128
ANALISIS PAPARAN BENZENA TERHADAP PROFIL DARAH PADA PEKERJA INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK BUMI Tesis untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-2 Magister Kesehatan Lingkungan Oleh : AGUS RAMON E4B005048 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG TAHUN 2007

analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

ANALISIS PAPARAN BENZENA TERHADAP PROFIL DARAH PADA PEKERJA

INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK BUMI

Tesis untuk memenuhi sebagian persyaratan

Mencapai derajat Sarjana S-2

Magister Kesehatan Lingkungan

Oleh :

AGUS RAMON E4B005048

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

TAHUN 2007

Page 2: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

2

PENGESAHAN TESIS

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa tesis yang berjudul :

ANALISIS PAPARAN BENZENA TERHADAP PROFIL DARAH PADA PEKERJA

INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK BUMI

Dipersiapkan dan disusun oleh :

Nama : Agus Ramon NIM : E4B005048

Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 20 Juni 2007 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Penguji, Penguji, Sri Ratna Astuti, SKM. M.Kes dr. Suhartono, M. Kes Pembimbing Anggota, Pembimbing Utama, Ir. Tri Joko, M.Si dr. Onny Setiani, Ph.D

Semarang, 20 Juni 2007 Universitas Diponegoro

Program Studi Magister Kesehatan Lingkungan

Ketua Program

dr. Onny Setiani, Ph.D NIP. 131 958 807

Page 3: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

3

PERNYATAAN

Saya, Agus Ramon, yang bertanda tangan dibawah ini

menyatakan bahwa tesis yang saya ajukan ini adalah hasil karya sendiri

yang belum pernah disampaikan untuk mendapatkan gelar pada program Magister

Kesehatan maupun program lainnya. Karya ini adalah milik saya, karena itu

pertanggungjawaban sepenuhnya berada di pundak saya.

20 Juni 2007

AGUS RAMON E4B005048

Page 4: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

4

”Pelajarilah Ilmu. Maka mempelajarinya karena Allah, itu Taqwa.

Menuntutnya, itu Ibadah. Mengulang-ulangnya, itu Tasbih.

Membahasnya, itu Jihad. Mengajarkan orang yang tidak tahu, itu Sedekah.

Memberikan kepada ahlinya, itu mendekatkan diri kepada Allah”

(Abusy Syaikh Ibnu Hibban dan Ibnu Abdill Barr, Ihya ’Al- Ghozali)

Kupersembahkan karya ini : Ayahanda dan Ibunda, Istriku tercinta Nuke Kustila, ketiga anakku, Putri Ranu Utami, Muhammad Wahyu Iksan dan Anggita Ranu Utami serta semua keluarga dan kerabatku yang dengan do’anya mengiringi langkahku dalam menyelesaikan study di Kota Semarang Pesona Asia ....

Page 5: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

5

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan ke hadirat Allah SWT karena

dengan rahmat dan karunia-Nya, tesis yang berjudul “Analisis Paparan Benzena

Terhadap Profil Darah Pada Pekerja Industri Pengolahan Minyak Bumi “.

Tesis ini diajukan untuk melengkapi dan memenuh persyaratan dalam

memperoleh derajat Sarjana S2 pada Program Studi Magister Kesehatan

Lingkungan Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Konsentrasi Kesehatan

Lingkungan Industri.

Data penelitian ini merupakan bagian dari proyek penelitian untuk Jasa

Konsultasi dengan Judul “Evaluasi dan Manajemen Risiko Lingkuungan dan K3

PT. Pertamina ” oleh dr. Onny Setiani, Ph.D.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Y. Warella, MPA selaku Direktur Pasca Sarjana Universitas

Diponegoro Semarang beserta staf yang telah membantu memfasilitasi dan

memberikan kemudahan selama mengikuti pendidikan.

2. Ibu dr. Onny Setiani, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Magister Kesehatan

Lingkungan Unversitas Diponegoro Semarang dan Pembimbing Tesis yang

banyak membantu, memfasilitasi dan memberikan kemudahan kepada saya

selama dalam proses pendidikan.

3. Bapak Ir. Tri Joko, Msi, selaku Pembimbing Tesis yang dengan sabar telah

banyak membantu saya dalam proses pendidikan.

4. Ibu Sri Ratna Astuti, SKM. M.Kes, selaku Penguji Tesis yang telah banyak

membantu saya dalam proses pendidikan.

Page 6: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

6

5. Bapak dr. Suhartono, M. Kes, selaku Penguji Tesis dan Sekretaris Bidang

Akademik dan Keuangan Program Studi Magister Kesehatan Lingkungan

yang telah banyak membantu saya dalam kelancaran studi.

6. Bapak Pimpinan Kilang Paraxylena PT. Pertamina (Persero) UP IV Cilacap

yang telah banyak membantu saya selama penelitian.

7. Mbak Catur dan Mbak Retna dan Mas Anhar selaku Tenaga Pelaksana

Program Kesehatan Lingkungan Universitas Diponegoro Semarang yang telah

banyak membantu memperlancar proses belajar saya serta yang telah

membantu dalam proses administrasi studi saya.

8. Rekan-rekan mahasiswa di lingkungan Program Studi Magister Kesehatan

Lingkungan Universitas Diponegoro Semarang, khususnya angkatan 2005

yang telah banyak membantu selama proses belajar saya.

9. Istri dan anak-anak ku yang telah memberikan semangat dan do’anya secara

tulus, serta semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang

telah membantu sehingga saya dapat menyelesaikan proses belajar ini.

Semoga Allah SWT membalas semua amal ibadah dan budi baik

Bapak/Ibu semua yang secara ikhlas telah diberikan kepada saya selama ini. Saya

sangat menyadari bahwa apa yang saya susun dalam tulisan ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu segala kritik dan saran dari semua pihak, sangat

diharapkan untuk perkembangan ilmu pengetahuan dimasa yang akan datang.

Terima kasih.

Penulis,

Page 7: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

7

Page 8: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

8

Page 9: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

9

Page 10: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

10

Page 11: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

11

Page 12: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

12

Page 13: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

13

Page 14: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

14

Page 15: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

15

Magister Kesehatan Lingkungan Program Pascasarjana

Universitas Diponegoro 2007

ABSTRAK Agus Ramon Analisis Paparan Benzena Terhadap Profil Darah Pada Pekerja Industri Pengolahan Minyak Bumi xvi+ 100 halaman + 48 tabel + 8 gambar + 9 lampiran

Benzena, telah dikenal sebagai zat karsinogenik pada manusia, merupakan

salah satu produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan penyulingan minyak bumi di Cilacap, Indonesia. Kadar benzena di lingkungan kerja yang terukur ada dalam kisaran 0,383 – 0,506, sedangkan dosis inhalasai yang terukur menggunakan Organic Vapour Monitor adalah 0,006 – 0,986 ppm (rata-rata 0,460 ppm dengan standar deviasi 2,807 ppm). Karena kadarnya melampaui standar Action Level oleh OSHA (2003) yaitu 0,5 ppm, maka 80 orang karyawan merupakan populasi yang berisiko apabila terpapar benzen dalam jangka waktu lama.

Desain penelitian yang digunakan adalan Desain Potong Lintang (Cross Sectional) dengan sampel sebanyak 60 orang. Variabel yang diamati adalah kadar benzena OVM sebagai variabel bebas, profil darah (haemoglobin, eritrosit, hematokrit, mean cospular volume (MCV), mean cospular haemoglobin (MCH), mean cospular haemoglobin concentrat (MCHC), leukosit dan trombosit) sebagai variabel terikat dan Indeks Massa Tubuh, kebiasaan merokok dan masa kerja sebagai variabel perancu.

Hasil penelitian ditemukan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara variable bebas kadar benzena OVM dengan profil darah untuk variabel terikat kadar Haemoglobin (p=0,000), Red Blood Cell (p=0,014) dan Mean Corpuscular Haemoglobin (p=0,002), dan ditemukan hubungan yang tidak bermakna untuk semua variabel perancu yaitu Indeks Massa Tubuh, kebiasaan merokok dan masa kerja. Hasil analisis regesi logistik menunjukkan bahwa kadar benzena OVM ( >0,5 ppm) berpotensial berpengaruh terhadap kadar Haemoglobin (p=0,000; OR=11,510), Red Blood Cell (p=0,008; OR=5,245) dan Mean Corpuscular Haemoglobin (p=0,001; OR=0,133).

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa paparan benzena ( > 0,5 ppm), merupakan sumber utama terjadinya gangguan terhadap profil darah berupa gangguan terhadap kadar Haemoglobin, kadar Red Blood Cell dan gangguan kadar Mean Corpuscular Haemoglobin. Sehingga surveilen medis tetap perlu dilaksanakan minimal setahun sekali untuk mencegah efek yang merugikan dari paparan benzena. Kata kunci : benzena, profil darah, industri pengolahan minyak bumi. Daftar Pustaka : 28 (1986 – 2007)

Page 16: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

16

Magister of Environmental Health The Postgraduate Program

Diponegoro University 2007

ABSTRACT

Agus Ramon The Analysis of Benzene Exposure to Haematology Profile on Worker of Oil Refinery Industry. xvi + 100 pages + 48 tables + 8 figures + 9 appendix.

Benzene, known as carcinogenic in human, is one of the products by petroleum refinery industry in Cilacap, Indonesia. The concentration in the workplace about 0.383 – 0.506 ppm, and the inhalation doses which assessed by Organic Vapour Monitor 0,006 - 0,986 ppm (mean 0,460 ppm with standard of deviasi 2,807 ppm). Because it concentration measured above of standard The Action Level by OSHA ( 2003) that is 0,5 ppm, the 80 employees were the population at risk when were exposure in long duration.

The Research Design is a cross-sectional design and 60 samples were used in this research. Variable perceived is benzene rate of Organic Vapour Monitor as dependent variable, haematology profile were haemoglobin, erythrocyte, haematocryt, volume corpuscular mean ( MCV), haemoglobin corpuscular mean (MCH), concentrate haemoglobin corpuscular mean ( MCHC), thrombocyt and leukocyte as independent variable and Body Mass Index, smoking habit and working years as confounding variable.

The Result of this research showed that there was significant correlation of dependent variable benzene from OVM with haematology profile for independent variable for Haemoglobin ( p=0,000), Red Blood Cell ( and p=0,014) and Mean Corpuscular Haemoglobin ( p=0,002), and there is no significant correlation for all confounding variable : Body Mass Index, smoking habit and working years. Result of analysis of logistics regression indicate that benzene rate of OVM ( > 0,5 ppm) have potential effect on Haemoglobin ( p=0,000; OR=11,510), Red Blood Cell (p=0,008; OR=5,245) and Mean Corpuscular Haemoglobin ( p=0,001; OR=0,133).

From this research can be concluded, that benzene exposure > 0.5 ppm, representing the risk factors to haematology profile (rate of Haemoglobin, rate of Red Blood Cell and rate of Mean Corpuscular Haemoglobin). So that medical surveillance conducted continously every year is necessary to minimize and prevent the effect of low level benzene exposure. Key words : benzene, haematology profile, Oil Refinery Industry. Bibliography : 28 (1986 – 2007)

Page 17: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

17

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PENGESAHAN ii PERNYATAAN iii HALAMAN PERSEMBAHAN iv KATA PENGANTAR v DAFTAR ISI vii DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR xiii DAFTAR LAMPIRAN xiv ABSTRAK xv BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................... 1 B. Perumusan masalah ........................................................ 4 C. Tujuan Penelitian ........................................................... 4

1. Tujuan Umum .......................................................... 4 2. Tujuan Khusus ......................................................... 4

D. Manfaat Penelitian ......................................................... 5 E. Ruang Lingkup Penelitian .............................................. 5 F. Keaslian Penelitian ......................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Benzene .......................................................................... 7

1. Sifat Fisika dan Kimia Benzena ............................... 7 2. Sumber Benzena ....................................................... 8 3. Kegunaan Benzena ................................................... 8 4. Toksikokinetika Benzena: Absorbsi, Distribusi,

Metabolisme, dan Ekskresi Benzena dalam Tubuh Manusia .............................................. 9 a. Absorbsi ............................................................. 9

1) Inhalasi (Pernafasan) .................................... 10 2) Dermal (kontak kulit) ................................... 10 3) Gastrointestinal (pencernaan) ....................... 10

b. Distribusi ............................................................. 11 c. Metabolisme........................................................ 11 d. Ekskresi .............................................................. 13

5. Efek Toksik Benzena ............................................... 14

Page 18: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

18

6. Mekanisme Hematotoksisitas Benzena ................... 17 7. Batas-batas Paparan Benzena di Lingkungan .......... 21

B. Pemantauan Biologis pada Pemajanan Benzena ............ 22 C. Darah Dan Bagian-bagiannya ....................................... 24

1. Sel Darah Putih (Leukosit) ................................. 26 a. Agranulosit ......................................................... 27 b. Granulosit ..................................................... 27

2. Sel Darah Merah (Eritrosit) ...................................... 28 3. Butir Pembeku (Trombosit) ..................................... 30 4. Kelainan-kelainan pada darah .................................. 31

a. Kelainan Leukosit ............................................... 31 1) Leukositosis .................................................. 31 2) Leukopeni ..................................................... 32

b. Kelainan Eritrosit ............................................... 32 c. Kelainan Trombosit ............................................ 32

5. Proses pembentukan darah ....................................... 33 6. Tempat pembentukan darah ...................................... 33

D. Kerangka Konsep .................................................................... 34 BAB III METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep ........................................................... 36 B. Hipotesis ......................................................................... 37 C. Jenis dan Rancangan Penelitian ..................................... 37 D. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................... 38

1. Populasi penelitian ................................................... 38 2. Besar sampel penelitian ............................................ 38

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran .................................................... 39

F. Kriteria Inklusi dan Eklusi ............................................ 42 1. Kriteria Inklusi ......................................................... 42 2. Kriteria Eklusi .......................................................... 42

G. Alat dan Cara Kerja Penelitian ....................................... 42 H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ........................... 50 I. Jadwal Penelitian ............................................................ 54

BAB IV HASIL PENELITIAN

Page 19: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

19

A. Lokasi Penelitian ............................................................ 56 B. Gambaran Tenaga Kerja dan Pengaturan Jam Kerja ..... 56 C. Gambaran Responden Penelitian ................................... 57 D. Data Hasil Penelitian ...................................................... 58 E. Hasil Uji Statistik ........................................................... 58

1. Analisis Univariat .................................................... 58 a. Distribusi statistik deskriptif .............................. 58 b. Hasil uji statistik untuk normalitas data. ............. 61

2. Analisis Bivariat ....................................................... 62 a. Uji korelasi ......................................................... 62 b. Uji Chi-Square ................................................... 63

1) Uji Chi-Square untuk variabel kadar benzena di lingkungan dengan Profil Darah . 63

2) Uji Chi-Square untuk variabel status gizi dengan Profil Darah ...................................... 70

3) Uji Chi-Square untuk variabel kebiasaan merokok dengan Profil Darah ....................... 76

4) Uji Chi-Square untuk variabel masa kerja dengan Profil Darah ...................................... 71

3. Analisis Multivariat................................................... 86 BAB V PEMBAHASAN

A. Bivariat............................................................................ 96 B. Multivariat....................................................................... 97

BAB V I KESIMPULAN DAN SARAN C. Kesimpulan .................................................................... 73 D. Saran ............................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR ISTILAH LAMPIRAN

Page 20: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

20

DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Sifat fisik dan kimia benzena ................................................ 1 Tabel 2.2. Ringkasan nilai Odds Ratio dari penelitan NCI/CAPM ...... 16 Tabel 2.3. Batas-batas paparan benzena di udara lingkungan kerja ..... 22 Tabel 2.4. Konstituen darah dan fungsinya ........................................... 25 Tabel 2.5. Jumlah Sel Darah Manusia Normal ..................................... 26 Tabel 3.1. Jadwal Penelitian. ................................................................. 55 Tabel 4.1. Distribusi statistik deskriptif pada responden. ..................... 58 Tabel 4.2. Hasil uji normalitas data (uji Shapiro-Wilk) ........................ 61 Tabel 4.3. Hasil analisis korelasi Kendall tau-b dengan variabel

Profil darah ............................................................................ 62 Tabel 4.4. Distribusi kadar paparan benzena responden dengan Haemoglobin .................................................................................... 63 Tabel 4.5. Distribusi kadar paparan benzena responden dengan Red Blood Cell ................................................................................. 64 Tabel 4.6. Distribusi kadar paparan benzena responden dengan Kadar Hematokrit dalam darah ............................................ 64 Tabel 4.7. Distribusi kadar paparan benzena responden dengan Kadar Mean Corpuscular Volume dalam darah .................. 65 Tabel 4.8. Distribusi kadar paparan benzena responden dengan

Kadar Mean Corpuscular Haemoglobin dalam darah .......... 66 Tabel 4.9. Distribusi kadar paparan benzena responden dengan

Kadar Mean Corpuscular Haemoglobin Conscentrat dalam darah ........................................................................... 66

Tabel 4.10. Distribusi kadar paparan benzena responden dengan Kadar Leukosit dalam darah .......................................................... 67 Tabel 4.11. Distribusi kadar paparan benzena responden dengan Kadar Trombosit dalam darah ........................................................ 68 Tabel 4.12. Distribusi kadar paparan benzena responden dengan Status Gizi ....................................................................................... 68 Tabel 4.12. Distribusi kadar paparan benzena responden dengan Kebiasaan Merokok ........................................................................ 69 Tabel 4.14. Distribusi kadar paparan benzena responden dengan Masa Kerja ...................................................................................... 70 Tabel 4.15. Distribusi status gizi responden dengan Haemoglobin ....... 70 Tabel 4.16. Distribusi status gizi responden dengan

Red Blood Cell ..................................................................... 71 Tabel 4.17. Distribusi status gizi responden dengan Hematokrit........... 72 Tabel 4.18. Distribusi status gizi responden dengan

Mean Corpuscular Volume .................................................. 72 Tabel 4.19. Distribusi status gizi responden dengan

Mean Corpuscular Haemoglobin......................................... 73 Tabel 4.20. Distribusi status gizi responden dengan

Mean Corpuscular Haemoglobin Concentrat...................... 74 Tabel 4.21. Distribusi status gizi responden dengan Leukosit............... 74 Tabel 4.22. Distribusi status gizi responden dengan Trombosit ............ 75

Page 21: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

21

Tabel 4.23. Distribusi kebiasaan merokok responden dengan Haemoglobin ........................................................................ 76

Tabel 4.24. Distribusi kebiasaan merokok responden dengan Red Blood Cell ..................................................................... 76

Tabel 4.25. Distribusi kebiasaan merokok responden dengan Hematokrit ...................................................................................... 77 Tabel 4.26. Distribusi kebiasaan merokok responden dengan

Mean Corpuscular Volume .................................................. 78 Tabel 4.27. Distribusi kebiasaan merokok responden dengan

Mean Corpuscular Haemoglobin......................................... 78 Tabel 4.28. Distribusi kebiasaan merokok responden dengan

Mean Corpuscular Haemoglobin Concentrat...................... 79 Tabel 4.29. Distribusi kebiasaan merokok responden dengan Leukosit. ..................................................................................... 80 Tabel 4.30. Distribusi kebiasaan merokok responden dengan

Trombosit ............................................................................. 80 Tabel 4.31. Distribusi masa kerja responden dengan Haemoglobin ...... 81 Tabel 4.32. Distribusi masa kerja responden dengan

Red Blood Cell ..................................................................... 81 Tabel 4.33. Distribusi masa kerja responden dengan Hematokrit ......... 82 Tabel 4.34. Distribusi masa kerja responden dengan

Mean Corpuscular Volume .................................................. 83 Tabel 4.35. Distribusi masa kerja responden dengan

Mean Corpuscular Haemoglobin......................................... 84 Tabel 4.36. Distribusi masa kerja responden dengan

Mean Corpuscular Haemoglobin Concentrat...................... 84 Tabel 4.37. Distribusi masa kerja responden dengan Leukosit.............. 85 Tabel 4.38. Distribusi masa kerja responden dengan Trombosit ........... 86 Tabel 4.39. Hasil uji analisa Chi Square antara paparan Benzena

Dengan Profil Darah ............................................................ 87 Tabel 4.40. Hasil uji Regresi Logistik untuk variabel Independen

Haemoglobin ........................................................................ 87 Tabel 4.41. Hasil uji Regresi Logistik untuk variabel Independen

RBC...................................................................................... 88 Tabel 4.42. Hasil uji Regresi Logistik untuk variabel Independen

MCH..................................................................................... 88

Page 22: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

22

Page 23: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

23

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Reaksi metabolisme benzena di hati ................................... 12 Gambar 2.2. Metabolit benzena dalam urin .............................................. 13 Gambar 2.3. Model PBPK untuk benzena (dengan asumsi terjadi

pertukaran aliran terbatas (flow-limited exchange) di antara pembuluh darah dan jaringan) menurut Travis ................... 18

Gambar 2.4. Metabolisme benzena yang mendiskripsikan jalur karsinogenitas benzena. (P450 = cytochrome P450 ; MPO = myeloperoxidase ; NQO1, NAD(P) ...................................... 19

Gambar 2.5. Biotransformasi xenobiotik .................................................. 24

Gambar 2.6. Pembentukan Sel darah (Hematopoiesis) ............................. 33 Gambar 2.7. Kerangka teori ....................................................................... 35 Gambar 3.1. Kerangka konsep analisis pemajanan benzena dengan

Profil darah ( leukosit, erytrosit, hematokrit, trombosit, MCV, MCH, MCHC) pada pekerja kilang paraxylena......... 36

Page 24: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

24

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I. Lokasi Penelitian Lampiran II. Kuesioner Lampiran III. Data Hasil Penelitian Lampiran IV. Deskriptif Data Lampiran V. Hasil Uji Chi Square Lampiran VI. Hasil Uji Korelasi Lampiran VII. Hasil Uji Normalitas Data Lampiran VIII. Analisa Data Regresi Logistik Lampiran IX. Analisa Chi Square untuk Variabel Perancu

Page 25: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

25

BAB I

PENDAHULUAN

B. Latar Belakang

Industri minyak dan gas Pertamina Cilacap merupakan industri hilir yang

mengembangkan potensi sumber daya alam minyak dan gas di sektor pengolahan

dan pemurnian. Mulai tahun 1986, Pertamina telah membangun beberapa kilang

minyak di Cilacap untuk mengolah minyak mentah menjadi berbagai produk hilir,

dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri terhadap produk bahan

bakar minyak (BBM) dan produk non-BBM yang terus mengalami peningkatan

dan juga untuk mengurangi ketergantungan terhadap suplai BBM dari luar negeri.

Produk hilir tersebut antara lain adalah paraxylena dan benzena.1

Kilang Paraxylene (Paraxylene Refinery Plant) adalah salah satu kilang

pengolahan Pertamina UP IV Cilacap yang dibangun pada tahun 1988 dan mulai

berproduksi pada 20 Desember 1990. Kapasitas produksi kilang ini adalah

590.000 ton/tahun dengan berbagai macam produk : paraxylene, LPG, rafinat,

heavy aromatic dan bahan bakar gas, untuk benzena produksinya 120.000

ton/tahun.

