28
ANALISIS PENGARUH GENDER, TEKANAN KETAATAN, KOMPLEKSITAS TUGAS, DAN PENGALAMAN TERHADAP KINERJA AUDITOR DALAM PEMBUATAN AUDIT JUDGMENT Rahmi Ayu Puspitasari Daljono, S.E., MSi., Akt. ABSTRACT Judgment is a central activity in carrying out the audit work. Judgment accuracy taken by auditors in completing the audit work have a significant influence on final conclusion (opinion) that will be generated. Performance of the auditor in making an audit judgment is influenced by various factors. This research aims to test the influence of gender, obedience pressure, task complexity and experience on performance of auditors in making audit judgment. This research done by sending questionaires to auditors working in Public Accounting Firms in Semarang. The instrument of this study is questionnaire which distributed directly to auditors. Data analysis used dual regression linier method with SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) 17. Result of this research showed that obedience pressure, task complexity and experience significantly affect performace of auditors in making audit judgment, but gender didn’t significantly affect performance of auditor in making audit judgment.. Keywords : audit judgment, performance of auditors, gender, obedience pressure, task complexity, experience

ANALISIS PENGARUH GENDER, TEKANAN KETAATAN, KOMPLEKSITAS TUGAS…eprints.undip.ac.id/33490/1/JURNAL_(RAHMI_AYU... · 2013-03-17 · kompleksitas tugas yang tinggi berpengaruh terhadap

Embed Size (px)

Citation preview

ANALISIS PENGARUH GENDER, TEKANAN

KETAATAN, KOMPLEKSITAS TUGAS, DAN

PENGALAMAN TERHADAP KINERJA

AUDITOR DALAM PEMBUATAN AUDIT

JUDGMENT

Rahmi Ayu Puspitasari

Daljono, S.E., MSi., Akt.

ABSTRACT

Judgment is a central activity in carrying out the audit work. Judgment

accuracy taken by auditors in completing the audit work have a significant

influence on final conclusion (opinion) that will be generated. Performance of the

auditor in making an audit judgment is influenced by various factors. This

research aims to test the influence of gender, obedience pressure, task complexity

and experience on performance of auditors in making audit judgment.

This research done by sending questionaires to auditors working in Public

Accounting Firms in Semarang. The instrument of this study is questionnaire

which distributed directly to auditors. Data analysis used dual regression linier

method with SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) 17.

Result of this research showed that obedience pressure, task complexity

and experience significantly affect performace of auditors in making audit

judgment, but gender didn’t significantly affect performance of auditor in making

audit judgment..

Keywords : audit judgment, performance of auditors, gender, obedience

pressure, task complexity, experience

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Peraturan BAPEPAM Nomor Kep-36/PM/2003 dan Peraturan Bursa Efek

Jakarta (BEJ) Nomor Kep-306/BEJ/07-2004 menyebutkan bahwa perusahaan

yang go public diwajibkan menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai

dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan telah diaudit oleh akuntan

publik. Laporan keuangan tersebut digunakan pihak-pihak yang berkepentingan,

baik pemegang saham, investor, kreditor, pemerintah serta pemegang kepentingan

lainnya untuk membuat keputusan ekonomi. Sehingga informasi yang ada di

dalamnya harus relevan, handal, dan bebas dari salah saji yang material. Oleh

sebab itu, akuntan publik diperlukan sebagai jasa penjamin dari pihak ketiga yang

independen untuk memberikan keyakinan bahwa laporan keuangan yang disajikan

pihak manajemen bebas dari salah saji yang material dan menyesatkan sehingga

dapat dipercaya dan diandalkan sebagai dasar dalam pembuatan keputusan bisnis.

Auditor adalah suatu profesi yang salah satu tugasnya melaksanakan audit

terhadap laporan keuangan sebuah entitas dan menarik kesimpulan atas kewajaran

laporan keuangan. Untuk melaksanakan tugas tersebut dibutuhkan sebuah audit

judgment dimana auditor mengumpulkan bukti dalam waktu yang berbeda dan

mengintegrasikan informasi dari bukti tersebut. Audit judgment merupakan suatu

pertimbangan yang mempengaruhi dokumentasi bukti dan keputusan pendapat

yang dibuat oleh auditor (Taylor, 2000 dalam Pramono, 2007). Karenanya

judgment memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kesimpulan akhir,

sehingga secara tidak langsung juga akan mempengaruhi tepat atau tidaknya

keputusan yang akan diambil oleh pihak luar perusahaan.

Jika seorang auditor melakukan judgment yang kurang tepat, dan

berpengaruh terhadap ketepatan opini akhir mengenai kewajaran laporan

keuangan. Dampak merugikan yang menyangkut harga diri, moral organisasi,

hubungan bisnis, dan reputasi dalam masyarakat jauh lebih besar dibanding nilai

uang yang dikeluarkan dalam pembelaan atas tutuntutan tersebut.

Terjadinya kasus kegagalan audit berskala besar di USA seperti Enron,

telah menimbulkan skeptisisme masyarakat mengenai ketidakmampuan profesi

akuntansi dalam menjaga independensi. Sorotan tajam diarahkan pada perilaku

auditor dalam berhadapan dengan klien yang dipersepsikan gagal menjalankan

perannya sebagai auditor independen. Apabila Arthur Andersen sebagai Kantor

Akuntan Publik yang sudah termasuk dalam jajaran lima besar dan sangat bisa

diandalkan masih dapat melakuakan kesalahan besar, maka kondisi ini akan

berdampak buruk terhadap citra profesi akuntan publik dimata masyarakat dan

pihak-pihak lainnya. Untuk itu auditor senantiasa dipacu untuk bertindak dengan

kemampuan profesionalisme yang tinggi (Jamilah et al, 2007)

Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja seorang auditor dalam

pembuatan audit judgment. Jamilah et al., (2007) mengatakan faktor-faktor yang

mempengaruhi persepsi auditor dalam menanggapi dan mengevaluasi informasi

meliputi faktor pengetahuan, perilaku auditor dalam memperoleh dan

mengevaluasi informasi, serta kompleksitas tugas dalam melakukan pemeriksaan.

Penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah faktor gender, tekanan ketaatan, dan

pengalaman juga akan mempengaruhi persepsi auditor.

