14
1 ANALISIS PENGARUH MATA KULIAH PENGANTAR TECHNOPRENEURSHIP/ KEWIRAUSAHAAN TERHADAP PERILAKU ENTREPRENEURSHIP MAHASISWA ITS 1 Tety Dewi Novita Sari (1306 100 041) dan 2 Dwi Endah Kusrini, S.Si, M.Si 1 Mahasiswa Jurusan Statistika ITS, 2 Dosen Jurusan Statistika ITS 1 [email protected] , 2 [email protected] Abstrak Pendidikan entrepreneurship semakin berkembang beberapa tahun terakhir. Hal ini terlihat dari banyaknya perguruan tinggi yang telah menjadikan mata kuliah kewirausahaan sebagai mata kuliah wajib yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) merupakan salah satu perguruan tinggi negeri yang turut berperan dalam menyiapkan lulusan yang mampu menciptakan lapangan kerja sendiri. Ingin dikaji lebih dalam mengenai pengaruh perkembangan pendidikan kewirausahaan yang dulu hanya di jadikan mata kuliah pilihan dan sekarang menjadi mata kuliah wajib, terhadap perilaku entrepreneurship mahasiswa ITS yang telah mengambil dan lulus mata kuliah tersebut. Dengan menggunakan Model Persamaan Struktural, maka diperoleh hasil bahwa yang berpengaruh signifikan terhadap perilaku entrepreneurship mahasiswa ITS (kognitif, afektif, dan psikomotor) adalah pemberian materi kuliah. Sedangkan sistem pembelajaran yang diterapkan meliputi dosen pengajar,evaluasi belajar dan fasilitas belajar berpengaruh signifikan namun bernilai negatif. Kata Kunci : Model Persamaan Struktural, Kognitif, Afektif, Psikomotor, Materi dan Sistem Pembelajaran. 1. PENDAHULUAN Pendidikan entrepreneurship semakin berkembang beberapa tahun terakhir. Mulai dari jenjang pendidikan sekolah dasar hingga jenjang pendidikan yang paling tinggi. Hal ini terlihat dari banyaknya perguruan tinggi yang telah menjadikan mata kuliah kewirausahaan sebagai mata kuliah wajib yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa. Adanya dukungan dari Departemen Pendidikan Nasional dengan mengembangkan berbagai kebijakan dan program untuk mendukung terciptanya lulusan perguruan tinggi yang lebih siap bekerja dan menciptakan pekerjaan. Dukungan ini terutama berupa hal yang terkait dengan pendanaan. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) merupakan salah satu perguruan tinggi negeri yang turut berperan dalam menyiapkan lulusan yang mampu menciptakan lapangan kerja sen- diri. Pendidikan yang berkaitan dengan entrepreneurship ini sudah diterapkan pada kurikulum lama dan dijadikan salah satu mata kuliah pilihan yaitu mata kuliah Kewirausahaan, namun sekarang dengan adanya perubahan kurikulum yang baru mata kuliah ini menjadi mata kuliah wajib yaitu Pengantar Technopreneurship. Tujuan dari kebijakan ini adalah agar setiap mahasiswa ITS mem- punyai pengetahuan yang lebih luas tentang entrepreneur dan mampu menjadi entrepreneur yang berbasis teknologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari matakuliah yang telah diajarkan dengan perubahan perilaku entrepreneurship mahasiswa yang meliputi Kognitif, Afektif dan Psikomotor. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Persamaan Struktural karena variabel yang digunakan adalah variabel konstruk dimana variabelnya tidak dapat diukur secara langsung tapi melalui beberapa indikator. 2. TINJAUAN PUSTAKA Structural Equation Modeling (SEM) Model Persamaan Struktural adalah salah satu bagian dari analisis multivariate yang berupa persamaan linier dari variabel yang memiliki hubungan sebab akibat (Johnson and Wichern, 1998). Dalam Model Persamaan Struktural memungkinkan peneliti untuk menguji hubungan antara variabel yang kompleks untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai keseluruhan model (Bagozi dan Fornell dalam Ghozali dan Fuad, 2005). Variabel Laten dan Variabel Observasi Variabel laten atau sering disebut variabel konstruk adalah variabel yang tidak bisa diukur secara langsung dan memerlukan beberapa indikator atau proksi untuk mengukurnya (Ghozali dan

ANALISIS PENGARUH MATA KULIAH PENGANTAR … · 1 ANALISIS PENGARUH MATA KULIAH PENGANTAR TECHNOPRENEURSHIP/ KEWIRAUSAHAAN TERHADAP PERILAKU ENTREPRENEURSHIP MAHASISWA ITS 1Tety Dewi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PENGARUH MATA KULIAH PENGANTAR … · 1 ANALISIS PENGARUH MATA KULIAH PENGANTAR TECHNOPRENEURSHIP/ KEWIRAUSAHAAN TERHADAP PERILAKU ENTREPRENEURSHIP MAHASISWA ITS 1Tety Dewi

1

ANALISIS PENGARUH MATA KULIAH PENGANTAR TECHNOPRENEURSHIP/

KEWIRAUSAHAAN TERHADAP PERILAKU ENTREPRENEURSHIP MAHASISWA ITS

1Tety Dewi Novita Sari (1306 100 041) dan 2 Dwi Endah Kusrini, S.Si, M.Si

1Mahasiswa Jurusan Statistika ITS, 2Dosen Jurusan Statistika ITS [email protected] ,[email protected]

Abstrak Pendidikan entrepreneurship semakin berkembang beberapa tahun terakhir. Hal ini terlihat

dari banyaknya perguruan tinggi yang telah menjadikan mata kuliah kewirausahaan sebagai mata

kuliah wajib yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) merupakan salah satu perguruan tinggi negeri yang turut berperan dalam

menyiapkan lulusan yang mampu menciptakan lapangan kerja sendiri. Ingin dikaji lebih dalam

mengenai pengaruh perkembangan pendidikan kewirausahaan yang dulu hanya di jadikan mata kuliah pilihan dan sekarang menjadi mata kuliah wajib, terhadap perilaku entrepreneurship

mahasiswa ITS yang telah mengambil dan lulus mata kuliah tersebut. Dengan menggunakan Model

Persamaan Struktural, maka diperoleh hasil bahwa yang berpengaruh signifikan terhadap perilaku

entrepreneurship mahasiswa ITS (kognitif, afektif, dan psikomotor) adalah pemberian materi kuliah. Sedangkan sistem pembelajaran yang diterapkan meliputi dosen pengajar,evaluasi belajar dan

fasilitas belajar berpengaruh signifikan namun bernilai negatif.

Kata Kunci : Model Persamaan Struktural, Kognitif, Afektif, Psikomotor, Materi dan Sistem

Pembelajaran.

1. PENDAHULUAN Pendidikan entrepreneurship semakin berkembang beberapa tahun terakhir. Mulai dari jenjang

pendidikan sekolah dasar hingga jenjang pendidikan yang paling tinggi. Hal ini terlihat dari

banyaknya perguruan tinggi yang telah menjadikan mata kuliah kewirausahaan sebagai mata kuliah wajib yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa. Adanya dukungan dari Departemen Pendidikan

Nasional dengan mengembangkan berbagai kebijakan dan program untuk mendukung terciptanya

lulusan perguruan tinggi yang lebih siap bekerja dan menciptakan pekerjaan. Dukungan ini terutama berupa hal yang terkait dengan pendanaan.

