Upload
others
View
55
Download
0
Embed Size (px)
ANALISIS PENGARUH PDB SEKTOR INDUSTRI, JUMLAH PELANGGANLISTRIK INDUSTRI DAN HARGA SOLAR TERHADAP PERMINTAAN
LISTRIK SEKTOR INDUSTRI DI INDONESIA PERIODE 2003-2017
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh :
DIYAH AYU SETYO NUR ZAM ZAMI
11150840000071
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H/2019 M
ANALISIS PENGARUH PDB SEKTOR INDUSTRI, JUMLAH PELANGGANLISTRIK INDUSTRI DAN HARGA SOLAR TERHADAP PERMINTAAN
LISTRIK SEKTOR INDUSTRI DI INDONESIA PERIODE 2003-2017
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh :
DIYAH AYU SETYO NUR ZAM ZAMI
11150840000071
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H/2019 M
ANALISIS PENGARUH PDB SEKTOR INDUSTRI, JUMLAH PELANGGANLISTRIK INDUSTRI DAN HARGA SOLAR TERHADAP PERMINTAAN
LISTRIK SEKTOR INDUSTRI DI INDONESIA PERIODE 2003-2017
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Disusun Oleh :
DIYAH AYU SETYO NUR ZAM ZAMI
11150840000071
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H/2019 M
i
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas PribadiNama : Diyah Ayu Setyo Nur Zam Zami
Tempat, Tanggal Lahir : Brebes, 05 Mei 1997
Alamat : Jalan Makam Mbah Rubi Rt 06 Rw 01,
No.33, Desa Klampok, Kec. Wanasari, Kab
Brebes, Jawa Tengah
Telepon : 085773323381
Email : [email protected]
II. Latar Belakang Keluarga
Ayah : Nursetyo Sumarno
Tempat, Tanggal Lahir : 15 Juni 1966
Ibu : Zamzam Nurul Islam
Tempat, Tanggal Lahir : 25 Februari 1971
III. Pendidikan
1. SD Negeri 1 Klampok Tahun 2003-2009
2. SMP Negeri 3 Brebes Tahun 2009-2012
3. SMA Negeri 2 Brebes Tahun 2012-2015
4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2015-2019
IV. Pengalaman Organisasi
-
vi
ABSTRACT
Electricity is one of the energy needs that is very important for people's lives in
carrying out economic activities. electricity becomes a much needed resource in
business activities such as in the industrialization process. This study aims to
determine whether there is an influence of the GDP of the Industrial Sector, the
number of industrial electricity customers, and the price of diesel fuel on the demand
for electricity in the industrial sector in Indonesia for the period 2003-2017. The data
used are secondary data from 2003-2017. The analysis used in this study is a
quantitative analysis that is looking at the influence of the variables studied using the
method of multiple linear analysis using the Ordinary Least Square (OLS) program
E-views 8. The results of the study indicate simultaneously that the GDP of the
Industrial Sector, Total electricity customers and Solar Prices, together have a
significant influence on the demand for electricity in the industrial sector in
Indonesia at α = 5%. The partial test results show that the GDP of the Industrial
Sector and the Number of Electricity Customers are positively and significantly
related. While the Solar Price variable has a negative and not significant
relationship.
Keywords: Electricity demand, Industrial sector GDP, number of electricity
customers and diesel prices.
vii
ABSTRAK
Listrik merupakan salah satu kebutuhan energi yang sangat penting untuk
kehidupan masyarakat dalam menjalankan aktivitas ekonomi. listrik menjadi sumber
daya yang sangat dibutuhkan dalam kegiatan usaha seperti dalam proses
industrialisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh PDB
Sektor Industri, jumlah pelanggan listrik industri, dan harga solar terhadap
permintaan listrik sektor industri di Indonesia periode 2003-2017. Data yang
digunakan adalah data sekunder dari tahun 2003-2017. Analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif yaitu melihat pengaruh variabel-
variabel yang diteliti dengan menggunakan metode analisis linier berganda dengan
menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) program E-views 8. Hasil
penelitian menunjukan secara simultan bahwa variabel PDB Sektor Industri, Jumlah
pelanggan listrik dan Harga Solar, secara bersama-sama memiliki pengaruh
signifikan terhadap permintaan listrik sektor industri di Indonesia pada tingkat α =
5%. Hasil pengujian parsial menunjukkan bahwa variabel PDB Sektor Industri dan
Jumlah Pelanggan Listrik berhubungan positif dan signifikan. Sedangkan variabel
Harga Solar memiliki hubungan negatif dan tidak signifikan.
Kata Kunci : Permintaan listrik, PDB Sektor Industri, jumlah pelanggan listrik dan
harga solar.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahhirahmanirrahim
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada
kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, nikmat dan kasih saying-Nya kepada
penulis selama ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul
“ANALISIS PENGARUH PDB SEKTOR INDUSTRI, JUMLAH PELANGGAN
LISTRIK INDUSTRI, DAN HARGA SOLAR TERHADAP PERMINTAANLISTRIK SEKTOR INDUSTRI DI INDONESIA PERIODE 2003-2017” dengan
baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Besar
Muhammad SAW yang telah memberikan syafa’atnya kepada umatnya dari zaman
jahiliyah ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh
gelas Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dengan selesainya penyusunan dan penulisan skripsi ini, penulis ingin
menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu penulis. Adapun ungkapan terimakasih ini penulis tunjukan kepada:
1. Orang tua saya yang selalu memberikan doa yang tiada henti dan restu
serta dukungan moril maupun materi kepada penulis, sehingga penulis
selalu optimis dan tetap semangat dalam menjalankan kehidupan yang
jauh dari orang tua khususnya dalam menyelesaikan skripsi ini. Segala
jerih payah selama ini tidak cukup terbalaskan oleh saya, semoga kalian
selalu dicintai oleh Allah SWT, Aamiin.
2. Adik – adik saya yang tercinta, Putri Ayu dan Azmi Ayu yang selalu
memberikan semangat dan keceriaan mereka sebagai penghibur saya.
Terima kasih atas segala dukungan kalian selama ini, yang membuat saya
terus termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
ix
3. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE., Ak, M.Si., CA, QIA, BKP.,CRMP selaku
dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. M. Hartana I. Putra M.Si. dan Bapak Deni Pandu Nugraha, SE.,
M.Sc selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi
Pembangunan yang telah memberikan arahan serta bimbingan yang berarti
dalam penyelesaian perkuliahan ini.
5. Bapak Aizirman Djusan, Ph.D, M.Sc., Econ selaku dosen pembimbing
yang telah memberikan motivasi dan arahan, meluangkan waktu serta
memberikan ilmu yang sangat bermanfaat selama menjalani proses
bimbingan hingga skripsi ini terselesaikan. Semoga Bapak selalu
diberikan keberkahan dan kesehatan oleh Allah SWT.
6. Bapak Rizqon Halal Syah Aji dan Ibu Utami sebagai Dosen Ekonomi
Pembangunan yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat
selama perkuliahan, serta memberikan semangat dan motivasi dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dan berguna selama
perkuliahan, serta jajaran karyawan dan staff UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan pelayanan perkuliahan yang sangat
bermanfaat dan berguna bagi penulis.
8. Aza, terima kasih telah memberikan semangat, motivasi, hiburan dan
teman keluh kesah penulis dalam menyusun skripsi ini.
9. Minceu Lovers ( Maria Ulfa, Azalia Nada Bayanillah, Resha Ayu Nuvisa,
Sofi Pratiwi, Diyah Ayu Fatimah, Khairun Nisa, Andini, Kurniasih, Rara
Min Arsyillah, Oktavira Mareta, Priska Fatma Anggita, Tenty Apriyanti
Rukmana), terima kasih telah berjuang bersama-sama selama menjalani
perkuliahan dan berjuang bersama dalam menyusun skripsi ini. Semoga
kalian selalu diberikan kesehatan oleh Allah SWT.
10. Ka Novi dan Ka Hasbi, terima kasih telah memberikan motivasi,
dukungan, dan berbagi ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
x
11. Teman – teman penulis di Kos Arina (Septi, Cici, Muna, Kiki, Riza) yang
selalu memberikan hiburan, dukungan dan semangat kepada penulis.
12. Teman-teman KKN yang telah memberikan dukungan dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
13. Teman-teman Ekonomi Pembangunan 2015.
xi
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan pengetahuan, dan pengalaman yang penulis miliki. Oleh sebab itu,
penulis mengharapkan segala bentuk dan sarana yang membangun untuk pencapaian
yang lebih baik.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Jakarta, Juli 2019
Diyah Ayu Setyo Nur Zam-Zami
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ……………......................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF …………………..………... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ……………………… iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ………………………………….….. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ……………………………………………………... v
ABSTRACT …………………………………………………………………….….. vi
ABSTRAK ………………………………………………………….……………... vii
KATA PENGANTAR …………………………………………….…….………… viii
DAFTAR ISI …………………………………………………………….……….... xii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………..……….. xiv
DAFTAR TABEL …………………………………………………..……………... xv
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………….……………... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………..……………………... 1
B. Batasan Masalah …………………………………….....…………………... 14
C. Rumusan Masalah ……………………………………….….…………….... 14
D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ……………….…….…………... 15
E. Tinjauan Kajian Terdahulu ………………………………….….………….. 16
F. Sistematika Penelitian ……………………………………………..……….. 26
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori terkait Variabel Penelitian ……………………………………..…….. 28
xiii
1. Teori Permintaan ……………………………………………...…..….... 28
2. Pengertian Sektor Industri ……………………...…………...…………. 37
3. Pengertian Energi Listrik ……………………...…………...…………... 40
4. Pengertian Jumlah Pelanggan ………………...……………...………… 42
5. PDB Sektor Industri ………………………....………………...……...... 45
6. Harga Solar …………………………………...………………...……… 49
B. Kerangka Pemikiran ……………………………...…………………...…… 51
C. Hipotesis …………………………………………...………………...…….. 52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ……………………….………………………… 53
B. Sumber Data ………………………………………….……………………. 54
C. Metode Pengumpulan Data …………………………….………………….. 55
D. Metode Analisis Data ……………………………………….…………....... 57
E. Operasional Variabel Penelitian ……………………………….………....... 60
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Hasil Penelitian ……………………..…………………………….. 63
1. Hasil Uji Asumsi Klasik ……………..………………………………… 63
2. Hasil Uji Hipotesis ……….................................................................... 66
B. Pembahasan …………………………………….………………………….. 70
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ………………………………………………..……………….. 75
B. Saran ………………………………………………………..…………........ 76
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………...…………………. 78
LAMPIRAN ……………………………………………………..………………… 84
xiv
DAFTAR GAMBAR
2.1 Kurva Permintaan …………………………………………..…………... 31
2.2 Kurva Penawaran ……………………………………..………………... 32
2.3 Kerangka Pemikiran ……………………………………..……………... 51
xv
DAFTAR TABEL
1.1 PDB Sektor Industri Tahun 2003-2017 ………...…………………………… 5
1.2 Jumlah Pelanggan Sektor Industri Tahun 2003-2017 ………...………….….. 7
1.3 Penjualan Tenaga Listrik Sektor Industri Tahun 2003-2017 ……....………... 9
1.4 Harga Solar Tahun 2003-2017 ………………………………………..…..... 11
1.5 Penelitian Terdahulu …………………………………………..…………… 21
3.6 Jenis Variabel, Simbol, Ukuran, dan Sumber Data …………..………......... 54
4.1 Hasil Uji Normalitas ……………………...………..………………………. 63
4.2 Hasil Uji Heteroscedasticity (Metode Uji Breusch-Pagan-Godfrey) …...…. 64
4.3 Hasil Uji Autokorelasi ……………………………………...…….………... 65
4.4 Hasil Uji Multikolineritas …………………………………...….………….. 65
4.5 Hasil Regresi Metode Ordinary Least Square (OLS) …………………....... 66
4.6 Hasil Uji Determinasi R2…………………………………………….……... 67
4.7 Hasil Uji-F ……………………………………………………...…….……. 68
4.8 Hasil Uji-t ………………………………….……………………..………... 69
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Estimasi Data Time Series …………………………………... 84
A. Uji Normalitas ……………………………………………………… 84
B. Uji Heterokedastisitas ……………………………………………… 85
C. Uji Autokorelasi ……………………………………………………. 86
D. Uji Multikolineritas ………………………………………………… 87
E. Uji Hipotesis …………………………………………………….….. 88
Lampiran 2 Data Penelitian …………………………………………………….. 89
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi suatu negara tidak terlepas dari kebutuhan energi.
Kebutuhan energi mempunyai peran yang penting dalam proses pembangunan
ekonomi masyarakat. Dengan semakin banyaknya kebutuhan energi yang dimiliki
suatu negara, maka akan membantu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
suatu negara. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi didorong oleh perkembangan
struktur ekonomi dari berbagai sektor seperti sektor pertanian yang bergeser ke
sektor industri dan jasa. Pergeseran ini disebabkan oleh adanya ketersediaan energi
yang paling banyak dibutuhkan di sektor industri. Tahun 2016-2050 kebutuhan
energi final di sektor industri diperkirakan akan tetap dominan untuk jangka panjang
dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 6,1% per tahun (Indonesia Energy Outlook
2018).
Kebutuhan energi akan terus meningkat dengan diiringi pertumbuhan ekonomi
yang dihasilkan dari perkembangan sektor industri dan jumlah penduduk yang
semakin meningkat. Konsumsi masyarakat yang tinggi, mengakibatkan produsen
memerlukan lebih banyak faktor-faktor produksi. Faktor produksi yang banyak
digunakan adalah energi. Energi merupakan sumber kehidupan manusia dalam
bidang apapun, karena energi sangat dibutuhkan manusia untuk melakukan proses
pembangunan, baik itu dalam hal ekonomi, sosial dan budaya. Selain itu, energi
merupakan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan manusia untuk
meningkatkan kesejahteraan manusia dengan cara mengolah energi tersebut dengan
optimal dan meningkatkan kualitas energi tersebut untuk kebutuhan energi dimasa
yang akan datang. Energi yang sangat berperan penting dalam proses produksi
adalah listrik dan BBM.
2
Menurut Kementerian PPN (Perencanaan Pembangunan Nasional) Listrik
merupakan salah satu komoditi strategis dalam perekonomian Indonesia karena
selain digunakan secara luas oleh masyarakat terutama untuk keperluan penerangan
jalan. listrik juga merupakan salah satu sumber energi utama bagi sektor industri.
Oleh karena itu, pemerintah harus memperhatikan harga penjualan listrik kepada
konsumen, hal ini dikarenakan harga listrik yang naik akan memberikan dampak
yang signifikan terhadap kenaikan harga-harga umum, sehingga hal ini akan
berpengaruh terhadap perekonomian secara makro. Harga jual listrik ditentukan dari
biaya penyediaan tenaga listrik.Tarif tenaga listrik 2017 untuk listrik non subsidi
dari mulai golongan daya 1300VA keatas, tarifnya mekanisme tariff adjustment, Per
maret 2017 nominal tarif listrik non subsidi adalah Rp. 1467,28 / kWh.
Listrik sebagai komoditas yang besar harus memerlukan pengelolaan yang
tepat, hal ini dikarenakan listrik sebagai sumber energi yang tidak bisa disimpan
dalam jumlah yang besar. Listrik menjadi suatu kebutuhan energi yang sangat
berpengaruh dalam proses pembangunan ekonomi maupun sosial suatu negara baik
di Indonesia maupun negara lain. Semua kegiatan ekonomi membutuhkan energi
listrik untuk proses produksi. Energi listrik dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
proses produksi seperti untuk barang elektronik, kebutuhan mesin dan teknologi
serta untuk penerangan jalan baik itu di jalan besar atau kecil. Sebagai sumber
energi yang tidak dapat diperbaharui dan bersifat terbatas, PT.PLN mengeluarkan
peraturan kepada pelaku ekonomi baik itu industri, rumah tangga maupun komersial
untuk lebih menghemat penggunaan energi listrik.
Sektor industri merupakan sektor yang mempunyai kegiatan ekonomi yang
mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi menjadi
barang yang memiliki nilai ekonomi. Sektor industri sebagai sektor yang
memberikan kontribusi yang besar dalam mendorong laju perekonomian
membutuhkan energi listrik yang besar untuk menunjang perkembangan
pembangunan sektor industri. Semakin tingginya pendapatan nasional maka
kebutuhan energi yang dibutuhkan sektor industri akan semakin tinggi. Namun
3
karena terbatas, ketersediaan energi listrik tidak mampu lagi dalam memenuhi
kebutuhan listrik di Indonesia, hal ini mengakibatkan terjadinya krisis listrik yang
disebabkan karena daya kapasitas tersambung listrik masih sedikit sedangkan
permintaan energi listrik sektor industri semakin tinggi setiap tahunnya. Seperti
pada tahun 1997-1998, sektor industri dalam negeri mengalami krisis moneter yang
mengakibatkan nilai tukar rupiah terdepresiasi. Selain itu biaya produksi listrik yang
semakin mahal dan sedikitnya investasi dalam pembiayaan produksi listrik
mengakibatkan pasokan listrik semakin sedikit dan tidak diimbangi dengan
penambahan pasokan listrik.
Peningkatan jumlah industri-industri baru merupakan salah satu dari penyebab
terjadinya pemborosan energi di sektor industri. Pemborosan ini diakibatkan karena
para pelaku industri lebih mengandalkan mesin-mesin tua yang boros energi yang
diakibatkan dari penggunaan mesin-mesin produksi impor sehingga pelaku industri
tidak bisa memperbaharui mesin produksinya tersebut. Konsumen terbesar
pengguna energi listrik selain sektor industri adalah sektor rumah tangga, kemudian
diikuti sektor komersial, usaha dan transportasi. Untuk sektor transportasi,
penggunaan listrik masih minim contohnya hanya dipakai untuk transportasi kereta
api listrik. Dengan adanya listrik, diharapkan energi listrik bisa dimanfaatkan oleh
masyarakat sebagai sumber energi yang akan bermanfaat dimasa yang akan datang.
Penyediaan untuk energi listrik harus seimbang dengan jumlah energi yang
dibutuhkan. Hal ini karenakan, jika energi listrik banyak yang tidak terpakai maka
akan mengakibatkan kapasitas enegi listrik yang telah terpasang tidak berpengaruh,
sehingga bisa mengakibatkan kenaikan biaya per kwh menjadi mahal.
Sektor industri manufaktur merupakan sektor industri yang menjadi pengguna
energi terbesar yang mencakup separuh dari seluruh kebutuhan energy nasional.
Industri seperti tekstil, baja, semen, pupuk dan keramik merupakan industri –
industri yang membutuhkan energi yang besar dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi. (KESDM, Ditjen EBTKE, 2011). Untuk industri pulp, kertas berperan
dalam meningkatkan nilai tambah produk sedangakn pada industri pengolahan
4
kelapa sawit juga berperan dalam meningkatkan perkembangan industri makanan
olahan di Indonesia. Sektor industri diharapkan menjadi penggerak perekonomian
nasional dimana sektor industri sebagai pendorong sektor rill. Pembangunan sektor
industri para era globalisasi membutuhkan strategi yang tepat sehingga akan
mewujudkan industri yang berdaya saing tinggi di pasar domestic maupun di pasar
global sehingga akan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan semakin
menciptakan lapangan pekerjaan.
