Upload
others
View
27
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS NILAI pKa KALIUM DIKLOFENAK DALAM TABLET YANG BEREDAR DI
MAKASSAR SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
MEITY PALISUAN N111 09 121
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2013
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
berkat dan rahmatNya, penulis mampu merampungkan penyusunan
skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar kesarjanaan
pada Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin.
Banyak kendala yang penulis hadapi dalam penyusunan skripsi ini,
namun berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya
penulis dapat melewati kendala-kendala tersebut. Oleh karena itu, penulis
menghaturkan banyak terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya kepada:
1. Ibu Dra. Christiana Lethe, M.Si., Apt. sebagai pembimbing utama yang
telah sabar dalam memberikan arahan, bimbingan dan solusi selama
proses penelitian dan penyusunan skripsi, Ibu Yusnita
Rifai,S.Si.,M.Pharm.,Ph.D.,Apt. sebagai pembimbing pertama yang
telah memberikan arahan, nasihat, dan solusi-solusi dengan penuh
kesabaran dan keramahan serta dorongan agar penulis segera
menyelesaikan studi.
2. Ibu Dr.Hj. Latifah Rahman,Dess.,Apt, Bapak Usmar S.Si.,M.Si.,Apt. ,
serta Bapak Drs.Abd.Muzakkir Rewa, M.Si.,Apt atas kesabarnya dan
kesediaanya dalam menguji.
3. Dekan, Wakil Dekan, serta staf dosen Fakultas Farmasi Universitas
Hasanuddin atas bantuan serta motivasi-motivasi yang diberikan.
vii
4. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Anthonius Chindiawan dan
ibunda Naomi Palisuan, atas segala pengorbanan materi, kasih
sayang, ketulusan hati mendoakan sehingga penulis bisa
menyelesaikan kuliah sampai saat ini.
5. Saudara penulis (Yogi Chindiawan), atas dukungannya dan kasih
sayang kalian selama ini. Semoga kita senantiasa menjadi anak yang
berbakti kepada orang tua kita.
6. Teman-teman farmasi angkatan 2009 (Ginkgo ’09), yang telah
memberikan semangat selama proses penelitian dan penyusunan
skripsi
7. Sahabat-sahabat terdekat penulis, terkhusus Prisillia Ria Niatty
Andareas S.Si, Ika Chaprianty Pasalli, Amelia S.Si dan Angela F.S.
Lawalata S.Si, Harold,Kwandi, Albert, Eko, Debbie, Gabriella, Juliana
yang selalu memberikan semangat selama penulis melakukan
penelitian dan penyusunan skripsi.
8. Terima kasih kepada Ibu Adriana Pidun, kak Dewi Primayanti,
terutama kak Echi, kak Ismail S.Si., Apt., kak Arti, kak Muhammad Tri
Hidayat S.Si, terima kasih telah memberi bantuan atas segala
kesulitan yang dihadapi penulis mulai dari awal hingga akhir
penelitian.
9. Kepada pihak yang tidak sempat disebut namanya. Semoga Tuhan
membalas semua kebaikan kalian selama ini.
viii
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini sangat jauh dari
kesempurnaan, karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun demi terciptanya suatu karya yang lebih bermutu. Akhirnya,
semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan ke depannya.
Makassar, 13 Agustus 2013
Penulis
ix
ix
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai penetapan harga pKa kalium diklofenak BPFI dan beberapa sampel sediaan tablet kalium diklofenak yang terdapat dipasaran dengan menggunakan metode spektrofotometri ultraviolet. Tablet kalium diklofenak yang terdapat dipasaran diproduksi oleh beberapa industri memiliki formulasi yang berbeda, dengan perbedaan formulasi ini tentu akan mempengaruhi harga pKa dari molekul obat yang akan menentukan absorpsi dan distribusi obat dalam jaringan-jaringan tubuh. Tablet generik kalium diklofenak (Hexapharm Jaya) (6,4), tablet paten A (Sanbe Farma) (6,3), tablet paten B (PT.Guardian Pharmatama) (5,9), tablet paten C (Combiphar) (6,1), serta kalium diklofenak (BPFI) (6,8).
x
ABSTRACT PKa determination research has been done on diclofenac potassium dosage IPRS and some samples contained diclofenac potassium tablet market by using ultraviolet spectrophotometry. Diclofenac potassium that are commercially manufactured by several pharmaceutical industries had different formulations, whom certainly affect the pKa of molecule drug that will determine the absorption and distribution of drugs in the body's tissues. The results showed that generic tablet of Diclofenac Potassium (Hexapharm Jaya) (6.4), patent tablet A ( Sanbe Farma) (6,3), patent tablet B (PT.Guardian Pharmatama) (5.9), patent tablet C (Combiphar) (6.1), as well as raw Diclofenac Potassium (IPRS) (6.8)
xi
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................ iv
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................. v
UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................ vi
ABSTRAK .................................................................................... ix
ABSTRACT .................................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................. xi
DAFTAR TABEL .......................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................... 4
II.1 Uraian Bahan Kalium Diklofenak ................................... 4
II.1.1 Farmakologi dan Farmakokinetik Kalium Diklofenak....... 5
II.1.2 Dosis Pemakaian ................................................... .... 10
II.1.3 Interaksi Obat .......................................................... ... 10
II.2 Tablet .......................................................................... .. 12
II.2.1 Evaluasi Tablet ......................................................... .. 18
II.2.2 Tablet Salut .............................................................. .. 21
II.3 Disosiasi Asam-Basa Lemah……………………………. 23
xii
II.4 Hukum Lambert-Beer………………………………………….. 26
II.5 Spektrofotometri UV-VIS...................……………………….. 27
II.5.1 Penggumaan Spektrofotometri UV-VIS untuk menentukan nilai pKa .............................................................................. 35
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ......................................... 38
III.1 Alat dan Bahan yang Digunakan .................................. 38
III.2 Pembuatan Pereaksi……………………….. .................. 38
III.2.1 Pengambilan Sampel................................................ 38
III.2.2 Pembuatan H2SO4 O,2 N............................................. 39
III.2.3 Pembuatan Natrium Hidroksida o,2 N.......................... 39
III.2.4 Pembuatan Dapar Fosfat pH (5,0- 6,8)......................... 39
III.3 Penimbangan Sampel Kalium Diklofenak.....…… ………… 40
III.5 Pembuatan Larutan Stok Tablet Generik Dan Tablet Paten.... 40
III.4 Pembuatan Larutan stok Baku Kalium Diklofenak ................. 40
III.6 Pengenceran Sampel dan Baku Kalium Diklofenak.......... 41
III.7 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum………………… 41
III.8 Penetapan Harga pKa Sampel secara Spektrofotometri UV-VIS ............................................................................ 40
III.9 Pengumpulan Data .... ...........………………..……….. .. 42
III.10 Pembahasan Hasil ...........……………………….. ....... 42
III.11 Pengambilan Kesimpulan ...........…………………….. 42
xiii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................ 43
IV.1 Hasil Penelitian............................................................. 43
IV.2 Pembahasan ................................................................ 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 47
V.1 Kesimpulan ................................................................... 47
V.2 Saran ............................................................................ 46
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 48
LAMPIRAN .................................................................................. 50
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
1. Hasil Pengukuran pKa Kalium Diklofenak ...........................
43
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
1. Kurva Baku Kalium Diklofenak..........................................
2. Hasil Ekstraksi Tablet Generik Kalium
Diklofenak(Hexapharm Jaya0...........................................
3. Hasil Ekstraksi Tablet Paten A ( Sanbe Farma)...............
4. Hasil Ekstraksi Tablet Paten B ( PT. Guardian Pharmatama).....................................................................
5. Hasil Ekstraksi Tablet Paten C(Combiphar)......................
43
59
60
60
61
1
BAB I
PENDAHULUAN
Obat analgesik antipiretik serta obat anti inflamasi nonsteroid (AINS)
merupakan salah satu kelompok obat yang banyak diresepkan dan juga
digunakan tanpa resep dokter. Beberapa AINS umumnya bersifat anti-
inflamasi, analgesik, dan antipiretik. Respons individual terhadap AINS bisa
sangat bervariasi walaupun obatnya tergolong dalam kelas atau derivat
kimiawi yang sama. Sehingga kegagalan dengan suatu obat bisa dicoba
dengan obat sejenis dari derivat kimiawi yang sama (1).
Kalium diklofenak merupakan Nonsteroidal Anti Inflammatory
Drug (AINS) yang banyak digunakan untuk penyakit–penyakit seperti
kerusakan musculoskeletal, arthritis, sakit gigi, dan dysmenorrheal sebagai
penghilang rasa sakit dan inflamasi. Diklofenak merupakan obat Non
Steroidal Anti Inflammatory (AINS) dengan efek antIIInflamasi, analgesik dan
antipiretik yang lebih baik dari NSAID lainnya. Diklofenak bekerja dengan
cara menghambat enzim cyclooxygenase 2 (COX 2). Seperti kebanyakan
AINS lainnya, diklofenak juga dikenal dapat meningkatkan resiko pendarahan
pada gastrointestinal dan efek samping kardiovaskular akan tetapi diklofenak
memiliki indeks terapi yang lebih tinggi dibandingkan dengan AINS lainnya
(2).
2
Reaksi suatu larutan tergantung pada tetapan disosiasi asam (Ka) dan
tetapan disosiasi (Kb). Suatu larutan bereaksi netral jika Ka=Kb, bereaksi
asam jika Ka>Kb dan bereaksi basa jika Kb >Ka. Pka dapat digunakan untuk
mengukur kekuatan asam-basa, dimana semakin kecil nilai pKa maka asam-
basa tersebut semakin kuat begitu juga sebaliknya (4).
Keuntungan dari metode spektrofotometri UV-VIS ini adalah memiliki
sensitifitas(>10-6M) dengan berbagai absorpsi koefisien molar, penetapan
harga pka dengan menggunakan spektrofotometri UV-VIS harus
menggunakan pelarut yang murni (5).
Penyerapan (absorbansi) sinar UV dan sinar tampak pada umumnya
dihasilkan oleh eksitasi-eksitasi elektron-elektron ikatan, akibatnya panjang
gelombang pita yang mengabsorbsi dapat dihubungkan dengan ikatan yang
mungkin ada dalam suatu molekul (6).
Diklofenak adalah turunan asam fenilasetat sederhana yang
merupakan penghambat COX yang kuat dengan efek anti-inflamasi,
analgesik, dan antipiretik. Obat ini cepat diabsorpsi setelah pemberian oral
dan mempunyai waktu paruh yang pendek. Inhibisi sintesis prostaglandin
dalam mukosa saluran cerna sering menyebabkan kerusakan gastrointestinal
(dispepsia, mual dan gastritis). Efek samping yang paling serius adalah
perdarahan gastrointestinal dan perforasi (3).