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) merupakan salah satu perguruan tinggi

negeri yang turut berperan dalam menyiapkan lulusan yang mampu menciptakan lapangan kerja sen-

diri. Pendidikan yang berkaitan dengan entrepreneurship ini sudah diterapkan pada kurikulum lama dan dijadikan salah satu mata kuliah pilihan yaitu mata kuliah Kewirausahaan, namun sekarang

dengan adanya perubahan kurikulum yang baru mata kuliah ini menjadi mata kuliah wajib yaitu

Pengantar Technopreneurship. Tujuan dari kebijakan ini adalah agar setiap mahasiswa ITS mem-punyai pengetahuan yang lebih luas tentang entrepreneur dan mampu menjadi entrepreneur yang

berbasis teknologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari matakuliah yang telah

diajarkan dengan perubahan perilaku entrepreneurship mahasiswa yang meliputi Kognitif, Afektif dan Psikomotor. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Persamaan Struktural

karena variabel yang digunakan adalah variabel konstruk dimana variabelnya tidak dapat diukur

secara langsung tapi melalui beberapa indikator.

2. TINJAUAN PUSTAKA

Structural Equation Modeling (SEM) Model Persamaan Struktural adalah salah satu bagian dari analisis multivariate yang berupa persamaan linier dari variabel yang memiliki hubungan sebab akibat (Johnson and Wichern, 1998).

Dalam Model Persamaan Struktural memungkinkan peneliti untuk menguji hubungan antara variabel

yang kompleks untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai keseluruhan model (Bagozi dan

Fornell dalam Ghozali dan Fuad, 2005).

Variabel Laten dan Variabel Observasi

Variabel laten atau sering disebut variabel konstruk adalah variabel yang tidak bisa diukur

secara langsung dan memerlukan beberapa indikator atau proksi untuk mengukurnya (Ghozali dan

Page 2: ANALISIS PENGARUH MATA KULIAH PENGANTAR … · 1 ANALISIS PENGARUH MATA KULIAH PENGANTAR TECHNOPRENEURSHIP/ KEWIRAUSAHAAN TERHADAP PERILAKU ENTREPRENEURSHIP MAHASISWA ITS 1Tety Dewi

2

Fuad, 2005). Variabel observasi atau juga disebut manifest variable adalah variabel yang

pengukurannya dilakukan secara langsung berupa item-item pertanyaan dalam kuisioner. Variabel observasi digunakan sebagai indikator dari variabel laten.

Model Struktural

Model umum persamaan struktural dapat dituliskan dalam persamaan matrik berikut (Johnson

and Wichern, 1998).

)1()1()()1()()1( mxnxmxnmxmxmmx B (2.1)

dimana : = Variabel laten endogen

B = Koefisien pengaruh variabel laten endogen

= Koefisien pengaruh variabel laten eksogen

= Vaiabel laten eksogen

= Error model struktural

m = Banyaknya variabel laten endogen

n = Banyaknya variabel laten eksogen

Model Pengukuran

Model pengukuran adalah hubungan antara variabel indikator (observasi) dengan variabel

konstruk (variabel laten). Hubungan ini dinyatakan dengan faktor loading (𝜆) yang menunjukkan besar korelasi antara indikator dengan variabel laten yang dijelaskannya. Hasil pengujian dengan uji t,

bila signifikan berarti indikator tersebut valid.

Bentuk persamaan model satu faktor tersebut adalah sebagai berikut :

x1 = 1 + 1

x2 = 2 + 2 ⋮

xp = p + p

Dalam bentuk matriks dapat dituliskan X = ΛXξ + δ

Dimana :

x1, x2, …, xp adalah variabel indikator dari variabel laten eksogen ( )

p ,...,, 21 adalah loading factor dari model

p ,...,, 21 adalah error untuk tiap persamaan.

Asumsi dalam SEM

1. Data berdistribusi Normal Multivariat

Asumsi ini dihitung menggunakan jarak yang diperoleh dari perhitungan sebagai berikut :

Dimana : = jarak kuadrat pada setiap pengamatan

= vektor data pengamatan

= vektor nilai rata-rata

= matriks varian kovarian data

Data dikatakan mengikuti distribusi normal multivariat bila lebih dari 50% nilai >2

(Johnson and Wichern, 1998). Untuk mempermudah dalam perhitungannya, pemeriksaan asumsi ini

dilakukan menggunakan macro minitab.

2. Asumsi Multikoliniearitas

Sama seperti halnya pada analisis multivariat lainnya, salah satu asumsi yang harus dipenuhi

adalah multikoliniearitas. Asumsi ini mengharuskan tidak adanya korelasi yang sempurna atau besar

diantara variabel-variabel independen. Nilai korelasi yang tidak diperbolehkan adalah sebesar 0.9 atau

lebih (Ghozali dan Fuad, 2005). Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas antar variabel independen, digunakan matriks X’X.

Bila nilai dari determinan matriks ini bernilai nol, maka dapat dikatan terjadi kasus multikolinearitas.

njxxxx jjj Sd ,...2,1),()'(12

jx

x1S

2

jd

2

jd

Page 3: ANALISIS PENGARUH MATA KULIAH PENGANTAR … · 1 ANALISIS PENGARUH MATA KULIAH PENGANTAR TECHNOPRENEURSHIP/ KEWIRAUSAHAAN TERHADAP PERILAKU ENTREPRENEURSHIP MAHASISWA ITS 1Tety Dewi

3

n

i

i

i

XX

S

1

2

2

)(

ˆ)ˆ(

Confirmatory Factor Analysis (CFA)

Analisis Faktor dibedakan menjadi dua macam, yakni analisis faktor eksploratori dan analisis faktor konfirmatori (CFA). Dalam analisis faktor konfirmatori dilakukan konfirmasi lebih lanjut

menguji sebuah teori atau konsep mengenai sebuah proses atau sebuah fenomena. Pada prinsipnya

analisis ini hanya melakukan konfirmasi berdasarkan teori atau konsep yang sudah ada terhadap

keakuratan (valid dan reliabel) kuisioner yang dibuat. Variabel dikatakan valid jika dapat mengukur secara tepat dan cermat suatu alat ukur dalam melaksanakan fungsi ukurnya.

Untuk mengetahui apakah variabel indikator benar-benar valid dalam mengukur faktor atau

construct sehingga menjelaskan dimensi faktornya (unidimensionalitas) dilakukan dengan statistik uji

t. Penggunaan uji t ini dikarenakan loading facto (λi) dalam analisis faktor konfirmatori dengan

menggunakan estimate kedudukanya sama seperti besaran regresi. Hipotesis yang digunakan adalah

sebagai berikut :

H0 : λi = 0 (loading factor tidak signifikan dalam mengukur variabel laten) H1 : λi ≠ 0 (loading factor signifikan dalam mengukur variabel laten)

dimana i = 1,2,......p adalah variabel indikator. Dan t-value dapat dihitung dari rumus berikut :

(2.2)

dengan : 𝜆 𝑖 = taksiran parameter hubungan kausal

2̂ : varians dari variabel observasi X

Xi : nilai observasi X

X : rata-rata dari nilai observasi X Bila t-value < t (α,df) maka terima H0 dan estimasi parameter hubungan kausal (koefisien

regresi) tidak signifikan dalam mengukur hubungan kausalitas. sehingga dikatakan tidak terbentuk

unidimensionalitas.