Gender dianggap menjadi salah satu faktor level individu yang turut

mempengaruhi audit judgment (Jamilah et al, 2007). Chung and Monroe (2001)

menyatakan bahwa perempuan dapat lebih efisien dan efektif dalam memproses

informasi dalam tugas yang kompleks dibanding laki-laki dikarenakan perempuan

lebih memiliki kemampuan untuk membedakan dan mengintegrasikan kunci

keputusan, dikatakan juga bahwa laki-laki relatif kurang mendalam dalam

menganalisis inti dari suatu keputusan. Ruegger dan King (1992) menyatakan

wanita umumnya memiliki tingkat pertimbangan moral yang lebih tinggi dari

pada pria.

DeZoort dan Lord dalam Hartanto (2001) melihat adanya pengaruh

tekanan atasan pada konsekuensi yang memerlukan biaya, seperti halnya tuntutan

hukum, hilangnya profesionalisme, dan hilangnya kepercayaan publik dan

kredibilitas sosial. Hasil penelitian tersebut mengindikasikan adanya pengaruh

dari tekanan atasan pada judgment yang diambil auditor pemula. Bila terdapat

perintah untuk berperilaku yang menyimpang dari norma, tekanan ketaatan

(obedience pressure) seperti ini akan menghasilkan variasi pada judgment auditor

dan memperbesar kemungkinan pelanggaran norma atau standar profesional.

Teori ketaatan menyatakan bahwa individu yang mempunyai kekuasaan

merupakan suatu sumber yang dapat mempengaruhi perilaku orang lain dengan

perintah yang diberikannya. Hal ini disebabkan oleh keberadaan kekuasaan atau

otoritas yang merupakan bentuk dari legitimate power.

Kuantitas informasi yang akan diperoleh auditor dalam suatu pekerjaan

audit sangatlah kompleks. Banyaknya jumlah informasi yang harus diproses dan

tahapan pekerjaan yang harus dilakukan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan

mengindikasikan tingkat kompleksitas tugas yang sedang dihadapi oleh auditor.

Suatu judgement diperlukan untuk menyeleksi informasi. Informasi tersebut agar

dapat diproses lebih lanjut secara efektif dan efisien. Hasil penelitian Chung dan

Monroe (2001) mengatakan bahwa kompleksitas tugas yang tinggi berpengaruh

terhadap judgment yang diambil auditor.

Bonner (1994) dalam Rahmawati dan Honggowati (2004) mengemukakan ada

tiga alasan yang cukup mendasar mengapa pengujian terhadap kompleksitas tugas

untuk sebuah situasi audit perlu dilakukan. Pertama, kompleksitas tugas ini diduga

berpengaruh signifikan terhadap kinerja seorang auditor. Kedua, sarana dan teknik

pembuatan keputusan dan latihan tertentu diduga telah dikondisikan sedemikian rupa

ketika para peneliti memahami keganjilan pada kompleksitas tugas audit. Ketiga,

pemahaman terhadap kompleksitas dari sebuah tugas dapat membantu tim

manajemen audit perusahaan menemukan solusi terbaik bagi staf audit dan tugas

audit.

Banyaknya tugas yang dihadapi oleh seorang auditor akan menambah

pengalaman serta pengetahuannya. Pendapat ini didukung oleh Abdolmohammadi

dan Wright (1987) yang menunjukkan bahwa auditor yang tidak berpengalaman

mempunyai tingkat kesalahan yang lebih signifikan dibandingkan dengan auditor

yang lebih berpengalaman. Marinus, Wray dalam Koroy (2005) menyatakan

bahwa secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah

digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas. Penggunaan pengalaman

didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang dilakukan secara berulang-ulang

memberikan peluang untuk belajar melakukan dengan yang terbaik. Lebih jauh

dalam Koroy (2005) menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara

pengalaman auditor terhadap judgment auditor.

Penelitian ini dimotivasi oleh beberapa alasan. Pertama, penelitian ini

merupakan pengembangan dengan menggabungkan dua penelitian sebelumnya

yaitu Jamilah et al., (2007) yang mengamati tentang gender, tekanan ketaatan dan

kompleksitas tugas terhadap audit judgment dan Zulaikha (2006) yang meneliti

pengaruh gender, kompleksitas tugas dan pengalaman terhadap audit judgment.

Penelitian yang dilakukan Zulaikha (2006) merupakan penelitian eksperimen dan

menggunakan mahasiswa sebagai sampel. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba

untuk menguji apakah jika penelitian langsung dilakukan terhadap auditor, akan

mendapatkan hasil yang berbeda dengan penelitian eksperimen.

Kedua, berbagai penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang tidak

konsisten. Trisnaningsih dan Iswati (2003) mengatakan bahwa tidak ada

perbedaan kinerja auditor dilihat dari segi gender. Demikian pula dengan

penilitian yang dilakukan oleh Zulaikha (2006) menunjukkan bahwa gender tidak

berpengaruh dalam keakuratan judgment yang dibuat baik oleh laki-laki maupun

perempuan. Chung dan Monroe (2001) mengatakan bahwa gender berpengaruh

secara signifikan terhadap judgment yang diambil oleh auditor. Hasil penelitian

Ruegger dan King (1992) juga membuktikan wanita umumnya memiliki tingkat

pertimbangan moral yang lebih tinggi dari pada pria.

Sedangkan penilitian tentang tekanan ketaatan yang dilakukan oleh

Hartanto (2001) menunjukkan bahwa auditor yang memperoleh perlakuan tekanan

ketaatan dalam bentuk perintah yang tidak tepat dari atasan, berpengaruh secara

signifikan terhadap judgment yang diambil oleh auditor. Rahmawati dan

Honggowati (2004) mengatakan bahwa terdapat perbedaan judgment antara

auditor yang mengalami tekanan ketaatan dan tidak mengalami tekanan ketaatan.

Hasil penelitian Chung dan Monroe (2001) mengatakan bahwa

kompleksitas tugas yang tinggi berpengaruh terhadap judgment yang diambil oleh

auditor. Abdolmohammadi dan Wright (1987) menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan judgment yang diambil auditor pada pada kompleksitas tugas tinggi

dan kompleksitas tugas rendah. Zulaikha (2006) mengatakan bahwa kompleksitas

tugas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keakuratan judgment. Oleh

karena itu, penelitian dilakukan untuk menguji konsistensi dan dirancang untuk

memperoleh bukti empiris tentang analisis pengaruh gender, tekanan ketaatan,

kompleksitas tugas, dan pengalaman terhadap kinerja auditor dalam pembuatan

audit judgment.

