 Oktober 2018

Melika Lulu Oktaviani

Page 8: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ix

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... x

ABSTRAK ............................................................................................................ xi

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ....................... 5

C. Tujuan dan Maanfaat penelitian ................................................................... 6

D. Metode Penelitian......................................................................................... 7

E. Sistematika Penelitian .................................................................................. 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................... 11

A. Kerangka Konsep ....................................................................................... 11

B. Kajian Teoretis ........................................................................................... 18

1. Murabahah .............................................................................................. 18

2. Pembiayaan Murabahah di Bank Syariah .............................................. 23

3. Perjanjian dalam Pembiayaan Murabahah ............................................. 29

4. Jaminan Dalam Pembiayaan Perbankan Syariah ................................... 32

5. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah ................................................... 34

6. Penjelasan Mengenai Isi Fatwa DSN-MUI ............................................ 39

C. Tinjauan ( Review ) Kajian Terdahulu ....................................................... 42

BAB III GAMBARAB UMUM BANK BTN SYARIAH ................................. 12

A. Sejarah BTN Syariah.................................................................................. 12

B. Visi dan Misi BTN Syariah ........................................................................ 47

C. Stuktur Organisasi BTN Syariah ................................................................ 47

D. Produk-produk BTN Syariah ..................................................................... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN ........................................................................... 56

Page 9: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

x

A. Mekanisme Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di BTN Syariah Cabang

Serang ................................................................................................................ 56

B. Analisis Praktek Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah pada BTN Syariah

Cabang Serang ................................................................................................... 59

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 68

A. Kesimpulan ................................................................................................ 68

B. Rekomendasi .............................................................................................. 70

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 70

Page 10: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejarah keIslaman institusi keuangan belum cukup dikenal dengan

jelas, namun prinsip tukar menukar dan pinjam-meminjam sudah terjadi

pada saat zaman Nabi Muhammad SAW bahkan jauh sebelumnya prinsip

tersebut sudah terjadi. Kemajuan pembangunan perekonomian dan

perdagangan sangat berpengaruh terhadap lahirnya institusi keuangan,

sehingga para pedagang tidak lagi mengurusi keuangan sendiri.

Konsep organisasi atau lembaga keuangan sesungguhnya sudah

dikenal sejak sebelum zaman Nabi Muhammad diangkat menjadi Rasul.

Lembaga pertama yang didirikan sebagai lembaga bisnis dan sosial yang

berfungsi sebagai tempat penyimpanan ialah lembaga baitul mal (rumah

dana).1

Jelas bahwa terdapat individu-individu yang telah melaksanakan

fungsi perbankan di zaman Rasulullah SAW. Meskipun individu tersebut

tidak melaksanakan seluruh fungsi perbankan. Ada sahabat yang

melaksanakan fungsi menerima titipan, ada sahabat yang melaksanakan

fungsi pinjam-meminjam uang, ada yang melaksanakan fungsi pengiriman

uang, dana ada pula yang memberikan modal kerja.

Pengertian perbankan sendiri terdapat dalam Pasal 1 angka 1 Undang-

undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas Undang-undang

Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan memberikan pengertian

perbankan sebagai berikut : “Perbankan adalah segala sesuatu yang

1 Shobirin, “Penyelesaian Pembiayaan Murabahah Bermasalah di Baitul Maal Wa Tamwil

(BMT)”, Iqtishadia Vol. 9, No 2, 2016.

Page 11: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

2

menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta

cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya”.

2

Kemudian pengertian bank syariah dalam pasal 2 mengartikan bank

syariah sebagai berikut: “Bank syariah adalah badan usaha yang

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan atau

bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat”.

Bank syariah beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga.

Dalam peroperasiannya serta pengembangan pada produknya, bank

syariah berlandaskan Al- Quran dan hadist Nabi SAW. Dengan kata lain

bank syariah ialah sebuah lembaga keuangan yang usaha pokoknya

memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas

pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan

dengan prinsip syariah.3

Jenis produk bank syariah yang ditawarkan pada masyarakat ada tiga

produk yaitu di bidang penghimpun dana dari masyarakat (funding)

bentuknya hampir sama dengan produk penghimpun dana di konvensional

hanya saja yang membedakan ialah dari segi prinsip dan akad yang

digunakan sehingga jenis keuntungan pada masyarakat juga berbeda.4

Selanjutnya adalah produk pelayanan jasa, prinsip ini meliputi seluruh

layanan non-pembiayaan yang diberikan bank. Bentuknya produk yang

bedasarkan prinsip wakalah, kafalh, sharf, hawalah dan rahn. Kemudian

adalah jenis produk penyaluran dana kepada masyarakat (Financing),

produk tersebut dibagi menjadi tiga macam yaitu berupa pembiayaan

berdasarkan jual beli, bagi hasil, dan pembiayaan berupa sewa menyewa.

Pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli merupakan sistem yang

2 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan, Pasal ayat (8) dan ayat (9)

3 Setia Budhi Wilardjo “ Pengertian, Peranan dan Perkemabangan Bank Syariah Di

Indonesia”, Value Added, Vol 2, No 1,2005. 4 Nofinawanti “ Akad dan Produk Perbankan Syariah” Fitrah Vol. 8 No. 2 Juli-Desember

2014

Page 12: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

3

menerapkan dengan tata cara jual beli, di mana bank akan membeli

terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai

agen bank pembelian barang tersebut kepada nasabah dengan harga jual

beli ditambah keuntungan (margin).5 Aplikasinya melalui akad

murabahah, salam dan istishna. Kemudian pembiayaan berdasarkan

prinsip bagi hasil, sistem ini meliputi tata cara pembagian hasil usaha

antara penyedia dana dengan pengelola dana. Pembagian hasil usaha ini

dapat terjadi antara bank dengan nasabah penyimpanan dana maupun

antara bank dengan nasabah penerima dana, aplikasinya dengan

menggunakan akad mudharabah dan musyarskah. Yang terakhir adalah

pembiayaan dengan prinsip pinjam meminjam yang bersifat sosial yang

aplikasinya menggunakan akad qard.

Murabahah secara umum diterapkan melalui mekanisme jual beli

barang secara cicilan dengan penambahan margin keuntungan bagi bank.

Porsi pembiayaan dengan akad murabahah saat ini berkontribusi 58% dari

total pembiayaan perbankan syariah Indonesia.6 Umumnya pembiayaan

murabahah dilakukan melalui angsuran yang dilakukan nasabah setiap

periode sesuai dengan kesepakatan di awal akad. Dari sistem angsuran

tersebut sering timbul masalah-masalah seperti keterlambatan nasabah

dalam pembayaran, ketidakmampuan nasabah dalam mengangsur, hingga

nasabah yang tidak mau mengangsur karena kurangnya kesadaran sebagai

nasabah. Dengan timbulnya masalah tersebut jelas pihak bank harus

mengambil sanksi tegas, namun selain memberikan sanksi tegas pihak

bank juga harus memberikan penjelasan sehingga masyarakat tidak

berasumsi dengan sanksi yang telah bank berikan. Pemberian sanksi

terhadap nasabah haruslah sesuai dengan peraturan dalam perbankan

syariah serta sesuai dengan prinsi-prinsip syariah.

Resiko yang berkaitan dengan pembayaran pada pembiayaan, yaitu

nasabah tidak melakukan pembayaran dengan baik sebagian atau

6 Diakses http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/berita-dan-kegiatan/publikasi/Pages/Buku-

Standar-Produk-Perbankan-Syariah-Murabahah.aspx, Pada 2 Mei 2018.

Page 13: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

4

sepenuhnya sesuai dengan jadwal pembayaran. Pada jangka waktu

pembiayaan tidak mustahil terjadi suatu penyimpangan utama dalam hal

pembayaran yang menyebabkan keterlambatan dalam pembayaran, kondisi

ini yang disebut dengan pembiayaan bermasalah. Pembiayaan bermasalah

merupakan salah satu resiko besar yang terdapat dalam perbankan.

Pembiayaan bermasalah memberikan dampak buruk terhadap

berkembangnya suatu bank. Semakin besar pembiayaan bermasalah maka

akan berdampak buruk terhadap kesehatan likuiditas bank, dan ini juga

berpengaruh pada menurunnya tingkat kepercayaan para nasabah yang

menitipkan uangnya.

Rasio pembiayaan bermasalah pada pada perbankan syariah semakin

menurun. Dilihat dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam statistic

perbankan syariah mencatat posisi non performing financing (NPF) Bank

Umum Syariah (BUS) 3,82% per September 2018, padahal sebelumnya

sempat menembus 4,41% secara gross. Kemudian dari NPF net ada

perbaikan yang sebelumnya 2,74% per September 2017 menjadi 2,35%

per akhir September 2018. 7

Pencapaian tersebut dilakukan oleh Bank Syariah demi memperbaiki

kulitas pembiayaan, yaitu dengan cara penyelesaian pembiaayan

bermasalah.

Dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah pada perbankan syariah

sudah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia yang sifatnya mengikat,

selain dalam Peraturan Bank Indonesia peraturan tentang penyelesaian

pembiayaan bermasalah juga di atur dalam fatwa DSN-MUI, dengan

begitu fatwa bisa dijadikan sebagai bahan rujukan maupun pedoman dalam

kegiatan transaksi di perbankan syariah, serta mengawasi pelaksanaan

serta implementasinya.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis tertarik untuk

mengkaji lebih lanjut mengenai pembiayaan bermasalah supaya

7 Diakses : https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-dan-statistik/statistik-perbankan-

syariah/default.aspx. Pada 19 Desember 2018.

Page 14: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

5

memperolah gambaran ataupun penjelasan mengenai kesesuaian peraturan

dalam fatwa Dewan Syariah Nasional serta bagaimana Bank Tabungan

Negara Cabang Syariah Serang dalam pelaksanaan penyelesaian

pembiayaan bermasalah dan mengankat judul “ANALISIS

PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA AKAD

MURABAHAH DENGAN FATWA DSN MUI (Studi Kasus Bank

Tabungan Negara Cabang Syariah Serang)”.

B. Identifikasi Masalah, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi masalah

Adapun identifikasi masalah yang timbul setelah pemaparan latar

belang diatas adalah :

a. Faktor-faktor yang menyebabkan pembiayaan bermasalah di Bank

Syariah.

b. Bentuk penyelesaian pembiayaan bermasalah di Bank Syariah.

c. Alternative penyelesaian pembiayaan bermasalah Bank Syariah.

d. Kesesuaian fatwa dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah di

Bank Syariah.

e. Konsep dan Implementasi penyelesaian pembiayaan bermasalah

Bank Syariah.

2. Batasan dan Perumusan Masalah

Untuk mempermudah pembahasan penulisan skripsi ini, penulis

membatasi yang akan dibahas sehingga pembahasahannya lebih jelas dan

terarah sesuai dengan yang diharapkan penulis. Di sini penulis hanya

akan membahas kesesuaian konsep serta implementasi penyelesaian

pembiayaan bermasalah pada akad murabahah (studi kasus pada Bank

Tabungan Negara Cabang Syariah Serang).

a. Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah penulis uraikan, maka

dapat dirumuskan permasalaham yang timbul adalah sebagai berikut:

Page 15: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

6

1) Bagaimana kesesuaian tahapan dan implementasi penyelesaian

pembiayaan bermasalah pada Bank Tabungan Negara Cabang

Syariah Serang?

2) Apakah praktek dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah

pada Bank Tabungan Negara Cabang Syariah Serang sudah

sesuai dengan fatwa DSN-MUI?

C. Tujuan dan Maanfaat penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui konsep penyelesaian pembiayaan bermasalah

yang dilakukan oleh Bank Tabungan Negara Cabang Syariah Serang.

b. Untuk mengetahuin kesesuaiaan Fatwa DSN-MUI dengan

implementasi penyelesaian pembiayaan bermasalah.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut :

a. Manfaat teoritis.

Menambah khazanah pengentahuan, serta diharapkan dapat

memberikan kontibusi pemikiran dan dapat bermanfaat terhadap

bidang hukum ekonomi syariah.

b. Manfaat praktis.

Diharapkan dengan hasil penelitian ini dapat mengurangi tingkat

ke khawatiran masyarakat yang ini mengambil pembiayaan di bank

syariah serat memberikan kepercayaan pada masyarakat bahwa

penyelesaian pembiayaan bermasalah di BTN Syariah sesuai dengan

prosedur syariah yaitu dengan berpacu pada Fatwa DSN-MUI.

Page 16: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

7

D. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara atau sistem untuk mengajarkan

sesuatu secara sistematis dan metodologi adalah ilmu pengetahuan yang

mempelajari proses berfikir, analisis berfikir serta mengambil kesimpulan

yang tepat dalam suatu penelitian.

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah jenis

penelitian kualitatif. Jenis penelitian kualitatif adalah penelitian yang

mengacu pada norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-

undangan dan putusan pengadilan serta norma-norma yang hidup dan

berkembang dalam masyarakat.

2. Jenis Data

Jenis data yang dipilih oleh penulis dalam menyusun penelitian ini

dengan menggunakan dua jenis sumber data, yaitu:

a. Data primer

Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya

baik melalui wawancara, observasi maupun laporan dalam bentuk

dokumen tidak resmi yang kemudian di olah oleh peneliti. Data ini

diperoleh langsung dari pihak Bank Tabungan Negara

CabangSyariah Serang dengan teknik wawancara.

b. Data sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari

dokumen-dokumen resmi, buku-buku, yang berhubungan dengan

objek penelitian, hasil penelitian dalam bentuk laporan, skripsi, tesis,

disertasi dan peraturan perundang-undangan. Data ini diperoleh dari

Fatwa DSN-MUI No 46/ DSN-MUI/II/2005 Tentang Tagihan

Murabahah, Fatwa DSN-MUI No. 47/ DSN-MUI/II/2005/ tentang

Penyelesaian Piutang Bagi Nasabah tidak Mampu Bayar, Fatwa

DSN-MUI No 49/DSN-MUI/II/2005/tentang Konversi akad

Murabahah, Fatwa No. 48/DSN-MUI/II/2005/Tentang Penjadwalan

Page 17: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

8

Kembali Tagihan Murabahah, Fatwa No. 19/DSN-

MUI/II/2001/Tentang Al-Qard.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian

dalam penelitian ini yaitu

a. Penelitian Lapangan (field research)

Penelitian lapangan (field research) adalah data lapangan yang

diperlukan sebagai data peninjau diperoleh melalui informasi dan

pendapat-pendapat dari responden, yang ditentukan secara purposive

sampling (ditentukan oleh peneliti bedasarkan kemauannya) dan atau

randam sampling (ditentukan oleh peneliti secara acak.

1) Penelitian Interview

Interview yaitu dengan melakukan wawancara dengan

pihak-pihak yang terpilih dalam permasalahan ini secara

langsung dengan terstuktur.

2) Penelitian Kepustakaan atau Dokumentasi

Penelitian kepustakaan (library research) atau Dokumentasi

yaitu data kepustakaan yang bersumber dari peraturan

perundang-undangan, ketepan fatwa, buku-buku, dokumen

resmi, publikasi dan hasil penelitian.

3) Teknik Menganalisis Data

Bedasarkan sifat penelitian yang dilakukan peneliti, metode

penelitian bersifat deskriptif analisis, analisis data yang

dipergunakan adalah dengan menggunakan pendekan kualitatif

terhadap data primer dan data sekunder. Deskriptif tersebut,

meliputi isi dan stuktur hukum, yaitu suatu kegiatan yang

dilakukan oleh penulis untuk menentukan isi atau makna aturan

Page 18: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

9

hukum yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan

permasalahan hukum yang menjadi objek kajian.8

E. Sistematika Penelitian

Penulisan ini terdiri dari bab, dimana masing-masing bab memiliki

keterkaitan antara satu dengan yang lain. Gambaran yang lebih jelas

mengenai penulisan hukum ini akan diuraikan dalam sistematika berikut :

BAB I Merupakan BAB PENDAHULUAN, yang terdiri dari latar

belakang masalah yang merupakan dasar dari penelitian ini,

identifikasi masalah, pembatasana masalah dan rumusan

masalah yang merupakan permasaahan-permasalahan yang

akan di bahas, kemudian tujuan penelitian dan manfaat

penelitian, serta metode penelitian dan yang terakhir

sistematika penulisan.

BAB II Merupakan BAB KAJIAN PUSTAKA, yang tediri dari 3

bab. Bab pertama mengenai Kerangka Teori, bab kedua

Kajian Teoritis yang ada 5 sub, pertama berisikan tentang

Tinjauan Umum Mengenai akad murabahah, sub kedua

membahas tentang Tinjauan Mengenai Pembiayaan Dalam

Perbankan, sub ketiga membahas tentang Tinjauan

Mengenai Perjanjian Pembiayaan di Perbankan, sub

keempat membahas Tinjauan Mengenai Jaminan dalam

Pembiayan di Perbankan, sub kelima membahas tentang

Tinajauan Umum Mengenai Pembiayaan Bermasalah serta

cara penyelesaiannya dan yang terakhir tentang Pebahasan

Isi fatwa. Bab ketiga berisikan tentang Tinjauan (Review)

Kajian Terdahulu.