Reliabilitas variabel laten dapat diketahui dari nilai construct reliability ( c ) dengan rumus

sebagai berikut :

(2.3)

dimana :

c = construct reliability = loading factor variabel indikator

= error variabel indikator p = banyaknya indikator variabel laten

Variabel laten reliabel jika nilai construct reliability ( c ) lebih dari 0,6 (Ghozali dan Fuad, 2005).

Estimasi Parameter Estimasi paramater pada CFA ini, dilakukan dengan membandingkan matriks varians

kovarians measurement model model dengan matriks varian kovarians data observasi.

)ξδ2E(λ)E(δ)E(ξλ

])δξE[(λ)E(x

jj

2

j

22

j

2

jj

2

j

2

jj

222

j

2

jj

2

j

)]E(δ[))E(δE(2)]([λ

)]δξE(λ[)][E(x

jE

diasumsikan varians faktor laten () adalah satu dengan error () dan antar kontruk tidak berkorelasi, dan error tidak berkorelasi dengan error yang lain.

p

i

i

p

i

i

p

i

i

c

11

2

2

1

)]()[(

)(

)ˆ(

ˆ

iSt

Page 4: ANALISIS PENGARUH MATA KULIAH PENGANTAR … · 1 ANALISIS PENGARUH MATA KULIAH PENGANTAR TECHNOPRENEURSHIP/ KEWIRAUSAHAAN TERHADAP PERILAKU ENTREPRENEURSHIP MAHASISWA ITS 1Tety Dewi

4

Var (x1) = E (1 + 1)2 – [E(1 + 1)]

2

= 12 + Var (1)

Var (x2) = E (2 + 2)2 – [E(2 + 2)]

2

= 22 + Var (2)

Cov (x1, x2) = E (x1x2) - E(x1) E (x2)

= E [ (1 + 1) (2 + 2) ] - E(1 + 1) E(2 + 2)

= E (122 + 12 + 21 + 12) – 0

= 12 Sehingga matriks varian kovarians measurement model model didapatkan :

2

2

212

211

2

1

δVλλλ

λλδVλθΣ (2.4)

dan matriks varian kovarians data observasi sebagai berikut :

212

211

xVarx,xCov

x,xCovxVarθΣ (2.5)

Matriks varians kovarians pada persamaan (2.4) dan persamaan (2.5), ditulis sebagai berikut :

θΣθΣ (2.6)

212

211

2

2

212

211

2

1

xVarx,xCov

x,xCovxVar

δVλλλ

λλδVλ

Didapatkan persamaan sebagai berikut :

12 + Var (1) = Var (x1)

22 + Var (2) = Var (x2)

12 = Cov (x1, x2)

Sehingga diperoleh nilai estimasi parameter 1, 2, Var (1) dan Var (2) adalah

)var(ˆ)(2

xVar .

Uji Kesesuaian Model

Beberapa kriteria dalam uji kesesuaian model yang muncul pada output LISREL akan disajikan

dalam Tabel 2.1 sebagai berikut: Tabel 2.1 Goodness of Fit Statistics Index

Goodness of Fit Index Nilai yang diharapkan

χ2 – Chi Square χ2 ≤ χ2

(𝛼)

P-value ≥ 0,05

RMSEA ≤ 0,08

GFI 0,9

AGFI 0,9

CFI 0,9

Definisi Entrepreneur

Dalam Young Entrepreneur (2007), Pieter Sarosa mendefinisikan seorang entrepreneur adalah

seseorang yang memiliki visi, semangat, dan melakukan tindakan-tindakan nyata dalam usaha

menciptakan dan mengembangkan sendiri sumber-sumber pendapatannya tanpa bergantung pada orang lain. Hal yang sama juga diungkapkan Meredith (2000), bahwa seorang wirausaha adalah

seorang yang mampu melihat dan menilai peluang bisnis, mengumpulkan sumber daya yang

dibutuhkan untuk mengambil keuntungan dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses.

Perilaku entrepreneurship mahasiswa

Untuk mengetahui perilaku entrepreneurship dari proses hasil belajar dapat diketahui dengan menerapkan teori yang dikembangkan oleh Bloom, 1956. Taksonomi Bloom merujuk pada taksonomi

Page 5: ANALISIS PENGARUH MATA KULIAH PENGANTAR … · 1 ANALISIS PENGARUH MATA KULIAH PENGANTAR TECHNOPRENEURSHIP/ KEWIRAUSAHAAN TERHADAP PERILAKU ENTREPRENEURSHIP MAHASISWA ITS 1Tety Dewi

5

yang dibuat untuk tujuan pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa

domain dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian yang lebih rinci yaitu : 1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek

intelektual, seperti pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi, berpikir kreatif.

Berdasarkan teori Bloom dan revisi dari Anderson and Krathwohl (2001) dalam Bloom’s

Taxonomy (2010). 2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan

emosi, seperti menangkap respon, respon aktif, penghargaan terhadap nilai, pengorganisasian,

menjadi karakter/life style menurut Kratwohl, Bloom and Masia (1964) dalam Bloom’s Taxonomy (2010).

3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek

keterampilan motorik seperti persepsi, kesiapan, coba-coba, mempraktekkan teori, penyesuaian, penciptaan menurut Simpson (1972) dalam Bloom’s Taxonomy of Learning Domains (2010).

Evaluasi dari mata Kuliah

Menurut Putro (2010), salah satu faktor penting untuk mencapai tujuan pendidikan adalah pro-

ses pembelajaran yang dilakukan sedangkan salah satu faktor penting untuk efektivitas pembelajaran adalah faktor evaluasi baik terhadap proses maupun hasil belajar. Berdasarkan tujuan dari mata kuliah

Pengantar Technopreneur/Kewirausahaan yaitu merubah mindset mahasiswa dari job seeker menjadi

job creator dan diharapkan mahasiswa mampu membuat rencana bisinis secara mandiri (berdasarkan silabus mata kuliah tersebut). Variabel yang berkaitan dengan Evaluasi mata kulaih ini yaitu dari segi

materi yang diajarkan (komposisi materi) dan sistem pembelajaran yang diterapkan (dosen pengajar,

evaluasi belajar, tugas dan fasilitas belajar).

3. METODE PENELITIAN

Sumber Data

Data yang digunakan pada penelitian ini merupakan data primer. Data tersebut didapatkan dengan menggunakan metode survei melalui kuisioner yang dilaksanakan pada minggu ke-3 bulan

Mei 2010. Kerangka sampling yang digunakan yaitu data mahasiswa ITS yang telah lulus mata kuliah

KWU/Pengantar technopreneurship dari angkatan 2005-2008.

Metode pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling.

Untuk mengetahui jumlah sampel dari masing-masing jurusan maka nilainya diproporsikan dari

besarnya mahasiswa pada tiap jurusan. Pada masing-masing jurusan akan dilakukan pengamatan dengan ukuran sampel proporsional terhadap jumlah mahasiswa dengan rumus:

Keterangan:

n : ukuran sampel

e : batas kesalahan

N: jumlah populasi

Secara umum ukuran sampel pada masing-masing jurusan yang akan diambil adalah :

Keterangan: Ni = ukuran populasi untuk tiap jurusan

n = ukuran sampel tiap jurusan

Dengan menggunakan batas kesalahan sebesar 10% maka diperoleh jumlah sampel minimun dengan perhitungan sebagai berikut:

𝑛 =1200

1 + 1200 0.1 2= 92 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔

Tetapi yang digunakan dalam analisis jumlah sampel adalah sebesar 102 yang diperoleh dari

pembulatan masing-masing jurusan.

