181
ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA PADA PERAWAT DI RS ISLAM ASSHOBIRIN TANGERANG SELATAN TAHUN 2013 SKRIPSI Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Mayarakat (SKM) Oleh : DENISA LISTY KIAY DEMAK (NIM : 109101000007) PEMINATAN KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/ 2014 M

ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA PADA

PERAWAT DI RS ISLAM ASSHOBIRIN

TANGERANG SELATAN TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Kesehatan Mayarakat (SKM)

Oleh :

DENISA LISTY KIAY DEMAK

(NIM : 109101000007)

PEMINATAN KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/ 2014 M

Page 2: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Desember 2013

Denisa Listy Kiay Demak

Page 3: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Skripsi, Desember 2013

Denisa Listy Kiay Demak. NIM: 109101000007

Analisis Penyebab Perilaku Aman Bekerja Pada Perawat Di RS Islam Asshobirin

Tangerang Selatan Tahun 2013

xv + 139 halaman, 10 tabel, 4 bagan, 3 gambar, 5 lampiran

ABSTRAK

Latar Belakang: Perilaku manusia merupakan unsur yang memegang peranan penting dalam

mengakibatkan suatu kecelakaan, sehingga cara yang efektif untuk mencegah terjadinya

kecelakaan kerja adalah dengan menghindari terjadinya perilaku tidak aman. Dari hasil studi

pendahuluan di RS Islam Asshobirin 7 dari 10 perawat yang diamati berperilaku aman

dengan memakai APD saat bekerja sedangkan sisanya tidak berperilaku aman. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui dan menggali secara mendalam bagaimana perilaku aman dan

faktor penyebab perbedaan perilaku pada perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan di

rumah sakit dalam mencegah terjadinya kecelakaan.

Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan

penggalian informasi diperoleh melalui observasi,wawancara mendalam dan telaah dokumen.

Hasil: Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa bentuk perilaku aman bekerja pada

perawat yaitu menggunakan APD, mengikuti SOP, mengambil posisi kerja yang aman dan

hati-hati saat bekerja. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yaitu pengetahuan yang dimiliki

oleh perawat sudah cukup baik, mereka mendapatkan pengetahuan tersebut dari ilmu yang

diperoleh dari perkuliahan, membaca, serta sosialisasi oleh kepala ruangan untuk bertindak

aman ketika bekerja. Dan adanya motivasi yang tinggi untuk selamat dari bahaya. Selain itu

didukung juga dengan sikap positif perawat terhadap ketersediaan APD dengan selalu

menggunakan APD saat bekerja. Serta adanya pengawasan oleh tim supervisi sehingga

perawat berperilaku aman saat bekerja. Sedangkan perilaku tidak aman pada perawat yaitu

selain tidak menggunakan sarung tangan saat menyuntik dan memasang infus juga tidak

memakai sepatu saat bekerja. Hal ini disebabkan karena sikap perawat yang tidak disiplin

dalam memakai APD dan SOP yang berlaku di RS Islam Asshobirin belum sesuai dengan

standar Depkes RI.

Saran: RS Islam Asshobirin diharapkan dapat menerapkan K3RS sesuai dengan

KEPMENKES RI, memperbaiki SOP seperti prosedur menyuntik agar sesuai dengan

DepKes RI dan mengadakan pelatihan K3.

Kata Kunci : perilaku aman, perawat, kualitatif

Daftar Bacaan : 55 (1970 – 2012)

Page 4: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

PUBLIC HEALTH PROGRAM STUDY

DEPARTEMENT OF OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH

Undergraduate Thesis , December 2013

Denisa Listy Kiay Demak. NIM: 109101000007

CAUSE ANALYSIS OF SAFETY WORK BEHAVIOR OF NURSES AT RS

ISLAM ASSHOBIRIN TANGERANG SELATAN IN 2013

xv + 139 pages, 10 tables, 4 charts, 3 images, 5 attachments

ABSTRACT

Background: Human behavior is an element that holds an important role in the result

of an accident. Therefore, an effective way to prevent the workplace accidents is by

avoids the occurrence of unsafe behavior. The results of preliminary studies in

Islamic Hospital Asshobirin, 7 of 10 nurses were observe behave safely by wearing

PPE while working and the rest do not behave safely. This study aims to identify and

explore in details that how safety behavior and the factors causing differences in the

behavior of the nurse as a health worker in hospital to prevent the occurrence of

accidents.

Methods: This study used a qualitative research approach. The information taking

and exploration are done through the observation, in-depth interviews and documents

review.

Results: This research found that the safe working behavior on the nurses is by using

PPE, following the SOP , taking a safe position and being careful in the work.

Moreover, it also caused by several things that are: the knowledge possessed by the

nurse is good enough, they get the knowledge of the lectured knowledge, reading and

socialization by the Head of to act safely when working, also by the high motivation

to avoids the dangers. In addtional also supported by the positive attitude of the nurse

to the availability of PPE, by always use PPE when working. As well as the

supervision by the Supervision Team so that the nurse behaves safely while working.

And unsafe behavior on nurse is in addition to not use gloves when injecting an IV

drip and also do not wear shoes at work. This is because the attitude of nurses who

are not disciplined in the use of PPE and SOP are applicable in the RS Islam

Asshobirin not in accordance with DEPKES RI standards.

Suggestion: RS Islam Asshobirin expected to apply K3RS in accordance with

KEPMENKES, repair procedures such as repair the SOPs such as the injection

procedure to match the Ministry of Health (DepKes RI) and conduct the K3 training.

Keywords : safety behavior, nursing , qualitative

Reading List : 55 (1970 – 2012)

Page 5: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul

ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA PADA PERAWAT

DI RS ISLAM ASSHOBIRIN TANGERANG SELATAN TAHUN 2013

Telah diperiksa, disetujui dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi

Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh :

Denisa Listy Kiay Demak

NIM : 109101000007

Jakarta, 2 Januari 2014

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Minsarnawati, SKM, M.Kes Riastuti Kusuma Wardani, MKM

Page 6: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi dengan judul ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN PADA

PERAWAT DI RS ISLAM ASSHOBIRIN TAHUN 2013 telah diujikan dalam

sidang ujian skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 16 Desember 2013. Skripsi ini telah diterima

sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

pada Program Studi Kesehatan Masyarakat.

Jakarta, 27 Desember 2013

Sidang Ujian Skripsi

Ketua,

Fajar Ariyanti, Ph.D

Anggota,

Karyadi, Ph.D

Fase Badriah, Ph.D

Page 7: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Denisa Listy Kiay Demak

Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 22 Agustus 1991

Alamat : Perumahan Catalina Blok AA 4 No.31 RT.01 RW.01

Telaga Gading Serpong – Tangerang

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kebangsaan : Indonesia

Status Materital : Belum Menikah

Golongan Darah : O

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan Formal

1997 – 2003 : SD Negeri Sukatani IV Depok

2003 – 2006 : SMP Negeri 11 Depok

2006 – 2009 : SMA Negeri 7 Tangerang Selatan

2009 – 2013 : S-1 Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 8: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian
Page 9: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil‟alamin, segala puji syukur penulis panjatkan atas

kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberikan rahmat dan berkah-Nya, sehingga

penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul „‟Analisis Penyebab Perilaku

Aman Bekerja Pada Perawat di RS Islam Asshobirin Tahun 2013‟‟. Penyelesaian

pembuatan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, nasehat, motivasi, dan dukungan

serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, tiada ungkapan yang lebih pantas

diucapkan kecuali puji syukur dan rasa terimakasih yang tak terhingga dengan

ketulusan dan kerendahan hati yang dihaturkan kepada :

1. ALLAH SWT, atas berkah dan rahmatnya sehingga penulis diberikan

kemudahan dan kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. My Beloved Parents, dan seluruh anggota keluarga yang telah memberikan

bantuan baik moril maupun materil kepada penulis dalam menyelesaikan

program studi ini.

3. Ibu Minsarnawati, SKM, M.Kes. selaku pembimbing akademik I, terima

kasih atas kesabarannya membimbing dan memberi masukan-masukan yang

sangat bermanfaat kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

4. Ibu Riastuti KW, MKM. selaku pembimbing akademik II, terima kasih atas

bimbingannya dan masukan-masukan yang sangat bermanfaat selama penulis

menyusun skripsi ini.

5. RS Islam Asshobirin yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk

melakukan dan mengambil data penelitian.

6. Ibu Tati, selaku Kepala Perawat RS Islam Asshobirin yang selalu bersedia

membantu penulis dalam mengambil data di Rumah Sakit.

7. Zhamis Adham atas dukungan yang sudah diberikan.

Page 10: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

8. Heni Sholatya yang sudah membantu memberi masukan dalam menyelesaikan

skripsi ini.

9. Vzeh teman seperjuanganku yang selama ini setia menemani sampai akhirnya

kita bisa selesai sama-sama, thx nduut cantik.

10. Nia, Ana, Mupil, Ubay yang selalu memberi semangat dan menghibur penulis

selama menyusun skripsi ini.

11. Alfa Gratia sahabat paling setia dari jaman dahulu, makasi atas bawelannya

selama ini sampe akhirnya bisa selesai juga skripsi ini.

12. Angkatan K3 dan Kesmas 2009 yang selalu memberi motivasi dan semangat

untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Semua pihak terkait yang tidak tersebut yang telah membantu dan mendukung

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga bimbingan, bantuan dan dorongan semangat serta amal kebaikan

yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan dari ALLAH SWT.

Dengan segala rasa kerendahan hati, penulis menyadari bahwa kesempurnaan

tidak akan mutlak di didapat pada setiap hal apapun di dunia ini. Demikian juga

dengan skripsi ini yang masih jauh dari sempurna. Untuk itu, mohon maaf apabila

terdapat kesalahan dalam penulisan maupun dalam penyampaian.

TERIMA KASIH

Jakarta, Desember 2013

Denisa Listy Kiay Demak

Page 11: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................. i

ABSTRAK ........................................................................................................................ ii

ABSTRACT ...................................................................................................................... iii

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................................ iv

PENGESAHAN PANITIA SIDANG ............................................................................. v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vi

LEMBAR PERSEMBAHAN .......................................................................................... vii

KATA PENGANTAR. ..................................................................................................... viii

DAFTAR ISI. .................................................................................................................... x

DAFTAR TABEL. ........................................................................................................... xii

DAFTAR BAGAN ............................................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR. ....................................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN. ................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang. ............................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 6

1.3 Pertanyaan Penelitian ................................................................................................... 6

1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................................................... 6

1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................................................... 7

1.6 Ruang Lingkup ............................................................................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku ........................................................................................................................ 9

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Aman .................................................... 19

Page 12: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

2.3 Profesi Perawat............................................................................................................. 40

2.4 Kerangka Teori............................................................................................................. 47

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1 Kerangka Berpikir ........................................................................................................ 49

3.2 Definisi Istilah .............................................................................................................. 53

BAB IV METODELOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian .......................................................................................................... 56

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................................... 56

4.3 Informan Penelitian ...................................................................................................... 56

4.4 Kriteria Informan Utama .............................................................................................. 57

4.5 Instrumen Penelitian..................................................................................................... 58

4.6 Sumber dan Pengumpulan Data ................................................................................... 59

4.7 Keabsahan Data ............................................................................................................ 59

4.8 Pengolahan dan Analisis Data ...................................................................................... 61

4.9 Penyajian Data ............................................................................................................. 61

BAB V HASIL

5.1 Karakteristik Informan ................................................................................................. 62

5.2 Hasil Penelitian ............................................................................................................ 67

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian ................................................................................................ 107

6.2 Perilaku Aman Perawat ................................................................................................ 107

6.3 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Aman Bekerja................................................... 112

6.4 Analisis Penyebab Perilaku Aman ............................................................................... 134

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan ...................................................................................................................... 137

Page 13: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

7.2 Saran ............................................................................................................................. 138

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Program K3RS ................................................................................................... 33

Tabel 2.2 Bahaya-bahaya Potensial di Rumah Sakit ......................................................... 47

Tabel 3.1 Definisi Istilah .................................................................................................... 53

Tabel 4.1 Kriteria Informan Utama .................................................................................... 58

Tabel 4.2 Validitas Data ..................................................................................................... 60

Tabel 5.1 Informan Utama yang Berperilaku Aman .......................................................... 63

Tabel 5.2 Informan utama yang berperilaku tidak aman ................................................... 65

Tabel 5.3 informan kunci ................................................................................................... 66

Tabel 5.4 informan pendukung .......................................................................................... 67

Tabel 5.6 SOP Penggunaan APD ....................................................................................... 69

Page 14: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori ................................................................................................. 48

Bagan 3.1 Kerangka Berpikir ............................................................................................. 52

Bagan 6.1 Alur Terjadinya Perilaku Aman Pada Perawat RS Islam Asshobirin ............... 135

Bagan 6.2 Alur Terjadinya Perilaku Tidak Aman Pada Perawat RS Islam Asshobirin .... 136

Page 15: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 The Safety Triad ............................................................................................. 16

Gambar 2.2 Aspek Internal Dan Eksternal Yang Dapat Menentukan Keberhasilan

Proses Keselamatan ............................................................................................................ 17

Gambar 2.3 Piramida Keselamatan .................................................................................... 19

Page 16: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Ijin Penelitian di RS Islam Asshobirin

Lampiran 2 Matriks Wawancara

Lampiran 3 Transkip Wawancara

Lampiran 4 Hasil Dokumentasi

Lampiran 5 Pedoman Wawancara Mendalam dan Observasi.

Page 17: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecelakaan kerja 88% disebabkan akibat perilaku kerja yang tidak aman

(Unsafe Act), seperti tidak memakai APD, tidak mengikuti prosedur kerja, tidak

mengikuti peraturan keselamatan kerja dan bekerja tidak hati-hati (Heinrich,

1980). Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa perilaku manusia

merupakan unsur yang memegang peranan penting dalam mengakibatkan suatu

kecelakaan, sehingga cara yang efektif untuk mencegah terjadinya kecelakaan

kerja adalah dengan menghindari terjadinya perilaku tidak aman (Biro Pelatihan

Tenaga Kerja dalam Budiono, 2003).

Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 1998 menunjukkan bahwa

terjadinya kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekerja di industri lain. Kasus

yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir, sakit pinggang,

tergores/terpotong, luka bakar, dan penyakit infeksi dan lain-lain (KEPMENKES

RI Nomor. 432/MENKES/SK/IV/2007). Di Indonesia, penelitian dari Joseph

tahun 2005-2007 mencatat bahwa angka kecelakaan Needle Stick Injury atau

tertusuk jarum mencapai 38-73% dari total petugas kesehatan, dan salah satu

Page 18: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

penyebabnya ditemukan bahwa pada saat bekerja mereka tidak memakai alat

pelindung diri seperti sarung tangan (Idayanti, 2008).

Selain itu juga didapatkan dari hasil penelitian di sarana kesehatan Rumah

Sakit, sekitar 1.505 tenaga kerja wanita di Rumah Sakit Paris mengalami

gangguan muskuloskeletal (16%) di mana 47% dari gangguan tersebut berupa

nyeri di daerah tulang punggung dan pinggang. Laporan lainnya yakni di Israel,

angka prevalensi cedera punggung tertinggi pada perawat (16.8%) dibandingkan

pekerja sektor industri lain. Di Australia, diantara 813 perawat, 87% pernah low

back pain dan di AS, insiden cedera muskuloskeletal 4.62/100 perawat per tahun

(KEPMENKES RI Nomor. 432/MENKES/SK/IV/2007). Gangguan

musculoskeletal pada perawat ini berhubungan dengan cara atau posisi kerja yang

tidak aman saat menangani pasien contohnya seperti cara mengangkat yang salah

(Carayon, 2008).

Geller (2001) dalam Halimah (2010) menggambarkan pentingnya pendekatan

perilaku yang didasari keselamatan (behavior based safety) dalam upaya

meningkatkan keselamatan kerja baik yang bersikap reaktif atau proaktif. Dalam

perspektif reaktif upaya keselamatan ditelusuri dari perilaku yang berisiko atau

tidak aman (at risk behavior) yang berakibat pada kerugian. Hal ini dapat

diartikan bahwa upaya reaktif menunggu terjadinya tidak aman dulu. Sedangkan

dalam perspektif proaktif upaya keselamatan kerja ditelusuri dari perilaku aman

(safe behavior) yang menghasilkan suatu kesuksesan pencegahan kecelakaan

kerja.

Page 19: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Geller (2001) juga menyebutkan agar pencapaian behavior based safety

berhasil adalah lebih baik dengan menggunakan pendekatan yang berupaya

mendorong terjadinya peningkatan perilaku aman. Upaya ini berujung pada usaha

pencegahan terjadinya kecelakaan di tempat kerja atau hal ini dapat dikatakan

juga berupa pendekatan yang bersifat proaktif dalam manajemen keselamatan

(Halimah, 2010).

Dalam proses pembentukan dan perubahan perilaku manusia terdapat faktor-

faktor yang berpengaruh, diantaranya faktor dari dalam (Internal) seperti susunan

syaraf pusat, persepsi, motivasi, proses belajar, dan sebagainya. Sedangkan faktor

yang berasal dari luar (eksternal) seperti lingkungan fisik/non fisik, iklim,

manusia sosial, dan ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya (Notoadmodjo, 2003).

Beberapa penelitian menyebutkan beberapa faktor terkait dengan K3 (perilaku

aman), diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Hasriani pada tahun

2009 yang dilakukan pada perawat Rumah Sakit Paru di Salatiga menunjukan

adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku

K3. Selanjutnya hasil penelitian Imania (2012) menunjukkan bahwa perilaku K3

pada perawat Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Haji Surabaya yang

tergolong kategori baik sebanyak 13 orang (56,5%) dan kategori cukup sebanyak

10 orang (43,5%), dan hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

antara jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan dan pelatihan penanganan pasien

gawat darurat dengan perilaku K3, namun ada hubungan antara masa kerja

dengan perilaku K3.

Page 20: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Selain itu juga ada penelitian yang berhubungan dengan perilaku aman, antara

lain penelitian yang dilakukan oleh Sialagan (2008) pada pekerja PT EGS

Indonesia, diperoleh 94% responden termasuk dalam kategori baik berperilaku

aman. Selain itu, didapatkan hubungan yang bermakna antara faktor pengetahuan,

motivasi, persepsi, peran rekan kerja, dan penyelia terhadap perilaku aman.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Karyani (2005) menyebutkan bahwa

dari 113 pekerja di Schlumberger Indonesia diperoleh bahwa supervisor

(pengawas) merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku aman,

dan faktor lainnya yang berhubungan dengan perilaku tidak aman yaitu peran

rekan kerja yang rendah (40,71%), persepsi yang rendah (36,63%), dan motivasi

yang rendah (40,71%).

Dari beberapa komponen pelayanan kesehatan di rumah sakit, perawat adalah

salah satu tenaga pelayanan kesehatan yang berinteraksi dengan pasien yang

intensitasnya paling tinggi dibandingkan dengan komponen lainnya. Perawat

sebagai anggota inti tenaga kesehatan yang jumlahnya terbesar di rumah sakit

(sebesar 40 – 60%) dan dimana pelayanan keperawatan yang diberikan

merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan memiliki peran kunci dalam

mewujudkan keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit (Depkes, 2003).

Setiap hari perawat tidak pernah jauh dan selalu berinteraksi dengan pasien.

Hal tersebut yang membuat perawat selalu berhadapan langsung dengan bahaya

dan dapat mengancam kesehatan dan keselamatan kerja perawat itu sendiri

maupun orang-orang yang berada disekitarnya. Karena keberadaan dan

Page 21: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

kepentingan perawat yang tidak hanya berada di rumah sakit tetapi juga terhadap

lingkungan diluar rumah sakit, maka dikhawatirkan jika seorang perawat secara

tidak langsung dapat menjadi penyebab sumber penyakit maupun sumber dari

efek negatif dari resiko profesi mereka menjadi perawat (Fatmawati, 2010).

Di Rumah Sakit, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahaya-

bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan

(peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan

sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-

gas anastesi, gangguan psikososial dan ergonomic. Termasuk juga di RS Islam

Asshobirin, yang merupakan rumah sakit tipe C dan belum terdapat SMK3RS

(Sistem Manajemen K3 di Rumah Sakit) sehingga diperlukan masukan untuk

meningkatkan kinerjanya.

Dari hasil observasi selama studi pendahuluan di RS Islam Asshobirin 7 dari

10 perawat yang diamati saat bekerja menggunakan APD berupa sarung tangan

dan masker. Namun masih terdapat 3 perawat yang tidak menggunakan APD saat

tindakan tertentu. Peneliti ingin mengetahui bagaimana perilaku aman secara

lebih mendalam serta penyebabnya pada perawat dalam mencegah terjadinya

kecelakaan dan kesakitan (PAK). Minimnya akan pengetahuan dan kesadaran

perawat tentang K3 merupakan dampak terbesar akan terjadinya kecelakaan kerja,

disamping itu juga kurangnya pemahaman tentang K3 (perilaku aman) dapat

mempengaruhi perilaku pekerja di tempat kerja.

Page 22: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

1.2 Rumusan Masalah

Dari hasil observasi selama studi pendahuluan di RS Islam Asshobirin 7 dari

10 perawat yang diamati saat bekerja menggunakan APD berupa sarung tangan

dan masker. Namun masih terdapat 3 perawat yang tidak menggunakan APD saat

tindakan tertentu. Dari hasil tersebut terdapat perbedaan perilaku pada perawat

sebagian besar dapat dikatakan sudah berperilaku aman dan sebagian kecilnya

masih ada yang berperilaku tidak aman padahal perawat tersebut ada didalam satu

institusi yang sama yaitu di RS Islam Asshobirin, sehingga perlu diketahui

penyebab perawat berperilaku aman saat bekerja.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Bagaimanakah perilaku aman dalam bekerja dan faktor penyebabnya pada

perawat di RS Islam Asshobirin tahun 2013.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinya gambaran mengenai perilaku aman bekerja dan faktor

penyebab perbedaan perilaku pada perawat, guna mencegah terjadinya

kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK) di RS Islam Asshobirin tahun

2013.

Page 23: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

1.4.2 Tujuan Khusus

a) Diketahuinya gambaran mengenai faktor predisposisi (pengetahuan,

sikap, motivasi, usia, dan masa kerja) yang berkaitan dengan perilaku

aman bekerja.

b) Diketahuinya gambaran mengenai faktor pemungkin (ketersedian

APD dan Program K3RS) yang berkaitan dengan perilaku aman

bekerja.

c) Diketahuinya gambaran mengenai faktor penguat (SOP, dan

pengawasan) yang berkaitan dengan perilaku aman bekerja.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Rumah Sakit

a) Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi rumah

sakit mengenai prilaku aman bekerja terhadap keselamatan dan

kesehatan kerja (K3) pada perawat di RS Islam Asshobirin guna

mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja (PAK).

b) Sebagai masukan pada Rumah Sakit untuk dapat meningkatkan

performa dan produktivitas kerja perawat melalui K3RS.

1.5.2 Bagi Perawat

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan serta

pemahaman terhadap K3, sehingga pekerja dapat mencegah terjadinya

kecelakaan dan PAK agar produktivitas para perawat tidak menurun.

Page 24: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

1.5.3 Bagi Peneliti

a) Untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai

perilaku aman pada pekerja khususnya perawat di RS Islam

Asshobirin.

b) Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

1.6 Ruang Lingkup

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku aman dan faktor yamg

mempengaruhinya pada perawat di RS Islam Asshobirin. Penelitian dilaksanakan

pada bulan April - Agustus 2013. Penelitian ini merupakan jenis penelitian

kualitatif. Informan utama penelitian ini adalah perawat di RS Islam Asshobirin.

Data penelitian ini diperoleh dengan cara pengambilan data primer yang

dilakukan dengan metode wawancara, observasi dan telaah dokumen kepada

informan penelitian. Dan pengambilan data sekunder yang dilakukan dengan

mengumpulkan data yang berhubungan dengan ketenagakerjaan dan gambaran

umum RS Islam Asshobirin.

Page 25: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku

2.1.1 Pengertian Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku adalah suatu kegiatan atau

aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu,

dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-

tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena

mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud

dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas

dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas

antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah,

menulis, membaca, dan sebagainya.

Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku

(manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat

diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar

(Notoatmodjo, 2003).

Menurut Geller (2001) dalam Halimah (2010), perilaku sebagai

tingkah atau tindakan yang dapat di observasi oleh orang lain. Tetapi apa

yang dilakukan atau dikatakan seseorang tidaklah selalu sama dengan apa

Page 26: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

yang individu tersebut pikir, rasakan, dan yakini. Dan Skiner (1938)

dalam Notoatmodjo (2003) merumuskan bahwa perilaku merupakan

respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Perilaku ini disebut teori “S – O – R” atau “ Stimulus – Organisme –

Respon” dikarenakan terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap

organisme, kemudian organisme tersebut merespon.

2.1.2 Bentuk Perilaku

Jika dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus yang dikemukakan

oleh Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2003), maka perilaku dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Perilaku tertutup/terselubung (covert behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus masih dalam bentuk terselubung

atau tertutup. Repon dan reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas

pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesdaran dan sikap yang

terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat

diamati dengan jelas oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka/nyata tampak (overt behavior)

Respon terhadap stimulus telah diaplikasikan dalam tindakan nyata

atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam

bentuk tindakan atau praktek yang dapat mudah diamati dan dilihat

oleh orang lain (Notoatmodjo, 2003).

Page 27: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

2.1.3 Perilaku Aman

Perilaku aman menurut Heinrich (1980) dalam Budiono (2003) adalah

tindakan atau perbuatan dari seseorang atau beberapa orang karyawan

yang memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan terhadap

karyawan. Sedangkan menurut Bird dan Germain (1990) perilaku aman

adalah perilaku yang tidak dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan atau

insiden.

Adapun landasan perilaku aman yang digunakan dalam penelitian ini

adalah mengacu pada Undang-Undang No.1 Tahun 1970 pasal 12

mengenai kewajiban dan hak tenaga kerja. Dimana pada butir b

disebutkan bahwa adanya penggunaan alat-alat pelindung diri yang

diwajibkan dan pada butir c diebutkan agar memenuhi dan mentaati semua

syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan..

Dibawah ini adalah jenis-jenis perilaku aman, yaitu :

1. Menurut Frank E Bird dan Germain (1990) dalam teori Loss Causation

Model menyatakan bahwa jenis-jenis perilaku aman, meliputi :

a. Melakukan pekerjaan sesuai wewenang yang diberikan.

b. Berhasil memberikan peringatan terhadap adanya bahaya.

c. Berhasil mengamankan area kerja dan orang-orang disekitarnya.

d. Bekerja sesuai dengan kecepatan yang telah ditentukan.

e. Menjaga alat pengaman agar tetap berfungsi.

f. Tidak menghilangkan alat pengaman keselamatan.

Page 28: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

g. Menggunakan peralatan yang seharusnya.

h. Menggunakan peralatan yang sesuai.

i. Menggunakan APD dengan benar.

j. Pengisian alat atau mesin yang sesuai dengan aturan yang berlaku.

k. Penempatan material atau alat-alat sesuai dengan tempatnya dan

cara mengangkat yang benar.

l. Memperbaiki peralatan dalam kondisi alat yang telah dimatikan.

m. Tidak bersenda gurau atau bercanda ketika bekerja.

2. Menurut Heinrich (1980), perilaku aman terdiri dari :

a. Mengoperasikan peralatan dengan kecepatan yang sesuai

b. Mengoperasikan peralatan yang memang haknya

c. Menggunakan peralatan yang sesuai.

d. Menggunakan peralatan yang benar.

e. Menjaga peralatan keselamatan tetap berfungsi.

f. Berhasil memperingatkan karyawan lain yang bekerja tidak aman.

g. Menggunakan PPE dengan benar.

h. Mengangkat dengan beban yang seharusnya dan

menempatakannya di tempat yang seharusnya.

i. Mengambil benda dengan posisi yang benar.

j. Cara mengangkat material atau alat dengan benar.

k. Disiplin dalam pekerjaan.

l. Memperbaiki perlatan dalam keadaan mati.

Page 29: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Konsep dasar mengenai keselamatan dan kesehatan kerja yaitu dua hal

terbesar yang menjadi penyebab kecelakaan kerja yang terdiri dari

perilaku yang tidak aman dan kondisi lingkungan yang tidak aman.

Berdasarkan data dari Biro Pelatihan Tenaga Kerja, penyebab kecelakaan

yang pernah terjadi sampai saat ini adalah diakibatkan oleh perilaku yang

tidak aman sebagai berikut :

a) sembrono dan tidak hati-hati

b) tidak mematuhi peraturan

c) tidak mengikuti standar prosedur kerja

d) tidak memakai alat pelindung diri

e) kondisi badan yang lemah

Persentase penyebab kecelakaan kerja yaitu 3% dikarenakan sebab

yang tidak bisa dihindarkan (seperti bencana alam), selain itu 24%

dikarenakan lingkungan atau peralatan yang tidak memenuhi syarat dan

73% dikarenakan perilaku yang tidak aman. Cara efektif untuk mencegah

terjadinya kecelakaan kerja adalah dengan menghindari terjadinya lima

perilaku tidak aman yang telah disebutkan di atas (Budiono, 2003).

2.1.4 Budaya Keselamatan

Budaya keselamatan (safety culture) yang dipaparkan oleh Hale

(2002) dalam Neal dan Griffin (2002) adalah sesuatu yang berkenaan

dengan sikap, keyakinan, dan persepsi yang didapat dari kelompoknya

Page 30: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

sebagai penentu norma atau nilai yang menentukan bagaimana mereka

bereaksi sehubungan dengan risiko dan system control risiko.

Geller (2001) dalam Halimah (2010) memaparkan sebuah misi dalam

mengembangkan total budaya keselamatan (Total Safety Culture) yang

berperan sebagai suatu petunjuk atau standar yang diperkenalkan dalam

bukunya yang berjudul The Psychology of Safety Hanbook. Pernyataan

misi budaya keselamatan ini mencakup :

a. Mempromosikan suatu lingkungan pekerjaan yang didasarkan pada

keterlibatan karyawan, kepemilikan, kerjasama kelompok, pendidikan,

pelatihan, dan kepemimpinan.

b. Membangun penghargaan pada diri sendiri, empowerment,

kebanggaan, gairah, optimis, dan dorongan inovasi.

c. Penguatan kebutuhan akan karyawan yang secara aktif memperhatikan

teman sekerja mereka.

d. Mempromosikan filosofi keselamatan yang merupakan bukanlah suatu

prioritas yang dapat disampaikan lagi, tetapi suatu nilai yang

dihubungkan dengan setiap prioritas.

e. Mengenali kelompok dan prestasi individu.

Geller (2001) mengungkapkan “misi total budaya keselamatan ini

lebih mudah dikatakan daripada prakteknya, tetapi terjangkau melalui

suatu sumber variasi proses keselamatan yang diawali dari disiplin

psikologi dan engineering”. Pada umumnya, suatu total budaya

Page 31: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

keselamatan memerlukan perhatian yang berkesinambungan pada ketiga

faktor, yaitu :

1. Faktor lingkungan (termasuk peralatan, equipment, layout fisik,

standar, prosedur, dan temperatur).

2. Faktor orang (pengetahuan, ketrampilan, kemampuan, inteligensi,

motif, termasuk sikap masyarakat, kepercayaan, dan kepribadian).

3. Faktor perilaku (Persetujuan, Pelatihan, Pengenalan, Komunikasi,

Pertunjukan, “kepedulian yang aktif” termasuk praktek kerja aman dan

beresiko (tidak aman), seperti halnya melampaui panggilan tugas

untuk campur tangan atas keselamatan orang lain).

Ketiga faktor tersebut biasanya dinamakan "tiga serangkai

keselamatan (The Safety Triad)". Menurut Geller (2001), ketiga faktor

tersebut saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya dalam proses

pencapaian keselamatan di perusahaan dan jika terjadi perubahan pada

salah satu faktor tersebut maka kedua faktor lainnya pun ikut berubah.