Benzene telah lama dikenal sebagi karsinogen dan sebagai penyebab

penyakit akibat kerja. Eksposur dengan dosis tinggi dalam waktu yang singkat

dapat menyebabkan gangguan pada sistem syaraf misalnya cepat lelah,

mengantuk, pusing, mual sedangkan dalam konsentrasi yang rendah dengan

waktu yang panjang dapat menyebabkan gangguan terhadap pembentukan sel-sel

darah seperti menurunnya sel darah merah, darah putih, trombosit, dan sifat 1

Page 26: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

26

karsinogeniknya menyebabkan kanker darah (leukemia). ,2,3,4,5

Menurut Keputusan Presiden RI Nomor 22 Tahun 1993 tentang

Penyakit yang Timbul Akibat Hubungan Kerja, penyakit yang disebabkan oleh

benzena merupakan salah satu penyakit yang timbul karena hubungan kerja.2

Pasal 1 dalam peraturan ini menyatakan bahwa penyakit yang timbul karena

hubungan kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan

kerja. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor :

PER.01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja,

menyatakan bahwa semua pekerja yang bertalian dengan kejadian pemaparan

terhadap benzena merupakan salah satu jenis penyakit akibat kerja yang wajib

dilaporkan.3 Diperlukan Indikator Pemajanan Biologik (IPB) atau BEI

(Biological Exposures Indices) bila mengacu kepada Surat Edaran Menteri

Tenaga Kerja Nomor : SE-01/MENAKER/1997 tentang Nilai Ambang Batas

Faktor Kimia di Udara Lingkungan Kerja.6

Dari observasi kadar benzena di udara lingkungan kerja kilang paraxylena

yang diukur pada tanggal 20 Agustus 2003 pada pukul 07.30-15.30 WIB berada

dalam kisaran 0,383-0,506 ppm, dengan rincian sebagai berikut : Area A = 0,506

ppm, area B= 0,383 ppm, area C= 0,399 ppm, dan area 39 = 0,444 ppm.7 Kisaran

nilai ini berada di atas batas paparan yang direkomendasikan atau REL

(Recommended Exposure Limit) oleh NIOSH (National Institute for Occupational

Health and Safety) (2005) untuk 8 jam kerja, yaitu sebesar 0,1 ppm, sehingga

pekerja kilang paraxylena yang berjumlah 113 orang merupakan populasi yang

berisiko terhadap paparan benzena.8 American Petroleum Institute (API),

menyatakan batas absolut paparan benzena yang aman adalah nol (tidak ada),

Page 27: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

27

mengingat benzena oleh ACGIH (American Conference on Governmental

Industrial Hygienist) sejak tahun 1997 dipastikan karsinogenik pada manusia

(A1=confirmed human carcinogen).9

Beberapa penelitian pada pekerja industri minyak dan yang telah bekerja

selama lebih dari 10 tahun menunjukkan adanya peningkatan kejadian hearing

loss, osteoporosis, leukemia, karsinoma lambung dan hati yang dicurigai akibat

paparan dari Benzene.

Hasil penelitian Rushton dan Romaniuk menemukan adanya hubungan

antara eksposur benzena dengan peningkatan Acuted Myeloid Leukemia (AML).10

Bloemen dkk. juga menemukan adanya hubungan antara lama eksposur benzena

dengan kejadian leukimia dan acute (ANL).11 Schnatter et al (1996) meneliti

hubungan antara paparan benzena kadar rendah dan kejadian leukemia pada

tenaga kerja distribusi minyak bumi di Kanada. Hasil penelitian tersebut

menyatakan bahwa durasi paparan sangat erat berhubungan dengan kejadian

leukemia dibandingkan dengan intensitas pajanan atau pajanan kumulatif,

sehingga berapapun konsentrasi benzena, dapat mengakibatkan leukemia.12

Penelitian ini perlu untuk dilaksanakan, mengingat efek paparan benzena

terhadap kesehatan manusia dalam jangka panjang dapat merusak sistem

pembentukan sel-sel darah, yaitu : anemia aplastik, menurunnya jumlah sel darah

merah, sel darah putih, dan trombosit ; dan sifat karsinogeniknya menyebabkan

Acute Myeloid Leukemia (AML) atau Acute Non-Lymphocytic Leukemia

(ANLL).10,11

Melihat dari hasil penelitian terdahulu maka diduga karyawan Pertamina

Cilacap Jawa Tengah yang bekerja sejak tahun 1990, yang berarti telah terpapar

Page 28: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

28

dengan benzena dalam jangka waktu yang lama, ada kemungkinan mengalami

gangguan kesehatan, oleh karena itu perlu dilakukan suatu penelitian untuk

melihat hubungan antara paparan benzena pada karyawan Pertamina Cilacap

khususnya terhadap profil darah untuk mencegah kemungkinan terjadinya kanker

darah.

C. Perumusan Masalah

Dari uraian di atas dapat dirumuskan suatu permasalahan penelitian

sebagai berikut : Apakah ada hubungan antara paparan benzena terhadap profil

darah pada pekerja industri pengolahan minyak bumi.

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara paparan benzena

dengan profil darah pada pekerja Kilang Paraxylene Pertamina Unit IV Cilacap

Jawa Tengah.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui kadar benzena di udara lingkungan kerja pada kilang

paraxylena.

b. Mengetahui kadar Hb pekerja pada kilang paraxylena.

c. Mengetahui kadar Ht pekerja pada kilang paraxylena.

d. Mengetahui kadar Trombosit pekerja pada kilang paraxylena.

e. Mengetahui kadar MCV (mean corpuscular volume).

f. Mengetahui kadar MCH (mean corpuscular haemoglobin).

Page 29: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

29

g. Mengetahui kadar MCHC (mean corpuscular haemoglobin conscentrat).

h. Mengetahui kadar leukosit.

i. Mengetahui hubungan kadar benzena udara lingkungan kerja dengan profil

darah pekerja kilang paraxylena.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa :

2. Menambah informasi bagi kasanah ilmu pengetahuan tentang benzena

khususnya hubungan antara paparan benzena di lingkungan kerja

terhadap profil darah.

3. Memberikan informasi bagi manajemen perusahaan dan pekerja dalam

perencanaan dan pengelolaan kesehatan keselamatan kerja di Kilang

Paraxylena Pertamina Unit IV Cilacap Jawa Tengah,

4. Memberikan informasi kepada pekerja Kilang Paraxylena, untuk

mengetahui efek paparan benzena secara akut maupun kronis dan lebih

memperhatikan tanda-tanda bahaya oleh karena pemajanan benzena di

lingkungan kerja.

F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Lingkup keilmuan, mencakup bidang ilmu Kesehatan Lingkungan dengan

memfokuskan pada Kesehatan Lingkungan Industri.

2. Lingkup lokasi penelitian ini adalah kilang paraxylena (sektor industri

penyulingan minyak bumi).

Page 30: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

30

3. Lingkup materi penelitian ini adalah paparan benzena di udara lingkungan

kerja dan profil darah pekerja (RBC, Ht, Hb, MCV, MCH, MCHC dan

Leukosit)

4. Lingkup sasaran penelitian ini adalah industri penyulingan minyak bumi.

5. Lingkup waktu dilakukan penelitian ini adalah bulan Juli 2006

sampai dengan Juni 2007.

F. Keaslian Penelitian

Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya, dari hasil penelusuran

peneliti terhadap review yang didapatkan ada beberapa penelitian benzena

antara lain :

1. Rush, L., Romaniuk H. di dalam Occup Environ Med 1997 tentang :

Studi case-control resiko Leukemia hubungannya dengan paparan

benzena pada pekerja pemasaran dan distribusi Petroleum United

Kingdom.

2. Ireland B, Collin JJ, Buckley CF. di dalam Epidemilogi 1997; 8 : 318-20.

tentang : Kanker morbidity pada pekerja dengan paparan benzena.

3. Decoufle P, Blattner WA, Blair A. Di dalam Environ Res 1983; 30 : 16-

25. tentang : Mortality pada pekerja yang terpapar benzena.

4. Schnatter AR, Armstrong TW, Thomson LS. Di dalam Environ Health

Perspect 1996; 104 (suppl 6) : 1375-9. tentang : Hubungan antara

tingkat paparan rendah benzena dan leukemia pada pekerja distribusi

Canadian Petroleum.

Page 31: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan tujuan dan ruang lingkup penelitian, maka dalam tinjauan

pustaka ini akan mengulas tentang : benzena, pemantauan biologis dan profil

darah dengan variabel-variabelnya yang berkaitan.

A. Benzena

1. Sifat Fisika dan Kimia Benzena

Menurut The Chemical Abstract Service (CAS) benzena mempunyai

nomor 71-43-42. Benzene merupakan senyawa hidrokarbon aromatik rantai

tertutup tidak jenuh, mempunyai nama lain benzol, cyclohexatrene, phenyl

hydride, atau coal naphta.2,5 Tabel 2.1 berikut menunjukkan sifat fisik dan kimia

dari benzena

Tabel 2.1. Sifat fisik dan kimia benzena.

No. Sifat fisik dan Kimia Keterangan 1. Rumus kimia C6H6 2. Rumus bangun 3. Keadaan pada suhu ruangan berbentuk larutan jemih, mempunyai bau

yang khas aromatik 4. Titik nyala -11,10C (mudah terbakar) 5. Kelarutan dalam air pada 25°C 0,188 % (berat/berat) atau 1,8 gr/L 6. Kelanitan dalam pelarut organik Alkohol, kloroform, eter, karbon

disulfida, aseton, niinyak, karbon tetraklorida, asam asetat glasial

7. Koefisien partisi oktanol-air Log Kow = 2,13 8. Faktor konversi 1 ppm -= 3,24 mg/in3 (20°C, 1 atm) mg/m3 == 0,31 ppm 9. Massa molekul relative 78,11 10. Batas mudah terbakar 1,3-7,1% 11. Batas ambang bau 4,8-15 mg/m3

12. Titik leleh 5,5oC Sumber: WHO (1996)2 dan ATSDR(2005) 5

7

Page 32: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

32

2. Sumber Benzena

Benzena adalah senyawa organik siklik sederhana yang biasanya ditemukan

dilingkungan dalam konsentrasi yang rendah. Benzena muncul biasanya didalam

minyak mentah dan sebagai akibat industri minyak, juga terbentuk selama

pembakaran tidak sempurna bahan bakar fosil (bensin, batubara dan kayu). 2,3,5

Sumber benzena terutama berasal dari penguapan bensin sebesar 1-5%

benzena, juga terdapat di pembuatan mesin otomobil, rokok sigaret, dan asap dari

proses pembakaran.7,8,9

Kadar benzena di udara luar ruangan ada dalam kisaran 0,02 - 34 ppb (1 ppb

= 1000 kali lebih kecil dari 1 ppm). Penduduk yang hidup di kota dan daerah

industri uinumnya terpajan benzena dalam kadar yang lebih tinggi daripada yang

hidup di pedesaan. Individu dapat terpajan benzena di udara dalam kadar yang

lebih tinggi oleh karena tinggal di dekat tempat pembuangan limbah, kilang

minyak, pabrik petrokimia, atau pompa bensin.5,12

3. Kegunaan Benzena

Pada masa lalu benzena digunakan sebagai pelarut dalam industri ban dan kulit.

Sekarang penggunaannya sudah berkurang, walaupun pada tahun 1980-an kadar

benzena masih tinggi di tempat kerja. Paparan di tempat kerja masih terjadi pada

stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), serta pabrik pembuatan benzena.5,9

Benzena digunakan sebagai salah satu bahan mentah dalam produksi senyawa

aromatik lainnya, seperti : stirena, fenol, sikloheksana, nitrobenzena. Karena

sifatnya yang cepat kering, maka benzena digunakan secara luas dalam industri

perekat dan pernis, juga sebagai bahan obat-obatan, pestisida, dan deterjen.

Kadang-kadang benzena juga digunakan sebagai pelarut ekstraksi. Bahan ini

Page 33: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

33

terdapat dalam pelarut untuk lilin, resin, karet, plastik, sirlak, cat, lem, dan lain-

lain.5,9

4. Toksikokinetika Benzena: Absorbsi, Distribusi, Metabolisme, dan Ekskresi

Benzena dalam Tubuh Manusia

Benzena sebagai suatu kimia pelarut lemak didistribusikan dalam bagian-

bagian berbeda, terutama tergantung pada kandungan lemak dari organ-organ

tersebut. Toksikokinetika benzena melalui suatu rangkaian proses yang dimulai

dari absorpsi kedalam tubuh, interaksi biokimia dan metabolic pathway, distribusi

dan eliminasi dari tubuh.2,4.5

Benzena dapat masuk ke tubuh manusia melalui paru-paru, jalur

gastrointestinal, dan lewat kulit. Jika individu terpapar benzena di udara dalam

konsentrasi tinggi, kira-kira separoh kadar benzena yang terabsorpsi, masuk ke

dalam paru-paru, kemudian masuk ke aliran darah. Melalui pembuluh darah,

benzena kemudian disimpan di dalam sumsum tulang dan dalam jaringan lemak.

Benzena dikonversi menjadi metabolit dalam hati dan sumsum tulang. Efek

bahaya paparan benzena kemungkinan besar disebabkan oleh metabolit ini

Sebagian besar metabolit benzena keluar dari tubuh manusia dalam bentuk urin,

48 jam setelah terpapar 2,4,5,8

a. Absorbsi

Benzena yang masuk melalui inhalasi apabila tidak segera dikeluarkan

melalui ekspirasi, maka akan diabsorpsi ke dalam darah. Benzena larut dalam

cairan tubuh dalam konsentrasi sangat rendah dan secara cepat dapat

berakumulasi dalam jaringan lemak karena kelarutannya yang tinggi dalam lemak.

Page 34: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

34

Uap benzena mudah diabsorpsi oleh darah, yang sebelumnya diabsorpsi dengan

baik oleh jaringan lemak.2,4,5,8

Absorbsi benzena kedalam jaringan tubuh dapat melalui beberapa cara yaitu,

pernapasan (inhalasi), melalui kulit (dermal) dan melalui saluran pencernaan

(gastrointestinal). 2,4,5,8

1). Inhalasi (penafasan)

Benzena masuk ke dalam tubuh dalam bentuk uap melalui inhalasi, dan

absorpsi terutama melalui paru-paru, jumlah yang diinhalasi sekitar 40-50% dari

keseluruhan jumlah benzena yang masuk ke dalam tubuh.

Benzena mudah diabsorpsi melalui pernafasan, ketahanan paru-paru

mengabsorpsi benzena mencapai lebih kurang 50% untuk beberapa jam pada

paparan di antara 2-100 cm 3 / m3 2,4,5,8

2). Dermal (kontak kulit)

Diperkirakan dari studi in vitro yang dilakukan pada kulit manusia, bahwa

absorpsi gas benzena melalui kulit, lebih kecil dibandingkan dengan total

absorbsi, tetapi absorpsi dari gas benzena dapat merupakan rute paparan yang

signifikan. Ada penemuan yang menyatakan bahwa kontak melalui kulit

merupakan rute utama absorpsi benzena pada pekerja yang terpapar bensin

cair2,4,5,8

3). Gastrointestinal (pencernaan)

Absorpsi benzena yang efektif melalui pencernaan dapat mengakibatkan

intoksikasi akut, walaupun data kuantitatif pada manusia masih kurang. Walaupun

Page 35: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

35

tidak ada informasi tentang absorpsi oral dari benzena pada larutan encer,

diasumsikan bahwa absorpsi oral dari air adalah hampir 100%.2,4,5,8

b. Distribusi

Benzena terdistribusi ke seluruh tubuh melalui absorpsi dalam darah,

karena benzena adalah lipofilik, maka distribusi terbesar adalah dalam jaringan

lemak. Jaringan lemak, sumsum tulang, dan urin mengandung benzena kira-kira

20 lebih banyak dari yang terdapat dalam darah. Kadar benzena dalam otot dan

organ 1-3 kali lebih banyak dibandingkan dalam darah. Sel darah merah

mengandung benzena dua kali lebih banyak dari dalam plasma. 2,4,5,8

c. Metabolisme

Metabolic pathway dan interaksi biokimia di dalam tubuh melalui

serangkaian reaksi biokimia. Benzena dioksidasi pertama-tama di dalam hati

(liver) oleh cytochrome P-450-monooksigenase menjadi benzena oksida. Setelah

reaksi ini, beberapa metabolit sekunder terbentuk secara enzymatis dan non

enzymatis. 2,5

Metabolit adalah bahan yang dihasilkan secara langsung oleh reaksi

biotransfusi. Setelah reaksi oksidasi ini, beberapa metabolit sekunder akan

terbentuk secara enzimatik dan non-enzimatik. Biotransformasi benzena dalam

tubuh berupa metabolit akhir yang utama adalah fenol yang diekskresi lewat urin

dalam bentuk terkonjugasi dengan asam sulfat atau glukuronat Sejumlah kecil

dimetabolisme menjadi kathekol, hidrokuinon, karbon dioksida, dan asam

mukonat. Reaksi metabolisme benzena diilustrasikan pada gambar 2.1 dan 2.2

sebagai berikut.

Page 36: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

36

``

Gambar 2.1. Reaksi metabolisme benzena di hati (Sumber: WHO, 1996:76)2

Page 37: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

37

Gambar 2.2. Metabolit benzena dalam urin (Sumber : WHO, 1996: 76)2

d. Ekskresi

Eliminasi benzena dalam tubuh melalui eksresi dan ekhalasi, benzena

terutama dieksresikan di dalam urine sebagai metabolit khususnya konjugasi

phenol dan glucuronic dan sulphuric acid, dan ekhalasi ke udara dalam bentuk

yang tidak berubah.2,4,5

Diperkirakan sesudah terpajan benzena di tempat kerja pada

tingkat 100 cm3/m3, sejumlah 13,2% fenol, 10,2% quinol, 1,9 % t.t-

mucowc acid, 1,6 % kathekol, dan 0,5% 1,2,4,-benzenatriol dari jumlah yang

Page 38: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

38

diabsorpsi, diekskresikan lewat urin sesudah jam kerja. Proporsi benzena yang

diabsorpsi kemudian dieksresikan melalui ekshalasi adalah 8-17%. Sejumlah

kecil benzena juga terdeteksi dalam urin 2,4,5

Eliminasi benzena di tempat kerja mengikuti kinetika reaksi orde satu,

waktu paruh tergantung pada disposisi benzena pada beberapa bagian tubuh.

Waktu paruh yang lebih pendek dilaporkan kira-kira 10-15 menit, sedang 40-60

menit, dan lama 16-20 jam. 2,4,5

Bagian dari benzena yang diabsorpsi tanpa diubah adalah 12-50% lewat

udara ekspirasi dan kurang dari 1% lewat urin. Jumlah rata-rata fenol yang

dieliminasi adalah sekitar 30% dari dosis yang diabsorpsi.9 Untuk benzena yang

tidak mengalami reaksi metabolisme, proses berlangsung reversibel, dan benzena

diekskresikan melalui paru-paru. 2,4,5

5. Efek Toksik Benzena

Efek toksik paparan terhadap benzena pada konsentrasi yang sangat tinggi

melalui inhalasi atau dosis oral yang besar, mengakibatkan depresi sistem susunan

syaraf dan dapat berakibat kematian.

Pada tingkat permulaan benzena terutama berpengaruh terhadap susunan

syaraf pusat. Tanda-tanda utamanya adalah : perasaan mengantuk, pusing, sakit

kepala, vertigo, dan kehilangan kesadaran. 2,4,5

Pada pemajanan akut tingkat sedang dapat menyebabkan sindroma

prenarkosis yang khas, yaitu sakit kepala, perasaan pusing atau mabuk, dan

kadang-kadang mengalami iritasi ringan pada saluran napas dan cerna. Pemajanan

akut dengan konsentrasi tinggi dapat menyebabkan sesak napas, euforia, tinitus,

Page 39: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

39

dan anestesia yang dalam. Bila tidak segera ditolong, dapat terjadi kegagalan

pemafasan dan kejang. 2,4,5

Efek toksik yang paling berarti pada paparan benzena adalah kerusakan

sumsum tulang yang terjadi secara laten dan sering ireversibel, mungkin

disebabkan oleh metabolit benzena epoksida. Sebagai akibatnya menimbulkan

kerusakan genetik dari DNA pada perkembangan tunas-tunas sel dalam tulang

rawan, meningkatkan pertumbuhan myeloblast (precursor sel-sel darah putih) dan

penurunan jumlah hitung sel darah merah dan platelet. Jumlah hitung platelet

normal mendekati 250.000 dengan range dari 140.000 sampai 400.000, jumlah

hitung diluar range ini bukti akibat toksik benzena. 2,4,5

Paparan benzena dalam waktu lama dapat menyebabkan kanker pada

organ pembuat darah. Kondisi ini disebut leukemia. Paparan terhadap benzena

juga berhubungan dengan berkembangnya leukemia jenis AML. 1ARC

(International Agency for Cancer Research) dan EPA (Environmentai Protection

Agency) telah menyatakan bahwa benzena adalah karsinogenik pada manusia,

Gambaran klinis pra-leukemia meliputi : anemia, leukopenia, pansitopenia,

hiperplasia sumsum tulang, pseudo-Pelger-Huet anomaly dan splenomegali. 2,4,5

Studi yang dilakukan oleh National Cancer Institute (NCI) dan Chinese

Academy of Preventive Medicine (CAPM) meneliti lymphohemafopoietic

malignancies dan gangguan hematologi pada 74.828 pekerja yang terpapar

benzena di 672 pabrik pada 12 kota di Cma. Hasilnya : bertambahnya risiko

terjadinya semua jenis leukemia, ANLL (acute non-lymphocytic leukemia), dan

kombinasi antara ANLL dengan prekursor myelodisplcistic syndrome (MDS).

Risiko-risiko akan bertambah pada paparan rata-rata 10-20 ppm dan paparan

Page 40: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

40

kumulatif pada 40-99 ppm-tahun, dan cenderung bertambah lagi bila paparan

rata-rata dan paparan kumulatif bertambah. Tabel 2.2 menyajikan ringkasan hasil

penelitian tersebut.14,15

EPA (Environmental Protection Agency) mengklasifikasikan benzena sebagai

grup A karsinogen dan memeperkirakan bahwa paparan terhadap benzena di

udara sebesar 0,004 ppm dalam jangka waktu lama berisiko menimbulkan satu

kasus leukemia per 10.000 penduduk. EPA juga mengasumsikan bahwa tidak ada

nilai ambang batas untuk efek karsinogenik dari benzena.5

Abnormalitas hematologik merupakan perhatian utama dalam penilaian

risiko terhadap paparan benzena. Pengujian laboratoris yang dilakukan terhadap

tenaga kerja yang terpapar benzena dapat mencakup : CBC (Complete Blood

Count) dengan hitung jenis leukosit, hematokrit, haemoglobin, hitung eritrosit,

indeks eritrosit (MCV, MCH, MCHC), dan hitung trombosit.5

Tabel 2.2. Ringkasan nilai Odds Ratio dari penelitan NCI/CAPM

Page 41: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

41

6. Mekanisme hematotoksisitas benzena

Mekanisme hematotoksisitas benzena di dalam tubuh ada beberapa pendapat ahli

yaitu menurut Travis et al (1990)16 dan McDonald (2001)17.

Model PBPK untuk benzena yang paling populer adalah model yang

dikemukakan oleh Travis et al (1990) seperti ditunjukkan pada gambar 2.3

halaman berikut.

Model Travis menyajikan simulasi absorpsi dan disposisi benzena dalam tubuh

manusia, tikus, dan mencit. Jaringan yang tercakup adalah : darah, sumsum

tulang, lemak, hati, paru, slowly-perfused tissues (otot skeletal) dan rapidly-

perfused tissues (viscera). Model ini juga mensimulasi kapasitas terbatas

(Michaelis-Menten capacity-limited), yaitu eliminasi metabolik benzena sebagai

fungsi konsentrasi benzena di dalam sumsum tulang dan hati. Juga mensimulasi

laju eliminasi metabolik benzena, tetapi bukan laju pembentukan metabolit

spesifik atau disposisinya (yaitu ekskresi). Untuk kemudahan, maka diasumsi

80% total metabolit adalah fenol, yang terjadi dalam 24 jam dan diekskresikan

lewat urin. Harga parameter metabolisme (Vmax, Km) diestimasikan sebagai total

metabolit yang terbentuk (yang dieksresikan lewat urin) pada manusia, tikus, dan

mencit yang terpajan benzena melalui rute inhalasi dan oral. Vmax untuk

metabolisme yang terjadi dalam sumsum tulang manusia diasumsi sebesar 4%

dari metabolisme di hati. 16

Page 42: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

42

Gambar 2.3. Model PBPK untuk benzena (dengan asumsi terjadi pertukaran aliran terbatas (flow-limited exchange) di antara pembuluh darah dan jaringan) menurut Travis

Sumber : Travis et al (1990) 16

Alveolar Space

Lung Blood

Fat

Bone Marrow

Rapidly-perfused

Slowly-perfused

Mammary

Liver

AirAir

Urine

Metabolites

Metabolites

Milk

GastrointestinalTract

Page 43: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

43

Mekanisme hematotoksisitas benzena yang dikemukakan oleh McDonald (2001)

yang skemanya dapat dilihat pada gambar 2.4 di bawah ini,

o

OH

OH

OH

OHOH

OHOH

OOH

OO OH

O

O

O

O

O

O

O

O

OOH

OH

OH

dehidrogenase

sulfate, glutathione, orglucuronide conjugates

P450

MPO

1,2,4-benzenetriol

NQ01

hydroxy-1,4-benzoquinone

1,2-benzoquinone

1,4-benzoquinone

catecholMPO

NQ01

hydroquinone

MPO

phenol

P450

DNA / macromolecular bindingfree radicals

P450

benzene oxide

sulfate, glutathione, orglucuronide conjugates

P450

benzene

OO

trans,trans-muconaldehydeO

OHO

trans,trans-muconic acid

Gambar 2.4 . Metabolisme benzena yang mendiskripsikan jalur karsinogenitas benzena. (P450 = cytochrome P450 ; MPO = myeloperoxidase ; NQO1, NAD(P)H = quinone oxidoreductase) Sumber : McDonald (2001)17

Benzena dimetabolisme dengan bantuan enzim cytochrome P4502E1

(CYP2E1), terjadi terutama di dalam hati, mula-mula menjadi benzena oksida,

kemudian menjadi fenol, hidrokuinon, dan metabolit polifenolik lainnya.