Pemeriksaan kecukupan data Pemeriksaan kecukupan data perlu dilakukan karena variabel yang digunakan dalam penelitian

ini diukur oleh beberapa indikator. Pemeriksaan dilakukan dengan melihat nilai KMO dengan

menggunakan program SPSS.

N

Nnn i

i

𝑛 =𝑁

1 + 𝑁𝑒2

Page 6: ANALISIS PENGARUH MATA KULIAH PENGANTAR … · 1 ANALISIS PENGARUH MATA KULIAH PENGANTAR TECHNOPRENEURSHIP/ KEWIRAUSAHAAN TERHADAP PERILAKU ENTREPRENEURSHIP MAHASISWA ITS 1Tety Dewi

6

Variabel Penelitian

Variabel demografi dan internal mahasiswa meliputi : Jenis Kelamin, Angkatan, Tempat tinggal, Transportasi, Pekerjaan orang tua, Pendidikan Orang tua, Keaktifan dalam kegiatan Entrepreneur,

Keikutsertaan dalam Lomba Bisnis Plan, Kepemilikan Usaha Mandiri.

Variabel Laten terdiri dari variabel Kognitif, Afektif, Psikomotor, Materi, dan Sistem Pembelajaran.

Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Untuk menjawab tujuan yang pertama yaitu analisis karakteristik variabel demografi dan

internal mahasiswa maka digunakan analisis statistika deskrptif dengan tabel dan diagram lingkaran.

2. Untuk menjawab tujuan yang kedua yaitu analisis perubahan perilaku entrepreneurship

mahasiswa maka digunakan Structural equation Modelling (SEM) dengan langkah analisis sebagai berikut:

a. Pemeriksaan asumsi data berdistribusi normal multivariat dan tidak adanya multikolinearitas

pada data. Data dikatakan mengikuti distribusi normal multivariat bila lebih dari 50% nilai

𝑑𝑗2>

2 . Sedangkan untuk pemeriksaan asumsi multikolinearitas, digunakan determinan

matrik korelasi. Jika determinan matrik korelasi bernilai nol, maka dapat dikatakan terjadi kasus multikolinearitas.

b. Pengujian Unidimensionalitas setiap variabel laten dengan menggunakan Confirmatory

Factor Analysis (CFA). CFA dilakukan untuk mencari solusi yang unik untuk koefisien model. Sebuah model dikatakan unidimensional jika telah memenuhi kriteria kelayakan

model. Jika belum memenuhi kriteria tersebut, dilakukan modifikasi model dengan

mengkorelasikan error indikator yang dapat menurunkan nilai chi-square. Hal ini terus dilakukan hingga mendapatkan model terbaik sesuai kriteria kebaikan model.

c. Analisis Model Persamaan Struktural

- Pengembangan model berbasis konsep dan teori

- Mengkonstruksi path diagram

- Evaluasi Goodness of fit

Goodness of fit yang dihasilkan dari perhitungan Model Persamaan Struktural harus memenuhi kriteria goodness of fit.

- Interpretasi dan modifikasi model.

Intrepretasi model yang dihasilkan berdasarkan output dari program LISREL. Model akhir yang dihasilkan dapat berupa modifikasi dari variabel yang ada. Modifikasi dilakukan

agar diperoleh mdel yang lebih sesuai dengan kasus yang penelitian.

4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pemeriksaan Kecukupan data

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang digunakan dalam analisis sudah memenuhi kecukupan data. Dengan melihat nilai KMO (Kaiser Meyer Olkin) apabila bernilai >

0,8 maka telah memenuhi kecukupan data untuk analisis. Berikut ini adalah data hasil pemeriksaan

dari SPSS. Berdasarkan hasil nilai KMO pada Tabel 4.1 maka dapat disimpulkan bahwa semua

variabel telah memenuhi kecukupan data untuk analisis. Tabel 4.1 Pemeriksaan Kecukupan Data

Variabel laten Nilai KMO Kesimpulan

Kognitif 0,853 Data tetah cukup

Afektif 0,782 Data tetah cukup

Psikomotor 0,836 Data tetah cukup

Materi 0,808 Data tetah cukup

Sistem Pembelajaran 0,917 Data tetah cukup

Asumsi Data Berdistribusi Normal Multivariat Dalam analisa multivariate, asumsi yang mutlak untuk dipenuhi adalah asumsi normalitas.

Asumsi normal diperlukan dalam analisis karena seluruh uji statistik dihitung dengan asumsi data

Page 7: ANALISIS PENGARUH MATA KULIAH PENGANTAR … · 1 ANALISIS PENGARUH MATA KULIAH PENGANTAR TECHNOPRENEURSHIP/ KEWIRAUSAHAAN TERHADAP PERILAKU ENTREPRENEURSHIP MAHASISWA ITS 1Tety Dewi

7

normal. Pemeriksaan asumsi ini dilakukan dengan menggunakan macro Minitab dan hasil running

terdapat di Lampiran. Hasil yang diperoleh akan disajikan pada Tabel4.2. Tabel 4.2 Pemeriksaan Normal Multivariat Variabel Laten

Variabel Nilai daerah di bawah kurva

2

Kesimpulan

Kognitif 0,558824 Data berdistribusi Normal Multivariat

Afektif 0,647059 Data berdistribusi Normal Multivariat

Psikomotor 0,617647 Data berdistribusi Normal Multivariat

Materi 0,598039 Data berdistribusi Normal Multivariat

Sistem Pembelajaran 0,676471 Data berdistribusi Normal Multivariat

Data dikatakan mengikuti distribusi normal multivariat bila lebih dari 50% nilai 𝑑𝑗2>

2 .

Berdasarkan nilai pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai dari daerah dibawah kurva2 adalah >

50% sehingga dapat dikatan bahwa semua variabel laten telah memenuhi asumsi data berdistribusi normal multivariat.

Asumsi Tidak Adanya Multikolinearitas

Pemeriksaan asumsi ini perhitungannya didasarkan pada nilai determinan dari matriks XX '

untuk variabel Laten eksogen yaitu antara variabel materi dan Sistem pembelajaran yang disajikan

dalam Tabel 4.3. Tabel 4.3 Pemeriksaan Multikolinearitas Variabel Eksogen

Variabel eksogen XX ' Kesimpulan

Materi dengan Sistem Pembelajaran 2420881718 Tidak terjadi kasus multikolinearitas

Berdasarkan nilai matriks XX ' yang tidak bernilai nol, maka dapat dikatakan bahwa tidak ada

multikolinearitas antar variabel eksogen.