Geller (2001) juga menyebutkan bahwa faktor perilaku dan faktor orang

merupakan aspek manusia dan biasanya kedua faktor tersebut lebih sedikit

diperhatikan dari pada faktor lingkungan yang digambarkan pada gambar

di bawah ini (Halimah,2010) :

Page 32: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Gambar 2.1

The Safety Triad

Sumber : Geller (2001)

Kemudian Geller (2001) mengintegrasikan kedua pendekatan tersebut

dan berdasarkan hasil integrasi diperoleh dua faktor internal dan

eksternal. Geller (2001) memaparkan bahwa keberhasilan proses

keselamatan kerja terdiri dari dua faktor internal (meliputi sikap,

kepercayaan, perasaan, pemikiran, kepribadian, persepsi, dan nilai-nilai,

tujuan) dan eksternal (meliputi pelatihan, pengenalan, persetujuan,

komunikasi, dan menunjukan kepedulian secara aktif) (Halimah, 2010).

Hal tersebut digambarkan sebagai berikut ini :

Equipment, Tools,

Physical Layout,

Procedures, Standards,

and Temperature

PERSON ENVIRONMEN

T

SAFETY

CULTURE

BEHAVIO

R

Knowledge, Skill,

Abilities, Intelligence,

Motives and

Personality

Complying, Coaching,

Recognizing, Demonstrating

„‟Actively Caring‟‟

Page 33: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Gambar 2.2

Aspek Internal Dan Eksternal Yang Dapat Menentukan

Keberhasilan Proses Keselamatan

Sumber : Geller (2001)

Selain itu, Geller (2001) menggambarkan pentingnya pendekatan

keselamatan yang didasari perilaku (behavior based safety) dalam upaya

meningkatkan keselamatan kerja baik yang bersikap reaktif atau proaktif.

Dalam perspektif reaktif upaya keselamatan ditelusuri dari perilaku yang

berisiko atau tidak aman (at risk behavior) yang berakibat pada kerugian.

Hal ini dapat diartikan upaya reaktif menunggu terjadi tidak aman

dulu. Sedangkan dalam perspektif proaktif upaya keselamatan kerja

ditelusuri dari perilaku yang menghasilkan suatu keberhasilan

Manusia

Internal Status ciri –ciri :

Sikap, kepercayaan,

perasaan, pemikiran,

kepribadian,

persepsi, dan nilai-

Eksternal Perilaku :

Pelatihan, Pengenalan,

Persetujuan,Komunikas

i, dan menunjukan

kepedulian secara aktif.

Pendidikan

Person Based

Teori Kognitif

Survey Persepsi

Pelatihan

Behavior Based

Ilmu Perilaku

Audit Perilaku

Page 34: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

pencegahan kecelakaan kerja. Sedangkan, pencapaian keselamatan kerja

melalui perspektif reaktif sulit dicapai hasil maksimal karena sifatnya

yang berusaha mencari kesalahan atau kegagalan yang dilakukan.

Adanya ketakutan dan citra yang jelek untuk diketahuinya oleh pihak lain

membuat cara ini sulit untuk mendapatkan gambaran mendalam atas

suatu kecelakaan (Halimah, 2010).

Selanjutnya Waters & Duncan (2001) mengemukakan bahwa

pendekatan keselamatan berbasis perilaku dapat meningkatkan perilaku

aman dalam bekerja dan mengurangi insiden kecelakaan kerja.

Peningkatan keselamatan di tempat kerja dalam pendekatan keselamatan

berbasis perilaku dirancang dengan berkonsentrasi pada bagian perilaku

dari piramida keselamatan (Ratnaningsih, 2010).

Pada piramida keselamatan Earnest, dapat dilihat bahwasanya perilaku

merupakan penyebab dari kejadian kecelakaan kerja. Konsekuensi yang

terjadi akibat perilaku yang tidak aman meliputi hampir celaka,

kerusakan alat, luka-luka yang tercatat, luka-luka yang menyebabkan

hilangnya hari kerja, hingga yang terparah adalah fatal. Praktek

implementasi pendekatan keselamatan berbasis perilaku dapat digunakan

pada berbagai karakteristik pekerjaan. Beberapa bidang tersebut di

antaranya konstruksi pertambangan, petrokimia, rumah sakit dan

transportasi (Ratnaningsih, 2010).

Page 35: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Berikut ini gambar piramida keselamatan Earnest :

Gambar 2.3

Piramida Keselamatan

Sumber : (Earnest dalam Agraz-Boeneker, Groves, & Haight, 2007)

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Aman

Menurut teori Lawrence Green dan kawan – kawan (1980) dalam

Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh 2

faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor di luar perilaku

(non behavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk

dari 3 faktor yaitu :

a. Faktor predisposisi (predisposing factors)

Faktor-faktor predisposisi, menurut Green (1980) adalah faktor-faktor

yang mendahului perilaku untuk menetapkan pemikiran atau motivasi yang

Page 36: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

terdiri dari pengetahuan, sikap, motivasi, persepsi, nilai, keyakinan dan

variabel demografi (usia, pendidikan, masa kerja).

1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,2003).

Menurut Purwanto (1990) dalam Millah (2008), pengetahuan

merupakan salah satu faktor yang menyebabkan individu berbuat atau

bertindak. Dengan demikian perbuatan atau tingkah laku seseorang dapat

terjadi menurut apa yang diketahui dan diyakini sesuai dengan

pengetahuan yang dimiliki. Setiap orang memiliki pengetahuan yang

berbeda, pengatahuan yang dimiliki seseorang merupakan peranan penting

dalam pekerjaannya. Hal ini berarti pengetahuan akan melahirkan sikap

yang akan mengarahkan seseorang untuk berbuat sesuatu.

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari

oleh pengetahuan akan lebih langsung dari pada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan. Sebaiknya apabila perilaku itu tidak didasari

oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung (Green,

1980). Hasil penelitian Angkat (2008) menunjukkan adanya hubungan

antara pengetahuan Keselamatan kerja dengan pelaksanaan pencegahan

Page 37: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

kecelakaan kerja diperoleh, diperoleh P sebesar 0,001. Tampak bahwa

nilai p= 0,001< 0,05 sehingga Ha diterima yang menyatakan bahwa ada

hubungan antara pengetahuan keselamatan kerja dengan pelaksanaan

pencegahan kecelakaan kerja pada karyawan.

Kemudian Sialagan (2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa

ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku K3 dengan nilai 13%.

Artinya ada perbedaan yang bermakna antara tingkat pengetahuan

seseorang dengan perilaku K3 yang dilakukannya. Dan Saputra (1997)

dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan

dengan perilaku K3 dengan p value 4%. Artinya ada perbedaan yang

bermakna antara tingkat pengetahuan seseorang dengan perilaku K3 yang

dilakukannya (Bachri, 2010).

2. Sikap

Menurut Notoatmodjo (2003) sikap merupakan reaksi atau respon

yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat

ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap merupakan

kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau

aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan

tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

Page 38: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu (Notoatmodjo, 2003) :

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau

mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar

atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi. Sikap positif belum

otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Hal ini

disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain :

a) Sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada

situasi saat itu.

b) Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang

mengacu kepada pengalaman orang lain.

Page 39: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

c) Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan

pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.

e. Nilai (value)

Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan

faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan untuk

terjadinya suatu tindakan, misalnya adanya fasilitas. Disamping faktor

fasilitas juga diperlukan faktor pendukung dari pihak lain untuk

terjadinya tindakan tersebut (Notoatmodjo, 2003).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sialagan (2008)

terdapat hubungan yang bermakna antara sikap karyawan dengan

perilaku aman. Lain halnya dengan penelitian. Helliyanti (2009) dan

Karyani (2005) dan yang menunjukkan bahwa tidak terdapat

hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku tidak aman

pekerja.

3. Motivasi

Motivasi berasal dari bahasa latin yang berarti to move. Secara umum

mengacu pada adanya kekuatan dorongan yang menggerakan kita untuk

berperilaku tertentu. Oleh karena itu dalam mempelajari motivasi kita

akan berhubungan dengan hasrat, keinginan, dorongan dan tujuan. Di

dalam konsep motivasi kita juga akan mempelajari sifat, kekuatan dan

ketetapan dari tingkah laku manusia (Quinn, 1995 dalam Bachri, 2010).

Page 40: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Menurut Etkiston motivasi merupakan suatu disposisi laten yang

berusaha kuat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sebelum disposisi

tersebut belum terpenuhi, maka motivasi selalu muncul ke permukaan

(Saleh dan Nisa, 2006). Sedangkan untuk memotivasi pekerja untuk

berperilaku aman dalam bekerja ada 6 prinsip dasar menurut Frank E.

Bird, 1996 yaitu :

1. Prinsip penetapan tujuan dan sasaran

2. Prinsip keterlibatan pekerja yang bersangkutan

3. Prinsip mutual interest dari pekerja

4. Prinsip psychological Appeal dari pekerja

5. Prinsip pemberian informasi kepada pekerja

6. Prinsip penguatan perilaku.

Dengan 6 prinsip dasar yang ada dapat dilakukan untuk memotivasi

pekerja untuk dapat dan harus berperilaku aman dalam bekerja

dilingkungan kerja. Sehingga dapat mengurangi frekuensi tingkat

kecelakaan yang mungkin terjadi (Bachri, 2010).

Berdasarakan penelitian Sialagan (2008) pada pekerja PT EGS

Indonesia didapatkan hubungan yang bermakna antara motivasi terhadap

perilaku K3. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Karyani (2005)

juga didapatkan hubungan yang bermakna antara motivasi dengan

perilaku K3 dalam bekerja. Dimana, motivasi pekerja yang tinggi

Page 41: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

mempunyai peluang 3 kali untuk berperilaku aman pekerja dibanding

pekerja yang mempunyai motivasi yang rendah.

4. Persepsi

Persepsi dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana seseorang

melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah bagaimana seseorang

memandang atau mengartikan sesuatu (Gibson, 1996). Persepsi

merupakan proses yang menyatu dalam diri individu terhadap stimulus

yang diterimanya. Menurut Notoadmodjo (2003) persepsi merupakan

proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsang yang

diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang

berarti dan merupakan respon yang menyeluruh dalam diri individu.

Oleh karena itu dalam penginderaan orang akan mengaitkan dengan

stimulus, sedangkan dalam persepsi orang akan mengaitkan dengan

obyek. Persepsi pada individu akan menyadari tentang keadaan sekitarnya

dan juga keadaan dirinya. Orang yang mempunyai persepsi yang baik

tentang sesuatu cenderung akan berperilaku sesuai dengan persepsi yang

dimilikinya.

Krech (1962) dalam Notoatmodjo (2003) mengatakan persepsi

dipengaruhi oleh :

a) Frame of reference yaitu kerangka pengetahuan yang dimiliki dan

diperoleh dari pendidikan, bacaan, penelitian, atau cara lain.

Page 42: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

b) Field of expreance yaitu pengalaman yang telah dialami sendiri

dan tidak terlepas dari keadaan lingkungan.

Dari beberapa uraian diatas persepsi merupakan suatu proses yang

terjadi dalam diri manusia dimana rangsangan yang diterima oleh indera

melalui proses belajar atau pengalaman diorganisasikan dan

diinterpretasikan lebih dahulu sebelum stimulus tersebut dapat dimengerti

dan direspon. Dengan kata lain persepsi adalah pendapat, penilaian, dan

keyakinan yang timbul dalam diri seseorang mengenai objek tertentu.

Berdasarkan penelitian Karyani (2005) dan Sialagan (2008), terdapat

hubungan yang bermakna antara persepsi dengan perilaku tidak aman

pekerja. Hal ini diperkuat oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Karyani (2005) bahwa responden yang memiliki persepsi kurang baik

mempunyai peluang 4.656 kali berperilaku tidak aman dibanding

responden yang persepsinya baik.

5. Nilai – Nilai

Green (1980) berpendapat bahwa nilai-nilai atau norma yang berlaku

akan membentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai atau norma yang

telah melekat pada diri seseorang. Kemudian Notoatmodjo (2003)

menambahkan bahwa didalam suatu masyarakat apa pun selalu berlaku

nilai-nilai yang menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan

hidup bermasyarakat. Misalnya, gotong royong adalah suatu nilai yang

selalu hidup di masyarakat.

Page 43: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

6. Keyakinan

Menurut Notoatmodjo (2003) keyakinan atau kepercayaan sering

diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima

kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian

terlebih dahulu. Misalnya wanita hamil tidak boleh makan telur agar tidak

kesulitan waktu melahirkan. Seseorang yang mempunyai atau meyakini

suatu kepercayaan tertentu akan mempengaruhi perilakunya dalam

menghadapi suatu penyakit yang akan berpengaruh terhadap kesehatannya

(Green 1980 dalam Notoatmodjo 2003).

7. Usia

Siagian (1995) mengatakan bahwa jika seseorang makin bertambah

usianya, maka cenderung cepat puas karena tingkat kedewasaan teknis

maupun kedewasaan psikologis. Artinya semakin bertambah usianya

maka semakin mampu menunjukkan kematangan jiwa yaitu semakin

bijaksana, semakin mampu berfikir rasional, semakin mampu

mengendalikan emosi, semakin toleran terhadap pandangan dan perilaku

yang berbeda dari dirinya sendiri, dan sifat-sifat lain yang menunjukkan

kematangan intelektual dan psikologis (Millah, 2008).

Menurut Hurlock (1994) dalam Helliyanti (2009), semakin tua usia

seseorang akan mengalami penurunan fungsi fisiologis, fungsi batin, dan

fisik sehingga kemampuan untuk menyerap ilmu juga menurun jika

dibandingkan golongan usia muda. Hal ini agak berbeda dengan

Page 44: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Simanjutak (1985), umur secara alamiah mempunyai pengaruh terhadap

kondisi fisik seseorang, ada saat usia tertentu dimana seseorang dapat

berprestasi secara maksimal tetapi ada saat dimana terjadinya penurunan

prestasi. Tingkat prestasi kerja mulai meningkat bersamaan dengan

meningkatnya umur, untuk kemudian menurun menjelang usia tua

(Halimah, 2010).

8. Pendidikan

MU Lawrevelt dalam Notoatmodjo (1993) berpendapat bahwa

pendidikan adalah setiap usaha, pengarah, perlindungan dan bantuan yang

diberikan kepada anak didik yang tertuju pada kedewasaan. Dari

pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan dapat

mempengaruhi cara berpikir dalam menghadapi pekerjaan (Millah,2008).

9. Masa Kerja

Masa kerja seseorang jika dikaitkan dengan pengalaman kerja dapat

mempengaruhi kecelakaan kerja. Terutama pengalaman dalam hal

menggunakan berbagai macam alat kerja. Semakin lama masa kerja

seseorang maka pengalaman yang diperoleh akan lebih banyak dan

memungkinkan pekerja dapat bekerja lebih aman (Dirgagunarsa, 1992).

Berdasarkan hasil studi ILO (1989) di Amerika menunjukan bahwa

kecelakaan kerja terjadi selain karena faktor mannusia, disebabkan juga

karena masih baru dan kurang pengalaman. Sedangkan menurut Cooper

(2001) orang sering berperilaku tidak aman karena orang tersebut belum

Page 45: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

pernah cedera saat melaksanakan pekerjaanya dengan tidak aman. Tetapi

jika kita melihat Heinrich‟s Triangle, sebenarnya orang tidaklah jauh dari

potensi kecelakaan. Sementara itu, Geller (2001) meyebutkan faktor

pengalaman pada tugas yang sama dan lingkungan sudah dikenal dapat

mempengaruhi orang tersebut berperilaku tidak aman dan terus berlaku

karena menyenangkan, nyaman dan menghemat waktu dan perilaku ini

cenderung berulang (Dirgagunarsa, 1992).

Pengalaman untuk kewaspadaan terhadap kecelakaan bertambah baik

sesuai usia, masa kerja diperusahaan dan lamanya bekerja ditempat kerja

yang bersangkutan. Tenaga kerja baru biasanya belum mengetahui secara

mendalam seluk beluk pekerjaan dan keselamatannya. Selain itu, mereka

sering mementingkan dahulu selesainya sejumlah pekerjaan tertentu yang

diberikan kepada mereka, sehingga keselamatan tidak cukup mendapat

perhatian. Oleh karena itu, masalah keselamatan harus dijelaskan kepada

mereka sebelum melakukan pekerjaan dan bimbingan pada hari-hari

permulaan bekerja adalah sangat penting. Dimana, dalam suatu

perusahaan pekerja-pekerja baru yang kurang berpengalaman sering

mendapatkan kecelakaan sehingga diperlukan perhatian khusus

(Suma‟mur, 1996).

Berdasarkan pendapat Suma‟mur (1996) diatas dapat disimpulkan

bahwa pengalaman dapat mempengaruhi perilaku bekerja dalam

melakukan pekerjaannya dan pengalaman dapat mengurangi resiko

Page 46: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

terjadinya kecelakaan. Dalam hal ini, pekerja yang berpengalaman dapat

lebih menekankan keselamatan dalam melakukan pekerjaannya

dikarenakan ia telah mengetahui secara mendalam seluk beluk pekerjaan

dan keselamatannya. Sedangkan pekerja yang belum berpenglaman atau

masih baru belum mengenali seluk beluk pekerjaan dan keselamatan.

b. Faktor Pemungkin (enabling factors)

Faktor pemungkin, menurut Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003)

mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas. Sarana dan

fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya

suatu perilaku, sehingga disebut sebagai faktor pendukung atau faktor

pemungkin. Faktor pemungkin diantaranya ketersedian APD dan Program

K3RS.

1) Ketersediaan APD

Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku dapat dibentuk oleh 3 faktor,

salah satunya adalah faktor pemungkin (enabling) yaitu ketersediaan

sumber-sumber/fasilitas, Kesesuaian/ Kenyamanan. Ketersediaan APD

dalam hal ini merupakan salah satu bentuk dari faktor pemungkin

perilaku, dimana suatu perilaku otomatis belum terwujud dalam suatu

tindakan jika terdapat fasilitas yang mendukung terbentuknya perilaku

tersebut.

Page 47: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Sahab (1997) mengatakan ketersediaan APD dapat mencegah perilaku

tidak aman dalam bekerja. Sistem yang didalamnya terdapat manusia

(sumber daya manusia), fasilitas merupakan salah satu hal yang penting

dalam mewujudkan penerapan keselamatan di tempat kerja. Penggunaan

APD merupakan alternatif yang paling terakhir dalam Hierarki

pengendalian bahaya. Lebih baik mendahulukan tempat kerja yang aman,

daripada pekerjaan yang safety karena tempat kerja yang memenuhi

standar keselamatan lebih menjamin terselenggaranya perlindungan bagi

tenaga kerja.

Perawat bertanggung jawab menjaga keselamatan diri sendiri dan

klien di rumah sakit melalui pencegahan kecelakaan, cidera, trauma, dan

melalui penyebaran infeksi. Berbagai cara dalam mengurangi

kemungkinan kecelakaan kerja salah satunya pemakaian alat pelindung

diri yang sangat berpengaruh pada tingkat keselamatan kerja.

APD perawat ketika praktik terdiri dari sarung tangan, alat pelindung

wajah, penutup kepala, gaun pelindung atau apron, dan alas kaki atau

sepatu. (Depkes RI, 2003). Salah satu Alat Pelindung Diri (APD) yang

dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi antara perawat

dengan pasien selain masker adalah sarung tangan.

Pengunaan APD seperti sarung tangan sangatlah mutlak dilakukan, di

samping pengunaan alat – alat medis yang steril dalam pengunaan alat –

alat medis yang steril dalam setiap pemberian tindakan perawatan.

Page 48: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Meskipun terkesan sebagai alat yang sederhana, namun sarung tangan

harus di pakai dalam setiap tindakan medis invasif. Pemakaian sarung

tangan bertujuan untuk melindungi tangan dari kontak dengan darah,

semua jenis cairan tubuh, sekret dan selaput lendir. Tahun 1889 sarung

tangan di perkenalkan pertama kalinya sebagai salah satu prosedur

perlindungan dalam melakukan tindakan medis. Selain melindungi

petugas kesehatan, sarung tangan juga mengurangi penyebaran infeksi

pada pasien (DepKes, 2003).

2) Program K3RS

Program K3RS merupakan salah satu bentuk fasilitas pendukung

yang dapat membentuk perilaku aman dalam bekerja. Untuk menguatkan

perilaku keselamatan dan kesehatan kerja diperlukan upaya K3RS guna

mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK)

sehingga produktifitas optimal (Chiou ST, dkk, 2013).

K3RS merupakan upaya terpadu seluruh pekerja Rumah Sakit, pasien,

pengunjung/pengantar orang sakit untuk menciptakan lingkungan kerja,

tempat kerja Rumah Sakit yang sehat, aman dan nyaman baik bagi pekerja

Rumah Sakit, pasien, pengunjung/pengantar orang sakit maupun bagi

masyarakat dan lingkungan sekitar Rumah Sakit. Program K3 di rumah

sakit bertujuan untuk melindungi keselamatan dan kesehatan serta

meningkatkan produktifitas pekerja, melindungi keselamatan pasien,

pengunjung, dan masyarakat serta lingkungan sekitar Rumah Sakit.

Page 49: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Kinerja setiap petugas petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan

resultante dari tiga komponen yaitu kapasitas kerja, beban kerja, dan

lingkungan kerja.

Program K3RS yang harus ditetapkan adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1

Program K3RS

1 Pengembangan kebijakan K3RS

a. Pembentukan atau revitalisasi organisasi K3RS

b. Merencanakan program K3RS selama 3 tahun ke depan.

(setiap 3 tahun dapat direvisi kembali, sesuai dengan

kebutuhan

2 Pembudayaan perilaku K3RS

a. Advokasi sosialisasi K3 pada seluruh jajaran rumah sakit

baik bagi SDM rumah sakit, pasien, pengantar

pasien/pengunjung rumah sakit.

b. Penyebaran media komunikasi dan informasi baik melalui

film, leaflet, poster, pamflet dll.

c. Promosi K3 pada setiap pekerja yang bekerja di setiap unit

RS dan pada para pasien serta para pengantar

pasien/pengunjung rumah sakit

3 Pengembangan SDM K3RS

a. Pelatihan umum K3RS

b. Pelatihan intern rumah sakit, khususnya SDM per unit

rumah sakit

c. Pengiriman SDM rumah sakit untuk pendidikan formal,

pelatihan lanjutan, seminar dan workshop yang berkaitan

dengan K3.

4 Pengembangan Pedoman, Petunjuk Teknis dan Standard

Operational Procedure (SOP) K3RS

a. Penyusunan pedoman praktis ergonomi di Rumah Sakit;

b. Penyusunan pedoman pelaksanaan pelayanan kesehatan

kerja;

c. Penyusunan pedoman pelaksanaan pelayanan keselamatan

kerja ;

d. Penyusunan pedoman pelaksanaan tanggap darurat di RS;

e. Penyusunan pedoman pelaksanaan pencegahan dan

penanggulangan kebakaran;

f. Penyusunan pedoman pengelolaan penyehatan lingkungan

Rumah Sakit;

g. Penyusunan pedoman pengelolaan faktor risiko dan

pengelolaan limbah Rumah Sakit;

Page 50: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

h. Penyusunan petunjuk teknis pencegahan kecelakaan dan

penanggulangan bencana;

i. Penyusunan kontrol terhadap penyakit infeksi;

j. Penyusunan SOP angkat angkut pasien di Rumah Sakit;

k. Penyusunan SOP terhadap Bahan Beracun dan Berbahaya

(B3);

l. Penyusunan SOP kerja dan peralatan di masing-masing unit

kerja Rumah Sakit.

5 Pemantauan dan evaluasi kesehatan lingkungan tempat kerja

a. Mapping lingkungan tempat kerja (area atau tempat kerja

yang dianggap berisiko dan berbahaya, area/tempat kerja

yang belum melaksanakan program K3RS, area/tempat

kerja yang sudah melaksanakan program K3RS,

area/tempat kerja yang sudah melaksanakan dan

mendokumentasikan pelaksanaan program K3RS);

b. Evaluasi lingkungan tempat kerja (walk through dan

observasi, wawancara SDM Rumah Sakit, survei dan

kuesioner, checklist dan evaluasi lingkungan tempat kerja

secara rinci

6 Pelayanan kesehatan kerja

a. Melakukan pemeriksaan kesehatann sebelum bekerja,

pemeriksaan kesehatan berkala, dan pemeriksaan

kesehatan khusus bagi SDM Rumah Sakit;

b. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi

bagi SDM Rumah Sakit yang menderita sakit

c. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani)

dan kemampuan fisik SDM Rumah Sakit;

d. Perlindungan spesifik dengan pemberian imunisasi pada

SDM Rumah Sakit yang bekerja pada area/tempat kerja

yang berisiko dan berbahaya;

7 Pelayanan Keselamatan kerja

a. Pembinaan dan pengawasan keselamatan/keamanan sarana

,prasarana dan peralatan kesehatan di Rumah Sakit;

b. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan

kerja

c. Pengelolaan, pemeliharaan dan sertifikasi sarana,

prasarana dan peralatan Rumah Sakit;

d. Pengadaan peralatan K3RS.

8 Pengembangan program pemeliharaan pengelolaan limbah

padat, cair dan gas

a. Penyediaan fasilitas untuk penanganan dan pengelolaan

limbah padat, cair dan gas;

b. Pengelolaan limbah medis dan nonmedis.

9 Pengelolaan jasa, bahan beracun berbahaya dan barang

berbahaya

Page 51: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

a. Inventarisasi jasa, bahan beracun berbahaya dan barang

berbahaya (Permenkes No.472 tahun 1996);

b. Membuat kebijakan dan prosedur pengadaan, penyimpanan

dan penanggulangan bila terjadi kontaminasi dengan acuan

Lembar Data Keselamatan Bahan (MSDS-Material Safety

Data Sheet) atau Lembar Data Pengaman (LDP); lembar

informasi dari pabrik tentang sifat khusus (fisik/kimia) dari

bahan, cara penyimpanan, risiko

10 Pengembangan manajemen tanggap darurat

a. Menyusun rencana tanggap darurat(survey bahaya,

membentuk tim tanggap darurat, menetapkan prosedur

pengendalian, pelatihan dll);

b. Pembentukan organisasi/tim kewaspadaan bencana;

c. Pelatihan dan uji coba terhadap kesiapan petugas tanggap

darurat

d. Inventarisasi tempat-tempat yang berisiko dan berbahaya

serta membuat denahnya (laboratorium, rontgen, farmasi,

CSSD, kamar operasi, genset, kamar isolasi penyakit

menular dll);

e. Menyiapkan sarana dan prasarana tanggap darurat/bencana;

f. Membuat kebijakan dan prosedur kewaspadaan, upaya

pencegahan dan pengendalian bencana pada tempat-tempat

yang berisiko tersebut;

g. Membuat rambu-rambu/tanda khusus jalan keluar untuk

evakuasi apabila terjadi bencana;

h. Memberikan Alat Pelindung Diri (APD) pada petugas di

tempat-tempat yang berisiko (masker, apron, kaca mata,

sarung tangan dll);

i. Sosialisasi dan penyuluhan ke seluruh SDM Rumah Sakit;

j. Pembentukan sistem komunikasi internal dan eksternal

tanggap darurat Rumah Sakit;

k. Evaluasi sistem tanggap darurat.

11 Pengumpulan, pengolahan, dokumentasi data dan pelaporan

kegiatan K3

a. Menyusun prosedur pencatatan dan pelaporan serta

penanggulangan kecelakaan kerja, PAK, kebakaran dan

bencana (termasuk format pencatatan dan pelaporan yang

sesuai dengan kebutuhan);

b. Pembuatan sistem pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya

alur pelaporan kejadian nyaris celaka dan celaka serta SOP

pelaporan, penanganan dan tindak lanjut kejadian nyaris

celaka (near miss) dan celaka

c. Pendokumentasian data

12 Review program tahunan

a. Melakukan internal audit K3 dengan menggunakan

instrumen self assessment akreditasi Rumah Sakit;

Page 52: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

b. Umpan balik SDM Rumah Sakit melalui wawancara

langsung, observasi singkat, survey tertulis dan kuesioner,

dan evaluasi ulang;

c. Analisis biaya terhadap SDM Rumah Sakit atas kejadian

penyakit dan kecelakaan akibat kerja;

d. Mengikuti akreditasi Rumah Sakit. Sumber : KEPMENKES RI Nomor: 1087/MENKES/SK/VIII/2010 tentang Standar

Kesehatan dan keselamatan kerja Di rumah sakit

c. Faktor Penguat (reinforcing factors)

Reinforcing factors atau faktor penguat, adalah faktor yang menentukan

apakah tindakan kesehatan mendapatkan dukungan atau tidak dengan

memberikan reward, insentif, dan punishment seperti undang-undang,

kebijakan, SOP dan Pengawasan (Notoatmodjo,2003).

1) Standar Operasional Prosedur (SOP)

Menurut Lina (2004) dalam Desi (2013) SOP merupakan serangkaian

prosedur kerja yang ada di perusahaan yang digunakan untuk

mengendalikan jenis pekerjaan yang berpotensi terjadinya kecelakaan.

Dalam suatu perusahaan, peraturan kerja biasanya diawali dari bentuk

pedoman atau petunjuk kerja. Prosedur kerja ini berisi tentang

keselamatan yang berkaitan dengan pengolahan material, proses

menjalankan mesin atau pekerjaan lainnya. Prosedur kerja ini tidak dapat

menggantikan alat-alat perlindungan, tetapi berguna sebagai penunjang

penggunaan alat-alat pengaman.

Sedangkan menurut Depkes RI (2004), Standar Operasional Prosedur

adalah suatu perangkat instruksi atau langkah-langkah kegiatan yang

Page 53: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

dibakukan untuk memenuhi kebutuhan tertentu klien. Merupakan tatacara

atau tahapan yang harus dilalui dalam suatu proses kerja tertentu, yang

dapat diterima oleh seorang yang berwenang atau yang bertanggungjawab

untuk mempertahankan tingkat penampilan atau kondisi tertentu sehingga

suatu kegiatan dapat diselesaikan secara efektif dan efisien.

Pedoman atau prosedur kerja ini tidak ada manfaatnya jika tidak

diamati, apabila setiap prosedur kerja telah dapat dijalani dengan baik

maka prosedur kerja tersebut dapat ditetapkan menjadi suatu ketentuan

atau peraturan dengan disertai pengadaan sesuatu yang perlu.

2) Pengawasan

Pengawasan adalah kegiatan manajer yang mengusahakan agar

pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan atau hasil

yang dikehendaki. Agar pengawasan berhasil maka manajer harus

melakukan kegiatan-kegiatan pemeriksaan, pengecekan, pengcocokan,

inspeksi, pengendalian dan berbagai tindakan yang sejenis dengan itu,

bahkan bilamana perlu mengatur dan mencegah sebelumnya terhadap

kemungkinan kemungkinan adanya yang mungkin terjadi (Sarwono,

1991).

Syarat-syarat pengawasan agar pengawasan dapat berjalan efisien

perlu adanya sistem yang baik daripada pengawasan tersebut. Sistem yang

baik ini menurut William H. Newman seperti yang dikutip dari buku

Sarwono (1991), memerlukan beberapa syarat sebagai berikut:

Page 54: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

a) Harus memperhatikan atau disesuaikan dengan sifat dan kebutuhan

organisasi

b) Harus mampu menjamin adanya tindakan perbaikan (checking,

reporting, corrective action).

c) Harus luwes.

d) Harus memperhatikan faktor-faktor dan tata organisasi di dalam mana

pengawasan akan dilaksanakan.

e) Harus ekonomis dalam hubungan dengan biaya.

f) Harus memperhatikan pula prasyarat sebelum pengawasan itu dimulai

yaitu:

1) Harus ada rencana yang jelas

2) Pola/tata organisasi yang jelas (jelas tugas-tugas dan

kewenangan-kewenangan yang terdapat dalam organisasi yang

bersangkutan).

