If you can't read please download the document
Upload
truonghanh
View
229
Download
9
Embed Size (px)
SKRIPSI
ANALISIS PENGARUH IHSG, SBI, KURS, PDB, DAN
INFLASI TERHADAP KINERJA REKSADANA
PENDAPATAN TETAP
Oleh :
HASTRI NURDIANTI
NIM : 106081002421
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010
ANALISIS PENGARUH IHSG, SBI, KURS, PDB, DAN INFLASI
TERHADAP KINERJA REKSADANA PENDAPATAN TETAP
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
HASTRI NURDIANTI
NIM : 106081002421
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Indoyama Nasarudin, SE., MAB NIP 196902032001121003 NIP 197411272001121002
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431H/2010
i
Hari ini Tanggal 8 Bulan Maret Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilaksanakan
Ujian Komprehensif atas nama Hastri Nurdianti NIM : 106081002421 dengan
judul skripsi Analisis Pengaruh IHSG, SBI, Kurs, PDB, dan Inflasi terhadap
Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap. Memperhatikan penampilan
Mahasiswa tersebut selama masa ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri
Syarif hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 8 Maret 2010
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Herni Ali HT, SE., MM Suhendra, S.Ag.,MM Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli
ii
Hari ini Tanggal 28 Bulan April Tahun Dua Ribu Sepuluh telah dilaksanakan
Ujian Skripsi atas nama Hastri Nurdianti NIM : 106081002421 dengan judul
skripsi Analisis Pengaruh IHSG, SBI, Kurs, PDB, dan Inflasi terhadap
Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap. Memperhatikan penampilan
Mahasiswa tersebut selama masa ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri
Syarif hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 28 April 2010
Tim Penguji Ujian Skripsi
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Indoyama Nasarudin, SE., MAB NIP 19690203 200112 1 003 NIP 19741127 200112 1 002
Penguji Ahli I,
Dr. Pudji Astuty, SE, MM NIP : 19770122 2003 121 001
Penguji Ahli II,
Arief Mufraini, Lc, Msi NIP : 19770122 2003 121 001
iii
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh IHSG, SBI, kurs, PDB, dan inflasi terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap. Penelitian ini menggunakan Nilai Aktiva Bersih (NAB) bulanan reksadana pendapatan tetap yang terdaftar di Bapepam-LK, serta data bulanan IHSG dari Bursa Efek Indonesia dan data bulanan SBI, kurs, PDB, inflasi yang diperoleh dari laporan bulanan Bank Indonesia. Dengan menggunakan metode purposive sampling terpilih tiga reksadana pendapatan tetap yang masih aktif dan selalu ada selama enam tahun penelitian untuk dianalisis sebagai sampel. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel SBI,Kurs,PDB,Inflasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap. Dan variabel SBI dan PDB yang paling signifikan untuk mempengaruhi kinerja reksadana pendapatan tetap.Sedangkan variabel IHSG tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap. Kata Kunci : Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap, IHSG, SBI, kurs, PDB, inflasi
vi
ABSTRACT
The purpose of this research is to analyze the influence of IHSG, SBI, exchange rate, GDP, and inflation toward the performance of Fixed Income Mutual Funds. This research uses the Net Asset Value (NAV) monthly Fixed Income Mutual Funds that registered in Bapepam-LK, monthly data of IHSG that registered in the Indonesia Stock Exchange and monthly data of SBI, exchange rate, GDP, and inflation was got from monthly report of Bank Indonesia. By using the purposive sampling method was chosen three fixed-income mutual funds are still active and always exist during six years of research to analyze the sample. Statistical tests used in this study is Multiple Regression Test. The results of this study indicate that SBI, exchange rate, GDP and inflation variables significantly affect the performance of fixed-income mutual funds. And SBI and GDP are most significantly affect the performance of fixed-income mutual funds. Meanwhile, IHSG variables have no significant influence on the performance of fixed-income mutual funds. Keywords: Fixed Income Mutual Fund Performance, IHSG, SBI, exchange rate, GDP, inflation
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat
rahmat dan karunia serta ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Analisis Pengaruh IHSG, SBI, kurs, PDB, dan Inflasi terhadap
Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap. Tak lupa shalawat serta salam penulis
haturkan kepada junjungan kita Rasulullah SAW yang membawa kita dari jaman
jahiliyah ke jaman yang penuh ilmu pengetahuan.
Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh
ujian Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Konsentrasi Keuangan,
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan pengetahuan yang
penulis miliki. Untuk itu, kiranya pembaca dapat memaklumi atas kelemahan dan
kekurangan yang ditemui dalam skripsi ini.
Penulis juga menyadari bahwa sejak awal penyusunan hingga
terselesaikannya skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dan memberi
dukungan baik moril maupun materil. Untuk itu, tak lupa pada kesempatan ini,
secara khusus, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Keluarga besarku yang senantiasa membantu, mendukung, dan mendoakan
penulis, hingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Motivasi dari kalian
bagai mata air yang tak pernah kering bagi penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM. selaku dosen pembimbing I yang
senantiasa ikhlas meluangkan waktunya di tengah kesibukan untuk
membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini.
3. Bapak Indoyama Nasarudin, SE., MAB selaku dosen pembimbing II yang
telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing dan
viii
mengarahkan penulisan skripsi ini serta motivasinya yang begitu besar
bagi penulis.
4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial yang secara tidak langsung telah mengarahkan dan memotivasi
selama penulis menggali ilmu di FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Segenap dosen pengajar yang telah mengajarkan ilmu manajemen dari
pengantar sampai lanjutan.
6. Segenap tata usaha FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya Ibu
Siska, Pak Rahmat, Ibu Umi, Pak Heri yang telah membantu penulis
dalam mengurus kebutuhan administrasi dan lain-lain.
7. Teman-teman FEIS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2006
Manajemen C dan Keuangan A yang selalu ada dalam suka maupun duka
serta memberikan motivasi selama masa perkuliahan. Khususnya Hery
Hardjanto teman seperjuangan dalam banyak hal, Firman, Arifin, Nita,
Murni, Shanti, Sendhot.
8. Kakak-kakakku : Mbak Ana, Kak Karyawansyah, Kak Bani, Kak Dani,
Kak Herman, Kak Herawan yang rajin banget nanyain perkembangan
skripsi.
9. Staf Kantor KUIN MART Ciputat tempat penulis melakukan kegiatan
magang. Terima kasih atas segala ilmu dan kepercayaan yang diberikan
kepada penulis selama melaksanakan magang.
10. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, suatu kebahagiaan
telah dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua. Terima kasih
banyak atas motivasi yang telah diberikan selama ini.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak
kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran,
arahan maupun kritikan yang konstruktif demi penyempurnaan hasil
penelitian ini.
Skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak, baik manajer investasi, dunia bisnis, dunia akademisi, para pembaca
ix
yang tertarik dengan penelitian tentang kinerja reksadana pendapatan tetap
serta bagi penulis sendiri sebagai proses pengembangan diri.
Jakarta, Maret 2010
Penulis
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
1 Kerangka Pemikiran 60
2 Mekanisme Reksadana 77
3 Grafik Rata-Rata Nilai Aktiva Bersih Per Unit 80
4 Grafik Rata-Rata Hasil Return dan Standar Deviasi 81
5 Rata-Rata Kinerja Niaga Pendapatan Tetap B 83
6 Rata-Rata Kinerja Schroder Dana Mantap Plus 83
7 Rata-Rata Kinerja Trimegah Dana Tetap 84
8 Output Uji Normalitas Analisis Histogram 88
9 Output Uji Normalitas Analisis Grafik 89
10 Output Uji Heterokedastisitas 93
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
1 Contoh Hasil Lelang SBI Target Lelang Rp 5
Miliar
38
2 Penelitian Sebelumnya 55
3 Daftar Reksadana Pendapatan Tetap
(Januari 2003 s/d Desember 2008)
78
4 Daftar Reksadana Pendapatan Tetap yang
Terpilih untuk Penelitian
79
5 Rata-Rata Nilai Aktiva Bersih Per Unit 80
6 Rata-Rata Hasil Return dan Standar Deviasi 81
7 Rata-Rata Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap Metode Sharpe (Januari 2003 s/d Desember 2008)
82
8 Nilai Rata-rata IHSG, SBI, KURS, PDB, INFLASI dan Kinerja RDPT
85
9 Output Uji Normalitas Analisis Statistik 90
10 Output Uji Multikolinearitas 91
11 Output Uji Autokorelasi 92
12 Tabel Durbin Watson Test Bound 92
13 Output Uji Glejser pada Uji Heteroskedastisitas 94
14 Output Uji t 95
15 Output Uji F 97
16 Output Uji Koefisien Determinasi 98
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Nilai NAV/UNIT Reksadana Pendapatan
Tetap Periode Januari 2003 s/d Desember
2008
108
2 Hasil Return dan Standar Deviasi Reksadana
Pendapatan Tetap Periode Januari 2003 s/d
Desember 2008
110
3 Hasil Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap
Metode Sharpe dan Nilai IHSG, SBI, Kurs,
PDB, dan Inflasi Periode Januari 2003 s/d
Desember 2008
113
4 Uji Normalitas 123
5 Uji Multikolinearitas 125
6 Uji Autokorelasi 127
7 Uji Heterokedastisitas 127
8 Analisis Regresi 129
xiii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................................i DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................iv ABSTRAK ................................................................................................................vi KATA PENGANTAR..............................................................................................viii DAFTAR GAMBAR................................................................................................xi DAFTAR TABEL ....................................................................................................xii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................xiii DAFTAR ISI.............................................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................1 B. Perumusan Masalah...............................................................................9 C. Tujuan Penelitian ...................................................................................10 D. Manfaat Penelitian .................................................................................10
BAB II LANDASAN TEORI
A. Teoritis ..................................................................................................11 1. Pengertian Investasi dan Pasar Modal ....................................... 11 2. Peranan Pasar Modal ................................................................... 14 3. Macam-Macam Pasar Modal....................................................... 17 4. Manfaat Pasar Modal ................................................................... 20 5. Return and Risk ............................................................................ 21 6. Pengertian Reksadana .................................................................. 22 7. Jenis-Jenis Reksadana .................................................................. 23 8. Manfaat dan Risiko Reksadana................................................... 26 9. Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Reksadana ........................... 27 10. Reksadana Pendapatan Tetap ..................................................... 28 11. Mengukur Kinerja Reksadana .................................................... 29 12. Pengertian IHSG, SBI, kurs, PDB, dan inflasi........................... 33
B. Penelitian Terdahulu ...........................................................................51 C. Kerangka Pemikiran ...........................................................................58 D. Pengembangan Hipotesis.....................................................................61
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................63 B. Metode Pengumpulan Data.................................................................63 C. Metode Analisis Data...........................................................................64
xiv
xv
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ..................................................72 B. Analisis dan Pembahasan....................................................................78
1. Analisis Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap .........................78 2. Return dan Standar Deviasi Reksa Dana Pendapatan Tetap....79 3. Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap dengan Metode Sharpe82 4. Deskriptif Variabel ........................................................................84 5. Pengujian Asumsi Klasik ..............................................................88
a. Uji Normalitas.........................................................................88 b. Uji Multikolinieritas ...............................................................90 c. Uji Autokorelasi ......................................................................92 d. Uji Heteroskedastissitas .........................................................93
6. Pengujian Statistik........................................................................95 a. Pengaruh variabel IHSG, SBI, KURS, PDB, dan
INFLASI terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap (Uji t) ........................................................................................95
b. Pengaruh variabel IHSG, SBI, KURS, PDB, dan INFLASI terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap (Uji F )......................................................................................97
c. Pengujian Koefisien Determinasi (Adjust R-Square) .........98 d. Pengujian Koefisien Regresi ..................................................98
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan...........................................................................................103 B. Implikasi ...............................................................................................104
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................105
LAMPIRAN-LAMPIRAN ......................................................................................108
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
11 April 2005-Redemption Obligasi, GempaReksa Dana Sejak akhir
tahun 2004 beberapa indikator telah menunjukkan adanya kemungkinan
perubahan trend suku bunga. Misalnya, kenaikan suku bunga di Amerika
Serikat, China, Australia dan Negara-negara Eropa. Sepanjang tahun 2004
bank sentral AS (The Fed) telah menaikan Fed Fund Target Rate sebesar 1,25
persen.Tingginya harga minyak mentah juga menjadi indikator kenaikan
inflasi yang sejalan rencana kenaikan harga BBM yang telah didengungkan
pemerintah sejak akhir 2004. Sayangnya, kebijakan suku bunga Bank
Indonesia melalui SBI tidak memberikan konfirmasi akan hal ini. Dengan
perubahan SBI yang sangat tidak signifikan sampai akhir maret lalu, BI
seolah-olah menunjukkan kepada pasar bahwa suku bunga tidak akan naik. Ini
memberikan sinyal yang tidak jelas kepada pelaku pasar.