Unidimensionalitas Variabel Kognitif

Variabel laten Kognitif terdiri dari enam variabel indikator. Untuk mengetahui

unidimensionalitas variabel, dilakukan Confirmatory Factor Analysis (CFA). Model dikatakan baik (fit) jika nilai kebaikan model (goodness of fit) yang dihasilkan oleh program LISREL sesuai dengan

kriteria. Berdasarkan Tabel 4.4 terdapat dua indikator yang memenuhi cut off value sehingga

memungkinkan untuk menyatakan bahwa model cukup baik dan berada pada kondisi unidimensional. Tabel 4.4 Goodness of fit Variabel Laten Kognitif

Goodness of fit Index Cut off value Hasil Model Keterangan

χ2 – Chi Square χ2 ≤ 16,919 22,91 Kurang baik

P-value ≥ 0,05 0,0064 Kurang baik

RMSEA ≤ 0,08 0,11 Kurang baik

GFI 0,9 0,94 Baik

AGFI 0,9 0,85 Kurang baik

CFI 0,9 0,96 Baik

Tahap selanjutnya adalah melakukan identifikasi signifikansi loading factor indikator dalam menyusun variabel laten, yang mana juga dapat dijadikan ukuran validitas.

Tabel 4.5 Loading Factor Indikator Variabel Laten Kognitif

Hubungan Nilai Loading Error t Keterangan

KO1 ← KOGNITIF 0,54 0,17 9,34 Signifikan

KO2 ← KOGNITIF 0,55 0,31 7,83 Signifikan

KO3 ← KOGNITIF 0,48 0,21 8,08 Signifikan

KO4 ← KOGNITIF 0,65 0,20 9,81 Signifikan

KO5 ← KOGNITIF 0,72 0,25 9,73 Signifikan

KO6 ← KOGNITIF 0,60 0,48 7,06 Signifikan

Jumlah 3,54 1,62

Page 8: ANALISIS PENGARUH MATA KULIAH PENGANTAR … · 1 ANALISIS PENGARUH MATA KULIAH PENGANTAR TECHNOPRENEURSHIP/ KEWIRAUSAHAAN TERHADAP PERILAKU ENTREPRENEURSHIP MAHASISWA ITS 1Tety Dewi

8

Nilai loading factor dari model dapat dilihat pada Tabel 4.5. Validitas indikator dapat diketahui

dari nilai t-value. Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa nilai │t-value│ untuk masing-masing indikator

lebih besar dari 96,1 ( didekati dengan nilai z-tabel pada tingkat signifikansi %5 ). Sehingga

dapat disimpulkan bahwa semua variabel indikator valid.

Measurement model dari variabel laten Kognitif (KO) dengan menggunakan estimate adalah :

KO1 = 0,54 KOGNITIF + ɛ1 KO2 = 0,55 KOGNITIF + ɛ2

KO3 = 0,48 KOGNITIF + ɛ3 KO4 = 0,65 KOGNITIF + ɛ4 KO5= 0,72 KOGNITIF + ɛ5 KO6= 0,60 KOGNITIF + ɛ6

Berdasarkan measurenment model, dapat diketahui bahwa indikator KO5 memiliki nilai

loading factor yang paling besar, hal ini mengindikasikan bahwa indikator KO5 yaitu Evaluasi memiliki kontribusi paling besar dalam membentuk variabel laten Kognitif.

Unidimensionalitas Variabel Afektif Variabel laten Afektif terdiri dari lima variabel indikator. Untuk mengetahui

unidimensionalitas variabel, dilakukan Confirmatory Factor Analysis (CFA). Tabel 4.6 Goodness of fit Variabel Laten Afektif

Goodness of fit Index Cut off value Hasil Model Keterangan

χ2 – Chi Square χ2 ≤ 11,070 11,17 Mendekati Baik

P-value ≥ 0,05 0,048 Mendekati Baik

RMSEA ≤ 0,08 0,11 Kurang baik

GFI 0,9 0,96 Baik

AGFI 0,9 0,88 Mendekati baik

CFI 0,9 0,96 Baik

Model dikatakan baik (fit) jika nilai kebaikan model (goodness of fit) yang dihasilkan oleh

program LISREL sesuai dengan kriteria. Pada tabel 4.6 semua kriteria telah memenuhi cut off value

kecuali RMSEA, namun model ini masih dapat dikatakan baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel laten Afektif dengan lima indikator telah berada pada kondisi yang unidimensional.

Tabel 4.6 Loading Factor Indikator Variabel Laten Afektif

Hubungan Nilai Loading Error t Keterangan

A1 ← AFEKTIF 0,60 0,77 5,64 Signifikan

A2 ← AFEKTIF 0,67 0,73 6,33 Signifikan

A3 ← AFEKTIF 0,65 0,28 8,45 Signifikan

A4 ← AFEKTIF 0,69 0,84 6,14 Signifikan

A5 ← AFEKTIF 0,71 0,25 9,10 Signifikan

Jumlah 3,32 2,87

Tahap selanjutnya adalah melakukan identifikasi signifikansi loading factor indikator dalam menyusun variabel laten, yang mana juga dapat dijadikan ukuran validitas. Nilai loading factor dari

model dapat dilihat pada Tabel 4.6. Validitas indikator dapat diketahui dari nilai t-value. Dari Tabel

4.6 dapat dilihat bahwa nilai t-value untuk masing-masing indikator lebih besar dari 96,1 (nilai t-

tabel pada tingkat signifikansi 𝛼 = 5%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel indikator

valid. Measurement model dari variabel laten Afektif (A) dengan menggunakan estimate adalah :

A1 = 0,60 AFEKTIF + ɛ1 A2 = 0,67 AFEKTIF + ɛ2

A3 = 0,65 AFEKTIF + ɛ3 A4 = 0,69 AFEKTIF + ɛ4

A5 = 0,71 AFEKTIF + ɛ5 Berdasarkan measurenment model, dapat diketahui bahwa yang memiliki kontribusi paling

besar dalam membentuk variabel laten Afektif adalah indikator A5 yaitu Karakteristik nilai/life style.

Unidimensionalitas Variabel Psikomotor

Variabel laten Psikomotor terdiri dari enam variabel indikator. Untuk mengetahui unidimen-

sionalitas variabel, dilakukan Confirmatory Factor Analysis (CFA). Model dikatakan baik (fit) jika nilai kebaikan model (goodness of fit) yang dihasilkan oleh program LISREL sesuai dengan kriteria.

Page 9: ANALISIS PENGARUH MATA KULIAH PENGANTAR … · 1 ANALISIS PENGARUH MATA KULIAH PENGANTAR TECHNOPRENEURSHIP/ KEWIRAUSAHAAN TERHADAP PERILAKU ENTREPRENEURSHIP MAHASISWA ITS 1Tety Dewi

9

Modifikasi model dilakukan dengan mengkorelasikan antar residual indikator sesuai saran pada

output LISREL. Tabel 4.7 Goodness of fit Variabel Laten Psikomotor

Goodness of fit Index Cut off value Hasil Model Keterangan

χ2 – Chi Square χ2 ≤ 16,919 18,53 Kurang baik

P-value ≥ 0,05 0,03 Kurang baik

RMSEA ≤ 0,08 0,1 Kurang baik

GFI 0,9 0,94 Baik

AGFI 0,9 0,87 Mendekati baik

CFI 0,9 0,96 Baik

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa hasil modifikasi model semua kriteria telah memenuhi cut off value sehingga dapat dikatakan bahwa model yang dihasilkan sudah baik. Dengan

demikian, dapat disimpulkan model pengukuran variabel Psikomotor dengan enam indikator sudah

berada pada kondisi unidimensional. Tabel 4.8 Goodness of fit Variabel Laten Psikomotor - Modifikasi

