13
Analisis Pantun Dalam …( Fitri Febriani, Razali, & Rostina Taib) 23 ANALISIS PANTUN DALAM MANENDAI ADAT PERNIKAHAN DI KECAMATAN TAPAKTUAN KABUPATEN ACEH SELATAN Oleh Fitri Febriani*, Razali**, & Rostina Taib** *Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Unsyiah, **Dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Unsyiah. Email: [email protected], [email protected], dan [email protected] ABSTRAK Penelitian ini berjudul Analisis Pantun dalam Manendai Adat Pernikahan di Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan. Rumusan masalah penelitian ini, yaitu (1) struktur kebahasaan (rima dan ritma) yang terdapat dalam pantun manendai adat pernikahan di Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan, dan (2) makna yang terdpat dlm pantun manendai adat pernikahan di Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur kebahasaan (rima dan ritma) dan mendeskripsikan makna dalam pantun pada prosesi manendai adat pernikahan di Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah prosesi manendai yang dilakukan di tiga Gampong di Kecamatan Tapaktuan, yaitu Gampong Jambo Apha, Gampong Hulu dan Gampong Hilir. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik rekam. Analisis data yg dilakukan dlam penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam pantun manendai terdapat (1) Struktur kebahasaan, yaitu (a) rima berdasarkan bunyi meliputi rima sempurna, rima tak sempurna, rima mutlak, rima terbuka, rima tertutup dan rima aliterasi, (b) rima berdasarkan letak meliputi rima akhir, rima datar, rima sejajar, rima berpeluk, rima bersilang, rima rangkai dan rima patah, (c) ritma yang dihasilkan adalah alunan suara tinggi, rendah, panjang, keras, lembut dan cepat; serta (2) Makna yang terdapat adalah makna denotatif dan makna konotatif. Kata kunci: pantun, struktur kebahasaan pantun, makna pantun, manendai. ABSTRACT This study is entitled Pantun Analysis in Manendai Indigenous Marriage in Tapaktuan Subdistrick, South Aceh Regency. This research problem formulation, namely (1)

Analisis Pantun Dalam …( Fitri Febriani, Razali, & Rostina

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Analisis Pantun Dalam …( Fitri Febriani, Razali, & Rostina

Analisis Pantun Dalam …( Fitri Febriani, Razali, & Rostina Taib) 23

ANALISIS PANTUN DALAM MANENDAI ADAT PERNIKAHAN

DI KECAMATAN TAPAKTUAN KABUPATEN ACEH SELATAN

Oleh

Fitri Febriani*, Razali**, & Rostina Taib**

*Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Unsyiah, **Dosen Jurusan

Pendidikan Bahasa Indonesia FKIP Unsyiah.

Email: [email protected], [email protected], dan

[email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Analisis Pantun dalam Manendai Adat Pernikahan di Kecamatan

Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan. Rumusan masalah penelitian ini, yaitu (1) struktur

kebahasaan (rima dan ritma) yang terdapat dalam pantun manendai adat pernikahan di

Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan, dan (2) makna yang terdpat dlm pantun

manendai adat pernikahan di Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan. Penelitian

ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur kebahasaan (rima dan ritma) dan

mendeskripsikan makna dalam pantun pada prosesi manendai adat pernikahan di

Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan kualitatif. Sumber

data dalam penelitian ini adalah prosesi manendai yang dilakukan di tiga Gampong di

Kecamatan Tapaktuan, yaitu Gampong Jambo Apha, Gampong Hulu dan Gampong

Hilir. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik rekam. Analisis data

yg dilakukan dlam penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif. Hasil penelitian

menunjukan bahwa dalam pantun manendai terdapat (1) Struktur kebahasaan, yaitu (a)

rima berdasarkan bunyi meliputi rima sempurna, rima tak sempurna, rima mutlak, rima

terbuka, rima tertutup dan rima aliterasi, (b) rima berdasarkan letak meliputi rima akhir,

rima datar, rima sejajar, rima berpeluk, rima bersilang, rima rangkai dan rima patah, (c)

ritma yang dihasilkan adalah alunan suara tinggi, rendah, panjang, keras, lembut dan

cepat; serta (2) Makna yang terdapat adalah makna denotatif dan makna konotatif.

Kata kunci: pantun, struktur kebahasaan pantun, makna pantun, manendai.