Di samping syarat-syarat di atas dapat pula dikemukakan hal-hal

sebagai ciri (sifat) pengawasan yang baik:

1) Pengawasan harus bersifat “fact finding”, artinya pengawas harus

menemukan fakta-fakta tentang bagaimana tugas-tugas dijalankan

dalam organisasi.

Page 55: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

2) Pengawasan harus bersifat preventif, artinya harus dapat mencegah

timbuknya penyimpangan-penyimpangan dan penyelewengan-

penyelewengan dari rencana semula.

3) Pengawasan diarahkan kepada masa sekarang.

4) Pengawasan hanya sekedar alat untuk meningkatkan efisiensi dan

tidak boleh dipandang sebagai tujuan

5) Karena pengawasan hanya sekedar alat administrasi, pelaksanaan

pengawasan harus mempermudah tercapainya tujuan.

6) Pengawasan tidak dimaksudkan untuk terutama menemukan siapa

yang salah jika ada ketidakberesan, akan tetapi untuk menemukan apa

yang tidak betul.

7) Pengawasan bersifat harus membimbing agar supaya para pelaksana

meningkatkan kemampuannya untuk melaksanakan tugas yang telah

ditentukan baginya.

Teknik pengawasan dapat dilakukan dengan mempergunakan cara-cara

sebagai berikut :

1) Pengawasan langsung

Pengawasan langsung adalah pengawasan yang dilakukan oleh

manajer pada waktu kegiatan-kegiatan sedang berjalan. Pengawasan

ini dapat berbentuk inspeksi langsung, observasi di tempat (on the spot

observation) dan laporan di tempat (on the spot report) yang berarti

Page 56: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

juga penyampaian keputusan di tempat bila diperlukan, karena makin

kompleksnya tugas seorang manajer, pengawasan langsung tidak

selalu dapat dijalankan dan sebagai gantinya sering dilakukan dengan

pengawasan tidak langsung.

2) Pengawasan tidak langsung

Pengawasan tidak langsung adalah pengawasan dari jarak jauh melalui

laporan yang disampaikan oleh para bawahan. Laporan ini dapat

berbentuk laporan tertulis dan lisan. Kelemahan pengawasan bentuk

ini adalah bahwa dalam laporan-laporan tersebut tidak jarang hanya

dibuat laporan-laporan yang baik saja yang diduga akan

menyenangkan atasan. Manajer yang baik akan meminta laporan

tentang hal-hal yang baik maupun yang tidak baik. Sebab kalau

laporan tersebut berlainan dengan kenyataan selain akan menyebabkan

kesan yang berlainan juga pengambilan keputusan yang salah.

2.3 Profesi Perawat

2.3.1 Pengertian Perawat

Menurut Undang-Undang Kesehatan No.23 tahun 1992, menyebutkan

bahwa perawat adalah orang yang memiliki kemampuan dan kewenangan

melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang

diperoleh melalui pendidikan keperawatan.

Page 57: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

2.3.2 Peran, Fungsi dan Tugas Perawat

Peran utama perawat professional adalah memberikan asuhan

keperawatan kepada manusia (sebagai objek utama kajian filsafat ilmu

keperawatan: ontologism) yang meliputi (Nursalam, 2007) :

a) Memperhatikan individu dalam konteks sesuai kehidupan dan

kebutuhan klien

b) Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi

masalah keperawatan, mulai dari pemeriksaan fisik, psikis dan

spiritual

c) Memberikan asuhan keperawatan kepada klien (klien, keluarga, dan

masyarakat) mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks.

Selain itu menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 dalam

Nursalam (2007) juga diesebutkan bahwa perawat mempunyai peran

penting terhadap klien, berikut beberapa peran perawat yaitu :

1) Sebagai pemberi asuhan keperawatan. Peran ini dapat

dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan

dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan

keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari

yang sederhana sampai dengan kompleks.

2) Sebagai advokat klien. Peran ini dilakukan perawat dalam

membantu klien & keluarga dalam menginterpretasikan

Page 58: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

berbagai informasi dari pemberi pelayanan khususnya dalam

pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan. Perawat

juga berperan dalam mempertahankan & melindungi hak-hak

pasien meliputi :

a) Hak atas pelayanan sebaik-baiknya

b) Hak atas informasi tentang penyakitnya

c) Hak atas privasi

d) Hak untuk menentukan nasibnya sendiri

e) Hak menerima ganti rugi akibat kelalaian

3) Sebagai educator. Peran ini dilakukan dengan membantu klien

dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan, gejala

penyakit bahkan tindakan yang diberikan sehingga terjadi

perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan

kesehatan.

4) Sebagai coordinator. Peran ini dilaksanakan dengan

mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi pelayanan

kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberi pelayanan

kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan klien.

5) Sebagai kolaborator. Peran ini dilakukan karena perawat

bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter,

fisioterapi, ahli gizi dll dengan berupaya mengidentifikasi

pelayanan keperawatan yang diperlukan.

Page 59: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

6) Sebagai konsultan. Perawat berperan sebagai tempat konsultasi

dengan mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan yang

sistematis & terarah sesuai dengan metode pemberian

pelayanan keperawatan.

7) Sebagai pembaharu. Perawat mengadakan perencanaan,

kerjasama, perubahan yang sistematis & terarah sesuai dengan

metode pemberian pelayanan keperawatan.

Dalam Nursalam (2007) juga dijelaskan bahwa menurut Kozier

(1991) terdapat tiga fungsi perawat dalam melaksanakan perannya,

yaitu:

a. Fungsi Independen. Merupakan fungsi mandiri & tidak tergantung

pada orang lain, dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya

dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam

melakukan tindakan untuk memenuhi KDM.

b. Fungsi Dependen. Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan

kegiatannya atas pesan atau instruksi dari perawat lain sebagai

tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Biasanya dilakukan

oleh perawat spesialis kepada perawat umum, atau dari perawat

primer ke perawat pelaksana.

c. Fungsi Interdependen. Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim

yang bersifat saling ketergantungan diantara tim satu dengan yang

Page 60: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

lainnya. Fungsi ini dapat terjadi apabila bentuk pelayanan

membutuhkan kerjasama tim dalam pemebrian pelayanan.

Keadaan ini tidak dapat diatasi dengan tim perawat saja melainkan

juga dari dokter ataupun lainnya.

Berikut ini adalah merupakan uraian tugas perawat secara umum,

yaitu :

1. Melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standard

2. Mengadakan serah terima (operan) dinas dengan tim/grup

lain (grup petugas pengganti) shift selanjtnya mengenai :

a) Kondisi pasien

b) Logistik keperawatan

c) Administrasi rumah sakit

d) Pelayanan penunjang

e) Kolaborasi program pengobatan.

3. Membaca buku laporan shift sebelumnya

4. Melanjutkan tugas-tugas yang belum dapat diselesaikan

oleh shift sebelumnya

5. Merundingkan pembagian tugas dengan anggota grupnya

6. Menyiapkan perlengkapan untuk pelayanan dan visit dokter

7. Mendampingi dokter visit, mencatat dan melaksanakan

program pengobatan dokter

Page 61: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

8. Memberikan terapi baik oral maupun injeksi kepada pasein.

9. Membantu melaksanakan rujukan seperti mengantar pasien

untuk kegiatan pemeriksaan rontgen/ lab.

10. Mempersiapkan ruangan operasi

11. Memandikan pasien atau mengganti balutan

12. Memberikan makanan pada pasien

13. Melaksanakan orientasi terhadap pasien/keluarga baru,

mengenai :

a) Tata tertib ruangan

b) Perawat yang bertugas

14. Menyiapkan pasien pulang dan memberi penyuluhan

kesehatan

15. Memelihara kebersihan ruang rawat dengan :

a) Mengatur tugas cleaning service

b) Mengatur tata tertib ruangan yang ditujukan kepada

semua petugas, peserta didik dan pengunjung

ruangan

16. Membantu kepala ruangan membimbing peserta didik

keperawatan

17. Membantu kepala ruangan untuk menilai mutu pelayanan

asuhan keperawatan serta tenaga keperawatan

Page 62: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

18. Menulis laporan tim mengenai kondisi pasien dan

lingkungan

19. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien/keluarga

20. Menjelaskan tata tertib rumah sakit, hak dan kewajiban

pasien.

2.3.3 Potensi Bahaya dan Resiko pada Perawat di Rumah Sakit

Perawat berisiko terhadap bahaya-bahaya potensial di Rumah Sakit

yang disebabkan oleh faktor biologi (virus, bakteri,jamur,parasit); faktor

kimia (antiseptik, reagent, gas anestesi); faktor ergonomi (lingkungan

kerja,cara kerja, dan posisi kerja yang salah); faktor fisik (suhu, cahaya,

bising, listrik, getaran dan radiasi) dan faktor psikososial (kerja bergilir,

beban kerja, hubungan sesama pekerja/atasan, stress kerja) yang dapat

mengakibatkan penyakit dan kecelakaan akibat kerja.

PAK di Rumah Sakit, umumnya berkaitan dengan faktor biologi

(kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien); faktor kimia

(pemaparan dalam dosis kecil yang terus menerus seperti antiseptik pada

kulit, gas anestesi pada hati); faktor ergonomi (cara duduk salah, cara

mengangkat pasien salah); faktor fisik (panas pada kulit, tegangan tinggi

pada sistem reproduksi, radiasi pada sistem produksi sel darah); faktor

psikologis (ketegangan di kamar bedah, penerimaan pasien gawat darurat,

bangsal penyakit jiwa, dan lain-lain).

Page 63: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Tabel 2.2

Bahaya-bahaya potensial di Rumah Sakit

Bahaya

Fisik

Diantaranya : radiasi pengion, radiasi non-pengion, suhu panas, suhu

dingin, bising, getaran, pencahayaan

Bahaya

Kimia

Diantaranya Ethylene Oxide, Formaldehyde, Glutaraldehyde, Ether,

Halothane, Etrane,Mercury, Chlorine

Bahaya

Biologi

Diantaranya Virus (misal : Hepatitis B, Hepatitis C, Influenza, HIV),

Bakteri (misal : S. Saphrophyticus, Bacillus sp., Porionibacterium sp.,

H.Influenzae, S.Pneumoniae, N.Meningitidis, B.Streptococcus,

Pseudomonas) Jamur (misal : Candida) dan Parasit (misal : S.

Scabiei)

Bahaya

Ergonomi

Cara kerja yang salah, diantaranya posisi kerja (membungkuk,

mengangkat,dll)

Bahaya

Psikososial

Diantaranya kerja shift, stress beban kerja, hubungan kerja, post

traumatic

Bahaya

Mekanik

Diantaranya terjepit, terpotong, terpukul, tergulung, tersayat, tertusuk

benda tajam

Bahaya

Listrik

Diantaranya sengatan listrik, hubungan arus pendek, kebakaran, petir,

listrik statis

Kecelakaan Diantaranya kecelakaan benda tajam

Limbah RS Diantaranya limbah medis (jarum suntik,vial obat, nanah, darah)

limbah non medis, limbah cairan tubuh manusia (misal : droplet, liur,

sputum). Sumber : KEPMENKES RI Nomor : 1087/MENKES/SK/VIII/2010 tentang Standar Kesehatan dan

keselamatan kerja Di rumah sakit

2.4 Kerangka Teori

Dalam penelitian ini, teori yang digunakan mengacu pada teori Green

(1980), dimana dalam teori tersebut terdapat 3 faktor yang mempengaruhi

perilaku manusia yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor penguat.

Menurut Green faktor predisposisi terdiri dari pengetahuan, sikap,

motivasi, persepsi, nilai-nilai, keyakinan dan variabel demografi (usia,

pendidikan, masa kerja). Sedangkan faktor pemungkin yang mencakup tersedia

atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana keselamatan kerja,

Page 64: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

misalnya ketersedian APD (alat pelindung diri) dan adanya Program K3RS. Dan

faktor penguat yang meliputi undang-undang, peraturan-peraturan, pengawasan,

SOP (standar operasional prosedur) dan sebagainya.Hal tersebut digambarkan

sebagai berikut :

Bagan 2.1

Kerangka Teori

Sumber : Green (1980)

PERILAKU

Faktor Predisposisi

Pengetahuan

Sikap

Persepsi

Motivasi

Nilai-nilai

Keyakinan

Usia

Pendidikan

Masa kerja

Faktor Pemungkin

Ketersediaan sumber-sumber/fasilitas,

Kesesuaian/ Kenyamanan

Faktor Penguat

Undang-Undang Peraturan

SOP

Pengawasan

Page 65: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

BAB III

KERANGKA BERPIKIR DAN DEFINISI ISTILAH

3.1 Kerangka Berpikir

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku aman pada

perawat di Rumah Sakit Islam Asshobirin. Dalam penelitian ini yang diamati

perilaku aman yang dipengaruhi oleh faktor predisposisi terdiri dari pengetahuan,

sikap, motivasi, dan masa kerja, lalu faktor pemungkin yang terdiri dari

ketersedian alat pelindung diri (APD) dan program K3RS. Serta faktor penguat

yaitu standar operasional prosedur (SOP) dan pengawasan. Menurut Notoatmodjo

(2003) faktor yang menentukan perilaku terdiri dari :

1. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi terdiri dari pengetahuan, sikap, motivasi, persepsi,

nilai-nilai, keyakinan dan variabel demografi (usia, pendidikan, masa kerja).

Pengetahuan dapat mempengaruhi seseorang berperilaku hal ini terjadi karena

perbuatan atau tingkah laku seseorang dapat terjadi menurut apa yang

diketahui dan diyakini sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. Setiap orang

memiliki pengetahuan yang berbeda, pengatahuan yang dimiliki seseorang

merupakan peranan penting dalam berperilaku aman dalam bekerja.

Page 66: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Motivasi dapat mepengaruhi perilaku K3, secara umum motivasi

mengacu pada adanya kekuatan dorongan yang menggerakan sesorang untuk

berperilaku tertentu. Dengan adanya suatu dorongan dapat mempengaruhi

seseorang untuk berperilaku aman.

Dan masa kerja seseorang jika dikaitkan dengan pengalaman kerja

dapat mempengaruhi kecelakaan kerja. Terutama pengalaman dalam hal

menggunakan berbagai macam alat kerja. Semakin lama masa kerja seseorang

maka pengalaman yang diperoleh akan lebih banyak dan memungkinkan

pekerja dapat bekerja lebih aman.

Adapun persepsi, nilai-nilai, keyakinan, usia dan pendidikan tidak

dilakukan penelitian dengan alasan persepsi seseorang terbentuk dari

pengetahuan dan pengalaman seseorang (Krech, 1962) yang dapat terlihat

dalam variabel pengetahuan dan masa kerja, Sedangkan nilai-nilai dan

keyakinan perawat di Rumah Sakit Islam Asshobirin menurut peneliti

homogen karena mayoritas beragama islam. Untuk usia bersifat homogen

karena rata-rata merupakan usia produktif kerja dan pendidikan perawat

bersifat homogen juga dikarenakan rata-rata lulusan pendidikan keperawatan.

2. Faktor Pemungkin

Faktor pemungkin yang mencakup lingkungan fisik, tersedia atau

tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana keselamatan kerja,

misalnya ketersedianya alat pelindung diri (APD) dan program K3RS.

Ketersediaan APD dapat mencegah perilaku tidak aman dalam bekerja.

Page 67: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Sistem yang didalamnya terdapat manusia (sumber dan manusia) dan fasilitas

merupakan salah satu hal yang penting dalam mewujudkan penerapan

keselamatan di tempat kerja.

Dan program K3RS merupakan upaya terpadu dari seluruh SDM

Rumah Sakit, pasien, serta pengunjung atau pengantar orang sakit untuk

menciptakan lingkungan kerja RS yang sehat, aman dan nyaman termasuk

pemukiman masyarakat sekitarnya, dengan diterapkannya K3RS dapat

memperkuat perilaku aman pada perawat untuk meningkatkan keselamatan

dan kesehatan kerja.

3. Faktor penguat

Faktor penguat meliputi undang-undang, peraturan-peraturan,

pengawasan, standar operasional prosedur dan sebagainya. Pada penelitian ini

alasan standar operasional prosedur (SOP) dan pengawasan saja yang diambil

dikarenakan standar operasional prosedur telah mencakup terhadap peraturan.

Sedangkan pengawasan menurut Sarwono (1991) merupakan kegiatan

manajer yang mengusahakan agar pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana

yang ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki. Azwar (1998) dalam

Annishia (2010) menyatakan bahwa dengan adanya pengawasan dan

peraturan yang mengikutinya merupakan salah satu faktor yang akan

mempengaruhi perilaku seseorang.

Page 68: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Kerangka berpikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bagan 3.1

Kerangka Berpikir

Faktor Predisposisi

Faktor Pemungkin

Faktor Penguat

4. Masa Kerja

1. Pengetahuan

2. Sikap

3. Motivasi

1. Ketersediaan APD

APD

2. Program K3RS

1. SOP

2. Pengawasan

Perilaku Aman Bekerja

Page 69: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

3.2 Definisi Istilah

Tabel 3.1

Definisi Istilah

No Istilah Definisi Cara

Ukur

Alat

Ukur

Hasil Ukur Sumber

Informasi

1 Perilaku

aman

bekerja

Tindakan atau

perbuatan dari perawat

yang memperkecil

kemungkinan

terjadinya kecelakaan

saat bekerja, seperti

menggunakan APD,

sesuai SOP,dll.

(Heinrich, 1980).

Indepth

interview

dan

observasi

Pedoman

Indepth

interview

Dan

lembar

observasi

Informasi

mengenai

wujud perilaku

aman dalam

bekerja.

Perawat,

Kepala

Ruangan dan

Kepala

Perawat

2 Pengetahuan Segala informasi yang

telah diketahui dan

dipahami oleh perawat

tentang perilaku aman

dalam bekerja

(Annishia, 2011).

Indepth

interview

Pedoman

Indepth

interview

Informasi

mengenai

pengetahuan

perawat

mengenai

perilaku aman.

Perawat,

Kepala

Ruangan dan

Kepala

Perawat

3 Sikap Kecenderungan untuk

berespons

positif atau negatif

terhadap

perilaku aman

(Annishia, 2011).

Indepth

interview

dan

observasi

Pedoman

Indepth

interview

dan

lembar

obsevasi

Gambaran

positif atau

negatif

mengenai:

Penilaian

dalam

menghadapi

bahaya yang

ada di RS,

penilaian

terhadap

penyediaan

APD, penilaian

terhadap

adanya

peraturan atau

SOP.

Perawat,

Kepala

Ruangan dan

Kepala

Perawat

Page 70: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

4 Motivasi Dorongan yang

membuat perawat

untuk berperilaku

aman (Annishia,

2011).

Indepth

interview

Pedoman

Indepth

interview

Informasi

mengenai

motivasi apa

yang membuat

perawat

berperilaku

aman

Perawat,

Kepala

Ruangan dan

Kepala

Perawat

5 Masa Kerja Waktu yang telah

dijalani perawat dalam

menjalankan

kerja.(Dirgagunarsa,

1992)

Indepth

interview

dan

telaah

dokumen

Pedoman

Indepth

interview

dan

lembar

telaah

dokumen

Informasi

mengenai masa

kerja yang

sudah dijalani

perawat selama

ini

Perawat

6 Ketersedian

APD

Ketersedian alat

pelindung diri di

rumah sakit dalam

melakukan asuhan

keperawatan seperti

sarung tangan dan

masker serta peraturan

yang ada di rumah

sakit (Depkes, 2003)

Indepth

interview

dan

observasi

Pedoman

Indepth

interview

dan

lembar

observasi

Informasi

mengenai

ketersedian

APD untuk

perawat dan

peraturan di

RS.

Perawat,

Kepala

Ruangan,

Kepala

Perawat,

Kabid

Pelayanan

Medis dan

Keperawatan

7 Program

K3RS

Upaya terpadu dari

seluruh SDM RS,

pasien, serta

pengunjung atau

pengantar orang sakit

untuk menciptakan

lingkungan kerja RS

yang sehat, aman dan

nyaman termasuk

pemukiman

masyarakat sekitarnya

(KEPMENKES RI,

2010).

Indepth

interview

Pedoman

Indepth

interview

Informasi

mengenai

program apa

saja yang telah

ada di Rumah

Sakit terkait

K3RS.

Perawat,

Kepala

Ruangan,

Kepala

Perawat,

Kabid

Pelayanan

Medis dan

Keperawatan

8 SOP Suatu perangkat

instruksi atau langkah-

langkah kegiatan

untuk bekerja secara

aman yang dibakukan

untuk memenuhi

kebutuhan tertentu

Indepth

interview

dan

telaah

dokumen

Pedoman

Indepth

interview

dan

lembar

telaah

dokumen

Informasi

mengenai ada

atau tidak

adanya SOP

terkait

peerilaku aman

saat bekerja

Perawat,

Kepala

Ruangan,

Kepala

Perawat,

Kabid

Pelayanan

Page 71: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

klien (Depkes, 2004). Medis dan

Keperawatan

9 Pengawasan Kegiatan manajer atau

supervisi yang

mengusahakan agar

pekerjaan sesuai

dengan ketetapan

(Sarwono, 1991).

Indepth

intervie ,

observasi

dan

telaah

dokumen

Pedoman

Indepth

interview ,

lembar

observasi

dan

lembar

telaah

dokumen

Informasi

mengenai

dilakukan

pengawasan

atau tidak

terkait perilaku

aman bekerja

terhadap

perawat di

rumah sakit.

Perawat,

Kepala

Ruangan dan

Kepala

Perawat.

Page 72: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam

mengenai penyebab perilaku aman bekerja pada perawat. Metode ini menyajikan

secara langsung hubungan antara peneliti dengan orang yang akan memberikan

informasi, sehingga memungkinkan untuk mendapatkan hal-hal yang tersirat

(insight) mengenai perilaku aman bekerja pada perawat.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2013 di Rumah

Sakit Islam Asshobirin yang berlokasi di Jalan Raya Serpong KM.11, Pondok

Jagung – Tangerang Selatan.

4.3 Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini ditentukan dengan metode purposive sampling.

Pemilihan informan dilakukan secara langsung melalui pertimbangan -

pertimbangan yang ditentukan peneliti sesuai dengan tujuan dan masalah

penelitian (Bungin, 2010). Selain itu untuk menentukan jumlah informan

Page 73: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

dilakukan dengan teknik sequential yaitu jumlah informan yang dipilih tidak

ditentukan batasannya sampai peneliti menilai data yang dikumpulkan dari

sejumlah informan tersebut telah mencapai titik jenuh atau tidak ada hal baru lagi

yang dapat dikembangkan (Neuman, 2003). Mengacu pada prinsip tersebut, maka

informan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu :

1. Informan utama yaitu perawat yang mencerminkan perilaku aman dalam

bekerja dan yang berperilaku tidak aman.

2. Informan kunci yaitu Kepala Ruangan yang bertanggung jawab di ruangan

perawat bekerja yang mengetahui mengenai perilaku informan utama dan

Kepala Perawat.

3. Informan pendukung yaitu Kepala Bidang Pelayanan Medis dan Keperawatan.

4.4 Kriteria Informan Utama

Untuk menetapkan informan utama, peneliti melakukan observasi terlebih

dahulu sebelum melakukan wawancara mendalam. Observasi dilakukan kepada

perawat dengan mengamati secara langsung perilakunya saat bekerja tanpa

diketahui oleh perawat dengan menggunakan lembar observasi. Pengamatan

dilakukan selama sebulan yang tidak menentu waktunya tergantung dengan shift

perawat. Dalam melakukan observasi terhadap informan peneliti menggunakan

kriteria atau indikator sebagai berikut :

Page 74: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Tabel 4.1

Kriteria Informan Utama

No Indikator Perilaku Aman Bekerja

1 Bekerja menggunakan APD berupa :

1) Masker untuk setiap tindakan.

2) Sarung tangan untuk tindakan tertentu seperti menyuntik,

memasang infus, mengganti balutan luka, memandikan

pasien, dsb.

2 Bekerja sesuai peraturan dan SOP di rumah sakit.

3 Mengambil posisi kerja yang aman seperti cara mengangkat yang

benar, tidak membungkuk saat bekerja, dsb.

4 Bekerja dengan kecepatan yang sesuai (tidak terburu-buru dan

sembrono).

5 Disiplin dan hati-hati dalam bekerja. (Sumber : Heinrich, 1980)

4.5 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen utama, namun

untuk memperoleh data yang dibutuhkan dibantu dengan instrumen lain berupa

pedoman wawancara mendalam mengenai prilaku aman dan faktor yang

mempengaruhinya. Adapun jenis wawancara yang akan penulis gunakan dalam

penelitian ini dengan cara mewawancarai responden secara perorangan. Hal ini

menurut peneliti sangat efektif untuk mendapatkan data yang lebih valid dan

akurat. Disamping itu untuk mendapatkan kejelasan dan kekuatan digunakan

instrument pendukung berupa lembar observasi, alat pencatat, kamera, dan

perekam suara.

Page 75: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

4.6 Sumber dan Pengumpulan Data

Sumber data dari penelitian ini, yaitu :

1. Data primer

Data yang langsung dikumpulkan oleh peniliti dari informan. Data primer

yang dibutuhkan adalah mengenai perilaku aman dan faktor yang

mempengaruhinya melalui wawancara mendalam (indepth interview)

dengan menggunakan pedoman wawancara dan observasi dengan

menggunakan lembar observasi kepada seluruh informan penelitian.

2. Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini yaitu profil rumah sakit, data

kenegakerjaan dll. Selain itu data juga diperoleh dari studi literature.

4.7 Keabsahan Data

Untuk mendapatkan data yang benar-benar valid dan memiliki akurasi data

yang dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, maka pengecekan keabsahan

data yang nanti diperoleh adalah salah satu tahapan yang peneliti lakukan.

Pengecekan tersebut dilakukan dengan cara triangulasi, yaitu (Sugiono, 2009) :

1) Triangulasi Sumber, yaitu melakukan wawancara mendalam dengam

informan yang berbeda yaitu perawat, kepala ruangan, kepala perawat

dan Kabid Pelayanan Medis dan Keperawatan RS Islam Asshobirin.

Page 76: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

2) Triangulasi Metode, yaitu melakukan dengan beberapa metode antara

lain wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen untuk

mempertajam analisis dan memvalidasi data hasil wawancara.

Tabel 4.2

Validitas Data

Informasi Triangulasi Metode Triangulasi Sumber

Wawancara

mendalam

Observasi Telaah

Dokumen

Perawat Kepala

ruangan

Kepala

perawat

Kabid

Pelayanan

Medis dan

Ke-

perawatan

Perilaku

Aman

√ √ - √ √ √ -

Pengetahuan √ - - √ √ √ -

Sikap √ - - √ √ √ -

Motivasi √ - - √ √ √ -

Masa kerja √ - √ √ √ √ -

Tersedianya

APD

√ √ - √ √ √ √

Program

K3RS

√ √ - √ √ √ √

SOP √ √ √ √ √ √ √

Pengawasan √ √ √ √ √ √ -

Page 77: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

4.8 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1) Mengumpulkan semua data yang diperoleh dari seluruh informan melalui

wawancara mendalam dan observasi

2) Hasil wawancara mendalam dicatat kembali, berdasarkan rekaman yang

diperoleh pada saat wawancara mendalam ke dalam bentuk tulisan (transkrip).

3) Data yang telah disusun dalam bentuk transkrip data selanjutnya

dikategorisasi dalam bentuk matriks.

4) Selanjutnya dilakukan analisis data dan interpretasi data secara kualitatif dan

membandingkannya dengan teori yang ada.

4.9 Penyajian Data

Setelah dianalisis dan ditarik kesimpulan kemudian data yang diperoleh

disajikan dalam bentuk narasi kutipan hasil wawancara yang kemudian

dibandingkan dengan teori. Dan juga disajikan dalam bentuk matriks berdasarkan

unsur-unsur yang diteliti.

Page 78: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Karakteristik Informan

Informan yang terdapat pada penelitian ini terdiri dari tiga informan,

yaitu informan utama, informan kunci dan informan pendukung. Masing-

masing jenis informan memiliki beberapa kriteria seperti yang telah dijelaskan

pada bab sebelumnya. Karakteristik informan yang diperoleh dalam penelitian ini

antara lain : nama, usia, pendidikan, lama bekerja dan tugas perawat. Pada

penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam

dengan semua informan, observasi dan telaah dokumen. Berikut adalah

gambaran dari masing-masing informan :

A. Informan Utama

Informan utama dalam penelitian ini ditentukan dengan cara observasi

terhadap perawat selama sebulan di RS Islam Asshobirin. Kemudian memilih

3 orang masing-masing untuk informan utama yang berperilaku aman dan

yang berperilaku tidak aman. Pengumpulan data yang diperoleh dari informan

utama dilakukan dengan observasi dan wawancara mendalam mengenai

perilaku aman dalam bekerja.

Page 79: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Informan utama dari kelompok perawat yang berperilaku aman terdiri

dari tiga informan. Ketiga informan tersebut merupakan perawat yang

memenuhi kriteria indikator perilaku aman saat bekerja selama sebulan

pengamatan yang dilakukan peneliti. Indikator perilaku aman diantaranya

bekerja menggunakan APD secara lengkap (handscoon/sarung tangan dan

masker), mengambil posisi kerja yang aman, bekerja secara hati-hati atau

tidak terburu-buru, dan memenuhi peraturan (SOP) yang berlaku.

Untuk informan utama dari kelompok pekerja yang berperilaku tidak

aman juga terdiri dari tiga informan. Penentuan informan utama yang

berperilaku tidak aman dilakukan dengan cara mengamati beberapa perawat

yang memenuhi salah satu kriteria/indikator perilaku tidak aman selama masa

penelitian seperti tidak disiplin menggunakan APD dan mengambil posisi

kerja yang tidak aman.

1) Informan Utama Yang Berperilaku Aman

Karakteristik informan utama yang berperilaku aman, disajikan dalam

Tabel 5.1 berikut ini :

Tabel 5.1

Informan Utama Yang Berperilaku Aman

Informan Umur

(tahun)

Pendidikan

terakhir

Lama

Kerja

Spesifikasi

tugas

Ruangan

IU1 34 D3

Keperawatan

10 tahun Pelaksana Muzdalifah

IU2 24 S1 Keperawatan 9 bulan Pelaksana Namirah

IU3 26 S1 Keperawatan 1,5 tahun Pelaksana ICU

Sumber : Data Primer

Page 80: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Tugas perawat pelaksana yaitu melakukan tindakan asuhan

keperawatan antara lain TTV (periksa tanda-tanda vital seperti tekanan

darah, suhu, pernafasan, nadi, dll), kemudian NGT (pemasangan selang

yang langsung ke lambung), pasang infus, pasang cateter, injeksi, ganti

balutan, visit dokter atau konsultasi, dan lain-lain.

Berdasarkan tabel 5.1 di atas, diketahui bahwa Informan IU1 berumur

34 tahun dengan pendidikan terakhir D3 Keperawatan dan masa kerjanya

sudah 10 tahun, tugas utamanya yaitu sebagai pelaksana di ruangan

Muzdalifah. Sedangkan untuk Informan IU2 berumur 24 tahun dengan

pendidikan terakhir S1 Keperawatan dan baru 9 bulan masa kerjanya,

tugas utamanya sebagai pelaksana di ruangan Namirah. Dan terakhir

informan IU3 berumur 26 tahun dengan pendidikan terakhir S1

Keperawatan sudah bekerja selama kurang lebih 1,5 tahun, tugas

utamanya sebagai pelaksana di ruangan ICU. Perilaku aman bekerja yang

dilakukan oleh ketiga informan tersebut yaitu disiplin dalam

menggunakan APD secara lengkap (handscoon/sarung tangan dan

masker), mengambil posisi kerja yang aman, bekerja secara hati-hati

(tidak terburu-buru) dan mematuhi peraturan atau sesuai SOP.

