Author
vantu
View
225
Download
0
Embed Size (px)
ANALISIS PENGARUH INDEKS SAHAM REGIONAL DAN VARIABEL
MAKROEKONOMI TERHADAP PERGERAKAN
JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Ekonomi (S.E.)
Oleh:
MUHAMMAD IQBAL
NIM. 1113046000029
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1438H / 2017M
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) di Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 12 Dzulqa’idah 1438 H4 Agustus 2017 M
MUHAMMAD IQBAL
v
ABSTRAK
MUHAMMAD IQBAL. NIM. 1113046000029. Analisis Pengaruh Indeks SahamRegional dan Variabel Makroekonomi Terhadap Pergerakan Jakarta Islamic Index(JII). Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UniversitasIslam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 1438 H / 2017 M. Isi: xii + 120 halaman +15 lampiran, 37 literatur.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh fluktuasi indeks sahamregional dan variabel makroekonomi terhadap pergerakan Jakarta Islamic Index (JII)baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Adapun indeks saham regionalyang dianalisis adalah Indeks Dow Jones, Indeks Nikkei, dan Indeks Hang Seng.Sedangkan variabel makroekonomi yang menjadi bahan analisis berupa nilai tukarRupiah terhadap Dolar, jumlah uang beredar (M2), dan tingkat inflasi. Data yangdigunakan dalam penelitian ini adalah data historis bulanan, mulai Januari 2006sampai Desember 2015.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitianhistoris yang bersifat kausal-distributif, artinya penelitian ini dilakukan untukmenganalisis keadaan yang telah lalu dan menunjukkan arah hubungan antar variabel.Analisis data menggunakan teknik Uji Kointegrasi untuk mengetahui pengaruh dalamjangka panjang, dan teknik Uji Error Correction Model (ECM) untuk melihatpengaruh dalam jangka pendek.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka panjang, variabel indekssaham regional yaitu Indeks Dow Jones, Indeks Nikkei, dan Indeks Hang Seng, danvariabel makroekonomi berupa nilai tukar Rupiah terhadap Dolar, jumlah uangberedar (M2), dan tingkat inflasi, sama-sama tidak mempunyai pengaruh signifikanterhadap JII. Sedangkan dalam jangka pendek, hanya variabel Indeks Hang Seng dannilai tukar Rupiah terhadap Dolar yang berpengaruh signifikan terhadap pergerakanJII. Dengan demikian, variabel Indeks Dow Jones, Indeks Nikkei, variabelmakroekonomi berupa jumlah uang beredar (M2) dan tingkat inflasi bukanmerupakan indikator yang baik untuk memprediksi pergerakan JII dalam jangkapendek.
Kata Kunci: Jakarta Islamic Index, Indeks Dow Jones, Indeks Nikkei, Indeks HangSeng, Nilai Tukar, Jumlah Uang Beredar, Inflasi, Uji Kointegrasi,Error Correction Model.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan pemahaman dengan
cahaya ilmu-Nya yang menerangkan, shalawat dan salam semoga selalu tercurah ke
hadirat Rasul pelita semesta, Muhammad SAW. Di balik terselesaikannya skripsi
dengan judul “Analisis Pengaruh Indeks Saham Regional dan Variabel
Makroekonomi terhadap Pergerakan Jakarta Islamic Index (JII)”, maka penulis ingin
mengucapkan terima kasih terutama kepada :
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A., Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak A.M. Hasan Ali, M.A. dan Bapak Dr. Abdurrauf, Lc, M.A., Ketua dan
Sekretaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Yoghi Citra Pratama, M.Si dan Ibu Endra Kasni Laila, M.Si., Ketua dan
Sekretaris Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Ir. H. Muhammad Nadratuzzaman Hosen, MS., M.Ec., Ph.D., atas
segenap waktu, arahan, motivasi, dan kesabarannya dalam membimbing penulis
hingga akhir penulisan skripsi ini.
vii
6. Segenap dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, atas ilmu yang diberikan kepada penulis, semoga ilmu ini
dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
7. Segenap pimpinan dan staf Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta atas pelayanannya dalam melengkapi literatur penelitian.
8. Ibunda Basyariah, dan abang-kakak-adikku (Mustafa, Murtadha, Lina Meutia,
Liza Mahyani, dan Lia Fazilla), yang senantiasa memberiku semangat dan
motivasi hingga terselesaikannya skripsi ini.
9. Almarhum Ayahanda Muhammad Gade, yang senantiasa memberikan dorongan
moril-batiniah dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah merahmatinya dan
menempatkannya bersama hamba-hamba-Nya yang saleh.
10. Abi-abi, kawan “Hizmet Aşıkları” yang senantiasa mewarnai dinamika pemikiran
dan pergerakanku dalam bersama berbakti pada agama dan kemanusiaan.
11. Teman-teman sesama Program Studi Ekonomi Syariah angkatan 2013, yang
telah menemani penulis selama menimba ilmu di perkuliahan.
12. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi ini
baik moril maupun materiil yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Jazakumullahu Ahsanul Jaza. Allah Razı Olsun.
Ciputat, 12 Dzulqa’idah 1438 H4 Agustus 2017 M
MUHAMMAD IQBAL
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN........................................................ iii
LEMBAR PERNYATAAN....................................................................................... iv
ABSTRAK................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR............................................................................................... vi
DAFTAR ISI............................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL...................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK...................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................................. 1B. Identifikasi Masalah........................................................................................ 15C. Batasan Penelitian........................................................................................... 16D. Rumusan Masalah........................................................................................... 17E. Tujuan dan Manfaat Penelitian....................................................................... 18
1. Tujuan Penelitian...................................................................................... 182. Manfaat Penelitian.................................................................................... 18
F. Sistematika Pembahasan................................................................................. 20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................ 22
A. Investasi Menurut Perspektif Islam................................................................ 22B. Pasar Modal Syariah....................................................................................... 27C. Jakarta Islamic Index..................................................................................... 30D. Saham Syariah................................................................................................ 32E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Syariah............................ 36F. Indeks Saham Regional dan Integrasi Pasar Modal....................................... 39
1. Indeks Dow Jones..................................................................................... 412. Indeks Nikkei............................................................................................ 423. Indeks Hang Seng..................................................................................... 43
G. Variabel Makroekonomi dan Pengaruhnya Terhadap Pasar Modal............... 44
ix
1. Kurs Rupiah terhadap US Dollar (USD).................................................. 452. Jumlah Uang Beredar (M2)....................................................................... 473. Tingkat Inflasi........................................................................................... 48
H. Analisis Fundamental Variabel Makro dan Indeks Syariah........................... 50I. Penelitian Terdahulu....................................................................................... 52J. Kerangka Pemikiran....................................................................................... 60K. Hipotesis Penelitian........................................................................................ 63
BAB III METODELOGI PENELITIAN............................................................. 64
A. Metode Penelitian........................................................................................... 641. Jenis Penelitian......................................................................................... 642. Populasi Penelitian.................................................................................... 643. Jenis dan Sumber Data.............................................................................. 654. Teknis Analisis Data................................................................................. 65
B. Variabel Penelitian.......................................................................................... 661. Variabel Terikat........................................................................................ 662. Variabel Independen................................................................................. 66
C. Teknik dan Tahapan Analisis Data................................................................. 671. Uji Stasioneritas........................................................................................ 682. Uji Derajat Integrasi................................................................................. 693. Uji Kointegrasi.......................................................................................... 714. Uji Error Correction Model (ECM)......................................................... 725. Error Correction Term.............................................................................. 756. Uji Asumsi Klasik..................................................................................... 757. Koefisien Determinasi (R2)....................................................................... 778. Uji F dan Uji t........................................................................................... 77
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN.......................................................... 79
A. Gambaran Umum Objek Penelitian................................................................ 791. Sekilas tentang Jakarta Islamic Index...................................................... 792. Indeks Saham Regional............................................................................ 853. Kurs Rupiah terhadap USD...................................................................... 874. Jumlah Uang Beredar............................................................................... 895. Tingkat Inflasi........................................................................................... 90
B. Analisis Hasil Olah Statistik........................................................................... 921. Penentuan Model...................................................................................... 922. Uji Asumsi Klasik..................................................................................... 973. Analisis Regresi Linier Berganda........................................................... 100
x
4. Pengujian Hipotesis................................................................................ 102C. Pembahasan Hasil Analisis........................................................................... 104
1. Indeks Dow Jones dan Jakarta Islamic Index........................................ 1042. Indeks Nikkei dan Jakarta Islamic Index............................................... 1043. Indeks Hang Seng dan Jakarta Islamic Index........................................ 1054. Kurs Rupiah terhadap USD dan Jakarta Islamic Index.......................... 1065. Jumlah Uang Beredar dan Jakarta Islamic Index................................... 1066. Tingkat Inflasi dan Jakarta Islamic Index.............................................. 107
D. Pembahasan Implikasi Ekonomi................................................................... 1081. Indeks Saham Regional dan Jakarta Islamic Index................................ 1082. Nilai Tukar Rupiah dan Jakarta Islamic Index....................................... 1103. Jumlah Uang Beredar dan Jakarta Islamic Index................................... 1114. Inflasi dan Jakarta Islamic Index........................................................... 112
BAB V PENUTUP................................................................................................ 114
A. Kesimpulan................................................................................................... 114B. Implikasi dan Saran...................................................................................... 116
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 117
LAMPIRAN............................................................................................................ 121
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Saham Syariah Tahun 2007-2015.................6
Tabel 1.2 Kapitalisasi Saham Syariah JII Tahun 2006-2015............................ 8
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu.......................................................................... 57
Tabel 4.1 Daftar Emiten yang Terdaftar pada Jakarta Islamic Index (JII)........83
Tabel 4.2 Data Indeks Saham Regional Periode Juli-Desember 2008 ........... 87
Tabel 4.3 Hasil Uji Akar Unit pada Level......................................................... 93
Tabel 4.4 Hasil Uji Akar Unit pada First Difference.........................................94
Tabel 4.5 Hasil Uji Kointegrasi......................................................................... 95
Tabel 4.6 Uji Error Correction Model ........................................................... 96
Tabel 4.7 Uji Multikolinieritas...........................................................................98
Tabel 4.8 Uji Heteroskedastisitas...................................................................... 98
Tabel 4.9 Uji Autokorelasi.................................................................................99
Tabel 4.10 Model Estimasi Jangka Panjang.......................................................100
Tabel 4.11 Rangkuman Hasil Uji t.....................................................................103
xii
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK
Gambar 2.1 Hubungan Tingkat Resiko dan Return.............................................. 23
Gambar 2.2 Kerangka Konsep.............................................................................. 62
Grafik 4.1 Pergerakan Jakarta Islamic Index Periode 2006-2015...................... 84
Grafik 4.2 Pergerakan Indeks Saham Regional Periode 2006-2015..................86
Grafik 4.3 Kurs Rupiah terhadap Dolar AS Periode 2006-2015 ....................... 88
Grafik 4.4 Perkembangan Jumlah Uang Beredar Periode 2006-2015................ 90
Grafik 4.5 Perkembangan Tingkat Inflasi Periode 2006-2015........................... 91
Grafik 4.6 Uji Normalitas..................................................................................100
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Harta dalam Islam dipandang sebagai titipan Allah yang harus dikelola
dengan baik dan profesional. Kepemilikan harta harus diarahkan pada aktivitas
keuangan yang ma’ruf dan paling tidak mencakup dua hal, yaitu memenuhi
prinsip at-ta’awun dan menghindari al-iktinaz. At-ta’awun berarti adanya sikap
saling membantu di antara para pemilik harta dengan anggota masyarakat, sedang
al-iktinaz merupakan tindakan menahan atau meng-idle-kan uang/dana sehingga
tidak dapat diputar untuk transaksi yang bermanfaat bagi masyarakat umum.1
Allah berfirman dalam al-Qur’an Surat al-Hadid Ayat 7:
“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian
dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-
orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya
memperoleh pahala yang besar.”
Al-Qur’an juga memberikan kabar gembira dengan melipatgandakan
(multiplier effect) ganjaran kepada orang yang melakukan investasi (walaupun
dalam hal ini adalah infak yang berdimensi ukhrawi) sebagaimana dinyatakan
dalam Surat al-Baqarah Ayat 261:
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya dijalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang
1Oom Komariah, Analisis Pengukuran Risiko Harga Saham dengan Pendekatan Model VarianceCovariance dan Historical Simulation, Jurnal Eksis, 2006.
2
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah
melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha
Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Islam menolak akumulasi harta pada beberapa orang saja dan karenanya
mengajarkan untuk melakukan investasi sesuai dengan tuntunan syariah. Salah
satu cara yang dapat digunakan supaya harta menjadi produktif, dapat bermanfaat
bagi masyarakat umum, dan dapat mendorong masyarakat menjadi seorang
investor yang prinsip-prinsipnya tidak bertentangan dengan ajaran Islam adalah
dengan cara berinvestasi pada pasar modal syariah.2
Mengenai pasar modal, Islam dengan sistem ekonominya yang melarang
bunga dan menghendaki adanya partisipasi aktif dalam bisnis dengan risiko dan
keuntungan yang dibagi bersama memandang kehadiran pasar modal yang
berfungsi dengan baik sangat penting di era kapitalisasi sekarang. Ini
dikarenakan, pertama, memungkinkan pemilik investasi berpartisipasi secara
penuh dalam perusahaan dengan sistem bagi hasil dan resiko. Kedua,
memungkinkan pemegang saham memperoleh likuiditas dengan menjual saham
yang mereka miliki sesuai dengan sistem di bursa efek. Ketiga, memperbolehkan
perusahaan untuk meningkatkan modal eksternal guna membangun dan
meningkatkan produksi mereka. Keempat, menghindarkan operasi bisnis
perusahaan dari perubahan harga saham jangka pendek yang merupakan
karakteristik utama dari bursa efek non-Islam. Kelima, memungkinkan investasi
2Ibid.
3
dalam ekonomi menjadi cermin kinerja perusahaan dengan melihat harga saham
perusahaan tersebut.3
Pada era globalisasi saat ini, pasar modal memegang peranan vital dalam
menentukan arah perekonomian global. Dengan semakin berkembangnya
kemajuan komunikasi pada era perekonomian sekarang, emiten-emiten juga
semakin meningkatkan upaya untuk mengembangkan usahanya dalam rangka
ekspansi bisnis dan juga menambah modal usaha dengan berbagai cara agar
mendapatkan keuntungan berlipat.
Sebagai negara dengan pasar keuangan yang sedang berkembang, Indonesia
telah menempatkan pasar modal menjadi bagian penting dalam
perekonomiannya, baik sebagai tempat untuk menghimpun dana, tempat
alternatif penjualan saham dan penerbitan obligasi, maupun sebagai indikator
stabilitas kondisi makroekonomi.
Keberadaan pasar modal di Indonesia merupakan salah satu faktor
terpenting dalam ikut membangun perekonomian nasional, terbukti telah banyak
industri dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar modal ini sebagai
media untuk menyerap investasi dan memperkuat posisi keuangan. Secara
faktual, pasar modal telah menjadi financial nerve center (pusat saraf finansial)
pada dunia ekonomi dewasa ini, bahkan perekonomian modern tidak akan
mungkin bisa eksis tanpa adanya pasar modal yang tangguh dan berdaya saing
3Veithzal Rivai dan Rinaldi Firmansyah, Islamic Financial Management (Bogor: Ghalia Indonesia,2010).
4
global serta terorganisir dengan baik.4
Setelah diterpa krisis keuangan global pada 2008 silam, kondisi investasi di
Indonesia saat ini sedang mengalami perkembangan yang cukup baik.
Membaiknya kondisi investasi ini ditandai dengan semakin meningkatnya kinerja
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), LQ45, Jakarta Islamic Index (JII), dan
Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI). Indeks-indeks tersebut dapat sedikit
banyak merepresentasikan kondisi aktual pasar modal nasional dan khususnya
pasar modal syariah.
Pasar modal syariah muncul sebagai respon atas keinginan untuk
mengakomodasi kebutuhan umat muslim Indonesia yang ingin melakukan
investasi berdasarkan prinsip syariah. Keinginan tersebut kemudian terealisasi
dengan diluncurkannya Danareksa Syariah oleh PT Danareksa Investment
Management pada tanggal 3 Juli 1997. Disusul kemudian pada tanggal 3 Juli
2000, Bursa Efek Indonesia bekerjasama dengan PT Danareksa Investment
Management meluncurkan Jakarta Islamic Index (JII). Pada tahap selanjutnya,
penerbitan instrumen obligasi syariah (sukuk), reksadana syariah dan Daftar Efek
Syariah (DES) yang kemudian bertransformasi menjadi Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) serta Exchange Traded Funds (ETF) telah mewarnai
perkembangan signifikan produk investasi syariah di pasar modal Indonesia.
Mengacu pada tahun diterbitkannya Daftar Efek Syariah yaitu tahun 2007,
4Zainul Abidin, Analisis Keterkaitan antara Indeks Saham Syariah di Beberapa Negara dan IndeksSaham Jakarta Islamic Index (JII) di Indonesia, Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen InstitutPertanian Bogor, h. 2.
5
selama sembilan tahun terakhir, yaitu sampai 2015, jumlah saham yang terdaftar
di Bursa Efek terus mengalami peningkatan. Tercatat bahwa jumlah saham pada
2015 telah mengalami pertumbuhan yang signifikan hampir dua kali lipat,
sebagaimana ditunjukkan Tabel 1.1. (lihat halaman selanjutnya)
6
Tabel 1.1. Perkembangan Jumlah Saham Syariah Tahun 2007-2015
Tahun Periode Jumlah Saham Syariah
2007 I 174
II 183
2008 I 191
II 195
2009 I 198
II 199
2010 I 210
II 228
2011 I 234
II 253
2012 I 304
II 321
2013 I 310
II 336
2014 I 326
II 336
2015 I 328
II 337
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
7
Berdasarkan DES yang telah diterbitkan pada periode sembilan tahun
terakhir, jumlah saham syariah mengalami peningkatan dari tahun ke tahun
sebagaimana terlihat pada Tabel 1.1. Peningkatan jumlah saham ini seiring
dengan peningkatan jumlah perusahaan yang melakukan penawaran umum
saham serta bertambahnya emiten yang sahamnya memenuhi kriteria sebagai
saham syariah.5 Tabel 1.1 juga mengindikasikan keberadaan saham syariah yang
sangat diminati oleh para investor.
Meningkatnya minat investor terhadap saham syariah dapat digambarkan
dengan baik oleh fluktuasi nilai kapitalisasi saham syariah Jakarta Islamic Index
(JII) yang sempat mengalami penurunan pada 2008 karena dampak Subprime
Mortgage Crisis di Amerika Serikat, namun kembali menunjukkan trend positif
pada tahun 2009 hingga 2014 dan kembali menurun sebesar 12,57% pada 2015.
5Otoritas Jasa Keuangan, Roadmap Pasar Modal Syariah 2015-2019, 2014, h. 30.
8
M
Meningkatnya jumlah kapitalisasi pada tahun-tahun tersebut menunjukkan
kinerja Jakarta Islamic Index (JII) yang mengalami peningkatan cukup baik.
Namun demikian, peningkatan kinerja JII dalam beberapa tahun terakhir bukan
berarti bebas risiko. Karena baik investasi pada saham syariah maupun saham
konvensional akan sama-sama menghadapi eksistensi risiko (risk) dan
pengembalian (return).
Dunia investasi tidak bisa lepas dari pertimbangan resiko. Dalam investasi
saham, risiko saham adalah hal yang sangat mutlak diperhitungkan. Risiko pasar
Tabel 1.2. Kapitalisasi Saham Syariah JII Tahun 2006-2015
Tahun Jakarta Islamic Index
(Rp Miliar)
2006 620.165,31
2007 1.105.897,25
2008 428.525,74
2009 937.919,08
2010 1.134.632,00
2011 1.414.983,81
2012 1.671.004,24
2013 1.672.009,91
2014 1.944.531,70
2015 1.737.293.89
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan
9
muncul akibat harga pasar bergerak ke arah yang merugikan dimana risiko
tersebut merupakan gabungan yang terbentuk akibat perubahan suku bunga,
perubahan nilai tukar, serta hal lain yang mempengaruhi harga pasar saham,
ekuitas maupun komoditas (Kasidi: 2010).
TICMI (The Indonesian Capital Market Institute) sebagai lembaga yang
melayani edukasi dan sertifikasi profesi pasar modal menyebutkan setidaknya
terdapat tiga risiko dalam investasi saham. Pertama, risiko kebangkrutan
(bankcruptcy risk) yang mungkin meliputi risiko kehilangan seluruh nilai
investasi yang ditanamkan karena emiten mengalami kebangkrutan. Kedua, risiko
likuiditas yang dapat terjadi jika transaksi saham tersebut di pasar mengalami
penyusutan. Risiko ini dapat mengakibatkan kejatuhan harga saham pada level
terendah yang diizinkan oleh bursa. Ketiga, risiko fluktuasi yang muncul akibat
dinamika ekonomi yang terjadi baik secara makro maupun mikro yang bersifat
sementara. Kerugian yang dapat timbul dari risiko fluktuasi tidak akan mencapai
keseluruhan nilai investasi yang ditanamkan dan juga tidak akan mencapai harga
terendah yang ditetapkan oleh bursa.
Pengembalian (return) positif yag merupakan harapan investor dapat
diprediksikan dengan melakukan analisa terhadap kondisi makroekonomi. Ini
dikarenakan kondisi makroekonomi mempengaruhi kinerja perusahaan sehingga
menciptakan risiko volatilitas harga saham di pasar modal. Menurut Subakti
(2016), kemampuan investor untuk memahami dan meramalkan kondisi
makroekonomi di masa yang akan datang akan sangat bermanfaat dalam
membuat keputusan investasi yang menguntungkan. Sehingga dapat disimpulkan
10
bahwa seorang investor sudah seharusnya mempertimbagkan faktor
makroekonomi seperti nilai tukar, jumlah uang beredar, dan inflasi sebagai faktor
yang dapat merepresentasikan tingkat risiko pasar.
Bersamaan dengan adanya globalisasi dan integrasi pasar, risiko dan tingkat
pengembalian tidak hanya dipengaruhi oleh faktor makroekonomi domestik,
tetapi juga internasional. Di atas dijelaskan juga bahwa menurunnya kapitalisasi
pasar Jakarta Islamic Index (JII) pada tahun 2008 disebabkan oleh Subprime
Mortgage Crisis di Amerika Serikat. Krisis tersebut telah mengakibatkan
sejumlah variabel makro dan indeks regional mengalami kontraksi yang sangat
dalam, tidak hanya di Amerika Serikat sebagai negara pemicu, namun meluas ke
Indonesia dan negara-negara di kawasan lainnya.
Selain Amerika Serikat, terdapat beberapa bursa saham dari negara maju
semisal Jepang dan Hongkong di kawasan regional Asia yang sangat berpengaruh
terhadap bursa saham di negara lain. Sebagai bursa saham yang berpengaruh,
volume transaksi pada pasar modal di negara-negara tersebut memiliki nilai yang
tinggi karena didukung oleh jumlah perusahaan yang telah go public, jumlah
instrumen investasi, dan kapitalisasi pasarnya. Sebagai contoh, berdasarkan
World Federation of Exchanges pada 2013, nilai kapitalisasi NYSE Amerika
Serikat adalah US$ 17.949,88 miliar, bursa saham Jepang senilai US$ 4.543,17
miliar, dan bursa saham Hongkong senilai 3.100,78 miliar. Bursa saham di negara
maju dipersepsikan mampu memobilisasi dana (capital mobility) para investor
sehingga dana investor dari berbagai negara dapat berpindah dengan mudah.
Di Indonesia, koreksi krisis yang cukup dalam terhadap Jakarta Islamic
11
Index (JII) dan juga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diduga merupakan
dampak sistemik dari kejatuhan bursa global di kawasan regional seperti Dow
Jones dan Nikkei, yang kemudian membentuk persepsi negatif investor mengenai
sektor keuangan di dunia. Persepsi ini juga yang mengakibatkan turut jatuhnya
nilai indeks nasional.6
Hal ini menjadi maklum karena pasar modal Indonesia melalui Bursa Efek
Indonesia (BEI) merupakan bagian integral dari bursa global. Keterkaitan pasar
modal Indonesia dengan pasar modal luar negeri dimulai setelah
diperbolehkannya para investor untuk ikut menguasai saham-saham yang tercatat
di BEJ (sekarang BEI, pen).7 Dalam pasar global saat ini, seorang investor dapat
berinvestasi di mana pun dia berada (capital does not carry any flag).8
Globalisasi saat ini telah memungkinkan investor dari negara lain (asing)
untuk berinvestasi di Indonesia, khususnya pada bursa-bursa yang ada di dalam
kawasan regional. Oleh karena itu perubahan nilai di suatu bursa juga akan
ditransmisikan ke bursa negara lain, dimana bursa yang lebih besar akan
mempengaruhi bursa yang lebih kecil.9
Fadillah Nor Laila (2015) melakukan penelitian mengenai pengaruh indeks
6Yoghi Citra Pratama, Pengaruh Indeks Regional Terhadap Jakarta Islamic Index (JII), JurnalEtikonomi Vol. 11 No. 2, 2012, h. 128.
7Moh. Mansur, Pengaruh Indeks Bursa Global Terhadap IHSG Pada Bursa Efek Jakarta (BEJ)Periode 2000-2002, Jurnal Sosiohumaniora, 2005, h. 203.