Metabolit fenolik ini dapat didetoksifikasi oleh reaksi konjugasi dengan sulfat,

glutation atau glukoronida. Sulfatasi mungkin bukan merupakan mekanisme

detoksifikasi yang kuat, karena sumsum tulang mengandung sulfatase konsentrasi

tinggi yang dapat memecah senyawa konjugat menjadi fenol bebas. Metabolit

fenolik di dalam sumsum tulang mengalami reaksi peroksidase (dengan bantuan

myeloperoksidase) atau auto-oksidasi, berubah menjadi kuinon yang sangat

Page 44: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

44

reaktif. Perlawanan terhadap kuinon yang sangat reaktif ini dilakukan oleh

NAD(P)H: quinone oxidoreductase (NQO1) atau konjugasi dengan glutation.

Metabolit quinon juga meningkatkan tekanan oksidatif dan mengubah diferensiasi

dan pertumbuhan sel dalam kompartemen myeoloid. Kombinasi efek genetik dan

epigenetik dari sel progenitor dalam sumsum tulang menimbulkan leukemia pada

individu.17

Fenol, hidrokuinon, dan metabolit fenolik lainnya ditransportasikan ke

seluruh tubuh melalui darah, masuk ke jaringan sumsum tulang. Mekanisme

leukemogenesis dari benzena mengindikasikan bahwa hidrokuinon, atau

hidrokuinon yang berkombinasi dengan fenol atau metabolit fenolik lainnya

berpotensi menimbulkan induksi dan progresi kanker. Hidrokuinon dan metabolit

benzena lainnya berasosiasi dengan DNA adduct, kerusakan DNA, perubahan

kromosonal, perubahan hematopoiesis, aneuploidy (kehilangan seluruh

kromosom) yang kesemuanya merupakan faktor kontribusi pada beberapa bentuk

leukemia pada orang dewasa maupun anak-anak. Kuinon yang diturunkan dari

fenol, katekol, hidrokuinon dan 1,2,4-benzenetriol menyebabkan kerusakan

genetik termasuk pecahnya kromosom dan aneuploidy. Tenaga kerja yang

terpajan benzena mempunyai kadar aneuploidies yang lebih tinggi dalam darah

tepi.17

Metabolisme primer diasumsi terjadi dalam hati, dan metabolisme

sekunder terjadi dalam sumsum tulang yang merupakan target utama toksisitas

benzena. Proses yang melibatkan transport metabolit dari hati ke sumsum tulang

tidak diketahui, walaupun ikatan kovalen antara metabolit dengan protein darah

telah diketahui. Pada paparan kadar rendah, ekskresi urin dari konjugat turunan

Page 45: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

45

benzena menunjukkan jalur ekskresi mayor. Ekskresi melalui saluran empedu

(biliary excretion) merupakan jalur ekskresi minor 17

7. Batas-batas paparan benzena di lingkungan

Di Indonesia peraturan yang mengatur tentang NAB (Nilai Ambang Batas)

benzena adalah Surat Edaran Menteri Tenaga KerJa Nomor : SE-

Ol/MENAKER/1997 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Kimia di Udara

Lingkungan Kerja, yaitu sebesar 10 ppm atau 32 mg/m3. Benzena mempunyai

Kategori karsinogenitas A-2, yaitu diperkirakan karsinogen untuk manusia

(Suspected Human Carcinogen), dan diperlukan Indikator Pemajanan Biologi

(IPB) dan BEI (Biological Exposures Indices). 5,6

EPA (Environmental Protection Agency) mengatakan 5 ppb sebagai batas

maksimum kadar benzena dalam air minum. EPA memperkirakan, 10 ppb

benzena dalam air minum yang dikonsumsi atau paparan benzena dari udara

sebesar 0,4 ppb yang diabsorbsi selama hidup, dapat menyebabkan risiko terkena

kanker 1 per 100.000 oragn yang terpajan. Studi yang dilakukan oleh EPA dan

International Agency for Research on Cancer (IARC), mengindikasikan bahwa

tidak ada tingkat paparan yang aman dari agen karsinogenik karena tidak cukup

data epidemologi pada manusia, sehingga digunakan data dari binatang

percobaan.5

Batas-batas paparan yang dikemukakan oleh ACGIH, API, ATSDR, NIOSH,

dan OSHA, mempunyai nilai yang berbeda-beda, seperti dikemukakan dalam

Tabel berikut ini.

Tabel 2.3. Batas-batas paparan benzena di udara lingkungan kerja

Page 46: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

46

Batas paparan Keterangan/sumber TLV (TWA) = 0,5 ppm STEL = 2,5 ppm

ACGIH (2004)

Konsentrasi yang paling aman terhadap paparan benzena = 0

API (sejak tahun 1948)

MRL paparan akut (≤ 14 hari) = 0,009 ppm MRL paparan sedang (15-364 hari)= 0,006 ppm MRL paparan kronik (≥ 365 hari)= 0,003 ppm

ATSDR (2005)

REL (8 jam TWA) = 0,1 ppm STEL = 1,0 ppm IDLH = 500 ppm

NIOSH (2005)

PEL (8 jam TWA) = 1 ppm STEL = 5 ppm AL = 0,5 ppm

OSHA (2003)

Sumber : NIOSH (2005)8, ATSDR (2005)5, OSHA (2003)13

B. Pemantauan Biologis pada Pemajanan Benzena

Untuk mempelajari kandungan bahan kimia dalam tubuh manusia dan efek

biologi dari bahan kimia tersebut dipakai metode pemantauan biologis (Biological

Monitoring).

Secara umum tujuan kegiatan pemantauan biologi adalah sama dengan

pemantauan ambien, yaitu mencegah terjadinya paparan bahan kimia yang dapat

menyebabkan gangguan kesehatan baik secara akut maupun kronis. Pendekatan

pemantauan biologi dan pemantauan ambien terhadap risiko kesehatan dapat

dinilai antara lain dengan membandingkan hasil perhitungan parameter dengan

nitai perkiraan maksimum yang diperkenankan, yaitu Threshold Limit Value

(TLV) atau Biological Limit Value(BLV).

Page 47: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

47

Pemantauan biologi dipakai untuk mengidentifikasi suatu paparan bahan

kimia yang bekerja secara sistemik pada organisme. Benzena yang masuk ke

dalam tubuh melalui kulit, saluran pemafasan dan saluran pencemaan yang

bersumber dari tempat kerja dan lingkungan lainnya dapat dilakukan dengan

pemantauan biologi, Selain itu, hasil pemantauan biologi dari paparan benzena

ditentukan oleh faktor individu dan dipengaruhi oleh masuknya serta absorbsinya

bahan tersebut di dalam tubuh. Faktor individu yang mempengaruhi adalah Jenis

kelamin, umur, akufitas fisik, status gizi, dan kesehatan. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa penggunaan tes biologi untuk menentukan dosis internal dari

benzena diperlukan proses absorbsi, distribusi, metabolisme, ekskresi, toksisitas

benzena serta kondisi lingkungan antara dosis internal, paparan, dan akibat

paparan.5,6 Proses biotransfonnasi menyangkut jaringan target dan media biologi

dapat dilihat pada gambar 2.5. proses ini berlaku untuk benzena.

Page 48: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

48

Absorbtion Inhalation Ingestion

Gambar 2.5. Biotransformasi xenobiotik Sumber: Hulka (1988) dalam Mukono (2002)18

C. Darah Dan Bagian-bagiannya

Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian. Bahan interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat unsur-unsur padat yaitu sel darah. Darah membentuk sekitar 8 % dari berat tubuh total dan memiliki volume rata-rata 5 liter pada wanita dan 5,5 liter pada pria. Darah terdiri dari tiga jenis unsur sel yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit yang terendam dalam cairan kompleks plasma.Volume darah total yang beredar pada keadaan normal sekitar 8 % dari berat badan (5600 ml pada pria 70 kg). Sekitar 55 % dari volum tersebut adalah plasma.19

Gambaran lengkap konstituen penyusun darah beserta fungsi yang

Page 49: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

49

dilakukannya dapat dilihat pada tabel 2.4 berikut

Tabel 2.4. Konstituen darah dan fungsinya

Konstituen Fungsi Plasma

Air Elektrolit

Nutrien, zat sisa, gas,

hormon Protein plasma

Albumin

Globulin Alfa dan beta

Gama

Fibrinogen

Medium transprortasi, mengangkat panas Eksitabilitas membran, distribusi osmotik cairan intrasel dan ekstrasel menyangga perubahan pH Diangkut dalam darah, gas CO2 darah berperan penting dalam keseimbangan asam-basa Secara umum, menimbulkan efek osmotik yang penting dalam distribusi cairan ekstrasel antara kompartemen vaskuler dan intersium, menyangga perubahan pH Mengangkut banyak zat, memberi kontribusi terbesar bagi tekanan osmotik koloid Mengangkut banyak zat, faktor pembekuan, molekul prekursor inaktif Antibodi Prekursor inaktif untuk jaringan fibrin pada bekuan darah

Eritrosit Leukosit Neutrofil Basofil

Monosit Limfosit

Limfosit B Limfosit T Trombosit

Mengangkat O2 dan CO2 (terutama O2) Fagosit yang memakan bakteri dan debris Menyerang cacing, parasit, pentig dalam reaksi alergi Mengeluarkan histamin, yang penting dalam reaksi alergi, dan heparin, yang membantu membersihkan lemak dari darah dan mungkin berfungsi sebagai antikoagulan Dalam transit untuk menjadi makrofag jaringan Pembentukan antibodi Respons imun seluler Hemostasis

Sumber : A.V. Hoffbrand dan Pettit (1987)19

Semua konstituen sel darah mempunyai jumlah tertentu dalam tubuh,

jumlah konstituen darah normal dapat dilihat pada tabel 2.5 berikut.

Page 50: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

50

Tabel 2.5. Jumlah Sel Darah Manusia Normal

Eritrosit total = 5.000.000.000 sel/ml darah Hitung sel darah merah = 5.000.000/mm3 Leukosit total = 7.000.000 sel/ml darah Hitung sel darah putih = 7.000/mm3

Hitung diferensial sel darah putih (distribusi persentase jenis-jenis leukosit

Granulosit polimorfunukleus Neutrofil 60 – 70% Eosinofil 1 – 4% Basofil 0,25 – 0,5%

Agranulosit mononukleus Limfosit 25 – 33% Monosit 2 – 6%

Trombosit total = 250.000.000 /ml darah Hitung trombosit = 250.000/mm3

Sumber : A.V. Hoffbrand dan Pettit (1987)19

1. Sel Darah Putih (Leukosit)

Sel darah putih rupanya bening dan tidak berwarna, bentuknya lebih besar

dari sel darah merah, tetapi jumlahnya lebih kecil. Dalam setiap milimeter kubik

terdapat 6000 sampai 10000 (rata - rata 8000) sel darah putih.19,20,21

Lima jenis sel darah putih yang sudah diidentifikasikan dalam darah perifer

adalah netrofil, eosinofil, basofil, monosit, limfosit, Netrofil, eosinofil dan basofil

juga dinamakan gramulasit, sedangkan monasit dan limfosit dinamakan

agramulosit.19,20,21

Fungsi sel darah putih (leuokosit) adalah (a) Fungsi Defensif, adalah fungsi

mempertahankan tubuh terhadap benda-benda asing termasuk kuman-kuman

penyebab penyakit infeksi. Leukosit yang berperan daiam hal ini adalah Monosit,

yang memakan benda-benda asing berukuran besar (makrofag). Neurofif, yang

memakan benda-benda asing berukuran kecil (mikrofag). Limfosit, yang

membentuk antibodi dan sel plasma (b) Fungsi Reparatif, fungsi reparatif adalah

memperbaiki atau mencegah terjadinya kerusakan, terutama kerusakan vaskuler.

Page 51: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

51

Jenis leukosit yang berperan dalam hal ini adalah basofil sebagai heparin.

Heparin dapat mencegah terbentuknya trombus- trombus pada pembuluh

darah 19,20,21

a. Agranulosit

Agranulosit adalah sel leukosit yang tidak mempunyai granula di dalamnya

yang terdiri dari : (a). Limfosit, Limfosit adalah leukosit mononuklear dalam

darah perifer. Sel ini memiliki inti bulat atau oval yang dikelilingi oleh pinggiran

sitoplasma sempit berwarna biru yang mengandung sedikit granula. (b) Monosit,

Monosit merupakan 5-8 %dari jumlah leukosit dalam darah, ciri monosit adalah

sel berukuran besar (16 - 20 µm) kromatin inti jelas, inti memanjang berlekuk atau

terlipat dan sitoplasmanya banyak, berwarna biru keabu-abuan dan tembus

pandang. 19,20,21

b. Granulosit

Granulosit adalah sel yang sitoplasmanya mengandung granula dengan

bermacam-macam komposisi kimia dan enzim mempuyai ukuran diameter

berkisar dari 10 - 14 µm. Granulosit terdiri dari neutrofil, eosinofil dan basofil.

(a)Neutrofil, Neutrofil disebut juga leukosit palimorfonuklear (PMN), sel ini

berdiameter 12 - 15 µm, memiliki inti yang khas padat terdiri atas sitoplasma

pucat di antara 2 dan 5 lobus dengan rangka tidak teratur dan banyak mengandung

granula merah jambu (azuropilik) atau merah lembayung (b) Eosinofil, eosinofil

adalah granulosit dengan inti yang terbagi 2 lobus dan sitoplasma bergranula

kasar, berwarna merah tua oleh zat warna yang bereaksi asam yaitu eosinofil,

dalam keadaan normal, eosinofil ini merupakan 2 - 3 % dari seluruh jumlah sel

Page 52: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

52

darah putih yang terdapat dalam darah (c) Basofil, Basofil merupakan jenis

leukosit darah yang jumlahnya paling sedikit.19,20,21

2. Sel Darah Merah (Eritrosit)

Eritrosit adalah sel gepeng berbentuk piringan yang di bagian tengah kedua

sisinya mencekung seperti sebuah donat dengan bagian tengah menggepeng

bukan berlubang (eritrosit adalah lempeng bikonkaf dengan garis tengah 8 µm,

tepi luar tebalnya 2 µm dan bagian tengah tebalnya 1 µm. Bentuk khas ini ikut

berperan dalam dua cara terhadap efisiensi eritrosit melakukan fungsi mereka

mengangkut O2 dalam darah. 19,21,24

Setiap mililiter darah mengandung rata-rata sekitar 5 miliar eritrosit (sel darah

merah) yang secara klinis sering dilaporkan dalam hitung sel darah merah sebagai

5 juta per mililimeter kubik (mm3).

Masing-masing dari kita memiliki total 25 sampai 30 triliun sel darah merah

yang mengalir di dalam pembuluh darah setiap saat. Kendaraan pengangkut gas

yang vital ini berumur pendek, eirtosit hanya mampu bertahan rata-rata 120 hari

oleh karena itu harus diganti.. Sum-sum tulang dalam keadaan normal

menghasilkan sel darah merah suatu proses yang dikenal sebagai eritropoiesis

dengan kecepatan luar biasa 2 sampai 3 juta per detik untuk mengimbangi

musnahnya sel-sel tua19,21,24

Selama perkembangan masa janin , eritrosit mula-mula diproduksi oleh

kantong kuning telur (yolk sac) dan kemudian oleh hati dan limpa, sampai sum-

sum tulang terbentuk dan mengambil alih pembentukan eritosit. Namun seiring

dengan makin dewasanya seseorang sum-sum kuning kuning berlemak yang tidak

Page 53: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

53

mampu melakukan eritropoiesis secara bertahap digantikan sum-sum merah yang

yang hanya tersisa di sternum (tulang dada), vertebra (tulang punggung), iga,

dasar tengkorak dan ujung-ujung atas tulang ekstremitas yang panjang Sum-sum

merah tidak hanya menghasilkan sel darah merah tetapi juga merupakan sumber

bagi leukosit dan trombosit, disumsum merah terdapat sel bak pluripotensial

(pluripotenstial stem cell) yang belum berdiferensiasi yang secara terus menerus

membelah diri dan berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel darah. 19,21,24

Sel eritrosit yang paling awal dapat di kenal dalam sumsum tulang adalah

pronormoblas yang ada pada pewarnaan biasa Romanowsky merupakan sel besar

dengan sitoplasma biru tua, nukleus di tengah dengan nukleoli dan kromatin yang

sedlkit mengelompok. Setelah terjadi proses pembelahan sel, pronormoblas ini

menjadi sederet normoblas yang makin bertambah kecil. Pronormoblas juga berisi

haemoglobin lebih banyak dalam sitoplasma. Sitoplasma berwarna biru pucat

karena kehilangan alat sintesis RNA dan proteinnya, sementara kromatin inti

menjadi leboh padat. Nukleus akhirnya dikeluarkan dari normoblas tua didalam.

sumsum tulang dan terjadilah stadium retikulosit yang masih mengandung

sebagian ribosomal RNA dan masih sanggup mensintesis haemoglobin 19,21,24

Sel darah merah atau eritrosit mempunyai fungsi yang sangat penting dalam

transportasi dan pertukaran O2 dan CO2. Sel eritosit membawa O2 dari paru-paru

kejaringan dan CO2 dari jaringan ke paru-paru. 19,21,24

3. Butir Pembeku (Trombosit)

Trombosit adalah sel darah yang berukuran sepertiga dari ukuran sel darah

merah, terdapat 300.000 trombosit dalam setiap milimiter kubik darah peranannya

penting dalam penggumpalan darah. 19,21,22,24

Page 54: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

54

Trombosit adalah bagian terkecil dari unsur selular sum-sum tulang dan

sangat penting peranannya dalam hemostasi dan pembekuan. Trombosit

berasal dari sel induk pluripotensial yang tidak terikat, bila dibutuhkan dan

dengan adanya faktor perangsang trombosit (Mikroorganisme-CSF,

megakaryocyte colony stimulating factor) berdiferensiasi menjadi kelompok

sel induk yang terikat untuk membentuk megakarioblas, sel ini melalui

serangkaian proses pematangan menjadi megakariosit raksasa. Tidak seperti

unsur sel lainnya, megakariosit mengalami endomitosis, dimana terjadi

pembelahan inti di dalam sel, tetapi sel itu sendiri tidak membelahTrombosit

berdiameter 1 sampai 4 mm dan berumur kira-kira 10 hari. Kira-kira

sepertiga berada dalam limpa sebagai sumber cadangan dan sisanya berada

dalam sirkulasi darah, berjumlah antara 150.000 dan 400.000 /mm3. 19,21,22,24

Trombosit sangat penting fungsinya dalam pembekuan darah, apabila

pembuluh darah luka, maka sel endotel akan rusak sehingga jaringan ikat di

bawah endotel akan terbuka. Hal ini akan mencetuskan adesi trombosit yaitu

suatu proses dimana trombosit melekat pada permukaan asing terutama serat

kolagen 19,21,22,24

Trombosit yang satu juga akan melekat pada trombosit lain dan proses ini

disebut sebagai trombositasi. Selama proses agregasi, terjadi perubahan bentuk

cakram menjadi bulat disertai pembentukan pseudopodi, akibat perubahan bentuk

ini maka granula trombosit akan terkumpul di tengah dan akhirnya akan

melepaskan isinya. . 19,21,22,24

Masa agregasi trombosit akan melekat pada endotel, sehingga akan

membentuk sumbat trombosit yang dapat menutup luka pada pembuluh darah.

Tahap terakhir untuk menghentikan perdarahan adalah pembentukan sumbat

trombosit yang stabil melalui pembentukan fibrin. 19,21,22,24

Page 55: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

55

4. Kelainan-kelainan pada darah

Pada keadaan-keadaan tertentu sel-sel darah yang terdiri dari sel darah putih,

darah merah dan pembeku dapat mempunyai kelainan dari keadaan normalnya.

Kelainan ini dapat berupa kelaianan bentuk fisik maupun kelainan dari segi

jumlahnya. 19,21,23,24

a. Kelainan Leukosit

Gangguan sel darah putih dapat mengenai setiap lapisan sel atau semua

lapisan sel dan biasanya berkaitan dengan gangguan pembentukan atau

penghancuran dini.

1) Leukositosis

Leukositosis menyatakan peningkatan jumlah leukosit yang umumnya

melebihi 10.000/mm3. Leukositosis dapat terjadi karena masing-masing komponen

leukosit meningkat atau hanya sebagian yang meningkat. Granullositosi

menyatakan peningkatan jumlah netrofil, jadi lebih tepat di sebut

netrofilia.19,23,24

Leukosit meningkat karena adanya reaksi fisiologis untuk melindungi tubuh

dari mikroorganisme (infeksi). Bila infeksi mereda neutrofil berkurang dan

monosit meningkat (monositosis). Pada resolusi progresif monosit menurun

terjadi limfositosis (peningkatan jumlah limfosit) dan eosinofilia (peningkatan

jumlah eosinofil). Penyebab leukositosis antara lain : infeksi, toksik, keganasan

(paru-paru, ginjal. Payudara) kerja fisik terlalu berat dan penyuntikan epinefrin

serta gangguan mieproliferatif (netrofilia). 19,23,24

Monositosis dapat disebabkan karena penyakit infeksi. penyakit granuloma

kronik (TBC dan sarkaidosis), sedangkan limfositosis disebabkan karena hepatitis

infeksiosa, tokosoplasmosis, campak, parotitis, kepekaan obat limfoma malignum.

Tanda lain pada limfositosis dapat diketahui keadaan penyertanya yaitu

Page 56: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

56

pembesaran hati, limpa dan kelenjar yang merupakan tempat pembentukan

limfosit. 19,23,24

2) Leukopeni

Leukopeni menyatakan berkurangnya jumlah leukosit yang menurun sampai

di bawah 5.000/mm3 atau kurang. Leukopeni terjadi karena adanya penurunan

masing - masing komponen atau sebagian komponen lekosit antara lain

netropenia, agramulositosis dan limfositosis 19,23,24,25

b. Kelainan Eritrosit

Kelainan pembentukan sel darah merah dapat terjadi, perubahan masa sel

darah merah menimbulkan dua keadaan yang berbeda. Jika jumlah sel darah

merah kurang maka timbul anemia sebaliknya keadaan dimana sel darah merah

terlalu banyak disebut polisitemia.19,23,24,25

Keadaan dimana sel-sel darah merah itu sendiri terganggu adalah : (1)

Hemoglobinopati, yaitu haemoglobin normal yang diturunkan misalnya anemia

sel sabit (2) Gangguan sintesis globin, misalnya talasemia (3) Gangguan membran

sel darah merah, misalnya sferositosis herediter (4) Defisiensi enzim, misalnya

defisiensi G6PD (glukosa-6-fosfat dehidrogenase). 19,23,24,25

c. Kelainan Trombosit

Kelainan pada proses homeostasis dapat terjadi, evaluasi mencakup

anamnesis teliti dan penilaian fisik serta laboratorium. Anamnesis yang teliti

sering mengarahkan pada diagnosis yang tepat dan pemeriksaan laboratorium

yang diperlukan. Beberapa kelainan pada proses pembekuan darah (hemostasis)

seperti : telangiektasia, petekie, dan ekimosis sering ditemukan pada manusia.