Akibat optimisme yang berlebihan, banyak pelaku pasar yang
memburu obligasi. Harga obligasipun terus naik sampai mencapai puncaknya
pada bulan Januari 2005. Kenaikan harga obligasi juga didorong oleh
masuknya dana baru ke reksa dana dalam jumlah yang sangat besar. Beberapa
manager investasi terpaksa membeli obligasi yang telah over valued tersebut
meski sebenarnya mereka mempunyai pilihan untuk membeli obligasi dengan
tenor pendek yang mempunyai resiko suku bunga lebih rendah dibandingkan
1
obligasi jangka panjang. Namun pilihan ini sering dilakukan untuk
menyenangkan nasabah dengan tingkat pengembalian tinggi yang diberikan
obligasi jangka panjang. Akibatnya portofolio didominasi obligasi dengan
tenor jangka panjang yang berpotensi sebagai Bom waktu. Karena suku bunga
naik, harga obligasi mengalami penurunan. Ini hal wajar karena pemilik modal
ingin yield (imbal hasil) yang sesuai. Akibatnya, banyak Reksadana
khususnya yang jenis pendapatan tetap (fixed income) yang berbasis Obligasi
Negara dijual. Penawaran membludak, dampaknya harga obligasi ini turun
dan NAB (nilai Aktiva Bersih) ikut merosot. Banyaknya investor reksadana
yang masih terbiasa dengan karakter produk perbankan deposito semakin
mendorong terjadinya Redemption (penarikan unit penyertaan reksadana oleh
nasabah) besar-besaran plus kehebohan2 akibat salah paham nasabah. Ini
kan pendapatan tetap tetapi kok nilai investasi saya malah minus? Padahal
yang berpendapatan tetap adalah kupon obligasi yang dibayarkan secara
berkala oleh penerbit obligasi (emiten) kepada investor/pemegang surat
berharga itu.
Adapun harga obligasi berfluktuasi sesuai dengan kondisi pasar.
Gempa ini direspon BI dengan Intervensi Bank Indonesia yang mencoba
meredam gejolak dengan membeli obligasi Negara Rp. 4,306 triliun di pasar.
Namun ternyata tak mampu meredam hasrat investor mencairkan
reksadananya.Akibat Redemption ini, per 11-April 2005 total dana turun
sebesar Rp.18 trilliun dari posisi akhir Januari 2005. (Sumber : Redemption
yang menghantui Reksa Dana-Andi Suruji, Kompas Reksa Dana dan
2
Penurunan Harga Obligasi-Reslian Pardede, Kompas Gempa Reksa Dana-
Susidiarto, Kompas).
September 2005, Rontoknya Reksa Dana Terpuruk sejak beberapa
bulan lalu Nilai Aktiva Bersih (NAB) bahkan tinggal setengah dibanding
posisi 2005. Bank sentral kembali mengambil langkah mengeringkan
likuiditas dengan menaikkan Giro Wajib Minimum perbankan, menaikkan BI
rate yang kemudian memicu kenaikan bunga deposito, semakin membuat
pasar obligasi di Indonesia tidak kondusif. Pasar semakin gonjang-ganjing
akibat pernyataan-pernyataan pejabat yang juga kurang kondusif. Januari 2005
data Bapepam menyebutkan NAB sebesar Rp. 108,22 triliun. Akhir Agustus
2005 NAB Rp. 62,97 triliun7 September 2005 NAB tinggal Rp. 48,44 triliun.
Dana eks reksadana masuk ke valas karena dollar terus menguat dan
deposito karena kebijakan BI yang mengakibatkan suku bungan naik.
Kebanyakan nasabah enggan membaca prospektus dan masih berjiwa sebagai
deposan. Sehingga tidak bisa menerima saat NAB turun. Kebanyakan dari
mereka merasa harus terus memperoleh keuntungan seperti layaknya deposito.
Beberapa nasabah BNI Securities yang sempat memprotes karena NAB nya
turun drastis, mengatakan tidak mau tahu kalau modal awal investasinya
tergerus. Sebab saat menandatangani kontrak, nasabah dijanjikan agen
penjualan bahwa modalnya tidak akan berkurang. Akan tetapi janji agen hanya
disampaikan secara lisan. Inilah pentingnya proses edukasi bagi setiap pelaku
dalam industri reksa dana. Ketua Bapepam Darmin Nasution mengatakan akan
memeriksa sejumlah manager investasi perusahaan reksa dana terkait dugaan
3
pelanggaran pengelolaan dana nasabah. Menurut Darmin, Bapepam memiliki
data portofolio masing masing perusahaan reksa dana sehingga mudah
melakukan penyelidikan. Dijelaskannya, pihaknya mencermati secara khusus
masalah ini, dan jika benar ada penyelewengan yang dilakukan manager
investasi, akan ditindak. Banyak pelajaran,tetapi jangan sampai ada moral
hazard (Sumber : Rontoknya Reksa Dana-Tiur Santi Oktavia, Kompas)
September 2005 Reksa Dana, Pemerintah Harus Segera Turun Tangan ikut
Berperan Aktif mempengaruhi SUN Peran edukasi, sosialisasi, Pengawasan
terus ditingkatkan agar kredibilitas industri investasi khususnya reksadana
kembali pulih dan terjaga. Karena bergairahnya kembali reksa dana adalah
untuk kepentingan bersama. (Sumber : Reksa Dana Kepentingan
Bersama,Ardhian Novianto-Kompas).
Penurunan drastis NAB, menjadikan reksa dana yang menjadi
primadona sampai Januari 2005 dengan puncak dana kelolaan Rp. 110 triliun,
sulit diharapkan bangkit ditahun 2006. Ada pengalaman, edukasi hingga
optimisme. Turunnya inflasi dan hadirnya inovasi reksa dana terproteksi
yang konon imbalannya sedikit lebih tinggi dari deposito tetapi pokoknya tak
berkurang mudah-mudahan akan menjadi jawaban trauma investor/nasabah
akibat turun drastis NAB. (Sumber : Reksa dana sulit kembali berjaya-Joice
Tauris Santi, Kompas)
Kejatuhan pasar saham pada Agustus 2007 disebabkan adanya krisis
subprime mortgage di Amerika Serikat. Secara definisi subprime mortgage
adalah surat utang kredit pemilikan rumah atau KPR kepada masyarakat yang
4
memiliki kualitas kredit yang rendah namun memberikan imbal hasil tinggi.
Adapun yang dimaksud dengan kualitas kredit yang rendah adalah debitur
tidak punya penghasilan pasti dan tidak memiliki asset. Subprime mortgage
sendiri merupakan salah satu jenis produk dari Asset Backed Securities. Apa
yang dimaksud dengan ABS-Asset Backed Securities? ABS adalah efek utang
beragunan asset yang dapat diperjual belikan investor di pasar obligasi (dapat
berupa KPR, KKB-Kredit Kendaraan Bermotor, Kartu Kredit) Aset-aset
berupa piutang ini mengalami proses sekuritisasi sehingga menjadi efek.
Proses sekuritisasi sebagai berikut :
1. Ada penjualan kumpulan piutang oleh kreditor yaitu bank ataupun
lembaga keuangan yang mempunyai asset keuangan.
2. Kreditor asal ini kemudian menunjuk perseroan terbatas (pihak ketiga)
yang berbentuk Special Purpose Vehicle (SPV) untuk membeli asset
keuangan dari kreditor asal.
3. SPV menerbitkan surat hutang atau surat partisipasi yang pembayarannya
terutama bersumber dari kumpulan surat piutang. Surat inilah yang
disebut dengan ABS (Asset Backed Securities). Penawaran ABS ini dapat
dilakukan baik melalui private placement ataupun penawaran publik pada
investor.
ABS sampai saat ini belum bisa diterapkan di Indonesia.