Goodness of fit

Index Cut off value Hasil Model Keterangan

χ2 – Chi Square χ2 ≤ 15,507 6,05 Baik

P-value ≥ 0,05 0,64 Baik

RMSEA ≤ 0,08 0.00 Baik

GFI 0,9 0.98 Baik

AGFI 0,9 0,95 Baik

CFI 0,9 1,00 Baik

Tahap selanjutnya adalah melakukan identifikasi signifikansi loading factor indikator dalam

menyusun variabel laten, yang mana juga dapat dijadikan ukuran validitas. Nilai loading factor dari

model yang sudah dimodifikasi dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut :

Tabel 4.9 Loading Factor Indikator Variabel Laten Psikomotor

Hubungan Nilai Loading Error t Keterangan

PS1 ← PSIKOMOTOR 0,60 0,67 6,10 Signifikan

PS2 ← PSIKOMOTOR 0,99 0,65 8,70 Signifikan

PS3 ← PSIKOMOTOR 0,99 1,69 6,32 Signifikan

PS4 ← PSIKOMOTOR 0,86 0,23 10,26 Signifikan

PS5 ← PSIKOMOTOR 0,74 0,78 6,75 Signifikan

PS6 ← PSIKOMOTOR 0,54 0,70 5,47 Signifikan

Jumlah 4,72 4,72

Validitas indikator dapat diketahui dari nilai t-value. Dari Tabel 4.9 dapat dilihat bahwa nilai

│t-value│ untuk masing-masing indikator lebih besar dari 96,1 ( didekati dengan nilai z-tabel pada

tingkat signifikansi %5 ). Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel indikator valid.

Variabel laten Kognitif dapat dikatakan reliabel karena nilai construct reliability sebesar

0,825 yang lebih besar dari 0,6 (Ghozali dan Fuad, 2005). Measurement model dari variabel laten Psikomotor (PS) dengan menggunakan estimate

adalah :

PS1 = 0,60 PSIKOMOTOR + ɛ1 PS2 = 0,99 PSIKOMOTOR + ɛ2

PS3 = 0,99 PSIKOMOTOR + ɛ3 PS4 = 0,86 PSIKOMOTOR + ɛ4 PS5= 0,74 PSIKOMOTOR + ɛ5 PS6 = 0,54 PSIKOMOTOR + ɛ6

Berdasarkan measurenment model, dapat diketahui bahwa indikator PS2 dan PS3 memiliki

nilai loading factor yang paling besar, hal ini mengindikasikan bahwa indikator PS2 dan PS3 yaitu Memulai dan Coba-coba memiliki kontribusi paling besar dalam membentuk variabel laten

Psikomotor.

Page 10: ANALISIS PENGARUH MATA KULIAH PENGANTAR … · 1 ANALISIS PENGARUH MATA KULIAH PENGANTAR TECHNOPRENEURSHIP/ KEWIRAUSAHAAN TERHADAP PERILAKU ENTREPRENEURSHIP MAHASISWA ITS 1Tety Dewi

10

Unidimensionalitas Variabel Materi

Variabel laten Materi terdiri dari 10 variabel indikator. Untuk mengetahui unidimensionalitas variabel, dilakukan Confirmatory Factor Analysis (CFA). Model dikatakan baik (fit) jika nilai

kebaikan model (goodness of fit) yang dihasilkan oleh program LISREL sesuai dengan kriteria. Pada

output Lisrel, diperoleh nilai goodness of fit untuk variabel Materi pada Tabel 4.10. Tabel 4.10 Goodness of fit Variabel Laten Materi

Goodness of fit Index Cut off value Hasil Model Keterangan

χ2 – Chi Square χ2 ≤ 49,80 207,05 Kurang baik

P-value ≥ 0,05 0,00 Kurang baik

RMSEA ≤ 0,08 0,22 Kurang baik

GFI 0,9 0,71 Kurang baik

AGFI 0,9 0,54 Kurang baik

CFI 0,9 0,71 Kurang baik

Dari Tabel 4.10 diketahui bahwa semua indikator penilaian goodness of fit belum memenuhi cut off value, sehingga diperlukan modifikasi model guna memperoleh model yang sesuai. Modifikasi

model dilakukan dengan mengkorelasikan antar residual indikator sesuai saran pada output LISREL.

Berdasarkan Tabel 4.11 dapat dilihat bahwa hanya kriteria CFI dan GFI yang memenuhi cut off value,

namun dua kriteria telah terpenuhi maka masih memungkinkan model untuk dikatakan baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan model pengukuran variabel laten materi dengan 10 indikator sudah

berada pada kondisi unidimensional. Tabel 4.11 Goodness of fit Variabel Laten Materi - Modifikasi

Goodness of fit Index Cut off value Hasil Model Keterangan

χ2 – Chi Square χ2 ≤ 42,557 50,74 Kurang baik

P-value ≥ 0,05 0,0026 Kurang baik

RMSEA ≤ 0,08 0,097 Kurang baik

GFI 0,9 0,91 Baik

AGFI 0,9 0,81 Mendekati baik

CFI 0,9 0,95 Baik

Tahap selanjutnya adalah melakukan identifikasi signifikansi loading factor indikator dalam

menyusun variabel laten, yang mana juga dapat dijadikan ukuran validitas. Nilai loading factor dari model yang sudah dimodifikasi dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12 Loading Factor Indikator Variabel Laten Materi

Hubungan Nilai Loading Error t Keterangan

M1 ← MATERI 0,74 2,40 4,39 Signifikan

M2 ← MATERI 0,95 2,26 5,53 Signifikan

M3 ← MATERI 1,31 0,72 10,20 Signifikan

M4 ← MATERI 1,27 0,37 11,46 Signifikan

M5 ← MATERI 1,24 0,62 10,31 Signifikan

M6 ← MATERI 1,20 1,06 8,80 Signifikan

M7 ← MATERI 0,80 1,3 6,09 Signifikan

M8 ← MATERI 0,54 1,98 3,56 Signifikan

M9 ← MATERI 0,95 1,48 6,67 Signifikan

M10 ← MATERI 1,00 2,5 5,61 Signifikan

Jumlah 10,00 14,69

Validitas indikator dapat diketahui dari nilai t-value. Dari Tabel 4.12 dapat dilihat bahwa nilai

│t-value│ untuk masing-masing indikator lebih besar dari 96,1 ( didekati dengan nilai z-tabel pada

tingkat signifikansi %5 ). Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel indikator valid.

Measurement model dari variabel laten Materi (M) dengan menggunakan estimate adalah :

M1 = 0,74 MATERI + δ1 M2 = 0,95 MATERI + δ2 M3 = 1,31 MATERI + δ3 M4 = 1,27 MATERI + δ4 M5 = 1,24 MATERI + δ5 M6 = 1,20 MATERI + δ6

M7 = 0,80 MATERI + δ7 M8 = 0,54 MATERI + δ8 M9 = 0,95 MATERI + δ9

M10 = 1,00 MATERI + δ10

Page 11: ANALISIS PENGARUH MATA KULIAH PENGANTAR … · 1 ANALISIS PENGARUH MATA KULIAH PENGANTAR TECHNOPRENEURSHIP/ KEWIRAUSAHAAN TERHADAP PERILAKU ENTREPRENEURSHIP MAHASISWA ITS 1Tety Dewi

11

Berdasarkan measurenment model di atas, dapat diketahui bahwa indikator M3 memiliki nilai

loading factor yang paling besar, hal ini mengindikasikan bahwa indikator M3 yaitu materi yang di-sampaikan pada kuliah tamu dapat menambah wawasan memiliki kontribusi paling besar dalam

variabel laten Materi.