Di bawah ini Kontribusi Sektor Industri Pengolahan terhadap Produk Domestik
Bruto (PDB) menurut Lapangan Usaha Atas Harga Berlaku tahun 2003-2017.
5
Tabel 1.1 Produk Domestik Bruto (PDB) Sektor Industri berdasarkanLapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2003-2017 (Miliar Rp)
Tabl
Tahun
PDB Harga Berlaku
Sektor Industri(Miliar Rupiah)
2003 568.920.3
2004 644.342.6
2005 760.361.3
2006 919.539.3
2007 1.068.653.9
2008 1.376.441.7
2009 1.477.541.5
2010 1.599.073.1
2011 1.806.140.5
2012 1.972.523.6
2013 2.152.802.8
2014 2.394.004.9
2015 2.418.891.7
2016 2.545.203.6
2017 2.739.711.9
Sumber: BPS ( Badan Pusat Statistik)
6
Dari Tabel 1.1 diatas, Peningkatan PDB Sektor industri mengalami peningkatan
setiap tahun. Peningkatan pertumbuhan ini dipengaruhi oleh tingginya konsumsi
masyarakat untuk keperluan aktivitas ekonominya. pertumbuhan PDB sektor
industri yang semakin tinggi setiap tahunnya, maka sektor industri akan semakin
mendorong peningkatan kebutuhan energi Indonesia untuk masa yang akan datang.
PDB sektor industry pada tahun 2003 mencapai 568.920.3 Miliar rupiah dan pada
tahun 2017 mencapai 2.739.711.9 Miliar rupiah. Dengan tingginya peningkatan
PDB Sektor industri setiap tahunnya, maka sektor industri menjadi sektor yang
paling berkontribusi dalam peningkatan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Kondisi ini tidak terlepas dari bagaimana kontribusi sektor industri yang
memberikan kinerja yang bagus dalam memajukan pertumbuhan ekonomi
Indonesia. Dengan kontribusi PDB sektor industri yang mengalami peningkatan
setiap tahunnya, maka target pemerintah dalam share sektor industri yang bisa
melampaui 30% pada tahun 2035, jika disertai dengan dukungan penyediaan
infrastruktur energi listrik yang memadai maka akan tercapai. Hal ini terjadi karena
semakin besar dan berkembang industri maka kebutuhan energi akan semakin besar
(Dewan Energi Nasional, 2019).
Menurut Undang-Undang Perindustrian No 3 tahun 2014 yang berisi
“Pemerintah dan pemerintah daerah wajib menyediakan energi bagi industri baik
industri kecil maupun besar”. Dengan tersedianya kebutuhan energi listrik yang
tinggi pada sektor industri maka, akan meningkatkan PDB sektor industri.
Tersedianya energi listrik ini berasal dari PT.PLN (Persero) sebagai produsen
listrik. Kosumen listrik PLN terdiri dari sektor rumah tangga, industri, komesial dan
usaha. Sektor yang paling besar dalam pemakai energi listrik adalah sektor rumah
tangga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan untuk sektor industri
digunakan untuk industri tekstil, alat mesin, makanan dan sub sektor industri
lainnya.
7
Untuk Sektor Industri , energi listrik yang dibutuhkan setiap tahunnya semakin
tinggi sehingga, dibutuhkan ketersediaan infrastruktur listrik yang mendukung
pelaksanaan produksi bahan baku di sektor produski. Hal ini dikarenakan sektor
industri merupakan sektor yang melakukan proses pengelolaan yang umumnya
merupakan kombinasi dari tenaga kerja manusia dan mesin sehingga penyediaan
infrastruktur sangat penting dalam mendukung sektor industri (iva prasetyo,2010).
Dengan adanya ketersediaan energi listrik untuk mendukung sektor industri, maka
permintaan listrik akan semakin tinggi di sektor industri. Dengan tingginya
permintaan listrik di sektor industri, menyebabkan jumlah pelanggan listrik di sektor
industri semakin tinggi setiap tahunnya. Pada Tabel 1.2 terdapat Data Jumlah
Pelanggan Sektor Industri tahun 2003-2017.
Tabel 1.2 Jumlah Pelanggan Sektor Industri tahun 2003-2017 (unit)
Tahun Jumlah Pelanggan
(Unit)
2003 46.818
2004 46.520
2005 46.476
2006 46.494
2007 46.818
2008 47.536
2009 47.900
2010 48.675
2011 50.365
8
Sumber : Statistik Ketenagalistrikan 2018
Berdasarkan Tabel 1.2 diatas, Jumlah Pelanggan listrik sektor industri dari
tahun 2003-2017 setiap tahunnya mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal
ini disebabkan karena kebutuhan energi listrik sektor industri yang semakin tinggi
sehingga menambah jumlah pelanggan listrik pada sektor industri. Pada tahun 2003
jumlah pelanggan listrik mencapai 46.818 unit hingga mencapai angka 76.816 unit
pada tahun 2017. Hal ini dapat disimpulkan semakin tinggi jumlah pelanggan listrik
maka permintaan akan kebutuhan energi listrik di sektor industri meningkat setiap
tahunnya. Menurut (Agus Sugiyono, 2017) Sektor industri merupakan pemakai
listrik terbesar dengan pangsa pasar mencapai 72% , di Sektor rumah tangga
menghasilkan pangsa listrik sebesar 21%, Sektor komersial 5% sedangkan Sektor
social, pemerintah dan penerangan jalan (PJU) mencapai pangsa listrik dibawah 1%
untuk masing-masing, hal ini dilihat dari jumlah konsumsi listrrik per sektor di
provinsi banten.
Semakin tingginya kebutuhan listrik setiap tahunnya, membuat permintaan
listrik baik di sektor rumah tangga, sektor industri dan sektor usaha semakin tinggi.
Tingginya penjualan listrik menjadi tolak ukur utama tumbuhnya perekonomian dan
pembangunan nasional. Hal ini dapat dilihat dari realisasi penjualan listrik yang
didongkrak sektor industri yang terjadi dalam lima tahun (Republika, 2019).
Perkembangan permintaan listrik di Indonesia berdasarkan penjualan energi listrik
2012 52.661
2013 55.546
2014 58.350
2015 63.314
2016 69.629
2017 76.816
9
PLN dari tahun 2003-2017. Pada Tabel 1.3 terdapat Data Penjualan Tenaga Listrik
PLN Persektor pelanggan berdasarkan sektor industri di Indonesia.
Tabel 1.3Penjualan Tenaga Listrik PLN Per Sektor Pelanggan menurut Sektor Industri
Tahun 2003-2017
Tahun Industri
MWh Pelanggan
2003 36.497.254,23 46.818
2004 38.588.290,00 46.520
2005 42.448.356,40 46.476
2006 43.615.450,00 46.494
2007 45.802.510,00 46.818
2008 47.968.851,30 47.536
2009 46.204.213,82 47.900
2010 50.985.195,12 48.675
2011 54.725.821,64 50.365
2012 60.175.960,38 52.661
2013 64.381.395,29 55.546
2014 65.908.675,67 58.350
2015 64.079.390,00 63.314
2016 68.145.320,00 69.629
2017 71.744.130,00 76.816
Sumber : Statistik Ketenagalistrikan
10
Berdasarkan Tabel 1.3 diatas, Perkembangan Penjualan tenaga listrik PLN pada
sektor Industri setiap tahunnya mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini
dipengaruhi karena semakin banyaknya kebutuhan energi listrik di sektor industri.
Pada tahun 2003 jumlah pelanggan tenaga listrik dari PLN pada sektor industri
mencapai 46.818 unit pelanggan dengan jumlah penjualan listrik sebesar
36.497.254,23 MWh, hal ini diikuti kenaikan pada setiap tahunnya, hingga pada
tahun 2017 kenaikan jumlah pelanggan pada sektor industri sebesar 76.816 unit
pelanggan dengan jumlah penjualan listrik yang dibutuhkan sebesar 71.744.130,00
Mwh. Namun pada tahun 2009 dan 2015 penjualan listrik mengalami penurunan
sebesar 46.204.213,82 MWh dan 64.079.390,00 MWh. Hal ini disebabkan
permintaan energi listrik pada tahun 2009 dan 2015 sempat mengalami penurunan
kebutuhan energi. Namun, tahun keseluruhan penjualan listrik setiap tahunnya
mengalami peningkatan yang signifikan walaupun mengalami penurunan yang
sedikit.
Menurut Kementerian ESDM dalam Handbook of Energy and Economic
Statistic of Indonesia (2011) pada tahun 2005 BBM merupakan energi yang paling
banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia baik pada sektor industri, komersial,
transportasi dan rumah tangga. Pada tahun 2011, sektor industry menggunakan
47% dari total konsumsi energi Indonesia. Selain BBM, ada tiga sumber energi
yang di konsumsi sektor industri seperti batubara, gas dan listrik. Dari 3 jenis
sumber energi tersebut, sektor industri juga membutuhkan sumber energi yang baru
atau sebagai bahan baku barang lain atau barang substitusi untuk menunjang
kebutuhan energi listrik di sektor industri. Seperti energi minyak solar maupun
minyak tanah. Disini penulis menggunakan Minyak solar untuk menggantikan harga
listrik dengan harga minyak solar sebagai barang substitusi. Hal ini dikarenakan
sumber energi listrik yang terbatas, sehingga diperlukan pengganti listrik untuk
memenuhi kegiatan ekonomi maupun alternative kebutuhan sehari-hari dalam
menjalankan aktivitas seperti menggantikan energi listrik pada penerangan jalan
dengan menggunakan genset minyak solar. oleh karena itu, Pelanggan sektor
11
industri dalam mengoperasionalkan kegiatan ekonomi sektor industri harus
menggunakan tenaga listrik alternative pengganti listrik.
Faktor ini disebabkan karena semakin tingginya kebutuhan energi listrik
sehingga dalam jangka panjang akan mengalami terjadinya keterbatasan pasokan
lisrik dan gangguan penyediaan listrik dari PLN maka harus menggunakan genset
(generator-set) dari bahan bakar minyak solar. Pada Tabel 1.4 terdapar Data Harga
Solar (Unit) tahun 2003-2017.
Tabel 1.4 Harga Solar tahun 2003-2017
Tahun Harga Solar(Rp/BOE)
2003 260,228
2004 254,351
2005 406,962
2006 662,854
2007 662,854
2008 766,264
2009 739,930
2010 693,684
2011 693,684
2012 693,684
2013 770,760
2014 770,760
2015 1,338,503
12
2016 1,256,340
2017 793,883
Sumber : Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (EDSM)
Berdasarkan Tabel 1.4 diatas (Handbook of energy and economic statistics of
Indonesia, 2017) Harga minyak solar keseluruhan menunjukkan kenaikan yang
cukup signifikan dari tahun 2003-2015. Pada tahun 2003 harga solar Rp 260,228/
barel menjadi Rp 1338503/barel. Namun pada 2016-2017 harga solar mengalami
penurunan dari Rp 1,256,340/barel menjadi Rp 793,883/barel. Sumber energi yang
sering digunakan untuk kalangan industri adalah BBM berjenis Solar dan minyak
bakar (IDO). Solar digunakan untuk proses weaving. Penurunan ini sejalan dengan
penelitian Tuti Ermawati (2009) dengan adanya kenaikan BBM hal ini sejalan
dengan penurunan penggunanaan solar dan IDO (minyak bakar). Penurunan paling
tajam terjadi pada tahun 2005 dan 2006, setelah shock harga minyak yang cukup
besar. Selain itu, beberapa pengusaha di dalam lokasi penelitian bahwa penurunan
konsumsi BBM di sektor industri Tekstil dan Produk Tekstil merupakan akibat dari
interaksi dua faktor, yang pertama karena mengurangi subsidi BBM dan membuat
harga komoditas menjadi semakin mahal.
Menurut Outlook Energi Indonesia (2017) Konsumsi energi final menurut jenis
selama tahun 2010-2015 masih didominasi oleh BBM (Minyak solar, bensin, miyak
diesel, dll) mencapai 25% di susuul gas bumi (11%), listrik (11%), batubara (6,2%),
LPG (4,8%). Energi final BBM masih mendominasi kebutuhan energi nasional
dalam kurun waktu 2015-2050, hal ini terjadi karena penggunaan teknologi yang
masih berbasisi BBM seperti sektor transportasi. Sektor industri dan sektor lainnya
juga tidak terlepas dari penggunaan BBM karena teknologi yang cukup efisien.
Selain itu, Pemanfaatan BBM meningkat dengan laju pertumbuhan 4,7% per tahun.
13
Konsumsi energi listrik mengalami kenaikan setiap tahunnya. Jika di sektor
industri, konsumsi ini berkaitan dengan semakin banyaknya permintaan factor
produksi yang diolah di sektor industri, maka akan membutuhkan kebutuhan energi
listrik yang besar. Pada tahun 2015, konsumsi tenaga listrik di sektor final sebesar
200 TWh. Permintaan tenaga listrik ini akan terus tumbuh sejalan dengan
pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk. Pada kondisi BAU (Business As
Usual), pertumbuhan permintaan tenaga listrik akan diproyeksikan mencapai 520
TWh pada tahun 2025 dan 2.200 TWh (Tera Watt hour) pada tahun 2050, sehingga
laju pertumbuhan permintaan tenaga listrik rata-rata sebesar 7,1% per tahun selama
periode 2015-2050 (Outlook energy Indonesia, 2016).
Ketersediaan pasokan energi listrik merupakan komponen input penting dalam
proses produksi semakin banyak dibutuhkan oleh Sektor industri karena menjadi
tantangan yang besar bagi sektor industri bagaimana mengolah energi listrik dengan
efektif. Hal ini menyebabkan terjadinya krisis listrik yang dipengaruhi oleh pesatnya
pertumbuhan permintaan listrik namun tidak ikuti dengan penambahan jaringan
distribusi dan pembangkit listrik sehingga perlu adanya intervensi dari pemerintah
untuk meningkatkan kualitas permintaan listrik yang semakin baik kedepan.
Semakin tingginya permintaan listrik juga berakibat terjadinya pemborosan yang
menyebabkan terjadinya pemutusan atau pembagian listrik yang bergilir. Hal ini
terjadi karena PLN belum bisa mencukupi kebutuhan listrik penduduk akibat dari
dampak tingginya harga energi batu bara dan minyak bumi yang tinggi, sehingga
diperlukan penghematan dalam penggunaan kebutuhan listrik.
PLN sebagai pemegang hak penguasaan listrik atau monopoli melakukan
penggolongan terhadap konsumen berdasarkan besarnya tarif listrik berdasarkan
sektor ekonomi yaitu Rumah tangga, Usaha, Industri dan Pemerintah. Permintaan
listrik di sektor industri menjadi pemegang kedua terbesar setelah sektor rumah
tangga. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis akan melakukan
penelitian dengan judul “ANALISIS PENGARUH PDB SEKTOR INDUSTRI,
JUMLAH PELANGGAN LISTRIK INDUSTRI DAN HARGA SOLAR
14
TERHADAP PERMINTAAN LISTRIK SEKTOR INDUSTRI DI INDONESIA
PERIODE TAHUN 2003-2017”.
B. Batasan MasalahDalam penelitian ini, penulis akan membatasi permasalahan yakni mengenai :
1. Variabel PDB Industri, Jumlah Pelanggan Listrik dan Harga Solar adalah
sebagai variable bebas (X). Ketiga hal tersebut merupakan beberapa variable
yang mempengaruhi variable Permintaan listrik sektor industri sebagai variable
terikat (Y).
2. Penelitian ini hanya meneliti di negara Indonesia dan penelitian hanya
dilakukan periode 2003-2017.
3. Penelitian ini hanya mengkaji tentang bagaimana hubungan PDB Industri,
Jumlah pelanggan listrik, dan Harga Solar dapat berpengaruh terhadap
permintaan Listrik sektor industri.
C. Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan yang
akan dikaji dan dibahas dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah pengaruh PDB Sektor Industri terhadap permintaan Listrik
Sektor industri di Indonesia periode 2003-2017?
2. Bagaimanakah pengaruh Jumlah Pelanggan Listrik terhadap permintaan Listrik
Sektor industri di Indonesia periode 2003-2017?
3. Bagaimanakah pengaruh Harga Solar terhadap permintaan Listrik Sektor
industri di Indonesia periode 2003-2017?
4. Bagaimanakah pengaruh PDB Sektor Industri, Jumlah Pelanggan Listrik dan
Harga Solar terhadap permintaan listrik Sektor industri di Indonesia periode
2003-2017?
15
D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang telah diuraikan diatas, adapun tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh PDB Sektor Industri terhadap
permintaan Listrik Sektor industri di Indonesia periode 2003-2017.
b. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Jumlah Pelanggan Listrik Industri
terhadap permintaan Listrik Sektor industri di Indonesia periode 2003-2017.
c. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Harga Solar terhadap permintaan
Listrik Sektor industri di Indonesia periode 2003-2017.
d. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh PDB Sektor Industri, Jumlah
Pelanggan Listrik Industri dan Harga Solar terhadap permintaan listrik Sektor
industri di Indonesia periode 2003-2017.
2. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan masalah yang telah diuraikan diatas, adapun manfaat yang dapat
diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Sebagai referensi atau bahan acuan bagi para pengambil kebijakan, khususnya
pemerintah dalam upaya untuk mengembangkan sektor industri dan dalam
menangani infrastruktur ketenagalistrikan di masa yang akan datang untuk
mendukung aktifitas sektor industri
b. Sebagai masukan bagi peneliti – peneliti lain yang ingin melakukan penelitian
sejenis.
16
E. Tinjauan Kajian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh FX. Hengki Parahate dan AG. Edi Sutarta tahun
1990-2010 yang berjudul “Analisis Permintaan Dan Efisiensi Energi Listrik di
Indonesia tahun 1990-2010”. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh
pendapatan riil (GDP), jumlah pelanggan (PEL) dan permintaan turunan energi
listrik yang diproksikan dari nilai impor stok peralatan listrik (M) serta efisiesnsi
penggunaan energi listrik bagi perekonomian di Indonesia selama 1990-2010. Hasil
penelitian menunjukkan secara individual GDP industri berpengaruh positif dan
signifikan terhadap jumlah permintaan energi listrik pada sekto industri. Sedangkan
jumlah pelanggan dan nilai impor stok peralatan listrik tidak signifikan terhadap
jumlah permintaan energi listrik pada sektor industri.