Permasalahan utama karena UU Perseroan Terbatas di Indonesia belum
mengatur mengenai bentuk special purpose vehicle (SPV). Tahun 2003
Badan Pengawas Pasar Modal/Bapepam akhirnya mengatur mengenai SPV
5
melalui peraturan Bapepam No.IX.K.I tentang Pedoman Kontrak Investasi
Kolektif Efek Beragunan Asset (Asset Backed Securities) sebagaimana
dimuat dalam Surat keputusan(SK) Ketua Bapepam Nomor Kep-28/PM/2003
tanggal 21 Juli 2003. Pada Peraturan ini dijelaskan bahwa SPV untuk ABS di
Indonesia menggunakan bentuk Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragunan
Aset (KIK-EBA). Dari segi investor sendiri, investasi di KIK EBA akan
mendatangkan keuntungan berupa imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan
SUN atau obligasi korporasi. (Sumber:ABS Sebagai Instrumen
Investasi,Priyo Santoso-Kompas)
Harga obligasi rupiah akhirnya mengalami pemulihan minggu lalu
setelah tertekan sejak Juli 2007. Kenaikkan harga tersebut mengindikasikan
pasar obligasi domestik telah melewati titik terdalam pada potret lembah
pergerakan harga dalam episode krisis finansial global 2007-2008. Selisih
yield antara SUN dan US Treasury berjangka waktu sama-sama 10 tahun
bertambah lebar dari waktu ke waktu sejak September 2007, saat ini
mencapai 9 persen, ini menarik investor lokal membeli obligasi SUN.
Pemerintah sangat diharapkan bisa menjaga kondisi kondusif ini. (Sumber :
Obligasi Rupiah Bangkit Dari Titik Terendah,Budi Susanto Kompas)
Pasar Modal (Capital Market) merupakan pasar untuk berbagai
instrumen keuangan jangka panjang yang bias diperjual belikan, baik dalam
bentuk hutang maupun modal sendiri. Pasar Modal Indonesia dalam beberapa
tahun terakhir berkembang cukup dinamis. Kedinamisan tersebut salah
6
satunya ditandai dengan berkembangnya secara pesat Reksa Dana berbentuk
Kontrak Investasi Kolektif (KIK) di Pasar Modal Indonesia.
Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat
pemodal khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki waktu
dan keahlian untuk menghitung resiko atas investasi mereka. Menurut
Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 pasal 1 ayat 27 telah
diberikan definisi Reksa Dana adalah suatu wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan
dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Dengan kata lain, Reksa Dana
merupakan wadah berinvestasi secara kolektif untuk ditempatkan dalam
portofolio berdasarkan kebijakan investasi yang ditetapkan oleh fund manajer
atau manajer investasi.
Salah satunya yang bisa dipertimbangkan menaikkan portofolio di
pasar modal adalah reksa dana pendapatan tetap. Reksa dana pendapatan tetap
adalah reksa dana yang investasinya fokus pada instrumen pendapatan tetap
yaitu obligasi. Jenis reksa dana pendapatan tetap mengandalkan
penghasilannya dari tingkat suku bunga (kupon) yang sifatnya stabil dari
instrumen obligasi tersebut. Komposisi investasi reksa dana pendapatan tetap
bisa berbanding 80% investasi pada obligasi dan sisanya 20% pada instrumen
perbankan seperti tabungan dan deposito.
Setelah sempat menuai badai pencairan yang cukup besar pada pasar
reksa dana berbasis obligasi akibat penurunan harga obligasi secara signifikan
pada 2005 sebagai dampak langsung dari kenaikan tingkat suku bunga SBI,
7
maka sebaliknya tren penurunan suku bunga sepanjang 2006 mengakibatkan
naiknya nilai obligasi di pasar, sehingga berdampak terhadap peningkatan
kinerja reksa dana pendapatan tetap.
Karena itu reksa dana pendapatan tetap masih dapat menjadi sarana
investasi yang layak dipertimbangkan. Contohnya, reksa dana yang sebagian
besar portofolio investasi dialokasikan pada obligasi pemerintah Republik
Indonesia.
Baik buruknya suatu investasi tidak terlepas dari faktor-faktor lain
yang mempengaruhinya, faktor-faktor yang diduga memiliki pengeruh
terhadap kinerja reksadana adalah IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan),
tingkat suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia), perubahan kurs mata
uang (Rupiah terhadap Dollar), tingkat PDB suatu negara, dan tingkat inflasi
dalam negeri. Faktor-faktor tersebut secara teoritis sangat berkaitan dengan
kinerja portofolio reksadana sehingga diharapkan dapat menjadi indikator
kuat bagi investor untuk mengetahui kinerja reksadana pendapatan tetap.
Penting bagi para pelaku investasi untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
yang diberikan oleh faktor-faktor tersebut, agar para pelaku investasi
terutama yang melakukan investasi pada reksadana pendapatan tetap dapat
mengambil keputusan investasi yang lebih tepat ataupun melakukan antisipasi
lebih lanjut terkait keputusan investasinya pada saat terjadi perubahan yang
signifikan pada faktor-faktor tersebut. Oleh karena itu penulis mengambil
judul skripsi, Analisis Pengaruh IHSG, SBI, Kurs, PDB, dan Inflasi
Terhadap Kinerja Reksadana Pendapatan Tetap.
8
B. Perumusan Masalah
Untuk berinvestasi dalam reksadana perlu melihat beberapa indikator
makro ekonomi sebagai tolok ukur kinerja reksadana terebut. Oleh karena itu
kita perlu mengetahui sejauh mana fakto-faktor seperti IHSG, SBI, kurs, PDB
dan inflasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja reksadana
pendapatan tetap. Maka yang menjadi perumusan masalahnya adalah :
1. Bagaimana kinerja reksadana pendapatan tetap setiap bulannya
berdasarkan Metode Sharpe.
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari IHSG, SBI, Kurs, PDB,
dan inflasi terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap.
3. Variabel manakah yang memberikan pengaruh paling dominan terhadap
kinerja reksadana pendapatan tetap.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas meka tujuan penelitian ini adalah :
1. Memberi penjelasan mengenai kinerja reksadana pendapatan tetap
berdasarkan data NAB (bulanan), return dan risiko (bulanan).
2. Menganalisa pengaruh yang signifikan IHSG, SBI, kurs, PDB, dan inflasi
terhadap kinerja reksadana pendapatan tetap.
3. Menganalisa variabel yang berpengaruh paling dominan terhadap kinerja
reksa dana pendapatan tetap.
9
10
D. Manfaat Penelitian
a. Dunia investasi :
Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk menentukan
strategi yang tepat dalam menanamkan investasi di reksadana pendapatan
tetap.
b. Dunia akademisi :
Sebagai kontribusi pada pengembangan teori, terutama yang berkaitan
dengan manajemen keuangan, khususnya mahasiswa, penelitian ini akan
menambah keragaman referensi atas fakta-fakta ekonomi di Indonesia.
c. Penulis :
Motivasi untuk mengembangkan pengetahuan dan mengaktualisasikan
keilmuan yang diperoleh di bangku kuliah.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teoritis
1. Pengertian Investasi dan Pasar Modal
a. Pengertian Investasi
Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva
yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan
mendapatkan keuntungan dimasa-masa yang akan datang. Keputusan
penanaman modal tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu
entitas yang mempunyai kelebihan dana. Investasi dalam arti luas
terdiri dari 2 bagian utama, yaitu : investasi dalam bentuk aktiva riil
(real assets) dan investasi dalam bentuk surat-surat berharga atau
sekuritas (marketable securities atau fiancial assets). Aktiva riil adalah
aktiva berwujud seperti emas, perak, intan, barang-barang seni dan real
estate. Sedangakan aktiva finansial adalah surat-surat berharga yang
pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva riil yang dikuasai oleh
suatu entitas. (Sunariyah, 2006 : 4)
Pemilikan aktiva finansial dalam rangka investasi pada sebuah
entitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu : investasi langsung
(direct investing) dan investasi tidak langsung (indirect investing).
Investasi langsung diartikan sebagai suatu pemilikan surat-surat
berharga secara langsung dalam suatu entitas yang secara resmi telah
11
go public dengan harapan akan mendapatkan keuntungan berupa
penghasilan dividen dan capital gains. Sedangkan investasi tidak
langsung terjadi bilamana surat-surat berharga yang dimiliki
diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi (investment
company) yang berfungsi sebagai perantara. Pemilikan aktiva tidak
langsung dilakukan melalui lembaga-lembaga keuangan terdaftar, yang
bertindak sebagai perantara atau intermediary. Dalam peranannya
sebagai investor tidak langsung, pedagang perantara (pialang)
mendapatkan dividen dan capital gain seperti halnya dalam invesatsi
langsung, selain itu juga akan memperoleh penerimaan berupa capital
gain atas hasil perdagangan portofolio yang dilakukan oleh perusahaan
perantara tersebut. (Sunariyah, 2006 : 4)
b. Pengertian Pasar Modal
Menurut Iskandar Z. Alwi (2003 : 14), secara formal pasar
modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang yang diperjualbelikan, baik dalam bentuk
hutang ataupun modal sendiri, yang diterbitkan oleh pemerintah, public
authorities, maupun perusahaan swasta. Pasar modal dalam arti sempit
adalah suatu tempat yang terorganisasi dimana efek-efek
diperdagangkan. Bursa efek adalah suatu sistem yang terorganisasi
yang mempertemukan penjual dan pembeli efek, yang dilakukan baik
secara langsung maupun melalui wakil-wakilnya.
12
Selanjutnya, definisi pasar modal menurut Kamus Pasar Uang
dan Modal adalah pasar konkret atau abstrak yang mempertemukan
pihak yang menawarkan dan pihak yang memerlukan dana jangka
panjang, yaitu jangka waktu satu tahun ke atas. Abstrak dalam
pengertian pasar modal berarti transaksi dilakukan melalui mekanisme
over the counter (OTC). Menurut David L. Scott, pasar modal adalah
pasar untuk dana jangka panjang tempat saham biasa, saham preferen
dan obligasi diperdagangkan.
Menurut Sunariyah (2006 : 5), pengertian pasar modal secara
umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk
didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara
di bidang kauangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang
beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat,
berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham-saham,
obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai
jasa para perantara pedagang efek.
Pasar modal yang diuraikan disini adalah tempat pertemuan
antara penawaran dengan permintaan surat berharga. Di tempat inilah
para pelaku pasar yaitu individu-individu atau badan usaha yang
mempunyai kelebihan dana (surplus funds) melakukan investasi dalam
surat berharga yang ditawarkan oleh emiten. Sebaliknya, di tempat itu
pula perusahaan (entities) yang membutuhkan dana menawarkan surat
berharga dengan cara listing terlebih dahulu pada badan otoritas di
13
pasar modal sebagai emiten. Dengan wawasan yang luas, proses
transaksi pada dasarnya tidak dibatasi oleh lokasi dan dinding gedung
pasar modal, mengingat transaksi dapat terjadi dimanapun juga.