ABSTRACT

This study is entitled Pantun Analysis in Manendai Indigenous Marriage in Tapaktuan

Subdistrick, South Aceh Regency. This research problem formulation, namely (1)

Page 2: Analisis Pantun Dalam …( Fitri Febriani, Razali, & Rostina

24 JIM PBSI Vol. 5 No 1, 2020

linguistic structure (rhyme and rhythm) contained in the pantun manendai marriage in

the District Tapaktuan, South Aceh District, and (2) the meaning contained in the poem

manendai marriage in the District Tapaktuan, South Aceh. This study aims to describe

the linguistic structure (rhyme and rhythm) and describe the meaning in poetry in the

procession of the customary wedding ceremony in Tapaktuan District, South Aceh

Regency. The method used in this study is a qualitative descriptive method with a

qualitative approach. The source of the data in this study was the Manendai procession

which was carried out in three villages in Tapaktuan Subdistrict, namely Jambo Apha

Village, Hulu Village and Hilir Village. Data collection in this study uses the record

technique. Data analysis conducted in this research was in the form of qualitative

descriptive. The results showed that in the pantun manendai there is (1) a linguistic

structure, namely (a) rhyme based on sound includes perfect rhyme, imperfect rhyme,

absolute rhyme, open rhyme, closed rhyme and alliteration rhyme, (b) rhyme based on

location includes final rhyme, flat rhyme , rhymes are parallel, rhymes hugging, crosses

rhyme, rhyme string and rhyme broken, (c) the rhythm produced is the strains of high,

low, long, hard, soft, and fast sound; and (2) The meanings contained are denotative

meanings and connotative meanings.

Keywords: pantun, the linguistic structure of pantun, the meaning of pantun, manendai.

Pendahuluan

Karya sastra merupakann hasil

kreativitas manusia yang dapat dijadikan

sebagai media untuk menyampaikan

pesan atau maksud pengarang kepada

pembacanya. Pengarang ingin

menyampaikan pesan melalui karya

sastranya kepada orang lain tentang apa

yang mereka pikirkan sebagai

permasalahan manusia. (Sedyawati,

2004:212).

Ruang lingkup sastra dibagi

menjadi dua,, yaitu sastralama dan

sastra baru (modern).,Dalam

kesusastraan lama, dikenal beberapa

bentuk sastra lisan yang berkembang

dalam masyarakat. Di Aceh, ada

berbagai bentuk sastra lama lisan yang

berkembang dalam masyarakatnya yang

sebagian besar di antaranya sudah

didokumentasikan, baik secara prosa,

puisi maupun bahasa berirama (Rani,

2009:149). Bentuk kesusatraan lama

lisan yang paling berkembang dan

digemari adalah pantun.

Pantun merupakan salah satu

bentuk puisi lisan asli nusantara dan

masih banyak digunakan hingga

sekarang. Di Indonesia, pantun tidak

hanya dikenal dalam masyarakat suku

Melayu, tetapijuga dikenal dan digemari

oleh masyarakat suku Aceh, Jawa,

Batak, Banjar, Sunda, Kaili, Toraja dan

Bugis (Harun, 2012:163). Pantun

merupakan puisi yang sangat populer

Page 3: Analisis Pantun Dalam …( Fitri Febriani, Razali, & Rostina

Analisis Pantun Dalam …( Fitri Febriani, Razali, & Rostina Taib) 25

dalam sastra melayu. Eksistensi pantun

masih bertahan hingga sekarang

dikarenakan pantun memiliki nilai

estetis dan nilai lainnya yang dapat

dijadikan penopang hidup masyarakat.

Pantun dapat dijadikan suatu sarana

untuk menyatakan perasaan atau

curahan hati,.

Provinsi Aceh memiiliki

keberagamans budaya. Keberagaman

budaya itu lahir dari suku- suku yang

berbeda pula. Suku Aceh dikenal

sebagai salah satu etnis nusantara yang

sangat menggemarii bahasa bersajak

atau berirama, salah satunya aadalah

pantun. Pantun menjadi hiasan dalam

berkomunikasi, baik secara formal

maupun nonformal. Suku Jamee

termasuk salah satu suku di Aceh yang

menyukai dan sering menggunakan

pantun dalam berbagai aktivitas

masyarakat. Suku Jamee mulanya

berasal dari Minangkabau. Masyarakat

Aceh menyeebutnya sebagai “Aneuk

Jamee” yang berarti tamu

ataupendatang. Suku Jamee yang ada di

Aceh tersebar di Kabupaten Aceh

Selatan dan Kabupaten Aceh Barat

Daya.

Pada awalnya, masyarakat suku

Jamee yang ada di Kecamatan

Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan

sangat menggemari sastra lisan, salah

satunya adalah pantun. Pantun dalam

sastra Jamee masih dapat ditemui dalam

kehidupan masyarakat Jamee di

Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh

Selatan. Dulu para orang tua,pemuda,

dan anak-anak sering menggunaKan

pentun dalam berbagai aktivitas, namun

seiring berkembangnya zaman pantun

dalam masyarakat Jamee mulai

berkurang dan hanya tersebar secara

terbatas, umumnya di kalangan orang

tua. Ketidak pedulian masyarakat

terhadap pentingnya pantun dalam

setiap aktivitas, khususnya pada

generasi muda akan membuat budaya

berpantun tersebut terus berkurang.