Penelitian yang dilakukan oleh Sang Hyun Kim tahun 2001 yang berjudul
“Korean Energy Demand in the Nnew Millenium:Outlook and Policy Implication
2000-2005”. Penelitian ini menganalisis tentang trend permintaan energi di Korea dan
membuat perencanaan permintaan dimasa datang. Variabel yang digunakan
Permintaan energi, GDP, harga energi. Metode yang digunakan Autoregressive
Distributed Lag model (ADL Model). Hasil penelitian menunjukkan Hasil Penelitian
menunjukkan pertumbuhan permintaan energi diproyeksikan lebih lambat
dibandingkan asumsi dalam pertumbuhan ekonomi. rekstrukturisasi industri
menjadikan industry di korea menjadi industry dengan penggunaan energi yang
intensif sehinga menjadikan industry sebagai penggerak bagi pertumbuhan ekonomi.
Harga energi untuk industri sangat rendah, sendangkan permintaan akan listrik dan
gas mengalami kenaikan yang signifikan.
17
Penelitian yang dilakukan oleh Akihiro Otsuka tahun 2015 yang berjudul
“Demand for Industrial and Commercial electricity: evidence from Japan”.
Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan fungsi permintaan listrik Sektor
industri dan komersial di Jepang. Yang meneliti 47prefektur untuk tahun 1990-2010.
Variabel yang digunakan volume total permintaan listrik sektor industry dan
komersial, harga listrik dan produksi bruto. Sumber data dari Statistik Konsumsi
Energi Jepang. Metode menggunakan Model penyesuaian parsial dan data panel.
Hasil Penelitian menunjukan pada sektor industri dan komersial, elastisitas harga
permintaan sangat rendah dalam jangka pendek dan panjang, sedangkan elastisitas
produksi lebih besar dari pada elastisitas harga. Sektor industry mengalami
penurunan pertumbuhan permintaan disebabkan oleh faktor produksi menurun.
Penelitian yang dilakukan Cialani dan Mortazavi tahun 2018 yang berjudul
“Household and Industrial electricity demand in Europe”. Penelitian ini bertujuan
untuk meneliti permintaan listrik sektor rumah tangga dan industry dan faktor-faktor
penentu di 29 negara eropa selama liberalisasi di pasar listrik tahun 1995-2015.
Variabel yang digunakan Harga listrik sektor industri dan rumah tangga, PDB dan
PDB Perkapita dan Konsumsi listrik sektor industri dan rumah tangga. Sumber data
dari Eurostat5 Eropa. Metode menggunakan model penyesuaian parsial dinamis dan
data panel. Hasil penelitian menunjukkan koefisien harga listrik berpengaruh negatif
terhadap konsumsi listrik industri dan rumah tangga di Eropa. sedangkan PDB dan
PDB Perkapita berpengaruh positif terhadap konsumsi listrik Industri dan rumah
tangga di Eropa.
Penelitian yang dilakukan oleh Nella Katili tahun 2008 yang berjudul “ Analisa
Beberapa Faktor yang Mmempengaruhi Permintaan Sambungan Listrik Sektor
Industri di Jawa Timur tahun 1993-2007”.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
faktor pendukung yang mempengaruhi Permintaan Sambungan Listrik Sektor
Industri. Penelitian ini menggunakan data sekunder selama 15 tahun sejak tahun
1993-2007. Metode yang digunakan menggunakan analisis regresi linier berganda.
variabel bebas yang digunakan adalah Jumlah Pelanggan, Tarif Penjualan, Produk
18
Domestik Regional Bruto dan Jumlah Produksi Listrik terhadap variabel terikat
Konsumsi Tenaga Listrik. Hasil Penelitian menunjukkan pengujian hipotesis
diperoleh hasil bahwa secara simultan faktor atau variabel Jumlah Pelanggan
(X1),Tarif Penjualan (X2), Produk Domestik Regional Bruto (X3) dan Jumlah
Produksi Listrik berpengaruh signifikan terhadap Jumlah Konsumsi Tenaga Listrik
(Y).
Penelitian yang dilakukan oleh Iva Prasetyo Kusumaning Ayu tahun 2010 yang
berjudul “ Faktor-faktor yang mempengaruhi Permintaan Listrik Pada Sektor
Industri di Indoensia tahun 2002-2008”. Variabel yang digunakan adalah Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor industri, Harga listrik sektor industri,
jumlah pelanggan listrik sektor industri , harga solar sektor industri sebagai
substitusi dari listrik. Sumber data dari PLN, BPS dan PT. Pertamina. Metode yang
digunakan adalah analisa deskriptif dan metode data panel. Hasil Penelitian
menunjukkan jumlah pelanggan listrik industri, PDRB sektor industri dan harga
solar industri berpengaruh positif dan signifikan mempengaruhi permintaan listrik
sektor industri di berbagai provinsi di Indonesia. Sedangkan harga jual listrik
berpengaruh negatif dan signifikan.
Penelitian yang dilakukan oleh Iis Minarti tahun 2008 yang berjudul “Pengaruh
Pertumbuhan Sektor Industri Terhadap Pertumbuhan Permintaan Listrik tahun
2008-2020”. Penelitian ini untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi
permintaan listrik sektor industri di Indonesia akibat dari peningkatan PDB sektor
industri, harga listrik, dan jumlah pelanggan. Data yang digunakan adalah data
sekunder dengan time series dari tahun 1975-2006. Sumber data diperoleh dari BPS,
ESDM dan PLN. Metode yang digunakan regresi log linear menggunakan OLS.
Hasil Penelitian menunjukkan permintaan listrik di Indonesia dipengaruhi secara
signifikan oleh PDB sektor industri, harga listrik, dan pelanggan sektor industri.
19
Penelitian yang dilakukan oleh Yeni Rachmawati 2007 yang berjudul “Analisis
Permintaan Listrik Pelanggan Rumah Tangga, Industri dan Komersial di Indonesia
tahun 1975-2006”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
pendapatan, harga listrik, dan harga BBM terhadap permintaan listrik pelanggan
rumah tangga, industri dan komersial. Analisis kuantitatif menggunakan regresi
Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan semua variabel
kecuali harga listrik berpengaruh secara sigifikan terhadap permintaan listrik pada
pelanggan rumah tangga dan industri. Pada pelanggan komersial semua variabel
berpengaruh signifikan terhadap permintaan listrik.
Penelitian yang dilakukan oleh Rona Yugustya tahun 2006 yang berjudul
“Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Listrik pada Industri
Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Di Indonesia pada tahun 1982-2004”. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
listrik industri TPT di Indonesia dan mengkaji hubungan antara faktor-faktor
terhadap permintaan listrik pada industri TPT. Metode yang digunakan
menggunakan Analisis kuantitatif yaitu dengan melihat pengaruh variabel-variabel
yang diteliti dengan menggunakan model regresi linear. Data yang digunakan tahun
1982-2004 yaitu untuk sektok industri tekstil dan pakaian jadi. Hasil analisis
menunjukkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap permintaan listrik industri
TPT di Indonesia adalah permintaan produk berpengaruh positif terhadap
permintaan listrik pada taraf 5%. Dengan nilai elastisitas sebesar 1.04.
Penelitian yang dilakukan Mustika Dyah Indraswari yang berjudul “Analisis
Hubungan Kausalitas Pertumbuhan Ekonomi, Konsumsi Energi dan Emisi CO2
serta Peramalan Permintaan Energi di Indonesia tahun 2014-2035”. Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Pertumbuhan Ekonomi, Konsumsi energi dan
emisi CO2. Metode yang digunakan adalah uji akar unit, co-integrasi, dan kausalitas
Granger berdasarkan Vector Error Correction. Hasil Penelitian menunjukkan
terdapat hubungan kausalitas dua arah antara pertumbuhan ekonomi dan konsumsi
energi fosil dan listrik. Pertumbuhan ekonomi mempengaruhi konsumsi energi fosil
20
dan listrik dan sebaliknya. Hasil penelitian juga menemukan proyeksi permintaan
energi di sektor industri dan rumah tangga di dominasi oleh energi fosil.
Penelitian yang dilakukan oleh Veromita, Jaka Aminata yang berjudul
“Analisis Permintaan listrik di Jawa Tengah Tahun 2014-2016”. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis permintaan listrik di jawa tengah. Variabel yang
digunakan adalah Jumlah penduduk, kapasitas daya listrik tersambung, dan PDRB
Perkapita. Jenis data yang digunakan adalah data panel. Sumber data diperoleh dari
PT. PLN dan BPS. Hasil penelitian menunjukkan jumlah penduduk dan kapasitas
daya tersambung berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan listrik di
jawa tengah. Sedangkan, jumlah PDRB Perkapita hanya berpengaruh positif dan
tidak signifikan terhadap permintaan listrik di jawa tengah.
21
Tabel 1.5 Penelitian Terdahulu
1. Jurnal
No Penulisan Tahun Judul Variabel dan Alat
Analisis
Hasil Analisis
1. Akihiro Otsuka
(2015)
“Demand for Industrial
and Commercial
electricity: evidence from
Japan 1990-2010”.
Variabel :
Harga listrik, Produksi
bruto, dan volume
total permintaan listrik
sektor industri dan
komersial.
Metode :
Model Pendekatan
penyesuaian parsial
dan data panel
Hasil Penelitian
menunjukan pada sektor
industri dan komersial,
elastisitas harga
permintaan sangat rendah
dalam jangka pendek dan
panjang, sedangkan
elastisitas produksi lebih
besar dari pada elastisitas
harga. Sektor industry
mengalami penurunan
pertumbuhan permintaan
disebabkan oleh faktor
produksi menurun.
2. Sang Hyun Kim
(2001)
“Korean Energy Demand
in the Nnew
Millenium:Outlook and
Policy Implication 2000-
2005”
Variabel:
Permintaan energi,
GDP, harga energi
Alat Analisis:
Autoregressive
Distributed Lag model
(ADL Model)
Hasil penelitian
menunjukkan
pertumbuhan permintaan
energi diproyeksikan lebih
lambat dibandingkan
asumsi dalam
pertumbuhan ekonomi.
rekstrukturisasi industri
menjadikan industri di
korea menjadi industri
dengan penggunaan energi
22
yang intensif sehingga
menjadikan industri
sebagai penggerak bagi
pertumbuhan ekonomi.
sedangkan, Harga energi
untuk industri sangat
rendah, sedangkan
permintaan akan listrik
dan gas mengalami
kenaikan yang signifikan.
3. Cialani dan
Mortazavi (2018)
“Household and
Industrial electricity
demand in Europe 1995-
2015”
Variabel:
Harga listrik sektor
industri dan rumah
tangga, PDB dan PDB
Perkapita dan
Konsumsi listrik
sektor industri dan
rumah tangga.
Metode :
Model Penyesuaian
Parsial dinamis dan
data panel.
Hasil penelitian
menunjukkan koefisien
harga listrik berpengaruh
negatif terhadap konsumsi
listrik industri dan rumah
tangga di Eropa.
sedangkan PDB dan PDB
Perkapita berpengaruh
positif terhadap konsumsi
listrik Industri dan rumah
tangga di Eropa.
23
2. Skripsi
No Penulisan danTahun
Judul Variabel dan AlatAnalisis
Hasil Penelitian
1. Rona Yugustya
(2006)
“Analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi
Permintaan Listrik pada
industry tekstil dan
produk tekstil (TPT) di
Indonesia tahun 1982-
2004”.
Variabel :
Permintaan Produk,
Harga Solar, dan
Krisis Ekonomi
Metode :
Analisis Kuantitatif
dan metode Ordinary
Least Square (OLS)
Hasil Penelitian
menunjukkan permintaan
produk berpengaruh positif
terhadap permintaan listrik
pada industri tekstil dan
produk tekstil (TPT)
sedangkan Harga solar dan
krisis ekonomi
berpengaruh negatif
terhadap permintaan listrik
pada industri tekstil dan
produk tekstil (TPT).
2. Nella Katili (2008) “ Analisa beberapa faktor
yang mempengaruhi
permintaan sambungan
listrik sektor industri di
jawa timur tahun 1993-
2007”.
Variabel :
Jumlah Pelanggan,
Tarif Penjualan,
PDRB, Jumlah
Produksi Listrik dan
Konsumsi Tenaga
Listrik.
Metode:
Model Regresi Linier
Berganda
Hasil penelitian ini
menunjukkan Jumlah
Pelanggan, Tarif
Penjualan, PDRB dan
Jumlah Produksi Listrik
berpengaruh signifikan
terhadap jumlah konsumsi
tenaga listrik.
3. Mustika Dyah
Indraswari
“Analisis Hubungan
Kausalitas Pertumbuhan
Ekonomi, Konsumsi
Energi dan Emisi CO2
serta peramalan
Variabel :
Pertumbuhan
Ekonomi, Konsumsi
energi dan emisi CO2.
Metode :
Hasil penelitian
menunjukkan terdapat
hubungan kausalitas dua
arah antara pertumbuhan
ekonomi dan konsumsi
24
permintaan energi di
Indonesia tahun 2014-
2035”.
Vector Error
Correction Model
energi listrik dan fosil.
Pertumbuhan ekonomi
mempengaruhi konsumsi
energi listrik dan fosil.
Proyeksi permintaan
energi di sektor industri
dan rumah tangga
didominasi oleh energi
fosil.
3. Tesis
No Penulisan dan
Tahun
Judul Variabel dan Alat
Analisis
Hasil Penelitian
1. Iva Prasetyo
Kusumaning Ayu
(2010
“Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi
Permintaan Listrik Pada
Sektor Industri di
Indonesia tahun 2002-
2008”.
Variabel :
Harga Jual Listrik
Industri, Jumlah
Pelanggan Listrik
Industri, PDRB Sektor
Industri dan Harga
Solar Industri.
Metode :
Analisa Deskriptif dan
Model Data Panel.
Hasil Penelitian
menunjukkan jumlah
pelanggan listrik industri,
PDRB sektor industri dan
harga solar industri
berpengaruh positif dan
signifikan mempengaruhi
permintaan listrik sektor
industri di berbagai
provinsi di Indonesia.
Sedangkan harga jual
listrik berpengaruh negatif
dan signifikan.
2. Yeni Rachmawati
(2007)
“Analisis Permintaan
Energi Listrik Pelanggan
Rumah Tangga, Industri,
dan Komersial di
Variabel :
Pendapatan, harga
listrik, dan harga
BBM.
Hasil Penelitian
menunjukkan bahwa
semua variabel kecuali
harga listrik berpengaruh
25
Indonesia Periode 1975-
2006”.
Metode :
Analisis deskriptif dan
kuantitatif. Model
yang digunakan
regresi Ordinary Least
Square (OLS).
signifikan terhadap
permintaan listrik pada
pelanggan rumah tangga
dan industri.
3. Iis Minarti (2008) “ Pengaruh Pertumbuhan
Sektor Industri Terhadap
Pertumbuhan Permintaan
Listrik Periode 1975-
2006”.
Variabel :
PDB Sektor industri,
Harga listrik, jumlah
pelanggan sektor
industri.
Metode :
Regresi log linear
dengan metode
Ordinary Least
Square (OLS).
Hasil Penelitian
menunjukkan bahwa
permintaan listrik di
Indonesia dipengaruhi
secara signifikan oleh
PDB sektor industri, harga
listrik, dan pelanggan
sektor industri.
26
F. Sistematka Penelitian
Untuk mempermudah penulisan dan pembahasan pada skripsi ini, maka penulis
membagi dalam beberapa bab dan sistematika sebagai berikut :
BAB I, PENDAHULUAN
Pada bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang, Batasan Masalah,
Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Kajian
Terdahulu dan Sistematika Penulisan.
BAB II, TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini akan membahas tentang teori-teori terkait dengan subsidi
listrik, Jumlah pelanggan Listrik, dan PDB Sektor Industri . Selain itu
akan membahas tentang Kerangka Pemikiran dan Hipotesis.
BAB III, METODE PENELITIAN
Bab ini akan menjelaskan beberapa poin yang berkaitan dengan
metedeologi penelitian yang dipakai dalam penulisan ini, antara lain:
A. Populasi dan Sampel
B. Tempat dan Waktu Penelitian
C. Sumber Data
D. Instrumen Penelitian
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Teknik Pengolahan Data
BAB IV, TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan menguraikan beberapa point yaitu:
A. Temuan Hasil Penelitian
B. Pembahasan
27
BAB V, SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab penutup yang memuat kesimpulan berupa
jawaban-jawaban dari permasalahan penelitian yang dikemukakan
sebelumnya. Bab ini juga berisi saran-saran yang sifatnya membangun
sebagai solusi dari permasalahan yang dikemukakan.
28
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Terkait dengan Variabel Penelitian
1. Teori Permintaan
a. Definisi Permintaan
Menurut Aminullah (2009) Permintaan adalah keinginan konsumen membeli
suatu barang pada berbagai tingka harga selama periode tertentu. Beberapa factor
yang dapat mempengaruhi permintaan suatu barang yaitu (a) harga barang itu
sendiri, (b) harga barang lain, (c) tingkat pendapatan perkapita, (d) selera atau
kebiasaan konsumen, (e) jumlah penduduk (f) perkiraan harga dimasa yang akan
datang, (h) usaha-usaha produsen meningkatkan penjualan. Menurut Sukirno
(2004) Analisis Keynes mengatakan bahwa tingkat kegiatan ekonomi Negara
ditentukan oleh besarnya permintaan efektif, yaitu dimana kemampuan seseorang
dalam membayar barang dan jasa yang diminta dalam wujud perekonomian.
Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998) bahwa harga yang lebih tinggi untuk
satu barang mengurangi konsumsi yang diinginkan konsumen terhadap
komoditas tersebut.
Berdasarkan teori ekonomi (Nicholson, 2005) mengatakan bahwa permintaan
dipengaruhi oleh harga dan juga hal lain seperti pendapatan konsumen, harga
barang lain dan perubahan preferensi. Menurut Sadono Sukirno (2004)
Permintaan seseorang atau sesuatu masyarakat kepada sesuatu barang ditentukan
oleh banyak factor. Diantara factor-faktor tersebut yang terpenting adalah seperti
yang dinyatakan dibawah ini:
1. Harga barang itu sendiri
2. Harga barang lain yang berkaitan erat dengan barang tersebut
29
3. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat
4. Corak distribusi pendapatan dalam masyarakat
5. Cita rasa masyarakat
6. Jumlah Penduduk
7. Ramalan mengenai keadaan di masa yang akan datang
Menurut Lukman, (2015:31) permintaan (demand) terhadap suatu barang dan
jasa dapat didefinisikan sebagai suatu hubungan antara sejumlah barang atau jasa
yang diinginkan oleh konsumen untuk membeli dipasar atau jasa yang diinginkan
oleh konsumen untuk dibeli dipasar pada tingkat harganya pada waktu tertentu.
Selain pengertian permintaan, terdapat beberapa istilah yang ada dalam
permintaan, yaitu daftar permintaan dan kurva permintaan.
Menurut Sadono (2004:76) Dalam hukum permintaan dijelaskan sifat
hubungan antara permintaan barang dengan tingkat harganya. Hukum permintaan
pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan “makin rendah
harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut.
Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang maka sedikit permintaan terhadap
barang tersebut. Hubungan ini disebabkan karenak kenaikan harga menyebabkan
pembeli mencari barang lain yang dapat digunakan sebagai pengganti terhadap
barang yang mengalami kenaikan harga.namun sebaliknya, apabila harga turun
maka seseorang mengurangi pembelian terhadap barang lain yang sama jenisnya
dan menambah pembelian terhadap barang yang mengalami penurunan harga.
b. Fungsi PermintaanMenurut Pratama dan Mandala (2008:24) Fungsi permintaan adalah
permintaan yang dinyatakan dalam hubungan matematis dengan factor-faktor
yang mempengaruhinya. Dengan fungsi permintaan, maka dapat mengetahui
hubungan antara variabel tidak bebas (dependent variable) dan variabel-variabel
bebas (independent variables). Penjelasan ini dapat dijelaskan melalui persamaan
matematis yang menjelaskan tentang hubungan antara tingkat permintaan dengan
factor-faktor yang mempengaruhi permintaan sebagai berikut:
30
Dx = f (Px,Py, Y/cap, sel, pen,Pp, Ydist,prom………………..…(2.1)
Dimana:
Dx = Jumlah barang atau jasa yang diminta
Px = Harga X
Py = Harga barang Y
Y = Pendapatan Perkapita
Sel = Selera atau kebiasaan
Pen = Jumlah Penduduk
Pp = Perkiraan harga X pada periode mendatang
Ydist = Distribusi Pendapatan
Prom = Upaya produsen meningkatkan penjualan (promosi)
Menurut M. Nur Rianto dan Dr. Euis (2010:45) Ada salah satu cara terbaik
dalam memahami relevansi ilmu ekonomi dalam dunia praktis yaitu dimulai
dengan permintaan dan penawaran. Dengan penguasaan dasar terhadap
mekanisme yang terjadi dalam permintaan dan penawaran, maka seseorang telah
memiliki dasar yang kuat dalam melakukan suatu analisis terhadap aktivitas
ekonomi. Menurut Robert S. dan Daniel L. (2001: 19) Analisa permintaan dan
penawaran merupakan alat dasar yang kuat yang dapat diterapkan pada berbagai
masalah yang menarik dan penting sebagai berikut :
1. Memahami dan melakukan peramalan bagaimana perubahan kondisi
ekonomi dunia mempengaruhi harga pasar dan produksi, seperti
mengetahui apa yang akan terjadi terhadap tingkat harga apabila tejadi
resesi ekonomi.
2. Menilai pengaruh intervensi harga, intervensi pasar, dukungan harga dan
insentif produksi terhadap suatu produk.
31
3. Bagaimana penetapan pajak, subsidi, tariff, dan kuota impor
mempengaruhi konsumen dan produsen dalam hal ketersediaan harga dan
kuantitas suatu produk baik produk local maupun impor.
Menurut Sadono (2004:78) Kurva Permintaan dapat didefinisikan sebagai
suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan antara harga sesuatu barang
tertentu dengan jumlah barang tersebut yang diminta para pembeli. Kurva
Permintaan merupakan suatu grafik yang menunjukkan hubungan antara harga
suatu barang atau jasa dan jumlah atas barang atau jasa yang diminta.
Kurva Permintaan
Gambar 2.1 Pergerakan Sepanjang Kurva (Moving Along the Curve)
Dalam ilmu ekonomi yang kenal dengan penggerak kurva (moving along the
curve), dimana perubahan konsumsi hanya terjadi di sepanjang kurva permintaan
tersebut dan tidak terjadi pergeseran dalam kurva permintaan. Oleh karena itu,
pergerakan kurva permintaan hanya akan terjadi oleh perubahan atas harga itu
sendiri. Apabila harga barang tersebut naik, maka kurva permintaannya dapat
bergerak menurun, dan sebaliknya jika harga barang tersebut turun. Pergeseran
Kurva Permintaan tidak hanya dipengaruhi oleh perubahan harga, ada faktor-
faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan kurva permintaan
yaitu Pendapatan. Pendapatan adalah hasil yang didapat kosumen dengan tinggi,
konsumen tersebut membelanjakan barang atau jasa yang akan dibeli. Jika
P1
P2
0Q1 Q2
Q
D
D
32
pendapatan semakin turun, maka untuk membelanjakan barang akan semakin
sedikit.
Harga suatu barang selalu dipandang sebagai factor yang sangat penting
dalam menentukan penawaran barang tersebut. Oleh karena itu teori penawaran
menumpukkan perhatiannya kepada hubungan di antara tingkat harga dengan
jumlah barang yang ditawarkan. Hukum Penawaran adalah suatu pernyataan
yang menjelaskan tentang sifat hubungan antara harga sesuatu barang danjumlah
barang tersebut yang ditawarkan para penjual. Dalam hukum ini dinyatakan
keinginan para penjual untuk menawarkan barangnya apabila harganya tinggi
dan bagaimana pula keinginanuntuk menawarkan barangnya tersebut apabila
harganya rendah. Hukum penawaran pada dasarnya mengatakan bahwa makin
tinggi harga suatu barang, semakin banyak jumlah barang tersebut akan
ditawarkan oleh para penjual. Sebaliknya, makin tendah harga suatu barang
semakin sedikit jumlah barang tersebut yang ditawarkan.
Kurva Penawaran
Gambar 2.2 Pergerakan Sepanjang Kurva (Moving Along the Curve)
Kurva Penawaran (supply curve) menunjukkan jumlah barang yang bersedia
dijual oleh para produsen pada harga yang akan diterimanya di pasar, dan
mempertahankan agar setiap factor yang mempengaruhi jumlah penawaran itu
tetap.bentuk persamaan ini dapat ditulis berikut:
P2
0Q1
Q
P1
P2
S
S
Q2
33
Qs = f (P) ……………………………. (2.2)
Dalam persamaan tersebut, terlihat hubungan antara jumlah penawaran dan
harga. Hubungan ini dapat digambarkan seperti Gambar 2.2. Kurva penawaran
mempunyai slope (kemiringan) yang positif, dimana hal ini berarti semakin
tinggi harga maka semakin banyak barang yang ditawarkan oleh perusahaan ke
pasar. Jika, terjadi penurunan harga maka semakin sedikit pula yang ditawarkan
oleh perusahaan, sehingga halini sering kali memunculkan kecurangan produsen
dimana agar terjadi kenaikan harga atassuatu produk jumlah produksi akan
dikurangkan, sehingga dengan permintaan yang tetap sementara penawaran
berkurang, maka haga dapat dinaikkan kembali. Hal inilah dalam ilmu ekonomi
dikenal sebagai pergerakan sepanjang kurva (moving along the curve).
a.) Elastisitas Permintaan dan Penawaran
Menurut Samuelson (1995:79) mendefinisikan bahwa elastisitas permintaan
menunjukkan persentase perubahan yang diminta akibat perubahan salah satu
variabel yang mempengaruhi permintaan sebesae 1% dengan kondisi variabel
yang lain tetap.
Menurut M. Nur Rianto dan Dr. Euis (2010:55) Elastisitas yaitu untuk
mengukur kepekaan dari satu variabel terhadap yang lainnya. Secara spesifik,
elastisitas adalah suatu bilangan yang menginformasikan tentang persentase
perubahan yang terjadi pada satu variabel sebagi reaksi terhadap perubahan 1%
pada variabel lain, apakah beraksi cukup signifikan atau tidak. Secara garis besar,
elastisitas akan dibagi menjadi elastisitas permintaan dan elastisitas penawaran.
b.) Elastisitas Permintaan
Elastisitas ini digunakan untuk mengetahui tingkat kepekaan perubahan
permintaan suatu barang sebagai akibat dari perubahan harga. Elastisitas
permintaan dipresentasikan dalam bentuk koefisien elastisitas yang didefinisikan
sebagai suatu angka penunjuk yang menggambarkan sampai sebesapa besar
perubahan jumlah barang yang diminta dibandingkan dengan barang yang
34
diminta dibandingkan dengan perubahan harga. Suatu permintaan bersifat tidak
elastic apabila koefisen elastisitas permintaannya berada diantara nol dan satu.
Hal ini berarti prosentase perubahan jumlah barang yang diminta. Sedangkan
permintaan yang bersifat elastic terjadi apabila permintaan mengalai perubahan
dengan porsentase perubahan harga.
Menurut M. Nur Rianto dan Dr. Euis (2010:55) Elastisitas permintaan adalah
derajat kepekaan jumlah permintaan terhadap perubahan salah satu factor yang
mempengaruhinya. Elastisitas permintaan mengukur perubahan relative dalam
jumlah unit barang yang dibeli sebagai akibat perubahan salah satu factor yang
mempengaruhinya. Ada beberapa macam konsep elastisitas yang berhubungan
dengan permintaan. Menurut Sadono (1982) mendefinisikan elastisitas
permintaan adalah suatu pengukuran kuantitatif yang menunjukkan sampai
dimana besarnya pengaruh perubahan salah satu variabel bebas terhadap
perubahan permintaan dengan menganggap pengaruh variabel yang lain adalah
konstan. Elastisitas permintaan perlu dibedakan kepada tiga konsep, yaitu
elastisitas permintaan harga, elastisitas permintaan pendapatan dan elastisitas
permintaan silang (Sukirno, 2011:103).
1.) Elastisitas Permintaan terhadap harga
Elastisitas Permintaan terhadap harga dapat diukur dengan rumus sebagai
berikut : ℎ = Δ /Δ / ………………………….……….. (2.3)
Dimana :
Qd = Jumalh barang yang diminta
P = Harga barang tersebut
Menurut Putong (2003) Elastisitas Harga (own price elasticity) merupakan
besarnya respon perubahan permintaan suatu barang terhadap perubahan harga
suatu barang dengan menganggap nilai perubah yang lain dalam fungsi
35
permintaan tetap (ceteris paribus). Semakin peka jumlah barang yang diminta
terhadap perubahan harga maka akan semakin besar elastisitas permintaannya.
2.) Elastisitas Permintaan Pendapatan
Elastisitas Permintaan terhadap pendapatan dapat diukur dengan rumus
sebagai berikut :
= Δ /Δ / …………………………..…………… (2.4)
Dimana:
Qdx = Jumlah barang yang diminta
Y = pendapatan riil konsumen
Menurut Sadono (2004) koefisien yang menunjukkan sampai dimana besarnya
perubahan permintaan terhadap sesuatu barang sebagai akibat daripada
perubahan pendapatan pembeli dinamakan Elastisitas permintaan pendapatan.
Elastisitas merupakan persentase perubahan permintaan akan suatu barang yang
diakibatkan oleh kenaikan pendapatan (income) riil konsumen dengan 1% .
Menurut Putong (2003). Elastisitas pendapatan (income elasticity) merupakan
suatu ukuran kepekaan dari jumlah yang diminta terhadap perubahan pendapatan
dengan anggapan pengaruh dari factor-faktor lain yang mempengaruhi
permintaan tidak berubah. Nilai elastisitas pendapatan (EY) pada umumnya
positif, karena kenaikan pendapatan akan meningkatkan jumlah barang yang
diminta.
3.) Elastisitas Permintaan Silang
Elastisitas Permintaan silang dapat diukur dengan rumus sebagai berikut :ℎ = Δ /Δ / …………………………….. (2.5)
Menurut Sadono (2004) Elastisitas Permintaan Silang merupakan koefisien
yang menunjukkan sampai di mana besarnya perubahan permintaan terhadap
36
sesuatu barang apabila terjadi perubahan terhadap harga barang lain. Apabila
perubahan harga barang Y menyebabkan permintaan barang X berubah, maka
sifat perhubungan diantara keduanya digambarkan oleh elastisitas silang.
Nilai elastisitas silang berkisar diantara tak terhingga yang negatif kepada tak
terhingga yang positif. Barang-barang penggenap elastisitas silangnya bernilai
negatif, jumlah barang X yang diminta berubah ke arah yang bertentangan
dengan perubahan harga barang Y. jika harga Y naik , maka jumlah permintaan
terhadap barang X berkurang, sebaliknya harga barang Y turun, maka jumlah
permintaan terhadap barang X bertambah. Nilai elastisitas silang untuk barang-
barang negatif adalah positif, yaitu permintaan terhadap sesuatu barang berubah
kearah yang bersamaan dengan harga barang penggantinya. Kedua-keduanya
akan sama-sama mengalami kenaikan atau sama-sama mengalami penurunan.
Seperti mobil dan bus adalah barang yang saling menggantikan.
c.) Faktor-faktor Penentu Elastisitas PermintaanMenurut Sadono (2004:111) Ada beberapa faktor yang menimbulkan
perbedaan dalam elastisitas permintaan berbagai barang. Sebagai berikut :
1. Tingkat kemampuan barang-barang lain untuk menggantikan barang yang
bersangkutan. dalam suatu perekonomian, terdapat barang yahg dapat
digantikan dengn barang-barang lain yang sejenisnya. Perbedaan ini
menimbulkan perbedaan elastisitas diantaranya berbagai macam barang.
Sekiranya sesuatu barang mempunyai banyak barang pengganti,
permintaannya cenderung untuk bersifat elastis. Artinya, perubahan harga
yang kecilsaja akan menimbulkan perubahan yang besar terhadap
permintaan.
2. Persentasi pendapatan yang dibelanjakan untuk membeli barang tersebut.
Semakin besar bagian pendapatan yang diperlukan untuk membeli
sesuatu barang semakin elastic permintaan terhadap barang tersebut.
37
3. Jangka waktu di dalam mana permintaan itu dianalisis. Semakin lama
jangka waktu dimana pemintaan itu dianalisis, semakin elastis sifat
permintaan sesuatu barang.
2. Pengertian Sektor Industria. Pengertian Industri
Menurut Sadono sukirno (1995), Industri merupakan perusahaan yang
menjalankan kegiatan ekonomi yang tergolong dalam sektor sekunder. Kegiatan
ini seperti pabrik tekstil, pabrik rakitan dan pabrik pembuatan rokok. Industri
juga merupakan suatu kegiatan ekonomi dimana mengolah barang mentah hingga
menjadi barang jadi yang akan memiliki kegunaan sebagai barang yang memiliki
nilai tambah. Selain itu, Industri bisa diartikan sebagai usaha atau kegiatan
ekonomi yang dapat mensejahteraan penduduk .
Sektor industri merupakan sektor yang berkontribusi paling besar dalam
meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia. Baik itu industri non migas
atau migas, namun industri tidak hanya berbentuk barang, namun juga berbentuk
jasa. Dengan lancarnya perkembangan industri di suatu Negara, akan
menghasilkan Sumber daya manusia yang berkualitas dan industri yang bagus
menghasilkan sumber daya alam yang berkualitas tinggi. Selain menciptakan
tenaga kerja yang berkualitas, juga akan berdampak bagi konsumen pemerintah,
rumah tangga dan swasta.
b. Industri menurut para Ahli
Menurut Departemen Perindustrian (2006), Industri merupakan kegiatan
ekonomi yang mengolah bahan mentah, banhan baku, barang setengah jadi atau
barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya,
termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Menurut BPS
Industri Pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan
mengubah suatu barang dasar secara mekanis, kimia, atau dengan tangan
sehingga menjadi barang jadi/setengah jadi, dan atau barang yang kurang
38
nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih
dekatkepada pemakai akhir. Termasuk dalam kegiatan ini adalah jasa/industri
dan pekerjaan perakitan (assembling).
Menurut Komaruddin (2004:23) Industri adalah suatu proses yang ditandai
dengan penggunaan teknologi didalam proses produksi yang terutama ditunjukan
kepada pengelolaan bahan baku, bahan setengah jadi menjadi bahan jadi.
Menurut Dumairy (1996) Industri dapat digolongkan berdasarkan beberapa
kelompok komoditas, berdasarkan skala usaha dan berdasarkan hubungan antar
produknya. Penggolongan ini berdasarkan International Standard of Industrial
Classification (ISIC). Penggolongan menurut ISIC didasarkan kepada Sembilan
golongan sektor industri:
ISIC 31 : Iindustri makanan, minuman dan tembakau.
ISIC 32 : Industri tekstil, pakaian jadi dan kulit.
ISIC 33 : Industri kayu dan barang dari kayu, termasuk perabot rumah tangga.
ISIC 34 : Industri kertas dan barang dari kertas, percetakan dan penerbitan.
ISIC 35 : Industri kimia dan barang dari kimia, minyak bumi, batu bara, karet,
dan plastik.
ISIC 36 : Industri barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi dan batu
bara.
ISIC 37 : Industri logam dasar
ISIC 38 : Industri barang dari logam, mesin dan peralatannya.
ISIC 39 : Industri pengolahan lainnya.
c. Klasifikasi Industri:
Menurut Siahaan (1996) Klasfikasi industri dibedakan berdasarkan criteria
masing-masing :
39
1. Berdasarkan jumlah tenaga kerja :
a. Industri rumah tangga , yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja
kurang dari empat orang. Cirri ndustri ini memiliki modal yang sangat
terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau
pengelola industri. Contoh : industry anyaman.
b. Industri kecil , yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5
sampai 19 oran. Cirri industry kecil adalah memiliki modal yang relative
kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau ada hubungan
saudara. Contoh : industry genteng, industry batubara dan industry
pengolahan rotan.
c. Industri Sedang, yaitu industry yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20
sampai 99 orang. Cirri industry sedang adalah memiliki modal yang cukup
besar, tenaga kerja yang memiliki keterampilan tertentu. Contoh : industry
konveksi, industry border dan industry keramik.
d. Industri besar, yaitu industry dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100
orang. Cirri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara
kolektif dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki
keterampilan khusus dan pimpinan perusahaan dipilih melalui kemampuan
dan kelayakan. Contoh : industri tekstil.
2. Berdasarkan Proses Produksi
a. Industri hulu, yaitu industry yang hanya mengolah bahan mentah menjadi
barang setengah jadi. Industry ini bersifat hanya menyediakan bahan baku
untuk kegiatan industry yang lain. Contoh: industry kayu lapis, industry
alumunium dan industri permintalan.
b. Industri Hilir, yaitu industry yang mengolah barang setengah jadi menjadi
barang jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau
dinikmati oleh konsumen. Contoh : industry pesawat dan industry otomotif.
40
3. Berdasarkan keputusan Menteri Perindustrian
Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 19M/I/1986 dikeluarkan
oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan.
a.) Industri Kimia dasar (IKD)
1. Industri kimia organik , misalnya industry bahan peledak dan industry
bahan kimia tekstil.
2. industry kimia anorganik misalnya: industry semen, industry asam sulfst
dan industry kaca.
b.) Industri Mesin Logam Dasar dan Eleltronika (IMELDE)
1. Industri mesin dan perakitan alat-alat pertanian, misalnya mesin traktor dan
mesin pompa.
2. Industri alat-alat berat/konstruksi, misalnya : mesin pemecah batu,
bulldozer dan excavator.