Meskipun demikian, dalam rangka menciptakan iklim usaha
yang sehat dan dapat dipercaya, maka transaksi diatur dalam kerangka
sistem yang terpadu di bawah kendali suatu pasar modal yang secara
legal dijamin oleh undang-undang negara, maka transaksi investasi
tidak akan terlaksana dan tidak akan menghasilkan iklim yang
kondusif. Jaminan yang diberikan negara akan mendorong pasar modal
menjadi efisien.
Menurut Prof. Dr. Ahmad Rodoni (2008 : 40), pasar modal
adalah pasar keuangan untuk dana-dana jangka panjang (dana yang
jatuh temponya lebih dari 1 (satu) tahun) dan merupakan pasar yang
konkret.
2. Peranan Pasar Modal
Pasar modal mempunyai peranan penting dalam suatu negara yang
pada dasarnya mempunyai kesamaan antara satu negara dengan negara
lain. Hampir semua negara di dunia ini mempunyai pasar modal, yang
bertujuan menciptakan fasilitas bagi keperluan industri dan keseluruhan
entitas dalam memenuhi permintaan dan penawaran modal. Terkecuali
dalam negara dengan perekonomian sosialis ataupun tetutup, pasar modal
bukanlah suatu keharusan. (Sunariyah, 2006 : 7)
14
Seberapa besar peranan pasar modal dalam suatu negara dapat
dilihat dari 5 (lma) segi sebagai berikut ini:
1) Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual
untuk menentukan harga saham atau surat berharga yang
diperjualbelikan. Ditinjau dari segi lain, pasar modal memberikan
kemudahan dalam melakukan transaksi sehingga keua belah pihak
dapat melakukan transaksi tanpa melalui tatap muka (pembeli dan
penjual bertemu secara tidak langsung). Pada dewasa ini, kemudahan
tersebuut dapat dilakukan dengan lebih sempurna setelah adanya
sistem perdagangan efek melalui fasilitas perdagangan berkomputer.
2) Pasar modal memberi kesempatan kepada para pemodal untuk
menentukan hasil (return) yang diharapkan. Keadaan tersebut akan
mendorong perusahaan (emiten) untuk memenuhi keinginan para
pemodal. Pasar modal menciptakan peluang bagi perusahaan untuk
memuaskan keinginan para pemegang saham, kebijkan dividen dan
stabilitas harga sekuritas yang relatif normal. Pemuasan yang diberikan
kepada pemegang saham tercermin dalam harga sekuritas. Tingkat
kepuasan hasil yang diharapkan akan menentukan bagaimana pemodal
menanam dananya dalam surat berharga atau sekuritas dan tingkat
harga sekuritas di pasar mencerminkan kondisi perusahaan.
3) Pasar modal memberi kesempatan kepada investor untuk menjual
kembali saham yang dimilikinya atau surat berharga lainnya. Dengan
beroperasinya pasar modal para investor dapat melikuidasi surat
15
berharga yang dimiliki tersebut pada setiap saat. Apabila pasar modal
tidak ada, maka investor terpaksa harus menunggu pencairan surat
berharga yang dimilikinya sampai dengan saat likuidasi perusahaan.
Keadaan semacam ini akan menjadikan investor kesulitan menerima
uangnya kembali, bahkan tertunda-tunda dan berakibat menerima
risiko rugi yang sulit diprediksi sebelumnya. Eksistensi operasi pasar
modal memberikan kepastian dalam menghindarkan risiko rugi, yang
pada dasarnya tidak seorangpun investor yang bersedia menanggung
kerugian tersebut. Jadi, operasi pasar modal dapat menghindarkan
ketidakpastian dimasa datang dan segala bentuk risiko dapat
diantisipasi sebelumnya dengan baik.
4) Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk
berpartisipasi dalam perkembangan suatu perekonomian. Masyarakat
berpenghasilan kecil mempunyai kesempatan untuk
mempertimbangkan alternatif cara penggunaan uang mereka. Selain
menabung, uang dapat dimanfaatkan melalui pasar modal dan beralih
ke investasi yaitu dengan membeli sebagian kecil saham perusahaan
publik. Apabila sebagian kecil saham tersebut sedikit demi sedikit
berkembang dan meningkat jumlahnya maka ada kemungkinan bahwa
masyarakat dapat memiliki saham mayoritas.
5) Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga.
Bagi para pemodal, keputusan investasi harus didasarkan pada
tersedianya informasi yang akurat dan dapat dipercaya. Pasar modal
16
dapat menyediakan kebutuhan terhadap iformasi bagi para pemodal
secara lengkap, yang apabila hal tersebut harus dicari sendiri akan
memerlukan biaya yang sangat mahal. Dengan adanya pasar modal
tersebut biaya memperoleh informasi ditanggung oleh seluruh pelaku
pasar bursa, yang dengan sendirinya akan jauh lebih murah. Biaya
informasi tersebut diklasifikasikan menjadi dua yaitu:
1) biaya pencarian (search costs) informasi tentang perusahaan
(emiten). Termasuk didalamnya adalah biaya eksplisit, seperti
biaya iklan untuk mengumumkan jual/beli saham. Disamping itu,
harus diperhitungkan pula adanya biaya implisist, seperti waktu
mencari calon pembeli atau calon investor.
2) biaya informasi termasuk mencari informasi tentang kelebihan atau
dkielemahan surat berharga. Misalnya, dividen dari suatu saham
perusahaan. Dalam pasar modal yang efisien informasi itu
dicerminkan dalam harga saham.
3. Macam-Macam Pasar Modal
Penjualan saham (termasuk jenis sekuritas lain) kepada masyarakat
dapat dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya penjualan dilakukan
sesuai dengan jenis ataupun bentuk pasar modal dimana sekurutas tersebut
diperjualbelikan. (Sunariyah, 2006 : 12) Jenis-jenis pasar modal tersebut
ada beberapa macam, yaitu:
17
a. Pasar Perdana (Primary Market)
Pasar perdana adalah : Penawaran saham dari perusahaan
yang menerbitkan saham (emiten) kepada pemodal selama waktu yang
ditetapkan oleh pihak sebelum saham tersebut diperdagangkan di pasar
sekunder. Pengertian tersebut menunjukkan, bahwa pasar perdana
merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham-saham atau
sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya (penawaran
umum) sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa. Harga saham di
pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang
akan go public (emiten), berdasarkan analisis fundamental perusahaan
yang bersangkutan. Peranan penjamin emisi pada pasar perdana selain
menentukan harga saham, juga melaksanakan penjualan saham kepada
masyarakat sebagai calon pemodal.
b. Pasar Sekunder (Secondary Market)
Pasar sekunder didefinisikan sebagai perdagangan saham
setelah melewati masa penawaran pada pasar perdana. Jadi, pasar
sekunder dimana saham dan sekuritas lain diperjualbelikan secara luas,
setelah melalui penjualan di pasar perdana. Harga saham di pasar
sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara pembeli
dan penjual. Perdagangan pasar sekunder bila dibandingkan dengan
pasar perdana mempunyai volume perdagangan yang jauh lebih besar.
Jadi, dapat disimpulkan, bahwa pasar sekunder merupakan pasar yang
memperdagangkan saham sesudah melewati pasar perdana. Sehingga
18
hasil penjualan saham disini tidak lagi masuk modal perusahaan,
melainkan masuk ke dalam kas para pemegang saham yang
bersangkutan.
c. Pasar Ketiga (Third Market)
Pasar ketiga adalah tempat perdagagan saham atau sekuritas
lain di luar bursa (over the counter market). Bursa paralel merupakan
suatu sistem perdagangan efek yang terorganisasi di luar bursa efek
resmi, dalam bentuk pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh
Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek dengan diawasi dan dibina
oleh Badan Pengawas Pasar Modal. Jadi, dalam pasar ketiga ini tidak
memiliki pusat lokasi perdagangan yang dinamakan floor trading
(lantai bursa). Operasi yang ada dalam pasar ketiga berupa pemusatan
informasi yang disebut trading information. Informasi yang
diberikan dalam pasar ini meliputi : harga-harga saham, jumlah
transaksi, dan keterangan lainnya mengenai surat berharga yang
bersangkutan. Dalam sistem perdagangan ini pialang dapat bertindak
dalam kedudukan sebagai pemegang efek maupun sebagai perantara
pedagang.
d. Pasar Keempat (Fourth Market)
Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar
pemodal atau dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang
saham ke pemegang lainnya tanpa melalui perentara pedagang efek.
Bentuk transaksi dalam perdagangan semacam ini biasanya dilakukan
19
dalam jumlah besar (block sale). Meskipun transaksi pengalihan saham
tersebut terjadi secara langsung antara pemodal satu dengan pemodal
lain, mekanisme kerja dalam pasar modal menghendaki pelaporan
terhadap transaksi block sale tersebut kepada Bursa Efek secara
terbuka. Jadi, pada akhirnya transaksi antar pemodal tersebut harus
dicatatkan pula di bursa efek. (Sunariyah, 2006 : 15)
4. Manfaat Pasar Modal
Menurut Iskandar Z. Alwi (2003 : 18), pasar modal menawarkan
beberepa manfaat bagi pemerintah, dunia usaha, dan investor. Manfaat ini
adalah :
a. Pasar modal adalah sumber pendapatan bagi negara karena perusahaan
yang go public membayar pajak kepada negara.
b. Bagi dunia usaha (perusahaan), pasar modal dapat menjadi alternatif
penghimpunan dana, selain dari sistem perbankan dari masyarakat,
untuk membiayai kehidupan perusahaan.
c. Pasar modal adalah leding indicator bagi trend ekonomi negara.
d. Pasar modal memungkinkan pemodal melakukan diversifikasi
investasi, membentuk portofolio sesuai dengan risiko yang ia bersedia
tanggung dan tingkat keuntungan yang diharapkannya.
e. Pasar modal menciptakan iklim yang sehat bagi perusahaan, karena
menyebarkan pemilikan, keterbukaan dan profesionalisme.
f. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha, membuka peluang bagi
kontrol sosial oleh masyarakat pemodal dan pemerintah.
20
g. Menciptakan lapangan kerja/profesi yang menarik.
5. Return and Risk
a. Hasil yang Diharapkan (Expected Return)
Kalau kita mengatakan bahwa suatu investasi mempunyai
risiko, berarti bahwa investasi tersebut tidak akan memberikan
keuntungan yang pasti. Oleh karena itu, investor perlu memperkirakan
langsung hasil yang diharapkannya.