2. TELAAH TEORI

2.1 Teori Penetapan Tujuan

Teori penetapan tujuan merupakan bagian dari teori motivasi yang

dikemukakan oleh Edwin Locke pada tahun 1978. Teori ini menegaskan bahwa

individu dengan tujuan yang lebih spesifik dan menantang kinerjanya akan lebih

baik dibandingkan dengan tujuan yang tidak jelas, seperti “melakukan apa yang

terbaik dari diri kita”, tujuan mudah yang spesifik atau tidak ada tujuan sama

sekali. Locke (dalam Locke dan Latham, 1990) mengungkapkan bahwa: (a) tujuan

yang cukup sulit, ternyata menghasilkan tingkat kinerja yang lebih tinggi daripada

tujuan yang lebih mudah dan (b) tujuan khusus, cukup sulit akan menghasilkan

tingkat output yang lebih tinggi (Latham, 2004 dalam Verbeeten, 2008). Edwin

Locke berkesimpulan bahwa penetapan suatu tujuan tidak hanya berpengaruh

pada pekerjaan saja, tetapi juga merangsang karyawan untuk mencari atau

menggunakan metode pekerjaan yang paling efektif. Begitu pula dia berpendapat

bahwa melibatkan karyawan dalam menetapkan tujuan dapat menumbuhkan

motivasi kerja, dan pencapaian prestasi kerja maksimal.

Teori penetapan tujuan mengasumsikan bahwa ada suatu hubungan

langsung antara definisi dari tujuan yang spesifik dan terukur dengan kinerja, jika

manajer tahu apa sebenarnya tujuan yang ingin dicapai oleh mereka, maka mereka

akan lebih termotivasi untuk mengerahkan usaha yang dapat meningkatkan

kinerja mereka dalam melakukan tugas atau pekerjaan (Locke dan Latham, 1990).

2.2 Gender

Pandangan terhadap gender seringkali dihubungkan dengan sifat positif

dan negatif. Pria dipandang memiliki sifat kuat dan keras, yang memiliki konotasi

positif, sedangkan wanita dipandang memiliki sifat lemah lembut yang memiliki

konotasi negatif di lingkungan pekerjaan (Nelson dan Julie 1992 dalam Hartanto

2001). Dalam perkembangan selanjumya diperoleh bukti bahwa sifat-sifat wanita

lebih memiliki psikologis yang baik dan stres positif.

Chung dan Monroe (2001) melakukan studi pengaruh gender dan

kompleksitas tugas pada akurasi pertimbangan audit. Hasilnya membuktikan

bahwa ada interaksi yang signifikan antara gender dengan ketepatan audit

judgment. Penelitian gender lain yang hasihya konsisten adalah penelitiannya

Johnson dan Kaplan (1998) yang menggambarkan bahwa gender berpengaruh

dalam mempertimbangkan evaluasi kinerja manajer audit. Ruegger dan King

(1992) menyatakan wanita umumnya memiliki tingkat pertimbangan moral yang

lebih tinggi dari pada pria.

Berdasarkan penelitian Hartanto (2001) gender tidak mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap judgment auditor yang mendapat tekanan. Hal ini

disebabkan karena respondennya adalah para auditor pemula yang sedikit yang

mau untuk tidak mentaati perintah atasan walaupun instruksi tersebut tidak tepat.

2.3 Ketaatan pada Kekuasaan

Menurut Choo dan Tan dalam Rahmawati dan Honggowati (2004),

pendekatan timbal balik terjadi bila terdapat hubungan antara dua individu (atasan

dan bawahan) yang memainkan peranan dalam evaluasi kinerja.

Teori ketaatan pada otoritas Milgram dalam Rahmawati (2004)

menyatakan bahwa individu yang memiliki kekuasaan merupakan suatu sumber

yang dapat mempengaruhi perilaku orang lain dengan perintah yang diberikannya,

sehingga bawahan akan mematuhi instruksi atasan bagaimanapun arahan

professional. Hal ini disebabkan oleh keberadaan kekuasaan atau otoritas yang

merupakan bentuk dari legitimate power. Paradigma ketaatan pada kekuasaan ini

dikembangkan oleh Milgram dalam Hartanto (2001), yang dalam teorinya

dikatakan bahwa bawahan yang mengalami tekanan ketaatan dari atasan akan

mengalami perubahan psikologis dari seseorang yang berperilaku otonomis

menjadi perilaku agen. Perubahan perilaku ini terjadi karena bawahan tersebut

merasa menjadi agen dari sumber kekuasaan, dan dirinya terlepas dari tanggung

jawab atas apa yang dilakukannya.

2.4 Kompleksitas Tugas

Auditor selalu dihadapkan dengan tugas-tugas yang banyak, berbeda-beda,

dan saling terkait satu sama lainnya. Kompleksitas tugas dapat diidefinisikan

sebagai fungsi dari tugas itu sendiri (Wood, 1986 dalam Engko dan Gudono,

2007). Kompleksitas tugas merupakan tugas yang tidak terstruktur,

membingungkan, dan sulit (Sanusi dan Iskandar, 2007). Beberapa tugas audit

dipertimbangkan sebagai tugas dengan kompleksitas tinggi dan sulit, sementara

yang lain mempersepsikannya sebagai tugas yang mudah (Jiambalvo dan Pratt,

1982 dalam Engko dan Gudono, 2007). Persepsi ini menimbulkan kemungkinan

bahwa suatu tugas audit sulit bagi seseorang, namun mungkin juga mudah bagi

orang lain (Restuningdiah dan Indriantoro, 2000). Lebih lanjut, Restuningdiah dan

Indriantoro (2000) menyatakan bahwa kompleksitas muncul dari ambiguitas dan

struktur yang lemah, baik dalam tugas-tugas utama maupun tugas-tugas lain. Pada

tugas-tugas yang membingungkan (ambigous) dan tidak terstruktur, alternatif-

alternatif yang ada tidak dapat diidentifikasi, sehingga data tidak dapat diperoleh

dan outputnya tidak dapat diprediksi.

Restuningdiah dan Indriantoro (2000) menyatakan bahwa peningkatan

kompleksitas dalam suatu tugas atau sistem, akan menurunkan tingkat

keberhasilan tugas itu. Terkait dengan kegiatan pengauditan, tingginya

kompleksitas audit ini bisa menyebabkan akuntan berperilaku disfungsional

sehingga menyebabkan penurunan kinerja auditor dalam pembuatan audit

judgment.