Di masyarakat Kecamatan

Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan,

penggunaan pantun sering terlihat dalam

rangkaian acara pernikahan yang

dinamakan Manendai. Manendai atau

meminang juga sering disebut dengan

bertunangan. Manendai dilakukan

setelah pihak perempuan dan pihak laki-

laki terlebih dahulu membicarakan

perihal anak mereka yang ingin

melangsungkan pernikahan, namun

belum diberitahu kepada perangkat desa

dan pemimpin adat atau hukum. Pada

prosesi ini pihak laki-laki harus

membawa jinamu (maskawin) berupa

emass yang sudah ditetapkan ukurannya

sesuai kesepaKatan (Afif, 2016:407).

Pihak laki-laki bertemu lagi dengan

pihak perempuan yang disertai oleh

hadirnya pimpinnan adat dan hukum di

rumah pihak perempuan. Rombongan

dari manendai ini terdiri atas perempuan

saja. Biasanya dihadiri oleh pimpinan

adat, istri dari masing-masing perangkat

desa serta sanak famili dari kedua belak

Page 4: Analisis Pantun Dalam …( Fitri Febriani, Razali, & Rostina

26 JIM PBSI Vol. 5 No 1, 2020

pihak pengantin. Kepala rombongan

akan menyatakan maksud kedatangan

mereka, yaitu manendai (meminang)

anak gadis di rumah tersebut. Untuk

menyampaikan maksud tersebut, kedua

belah pihak ditugaskan untuk saling

berbalas pantun yang berisikan maksud

dan tujuan dari ketadangan pihak laki-

laki ke rumah pihak perempuan.

Biasanya pantun tersebut dituturkan

oleh pemimpin adat setempat atau orang

yang memang sudah ahli dan terbiasa

dalam berpantun dan berbalas pantun.

Berdasarkan pendapat yang telah

diuraikan, pantun merupakan sebuah

karya sastra yang sudah sangat dikenal

masyarakat. Selain menyampaikan

pesan dan mewakili perasaan, ternyata

pantun juga dapat digunakan dalam

berbagai rangkaian adat budaya salah

satunya dalam prosesi manendai. Hal

tersebut menarik perhatian peneliti

untuk meniliti penggunaan pantun

dalam prosesi adat manendai.

Penelitian ini bertujuan untuk

mendesskripsikan struKtur kebahasaan

(rima dan ritma) serta makna dalam

pantun manendai adat pernikahan di

Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh

Selatan. Penelitian ini diharapkan dapat

menambah wawasan dan memberikan

manfaat bagi pengmbangan keilmuan

sastra di Indonesia, baik dalam ruang

lingkup sekolah maupun perkuliahan

terutama dalam Sastra Daerah Aceh.

Penelitian ini juga diharapkan dapat

memberikann ,informasi tentang

kebudayaan Aceh sebagai salah satu

bagian darii kebudayaan Indonesia yang

kaya dan beraneka ragam. Hasil

penelititian ini juga diharapkan dapat

menjadi masukan bagi masyarakat agar

mempertahankan pantun sebagai budaya

dalam masyarakat Jamee untuk generasi

penerusnya. Bagi sipeneliti i, penelitian

ini dapat menambah wawasan peneliti

khususnya mengenai penggunaan

pantun dalam prosesi manendai adat

pernikahan di Tapaktuan, Aceh Selatan.

Metode Penelitian

Peneliti menggunakan

pendekatan kualittatif dan menggunakan

jeniss penelitian deskriptif. Metode

penelitian kualitatif diartikan dengan

penelitian yang tidak mengadakan

perhitungan, akan tetapi lebih

mengutamakan pada mutu, kualitas, isi,

ataupun bobot data dan bukti dari

penelitian (Santosa, 2015:19. Penelitian

deskriptif adalah sebuah bentuk

penelitian yang dengan cara

mengumpulkan data sebanyak-

banyaknya, kemudian memberikan

gambaran yang jelas tentang struktur

kebahasaan pantun (rima dan ritma) dan

makna dalam pantun yang digunakan

pada prosesi manendai di Kecamatan

Tapaktuan, Kabupaten Aceh Selatan.

Jenis penelitian ini dipilih karena

peneliti akan mendeskripsikan struktur

kebahasaan dan makna dalam pantun

Page 5: Analisis Pantun Dalam …( Fitri Febriani, Razali, & Rostina

Analisis Pantun Dalam …( Fitri Febriani, Razali, & Rostina Taib) 27

pada prosesi manendai pada masyarakat

Tapaktuan, Aceh Selatan.