Dalam meramal hasil portofolio yang diharapkan, investor
menggunakan beberapa variabel. Anggap saja, bahwa investor
menghendaki investasi pada suatu perusahaan. Maka investor terlebih
dahulu harus melakukan estimasi hasil yang diharapkan. Formula
untuk menghitung estimasi hasil yang diharapkan adalah sebagai
berikut (Iskandar Z. Alwi, 2003 : 128) :
keterangan :
E (R1) = Hasil yang diharapkan
DIV1 = Dividen yang diharapkan perlembar saham
P1 = Harga yang diharapkan pada akhir tahun pertama
P0 = Harga saham sekarang (harga pasar)
E (R1) = DIV
b. Risiko Portofolio yang diharapkan
Yang dimaksud dengan risiko portofolio adalah kemungkinan
bahwa hasil yang diharapkan dari investasi berbeda dengan hasil yang
dicapai. Markowitz menyatakan bahwa risiko yang diharapkan
tergantung pada keanekaragaman kemungkinan hasil yang diharapkan.
1 + (P1 P0) P0
21
untuk mengukur risiko yang diharapkan digunakan standar deviasi.
Standar deviasi dalam matematika digunakan untuk mengukur tingkat
penyimpangan. Secara statistika, standar deviasi yang digunakan untuk
mengukur risiko yang diharapkan adalah sebagai berikut (Sunariyah,
2006 : 198) :
Dimana :
= Standar deviasi hasil yang diharapkan
P = Probabilitas kejadian dari setiap hasil yang diharapkan
r = Kemungkinan tingkat hasil
E (r) = Hasil yang diharapkan
= P [r E (r) ]2
6. Pengertian Reksadana
Reksadana dapat diartikan sebagai suatu wadah yang dipergunakan
untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya
diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi. (Ps. 1, UU
PM dalam Dwina Septiani, 2003 : 20)
Dalam Kamus Keuangan Reksadana didefinisikan sebagai
portofolio aset keuangan yang terdiversifikasi, dicatatkan sebagai
perusahaan investasi yang terbuka, yang menjual saham kepada
masyarakat dengan harga penawaran dan penarikannya pada harga nilai
aktiva bersihnya. (Adler Haymans Manurung, 2008 : 1)
Reksadana merupakan perusahaan yang menanamkan modalnya
dalam berbagai portofolio saham yang beragam (diversified portofolio).
22
Seorang investor yang melakukan investasi dapat menaikkan keuntungan
yang diharapkan (expected return) dan menimalkan risiko. Sebagai suatu
perusahaan, reksadana memiliki beberapa karakteristik yang sama dengan
perusahaan lain yang berbentuk PT. (Ahmad Rodoni, 2008 : 79)
Reksadana merupakan kumpulan saham-saham, obligasi-obligasi
atau sekuritas lainnya yang dimiliki oleh sekelompok pemodal dan
dikelola oleh perusahaan investasi profesional. Dana yang diinvestasikan
pada reksadana dari pemodal akan disatukan dengan dana yang berasal
dari pemodal lainnya untuk menciptakan kekuatan membeli yang jauh
lebih besar dibanding mereka harus melakukan investasi sendiri.
(Sunariyah, 2006 : 234)
7. Jenis-Jenis Reksadana
Membedakan reksadana dapat dilakukan dengan melihat beberapa
sudut pandang, antara lain, sebagai berikut (Iskandar Z. Alwi, 2003 : 144-
145):
Reksadana dilihat dari bentuk badan hukum :
a. Reksadana berbentuk perseroan (Corporate Type). dalam bentuk
reksadana ini, perusahaan penerbit reksadana menghimpun dana
dengan menjual saham, dan selanjutnya dana dari hasil penjualan
tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan
di pasar modal dan di pasar uang. Reksadana bentuk perseroan
dibedakan lagi berdasarkan sifaatnya menjadi reksadana perseroan
yang tertutup, dan reksadana perseroan yang terbuka.
23
b. Reksadana berbentuk kontrak investasi kolektif (Contractual Type).
Reksadana bentuk ini merupakan kontrak antara manajer investasi
dengan bank kustodian yang mengikat pemegang unit penyertaan.
Dalam hal ini manajer investasi diberi wewenang intuk mengelola
portofolio investasi kolektif dan bank kustodian diberi wewenang
untuk melaksanakan penitipan kolektif. Bentuk inilah yang lebih
populer dan jumlahnya semakin bertambah dibandingkan dengan
reksadana yang berbentuk perseroan. Bentuk ini bercirikan :
1) bentuk hukumnya adalah kontrak investasi kolektif
2) pengelolaan reksadana dilakukan oleh manajer investasi
berdasarkan kontrak
3) penyimpanan kekayaan investasi kolektif dilaksanakan oleh bank
kustodian berdasarkan kontrak.
Reksadana dilihat dari sifatnya :
a. Reksadana bersifat tertutup (closed-end funds). Ini adalah reksadana
yang tidak dapat membeli kembali saham-saham yang telah dijual pada
pemodal. Artinya, pemegang saham tidak dapat menjual kembali
sahamnya kepada manajer investasi. Apabila pemilik saham hendak
menjual sahamnya, hal ini harus dilakukan melalui bursa efek tempat
saham reksadana bersangkutan dicatatkan.
b. Reksadana bersifat terbuka (open-end funds). Ini adalah reksadana
yang menawarkan dan membeli kembali saham-sahamnya dari
pemodal sampai sejumlah modal yang sudah dikeluarkan. Pemegang
24
saham jenis ini dapat menjual kembali saham/unit penyertaannya
setiap saat apabila diinginkan. Manajer investasi reksadana, melalui
bank kustodian, wajib membelinya sesuai dengan NAB per saham/unit
pada saat tersebut.
Reksadana dilihat berdasarkan tujuan investasi
Tujuan investasi yang dimaksud adalah apakah orientasi
investasinya pada efek pasar modal atau pasar uang atau kombinasi dari
kedua-duanya. Tentunya kondisinya akan memberikan perbedaan, baik
dari segi pendapatan dan risiko maupun jangka waktu investasi. Adapun
jenis-jenis reksadana berdasarkan tujuan investasi adalah :
a. Reksadana pertumbuhan (Growth Funds). Reksadana pertumbuhan
mengkhususkan investasi pada efek pasar modal berupa saham-saham
likuid, dengan harapan dapat memberikan capital gain yang tinggi
walaupun mendapat dividen yang tidak memadai. Tentunya investasi
ini mengandung risiko yang cukup tinggi.
b. Reksadana pendapatan (Income Funds). Reksadana ini mengkhususkan
investasinya pada efek pasar modal berupa saham obligasi, terutama
efek yang dapat memberikan dividen atau bunga yang tinggi. Investasi
dalam efek saham, tentunya tim pengelola akan memperhitungkan
kemungkinan dividen yang akan diperoleh lebih tinggi dari rata-rata
dan juga dalam hal obligasi akan memperhatikan peringkat obligasi
tersebut yang tentunya diberikan oleh perusahaan pemeringkat yang
telah disetujui Bapepam.
25
c. Reksadana Pasar Uang (Money Market Funds). Investasi ini akan
dikhususkan pada instrumen pasar uang sseperti deposito, Sertifikat
Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) maupun
berupa surat utang yang dapat memberikan pendapatan bunga lebih
tinggi, tentunya dengan memperhatikan segala kemungkinan risiko.
d. Reksadana Berimbang (Balanced Funds). Investasi ini akan
mengutamakan penganekaragaman jenis efek seperti saham, obligasi,
instrumen pasar uang dan instrumen lain dengan harapan akan
mendapatkan dividen, bunga dan capital gain. Jenis reksadana ini lebih
banyak disukai oleh pemodal karena lebih stabil.
8. Manfaat dan Risiko Reksadana
Menurut Dwina Septiani (2003 : 22) manfaat reksadana antara lain :
a. Mendapat keuntungan pajak
b. Diversifikasi dan akses investasi yang lebih luas dengan dana terbatas
c. Dapat dicairkan setiap saat
d. Risiko terkontrol dengan baik
e. Bebas dari pekerjaan Administrasi dan Analisa Investasi
f. Investasi dengan mudah dan fleksibel
g. Informasi yang transparan dan laporan yang rutin
h. Potensi keuntungan yang lebih tinggi dari tingkat bunga deposito
i. Pendapatan berkala berupa pembagian unag tunai
j. Biaya pengelolaan yang relatif lebih rendah
26
Sedangkan risiko utama reksadana antara lain sebagai berikut :
a. Risiko perubahan kondisi ekonomi dan politik
b. Risiko berkurangnya nilai Unit Penyertaan yang disebabkan oleh :
1) Perubahan harga efek
2) Perubahan tingkat bunga deposito
3) Biaya pembelian dan Penjualan Kembali
4) Wanprestasi pihak-pihak terkait
c. Risiko likuiditas
d. Risiko atas pertanggungan kekayaan reksadana
9. Pihak-Pihak yang Terlibat dalam Reksadana
a. Manajer Investasi
Adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio
efek untuk para nasabah dan pengelola portofolio investasi kolektif
untuk sekelompok nasabah :
1) Menyiapkan KIK, prospektus sampai efektif
2) Mengelola dana nasabah
3) Memberikan training untuk produk reksadana dan back-office
settlement
4) Memberikan ulasan pasar secara periodik
5) Data support untuk customer maintenance
6) Marketing support : ikut memasarkan produk
27
b. Bank Kustodian
Kustodian adalah lembaga yang memberikan jasa penitipan
efek dan harta lain yang berkaitan dengan efek.
1) Sale keeping-Settlement-Fund Accounting/ perhitungan NAB
2) Transfer Agent
3) Data Support
c. Mitra Penjualan (misal : bank)
Dapat bertindak sebagai sponsor
1) Selling Agent
2) Client administrator
3) Melakukan promosi dan pemasaran produk
4) Memodifikasi produk hingga dapat link ke produk bank lainnya
(Dwina Septiani, 2003 : 23)
10. Reksadana Pendapatan Tetap
Menurut Sapto Rahardjo (2004 : 159-160), reksadana Fixed
Income adalah reksadana yang portofolio investasinya fokus pada
instrumen pendapatan tetap, seperti obligasi. Jenis reksadana pendapatan
tetap mengandalkan penghasilan dari tingkat suku bunga (kupon) yang
sifatnya stabil dari instrumen obligasi tersebut. Sebagai contoh, komposisi
investasi reksadana pendapatan tetap bisa berbanding 80% investasi pada
instrumen obligasi dan sisanya, sebanyak 20% pada instrumen pasar uang
berbentuk deposito perbankan.
28
Kebijakan investasi reksadana pendapatan tetap, biasanya
mengalokasikan dana investasinya pada instrumen obligasi yang bisa
dibeli melalui proses penawaran umum (pasar perdana) atau dengan
melakukan transaksi pembelian obligasi pada pasar sekunder ; harga
pokok obligasi bisa di atas nilai harga par (nilai nominal obligasi).