2.5 Pengalaman

Pengalaman mempunyai dampak terbesar terhadap judgment ketika tugas

adalah terstruktur dan kompleks (Abdolmohammadi dan Wright, 1987). Auditor

yang berpengalaman membuat judgment yang lebih baik dalam tugas professional

dibanding dengan yang tidak berpengalaman. Auditor berpengalaman juga dapat

mengidentifikasi kesalahan dengan lebih baik dalam mereview analitis.

Abdolmohammadi dan Wright (1987) memberikan bukti empiris bahwa

dampak auditor akan signifikan ketika kompleksitas tugas dipertimbangkan.

Mereka melakukan penelitian terhadap auditor berpengalaman (yang telah

mencapai tingkatan staff, yang membutuhkan keahlian normatif) dan auditor yang

kurang berpengalaman (lebih rendah dari tingkatan staff atau mahasiswa auditing)

ketika mereka dihadapkan pada tugas yang terstruktur, semistruktur dan tidak

terstruktur. Penelitian ini meberikan bukti empiris bahwa pengalaman akan

berpengaruh signifikan ketika tugas yang dilakukan semakin kompleks. Seorang

yang memiliki pengetahuan tentang kompleksitas tugas akan lebih ahli dalam

melaksanakan tugas-tugas pemeriksaan, sehingga memperkecil tingkat kesalahan,

kekeliruan, ketidakberesan, dan pelanggaran dalam melaksanakan tugas.

Pengalaman merupakan salah satu variabel yang banyak digunakan dalam

berbagai penelitian-penelitian. Marinus, Wray dalam Koroy (2005) menyatakan

bahwa secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang waktu yang telah

digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas. Penggunaan pengalaman

didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang dilakukan secara berulang-ulang

memberikan peluang untuk belajar melakukan dengan yang terbaik. Lebih jauh

Kolodner dalam Koroy (2005) dalam risetnya menunjukkan bagaimana

pengalaman dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja pengambilan

keputusan. Koroy (2005) menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

antara pengalaman auditor terhadap pertimbangan auditor.

2.6 Penelitian Terdahulu

Sebelum penelitian ini dibuat peneliti-peneliti terdahulu telah membuat

penelitian yang berkaitan dengan gender, tekanan ketaatan, kompleksitas tugas,

pengalaman maupun kinerja dan juga audit judgment. Penelitian tentang

hubungan gender, tekanan ketaatan, kompleksitas tugas dan audit judgment

dilakukan oleh Jamilah et al., (2007). Hasilnya menunjukkan bahwa tekanan

ketaatan berpegaruh secara signifikan terhadap audit judgment, sedangkan gender

dan kompleksitas tugas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap audit

judgment. Penelitian lain oleh Zulaikha (2006) menunukkan bahwa gender dan

kompleksitas tugas tidak berpengaruh dalam keakuratan judgment yang dibuat

baik oleh laki-laki maupun perempuan, hasilnya juga menunjukkan pengalaman

sebagai auditor berpengaruh langsung (main effect) terhadap audit judgment.

Hartanto (2001) mengatakan bahwa gender tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap audit judgment. Thoma dalam Hartanto (2001) mengatakan

bahwa gender sangat kecil pengaruhnya terhadap judgment yang di ambil oleh

auditor. Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Trisnaningsih dan

Iswati (2003) mengatakan bahwa tidak ada perbedaan kinerja auditor dilihat dari

segi gender. Chung dan Monroe (2001) mengatakan bahwa gender berpengaruh

secara signifikan terhadap judgment yang diambil oleh auditor. Hasil penelitian

Ruegger dan King (1992) juga membuktikan wanita umumnya memiliki tingkat

pertimbangan moral yang lebih tinggi dari pada pria.

Sedangkan penilitian tentang tekanan ketaatan yang dilakukan oleh

Hartanto (2001) menunjukkan bahwa auditor yang memperoleh perlakuan tekanan

ketaatan dalam bentuk perintah yang tidak tepat dari atasan, berpengaruh secara

signifikan terhadap judgment yang diambil oleh auditor. Rahmawati dan

Honggowati (2004) mengatakan bahwa terdapat perbedaan judgment antara

auditor yang mengalami tekanan ketaatan dan tidak mengalami tekanan ketaatan.

Hasil penelitian Chung dan Monroe (2001) mengatakan bahwa

kompleksitas tugas yang tinggi berpengaruh terhadap judgment yang diambil oleh

auditor. Stuart (2001) mengatakan bahwa kompleksitas tugas berpengaruh

terhadap audit judgment jika perusahaan audit tidak terstruktur.

Abdolmohammadi dan Wright (1987) meneliti pengaruh pengalaman dan

kmpleksitas tugas terhadap audit judgment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan judgment yang diambil auditor pada pada kompleksitas tugas

tinggi dan kompleksitas tugas rendah, dan auditor yang tidak berpengalaman

mempunyai tingkat kesalahan yang lebih signifikan dibandingkan dengan auditor

yang lebih berpengalaman. Koroy (2005) menyatakan bahwa terdapat hubungan

yang positif antara pengalaman auditor terhadap judgment auditor.

2.7 Perumusan Hipotesis dan Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

H1: Gender berpengaruh terhadap kinerja auditor dalam pembuatan audit

judgment.

H2: Tekanan ketaatan berpengaruh terhadap kinerja auditor dalam pembuatan

audit judgment.

H3: Kompleksitas tugas berpengaruh terhadap kinerja auditor dalam pembuatan

audit judgment.

H4: Pengalaman berpengaruh terhadap kinerja auditor dalam pembuatan audit

judgment.

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Teoritis

3. METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Penelitian ini menggunakan dua macam variabel penelitian.

1. Variabel Terikat

Variabel Terikat (dependent variable) merupakan variabel yang menjadi

perhatian utama peneliti (Sekaran, 2006). Variabel terikat dalam penelitian

ini adalah kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment.

Tekanan Ketaatan

Kompleksitas Tugas

Pengalaman

Kinerja Auditor

dalam Pembuatan

Audit Judgment

Gender

2. Variabel Bebas

Variabel Bebas (independent variable) merupakan variabel yang

mempengaruhi variabel lain baik secara positif maupun secara negatif

(Sekaran, 2006). Variabel bebas dari penelitian ini adalah gender, tekanan

ketaatan, kompleksitas tugas, dan pengalaman.