5. Proses Pembentukan darah (Hematopoesis)

Semua sel darah berasal dari sel induk pluripotensial yang kemudian

Page 57: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

57

berdiferensiasi menjadi : (1) sel induk limfoid yang membentuk sel limsosit dan

sel plasma, (2) sel induk multi potensial mieloid (nonlimfoid) yang selanjutnya

berkembang menjadi berbagai jenis sel hematopoetik yang lain, proses

pembentukan sel darah dapat dilihat pada gambar 2.6

Sumber : A.V. Hoffbrand dan Pettit (1987)19

Gambar 2.6. Pembentukan Sel darah (Hematopoiesis)

6. Tempat Pembentukan Darah

Sumsum tulang adalah tempat terjadinya proses pembentukan sel-sel darah. Sumsum tulang membentuk lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan sel induk. Sumsum tulang tersusun atas sel stroma dan jaringan mikrovaskular. Sel stroma meliputi sel lemak (adiposit), fibroblas, sel retikulum, sel endotel, dan makrofag. Sel-sel tersebut mensekresi molekul ekstraseluler seperti kolagen, glikoprotein (fibronektin dan trombospondin), serta glikosaminoglikan (asam hialuronat dan derivat kondroitin) untuk membentuk suatu matriks ekstraseluler. Selain itu, sel stroma mensekresi beberapa faktor pertumbuhan yang diperlukan bagi kelangsungan hidup sel induk. Pada orang dewasa, sel darah merah, sebagian besar sel darah putih serta trombosit dibentuk dari sumsum tulang. 19,21,24

Megakariosit Prekursor eritros

Prekursor granulosit

Prekursor Monosit

Sel bakal mieloid Sel bakal limfoid

Sel bakal pluripoten yang belum berdiferensiasi

Trombosit Eritrosit Granulosit Monosit Limfosit

Limfosit di jaringan limfoid

Dalam sirkulasi

Di sumsum tulang

Page 58: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

58

Selama perkembangan masa janin, eritrosit mula-mula diproduksi oleh kantung kunir (yolk sac) dan kemudian oleh limpa dan hati, sampai sumsum tulang terbentuk dan mengambil alih pembentukan eritrosit. Namun seiring dengan makin dewasanya seseorang sumsun kuning berlemak yang tidak mampu melakukan eritropoiesis secara bertahap mengantikan sumsum merah, yang hanya tersisa di sternum (tulang dada), vertebra (tulang punggung), iga, dasar tengkorak, dan ujung-ujung atas tulang ekstremitas yang panjang. Sumsum merah tidak hanya menghasilkan sel darah merah tetapi juga merupakan sumber bagi leukosit dan trombosit. Di sumsum merah terdapat sel bakal pluripotensial (pluripotential stem cell) yang belum berdiferensiasi dengan secara terus menerus membelah diri dan berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel darah. 19,21,24

D. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan rangkuman dari pendahuluan dan tinjauan

pustaka dapat dilihat pada gambar 2.7 dihalaman berikut :

1. Darah umum

Darah merupakan bagian tubuh yang jumlahnya 6-8 % berat badan total.

Pada pria persentase ini sedikit lebih besar daripada wanita. Empat puluh lima

sampai 60 %, darah terdiri atas sel-sel darah, terutama eritrosit. Leukosit dan

trombosit, walaupun secara fungsional sangat esensial, hanya merupakan sebagian

kecil saja dari darah.

Darah membentuk sekitar 8 % dari berat tubuh total dan memiliki volume

rata-rata 5 liter pada wanita dan 5,5 liter pada pria. Darah terdiri dari tiga jenis

unsur sel yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit yang terendam dalam cairan

kompleks plasma.Volume darah total yang beredar pada keadaan normal sekitar 8

% dari berat badan (5600 ml pada pria 70 kg). Sekitar 55 % dari volum tersebut

adalah plasma.

2. Sel Darah Merah

Sel darah merah (eritrosit) membawa hamoglobin ke dalam sirkulasi. Sel

ini berbentuk lempengan bikonkaf dan dibentuk di sumsum tulang. Pada mamalia,

sel ini kehilangan intinya sebelum memasuki peredaran darah. Pada manusia, sel

ini berada di dalam sirkulasi selama lebih kurang 120 hari. Hitung rata-rata

normal sel darah merah adalah 5,4 juta/µl pada pria dan 4,8 juta/µl pada wanita.

Page 59: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

59

Setiap sel darah merah manusia memiliki diameter sekitar 7,5 µm dan tebal 2 µm,

serta tiap sel mengandung 29 pg haemoglobin.

Eritrosit normal merupakan sel berbentuk cairan bikonkav dengan ukuran

diameter 7-8 µm dan tebal 1,5-2,5 µm. Bagian tengah sel ini lebih tipis daripada

bagian tepi. Dengan pewaranaan Wright, eritrosit akan berwarna kemerah-

merahan karena mengandung haemoglobin. Eritrosit sangat lentur dan mudah

berubah bentuk selama beredar dalam sirkulasi. Umur eritrosit adalah sekitar 120

hari.

Eritrosit yang berdiameter 8 µm harus dapat secara berulang melalui

mikrosirkulasi yang memiliki diameter minimumnya 3,5 µm, untuk

mempertahankan haemoglobin dalam keadaan tereduksi (ferro) dan untuk

mempertahankan keseimbangan osmotik walaupun konsentrasi protein

(haemoglobin) tinggi di dalam sel. Perjalanan secara keseluruhan selama masa

hidupnya yang 120 hari diperkirakan sepanjang 480 km (300 mil). Untuk

memenuhi fungsi ini, eritrosit adalah cakram bikonkaf yang fleksibel dengan

kemampuan menghasilkan energi sebagai Adensin Trifosfat (ATP) melalui jalur

glikolisis anaerob (Embden-Meyerhof).

Setiap milimeter darah mengandung rata-rata sekitar 5 miliar eritrosit (sel

darah merah), yang secara klinis sering dilaporkan dalam hitung sel darah merah

sebagai 5 juta per milimeter kubik (mm3). Eritrosit adalah sel gepeng berbentuk

piringan yang dibagian tengah di kedua sisinya mencekung, seperti sebuth donat

dengan bagian tengah menggepeng bukan berlubang (eritrosit adalah lempeng

bikonkaf dengan garis tengah 8 µm, tepi luar tebalnya 2 µm dan bagian tengah

tebalnya 1 µm. Bentuk khas ini ikut berperan, melalui dua cara, terhadap efisiensi

eritrosit melakukan fungsi untuk mereka untuk mengangkut O2 dalam darah.

Eritrosit (sel darah merah) dapat berubah bentuk dan merupakan sel tanpa

inti serta bikonkaf. Eritrosit paling banyak ditemukan diantara keseluruhan sel

darah. Sewaktu darah disentrifus maka akan terpisahkan komponen plasma dan

seluler, yang bagian sel dara merahnya sekitara 45% dari volume total, ini

merupakan volume packed cell atau hematokrit.

3. Sel darah putih

Page 60: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

60

Leukosit, atau sel darah putih adalah unit-unit yang dapat bergerak

(mobile) dalam sistem pertahanan tubuh. Imunitas mengacu pada kemampuan

tubuh menahan dan mengeliminasi sel abnormal atau benda asing yang berpotensi

merusak.

Pada keadaan normal terdapat 4.000 – 11.000 sel darah putih per

mikroliter darah manusia. Dari jumlah tersebut, jenis terbanyak adalah granulosit

(leukosit polimorfnuklear, PMN). Sel granulosit muda memiliki ini berbentuk

sepatu kuda, yang akan berubah menjadi multilobuler dengan meningkatnya umur

sel. Sel yang berinti pada darah tepi dikenal sebagai sel darah putih atau leukosit.

4. Trombosit

Trombosit adalah jasad renik bergranula dengan diameter 2 – 4 µm.

Jumlahnya sekitar 300.000/µl darah dan pada keadaan normal mempunyai waktu

paruh sekitar 4 hari. Sekitar 60 – 70 % trombosit yang telah dilepas dari sumsum

tulang berada di dalam peredaran darah, sedangkan sisanya sebagian besar

terdapat di dalam limpa.

Apabila hitung trombosit rendah, pembentukan bekuan tidak memadai dan

konstruksi pembuluh yang terluka tidak adekuat. Sindroma klinik yang

ditimbulkannya (purpura trombositopeni) ditandai dengan mudahnya timbul

memar serta perdarahan subkutaneus yang multipel. Purpura dapat pula terjadi

pada hitung trombosit yang normal, dan pada beberapa kasus yang demikian,

trombosit yang bersirkulasi tidak normal (purpura trombastenik). Individu dengan

trombositosis cenderung mengalami peristiwa trombotik.

Trombosit bukanlah suatu sel utuh teapti fragmen/potongan kecil sel

(bergaris tengah sekitar 2-4µm) yang terlepas dari tepi luar sel besar (bergaris

tangah sampai 60 µm) di sumsum tulang yang dikenal sebagai megakariosit.

Megakariosit berasal dari sel bakal yang belum berdiferensiasi (undifferentiated)

yang sama dengan yang menghasilkan turunan eritrosit dan leukosit. Trombosit

pada dasarnya adalah suatu vesikel yang mengandung sebagian dari sitoplasma

megakariosit terbungkus oleh membran plasma.

5. Tempat pembentukan darah

Page 61: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

61

Sumsum tulang membentuk lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan

dan perkembangan sel induk. Sumsum tulang tersusun atas sel stroma dan

jaringan mikrovaskular. Sel stroma meliputi sel lemak (adiposit), fibroblas, sel

retikulum, sel endotel, dan makrofag. Sel-sel tersebut mensekresi molekul

ekstraseluler seperti kolagen, glikoprotein (fibronektin dan trombospondin), serta

glikosaminoglikan (asam hialuronat dan derivat kondroitin) untuk membentuk

suatu matriks ekstraseluler. Selain itu, sel stroma mensekresi beberapa faktor

pertumbuhan yang diperlukan bagi kelangsungan hidup sel induk. Pada orang

dewasa, sel darah merah, sebagian besar sel darah putih serta trombosit dibentuk

dari sumsum tulang.

Selama perkembangan masa janin, eritrosit mula-mula diproduksi oleh

kantung kunir (yolk sac) dan kemudian oleh limpa dan hati, sampai sumsum

tulang terbentuk dan mengambil alih pembentukan eritrosit. Namun seiring

dengan makin dewasanya seseorang sumsun kuning berlemak yang tidak mampu

melakukan eritropoiesis secara bertahap mengantikan sumsum merah, yang hanya

tersisa di sternum (tulang dada), vertebra (tulang punggung), iga, dasar tengkorak,

dan ujung-ujung atas tulang ekstremitas yang panjang. Sumsum merah tidak

hanya menghasilkan sel darah merah tetapi juga merupakan sumber bagi leukosit

dan trombosit. Di sumsum merah terdapat sel bakal pluripotensial (pluripotential

stem cell) yang belum berdiferensiasi dengan secara terus menerus membelah diri

dan berdiferensiasi menjadi berbagai jenis sel darah.

6. Hematopoesis

Hemopoiesis bermula dari suatu sel induk pluripoten bersama, yang dapat

menyebabkan timbulnya berbagai jalur sel yang terpisah. Diferensiasi sel tejadi

dari sel induk menjadi jalur eritroid, granulositik, dan jalur lain mealui progenitor

hemopoietik terikat (committed haemopoietic progenitor) yang terbatas dalam

potensi perkembangannya.

Eritropoiesis berjalan dari sel induk melalui sel progenitor CFUGEMM

(colony-forming unit granulocyte, erythroid, monocyte and megakaryocyte) unit

pembentuk koloni granulosit, eritroid, monosit dan megakariosit, BFUE (burst-

forming unit erythroid/unit pembentuk letusan eritroid) dan CFU eritroid (CFUE)

menjadi prekursor eritrosit yang dapat dikenali pertama kali di sumsum tulang

Page 62: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

62

yaitu pronormoblas. Pronormoblas adalah sel besar dengan sitoplasma biru tua,

dengan inti di tengah dan nukleoli serta kromatin yang sedikit menggumpal.

Pronormoblas menyebabkan terbentuknya suatu rangkaian normoblas

yang semakin kecil melalui pembelahan sel. Normoblas ini juga mengandung

haemoglobin yang makin banyak (yang berwarna merah muda) dalam sitoplasma,

warna sitoplasma makin biru pucat sejalan dengan hilangnya RNA dan aparatus

yang mensintesis protein, sedangkan kromatin inti menjadi makin padat. Inti

akhirnya dikeluarkan dari normoblas lanjut di dalam sumsum tulang dan

menghasilkan statidium retikulosit yang mengandung sedikit RNA ribosom dan

masih mampu mensintesa haemoglobin. Sel ini sedikit lebih besar daripada

eritrosit matur, berada selama 1-2 hari dalam sumsum tulang dan juga beredar di

darah tepi selama 1-2 hari sebelum menjadi matur, terutama di limpa, saat RNA

hilang seluruhnya. Eritrosit matur berwarna merah muda seluruhnya adalah

cakram bikonkaf tak berinti. Satu pronormoblas biasanya menghasilkan 16

eritrosit matur. Sel darah merah berinti (normoblas) tampak dalam darah apabila

eritropoiesis terjadi di luar sumsum tulang (eritropoiesis ekstramedular) dan juga

terdapat pada beberapa penyakit sumsum tulang. Normoblas tidak ditemukan

dalam darah tepi manusia yang normal.

Page 63: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

63

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Gambar 3.1. Kerangka konsep analisis pajanan benzena dengan Profil darah ( leukosit, erytrosit, hematokrit, trombosit, MCV, MCH, MCHC) pada

pekerja kilang paraxylena. Keterangan : * dikendalikan

Variabel bebas : • Pajanan benzena

dari pengukuran OVM pekerja

Variabel perancu : ▸ Masa kerja ▸ Status gizi/IMT ▸ Kebiasaan merokok ▸ Jenis kelamin* ▸ Lokasi kerja* ▸ Lama pajanan* ▸ Pemakaian APD* ▸ Riwayat penyakit* ▸ Konsumsi obat-

obatan* ▸ Diet/asupan* ▸ Konsumsi alkohol*

Variabel terikat : • Profil darah

pekerja

36

Page 64: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

64

B. Hipotesis

1. Ada hubungan antara kadar benzena OVM dengan leukosit darah pekerja.

2. Ada hubungan antara kadar benzena OVM dengan erytrosit darah pekerja.

3. Ada hubungan antara kadar benzena OVM dengan hematokrit darah

pekerja.

4. Ada hubungan antara kadar benzena OVM dengan Hb darah pekerja.

5. Ada hubungan antara kadar benzena OVM dengan trombosit darah

pekerja.

6. Ada hubungan antara kadar benzena OVM dengan MCV darah pekerja.

7. Ada hubungan antara kadar benzena OVM dengan MCH darah pekerja.

8. Ada hubungan antara kadar benzena OVM dengan MCHC darah pekerja.

9. Ada hubungan antara masa kerja dengan profil darah pekerja (leukosit,

erytrosit, hematokrit, trombosit, MCV, MCH, MCHC).

10. Ada hubungan antara status gizi (IMT) dengan profil darah pekerja

(leukosit, erytrosit, hematokrit, trombosit, MCV, MCH, MCHC).

11. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan profil darah pekerja

(leukosit, erytrosit, hematokrit, trombosit, MCV, MCH, MCHC).

C. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian adalah observasional, dengan metode penelitian bersifat

kuantitatif, dan memakai pendekatan/desain penelitian : cross-sectional (potong-

lintang). Dimana pengamatan terhadap faktor resiko dan outcome dilakukan satu

saat.

Page 65: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

65

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Obyek penelitian : karyawan kilang paraxylena UP IV Cilacap.

1. Populasi penelitian

Populasi yang digunakan sebagai obyek penelitian adalah : karyawan

Kilang Praxylena PT. Pertamina UP IV Cilacap, jumlah populasi

penelitian sebanyak 113 orang.

2. Besar sampel penelitian

Besar sampel penelitian (n) ditentukan besarnya berdasarkan rumus :

n = qpZNd

NqpZ2

2/12

22/1

)()1()(

α

α

+−

dimana :

n = besar sampel

2/1 α−Z = nilai Z pada kurva normal untuk α = 0,05 = 1,96

p = estimator proporsi populasi = 0,31

q = 1-p = 1,0 -0,31 = 0,69

n = besar populasi = 113 orang

d = derajat keputusan = 0,10

Sehingga

n = )69,0()31,0()96,1()1113()10,0(

)113()69,0()31,0()96,1(22

2

+−

n = 47,8 orang

n = 48 orang

Dalam penelitian ini jumlah sampel yang dipakai sebanyak 60 orang

melebihi jumlah sampel minimal dengan harapan validitas hasil yang didapatkan

lebih valid.

Page 66: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

66

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran

Definisi Operasional :

1. Kadar benzena di udara lingkungan kerja Kilang Paraxylene

Adalah jumlah konsentrasi benzena yang diukur dari udara dilingkungan

kerja kilang paraxylene

Satuan : ppm atau mg/m3.

Skala : interval / rasio

2. Status gizi

Status gizi pekerja dinyatakan dalam Indeks Masa Tubuh (IMT) yaitu :

perbandingan berat badan dalam kg dengan kuadrat tinggi badan dalam

meter.

Kategori :

- Kurus : IMT < 17

- Normal : IMT = 18,5 – 25

- Gemuk : IMT > 25

Skala : ordinal

3. Usia

Yaitu usia responden dihitung dari tahun pada saat penelitian dilakukan

(2006) dikurangi tahun pada saat ia dilahirkan.

Skala : rasio

4. Riwayat penyakit

Yaitu riwayat penyakit yang berhubungan dengan sistem metabolisme

tubuh, penyakit hati/ginjal dan infeksi terakhir yang diderita responden.

Page 67: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

67

Kategori : Ada riwayat penyakit dan tidak ada riwayat penyakit.

Skala : nominal.

5. Kebiasaan merokok

Dinyatakan dengan jumlah batang rokok yang diisap oleh responden per

harinya.

Kategori :

- Perokok ringan : 1 – 10 batang rokok per hari

- Perokok sedang : 11 – 20 batang rokok per hari

- Perokok berat : > 21 batang rokok per hari Skala : ordinal

6. Masa Kerja

Dihitung dari tahun pertama kali bekerja sampai dengan tahun dilakukan

penelitian (2006).

Skala : interval / rasio

7. Lama pajanan

Lama pajanan merupakan hasil kali antara masa kerja dan jumlah jam

kerja rata-rata per hari responden terpapar benzena.

Skala : rasio

8. Kadar haemoglobin dalam darah pekerja.

Yaitu kadar haemoglobin dalam darah pekerja yang dianalisis di

Laboratorium Kesehatan Kabupaten Cilacap menggunakan alat Photometer

pada panjang gelombang 546 nm dengan metode sianmethemoglobin.

Satuan : gr/dL.

Skala : interval.

Page 68: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

68

9. Kadar eritrosit dalam darah pekerja

Yaitu kadar eritrosit dalam darah pekerja yang dianalisis di Laboratorium

Kesehatan Kabupaten Cilacap dengan menggunakan metode tabung.

Satuan : sel per mm-3

Skala : interval.

10. Kadar leukosit dalam darah pekerja

Yaitu kadar leukosit dalam darah pekerja yang dianalisis di Laboratorium

Kesehatan Kabupaten Cilacap dengan menggunakan metode tabung.

Satuan : sel per mm-3

Skala : interval.

11. Kadar trombosit dalam darah pekerja

Yaitu kadar trombosit dalam darah pekerja yang dianalisis di Laboratorium

Kesehatan Kabupaten Cilacap dengan menggunakan metode Rees Ecker.

Satuan : sel per mm-3

Skala : interval.

12. Kadar hematokrit dalam darah pekerja

Yaitu kadar hematokrit dalam darah pekerja yang dianalisis di

Laboratorium Kesehatan Kabupaten Cilacap dengan menggunakan metode

mikro.

Satuan : %

Skala : interval.

Page 69: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

69

F. Kriteria inklusi dan ekslusi

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi agar

responden dapat menjadi sampel. Kriteria inklusi yang dipakai menjadi

sampel penelitian adalah :

1) Umur pekerja : 25 – 55 tahun

2) Jenis kelamin pekerja : pria.

3) Masa kerja : karyawan yang telah bekerja selama 1 tahun – 25 tahun

dihitung dari tanggal pengambilan sampel darah.

2. Kriteria ekslusi

Kriteria eksklusi adalah syarat-syarat yang tidak bisa dipenuhi oleh

responden supaya dapat menjadi sampel. Kriteria ekslusi menjadi sampel

penelitian meliputi :

1) Karyawan yang mempunyai riwayat penyakit metabolisme

2) Karyawan yang tidak bersedia sebagai responden

G. Alat dan Cara Kerja Penelitian

1. Alat penelitian :

a. Kuesioner, berisi sejumlah pertanyaan melalui pengisian kuesioner.

b. Alat tulis : bolpen, kertas.

c. Alat penelitian untuk mengukur berat badan : timbangan.

d. Alat penelitian untuk mengukur tinggi badan : meteran tinggi badan.

Page 70: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

70

e. Bahan dan alat penelitian untuk pengukuran kadar benzena dengan

metode OVM (passive sampling) :

1). Bahan : dosimeter badges berisi carcoal tube, karbon disulfida,

nitrogen, hidrogen, dan larutan standar benzena.

2). Peralatan :

a) Gas chromatography FID, column and integrator.

b) Vial glass 1 ml, dengan tutup.

c) Syringes : 5 ,10, 25 dan 100 µL.

d) Volumetric flasks 10 ml.

e) Pipet 1 ml dan pipet bulb.

f. Blood Cell Counter untuk mengukur dan menghitung darah

g. Alat dan bahan penelitian untuk pengukuran kadar haemoglobin dalam

darah pekerja :

1) Alat :

a) Botol kaca kecil (5 mL) untuk wadah sampel darah.

b) Spidol untuk menulis nomor/kode pada botol kaca.

c) Spuit untuk mengambil sampel darah pekerja.

d) Kapas beralkohol untuk antiseptik pada daerah kulit yang telah

diambil sampel darahnya.

e) Kapas gumpalan kecil untuk membersihkan bekas darah

setelah selesai diambil sampel darahnya.

f) Alat-alat penunjang : pipet volumetrik, tabung reaksi, dan

kuvet.

Page 71: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

71

g) Photometer untuk mengukur kadar haemoglobin dalam darah

pada panjang gelombang 576 nm.

2) Bahan :

a) Larutan antikoagulan (EDTA) untuk mengawetkan sampel

darah dan mencegah penggumpalan sebelum dianalisa.

b) Larutan Drabkind untuk menganalisa kadar haemoglobin

dalam darah menggunakan metode sianmethemoglobin.

2. Cara kerja.

a. Cara pengukuran kadar benzena dengan metode OVM (passive

sampling).

1). Tata cara pengambilan sampel.

a) Dosimeter badges berisi carcoal tube diberi label berisi nomor

dan nama pekerja.

b) Buka tutup dosimeter badges.

c) Dosimeter badges dipasangkan pada kerah baju pekerja (dalam

area breathing zone pekerja) selama 8 jam kerja.

d) Tutup kembali dosimeter badges, masukkan dalam tempat

sampel sementara untuk dibawa ke laboratorium.