11. Mengukur Kinerja Reksadana
a. Metode Sharpe
Menurut Eko Priyo Pratomo, dkk, (2004 : 195-196),
pengukuran dengan metode Sharpe didasarkan atas apa yang disebut
premium atas risiko (risk premium). Risk premium adalah perbedaan
antara rata-rata kinerja yang dihasilkan oleh reksadana dengan rata-rata
kinerja investasi yang bebas risiko. Dalam pembahasan ini, investasi
tanpa risiko diasumsikan merupakan tingkat bunga rata-rata dari SBI.
Pengukuran Sharpe diformulasikan sebagai ratio risk premium
terhadap standar deviasinya :
Keterangan :
SRD = KINERJA
SRD = nilai ratio Sharpe
KinerjaRD = rata-rata kinerja reksadana sub periode tertentu
KinerjaRF = rata-rata kinerja investasi bebas risiko sub perode tertentu
= standar deviasi reksadana untuk sub periode tertentu.
RD-KINERJARF
29
Standar deviasi () merupakan risiko fluktuasi reksadana yang
dihasilkan karena berubah-ubahnya laba yang dihasilkan dari sub
periode ke sub periode lainnya selama seluruh periode. Dalam teori
portofolio standar deviasi merupakan penjumlahan dari risiko pasar
(systematic risk) dan unsystematic risk.
Dengan membagi risk premium dengan standar deviasi, Sharpe
mengukur risk premium yang dihasilkan per unit risiko yang diambil.
Pengetiannya adalah sebagai berikut. Investasi pada SBI tidak
mengandung risiko dengan jaminan bunga sebesar Rf. Invesatsi pada
portofolio reksadana mengandung risiko sehingga diharapkan
menghasilkan tingkat laba yang lebih besar dari Rf. Sharpe mengukur
berapa perbedaan Rj Rf atau risk premium yang dihasilkan untuk tiap
unit risiko yang diambil. Dengan memperhitungkan risiko, makin tinggi
nilai pengukuran Sharpe, makin baik kinerja reksadana. (Eko Priyo
Pratomo, dkk, 2004 : 195-196)
b. Metode Treynor
Pengukuran dengan metode Treynor juga didasarkan pada risk
premium, seperti halnya Sharpe. Namun, dalam Treynor digunakan
pembagi beta () yang merupakan risiko fluktuasi relatif terhadap
risiko pasar. Beta dalam konsep CAPM merupakan risiko sistematik
(risiko pasar). (Agus Dharma, 1997 : 148)
Pengukuran dengan metode Treynor diformulasikan sebagai berikut :
TRD = KINERJARD-KINERJARF
30
Keterangan :
TRD = nilai ratio Treynor
KinerjaRD = rata-rata kinerja reksadana sub periode tertentu
KinerjaRF = rata-rata kinerja investasi bebas risiko sub perode tertentu
= slope persamaan garis hasil regresi linier
Pengukuran kinerja dengan model Sharpe dan Treynor bersifat
komplementer, karena memberikan informasi yang berbeda. Portofolio
reksadana yang tidak terdiversifikasi akan mendapat peringkat yang
tinggi untuk Treynor namun peringkatnya lebih rendah untuk
pengukuran Sharpe. Portofolio reksadana yang terdiversifikasi dengan
baik akan mempunyai ranking yang sama untuk kedua jenis
pengukuran. Perbedaan peringkat pada kedua pengukuran di atas
menunjukkan perbedaan baik buruknya diversifikasi portofolio
tersebut relatif terhadap portofolio sejenis. Oleh karenanya kedua
pengukuran tersebut sebaiknya dilakukan bersama. (Agus Dharma,
1997 : 149)
c. Metode Jensen
Sama halnya dengan metode Treynor, Jensen menggunakan
faktor beta dalam mengukur kinerja investasi suatu portofolio yang
didasarkan atas pengembangan Capital Asset Pricing Model (CAPM).
Jensen mengemukakan hasil penelitiannya terhadap 115 Reksadana
dalam kurun waktu 1945-1964. Pengukuran dengan metode Jensen
menilai kinerja Manajer Investasi berdasarkan atas seberapa besar
31
Manajer Investasi tersebut mampu memberikan kinerja di atas kinerja
pasar sesuai risiko yang dimilikinya. Kelebihan inilah yang
digambarkan oleh Jensen sebagai perpotongan garis regresi linier pada
sumbu y (pada grafik [KinerjaRD-KinerjaRF] vs [KinerjaP-KinerjaRF])
dan disebut dengan perpotongan Jensen dengan notasi Alfa ().
Semakin tinggi nilai positif, semakin baik kinerjanya. (Eko Priyo
Pratomo, dkk, 2004 : 197-198)
(KinerjaRD-KinerjaRF)=+ x (KinerjaP-KinerjaRF)
Ket :
= nilai perpotongan Jensen
KinerjaRD = kinerja reksadana
KinerjaRF = kinerja investasi bebas risiko
Kinerja p = kinerja pasar
= slope persamaan garis hasil regresi linier
Berbeda dengan pengukuran pada metode Treynor yang
menggunakan rata-rata kinerja untuk sub periode tertentu, metode
Jensen menggunakan data setiap periode (dalam hal ini mingguan) dari
waktu ke waktu. Hasil pengukuran Jensen dalam bentuk positif yang
semakin tinggi menunjukkan kinerja yang semakin baik.
Informasi mengenai kinerja yang disertai pengukuran risiko
akan lebih bermanfaat bagi investor, karena setiap investor memiliki
toleransi risiko yang berbeda-beda, sehingga dalam memilih
32
reksadana, investor tersebut dapat menyesuaikan dengan tingkat risiko
yang dimilikinya. (Eko Priyo Pratomo, dkk, 2004 : 197-198)
12. Pengertian IHSG, SBI, kurs, PDB, dan inflasi
a. IHSG
IHSG menggambarkan suatu rangkaian informasi historis
mengenai pergerakan harga saham gabungan seluruh saham, sampai
pada tanggal tertentu. Biasanya pergerakan saham tersebut disajikan
setiap hari, berdasarkan harga penutupan bursa pada hari tersebut.
Indeks tersebut disajikan untuk periode tertentu. Dalam hal ini
mencerminkan suatu nilai yang berfungsi sebagai pengukuran kinerja
suatu saham gabungan di bursa efek.
Indeks harga saham gabungan seluruh saham adalah suatu nilai
yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang
tercatat di suatu bursa efek. Meksud gabungan seluruh saham ini
adalah kinerja saham yang dimasukkan dalam perhitungan seluruh
saham yang tercatat di bursa tersebut (Sunariyah, 1997 : 126).
Menurut Ronny Pramulia (2009 : 30) Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) merupakan suatu indikator yang secara umum
mencerminkan kecenderungan pergerakan harga saham di Bursa Efek
Indonesia. IHSG di BEI disebut juga composite index yang dihitung
berdasarkan rata-rata tertimbang dari seluruh saham yang listing di
BEI.
33
Indeks komposit merupakan indikator yang secara umum
mencerminkan kecenderungan pergerakan harga saham di Bursa Efek.
Perhitungan Indeks Saham dilakukan secara terus-menerus dengan
berpatok pada harga saham terakhir yang terjadi di Bursa Efek yang
bersangkutan.
Pergerakan nilai indeks akan menunjukkan perubahan situasi
pasar yang terjadi. Pasar yang sedang bergairah atau terjadi transaksi
yang aktif, ditunjukkan dengan indeks saham yang mengalami
kenaikan. Sedangkan keadaan stabil ditunjukkan indeks harga saham
yang tetap, dan keadaan pasar lesu ditunjukkan dengan indeks harga
saham yang mengalami penurunan.
Indeks Harga Saham Gabungan / IHSG (Indeks Bursa
Indonesia) mempunyai dasar perhitungan sebagai berikut :
Indeks = Harga pasar Harga Dasar
IHSG = Nilai Pasar
Keterangan :
Nilai Pasar = Jumlah Saham Tercatat x Harga Pasar Terakhir
Nilai Dasar = Jumlah Saham Tercatat x Harga Perdana
Nilai Pasar adalah kumulatif jumlah saham hari ini dikali
harga pasar hari ini (kapitalisasi pasar), atau ditulis dengan formula :
x 100 Nilai dasar
Nilai Pasar =
34
Dimana :
c = Closing price (harga yang terjadi) untuk emiten ke-i.
n = jumlah saham yang digunakan untuk penghitungan
indeks (jumlah saham yang tercatat) untuk emiten
ke-i
N = jumlah emiten yang tercatat di BEI
Nilai dasar adalah kumulatif jumlah saham yang tercatat dikali
harga perdana. Perhitungan Indeks di BEI menggunakan metode
weighted average (pembobotan berdasarkan kapitalisasi pasar).
Kelemahannya, jika ada saham yang mempunyai jumlah saham yang
sangat besar, maka saham tersebut akan sangat mendominasi
pergerakan indeks, sehingga tidak lagi menggambarkan pergerakan
pasar secara keseluruhan. Contohnya : pada tanggal 5 April 2009,
Bank Syariah X mencatatkan saham sebanyak 217,3 miliar lembar atau
53% dari jumlah seluruh saham yang tercatat di BEI. Akibatnya bobot
Bank Syariah X sangat besar dan berpengaruh terhadap perubahan
indeks. Jika harganya berubah 1 point (Rp 25) maka indeks akan
berubah sebesar 10.862 point atau 2,75%.
b. SBI
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga yang
dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka
waktu pendek (1-3 bulan) dengan sistem diskonto/bunga.
35
SBI merupakan salah satu mekanisme yang digunakan Bank
Indonesia untuk mengontrol kestabilan nilai Rupiah. Dengan menjual
SBI, Bank Indonesia dapat menyerap kelebihan uang primer yang
beredar.
Tingkat suku bunga yang berlaku pada setiap penjualan SBI
ditentukan oleh mekanisme pasar berdasarkan sistem lelang. Sejak
awal Juli 2005, BI menggunakan mekanisme "BI rate" (suku bunga
BI), yaitu BI mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan
BI untuk pelelangan pada masa periode tertentu. BI rate ini kemudian
yang digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam mengikuti
pelelangan.
Beberapa uraian penting tentang SBI dijelaskan sebagai berikut
(Khomarul Hidayat, 2006 : 43) :
1) Pengertian SBI
SBI adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang
diterbitkan oleh BI sebagai pengakuan hutang berjangka waktu
pendek dengan sistem diskonto.