BAB III Merupakan BAB GAMBARAN UMUM Bank Tabungan

Negara Cabang Syariah Serang, yang berisikan tentang

Sejarah berdirinya Bank Tabungan Negara Cabang Syariah,

8 Zainudi Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika , 2009) hal 106-109.

Page 19: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

10

Profil Bank, Visi dan Misi, Stuktur Organisasi BTN Syariah

dan produk-produk pembiayaan BTN Syariah.

BAB IV Merupakan BAB HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN, yang berisikan hasil penelitian mengenai

Mekanisme Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di BTN

Syariah Cabang Serang dan Anlisis Praktek Penyelesaian

Pembiayaan Bermasalah di BTN Syariah Cabang Serang.

BAB V Merupakan BAB PENUTUP yang berisikan Kesimpulan

dan Rekomendasi temuan- temuan yang diperoleh dalam

penelitian.

Page 20: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Konsep

1. Kerangka Teori

Bank adalah sebuah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut

financial intermediary. Artinya, lembaga bank adalah lembaga yang

aktivitasnya berkaitan denangan masalah uang. Oleh karena itu, usaha

bank akan selalu dikaitkan dengan dengan masalah uang yang merupakan

alat pelancar terjadinya perdagangan yang utama. Kegiatan dan usaha

bank akan selalu berkaitan dengan komoditas.

Untuk menghindari pengoperasian bank dengan sistem bunga, Islam

memperkenalkan prinsip-prinsip muamalah Islam. Bank syariah lahir

solusi alternated terhadap persoalan pertentangan antara bunga bank

dengan riba. Dengan demikian, kerinduan umat Islam Indonesia yang

ingin melepaskan diri dari persoalan riba telah mendapat jawaban dengan

lahirnya bank Islam. Bank Islam lahir di Indonesia sekitar tahun 90an

atau tepatnya setelah ada Undang-undang No. 7 tahun 1992, yang

direvisi dengan Undang-undang NO.10 tahun 1998 dan kemudian

Undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang Perbankan syariah, dalam

bentuk sebuah bank yang beroperasinya dengan sistem bagi hasil atau

bank syariah.1

Sedangkan pengertian dari perbankan syariah adalah segala sesuatu

yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup

kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan

1 Setia Budhi Wilardjo “ Pengertian, Peranan dan Perkembangan Bank Syariah Di

Indonesia”, Value Added, Vol 2, No 1,2005.

Page 21: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

12

kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan

usahanya sesuai syariah.1

Bank syariah merupakan badan usaha yang fungsinya sebagai

penghimpun dana dari masyarakat dan penyaluran dana kepada

masyarakat, yang sistem dan mekanisme kegiatan usahanya berdasarkan

hukum Islam sebagaimana diatur dalam Al-Quran dan Hadist.

Bank syariah juga merupakan sebuah lembaga keuangan yang usaha

pokoknya memberikan kredit dan jasa dalam lalu lintas pembayaran serta

peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip-

prinsip syariah Islam. Berdasarkan pasal 1 ayat 1 Undnag-undang nomor

21 tahun 2008 tentang perbankan syariah “segala sesuatu yang

menyangkut tentang Bank syariah dan Unit Usaha Syariah (UUS),

mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

melaksanakan kegiatan usahanya.”2

Fiqih muamalat Islam membedakan antara wa’ad dengan akad .

wa’ad adalah janji antara satu pihak kepda pihak lainnya, sementara akad

adalah kontrak antara dua belah pihak. Wa’ad hanya mengikat satu

pihak, yakni pihak yang memberi janji berkewajiban untuk melaksanakan

kewajibannya. Sedangkan pihak yang diberi janji tidak memikul

kewajiban terhadap pihak lainnya. Dalam wa’ad terms and conditional-

nya belum ditetapkan secara rinci dan spesifik. Bila pihak yang berjanji

tidak dapat memenuhi janjinya, maka sanksi yang diterimanya lebih

merupakan sanksi moral.

Di lain pihak, akad mengikat kedua belah pihak yang saling

bersepakat, yakni masing-masing yang telah disepakati terlebih dahulu.

Dalam akad, terms and conditional-nya sudah ditetapkan secara rinci dan

spesifik. Bila salah satu atau kedua belah pihak yang terkait dalam

1 Zuabairi Hasan, undang-undang perbankan syariah, titik temu Hukum Islam dan Hukum

Nasional, (Jakarta : PT Rajawali Pers, 2009) hlm. 4. 2 Muhammad Sadi IS, SH.I, MH, Konsep Hukum Perbankan Syariah, Pola Relasi sebagai

Institusi Intermediasi dan Agen Investasi, (Malang: Setara Press,2015, hlm 38.

Page 22: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

13

kontrak itu tidak dapat memenuhi kewajibannya, maka ia/mereka akan

menerima sanksi seperti yang sudah disepakati dalam akad.3

Berbagai jenis akad yang diterapkan oleh bank syariah dapat dibagi

ke dalam enam kelompok pola, yaitu:

a. Pola titipan, seperti wadi’ah yad amanah dan wadi’ah yad

dhamanah;

b. Pola pinjaman, seperti qard dan qardhul hasan;

c. Pola bagi hasil, seperti mudharabah dan musharakah;

d. Pola jual beli, seperti murabahah, salam, dan istishna;

e. pola sewa, seperti ijarah dan ijarah wa iqtina; dan

f. pola lainnya, seperti wakalah, kafakah, hiwalah, ujr, sharf, dan rahn.

Akad pola jual beli, jual beli atau perdagangan atau perniagaan atau

trading secara terminology Fikih Islam berarti tukar menukar harta atas

dasar saling ridho (rela), atau memindahkan kepemilikan dengan imbalan

pada sesuatu yang diizinkan.

Murabahah adalah istilah dalam Fikih Islam yang berarti suatu

bentuk jual beli tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolah barang

meliputi harga barang dan biaya-biaya lain yang keluar untuk

memperoleh barang tersebut, dan tingkat keuntungan (margin) yang

diinginkan.

Murabahah pada awalnya merupakan konsep jual beli yang sama

sekali tidak ada hubunannya dengan pembiayaan. Namun demikian,

bentuk jual beli ini kemudian digunakan oleh perbankan syariah dengan

menambahkan beberapa konsep lain sehingga menjadi benyak

pembiayaan. Akan tetapi, validitas transaski seperti ini tergantung pada

beberapa syarat yang benar-benar harus diperhatikan agar transaksi

tersebut diterima secara Syariah.4

3 Ir. Adiwarman A. Karim, bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT Rajawali

Grafindo Persada, 2007,hlm, 65. 4 Ascarya, akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2015, hlm

82.

Page 23: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

14

Pembiayaan murabahah adalah akad jual beli dengan menyatukan

harga barang dengan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang

telah disepakati oleh penjual dan pembeli ( bank dan nasabah).

Sedangkan pembiayaan murabahah yaitu suatu perjanjian dimana bank

membiayai barang yang diperlukan nasabah dengan sietem pembayan

yang ditangguhkan.

Dalam pembiayaan ini, bank sebagai pemilik dana memberikan

barang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan oleh nasabah yang

membutuhkan pembiayaan, kemudian menjualnya ke nasabah tersebut

dengan penambahan keuntungan tetap. Sementara itu, nasabah akan

mengembalikan utangnya di kemudian hari secara tunai maupun cicil.

Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan oleh

suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah

direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain,

pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung

investasi yang telah direnacanakan. Dalam UU Nomor 10 Tahun 1998

disebutkan bahwa pembiayaan bedasarkan prinsip syariah adalah

penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan

tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.5

Pembiayaan bermasalah adalah membayar cicilan sejumlah uang

tertentu dari harga yang disepakati dengan waktu yang melampaui batas

pembayaran atatau angsuran yang telah ditentukan. Kemungkinan

masalah keterlambatan peminjam melunasi cicilan serta berbagai

konseksuensinya yang membahayakan pemberi pinjaman termasuk

persoalan penting. Bila masih ada beberapa problematika yang

dikomentari yaitu barometer yang bersifat permanen, tidak bisa diubah.6

5 Rahmat Ilyas, konsep Pembiayaan Dalam Perbankan Syariah , Jurnal penelitian, Vol 9,

No. 1, Februari 2015. 6 Reza Yudistra, Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah pada Bank Syariah

Mandiri, Skripsi, Univesitas Islam Negeri, Fakultas Syariah dan Hukum, 2011, hlm 16.

Page 24: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

15

Jika dihubungkan dengan praktiknya di perbankan, penyelesaian

pembiayaan bermasalah pada umunya dilakukan dengan pola berikut:7

a. Penjadwalan kembali (rescheduling).

Adalah upaya penyelesaian pembiayaan bermasalah dengan

melakaukan perubahan syarat-syarat perjanjian pembiayaan yang

berkenaan dengan jadwal pembayaran kembali pembiayaan atau

jangka waktu, termasuk grace period baik besarnya jumlah angsuran

maupun tidak.

b. Persyaratan kembali ( reconditioning).

Adalah upaya penyelesaian pembiayaan bermasalah dengan cara

melakukan perubahan atas sebagian atau seluruh syarat perjanjian

pembiayaan yang tidak terbatas hanya pada perubahan jadwal

angsuran atau jangka waktu pembiayaan saja, namun perubahan

tersebut tanpa memberikan tambahan pembiayaan atau tanpa

melakukan konversi atas seluruh atau seluruh atau sebagian dari

pembiayaan menjadi equity.

c. Penataan kembali (restructuring).

Adalah upaya penyelesaian dengan melakukan perubahan syarat-

syarat pembiayaan berupa konversi atas seluruh atau sebagian dari

pembiayaan.

d. Eksekusi jaminan.

Jaminan menurut Dewan Syariah Nasional yaitu akad penyerahan

barang/harta sebagai jamninan atas hutang.

e. Tutup buku (write off).

Dalam konteks perbankan istilah ini biasanya ditujukan untuk

mengeluarkan rekening aset yang tidak produktif, namun demikian

bank tetap berhak melakukan penagihan.

7 Dr. H.R.M. Anton Suyanto,S.H., M.Hum. “Kepastian Hukum Dalam Penyelesaian Kredit

Macet” (Jakarta : Prenadamedia Group, 2016, hlm 43.

Page 25: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

16

Otoritas Syariah teringgi di Indonesia berada pada Dewan Syariah

Nasional- Majelis Ulama Indonesia ( DSN-MUI)., yang merupakan

lembaga independen dalam mengeluarkan fatwa yang berhubungan

dengan semua masalah Syariah agama Islam, baik masalah ibadah

mapun muamalah, termasuk masalah ekonomi, keuangan, dan

perbankan.

Tugas DSN-MUI di bidang keuangan dan perbankan pada

prinsipnya tidak berbeda dengan tugas NSAC Malaysia yang merupakan

satu-satunya badan otoritas yang memberikan saran kepada institusi

terkait (Bank Indonesia, Departemen Keuangan, atau Bapepam)

berkaitan dengan operasi perbankan syariah atau lembaga syariah

lainnya, mengoordinasi isu-isu syariah tentang keuangan dan perbankan

syariah, dan menganalisis dan mengevaluasi aspek-aspek syariah dari

skim atau produk baru yang diajukan oelh institusi pebankan dan

lembaga keuangan syariah laiinya.

Keberadaan DSN-MUI diluar stuktur bank sentral membuat otoritas

fatwa ini independen, lebih kredibel, dan diakui secara nasional dalam

mengeluarkan keputusan dan fatwa yang berkaitan dengan masalah-

masalah syariah yang dihadapi oleh perbankan dan lembaga keuangan

syariah laiinya.8

Untuk mempermudah dalam penelitian ini, peneliti membuat bagan

konsep penelitian dari awal hingga akhir terhadap masalah yang akan

diteliti dengan tujuan untuk mendapatkan jawaban dari hasil penelitian

yang disesuaikan dengan Fatwa DSN-MUI.

8 Ascarya, akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2015, hlm

206-207.

Page 26: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

17

Perbankan Syariah

Produk Perbankan

Syariah

Pembiayaan

Murabahah

Pembiayaan

Bermasalah

Penyelesaian

Pembiayaan

Bermasalah

Fatwa DSN-MUI

Fatwa DSN-MUI NO 48/DSN-MUI/II/2005/Tentang Penjadwalan Kembali.

Fatwa DSN-MUI No 46/DSN-MUI/II/2005/Tentatng Potongan Murabahah.

Fatwa DSN-MUI No 49/DSN-MUI/II/2005/Tentang Konversi akad Murabahah.

Fatwa DSN-MUI No 47/DSN-MUI/II/2005/ Tentang Penyelesaian Piutang Bagi Nasabah

Tidak Mampu Bayar.

Fatwa DSN-MUI No 19/DSN-MUI/II/2001/ Tentang Qard (aturan pertama poin 6b)

Sesuai

Tidak sesuai

Analisis

kesimpulan

Page 27: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

18

B. Kajian Teoretis

1. Murabahah

a. Pengertian Murabahah

Secara etimologi, dalam kamus Al-Muhith, Murabahah berarti

ribhu yang bermakna kelebihan dan tambahan ( keuntungan ), yang

berarti suatu penjualan barang seharga barang tersebut ditambah

keuntungan yang disepakati.9

Secara terminology, para ulama terdahulu mendefinisikan

murabahah dengan jual beli dengan modal yang tambah keuntungan

yang disepakati. Sedangkan murabahah dalam Peraturan Bank

Indonesia diartikan dengan “ Jual beli barang sebesar harga pokok

barang ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati”10

Tingkat keuntungan ini bisa dalam bentuk lumpsum atau

presentase tertentu dari biaya perolehan. Pembayaran bisa dilakuan

secara spot (tunai) atau bisa dilakukan di kemudian hari yang

disepakati bersama. Oleh karena itu, murabahah tidak dengan

sendirinya mengandung konsep pembayaran tertunda (deferred

payment), seperti yang secara umum dipahami oleh sebagian orang

yang mengetahui murabahah hanya dalam hubungan transaski

pembiayaan di perbankan syariah, tetapi tidak memahami Fikih

Islam.11

b. Dasar Hukum Murabahah

1) Firman Allah Qs. Al- Nisa (4) 29 :

حجارة ع حزاض كى بانباطم إال أ حكو آيوا ال حأكهوا أيوانكى بي ال يا أيها انذي كى ي

بكى رحي للا كا ا حقخهوا أفسكى إ

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali

9 Dr. Hj. Isnawati Rais, MA dan Dr. H. Hasanudin,M. Ag., Fiqih Muamalah dan

Aplikasinya pada LKS, ( Ciputat, Lembaga Penelitian UIN Syarifhidayatullah,2011) hlm 87. 10

Pasal 1 ayat (1) Peraturan Bank Islam No. 7/46/pbi/2005. 11

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2015) hlm

81

Page 28: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

19

dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di

antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu;

sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu ”

2) Firman Allah QS. al - Baqarah (2): 275:

أحم با و انز حز انبيع للا

..... dan Allah telah menghalal kan jual beli dan

mengharamkan riba...."

3) Firman Allah QS. al-MAidah (5) : 1:

آيو فوا بانعقود يا أيها انذي ا أ

Hai orang-orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu....

4) Hadist Nabi SAW :

انبزكت: انبيع إنى أج انبي ملسو هيلع هللا ىلص قال: ) ثلد فيه صهيب رضي هللا ع أ م، ع

قارضت، ان خ أ بإساد ضعيف هطا ياج ا اب نبز بانشعيز نهبيج ال نهبيع ( ر

Dari Shuhaib Radliyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu

'alaihi wa Sallam bersabda: "Tiga hal yang di dalamnya ada

berkah adalah jual-beli tidak tunai, Mudharabah ( bagi hasil ),

dan mencampur gandum dengan jawawut ( gandum kualitas

rendah ) untuk makanan di rumah, bukan untuk dijual." Riwayat

Ibnu Majah dengan sanad lemah. 12

5) Kaidah fiqih :

هاألصم ف ا يدل دنيم عهى ححزي عايلث اإلباحت إال أ ى ان

“ Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan

kecuali ada dalil yang mengharamkannya”.13

12

Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 111/DSN-MUI/IX/2017 Tentang Murabahah

Page 29: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

20

c. Rukun dan Syarat Murabahah

1) Rukun

Rukun dari akad murabahah yang harus dipenuhi dalam

transaksi ada beberapa, yaitu :

a) Pelaku akad

Yaitu ba’I ( penjual ) adalah pihak yang memiliki

barang untuk dijual, dan musytari ( pembeli ) adalah pihak

yang memerlukan dan akan membeli barang.

b) Objek akad

Yaitu mabi’ ( barang dagangan) dan tsaman ( harga) dan

c) Shighah, yaitu ijab dan qabul.14

2) Syarat

Dalam murabahah juga dibutuhkan beberapa syarat,

anatara lain:

a) Mengetahui harga pertama ( Harga Pembelian)

Pembelian kedua hendaknya mengetahui harga

pembelian karena hal itu adalah syarat sahnya transaksi jual

beli. Syarat ini meliputi semua transaksi yang berkaitan

dengan murabahah, seperti pelimpahan wewenang

(tauliyah), kerja sama (isyrak) dan kerugian (wadhi’ah),

karena semua transaski ini berdasarkan pada harga pertama

yang merupakan modal. Jika tidak mengetahuinya, maka

jual beli tersebut tidak sah hingga di tempat transaksi. Jika

tidak diketahui hingga keduanya meninggalkan tempat

tersebut, maka gugurlah transasksi itu.