Sumberdata dalam dipenelitian

ini adalah prosesi manendai di

Kecamatan Tapaktuan Kabupaten Aceh

Selatan. Data yang akan diperoleh

dalam penelitian ini berupa teks pantun

manendai dari prosesi manendai

tersebut. Teknik pengumpulan data

dlam penelitian dilakukan denganteknik

rekam. Teknik ini dianggap lebih tepat

mengingat data yg dikumpulkan

merupakan data hasil dari rekaman,

yaitu pantun yang digunakan dalam

tradisi manendai. Adapun langkah- yang

akan ditempuh peneliti dalam

pengumpulan data adalah sebagai

berikut, (1) mengikuti prosesi manendai

di Kecamatan Tapaktuan Kabupaten

Aceh Selatan, yaitu di Gampong Jambo

Apha, Gampong Hilir, dan Gampong

Hulu, (2) mengumpulkan pantun yang

digunakan dalam prosesi manendai di

Kecamatan Tapaktuan, Aceh Selatan

dengan cara merekam prosei manendai

tersebut, (3) menyimak pantun yang

digunakan dalam prosesi menendai

secara berulang, (4) mencatat pantun

yang digunakan dalam prosesi

manendai, (5) menerjemahkan pantun

manendai ke dalam bahasa indonesia,

(6) mencatat bagianbagian yang

berkenaan dengan struktur kebahasaan

yaiitu rima dan ritma, dan (7) mencatat

bagian-bagian yang berkenaan dengan

makna dalam pantun.

Analisisdata mialah sebuah

upaya yang dilakukan untuk

menggolongkan dan mengelompokan

data. Teknik analisis data yang

digunakan,teknik analisis teks yang

dilakukan sebagai cara

mendeskripsikan struktur kebahasaan

dan makna dalam pantun yang

digunakan pada prosesi manendai adat

pernikahan di Kecamatan Tapaktuan,

Kabupaten Aceh Selatan. Oleh karenana

itu, metode analisis ini dilakukan

dengan dokumendokumen padat isi.

Adapun langkah- yang akan ditempuh

peneliti dalam menganalisis data

penelitian ini adalah sebagai berikut: (1)

Menganalisis struktur kebahaaan pantun

meliputi rima dan ritma dalam

manendai adat pernikahan di Kecamatan

Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan, (2)

Menganalisis makna dalam pantun yang

digunakan pada prosesi manendai adat

pernikahan di Kecamatan Tapaktuan

Kabupaten Aceh Selatan, (3)

Menyimpulkan struktur pantun meliputi

rima dan ritma dalam manendai adat

pernikahan di Kecamatan Tapaktuan

Kabupaten Aceh Selatan, (4)

Menyimpulkan makna dalam pantun

yang digunakan pada prosesi manendai

adat pernikahan di Kecamatan

Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan.

Hasil Penelitian

Dalam bagian ini, penulis

mendeskripsikan hasil penelitian tentang

Page 6: Analisis Pantun Dalam …( Fitri Febriani, Razali, & Rostina

28 JIM PBSI Vol. 5 No 1, 2020

struktur kebahasaan dan makna dalam

pantun manendai adad pernikahan di

Kecamatan Tapaktuan, Kabupaten Aceh

Selatan. Analisis mencangkup rima,

ritma, dan makna dalam pantun. Adapun

tiga variasi pantun pada tradisi

manendai tersebut yaitu (1) manendai di

Gampong Jambo Apha pada 27

September 2019. (2) manendai di

Gampong Hilir pada 20 September

2019. (3) manendai di Gampong Hulu

pada 25 September 2019. Adapun

analisis struktur kebahasaan dan makna

dalam pantun manendai adat penkahan

di Kecamatan Tapaktuan diuraikan

secara rinci sebagai berikut.

1.Struktur Kebahasaan pada Pantun

Manendai yang Dilaksanakan di

Gampong Jambo Apha.

Berdasarkan data yang diperoleh

terdapat jenis rima berdasarkan bunyi

diantaranya rima sempurna, rima tak

sempurna, rima terbuka, rima tertutup,

rima aliterasi, dan rima mutlak.

Terdapat pula rima berdasarkan letak

kata-kata dalam baris yaitu terdapat

jenis rima akhir, rima patah, rima

bersilang, rima rangkai, rima berpeluk

dan rima sejajar.

Rima sempurna

Antah apolah yang nandak kami

sampaikan

Sakik kapalo mamikiakannyo

Barek pulo lidah untuk mangecekkan

Tapi akan kami sampaikan kek dusanak

sadonyo

Bunyi akir pada baris pertama sama

dengan bunyi akhir pada baris ketiga,

yaitu berakhiran –kan. Bunyi akhir pada

baris kedua sama dengan bunyi akhr

pada baris kempat, yaitu berakhiran –

nyo. Konsonan akhir sebelum bunyi

akhir setiap baris sama.

Rima tak sempurna

Batang pisang di puncak gemilang

Tampek mamanggang jo biri-biri

Dari jauah kami ko alah datang

Mangaja dusanak disiko yo baik budi

Bunyi akhir baris pertama sama dengan

bunyi akhir barisketiga, yaitu berakhiran

–ang. Bunyi akhir baris kedua sama

dengan bunyi akhir baris keempat, yaitu

berakhiran –i. Konsonan akhir sebelum

bunyi akhir setiap baris tidaklah sama.