8Sensi Ludovicus Wondabio, Analisa Hubungan Index Harga Saham Gabungan (IHSG) Jakarta (Jsx),London (Ftse), Tokyo (Nikkei) dan Singapura (Ssi), Padang, 2006.
9Pananda Pasaribu, et.al., Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap IHSG, Working Paper, 2008.
12
bursa global terhadap Indonesia Sharia Stock Index (ISSI) dan menunjukkan
adanya pengaruh signifikan secara simultan antara variabel Dow Jones Islamic
Market Index (DJIMI), Financial Times Stock Exchange 100 (FTSE 100), Hang
Seng Index, Kuala Lumpur Stock Exchange (KLSE), dan Strait Times Index (STI)
terhadap ISSI. Namun secara parsial Indeks DJIMI, FTSE 100 dan KLSE
berpengaruh positif signifikan terhadap ISSI, sedangkan FTSE 100 dan Hang
Seng berpengaruh negatif signifikan terhadap ISSI. Hasil penelitian ini kemudian
menjadi landasan awal untuk melihat pengaruh indeks bursa regional terhadap
Jakarta Islamic Index (JII).
Selain karena pergerakan bursa regional seperti Dow Jones, Hang Seng dan
Nikkei, dugaan fluktuasi Jakarta Islamic Index (JII) juga disebabkan oleh
pergerakan kurs, inflasi dan jumlah mata uang yang beredar sebagai faktor
makro. Peningkatan Indeks JII diperkirakan karena adanya apresiasi kurs Rupiah
terhadap Dolar, sedangkan penurunan Indeks JII diduga karena kurs Rupiah yang
terdepresiasi terhadap Dolar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi
perekonomian yang baik merupakan sentimen positif yang akan berdampak pada
kenaikan harga di pasar saham. Kondisi perekonomian akan mempengaruhi
kondisi pasar dan pada tahap berikutnya akan berdampak pada keuntungan yang
diperoleh pemodal.
Namun data empiris terkadang menunjukkan kontradiksi dengan teori
ekonomi. Sebagai contoh, pada bulan Juni-Juli 2005, dimana nilai tukar Rupiah
terhadap Dolar terus melemah, seharusnya harga saham di BEI mengalami
penurunan. Tetapi yang terjadi justru menguat, bahkan IHSG mencatat rekor
13
tertinggi dalam sejarahnya.10
Pada bulan Juni 2005 nilai tukar Rupiah terhadap Dolar adalah 9.713,
kemudian pada Juli 2005 Rupiah terdepresiasi menjadi 9.819 per US Dolar.
Sedangkan pada saat yang sama, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru
menguat dari 1.122,38 pada Juni menjadi 1.182,3 pada Juli 2005. Data ini
kemudian menjadi landasan awal untuk melihat pengaruh variabel makro
terhadap Jakarta Islamic Index (JII).
Menurut Reilly (1992) dalam Oksiana Jatiningsih (2007), inflasi mempunyai
dua bentuk korelasi dengan harga saham. Pertama, korelasi positif, bila inflasi
yang terjadi adalah demand pull inflation. Karena pada saat jumlah permintaan
melebihi jumlah penawaran terhadap barang yang tersedia, perusahaan dapat
membebankan peningkatan biaya kepada konsumen dengan proporsi yang lebih
besar sehingga keuntungan perusahaan meningkat, dan selanjutnya meningkatkan
kemampuan perusahaan untuk membayar dividen serta memberikan penilaian
positif pada harga saham. Kedua, korelasi negatif, jika inflasi yang terjadi
merupakan cost push inflation. Dengan adanya kenaikan harga bahan baku dan
tenaga kerja, sementara perekonomian dalam keadaan inflasi, maka produsen
tidak mempunyai keberanian untuk menaikkan harga produknya sehingga
keuntungan perusahaan untuk membayar dividen menurun dan akan berdampak
10Wastriati, Analisis Pengaruh Ekonomi Makro Terhadap Nilai Jakarta Islamic Index (JII), SkripsiFakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta, 2010, h. 25.
14
pada penilaian negatif terhadap harga saham.11
Studi penelitian terdahulu oleh Hermanto dan Manurung (2002) dalam
Oksiana Jatiningsih (2007) juga menunjukkan adanya pengaruh positif antara
variabel jumlah uang beredar (M2) dengan indeks BEJ. Semakin banyak dana
yang dipegang oleh masyarakat maka semakin banyak pula dana yang akan
dialokasikan untuk investasi di bursa saham. Sehingga akan menaikkan harga
saham-saham dan selanjutnya menguatkan IHSG.12 Hasil penelitian ini kemudian
juga menjadi landasan awal untuk melihat pengaruh variabel makro terhadap
Jakarta Islamic Index (JII).
Berdasarkan latar belakang di atas dan dari beberapa penelitian yang telah
disebutkan, diperoleh hasil yang tidak konsisten terhadap variabel yang
mempengaruhi indeks saham. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut dengan judul “Analisis Pengaruh Indeks Saham
Regional dan Variabel Makroekonomi Terhadap Pergerakan Jakarta
Islamic Index (JII)”.
11Oksiana Jatiningsih, Musdholifah, Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Indeks harga SahamGabungan di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Aplikasi Manajemen, 2007.
12Ibid.
15
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka
permasalahan yang menjadi bahan kajian dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Kehadiran pasar modal syariah dengan sistem nir-bunga telah memberikan
warna baru bagi dunia investasi di Indonesia.
2. Dunia investasi, baik konvensional maupun syariah, tidak bisa lepas dari
risiko pasar.
3. Sistem perekonomian terbuka pada era globalisasi memungkinkan investor
untuk menanam modal di luar negeri.
4. Perubahan nilai saham di suatu bursa akan ditransmisikan ke bursa-bursa di
negara lain dimana bursa yang lebih besar akan mempengaruhi bursa yang
lebih kecil.
5. Adanya risiko pasar dalam dunia investasi memaksa investor
mempertimbangkan faktor-faktor yang merepresentasikan risiko untuk
meningkatkan pengembalian (return).
16
C. Batasan Penelitian
Untuk memfokuskan arah penelitian dan memudahkan analisis, maka
penulis perlu membuat batasan-batasan masalah dalam menganalisis faktor-
faktor yang mempengaruhi indeks saham syariah Jakarta Islamic Index (JII) di
Indonesia. Adapun batasan-batasannya meliputi:
1. Metode analisis yang digunakan adalah Error Correction Model (ECM)
untuk melihat hubungan jangka pendek dan Uji Kointegrasi untuk melihat
indikasi hubungan jangka panjang.
2. Jangka waktu penelitian ini adalah tahun 2006 sampai dengan tahun 2015.
3. Objek penelitian ini adalah pergerakan indeks saham syariah.
4. Indeks saham syariah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jakarta
Islamic Index (JII) yang diluncurkan sejak 3 Juli 2000 dan terdiri dari 30
saham yang lolos screening process serta dilakukan berdasarkan fatwa
Dewan Syariah Nasional.
5. Variabel terikat yang digunakan adalah Jakarta Islamic Index (JII).
6. Variabel bebas penelitian yang digunakan adalah:
a. Indeks Dow Jones
b. Indeks Nikkei
c. Indeks Hangseng
d. Kurs Rupiah terhadap USD
e. Jumlah uang yang beredar (M2)
f. Tingkat inflasi
17
D. Rumusan Masalah
Adanya pengaruh indeks saham regional dan variabel makroekonomi
terhadap pergerakan harga saham, menjadikannya sebagai indikator yang dapat
digunakan untuk memprediksi indeks saham. Berdasarkan uraian di atas, maka
pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh jangka panjang antara indeks saham regional
(Dow Jones, Nikkei, dan Hang Seng) dan variabel makroekonomi (kurs
Rupiah terhadap USD, jumlah uang beredar dan tingkat inflasi) terhadap
Jakarta Islamic Index (JII)?
2. Apakah terdapat pengaruh jangka pendek antara indeks saham regional
(Dow Jones, Nikkei, dan Hang Seng) dan variabel makroekonomi (kurs
Rupiah terhadap USD, jumlah uang beredar dan tingkat inflasi) terhadap
Jakarta Islamic Index (JII)?
18
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
oleh penulis dalam penelitian ini adalah:
a. Menganalisis pengaruh jangka panjang antara indeks saham regional
(Dow Jones, Nikkei, dan Hang Seng) dan variabel makroekonomi (kurs
Rupiah terhadap USD, jumlah uang beredar dan tingkat inflasi) terhadap
Jakarta Islamic Index (JII).
b. Menganalisis pengaruh jangka pendek antara indeks saham regional
(Dow Jones, Nikkei, dan Hang Seng) dan variabel makroekonomi (kurs
Rupiah terhadap USD, jumlah uang beredar dan tingkat inflasi) terhadap
Jakarta Islamic Index (JII).
2. Manfaat Penelitian
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
cakrawala pengetahuan dan pengembangan keilmuan mengenai pengaruh
indeks saham regional dan variabel makroekonomi terhadap Jakarta Islamic
Index (JII). Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bahan kajian
dalam menghadapi fenomena yang terjadi di pasar modal pada perusahaan-
perusahaan yang terdaftar di JII.
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara
langsung atau tidak langsung bagi:
19
a. Bagi Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada investor mengenai pertimbangan yang harus diambil dalam
melakukan investasi syariah pada pasar modal syariah dengan melihat
indikator indeks saham regional dan variabel makro.
b. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
informasi dan masukan yang berguna dalam menetapkan keputusan
berikut langkah-langkah yang diambil berkaitan dengan saham.
c. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
masyarakat luas dalam menganalisis dan mengevaluasi keputusan
investasi yang tepat.
d. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan,
pengetahuan dan pengalaman penulis terkait dengan aktivitas
perekonomian makro dan bursa efek regional serta pengaruhnya
terhadap bursa efek syariah di Indonesia.
20
F. Sistematika Pembahasan
Penyusunan skripsi ini akan disajikan secara sistematis dengan
menggunakan lima bab pembahasan yang terdiri dari beberapa sub bab sebagai
perinciannya. Adapun sistematika pembahasannya adalah sebagai berikut:
Bab pertama adalah pendahuluan sebagai gambaran awal dan menjadi
pengantar kepada pokok-pokok permasalahan yang ingin dikaji oleh peneliti.
Bab ini berisi latar belakang masalah yang menjadi landasan dilakukannya
penelitian, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah yang
disajikan dalam bentuk pertanyaan, dan tujuan serta manfaat penelitian
dilakukan. Bab pertama ini ditutup dengan sistematika pembahasan yang
menjelaskan sistematika penyajian hasil penelitian dari awal hingga penyajian
kesimpulan hasil penelitian.
Bab kedua merupakan landasan teori dari penelitian yang dilakukan. Bab
ini menyajikan kajian pustaka. Kajian pustaka memuat kajian terhadap
penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan serta teori-teori yang melandasi
penelitian ini. Bab ini juga akan menyajikan informasi mengenai variabel yang
akan diteliti, seperti investasi dalam perspektif Islam, pasar modal syariah,
Jakarta Islamic Index (JII), saham syariah, indeks saham regional, analisis
fundamental variabel makro dan indeks syariah, dan variabel makroekonomi.
Bab ketiga adalah metode penelitian yang berisi metode dan teknik yang
digunakan dalam penelitian. Pada bab ini akan diuraikan ruang lingkup
penelitian, jenis penelitian, jenis dan sumber data, populasi dan teknik
pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, teknik
21
analisis data, operasional variabel penelitian dan terakhir hipotesis penelitian
yang dirumuskan dari landasan teori dan kajian penelitian sebelumnya.
Bab keempat merupakan analisis hasil dan pembahasan. Bab ini adalah
inti dari permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini. Adapun beberapa
inti dari permasalahan yang akan dikaji berisi: sekilas gambaran umum Jakarta
Islamic Index, Indeks Dow Jones, Nikkei, dan Hang Seng, kurs Rupiah terhadap
USD, tingkat inflasi dan jumlah uang beredar. Berikutnya akan dipaparkan hasil
analisis dan pembahasannya dengan menggunakan pendekatan Error
Correction Model berikut dengan tahapan Uji Stasioneritas Data, Uji Derajat
Integrasi, dan Uji Kointegrasi. Kemudian dilanjutkan dengan Uji Error
Correction Model (ECM) dan Error Correction Term (ECT) serta Uji Asumsi
Klasik. Bab ini ditutup dengan Pembahasan Hasil Analisis.
Bab lima merupakan Kesimpulan dan Saran. Bab ini memuat kesimpulan
yang merupakan jawaban dari rumusan permasalahan yang telah dibahas
sebelumnya dan saran bagi para pelaku pasar dan peneliti selanjutnya.
22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Investasi Menurut Perspektif Islam
Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang
dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan
keuntungan di masa yang akan datang. Tandelilin (2001) mendefinisikan investasi
sebagai komitmen atas sejumlah dana atau sumber dana lainnya yang dilakukan
pada saat ini dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang
akan datang.
Investasi dapat dilakukan oleh pemodal atau investor pada berbagai sektor
perekonomian. Investor dapat berinvestasi pada aktiva riil dan juga pada aktiva
keuangan. Aktiva riil adalah aktiva berwujud seperti emas, perak, intan, barang-
barang seni dan real estate. Sedangkan aktiva finansial adalah surat-surat
berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva riil yang dikuasai oleh
suatu entitas yakni sekuritas.13
Tujuan orang melakukan investasi pada dasarnya adalah untuk
menghasilkan sejumlah uang. Selain itu, secara lebih khusus, tujuan investasi
adalah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang,
mengurangi tekanan inflasi dan dorongan untuk menghemat pajak.14
Di satu sisi, investasi merupakan kegiatan yang tak luput dari adanya risiko.
13Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal (Yogyakarta: UPP YKPN, 2011), h. 4.
14Eduardus Tandelilin, Portfolio dan Investasi (Yogyakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis, 2001)
23
Hal ini dikarenakan tidak ada yang bisa menjamin bahwa suatu kegiatan/investasi
akan berjalan dengan lancar. Risiko sendiri merupakan suatu kejadian yang
merugikan atau peluang terjadinya kejadian yang tidak diinginkan (Hanafi,
2009:1). Return dan risiko merupakan dua hal yang todak dapat dipisahkan dalam
berinvestasi. Ketika seorang investor ingin mendapatkan return maka ia juga
harus siap memperoleh risiko. Semakin tinggi return yang diperoleh maka
semakin risiko juga risiko yang menyertai.
Gambar 2.1. Hubungan Tingkat Resiko dan Return
Sumber: Tandelilin (2001)
Secara makro, investasi dipengaruhi oleh tingkat suku bunga, tingkat
pengembalian sebagai indikator dari keuntungan, Produk Nasional Bruto (GNP)
dan perubahan teknologi. Dengan mengkombinasikan semua faktor tersebut,
maka dapat dihasilkan fungsi investasi dalam formasi:
I = I (i, r, Q, T)
dengan, dI/di < 0; dI/dQ ≥ 0; dan dI/dT > 0
dimana, I = tingkat investasi
24
i = tingkat suku bunga
r = tingkat pengembalian sebagai indikator dari keuntungan
Q = Produk Nasional Bruto (GNP)
T = Perubahan teknologi yang mempengaruhi investasi
Dari model tersebut, keberadaan i menyebabkan ketidakpastian dalam
semua variabel. Variabel r mempunyai sifat acak dalam keberadaan i karena
ketidakpastian yang disebabkan oleh harapan-harapan investor. Karenanya Q
tidak dapat meningkat selama masih terdapat kelambatan (lag) pada harapan-
harapan investor. Juga karena penginvestasian kembali dari peningkatan Q tidak
dapat direalisasikan, maka T mengalami kelambatan (lag) dan efek beruntun
antara ketidakpastian yang disebabkan oleh i dan iklim ekonomi keseluruhan akan
terbentuk.15
Islam memandang investasi sebagai gradasi atau tadrij pengetahuan.
Konsep investasi selain sebagai pengetahuan juga mengandung nuansa spiritual
karena dijalankan dengan menggunakan norma syariah. Dengan begitu investasi
merupakan hakikat dari sebuah ilmu dan amal, dan karenanya sangat dianjurkan
Islam.16
Menurut beberapa pandangan kontemporer, seorang muslim yang
menginvestasikan dana atau tabungannya tidak akan dikenakan pajak pada jumlah
yang diinvestasikannya, tetapi dikenakan pajak pada keuntungan yang dihasilkan
15Adiwarman A. Karim, “Ekonomi Makro Islami”, Cetakan ke – 5 (Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada, 2012), h. 295
16Wastriati, Op.Cit., 32
25
dari investasinya, karena dalam perekonomian islami semua aset-aset yang tidak
termanfaatkan dikenakan pajak. Investor muslim akan lebih baik memanfaatkan
dananya untuk investasi daripada mempertahankan dananya dalam bentuk yang
tidak termanfaatkan.
Islam juga melarang bentuk-bentuk spekulasi yang di dalam perekonomian
non-islami (konvensional) tidak terpisahkan. Jenis-jenis spekulasi yang dilarang
dalam islam tidak hanya mencakup perlombaan, permainan kartu dan aktivitas
perjudian lainnya, tetapi juga bentuk-bentuk transaksi yang melibatkan hasil yang
akan datang (forward transaction).
Faktor utama yang mempengaruhi tingkah laku investasi dalam
perekonomian islami adalah ketidakberadaan suku bunga. Islam melarang
pembayaran bunga pada semua jenis pinjaman (pribadi, komersial, pertanian,
industri, dan lainnya) walaupun pinjaman-pinjaman ini dilakukan untuk teman,
perusahaan swasta maupun publik, pemerintah dan entitas lainnya.
Ini mengindikasikan bahwa dalam perekonomian islami tingkat bunga tidak
masuk dalam perhitungan investasi, maka biaya kesempatan (opportunity cost)
dari meminjamkan dana yang digunakan untuk kepentingan investasi adalah zakat
yang dibayarkan pada dana-dana ini. Dengan kata lain, dana atau tabungan yang
tidak dimanfaatkan pada investasi riil akan dikenakan zakat pada tingkat tertentu.
Jelaslah bahwa investasi di dalam perekonomian islami adalah fungsi dari
tingkat keuntungan yang diharapkan. Tingkat keuntungan yang diharapkan juga
bergantung pada bagian relatif dari keuntungan yang dialokasikan antara investor
dan mereka yang menyediakan dana-dananya pada bentuk kerja sama atau
26
pinjaman.
Secara lebih spesifik, M. M Metwally (1993) dalam Adiwarman A. Karim
(2012) mengembangkan suatu fungsi investasi dalam perekonomian islami yang
sangat berbeda dengan perekonomian non-islami (konvensional). Model yag
dikembangkan tersebut mengasumsikan tingkat suku bunga nol. Ia kemudian
mengganti variabel suku bunga dengan variabel expected rate of profit (r).
Dengan mengasumsikan bahwa terdapat denda untuk penimbunan aset-aset yang
tidak termanfaatkan (idle assets), dilarang segala bentuk spekulasi dan tindakan
perjudian , serta tingkat suku bunga pada segala jenis pinjaman adalah nol, M. M
Metwally merumuskan fungsi investasi dalam perekonomian islami sebagai
berikut:
Φ (r, ZA, Zπ, µ)
dan,
r = r
dimana:
I = permintaan untuk investasi
R = tingkat harapan keuntungan
S1 = bagian keuntungan/kerugian dari investor
SF = bagian keuntungan/keuntungan dari mitra (peminjam)
ZA = tingkat/besar zakat pada aset-aset yang tidak termanfaatkan (idle)
Zπ = tingkat/besar zakat pada keuntungan dari hasil investasi
µ = iuran, selain zakat, pada aset-aset yang tidak termanfaatkan (idle)
27
Namun karena ZA = dan Zπ = (contoh: tingkat/besarnya zakat
tetap), persamaan di atas dapat diekspresikan menajdi:
I = Ψ (r, µ)
dimana,
> 0 dan, > 0
Menurut persamaan di atas, permintaan investasi dalam perekonomian
islami akan meningkat bila, a) tingkat harapan akan tingkat keuntungan
meningkat, dan b) tingkat/ besar iuran pada aset-aset yang tidak termanfaatkan
meningkat. Sehingga, jika tingkat harapan keuntungan bukan merupakan variabel
yang dapat dikendalikan, maka satu-satunya instrumen yang tersedia untuk
penguasa (atau per individu, pen.) muslim mendorong investasi adalah tingkat
iuran pada aset-aset yang tidak termanfaatkan (µ). Ini merupakan alternatif dari
bunga dalam perekonomian bebas non-islami (konvensional).17
B. Pasar Modal Syariah
Menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 Pasal 1 Ayat 13,
pasar modal didefinisikan sebagai pasar yang menyelenggarakan “kegiatan yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.”
Sesuai dengan definisi tersebut, Tjiptono Darmaji dan Hendy M.
17Adiwarman A. Karim, Op. Cit, h. 297.
28
Fakhruddin (2008) menyatakan bahwa pada dasarnya pasar modal merupakan
pasar untuk berbagai keuangan jangka panjang yang biasa diperjualbelikan, baik
dalam bentuk utang, ekuitas (saham), instrumen derivative, maupun instrumen
lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun
institusi lain (misalnya pemerintah) dan sarana bagi kegiatan berinvestasi.
Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana
kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.18
Pasar Modal Syariah (Islamic Stock Exchange) adalah kegiatan yang
berhubungan dengan perdagangan efek syariah perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan
dengannya, dimana semua produk dan mekanisme operasionalnya berjalan tidak
bertentangan dengan hukum muamalat islamiyah. Pasar modal syariah dapat
juga diartikan sebagai pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah.19
Pasar modal syariah dikembangkan dalam rangka mengakomodir
kebutuhan umat Islam di Indonesia yang ingin melakukan investasi di produk-
produk pasar modal yang sesuai dengan prinsip dasar syariah. Dengan semakin
beragamnya sarana dan produk investasi di Indonesia, diharapkan masyarakat
akan memiliki alternatif berinvestasi yang dianggap sesuai dengan
keinginannya, di samping investasi yang selama ini sudah dikenal dan
18Tjiptono Darmaji dan Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia, Pendekatan Tanya Jawab,cet. Ke-3 (Jakarta: Salemba Empat), h. 1.
19Abdul Hamid, Pasar Modal Syariah (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2009)
29
berkembang di sektor perbankan.20
Produk-produk dan kegiatan dalam pasar modal syariah harus
berdasarkan pada prinsip-prinsip islam yang ada yaitu berdasarkan adanya
prinsip kepercayaan dan adanya aset dalam bentuk nyata. Pasar modal syariah
adalah salah satu bagian dari sistem ekonomi islam yang berfungsi
meningkatkan efisiensi dalam pengelolaaan pasar modal, serta untuk
mendukung kegiatan investasi (Ali, 2005).
Lebih lanjut, Abdul Hamid (2009) menjabarkan fungsi keberadaan pasar
modal syariah sebagai berikut:21
1. Memungkinkan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan bisnis
dengan memperoleh bagian dari keuntungan dan resikonya.
2. Memungkinkan para pemegang saham menjual sahamnya guna
mendapatkan likuiditas.
3. Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk
membangun dan mengembangkan lini produksinya.
4. Memisahkan operasi kegiatan bisnis dari fluktuasi jangka pendek pada harga
saham yang merupakan ciri umum pada pasar modal konvensional.
5. Memungkinkan investasi pada ekonomi yang ditentukan oleh kinerja
kegiatan bisnis sebagaimana tercermin pada harga saham.
Sebagai bagian dari sistem Pasar Modal Indonesia, kegiatan di pasar
20Adrian Sutedi, Pasar Modal Syariah, cet. ke-1, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), h. 19.
21Abdul Hamid, Op. Cit.
30
modal yang menerapkan prinsip syariah juga mengacu kepada Undang-Undang
No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal berikut peraturan pelaksanaannya
(Peraturan Pemerintah, Peraturan Otoritas Jasa Keuangan, dan peraturan terkait
lainnya). Namun ada beberapa peraturan khusus terkait pasar modal syariah
seperti:
1. Peraturan Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah.
2. Peraturan Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah.
3. Peraturan Nomor IX.A.14 tentang Akad-akad yang digunakan dalam
Penerbitan Efek Syariah.
Sesuai dengan Peraturan Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah,
sampai saat ini efek syariah yang telah diterbitkan di pasar modal Indonesia
meliputi saham syariah, sukuk, dan unit penyertaan dari kontrak investasi
kolektif reksa dana syariah.22
C. Jakarta Islamic Index (JII)
Jakarta Islamic Index atau biasa disebut JII merupakan salah satu indeks
saham di Indonesia yang menghitung indeks harga rata-rata saham untuk jenis
saham yang memenuhi kriteria syariah.23 Tepatnya, JII adalah kumpulan indeks
saham sejumlah perusahaan yang kegiatan operasional usahanya tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.
22Otoritas Jasa Keuangan, Buku Saku Otoritas Jasa Keuangan, ed. ke-2, Jakarta, 2015, h. 392.
23Wikipedia, Jakarta Islamic Index, diakses melalui www.wikipedia.org pada tanggal 10 April 2017.
31
Ruang lingkup kegiatan usaha emiten yang bertentangan dengan prinsip
hukum syariah Islam adalah:
1. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang
dilarang.
2. Usaha lembaga keuangan konvensional yang mengandung unsur ribawi
termasuk perbankan dan asuransi konvensional.
3. Usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta memperdagangkan makanan
dan minuman yang tergolong haram.
4. Usaha yang memproduksi, mendistribusi, serta menyediakan barang-barang
ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.
Sesuai dengan pedoman yang ditetapkan dalam menentukan kriteria
saham-saham emiten yang menjadi komponen dari pada Jakarta Islamic Index
tersebut adalah:
1. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak
bertentangan dengan prinsip hukum syariah dan sudah tercatat lebih dari tiga
bulan (kecuali bila termasuk di dalam saham-saham 10 berkapitalisasi
besar).
2. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahunan
terakhir yang memiliki kewajiban terhadap aktiva maksimal sebesar 90%
(sembilan puluh persen).
3. Memilih 60 (enam puluh) saham dari susunan di atas berdasarkan urutan
rata-rata kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama satu tahun
terakhir.
32
4. Memilih 30 (tiga puluh) saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas
rata-rata nilai perdagangan selama satu tahun terakhir. Tiga puluh saham ini
yang menjadi saham yang terdaftar pada Jakarta Islamic Index.
Pengkajian ulang akan dilakukan 6 (enam) bulan sekali dengan penentuan
komponen indeks pada awal bulan Juli setiap tahunnya. Sedangkan perubahan
pada jenis usaha emiten akan di-monitoring secara terus menerus berdasarkan
data publik yang tersedia.
Perhitungan saham syariah pada JII dilakukan PT Bursa Efek Indonesia
dengan menggunakan metode perhitungan indeks yang ditetapkan dengan bobot
kapitalisasi pasar (Market Capitalization Weighted). Perhitungan indeks ini juga
mencakup penyesuaian-penyesuaian (adjustments) yang dilakukan oleh adanya
perubahan terhadap data emiten yaitu corporate action. JII menggunakan
tanggal perhitungan 1 Januari 1995 dengan nilai awal 100. Dengan indeks ini
diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan
investasi secara syariah.24
D. Saham Syariah
Saham merupakan surat berharga bukti kepemilikan terhadap perusahaan
atau perseroan terbatas. Saham berwujud lembaran kertas yang menerangkan
bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan
kertas tersebut serta berhak mendapatkan bagian hasil dari usaha perusahaan
24Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah, (Jakarta: Kencana,2008), h. 8.
33
tersebut. Saham syariah merupakan salah satu bentuk dari saham biasa yang
memiliki karakteristik khusus berupa kontrol yang ketat dalam hal kehalalan
ruang lingkup kegiatan usaha.
Saham syariah merupakan efek yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah. Karena itu tidak semua saham yang diterbitkan oleh emiten atau
perusahaan publik dapat disebut sebagai saham syariah. Suatu saham dapat
dikategorikan sebagai saham syariah jika saham tersebut diterbitkan oleh:25
1. Emiten atau Perusahaan Publik yang secara jelas menyatakan dalam
anggaran dasarnya bahwa kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik
tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah (Emiten atau Perusahaan
Publik Aktif).
2. Emiten atau Perusahaan Publik yang tidak menyatakan dalam anggaran
dasarnya bahwa kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik tidak
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah (Emiten atau Perusahaan Publik
Pasif), namun memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Kegiatan usaha tidak bertentangan dengan prinsip syariah sebagaimana
diatur dalam Peraturan Nomor IX.A.13, yaitu tidak melakukan kegiatan
usaha sebagai berikut:
1) Perjudian dan permainan yang tergolong judi
2) Perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang/jasa
3) Perdagangan dengan penawaran/permintaan palsu
25Ibid, h. 400.
34
4) Bank berbasis bunga
5) Perusahaan pembiayaan berbasis bunga
6) Jual beli risiko yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar), dan
atau judi (maisir), antara lain asuransi konvensional
7) Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan atau
menyediakan barang atau jasa haram zatnya (haram li-dzatihi),
barang atau jasa haram bukan karena zatnya (haram li-ghairihi) yang
ditetapkan oleh DSN-MUI, dan atau barang atau jasa yang merusak
moral dan atau bersifat mudarat
8) Melakukan transaksi yang mengandung unsur suap (risywah).
b. Rasio total utang berbasis bunga dibandingkan total aset tidak lebh dari
45% (empat puluh lima per seratus), dan
c. Rasio total pendapatan bunga dan total pendapatan tidak halal lainnya
dibandingkan total pendapatan usaha dan total pendapatan lainnya tidak
lebih dari 10% (sepuluh per seratus).
Sesuai dengan keistimewaan yang dimilikinya, saham dapat
diklasifikasikan menjadi dua jenis:
1. Saham Biasa (Ordinary Share)
Saham biasa adalah saham yang tidak tercantum nama pemilik dan
kepemilikannya melekat pada pemegang sertifikat tersebut. Saham biasa
menanggung resiko terbesar karena pemegang saham baisa menerima
dividen hanya setelah pemegang saham preferen menerima dividen. Semua
ahli fikih kontemporer memandang saham biasa boleh, karena tidak
35
memiliki keistimewaan dari yang lain, baik hak maupun kewajibannya.
2. Saham Preferen
Saham preferen adalah saham yang memberikan hak untuk
mendapatkan dividen dari saham biasa yang besarnya tetap. Biasanya saham
preferen memberikan pilihan tertentu atas hak pembagian dividen. Jika suatu
ketika emiten mengalami kerugian, maka pemegang saham preferen bisa
tidak menerima pembayaran dividen yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Saham ini memiliki keistimewaan khusus dari segi perlakuan maupun
dari segi finansial. Para ahli fikih kontemporer memandang saham jenis ini
harus dihindari karena tidak sesuai dengan ketentuan syariah, karena pemilik
saham ini mempunyai hak mendapatkan bagian dari kelebihan yang dapat
dibagikan sebelum dibagikan kepada pemilik saham biasa.
Dari segi keuntungan, pada dasarnya terdapat dua jenis keuntungan yang
dapat diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham.
1. Dividen
Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan
perusahaan dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan.
Dividen dibagikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham
dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapat dividen, maka pemodal
tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif
lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana
diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen.
36
2. Capital Gain
Capital gain merupakan selisih antara harga beli dan harga jual.
Capital gain terbentuk dengan adanya aktivitas perdagangan saham di pasar
sekunder. Misalnya investor membeli saham XYZ dengan harga per saham
Rp 5.000 kemudian menjualnya dengan harga Rp 5.500 per saham yang
berarti pemodal tersebut mendapatkan capital gain sebesar Rp 500 untuk
setiap saham yang dijualnya.
Menurut Abdul Hamid (2009), pergerakan harga saham merupakan
sesuatu yang dinamis, perubahannya dipengaruhi oleh banyak faktor internal
maupun eksternal. Kemampuan dalam memilih waktu yang tepat, baik dalam
membeli ataupun menjual saham tentunya sangat berpengaruh terhadap
keuntungan yang akan diperoleh. Prinsip dasar dari transaksi perdagangan yang
menguntungkan ialah membeli pada harga yang rendah dan menjual pada harga
yang tinggi (buy low and sell high). Karena banyak faktor yang mempengaruhi
harga saham, maka tentunya sulit untuk menilai apakah harga saham saat ini
rendah atau tinggi, terutama untuk memprediksi harga pada waktu yang akan
datang.
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Syariah
Pergerakan harga saham dipengaruhi oleh banyak faktor. Ada faktor yang
bersifat mikro, ada juga yang bersifat makro. Yang dimaksud dengan faktor
mikro adalah faktor-faktor yang dampaknya hanya terhadap beberapa jenis
37
saham saja. Sedangkan faktor makro adalah faktor penyebab yang berdampak
pada semua saham (keseluruhan bursa) termasuk juga perekonomian secara
menyeluruh. Lebih jelas Alwi memaparkan tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi harga saham sebagai berikut:
1. Faktor internal (lingkungan mikro)
a. Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti
pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru,
laporan produksi, laporan keamanan produk, dan laporan penjualan.
b. Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti
pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang.
c. Pengumuman badan direksi manajemen (management-board of director
announcements) seperti perubahan dan pergantian direktur, manajemen,
dan struktur organisasi.
d. Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan merger,
investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi,
laporan divestasi, dan lainnya.
e. Pengumuman investasi (investment annuncements), seperti melakukan
ekspansi pabrik, pengembangan riset, dan penutupan usaha lainnya.
f. Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negoisasi
baru, kontrak baru, pemogokan, dan lainnya.
g. Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba
sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, earning per
share (EPS) dan dividen per share (DPS), price earning ratio, net profit
38
margin, return on assets (ROA), dan lain-lain.
2. Faktor eksternal (Lingkungan makro)
a. Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan
dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan
deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.
b. Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan
terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan
terhadap manajernya.
c. Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti
laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham
perdagangan, pembatasan (penundaaan) trading.
d. Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan
faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga
saham di bursa efek suatu negara.
e. Berbagai isu baik dari dalam negeri dan luar negeri.
Selain itu, ada juga yang menyebutkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi harga saham terdiri dari faktor fundamental dan faktor teknikal.
1. Faktor Fundamental
Dimana harga saham dipengaruhi oleh keadaan ekonomi, industri, dan
perusahaan yang menerbitkan saham ybs. Faktor ini sangat penting, karena
harga saham sangat berhubungan dengan kemampuan perusahaan untuk
menciptakan keuntungan di masa datang bagi pemegang saham.
39
2. Faktor Teknikal
Dimana harga saham dipengaruhi oleh pergerakan harga jual beli saham,
jumlah saham yang diperdagangkan dan data lain yang bersumber dari pasar.
Baik faktor fundamental maupun teknikal digunakan sebagai analisa
kuantitatif untuk mengetahui data sebelumnya mengenai suku bunga, variabel-
variabel ekonomi dan nilai saham. Analisa ini sangat penting bagi investor
untuk membuat keputusan berinvestasi di saham.
Faktor mikro dan makro atau pun faktor fundamental dan faktor teknikal
pada dasarnya memiliki maksud dan tujuan yang sama, hanya terdapat
perbedaan dalam istilah saja. Sama halnya dengan harga saham pada umumnya,
pergerakan harga saham syariah juga dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut.
F. Indeks Saham Regional dan Integrasi Pasar Modal
Pasar yang terintegrasi dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana
tidak adanya hambatan apapun untuk memiliki sekuritas di setiap pasar modal
dan juga tidak ada dalam cash inflow maupun cash outflow.26 Pada pasar
yang terintegrasi akan tercipta keadaan pasar modal dunia yang
berhubungan erat antar satu sama lain, dan saling mempengaruhi (closely
correlated).
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang hingga saat ini masih
bergantung pada kondisi perekonomian luar negeri terutama yang berkaitan
26Husnan S, Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas, Ed. Kedua, (Yogyakarta: UPPAMP YKPN, 2003)
40
dengan investasi. Hal itu berdampak pada kondisi pasar modal di Indonesia
yang dipengaruhi oleh kondisi luar negeri terutama kondisi pasar modal yang
ada pada negara-negara maju.
Krisis keuangan timbul karena berbagai hal, salah satunya adalah korelasi
antar pasar sehingga berdampak pada transmission of shocks (krisis)
antar pasar (negara). Krisis dapat ditransmisikan secara kualitatif dalam
dua cara yaitu keterkaitan antar-negara yang stabil (channels), dan perubahan
yang mendadak (shifts) dalam keterkaitan persistensi yang berubah-ubah (Endri,
44:2008). Penyebab efek domino juga dapat terjadi akibat perilaku investor di
pasar modal.
Menurut Valdes (1997) dan Kaminsky (2001), kerugian yang dialami satu
negara menyebabkan investor menjual sekuritas di pasar yang lain untuk
meningkatkan kas sebagai antisipasi terhadap redemption yang lebih besar.
Krisis dalam satu pasar yang sedang berkembang menyebabkan investor
menjual sahamnya ke pasar berkembang yang lain untuk mempertahankan
proporsi yang pasti dari suatu negara atau saham regional dalam
portofolionya (Schinasi and Smith: 2001).27
Semenjak diizinkannya investor asing berinvestasi di Pasar Modal
Indonesia menyebabkan adanya keterkaitan antara Pasar Modal Indonesia
27Alina Paramita, Analisis Pengaruh Indikator Makroekonomi, Indeks Harga Saham Gabungan, BursaSaham Syariah Internasional Terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia, Jurnal Ilmiah FakultasEkonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Malang, 2016.
41
dengan pasar modal di negara lainnya. Dalam penelitian ini, indeks saham
regional yang digunakan untuk melihat pengaruhnya terhadap pergerakan
Jakarta Islamic Index (JII) adalah Indeks Dow Jones (Amerika Serikat), Indeks
Nikkei (Jepang), dan Indeks Hang Seng (Hongkong).
1. Indeks Dow Jones
Indeks Dow Jones atau Dow Jones Industrial Average (DJIA)
merupakan indeks pasar saham tertua di Amerika selain Indeks transportasi
Dow Jones. Indeks Dow Jones pertama kali dikeluarkan pada tanggal 26
Mei 1896 oleh editor Wall Street Journal dan Dow Jones & company.
Indeks Dow Jones merupakan representasi rata-rata 12 saham dari berbagai
industri terpenting di Amerika Serikat. Ketika pertama kali dipublikasikan,
indeks berada pada posisi 40,94.
Saat ini pemilihan daftar perusahaan yang berhak tercatat dalam
Indeks Dow Jones dilakukan oleh editor dari Wall Street Jounal. Pemilihan
ini berdasarkan pada kemampuan perusahaan, aktivitas ekonomi,
pertumbuhan laba, dan lain-lain. Perusahaan yang dipilih pada umumnya
adalah perusahaan Amerika yang kegiatan ekonominya telah mendunia.28
Menurut Tamara (2013), salah satu indeks harga saham yang kerap
menjadi acuan dalam proses pengambilan keputusan investor di Bursa Efek
Indonesia adalah Dow Jones Industrial Average. Indeks Dow Jones
merupakan indeks pengukur kinerja pasar tertua di Amerika Serikat yang
28Dow Jones Industrial Average, diakses melalui www.nyse.org pada 25 April 2017.
42
masih berjalan hingga saat ini. Indeks ini dianggap dapat merepresentasikan
pengaruh bursa saham Amerika Serikat yang besar terhadap bursa saham
global, termasuk Indonesia.29
2. Indeks Nikkei
Indeks Nikkei (Nikkei 225) merupakan indeks pasar saham di Bursa
Efek Tokyo (Tokyo Stock Exchange – TSE). Indeks ini telah dihitung oleh
harian Nihon Keizai Shimbun (Nikkei) sejak 7 September 1950. Metode
perhitungannya menggunakan perhitungan harga rata-rata (unit dalam Yen),
dan komponen saham perusahaan yang tercantum dalam indeks akan
ditinjau setahun sekali. Saham perusahaan yang tercatat dalam Indeks
Nikkei merupakan saham yang paling aktif diperdagangkan dalam Bursa
Efek Tokyo. Saat ini, Nikkei adalah indeks yang paling banyak digunakan
sebagai panduan bagi investor ketika akan berinvestasi.
Metode perhitungan Indeks Nikkei menggunakan rumus sebagai
berikut:
Nikkei 225 =
Dimana Σp merupakan jumlah seluruh harga saham yang tercatat di
Indeks Nikkei 225 dan divisor adalah angka yang ditentukan oleh otoritas
bursa sebagai bilangan pembagi. Nilai divisor berdasar perhitungan otoritas
bursa per April 2009 adalah sebesar 24.656. Bagi saham-saham yang
29Tisa Yuanisa, Analisis Pengaruh BI Rate, Kurs, Inflasi, Indeks Dow Jones, dan Indeks Nikkei 225Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Skripsi FEB Universitas Diponegoro, 2013,h. 34.
43
harganya kurang dari 50 yen, maka harganya akan dihitung 50 yen. Untuk
penggunaan harga, ditentukan berdasar prioritas: harga khusus terbaru, harga
saat ini, dan harga standar.30
Sunariyah (2006) menyatakan perusahaan yang tercatat di Nikkei 225
merupakan perusahaan besar yang telah beroperasi secara global, termasuk
di Indonesia. Dengan naiknya Indeks Nikkei ini berarti kinerja
perekonomian Jepang ikut membaik. Sebagai salah satu tujuan ekspor
Indonesia, pertumbuhan ekonomi Jepang dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi Indonesia melalui kegiatan ekspor maupun aliran modal masuk
baik investasi langsung maupun melalui pasar modal.31
3. Indeks Hang Seng
Indeks Hang Seng adalah indeks yang mencatat kapitalisasi pasar
indeks saham di Hong Kong. Indeks Hang Seng ini merupakan indikator
utama dari keseluruhan performa pasar di Hongkong yang mewakili sekitar
67 % dari kapitalisasi pasar perusahaan yag listing di Bursa Saham
Hongkong. Indeks Hang Seng dimulai pada tanggal 24 November 1969 dan
dikelola oleh HSI Service Limited, yang merupakan anak perusahaan milik
Hang Seng Bank.32
Moh Mansur (2005) menilai Indeks Hang Seng sebagai barometer
terkemuka dari saham “blue-chip” di Hongkong. Indeks ini juga merupakan
30Wikipedia, Indeks Nikkei, diakses melalui www.en.wikipedia.org pada 25 April 2017.
31Tisa Yuanisa, Op. Cit., h. 36.
32Wikipedia, Indeks Hang Seng, diakses melalui www.en.wikipedia.org pada 25 April 2017.
44
salah satu indeks terkenal di kawasan Asia dan telah digunakan secara
meluas oleh para manager keuangan sebagai performance benchmark
mereka. Terdapat 33 perusahaan pilihan yang terdapat di Indeks Hang Seng,
semuanya terdiri dari perusahaan terkemuka dan para investor institusi.
Sejak diperkenalkan, Hang Seng dengan saham-saham terpilihnya telah
merefleksikan kepentingan dari berbagai sektor industri.
G. Variabel Makroekonomi dan Pengaruhnya Terhadap Pasar Modal
Pada umumnya pelaku pasar selalu mempertimbangkan kondisi makro
dalam mengambil keputusan. Hal itu menyebabkan keadaan makroekonomi
dapat berpengaruh terhadap pergerakan saham. Menurut Tandelilin (2011),
pasar modal merupakan apa yang terjadi pada perekonomian secara makro dan
fluktuasi yang terjadi di pasar modal akan terkait dengan perubahan yang terjadi
pada berbagai variabel ekonomi makro. Menurut Samsul (2008) faktor-faktor
makroekonomi yang mempengaruhi kinerja saham adalah: tingkat suku bunga
domestik, kurs valuta asing, kondisi perekonomian internasional, siklus
ekonomi suatu negara, tingkat inflasi, peraturan perpajakan, dan jumlah uang
beredar.
Saat terjadi perubahan makroekonomi baik dalam bentuk positif maupun
negatif pada suatu negara, maka investor di seluruh dunia akan
mempertimbangkan hal tersebut terhadap kaadaan perusahaan di masa yang
akan datang. Meskipun kondisi makro tidak akan langsung berdampak pada
perusahaan, namun investor akan bereaksi cepat terhadap keadaan
45
makroekonomi suatu negara karena hal tersebut menjadi perhitungan dalam
pengambilan keputusan membeli atau menjual aset yang telah dimilikinya.33
Di antara beberapa variabel makro yang penulis gunakan dalam
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan Jakarta Islamic
Index adalah kurs mata uang Rupiah terhadap USD, jumlah uang beredar (M1),
dan tingkat inflasi.
1. Kurs Rupiah terhadap US Dollar (USD)
Kurs atau nilai tukar Rupiah (exchange rate) adalah perbandingan
antara mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Setiap negara
mempunyai mata uang masing-masing, bank adalah pusat pasar valuta asing
berperan sebagai agen yang mempertemukan pembeli dan penjual valuta
asing.
Di dunia terdapat 3 macam sistem penetapan nilai tukar, menurut
Hady, sistem tersebut meliputi:
a. Sistem Nilai Tukar Tetap/Stabil (Fixed Exchange Rate System)
Sistem nilai tukar tetap dan stabil diperlukan agar arus
perdagangan dan investasi internasional atau antar negara dapat
berjalan lancar.
b. Sistem Nilai Tukar Mengambang (Floating Exchange Rate System)
Dalam sistem ini nilai tukar atau forex rate suatu mata uang atau
valas ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran pada bursa
33Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio (Jakarta: Erlangga, 2008)
46
valuta asing. Sistem nilai tukar mengambang dibagi menjadi dua yaitu:
1) Freely Floating Rate atau Clean Float.
Adalah sistem dengan tidak adanya campur tangan pemerintah
dalam permintaan dan penawaran terhadap valuta asing di bursa
valuta asing.
2) Managed Float atau Dirty Float.
Adalah sistem dengan adanya campur tangan pemerintah dalam
permintaan dan penawaran terhadap valuta asing di bursa valuta
asing. Sistem ini banyak digunakan oleh berbagai negara di dunia
termasuk di Indonesia.
c. Sistem Nilai Tukar Terkait (Pegged Exchange Rate System)
Sistem nilai tukar ini dilakukan dengan mengaitkan nilai mata
uang suatu negara dengan nilai mata uang negara lain atau sejumlah
mata uang tertentu. Sistem ini dilakukan oleh beberapa negara di
Afrika yang mengaitkan nilai mata uangnya dengan mata uang Prancis.
Kurs merupakan variabel yang banyak diperhatikan oleh
investor. Saat mata uang Rupiah terdepresiasi terhadap Dolar AS
maka investor akan cenderung untuk memegang Dolar karena hal
tersebut akan lebih menguntungkan bagi investor, selain itu
keuntungan mata uang Rupiah yang diperoleh oleh investor asing
setelah dikonversikan dalam mata uang Dolar akan menjadi lebih
sedikit. Sehingga dengan tingkat keuntungan yang lebih rendah
ketika kurs Rupiah terdepresiasi akan mengakibatkan investor menarik
47
uangnya dalam pasar saham dan memindahkanya untuk diinvestasikan
ke pasar valas. Hal ini akan berpengaruh terhadap harga saham jika
investor secara besar-besaran menjual sahamnya (over-supply) untuk
diinvestasikan ke pasar valas.
2. Jumlah Uang Beredar (M2)
Uang adalah persediaan aset yang segera digunakan untuk melakukan
transaksi. Menurut Sadono Sukirno, uang beredar adalah semua jenis uang
yang berada di perekonomian yaitu, adalah jumlah dari mata uang dalam
peredaran ditambah dengan uang giral dalam bank-bank umum. Uang
beredar adalah uang yang beredar di tangan masyarakat. Cakupan dan
definisi ini terus berkembang dan perhitungannya dapat berbeda antara
negara satu dengan negara lainnya.34
Namun demikian, dua pendekatan utama dalam menghitung
jumlah uang yang beredar yaitu: pendekatan transaksional (transactional
approach) dan pendekatan likuiditas (liquidity approach). Pendekatan ini
memandang bahwa jumlah uang beredar yang dihitung adalah jumlah uang
yang dibutuhkan untuk keperluan transaksi. Pendekatan ini menghitung
jumlah uang yang beredar dalam arti sempit (narrow money) atau M1.
Di Indonesia yang tercakup dalam M1 adalah uang kartal yang terdiri
atas uang kertas dan uang logam, tidak termasuk uang kas pada Kantor
Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN) dan bank umum dan uang giral
34 Sadono Sukirno, Teori Pengantar Ekonomi Makro, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2004)
48
yang terdiri atas rekening giro, kiriman uang, simpanan berjangka, dan
tabungan dalam Rupiah yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan
simpanan penduduk dalam Rupiah pada sistem moneter.
Studi menunjukkan bahwa semakin banyak dana yang dipegang oleh
masyarakat maka semakin banyak pula dana yang akan dialokasikan untuk
investasi di bursa saham. Sehingga akan menaikkan harga saham-saham dan
selanjutnya menguatkan indeks saham.
3. Tingkat Inflasi
Inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat
umum dan terus-menerus. Ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar
dapat dikatakan telah terjadi inflasi, yaitu kenaikan harga, bersifat umum
dan berlangsung secara terus menerus. Veneries dan Sebold (1978: 603)
mendefinisikan inflasi sebagai suatu kecenderungan meningkatnya
tingkat harga umum secara terus menerus sepanjang waktu (a sustained
tendency for the general level of prices to rise over time).
Dari bahasan di atas, setidaknya ada tiga hal yang penting ditekankan,
yaitu:
a. Adanya kecenderungan harga-harga untuk meningkat, yang berarti bisa
saja tingkat harga yang terjadi pada waktu yang terjadi pada waktu tertentu
turun atau naik dibandingkan dengan sebelumnya, tetapi tetap menunjukkan
tendensi yang meningkat.
b. Bahwa kenaikan tingkat harga tersebut berlangsung secara terus
menerus (sustained) yang berarti bukan terjadi pada suatu waktu saja,
49
akan tetapi bisa beberapa waktu lamanya.
c. Bahwa tingkat harga yang dimaksud di sini adalah tingkat harga umum,
yang berarti tingkat harga yang mengalami kenaikan itu bukan hanya pada
satu atau beberapa komoditi saja, akan tetapi untuk harga barang secara
umum.
Untuk mencegah dan menanggulangi inflasi, maka menurut
Nopirin, pemerintah dapat melakukan kebijaksanaan berikut ini:35
a. Kebijaksanaan Moneter.