14

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2015) hlm

82

Page 30: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

21

b) Mengetahui besarnya keuntungan

Mengetahui jumlah keuntungan adalah keharusan,

karena ia merupakan bagian dari harga (tsaman), sedangkan

mengetahui harga adalah syarat sahnya jual beli.

c) Modal hendaklah berupa komoditas yang memiliki

kesamaan dan sejenis, seperti benda-benda yang ditakar,

ditimbang dan dihitung.

Seperti membeli barang yang ditakar atau ditimbang

dengan barang sejenis dengan takaran sama, maka tidak

boleh menjualnya dengan sistem murabahah. Hal ini

semacam tidak diperbolehkan dengan adanya tambahan,

sedangkan tambahan terhadap harta riba hukumnya adalah

riba bukan keuntungan.

d) Transaksi pertama haruslah sah secara syara’

Jika transaski pertama tidak sah, maka tidak boleh

dilakukan jual beli secara murabahah, karena murabahah

adalah jual beli dengan harga pertama disertai tambahan

keuntungan dan hak milik jual beli yang tidak sah

ditetapkan dengan nilai barang atau dnegan barang yang

semisal bukan dengan harga, karena tidak benarnya

penamaan.15

d. Prinsip-Prinsip dalam Murabahah

Secara konsep pada Lembaga Keuangan Syariah dapat

menjalankan usaha seperti supermarket atau perdagangan yang

dijalankan dengan menggunakan prinsip murabahah. Murabahah

mempunyai beberapa bentuk lainnya antara lain;

1) Murabahah Tanpa Pesanan.

Maksudnya adalah ada pesanan atau tidak, ada yang beli

atau tidak, Bank Syariah atau penjual tetap meyediakan barang

15

Wiroso, SE,MBA, Jual Beli Murabahah, ( Jakarta, UII Press,2005) hlm 19

Page 31: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

22

dagangannya. Penyediaan barang dagang pada murabahah ini

tidak terpengaruh atau tidak terkait langsung dengan ada

tidaknya pesanan atau pembeli.

2) Murabahah Bedasarkan Pemesanan

Bedasarkan pesanan, maksudnya Bank Syariah atau

penjual baru akan melakukan transaksi murabahah atau jual beli

apabila ada nasabah atau pembeli yang memesan barang

sehingga penyedian barang baru dilakukan jika ada pesanan

pada murabahah ini, pengadaan barang sangat tergantung atau

terkait langsung dengan pesanan atau pembelian barang

tersebut. 16

Bentuk murabahah ini melibatkan tiga pihak, yaitu

pemesan, pembeli dan penjual. Bentuk murabahah ini

melibatkan pembeli sebagai perantara karena keahliannya atau

karena kebutuhan pemesan akan pembiayaan. Bentuk

murabahah ini yang diterapkan perbankan syariah dan

pembiayaan.17

Sedangkan jika dilihat cara pembayarannya, maka

murabahah dapat dilakukan dengan cara tunai atau dengan

pembayaran tangguh atau angsuran. Yang banyak dijalakankan

oleh Bank Syariah saat ini adalah murabahah berdasarkan

pesanan dengan sifatnya yang mengikat dan cara pembayaran

tangguh atau angsuran.18

Murabahah pada awalnya merupakan konsep jual beli yang

sama sekali tidak ada hubungannya dengan pembiayaan. Namun

dengan bentuk jual beli ini kemudian digunakan oleh

perbanakan syariah denga menambah beberapa konsep lain

16

Ibid hlm 38 17

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2015) hlm

89

18

Wiroso, SE,MBA, Jual Beli Murabahah, ( Jakarta, UII Press,2005) hlm 38

Page 32: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

23

sehingga menjadi bentuk pembiayaan. Akan tetapi, validitas

transaksi seperti ini tergantung pada beberapa syarat yang benar-

benar harus diperhatikan agar transaksi tersebut diterima secara

Syariah.19

2. Pembiayaan Murabahah di Bank Syariah

a. Pengertian Pembiayaan

Pengertian pembiayaan menurut Undang-undang No. 10 Tahun

1998 pasal 1 ayat 12 pembiayaan berarti penyediaan uang atau

tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan

atau kesepakatan antara pihak bank dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan sejumlah

uang atau tagihan tersebut setalah jangka waktu tertentu dengan

imbalan bagi hasil.20

Pengertian pembiayaan menurut M. Syafii’I Antonio adalah

pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan

pihak-pihak yang merupakan devisit unit.21

Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan

oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang

direncanakan, baik sendiri maupun lembaga. Atau pembiayaan

adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan

berupa:

1) Transaksi dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.

2) Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli

dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik.

3) Transaksi kual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam,

dan istishna’.

4) Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk qard, dan

19

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2015) hlm

83 20

Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, (Jakarta, PT RjaGrafindo Persada, 2008) hlm 102 21

M. Syafi’I Antonio, Bank Syariah dan Teori Praktek, (Jakarta, Gema Insani, 2001) hlm

160

Page 33: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

24

5) Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk

transaski multijasa.22

b. Pengertian Pembiayaan Murabahah

Murabahah secara umum diterapkan melalui mekanisme jual

beli barang secara cicilan dengan penambahan margin keuntungan

bagi bank. Porsi pembiayaan dengan akad murabahah saat ini

berkontribusi 58% dari total pembiayaan perbankan syariah

Indonesia.23

Murabahah merupakan akad jual beli barang dengan

menyatukan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang telah

disepakai oleh penjual dan pembeli (bank dan nasabah). Sedangkan

pembiayaan murabahah yaitu suatu perjanjian dimana bank

membiayai barang yang diperlukan nasabah dengan sistem

pembayaran yang ditangguhkan.24

Dalam pembiayaan murabahah , bank sebagai pemilik dana

membelikan barang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan oleh

nasabah yang membutuhkan pembiayaan, kemudian menjualnya ke

nasabah tersebut dengan penambahan keuntungan tetap. Sementara

itu, nasabah akan mengembalikan utangnya di kemudian hari secara

tunai maupun cicil.

Dikarenakan transaksi murabahah masih mendominasi

penyaluran dana bank syariah, bahkan timbul kesan bahwa semua

transaksi penyaluran dana bank syariah “dimurabahahkan”. Sekilas

contoh beberpa transaski yang terjadi dalam praktik perbankan

syariah :

Pengadaan Barang, Transaksi ini dilakukan oleh bank syariah

dengan prinsip jual beli murabahah, seperti misalnya kebutuhan

22

Wangsawidjaja, pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama,

2010) hlm 78 23

Diakses http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/berita-dan-kegiatan/publikasi/Pages/Buku-

S tandar-Produk-Perbankan-Syariah-Murabahah.aspx 24

Adiwarman Karim, Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: IIIT Indonesia, 2003, hlm

161.

Page 34: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

25

sepeda motor untuk pegawai, kebutuhan barang investasi untuk

pabrik dan sejenisnya.

Gambar 2. 1: Bagan Proses Pembiayaan Murabahah25

Keterangan :

1) Nasabah bernegosiasi kepada bank untuk melakukan pembiayaan

murabahah.

2) Karena bank tidak memiliki stok barang yang yang dibutuhkan

nasabah, maka bank selanjutnya membutuhkan pembelian barang

kepada supplier/pemasok.

3) a. Nasabah melakukan akad murabahah.

b. bank melaksanakan serah terima barang.

c. barang yang diinginkan pembeli ( nasabah) selanjutnya diantar

oleh pemasok (supplier) kepada nasabah ( pembeli).

4) Setelah menerima barang, nasabah ( pembeli) selanjutnya

membayar kepada bank. Pembayaran kepada bank biasanya

25

Rizal yaya, Aji erlangga Martawireja, Ahim Abdurahim, Akuntansi Perbankan Syariah:

Teori dan Praktek kontempore, (Jakarta, Salmeba Empat, 2009), hlm 180

Page 35: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

26

dilakukan dengan cara mencicil sejumlah uang tertentu sela jangka

waktu yang disepakati.26

c. Ciri-ciri Pembiayaan Murabahah

Bentuk pembiayaan murabahah memiliki ciri atau elemen

dasar, yang paling utama adalah bahwa barang dagangan harus tetap

dalam tangguhan bank selama transaski antara bank dan nasabah

belum diselesaikan. Ciri pokok dalam pembiayaan murabahah ialah

sebagai berikut:

1) Pembiayaan murabahah bukan pinjaman yang diberikan dengan

bunga. Pembiayaan murabahah adalah jual beli komoditas

dengan harga tangguh yang termasuk margin keuntungan di atas

biaya perolehan yang disetujui bersama.

2) Sebagai bentuk jual beli, dan bukan bentuk pinjaman,

pembiayan murabahah harus memenuhi semua syarat.

3) Murabahah tidak dapat digunakan sebagai bentuk pembiayaan,

kecuali ketika nasabha memerlukan dan untuk memebeli sesuatu

komoditas/barang. Misalnya, jika nasabah menginginkan uang

untuk membelui kapas sebagi bahan baku pabrik pemisah biji

kapas ( ginning), bank dapat menjual kapas kepada nasabah

dalam bentuk pembiayaan murabahah. Akan tetapi, ketika dana

diperlukan untuk tujuan-tujuan lain, seperti membayar

komoditas yang sudah dibeli, membayar rekening listrik, atau

laiinya, atau untuk membayar gaji karyawan, maka murabahah

tidak dapat digunakan karena murabahah mensyaratkan jual beli

riil dari suatu komoditas, dan tidak hanya menyalurkan

pinjaman.

4) Pemberian pembiayaan harus memiliki komoditas/barang

sebelum dijual kepada nasabah.

26

Rizal yaya, Aji erlangga Martawireja, Ahim Abdurahim, Akuntansi Perbankan Syariah:

Teori dan Praktek kontempore, (Jakarta, Salmeba Empat, 2009), hlm 180

Page 36: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

27

5) Komoditas/barang harus sudah dalam penguasaan pemberi

pembiayaan secara fisik atau konstruksif, dalam arti bahwa

risiko yang mungkin terjadi pada komoditas tersebut berada di

tangan pemberi pembiayaan.

6) Cara terbaik untuk ber-murabahah , yang sesuai syariah adalah

bahwa pemberi pembiayaan membeli komoditas dan meyimpan

dahwa kekuasaanya atau membeli komditas melalui orang

ketiga segai agennya sebelum menjual kepada nasabah. Namun

pengucualian, ketika pembeli langsung ke supplier tidak praktis,

diperbolehkan bagi pemberi pembiayaan untuk memanfaatkan

nasabah sebagai agen untuk membeli komoditas atas nama

pemberi pembiayaan.

7) Jual beli tidak dapat berlangsung kecuali komoditas/baranf telah

dikuasi oleh penjual, tetapi penjual dapat berjanji untuk mejual

meskipun barang belum berada dalam kekuasaanya.27

d. Kelebihan Pembiayaan Murabahah

Dengan skema murabahah di bank syariah yang terus

menunjukan peningkatan, dan merupakan indicator yang terbesar

dibandingkan sumber pembiayaan lainnya seperti musyarakah,

mudharabah, piutang salam, piutang istishna dan pembiayaan

lainnya. Ada beberpa faktor yang menyebakan pembiyaan

murabahah ini begitu digemari oleh nasabah/kreditor yaitu :

1) Skema pembiayaan sedrhana dengan prinsip negosiasi.

Kuntungan yang didapatkan dalam perjanjian pembiayaan

murabahah didasari prinsip bagi hasil, di mana margin

penjualan yang termasuk harga jual. Dalam hal ini nasabah

sebagai pembeli dan bank syariah sebagai penjual, menurut

prinsip murabahah, keuntungan sistem bagi hasil tersebut dapat

dinegosiasikan sewajarnya pada saat melakukan transaksi.

27

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada, 2015) hlm

85-87

Page 37: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

28

2) Terhindar dari riba

Pada produk pembiayaan dengan skema murabahah,

pembeli suatu kebutuhan konsumtif diats namakan

nasabah/pembeli, dan bamk syariah hanya berperan sebagai

pembiayaannya. Dalam hal ini pemohonanan nasabah/pembeli

akan dikabulkan bank apabila nasabah/pembelu terlebih dahulu

melakukan pembelian dan melakukan pembayaran sebagian

nilai barang tersebut (uang muka).

3) Pembayaran secara angsuran kepada pihak bank syariah

Alasan lain yang membuat produk murabahah diminati

adalah karena pembayaran pembiayaan kepada bank syariah

tidak dibayar secara tunai, yang artinya nasabah/kreditur

membayar harga pembelian tersebut secara cicil yang skemanya

tetap hingga tempo waktu sesuai perjanjian akad.

Melihat asas dari murabahah adalah jual beli dimana harus

ada profit bagi pihak penjual. Dalam konteks pembiayaan

modal, nasabah meminjam uang untuk membeli kebutuhan

usaha yang kemudian dibayar secara berkala dengan tambahan

profit untuk bank yang disepakati di awal. Hal ini dinilai kurang

tepat, karena andaikan usaha nasabah rugi, maka ia tetap harus

membayar tambahan dari utangnya ke bank. Maka nasabah

mengalami kerugian berlipat-lipat. Sebaliknya, andaikan usaha

nasabah untung, maka bank akan rugi karena hanya mendapat

sebagian kecil dari profit nasabah. Yang tepat dari produk ini

adalah penggunaan asas profit and loss sharing yaang ada pada

akad musyarakah atau mudharabah. Jadi baik nasabah atau bank

akan sama-sama menerima keuntungan ketikan usaha berjalan

lancar, dan menderita kerugian ketika usaha bermasalah.

Page 38: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

29

e. Kelemahan pada Pembiayaan Murabahah

Salah satu yang juga menjadi masalah dalam akad murabahah di

bank syariah yaitu terkait risiko penolakan nasabah. Pada teorinya,

nasabah berhak menolak barang yang akan dibeli jika terjadi

ketidaksesuaian. Namun, bank syariah menghindari risiko ini dengan

adanya uang muka atau jaminan. Sehingga nasabah mau tidak mau

harus membeli barang tersebut. Dapat dilihat bahwa ada

ketidaksesuaiaan antara teori yang ada dengan hal yang terjadi di

kenyataan.

Pada produk murabahah yang ada di bank syariah, ada hal yang

disebut dengan mark up. Mark up ini merupakan kelebihan harga

dari harga kontan yang dianggap sebagai keuntungan untuk pihak

bank. Di bank konvensional, konsep mark up ini terkenal dengan

nama bunga. Yang membedakan keduanya adalah konsep di

konvensional dimana nasabah tidak mengetahui pasti jumlah yang

harus dibayar karena harus menyesuaikan dengan suku bunga.

Namun pada bank syariah, penambahan tersebut sudah disepakati

diawal. Beberapa pihak berpendapat bahwa konsep mark up pada

murabahah sangat mirip dengan riba karena bepegang pada

pendapat maliki yang tidak menyetujui jual beli yang harga

kreditnya lebih besar daripada harga kontan.28

3. Perjanjian dalam Pembiayaan Murabahah

a. Dasar Hukum Perjanjian

Jauh sebelum dikeluarkannya Undang-undang perbankan yang

menngandung aturan tentang aktivasi perbankan syariah, penerapan

syariah isalm dalam tata hukum positif di Indonesia sebenarnya telah

memperoleh tempat yang cukup signifikan. Hal ini setidaknya

terlihat pada dua hal, yaitu:

28

Siti Ainun Nisa F, mengenal Kelamahan Produk Murabahah pada Bank Syariah,

http://www.ibec-febui.com/mengenal-kelemahan-produk-murbahah-pada-bank-syariah/, diakses

pada hari kamis 26 juli 2018, pukul 10.18.

Page 39: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

30

1) Konstitusi Indonesia telah memberikan jaminan kemerdekaan

bagi setiap penduduk untuk mememluk dan beribadah menurut

agamanya masing-masing sebagaimana termaktub dalam

Undang-Undnag Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 29

ayat 2. Pengertian beribadah dalam pasal ini, menurut

pandangan Islam, tidak hanya mencakup antara manusia dengan

Tuhannnya, tetapi mencakuo hubungan antara sesama manuasi,

termasuk aktivitas ekonomi.