Kalium diklofenak yang terdapat dipasaran diproduksi oleh beberapa
industri farmasi dan masing-masing industri memiliki formulasi yang berbeda,
3
dengan perbedaan formulasi ini tentu akan mempengaruhi harga pKa dari
molekul obat yang akan menentukan absorpsi dan distribusi obat dalam
jaringan-jaringan tubuh.(6)
Di Makassar terdapat bebrapa apotik yang menyediakan tablet kalium
diklofenak dengan nama paten dan nama generik masing-masing 13 merek.
Pengambilan sampel didasarkan pada beberapa merek obat yang paling
sering diresepkan di kota Makassar.
Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk membandingkan dan
menganalisis nilai pKa kalium diklofenak dari tablet yang beredar dipasaran
dengan kalium diklofenak BPFI
Manfaat dari penelitian yaitu diharapkan penetian ini dapat
memberikan informasi dan gambaran mengenai nilai pKa kalium diklofenak
dalam tablet.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Uraian Kalium Diklofenak (7)
Nama kimia : 2-[(2,6-dichlorophenyl)amino]benzeneacetic acid,
monopotassium salt
Rumus molekul : C14H10Cl2KNO2
Berat molekul : 334,2
Pemerian
: Serbuk kristal, putih atau agak kekuningan, agak
higroskopis
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, sangat mudah larut
dalam metanol, larut dalam etanol, sedikit larut
dalam aseton, praktis tidak larut dalam eter,
kloroform dan asetat encer
5
II.1.1 Farmakologi dan Farmakokinetik Kalium Diklofenak (5, 6, 8, 9, 10,
11, 12)
Kalium diklofenak adalah derivat sederhana dari asam fenil asetat yang
menyerupai flurbiprofen dan meclofenamat. Potensinya lebih besar atau dari
indometasin atau dari naproksen. Obat ini memiliki sifat-sifat antiinflamasi,
analgesik dan antipiretik. Obat ini digunakan untuk efek-efek analgetik dan
antipiretik pada simptom artritis reumatoid.
Kalium diklofenak cepat diabsorpsi melalui saluran cerna setelah
pemberian oral, efek analgetik dimulai setelah 1 jam dan mempunyai waktu
paruh 1-2 jam. Kalium diklofenak terakumulasi dalam cairan sinovial setelah
pemberian oral yang menjelaskan efek terapi di sendi jauh lebih panjang dari
waktu paruh obat tersebut.
Mekanisme kerja dari kalium diklofenak ini berhubungan dengan sistem
biosintesis prostaglandin. Golongan obat ini menghambat enzim
siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat menjadi PGG2 menjadi
terganggu. Setiap obat menghambat siklooksigenase dengan kekuatan dan
selektivitas yang berbeda.
Enzim siklooksigenase terdapat dalam 2 isoform disebut COX-1 dan
COX-2. Kedua isoform tersebut dikode oleh gen yang berbeda dan ekspresinya
bersifat unik. Secara garis besar COX-1 mengasilkan prostaglandin yang
bersifar sitoprotektif, siklooksigenase- 2 semula diduga diinduksi berbagai
6
stimulus inflamatoar, termasuk sitokin, endotoksin dan faktor pertumbuhan
(growth factors).
Hambatan terhadap isoenzim COX-1 dan COX-2 oleh AINS berakibat
hambatan produksi prostaglandin. Kondisi ini akan menurunkan ketahanan
mukosa lambung. Ketahanan mukosa lambung ditentukan oleh faktor
defensif yang terdiri dari lapisan pre-epitel, epitel dan sub-epitel. Lapisan pre-
epitel merupakan sawar terdepan dari mukosa lambung dalam mencegah
pengaruh isi lumen terhadap lapisan epitel. Peranan mukus dan sekresi
bikarbonat merupakan faktor utama dalam pencegahan primer maupun
sekunder lesi mukosa akut oleh AINS. Efek topikal AINS terjadi akibat dari
kerusakan lapisan mukus, sehingga akan terjadi gangguan permeabilitas
dinding sel epitel dengan akibat obat akan masuk dan terperangkap di dalam
sel. Selanjutnya terjadi pembengkakan disertai proses inflamasi dan akan
terjadi kerusakan sel epitel tersebut. Efek topikal ini akan diikuti oleh efek
sistemik dalam bentuk hambatan produksi prostaglandin melalui jalur COX-1
dan COX-2.
Mekanisme hambatan isoenzim cyclooxygenase tergantung dari
golongan AINS. Peran faktor agresif seperti asam lambung, pepsin dan
infeksi Helicobacter pylori akan memperberat lesi mukosa yang terjadi
diakibatkan bertambahnya proses radang yang terjadi, meskipun masih
kontroversi. Disamping itu terjadinya dismotilitas lambung akibat AINS juga
akan memperberat lesi mukosa yang terjadi. Hambatan selektif terhadap
7
isoenzim Cox-2, tidak menunjukkan hasil yang baik dalam mencegah
terjadinya lesi mukosa akut. Lesi mukosa akibat AINS dapat terjadi pada
usus halus atau kolon. Terjadinya lesi akibat efek sistemik dan sebagai faktor
agresif yaitu bakteri dan asam.
Terjadinya tukak lambung yang dirangsang oleh obat AINS
dihubungkan dengan inhibisi cyclooxygenase. Pencegahan prostaglandin
yang meningkat kan sekresi bikarbonat, inhibisi sekresi asam merangsang
sintesa musin dan meningkatkan perfusi pembuluh darah.
Obat antiradang bukan steroid menghambat biosintesis prostaglandin,
prostasiklin, dan tromboksan melalui penghambatan aktivitas enzim
siklooksigenase. Prostaglandin berperanan penting pada timbulnya nyeri,
demam, dan reaksi-reaksi peradangan, maka obat AINS melalui
penghambatan aktivitas enzim siklooksigenase, mampu menekan gejala-
gejala tersebut. Namun demikian, prostaglandin juga berperanan penting
pada proses-proses fisiologis normal dan pemeliharaan fungsi regulasi
berbagai organ. Pada selaput lendir traktus gastrointestinal, prostaglandin
berefek protektif.
Prostaglandin meningkatkan resistensi selaput lendir terhadap iritasi
mekanis, osmotis, termis atau kimiawi. Dalam suatu telaah telah ditunjukkan,
bahwa pengurangan prostaglandin pada selaput lendir lambung memicu
terjadinya tukak. Hal ini membuktikan peranan penting prostaglandin untuk
memelihara fungsi barier selaput lender. Dengan demikian, mekanisme kerja
8
obat AINS sekaligus menjelaskan profil efek utama maupun efek samping
obat ini terutama toksisitasnya pada traktus gastrointestinal yang membatasi
peng-gunaan obat ini.
Efek samping yang lazim ialah mual, gastritis, eritema kulit dan sakit
kepala. Efek samping yang terjadi pada kira-kira 20% penderita meliputi distres
saluran cerna, pendarahan saluran cerna dan timbulnya tukak lambung.
Absorpsi obat ini melalui saluran cerna berlangsung cepat dan lengkap.
Obat ini terikat 99 % pada protein plasma. Kalium diklofenak diakumulasi di
cairan sinovial yang menjelaskan efek terapi disendi jauh lebih lama dari waktu
paruh obat tersebut. Pemakaian obat ini harus berhati–hati pada penderita
tukak lambung. Pemakaian selama kehamilan tidak dianjurkan.
Diklofenak adalah 100% diserap setelah pemberian oral dibandingkan
dengan pemberian IV yang diukur dengan pemulihan urin. Namun, karena
pertama-pass metabolisme, hanya sekitar 50% dari dosis yang diserap
adalah sistemik tersedia. Dalam beberapa relawan puasa, kadar plasma
terukur diamati dalam waktu 10 menit dari dosis dengan kalium diklofenak .
Tingkat puncak plasma tercapai sekitar 1 jam berpuasa sukarelawan normal,
dengan kisaran 0,33-2 jam. Makanan tidak berpengaruh signifikan terhadap
tingkat penyerapan diklofenak. Namun, biasanya ada keterlambatan dalam
timbulnya penyerapan dan penurunan kadar plasma puncak sekitar 30%
Diklofenak adalah lebih dari 99% terikat dengan protein serum
manusia, terutama pada albumin. Serum binding protein adalah konstan
9
selama rentang konsentrasi (0,15-105 mg / mL) dicapai dengan dosis yang
dianjurkan. Diklofenak berdifusi ke dalam dan keluar dari cairan sinovial.
Difusi ke dalam sendi terjadi ketika kadar plasma lebih tinggi dibandingkan
dalam cairan sinovial, setelah proses membalikkan dan tingkat cairan
sinovial lebih tinggi dari kadar plasma.
Lima metabolit diklofenak telah diidentifikasi dalam plasma manusia
dan urin. Metabolit termasuk 4'-hidroksi-, 5-hidroksi-, 3'-hidroksi-, 4 ',5-
dihidroksi-dan 3'-hidroksi-4'-metoksi diklofenak. Pada pasien dengan
disfungsi ginjal, konsentrasi puncak metabolit 4'-hidroksi-dan 5-hidroksi-
diklofenak sekitar 50% dan 4% dari senyawa induk setelah pemberian dosis
tunggal oral dibandingkan dengan 27% dan 1% pada subyek sehat normal.
Namun, diklofenak metabolit menjalani glucuronidation lanjut dan sulfasi
diikuti oleh ekskresi bilier. Satu diklofenak metabolit 4'-hidroksi-diklofenak
memiliki aktivitas farmakologis sangat lemah.
Diklofenak dihilangkan melalui metabolisme dan ekskresi urin
berikutnya dan empedu dari glukuronida dan konjugat sulfat dari metabolit.
Sedikit atau tidak ada diklofenak berubah gratis diekskresikan dalam urin.
Sekitar 65% dari dosis diekskresikan dalam urin dan sekitar 35% dalam
empedu sebagai konjugat diklofenak berubah ditambah metabolit. Karena
eliminasi ginjal bukanlah jalur yang signifikan eliminasi untuk diklofenak tidak
berubah, dosis penyesuaian pada pasien dengan ringan sampai sedang
10
disfungsi ginjal tidak diperlukan. Terminal paruh diklofenak tidak berubah
adalah sekitar 2 jam.