2) Informan Utama Yang Berperilaku Tidak Aman

Karakteristik pekerja yang berperilaku tidak aman dapat dilihat pada

Tabel 5.2 berikut ini:

Page 81: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Tabel 5.2

Informan Utama Yang Berperilaku Tidak Aman

Informan Umur

(tahun)

Pendidikan

terakhir

Lama

Kerja

Spesifikasi

tugas

Ruangan

IU4 39 D3

Keperawatan

15 tahun Pelaksana Mina

IU5 23 S1

Keperawatan

7 bulan Pelaksana Namirah

IU6 28 D3

Keperawatan

4 tahun Pelaksana ICU

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.2 di atas, diketahui bahwa Informan IU4 berumur

39 tahun dengan pendidikan terakhir D3 Keperawatan sudah bekerja

selama kurang lebih 15 tahun. Tugas utamanya yaitu sebagai pelaksana di

ruangan Mina. Sedangkan untuk Informan IU5 berumur 23 tahun dengan

pendidikan terakhir S1 Keperawatan dan masa kerja baru 7 bulan, tugas

utamanya sebagai pelaksana di ruangan Namirah. Dan informan IU6

berumur 28 dengan pendidikan terakhir D3 Keperawatan sudah bekerja

selama 4 tahun, tugas utamanya sebagai pelaksana di ruangan ICU.

Perilaku tidak aman bekerja yang dilakukan oleh ketiga informan

tersebut yaitu tidak menggunakan APD secara lengkap (sarung tangan dan

masker), tidak memakai alas kaki yang sesuai.

B. Informan Kunci

Informan kunci dalam penelitian ini yaitu pihak-pihak yang terkait

langsung dengan informan utama di RS Islam Asshobirin yaitu kepala

Page 82: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

ruangan dan kepala perawat. Pengambilan informan kunci bertujuan untuk

melakukan cross check informasi yang didapat dari informan utama.

Kemudian dilakukan wawancara mendalam terhadap informan kunci tersebut

tentang perilaku aman pada perawat.

Kepala ruangan merupakan orang yang mengetahui dengan baik

perilaku informan utama karena tugas utamanya yaitu mengawasi dan

mengendalikan kegiatan pelayanan Keperawatan di ruang rawat yang berada

di wilayah tanggung jawabnya. Sedangkan Kepala perawat merupakan orang

yang mengetahui semua hal terkait keperawatan di RS Islam Asshobirin

karena tugasnya mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan

keperawatan pada semua ruang rawat di RS Islam Asshobirin.

Karakteristik Informan Kunci, disajikan dalam tabel dibawah ini :

Tabel 5.3

Informan Kunci

Informan Pendidikan Terakhir Jabatan

IK1 D3 Keperawatan Kepala Ruangan Namirah

IK2 D3 Keperawatan Kepala Perawat RS Islam

Asshobirin

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa Informan kunci sebanyak

dua orang. Informan kunci pertama yaitu IK1 yang ditunjuk sebagai Kepala

ruangan Namirah dengan pendidikan terakhir D3 Keperawatan. Dan IK2

yang ditunjuk sebagai kepala perawat dengan pendidikan terakhir D3

Keperawatan.

Page 83: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

C. Informan Pendukung

Informan pendukung merupakan orang yang mengetahui terkait

Program K3RS di RS Islam Asshobirin yaitu Kepala Bidang Pelayanan Medis

dan Keperawatan. Informan pendukung sebanyak satu orang yaitu IP1

seorang dokter yang ditunjuk sebagai Kepala Bidang Pelayanan Medis dan

Keperawatan dengan pendidikan terakhir Perguruan Tinggi (S1). Karakteristik

informan pendukung dapat dilihat dalam tabel 5.4 sebagai berikut :

Tabel 5.4

Informan Pendukung

Informan Pendidikan

Terakhir

Jabatan

IP1 S1 Kedokteran Kepala Bidang Pelayanan Medis dan

Keperawatan Sumber : Data Primer

5.2 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini merupakan analisis faktor penyebab perilaku aman

bekerja pada perawat di RS Islam Asshobirin meliputi gambaran faktor

predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. Dari hasil penelitian

perilaku aman, informasi ini diperoleh melalui wawancara mendalam dengan

informan utama. Sedangkan untuk memvalidasi data maka dilakukan cross

check sumber dengan cara melakukan wawancara mendalam terhadap informan

kunci yaitu Kepala Ruangan dan Kepala Perawat serta informan pendukung yaitu

Page 84: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Kepala Bidang Pelayanan Medis dan Keperawatan di RS Islam Asshobirin. Dan

cross chek metode dengan melakukan observasi dan telaah dokumen.

5.2.1 Perilaku Aman Bekerja pada Perawat

Perilaku aman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

tindakan yang dilakukan perawat sehubungan dengan perilaku aman di

rumah sakit selama penelitian berlangsung. Berdasarkan hasil observasi

selama sebulan terhadap perawat di RS Islam Asshobirin, diperoleh

gambaran perilaku aman yaitu hampir semua perawat menggunakan APD

berupa masker saat bekerja. Serta menggunakan handscoon (sarung

tangan) dalam melakukan tindakan-tindakan yang berisiko.

Peneliti memfokuskan untuk memilih 3 orang informan utama

yang berperilaku aman untuk di teliti. Berdasarkan hasil observasi, ketiga

informan tersebut menggunakan APD seperti masker dan sarung tangan

saat melakukan tindakan keperawatan sesuai SOP di RS Islam Asshobirin,

bekerja secara hati-hati, tidak terburu-buru dan mengambil posisi kerja

yang aman.

Berdasarkan hasil telaah dokumen diketahui bahwa SOP

terkait penggunaan APD yang ada di RS Islam Asshobirin terdiri dari SOP

penggunaan masker dan sarung tangan diposible. Berikut ini kutipan isi

kebijakan dari SOP mengenai penggunaan APD :

Page 85: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Tabel 5.5

SOP Penggunaan APD

No Dokumen Isi Kebijakan

1 SOP Penggunaan

Masker

Setiap perawat yang melakukan tindakan

yang berisiko terhadap kontaminan

penularan penyakit melalui udara harus

menggunakan masker.

2 SOP Penggunaan

Sarung Tangan

Disposible

Setiap perawat yang melakukan tindakan

yang berisiko kontaminan melalui kontak

kulit wajib memakai sarung tangan

disposible Sumber : SOP RS Islam Asshobirin

Melalui wawancara mendalam dengan informan utama yang

berperilaku aman , diperoleh informasi mengenai perilaku aman dalam

bekerja sebgai berikut :

“Pakai APD dan kerja secara hati- hati aja, karena penting untuk

berperilaku aman bagi diri sendiri. Pakai APD nya tergantung

penyakit pasien juga kalo kadang gak pake handscoon pas ganti

infusan misalnya pasiennya sakit demam berdarah gak pake kecuali

penyakit infeksi baru pake. Kan klo demam berdarah kan gak terlalu

begitu parah ya tapi kalo nyuntik selalu pake handscoon, kalo

misalnya penyakit paru lebih pernapasan ya lebih menular jadi kalo

masker selalu pake ke setiap pasien kecuali kalo mendadak karena

buru-buru jadi gak pake”(Informan IU1).

“Pake APD untuk semua tindakan yang berisiko, ya untuk keamanan

diri sendiri sebagai pencegahan. kalo disini sih tindakan yang gak

pake sarung tangan misalnya kalo mau kasih obat, terus ttv kecuali

kalo misalnya ada aids atau resiko penyakit menular baru pake apd

lengkap, terus misalnya ada pasien ISPA ya otomatis kita harus pake

masker” (Informan IU2).

“Yang sesuai SOP seperti pakai APD, ya supaya tidak menularkan

sesuatu pada pasien dan sebaliknya, jadi kita harus memilah milah

Page 86: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

pasien mana yang perlu pake APD lengkap mana yang gak perlu

supaya gak menyinggung pasien juga kan misalnya pasiennya batuk-

batuk ya kita harus pake masker takutnya kan TBC ya. Di SOP juga

sudah ada kriterianya yang harus pake APD gimana” (informan

IU3).

Selain itu, peneliti melakukan triagulasi sumber dengan

informan kunci, yaitu kepala ruangan diketahui bahwa bentuk perilaku

aman perawat dalam bekerja sehari-hari yaitu menggunakan APD dan

sesuai SOP. Berikut kutipannya :

“selama ini sih sesuai aja ya, jarang melakukan kesalahan tapi

kadang-kadang ya mungkin kalo dia lagi lupa apa gimana kadang

gak pake masker, tapi emang kalo untuk akhir-akhir ini penggunaan

APDnya sudah bagus mereka” (Informan IK1).

Dan melalui wawancara dengan kepala perawat juga

didapatkan informasi yang sesuai dengan informan utama bahwa setiap

perawat dalam berperilaku aman dalam bekerja selalu memakai APD.

Berikut kutipannya :

“perilaku aman yang dilakukan perawat disini yang pasti

menggunakan APD, karena dalam prosedur juga kan sudah ada ya

dan setiap perawat mengetahuinya” (Informan IK2).

5.2.2 Faktor Predisposisi Perilaku Aman Bekerja pada Perawat

Faktor predisposisi dalam penelitian ini meliputi pengetahuan,

sikap, motivasi dan masa kerja :

Page 87: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

1. Pengetahuan

Gambaran pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini,

meliputi pengetahuan informan utama dalam menjelaskan atau

memaparkan definisi tentang bahaya yang ada di Rumah Sakit,

perilaku aman dalam bekerja, manfaat dari berperilaku aman dan

dampak dari berperilaku tidak aman dalam bekerja.

a) Bahaya di Rumah Sakit

Dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan dengan

informan utama, baik yang berperilaku aman maupun yang

berperilaku tidak aman, diperoleh hasil bahwa informan utama

yang berperilaku aman maupun yang berperilaku tidak aman

semuanya mengetahui bahaya yang ada di rumah sakit..

Informan utama yang berperilaku aman bisa menyebutkan

paling banyak empat bahaya, sedangkan yang berperilaku tidak

aman hanya bisa menyebutkan satu bahaya. Yang paling diketahui

informan utama yaitu bahaya tertular penyakit infeksi, padahal di

rumah sakit potensi bahayanya cukup banyak terkait keselamatan.

Hal ini dikarenakan pengetahuan yang mereka dapatkan hanya

berdasarkan pengalaman saja dan belum di sosialisasikan oleh

pihak rumah sakit. Berikut kutipan informan utama yang

berperilaku aman :

Page 88: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

“Ya penyakit infeksi menular mba, terus hmm apa lagi ya

tertusuk jarum juga bisa, teruslimbah medis berbahaya, Ya

apalagi kalo kondisi kita lagi lemah pasti mudah tertular

penyakit apalagi kalo di ruangan isolasi kan banyak penyakit

yang lebih menular ya, takutnya kalo kondisi kita lemah daya

tahan tubuh kita turun pasti mudah terkena penyakit”

(Informan IU1).

“Tertular infeksi, hepatitis bisa, paru-paru bisa, HIV juga

dan kecelakaan kerja seperti tertusuk jarum, stress juga bisa

kalo ngadepin keluarga pasien kan kadang suka ada yang

repot‟‟ (Informan IU2).

“Nosokomial, terus K3 ya itu apa sih namanya kecelakaan

kerja, itu apa sih namanya kena jarum suntik, terus apa ya

ngangkat pasien tertiban‟‟ (Informan IU3).

Dan berikut ini kutipan informan utama yang berperilaku tidak

aman, pengetahuan mereka tentang bahaya di R umah Sakit yaitu

tertular penyakit infeksi :

“Tertular infeksi nosokomial sih setau saya” (Informan IU4)

“Paling Infeksi nosokomial ya yang bahaya” (Informan IU5)

“Ya Infeksi penyakit menular, HIV, paru-paru terus

hhmmm…” (Informan IU6)

b) Perilaku aman dalam bekerja

Pengetahuan mengenai perilaku aman dalam bekerja, semua

informan utama, baik yang berperilaku aman maupun yang

berperilaku tidak aman, mengetahui tentang perilaku aman dalam

Page 89: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

bekerja. Namun, mereka tidak secara lengkap menyebutkan

definisi perilaku aman itu sendiri, mereka hanya memberikan

contoh-contoh perilaku aman seperti menggunakan APD, bekerja

sesuai SOP, dan laim-lain.

Berikut ini kutipan dari informan utama yang berperilaku aman

mengenai pengetahuannya tentang perilaku aman dalam bekerja :

“Pakai APD, hhmm intinya sih pake apd setiap tindakan yang

berisiko, ketelitian, kerapihan dalam bekerja” (Informan IU1.)

“Ya sesuai SOP, pakai APD juga harus untuk melindungi kita

dan selalu jaga kebersihan dengan cuci tangan” (Informan

IU2).

“Ya sesuai dengan prosedur terus sama APDnya juga harus

lengkap dan lebih hati-hati dalam bertindak” (Informan IU3).

Dan berikut ini kutipan dari informan utama yang berperilaku

tidak aman, mengenai pengetahuannya tentang perilaku aman

dalam bekerja :

“Ya pakai APD saat bekerja, memperhatikan kesterilan alat-

alat dan tindakan sesuai SOP aja sih” (Informan IU4).

“Ya sesuai standar operasional aja dari APDnya juga”

(Informan IU5).

“Proteksi diri aja seperti pakai APD dan sesuai SOP”

(Informan IU6).

Page 90: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

c) Manfaat perilaku aman bekerja

Hasil wawancara mendalam mengenai pengetahuan perawat

tentang manfaat dari berperilaku aman saat bekerja, diperoleh hasil

bahwa semua informan mengetahui tentang manfaat perilaku aman

dalam bekerja. Jawaban dari semua informan utama, baik yang

berperilaku aman maupun informan utama yang berperilaku tidak

aman, bisa disimpulkan bahwa, manfaat perilaku aman saat

bekerja adalah untuk mencegah terjadinya tertular penyakit, hanya

satu informan yang menjawab untuk mencegah kecelakaan kerja.

Berikut ini kutipan dari informan utama yang berperilaku aman

mengenai pengetahuannya tentang manfaat berperilaku aman

dalam bekerja:

“Ya terhindar dari penyakit infeksi, penyakit menular

mengamankan diri sendiri agar tidak celaka atau sakit“

(Informan IU1).

“Manfaatnya baik bagi keamanan pasien dan terhindar dari

bahaya-bahaya bagi perawat” (Informan IU2).

“Supaya kita selamat, hhmm sebagai pasien dan perawat”

(Informan IU3).

Dan berikut ini kutipan dari informan utama yang berperilaku

tidak aman mengenai pengetahuannya tentang manfaat berperilaku

aman dalam bekerja :

Page 91: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

“Hhhmm…terhindar dari kecelakaan kerja dan infeksi

nosocomial” (Informan IU4).

“Ya sebaliknya dari dampak mba supaya gak tertular penyakit

tadi” (Informan IU5).

“Apa ya hhmm….mengurangi tertularnya penyakit” (Informan

IU6).

d) Dampak perilaku tidak aman

Pengetahuan pekerja mengenai dampak jika berperilaku tidak

aman, diperoleh hasil bahwa semua informan utama mengetahui

tentang kerugian perilaku tidak aman dalam bekerja. Jawaban dari

semua informan utama dapat disimpulkan bahwa, dampak jika

berperilaku tidak aman adalah berisiko tertular, penyakit infeksi

dan kecelakaan kerja seperti tertusuk jarum, yang bisa merugikan

diri sendiri. Berikut ini kutipan dari informan utama yang

berperilaku aman mengenai pengetahuannya mengenai dampak

berperilaku tidak aman dalam bekerja:

“Bisa terjadi kesalahan pada pasien dan terinfeksi bagi

perawat serta kecelakaan juga” (Informan IU1).

“Terkena infeksi, kecelakaan kerja seperti tertusuk jarum”

(Informan IU2).

“itu tadi infeksi nosokomial, kalo untuk aku tertular penyakit

bisa jadi kecelakaan juga, ya merugikan diri sendiri lah”

(Informan IU3).

Page 92: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Dan informan utama yang berperilaku tidak aman pun dapat

menjawab mengenai pengetahuannya tentang dampak berperilaku

tidak aman dalam bekerja. Berikut kutipannya:

“hhmmm dampaknya ya itu tertular penyakit” (Informan

IU4).

“Ya tertular penyakit tadi mba” (Informan IU5).

“Ya itu mba bisa berisiko terhadap kita” (Informan IU6).

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan

utama baik yang berperilaku aman diketahui bahwa pengetahuan

tentang perilaku aman yang mereka miliki selain dari ilmu yang

diperoleh saat perkuliahan, juga didapatkan dari membaca buku dan

informasi dari kepala ruangan terkait perilaku aman dalam bekerja,

juga dari hasil seminar atau pelatihan yang pernah diikuti semasa

kuliah. Berikut kutipan informan utama yang berperilaku aman :

“Dari ilmu yang pernah saya pelajari, kan emang teorinya

udah ada ya dari dulu yang jelas dari teori terus ditambahkan

sekarang ada prosedurnya SOP dan berdasarkan pengalaman

aja sih terus juga pernah ikut seminar” (Informan IU1).

„‟Tau nya itu kan dari perkuliahan terlebih dahulu kan

awalnya sebelum masuk kerja, baru disini dikasih tau lagi

sama kepala ruangan atau senior pasien-pasien apa aja yang

apdnya harus lengkap terus pasien apa aja yang gak perlu

lengkap apdnya, misalnya kalo pasien ISPA kan harus

menggunakan masker, kalo misalnya pasien yang aids atau

resiko tertular harus sarung tangan apdnya, itu aja sih. Kalo

Page 93: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

ISPA kan batuk bisa ada reaknya juga kan,kalo misalnya itu

apdnya dua-duanya pake masker dan sarung tangan, selain itu

juga dari buku-buku pas kuliah dulu sama suka ikut seminar

atau pelatihan di kampus‟‟ (Informan IU2).

“Selain tau dari SOP ya sebelum kerja juga sudah tau ya kan

dulu waktu kuliah juga ada pelatihan-pelatihan, terus juga

dapat dari hasil seminar, misalnya si A seminar di siloam

nanti di seminarkan lagi disini dipersentasikan, kan ada

fotocopyannya juga jadi ya saya baca-baca, ” (Informan IU3).

Sedangkan informan utama yang berperilaku tidak aman

diketahui bahwa pengetahuan yang dimiliki mengenai perilaku aman

bekerja didapatkan dari ilmu yang diperoleh saat perkuliahan serta

pengalaman dan SOP. Berikut kutipan informan utama yang

berperilaku tidak aman :

“sudah tau dari sekolah dulu terus paling sama dari kepala

ruangan atau kepala perawat aja mengenai SOPnya”

(Informan IU4).

“Taunya dari itu aja sih dikasih tau sama kepala ruangan pas

baru masuk kerja, SOP gimana, dan lain-lain..” (IU5).

“ya berdasarkan pengalaman aja, kan udah tau harus gimana

kalo kerja yang aman” (IU6).

Selain itu, peneliti juga melakukan triagulasi sumber kepada

informan kunci yaitu kepala ruangan dan kepala perawat mengenai

pengetahuan informan utama tentang perilaku aman dalam bekerja.

Berikut kutipannya:

Page 94: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

“Ya mereka sudah tau, dan juga sudah saya sosialisasikan

dan kalo misalnya ada yang gak tau ya mereka nanya dan kalo

ada info-info baru pasti dikasih tau” (Informan IK1).

“Untuk pengetahuan mereka kita juga melakukan sosialisasi,

jadi kita memang punya tahapannya kalau perawat baru itu

satu tentang peraturan dan tata tertib di rumah sakit kemudian

tentang SOP perawat” (Informan IK2).

2. Sikap

Sikap perawat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

gambaran positif atau negatif mengenai respon dalam menghadapi

bahaya yang ada di rumah sakit, respon terhadap adanya peraturan

atau SOP dan respon terhadap penyediaan APD.

a) Sikap Perawat dalam Menghadapi Bahaya di Rumah Sakit

Dari hasil wawancara mendalam yang dilakukan

dengan informan utama, baik dari informan utama yang

berperilaku aman maupun yang berperilaku tidak aman, diperoleh

semua informan utama memiliki sikap yang positif dalam

menghadapi bahaya di rumah sakit yaitu dengan menggunakan

APD, lebih hati-hati dalam bekerja dan mencuci tangan.

Berikut ini kutipan dari informan utama yang

berperilaku aman mengenai sikap dalam menghadapi bahaya yang

ada di rumah sakit :

Page 95: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

“Ya menghindari dengan cara APDnya” (Informan

IU1).

“Satu APD tadi sama cuci tangan sebelum dan sesudah

tindakan” (Informan IU2)

“Memakai APD setiap tindakan, memakai masker,

handscoon terus sepatu, terutama cuci tangan”

(Informan IU3).

Dan berikut ini kutipan dari informan utama yang

berperilaku tidak aman mengenai sikap dalam menghadapi bahaya

yang ada di rumah sakit :

“Harus peduli lah, perlu diperhatikan efeknya baik

dan buruknya” (Informan IU4).

“Ya hati-hati aja paling mba” (Informan IU5).

“Harus lebih teliti dan pakai APD” (Informan IU6).

b) Sikap terhadap peraturan dan SOP

Sikap informan utama terhadap adanya peraturan dan

SOP di rumah sakit, didapatkan hasil bahwa hampir semua

informan utama mengikuti peraturan yang ada serta

menjalankannya.

Berikut ini kutipan dari informan utama yang

berperilaku aman mengenai sikap terhadap adanya peraturan dan

SOP di rumah sakit :

Page 96: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

“Ya mengikuti peraturan yang ada, misalnya bekerja

sesuai SOP” (Informan IU1).

“Menerima dan melaksanakan peraturan yang ada”

(Informan IU2).

“ Harus mengikuti lah, kan demi kebaikan kita juga”

(Informan IU3).

Dan berikut ini kutipan dari informan yang berperilaku

tidak aman mengenai gambaran sikap terhadap adanya peraturan

dan SOP di rumah sakit :

“Sebagian besar dijalani, sebagiannya lagi tidak

misalnya tidak pakai scoot (jas pelindung) karena

memang gak ada” (Informan IU4).

“insyaAllah sih mengikuti“ (Informan IU5).

“Mengikuti SOP” (Informan IU6).

c) Sikap terhadap penyediaan APD

Hasil penelitian mengenai sikap pekerja terhadap

penyediaan APD di rumah sakit, diperoleh hasil bahwa informan

utama memiliki sikap yang positif. Semua informan utama

menyatakan bahwa mereka menggunakan APD yang sudah

tersedia dan mengajukannya jika tidak tersedia. Namun dari hasil

observasi masih di temukan informan yang tidak memakai APD.

Page 97: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Berikut ini kutipan dari informan utama yang

berperilaku aman mengenai sikap informan terhadap penyediaan

APD di rumah sakit :

“APDnya menurut saya sih cukup, ya saya

menggunakannya mba seperti masker itu selalu

digunakan setiap tindakan” (Informan IU1).

“Menggunakannya untuk keselamatan diri sendiri”

(Informan IU2).

“Sebagian disediakan sebagian tidak, jadi saya

mengajukan supaya untuk disediakan, kalo sudah

disediakan tentunya harus dipakai” (Informan IU3).

Dan berikut ini kutipan dari informan yang berperilaku

tidak aman mengenai gambaran sikap informan terhadap

penyediaan APD di rumah sakit :

“Ya tentunya harus dipakai, tapi kan gak setiap saat

kita pakai tertentu aja mba” (Informan IU4).

“hhmm gimana ya, udah lengkap sih sesuai standar

lah” (Informan IU5).

“Dipakai APD nya” (Informan IU6).

Kemudian peneliti melakukan triagulasi sumber kepada

informan kunci (kepala ruangan) terkait sikap perawat. Dari hasil

wawancara mendalam informan kunci juga membenarkan bahwa

Page 98: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

perawat bersikap positif saat bekerja seperti yang telah di bahas

diatas. Berikut kutipannya :

“Kalau sekarang sih sudah lumayan ya sikapnya,

sudah bagus untuk APDnya sendiri, untuk tindakannya

juga udah sesuai SOP, ya pokoknya sesuai lah cukup

baik, meskipun terkadang masih ada yang gak pake

apd” (Informan IK1).

Dan juga didukung dari hasil wawancara dengan

informan kunci yaitu kepala perawat diperoleh hasil sebagai

berikut :

“Sebagai seorang perawat harus memiliki sikap yang

baik seperti mengikuti SOP dan harus peduli terhadap

bahaya yang ada dirumah sakit, karena perawat tidak

hanya bertanggung jawab terhadap keselamatannya

sendiri tetapi yang terutama itu harus memperhatikan

keselamatan pasien juga karena jika mereka bersikap

yang buruk hal ini menyangkut mutu pelayanan rumah

sakit juga, ya tapi kalo masih ada perawat yang

sikapnya gak sesuai itu kan tergantung masing-masing

orang juga ya ada yang peduli ada juga yang cuek,

kembali lagi ke diri masing-masing, masih ada juga

perawat yang gak pakai sarung tangan saat menyuntik

ya mungkin karena sensitifitas supaya lebih gampang”

(Informan IK2).

Selain itu berdasarkan hasil observasi perilaku aman

dalam bekerja atas sikap informan utama, didapatkan bahwa :

1) Informan utama IU1 yang menyatakan bahwa sikapnya dalam

menghadapi bahaya yang ada di rumah sakit kemudian

Page 99: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

terhadap SOP dan ketersediaan APD yaitu dengan

menggunakan APD dan bekerja sesuai SOP, dalam

kesehariannya ia memang benar menggunakan APD seperti

masker setiap tindakan dan sarung tangan untuk tindakan

seperti menyuntik, mengganti cateter, membersihkan pasien

dan mengangkat linen kotor serta sesuai dengan SOP.

2) Informan utama IU2 yang menyatakan bahwa sikapnya dalam

menghadapi bahaya yang ada di rumah sakit kemudian

terhadap SOP dan ketersediaan APD yaitu dengan

menggunakan APD dan mencuci tangan serta menerima dan

melaksanakan peraturan yang ada, dalam kesehariannya ia

memang benar mengikuti peraturan yang ada seperti selalu

menggunakan APD berupa masker dan mencuci tangan

sebelum dan sesudah tindakan.

3) Informan utama IU3 yang menyatakan bahwa sikapnya dalam

menghadapi bahaya yang ada di rumah sakit kemudian

terhadap SOP dan ketersediaan APD yaitu dengan

menggunakan APD setiap tindakan, seperti masker, sarung

tangan, sepatu dan mencuci tangan serta mengikuti SOP yang

ada. Peneliti menemukan bahwa ia memang benar

menggunakan APD lengkap (masker dan sarung tangan) saat

tindakan memasang infus dan memasang NGT, dan selalu

Page 100: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

menggunakan masker untuk setiap tindakan serta mencuci

tangan.

4) Informan utama IU4 yang menyatakan bahwa sikapnya dalam

menghadapi bahaya yang ada di rumah sakit kemudian

terhadap SOP dan ketersediaan APD yaitu dengan

menggunakan APD lengkap saat tindakan tertentu yang

berisiko dan hati-hati dalam bekerja kemudian sebagian besar

SOP nya dijalani dan sebagiannya lagi tidak seperti tidak

memakai scoot, dalam kesehariannya sesuai dengan yang

dikatakan tersebut ia jarang memakai APD dan saat

melakukan tindakan menyuntik peneliti menemukan perawat

tersebut tidak memakai sarung tangan dan juga tidak memakai

alas kaki yang sesuai.

5) Informan utama IU5 yang menyatakan bahwa sikapnya dalam

menghadapi bahaya yang ada di rumah sakit kemudian

terhadap SOP dan ketersediaan APD yaitu dengan hati-hati

dalam bekerja dan menerima serta melaksanakan peraturan

yang ada. Dalam kesehariannya peneliti menemukan bahwa ia

jarang menggunakan APD berupa masker dan tidak

menggunakan sarung tangan saat memasang infus. Hal

tersebut tidak mencerminkan perilaku aman dalam bekerja.

Page 101: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

6) Informan utama IU6 yang menyatakan bahwa sikapnya dalam

menghadapi bahaya yang ada di rumah sakit kemudian

terhadap SOP dan ketersediaan APD yaitu harus lebih teliti,

serta memakai APD sesuai SOP. Peneliti menemukan dalam

kesehariannya ia terkadang menggunakan APD (masker) dan

kadang tidak menggunakannya, dan ia selalu menggunakan

alas kaki yang tidak sesuai saat bekerja.

3. Motivasi

Motivasi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu gambaran

mengenai alasan atau dorongan yang membuat perawat berperilaku

aman saat bekerja. Yang dimaksud perilaku aman dalam hal ini seperti

bekerja secara hati-hati, menggunakan APD, mengikuti aturan atau

SOP dan tidak bercanda serta bermalas-malasan saat bekerja.

Dari hasil wawancara mendalam dengan informan utama baik

yang berperilaku aman maupun yang berperilaku tidak aman

didapatkan hasil bahwa mereka berperilaku aman saat bekerja dengan

alasan untuk keselamatan dan supaya aman dari bahaya-bahaya dan

terhindar dari kecelakaan dan resiko tertular penyakit.

Berikut ini kutipan informan utama yang berperilaku aman :

“Ya untuk keselamatan diri sendiri, untuk mengurangi resiko

bahaya-bahaya tadi “(Informan IU1).

Page 102: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

“Supaya aman, supaya tidak terjadi kecelakaan kerja, supaya

tidak terjadi penularan antara pasien dan saya” (Informan

IU2).

“Agar tidak terjadi kecelakaan, tidak tertular penyakit., terus

untuk memberikan pelayanan dan menjaga kepercayaan

pasien” (Informan IU3).

Dan berikut ini kutipan dari informan yang berperilaku tidak

aman :

“Supaya mencegah tertular infeksi nosokomial, kecelakaan

kerja dan agar tidak terjadi kesalahan saat tindakan, ya

supaya professional” (Informan IU4).

“Ya itu untuk mengindari resiko tertular penyakit” (Informan

IU5).

“Ya begitulah” (Informan IU6).

Kemudian, peneliti melakukan triagulasi sumber kepada

informan kunci mengenai motivasi informan utama. berdasarkan hasil

wawancara dengan informan kunci diperoleh hasil bahwa motivasi

informan utama untuk berperilaku aman bekerja yaitu untuk

keselamatan perawat sendiri dengan menggunakan APD. Berikut

kutipannya :

“Motivasinya ya untuk diri sendiri ya untuk keselamatan biar

aman aja, kan kalo menurut saya APD itu penting banget

karena untuk mencegah paparan langsung dengan bahaya ya

jadi perawat harus pake APD” (Informan IK1).

Page 103: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

“Tentu saja alasan berperilaku aman itu menghindari bahaya

dan supaya aman saat bekerja bagi perawat serta pasien”

(Informan IK2).

4. Masa Kerja

Masa kerja yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu waktu

yang telah dijalani perawat dalam menjalankan kerja sabagai perawat.

Dari hasil wawancara dengan informan utama yang berperilaku aman

didapatkan informasi yaitu informan 1U1 sudah bekerja selama empat

tahun, informan IU2 baru bekerja selama sembilan bulan, dan

informan IU3 sudah bekerja selama satu setengah tahun.

Sedangkan untuk informan yang berperilaku tidak aman yaitu

informan IU4 sudah bekerja selama lima belas tahun, informan IU5

baru bekerja tujuh bulan dan informan IU6 sudah sebelas tahun

bekerja. Berikut kutipannya :

“kurang lebih 10 tahun ya” (Informan IU1).

“baru 9 bulan, awal masuknya akhir tahun 2012” (Informan

IU2).