2) KUH Perdata pasal 1338 menyatakan bahwa stiap perjanjian

yang dibuat sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku bagi

mereka yang membuatnya dan tidak dapat ditarik kembali selain

dengan kesepakatan kedua belah pihak atau karena alasan-alasan

yang ditentukan oleh Undang-Undang serta harus dilaksanakan

dengan itikad baik.

Dengan kata lain, pada dasarnya, sistem hukum nasional

Indonesia telah memberikan jaminan kebebasan bagi setiap individu

untuk memnentukan sendiri hukum apa yang bisa diberlakukan bagi

dirinya, terutama yang berkaitan dengan aktivitas keperdataan.

Kebebasan tersebut meliputi kebebasan dalam menentukan isi (

materi) yang disepakati para pihak yang melakukan hubungan

hukum, cara-cara pelaksana, serta penyelesaian jika terjadi sengketa.

Oleh karena itu, tidak ada halangan sedikitpun jikan kaum muslimin

menghendaki pemberlakuan Syariah Islam dalam hubungan

keperdataan di antara sesam mereka.29

b. Perjanjian Menurut Hukum Islam

Penerapan hukum syariah dalam konteks hukum positif tersebut

juga dapat diwujudkan dalam kegiaatan perbankan syariah.

Sebagaimana umumnya, setiap transaksi antara bank syariah dengan

nasabah, terutama yang berbentuk pemberian fasilitas pembiayaan,

29

Hartono Mardjono, Petunjuk Praktis Menjalankan Syariat Isalm Dalam Bermuamalah

yang Sah Menurut Hukum Nasional, (Jakarta: Studia Press, 2000) hlm 77-78.

Page 40: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

31

selalu dituangkan dalam suatu surat-surat perjanjian. Berkaitan

dengan hal ini, para pihak yang melakukan hubungan hukum, yaitu

bank syariah dengan nasabah, dapat memasukan aspek-aspek syariah

dalam konteks hukum positif Indonesia sesuai dengan keinginan

kedua belah pihak. Akan tetapi, kebebasan berkontrak ini harus

memenuhi syarat-syarat sahnya suatu perjanjian, baik menurut

syariah maupun KUH Perdata pasal 1320.

Jika suatu bank syariah dan nasabah membuat perjanjian yang

bentuk formalnya didasarkan pada Pasal 1320 KUH Perdata dan

Pasal 1338 KUH Perdata, tiap isi, materi, atau subtansinya

didasarkan atas ketentuan syaiah, maka perjanjian tersebut dapat

dikatakan sah, baik dilihat dari sisi hukum nasional maupun dari sisi

syariah.30

c. Perjanjian di Bank Syariah

Pada praktiknya, penyusunan sauatu perjanjian antara bank

syariah dengan nasabah, dan sisi hukum positif, selain mengacu

kepada KUH Perdata juga harus merujuk pada undang-undang

perbankan, sedangkan, dari sisi syariah, para pihak tersebut

berpedoman kepada fatwa-fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis

Ulama Indonesia.

Bank syariah dalam konteks hukum positif Indonesia, akan terdapat

two level of playing fields; sharia level and legal level. Sebagai

konsekuensinya, suatu istilah hukum akan dapat menimbulkan dua arti

yang berbeda pada level yang berbeda.

Dalam prespektif hukum positif ( legal level) , akad sama dengan

perjanjian. Hal ini tentu berbeda dengan prespektif syariah . pada sharia

level, akad tidak selalu berarti perjanjian. Suatu akad dapat baru

dikatakan sebagai perjanjian jika dan hanya jika kesepakatan antara bank

syariah dengan nasabah terjadi ketika kualitas, kuantitas, dan harga objek

30

Ibid,, hlm 24

Page 41: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

32

transaksi serta waktu penyerahan telah diketahui. Sementara itu, dalam

hal pembiayaan yang berbnetuk line facility, syariah memandang

perjanjian tersebut bukan termasuk akad, melaikan hanya bentuk wa’ad (

promise). Dalam konteks ini, akad baru akan terjadi pada setiap dropping

pembiayaan yang diwujudkan dalam bentuk SPRP ( Surat Permohonan

Realisasi Pembiayaan ) dari nasabah dan dijawab oleh bank dalam

bentuk Surat Persetujuan Pencairan Pembiayaan.

Dengan kata lain, dalam sharia level, akad tidak selalu berwujud

surat perjanjian, melainkan juga bisa berbentuk surat dokumen pencairan.

Begitu pula halnya dengan surat perjanjian, ia bisa mencerminkan suatu

akad, bisa pula mencerminkan sebuah wa’ad (promise). Istlah hukum

yang sama dapat mempunyai dua arti yang berbeda, tergantung dari

prespektif level apa yang digunkan.31

4. Jaminan Dalam Pembiayaan Perbankan Syariah

a. Dasar Hukum Jaminan

Dalam penjelasan Pasal 8 ayat (1) Undnag-undang Nomor 7

Tahun 1992 sebagaiman diubah dengan Undang-undang Nomor

tahun 1998 tentang perbankan, dinyatakan bahwa “ Kredit atau

pembiayaan bedasarkan Prinsip Syariah yang diberikan oleh bank

mengandung risiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus

memperhatikan asas-asas perkreditan atau pembiayaan bedasarkan

Prisip Syariah yang sehat. Untuk mengurangi risiko tersebut,

jaminan pemberian kredit atau pembiayaan bedasarkan Prinsip

Syariah dalam arti keyakinanan atas kemampuan dan kesanggupan

nasabah debitur untuk melunasi kewajibannya sesuai denga yang

diperjanjiakan merupakan factor penting yang harus diperhatiakan

oleh bank. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum

31

Adiwarman Karim, Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: IIIT Indonesia, 2003, hlm

163

Page 42: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

33

melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan,

modal aguanan, dan prospek usaha dari nasabah debitur.32

b. Fungsi Jaminan di Bank

Jaminan secara umum berfungsi sebagai penjamin pelunasan

kredit/pembiayaan. Jaminanan kredit/pembiayaan berupa watak,

kemampuan, modal dan prospek usaha yang dimiliki debitur

merupakan jaminan immaterial yang berfungsi sebagai first way out.

Dengan jaminan immaterial tersebut diharapkan debitur dapat

mengelolah perusahaannya dengan baik sehingga memperoleh

pendapatan (revenue) bisnis guna melunasi kredit/pembiayaan sesuai

yang diperjanjikan. Jaminan pembiayaan berupa agunan bersifat

materiil/kebendaan berfungsi sebagai second way out, pelaksanaan

penjualan/eksekusi agunan baru dilakukam apabila debitur gagal

memenuhi kewajibannya melalui first way out.

c. Jaminan dalam Hukum Islam

Dalam Hukum Islam berkaitan dengan jaminan utang dikenal

dua istilah yaitu kafalah dan rahn.

Kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafiil)

kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau

yang ditanggung ( makful’anhu, ashil). Menurut Bank Indonesia,

kafalah adalah akad pemberian jaminana (makful alaih) yang

diberikan satu pihak kepada pihak lain diman pemberi jaminan

(kafil) bertanggung jawab atas pembayaran kembali suatu hutang

yang menjadi hak penerima jaminan (makful). Menurut Dewan

Syariah Nasional, Rahn yaitu menahan barang sebagai jaminan atas

hutang.33

d. Jaminan Menurut Hukum Indonesia

Dalam tata Hukum Indonesia, jaminan dapat digolongkan

sebagai berikut:

32

Pasal 8 ayat (1) Undang-undang nomor 10 tahun 1998 Tentang Perbankan. 33

Prof. Dr. H. Faturrahman Djamil, M.A., Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank

Syariah, (Jakarta; Sinar Grafika, 2014) hlm 44.

Page 43: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

34

1) Dilihat dari kelahirannya, jaminan ada yang lahir karena

undang-undang dan jaminan yang lahir karena perjanjian;

2) Dilihat dari sifatnya, jaminan ada yang bersifat kebendaan dan

bersifat perorangan;

3) Dilihat dari wujud objeknya, jaminan ada yang berwujud

(materiil) dan ada yang berwujud (immaterial);

4) Dilihat dari jenis benda yang menjadi objek jaminan, jaminana

ada yang berupa benda bergerak dan jaminan berupa benda tidak

bergerak;

5) Dikaitkan dengan objek yang dibiayai fasilitas kredit, jaminan

dalam bentuk agunan ada yang berupa agunan pokok dan

aguanan tambahan.34

5. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah

a. Pengertian Pembiayaan Bermasalah

Dalam pengelolahannya, pembiayaan merupakan produk yang

memiliki tingkat risiko cukup tinggi akibat nasabah yang gagal

bayar. Pembiayaan bermasalah adalah keadaan dimana nasabah

dalam hal ini debitur tidak mampu membayar sebagian atau seluruh

jumlah uang dari harga yang disepakati dengan waktu melampaui

batas pembayaran atau angsuran yang telah disepakati.

Dalam praktik perbankan kualitas pembiayaan terbagi menjadi

lima kategoti, yaitu:

1) Lancar yaitu apabila memenuhi pembayaran angsuran sesuai

kesepakatan.

2) Dalam perhatian khusus yaitu apabila terdapat tunggakan belum

melampaui 90 hari;

3) Kurang lancer yaitu apabila terdapat tunggakan angsuran poko

dan/ atau bunga yang telah melampaui 90 hari;

4) Diragukan yaitu apabila terdapat tunggakan angsuran 180 hari;

34

Ibid hlm 45

Page 44: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

35

5) Kredit macet yaitu apabila terdapat tunggakan angsuran pokok

dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari.35

Contoh kriteria penilaian kualitas pembiayaan dari segi

kemampuan bayar bedasarkan kelompok produk pembiayaan.36

Jenis

pembiaya

an

Lancar DPK Kurang

Lancar

Diraguka

n

Macet

Mudhara

bah dan

Musyarak

ah

Pembayar

an

angsuran

pokok

pembiyaa

n tepat

waktu;

dan atau

RP sama

atau lebih

dari 80%

PP

Terdapat

tunggaka

n

angsuran

pokok

pembiaya

an

sampai

dengan

90 hari

dan atau

lebih dari

80% PP

Terdapat

tunggaka

n

angsuran

pokok

pembiaya

an yang

melakapa

ui 90 hari

dan atau

RP diatas

30% PP

s.d 80%

PP

(30%PP<

RP

<80%PP)

Terdapat

tunggaka

n

angsuran

pokok

pembiaya

an yang

telah

melapaui

120 hari

s/d 180

hari dan

atau RP<

30% PP

lebih dari

3 periode

pembayar

an

Terdapat

tunggaka

n

angsuran

pembiaya

an yang

telah

melampa

ui 180

hari dan

atau

RP<30%

PP lebih

dari 3

periode

pembayar

an

Murabaha

h,

Pembayar

an

Terdapat

tunggaka

Terdapat

tunggaka

Terdapat

tunggaka

Terdapat

tunggaka

35

Peraturan Bank Indonesia Nomor; 7/2/PBI/2005 Pasal 12 ayat 3 36

Prof. Dr. H. Faturrahman Djamil, M.A., Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank

Syariah, (Jakarta; Sinar Grafika, 2014) hlm 74.

Page 45: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

36

Istishna,

Qard,

Multijasa

angsuran

tepat

waktu

dan tidak

ada

tunggaka

n serta

sesuai

dengan

persyarat

an akad

n

pembayar

an

angsuran

pokok

dan atau

margin

s.d 90

hari

n

pembayar

an

angsuran

pokok

dan atau

margin

yang

telah

melewati

90 hari

s.d 180

hari

n

pembayar

an

angsuran

pokok

dan atau

margin

yang

telah

melewati

180 hari

s.d 270

hari

n

pembayar

an

angsuran

pokok

dan atau

margin

yang

telah

melewati

270 hari

Ijarah Pembayar

an sewa

waktu

tepat

waktu

Terdapat

tunggaka

n sewa

s.d 90

hari

Terdapat

tunggaka

n sewa

melewati

90 hari

s.d 180

hari

Terdapat

tunggaka

n sewa

yang

telah

melewati

180 hari

s.d 270

hari

Terdapat

tunggaka

n sewa

yang

telah

melampa

ui 270

hari

Salam Piutang

salam

belum

jatuh

tempo

Piutang

salam

telah

jatuh

tempo s.d

90 hari

Piutang

salam

telah

jatuh

tempo s.d

60 hari

Piutang

salam

telah

jatuh

tempo s.d

90 hari

Piutang

salam

telah

jatuh

tempo

melebihi

90 hari

Tabel 2.1 :Kelompok Produk Pembiayaan

Page 46: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

37

b. Faktor – faktor yang Menyebabkan Adanya Pembiayaan Bermasalah

Secara umum pembiayaan bermasalah disebabkan oleh factor-

faktor intern dan factor-faktor ekstren. Factor intern adalah factor

yang ada di dalam perusahaan sendiri, dan factor utama paling

dominan adalah factor manajerial. Timbulnya kesulitan-kesulitan

keuangan perusahaan yang disebabkan oleh factor majerinal dapat

dilihat dari beberpa hal, seperti kelemahan dalam kebijakan

pembialan dan penjualan, lemahnya pengawasana biaya dan

pengeluaran, kebijakan piutang yang kurang tepat, penempatan yang

berlebihan pada aktiva tetap, dan permodalan tidak cukup. Factor

Ekstren adalah faktor-faktor yang berada di luar kekuasaan

manjemen perusahaan, seperti bencana alam, peperangan, perubahan

dalam kondisi perekonomian dan perdagangan, perubahan-

perubahan teknologi, dan lain-lain.

Secara garis besar, penanggulangan pembiayaan bermasalah

dapat dilakukan melalui upaya-upaya yang bersifat preventif dan

upaya-upaya yang bersifat represif/kuarif.

c. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah

Upaya-upaya bersifat preventif (pencegahan) dilakukan oleh

bank sejak pemohonan pembiayaan diajukan nasabah, pelaksanaan

analisa yang akurat terhadap data pembiayaan, pembuatan perjanjian

pembiayaan yang benar, pengikatan agunan yang menjamin

kepentingan bank, sampai dengan pemantauan yang menjamin

kepentingan bank, sampai dengan bermasalah.

Dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi bank

yang melaksanakan kegiatan bedasarkan prinsip syariah, terdapat

beberapa kententuan. Bank Indonesia yang memberikan pengertian

tentang restrukturisasi pembiayaan.

Restrukturisasi pembiayaan adalah upaya yang dilakukan Bank

dalam rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan

kewajibannya, sebagi berikut:

Page 47: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

38

1) Penjadwalan kembali (rescheduling)

Yaitu perubahan jadwal pembayaran kewajiban nasabah atau

jangka waktunya;

2) Persyaratan kembali (reconditioning)

Yaitu perubahan sebagian atau seluruh persyaratan

pembiayaan, antara lain perubahan jadwal pembayaran, jumlah

angsuran, jangka waktu dan/ atau pemberian potongan

sepanjang tidak menambah sisa kewajiban nasabah yang harus

dibayarkan kepada bank;

3) Penataan kembali (restructuring),

Yaitu perubahan persyaratan pembiayaan tidak terbatas pada

rescheduling atau reconditioning, antara lain meliputi:

a) Penambahan dana fasilitas dana pembiayaan bank;

b) Konversi akad pembiayaan, konversi pembiayaan menjadi

surat berharga syriah berjangkawaktu menengah

c) Konversi pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara

pada perusahaan.37

4) Eksekusi jaminan

Jaminan diimpertasikan sebagi pemberi kepastian hukum

kepada banak atas pengembalian modal/pinjaman yang telah

diberikan kepada nasabah, dalam arti bahwa barang jaminan

setiap waktu tersedia untuk dieksekusi, bila perlu mudah

diuangkan untuk melunasi hutang nasabah.

5) Write off

Didefiniskan sebagai penghapus bukuan untuk

mengeluarkan rekening aset yang tidak produktif dari

pembukuan. Selain itu juga dilakukan terhadap pembiayaan

bermasalah yang diperkirakan tidak dapat ditagih lagi, walapun

pihak bank tetap dapat melakukan pengaihan atas pembiayaan

37

Peraturan Bank Indonesia No. 10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi bagi Bank Syariah

dan Unit Usaha Syariah.

Page 48: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

39

macet tersebut. Tujuannya adalah untuk memperbaiki kondisi

pembiayaan bermasalah.38

Tahapan-tahapan diatas merupakan bentuk penyelesaian

Bank syariah yang masih ingin mempertahankan hubungan

bisnis dengan nasabah dalam kontek waktu jangka panjang.