3.2 Penentuan Populasi dan Sampel

Populasi penelitian dalam penelitian ini adalah para auditor (junior, senior,

supervisor dan manajer) yang bekerja pada kantor akuntan publik di Kota

Semarang yang terdaftar pada direktori kantor akuntan publik yang dikeluarkan

oleh Ikatan Akuntan Indonesia tahun 2009. Alasan pemilihan Semarang sebagai

lokasi penelitian karena posisi Semarang sebagai ibukota provinsi Jawa Tengah

dimana sebagian besar aktivitas bisnis terpusat di kota tersebut dan jumlah Kantor

Akuntan Publik (KAP) di Semarang lebih banyak dibandingkan dengan daerah

Jawa Tengah lainnya.

Teknik pengambilan sampel menggunakan convenience sampling karena

responden yang dapat dilakukan penelitian adalah auditor yang bersedia dan

berkenan untuk menjadi sampel (Sekaran, 2006).

3.3 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini merupakan penelitian survei. Sama halnya dengan penelitian

survei pada umumnya, penelitian ini menggunakan data primer yang mengacu

pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama, yaitu auditor. Data primer

yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data yang berkaitan dengan variabel-

variabel yang diteliti (gender, tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, pengalaman,

dan kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment). Data primer dalam

penelitian ini dapat diperoleh dari hasil kuesioner yang telah diisi oleh auditor.

Sumber data berasal dari skor total yang diperoleh dari pengisian

kuesioner yang telah dikirim kepada auditor yang bekerja di Kantor Akuntan

Publik yang ada di Semarang.

3.4 Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang dilakukan adalah

data primer berupa kuesioner. Kuesioner adalah satu set pertanyaan yang telah

dirumuskan untuk mencatat jawaban dari para responden (Sekaran, 2006). Data

penelitian ini dikumpulkan dengan cara mengantar langsung kuesioner ke alamat

kantor tempat bekerja para auditor. Masing-masing KAP diberikan waktu

pengembalian beberapa minggu terhitung sejak kuesioner diterima oleh

responden. Pengembaliannya juga diambil langsung sesuai dengan janji yang

disepakati dengan responden.

Jumlah kuesioner yang disediakan peneliti sebanyak 75 eksemplar.

Kuesioner tersebut berisi pertanyaan untuk mendapatkan informasi tentang

gender, tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, dan pengalaman terhadap kinerja

auditor dalam pembuatan audit judgment. Petunjuk pengisisan kuesioner dibuat

dengan sesederhana dan sejelas mungkin agar mempermudah responden dalam

pengisian kuesioner.

3.5 Metode Analisis

3.5.1 Uji Kualitas Data

Kualitas data yang di hasilkan dari penggunaan instrumen penelitian dapat

dievaluasi melalui uji reliabilitas dan validitas. Uji tersebut masing-masing untuk

mengetahui konsistensi dan akurasi data yang dikumpulkan dari penggunaan

instrumen. Terdapat dua prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini untuk uji

kualitas data , yaitu: (1) Uji reliabilitas dengan melihat koefsien (Cronbach)

Alpha, dan (2) Uji validitas dengan melakukan korelasi bivariate antara masing-

masing skor indikator dengan total skor konstruk.

3.5.2 Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan uji statistik langkah awal yang harus dilakukan adalah

screening terhadap data yang akan diolah. Pada uji regresi biasa dilakukan uji

asumsi klasik untuk men-screening data yang ada. Uji asumsi klasik yang

digunakan dalam penelitian ini meliputi tiga macam yaitu uji multikolineanritas,

,uji heterokedastisitas dan uji normalitas.

3.5.3 Analisis Regresi Linier Berganda

Untuk menguji hipotesis digunakan alat analisis regresi berganda, dengan

alasan bahwa alat ini dapat digunakan sebagai model prediksi terhadap variabel

dependen dengan beberapa variabel independen. Uji hipotesis tersebut dilakukan

dengan program SPSS 17. Untuk itu diformulasikan model regresi berganda

sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e

Di mana: Y : Kinerja auditor dalam pembuatan Audit judgment

a : Konstanta

b1.. b4 : Koefisien regresi

X1 : Gender

X2 : Tekanan Ketaatan

X3 : Kompleksitas Tugas

X4 : Pengalaman

e : error

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Objek Penelitian

Populasi yang digunakan dalam objek penelitian ini adalah KAP-KAP yang

berlokasi di Kota Semarang. Berdasarkan data dari website IAPI (2010-2011)

KAP yang terdapat di Kota Semarang berjumlah 18 KAP. Sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah auditor yang melaksanakan beberapa aspek audit di

KAP. Penyebaran kuesioner ini dilakukan selama 1 bulan yaitu dari tanggal 23

Agustus 2011 sampai tanggal 28 September 2011.

Dari 75 kuesioner yang disebarkan hanya 59 kuesioner yang kembali.

Kuesioner yang memenuhi syarat untuk diolah sebanyak 54 kuesioner, karena

terdapat 5 kuesioner yang tidak dapat diolah karena pengisiannya tidak lengkap.

Jadi tingkat pengembalian kuesioner untuk responden adalah sebesar 79%.

4.2 Uji Kualitas Data

4.2.1 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur

dapat dipercaya atau dapat diandalkan (reliable) dalam mengukur gejala yang

sama. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang

terhadap pertanyaan tersebut konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pada

umumnya suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai

cronbach alpa lebih besar dari 0.60 (Nunnally, 1967 dalam Ghozali, 2006). Hasil

uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini:

Tabel 4.1

Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Statistik Uji

Conbrach alpha Keterangan

Tekanan Ketaatan 0.879 Reliabel

Kompleksitas Tugas 0.830 Reliabel

Kinerja Auditor dalam Pembuatan Audit

Judgment 0.746 Reliabel

Sumber : Data primer yang diolah 2011

Dari tabel 4.1 tersebut dapat diketahui bahwa variabel tekanan ketaatan

nilai conbrach alpha sebesar 0,879 > dari nilai standarisasi 0,6. Variabel

kompleksitas tugas memiliki tingkat nilai conbrach alpha sebesar 0,830 > dari

standarisasi 0,6. Variabel kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment

memiliki nilai conbrach alpha sebesar 0,746 > dari standarisasi 0,6. Oleh karena

itu variabel tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, dan kinerja auditor dalam

pembuatan audit judgment dikatakan reliable karena mempunyai nilai conbrach

alpha lebih besar dari nilai standarisasi sebesar 0,6.