Kebijaksanaan moneter diambil untuk mengurangi jumlah uang yang
beredar di masyarakat yaitu dengan cara menaikkan tingkat suku bunga
melalui instrument Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
b. Kebijaksanaan Fiskal.
Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran
pemerintah dan perpajakan, artinya inflasi dapat ditekan apabila
pemerintah mengurangi pengeluaran dan menaikkan pajak.
c. Kebijaksanaan yang Berkaitan dengan Output.
Kenaikan jumlah output barang dapat menekan inflasi, karena dengan
banyaknya jumlah barang di dalam negeri cenderung menurunkan
harga. kenaikkan jumlah output barang ini dapat dicapai salah
satunya dengan kebijaksanaan penurunan bea masuk impor barang.
d. Kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indeks.
35Nopirin, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro, Ed. Pertama (Yogyakarta: BPFE, 2001)
50
Kebijaksanaan ini dilakukan dengan cara penentuan harga berdasarkan
indeks harga tertentu untuk gaji ataupun upah, artinya jika indeks harga
naik, maka gaji atau upah juga akan naik.
Ang dalam Wastriati (2010) menyatakan bahwa inflasi yang tinggi
menyebabkan menurunnya keuntungan suatu perusahaan, sehingga
menyebabkan efek ekuitas menjadi kurang kompetitif. Menurut Tandelilin,
kinerja bursa efek ikut mengalami penurunan jika inflasi meningkat. Inflasi
yang tinggi akan berdampak naiknya harga-harga secara umum, dan ini
berdampak pada melonjakkan biaya modal perusahaan, sehingga perusahaan
akan mengalami persaingan investasi yang artinya adanya kecenderungan
investor berinvetasi di pasar uang dan tentunya dapat mengakibatkan
harga saham di pasar modal mengalami penurunan secara signifikan.
H. Analisis Fundamental Variabel Makro dan Indeks Syariah
Untuk menganalisis indeks saham, ada dua metode analisis yang dapat
digunakan. Pertama, analisis teknikal. Analisis ini hanya mengacu pada tren
harga ke depan berdasarkan perkembangan harga masa lalu. Kedua adalah
analisis fundamental. Pada analisis ini, faktor kondisi ekonomi, sosial, dan
politik suatu negara akan dianalisis untuk mengetahui indeks saham. Untuk
menganalisis Indeks JII, kita harus mengetahui kondisi ekonomi, berikut dengan
situasi sosial politik Indonesia.
Analisis fundamental merupakan suatu proses yang memerlukan waktu
yang lama dengan menyelidiki keadaan ekonomi, politik, sosial, industri dan
51
laporan keuangan perusahaan.
Pada dasarnya analisis fundamental adalah analisis yang dilakukan
terhadap perusahaan itu sendiri yang berhubungan dengan prospek pertumbuhan
dan kemmapuan memperoleh keuntungan yang meliputi tiga tahap analisis:
1. Ekonomi Makro
Analisis ini bertujuan untuk melihat faktor yang menguntungkan dalam
ekonomi makro dalam kaitannya dengan kegiatan perusahaan itu sendiri.
Misal, apakah berita yang up to date tentang kebijakan moneter,
surplus/deficit, anggaran/cadangan devisa, tax holiday, political news, dan
lain-lain yang mempengaruhi.
2. Industri
Analisis ini bertujuan untuk melihat katan industri dengan perusahaan,
seperti perkembangan perusahaan pesaing, standar industry dan
pertumbuhan pasar.
3. Perusahaan
Analisis ini bertujuan untuk melihat situasi perusahaan yang meliputi
berbagai aspek perusahaan, seperti keadaan keuangan perusahaan, situasi
pemasaran, produksi dan manajemen.
Analisis fundamental berhubungan dengan estimasi penentu dasar nilai
sekuritas, seperti penjualan masa depan, pengeluaran dan pendapatan
perusahaan. Fundamentalis cenderung melihat ke depan, memperhatikan hal
seperti pendapatan, dan dividen masa depan. Para fundamentalis sangat
mengandalkan analisis jenis ini karena menurut mereka analisis ini bebas dari
52
bias disebabkan data yang digunakan valid.
Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang
akan datang dengan:
1. Mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga
saham di masa datang.
2. Menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh
taksiran harga saham.
Para pelaku pasar umumnya selalu memperhitungkan kondisi makro
ekonomi dalam proses pengambilan keputusan, sehingga keadaan ekonomi
berpengaruh terhadap pergerakan saham.
I. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Indeks Saham Regional dan
Variabel Makroekonomi Terhadap Jakarta Islamic Index (JII)” ini memerlukan
beberapa peninjauan terhadap studi penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya. Penelitian yang dijadikan tinjauan merupakan penelitian yang
terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi Jakarta Islamic Index (JII).
1. Muhammad Fahrudin Z. (2005)
Penelitian ini menganalisis pengaruh variabel makroekonomi yang
terdiri dari inflasi, jumlah uang beredar, nilai tukar mata uang dan suku
bunga terhadap Jakarta Islamic Index (JII) dengan menggunakan alat
analisis Ordinary Least Square (OLS).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seluruh variabel
53
makroekonomi yang dianalisis yaitu inflasi, jumlah uang beredar, nilai tukar
mata uang asing, dan suku bunga berpengaruh terhadap Indeks JII.
2. Ludfi Ichlasul Amal (2016)
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh inflasi, nilai tukar,
pendapatan nasional, dan suku bunga BI terhadap Jakarta Islamic Index (JII)
pada periode 2007-2015. Penelitian ini menggunakan alat analisis Ordinary
Least Square (OLS).
Analisis penelitian ini menyatakan bahwa variabel kurs berpengaruh
positif signifikan dan pendapatan nasional berpengaruh secara negatif
signifikan. Sedangkan inflasi dan suku bunga BI tidak berpengaruh
signifikan terhadap indeks harga saham JII.
3. Deddy Marciano dan Suryanto (2005)
Penelitian mengenai hubungan kausalitas lainnya dilakukan oleh
Deddy Marciano dan Suryanto. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
hubungan jangka panjang dan jangka pendek variabel makroekonomi dan
pasar modal di Indonesia. Variabel makroekonomi yang digunakan meliputi
ekspor, inflasi, tingkat suku bunga, kurs, dan jumlah uang beredar. Periode
penelitian ini adalah sebelum krisis ekonomi. Penelitian ini menggunakan
model Error Correction Model (ECM) dari Engel-Granger.
Hasil penelitian menunjukkan kebijakan tingkat suku bunga sebagai
salah satu instrumen moneter memiliki dampak jangka pendek dan jangka
panjang terhadap harga-harga saham di pasar modal Indonesia. Kebijakan
moneter selain tingkat suku bunga (penjualan/pembelian surat berharga)
54
hanya akan berpengaruh pada harga-harga saham di pasar modal Indonesia
dalam jangka pendek. Inflasi dan kinerja ekspor hanya berpengaruh secara
jangka panjang dan positif terhadap perilaku harga-harga saham di
Indonesia. Secara keseluruhan kinerja ekonomi makro dicerminkan pada
harga-harga saham Indonesia dalam jangka panjang.
4. Irfan Syauqi Beik dan dan Sri Wulan Fatmawati (2014)
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh indeks harga saham
syariah internasional dan variabel makroekonomi terhadap Jakarta Islamic
Index (JII). Penelitian ini menggunakan metode Vector Error Correction
Model (VECM), dengan data runtut waktu bulanan dari Januari 2007 sampai
dengan Oktober 2012.
Hasil studi menunjukkan bahwa JII dipengaruhi secara positif dan
signifikan oleh DJIEU, DJIMY dan IPI, serta dipengaruhi secara negatif
oleh DJIJP, IMUS, M2 dan SBIS. JII paling cepat mencapai kestabilan
ketika merespon guncangan terhadap jumlah uang yang beredar (M2).
Penelitian ini merekomendasikan penguatan koordinasi otoritas moneter
dengan otoritas jasa keuangan, penguatan sektor riil, penguatan upaya
meminimalisir pengaruh bunga terhadap pasar keuangan syariah, dan perlu
dibangunnya sistem peringatan dini untuk mengantisipasi krisis keuangan.
5. Wastriati (2010)
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh jangka pendek dan
jangka panjang antara empat variabel makro yaitu nilai tukar Rupiah
terhadap USD (kurs), jumlah uang beredar (M2), tingkat inflasi dan Produk
55
Domestik Bruto (PDB) terhadap Jakarta Islamic Index. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan Januari 2003 sampai
Desember 2009. Penelitian ini menggunakan Uji Kointegrasi dan Error
Correction Model (ECM).
Hasil penelitian menunjukkan dalam jangka panjang terdapat
pengaruh variabel kurs, M2, inflasi dan PDB terhadap JII, sedangkan dalam
jangka pendek hanya variabel PDB yang mempengaruhi JII.
6. Aktham Maghareyeh (2005)
Penelitian ini menganalisis hubungan kausalitas dengan menggunakan
uji kointegrasi Johansen’s dan Error Correction Model. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat hubungan jangka panjang antara variabel makro
yang terdiri dari inflasi, suku bunga, produksi industri/IP, ekspor, kurs,
harga minyak dan jumlah uang beredar dengan Amman Stock Price Index
(SPI) periode Januari 1987 sampai dengan Desember 2000.
Analisis penelitian ini menunjukkan variabel makro dalam
penelitiannya yang terdiri dari inflasi, suku bunga, produksi industri/IP,
ekspor, kurs, harga minyak dan jumlah uang beredar mempunyai hubungan
kausalitas dalam jangka panjang dan jangka pendek. Karenanya variabel
makro dapat digunakan dalam memprediksi naik turunnya Amman Stock
Price Index (SPI).
7. Yoghi Citra Pratama (2012)
Tujuan dari kajian ini ialah untuk menganalisis pengaruh IHSG, Dow
Jones, dan Nikkei terhadap JII. Data yang dipergunakan ialah data bulanan
56
mulai bulan Januari 2006 sampai dengan Mei 2012. Variabel yang
digunakan ialah JII, IHSG, Indeks Dow Jones dan Indeks Nikkei. Metode
yang digunakan ialah Vector Error Correction Model (VECM).
Hasil Tes kointegrasi mengindikasikan bahwa di antara variabel
penelitian yang ada terdapat keseimbangan jangka panjang dan hubungan
yang simultan. Hasil empiris dari Impulse Response Function menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh IHSG, Dow Jones, dan Nikkei terhadap JII adalah
negatif. Hasil dari uji dekomposisi varians menunjukkan bahwa pengaruh
guncangan terbesar dari JII ialah JII itu sendiri. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa pasar modal syariah lebih stabil dari goncangan eksternal.
57
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Penelitidan Tahun Judul
Metode PenelitianHasil Penelitian
Perbedaan persamaan
1MuhammadFahrudin Z.(2005)
AnalisisPengaruhInflasi, Jumlahuang beredar,Exchange Rate,dan InterestRate TerhadapIndex JII(JakartaIslamic Index)Pada Tahun2002-2005
(1)Menggunakanvariabelindependeninterest rate, (2)menggunakanmetodepenelitianOrdinary LeastSquare (OLS),dan (3) Periodeobservasi tahun2002-2005.
(1)MenggunakanvariabeldependenJakartaIslamic Index,dan (2)menggunakanvariabelindependeninflasi, kurs,dan jumlahuang beredar.
Seluruh variabel makroyaitu inflasi, nilai tukarmata uang asing, jumlahuang beredar, dan sukubunga berpengaruhterhadap Indeks JII.
2
LudfiIchlasulAmal(2016)
PengaruhInflasi, NilaiTukar,PendapatanNasional, danSuku Bunga BITerhadapJakarta IslamicIndex Periode2007-2015
(1)Menggunakanvariabelindependenpendapatannasional dansuku bunga BI,(2)menggunakanmetodepenelitianOrdinary LeastSquare (OLS),dan (3) Periodeobservasi tahun2007-2015.
(1)MenggunakanvariabeldependenJakartaIslamic Index,dan (2)menggunakanvariabelindependeninflasi dankurs.
Variabel kursberpengaruh positifsignifikan danpendapatan nasionalberpengaruh secaranegatif signifikan.Sedangkan inflasi dansuku bunga BI tidakberpengaruh signifikanterhadap indeks hargasaham JII.
3
DeddyMarcianodanSuryanto(2005)
HubunganJangka Panjangdan JangkaPendekEkonomiMakro danPasar ModalIndonesia
(1)Menggunakanvariabel ekspordan tingkatsuku bungaError, dan (2)periodeobservasisebelum krisis
(1)Menggunakanvariabeldependen JII,(2)menggunakanvariabelindependeninflasi, kursdan jumlahuang beredar,dan (3) metodepenelitian
Kebijakan tingkat sukubunga sebagai salah satuinstrumen monetermemiliki dampak jangkapendek dan jangkapanjang terhadap harga-harga saham di pasarmodal Indonesia.Kebijakan moneterselain tingkat sukubunga(penjualan/pembeliansurat berharga) hanya
58
ErrorCorrectionModel (ECM)
akan berpengaruh padaharga-harga saham dipasar modal Indonesiadalam jangka pendek.Inflasi dan kinerjaekspor hanyaberpengaruh secarajangka panjang danpositif terhadap perilakuharga-harga saham diIndonesia. Secarakeseluruhan kinerjaekonomi makrodicerminkan pada harga-harga saham Indonesiadalam jangka panjang.
4
Irfan SyauqiBeik dan SriWulanFatmawati(2014)
PengaruhIndeks HargaSaham SyariahInternasionaldan VariabelMakroEkonomiTerhadapJakarta IslamicIndex
(1)MenggunakanvariabelindependenIndeks SahamSyariahInternasional,IPI dan SBIS,dan (2) PeriodeobservasiJanuari 2007sampai Oktober2012, dan (3)menggunakanmetode VectorErrorCorrectionModel(VECM).
(1)Menggunakanvariabeldependen JII,dan (2)menggunakanvariabelindependenjumlah uangberedar.
JII dipengaruhi secarapositif dan signifikanoleh DJIEU, DJIMY,dan IPI, sertadipengaruhi secaranegatif dan signifikanoleh DJIJP, IMUS, M2dan SBIS. JII palingcepat mencapaikestabilan ketikamerespon guncanganterhadap jumlah uangyang beredar (M2).
5Wastriati(2010)
AnalisisPengaruhVariabelEkonomiMakroTerhadap NilaiJakarta IslamicIndex
(1)MenggunakanvariabelindependenProdukDomestikBruto, (2)Periodepenelitian 2003-2009, dan (3)MenyertakanUji AsumsiKlasik
(1)Menggunakanvariabeldependen JII,(2)menggunakanvariabelindependeninflasi, kursdan jumlahuang beredar,dan (3) metodepenelitianError
Dalam jangka panjangterdapat pengaruh antaravariabel kurs, jumlahuang beredar (M2),inflasi dan PDBterhadap nilai JII.Sedangkan dalamjangka pendek hanyavariabel PDB yangmempengaruhi JII.
59
CorrectionModel (ECM)
6AkthamMaghareyeh(2005)
Causal RelationAmong StockPrices andMacroeconomicVariabels inThe Small,Open Economyof Jordan
(1)MenggunakanvariabeldependenAmman StockPrice Index(ASPI), (2)menggunakanvariabelindependenproduksiindustri (IP),suku bunga,ekspor, danharga minyak,dan (3) Periodeobservasi 1987-2000.
(1)Menggunakanvariabelindependeninflasi, kursdan jumlahuang beredar,(2)MenggunakanmetodepenelitianErrorCorrectionModel (ECM).
Variabel makro dalampenelitian ini yangterdiri dari inflasi, sukubunga, produksiindustri/IP, ekspor, kurs,harga minyak, danjumlah uang beredarmempunyai hubungankausalitas dalam jangkapanjang dan jangkapendek. Untuk ituvariabel makro dapatdigunakan dalammemprediksi naikturunnya Amman StockPrice Index (SPI). Hasilpenelitiam ini juga dapatdigunakan sebagaireferensi dalam melihatkeadaan ekonomi danpolitik khususnya diNegara-negara Timur-Tengah.
7Yoghi CitraPratama(2012)
PengaruhIndeksRegionalTerhadapJakarta IslamicIndex (JII)
(1)MenggunakanvariabelindependenHang Seng, (2)PeriodeobservasiJanuari 2006sampai denganMei 2012, dan(3)menggunakanmetode analisisVector ErrorCorrectionModel (VECM)
(1)Menggunakanvariabeldependen JII,(2)MenggunakanvariabelindependenIHSG, DowJones, danNikkei.
Terdapat pengaruhnegatif antara IHSG,Dowjones, dan Nikkeiterhadap JII. Pengaruhguncangan terbesar dariJII adalah JII itu sendiri.Dapat disimpulkanbahwa pasar modalsyariah lebih stabil darigoncangan eksternaldibandingkan dengankonvensional.
60
J. Kerangka Pemikiran
Keberadaan pasar modal di Indonesia merupakan salah satu faktor
terpenting dalam ikut membangun perekonomian nasional. Kondisi
perekonomian yang baik merupakan sentimen positif yang berdampak pada
kenaikan harga di pasar saham. untuk itu penulis ingin melihat faktor indeks
regional yang terdiri dari Dow Jones, Nikkei, dan Hangseng bersama dengan
variabel ekonomi makro seperti Kurs Rupiah terhadap USD, jumlah uang
beredar (M2) dan tingkat inflasi yang diduga mempunyai pengaruh terhadap
pergerakan Jakarta Islamic Index (JII) dengan menggunakan Error Correction
Model.
Adapun langkah awal yang dilakukan adalah dengan melihat apakah data
yang digunakan sudah stasioner atau belum, yaitu dengan cara melakukan uji
stasioneritas Phillips-Perron. Apabila data diketahui belum stasioner maka
langkah selanjutnya adalah uji derajat integrasi yang bertujuan untuk
menstasionerkan data agar semua data menjadi stasioner pada ordo yang sama.
Setelah itu maka pengujian dapat dilanjutkan pada uji kointegrasi. Pengujian ini
bertujuan untuk melihat indikasi adanya hubungan jangka panjang antara
variabel independen dengan variabel dependen. Apabila pada uji kointegrasi
terdapat hubungan antar variabel, maka pengujian dapat dilanjutkan pada uji
Error Correction Model, dimana pengujian ini bertujuan untuk melihat indikasi
adanya hubungan jangka pendek antara variabel independen dengan variabel
dependen.
Semua cara pengambilan keputusan dari setiap pengujian, yaitu dari uji
61
stasioneritas, uji derajat integrasi, uji kointegrasi, dan uji ECM adalah dengan
cara membandingkan nilai dari critical value dengan nilai Phillips-Perron test.
Berdasarkan pembahasan yang diuraikan tersebut, berikut ini adalah
kerangka konsep dari penelitian yang dilakukan. (Gambar 2.2. Kerangka
Konsep, lihat halaman berikutnya).
62
Latar Belakang: Pasar modal memegang peranan penting dalam membangunperekonomian nasional. Kondisi perekonomian yang baik dan stabil adalah sentimenpositif yang berdampak pada kenaikan harga di pasar saham.
Rumusan Masalah: Apakah terdapatpengaruh jangka panjang dan jangkapendek antara Indeks Regional (DowJones, Nikkei, Hang Seng, dan IHSG)dan variabel makroekonomi (kurs, M2,dan inflasi) terhadap Jakarta IslamicIndex
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruhjangka panjang dan jangka pendekantara Indeks Regional (Dow Jones,Nikkei, Hang Seng, dan IHSG) danvariabel makroekonomi (kurs, M2, daninflasi) terhadap Jakarta Islamic Index
Jakarta Islamic Index(JII)
Dow Jones
Nikkei
Hang Seng
Kurs
INF
M2
Uji Stasioneritas Data dengan PP Test
Stasioner?
Stasionerkan data dengandifferencing
Dilihat apakah variabel yang diujistasioner pada ordo yang sama
Uji Kointegrasi
Pengujian berhenti,ambil keputusanUji Error Correction Model
Analisa hasil/pengujian
Keluarkan daripengujian
Analisis Pengaruh Indeks Saham Regional dan Variabel Makroekonomi Terhadap JII
63
K. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka
rumusan hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. H1 : Terdapat hubungan jangka panjang antara indeks saham regional {Dow
Jones (DJI), Nikkei (N225), dan Hang Seng (HSI)} dan variabel
makroekonomi {kurs Rupiah terhadap USD (KURS), jumlah uang beredar
(M2) dan inflasi (INF)} terhadap Jakarta Islamic Index (JII).
2. H2 : Terdapat hubungan jangka pendek antara indeks saham regional {Dow
Jones (DJI), Nikkei (N225), dan Hang Seng (HSI)} dan variabel
makroekonomi {kurs Rupiah terhadap USD (KURS), jumlah uang beredar
(M2) dan inflasi (INF)} terhadap Jakarta Islamic Index (JII).
3. H3 : Terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek variabel Indeks
Dow Jones (DJI) terhadap Jakarta Islamic Index (JII).
4. H4 : Terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek variabel Indeks
Nikkei (N225) terhadap Jakarta Islamic Index (JII).
5. H5 : Terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek variabel Indeks
Hang Seng (HSI) terhadap Jakarta Islamic Index (JII).
6. H6 : Terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek variabel kurs
Rupiah terhadap USD (KURS) terhadap Jakarta Islamic Index (JII).
7. H7 : Terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek variabel jumlah
uang beredar (M2) terhadap Jakarta Islamic Index (JII).
8. H6 : Terdapat pengaruh jangka panjang dan jangka pendek variabel tingkat
inflasi (INF) terhadap Jakarta Islamic Index (JII).
64
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Metode penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan
data runtun waktu (time series) berupa Jakarta Islamic Index (JII), Indeks
Dow Jones, Nikkei, Hang Seng, kurs Rupiah terhadap USD, jumlah uang
beredar dan tingkat inflasi tiap bulan dari Januari 2006 sampai dengan
Desember 2015. Metode yang digunakan adalah metode penelitian historis
yang bersifat kausal-distributif, artinya penelitian ini dilakukan untuk
menganalisis keadaan yang telah lalu dan menunjukkan arah hubungan antar
variabel.
2. Populasi dan Sampel
Populasi adalah generalisasi subjek maupun objek tertentu yang
memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang sudah ditentukan peniliti
untuk dikaji dan ditarik kesimpulannya. Populasi tidak hanya mengacu pada
sekelompok atau kumpulan individu saja melainkan juga mengacu pada
semua ukuran, hitungan, dan kualitas yang menjadi fokus dalam sebuah
penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah indikator makroekonomi,
bursa saham di Indonesia dan bursa saham internasional.
Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil dari sebuah
penelitian. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jakarta
65
Islamic Index (JII), Indeks Dow Jones, Indeks Nikkei, Indeks Hang Seng,
kurs Rupiah terhadap USD, jumlah uang beredar dan inflasi.
3. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
berupa data runtun waktu (time series) yang terdiri dari data Jakarta Islamic
Index (JII), Indeks Dow Jones, Indeks Nikkei, Indeks Hang Seng, kurs
Rupiah terhadap USD, jumlah uang beredar dan inflasi bulanan dari Januari
2006 sampai dengan Desember 2015.
Data tersebut diperoleh dari Bursa Efek Indonesia, Laporan Bulanan
Bank Indonesia dan situs resmi Bank Indonesia (www.bi.go.id), Otoritas
Jasa Keuangan (www.ojk.go.id), situs resmi Badan Pusat Statistik
(www.bps.go.id), situs yahoo finance (finance.yahoo.com) dan situs data
Bursa Efek Indonesia (www.duniainvestasi.com).
4. Teknis Analisis Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Library Research
Data yang didapatkan dari berbagai macam literatur seperti buku,
skripsi, tesis, jurnal, majalah, koran, internet dan hal lain yang berkaitan
dengan aspek penelitian.
b. Field Research
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
dimana data diperoleh dari pihak lain (yang berkaitan) dengan penulisan
66
proposal ini, seperti pusat referensi pasar modal di Bursa Efek Indonesia.
c. Internet Research
Penulis menggunakan internet untuk memperoleh data yang up to
date seperti www.google.com, www.wikipedia.com, dan www.yahoo.com.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel Terikat
Penelitian ini menggunakan data bulanan Jakarta Islamic Index (JII)
sebagai variabel terikat (Y). Jakarta Islamic Index (JII) terdiri dari 30 emiten
yang tergabung ke dalam jenis perusahaan yang kegiatan usahanya tidak
bertentangan dengan ketentuan syariah.
2. Variabel Independen
Adapun variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
a. Indeks Saham Regional
Penelitian ini menggunakan variabel independen berupa indeks
saham regional yang terdiri dari Indeks Dow Jones (X1), Indeks Nikkei
(X2), dan Indeks Hang Seng (X3).
b. Indikator Makroekonomi
Penelitian ini juga menggunakan indikator makroekonomi sebagai
variabel independen. Adapun indikator makroekonomi yang dimaksud
adalah kurs Rupiah terhadap USD (X4), inflasi (X5), dan jumlah uang
beredar (X6).