Kalium diklofenak merupakan salah satu golongan obat antiinflamasi non
steroid (AINS) yang banyak digunakan untuk nyeri dan inflamasi. Kalium
Diklofenak dalam bentuk lepas lambat terkendali adalah salah satu teknologi
yang dikembangkan untuk memperbaiki toleransi kalium diklofenak. Beberapa
studi klinis kalium diklofenak yang diberikan sebagai monoterapi atau
kombinasi, menunjukkan obat ini efektif meredakan gejala osteoarthritis
maupun rheumatoid arthritis.
II.1.3 Dosis Pemakaian (6)
Dosis oral 3 kali sehari 25-50 mg setelah makan, rektal 1 kali sehari 50
mg sampai 100 mg, Pada nyeri kolik atau serangan encok pemberian 1-2 kali
sehari 75 mg selama 1-3 hari.
II.1.4 Interaksi Obat
- Aspirin
Tablet kalium diklofenak bila digunakan dengan aspirin, mengikat
protein yang berkurang. Signifikansi klinis interaksi ini tidak diketahui, namun,
seperti dengan AINS lainnya, administrasi seiring diklofenak dan aspirin
umumnya tidak dianjurkan karena potensi efek samping meningkat.
11
- Methotrexate
AINS telah dilaporkan kompetitif menghambat akumulasi methotrexate
dalam irisan ginjal kelinci. Hal ini mungkin menunjukkan bahwa mereka bisa
meningkatkan toksisitas metotreksat.
- Siklosporin
Tablet kalium diklofenak, seperti AINS lainnya, dapat mempengaruhi
prostaglandin ginjal dan meningkatkan toksisitas obat-obatan tertentu. Oleh
karena itu, terapi bersamaan dengan siklosporin, dapat meningkatkan
nefrotoksisitas siklosporin ini.
- ACE inhibitor
Laporan menunjukkan bahwa AINS dapat mengurangi efek
antihipertensi ACE-inhibitor. Interaksi ini harus diberikan pertimbangan pada
pasien yang memakai AINS bersamaan dengan ACE inhibitor.
- Furosemide
Studi klinis, serta pengamatan postmarketing, telah menunjukkan
bahwa Kalium Diklofenak lepas lambat dapat mengurangi efek natriuretik
furosemide dan tiazid pada beberapa pasien. Tanggapan ini telah dikaitkan
dengan penghambatan sintesis prostaglandin ginjal. Selama terapi
bersamaan dengan AINS, pasien harus diamati dengan ketat untuk tanda-
tanda gagal ginjal, serta untuk menjamin keberhasilan diuretik.
12
- Lithium
AINS telah menghasilkan peningkatan pada tingkat lithium plasma dan
penurunan bea lithium ginjal. Rata-rata minimum konsentrasi lithium
meningkat 15% dan pembersihan ginjal menurun sekitar 20%. Efek ini telah
dikaitkan dengan penghambatan sintesis prostaglandin ginjal oleh AINS.
Jadi, ketika AINS dan lithium yang diberikan bersamaan, subyek harus
diamati dengan hati-hati untuk tanda-tanda toksisitas lithium.
- Warfarin
Efek dari warfarin dan AINS pada perdarahan GI yang sinergis,
sehingga pengguna kedua obat bersama-sama memiliki risiko perdarahan GI
serius lebih tinggi daripada pengguna salah satunya saja.
II.2 Tablet (13,14,15)
Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi.
Ada tiga metode pembuatan tablet, yaitu:
a. Metode granulasi basah
Masing-masing zat berkhasiat, zat pengisi, dan zat penghancur
dihaluskan terlebih dahulu dalam mesin penghalus. Seluruh serbuk dicampur
bersama-sama dalam alat pencampur, lalu dibasahi dengan larutan bahan
pengikat. Setelah itu massa lembab diayak menjadi granul menggunakan
ayakan 6 atau 8 mesh, dan dikeringkan dalam lemari pengering pada suhu
13
50o-60oC. Setelah kering diayak lagi untuk memperoleh granul dengan
ukuran yang diperlukan (biasanya digunakan ayakan 12-20 mesh).
Tambahkan bahan pelicin (lubrikan) kemudian dicetak menjadi tablet dengan
mesin tablet
b. Metode Granulasi Kering (slugging)
Dilakukan dengan mencampurkan zat berkhasiat, zat pengisi, dan zat
penghancur, serta jika perlu ditambahkan zat pengikat dan zat pelicin hingga
menjadi massa serbuk yang homogen, lalu dikempa cetak pada tekanan
yang tinggi, sehingga menjadi tablet besar (slug) yang tidak berbentuk baik,
kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel
yang diinginkan. Setelah itu dicetak sesuai ukuran tablet yang diinginkan
c. Kempa langsung
Masing-masing zat aktif, zat pengisi, zat pengikat, zat penghancur, dan
zat pelicin dihaluskan terlebih dahulu dalam mesin penghalus. Seluruh
serbuk dicampur bersama-sama dalam alat pencampur. Campuran serbuk
yang telah homogen dikempa dalam mesin tablet menjadi tablet jadi.
Tablet memiliki kelebihan dibandingkan dengan sediaan padat lainnya,
diantaranya:
a. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan
kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran
serta variabilitas kandungan yang paling rendah.
14
b. Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya
paling rendah.
c. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling
kompak.
d. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah dan
murah untuk dikemas serta dikirim.
e. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan
murah.
f. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal
di tenggorokan, terutama bila bersalut yang kemungkinan pecah / hancurnya
tablet tidak segera terjadi.
g. Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pengelepasan khusus,
seperti pengelepasan di usus atau produk lepas lambat.
h. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk
diproduksi secara besar-besaran.
i. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat
pencampuran kimia, mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.
15
Penggolongan tablet dapat dibedakan berdasarkan atas:
1. Berdasarkan metode pembuatan:
Berdasarkan metode pembuatannya, dikenal dua jenis tablet, yaitu
tablet cetak dan tablet kempa.
a. Tablet cetak dibuat dari bahan obat dan bahan pengisi yang
umunya mengandung laktosa dan serbuk sukrosa dalam berbagai
perbandingan. Massa serbuk dibasahi dengan etanol persentase tinggi.
Kadar etanol tergantung pada kelarutan zat aktif dan bahan pengisi dalam
sistem pelarut, serta derajat kekerasan tablet yang diinginkan. Massa serbuk
yang lembab ditekan dengan tekanan rendah ke dalam lubang cetakan.
Kemudian dikeluarkan dan dibiarkan kering.
b. Tablet kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada
serbuk atau granul menggunakan cetakan baja.
2. Berdasarkan Cara Pemakaian
Berdasarkan cara pemakaiannya, tablet dapat dibagi menjadi:
a. Tablet biasa / tablet telan. Dibuat tanpa penyalut, digunakan per oral
dengan cara ditelan, pecah dilambung.
b. Tablet kunyah (chewable tablet). Bentuknya seperti tablet biasa,
cara pemakaiannya dikunyah dulu dalam mulut kemudian ditelan, umumnya
tidak pahit.
c. Tablet isap (lozenges, trochisi, pastiles) adalah sediaan padat yang
mengandung satu atau lebih bahan obat, umunya dengan bahan dasar
16
beraroma dan manis, yang membuat tablet melarut atau hancur perlahan-
lahan dalam mulut.
d. Tablet larut (effervescent tablet) adalah tablet yang sebelum
digunakan dilarutkan terlebih dahulu dalam air dan akan menghasilkan buih.
Tablet ini selain mengandung zat aktif juga mengandung asam (asam sitrat,
asam tartrat) dan Na2CO3.
e. Tablet implant (pelet). Tablet kecil, bulat atau oval putih, steril, dan
berisi hormon steroid, dimasukkan ke bawah kulit dengan cara merobek kulit
sedikit, kemudian tablet dimasukkan, kemudian dijahit kembali.
f. Tablet hipodermik adalah tablet kempa, dibuat dari bahan yang
mudah larut atau larut sempurna dalam air. Tablet ini umumnya digunakan
untuk membuat sediaan injeksi hipodemik segar dengan melarutkan tablet
dalam air steril untuk injeksi.
g. Tablet bukal adalah tablet yang diletakkan antara pipi dan gusi.
h. Tablet sublingual adalah tablet yang diletakkan di bawah lidah.
i. Tablet vagina (ovula) adalah tablet sisipan yang didesain untuk
terdisolusi dan pelepasan lambat zat aktif dalam rongga vagina. Tablet ini
berbentuk telur atau berbentuk (buah) pir untuk memudahkan penahanan
dalam vagina, untuk melepaskan zat antibakteri, antiseptik, atau zat astringen
guna mengobati infeksi vagina atau mungkin melepaskan steroid untuk
absorpsi sistemik
17
Berdasarkan penggunaanya tablet diklasifikasikan sebagai berikut;
a. Tablet Kunyah
Tablet ini harus lembut (segera hancur ketika dikunyah) atau mudah
melarut dalam mulut. Pengunyahan dapat mempercepat penghancuran tablet
dan memberikan keadaan basa untuk garam-garam logam yang digunakan
dalam tabletantasida. Tablet kunyah diberikan pada pasien yang mengalami
gangguan menelan tablet.Tablet ini digunakan dalam formulasi tablet untuk
anak-anak (dalam sediaan multivitamin). Penggunaan lain tablet ini adalah
untuk tablet antasida dan antibiotik.
b. Tablet sublingual
Tablet yang disisipkan di bawah lidah. Biasanya berbentuk datar,
ditujukan untuk obat-obat yang diabsorpsi melalui mukosa oral. Cara ini
berguna untuk penyerapan obat yang rusak oleh cairan lambung dansedikit
sekali diabsorpsi oleh saluran pencernaan. Tablet ini dibuat segera melarut
untuk memberikan efek yang cepat.
c. Tablet salut selaput
Tablet kompresi ini disalut dengan selaput tipis dari polimer yang larut
atau tidak larut dalam air, biasanya lapisan ini berwarna. Kelebihannya dari
penyalutan dengan gula ialah lebih tahan lama, lebih sedikit bahan, waktu
yang lebih sedikit untuk penggunaanya.Selaput ini pecah dalam saluran
pencernaan, lambung atau usus
18
d. Tablet salut Enterik
Tablet salut enterik adalah tablet yang disalut dengan lapisan yang
tidak melarut atau hancur dilambung tapi diusus dengan tujuan supaya tablet
melewati lambung dan hancur serta diabsorpsi diusus.
e. Tablet salut gula
Tablet ini diberi lapisan gula berwarna dan mungkin juga tidak, lapisan
ini larut dalam air dan dapat cepat terurai begitu ditelan. Gunanya melindungi
obat dari udara dan kelembapan serta memberi rasa atau untuk
menghindarkan gangguan dalam pemakaiannya akibat rasa atau bau bahan
obat.
f. Tablet Triturat
Tablet ini bentuknya kecil dan biasanya silinder, biasanya
mengandung sejumlah kecil obat keras. Tablet triturat harus cepat dan
mudah larut seluruhnya dalam air
.