4.2.2 Uji Validitas

Uji validitas dimaksudkan untuk mengukur valid tidaknya suatu kuesioner.

Dalam penelitian ini uji validitas dilakukan dengan melihat nilai Correlated Item-

Total Correlation dengan kriteria sebagai berikut: jika nilai r hitung lebih besar

dari r tabel (0,268) dan nilainya positif (pada taraf signifikan 5 persen atau 0,05),

maka butir atau pertanyaan atau indikator tersebut dikatakan “valid” (Ghozali,

2006). Namun sebaliknya, jika nilai r hitung lebih kecil dari r tabel, maka

pertanyaan tersebut dapat dikatakan “tidak valid”. Hasil uji validitas data dapat

dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini:

Tabel 4.2

Hasil Uji Validitas

Variabel Item Correlation Nilai

Pearson Sig. Keterangan

Tekanan Ketaatan

1 0,833 0,05 valid

2 0,706 0,05 valid

3 0,659 0,05 valid

4 0,779 0,05 valid

5 0,784 0,05 valid

6 0,750 0,05 valid

7 0,830 0,05 valid

8 0,437 0,05 valid

9 0,599 0,05 valid

Kompleksitas Tugas

1 0,734 0,05 valid

2 0,778 0,05 valid

3 0,677 0,05 valid

4 0,750 0,05 valid

5 0,709 0,05 valid

6 0,770 0,05 valid

Kinerja Auditor dalam

Pembuatan Audit

Judgment

1 0,519 0,05 valid

2 0,677 0,05 valid

3 0,478 0,05 valid

4 0,712 0,05 valid

5 0,655 0,05 valid

6 0,379 0,05 valid

7 0,597 0,05 valid

8 0,299 0,05 valid

9 0,778 0,05 valid

10 0,422 0,05 valid

Sumber : Data primer yang diolah 2011

Dari tabel 4.2 tersebut dapat dilihat bahwa semua indikator yang

digunakan untuk mengukur variabel dalam penelitian ini dinyatakan sebagai item

yang valid. Kevalidan ini ditunjukkan dengan nilai Nilai Correlation Pearson yang

lebih besar dari 0,05.

4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik

4.3.1 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas memiliki tujuan untuk menguji apakah ditemukan

adanya korelasi antar variabel independen dalam model regresi. Pengolahan data

uji multikolinieritas ini juga dapat dilakukan dengan menganalisis matriks

korelasi variabel-variabel independen, nilai Tolerance, dan nilai Variance

Inflation Factor (VIF). Nilai cut off yang umumnya digunakan untuk

menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance < 0,1 atau Variance

Inflation Factor (VIF) > 10 (Imam Ghozali, 2006). Pengujian multikolinieritas

dilakukan dengan menggunakan nilai tolerance dan VIF. Hasil uji

multikolinieritas dapat dilihat pada tabel 4.3:

Tabel 4.3

Hasil Pengujian Multikolinieritas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 45.982 1.792 25.662 .000

Gender -.328 .742 -.037 -.442 .660 .826 1.211

Tekanan Ketaatan -.239 .115 -.288 -2.073 .043 .297 3.369

Kompleksitas Tugas

-.612 .163 -.523 -3.747 .000 .294 3.405

Pengalaman .305 .142 .186 2.151 .036 .764 1.308

a. Dependent Variable: Audit Judgement

Sumber : Data primer yang diolah 2011

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa semua variabel bebas mempunyai nilai VIF

yang berada jauh di bawah angka 10. Dan nilai tolerance di ats 0,1 sehingga dapat

dikatakan semua konsep pengukur variabel-variabel yang digunakan tidak

mengandung masalah multikolonieritas. Hal ini menunjukkan tidak adanya

masalah multikolinieritas dalam model regresi. Maka model regresi yang ada

layak untuk dipakai dalam memprediksi kinerja auditor dalam pembuatan audit

judgment.

4.3.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regesi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,

maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah yang berjenis homoskedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas (Ghozali, 2006). Uji statistik yang digunakan adalah uji

Scatterplot dan uji Park. Uji Park mengemukakan metode bahwa varian

merupakan fungsi dari variable-variabel independent yang dinyatakan dalam

persamaan. Uji Scatterplot digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya

heteroskedastisitas yaitu dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel

terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Dasar analisisnya

untuk uji heteroskedastisitas dengan menggunakan grafik scatterplot adalah

sebagai berikut (Ghozali, 2006):

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu

yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah

angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Grafik Scatterplot pada gambar 4.1 menunjukkan bahwa titik-titik yang

terbentuk menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah

angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

heteroskedastisitas pada model regresi. Hasil pengujian heteroskedastisitas dengan

grafik Scatterplot tampak pada gambar 4.1 berikut ini:

Gambar 4.1

Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Grafik

Sumber : Data primer yang diolah 2011

Tabel 4.4

Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Park

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 1.888 1.291 1.463 .150

Gender .866 .527 .244 1.642 .107 .843 1.187

TekananKetaatan -.036 .087 -.104 -.414 .681 .298 3.360

KompleksitasTugas -.065 .119 -.140 -.549 .585 .287 3.489

Pengalaman -.087 .107 -.128 -.812 .421 .754 1.327

a. Dependent Variable: LnU2i

Sumber : Data primer yang diolah 2011

Hasil tampilan output SPSS memberikan koefisien parameter untuk

variable independent tidak ada yang signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa

model regresi tidak terdapat Heteroskedastisitas. Hasil ini konsisten dengan hasi

uji Scatterplot.

4.3.3 Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,

variabel-variabel memiliki distribusi normal. Data yang terdistribusi normal akan

memperkecil kemungkinan terjadinya bias. Salah satu cara termudah untuk

melihat normalitas residual adalah dengan melihat normal probability plot yang

membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Jika kondisi di atas

tidak terpenuhi maka data yang tersedia untuk analisis regresi linear berganda

tidak memenuhi asumsi normalitas. Hasil untuk uji normalitas dengan Normal

Probability Plot dapat dilihat secara rinci pada gambar 4.2 berikut ini:

Gambar 4.2

Hasil Uji Normalitas dengan Grafik Normal Plot

Sumber : Data primer yang diolah 2011

Dengan melihat tampilan grafik normal probability plot pada gambar di

atas maka dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola distribusi

yang normal dan grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar garis

diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Kedua grafik ini

menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Untuk mendukung dan menyakinkan hasil uji normalitas grafik, maka

dilengkapi dengan uji statistik. Uji statistik yang dilakukan yaitu uji statistik non-

parametrik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Nilai signifikansi dari residual

yang terdistribusi secara normal adalah jika nilai Asymp Sig (2-tailed) dalam uji

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test lebih besar dari α = 0,05. Hasil uji statistik

non-parametrik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test tampak pada tabel 4.9

berikut ini:

Tabel 4.5

Hasil Uji Normalitas dengan Tabel Kolmogrof Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 54

Normal Parametersa,,b

Mean .0000000

Std. Deviation 2.36670061

Most Extreme Differences Absolute .097

Positive .056

Negative -.097

Kolmogorov-Smirnov Z .713

Asymp. Sig. (2-tailed) .689

a. Test distribution is Normal.