2). Tata cara analisa.

a) Siapkan tabung vial glass, isi dengan karbon disulfida 1 ml.

b) Masukkan carcoal tube ke dalam vial glass, kocok-kocok

selama 1 menit kemudian didiamkan selama 30 menit.

c) Injeksikan standar benzena sebanyak 5 µL dengan temperatur

yang telah ditentukan sebagai berikut : temperatur kolom =

Page 72: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

72

50oC, temperatur detektor = 225oC, temperatur injektor =

225oC.

d) Injeksikan sampel benzena. Perlakukan sama dengan standar.

e) Injeksikan blanko, perlakukan sama dengan standar dan

sampel.

f) Hitung konsentrasi benzena dengan rumus : 5

C (mg/m3) = { ( Wd + Wb – Bd – Bb ) x 1000 } / V

di mana :

C = konsentrasi benzena (mg/m3)

Wd = Sampel depan (mg)

Wb = Sampel belakang ( mg )

Bd = Berat blanko depan ( mg )

Bb = Berat blanko belakang ( mg )

V = Volume udara ( laju alir udara x waktu )

Keterangan : laju alir udara = 0,01 – 0,2 liter/menit

disesuaikan dengan laju alir udara pada saat pengukuran

kadar benzena di udara lingkungan kerja selama 1 jam.

g) Kadar benzena yang terukur dibandingkan dengan standar batas

pajanan benzena menurut REL NIOSH (2005) yaitu normal bila < 0,1

ppm. 5

Page 73: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

73

b. Cara pengukuran dan penghitungan darah

1) Cara pengambilan sampel darah

a) Darah vena pada orang dewasa diambil dari salah satu vena cubiti

sebanyak 2 – 3 cc menggunakan spuit, kemudian darah dicampur

dengan anticoagulant agar tidak mengental.

b) Ikatan pembendung dipasang pada lengan atas untuk memperjelas

vena.

c) Lokasi vena dibersihkan dengan alkhohol 70 % dan dibiarkan

kering.

d) Setelah darah masuk ke dalam tabung sampai volume yang

diinginkan, jarum siap dicabut.

e) Kapas diletakkan di atas jarum kemudian jarum dicabut.

f) Pembendung kapas dilepaskan dan tangan direnggangkan

g) Sampel darah kemudian diperiksa menggunakan alat Blood Cell

Counter.

2) Pengukuran dan penghitungan darah.

a) Hitung Leukosit

Metode : tabung

Cara kerja

1) Dipipet larutan Turk sebanyak 38 ml dimasukkan ke dalam

tabung reaksi.

2) Dipipet sampel darah 20 ml dengan pipet Hb, dimasukkan

kedalam tabung berisi larutan Turk.

Page 74: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

74

3) Bilas pipet Hb dengan cara menghisap dan meniup larutan

Turk sebanyak tiga kali,

4) Campur isi tabung dan diamkan selama 2 - 3 menit.

5) Diambil campuran tadi dengan pipet pasteur dan teteskan pada

bilik hitung yang sudah dipasang deckglass.

6) Hitung jumlah leukosit pada empat kotak besar dengan

menggunakan mikroskop perbesaran 10x.

7) Jumlah leukosit = pengenceran x kotakVolume

1 x Σ 3mmsel

b) Hitung Eritrosit

Metode : tabung

Cara kerja

1) Dipipet larutan Hayem sebanyak 4 ml dimasukkan kedalam tabung

reaksi.

2) Dipipet sampel darah 20 ml dengan pipet Hb dimasukkan ke dalam

tabung berisi larutan Hagem.

3) Bilas pipet Hb dengan cara menghisap dan meniup larutan Hagem

sebanyak 3 kali.

4) Campur isi tabung dan diamkan selama 2 – 3 menit

5) Diambil campuran tadi dengan pipet pasteur dan teteskan pada

bilik hitung yang sudah dipasang deckglass.

6) Hitung jumlah leukosit pada lima kotak besar dengan

menggunakan mikroskop perbesaran 10x.

7) Jumlah Eritrosit = pengenceran x kotakVolume

1 x Σ 3mmsel

Page 75: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

75

c) Hitung Trombosit

Metode : Rees Ecker

Cara kerja :

1) Dipipet 2 ml larutan Ress Ecker dan dimasukkan kedalam tabung

reaksi.

2) Dipipet sampel darah 20 ml dengan pipet Hb dimasukkan ke dalam

tabung berisi larutan Ress Ecker.

3) Bilas pipet Hb dengan cara menghisap dan meniup larutan Ress

Ecker sebanyak 3 kali.

4) Campur isi tabung dan diamkan selama 2 – 3 menit

5) Diambil campuran tadi dengan pipet pasteur dan teteskan pada

bilik hitung yang sudah dipasang deckglass.

6) Bilik hitung diinkubasi pada petri dish yang telah diberi kapas /

tisue basah selama 15 menit.

7) Hitung jumlah trombosit pada sepuluh kotak kecil dengan

menggunakan mikroskop perbesaran 40x.

8) Jumlah Trombosit = pengenceran x kotakVolume

1 x Σ 3mmsel

d) Hitung Hematokrit

Metode : Mikro

Cara kerja :

1) Jari tangan dibersihkan dengan kapas alkohol tunggu sampai

kering.

2) Jari tangan ditusuk dengan lanset, darah pertama dihapus dengan

kapas kering dan darah selanjutnya dimasukkan ke tabung

Page 76: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

76

hematokrit hingg ½ hingga ¾ panjang tabung diusahakan tidak ada

gelembung udara.

3) Tutup ujung tabung dengan jari dan bagian ujung tabung

hematokrit yang untuk mengalirkan darah ditutup dengan kritoseal

(+ 1cm).

4) Masukkan tabung hematokrit pada centrifuge hematokrit dengan

posisi bagian tabung hematokrit yang ditutup kritosil pada bagian

piringan centrifuge yang kuat.

5) Dipusingkan selama 3 menit dengan kecepatan 16000 ppm.

6) Dibaca pada reading device / skala hematokrit dengan bagian

bawah eritrosit menyentuh garis bawah dan bagian atas menyentuh

garis atas.

7) Dibaca dengan mengepaskan skalanya dengan jarum petunjuknya

yang melewati baris atas lapisan eritrosit.

e) Hitung MCV (Mean Corpuscular Volume) atau volume eritrosit rata-

rata

MCV = eritrositjumlah

xhematokrit 10 fl

Nilai normal = 82 – 92 fentoliter

f) Hitung MCH (Mean Corpuscular Haemoglobin) atau Haemoglobin

eritrosit rata-rata 5

MCH = eritrositjumlah

xnhaemoglobi 10 pg

Nilai normal = 27 – 31 pikogram

Page 77: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

77

g) Hitung MCHC (Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration) atau

Konsentrasi haemoglobin eritrosit rata-rata 5

MCHC = hematokrit

xnhaemoglobi 100 %

Nilai normal = 32 – 37%

H. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengumpulan data.

Data penelitian meliputi :

a. Masa kerja.

b. Berat badan dan tinggi badan.

c. Kebiasaan merokok

d. Profil darah :

1) Leukosit

2) Erytrosit

3) Trombosit

4) Hematokrit

5) Hb

6) MCV

7) MCH

8) MCHC.

e. Kadar benzena OVM

Page 78: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

78

2. Pengolahan data.

Tahap pengolahan data :

a. Cleaning

Data yang dikumpulkan kemudian dilaksanakan cleaning

(pembersihan) data, artinya sebelum dilakukan pengolahan, data dicek

terlebih dahulu agar tidak terdapat data yang tidak diperlukan.

b. Editing

Editing dilakukan untuk mengecek kelengkapan data,

kesinambungan dan keseragaman data sehingga validitas data dapat

terjamin.

c. Coding

Coding dilakukan untuk memudahkan dalam pengolahan data, juga

untuk menjaga kerahasiaan identitas responden.

d. Scoring

Dilakukan untuk memberikan skor pada variabel yang akan

dianalisis, yaitu skor 1 untuk index catagory (kategori indeks) dan skor

0 untuk reference catagory (kategori pembanding). Pemberian kode

juga dapat dilakukan berdasarkan faktor risiko dan efek yang terjadi,

yaitu sebagai berikut :

1) Untuk faktor risiko tinggi dan efek yang diteliti positif/ada, maka

diberi skor 0.

2) Untuk faktor risiko rendah dan bila efek yang diteliti negatif/tidak

ada, maka diberi skor 1.

3. Analisis data.

Data dianalisis menggunakan program komputer SPSS for

Window Release 11.5 dengan tahapan analisis sebagai berikut :

Page 79: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

79

a. Uji normalitas data interval/rasio menggunakan uji Shapiro Wilk ,

karena data berjumlah 60. Data yang diuji normalitasnya adalah :

IMT, masa kerja, kebiasaan merokok, kadar pajanan benzena,

dan profil darah.. Dari hasil uji Shapiro Wilk, apabila nilai p≤0,05

maka data berdistribusi tidak normal, dan bila p>0,05 maka data

berdistribusi normal.

b. Analisis univariat.

Analisis univariat untuk menganalisis data secara deskriptif

untuk data yang berskala interval/rasio, meliputi : data IMT,

masa kerja, kebiasaan merokok, kadar pajanan benzena dari

pengukuran OVM, dan profil darah.

c. Analisis bivariat

Analisis bivariat untuk menganalisis hubungan atau pengaruh

antara dua variabel :

1) Uji korelasi Pearson Product Moment atau Kendall tau-b /

Spearman’s rank.

Uji korelasi digunakan untuk menganalisis hubungan

antara dua variabel. Uji korelasi Pearson Product Moment

digunakan bila memenuhi persyaratan statistik parametrik :

a) Variabel bebas dan variabel terikat keduanya merupakan

data interval/rasio.

b) Jumlah sampel masing-masing variabel bebas dan terikat ≥

30.

Page 80: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

80

c) Data variabel bebas dan data variabel terikat keduanya

berdistribusi normal (p>0,05 dari uji Shapiro Wilk).

Bila salah satu syarat tersebut tidak terpenuhi, maka

digunakan uji statistik non-parametrik (uji Kendall tau-b atau

Spearman’s rank). Penggunaan uji Kendall tau-b/Spearman’s

rank:

a) Bila n < 11 maka digunakan Korelasi Spearman’s rank.

b) Bila 11 ≤ n ≤ 30, dan terdapat banyak nilai/ranking kembar,

maka digunakan korelasi Kendall tau-b.

c) Bila 11 ≤ n ≤ 30, dan nilai/ranking kembar relatif sedikit,

maka digunakan korelasi Spearman’s rank.

d) Bila n > 30 maka digunakan Korelasi Kendall tau-b.

Uji korelasi Pearson Product Moment, Kendall

tau-b/Spearman’s rank bertujuan untuk menganalisis

hubungan antara : IMT, masa kerja, kebiasaan merokok,

kadar pajanan benzena OVM dengan profil darah pekerja.

2) Uji chi-square.

Uji chi-square digunakan apabila variabel bebas dan

variabel terikat kedua-duanya merupakan data kategori

(nominal/ordinal).

Uji chi-square digunakan untuk menganalisis : IMT, masa

kerja, kebiasaan merokok, kadar pajanan benzena OVM

dengan profil darah pekerja setelah ditransformasi menjadi

data kategori.

Page 81: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

81

Sedangkan nilai p yang dibaca berdasarkan aturan-

aturan berikut ini :

a) Pada tabel 2x2 :

- Bila terdapat expected count < 5, maka digunakan uji Fischer

Exact.

- Bila tidak terdapat expected count < 5, maka digunakan uji

Continuity Correction.

Harga risk estimates didapat dari uji Chi-Square bila tabel

berbentuk 2x2. Untuk desain potong lintang, harga risk estimates

dinyatakan dengan Rasio Prevalensi (RP), yang dihitung dengan

rumus :

Efek

(+) (skala 0) (-) (skala 1)

(+) (skala 0) a b a + b Faktor

Risiko (-) (skala 1) c d c + d

RP = [ a/(a+b) ] / [ c/(c+d) ]

b) Pada tabel lebih dari 2x2, misalnya 3x2, 3x3, dll., maka nilai p

dibaca dari uji Pearson Chi-Square.

I. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kilang Paraxylena UP IV Cilacap.

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli 2006 – Maret 2007 dengan rincian

pada halaman 55.

Page 82: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

82

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Kilang Paraxylena PT. Pertamina (Persero) UP IV Cilacap berlokasi di

Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah, seperti yang digambarkan pada peta

lokasi di Lampiran I. Sebelah Utara berbatasan dengan UPMS IV Lube Oil

Blending Plant, sebelah Selatan berbatasan dengan UPMS IV Cilacap, sebelah

barat berbatasan dengan sungai Donan, dan sebelah Timur berbatasan dengan

Transit Terminal Lomanis UPMS IV dan kompleks kantor Donan dan Sidanegara.

Kilang Paraxylena ini dibangun pada tahap III pada tahun 1988 dan mulai

beroperasi pada tahun 1990, tujuannya untuk meningkatkan nilai tambah nafta

dari kilang FOC II (Fuel Oil Complex II). Kilang Paraxylena menghasilkan

paraxylena dari proses aromatisasi heavy naphta dalam unit platformer yang

kemudian dipisahkan untuk memproduksi benzena dengan ekstraksi dan

paraxylena dengan absorbsi.

Kapasitas produksi paraxylena adalah 270.000 ton/tahun, sedangkan

benzena 118.000 ton/tahun. Selain paraxylena dan benzena, juga dihasilkan LPG,

rafinat, heavy aromatics, dan Benzena.

B. Gambaran Tenaga Kerja dan Pengaturan Jam Kerja

Jumlah tenaga kerja di Kilang Paraxylena UP IV Cilacap sampai dengan

bulan September 2006 adalah 113 orang, Sebanyak 80 orang pria ditugaskan

menjalani jadwal kerja shift.

56

Page 83: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

83

Pengaturan jam kerja terbagi dalam 4 (empat) shift, yaitu A, B, C, dan D.

masing-masing shift berdurasi 8 jam kerja, tiga shift bekerja, dan 1 (satu) shift

libur. Karena beban kerja sama maka semua karyawan shift dapat dijadikan

sebagai sampel penelitian yang representatif.

Pengambilan sampel darah. dilakukan selama 2 (dua) hari, yaitu 19-20

September 2006. Jadwal kerja pada tanggal 19 September 2006 adalah sebagai

berikut :

a. Shift A : pukul 00.00 – 08.00

b. Shift B : pukul 08.00 – 16.00

c. Shift D : pukul 16.00 – 24.00

d. Shift C : libur

Sedangkan pada tanggal 20 September 2006, jadwal kerja shift adalah

sebagai berikut :

a. Shift A : pukul 00.00 – 08.00

b. Shift C : pukul 08.00 – 16.00

c. Shift D : pukul 16.00 – 24.00

d. Shift B : libur

Pada tanggal 19 September 2006 dilakukan pengambilan sampel darah untuk

karyawan shift A,B, dan D ; sedangkan karyawan shift C pada tanggal 20

September 2006.

C. Gambaran Responden Penelitian

Kuesioner disebarkan kepada 80 orang karyawan yang terbagi dalam 4

(empat) shift, pada saat dilakukan pengambilan sampel darah, terdapat 68 orang

yang berpartisipasi, yaitu masing-masing shift terdapat 17 orang. Responden yang

Page 84: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

84

tidak diambil sampel darah dikarenakan tidak masuk kerja karena sakit atau

sedang dinas ke luar kota. Jumlah responden yang mengembalikan kuesioner

hanya 60 orang, sehingga sampel yang digunakan sebanyak 60 orang tersebut.

D. Data Hasil Penelitian

Data hasil penelitian meliputi : benzena dari pengukuran OVM, kadar

haemoglobin, red blood cell, hematokrit, mean corpuscular volume, mean

corpuscular haemoglobin, mean corpuscular haemoglobin conscentrat, leukosit

dan trombosit dalam darah disajikan pada lampiran 2.

E. Hasil Uji Statistik

Pengolahan statistik pada penelitian ini menggunakan program komputer,

yang terdiri dari analisis univariat, bivariat, dan multivariat.

1. Analisis univariat

a. Distribusi statistik deskriptif.

Tabel 4.1. Distribusi statistik deskriptif pada responden. N Minimum Maximum Mean Std. Deviation IMT (Kg/m2) 60 20,9 33,1 25,972 2,594Jumlah Rokok (btg/hari) 60 0 24 5,520 8,033Masa Kerja (tahun) 60 3 17 13,680 2,807Kd Benzena OVM (ppm) 60 0,006 ,986 0,460 0,310Haemoglobin (gr/dL) 60 12,40 17,80 14,455 1,660Red Blood Cel (µl) 60 4,20 5,40 4,685 0,370Hematokrit (%) 60 36,80 48,70 43,598 2,600Mean Corpuscular Volume (fl) 60 75,47 112,79 93,498 7,862

Mean Corpuscular Haemoglobin (pg) 60 24,04 36,19 30,857 2,573

Mean Corpuscular Haemoglobin Conscentrat (g/dL)

60 26,19 41,00 33,209 3,689

Leukosit (/mm3) 60 3,90 13,90 7,690 1,870Trombosit (/mm3) 60 12,00 35,90 24,022 5,964

Page 85: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

85

1). Kadar Benzena OVM

Dari tabel 4.1, hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata Kadar

Benzena OVM karyawan 0,46 ppm dengan standar deviasi 0,31 ppm. Paparan

benzena karyawan yang terkecil sebesar 0,06 ppm dan yang tertinggi 0,986 ppm.

2). Kadar Haemoglobin dalam darah

Dari tabel 4.1, hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata Kadar

Haemoglobin dalam darah 14,46 gr/dL dengan standar deviasi 1,66 gr/dl.

Kandungan Haemoglobin dalam darah yang terkecil sebesar 12,40 gr/dL dan yang

tertinggi 17,80 gr/dL.

3). Kadar Red Blood Cell dalam darah

Dari tabel 4.1, hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata Kadar Red

Blood Cell dalam darah 4,69 µl dengan standar deviasi 0,37 µl. Kandungan Red

Blood Cell dalam darah yang terkecil sebesar 4,20µl dan yang tertinggi 5,40µl.

4). Kadar Hematokrit dalam darah

Dari tabel 4.1, hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata Kadar

Hematokrit dalam darah 43,60% dengan standar deviasi 2,60%. Kandungan

Hematokrit dalam darah yang terkecil sebesar 36,80% dan yang tertinggi 48,70%.

5). Kadar Mean Corpuscular Volume dalam darah

Dari tabel 4.1, hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata Kadar Mean

Corpuscular Volume dalam darah 93,49 fl dengan standar deviasi 7,86 fl.

Kandungan Kadar Mean Corpuscular Volume dalam darah yang terkecil sebesar

75,47 fl dan yang tertinggi 112,79 fl.

Page 86: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

86

6). Kadar Mean Corpuscular Haemoglobin dalam darah

Dari tabel 4.1, hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata Kadar Mean

Corpuscular Haemoglobin dalam darah 30,86 pg dengan standar deviasi 2,57 pg.

Kandungan Kadar Mean Corpuscular Haemoglobin dalam darah yang terkecil

sebesar 24,04 pg dan yang tertinggi 36,19 pg.

7). Kadar Mean Corpuscular Haemoglobin Conscentrat dalam darah

Dari tabel 4.1, hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata Kadar Mean

Corpuscular Haemoglobin Conscentrat dalam darah 33,21 gr/dL dengan standar

deviasi 3,69 gr/dL. Kandungan Kadar Mean Corpuscular Haemoglobin

Conscentrat dalam darah yang terkecil sebesar 26,19 gr/dL dan yang tertinggi

41,00 gr/dL.

8). Kadar Leukosit dalam darah

Dari tabel 4.1, hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata Kadar

Leukosit dalam darah 7,69/mm3 dengan standar deviasi 1,87/mm3. Kandungan

Leukosit dalam darah yang terkecil sebesar 3,90/mm3 dan yang tertinggi

13,90/mm3.

9). Kadar Trombosit dalam darah

Dari tabel 4.1, hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata Kadar

Trombosit dalam darah 24,02/mm3 dengan standar deviasi 5,96/mm3. Kandungan

Trombosit dalam darah yang terkecil sebesar 12/mm3 dan yang tertinggi

35,90/mm3.

Page 87: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

87

b. Hasil uji statistik untuk normalitas data.

Sebelum dilakukan analisis bivariat (uji korelasi), terlebih dahulu

dilakukan uji normalitas data menggunakan uji Shapiro-Wilk, karena jumlah data

masing-masing variabel sebanyak 60 data (10≤n≤50). Variabel yang mempunyai

nilai p≤0,05 berarti data berdistribusi tidak normal, sedangkan bila nilai p>0,05

maka data berdistribusi normal. Hasil uji normalitas data disajikan pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Hasil uji normalitas data (uji Shapiro-Wilk)

No. Variabel Nilai p Interpretasi 1. IMT (Kg/m2) 0,691 Data berdistribusi normal 2. Jumlah Rokok (btg/hari) 0,000 Data berdistribusi tidak normal 3. Masa Kerja (tahun) 0,000 Data berdistribusi tidak normal 4. Kd Benzena OVM (ppm) 0,001 Data berdistribusi tidak normal 5. Haemoglobin (gr/dL) 0,000 Data berdistribusi tidak normal 6. Red Blood Cel (µl) 0,000 Data berdistribusi tidak normal 7. Hematokrit (%) 0,167 Data berdistribusi normal 8. Mean Corpuscular Volume

(fl) 0,016 Data berdistribusi tidak normal

9. Mean Corpuscular Haemoglobin (pg)

0,000 Data berdistribusi tidak normal

10. Mean Corpuscular Haemoglobin Conscentrat (g/dL)

0,000 Data berdistribusi tidak normal

11. Leukosit (/mm3) 0,002 Data berdistribusi tidak normal 12. Trombosit (/mm3) 0,013 Data berdistribusi normal

Dari tabel 4.2 didapatkan hasil :

a. Data yang berdistribusi normal : IMT, Hematokrit, dan kadar Trombosit.

b. Data yang berdistribusi tidak normal : jumlah rokok, masa kerja,

haemoglobin, Red Blood Cell, kadar benzena OVM, mean corpuscular

volume, mean corpuscular haemoglobin, mean corpuscular haemoglobin

concentrat, leukosit.

Bila data berdistribusi normal, uji bivariat yang digunakan adalah korelasi

Pearson Product Moment. Sebaliknya, bila salah satu data berdistribusi tidak

Page 88: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

88

normal, maka digunakan korelasi Kendall tau-b atau Spearman rank. Karena

jumlah data masing-masing variabel adalah 60 (n>30), maka digunakan korelasi

Kendall tau-b.

2. Analisis bivariat

a. Uji korelasi

1). Uji korelasi (Kendall tau-b) dengan variabel terikat kadar benzena OVM.

Tabel 4.3. Hasil analisis korelasi Kendall tau-b dengan variabel Profil Darah

No. Variabel bebas Nilai r Nilai p 1. Haemoglobin (gr/dL) -0,418 0,000 2. Red Blood Cel (µl) -0,249 0,007 3. Hematokrit (%) -0,010 0,914 4. Mean Corpuscular

Volume (fl) 0,198 0,027

5. Mean Corpuscular Haemoglobin (pg)

-0,321 0,000

6. Mean Corpuscular Haemoglobin Conscentrat (g/dL)

-0,359 0,000

7. Leukosit (/mm3) -0,013 0,888 8. Trombosit (/mm3) -0,067 0,455

Dari hasil analisis korelasi Kendall tau-b, antara varibel bebas kadar

benzena ovm dengan semua variabel terikat seperti pada tabel di atas didapatkan

nilai p<0,05 untuk variabel Haemoglobin, Red Blood Cell, Mean Corpuscular

Volume, Mean Corpuscular Haemoglobin, Mean Corpuscular Haemoglobin

Concentrat, ini berarti ada hubungan yang signifikan antara kadar benzena ovm

dengan varibel tersebut. Sedangkan untuk variabel hematokrit, leukosit dan

trombosit.

Page 89: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

89

b. Uji Chi-Square

1) Uji Chi-Square untuk Variabel Kadar Benzena di Lingkungan dengan Profil

Darah

Uji Chi-Square digunakan untuk menganalisis hubungan antara dua

variabel dalam bentuk kategori.

a). Hubungan antara kadar paparan benzena (benzena OVM) dengan

Haemoglobin

Tabel 4.4. Distribusi kadar paparan benzena responden

dengan Haemoglobin

Kadar haemoglobin dalam darah Tidak Normal Normal

Total RP (95% CI)

Nilai p Kadar paparan benzena n % n % n % ≥ 0,5 ppm < 0,5 ppm

20 4

64,5 13,8

11 25

35,5 86,2

31 29

100,0 100,0

Jumlah 24 40,0 36 60 60 100,0

4,677

(1,815 – 12,053 )

0,000

Hasil dari uji chi-square pada penelitian ini, prevalensi kadar haemoglobin

dalam darah untuk karyawan yang tidak normal yang terpapar benzena adalah

sebesar 64,5 %, dan untuk karyawan normal yang terpapar benzena adalah sebesar

35,5%. Nilai p=0,000 (p<0,05), berarti pada α=0,05 ada perbedaan yang

signifikan untuk persentase haemoglobin darah yang tidak normal dan

haemoglobin darah yang normal (13-18 gr/dl) antara karyawan yang terpapar

benzena ≥ 0,5 ppm dan karyawan yang tidak terpapar benzena < 0,5 ppm. Nilai

RP =4,677 (95%CI=1,815-12,053), hal ini berarti peluang resiko bagi karyawan

yang terpapar benzena untuk mempunyai kadar haemoglobin tidak normal sebesar

4,677 kali lebih besar bila dibandingkan dengan karyawan yang tidak terpapar

benzena.