II.2.1 Evaluasi tablet
Untuk menjamin mutu tablet maka dilakukan beberapa pengujian yaitu
sebagai berikut:
a. Uji keseragaman bobot
Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot. Keseragaman bobot
ini ditetapkan untuk menjamin keseragaman bobot tiap tablet yang dibuat.
Tablet-tablet yang bobotnya seragam diharapkan akan memiliki kandungan
19
bahan obat yang sama, sehingga akan mempunyai efek terapi yang sama.
Keseragaman bobot dapat ditetapkan sebagai berikut: ditimbang 20 tablet,
lalu dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Kemudian timbang tablet satu
persatu, tidak boleh lebih dari 2 tablet bobotnya menyimpang dari bobot rata-
rata lebih besar dari yang ditetapkan pada kolom A dan tidak boleh satu
tablet pun bobotnya menyimpang dari rata-rata lebih besar dari yang
ditetapkan pada kolom B. Jika perlu gunakan 10 tablet yang lain dan tidak
satu tablet yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang
ditetapkan dalam kolom A maupun kolom B.
b. Uji kekerasan
Kekerasan tablet dan ketebalannya berhubungan dengan isi die dan
gaya kompresi yang diberikan. Bila tekanan ditambahkan, maka kekerasan
tablet meningkat sedangkan ketebalan tablet berkurang. Selain itu metode
granulasi juga menentukan kekerasan tablet. Umumnya kekuatan tablet
berkisar 4 - 8 kg, bobot tersebut dianggap sebagai batas minimum untuk
menghasilkan tablet yang memuaskan. Alat yang digunakan untuk uji ini
adalah hardness tester, alat ini diharapkan dapat mengukur berat yang
diperlukan untuk memecahkan tablet.
c. Uji waktu hancur
Peralatan uji waku hancur terdiri dari rak keranjang yang mempunyai
enam lubang yang terletak vertikal diatas ayakan mesh nomor 10 selama
percobahan, tablet diletakkan pada tiap lubang keranjang. kemudiaan
20
keranjang tersebut bergerak naik turun pada larutan transparan dengan
kecepatan 29 - 32 putaran per menit. Interval waktu hancur adalah 5 - 30
menit. Tablet dikatakan hancur bila bentuk sisa tablet (kecuali bagian
penyalut) merupakan massa dengan inti yang tidak jelas.
d. Uji penetapan kadar zat berkhasiat
Uji penetapan kadar berkhasiat dilakukan untuk mengetahui apakah
tablet tersebut memenuhi syarat sesuai dengan etiket. Bila kadar obat
tersebut tidak memenuhi syarat maka obat tersebut tidak memiliki efek terapi
yang baik dan tidak layak dikonsumsi. Uji penetapan kadar dilakukan dengan
menggunakan cara-cara yang sesuai pada masing-masing monografi
e. Uji disolusi
Obat yang telah memenuhi persyaratan kekerasan, waktu hancur,
keregasan, keseragaman bobot, dan penetapan kadar, belum dapat
menjamin bahwa suatu obat memenuhi efek terapi, karena itu uji disolusi
harus dilakukan pada setiap produksi tablet. Disolusi adalah proses
pemindahan molekul obat dari bentuk padat kedalam larutan pada suatu
medium. Disolusi menunjukkan jumlah bahan obat yang terlarut dalam waktu
tertentu. Disolusi menggambarkan efek obat secara invitro, jika disolusi
memenuhhi syarat maka diharapkan obat akan memberikan khasiat secara
invivo.
21
II.2.2 Tablet Salut
Tablet salut yang dikenal secara luas diantaranya adalah tablet salut
gula, tablet salut tipis (enterik dan non enterik) dan tablet salut kompresi
( compression coating). Tujuan penyalutan tablet adalah untuk memperbaiki
penampilan obat, menutupi rasa, bau rasa dan warna obat yang tidak
menyenangkan, memberikan perlindungan fisik dan kimia pada obat
(melindungi obat yang tidak stabil dalam asam dan melindungi lambung dari
obat yang mengiritasi lambung) serta mengendalikan pelepasan obat dari
tablet. Ada tiga komponen utama yang penting dalam penyalutan tablet yaitu
sifat-sifat tablet, proses penyalutan dan suasana penyalut.
Tablet yang disalut harus memiliki sifat-sifat yang sesuai selama
proses penyalutan. Tablet inti sebaiknya berbentuk sferis, elips, bikonveks,
bulat, atau bikonveks oval agar tablet dapat mengikuti perputaran dan
bergerak bebas dalam panci penyalut. Kekerasan dan keregasan tablet
menjadi perhatian utama karena pada proses penyalutanakan akan saling
berbenturan. Jika tablet rapuh maka akan terjadi pecahan-pecahan hasil
kikisan atau berbenturan yang pada akhirnya menyebabkan rusaknya tekstur
pada permukaan tablet.
Tablet salut terdiri dari beberapa macam :
1. Tablet salut biasa(dragee)
Tablet ini disalut dengan gula dari suspensi dalam air yang
mengandungh serbuk tak larut seperti pati, kalsium karbonat, talk atau
22
titanium dioksida yang disuspensikan dengan gom akasia atau gelatin.
Kelemahan salut gula adalah waktu penyalutan yang lama dan memerlukan
penyalut yang tahan air. Hal ini akan memperlambat disolusi dan
memperbesar bobot tablet.
2. Tablet salut selaput (film coated tablet)
Tablet ini disalut dengan hidroksipropilmetilselulosa, metilselulosa,
hidropropiselulosa, Na-CMC serta campuran selulosa asetat ftalat dan PEG
yang tidak mengandung air atau yang mengandung air.
3. Tablet salut enterik ( enteric coated tablet)
Tablet ini disebut juga tablet lepas tunda. Jika obat dapat rusak atau
tidak aktif karena cairan lambung atau dapat mengiritasi mukosa lambung,
diperlukan penyalut enterik untuk menunda pelepasan obat sampai tablet
melewati lambung.
4. Tablet lepas lambat (sustained- release tablet)
Tablet ini disebut juga tablet efek diperpanjang. Tablet ini dibuat
sedemikian rupa sehingga zat aktif akan tersedia selama jangka waktu
tertentu setelah obat diberikan.
23
II.3 Disosiasi asam lemah dan basa lemah (8,9)
Asam merupakan senyawa – senyawa yang mengalami ionisasi untuk
melepaskan ion hydrogen (atau proton) ke lingkungan sekitarnya. Basa
adalah senyawa- senyawa yang dapat menerima ion hydrogen ini, defenisi ini
merupakan defenisi asam- basa oleh Bronsted - Lowry .
Dalam kasus disosiasi asam lemah, konstanta kesetimbangan reaksi
diberi istilah Ka dan disebut konstanta ionisasi atau kadang-kadang dengan
istilah konstanta keasaman. Persamaan Ka ditulis sebagai berikut
Ka merupakan suatu tetapan keasaman senyawa tertentu padsa suhu
tertentu. Semakin besar nilai Ka maka asam semakin kuat .
Persamaan diatas dapat dimungkinkan untuk menurunkan suatu
persamaan untuk menetukan kekuatan larutan asam . Jika suatu asam (HA)
mengalami ionisasi menjadi a mol ion H+ dan a mol ion A- yang mana a
adalah fraksi asam yang terionisasi maka jumlah mol asam yang tidak
terdisosiasi diberikan oleh (1-a). Larutan asam ini sekarang disiapkan dengan
c mol asam dalam 1 liter (1 dm3) yang akan menghasilkan ac mol H+ dan ac
mol A- sehingga
Konstanta asam (Ka) diberikan oleh persamaan berikut
Ka= [H+ ][A−]
[𝐻𝐴]
HA↔H+ + A- (1-a)c ac ac
24
dengan demikian
Untuk elektrolit lemah a sangat kecil sehingga dapat diabaikan
karenanya (1-a) adalah mendekati =1 persamaan yang disederhanakan
sekarang dapat ditulis sebagai:
Ka=ac2
Yang mana c adalah konsentrasi dalam mol/liter; dan a adalah tingkat
keasaman asam sehingga
a= 𝑐 (𝐾𝑎
𝑐) = 𝐾𝑎 𝑐
pH larutan sekarang dapat ditentukan
[H+]=ac
Dengan demikian
[H+] = c 𝐾𝑎
𝑐 = 𝐾𝑎𝐶
Ka =𝑎𝑥𝑎
1−𝑎 𝑐
Ka= a2xc 2
1−𝑎 𝑐 Ka=
𝑎2𝑥𝑐
(1−𝑎)
25
Jika bagian kiri dan kanan persamaan diatas dibuat dalam bentuk
logaritmanya maka
Log [H+]= ½log Ka +½ Log c
Dengan mengalikannya dengan -1 akan diperoleh
-Log[H+] = ½Log Ka =½Log c
Oleh karena itu
pH =½Log pKa-½ Log c
Ka merupakan tetapan bagi senyawa tertentu pada suhu tertentu.
Sehingga jelas, semakin jauh pergeseran tetapan kesetimbangan kekanan,
ionisasi asam akan semakin sempurna dan nilai Ka akan semakin besar.
Untuk sederhananya, semakin besar nilai Ka semakin kuat asamnya.
Kekuatan asam bergantung pada jumlah ion hidrogen yang
dibebaskan jika asam mengalami ionisasi dan hal ini bergantung pada derajat
ionisasi α pada setiap konsentrasi yang diberikan.
Untuk meyatakan kekuatan asam dan basa, seringkali berguna dan lebih
baik dengan menggunakan istilah pKa dan hal ini dapat dilakukan dengan
mempertimbangkan kesetimbangan yang terjadi antara asam dan basa
konjugasinya.
pKa asam didefenisikan sebagai logaritma negatif tetapan disosiasi Ka yaitu
26
Ka merupakan tetapan disosiasi untuk ionisasi suatu asam sehingga
semakin besar nilai Ka semakin kuat asamnya (karena tetapan
kesetibangannya bergerak lebih jauh kekanan). pKa adalah negatif logaritma
Ka dan umum digunakan karena nilai Ka untuk asam-asam organik sangat
kecil dan sulit untuk diingat (biasanya 10-5). Karena pKa adalah negatif
logaritma Ka maka semakin kecil nilai pKa semakin kuat asamya.