Unidimensionalitas Variabel Sistem Variabel laten Sistem terdiri dari 11 variabel indikator. Untuk mengetahui unidimensionalitas

variabel, dilakukan Confirmatory Factor Analysis (CFA). Model dikatakan baik (fit) jika nilai

kebaikan model (goodness of fit) yang dihasilkan oleh program LISREL sesuai dengan kriteria. Dari Tabel 4.13 diketahui bahwa semua indikator penilaian goodness of fit belum memenuhi cut off value,

sehingga diperlukan modifikasi model guna memperoleh model yang sesuai. Modifikasi model

dilakukan dengan mengkorelasikan antar residual indikator sesuai saran pada output LISREL. Tabel 4.13 Goodness of fit Variabel Laten Sistem

Goodness of fit Index Cut off value Hasil Model Keterangan

χ2 – Chi Square χ2 ≤ 60,48 239,91 Kurang Baik

P-value ≥ 0,05 0,00 Kurang baik

RMSEA ≤ 0,08 0,21 Kurang baik

GFI 0,9 0,70 Kurang Baik

AGFI 0,9 0,55 Kurang baik

CFI 0,9 0,83 Kurang baik

Berdasarkan hasil modifikasi model, didapatkan nilai-nilai kriteria Goodness of Fit hasil modifikasi untuk variabel laten Sistem. Berdasarkan Tabel 4.14 dapat dilihat bahwa hanya kriteria

CFI yang memenuhi cut off value, sedangkan untuk kriteria AGFI dan GFI nilainya mendekati cut off

value untuk nilai p-value juga mengalami penurunan sehingga model masih dapat dikatakan baik.

Dengan demikian, dapat disimpulkan model pengukuran variabel laten Sistem dengan 11 indikator sudah berada pada kondisi unidimensional

Tabel 4.14 Goodness of fit Variabel Laten Sistem - Modifikasi

Goodness of fit Index Cut off value Hasil Model Keterangan

χ2 – Chi Square χ2 ≤ 53,38 68,94 Kurang baik

P-value ≥ 0,05 0,0016 Kurang baik

RMSEA ≤ 0,08 0,09 Kurang baik

GFI 0,9 0,89 Mendekati baik

AGFI 0,9 0,81 Mendekati baik

CFI 0,9 0,96 Baik

Tahap selanjutnya adalah melakukan identifikasi signifikansi loading factor indikator dalam

menyusun variabel laten, yang mana juga dapat dijadikan ukuran validitas. Nilai loading factor dari

model yang sudah dimodifikasi dapat dilihat pada Tabel 4.15 berikut : Tabel 4.15 Loading Factor Indikator Variabel Laten Sistem

Hubungan Nilai Loading Error t Keterangan

S1 ← SISTEM 1,3 1,29 8.68 Signifikan

S2 ← SISTEM 1,18 1,30 8,14 Signifikan

S3 ← SISTEM 1,34 1,20 9,03 Signifikan

S4 ← SISTEM 1,36 1,11 9,33 Signifikan

S5 ← SISTEM 1,33 0,98 9,54 Signifikan

S6 ← SISTEM 1,46 1,29 9,32 Signifikan

S7 ← SISTEM 1,18 1,11 8,57 Signifikan

S8 ← SISTEM 1,52 0,97 10,23 Signifikan

S9 ← SISTEM 1,12 2,68 6,01 Signifikan

S10 ← SISTEM 1,07 1,99 6,48 Signifikan

S11 ← SISTEM 1,55 1,05 10,15 Signifikan

Jumlah 14,41 14,97

Page 12: ANALISIS PENGARUH MATA KULIAH PENGANTAR … · 1 ANALISIS PENGARUH MATA KULIAH PENGANTAR TECHNOPRENEURSHIP/ KEWIRAUSAHAAN TERHADAP PERILAKU ENTREPRENEURSHIP MAHASISWA ITS 1Tety Dewi

12

Validitas indikator dapat diketahui dari nilai t-value. Dari Tabel 4.15dapat dilihat bahwa nilai

│t-value│ untuk masing-masing indikator lebih besar dari 96,1 ( didekati dengan nilai z-tabel pada

tingkat signifikansi %5 ). Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel indikator valid.

Measurement model dari variabel laten Sistem (S) dengan menggunakan estimate adalah :

S1 = 1,30 SISTEM + δ1 S2 = 1,18 SISTEM + δ2 S3 = 1,34 SISTEM + δ3 S4 = 1,36 SISTEM + δ4 S5 = 1,33 SISTEM + δ5 S6 = 1,46 SISTEM + δ6

S7 = 1,18 SISTEM + δ7 S8 = 1,52 SISTEM + δ8 S9 = 1,12 SISTEM + δ9

S10= 1,07 SISTEM + δ10 S11= 1,55 SISTEM + δ11 Berdasarkan measurenment model di atas, dapat diketahui bahwa indikator S11 memiliki nilai

loading factor yang paling besar, hal ini mengindikasikan bahwa indikator S11 yaitu media

penyampaian materi bervariasi memiliki kontribusi paling besar dalam variabel laten Sistem.

Construct Reliability

Reliabilitas variabel laten dapat diketahui dari nilai construct reliability ( c ) yang

perhitungannya berdasarkan nilai loading factor untuk masing-masing variabel. Pada Tabel 4.16 dapat

dilihat hasilnya sebagai berikut : Tabel 4.16 Construct Reliability dari variabel Laten

Variabel Laten c Kesimpulan

Kognitif 0,885 Reliabel

Afektif 0,793 Reliabel

Psikomotor 0,825 Reliabel

Materi 0,871 Reliabel

Sistem Pembelajaran 0,932 Reliabel

Berdasarkan hasil perhitungan dari masing-masing variabel laten nilai Construct Reliability >

0,6, hal ini berarti semua variabel reliabel (Ghozali dan Fuad,2005).

Model Struktural Model Struktural merupakan analisis lebih lanjut setelah masing-masing variabel laten

dilakukan pengujian unidimensional dengan menggunakan Confirmatory Factor Analysis (CFA).

Pembuatan model struktural ini didasarkan pada diagram path yang telah disusun pada bab sebelumnya.

Pengujian Model Struktural

Berdasarkan pengujian dari hasil CFA menyatakan bahwa semua indikator telah valid sehingga dalam pengujian secara serentak semua variabel dimasukkan dalam model. Analisis model struktural

dengan menggunakan semua variabel indikator yang signifikan, diketahui nilai estimasi path

coefficient dan t-value antar variabel laten secara serempak seperti dalam Tabel 4.17 berikut : Tabel 4.17 Estimasi Parameter dan Nilai t Variabel Laten pada Model Struktural Awal

Hubungan Path Coeff t Keterangan

KOGNITIF ← MATERI 0,54 2,76 Signifikan

AFEKTIF ← MATERI 0,50 2,37 Signifikan

PSIKOMOTOR ← MATERI 0,60 2,85 Signifikan

KOGNITIF ← SISTEM -0,25 -1,35 Tidak Signifikan (negatif)

AFEKTIF ← SISTEM -0,19 -0,99 Tidak Signifikan (negatif)

PSIKOMOTOR ← SISTEM -0,24 -1,26 Tidak Signifikan (negatif)

Setelah mengetahui nilai estimasi dan t-value pada masing-masing variabel, langkah

selanjutnya adalah melihat tingkat kelayakan model. Berdasarkan beberapa kriteria goodness of fit

yang belum memenuhi cut off value dan melihat beberapa estimasi parameter ada yang tidak signifikan maka perlu dilakukan modifikasi guna memperoleh model yang sesuai dengan studi kasus

peneliti. Hasil uji kesesuaian model disajikan pada Tabel 4.18.