Namun apabila Bank syariah tidak ingin melanjutkan hubungan

bisnis lagi dengan nasabah dalam waktu panjang, berikut

penyelesaian Bank syariah yang tidak ingin meneruskan

hubungan bisnis dengan nasabah dalam waktu panjang :

BASYARNAS (Badan Arbitrase Syariah Nasional)

Penyelesaian tersebut dilakukan melalui keadaan setelah

tidak tercapainya kesepakatan melalui musyawarah.

6. Penjelasan Mengenai Isi Fatwa DSN-MUI

Berikut merupakan penjelasan isi fatwa yang dijadikan sebagai rujukan

dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah:

a. Fatwa DSN-MUI No 48/DSN-MUI/II/2005/Tentang

Penjadwalan Kembali Tagihan Murabahah. Dalam fatwa ini

menjelaskan tentang penyelesaian pembiayaan bermasalah

dengan cara rescheduling atau penjadwalan kembali, dengan

ketentuan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) boleh melakukan

penjadwalan kembali (rescheduling) tagihan murabahah bagi

nasabah yang tidak bisa menyelesaikan atau melunasi

pembiayaan sesuai dengan jumlah dan waktu yang telah

disepaktai, dengan ketentuan:

1) Tidak menambah jumlah tagihan yang tersisa,

2) Pembebanan biaya dalam proses penjadwalan kembali

adalah biaya riil,

38

Azharsyah Ibrahim dan Arinal Rahmawati, Analisis Solutif Penyelesaian Pembiayaan

Bermasalah di Bank Syariah : Kajian Pada Produk Murabahah di Bank Muamalat Indonesia

Banda Aceh,Iqtishadia jurnal kajian ekonomi dan hukum. Vol 10 No 1 tahun 2017.hlm 89

Page 49: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

40

3) Perpanjangan masa pembayaran harus berdasarkan

kesepakatan dua belah pihak.

b. Fatwa DSN-MUI No 46/DSN-MUI/II/2005/Tentang Tagihan

Murabahah. Dalam fatwa ini menjelasakan tentang potongan

yang diberikan LKS kepada nasabah yang merupakan sebuah

bentuk penghargaan bagi nasabah yang melalukan pembayaran

dengan tepat waktu karena pembiayaan murabaha sendiri

umumnya dilakukan secara cicil, sedangkan bagi nasabah yang

mengalami penurunan kemampuan dalam pembayaran LKS

dapat memberikan keringanan, pemberian penghargaan dan

intensif keringanan diberikan LKS dalam bentuk potongan dari

total kewajiban pembayaran, dengan ketentuan:

1) LKS boleh memberikan potongan dari total kewajiban

pembayaran kepada nasabah dalam transaksi (akad)

murabahah yang telah melakukan kewajiban

pembayaran cicilannya dengan tepat waktu dan

nasabah yng mengalami penurunan kemampuan

pembayaran.

2) Besar potongan sebagaimana dimaksud di atas

diserahkan pada kebijakan LKS.

3) Pemberian potongan tidak diperjanjikan dalam akad.

c. Fatwa DSN-MUI No 46/DSN-MUI/II/2005/Tentang Konversi

Akad Murabahah. Dalam fatwa ini menjalaskan tentang

pemberian keringanan yang diberikan LKS kepada nasabah

yang mengalami penurunan keampuan dalam pembayaran,

karenan umumnya pembiayaan murabahah dilakukan dengan

sistem cicil jadi hal tersebut bisa saja terjadi pada nasabah.

Pemberian keringan ini dilakukan dalam bentuk konversi

dengan membuat akad baru dalam penyelesaian pembayaran

kewajiban, dengan ketentuan :

Page 50: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

41

1) LKS boleh melakukan konversi dengan membuat

akad baru bagi nasabah yang tidak bisa

menyelesaikan/melunasi kewajiban pembiayaan

murabahahnya sesuai jumlah dan waktu yang telah

disepakati, tetapi ia masih prospektik, dengan

ketentuan:

a) Akad murabahah dihentikan dengan cara :

(1) Obyek murabahah dijual oleh nasabah

kepada LKS dengan harga pasar.

(2) Nasabah melunasi sisa hutangnya kepada

LKS dari hasil penjualan.

(3) Apabila hasil penjualan melebihi sisa hutang

maka kelebihan itu dapt dijadikan uang muka

untuk akad ijarah atau bagian modal dari

mudharabah dan musyarakah.

(4) Apabila hasil penjualan lebih kecil dari sisa

hutang maka sisa hutang tetap menjadi

hutang.

b) LKS dan nasabah eks murabahah tersebut dapat

membuat akad baru dengan akad :

(1) Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik atas barang

tersebut di atas dengan merujuk kepada fatwa

DSN No. 27/DSN-MUI/III/2002 tentang Al

Ijarah Al-Muntahiyah Bi Al- Tamlik.

(2) Mudharabah dapat merujuk kepada fatwa

DSN No. 7/DSN-MUI/IV/2000/ tentang

Mudharabah (Qiradh) atau

(3) Mudharabah dengan merujuk kepada fatwa

DSN No.8/DSN-MUI/IV/2000 tentang

Musyarakah.

Page 51: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

42

d. Fatwa DSN-MUI No 49/DSN-MUI/II/2005/Tentang

Penyelesaian Piutang Murabahah Bagi Nasabah Tidak Mampu

Bayar. Dalam fatwa ini menjelaskan apabila nasabah tidak

mampu membayar, maka diselesaikan dengan prinsi-prinsip

syariah. LKS boleh melakukan penyelesaian murabahah bagi

nasabah yang tidak bisa menyelesaikan/melunasi pembiayaanya

sesuai jumlah dan waktu yang telah disepakati, dengan

ketentuan:

1) Obyek murabahah atau jaminan laiinnya dijual oleh

nasabah kepada atau melalui LKS dengan harga pasar

yang disepakati.

2) Nasabah melunasi sisa utangnya kepada LKS dari

hasil penjualannya.

3) Apabila hasil melebihi sisa utang maka LKS

mengembalikan sisanya kepada nasabah.

4) Apabila hasil penjualan lebih kecil dari sisa utang

maka sisa utang tatp menjadi utang nasabah.

5) Apabila nasabah tidak mampu membayar sisa

utangnnya, maka LKS dapat membebaskannya.

e. Fatwa DSN-MUI No 19/DSN-MUI/II/2001/Tentang Qard

(aturan pertama poin 6b). dalam fatwa ini menjalaskan jika

nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh

kewajibannya pada saat yang telah telah disepakati dan LKS

telah memastikan tidak mampuannya, maka LKS dapat

menghapus (write off) sebagian atau seluruh kewajiban nasabah.

C. Tinjauan ( Review ) Kajian Terdahulu

Penulis menyadari penelitian ini bukanlah hal baru yang muncul,

sehingga untuk membedakan peneliti terdahulu dengan peneliti penulis, maka

penulis melakukan Review terdahulu yaitu antara lain:

Page 52: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

43

1. Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Terhadap Akad

Murabahah dalam Prespektif ekonomi Islam (studi kasus pada

BPRS Bandar Lampung), Skripsi, Jurusan Perbankan Syariah,

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Universitas Islam Negeri

Raden Inten Lampung, Laili Maulistina, 2017, dalam skripsi Laili

Maulistina menjelaskan mengenai strategi apasaja yang

digunakan dalam pembiayaan bermasalah akad murabahah

dilihat dari prespektif ekomoni islam. Yang membedakan dengan

penelitian Laili Maulistina ialah dalam dalam skripsinya ialah

dari studi kasus yang ia pilih adalah Bank Perkreditan Rakyat

Syariah, serta skripsi Lalili lebih membahas prsepektif ekonomi

islam dalam strategi penyelesaian pembiayaan bermasalah dan

tidak membahas tentang kesesuaian fatwa dsn dengan aplikasi

penyelesaian pembiayaan bermasalah.

2. Penyelesaian Pembiyaan Bermasalah Pada Koperasi BMT

Syariah Makmur Bandar Lampung, Skripsi, Fakultas Hukum,

Universiats Lampung, Devita Ayusafitri, 2017, dalam skripsi

Devita Ayusafitri membahas tentang penyelesaian pembiyaan

bermasalah di koperasi BMT Syariah Makmur, serta factor-faktor

yang menyebabkan terjadinya Pembiayaan bermasalah. Yang

membedakan dengan peneliti Devita Ayusafitri ialah, peneliti ia

meneliti penyelesaian pembiayaan bermasalah pada akad

musyarakah dan yang menjadi studi kasusnya ialah Koperasi

BMT Syariah Makmur.

3. Tinjauan Yuridis Rekontruksi Pembiayanaan murabahah

bermasalah pada Perbankan Syariah (studi kasus pada PT Bank

Syariah Mandiri Kantor Cabang Pondok Kelapa), Skripsi ,

jurusan ilmu hukum, fakultas hukum, Universitas Indonesia,

Tazkya Putri Amelia, 2015, Dalam skripsi Tazkya Putri Amelia

membahas tentang restruktusi pembiayaan murabahah

bermasalah studi kasus pada PT Bank Syariah Mandiri Kantor

Page 53: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

44

Cabang Pondok Kelapa. Yang membedakan dengan penelitian

Tazkya Putri Amelia adalah dalam skripnya ia membahas tentang

restruktusi pembiayaan murabahah, sedangkan dalam skrispi

yang penulis bahas ialah mengenai seluruh penyelesaian

pembiayaan bermasalah dan disesuaikan dengan ketentuan Fatwa

DSN-MUI. Dan yang membedakan ialah pada skripsi penulis

studi kasusnya pada Bank Tabungan Negara Cabang Syariah

Serang.

4. Bentuk Penyelesaian Pembiayaan Macet di BNI Syariah Cabang

Yogyakarta, Skripsi, Jurusan Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan

Hukum, UIN Sunan KalijagaYogyakarta, Yasinta, 2016, Dalam

skripsi milik Yasinta membahas tentang bentuk penyelesaian

pembiayaan macet dan disesuaikan dengan Undang-undang

Nomor 21 Tahun 2008, yang mebedakan ialah dalam penelitian

milik penulis penyelesesaiaanya pembiayaan pada akad

Imurabahah sedangkan penelitian milik Yasinta menjelaskannya

secara luas, selanjutnya penelitian milik penulis mengacu pada

kesesuain Fatwa DSN-MUI sedangkan penelitian milik Yasinta

disesuaikan atau berpacu dengan Undang-undang Nomor 21

tahun 2008 Tentang Perbankan syariah.

5. Manajemen Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Pada Lembaga

Perbankan Syariah, Jurnal Li Falah Volume 1, Nomor 1, Dosen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Kendari, Muhammad

Turumudi, 2016, Dalam penelitian mili Muhammad Turumudi,

menjelaskan bagaimanakah manajemen lembaga keuangan

syariah dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah. Yang

mebedakan dengan penelitian penulis ialah, pada penelitian milik

Muhamammad Turumudi tidak menjelaskan pada akad apa

pembiyaan bermaslah tersebut, kemudian studi kasusnya pun

berbeda.

Page 54: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

45

6. Analisis Penyelesaian Pembiayaan Musyarakah Mutanaqisah

Bermasalah pada Bank Muamalat Indonesia Berdasrkan

Keputusan DSN NO.01/DSN-MUI/x/2013, Skripsi, Jurusan

Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas

Islam Negeri Jakarta, Bayu Prasetyo, 2014, dalam penelitian

milik Bayu Prasetyo membahas mengenai masalah penyelesaian

pembiayaan bermasalah yang ada pada akad musyarakah

mutanaqisah yang berfokus di produk KPR Mualat iB dan di

kaitkan dengan Fatwa DSN-MUI No. 1/ DSN-MUI/X/2013 dan

studi kasus di Bank Muamalat Indonesia. Yang mebedakan

dengan penelitian penulis ialah penelitian milik Bayu Prasetyo

objeknya pada akad musyarakah mutanaqisah pada produk KPR

syariah di Bank Muamalat.

Page 55: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

46

BAB III

GAMBARAN UMUM BANK BTN SYARIAH

A. Sejarah BTN Syariah

Bank Tabungan Negara Syariah merupakan Unit Usaha Syariah (UUS)

dari Bank Tabungan Negara Konvensional yang merupakan Badan Usaha

Milik Negara (BUMN), yang menjalankan bisnis berdasarkan prinsip syariah.

BTN Syariah mulai beroperasi pada tanggal 14 Febuari 2005 dengan Kantor

Cabang Syariah yang pertama di Jakarta.

Pembukaan UUS ini guna melayani tingginya minat masyarakat dalam

memanfaatkan jasa keuangan Syariah dan memperhatikan keunggulan prinsip

Perbankan Syariah, adanya Fatwa MUI tentang bunga bank, serta

melaksanakan hasil RUPS 2004. Serta tujuan lainnya ialah untuk memenuhi

kebutuhan nasabah akan produk dan layanan perbankan yang sesuai dengan

prinsip syariah, dan memberikan manfaat yang setara, seimbang dalam

pemenuhan kebutuhan kepentingan nasabah dan Bank.

Pembukaan UUS ini juga untuk memperkokoh tekad ajaran BTN Syariah

untuk menjadikan kerja sebagai bagian dari ibadah yang tidak terpisah

dengan ibadah-ibadah laiinya, sebagai mana motto dari BTN Syariah “Maju

dan Sejahtera Bersama “.

BTN Syariah yang merupakan bagian dari Bank Tabungan Negara

Konvensional merupakan Bank BUMN, BTN Syariah menjalankan fungsi

intermeidasi dengan menghimpun dana dari masyarakat melalui produk-

produk giro, tabungan dan deposito serta menyalurkannya kembali melalui

sector Riil berabagai produk pembiaan KPR, multiguna, Investasi, dan modal

kerja. Dalam pelaksanaan kegiatannya, BTN Syariah didampingi oleh Dewan

Pengawas Syariah (DPS) yang bertindak sebagai pengawas, penasehat dan

pemberi saran kepada direksi, Pimpinan Devisi Syariah, dan Pimpinan Kantor

Cabang Syariah mengenai hal-hal terkait dengan prinsip syariah.

Page 56: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

47

B. Visi dan Misi BTN Syariah

Visi dan Misi BTN Syariah sejalan dengan Visi BTN Konvensional yang

merupakan Strategic Business Unit dengan peran untuk meningkatkan

pelayanan dan pangsa pasar sehinggan BTN tumbuh dan berkembang di masa

yang akan datang. BTN Syariah juga sebagai pelengkap dari bisni perbankan

di mana secara konvensional tidak dapat terlayani.

Visi BTN Syariah yakni, menjadi Strategic Business Unit BTN yang

sehat, terkemuka dan menguntungkan dlam penyediaan jasa keunagan

Syariah dan mengutamakan kemaslahatan bersama.

Misi BTN Syariah yang menunjang misi BTN Konvesional yaitu :

1. Memberikan pelayanan unggul dalam pembiayaan perumahan dan

industry terkait, pembiayaan konsumsi, usaha kecil menengah.

2. Meningkatkan keunggulan kompetitif melalui inovasi pengembagan

produk, jasa dan jaringan strategi berbasis teknologi tertinggi.

3. Menyiapkan dan mengembangkan Human Capital yang berkualutas,

professional dan memiliki integritas tinggi.

4. Melaksanakan manjemen perbankan yang sesuai dengan prisip

kehati-hatian dan Good Coorporate Governance untuk

meningkatkan Shareholder Value.1

C. Stuktur Organisasi BTN Syariah

Konsep Dasar dan Metodelogi Stuktur Organisasi Kantor Cabang BTN

Syariah :

1. Susunan Core Unit di Stuktur Organisasi Kantor Cabang adalah suatu

unit kerja yang harus ada di kantor cabang adalah berikut :

f. Branch Manager ( Kepala Cabang)

g. Retail Service (Layanan Ritel)

h. Operation (operasional)

i. Accounting dan Control (Akuntansi dan Kontrol)

j. Financing Recovery (Pembinaan dan Penyelamatan Pembiayaan)

1 Diakses, https://www.btn.co.id/ visi dan misi/diakses pada 22 Agustus 2018 pukul 17.00.

Page 57: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

48

2. Dibawah Core Unit Kerja Retail Service (teller service, customer service,

financing service) dan operation (transaction processing, financing

administration, general branch administration) maksimal dijabat oleh

oleh Assistant Manajer atau Supervisor (pengawas) yang akan

disesuaikan dengan jumlah rasio supervise terhadap jumlah staffing atau

atau cabang.

3. Branch Manager (Kepala Cabang), mempunyai tanggung jawab sebagai

berikut:

a. Bertanggung jawab atas pelaksanaan otoritas sesuai batas

kewenangan

b. Bertanggung jawab atas pengelolaan resiko bisnis, baik yang

dilakukan oleh cabag syariah kantor cabang pembantu syariah dan

kantor kas syariah

c. Bertanggung jawab atas pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang

menyangkut operasional bank, baik ketentuan intern maupun

ekstern.