3. industry mesin perkakas, misalnya: mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji
dan mesin pres.
c.) Aneka Industri (AI)
1. Industri tekstil. Misalnya : benang, kain, dan pakain jadi
2. Industri alat listrik dan logam, misalnya kipas angin, lemari es, dan mesin
jahit.
3. industry pangan, misalnya : minyak goring, terigi, gula, teh , kopi, garam
dan makanan kemasan.
3. Pengertian Energi Listrika. Energi
Menurut Purwadarminta (1976) energi adalah tenaga, atau gaya untuk
berbuat sesuatu. Definisi ini merupakan perumusan yang lebih luas daripada
41
pengertian-pengertian mengenai energi yang pada umumnya dianut di dunia ilmu
pengetahuan. Dalam pengertian sehari-hari energi dapat didefinisikan sebagai
kemampuan untuk melakukan sesuatu pekerjaan.
Menurut Sulasno (2009) Energi adalah bagian utama untuk semua kegiatan
makluk hidup, termasuk manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya selalu
memerlukan energi. Energi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk
melakukan kerja, oleh karena itu sifat dan bentuk energi dapat berbeda sesuai
dengan fungsinya, antara lain energi kinetik, potensial, termal, kimia, nuklir,
listrik, dan energi elektromagnetik. Konsumsi energi dapat dibedakan atas
beberapa kelompok sektor, yaitu kelompok pembangkit listrik , pemakaian
industri, transportasi, komersial dan rumah tangga. Sumber-sumber energi yang
utama adalah air, angin, batubara, minyak bumi, gas alam, matahari, uranium,
biomassa, dan bio gas. Salah satu bentuk energi yang sangat penting bagi
kehidupan manusia adalah energi listrik. Sejalan dengan meningkatnya
kesejahteraan manusia, maka kebutuhan energi listrik juga akan semakin
meningkat.
b. Energi ListrikEnergi Listrik merupakan suatu sumber energi yang sangat diperlukan bagi
kelangsungan kehidupan seseorang di dunia. Dengan adanya listrik juga saat
menjalankan pekerjaan atau hal apapun akan lebih mudah dan praktis karena
diimbangi perkembangan laju pertumbuhan ekonomi sangat pesat. Listrik
menjadi salah satu bentuk energi yang dimanfaatkan oleh manusia untuk
menjalankan berbagai macam alat-alat elektronik. Berdasarkan Abdul Kadir
(2010) PDB terdiri atas unsure produk yang termasuk unsure energi listrik.
Maka, energi listrik merupakan salah satu komponen dari PDB. Selain itu, energi
listrik mempunyai peranan sebagai pendorong perekonomian. Sebab pertama,
karena energi listrik merupakan bahan bakar bagi industri, sehingga akan
memudahkan perkembangan industri dan pertumbuhan ekononomi. Yang kedua,
adanya penerangan listrik manusia belajar di malam hari. Sehingga listrik
42
merupakan factor penting dalam mencerdaskan masyarakat, yang berperan pada
produktivitas yang akan mempengaruhi laju perekonomian.
Energi listrik merupakan energi yang sangat mudah digunakan. Energi listrik
bersifat energi yang paling dominan karena energi listrik mudah untuk di
distribusikan, lebih bersih dan mudah diatur. Sehingga energi listrik banyak
dibuthkan untuk kebutuhan hidup tertama untuk keberlangsunga sektor rumah
tangga amaupun sektor indusrti. Berdasarkan Gilarso (2003) menyatakan bahwa
efisiensi sumber daya yang langka dengan output barang dan jasa yang
dihasilkan dengan tingkat pengorbanan terkecil. Efiseinsi dibedakan menjadi tiga
macam yaitu : Permintaan energi sektor rumah tangga (LRT) adalah jumlah
energi listrik yang terjual kepada pelanggan sektor rumah tangga. Permintaan
energi sektor industri (LIND) adalah jumlah energi yang terjual kepada
pelanggan sektor industri. Dan Permintaan energi sektor umum (LUMU) adalah
penjumlahan energi listrik yang terjual kepada sektor social, penerangan jalan
umum dan gedung pemerintah.
2. Pengertian Jumlah Pelanggan (PEL)a. Pengertian Pelanggan
Pelanggan adalah seseorang yang menjadi pembeli produk dari produsen yang
memasarkan produk tersebut dipasar, dimana seseorang ini tidak hanya sekali
membeli melainkan berulang-ulang. Menurut Nasution (2004:102) pelanggan
suatu perusahaan adalah orang yang membeli dan menggunakan produk suatu
perusahaan. Menurut Greenberg (2010:8) pelanggan atau customer adalah
individu atau kelompok yang terbiasa membeli sebuah produk atau jasa
berdasarkan keputusan mereka atas pertimbangan manfaat maupun harga yang
kemudian melakukan hubungan dengan perusahaan melalui fasilitas untuk
mendapatkan suatu penawaran.
Menurut Kotler dan Keller (2013:194) kepuasan Pelanggan adalah tingkat
keadaan perasaan seseorang yang merupakan hasil perbandingan antara penilaian
kinerja/hasil akhir produk dalam hubungannya dengan harapan pelanggan.
43
Menurut Tjiptono (2012) kepuasan pelanggan berpotensi memberikan sejumlah
manfaat spesifik, sebagai berikut:
1.) Berpotensi menjadi sumber pendapatan di masa depan terutama melalui
pembelian ulang.
2.) Meningkatkan toleransi harga, terutama kesediaan pelanggan untuk
membayar harga premium dan pelanggan cenderung tidak mudah tergoda
untuk beralih pemasok.
3.) Meningkatkan bargaining power relative perusahaan terhadap jaringan
pemasok, mitra bisnis, dan saluran distribusi.
b. Jumlah Pelanggan (PEL)Jumlah pelanggan adalah jumlah pembeli produk yang ditawarkan oleh
produsen, dimana pembeliannya berulang-ulang dan tetap. Jumlah pelanggan
diduga memiliki pengaruh secara positif dan signifikan terhadap permintaan
listrik yang ada. Jumlah pelanggan nasional/agregat (PELA) adalah penjumlahan
pelanggan listrik dari keseluruhan sektor yang ada sedangkan jumlah pelanggan
sektoral diukur dari besarnya jumlah pelanggan listrik masing-masing sekror
rumah yang meliputi pelanggan sektor rumah tangga (PERLRT), pelanggan
sektor industri (PELIND), pelanggar sektor komersil/bisnis (PELKOM) dan
pelanggan sektor umum (PELUMU).
Jumlah Pelanggan Listrik Sektor Industri adalah jumlah pelanggan sektor
industri yang membeli listrik dari PLN secara berkala dan tetap atau Jumlah
kapasitas daya listrik yang dibeli oleh Sektor industri dari PLN untuk keperluan
kebutuhan energi listrik yang digunakan sektor industri untuk meningkatkan
aktivitas produksi di dalam sektor industri. Semakin tingginya pelanggan listrik
di sektor industri, maka akan meningkatkan permintaan listrik di sektor industri.
Pernyataan ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Iis Minarti
(2008) menunjukan bahwa jumlah pelanggan sektor industri berpengaruh positif
dan signifikan terhadap permintaan listrik dsektor industri di Indonesia.
Penelitian ini juga didukung oleh Nella Katili (2008) menyatakan bahwa secara
44
parsial dan simultan jumlah pelanggan listrik berpengaruh positif dan signifikan
terhadap konsumsi tenaga listrik di Jawa Timur yang dilihat dari Fhitung yang lebih
besar dari Ftabel.
c. Hubungan Variabel Jumlah Pelanggan Listrik Sektor industri terhadapPermintaan listrik di Sektor industri
Industri merupakan sektor ekonomi yang mengelola bahan mentah, bahan
baku, barang setengah jadi dan barang jadi menjadi barang yang bernilai jual.
semakin bertambahnya kebutuhan bahan industri, menyebabkan kebutuhan akan
energi yang mendukungnya yaitu energi listrik semakin dibutuhkan. Dengan
adanya kebutuhan listrik yang semakin tinngi, maka jumlah untuk membeli
energi listrik juga semakin tinggi. Tingginya Jumlah pelanggan listrik di sektor
industri disebabkan karena Jumlah Permintaan listrik Sektor Industri tinggi.
Menurut Iva Prastyo (2010) menjelaskan bahwa Jumlah pelanggan listrik
sektor industri signifikan mempengaruhi permintaan listrik sektor industri di
berbagai provinsi di Indonesia pada tahun 2002-2008. Sedangkan elastisitas dari
jumlah pelanggan sektor industri terhadap permintaan listrik sektor industri
adalah inelastic karena koefisien-koefisien yang diperoleh dari estimasi tersebut
bernilai kurang dari satu (є <1).
Berbeda dengan penelitian oleh FX. Hengki Parahate dan AG. Edi Sutarta
(2010) , Pengaruh Jumlah Pelanggan (PEL) terhadap Permintaan energi listrik
menghasilkan jumlah pelanggan listrik berpengaruh secara signifikan terhadap
jumlah permintaan energi listrik secara nasioanal maupun pada sektor rumah
tangga, sektor komersial, dan sektor umum. Namun pada sektor industri, jumlah
pelanggan listrik sektor industri tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
jumlah permintaan listrik pada sektor industri tersebut. Kondisi ini menunjukkan
bahwa jumlah permintaan energi listrik yang ada, baik secara nasional maupun
sektoral lebih banyak digunakan untuk konsumsi akhir dari pada digunakan
sebagai faktor produksi untuk menambah nilai barang secara ekonomi.
45
3. PDB Sektor Industria. Produk Domestik Bruto (PDB) / Gross Domestic Product (GDP)
GDP adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan di dalam
suatu Negara dalam suatu tahun tertentu. GDP Riil (Y) adalah faktor penting
penentu atas variasi permintaan listrik, sebab GDP merupakan representasi dari
tingkat pendapatan bagi suatu negara. GDP riil adalah GDP nominal dibagi
dengan implicit price deflator (Ip) atau
= (ℎ )ℎ ( )Menurut Mankiw, (2000) Produk Domestik Bruto atau GDP (Gross Domestic
Product) merupakan statistika perekonomian yang paling diperhatikan karena
dianggap sebagai ukuran tunggal terbaik mengenai kesejahteraan masyarakat.
Hal yang mendasarinya karena GDP mengukur dua hal pada saat bersamaan :
total pendapatan semua orang dalam perekonomian dan total pembelanjaan
negara untuk membeli barang dan jasa hasil dari perekonomian. Alasan GDP
dapat melakukan pengukuran total pendapatan dan pengeluaran dikarenakan
untuk suatu perekonomian secara keseluruhan, pendapatan pasti sama dengan
pengeluaran.
Menurut McEachern (2000:146) Groos Domestic Product (PDB) artinya
mengukur nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber
daya yang berada salam suatu negara selama jangka waktu tertentu. GDP juga
digunakan untuk mempelajari perekonomian dari waktu ke waktu atau untuk
membandingkan beberapa perekonomian pada suatu saat. Menurut Dr. Boediono
(1988), Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan “output perkapita”.
Dua sisi yang perlu diperhatikan di sisi output total (GDP) dan sisi jumlah
penduduknya. Output perkapita adalah output total dibagi jumlah penduduk.
46
Dalam pengukuran, GDP mencoba menjadi ukuran yang meliputi banyak hal,
termasuk barang-barang yang diproduksi dalam perekonomian dan di jual secara
legal di pasaran. GDP memasukan nilai pasar dari jasa perumahan pada
perekonomian. GDP meliputi barang yang dapat dihitung maupun jasa yang tidak
dapat dihitung. GDP mengikutsertakan barang dan jasa yang sedang diproduksi.
etelah mengetahui apa yang dapat dan tidak diukur dengan GDP, selanjutnya kita
harus mengetahui komponen – komponen dari GDP. GDP (yang ditunjukkan
sebagai Y) dibagi atas empat komponen : konsumsi (c), investasi (I), belanja
Negara
(G), dan ekspor neto (NX):
Y = C + I + G + NX
Menurut Mankiw (2006:11-13) Persamaan ini merupakan persamaan identitas
sebuah persamaan yang pasti benar. dilihat dari bagaimana variabel - variabel
persamaan tersebut dijabarkan. Komponen tersebut ialah :
1. Konsumsi (consumption) adalah pembelanjaan barang dan jasa oleh rumah
tangga.
2. Investasi (investment) adalah pembelian barang yang nantinya akan
digunakan untuk memproduksi lebih banyak barang dan jasa
3. Belanja pemerintah (government purchases) mencakup pembelanjaan
barang dan jasa oleh pemerintah daerah, negara bagian, dan pusat (federal).
4. Ekspor neto (net exports) sama dengan pembelian produk dalam negeri oleh
orang asing (ekspor) dikurangi pembelian produk luar negeri oleh warga
negara (impor).
Menurut Bank Indonesia (2016) Perhitungan Produk Domestik Bruto secara
konseptual menggunakan tiga macam pendekatan, yaitu pendekatan produksi,
pendekatan pengeluaran dan pendekatan penadapatan:
1. Pendekatan Produksi
47
Produk Domestik Bruto adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa
yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam
jangka waktu tertentu (umumya triwulan dan tahunan). 17 lapangan usaha ,
yaitu (1) pertanian, kehutanan dan perikanan, (2) pertambangan dan
penggalian (3) Industri Pengolahan (4) pengadaan listrik (5) pengadaan air,
pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang (6) konstruksi (7) perdagangan
besar dan eceran, reparasi mobil (8) transportasi dan pergudangan (9)
penyediaan akomodasi dan makanan minuman (10) informasi dan komunikasi
(11) jasa keuangan (12) real estate (13) jasa perusahaan (14) administrasi
pemerintahan dll (15) jasa pendidikan (16) jasa kesehatan (17) jasa lainnya.
2. Pendekatan Pengeluaran:
a) Pengeluaran konsumsi Rumah Tangga
b) Pengeluaran Konsumsi LNPRT
c) Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
d) Pembentukan modal tetap domestic bruto
e) Perubahan inventori
f) Ekspor barang dan jasa
g) Impor barang dan jasa
3. Pendekatan Pendapatan
Produk Domestik Bruto merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh
factor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu
negara dalam jangka waktu tertentu.
b. PDB Sektor IndustriPDB Sektor Industri adalah Pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan dari
Sektor Industri. Dimana sektor industri menjadi salah satu sektor andalan dalam
menopang pertumbuhan ekonomi nasional. Sektor industri menghasilkan
sumbangan ekonomi dari berbagai sub sektor industri besar maupun kecil.
Pertumbuhan ekonomi suatu negara turut serta dalam mengklasifikasikan
berbagai macam industry tersebut, karena semakin besar kebutuhan ekonomi
48
masyarakat akan semakin meningkatkan berbagai macam jenis industri.
Industrialisasi merupakan suatu usaha untuk meningkatkan produstivitas sumber
daya manusia dan pemanfaatan yang optimal pada sumber daya alam. Sehingga
semakin besar nilai tambah pada aktivitas ekonomi industri maka akan
berpengaruh pada peningkatan lapangan kerja yang produktif dimana jumlah
penduduk setiap tahunnya semakin bertambah.
Menurut Perroux, Pertumbuhan hanya terjadi di beberapa tempat yang disebut
pusat pertumbuhan dengan intensitas yang berbeda. ( dalam Muhammad, 1992) :
a.) Dalam proses pembangunan akan muncul industri pemimpin yang
merupakan industri penggerak utama dalam pembangunan suatu daerah.
b.)Pemusatan industri pada suatu daerah akan mempercepat pertumbuhan
perekonomian.
c. Hubungan Variabel GDP Sektor Industri terhadap Permintaan listrikSektor industri
Produk Domestik Bruto adalah sebagai salah satu indikator pembangunan
nasional yang berfungsi sebagai tolak ukur untuk mensejahterakan perekonomian
suatu negara. PDB Sektor industri merupakan sektor ekonomi yang paling
berpengaruh pada tingkat laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kontribusi
Sektor industri terhadap PDB setiap tahunnya mengalami peningkatan. Kenaikan
ini menjadikan sektor industri sebagai sektor utama yang mendorong
pertumbihan ekonomi. Semakin tingginya konsumsi energi yang dibutuhkan oleh
sektor industri maka akan meningkatkan permintaan listrik di sektor industri.
Dengan adanya hubungan yang signifikan antara kebutuhan energi listrik
indusri dengan Produk domestic Bruto maka akan ini akan sejalanan dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Yeni Rachmawati, 2007) menunjukkan
pendapatan berpengaruh positif secara signifikan terhadap permintaan listrik
pelanggan industri. Kenaikan pendapatan pada sektor industri menunjukkan
adanya kenaikan jumlah output yang diminta dan pada akhirnya meningkatkan
permintaan listrik untuk berproduksi.
49
4. Harga dan Minyak Solara. Pengertian Harga dan Minyak Solar
Menurut Alfred dan Douglas (1997:29-30) Harga dari suatu barang adalah
tingkat pertukaran barang yang satu dengan barang yang lain. Salah satu tugas
pokok ekonomi adalah menjelaskan bagaimana barang-barang mempunyai harga
dan mengapa ada barang-barang yang mahal. Menurut Kotler dan Amstrong
(1999) harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau jasa,
atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat karena
memiliki atau menggunakan produk tersebut. Jenis BBM yang digunakan adalah
Minyak Solar. Harga disini adalah untuk Harga Solar yang merupakan jenis
bahan bakar yang digunkan untuk membantu laju pertumbuhan sektor industry
dan transportasi.
Bahan Bakar adalah Kandungan atau zat yang dapat berubah menjadi energi.
Minyak Solar merupakan Bahan bakar minyak (BBM) jenis Bahan Bakar Cair.
Bahan Bakar cair ini berbentuk padat dan menjadi sumber energi panas . Bakan
Bakar ini biasa digunakan untuk keperluan rumah tangga dan industry. Bahan
bakar ini berjenis Minyal Solar High Speed Diesel (HSD) yang bisa digunakan
untuk proses industri. BBM berjenis Solar ini dibutuhkan dalam proses produksi
sektor industri dengan cara dibangkitkan dengan mesin genset untuk
membangkitkan energi listrik yang ada di bahan bakar solar. Hal ini bisa
digunakan sektor industri sebagai energi barang substitusi dari listrik jika suatu
saat listrik padam atau semakin habis. Tingginya Kontribusi sektor industri
terhadap pertumbuhan ekonomi, membuat sektor ini memerlukan pasokan energi
untuk dimasa yang akan datang. Hal ini dikarenakam pasokan energi dan listrik
merupakan komponen pertama dalam aktivitas produksi.
b. Hubungan Variabel Harga Solar terhadap Permintaan listrik Sektorindustri
Sektor Industri khususnya industri manufaktur membutuhkan cadangan
energi/solar yang besar untuk menghasilkan energi listrik jika suatu saat pasokan
50
energi listrik dari PLN habis dengan cara menggunakan generator untuk
membangkitkan energi listrik dari Solar. Namun dengan tingginya Harga BBM
maka harga solar akan ikut meningkat. Semakin tingginya harga solar maka akan
menurunkan permintaan listrik di sektor industri. hal ini dikarenakan, setiap
peningkatan 1% Harga solar maka akan menurunkan 1% permintaan Listrik di
Sektor Industri.