II.4 Hukum Lambert-Beer (11)
Pengukuran serapan cahaya oleh larutan molekul dengan hukum
Lambert – Beer yang ditulis sebagai berikut:
A= - Log T= Log (Io/I)=εbc
Notasi Io adalah intensitas radiasi yang masuk
Ii adalah intensitas radiasi yang ditransmisikan
A adalah absorbans dan merupakan ukuran jumlah cahaya yang
diserap oleh sampel
ε adalah tetapan yang dikenal sebagai absortivitas molar dan
merupakan absorbans larutan 1 M analit tersebut
b adalah panjang jalur sel dalam 1 cm
c adalah konsentrasi analit dalam mol per liter
pKa=-log10 Ka
27
dalam produk farmasi konsentrasi dan jumlah biasanya dinyatakan dalam
gram atau milligram dan bukan mol sehingga untuk keperluan analisis produk
ini, Hukum Lambert-Beer ditulis dalam bentuk berikut ini:
A= A(1%,1cm)bc
Notasi A adalah absorbans yang diukur
A(1%,1cm) adalah absorbansi larutan 1% b/v (1g/100ml)dalam suatu
sel berukuran 1 cm
b adalah panjang jalur dalam cm (biasanya 1 cm)
c adalah konsentrasi sampel dalam g/100 ml
Pengukuran biasanya dibuat dalam sel berukuran 1 cm, persamaan
tersebut dapat ditulis sebagai berikut
menghasilkan konsentrasi analit dalam g/100ml
II.5 Spektrofotometri (3,11)
Spektrum UV-VIS merupakan korelasi antara absorbansi (sebagai
ordinat) dan panjang gelombang (sebagai absis) bukan merupakan garis
spektrum akan tetapi merupakan suatu pita spektrum. Terbentuknya pita
spectrum UV-VIS tersebut disebabkan oleh terjadinya aksitasi elektronik lebih
dari satu macam pada gugus molekul yang sangat kompleks. Terjadinya dua
atau lebih pita spektrum UV-VIS diberikan oleh molekul dengan struktur yang
[c= 𝐴
𝐴(1%,1𝑐𝑚 ) ]
28
lebih kompleks karena terjadi beberapa transisi sehingga mempunyai lebih
dari satu panjang gelombang maksimal.
Spektrofotometri adalah salah satu cabang spektrometri yang
mencakup pengukuran absorbsi oleh senyawa- senyawa kimia, pengukuran
energi radiasi panjang gelombang pendek dan tertentu , mendekati radiasi
monokromatik.
Radiasi monokromatik adalah radiasi pada satu panjang gelombang
dalam prakteknya radiasi ini didapat dengan menggunakan prisma atau kisi.
Cahaya adalah suatu bentuk energi radiasi yang mempunyai sifat
sebagai gelombang dan partikel. Sifatnya sebagai gelombang dapat dilihat
dengan terjadinya pembiasan dan pemantulan cahaya oleh suatu medium,
sedangkan sifatnya sebagai partikel dapat dilihat dengan terjadinya efek foto
listrik.
Energi radiasi terdiri dari sejumlah besar gelombang elektromagnetik
dengan panjang gelombang yang berbeda-beda. Bagian-bagian suatu radiasi
dapat dipisah-pisahkan menjadi spectrum elektromagnetik
Cahaya Tampak hanyalah merupakan bagian kecil dari seluruh radiasi
elektromagnetik. Spektrum cahaya tampak terdiri dari komponen-komponen
merah, jingga, kuning, hijau, biru dan ungu, dimana masing-masing warna
mempunyai panjang gelombang yang berbeda. Satuan yang banyak
dipergunakan untuk menyatakan panjang gelombang adalah
Angstrom, 1 A = 10-10
meter.
29
Metode Spektrofotometri Ultraviolet dan Sinar Tampak telah banyak
diterapkan untuk penetapan senyawa-senyawa organik yang umumnya
dipergunakan untuk penentuan senyawa dalam jumlah yang sangat kecil
Dalam suatu larutan gugus molekul yang dapat mengabsorpsi cahaya
dinamakan gugus kromofor, contohnya antara lain: C = C, C = O, N = N, N =
O, dan sebagainya. Molekul-molekul yang hanya mengandung satu gugus
kromofor dapat mengalami perubahan pada panjang gelombang.
Dalam analisis kimia farmasi pengukuran yang sederhana yang
dilakukan secara spektrometri adalah:
- Pengukuran posisi (panjang gelombang) dalam spektrum
eletromagnetik dimana energi radiasi mengadakan interaksi
dengan senyawa kimia
- Pengukuran tenaga dari energi yang diteruskan yang dibias,
dipendarkan dari energi yang dikeluarkan.
Spektrum eletromagnetik adalah istilah yang dipakai untuk membatasi
suatu sistem energi yang sempurna yang disiarkan dalam bentuk gelombang.
energi disini ditandai dengan energi radiasi yang terdapat dalam berbagai
bentuk misalnya sinar matahari, warna, gelombang radio dan lain-lain.
Akan tetapi harus diketahui bahwa bentuk energi radiasi mempunyai
sifat-sifat tertentu yang saling berkaitan
C= v ג
Notasi c= kecepatan cahaya (3x 1010 cm/detik)
30
V = frekuensi (cm/detik)
(cm) panjang gelombang =ג
Persamaan diatas menunjukkan bahwa :
1. Kecepatan dari semua bentuk energi radiasi dalam medium yang
diberikan adalah konstan
2. Perbedaanya terletak pada frekuensi (percepatan) dan panjang
gelombang
Energi radiasi disini menunjukkan energi dalam daerah ultraviolet,
daerah tampak dan daerah inframerah dari spektrum elektromagnetik
Molekul yang mengandung dua gugus kromofor atau lebih akan
mengabsorpsi cahaya pada panjang gelombang yang hampir sama dengan
molekul yang hanya mempunyai satu gugus kromofor tertentu, tetapi
intensitas absorpsinya adalah sebanding dengan jumlah kromofor yang ada.
Interaksi antara dua kromofor tidak akan terjadi, kecuali kalau memang
antara dua kromofor itu ada kaitannya. Walaupun demikian, suatu kombinasi
tertentu dari gugus fungsi akan menghasilkan suatu sistem kromoforik yang
dapat menimbulkan pita-pita absorpsi yang karakteristik
Banyak zat organik juga menunjukkan absorpsi khusus, misalnya
permanganat, ion nitrat, ion kromat, dan ruthenium, molekul iodium dan ozon.
31
Banyak pereaksi akan bereaksi dengan zat yang tidak mengabsorpsi
memberikan hasil yang akan mengabsorpsi sinar Ultraviolet atau Sinar
Tampak dengan kuat.
Pereaksi organik yang membentuk kompleks berwarna yang stabil
adalah ᴑ-phenanthrolin untuk besi, dimetil glioksim untuk nikel, dietil thio
karbamat untuk tembaga, dan sebagainya
Daerah-daerah panjang gelombang energi radiasi yang penting dalam
spektrofotometri adalah sebagai berikut :
Ultraviolet 185-380mµ
Cahaya tampak 380-780mµ
Inframerah dekat 780-3000mµ
Inframerah sedang 3,0-15mµ
Inframerah jauh 15-40mµ
Fotometri adalah istilah yang dipakai untuk jenis spektrofotometri yang
menggunakan radiasi cahaya tampak dimana berkas sinar yang datang tidak
monokromatis tetapi sangat dibatasi dengan mempergunakan filter.
Spektrofotometri didasarkan pada persamaan yang dikenal sebagai
Hukum Lambert Beer atau hukum Beuguer-Beer dan yang menghubungkan
intersitas radiasi yang datang, radiasi yang diteruskan panjang jarak radiasi
serta kadar dari larutan. Hubungan ini secara matematik dinyatakan sebagai
berikut:
32
I = I0 e -kcb
T= I/ I0= e -kcb
A= log 1/T =abc
Notasi : I = intensitas radiasi yang diteruskan
I0 = intensitas radiasi yang datang
e= logaritma alam= 2,7184
k= koefisien ekstinsi merupakan suatu tetapan
c= konsentrasi senyawa kimia dalam larutan biasanya g/L
b= jarak radiasi dalam cm
(-) = tanda negatif yang artinya intensitas radiasi yang diteruskan akan
berkurang jika konsentrasi zat dalam larutan bertambah
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis secara spektrofotometri
UV-VIS
1. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV
Hal ini perlu dilakukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap
pada daerah tersebut. Cara yang digunakan adalah dengan merubah
menjadi senyawa lain atau direaksikan dengan pereaksi tertentu. Pereaksi
yang digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan :
a. Reaksinya selektif dan sensitif
b. Reaksinya cepat, kuantitatif dan reprodusibel
33
c. Hasil reaksi stabil dalam jangka waktu yang lama
Keselektifan dapat dinaikkan dengan mengukur pH, pemakaian
masking agent atau penggunaan teknik ekstraksi
2. Waktu operasional
Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau
pembentukan warna. Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu pengukuran
hubungan antara waktu pengukuran dengan absorbansi larutan.
3. Pemilihan panjang gelombang
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah
panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Untuk memilih
panjang gelombang maksimal dilakukan dengan membuat kurva hubungan
absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada
konsentrasi tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan UV-Vis
1. Kromofor
Kromofor merupakan semua gugus atau atom dalam senyawa
organik yang mampu menyerap sinar ultraviolet dan sinar tampak kromofor
yang paling banyak ditemukan dalam molekul obat adalah cincin benzen.
Meringkas pita-pita serapan yang ditemukan dalam beberapa sistem aromatis
34
sederhana dan kromofor–kromofor /auksokrom-auksokrom ini memberikan
dasar serapan radiasi UV- Vis oleh beberapa molekul obat.
Aukskrom-auksokrom gugus amino dan hidroksil dipengaruhi pH
(ada pengaruh batokromik dan hiperkromik ) ketika suatu proton dihilangkan
dari molekul pada suasana basa dan menyebabkan molekul ini mempunyai
elektron bebas yang berlebih. Pengaruh ini akan lebih nyata dalam gugus -
gugus amina aromatik. Spektrum serapan molekul obat disebabkan oleh
kombinasi tertentu kromofor dan auksokrom yang terdapat pada strukturnya.
2. Pengaruh pelarut
Spektrum serapan UV senyawa-senyawa obat sebagian tergantung
pada pelarut yang digunakan untuk melarutkan obat . Suatu obat dapat
menyerap sinar UV dalam jumlah yang maksimal di satu pelarut dan akan
menyerap secara minimal di pelarut yang lain.
Perubahan-perubahan nyata spektrum ini secara eksklusif karena
gambaran-gambaran sifat-sifat pelarut, sifat pita serapan, dan sifat solut.
Dengan demikian pemilihan pelarut untuk digunakan spektroskopi UV-Vis
merupakan sesuatu yang penting .