67
C. Teknik dan Tahapan Analisis Data
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah indeks saham regional
dan variabel makroekonomi yang diuji dapat digunakan untuk memprediksi
pergerakan Jakarta Islamic Index (JII). Penggunaan data runtun waktu (time
series) terhadap indeks dan variabel makro dalam penelitian ini seringkali tidak
stasioner pada level sehingga perlu dilakukan differencing. Data dikatakan
stasioner jika nilai rata-rata dan variannya konstan.36
Penggunaan metode pengujian Kausalitas Granger tradisional tidak tepat
dalam penelitian ini karena tidak dapat mengatasi masalah stasioner dan dapat
membuat regresi lancung. Regresi lancung (spurious regression) adalah situasi
dimana hasil regresi secara statistik menunjukkan koefisien regresi yang
signifikan dan nilai koefisien determinasi yang tinggi namun hubungan antar
variabel di dalam model tidak saling berhubungan.37
Penelitian ini menggunakan pendekatan Error Correction Model (ECM)
untuk melihat hubungan jangka pendek dan menggunakan Uji Kointegrasi untuk
melihat indikasi adanya hubungan jangka panjang.
Pengujian Error Correction Model (ECM) baru dapat dilakukan bila
terdapat indikasi adanya hubungan jangka panjang dengan menggunakan Uji
Kointegrasi. Variabel-variabel dikatakan terkointegrasi bila stasioner pada ordo
36Nachrowi D. Nachrowi, Ekonometrika: Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan (Jakarta: LembagaPenerbit FE UI, 2006)
37Reni Maharani, 2006, Hubungan Kausalitas Antara Variabel Makro dan Harga Saham SyariahJakarta Islamic Index, Jurnal Eksis, Vol. 2 No. 3, hal.
68
yang sama. Untuk menguji kestasioneran data, pada penelitian ini digunakan
Phillips Perron (PP) test.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data logaritma natural
(ln) dari variabel-variabel yang dianalisis, sehingga berguna untuk memecahkan
persamaan yang tidak diketahui dan merupakan pangkat dari variabel lain.
Adapun tahapan analisis data dalam penelitian adalah sebagai berikut.
1. Uji Stasioneritas
Stasioneritas adalah salah satu hal yang penting dalam model
ekonometrika untuk data runtut waktu (time series). Data stasioner adalah
data yang menunjukkan mean, varian, dan autovarian (pada variasi lag) tetap
sama kapan pun data tersebut digunakan. Salah satu model untuk
mengetahui stasioneritas data adalah dengan menggunakan Uji akar unit
Phillips Perron.
Uji akar unit Phillips Perron memasukkan adanya autokorelasi di
dalam variabel gangguan dengan memasukkan variabel independen berupa
kelambanan diferensi. Phillips-Perron (PP) membuat uji akar unit dengan
menggunakan metode statistik nonparametrik dalam menjelaskan adanya
autokorelasi antara variabel gangguan tanpa memasukkan variabel penjelas
kelambanan diferensi.38
Dalam uji akar unit ini, statistik distributif t tidak mengikuti statistik
distributif normal tetapi mengikuti statistik distributif Phillips Perron (PP),
38Agus Widarjono, Ekonometrika: Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan Bisnis (Yogyakarta:Ekonisia FE UII, 2007)
69
sedangkan nilai kritisnya digunakan nilai kritis yang dikemukakan oleh
MacKinnon.
Prosedur untuk menentukan apakah data stasioner atau tidak adalah
dengan cara membandingkan antara nilai statistik PP dengan nilai kritisnya
yaitu distribusi statistik MacKinnon. Jika nilai absolut statistik PP lebih
besar dari nilai kritisnya maka data yang diamati menunjukkan stasioner,
sebaliknya jika nilai absolut statistik PP lebih kecil dari nilai kritisnya maka
data tidak stasioner.
Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut:
Hipotesis:
H0 : Data tidak stasioner pada derajat nol
Ha : Data stasioner pada derajat nol
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
Jika statistik PP test > PP tabel (critical value α = .... %) maka Ha diterima
Jika statistik PP test < PP tabel (critical value α = .... %) maka H0 diterima
Dimana, critical value adalah 5% atau 10%.
Selanjutnya adalah menentukan apakah uji tersebut melibatkan
konstanta dan trend, dengan konstanta, atau tanpa konstanta dan trend.
Dalam menentukan panjang lag, Uji PP menggunakan truncation lag q dari
Newey-West.
2. Uji Derajat Integrasi
Data time series umumnya merupakan data yang tidak stasioner.
Untuk menghindari regresi lancung (spurious regression) maka data yang
70
tidak stasioner harus ditransformasikan menjadi data stasioner.
Menurut Nachrowi dalam Wastriati (2010), data time series sangat
banyak digunakan pada berbagai studi ekonometrika. Namun dibalik
pentingnya data tersebut, ternyata data time series menyimpan berbagai
permasalahan, salah satunya yaitu otokorelasi. Otokorelasi ini merupakan
penyebab yang mengakibatkan data menjadi tidak stasioner, sehingga bila
data dapat distasionerkan maka otokorelasi akan hilang dengan sendirinya,
karena metode transformasi data untuk membuat data yang tidak stasioner
sama dengan transformasi data untuk menghilangkan otokorelasi.
Dalam uji akar unit PP bila menghasilkan kesimpulan bahwa data
tidak stasioner, maka diperlukan proses diferensi data. Uji stasioner data
melalui proses diferensi ini disebut uji derajat integrasi.
Seperti uji akar unit PP, keputusan sampai kepada derajat ke berapa
suatu data akan stasioner dapat dilihat dengan membandingkan antara nilai
statistik PP yang diperoleh dari koefisien Y dengan nilai kritis distribusi
statistik MacKinnon. Jika nilai absolut dari statistik PP lebih besar dari nilai
kritisnya pada diferensi tingkat pertama, maka data dikatakan stasioner pada
derajat satu. Akan tetapi, jika nilainya lebih kecil maka uji derajat integrasi
perlu dilanjutkan pada diferensi yang lebih tinggi sehingga diperoleh data
yang stasioner.39
Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut:
39Wastriati, Op. Cit., h. 75.
71
Hipotesis:
H0 : Data tidak stasioner pada derajat 1,2,3 .... dst
Ha : Data stasioner pada derajat 1,2,3 .... dst
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
Jika statistik PP test > PP tabel (critical value α = .... %) maka Ha diterima
Jika statistik PP test < PP tabel (critical value α = .... %) maka H0 diterima
Dimana, critical value adalah 5% atau 10%.
3. Uji Kointegrasi
Data time series yang tidak stasioner kemungkinan besar akan
menghasilkan regresi lancung (spurious regression). Regresi lancung terjadi
jika koefisien determinasi (R2) cukup tinggi tapi hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen tidak mempunyai makna. Hal ini terjadi
karena hubungan keduanya yan merupakan data time series hanya
menunjukkan trend saja. Jadi tingginya koefisien determinasi (R2) karena
trend bukan disebabkan oleh adanya hubungan antar keduanya.
Berdasarkan uji stasioneritas, apabila data variabel makro tidak
stasioner pada tingkat level sedangkan pada tingkat diferensi pertama kedua
data menjadi stasioner, maka penelitian dapat dilanjutkan pada Uji
Kointegrasi.40
Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut:
Hipotesis:
40Ibid, h. 76.
72
H0 : Tidak terdapat hubungan jangka panjang antara variabel
dependen dan variabel independen.
Ha : Terdapat hubungan jangka panjang antara variabel dependen
dan variabel independen.
Pengambilan keputusan dilakukan dengan kriteria:
Jika statistik PP test > PP tabel (critical value α = .... %) maka Ha diterima.
Jika statistik PP test < PP tabel (critical value α = .... %) maka H0 diterima.
Dimana, critical value adalah 5% atau 10%.
4. Uji Error Correction Model (ECM)
Apabila data tidak stasioner pada tingkat level, tetapi stasioner pada
tingkat diferensi dan variabel saling terkointegrasi, ini berarti terdapat
hubungan atau keseimbangan jangka panjang antara kedua variabel tersebut.
Dalam jangka pendek mungkin saja ada ketidakseimbangan.
Ketidakseimbangan (disequilibrium) inilah yang sering kita ketemui dalam
perilaku ekonomi. Artinya bahwa apa yang diinginkan pelaku ekonomi
belum tentu sama dengan apa yang terjadi sebenarnya. Adanya perbedaan
apa yang diinginkan pelaku ekonomi dan apa yang terjadi maka diperlukan
adanya penyesuaian (adjusment). Model yang memasukkan penyesuaian
untuk melakukan koreksi bagi ketidakseimbangan disebut sebagai model
koreksi kesalahan (Error Correction Model).
Pendekatan model ECM mulai timbul sejak perhatian para ahli
ekonometrika membahas secara khusus ekonometrika time series. Model
ECM pertama kali diperkenalkan oleh Sargan dan kemudian dikembangkan
73
lebih lanjut oleh Hendry dan akhirnya dipopulerkan oleh Engle-Granger.
Model ECM mempunyai beberapa kegunaan, namun penggunaan yang
paling utama bagi pekerjaan ekonometrika adalah dalam mengatasi time
series yang tidak stasioner dan masalah regresi lancung.
Pengujian ECM dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Model Dasar : JII = f (DJI, N225, HSI, KURS, M2, INF)
Model Ekonometrika : JII = β0 + β1DJI + β2N225 + β3HSI + β4KURS +
β5M2 + β6INF + ε
Model tersebut jika diubah ke dalam bentuk logaritma natural akan
menjadi sebagai berikut:
LNJII = β0 + β1LNDJI + β2LNN225 + β3LNHSI + β4LNKURS + β5LNM2
+ β6LNINF + ECT + ε
Sehingga rumus ECM yang terbentuk untuk penelitian ini adalah
sebagai berikut:
D(LNJII)= β0 + β1D(LNDJI) + β2D(LNN225) + β3D(LNHSI) +
β4D(LNKURS) + β5D(LNM2) + β6D(LNINF) + β7LNDJI (-1)
+ β8LNN225 (-1) + β9LNHSI (-1) + β10LNIHSG (-1) +
β11LNKURS (-1) + β12LNM2 (-1) + β13LNINF (-1) + ECT + ε
Atau
D(LNJII)= β0 + β1D(LNDJI) + β2D(LNN225) + β3D(LNHSI) +
β4D(LNKURS) + β5D(LNM2) + β6D(LNINF) + ECT (-1) + ε
74
Dimana nilai dari masing-masing variabel yang didapatkan setelah di-
generate terlebih dahulu:
D(LNJII) = LNJII – LNJIIt-1
D(LNDJI) = LNDJI – LNDJIt-1
D(LNN225) = LNN225 - LNN225t-1
D(LNHSI) = LNHSI – LNHSIt-1
D(LNKURS) = LNKURS – LNKURSt-1
D(LNM2) = LNM2 - LNM2 t-1
D(LNINF) = LNINF – LNINFt-1
Keterangan:
D(LNJII) = Perubahan Jakarta Islamic Index periode t
D(LNDJI) = Perubahan Indeks Dow Jones periode t
D(LNN225) = Perubahan Indeks Nikkei periode t
D(LNHSI) = Perubahan Indeks Hang Seng periode t
D(LNKURS) = Perubahan nilai tukar periode t
D(LNM2) = Perubahan jumlah uang beredar periode t
D(LNINF) = Perubahan tingkat inflasi periode t
t-1 = Variabel tahun sebelumnya
ECT akan dibahas khusus pada sub bab berikutnya.
75
5. Error Correction Term (ECT)
Error Correction Term (ECT) merupakan bagian dari pengujian
analisis dinamis Error Correction Model (ECM). Nilai ECT diperoleh dari
penjumlahan variabel independen tahun sebelumnya dikurangi variabel
dependen tahun sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk melihat bagaimana
pengaruh dari model tersebut baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Model ECT yang terbentuk pada penelitian ini adalah:
ECT = lnDJI (-1) + lnN225 (-1) + lnHSI (-1) + lnKURS (-1) + lnM2 (-1) +
lnINF (-1) – lnJII (-1)
Langkah berikutnya adalah meregresi model ECM secara berurutan
sesuai degan model yang telah ditentukan. Hasil probabilita ECT akan
menentukan apakah model dapat dianalisis baik jangka pendek mauun
jangka panjang. Jika variabel ECT positif dan signifikan pada 5% maka
spesifikasi model sudah sahih (valid) dan dapat menjelaskan variabel
dependen.41
6. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah adanya hubungan linier antara variabel
independen di dalam model regresi. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan metode korelasi parsial antar variabel independen untuk
menguji ada atau tidaknya multikolinieritas dalam model. Metode ini
41Ibid.
76
menggunakan Rule of Thumb 0,80 (Gujarati, 2009).
Jika koefisien korelasi cukup tinggi di atas 0,80 maka unsur
multikolinieritas diduga terkandung dalam model. Sebaliknya jika
koefisien korelasi relatif rendah maka model diduga tidak mengandung
unsur multikolinieritas.
b. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan masalah regresi dimana faktor
gangguannya tidak memiliki varian yang sama atau variannya tidak
konstan. Hal ini akan memunculkan berbagai permasalahan yaitu
penaksir Ordinary Least Square (OLS) yang bias, varian dari koefisien
OLS akan salah.
Dalam penelitian ini akan digunakan metode Uji Breuch-Pagan-
Godfrey untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dalam model
regresi. Jika nilai Obs* R-squared atau hitung melebihi nilai kritis 0,05
(α = 5%) maka dapat disimpulkan model terbebas dari
heteroskedastisitas.
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi menunjukkan adanya korelasi antar anggota
serangkaian observasi. Jika model mempunyai korelasi, parameter yang
diestimasi menjadi bias dan variasinya tidak lagi minimum serta model
menjadi tidak efisien.
Dalam penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi
dalam model digunakan uji Lagrange Multiplier (LM). Jika nilai Obs*
77
R-squared lebih kecil dari nilai tabel maka dapat dikatakan tidak
mengandung autokorelasi. Selain itu adanya autokorelasi juga dapat
dilihat dari nilai probabilitas Chi-Squares yang lebih kecil dari nilai
kritis 0,05 (α = 5%).
d. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah residual
berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji apakah distribusi data
normal atau tidak, penelitian ini menggunakan Uji Jarque-Bera (Uji J-
B). Jika nilai probabilitas Jarque Bera lebih besar dari nilai kritis 0,05 (α
= 5%) maka dapat dipastikan model berdistribusi normal.
7. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi merupakan uji yang digunakan untuk
mengetahui seberapa besar persentase pengaruh variabel-variabel bebas
yang digunakan untuk menjelaskan variabel terikat atau dapat juga
dikatakan jika nilai koefisien determinasi (R2) ini menggambarkan seberapa
besar variasi dari variabel terikat Y dapat diterangkan oleh variabel bebas X.
Dalam penelitian ini, koefisien determinasi akan memberikan
penjelasan mengenai besarnya persentase pengaruh variasi variabel Indeks
Dow Jones (DJI), Nikkei (N225), Hang Seng (HSI), kurs Rupiah terhadap
USD (lnKURS), jumlah uang beredar (M2), dan tingkat inflasi (INF)
terhadap variabel terikat Jakarta Islamic Index (JII).
8. Uji F dan Uji t
Uji F adalah uji yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar
78
pengaruh variabel independen X secara keseluruhan terhadap variabel
dependen Y, sedangkan Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh
variabel independen X secara parsial terhadap variabel dependen Y.
Dalam penelitian ini, uji F dan uji t digunakan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh variabel Indeks Dow Jones (DJI), Nikkei (N225),
Hang Seng (HSI), kurs Rupiah terhadap USD (KURS), jumlah uang beredar
(M2), dan tingkat inflasi (INF) terhadap variabel terikat Jakarta Islamic
Index (JII) secara simultan dan parsial.
Rumus untuk menghitung Uji F ini adalah sebagai berikut.
Fhitung =/( )( )/ ( )
Dimana:
F = F hitung yang selanjutnya dibandingkan dengan F tabel.
k = Jumlah variabel independen
R2 = Koefisien korelasi ganda yang telah ditemukan
n = Jumlah sampel
Hasil dari F hitung kemudian dibandingkan dengan F tabel, begitu
juga dengan uji t. Jika F atau t hitung lebih besar dari F atau t tabel (F/t
hitung > F/t tabel), maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh variabel
Indeks Dow Jones (DJI), Nikkei (N225), Hang Seng (HSI), kurs Rupiah
terhadap USD (KURS), jumlah uang beredar (M2), dan tingkat inflasi (INF)
terhadap variabel terikat Jakarta Islamic Index (JII) secara simultan atau
parsial.
79
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sekilas tentang Jakarta Islamic Index
Pasar modal syariah (Islamic Stock Exchange) adalah kegiatan yang
berhubungan dengan perdagangan efek syariah perusahaan publik yang
berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga profesi yang
berkaitan dengannya, dimana semua produk dan mekanisme operasionalnya
berjalan tidak bertentangan dengan hukum mu’amalat islamiyyah. Pasar
modal syariah dapat juga diartikan sebagai pasar modal yang menerapkan
prinsip-prinsip syariah (Abdul Hamid: 2009).
Perkembangan pasar modal syariah di Indonesia secara tidak langsung
dipengaruhi oleh pasar modal syariah yang terlebih dahulu berjalan di
negara-negara lain. Amanah Income Fund merupakan lembaga keuangan
yang pertama kali menaruh perhatian di dalam mengoperasikan portofolionya
dengan manajemen portofolio syariah di pasar modal syariah. Lembaga ini
didirikan pada Juni 1986 oleh para anggota The North American Islamic
Trust yang bertempat di Indiana, Amerika Serikat. Wacana mengenai pasar
modal syariah ini disambut dengan antusias di seluruh belahan bumi ini dari
kawasan Timur Tengah, Eropa, Asia, dan Amerika.
Di Indonesia, perkembangan instrumen syariah sudah berjalan sejak
tahun 1997. Diawali dengan lahirnya reksadana syariah. Kemudian Bursa
80
Efek Jakarta (BEJ) bersama dengan PT. Danareksa Investment Management
(DIM) meluncurkan Jakarta Islamic Index (JII) yang mencakup 30 jenis
saham dari emiten-emiten yang kegiatan usahanya memenuhi ketentuan
tentang hukum syariah. Penentuan kriteria JII tersebut disusun berdasarkan
persetujuan dari Dewan Pengawas Syariah PT. Danareksa Investment
Management (Darmadji, 2006).
Jakarta Islamic Index diresmikan pada 3 Juli 2000 untuk memenuhi
harapan para investor yang ingin melakukan investasi pada saham yang
berbasis syariah. Pembentukan Jakarta Islamic Index juga diharapkan dapat
meningkatkan transparansi dan akuntabilitas saham syariah di Indonesia.
Dengan konsep berbasis syariah maka seluruh aspek baik jenis efek,
mekanisme perdagangan, dan usaha perusahaan harus terbebas dari hal-hal
yang diharamkan, seperti riba, gharar, dan maysir, bahkan perusahaan yang
mengeluarkan saham syariah tersebut diharuskan memiliki pendapatan bunga
dan pendapatan non halal dibandingkan dengan pendapatan usaha tidak lebih
dari 10% dan hutang bunga dibandingkan dengan ekuitas pemilik tidak lebih
dari 82%.
Saham-saham perusahaan yang dicatat di Jakarta Islamic Index harus
melalui proses seleksi terlebih dahulu. Seperti halnya saham yang tercatat di
indeks konvensional, perusahaan yang tercatat di Jakarta Islamic Index juga
harus memiliki tingkat likuiditas yang tinggi dan kapitalisasi pasar yang
besar. Selain itu, perusahaan juga harus melewati filter syariah. Filter ini
dilakukan untuk menyeleksi perusahaan yang kegiatan usahanya tidak
81
bertentangan dengan prinsip syariah.
Adapun persyaratan filter syariah tersebut antara lain memilih
kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 (tiga) bulan kecuali termasuk
dalam 10 (sepuluh) kapitalisasi besar, dan memilih saham berdasarkan
laporan keuangan tahunan atau tengah tahunan yang memiliki rasio
kewajiban terhadap aktiva maksimal 90%. Proses seleksi tersebut dikaji
ulang setiap 6 (enam) bulan sekali untuk mengeliminasi saham-saham
spekulatif yang cukup likuid. Umumnya, saham-saham spekulatif memiliki
tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan reguler yang tinggi tetapi
memiliki tingkat kapitalisasi pasar yang rendah.
Selain pengkajian ulang 6 (enam) bulan sekali dengan penentuan
komponen indeks pada awal Juli setiap tahunnya, perubahan pada jenis usaha
emiten akan di-monitoring secara terus menerus berdasarkan data publik
yang tersedia.
Perhitungan saham syariah pada Jakarta Islamic Index dilakukan oleh
PT Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan metode perhitungan indeks
yang ditetapkan dengan bobot kapitalisasi pasar (Market Capitalization
Weighted). Perhitungan indeks ini juga mencakup penyesuaian-penyesuaian
(adjusments) yang dilakukan oleh adanya perubahan terhadap data emiten
yaitu corporate action. Jakarta Islamic Index menggunakan tanggal
perhitungan 1 Januari 1995 dengan nilai awal 100. Dengan indeks ini
diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk mengembangkan
82
investasi secara syariah.
Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 jenis saham emiten yang dipilih
dari saham-saham yang sesuai dengan prinsip syariah. Berikut adalah nama-
nama saham emiten yang tercatat pada Jakarta Islamic Index per Des 2015
s/d Mei 2016 dengan merujuk pada Pengumuman PT. Bursa Efek Indonesia
No. Peng-0095/BEI.OPP/11-2015.
83
Tabel 4.1Daftar Emiten yang Terdaftar pada Jakarta Islamic Index (JII)
No. Kode Nama Saham Ket1 AALI Astra Agro Lestari Tbk. Tetap2 ADRO Adaro Energy Tbk. Tetap3 AKRA AKR Corporindo Tbk. Tetap4 ASII Astra Internasional Tbk. Tetap5 ASRI Alam Sutera Realty Tbk. Tetap6 BSDE Bumi Serpong Damai Tbk. Tetap7 ICBP Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Tetap8 INCO Vale Indonesia Tbk. Tetap9 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk. Tetap10 INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Tetap11 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk. Tetap12 JSMR Jasa Marga (Persero) Tbk. Tetap13 KLBF Kalbe Farma Tbk. Tetap14 LPKR Lippo Karawaci Tbk. Tetap15 LPPF Matahari Department Store Tbk. Tetap16 LSIP PP London Sumatera Indonesia Tbk. Tetap17 MIKA Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. Baru18 MPPA Matahari Putra Prima Tbk. Tetap19 PGAS Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. Tetap20 PTPP PP (Persero) Tbk. Tetap21 PWON Pakuwon Jati Tbk. Tetap22 SILO Siloam International Hospitals Tbk. Tetap23 SMGR Semen Indonesia (Persero) Tbk. Tetap24 SMRA Summarecon Agung Tbk. Tetap25 SSMS Sawit Sumbermas Sarana Tbk. Tetap26 TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. Tetap27 UNTR United Tractors Tbk. Tetap28 UNVR Unilever Indonesia Tbk. Tetap29 WIKA Wijaya Karya (Persero) Tbk. Tetap30 WSKT Waskita Karya (Persero) Tbk. Tetap
Sumber : Bursa Efek Indonesia (BEI), Desember 2015.
84
Pada periode 2006 sampai 2015, nilai saham Jakarta Islamic Index
cenderung berfluktuasi. Secara umum, Indeks JII setiap periodenya
menunjukkan tren positif, walaupun pada periode 2008 mengalami koreksi
negatif yang cukup tajam. Hal ini disebabkan oleh krisis global yang
melanda perekonomian dunia pada saat itu. Fluktuasi Jakarta Islamic Index
dapat ditunjukkan pada Grafik 4.1 berikut.
Grafik 4.1. Pergerakan Jakarta Islamic Index Periode 2006-2015
Sumber: Bursa Efek Indonesia, tahun 2006-2015
Koreksi krisis yang cukup dalam terhadap Jakarta Islamic Index (JII)
yang mencapai angka 193,68 pada Oktober 2008 dari angka tertinggi 508,94
pada periode Februari 2008 diduga merupakan dampak sistemik dari
kejatuhan bursa global di kawasan regional seperti Dow Jones dan Nikkei,
yang kemudian membentuk persepsi negatif investor mengenai sektor
0,00
100,00
200,00
300,00
400,00
500,00
600,00
700,00
800,00
Jan-
06
Agus
t-06
Mar
-07
Okt
-07
Mei
-08
Des-
08
Jul-0
9
Feb-
10
Sep-
10
Apr-
11
Nop
-11
Jun-
12
Jan-
13
Agus
t-13
Mar
-14
Okt
-14
Mei
-15
Des-
15
Jakarta Islamic Index (Rupiah)
Jakarta Islamic Index (Rupiah)
85
keuangan di dunia. Persepsi ini juga yang mengakibatkan turut jatuhnya nilai
indeks nasional.42
Selain karena pergerakan bursa regional seperti Dow Jones dan
Nikkei, fluktuasi Jakarta Islamic Index juga diperkirakan disebabkan oleh
pergerakan kurs, inflasi dan jumlah mata uang yang beredar. Peningkatan
Indeks JII diperkirakan karena adanya apresiasi kurs Rupiah terhadap Dolar,
sedangkan penurunan Indeks JII diduga karena kurs Rupiah yang
terdepresiasi terhadap Dolar. Menurunnya inflasi dan meningkatnya jumlah
uang beredar di masyarakat juga menjadi indikasi peningkatan nilai indeks.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kondisi perekonomian yang baik
merupakan sentimen positif yang akan berdampak pada kenaikan harga
Jakarta Islamic Index.