Page 90: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

90

b). Hubungan antara kadar paparan benzena (benzena OVM) dengan Red Blood

Cell

Tabel 4.5. Distribusi kadar paparan benzena responden dengan Red Blood Cell

Kadar RBC dalam darah Tidak Normal Normal

Total RP (95% CI)

Nilai p Kadar paran benzena n % N % n % ≥ 0,5 ppm < 0,5 ppm

17 6

54,8 20,7

14 23

45,2 79,3

31 29

100,0 100,0

Jumlah 23 38,3 37 61,7 60 100,0

2,651

(1,214 – 5,787)

0,007

Hasil dari uji chi-square pada penelitian ini, prevalensi kadar Red Blood

Cell dalam darah untuk karyawan yang tidak normal yang terpapar benzena

adalah sebesar 54,8 %, dan untuk karyawan normal yang terpapar benzena adalah

sebesar 45,2%. Nilai p=0,007 (p<0,05), berarti pada α=0,05 ada perbedaan yang

signifikan untuk persentase Red Blood Cell darah yang tidak normal dan Red

Blood Cell darah yang normal (4,5 – 5,5 µl) antara karyawan yang terpapar

benzena ≥ 0,5 ppm dan karyawan yang tidak terpapar benzena < 0,5 ppm. Nilai

RP =2,651 (95%CI= 1,214 – 5,787), hal ini berarti peluang resiko bagi karyawan

yang terpapar benzena untuk mempunyai kadar Red Blood Cell tidak normal

sebesar 2,651 kali lebih besar bila dibandingkan dengan karyawan yang tidak

terpapar benzena.

c). Hubungan antara kadar paparan benzena (benzena OVM) dengan Kadar

Hematokrit dalam darah

Tabel 4.6. Distribusi kadar paparan benzena responden dengan Kadar Hematokrit dalam darah

Kadar Hematokrit dalam darah Tidak Normal Normal

Total RP (95% CI)

Nilai p Kadar paparan benzena n % N % n % ≥ 0,5 ppm < 0,5 ppm

4 2

12,9 6,9

27 27

87,1 93,1

31 29

100,0 100,0

Jumlah 6 10,0 54 90,0 60 100,0

1,871

(0,370- 9,455)

0,672

Page 91: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

91

Pada penelitian ini, didapatkan bahwa dari 31 orang responden yang

terpapar benzena (≥ 0,5 ppm), dilaporkan ada 27 orang karyawan (87,1%) yang

mempunyai kadar Hematokrit normal dalam darah (40-48 %). Sedangkan dari 29

orang responden yang tidak terpapar benzena (<0,05 ppm), ada 27 orang

karyawan (93,1 %) yang mempunyai kadar hematokrit normal dalam darah. Dari

hasil uji chi-square, didapatkan RP=1,871 (95%CI=0,370-9,455) dan nilai

p=0,672 (p>0,05) , artinya pada α=0,05, tidak ada perbedaan proporsi kadar

hematokrit dalam darah yang signifikan antara karyawan yang terpapar dan tidak

terpapar benzena.

d). Hubungan antara kadar paparan benzena (benzena OVM) dengan Kadar Mean

Corpuscular Volume dalam darah

Tabel 4.7. Distribusi kadar paparan benzena responden dengan Kadar Mean Corpuscular Volume dalam darah

Kadar MCV dalam darah (FL) Tidak Normal Normal

Total RP (95% CI)

Nilai p Kadar paparan benzena n % n % n % ≥ 0,5 ppm < 0,5 ppm

19 11

61,3 37,9

12 18

38,7 62,1

31 29

100,0 100,0

Jumlah 30 50,0 30 50,0 60 100,0

1,616

(0,939 – 2,782)

0,121

Pada penelitian ini, didapatkan bahwa dari 31 orang responden yang

terpapar benzena (≥ 0,5 ppm), dilaporkan ada 19 orang karyawan (61,3%) yang

mempunyai kadar MCV normal dalam darah (82-92 fl). Sedangkan dari 29 orang

responden yang tidak terpapar benzena (<0,05 ppm), ada 18 orang karyawan

(62,1%) yang mempunyai kadar MCV normal dalam darah. Dari hasil uji chi-

square, didapatkan RP=1,616 (95%CI= 0,939 – 2,782) dan nilai p=0,121

(p>0,05), artinya pada α=0,05, tidak ada perbedaan proporsi kadar Mean

Page 92: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

92

Corpuscular Volume dalam darah yang signifikan antara karyawan yang terpapar

dan tidak terpapar benzena.

e). Hubungan antara kadar paparan benzena (benzena OVM) dengan Kadar Mean

Corpuscular Haemoglobin dalam darah

Tabel 4.8. Distribusi kadar paparan benzena responden dengan Kadar Mean Corpuscular Haemoglobin dalam darah

Kadar MCH dalam darah (FL) Tidak Normal Normal

Total RP (95% CI)

Nilai p Kadar paparan benzena N % n % N % ≥ 0,5 ppm < 0,5 ppm

10 22

32,3 75,9

21 7

67,7 24,1

31 29

100,0 100,0

Jumlah 32 53,3 28 46,7 60 100,0

0,425

(0,245- 0,737)

0,02

Pada penelitian ini, didapatkan bahwa dari 31 orang responden yang

terpapar benzena (≥ 0,5 ppm), ada 21 orang karyawan (67,7%) yang mempunyai

kadar MCH normal dalam darah (27-31 pg) dan responden yang tidak terpapar

benzena yang memiliki MCH normal sebanyak 24,1%. Dari hasil penelitian

diperoleh nilai RP=0,425 (95%CI=0,245-0,737). Dari uji chi-square ini, didapat

nilai p=0,02 (p<0,05) artinya pada α=0,05 ada perbedaan persentase yang

signifikan proporsi kadar Mean Corpuscular Haemoglobin dalam darah antara

karyawan yang terpapar dan tidak terpapar benzena.

f). Hubungan antara kadar paparan benzena (benzena OVM) dengan Kadar Mean

Corpuscular Haemoglobin Conscentrat dalam darah

Tabel 4.9. Distribusi kadar paparan benzena responden dengan Kadar Mean Corpuscular Haemoglobin Conscentrat dalam darah

Kadar MCHC dalam darah

(gr/dL) Tidak Normal Normal

Total RP (95% CI)

Nilai p Kadar paparan benzena

n % N % n % ≥ 0,5 ppm < 0,5 ppm

21 16

67,7 55,2

10 13

32,3 44,8

31 29

100,0 100,0

Jumlah 37 61,7 23 38,3 60 100,0

1,228

(0,816- 1,847)

0,427

Page 93: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

93

Pada penelitian ini, didapatkan bahwa dari 31 orang responden yang

terpapar benzena (≥ 0,5 ppm), dilaporkan ada 10 orang karyawan (32,3%) yang

mempunyai kadar MCHC normal dalam darah (32-36 gr/dl). Sedangkan dari 29

orang responden yang tidak terpapar benzena (<0,05 ppm), ada 13 orang

karyawan (44,8%) yang mempunyai kadar MCHC normal dalam darah. Dari hasil

uji chi-square, didapatkan RP=1,228 (95%CI=0,816-1,847) dan nilai p=0,427

(p>0,05) , artinya pada α=0,05, tidak ada perbedaan proporsi kadar Mean

Corpuscular Haemoglobin Conscentrat dalam darah yang signifikan antara

karyawan yang terpapar dan tidak terpapar benzena.

g). Hubungan antara kadar paparan benzena (benzena OVM) dengan Kadar

Leukosit dalam darah

Tabel 4.10. Distribusi kadar paparan benzena responden dengan Kadar Leukosit dalam darah

Kadar Leukosit dalam darah

(/mm3) Tidak Normal Normal

Total RP (95% CI)

Nilai p Kadar paparan benzena

N % n % n % ≥ 0,5 ppm < 0,5 ppm

5 4

16,1 13,8

26 25

83,9 86,2

31 29

100,0 100,0

Jumlah 9 15,0 51 85,0 60 100,0

1,169

(0,348 – 3,935)

1,000

Pada penelitian ini, didapatkan bahwa dari 31 orang responden yang

terpapar benzena (≥ 0,5 ppm), ada 26 orang karyawan (83,9%) yang mempunyai

kadar Leukosit normal dalam darah (5,0-10,0/mm3). Sedangkan dari 29 orang

responden yang tidak terpapar benzena (<0,05 ppm), ada 25 orang karyawan

(86,2%) yang mempunyai kadar leukosit normal dalam darah. Dari hasil uji chi-

square, didapatkan RP= 1,169 (95%CI=0,348-3,935) dan nilai p=1,000 (p>0,05) ,

artinya pada α=0,05, tidak ada perbedaan proporsi kadar leukosit dalam darah

yang signifikan antara karyawan yang terpapar dan tidak terpapar benzena.

Page 94: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

94

h). Hubungan antara kadar paparan benzena (benzena OVM) dengan Kadar

Trombosit dalam darah

Tabel 4.11. Distribusi kadar paparan benzena responden dengan Kadar Trombosit dalam darah

Kadar Trombosit dalam darah

(/mm3) Tidak Normal Normal

Total RP (95% CI)

Nilai p Kadar paparan benzena

n % n % n % ≥ 0,5 ppm < 0,5 ppm

2 1

6,5 3,4

29 28

93,5 96,6

31 29

100,0 100,0

Jumlah 3 5,0 57 95,0 60 100,0

1,871

(0,179 – 19,549)

1,000

Pada penelitian ini, didapatkan bahwa dari 31 orang responden yang

terpapar benzena (≥ 0,5 ppm), ada 29 orang karyawan (93,5%) yang mempunyai

kadar Trombosit normal dalam darah (15-40/mm3). Sedangkan dari 29 orang

responden yang tidak terpapar benzena (<0,05 ppm), ada 28 orang karyawan

(96,6%) yang mempunyai kadar trombosit normal dalam darah. Dari hasil uji chi-

square, didapatkan RP=1,871 (95%CI= 0,179–19,549) dan nilai p=1,000

(p>0,05), artinya pada α=0,05, tidak ada perbedaan proporsi kadar trombosit

dalam darah yang signifikan antara karyawan yang terpapar dan tidak terpapar

benzena.

i). Hubungan antara kadar paparan benzena (benzena OVM) dengan status gizi

Tabel 4.12. Distribusi kadar paparan benzena responden dengan status gizi

Status Gizi

Tidak Normal Normal Total RP

(95% CI) Nilai p Kadar

paparan benzena n % N % n % ≥ 0,5 ppm < 0,5 ppm

21 18

67,7 62,1

10 11

32,3 37,9

31 29

100,0 100,0

Jumlah 39 65,0 21 35,0 60 100,0

1,091

(0,751– 1,587)

0,850

Pada penelitian ini, didapatkan bahwa dari 31 orang responden yang

terpapar benzena (≥ 0,5 ppm), ada 10 orang karyawan (32,3%) yang mempunyai

Page 95: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

95

status gizi normal. Sedangkan dari 29 orang responden yang tidak terpapar

benzena (<0,05 ppm), ada 11 orang karyawan (37,9%) yang mempunyai status

gizi normal. Dari hasil uji chi-square, didapatkan RP=1,091 (95%CI= 0,751–

1,587) dan nilai p= 0,850 (p>0,05), artinya pada α=0,05, tidak ada perbedaan

antara status gizi yang tidak normal dan status gizi yang normal secara signifikan

antara karyawan yang terpapar dan tidak terpapar benzena.

j). Hubungan antara kadar paparan benzena (benzena OVM) dengan kebiasaan

merokok

Tabel 4.13. Distribusi kadar paparan benzena responden dengan kebiasaan merokok

Kebiasaan Merokok

Perokok Non Perokok Total RP

(95% CI) Nilai p Kadar

paparan benzena n % n % n % ≥ 0,5 ppm < 0,5 ppm

11 13

35,5 44,8

20 16

64,5 55,2

31 29

100,0 100,0

Jumlah 24 40,0 36 60,0 60 100,0

0,792

(0,424– 1,476)

0,635

Pada penelitian ini, didapatkan bahwa dari 31 orang responden yang

terpapar benzena (≥ 0,5 ppm), ada 20 orang karyawan (64,5%) yang mempunyai

kebiasaan tidak merokok. Sedangkan dari 29 orang responden yang tidak terpapar

benzena (<0,05 ppm), ada 16 orang karyawan (55,2%) yang tidak merokok. Dari

hasil uji chi-square, didapatkan RP=0,792 (95%CI= 0,424–1,476) dan nilai

p=0,635 (p>0,05), artinya pada α=0,05, tidak ada perbedaan antara perokok dan

tidak merokok yang signifikan antara karyawan yang terpapar dan tidak terpapar

benzena.

Page 96: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

96

k). Hubungan antara kadar paparan benzena (benzena OVM) dengan masa kerja

Tabel 4.14. Distribusi kadar paparan benzena responden dengan masa kerja

Masa Kerja

> 10 tahun < 10 tahun Total RP

(95% CI) Nilai p Kadar

paparan benzena n % N % n % ≥ 0,5 ppm < 0,5 ppm

26 27

83,9 93,1

5 2

16,1 6,9

31 29

100,0 100,0

Jumlah 53 88,3 7 11,7 60 100,0

0,901

(0,750– 1,082)

0,426

Pada penelitian ini, didapatkan bahwa dari 31 orang responden yang

terpapar benzena (≥ 0,5 ppm), ada 5 orang karyawan (16,1%) yang mempunyai

masa kerja <10 tahun. Sedangkan dari 29 orang responden yang tidak terpapar

benzena (<0,05 ppm), ada 2 orang karyawan (6,9%) yang mempunyai masa kerja

< 10 tahun. Dari hasil uji chi-square, didapatkan RP=0,901 (95%CI= 0,750–

1,082) dan nilai p=0,426 (p>0,05), artinya pada α=0,05, tidak ada perbedaan

antara pekerja yang memiliki masa kerja > 10 tahun dan < 10 tahun yang

signifikan antara karyawan yang terpapar dan tidak terpapar benzena.

2) Uji Chi-Square untuk Variabel Status Gizi dengan Profil Darah

a). Hubungan antara status gizi dengan Haemoglobin

Tabel 4.15. Distribusi status gizi responden dengan Haemoglobin

Haemoglobin (gr/dl) Tidak Normal Normal

Total RP (95% CI)

Nilai p Kategori Status Gizi

N % N % n % Tidak Normal Normal

19 5

48,7 23,8

20 16

51,3 76,2

39 21

100,0 100,0

Jumlah 24 40,0 36 11,7 60 100,0

2,046

(0,892– 4,693)

0,109

Pada penelitian ini, didapatkan bahwa dari 39 orang responden yang

memiliki status gizi tidak normal, ada 19 orang karyawan (48,7%) yang memiliki

kadar haemoglobin tidak normal. Sedangkan dari 21 orang responden yang

Page 97: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

97

memiliki status gizi normal, ada 16 orang karyawan (76,2%) yang memiliki

kadar haemoglobin normal. Dari hasil uji chi-square, didapatkan RP=0,109

(95%CI= 0,892–4,693) dan nilai p = 0,109 (p>0,05), artinya pada α=0,05, tidak

ada perbedaan antara pekerja yang memiliki kadar haemoglobin normal dan kadar

haemoglobin tidak normal yang signifikan antara karyawan yang memiliki status

gizi normal dan status gizi tidak normal.

b). Hubungan antara status gizi dengan Red Blood Cell

Tabel 4.16. Distribusi status gizi responden dengan Red Blood Cell

Red Blood Cell (µl) Tidak Normal Normal

Total RP (95% CI)

Nilai p Kategori Status Gizi

n % N % n % Tidak Normal Normal

17 6

43,6 28,6

22 15

56,4 71,4

39 21

100,0 100,0

Jumlah 23 38,3 37 61,7 60 100,0

1,526

(0,710– 3,278)

0,388

Pada penelitian ini, didapatkan bahwa dari 39 orang responden yang

memiliki status gizi tidak normal, ada 17 orang karyawan (43,6%) yang memiliki

kadar red blood cell tidak normal. Sedangkan dari 21 orang responden yang

memiliki status gizi normal, ada 15 orang karyawan (71,4%) yang memiliki

kadar red blood cell normal (4,5 – 5,5 µl). Dari hasil uji chi-square, didapatkan

RP=1,526 (95%CI= 0,710–3,278) dan nilai p = 0,388 (p>0,05), artinya pada

α=0,05, tidak ada perbedaan antara pekerja yang memiliki kadar red blood cell

normal dan kadar red blood cell tidak normal yang signifikan antara karyawan

yang memiliki status gizi normal dan status gizi tidak normal.

Page 98: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

98

c). Hubungan antara status gizi dengan Hematokrit

Tabel 4.17. Distribusi status gizi responden dengan Hematokrit

Hematokrit (%) Tidak Normal Normal

Total RP (95% CI)

Nilai p Kategori Status Gizi

N % N % n % Tidak Normal Normal

3 3

7,7 14,3

36 18

92,3 85,7

39 21

100,0 100,0

Jumlah 6 10,0 54 90,0 60 100,0

0,538

(0,119– 2,437)

0,655

Pada penelitian ini, didapatkan bahwa dari 39 orang responden yang

memiliki status gizi tidak normal, ada 3 orang karyawan (7,7%) yang memiliki

kadar hematokrit tidak normal. Sedangkan dari 21 orang responden yang memiliki

status gizi normal, ada 18 orang karyawan (85,7%) yang memiliki kadar

hematokrit normal (40– 48 %). Dari hasil uji chi-square, didapatkan RP=0,538

(95%CI= 0,119–2,437) dan nilai p = 0,655 (p>0,05), artinya pada α=0,05, tidak

ada perbedaan antara pekerja yang memiliki kadar hematokrit normal dan kadar

hematokrit tidak normal yang signifikan antara karyawan yang memiliki status

gizi normal dan status gizi tidak normal.

d). Hubungan antara status gizi dengan Mean Corpuscular Volume

Tabel 4.18. Distribusi status gizi responden dengan Mean Corpuscular Volume

Mean Corpuscular Volume (fl)

Tidak Normal Normal

Total RP (95% CI)

Nilai p Kategori Status Gizi

N % N % N % Tidak Normal Normal

23 7

59,0 33,3

16 14

41,0 66,7

39 21

100,0 100,0

Jumlah 30 50,0 30 50,0 60 100,0

1,769

(0,915– 3,420)

0,104

Pada penelitian ini, didapatkan bahwa dari 39 orang responden yang

memiliki status gizi tidak normal, ada 23 orang karyawan (59,0%) yang memiliki

kadar mean corpuscular volume tidak normal. Sedangkan dari 21 orang responden

yang memiliki status gizi normal, ada 14 orang karyawan (66,7%) yang memiliki

Page 99: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

99

kadar mean corpuscular volume normal (82-92 fl). Dari hasil uji chi-square,

didapatkan RP=1,769 (95%CI= 0,915–3,420) dan nilai p = 0,104 (p>0,05), artinya

pada α=0,05, tidak ada perbedaan antara pekerja yang memiliki kadar mean

corpuscular volume normal dan kadar mean corpuscular volume tidak normal

yang signifikan antara karyawan yang memiliki status gizi normal dan status gizi

tidak normal.

e). Hubungan antara status gizi dengan Mean Corpuscular Haemoglobin

Tabel 4.19. Distribusi status gizi responden dengan Mean Corpuscular Haemoglobin

Mean Corpuscular Haemoglobin (pg)

Tidak Normal Normal

Total RP (95% CI)

Nilai p Kategori Status Gizi

N % N % N % Tidak Normal Normal

18 14

46,2 66,7

21 7

53,8 33,3

39 21

100,0 100,0

Jumlah 32 53,3 28 46,7 60 100,0

0,692

(0,440– 1,090)

0,212

Pada penelitian ini, didapatkan bahwa dari 39 orang responden yang

memiliki status gizi tidak normal, ada 18 orang karyawan (46,2%) yang memiliki

kadar mean corpuscular haemoglobin tidak normal. Sedangkan dari 21 orang

responden yang memiliki status gizi normal, ada 7 orang karyawan (33,3%) yang

memiliki kadar mean corpuscular haemoglobin normal (27-31 pg). Dari hasil uji

chi-square, didapatkan RP=0,692 (95%CI= 0,440–1,090) dan nilai p = 0,212

(p>0,05), artinya pada α=0,05, tidak ada perbedaan antara pekerja yang memiliki

kadar mean corpuscular haemoglobin normal dan kadar mean corpuscular

haemoglobin tidak normal yang signifikan antara karyawan yang memiliki status

gizi normal dan status gizi tidak normal.

Page 100: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

100

f). Hubungan antara status gizi dengan Mean Corpuscular Haemoglobin

Concentrat

Tabel 4.20. Distribusi status gizi responden dengan Mean Corpuscular Haemoglobin Concentrat

Mean Haemoglobin Concentrat (gr/dl)

Tidak Normal Normal

Total RP (95% CI)

Nilai p Kategori Status Gizi

N % N % N % Tidak Normal Normal

25 12

64,1 57,1

14 9

35,9 42,9

39 21

100,0 100,0

Jumlah 37 61,7 23 38,3 60 100,0

1,122

(0,724– 1,739)

0,802

Pada penelitian ini, didapatkan bahwa dari 39 orang responden yang

memiliki status gizi tidak normal, ada 25 orang karyawan (64,1%) yang memiliki

kadar mean corpuscular haemoglobin concentrat tidak normal. Sedangkan dari 21

orang responden yang memiliki status gizi normal, ada 9 orang karyawan

(42,9%) yang memiliki kadar mean corpuscular haemoglobin concentrat normal

(32-36 gr/dl). Dari hasil uji chi-square, didapatkan RP=0,122 (95%CI= 0,724–

1,739) dan nilai p = 0,802 (p>0,05), artinya pada α=0,05, tidak ada perbedaan

antara pekerja yang memiliki kadar mean corpuscular haemoglobin concentrat

normal dan kadar mean corpuscular haemoglobin concentrat tidak normal yang

signifikan antara karyawan yang memiliki status gizi normal dan status gizi tidak

normal.

g). Hubungan antara status gizi dengan Leukosit

Tabel 4.21. Distribusi status gizi responden dengan Leukosit

Leukosit (/mm3) Tidak Normal Normal

Total RP (95% CI)

Nilai p Kategori Status Gizi

N % N % N % Tidak Normal Normal

7 2

17,9 9,5

32 19

82,1 90,5

39 21

100,0 100,0

Jumlah 9 15,0 51 85,0 60 100,0

1,885

(0,429– 8,273)

0,473

Page 101: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

101

Pada penelitian ini, didapatkan bahwa dari 39 orang responden yang

memiliki status gizi tidak normal, ada 7 orang karyawan (17,9%) yang memiliki

kadar leukosit tidak normal. Sedangkan dari 21 orang responden yang memiliki

status gizi normal, ada 19 orang karyawan (90,5%) yang memiliki leukosit

normal (5,0-10,0/mm3). Dari hasil uji chi-square, didapatkan RP=1,885

(95%CI= 0,429–8,273) dan nilai p = 0,473 (p>0,05), artinya pada α=0,05, tidak

ada perbedaan antara pekerja yang memiliki kadar leukosit normal dan kadar

leukosit tidak normal yang signifikan antara karyawan yang memiliki status gizi

normal dan status gizi tidak normal.

g). Hubungan antara status gizi dengan Trombosit

Tabel 4.22. Distribusi status gizi responden dengan Trombosit

Trombosit (/mm3) Tidak Normal Normal

Total RP (95% CI)

Nilai p Kategori Status Gizi

N % N % N % Tidak Normal Normal

2 2

5,1 9,5

37 19

94,9 90,5

39 21

100,0 100,0

Jumlah 4 6,7 56 93,3 60 100,0

0,538

(0,082– 3,553)

0,606

Pada penelitian ini, didapatkan bahwa dari 39 orang responden yang

memiliki status gizi tidak normal, ada 2 orang karyawan (5,1%) yang memiliki

kadar trombosit tidak normal. Sedangkan dari 21 orang responden yang memiliki

status gizi normal, ada 19 orang karyawan (90,5%) yang memiliki trombosit

normal (15-40/mm3). Dari hasil uji chi-square, didapatkan RP=0,538 (95%CI=

0,082–3,553) dan nilai p = 0,606 (p>0,05), artinya pada α=0,05, tidak ada

perbedaan antara pekerja yang memiliki trombosit normal dan kadar trombosit

tidak normal yang signifikan antara karyawan yang memiliki status gizi normal

dan status gizi tidak normal.