Kriteria pertama pelarut yang bagus adalah bahwa pelarut tersebut tidak
menyerap radiasi UV didaerah yang sama yang mana daerah spektrum
senyawa yang aka dianalisis digunakan.
3. Pengaruh suhu
35
Suhu rendah menawarkan pita serapan senyawa-senyawa obat yang
lebih tajam dibandingkan suhu kamar. Resolusi- resolusi (daya pisah)
vibrasional akan lebih baik pada suhu rendah karena dua alasan yaitu:
a. Level vibrasional yang ditempati lebih sedikit
b. Tingkat interaksi solut – pelarut diminimalkan
4. Ion-ion organik
Sifat kromoforik yang terdapat dalam senyawa- senyawa
anorganik ada 2 jenis yaitu:
a. Melibatkan beberapa atom seperti permanganate(Mn04-)dan
dikromat (Cr2O72- )
b. Yang melibatkan atom-atom tunggal yakni atom-atom yang tidak
mempunyai kulit electron terluar d- yang tidak lengkap seperti
senyawa-senyawa yang mengadakan ikatan koordinasi dengan
Be,Sr,Ra serta unsur-unsur transisi seperti Cr, Mn, Ni, Pt, Ag, Pd,
Ag, Pd, Cd, Hg dan Au
5. Pengaruh pH
pH pelarut dalam solute terlarut didalamnya dapat mempunyai suatu
pengaruh yang penting pada spectrum. Di antara senyawa yang
menghadirkan pengaruh pH ini adalah indicator kimia yang perubahan
warnanya digunakan pada asidimetri.
36
II.5.1 Penggunaan spektrofotometri UV/VIS untuk menentukan nilai pKa
(11,12,21)
Pengambilan sampel merupakan masalah yang sangat penting dalam
analisis kimia sebab untuk mengetahui kadar atau konsentrasi suatu
senyawa tertentu dalam sampel hanya dilakukan terhadap sejumlah kecil
sampel.
Rumus yang digunakan dalam perhitungan konversi penimbangan
sampel tablet adalah sebagai berikut:
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑟𝑏𝑢𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎 −𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡=
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎 𝑧𝑎𝑡 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑡𝑖𝑘𝑒𝑡
Aplikasi spektrofotometri UV-VIS untuk menetukan nilai pKa
didasarkan pada pengukuran serapan /absorbansi dengan berbagai pH.
Ketika terjadi pergeseran uv yang tergantung pH, pergeseran tersebut
dapat digunakan untuk menetukan nilai pKa gugus dapat terionisasi yang
menyebabkan pergeseran. Persamaan umum untuk menentukan nilai pKa
dari pengukuran absorbansi pada panjang gelombang tertentu diberikan
dibawah ini.
Notasi Ai adalah absorbansi spesies yang mengalami ionisasi penuh
Notasi A adalah absorbansi terukur dalam larutan buffer dengan pH tertentu
pada panjang gelombang yang terpilih untuk analisis
Notasi Au adalah absorbansi spesies yang tidak mengalami ionisasi.
pKa=pH+ log 𝐴𝑖−𝐴
𝐴−𝐴𝑢
37
Persamaan diatas digunakan untuk suatu asam(untuk suatu basa,
bagian log dikurangkan) yang mana peningkatan pH menghasilkan
pergeseran batokromik dan diikuti dengan peningkatan intensitas
(hiperkromik)
Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis adalah panjang
gelombang mana yang terdapat perbedaan terbesar antara spesies yang
terionisasi dengan yang tidak terionisasi.
Pengetahuan nilai pendekatan pKa diperlukan untuk memilih nilai pH
yang sesuai dalam kisaran ±1 unit untuk nilai pKa pengukuran A. untuk
penentuan yang akurat, pengukuran dibuat pada sejumlah kisaran pH yang
berdekatan
38
38
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1 Alat dan Bahan yang Digunakan
Alat-alat yang digunakan adalah beker (Pyrex®), gelas ukur (Iwaki®),
labu Erlenmeyer (Pyrex®), labu tentukur (Pyrex®), mikropipet (Socorex®),
spektrofotometer UV-Vis (Hewlett-Packard®), timbangan analitik (Sartorius®),
dan pH meter (Sartorius®)
Bahan-bahan yang digunakan adalah aquadest, etanol p.a, NaOH
0,2N, H2SO4 0,2N, heksan teknis, metanol teknis, Na2HPO4, NaH2PO4, tablet
generik kalium diklofenak (Hexapharm Jaya), tablet paten A (Sanbe Farma),
tablet paten B (PT.Guardian Pharmatama), tablet paten C (Combiphar), serta
kalium diklofenak (BPFI)
III.2. Pembuatan pereaksi
III.2.1 Pengambilan Sampel
Sampel tablet generik kalium diklofenak (Hexapharm Jaya), tablet
paten A (Sanbe Farma), tablet paten B (PT.Guardian Pharmatama), tablet
paten C (Combiphar), diperoleh dari apotek yang ada di Makassar
berdasarkan merek obat yang paling banyak diresepkan.
39
III.2.2 Pembuatan H2SO4 0,2N
H2SO4 pekat diambil 5,6 ml lalu dicukupkan volumenya hingga
1.000 ml aquadest
III.2.3 Pembuatan natrium hidroksida 0,2N
NaOH ditimbang 8,2 g, dilarutkan sedikit demi sedikit dengan air
bebas CO2 dalam labu tentukur , dicukupkan volumenya sampai 1000 ml.
III.2.4 Pembuatan dapar fosfat (pH 5-6,8)
Larutan A Na2HPO4
Na2HPO4 ditimbang 17,8 g masukkan kedalam labu tentukur 1 liter
tuangi aquadest ¼ labu, dan homogenkan, tambah lagi aquadest sampai
batas tanda
Larutan B NaH2PO4
NaH2PO4 ditimbang 15,6 g masukkan kedalam labu tentukur 1 liter
tuangi aquadest ¼ labu dan homogenkan, tambah lagi aquadest sampai
batas tanda
Sejumlah larutan A ditambah sejumlah larutan B dengan volume tertentu
dicampur . Kemudian pH diukur dengan pH-meter, apabila larutan terlalu
asam ditambah tetes demi tetes larutan B sampai pH yang dikehendaki.
Sebaliknya apabila larutan terlalu basa ditambahkan larutan A tetes demi
tetes sampai pH yang dikehendaki yaitu pH 5,0 ; pH 5,6 ; pH 6,2 dan pH 6,8.
40
III.3 Penimbangan Sampel Kalium Diklofenak (21)
Tablet generik Kalium Diklofenak (hexapharm Jaya), tablet paten A
(Sanbe Farma), tablet paten B (PT. Guardian Pharmatama), tablet paten C
(Combiphar) ditimbang masing-masing 10 tablet kemudian digerus. Tablet
generik kalium diklofenak ditimbang teliti 1,56g , tablet paten A ditimbang
teliti 1,03g, tablet paten B ditimbang teliti 0,66g , tablet paten C ditimbang
teliti 0,802g. Di ekstraksi 5 ml heksan kemudian disentrifuge selama 15
menit, dilakukan sebanyak 3 kali. Hasil supernatan dibuang sedangkan yang
endapan dilarutkan kembali dengan metanol masing-masing 5 ml lalu
disentrifuge selama 15 menit, bagian yang larut ditampung dicawan porselen
dan diuapkan sehingga diperoleh hasil ekstraksi.
III.4 Pembuatan larutan stok dari tablet generik dan tablet paten
Hasil ekstraksi masing-masing ditimbang 10 mg dilarutkan dan
dicukupkan volumenya dalam labutentukur dengan masing-masing dapar
fosfat (pH 5,0 ; pH 5,6 ; pH 6,2 ; pH 6,8), NaOH dan H2SO4) hingga 10 ml
dengan konsentrasi 1.000 bpj.
III.5 Pembuatan larutan stok dari baku kalium diklofenak
Baku kalium diklofenak ditimbang 11,3 mg setara 10 mg, kemudian
dilarutkan dengan masing-masing dapar fosfat (pH 5,0 ; pH 5,6 ; pH 6,2 ; pH
6,8), NaOH dan H2SO4) hingga 10 ml dengan konsentrasi 1.000 bpj
41
III.6 Pengenceran Sampel dan Baku Kalium Diklofenak
Dari larutan stok masing-masing sampel dan baku kalium diklofenak
diambil 1.000 mikroliter kemudian dicukupkan volumenya dalam labu tentukur
hingga 10 ml dapar fosfat (pH 5,0 ; pH 5,6 ; pH 6,2 ; pH 6,8), NaOH dan
H2SO4) sehingga diperoleh konsentrasi 100 bpj , kemudian dipipet lagi
sebanyak 750 mikroliter dicukupkan volumenya dalam labutentukur hingga 5
ml dengan masing-masing dapar fosfat (pH 5,0 ; pH 5,6 ; pH 6,2 ; pH 6,8),
NaOH dan H2SO4) sehingga diperoleh konsentrasi konsentrasi 15 bpj
III.7 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
Baku kalium diklofenak ditimbang teliti 10 mg dicukupkan volumenya
dalam labutentukur dengan 10ml etanol p.a, sehingga diperoleh konsentrasi
1000bpj lalu, dipipet diambil 1.000 mikroliter kemudian dicukupkan
volumenya dalam labu tentukur hingga 10 ml dengan etanol p.a sehingga
diperoleh konsentrasi 100 bpj, kemudian dipipet lagi sebanyak 750 mikroliter
dicukupkan volumenya dalam labutentukur hingga 5 ml dengan etanol p.a
sehingga diperoleh konsentrasi konsentrasi 15 bpj, diukur panjang
gelombang maksimum pada spektrofotometer uv-vis pada panjang
gelombang 200-400nm, sehingga diperoleh panjang gelombang
maksimumnya adalah 276 nm
42
III.8 Penetapan Harga Pka Sampel Secara Spektrofotometri Ultraviolet
Hasil ekstrasi dari masing-masing tablet generik kalium diklofenak,
tablet paten serta baku kalium diklofenak yang telah dibuat dalam konsentrasi
15 bpj diukur absorbansinya dengan menggunakan alat spektrofotometer UV-
VIS dengan panjang gelombang 276nm
III.9 Analisis Data
Data absorbansi yang diperoleh dihitung dgn menggunakan rumus
sbb:
pKa = pH + 𝐿𝑜𝑔𝐴𝑖−𝐴
𝐴−𝐴𝑢
III.10 Pembahasan
Pembahasan berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh
III.11 Kesimpulan
Kesimpulan berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan
43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Penelitian
Hasil pengukuran pKa dengan menggunakan spektrofotometri UV- VIS
dengan berbagai pH adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pengukuran pKa Kalium Diklofenak
Sampel Dapar pH Nilai
absorbansi Nilai pKa
pKa rata-
rata
Baku kalium
dikofenak (BPFI)
pH 5,0 0,45155 5,5
pH 5,6 0,41715 6,1
pH 6,2 0,67314 7,3 6,8
pH 6,8 0,77394 8,4
Tablet generik
kalium diklofenak
(Hexapharm Jaya)
pH 5,0 0,28344 5,0
pH 5,6 0,30034 5,9
pH 62 0,37515 7,0 6,4
pH 6,8 0,42805 7,8
Tablet paten A
(Sanbe Farma)
pH 5,0 0,32468 5,0
pH 5,6 0,34338 5,9 6,3
pH 6,2 0,44579 6,9
pH 6,8 0,46830 7,7
Tablet paten B
(PT.Guardian
Pharmatama)
pH 5,0 0,33980 4,8
pH 5,6 0,35169 5,6
pH 6,2 0,38369 6,4 5,9
pH 6,8 0,39199 7,1
pH 5,0 0,27294 4,8
Tablet paten C (Combiphar)
pH 5,6 0,30861 5,8 6,1
pH 6,2 0,32438 6,4
pH 6,8 0,39894 7,5
44
Gambar 1. kurva baku kalium diklofenak
IV.2 Pembahasan
Sifat fisika molekul organik seperti pKa dan koefisien partisi
berhubungan erat dengan bidang farmasi, pKa memuat dengan tepat
hubungan yang sama untuk Ka sebagaimana pH digunakan untuk
menunjukkan konsentrasi ion hydrogen. Menurut Arhenius, asam merupakan
pendonor H+ dan basa adalah pendonor OH-. Menurut Bronsted Lowry, asam
adalah senyawa yang cenderung melepaskan proton dan basa adalah
senyawa yang cenderung menangkap proton. Sedangkan menurut Lewis,
asam adalah penerima pasangan elektron dan basa adalah senyawa yang
cenderung menangkap proton (5).