2. Indeks Saham Regional
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang hingga saat ini masih
bergantung pada kondisi perekonomian dunia internasional terutama yang
berkaitan dengan investasi. Hal itu berdampak pada kondisi pasar modal di
Indonesia yang dipengaruhi oleh kondisi luar negeri terutama kondisi pasar
modal yang ada pada negara-negara maju.
Dalam studi ini, penulis menggunakan indeks Dow Jones (Amerika
Serikat), Nikkei (Jepang), Hang Seng (Hong Kong) yang berada di negara
maju dengan kapitalisasi pasar tinggi. Penggunaan indeks saham regional
42Yoghi Citra Pratama, Op. Cit, h. 128.
86
akan sangat membantu untuk mengetahui sejauh mana pengaruh fluktuasi
saham luar negeri terhadap saham syariah Jakarta Islamic Index.
Grafik 4.2 berikut akan sangat membantu untuk melihat keterkaitan
indeks-indeks tersebut dalam mempengaruhi harga saham.
Grafik 4.2. Pergerakan Indeks Saham Regional Periode 2006-2015
Sumber : www.finance.yahoo.com
Data menunjukkan pada periode Juli 2008 nilai indeks-indeks mulai
terkoreksi negatif dari periode sebelumnya. Indeks Dow Jones walaupun
sempat meningkat pada posisi 11.543,96 pada Agustus 2008 dari posisi
sebelumnya 11.378,02 namun tidak mampu mempertahankan tren positifnya
dan terus jatuh. Sedangkan Indeks Nikkei dan Hang Seng terus
menunjukkan koreksi negatif pada periode Juli sampai dengan November
2008.
Indeks Nikkei terkoreksi dari posisi 13.376,81 pada Juli 2008 menjadi
8.512,27 pada November 2008 dan kembali meningkat 8.859,56 pada
0,00
5.000,00
10.000,00
15.000,00
20.000,00
25.000,00
30.000,00
35.000,00
Jan-
06
Sep-
06
Mei
-07
Jan-
08
Sep-
08
Mei
-09
Jan-
10
Sep-
10
Mei
-11
Jan-
12
Sep-
12
Mei
-13
Jan-
14
Sep-
14
Mei
-15
DJI
N225
HSI
JII
87
Desember. Indeks Hang Seng terkoreksi dari posisi 22.731,10 pada Juli 2008
menjadi 13.888,24 pada November 2008 dan kembali meningkat 14.387,48
pada Desember 2008.
Di dalam negeri, tren yang hampir sama juga diikuti oleh indeks
syariah Jakarta Islamic Index, Indeks JII terkoreksi dari posisi 387,81 pada
Juli 2008 menjadi 193,68 pada Oktober 2008 dan kembali meningkat 195,69
pada November 2008.
Tabel 4.2. Data Indeks Saham Regional Periode Juli-Desember 2008
Periode DJI N225 HSI JIIJul-08 11.378,02 13.376,81 22.731,10 387,81
Agust-08 11.543,96 13.072,87 21.261,89 356,09
Sep-08 10.850,66 11.259,86 18.016,21 286,39
Okt-08 9.325,01 8.576,98 13.968,67 193,68
Nop-08 8.829,04 8.512,27 13.888,24 195,69
Des-08 8.776,39 8.859,56 14.387,48 216,19Sumber: www.finance.yahoo.com
Dari data dan fakta di atas, dapat dilihat bahwa kinerja pasar saham
syariah sangat dipengaruhi oleh gejolak yang terjadi di pasar saham
internasional. Hal ini terjadi sebagai akibat semakin terintegrasinya pasar-
pasar saham yang ada di dunia, sehingga gejolak yang terjadi di suatu negara
dapat mempengaruhi kondisi negara lain secara signifikan.
3. Kurs Rupiah terhadap USD
Selama periode 2006 hingga 2015, kurs menunjukkan fluktuasi yang
beragam. Pada tahun-tahun sebelum krisis (2006, 2007 sampai medio 2008),
pergerakan kurs cenderung stabil. Kurs pada periode ini berkisar pada posisi
8.785,00 (April 2008) dan 9.392,50 (Desember 2007).
88
Kemudian kurs mulai melemah ketika terjadi krisis hingga mencapai
posisi 12.025,00 pada November 2008. Pada periode setelah krisis sampai
2015 kurs kembali melemah perlahan hingga mencapai titik terendah
14.650,00 pada September 2015.
Grafik 4.3. Kurs Rupiah terhadap Dolar AS Periode 2006-2015
Sumber: Bank Indonesia, 2006-2015.
Dalam kaitannya dengan pasar modal, fluktuasi kurs diduga
merupakan dampak dari dorongan investor untuk memilih menginvestasikan
dananya pada pasar valuta asing dibandingkan pada pasar modal. Investor
menganggap berspekulasi di pasar valuta asing akan lebih menguntungkan
karena gejolak naik-turunnya kurs. Tindakan investor ini tentu akan
mengakibatkan tarnsaksi modal di BEI berkurang.
Sebaliknya apabila kurs bergerak stabil maka investor akan memilih
melakukan investasi pada pasar modal karena pasar valuta asing dianggap
0,002.000,004.000,006.000,008.000,00
10.000,0012.000,0014.000,0016.000,00
Jan-
06Ju
l-06
Jan-
07Ju
l-07
Jan-
08Ju
l-08
Jan-
09Ju
l-09
Jan-
10Ju
l-10
Jan-
11Ju
l-11
Jan-
12Ju
l-12
Jan-
13Ju
l-13
Jan-
14Ju
l-14
Jan-
15Ju
l-15
Kurs Rupiah/Dolar (Rp)
Kurs Rupiah/Dolar (Rp)
89
kurang menguntungkan. Tindakan investor ini akan mengakibatkan pasar
modal kembali bergairah dan JII kembali menguat. Selanjutnya, kenaikan
harga saham di suatu bursa akan menarik capital inflow, sehingga akan
meningkatkan permintaan mata uang domestik dan berujung pada apresiasi
mata uang domestik.
4. Jumlah Uang Beredar
Secara umum, jumlah uang beredar (M2) mengalami peningkatan
setiap tahunnya seiring dengan meningkatnya kegiatan perekonomian. Pada
Desember 2006, jumlah uang beredar tercatat sejumlah 1.382.074,00 milyar
Rupiah. Jumlah ini terus meningkat menjadi 4.546.743,03 milyar Rupiah
pada Desember 2015.
Wastriati (2010) melihat jumlah uang beredar (M2) bergantung pada
basis moneter, rasio deposito cadangan, dan rasio deposito uang kartal. Naik
turunnya jumlah uang beredar diperkirakan karena basis moneter tersebut.
Kenaikan basis moneter menyebabkan kenaikan yang proporsional pada
jumlah uang yang beredar. Sedangkan penurunan rasio deposito cadangan
atau rasio deposito uang kartal meningkatkan pengganda dan jumlah uang
beredar.
90
Grafik 4.4. Perkembangan Jumlah Uang Beredar Periode 2006-2015
Sumber: Bank Indonesia, 2006-2015.
Sementara Yarlin Lenggu (2006) menyimpulkan peningkatan jumlah
uang beredar ini disebabkan terutama oleh meningkatnya permintaan kredit
untuk tujuan konsumsi, modal kerja dan investasi. Peningkatan jumlah uang
beredar bertujuan untuk mendorong aktivitas ekonomi Indonesia.43
5. Tingkat Inflasi
Perkembangan inflasi dari tahun 2006 sampai 2015 sangat fluktuatif
namun secara keseluruhan memiliki tren positif. Pada awal tahun 2006
tingkat inflasi mencapai 17,92 persen (data Februari 2006). Tingginya
tingkat inflasi ini disebabkan oleh bencana tsunami yang melanda Indonesia
pada Desember 2004. Namun inflasi terus bisa ditekan hingga tahun 2006
ditutup dengan tingkat inflasi 6,60 persen.
43Yarlin Lenggu, Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Makro terhadap Indeks Harga Saham TigaBank Persero, Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, 2006, h. 59.
0,002.000,004.000,006.000,008.000,00
10.000,0012.000,0014.000,0016.000,00
Jan-
06
Agus
t-06
Mar
-07
Okt
-07
Mei
-08
Des-
08
Jul-0
9
Feb-
10
Sep-
10
Apr-
11
Nop
-11
Jun-
12
Jan-
13
Agus
t-13
Mar
-14
Okt
-14
Mei
-15
Des-
15
M2 (Milyar Rupiah)
M2 (Milyar Rupiah)
91
Pada 2007 tingkat inflasi cenderung stagnan yaitu 6,59 persen
sekaligus membuktikan perekonomian Indonesia pada saat itu berada dalam
kondisi stabil. Pada 2008, bencana krisis global menggoncang perekonomian
Indonesia dan berdampak terhadap laju inflasi dalam negeri yang mencapai
11,06 persen. Dorongan tersebut diperkirakan berasal dari lonjakan harga
minyak dunia yang mendorong dikeluarkannya kebijakan subsidi BBM.
Tekanan inflasi makin tinggi akibat komoditi global yang tinggi. Namun
inflasi tersebut berangsur menurun di akhir tahun 2008 karena harga
komoditi yang menurun dan penurunan harga subsidi BBM.
Grafik 4.5. Perkembangan Tingkat Inflasi Periode 2006-2015
Sumber: Bank Indonesia, 2006-2015
Pada periode selanjutnya, inflasi terus berfluktuasi dengan laporan
angka 6,96 persen (2010), 3,79 persen (2011), 4,3 persen (2012), 8,38 persen
(2013), 8,36 persen (2014) dan mencatat angka terendah selama lima tahun
terakhir sebesar 3,35 persen pada 2015.
0,002.000,004.000,006.000,008.000,00
10.000,0012.000,0014.000,0016.000,00
Jan-
06
Agus
t-06
Mar
-07
Okt
-07
Mei
-08
Des-
08
Jul-0
9
Feb-
10
Sep-
10
Apr-
11
Nop
-11
Jun-
12
Jan-
13
Agus
t-13
Mar
-14
Okt
-14
Mei
-15
Des-
15
Tingkat Inflasi (Persen)
Tingkat Inflasi (Persen)
92
B. Analisis Hasil Olah Statistik
1. Penentuan Model
Penelitian ini menggunakan data Jakarta Islamic Index (JII) sebagai
variabel dependen, dan variabel Indeks Dow Jones, Nikkei, Hang Seng, kurs
Rupiah terhadap USD, jumlah uang beredar dan tingkat inflasi sebagai
variabel independen. Semua data variabel tersebut dikonversikan dalam
bentuk logaritma natural (ln) dengan maksud untuk memecahkan persamaan
yang tidak diketahui dan merupakan pangkat dari variabel lain.
Untuk membantu dan mempercepat proses analisis data, peneliti
menggunakan alat bantu Microsoft Excel 2010 dan EVIEWS 9. Adapun
langkah awal yang dilakukan adalah dengan melihat apakah data yang
digunakan sudah stasioner atau belum, yaitu dengan cara melakukan uji
stasioneritas Phillips-Perron. Apabila data diketahui belum stasioner maka
langkah selanjutnya adalah uji derajat integrasi yang bertujuan untuk
menstasionerkan data agar semua data menjadi stasioner pada ordo yang
sama.
Setelah data dinyatakan stasioner, maka pengujian dapat dilanjutkan
pada uji kointegrasi. Pengujian ini bertujuan untuk melihat indikasi adanya
hubungan jangka panjang antara variabel independen dengan variabel
dependen. Apabila pada uji kointegrasi terdapat hubungan antar variabel,
maka pengujian dapat dilanjutkan pada uji Error Correction Model, dimana
pengujian ini bertujuan untuk melihat indikasi adanya hubungan jangka
pendek antara variabel independen dengan variabel dependen.
93
a. Uji Stasioneritas Data
Uji stasioneritas data variabel dilakukan dengan Uji Akar Unit
metode Phillips-Perron (PP) yaitu dengan cara membandingkan antara PP
statistic dengan MacKinnon critical values pada derajat signifikan 1%, 5%
dan 10%.
Tabel 4.3. Hasil Uji Akar Unit pada Level
Variabel Nilai PPNilai Kritis MacKinnon
Keterangan1% 5% 10%
LNJII -2,863181 -4,036983 -3,448021 -3,14914TidakStasioner
LNDJI -1,772476 -4,036983 -3,448021 -3,14914TidakStasioner
LNN225 -1,202358 -4,036983 -3,448021 -3,14914TidakStasioner
LNHSI -3,034004 -4,036983 -3,448021 -3,14914TidakStasioner
LNKURS -1,504765 -4,036983 -3,448021 -3,14914TidakStasioner
LNM2 -3,488101 -4,036983 -3,448021 -3,14914 Stasioner
LNINF -2,730320 -4,036983 -3,448021 -3,14914TidakStasioner
Sumber: Output Eviews 9 (diolah).
Hasil uji stasioneritas variabel pada level menunjukkan bahwa
semua variabel tidak stasioner kecuali M2 yang stasioner pada taraf nyata
5%. Hal ini dikarenakan pada taraf 5% nilai mutlak t-PP lebih kecil dari
nilai kritis MacKinnon. Karena penelitian dengan menggunakan data yang
tidak stasioner dapat menghasilkan regresi palsu (spurious regression),
maka uji stasioneritas dilanjutkan pada tingkat first difference.
b. Uji Derajat Integrasi
Data Uji Akar Unit PP yang tidak stasioner pada level memerlukan
94
proses diferensi data. Uji stasioneritas melalui proses diferensi ini
kemudian disebut uji integrasi.
Tabel 4.4. Hasil Uji Akar Unit pada First Difference
Variabel Nilai PPNilai Kritis MacKinnon
Keterangan1% 5% 10%
DLNJII -10,63452 -4,037668 -3,448348 -3,149326 Stasioner
DLNDJI -9,504168 -4,037668 -3,448348 -3,149326 StasionerDLNN225 -9,256041 -4,037668 -3,448348 -3,149326 StasionerDLNHSI -9,585237 -4,037668 -3,448348 -3,149326 StasionerDLNIHSG -8,369112 -4,037668 -3,448348 -3,149326 StasionerDLNKURS -9,592981 -4,037668 -3,448348 -3,149326 StasionerDLNM2 -22,59324 -4,037668 -3,448348 -3,149326 StasionerDLNINF -6,965156 -4,037668 -3,448348 -3,149326 Stasioner
Sumber: Output Eviews 9 (diolah).
Hasil uji stasioneritas pada Tabel 4.4 menunjukkan bahwa semua
data yang digunakan dalam penelitian ini telah stasioner pada tingkat first
difference. Terlihat bahwa nilai mutlak t-PP lebih besar dari nilai kritis
MacKinnon pada taraf nyata 5% dan karenanya hipotesis H0 ditolak.
c. Uji Kointegrasi
Uji Kointegrasi merupakan isu statistik yang berkaitan erat dengan
pengujian terhadap kemungkinan adanya hubungan jangka panjang antara
variabel-variabel seperti yang dikehendaki teori ekonomi. Insukindro
(2003) melihat pendekatan kointegrasi dapat dianggap sebagai uji teori
ekonomi dan merupakan bagian penting dalam perumusan dan estimasi
sebuah model dinamis.44
Untuk mengetahui adanya kointegrasi antara variabel independen
44Wastriati, Op. Cit, h.102
95
dan variabel dependen, dilakukan Uji Akar Unit PP pada residual model
jangka panjang yang sudah stasioner pada level.
Analisis dilakukan dengan melihat stasioneritas pada residual model
jangka panjang (ECT) dengan menggunakan Uji Akar Unit Phillips-
Perron. Adapun hasilnya dapat ditampilkan pada Tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5. Hasil Uji Kointegrasi
Variabel Nilai PPNilai Kritis MacKinnon
Keterangan1% 5% 10%
ECT -6,467246 -3,486064 -2,885863 -2,579818 Stasioner
Sumber: Output Eviews 9 (diolah).
Dari tabel di atas, diketahui bahwa nilai mutlak t-PP lebih besar dari
nilai kritis MacKinnon pada taraf 5% yaitu 6,4672 > 2,8859 sehingga
dapat dinyatakan H0 yang menyatakan terdapat unit root pada residual
ditolak. Ini mengindikasikan bahwa residual dari persamaan telah
stasioner pada derajat integrasi nol {I(0)}. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa setiap variabel telah terkointegrasi atau dengan kata
lain terdapat indikasi keseimbangan jangka panjang (long-run equilibrium)
antara Indeks Dow Jones, Indeks Nikkei, Indeks Hang Seng, kurs Rupiah,
jumlah uang beredar dan inflasi terhadap Jakarta Islamic Index.
d. Estimasi Error Correction Model
Error Correction Model merupakan pendekatan dalam menganalisis
model time series untuk melihat konsistensi antara hubungan jangka
pendek dengan jangka panjang. Pendekatan ini dilakukan setelah
sebelumnya ditemukan indikasi hubungan jangka panjang antar variabel
96
yang diuji.
Dalam pengujian kointegrasi sebelumnya menunjukkan bahwa
terdapat hubungan jangka panjang, atau keseimbangan antara variabel-
variabel yang diteliti. Namun jelas bahwa pada jangka pendek mungkin
terjadi ketidakseimbangan (disequilibrium) di antara variabel-variabel
tersebut. Hasil uji Error Correction Model adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6. Uji Error Correction ModelDependent Variable: DLNJIIMethod: Least SquaresDate: 05/10/17 Time: 15:54Sampel (adjusted): 2006M02 2015M11
Included Observation: 118
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.C 0,275223 0,706658 0,389471 0,6977DLNDJI 0,052530 0,231363 0,227047 0,8208DLNN225 0,100028 0,147190 0,679586 0,4983DLNHSI 0,511308 0,137937 3,706813 0,0003DLNKURS -0,822731 0,263118 -3,126856 0,0023DLNM2 0,511152 0,388579 1,315438 0,1913DLNINF 0,002818 0,045501 0,061924 0,9507LNDJI(-1) -0,137444 0,114814 -1,197105 0,2340LNN225(-1) 0,082291 0,074872 1,099087 0,2743LNHSI(-1) 0,028134 0,061768 0,455486 0,6497LNKURS(-1) -0,144991 0,118672 -1,221776 0,2246LNM2(-1) 0,086110 0,064242 1,340411 0,1830LNINF(-1) 0,017938 0,019889 0,901919 0,3692ECT 0,468137 0,086820 5,392032 0,0000
R-squared 0,515553 F-statistic 8,513673
Adjusted R2 0,454997 Prob(F-statistic) 0,000000
Sumber: Output Eviews 9 (diolah).
Dari hasil analisis estimasi ECM seperti terlihat pada Tabel 4.6 di
atas, DLNDJI, DLNN225, DLNHSI, DLNKURS, DLNM2, dan DLNINF
97
merupakan variabel yang menunjukkan parameter dalam jangka pendek.
Sedangkan variabel LNDJI(-1), LNN225(-1), LNHSI(-1), LNKURS(-1),
LNM2(-1), dan LNINF(-1) menunjukkan parameter jangka panjang. Dari
tabel tersebut juga diperoleh koefisien variabel koreksi kesalahan (ECT)
yang bernilai positif dan signifikan secara statistik, oleh karena itu model
ECM yang digunakan dalam penelitian ini adalah valid. Hal ini juga
merupakan indikasi bahwa spesifikasi model yang dipakai adalah tepat
dan mampu menjelaskan variasi dinamis.
Nilai koefisien ECT menunjukkan bahwa kecepatan penyesuaian
(speed of adjusment) Jakarta Islamic Index untuk kembali ke posisi
equilibrium (keseimbangan) adalah sebesar 0,4681. Ini berarti
disequilibrium (ketidakseimbangan) pada Jakarta Islamic Index pada
bulan lalu akan dikoreksi pada bulan sekarang sebesar 46,81 persen.
Dengan kata lain Jakarta Islamic Index cepat kembali ke posisi
keseimbangannya, yaitu dengan membutuhkan waktu sekitar 2 (dua) bulan
(1/0,4681) untuk dapat kembali ke posisi equilibrium.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas dalam penelitian ini dideteksi melalui penggunaan
metode korelasi antar variabel independen. Rule of thumb dari metode ini
adalah 0,80 (Gujarati, 2008). Jika koefisien korelasi cukup tinggi melebihi
0,80, maka diduga ada multikolinieritas dalam model. Sebaliknya jika
korelasi relatif rendah maka model diduga terlepas dari unsur
98
multikolinieritas.
Tabel 4.7. Uji MultikolinieritasLNDJI LNHSI LNINF LNKURS LNM2 LNN225
LNDJI 1,000 0,685 -0,017 0,524 0,667 0,675
LNHSI 0,685 1,000 -0,297 0,127 0,429 0,397
LNINF -0,017 -0,297 1,000 0,068 -0,359 0,362
LNKURS 0,524 0,127 0,068 1,000 0,668 0,439
LNM2 0,667 0,429 -0,359 0,668 1,000 0,057
LNN225 0,675 0,397 0,362 0,439 0,057 1,000
Sumber: Output Eviews 9 (diolah)
Berdasarkan hasil uji multikolinieritas di atas, diketahui koefisien
korelasi masing-masing variabel lebih rendah dari 0,80 sehingga dapat
disimpulkan bahwa model regresi tidak terdapat gejala multikolinieritas di
antara variabel independen.
b. Uji Heteroskedastisitas
Untuk mendeteksi gejala heteroskedastisitas, penelitian ini
menggunakan metode Uji Breusch-Pagan-Godfrey.
Tabel 4.8. Uji HeteroskedastisitasHeteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-GodfreyF-statistic 0,650454 Prob. F(13,104) 0,8059Obs*R-squared 8,87278 Prob. Chi-Square(13) 0,7825Scaled explained SS 44,02235 Prob. Chi-Square(13) 0,0000
Sumber: Output Eviews 9 (diolah).
Berdasarkan hasil olah data pada model diperoleh nilai Obs*R-
squared atau hitung dengan probabilitas Chi-Square 0,7825 yang lebih
besar dari 0,05 (α = 5%). Maka dapat disimpulkan bahwa dalam model
ECM tidak terdapat masalah heteroskedastisitas.
99
c. Uji Autokorelasi
Dalam penelitian ini, untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi
dalam model digunakan uji Lagrange Multiplier (LM). Jika nilai Obs*R-
squared lebih kecil dari nilai tabel maka model dapat dikatakan tidak
mengandung autokorelasi. Selain itu juga dapat dilihat dari nilai
probabilitas Chi-Square, jika nilai probabilitas lebih besar dari nilai α yang
dipilih maka berarti tidak ada masalah autokorelasi.
Tabel 4.9. Uji AutokorelasiBreusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:F-statistic 0,032590 Prob. F(2,102) 0,9679Obs*R-squared 0,075357 Prob. Chi-Square(2) 0,9630
Sumber: Output Eviews 9 (diolah).
Dari hasil uji LM seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.9 di atas,
diketahui bahwa nilai Obs*R-squared adalah 0,9630 dimana nilai tersebut
lebih besar dari 0,05 (α = 5%). Maka dapat disimpulkan bahwa model
ECM dalam penelitian ini tidak terdapat autokorelasi.
d. Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji
Jarque-Bera. Berdasarkan hasil analisis software Eviews 9, dapat
diketahui bahwa nilai probabilitas Jarque-Bera adalah 0,0000 dimana
lebih kecil dari 0,05 (α = 5%) sehingga dapat disimpulkan bahwa data
yang digunakan tidak berdistribusi normal. Namun hal ini tidak akan
menjadi masalah karena data yang digunakan sudah stasioner.
100
Grafik 4.6. Uji Normalitas
0
4
8
12
16
20
24
28
-0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3
Series: ResidualsSample 2006M02 2015M11Observations 118
Mean 6.39e-16Median -0.006208Maximum 0.355897Minimum -0.179369Std. Dev. 0.059001Skewness 1.960568Kurtosis 13.77441
Jarque-Bera 646.3610Probability 0.000000
Sumber: Output Eviews 9 (diolah).
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Berdasarkan hasil perhitungan statistik terhadap model ECM pada
Tabel 4.6 diperoleh persamaan regresi jangka pendek sebagai berikut:
LNJII = 0,2752 + 0,0525 LNDJI + 0,1000 LNN225 + 0,5113 LNHSI - 0,8227
LNKURS + 0,5111 LNM2 + 0,0028 LNINF + εt
Sedangkan untuk mengetahui besaran regresi jangka panjang dari
model ECM tersebut harus dicari dengan menggunakan rumus berikut:
Tabel 4.10. Model Estimasi Jangka PanjangVariabel Rumus Koefisien
C 0 / 13 0,587911LNDJI (7+13) / 13 0,706402LNN225 (8+13) /13 1,175784LNHSI (9+13) / 13 1,060097LNKURS (10+13) / 13 0,690281LNM2 (11+13) / 13 1,183942
LNINF (12+13) /13 1,038318
Sumber: perhitungan manual berdasarkan Widarjono dan Yuliadi (2009).