Rima mutlak

Indak ado guno kito maatok jalan

Eloklah kito maatok tampek

Indak ado guno kito basipanjang-

panjang

Elokjolah kito pasingkek

Bunyi awal baris pertama sama ama

dengan bunyi awal baris ketiga, yaitu

diawali dengan indak ado guno kito.

Bunyi awal baris kedua sama dengan

bunyi awal baris keempat, yaitu diawali

dengan elokjolah kito. Persamaan bunyi

tersebut diulang secara utuh.

Page 7: Analisis Pantun Dalam …( Fitri Febriani, Razali, & Rostina

Analisis Pantun Dalam …( Fitri Febriani, Razali, & Rostina Taib) 29

Rima terbuka

Kalau didaki gunuang Alu Nago

Ambiak timbo buek mandaki

Kami dari medan disuruah barusaho

Mancari bungo yang kanai di hati

Bunyi akhir setiap baris diakhiri dengan

huruf vokal. Bunyi akhir baris pertama

sama dengan bunyi akhir baris ketiga,

yaitu berakhiran –o. Bunyi akhir baris

kedua sama dengan bunyi akhir baris

kempat, yaitu berakhiran –i.

Rima tertutup

Elok tumbuahnyo batang nipah

Tumbuah di kaliliang samak-samak

Kalau bungo dusanak talatak di suduit

umah

Alah musyawarah kami jo Niniak

Mamak

Bunyi akhir setiap baris diakhiri dengan

suku tertutup. Bunyi akhir baris pertama

sama dengan bunyi akhir baris ketiga,

yaitu berakhiran –ah. Bunyi akhir barhis

kedua sama dengan bunyi akhir baris

keempat, yaitu beraKhiran –ak.

Rima alitersi

Dari simpang ampek ka Tabangan

Singgah sabanta di Silolo

Walaupun bungo dusanak jauah di

dahan

Ambiak panggalah kami kaik juo

Bunyi awal setiap kata pada baris kedua

diawali dengan konsonan –s. Persamaan

bunyi tersebut dapat membuat pembaca

maupun pendengar mudah mengigatnya.

Rima akhir

Batang pisang tumbuah sabatang

Ambiak batang pelok jo ka sampan

Dari jauah kami ko datang

Karano ado makasuik yang nandak

kami sampaikan

Bunyi akhir baris pertama sama dengan

bunyi akhir baris ketiga, yaitu

berakhiran –ang. Bunyi akhir baris

kedua sama dengan bunyi akhir baris

kempat, yaitu berakhiran –an.

Rima sejajar.

Indak ado guno kito maatok jalan

Eloklah kito maatok tampek

Indak ado guno kito basipanjang-

panjang

Elokjolah kito pasingkek

Bunyi awal baris pertama sama dengan

bunyi awal baris ketiga, yaitu

menggunakan kata indak ado guno.

Bunyi awal baris keddua sama dengan

bunyi awalbaris keempat, yaitu

menggunakan kata elokjolah kito.

Rima berpeluk

Ka manggiang kito mambali teko

Untuak dimasak di tangah hari

Tau nian kami bungo dusanak

manyilaukan sanagari

Patuitlah tapidayo si kumbang kamiko

Bunyi akhir pada baris pertama sama

dengan bunyi akhir pada baris keempat,

yaitu berakhiran –ko. Bunyi akhir baris

kedua sama dengan bunyi akhir baris

ketiga, yaitu berakhiran –ri.

Page 8: Analisis Pantun Dalam …( Fitri Febriani, Razali, & Rostina

30 JIM PBSI Vol. 5 No 1, 2020

Rima bersilang

Kasiak putiah kasiak belang

Panunjuak jalan di pagi hari

Dek kasiah kito kapado urang

Ikolah talago yang dapek kito bali

Letak rima pada bait tersebut saling

bersilang. Bunyi akhir dibaris pertama

sama dengan bunyi akhir baris ketiga,

yaitu berakhiran –ang. Bunyi akhir baris

kedua sama dengan bunyi akhir inbaris

keempat, yaitu berakhiran –i.

Rima rangkai

Didaki gunuang alang-alang

Mamanggang umpuit di tanah lapang

Walaupun tinggi tabangnyo kumbang

Tatok bungo dusanak yang kami

pandang

Bunyi akhir pada setiap baris sama-

sama berakhiran –ang secara berurutan.

Rima patah

Ibarat angin kancang galombang

gadang

Payah urang turun ka lauit

Kok bajalan kami balun jauah

pengalaman

Ilmu mantang pulo sagadang sabuit

Rima pada bait pantun di atas terjadi

secara sembarangan, yaitu bersajak

/abcb/. Bunyi akhir pada baris pertama

berakhiran –dang (a). Bunyi akhir pada

baris kedua sama dengan bunyi akhir

pada baris keempat, yaitu berakhiran –

uit (b). Bunyi akhir padabbaris ketiga

berakhiran –man (c).