Page 102: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

102

3) Uji Chi-Square untuk Variabel Kebiasaaan Merokok dengan Profil Darah

a). Hubungan antara kebiasaan merokok dengan Haemoglobin

Tabel 4.23. Distribusi kebiasaan merokok responden dengan Haemoglobin

Haemoglobin (gr/dl) Tidak Normal Normal

Total RP (95% CI)

Nilai p Kebiasaan Merokok

n % N % n % Perokok Non Perokok

9 15

37,5 41,7

15 21

62,5 58,3

24 36

100,0 100,0

Jumlah 24 40,0 36 60,0 60 100,0

0,.900

(0,472– 1,716)

0,.957

Pada penelitian ini, didapatkan bahwa dari 24 orang responden yang

memiliki kebiasaan merokok, ada 9 orang karyawan (37,5%) yang memiliki kadar

haemoglobin tidak normal. Sedangkan dari 36 orang responden yang tidak

merokok, ada 21 orang karyawan (58,3%) yang memiliki kadar haemoglobin

normal. Dari hasil uji chi-square, didapatkan RP=0,900 (95%CI= 0,472–1,716)

dan nilai p = 0,957 (p>0,05), artinya pada α=0,05, tidak ada perbedaan antara

pekerja yang memiliki kadar haemoglobin normal dan kadar haemoglobin tidak

normal yang signifikan antara karyawan yang memiliki kebiasaan merokok dan

tidak merokok.

b). Hubungan antara kebiasaan merokok dengan Red Blood Cell

Tabel 4.24. Distribusi kebiasaan merokok responden dengan Red Blood Cell

Red Blood Cell (µl) Tidak Normal Normal

Total RP (95% CI)

Nilai p Kebiasaan Merokok

N % N % n % Perokok Non Perokok

10 13

41,7 36,1

14 23

58,3 63,9

24 36

100,0 100,0

Jumlah 23 38,3 37 61,7 60 100,0

1,154

(0,607– 2,194)

0,871

Pada penelitian ini, didapatkan bahwa dari 24 orang responden yang

memiliki kebiasaan merokok, ada 10 orang karyawan (41,7%) yang memiliki

kadar red blood cell tidak normal. Sedangkan dari 36 orang responden yang tidak

Page 103: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

103

merokok, ada 23 orang karyawan (63,9%) yang memiliki kadar red blood cell

normal (4,5 – 5,5 µl). Dari hasil uji chi-square, didapatkan RP=1,154 (95%CI=

0,607–2,194) dan nilai p = 0,871 (p>0,05), artinya pada α=0,05, tidak ada

perbedaan antara pekerja yang memiliki kadar red blood cell normal dan kadar red

blood cell tidak normal yang signifikan antara karyawan yang memiliki kebiasaan

merokok dan bukan perokok.

c). Hubungan antara kebiasaan merokok dengan Hematokrit

Tabel 4.25. Distribusi kebiasaan merokok responden dengan Hematokrit

Hematokrit (%) Tidak Normal Normal

Total RP (95% CI)

Nilai p Kebiasaan Merokok

N % N % n % Perokok Non Perokok

3 3

12,5 8,3

21 33

87,5 91,7

24 36

100,0 100,0

Jumlah 6 10,0 54 90,0 60 100,0

1,500

(0,330– 6,822)

0,675

Pada penelitian ini, didapatkan bahwa dari 24 orang responden yang

memiliki kebiasaan merokok, ada 3 orang karyawan (12,5%) yang memiliki kadar

hematokrit tidak normal. Sedangkan dari 36 orang responden yang tidak merokok,

ada 33 orang karyawan (91, 7%) yang memiliki kadar hematokrit normal (40–

48 %). Dari hasil uji chi-square, didapatkan RP=1,500 (95%CI= 0,330–6,822)

dan nilai p = 0,675 (p>0,05), artinya pada α=0,05, tidak ada perbedaan antara

pekerja yang memiliki kadar hematokrit normal dan kadar hematokrit tidak

normal yang signifikan antara karyawan yang memiliki kebiasaan merokok dan

tidak merokok.

Page 104: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

104

d). Hubungan antara kebiasaan merokok dengan Mean Corpuscular Volume

Tabel 4.26. Distribusi kebiasaan merokok responden dengan Mean Corpuscular Volume

Mean Corpuscular Volume (fl) Tidak Normal Normal

Total RP (95% CI)

Nilai p Kebiasaan Merokok

N % N % N % Perokok Non Perokok

11 19

45,8 52,8

13 17

54,2 47,2

24 36

100,0 100,0

Jumlah 30 50,0 30 50,0 60 100,0

0,868

(0,509– 1,481)

0,792

Pada penelitian ini, didapatkan bahwa dari 24 orang responden yang

memiliki kebiasaan merokok, ada 11 orang karyawan (45,8%) yang memiliki

kadar mean corpuscular volume tidak normal. Sedangkan dari 36 orang responden

yang tidak merokok, ada 17 orang karyawan (47,2%) yang memiliki kadar mean

corpuscular volume normal (82-92 fl). Dari hasil uji chi-square, didapatkan

RP=0,868 (95%CI= 0,509–1,481) dan nilai p = 0,792 (p>0,05), artinya pada

α=0,05, tidak ada perbedaan antara pekerja yang memiliki kadar mean

corpuscular volume normal dan kadar mean corpuscular volume tidak normal

yang signifikan antara karyawan yang memiliki kebiasaan merokok dan tidak

merokok.

e). Hubungan antara kebiasaan merokok dengan Mean Corpuscular Haemoglobin

Tabel 4.27. Distribusi kebiasaan merokok responden dengan Mean Corpuscular Haemoglobin

Mean Corpuscular Haemoglobin (pg)

Tidak Normal Normal

Total RP (95% CI)

Nilai p Kebiasaan Merokok

N % N % N % Perokok Non Perokok

12 20

50,0 55,6

12 16

50,0 44,4

24 36

100,0 100,0

Jumlah 32 53,3 28 46,7 60 100,0

0,900

(0,548– 1,477)

0,874

Pada penelitian ini, didapatkan bahwa dari 24 orang responden yang

memiliki kebiasaan merokok, ada 12 orang karyawan (50,0%) yang memiliki

Page 105: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

105

kadar mean corpuscular haemoglobin tidak normal. Sedangkan dari 36 orang

responden yang tidak merokok, ada 16 orang karyawan (44,4%) yang memiliki

kadar mean corpuscular haemoglobin normal (27-31 pg). Dari hasil uji chi-

square, didapatkan RP=0,900 (95%CI= 0,548–1,477) dan nilai p = 0,874

(p>0,05), artinya pada α=0,05, tidak ada perbedaan antara pekerja yang memiliki

kadar mean corpuscular haemoglobin normal dan kadar mean corpuscular

haemoglobin tidak normal yang signifikan antara karyawan yang memiliki

kebiasaan merokok dan tidak merokok.

f). Hubungan antara kebiasaan merokok dengan Mean Corpuscular

Haemoglobin Concentrat

Tabel 4.28. Distribusi kebiasaan merokok responden dengan Mean Corpuscular Haemoglobin Concentrat

Mean Haemoglobin Concentrat (gr/dl)

Tidak Normal Normal

Total RP (95% CI)

Nilai p Kebiasaan Merokok

N % N % N % Perokok Non Perokok

15 22

62,5 6,11

9 14

37,5 38,9

24 36

100,0 100,0

Jumlah 37 61,7 23 38,3 60 100,0

1,023

(0,682– 1,533)

1,000

Pada penelitian ini, didapatkan bahwa dari 24 orang responden yang

memiliki kebiasaan merokok, ada 15 orang karyawan (62,5%) yang memiliki

kadar mean corpuscular haemoglobin concentrat tidak normal. Sedangkan dari 36

orang responden yang tidak merokok, ada 14 orang karyawan (38,9%) yang

memiliki kadar mean corpuscular haemoglobin concentrat normal (32-36 gr/dl).

Dari hasil uji chi-square, didapatkan RP=1,023 (95%CI= 0,682–1,533) dan nilai

p = 1,000 (p>0,05), artinya pada α=0,05, tidak ada perbedaan antara pekerja yang

memiliki kadar mean corpuscular haemoglobin concentrat normal dan kadar

Page 106: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

106

mean corpuscular haemoglobin concentrat tidak normal yang signifikan antara

karyawan yang memiliki kebiasaan merokok dan tidak merokok.

g). Hubungan antara kebiasaan merokok dengan Leukosit

Tabel 4.29. Distribusi kebiasaan merokok responden dengan Leukosit

Leukosit (/mm3) Tidak Normal Normal

Total RP (95% CI)

Nilai p Kebiasaan Merokok

N % N % N % Perokok Non Perokok

3 6

12,5 16,7

21 30

87,5 83,3

24 36

100,0 100,0

Jumlah 9 15,0 51 85,0 60 100,0

0,750

(0,207– 2,714)

0,729

Pada penelitian ini, didapatkan bahwa dari 24 orang responden yang

memiliki kebiasaan merokok, ada 3 orang karyawan (12,5%) yang memiliki kadar

leukosit tidak normal. Sedangkan dari 36 orang responden yang tidak merokok,

ada 30 orang karyawan (83,3%) yang memiliki leukosit normal (5,0-10,0/mm3).

Dari hasil uji chi-square, didapatkan RP=0,750 (95%CI= 0,207–2,714) dan nilai

p = 0,729 (p>0,05), artinya pada α=0,05, tidak ada perbedaan antara pekerja yang

memiliki kadar leukosit normal dan kadar leukosit tidak normal yang signifikan

antara karyawan yang memiliki kebiasaan merokok dan kebiasaan tidak merokok.

g). Hubungan antara kebiasaan merokok dengan Trombosit

Tabel 4.30. Distribusi kebiasaan merokok responden dengan Trombosit

Trombosit (/mm3) Tidak Normal Normal

Total RP (95% CI)

Nilai p Kebiasaan Merokok

N % N % N % Perokok Non Perokok

1 4

4 11,1

24 32

96,0 88,9

25 36

100,0 100,0

Jumlah 5 8,2 56 91,8 61 100,0

0,360

(0,043– 3,033)

0,640

Pada penelitian ini, didapatkan bahwa dari 25 orang responden yang

memiliki kebiasaan merokok, ada 1 orang karyawan (4,0%) yang memiliki kadar

trombosit tidak normal. Sedangkan dari 36 orang responden yang memiliki tidak

Page 107: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

107

merokok, ada 32 orang karyawan (88,9%) yang memiliki trombosit normal (15-

40/mm3). Dari hasil uji chi-square, didapatkan RP=0,360 (95%CI= 0,043–3,033)

dan nilai p = 0,640 (p>0,05), artinya pada α=0,05, tidak ada perbedaan antara

pekerja yang memiliki trombosit normal dan kadar trombosit tidak normal yang

signifikan antara karyawan yang memiliki kebiasaan merokok dan tidak merokok.

4) Uji Chi-Square untuk Variabel Masa Kerja dengan Profil Darah

a). Hubungan antara masa kerja dengan Haemoglobin

Tabel 4.31. Distribusi Masa Kerja responden dengan Haemoglobin

Haemoglobin (gr/dl) Tidak Normal Normal

Total RP (95% CI)

Nilai p Masa kerja

n % N % n % > 10 tahun < 10 tahun

21 3

39,6 42,9

32 4

60,4 57,1

53 7

100,0 100,0

Jumlah 24 40,0 36 60,0 60 100,0

0,.925

(0,369– 2,315)

1,.000

Pada penelitian ini, didapatkan bahwa dari 53 orang responden yang

memiliki masa kerja > 10 tahun, ada 21 orang karyawan (39,6%) yang memiliki

kadar haemoglobin tidak normal. Sedangkan dari 7 orang responden yang

memiliki masa kerja < 10 tahun, ada 4 orang karyawan (57,1%) yang memiliki

kadar haemoglobin normal. Dari hasil uji chi-square, didapatkan RP=0,925

(95%CI= 0,369–2,315) dan nilai p = 1,000 (p>0,05), artinya pada α=0,05, tidak

ada perbedaan antara pekerja yang memiliki kadar haemoglobin normal dan kadar

haemoglobin tidak normal yang signifikan antara karyawan yang memiliki masa

kerja > 10 tahun dan masa kerja < 10 tahun.

Page 108: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

108

b). Hubungan antara masa kerja dengan Red Blood Cell

Tabel 4.32 Distribusi Masa Kerja responden dengan Red Blood Cell

Red Blood Cell (µl) Tidak Normal Normal

Total RP (95% CI)

Nilai p Masa kerja

N % N % n % > 10 tahun < 10 tahun

21 2

39,6 28,6

32 5

60,4 71,4

53 7

100,0 100,0

Jumlah 23 38,3 37 61,7 60 100,0

1,387

(0,410– 4,686)

0,697

Pada penelitian ini, didapatkan bahwa dari 53 orang responden yang

memiliki masa kerja > 10 tahun, ada 21 orang karyawan (39,6%) yang memiliki

kadar red blood cell tidak normal. Sedangkan dari 7 orang responden yang

memiliki masa kerja < 10 tahun, ada 5 orang karyawan (71,4%) yang memiliki

kadar red blood cell normal (4,5 – 5,5 µl). Dari hasil uji chi-square, didapatkan

RP=1,387 (95%CI= 0,410–4,686) dan nilai p = 0,697 (p>0,05), artinya pada

α=0,05, tidak ada perbedaan antara pekerja yang memiliki kadar red blood cell

normal dan kadar red blood cell tidak normal yang signifikan antara karyawan

yang memiliki masa kerja > 10 tahun dan masa kerja < 10 tahun.

c). Hubungan antara masa kerja dengan Hematokrit

Tabel 4.33 Distribusi Masa Kerja responden dengan Hematokrit

Hematokrit (%) Tidak Normal Normal

Total RP (95% CI)

Nilai p Masa kerja

N % N % n % > 10 tahun < 10 tahun

5 1

9,4 14,3

48 6

90,6 85,7

53 7

100,0 100,0

Jumlah 6 10,0 54 90,0 60 100,0

0,660

(0,090– 4,866)

0,541

Pada penelitian ini, didapatkan bahwa dari 53 orang responden yang

memiliki masa kerja > 10 tahun, ada 5 orang karyawan (9,4%) yang memiliki

kadar hematokrit tidak normal. Sedangkan dari 7 orang responden yang memiliki

masa kerja < 10 tahun, ada 6 orang karyawan (85,7%) yang memiliki kadar

hematokrit normal (40– 48 %). Dari hasil uji chi-square, didapatkan RP=0,660

Page 109: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

109

(95%CI= 0,090–4,866) dan nilai p = 0,541 (p>0,05), artinya pada α=0,05, tidak

ada perbedaan antara pekerja yang memiliki kadar hematokrit normal dan kadar

hematokrit tidak normal yang signifikan antara karyawan yang memiliki masa

kerja > 10 tahun dan masa kerja < 10 tahun.

d). Hubungan antara masa kerja dengan Mean Corpuscular Volume

Tabel 4.34 Distribusi Masa Kerja responden dengan Mean Corpuscular Volume

Mean Corpuscular Volume (fl) Tidak Normal Normal

Total RP (95% CI)

Nilai p Masa kerja

N % N % N % > 10 tahun < 10 tahun

29 1

54,7 14,3

24 6

45,3 85,7

53 7

100,0 100,0

Jumlah 30 50,0 30 50,0 60 100,0

3,830

(0,614– 23,902)

0,103

Pada penelitian ini, didapatkan bahwa dari 53 orang responden yang

memiliki masa kerja > 10 tahun, ada 29 orang karyawan (45,8%) yang memiliki

kadar mean corpuscular volume tidak normal. Sedangkan dari 7 orang responden

yang memiliki masa kerja < 10 tahun, ada 6 orang karyawan (85,7%) yang

memiliki kadar mean corpuscular volume normal (82-92 fl). Dari hasil uji chi-

square, didapatkan RP=3,830 (95%CI= 0,614–23,902) dan nilai p = 0,103

(p>0,05), artinya pada α=0,05, tidak ada perbedaan antara pekerja yang memiliki

kadar mean corpuscular volume normal dan kadar mean corpuscular volume tidak

normal yang signifikan antara karyawan yang memiliki masa kerja > 10 tahun dan

masa kerja < 10 tahun.

Page 110: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

110

e). Hubungan antara masa kerja dengan Mean Corpuscular Haemoglobin

Tabel 4.35 Distribusi Masa Kerja responden dengan Mean Corpuscular Haemoglobin

Mean Corpuscular Haemoglobin (pg)

Tidak Normal Normal

Total RP (95% CI)

Nilai p Masa kerja

N % N % N % > 10 tahun < 10 tahun

28 4

52,8 57,1

25 3

47,2 42,9

53 7

100,0 100,0

Jumlah 32 53,3 28 46,7 60 100,0

0,925

(0,464– 1,844)

1,000

Pada penelitian ini, didapatkan bahwa dari 53 orang responden yang

memiliki masa kerja > 10 tahun, ada 28 orang karyawan (52,8%) yang memiliki

kadar mean corpuscular haemoglobin tidak normal. Sedangkan dari 7 orang

responden yang memiliki masa kerja < 10 tahun, ada 3 orang karyawan (42,9%)

yang memiliki kadar mean corpuscular haemoglobin normal (27-31 pg). Dari

hasil uji chi-square, didapatkan RP=0,925 (95%CI= 0,464–1,844) dan nilai p =

1,000 (p>0,05), artinya pada α=0,05, tidak ada perbedaan antara pekerja yang

memiliki kadar mean corpuscular haemoglobin normal dan kadar mean

corpuscular haemoglobin tidak normal yang signifikan antara karyawan yang

memiliki masa kerja > 10 tahun dan masa kerja < 10 tahun.

f). Hubungan antara masa kerja dengan Mean Corpuscular Haemoglobin

Concentrat

Tabel 4.36 Distribusi Masa Kerja responden dengan Mean Corpuscular Haemoglobin Concentrat

Mean Haemoglobin Concentrat (gr/dl)

Tidak Normal Normal

Total RP (95% CI)

Nilai p Masa kerja

N % N % N % > 10 tahun < 10 tahun

33 4

62,3 57,1

20 3

37,7 42,9

53 7

100,0 100,0

Jumlah 37 61,7 23 38,3 60 100,0

1,090

(0,555– 2,140)

1,000

Page 111: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

111

Pada penelitian ini, didapatkan bahwa dari 53 orang responden yang

memiliki masa kerja > 10 tahun, ada 33 orang karyawan (62,3%) yang memiliki

kadar mean corpuscular haemoglobin concentrat tidak normal. Sedangkan dari 7

orang responden yang memiliki masa kerja < 10 tahun, ada 3 orang karyawan

(42,9%) yang memiliki kadar mean corpuscular haemoglobin concentrat normal

(32-36 gr/dl). Dari hasil uji chi-square, didapatkan RP=1,090 (95%CI= 0,555–

2,140) dan nilai p = 1,000 (p>0,05), artinya pada α=0,05, tidak ada perbedaan

antara pekerja yang memiliki kadar mean corpuscular haemoglobin concentrat

normal dan kadar mean corpuscular haemoglobin concentrat tidak normal yang

signifikan antara karyawan yang memiliki masa kerja > 10 tahun dan masa kerja <

10 tahun.

g). Hubungan antara masa kerja dengan Leukosit

Tabel 4.37 Distribusi Masa Kerja responden dengan Leukosit

Leukosit (/mm3) Tidak Normal Normal

Total RP (95% CI)

Nilai p Masa kerja

N % N % N % > 10 tahun < 10 tahun

9 1

17,0 12,5

44 7

83,0 87,5

53 8

100,0 100,0

Jumlah 10 16,4 51 85,0 61 100,0

1,358

(0,198– 9,337)

1,000

Pada penelitian ini, didapatkan bahwa dari 53 orang responden yang

memiliki masa kerja > 10 tahun, ada 9 orang karyawan (17,0%) yang memiliki

kadar leukosit tidak normal. Sedangkan dari 8 orang responden yang memiliki

masa kerja < 10 tahun, ada 7 orang karyawan (87,5%) yang memiliki leukosit

normal (5,0-10,0/mm3). Dari hasil uji chi-square, didapatkan RP=1,358

(95%CI= 0,198–9,337) dan nilai p = 1,000 (p>0,05), artinya pada α=0,05, tidak

ada perbedaan antara pekerja yang memiliki kadar leukosit normal dan kadar

Page 112: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

112

leukosit tidak normal yang signifikan antara karyawan yang memiliki masa kerja

> 10 tahun dan masa kerja < 10 tahun.

g). Hubungan antara masa kerja dengan Trombosit

Tabel 4.38 Distribusi Masa Kerja responden dengan Trombosit

Trombosit (/mm3) Tidak Normal Normal

Total RP (95% CI)

Nilai p Masa kerja

N % N % N % > 10 tahun < 10 tahun

3 1

5,7 14,3

50 6

94,3 85,7

53 7

100,0 100,0

Jumlah 4 6,7 56 93,3 60 100,0

0,396

(0,047– 3,306)

0,399

Pada penelitian ini, didapatkan bahwa dari 53 orang responden yang

memiliki masa kerja > 10 tahun, ada 3 orang karyawan (5,7%) yang memiliki

kadar trombosit tidak normal. Sedangkan dari 7 orang responden yang memiliki

masa kerja < 10 tahun, ada 6 orang karyawan (85,7%) yang memiliki trombosit

normal (15-40/mm3). Dari hasil uji chi-square, didapatkan RP=0,396 (95%CI=

0,047–3,306) dan nilai p = 0,399 (p>0,05), artinya pada α=0,05, tidak ada

perbedaan antara pekerja yang memiliki trombosit normal dan kadar trombosit

tidak normal yang signifikan antara karyawan yang memiliki masa kerja > 10

tahun dan masa kerja < 10 tahun.

3. Analisis Multivariat

Analisis regresi logistik dilakukan apabila dalam analisis bivariat, masing-

masing variabel bebas mendapatkan nilai p<0,25 untuk mendapatkan model yang

terbaik, semua variabel yang memenuhi syarat dimasukkan bersama-sama untuk

dipertimbangkan menjadi model dengan hasil menunjukkan nilai p<0,05 variabel

yang terpilih dimasukkan ke dalam model, dan nilai p yang tidak signifikan

(p>0,05) dikeluarkan dari model.

Page 113: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

113

Tabel 4.39. Hasil Uji Analisa Chi Square antara Paparan Benzena dengan Profil Darah

No. Variabel RP (95%CI) Nilai p 1. Haemoglobin (gr/dl) 4,677 (1,815-2,053) 0,000 2. Red Blood Cel (µl) 2,651 (1,214-5,787) 0,014 3. Hematokrit (%) 1,871 (0,700-9,455) 0,672 4. Mean Corpuscular Volume (fl) 1,616 (0,939-2,782) 0,121 5. Mean Corpuscular Haemoglobin (pg) 0,425 (0,245-0,737) 0,002 6. Mean Corpuscular Haemoglobin

Conscentrat (g/dl) 1,228 (0,816-,1847) 0,427

7. Leukosit (/mm3) 1,169 (0,348-,3935) 1,000 8. Trombosit (/mm3) 1,871 (0,179-9,549) 1,000

Dari tabel 4.38 diatas, variabel yang mempunyai nilai p>0,250 adalah :

haemoglobin, RBC dan Mean Corpuscular Haemoglobin. Selanjutnya variabel

tersebut diuji dengan menggunakan uji regresi logistik dengan variabel paparan

benzena dan variabel perancu yang terdiri dari merokok, status gizi dan masa

kerja.