101
Berdasarkan hasil perhitungan statistik dengan bantuan Eviews 9 pada
Tabel 4.6 dan perhitungan manual sesuai rumus pada Tabel 4.10 di atas, maka
diperoleh persamaan regresi jangka panjang sebagai berikut:
LNJII = 0,5879 + 0,7064 LNDJI + 1,1758 LNN225 + 1,0601 LNHSI +
0,6903 LNKURS + 1,1839 LNM2 + 1,0383 LNINF + εt
a. Koefisien Determinasi (R2)
Dengan memperhatikan hasil perhitungan statistik diperoleh angka
koefisien determinasi (adjusted R-squared) sebesar 0,454997 yang berarti
bahwa terdapat 45,50% fluktuasi Jakarta Islamic Index dipengaruhi oleh
Indeks Dow Jones (DJI), Indeks Nikkei (N225), Indeks Hang Seng (HSI),
kurs Rupiah terhadap USD (KURS), jumlah uang beredar (M2) dan
tingkat inflasi (INF). Sedangkan sisanya sebesar 54,50% dipengaruhi oleh
faktor atau variabel lain yang tidak diteliti.
b. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh Indeks Dow Jones
(DJI), Indeks Nikkei (N225), Indeks Hang Seng (HSI), kurs Rupiah
terhadap USD (KURS), jumlah uang beredar (M2) dan tingkat inflasi
(INF) secara keseluruhan terhadap Jakarta Islamic Index (JII).
Berdasarkan hasil analisis diketahui nilai F tabel pada df (k-1) = 12
dan (n-k) = 105 sebesar 1,85. Sedangkan dari hasil perhitungan diperoleh
F hitung sebesar 8,5137. Dengan demikian, karena F hitung > F tabel,
maka dapat disimpulkan bahwa faktor jangka pendek dan jangka panjang
yang terdiri dari Indeks Dow Jones (DJI), Indeks Nikkei (N225), Indeks
102
Hang Seng (HSI), kurs Rupiah terhadap USD (KURS), jumlah uang
beredar (M2) dan tingkat inflasi (INF) secara bersama-sama mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap Jakarta Islamic Index (JII).
4. Pengujian Hipotesis
a. Analisis Hubungan Jangka Panjang
Berdasarkan uji kointegrasi pada Tabel 4.4 sebelumnya dimana pada
persamaan dengan Jakarta Islamic Index (JII) sebagai variabel dependen
serta Indeks Dow Jones (DJI), Indeks Nikkei (N225), Indeks Hang Seng
(HSI), kurs Rupiah terhadap USD (KURS), jumlah uang beredar (M2) dan
tingkat inflasi (INF) sebagai varaibel independen, diperoleh bahwa
residual persamaan tersebut sudah stasioner pada tingkat level. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat kointegrasi atau hubungan
keseimbangan jangka panjang antara variabel dalam model regresi.
b. Analisis Hubungan Jangka Pendek
Melalui analisis Error Correction Model (ECM) seperti pada Tabel
4.5 sebelumnya diperoleh koefisien variabel Error Correction Term
(ECT) bernilai positif dan secara statistik signifikan. Oleh karena itu
permodelan ECM yang digunakan dalam penelitian ini adalah valid. Hal
ini juga berarti bahwa variabel yang digunakan dalam penelitian ini juga
memiliki keseimbangan dalam jangka pendeknya.
103
c. Analisis Pengaruh Secara Parsial (Uji t)
Dari hasil analisis Error Correction Model dengan menggunakan
tingkat kesalahan 0,05 (α = 5%) dan degree of freedom (n-k) = 105, maka
signifikansi pengaruh dari masing-masing variabel dapat diketahui.
Berikut adalah hasil analisis pengaruh secara parsial masing-masing
variabel Indeks Dow Jones (DJI), Indeks Nikkei (N225), Indeks Hang
Seng (HSI), kurs Rupiah terhadap USD (KURS), jumlah uang beredar
(M2) dan tingkat inflasi (INF) terhadap Jakarta Islamic Index (JII)
sebagaimana terangkum dalam Tabel 4.11 di bawah ini.
Tabel 4.11. Rangkuman Hasil Uji t
Variabel Koefisien t-hitung Prob. Pengaruh
Jangka PendekLNDJI 0,052530 0,227047 0,8208 (+) tidak signifikanLNN225 0,100028 0,679586 0,4983 (+) tidak signifikanLNHSI 0,511308 3,706813 0,0003 (+) signifikanLNKURS -0,822731 -3,126856 0,0023 (-) signifikanLNM2 0,511152 1,315438 0,1913 (+) tidak signifikanLNINF 0,002818 0,061924 0,9507 (+) tidak signifikan
Jangka PanjangLNDJI 0,706402 -1,197105 0,2340 (+) tidak signifikanLNN225 1,175784 1,099087 0,2743 (+) tidak signifikanLNHSI 1,060097 0,455486 0,6497 (+) tidak signifikanLNKURS 0,690281 -1,221776 0,2246 (+) tidak signifikanLNM2 1,183942 1,340411 0,1830 (+) tidak signifikanLNINF 1,038318 0,901919 0,3692 (+) tidak signifikan
ECT 0,468137 5,392032 0,0000 (+) signifikan
Sumber: Output Eviews 9 (diolah).
104
C. Pembahasan Hasil Analisis
1. Indeks Dow Jones (DJI) dan Jakarta Islamic Index (JII)
a. Jangka Pendek
Nilai t-hitung statistik LNDJI menunjukkan angka 0,2270 dengan
probabilitas 0,8208. Artinya variabel Indeks Dow Jones tidak signifikan
pada tingkat kepercayaan 0,05 (α = 5%). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh jangka pendek antara Indeks
Dow Jones (DJI) terhadap Jakarta Islamic Index (JII).
b. Jangka Panjang
Pada model jangka panjang, nilai t-hitung statistik LNDJI menunjukkan
angka -1,1971 dengan probabilitas 0,2340. Ini berarti variabel Indeks Dow
Jones juga belum signifikan pada tingkat kepercayaan 0,05 (α = 5%).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh
jangka panjang antara Indeks Dow Jones (DJI) terhadap Jakarta Islamic
Index (JII).
2. Indeks Nikkei (N225) dan Jakarta Islamic Index (JII)
a. Jangka Pendek
Analisis data statistik terhadap LNN225 menunjukkan nilai t-hitung
0,6796 dengan probabilitas 0,4983. Artinya variabel Indeks Nikkei belum
signifikan pada tingkat kepercayaan 0,05 (α = 5%). Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh jangka pendek antara
Indeks Nikkei (N225) terhadap Jakarta Islamic Index (JII).
105
b. Jangka Panjang
Pada model jangka panjang, nilai t-hitung statistik LNN225 menunjukkan
angka 1,0991 dengan probabilitas 0,2743. Ini berarti variabel Indeks
Nikkei juga belum signifikan pada tingkat kepercayaan 0,05 (α = 5%).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh
jangka panjang antara Indeks Nikkei (N225) terhadap Jakarta Islamic
Index (JII).
3. Indeks Hang Seng (HSI) dan Jakarta Islamic Index (JII)
a. Jangka Pendek
Analisis data statistik terhadap LNHSI menunjukkan nilai t-hitung 3,7068
dengan probabilitas 0,0003. Artinya variabel Indeks Hang Seng
berpengaruh positif signifikan pada tingkat kepercayaan 0,05 (α = 5%)
dengan koefisien 0,5113. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh jangka pendek antara Indeks Hang Seng (HSI) terhadap
Jakarta Islamic Index (JII), dimana jika HSI naik 1 persen akan
meningkatkan JII sebesar 0,5113 persen.
b. Jangka Panjang
Pada model jangka panjang, nilai t-hitung statistik LNHSI menunjukkan
angka 0,4555 dengan probabilitas 0,6497. Ini berarti variabel Indeks Hang
Seng tidak signifikan pada tingkat kepercayaan 0,05 (α = 5%). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh jangka
panjang antara Indeks Hang Seng (HSI) terhadap Jakarta Islamic Index
(JII).
106
4. Kurs Rupiah terhadap USD (KURS) dan Jakarta Islamic Index (JII)
a. Jangka Pendek
Analisis data statistik terhadap LNKURS menunjukkan nilai t-hitung -
3,1269 dengan probabilitas 0,0023. Artinya variabel kurs Rupiah terhadap
USD berpengaruh negatif signifikan pada tingkat kepercayaan 0,05 (α =
5%) dengan koefisien -0,8227. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh jangka pendek antara kurs Rupiah terhadap USD
(KURS) terhadap Jakarta Islamic Index (JII), dimana jika KURS naik 1
persen akan menurunkan JII sebesar 0,8227 persen.
b. Jangka Panjang
Pada model jangka panjang, nilai t-hitung statistik LNKURS
menunjukkan angka -1,2218 dengan probabilitas 0,2246. Ini variabel kurs
Rupiah terhadap USD tidak signifikan pada tingkat kepercayaan 0,05 (α =
5%). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh
jangka panjang antara kurs Rupiah terhadap USD (KURS) terhadap
Jakarta Islamic Index (JII).
5. Jumlah Uang Beredar (M2) dan Jakarta Islamic Index (JII)
a. Jangka Pendek
Analisis data statistik terhadap LNM2 menunjukkan nilai t-hitung 1,3154
dengan probabilitas 0,1913. Artinya variabel jumlah uang beredar tidak
signifikan pada tingkat kepercayaan 0,05 (α = 5%). Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh jangka pendek antara
jumlah uang beredar (M2) terhadap Jakarta Islamic Index (JII).
107
b. Jangka Panjang
Pada model jangka panjang, nilai t-hitung statistik LNM2 menunjukkan
angka 1,3404 dengan probabilitas 0,1830. Ini variabel jumlah uang
beredar juga tidak signifikan pada tingkat kepercayaan 0,05 (α = 5%).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh
jangka panjang antara jumlah uang beredar (M2) terhadap Jakarta Islamic
Index (JII).
6. Tingkat Inflasi (INF) dan Jakarta Islamic Index (JII)
a. Jangka Pendek
Analisis data statistik terhadap LNINF menunjukkan nilai t-hitung 0,0619
dengan probabilitas 0,9507. Artinya variabel tingkat inflasi belum
signifikan pada tingkat kepercayaan 0,05 (α = 5%). Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh jangka pendek antara
tingkat inflasi (INF) terhadap Jakarta Islamic Index (JII).
b. Jangka Panjang
Pada model jangka panjang, nilai t-hitung statistik LNINF menunjukkan
angka 0,9019 dengan probabilitas 0,3692. Ini variabel tingkat inflasi juga
belum signifikan pada tingkat kepercayaan 0,05 (α = 5%). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh jangka
panjang antara tingkat inflasi (INF) terhadap Jakarta Islamic Index (JII).
108
D. Pembahasan Implikasi Ekonomi
1. Indeks Saham Regional dan Jakarta Islamic Index
Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa dalam jangka panjang
tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara indeks saham regional Dow
Jones, Nikkei, dan Hang Seng terhadap JII. Ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Handayani (2005) yang bertujuan untuk mencari korelasi
antara risiko dan imbal hasil Jakarta Islamic Index (JII) terhadap IHSG,
LQ45, dan SBI dengan menggunakan metode Vector Error Correction Model.
Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa dalam jangka panjang JII,
IHSG, LQ45, dan SBI tidak memiliki hubungan kointegrasi.
Dalam jangka pendek, hanya Indeks Hang Seng yang mampu
mempengaruhi JII secara signifikan. Pengaruh Indeks Hang Seng terhadap
Jakarta Islamic Index ini sejalan dengan penelitian Nurdiansyah (2009) dan
Palina (2011) yang menyatakan bahwa HSI berpengaruh signifikan terhadap
indeks-indeks di Bursa Efek Indonesia. Hal ini menjadi relevan mengingat
Indeks Hang Seng berada dalam kawasan regional Asia. Apalagi Indeks Hang
Seng merupakan indeks terkenal di kawasan Asia dengan saham-saham yang
terdiri dari perusahaan terkemuka dan para investor institusi. Diketahui juga
bahwa sejak diperkenalkan, Hang Seng dengan saham-saham terpilihnya
telah merefleksikan kepentingan dari berbagai sektor industri (Moh Mansur,
2005).
Sedangkan Dow Jones dan Nikkei tidak berpengaruh signifikan
terhadap Jakarta Islamic Index baik dalam jangka pendek maupun jangka
109
panjang. Ini menjadi wajar mengingat untuk mengkompensasi efek
pemecahan saham dan penyesuaian lainnya, saat ini Dow Jones Industrial
Average (DJIA) menggunakan weighted average, bukan lagi rata-rata aktual
dari harga saham komponennya. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Nadya Larasati (2016) bahwa tidak terdapat pengaruh jangka
pendek dan jangka panjang Indeks Dow Jones terhadap indeks saham IHSG
yang merupakan indeks yang mencakup keseluruhan saham di Indonesia.
Selain itu, Moh. Mansur (2004) juga menyatakan bahwa Indeks Dow Jones
tidak berpengaruh terhadap IHSG.
Sedangkan Nikkei, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ika
Wulandari (2013), yang walaupun mempengaruhi indeks dalam negeri yang
lain seperti IHSG, LQ45, dan Kompas100 karena mencatat perusahaan besar
yang telah beroperasi secara global termasuk di Indonesia, namun tidak
memiliki pengaruh terhadap JII.
Temuan penelitian ini juga didukung oleh penelitian Yoghi Citra
Pratama (2012) yang menganalisis pengaruh indeks IHSG, Dow Jones, dan
Nikkei terhadap JII dengan menggunakan VECM. Hasil empiris Impulse
Response Function menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh antara IHSG,
Dow Jones, dan Nikkei terhadap JII. Sedangkan hasil uji dekomposisi varians
menunjukkan bahwa pengaruh guncangan terbesar dari JII ialah JII itu sendiri.
Dengan demikian, berdasarkan fenomena ini dan kemudian didukung
oleh penelitian sekarang ini menunjukkan bahwa pasar modal syariah yang
diproksikan oleh Jakarta Islamic Index (JII) lebih stabil oleh pengaruh
110
guncangan eksternal. Sehingga ini dapat menjadi pertimbangan khusus bagi
stakeholder pasar modal syariah untuk lebih memperhatikan dan memperkuat
eksistensi dan peran JII pada panggung bursa saham nasional.
2. Nilai Tukar Rupiah dan Jakarta Islamic Index
Penelitian ini menemukan adanya pengaruh jangka pendek dengan
hasil negatif dan signifikan antara variabel kurs Rupiah terhadap Jakarta
Islamic Index. Adanya pengaruh negatif signifikan kurs Rupiah terhadap USD
terhadap Jakarta Islamic Index dalam jangka pendek ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ibrahim dan Yusof (2001), Menike (2006),
Yusof dan Majid (2009), Wastriati (2010), Syukma (2011) Kuwomu dan
Victor (2011), Hussin et al. (2012), Bekhet dan Mugableh (2012), Majid et al.
(2012) dan Ika Wulandari (2013) yang menunjukkan bahwa kurs dan harga
saham memiliki hubungan signifikan dan negatif.
Hal ini mengindikasikan bahwa hubungan antara kurs Rupiah dan
harga saham berlawanan arah, artinya semakin kuat kurs Rupiah terhadap US
Dollar (apresiasi Rupiah) maka akan meningkatkan harga saham, dan
sebaliknya.
Hasil ini sesuai dengan teori yang menyimpulkan bahwa menguatnya
kurs Rupiah terhadap US Dollar merupakan sinyal positif bagi perekonomian
yang mengalami inflasi (Tandelilin, 2001). Menguatnya kurs Rupiah terhadap
US Dollar akan menurunkan biaya produksi terutama biaya impor bahan baku
dan akan diikuti menurunnya tingkat bunga yang berlaku, hal ini akan
memberikan dampak positif pada laba perusahaan yang akhirnya menaikkan
111
pendapatan per lembar saham (EPS).
Selanjutnya pengaruh nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar
merupakan alternatif investasi yang menguntungkan terutama pada saat terjadi
depresiasi Rupiah. Terjadinya depresiasi Rupiah akan mendorong investor
untuk memindahkan dananya ke pasar valuta asing dengan harapan tingkat
pengembalian akan tinggi.
Dalam jangka panjang, kurs Rupiah tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap Indeks JII disebabkan kemampuan JII untuk kembali
kepada posisi keseimbangan dengan cepat.
Hal ini memberikan implikasi teoritis bahwa secara empiris hasil
penelitian ini semakin memperkuat teori bahwa menguatnya kurs mata uang
suatu negara memberikan sinyal positif bagi perekonomian negara tersebut.
Sehingga secara praktis temuan ini mengimplikasikan bahwa pemerintah
harus selalu mengambil langkah-langkah strategis untuk memperkuat tingkat
kurs mata uangnya.
3. Jumlah Uang Beredar dan Jakarta Islamic Index
Hasil penelitian mengndikasikan bahwa dalam jangka pendek maupun
jangka panjang, jumlah uang beredar tidak berpengaruh signifikan terhadap
pergerakan Jakarta Islamic Index. Hasil ini berseberangan dengan studi
penelitian terdahulu oleh Hermanto dan Manurung (2002) yang menunjukkan
adanya pengaruh positif antara variabel jumlah uang beredar (M2) dengan
Indeks BEJ. Dimana semakin banyak dana yang dipegang oleh masyarakat
maka semakin banyak pula dana yang akan dialokasikan untuk investasi di
112
bursa saham, sehingga akan menaikkan harga saham-saham dan selanjutnya
menguatkan IHSG.
Dalam penelitian ini, tidak berpengaruhnya jumlah uang beredar
cenderung disebabkan oleh peningkatan jumlah uang yang lebih banyak
didominasi oleh tingginya beban biaya bunga simpanan yang dikapitalisasi
dan ekspansi pada beberapa komponen tagihan bersih pemerintah terutama
pembayaran dalam rangka program penjaminan terhadap kewajiban
perbankan dan pembayaran kupon obligasi rekapitalisasi bank.
Dengan demikian jumlah uang beredar yang benar-benar dipegang oleh
masyarakat sangat kecil dan tidak berpengaruh signifikan terhadap
peningkatan harga saham disebabkan tidak ada tambahan dana yang ada di
masyarakat yang dapat digunakan untuk investasi di pasar modal. Hal ini
didukung oleh penelitian Oksiana dan Musdholifah (2007), dimana para
pelaku ekonomi di pasar modal masih terbatas pada para pengusaha yang
memiliki akses dan informasi untuk masuk ke pasar modal, karenanya
kenaikan jumlah uang beredar pada masyarakat tak menyentuh hingga pasar
modal.
4. Inflasi dan Jakarta Islamic Index
Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang, inflasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap JII. Hasil yang diperoleh ini sesuai dengan penelitian yag dilakukan
oleh Kewal (2012) dan Mok (2004) yang menemukan bahwa inflasi tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Namun hasil ini berbeda
113
dengan Samsul (2008) yang menemukan adanya pengaruh yang signifikan
tingkat inflasi terhadap harga saham.
Hasil ini kemudian didukung oleh fakta inflasi pada periode penelitian
dimana berdasarkan statistik deskriptif, rata-rata tingkat inflasi selama periode
penelitian adalah sebesar 0,69. Pasar masih bisa menerima jika tingkat inflasi
di bawah 10 persen. Namun, bila inflasi menembus angka 10 persen, pasar
modal akan terganggu. Bila inflasi menembus angka 10 persen maka Bank
Indonesia akan meningkatkan BI rate yang mengakibatkan investor cenderung
akan mengalihkan modalnya di sektor perbankan.
Faktor lain juga ditunjang dengan kondisi kinerja perusahaan-
perusahaan dalam Indeks JII yang memiliki fundamental ekonomi kuat,
sehingga mampu bertahan dalam kondisi perekonomian sulit. Hal ini
diperlihatkan pada laporan tahunan pada akhir tahun 2015 (perusahaan-
perusahaan yang selalu terdaftar pada JII periode 2006-2015), menunjukkan
bahwa kinerja perusahaan tersebut selalu meningkat dari waktu ke waktu,
pendapatan perusahaan selalu meningkat, dan marjin usaha yang relatif stabil.
Stabilnya marjin usaha ini merupakan indikator bahwa perusahaan itu mampu
membebankan kenaikan biaya kepada pelanggannya (pemakai produk).
Kondisi keuangan perusahaan solid dengan tingkat likuiditas yang tinggi.
Kondisi yang demikian tersebut menjadikan saham perusahaan-perusahaan
pada JII memiliki fleksibilitas yang tinggi dalam mengelola sumber-sumber
internal guna meningkatkan kinerja usahanya.
114
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan uji koefisien determinasi didapat bahwa fluktuasi Jakarta Islamic
Index dipengaruhi oleh Indeks Dow Jones (DJI), Indeks Nikkei (N225),
Indeks Hang Seng (HSI), kurs Rupiah terhadap USD (KURS), jumlah uang
beredar (M2) dan tingkat inflasi (INF) sebesar 45,50%. Sedangkan sisanya
sebesar 54,50% dipengaruhi oleh faktor atau variabel lain yang tidak diteliti.
2. Berdasarkan uji F didapat bahwa Indeks Dow Jones (DJI), Indeks Nikkei
(N225), Indeks Hang Seng (HSI), kurs Rupiah terhadap USD (KURS), jumlah
uang beredar (M2) dan tingkat inflasi (INF) secara bersama-sama (simultan)
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Jakarta Islamic Index (JII).
3. Berdasarkan uji kointegrasi dimana pada persamaan OLS dengan Jakarta
Islamic Index (JII) sebagai variabel dependen serta Indeks Dow Jones (DJI),
Indeks Nikkei (N225), Indeks Hang Seng (HSI), kurs Rupiah terhadap USD
(KURS), jumlah uang beredar (M2) dan tingkat inflasi (INF) sebagai varaibel
independen, diperoleh bahwa residual persamaan tersebut sudah stasioner
pada tingkat level. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat
kointegrasi atau hubungan keseimbangan jangka panjang antara variabel
dalam model regresi.
115
4. Melalui analisis Error Correction Model (ECM) diperoleh koefisien variabel
Error Correction Term (ECT) bernilai positif dan secara statistik signifikan
yang berarti permodelan ECM yang digunakan dalam penelitian ini adalah
valid. Hal ini juga berarti variabel yang digunakan dalam penelitian ini
memiliki keseimbangan dalam jangka pendek antar variabel.
5. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa tidak terdapat pengaruh jangka
pendek dan jangka panjang Indeks Dow Jones (DJI) terhadap indeks saham
Jakarta Islamic Index (JII).
6. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa tidak terdapat pengaruh Indeks
Nikkei terhadap Jakarta Islamic Index (JII), baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang.
7. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa terdapat pengaruh jangka pendek
Indeks Hang Seng (HSI) terhadap Jakarta Islamic Index (JII). Pengaruh yang
terjadi adalah positif signifikan, dimana ketika HSI naik akan meningkatkan
Indeks JII. Sedangkan dalam jangka panjang, HSI tidak memiliki pengaruh
terhadap JII.
8. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa terdapat pengaruh jangka pendek
kurs Rupiah terhadap USD (KURS) terhadap Jakarta Islamic Index (JII).
Pengaruh yang terjadi adalah negatif signifikan, dimana ketika KURS naik
akan menurunkan Indeks JII. Sedangkan dalam jangka panjang, HSI tidak
memiliki pengaruh terhadap JII.
9. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa tidak terdapat pengaruh jumlah
uang beredar (M2) terhadap Jakarta Islamic Index (JII), baik dalam jangka
116
pendek maupun jangka panjang.
10. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa tidak terdapat pengaruh jangka
pendek dan jangka panjang tingkat inflasi terhadap indeks saham Jakarta
Islamic Index (JII).
B. Implikasi dan Saran
Adapun implikasi terkait dengan penelitian ini yang ditujukan untuk para
pelaku pasar dalam menjalankan aktivitas investasi syariah di pasar modal serta
saran bagi para peneliti selanjutnya untuk dapat meningkatkan penelitian di
bidang investasi syariah adalah sebagai berikut:
1. Bagi pelaku pasar atau investor, dalam jangka pendek terdapat variabel Indeks
Hang Seng dan kurs Rupiah terhadap USD yang dapat digunakan untuk
memprediksi pergerakan harga saham syariah yang terdaftar dalam Jakarta
Islamic Index. Sedangkan dalam jangka panjang tidak terdapat pengaruh yang
signifikan antara indeks saham regional dan variabel makroekonomi yang
diteliti terhadap Jakarta Islamic Index dan karenanya dianggap kurang tepat
untuk digunakan dalam memprediksi pergerakan harga saham JII.
2. Bagi peneliti selanjutnya agar menggunakan variabel yang lebih banyak dan
jangka waktu yang lebih panjang sehingga diharapkan dapat meningkatkan
akurasi hasil penelitian.
117
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an al-Karim.
Astuti, Ria, et al., 2013, Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga (SBI), Nilai Tukar,
Kurs Rupiah, Inflasi dan Indeks Bursa Internasional Terhadap IHSG
2008-2012, Journal Of Social and Politic Science, Vol.2, No.4, hal. 1-8.
Darmaji, Tjiptono, Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia, Pendekatan
Tanya Jawab, cet. Ke-3, Jakarta: Salemba Empat.
Dyani, Dindha Ayu Mitra, 2009, Pengaruh Variabel Ekonomi Makro terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan (Periode Juli 2005 – Juni 2008), Skripsi -
Universitas Brawijaya, Malang.
Gujarati, D, N, 2006, Basic Econometric, ed. 4, McGraw Hill, Inc, Jakarta: Erlangga.
Hamid, Abdul, 2009, Pasar Modal Syariah, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif
Hidayatullah.
Huda, Nurul, Mustafa Edwin Nasution, 2008, Investasi pada Pasar Modal Syariah,
Jakarta: Kencana.
Jatiningsih, Oksiana, Musdholifah, 2007, Pengaruh Variabel Makroekonomi
Terhadap Indeks harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta, Jurnal
Aplikasi Manajemen, Vol. 5, No. 1, hal. 18-25.