Selain rima, terdapat juga

permainan bunyi yang disebut ritma.

Adapun ritma yang dihasilkan dalam

pantun manendai yaitu alunan uara

tinggi, rendah, panjang, keras, dan

cepat.

2. Struktur Kebahasaan pada Pantun

Manendai yang Dilaksanakan di

Gampong Hilir.

Dari data yang diperoleh

terdapat rima berdasarkan bunyi yaitu

rima sempurna,rima tak sempurna, rima

mutlak, rima terbka, dan rima tertutup.

Berdasasrkan letak kata-kata dalam

baris terdapat jenis rima akhir, rima

datar, rima berselang, dan rima rangkai.

Rima sempurna

Batanam labu dalam lubang

Batanam bawang di dalam sasok

Walau bungo di pusek bumi akan kami

tambang

Kalau tabang di ateh awan akan kami

asok

Bunyi akhir pada dibaris pertama sama

dengan bunyi akhir pada baris ketiga,

yaitu berakhiran –bang. Bunyi

akhirbaris kedua sama dengan bunyi

kahir pada baris kemmpat, yaitu

berakhiran –sok. Konsonan akhir

sebelum bunyi akhir setiap baris sama.

Rima tak sempurna

Page 9: Analisis Pantun Dalam …( Fitri Febriani, Razali, & Rostina

Analisis Pantun Dalam …( Fitri Febriani, Razali, & Rostina Taib) 31

Dari Taluak kito ka Labuhan Haji

Singgah sabanta kito ka Sawang

Jikalau dusanak batanyo kapado kami

Memanglah disiko ado bungo nan

kambang

Bunyi akhirbaris pertama sama dengan

bunyi akhir pada baris ketiga, yaitu

berakhiran –i. Bunyi akhir pada baris

kedua sama dengan bunyi akhir pada

dibaris keempat, yaitu berakhiran –ang.

Rima mutlak

Siriah duduak dibalakang umah

Ureknyo malinteh tiang

Dimalah dusanak kami yang ditangah

umah

Izinkan kami nandak babaliak pulang

Bunyi akhir pada baris pertama sama

dengan bunyi akhir pada baris ketiga,

yaitu diakhiri dengan kata umah.

Rima terbuka

Tabang bairiang ramo-ramo

Tabang bairiang di pagi hari

Bungo kami bukan sembarang bungo

Bungo kami manyilaukan kumbang

sanagari

Bunyi akhir pda setiap baris diakhiri

dengan huruf vokal. Bunyi akhir pda

baris pertama samadengan bunyi akir

pada baris ketiga, yaitu berakhiran –o.

Bunyi akhir baris kedua sama dengan

bunyi akhir baris keempat, yaitu

berakhiran –i.

Rima tertutup

Tabang bairiang si buruang gagak

Tabangnyo tinggi di ateh awan

Dima nanti kami duduk jo tagak

Namun dusanak indak ado dapek kami

lupokan

Bunyi akhir pada setiap baaris diakhiri

dengan suku tertutup. Bunyi akhir pada

baris pertama sama dengan bunyi akhir

pada baris ketiga, yaitu berakhiran –gak.

Bunyi akhir pada dibaris kedua sama

dengan bunyi akhir pada baris keempat,

yaitu berakhiran –an.

Rima datar

Kangkuang aia tumbuah sabatang

Tumbuah tatagak di dalam padi

Dari kampuang Hilia dusanak datang

Kami sambuit dengan hati yang suci

Persamaan bunyi terjadi pada deretan

kata di baris pertama. Bunyi akhir kata

pertama sama dengan bunyi akhir kata

akhir pada baris pertama, yaitu samsama

berakhiran –ang.

Rima rangkai

Balayia kito ka pulau bakan

Singgah sabanta kito ka pakan

Daripado kato indak tasampaikan

Bialah kami cubo baraja untuak

manyampaikan

Bunyi akhir pada setiap baris pada bait

pantun diatas memiliki bunyi yang sama

secara berurutan, yaitu sama-sama

berakhiran –kan.

Selain rima, terdapat juga

permainan bunyi yang disebut ritma.

Adapun ritma yang dihasilkan adalah

Page 10: Analisis Pantun Dalam …( Fitri Febriani, Razali, & Rostina

32 JIM PBSI Vol. 5 No 1, 2020

alunan suara tinggi, rendah, panjang,

keras, dan cepat.

3. Struktur Kebahasaan pada Pantun

Manendai yang Dilaksanakan di

Gampong Hulu

Dari data yang diperoleh

terdapat rima berdasarkan bunyi yaitu

rima sempurna, rima tak sempurna, rima

terbuka, rima terttutup, dan rima

aliterasi. Berdasarkan letak kata-kata

dalam baris terdapat jenisrima akhir dan

rima berselang.