“satu setengah tahun lah kurang lebih, dari tahun 2012

(Informan IU3).

“udah lama banget saya mah udah lebih dari sepuluh tahun,

15 tahun mah ada dari tahun 99‟‟ (Informan IU4).

“masih 7 bulan, dari awal tahun 2013” (Informan IU5).

Page 104: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

“kurang lebih 4 tahun ya, udah dari tahun 2010 mba”

(Informan IU6).

Melalui hasil telaah dokumen oleh peneliti, masa kerja perawat

dapat dilihat juga pada dukumen jadwal dinas di setiap ruangan. Dari

dokumen tersebut selain masa kerja dapat diketahui juga pendidikan

terakhir perawat. Kolom dalam dokumen tersebut terdiri dari nama

perawat, pendidikan, tahun mulai bekerja, dan jadwal dinas.

5.2.3 Gambaran Faktor Pemungkin Perilaku Aman Bekerja pada Perawat

Faktor pemungkin perilaku aman pada perawat yang dimaksud dalam

penelitian ini yaitu terkait dengan fasilitas tempat informan utama bekerja,

yaitu ketersediaan APD dan program K3RS.

1. Ketersediaan APD

Ketersediaan APD yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

gambaran mengenai ada atau tidaknya APD yang disediakan rumah

sakit serta peraturannya. Dari hasil wawancara mendalam dengan

informan utama baik yang berperilaku aman maupun yang berperilaku

tidak aman, didapatkan seluruh informan menggambarkan bahwa APD

sudah disediakan oleh rumah sakit dan peraturan terkait penggunaan

APD terdapat pada SOP.

Page 105: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Para informan utama menggambarkan APD yang sudah

tersedia di ruangan masing-masing sesuai dengan kebutuhan seperti

tersedia sarung tangan (handscoon) dan masker tetapi untuk APD yang

lain seperti scoot belum disediakan. APD tersebut dapat diambil di

apotek atau bagian farmasi jika diruangan sudah habis.

Berikut ini kutipan dari informan utama yang berperilaku aman :

“Biasanya disetiap ruangan itu disediain APD kaya masker,

,sarung tangan, nah kalo habis kita ngamprah ke farrmasi,

sebenernya kalo sesuai prosedur kesehatan ya gak cukuplah,

tapi kan setiap rumah sakit beda, harusnya kan kaya sepatu,

dan topi disediain juga kalo nyuntik kan takutnya jatuh, kan

kita pake sepatunya biasa bukan yang khusus perawat gitu”

(Informan IU1).

”ada seperti masker dan handscoon, ngambilnya amprahan

atau ngorder dari ruangan ke farmasi, kalau peraturan gak

ada sanksi mau pakai atau tidak pakai APD, Kalo menurut

saya APD nya sih mungkin kuranglah, kalo misalnya kaya

scoot penting sih disinikan ada pasien bayi, kalo misalnya ada

ruang bayi kan nanti berisiko ke bayinya kalo baju kita

misalnya terkontaminasi dari luar, makanya harus lengkap

scootnya, masker, sarung tangan, gitu lah kalo misalnya disini

kurang sih” (Informan IU2).

“Sudah disediakan, biasanya ngamprah atau diambil di apotik

sesuai kebutuhan di ruangan ini seperti handscoon, dan

masker, kalo scoot gak ada. Kalo peraturan tentang APD itu

biasanya udah ada dalam SOP, tapi gak ada sanksi kalo

misalnya ada yang gak pake APD” (Informan IU3).

Dan berikut kutipan informan utama yang berperilaku tidak

aman tentang ketersediaan APD di rumah sakit :

Page 106: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

“Ada, seperti masker, handscoon, ngambilnya di apotik atau

bagian farmasi” (Informan IU4).

“Amprahan dari ruangan ke apotik (farmasi), APD nya

masker, handscoon udah itu aja”(Informan IU5).

“Disediakan APD, ada masker dan hanscoon di ruangan”

(Informan IU6).

Selanjutnya, peneliti melakukan wawancara mendalam kepada

informan utama terkait tidak disediakannya APD berupa scoot, topi,

dan sepatu. Dari hasil wawancara diketahui bahwa untuk ruang rawat

inap tidak disediakan scoot, topi dan sepatu, tetapi hanya di sediakan

di ruang UGD dan ruang operasi. Berikut kutipannya:

“Kalo scoot itu emang khusus ruangan bedah aja mba, kalo

topi khusus buat perawat laki-laki kalo untuk wanita kan kita

semua pake kerudung, jadi engga perlu topi buat kita mba,

kalo sepatu saya juga kurang tahu mba, padahal menurut saya

penting” (Informan IU1).

“saya juga kurang tau mba alasan kenapa gak disedian, saya

mah pake apd yang ada aja disini” (Informan IU2).

“Katanya sih mba scoot itu kalo disini cuma ada diruang UGD

dan OK aja, ruangan buat operasi bedah gitu mba” (Informan

IU3).

“mungkin terkait anggaran biaya juga kali ya mba, makanya

gak disedian di setiap ruangan” (Informan IU4).

“Mungkin karena disini ruang rawat aja mba, bukan ruang

bedah, jadi mungkin tidak perlu mba, makanya tidak

disediakan dari atasannya” (Informan IU5).

Page 107: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

“Yah kebijakan dari sananya udah begitu, ya mau gimana

kita??” (Informan IU6).

Selain itu peneliti juga menanyakan kepada informan utama

mengenai pentingnya menggunakan APD seperti scoot, topi, dan

sepatu dalam bekerja. Berikut kutipannya:

“Menurut saya sih scoot pentinglah mba, buat melindungi

perawat dari kontaminasi kontaminasi penyakit tertular mba,

tapi kalo topi engga perlu mba, kan cewenya berjilbab semua

disini, kalo sepatu baru penting mba supaya kitanya terhindar

dari benda tajam yang jatuh mba” (Informan IU1).

“Kalo scoot menurut saya penting mba, ini kan ada ruangan

bayi jadi harus bener-bener steril yang kita pakai ini, kasian

bayi nya kalo tertular dari pakaian kita, trus kalo topi mungkin

engga perlu yah mba, soalnya disini semua berjilbab mba,

kalo sepatu juga penting mba menurut saya biar ngelindungi

perawat dari jarum suntik kalo jatoh ke lantai gt mba”

(Informan IU2).

“Menurut saya pentinglah mba, ini kan diruang ICU,

seharusnya di ruang ICU ada scoot bukan hanya di UGD dan

OK untuk menjaga steril mba, kalo topi gak terlalu penting

karena wanitanya berjilbab semua mba, kalo sepatu harusnya

sih penting agar melindungi perawat dari alat-alat yang jatoh

pas lagi kita gunakan” (Informan IU3).

“Menurut saya sih penting mba, disini kan ruangan ICU , jadi

perlu lah scoot itu untuk melindungi kita juga” (Informan IU4).

“menurut saya sih yang paling penting itu ada masker dan

sarung tangan udah cukup lah” (InformanIU5).

„‟penting sih mba, tapi ya gitu deh………” (Informan IU6).

Page 108: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Selanjutnya, peneliti melakukan triagulasi sumber kepada

informan kunci yaitu kepala ruangan (IK1) dan kepala perawat (IK2)

terkait ketersediaan APD terhadap perawat yang ada di Rumah Sakit

Assobirin. Berikut kutipannya:

“kalo untuk disini ya kan ya standar rumah sakit kelas tiga

terus menengah kebawah, kalo itu sih cukup untuk APDnya

kaya masker dan sarung tangan saja” (Informan IK1).

“APD nya kalo diruangan sih condongnya cuma masker sama

sarung tangan saja mba” (Informan IK2).

Selanjutnya, peneliti menanyakan juga apakah APD yang

disediakan oleh Rumah Sakit Assobirin sudah cukup sebagai alat

pelindung diri perawat dalam bekerja. Berikut kutipannya:

“Menurut saya sih sudah cukup mba, karena ini rumah sakit

tipe C dan masih menegah ke bawah jadi untuk rumah sakit

sekelas ini sudah cukup lah APD nya seperti itu” (Informan

IK1).

“Kalo untuk standar APD dasar kita sudah cukuplah mba”

(Informan IK2).

Selain itu, peneliti menanyakan tentang ketersediaannya APD

seperti scoot, sepatu, dan topi kepada informan kunci (kepala

perawat). Berikut kutipannya:

“kalo scoot dan sepatu boots ya di rumah sakit ini hanya untuk

di ruangan UGD dan OK saja ada” (Informan IK2).

Page 109: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Selanjutnya, peneliti menanyakan mengapa ketersediaan APD

seperti scoot, sepatu, dan topi hanya untuk diruangan UGD dan OK

kepada Informan Kunci (Kepala perawat). Berikut kutipannya:

“karena sudah standarnya seperti itu mba, yang perlu scoot,

sepatu itu yah pas saat operasi, persalinan saja mba, trus kalo

topi yah karena diruang UGD dan OK ada perawat laki-laki

nya, jadi harus memakai topi sedangkan untuk ruang rawat itu

perawat perempuan dan mereka semua berjilbab jadi gak pake

topi” (Informan IK2).

Dan melalui wawancara dengan informan pendukung yaitu IP1

selaku Kepala Bidang Pelayanan Medis dan Keperawatan, diperoleh

informasi bahwa ketersedian APD di RS Islam Asshobirin antara lain

masker, sarung tangan, scoot dan topi.

Untuk ruang rawat biasanya APD yang digunakan hanya

masker dan sarung tangan, sedangkan penggunaan topi dan scoot

harus dipakai di ruangan operasi dan bedah seperti ruangan OK

(Operasi). Berikut kutipannya :

“kalo di OK itu harus pake topi operasi sama scoot juga,

karena selama ini disini standarnya adalah masker dan sarung

tangan untuk ruang rawat, yang dasar kan baru itu aja ya,

kalo disini kan gak ada ruangan yang khusus seperti misalnya

ruang kemoterapi kanker, flue burung disni juga belum ada,

disini kan ada tingkatannya dan yang ada di SOP ini untuk

sementara saya liat cukup simple kok” (Informan IP1).

Page 110: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

2. Program K3RS

Program K3RS yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu

gambaran mengenai ada atau tidak adanya program terkait K3 yang

bertujuan untuk melindungi keselamatan dan kesehatan serta

meningkatkan produktifitas SDM Rumah Sakit, melindungi pasien,

pengunjung/pengantar pasien dan masyarakat serta lingkungan sekitar

rumah sakit.

Dari hasil wawancara mendalam dengan informan utama baik

yang berperilaku aman maupun yang berperilaku tidak aman

didapatkan seluruh informan menggambarkan bahwa program terkait

K3 di Rumah Sakit Islam Asshobirin belum ada Berikut ini

kutipannya:

“Kalo untuk K3 sih kayaknya belum ada” (Informan IU1).

“Belum ada mba kayaknya, kan saya baru 9 bulan disini jadi

kayaknya sampe saat ini engga ada deh” (Informan IU2).

“Belum ada mba setau saya sampai saat ini” (Informan IU3).

“Belum ada mba selama disini” (Informan IU4).

“belum tau mba” (Informan IU5)

“gak ada tuh” (Informan IU6).

Selanjutnya, peneliti menanyakan kembali kepada informan

utama terkait program apa saja yang pernah ada untuk perawat.

Page 111: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Seluruh informan utama baik yang berperilaku aman maupun yang

berperilaku tidak aman mengatakan bahwa program yang sering

diadakan yaitu dalam bentuk seminar dan pelatihan. Berikut

kutipannya :

“Untuk pelatihan sih ada tapi yang ngadain bukan rumah sakit

kita, itu pelatihannya dari luar, biasanya kita hanya diutus

untuk perwakilan aja. Kalo seminar untuk perawat di rumah

sakit ini ada kok mba” (Informan IU1).

“Kayaknya cuma seminar aja deh kalo untuk kita” (Informan

IU2).

“pernah ada seminar mba untuk perawat” (Informan IU3).

“Ya paling seminar sama pelatihan aja sih mba” (Informan

IU4).

“ kurang tau deh mba..” (Informan IU5).

“seminar-seminar ada kok kadang diadain” (Informan IU6).

Selanjutnya, peneliti juga menanyakan seminar atau pelatihan

yang seperti apa yang pernah ada untuk perawat. Informan utama

menyebutkan seminar untuk karyawan seperti tentang APD, Infeksi

Nosokomial, Pendokumentasian dan lainya. Berikut kutipannya:

“ehmmm, ada tentang APD, infeksi nosokomial, seiinget saya

itu” (Informan IU1).

“Ehhmm, kurang tahu mba, saya kan baru 9 bulan disini”

(Informan IU2).

Page 112: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

“Pernah ada mba, seperti pendokumentasian dan tentang APD

gitu mba” (Informan IU3).

“Ehmm.. seminar APD, Infeksi nosokomial mba, trus

pendokumentasian kalo yang terakhir sih itu yang saya tahu

mba” (Informan IU4).

Selanjutnya, peneliti menanyakan kepada informan utama

apakah pernah mengikuti seminar tersebut. Dua dari informan utama

yang berperilaku aman, belum pernah mendapat giliran untuk

mengikuti pelatihan maupun seminar di RS Islam Asshobirin. Hal ini

terkait jadwal dinas informan dan kebijakan yang dibuat oleh kepala

ruangan. Berikut kutipan informan utama yang berperilaku aman :

“Ya kalo ada saya ikut tapi kalo saya engga banyak ikutnya.

Kalo disini mah biasanya ditunjuk, seringnya kepala ruangan,

kalo perawat-perawatnya jarang, tapi kadang sapa yang mau

ikut bisa asal tidak menganggu jam dinas”(Informan IU1).

“Kalo saya disini belum pernah ikut seminar yang ada

dirumah sakit dan belum pernah jadi perwakilan juga buat ikut

seminar atau pelatihan, paling cuma pas kuliah dulu aja suka

ikut seminar-seminar” (Informan IU2).

“Kalo saya belum pernah disuruh tuh buat pelatihan diluar

sama kepala ruangan, kalo seminar juga belum paling dapat

materinya aja dari yang ikut mba yang sering ikut seminar dan

pelatihan mah paling kepala ruangannya mba”(Informan IU3).

Sedangkan informan utama yang berperilaku tidak aman, juga

diperoleh bahwa dari tiga informan hanya satu orang yang pernah

Page 113: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

mengikuti seminar maupun pelatihan di RS Islam Asshobirin, berikut

kutipannya:

“pernah ikut, terakhir seminar tentang pendokumentasian”

(Informan IU4).

“saya belum pernah ikut sama sekali” (Informan IU5).

“Pelatihan ada tapi paling senior-senior doang yang ikut

kayak kepala perawat gitu, kalo saya belum pernah ikut.

Karena kan biasanya perwakilan, jadi paling senior-senior aja

yang diutus,nah kalo seminar biasanya kita cuma dikasih tau

hasil seminarnya itu apa” (Informan IU6).

Selanjutnya, peneliti melakukan triagulasi sumber mengenai

program terkait K3 untuk perawat kepada informan kunci. Informasi

yang didapatkan dari informan utama sesuai dengan yang dikatakan

oleh informan kunci yaitu belum adanya program K3 di Rumah Sakit

Assobirin dan tiga dari empat informan utama memang benar belum

pernah mengikuti seminar atau pelatihan. Berikut kutipannya:

„‟Kalo program K3 gak ada,tapi kalo seminar atau pelatihan

disini ada tapi jarang, paling kalo untuk pelatihan biasanya

ke rumah sakit lain, Cuma kalo ke rumah sakit lain juga

memang yang didahulukan yang senior yang sudah lama,

seperti kepala ruangan terus nanti ada wakilnya, terus

dibawahnya lagi, kita bertahap ya sampai nanti kebawah,

jadi emang mereka ada yang belum kebagian karena belum

sampai ke bawah. Kalo misalnya ada seminar paling ada

fotocopyan ya saya suruh baca, terus kalo ada info-info baru

ya dikasih tau.” (Informan IK1).

Page 114: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

„‟seminar ada, tapi yang ikut gantian, sesuai jam dinas juga,

juga ada seminar di rumah sakit lain nanti kita utus berapa

orang, dalam satu ruangan bergantian asal gak mengganggu

jam dinas bisa ikut, setiap ruangan ada perwakilannya.

Misalnya kaya kemaren ada pelatihan di Anyer, hasilnya

dipersentasikan kembali di aula dan dihadiri perwakilan dari

setiap ruangan, kepala ruangan yang menentukan. Juga

dilihat pelatihannya tentang apa misalnya imunisasi kan

condongnya perawat ruangan anak, kebidanan, bayi,

perawat yang diutus sesuai dengan perawatnya, misalnya

sifat pelatihannya umum maka semua perawat bisa ikut.”

(Informan IK2).

Selain itu, berdasarkan hasil wawancara dengan informan

kunci yaitu IK2 selaku kepala perawat didapatkan juga informasi

bahwa selain ada seminar di rumah sakit Islam Asshobirin juga

memiliki tim KPRS (Keselamatan Pasien di Rumah Sakit) yang

berfungsi sebagai tim penyelidik jika terjadi kecelakaan terhadap

pasien. Berikut kutipannya:

“Disini adanya KPRS (Keselamatan Pasien di rumah sakit)

jadi masih fokus untuk pasiennya untuk perawatnya belum ada

secara khusus. Jadi misalnya ada kejadian terhadap pasien

nanti kepala ruangan lapor ke tim kprs kronologisnya seperti

apa, kemudian nati dilihat masalahnya dimana apakah SDM

nya atau alatnya dan sebagainya, mislanya masalahnya SDM

nya maka nanti akan disosialisasikan kembali tentnag

penggunaaan alat itu atau tentunya salah satunya SOPnya

juga.” (Informan IK2).

Page 115: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Berdasarkan wawancara mendalam dengan informan

pendukung yaitu IP1 selaku Kepala Bidang Pelayanan Medis dan

Keperawatan juga diperoleh informasi sebagai berikut :

“kalau untuk K3RS belum karena terkait biaya jadi kita

secara bertahap dulu. Lagi pula untuk tenaga ahli K3 nya

disini belum ada, baru ada bagian Kesling, tetapi terkait K3

di rumah sakit secara umum sebenernya sudah di monitor

secara umum sama bagian kesling tersebut misalnya

pengolahan limbahnya, sumber airnya phnya berapa,

kebisingan diruangan datanya kita juga punya, kita lulus

karena dibawah NAB nya itu tapi saya lupa berapa, itu juga

sebenernya kan untuk keselamatan pekerjanya juga Cuma itu

lebih secara umum bukan untuk keperawatan aja tapi

cleaning service juga APDnya dan lain-lain. Kemudian kalo

untuk KPRS itu lebih mendalam lagi ke kasus pasien karena

nanti terkait dengan teknik medis operasi, macam-macam

deh” (Informan IP1).

5.2.4 Gambaran Faktor Penguat Perilaku Aman Bekerja pada Perawat

Faktor penguat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah faktor lain

selain dari diri pekerja itu sendiri yang menguatkan pekerja untuk

berperilaku aman dalam bekerja. Faktor penguat tersebut dalam hal ini

adalah SOP(Standard Operating Procedure) dan pengawasan.

1. SOP (Standard Operating Procedure)

SOP yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu adanya prosedur

atau petunjuk kerja yang ada di rumah sakit terkait perilaku aman

dalam bekerja. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan utama

Page 116: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

yang berperilaku aman maupun yang berperilaku tidak aman

menggambarkan bahwa prosedur kerja sudah ada di rumah sakit yaitu

dalam bentuk SOP tindakan keperawatan, misalnya SOP tentang

memasang infus, memasang cateter, memakai APD, dan lainnya.

Namun pengenalan SOP ini hanya dilakukan saat awal masuk bekerja

oleh kepala ruangan secara lisan.

Berikut ini kutipan informan utama yang berperilaku aman :

“Sudah ada prosedur, ya kan udah dihapalin juga dari kuliah

juga udah tau, setiap ruangan punya SOPnya kan ada,

misalnya ya SOP nyuntik, pertama harus cuci tangan dulu

sebelum tindakan, pake alcohol, siapin obatnya, cek dulu

bener gak itu obatnya, dan seterusnya deh kya gitu”(Informan

IU1).

“Ada SOP, kan awalnya dikasih tau dulu sama kepala

ruangannya tindakan apa aja yang harus dilakuin terus apa

namanya kalo pasien baru ngapain aja, pasien pulang ngapain

aja, terus terapi obat apa aja yang diberikan, waktu terapi

kapan aja dilaksanakannya, kalo sakit ini begini caranya ya

gitu-gitu deh, buat saya sih sesuai SOPnya seperti yang

dipelajari dari kampus juga.”(Informan IU2).

“Ada, seperti contohnya SOP suntikan, persiapannya pertama

lihat nama obatnya dulu, dosis obatnya, waktu dan jamnya

harus sesuai pemberiannya, lihat obat apa yang sebelumnya

diminum ya gitu deh kalo udah siap semuanya baru

disuntik”(Informan IU3).

Page 117: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Dan berikut ini kutipan informan utama yang beperilaku tidak aman:

“Sudah ada, tapi belum disosialisasikan lagi sekarang, kan

yang lama udah ditarik diperbaharui lagi” (Informan IU4).

“Ada SOP tapi belum pernah liat langsung cuma dikasih tau

sama kepala ruangan aja, sebenarnya perlu sih SOP itu

supaya kita sesuai dengan yang ditetapkan” (Informan IU5).

“Paling SOP tindakan ya, misalnya kalo mau ambil darah

pasiennya dengan HIV, kan kalo HIV itu kan bisa menular

lewat suntikan jadi harus pake sarung tangan, terus kalo

misalnya kita mau berhadapan dengan pasien TBC, kalo

misalnya batuk kan bisa menular jadi harus pake masker gtuh.

Saya tau dari waktu perkuliahan kan udah ada ya, terus

diperkenalkan sih SOP disini juga ada pas awal masuk kerja”

(Informan IU6).

Selain itu berdasarkan hasil triagulasi sumber dilakukan

dengan informan kunci yaitu IK1 selaku kepala ruangan dan IK2

selaku kepala perawat didapatkan informasi yang sama dengan

jawaban informan utama, berikut kutipannya :

“SOP ada ya, setiap perawat sudah tau kan saya juga

sosialisasikan diawal masuk kerja, kalo misalnya ada yang gak

tau ya pasti nanya. Tapi kalo untuk briefing tentang SOP disini

jarang ya, paling ngobrol-ngobrol biasa aja, misalnya ada

keluhan masalah mereka pasti cerita, paling kalo ada rapat-

rapat ruangan jarang paling 3 bulan sampai 6 bulan sekali.”

(Informan IK1).

“SOP sudah ada, disebarkan ke setiap ruangan

disosialisasikan ke setiap kepala ruangan tetapi yang lama

sudah ditarik semuanya karena ada pembaharuan dan

setelah diperbaharui lagi belum diperbanyak kembali terkait

Page 118: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

belum ada biaya jadi sekarang masih di ada di saya SOPnya

tapi kalo ada ruangan yang perlu mau pinjam ya bisa

diambil. SOP tindakan keperawatan seperti menggunakan

handsoon dan lain-lain” (Informan IK2).

Selain itu, peneliti juga melakukan triagulasi sumber dengan

informan pendukung yaitu IP1 selaku Kepala Bidang Pelayanan Medis

dan Keperawatan, informan pendukung membenarkan bahwa SOP

sudah ada di rumah sakit Islam Asshobirin dan sudah berlaku sejak

lama dan tentunya sudah disosialisasikan. Berikut kutipannya :

“SOP itu ada, setidaknya kalo sudah ada SOP itu kan berarti

sudah disosialisasikan, nah sosialisasinya itu yang saya gak

tau kapan waktunya. Tapi SOP itu sebenernya kan sudah

berlaku lama dan itu biasanya arsip data sudah masuk ke

kaperawatan” (Informan IP1).

Berdasarkan hasil telaah dokumen yang dilakukan peneliti

mengenai SOP yang terdapat di ruangan kepala perawat dan belum di

sebarluaskan kembali ke setiap ruangan. Dokumen SOP tersebut

dijilid menjadi 2, dokumen SOP yang pertama tentang SOP

Keperawatan (Anak) dan yang kedua yaitu SOP Keperawatan (Bedah).

Namun isi kedua dokumen tersebut hampir sama. Dalam

dokumen tersebut diantaranya terdapat SOP mengenai mencuci

tangan, SOP penggunaan tutup kepala, SOP penggunaan masker, SOP

Page 119: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

penggunaan sarung tangan disposable, SOP mengukur tekanan darah,

SOP penjadwalan pasien operasi, SOP memberikan obat dan lain-lain.

Dalam setiap dokumen SOP tersebut terdiri dari beberapa

kolom yang berisi mengenai nama SOP nya, pengertian, tujuan,

kebijakan dan prosedur penggunaan. Namun dalam setiap SOP

tindakan tersebut misalnya seperti tindakan menyuntik, tidak terdapat

mengenai penggunaan APD yang harus digunakan.

2. Pengawasan

Pengawasan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu

pengawasan yang dilakukan pihak rumah sakit terkait tugas perawat.

Dari hasil wawancara dengan informan utama yang berperilaku aman

maupun yang tidak berperilaku aman diperoleh hasil bahwa di RS

Islam Asshobirin, ada pengawasan dalam bentuk obeservasi yang

dilakukan setiap hari disetiap ruangan dengan melihat kondisi pasien

dan kesesuaian perawat dalam melakukan tindakan terhadap pasien.

Berikut kutipannya:

“Pengawasan ada mba timnya sendiri, biasanya sih kalo pagi

itu kepala perawatnya langsung” (Informan IU1).

“Pengawasan ada kok, supervisi yang mengawasi tiap hari

mba,yang dilihat paling kondisi ruangan seperti apa, lihat

jumlah pasiennya, jumlah perawatnya, trus dilihat pekerjaan

Page 120: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

perawatnya, trus tentang perawatan apa yang diberikan ke

pasien mba” (Informan IU2).

“ Ada, kepala perawat dan supervise setiap hari ngeliat ke

kita, ke pasien, dan jumlah pasiennya, kondisi pasien, cairan

infusnya, trus dilihat juga kita sesuai atau engga kerjanya,

misalnya kan dia liat pasang infus engga bener tuh, nanti kita

dipanggil tuh, ketat deh pokoknya” (Informan IU3).

“Pengawasan pasti ada mba setiap harinya , biasanya

dilakuin oleh kepala perawat dan tim supervise mba. Biasa

nya yang mereka awasi itu kayak lihat absen perawat mba,

trus liat kondisi pasien, pokoknya ngeliat tugas-tugas kita deh

mba” (Informan IU4).

“Setiap dinas atau per shift biasanya yang ngawas perawat

senior atau supervisi, menurut saya perlu diawasi agar tidak

ada kesalahan apalagi perawat yang baru seperti saya ini”

(Informan IU5).

“Ada pengawasan. Supervisi yang melakukan pengawasan

biasanya pagi dan sore. Sangat diperlukan pengawasan agar

perawat tetap disiplin dalam bekerja” (Informan IU6).

Selanjutnya, peneliti menanyakan kepada informan utama

apakah ada sanksi yang diberikan kepada perawat jika ditemukan

ketidaksesuaian dalam bekerja. Seluruh informan utama mengatakan

tidak ada sanksi yang diberikan jika terjadi kesalahan yang dilakukan

oleh perawat tetapi ada teguran ringan yang diberikan oleh kepala

perawat dan supervisi yaitu berupa peringatan.

Page 121: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Selain itu, peneliti juga melakukan triagulasi sumber kepada

informan kunci (kepala ruangan dan kepala perawat). Informasi yang

didapatkan sesuai dengan yang dikatakan oleh informan utama yaitu

pengawasan dilakukan setiap hari oleh kepala perawat dan supervisi,

pengawasa yang dilakukan berupa melihat jumlah perawat di dalam

ruangan, jumlah pasien, kondisi pasien, kondisi ruangan, dan

kesesuaian kerja perawat. Berikut kutipannya:

“Setiap hari ada kok pengawasan, kalo pagi biasanya kepala

perawatnya yang keliling setiap ruangan, yang dilihat ya

jumlah pasiennya, jumlah perawatnya, kondisi diruangan

bagaimana, trus sama kerjanya perawat, sedangkan kalo

supervisi yang bertanggung jawab biasanya ngawasnya sore

dan malam, sama kalo kerjanya mah” (Informan IK1).

“Saya melakukan pemantauan ke setiap ruangan setiap

harinya, trus kalo sore sama sama malam yang ngawasin itu

supervisi , kerjanya yah, lihat kondisi ruangan dan lihat

kerjanya perawat, yah pokoknya semuanya saya lihatlah”

(Informan IK2).

Berdasarkan penjabaran dan hasil observasi atas pengawasan,

disimpulkan bahwa kepala perawat melakukan pengawasan setiap hari

ke setiap ruangan pada pagi hari. Dan saat shift siang dan malam yang

melakukan pengawasan yaitu supervisi yang bertanggung jawab. Dan

hasil telaah dokumen, peneliti menemukan sebuah dokumen terkait

pengawasan yang dilakukan oleh tim supervisi dalam bentuk buku

yang berisi mengenai hasil pengawasan pada setiap ruangan yang

Page 122: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

dilakukan setiap hari. Isi buku laporan tersebut terdapat beberapa

kolom yang terdiri dari nama ruangan, nama pengawas, jumlah

perawat yang bertugas, jumlah pasien, sarana , prasarana, keterangan

dan tanda tangan pengawas yang bertugas.

Page 123: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan,antara lain :

1. Subjektivitas yang ada pada peneliti, karena penelitian sangat tergantung dari

kemampuan peneliti dalam menentukan tingkat kepadatan isi jawaban,

mengandalkan informan sehingga sumber informasi yang diberikan agar

relevan dan jelas, serta menggali dan mengarahkan informan tetap pada

tujuan wawancara. Untuk itu juga diperlukan validitas data yaitu melalui

triangulasi sumber dan data agar subjektivitas dapat dikendalikan.

2. Kualitas data yang diperoleh tergantung dari motivasi pekerja pada saat

wawancara dilakukan.

3. Jumlah informan yang sedikit, dikarenakan keterbatasan peneliti dalam

melakukan observasi.

6.2 Perilaku Aman Perawat

Perilaku aman adalah semua tindakan yang dilakukan oleh seseorang,

yang memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan terhadap dirinya maupun

orang lain dan lingkungan sekitarnya (Heinrich, 1980). Dalam penelitian ini

Page 124: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

yang dimaksud dengan perilaku aman bekerja adalah tindakan atau perbuatan

dari perawat yang memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan saat bekerja

seperti bekerja secara hati-hati, menggunakan APD, dan sesuai SOP. Dari hasil

penelitian diperoleh bahwa perawat berperilaku aman dalam bekerja, hal itu

menandakan bahwa perilaku aman dalam bekerja pada perawat sudah cukup

baik.

Perilaku aman dalam bekerja yang dilakukan oleh perawat di RS Islam

Assobirin yaitu menggunakan APD berupa masker saat bekerja dan memakai

sarung tangan untuk tindakan-tindakan tertentu. Kemudian bekerja secara hati-

hati (tidak terburu-buru), mengambil posisi kerja yang aman (tidak

membungkuk) dan mematuhi peraturan (SOP) yang berlaku di RS Islam

Asshobirin.

Hal tersebut sesuai dengan teori dari Bird dan Germain (1990) yang

mengemukakan bahwa perilaku aman adalah perilaku yang tidak dapat

menyebabkan terjadinya kecelakaan atau insiden. Jenis-jenis perilaku aman

diantaranya seperti melakukan pekerjaan sesuai wewenang, menggunakan APD,

tidak bercanda ketika bekerja dan lain-lain. Selain itu Heinrich (1980) juga

menyebutkan bahwa jenis perilaku aman salah satunya yaitu menggunakan APD

yang benar dan disiplin dalam bekerja.