2) Tujuan Penerbitan SBI
Sebagai otoritas moneter, BI berkewajiban memelihara
kestabilan nilai Rupiah. Dalam paradigma yang dianut, jumlah
uang primer (uang kartal + uang giral di SBI) yang berlebihan
dapat mengurangi kestabilan nilai rupiah. SBI diterbitkan dan
dijual oleh BI untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut.
36
3) Karakteristik SBI
Terdapat beberapa karakteristik SBI, antara lain : (Siamat :
2004)
a) Jangka waktu maksimum 12 bulan bulan dan sementara
diterbitkan untuk jangka waktu 1 dan 3 bulan.
b) Denominasi : dari yang terendah Rp 50 juta sampai ynag
tertinggi Rp 100 miliar.
c) Pembelian SBI oleh masyrakat minimal Rp 100 juta, dan
selebihnya dengan kelipatan Rp 50 juta.
d) Pembelian SBI didasarkan pada nilai tunai yang diperoleh dari
rumus berikut ini :
Nilai nominal x 360
360 + (Tingkat Diskonto x Jangka Waktu)
e) Pembeli SBI memeroleh hasil berupa diskonto yang dibayar
di muka. Besarnya diskonto adalah nominal dikurangi dengan
nilai tunai.
f) Pajak Penghasilan (PPh) atas diskonto dikenakan secara final
sebesar 15%
4) Tata cara transaksi penjualan SBI
a) penjualan SBI dilakukan melalui lelang. Jumlah SBI yang akan
dilelang diumumkan setiap hari selasa
37
b) lelang dilakukan setiap hari rabu dan dapat diikuti oleh seluruh
bank umum, pialang pasar uang dan pilanag pasar modal
dengan penyelesaian transaksi hari kamis.
c) dalam pelaksanaan lelang, masing-masing peserta mengajukan
penawaran jumlah SBI yang ingin dibeli beserta tingkat
diskontonya. Pemenang lelang akan di prioritaskan pada peserta
yang mengajukan penawaran tingkat diskonto yang relatif
rendah, dengan batasan atas jumlah SBI yang dilelang. Contoh
ada 6 peserta lelang, dan jumlah SBI yang dilelang adalah Rp 5
miliar. Peserta A, B, dan C sudah dinyatakan sebagai pemenang
dengan jumlah total penawaran Rp 4,5 miliar dan tingkat
diskonto yang lebih rendah dari peserta DEF. sisanya Rp 500
juta diperebutkan oleh peserta DEF, dan pemenangnya adalah
D karena tingkat diskontonya lebih rendah dari peserta EF.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.1
Contoh Hasil Lelang SBI
Target Lelang Rp 5 Miliar
Peserta Jumlah penawaran Suku bunga Jumlah kumulatif A Rp 1.500.000.000 20% 1.500.000.000 B 1.000.000.000 26% 2.500.000.000 C 2.000.000.000 30% 4.500.000.000 D 2.000.000.000 34% 5.000.000.000 E 730.000.000 37% - F 1.200.000.000 40% -
Sumber : Khomarul Hidayat, 2006
38
Keterangan :
Peserta A, B, dan C menang lelang
Peserta D menang sebagian (Rp 500 juta)
Peserta E dan F kalah lelang
c. Kurs
Kurs mata uang menunjukkan bagaimana nilai uang tersebut
terhadap mata uang asing. Nilai tukar uang antara satu negara dengan
negara lain cenderung berbeda-beda. Perbedaan ini ditimbulkan oleh
perbedaan antara permintaan dan ketersediaan dari mata uang yang
diminta oleh suatu negara dalam melakukan hubungan dengan negara
lain. Hubungan tersebut dapat berupa kegiatan meminjam, atau
kegiatan investasi atau penyediaan pinjaman.
Dari perbedaan inilah mata uang bisa mengalami apresiasi
(naik) ataupun depresiasi (turun) terhadap nilai mata uang asing.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nlai tukar mata uang antara lain :
Tingkat inflasi
Tingkat suku bunga
Tingkat pendapatan masyarkat
Pengendalian oleh pemerintah
Harapan/ekspektasi dari spekulan
Menurut Kamus Lengkap Ekonomi (2000 : 503-504) dalam
Ronny Pramulia (2009 : 34). Nilai tukar 1 kurs (exchange rate) adalah
harga, dimana mata uang suatu negara dapat dikonversikan manjadi
39
mata uang negara lain. Tipe rate yang digunakan di sini adalah
indirect exchange rate, dimana rate itu merefleksikan jumlah suatu
mata uang lokal terhadap satu unit US$.
Indirect exchange rate diformulasikan dalam persamaan berikut :
VCA/US = VCA
US$
Keterangan :
VCA/US$ : value of 1 units of currency A in units of currency
B (nilai 1 unit mata uang A dalam unit mata uang
B)
VCA : value of currency A (nilai mata uang lokal A)
Nilai tukar mata uang suatu negara diukur dari value satu unit
mata uang terhadap mata uang negara lain. Apabila kondisi ekonomi
negara berubah, maka nilai tukarnya pun akan berubah secara
substansial. Penurunan nilai suatu mata uang disebut depresiasi dan
kenaikannya disebut apresiasi. Apabila S adalah nilai spot rate dan
St-1 adalah nlai tukar mata uang waktu sebelumnya, maka
prosentase perubahan nilai tukar terhadap mata uang asing tersebut
adalah S-St-1/St1 (Madura 2000 dalam Asmila, 2001). Jika
presentasenya positif, maka akan dikatakan apresiasi dan depresiasi
apabila nilai persentasenya negatif.
Perubahan nilai tukar (kurs) akan mempengaruhi konsumen
karena pengaruh dari harga barang-barang impor. Pada saat kurs
40
tinggi maka barang-barang impor menjadi mahal sehingga masyarakat
tidak akan membeli barang impor melainkan menggantinya dengan
mengkonsumsi produk dalam negeri, baik itu berupa barang modal
ataupun barang konsumsi. Bagi barang yang diproduksi dengan
menggunakan faktor produksi impor kondisi ini akan meningkatkan
biaya produksi yang akhirnya akan menyebabkan harga jual barang
yang tinggi. Meningkatnya harga barang tersebut tentunya akan
menyebabkan masyarakat atau perusahaan harus menambah jumlah
dana yang disediakan untuk dikonsumsi. Sehingga secara tidak
langsung dapatlah dinyatakan daya beli masyarakat melemah, dalam
arti pendapatan riil mengalami penurunan.
Dari sudut pandang mikroekonomi, perubahan nilai tukar mata
uang asing akan diikuti oleh perubahan pada portofolio perusahaan-
perusahaan multinasional. Apresiasi dari mata uang domestik
cenderung akan menurunkan keuntungan dari perusahaan, yang
kemudian akan tercermin dari menurunnya harga sahamnya. Dari
perspektif makro ekonomi, apresiasi nilai tukar mata uang asing yang
menganut nilai tukar fleksibel akan mengurangi daya saing dari
produknya dan akan menurunkan harga sahamnya. Dari sudut
pandang ini, perubahan nilai tukar mata uang akan diikuti dengan
perubahan harga saham dan hal ini dikenal dengan pendekatan
tradisional (Granger, 1990 dalam Ronny Pramulia 2009 : 36).
41
Perubahan nilai tukar pun akan mempengaruhi perkembangan
ekspor impor yang tentunya akan mempengaruhi kinerja perusahaan.
Jika kinerja perusahaan semakin baik, maka harga saham semakin
mahal. Perubahan nilai tukar pun akan dapat mendorong investor
asing pasar finansial untuk menambah pembelian dan penjualan
sekuritas dari suatu negara. Saat nilai tukar USD melemah, investor
asing akan membeli saat nilai tukar menguat. (Ronny Pramulia 2009 :
36).
Akan tetapi pasar modal semakin berkembang. Perubahan
harga saham dan nilai tukar mata uang lebih merfleksikan pergerakan
arus modal. Poin penting dari pendekatan portofolio adalah penurunan
harga saham mengakibatkan penurunan kekayaan para investor
domestik di mana pada gilirannya akan mendorong permintaan akan
uang dam hampir dipastikan akan menurunkan tingkat suku bunga.
d. PDB
PDB diartikan sebagai nilai keseluruhan output semua barang
dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah Indonesia dalam jangka
waktu tertentu yang dihitung adalah semua barang dan jasa yang
digunakan oleh pengguna akhir dan bukan yang digunakan untuk
proses produksi selanjutnya.
Beberapa definisi tentang PDB/GDP (Gross Domestic
Product), meliputi (Blancard, 2000 dalam Hamid Ponco Wibowo,
2006 : 37) :
42
1) GDP adalah nilai barang dan jasa final yang dihasilkan dalam
suatu ekonomi dalam periode tertentu.
2) GDP adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oelh suatu
ekonomi dalam periode tertentu.
3) GDP adalah jumlah pendapatan dalam suatu ekonomi pada periode
tertentu.
Mankiw (2006) merumuskan persamaan indentitas yang
menggambarkan komponen-komponen dari PDB. Persamaan tersebut
adalah sebagai berikut:
Y = C+ I + G +NX
Keterangan :
Y = PDB
C = konsumsi
I = investasi
G = belanja Negara
NX = ekspor neto
1. Konsumsi
Konsumsi (consumption) adalah pembelanjaan barang dan
jasa oleh rumah tangga. Barang mencakup pembelanjaan rumah
tangga pada barang yang tahan lama, seperti kendaraan dan
perlangkapan,dan barang tidak tahan lama seperti makanan dan
pakaian. Jasa mencakup barang yang tidak berwujud konkret,
seperti pangkas rambut dan perawatan kesehatan. Pembelanjaan
43
rumah tangga atas pendidikan juga dimaksudkan sebagai
konsumsi jasa (walaupun seseorang dapat saja berpendapat bahwa
hal itu lebih cocok berada di komponen selanjutnya).
2. Investasi
Investasi (investment) adalah pembelian barang yang
nantinya akan digunakan untuk memproduksi lebih banyak barang
dan jasa. Inveetasi adalah jumlah dari pembelian peralatan modal,
persediaan, dan bangunan atau struktur. Investasi pada bangunan
mencakup pengeluaran untuk mendapatkan tempat tinggal baru.
Menurut kesepakatan bersama, pembelian tempat tinggal baru.
Menurut kesepakatan bersama, pembelian tempat tinggal baru
merupakan satu bentuk pembelanjaan rumah tangga yang
dikategorikan sebagai investasi dan bukan sebagai konsumsi.
3. Belanja Pemerintah
Belanja pemerintah (government purchase) mencakup
pembelanjaan barang dan jasa oleh pemerintah daerah, dan
pemerintah pusat. Belanja pemerintah mencakup upah pekerja
pemerintah dan pembelanjaan untuk kepentingan umum.