Hasil Penelitian ini didukung oleh Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Rona Yugustya (2006) “ Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Permintaan
Listrik pada Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) di Indonesia”. Dari
penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa Harga solar berpengaruh negative
tehadap permintaan listrik pada industri TPT.
51
B. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan penelitian dan landasan
teori yang menjelaskan Analisis Pengaruh PDB Sektor Industri, Jumlah Pelanggan
Listrik Industri dan Harga Solar Terhadap Permintaan Listrik Sektor Industri Di
Indonesia Periode 2003-2017 maka disusunlah kerangka berfikir penelitian dalam
gambar berikut:
Gambar 2.3
Kerangka Pemikiran
52
Variable bebas (X) terdiri dari PDB Sektor Industri (X1), Jumlah Pelanggan
Listrik (X) dan Harga Solar (X3) sedangkan variable terikatnya (Y) adalah
permintaan listrik Sektor industri di Indonesia.
B. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini
adalah:
1. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh PDB Sektor Industri secara parsial
terhadap permintaan listrik Sektor Industri di Indonesia tahun 2003-2017.
H1 : Diduga terdapat pengaruh PDB Sektor Industri secara parsial terhadap
permintaan listrik Sektor Industri di Indonesia tahun 2003-2017.
2. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh Jumlah Pelanggan Listrik secara parsial
terhadap permintaan listrik Sektor Industri di Indonesia tahun 2003-2017.
H1 : Diduga terdapat pengaruh Jumlah Pelanggan Listrik secara parsial
terhadap permintaan listrik Sektor Industri di Indonesia tahun 2003-2017.
3. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh Harga Solar secara parsial terhadap
permintaan listrik Sektor Industri di Indonesia tahun 2003-2017.
H1 : Diduga terdapat pengaruh Harga Solar secara parsial terhadap permintaan
listrik Sektor Industri di Indonesia tahun 2003-2017.
4. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh PDB Sektor Industri, Jumlah Pelanggan
Listrik dan Harga Solar secara parsial terhadap permintaan listrik Sektor
Industri di Indonesia tahun 2003-2017.
H1 : Diduga terdapat pengaruh PDB Sektor Industri, Jumlah Pelanggan Listrik
dan Harga Solar secara parsial terhadap permintaan listrik Sektor Industri di
Indonesia tahun 2003-2017.
53
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh PDB (Produk Domestik Bruto) Sektor
Industri , Jumlah Pelanggan Listrik dan Harga Solar terhadap permintaan Listrik
sektor industri di Indonesia periode 2003 – 2017. Penelitian ini bersifat penelitian
kuantitatif. Penelitian ini menggunakan satu variabel dependen dan tiga variabel
independen. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah
permintaan listrik sektor industri di Indonesia yang dilihat dari data Penjualan listrik
Sektor Industri, sedangkan variabel independennya adalah PDB (Produk Domestik
Bruto) Sektor Industri, Jumlah Pelanggan Listrik, dan Harga Solar. Data operasional
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data runtut waktu (time series).
Semua data yang diteliti berbentuk data tahunan dari tahun 2003 – 2017. Perhitungan
dan pengolahan data menggunakan alat bantu software statistika dan ekonometrika
dengan perangkat lunak computer yang digunakan adalah E-Views 8.
B. Sumber Data
Pengumpulan data dilakukan baik melalui observasi terhadap dokumen atau
laporan instansi terkait maupun hasil-hasil publikasi, kemudian dilakukan pencatatan
terhadap data yang di butuhkan dalam penelitian.
54
Tabel 3.6
Jenis Variabel, Simbol, Ukuran, dan Sumber Data
No Nama Variabel Simbol Ukuran Sumber Data
1 Permintaan Listrik Sektor
Industri
PL GWh STATISTIK PLN
2 Jumlah Pelanggan Listrik PEL Unit STATISTIK
KETENAGALISTRIKAN
3 GDP Industri GDPIND Miliar Rupiah BPS
4 Harga Solar HS RP/BOE DJK ESDM
C. Metode Pengumpulan DataData yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk
time series. Data tersebut di dapat dari berbagai sumber seperti Badan Pusat Statistik
(BPS), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, (DJK ESDM), Statistik
Ketenagalistrikan, Statistik PLN dan sumber lainnya yang terkait. metode
pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari hasil melihat data yang
sudah tersedia yang tidak perlu diolah. Menurut Sugiyono (2009) Data
sekunder adalah data yang telah dikumpulkan untuk maksud selain
menyelesaikan maslah yang sedang dihadapi. Data ini dapat ditemukan
dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah
literature, artikel, jurnal, serta situs di internet yang berkenaan dengan
penelitian yang dilakukan. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang
didapat dari BPS, Statistik Ketenagalistrikan, Statistik PLN, DJK ESDM, dan
lain-lain.
55
2. Internet Research
Internet research adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mencari data melalui internet. Penelitian ini menggunakan internet sehingga
mudah untuk mencari data yang di cari oleh peneliti. Pengumpulan data ini
juga dilakukan untuk mencari referensi dan bahan bacaan seperti artikel atau
jurnal yang diperlukan untuk penelitian.
3. Library Research
Penelitian ini menggunakan data library reseach dimana data yang didapat
berasal dari buku-buku, jurnal, artikel, literature dan lain-lain yang sesuai
dengan aspek yang di butuhkan peneliti, sehingga dapat diperoleh data yang
valid. Penelitian ini juga disebut Penelitian Literatur yaitu penelitian yang
memerlukan olahan filosofis dan teoritis. Metode penelitian ini mencakup
sumber data, pengumpulan data dan analisis data.
D. Metode Analisis DataMetode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang dilakukan pada bentuk
angka. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Ordinary Least Square
(OLS).
1. Analisis Regresi Berganda
Analisis regresi berganda adalah suatu teknik analisis data dalam statistic yang
seringkali digunakan untuk mengkaji hubungan antara beberapa variabel dan
meramal suatu variabel (Kutner, Nachtsheim dan Neter, 2004). Pada Penelitian
ini dikaji analisis regresi linier berganda atau sering disebut dengan regresi klasik
(Gurajati, 2003). Metode analisis data yang digunakan adalah regresi model
linier dengan model sebagai berikut :
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e
Dimana :
56
Y = Permintaan listrik
β0 = Konstanta
β1 β2 β3 β4 = Koefisien regresi dari masing – masing variable yang
mempengaruhi permintaan listrik.
X1 = PDB Sektor Industri
X2 = Jumlah pelanggan Listrik
X3 = Harga Solar
.e = Eror Term
2. Uji Asumsi KlasikUji asumsi klasik adalah persyaratan statistic yang harus dipenuhi pada
analisis regresi linear berganda yang berbasis Ordinary Least Square (OLS).
model regresi yang baik adalah model regresi yang menghasilkan estimasi Linier
tidak bias (Best Linier Unbias Estimator) atau BLUE.
a. Uji NormalitasUji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah nilai residual berdistribusi
normal atau tidak dengan analisis grafik dan uji statistic. Model regresi yang baik
adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Uji normalitas dilakukan
pada nilai residualnya. Rata- rata sampel dari besaran sampel yang terdiri dari
sekurang – kurangnya 30 observasi akan mendekati normal (Gujarati, 2006 : 77).
Salah satu hal yang dapat dilakukan jika data tidak berdistribusi normal adalah
melakukan transformasi terhadap data.
b. Uji AutokorelasiUji autokorelasi merupakan terjadinya korelasi antara satu variabel error
dengan variabel eror yang lain. Autokorelasi seringkali terjadi pada data time
series dan dapat juga terjadi pada data cross section tetapi jarang ( Widarjono,
2007). Jadi Autokorelasi adalah adanya korelasi antara variabel itu sendiri, pada
pengamatan yang berbeda waktu atau individu. Salah satu langkah yang dapat
dilakukan untuk mendeteksi autokorelasi adalah dengan melihat pola hubungan
antara residual (u1) dan variabel bebas atau waktu (x) (Nachrowi, 2008).
57
Dampak dari adanya autokorelasi dalam model regresi adalah sama dengan
dampak heterokedastisitas yang telah diuraian diatas, yaitu walaupun estimator
OLS masih linier dan tidak bias, tetapi tidak lagi mempunyai variansi yang
minimum dan menyebabkan perhitungan standard error metode OLS tidak bias
dipercaya kebenarannya. Akibat dari dampak adanya autokorelasi dalam model
regresi menyebabkan estimator OLS tidak menghasilkan estimator yang BLUE
dan hanya menghasilkan estimator OLS yang LUE (Widarjono, 2007).
c. Uji MultikolineritasMultikolinier adalah terjadinya hubungan linier antara variabel bebas dalam
suatu model regresi linier berganda (Gurajati, 2000). Hubungan linier antara
variabel bebas dapat terjadi dalam bentuk hubungan linier yang sempurna
(perfect) dan hubungan linier yang kurang sempurna (imperfect). Adapun
dampak adanya multikolineritas dalam model regresi linier berganda adalah
(Gurajati, 2003 dan Widarjono, 2007):
1. Penaksir OLS masih bersifat BLUE, tetapi mempunyai variansi dan
kovariansi yang besar sehingga sulit mendapatkan taksiran (estimasi) yang
tepat.
2. Akibat penaksir OLS mempunyai variansi dan kovariansi yang besar,
menyebabkan interval estimasi akan cenderung lebih lebar dan nilai hitung
statistic uji t akan kecil, sehingga membuat variabel bebas secara statistic
tidak signifikan mempengaruhi variabel tidak bebas.
3. Walaupun secara individu variabel bebas tidak berpengaruh terhadap
variabel tidak bebas melalui uji t, tetapi nilai koefisien determinasi (R2) masih
bias relative tinggi.
Untuk mendeteksi adanya multikolineritas dalam model regresi linier
berganda dapat digunakan nilai variance inflation factor (VIF) dan tolerance
(TOL) dengan ketentuan jika nilai VIF melebihi angka 10, maka terjadi
multikolineritas dalam model regresi. Kemudian jika nilai TOL sama dengan 1,
maka tidak terjadi multikolineritas dalam model regresi.
58
d. Uji HeterokedastisitasHeterokedastisitas adalah variansi dari error model regresi tidak konstan atau
variansi antar error yang satu dengan error yang lain berbeda (Widarjono, 2007).
Dampak adanya heterokedastisitas dalam model regresi adalah walaupun
estimator OLS masih linier dan tidak bias, tetapi tidak lagi mempunyai variansi
yang minimum dan menyebabkan perhitungan standard error metode OLS tidak
bias dipercaya kebenarannya. Selain itu, interval estimasi maupun pengujian
hipotesis yang didasarkan pada distribusi t maupun F tidak bias lagi dipercaya
untuk evaluasi hasil regresi. Akibat dari dampak heterokedastisitas tersebut
menyebabkan estimator OLS tidak menghasilkan estimator yang BLUE dan
hanya menghasilkan estimator OLS yang linear unbiased estimator (LUE).
Deteksi masalah Heterokedastisitas dalam model regresi dengan cara salah
satunya adalah dengan Metode Glejser. Glejser merupakan metode apakah pola
variabel error model regresi tergantung dari variabel bebas. Selanjutnya untuk
mengetahui apakah pola variabel error mengandung heterkedastisitas Glejser
menyarankan untuk melakukan regresi nilai mutlak residual dengan variabel
bebas. Jika hasil uji F dari model regresi yang diperoleh tidak signifikan, maka
tidak ada heteroskedastisitas dalam model regresi (Widarjono, 2007).
3 . Uji Hipotesis
a. Uji Parsial ( Uji t )
Uji parsial (uji t ) digunakan untuk mengetahui apakah secara parsial variabel
bebas berpengaruh terhadap variabel terikat. Untuk mengetahui hal tersebut
digunakan uji t hitung atau t statistic dengan t table dengan cara dibandingkan.
a. Jika t statistic < t table, maka tolak H1 dan terima H0, yang artinya tidak
ada pengaruh secara parsial antara variabel independen terhadap variabel
dependen.
b. Jika t statistic > t table, maka terima H1 dan tolak H0, yang artinya ada
pengaruh secara parsial antara variabel independen terhadap variabel
dependen.
59
Pengujian ini dilakukan pada taraf signifikan tertentu yaitu 5%, yang artinya
tingkat kesalahan satu variabel ada 5% atau 0,05 dan tingkat leyakinan adalah
95% atau 0,95.
b. Uji Simultan (Uji F)Uji simultan atau uji F adalah uji yang dilakukan untuk melihat kemampuan
menyeluruh variabel independen (X1, X2, X3…) berpengaruh terhadap variabel
dependen (Y). Maka dalam pengujian ini dilakukan hipotesis sebagai berikut :
a. Jika F- hitung < F table atau nilai probabilitas > 0,05 , maka tolak H1 dan
terima H0, yang artinya tidak terdapat pengaruh secara bersama-sama antara
variabel independen terhadap variabel dependen.
b. Jika F – hitung > F table atau probabilitas < 0,05, maka trima H1 dan tolak
H0, yang artinya terdapat pengaruh secara bersama-sama antara variabel
independen terhadap variabel dependen.
c. Uji Koefisien Determinasi (R2)Uji koefisien determinasi adalah bagian dari keberagaman total variabel
terikat (Y) yang dapat diterangkan oleh keragaman variabel bebas (X). semakin
besar koefisien determinasi menunjukan semakin baik kemampuan X
menerangkan Y. Bila R2 = 0 artinya variasi dari Y tidak dapat diterangkan sama
sekali oleh X. Bila R2 = 1 artinya variasi dari Y , 100% dapat diterangkan oleh
X.
60
E. Operasional Variabel Penelitian
Jenis Variabel, Definisi dan Satuan
1. Jenis Variabel : Permintaan
Definisi :
a. Menurut Aminullah (2009) Permintaan adalah keinginan konsumen membeli
suatu barang pada berbagai tingka harga selama periode tertentu. Beberapa
factor yang dapat mempengaruhi permintaan suatu barang yaitu (a) harga
barang itu sendiri, (b) harga barang lain, (c) tingkat pendapatan perkapita, (d)
selera atau kebiasaan konsumen, (e) jumlah penduduk (f) perkiraan harga
dimasa yang akan datang, (h) usaha-usaha produsen meningkatkan penjualan.
b. Menurut Lukman, (2015:31) permintaan (demand) terhadap suatu barang dan
jasa dapat didefinisikan sebagai suatu hubungan antara sejumlah barang atau
jasa yang diinginkan oleh konsumen untuk membeli dipasar atau jasa yang
diinginkan oleh konsumen untuk dibeli dipasar pada tingkat harganya pada
waktu tertentu.
Satuan : MWh
2. Jenis Variabel : PDB Sektor Industri
Definisi :
a. Menurut Mankiw, (2000) Produk Domestik Bruto atau GDP (Gross Domestic
Product) merupakan statistika perekonomian yang paling diperhatikan karena
dianggap sebagai ukuran tunggal terbaik mengenai kesejahteraan masyarakat.
Hal yang mendasarinya karena GDP mengukur dua hal pada saat bersamaan :
total pendapatan semua orang dalam perekonomian dan total pembelanjaan
negara untuk membeli barang dan jasa hasil dari perekonomian. Menurut
McEachern (2000:146) Groos Domestic Product (PDB) artinya mengukur
nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang
berada salam suatu negara selama jangka waktu tertentu. GDP juga digunakan
61
untuk mempelajari perekonomian dari waktu ke waktu atau untuk
membandingkan beberapa perekonomian pada suatu saat.
b. PDB Sektor Industri adalah Pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan dari
Sektor Industri. Dimana sektor industri menjadi salah satu sektor andalan
dalam menopang pertumbuhan ekonomi nasional. Sektor Industri
menghasilkan sumbangan ekonomi dari berbagai sub sektor besar maupun
kecil.
Satuan : Miliar Rupiah
3. Jenis Variabel : Jumlah Pelanggan Listrik
Definisi :
a. Menurut Nasution (2004:102) pelanggan suatu perusahaan adalah orang yang
membeli dan menggunakan produk suatu perusahaan. Menurut Greenberg
(2010:8) pelanggan atau customer adalah individu atau kelompok yang
terbiasa membeli sebuah produk atau jasa berdasarkan keputusan mereka atas
pertimbangan manfaat maupun harga yang kemudian melakukan hubungan
dengan perusahaan melalui fasilitas untuk mendapatkan suatu penawaran.
Menurut Kotler dan Keller (2013:194) kepuasan Pelanggan adalah tingkat
keadaan perasaan seseorang yang merupakan hasil perbandingan antara
penilaian kinerja/hasil akhir produk dalam hubungannya dengan harapan
pelanggan.
b. Jumlah Pelanggan Listrik Sektor Industri adalah jumlah pelanggan sektor
industri yang membeli listrik dari PLN secara berkala dan tetap atau Jumlah
kapasitas daya listrik yang dibeli oleh Sektor industri dari PLN untuk
keperluan kebutuhan energi listrik yang digunakan sektor industri untuk
meningkatkan aktivitas produksi di dalam sektor industri.
Satuan : Unit
62
4. Jenis Variabel : Harga Solar
Definisi :
a. Menurut Alfred dan Douglas (1997:29-30) Harga dari suatu barang adalah
tingkat pertukaran barang yang satu dengan barang yang lain. Salah satu tugas
pokok ekonomi adalah menjelaskan bagaimana barang-barang mempunyai
harga dan mengapa ada barang-barang yang mahal. Menurut Kotler dan
Amstrong (1999) harga adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu
produk atau jasa, atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-
manfaat karena memiliki atau menggunakan produk tersebut.
b. Harga disini adalah harga solar merupakan harga bahan bakar minyak (bbm)
yang berjenis minyak solar yang dibutuhkan dalam proses produksi sektor
industri.
Satuan : Rupiah / Barrel
63
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Hasil Penelitian
1. Hasil Uji Asumsi Klasika. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dalam penelitian
berdistribus normal atau tidak.
Gambar 4.1Hasil Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
-0.10 -0.05 0.00 0.05
S eries : R es idualsS am ple 2003 2017O bs ervations 15
Mean -3.38e-15Median -0.005742Maxim um 0.057980Minim um -0.089486S td. D ev. 0.037637S kew nes s -0.537647K urtos is 3.256075
Jarque-B era 0.763645P robability 0.682616
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan hasil uji normalitas diatas menggambarkan bahwa data dalam
penelitian ini berdistribusi normal. Hal tersebut terlihat dari Probability Jarque-
Bera (0,682616) lebih besar dibandingkan tingkat kesalahan (0,05) dari derajat
kesalahan α = 5% sehingga data dalam penelitian ini dinyatakan berdistribusi
normal. Hasil Uji Normalitas ini dapat dilihat pada Lampiran 1 hal 84.
64
b. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain.
Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah
heterokedastisitas yaitu uji Breusch-Pagan-Godfrey, uji glejser, uji korelasi
spearman, metode grafik, uji park, dan uji white.
Table 4.2Hasil Uji Heteroscedasticity (Metode Uji Breusch-Pagan-Godfrey)
Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey
F-statistic 0.483740 Prob. F(3,11) 0.7003Obs*R-squared 1.748287 Prob. Chi-Square(3) 0.6263Scaled explained SS 1.060570 Prob. Chi-Square(3) 0.7866
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas diatas diketahui bahwa dalam
penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas. Hal tersebut terlihat dari nilai
probabilitas Chi-Square (0,6263) lebih besar dibandingkan tingkat kesalahan
(0,05) dari derajat kesalahan α = 5% sehingga dapat dinyatakan terima H0 yang
berarti tidak terdapat heteroskedastisitas (homoskedastisitas). Hasil ini dapat
dilihat pada lampiran 1 hal 85.
c. Hasil Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi merupakan terjadinya korelasi antara satu variabel error
dengan variabel eror yang lain. Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui ada
atau tidaknya korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan
pengamatan lainnya pada model regresi.
65
Tabel 4.3Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 2.525077 Prob. F(2,9) 0.1347Obs*R-squared 5.391564 Prob. Chi-Square(2) 0.0675
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan hasil uji autokorelasi diatas diketahui bahwa dalam penelitian ini
tidak terjadi autokorelasi. Hal tersebut terlihat dari nilai probabilitas F-Statistik
(0,1347) lebih besar dibandingkan tingkat kesalahan (0,05) dari derajat kesalahan
α = 5% sehingga dapat dinyatakan terima H0 yang berarti tidak terdapat
autokorelasi. Hasil ini dapat dilihat pada lampiran 1 hal 86.
d. Hasil Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk mengetahui apakah variable bebas atau
independent saling berkaitan atau tidak.
Tabel 4.4Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficient Uncentered CenteredVariable Variance VIF VIF
C 0.768282 6392.028 NAGDPIND 0.003322 7525.766 6.996572
PEL 0.013527 13315.18 2.771137HS 0.002549 3808.077 4.308702
Sumber: Hasil Pengolahan Data
66
Berdasarkan hasil uji multikolonieritas diatas diketahui bahwa dalam
penelitian ini tidak terjadi multikolonieritas. Hal tersebut terlihat dari nilai nilai
Centered VIF yang menunjukkan tidak ada nilai yang lebih dari 10 sehingga
dapat dinyatakan bahwa dalam penelitian ini tidak terdapat multikolonieritas.
Hasil ini dapat dilihat pada Lampiran 1 hal 87.
2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk menguji dan mengetahui hubungan antar
variable bebas atau independen (GDP Sektor Industri, jumlah pelanggan listrik,
harga solar) terhadap variable terikat atau dependen (Penjualan listrik Sektor
industri). Dengan menggunakan model regresi linier berganda Ordinary Least
Square (OLS) hasil regresi nantinya akan dilakukan pengujian signifikansi yang
meliputi Uji-t, Uji-F, dan Determinasi R2. Pengolahan data dilakukan
menggunakan eviews8 sebagai alat pengujiannya. Hasil estimasi dari model
adalah sebagai berikut.
Tabel 4.5
Hasil Regresi Metode Ordinary Least Square (OLS)
Dependent Variable: PLMethod: Least SquaresDate: 06/18/19 Time: 20:57Sample: 2003 2017Included observations: 15
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 13.40278 0.876517 15.29095 0.0000GDPIND 0.363138 0.057640 6.300137 0.0001
PEL 0.335017 0.116304 2.880532 0.0150HS -0.049194 0.050485 -0.974428 0.3508
R-squared 0.970360 Mean dependent var 22.37674Adjusted R-squared 0.962277 S.D. dependent var 0.218616S.E. of regression 0.042461 Akaike info criterion -3.257299Sum squared resid 0.019832 Schwarz criterion -3.068486Log likelihood 28.42974 Hannan-Quinn criter. -3.259311F-statistic 120.0417 Durbin-Watson stat 1.022612Prob(F-statistic) 0.000000
67
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Dilihat dari table hasil regresi diatas maka persamaan regresi yang dibentuk
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Hasil diatas dapat dilihat pada
Lampiran 1 Hal 88.
Persamaan regresi yang dibentuk dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Permintaan Listrik = 13,40278 + 0,363138GDPIND + 0,335017PEL -
0,049194HS + e
a. Koefisien Determinasi R2
Uji ini untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variable bebas
menjelaskan variable terikat.
Berdasarkan hasil regresi data, diperoleh hasil koefisien determinasi sebagai
berikut:
Tabel 4.6Hasil Uji Koefisien Determinasi R2
R-squared 0.970360Adjusted R-squared 0.962277
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Table diatas menunjukkan nilai Adjusted R-square sebesar 0,962277 yang
berarti variable bebas dapat menjelaskan variable terikat sebesar 96,22%
sementara sisanya dijelaskan oleh variable lain yang tidak terdapat dalam
penelitian ini.
b. Uji-F
Uji-F atau disebut juga uji simultan digunakan untuk mengetahui pengaruh
signifikansi semua variable bebas terhadap variable terikat secara bersama-sama.
Penentuan pengaruh signifikansi dapat dilihat dengan membandingkan nilai
68
probabilitas F-Statistik dengan tingkat signifikansi α = 5%. Uji-F juga dapat
digunakan untuk membuktikan hipotesis yang telah dibuat. Adapun hipotesis
tersebut adalah sebagai berikut:
H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh GDP Sektor Industri, Jumlah pelanggan
listrik, dan Harga Solar secara simultan terhadap permintaan listrik
sektor industri di Indonesia tahun 2003-2017.
H1 : Diduga terdapat pengaruh GDP Sektor Industri, Jumlah pelanggan listrik,
dan Harga Solar secara simultan terhadap permintaan listrik sektor
industri di Indonesia tahun 2003-2017.
Berdasarkan hasil regresi data, diperoleh hasil Uji-t sebagai berikut:
Tabel 4.7
Hasil Uji-F
F-statistic 120.0417Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Table diatas menunjukkan nilai probabilitas F-Statistik sebesar 0,000000
dimana nilai tersebut lebih kecil dibandingkan tingkat signifikansi α = 5%
(0,000000 < 0,05) sehingga dapat dinyatakan tolak H0 yang berarti terdapat
pengaruh antara GDP Sektor industri, jumlah pelanggan listrik, dan Harga Solar
secara bersama-sama terhadap permintaan listrik sektor industri di Indonesia
tahun 2003-2017.
c. Uji-t
Uji-t atau disebut juga uji parsial digunakan untuk mengetahui pengaruh
signifikansi variable bebas terhadap variable terikat. Penentuan pengaruh
signifikansi dapat dilihat dari nilai probabilitas masing-masing variable
dibandingkan dengan tingkat signifikansi α = 5%. Uji-t juga dapat digunakan
69
untuk membuktikan hipotesis yang telah dibuat. Adapun hipotesis tersebut
adalah sebagai berikut:
1. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh GDP Sektor Industri secara parsial
terhadap permintaan listrik sektor industri di Indonesia tahun 2003-
2017
H1: Diduga terdapat pengaruh GDP Sektor Industri secara parsial terhadap
permintaan listrik sektor industri di Indonesia tahun 2003-2017
2. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh jumlah pelanggan listrik secara parsial
terhadap permintaan listrik sektor industri di Indonesia tahun 2003-
2017
H1 : Diduga terdapat pengaruh jumlah pelanggan listrik secara parsial
terhadap permintaan listrik sektor industri di Indonesia tahun 2003-
2017
3. H0 : Diduga tidak terdapat pengaruh Harga Solar secara parsial terhadap
permintaan listrik sektor industri di Indonesia tahun 2003-2017
H1 : Diduga terdapat pengaruh Harga Solar secara parsial terhadap
permintaan listrik sektor industri di Indonesia tahun 2003-2017
Berdasarkan hasil regresi data, diperoleh hasil Uji-t sebagai berikut:
Tabel 4.8
Hasil Uji-t
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 13.40278 0.876517 15.29095 0.0000GDPIND 0.363138 0.057640 6.300137 0.0001
PEL 0.335017 0.116304 2.880532 0.0150HS -0.049194 0.050485 -0.974428 0.3508
Sumber: Hasil Pengolahan Data
70
Table diatas menunjukkan nilai probabilitas dari masing-masing variable
bebas, sehingga hipotesis dapat dibuktikan dengan hasil sebagai berikut:
1. Variable GDP Sektor industri memiliki nilai probabilitas sebesar 0,0001
dimana nilai tersebut lebih kecil dibandingkan tingkat signifikansi α = 5%
(0,0001 < 0,05) sehingga dapat dinyatakan tolak H0 yang berarti terdapat
pengaruh antara GDP Sektor Industri terhadap permintaan listrik sektor industri
di Indonesia tahun 2003-2017.
2. Variable Jumlah Pelanggan listrik Industri memiliki nilai probabilitas
sebesar 0,0150 dimana nilai tersebut lebih kecil dibandingkan tingkat signifikansi
α = 5% ( 0,0150 < 0,05) sehingga dapat dinyatakan tolak H0 yang berarti terdapat
pengaruh antara jumlah pelanggan listrik terhadap permintaan listrik sektor
industri di Indonesia tahun 2003-2017.
3. Variable Harga Solar memiliki nilai probabilitas sebesar 0,3508 dimana
nilai tersebut lebih besar dibandingkan tingkat signifikansi α = 5% ( 0,3508 >
0,05) sehingga dapat dinyatakan terima H0 yang berarti tidak terdapat pengaruh
antara Harga solar terhadap permintaan listrik sektor industri di Indonesia tahun
2003-2017.
B. Pembahasan1. Analisis Ekonomi PDB Sektor Industri Terhadap Permintaan listrik Sektor
Industri
Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu indicator perekonomian
nasional. PDB menciptakan nilai tambah pada satu waktu tertentu. PDB juga
merupakan nilai akhir dari keseluruhan barang dan jasa yang dihasilkan oleh
semua sub sektor ekonomi dalam suatu Negara. PDB mengukur pertumbuhan
ekonomi suatu Negara. Semakin tinggi PDB suatu Negara maka akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang sesuai target.
71
Sektor Industri merupakan sektor yang memberikan kontribusi yang besar
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Semakin tinggi pendapatan di sektor
industri maka akan mendorong pertumbuhan PDB industri. Peningkatan
pendapatan sektor industri ini juga berpengaruh terhadap permintaan listrik di
sektor industri. Hal ini terjadi karena kebutuhan sektor industri yang tinggi
karena merupakan sektor yang berkontribusi besar dalam meningkatkan PDB
Sektor industri Indonesia. Semakin tingginya kebutuhan sektor industri yang
terus meningkat setiap tahunnya, maka membutuhkan permintaan listrik yang
tinggi, seperti untuk kebutuhan mesin industri dan teknologi yang membutuhkan
listrik sehingga membantu meningkatkan laju pertumbuhan sektor industri.
Dalam penelitian ini, PDB Sektor Industri memiliki pengaruh yang positif
dengan koefisien 0,363138 dan signifikan dengan probabilitas 0,0001 pada α=
5%. Sehingga, saat PDB Sektor Industri mengalami kenaikan maka permintaan
akan listrik di sektor industry akan naik. Menurut Penulis, hal ini terjadi karena
saat PDB Sektor industri naik, maka kebutuhan energi listrik di sektor industry
semakin tinggi. Menurut Yeni Rachmawati (2007) kenaikan pendapatan pada
sektor industri mencerminkan adanya kenaikan jumlah output yang diminta,
sehingga membutuhkan permintaan listrik yang tinggi untuk berproduksi.
Laju pertumbuhan ekonomi di suatu Negara tidak bisa dipisahkan dari energi
listrik karena memiliki hubungan yang sangat bergantung satu sama lain.
Menurut Mustika (2016) terdapat hubungan kausalitas dua arah antara
pertumbuhan ekonomi dengan konsumsi energi fosil dan listrik. karena semakin
tinggi pertumbuhan ekonomi yang dicapai maka semakin tinggi pula tingkat
kebutuhan energi listrik. Daya beli listrik yang tinggi di sektor industri hal ini
menunjukkan pertumbuhan kebutuhan energi listrik meningkat setiap tahunnya.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Iva Prasetyo Kusumaning Ayu (2010) dengan judul “ Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Permintaan Listrik pada Sektor Industri di Indonesia”. Dari
72
penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa variabel PDRB sektor industri dengan
permintaan listrik sektor industri berpengaruh positif dan signifikan.
2. Analisis Ekonomi Jumlah pelanggan listrik Industri Terhadap Permintaan
listrik Sektor industri
Kontribusi Sektor industri terhadap PDB sektor industri paling besar karena
sektor ini merupakan sektor yang paling mendorong peningkatan pertumbuhan
ekonomi. Dengan tingginya kontribusi sektor industri dalam pertumbuhan
ekonomi, maka akan mempengaruhi jumlah pertumbuhan energi listrik yang
dibutuhkan di sektor industri. Kebutuhan energi listrik ini akan berpengaruh
dengan jumlah pelanggan listrik.
Jumlah pelanggan merupakan faktor yang sangat penting untuk menentukan
permintaan energi listrik. Karena dengan tingginya pertumbuhan pelanggan maka
akan diperkirakan meningkatkan jumlah permintaan listrik. Sehingga muncul
adanya hubungan korelasi antara pertumbuhan jumlah pelanggan dengan
permintaan listrik. Pelanggan listrik PLN diklasifikasikan menjadi 4 golongan
pelangga, yaitu: sektor rumah tangga, industri, komersial dan public.
Dalam Penelitian ini, jumlah pelanggan listrik memiliki pengaruh yang positif
dengan koefisien 0,335017 dan signifikansi dengan probabilitas 0,0150 pada α=
5%. Sehingga saat Jumlah Pelanggan listrik mengalami kenaikan maka
permintaan akan listrik di sektor industri akan naik. Menurut penulis, hal ini
terjadi karena saat jumlah pelanggan listrik di sektor industri naik, maka
menandakan kebutuhan energi listrik di sektor industri semakin tinggi. Menurut
Aminullah Assagaf (2010) Permintaan tenaga listrik konsumen sektor konsumtif
meningkat mengikuti pertambahan jumlah pelanggan. Jumlah pelanggan listrik
industri ini mencakup tariff (I1,I2,I3 dan I4). Semakin tinggi perkembangan
energi listrik sektor industri maka akan semakin banyaknya jumlah pelanggan
listrik pada sektor industri. Hal ini terjadi karena semakin tingginya jumlah
73
pelanggan listrik sektor industri, maka menunjukkan kebutuhan konsumsi energi
listrik sektor industri mengalami peningkatan setiap tahunnya. Menurut Iva
Prasetyo (2010) jumlah pelanggan terbesar sektor industri adalah industri kecil
dan menengah (I1 dan I2). Semakin tingginya pertumbuhan konsumsi listrik
pelanggan industri maka kebutuhan energi listrik akan selalu terpenuhi.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Iis Minarti (2008) dengan judul “Pengaruh Pertumbuhan Sektor Industri
Terhadap Pertumbuhan Permintaan Listrik”. Dari penelitian tersebut diperoleh
hasil bahwa variabel jumlah pelanggan listrik sektor industri berpengaruh positif
dan signifikan terhadap permintaan listrik. Namun berbeda menurut Hasil
Penelitian dari FX Hengki (2010) dengan judul “Analisis Permintaan dan
Efisiensi Energi Listrik di Indonesia”. Dari hasil penelitian tersebut, koefisien
jumlah pelanggan listrik sektor industri secara individual tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap jumlah permintaan energi listrik pada sektor industri.
Hal ini terjadi karena, banyaknya industri-industri yang bertindak sebagai captive
power murni dimana perusahaan menggunakan pembangkit listrik secara mandiri
sebagai sumber tenaga utama dalam proses produksi.
3. Analisis Ekonomi Harga Solar Terhadap Permintaan Listrik Sektor Industri
Pemenuhan kebutuhan energi listik harus diawasi agar penyediaan energi
listrik dapat tersedia dalam jumlah dan harga yang cukup. Harga solar pada
dasarnya merupakan barang substitusi yang digunakan oleh Sektor Industri
sebagai bahan bakar untuk menjalankan kegiatan produksi. Hal ini dilakukan,
jika listrik dari PLN padam atau habis, bisa digantikan dengan bahan bakar lain
seperti Minyak Solar. Dimasa yang akan datang energi listrik dari PLN akan
mengalami penyusutan, oleh karena itu Sektor industri membutuhkan cadangan
energi yang bisa menghasilkan energi listrik. Dengan menggunakan generator
untuk menambah daya listrik maka akan menghasilkan solar. Oleh karena itu,
solar dan listrik bisa digunakan secara bersamaan karena sama-sama
menjalankan proses produksi.
74
Harga disini, memberikan nilai financial pada barang atau jasa. Selain itu,
harga juga memiliki peran yang besar dalam meningkatkan laju pertumbuhan
ekonomi suatu Negara. Harga mempengaruhi pergeseran kurva permintaan. Hal
ini sama pada saat harga barang tinggi maka akan menurunkan permintaan akan
barang tersebut dan digantikan dengan barang yang lain. Harga barang lain bisa
disebut sebagai barang substitusi. Namun dua barang harus saling memiliki
keterkaitan. Factor-faktor yang mempengaruhi permintaan listrik di sektor
industri selain pendapatan, jumlah pelanggan, harga listrik, juga ada harga solar
sebagai barang substitusi listrik. Golongan pelanggan industri manufaktur
menggunakan genset yang berbahan bakar minyak solar untuk membangkitkan
energi listrik.
Dalam penelitian ini, harga solar memiliki pengaruh negatif dengan koefisien
-0,049194 dan tidak signifikan dengan probabilitas 0,3508 pada α= 5%. Artinya,
Harga Solar tidak memiliki pengaruh terhadap permintaan listrik sektor industri
di Indonesia. Menurut penulis, hal ini terjadi karena, semakin tinggi harga
minyak solar maka akan menurunkan kebutuhan permintaan listrik sektor
indiustri di Indonesia. Hal ini dapat dikatakan bahwa jumlah permintaan listrik
sektor industri tidak terlalu berpengaruh oleh perubahan harga minyak solar.
Pada dasarnya minyak solar merupakan barang substitusi yang digunakan Sektor
industri sebagai bahan bakar dalam menjalankan kegiatan produksi sebagai
pengganti listrik dari PLN jika listrik dari PLN padam sehingga tidak terlalu
berpengaruh dalam meningkatkan permintaan listrik sektor industri di Indonesia.
Hasil Penelitian ini didukung oleh Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Rona Yugustya (2006) “ Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Permintaan
Listrik pada Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) di Indonesia”. Dari
penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa Harga solar berpengaruh negatif
terhadap permintaan listrik pada industri Tektil dan Produk Tekstil.