Dan dalam Undang-Undang No.1 Tahun 1970 pasal 12 mengenai

kewajiban dan hak tenaga kerja. Dimana pada butir b disebutkan bahwa adanya

penggunaan alat-alat pelindung diri yang diwajibkan dan pada butir c disebutkan

Page 125: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

agar memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan

kerja yang diwajibkan. Dalam hal ini perawat di RS Islam Asshobirin sudah

berperilaku aman sesuai dengan undang-undang.

Namun berdasarkan hasil observasi meskipun perawat sudah

berperilaku aman, didapatkan masih ada juga perawat yang berperilaku tidak

aman yaitu tidak menggunakan APD berupa sarung tangan saat melakukan

tindakan menyuntik dan memasang infus. Menurut Supartono (1996) memang

pada kenyatannya masih banyak petugas kesehatan seperti dokter dan perawat

tidak menggunakan sarung tangan pada saat melakukan tindakan keperawatan

seperti tindakan menyuntik dengan alasan karena mereka khawatir akan

kehilangan kepekaan dan selain itu juga karena merasa tidak nyaman (Idayanti,

2008). Hal ini tidak sesuai dengan Depkes RI (2006) yang mengemukakan

bahwa petugas kesehatan wajib menggunakan sarung tangan karena memakai

sarung tangan merupakan bagian dari pada prosedur menyuntik yang berguna

untuk melindungi tangan petugas kesehatan.

Menurut para informan utama penggunaan sarung tangan saat

menyuntik tergantung dari jenis penyakit pasien, jika pasien tersebut memiliki

penyakit yang berisiko menularkannya, maka perawat tersebut akan

menggunakan APD. Hal ini sangat bertentangan karena sebenarnya petugas

kesehatan harus memberlakukan semua pasien sama tanpa memandang penyakit

atau diagnosanya dengan asumsi bahwa semua penyakit pasien berisiko atau

Page 126: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

infeksi berbahaya sehingga mereka harus menggunakan APD seperti misalnya

sarung tangan (DepKes RI, 2003).

Pengunaan APD seperti sarung tangan sebenarnya sangatlah mutlak

untuk dilakukan, di samping pengunaan alat–alat medis yang steril dalam setiap

pemberian tindakan perawatan. Meskipun terkesan sebagai alat yang sederhana,

namun sarung tangan harus di pakai dalam setiap tindakan medis invasive,

karena pemakaian sarung tangan bagi petugas kesehatan bertujuan untuk

melindungi tangan dari kontak dengan darah, semua jenis cairan tubuh, sekret

dan selaput lendir. Tahun 1889 sarung tangan di perkenalkan pertama kalinya

sebagai salah satu prosedur perlindungan dalam melakukan tindakan medis.

Selain melindungi petugas kesehatan, sarung tangan juga dapat mengurangi

penyebaran infeksi pada pasien (DepKes, 2003).

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku aman dalam

bekerja yaitu faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat. Faktor

predisposisi adalah faktor-faktor yang dapat memberikan dorongan pada perawat

untuk berperilaku aman dalam bekerja, faktor pendorong ini terdiri dari

pengetahuan, sikap, motivasi dan masa kerja perawat. Faktor pemungkin adalah

faktor-faktor yang memungkinkan perawat untuk berperilaku aman dalam

bekerja, ketersediaan APD dan program K3RS merupakan faktor pemungkin.

Sedangkan yang dimaksud dengan faktor penguat adalah faktor-faktor yang

Page 127: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

memberikan dukungan terhadap pekerja untuk berperilaku aman dalam bekerja,

yang termasuk faktor penguat adalah SOP dan pengawasan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku aman dalam bekerja pada

perawat tersebut, sama dengan teori Green (1980) yang menganalisis bahwa

faktor perilaku itu sendiri ditentukan dari 3 faktor yaitu :

a. Predisposing factors (faktor-faktor pendorong) adalah faktor-faktor yang

mempermudah atau mendahului terjadinya perilaku seseorang antara lain:

pengetahuan, persepsi, sikap, motivasi nilai, keyakinan, dan sebagainya.

b. Enabling factors (faktor pemungkin) adalah faktor-faktor yang

memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku. Yang dimaksud dengan

faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya

perilaku aman, seperti penyediaan APD dan program K3RS.

c. Reinforcing factors (faktor penguat) adalah faktor-faktor yang mendukung

atau memperkuat terjadinya perilaku, yang terwujud dalam SOP dan

pengawasan.

Selain itu penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Handayani

(2009) tentang Analisis Perilaku K3 pada Perawat Rumah Sakit di Instalasi

Gawat Darurat Rumah Sakit X Semarang, yang mengemukakan bahwa

perilaku dipengaruhi oleh faktor pemudah (umur, tingkat pendidikan, masa

kerja, pengetahuan dan sikap), faktor pendukung (pendidikan dan pelatihan

K3, komitmen manajemen dan ketersediaan sarana dan prasana) dan faktor

Page 128: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

pengungat (supervisi dan rekan kerja), dimana ketiga faktor berperan dalam

tindakan seseorang.

6.3 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Aman Bekerja

6.3.1 Faktor Predisposisi (Pengetahuan, Sikap, Motivasi, dan Masa Kerja)

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan faktor

predisposisi yaitu hal-hal yang dapat memberikan dorongan kepada

pekerja dalam berperilaku aman saat bekerja. Faktor pendorong yang

diteliti dalam penelitian ini meliputi pengetahuan, sikap, motivasi, dan

masa kerja perawat.

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa semua

informan utama memiliki pengetahuan mengenai perilaku aman dalam

bekerja. Untuk sikap yang dimiliki informan utama dalam berperilaku

aman bekerja sebagian informan bersikap positif. Sedangkan motivasi

informan utama dalam berperilaku aman bekerja semuanya memiliki

motivasi yang baik.

1. Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan merupakan hasil

dari tahu, terjadi setelah orang melakukan proses pengindraan

terhadap objek yang diamatinya. Pengetahuan yang dimaksud dalam

penelitian ini meliputi, definisi perilaku aman, manfaat berperilaku

Page 129: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

aman dan dampak dari berperilaku tidak aman serta bahaya yang ada

di rumah sakit.

Berdasarkan hasil penelitian, pada umumnya pengetahuan

yang dimiliki perawat terkait perilaku aman dalam bekerja tergolong

baik. Pengetahuan tersebut diperoleh dari ilmu saat perkuliahan dan

pengarahan mengenai SOP saat awal masuk bekerja oleh kepala

ruangan. Namun, pada pengetahuan yang dimiliki perawat tentang

bahaya yang ada dirumah sakit masih kurang. Hal ini, dikarenakan

kurangnya informasi yang didapat perawat dari kepala ruangan

mengenai potensi bahaya yang ada dirumah sakit dan juga jarang

dilakukan briefing sebelum bekerja. Namun meskipun pengetahuan

mereka masih ada yang kurang tetapi secara umum perawat sudah

berperilaku aman saat bekerja.

Hasil penelitian tersebut, sejalan dengan penelitian Hasriani

(2009) yang menyatakan ada hubungan antara penegetahuan dengan

perilaku K3 pada perawat RS Paru di Salatiga. Selain itu juga sama

dengan hasil penelitian Sialagan (2008) yang menyatakan bahwa ada

hubungan antara pengetahuan dengan perilaku K3.

Hal ini dikarenakan perilaku akan nampak jika didasari oleh

pengetahuan dan kesadaran. Orang akan mencerminkan perilakunya

dari pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini sama dengan penelitian

Rogers (1997) dalam Pratiwi (2009) yang menyatakan bahwa

Page 130: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari pada

perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Jika orang tidak

mengetahui dengan baik konsekuensi atau manfaaat dari suatu

perilaku, maka orang tersebut tidak akan melakukannya.

Hal ini juga dikuatkan dengan dengan pernyataan yang

dikeluarkan oleh Bloom dalam Pratiwi (2009), yakni untuk

melakukan perilaku kerja aman, tidak cukup bila hanya mengetahui

prosedur kerja maupun bahaya yang mereka hadapi. Perilaku kerja

aman akan muncul pada saat pekerja sudah sampai pada tahap

memahami manfaat dari berperilaku kerja aman kemudian

menerapkannya dalam pola kerja sehari-hari.

Geller (2001) mengungkapkan bahwa pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang. Sebelum seorang pekerja mengadopsi perilaku

baru, ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat dari perilaku

tersebut bagi dirinya. Sehingga seorang pekerja akan menerapkan

perilaku aman apabila mereka sudah mengetahui tujuan dan

manfaatnya bagi keamanan diri mereka sendiri serta apa bahaya yang

akan terjadi jika mereka tidak menerapkannya (Annishia, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian peneliti mengelompokan

pengetahuan perawat menjadi 4 bagian sebagai berikut :

Page 131: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

a) Pengetahuan tentang perilaku aman dalam bekerja

Berdasarkan hasil penelitian, perawat sudah

mengetahui mengenai perilaku aman dalam bekerja meskipun

mereka tidak menyebutkan definisi secara lengkap, tetapi dengan

memberikan contoh bentuk perilaku aman dalam bekerja seperti

menggunakan APD, bekerja sesuai SOP, ketelitian, kerapihan,

dan kebersihan atau keseterilan.

Dengan pengetahuan mereka seperti itu, bahwa sudah

cukup benar yang mereka sebutkan itu adalah perilaku aman

dalam bekerja, seperti meggunakan APD dan ketelitian dalam

bekerja merupakan perilaku yang dapat mencegah terjadinya

kecelakaan atau kesalahan terhadap pekerjaannya. Hal ini sudah

sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Heinrich (1980),

perilaku aman adalah tindakan atau perbuatan dari seseorang atau

beberapa orang karyawan yang memperkecil kemungkinan

terjadinya kecelakaan terhadap karyawan.

Pengetahuan perawat yang baik mengenai perilaku

aman saat bekerja disebabkan karena diberikan informasi oleh

kepala ruangan serta kepala perawat saat baru mulai masuk

bekerja mengenai instruksi atau SOP bekerja yang aman selain itu

juga tentunya didapatkan dari ilmu yang diperoleh dari

perkuliahan.

Page 132: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

b) Pengetahuan tentang manfaat perilaku aman

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa perawat

memiliki pengetahuan yang cukup tentang manfaat perilaku aman

dalam bekerja sehingga hal ini juga mendorong perawat untuk

berperilaku aman. Mereka menyatakan bahwa manfaat perilaku

aman saat bekerja adalah untuk mencegah terjadinya tertular

penyakit dan mengamankan diri sendiri serta pasien.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bloom

dalam Pratiwi (2009), yakni perilaku kerja aman akan muncul

pada saat pekerja ini sudah sampai pada tahap memahami manfaat

dari berperilaku kerja aman. Perawat sudah mengetahui manfaat

dari berperilaku aman seperti mencegah tertularnya penyakit,

sehingga membuat mereka selalu berperilaku aman saat bekerja.

c) Pengetahuan tentang dampak perilaku tidak aman

Berdasarkan hasil penelitian, Perawat memiliki

pengetahuan yang cukup mengenai dampak dari berperilaku tidak

aman dalam bekerja. Mereka menyatakan bahwa kerugian yang

dialami jika berperilaku tidak aman adalah selain bisa terjadi

kecelakaan kerja juga berisiko tertular penyakit infeksi yang dapat

merugikan diri sendiri.

Hal ini sudah sesuai dengan pernyataan Heinrich

(1980) dalam Teori Domino, Heinrich yang menyatakan bahwa

Page 133: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

perilaku tidak aman menyumbang 88% penyebab kecelakaan

kerja. Sahab (1997) juga menyatakan bahwa penyebab kecelakaan

kerja didasari oleh dua faktor utama, yaitu kondisi tidak aman dan

perilaku tidak aman (Annishia, 2011).

d) Pengetahuan tentang bahaya yang ada di rumah sakit

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa

pengetahuan perawat mengenai bahaya yang ada di rumah sakit

masih kurang, karena mereka menyatakan bahwa bahaya yang

ada di rumah sakit itu seperti tertular penyakit infeksi,

nosokomial dan tertusuk jarum. Pengertian bahaya menurut

Budiono (2003) yaitu merupakan segala sesuatu yang mempunyai

kemungkinan mengakibatkan kerugian dalam kesehatan dan

keselamatan baik pada harta benda, lingkungan, maupun manusia.

KEPMENKES RI tahun 2010 menyebutkan bahwa

yang termasuk bahaya-bahaya potensial di rumah sakit adalah

bahaya fisik (radiasi pengion dan non-pengion, suhu panas,bising,

getaran, pencahayaan), bahaya kimia (Ethylene Oxide,

Formaldehyde, ether,dll), dan bahaya biologi (Virus: Hepatitis,

Influenza,HIV,dll),(Bakteri:S.Saphrophyticus, S.Pheumoniae,dll),

(Jamur: Candida).

Kemudian ada bahaya ergonomic (membungkuk,

mengangkat), bahaya psikososial (shift kerja, stress kerja), bahaya

Page 134: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

mekanik (terjepit, tertusuk jarum, tersayat, dll), bahaya listrik

(kesetrum, kebakaran), limbah RS (jarum suntik,obat,darah,

droplet,sputum,dll) dan kecelakaan.

Kurangnya pengetahuan perawat mengenai bahaya

yang ada di rumah sakit, mungkin disebabkan oleh kurangnya

informasi yang diberikan oleh kepala ruangan mengenai bahaya-

bahaya tersebut. Namun meskipun pengetahuan mengenai bahaya

masih kurang, mereka tetap berperilaku aman. Hal ini tentunya

disebabkan oleh faktor lain yang mempengaruhi mereka untuk

berperilaku aman.

Namun demikian meskipun mereka sudah berperilaku

aman, pemberian informasi mengenai bahaya yang ada di rumah

sakit tetap harus dilakukan guna memperkuat perawat dalam

berperilaku aman dalam bekerja. Pemberian informasi mengenai

bahaya bisa diberikan melalui promosi K3 kemudian saat

pengawas sedang melakukan pengawasan dengan memberikan

peringatan terhadap perawat dan melakukan briefing secara rutin

terhadap bahaya.

2. Sikap

Menurut Notoatmodjo (2003) sikap merupakan reaksi atau

respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus

atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi

Page 135: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.

Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu gambaran positif atau

negatif mengenai respon dalam menghadapi bahaya yang ada di

rumah sakit, respon terhadap adanya peraturan atau SOP dan respon

terhadap penyediaan APD.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa perawat

memiliki sikap yang positif dalam berperilaku aman. Hal ini dapat

dilihat dari hasil observasi dan peryataan mereka yaitu menghindari

bahaya dengan menggunakan APD dan mencuci tangan sebelum dan

sesudah tindakan keperawatan. Kemudian mengikuti peraturan dan

SOP yang ada serta memakai APD yang telah disediakan oleh rumah

sakit saat bekerja. Pernyataan tersebut mencerminkan sikap positif

mereka dalam berperilaku saat bekerja, sehingga dapat memunculkan

perilaku aman dalam bekerja.

Hal ini sama dengan penelitian Nofriandita (2012) yang

menyatakan ada hubungan antara sikap dengan perilaku aman. Selain

itu juga sama dengan penelitian Sialagan (2008) yang menyatakan

bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara sikap karyawan

dengan perilaku aman.

Hasil penelitian ini juga berkaitan dengan teori Krech dan

Ballacy, Morgan ing, dan Howard, yang menunjukan bahwa terdapat

konsistensi antara sikap dengan perilaku aman pekerja dan terdapat

Page 136: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

hubungan yang bermakna antara kedua variabel tersebut. Sikap

individu sangat erat kaitannya dengan perilaku mereka (Nofriandita,

2012). Jika faktor sikap telah mempengaruhi ataupun menumbuhkan

perilaku seseorang, maka antara sikap dan perilaku adalah konsisten,

artinya jika sikapnya positif maka perilakunya juga pasti akan baik

atau sesuai.

Namun demikian, masih terdapat perawat yang bersikap

negative yaitu tidak disiplin atau acuh tak acuh terhadap penggunaan

APD. Hal ini bisa disebabkan karena belum adanya standar atau

peraturan yang sesuai yang dapat menguatkan perawat untuk bersikap

positif.

Notoadmodjo (2003) mengemukakan suatu sikap belum

otomatis terwujud dalam suatu tindakan terbuka (overt behavior),

untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan

faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan. Sehingga

diperlukan adanya peraturan seperti SOP yang benar atau pemberian

sanksi untuk mendukung agar perawat mau bersikap displin atau

positif.

3. Motivasi

Motivasi secara umum mengacu pada adanya kekuatan

dorongan yang menggerakan kita untuk berperilaku tertentu. Menurut

Munandar (2001), motivasi adalah suatu proses dimana kebutuhan-

Page 137: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

kebutuhan mendorong seseorang untuk melakukan serangkaian

kegiatan yang mengarah kepada tercapainya tujuan tertentu. Menurut

Astuti (2001), salah satu hal yang terpenting yang perlu

dipertimbangkan pada diri individu untuk berperilaku adalah

motivasi. Motivasi yang ada pada diri seseorang akan mempengaruhi

apakah dia akan mengerjakan setiap tugasnya dengan baik atau

sebaliknya, apakah dia akan berperilaku aman atau tidak

(Halimah,2010).

Motivasi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu gambaran

mengenai alasan atau dorongan yang membuat perawat berperilaku

aman saat bekerja. Yang dimaksud perilaku aman dalam hal ini

seperti bekerja secara hati-hati, menggunakan APD, mengikuti aturan

atau SOP dan tidak bercanda serta bermalas-malasan saat bekerja.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa perawat

memiliki motivasi yang cukup tinggi, hal ini dapat dilihat dari

pernyataan mereka mengenai alasan berperilaku aman dalam bekerja

yaitu untuk keselamatan diri sendiri, menghindari kecelakaan kerja

dan menghindari resiko tertular penyakit infeksi. Dari pernyataan

tersebut memungkinkan perawat untuk berperilaku aman dalam

bekerja.

Hal ini sama dengan penelitian Sialagan (2008) didapatkan

hubungan yang bermakna antara motivasi terhadap perilaku K3.

Page 138: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Karyani (2005) juga

didapatkan hubungan yang bermakna antara motivasi dengan perilaku

K3 dalam bekerja. Dimana, motivasi pekerja yang tinggi mempunyai

peluang 3 kali untuk berperilaku aman pekerja dibanding pekerja

yang mempunyai motivasi yang rendah.

Umar (2000) memaparkan bahwa motivasi kerja yang dimiliki

oleh setiap individu juga sangat mempengaruhi kualitas kerja.

Walaupun fasilitas memadai, organisasi, dan manajemen baik,

prosedur kerja baik, tanpa motivasi kerja yang tinggi maka sulit

memberikan hasil pekerjaan yang baik. Motivasi untuk melakukan

pekerjaan sesuai dengan prosedur diperlukan agar sesuai dengan

tujuan perusahaan dan dapat menjamin keselamatan bagi pekerja itu

sendiri (Heliyanti, 2009). Jadi jika seorang perawat memiliki motivasi

yang baik untuk keselamatannya maka sudah pasti ia akan selalu

berperilaku aman dan kualitas kerjanya juga akan baik, hal ini tentu

akan meningkatkan produktifitas kerjanya terhadap rumah sakit.

Namun untuk memperkuat motivasi tersebut diperlukan suatu

dorongan seperti diberikan reward sebagai bentuk penghargaan dan

pengembalian positif dari perilaku aman yang telah mereka terapkan

dan sebagai bentuk dukungan dari perusahaan. Sebagaimana yang

telah dipaparkan oleh Geller (2001), Penghargaan merupakan

konsekuensi positif yang diberikan kepada individu atau kelompok

Page 139: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

dengan tujuan untuk mengembangkan, mendukung, dan memelihara

perilaku yang diharapkan. Jika digunakan sebagai mestinya,

penghargaan dapat memberikan yang terbaik kepada setiap orang

karena penghargaan membentuk perasaan percaya diri, pengendalian

diri, optimisme, dan rasa memiliki (Halimah, 2010).

Selain itu juga, menurut Mangkunegara (2005), imbalan yang

diberikan kepada pekerja sangat berpengaruh terhadap motivasi. Oleh

karena itu pimpinan perlu membuat perencanaan pemberian imbalan

dalam bentuk uang yang memadai agar pekerja terpacu motivasinya

dan melakukan tindakan aman (Halimah, 2010). Dalam hal ini, jika

pemberian imbalan dikaitkan dengan perilaku perawat untuk

melakukan tindakan aman maka akan sangat berpengaruh terhadap

peningkatan motivasi perawat dalam berperilaku aman.

4. Masa kerja

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan masa kerja yaitu

waktu yang telah dijalani perawat dalam menjalankan kerja sebagai

perawat. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa informan yang

telah bekerja lama dan baru hampir merata. Perawat yang bekerja

lama maupun baru memungkinkan untuk berperilaku aman.

Dalam hal ini perawat yang sudah lama bekerja sudah

mengetahui seluk beluk pekerjaannya sehingga mereka berperilaku

aman sedangkan perawat yang baru karena belum berpengalaman

Page 140: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

dengan pekerjaannya lebih berhati-hati dalam bekerja untuk

mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan. Keduanya tidak ada

perbedaaan sama-sama berperilaku aman, sehingga masa kerja

perawat yang sudah lama dan masih baru, tidak ada hubungannya

dengan perilaku mereka.

Hal ini sama dengan hasil penelitian Halimah (2010) yang

didapatkan bahwa tidak adanya hubungan yang bermakna antara lama

bekerja dengan perilaku aman. Hal ini diperkuat oleh Geller (2001)

yang menyebutkan faktor pengalaman pada tugas yang sama dan

lingkungan sudah dikenal dapat mempengaruhi orang tersebut

berperilaku tidak aman dan terus berlaku karena menyenangkan,

nyaman, dan menghemat waktu dan perilaku ini cenderung berulang.

Pernyataan diatas juga diperkuat ILO (1998) yang menyatakan

bahwa pekerja lama dan berpengalaman bukan merupakan jaminan

bahwa mereka tidak akan melakukan tindakan tidak aman sehingga

terhindar dari kecelakaan. Pekerja lama atau berpengalaman tidak

merasa asing dengan lingkungannya, sangat kenalnya mereka

menjadi kurang berhati-hati, apalagi bila dalam jangka waktu yang

lama tidak terjadi kecelakaan sehingga mereka cenderung

mengganggap bahaya tidak separah dengan apa yang didengar dan

dikatakan oleh pimpinannya (Halimah, 2010).

Page 141: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

6.3.2 Faktor Pemungkin

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan gambaran faktor

pemungkin yaitu hal-hal yang dapat memungkinkan pekerja untuk

berperilaku aman saat bekerja. Faktor pemungkin yang diteliti dalam

penelitian ini yaitu dilihat dari aspek ketersediaan APD dan program

K3RS.

Berdasarkan hasil penelitian, ketersediaan APD sudah ada,

sedangkan untuk program K3RS belum ada di Rumah Sakit Islam

Asshobirin. Fasilitas yang mendukung pekerja untuk berperilaku aman

sangat dibutuhkan. Karena meskipun pekerja telah memiliki kemauan

tinggi untuk berperilaku aman saat bekerja tetapi tidak dibarengi dengan

ketersediaan fasilitas yang menunjang, maka tidak akan tercapai pula

perilaku aman yang diharapkan.

1. Ketersediaan APD

Ketersedian APD yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu

ketersediaan alat pelindung diri di rumah sakit guna mendukung

perawat berperilaku aman dalam melakukan tindakan keperawatan

seperti masker dan sarung tangan. Berdasarkan hasil penelitian

diperoleh bahwa APD yang disediakan rumah sakit sudah cukup

lengkap seperti masker dan sarung tangan. APD tersebut tersedia di

setiap ruangan sesuai kebutuhan dan peraturan mengenai penggunaan

APD sudah terdapat dalam SOP. APD tersebut dapat diperoleh di

Page 142: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

apotik atau bagian farmasi jika diruangan sudah habis. Hal ini sangat

memungkinkan perawat dalam berperilaku aman.

Hal ini sama dengan pendapat Sahab (1997) yang

mengemukakan bahwa sistem yang didalamnya terdapat manusia

(sumber daya manusia), fasilitas merupakan salah satu hal yang

penting dalam mewujudkan penerapan keselamatan di tempat kerja.

Sehingga dengan ketersediaan fasilitas berupa APD dapat mencegah

perilaku tidak aman dalam bekerja.

Dalam menerapkan perilaku aman saat bekerja, dibutuhkan

suatu peraturan yang bersifat mengikat untuk untuk mewujudkannya.

Karena meskipun pekerja tersebut mau untuk berperilaku aman saat

bekerja. Disini lah pentingnya ketersediaan APD yang memadai daan

pentingnnya ditegakkan suatu peraturan yang sifatnya mengikatnya

serta harus (Annishia, 2011). Jadi untuk mendorong perawat agar

berperilaku aman, sangat diperlukan fasilitas yang mendukung

dengan membuat peraturan yang mewajibkan dan menyediakan APD

yang sesuai dan lengkap untuk pekerjaan mereka.

Hal ini didukung oleh teori Geller (2001) dalam Halimah

(2010) yang menyatakan bahwa penerapan perilaku aman dalam

bekerja pada umumnya menyebabkan pekerja merasa kurang

nyaman. untuk itu perlu sesuatu yang harus ada untuk membuat

pekerja tersebut tetap menerapkan perilaku aman saat bekerja dan

Page 143: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

harus disiapkan sebuah konsekuensi jika pekerja tidak

menerapkannya.

Konsekuensi yang diberikan bisa dalam bentuk peraturan yang

ada didalamnnya mengatur tentang hukuman serta penghargaan.

Lebih lanjut Geller menyatakan bahwa hasil atau keefektifan dari

konsekuensi peraturan tersebut sangat dipengaruhi oleh bentuk

peraturan yang ada (Halimah, 2010).

2. Program K3RS

Program K3RS merupakan salah satu bentuk fasilitas

pendukung yang dapat membentuk perilaku aman dalam bekerja.

Untuk menguatkan perilaku keselamatan dan kesehatan kerja

diperlukan upaya K3RS guna mencegah terjadinya kecelakaan kerja

dan penyakit akibat kerja (PAK) sehingga produktifitas optimal.

Contoh program K3RS seperti pelatihan karyawan, promosi K3,

tanggap darurat, laporan kecelakaan, dll.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa program K3RS

terkait perilaku aman bekerja belum ada di rumah sakit Islam

Asshobirin. Meskipun program K3RS belum ada tetapi tetap

memungkinkan perawat untuk berperilaku aman, hal ini bisa

disebabkan karena ada faktor lain yang mempengaruhinya seperti

adanya ketersedian APD dan SOP serta pengawasan yang dilakukan

setiap hari oleh tim supervisi.

Page 144: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Hal ini tidak sama dengan yang dikemukakan oleh Suma‟mur

(1989) bahwa keselamatan dan kesehatan kerja perlu diperhatikan

dalam lingkungan kerja, karena kesehatan merupakan keadaan atau

situasi sehat seseorang baik jasmani maupun rohani sedangkan

keselamatan kerja suatu keadaan dimana para pekerja terjamin

keselamatan pada saat bekerja baik itu dalam menggunakan mesin,

pesawat, alat kerja, proses pengolahan juga tempat kerja dan

lingkungannya juga terjamin. Apabila para pekerja dalam kondisi

sehat jasmani maupun rohani dan didukung oleh sarana dan prasarana

yang terjamin keselamatannya maka produktivitas kerja akan dapat

ditingkatkan.

Selain itu menurut Budiono (2003), keselamatan dan kesehatan

kerja yang merupakan salah satu bagian dari perlindungan tenaga

kerja perlu dikembangkan dan ditingkatkan, mengingat keselamatan

dan kesehatan kerja bertujuan agar :

a. Setiap tenaga kerja dan orang lainnya yang berada di tempat kerja

mendapat perlindungan atas keselamatannya.

b. Setiap sumber produksi dapat dipakai, dipergunakan secara aman

dan efisien.

c. Proses produksi berjalan lancar.

Menurut ILO (1989), pelatihan merupakan salah satu

komponen utama dari beberapa program keselamatan dan kesehatan

Page 145: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

kerja. Dengan pendidikan dan pelatihan, pekerja mengetahui faktor-

faktor bahaya di tempat kerja, risiko bahaya, kerugian akibat

kecelakaan yang ditimbulkan, bagaimana cara kerja yang baik, serta

mengetahui tanggung jawab dan tugas dari manajemen dalam

meningkatkan kewaspadaan mereka terhadap bahaya potensial.

Oleh karena itu, untuk mendukung perawat di RS Islam

Asshobirin berperilaku aman maka sebaiknya didukung dengan

adanya program K3RS serta diadakan pelatihan terkait perilaku aman

bekerja bagi seluruh perawat sehingga dapat menigkatkan

produktifitas perawat dan kinerja rumah sakit.

6.3.3 Faktor Penguat

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan gambaran faktor

penguat yaitu hal-hal yang dapat memberikan dukungan kepada pekerja

untuk berperilaku aman saat bekerja. Faktor penguat yang diteliti dalam

penelitian ini yaitu SOP dan pengawasan. SOP di rumah sakit ini sudah

ada. SOP terkait perilaku aman saat bekerja sudah terdapat dalam buku

Standar Prosedur Operasional Keperawatan Dasar.

Namun pada kenyataannya SOP tersebut belum di

seberluaskan kembali setelah di perbaharui ke setiap ruangan

dikarenakan minimnya biaya dan juga SOP tersebut belum dilengkapi

dengan prosedur penggunaan APD pada setiap tindakan. Sedangkan

Page 146: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

untuk pengawasan di rumah sakit Islam Asshobirin, perawat

mendapatkan pengawasan dari tim supervisi yaitu kepala perawat dan

supervisi yang bertugas setiap hari.

1. SOP

Standar Operasional Prosedur adalah suatu perangkat instruksi

atau langkah-langkah kegiatan yang dibakukan untuk memenuhi

kebutuhan tertentu klien. Merupakan tatacara atau tahapan yang harus

dilalui dalam suatu proses kerja tertentu, yang dapat diterima oleh

seorang yang berwenang atau yang bertanggungjawab untuk

mempertahankan tingkat penampilan atau kondisi tertentu sehingga

suatu kegiatan dapat diselesaikan secara efektif dan efisien (Depkes

RI, 2004).

Dalam penelitian ini SOP yang dimaksud adalah suatu

standar/petunjuk tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan

menggerakkan perawat untuk bekerja secara aman. Hasil penelitian

diperoleh bahwa sudah ada SOP di rumah sakit Islam Asshobirin,

sehingga memperkuat perawat untuk bekerja secara aman meskipun

dalam SOP tersebut masih ada yang kurang. Hal ini sama dengan

penelitian Novriandita (2012) yang menyatakan ada hubungan antara

ketersediaan SOP dengan perilaku aman.

Hal ini juga sama dengan pendapat Geller (2001) dalam

Karyani (2005) yang mengungkapkan perubahan perilaku tingkat

Page 147: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

kepatuhan yang baik adalah internalisasi, dimana individu melakukan

sesuatu karena memahami makna, mengetahui pentingnya tindakan

dan keadaan ini. Hal ini cendrung akan berlangsung lama dan

menetap dalam diri individu. Jadi para perawat yang mematuhi SOP

karena mereka menyadari dan mengerti akan pentingnya menjaga

keselamatan maka perilaku tersebut cendrung akan berlangsung lama.

Selanjutnya Neal dan Griffin (2002) membedakan kinerja

keselamatan menjadi dua tipe yaitu safety compliance dan safety

participation. Safety compliance digambarkan sebagai aktivitas-

aktivitas inti yang perlu dilaksanakan oleh individu-individu untuk

memelihara keselamatan di tempat kerja, seperti mengikuti SOP dan

menggunakan APD dengan baik (Novriandita, 2012). Penelitian ini

sesuai dengan teori Neal dan Griffin yang mempunyai pandangan

tentang SOP merupakan kinerja keselamatan kerja, sehingga

mempunyai pengaruh terhadap perilaku aman dalam bekerja.