y = 0,298x - 1,529R² = 0,975
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
0 2 4 6 8 10
Series1
Linear (Series1)
45
Penelitian dilakukan dengan mengukur nilai pKa dari baku kalium
diklofenak , generik kalium diklofenak serta tiga obat paten lainnya dari
berbagai merek. Nilai pKa diperoleh dari hasil pengukuran absorbansi
dengan menggunakan alat spektrofotometri UV-VIS. Kalium diklofenak
diabsorbsi di usus sehingga pemilihan pH disini berdasarkan pH usus yaitu
5,5-6,8.
Sampel di ekstraksi untuk memisahkan zat aktif dari zat tambahan
yang ada pada tablet generik dan paten kalium diklofenak. Hasil ekstraksi
dibuat dengan konsentrasi 15 bpj lalu diukur absorbansinya dengan berbagai
pH pada panjang gelombang maksimum yang telah ditentukan. Hasil
penentuan panjang gelombang maksimum adalah 276 nm sedangkan
menurut Moffat, panjang gelombang maksimum diklofenak adalah 272 -275
nm
Hasil yang diperoleh yaitu, tablet generik kalium diklofenak
(Hexapharm Jaya) (6,4), tablet paten A (Sanbe Farma) (6,3), tablet paten B
(PT.Guardian Pharmatama) (5,9),, tablet paten C (Combiphar) C (6,1),, serta
kalium diklofenak (BPFI) (6,8).
Sebagian besar obat yang bersifat asam atau basa lemah, bentuk
tidak terionisasinya dapat memberikan efek biologis. Hal ini dimungkinkan
bila kerja obat terjadi di membran sel atau didalam sel. Obat modern
sebagian besar bersifat elektrolit lemah, yaitu asam atau basa lemah, dan
46
derajat ionisasi atau bentuk ionisasi dan tidak terionisasinya ditentukan oleh
nilai Ka dan suasana pH lingkungan.
Harga pKa menentukan absorpsi dan distribusi obat dalam jaringan
tubuh semakin besar nilai pKa suatu senyawa maka semakin besar pula
jumlah obat tak terionya sehingga jumlah obat yang menembus membran
biologis semakin besar. Akibatnya kemungkinan obat untuk berinteraksi
dengan reseptor semakin tinggi dan aktivitas biologisnya semakin meningkat,
sebaliknya semakin kecil nilai pKa suatru senyawa maka semakin besar
kemungkinan obat untuk berinteraksi dengan reseptor semakin rendah dan
aktivitas biologisnya semakin menurun.
Suatu senyawa dapat mempunyai beberapa harga pKa, tergantung
pada jumlah gugus fungsi yang dapat terionisasi. Senyawa itu digolongkan
sebagai amfoter jika mempunyai substituen ionisasi asam (pemberi proton)
maupun basa (penerima proton), misalnya tetrasiklindan semua asam amino
.
47
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.1 Kesimpulan
Hasil penelitian diperoleh dengan menggunakan metode
spektrofotometri UV-VIS yaitu dengan nilai pKa rata-rata . Tablet generik
kalium diklofenak (Hexapharm Jaya) (6,4), tablet paten A (Sanbe Farma)
(6,3), tablet paten B (PT.Guardian Pharmatama) (5,9), tablet paten C
(Combiphar) (6,1), serta kalium diklofenak (BPFI) (6,8). Dari hasil diatas
diketahui bahwa pKa . Tablet generik kalium diklofenak (Hexapharm
Jaya)serta tablet paten A (Sanbe Farma) tidak berbeda jauh dengan
kalium diklofenak BPFI sedangkan tablet paten B (PT.Guardian
Pharmatama), tablet paten C (Combiphar) nilai pKa nya agak berbeda
v.2 Saran
disarankan agar peneliti selanjutnya dapat menentukan parameter uji
yang lain sehingga dapat mendukung informasi mengenai data harga pKa
dalam tablet.
48
Daftar Pustaka
1. Gunawan S. G. Farmakologi dan terapi. Departemen Farmakologi dan terapeutik fakultas kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2007. Hal. 230, 239, 240, 230, 23.
2. Hendriraidi E. Optimasi Selektivitas sediaan tramsdermal patch Kalium Diklofenak. Fakultas Farmasi Universitas Airlangga: 2009. Hal. 6.
3. Gholib Ibnu. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka pelajar Dosen Fakultas
Farmasi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 2008. Hal. 61-62;66,228;220;221;222;240;252.
4. Katzung, B .G. Farmakologi Dasar dan Klinik. Salemba Medika.
Jakarta. 2002. Hal. 462.
5. Tan.H.T, dan Kirana R. Obat-obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya. Edisi Kelima. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. 2000. Hal. 134 -135, 328.
6. Rohman A. Kimia Farmasi Analisis. Cetakan Pertama. Penerbit
Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2007. Hal. 61.
7. Direktorat Jendral POM. Farmakope Indonesia. Edisi keempat. Departemen Kesehatan RI. Jakarta. 1995. Hal. 1066.
8. Voet, D. und J.G. Voet, Übersetzungherausgeben von A. Maelicke
und W. Müller-Ester. Biochemie. VCH Verlagsgesellschaft mbH, Weinheim. 1992. pp:661-665.
9. Robert, A., J.E. Nezamis, C. Lancarter, A.J. Hanchar. Cytoprotection by Prostaglandin in Rats. Prevention of Gastric Necrosis Produced by Alcohol, HCl, NaOH, Hypertonic NaCl, and Thermal Injury. US National Library Medicine National Institutes Of Health. 2007. pp: 77, 433-443.
10. Meyer, K. J , Schrör, K. Cyclooxygenase-2 Inhibition and Side-Effects of Non-steroidal Anti-inflammatory Drugs in the Gastrointestinal Tract, Curr. Med. Chem. US National Library Medicine National Institutes Of Health.. 2000. pp:7, 1121-1129.
49
11. Redfern, J.S., E. Lee, M. Feldman. Effects of Immunization with Prostaglandin Metabolites on Gastrointestinal Ulceration. US National Library Medicine National Institutes Of Health. 1998. pp: 255, 723-730.
12. Redfern, J.S., M. Feldman. Role of Endogenous Prostaglandins in Preventing Gastrointestinal Ulceration: Induction of Ulcers by Antibodies to Prostaglandin. US National Library Medicine National Institutes Of Health. 1989. pp: 96, 596-605.
13. Ganiswara, S. G. Farmakologi dan Terapi. Edisi keempat. bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 1995. Hal. 590-592.
14. Cains,D. Intisari Kimia Farmasi. Edisi kedua. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2004. Hal: 4,7,8.
15. Gandjar, G.H., dan Rohman, A. Analisis obat secara spektrofotometri
dan kromatografi. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. 2012 Hal. 6-9, 69-70, 73,79.
16. Watson,D.G. Analisis farmasi. Buku kedokteran EGC. Jakarta. 2007.
Hal. 109-110.
17. Syamsyuni. Farmasetika dasar dan hitungan Farmasi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2005. Hal. 78, 79, 80, 82, 85.
18. Lachman, L., Liebermann, H.A. dan J.I. Kanig. Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi Kedua. Jakarta: UI Press. 1994. Hal. 1140-1142.
19. Siregar, C.J.P. dan Wikarsa, S. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet:
Dasar-Dasar Praktis. Jakarta: EGC. 2010. Hal. 40-42.
20. Siswandono dan Soekarjo,B. Prinsip-prinsip Rancangan Obat. Cetakan pertama. Surabaya. Penerbit Erlangga University Press. 2000. Hal. 202.