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dibahas sebelumnya,
penulis memperoleh kesimpulsn yang dapat diambil dari penelitian mengenai
Analisis Pengaruh PDB Sektor Industri, Jumlah Pelanggan Listrik Industri, dan
Harga Solar Terhadap Permintaan Listrik Sektor industri Di Indonesia Periode
2003-2017, sebagai berikut:
a. PDB Sektor Industri (GDPIND) memiliki korelasi positif dengan koefisien
0,363138 dan signifikan dengan nilai probabilitas 0,0001 (pada tingkat
α = 5%) terhadap permintaan listrik sektor industri di Indonesia. Artinya
ketika GDP naik 1 persen maka permintaan listrik sektor industri akan
meningkat sebesar 0,36 %.
b. Jumlah Pelanggan Listrik (PEL) memiliki korelasi positif dengan koefisien
0,335017 dan signifikan dengan nilai probabilitas 0,0150 (pada tingkat
α = 5%) terhadap permintaan listrik sektor industri di Indonesia. Artinya
ketika Jumlah Pelanggan listrik naik 1 persen maka permintaan listrik
sektor industri akan meningkat sebesar 0,33 %.
c. Harga Solar (HS) memiliki korelasi negatif dengan koefisien -0.049194
dan tidak signifikan dengan nilai probabilitas 0,3508 (pada tingkat α = 5%)
terhadap permintaan listrik sektor industri di Indonesia. Artinya ketika
harga solar naik 1 persen maka permintaan listrik sektor industri akan
menurun sebesar -0.04 %.
d. PDB Sektor Industri, Jumlah Pelanggan Listrik dan Harga Solar secara
simultan memiliki pengaruh signifikan terhadap permintaan listrik sektor
industri di Indonesia dengan probabilitas sebesar 0,000000. Artinya secara
keseluruhan PDB Sektor Industri, Jumlah Pelanggan Listrik Industri, dan
76
Harga Solar mempengaruhi permintaan listrik sektor industri di Indonesia
pada tingkat α = 5%.
B. Saran1. Bagi Pemerintah di Indonesia
a. Sektor industri merupakan sektor yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi dan barang jadi menjadi barang dengan nilai tambah yang
tinggi untuk mendapatkan keuntungan. Sektor industri merupakan sektor utama
penyumbang PDB di Indonesia. Dengan tingginya permintaan di Sektor industri,
maka dibutuhkan infrastruktur pendukung majunya sektor industri yaitu
ketersediaan energi seperti listrik. Bagi sektor industri, peran pemerintah sangat
penting untuk menyediakan infrastruktur industri seperti energi. Oleh karena itu,
pemerintah dan pemerintah daerah wajib untuk menyediakan energi bagi industri
kecil maupun besar. Selain itu, pemerintah diharapkan membangun basis-basis
energi yang merata untuk meningkatkan kebutuhan sektor industri di Indonesia.
b. Jumlah Pelangga Listrik secara signifikan berpengaruh positif terhadap
permintaan listrik sektor industri. Jika terjadi peningkatan jumlah pelanggan
listrik di sektor industri maka permintaan listrik dari sektor industri akan
mengalami peningkatan. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya penambahan
pembangkit yang baru untuk menyelaraskan permintaan listrik yang akan
semakin tinggi di sektor industri setiap tahunnya.
c. Kebijakan pemerintah dalam bidang energi dalam penggunaan energi bahan bakar
minyak (solar dan minyak tanah) perlu dikurangi karena cadangan energi listrik
dari bbm akan semakin menipis. Oleh karena itu dibutuhkan energi terbarukan
atau energi alternating seperti energi panas bumi, biomassa dan air untuk sektor
industri. Yang membuat energi terbarukan tidak berkembang karena pemerintah
menjadikan energi untuk devisa bukan untuk pembangunan nasional.
77
2. Bagi Peneliti selanjutnya
a. Dengan keterbatasan penulis temui, pada penelitian selanjutnya dapat menambah
variabel-variabel bebas lain diluar variabel dalam penelitian ini, yang
menyangkut faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan listrik sektor
industri di Indonesia.
b. Dapat menambah atau memperbaharui periode waktu yang akan diteliti agar
hasil penelitian dapat menghasilkan peneitian yang relevan.
78
DAFTAR PUSTAKA
A Arif,MN Rianto, E Amalia. 2010. “ Teori Mikroekonomi: suatu perbandingan
ekonomi islam dan ekonomi konvensional”. Jakarta: Kencana.
A. McEachern, William. 2000. Ekonomi Mmakro: Pendekatan Kontemporer. Jakarta
: Salemba Empat.
Alfred dan Douglas. 1979. Teori Ekonomi (Permintaan dan Pengendalian). Edisi
Kesatu. Penerbit Ghalia Indonesis
Amstrong dan Kotler. 1999. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Assagaf, Aminullah. 2009. “Analisis Factor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan
Tenaga Listrik Konsumen Sektor Konsumtif Perusahaan Listrik Negara”.
Universitas Dr. Soetomo Surabaya.
Az. Nasution. 2004. Hukum Perliindungan Konsumen, Suatu Pengantar, DiaditMedia, Jakarta
Badan Pusat Statistik (BPS). 2014.”Produk Domestik Bruto Lapangan
Usaha.”.Jakarta.
https://www.bps.go.id/subject/11/produk-domestik-bruto--lapangan-usaha-
.html. diakses 19 Noember 2018.
Bank Indonesia.2016 http://www.bps.go.id
Boediono. 1998. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu
Ekonomi No. 2 BPFE : Yogyakarta.
79
Cialani, Mortazavi. 2018. “Household and industrial electricity demand in Europe”.
Energy Policy, School of Technology and Business Studies, Dalama
University, Falun, Sweden. Elsevier.
Departemen Perindustrian dan Perdagangan. 2006. Rencana Induk Pengembangan
industri kecil dan menengah.
Dumairy. 1996. perekonomian Indonesia, Jakarta: Erl
Dyah, Mustika,. I. “Analisis Hubungan Kausalitas Pertumbuhan Ekonomi, konsumsi
energi dan emisi CO2 dan peramalan permintaan energi di Indonesia”.
Fakultas Ekonomi, UNDIP.
Ermawati, Tuti. 2009. “Pengaruh kebijakan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Tarif
Dasar Listrik (TDL) terhadap Sektor Industri dan Produk Tekstil (ITPT) di
Jawa barat”. Jurnal Ekonomi Pembangunan, LIPI.
FX.Hengki Parahate. 2010. ”Analisis Permintaan dan Efisisensi Energi Listrik Di
Indonesia”. Program Studi Ilmu ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas
Atma Jaya Yogyakarta.
Gilarso, Dr., T. 2003. Pengantar Ilmu Ekonomi Mikro. Edisi Revisi. Kanisius:
Yogyakarta.
Greenberg, P. 2010. Customer Relationship Management as the speed of light: Fourth
Edition Mc Graw-Hill
Gurajati, N.D. 2003. Basic Econometrics. 4th ed. New York: McGraw-Hill
Companies,Inc.
80
Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia, 2011. Ministry of Energy
and Mineral Resources Republic of Indonesia diakses 18 maret 2018
__________________________,, 2018. Ministry of Energy and Mineral Resources
Republic of Indonesia diakses 18 maret 2018
Kadir, Abdul. 2005. “Energi: sumber daya, inovasi, tenaga listrik, potensi ekonomi”
Edisi Ketiga/Revisi, Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI- Press).
Katili, Nella. 2008.” Analisa Beberapa Faktor yang mempengaruhi Permintaan
Sambungan Listrik Sektor Industri di Jawa Timur “. Jurusan Ekonomi
Pembangunan, Universitas Pembangunan nasional Veteran.
Kementerian Perindustrian. 2011. Peraturan Direktur Jenderal Basis Industri
Mnaufaktur No. 01/BIM/PER/1/2011.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia.
https://www.esdm.go.id di akses 19 Maret 2019
Kim, Sung Hyun. 2001. "Korean Energy Demand in the New Millenium: Outlook and
Policy Imptications, 2000·2005 ", Energy Policy. Elsevier.
Komaruddin. 2004. Analisa Organisasi Manajemen Modern. Edisi Baru, Jakarta:
Penerbit CV. Rajawali.
Kotler, Philip and Keller, Kevin Lane.2013. Manajemen Pemasaran. Jilid 1, Edisi 13
Erlangga.
Kutner, M.H., C.J.Nachtsheim., J. Neter. 2004. Applied Linear Regression Models.
4th ed. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
Lukman, 2015. Ekonomi Mikro. Ciputat : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
81
Mankiw, N. Gregory. 2000. Macro Economics. Worth Publisher, USA
Minarti, Iis, 2008. “ Pengaruh Permintaan Pertumbuhan Sektor Industri Terhadap
Pertumbuhan Permintaan Listrik. Jakarta: FE-UI
Nachrowi, Nachrowi Djalal., Usman, Hardius. 2008. Penggunaan Teknik
Ekonometrik. Ed 1-3. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Nicholson. Walter. 2005. Microeconomic Theory. Basic Principles and Economic.
nineth editions, Thomson, South-western, USA.
Outlook Energi Indonesia 2016. “Pengembangan Energi untuk Mendukung Industri
Hijau”. Pusat Teknologi Sumber Daya Energi dan Industri Kimia, BPPT.
____________________, 2017.”Inisiatif Pengembangan Teknologi Energi Bersih”.
Jakarta: Pusat Teknologi Sumberdaya Energi dan Industri Kimia.
_____________________, 2018. “Energi Berkelanjutan untuk Transportasi Darat”.
Jakarta: Pusat Pengkajian Industri Proses dan Energi.
Otsuka, Akihiro. 2015. Demand for Industrial and Commercial electricity: evidence
from Japan”. Journal of Economic Structures, Central Research Institute of
Electric Power Industry, Tokyo, Japan. CrossMark.
Pindyck, Robert S. and Rubinfeld, Daniel L. 2001. Microeconomics. New York:
Prentice Hall hlm 19
Prasetyo, Iva. 2010. “Fator-faktor yang mempengaruhi Permintaan Listirk pada
sektor Industri di Indonesia”. Depok: Fakultas Ekonomi Progran
Perencanaan dan Kebijakan Publik. Universitas Indonesia.
Putong, I. 2003. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Edisi 2. Ghalia Indonesia,
Jakarta.
82
Rachmawati, Yeni. 2007. “Analisis Permintaan Listrik Pelanggan Rumah tangga,
Industri dan Komersial di Indonesia” Bandung: Magister Ekonomi
Pembangunan dan Perencanaan Universitas Padjadjaran.
Rahardja, Pratama dan Manurung, Mandala. 2008. Pengantar Ilmu ekonomi. Jakarta:
Lembaga Penerbit FE Uuniversitas Indonesia hal 24
Republika, 2019. “Kebutuhan Energi Sektor Industri Dongkrak Penjualan Listrik”.
Https://republika.co.id/berita/pn3wqq423/kebutuhan-energi-sektor-industri-
dongkrak-penjualan-listrik diakses 24 Desember 2018.
Samuelson Paul A & Norclhaus, 1995. Makro ekonomi. IKAPI: Jakarta
_____________________, 1998. Economic, Irwin-Mc Graw Hill, New York.
Siahaan. 1996. Pola Pengembangan Industri. Jakarta: Departemen Perindustrian.
Statistik Ketenagalistrikan. 2017. Statistik Ketenagalistrikan dan energi” Direktorat
Jenderal Ketenagalistriakan. www.esdm.go.id diakses 20 november 2018
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Cet. Ke
8 Hlm 137
Sugiyono,Agus. 2017. “Analisis Spasial dari Pola Kebutuhan Listrik di Provinsi
Banten”. Pusat Teknologi Sumber Daya Energi dan Industri Kimia (PT
SEIK).
Sukirno, Sadono. 1982. Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Jakarta : Lembaga
Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial.
________________ , 1995. Pengantar Teori Ekonomi Mikro. Edisi kedua, Jakarta :
PT. Karya Grafindo Persada.
________________, 2004. Pengantar Teori Mikroekonomi. Edisi Ketiga. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
83
Sulasno . 2009.Teknik Konversi Energi LIstrik dan Sistem Pengaturan. Edisi
Pertama, Yogyakarta : Graha Ilmu.
Tjiptono, F. 2012. Pemasaran Strategik. Yogyakarta: ANDI
Undang-Undang No.3 tahun 2014 tentang Perindustrian
Veromita, Aminata ,J. 2019. “Analisis Permintaan Listrik di Jawa Tengah tahun
2014-2016”. Fakultas Ekonomi dan Bisnis,UNDIP.
Widarjono, A. 2007. Ekonometrika: Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis.
Edisi Kedua. Yogyakarta: Ekonisia Fakultas Ekonomi Universitas Islam
Indonesia.
Yugusya, Rona. 2006.” Analisis factor -faktor yang mempengaruhi Perminaaan
LIstrik Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) di Indonesia”. Fakultas Ekonomi
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
84
LAMPIRANLampiran 1 : Hasil Estimasi Data Time Series
A. Uji Normalitas
0
1
2
3
4
5
6
-0.10 -0.05 0.00 0.05
S eries : R es idualsS am ple 2003 2017O bs ervations 15
Mean -3.38e-15Median -0.005742Maxim um 0.057980Minim um -0.089486S td. D ev. 0.037637S kew nes s -0.537647K urtos is 3.256075
Jarque-B era 0.763645P robability 0.682616
85
B. Uji HeterokedastisitasUji Breusch Pagan Godfrey
Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey
F-statistic 0.483740 Prob. F(3,11) 0.7003Obs*R-squared 1.748287 Prob. Chi-Square(3) 0.6263Scaled explainedSS 1.060570 Prob. Chi-Square(3) 0.7866
Test Equation:Dependent Variable: RESID^2Method: Least SquaresDate: 06/18/19 Time: 20:42Sample: 2003 2017Included observations: 15
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.049525 0.044995 1.100687 0.2945GDPIND 0.002102 0.002959 0.710439 0.4922
PEL -0.007156 0.005970 -1.198560 0.2559HS -0.000377 0.002592 -0.145351 0.8871
R-squared 0.116552 Mean dependent var 0.001322Adjusted R-squared -0.124388 S.D. dependent var 0.002056S.E. of regression 0.002180 Akaike info criterion -9.196106Sum squared resid 5.23E-05 Schwarz criterion -9.007292Log likelihood 72.97079 Hannan-Quinn criter. -9.198117F-statistic 0.483740 Durbin-Watson stat 2.510538Prob(F-statistic) 0.700330
86
C. Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 2.525077 Prob. F(2,9) 0.1347Obs*R-squared 5.391564 Prob. Chi-Square(2) 0.0675
Test Equation:Dependent Variable: RESIDMethod: Least SquaresDate: 06/18/19 Time: 22:26Sample: 2003 2017Included observations: 15Presample missing value lagged residuals set to zero.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.030709 0.842287 0.036459 0.9717GDPIND -0.004943 0.058109 -0.085068 0.9341
PEL 0.000117 0.110439 0.001058 0.9992HS 0.003660 0.051809 0.070645 0.9452
RESID(-1) 0.685888 0.312500 2.194840 0.0558RESID(-2) -0.444685 0.350470 -1.268823 0.2363
R-squared 0.359438 Mean dependent var -3.38E-15Adjusted R-squared 0.003570 S.D. dependent var 0.037637S.E. ofregression 0.037570 Akaike info criterion -3.436041Sum squaredresid 0.012704 Schwarz criterion -3.152821Log likelihood 31.77031 Hannan-Quinn criter. -3.439058F-statistic 1.010031 Durbin-Watson stat 2.247573Prob(F-statistic) 0.464673
87
D. Uji Multikolineritas
Variance Inflation FactorsDate: 06/18/19 Time: 22:40Sample: 2003 2017Included observations: 15
Coefficient Uncentered CenteredVariable Variance VIF VIF
C 0.768282 6392.028 NAGDPIND 0.003322 7525.766 6.996572
PEL 0.013527 13315.18 2.771137HS 0.002549 3808.077 4.308702
88
E. Uji Hipotesis
Dependent Variable: PLMethod: Least SquaresDate: 06/18/19 Time: 20:57Sample: 2003 2017Included observations: 15
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 13.40278 0.876517 15.29095 0.0000GDPIND 0.363138 0.057640 6.300137 0.0001
PEL 0.335017 0.116304 2.880532 0.0150HS -0.049194 0.050485 -0.974428 0.3508
R-squared 0.970360 Mean dependent var 22.37674Adjusted R-squared 0.962277 S.D. dependent var 0.218616S.E. of regression 0.042461 Akaike info criterion -3.257299Sum squared resid 0.019832 Schwarz criterion -3.068486Log likelihood 28.42974 Hannan-Quinn criter. -3.259311F-statistic 120.0417 Durbin-Watson stat 1.022612Prob(F-statistic) 0.000000
89
Lampiran 2 : Data Penelitian
Tahun PDB Sektor
Industri
(GDPIND)
Jumlah
Pelanggan
(PEL)
Harga
Solar (HS)
Permintaan
Listrik (PL)
PDB Sektor
Industri
(GDPIND)
Jumlah
Pelanggan
(PEL)
Harga Solar
(HS)
Permintaan
Listrik (PL)
2003 568.920.3 46.818 260,228 36.497.254,23 15.55408073 10.75402302 12.46931345 22.01791778
2004 644.342.6 46.520 254,351 38.588.290,00 15.67857094 10.74763761 12.44647048 22.07362961
2005 760.361.3 46.476 406,962 42.448.356,40 15.84413409 10.74669133 12.91647509 22.16896894
2006 919.539.3 46.494 662,854 43.615.450,00 16.03421316 10.74707855 13.40431003 22.19609186
2007 1.068.653.9 46.818 662,854 45.802.510,00 16.18449547 10.75402302 13.40431003 22.24501964
2008 1.376.441.7 47.536 766,264 47.968.851,30 16.43759734 10.7692426 13.54928204 22.29123261
2009 1.477.541.5 47.900 739,930 46.204.213,82 16.50847521 10.77687078 13.51431087 22.25375175
2010 1.599.073.1 48.675 693,684 50.985.195,12 16.5875198 10.79292083 13.4497718 22.35221604
2011 1.806.140.5 50.365 693,684 54.725.821,64 16.7092879 10.82705177 13.4497718 22.4230164
2012 1.972.523.6 52.661 693,684 60.175.960,38 16.79740939 10.87163042 13.4497718 22.51795369
90
2013 2.152.802.8 55.546 770,760 64.381.395,29 16.88486627 10.92496679 13.55513232 22.58550544
2014 2.394.004.9 58.350 770,760 65.908.675,67 16.9910633 10.97421464 13.55513232 22.60895083
2015 2.418.891.7 63.314 1,338,503 64.079.390,00 17.00140511 11.05586175 14.10706238 22.58080353
2016 2.545.203.6 69.629 1,256,340 68.145.320,00 17.0523063 11.15093643 14.04371329 22.64232323
2017 2.739.711.9 76.816 793,883 71.744.130,00 17.12594842 11.24916823 13.58469137 22.69378678