Namun meskipun sudah terdapat SOP di RS Islam Asshobirin,

masih ada kekurangan dalam SOP tersebut yaitu tidak terdapat

prosedur penggunaan APD untuk setiap tindakan contohnya seperti

tindakan injeksi (menyuntik), memasang infus, mengganti balutan

luka, dan lainnya. Hal ini tidak sesuai dengan Depkes RI (2006) yang

menyebutkan bahwa tindakan mencuci tangan dan memakai sarung

tangan merupakan bagian dari prosedur menyuntik. Sehingga

Page 148: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

diwajibkan memakai sarung tangan saat tindakan menyuntik guna

melindungi tangan perawat dan mencegah terjadinya penyebaran

infeksi.

Selain itu juga dalam buku Keterampilam Keperawatan Dasar

(Paket 1) disebutkan dalam prosedur memasang cairan infus,

mengganti balutan luka, oksigenasi dan memandikan pasien di tempat

tidur terdapat prosedur untuk mengenakan sarung tangan untuk

tindakan tersebut maupun tindakan lainnya.

Prosedur tindakan keperawatan yang masih terdapat

kekurangan di RS Islam Asshobirin memungkinkan masih adanya

perawat yang berperilaku tidak aman. Sehingga perlu dilakukan

perbaikan SOP sesuai dengan standar dan ketentuan semestinya agar

mengurangi resiko perilaku tidak aman pada perawat dan perlu

disosialisasikan kembali mengenai SOP yang benar.

2. Pengawasan

Menurut Sarwono (1991) pengawasan merupakan kegiatan

manajer yang mengusahakan agar pekerjaan terlaksana sesuai dengan

rencana yang ditetapkan dan atau hasil yang dikehendaki.

Pengawasan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu kegiatan

manajer atau supervisi yang mengusahakan agar pekerjaan sesuai

dengan ketetapan.

Page 149: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa ada pengawasan

yang dilakukan oleh kepala perawat dan supervisi terhadap perawat

dalam bekerja. Hal ini menguatkan perawat untuk berperilaku aman.

Hal ini sama dengan yang dikemukakan oleh Azwar (1998)

dalam Annishia (2010) yang menyatakan bahwa dengan adanya

pengawasan dan peraturan yang mengikutinya merupakan salah satu

faktor yang akan mempengaruhi perilaku seseorang. Menurut

Sarwono (1991), dengan pengawasan yang dilakukan secara berkala

dan intens, kondisi yang berbahaya atau kegiatan yang tidak aman

dapat diketahui dengan segera dan dapat dilakukan usaha untuk

memperbaikinya.

Jadi dengan adanya pengawasan yang dilakukan setiap hari

oleh supervisor dapat membentuk perilaku perawat agar disiplin

untuk berperilaku aman dalam bekerja, dan dengan pengawasan ini

juga memungkinkan untuk mengurangi resiko yang ada misalnya

kesalahan perawat dalam menangani pasien. Kondisi yang tidak aman

seperti ini dapat segera diketahui dan diperbaiki secepatnya.

Hal ini juga dikuatkan dengan pendapat Geller (2001) yang

menyebutkan adanya peran manager dalam perilaku kerja, keduanya

berhubungan langsung degan target individu yang sedang

berlangsung. Menurut Bird dan Germain (1990), supervisor

(pengawas) memiliki posisi kunci dalam mempengaruhi pengetahuan,

Page 150: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

sikap keterampilan, dan kebiasaan akan keselamatan setiap karyawan

dalam suatu area tanggung jawabnya.

Para pengawas mengetahui lebih baik daripada pihak lain

mengenai diperhatikannya individu-individu, catatan cuti, kebiasaan

bekerja, perbuatan, keterampilan dalam bekerja. Para pengawas juga

memonitor kinerja pekerja, dimana hal ini merupakan sesuatu yang

penting untuk kesusksesan program (Salawati,2009).

6.4 Analisis Penyebab Perilaku Aman

Berdasarkan hasil penelitian terhadap perawat di RS Islam Asshobirin,

didapatkan hasil bahwa terdapat beberapa faktor yang mengakibatkan perawat

berperilaku aman dalam bekerja.

Pada bagan 6.1 dapat dijelaskan bahwa perilaku aman bekerja pada

perawat di RS Islam Asshobirin yaitu menggunakan APD, mengikuti SOP,

mengambil posisi kerja yang aman dan bekerja secara hati-hati. Hal ini

disebabkan oleh beberapa hal yaitu pengetahuan yang dimiliki oleh perawat

sudah cukup baik karena mereka mendapatkan pengetahuan tersebut dari ilmu

yang diperoleh saat perkuliahan, membaca, serta sosilisasi oleh kepala ruangan

untuk bertindak aman ketika bekerja.

Dan adanya motivasi tinggi yang dimiliki perawat untuk selamat saat

bekerja dan terhindar dari bahaya yang ada di rumah sakit membuat perawat

untuk berperilaku aman. Selain itu didukung juga dengan sikap perawat yang

Page 151: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

positif terhadap ketersediaan APD dengan selalu menggunakan APD saat

bekerja. Serta adanya pengawasan oleh tim supervisi sehingga perawat

berperilaku aman saat bekerja.

Bagan 6.1

Alur terjadinya Perilaku Aman bekerja pada perawat di RS Islam

Asshobirin

Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian juga didapatkan penyebab perilaku

tidak aman pada perawat di RS Islam Asshobirin. Bentuk perilaku tidak aman

Pengetahuan yang

baik dari ilmu yang

diperoleh dari

perkuliahan,

membaca serta

sosialisasi oleh

kepala ruangan.

Adanya motivasi

untuk selamat dari

bahaya. Perilaku

Aman

Bekerja Sikap yang postif

(disiplin) untuk

menghindari bahaya.

Ketersedian APD

berupa masker dan

sarung tangan.

Adanya pengawan

oleh tim supervisi

setiap hari.

Menggunakan

APD,

mengikuti

SOP,

mengambil

posisi kerja

yang aman dan

bekerja secara

hati-hati.

Page 152: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

pada perawat di RS Islam Asshobirin yaitu tidak menggunakan APD saat

menyuntik dan memasang infus serta tidak memakai sepatu yang sesuai. Hal ini

disebabkan karena sikap yang negative (tidak disiplin) dalam menggunakan APD

saat bekerja dan SOP yang berlaku di RS Islam Asshobirin masih kurang lengkap,

sehingga memungkinkan perawat untuk tidak menggunakan APD saat bekerja.

Bagan 6.2

Alur terjadinya perilaku tidak aman pada perawat di RS Islam Asshobirin

Sikap

negative

(tidak

disiplin)

menggunaka

n APD.

SOP masih

kurang

lengkap.

Tidak

menggunakan

sarung tangan

saat menyuntik

dan memasang

infus serta tidak

memakai sepatu

yang sesuai.

Perilaku

Tidak

Aman

Page 153: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan di dalam penelitian ini, maka dapat ditarik

simpulan sebagai berikut :

a. Bentuk perilaku aman pada perawat dalam bekerja di RS Islam Asshobirin

yaitu :

1. Menggunakan APD (masker dan sarung tangan)

2. Mengikuti peraturan dan SOP yang berlaku di RS Islam Asshobirin

3. Bekerja secara hati-hati dan mengambil posisi kerja yang aman.

b. Bentuk perilaku tidak aman pada perawat yaitu :

1. Tidak memakai sarung tangan ketika tindakan menyuntik dan

memasang infus

2. Tidak menggunakan sepatu yang sesuai.

c. Faktor predisposisi yang menyebabkan perawat berperilaku aman dalam

bekerja yaitu :

1. Pengetahuan yang cukup baik mengenai perilaku aman dalam bekerja

yang didapatkan dari ilmu yang diperoleh saat perkuliahan, membaca

dan informasi yang diberikan oleh kepala ruangan.

Page 154: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

2. Sikap positif dalam menghadapi bahaya dengan selalu menggunakan

APD yang disediakan serta mengikuti SOP yang berlaku di RS Islam

Asshobirin.

3. Adanya motivasi yang tinggi untuk keselamatan diri sendiri serta

pasien.

d. Faktor pemungkin yang menyebabkan perawat berperilaku aman dalam

bekerja yaitu adanya ketersediaan APD berupa masker dan sarung tangan

yang digunakan perawat dalam bekerja.

e. Faktor penguat yang menyebabkan perawat berperilaku aman dalam

bekerja yaitu adanya pengawasan terhadap perawat oleh tim supervisi

yang dilakukan setiap hari.

f. Faktor yang menyebabkan perawat berperilaku tidak aman yaitu :

1. Sikap negative perawat yang tidak disiplin dalam menggunakan APD.

2. SOP yang berlaku di RS Islam Asshobirin belum sesuai dengan

standar DepKes RI (2006) terkait penggunaan APD pada prosedur

menyuntik.

7.2 Saran

a. Untuk RS Islam Asshobirin :

1) Menerapkan K3RS atau SMK3RS secara komprehensif sesuai dengan

KEPMENKES RI Nomor: 1087/MENKES/SK/VIII/2010 tentang

Standar K3RS. Hal ini dikarenakan sudah ada beberapa substansi yang

Page 155: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

di laksanakan RS Islam Asshobirin seperti menyediakan APD untuk

pekerja, dan melakukan pemantauan mengenai pengolahan limbah RS,

PH sumber air yang digunakan, kebisingan di rumah sakit, dan lainnya

serta sudah ada KPRS (Keselamatan Pasien di Rumah Sakit). Dengan

adanya program K3RS dapat mendukung terciptanya lingkungan kerja

yang aman dan meningkatkan perilaku aman bekerja pada perawat.

2) Revitalisasi (memperbaiki) SOP yang sudah ada, seperti prosedur

menyuntik agar sesuai dengan standar DepKes RI.

3) Memberikan reward atau punishment bagi perawat yang tidak disiplin

menggunakan APD dengan benar.

4) Mengadakan pelatihan mengenai K3 terkait perilaku aman untuk

perawat guna meningkatkan kinerja perawat.

b. Untuk Perawat

1) Sebaiknya perawat lebih meningkatkan perilaku aman dalam bekerja

selain menggunakan masker dan sarung tangan juga harus memakai

sepatu bukan sandal. Dan sebaiknya penggunaan APD tersebut harus

lengkap digunakan setiap tindakan seperti tindakan menyuntik.

2) Sebaiknya perawat mengikuti pelatihan terkait K3 guna menambah

keterampilan untuk perilaku aman.

Page 156: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

DAFTAR PUSTAKA

A Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Kerja. Cet. ke-2,

Mei. Jakarta : Rineka Cipta. 2003

Alimul, Aziz. 2002. Pengantar Pendidikan Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto

Anik, Maryunani. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS). Jakarta: TIM. 2013

Annishia, Fristi Bellia. 2010. Analisis Perilaku Tidak Aman Pekerja Konstruksi PT. PP

(persero) di Proyek Pembangunan Tiffany Apartemen Jakarta Selatan tahun 2011.

Skripsi FKIK UIN

Azmi, Rahimah. 2008. Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja

Oleh P2K3 Untuk Meminimalkan Kecelakaan Kerja Di PT Wijaya Karya Beton Medan

Tahun 2008. Skripsi S1 Universitas Sumatra Utara

Bachri, Syaiful. 2010. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Keselamatan dan

kesehatan kerja (k3) pada Karyawan di area produksi bagian weaving Pt.Unitex tbk

Tahun 2010. Skripsi Program Kesmas UIN Syahid Jakarta

Bird, E. Frank, Germain, L. George. 1990. Practical Loss Control Leadership. Institute

Publishing: Georgia

Budiono, Sugeng. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Kecelakaan Kerja. Semarang :

Universitas Diponegoro

Bungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif. Cetakan keempat. Jakarta: Kencana

Cahyani, Dewi. 2004. faktor-faktor yang berhubungan dengan perilku tidak aman pada

pekerja pabrik billet baja PT Karakatau Steel, Cilegon, Jawa Barat Tahun 2004..

Skripsi. Depok : FKM UI

Carayon, P., Alvarado, JC. 2008. Patient Safety and Quality: An Evidance-Based Handbook

for Nurses. Chapter 39. Personal Safety for Nurses. Rockville (MD): Agency for

Healthcare Research Quality (US)

Chandra Pratiwo, Feny Rahayu, Kartika Arumsari Kartika. 2011. Proteksi dari Resiko Infeksi

Nosokomial. Jurnal keperawatan Politeknik Kesehatan Malang.

Chiou ST, Chiang JH, Huang N, Wu CH, Chien LY. 2013. Health issues among nurses in

Taiwanese hospitals: National survey. International Journal of Nursing Studies.

Page 157: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Dahlawy, Dharief. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku K3 di Area Pengolahan

PT. Antam tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten Bogor Tahun 2008.

Jakarta : FKIK UIN

DEPKES RI. 2003. Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan.

Jakarta: Depkes RI.

___________. 2004. Sistem Kesehatan Nasional. DepKes, Jakarta.

___________. 2006. Peningkatan Menejemen Kinerja Klinik (PMKK ) Perawat dan Bidan,

Pusdiklat SDM Kesehatan bekerjasama dengan Direktorat Bina pelayanan Keperawatan,

Jakarta

Digagurnasa, Srigali. 1992. Pengantar Psikologi. Jakarta : Mutiara

Fatmasari, Agarika. 2010. Penentuan Faktor-Faktor Bahaya yang Dihadapi Perawat di

RSUD Kabupaten Karanganyar dan Usulan Pencegahannya Menggunakan Metode

AHP. Skripsi UNS-F.Teknik Jur. Teknik Industri

Geller, E Scoot. 2001. The Pshychology Of Safety Handbook. USA : Lewis Publisher

Green, Lawrence W. 1980. Health Education Planning, A Diagnostic Approach. California :

Mayfield Publishing Company

Halimah, Siti. 2010. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Aman Karyawan Di PT.

SIM PLANT TAMBUN II Tahun 2010. Skripsi Program Kesmas UIN Syahid Jakarta

Hasriani , Resti Dwi. 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Keselamatan

Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Perawat Rumah Sakit Paru Di Salatiga. Undergraduate

thesis, Diponegoro

Helliyanti, Putri. 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Tidak Aman di

Dept. Utility and Operation PT Indofood Sukses Makmur Tbk Divisi Bogasari Flour

Mills tahun 2009. Skripsi. Depok : FKM UI

Hendrabuwana, La Ode. 2007. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Bekerja

Selamat Bagi Pekerja Di Depatemen Cor PT Pindad Persero Bandung Tahun 2007.

Skripsi. Depok : FKM UI

Idayanti. 2008. Hubungan pengetahuan dan sikap perawat terhadap penerapan standard

operational procedure (SOP) teknik menyuntik dalam upaya pencegahan infeksi di

RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Tesis USU Medan

Imania,, Lutvi. 2012. Hubungan Antara Karakteristik Individu dengan Perilaku K3 pada

Perawat Instalasi Gawat Darurat RSU. Haji Surabaya. Skripsi FKM UNAIR

Karyani. 2005. Faktor-faktor yang berpengaruh pada perilaku aman (safe behavior) di

Schlumberger Indonesia tahun 2005. Tesis. FKM UI Depok

Page 158: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 432 tentang Pedoman Kesehatan dan Keselamatan

Kerja (K3) di Rumah Sakit

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1087/MENKES/SK/VIII/2010

tentang Standar Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Di Rumah Sakit Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Bina Kesehatan Kerja Tahun 2010

Lexy J Moleong. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya

Maanaiya, Imam. 2005. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan tidak aman

(Unsafe act/substandard practice) pekerja di bagian Press PT YIMM Tahun 2005. Tesis.

Depok : FKM UI

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung : Penerbit PT Refika

Aditama

Millah, Izzatu. 2008. Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku menggunakan sabuk

keselamatan pada Pengemudi angkutan umum di terminal bus Pulo gadung tahun 2008.

Skripsi Program Kesmas UIN Syahid Jakarta

Moh. Nazir. Ph. D. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia

Neuman, W Lawrence. 2003. Basics of Social research, qualitative and quantitative

approaches. Boston: Allyn & Bacon

Nofriandita, Yukitri. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Bekerja Yang Aman Pada

Pekerja Bengkel Servis Mobil Di Depok Tahun 2012. Skripsi FKM UI Depok

Notoadmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Pratiwi, Shinta Dwi. 2009. Tinjauan Faktor Perilaku Kerja Tidak Aman pada Pekerja

Konstruksi Bagian Finishing PT. Waskita Karya Proyek Pembangunan Fasilitas dan

Sarana Gelanggang Olahraga (GOR) Boker, Ciracas, Jakarta Timur 2009. Skripsi.

Depok: FKMUI.

Ratnaningsih, Ika Zenita. 2010. Manajemen Diri Untuk Menurunkan Perilaku Tidak Aman

Dalam Bekerja Pada Pengemudi Bus Trans Jogja. Tesis Fakultas Psikologi UGM

Jogjakarta

Robin, S., P. (2003). Perilaku organisasi. (Pujaatmaka, H & Molan, B, Penerjemah). Ed. Ke-

9. Jakarta: Gramedia.

Sahab, Syukri. 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT.

Bina Sumber Daya Manusia.

Sahab, Syukri. 1997. Teknik Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT.

Bina Sumber Daya Manusia.

Page 159: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Salawati, Liza. 2009. Hubungan perilaku, manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

dengan terjadinya kecelakaan kerja di laboratorium patologi klinik rumah sakit umum

DR. Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2009. Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara Medan

Sarwono, Sarlito Wirawan. 1991. Teori-Teori Psikologi Sosial. CV. Rajawali: Jakarta

Sialagan. Togar Robin. 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Berkontribusi Pada Perilaku

Aman di PT EGS Indonesia Tahun 2008. Tesis. Depok : FKM UI

Sugiono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif . Bandung : Alfabeta. Hlm: 127-128

Suharsimi, Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Ilmiah Suatu Pendekatan Praktek,. Jakarta:

Rineka Cipta. Hlm:129

Suma‟mur, P.K. 1989. Keselamatan Kerja & Pencegahan Kecelakaan. PT. Toko Gunung

Agung: Jakarta

_____________. 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, Jakarta : Gunung Agung

Susiati, Maria. 2008. Keterampilan Keperawatan Dasar Paket 1. Jakarta : Erlangga

Syartini, Titi. 2010. Penerapan SMK3 Dalam Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Di PT.

Indofood CBP Sukses Makmur Divisi Noodle Cabang Semarang. Laporan Khusus

Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas

Sebelas Maret Surakarta

Undang-undang No.01 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja,

Wijaya, dkk. 2006. Hubungan Antara Shift Kerja Dengan Gangguan Tidur dan Kelelahan

Kerja Perawat Instalasi Rawat Darurat Rumah Sakit DR. Sadjito Yogyakarta. Sekolah

Pascasarjana Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Page 160: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Pedoman Wawancara Mendalam pada Perawat

Gambaran Perilaku Aman pada Perawat di RS Islam Asshobirin Tahun 2013

I. Informan Utama

Tanggal :

Nama pewawancara :

Karakteristik informan

1. Nama :

2. Jenis kelamin :

3. Usia :

4. Status perkawinan :

5. Alamat :

6. Telepon :

7. Bagian/ruangan :

8. Masa kerja :

9. Spesifikasi Tugas :

Perilaku Aman

10. Pada saat bekerja, apa saja yang anda lakukan untuk menciptakan

keselamatan dan kesehatan kerja?

Pengetahuan

11. Apa yang Anda ketahui tentang bahaya yang ada di rumah sakit?

12. Apa yang Anda ketahui tentang perilaku aman dalam bekerja?

13. Apa saja manfaat dari berperilaku aman dalam bekerja?

14. Apa saja dampak yang dialami jika berperilaku tidak aman dalam

bekerja?

Sikap

15. Bagaimana sikap Anda menghadapi bahaya yang ada di tempat

bekerja saat ini? Apa alasannya?

16. Bagaimana sikap Anda terhadap peraturan dan SOP yang berlaku

di tempat bekerja saat ini? Jelaskan mengapa demikian?

17. Bagaimana sikap Anda terhadap penyediaan APD di tempat

bekerja saat ini? Jelaskan mengapa demikian?

Page 161: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Motivasi

18. Apa alasan anda berperilaku aman (bekerja secara hati-hati,

menggunakan APD, mengikuti Standar Prosedur Kerja dan tidak

bercanda serta tidak bermalasan pada saat bekerja)?

Tersedianya APD

19. Bagaimana ketersediaan APD serta peraturan yang ada di rumah

sakit? (Probing: jenis APD)

Program K3RS

20. Adakah program terkait keselamatan dan kesehatan kerja yang

pernah di laksanakan rumah sakit ini? (Probing: apa saja,

bagaimana pelaksanaannya)

SOP

21. Lalu bagaimana dengan prosedur, adakah prosedur kerja terkait

perilaku aman bekerja? (Probing: jenis prosedur, perlu kah adanya

prosedur)

Pengawasan

22. Menurut anda, adakah pengawasan yang dilakukan pihak RS

terkait perilaku aman bekerja? (Probing: siapa pengawasnya, perlu

kah adanya pengawasan)

II. Informan Kunci

Tanggal :

Nama pewawancara :

Karakteristik informan

1. Nama :

2. Jenis kelamin :

3. Usia :

4. Status perkawinan :

5. Alamat :

6. Telepon :

7. Jabatan :

8. Masa kerja :

Page 162: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Perilaku Aman

9. Pada saat bekerja, apa saja yang perawat lakukan untuk menciptakan

keselamatan dan kesehatan kerja?

Pengetahuan

10. Apakah perawat mengetahui tentang bahaya yang ada di rumah sakit

dan bagaimana berperilaku aman bekerja?

Sikap

11. Bagaimana sikap perawat dalam berperilaku aman bekerja?

Motivasi

12. Apa alasan perawat berperilaku aman (bekerja secara hati-hati,

menggunakan APD, mengikuti Standar Prosedur Kerja dan tidak

bercanda serta tidak bermalasan pada saat bekerja)?

Tersedianya APD

13. Bagaimana ketersediaan APD serta peraturan yang ada di rumah sakit?

(Probing: jenis APD)

Program K3RS

14. Adakah program terkait keselamatan dan kesehatan kerja yang pernah

di laksanakan rumah sakit ini? (Probing: apa saja, bagaimana

pelaksanaannya)

SOP

15. Lalu bagaimana dengan prosedur, adakah prosedur kerja terkait

perilaku aman bekerja? (Probing: jenis prosedur, perlu kah adanya

prosedur)

Pengawasan

16. Menurut anda, adakah pengawasan yang dilakukan pihak RS terkait

perilaku aman bekerja? (Probing: siapa pengawasnya, perlu kah

adanya pengawasan)

III. Informan Pendukung

Tanggal :

Nama pewawancara :

Page 163: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Karakteristik informan

1. Nama :

2. Jenis kelamin :

3. Usia :

4. Status perkawinan :

5. Alamat :

6. Telepon :

7. Jabatan :

8. Masa kerja :

Tersedianya APD

9. Bagaimana ketersediaan APD serta peraturan yang ada di rumah sakit?

(Probing: jenis APD)

Program K3RS

10. Adakah program terkait keselamatan dan kesehatan kerja yang pernah

di laksanakan rumah sakit ini? (Probing: apa saja, bagaimana

pelaksanaannya)

SOP

11. Lalu bagaimana dengan prosedur, adakah prosedur kerja terkait

perilaku aman bekerja? (Probing: jenis prosedur, perlu kah adanya

prosedur)

Page 164: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

LEMBAR OBSERVASI

Indikator Perilaku

Aman

Nama

Perawat

Pengamatan

1 2 3 4 5

1. Bekerja

menggunakan APD

(sarung tangan dan

masker)

2. Bekerja dengan

kecepatan yang

sesuai (tidak terburu-

buru,hati-hati,tidak

sembrono)

3. Menggunakan

peralatan yang sesuai

dan benar

4. Mengambil posisi

kerja yang aman dan

sesuai (tidak

membungkuk)

5. Memenuhi peraturan

yang ada

Informasi Pengamatan Hasil Observasi

Usia Cek KTP

Tersedianya APD Cek Stok APD

SOP Cek Dokumen

Pengawasan Observasi

Page 165: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

MATRIKS WAWANCARA

Variabel Informan utama Informan Kunci

Informan

Pendukung

Perilaku

Aman IU1 IU2 IU3 IU4 IU5 IU6 IK1 IK2 IP1

Bentuk

perilaku

pekerja

- Bekerja

meng-

gunakan APD

lengkap

(masker dan

sarung tangan)

- Mengambil

posisi kerja

yang aman

- mematuhi

peraturan yang

berlaku

- Bekerja

meng-gunakan

APD

(memakai

masker setiap

melakukan

tindakan)

- bekerja

secara hati-

hati (tidak

terburu-buru)

- mematuhi

peraturan yang

berlaku

- bekerja

menggunakan

APD lengkap

(masker dan

sarung

tangan)

- bekerja

secara hati-

hati (tidak

terburu-buru)

- mematuhi

peraturan

yang berlaku

- Bekerja tidak

menggunakan

APD lengkap

- Mengambil

posisi kerja

yang tidak

aman

(membungkuk)

- Bekerja

tidakmenggunakan

APD lengkap.

- Bekerja

tidak

menggunakan

APD lengkap

- Pakai

APD

- Pakai

APD

Predisposing

Factors

(Pengetahuan

Perawat)

Pengahuan

mengenai

bahaya di RS

- penyakit

infeksi

menular

- tertusuk

- Tertular

infeksi

- hepatitis

- paru-paru

- nosokomial,

- kecelakaan

kerja

- kena jarum

- Tertular

infeksi

nosokomial

- Infeksi

nosokomial

- Infeksi

penyakit

menulaR

- HIV

- perawat

mengetahui

- perawat

mengetahui

Page 166: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

jarum - HIV

- ke-celakaan

kerja seperti

tertusuk jarum.

suntik

- ngangkat

pasien

tertiban

- paru-paru

Pengetahuan

mengenai

perilaku aman

bekerja

- Pakai apd,

- ketelitian, -

kerapihan

dalam bekerja

-sesuai SOP

- pakai APD

- kebersihan

- sesuai

prosedur

- pakai APD

- pakai APD

- mem

perhatikan

kesterilan alat-

alat

- tindakan

sesuai SOP

- sesuai standar

operasional

- APDnya juga

- Pakai apd,

- ketelitian

- kerapihan

dalam

bekerja

Pengetahuan

mengenai

dampak dari

perilaku tidak

aman bekerja

berisiko

terhadap kita

tertular

penyakit

- infeksi

nosokomial, -

tertular

penyakit

- merugikan

diri sendiri

- Terkena

infeksi

- kecelakaan

kerja seperti

tertusuk jarum

tertular penyakit - terjadi

kesalahan

pada pasien

- terinfeksi

bagi perawat

Pengetahuan

mengenai

manfaat

perilaku aman

bekerja

- terhindar

dari penyakit

infeksi dan

penyakit

menular

-

mengamankan

diri sendiri

- untuk

keamanan

pasien

- terhindar dari

bahaya-bahaya

bagi perawat

Supaya

selamat

pasien dan

perawat

- terhindar dari

kecelakaan

kerja

- infeksi

nosocomial

Tidak tertular

penyakit

mengurangi

tertularnya

penyakit

Predisposing

Factors

(Sikap

Page 167: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Perawat)

Sikap dalam

menghadapi

bahaya di RS

menghindari

dengan APD

- APD

- cuci tangan

sebelum dan

sesudah

tindakan

- memakai

APD setiap

tindakan,

- memakai

masker,

handscoon,

sepatu,

- cuci tangan.

- peduli

- perlu

diperhatikan

efeknya baik

dan buruknya

hati-hati - lebih teliti

- pakai APD.

- Mau

meng

gunakan

APD

- Tindakan

nya sesuai

SOP

- Meng

ikuti SOP

Sikap

terhadap

peraturan dan

SOP yang

berlaku di RS

mengikuti

peraturan yang

ada

Menerima dan

melaksanakan

peraturan yang

ada

mengikuti Sebagian besar

dijalani,

sebagiannya

lagi tidak

insyaAllah

mengikuti

Mengikuti

SOP

Sikap

terhadap

penyediaan

APD

Menggunakan-

nya

Menggunakan-

nya untuk

keselamatan

diri sendiri

mengajukan

supaya untuk

disediakan

harus dipakai,

tapi tertentu

sesuai standar Dipakai APD

nya

Predisposing

Factors

(Motivasi

Perawat)

Alasan

bekerja secara

hati-hati ,

menggunakan

APD dan

mengikuti

SOP serta

- untuk

keselamatan

diri sendiri

- mengurangi

resiko bahay-

- supaya aman

- tidak terjadi

kecelakaan

kerja

- tidak terjadi

- Agar tidak

kecelakaan

- tidak

tertular

penyakit

- mencegah

tertular infeksi

nosokomial

dan kecelakaan

kerja

- tidak terjadi

mengindari resiko

tertular penyakit

Ya begitulah - Untuk ke-

selamatan

diri sendiri

- Untuk

aman dan

meng-

hindari

bahaya

Page 168: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

tidak bercanda

saat bekerja

bahaya penularan

antara pasien

dan saya

- untuk

memberikan

pelayanan

dan menjaga

kepercayaan

pasien.

kesalahan saat

tindakan

- supaya

profesional.

Predisposing

Factors

(Masa Kerja)

Masa kerja

perawat

10 tahun 9 bulan 1,5 tahun 15 tahun 7 bulan 4 tahun

Enabling

Factors

(Tersedianya

APD)

Ketersedian

APD serta

peraturannya

di RS

disediakan

APD berupa

masker dan

sarung tangan,

masker dan

handscoon,

Ada

handscdaoon

dan masker,

Ada masker,

handscoon,

scoot.

masker dan

handscoon

ada masker

dan hanscoon

di ruangan.

- APD

yang ada

masker dan

sarung

tangan

- sudah

disediakan

di setiap

ruangan

sarung

tangan dan

masker

- ada scoot

tapi untuk

ruang

operasi dan

bedah saja

- di ruang

OK

(Operasi)

harus pakai

topi operasi

dan scoot

- untuk

ruang rawat

masker dan

sarung

tangan

standarnya

Page 169: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Enabling

Factors

(Program

K3RS)

Program

terkait K3

yang ada di

RS

Belum ada

program K3

Belum ada

program K3

Belum ada

K3

Belum ada K3 tidak ada Belum tau - K3 belum

ada

- K3RS

belum ada

tetapi ada

tim KPRS

- K3RS

belum ada

Reinforcing

Factors

(SOP)

Prosedur

(SOP) terkait

perilaku aman

bekerja

Ada SOP Ada SOP Ada SOP Ada SOP Ada SOP Ada SOP -ada SOP -ada SOP -ada SOP

Reinforcing

Factors

(Pengawasan)

Pengawasan Kepala

perawat

mengawas

dan timnya

Tim

supervise

yang

mengawasi

Kepala

perawat dan

supervise

mengawas

setiap hari

Ada

pengawasan

Perawat senior

atau supervise

yang mengawas

Ada

pengawasan

oleh tim

supervisi

-kepala

perawat

mengawasi

setiap pagi

dan

supervise

yang ber-

tanggung

jawab

mengawas

setiap sore

dan malam

- kepala

perawat

dan tim

supervise

memantau

setiap hari

Page 170: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Transkip Wawancara Informan Utama

Pertanyaan Informan Utama

Brperilaku Aman Berperilaku Tidak Aman

Perilaku Aman

Bekerja

IU1 IU2 IU3 IU4 IU5 1U6

Pada saat bekerja,

apa saja yang anda

lakukan untuk

menciptakan

keselamatan dan

kesehatan kerja?

Pakai APD dan

kerja secara hati-

hati aja, karena

penting untuk

berperilaku aman

bagi diri sendiri.