Rima sempurna

Ayam putiah tabang kapalak

Sampai kapalak mamakan jerami

Patuitlah dusanak dari Air Pinang ko

elok bana tagalak

Ruponyo nandak mampasuntiang si

bungo kami

Bunyi akhir pada baris pertama sama

dengan bunyi akhir pada baris ketiga,

yaitu berakhiran –lak. Bunyi akhir pada

baris kedua 7sama dengan bunyi akhir

pada baris keempat, yaitu berakhiran –

mi. Konsonan akhir sebelum bunyi akhir

setiap baris sama.

Rima tak sempurna

Mandaki ka bukik alang-alang

Nampak nagari ujuang rajo

Sawaktu dusanak batanyo bungo nan

kambang

Badabuak bana darah kami di dado

Bunyi akhir pada dibaris pertama sama

dengan bunyi akhir pada baris ketiga,

yaitu berakhiran –ang. Bunyi akh\ir

pada baris kedua sama dengan bunyi

akhir pada baris keempat, yaitu

berakhiran –o. Konsonan akhir sebelum

bunyi akhir setiap baris tidaklah sama.

Rima terbuka

Tabang bairiang ramo-ramo

Tabang bairiang dipagi hari

Bungo kami bukan sembarang bungo

Bungo manyilaukan kumbang sanagari

Bunyi akhir setiap baris diakhiri dengan

huruf vokal. Bunyi akhir pada baris

pertama sama dengan bunyi akhir pada

baris ketiga, yaitu berakhiran –o. Bunyi

akhir pada baris kedua sama dengan

bunyi akhir pada baris keempat, yaitu

berakhiran –i.

Rima akhir

Batang pauah tumbuah sabatang

Hayuitlah sabuit katapian

Dari jauah kami alah datang

Karano ado makasuik yang akan

disampaikan

Bunyi akhir pada baris pertama sama

dengan bunyi akhir pada baris ketiga,

yaitu berakhiran –ang. Bunyi akhir pada

baris kedua sama dengan bunyi akhir

pada baris keempat, yaitu berakhiran –

an.

Selain rima, terdapat juga

permainan bunyi yang disebut ritma.

Adapun ritma yang dihasilkan adalah

Page 11: Analisis Pantun Dalam …( Fitri Febriani, Razali, & Rostina

Analisis Pantun Dalam …( Fitri Febriani, Razali, & Rostina Taib) 33

alunan suara panjang, keras, lembut dan

cepat.

Makna ynag terdapat dalam

pantun yang dilaksanakan di Gampong

Jambo Apha, Gampong Hilir, dan

Gampong Hulu iyalah makna bebasis

teks, yaitu makna konotafif dan makna

denotatif.

Pembahasan

Berdasarkan dari analisis data

pada pantun manendai yang dilakukan

ditiga Gampong, terdapat rima

berdasarkan bunyi yaitu rima sempurna,

rima tak sempurna, rima mutlak, rima

terbuka, rima tertutup, dan rima

aliterasi. Berdasarkan letak, terdapat

rima akhir, rima datar, rima sejajar, rima

berpeluk, rima berselang, rima rangkai,

dan rima patah. Hampir semua jenis

rima terdapat dalam pantun manendai.

Sedangkan ritma yang ditemukan dalam

pantun manendai menghailkan alunan

suara tinggi, rendah, panjang, keras,

lembut, dan cepat. Alunan suara tersebut

dapat terlihat dengan jelas saat

diucapkan oleh penyair atau penuturnya.

Selain membahas struktur

kebahasaan dalam pantun pada tradisi

manendai, pada bagian ini juga dibahas

mengenai makna dalam pantun pada

tradisi manendai. Makna yang dibahas

adalah makna yang dilihat berdasarkan

ada tindaknya nilai rasa pada sebuah

kata atau leksem. Adapun jenis mkna

dari kriteria tersebut adalah mkna

denotatif dan mkonotatif. Makna

denotatif merpakan makna yang

sebenarnya, sedangkanmakna konotatis

adalah makna yang berupa kiasan atau

yang disertai nilai ra9sa baik positif

maupun negatif. Kedua jenis makna ini

terdapat dalam pantun pada tradisi

manendai. Ada beberapa kosakata yang

mengandung makna denotatif seperti

badabuak ‘berdebar’ yang bermakna

perasaan yang tidak karuan atau tidak

menentu karena denyut jantung yang

lebih kencang dari biasanya. Kosakata

yang mengandung makna konotatif

salah satunya frasa diganggaman urang

‘digenggaman orang’ yang memiliki

makna suatu ikatan atau hubungan

dengan orang lain.

Penutup

Berdasarkan hasil analisis

struktur kebahasaan (rima dan ritma)

dan makna dalam pantun pada prosesi

manendai dapat diambil kesimpulan.