21. Simanjuntak,E.M . Penetapan Kadar Tablet Kalsium Laktat Produksi
P.T. Kimia Farma( PERSERO) Tbk. Plant Medan secara Titrasi Kompleksometri. Tugas Akhir. Universitas Sumatra Utara. 2012
50
Lampiran 1
Skema Kerja
Pengambilan Sampel
Apotik di Makassar Penyiapan Sampel
-Ditimbang tablet generik dan tablet paten A, Paten B dan Paten C - Digerus - Diekstraksi
Penentuan Panjang gelombang maksimum
Penetapan nilai pKa secara spektrofometri UV-VIS
Analisis data
Pembahasan
Kesimpulan
Pembuatan larutan stok Pembuatan larutan stok tablet Baku kalium dikofenak1.000bpj generik dan tablet paten1.000bpj
pengenceran dengan dapar fosfat (pH 5,0 ; pH 5,6 ; pH 6,2 ; pH 6,8), NaOH dan H2SO4fosfat
pengenceran dengan dapar fosfat (pH 5,0 ; pH 5,6 ; pH 6,2 ; pH 6,8), NaOH dan H2SO4fosfat
100 bpj 15 bpj 100 bpj 15 bpj
51
Lampiran 2
Pengenceran Baku kalium diklofenak pada penentuan panjang
gelombang maksimum
10 mg 10 ml etanol Pa (1.000 bpj)
1.000 mikroliter 10 ml etanol pa (100 bpj)
750 mikroliter 5 ml etanol pa (15 bpj)
Pengenceran hasil ekstraksi tablet generik kalium diklofenak, tablet paten
kalium diklofenak dan baku kalium diklofenak
10 mg 10 ml dapar fosfat (pH 5,0 ; pH 5,6 ; pH 6,2 ; pH 6,8),
NaOH dan H2SO4) (1.000 bpj)
1.000 mikroliter 10 ml dapar fosfat (pH 5,0 ; pH 5,6 ;
pH 6,2 ; pH 6,8), NaOH dan H2SO4)
(100 bpj)
750 mikroliter 5 ml dapar fosfat
(pH 5,0 ; pH 5,6 ; pH 6,2 ; pH 6,8),
NaOH dan H2SO4) (15 bpj)
52
Lampiran 3
Perhitungan Konversi Penimbangan dari Sampel Tablet Generik dan
Tablet Paten Kalium Diklofenak
Rumus konversi:
Berat yang ditimbang= 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑒𝑡𝑖𝑘𝑒𝑡𝑥 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡
Tablet Generik Kalium diklofenak (Hexapharm Jaya)
Berat setara = 250 mg= 0,25 g
Berat Etiket 50 mg= 0,05 g
Berat rata-rata tablet
0,3512+0,3582+0,3459+0,2962+0,3458+0,3523+0,3662 +0,3476+0,3578
10=
3,121
10= 0,3121
Jadi berat yang dtimbang adalah = 0,25
0,05𝑥0,3121 = 1,56 𝑔
Tablet Paten A (Sanbe Farma)
Berat setara= 250 mg= 0,25 g
Berat Etiket 50 mg= 0,05 g
Berat rata-rata tablet
= 0,2043+0,2070+0,2079+0,2046+0,2156+0,2102+0,2042+0,2062+0,2117
10=
2,077
10= 0,2077
Jadi berat yang dtimbang adalah = 0,25
0,05𝑥0,2077 = 1,03 𝑔
53
Tablet B (P.T Guardian Pharmatama)
Berat setara 250 mg= 0,25 g
Berat Etiket 50 mg= 0,05 g
Berat rata-rata tablet
0,1408+0,1346+0,1356 +0,1280+0,1288+0,1238+0,1482 +0,1310+0,1300+0,1358
10=
1,337
10=
0,133
Jadi berat yang dtimbang adalah = 0,25
0,05𝑥0,133 = 0,66 𝑔
Tablet Paten C (Combiphar)
Berat setara 250 mg= 0,25 g
Berat Etiket 50 mg= 0,05 g
Berat rata-rata tablet
= 0,1637+0,1606 +0,1591+0,1582+0,1438+0,1662+0,2244+0,1573+0,1636
10=
1,605
10= 0,1605
Jadi berat yang dtimbang adalah = 0,25
0,05𝑥0,1605 = 0,802 𝑔
54
Lampiran 4
Perhitungan pKa
pKa=pH+ log[ 𝐴𝑖−𝐴
𝐴−𝐴𝑢]
Notasi Ai adalah absorbansi sampel yang mengalami ionisasi penuh
Notasi A adalah absorbansi terukur dalam larutan buffer dengan pH
tertentu pada panjang gelombang yang terpilih untuk analisis
Notasi Au adalah absorbansi spesies yang tidak mengalami ionisasi.
Baku kalium diklofenak
pH dapar5 menjadi 5,9 dengan absorbansi 0,45155
pKa=6+ Log [0,26197−0,45155
0,45155−0,88542]
= 5,9+ Log[−0,1895
−0,43387]
= 5,9+Log 0,4228
= 5,9-0,3738
=5,5
pH dapar 5,6 menjadi 6,6 dengan absorbansi 0,41715
pKa=6,6 + Log [0,26197−0,41715
0,41715−0,88542]
= 6,6 + Log[−0.15518
−0,46827]
= 6,6 + Log 0,3313
= 6,6- 0,47977
=6,1
55
pH dapar 6,2 menjadi 7,1dengan absorbansi 0,67314
pKa=7,1 + Log [0,26197−0,67314
0,67314−0,88542]
= 7,1+ Log[−0,41117
−0,21228]
= 7,1+ Log1,9369
= 7,1+ 0,287
=7,3
pH dapar 6,8 menjadi 7,8 dengan absorbansi 0,77394
pKa=7,8+ Log[ 0,26197−0,77394
0,77394−0,88542]
= 7,8+ Log[−0,51197
−0,11148]
= 7,8+ Log 4,5924
= 7,8 + 0,6620
=8,4
pKa rata-rata dari baku kalium diklofenak adalah 5,5+ 6,1+7,3+8,4
4 = 6,8
Tablet Generik Kalium Diklofenak (Hexapharm Jaya)
pH dapar 5 menjadi 5,9 dengan absorbansi 0,28344
pKa=5 + Log 0,23294−0,28344
0,28344−0,60506
=5,9 + Log−0,0505
−0,32162
=5,9 + Log 0,1570
= 5,9 - 0,8041
=5,0
56
pH dapar 5,6 menjadi 6,6 dengan absorbansi 0,30034
pKa=6,6+ Log 0,23294−0,30034
0,30034−0,60506
= 6,6+ Log−0,068
−0,30472
= 6,6+ Log 0,2231
= 6,6- 0,6515
=5,9
pH dapar 6,2 menjadi 7,1 dengan absorbansi 0,39865
pKa=7,1+ Log 0,23293−0,39865
0,39865−0,60506
= 7,1 + Log−0,16571
−0,20641
= 7,1 + Log 0,802
= 7,1- 0,0905
=7,0
pH dapar 6,8 menjadi 7,8 dengan absorbansi 0,42805
pKa=7,8+ Log 0,23294−0,42805
0,42805−0,60506
= 7,8+ Log−0,19511
−0,17701
= 7,8+ Log 1,1022
= 7,8 +0,0422
=7,84
pKa rata-rata dari tablet kalium diklofenak (generik) adalah
5,0+ 5,9+7,0+7,84
4= 6,43
57
Tablet paten A (Sanbe Farma)
pH dapar 5 menjadi 5,9 dengan absorbansi 0,32468
pKa=5,9 + Log 0,26617−0,32468
0,32468−0,72030
=5,9+ Log−0,05851
−0,39562
=5,9+ Log 0,1465
= 5,9 - 0,8341
=5,0
pH dapar 5,6 menjadi 6,6 dengan absorbansi 0,34338
pKa=6,6+ Log 0,26617−0,34338
0,34338−0,72030
= 6,6+ Log−0,07667
−0,37692
= 6,6+ Log 0,20341
= 6,6- 0,6916
=5,9
pH dapar 6,2 menjadi 7,1 dengan absorbansi 0,44579
pKa=7,1+ Log 0,26617−0,44579
0,44579−0,72030
= 7,1 + Log−0,17908
−0,27451
= 7,1 + Log 0,6523
= 7,1- 0,1855
=6,9
pH dapar 6,8 menjadi 7,8 dengan absorbansi 0,46830
58
pKa=7,8+ Log 0,26617−0,46830
0,46830−0,72030
= 7,8+ Log−0,2013
−0,252
= 7,8+ Log 0,8021
= 7,8 -0,0957
=7,7
pKa rata-rata dari tablet paten A adalah 5,0+ 5.9+6,9+7,7
4= 6,3
Tablet paten B (PT.Guardian Pharmatama)
pH dapar 5 menjadi 5,9 dengan absorbansi 0,33982
pKa=5,9 + Log 0,299980−0,33982
0,33982−0,77527
=5,9+ Log−0,03962
−0,43547
=5,9 + Log 0,09098
= 5,9- 1,04100
=4,8
pH dapar 5,6 menjadi 6,6 dengan absorbansi 0,35169
pKa=6,6+ Log 0,299980−0,35169
0,35169−0,77527
= 6,6+ Log−0,05171
−0,42358
= 6,6+ Log 0,1220
= 6,6- 0,913
=5,6
pH dapar 6,2 menjadi 7,1 dengan absorbansi 0,38369
59
pKa=7,1+ Log 0,29980−0,38369
0,299980−0,77527
= 7,1 + Log−0,08371
−0,39158
= 7,1 + Log 0,2137
= 7,1- 0,670
=6,43
pH dapar 6,8 menjadi 7,8 dengan absorbansi 0,399199
pKa=7,8+ Log 0,299980−0,39199
0,39199−0,77527
= 7,8+ Log−0,09201
−0,38328
= 7,8+ Log 0,2400
= 7,8 -0,6197
=7,1
pKa rata-rata dari tablet paten B adalah 4,8+ 5,6 +6,43 +7,1
4= 5,9
Tablet paten C (Combiphar)
pH dapar 5 menjadi 5,9 dengan absorbansi 0,27294
pKa=5,9 + Log 0,23568−0,27294
0,27294−0,68454
=5,9+ Log−0,03726
−0,4116
=5,9+ Log 0,0905
= 5,9 - 1,04
=4,8
pH dapar 5,6 menjadi 6,6 dengan absorbansi 0,30861
60
pKa=6,6+ Log 0,23568−0,30861
0,23568−0,68454
= 6,6+ Log−0,07293
−0,37593
= 6,6+ Log 0,19399
= 6,6- 0,7122
=5,8
pH dapar 6,2 menjadi 7,1 dengan absorbansi 0,32438
pKa=7,1+ Log 0,23568−0,32438
0,32438−0,68454
= 7,1 + Log−0,0887
−0,36016
= 7,1 + Log 0,24627
= 7,1- 0,6085
=6,4
pH dapar 6,8 menjadi 7,8 dengan absorbansi 0,39894
pKa=7,8+ Log 0,23568−0,39894
0,39894−0,68454
= 7,8+ Log−0,16326
−0,2856
= 7,8+ Log 0,5716
= 7,8 -0,2429
=7,5
pKa rata-rata dari tablet paten C adalah 4,8+ 5,8 +6,4 +7,5
4= 6,1
61
Lampiran 5
Gambar penelitian
Gambar 2.
Hasil ektraksi Generik Tablet Kalium
Diklofenak ( Hexapharm Jaya)
Gambar 3. Hasil ekstraksi tablet paten A
(Sanbe Farma)
62
Gambar 4. Hasil ekstraksi tablet paten B
(PT. Guardian Phartama)
Gambar 5. Hasil ekstraksi Tablet paten C
(Combiphar)