4. Ekspor Neto
Ekspor neto (neto exports) sama dengan pembelian produk
dalam negeri oleh orang asing (ekspor) dikurangi pembelian
produk luar negeri oleh warga Negara (impor). Penjualan yang
dilakukan sebuah perusahaan dalam negeri kepada pembeli di
44
Negara lain seperti penjuaan Boeing kepada British Airways akan
meningkatkan ekspor neto AS.
e. Inflasi
Definisi inflasi adalah kecenderungan kenaikan harga barang
dan jasa secara umum yang berlangsung terus menerus. Kenaikan
harga satu atau dua barang tidak dapat disebut inflasi kecuali kenaikan
harga tersebut meluas kemana-mana. (Abimanyu, 2004 : 13 dalam
Khomarul Hidayat, 2006 : 46)
Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa kenaikan satu atau
beberapa barang pada saat tertentu dan hanya sementara belum tentu
menimbulkan inflasi.
Menurut Murni (2006 : 203) dalam Khomarul Hidayat (2006 :
46) mendefinisikan inflasi sebagai suatu kejadian yang menunjukkkan
kenaikan tingkat harga secara umum dan berlangsung secara terus
menerus. Berdasarkan definisi ini ada tiga kriteria yang perlu diamati
untuk melihat telah terjadinya inflasi, yaitu kenaikan harga, bersifat
umum dan terjadi terus menerus.
Inflasi merupakan bagian dari keadaan perekonomian yang
akan dialami oleh suatu negara, hanya saja setiap negara memiliki
tingkat inflasi yang berbeda-beda. Untuk mengukur tingkat inflasi
dapat menggunakan Indeks Harga Konsumen.
Selain itu dalam beberapa istilah penggunaan inflasi digunakan
untuk mengartikan peningkatan persedian uang, yang kadangkala
45
dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Beberapa ekonom (dari
beberapa sekolah di Austria) masih menggunakan arti ini dan
peningkatan harga-harga. Inflasi yang terjadi dapat disebabkan oleh
faktor-faktor yang berbeda-beda. Babarapa penyebab inflasi
diantaranya bisa disebabkan oleh sektor ekspor impor, tabungan atau
investasi, pengeluaran dan penerimaan negara, sektor pemerintah dan
swasta.
Menurut Ronny Pramulia (2009 : 23), inflasi adalah gejala
kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus menerus.
Tingkat harga yang melambung sampai 100% atau lebih dalam
setahun (hyperinflasi), akan menyebankan hilangnya kepercayaan
masyarakat terhadap mata uang, sehingga masyarakat akan cenderung
untuk menyimpan aktiva mereka dalam bentuk lain instrumen investasi
selain deposito.
Menurut Sukirno (2004), berdasarkan derajatnya, inflasi
dibedakan menjadi sebagai berikut:
a. Inflasi ringan, terjadi apabila kenaikan harga berada dibawah
angka 10% setahun.
b. Inflasi sedang, terjadi apabila kenaikan harga berada antara 10%-
30% setahun.
c. Inflasi berat, terjadi apabila kenaikan harga berada antara 30%-
100% setahun.
46
d. Hiperinflasi (inflasi tak terkendali), terjadi apabila berada di atas
100% setahun.
Menurut Sukirno (2004:333), berdasarkan kepada sumber atau
penyebabnya kenaikan harga-harga berlaku, inflasi biasanya
dibedakan kepada tiga bentuk berikut:
a. Inflasi Tarikan Permintaan
Inflasi ini biasanya terjadi pada masa perekonomian
berkembang dengan pesat. Kesempatan kerja yang tinggi
menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya
menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi
mengeluarkan barang dan jasa. Pengeluaran-pengeluaran yang
berlebihan ini akan menimbulkan inflasi.
b. Inflasi Desakan Biaya
Kenaikan harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan
dalambiaya produksi sebagai akibat kenaikan harga bahan mentah
atau kenaikan upah. Inflasi ini terurama berlaku dalam masa
perekonomian berkembang dengan pesat ketika pengangguran
adalah sangat rendah. Apabila perusahaan-perusahaan masih
menghadapi permintaan yang bertambah, mereka akan berusaha
menaikkan produksi dengan cara memberikan gaji dan upah yang
lebih tinggi kepada pekerjanya dan mencari pekerjaan baru dengan
tawaran pembayaran yang lebih tinggi ini. Langkah ini
47
mengakibatkan biaya produksi meningkat, yang akhirnya akan
menyebabkan kenaikan harga-harga berbagai barang.
c. Inflasi Diimpor
Kenbaikan harga-harga yang disebabkan oleh kenaikan
harga-arga barang impor yang digunakan sebagai bahan mentah
produksi dalam negeri. Inflasi ini aka nada apabila barng-barang
impor yang mengalami kenaikan harga mempunyai peranan yang
penting dalam kegiatan pengeluaran-pengeluaran perusahaan.
Menurut Sukirno (2004: 338), efek-efek buruk dari inflasi
yaitu sebagai berikut :
1. Inflasi dan Perkembangan Ekonomi
Inflasi yang tinggi tingakatnya akan menggalakkan
perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik
menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan.
Maka pemilik modal biasanya lebih suka menggunakan uangnya
untuk tujuan spekulasi. Investasi produktif akan berkurang dan
tingkat kegiatan ekonomi akan menurun. Sebagai akibatnya lebih
banyak pengangguran akan terwujud.
Kenaikan harga-harga juga menimbulkan efek buruk pula
ke atas perdagangan. Kenaikan harga menyebabkan barang-
barang Negara itu tidak dapat bersaing di pasaran internasional,
selamjutnya ekspor akan menurun. Sebaliknya, harga-harga
produksi dalam negeri yang semakin tinggi sebagai akibat inflasi
48
menyebabkan barang-barang impor relatif murah, maka lebih
banyak impor yang dilakukan. Ekspor yang menurun dan diikuti
oleh impor yang bertambah menyebabkan ketidakseimbangan
dalam aliran mata uang asing. Kedudukan neraca pembayaran
akan memburuk.
2. Inflasi dan Kemakmuran Rakyat
Disamping menimbulkan efek buruk ke atas kegiatan
ekonomi Negara inflasi juga akan menimbulkan efek-efek
terhadap individu dan masyarakat.
3. Inflasi akan menurunkan pendapatan riil orang-orang yang
berpendapatan tetap.
Pada umumnya kenaikan upah tidaklah secepat kenaikan
harga-harga. Maka inflasi akan menurunkan upah riil individu-
individu yang berpendaptan tetap. Sehingga daya beli masyarakat
juga akan menurun.
4. Inflasi akan mengurangi nilai kekayaan yang berbentuk uang.
Sebagian kekayaan masyarakat disimpan dalam bentuk
uang. Simpanan di bank, simpanan tunia, dan simpanan dalam
institusi-institusi keuangan lain merupakan simpanan keuangan.
Nilai riinya akan menurun apabila inflasi berlaku.
5. Memperburuk pembagian kekayaan
Telah ditunjukkan bahwa penerima pendapatan tetap akan
menghadapi kemorosotan dalam nilai riil pandapatnya, dan
49
pemilik kekayaan bersifat keuangan mengalami penurunan dalam
nilai riil kekayaannya. Juga sebagian penjual/pedagang dapat
mempertahankan nilai riil pendapatannya. Dengan demikian
inflasi menyebabkan pembagian pendapatan diantara golongan
berpendapat tetap dengan pemilik-pemilik harta tetap dan
penjual/pedagang akan menjadi semakin tidak merata
Menurut Sukirno (2004 :354), kebijakan yang mungkin
dilakukan pemerintah untuk mengatasi inflasi yaitu:
1. Kebijakan fiskal, yaitu dengan menambah pajak dan mengurangi
pengeluaran pemerintah.
2. Kebijakan moneter, yaitu dengan menaikkan suku bunga dan
membatasi kredit.
3. Dari segi penawaran yaitu dengan melakukan langkah yang dapat
mengurangi biaya produksi dan menstabilkan harga seperti
mengurangi pajak impor dan pajak atas pajak atas bahan mentah,
melakukan penetapan harga, menggalakkan pertambahan produkso
dan perkembangan teknologi
50
B. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Homan Tanamas, Thomas
Hartono, dan Ronald (2006) menyatakan bahwa dari hasil pengujian yang
dilakukan, faktor yang paling berpengaruh dalam perubahan return Reksadana
Pendapatan Tetap adalah return SBI, diikuti oleh perubahan kurs rupiah dan
harga emas.
Sebagian besar variabel ekonomi makro yang diuji hanya memberikan
pengaruh yang tidak besar terhadap tingkat return RDPT, mungkin hal ini
karena di Indonesia, para nasabah reksadana menggunakan informasi yang
salah yang ada di pasar atau hanya ikut-ikutan, tanpa melihat pasar secara
keseluruhan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Abdul Muthalib (2005)
ditarik kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh secara simultan dari
variabel variabel makro ekonomi yaitu pertumbuhan pendapatan nasional
bersih,pertumbuhan jumlah uang yang beredar,tingkat inflasi,tingkat suku
bunga SBI dan perubahan nilai rupiah terhadap kurs dollar terhadap tingkat
kinerja reksadana saham dalam menghasilkan return NAB, akan tetapi
terdapat pengaruh secara parsial/individu dari variabel variabel makro
ekonomi yaitu pertumbuhan pendapatan nasional bersih terhadap tingkat
kinerja reksadana saham dalam menghasilkan return NAB. Dalam penelitian
ini menunjukkan bahwa sebagian besar variabel makro ekonomi yang diuji
ternyata hanya memberikan kontribusi atau pengaruh yang sangat kecil
terhadap pergerakan tingkat pengembalian investasi reksadana saham
51
Dalam penelitian yang dilakukan oleh M. Shunan (2002) ditarik
kesimpulan bahwa terdapat inkonsistensi model dari sharpe measure, treynor
measure, dan jensen measure manakala diaplikasikan pada reksadana
Indonesia sebelum dan semasa krisis ekonomi hal ini terbukti dengan uji F
yang secara keseluruhn menghasilkan angka yang signifikan. Dari ketiga
model yang diuji hanyalah sharpe measure yang terbukti mampu mendeteksi
adanya perbedaan antara kinerja reksadana Indonesia sebelum dan semasa
krisis. Fakta ini semakin memperkuat dugaan bahwa difersifikasi yang
dilakukan oleh para manajer investasi Indonesia memang belum optimal
sehingga kandungan risiko satu portofolio masih didomin