Misi yang hendak dicapai:

a. Memberikan konstribusi laba yang sesuai dengan target yang telah

ditetapkan divisi syariah

b. Menjaga tingkat efisiensi operasionalisasi Kantor Cabang BTN

Syariah

c. Memberikan pelayanan yang terbaik kepada nasabah bank syariah.

4. Retail Service, misi yang hendak dicapai :

a. Mecapai standar pelayanan prima yang berbasis kepada customer

focus

b. Meningkatkan pangsa pasar baik dana, pembiayaan, feebased yang

berbasis kepada customer focus.

Tanggung jawab yang harus dilakukan sebagai berikut :

a. Betanggung jawab atas penerapan prinsip mengenal nasabah

b. Bertanggung jawab atas perencanaan dan penetapan strategi bisnis

unit kerja yang menjadi tanggung jawab nya kebijakan bank.

Page 58: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

49

5. Operational, misi yang harus dicapai adalah sebagai berikut :

a. Memproses transaksi non tunai secara efisien dan akurat

b. Menyediakan pelayanan administrasi pembiayaan dan umum yang

tepat waktu dan efisien kepada cabang.

Tanggung jawab yang harus dilakukan sebagai berikut :

a. Bertanggung jawab terhadap pengelolaan operasional harian canag

untuk menajmin efektivitas dan efisiensi

b. Bertanggung jawab terhadap standar kualitas yang tinggi dalam

bidang pemrosesan transaksi, adminitrasi pembiayaan dan

administrasi umum cabang.

D. Produk-produk BTN Syariah

1. Produk Dana:

a. Tabungan :

1) Tabungan BTN Batara IB : Produk tabungan dengan

menggunakan akad “wadi’ah” (titipan), yang merupakan titipan

dari satu pihak ke pihak lain baik individu maupun lembaga

yang harus dijaga dan dikebalikan setiap saat bila pemilik

menghendakinya.

2) Tabungan BTN Prima iB : Produk tabungan dengan

menggunkana akad Mudharabah Mutlqah (investasi), yang

merupkan kerja sama dua pihak. Pihak pertama (shahibul maal)

menyediakan modal dan memberikan kewenangan penuh

kepada pihak lainnya (mudharib) dalam menentukan jenis dan

tempat investasi. Keuntungan dan kerugian dibagi menurut

nisbah yang disepakati.

3) Tabungan BTN Batara Haji dan Umrah iB : produk tabungan

untuk merencanakan ibadah haji dan umroh bedasarkan prinsip

syariah dengan menggunakan akad mudharabah mutlaqah

(investasi), yang merupakan kerja sama antara dua pihak dengan

keuntungan dan kerugian dibagi menuruit nisbah yang

disepakati dimuka.

Page 59: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

50

4) Tabungan BTN Qurban iB : Produk tabungan untuk merencakan

pembelian dan penyaluran hewan qurban dengan hasil yang

menguntungkan dan kompetitif bedasarkan syariah dengan akan

mudharabah mutlaqah (investasi), yang merupakan kerja sama

antara dua pihak dengan keuntungan dan kerugian dibagi

menurut nisbah yang disepakati dimuka.

5) Tabungan BTN Tabunganku iB : tabungan bagi anak berusia

<17 tahun bedasarkan prinsip syariah dengan akad wadiah

(titipan), yang merupakan titipan dari satu pihak ke pihak lain

baik individu maupun lembaga yang harus dijaga dan

dikembalikan setiap saat bila pemilik menghendakinya.

6) Tabungan BTN Simpanan Pelajar iB : Tabungan untuk

meningkatkan budaya menabung di kalangan siswa PAUD, TK,

SD, SMP, SMA< Madrasah atau sederajat dengan prinsip

syariah yaitu akad wadiah (titipan), diman merupakan titipan

dari pihak ke pihak lain baik individu maupun lembaga yang

harus dijaga dan dikembalikan setiap saat bila pemilik

menghendakinya.

7) Tabungan BTN Emas iB : Produk tabungan untuk

merencanakan pembelian emas yang merupakan salah satu

bentuk investasi terbaik guna memenuhi kebutuhan masa depan

dengan tetap mendapatkan bagi hasil yang menguntungkan serta

bedasarkan prinsip syariah dengan akad mudharabah mutlaqah

(investasi) , yaitu kerja sama antara dua pihak dengan

keuntungan dan kerugian dibagi menurut nisbah yang disepakati

dimuka.

b. Deposito

1) Deposito BTN iB : Investasi berjangka bagi perorangan atau

lembaga atau bagi hasil kompetitif yang menggunkan akad

mudharabah mutlaqah (investasi), yaitu kerja sama antara dua

Page 60: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

51

pihak dengan keuntungan dan kerugian dibagi menurut nisbah

yang disepakati dimuka.

2) Deposito On Call BTN iB : investasi berjangka yang dapat

diberikan optimalisasi keuntungan bagi likuiditas perusahaan

dengan jangka waktu 1-28 hari dan dikelola melalui akad

mudharabah mutlaqah (investasi), yang merupakan kerja sama

antara dua pihak dengan keuntungan dan kerugian dibagi

menurut nisbah yang disepakati dimuka.

c. Giro

1) Giro BTN iB : Produk simpanan dana untuk kemudahan

transaksi usaha anda dengan menggunakan akad Wadiah

(titipan), yang merupakan titipan dari satu pihak ke pihak lain

baik individu maupun lembaga yang akan kami jaga dengan

baik dan dikembalikan setiap saat bila pemilik menghendakinya.

2) Giro BTN Prima iB : Produk simpanan dengan bagi hasil yang

kompetitif untuk perusahaan yang memiliki aktifitas transaksi

bisni yang tinggi dengan menggunakan akad Mudharabah

Mutlaqah (investasi), yang merupakan kerja sama antara dua

pihak dengan keuntungan dan kerugian dibagi menurut nisbah

yang disepakati dimuka.

2. Pembiayaan Konsumer

a. Pembiayaan Perumahan

1) KPR BTN Platinum iB : pembiayaan yang hadir sebagai solusi

bagi kepemilikan rumah, ruko, hingga apartemen yang

menjadi idaman, baik untuk pertama kali, yang kedua, atau

bahkan yang ketiga melalui proses yang cepat, uang muka

ringan dan angsuran tetap selama jangka waktu pembiayaan

melalui akad Murabahah (jual beli) yang memberikan berbagai

macam manfaat.

Page 61: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

52

2) KPR BTN Indent iB : Fasilitas pembiayaan untuk memiliki

rumah, ruko, rukan, rusun atau apartemen bedasarkan

pemesanan melalui akad Istishna (jual beli bedasarkan pesanan).

3) Pembiayaan Bangun Rumah BTN iB : Pembayaan yang dapat

mewujudkan pembangunan rumah impian atau merenovasi

hunian diatas lahan milik sendiri sesuai rencana dan keinginan

nasabah melalui akad Murabahah (jual beli).

4) Pembiayaan Properti BTN iB : Pembiayaan untuk masyarakat

yang menginginkan kepemilikan atas property baru atau

memerlukan pembiayaan ulang (refinancing) untuk property

yang telah dimilik dengan menggunakan akad Musyarakah

Mutanaqisah (kepemilikan asset bersama).

5) KPR BTN Bersubsidi iB : Pembiayaan yang ditunjukan untuk

progam kesejahteraan masyarakat berpenghasilan rendah yang

bekerjasama dengan kementerian Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat dalam rangka kemudahan kepemilikan

rumah, dengan akad Murabahah (jual beli) yang memberikan

berbagai macam manfaat.

b. Pembiayaan Non Perumahan

1) Pembiayaan Kendaraan Bermotor BTN iB : Solusi kepemilikan

kendaraan roda dua atau roda empat dengan proses yang cepat,

administrasi yang mudah, harga dan angsuran yang tetap sampai

dengan akhir pembiayaan melalui akad Murabahah (jual beli).

2) Pembiayaan Tunai Emas BTN iB : Solusi atas kebutuhan dana

untuk keperluan mendadak dengan cara menggadaikan emas

yang dimiliki denga proses yang cepat dan aman serta angsuran

yang ringan menggunakan akad Qard (gadai) yang disertai

dengan surat gadai sebagai penerahan mrhun untuk jaminan

pengembalian seluruh atau sebagian hutang nasabah kepada

bank (murtahin).

Page 62: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

53

3) Pembiayaan Emasku BTN iB : Pembiayaan Emasku BTN iB

hadir untuk memberikan solusi bagi nasabah yang ingin

memiliki investasi dengan kepemilikan emas lantakan

(batangan) bersertifikat Antam bedasarkan prinsip syariah

dengan menggunakan akad Murabahah (jual beli).

4) Pembiayaan Multimanfaat BTN iB : Solusi bagi pegawai dan

pensiunan untuk keperluan pembelian jenis barang elektronik,

furniture, dan kebutuhan lainnya tanpa uang muka, angsuran

ringan dan tetap sampai dengan lunas dan jangka waktu

pembiayaan sampai dengan 10 tahun melalui akad Murabahah

(jual beli).

5) Pembiayaan Multijasa BTN iB : Pembiayaan yang hadir untuk

keperluan mendanai kebutuhan layanan jasa seperti Pendidikan,

Kesehatan, Wisata, Umroh, dan Pernikahan dengan jangka

waktu pembiyaan samapi dengan 10 tahun serta menggunakan

akad Kafalah (Imbalan atas Jasa Penjaminan).

3. Pembiayaan Komersial

a. Pembiayan Usaha

1) Pembiayaan Kontruksi BTN iB : Pembiayaan Kontruksi iB

hadir untuk memberikan solusi bagi pebisnis guna membiayai

kontruksi proyrk property yang meliputi bangunan dan

infrastruktur yang terkait dengan menggunakan akad

Musyarakah (kerjasama).

2) Pembiayaan Investasi BTN iB : Pembiayaan Investasi iB hadir

untuk memberikan solusi bagi nasabah guna

pembelian/pengadaan barang investasi (capital expenditure)

dengan menggunakan akad Murabahah (akad penyedian dana

untuk kerjasama) atau Istishna (akad penyediaan dana atau

tagihan).

3) Pembiayaan Modal Kerja BTN iB : hadir untuk memberikan

solusi bagi nasabah guna membiayai keperluan modal kerja

Page 63: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

54

nasabah (operational expenditure) dalam menjalankan bisnis

dengan menggunakan akad kerjasama Mudharabah atau

Musyarakah.

b. E- Channel

1) E- Bangking

a) Icash Management System (iCMS) : Layanan berbasis

internet dengan menggunkan aplikasi browser yang

berguna untuk membatu mengelola kegiatan perbankan

secara mandiri, efektif dan efisien.

b) Mobile Banking BTN Syariah : Aplikasi yang berfungsi

memberikan kemudahan transaksi layanan perbankan

melalui smartphone dengan cara mudah serta dapat

dilakukan kapan saja dan dimana saja sehingga tidak perlu

datang langsung ke bank.

c) Mobile Wakaf NU BTN Syariah : Layanan perbankan yang

memudahkan ibadah wakaf dengan cara yang praktis dan

aman melalui smartphone tanpa harus mengunjungi Bank.

c. Jasa Layanan

1) Layanan Tambahan

a) Progam Pengembangan Operasional (PPO) : layanan

perbankan untuk koroporasi dengan memfasilitasi

kebutuhna operasional berupa barang seperti (kendaraan,

peralatan kantor, dan lain-lain) ataupun dana operasional

dalam rangka mendukung kelnacraan operasional lembaga

dengan persyaratan tertentu yang disepakati bank dan

nasabah.

b) Penerimanaan Biaya Perjalanan Haji : Layanan untuk

mempermudah impian Ibadah Haji ke Tanah Suci yang

terintegrasi langsung dengan Sistem Komputerisasi Haji

Terpadu ( SISKOHAT) Online, mulai dari pembayaran

Page 64: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

55

setoran awal untuk mendapatkan nomor porsi sampai

dengan pelunasan keberangkatan.

c) Payroll BTN iB : Layanan perbankan melalui Tabungan

BTN Batar iB untuk memfasilitasi jasa payroll dan

kebutuhan finansial karyawan korporasi yang dapat

dilakukan diseluruh outlet Bank BTN ataupun UUS Bank

BTN diseluruh Indonesia.

d) Spp Online : Layanan Jasa bagi lembaga pendidikan berupa

penerimaan setoran biaya pendidikan dan biaya lainnya

yang terkait dengan penyelenggraan pendidikan secara

online real time.

e) Payment Point BTN iB : Layanan perbankan untuk

kemudahan nasabah melakukan transaksi berulang dan ruti

seperti membayar tagihan telpon, telpon seluler, listrik, air,

dan pajak.

f) Kiriman Uang : Fasilitas kiriman uang yang dihadirkan

berupa layanan pengiriman uang secara real time kesesama

bank serta pengiriman uang ke Bank lain menggunkan

fasilitas , SKN, RTGS, Link, ATM bersama dan Prima.

d. Jasa Penyimpanan

Safe Deposit Box : Suatu wadah dalam bentuk box yang dirancang

khusus dengan ukuran tertentu dilengkapi dengan sistem pengamana

untuk menjamin keamanan barang-barang yang disimpan dari

bahaya kebakaran, perampokan dan lain-lainnya serta menggunakan

akad Ijarah (Sewa menyewa).2

2 Diakses, https://www.btn.co.id/ produk BTN Syariah , diakses pada tanggal 22 Agustus

pukul 17.00 WIB.

Page 65: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

56

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Mekanisme Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di BTN Syariah

Cabang Serang

1. Prinsip Penilaian Pembiayaan BTN Syariah Cabang Serang

Dalam melakukan penilaian permohonan pemberian pembiayaan

bank syariah, bagian customer tentunya harus memperhatikan beberpa

prinsip yang berkaitan dengan kondisi secara keseluruhan calon nasabah.

Agar bank dapat meminimalisir dan mengurangi resiko yang

kemungkinan dihdapi oleh pihak bank. Di dalam dunia perbankan prinsip

penilaian dikenal dengan 6 C yaitu :

a. Character

Adalah penilaian terhadap watak atau kepribadian calon penerima

pembiayaan dengan tujuan untuk memperkirakan kemungkinan

bahwa penerima pembiayaan dapat memenuhi kewajiabannya.

b. Capacity

Adalah penilaian secara subjektif tentang kemapuan nasabah untuk

melakukan pembayaran. Kemampuan tersebut diukur dengan catatan

prestasi nasabah di masa lalu yang didukung dengan pengamatan di

lapangan atas sarana usahanya seperti toko, karyawan, administrasi,

alat-alat, pabrik serta metode kegiatan, bahkaan kemampuan untuk

merbut pasar.

c. Capital

Penilaian terhadap kemampuan modal yang dimiliki calon nasabah

yang diukur dengan posisi perusahaan secara keseluruhan yang

ditujukan oleh rasio financial dan penekanan pada komposisi

modalnya. Penilaian capital tidak berbbentuk uang tunai saja, tetapi

Page 66: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

57

bisa dalam bentuk barang modal seperti lahan, bangunan, mesin-

mesin.

d. Collateral

Adalah jaminan yang dimilik calon nasabah. Jaminan tersebut

biasanya berbentuk surat dan barang berharga.

e. Condition

Dimana bank melohat kondisi ekonomi sekitar yang terjadi di

masyarakat secara spesifik melihat adanya keterkaitan dengan jenis

usaha yang dilakukan oleh calon nasabah, hal tersebut karena

kondisi eksternal berperan besar dalam proses berjalannya usaha

calon nasabah.

f. Constrains

Adalah penilaian faktor social dan psikologis dari masyarakat berupa

batasan dan hambatan yang tidak memungkinkan jalannya suatu

usaha.

2. Proses Pemberian Pembiayaan BTN SYariah Cabang Serang

Kemudian proses pemberian pembiayaan di bank BTN Syariah

Cabang serang ada beberapa tahapan, yaitu :

a. Nasabah datang ke Bank untuk pengajuan permohonan pembiayaan.

b. Bank memberikan waktu kepada nasah untuk memilih lokasi dengan

keinginan nasabah ( khusus pembiayaan KPR).

c. Nasabah melengkapi berkas untuk proses pengajuan pembiayaan.

d. Jika nasabah telah sepakat dan setuju maka dilanjutkan dengan

proses akad Murabahah

3. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Pembiayaan Bermasalah pada BTN

Syariah Cabang Serang.

Penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah adalah disebabkan

adanya kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapi oleh nasabah.

Penyebab ternyadinya ada 2 faktor yaitu, faktor eksternal dan faktor

internal.

Page 67: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

58

a. Faktor Ekternal

Adalah faktor yang terjadi berada di luar kekuasaan manajemen

bank, seperti terjadinya bencana alam, konflik atau peperangan,

perubahan kondisi perekonomian pada nasabah dan perdagangan

atau perusahaan nasabah, perubahan teknologi, bahkan sampai

perceraian dapat menjadi salah satu faktor eksternal terjadinya

pembiayaan bermasalah.

b. Faktor Internal

Adalah faktor yang ada dalam bank itu sendiri, seperti ketidak

cakapan pegawai bank dalam menganalisis, ketidak patuhan

pegawai bank dalam prosedur pemberian pembiayaan.

4. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah pada BTN Syariah Cabang

Serang.

Pembiayaan bermasalah bukanlah hal yang asing bagi suatu bank ,

yakni bahwa semua bank mengalami hal tersebut. Oleh karena itu saat ini

adalah bagaimana cara bank dalam menyelesaikan pembiayaan

bermasalah ini.1

Usaha yang dilakukan oleh BTN Syariah Cabang Serang dalam

penyelesaian pembiayaan bermasalah menggunakan beberapa tahapan.

Bedasarkan yang peneliti jabarkan pada bab 2 mengenai restrukturisasi

pembiayaan dan terkait penelitian ini BTN Syariah Cabang Serang hanya

menggunakan beberapa tahapan, yaitu :

a. Penagihan intensif

Tahapan ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh BTN

Syariah Cabang Serang untuk penyelesaian pembiayaan bermasalah,

tahapan ini merupakan tahapan yang paling awal serta masih

dianggap sebagai itikad baik dari bank.

b. Pemberian surat peringatan

Tahapan ini jika nasabah sudah benar-benar tidak ada itikad baik

untuk menunaikan kewajibannya pada bank (wanprestasi).

1 Mahardika Putra, Interview pribadi, Serang, 2 Juli 2018.

Page 68: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

59

Pemberian surat peringatan dari bank hanya sampai 3 kali

penyuratan jika nasabah sudah tidak menyegerakan pembayaran,

maka BTN Syariah akan segera melakukan tahapan selanjutnya.

c. Rescheduling

Tahapan ini merupakan upaya BTN Syariah Cabang Serang dengan

cara merubah seluruh atau sebagian persyaratan pembiayaan bagi

nasabah tanpa menambah sisa pokok kewajiban nasabah kepada

bank.

d. Penghapusbukuan ( write off)

Tahapan ini merupakan tindakan BTN Syariah cabang Serang

dengan cara mengeluarkan rekening asset yang sudah tidak

produktif, namun deminian BTN Syariah cabang serang tetap dapat

menagih pada nasabah.

e. Eksekusi jaminan

Tahapan ini merupakan tindkan akhir dari BTN Syariah pada naabah

yang sudah dianalisis tidak kooperatif dalam penyelesaian

pembiayaan, serta nasabah tidak lagi mempunyai itikad baik untuk

penyelesaian pembiayaan.

Terhitung sejak tahun 2018 BTN Syariah Cabang Serang telah

melakuakan penyelesaian pembiayaan bermasalah dengan menggunakan

tahapan penagihan intensif, pemberian surat peringatan dan rescheduling

kepada 64 nasabah, dan untuk write off terhitung ada 2 nasabah

sedangkan untuk eksekusi jaminan ada 3 nasabah.

B. Analisis Praktek Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah pada BTN

Syariah Cabang Serang

Dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah BTN Syariah Cabang

serang menggunakan beberapa tahapan yaitu panggilan intensif pada nasabah,

Pemberian surat peringatan, rescheduling, penghapusbukuan, dan yang

terakhir eksekusi jaminan.

1. Praktek Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah pada BTN Syariah

Cabang Serang Bedasarkan Fatwa DSN-MUI.

Page 69: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

60

BTN Syariah cabang Serang menggunakan konsep restrukturisasi

dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah, dalam konsep tersebut ada

tahapan-tahapan yang sudah sesuai dengan Fatwa DSN-MUI, berikut

adalah penjelasannya :

a. Tahapan yang pertama.

Jika terjadinya pembiayaan yang bermasalah BTN Syariah

cabang Serang akan menghubungi nasabah yang bersangkutan secara

berkelanjut. Tahapan ini dilakukan apabila nasabah sudah tidak

menunaikan kewajibannya melawati batas waktu 2 bulan. Panggilan

pertama menggunakan telpon atau by phone sampai adanya

tanggapan dari nasabah, jika nasabah masih punya itikad baik untuk

menunaikan kewajibannya pada BTN Syariah maka bank tidak akan

lanjut ketahap selanjutnya, akan tetapi jika nasabah tersebut tidak

menanggapi panggilan maka BTN Syariah menganggap nasabah

telah melakukan wanprestasi, sehingga BTN Syariah akan

mendatangi kediaman nasabah sesuai dengan alamat data nasabah

pada saat pengajuan pembiayaan.

Setelah penjabaran tahapan pertama penyelesaian pembiayaan

bermasalahn, bedasarkan analisis peneliti tahapan ini penting karena

merupakan langkah awal bank dalam mensupport nasabah dalam

menyelesaikan kewajibannya pada bank, selain itu metode ini juga

merupakan upaya pendekatan diri antara bank dengan nasabah,

sehingga bank tau penyebab nasabah tersebut lalai dalam

pembayaran, disini bank dapat mengingatkan dan memusyawarakan

pada nasabah perihal pembayaran pada nasabah. Meskipun metode

tersebut tidak mempunyai ketentuan khusus didalam Fatwa akan

tetapi menurut peneliti sudah bedarkan prinsip-prinsip syariah (al-

Sulh).

Page 70: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

61

b. Tahapan yang kedua

Pemberian surat peringatan, hal ini dilakukan jika dalam

kurun waktu yang ditetapkan oleh pihak bank nasabah masih belum

bisa melunasi pembayaran maka pihak bank akan memberikan surat

peringatan. Pemberian surat peringatan dilakukan sampai 3 kali

penyuratan jika nasabah sudah tidak kooperatif.jangka waktu

pemberian surat yaitu 7 hari. Pemberian surat peringatan menurut

peneliti ialah sebagai salah satu bentuk pengasan dari pihak bank

pada nasabah. Tahapan ini dilakukan sebelum adanya tidakan

selanjutnya yaitu eksekusi jaminan.

c. Rescheduling

Pada tahapan ini BTN Syariah dapat merubah jadwal

pembayaran ataupun jumlah angsuran pada nasabah. Tahapan ini

lakukan tanpa adanya penambahan biaya pokok pembayaran serta

harus bedasarkan kesepakatan bersama dan dalam tahapan ini BTN

Syariah sama sekali tidak meminta biaya tambahan apapun pada

nasabah sehingga dapat meringankan beban nasabah. Rescheduling

merupakan salah satu tanggapan baik yang diberikan pada nasaba

jika adanya wanprestasi karena dalam tahapan ini BTN Syariah akan

mencari kecocokan jadwal angsuran maupun kemampuan usaha

nasabah.

Fatwa DSN-MUI nomor 48 tahun 2005 tentang Penjadwalan

kembali (rescheduling) terdapat beberapa point yaitu, rescheduling

dilakukan dengan tanpa adanya tambahan pada jumlah tagihan, ini

sesuai dengan apa yang sudah dilakukan oleh BTN Syariah cabang

Serang, karena adanya tahapan ini fungsinya untuk menyelesaiakan

suatu permasalahan sehingga BTN Syariah tidak akan membebani

nasabah lagi. Poin kedua ialah pembebanan biaya dalam proses ini

adalah biaya rill, sesuai dengan analisis diatas tahapan ini dilakukan

tanpa adanya pengeluaran biaya lain dari nasabah sehingga biaya

Page 71: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

62

pada saat proses reschedulingpun sudah termasuk biaya riil BTN

Syariah.

Bedasarkan analisis diatas proses dalam tahapan rescheduling

yang dilakukan oleh BTN Syariah Cabang Serang sudah sesuai

dengan ketentuan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 48/DSN-

MUI/II/2005 Tentang Penjadwalan Kembali Tagihan Murabahah.

d. Pengahapus bukuan (write off)

Mekanisme tahapan ini dilakukan bagi nasabah yang sudah

dikategorikan macet oleh BTN Syariah cabang Serang bnamun

bedasarkan analisis nasabah tersebut masih memiliki sumber

pembayaran walaupun jumlahnya sangat sedikit untuk pembayaran.

Nasabah sudah dinyatakan terbebas dari pembayan jika nasabah

tersebut meninggal dunia dan ahli waris yang bersangkutan sudah

tidak memiliki sumber untuk pelunasan pembaran. Pengahapus

bukuan yang dilakukan oleh BTN Syariah tidak boleh di publish

pada nasabah.

Tahapan penghapus bukuan memang tidak memiliki aturan

khusus didalam fatwa, akan tetapi diatur dalam Fatwa DSN-MUI

tentang Qard pada aturan pertama poin b. dalam fatwa tersebut

dikatan bahwa apabila nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian

atau keseluruhan kewajibannya pada bak pada saat yang telah

disepakati dan bank telah memastikan tidakmampuannya, maka bank

dapat menghapus (write off) sebagian atau seluruh kewajiban

nasabah. BTN Syariah melakukan tahapan ini pada saat bank telah

menganalisis nasabah tersebut meiliki ketidak mampuan pada

pembayaran sehingga BTN Syariah pun melakukan write off,

pengahapusan yang dilakukan BTN SYariah hanya sebatas

penghapusan buku bukan pengahapusan tagihan sehingga bagaimana

pun bank masih bisa menagih pada nasabah, karena menuurt BTN

Syariah hutang nasabah tetaplah menjadi hutang yang harus dibayar.

Pengahapusan yang dilakukan oleh BTN Syariah tidak boleh

Page 72: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

63

dipublish ke nasabah dan hal tersebut tidak diatur oleh fatwa

sehingga hal tersebut menurut peneliti sah-sah saja karena tidak

merugikan pihak nasabah. Tahapan ini menurut peneliti sudah sesuai

bedasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 19/DSN-

MUI/IV/2001 Tentang Qardh.

e. Eksekusi Jaminan

Pada tahapan ini BTN Syariah akan menjual, melelang barang

agunan atau mencari debitor lain (untuk pembiaan non kpr). Tahapan

ini merupakan tahapan akhir yang dilakukan oleh bank karena

menurut BTN Syariah tahapan-tahapan sebelumnya hanya sekedar

penundaan pembayaran.

Mekanisme eksekusi jaminan yang dilakuan BTN Syariah bisa

dilakukan oleh nasabah ataupun nasabah bisa mempercayai bank

untuk eksekusi nantinya bank melalui pejabat Negara yang akan

melakukan eksekusi khususnya untuk pelelangan jaminan, eksekusi

dilakukan tanpa meminta persetujuan lagi dari nasabah karena

semuanya diatur pada saat akad, karena dalam akad disebutkan

apabila nasabah melakukan wanprestasi bank berhak melakukan

eksekusi jaminan, namun untuk ketentuan harga BTN Syariah dan

nasabah sudah sepakat satu sama lain. Sebelum dilakukan eksekusi

surat peringatan pada nasabah harus lengkap, yaitu terdiri dari SP 1,

SP 2, dan terakhir SP 3 bank baru boleh melakukan eksekusi

jaminan. Jika nantinya dari hasil eksekusi tedapat kelebihan hasil

maka nantinya BTN Syariah akan mengembalikan pada nasabah,

namun sebaliknya jika hasil ekseskusi jaminan kurang maka itu tetap

dianggap hutang oleh BTN Syariah.

Fatwa Dewan Syariah Nasional NO. 47/DSN-MUI/II/2005

Tentang Penyelesaian piutang Murabahah Bagi Nasabah Tidak

mampu Bayar disebutkan bank dapat melakukan penyelesaian

pembiayaan murabahah bagi nasabah yang tidak lagi bisa

menyelesaikan/melunasi pembiyaanya sesuai jumlah waktu yang

Page 73: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

64

disepakati dengan ketentuan, obyek atau jaminan yang dijual oleh

nasabah kepada atau melalui bank dengan harga yang disepakati,

BTN Syariah dalam hal ini melakukan eksekusi jaminan dengan

harga yang disepakati oleh kedua belah pihak.

Poin kedua menyebutkan nasabah melunasi sisa utangnya

kepada bank dari hasil penjualan, BTN Syariah dalam hal ini tetap

mewajibkan nasabahnya melunasi hutangnya jika hasil eksekusi

jaminan tidak dapat melunasi utang nasabah. Selanjutnya

menyebutkan apabila hasil penjualan jaminan lebih maka bank wajib

mengamblikannnya, pengembalian hasil penjualan jaminan

dilakukan BTN Syariah juka adanya kelebihan sisa pada saat

penjualan, jika kurang maka tetap dianggap hutang oleh BTN

Syariah. Poin yang terakhir dalam fatwa menyebutkan apabila

nasabah tidak mampu membayar sisa utangnya, maka bank dapat

membebaskannya, dalam hal ini BTN Syariah tidak merapkannya

karena menurut BTN Syariah utang nasabah tetaplah menjadi utang

dan nasabah wajib melunasinya.

Analisis peneliti dalam hal ini BTN Syariah melakukan eksekusi

jaminan sudah bedasarkan sesuai fatwa, namun ada satu hal yang

masih belum bisa dijalaninya, yaitu pembebasan utang pada nasabah

yang tidak mampu bayar, BTN Syariah baru akan menganggap utang

nasabah lunas apabila nasabah sudah meninggal dunia dan ahli waris

tidak ada ataupun ahli waris tidak ada sumber lagi untuk

pembayaran. Hal ini mungkin merupakan sebuah bentuk penegasan

yang dilakukan oleh BTN Syariah agar nasabah lebih berhati-hati

sebelum mengajukan pembiayaan dan dari pihak bank untuk lebih

selektif dalam memberikan pembiayaan pada nasabah.

Dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah BTN Syariah

Cabang Serang tidak menggunakan metode yang peneliti jabarkan di

bab 2, yaitu metode Reconditioning, dan Restructuring berupa

konversi. Karena menurut BTN Syariah prosedur pembiayaan harus

Page 74: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

65

sesuai dengan akad, jika dua metode tersebut dijalankan maka

perjanjiannya tidak sama lagi dnegan yang diakadkan.

2. Analisis Kesesuaian Tahapan dan Implementasi Penyelesaian

Pembiayaan Bermasalah pada BTN Syariah Cabang Serang.

Tahapan penyelesaian pembiayaan bermasalah pada BTN

Syariah Cabang Serang, yang pertama ialah Panggilan Intensif tidak

ada fatwa khusus yang mengatur tentang tahapan ini, implementasi

pada BTN Syariah Cabang Serang BTN Syariah akan menghubungi

nasabah terkait penyelesaian pembiayaan bermasalah dengan secara

berkala, tujuannya ialah agar bank dan nasabah dapat menemukan

jalan keluar bersama melalui musyawarah, jika nasabah masih punya

itikad baik untuk melunasi, maka bank tidak akan melanjutkan

ketahap selanjutnya.

Tahapan penyelesaian yang kedua ialah dengan Pemberian Surat

Peringatan, dalam tahapan ini juga tidak ada fatwa khusus yang

mengatur, implementasi pada BTN Syariah pemberian surat

peringatan dilakukan apabila nasabah tidak punya itikad baik untuk

memenuhi kewajibannya terhadap bank, pemberian surat peringatan

sampai 3 kali, jika sudah sampai 3 kali bank dapat melakukan

tindakan.

Tahapan yang ketiga ialah Rescheduling, fatwa yang mengatur

tentang Rescheduling Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 48/DSN-

MUI/II/2005 Tentang Penjadwalan Kembali, implementasi pada

BTN Sayriah bank akan merubah jadwal pembayaran dan tidak

menambah biaya apapun dan pembiayaan dalam proses initermasuk

dalam biaya riil. Analisis implemntasi dengan fatwa bahwa tahapan

Rescheduling di BTN Syariah Cabang Serang sudah sesuai dengan

fatwa yang berlaku.

Page 75: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

66

Tahapan yang keempat ialah Penghapusbukuan (write off),

fatwa yang mengatur tentang penghapus bukuan ialah Fatwa Dewan

Syriah Nasional No. 19/DSN-MUI/IV/2001 Tentang Al-Qard

ketentuan pertama poin 6b, menghapus (write off) sebagian atau

seluruh kewajibannya. Implementasi pada BTN Syariah oalah bank

akan melakukan penghapus bukuan bagi nasabah pada rekening

yang sudah tidak produktif, tapi bank masih tetap akan menagih pada

nasabah untuk pelunasan. Analisis implementasi dengan fatwa yang

terkait tahapan penghapus bukuan (write off) sudah sesuai dengan

fatwa yang berlaku.

Tahapan kelima ialah Eksekusi Jaminan, fatwa yang terkait

dengan tahapan ini ialah Fatwa Dewan Syariah Nasional No.