118
Komariah, Oom, 2006, Analisis Pengukuran Risiko Harga Saham dengan
Pendekatan Model Variance Covariance dan Historical Simulation, Jurnal
Eksis, Vol. 2, No. 2.
Maharani, Reni, 2006, Hubungan Kausalitas Antara Variabel Makro dan Harga
Saham Syariah JII, Jurnal Eksis, Vol. 2, No. 3.
Mankiw, Gregory, 2003, Macroeconomic, Edisi ke 5, Jakarta: Erlangga.
Mansur, Moh, 2005, Pengaruh Indeks Bursa Global Terhadap IHSG Pada Bursa
Efek Jakarta (BEJ) Periode 2000-2002, Sosiohumaniora, Vol. 7, No. 3,
hal. 203-219.
Nanga, Muana, 2001, “Makroekonomi Teori Masalah dan Kebijakan”, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada.
Nachrowi, D. Nachrowi, 2006, Ekonometrika: Untuk Analisis Ekonomi dan
Keuangan, Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.
Otoritas Jasa Keuangan, 2015, Buku Saku Otoritas Jasa Keuangan, ed. ke-2, Jakarta.
Otoritas Jasa Keuangan, 2014, Roadmap Pasar Modal Syariah 2015-2019.
Pasaribu, Pananda, et.al., 2008, Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap IHSG,
Working Paper.
119
Pasaribu, Rowland Bismark Fernando, 2013, “Analisis Pengaruh Variabel
Makroekonomi terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia”, Jurnal
Ekonomi & Bisnis, Vol. 7, No.2, hal. 117-128.
Pratama, Yoghi Citra, 2012, Pengaruh Indeks Regional Terhadap Jakarta Islamic
Index (JII), Jurnal Etikonomi, Vol. 11, No. 2, hal. 126-141.
Raharja, Prathama, 2004, et al., “Teori Ekonomi Makro”, Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Rivai, Veithzal dan Rinaldi Firmansyah, 2010, Islamic Financial Management,
Bogor: Ghalia Indonesia.
Rodoni, Ahmad, 2005, Analisis Tehnikal dan Analisis Fundamental Pada Pasar
Modal, Jakarta: Center for Social Economics Science (CSES) Press.
Sukirno, Sadono, 2004, Pengantar Teori Ekonomi Makro, Jakarta: PT Grafindo
Persada.
Sunariyah, 2011, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Yogyakarta: UPP YKPN.
Sutedi, Adrian, 2011, Pasar Modal Syariah, cet. ke-1, Jakarta: Sinar Grafika.
Tandelilin, Eduardus, 2001, Portfolio dan Investasi, Yogyakarta: Fakultas Ekonomi
dan Bisnis.
Wastriati, Analisis Pengaruh Ekonomi Makro Terhadap Nilai Jakarta Islamic Index
(JII), Skripsi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta, 2010.
120
Wondabio, Sensi Ludovicus, 2006, Analisa Hubungan IHSG Jakarta (JSX), London
(FTSE), Tokyo (Nikkei) dan Singapura (SSI), Padang.
www.bi.go.id
www.bps.go.id
www.duniainvestasi.com
www.finance.yahoo.com
www.kemendag.go.id
www.id.investing.com
www.ojk.go.id
www.wikipedia.org
Yarlin Lenggu, 2006, Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Makro terhadap Indeks
Harga Saham Tiga Bank Persero, Skripsi, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen IPB.
121
LAMPIRAN
122
LAMPIRAN 1
TabelData Variabel Penelitian
Obs JII DJI N225 HSI Kurs M2 INF2006. 1 215,36 10.864,86 16.649,82 15.753,13 9.370,00 1.190.834,00 17,03
2 218,26 10.993,41 16.205,43 15.918,48 9.182,50 1.193.864,00 17,92
3 233,82 11.109,32 17.059,66 15.805,04 9.087,00 1.195.067,00 15,74
4 260,19 11.367,14 16.906,23 16.661,30 8.785,00 1.198.013,00 15,40
5 237,24 11.168,31 15.467,33 15.857,89 9.255,00 1.237.504,00 15,60
6 233,27 11.150,22 15.505,18 16.267,62 9.263,00 1.253.757,00 15,53
7 239,30 11.185,68 15.456,81 16.971,34 9.095,00 1.248.236,00 15,15
8 251,35 11.381,15 16.140,76 17.392,27 9.117,00 1.270.378,00 14,90
9 263,50 11.679,07 16.127,58 17.543,05 9.205,00 1.291.396,00 14,55
10 268,99 12.080,73 16.399,39 18.324,35 9.094,00 1.325.658,00 6,29
11 295,50 12.221,93 16.274,33 18.960,48 9.165,00 1.338.555,00 5,27
12 311,28 12.463,15 17.225,83 19.964,72 8.993,50 1.382.074,00 6,60
2007. 1 296,96 12.621,69 17.383,42 20.106,42 9.100,00 1.363.907,00 6,26
2 294,06 12.268,63 17.604,12 19.651,51 9.131,50 1.366.820,00 6,30
3 315,24 12.354,35 17.287,65 19.800,93 9.120,00 1.375.947,00 6,52
4 344,96 13.062,91 17.400,41 20.318,98 9.088,00 1.383.577,00 6,29
5 245,58 13.627,64 17.875,75 20.634,47 8.827,00 1.393.097,00 6,01
6 356,85 13.408,62 18.138,36 21.772,73 9.035,00 1.451.947,00 5,77
7 388,63 13.211,99 17.248,89 23.184,94 9.225,00 1.472.952,00 6,06
8 368,15 13.357,74 16.569,09 23.984,14 9.390,00 1.487.541,00 6,51
9 399,75 13.895,63 16.785,69 27.142,47 9.145,00 1.512.756,00 6,95
10 463,05 13.930,01 16.737,63 31.352,58 9.097,50 1.530.145,00 6,88
11 483,96 13.371,72 15.680,67 28.643,61 9.370,00 1.556.200,00 6,71
12 493,01 13.264,82 15.307,78 27.812,65 9.392,50 1.643.203,00 6,59
2008. 1 476,97 12.650,36 13.592,47 23.455,74 9.246,50 1.588.962,00 7,36
2 508,94 12.266,39 13.603,02 24.331,67 9.065,00 1.596.090,00 7,40
3 448,42 12.262,89 12.525,54 22.849,20 9.215,00 1.586.795,00 8,17
4 428,09 12.820,13 13.849,99 25.755,35 9.222,00 1.608.874,00 8,96
5 441,66 12.638,32 14.338,54 24.533,12 9.315,00 1.636.383,00 10,38
6 430,29 11.350,01 13.481,38 22.102,01 9.220,00 1.699.480,00 11,03
7 387,81 11.378,02 13.376,81 22.731,10 9.095,00 1.679.020,00 11,90
8 356,09 11.543,96 13.072,87 21.261,89 9.150,00 1.675.431,00 11,85
9 286,39 10.850,66 11.259,86 18.016,21 9.415,00 1.768.250,00 12,14
10 193,68 9.325,01 8.576,98 13.968,67 10.900,00 1.802.932,00 11,77
123
11 195,69 8.829,04 8.512,27 13.888,24 12.025,00 1.841.163,00 11,68
12 216,19 8.776,39 8.859,56 14.387,48 10.900,00 1.883.851,00 11,06
2009. 1 213,63 8.000,86 7.994,05 13.278,21 11.380,00 1.859.891,00 9,17
2 214,12 7.062,93 7.568,42 12.811,57 11.980,00 1.890.430,00 8,60
3 236,79 7.608,92 8.109,53 13.575,02 11.555,00 1.909.681,00 7,92
4 279,87 8.168,12 8.828,26 15.520,99 10.585,00 1.905.475,00 7,31
5 307,14 8.500,33 9.522,50 18.171,00 10.290,00 1.917.092,00 6,04
6 321,46 8.447,00 9.958,44 18.378,73 10.207,50 1.977.532,00 3,65
7 385,22 9.171,61 10.356,83 20.573,33 9.925,00 1.960.950,00 2,71
8 380,65 9.496,28 10.492,53 19.724,19 10.080,00 1.995.294,00 2,75
9 401,53 9.712,28 10.133,23 20.955,25 9.645,00 2.018.510,00 2,83
10 383,66 9.712,73 10.034,74 21.752,87 9.550,00 2.021.517,00 2,57
11 397,89 10.344,84 9.345,55 21.821,50 9.455,00 2.062.206,00 2,41
12 417,18 10.428,05 10.546,44 21.872,50 9.425,00 2.141.384,00 2,78
2010. 1 427,68 10.067,33 10.198,04 20.121,99 9.350,00 2.073.860,00 3,72
2 413,73 10.325,26 10.126,03 20.608,70 9.337,00 2.066.481,00 3,81
3 443,67 10.856,63 11.089,94 21.239,35 9.090,00 2.112.083,00 3,43
4 474,80 11.008,61 11.057,40 21.108,59 9.012,50 2.116.024,00 3,91
5 444,60 10.136,63 9.768,70 19.765,19 9.175,00 2.143.234,00 4,16
6 460,26 9.774,02 9.382,64 20.128,99 9.060,00 2.231.144,00 5,05
7 483,32 10.465,94 9.537,30 21.029,81 8.940,00 2.217.589,00 6,22
8 473,79 10.014,72 8.824,06 20.536,49 9.035,00 2.236.459,00 6,44
9 526,52 10.788,05 9.369,35 22.358,17 8.925,00 2.274.955,00 5,80
10 540,29 11.118,49 9.202,45 23.096,32 8.937,50 2.308.846,00 5,67
11 508,78 11.006,02 9.937,04 23.007,99 9.034,00 2.347.807,00 6,33
12 532,90 11.577,51 10.228,92 23.035,45 9.010,00 2.471.206,00 6,96
2011. 1 477,51 11.891,93 10.237,92 23.447,34 9.048,00 2.436.679,00 7,02
2 496,87 12.226,34 10.624,09 23.338,02 8.821,50 2.420.191,00 6,84
3 514,92 12.319,73 9.755,10 23.527,52 8.707,50 2.451.357,00 6,65
4 528,76 12.810,54 9.849,74 23.720,81 8.564,00 2.434.478,00 6,16
5 531,38 12.569,79 9.693,73 23.684,13 8.535,50 2.475.286,00 5,98
6 536,04 12.414,34 9.816,09 22.398,10 8.576,50 2.522.784,00 5,54
7 567,12 12.143,24 9.833,03 22.440,25 8.500,00 2.564.556,00 4,61
8 529,16 11.613,53 8.955,20 20.534,85 8.533,00 2.621.346,00 4,79
9 492,30 10.913,38 8.700,29 17.592,41 8.790,00 2.643.331,00 4,61
10 530,19 11.955,01 8.988,39 19.864,87 8.852,50 2.677.205,00 4,42
11 520,49 12.045,68 8.434,61 17.989,35 9.110,00 2.729.538,00 4,15
12 537,03 12.217,56 8.455,35 18.434,39 9.067,50 2.877.220,00 3,79
2012. 1 562,53 12.632,91 8.802,51 20.390,49 8.990,00 2.854.978,00 3,65
2 566,75 12.952,07 9.723,24 21.680,08 9.020,00 2.849.796,00 3,56
124
3 584,06 13.212,04 10.083,56 20.555,58 9.144,00 2.911.920,00 3,97
4 575,09 13.213,63 9.520,89 21.094,21 9.190,50 2.927.259,00 4,50
5 525,05 12.393,45 8.542,73 18.629,52 9.400,00 2.992.057,00 4,45
6 544,19 12.880,09 9.006,78 19.441,46 9.392,50 3.050.355,00 4,53
7 573,73 13.008,68 8.695,06 19.796,81 9.445,00 3.054.836,00 4,56
8 569,93 13.090,84 8.839,91 19.482,57 9.535,00 3.089.011,00 4,58
9 600,84 13.437,13 8.870,16 20.840,38 9.570,00 3.125.533,00 4,31
10 619,27 13.096,46 8.928,29 21.641,82 9.605,00 3.161.726,00 4,61
11 588,78 13.025,58 9.446,01 22.030,39 9.593,50 3.205.129,00 4,32
12 594,79 13.104,14 10.395,18 22.656,92 9.637,50 3.304.645,00 4,30
2013. 1 604,61 13.860,58 11.138,66 23.729,53 9.697,50 3.268.789,15 4,57
2 645,22 14.054,49 11.559,36 23.020,27 9.663,50 3.280.420,25 5,31
3 660,34 14.578,54 12.397,91 22.299,63 9.717,50 3.322.528,96 5,90
4 682,69 14.839,80 13.860,86 22.737,01 9.722,50 3.360.928,07 5,57
5 676,58 15.115,57 13.774,54 22.392,16 9.795,00 3.426.304,92 5,47
6 660,16 14.909,60 13.677,32 20.803,29 9.925,00 3.413.378,66 5,90
7 623,75 15.499,54 13.668,32 21.883,66 10.277,50 3.506.573,60 8,61
8 592,00 14.810,31 13.388,86 21.731,37 10.920,00 3.502.419,80 8,79
9 585,59 15.129,67 14.455,80 22.859,86 11.580,00 3.584.080,54 8,40
10 615,71 15.545,75 14.327,94 23.206,37 11.272,50 3.576.869,35 8,32
11 579,87 16.086,41 15.661,87 23.881,29 11.962,50 3.614.519,66 8,37
12 585,11 16.576,66 16.291,31 23.306,39 12.170,00 3.727.886,67 8,38
2014. 1 602,87 15.698,85 14.914,53 22.035,42 12.210,00 3.652.144,50 8,22
2 626,86 16.321,71 14.841,07 22.836,96 11.609,00 3.642.808,73 7,75
3 640,41 16.457,66 14.827,83 22.151,06 11.360,00 3.660.298,01 7,32
4 647,67 16.580,84 14.304,11 22.133,97 11.561,50 3.730.100,93 7,25
5 656,83 16.717,17 14.632,38 23.081,65 11.675,00 3.789.058,48 7,32
6 654,00 16.826,60 15.162,10 23.190,72 11.855,00 3.865.758,29 6,70
7 690,40 16.563,30 15.620,77 24.756,85 11.577,50 3.895.834,65 4,53
8 691,13 17.098,45 15.424,59 24.742,06 11.690,00 3.895.116,27 3,99
9 687,62 17.042,90 16.173,52 22.932,98 12.185,00 4.009.856,51 4,53
10 670,44 17.390,52 16.413,76 23.998,06 12.085,00 4.024.152,54 4,83
11 683,01 17.828,24 17.459,85 23.987,45 12.204,00 4.076.294,16 6,23
12 691,04 17.823,07 17.450,77 23.605,04 12.385,00 4.170.730,79 8,36
2015. 1 706,68 17.164,95 17.674,39 24.507,05 12.667,50 4.174.825,91 6,96
2 722,10 18.132,70 18.797,94 24.823,29 12.925,00 4.218.122,76 6,29
3 728,20 17.776,12 19.206,99 24.900,89 13.075,00 4.246.361,19 6,38
4 664,80 17.480,52 19.520,01 28.133,00 12.962,50 4.275.711,11 6,79
5 698,10 18.010,68 20.563,15 27.424,19 13.224,00 4.288.369,26 7,15
6 656,99 17.619,51 20.235,73 26.250,03 13.332,50 4.358.801,51 7,26
125
7 641,97 17.689,86 20.585,24 24.636,28 13.527,50 4.373.208,10 7,26
8 598,28 16.528,03 18.890,48 21.670,58 14.050,00 4.404.085,03 7,18
9 556,09 16.284,70 17.388,15 20.846,30 14.650,00 4.508.603,17 6,83
10 586,10 17.663,54 19.083,10 22.640,04 13.687,50 4.443.078,08 6,25
11 579,80 17.719,92 19.747,47 21.996,42 13.835,00 4.452.324,65 4,89
12 603,35 17.425,03 19.033,71 21.914,40 13.787,50 4.546.743,03 3,35
126
LAMPIRAN 2
UJI STASIONERITAS DATA
A. Uji Akar Unit Pada Level
1. Jakarta Islamic Index (LNJII)
Null Hypothesis: LNJII has a unit rootExogenous: ConstantBandwidth: 6 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Adj. t-Stat Prob.*
Phillips-Perron test statistic -2.104068 0.2435Test criticalvalues: 1% level -3.486064
5% level -2.88586310% level -2.579818
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction) 0.006827HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.008936
2. Indeks Dow Jones (LNDJI)
Null Hypothesis: LNDJI has a unit rootExogenous: ConstantBandwidth: 7 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Adj. t-Stat Prob.*
Phillips-Perron test statistic -0.951624 0.7685Test criticalvalues: 1% level -3.486064
5% level -2.88586310% level -2.579818
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction) 0.001685HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.002483
127
3. Indeks Nikkei (LNN225)
Null Hypothesis: LNN225 has a unit rootExogenous: ConstantBandwidth: 5 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Adj. t-Stat Prob.*
Phillips-Perron test statistic -1.162941 0.6887Test criticalvalues: 1% level -3.486064
5% level -2.88586310% level -2.579818
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction) 0.003513HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.005027
4. Indeks Hang Seng (LNHSI)
Null Hypothesis: LNHSI has a unit rootExogenous: ConstantBandwidth: 4 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Adj. t-Stat Prob.*
Phillips-Perron test statistic -2.938985 0.0439Test criticalvalues: 1% level -3.486064
5% level -2.88586310% level -2.579818
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction) 0.004086HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.005916
128
5. Kurs Rupiah terhadap USD (LNKURS)
Null Hypothesis: LNKURS has a unit rootExogenous: ConstantBandwidth: 5 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Adj. t-Stat Prob.*
Phillips-Perron test statistic -0.281608 0.9231Test criticalvalues: 1% level -3.486064
5% level -2.88586310% level -2.579818
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction) 0.000871HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.001038
6. Jumlah Uang Beredar (LNM2)
Null Hypothesis: LNM2 has a unit rootExogenous: ConstantBandwidth: 46 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Adj. t-Stat Prob.*
Phillips-Perron test statistic -1.762588 0.3974Test criticalvalues: 1% level -3.486064
5% level -2.88586310% level -2.579818
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction) 0.000241HAC corrected variance (Bartlett kernel) 2.62E-05
129
7. Tingkat Inflasi (LNINF)
Null Hypothesis: LNINF has a unit rootExogenous: ConstantBandwidth: 4 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Adj. t-Stat Prob.*
Phillips-Perron test statistic -2.677219 0.0810Test criticalvalues: 1% level -3.486064
5% level -2.88586310% level -2.579818
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction) 0.020013HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.031468
B. Uji Akar Unit Pada First Difference
1. Jakarta Islamic Index (DLNJII)
Null Hypothesis: D(LNJII) has a unit rootExogenous: ConstantBandwidth: 6 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Adj. t-Stat Prob.*
Phillips-Perron test statistic -10.62265 0.0000Test criticalvalues: 1% level -3.486551
5% level -2.88607410% level -2.579931
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction) 0.007122HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.008687
130
2. Indeks Dow Jones (DLNDJI)
Null Hypothesis: D(LNDJI) has a unit rootExogenous: ConstantBandwidth: 7 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Adj. t-Stat Prob.*
Phillips-Perron test statistic -9.526273 0.0000Test criticalvalues: 1% level -3.486551
5% level -2.88607410% level -2.579931
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction) 0.001676HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.001879
3. Indeks Nikkei (DLNN225)
Null Hypothesis: D(LNN225) has a unit rootExogenous: ConstantBandwidth: 4 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Adj. t-Stat Prob.*
Phillips-Perron test statistic -9.143122 0.0000Test criticalvalues: 1% level -3.486551
5% level -2.88607410% level -2.579931
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction) 0.003462HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.003623
131
4. Indeks Hang Seng (DLNHSI)
Null Hypothesis: D(LNHSI) has a unit rootExogenous: ConstantBandwidth: 2 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Adj. t-Stat Prob.*
Phillips-Perron test statistic -9.600835 0.0000Test criticalvalues: 1% level -3.486551
5% level -2.88607410% level -2.579931
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction) 0.004296HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.004462
5. Kurs Rupiah terhadap USD (DLNKURS)
Null Hypothesis: D(LNKURS) has a unit rootExogenous: ConstantBandwidth: 5 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Adj. t-Stat Prob.*
Phillips-Perron test statistic -9.552347 0.0000Test criticalvalues: 1% level -3.486551
5% level -2.88607410% level -2.579931
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction) 0.000861HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.000835
132
6. Jumlah Uang Beredar (DLNM2)
Null Hypothesis: D(LNM2) has a unit rootExogenous: ConstantBandwidth: 26 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Adj. t-Stat Prob.*
Phillips-Perron test statistic -16.90554 0.0000Test criticalvalues: 1% level -3.486551
5% level -2.88607410% level -2.579931
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction) 0.000231HAC corrected variance (Bartlett kernel) 8.19E-05
7. Tingkat Inflasi (DLNINF)
Null Hypothesis: D(LNINF) has a unit rootExogenous: ConstantBandwidth: 2 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Adj. t-Stat Prob.*
Phillips-Perron test statistic -7.002186 0.0000Test criticalvalues: 1% level -3.486551
5% level -2.88607410% level -2.579931
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction) 0.018330HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.017529
133
LAMPIRAN 3
UJI KOINTEGRASI
Null Hypothesis: ECT has a unit rootExogenous: ConstantBandwidth: 1 (Newey-West automatic) using Bartlett kernel
Adj. t-Stat Prob.*
Phillips-Perron test statistic -6.467246 0.0000Test critical values: 1% level -3.486064
5% level -2.88586310% level -2.579818
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Residual variance (no correction) 0.003853HAC corrected variance (Bartlett kernel) 0.003852
Phillips-Perron Test EquationDependent Variable: D(ECT)Method: Least SquaresDate: 05/12/17 Time: 14:02Sample (adjusted): 2006M02 2015M12Included observations: 119 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
ECT(-1) -0.527099 0.081501 -6.467386 0.0000C -3.17E-05 0.005738 -0.005516 0.9956
R-squared 0.263350 Mean dependent var -0.000132Adjusted R-squared 0.257054 S.D. dependent var 0.072625S.E. of regression 0.062599 Akaike info criterion -2.687483Sum squared resid 0.458475 Schwarz criterion -2.640775Log likelihood 161.9052 Hannan-Quinn criter. -2.668516F-statistic 41.82708 Durbin-Watson stat 1.999379Prob(F-statistic) 0.000000
134
LAMPIRAN 4
UJI ASUMSI KLASIK
A. Uji Multikolinieritas
LNDJI LNHSI LNINF LNKURS LNM2 LNN225LNDJI 1.000000 0.684988 -0.016959 0.524442 0.666882 0.675028LNHSI 0.684988 1.000000 -0.296853 0.127159 0.428829 0.396664LNINF -0.016959 -0.296853 1.000000 0.068397 -0.359000 0.362247
LNKURS 0.524442 0.127159 0.068397 1.000000 0.667622 0.439492LNM2 0.666882 0.428829 -0.359000 0.667622 1.000000 0.057198
LNN225 0.675028 0.396664 0.362247 0.439492 0.057198 1.000000
B. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey
F-statistic 0.650454 Prob. F(13,104) 0.8059Obs*R-squared 8.872780 Prob. Chi-Square(13) 0.7825Scaled explained SS 44.02235 Prob. Chi-Square(13) 0.0000
C. Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 0.032590 Prob. F(2,102) 0.9679Obs*R-squared 0.075357 Prob. Chi-Square(2) 0.9630
D. Uji Normalitas
0
4
8
12
16
20
24
28
-0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3
Series: ResidualsSample 2006M02 2015M11Observations 118
Mean 6.39e-16Median -0.006208Maximum 0.355897Minimum -0.179369Std. Dev. 0.059001Skewness 1.960568Kurtosis 13.77441
Jarque-Bera 646.3610Probability 0.000000
135
LAMPIRAN 5
ERROR CORRECTION MODEL
Dependent Variable: DLNJIIMethod: Least SquaresDate: 05/12/17 Time: 13:48Sample (adjusted): 2006M02 2015M11Included observations: 118 after adjustments
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.275223 0.706658 0.389471 0.6977DLNDJI 0.052530 0.231363 0.227047 0.8208
DLNN225 0.100028 0.147190 0.679586 0.4983DLNHSI 0.511308 0.137937 3.706813 0.0003
DLNKURS -0.822731 0.263118 -3.126856 0.0023DLNM2 0.511152 0.388579 1.315438 0.1913DLNINF 0.002818 0.045501 0.061924 0.9507
LNDJI(-1) -0.137444 0.114814 -1.197105 0.2340LNN225(-1) 0.082291 0.074872 1.099087 0.2743LNHSI(-1) 0.028134 0.061768 0.455486 0.6497
LNKURS(-1) -0.144991 0.118672 -1.221776 0.2246LNM2(-1) 0.086110 0.064242 1.340411 0.1830LNINF(-1) 0.017938 0.019889 0.901919 0.3692
ECT 0.468137 0.086820 5.392032 0.0000
R-squared 0.515553 Mean dependent var -0.008617Adjusted R-squared 0.454997 S.D. dependent var 0.084769S.E. of regression 0.062580 Akaike info criterion -2.593734Sum squared resid 0.407296 Schwarz criterion -2.265008Log likelihood 167.0303 Hannan-Quinn criter. -2.460261F-statistic 8.513673 Durbin-Watson stat 2.015878Prob(F-statistic) 0.000000