1. Rima yang terdapatdalam pantun

pada prosesi manendai berdasarkan

bunyi, yaitu rima sempurna, rima

tak sempurna, rimamutlak, rima

terbuka, rima tertutup dan rima

aliterasi. Berdasarkan letak terdapat

rima akhir, rima datar, rima sejajar,

rima berpeluk, rima bersilang, rima

rangkai dan rima patah. Secara

keseluruhan rima yg paling banyak

terdapat dalam pantun pada prosesi

manendai adalah rima bersilang.

Page 12: Analisis Pantun Dalam …( Fitri Febriani, Razali, & Rostina

34 JIM PBSI Vol. 5 No 1, 2020

2. Ritma yang dihasilkan dalam

pantun pada prosesi manendai

adalah alunan suara tinggi, rendah,

panjang, keras, lembut dan cepat.

3. Makna dalam pantun pada prosesi

manendai adalah makna berbasis

teks yaitu makna denotatif dan

makna konotatif.

Berdasarkan simpulan yang telah

dipaparkan, penulis mengemukakan

beberapa saran. Adanya saransaran yang

dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Penulis menyarankan agar

penelitian mengenai struktur

kebahasaan dan makna dalam

pantun di Aceh semakin sering

dilakukan sehingga masyarakat

dapat memahami bahwa karya

sastra yang terdapat di Aceh bisa

dijadikan sebagai objek penelitian.

2. Penulis menyarankan agar

penelitian yang dilakukan dalam

pantun pada prosesi manendai tidak

hanya mengenai struktur

kebahasaan dan makna, tetapi bisa

disertai dengan aspek lainya agar

penelitian ini semakin sempurna ke

depanya.

3. Penulis menyarankan agar

penelitian mengenai karya satra

aceh bukan hanya pantun pada

prosesi manendai, tetapi juga

penggunaan pantun dalam kegiatan

kemasyarakatan lainya. Hal ini

dapat menjaga kelestarian adat

berpantun di Aceh.

Daftar Pustaka

Afif, Alfian.2016. Pendataan dan

Investarisasi Budaya Etnis di

Aceh. Banda Aceh: Dinas

Kebudayaan dan Parawisata

Aceh.

Atmazaki. 1993. Analisis Sajak Teori,

Metode, dan Aplikasi. Bandung:

Angkasa

Badudu,Yus. 1984. Sari Sastra

Indonesia. Bandung: Angkasa.

Chaer, Abdul. 1994. Pengantar

Semaantik Bahasa Indonesia.

Jakarta: Rineka Cipta

Damayanti,, D. 2013. Puisi (Pantun,

Sajak, Gurindam). Yogyakarta: Araska.

Djamaris, Edwar. 2001.. Pengantar

Sastra Rakyat Minaangkabau. Jakarta:

Yayasan Obor.

Harun, Mohd. 2012. Pengantar Sastra

Aceh. Bandung:, Citapusstaka Media

Printis.

Harun,Mohd. 2018. Pembelajaran Puisi

Untuk Mahasiswa. Banda Aceh:

Syiah Kuala University Press

Khairi, Mohd.. 2010. Fungsi Pantun

dalam Masyarakatt Melayu

Tradisional.

(http://retibasa.blogspot.com/201

0/09/fungsi-pantun-dalam-

Page 13: Analisis Pantun Dalam …( Fitri Febriani, Razali, & Rostina

Analisis Pantun Dalam …( Fitri Febriani, Razali, & Rostina Taib) 35

masyarakat-melayu.html.,

diakses 12 April 2019).

Mangatur. 2009. Telaah Buku Teks

Bahasa Indonesia SMA.

Pekanbaru:, Universitas Isslam

Riau

Raharjdo, Mudjia. 2007. Hemeneutika

Gadamerian: KuasaBahasa

Dalam Wacana Politik Gus Dur.

Malang: UIN-MalangPress

Rani. 2009. Ikhtisar Sastra Melayu.

Bandung:Pustaka Setia.

Redaksi Balai Bahasa. 2003. Pantun

Melayu. Jakarta: Balai Bahasa.

Rizal, Yose. 2010. Apresiasi Puisi dan

Sastra Indonesia (Mengenai

Puisi dan Sastra Indonesia Puisi

Lama, Puisi Baru, Puisi

Modren). Jakarta: As Agency.

Santosa, Puji. 2015. Metedologi

Penelitian Sasstra Paradigma,

Proposal, Pelaporandan

Penerapan. Yogyakarta:

Azzagrafika.

Sedyawati, Edi. 2004. Sastra Melayu

Lintas Daerah. JaKarta: PusatBahasa.

Semi, M. Atar. 2000. Anatomi Sastra

(cetakan ke-2). Padang: Angkasa Raya.

Supratman, Abdul Rani. 2006. Intisari

Sastra Indonesia. Bandung:

Pustaka Setia.

Surana. 2001. Pengantar Sastra

Indonesia. Sollo: PT Tiga

Serangkai PustakaMandiri.

Waluyo, Herman..J. 1991. Teori dan

Apresiasi Puisi. Jakarta:Penerbit

Erlangga.