Sumber : Data primer yang diolah 2011

Jika dilihat dari perhitungan dengan uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh

hasil bahwa signifikansinya adalah sebesar 0,684 yang berarti signifikansinya di

atas 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model regresi layak

digunakan karena memenuhi asumsi normalitas.

4.4 Hasil Uji Hipotesis

4.4.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk menguji seberapa besar pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen.

Tabel 4.6

Hasil Koefisien Determinasi

Model Summary

b

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the

Estimate

1 .848a .720 .697 2.461

a. Predictors: (Constant), Pengalaman, Tekanan Ketaatan, Gender, Kompleksitas Tugas

b. Dependent Variable: Audit Judgment

Sumber : Data primer yang diolah 2011

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat besar nilai adjusted R2 sebesar 0,697

yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel

independen sebesar 69,7 %. Hal ini berarti variabel – variabel independen

meliputi gender, tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, dan pengalaman

mempengaruhi kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment sebesar 69,7 % .

Sedangkan sisanya sebesar 30.3 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak

diteliti dalam penelitian ini.

4.4.2 Uji Simultan (Uji F)

Uji signifikansi simultan atau uji statistik F digunakan untuk mengetahui

apakah variabel independen dapat menjadi prediktor bagi variabel dependen atau

dengan kata lain untuk mengetahui apakah model regresi dapat memprediksi

variabel dependen (Ghozali, 2006). Hasil uji signifikansi simultan dapat dilihat

pada tabel 4.7 berikut ini:

Tabel 4.7

Hasil Uji Statistik F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 761.966 4 190.491 31.442 .000a

Residual 296.867 49 6.059

Total 1058.833 53

a. Predictors: (Constant), Pengalaman, Tekanan Ketaatan, Gender, Kompleksitas Tugas

b. Dependent Variable: Audit Judgement

Sumber : data primer yang diolah 2011

Berdasarkan hasil uji ANOVA atau uji F pada tabel 4.7 terlihat bahwa

nilai F hitung sebesar 31,442 dan nilai signifikansi sebesar 0,000, dengan

menggunakan tingkat alfa 0,05 atau 5% maka dapat disimpulkan bahwa secara

keseluruhan variabel-variabel independen meliputi gender, tekanan ketaatan,

kompleksitas tugas, dan pengalaman mempengaruhi kinerja auditor dalam

pembuatan audit judgment secara bersama-sama.

4.5.3 Uji Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk mengetahui hubungan signifikansi dari masing-

masing variabel independen terhadap variabel dependen. Uji t dilakukan untuk

mendeteksi lebih lanjut manakah di antara variabel independen yang berpengaruh

signifikan terhadap kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment. Hasil uji

regresi parsial (t) secara lengkap dapat dilihat pada tabel 4.8:

Tabel 4.8

Hasil Uji Parsial (t)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 45.982 1.792 25.662 .000

Gender -.328 .742 -.037 -.442 .660 .826 1.211

Tekanan Ketaatan -.239 .115 -.288 -2.073 .043 .297 3.369

Kompleksitas Tugas -.612 .163 -.523 -3.747 .000 .294 3.405

Pengalaman .305 .142 .186 2.151 .036 .764 1.308

a. Dependent Variable: Audit Judgement

Sumber : data primer yang diolah 2011

Hasil uji statistik t pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa variabel yang

berpengaruh pada kinerja auitor dalam pembuatan audit judgment adalah tekanan

ketaatan dengan nilai signifikansi sebesar 0,043, kompleksitas tugas dengan nilai

signifikansi 0,000 dan variabel pengalaman dengan nilai signifikansi 0,036.

Sedangkan variabel independen gender tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment karena memiliki nilai

signifikansi di atas 0,05 yaitu 0,660.

Dari hasil pengujian analisis regresi linear berganda dan analisis interaksi,

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dapat dikatakan

signifikan pada nilai sig. < 0,05. Rangkuman hasil uji hipotesis dapat dilihat pada

tabel berikut ini:

Tabel 4.9

Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis

Hipotesis Pernyataan Hasil

H1 Gender berpengaruh terhadap kinerja auditor dalam

pembuatan audit judgment ditolak

H2 Tekanan ketaatan berpengaruh terhadap kinerja

auditor dalam pembuatan audit judgment diterima

H3 Kompleksitas tugas berpengaruh terhadap kinerja

auditor dalam pembuatan audit judgment diterima

H4 Pengalaman berpengaruh terhadap kinerja auditor

dalam pembuatan audit judgment diterima

5. KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menginvestigasi dan menguji

beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kinerja auditor dalam pembuatan

audit judgment. Faktor-faktor tersebut meliputi variabel independen gender,

tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, dan pengalaman. Berdasarkan hasil analisis

data yang telah dikumpulkan dan diolah, maka dapat ditarik kesimpulan-

kesimpulan sebagai berikut :

1. Gender tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor dalam

pembuatan audit judgment. Kondisi ini menunjukkan bahwa perbedaan

gender antara auditor pria dah wanita tidak mempengaruhi kinerjanya dalam

membuat audit judgment.

2. Tekanan Ketaatan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor

dalam pembuatan audit judgment. Hal ini menunjukkan bahwa jika auditor

dalam keadaan mendapatkan tekanan dari atasan maupun klien, akan

cenderung membuat judgment yang kurang tepat.

3. Kompleksitas Tugas berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor

dalam pembuatan audit judgment. Kondisi ini memnunjukkan bahwa tugas

yang kompleks, akan menyebabkan kinerja auditor dalam pembuatan audit

judgment menurun.