1) Uji Regresi Logistik untuk variabel Independen Haemoglobin

Tabel 4.40. Hasil Uji Regresi Logistik untuk variabel Independen Haemoglobin Variables in the Equation

-,107 ,125 ,726 1 ,394 ,899 ,703 1,1492,443 ,674 13,148 1 ,000 11,510 3,073 43,113,007 ,652 ,000 1 ,991 1,008 ,281 3,618,301 ,926 ,106 1 ,745 1,352 ,220 8,292

2,129 3,393 ,394 1 ,530 8,409

IMTKDBZOM1MEROKOKMAS_KERConstant

Step1

a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper95,0% C.I.for EXP(B)

Variable(s) entered on step 1: IMT, KDBZOM1, MEROKOK, MAS_KER.a.

Variabel kebiasaan merokok, masa kerja dan IMT mempunyai nilai

p-Wald>0,05 sedangkan variabel paparan Benzena memiliki nilai p-Wald< 0,05

yaitu : 0,000 dengan nilai OR = 11,510 (CI 95% = 3,037 - 43,113). Hal ini

menunjukkan bahwa paparan Benzena dominan berpengaruh terhadap tidak

normalnya kadar haemoglobin, dan karyawan yang terpapan Benzena cenderung

Page 114: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

114

memiliki kadar haemoglobin yang tidak normal sebesar 11,510 kali dibandingkan

dengan karyawan yang tidak terpapar Benzena.

2) Uji Regresi Logistik untuk variabel Independen Red Blood Cell

Tabel 4.41. Hasil Uji Regresi Logistik untuk variabel Independen RBC Variables in the Equation

-,125 ,116 1,166 1 ,280 ,882 ,703 1,1071,657 ,621 7,114 1 ,008 5,245 1,552 17,729,443 ,611 ,526 1 ,468 1,558 ,470 5,158,858 ,964 ,792 1 ,373 2,358 ,357 15,592

2,650 3,145 ,710 1 ,399 14,161

IMTKDBZOM1MEROKOKMAS_KERConstant

Step1

a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper95,0% C.I.for EXP(B)

Variable(s) entered on step 1: IMT, KDBZOM1, MEROKOK, MAS_KER.a.

Variabel kebiasaan merokok, masa kerja dan IMT mempunyai nilai p-

Wald>0,05 sedangkan variabel paparan Benzena memiliki nilai p-Wald< 0,05

yaitu : 0,008 dengan nilai OR = 5,245 (CI 95% = 1,552 - 17,729). Hal ini

menunjukkan bahwa paparan Benzena dominan berpengaruh terhadap tidak

normalnya kadar RBC, dan karyawan yang terpapan Benzena cenderung memiliki

kadar RBC yang tidak normal sebesar 5,245 kali dibandingkan dengan karyawan

yang tidak terpapar Benzena.

3) Uji Regresi Logistik untuk variabel Independen Mean Corpuscular

Haemoglobin

Tabel 4.42. Hasil Uji Regresi Logistik untuk variabel Independen MCH Variables in the Equation

,114 ,118 ,949 1 ,330 1,121 ,891 1,412-2,014 ,621 10,539 1 ,001 ,133 ,040 ,450-,483 ,618 ,611 1 ,435 ,617 ,184 2,072-,652 ,924 ,498 1 ,480 ,521 ,085 3,184

-1,804 3,169 ,324 1 ,569 ,165

IMTKDBZOM1MEROKOKMAS_KERConstant

Step1

a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper95,0% C.I.for EXP(B)

Variable(s) entered on step 1: IMT, KDBZOM1, MEROKOK, MAS_KER.a.

Page 115: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

115

Variabel kebiasaan merokok, masa kerja dan IMT mempunyai nilai

p-Wald>0,05 sedangkan variabel paparan Benzena memiliki nilai p-Wald< 0,05

yaitu: 0,001 dengan nilai OR = 0,133 (CI 95% = 0,040 - 0,450). Hal ini

menunjukkan bahwa paparan Benzena dominan berpengaruh terhadap tidak

normalnya kadar MCH tetapi belum dapat dikatakan bahwa paparan Benzena

merupakan faktor resiko untuk terjadinya gangguan terhadap MCH.

Page 116: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

116

BAB V

PEMBAHASAN

A. Analisis Bivariat

Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji chi square didapatkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara paparan benzena ovm dengan profil darah

pekerja pada variabel Red Blood Cell, Haemoglobin, dan Mean Cospular

Haemoglobin Concentrat, hal ini diduga berkaitan dengan adanya gangguan pada

sum-sum tulang pada proses pembentukan sel-sel darah (red blood cell dan

haemoglobin). Sebagaimana diketahui bahwa pembentukan eritrosit dan

haemaglobin terjadi pada sum-sum tulang. Menurut Hoffbrand (2005) dan

Robbins (1995) adanya gangguan pada sumsum tulang menyebabkan kegagalan

atau supresi sel induk yang mengakibatkan terganggunya proses pembentukan sel

darah (hematopoiesis). Gangguan hematopoeisis ini dapat terjadi pada proses

pembentukan sel darah merah, yang menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah

merah (red blood cel) dan haemaglobin.23,24

Gambaran mengenai proses pembentukan sel darah (hematopoiesis) dan

bagaimana kemungkinan gangguan yang disebabkan oleh benzena pada proses

hematopoiesis yang terjadi pada sum-sum tulang dijelaskan oleh Robbins (1995)

bahwa semua sel darah berasal dari sel induk pluripotensial yang kemudian

berdiferensiasi menjadi : (1) sel induk limfoid yang membentuk sel limfosit dan

sel plasma, (2) sel induk multi potensial mieloid (non limfoid) yang selanjutnya

berkembang menjadi berbagai jenis sel hematopoetik yang lain, seperti trombosit,

eritrosit, granulosit, dan monosit. Benzena menyebabkan supresi atau kegagalan

sel induk mieloid yang mengakibatkan berkurangnya produksi red blood cell dan

90

Page 117: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

117

haemaglobin, keadaan ini dalam waktu yang lama dapat menyebabkan

kekurangan sel-sel darah merah yang dikenal dengan anemia aplastik. Robin dan

Kumar (1995) menyatakan bahwa obat-obatan dan bahan kimia merupakan

penyebab umum terjadinya terjadinya anemia aplasi, benzena merupakan bahan

kimia yang telah dikenal sebagai penyebab terjadinya anemia aplasi.

Individu yang menghirup benzena dalam waktu lama dapat mengacaukan sistem

produksi darah yang normal dan menyebabkan berkurangnya komponen penting

dari darah. Berkurangnya komponen penting darah ini disebabkan oleh karena

terganggunya proses pembentukan sel-sel darah (hematopoisis) yang terjadi

disum-sum tulang. Gangguan ini berkaitan dengan proses perkembangan dan

difrensiasi sel-sel induk multipotensial menjadi komponen-komponen darah yang

lain. Berkurangnya sel darah merah dapat menyebabkan anemia, produksi darah

dapat kembali normal apabila paparan terhadap benzena dihentikan.7,24

Efek toksik yang paling berarti pada paparan benzena adalah kerusakan sumsum

tulang yang terjadi secara laten dan sering irreversibel, mungkin disebabkan oleh

metabolit benzena epoksida. Kerentanan individual akan temuan hematologis

sangat bervariasi. Perubahan-perubahan yang bisa terjadi adalah trombositopenia,

leukopenia, anemia, atau gabungan dari ketiganya (pansitopenia). Fase awal yang

bersifat iritatif dengan peningkatan jumlah elemen darah kadangkala dapat

mendahului gejala-gejala lain.7

Anemia aplastik adalah adalah efek benzena yang lebih parah dan terjadi

bila sumsum tulang terganggu fungsinya dan stem cells tidak pernah mencapai

maturity. Gangguan terhadap fungsi sumsum tulang terjadi dalam 2 (dua) tahap:

hiperplasia (bertambahnya sintesis elemen sel darah), kemudian diikuti

hipoplasia (berkurangnya sintesis elemen sel darah). Selama penyakit

Page 118: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

118

berkembang, fungsi sumsum tulang terus berkurang dan sumsum tulang menjadi

bersifat nekrotik dan dipenuhi oleh jaringan lemak. Keadaan ini disebut displasia

myeloblastik, dan pernah diderita tenaga kerja yang terpajan benzena. Anemia

aplastik dapat berkembang menjadi leukemia jenis AML (Acute Myeloid

Leukemia). AML disebut juga acute myeloblastic leukemia, acute myelocytic

leukemia, dan juga acute non-lympocytic leukemia (ANLL).7,24

Hasil yang hampir sama juga ditemukan oleh Baak et al (1999) yang melakukan

penelitian terhadap kejadian anemia aplastik pada pekerja petrokimia di Korea,

dalam penelitiannya ini ditemukan bahwa ada hubungan antara paparan benzena

dengan profil darah pekerja yaitu terjadinya penurunan kadar Hb pekerja setelah

terpapar benzena dalam waktu lima tahun.

Lan et al (2004), yang melakukan studi potong lintang terhadap 250 tenaga

kerja yang terpajan benzena di pabrik sepatu di Tianjin Cina, dengan kontrol

sebanyak 140 orang tenaga kerja pabrik pakaian yang tidak menggunakan

benzena, dimatching umur dan jenis kelaminnya. Masa kerja tenaga kerja yang

terpajan benzena adalah 8-9 tahun. Kadar benzena di pabrik pakaian tidak

terdeteksi (limit deteksi=0,04 ppm). Pajanan benzena dimonitor dengan individual

organic vapor monitor. Tenaga kerja yang terpajan benzena terbagi menjadi

4 grup berdasar kadar benzena rata-rata yang diukur selama 1 bulan yang

menunjukkan phlebotomy, yaitu : kontrol, < 1 ppm, 1-10 ppm, dan ≥ ppm.

Complete Blood Count (CBC) dan hitung jenis dianalisis secara mekanis.

Kesimpulan yang didapat : pada konsentrasi benzena yang relatif rendah (< 1

ppm) terdapat risiko efek hematologi pada tenaga kerja yang terpajan benzena

Page 119: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

119

B. Analisis Multivariat

Dari hasil analisis multivariat menggunakan uji logistik ganda ditemukan

bahwa varibel benzena ovm mempunyai nilai OR yang lebih besar dari

dibandingkan dengan dengan varibel masa kerja, indek massa tubuh dan

kebiaasaan merokok. Hal ini berarti bahwa varibel paparan benzena ovm

mempuyai pengaruh yang dominan terhadap perubahan profil darah pada varibel

RBC, MCV dan MCH, kejadian ini disebabkan oleh karena paparan benzena

berhubungan dengan gangguan proses pembentukan sel-sel darah sebagaimana

yang dikatakan oleh Robbin dan Kumar (1995) dan WHO (1996) bahwa Individu

yang terpapar benzena dalam waktu lama dapat mengacaukan sistem produksi

darah yang normal dan menyebabkan berkurangnya komponen penting dari darah.

Berkurangnya sel darah merah yang disebabkan oleh benzena dapat menyebabkan

anemia aplastik, produksi darah dapat kembali normal apabila paparan terhadap

benzena dihentikan.7,28

Bagaimana proses terjadinya anemia aplastik dapat dijelaskan oleh Robbins dan

Kumar (1995) bahwa semua sel darah berasal dari sel induk pluripotensial yang

kemudian berdiferensiasi menjadi : (1) sel induk limfoid yang membentuk sel

limfosit dan sel plasma, (2) sel induk multi potensial mieloid (non limfoid) yang

selanjutnya berkembang menjadi berbagai jenis sel hematopoetik yang lain,

seperti trombosit, eritrosit, granulosit, dan monosit. Benzena menyebabkan

supresi atau kegagalan sel induk mieloid yang mengakibatkan berkurangnya

produksi red blood cell dan haemaglobin, keadaan ini dalam waktu yang lama

dapat menyebabkan kekurangan sel-sel darah merah yang dikenal dengan anemia

aplastik.28

Page 120: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

120

Menurut WHO (1996) dan Robbins (1995), anemia aplastik adalah efek

benzena yang lebih parah dan terjadi bila sumsum tulang terganggu fungsinya dan

stem cells tidak pernah mencapai maturity. Gangguan terhadap fungsi sumsum

tulang terjadi dalam 2 (dua) tahap: hiperplasia (bertambahnya sintesis elemen sel

darah), kemudian diikuti hipoplasia (berkurangnya sintesis elemen sel darah).

Selama penyakit berkembang, fungsi sumsum tulang terus berkurang dan sumsum

tulang menjadi bersifat nekrotik dan dipenuhi oleh jaringan lemak. Keadaan ini

disebut displasia myeloblastik, dan pernah diderita tenaga kerja yang terpajan

benzena. Anemia aplastik dapat berkembang menjadi leukemia jenis AML (Acute

Myeloid Leukemia). AML disebut juga acute myeloblastic leukemia, acute

myelocytic leukemia, dan juga acute non-lympocytic leukemia (ANLL).7,28

Variabel masa kerja, indek massa tubuh dan kebiasaan merokok yang diduga

berpengaruh terhadap perubahan profil darah dalam penelitian ini ternyata tidak

terbukti, hal ini disebabkan oleh karena variabel-variabel tersebut tidak secara

langsung berperan dalam proses pembentukan sel-sel darah. Dari studi yang

dilakukan oleh Wichaksana, Astono, dan Hanum (2002) menyimpulkan bahwa

gas CO dari asap rokok tidak mempengaruhi jumlah/kadar hemoglobin dalam

darah, hanya berefek pada kemampuan hemoglobin untuk mengikat atau

mendistribusikan O2 melalui sel darah merah. Karena kadar hemoglobin tidak

terpengaruh atau tidak mengalami penurunan, maka anemia pun cenderung tidak

terjadi. 28

Indek massa tubuh dalam penelitian ini juga tidak terbukti mempengaruhi

perubahan profil darah pada pekerja hal ini berkaitan dengan kondisi fisik pekerja

sendiri dimana para pekerja mempunyai indeks massa tubuh diatas 18,1 artinya

Page 121: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

121

tidak ada pekerja yang mempunyai indeks massa tubuh yang digolongkan kurus

oleh FAO/WHO. Keadaan ini mencerminkan status gizi pekerja berada dalam

keadaan normal. Hoffbrand (1987) menyatakan bahwa proses pembentukan darah

(hematopoeisis) akan berjalan dengan baik apabila tersedia cukup asupan gizi.

Dengan demikian jelaslah bahwa dengan status gizi pekerja yang normal akan

menyebabkan proses pembentukan sel-sel darah berjalan dengan normal,

implikasinya tidak ada pengaruh pada perubahan profil darah pekerja.

Arnita (2007) dalam penelitiannya tentang paparan benzena hubungannya dengan

kadar fenol dalam urin dan stattus anemia pada pekerja sektor idustri minyak

bumi juga menemukan hal yang sama, bahwa variabel masa kerja, indeks massa

tubuh dan kebiasaan merokok tidak berpengaruh terhadap kejadian perubahan

profil darah (anemia).

Page 122: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

122

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kadar benzena di udara lingkungan kerja Kilang Paraxylena yang terukur

berkisar antara 0,383 – 0,506 ppm.

2. Kadar pajanan benzena yang terinhalasi oleh pekerja Kilang Paraxylena

berada pada kisaran 0,005 – 0,986 ppm.

3. Ada hubungan yang signifikan antara pajanan benzena OVM dengan Hb

darah pekerja.

4. Ada hubungan yang signifikan antara pajanan benzena OVM dengan Red

Blood Cell pekerja.

5. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pajanan benzena OVM dengan

Hematokrit darah pekerja.

6. Ada hubungan yang signifikan antara pajanan benzena OVM dengan

Mean Cospuscular Volume darah pekerja.

7. Ada hubungan yang signifikan antara pajanan benzena OVM dengan

Mean Cospuscular Haemoglobin darah pekerja.

8. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pajanan benzena OVM dengan

Mean Cospuscular Haemoglobin Consentrat darah pekerja.

9. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pajanan benzena OVM dengan

Leukosit darah pekerja.

10. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pajanan benzena OVM dengan

Trombosit darah pekerja.

96

Page 123: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

123

B. Saran

Dari hasil penelitian yang menemukan adanya hubungan signifikan

antara pajanan benzena dengan beberapa varibel profil darah pekerja maka

disarankan :

1. Sebaiknya setiap karyawan selalu disiplin dalam penggunaan alat

pelindung diri untuk meminimalisasi paparan benzena.

2. Manajemen diharapkan membuat kebijaksanaan K3 perusahaan yang

ketat berkaitan dengan paparan benzena pada pekerja.

3. Instansi atau dinas terkait diharapkan selalu melakukan monitoring

terhadap perusahaan-perusahaan industri perminyakan yang mempunyai

resiko terpapar benzena.

Page 124: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

124

DAFTAR PUSTAKA

1. PT. Pertamina (Persero) Unit Pengolahan IV Cilacap, 2006. Dari URL : (http://www.pertamina-up4.co.id/)

2. Brautbar, Nachman. Benzene and Diseases of the Blood:Revisited. CWCE. 1992. From URL : (http://www. environmental disease, corn/)

3. World Health Organization (WHO). Deteksi Dini PenyakH Akibat Kerja. (Alih bahasa ; Joko Suyono). Cetakan II. Penerbit EGC. Jakarta, 1986 : 125-135.

4. Agency for Toxic Substances and Disease Registry (ATSDR). Toxicological profiles for benzene (Draft for Public Comment). U.S. Department of Health and Human Services, Public Health Service, Atlanta, Georgia, U.S.A. September 2005. From : URL (http://www.atsdr.cdc.gov/toxprofiles/tp3.html)

5. Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja RJ Nomor : SE-OI/MENAKER/I997 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Kimia di Udara Lingkungan Kerja. Jakarta, 1997.

6. PT. Pertamina (Persero) Unit Pengolahan IV Cilacap. Laporan Hasil Analisa Organic Vapour Monitor di Pertamina UP-IV Cilacap. Dikerjakan oleh : CV. Indo Nusa Persada, Jakarta, 2003.

7. National Institute for Occupational Health and Safety (NIOSH). NIOSH Pocket Guide to Chemical Hazards. Department of Health and Human Services. Centers for Disease Control and Prevention. National Institute for Occupational Health and Safety. Cincinnati, USA, September 2005.

8. Agency for Toxic Substances and Disease Registry (ATSDR). Toxicological profiles for benzene (Draft for Public Comment). U.S. Department of Health and Human Services, Public Health Service, Atlanta, Georgia, U.S.A. September 2005. From : URL (http://www.atsdr.cdc.gov/toxprofiles/tp3.html).

9. Rushton., L. And Romaniuk, H. A case-control Study to investigate. The risk of leukimia associated with exposure to benzene in petroleum marketing and distribution workers in the United Kingdom. Occup Environ Med. 1997; 54 : 52-66.

10. Davidson, R. Duarte., Courage, C., Rushton, L and Levy, L. Benzene in the environment : an assesment of the potensial risk to the health of the population. Occup Environ Med. 2001 ; 58: 2-13.

Page 125: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

125

11. Bloemen, L.J., Youk, A., Bradley, T.D., Bodner, K.M. and Marsh, G. Lymphohaematopoietic cancer risk among chemical workers exposed to benzene. Occup Environ Med. 2004.; 61 : 270-274.

12. Schnatter, R; Armstrong, T; Thompson, L; Nicolich, M; Katz, A; Huebner, W. The Relationship between Low-level Benzene Exposure and Leukemia in Canadian Petroleum Distribution Workers. Environmental Health Prospectives, Vol. 104, Supplement 6, December 1996 : 1375-1378. From URL : (http://www.pubmendcentral.gov/).

13. Occupational Safety and Health Administration (OSHA). Regulations (Standards – 29 CFR). Benzene.-1910.1028. U.S. Department of Labor. Occupational Safety and Health Administration. Washington, 1997.

14. Pekari, K; Vainiotalo, S; Heikikila, P; Palotie, A; Luotamo, M; Riihimaki, V. Biological Monitoring of Occupational exposure to low levels of benzene. Scand.J.Work.Environ.Health 18(5):317-322, 1992. From URL : (hhtp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=PubMed).

15. American Conference Governmental Industrial Hygienists (ACGIH). Thresold Limit Value for chemical substances and physical agents and Biological Exposure Indices. Cincinnati, Ohio, U.S.

16. Travis, C.C; Quillen, J.L; Arms, A.D. Pharmacokinetics of benzene. Toxicol Appl Pharmacol, 1990 Mar; 102(3):400-20. From URL : (hhtp://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=PubMed).

17. McDonald, T.A; Holland, N.Y.; Skibola, C; Duramad, P; Smith, M.T. Hypothesis : Phenol and hydroquinone derived mainly from diet and gastrointestinal flora actiity are causal factors in leukemia. Leukemia (2001) 15, 10-20. From URL : (http://www.nature.com/leu).

18. Mukono. Epidemiologi Lingkungan. Cetakan pertama. Airlangga University Press, Surabaya, 2002.

19. AV Hoffbrand, J.E. Pettit, Haemotologi, Alih Bahasa : Dr. Iyan Darmawan, EGC Black Well, 1987.

20. Nurtjojo, Catatan Kuliah Hematologi, Penerbit Buku Kesehatan, EGC, Jakarta, 1994

21. Tim Departemen Kesehatan RI, Hematologi, Jakarta, 1989.

22. Rahayuningsih Setyabudy, Hemastosis dan Trombosis, FK-UI, Jakarta, 1992

23. Ganong, William F, Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran – E.G.C.., Jakarta. 1999.

24. Underwood, J.C.E., Patologi : Umum dan Sistematik (Editor : Sarjadi), Penerbit E.G.C., Jakarta, 2000.

Page 126: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

126

25. Robbins, Stanley Lingkungan., Kumar, Vinay M.D., Patology II. Penerbit Buku Kedokteran E.G.C., Jakarta, 1995.

26. PT. PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan IV Cilacap. Laporan Hasil Analisa Organic Vapour Monitor di Pertamina UP-IV Cilacap. Dikerjakan oleh : CV. Indo Nusa Persada, Jakarta, 2003.

27. National Institute for Occupational Health and Safety (NIOSH). NIOSH Pocket Guide to Chemical Hazards. Department of Health and Human Services. Centers for Disease Control and Prevention, National Institute for Occupational Health and Safety. Cincinnati, USA, September 2005.

28. World Health Organization. Biological Monitoring of Chemical Exposure in The Workplace. Genva. 1996.

29. Manahan, Stanley E. Toxicological Chemistry. 2nd ed., Lewis Publishers, Chealsea-Michigan,Usa, 1992:319.

30. Hayes, R.B; Songnian, Y.; Dosemeci, M. Benzene and lympohematopoietic malignancies in humans. AmJ.Ind.Med. 40(2): 117-126, 2001. In : Agency for Toxic Substances and Disease Registry (ATSDR). Toxicological profiles for benzene (Draft for Public Comment). U.S. Department of Health and Human Services, Public Health Service, Atlanta, Georgia, U.S.A. September 2005.

31. Morris, Jim. What They Knew, When They Knew it (Taken from "Worked to Death/Deadly Traes" Fall 1994, a Houston Chronicle Reprint). From URL : (http://www.cdc.gov/eLCOSH/docs/d0100/dOOOl 71 .html), 19 Aug 2006.

32. Goldstein, Bernard et al. Benzene Toxicity. U.S. Department of Health & Human Services. Public Health Service. Agency for Toxic Substances and Disease Registry. Atlanta, 2005.

33. Talbott, Evelyn O., Craun, Gunther F. Introduction to Environmental Epidemiology. CRC Lewis Publishers, Boca Raton, Florida, USA, 1995.

34. Price, Sylvia Anderson and Wilson, Lorraine, McCarty. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran – E.G.C. Jakarta. 1979.

35. Harper, Harold A., Rodwell, Victor W., and Mayes Peter A. Review of Physiological Chemistry. Penerbit Buku Kedokteran – E.G.C.., Jakarta. 1979.

36. Guyton, Arthur C. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran – E.G.C. , Jakarta. 1996.

37. Kusumah, Arnita Ayu, Analisis Pemajanan Benzena Terhadap Kadar Fenol dalam Urin dan Status Anemia Pekerja, Theis, Program pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang, 2007.

Page 127: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

127

38. Wichaksana, Aryawa., Astono, Sudi., Hanum, Kholidah, (PPs Hiperkes Medis FK UI), Dampak Keracunan Gas CO bagi Kesehatan Pekerja, Cermin Dunia Kedokteran no. 136, 2002 : 27-31.

39. Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung, 1999.

Page 128: analisis paparan benzena terhadap profil darah pada pekerja

128