Pakai APD nya

tergantung penyakit

pasien juga kalo

kadang gak pake

handscoon pas ganti

infusan misalnya

pasiennya sakit

demam berdarah

gak pake kecuali

penyakit infeksi

baru pake. Kan klo

demam berdarah

kan gak terlalu

begitu parah ya tapi

kalo nyuntik selalu

pake handscoon,

kalo misalnya

penyakit paru lebih

pernapasan ya lebih

menular jadi kalo

masker selalu pake

ke setiap pasien

kecuali kalo

mendadak karena

buru-buru jadi gak

pake

Pake APD untuk

semua tindakan

yang berisiko, ya

untuk keamanan diri

sendiri sebagai

pencegahan. kalo

disini sih tindakan

yang gak pake

sarung tangan

misalnya kalo mau

kasih obat, terus ttv

kecuali kalo

misalnya ada aids

atau resiko penyakit

menular baru pake

apd lengkap, terus

misalnya ada pasien

ISPA ya otomatis

kita harus pake

masker

Yang sesuai SOP

seperti pakai APD,

ya supaya tidak

menularkan

sesuatu pada

pasien dan

sebaliknya, jadi

kita harus memilah

milah pasien mana

yang perlu pake

APD lengkap mana

yang gak perlu

supaya gak

menyinggung

pasien juga kan

misalnya pasiennya

batuk-batuk ya kita

harus pake masker

takutnya kan TBC

ya. Di SOP juga

sudah ada

kriterianya yang

harus pake APD

gimana

Ya pakai APD saat

bekerja,

memperhatikan

kesterilan alat-alat dan

tindakan sesuai SOP

aja sih, kadang kalo

gak pake APD karena

sudah terbiasa dan gak

semua tindakan perlu

pakai APD hanya

tertentu saja.

Ya sesuai standar

operasional aja dari

APDnya juga,

tindakan tertentu

aja baru pakai APD

lengkapnya

biasanya mah yang

standar dipake itu

masker aja , kadang

suka lupa atau

misalnya pas

keadaan darurat

atau buru-buru.

Proteksi diri aja

seperti pakai APD

dan sesuai SOP,

kan sudah tau

mana penyakit

yang parah dan

yang gak parah

jadi udah biasa

mba.

Predisposing

Factors

Page 171: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

(Pengetahuan

Perawat)

Apa yang Anda

ketahui tentang

perilaku aman

dalam bekerja?

Pakai APD, hhmm

intinya sih pake apd,

ketelitian, kerapihan

dalam bekerja

Ya sesuai SOP,

pakai APD juga

harus untuk

melindungi kita dan

selalu jaga

kebersihan dengan

cuci tangan

Ya sesuai dengan

prosedur terus sama

APDnya juga harus

lengkap dan lebih

hati-hati dalam

bertindak

Ya pakai APD saat

bekerja,

memperhatikan

kesterilan alat-alat

dan tindakan sesuai

SOP aja sih

Ya sesuai standar

operasional aja dari

APDnya juga

Proteksi diri aja

seperti pakai APD

dan sesuai SOP

Menurut anda apa

saja manfaat dari

berperilaku aman

dalam bekerja?

Ya terhindar dari

penyakit infeksi,

penyakit menular ya

intinya

mengamankan diri

sendiri agar tidak

celaka atau sakit

Manfaatnya baik

bagi keamanan

pasien dan

terhindar dari

bahaya-bahaya bagi

perawat

Supaya kita selamat,

hhmm sebagai

pasien dan perawat

Hhhmm…terhindar

dari kecelakaan

kerja dan infeksi

nosocomial

Ya sebaliknya dari

dampak mba supaya

gak tertular

penyakit tadi

Apa ya

hhmm….menguran

gi tertularnya

penyakit

Menurut anda apa

saja dampak yang

dialami jika

berperilaku tidak

aman dalam

bekerja?

Bisa terjadi

kesalahan pada

pasien dan terinfeksi

bagi perawat serta

kecelakaan juga

Terkena infeksi,

kecelakaan kerja

seperti tertusuk

jarum

itu tadi infeksi

nosokomial, kalo

untuk aku tertular

penyakit bisa ya

merugikan diri

sendiri lah

hhmmm dampaknya

ya itu tertular

penyakit

Ya tertular penyakit

tadi mba

Ya itu mba bisa

berisiko terhadap

kita

Apa yang Anda

ketahui tentang

bahaya yang ada di

rumah sakit?

Ya penyakit infeksi

menular mba, terus

hmm apa lagi ya

tertusuk jarum juga

bisa. Ya apalagi kalo

kondisi kita lagi

lemah pasti mudah

tertular penyakit

apalagi kalo di

ruangan penyakit

dalam ya banyak

penyakit yang lebih

menular. Kan kalo

diruangan ini ada

dua bagian ya

ruangan isolasi dan

ruangan

biasa/perawatan,

Tertular infeksi,

hepatitis bisa, paru-

paru bisa, HIV juga

dan kecelakaan

kerja seperti

tertusuk jarum,

stress juga bisa kalo

ngadepin keluarga

pasien kan kadang

suka ada yang repot

Nosokomial, terus

K3 ya itu apa sih

namanya kecelakaan

kerja, itu apa sih

namanya kena jarum

suntik, terus apa ya

ngangkat pasien

tertiban

Tertular infeksi

nosokomial sih setau

saya

Paling Infeksi

nosokomial ya yang

bahaya

Ya Infeksi penyakit

menular, HIV,

paru-paru terus

hhmmm…

Page 172: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

takutnya kalo kita di

isolasi kondisi kita

lemah daya tahan

tubuh kita turun

pasti mudah terkena

penyakit

Bagaimana anda

memperoleh

pengetahuan

tersebut?

Dari ilmu yang

pernah saya

pelajari, kan emang

teorinya udah ada

ya dari dulu yang

jelas dari teori terus

ditambahkan

sekarang ada

prosedurnya SOP

dan berdasarkan

pengalaman aja sih

terus juga pernah

ikut seminar

Tau nya itu kan dari

perkuliahan terlebih

dahulu kan awalnya

sebelum masuk

kerja, baru disini

dikasih tau lagi

sama kepala

ruangan atau senior

pasien-pasien apa

aja yang apdnya

harus lengkap terus

pasien apa aja yang

gak perlu lengkap

apdnya, misalnya

kalo pasien ISPA

kan harus

menggunakan

masker, kalo

misalnya pasien

yang aids atau

resiko tertular harus

sarung tangan

apdnya, itu aja sih.

Kalo ISPA kan

batuk bisa ada

reaknya juga

kan,kalo misalnya

itu apdnya dua-

duanya pake masker

dan sarung tangan,

selain itu juga dari

buku-buku pas

kuliah dulu sama

suka ikut seminar

Selain tau dari SOP

ya sebelum kerja

juga sudah tau ya

kan dulu waktu

kuliah juga ada

pelatihan-pelatihan,

terus juga dapat dari

hasil seminar,

misalnya si A

seminar di siloam

nanti di seminarkan

lagi disini

dipersentasikan, kan

ada fotocopyannya

juga jadi ya saya

baca-baca

sudah tau dari

sekolah dulu terus

paling sama dari

kepala ruangan atau

kepala perawat aja

mengenai SOPnya

Taunya dari itu aja

sih dikasih tau sama

kepala ruangan pas

baru masuk kerja,

SOP gimana, dan

lain-lain

ya berdasarkan

pengalaman aja,

kan udah tau harus

gimana kalo kerja

yang aman

Page 173: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

atau pelatihan di

kampus

Predisposing

Factors

(Sikap Perawat)

Bagaimana sikap

Anda menghadapi

bahaya yang ada di

tempat bekerja saat

ini? Apa

alasannya?

Ya menghindari

dengan cara

APDnya

Satu APD tadi sama

cuci tangan sebelum

dan sesudah

tindakan

Memakai APD setiap

tindakan, memakai

masker, handscoon

terus sepatu,

terutama cuci tangan

Harus peduli lah,

perlu diperhatikan

efeknya baik dan

buruknya

Ya hati-hati aja

paling mba

Harus lebih teliti

dan pakai APD

Bagaimana sikap

Anda terhadap

peraturan dan SOP

yang berlaku di

tempat bekerja saat

ini? Jelaskan

mengapa

demikian?

Ya mengikuti

peraturan yang ada,

misalnya bekerja

sesuai SOP

Menerima dan

melaksanakan

peraturan yang ada

Harus mengikuti lah,

kan demi kebaikan

kita juga

Sebagian besar

dijalani,

sebagiannya lagi

tidak misalnya tidak

pakai scoot (jas

pelindung) karena

memang gak ada

insyaAllah sih

mengikuti

Mengikuti SOP

Bagaimana sikap

Anda terhadap

penyediaan APD di

tempat bekerja saat

ini? Jelaskan

mengapa

demikian?

APDnya menurut

saya sih cukup, ya

saya

menggunakannya

mba seperti masker

itu selalu digunakan

setiap tindakan

Menggunakannya

untuk keselamatan

diri sendiri

Sebagian disediakan

sebagian tidak, jadi

saya mengajukan

supaya untuk

disediakan, kalo

sudah disediakan

tentunya harus

dipaka

Ya tentunya harus

dipakai, tapi kan gak

setiap saat kita pakai

tertentu aja mba

hhmm gimana ya,

udah lengkap sih

sesuai standar lah

Dipakai APD nya

Predisposing

Factors

(Motivasi

Perawat)

Apa alasan anda

bekerja secara hati-

hati , menggunakan

APD dan mengikuti

SOP serta tidak

bercanda saat

bekerja

Ya untuk

keselamatan diri

sendiri, untuk

mengurangi resiko

bahaya-bahaya tadi

Supaya aman,

supaya tidak terjadi

kecelakaan kerja,

supaya tidak terjadi

penularan antara

pasien dan saya

Agar tidak terjadi

kecelakaan, tidak

tertular penyakit.,

terus untuk

memberikan

pelayanan dan

menjaga

kepercayaan pasien

Supaya mencegah

tertular infeksi

nosokomial,

kecelakaan kerja dan

agar tidak terjadi

kesalahan saat

tindakan, ya supaya

professional

Ya itu untuk

mengindari resiko

tertular penyakit

Ya begitulah

Predisposing

Page 174: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Factors

(Masa Kerja

Perawat)

Sudah berapa lama

anda bekerja

sebagai perawat?

Sejak kapan?

kurang lebih 10

tahun ya

baru 9 bulan, awal

masuknya akhir

tahun 2012

satu setengah tahun

lah kurang lebih,

dari tahun 2012

udah lama banget

say amah udah lebih

dari sepuluh tahun,

15 tahun mah ada

dari tahun 99‟‟

masih 7 bulan, dari

awal tahun 2013

kurang lebih 4

tahun ya, udah dari

tahun 2010 mba

Enabling Factors

(Tersedianya

APD)

Bagaimana

ketersedian APD

serta peraturannya

di RS

Biasanya disetiap

ruangan itu

disediain APD kaya

masker, ,sarung

tangan, nah kalo

habis kita ngamprah

ke farrmasi,

sebenernya kalo

sesuai prosedur

kesehatan ya gak

cukuplah, tapi kan

setiap rumah sakit

beda, harusnya kan

kaya sepatu, dan

topi disediain juga

kalo nyuntik kan

takutnya jatuh, kan

kita pake sepatunya

biasa bukan yang

khusus perawat gitu

ada seperti masker

dan handscoon,

ngambilnya

amprahan atau

ngorder dari

ruangan ke farmasi,

kalau peraturan gak

ada sanksi mau

pakai atau tidak

pakai APD, Kalo

menurut saya APD

nya sih mungkin

kuranglah, kalo

misalnya kaya scoot

penting sih

disinikan ada pasien

bayi, kalo misalnya

ada ruang bayi kan

nanti berisiko ke

bayinya kalo baju

kita misalnya

terkontaminasi dari

luar, makanya harus

lengkap scootnya,

masker, sarung

tangan, gitu lah

kalo misalnya disini

kurang sih

Sudah disediakan,

biasanya ngamprah

atau diambil di

apotik sesuai

kebutuhan di

ruangan ini seperti

handscoon, dan

masker, kalo scoot

gak ada. Kalo

peraturan tentang

APD itu biasanya

udah ada dalam

SOP, tapi gak ada

sanksi kalo misalnya

ada yang gak pake

APD

Ada, seperti masker,

handscoon,

ngambilnya di apotik

atau bagian farmasi

Amprahan dari

ruangan ke apotik

(farmasi), APD nya

masker, handscoon

udah itu aja

Disediakan APD,

ada masker dan

hanscoon di

ruangan

Mengapa APD Kalo scoot itu saya juga kurang Katanya sih mba mungkin terkait Mungkin karena Yah kebijakan dari

Page 175: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

berupa Scoot, topi

dan sepatu tidak

disediakan disini?

emang khusus

ruangan bedah aja

mba, kalo topi

khusus buat perawat

laki-laki kalo untuk

wanita kan kita

semua pake

kerudung, jadi

engga perlu topi

buat kita mba, kalo

sepatu saya juga

kurang tahu mba,

padahal menurut

saya penting

tau mba alasan

kenapa gak

disedian, saya mah

pake apd yang ada

aja disini

scoot itu kalo disini

cuma ada diruang

UGD dan OK aja,

ruangan buat

operasi bedah gitu

mba

anggaran biaya juga

kali ya mba,

makanya gak

disedian di setiap

ruangan

disini ruang rawat

aja mba, bukan

ruang bedah, jadi

mungkin tidak perlu

mba, makanya tidak

disediakan dari

atasannya

sananya udah

begitu, ya mau

gimana kita??

Menurut anda

pentingkah atau

perlukan

disediakan ADP

seperti scoot, topi

dan sepatu dalam

bekerja?

Menurut saya sih

scoot pentinglah

mba, buat

melindungi perawat

dari kontaminasi

kontaminasi

penyakit tertular

mba, tapi kalo topi

engga perlu mba,

kan cewenya

berjilbab semua

disini, kalo sepatu

baru penting mba

supaya kitanya

terhindar dari benda

tajam yang jatuh

mba

Kalo scoot menurut

saya penting mba,

ini kan ada ruangan

bayi jadi harus

bener-bener steril

yang kita pakai ini,

kasian bayi nya kalo

tertular dari

pakaian kita, trus

kalo topi mungkin

engga perlu yah

mba, soalnya disini

semua berjilbab

mba, kalo sepatu

juga penting mba

menurut saya biar

ngelindungi perawat

dari jarum suntik

kalo jatoh ke lantai

gt mba

Menurut saya

pentinglah mba, ini

kan diruang ICU,

seharusnya di ruang

ICU ada scoot bukan

hanya di UGD dan

OK untuk menjaga

steril mba, kalo topi

gak terlalu penting

karena wanitanya

berjilbab semua

mba, kalo sepatu

harusnya sih penting

agar melindungi

perawat dari alat-

alat yang jatoh pas

lagi kita gunakan

Menurut saya sih

penting mba, disini

kan ruangan ICU ,

jadi perlu lah scoot

itu untuk melindungi

kita juga

menurut saya sih

yang paling penting

itu ada masker dan

sarung tangan udah

cukup lah

‟penting sih mba,

tapi ya gitu

deh………

Enabling Factors

(Program K3RS)

Apa saja Program

terkait K3 yang ada

di RS (Probing: apa

saja, bagaimana

Kalo untuk K3 sih

kayaknya belum ada.

Untuk pelatihan sih

ada tapi yang

Belum ada mba

kayaknya, kan saya

baru 9 bulan disini

jadi kayaknya

Belum ada mba

setau saya sampai

saat ini. Paling

seminar mba untuk

Belum ada mba

selama disini. Ya

paling seminar sama

pelatihan aja sih

belum tau mba,

kurang tau deh mba

, saya belum pernah

ikut sama sekali

gak ada tuh,

seminar-seminar

ada kok kadang

diadain, Pelatihan

Page 176: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

pelaksanaannya,

pernahkah

mengikutinya)

ngadain bukan

rumah sakit kita, itu

pelatihannya dari

luar, biasanya kita

hanya diutus untuk

perwakilan aja. Kalo

seminar untuk

perawat di rumah

sakit ini ada kok

mba , ehmmm, ada

tentang APD, infeksi

nosokomial, seiinget

saya itu. Ya kalo ada

saya ikut tapi kalo

saya engga banyak

ikutnya. Kalo disini

mah biasanya

ditunjuk, seringnya

kepala ruangan,

kalo perawat-

perawatnya jarang,

tapi kadang sapa

yang mau ikut bisa

asal tidak

menganggu jam

dinas

sampe saat ini

engga ada deh.

Kayaknya cuma

seminar aja deh

kalo untuk kita.

Ehhmm, kurang

tahu mba, saya kan

baru 9 bulan disini

belum tau

seminarnya apa.

Kalo saya disini

belum pernah ikut

seminar yang ada

dirumah sakit dan

belum pernah jadi

perwakilan juga

buat ikut seminar

atau pelatihan,

paling cuma pas

kuliah dulu aja suka

ikut seminar-

seminar

perawat mah.

Pernah ada mba,

seperti

pendokumentasian

dan APD gitu mba.

Kalo saya belum

pernah disuruh tuh

buat pelatihan diluar

sama kepala

ruangan, kalo

seminar juga belum

paling dapat

materinya aja dari

yang ikut mba yang

sering ikut seminar

dan pelatihan mah

paling kepala

ruangannya mba

mba.

Ehmm.. seminar

APD, Infeksi

nosokomial mba,

trus

pendokumentasian

kalo yang terakhir

sih itu yang saya

tahu mba. pernah

ikut, terakhir

seminar tentang

pendokumentasian

ada tapi paling

senior-senior

doang yang ikut

kayak kepala

perawat gitu, kalo

saya belum pernah

ikut. Karena kan

biasanya

perwakilan, jadi

paling senior-

senior aja yang

diutus,nah kalo

seminar biasanya

kita cuma dikasih

tau hasil

seminarnya itu apa

Reinforcing

Factors

(SOP)

Adakah

prosedur(SOP)

K3RS terkait

perilaku aman

bekerja (Probing:

sebutkan)

Sudah ada prosedur,

ya kan udah

dihapalin juga dari

kuliah juga udah

tau, setiap ruangan

punya SOPnya kan

ada, misalnya ya

SOP nyuntik,

pertama harus cuci

tangan dulu sebelum

tindakan, pake

Ada SOP, kan

awalnya dikasih tau

dulu sama kepala

ruangannya

tindakan apa aja

yang harus dilakuin

terus apa namanya

kalo pasien baru

ngapain aja, pasien

pulang ngapain aja,

terus terapi obat

Ada, seperti

contohnya SOP

suntikan,

persiapannya

pertama lihat nama

obatnya dulu, dosis

obatnya, waktu dan

jamnya harus sesuai

pemberiannya, lihat

obat apa yang

sebelumnya diminum

Sudah ada, tapi

belum

disosialisasikan lagi

sekarang, kan yang

lama udah ditarik

diperbaharui lagi

Ada SOP tapi belum

pernah liat

langsung cuma

dikasih tau sama

kepala ruangan aja,

sebenarnya perlu

sih SOP itu supaya

kita sesuai dengan

yang ditetapkan

Paling SOP

tindakan ya,

misalnya kalo mau

ambil darah

pasiennya dengan

HIV, kan kalo HIV

itu kan bisa

menular lewat

suntikan jadi harus

pake sarung

tangan, terus kalo

Page 177: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

alcohol, siapin

obatnya, cek dulu

bener gak itu

obatnya, dan

seterusnya deh kya

gitu

apa aja yang

diberikan, waktu

terapi kapan aja

dilaksanakannya,

kalo sakit ini begini

caranya ya gitu-gitu

deh, buat saya sih

sesuai SOPnya

seperti yang

dipelajari dari

kampus juga.

ya gitu deh kalo

udah siap semuanya

baru disuntik

misalnya kita mau

berhadapan

dengan pasien

TBC, kalo misalnya

batuk kan bisa

menular jadi harus

pake masker gtuh.

Saya tau dari

waktu perkuliahan

kan udah ada ya,

terus diperkenalkan

sih SOP disini juga

ada pas awal

masuk kerja

Reinforcing

Factors

(Pengawasan)

Adakah

pengawasan yang

dilakukan pihak RS

terkait perilaku

aman bekerja?

(Probing: siapa

pengawasnya, perlu

kah adanya

pengawasan)

Pengawasan ada

mba timnya sendiri,

biasanya sih kalo

pagi itu kepala

perawatnya

langsung

Pengawasan ada

kok, supervise yang

mengawasi tiap hari

mba,yang dilihat

paling kondisi

ruangan seperti

apa, lihat jumlah

pasiennya, jumlah

perawatnya, trus

dilihat pekerjaan

perawatnya, trus

tentang perawatan

apa yang diberikan

ke pasien mba

Ada, kepala perawat

dan supervise setiap

hari ngeliat ke kita,

ke pasien, dan

jumlah pasiennya,

kondisi pasien,

cairan infusnya, trus

dilihat juga kita

sesuai atau engga

kerjanya, misalnya

kan dia liat pasang

infus engga bener

tuh, nanti kita

dipanggil tuh, ketat

deh pokoknya

Pengawasan pasti

ada mba setiap

harinya , biasanya

dilakuin oleh kepala

perawat dan tim

supervise mba. Biasa

nya yang mereka

awasi itu kayak lihat

absen perawat mba,

trus liat kondisi

pasien, pokoknya

ngeliat tugas-tugas

kita deh mba

Setiap dinas atau

per shift biasanya

yang ngawas

perawat senior atau

supervisi, menurut

saya perlu diawasi

agar tidak ada

kesalahan apalagi

perawat yang baru

seperti saya ini

Ada pengawasan.

Supervisi yang

melakukan

pengawasan

biasanya pagi dan

sore. Sangat

diperlukan

pengawasan agar

perawat tetap

disiplin dalam

bekerja

Page 178: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Transkip Wawancara Informan Kunci

Pertanyaan Informan Kunci

Perilaku Aman Bekerja IK1 IK2

Pada saat bekerja, apa saja yang

perawat lakukan untuk menciptakan

keselamatan dan kesehatan kerja?

selama ini sih sesuai aja ya, jarang melakukan

kesalahan tapi kadang-kadang ya mungkin kalo dia lagi

lupa apa gimana kadang gak pake masker, tapi emang

kalo untuk akhir-akhir ini penggunaan APDnya sudah

bagus mereka

perilaku aman yang dilakukan perawat disini yang

pasti menggunakan APD, karena dalam prosedur

juga kan sudah ada ya dan setiap perawat

mengetahuinya

Predisposing Factors

(Pengetahuan Perawat)

Apakah perawat mengetahui mengenai

perilaku aman dan bahaya yang ada di

rumah sakit? (Probing : bagaimana

mereka mengetahuinya?)

Ya mereka sudah tau, dan juga sudah saya

sosialisasikan dan kalo misalnya ada yang gak tau ya

mereka nanya dan kalo ada info-info baru pasti dikasih

tau

Untuk pengetahuan mereka kita juga melakukan

sosialisasi, jadi kita memang punya tahapannya

kalau perawat baru itu satu tentang peraturan dan

tata tertib di rumah sakit kemudian tentang SOP

perawat

Predisposing Factors

(Sikap Perawat)

Bagaimana sikap perawat dalam

berperilaku aman bekerja?

Kalau sekarang sih sudah lumayan ya sikapnya, sudah

bagus untuk APDnya sendiri, untuk tindakannya juga

udah sesuai SOP, ya pokoknya sesuai lah cukup baik

Sebagai seorang perawat harus memiliki sikap yang

baik seperti mengikuti SOP dan harus peduli

terhadap bahaya yang ada dirumah sakit, karena

perawat tidak hanya bertanggung jawab terhadap

keselamatannya sendiri tetapi yang terutama itu

harus memperhatikan keselamatan pasien juga

karena jika mereka bersikap yang buruk hal ini

menyangkut mutu pelayanan rumah sakit juga, ya

tapi kalo masih ada perawat yang sikapnya gak

sesuai itu kan tergantung masing-masing orang juga

ya ada yang peduli ada juga yang cuek, kembali lagi

ke diri masing-masing

Predisposing Factors

(Motivasi Perawat)

Menurut anda, apa alasan perawat

bekerja secara hati-hati , menggunakan

APD dan mengikuti SOP serta tidak

bercanda saat bekerja?

Motivasinya ya untuk diri sendiri ya untuk keselamatan

biar aman aja, kan kalo menurut saya APD itu penting

banget karena untuk mencegah paparan langsung

dengan bahaya ya jadi perawat harus pake APD

Tentu saja alasan berperilaku aman itu menghindari

bahaya dan supaya aman saat bekerja bagi perawat

serta pasien

Enabling Factors

(Tersedianya APD)

Page 179: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Bagaimana ketersedian APD serta

peraturannya di RS?

kalo untuk disini ya kan ya standar rumah sakit kelas

tiga terus menengah kebawah, kalo itu sih cukup untuk

APDnya kaya masker dan sarung tangan saja. Menurut

saya sih sudah cukup mba, karena ini rumah sakit tipe C

dan masih menegah ke bawah jadi untuk rumah sakit

sekelas ini sudah cukup lah APD nya seperti itu

APD nya kalo diruangan sih condongnya cuma

masker sama sarung tangan saja mba, Kalo untuk

standar APD dasar kita sudah cukuplah mba.

kalo scoot dan sepatu boots ya di rumah sakit ini

hanya untuk di ruangan UGD dan OK saja ada.

karena sudah standarnya seperti itu mba, yang perlu

scoot, sepatu itu yah pas saat operasi, persalinan

saja mba, trus kalo topi yah karena diruang UGD

dan OK ada perawat laki-laki nya, jadi harus

memakai topi sedangkan untuk ruang rawat itu

perawat perempuan dan mereka semua berjilbab

jadi gak pake topi

Enabling Factors

(Program K3RS)

Apa saja Program terkait K3 yang ada

di RS (Probing: apa saja, bagaimana

pelaksanaannya)

Kalo program K3 gak ada,tapi kalo seminar atau

pelatihan disini ada tapi jarang, paling kalo untuk

pelatihan biasanya ke rumah sakit lain, Cuma kalo ke

rumah sakit lain juga memang yang didahulukan yang

senior yang sudah lama, seperti kepala ruangan terus

nanti ada wakilnya, terus dibawahnya lagi, kita

bertahap ya sampai nanti kebawah, jadi emang mereka

ada yang belum kebagian karena belum sampai ke

bawah. Kalo misalnya ada seminar paling ada

fotocopyan ya saya suruh baca, terus kalo ada info-info

baru ya dikasih tau.

seminar ada, tapi yang ikut gantian, sesuai jam

dinas juga, juga ada seminar di rumah sakit lain

nanti kita utus berapa orang, dalam satu ruangan

bergantian asal gak mengganggu jam dinas bisa

ikut, setiap ruangan ada perwakilannya. Misalnya

kaya kemaren ada pelatihan di Anyer, hasilnya

dipersentasikan kembali di aula dan dihadiri

perwakilan dari setiap ruangan, kepala ruangan

yang menentukan. Juga dilihat pelatihannya tentang

apa misalnya imunisasi kan condongnya perawat

ruangan anak, kebidanan, bayi, perawat yang diutus

sesuai dengan perawatnya, misalnya sifat

pelatihannya umum maka semua perawat bisa ikut.

Disini adanya KPRS (Keselamatan Pasien di rumah

sakit) jadi masih fokus untuk pasiennya untuk

perawatnya belum ada secara khusus. Jadi misalnya

ada kejadian terhadap pasien nanti kepala ruangan

lapor ke tim kprs kronologisnya seperti apa,

kemudian nati dilihat masalahnya dimana apakah

SDM nya atau alatnya dan sebagainya, mislanya

masalahnya SDM nya maka nanti akan

disosialisasikan kembali tentnag penggunaaan alat

itu atau tentunya salah satunya SOPnya juga.

Reinforcing Factors

(SOP)

Adakah prosedur(SOP) K3RS terkait SOP ada ya, setiap perawat sudah tau kan saya juga SOP sudah ada, disebarkan ke setiap

Page 180: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

perilaku aman bekerja sosialisasikan diawal masuk kerja, kalo misalnya ada yang gak

tau ya pasti nanya. Tapi kalo untuk briefing tentang SOP disini

jarang ya, paling ngobrol-ngobrol biasa aja, misalnya ada

keluhan masalah mereka pasti cerita, paling kalo ada rapat-rapat

ruangan jarang paling 3 bulan sampai 6 bulan sekali.

ruangan disosialisasikan ke setiap kepala

ruangan tetapi yang lama sudah ditarik

semuanya karena ada pembaharuan dan

setelah diperbaharui lagi belum

diperbanyak kembali terkait belum ada

biaya jadi sekarang masih di ada di saya

SOPnya tapi kalo ada ruangan yang perlu

mau pinjam ya bisa diambil. SOP tindakan

keperawatan seperti menggunakan

handsoon dan lain-lain

Reinforcing Factors (Pengawasan)

Adakah pengawasan yang dilakukan

pihak RS terkait perilaku aman

bekerja? (Probing: siapa pengawasnya,

perlu kah adanya pengawasan)

Setiap hari ada kok pengawasan, kalo pagi biasanya kepala

perawatnya yang keliling setiap ruangan, yang dilihat ya jumlah

pasiennya, jumlah perawatnya, kondisi diruangan bagaimana,

trus sama kerjanya perawat, sedangkan kalo supervisi yang

bertanggung jawab biasanya ngawanya sore dan malam, sama

kalo kerjanya mah

Saya melakukan pemantauan ke setiap

ruangan setiap harinya, trus kalo sore

sama sama malam yang ngawasin itu

supervisi , kerjanya yah, lihat kondisi

ruangan dan lihat kerjanya perawat, yah

pokoknya semuanya saya lihatlah

Page 181: ANALISIS PENYEBAB PERILAKU AMAN BEKERJA  · PDF fileMetode: Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kualitatif. Pengambilan dan penggalian

Transkip Wawancara Informan Pendukung

Pertanyaan Informan Pendukung (IP1)

Enabling Factors (Tersedianya APD)

Bagaimana ketersedian APD serta peraturannya di RS? kalo di OK itu harus pake topi operasi sama scoot juga, karena selama ini disini

standarnya adalah masker dan sarung tangan untuk ruang rawat, yang dasar kan

baru itu aja ya, kalo disini kan gak ada ruangan yang khusus seperti misanya

ruang kemoterapi kanker, flue burung disni juga belum ada, disini kan ada

tingkatannya dan yang ada di SOP ini untuk sementara saya liat cukup simple ko

Enabling Factors (Program K3RS)

Apa saja Program terkait K3 yang ada di RS (Probing: apa

saja, bagaimana pelaksanaannya)

kalau untuk K3RS belum karena terkait biaya jadi kita secara bertahap dulu. Lagi

pula untuk tenaga ahli K3 nya disini belum ada, baru ada bagian Kesling, tetapi

terkait K3 di rumah sakit secara umum sebenernya sudah di monitor secara umum

sama bagian kesling tersebut misalnya pengolahan limbahnya, sumber airnya

phnya berapa, kebisingan diruangan datanya kita juga punya, kita lulus karena

dibawah NAB nya itu tapi saya lupa berapa, itu juga sebenernya kan untuk

keselamatan pekerjanya juga Cuma itu lebih secara umum bukan untuk

keperawatan aja tapi cleaning service juga APDnya dan lain-lain. Kemudian kalo

untuk KPRS itu lebih mendalam lagi ke kasus pasien karena nanti terkait dengan

teknik medis operasi, macam-macam deh

Reinforcing Factors (SOP)

Adakah prosedur(SOP) K3RS terkait perilaku aman

bekerja?

SOP itu ada, setidaknya kalo sudah ada SOP itu kan berarti sudah

disosialisasikan, nah sosialisasinya itu yang saya gak tau kapan waktunya. Tapi

SOP itu sebenernya kan sudah berlaku lama dan itu biasanya arsip data sudah

masuk ke kaperawatan