Page 13: ANALISIS PENGARUH MATA KULIAH PENGANTAR … · 1 ANALISIS PENGARUH MATA KULIAH PENGANTAR TECHNOPRENEURSHIP/ KEWIRAUSAHAAN TERHADAP PERILAKU ENTREPRENEURSHIP MAHASISWA ITS 1Tety Dewi

13

Tabel 4.18 Goodness of fit Model Struktural Awal

Goodness of fit Index Cut off value Hasil Model Keterangan

χ2 – Chi Square χ

2 ≤ 721,92 1551,93 Kurang baik

P-value ≥ 0,05 0,00 Kurang baik

RMSEA ≤ 0,08 0,12 Kurang baik

GFI 0,9 0,55 Kurang baik

AGFI 0,9 0,50 Kurang baik

CFI 0,9 0,67 Kurang baik

Modifikasi Model Struktural Hasil model struktural yang telah dimodifikasi berdasarkan saran pada output LISREL dapat dilihat

pada Tabel 4.19. Modifikasi ini dilakukan dengan mengkorelasikan error varian dari indikator yang

berada pada satu laten. Tabel 4.19 Goodness of fit Model Struktural Hasil Modifikasi

Goodness of fit Index Cut off value Hasil Model Keterangan

χ2 – Chi Square χ

2 ≤ 703,1 1202,49 Kurang baik

P-value ≥ 0,05 0,00 Kurang baik

RMSEA ≤ 0,08 0,077 Baik

GFI 0,9 0,65 Kurang baik

AGFI 0,9 0,60 Kurang baik

CFI 0,9 0,8 Kurang baik

Berdasarkan nilai kriteria goodness of fit model setelah dimodifikasi menurut saran dari output LISREL dapat dilihat bahwa nilai RMSEA telah memenuhi cut off value karena nilai RMSEA

adalah ktriteria paling informatif dalam kesesuaian model, sehingga masih dapat disimpulkan untuk

menyatakan bahwa model adalah baik. Nilai hasil estimasi dan t-value dapat dilihat pada Tabel 4.20. Tabel 4.20 Estimasi Parameter dan t-values Variabel Laten pada Model Struktural Hasil Modifikasi

Hubungan Path Coeff t Keterangan

KOGNITIF ← MATERI 5,49 2,31 Signifikan

AFEKTIF ← MATERI 6,19 2,23 Signifikan

PSIKOMOTOR ← MATERI 5,16 2,22 Signifikan

KOGNITIF ← SISTEM -5,17 -2,17 Signifikan (negatif)

AFEKTIF ← SISTEM -5,89 -2,13 Signifikan (negatif)

PSIKOMOTOR ← SISTEM -4,83 -2,08 Signifikan (negatif)

Berdasarkan hasil estimasi semua hubungan kausal didapatkan bahwa semua variabel

signifikan yaitu berdasarkan nilai dari t-tabel 96,1 . Hubungan kausal antara variabel laten Sistem

pembelajaran bernilai negatif terhadap variabel laten Kognitif, Afektif dan Psikomotor. Dapat

diartikan bahwa adanya hubungan yang terbalik antara variabel Sistem dengan variabel Kognitf,

Afektif dan Psikomotor. Perlu dikaji lebih lanjut yaitu dengan melihat indikator dari variabel sistem yang mungkin menyebabkan nilainya negatif. Sedangkan hubungan antara variabel Laten Materi

terhadap variabel laten Kognitif, Afektif dan Psikomotor ketiganya menunjukkan nilai yang

signifikan positif. Artinya Materi berpengaruh secara signifikan pada ketiga variabel Laten tersebut.

T-value untuk semua nilai estimasi parameter hubungan kausal lebih besar dari t-tabel │1,96│,

sehingga dapat disimpulkan bahwa semua loading factor pada model hasil modifikasi sudah

signifikan. Dengan dipenuhinya kriteria uji kebaikan model (goodness of fit) dan uji signifikansi, maka model struktural hasil modifikasi telah sesuai dengan studi kasus peneliti. Namun hasil dari

loading factor tidak dicantumkan dalam makalah ini.

5. KESIMPULAN Hasil analisis pengaruh mata kuliah Pengantar Technopreneur /Kewirausahaan terhadap

perilaku entrepreneurship dengan menggunakan Structural Equation Modelling (SEM) diperoleh

kesimpulan bahwa, yang berpengaruh dalam perilaku entrepreneurship yaitu dari materi yang diberikan pada perkuliahan, sedangkan untuk variabel sistem pembelajaran berpengaruh signifikan

Page 14: ANALISIS PENGARUH MATA KULIAH PENGANTAR … · 1 ANALISIS PENGARUH MATA KULIAH PENGANTAR TECHNOPRENEURSHIP/ KEWIRAUSAHAAN TERHADAP PERILAKU ENTREPRENEURSHIP MAHASISWA ITS 1Tety Dewi

14

namun bernilai negatif. Hal ini dimungkinkan untuk ranah sikap, selain cara pembelajaran

diperlukan uswah/keteladanan (contoh) dan sikap atau perilaku staf pengajar (Winarso,2010). Hal ini dapat dijadikan sebagai bahan koreksi untuk evaluasi dari mata kuliah ini kedepannya.

6. DAFTAR PUSTAKA

Anonim.(2010). Bloom’s Taxonomy. http://www.http://www.learningandteaching.info/learning/referenc.html.

(diakses 05 April 2010).

Anonim.(2010).Bloom’s Taxonomy of Learning

Domains.http://www.sos.net/~donclark/hrd/bloom.html (diakses 05 April 2010).

Bollen, K.A.(1989). Structural equation with latent variables. New York: Wiley.

Ghozali dan Fuad.(2005). Structural Equation Modeling ; Teori, Konsep, dan Aplikasi dengan

Program Lisrel 8.54. Semarang : BP UNDIP.

Hendarman.(2010).Dikti Meluncurkan Program 100 Hari Pendidikan Kewirausahaan.

http://www.google.com (diakses 15 Maret 2010)

Johnson, R.A and Witchren, D.W.(1998). Applied Multivariate Statistical Analysis. Universityof Winconsin, New Jersey:Prentice Hall Inc.

Meredith.(2000). Kewirausahaan Teori dan Praktek. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.

Putro, Eko W.(2010).Evaluasi Program Pembelajaran. http://www.google.com (diakses 10 Juni 2010).

Sarosa, Pieter.(2007).Young Entrepreneur.

http://www.referensinasional.com/young entrepreneur.pdf (diakses 15 Maret 2010). Winarso, Widyo.(2010).Perkembangan Pembelajaran Berwawasan Entreptreneurship.

http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2010/06/hubungan_antara_pelaksanaan_mata_k

uliah_kewirausahaan.pdf (diakses 05 Juli 2010)