4. Pengalaman berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja auditor dalam

pembuatan audit judgment. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama

seorang auditor bekerja dan banyak melakukan penugasan, kinerjanya

dalam membuat audit judgment akan semakin baik.

5.2 Keterbatasan

Penelitian ini, seperti banyak terjadi dengan penelitian lainnya, memiliki

keterbatasan sebagai berikut:

1. Sampel penelitian ini terbatas pada auditor yang berasal dari Kantor

Akuntan Publik di wilayah Semarang, sehingga hasil penelitian tidak dapat

digeneralisir untuk mewakili seluruh auditor di Indonesia.

2. Data penelitian ini dihasilkan dari instrumen berdasarkan persepsi jawaban

responden. Hal ini akan menimbulkan masalah jika persepsi responden

berbeda dengan keadaan yang sesungguhnya. Penelitian ini hanya

menerapkan metode survei melalui kuesioner, peneliti tidak melakukan

wawancara karena keterbatasan waktu responden sehingga kesimpulan yang

dikemukakan hanya berdasarkan data yang terkumpul.

5.3 Saran

Saran-saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil penelitian

sertaketerbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Agar hasil penelitian dapat digunakan secara umum, maka cakupan auditor

yang digunakan sebagai responden sebaiknya diperluas sebagai contoh se-

Indonesia.

2. Penelitian berikutnya sebaiknya tidak hanya menggunakan kuesioner saja,

ada baiknya juga melakukan wawancara secara langsung kepada responden

untuk menjamin penelitian menghasilkan laporan yang valid.

3. Pengembangan kuesioner sebaiknya disesuaikan dengan kondisi dan

penulisan kata-kata yang mudah dipahami oleh responden untuk dapat

digunakan dalam penelitian selanjutnya.

4. Penelitian ini tidak mempertimbangkan variabel lain yang mungkin dapat

mempengaruhi kinerja auditor dalam pembuatan audit judgment, hanya

mengasumsikan variabel gender, tekanan ketaatan, kompleksitas tugas, dan

pengalaman. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk menambah variabel

lain (pengetahuan dan pertimbangan moral) sehingga dapat digeneralisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Abdolmohammadi, M dan A. Wright., 1987., An Examination of Effect of

Experience and Task Complexcity on Audit judgment., Journal of The

Accounting Review., LXII (1) : 1-13.

Chung, J. dan G. S. Monroe., 2001., A Research Note on The Effect of Gender

and Task Complexity on Audit judgment., Journal of Behavioral

Research., 13: 111-125.

Dan. M, Guy, C. Wayne D, Alan, J.W 2001, Jilid 1,2 Auditing 5. Erlangga,

Jakarta.

Engko, C. dan Gudono. 2007. Pengaruh Kompleksitas Tugas dan Locus of

Control terhadap Hubungan antara Gaya Kepemimpinan dan Kepuasan

Kerja Auditor. JAAI, Vol. 11 No. 2, pp. 105-124

Hartanto, H.Y dan I.W. Kusuma., 2001., Analisis Pengaruh Tekanan Ketaatan

terhadap Judgment Auditor., Jurnal Akuntansi dan Manajemen : 1-14.

Jamilah, Siti, Zaenal Fanani, dan Grahita Chandrarin, 2007, Pengaruh Gender,

Tekanan Ketaatan, dan Kompleksitas Tugas terhadap Audit Judgment.

Simposium Nasional Akuntansi X Unhas Makassar.

Johnson, Eric, N., dan S.E. Kaplan dan Philip M.J. Reckers, 1998. An

Examination of Potential Gender-Based Differences in Audit Managers'

Performance Evaluation Judgments. Behavioral research in Accounting,

10: 47-75.

Koroy, T.R. 2005., Pengaruh Preferansi Klien dan pengalaman Auditor terhadap

Pertimbangan Auditor, Simposium Nasional Akuntansi VIII Universitas

Sebelas Maret Surakarta, 15-16 September

Locke, E. A. and Latham, G. P. 1990. A Theory of Goal Setting and Task

Performance. Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.

Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi ke-6 Buku 1. Penerbit Salemba Empat. Jakarta

Pramono, R. 2007. “Pengaruh Dimensi Profesionalisme Auditor terhadap

Pertimbanga Tingkat Materialitas dalam Proses Pengauditan Laporan

Keuangan”. Skripsi UNNES

Rahmawati., dan S. Honggowati., 2004., Pengaruh Tekanan Kepatuhan, Gender,

Authoritarian, dan Pertimbangan Moral terhadap Judgment Auditor,

Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol. 4 No. 1, Mei:42:63

Restuningdiah, Nurika dan Nur Indriantoro. 2000., Pengaruh Partisipasi terhadap

Kepuasan Pemakai dalam Pengembangan Sistem Informasi dengan

Kompleksitas Tugas, Kompleksitas Sistem, dan Pengaruh Pemakai

sebagai Moderating Variable. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 3,

No. 2 : 119- 133.

Ruegger, D., dan E.W. King., 1992., A Study of The Effect of Age and Gender

Upon Student Business Ethics., Journal of Business Ethics., 11: 179-186.

Sanusi, ZM, Iskandar, TM dan June M. L. Poon. 2007. Effect of Goal Orientation

and Task Complexity on Audit Judgment Performance. Malaysian

AccountingReview. pp. 123-139

Sekaran, U., 2003., Research Methods for Business: A Skill Building Approach.,

Fourth Edition., John Willey&Sons., Inc., New York.

Stuart, I., 2001., The Influence of Audit Structure on Auditor Performance in

High and Low Complexity Task Setting. Journal of Accounting Behavior.,

3-30.

Susetyo, Budi. 2009. “Pengaruh Pengalaman Audit tehadap Pertimbangan Auditor

dengan Kredibilitas Klien sebagai Variabel Moderating”. Tesis tidak

dipublikasikan Universitas Diponegoro.

Trisnaningsih, S dan S. Isnawati., 2003., Perbedaan Kinerja Auditor Dilihat dari

Segi Gender., Simposium Nasional Akuntansi VI., 1036-1047

Verbeeten, F.H. 2006, Performance management practices in public sector

organizations, Accounting, Auditing & Accountability Journal, Vol. 21

No.3, h. 427 – 454.

Www.iapi.or.id

Zulaikha, 2006, Pengaruh Interaksi Gender, Kompleksitas Tugas, dan Pengalaman

Auditor terhadap Audit Judgment. Simposium Nasional Akuntansi 9

Padang.