47/DSN-MUI/II/2005 Tentang Penyelesaian Piutang Murabahah

bagi Nasabah Tidak Mampu Membayar, dengan ketentuan :

a. Obyek Murabahah atau jaminan laiinya dijual oleh nasabah

kepada atau melalui LKS dengan harga pasar yang

disepakati;, implementasi pada BTN Syariah bank menjual

atau melelang jaminan sesuai dengan kesepakatan bersama

dalam akad.

b. Nasabah melunasi sisa utangnya kepada LKS dari hasil

penjualan, implementasi pada BTN Syariah nasabah

diwajibkan oleh bank untuk melunasi sisa utang yang ada jika

hasil penjualan tidak mencukupi jumlah pembiayaan.

c. Apabila hasil penjualan melebihi sisa utang maka LKS

mengembalikan sisanya pada nasabah, impementasi pada

BTN Syariah bank berkewajiban untuk mengembalikan sisa

hasil dari penjualan maupun hasil lelang barang jaminan.

d. Apabila hasil penjualan lebih kecil dari sisa utang maka sisa

utang tetap menjadi utang nasabah, implemnetasi pada BTN

Page 76: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

67

Syariah nasabah masih dianggap berutang jika belum

melunasi pembayaran pembiayaan.

e. Apabila nasabah tidak mampu bayar sisa utangnya, maka

LKS dapat membebaskannya, implementasi pada BTN

Syariah bank tidak membebaskan nasabahnya meskipun ia

sudah tidak mampu lagi melunasi sisa pembayaran

pembiayaan.

Analisis implementasi keseuiannya dengan fatwa yang

berlaku, ketentuan nomer 1 sampai dengan nomer 4 semuanya

sudah sesuai dengan fatwa yang berlaku, kecuali ketentuan pada

nomor 5 mengenai pembebasan pada nasabah yang benar-benar

sudah tidak mampu lagi melunasi pembayaran pembiayaanya.

Page 77: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

68

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan pada BAB IV,

maka dapat disimpulkan ha-hal sebagai berikut:

1. Pemberian pembiayaan pada nasabah oleh BTN Syariah cabang serang

memperhatikan beberpa prinsip yang beriktab dengan kondisi secara

keseleuruhan calon nasabah, yaitu dengan prinsip 6c yaitu : Character

(penilaian kepribadian calon nasabah, Capacity (penilaian subjektif

tentang kemampuan bayar nasabah), Capital (penialain kemampuan

modal yang dimiliki nasabah), Collateral (penilaian jaminan dari calon

nasabah), Condition (penilaian kondisi ekonomi sekitar calon nasabah),

Constrains (penilaian faktor social dan psikologis dari masyarakat).

Selain itu juga pemberian pembiayaan pada BTN Syariah, nasabah harus

memenuhi beberapa persyaratan penting, terutama persyaratan dokumen

pribadi.

2. Faktor-faktor penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah ada 2, yaitu

faktor internal berupa kelalaian dari pihak bank dalam menganalisis serta

tidak cakapnya pegawai bank dalam menganalisis. Yang kedua faktor

eksternal yaitu faktor yang terjadi diluar manajemen bank, seperti

bencana alam, konflik/peperrangan, faktor ekonomi nasabah, serta faktor

perceraian.

3. Penyelesaian pembiayaan bermasalah pada BTN Syariah cabang Serang

melakukan konsep restrukturisasi, dimana dalam konsep tersebut

terdapat beberapa tahapan penyelesaian yaitu :

a. Panggilan intensif

Yaitu pihak BTN Syariah akan menghubungi nasabah yang

bersangkutan, kalau dari nasabah tersebut masih ada itikad baik

Page 78: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

69

maka bank akan memusyawakan jalan keluar, jika sebaliknya maka

BTN Syariah akan lanjut ketahap selanjutnya.

b. Pemberian surat peringatan

Dilakukan pada nasabah yang dianalisis melakukan wanprestasi,

pemberian surat peringatan diberikan samapi 3 kali penyuratan, jika

nasabah masih tidak ada itikad baik maka bank akan

meindaklanjutinnya.

c. Rescheduling

Yaitu perubahan jadwal pembayaran maupun angusuran yang

diberikan BTN Syariah pada nasabah yang bersangkutan, dengan

tanpa adanya penambahan biaya pokok pembayaran, dan biaya pada

saat proses tersebut sudah merupakan biaya riil pembiayaan.

d. Pengahpus bukuan (write off)

Tahapan ini dilakukan bagi nasabah yang dianalisis oleh bank

sudah masuk kategori macet, dalam tahapan ini BTN Syariah masih

bisa menaggih pada nasabah karena BTN Syariah hanya melakukan

penghapus bukuan bukan penghapusan tagihan.

e. Eksekusi jaminan

Tahapan ini merupkan tahapan akhir dalam penyelesaian pada

BTN Syariah, pada tahapan ini bank akan melakukan eksekusi

berupa pelelangan, penjualan, dan pencarian debitur lain. Jika hasil

eksekusi lebih banyak dari jumlah utang maka BTN Syariah

berkewajiban mengembalikannya pada nasabah, namun jika

sebaliknya maka nasabah masih tetap dianggap berhutang, dan

dalam proses ini BTN Syariah tidak membebaskan nasabah dari

hutang jika masih ada sisa dan nasabah sudah tidak mampu bayar.

Adapun semua yang dilakukan pada tahapan ini haruslah sesuai

dengan kesepakatan.

Page 79: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

70

B. Rekomendasi

1. Pelaksanaan penyelesaian pembiayaan bermasalah pada BTN Syariah

Cabang Serang haruslah sesuai dengan analisis yang ada dan harus sesuai

dengan prosedur penyelesaian pembiyaan bermasalah.

2. Penyelesaian pembiayaan haruslah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah

yang tertera di Fatwa DSN-MUI.

3. Eksekusi Jamninan yang dilakukan oleh BTN Syariah Cabang serang

hampir semuanya sudah sesuai dengan prinsip syariah hanya saja BTN

Syariah tidak mengahpus utang nasabah yang sudah tidak mampu bayar,

ada baiknya BTN Syariah mencarikan jalan keluar terbaik atau ikut

ketetntuan pada fatwa.

4. Bagaimanapun proses penyelesaian pembiayaan pada BTN Syariah

haruslah bedasarkan kesepakatan baik yang tertera di dalam akad

maupun pada saat sebelum proses penyelesaian.

Page 80: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

71

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Adiwarman, A. K. (2007). Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta:

RajawaliGrafindo Persada.

Ali, Z. (2009). Metode Penelitian Hukum . Jakarta: Sinar Grafika.

Al-Qur'an. (n.d.).

Antonio, M. S. (2001). Bank Syariah dan Teor Praktek . Jakarta: Gema Insani.

Asan, Z. (2009). Undang-Undang Perbankan Syariah Titik Temu Hukum Islam

dan Hukum Nasioanal. Jakarta: PT. Rajawali Press.

Ascarya. (2015). Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada.

Djamil, F. (2014). Penyelesaian Pembiayan Bermasalh di Bank Syariah . Jakarta:

Sinar Grafika.

H. Salim dan Erlies Septiana. (2013). Penerapan Teori Hukum pada Penelitian

Tesis dan Disertasi. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.

H.R.M, A. S. (2016). Kepastian Hukum Dalam Penyelesaian Kredit Macet.

Jakarta: Prenadamedia Group.

Hasan, Z. (2009). Undang-undang Perbankan Syariah, Titik Temu Hukum Islam

dan Hukum Nasional. Jakarata: PT. Rajawali Pers.

Isnawati Rais dan Hasanudin. (2011). Fiqih Muamalah dan Aplikasinya pada

LKS. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah.

Kasmir. (2008). Dasar- dasar Perbankan . Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Mardjono, H. (2000). Pentujuk Praktis Menjalankan Syariat Islam Dalam

Bermuamalah yang Sah Menurut Hukum Nasional. Jakarta: Studia Press.

Page 81: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

72

Rizal Yaya, Aji Erlangga, dan Ahim Abdurahim. (2009). Akuntansi Perbankan

Syariah: Tepri dan Praktek Kontempore . Jakarta: Salemba Empat.

Sadi, M. (2015). Konsep Hukum Perbankan Syariah Pola Relasi Sebagai Intitusi

Intermediasi dan Agen Investasi. Malang: Setara Press.

Wangsawidjaja. (2010). Pembiayaan Bank Syariah. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama.

Wiroso. (2005). Jual Beli Murabhah. Jakarta: UII Press.

Jurnal dan Artikel :

Azharsyah Ibrahim dan Arinal Rahmawati, (2017). Analisis Solutif Penyelesaian

Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah : Kajian Pada Produk

Murabahah di Bank Muamalat Indonesia Banda Aceh,Iqtishadia jurnal

kajian ekonomi dan hukum. Vol 10 No 1.hlm 89

BTN, B. (2017). Produk BTN Syariah. Retrieved Agustus 22, 2018, from Bank

BTN: https://www.btn.co.id/id/Syariah-Home

Ilyas, R. (2015). Konsep Pembiayaan dalam Perbankan Syariah. Jurnal

Penelitian, 186.

Masyrafina, idealisa dan Raharjo Budi, Aset Bank Syariah Meningkat Tajam,

diakses pada 3 Maret 2018 pukul 10.24 WIB, dari

http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/syariah-

ekonomi/17/03/06/ome769415-aset-bank-syariah-meningkat-tajam.

Nofianawanti. (2014). Akad dan Produk Perbankan Syariah. Fitrah, Vol 8, No 2.

Reza Yudistra, 2011 ,Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah pada Bank

Syariah Madiri,Jakarta, Skripsi, Univesitas Islam Negeri, Fakultas

Syariah dan Hukum

Shobirin. (2016). Penyelesaian Pembiayaan Murabahah Bermasalah di Baitul

Maal Wa Tamwil (BMT). Iqtishadia, 399.

Siti Ainun Nisa F, 2018, mengenal Kelamahan Produk Murabahah pada Bank

Syariah, http://www.ibec-febui.com/mengenal-kelemahan-produk-

murbahah-pada-bank-syariah/.

Page 82: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

73

Wilarjo, S. B. (2005). Pengertian, Peranan dan Perkembangan Bank Syariah di

Indonesia. Value Added, Vol 2, No 1 .

(OJK), O. J. (2017). Buku Standart Produk Murabahah . Retrieved Juli 2018,

from Ojk.go.id: http://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/berita-dan-

kegiatan/publikasi/Pages/Buku-Standar-Produk-Perbankan-Syariah-

Murabahah.aspx.

(OJK), O. J. (2018, september 30). Statistik Perbankan Syariah. Retrieved

desember 19, 2018, from OJK:

https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/data-dan-statistik/statistik-

perbankan-syariah/default.aspx.

Peraturan dan Perundang-undangan:

Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, Pasal ayat (8)

dan ayat (9).

Peraturan Bank Islam No. 7/46/pbi/2005, Pasal 1 ayat (1).

Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 111/DSN-MUI/IX/2017 Tentang

Murabahah.

Undang-undang nomor 10 tahun 1998 Tentang Perbankan Pasal 8 ayat (1).

Peraturan Bank Indonesia No. 10/18/PBI/2008 tentang Restrukturisasi bagi Bank

Syariah dan Unit Usaha Syariah.

Website dan Interview:

BTN, B. (2017). Produk BTN Syariah. Retrieved Agustus 22, 2018, from Bank

BTN: https://www.btn.co.id/id/Syariah-Home

Serang, M. P. (2018, Juli 2). persyaratan Pengajuan Pembiayaan, Faktor Penyebab

Pembiayaan, dan Penyelesaian Pembiayaan. (M. L. Oktaviani,

Interviewer).

Page 83: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

74

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 84: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

75

Page 85: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

76

Page 86: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

77

Dokumen Persyaratan Pengajuan Pembiayan pada BTN Syariah

Cabang Serang

A. Pembiayaan Konsumer ( Pembiayaan Perumahan)

1. KPR BTN Platinum iB dan KPR BTN Bersubsidi iB

KELENGKAPAN KARYAWAN WIRASWASTA PROFESI

Formulir

Pengajuan

√ √ √

FC KTP/Kartu

Identitas

FC Kartu Keluarga √ √ √

FC Surat

Nikah/Cerai

√ √ √

FC SK Pegawai √ - -

FC Slip Gaji √ - -

Surat Keterangan

Penghasilan

-

Rek. Koran 3 bln

terakhir

Lap keuangan 3

bln terakhir

-

-

FC NPWP/PPh 21 √ √ √

FC Ijin Usaha,

SIUP, TDP, APP

-

-

FC Ijin Praktek - - √

Page 87: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

78

2. Pembiayaan Bangun Rumah BTN iB

KELENGKAPAN KARYAWAN WIRASWASTA PROFESI

Formulir

Pengajuan

√ √ √

FC KTP/Kartu

Identitas

FC Kartu Keluarga √ √ √

FC Surat

Nikah/Cerai

√ √ √

FC SK Pegawai √ - -

FC Slip Gaji √ - -

Surat Keterangan

Penghasilan

-

Rek. Koran 3 bln

terakhir

Lap keuangan 3

bln terakhir

-

-

FC NPWP/PPh 21 √ √ √

FC Ijin Usaha,

SIUP, TDP, APP

-

-

FC Ijin Praktek - - √

FC Sertifikat dan

IMB

RAB Bangunan √ √ √

Gambaran Teknis

Rumah

Page 88: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

79

B.Pembiayaan Non Perumahan

1. Pembiayaan kendaraan Bermotor

KELENGKAPAN KARYAWAN WIRASWASTA PROFESI

Formulir

Pengajuan

√ √ √

FC KTP/Kartu

Identitas

FC Kartu Keluarga √ √ √

FC Surat

Nikah/Cerai

√ √ √

FC SK Pegawai √ - -

FC Slip Gaji √ - -

Surat Keterangan

Penghasilan

-

Rek. Koran 3 bln

terakhir

Lap keuangan 3

bln terakhir

-

-

FC NPWP/SPT

PPh 21

√ √ √

FC Ijin Usaha,

SIUP, TDP, APP

-

-

FC Ijin Praktek - - √

Page 89: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

80

2. Pembiayaan Emasku BTN iB

KELENGKAPAN KARYAWAN WIRASWASTA PROFESI

Formulir

Pengajuan

√ √ √

FC KTP/Kartu

Identitas

FC Kartu Keluarga √ √ √

FC Surat

Nikah/Cerai

√ √ √

FC SK Pegawai √ - -

FC Slip Gaji √ - -

Surat Keterangan

Penghasilan

-

Rek. Koran 3 bln

terakhir

Lap keuangan 3

bln terakhir

-

-

FC NPWP/SPT

PPh 21

√ √ √

FC Ijin Usaha,

SIUP, TDP, APP

-

-

FC Ijin Praktek - - √

Page 90: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

81

3. Pembiayaan Multimanfaat BTN iB

KELENGKAPAN KARYAWAN

Formulir Pengajuan √

FC KTP/Kartu Identitas

FC Kartu Keluarga √

FC Surat Nikah/Cerai √

FC SK Pegawai √

FC Slip Gaji √

Surat Keterangan Penghasilan √

Rek. Koran 3 bln terakhir √

Lap keuangan 3 bln terakhir √

FC NPWP/SPT PPh 21 √

Page 91: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

82

STUKTUR ORGANISASI

BTN SYARIAH CABANG SERANG

Branch Manager : Arif Hartono/4829

Secretary : Rahmania/9810

DBM Business : Yusuf Akhmad Ismail/5574

Mortgage & Consumer Financing Unit : Dede Rusli/4705

Consumer & Comercial Funding Unit : Afrina Anggraini Rizal/6837

DBM Supporting : Ahmad Zaki Mubarok/6188

Operation Unit : Much. Yunan Helmi D/4990

Service Quality : Misdarnita/7296

Accounting Report : Rian Ramadan Asyikarullah/10101

Verifying : Ema Oktavianty/11531

Restructuring Anlyst : M.Widiansyah/8857

Consumer Financing Service : Rifqi Sumardi/8792, Moch.Ardhan

Asagaf/15374, Electrine Bella Vista/14950

Syariah Funding Marketing : Yayat Hiayat/6186

Customer Service : Dewi Mayang Sari/15251, Wahyuni/9866

Teller : Atika Anggi Hafsara/8900200, Luciano Yudha Fiandy/89900279

Human Capital Support : Okta Pramana Nugraha/15784

Clearing : Rian Saputra/15373 (RANGKAP)

Page 92: ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH PADA …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/44569/1/MELIKA LULU... · ANALISIS PENYELESAIAN PEMBIAYAAN. BERMASALAH. PADA

83

Cosnsumer Financing Analyst : Ardiansyah/6963, Kemas M Aditya

Gunawan/14951

Commercial Financing Analyst : Andhika Putra N/11594, Hary Nur Purwanto

Transaction Processing & IT Support : Ema Oktavianty/115131 (RANGKAP),

Rian Saputra/15373

Financing Document : Fachriaditya Dany BK/8132

Consumer Funding Marketing : Misdarnita/7296 (RANGKAP)1

1 Data Pribadi BTN Syariah Cabang Serang, didapatkan pada Tanggal 2 Juli 2018.